Akademi Keperawatan Kesdam IV

Embed Size (px)

Citation preview

  • 5/24/2018 Akademi Keperawatan Kesdam IV

    1/17

    AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM IV/ DIPONEGORO

    SEMARANG

    2013

    ASKEP CKB

    (Cidera Kepala Berat)

    A. Pengertian

    Cidera kepala (terbuka dan tertutup) terdiri dari fraktur tengkorak, commusio (gegar) serebri,

    contusio (memar) serebri, laserasi dan perdarahan serebral yaitu diantaranya subdural, epidural,

    intraserebral, dan batang otak (Doenges, 2000:270).

    Cedera kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala, tulang tengkorak atauotak yang terjadi akibat injury baik secara langsung maupun tidak langsung pada kepala (Suriadi

    dan Yuliani, 2001).

    Menurut Brain Injury Assosiation of America (2001), cedera kepala adalah suatu kerusakan pada

    kepala, bukan bersifat congenital ataupun degeneratif, tetapi disebabkan oleh serangan/benturan

    fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran yang mana menimbulkan

    kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik.

    Cedera kepala adalah gangguan fungsi normal otak karena trauma baik trauma tumpul maupun

    trauma tajam. Deficit neorologis terjadi karena robekannya subtansia alba, iskemia, dan pengaruh

    massa karena hemorogik, serta edema serebral disekitar jaringan otak (Batticaca, 2008).

    Menurut Doenges (2000), Cidera kepala yaitu adanya deformasi berupa penyimpangan bentuk

    atau penyimpangan garis pada tulang tengkorak, percepatan (accelerasi) dan perlambatan

    (decelerasi) yang merupakan perubahan bentuk dipengaruhi oleh perubahan peningkatan pada

    percepatan faktor dan penurunan kecepatan, serta rotasi yaitu pergerakan pada kepala dirasakan

    juga oleh otak sebagai akibat perputaran pada tindakan pencegahan

    Berdasarkan defenisi Cedera kepala menurut para ahli diatas maka penulis dapat menarik suatu

    kesimpulan bahwa cedera Kepala adalah suatu cedera yang disebabkan oleh trauma benda tajam

    maupun benda tumpul yang menimbulkan perlukaan pada kulit, tengkorak, dan jaringan otak

    yang disertai atau tanpa pendarahan.

  • 5/24/2018 Akademi Keperawatan Kesdam IV

    2/17

    B. ETIOLOGI

    Etiologi Trauma Kepala

    Menurut Bunner dan Suddart (2000), Cedera kepala dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu: Benda

    tajam, dimana dapat menyebabkan cedera setempat, benda tumpul dimana dapat menyebabkan

    cedera keseluruhan.

    Kerusakan terjadi ketika energi/kekuatan diteruskan kepada otak. Kerusakan jaringan otak karena

    benda tumpul tergantung pada : 1) Lokasi, 2) Kekuatan, 3) Fraktur infeksi/kompresi, 4) Rotasi, 5)

    Delarasi dan deselarasi.

    C. Klasifikasi Trauma Kepala

    Cedera kepala dapat dilasifikasikan sebagai berikut :Berdasarkan Mekanisme Trauma Tumpul.

    1. Trauma tumpul adalah trauma yang terjadi akibat kecelakaan kendaraan bermotor,

    kecelakaan saat olahraga, kecelakaan saat bekerja, jatuh, maupun cedera akibat kekerasaan

    (pukulan).

    2. Trauma Tembus

    Trauma yang terjadi karena tembakan maupun tusukan benda-benda tajam/runcing.

    Berdasarkan Beratnya Cidera The Traumatic Coma Data Bank mengklasifisikan berdasarkanGlasgow Coma Scale ( Mansjoer, dkk, 2000) :

    a. Cedera Kepala Ringan/Minor (Kelompok Risiko Rendah) yaitu,

    1) GCS 15 (sadar penuh, atentif, dan orientatif),

    2) Tidak kehilangan kesadaran (misalnya konkusi ),

    3) Tidak ada intoksikasi alkohol atau obat terlarang,

    4) Klien dapat mengeluh nyeri kepala dan pusing,

    5) Klien dapat menderita abrasi, laserasi, atau hematoma kulit kepala,

    6) Tidak ada kriteria cedera sedang sampai berat.

    b. Cedera Kepala Sedang (Kelompok Risiko Sedang) yaitu

    1) GCS 9-14 (konfusi, letargi dan Stupor).

    2) Konkusi.

    3) Amnesia paska trauma,

    4) Muntah,

  • 5/24/2018 Akademi Keperawatan Kesdam IV

    3/17

    5) Tanda kemungkinan fraktur kranium (tanda battle, mata rabun, hemotimpanum, otorhea

    atau rinorhea cairan serebrospinal).

    c. Cedera Kepala Berat (Kelompok Risiko Berat) yaitu

    1) GCS 3-8 (koma).

    2) Penurunan derajat kesadaran secara progresif.

    3) Tanda neurologis fokal.

    4) Cedera kepala penetrasi atau teraba fraktur depresicranium.

    GCS (Glasgow Coma Scale)

    Membuka mata (E)

    Spontan

    Dipanggil/diperintah

    Tekanan pada jari/rangsang nyeri

    Tidak berespon

    Verbal (V)

    Orientasi baik: dapat bercakap-cakap

    Bingung, dapat bercakap tapi disorientasi

    Kata yang diucapkan tidak tepat, kacau

    Tidak dapat dimengerti, mengerang

    Tidak bersuara dengan rangsang nyeri

    Motorik

    Mematuhi perintah

    Menunjuk lokasi nyeri

    Reaksi fleksi

    Fleksi abnormal thdp nyeri (postur dekortikasi)

    Ekstensi abnormal

    4

    3

    2

    2

    5

    4

    3

    2

    1

    6

    5

    4

    3

    2

  • 5/24/2018 Akademi Keperawatan Kesdam IV

    4/17

    Tidak ada respon, flacid 1

    D. Patofisiologi

    Cidera kepala dapat terjadi karena benturan benda keras, cidera kulit kepala, tulang kepala,

    jaringan otak, baik terpisah maupun seluruhnya.

    Cidera bervariasi dari luka kulit yang sederhana sampai gegar otak, luka terbuka dari tengkotak,

    disertai kerusakan otak, cidera pada otak, bisa berasal dari trauma langsung maupun tidak

    langsung pada kepala.

    Trauma tak langsung disebabkan karena tingginya tahanan atau kekuatan yang merobek terkena

    pada kepala akibat menarik leher.

    Trauma langsung bila kepala langsung terbuka, semua itu akibat terjadinya akselerasi, deselerasi,

    dan pembentukan rongga, dilepaskannya gas merusak jaringan syaraf.

    Trauma langsung juga menyebabkan rotasi tengkorak dan isinya. Kerusakan itu bisa terjadi

    seketika atau menyusul rusaknya otak oleh kompresi, goresan, atau tekanan.

    Cidera yang terjadi waktu benturan mungkin karena memar pada permukaan otak, laserasi

    substansia alba, cidera robekan, atau hemmorarghi.

  • 5/24/2018 Akademi Keperawatan Kesdam IV

    5/17

    Sebagai akibat, cidera skunder dapat terjadi sebagai kemampuan auto regulasi serebral dikurangi

    atau tidak ada pada area cidera, konsekuensinya meliputi hiperemia (peningkatan volume darah,

    peningkatan permeabilitas kapiler, serta vasodilatasi arterial, tekanan intra cranial) (Huddak &

    Gallo, 1990:226).

    Pengaruh umum cidera kepala juga bisa menyebabkan kram, adanya penumpukan cairan yang

    berlebihan pada jaringan otak, edema otak akan menyebabkan peningkatan tekanan intra cranial

    yang dapat menyebabkan herniasi dan penekanan pada batang otak (Price and Wilson,

    1995:1010).

    E. Manifestasi Klinik

    Berdasarkan nilai GCS (Glasgow Coma Scale)

    1. Cidera kepala Ringan (CKR)

    a. GCS 13-15

    b. Kehilangan kesadaran/amnesia 30 menit tetapi kurang dari 24 jam

    c. Dapat mengalami fraktur tengkorak

    3. Cidera Kepala Berat (CKB)

    a. GCS 3-8

    b. Kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia > 24 jam

    c. Juga meliputi kontusio celebral, laserasi, atau hematoma intracranial (Hudak dan Gallo,

    1996:226)

    F. Komplikasi

    1. Kebocoran cairan cerebrospinal akibat fraktur

    2. kejang-kejang paska trauma

    3. DM insipidus disebabkan oleh kerusakan traumatic pada rangkai hipofisis penyakit (anonym,

    2011)

  • 5/24/2018 Akademi Keperawatan Kesdam IV

    6/17

    G. Penatalaksanaan

    1. Penatalaksanaan Keperawatan

    a. Menjamin kelancaran jalan nafas dan control vertebra cervicalis

    b. Menjaga saluran nafas tetap bersih, bebas dari secret

    c. Mempertahankan sirkulasi stabil

    d. Melakukan observasi tingkat kesadaran dan tanda tanda vital

    e. Menjaga intake cairan elektrolit dan nutrisi jangan sampai terjadi hiperhidrasi

    f. Menjaga kebersihan kulit untuk mencegah terjadinya decubitus

    g. Mengelola pemberian obat sesuai program

    2. Penatalaksanaan Medis

    a. Oksigenasi dan IVFD

    b. Terapi untuk mengurangi edema serebri (anti edema)

    Dexamethasone 10 mg untuk dosis awal, selanjutnya:

    1) 5 mg/6 jam untuk hari I dan II

    2) 5 mg/8 jam untuk hari III

    3) 5 mg/12 jam untuk hari IV

    4) 5 mg/24 jam untuk hari V

    c. Terapi neurotropik: citicoline, piroxicam

    d. Terapi anti perdarahan bila perlu

    e. Terapi antibiotik untuk profilaksis

    f. Terapi antipeuretik bila demam

    g. Terapi anti konvulsi bila klien kejang

    h. Terapi diazepam 5-10 mg atau CPZ bila klien gelisah

    i. Intake cairan tidak boleh > 800 cc/24 jam selama 3-4 hari

    3. Pemeriksaan Diagnostik

    Junaidi (2010), menjelaskan bahwa diagnosis yang ditegakkan berdasarkan gejala dan hasilpemeriksaan fisik

  • 5/24/2018 Akademi Keperawatan Kesdam IV

    7/17

    a. CTScan : mengidentifikasi adanya sol, hemoragi menentukan ukuran ventrikel pergeseran

    cairan otak.

    b. MRI : sama dengan CTScan dengan atau tanpa kontraks.

    Angiografi Serebral : menunjukkan kelainan sirkulasi serebral seperti pergeseran jaringan otak

    akibat edema, perdarahan dan trauma

    c. EEG : memperlihatkan keberadaan/ perkembangan gelombang.

    d. Sinar X : mendeteksi adanya perubahan struktur tulang (faktur pergeseran struktur dan garis

    tengah (karena perdarahan edema dan adanya frakmen tulang).

    e. BAER (Brain Eauditory Evoked) : menentukan fungsi dari kortek dan batang otak.

    f. PET (Pesikon Emission Tomografi) : menunjukkan aktivitas metabolisme pada otak.

    g. Pungsi Lumbal CSS : dapat menduga adanya perdarahan subaractinoid.Kimia/elektrolit darah : mengetahui ketidakseimbangan yang berpengaruh dalam peningkatan

    TIK.

    h. GDA (Gas Darah Arteri) : mengetahui adanya masalah ventilasi atau oksigenasi yang akan

    dapat meningkatkan TIK.

    i. Pemeriksaan toksitologi : mendeteksi obat yang mungkin bertanggung jawab terhadap

    penurunan kesadaran.

    j. Kadar antikonvulsan darah : dapat dilakukan untuk mengetahui tingkat terapi yang cukup

    efektif untuk mengatasi kejang.

    H. Asuhan Keperawatan

    1. Pengkajian

    Data fokus yang perlu dikaji:

    a. Riwayat kesehatan meliputi: keluhan utama, kapan cidera terjadi, penyebab cidera, riwayat

    tak sadar, amnesia, riwayat kesehatan yang lalu, dan riwayat kesehatan keluarga.

    b. Pemeriksaan fisik

    1) Keadaan umum

    2) Pemeriksaan persistem

    3) Sistem persepsi dan sensori (pemeriksaan panca indera: penglihatan, pendengaran,

    penciuman, pengecap, dan perasa)

    4) Sistem persarafan (tingkat kesadaran/ nilai GCS, reflek bicara, pupil, orientasi waktu dan

    tempat)

  • 5/24/2018 Akademi Keperawatan Kesdam IV

    8/17

    5) Posisi Jatuh

    6) Penunjang sebelum kecelakaaan

    7) Airway

    a) Auskultasi bunyi nafas

    b) Adakah sumbatan jalaan nafas

    c) Frekuensi pernafasan

    d) Bunyi nafas

    8) Breathing

    a) Perubahan system pernafasan

    b) Sesak nafas atau tidak

    c) Pola nafas

    d) Suara nafas

    9) Circulation

    a) Mengalami syok atau tidak

    b) Hitung TTV

    c) Frekuensi nadi

    d) Perubahan Kulit

    e) Ada pendarahan/tidak, seberapa banyak

    10) Pemeriksaan Head to Toe

    a) Pemeriksaan EKG

    b) HR dan Ritme

    11) Disabeliti

    a) Kaji tingkat kesadaran

    2. Diagnosa Keperawatan

    Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan cidera kepala adalah sebagai

    berikut:

    1) Perfusi jaringan tidak efektif (spesifik serebral) berhubungan dengan aliran arteri dan atau

    vena terputus.

  • 5/24/2018 Akademi Keperawatan Kesdam IV

    9/17

    2) Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik.

    3) Hipertermi berhubungan dengan trauma (cidera jaringan otak, kerusakan batang otak)

    4) Pola nafas tak efektif berhubungan dengan hipoventilasi

    5) Kerusakan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan kemampuan kognitif, afektif,

    dan motorik)

    6) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kemampuan kognitif, motorik,

    dan afektif.

    7) Defisit perawatan diri: makan/ mandi, toileting berhubungan dengan kelemahan fisik dan

    nyeri.

    8) Kurang pengetahuan berhubungan dengan penurunan kemampuan kognitif, motorik, dan

    afektif.

    9) Resiko aspirasi berhubungan dengan penurunan tingkat kesadaran.

    10) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan status hipermetabolik.

    11) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma/ laserasi kulit kepala

    12) Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

    mual, muntah.

    13) PK: peningkatan TIK dengan proses desak ruang akibat penumpukan cairan/ darah di dalam

    otak.

    3. Rencana Perawatan

    No

    Diagnosa

    Keperawatan

    Tujuan dan kriteria hasil Intervensi

    1 Perfusi jaringan tak

    efektif (spesifik sere-

    bral) b.d aliran arteri

    dan atau vena

    terputus, dengan

    batasan karak-

    teristik:

    - Perubahan

    respon motorik

    - Perubahan

    status mental

    - Perubahan

    NOC:

    1. Status sirkulasi

    2. Perfusi jaringan

    serebral

    Setelah dilakukan

    tindakan keperawatan

    selama .x 24 jam, klien

    mampu men-capai :

    1. Status sirkulasi

    Monitor Tekanan Intra Kranial

    1. Catat perubahan respon klien

    terhadap stimu-lus / rangsangan

    2. Monitor TIK klien dan respon

    neurologis terhadap aktivitas

    3. Monitor intake dan output

    4. Pasang restrain, jika perlu

    5. Monitor suhu dan angka

    leukosit

  • 5/24/2018 Akademi Keperawatan Kesdam IV

    10/17

    respon pupil

    - Amnesia

    retrograde (gang-

    guan memori)

    dengan indikator:

    Tekanan darah sis-

    tolik dan diastolik dalam

    rentang yang diharapkan

    Tidak ada ortostatik

    hipotensi

    Tidak ada tanda tan-

    da PTIK

    2. Perfusi jaringan

    serebral, dengan

    indicator :

    Klien mampu berko-

    munikasi dengan je-las

    dan sesuai ke-mampuan

    Klien menunjukkan

    perhatian, konsen-trasi,

    dan orientasi

    Klien mampu mem-

    proses informasi

    Klien mampu mem-

    buat keputusan de-ngan

    benar

    Tingkat kesadaran

    klien membaik

    6. Kaji adanya kaku kuduk

    7. Kelola pemberian antibiotik

    8. Berikan posisi dengan kepala

    elevasi 30-40O

    dengan leherdalam posisi netral

    9. Minimalkan stimulus dari

    lingkungan

    10. Beri jarak antar tindakan

    keperawatan untuk

    meminimalkan peningkatan TIK

    11. Kelola obat obat untuk

    mempertahankan TIK dalam

    batas spesifik

    Monitoring Neurologis (2620)

    1. Monitor ukuran,

    kesimetrisan, reaksi dan bentuk

    pupil

    2. Monitor tingkat kesadaran

    klien

    3. Monitor tanda-tanda vital

    4. Monitor keluhan nyeri kepala,

    mual, dan muntah

    5. Monitor respon klien

    terhadap pengobatan

    6. Hindari aktivitas jika TIK

    meningkat

    7. Observasi kondisi fisik klien

    Terapi Oksigen (3320)

    1. Bersihkan jalan nafas dari

    secret

    2. Pertahankan jalan nafas tetap

  • 5/24/2018 Akademi Keperawatan Kesdam IV

    11/17

    efektif

    3. Berikan oksigen sesuai

    instruksi

    4. Monitor aliran oksigen, kanuloksigen, dan humidifier

    5. Beri penjelasan kepada klien

    tentang pentingnya pemberian

    oksigen

    6. Observasi tanda-tanda

    hipoventilasi

    7. Monitor respon klien

    terhadap pemberian oksigen

    8. Anjurkan klien untuk tetap

    memakai oksigen selama

    aktivitas dan tidur

    2 Nyeri akut b.d dengan

    agen injuri fisik,

    dengan batasan

    karakteristik:

    - Laporan nyeri

    ke-pala secara verbal

    atau non verbal

    - Respon

    autonom (perubahan

    vital sign, dilatasi

    pupil)

    - Tingkah laku

    eks-presif (gelisah,

    me-nangis, merintih)

    - Fakta dari

    observasi

    - Gangguan tidur

    (mata sayu, menye-

    ringai, dll)

    NOC:

    1. Nyeri terkontrol

    2. Tingkat Nyeri

    3. Tingkat kenyamanan

    Setelah dilakukan asuhan

    keperawatan selama . x

    24 jam, klien dapat :

    1. Mengontrol nyeri, de-

    ngan indikator:

    - Mengenal faktor-

    faktor penyebab

    - Mengenal onset

    nyeri

    - Tindakan

    pertolong-an non

    farmakologi

    - Menggunakan

    Manajemen nyeri (1400)

    1. Kaji keluhan nyeri, lokasi,

    karakteristik, onset/durasi,

    frekuensi, kualitas, dan beratnya

    nyeri.

    2. Observasi respon

    ketidaknyamanan secara verbal

    dan non verbal.

    3. Pastikan klien menerima

    perawatan analgetik dg tepat.

    4. Gunakan strategi komunikasi

    yang efektif untuk mengetahuirespon penerimaan klien

    terhadap nyeri.

    5. Evaluasi keefektifan

    penggunaan kontrol nyeri

    6. Monitoring perubahan nyeri

    baik aktual maupun potensial.

    7. Sediakan lingkungan yang

    nyaman.

  • 5/24/2018 Akademi Keperawatan Kesdam IV

    12/17

    anal-getik

    - Melaporkan gejala-

    gejala nyeri kepada tim

    kesehatan.

    - Nyeri terkontrol

    2. Menunjukkan tingkat

    nyeri, dengan indikator:

    - Melaporkan nyeri

    - Frekuensi nyeri

    - Lamanya episode

    nyeri

    - Ekspresi nyeri; wa-

    jah

    - Perubahan

    respirasi rate

    - Perubahan

    tekanan darah

    - Kehilangan nafsu

    makan

    3. Tingkat kenyamanan,

    dengan indicator :

    - Klien melaporkan

    kebutuhan tidur danistirahat tercukupi

    8. Kurangi faktor-faktor yang

    dapat menambah ungkapan

    nyeri.

    9. Ajarkan penggunaan tehnik

    relaksasi sebelum atau sesudah

    nyeri berlangsung.

    10. Kolaborasi dengan tim

    kesehatan lain untuk memilih

    tindakan selain obat untuk

    meringankan nyeri.

    11. Tingkatkan istirahat yang

    adekuat untuk meringankan

    nyeri.

    Manajemen pengobatan (2380)

    1. Tentukan obat yang

    dibutuhkan klien dan cara

    mengelola sesuai dengan

    anjuran/ dosis.

    2. Monitor efek teraupetik daripengobatan.

    3. Monitor tanda, gejala dan

    efek samping obat.

    4. Monitor interaksi obat.

    5. Ajarkan pada klien / keluarga

    cara mengatasi efek samping

    pengobatan.

    6. Jelaskan manfaat pengobatan

    yg dapat mempengaruhi gaya

    hidup klien.

    Pengelolaan analgetik(2210)

    1. Periksa perintah medis

    tentang obat, dosis & frekuensi

    obat analgetik.

  • 5/24/2018 Akademi Keperawatan Kesdam IV

    13/17

    2. Periksa riwayat alergi klien.

    3. Pilih obat berdasarkan tipe

    dan beratnya nyeri.

    4. Pilih cara pemberian IV atauIM untuk pengobatan, jika

    mungkin.

    5. Monitor vital sign sebelum

    dan sesudah pemberian

    analgetik.

    6. Kelola jadwal pemberian

    analgetik yang sesuai.

    7. Evaluasi efektifitas dosis

    analgetik, observasi tanda dan

    gejala efek samping, misal

    depresi pernafasan, mual dan

    muntah, mulut kering, &

    konstipasi.

    8. Kolaborasi dgn dokter untuk

    obat, dosis & cara pemberian yg

    diindikasikan.

    9. Tentukan lokasi nyeri,

    karakteristik, kualitas, dan

    keparahan sebelum pengobatan.

    10. Berikan obat dengan prinsip 5

    benar

    11. Dokumentasikan respon dari

    analgetik dan efek yang tidak

    diinginkan

    3 Defisit self care b.d

    de-ngan

    kelelahan, nyeri

    NOC:

    Perawatan diri :

    (mandi, Makan

    Toiletting, berpakaian)

    Setelah diberi motivasi

    perawatan selama

    NIC: Membantu perawatan diri

    klien Mandi dan toiletting

    Aktifitas:

    1. Tempatkan alat-alat mandi di

    tempat yang mudah dikenali dan

    mudah dijangkau klien

    2. Libatkan klien dan dampingi

  • 5/24/2018 Akademi Keperawatan Kesdam IV

    14/17

    .x24 jam, ps mengerti

    cara memenuhi ADL

    secara bertahap sesuai

    kemam-puan, dengan

    kriteria :

    Mengerti secara

    seder-hana cara mandi,

    makan, toileting, dan

    berpakaian serta mau

    mencoba se-cara aman

    tanpa cemas

    Klien mau

    berpartisipasi dengan

    senang hati tanpa

    keluhan dalam

    memenuhi ADL

    3. Berikan bantuan selama klien

    masih mampu mengerjakan

    sendiri

    NIC: ADL Berpakaian

    Aktifitas:

    1. Informasikan pada klien

    dalam memilih pakaian selama

    perawatan

    2. Sediakan pakaian di tempat

    yang mudah dijangkau

    3. Bantu berpakaian yang sesuai

    4. Jaga privcy klien

    5. Berikan pakaian pribadi yg

    digemari dan sesuai

    NIC: ADL Makan

    1. Anjurkan duduk dan berdoa

    bersama teman

    2. Dampingi saat makan

    3. Bantu jika klien belum

    mampu dan beri contoh

    4. Beri rasa nyaman saat makan

    4 PK: peningkatan

    tekan-an intrakranial

    b.d pro-ses desakruang akibat

    penumpukan cairan /

    darah di dalam otak

    (Carpenito, 1999)

    Batasan karakteristik :

    - Penurunan

    kesadar-an (gelisah,

    Setelah dilakukan

    tindakan keperawatan

    selama ....x 24 jam dapatmencegah atau

    meminimalkan

    komplikasi dari

    peningkatan TIK, dengan

    kriteria :

    Kesadaran stabil

    (orien-asi baik)

    Pupil isokor,

    1. Pantau tanda dan gejala

    peningkatan TIK

    Kaji respon membuka mata,

    respon motorik, dan verbal, (GCS)

    Kaji perubahan tanda-tanda

    vital

    Kaji respon pupil

    Catat gejala dan tanda-tanda:

    muntah, sakit kepala, lethargi,

    gelisah, nafas keras, gerakan tak

  • 5/24/2018 Akademi Keperawatan Kesdam IV

    15/17

    disori-entasi)

    - Perubahan

    motorik dan persepsi

    sensasi

    - Perubahan

    tanda vi-tal (TD

    meningkat, nadi kuat

    dan lambat)

    - Pupil melebar,

    re-flek pupil menurun

    - Muntah

    - Klien mengeluh

    mual

    - Klien mengeluh

    pandangan kabur dan

    diplopia

    diameter 1mm

    Reflek baik

    Tidak mual

    Tidak muntah

    bertujuan, perubahan mental

    2. Tinggikan kepala 30-40Ojika

    tidak ada kontra indikasi

    3. Hindarkan situasi ataumanuver sebagai berikut:

    Masase karotis

    Fleksi dan rotasi leher

    berlebihan

    Stimulasi anal dengan jari,

    menahan nafas, dan mengejan

    Perubahan posisi yang cepat

    4. Ajarkan klien untuk ekspirasi

    selama perubahan posisi

    5. Konsul dengan dokter untuk

    pemberian pe-lunak faeces, jika

    perlu

    6. Pertahankan lingkungan yang

    tenang

    7. Hindarkan pelaksanaan

    urutan aktivitas yang dapat

    meningkatkan TIK (misal: batuk,

    penghisapan, pengubahan posisi,

    meman-dikan)

    8. Batasi waktu penghisapan

    pada tiap waktu hingga 10 detik

    9. Hiperoksigenasi danhiperventilasi klien se-belum dan

    sesudah penghisapan

    10. Konsultasi dengan dokter

    tentang pemberian lidokain

    profilaktik sebelum penghisapan

    11. Pertahankan ventilasi optimal

    melalui posisi yang sesuai dan

    penghisapan yang teratur

    12. Jika diindikasikan, lakukan

  • 5/24/2018 Akademi Keperawatan Kesdam IV

    16/17

    protokol atau kolaborasi dengan

    dokter untuk terapi obat yang

    mungkin termasuk sebagai

    berikut:

    13. Sedasi, barbiturat

    (menurunkan laju meta-bolisme

    serebral)

    14. Antikonvulsan (mencegah

    kejang)

    15. Diuretik osmotik

    (menurunkan edema serebral)

    16. Diuretik non osmotik

    (mengurangi edema serebral)

    17. Steroid (menurunkan

    permeabilitas kapiler, membatasi

    edema serebral)

    18. Pantau status hidrasi,

    evaluasi cairan masuk dan keluar)

  • 5/24/2018 Akademi Keperawatan Kesdam IV

    17/17

    DAFTAR PUSTAKA

    Brunner dan Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Volume II. Edisi 8. Jakarta:

    Penerbit Buku Kedokteran EGC.

    Hudak dan Gallo. 1996. Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik. Volume II. Edisi 6. Jakarta:

    Penerbit Buku Kedokteran EGC.

    Marion Johnson, dkk. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) SecondEdition. Mosby.

    Mc. Closkey dan Buleccheck. 2000. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition.

    Mosby.

    NANDA. 2005. Nursing Diagnosis: Definition and Classification. Philadelphia: North American

    Nursing Diagnosis Association.

    http://krisbudadharma.blogspot.com/2013/05/kumpulan-askep.html

    http://krisbudadharma.blogspot.com/2013/05/kumpulan-askep.htmlhttp://krisbudadharma.blogspot.com/2013/05/kumpulan-askep.htmlhttp://krisbudadharma.blogspot.com/2013/05/kumpulan-askep.html