84
AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJ Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam, Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S. Ag.) Oleh: Nama: Aprido NIM: 11140331000039 PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H / 2019M

AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber agama agar tidak

  • Upload
    others

  • View
    16

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber agama agar tidak

AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJ

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam, Sebagai

Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S. Ag.)

Oleh:

Nama: Aprido

NIM: 11140331000039

PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1441 H / 2019M

Page 2: AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber agama agar tidak

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJ

Skripsi

Diajukan ke Fakultas Ushuluddin Untuk Memenuhi

Persyaratan Gelar Sarjana Agama (S. Ag)

Oleh:

Aprido

NIM: 11140331000039

PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULAH

JAKARTA 1441/2019 M

Page 3: AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber agama agar tidak
Page 4: AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber agama agar tidak

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Aprido

Tempat, TanggalLahir : Sungairambai, 01 April 1995

NIM : 11140331000039

Program Studi/ Univ. : Aqidah dan Filsafat Islam UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

JudulSkripsi : Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah Perspektif Said Aqil Siroj

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi

yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 28 November 2019

Page 5: AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber agama agar tidak

v

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Arab

ا

ب

ت

ث

ج

ح

خ

د

ذ

ر

ز

س

ش

ص

ض

Indonesia

a

b

t

ts

j

kh

d

dz

r

z

s

sy

sh

dl

Inggris

a

b

t

th

j

kh

d

dh

r

z

s

sh

Arab

ط

ظ

ع

غ

ف

ق

ك

ل

م

ن

و

ه

ء

ي

ة

Indonesia

th

zh

gh

f

q

k

l

m

n

w

h

y

h

Inggris

gh

f

q

k

l

m

n

w

h

y

h

Vokal Pendek

Arab Latin

A أ

I إ

U ا

Page 6: AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber agama agar tidak

vi

Vokal Panjang

Arab Indonesia

Ā آ

Ī إِىْ

Ū اوْ

Diftong

Arab Indonesia

Au أو

Ai أي

Kata Sandangal- (ال)

Arab Indonesia

-al ال

-wa al وال

Page 7: AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber agama agar tidak

vii

ABSTRAK

Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah Perspektif Said Aqil Siroj adalah orang yang

memeliki metode berpikir relegius yang mencakup semua aspek kehidupan

berdasarkan fondasi moderasi, menjaga keseimbangan dan toleransi. Ahl Al-Sunnah

Wa Al-Jamāah adalah sekolah yang akan menjadi Manhaj al-Fikr, karena itu hanya

menemukan jalan tengah di antara berbagai aliran. Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah

tidak ada Batasan dan ketentuan yang harus sama dengan Imam Abu Hasan al-As’ary

atau al-Maturidi tetapi pilar-pilar Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah memahami ini harus

ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber agama agar tidak menjadi

jurang selama masih memegang Rukn (Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah) yaitu keilahian

(uluhiyah), Rasul (nubuwah) dan akhirnya (al-Ma’d). Paham Ahl Al-Sunnah Wa Al-

Jamāah mengikuti salah satu mazhab empat: Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali.

Said Aqil Siroj memberikan kritik dan mendekonstruksi pemaknaan Ahl al-

Sunnah Wa al-Jamaãh yang dianggap terlalu baku dan belum terbukti. Apalagi

terminologi Ahl al-Sunnah Wa al-Jamaãh sebagai suatu madzhab muncul belakangan,

jauh setelah Nabi Muhammad wafat. Sedangkan orang-orang yang mengikuti sunnah,

pada zaman Imam empat Madzhab menamai dirinya sebagai Ahlul Hadīs (Bukan

salafiyyin)

Walaupun banyak orang yang mengklaim dirinya bermadzhab Ahl al-Sunnah Wa

al-Jamaãh, dalam artian, karena orang tersebut mengikuti Imam yang empat, namun

jika kita meneliti sejarah, apakah Imam yang empat dalam kitabnya

memproklamasikan diri sebagai Ahl al-Sunnah Wa al-Jamaãh. Inilah yang menjadi

kritik dasar Said Aqil Siroj dalam skripsi ini. Dengan demikan perlulah menelaah

definisi dan melakukan reinterpretasi kembali terhadap konsep Ahl al-Sunnah Wa al-

Jamaãh.

Page 8: AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber agama agar tidak

viii

KATA PENGANTAR

“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang.”

Segala Puji serta rasa syukur yang sangat mendalam penulis panjatkan kepada

Allah SWT. Tuhan Yang Maha Menguasai segala sesuatu, di bumi maupun di langit.

Yang Maha Memudahkan segala urusan hamba-Nya. Karena atas kuasa-Nyalah

penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muḥammad

SAW. Yang telah memberikan tauladan bagi umat manusia dengan perilaku al-

Qur‟an-Nya. dan atasizin-Nya pula ia memiliki keistimewaan untuk dapat

memberikan syafaat kepada umatnya.

Pada dasarnya, penulisan skripsi ini merupakan suatu responitas perdebatan

yang terjadi pada bidang aqidah. Aspek yang pertama kali dipersoalkan adalah

tentang lahirany Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah. Hal ini berkaitan dengan upaya

manusia dalam memahami keaqidahan. Oleh karena itu, penulis menulis skripsi yang

berjudul “Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah Perspektif Said Aqil Siroj”. Semoga

skripsi ini dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran dalam memahami kedudukan

Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah.

Penulisan skripsi ini tentu melibatkan berbagai pihak yang turut membantu dari

awal proses penulisan hingga terselesaikannya skripsi ini. Oleh karena itu, penulis

juga ingin menyampaikan terimakasih kepada:

1. Dr. Arrazy Hasyim, M.A sebagai Dosen Pembimbing Skripsi terbaik bagi

penulis. Terimakasih telah meluangkan banyak waktunya untuk

Page 9: AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber agama agar tidak

ix

membimbing, menasehati, sekaligus memberikan gagasan-gagasannya

kepada penulis. Sehingga penulisan skripsi ini bisa terselesaikan dengan

baik.

2. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., M.A. Selaku Rektor

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Yusuf Rahman, MA. Selaku Dekan Fakultas Ushuluddin Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Dra. Tien Rohmatin, MA. Selaku Ketua Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam

beserta jajarannya. Mereka sangat setia mengarahkan penulis dalam

mengurus segala keperluan untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.

5. Dra. Banun Binaningrum, M.Pd. Selaku Sekretaris Jurusan Aqidah dan

Filsafat Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Dr. Edwin Syarif, M. Ag. Selaku pembimbing Akademik yang telah

memberikan banyak wawasan dan nasehat, dalam menentukan konsep yang

akan dibahasn dalam skripsi ini.

7. Seluruh Dosen dan Guru Besar Fakultas Ushuluddin yang telah

memberikan begitu banyak pengetahuan sekaligus bimbingannya.

8. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada para pimpinan dan segenap

civitas akademik Fakultas Ushuluddin, segenap Staf Perpustakaan Fakultas

Ushuluddin dan Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta yang turut membantu penulis dalam menemukan

buku-buku referensi untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Page 10: AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber agama agar tidak

x

9. Terimakasih sebesar-besarnya kepada keluarga penulis, khususnya kedua

orang tua penulis yang telah membesarkan dan mendidik penulis dengan

kasih sayang, perjuangan, dan pengorbanan yang begitu luar biasa.

Teruntuk Ayahanda tercinta, Baidawi yang telah menanamkan semangat

berjuang, yang selalu mendampingi penulis sampai akhir penulisan skripsi

ini. Teruntuk Ibunda tercinta Sarinah, yang selalu memberikan doa

terbaiknya di setiap langkah penulis. Semoga Allah SWT senantiasa

memberikan umur panjang dan kesehatan.

10. Kepada kakak-kakak penulis, Sides, Jon Hendri, Romantis, Rudini,

Bharuddin yang selalu memberikan semangat, nasehat yang sangat berarti

bagi penulis. Serta kepada adik penulis, Putri Hariyanti. Terimakasih untuk

doa, semangat, dan dukungannya kepada penulis selama proses

penyelesaian skripsi ini.

11. Teman-teman terbaik penulis di Aqidah dan Filsafat Islam Angkatan 2014.

12. Kepada temen-temen Andri Tio Pradipta, Bowo, Inyong, Ais, Gingko, M.

Fadli, M. Husen, Heri, Husna, Dadan, Bahal, Pa’ce, Boim, Mirza, Buaya,

Abdillah, Syifa, Benjol, Sayuti, Sholihin, Muhda. Terima kasih karena

telah memberikan support.

13. Terimaksih kepada temen-temen di organisasi Jaringana Indonesia Muda,

Lembaga Kajian Strategi Pembangunan Pemerintah, Kesatuan Angkatan

Muda Sriwijaya, Ikatan Keluarga Mahasiswa Jakarta, KOMFUSPERTUM,

PB BMKJ, yang telah memberikan semangat dan gairah baru untuk

melanjutkan perjuangan.

Page 11: AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber agama agar tidak

xi

Akhir kata, penulis berharap semoga Allah SWT. Selalu membimbing

langkah kita menuju jalan yang benar dan diridhai-Nya. Āmīnyā Rabb al-

„ālamīn.

Jakarta, 28 November 2019

Aprido

Page 12: AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber agama agar tidak

xii

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ........................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ........................................ iv

LEMBAR PEDOMAN TRANSLITERASI .................................................... v

LEMBAR ABSTRAK .................................................................................... vii

LEMBAR KATA PENGANTAR ................................................................... viii

DAFTAR ISI ................................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang .............................................................................. 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ...................................................... 6

C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 7

E. Tinjauan Pustaka ............................................................................ 7

F. Metode Penelitian........................................................................... 8

G. Sistematika Penulisan ................................................................... 10

BAB II SEJARAH PERKEMBANGAN TEOLOGI ISLAM .................... 11

A. Pengertian Teologi Islam ............................................................... 11

B. Perkembangan Aliran-Aliran Teologi Islam .................................. 13

C. Teologi Ahl al-Sunnah Wa al-Jamaah ........................................... 24

BAB III BIOGRAFI SAID AQIL SIROJ .................................................... 28

A. Biografi Said Aqil Siroj ................................................................. 28

B. Riwayat Pendidikan ....................................................................... 31

C. Karya-Karya ................................................................................... 41

Page 13: AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber agama agar tidak

xiii

BAB IV ISU-ISU TEOLOGI ISLAM SAID AQIL SIROJ ........................ 44

A. Teologi Ahlu al-Sunnah wal al-Jamaah Menurut Said Aqil Siroj.. 44

B. Perselisihan NU Menurut Saiq Aqil Siroj ...................................... 45

C. Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah Perspektif Said Aqil Siroj ............. 48

BAB V PENUTUP .......................................................................................... 67

A. Kesimpulan………………………………………………………. 67

B. Kritik dan Saran ............................................................................. 68

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. 69

Page 14: AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber agama agar tidak

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Teologi merupakan nama lain dari ilmu tauhid, kata teologi merupakan

perpaduan dari Theos yang berarti Tuhan dan logos yang berarti ilmu, secara

terminologi, teologi merupakan ilmu untuk mengetahui tentang Tuhan dan ajaran-

ajarannya. Berbeda dari ilmu fiqh yang kajiannya adalah ilmu hukum dan praktik

agama, ilmu teologi adalah ilmu yang membahas tentang rukun iman dan rukun

Islam. ilmu teologi juga disebut sebagai ilmu uṣuluddīn, ilmu tauhid, ilmu aqidah,

dan ilmu kalam. Pada intinya ilmu tersebut adalah sebuah ilmu yang membahas

pokok-pokok agama, ajaran dan doktrin inti dari agama Islam sebab didalam ilmu

teologi inilah masalah-masalah yang berkaitan dengan prinsip agama dan filsafat

keimanan dikaji secara mendalam1.

Dari segi sejarahnya, perkembangan teologi Islam hadir karena adanya 2

faktor, yaitu: 1. Faktor internal, 2. Faktor eksternal. Faktor internal adalah

disebabkan dari dalam umat Islam itu sendiri, baik karena politik atau karena

kebutuhan mendesak dari umat Islam sendiri untuk menjawab persoalan-persoalan

akidah yang kompleks. Dari faktor eksternalnya lebih kepada sikap defensif umat

Islam dalam membentengi akidah Islam dari serangan para musuh Islam. Dari

segi politik, Ilmu kalam lahir saat situasi politik umat Islam sedang memanas.

Dimana saat itu muncul firqah-firqah politik yang saling memperebutkan

kekuasaan. Seperti Syi’ah, golongan Mu’awiyah, golongan Khawarîj dan

1 Ahmad Hanafi, Teologi Islam : Ilmu Kalam, (Jakarta: Bulan Bintang, 2010), h. 4

Page 15: AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber agama agar tidak

2

golongan tengah yang dipelopori oleh Ibn Umar. Kesemua golongan ini, mereka

saling mengklaim diri mereka paling benar dan merasa lebih berhak sebagai

penerus risalah kenabian (Islam) dan menganggap lawan-lawan mereka sebagai

orang menyimpang dan yang paling ekstrim menuduh orang diluar kelompoknya

sebagai orang kafir.

Selain politik, teologi juga muncul pada saat Islam mengalami masa-masa

kritis dalam menghadapi tantangan zaman yang berubah dan masyarakat Islam

yang semakin berkembang pesat. Ketika Islam telah berhasil melebarkan

sayapnya keseluruh jazirah Arab bahkan sampai ke tanah Persia, dan agama Islam

mulai dipeluk oleh orang Arab maupun non Arab, maka mulai munculah

persoalan baik mengenai soal-soal akidah maupun fiqh yang kompleks dan rumit

disebabkan perkembangan peradaban dan masyarakat Islam. Untuk menjawab

kebutuhan pada persoalan-persoalan akidah Islam dan menjaga agar akidah Islam

tetap murni dan tak tercampur aduk dengan kepercayaan agama lain yang dibawa

oleh orang-orang non Arab, maka para ulama mulai menyusun dan membakukan

secara sistematis mengenai Aqidah Islam2.

Kemudian, persoalan mengenai penafsiran dogma dan teks kitab suci al-

Qur’an ini telah melahirkan sekte-sekte atau firqah Aqidah yang banyak, seperti

Khawarîj, Murji’ah, Mu’tazilah, Asy’āriyah, Matūridiah, Kullabiyah, Syi’ah.

Tokoh tokoh seperti Abū Hāsan Al-Asy’āri, Huzail bin Allaf, Syaikh Mufid,

Syarif Murtadha adalah segelintir tokoh yang berperan besar dalam

mengembangkan dalam disiplin ilmu ini.

2Abdul Aziz Dahlan, Sejarah Perkembangan Pemikiran Dalam Islam: Bagian 1 pemikiran

teologis, (Jakarta: Beunebi Cipta, 1987) h. 20

Page 16: AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber agama agar tidak

3

Bukan hanya sebagai sebuah ilmu dan ajaran agama, Teologi atau aqidah

adalah sebuah world view bagi umat Muslim, sebab dalam rumusan teologi ini,

segala macam prinsip hidup dan pandangan seorang muslim telah diatur secara

komperhensip. Salah satu paham teologi yang berkembang pesat di dunia dan juga

di Indonesia khususnya adalah Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah.

Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah atau biasa yang disebut sebagai (aswaja) adalah

suatu firqah atau aliran dalam Islam yang berlandaskan pada al-Qur’an dan al- al-

Hadis secara murni dan menjalankannya secara konsekuen. Karena konsekuen

dalam menjalankan al-Qur’an dan Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah dianggap

sebagai teologi Islam yang murni dan pemikiran keagamaan yang benar, sebab

para penganut faham Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah menganggap bahwa

ajarannya berdiri untuk mewariskan sunnah Rasulallah dan juga menjaga tradisi

generasi salaf di masa lalu.

Dalam teologi Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah, karakteristik yang menjadi khas

bagi Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah adalah penalaran rasional dalam bidang aqidah

dan keterpautan pada teks agama. sehingga Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah,

meyakini bahwa antara teks keagamaan dan juga akal manusia tidak bertentangan,

bahkan saling menguatkan.3

Yang membedakan antara Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah dan Mu’tazilah

adalah dalam metodologi kalam. Jika dalam hal teologi Mu’tazilah lebih condong

pada penggunaan akal, Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah walau mengakui otoritas

akal tetapi tidak menafikan bahwa Wahyu adalah sarana tertinggi dalam ajaran

3 Said Aqil Siroj, Ahlussunnah wal Jamaah: Sebuah Kritik Historis, (Jakarta: Pustaka

Cendekia Muda, tanpa tahun) h. 83.

Page 17: AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber agama agar tidak

4

Islam. Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah juga tetap menjunjung tradisi Nabi (sunnah)

yang merupakan salah satu unsur penting dalam ajaran Islam.

Keyakinan terhadap keunggulan nash dan sunnah nabi inilah yang membuat

Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah dianggap sebagai aliran yang secara resmi menjadi

pewaris tradisi Muhammad.4

Said Aqil Siroj, beliau adalah kyai besar sekaligus sebagai ketua umum

Nahdlatul Ulama. Beliau adalah salah satu orang yangmencoba memberikan hal

baru dan mendekonstruksi pemaknaan Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah yang

dianggap terlalu baku dan belum terbukti. Apalagi terminologi Ahl Al-Sunnah Wa

Al-Jamāah sebagai suatu madzhab muncul belakangan, jauh setelah Nabi

Muhammad wafat. Sedangkan orang-orang yang mengikuti sunnah, pada zaman

Imam empat Madzhab menamai dirinya sebagai Ahlul Hadis.

Walaupun banyak orang yang mengklaim dirinya bermadzhab Ahl Al-Sunnah

Wa Al-Jamāah, dalam artian, karena orang tersebut mengikuti Imam yang empat,

namun jika kita meneliti sejarah, apakah Imam yang empat dalam kitabnya

memproklamasikan diri sebagai Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah?

Jikalau Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah adalah orang yang mengikuti Nabi dan

al-Qur’an, semua umat Islam mengikuti sunnah Nabi dan al-Qur’an. Jikalau apa

yang dinamakan Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah adalah yang mengakui rukun Iman

yang enam dan rukun Islam yang lima, berarti semua madzhab Islam, termasuk

Ismailiyyah, juga mengakui rukun Iman dan rukun Islam secara literal sbagai

mana Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah (walau memiliki interpretasi yang berbeda)

4 Siroj, Ahlussunnah wal Jamaah. h. 85.

Page 18: AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber agama agar tidak

5

Karena itulah menelaah definisi dan melakukan reinterpretasi kembali

terhadap konsep Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah sangat penting menurut Said Aqil

Siroj. sebab semua pernyataan mengenai Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah

sebagaimana diurai diatas masih sebatas klaim semata5.

Yang menjadi persoalan adalah apakah Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah hadir

sebagai suatu firqah atau madzhab yang baru? Jikalau dijawab pada masa Nabi

Muhammad, apakah itu berarti nabi Muhammad telah mendirikan sebuah sekte

dalam agama? padahal dalam sebuah Hadīs Rasulallah mengatakan bahwa

kerusakan umat disebabkan banyaknya sekte-sekte (millah), maka dapat

diketahui, bahwa mustahil Rasulallah sendiri yang mendirikan sekte.

Sedangkan tujuan beliau diutus oleh Allah adalah untuk menegakkan agama

Allah (Islam) bukan untuk menciptakan sekte di dalam agama. kondifikasi

madzhab yang bernama Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah itu sendiri belum terdengar

pada masa khulafa ar-rasyidin perpecahan perpecahan kubu Ali dan Muawiyah.

Hal ini justru malah menunjukan bahwa Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah pada masa

itu bukanlah suatu firqah atau madzhab Aqidah seperti sekte Islam yang telah

memecah-mecah jamaah seperti Syi’ah, Khawarîj dan sebagainya, tetapi Ahl Al-

Sunnah Wa Al-Jamāah sebagai thariqah atau jalan yang merupakan cara dan

tradisi keagamaan yang dijaga oleh para salaf dan ulama Islam.

Skripsi ini membahas tentang pandangan . Yang menjadi persoalan dalam

pembahasan kali ini adalah mengenai pandangan Said Aqil Siroj mengenai teologi

Islam, pemikiran tasawuf, dan perkembangan Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah bagi

Said Aqil Siroj, pembentukan firqah teologi Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah yang

5 Siroj, Ahlussunnah wal Jamaah. h. 87.

Page 19: AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber agama agar tidak

6

digawangi oleh Abu Hasan Al-Asy’āri, Mansur Al-Matūridi dan juga Ibn

Taimiyah yang mengkondifikasikan firqah Salafi menunjukan bahwa kondifikasi

Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah sebagai madzhab Aqidah dan teologi justru

belakangan, bukan pada masa awal Islam. maka Skripsi ini kami Beri judul: AHL

AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJ

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Dalam skripsi ini, penulis membatasi pada pembahasan mengenai Ahl Al-

Sunnah Wa Al-Jamāah Perspekktif Said Aqil Siroj. Oleh karena itu, pandangan-

pandangan mengenai objek studi lain tidak dibahas dalam skripsi ini karena

kurang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan.

Pembahasan yang akan diangkat yang berkaitan tentang Ahl Al-Sunnah Wa

Al-Jamāah Perspekktif Said Aqil Siroj. Agar pembahasan tidak melebar, maka

perlu dirumuskan sebagai berikut: bagaimana pandangan Said Aqil Siroj tentang

Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah Perspektif Said Aqil Siroj ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian skripsi ini adalah:

1. Tujuan ilmiah, yaitu untuk mengetahui dan mendalami materi Ahl Al-

Sunnah Wa Al-Jamāah Perspektif Said Aqil Siroj.

2. Tujuan akademik, yaitu untuk memenuhi tugas akademik yang merupakan

syarat dan kewajiban bagi setiap mahasiswa dalam rangka menyelesaikan

studi tingkat Sarjana program Strata Satu (S1) di Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ushuluddin, jurusan Aqidah dan

Filsafat Islam dengan gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Page 20: AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber agama agar tidak

7

D. Manfaat Penelitian

Dari penelitian skripsi ini dapat diambil manfaat sebagai berikut:

1. Untuk masyarakat

a. Mengetahui dan memahami secara mendalam mengenai

implementasi Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah dan

implementasinya dalam perkembangan pemikiran keislaman

di negara kita Indonesia.

2. Untuk akademisi

a. Sebagai tambahan untuk sumber bacaan tentang Ahl Al-

Sunnah Wa Al-Jamāah

b. Sebagai sumber rujukan mengenai kajian Ahl Al-Sunnah Wa

Al-Jamāah.

E. Tinjauan Pustaka

Berdasarkan hasil penelusuran, penulis menemukan beberapa tulisan yang

berkaitan dengan Said Aqil Siroj, antara lain:

Pertama, Pemikiran dan Aktivitas Dakwah prof. Aqil Siroj (skripsi, 2013)

ditulis oleh Luluatu Nasyiroh mahasiswa jurusan Komunikasi dan Penyiaran

Islam fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Skripsi ini membahas tentang konsep, aktivitas, dan unsur-unsur dakwah di

Indonesia dalam pandangan Said Aqil Siroj6

Kedua, Tasawuf dalam Pandangan Said Aqil Siroj (skripsi, 2015) ditulis

oleh Fajar Maulana mahasiswa Jurusan Filsafat Agama Fakultas Ushuluddin UIN

6 Luluatu Nasyiroh, “Pemikiran dan Aktivitas Dakwah Prof Said Aqil Siroj,” (Skripsi

Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN syarif Hidayutllah Jakarta, 2013).

Page 21: AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber agama agar tidak

8

Sunan Kalijaga Yogyakarta. Skripsi ini membahas tentang Tasawuf sebagai

disiplin keilmuan dalam Islam dan praktik Spritual.7

Ketiga, Samā dalam Tradisi Tasawuf,(Jurnal 2013) ditulis langsung oleh

Said Aqil Siroj dalam jurnal ISLAMICA Volume 7. No. 2, bulan Maret 2013.

Isinya tentang sekilas pemikiran Tasawuf yang meupakan salah satu pemikiran

Said Aqil Siroj dalam ilmu tasawuf.8

Keempat, Reaktualisasi Dakwah Wali Songo: Gerak Dakwah KH Said Aqil

Siroj dalam Menebar Islam Raḥmatal lil Ālamin (Jurnal 2018) ditulis oleh Lufaefi

yang dimuat di Jurnal AQLAM IAIN Manado yang berpusat pada pemikiran

dakwah Islam menurut Said Aqil Siroj, yang merupakan aplikasi dari Islam Ahl

al-Sunnah Wa al-Jamaãh yang damai dan toleran di bumi Nusantara.9

Adapun perbedaan kajian yang akan penulis tulis dengan hasil penelitian di

atas adalah pembahasan mengenai Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah Prespektif Said

Aqil Siroj. Dengan demikian, penelitian yang akan dilakukan oleh penulis

merupakan penelitian pertama yang membahas tentang pendapat Saiq Aqil Siroj

mengenai Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah.

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Pengkajian/penelitian ini dapat dikategorikan ke dalam penelitian library

research (studi kepustakaan), karena obyek penelitian ini adalah literatur, yaitu

7 Fajar Muhammad. “Tasawuf Dalam Pandangan Said Aqil Siroj,” (Skripsi Fakultas

Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 8 Said Aqil Siroj, “Sama’ Dalam Tradisi Tasawuf,” ISLAMICA, Volume 7. Nomor 2,

(Jakarta: Maret, 2013). 9 Lufaefi, “Reaktualisasi Dakwah Wali Songo: Gerak Dakwah KH Said Aqil SirojDalam

Menebar Islam Rahmatal lil Alamin,” AQLAM IAIN, (Manado: 2018).

Page 22: AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber agama agar tidak

9

mengusahakan sintesis atas buku dari karya Said Aqil Siroj sendiri, yaitu Ahl Al-

Sunnah Wa Al-Jamāah: Sebuah Kritik Historis. Penelitian ini bersifat analisis-

deskriptif-kritis yaitu dengan mengumpulkan data yang telah ada.

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini dibagi ke dalam dua bagian: data primer

dan data sekunder. Sumber data primernya berupa pemikiran Said Aqil Siroj, baik

yang dibukukan maupun tidak, seperti buku Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah:

Sebuah Kritik Historis. Sedangkan, sumber data sekundernya, yaitu semua buku

yang dianggap berkenaan dengan penelitian ini, baik itu secara langsung atau

tidak, terutama yang menyangkut tentang Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah

Prespektif Said Aqil Siroj.

3. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data

Kemudian data yang diperoleh akan diolah dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

a. Pengolahan data dengan cara editing, yaitu data-data yang telah dihimpun

diperiksa kembali secara cermat dari segi kelengkapan, keterbatasan,

kejelasan makna, dan pengertian, kesesuaian satu sama lain, relevansi, dan

keseragaman data.

b. Pengorganisasian data, yaitu pengaturan dan penyusunan data sedemikian

rupa, sehingga menghasilkan bahan-bahan untuk dideskripsikan.

c. Pengalisaan data yang telah terorganisir dengan merumuskan beberapa

pokok persoalan mengenai Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah. Kemudian, hasil

analisis ini diharapkan mampu menjawab beberapa pokok permasalahan

dalam penelitian ini.

Page 23: AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber agama agar tidak

10

4. Teknik Analisis Data

Setelah semuanya selesai, kemudian penulis menyajikan penelitian ini

dalam bentuk laporan atas hasil yang telah diperoleh dari penelitian tersebut.

Tentunya, dengan cara diskriptif-analisis, yaitu penulis berupaya memaparkan

secara jelas tentang hasil dari penelitian terhadap buku Ahl Al-Sunnah Wa Al-

Jamāah: Sebuah Kritik Historis.

G. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah bahasan tentang penulisan yang sistematis, maka

penulis menyusun ke dalam lima bab yang masing-masing terdiri dari sub-sub

bab, yaitu:

Bab I adalah pendahuluan. Bab ini berisi latar belakang masalah yang

menjadi alasan pelaksanaan penelitian ini, batasan dan rumusan masalah, tujuan

dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika

penulisan. Hal ini penting dibahas untuk memperjelas apa masalah yang diangkat,

di mana batas masalahnya, dan bagaimana rumusannya.

Bab II berisi gambaran umum mengenai pengertian teologi Islam,

perkembangan aliran-aliran teologi dalam Islam dan Teologi Ahl Al-Sunnah Wa

Al-Jamāah.

Bab III berisi tentang biografi KH. Said Aqil Siroj, baik riwayat singkatnya,

lingkungan hidupnya, masa kecilnya, pendidikan, dan karya-karyanya.

Bab IV berisi uraian pendapat Said Aqil Siroj tentang teologi Ahl Al-Sunnah

Wa Al-Jamāah mengenai Tauhid Sifatullah, Asy’ary, dan Mu’tazilah, selain itu

bagaimana pandangan Said Aqil Siroj tentang perselisihan Nahdatul Ulama,

Mu’tazilah, Wahabi dan Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah Prespektif Said Aqil Siroj.

Page 24: AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber agama agar tidak

11

Bab V adalah penutup. Bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran-saran.

Kesimpulan ini merupakan jawaban dari rumusan masalah. Sedangkan, saran-

saran berisi beberapa rekomendasi lanjutan tentang penelitian yang sudah

dilakukan serta memberikan kemungkinan lain untuk penelitian selanjutnya yang

berkaitan dengan Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah.

Page 25: AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber agama agar tidak

11

BAB II

SEJARAH PERKEMBANGAN TEOLOGI ISLAM

A. Pengertian Teologi Islam

Istilah teologi (theology) terdiri dari kata theos yang artinya Tuhan, dan logos

yang artinya ilmu (science, study, atau discourse).1 Fergilius Ferm, seorang ahli

ilmu agama mengatakan bahwa “The which concern God (or the Devintil Reality)

and Gods relation to the word” yang artinya Teologi adalah pemikiran sistematis

yang berhubungan dengan alam semesta. Kata teologi terdiri atas dua kata yaitu

Theos (Tuhan) dan Logos (ilmu).2 Oleh karena itu, kata teologi berarti ilmu Tuhan

atau ilmu tentang ketuhanan, yaitu ilmu yang membicarakan Zat Tuhan dari

segala seginya dan hubungannya dengan alam. Istilah teologi Islam sudah dikenal

sejak lama oleh para penulis Barat, seperti Tritton yang telah menulis karya yang

berjudul “Moslem Theology”3

Istilah Teologi Islam merupakan nama lain dari ilmu kalam yang diambil dari

bahasa Inggris, yaitu Theology. Teologi bisa tidak bercorak agama, tetapi

merupakan bagian dari filsafat atau philosophical theology, atau filsafat

ketuhanan. Teologi juga bisa bercorak agama sebagai suatu intellectual expression

of religion, atau keterangan tentang kata-kata agama yang bersifat pikiran.

Sebagaimana yang dikutip Willuam L. Reeae dari kata-kata William Ockham

yang mengatakan “theology to be a discipline resting on revealed truth and

independent of both philosophy and science” (Teologi merupakan disiplin ilmu

yang berbicara tentang kebenaran wahyu serta independensi filsafat dan ilmu

1Ahmad Hanafi, Teologi Islam: Ilmu Kalam, (Jakarta: Bulan Bintang, 2015), h. 5

2Ahmad Hanafi, Pengantar Teologi Islam, (Jakarta: Pusaka al-Husna, 1995), h. 58.

3Ghazali Munir, Tuhan, Manusia, dan Alam, (Semarang: Rasail, 2008),h. 22.

Page 26: AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber agama agar tidak

12

pengetahuan). Gove juga menyatakan bahwa teologi adalah penjelasan tentang

keimanan, perbuatan, dan pengalaman agama secara rasional.4

Teologi adalah ilmu yang membahas ajaran-ajaran dari suatu agama. Dalam

istilah Arab, ajaran-ajaran dasar tersebut disebut Uṣuluddīn. Oleh karena itu, buku

yang membahas soal-soal teologi dalam Islam diberi nama kitab al-Uṣūl al-Dīn.

Ajaran-ajaran tersebut disebut juga dengan akidah atau keyakinan. Mempelajari

teologi akan membuat seseorang lebih yakin dan memiliki landasan yang kuat

dalam menganut agamanya, sehingga seseorang tersebut tidak mudah terombang

ambing dalam beragama. Oleh karena itu, seseorang dalam beragama harus

didasari dengan akidah yang benar, yaitu dengan berpegang teguh kepada kitab

suci al-Qur‟ān dan Ḥadīs.

Teologi juga disebut ilmu Tauhid. Menurut Mulyono kata Tauhid berarti satu

atau esa, berasal dari kata waḥḥada yuwaḥḥidu tauhidan yang berarti mengesakan

atau menunggalkan. Ibnu Khaldȗn berpendapat bahwa kata Tauhid mengandung

arti keesaan Tuhan. Oleh karena itu, kata Tauhid mengandung makna keyakinan

atau meng-i‟tiqad-kan bahwa “Allah adalah satu.”5

Teologi adalah ilmu yang lebih mengutamakan pemahaman terhadap masalah-

masalah ketuhanan dalam pendekatannya yang rasional dari Tauhid yang bersama

syariat membentuk orientasi keagamaan yang lebih bersifat eksoteris.6 Terdapat

beberapa pendapat mengenai pengertian Teologi Islam. Aḥmad Fuad al-Aḥwani

berpendapat bahwa Teologi Islam adalah ilmu yang memperkuat akidah-akidah

agama Islam dengan menggunakan berbagai argumen rasional. Adapun

4Anwar Rosihon, Ilmu Kalam, (Bandung: Pusaka Setia, 2007), h. 14.

5Mulyono, Studi Ilmu Tauhid, (UIN MALIK PRESS, 2010), h. 14.

6Tsuroyo Kisawati, Peletak Dasar Teologi Rasional dalam Islam, (Jakarta: Erlangga), h.

34.

Page 27: AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber agama agar tidak

13

Muḥammad bin Alī al-Taẉanī berpendapat bahwa teologi Islam adalah ilmu yang

mampu menanamkan keyakinan beragama (Islam) terhadap orang lain dan

mampu menghilangkan keraguan dengan menggunakan argumentasi. Dari

beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa teologi adalah ilmu yang

menggunakan logika-logika di samping argumentasi-argumentasi naqliyah

berfungsi untuk mempertahankan keyakinan ajaran agama, yang sangat tampak

nilai-nilai ketuhanannya.

B. Perkembangan Aliran-Aliran Teologi Islam

Teologi Islam sudah ada pada masa sahabat yang disebabkan karena adanya

perbedaan pemahaman di antara mereka dan perbedaan nash yang sampai kepada

mereka. Selain itu, hal tersebut juga disebabkan karena perbedaan pandangan

mengenai dasar penetapan hukum dan berlainan tempat. Hal ini karena ketika

agama Islam telah tersebar ke berbagai penjuru dunia, banyak sahabat Nabi yang

telah pindah tempat dan berpencar ke berbagai negara. Hal tersebut membuat

kesempatan untuk bertukar pikiran atau bermusyawarah memecahkan suatu

masalah sukar dilaksanakan. Dapat dikatakan bahwa faktor yang menyebabkan

perbedaan pendapat di kalangan para sahabat di antaranya adalah perbedaan para

sahabat dalam memahami nash-nash al-Qur‟ān, perbedaan para sahabat yang

disebabkan karena perbedaan riwayat, dan perbedaan para sahabat di sebabkan

karena ra‟y.7

Antara teologi, filsafat, dan tasawuf sama-sama berusaha mencari kebenaran,

namun menggunakan metode yang berbeda. Tasawuf memperoleh kebenaran

sejati melalui mata hati, filsafat menghasilkan kebenaran spekulatif tentang semua

7Anwar Rosihon, Ilmu Kalam, h. 16.

Page 28: AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber agama agar tidak

14

yang ada, adapun ilmu kalam atau teologi ingin mengetahui kebenaran ajaran

agama melalui penalaran rasio lalu durujukkan kepada nash. Ketiganya

mendalami pencarian segala yang bersifat ghaib atau rahasia yang dianggap

sebagai kebenaran terjauh dimana tidak semua orang dapat menjangkaunya.8

Beberapa keterkaitan antara ilmu teologi Islam, filsafat, dan tasawuf dalam

objek kajian di antaranya adalah: objek kajian ilmu kalam adalah ketuhanan dan

segala sesuatu yang berkaitan dengan-Nya. Objek kajian filsafat adalah masalah

ketuhanan di samping masalah alam, manusia, dan segala sesuatu yang ada.

Sedangkan objek kajian tasawuf adalah Tuhan, yakni upaya-upaya pendekatan

terhadap-Nya. Dilihat dari objeknya, ketiga ilmu tersebut membahas tentang

ketuhanan. Baik ilmu kalam, filsafat, maupun tasawuf berurusan dengan hal yang

sama, yaitu kebenaran.

Adapun perbedaan antara ketiga ilmu tersebut terletak pada aspek

metodologinya. Ilmu kalam sebagai ilmu yang menggunakan logika (aqliyah

landasan pemahaman yang cenderung menggunakan metode berpikir filosofis)

dan argumentasi naqliyah yang berfungsi untuk mempertahankan keyakinan

ajaran agama. Pada dasarnya ilmu kalam menggunakan metode dialektika atau

dialog keagamaan. Filsafat adalah sebuah ilmu yang digunakan untuk

memperoleh kebenaran rasional. Filsafat menghampiri kebenaran dengan cara

menuangkan akal budi secara radikal (mengakar) dan integral (menyeluruh) serta

universal (mendalam) dan terikat logika. Adapun ilmu tasawuf adalah ilmu yang

lebih menekankan rasa daripada rasio. Ilmu tasawuf bersifat sangat subjektif,

yakni sangat berkaitan dengan pengalaman seseorang. Metode ilmu tasawuf

8Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran-aliran, Sejarah, Analisa,dan Perbandingan,

(Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia,1986) h. 11-12

Page 29: AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber agama agar tidak

15

adalah intuisi, atau ilham atau inspirasi yang datang dari Tuhan. Kebenaran yang

dihasilkan ilmu tasawuf dikenal dengan istilah kebenaran ḥuḍurī, yaitu suatu

kebenaran yang objeknya datang dari subjek sendiri.

Maka disini penulis akan menguraikan mengenai aliran-aliran kalam dalam

Islam, yaitu: aliran Khawarîj, Murji‟āh, Qãdariah, Jabariãh , Mu‟tazilah Al-

Asy‟ārī, dan Maturidiah.

1. Aliran Khawarîj

Nama Khawarîj berasal dari kata kharaja yang berarti keluar. Nama itu

diberikan kepada mereka, karena mereka keluar dari barisan Alī Ibn Ṭalīb, dan

mereka terdiri atas pengikut-pengikut Alī Ibn Ṭalīb yang meninggalkan

barisannya, karena tidak sependapat dengan sikap Alī Ibn Ṭalīb dalam menerima

arbitrase sebagai jalan untuk mneyelesaikan persengketaan tentang khalifah

dengan Mu‟āwiyah Ibn Abī Sufyān. Tetapi ada juga pendapat yang menjelaskan

bahwa pemberian sebuah nama itu di dasarkan pada ayat 100 dari surat Al-Nisa;

yang dalamnya disebutkan: “keluar dari rumah lari kepada Allah dan Rasulnya”.

Dengan demikian kaum Khawarîj melihat diri mereka seperti orang yang

meninggalkan rumah dari mereka sebagai orang yang meninggalkan rumah dari

kampung halamannya untuk mengabdi diri kepada Allah dan Rasul-Nya.9

Nama lain yang diberikan kepada mereka ialah Haruriah. Dari kata Harura,

selanjutnya mereka menyebut diri mereka Syurah, yang berasal dari kata yasyri

(menjual), sebagaimana disebutkan dalam ayat 207 dari surat Al-Baqarah: “ada

manusia yang menjual dirinya untuk mendapat keridhaan Allah”. Maksudnya,

mereka adalah orang yang bersedia mengorbankan dirinya untuk Allah. Satu desa

9Harun Nasution, Teologi Islam, (Jakarta: UI-Press, 2011), h. 13

Page 30: AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber agama agar tidak

16

yang terletak di Kufah, di Irak. Di tempat inilah mereka, yang pada waktu itu

berjumlah dua belas ribu orang, berkumpul setelah memisahkan diri dari Alī Ibn

Ṭalīb. Disini mereka memilih „Abdullah Ibn Abī Wahb al-Raṣidī menjadi imam

mereka sebagai ganti dari Alī Ibn Ṭalīb. Dalam peperangan dengan kekuatan Alī

Ibn Ṭalīb mereka mengalami kekalahan besar, tetapi akhirnya seorang kelompok

dari Khawarîj yang bernama „Abd Al-Raḥman Ibn Muljam dapat membunuh

langsung Alī Ibn Ṭalīb.10

Pemegang-pemegang kekuasaan yang ada pada saat itu mereka anggap telah

menyalahi dari Islam dan oleh sebab itu harus di tentang dan dijatuhkan atau di

bunuh. Sebenarnya Khawarîj telah mengalami kekalahan, namun kaum Khawarîj

masih menyusun barisan kembali dan meneruskan perlawanan kepada kekuatan

Islam resmi baik di zaman Dinasti Bani Umayyah maupun di zaman Dinasti

Abbasiyah.11

Mereka lebih bersifat demokratis, sebab menurut pendapat mereka sendiri

terkait Khalifah atau Imam harus dipilih secara bebas oleh semua umat Islam.

Dalam dunia ketatanegaraan mereka memang agak mempunyai paham yang

berbeda dengan paham yang ada pada saat itu. Mereka berpendapat bahwa yang

berhak menjadi Khalifah bukanlah anggota dari suku Quraisy saja, bahkan juga

bukan hanya orang Arab, akan tetapi siapa saja yang sanggup bersikap adil dan

menjalankan sya‟riat Islam. Namun kalau ia menyeleweng dari ajaran-ajaran

Islam, ia wajib di jatuhkan atau di bunuh. Bahwa kedua Khalifah ini di angkat dan

bahwa keduanya tidak menyeleweng dari ajaran Islam, mereka akui, tetapi

„Utsman Ibn „Affān mereka anggap telah menyeleweng dari ajaran Islam mulai

10

Harun Nasution, Teologi Islam, h. 13. 11

Harun Nasution, Teologi Islam, h. 13.

Page 31: AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber agama agar tidak

17

dari tahun ke tujuh dari masa Khalifahnya, dan Alī Ibn Ṭalīb juga mereka anggap

menyeleweng sesudah peristiwa arbitrase tersebut. Dalam hubungan ini, Khalifah

atau pemerintahan Abȗ Bakar dan „Umar îbn Al-Khaṭṭab secara keseluruhan dapat

mereka terima.12

2. Aliran Murji’ãh

Aliran Murji‟ah adalah gologan dalam Islam yang muncul dari golongan yang

tak sepaham dengan Khawarîj. Ini tercermin dari ajarannya yang bertolak

belakang dengan Khawarîj. Pengertian Murji‟ah berasal dari kata Arja‟a yang

artinya menunda atau menangguhkan keputusan atas perbuatan seseorang sampain

di pengadilan Allah SWT kelak. Jadi, mereka tak mengkafirkan seorang muslim

yang berdosa besar, sebab yang berhak untuk menjatuhkan hukuman dosa besar

hanyalah Allah SWT. Aliran ini muncul sama-sama di faktorin akibat menentang

kekuasaan Bani Umayyah, tetapi dengan motif yang berbeda. Kalau Khawarîj

menentang dengan motif mereka menyeleweng dari ajaran Islam, sedangkan

murji‟ah telah dianggap merampas kekuasaan dari „Alī Ibn Ṭalīb dan

keturunannya.

Aliran Murji‟āh pada mulanya ditimbulkan oleh persoalan politik, jelasnya

persoalan Khilafah yang membuat perpecahan di kalangan umat Islam, setelah

„Usman Ibn „Affān mati terbunuh. Seperti telah dilihat, kaum Khawarîj, pada

dasasarnya adalah penyokong Alī Ibn Ṭalīb bertambah keras dan kuat

membelahnyadan akhirnya mereka merupakan satu golongan lain dalam Islam

yang dikenal dengan nam Syi‟ah. Kefanatikan golongan ini kepada Alī Ibn Ṭalīb

bertambah keras setelah ia mati terbunuh juga. Aliran Khawarîj dan Syi‟ah

12

Harun Nasution, Teologi Islam, h. 14.

Page 32: AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber agama agar tidak

18

sesungguhnya merupakan golongan yang bermusuhan sama-sama menantang

kekuasaan Bani Umayyah, tetapi dengan motif yang berbeda. Kalau Khawarîj

menantang dinasti ini disebabkan karena merka melanggar dari ajaaran-ajaran

Islam, sedangkan Syi‟ah menentang, sebab meneurut Syi‟ah sendiri melihat

mereka merampas kekuasaan dari Alī Ibn Ṭalīb dan keturunannya.13

Dengan demikian aliran Murji‟ãh pada mulanya juga disebabkan oleh

persoalan politik, lebih jelasnya persoalan Khilafah. Menurut Harun Nasution ,

kaum ini juga sebenarnya sama dengan aliran Khawarîj, intinya sama-sama

menentang kekuasaan Bani Umayyah.

Pada mulanya kaum Murji‟āh tidak mau ikut campur dalam pertentangan-

pertentangan yang terjadi saat itu dan mengambil sikap menyerahkan menentukan

hukum kafir atau tidak kafirnya orang-orang yang bertentangan itu kepada

Tuhan.14

Kalau aliran Khawarîj menjtuhkan hukum kafir bagi orang yang berbuat

dosa besar, sedangkan kalau Murji‟ãh menjatuhkan hukum Mukmin bagi oranng

yang serupa itu. Adapun tentang dosa besar yang mereka buat, itu ditunda

penyelesainnya ke hari perhitunga Tuhan. Dari ruang politik mereka segera

pindah juga ke ruang teologi. Masalah dosa besar yang ditimbulkan aliran

Khawarîj, mau tidak mau menjadi bahan perhatian dan pembahasan juga bagi

mereka. Argumentasi yang mereka ajukan dalam hal ini ialah bahwa orangIslam

yang berdosa besar tetap mengakui, bahwa tida Tuhan selain Allah dan bahwa

Nabi Muhammad adalah Rasul-Nya. Dengan kata lain orang serupa itu tetap

mengucapkan kata syahadat yang menjadi dasar utama dari iman. Oleh karena itu

13

Harun Nasution, Teologi Islam, h. 24. 14

Harun Nasution, Teologi Islam, h. 24.

Page 33: AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber agama agar tidak

19

orang yang berdosa besar menurut pendapat golongan ini tetap Mukmin dan

bukan Kafir.15

3. Aliran Qãdariah dan Jabariãh

Aliran Qãdariah dan Murji‟āh dilihat dari sejarah kelahirannya dan

pemikirannya merupakan golongan ketiga setelah Murji‟āh. Nama Qãdariah

berasal dari pengertian bahwa manusia mempnyai Qudrah atau kekuatan

melakukan kehendaknya, dan bukan berasal dari pengertian bahwa manusia

terpaksa tunduk pada qadar, sebab Qãdariah berpandangan bahwa manusia

mempunyai kemerdekaan dan kebebasan dalam memutuskan perjalanan

hidupnya. Menurut golongan Qãdariah manusia mempunyai kebebasan dan

kekuatan sendiri untuk mewujudkan perbuatan-perbuatannya.16

Nama Jabariãh berasal dari kata jabara yang mengandung arti memaksa.

Memang dalam paham ini terdappat aliran bahwa manusia mengerjakan

perbuatannya dalam keadaan terpaksa dalam istilah inggris disebut Fatalism.

Perbuatan-perbuatan manusia sudah ditentukan dari semula oleh qadha dan

qadhar Tuhan. Jabariãh berpandangan sebaliknya aliran Qãdariah yaitu

bahwa manusia tidak mempunyai kekuatan dalam menentukan kehendak dan

perbutannya. Manusia dalam golongan ini terikat pada kehendak mutlak

Tuhan.17

Selanjutnya terkait pemikiran dari aliran ini, yang terkenal didalamnya

ialah bahwa Fatalisme kepasrahan total yang mengagap manusia tidak dapat

melakukan apa-apa, tidak memiliki daya dan dipaksa berbuat oleh Allah.

Sedangkan kalau dilihat dari historinya penulis juga mengambil kesimpulan

15

Harun Nasution, Teologi Islam, h. 25. 16

Harun Nasution, Teologi Islam, h. 33. 17

Harun Nasution, Teologi Islam, h. 33.

Page 34: AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber agama agar tidak

20

bahwa golongan ini adalah suatu aliran yang percaya bahwa segala perbuatan

manusia tidak tidak di intervensi oleh Tuhan. Jadi setiap orang adalah

penciptanya18

4. Aliran Mu’tazilah

Golongan Mu‟tazilah yang gampang kita kenal dengan penganut rasionalis

Islam, dan nantinya lahir golonga Asya‟āri yang mana golongan ini, yang akan

menjadi lawan pemikiran-pemikiran teologi Mu‟tazilah tersebut.19

Wāṣil selalu ikut pelajaran yang diajarkan Ḥasan Al-Baṣrī di Masjid Basrah.

Pada suatu hari datang orang bertanya mengenai pendapatnya tentang orang yang

berdosa besar. Sebagaimana diketahui aliran Khawarîj berpendapat mereka kafir

sedangkan kaum Murji‟āh berpendapat merak Mukmin. Disaat Ḥasan Al-Baṣrī

masih berpikir, lalu wasil berpendapat sendiri dengan mengatakan: “bahwa orang

yang berdosa besar bukanlah Mukmin dan bukanlah kafir.” Tetapi mengambil

posisi diantara keduanya: Tidak mukmin dan tidak kafir. Kemudian ia berdiri dan

menjauhkan diri dari Ḥasan Al-Baṣrī pergi ke tempat lain di Masjid; disana ia

mengulangi pendapatnya kembali. Atas kejadian itu Ḥasan Al-Baṣrī

menyebutkan: “Wāṣil menjauhkan diri dari kita (i‟tazala „anna).” Dengan

demikian ia serta temennya, kata Al-Syaḥrastānī, disebut kaum Mu‟tazilah.

Berbagai analisa yang diberikan tentang pemberia nama Mu‟tazilah kepada

mereka. Uraian yang biasa disebut buku-buku Ilm Al-Kalam berpusat pada

peristiwa yang terjadi antara Wasîl Ibn „Atā‟ serta temannya “Amr Ibn „Ubaid dan

Ḥasan Al-Baṣrī di Basrah.20

18

Harun Nasution, Teologi Islam, h. 33. 19

Harun Nasution, Teologi Islam, h. 40. 20

Harun Nasution, Teologi Islam, h. 40.

Page 35: AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber agama agar tidak

21

Menurut pandangan Harun Nasution bahwa aliran Mu‟tazilah ialah paham

yang lebih mengedepankan akal daripada Wahyu, yang bersifat rasional. Pendiri

Mu‟tazilah ialah Wasil Ibn „Ata‟

Lima ajaran dasar yang terkenal dalam kaum Mu‟tazilah yaitu: At;Tawhīd, Al-

Wa‟du wa Al-wa‟īd, Al-Manzila baīn Al-Manzilatain, dan Al-Amr bī Al-Ma‟rȗf

serta Al-Nahy‟ān Al-Munkar.21

Adapun dasar ajaran pertama bertujuan menjunjung tingggi kemurnian paham

kemahaesaan Tuhan, maka merak menyatakan Tuhan tidak mempunyai sifat, dan

hanya mempunyai esensi. Sedangkan yang dimaksud dengan Al-Wa‟ād wa Al-

Waīd adalah bahwa Tuhan akan menepati janji baik dan ancamannya. Kalau itu

tidak ditepati, Tuhan bisa dikatakan bisa bersifat tidak adil. Sedangkan dengan

yang dimaksud dengan Al-Manzila baîn Al-Manzilataîn, dan ini hubungannya erat

dengan faham adilnya Tuhan. Al-Al-Amr bī Al-Ma‟rȗf wa Al-Nahy‟ān Al-Munkār

mengandung arti keajaiban menyuruh melakukan kebaikan dan melarang

melakukan kejahatan. Dan ketika abad kesembilan kaum Mu‟tazilah memperoleh

tantangan keras dari umat Islam lainnya, sebab mereka memaksakan faham-faham

mereka dengan memakai cara kekerasan pada umat Islam yang ada saat itu.22

5. Al-Asy’āriyyah

Al-Asy‟āriyyah paham yang timbul sebagai reaksi terhadap paham-paham

golongan Mu‟tazilah, yang sebenarnya pendiri dari Al-Asy‟āriyyah ialah Al-

Asy‟āri yang sebelumnya merupakan salah satu tokoh dari kaum Mu‟tazilah juga.

Pada suatu malam Al-Asy‟āri bermimpi ketemu Nabi Muḥammad SAW,

menagtakan padanya bahwa Mazhab ahli Ḥadīslah yang benar, dan perlu

21

Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI-Press, 1984), h.

39. 22

Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, h. 39.

Page 36: AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber agama agar tidak

22

diketahui kalau Madzhab Mu‟tazilah itu sebenarnya salah. Tetapi oleh karena

yang begitu jelas menurutnya, Al-Asy‟āri, sebenarnya sudah puluhan tahun

menganut paham Mu‟tazilah, maka akhirnya meninggalkan ajaran golongan

Mu‟tazilah. Karena beliau berdebat dengan gurunya Al-Jubba‟i dan dalam

perdebatan itu gurunya tak dapat menjawab tantangan muridnya.23

Lalu Al-Asy‟āri mengasingkan diri dari rumahnya selam lima belas hari untuk

merenungkan ajaran-ajaran Mu‟tazilah tersebut. Setelah itu ia keluar dari rumah,

pergi ke Masjid, lalu naik ke mimbar dan mengatakan: kepada semua jamaah

yang hadir pada waktu itu, bahwa beliau selama mengasingkan diri beliau berfikir

tentang dalil-dalil yang diberikan masing-masing golongan dan menurutnya

semuanya sama-sama kuat, namun beliau lantas mengambil jalan tengahnya, ia

bermunajat kepada Allah, dan atas petunjuk Allah ia meninggalkan ajaran-ajaran

lamanya dan menganut ajaran-ajaran baru (Al-Asy‟āriyyah).24

Ajaran Al-Asy‟āriah muncul atas keberania Abȗ Ḥasan Al-Asy‟āri yang

menentang paham Mu‟tazilah. Menurut Ibn Asakir, yang melatar belakangi Al-

Asy‟ārī meninggalkan paham Mu‟tazilah karena adanya keraguan ketika dia

mempertanyakan hal-hal tentang Mukmin dewasa, anak-anak, kaum kafir kepada

al-Jubba‟i. Ajaran-ajaran Al-Asy‟ārī dianataranya:25

a. Tuhan dan Sifat-Sifat-Nya

b. Qadimnya al-Qur‟ān

c. Melihat Allah

d. Kebebasan dalam berkehendak

e. Akal dan Wahyu

23

Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, h. 66. 24

Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, h. 66. 25

Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, h. 67.

Page 37: AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber agama agar tidak

23

f. Keadilann

g. Kedudukan orang yang berdosa

6. Aliran Maturidiyyah

Aliran Maturidiyyah merupakan aliran terakhir dari semua aliran-aliran kalam,

kaum ini ialah salah satu paham yang menganut ideologi Ahli Sunnah.

Ia adalah pengikut Abu Ḥanīfah dan paham-paham teologinya banyak

persamaannya dengan paham-paham yang dimajukan Abu Manṣȗr. Sistem

emikiran yang dimunculkan oleh Abu Hanifah termasuk dalam golongan teologi

Ahlu Sunnah Wa Jama‟ah yang dikenal dengan nama al-Māturīdī . Abu Manṣȗr

Muḥammad Ibn Muḥammad Ibn Muḥammad al-Māturīdī dilahirkan di kota

Samarkand pada pertengahan kedua dari abad kesembilan Masehi dan meninggal

di tahun 994 M. Tak banyak mengetahui mengenai riwayat hidupnya.26

Al-Māturīdī banyak juga memakai akal dalam sistem teologiny. Karena

mereka pengikut Abȗ Ḥanīfah, yang banyak memakai akal dalam kacamata

keagamaannya. Ajaran-ajaran Māturidiyyah ada enam yaitu:

1. Tentang Sifat Tuhan

2. Perbuatan Manusia

3. Al-Ṣalaḥ wa Al-Aṣlaḥ

4. Kedudukan Orang yang Berdosa Besar

5. Keadilan Tuhan

6. Anthropomorphisme27

Menerut Harun Nasution bahwa ajaran Maturidiah banyak memakai akal

dalam sistem teologinya.

26

Harun Nasution, Akal dan Wahyu Dalam Islam,Jakarta: UI Press, 2011. h. 76. 27

Harun Nasution, Teologi Islam, h. 78

Page 38: AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber agama agar tidak

24

C. Teologi Ahl al-Sunnah Wa al-Jamaãh

Secara etimologi, istilah Ahl al-Sunnah Wa al-Jamaãh berarti golongan yang

senantiasa mengikuti jejak hidup Rasulullah SAW. dan jalan hidup para

sahabatnya. Atau golongan yang berpegang teguh pada sunnah Rasul dan sunnah

para sahabat, khususnya sahabat empat yaitu Abȗ Bakar as-Siddīq, Umar bin

Khattāb, Utsman bin Affān, Alī bin Abī Ṭālib. Ahl al-Sunnah Wa al-Jamaãh

adalah mereka yang mengikuti sunnah Nabi Muhammad dan sunnah sahabat-

sahabatnya. Kata ahl al-sunnah mempunyai dua makna. Pertama, mengikuti

sunnah-sunnah dan atsar-atsar yang datangnya dari Rasulullah SAW. dan para

sahabat, menekuninya, memisahkan yang shahih dari yang cacat dan

melaksanakan apa yang diwajibkan dari perkataan dan perbuatan dalam masalah

akidah dan ahkam. Makna yang kedua lebih khusus dari makna yang pertama,

yaitu yang dijelaskan oleh sebagian ulama dimana mereka menamakan kitab

mereka dengan nama as-Sunnah. Kedua makna itu menunjukkan bahwa

madzahab Ahl al-Sunnah merupakan kelanjutan dari apa yang pernah dilakukan

Rasulullah dan para sahabat. Adapun penamaan Ahl al-Sunnah Wa al-Jamaãh

muncul setelah terjadinya fitnah ketika awal munculnya aliran-aliran.28

Prinsip ajaran Ahl al-Sunnah Wa al-Jamaãh di antaranya adalah tawassuth,

tawazun, i‟tidal dan iqtishad. Tawassuth artinya adalah menyelaraskan antara dua

sumber nash dan penalaran. Ahl al-Sunnah Wa al-Jamaãh berlandaskan pada

nash, baik al-Qur‟ān maupun Sunnah dengan pendekatan yang dapat memuaskan

tuntutan penalaran dan tanpa penjabaran yang terlalu jauh terhadap makna yang

tersurat dari bunyi teks. Kemudian Tawazun mengandung arti selalu

28

Siradjuddin Abbas, I‟tiqad Ahlussunnah Wal-Jama‟ah, (Jakarta: Pustaka Tarbiyah,

2008), h. 59.

Page 39: AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber agama agar tidak

25

mempertimbangkan kebenaran sebuah sumber. Begitu pun dalam melakukan

penalaran, harus tetap mengacu pada syarat-syarat tertentu sehingga bisa terhindar

dari kesalahan penalaran.29

Adapun i‟tidal mempunyai arti tegak, lepas dari

penyimpangan ke kanan dan ke kiri, dan tidak condong pada kehendak hati.

Selanjutnya, iqtishad mempunyai arti sederhana, tidak berlebihan dan mudah

dipahami.30

Konsep ajaran Ahl al-Sunnah Wa al-Jamaãh:

1. Dalam bidang Akidah

a. Keseimbangan (Tawazzun) antara penggunaan dalil aqli dengan dalil

naqli (nash al-Qur‟ān dan ḥadīs Nabi) serta berusaha sekuat tenaga

menjaga kemurnian aqidah islam dari segala campuran aqidah dari luar

Islam. Misalnya: dalam memahami ayat yadullahu. Secara harfiyah

ayat tersebut mengandung makna bahwa Allah mempunyai tangan.

Sedangkan menurut dalil aqli hal terseebut sangat tidak mungkin

(mustahil). Maka dalam hal ini faham Ahl al-Sunnah Wa al-Jamaãh

berpendapat bahwa kata yadullah tidak diartikan secara harfiyah, tetapi

harus ditakwil dengan arti kekuasaan.

b. Dalam memahami konsep takdir, Ahl al-Sunnah Wa al-Jamaãh

mengambil jalan tengan (tawassuth) dengan tetap percaya bahwa

segala sesuatu yang terjadi adalah atas ketentuan dan takdir Allah,

akan tetapi manusia tetap berkewajiban untuk selalu berikhtiyar.31

2. Dalam bidang Syari‟ah

29

Tim Penulis PCLP, Maarif NU Lamongan, Pendidikan ASWAJA & Ke-NU-an,

(Lamongan: Lembaga Pendidikan Maarif NU cabang Lamongan, 2011), h. 23. 30

Tim Penulis PCLP, Maarif NU Lamongan, Pendidikan ASWAJA & Ke-NU-an, h. 24. 31

Tim Penulis PCLP, Maarif NU Lamongan, Pendidikan ASWAJA & Ke-NU-an, h. 11.

Page 40: AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber agama agar tidak

26

a. Selalu berpegang teguh pada al-Qur‟ān dan al-Sunnah dengan

menggunakan metode pemahaman yang dapat

dipertanggungjawabkan. Artinya dalam menetapkan hukum

syariah dan pengamalan ajaran-ajaran agama, faham Ahl al-Sunnah

Wa al-Jamaãh menjadikan al-Qur‟ān dan as-Sunnah sebagai

sumber utama. Namun menyadari bahwa untuk memahami kedua

sumber utama tersebut secara langsung tidaklah mudah, sehingga

mereka menyandarkan diri pada hasil ijtihad dan bimbingan para

ulama.

b. Apabila dalam ajaran agama sudah ada dalil nash sharih (jelas) dan

qathi‟ (pasti), faham Ahl al-Sunnah Wa al-Jamaãh menjalankannya

dengan sungguh-sungguh dan tanpa ragu-ragu.

c. Mentolelir perbedaan pendapat tentang maslah-maslah furu‟iyah

dan mu‟amalah ijtima‟iyah selama masih tidak bertentangan

dengan prinsip agama.

3. Dalam bidang Akhlak/Tasawuf

a. Bagi penganut faham Ahl al-Sunnah Wa al-Jamaãh, tasawuf adalah

inti sari pengalaman dan penghayatan ajaran-ajaran islam dalam

rangka mencapai hakikat kebenaran (haqiqatul haqaiq). Tasawuf

merupakan aspek ajaran Islam yang tidak terpisahkan dengan aspek

akidah dan syari„ah. Bahkan dalam bertasawuf seseorang harus

mendahulukan syari„ah, karena seseorang tidak akan dapat

mencapai hakikat kebenaran tanpa melalui syari„ah.

Page 41: AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber agama agar tidak

27

b. Tasawuf sebenarnya memberikan motivasi untuk selalu dinamis

dalam mencari kebahagian dunia dan akhirat. Kehidupan tasawuf

merupakan suatu perubahan jiwa (al-tsaurah al-ruhaniyah),

sehingga jika seseorang benar-benar berjalan pada rel tasawuf yang

lurus, maka profesi dan karir duniawiyahnya tidak akan terhambat.

c. Inti ajaran tasawuf adalah penyucian hati dan pembentukan sikap

mental yang sebaik-baiknya dalam menghambakan diri kepada

Allah SWT, dengan selalu sadar bahwa diri ini selalu berada di

bawah pengawasan-Nya. Untuk itu, sah satu cara yang ditempuh

adalah melalui thariqah yang benar (mu‟tabarah) dibawah

bimbingan dan petunjuk ulama (mursyid) yang dapat

dipertanggung jawabkan.

Page 42: AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber agama agar tidak

28

BAB III

BIOGRAFI KH. SAID AQIL SIROJ

A. Biografi Said Aqil Siroj

Said Aqil Siroj adalah seorang tokoh ulama yang disegani di Indonesia.

Kecerdasan dan juga wibawanya membuat masyarakat tertarik untuk menjadi

murid dan mendengar petuahnya. Said Aqil Siroj sering dipanggil sebagai Kyai

Said atau Abuya oleh para murid-muridnya. Ia lahir di Pondok Pesantren

Kempek, Cirebon, Jawa Barat, Indonesia, 3 Juli 19531. Kedudukannya yang

sekarang adalah sebagai Ketua Umum (Tanfidziyah) Pengurus Besar Nahdlatul

'Ulama periode 2010-2020 dan salah satu anggota dewan pengarah Badan

Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP)

Tidak Sedikit orang memuji keilmuan Said Aqil Siroj dan menjulukinya

sebagai ulama sekaligus akademisi. Pengetahuannya terhadap kitab-kitab primer

keilmuan Islam dan juga ketajamannya dalam membaca situasi masyarakat,

membuat Said Aqil Siroj menjadi tempat untuk konsultasi dari para tokoh politik

dan cendekiawan. Ketika bangsa Indonesia baru saja menyelesaikan perang

kemerdekaan 1949 dan mulai memasuki masa yang damai, senyum bahagia

terlihat dikeluarga Said Aqil Siroj. Tepat pada hari Jumat 3 Juli 1953, Pengasuh

Pesantren Kempek itu dianugerahi seorang bayi laki-laki, yang kemudian diberi

nama Said. Ia adalah putra kedua dari 5 bersaudara: Ja'far Shodiq Aqil Siroj,

Musthofa Aqil Siroj, Aḥsin Syifa Aqil Siroj dan Ni‟amillah Aqil Siroj. Hasil

1Said Aqil Siroj, Marifatullah: Pandangan Agama-Agama, Tradisi dan Filsafat, (Jakarta:

ELSAS, 2003), h. 94

Page 43: AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber agama agar tidak

29

pernikahan dari KH Aqil Siroj dengan Hj. Afifah Harun. Secara silsilah, Kyai

Said Aqil Siroj masih keturunan Sunan Gunung Jati.2

Berikut Silsilah Said Aqil Siroj yang dimuat dari situs resmi Nahdlatul

Ulama3

2Mohammad Dawam Sukardi, NU Sejak Lahir (Dari Pesantren Untuk Bangsa: Kado

Buat Kyai Said, (Jakarta: SAS Centre, 2010), h 32 3 http://laduni.id/post/read/1025/riwayat-hidup-kh-said-aqil-siradj.html diakses 26/11/18

Muḥammad Rasulullah SAW

SAW

Alī Fāṭimah Az-Zahra

Muḥammad An-Naqib

Ali ‘Uraiḍi bin Ja’far Ṣadiq

Huseīn bin Alī

M. Al Baqir Alī Zainal Abidin

Isa Ar-Rῡmī

Aḥmad Al-Muhajir

M. Ṣohibus Saumi’ah

Alawi Awwal bin Ubaidillah

Alawi Atsani

M. Ṣohib Mirbat Ali Kholi’ Qosam

Page 44: AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber agama agar tidak

30

Alawi Ammil Faqih

Abdul Malik Al-Muhajir

Abdullah Khan

Maulana Syarif Hidayatullah

Abdullah

Jamaludin Akbar Khan

Alī Nῡrul Alām

Sultan Maulana Hasanuddin

Sultan Maulana Yusuf

Sultan maulana Mansur

Tubagus Ibrahim

Abdul Mufakir

KH. Mutasim

KH. Alī

KH. Nuruddin

KH. Said Gedongan

KH. Siradj

Page 45: AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber agama agar tidak

31

Sejak kecil Said Aqil Siroj tumbuh dalam tradisi Islam klasik yang ia dapat

dari Pesanten yang diasuh oleh ayahnya, yaitu Pondok Pesantren Tarbiyatul

Mubtadi‟ien yang berjuluk “Pesantren Kempek”. Ia digembleng dengan ilmu-ilmu

agama dibawah asuhan ayahnya, yaitu Kyai Aqil Siroj. Disiplin yang tinggi

terhadapnya, membuat Said kecil mempelajari ilmu-ilmu dasar keislaman. Kyai

Aqil ( Ayah Said ) juga merupakan putra Kyai Siroj, beliau masih keturunan Kyai

Muhammad Said Gedongan. Sedangkan Kyai Said Gedongan, diyakini sebagai

salah satu ulama besar di daerahnya dan turut berjuang melawan penjajah

Kolonial.4

Said Aqil Siroj menggambarkan masa kecilnya jauh dari kegemerlapan dan

kemewahan, walaupun ayahnya seorang ulama terpandang di kampungnya. Beliau

pernah bercerita tentang ingatannya tentang sang ayah yang bersahaja dan

sederhana: “Ayah saya hanya memiliki sepeda ontel, beli rokokpun kadang tak

mampu. Dulu setelah ayah memanen kacang hijau, pergilah ia ke pasar Cirebon.

Zaman dulu yang namanya mobil transportasi itu sangat jarang dan hanya ada

pada jam-jam tertentu,” kata beliau.5

B. Pendidikan

Rekam jejak pendidikan dan studinya diawali dari mengaji secar tradisional

di Pesantren ayahnya. Sembari mengaji dibawah bimbingan ayahnya, Kyai Said

Aqil Siroj sambil Sekolah Rakyat (SD). Setelah itu Said Aqil kecil meneruskan

4Ahmad Musthofa Haroen, Meneguhkan Islam Nusantara; Biografi Pemikiran dan

Kiprah Kebangsaan Prof. Dr.KH Said Aqil Siradj MA (Surabaya: Khalista, 2015). H. 25 5Ahmad Musthofa Haroen, Meneguhkan Islam Nusantara, h. 25

KH. Agil

KH. Said Aqil Siroj

Page 46: AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber agama agar tidak

32

studi ke Pesantren Lirboyo di Kediri, Jawa Timur. Di Lirboyo Said Aqil Siraj

digembleng oleh KH Marzuki Dahlan, Kyai Muzajjad Nganjuk dan terutama oleh

KH Mahrus Ali.

Kyai Mahrus Ali adalah tokoh besar dalam silsilah Ulama Nusantara. Beliau

terkenal dikalangan para ulama dan tokoh sebagai wali yang memiliki karomah

dan keberkahan. Di masa mudanya, ia adalah seorang pejuang kemerdekaan yang

tergabung dalam Barisan Laskar Sabilillah, Berkat asuhan tangan Kyai Ali

Mahrus, pesantren Lirboyo menjadi Pesantren besar yang didatangi oleh para

santri dari berbagai penjuru daerah. dan guru dari para ulama besar di Indonesia,

salah satunya adalah Abdurrahman Wahid alias Gus Dur dan Musṭafa Biṣri alias

yang pernah berguru dengan beliau. Kyai Mahrus Ali masih memiliki hubungan

kekeluargaan dengan keluarga Said Aqil Siroj, sehingga ayah Said Aqil Siroj

menitipkan anaknya kepada Kyai Mahrus Ali agar bisa belajar ilmu-ilmu agama

secara lebih mendalam. Pada akhirnya Said Aqil berhasil menyelesaikan studinya

hingga tingkat Madrasah Aliyah (SMU).6

Said Aqil Siroj melepas masa lajangnya dengan menikahi Nur Hayati Abdur

Qodir, seorang gadis yang merupakan tetangga desanya. Dia mengenal Nur

Hayati di Cirebon dan kemudian keduanya memutuskan untuk menikah pada

tanggal 13 Juli 1977. Dari pasangan ini, Said Aqil Siroj dan Nurhayati akan

mendapat anugrah anak yaitu: Muḥammad Said Aqil, Aqil Said Aqil, Nisrin Said

Aaqil, Rihab Said Aqil. Keempat anaknya dilahirkan ketika Said Aqil Siroj

6Syamsul Munir, Karomah Para Kyai, (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2008) h. 112

Page 47: AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber agama agar tidak

33

melanjutkan studi ke Universitas Umm al-Qura, Makkah, ia berada di Saudi

Arabia hingga tahun 1994.7

Setelah lulus Aliyah Said Aqil Siroj mendaftar ke Universitas Tribakti

Lirboyo. Namun karena beberapa alasan, ia kemudian pindah ke IAIN Sunan

Kalijaga. Di IAIN, ia juga kembali menyantri di tempat KH Ali Maksumi di

Pondok Pesantren Al-Munawwir, Krapyak Jogjakarta. Di kota pelajar ini, Said

Aqil Siroj bertemu dengan Masdar F. Mas'udi dan beberapa aktivis lainnya. Tidak

lama kemudian Said Aqil Siroj merasa bosan dengan metode belajar di

Yogyakarta. Baginya IAIN serupa dengan metode belajar di Lirboyo dulu

sehingga beliau berusaha mencari ilmu ke luar negeri. Rasa hausnya pada ilmu

agama mendorong ia untuk pergi ke Universitas ternama dan ia memilih untuk

belajar di Saudi Arabia. Perihal tentang pilihannya untuk belajar Arab saudi dan

bukan ke Universitas Islam lainnya, Said Aqil Siroj berpendapat bahwa banyak

guru-guru dari Al-Azhar dan belahan dunia Islam lainnya yang berpikiran modern

juga mengajar di Arab Saudi. Bahkan guru-guru di Al-Azhar banyak yang

direkrut oleh pemerintah Arab Saudi pada saat itu untuk mengajar di Universitas-

Universitas di sana, seperti Universitas King Abdul Aziz dan juga Universitas

Umm Al Quro Makkah. Maka pada 1980 ia pun berangkat ke Makkah dengan di

temani sang isteri Nur Hayati.8

Di Arab Saudi, ia mengambil gelar S1 di Universitas King Abdul Aziz di

fakultas Dakwah dan Ushuluddin. Kemudian setelah lulus S1 pada tahun 1982,

dan dilanjutkan mengambil S2 dan S3 di Universitas Umm Al Quro Makkah.

7https://www.nupringsewu.or.id/2017/07/03/mengenal-lebih-dekat-kh-said-aqil-siroj/

diakses 27/11/2018 8Ahmad Musthofa Haroen, Meneguhkan Islam Nusantara; Biografi Pemikiran dan

Kiprah Kebangsaan Prof. Dr.KH Said Aqil Siradj MA, h. 98

Page 48: AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber agama agar tidak

34

Diantara saudara-saudaranya, Said Aqil Siroj yang paling lama menetap di Timur

Tengah, yaitu selama 14 tahun. Di Makkah, setelah putra-putranya lahir, barulah

kehidupan bagi Said Aqil Siroj mulai terasa. Sebagai mahasiswa yang mendapat

beasiswa, ia tetap harus mencari cari sambilan sekedar ongkos untuk menopang

kehidupan sehari-hari dan “mengepulkan dapur” di rumah. Said Aqil Siroj

melanjutkan studi dengan dana dari Pemerintah Saudi, meski ia mendapat

beasiswa dan uang saku yang besar, namun sebagai seorang yang sudah

berkeluarga dan memiliki anak, ia merasakan dana beasiswa tidak mencukupi

kebutuhannya.9

Di Arab Saudi karena biaya hidup semakin menekan, Said Aqil Siroj dan

keluarganya terpaksa berpindah-pindah untuk menempati kontrakan yang harga

sewanya murah. Beliau mencari rumah sewa yang murah sebab tanggungan anak

yang bertambah sedangkan upah beliau dari bekerja sambilan tidak terlalu besar.

Muhammad Said mengungkapkan pengalaman keluarga Said Aqil Siroj saat-saat

mereka berada di tanah Hijaz “Pada waktu itu, bapak kuliah dan sambil bekerja.

Kami mencari rumah yang murah untuk menghemat pengeluaran dan

mencukupkan beasiswa yang diterima Bapak,” tutur Muhammad Said. Said Aqil

Siroj sempat bekerja sampingan pula di sebuah toko karpet milik seorang

saudagar asli Saudi di sekitar tempat tinggalnya. Di toko ini Said Aqil Siroj

bekerja membanting tulang memikul karpet untuk dikirim kepada pembeli yang

memesan, bagi Said Aqil Siroj, apa yang dilakukannya adalah bagian dari ikhtiar

dalam mencari ilmu10

9http://www.nu.or.id/post/read/74726/mengenal-lebih-dekat-kh-said-aqil-siroj diakses

27/11/2018 10

Said Aqil Siroj, Mengenali Lebih Dekat Said Aqil Siradj

http://www.nu.or.id/post/read/74726/mengenal-lebih-dekat-kh-said-aqil-siroj diakses 27/11/2018

Page 49: AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber agama agar tidak

35

Namun segala rintangan dan hambatan beliau dapat menyelesaikan studinya

dengan baik Dengan kesabarannya, Said Aqil Siroj berhasil menyelesaikan studi

S1 jurusan Ushuluddin pada tahun 1982, kemudian disambung S2 konsentrasi

perbandingan agama pada tahun 1987, dan kemudian mengambil S3 konsentrasi

tasawuf filsafat pada 1994. "Saya bisa sukses menyelesaikan studi di Umm al-

Qura berkat isteri saya, rasanya tenang."

Said Aqil Siroj berhasil menyelesaikan studinya dengan melahirkan karya

berupa tesis yang berjudul Rasa‘il al-Rusȗl fī al-Aḥdi al-Jadid wa Atsaruhā fī al-

Masiḥiyah (Pengaruh Surat-Surat para Rasul dalam Bibel terhadap Perkembangan

Agama Kristen) dan juga berhasil menggondol gelar Doktor dengan disertasi

berjudul, " Allah wa Shillatuhu bīl-Kaun fī al-Tashawwuf al-Falsafī," (Hubungan

antara Allah dan Alam: Perspektif Tasawuf). Said Aqil Siroj berhasil

mempertahankan disertasinya dengan nilai cumlaude. 11

Kecerdasan Said Aqil Siroj dan juga kesungguhannya dalam mencari ilmu

membuat ia ditakdirkan untuk dekat dengan tokoh Ulama NU yang paling

nyentrik, yaitu KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Kedekatan Said Aqil Siroj

dengan Gus Dur digambarkan oleh Muhammad Said “Gus Dur sering berkunjung

ke kediaman kami. Meski pada waktu itu rumah kami sangat sempit, akan tetapi

Gus Dur menyempatkan untuk menginap di rumah kami. Ketika datang, Gus Dur

berdiskusi sampai malam hingga pagi dengan Bapak,” Seolah Gus Dur

mempunyai firasat bahwa kelak Said Aqil Siroj menjadi orang besar, Gus Dur

kerap kali mengajak Said Aqil Siroj untuk sowan ke beberapa ulama di Arab

11

KH. Said Aqil Siroj, Dialog Tasawuf Kiai Said: Akidah, Tasawuf dan Relasi Antar

umat Beragama, (Surabaya: Katalista, 2012) h. 136

Page 50: AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber agama agar tidak

36

Saudi, salah satunya adalah ia diajak Gus Dur untuk bertamu kepada ulama besar

di Arab, yaitu Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki.12

Pada Tahun 1994 setelah puas menuntut ilmu di Arab Saudi dan mendapat

gelar Doktor, ia kembali ke Indonesia. Gus Dur mengajaknya untuk aktif di

Organisasi NU dengan memasukkannya sebagai Wakil Katib „Aam PBNU dari

Muktamar ke-29 di Cipasung. sebuah jabatan yang terbilang cukup tinggi bagi

aktivis pendatang baru. Saat itu Gus Dur `mempromosikan' Said Aqil Siroj

dengan kata-kata kekaguman, "Dia doktor muda NU yang berfungsi sebagai

kamus berjalan dengan disertasi lebih dari 1000 referensi." puji Gus Dur. Salah

satu gagasan yang membuat nama Said Aqil Siroj meroket adalah ketika ia

menggagas sebuah wacana mengenai perlunya umat Islam Indonesia melakukan

rekonstruksi dan reinterpretasi terhadap teologi Ahlussunnah wal Jamaah. Bagi

Said Aqil Siroj, pengertian Ahlussunnah wal Jamaah sudah dianggap final, yaitu

mencakup 2 firqah Aqidah yaitu Asy‟ariyyah dan Maturidiyyah, dan juga

mencakup empat madhzab fiqh: Hanafi, Maliki, Syafi‟i, dan Hambali. Padahal

pada faktanya di zaman Rasulullah belum ada riwayat penggunaan dan definisi

nama Ahlussunnah wal Jamaah dan siapa yang boleh disebut sebagai

Ahlussunnah.13

Wacana untuk merekonstruksi ulang definisi dan pemahaman mengenai

Ahlussunah wal Jamaah dipandang sangat perlu dan urgen. Dan Said Aqil Siroj

membawa karya tulisnya, tentang rekonstruksi Aqidah Ahlussunnah wal Jamaah

secara sederhana, lugas, dan dapat dipahami oleh golongan awam, kritik yang

dilakukan Said Aqil Siroj melakukan pendekatan historis, yaitu melacak akar

12

KH. Said Aqil Siroj, Dialog Tasawuf Kiai Said, h, 136. 13

KH. Said Aqil Siroj, Dialog Tasawuf Kiai Said: Akidah, h.136

Page 51: AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber agama agar tidak

37

terminologi Ahlussunnah melalui analisa sejarah. Hal ini membuat kalangan santri

menjadi terinspirasi untuk mengkaji Islam bukan melalui berbagai metode, bukan

hanya mendefinisikan Islam dari segi fiqh dan Aqidah14

Selain melakukan kritik dan dekontruksi terhadap definisi Ahlussunnah wal

Jamaah, Said Aqil Siroj kembali memberikan pandangan yang kontroversial,

yaitu tentang pentingnya Ukhuwah Insaniyah. Dalam tradisi NU, jenis ukhuwah

ada 4 macam, Ukhuwah dinniyyah, ukhuwah wathaniyyah, ukhuwah insaniyah,

dan ukhuwah bashariyyah. Ukhuwah insaniyah adalah menjalin persaudaraan atau

hubungan dengan sesama manusia. Ia kemudian mempraktikan ukhuwah

insaniyah, tanpa ragu dan perduli cibiran orang, Said Aqil Siroj menghadiri

undangan Gereja Katolik Aloysius Gonzaga Surabaya dan memberi khutbah

ketika umat Kristiani melakukan acara misa Natal. Kenekatan Said Aqil Siroj

dalam mempraktikan pandangan hidupnya, segera menuai pro dan kontra, bahkan

cibiran dari golongan ulama konservatif, atau dari umat awam. Ada isu bahwa

Said Aqil Siroj sebagai tokoh NU yang tersusupi oleh paham Dajjal, ada yang

berkata ia telah mencampur-adukkan ajaran agama-agama, ada tuduhan bahwa

beiau adalah kaki tangan Zionis Yahudi, dan berbagai fitnah yang menimpa

dirinya.15

Terlepas dari kontroversi yang ada, Said Aqil Siroj telah memberikan

konstribusi yang cukup besar bagi dunia keilmuan di Indonesia, khususnya di

kalangan Islam pesantren. Booming Said Aqil Siroj di pertengahan tahun 1990-an

berhasil memaksa komunitas pesantren untuk belajar sejarah Islam. Padahal

selama berabad-abad, pesantren di Indonesia didominasi oleh kajian fiqh dan

14

Said Aqil Siroj, Ahlussunnah Wal Jamaah: Sebuah Kritik Historis,(Surabaya: Pustaka

Cendekiamuda, 2008) h. 9 15

Said Aqil Siroj, Ahlussunnah Wal Jamaah: Sebuah Kritik Historis, h. 9

Page 52: AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber agama agar tidak

38

grammar Arab. Penguasaannya atas ajaran semua agama-agama dunia di samping

keilmuannya di bidang tasawuf menjadikannya sebagai tokoh lintas agama. Said

Aqil Siroj tak pernah gentar dalam mengembangkan ide-idenya ketengah-tengah

masyarakat. Baginya menyebarkan Islam dengan cara yang moderat dan

bermartabat adalah hal yang harus dilakukan oleh setiap da‟i dan ulama Islam.16

Ide-ide keislaman yang moderat membuat Republika, salah satu koran

berskala nasional, memberinya kehormatan sebagai Tokoh Perubahan Tahun 2012

karena kontribusinya dan komitmennya dalam mengawal persaudaraan di

Indonesia dan berperan aktif dalam menjaga perdamaian dunia,. Capaian ini

pernah dikomentari Dr. Hidayat Nur Wahid, "Said Aqil Siroj termasuk mahasiswa

kutu buku. Semasa di Makkah, ia lebih sering ditemukan di tempat-tempat ilmiah

dan sulit menemukannya di forum-forum gerakan/organisasi." Gus Dur (KH

Abdurrahman Wahid) pun apabila berkunjung ke Saudi Arabia, lebih suka tinggal

di kediaman Said Aqil Siroj daripada berada di hotel.17

Pada tahun 2010, Said Aqil Siroj menduduki posisi sebagai Ketua dalam

Pengurus besar Nahdlatul Ulama (NU). Walaupun ia telah menjadi pemegang

„tampuk kuasa‟ di NU, beliau tetap mengemukakan ide-ide yang segar dan juga

mendorong untuk berpikir. Pemikiran Kyai Said Aqil Siroj yang pernah kritis

terhadap madzhabnya (Ahlussunnah) dan terlalu memuji Mutazilah dan

merangkul Syiah, membuat Said Aqil Siroj diundang dan dikritik secara keras

oleh komunitas kyai Pesantren.bahkan, Said Aqil Siroj pernah didebat oleh

puluhan kyai Muda Jawa Timur dalam sebuah forum (halaqah). Dalam menjaga

kebebasan beragama dan menghindarkan umat Islam dari kesesatan. Kyai Said

16

Said Aqil Siroj, Ahlussunnah Wal Jamaah: Sebuah Kritik Historis, h. 9 17

Said Aqil Siroj, Ahlussunnah Wal Jamaah: Sebuah Kritik Historis, h. 9.

Page 53: AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber agama agar tidak

39

Aqil Siroj lebih menggunakan pendekatan yang persuasif daripada menggunakan

metode kekerasan yang sama sekali tidak efektif, karena membuat pengikutnya

berkembang dan masyarakat bersimpati pada mereka. Ketika komunitas

Ahmadiyah mendapat perlakuan yang buruk, namun Said Aqil Siraj dengan tegas

menolak untuk berlaku kasar dan penganiyayaan dalam bentuk apapun adalah

salah dan tercela.18

Beliau juga banyak berdialog dengan pemimpin Gafatar yaitu Ahmad

Mushadeq, orang yang mengaku nabi, lewat perdebatan panjang akhirnya Said

Aqil Siroj dapat membuat Ahmad Musadek bertaubat tanpa melakukan tindakan

intimidasi sebagaimana ormas Islam lainnya seperti FPI terhadap Gafatar. Setelah

Mushadeq bermudzakarah dengan Said, ia berkata: “Alhamdulillah, doa saya

diterima untuk bertemu ulama, tempat saya bermudzakarah (diskusi). Sekarang

saya sadar kalau langkah saya selama ini salah,”19

begitulah tindakan Said Aqil

Siroj sebagai seorang ulama dari tradisi NU. Selalu memberikan teladan dan jalan

yang hanif dalam berdakwah. 20

Sebagai ikon tokoh Islam Moderat, Said Aqil Siroj mengembangkan sikap

dan pikiran yang moderat, toleran dan damai. Maraknya para da‟i yang

menyebarkan Islam dengan suara keras dan penuh kebencian telah membuat

wajah Islam sebagai agama yang keras dan tidak toleran. Ini yang membuat Said

Aqil Siroj sebagai ketua umum PBNU, tergerak hatinya untuk membuat NU

sebagai organisasi yang menyebarkan perdamaian. Karena aktivitasnya yang

konsisten membela perdamaian inilah yang membuat Said Aqil Siroj dikenal oleh

18

Said Aqil Siroj, Ahlussunnah Wal Jamaah: Sebuah Kritik Historis, h. 9. 19

Soeleiman Fadeli, Antologi NU: Sejarah, Istilah, Amaliah dan Uswah (Surabaya:

Khalista: 2014) h. 47 20

Said Aqil Siroj, Ahlussunnah Wal Jamaah: Sebuah Kritik Historis, h. 9.

Page 54: AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber agama agar tidak

40

hampir semua kalangan dan aliran keagamaan di Indonesia. bagi Said Aqil Siroj,

kita tidak boleh bosan untuk terus menyerukan dan menyebarkan ide-ide toleransi

beragama kepada setiap manusia. Pada dasarnya secara historis mausia adalah

satu kesatuan. 21

Hingga hari ini, Said Aqil Siroj tercatat sebagai pendiri, penasihat dan juga

anggota dari beberapa LSM dan organisasi kemasyarakatan yang membutuhkan

pikiran dan juga nasihatnya: seperti di KOMNAS HAM Penasehat Angkatan

Muda Kristen republic Indonesia, Pendiri Gerakan Keadilan dan Persatuan

Bangsa (GKPB), Tim Gabungan Pencari Fakta Peristiwa 12 Mei, Pendiri Gerakan

Anti Diskriminasi (GANDI), Dewan Penasehat ICRP, Anggota MPR RI F-UG

(dari NU), Panitia Pembangunan Gereja Jagakarsa Jakarta Selatan, dan lain-lain.

Kualitas keilmuan dan juga intelektual Said Aqil Siroj telah diakui oleh beberapa

tokoh di Indonesia. Walau aktifitas keilmuannya sangat padat (dalam seminggu,

waktunya dihabiskan sebanyak 3 hari untuk berdakwah dan menghadiri seminar

di dalam dan luar kota di seluruh Indonesia) beliau tidak pernah lupa untuk

membaca, bahkan dengan membaca ingatan Said Aqil Siroj seolah disegarkan

sehingga ilmu sangat terpatri dalam pikirannya. Berbagai forum ilmiah didatangi,

mulai dari forum pengajian di desa terpencil hingga seminar di berbagai

perguruan tinggi baik nasional atau skala internasional. Ketika banyak ustadz dan

ulama terlena akan popularitas mereka sehingga mereka lupa untuk belajar, Said

Aqil Siroj justru menjadikan membaca dan belajar sebagai aktivitas yang menjadi

kebutuhannya. 22

21

Said Aqil Siroj, Tasawuf sebagai kritik sosial : Mengedepankan Islam sebagai

Inspirasi, bukan Aspirasi (Bandung: Mizan, 2006) h, 302 22

Said Aqil Siroj, Tasawuf sebagai kritik sosial, h. 302.

Page 55: AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber agama agar tidak

41

Banyak ustadz atau ulama yang kerap nyeleneh dalam artian ucapannya

membuat keributan dikarenakan mereka terlalu sibuk mengajar daripada belajar,

sebagai seorang Kyai, Said Aqil Siroj selalu mengingatkan kepada rakyat dan para

santrinya tentang betapa pentingnya ilmu pengetahuan. Peradaban yang besar bagi

Said Aqil Siroj, selalu erat kaitannya dengan pembangunan di bidang ilmu

pengetahuan. Sehingga dalam setiap ceramahnya selalu memotivasi murid dan

jemaahnya untuk ingat belajar dan juga memberi nasihat tentang keutamaan ilmu.

23

Walau memiliki jadwal dan kegiatan dakwah yang padat, baik di pelosok atau

di NU, Said Aqil Siroj masih meluangkan waktunya untuk mendidik para

mahasiswa. Kini Said Aqil Siroj tercatat sebagai Direktur Pascasarjana UNISMA

Malang, dosen pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, dan

dosen terbang di beberapa Perguruan Tinggi di Jawa Tengah dan Jawa Barat.24

C. Karya-karya

Beberapa Karya Ilmiah telah ditulis oleh Said Aqil Siroj baik dalam bentuk

buku atau makalah ilmiah. beberapa bukunya yang cukup menjadi rujukan

Mahasiswa adalah Rasa’il al-Rusȗl fī al-‘Aḥdi al-jadid wa Atsarahu fī al-

Masiḥiyah (Pengaruh Surat-Surat Para Rasul dalam Bible Terhadap

Perkembangan Agama Kristen), thesis dengan nilai memuaskan, pada tahun 1987

M. Allah wa shillatuhu bī al-Kaun fī al-Tasawwuf al-Falsafī (Hubungan Antara

Allah dan Alam Perspektif Tasawwuf Falsafi), disertasi dengan nilai Cum Laude

di promotori Mahmud Khofaji 1994 M. Islam Kebangsaan: Fiqih Demokratik

Kaum Santri pada tahun 1999 M. Kyai Menggugat: Mengadili Pemikiran Kang

23

Said Aqil Siroj, Tasawuf sebagai kritik sosial, h. 302. 24

Said Aqil Siroj, Tasawuf sebagai kritik sosial, h. 302.

Page 56: AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber agama agar tidak

42

Said pada tahun 1999 M. Ma’rifatullah: Pandangan Agma-Agama, Tradisi dan

Filsafat pada tahun 2003 M. Tasawuf Sebagai Kritik Sosial, mengendepankan

Islam sebagai Insprasi bukan Aspirasi pada tahun 2006 M, Ahlussunnah wal

Jamaah: Sebuah Kritik Historis sering menjadi bahan bacaan untuk mahasiswa. 25

Said Aqil Siroj sering mengisi rubrik opini beberapa media cetak nasional.

Dia juga `mengakrabi' beberapa jurnalis dan media, dengan tujuan agar pikirannya

dapat diekspos oleh khalayak dan menjadi konsumsi umum, khususnya generasi

muda yang saat ini sedang haus-hausnya mempelajari agama. Said Aqil Siroj juga

mengakomodir anak-anak muda untuk diajak bersama-sama mempelajari ajaran

luhur`tasawuf dan kebijaksanaan para sufi. Dengan tasawuf, bagi Said Aqil Siroj

akan membuka mata anak muda (dan masyarakat) tentang citra Islam yang damai

dan sejuk. Ia juga membuat Jurnal khas tasawuf, di samping juga pelatihan

tasawuf untuk remaja. Strategi `akrab dengan media‟ memang cukup efektif untuk

pribumisasi gagasan. Meski demikian akan semakin lengkap ketika hal itu diikuti

dengan penjabaran gagasan lewat sebuah tulisan yang utuh. Bagaimanapun juga,

buku adalah sarana ekspresi yang sangat efektif dan menjanjikan kepuasan

tersendiri. Hal ini juga disadari Said Aqil Siroj. Waktu senggangnya sering ia

gunakan untuk mereview `kegelisahan pikirnya' dengan menuangkan ke dalam

bentuk tulisan.26

Hingga detik ini beliau masih menjabat sebagai Ketua Umum Pengurus Besar

Nahdlatul Ulama (NU). Tugasnya yang berat dalam berdakwah dan membawa

nama besar dari organisasi massa Islam terbesar di Indonesia tak membuatnya

menyerah. Beliau hingga saat ini masih aktif membuat terobosan berupa ide-ide

25

Said Aqil Siroj, Tasawuf sebagai kritik sosial, h. 302. 26

Said Aqil Siroj, Tasawuf sebagai kritik sosial, h. 302.

Page 57: AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber agama agar tidak

43

keislaman, tentang toleransi, dan juga kebebasan. Walaupun saat ini banyak

golongan Islam radikal dan teroris yang merongrong agama Islam dan berusaha

merusak NU, Said Aqil Siroj percaya bahwa membumikan Islam yang damai di

Nusantara (melalui dakwah dan edukasi) adalah jihad akbar yang di emban oleh

dirinya dan NU. Beliau yakin bahwa semua akan berjalan dengan kehendak Allah.

Said Aqil Siroj juga yakin bahwa segala rongrongan dan fitnah yang menimpa

umat Islam dengan hadirnya golongan radikal akan dibalas oleh Allah.27

Salah satu upaya umat Islam Indonesia dalam menangkal aksi radikalisme

dan terorisme adalah dengan cara melahirkan suatu wacana “Islam Nusantara”.

Islam Nusantara bukanlah suatu madzhab atau agama. Islam Nusantara berarti

“madzhab etika dan epistemologi” dimana cara berpikir dan akhlak Islam yang

dibumikan di Indonesia, harus mengikuti para pendahulunya yang mempraktikan

keislaman yang damai dan hanif. Karena itulah gagasan Islam Nusantara hingga

saat ini populer dan terus menjadi bahan kajian.

27

Soeleiman Fadeli, Antologi NU: Sejarah, Istilah, Amaliah dan Uswah, h. 47.

Page 58: AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber agama agar tidak

44

BAB IV

ISU-ISU TEOLOGI ISLAM SAID AQIL SIROJ

A. Teologi Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah menurut Said Aqil Siroj

Aswaja adalah postulat dari ungkapan Rasulullah SAW, “Ma‟ ana „alaihi wa

ashabi”. Berarti golongan Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah adalah golongan yang

mengikuti ajaran Islam sebagaimana diajarkan dan diamalkan Rasulullah beserta

sahabatnya.1 Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah atau lebih sering disingkat

Ahlussunnah atau Sunni adalah mereka yang senantiasa tegak di atas Islam

berdasarkan al-Qur‟an dan al-Hadis yang sahih dengan pemahaman para sahabat,

tabi‟in dan tabi‟it tabi‟in. pemikiran keagamaan yang menjadikan hadis sebagai

rujukan utamanya setelah al-Qur‟an. Nama Ahlu al-Hadis diberikan sebagai ganti

Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah yang pada saat itu masih dalam proses

pembentukan dan merupakan penunjuk jalan lurus dari paham Khawarîj dan

Mu‟tazilah yang tidak mau menerima hadīs (al-sunnah) sebagai sumber pokok

ajaran agama Islam setelah al-Qur‟an.

Dalam terminologinya, Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah (aswaja) dalam

referensi lama belum dijumpai secara baku. Bahkan pada masa Al-Asy‟āri,

banyak yang mengklaim sebagai pendiri madzhab aswaja. Penegenalan istilah

tersebut sebagai suatu aliran baru dalam Islam yang muncul pada ashab Al-

Asy‟āri atau Asy‟āriyyah (sunni).2 Al-Asy‟āri dan Abu Manṣȗr Al-Māturīdī

adalah dua sosok yang memiliki tempat tersendiri dikalangan kaum Sunni karena

1 Said Aqil Siraj, Ahlusunnah wal Jamaa‟ah: Sebuah Kritik Historis, (Jakarta: Pustaka

Cendekia Muda, 2008), cet. I, h. 7 2Said Aqil Siraj, Ahlusunnah wal Jamaa‟ah: sebuah kritik historis, h. 87

Page 59: AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber agama agar tidak

45

melalui dua ulama kharismatik itulah Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah lahir sebagai

faham ideologi keagamaan. Paham ini lahir sebagai reaksi terhadap

perkembangan pemikiran kelompok Mu‟tazilah yang begitu liar.

Paham Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah yang diajarkan Al-Asy‟āri dan Abu

Manṣȗr Al-Māturīdī pada dasarnya merupakan koreksi terhadap berkembangnya

berbagai doktrin ketuhanan dan keimanan yang dipandang menyimpang dari

ajaran nabi dan para sahabatnya. Kaitannya dengan pandangan Jabariãh yang

fatalistik tentang nasib serta pandangan Qãdariah yang gerahan tentang

kemampuan manusia untuk menentukan perbuatannya, seperti dalam tatapan

ideologis kaum Syi‟ah dan Mu‟tazilah, kaum Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah

membuat garis batas yang jelas terhadap kedua kelompok tersebut. Secara

epistemologi Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah bisa diartikan sebagai “para penganut

tradisi nabi Muhammad dan Ijmā‟ ulama”.3

B. Perselisihan NU menurut Said Aqil Siroj

Perselisihan atau konflik yang terjadi dalam masyarakat, maupun ormas

seringkali dianggap sebagai masalah yang negatif (disfungsional), yang dapat

merusak perdamaian antar sesama. Perbedaan adanya tafsir suatu ajaran atau

aturan merupkan hal yang lumrah. Terjadi banyak organisasi bahkan di dalam

Negara. Akan tetapi, jika perbedaan tersebut terlalu bertentangan dan jauh

berbeda maka organisasi itu akan mengalami guncangan, bahkan perpecahan. Di

dalam jam‟iyyah NU menjelang tahun ke 1990, terdapat perubahan mendasar

dalam sekelompok anak muda yang menafsiri ajaran Aswaja yang merupakan

3Sahilun A. Nasir, Pemikiran Kalam: Teologi Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h.

187.

Page 60: AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber agama agar tidak

46

ajaran dasar bagi NU. Adanya konsekuensi dari perbedaan dari banyaknya anak

muda NU yang telah tamat dari berbagai pesantren kemudian melanjutkn ke

jenjang pendidikan perguruan tinggi dalam disiplin ilmu.4

Di dalam perselisihan NU terdapat beberapa pendapat baik dari kalangan

Wahabi maupun kelompok Mu‟tazilah.

1. Wahabi

Menurut Said Aqil Siroj dalam buku Ahmad Musthopa Harun, Wahabi

muncul sudah lama. Pada tahun 80-an gerakan ini mulai popular setelah Arab

Saudi membuka LIPIA (lembaga ilmu pengetahuan Islam dan Arab) di Jakarta.5

Muhammad Ibn Abdul Wahab, merupakan pendiri gerakan Wahabi. Ia juga

mengaku bermadzhab Hanbali (Hanbali versi Ibn Taimiyyah). Ibn Taimiyyah

adalah pengikut Hanbali yang ekstrim. Ahmad Ibn Hanbal yaitu imam Ahl Al-

Sunnah Wa Al-Jamāah yang empat yang selalu mendahulukan nash dan teks

(hadis ahad) daripada akal. Begitu juga sebaliknya, Abu Hanifah lebih banyak

menggunakan akal daripada teks. Muridnya Ahmad Ibn Hanbal justru lebih

ekstrim, kemudian lahirlah Ibn Taimiyah yang kemudian memiliki pengikut yaitu

Muhammad Ibn Abdul Wahab.6

Menurut Said Aqil Siroj dalam buku Ahmad Musthofa Harun, Wahabi

bukanlah dari Makkah, melainkan dari Najd, Riyadh. Orang Makkah asli,

Madinah asli, Jeddah asli tidak ada yang Wahabi, hanya saja tidak berani secara

terang-terangan. Ia juga menyatakan bahwa gerakan Wahabi itu tidak kuat. Akan

4Ahmad Musthofa Harun, Meneguhkan Islam Nusantara (Pt. Khairu Jalisin Kitabun

Khalista) H. 127 5Ahmad Musthofa Harun, Meneguhkan Islam Nusantara, h. 128

6Ahmad Musthofa Harun, Meneguhkan Islam Nusantara, h. 129

Page 61: AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber agama agar tidak

47

tetapi karena dananya yang luar biasa. Pengikut Wahabi bukan semata-mata ingin

menjadi bagian darinya, melainkan karena ingin mendapatkan uang.7

Dewasa ini banyak organisasi masyarakat dengan berwajah menyeramkan.

Mereka melakukan aksi demonstran dengan mengerikan, hal tersebut merupakan

ancaman bagi kokohnya negara Indonesia saat ini. Said Aqil Siroj yang

merupakan ketua umum PBNU menyatakan bahwa, NU menolak tegas ide

“Ormas dan gerakan Islam yang mudah mengkafirkan kelompok Islam lain,

seperti ziarah kubur, tahlilan, haul, istighasah itu dianggap musyrik dan bid‟ah. Ia

menyatakan bahwa, tidak hanya Wahabi, namun MTMA (majlis tafsir al-Qur‟ān)

dan ormas lainnya. Menurutnya kelompok demikian tidak sesuai dengan nilai-

nilai yang terkandung dalam Aswaja.

Bagi NU, Wahabi hanya sampai pada taraf Aswaja saja, namun bukan

jama‟ah wal jamaah (pengikut sahabat dan ulama penerusnya). Pernyataan lainnya

juga, bahwa Wahabi dan sejenis kelompok lainnya yang mudah mengkafirkan

orang, hal tersebut bukanlah bagian dari penerus ajaran Nabi. Kelompok wahabi

dan lainnya yang sering mengkafirkan ulam-ulama besar seperti, Imam al-

Ghazali, Abū al-Hasan Al-Asy‟āri , Sayikh Abd. Qadīr Jailāni, dan sebagainya.8

Tercatat dalam sejarah, bahwa pembentukan NU adalah perlawanan untuk

Wahabi. Pada tahun 1920, terdapat dialog yang mengalisa kondisi perjuangan

bangsa dan dinamika keislaman di Nusantara NU. Pembentukan NU merupakan

upaya kaum Wahabi untuk membongkar makan Nabi. Pada awal abad 20, ulama

memberi tugas terhadap beberapa utusan untuk menemui Raja Saudi Arabia. Oleh

7Ahmad Musthofa Harun, Meneguhkan Islam Nusantara, h. 131

8Ahmad Musthofa Harun, Meneguhkan Islam Nusantara, h. 127

Page 62: AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber agama agar tidak

48

sebab itu, sudah jelas bahwa, berdirinya NU karena sikap Wahabi yang pada

waktu itu ingin membongkar makam Nabi. pada akhirnya terbentuklah sebuah

komite hijaz oleh KH. Hasyim,9 namun yang berangkat ketika itu adalah Kiai

Wahab. Ketua PBNU yang pertama yaitu Hasan Dipo, lalu KH. Zainul Arifin10

membawa suratnya membawa suratnya KH. Hasyim untuk bertemu dengan Raja

Abdul Azis11 untuk mengharap dan memohon agar tidak membogkar makam nabi

Muhammad. Kemudian karena hal tersebut, lahirlah atau berdirilah NU. Karena

NU lahir atas dorongan dari gerakan Wahabi.

Menurut Gus Dur, terkait ideologi Wahabi yang masuk ke Indonesia. Ia

telah mengaburkan antara batas islamisasi dengan arabisasi. Ia menjelaskan

bahwa, arabisasi telah berkembang menjadi islamisasi dengan segala konsekuensi

yang ada. Hal tersebut membuat banyak dari aspek kehidupan kaum muslimin

yang dinyatakan dalam simbolisme Arab. Sehingga secara tidak terasa arabisasi

disamakan dengan islamisasi.12 Said Aqil Siroj berusaha agar kebudayaan NU

tidak terkikis untuk melawan ideologi Wahabi.

C. Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah Perspektif Said Aqil Siroj

Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah Prespektif Said Aqil Siroj adalah orang yang

memeliki metode berpikir relegius yang mencakup semua aspek kehidupan

berdasarkan fondasi moderasi, menjaga keseimbangan dan toleransi. Ahl Al-

9KH. Hasyim adalah salah seorang pahlawan Indonesia yang merupakan pendiri Nahdatul

Ulama, organisasi massa Islam terbesar di Indonesi. Dikalangan Nahdliyin dan ulama pesantren ia

dijuluki dengan sebutan Hadratus Syeikh yang berarti maha guru. 10

KH. Zainul Arifin adalah seorang wakil perdana menteri Indonesia, ketua DPR-GR, dan

politisi Nahdatul Ulama. 11

Raja Abdul Aziz adalah Raja Arab Saudi yang pertama. Dia juga dikenal dengan

berbagai nama, diantaranya Ibnu Saud. Ia ia berasal dari Keluarga Kerajaan Saudi yang

memerintah sebagian dari Jazirah Arab. 12

Ahmad Musthofa Harun, Meneguhkan Islam Nusantara, h. 130

Page 63: AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber agama agar tidak

49

Sunnah Wa Al-Jamāah adalah sekolah yang akan menjadi Manhaj al-Fikr, karena

itu hanya menemukan jalan tengah di antara berbagai aliran. Ahl Al-Sunnah Wa

Al-Jamāah tidak ada Batasan dan ketentuan yang harus sama dengan Imam Abu

Hasan al-As‟ary atau al-Maturidi tetapi pilar-pilar Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah

memahami ini harus ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber

agama agar tidak menjadi jurang selama masih memegang Rukn (Ahl Al-Sunnah

Wa Al-Jamāah) yaitu keilahian (uluhiyah), Rasul (nubuwah) dan akhirnya (al-

Ma‟d). Paham Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah mengikuti salah satu mazhab empat:

Hanafi, Maliki, Syafi‟i dan Hambali. Pernyataan ini dijabarkan lebih rinci lagi

dengan tambahan aspek tasawuf sebagai berikut: Pertama, dalam bidang akidah,

mengikuti paham Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah yang dipelopori oleh Imam Abu

Hasan Al-Asy‟āri dan Imam Abu Manṣȗr al-Matūridi; Kedua, dalam bidang

fiqih, mengikuti jalan pendekatan (al-madhhab) salah satu dari mazhab Abu

Hanifah alNu‟man, Imam Malik Ibn Anas, Imam Muhammad Ibn Idris al-Syafii,

dan Ahmad Ibn Hāmbal. Ketiga, dalam bidang tasawuf mengikuti antara lain

Imam al-Junaid al-Baghdadi, Imam al-Ghazali serta imam-imam yang lain.13 pada

doktrin ahlusunnah yang diklasifikasikan dalam buku yang ditulis oleh Said Aqil

Siroj di antaranya:

1. Bidang Akidah

Diskursus akidah dalam paham Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah sudah

berlangsung sejak lama bahkan jauh sebelum Abu Hasan Al-Asy‟āri (w.

324 H.) maupun Abu Manṣȗr al-Matūridi (w.332 H.), sehingga tidak

13

Muhammad Endy Fadlullah, Ahlusunnah Wa al-Jama‟ah Perspektif Said Aqil Siradj,

Nidhomul Haq, Vol. 3, No. 1, Maret 2018, h. 11

Page 64: AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber agama agar tidak

50

terlalu salah seandainya pemikiran akidah Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah

tidak persis sebagaimana pendapat-pendapat Al-Asy‟āri dan al-Matūridi.

Abdul Qahir al-Baghdādi al-Isfirany secara tegas menjelaskan bahwa

semua umat Islam yang menyepakati (Ijmak) terhadap kebaruan (huduts)

alam, mentauhidkan pencipta alam, mempercayai kenabian Muhammad

SAW beserta risalah yang diembannya, meyakini al-Qur‟an sebagai

sumber hukum (Manba‟ al-Ahkam al-Syariah) serta Ka‟bah sebagai kiblat

shalatnya, mereka semua tergolong Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah.14

Cakupan Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah sangat luas dan tidak bisa

dibatasi hanya pendapat Al-Asy‟āri karena sebelumnya telah banyak

pemikiran yang masuk dalam cakupan Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah

misalnya, pemikiran yang dikembangkan oleh Harits Ibnu Asad al-

Muhasisbi (w. 241 H.), Ibnu Kullab (w. 204 H.), Imam Syafii (w. 204 H.),

Imam Malik Ibnu Anas (w.191 H.) Imam Abu Hanīfah (w. 150 H.) para

tabiit tabiin, para tabiin, para sahabat bahkan sejak zaman Rasulullah

SAW.

Oleh sebab itu dalam Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah tidak ada batasan

dan ketentuan harus persis seperti Imam Abu Hasan al-Asy‟āri ataupun al-

Matūridi namun pilar-pilar paham Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah ini yang

harus dipertahankan dengan demikian perbedaan pendapat dan pandangan

dalam menginterpretasikan sumber agama tidak menjadi jurang pemisah

selama masih memegang pilar-pilar (rukun) Ahl Al-Sunnah Wa Al-

14

Said Aqil Siradj, Ahlusunnah Wa al-Jama‟ah: Sebuah Kritik Historis (Jakarta: Pustaka

Cendekia muda, 2008), h. 45-46. Dan lihat Abdul Qahir, Ibnu Muhammad al-Baghdadi al-Isfirany

al-Tamimi, al-Farqu Baina Alfiraq (Beirut: Dar al-Marifat, Tt), h. 13

Page 65: AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber agama agar tidak

51

Jamāah. Pilar pertama adalah ketuhanan (uluhiyah) mengupas tentang

eksistensi Allah SWT di alam semesta. Selama orang masih memilikijiwa

tauhid yang murni kepada Allah dengan membuang semua bentuk

kemusyrikan dan berpegang teguh kepada nash al-Qur‟an dan al-Sunnah,

maka orang tersebut masih tergolong Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah. Sikap

ini berangkat dari prinsip dasar bahwa Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah

selalu mencari jalan tengah (tawasuth), moderat dan tawazun.

Pilar kedua adalah kenabian (Nubuwah) menjelaskan bahwa Allah

SWT telah menurunkan wahyu kepada para Nabi dan Rasul sebagai

utusan. Wahyu tersebut merupakan acuan jalan hidup umat manusia yang

dapat menyelamatkan kehidupan mereka di dunia maupun di akhirat,

menuju kabahagiaan lahir dan batin yang hakiki dan abadi. Pilar ketiga

adalah al-Ma‟d yaitu keyakinan bahwa Allah akan membangkitkan

manusia dari kubur, lalu memasuki hari kiamat. Pada hari itu, semua

manusia akan menerima pembalasan atas semua amal perbuatannya (Yaum

al-Jaza). Mereka yang perhitungan (Hisab) amalnya baik akan masuk

surga sedangkan yang buruk akan masuk neraka.15

Hemat penulis, tiga doktrin inilah yang menjadi barometer dalam

menentukan seseoran, golongan atau partai dikategorikan sebagai Ahl Al-

Sunnah Wa Al-Jamāah, maka apabila dari salah satu dari tiga pilar dalam

berakidah tidak memadai maka tidak bisa dikategorikan sebagai Ahl Al-

Sunnah Wa Al-Jamāah.

15

Said Aqil Siradj, Ahlusunnah Wa al-Jama‟ah: Sebuah Kritik Historis (Jakarta: Pustaka

Cendekia Muda, 2008), h. 52

Page 66: AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber agama agar tidak

52

2. Bidang Sosial Politik

Dalam suatu komunitas khususnya umat Islam maka berdirinya suatu

negara merupakan keharusan.16 Menurut Said Aqil Siroj terbentuknya

negara untuk mengayomi kehidupan umat, melayani mereka serta menjaga

kemaslahatan bersama (maslahah musyarakah). Sebab keharusan ini

menurut Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah hanyalah sebatas kewajiban

fakultatif (fardu kifayah) maka apabila dilakukan sebagian orang untuk

terbentuknya negara maka gugurlah kewajiban itu.17 Oleh karena itu,

konsep berdirinya negara dalam Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah tidaklah

termasuk salah satu pilar (rukun) keimanan sebagaimana yang diyakini

oleh kelompok syi‟ah. Hal ini juga berbeda dengan kelompok Khawarîj

yang membolehkan komunitas khususnya umat Islam tanpa adanya

seorang Imam apabila umat Islam itu sudah bisa mengatur dirinya sendiri.

Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah tidak memiliki prinsip yang baku

tentang dalam ideologi pembentuk negara. Negara diberikan kebebasan

menentukan bentuk monarki, tirani, aristokrasi, oligarki, demokrasi,

mobokrasi, federasi, kesatuan, konfederasi, presidensil, dan parlementer

ataupun bentuk lainnya. Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah hanya memberikan

kriteria (syarat-syarat) yang harus dipenuhi oleh suatu negara. Persyaratan

yang harus dipenuhi oleh suatu negara tersebut adalah:

a. Prinsip musyawarah (syura)

16

Al-Mawardi (1978), al-Ahkām al-Sultaniyyah wa al-Wilāyat al-Diniyyah (Bairut: Dar

al-Kutub al-Ilmiyyah), h. 5 17

Said Aqil Siradj, Ahlusunnah Wa al-Jama‟ah: Sebuah Kritik Historis (Jakarta: Pustaka

Cendekia Muda, 2008), h. 53

Page 67: AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber agama agar tidak

53

Prinsip ini didasari dengan adanya firman Allah QS. al-Syura [42]

36-39

Artinya: “Maka sesuatu yang diberikan kepadamu, itu adalah

kenikmatan hidup di dunia; dan yang ada pada sisi Allah lebih baik dan

lebih kekal bagi orang-orang yang beriman, dan hanya kepada Tuhan

mereka, mereka bertawakkal. Dan (bagi) orang-orang yang menjauhi

dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji, dan apabila mereka

marah mereka memberi maaf, Dan (bagi) orang-orang yang menerima

(mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan

mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka

menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.

Page 68: AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber agama agar tidak

54

Dan (bagi) orang-orang yang apabila mereka diperlakukan dengan

zalim mereka membela diri”.

Ayat ini memberikan pesan, syura (musyawarah) merupakan

ajaran yang memiliki egaliter yang sama dengan iman kepada Allah

(iman bi Allah), tawakal, menghindari dosa-dosa besar, memberikan

maaf setelah marah, memenuhi titah ilahi, mendirikan shalat,

memberikan sadaqah, dan lain sebagainya. Seakan-akan musyawarah

merupakan suatu bagian integral dan hakikat Iman dan Islam18

b. Prinsip keadilan (adl)

Menegakkan keadilan merupakan suatu keharusan dalam Islam

terutama bagi para penguasa dan para pemimpin pemerintahan

terhadap rakyat dan umat yang dipimpin. Dan ini didasarkan pada QS.

al-Nisā‟[4] 58

Artinya “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan

amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu)

apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu

18

Said Aqil Siradj, Ahlusunnah Wa al-Jama‟ah: Sebuah Kritik Historis (Jakarta: Pustaka

Cendekia muda, 2008), h. 55

Page 69: AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber agama agar tidak

55

menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran

yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha

Mendengar lagi Maha Melihat”

Dalam ayat lain juga al-Qur‟ān menjelaskan bagaimana cara untuk

bisa mewujudkan keadilan yaitu dalam QS al-Nahl[16] 90

Artinya “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan

berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah

melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia

memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil

pelajaran”.

Ayat ini merupakan salah satu tindakan adil adalah meninggalkan

kezaliman dan menunaikan kebenaran. Sedangkan kata al-ihsān

(kebajikan) merupakan tindakan yang nāfilah (sunah) sebagian

kelompok berpendapat, ihsān penyempurna dari tindakan adil.19 Sepeti

keadilan dalam kepercayaan sebagaimana dijelaskan dalam QS.

Luqman [31] 13

19

al-Qurṭubī Abū „Abdillah (w. 671 H), Jāmi‟ li Aḥkām al-Qur‟ān Tafsīr al-Qurṭubī,

(Kairo: Maktabah al-Ṣafa, 2005), juz 12, h. 415

Page 70: AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber agama agar tidak

56

Artinya “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di

waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah

kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan

(Allah)”.

c. Prinsip kebebasan ( al-Hurriyyah)

Kebebasan dimaksudkan sebagai suatu jaminan bagi rakyat agar

dapat melaksanakan hak-ha mereka (Huqūq al-„Ibād). Hak-hak

tersebut dalam syariat dikemas dalam al-Ushul al-Khams (lima prinsip

pokok) yang menjadi kebutuhan primer bagi setiap insan. Kelima

prinsip tersebut adalah: a) hifdzu al-nafs (menjaga kehidupan) b)

hifdzu al-din (menjaga agama) c) hifdzu al-mal (menjaga harta benda)

d) hifdu al-nasl (menjaga keturunan) e) hifdzu al-irdh (menjaga

kehormatan).Lima prinsip ini juga terbentuk dengan istilah yaitu

Maqāsid al-Syarī‟ah20, hak asasi manusia (HAM) memberikan format

perlindungan, pengamanan, dan antisipasi terhadap berbagai hak asasi

yang bersifat primer (darūriyyāt) yang dimiliki oleh setiap insan.

20

Maqāṣid al-Syarī‟ah menurut pandanganWahbah Al Zuhaili, Maqāsid al-Syarī‟ah

berarti nilai-nilai dan sasaran syara‟ yang tersirat dalam segenap atau bagian terbesar dari hukum-

hukumnya. Nilai-nilai dan sasaran itu dipandang sebagai tujuan dan rahasia syarī‟ah, yang

ditetapkan oleh al-Syārī‟ dalam setiap ketentuan hukum. Lihat: Wahbah Zuhaili, Uṣūl Fiqh Islāmī,

(Damaskus: Dār al Fikr, 1986), h. 225

Page 71: AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber agama agar tidak

57

Perlindungan tersebut hadir dalam bentuk antisipasi terhadap berbagai

hal yang akan mengancam eksistensi jiwa, eksistensi kehormatan dan

keturunan, eksistensi harta benda material, eksistensi akal pikiran,

serta eksistensi agama. Perlindungan tersebut hadir dalam bentuk

antisipasi terhadap berbagai hal yang akan mengancam eksistensi

jiwa (hidzf al-nafs), eksistensi kehormatan dan keturunan (hifdz al-

„asl), eksistensi harta benda material (hifdz al-māl), eksistensi akal

pikiran (hifdz al-„aql), serta eksistensi agama (hifdz al-dīn).21

d. Egaliter derajat(Prinsip al-Musawah)

Semua warga negara haruslah mendapatkan perlakuan yang sama.

Semua warga negara memiliki kewajiban dan hak yang sama pula.

Sistem kasta atau pemihakan terhadap golongan, ras, jenis kelamin

atau pemeluk agama tertentu tidaklah dibenarkan. Menurut Saiq Aqil

Siroj, dari beberapa syarat tersebut tidaklah terlalu berlebihan jika

dikatakan bahwa sebenaranya sistem pemerintahan yang mendekati

kriteria di atas adalah sistem pemerintahan demokrasi. Demokrasi

adalah sistem pemerintahan yang bertumpu kepada kedaulatan rakyat.

Jadi kekuasaan negara sepenuhnya berada di tangan rakyat ( civil

society) sebagai amanah Allah.22

3. Bidang Istinbath al-Hukm (penggalian hukum)

21

Wahbah al-Zuhailī, al-Fiqh al-Islam Wa Adillatuhu, Juz I, (Siria: Dār al-Fikr,1984),

hlm. 18-19. 22

Said Aqil Siradj, Ahlusunnah Wa al-Jama‟ah: Sebuah Kritik Historis (Jakarta: Pustaka

Cendekia Muda, 2008), h. 57

Page 72: AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber agama agar tidak

58

Dalam deretan sekte-sekte Islam (al-Madzahib al-Islamiyah)

terutama dalam lingkup fiqih (Syariah) tidak ditemukan kontroversi

yang disebakan oleh polemik mutakallimin. Tetapi yang terjadi justru

sebaliknya. Para mutakallimin, baik dari Mu‟tazilah, Asy‟āriyah,

Maturudiyah maupun Salafiyin tersebar dalam berbagai madzhab fiqih.

Hanya Syi‟ah sebagi suatu madzab dalam telogis yang sekaligus

memiliki madzhab fiqih tersendiri yang berasal dari para Imam mereka

bahkan secara tegas Syi‟ah mengikuti Imam Jafar al-Shadiq dalam

bidang fiqih.23

Perlu ada kajian ulang terhadap pendapat yang menyatakan bahwa

pengikut madzhab Syafi‟iyyah pasti Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah.

Sejarah mencatat bahwa imam Syafi‟i hidup sebelum munculnya

pertentangan antara Mu‟tazilah dengan Al-Asy‟āriyyah. Pemahaman

tersebut lebih pelik lagi jika Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah dianggap

sebagai suatu madzhab karena bagaimana mungkin dalam madzhab

Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah masih terbagi dalam madzhab-madzhab

yang syarat dengan perbedaan. Bahkan dalam konteks tertentu di

kalangan NU terkadang masih ada yang berpandangan miring terhadap

ulama madzhab dari kalangan madzhab empat.24

Oleh karena itu, Pemahaman Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah

sebagai metode fikir (Manhaj al-Fikr) bukan mazhab harus menjadi

titik awal kerangka berfikir dalam menggali hukum. Metode tersebut

23

Said Aqil Siradj, Ahlusunnah Wa al-Jama‟ah: Sebuah Kritik Historis (Jakarta: Pustaka

Cendekia Muda, 2008), h. 59 24

Said Aqil Siradj, Ahlusunnah Wa al-Jama‟ah: Sebuah Kritik Historis(Jakarta: Pustaka

Cendekia Muda, 2008), h. 560

Page 73: AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber agama agar tidak

59

bersifat tawasuth, tawazaun, tasamuh dan selalu mencari jalan tengah

(moderat) yang diterima oleh sebagian besar golongan (Sawad al-

A‟dzam). Jika berpegang pada paradigma ini, maka keberagaman

mazhab dalam fiqih akan mudah terwadai.

Sebenarnya, tidaklah ditemukan pendapat (qaul) ulama yang secra

tegas menutup otoritas ijtihad. Pintu ijtihad tertutup dengan sendirinya

setelah muncul persyaratan bagi seorang mujtahid yaitu harus memiliki

kapabilitas keilmuan yang sempurna. Perkembangan selanjutnya

pemikiran kajian hukum Islam dikembangkan para ulama madzhab hal

ini bukan berarti semangat kajian generasi ini mundur namun mereka

tetap reflektif, krits, analitis, argumentatif dan sistematis. Implementasi

pemikiran mereka terefleksikan pada karyanya yaitu kitab-kitab

dengan sistem syarah (penjelasan), khasiyah (catatan kaki). Kemudian

muncul pula tahqiq (penelitian), dan ta‟liq (komentar).

Adapun sumber-sumber hukum dalam kalangan sunni tersendiri di

antaranya: al-Qur‟an, al-Sunnah, Ijma‟, dan Qiyas.

4. Bidang tasawwuf25

Pada dasarnya tasawuf bertumpu pada dua pokok yaitu:

pertama,Tajribah ( eksperimen) secara langsung agar tercapai hubungan

langsung antara hamba dengan Allah. Kedua, Ittihād (menyatu) antara sufi

(pelaku) dengan Allah. Tasawuf dibagi menjadi dua yaitu tasawuf sunni

(amali) dan tasawuf falsafi. Tasawuf sunni adalah tasawuf yang memilki

25

Menurut Abū Yazīd al-Bustāmī, tasawwuf adalah sofat Allah yang melekat pada hamba

yaitu menguat kelemah-lembutan dan terpusatnya kebeningan dalam arti kata membuang habis

hawa nafsu sembari memusatkan totalitas pandang hanya kepada Allah. Lihat al-Sahlajī, al-Nūr

min Kalimat Abī Taifur; dalam Abd. Rahman Badawi, Sahabat Suffiyah (Bairut: Dar al-Qalam),h.

110

Page 74: AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber agama agar tidak

60

karakter dinamis karena selalu mendahulukan syari‟at. Seseorang tidak

akan mecapai hakikat bila tidak melalui syari‟at sedangkan proses

pencapaian hakikat harus melalui maqomat (terminal-terminal).

Tasawuf atau sufisme tidak bisa dipisahkan dari dalam Islam,

sebagaimana halnya nurani dan kesadaran tertinggi juga tidak dapat

dipisahkan dari Islam. Islam bukanlah sebuah fenomena sejarah yang di

mulai sejak tahun 1400 yang lalu. Tetapi, Islam merupakan suatu

kesadaran abadi yang bermakna penyerahan diri dan ketertundukan (al-

iqiyad) seperti halnya kata “Islam” itu sendiri ketundukan dan kepasrahan.

Tasawuf adalah intisari ajaran Islam yang membawa kesadaran manusia

seperti itu.

Kemunculan tasawuf bermula dari abad pertama Hijriah, sebagai

bentuk perlawanan terhadap pernyimpangan dari ajaran Islam yang sudah

di luar batas syariat. Para penguasa saat itu sering menggunakan Islam

sebagai alat legitimasi ambisi pribadi. Mereka tak segan-segan menampik

sisi –sisi ajaran Islam yang tidak sesuai dengan kehendak ataupun pola

hidup mereka. Sejak masa itu, sejarah mencatat munculnya pembaruan

dikalangan umat Islam yang ikhlas dan tulus. Kebangkitan ini kemudia

meluas ke seluruh dunia Muslim.26

Setelah mengetahui rincian dalam prinsip Ahlu Sunnah yang

dijelaskan oleh Said Aqil Siroj, maka langkah selanjutnya melakukan

analisis pola pikir tentang argumetasi mengenai Ahlu Sunnah wa al-

Jama‟ah perspektif Said Aqil Siroj. Said Aqil Siroj memberikan batasan-

26

Said Aqil Siroj, Tasawuf Sebagai Kritik Sosia: Mengedepankan Islam Sebagai Inspirasi, Bukan Aspirasi, (Bandung: Mizan, 2006), h. 35-36

Page 75: AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber agama agar tidak

61

batasan dalam segmentasi aliran-aliran atau seseorang masuk dalam

kategori Ahl al-Sunnah Wa al-Jamaãh atau tidak. Konsep yang ditawarkan

oleh Said Aqil Siroj bahwa Ahl al-Sunnah Wa al-Jamaãh bukanlah

madzhab tapi sebuah Manhaj al-Fikr (metode berpikir) tentu

menimbulkan kontradiktif di internal NU maupun di luar NU. Karena

konsep ini menggugat konsep al-Sunnah wa al-Jamaah yang telah

disakralkan oleh mayoritas warga NU. Hasyim Asy‟ari selaku pendiri

menegaskan bahwa dalam aspek keyakinan (akidah) Ahl Al-Sunnah Wa

Al-Jamāah mengikuti paham yang dikembangakan oleh Al-Asy‟āri dan

al-Maturidi. Konsepsi Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah Hasyim Asy‟āri

mengatakan jika keluar dari pemahaman Al-Asy‟āri dan al-Matūridi maka

sudah keluar dari Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah. Hal ini ditegaskan oleh

Murtadho al-Zabidi27

di dalam kitabnya Ithāf Sa‟adah al-Muttaqīn bahwa

sejak zaman dulu kelompok yang disebut Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah

adalah pengikut Al-Asy‟āri dan al-Matūridi.

konsep ini memiliki sisi negatif yang membuka ruang bagi aliran lain

untuk mengkaim dirinya sebagai Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah. Batasan

bahwa Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah disematkan kepada aliran dalam

koridor masih meyakini bahwa ketuhanan, kenabian dan hari akhir

menimbulkan polemik baru. Pertama, Syi‟ah Imamiyah sebagai sebuah

aliran memiliki kesamaan dalam hal ini. Lima dasar (Ushul Khamsah)

Syi‟ah Imamiyah atau biasa disebut rukun iman Syi‟ah berisi: ketuhanan

(tauhid), kenabian (nubuwat), kepemimpinan (imamah), keadilan (al-adlu)

27

Murtadho al-Zabidi adalah seorang ulama yang bermazhab Hanafi, ia dikenal sebagai seorang ahli hadis (muhaddits) pada zamannya. Karya Murtadho al-Zabid yang cukup terkenal yaitu Ithaf As Sadah Al-Muttaqin, yaitu sarah kitab Ihya’ Ulumuddin karya Imam Ghazali.

Page 76: AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber agama agar tidak

62

dan hari akhir (al-ma‟d). Dengan demikian Said Aqil berpendapat bahwa

Syi‟ah Imamiyah masih dalam kategori Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah.

Tentu ini menimbulkan polemik baru di kalangan nahdliyin atau di luar

mereka. Sebab, Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah dengan Syi‟ah selama ini

dipahami sebagai dua kutub yang berbeda. Satu sama lain tidak pernah

menyatakan bisa disematkan istilah Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah.

Bahkan selama ini dikonotasikan bahwa definisi negatif Syi‟ah adalah

Ahlus al-Sunnah dan sebaliknya definisi negatifnya Ahlu al-Sunnah adalah

Syi‟ah.28

Kedua, Mu‟tazilah sebagai aliran yang sempat menjadi sorotan dalam

sejarah Islam berkat pencapaiannya dalam pembangunan peradaban Islam

dibidang ilmu pengetahuan juga dikategorikan sebagai Ahl Al-Sunnah Wa

Al-Jamāah. Kontribusi yang besar di bidang ilmu pengetahuan inilah

mungkin yang menjadikan Said Aqil memasukkan Mu‟tazilah sebagai

golongan Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah. Sejarah mencatat berkat

kebebasan berfikir dan keterbukaan terhadap ilmu pengetahuan inilah

umat Islam berada di puncak tertinggi peradaban Islam (golden age) di

masa lalu. Namun secara akidah Mu‟tazilah dianggap masih masuk dalam

bingkai Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah karena memiliki dasar yang sama di

lima dasar (Ushul Khamsah): ketuhanan (tauhid), kenabian (nubuwat),

tempat di antara dua tempat (manzilatun baina manzilataini), keadilan (al-

Adlu) dan hari akhir (al-ma‟d) sama halnya Syi‟ah. Menelisik lebih jauh,

Pemahaman ahlus sunnah yang luas ini sedikit banyak mengadopsi konsep

28

Muhammad Endy Fadlullah, Ahlu Sunnah wa al-Jama‟ah perspektif Said Aqil Siradj,

Nidzomul Haq, Vol. 3, No. 1, Maret 2018, h. 41

Page 77: AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber agama agar tidak

63

Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah Abdul Qahir al-Baghdadi al-Isfirany yang

secara tegas menjelaskan bahwa semua umat Islam yang menyepakati

(Ijmak) terhadap kebaruan (Huduts) alam, mentauhidkan pencipta alam,

mempercayai kenabian Muhammad SAW beserta risalah yang

diembannya, meyakini al-Qur‟an sebagai sumber hukum (Manba‟ al-

Ahkam al-Syariah) serta Ka‟bah sebagai kiblat shalatnya, mereka semua

tergolong Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah.29

Ketiga, dari segi metodologi konsep ini tidak konsisten dan cenderung

dipaksakan. Terhadap dua aliran tadi (Mutazilah dan Syi‟ah Imamiyah) ia

tegas memasukkan keduanya dalam manhaj Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah

namun menolak secara tegas salafi bagian dari Ahl Al-Sunnah Wa Al-

Jamāah. Said aqil Siroj secara tegas menolak paham Salafi-Wahabi yang

menurutnya tidak sesuai dengan nilai-nilai Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah

yang mengedepankan sikap moderat dan selalu berada di tengah. Salafi

lebih tepat dikategorikan sebagai neo Khawarîj yang paham dan

perilakunya sangat keras serta jauh dari ajaran Islam yang dibawa oleh

Nabi Muhammad SAW. Jika perilaku keras Salafi terhadap kelompok lain

seperti melempar tuduhan sesat, bid‟ah dan khurafat dikategorikan bukan

Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah bagaimana jika dibandingkan dengan

Mu‟tazilah yang memaksakan kehendaknya menjadi madzhab wajib

negara? Bukankah Mu‟tazilah juga melakukan tindak kekerasan dan

intimidasi kepada umat Islam dalam tragedi mihnah Al Quran? Imam

Ahmad Ibnu Hambal salah seorang Imam madzhab fiqih menjadi saksi

29

Muhammad Endy Fadlullah, Ahlu Sunnah wa al-Jama‟ah perspektif Said Aqil Siradj,

Nidzomul Haq, Vol. 3, No. 1, Maret 2018, h. 41

Page 78: AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber agama agar tidak

64

kekejaman khalifah al-Watsiq, al-Mutashim dan al-Watsiq yang berpaham

Mu‟tazilah. Karena jika mengacu pada aspek teologis aliran Salafi masih

bisa dikategorikan Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah yang berlandaskan pada

tiga pilar yakni ilahiyat, nubuwat dan ma‟d.30

Keempat, istilah Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah sebenarnya sudah

dimunculkan sejak masa akhir sahabat (Sigharu al-Sahabah) ini anti tesis

dari konsep Said Aqil Siroj yang menjelaskan istilah ini tidak muncul

sampai akhir masa daulah Bani Umayyah. Sahabat Ibnu Abbas ketika

melakukan tafsiran terhadap QS. Alī„Imran [3]106 menjelaskan bahwa

orang-orang yang wajahnya esok di hari kiamat putih bersih merekalah

golongan Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah dan orang-orang yang berilmu.

Sedangkan orang-orang yang wajahnya hitam merekalah golongan ahlu

bid‟ah wa al-Dhalalah. Hal ini menagaskan bahwa walaupun sebagai

sebuah mahzab dan manhaj Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah belum

terumuskan secara definitif namun sebagai sebuah nama dan istilah term

ini sudah muncul di generasi akhir sahabat sebelum munculnya generasi

tabiin dan tabiit tabiin seperti Hasan Basri dan lain sebagainya.31

Langkah dan upaya Said Aqil Siroj dalam merekonstruksi konsep Ahl

Al-Sunnah Wa Al-Jamāah perlu diacungi jempol mengingat semangat dari

upaya ini adalah dalam rangka merumuskan kembali Ahl Al-Sunnah Wa

Al-Jamāah yang kontekstual, mampu mengakomodir seluruh sekte, aliran

dan organisasi dalam bingkai Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah yang

30

Muhammad Endy Fadlullah, Ahlu Sunnah wa al-Jama‟ah perspektif Said Aqil Siradj,

Nidzomul Haq, Vol. 3, No. 1, Maret 2018, h. 41 31

Muhammad Endy Fadlullah, Ahlu Sunnah wa al-Jama‟ah perspektif Said Aqil Siradj,

Nidzomul Haq, Vol. 3, No. 1, Maret 2018, h. 42

Page 79: AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber agama agar tidak

65

berlandasakan pada pilar-pilar (rukun) Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah yaitu

ketuhanan (Uluhiyah), Kenabian (Nubuwah) dan hari akhir (Al Ma‟d).

menjaga keseimbangan dan toleransi. Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah

bukanlah sebuah mazhab akan tetapi sebuah Manhaj al-Fikr, sebab ia

hanya sebuah upaya mencari jalan tengah antara berbagai aliran yang ada.

Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah tidak ada batasan dan ketentuan harus

persis seperti Imam Abu Hasan Al-Asy‟āri ataupun al-Maturidi namun

pilar-pilar paham Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah ini yang harus

dipertahankan dengan demikian perbedaan pendapat dan pandangan dalam

menginterpretasikan sumber agama tidak menjadi jurang pemisah selama

masih memegang pilar-pilar (Rukun) Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah yaitu

ketuhanan (Uluhiyah), Kenabian (Nubuwah) dan hari akhir (Al Ma‟d).32

32

Muhammad Endy Fadlullah, Ahlu Sunnah wa al-Jama‟ah perspektif Said Aqil Siradj,

Nidzomul Haq, Vol. 3, No. 1, Maret 2018, h. 42

Page 80: AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber agama agar tidak

67

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis, analisis yang

dilakukan pada bab-bab sebelumnya maka dapat di ambil kesimpulan

beberapa hal sebagai berikut:

1. Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah bukanlah sebuah mazhab akan tetapi

sebuah Manhaj al-Fikr, sebab ia hanya sebuah upaya mencari jalan

tengah antara berbagai aliran yang ada.

2. Pada doktrin Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah yang diklasifikasikan

dalam buku yang ditulis oleh Said Aqil Siroj di antaranya:

a. Bidang Aqidah

b. Bidang Sosial Politik

c. Bidang Istinbath al-Hukm (penggalian hukum)

d. Bidang Tasawuf

3. walaupun sebagai sebuah mahzab dan manhaj Ahl Al-Sunnah Wa

Al-Jamāah belum terumuskan secara definitif namun sebagai

sebuah nama dan istilah term ini sudah muncul di generasi akhir

sahabat sebelum munculnya generasi tabiin dan tabiit tabiin.

Terobosan yang diberikan Said Aqil Siroj dalam merekonstruksi

konsep Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah perlu diacungi jempol

mengingat semangat dari upaya ini adalah dalam rangka merumuskan

kembali Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah yang kontekstual, mampu

Page 81: AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber agama agar tidak

68

mengakomodir seluruh sekte, aliran dan organisasi dalam bingkai Ahl

Al-Sunnah Wa Al-Jamāah yang berlandasakan pada pilar-pilar (rukun)

Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jamāah yaitu ketuhanan (Uluhiyah), Kenabian

(Nubuwah) dan hari akhir (Al Ma’d).

B. Saran-Saran

Penulis berharap kedepan nya lebih banyak lagi yang tertarik untuk

mengkaji pemikiran Said Aqil Siroj secara mendalam. Selain itu,

selanjutnya diharapkan mampu mencari sumber primer lebih banyak

lagi, mengingat sumber primer yang ada di tangan penulis tidak

lengkap. Penulis berharap agar kajian tentang Sunni terus di

kembangkan. Sebagaimana kajian tentang aliran-aliran yang ada terus

bisa menjadi patokan karena menyangkut kepribadian dan taat kita

kepada yang maha kuasa.

Page 82: AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber agama agar tidak

69

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Siradjuddun. I’tiqad Ahlussunnah Wal Jamaah. Jakarta: Pustaka Tarbiyah.

2008.

Dahlan, Abdul Aziz. Sejarah Perkembangan Pemikiran Dalam Islam: Bagian I

Pemikiran Teologis. Jakarta: Beunebi Cipta, 1987.

Fadlullah, Muhammad Endy. Ahlussunnah Wa al-Jama’ah Perspekif Said Aqil

Siradj. Jakarta: Nidhomul Haq. 2018.

Hanafi, Ahmad. Teologi Islam: Ilmu Kalam. Jakarta: Bulan Bintang. 2010.

Harun, Ahmad Musthopa. Meneguhkan Islam Nusantara. Pt. Khairu Jalisin

Kitabun Khalista 2015.

Harun, Ahmad Musthopa. Meneguhkan Islam Nusantara: Biografi Pemikiran dan

Kiprah Kebangsaan Prof. Dr. KH Said Aqil Siradj MA. Surabaya:

Khalista, 2015.

Kisawati, Tsuroyo. Peletak Dasar Teologi Rasional Dalam Islam. Jakarta:

Erlangga 2009.

Al-Mawardi. al-Ahkam al-Sultaniyyah wa al-Wilayat al-Diniyyah. Bairut: Dar al-

Kutub al-Ilmiyyah. 1978.

Munir, Ghazali. Tuhan, Manusia, dan Alam. Semarang: Rasail. 2008.

Mulyono, Studi Ilmu Tauhid. UIN MALIK PRESS. 2010.

Page 83: AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber agama agar tidak

70

Munir, Syamsul. Karomah Para Kyai. Yogyakarta: Pustaka Pesanteren. 2008.

Nasution, Harun. Teologi Islam: Aliran-Aliran, Sejarah, Analisa, dan

Perbandingan. Jakarta: Penerbit Universitas. 1986.

Nasution, Harun. Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya. Jakarta: UI-Press.

1984.

Nasution, Harun. Akal dan Wahyu Dalam Islam. Jakarta: UI-Press. 2011.

al-Qurtubi, Abū Abdillah. Jami’ li Ahkam al-Qur’an Tafsir al-Qurtubi. Kairo:

Maktabah al-Safa. 2005.

Rosihon, Anwar. Ilmu Kalam. Bandung: Pusaka Setia. 2007.

Siroj, Said Aqil. Ahlussunnah wal Jamaah: Sebuah Kritik Historis. Jakarta:

Pustaka Cendikia Muda. 2008.

Siroj, Said Aqil. Marifatullah: Pandangan Agama-Agama, Tradisi dan Filsafat.

Jakarta: ELSAS. 2003.

Siroj, Said Aqil. Dialog Tasawuf Kyai Said: Aqidah, Tasawuf dan Relasi Antar

Umat Beragama. Surabaya: Katalista. 2012.

Siroj, Said Aqil. Tasawuf Sebagai Kritik Sosial: Mengedepankan Islam Sebagai

Inspirasi, Bukan Aspirasi. Bandung: Mizan. 2006.

Sahilun, A. Nasir. Pemikiran Kalam: Teologi Islam. Jakarta: Rajawali Pers, 2012.

Sukardi, Muhammad Dawan. NU Sejak Lahir. Dari Pesantren Untuk Bangsa:

Kado Buat Kyai Said. Jakarta: SAS Centre. 2010.

Page 84: AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMĀAH PERSPEKTIF SAID AQIL SIROJrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ada perbedaan dan pendapat dalam menafsirkan sumber agama agar tidak

71

Soeleiman, Fadeli. Antologi NU: Sejarah, Istilah, Amaliah dan Uswah. Surabaya:

Khalista: 2014.

Tim Penulis PCLP. Maarif NU Lamongan.Pendidikan ASWAJA & ke-NU-an.

Lamongan: Lembaga Pendidikan Maarif NU Cabang Lamongan. 2011.

Hhtp://laduni.id/post/read/1025/riwayat-hidup-kh-said-aqil-siradj-html/diakses

26/11/18

https://www.nupringsewu.or.id/2017/07/03/menegenal-lebih-dekat-kh-said-aqil-

siroj/diakses27/11/2018

http://www.nu.or.id./post/read/74726/mengenal-lebih-dekat-kh-said-aqil-

siroj/diakses 27/11/2018