25
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air adalah materi esensial di dalam kehidupan. Tidak satupun mahluk hidup di dunia ini yang tidak memerlukan dan tidak mengandung air. Dari sejumlah 40 juta mil-kubik air yang berada di permukaan dan di dalam tanah, ternyata tidak lebih dari 0,5% (0,2 juta mil-kubik) yang secara langsung dapat digunakan untuk kepentingan manusia. Keperluan sehari-hari terhadap air, berbeda untuk tiap tempat dan untuk tiap tingkatan kehidupan. Yang jelas, semakin tinggi taraf kehidupan, semakin meningkat jumlah keperluan akan air. Kebutuhan air minum di banyak Negara di dunia tidak sama satu sama lain. Warga dinegara maju lebih banyak memerlukan air minum dari pada di Negara berkembang. Beberapa data Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa volume kebutuhan air bersih bagi penduduk rata-rata di dunia berbeda. Di Negara maju, air yang dibutuhkan adalah lebih kurang 500 liter tiap hari (lt/or/hr) sedangkan di Indonesia (kota besar) sebanyak 200-400 lt/or/hr dan di daerah pedesaan hanya 60 liter/hr. kebutuhan akan air pun berubah-ubah.

Air

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Air

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air adalah materi esensial di dalam kehidupan. Tidak satupun mahluk hidup di dunia ini

yang tidak memerlukan dan tidak mengandung air. Dari sejumlah 40 juta mil-kubik air

yang berada di permukaan dan di dalam tanah, ternyata tidak lebih dari 0,5% (0,2 juta

mil-kubik) yang secara langsung dapat digunakan untuk kepentingan manusia.

Keperluan sehari-hari terhadap air, berbeda untuk tiap tempat dan untuk tiap tingkatan

kehidupan. Yang jelas, semakin tinggi taraf kehidupan, semakin meningkat jumlah

keperluan akan air.

Kebutuhan air minum di banyak Negara di dunia tidak sama satu sama lain. Warga

dinegara maju lebih banyak memerlukan air minum dari pada di Negara berkembang.

Beberapa data Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa volume kebutuhan

air bersih bagi penduduk rata-rata di dunia berbeda. Di Negara maju, air yang

dibutuhkan adalah lebih kurang 500 liter tiap hari (lt/or/hr) sedangkan di Indonesia

(kota besar) sebanyak 200-400 lt/or/hr dan di daerah pedesaan hanya 60 liter/hr.

kebutuhan akan air pun berubah-ubah.

Air merupakan kebutuhan vital bagi kehidupan manusia. Keterbatasan air yang

disediakan oleh Pemerintah dan keadaan air yang bermasalah dan harga Air minum

dalam kemasan (AMDK) dari berbagai merek yang terus meningkat serta kebutuhan air

yang semakin tinggi membuat konsumen mencari alternatif baru yang murah. maka

untuk memenuhinya sekitar tahun 1999 mulai marak berkembang di Indonesia usaha

depot air minum isi ulang. Air minum isi ulang menjadi jawabannya. Air minum yang

bisa diperoleh di depot-depot itu harganya bisa sepertiga dari produk air minum dalam

kemasan yang bermerek. Karena itu banyak rumah tangga beralih pada layanan ini. Hal

inilah yang menyebabkan depot-depot air minum isi ulang bermunculan.

Keberadaan depot air minum (DAM) terus meningkat sejalan dengan dinamika

keperluan masyarakat terhadap air minum yang bermutu dan aman untuk dikonsumsi.

Page 2: Air

Meski lebih murah, tidak semua depot air minum terjamin keamanan produknya. Hasil

pengujian laboratorium yang dilakukan Badan Pengawas Obat dan Makanan (POM)

atas kualitas depot air minum isi ulang di Jakarta menunjukkan adanya cemaran

mikroba dan logam berat pada sejumlah contoh (Kompas, 2003).

Hasil penelitian Eka Ferawaty (2003), menunjukkan sebanyak 34% depot air minum isi

ulang dari populasi di Kota Semarang tidak memenuhi syarat Bakteriologis karena

mengandung Eschericia coli tertinggi sebanyak 44 koloni/100 ml dan terendah

sebanyak 0 koloni/100 ml. Hal ini disebabkan karena keadaan hiegene sanitasi, prosedur

pengolahan dan peralatan serta kualitas air baku.

Bakteri E.coli merupakan ukuran mikrobiologis terpenting untuk menakar kualitas air

minum. Walupun tidak memberikan efek yang terlalu membahayakan tapi keberadaan

bakteri ini membuktikan rendahnya tingkat sanitasi. Efek yang akan timbul biasanya

demam, kram perut, dan muntah-muntah. Keberadaan bakteri ini juga menunjukkan

adanya bakteri lain misalnya Shigella, yang menyebabkan diare hingga muntaber.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No.492/MENKES/PER/IV/2010 tentang

Persyaratan Kualitas Air Minum, pengawasan mutu air pada depot air minum menjadi

tugas dan tanggung jawab dinas kesehatan kabupaten/kota.

Kualitas air minum masih tergantung beberapa faktor, termasuk didalamnya proses

pengolahan, peralatan harus berfungsi dengan baik dan mampu mengolah air baku

untuk mereduksi kandungan partikel-partekel fisik, kmiawi yang terlalu tinggi dan

membunuh mikrooragnisme yang berbahaya, sehingga produksi air siap minum

memenuhi syarat. Di samping kualitas peralatannya, tergantung pula kemampuan dan

ketaatan tenaga yang mengoperasikan peralatan tersebut termasuk sikap dan perilaku

bersih dan sehatnya. Tenaga yang mengoperasikan dan menghandel hasil olahan yang

tidak berperilaku bersih dan sehat dapat mencemari hasil olahan (Siswanto, 2003).

Page 3: Air

Oleh karena itu, penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui hal-hal terkait proses

pengolahan beserta data analisis parameter uji laboratorium dari depot air minum

setempat.

2.2 Tujuan Penelitian

a. Mengetahui sumber air baku yang digunakan oleh depot air minum isi ulang

“TIRTA SARI”.

b. Mendiskripsikan proses pengolahan air minum pada depot air minum isi

ulang “TIRTA SARI”.

c. Mengetahui data parameter hasil uji laboratorium untuk kandungan air pada depot

air minum isi ulang “TIRTA SARI”.

Page 4: Air

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air Minum

2.1.1 Pengertian Air Minum

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang syarat-

syarat dan pengawasan kualitas air minum, antara lain disebutkan bahwa Air minum

adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang

memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.

Pengertian air minum dapat dilihat juga dalam Keputusan Menteri Perindustrian dan

Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 651/MPP/Kep/10/2004 yaitu tentang

persyaratan teknis depot air minum dan perdagangannya. Dalam keputusan tersebut

dinyatakan bahwa air minum adalah air baku yang telah diproses dan aman untuk

diminum.

Dua pengertian diatas maka dapat diartikan bahwa air minum adalah air yang dapat

langsung diminum tanpa menyebabkan gangguan bagi orang yang meminumnya.

2.1.2 Jenis Air Minum

Jenis air minum, menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:

907/MENKES/SK/VII/2002 tentang syarat-syarat dan pengawasan Kualitas air minum

adalah :

a. Air yang didistribusikan melalui pipa untuk keperluan rumah tangga.

b. Air yang didistribusikan melalui tangki air

c. Air kemasan

d. Air yang digunakan untuk produksi bahan makanan dan minuman

yang disajikan kepada masyarakat.

Page 5: Air

2.1.3 Persyaratan Air Minum

Persyaratan air minum dipengaruhi oleh kondisi negara masing-masing, perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada saat dunia dilanda krisis air karena semakin

menurunnya kualitas air akibat pencemaran, maka dikeluarkan standar persyaratan

kualitas air minum.

Di Indonesia, standar persyaratan kualitas air ditetapkan oleh Departemen Kesehatan

mulai tahun 1975, kemudian diperbaiki tahun 1990 dan diperbaiki lagi tahun 2002.

Persyaratan kualitas air minum dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor:

907/MENKES/SK/VII/2002 tentang syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas air minum,

adalah meliputi Persyaratan : Bakteriologi, Kimiawi, Radioaktif dan Fisik.

2.1.4 Kualitas Air Minum

Air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau.

Selain itu juga tidak mengandung kuman pathogen dan segala mahkluk yang

membahayakan kesehatan manusia, tidak mengandung zat kimia yang dapat

mengganggu fungsi tubuh, dapat diterima secara estetis dan tidak merugikan secara

ekonomis.

Atas dasar pemikiran tersebut perlu dibuat standar air minum, yaitu suatu peraturan

yang memberi petunjuk tentang kontaminasi berbagai parameter yang sebaiknya

diperbolehkan ada dalam air minum. Penetapan standar ini berbeda antara satu negara

dengan negara yang lain tergantung pada social kultural termasuk kemajuan

tekhnologinya. Standar suatu negara seharusnya layak bagai keadaan sosial ekonomi

dan budaya setempat. untuk negara berkembang seperti indonesia, perlu didapat cara-

cara pengolahan air yang relatif murah sehingga kualitas air yang dikonsumsi

masyarakat dapat dikatakan baik dan memenuhi syarat. Parameter yang disyaratkan

meliputi; Parameter fisik, kimiawi, bilogis dan radiologist.

2.1.5 Standar Air Minum

Pada umumnya penentuan standart kualitas air minum tergantung pada kondisi negara

masing-masing, perkembangan ilmu pengetahuan dan perkembangan teknologi.

Page 6: Air

Di Indonesia standart air minum yang berlaku, dibuat pada tahun 1975 yang kemudian

diperbaiki tahun 1990, dan diperbaiki kembali pada tahun 2002. Menurut berbagai

pihak yang berwenang masih banyak penyediaan air minum yang tidak memenuhi

standart tersebut, baik karena keterbatasan tekhnologi, pengetahuan, sosial ekonomi

ataupun budaya.

Dua standar nasional yang mengatur kualitas air minum yaitu Standar Nasional

Indonesia (SNI) 01 3553 – 1996 dari Departeman Perindustrian dan Perdagangan, yang

menyatakan bahwa batas maksimal total angka kuman adalah 100 koloni/ml serta

peraturan Menteri Kesehatan nomor 907/MENKES/SK/VII/2002, yang menyatakan

bahwa air minum harus memenuhi persyaratan diantaranya tingkat kontaminasi 0 koloni

/ 100 ml untuk keberadaan bakteri coliform.

2.2 Proses Penjernihan Air

Filtrasi adalah proses penyaringan untuk menghilangkan zat padat tersuspensi dari air

melalui media berpori-pori. Zat padat tersuspensi dihilangkan pada waktu air melalui

suatu lapisan materi berbentuk butiran yang disebut media filter. Media filter biasanya

pasir atau kombinasi pasir, anthracite, garnet, polystyrene dan beads. Filter dengan

bahan anthracite, kecepatan filtrasinya dapat diperbesar menjadi 1,5 – 2 kali saringan

kasir. Pasir yang paling baik untuk bahan filter adalah pasir yang mengandung kwartsa

(SiO2) lebih besar atau sama 90,8 %. 8)

Penghilangan zat padat tersuspensi dengan penyaringan memainkan peranan penting,

baik yang terjadi dalam pemurnian alami dari air tanah maupun dalam pemurnian

buatan dalam pemurnian instalasi pengolahan air.

2.2.1 Proses

Filter yang digunakan dalam proses filtrasi biasanya dianggap sebagai saringan yang

menahan zat padat tersuspensi diantara media filter. Proses filtrasi tergantung pada

gabungan dari mekenisme fisika dan kimia yang kompleks, dan yang terpenting adanya

proses adsorpsi. Pada waktu air melalui lapisan filter, zat padat terlarut bersentuhan dan

melekat pada permukaan dari butiran media filter atau materi yang lebih dulu melekat

Page 7: Air

pada permukaan dari butiran media filter atau materi yang lebih dulu melekat

membentuk lapisan film.

Kekuatan menarik dan mengikat partikel kebutiran, sama seperti yang terdapat pada

proses koagulasi dan flokulasi.

Hasil penyaringan air melalui media penyaringan berbanding lurus dengan ketebalan

dan ukuran media saringan. Semakin tebal atau semakin kecil ukuran saringan, maka

akan semakin banyak zat-zat yang tersaring.

2.2.2 Persyaratan Pasir sebagai Media Filter

Pasir sebagai bahan atau filter agar hasil filtrasi efektif dipersyaratkan sebagai berikut:

a. Bersih tidak mengandung tanah liat dan zat organik

b. Butiran maksimum 2 mm

c. Derajat kekerasan 0,3 – 0,8

d. Berat jenis 2,35 – 2,65

2.2.3 Saringan Karbon Aktif (Carbon Filter).

Fungsi carbon filter adalah sebagai penyerap bau, rasa, warna, sisa chlor dan bahan

organik. Semakin lama air yang kontak dengan carbon filter semakin banyak pula zat

yang terserap.

Carbon filter dapat dibuat dari batubara atau arang batok kelapa. Carbon filter dalam

kurun waktu tertentu akan mengalami kejenuhan sehingga perlu dicuci dengan cara

dibakar atau diganti.

2.3 Proses Desinfeksi Pada Sistem DAMIU

Desinfeksi air minum adalah upaya menghilangkan atau membunuh bakteri didalam air

minum. Didalam depot air minum dikenal 2 (dua) cara desinfeksi yaitu :

a. Ultraviolet (UV)

Salah satu metode pengolahan air adalah dengan penyinaran sinar ultraviolet dengan

panjang gelombang pendek yang memiliki daya inti mikroba yang kuat. Cara

kerjanya adalah dengan absorbsi oleh asam nukleat tanpa menyebabkan terjadinya

Page 8: Air

kerusakan pada permukaan sel. Air dialirkan melalui tabung dengan lampu

ultraviolet berintensitas tinggi, sehingga bakteri terbunuh oleh radiasi sinar

ultraviolet, harus diperhatikan bahwa intensitas lampu ultraviolet yang dipakai harus

cukup, untuk sanitasi air yang efektif diperlukan intensitas sebesar 30.000 MW

sec/cm2 (Micro Watt detik per sentimeter per segi).

Radiasi sinar ultraviolet dapat membunuh semua jenis mikroba bila intensitas dan

waktunya cukup, tidak ada residu atau hasil samping dari proses penyinaran dengan

ultraviolet, namun agar efektif, lampu UV harus dibersihkan secara teratur dan harus

diganti paling lama satu tahun. Air yang akan disinari dengan UV harus tetap melalui

filter halus dan karbon aktif untuk menghilangkan partikel tersuspensi, bahan

organik, Fe atau Mn jika konsentrasinya cukup tinggi.

b. Ozonisasi

Ozon merupakan oksidan kuat yang mampu membunuh bakteri patogen, termasuk

virus. Keuntungan penggunaan ozon adalah pipa, peralatan dan kemasan akan ikut

disanitasi sehingga produk yang dihasilkan akan lebih terjamin selama tidak ada

kebocoran di kemasan. Ozon merupakan bahan sanitasi air yang efektif disamping

sangat aman.

Agar pemakaian ozon dapat dihemat, yaitu hanya ditujukan untuk membunuh

bakteri-bakteri saja, maka sebelum dilakukan proses desinfeksi, air tersebut perlu

dilakukan penyaringan agar zat-zat organik, besi dan mangan yang terkandung dalam

air dapat dihilangkan. Proses ozonisasi pertama kali diperkenalkan oleh Nies dari

negeri Perancis sebagai metode untuk mensterilisasi air minum pada tahun 1906.

Penggunaan proses ozonisasi ini kemudian berkembang cepat. Hingga hanya dalam

kurun waktu kurang dari 20 tahun telah terdapat kurang lebih 300 lokasi pengolahan

air minum yang menggunakan sistem ozonisasi di Amerika Serikat.

Desinfeksi dengan sistim ozonisasi, kualitas air dapat bertahan selama kurang lebih

satu bulan dan masih aman dikonsumsi, sedangkan yang tidak menggunakan

ozonisasi, kualitas air hanya dapat bertahan beberapa hari saja air sudah tidak layak

Page 9: Air

dikonsumsi. Karena tanpa ozonisasi, pertumbuhan bakteri dan jamur berlangsung

cepat

Page 10: Air

BAB III

ISI

3.1 Deskripsi Depot Air Minum Isi Ulang “TIRTA SARI”

Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) “TIRTA SARI” berlokasi di Jalan Trisari,

Samarinda, Kalimantan Timur. Berdasarkan informasi yang didapat, depot ini

menggunakan sistem isi ulang yang diproses dengan sistem High Technology Ozon

(Australia) dan terdaftar pada Dinas Kesehatan dan Perindustrian. Sumber air baku dari

depot ini adalah air PDAM dan harga air per gallon yaitu Rp 4.000,00.

3.2 Proses Pengolahan Air Minum Isi Ulang

Keterangan:

1. Bahan baku yang berasal dari air PDAM disimpan di dalam tandon atau bak

penampungan air.

2. Setelah itu dilanjutkan dengan filtrasi (2-3 filter) dan air disimpan pada tandon

kedua atau tandon selanjutnya.

Gambar Bagan Alir Proses Pengolahan Depot Air Minum Isi Ulang “TIRTA SARI”

Page 11: Air

3. Ketika akan digunakan air dari tanddon kedua disterilisas /desinfeksi dengan sistem

UV dan ozonisasi, kemudian siap untuk dikemas kedalam galon.

4. Pencucian galon serta sterilisasi galon.

5. Galon yang sudah bersih dan steril diletakkan di depo instalation untuk selanjutnya

dilakukan pengisian air minum dengan UV dan ozonisasi.

6. Setelah penuh galon dikeluarkan dari Depo Instalation.

7. Pengemasan yaitu dengan menyegel kepala galon disertai dengan bottle cleanser.

3.3 Komponen Alat pada Pengolahan Air Minum Isi Ulang

1. Filter Tabung Utama

Komponen yang paling utama adalah filter tabung utama, jumlah standartnya

adalah 2 buah, dimana masing masing tabung ini akan diisi dengan media filter

karbon aktif dan pasir silika. fungsi dari filter tabung yang berisikan media pasir

silika adalah untuk meningkatkan kejernihan air, memisahkan air dari partikel

partikel yang menyebabkan air tidak bening / kotor. Sedangkan filter tabung yang

berisikan media karbon aktif berfungsi sebagai penetralisir rasa dan bau pada air,

diamana bila pada sebelum filtrasi air bahan baku adalah berasa tidak enak dan

berbau kurang sedap, maka media karbon inilah yang nantinya akan memetralisir

rasa dan bau tersebut/diserap.

Gambar diatas adalah jenis filter tabung FRP lapis stainless ukuran 10" dengan

sistem kontrol head three way, jenis filter tabung ini adalah yang paling banyak

digunakan oleh depot air minum isi ulang sekarang ini. disamping karena sistem

Gambar filter tabung utama isi carbon active

Page 12: Air

pengoperasiannya lebih gampang dimengerti oleh siapapun, selain itu

penampilannya juga menarik karena telah dilapisi dengan stainless stell.

2. Lampu Ultra Violet (UV)

Yang kedua yang termasuk komponen vital pada mesin alat depot air minum isi ulang

adalah Lampu Ultraviolet (UV) Standart jumlah yang di gunakan pada satu set mesin

alat depot air minum isi ualng adalah satu unit, namun ada juga sebagian orang

memasang 2 unit.

Manfaat dari lampu Ultraviolet ini pada mesin depot air minum isi ulang adalah sebagai

alat sterilisasi air dari berbagai kuman dan bakteri yang terkandung dalam air bahan

baku yang dapat merugikan kesehatan manusia. Jenis dan ukuran yang digunakan

adalah menyesuiakan dengan kapasitas produksi mesin tersebut. Biasanya satuan

kapasitas Lampu UV ini adalah Gpm. (galon per minute) ataupun LPH ( liter per hours)

Yang perlu diperhatikan dalam pemkaian Lampu UV ini pada mesin depot air minum

isi ulang adalah penyesuaian kpasitas UV dengan Kapasitas Mesin yang harus benar

benar akurat, karena apabila kapasitas mesin lebih besar daripada kapasitas UV maka

tingkat keakuratan sterilisasinya menjadi sangat rendah, standart ukuran proser

sterilisasi dengan mengunakan sinar lampu UV yang akurat pada air minum adalah 0,03

Watt/sec/cm².

3. Tandon Air

Gambar Lampu Ultra Violet (UV)

Page 13: Air

Tandon air yang berfungsi untuk menyimpan bahan baku air sebelum masuk pada

proses pengelolaan air minum (Sedimentasi I).

3. Water Tank

Water Tank terbuat dari stainless steel dan berfungsi untuk menyimpan bahan baku air

setelah masuk pada proses filtrasi dan akan masuk pada proses desinfeksi (Sedimentasi

II).

3.4 Data Analisis Parameter Uji Laboratorium

No. Parameter Uji Satuan Baku MutuHasil

Uji

1. Bau - Tidak Berbau -

2. TDS mg/L 1000 199

3. Kekeruhan Skala NTU 5 0,45

4. Rasa - Tidak Berasa -

Gambar Water Tank

Gambar Tandon Air

Page 14: Air

5. Warna Skala TCU 15 1

6. Air Raksa mg/L 0,001 -

7. Alumunium mg/L 0,2 0,02

8. Arsen mg/L 0,01 -

9. Ammonia mg/L 1,5 -

10. Besi mg/L 0,3 ttd

11. Fluorida mg/L 1,5 ttd

12. Kadmium mg/L 0,003 -

13. Kesadahan mg/L 500 13

14. Klorida mg/L 250 9

15. Kromium Val.6 mg/L 0,05 -

16. Mangan mg/L 0,1 ttd

17. Nitrat (NO3-N) mg/L 50 0,019

18. Nitrit (NO2-N) mg/L 3,0 0,02

19. pH - 6,5-8,5 6,1

20. MPN Coliform Jumlah/100 mL 0 0

21. MPN E.Coli Jumlah/100 mL 0 0

Page 15: Air

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

a. Sumber air baku yang digunakan oleh depot air minum isi ulang “TIRTA SARI”

berasal dari air PDAM.

b. Proses Pengolahan Air Minum pada Depot Air Minum Isi Ulang “TIRTA SARI”

yaitu:

- Bahan baku yang berasal dari air PDAM disimpan di dalam tandon atau bak

penampungan air.

- Setelah itu dilanjutkan dengan filtrasi (2-3 filter) dan air disimpan pada tandon

kedua atau tandon selanjutnya (water tank).

- Ketika akan digunakan air dari tanddon kedua disterilisas /desinfeksi dengan

sistem UV dan ozonisasi, kemudian siap untuk dikemas kedalam galon.

- Pencucian galon serta sterilisasi galon.

- Galon yang sudah bersih dan steril diletakkan di depo instalation untuk

selanjutnya dilakukan pengisian air minum dengan UV dan ozonisasi.

- Setelah penuh galon dikeluarkan dari Depo Instalation.

- Pengemasan yaitu dengan menyegel kepala galon disertai dengan bottle

cleanser.

c. Berdasarkan data hasil uji laboratorium, parameter untuk kualitas air pada

depot air minum isi ulang “TIRTA SARI” sesuai atau tidak melebihi baku mutu

yang ditetapkan. Hanya saja untuk parameter uji pH masih terdapat selisih

dibawah baku mutu meskilpun dalam jumlah yang kecil. pH hasil uji

menunjukkan nilai 6,1 sedangkan baku mutu yang ditetapkan adalah 6,5-8,5.

Namun secara keseluruhan kualitas air berdasarkan parameter uji dapat

dikatakan cukup baik.

4.2 Saran

Page 16: Air

a. Pengelola DAMIU perlu memperhatikan masa berlaku / masa pakai

dan kondisi bahan peralatan khususnya filter – filter sehingga dapat

segera menggantinya apabila sudah tidak layak pakai. Kebersihan

lingkungan juga harus lebih ditingkatkan, lokasi usaha sebaiknya

khusus untuk produksi air minum jangan dicampur dengan usaha

lain, karena hal ini akan dapat menimbulkan pencemaran.

b. Seluruh DAMIU perlu memiliki standard operating procedure (SOP)

yang dapat dipahami komsumen dan petugas / pegawai, dan

ditempelkan di tempat yang mudah di baca.

Page 17: Air

DAFTAR PUSTAKA

1. Purwana, Racmadi, Pedoman dan Pengawasan Hygiene Sanitasi Depot

Air Minum, Depkes RI – WHO, Jakarta, 2010.

2. Suprihatin, Sebagian Air Minum Isi Ulang Tercemar Bakteri Coliform.Tim

Penelitian Laboratorium Teknologi dan Manajemen lingkungan, IPB, Kompas, 26

April 2012.

3. Sutjahyo, B. Air Minum “Kebijakan Kemitraan Pemerintah dan Swasta dalam

Penyediaan Air Minum Perkotaan”. Tirta Dharma, Jakarta, 2000.

Page 18: Air

LAMPIRAN

Proses pembersihan galon dengan air steril

Komponen alat ozonisasi

Proses pengisian galon dengan air minum

Ruangan untuk proses pengisian air isi ulang

Sertifikat dan data uji laboratorium Papan DAMIU