17
BAB II KEHIDUPAN DALAM MENGEMBANGKAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI 1. Kewajiban Memiliki Ilmu Setiap warga Muhammadiyah wajib untuk menguasai dan memiliki keunggulan dalam kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai sarana kehidupan yang penting untuk mencapai kebahagiaan hidup didunia dan akhirat. (Hanifah, 2010 : 239) Apabila kita memperhatikan isi Al-Quran dan Al-Hadist, maka terdapatlah beberapa suruhan yang mewajibkan bagi setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan, untuk menuntut ilmu, agar mereka tergolong menjadi umat yang cerdas, jauh dari kabut kejahilan dan kebodohan. Menuntut ilmu artinya berusaha menghasilkan segala ilmu, baik dengan jalan bertanya, melihat atau mendengar. Perintah kewajiban menuntut ilmu terdapat dalam hadist Nabi Muhammad SAW yaitu: ”Menuntut ilmu adalah fardhu bagi tiap-tiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan”. (HR. Ibn Abdulbari) Dari hadist ini kita memperoleh pengertian, bahwa Islam mewajibkan pemeluknya agar menjadi orang yang berilmu, berpengetahuan, mengetahui segala kemashlahatan dan jalan http://ercbasement.blogspot.com/2012/07/kehidupan-dalam- mengembangkan-ilmu Page 3

AIK 6 ump

Embed Size (px)

DESCRIPTION

aik

Citation preview

BAB II

KEHIDUPAN DALAM MENGEMBANGKAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

1. Kewajiban Memiliki Ilmu

Setiap warga Muhammadiyah wajib untuk menguasai dan memiliki keunggulan dalam kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai sarana kehidupan yang penting untuk mencapai kebahagiaan hidup didunia dan akhirat. (Hanifah, 2010 : 239)

Apabila kita memperhatikan isi Al-Quran dan Al-Hadist, maka terdapatlah beberapa suruhan yang mewajibkan bagi setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan, untuk menuntut ilmu, agar mereka tergolong menjadi umat yang cerdas, jauh dari kabut kejahilan dan kebodohan. Menuntut ilmu artinya berusaha menghasilkan segala ilmu, baik dengan jalan bertanya, melihat atau mendengar. Perintah kewajiban menuntut ilmu terdapat dalam hadist Nabi Muhammad SAW yaitu:

Menuntut ilmu adalah fardhu bagi tiap-tiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan. (HR. Ibn Abdulbari)

Dari hadist ini kita memperoleh pengertian, bahwa Islam mewajibkan pemeluknyaagar menjadi orang yang berilmu, berpengetahuan, mengetahui segala kemashlahatan dan jalan kemanfaatan; menyelami hakikat alam, dapat meninjau dan menganalisa segala pengalaman yang didapati oleh umat yang lalu, baik yang berhubungan dangan aqidah dan ibadat, maupun yang berhubungan dengan soal-soal keduniaan dan segala kebutuhan hidup.

Dalam sebuah haditsnya Rasulullah saw bersabda, Barangsiapa yang ingin hidup bahagia di dunia maka hendaklah dia memiliki ilmu, dan barangsiapa yang ingin hidup bahagia di akhirat mestilah memiliki ilmu, dan barangsiapa yang ingin hidup bahagia pada keduanya maka mesti juga dengan ilmu (HR. Bukhari dan Muslim). Hadits ini mengisyaratkan kepada kita, betapa pentingnya penguasaan ilmu oleh manusia demi kebahagiaan mereka sendiri baik dunia maupun akhirat. Sebagai contoh, seorang buruh yang hanya bekerja mangandalkan ototnya, bekerja selama sehari penuh di bawah terik matahari dengan beban pekerjaan yang sangat berat menerima upah Rp. 40.000. Sementara seorang Profesor memberikan ceramah, motivasi dan lain sebagainya dalam waktu 30 menit dan berada dalam ruangan ber-AC dengan suguhan menu yang istimewa, lalu dijemput dan di antar ke bandara dengan mobil mewah, diberikan uang saku jutaan rupiah. Perbedaan penghargaan itu terjadi karena keduanya berbeda dalam penguasaanilmu. Wajarlah kalau Allah swt berfirman dalam surat al-Mujadilah [58]: 11

Artinya Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengeahui apa yang kamu kerjakan.

karena itu, Islam sangat mendorong umatnya untuk menjadi penguasa ilmu pengetahuan. Hal itu tersirat dalam banyak ayat Allah SWT maupun hadits Rasulullah SAW. Seperti yang terdapat dalam hadits berikut, Tuntutlah ilmu dari ayunan sampai ke liang lahat. Begitu juga hadits lain memerintahkan, tuntutlah ilmu itu walupun sampai ke negeri Cina.

2. Sikap warga Muhammadiyah dalam mengembangkan ilmu dan teknologi

Setiap warga Muhammadiyah harus memiliki sifat-sifat ilmuwan, yaitu: kritis, terbuka menerima kebenaran dari manapun datangnya, serta senantiasa menggunakan daya nalar. (Hanifah, 2010 : 239)

Sikap kritis dan cerdas manusia dalam menanggapi berbagai peristiwa di sekitarnya, berbanding lurus dengan perkembangan pesat ilmu pengetahuan. Namun dalam perkembangannya, timbul gejala dehumanisasi atau penurunan derajat manusia. Hal tersebut disebabkan karena produk yang dihasilkan oleh manusia, baik itu suatu teori mau pun materi menjadi lebih bernilai ketimbang penggagasnya.

Sejumlah permasalahan ini yang barangkali perlu untuk diketengahkan sehubungan dengan sikap para agamawan pada umumnya dan dalam hal ini Islam pada khususnya terhadap keberadaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Permasalahan tersebut bermuara pada persoalan bahwa ilmu pengetahuan merupakan produk sekular yang dikembangkan (kebanyakan) oleh ilmuwan Barat yang berlatar belakang imperialisme tentunya memiliki implikasi-implikasi yang membahayakan umat beragama terutama Islam. Jika dipaksakan bahwa ilmu pengetahuan bukan merupakan produk sekular, maka bagaimanakah jika terjadi pertentangan antar keduanya?, Apakah keyakinan Islam secara menyeluruh sejalan dengan ilmu alam atauapakah ada pertentangan yang tidak dapat didamaikan antara sistem metafisika yang berdasarkan iman dan kemampuan akal dengan sistema berdasarkan keingintahuan empiris? Persoalan-persoalan inilah yang selalu menjadi renungan para filsuf dan teolog Islam sejak lebih dari seribu tahun yang lalu hingga dewasa ini. Persoalan ini terus bergema dan mengundang debat panjang serta perselisihan. Bahkan adu argumentasi antara para pembaharu, kaum modernis dan kaum muslim ortodoks tentang kesesuaian Islam dan iptek ini, sudah hampir mencapai titik jenuh.

Untuk memulai upaya memahami perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini, tentunya kita memerlukan pengertian dasar tentang kegiatan ilmiah, misalnya ketergantungan iptek pada alam dan kualitas sistem pendidikan, kumpulan ide-ide dan nilai-nilai yang ditumbuhkannya, yang pada gilirannya merupakan hal utama jika disadari bahwa kebudayaan Islam sulit melepaskan diri dari ikatan masa silam. Karena itu, setiap analisis serius mengenai keadaan iptek sekarang membutuhkan pemahaman yang dalam tentang bagaimana iptek memasuki peradapan Islam dan tumbuh subur didalamnya selama hampir lima abad.

Sementara itu, di antara iptek dengan Islam dalam kenyataan kontemporer menjadi suatu keharusan yang mendesak untuk segera dilaksanakan. Tentu saja keharusan ini selain dilatarbelakangi oleh pengembangan produk ilmu pengetahuan guna mendukung pemahaman kita terhadap pesan-pesan wahyu Allah, juga tidak kalah pentingnya adalah kenyataan kebudayaan dan peradaban umat Islam sendiri yang masih memprihatinkan.

Adapun perdebatan yang terjadi antara ilmu pengetahuan (sains) dan Islam, yang selama ini telah dilaksanakan, yakni sejak pada abad IX , memiliki tiga kecenderungan sikap dan bentuk. Sikap dan bentuk restorasionis, rekonstruksionis, dan pragmatis. Sikap dan bentuk restorasionis mencoba memulihkan beberapa versi ideal di masa lampau, dan menyebutkan semua kegagalan dan kekalahan merupakan penyimpangan dari jalan yang lurus. Sikap ini menggemakan perang suci melawan gagasan sekular, rasionalisme dan universalisme.Menurut sikap ini ilmu pengetahuan jelas terbatas; ilmu pengetahuan berisikan tentang apa saja yang telah diwahyukan. Karenanya, bagi sikap ini setiap perkembangan dalam ilmu pengetahuan berarti penemuan tafsiran baru mengenai kitab suci. Bahkan kelompok ini seringkali mengklaim bahwa setiap penemuan baru dalam iptek modern telah lama ada antisipasinya dalam kitab suci. Sebaliknya bertentangan dengan sikap dan bentuk restorasionis adalah sikap rekonstruksionis. Sikap rekonstruksionis secara esensial menafsirkan kembali keimanan untuk mendamaikan tuntutan peradaban modern dengan ajaran dan tradisi Islam. Bentuk dan sikap kelompok ini menyatakan bahwa Islam selama periode kehidupan Rasulullah dan Khulafa al-Rasydin bersifat revolusioner, liberal dan rasional. Masa setelah itu condong pada kekakuan dan dogmatisme reaksioner yang terus melemah akibat dari keberhasilan taqlid (tradisi) atas ijtihad (inovasi). Sikap kelompok ini sangat responsif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada. Dan bahkan mereka menyandarkan kepada optimisme yang berlebihan kepada kemajuan yang telah dicapai oleh barat. Kaum Muslim akan hancur bila mereka tetap bertahan menolak peradaban dan pengetahuan sekular. Seorang ilmuwan yang secara konsisten menggunakan peralatan dan teknik-teknik iptek modern, walaupun dia seorang penganut Islam yang taat, tak pelak lagi akan menghancurkan struktur agama Islam.

Sementara sikap metodis Ziauddin Sardar bersandar pada argumentasi bahwa pencarian ilmu pengetahuan yang Islami adalah kewajiban paling mendesak yang dihadapi kaum muslim dewasa ini. Menurutnya, apa yang disebut iptek Barat jelas tidak sesuai. Tidak saja karena penerapannya berbahaya tetapi juga karena epistemologisnya secara mendasar bertentangan dengan pandangan Islam. Sikap ini senada dengan yang dikemukakan oleh Ismail Faruqi, bahwa umat Islam harus menguasai semua disiplin keilmuan modern, memahami disiplin keilmuan tersebut dengan sempurna dan merasakan itu sebagai sebuah perintah yang tidak bisa ditawar-tawar bagi mereka semua. Itulah prasyarat yang utama. Setelah itu, mereka harus mengintegrasikan pengetahuan baru tersebut ke dalam keutuhan warisan Islam dengan melakukan eliminasi, perubahan, penafsiran kembali dan penyesuaian terhadap komponen-komponennya sebagai world views Islam dan menetapkan nilai-nilainya.

Namun berbeda dengan al-Faruqi, yang menyarankan Islamisasi ilmu pengetahuan dengan menuntut kita untuk menetapkan hubungan khusus Islam dengan masing-masing ilmu pengetahuan modern. Ziauddin Sardar sebaliknyamenyatakan bahwa apa yang dikemukakan oleh al-Faruqi justru terbalik, bukan Islam yang mesti dijadikan relevan dengan pengetahuan modern tetapi justru pengetahuan modernlah yang mesti dijadikan relevan dengan agama Islam.

3. Kemampuan Menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Kemampuan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan bagian tidak terpisahkan dengan iman dan amal shalih yang menunjukkan derajat kaum muslimin dan membentuk pribadi ulil albab. (Hanifah, 2010 : 239)

Ulul albab adalah orang-orang yang senantiasa menyeimbangkan dzikir dan pikir, mereka pandai membaca dan memahami maknanya dari ayat-ayat Allah yang tertulis (qauliyyah) berupa Qur'an, dan juga pandai membaca, memikirkan dan memahami ayat-ayat yang tidak terulis (kauniyyah) berupa alam semesta seisinya dan berbagai fenomena kejadian di dalamnya dan selanjutnya atas dasar kekuatan itu melahirkan manusia-manusia berilmu yang beramal shaleh. Mereka senantiasa mengingat Allah dalam keadaan yang bagaimana pun, disamping selalu menggunakan akalnya untuk mengambil hikmah dari berbagai kejadian di alam ini.

Dalam firman Allah yang lain, orang-orang seperti ini disebut juga sebagai ulul abshar (orang yang menggunakan pengamatannya), seperti pada ayat berikut ini:Allah membuat malam dan siang silih berganti. Sesungguhnya itu semua merupakan pelajaran bagi ulul abshar(QS An Nuur: 44). Kita saat ini butuh orang-orang yang berpredikat ulul albab atau ulul abshar, agar Islam kembali memancarkan cahayanya dengan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, agar umat Islam bangkit dari ketertinggalannya dari umat lain, dan kembali pada jaman kejayaannya seperti yang terjadi di masa lalu.

Ulul Albab berkeyakinan bahwa mengembangkan ilmu pengetahuan semata-mata dimaksudkan sebagai upaya mendekatkan diri dan memperoleh ridho Allah SWT. Akan tetapi, Ulul Albab tidak menafikan diri akan pentingnya pekerjaan sebagai sumber rizki. Ulul Albab berpandangan bahwa jika seseorang telah menguasai ilmu pengetahuan, cerdas, berpandangan luas, tepat, benar atau professional tetaplah harus memiliki amal shaleh. Amal sholeh bagi Ulul Albab adalah suatu keharusan sebab Amal shaleh adalah jalan menuju ridha Allah SWT.

Dengan membentuk pribadi ulil albab dalam mengembangkan kemampuan menguasi ilmu pengetahuan dan teknologi maka akan tebentuk pula beberapa karakterisitik dalam diri, yaitu:

1. Orang yang memiliki akal pikiran yang murni dan jernih yang tidak diselubungi oleh kabut-kabut yang dapat melahirkan kerancuan dalam berfikir.

2. Orang yang mampu menangkap pelajaran, memilah dan memilih mana jalan yang benar dan baik serta mana jalan yang salah dan buruk, dan mampu menerapkan jalan yang benar dan baik (jalan Allah) serta menghindar dari jalan yang salah dan buruk (jalan setan).

3. Orang yang giat melakukan kajian dan penelitian sesuai dengan bidangnya dan berusaha menghindari fitnah dan mala petaka dari proses dan hasil kajian atau penelitiannya.

4. Orang yang selalu sadar akan kehadiran tuhan dalam segala situasi dan kondisi, baik saaat bekerja maupun istirahat, dan berusaha mengenali Allah dengan kalbu (zikir), serta mengenali alam semesta dengan akal (pikir), sehingga sampai kepada bukti yang sangat nyata tentang keesaan dan kekuasaan Allah SWT.

5. Orang yang konsen terhadap kesinambungan pemikiran dan sejarah, sehingga tidak mau melakukan loncatan sejarah. Dengan kata lain, ia mau menghargai khazanah intelektual dari para pemikir, cendekiawan, atau ilmuan sebelumnya

6. Orang yang memiliki ketajaman hati dalam menangkap fenomena yang dihadapinya.

7. Orang yang mampu dan bersedia mengingatkan orang lain berdasarkan ajaran dan nilai-nilai ilahi dengan cara yang lebih komunikatif.

8. Orang yang suka merenungkan dan mengkaji ayat-ayat Tuhan baik yang tanziliah (wahyu) maupun kauniyah (alam semesta), dan berusaha menagkap pelajaran darinya.

9. Orang yang sadar dan peduli terhadap pelestarian lingkungan hidup.

10. Orang yang berusaha mencari petunjuk dan pelajaran dari fenomena historis atau kisah-kisah terdahulu.

4. Kewajiban Mengajarkan dan Memanfaatkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Setiap warga Muhammadiyah dengan ilmu pengetahuan yang dimiliki mempunyai kewajiban untuk mengajarkan kepada masyarakat, memberikan peringatan, memanfaatkan untuk kemaslahatan dan mencerahkan kehidupan sebagai wujud ibadah, jihad, dan dawah. (Hanifah, 2010 : 239)

Kalau kita telah mempelajari dan memiliki ilmu-ilmu itu, apakah kewajiban kita yang harus ditunaikan?. Kewajiban yang harus ditunaikan ialah mengamalkan segala ilmu itu, sehingga menjadi ilmu yang bermanfaat, baik untuk diri kita sendiri maupun bagi orang lain. Agar bermanfaat bagi orang lain hendaklah ilmu-ilmu itu kita ajarkan kepada mereka. Mengajarkan ilmu-ilmu ialah memberi penerangan kepada mereka dengan uraian lisan, atau dengan melaksanakan sesuatu amal di hadapan mereka, atau dengan jalan menyusun dan mengarang buku-buku untuk dapat diambil manfaatnya.

Mengajarkan ilmu kecuali memang diperintah oleh agama, sungguh tidak disangkal lagi, bahwa mengajar adalah suatu pekerjaan yang seutama-utamanya. Nabi diutus ke dunia inipun dengan tugas mengajar, sebagaimana sabdanya :

Aku diutus ini, untuk menjadi pengajar.(HR. Baihaqi)

Sekiranya Allah tidak membangkitkan Rasul untuk menjadi guru manusia, guru dunia, tentulah manusia tinggal dalam kebodohan sepanjang masa. Walaupun akal dan otak manusia mungkin menghasilkan berbagai ilmu pengetahuan, namun masih ada juga hal-hal yang tidak dapat dijangkaunya, yaitu hal-hal yang diluar akal manusia. Untuk itulah Rasul Allah di bangkitkan di dunia ini. Mengingat pentingnya penyebaran ilmu pengetahuan kepada manusia/masyarakat secara luas, agar mereka tidak dalam kebodohan dan kegelapan, maka di perlukan kesadaran bagi para mualim, guru dan ulama, untuk beringan tangan menuntun mereka menuju kebahagian dunia dan akhirat. Bagi para guru dan ulama yang suka menyembunyikan ilmunya, mendapat ancaman, sebagaimana sabda Nabi saw.

Barang siapa ditanya tentang sesuatu ilmu, kemudian menyembunyikan (tidak mau memberikan jawabannya), maka Allah akan mengekangkan (mulutnya), kelak dihari kiamat dengan kekangan ( kendali) dari api neraka. (HR Ahmad)

Marilah tuntut ilmu pengetahuan, dengan Ikhlas dan tekad mengamalkan dan menyumbangkan kepada masyarakat, agar kita semua dapat mengenyam hasil dan buahnya.

5. Upaya-upaya Untuk Mencari Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Menggairahkan dan menggembirakan gerakan mencari ilmu pengetahuan dan penguasaan teknologi baik melalui pendidikan maupun kegiatan-kegiatan di lingkungan keluarga dan masyarakat sebagai sarana penting untuk membangun peradaban Islam. Dalam kegiatan ini termasuk menyemarakkan tradisi membaca di seluruh lingkungan warga Muhammadiyah. (Hanifah, 2010 : 239)

Sumber Ilmu Pengetahuan

Ada beberapa sumber ilmu pengetahuan yang kita ketahui yaitu: kepercayaan yang berdasarkan tradisi, kebiasaan-kebiasaan dan agama, kesaksian orang lain, panca indra/pengalaman, akal pikiran dan intuisi pemikiran.

Akan tetapi pada hakekatnya sumber ilmu pengetahuan itu ada dua : Wahyu (al-Quran dan Sunnah) dan Alam semesta.

1. Wahyu (al-Quran dan Sunnah)

Wahyu merupakan ayat-ayat Allah yang tersurat, berupa kalam atau firman-Nya yang datang melalui Rasulullah saw, kemudian dikenal dengan ayat kauliayah.

Mengapa wahyu dijadikan sumber pengetahuan? Karena dalam Islam dapatlah dikatakan bahwa pedoman hidup seseorang muslim adalah al-Quran dan Sunnah. Keduanya merupakan wahyu Allah yang diturunkan melalui Nabi Muhammad saw, secara tegas Allah mengatakan bahwa al-Quran diturunkan untuk menjadi hudan lil muttaqin (petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa) atau hudan linnas (petunjuk bagi ummat manusia). Ia juga merupakan al-Bayyinah (Penjelas) segala sesuatu dan al-Furqan (pembeda) antara yang haq dan yang bathil. Petunjuk kejalan yang lurus.

2. Alam

Alam semesta, bumi, langit beserta segala isinya merupakan ciptaan Allah SWT, termasuk segala peristiwa, fenomena, dan hukum-hukumnya. Yang selalu dikenal dengan sunnatullah fi al-Kaum (hukum alam)

Alam semesta, bumi, langit beserta segala isinya, Allah peruntukkan kepada manusia. Manusia sesuai dengan kehadirannya di muka bumi sebagai khalifah, diberi wewenang dan hak untuk mengelolah dan memanfaatkannya, untuk kebahagian lahir dan bathin. Sebagaimana Firman-Nya (QS Lukman 20):

Artinya :Tidakkah kamu perhatikan Sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa kitab yang memberi penerangan.

Kreativitas manusia dalam mengelolah alam semesta, akan melahirkan berbagai inovasi sesuai dengan tuntunan perkembangan zaman dan pradaban. Variasi dari objek penilitian terhadap alam tersebut, akan melahirkan ilmu alam, ilmu eksakta (pasti) termasuk sains dan teknologi. Keberadaan ilmu-ilmu ini, lebih banyak mendekati kebenaran, dalam arti sesuai dengan ayat-ayat al-Quran dan Sunnah, sebab yang dikaji adalah sunnatullah fil kaum yang bersifat tetap dan pasti.

Dengan demikian sudah dapat kita ketahui bahwa sumber ilmu pengetahuan itu berasal dari dua sumber yaitu al-Quran dan Alam semesta. Berbeda halnya dengan pemikiran ala Barat yang mengandalkan hanya satu sumber, yakni alam atau universum, dan dalam memahaminya pun hanya mengandalkan kemampuan indra dan akal, yang jelas kemampuannya sangat terbatas.

BAB II

PENUTUP

1.Kesimpulan

Dalam pandangan Isalam ternyata penguasaan ilmu dan teknologi sangat dianjurkan hal ini terbukti dengan banyaknya ayat-ayat al-quran maupun hadis Nabi SAW. Yang menganjurkan untuk menguasai iptek dan juga dibuktikan ayat al-Quran yang pertaama turun adalah perintah iqra, perintah ini menganung arti yang sangat luas yaitu membaca segala hal yang bermanfat bagi kemanusiaan.

Dalam perjalan sejarah umat islam, mengalami pasang surut dalam menguasai ilmu pengetahuan. Islam mengalaami masa kejayaan dalam penguasaan iptek adalah ketika masa-masa khilafah Islamiyah Abbasiyah dan berakhir sampai akhir abad ke 18 M.

2.Saran

Ilmu Pengetahuan dan teknologi adalah suatu bagian yang tak lepas dari kehidupan manusia dari awal peradaban sampai akhir dari segala akhir kehidupan manusia. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi terus berkembang seiring perkembangan peradaban manusia di dunia. Semoga dengan tersusunnya makalah ini dapat memberikan gambaran dan menambah wawasan kita tentang IPTEK serta perkembangannya dari waktu ke waktu, lebih jauhnya penyusun berharap dengan memahami IPTEK kita semua dapat menyikapi segala kemajuan dan perkembangannya sehingga dapat berdampak positif bagi kehidupan kita semua.

DAFTAR PUSTAKA

http://ercbasement.blogspot.com/2012/07/kehidupan-dalam-mengembangkan-ilmu

http://mayaanjela4c.blogspot.com/2013/05/pedoman-hidup-islami-kehidupan-dalam.html

[Type text]Page 1

http://ercbasement.blogspot.com/2012/07/kehidupan-dalam-mengembangkan-ilmuPage 3