17
Arsip untuk ‘AKSARA SIMALUNGUN’ Kategori Mengakrabi Surat Sappuluh Siah Februari 15, 2009 Aspek budaya yang paling jelas memperlihatkan satu suku dari yang lain adalah Bahasa, Adat dan Kesenian. Terutama bagi suku bangsa Simalungun, tinggal ketiga aspek budaya inilah yang membuat mereka dapat disebut sebagai sebuah suku bangsa. Kalau kita semakin tak menghargai Bahasa Simalungun, makin samarlah kehadiran suku bangsa itu. Pernyataan diatas merupakan pernyataan Seorang Tokoh Simalungun, Mansen Purba SH kepada Eben Ezer Siadari. “Aspek budaya na takkas taridah paleganhon suku na sada humbani na legannari, ai ma Sahap, Adat pakon Kesenian. Tarlobihbani suku-bangsa Simalungun, aspek budaya na tolu in mando mambahen targoran ia suku bangsa. Anggo lambin lang be ihargahon Sahap Simalungun, lambin roh simouni ma suku bangsa in. Anggo lambin lang be taridah hinalegan ni adat perkawinan ni Simalungun, hira dos mando songon adat ni Simbalog (Toba), lambin roh langni ma suku bangsa Simalungun. Anggo lambin tading ma inggou Simalungun, rosuhan bani inggou suku na legan (atap India?), roh sasapni ma suku bangsa Simalungun”.

Aksara Simalungun

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Mempelajari Tulisan Simalungun

Citation preview

Page 1: Aksara Simalungun

Arsip untuk ‘AKSARA SIMALUNGUN’ Kategori

Mengakrabi Surat Sappuluh   Siah

Februari 15, 2009

Aspek budaya yang paling jelas memperlihatkan satu suku dari yang lain adalah Bahasa, Adat dan Kesenian. Terutama bagi suku bangsa Simalungun, tinggal ketiga aspek budaya inilah yang membuat mereka dapat disebut sebagai sebuah suku bangsa. Kalau kita semakin tak menghargai Bahasa Simalungun, makin samarlah kehadiran suku bangsa itu.

Pernyataan diatas merupakan pernyataan Seorang Tokoh Simalungun, Mansen Purba SH kepada Eben Ezer Siadari. “Aspek budaya na takkas taridah paleganhon suku na sada humbani na legannari, ai ma Sahap, Adat pakon Kesenian. Tarlobihbani suku-bangsa Simalungun, aspek budaya na tolu in mando mambahen targoran ia suku bangsa. Anggo lambin lang be ihargahon Sahap Simalungun, lambin roh simouni ma suku bangsa in. Anggo lambin lang be taridah hinalegan ni adat perkawinan ni Simalungun, hira dos mando songon adat ni Simbalog (Toba), lambin roh langni ma suku bangsa Simalungun. Anggo lambin tading ma inggou Simalungun, rosuhan bani inggou suku na legan (atap India?), roh sasapni ma suku bangsa Simalungun”.

Teranglah dalam buku Kenalkan, Mansen Purba SH Guru Saya Marsimalungun, oleh Eben Ezer Siadari, terbitan Bina Budaya Simalungun, tahun 2007, Mansen Purba SH menjelaskan salah satu aspek budaya adalah Bahasa.

Dalam berbagai konteks dan pemaknaan, bahasa merupakan sistem bunyi yang dilisankan sebagai budaya tutur, sedang tulisan merupakan wahana bahasa.

Budaya tulisan telah melampaui sejarah yang panjang dengan sekian banyak perubahan. Mulai dari piktogram, yaitu aksara berupa gambar untuk mengungkapkan bahasa tertentu sampai tulisan

Page 2: Aksara Simalungun

yang kita akrabi dewasa ini. Dari yang memanfaatkan dinding-dinding gua, lempengan batu-batu, laklak sampai pemanfaatan kertas, hingga SMS.

Menurut Sulastin Sutrisno (1985), awal sejarah sastra tulis Melayu di Nusantara bisa dirunut sejak abad ke-7 M, berdasarkan penemuan prasasti berhuruf Pallawa peninggalan Sriwijaya di Kedukan Bukit (683 M), Talang Tuo (684 M), Kota Kapur dan Karang Berahi (686 M). Jika merujuk pada sejarah Kutai, tentu lebih awal lagi pada abad ke-5 M.

Menurut N. Siahan (1964), Aksara Batak (baca: Toba) diduga sejak abad ke-13, yang berasal dari aksara Jawa Kuno melalui aksara Sumatera Kuno sesudah Singosari mengirimkan tentaranya ke Jambi.

Jika menukil tulisan Pdt. Juandaha Raya Purba Dasuha, STh dalam Asal Usul Suku Bangsa dan Bahasa Simalungun, yang menerangkan bahwa

dalam sejarah Simalungun kerajaan tertua di Sumatera Timur adalah Kerajaan Parpandanan Na Bolag (sekitar abad ke-5 M) yang kemudian disebut Nagur.

Jelaslah bahwa Sastra Tulis sudah dikenal lebih awal oleh Simalungun dari pada Komunitas Batak lainnya karena Pustaha Parpadanan Na Bolag sudah menggunakan aksara Simalungun.

Meskipun tidak selamanya sejarah bahasa ekuivalen dengan tulisan , namun setidaknya bahasa Simalungun adalah bahasa yang lebih dahulu ada sebelum bahasa Toba dan Angkola-Mandailing terbentuk (Adelaar,1981).

Surat Sappuluh Siah

Simalungun mengenal aksara sendiri yang disebut Surat Sapuluhsiah. Disebut Sapuluh Siah karena memiliki 19 jenis huruf, walau dewasa ini Aksara Batak sudah mengalami penyesuaian jumlah huruf berdasarkan bunyi huruf di luar Dialek Batak.

Pada komunitas Batak lainnya, aksara Batak hanya dipergunakan oleh Datu/Guru (ahli metafisika) saja dan teramat jarang difahami oleh orang diluar profesi itu. Namun dalam mobilitas kesimalungunan dahulu, selain datu, masyarakat bangsawan juga diajarkan dan sangat akrab dalam penggunaannya.

Seperti halnya Aksara Batak lainnya, Surat Sapuluhsiah Simalungun ditulis dari kiri ke kanan seperti layaknya menulis huruf latin; hanya saja dalam format penulisan Pustaha Laklak, tidak mengenal penulisan spasi dan alinea serta angka ditulis dalam bentuk huruf.

Berikut adalah 19 buah huruf Simalungun:

Page 3: Aksara Simalungun

Ke-19 huruf diatas, ketika dirangkai menjadi kata ataupun kalimat, membutuhkan tanda baca atau anak huruf, yang dinamakan:

1. Sihorlu ( x ) dirangkaikan di sebelah kanan huruf untuk menimbulkan bunyi ‘O’.

2. Hamisaran ( – )

dirangkaikan di sebelah kanan huruf bagian atas untuk menimbulkan bunyi ‘Ng’.

3. Hatalingan ( – )

Page 4: Aksara Simalungun

dirangkaikan di sebelah kiri huruf untuk menimbulkan bunyi ‘E’.

4. Panongonan ( – )

dirangkaikan di sebelah kanan huruf untuk menimbulkan bunyi mati.

5.Hajoringan ( = )

dirangkaikan di sebelah kanan huruf bagian atas untuk menimbulkan bunyi ‘H’ pada huruf yang dirangkainya.

6. Haluan ( = )

dirangkaikan di sebelah kanan huruf untuk menimbulkan bunyi ‘i’

7. Haboritan ( > )

dirangkaikan di sebelah kanan huruf untuk menimbulkan bunyi ‘U’

8. Hatulungan ( – - )

dirangkaikan di sebelah kanan dan kiri huruf bagian atas untuk menimbulkan bunyi ‘OU’

Berikut ini adalah contoh penggunaan tanda baca atau anak surat seperti yang sudah kita jabarkan diatas:

Page 5: Aksara Simalungun

Selanjutnya, mari belajar membaca aksara dalam surat Simalungun ini:

Page 6: Aksara Simalungun
Page 7: Aksara Simalungun

Naskah kuno Tamaddun Batak

oleh: Muhar Omtatok

Naskah kuno merupakan salah satu peninggalan budaya masa silam yang perlu dilestarikan. Namun bagi kita anak bangsa, akan sulit menemukan Naskah-Naskah kuno Nusantara secara utuh di Bumi Nusantara. Hal ini selain minimnya kepedulian untuk mengapresiasikan dan melestarikannya, juga dikarenakan banyak naskah kuno asal Indonesia bermukim di mancanegara sejak ratusan tahun lalu. Pada Komunitas Batak yang mempunyai beberapa etnis, seperti Mandailing, Simalungun, Karo, Pakpak, Angkola serta Batak Toba di Sumatera Utara, mempunyai naskah kuno yang ditulis pada lembaran kayu ulim yang panjang berlipat-lipat dengan tinta mangsi yaitu hasil tampungan asap dari pembakaran kayu jeruk purut dengan pena bulu ayam, atau campuran bahan getah sona, air tebu, dawat, air getah unte hajor, bunga sapa, air jahe, merica serta minyak; ada juga dari bahan lain seperti bambu sebagai pengganti kertas. Naskah Kuno inilah yang disebut PUSTAHA LAKLAK dengan memakai aksara batak dengan tahun penulisannya tidak diketahui.Didalam Pustaha Laklak memuat banyak aturan yang tentunya bernorma pada kepercayaan Sipelebegu dan sebagainya yang merupakan kepercayaan asli Orang Batak.

Page 8: Aksara Simalungun

Kepercayaan Orang Batak meyakini adanya Sang Ilahi dengan sebutan Debata (Naibata menurut Dialek Simalungun, yang mungkin saja sama dengan Dewata) dengan meyakini adanya 3 Dimensi Alam yaitu Banua Ginjang yaitu Dimensi Ilahiah , Banua Tongah yaitu Dimensi Korelasi Insani & Makhluk Hidup lainnya serta Banua Toru(h) yaitu Dimensi Spiritual. Ketiganya tersimbol dalam Tondi (tonduy menurut dialek simalungun; merupakan spirit dari pada seluruh semangat), Sahala (merupakan power dari pada seluruh kekuatan) dan Begu ( merupakan simbol kegaiban). Pustaha Laklak banyak memuat aturan-aturan mengenai mobilitas orang Batak masa itu; kita ambil contoh saja mengenai Keparanormalan dan Pengobatan Tradisi.

Masyarakat Rumpun Batak, dahulu, menggunakan tulisan hanya untuk:1. Ilmu Supranatural (Hadatuon)

Page 9: Aksara Simalungun

2. Surat (kebanyakan bentuk surat ancaman)3. Bagi Orang Karo, simalungun dan Angkola-Mandailing, ada ditemukan karya Sastra berbentuk Ratapan (Orang Karo menyebutnya Bilang-Bilang, Simalungun: Suman-Suman, Tangis-tangis, Angkola-Mandailing: Andung), Karya Sastra berbentuk ratapan ini biasa ditulis pada wadah bambu atau lidi tenun.

Prihal ilmu Supranatural (Hadatuon), dalam Pustaha Laklak bisa kita kelompokkan berbagai Ilmu-Ilmu Supranatural Batak, sebagai berikut:

1. Pangulubalang2. Tunggal Panaluan3. Pamunu Tanduk4. Pamodilan/Tembak5. Gadam6. Pagar7. Sarang Timah8. Simbora9. Songon10. Piluk-piluk11. Tamba Tua12. Dorma13. Paranggiron14. Porsili15. Ambangan16. Pamapai Ulu-ulu17. Ramalan Perbintangan , seperti: Pormesa na Sampulu Duwa, Panggorda na Ualu, Pehu na Pitu, Pormamis na Lima, Tajom Burik, Panei na Bolon, Porhalaan, Ari Rojang, Ari na Pitu, Sitiga Bulan, Katika Johor, Pangarambui dan lain-lain18. Ramalan memakai Binatang, seperti: Aji Nangkapiring, Manuk Gantung, Aji Payung, Porbuhitan, Gorak-gorahan Sibarobat dan lain-lain19. Ramalan Rambu Siporhas, Panambuhi, Pormunian, Partimusan, Hariara masundung di langit, Parsopouan, Tondung, Rasiyan, dan sebagainya.

Banyak kita temukan ilmu untuk menyerang musuh dan santet. bisa dalam bentuk racun ataupun ilmu lainnya. Kita contohkan saja:

PANGULUBALANG,yaitu washilah yang dijadikan hulubalang Sang Datu (Dukun) untuk menghancurkan musuh dan mahluk gaib lainnya.Seorg anak kecil diculik, lalu diasuh oleh si Datu. Segala maunya dituruti asal bisa patuh. Pada saat yang ditentukan, kemudian sianak dikorbankan, dgn cara dimasukkan kedalam mulutnya berupa cairan timah yang mendidih. Kemudian mayatnya dipotong-potong dan dicampur dgn beberapa ramuan dan dibiarkan membusuk. Air fermentasi yang keluar dari mayat anak tadi disimpan didalam cawan, lalu sisanya dibakar untuk mendapatkan abunya. Untuk memanggil Sianak yang sudah dikorbankan tadi, disiapkanlah patung. Patung inilah yg disebut

Page 10: Aksara Simalungun

Pangulubalang. Patung ini berfungsi untuk penolak bala, sedang datu bisa memanfaatkannya untuk disuruh menyerang musuh, berupa santet.

TUNGGAL PANALUAN,berupa tongkat sakti yang dimiliki Datu-datu Batak, diyakini bahwa tongkat ini hidup dan bisa disuruh.

PAMUNU/PEMBUNUH TANDUK,ilmu yg berfungsi untuk menetralkan ilmu kiriman lawan. bisa juga digunakan untuk menyerang musuh. ini berupa tanduk.

PAMODILAN/TEMBAK,adalah ilmu yg digunakan untuk menembak musuh baik dengan menggunakan senjata (bodil) maupun dengan syarat atau tabas-tabas (mantra) tanpa menggunakan senjata.

GADAM,ilmu racun sehingga kulit musuh akan seperti penderita kusta.

PAGAR (PENOLAK BALA),Okultisme Batak ini, dibuat dari berbagai bahan dengan waktu dan cara pembuatannya yg sangat mengikuti prosesi ritual. Biasanya menggunakan ayam, lalu bahan dibawa ke tempat yang dianggap keramat (sombaon, sinumbah).Dibutuhkan waktu berminggu-minggu untuk membuat ramuan Pagar ini. Ramuan ditumbuk halus seperti pasta atau bubuk yg disimpan dalam Naga Morsarang (tanduk kerbau yg berukir).“Pagar hami so hona begu so hona aji ni halak”, ini contoh tabas (mantra) yang digunakan.Penggunaan penolak bala ini, biasanya diberikan pada pasien perorangan ataupun kolektif, seperti; Pagar Panganon (Ilmu tolak bala berupa makanan yg wajib dimakan pasien), Pagar Sihuntion (dijunjung atau digantung oleh perempuan hamil), Pagar ni halang ulu modom ( Digantung didekat tempat tidur org yg sakit), Pagar Sada bagas (Tolak bala sekeluarga), Pagar Sada huta (Ruwatan Kampung).

AZIMAT,Dulu Orang Batak akan lebih ‘pede’ jika pakai jimat. Kontribusi Aceh, Melayu Sumatera Timur dan Minangkabau sangat besar terhadap keberadaan jimat bagi Orang Batak. Simbora adalah azimat asli Batak yang terbuat dari timah hitam.Selain itu, kita temukan juga azimat dari gigi binatang; seperti harimau, beruang. Ada juga jimat agar tidak mempan peluru yg biasa terbuat dari tulang kerbau yg dirajahi; azimat ini disebut Sarang Bodil atau Sarang Tima.

SONGON/POHUNG/PILUK-PILUK,Adalah sejenis patung (gana-gana) yang diletakkan di ladang untuk melindungi dari pencuri.“Surung ma ho Batara Pangulubalang ni pohungku, ama ni pungpung jari-jari, ina ni pungpung jari-jari, Batara si pungpung jari. Surung pamungpung ma jari-jari ni sitangko sinuanku onon, surung bunu”, ini adalah mantra (tabas) Pohung agar pencuri menjadi lumpuh jari-jarinya, bahkan mati.

Page 11: Aksara Simalungun

Dalam kajian saya mengenai Pustaha Laklak Simalungun, sebagian besar membahas dunia metafisis ala Simalungun seperti Tabas-tabas (mantera – mantera), Takkal ni Bisa ( Penawar Racun/santet dan tata cara meracun/santet), Pulungan (Jamu-jamuan), Panjahaion Ompak ni Ipon (Pelajaran Memprediksi dgn serpihan gigi), Panjahaion Parsopoan (Pelajaran Fengshui ala simalungun), Rajah, hari baik dan sebagainya.

Disini saya menukil hanya sekelumit contoh tentang isi Pustaha Laklak simalungun, misalnya:

1. Tentang Fengshui:

“Jaha sopo iholang-holang batang-batang sada, janah abing reben i desa otara Rohma naosuman bani oppungni sopou, matean oppung ni sopo ale amang datu.Jaha sopou ipajongjong bani suhi-suhi dalan nabolon topat bani topi dalan, rohma nasosuman bani oppunganni sopou inon. Buei marsilaosan begu monggop bani sopou inon, matean oppungni sopou inon”.

kira-kira bermakna:“Jika sebuah bangunan didirikan diapit balok besar, satu diantara balok terletak pada kemiringan disebelah utara bangunan, pemiliknya tidak akan berhoki.Jika bangunan ditepi jalan raya pada posisi sudut jalan umum, maka pemilik akan ditimpa musibah karena banyak dilintasi energi negatif”.

2. Tentang Santet:

Memakai bahan kulit Harimau, Tanah Kuburan dari Pusara yg baru satu hari, kulit Musang, Tali Pengikat Senjata Tajam, Buah Enau yg berjatuhan dan Pucuk kain Pangulu Balang.semua Bahan disatukan dan dimasukkan kedalam Labu Muda sebagian, dan sebagian disatukan dengan kulit Harimau serta sebagian untuk bahan taburan. Lalu Manterai dan kemudian disemburkan pada bahan kulit Harimau dan Labu Muda:“surung maho botara ni pangulu balang nina gurunghu, pangulu balang ni pagar pangorom, amani si porhas manoro, inani si porhas manoro botara porhas manoro, surung porhas manoro dihosah ni musuhu…., surung bunuh ni…..surung ma ho botara pangulu balang nina gurunghu”

3. Tentang Pelet:

Salah satu cara pelet dengan ramuan yaitu menggunakan bahan yang melekat pada kayu, yang melekat pada batu, yang melekat di pohon enau, pada lumpang, serta segala sesuatu yang bersifat lengket. Seluruh bahan digiling halus.

Page 12: Aksara Simalungun

Pustaha Laklak memakai bahasa dan Aksara Batak. Aksara Batak yang mempunyai ciri-ciri tersendiri antara Batak Toba, Simalungun, Karo, Pakpak, Mandailing/Angkola (di Simalungun disebut Puang ni Surat Sapuluh Siah krn berjumlah 19 huruf) seperti gambar diatas tampak 19 huruf Simalungun itu yaitu:

A, Ha, Ba, Pa, Na, Wa, Ga, Ja, Da, Ra, Ma, Ta, Sa, Ya, Nga, La, I, U dan Nya.

Untuk membentuk menjadi satu kata, terkadang dibutuhkan pangolat ( anak huruf sebagai tanda baca), seperti dlm contoh: kata “Ki Sawung”, dibutuhkan huruf Ha (bs bermakna Ka), huruf Sa, Wa dan Nga. Huruf Ha diberi anak huruf agar berbunyi Ki, Sa tetap, huruf Wa dan Nga diberi anak huruf kemudian di gabungkan karena bersuku kata sama sehingga berbunyi WUNG.

Dalam sebuah Pustaha laklak Simalungun, ada Tabas (mantra) yang menggunakan Bahasa Huruf, begini bunyi mantranya:

“A, Ha, Ba, Pa, Na, Wa, Ga, Ja, Da, Ra, Ma, Ta, Sa, Ya, Nga, La, I, U, Nya, harannya hita sabapa sainang sanawa, nini pormula jadi ni surat sapulu siyah, samula, sumili yah na ho begu, sumala sumili, yah ho aji ni halak. Borkat ma hamu Guru Sinalisi, na miyan Naibata diyatas, borkat mahamu Guru Siniyaman, na miyan Naibata ditongah, borkat ma hamu Guru Mangontang Dunia, na miyan Naibata ditoruh, harannya ham na mampogang hanami manusiya, pogang begu, pogang aji ni halak, iya ma tuwanku jungjunganku”.

Mantera ini untuk menjauhkan kejahatan dan guna-guna.

Diyakini, Aksara Simalungun ini memiliki pemimpin-pemimpin gaib, dalam pustaha laklak diterangkan nama – nama pemimpin2 gaibnya yaitu:

RAJA I DABIYA, TUAN DIBORAKU, ASAL NABU, SITUNAGORI, TUWAN NABI ALLI, ALAM SADIYA, ALAM SADIA SAH, ALAM JAHARI, TUWAN MARJANDIHI, RAJA SIPORAT NANGGAR, RAJA ENDAH DUNIYA, RAJA DI PUSUK SUNGEI, TUWAN NABI ALI MUHAMMAD, TUWAN SI NAHAR NANGKIR, OMPUNG ANGLAH TAALA, PUWANG AJI BORAIL.

Bagi murid-murid yang belajar dunia spiritual Simalungun, dianjurkan untuk menghormati pimpinan-pimpinan gaib dari abjad diatas, dengan ritual khusus yg menyediakan sesaji berupa Ayam Merah yang disusun diatas daun dan diletakkan di tikar yang masih baru, sira pege yaitu cocolan garam, lada dan jahe 7 iris, bunga kembang sepatu 7 tangkai. Semua bahan ini dilingkari dengan benang putih. Masih dalam pustaha laklak, bahan diatas dilengkapi dengan nira, air, rudang, minyak saloh, beras sangrai yang dibuat tepung, 19 lembar sirih, kue nitak (tepung beras dicampur gula aren) serta huruf-huruf yang telah disediakan.

Seluruh murid mengelilingi tikar tempat sesaji dan huruf yang diletakkan, lalu sang guru membacai mantra:“Borkat ma hamu RAJA I DABIYA, Borkat ma hamu TUAN DIBORAKU, Borkat ma hamu ASAL NABU, Borkat ma hamu SITUNAGORI, Borkat ma hamu TUWAN NABI ALLI, Borkat ma hamu si ALAM SADIYA, Borkat ma hamu si ALAM SADIA SAH, Borkat ma hamu si

Page 13: Aksara Simalungun

ALAM JAHARI, Borkat ma hamu TUWAN MARJANDIHI, Borkat ma hamu RAJA SIPORAT NANGGAR, Borkat ma hamu RAJA ENDAH DUNIYA, Borkat ma hamu RAJA DI PUSUK SUNGEI, Borkat ma hamu TUWAN NABI ALI MUHAMMAD, Borkat ma hamu TUWAN SI NAHAR NANGKIR, Borkat ma hamu OMPUNG ANGLAH TAALA, Borkat ma hamu PUWANG AJI BORAIL, harannya ham Puwang ni Surat Sapuluh Siyah, na mannaikhon hosah, iya Tuwanku Jungjunganku” .

Lalu murid disuruh memilih huruf yang disukainya secara intuitif. huruf inilah yang bisa dijadikannya sebagai washilah berupa jimat dan sebagainya untuk menyatukan diri dengan alam gaib. huruf yang dipilih bisa di jadikan mantra handalan. Dalam Pustaha Laklak, ada beberapa mantra yang digunakan dengan membaca huruf yang dipilih tadi, membacanya dengan mandoding yaitu bersenandung; misalnya untuk Pagar Pertahanan.

Di dalam pustaha laklak juga banyak memuat rajah-rajah untuk kepentingan ritual supranatural. di gambar atas ada beberapa contoh rajah yang bisa dipergunakan, yaitu: pada gambar (a), (b) & (c) adalah merupakan rajah pulungan ni bulung-bulung tawar atau ramuan daun-daun tawar yang saya kutip dari Pustaha Laklak Simalungun. Rajah (a) berfungsi untuk menyerang paranormal yang membuat seseorang lama berumah tangga, Rajah (b) untuk meminta bantuan gaib Tuan Sordibanua, Rajah (c) ditulis di daun kincung untuk penghukum dan sekaligus bisa untuk pengasih, sedang Rajah (d) yang saya kutip dari Pustaha Laklak Simalungun adalah berfungsi untuk santet.

Rajah-rajah dalam Pustaha Laklak, merupakan ornamen indah bergaya Batak, namun ada juga pengaruh kebudayaan non-Batak, seperti unsur Melayu-Islam. Coba kita amati beberapa Rajah Simalungun berikut, yang saya ambil dari sebuah Pustaha Laklak Simalungun:

Page 14: Aksara Simalungun

Disamping memuat hal ikhwal Supranatural dan pengobatan, Pustaha Laklak juga memuat hal lain; seperti Pustaha simalungun “Parpadanan na Bolag” yang mengisahkan asal usul marga Damanik sebagai Penguasa Dinasti Nagur. Pustaha ini mungkin saja ditulis oleh pejabat kerajaan atau bisa saja ditulis orang luar kerajaan pada masa atau akhir keruntuhan kerajaan pada penghujung abad XIV, kesemuanya bertujuan Habonaron do Bona yaitu Kebenaranlah yang mesti ditegakkan.

Demikian selayang pandang tentang Pustaha Laklak. (Tulisan & Photo-Photo oleh: Muhar Omtatok)