33
1 AKTIVITAS HEPATOPROTEKTOR DAN TOKSISITAS AKUT EKSTRAK AKAR ALANG-ALANG (Imperata cylindrica) RINI ARIANTI DEPARTEMEN BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

AKTIVITAS HEPATOPROTEKTOR DAN TOKSISITAS AKUT … · FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 20. 12. 2 ABSTRAK . ... analisis aktivitas ALT

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: AKTIVITAS HEPATOPROTEKTOR DAN TOKSISITAS AKUT … · FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 20. 12. 2 ABSTRAK . ... analisis aktivitas ALT

1

AKTIVITAS HEPATOPROTEKTOR DAN TOKSISITAS AKUT

EKSTRAK AKAR ALANG-ALANG (Imperata cylindrica)

RINI ARIANTI

DEPARTEMEN BIOKIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

Page 2: AKTIVITAS HEPATOPROTEKTOR DAN TOKSISITAS AKUT … · FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 20. 12. 2 ABSTRAK . ... analisis aktivitas ALT

2

ABSTRAK

RINI ARIANTI. Aktivitas Hepatoprotektor dan Toksisitas Akut Ekstrak Akar

Alang-Alang (Imperata cylindrica). Dibimbing oleh WARAS NURCHOLIS.

Alang-alang (Imperata cylindrical) merupakan tanaman liar yang secara

tradisional sering digunakan untuk mengobati demam, batuk, radang ginjal akut,

tekanan darah tinggi, dan hepatitis akut. Penelitian ini bertujuan mempelajari

tingkat keamanan melalui uji toksisitas akut, mengkaji khasiat hepatoprotektor,

serta menganalisis kandungan fitokimia ekstrak etanol akar alang-alang pada tikus

Wistar yang diinduksi parasetamol. Parameter uji biokimia yang digunakan untuk

menganalisis aktivitas hepatoprotektor adalah enzim transaminase alanin

aminotransferase (ALT) dan aspartat amino transferase (AST). Kerusakan

jaringan hati akan dievaluasi melalui uji histopatologi. Akar alang-alang yang

diekstrak menggunakan etanol 70% menghasilkan rendemen sebesar 12.48%.

Analisis fitokimia menunjukkan bahwa esktrak etanol akar alang-alang

mengandung alkaloid dan triterpenoid. Ekstrak etanol akar alang-alang dosis 750

mg/Kg BB berkhasiat sebagai hepatoprotektor, hal ini didasarkan pada hasil

analisis aktivitas ALT dan AST dengan nilai secara berurutan 68.6 dan 221.2 U/L

(kelompok normal), 222.2 dan 509.6 U/L (kelompok dosis 750 mg/Kg BB), 491.2

dan 576.4 U/L (kelompok kontrol positif), 517.4 dan 527.8 U/L (kelompok dosis

500 mg/Kg BB), 555.6 dan 660.0 U/L (kelompok kontrol negatif), dan 558.4 dan

595 U/L (kelompok dosis 250 mg/Kg BB). Jaringan hati tikus yang diberi ekstrak

etanol akar alang-alang 750 mg/kg BB tidak menunjukkan kerusakan seperti

fibrosis dan tanda-tanda lainnyapada uji histopatologi organ hati. Berdasarkan

penelitian yang dilakukan, ekstrak etanol akar alang-alang memiliki khasiat

sebagai hepatoprotektor.

Page 3: AKTIVITAS HEPATOPROTEKTOR DAN TOKSISITAS AKUT … · FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 20. 12. 2 ABSTRAK . ... analisis aktivitas ALT

3

ABSTRACT

RINI ARIANTI. Activity of Hepatoprotector and Acute Toxicity of Cagon Grass

(Imperata cylindrica) Root Extract. Under the direction of WARAS

NURCHOLIS.

Cagon grass (Imperata cylindrica), a wild plant, is one of the herbs plant

that has been used traditionally to threat fever, cough, hypertensi, and acute

hepatitis. This research was designed to study the safety level by acute toxicity

test and analyze hepatoprotector activity of ethanol extract from root of Imperata

cylindrica in Wistar rats induced by paracetamol. Hepatoprotector activity was

measured by using biochemical parameters such as alanine amino transferase

(ALT) and aspartate amino transferase (AST) and observation of histopathology.

Root of Imperata cylindrica that extracted by using ethanol 70% gave rendement

about 12.48%. Phytochemical test shows that ethanol extract from root of

Imperata cylindrica contains alkaloid and triterpenoid. Acute toxicity test shows

that ethanol extract from root of Imperata cylindrica is practically nontoxic

because its LD50 is higher than 15000 mg/Kg BB. Transaminase anzyme serum

analysis shows that the induction of ethanol extract of Imperata cylindrica dose

750 mg/Kg BB gives a significant effect compared with dose 250 and 500 mg/Kg

BB, even with curliv as positive control. This result based on activity of ALT and

AST, 68.6 and 221.2 U/L (normal group), 222.2 and 509.6 U/L (dose 750 mg/Kg

BW), 491.2 and 576.4 U/L (positive control), 517.4 and 527.8 U/L (dose 500

mg/Kg BW), 555.6 and 660.0 U/L (negative control), and 558.4 and 595 U/L

(dose 259 mg/Kg BW). Liver histopathology shows there is no fibrosis and other

damages in liver of group VI. This result indicates that ethanol extract from root

of Imperata cylindrica has a potention as hepatoprotector.

Page 4: AKTIVITAS HEPATOPROTEKTOR DAN TOKSISITAS AKUT … · FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 20. 12. 2 ABSTRAK . ... analisis aktivitas ALT

4

AKTIVITAS HEPATOPROTEKTOR DAN TOKSISITAS AKUT

EKSTRAK AKAR ALANG-ALANG (Imperata cylindrica)

RINI ARIANTI

Skripsi

sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Sains pada

Departemen Biokimia

DEPARTEMEN BIOKIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

Page 5: AKTIVITAS HEPATOPROTEKTOR DAN TOKSISITAS AKUT … · FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 20. 12. 2 ABSTRAK . ... analisis aktivitas ALT

5

JudulSkripsi : Aktivitas Hepatoprotektor dan Toksisitas Akut Ekstrak Akar

Alang-Alang (Imperata cylindrica).

Nama : Rini Arianti

NIM : G84080075

Disetujui

Komisi Pembimbing

Diketahui

Tanggal Lulus:

Waras Nurcholis, S.Si, M.Si.

Ketua

Dr. Ir. I Made Artika, M.App.Sc

Ketua Departemen Biokimia

Page 6: AKTIVITAS HEPATOPROTEKTOR DAN TOKSISITAS AKUT … · FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 20. 12. 2 ABSTRAK . ... analisis aktivitas ALT

6

PRAKATA

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah

SWT atas segala karunia-Nya. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada

Nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya sampai akhir zaman sehingga

penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Penelitian ini berjudul Aktivitas

Hepatoprotektor dan Toksisitas Akut Ekstrak Akar Alang-Alang (Imperata

cylindrica). Kegiatan penelitian ini dilakukan dari bulan Februari hingga Juni

2012, bertempat di Laboratorium Departemen Biokimia FMIPA IPB.

Terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu

dalam penyelesaian penelitian ini, terutama kepada Waras Nurcholis, S.Si, M.Si

selaku pembimbing yang telah memberikan saran, kritik, dan bimbingannya serta

orang tua dan keluarga yang selalu memberikan doa, dukungan, motivasi,

kepercayaan, dan semangat bagi penulis untuk menyelesaikan penelitian ini. Tak

lupa pula ucapan terima kasih kepada Nikita, Luke, Reviona, Edo, Yodi, Hendra,

Tata, Mawaddah, Chrisye, dan Chika, sahabat-sahabat yang selalu memberikan

dukungan dan doa.

Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada rekan selama penelitian

Didit Haryadi atas saran, perdebatan, bantuan, dan motivasi yang diberikan.

Selain itu kepada rekan Biokimia 45, 46, 44, Dian, Iqbal Syukri, Faris, Rian,

Aros, Yoan, Kak Iie, Kak Ayu, Kak Berry, Kak Udin, Kak Iqbal, dan Kak Ismi

yang telah memberikan bantuan, kritik, dan saran bagi penulis. Semoga penelitian

ini mampu memberikan informasi dan manfaat bagi yang memerlukan.

Bogor, Oktober 2012

Rini Arianti

Page 7: AKTIVITAS HEPATOPROTEKTOR DAN TOKSISITAS AKUT … · FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 20. 12. 2 ABSTRAK . ... analisis aktivitas ALT

7

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pangkalpinang, Bangka Belitung pada tanggal 18

Mei 1991 dari ayah Markoriansyah dan ibu Hoziah. Penulis merupakan anak

ketiga dari tiga bersaudara.

Pendidikan penulis dimulai dari SD Muhammadiyah dan melanjutkan

pendidikan ke SMPN 2 Pangkalpinang. Penulis lulus tahun 2008 dari SMAN 1

Kota Metro dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui Seleksi

Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Penulis memilih mayor

Departemen Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten praktikum

Biokimia Umum, Biokimia Klinis, dan Struktur Fungsi Biomolekuler. Penulis

pernah melakukan Praktik Lapangan (PL) di Balai Pengkajian Bioteknologi

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Kompleks PUSPIPTEK, Serpong,

Tangerang selama periode Juli 2011 hingga Agustus 2011 dengan judul Validasi

Metode Analisis Gula: Glukosa, Maltosa, Maltotriosa, dan Maltoheksosa.

Beberapa organisasi yang diikuti penulis selama perkuliahan yakni

Himpunan Profesi Mahasiswa Biokimia (CREBs) tahun 2010-2011 dan UKM

Tenis Lapangan. Kegiatan lain penulis yakni menjadi atlet tenis lapangan pada

Pekan Olahraga Provinsi Bangka Belitung. Penulis juga pernah mengikuti

berbagai kepanitiaan seperti Olimpiade Mahasiswa IPB 2010 dan 2011, Lomba

Karya Ilmiah Populer tahun 2010 dan 2011, Biochemistry Campionship League,

Seminar Kesehatan Biokimia tahun 2011, Pertandingan Antar Alumni 8

Universitas 2012 dan IPB Tennis Competition 2010 dan 2012.

Page 8: AKTIVITAS HEPATOPROTEKTOR DAN TOKSISITAS AKUT … · FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 20. 12. 2 ABSTRAK . ... analisis aktivitas ALT

8

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................vi

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................vi

DAFTAR TABEL ...............................................................................................vi

PENDAHULUAN............................................................................................... 1

TINJAUAN PUSTAKA

Bahan Alam Sebagai Hepatoprotektor ........................................................... 1

Alang-Alang (Imperata cylindrica) ................................................................ 2

Fisiologi dan Fungsi Hati ............................................................................... 2

Parasetamol sebagai Hepatotoksik ................................................................. 3

Enzim Transaminase ALT dan AST .............................................................. 4

Uji Toksisitas Akut ........................................................................................ 4

BAHAN DAN METODE

Alat dan bahan ................................................................................................ 5

Metode ............................................................................................................ 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia................................................................. 6

Toksisitas Akut ............................................................................................... 7

Uji Aktivitas ALT dan AST ........................................................................... 8

Gambaran Histopatologi Hati .........................................................................10

SIMPULAN DAN SARAN ................................................................................10

Simpulan .........................................................................................................11

Saran ...............................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................11

LAMPIRAN ........................................................................................................14

Page 9: AKTIVITAS HEPATOPROTEKTOR DAN TOKSISITAS AKUT … · FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 20. 12. 2 ABSTRAK . ... analisis aktivitas ALT

9

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Kelas toksisitas per oral ........................................................................................ 5

2 Hasil uji fitokimia ................................................................................................. 7

3 Bobot badan mencit pada uji toksisitas akut ekstrak etanol akar alang-alang

(Imperata cylindrica) ............................................................................................ 7

4 Pengaruh pemberian ekstrak etanol akar alang-alang tehadap aktivitas ALT

dan AST ................................................................................................................ 9

5 Skoring hasil uji histopatogi................................................................................ 11

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Gambar akar alang-alang ...................................................................................... 2

2 Gambaran sel hati Mencit ..................................................................................... 8

3 Gambaran sel hati Tikus...................................................................................... 10

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Diagram alir penelitian ....................................................................................... 15

2 Rancangan perlakuan hewan coba ..................................................................... 16

3 Uji aktivitas ALT dan AST ................................................................................ 17

4 Perhitungan dosis pemberian parasetamol, Curliv, dan ekstrak etanol akar

alang-alang ........................................................................................................... 18

5 Pengamatan bobot badan tikus pada masa adaptasi ............................................ 19

6 Pengamatan bobot badan tikus pada masa perlakuan ......................................... 20

7 Hasil pengukuran enzim ALT dan AST.............................................................. 22

8 Pengolahan data statistik data ALT..................................................................... 23

9 Pengolahan data statistik data AST ..................................................................... 24

Page 10: AKTIVITAS HEPATOPROTEKTOR DAN TOKSISITAS AKUT … · FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 20. 12. 2 ABSTRAK . ... analisis aktivitas ALT

1

PENDAHULUAN

Penyakit akibat gangguan fungsi hati

(hepatitis) merupakan permasalahan besar

dalam dunia kesehatan. Sampai saat ini

penderita hepatitis di dunia telah mencapai 2

miliar penduduk dengan jumlah kematian

lebih dari 350 ribu penduduk per tahun.

Penderita hepatitis ini juga memiliki resiko

cukup tinggi mengalami gangguan fungsi hati

yang lebih serius seperti sirosis dan kanker

hati (WHO 2011). Di Indonesia, pravelensi

hepatitis mencapai 0.6% dari total penduduk

Indonesia. Penyakit ini menjadi permasalahan

serius karena penderitanya sebagian besar

adalah penduduk usia produktif (20.7%)

(Kementrian Kesehatan 2010). Pengobatan

hepatitis menggunakan obat sintetik menjadi

permasalahan karena harganya yang relatif

mahal sehingga tidak bisa terjangkau oleh

semua kalangan.

Pengobatan menggunakan bahan alam

(tanaman obat) dapat digunakan dalam

mengatasi dan mengobati hepatitis.

Pengobatan dengan cara ini memiliki

beberapa keuntungan seperti harganya yang

relatif murah dan efek samping yang

ditimbulkan sedikit. Indonesia dengan

kekayaan biodiversitas memiliki banyak

tumbuhan yang dapat digunakan sebagai

tanaman obat. Departemen Perdagangan

Indonesia (2011) menyebutkan Indonesia

memiliki sebanyak 30.000 tanaman obat dari

total 40.000 tanaman obat di dunia. Alang-

alang (Imperata cylindrica) merupakan salah

satu tanaman yang secara tradisional sudah

dimanfaatkan untuk berbagai pengobatan

tradisional. Alang-alang berkhasiat sebagai

pembersih darah, penambah nafsu makan,

radang ginjal akut, demam, batuk, darah

tinggi, demam, mimisan, kencing darah, dan

hepatitis akut (Djauhariya dan Hernani 2004).

Penelitian mengenai potensi akar alang-

alang telah cukup banyak dilakukan, seperti

akar alang-alang sebagai antiinflamasi (Park

2004), penghambat urinasi pada tikus

(Sripanidkulchai et al. 2001), antidiuretik

(Kanchanapee 1967), dan aktivitas

antioksidan (Khaerunnisa 2009). Berbagai

manfaat farmakologi ini ditimbulkan oleh

kandungan senyawa bioaktif yang terdapat

pada akar alang-alang seperti sterol, senyawa

golongan flavon (flavonoid, isoflavon,

flavonol), kumarat, asam malat, asam asetat,

asam oksalat, kalsium, femenol, isoarbinol,

dan katekol (Mazlan 1993).

Terkait potensi akar alang-alang sebagai

obat hepatitis akut disebabkan oleh senyawa

bioaktif yang terdapat pada akar alang-alang

yang berperan sebagai hepatoprotektor

(Dalimartha 2005). Aktivitas antioksidan

senyawa flavonoid yang terdapat pada akar

alang-alang (Khaerunnisa 2009) dapat

dikaitkan dengan potensi hepatoprotektor

alang-alang. Sulistiyani et al (2004)

melaporkan bahwa senyawa metabolit

sekunder ekstrak mahkota dewa yang

berpotensi sebagai antioksidan (flavonoid dan

fenolik) dapat menekan pembentukan lipid

peroksida darah tikus yang dirusak fungsi

hatinya menggunakan parasetamol.

Penggunaan akar alang-alang secara

tradisional sebagai obat hepatitis masih

bersifat empiris dan belum ada penelitian

ilmiah terkait potensinya sebagai obat

hepatitis. Pengobatan dengan menggunakan

akar alang-alang sering dianggap tidak

memiliki efek samping seperti yang

ditimbulkan oleh obat sintetik. Hal ini tidak

bisa dijadikan sebagai dasar ilmiah mengenai

khasiat dan keamanan penggunaannya sebagai

obat. Tingkat toksik suatu tanaman obat yang

dimungkinkan adanya senyawa toksik dalam

tumbuhan perlu dilakukan untuk mengetahui

dosis aman yang dapat digunakan oleh

manusia dalam pengobatan.

Penelitian ini bertujuan mempelajari

tingkat keamanan ekstrak etanol akar alang-

alang melalui uji toksisitas akut pada mencit

percobaan dan mengkaji khasiat

hepatoprotektor ekstrak akar alang-alang pada

tikus galur Wistar yang dirusak fungsi hatinya

menggunakan parasetamol. Analisis dilakukan

pada nilai alanin aminotransferase (ALT) dan

aspartat aminotransferase (AST) sebagai

parameter untuk mengevaluasi fungsi hati.

Hipotesis penelitian ini adalah kandungan

senyawa bioaktif yang terdapat di dalam akar

alang-alang memiliki aktivitas

hepatoprotektor terhadap hati tikus yang

dirusak fungsinya menggunakan parasetamol.

TINJAUAN PUSTAKA

Bahan Alam sebagai Hepatoprotektor

Hepatoprotektor adalah senyawa atau zat

yang berkhasiat melindungi sel hati terhadap

pengaruh zat toksik yang dapat merusak hati,

bahkan dapat memperbaiki jaringan hati yang

telah rusak (Dalimartha 2005). Secara empiris

telah banyak tanaman yang tumbuh di

Indonesia yang digunakan oleh masyarakat

sebagai obat penyakit hati, seperti brotowali,

kembang merak, rebung bambu, mengkudu,

tomat, jagung, pepaya, cakar ayam,

Page 11: AKTIVITAS HEPATOPROTEKTOR DAN TOKSISITAS AKUT … · FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 20. 12. 2 ABSTRAK . ... analisis aktivitas ALT

2

gandarusa, daun sendok, wortel, lidah

buaya, akar kuning, temulawak dan kunyit.

Namun, masih sedikit diantara tumbuhan

tersebut yang telah dibuktikan secara ilmiah

kebenarannya.

Di Indonesia, penelitian mengenai

tanaman obat yang sering digunakan oleh

masyarakat sebagai obat hepatitis telah

banyak dilakukan. Misalnya, penelitian yang

dilakukan oleh Hardian (2008) terhadap

ekstrak sapogenin akar kuning (Arcangelisia

flava) dapat mencegah kerusakan hati mencit

yang diinduksi parasetamol. Penelitian Amalia

(2008) membuktikan daun ceplukan (Physalis

angulata L.) memiliki aktivitas

hepatoprotektor terhadap hati mencit jantan

yang terinduksi parasetamol. Batubara (2003)

dan Adji (2004) berhasil membuktikan

aktivitas ekstrak saponin akar kuning sebagai

hepatoprotektor. Panjaitan (2008) menguji

aktivitas hepatoprotektor ekstrak akar pasak

bumi. Sulistiyani et al (2004) membuktikan

aktivitas hepatoproteksi ekstrak buah mahkota

dewa terhadap kerusakan hati tikus yang

diinduksi parasetamol.

Beberapa zat aktif yang telah berhasil

diisolasi dan terbukti memiliki aktivitas

hepatoprotektor adalah kurkumin dari

rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhizol)

dan kunyit (Curcuma domestica). Selain itu,

filantin dari herba meniran (Phylanthus spp),

silymarin dari biji widuran (Silybum

marianum), aukobosida dari herba daun

sendok (Plantago mayor), minyak atsiri dari

bawang putih (Allium sativum), gingerol dari

rimpang jahe (Zingiber officinalis),

wedelolakton dari herba urang-aring (Eclipta

alba), serta andrografolid dari herba sambiloto

(Andrographis paniculata) juga telah berhasil

diisolasi (Dalimartha 2005). Dilihat dari

strukturnya, senyawa yang bersifat

hepatoprotektor meliputi senyawa golongan

fenil propanoid, kumarin, lignan, minyak

atsiri, terpenoid, saponin, flavonoid, alkaloid,

dan xantin (Patrick 1999).

Alang-alang (Imperata cylindrica)

Alang-alang merupakan tumbuhan yang

tergolong ke dalam marga Imperata, suku

Gramineae, dengan habitus semak. Di

beberapa daerah di Indonesia alang-alang

dikenal dengan nama ilalang. Alang-alang

merupakan tumbuhan menahun dengan tinggi

1 sampai 1.5 meter. Alang-alang tumbuh liar

di lahan terbuka atau sedikit terlindung,

seperti ladang atau perkebunan.Alang-alang

banyak terdapat di pulau jawa dengan

ketinggian tempat tumbuh dari 0-2700 mdpl

(Djauhariya dan Hernani 2009). Alang-alang

dapat mempengaruhi tanaman kultivasi lain

karena kebutuhan natrium yang relatif tinggi.

Alang-alang dapat menurunkan pH tanah.

Besarnya penurunan pH dan hambatan

terhadap proses nitritifikasi menunjukkan

korelasi positif dengan pertumbuhan alang-

alang (Santoso 1990).

Alang-alang sering dimanfaatkan secara

tradisional oleh masyarakat sebagai herbal.

Bagian alang-alang yang sering digunakan

sebagai obat adalah akar (rimpang). Akar

alang-alang secara tradisional sudah sering

digunakan sebagai obat-obatan tradisional,

diantaranya adalah sebagai obat pembersih

darah, radang ginjal akut, demam, batuk,

darah tinggi, sesak napas, muntah darah,

kencing nanah, mimisan, dan gangguan fungsi

hati (sakit kuning atau hepatitis) (Djauhariya

dan Hernani 2004). Bagian tumbuhan alang-

alang yang lain juga dapat digunakan sebagai

makanan hewan, bahan kertas, dan untuk

mengobati kurap (Heyne 1987).

Akar alang-alang memiliki banyak

kandungan senyawa bioaktif. Akar alang-

alang mengandung senyawa golongan sterol,

arundoin, fermenol, isoarborinol, katekol,

kumarat, asam asetat, asam malat, asam sitrat,

dan kalsium. Akar dan daun alang-alang

mengandung beberapa turunan flavonoid,

yaitu 3,4,7-trihidroksi flavon, 2,3-dihidroksi

kalkon, flavonol tersubstitusi, 6-hidroksi

flavanol. Fraksi etil asetat akar alang-alang

mengandung flavonoid yang termasuk ke

dalam golongan flavon, flavonol, tersubstitusi

pada 3-OH, isoflavon. Dalam fraksi air

terkandung flavonoid golongan flavon tanpa

OH bebas, flavon, flavonol tersubstitusi pada

3-OH, dan isoflavon (Mazlan 1993). Gambar

akar alang-alang yang telah dibersihkan

ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1 Akar alang-alang.

Page 12: AKTIVITAS HEPATOPROTEKTOR DAN TOKSISITAS AKUT … · FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 20. 12. 2 ABSTRAK . ... analisis aktivitas ALT

3

Fisiologi dan Fungsi Hati

Hati merupakan organ tubuh yang besar,

berwarna coklat kemerah-merahan, dan

berbobot sekitar 1.4 kg pada manusia dewasa.

Organ ini terletak di dalam rongga perut

kanan atas, di bawah diafragma kanan, dan

dilindungi tulang iga kanan bawah. Hati

terbagi menjadi dua lobus, lobus kanan

besarnya enam kali bagian kirinya. Setiap

lobus terdiri atas ribuan lobulus yang

merupakan unit fungsional. Setiap lobulus

terdiri atas sel-sel hepatosit yang berbentuk

kubus dan tersusun melingkar mengelilingi

vena sentralis. Di antara lobulus (interlobular)

terdapat saluran empedu dan kapiler

(sinusoid) yang merupakan cabang vena porta

dan arteria hepatika. Sinusoid dibatasi oleh sel

Kupffer yang merupakan sistem

retikuloendotelial dan mempunyai fungsi

serupa dengan sel makrofag (Stockham dan

Scott 2002).

Hati melakukan berbagai aktivitas

metabolik yang penting, seperti detoksifikasi,

sekresi, penyimpanan cadangan makanan,

hematologis, proteksi, dan juga berperan

dalam proses metabolisme biomolekul

(karbohidrat, lipid, asam amino, hormon dan

bilirubin). Pada metabolisme tubuh, hati

berperan dalam metabolisme karbohidrat,

protein, dan lipid yang dikirim oleh vena porta

setelah diabsorbsi dari usus. Hati dapat

mensintesis lebih dari 1000 protein plasma,

seperti albumin dan globulin secara de novo

dari asam amino esensial dan non esensial.

Hati juga dapat mensintesis asam lemak,

trigliserida, kolesterol, apolipoprotein,

lipoprotein, dan kolesterol ester dalam

fosfolipid. Beberapa bahan hasil metabolisme

ini dapat tersimpan dalam hati, seperti

glikogen, trigliserida, Fe, dan Cu.

Fungsi hati lainnya adalah detoksifikasi

toksin dan radikal bebas, yaitu melalui reaksi

konjugasi dengan beberapa senyawa yang

dihasilkan di dalam hati, seperti glutation,

asam glukoronat, glisin, dan asetat. Hati juga

berfungsi sebagai organ pertahanan tubuh,

yaitu dengan adanya sel Kupffer yang

mempunyai kemampuan fagositosis sel-sel

tua, partikel atau benda asing, sel tumor,

bakteri, virus, dan parasit di dalam hati. Hati

memiliki kapasitas cadangan yang besar, yaitu

hanya dengan 10% - 20% jaringan hati yang

masih berfungsi ternyata sudah cukup untuk

mempertahankan hidup pemiliknya

(Stockham dan Scott 2002).

Kemampuan regenerasi jaringan yang mati

cukup besar sehingga akan cepat digantikan

dengan yang baru (Dalimartha 2005). Hati

merupakan organ yang paling sering

mengalami kerusakan. Ada dua alasan

mengapa hati mudah terkena racun dan

kemudian mengalami kerusakan. Alasan

pertama, hati menerima lebih dari 80% suplai

darah dari vena porta. Vena tersebut

membawa zat-zat toksik dari tumbuhan, fungi,

bakteri, logam mineral, dan zat-zat kimia lain

yang diserap di usus ke darah portal untuk

ditransportasikan ke hati. Kedua, hati

menghasilkan enzim-enzim biotransformasi

untuk berbagai macam zat eksogen dan

endogen untuk dieliminasi di dalam tubuh.

Proses ini mungkin juga mengaktifkan

beberapa zat menjadi bentuk lebih toksik dan

dapat menyebabkan terjadinya perlukaan hati

(Casarett dan Doull’s 1986).

Parasetamol sebagai Hepatotoksin

Hepatotoksin adalah senyawa yang dapat

menyebabkan gangguan pada jaringan hati.

Hepatotoksin mempunyai efek toksik terhadap

hati dengan dosis berlebihan atau dalam

jangka waktu yang lama. Hepatotoksin dapat

menyebabkan gangguan pada jaringan hati

tergantung pada dosis pemberian, interval

waktu pemberian yang singkat antara

pencernaan obat dan reaksi melawan, serta

kemampuan untuk menimbulkan perubahan

yang sama pada jaringan hati (Gibson 1991).

Berdasarkan mekanismenya terhadap

perusakan hati, hepatotoksin dibagi menjadi

dua macam, yaitu hepatotoksin intrinsik dan

ekstrinsik. Hepatotoksin intrinsik merupakan

hepatotoksin yang dapat diprediksi,

tergantung pada dosis dan melibatkan

mayoritas individu yang menggunakan obat

dalam jumlah tertentu. Rentang waktu antara

mulainya dan timbulnya kerusakan hati sangat

bervariasi, dari beberapa jam sampai beberapa

minggu. Salah satu contohnya adalah

parasetamol yang menyebabkan nekrosis hati

yang dapat diprediksi pada pemberian over

dosis. Hepatotoksin ekstrinsik atau

idiosinkratik merupakan hepatotoksim yang

tidak dapat diprediksi. Hepatotoksin ini terkait

dengan hipersensitivitas atau kelainan

metabolisme (Gibson 1991).

Parasetamol atau N-asetil-p-aminofenol

merupakan obat yang berkhasiat analgetik

antipiretik turunan para aminofenol.

Parasetamol bersifat aman jika dikonsumsi

pada dosis terapi, sedangkan pada dosis tinggi

dapat menyebabkan nekrosis pada hati tikus,

mencit, dan manusia. Parasetamol cepat

diserap secara sempurna oleh saluran

pencernaan dan tersebar ke seluruh cairan

tubuh. Biotransformasi parasetamol akan

Page 13: AKTIVITAS HEPATOPROTEKTOR DAN TOKSISITAS AKUT … · FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 20. 12. 2 ABSTRAK . ... analisis aktivitas ALT

4

terjadi di dalam hati. Sebagian besar akan

terkonjugasi dengan asam glukoronat dan

asam sulfat, sedangkan sisanya akan

dioksidasi oleh sistem P-450 mikrosomal

sehingga terbentuk metabolit N-asetil-p-

benzokuinon (NAPKI). Senyawa ini

merupakan bentuk peralihan yang bersifat

reaktif dan toksik, serta mudah bereaksi

dengan membran sel protein dan asam nukleat

sehingga dapat merusak sel (Casarett dan

Doull’s 1986). Parasetamol merupakan salah

satu obat yang sering dikonsumsi oleh

masyarakat, dapat menyebabkan kerusakan

hati jika dikonsumsi 7.5 gram sekaligus, dan

pada pemakaian 15 gram sekaligus akan

menyebabkan nekrosis atau kematian sel hati.

Dosis parasetamol untuk merusak hati tikus

galur wistar adalah 750 mg/kg BB (Murugesh

et al. 2005).

Enzim Transaminase ALT dan AST

Sel hati mengandung enzim-enzim

transaminase dalam jumlah besar. Jika sel hati

mengalami kerusakan atau nekrosis, enzim-

enzim tersebut akan keluar dari sel hati

sehingga kadarnya akan meningkat di dalam

darah. Enzim yang dapat dijadikan indikator

kerusakan hati adalah alanin aminotransferase

(ALT) dan aspartat aminotransferase (AST).

Kedua enzim ini merupakan indikator terbaik

untuk mengidentifikasi kerusakan hati karena

peningkatan kedua enzim ini terjadi lebih

awal dan umumnya peningkatannya lebih

drastis dari enzim lainnya (Girindra 1989).

Enzim ALT atau disebut juga glutamat

piruvat transaminase (GPT) terdapat dalam

sel-sel jaringan tubuh tetapi enzim ini paling

banyak ditemukan di sel-sel hati dan terikat

dalam sitoplasma. Enzim ini berperan dalam

mengatalisis pemindahan gugus amino dari

alanin ke asam α-ketoglutarat membentuk

asam glutamat dan asam piruvat. Enzim ALT

merupakan indikator terbaik dalam melihat

kerusakan hati karena bersifat khas dan

spesifik. Pada umumnya konsentrasi ALT

lebih tinggi dibandingkan konsentrasi AST

pada penyakit hati yang parah karena enzim

ALT proporsinya lebih banyak pada organ

hati dibandingkan organ tubuh lain (Kaplan

dan Pesce 1998).

Enzim AST atau disebut juga glutamat

oksaloasetat transaminase (GOT) merupakan

enzim mitokondria yang berfungsi

mengatalisis pemindahan bolak-balik gugus

amino dari asam aspartat ke asam α-

oksaloasetat membentuk asam glutamat dan

oksaloasetat. Enzim AST tidak spesifik

sebagai indikator disfungsi hati karena banyak

ditemukan pada otot rangka, pankreas, jantung

dan ginjal. Kadar enzim AST akan meningkat

apabila terjadi kerusakan sel yang akut seperti

nekrosis hepatoseluler seperti gangguan

fungsi hati dan saluran empedu, penyakit

jantung dan pembuluh darah, serta gangguan

fungsi ginjal dan pankreas (Kaplan & Pesce

1998).

Uji Toksisitas Akut

Uji toksisitas akut penting dilakukan untuk

mengetahui dosis yang aman digunakan oleh

manusia bagi pengobatan secara umum atau

pun pengobatan terhadap gangguan fungsi hati

secara khusus. Dosis aman perlu diketahui

karena mengingat adanya senyawa toksik

pada tumbuhan yang dapat menyebabkan

keracunan jika dikonsumsi melebihi takaran.

Toksisitas adalah suatu keadaan yang

menandakan adanya efek toksik atau racun

yang terdapat dalam suatu sediaan atau

campuran bahan. Uji toksisitas akut adalah uji

yang dilakukan untuk mengukur derajat efek

suatu senyawa yang diberikan pada hewan

coba tertentu, dan pengamatannya dilakukan

pada 24 jam pertama setelah perlakuan dan

dilakukan hanya satu kali. Tujuan

dilakukannya uji toksisitas akut adalah untuk

menentukan potensi ketoksikan akut dari

suatu senyawa dan untuk menentukan gejala

yang timbul pada hewan coba (Lu 1995).

Data yang dikumpulkan dalam uji

toksisitas akut adalah data kuantitatif berupa

kisaran dosis letal dan data kualitatif yang

berupa gejala klinis. Pada dasarnya tidak ada

satu hewan pun yang sempurna untuk uji

toksisitas akut yang nantinya akan digunakan

oleh manusia. Walaupun tidak ada aturan

tetap yang mengatur pemilihan spesies hewan

coba, yang lazim digunakan pada uji toksisitas

akut adalah tikus, mencit, marmut, kelinci,

babi, anjing, monyet. Pada awalnya,

pertimbangan dalam memilih hewan coba

hanya berdasarkan ketersediaan, harga, dan

kemudahan dalam perawatan. Namun, seiring

perkembangan zaman, tipe metabolisme,

farmakokinetik, dan perbandingan catatan

atau sejarah avaibilitas juga ikut diperhatikan

dan dipertimbangkan. Hewan yang paling

sering digunakan adalah mencit dan tikus,

sedangkan untuk uji toksisitas akut dermal

hewan yang sering digunakan adalah kelinci

(Casarett dan Doull’s 1986).

Dosis letal 50 adalah suatu besaran yang

diturunkan secara statistik untuk menyatakan

dosis tunggal sesuatu senyawa yang

diperkirakan dapat mematikan atau

menimbulkan efek toksik pada 50% hewan

Page 14: AKTIVITAS HEPATOPROTEKTOR DAN TOKSISITAS AKUT … · FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 20. 12. 2 ABSTRAK . ... analisis aktivitas ALT

5

coba setelah perlakuan. Dosis letal 50

merupakan tolak ukur kuantitatif yang sering

digunakan untuk menyatakan kisaran dosis

letal. Beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi nilai LD50 antara lain spesies,

galur, jenis kelamin, umur, berat badan,

kesehatan nutrisi, dan isi perut hewan coba.

Teknis pemberian juga mempengaruhi hasil,

yaitu meliputi waktu pemberian, suhu

lingkungan, kelembaban dan sirkulasi udara.

Selain itu, kesalahan manusia juga dapat

mempengaruhi hasil sehingga faktor-faktor ini

harus diperhatikan sebelum penelitian

dimulai. Casarett dan Doull’s (1986) membagi

tingkat ketoksikan akut per oral ke dalam

beberapa kelas seperti tertera pada Tabel 1 di

bawah ini.

Tabel 1 Kelas toksisitas per oral

Kelas LD50

(mg/Kg BB)

Super toksik ≤ 5

Ekstrem toksik 5-50

Sangat toksik 50-500

Cukup toksik 500-5000

Sedikit toksik 5000-15000

Secara praktis nontoksik >15000

BAHAN DAN METODE

Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian

ini adalah akar alang-alang (Imperata

cylindrica), mencit (bobot badan 15-35 gram

dan usia 2 bulan), tikus jantan galur Wistar

(bobot badan 130-240 gram dan usia 2-3

bulan), pakan tikus, serbuk kayu, aquades,

etanol 70%, etanol 30%, alkohol medis,

kapas, alumunium foil, NaOH, H2SO4,

kloroform, amonia, perekasi Dragendorf,

pereaksi Meyer, pereaksi Wagner, FeCl3,

pereaksi Lieberman Buchard, hematoksilin-

eosin, parasetamol, curliv, buffer Tris pH 7.8,

L-aspartat, 2-oksoglutarat, laktat

dehidrogenase, malat dehidrogenase, NADH,

dan L-alanin.

Alat-alat yang digunakan adalah oven,

blender, neraca analitik, neraca kasar, kertas

saring Whatman No. 1, pot plastik 20 cc dan

100 cc, rotavapor, tabung Effendorf, kandang

tikus, pisau bedah, gunting, pinset, pot plastik,

sarung tangan, masker, pipet mikro, sentrifus

mikro Beckman, syringe, sonde, kotak

pendingin, photometer 5030, dan alat-alat

gelas.

Metode

Ekstraksi Akar Alang-alang

Akar alang-alang dicuci sampai bersih,

kemudian diangin-anginkan di udara terbuka.

Pengeringan selanjutnya dalam oven pada

suhu 40°C lalu dibuat serbuk dengan

penggilingan. Serbuk kering akar alang-alang

sebanyak 1 kg diekstraksi menggunakan 7 L

pelarut etanol 70% secara maserasi selama 2

hari dengan sesekali dilakukan pengadukan.

Hasil maserasi disaring dengan kertas

Whatmann No. 1 (sambil dilakukan

penyedotan dengan pompa vakum) dan

filtratnya ditampung dalam wadah plastik.

Perlakuan maserasi diulang hingga 2 kali

dengan menggunakan pelarut yang sama.

Hasil maserasi dipekatkan dengan rotavapor

hingga didapat ekstrak yang kental. Ekstrak

kemudian diukur berat bersihnya.

Uji Fitokimia (Harborne 1987)

Uji Flavonoid dan Senyawa Fenolik.

Ekstrak sampel sebanyak 0.1 g ditambah 2

mL etanol 30% sampai terendam lalu

dipanaskan. Filtratnya dibagi 2, yang satu

ditambah NaOH sebanyak 3 tetes 10% (b/v)

dan filtrat satunya lagi ditambahkan H2SO4

sebanyak 3 tetes. Terbentuknya warna merah

karena penambahan NaOH menunjukkan

adanya senyawa fenolik hidrokuinon,

sedangkan warna merah yang terbentuk akibat

penambahan H2SO4 pekat menunjukkan

adanya flavonoid.

Uji Alkaloid. Sebanyak 10 mL kloroform

ditambah dengan ekstrak sampel 0.1 g dan

beberapa tetes ammonia. Fraksi kloroform

dipisahkan dan diasamkan dengan 10 tetes

H2SO4 2 M. Fraksi asam diambil kemudian

ditambahkan dengan pereaksi Dragendorf 3

tetes, Meyer sebanyak 3 tetes, dan Wagner

sebanyak 3 tetes. Adanya alkaloid ditandai

dengan terbentuknya endapan merah oleh

pereaksi Dragendorf, endapan putih oleh

pereaksi Meyer, dan endapan coklat oleh

pereaksi Wagner.

Uji Tanin. Sebanyak 1 g serbuk bahan

ditambah 10 mL akuades kemudian

dididihkan selama 30 menit. Setelah dingin,

campuran disaring dan filtratnya ditambah

FeCl3 1% sebanyak 5 mL (b/v). Warna biru

tua atau hitam menunjukkan adanya tanin.

Uji Saponin. Ekstrak sampel sebanyak 0.1

g ditambah akuades 5 mL dan dipanaskan

selama 5 menit. Larutan tersebut didinginkan

Page 15: AKTIVITAS HEPATOPROTEKTOR DAN TOKSISITAS AKUT … · FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 20. 12. 2 ABSTRAK . ... analisis aktivitas ALT

6

kemudian dikocok. Timbulnya busa selama ±

10 menit menunjukkan adanya saponin.

Uji Triperpenoid dan Steroid. Ekstrak

sampel sebanyak 0.1 g ditambah 2 mL etanol

30% kemudian dipanaskan dan disaring.

Selanjutnya filtrat diuapkan dan ditambahkan

eter sebanyak 1 mL. Lapisan eter ditambah

dengan pereaksi Lieberman Buchard (3 tetes

asam asetat anhidrida dan 1 tetes H2S04

pekat). Warna merah atau ungu menunjukkan

adanya triterpenoid dan warna hijau

menunjukkan adanya steroid.

Uji Toksisitas Akut (OEDC 200I)

Mencit percobaan diadaptasikan selama

satu minggu di kandang biokimia dan

ditimbang bobot badan 3 hari sekali. Dalam

penentuan LD50 akan digunakan 5 kelompok

dosis ( 10 mencit/kelompok), yaitu 2000,

5000, 10000, 15000, dan 20000 mg/kg BB.

Satu kelompok lainnya sebagai kontrol dan

hanya akan dicekok akuades. Semua hewan

pada setiap kelompok hanya menerima

ekstrak satu kali untuk setiap dosis yang telah

ditentukan (dosis tunggal), lalu hewan diamati

dan dicatat tingkat kematiannya pada 24 jam

pertama untuk menentukan kisaran dosis yang

tidak menimbulkan kematian dan dosis yang

menimbulkan kematian guna memperoleh

LD50. Pengamatan dilanjutkan hingga hari ke

14, pengamatan meliputi gejala klinis seperti

nafsu makan, bobot badan, serta tingkah laku.

Perlakuan Hewan Coba dan Rancangan

Percobaan (Singh dan Gupta 2011)

Tikus yang digunakan adalah tikus wistar

berkelamin jantan berusia 2-3 bulan dengan

bobot badan 130-240 gram. Tikus

diadaptasikan selama satu bulan untuk

menyeragamkan pola hidup dan mencegah

terjadinya stres. Selama masa adaptasi tikus

diberi pakan standar dan minum secara ad-

libitum. Tikus dikelompokkan menjadi 6

kelompok dan masing-masing kelompok

terdiri atas 5 ekor.Perlakuan dilakukan selama

14 hari.

Tikus kelompok I merupakan kontrol

normal yang diberi akuades dan pakan

normal. Tikus kelompok II merupakan kontrol

negatif yang diberi parasetamol 750 mg/Kg

BB dari hari ke-1 hingga hari ke-14.

Kelompok III merupakan kontrol positif yang

diberi curliv-plus® 80 mg/Kg BB dan

parasetamol 750 mg/Kg BB dari hari ke-1

hingga 14. Kelompok IV, V, VI merupakan

kelompok yang akan diberi ekstrak etanol

akar alang-alang dengan dosis 250, 500, dan

750 mg/Kg BB dan parasetamol 750 mg/Kg

BB. Kelompok III, IV, V, dan VI akan

dicekok parasetamol 4 jam setelah pemberian

curliv-plus® dan ekstrak etanol akar alang-

alang. Pengambilan darah untuk analisis kadar

ALT dan AST dilakukan 24 jam setelah

pemberian dosis terakhir. Tikus selanjutnya

dinekropsi untuk diambil hatinya.

Pengukuran Kadar ALT dan AST (IFCC

2002)

Prinsip pengukuran aktivitas ALT dan

AST adalah mengukur laju berkurangnya

jumlah NADH menjadi NAD+ pada reaksi

yang terjadi antara enzim dan substrat yang

dapat diukur pada panjang gelombang 340

nm. Sampel darah tikus disentrifugasi pada

kecepatan 3000 rpm selama 15 menit untuk

mendapatkan serumnya. Setelah itu, dilakukan

analisis kadar ALT dan AST. Sebanyak 100

µl serum darah tikus dicampur dengan 1000

µl reagen, kemudian diukur serapannya

dengan menggunakan photometer pada

panjang gelombang 340 nm.

Pengukuran aktivitas kedua enzim tersebut

dilakukan dengan cara yang sama, hanya saja

reagen yang digunakan berbeda. Reagen yang

digunakan dalam pengukuran AST

mengandung buffer Tris pH 7.8 (80 mmol/L),

L-aspartat (240 mmol/L), 2-oksoglutarat (12

mmol/L), laktat dehidrogenase (600 U/L),

malat dehidrogenase (600 U/L), dan NADH

(0.18 mmol/L). Sedangkan pereaksi yang

digunakan dalam pengukuran ALT

mengandung buffer Tris (100 mmol/L),L-

alanin (500 mmol/L), 2-oksoglutarat (15

mmol/L), laktat dehidrogenase (1200 U/L),

dan NADH (0.18 mmol/L).

Analisis data

Analisis statistik terhadap kadar enzim

ALT dan AST dilakukan dengan

menggunakan rancangan acak lengkap (RAL),

yaitu uji analysis of varian (ANOVA) dan uji

lanjutan uji Duncan pada tingkat kepercayaan

95% dan taraf α=0.05. Seluruh data tersebut

dianalisis menggunakan program perangkat

lunak statistical analysis system (SAS).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia

Rendemen ekstrak etanol 70% akar alang-

alang setelah dipekatkan dengan vacuum

rotavapor adalah 12,48%. Penelitian yang

dilakukan oleh Chunlaratthanaphorn et al.

(2007) menunjukkan bahwa ekstraksi

Page 16: AKTIVITAS HEPATOPROTEKTOR DAN TOKSISITAS AKUT … · FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 20. 12. 2 ABSTRAK . ... analisis aktivitas ALT

7

menggunakan air mempunyai rendemen

empat kali lebih besar, 50.86%. Perbedaan

rendemen ekstrak ini bisa disebabkan oleh

beberapa faktor seperti pelarut dan metode

ekstraksi yang digunakan.

Setiap pelarut memiliki tingkat kepolaran

yang berbeda-beda yang akan menentukan

selektivitas dalam mengekstrak komponen-

komponen bioaktif yang terdapat pada akar

alang-alang. Nilai rendemen ekstraksi ekstrak

yang dihasilkan akan menunjukkan sifat

kepolaran suatu komponen bioaktif yang

terekstrak oleh pelarut yang digunakan. Selain

itu, metode ekstraksi juga sangat

mempengaruhi nilai rendemen ekstraksi yang

digunakan. Ekstraksi dengan cara maserasi

tanpa pemanasan akan menghasilkan nilai

rendemen ekstraksi yang lebih rendah

dibandingkan maserasi dengan cara

pemanasan. Ekstraksi dengan cara pemanasan

akan meningkatkan kelarutan ekstrak

sehingga bahan yang terekstrak akan lebih

banyak dibandingkan ekstraksi tanpa

pemanasan (Pambayun et al 2007).

Tabel 2 menunjukkan hasil uji fitokimia

ekstrak etanol akar alang-alang. Berdasarkan

hasil tersebut, ekstrak etanol akar alang-alang

mengandung alkaloid dan triterpenoid.

Seniwaty et al (2009) melaporkan bahwa akar

alang-alang mengandung alkaloid, flavonoid,

saponin, dan triterpenoid. Pada ekstrak etanol

70% tidak ditemukan senyawa flavonoid

seperti yang dilaporkan pada penelitian

sebelumnya. Perbedaan hasil uji fitokimia ini

dapat disebabkan oleh perbedaan pelarut yang

digunakan. Senyawa flavonoid merupakan

senyawa yang bersifat polar dan kelarutannya

sangat baik pada pelarut air dibandingkan

pelarut etanol yang polaritasnya lebih rendah

dibandingkan dengan air (Tiwari et al. 2011).

Senyawa-senyawa fitokimia yang

terkandung dalam tanaman diduga memiliki

efek sinergisme terhadap aktivitas

farmakologi yang ditimbulkan oleh tanaman

(Vaghasiya et al. 2011). Senyawa alkaloid dan

triterpenoid yang terkandung dalam akar

alang-alang ini diharapkan dapat memberikan

aktivitas farmakologi, salah satunya sebagai

hepatoprotektor. Alkaloid dilaporkan

memiliki kemampuan antioksidan terkait

kemampuannya dalam menangkap senyawa

radikal bebas (Benabdesselam et al. 2003)

sedangkan triterpenoid dilaporkan memiliki

aktivitas antioksidan (Topcu et al. 2007).

Aktivitas antioksidan dan kemampuan dalam

menangkap radikal bebas ini sangat berkaitan

dengan mekanisme hepatoprotektor yang

mungkin ditimbulkan oleh kedua senyawa ini.

Tabel 2 Hasil uji fitokimia

Senyawa Fitokimia Hasil Uji

Alkaloid ++

Tanin -

Saponin -

Flavonoid -

Steroid -

Triterpenoid +++

Keterangan:

+: sedikit terdeteksi, ++:terdeteksi sedang,

+++:terdeteksi banyak, -:tidak terdeteksi.

Toksisitas Akut

Pemberian dosis tunggal 2000, 5000,

10000, 15000, dan 20000 mg/Kg BB tidak

menyebabkan kematian pada mencit setelah

24 jam pengamatan. Pengamatan bobot badan,

setelah perlakuan tidak menunjukkan adanya

gejala-gejala toksik yang timbul pada hewan

uji. Bobot badan mencit pada semua

kelompok mengalami peningkatan (Tabel 3).

Peningkatan ini menunjukkan bahwa ekstrak

etanol akar alang-alang tidak toksik setelah

pemberian dosis tertinggi, yaitu 20000 mg/Kg

BB. Nilai LD50 tidak dapat ditentukan karena

hingga dosis terbesar, yaitu 20000 mg/Kg BB,

tidak menyebabkan kematian pada mencit.

Meskipun LD50 tidak dapat ditentukan melalui

penelitian ini, namun dapat dikatakan bahwa

ekstrak etanol akar alang-alang praktis

nontoksik berdasarkan klasifikasi toksisitas

(Tabel 1).

Berdasarkan uji histopatologi, pemberian

dosis 20000 mg/Kg BB menyebabkan

nekrosis pada hati mencit, sedangkan

pemberian dosis di bawah 20000 mg/Kg BB

tidak menyebabkan perubahan yang signifikan

terhadap sel hati mencit (Gambar 1). Nekrosis

adalah kematian sel akibat perlukaan jaringan

yang didahului dengan kerusakan sel-sel hati,

gangguan integritas membran plasma,

keluarnya isi sel, dan timbulnya respon

inflamasi yang menyebabkan banyak sel mati.

Ciri-ciri nekrosis adalah tampaknya fragmen

sel disertai reaksi radang.

Tabel 3 Bobot badan mencit pada uji

toksisitas akut ekstrak etanol akar alang-alang.

Dosis

(mg/Kg

BB)

Bobot Badan (gram)

H-0 H-7 H-14

Kontrol 29.7±4.56 30.8±4.71 31.3±4.50

2000 28.2±2.90 29.6±3.69 30.8±3.33

5000 27.9±3.14 28.8±2.78 29.9±2.77

10000 32.1±4.56 33.3±4.72 34.1±5.04

15000 30.5±4.86 31.8±4.92 33.0±5.23

20000 30.2±4.08 31.3±4.36 31.0±4.03

Page 17: AKTIVITAS HEPATOPROTEKTOR DAN TOKSISITAS AKUT … · FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 20. 12. 2 ABSTRAK . ... analisis aktivitas ALT

8

a b c

d e f

Gambar 2 Gambaran histopatologi organ hati mencit. Keterangan: a) kelompok normal, b) dosis

2000 mg/kg BB, c) dosis 5000 mg/kg BB, d) dosis 10000 mg/kg BB,

e) Dosis 15000 mg/kg BB, f) dosis 20000mg/kg BB.

Uji Aktivitas ALT dan AST

Hasil uji in vivo menunjukkan ekstrak

etanol akar alang-alang dosis 750 mg/Kg BB

mampu memberikan perlindungan terhadap

hati tikus Wistar dari kerusakan akibat

parasetamol dengan jumlah enzim ALT dan

AST yang lebih rendah dibandingkan

kelompok perlakuan ekstrak akar alang-alang

lainnya (Tabel 4). Jumlah enzim ALT dan

AST ini digunakan sebagai parameter

kerusakan yang terjadi pada organ hati akibat

induksi senyawa hepatotoksik parasetamol.

Jumlah enzim ALT dan AST kelompok

perlakuan dosis ini bahkan lebih kecil

dibandingkan jumlah enzim ALT dan AST

kelompok normal yang diinduksi curliv (obat

yang memberikan aktivitas hepatoprotektor).

Jumlah enzim ALT kelompok tikus yang

mendapatkan ekstrak etanol 70% dosis 750

mg/Kg BB adalah sebesar 222.2±109.8 U/L.

Jumlah enzim ALT ini lebih kecil

dibandingkan dengan kelompok perlakuan

dosis 500 mg/kg BB, dosis 250 mg/kg BB,

kelompok kontrol positif, dan kelompok

kontrol negatif dengan jumlah enzim ALT

masing-masing sebesar 517.40±367.57,

558.4±321.20, 491.20±206.76, dan

555.6±92.40 U/L (Tabel 4). Berdasarkan hasil

uji statistik Duncan, kelompok perlakuan

dosis 750 mg/kg BB tidak berbeda nyata

dengan kelompok normal dengan nilai ALT

68.6±19.05 U/L (Tabel4). Sementara itu,

kelompok perlakuan dosis 500 mg/kg BB dan

250 mg/kg BB berbeda nyata dengan

kelompok perlakuan 750 mg/kg BB dan

kelompok normal, serta tidak berbeda nyata

dengan kelompok kontrol negatif. Hasil uji

statistik ini menunjukkan bahwa kelompok

perlakuan dosis 750 mg/kg BB memberikan

mempunyai efek hepatoprotektor seperti yang

terjadi pada kelompok normal, sedangkan

kelompok perlakuan dosis 500 mg/kg BB dan

250 mg/kg BB tidak memberikan efek

hepatoprotektor seperti yang terjadi pada

kelompok kontrol negatif.

Hasil uji AST juga menunjukkan

kelompok perlakuan ekstrak akar alang-alang

dosis 750 mg/kg BB memiliki jumlah enzim

AST yang lebih kecil dibandingkan kelompok

perlakuan dosis 250 mg/kg BB, dosis 500

mg/kg BB, kelompok kontrol positif, dan

kelompok kontrol negatif dengan jumlah

enzim AST masing-masing sebesar

509.6±159.29, 527.8±356.96, 576.4±206.13,

dan 595±276.62 U/L, tetapi masih lebih besar

dibandingkan kelompok normal yaitu sebesar

221.2±91.25U/L (Tabel 4). Hasil uji statistik

jumlah enzim AST ini berbeda dengan hasil

uji statistik pada pengukuran jumlah enzim

ALT. Pada pengukuran jumlah enzim AST,

semua kelompok perlakuan, kelompok kontrol

positif,dan kontrol negatif menghasilkan hasil

Nekrosis

Page 18: AKTIVITAS HEPATOPROTEKTOR DAN TOKSISITAS AKUT … · FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 20. 12. 2 ABSTRAK . ... analisis aktivitas ALT

9

uji yang berbeda nyata dengan kelompok

normal. Namun, secara deskriftif kelompok

perlakuan dosis 750 mg/kg BB merupakan

dosis yang paling baik dibandingkan dengan

semua kelompok perlakuan lainnya karena

jumlah enzim AST nya paling kecil.

Jumlah Enzim ALT dan AST semua

kelompok berada di luar batas normal (Tabel

4). Jumlah AST normal pada tikus Wistar

adalah 45.7-80.8 U/l, sedangkan jumlah ALT

normal adalah 12-45 U/L (Girindra 1989).

Tingginya jumlah enzim ALT dan AST pada

semua kelompok diduga diakibatkan oleh

stres pada saat pengambilan darah. Stres

oksidatif dapat menyebabkan penurunan kadar

superoksida dismutase dan peningkatan

pembentukan radikal bebas reactive oxygen

species (ROS) sehingga enzim-enzim tertentu

seperti ALT dan AST keluar dari membran sel

ke darah (Levent et al. 2006). Selain itu,

faktor stres ketika pengambilan darah juga

mengakibatkan peningkatan aktivitas saraf

simpatik perifer yang berhubungan dengan

aktivitas otot rangka sehingga meningkatkan

aktivitas AST (Arakawa et al. 1996).

Walaupun semua kelompok menghasilkan

jumlah enzim ALT dan AST diluar batas

normal, tetapi secara statistik kelompok

perlakuan ekstrak akar alang-alang dosis 750

mg/kg BB memiliki aktivitas hepatoprotektor

dibandingkan dengan kelompok normal.

Aktivitas hepatoprotektor yang

ditimbulkan oleh kelompok perlakuan ekstrak

alang-alang dosis 750 mg/kg BB diduga

diakibatkan oleh senyawa-senyawa fitokimia

yang terdapat pada ekstrak akar alang-alang,

yaitu alkaloid dan triterpenoid (tabel 2).

Senyawa-senyawa fitokimia ini mampu

memberikan perlindungan terhadap hati tikus

yang terpapar oleh senyawa hepatotoksik

parasetamol. Senyawa alkaloid dilaporkan

dapat dapat mencegah kenaikan jumlah enzim

ALT dan AST karena kemampuannya dalam

menangkap senyawa radikal bebas. Senyawa

radikal bebas ini dapat menyerang sel-sel hati

sehingga terjadi kerusakan pada sel hati yang

mengakibatkan enzim-enzim yang terdapat di

hati keluar dari dalam hati dan masuk ke

dalam darah (Benabdesselam et al. 2007).

Senyawa triterpenoid yang terdapat di

dalam ekstrak akar alang-alang juga diduga

memberikan efek hepatoprotektor. Senyawa-

senyawa golongan triterpenoid diketahui

memiliki aktivitas biologis tertentu, seperti

antijamur, antibakteri, antivirus, antidiabetes,

dan heaptoprotektor (Robinson 1995).

Senyawa-senyawa golongan triterpenoid yang

terkandung pada akar alang-alang diantaranya

adalah arundoin, cylindrin, fernenlo,

isoarbinol, dan simiarenol (Nishimoto et al.

1968). Aktivitas hepatoprotektor senyawa

golongan triterpenoid berkaitan dengan

kemampuannya dalam memelihara stabilitas

membran sel hati dan sebagai antioksidan

sehingga memungkinkan senyawa ini

berperan sebagai penangkap radikal bebas.

Sementara itu, semua kelompok perlakuan

ekstrak akar alang-alang lainnya (dosis 500

mg/kg BB dan 250 mg/kg BB), kelompok

kontrol positif, dan kontrol negatif

menghasilkan jumlah enzim ALT dan AST

yang lebih besar dibandingkan kelompok

normal dan secara statistik nilainya berbeda

nyata dengan kelompok normal. Hal ini

menunjukkan tidak ada aktivitas

hepatoprotektor yang ditimbulkan oleh

kelompok perlakuan ini. Pada kelompok

perlakuan ekstrak akar alang-alang (dosis 500

mg/kg BB dan 250 mg/kg BB), tingginya

kadar ALT dan AST diduga karena dosis yang

digunakan terlalu kecil sehingga yang

mengakibatkan kurangnya mekanisme

perlindungan terhadap hati tikus untuk

mengatasi radikal bebas berlebih dari

parasetamol. Hal yang sama juga terjadi pada

kelompok kontrol positif yang diinduksi

curliv. Curliv yang mengandung senyawa

hepatoprotektor curcuma dan sylimarin (He et

al 2009) tidak mampu melindungi hati mencit

akibat induksi senyawa parasetamol. Dosis

curliv yang digunakan sebagai kontrol positif

mungkin terlalu kecil sehingga perusakan hati

yang terus berlangsung tidak diimbangi oleh

mekanisme pertahanan senyawa bioaktif

dalam curliv dalam mengatasi radikal bebas

akibat paparan senyawa parasetamol.

Tabel 4 Pengaruh pemberian ekstrak etanol

akar alang-alang tehadap aktivitas ALT dan

AST

Kelompok ALT AST

I 68.6±19.05c

221.2±91.25b

II 555.6±92.40a

660.0±54.06a

III 491.2±206.76ab

576.4±206.13a

IV 558.4±321.20a

595±276.62a

V 517.4±367.57ab

527.8±356.96a

VI 222.2±109.89cb

509.6±159.29a

Keterangan :

I (normal), II (kontrol negatif), III

(kontrol positif), IV (250 mg/Kg

BB), V(500 mg/Kg BB), VI (750

mg/Kg BB).

Huruf berbeda pada kolom yang

sama menunjukkan nilai berbeda

nyata (P<0.0015) dalam mekanisme

perlindungan hati.

Page 19: AKTIVITAS HEPATOPROTEKTOR DAN TOKSISITAS AKUT … · FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 20. 12. 2 ABSTRAK . ... analisis aktivitas ALT

10

Gambaran Histopatologi Hati

Setiap lobus pada hati terdiri atas sekitar

seratus ribu lobulus. Lobulus hampir

menyerupai bentuk heksagonal dan terpisah

oleh interlobular septum antara lobulus satu

dan lobulus lainnya. Sel-sel hati, atau sering

disebut hepatosit, tersusun rapi seperti

melingkar menuju vena sentral. Batas antara

tiga lobulus yang berdekatan membentuk triad

portal yang terdiri atas arteri, cabang vena

hepatic, dan empedu. Hasil uji histopatologi

menunjukkan adanya kerusakan pada jaringan

hati tikus, terutama pada jaringan hati tikus

kelompok IV dan V. Gambaran histopatologi

jaringan hati tikus kelompok VI menunjukkan

hasil yang sama dengan kelompok I, yaitu

tidak adanya kerusakan yang terjadi (gambar

2). Hasil uji ini mendukung hasil uji aktivititas

ALT dan AST yang menunjukkan bahwa

ekstrak etanol akar alang-alang memiliki

aktivitas hepatoprotektor.

Tabel 5 menunjukkan bahwa pada jaringan

hati tikus kelompok V terjadi proliferasi sel

oval, fibrosis, infiltrasi sel radang, degenerasi

hepatosit, dan mitosis hepatosit dengan pola

acak (random). Begitu pula dengan kelompok

IV, kecuali mitosis hepatosit, semua

parameter kerusakan terjadi dengan pola

midzonal (terjadi di tengah-tengah lobus).

Skoring perubahan mikroskopis untuk

kelompok II dan III memiliki hasil yang sama.

Pada kedua kelompok ini kerusakan-

kerusakannya meliputi proliferasi sel oval,

fibrosis, dan degenerasi hepatosit dengan pola

sentrilobular (terjadi pada bridging antar vena

entral). Gambaran histopatologi kelompok III

seharusnya berbeda dengan kelompok II

karena tikus pada kelompok III menerima

Curliv yang dapat memberikan perlindungan

terhadap hati tikus dari kerusakan akibat

parasetamol (agen hepatotoksik). Curliv

mengandung silymarin, schizandrae,

curcuma, radix, kolin bitartrat, dan vitamin

B6. Berdasarkan hasil uji aktivitas ALT dan

AST, pemberian curliv menunjukkan adanya

mekanisme hepatoprotektor. Namun,

gambaran histopatologi menunjukkan adanya

kerusakan-kerusakan yang ditimbulkan oleh

curliv. Hal ini diduga akibat perbaikan

hepatosit yang terjadi pada kelompok III tidak

begitu berarti.

Proliferasi sel oval akan terjadi jika terjadi

kerusakan pada hepatosit. Sel oval merupakan

prekursor hepatosit sehingga akan menjadi

lebih banyak ketika adanya sinyal kerusakan

hati. Fibrosis terjadi ketika adanya peradangan

atau luka pada hepatosit akibat virus,

konsumsi alkohol berlebihan, trauma, dan zat

yang bersifat hepatotoksik. Pada hepatosit

normal tidak terdapat jaringan ikat (fibrosa),

namun jika terjadi luka pada hepatosit,

jaringan ikat akan mengganti sel-sel yang

rusak dan bersifat irreversible. Pada sel hati

normal, sintesis fibrosa (fibrogenesis) dan

penghancuran fibrosa (fibrolisis) terjadi secara

seimbang. Fibrosis terjadi jika pembentukan

fibrosa lebih cepat dibandingkan proses

penghancuran dan pembuangannya dari hati.

Gambar 3 Gambaran histopatologi hati tikus. Keterangan: A) Kelompok normal, B) Kontrol

negatif, C) Kontrol positif, D, E, dan F Dosis 250, 500, dan 750 mg/Kg BB.

Tanda lingkaran menunjukkan fibrosis.

F E D

C B A

Page 20: AKTIVITAS HEPATOPROTEKTOR DAN TOKSISITAS AKUT … · FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 20. 12. 2 ABSTRAK . ... analisis aktivitas ALT

11

Tabel 5 Skoring hasil uji histopatologi

Kelompok Skoring

Proliferasi sel

oval

Fibrosis Inflamasi Degenerasi

Hepatosit

Mitosis

Hepatosit

I 0 0 0 0 0

II 2 2 0 2 0

III 2 2 0 2 0

IV 2 2 2 2 0

V 4 4 4 4 4

VI 0 0 0 0 0

Keterangan:

0: tidak ada perubahan ≤ 3 fokus 3: >3Fokus, zona tengah

1: >3 Fokus, bridging interportal 4: >3Fokus, acak

2: >3 Fokus, bridging venacentral 5:Area luas

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Ekstrak etanol 70% akar alang-alang

mengandung alkaloid dan triterpenoid.

Pemberian ekstrak etanol akar alang-alang

dapat memberikan perlindungan terhadap hati

tikus yang diinduksi parasetamol. Ketiga dosis

yang diuji menunjukkan bahwa pada dosis

750 mg/Kg BB memberikan efek

hepatoprotektor yang lebih baik bahkan lebih

baik dibandingkan dengan pemberian curliv

pada kelompok kontrol positif.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut

mengenai dosis efektif ekstrak etanol akar

alang-alang sehingga dapat digunakan secara

optimal untuk melindungi hati darikerusakan.

Selain itu perlu dikaji lebih lanjut senyawa

bioaktif yang paling berperan sebagai

hepatoprotektor.

DAFTAR PUSTAKA

Adji P. 2004. Daya antioksidasi saponin akar

kuning (Archangelisia flava L. Merr)

sebagai mekanisme hepatoproteksi pada

tikus yang diinduksi parasetamol

[Skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut

Pertanian Bogor.

Amalia D. 2008.Efek hepatoprotektif ekstrak

etanol 70% daun ceplukan (Physalis

angulata L.) terhadap mencit jantan yang

galur Swiss terinduksi parasetamol

[Skripsi]. Surakarta: Fakultas Farmasi

Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Arakawa H, Kodama H, Matsuoka N,

Yamaguchi I. 1996. Stress increases

plasma activity in rats: differential effects

of adrenergic and cholinergic blockades.

J. Pharmacol Experiment Therapeutics.

280:1296-1303.

Batubara I. 2003. Saponin akar kuning

(Archangelisia flava L. Merr) sebagai

hepatoprotektor: ekstraksi, pemisahan,

dan bioaktivasinya [Tesis]. Bogor:

Program Pascasarjana, Institut Pertanian

Bogor.

Benabdesselam et al. 2007. Antioxidant

activities of alkaloid extract of two

algerian species of Fumaria: Fumaria

capreolata and Fumaria bastardii. Rec

Nat Prod 1: 28-35.

Casarett, Doulls. 1986. Toxicology. Toronto:

Collier Macmillan Canada.

Chairul et al. 2011.Pengaruh pemberian akar

pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack)

pada fungsi hepar.Majalah Farmasi

Indonesia 22(1): 16-20.

Chunlaratthanaphorn et al. 2007. Acute and

subchronic toxicity study of the water

extract from root of Imperata cylindrica

(Linn.) Raeusch in rats. J. Sci. Technol.

29:141-155.

Dalimartha S. 2005. Ramuan Tradisional

untuk Pengobatan Hepatitis. Jakarta :

Penebar Swadaya.

[Depdag]. 2011. Indonesian Herbal : The

Traditional Therapy. Jakarta: Ministry of

Trade Republic of Indonesia.

Djauhariya E, Hernani. 2004. Gulma

Berkhasiat Obat. Jakarta: Penebar

Swadaya.

Page 21: AKTIVITAS HEPATOPROTEKTOR DAN TOKSISITAS AKUT … · FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 20. 12. 2 ABSTRAK . ... analisis aktivitas ALT

12

Gibson GG, Sket P. 1991. Pengantar

Metabolisme Obat. Aisyah BI,

penerjemah. Jakarta: UI Pr. Terjemahan

dari: Drugs Metabolism.

Girindra A. 1989. Biokimia Patologi Hewan.

Bogor: IPB Pr.

He Quanren, Kim J, sharma RP. 2004.

Sylimarin protects against liver damage

in balb/c mice exposed to fumonisin B1

despite increasing accumulation of free

sphingoid bases. Toxicological Sciences.

80:335-342.

Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia.

Padmawinata K, Soediro I, penerjemah;

Niksolihin S, editor. Bandung: ITB Pr.

Terjemahan dari: Phytochemical

Methode.

Hardian P. 2008.Ekstrak sapogenin akar

kuning sebagai hepatoprotektor pada

mencit yang diinduksi parasetamol

[Skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam IPB.

Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna

Indonesia Jilid I-IV. Jakarta: Yayasan

Sarana Wana Jaya.

International Federation of Clinical

Chemistry (IFCC). 2002. Photometric

UV-test for Determination of Alanin

Aminotransferase (GPT/ALAT) and

Aspartat Aminotransferase (GOT/ASAT).

Jakarta: Rajawali Nusindo.

KanchanapeeP. 1966.Phytochemical and

pharma-cological studies of I. cylindrica

beauv.rhizomes.Bulletin of the

Department of Medical Science: 182-

184.

Kaplan LA, Pesce JA. 1998. Clinical

Chemistry: Theory Analysis Correlation.

Ed ke-3. New York: Mosby Year Book.

[Kementrian Kesehatan]. 2010. Hepatitis

masalah kesehatan dunia [terhubung

berkala].http://www.depkes.go.id/index.p

hp/berita/press-release/1119-hepatitis-

masalah-kesehatan-dunia.html [7

Februari 2012].

Khaerunnisa ST. 2009. Pemanfaatan

senyawa bioaktif dari akar alang-alang

(Imperata cylindrica) sebagai bahan anti

oksidan.[Skripsi].Surabaya : Departemen

Kimia, Fakultas Ilmu dan Teknologi,

Universitas Airlangga

Lu FC. 1995. Toksikologi Dasar; Asas,

Organ Sasaran, dan Penilaian

Resiko.Edisi ke-2. Jakarta: UI Press.

Mazlan C. 1993. Isolasi dan identifikasi

flavonoid dari tumbuhan Imperata

cylindrical Beauv.Var. major Hubb

[Skripsi]. Yogyakarta: Fakultas Farmasi

UGM.

Murugesh KS, Yeligar VC, Maiti BC, Maiti

TK. 2005. Hepato protective and

antioxidant role of Berberis tinctoria

Lesch leaves on paracetamol induces

hepatic damage in rats. IJPT 41: 64-69.

Nishimoto K, Ito M, Natori S, Ohmoto T.

1968. The structures of arundoin,

cylindrin, and fernenol: triterpenoids of

fernane and arborane groups of Imperata

cylindrica var. Tetrahedron. 24: 735-752.

Organization of Economic Co-operation

and Development (OECD). 2001 The

OECD Guideline for Testing of

Chemical: Acute Oral Toxicity Up and

Down Procedure.

Pambayun R, Gardjito M, Sudarmadji S,

Kuswanto KR. 2007. Kandungan fenol

dan sifat antibakteri dari berbagai jenis

ekstrak produk gambir (Uncaria gambir

Roxb). Majalah Farmasi Indonesia 3:

141-146

Panjaitan RG. 2008. Pengujian aktivitas

hepatoprotektor akar pasak bumi

(Eurycoma longifolia Jack.)

[Tesis].Bogor: Program Pascasarjana,

Institut Pertanian Bogor.

Park JH. 2004. Medicinal Plants of

Korea. Seoul: Shinil Publishing Co.

Patrick L. 1999. Hepatitis C: epidemiology

and review of complementary/alternative

medicine treatments. Alternative

Medicine Review. 4: 220-238.

Robinson T. 1995. Kandungan Organik

Tumbuhan Tinggi Edisi ke-4. Bandung:

ITB Pr.

Santoso. 1990. Efek alelopati alang-alang

(Imperata cylindrical L.) terhadap

aktivitas bakteri nitritifikasi di lahan

kering [Laporan Penelitian]. Yogyakarta:

Fakultas Biologi UGM.

Seniwaty, Raihanah, Nugraheni I K,

Umaningrum D. 2009. Skrining fitokimia

dari alang-alang (Imperata cylindrica L.

Beauv) dan lidah ular (Hedyotis

Page 22: AKTIVITAS HEPATOPROTEKTOR DAN TOKSISITAS AKUT … · FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 20. 12. 2 ABSTRAK . ... analisis aktivitas ALT

13

corymbosa L.Lamb). Sains dan Terapan

Kimia 3 (2):124-133.

Singh D, Gupta RS. 2011. Hepatoprotective

activity of methanol extract of Tocomella

undulata against alcohol and paracetamol

induced hepatotoxicity in rats. J. Life

science and Medicine Research.

2011:LSMR-26.

Sripanidkulchai B, Wongpanich V,

Laupattarakasem P, Suwansaksri J,

Jirakulsomchok D. 2001. Diuretic effects

of selected Thai indigenous medicinal

plants in rats.J. Ethnopharmacol.75(2-3):

185-190.

Stockham SL, Scott MA. 2002.

Fundamentals of Veterinary Clinical

Pathology. Ed ke-1. Iowa: state Pr.

Blackwell Publishing Co.

Sulistiyani, Zuhud Evrizal AM, Hasim. 2004.

Uji toksisitas dan mekanisme

hepatoproteksi ekstrak buah mahkota

dewa (Phaleria macrocarpa

(Scheff.)Boeri.) [Laporan Penelitian].

Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Tiwari P, Kumar B, Kaur G, Kaur H, Kaur M.

2011. Phytochemical screening and

extraction : A review. J. Int. Pharm. Sci.

Vol 1 : 98-106.

Topcu G, Ertas A, Kolak U, Ozturk M,

Ulubelen A. 2007. Antioxidant activity

tests on novel triterpenoids from Salvia

macrochlons. Arkivoc 7: 195-208.

Vaghasiya Y, Dave R, dan Chanda S. 2011.

Phytochemical analysis of some

medicinal plants from western region of

india. Research Journal of Medicinal

Plants 5 (5): 567-576.

[WHO] World Health Organization. 2011.

World hepatitis day [terhubung

berkala].http://www.who.int/csr/disease/h

epatitis/world_hepatitis_day/en/ [7

Februari 2012].

Page 23: AKTIVITAS HEPATOPROTEKTOR DAN TOKSISITAS AKUT … · FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 20. 12. 2 ABSTRAK . ... analisis aktivitas ALT

14

LAMPIRAN

Page 24: AKTIVITAS HEPATOPROTEKTOR DAN TOKSISITAS AKUT … · FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 20. 12. 2 ABSTRAK . ... analisis aktivitas ALT

15

Lampiran 1 Diagram alir penelitian

Preparasi akar alang-alang

Ekstrak etanol akar alang-alang

Ekstraksi akar alang-alang

Uji fitokimia

Uji toksisitas akut

Adaptasi tikus galur wistar

Pemberian dosis parasetamol dan

ekstrak akar alang-alang

Nekropsi

Uji hispatologi

Analisis data

Analisis alanin aminotransferase (ALT)

dan aspartat aminotransferase (AST)

Page 25: AKTIVITAS HEPATOPROTEKTOR DAN TOKSISITAS AKUT … · FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 20. 12. 2 ABSTRAK . ... analisis aktivitas ALT

16

Lampiran 2 Rancangan perlakuan hewan coba

30 tikus Wistar umur 2 bulan

dengan bobot 130-240 gram

Adaptasi 1 minggu

6 kelompok

VI

Ekstrak Etanol

Alang-alang 750

mg/kg BB +

parasetamol 750

mg/Kg BB

V

Ekstrak Etanol

Alang-alang 500

mg/kg BB +

parasetamol 750

mg/Kg BB

IV

Ekstrak Etanol

Alang-alang 250

mg/kg BB +

parasetamol 750

mg/Kg BB

III

Curliv-plus® 80

mg/Kg BB +

parasetamol 750

mg/Kg BB

II

Parasetamol 750

mg/Kg BB

I

Akuades dan

pakan standar

Pengambilan darah melalui ekor

Pengujian ALT dan AST

Page 26: AKTIVITAS HEPATOPROTEKTOR DAN TOKSISITAS AKUT … · FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 20. 12. 2 ABSTRAK . ... analisis aktivitas ALT

17

Lampiran 3 Uji aktivitas ALT dan AST

1 ml darah

100 µl supernatan

(serum)

Disentrifugasi 3000 rpm 15

menit

Pereaksi 1 Pereaksi 2

Dihomogenkan

Diukur aktivitas menggunakan

photometer

Aktivitas ALT dan

AST (U/L)

1000 µl reagen campuran

4:1

Page 27: AKTIVITAS HEPATOPROTEKTOR DAN TOKSISITAS AKUT … · FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 20. 12. 2 ABSTRAK . ... analisis aktivitas ALT

18

Lampiran 4 Perhitungan dosis pemberian parasetamol, Curliv, dan ekstrak akar

alang-alang

Dosis pemberian parasetamol

Dosis yang digunakan : 750 mg/Kg BB

Konversi dosis untuk tikus (ex= 200 g)=

x750 mg/Kg BB = 150 mg/Kg BB

Pembuatan larutan stok : 150 mg dilarutkan dalam 1 mL akuades

(diasumsikan bahwa volume cekok 1 mL untuk tikus dengan bobot 200 gram)

Dosis pemberian Curliv

Dosis pengobatan : 3 x 2 tablet

Bobot 1 tablet : 0.8 gram

Asumsi bobot badan manusia : 60 Kg

Perhitungan dosis curliv® :

= 80 mg/Kg BB

Konversi dosis untuk tikus (ex = 200) =

x 80 mg/Kg BB = 16 mg/Kg BB

Pembuatan larutan stok : 16 mg dilarutkan dalam 1 mL akuades

(diasumsikan bahwa volume cekok 1 mL untuk tikus dengan bobot 200 gram)

Dosis pemberian ekstrak akar alang-alang 250 mg/Kg BB

Konversi dosis untuk tikus (ex = 200) :

x 250 mg/Kg BB = 50 mg/Kg BB

Pembuatan larutan stok : 50 mg dilarutkan dalam 1 mL akuades

(diasumsikan bahwa volume cekok 1 mL untuk tikus dengan bobot 200 gram)

Dosis pemberian ekstrak akar alang-alang 500 mg/Kg BB

Konversi dosis untuk tikus (ex = 200) :

x 500 mg/Kg BB = 100 mg/Kg BB

Pembuatan larutan stok : 100 mg dilarutkan dalam 1 mL akuades

(diasumsikan bahwa volume cekok 1 mL untuk tikus dengan bobot 200 gram)

Dosis pemberian ekstrak akar alang-alang 750 mg/Kg BB

Konversi dosis untuk tikus (ex = 200) :

x 750 mg/Kg BB = 150 mg/Kg BB

Pembuatan larutan stok : 150 mg dilarutkan dalam 1 mL akuades

(diasumsikan bahwa volume cekok 1 mL untuk tikus dengan bobot 200 gram)

Page 28: AKTIVITAS HEPATOPROTEKTOR DAN TOKSISITAS AKUT … · FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 20. 12. 2 ABSTRAK . ... analisis aktivitas ALT

19

Lampiran 5 Pengamatan bobot badan tikus pada tahap adaptasi

Kelompok Nomor

Tikus Bobot Tikus Hari Ke-

0 4 8 12 16 20 24 28

1

7 210 220 253 214 225 238 251 260

18 206 227 242 239 241 260 281 293

22 194 216 219 212 243 278 280 288

24 136 160 180 184 188 228 247 244

30 235 240 261 254 266 290 307 311

Rataan 196,2 212,6 231 220,6 232,6 258,8 273,2 279,2

SD 36,81 30,79 32,60 26,98 28,90 26,10 24,64 26,86

2

4 171 193 219 219 232 234 256 288

14 194 199 224 234 243 246 267 277

15 238 241 261 270 259 258 275 294

19 217 232 240 243 240 261 273 290

27 204 191 190 197 199 213 234 250

Rataan 204,8 211,2 226,8 232,6 234,6 242,4 261 279,8

SD 25,05 23,50 26,30 27,21 22,19 19,60 16,81 17,81

3

2 228 244 261 251 277 281 289 308

10 158 179 197 208 231 235 240 255

11 176 194 220 221 241 259 271 291

13 161 179 169 176 181 211 238 265

21 176 195 221 237 251 258 264 290

Rataan 179,8 198,2 213,6 218,6 236,2 248,8 260,4 281,8

SD 28,20 26,75 33,94 28,81 35,29 26,67 21,57 21,44

4

8 156 165 171 173 175 178 180 195

12 167 192 205 209 218 236 244 255

16 224 223 225 230 231 249 258 263

23 176 210 232 237 247 252 250 249

29 192 211 214 218 218 208 210 213

Rataan 183 200,2 209,4 213,4 217,8 224,6 228,4 235

SD 26,44 22,58 23,82 25,03 26,73 31,32 32,66 29,43

5

1 214 233 253 250 267 277 293 315

5 218 158 171 178 181 197 203 239

6 198 208 207 210 224 238 247 253

20 161 176 191 214 230 226 221 237

28 156 179 203 210 216 237 265 288

Rataan 189,4 190,8 205 212,4 223,6 235 245,8 266,4

SD 29,24 29,63 30,27 25,55 30,81 28,73 35,51 34,00

6

3 157 187 202 193 201 217 228 246

9 182 205 206 217 229 249 255 260

17 163 174 190 185 202 238 244 252

25 158 185 206 202 217 237 259 263

26 180 191 220 206 218 226 231 237

Rataan 168 188,4 204,8 200,6 213,4 233,4 243,4 251,6

SD 12,10 11,22 10,73 12,26 11,84 12,26 13,87 10,55

Page 29: AKTIVITAS HEPATOPROTEKTOR DAN TOKSISITAS AKUT … · FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 20. 12. 2 ABSTRAK . ... analisis aktivitas ALT

20

Lampiran 6 Pengamatan bobot badan tikus pada tahap perlakuan

Kelompok No.

Tikus

Berat Badan (gram)

H-1 H-2 H-3 H-4 H-5 H-6 H-7 H-8 H-9 H-10 H-11 H-12 H-13 H-14

I

7 283 284 291 294 298 300 298 297 298 298 319 322 332 330

18 302 302 301 281 301 304 301 303 305 301 316 318 319 319

22 304 305 312 308 312 315 312 317 319 312 324 326 334 334

24 270 269 274 280 281 283 281 280 278 281 288 296 302 302

30 334 336 340 344 350 350 350 350 351 353 358 364 366 368

II

4 295 313 308 311 309 307 306 304 298 292 295 302 302 302

14 290 305 294 299 287 282 284 287 289 293 290 298 293 295

15 307 316 290 284 267 256 255 254 251 252 256 251 239 240

19 300 311 318 311 309 310 311 310 312 313 301 303 303 302

27 263 266 247 237 231 233 235 236 240 247 248 250 251 250

III

2 308 330 333 330 320 324 321 323 324 326 323 324 329 310

10 255 263 263 248 249 243 244 240 239 237 235 235 232 227

11 291 295 283 285 284 286 290 292 296 297 299 294 306 303

13 265 263 261 251 256 254 254 258 260 262 271 267 272 271

21 290 315 309 304 313 306 294 298 296 297 292 286 294 295

IV

8 200 209 212 207 207 207 204 204 201 200 203 202 206 202

12 271 278 272 256 259 259 256 255 257 259 261 264 267 262

16 272 254 256 252 247 247 249 240 236 239 238 231 238 238

23 269 289 291 283 288 282 285 288 293 297 296 296 301 296

29 215 215 207 214 210 213 210 213 212 209 212 211 211 209

V

1 315 324 304 308 303 300 304 303 305 306 306 309 316 326

5 239 249 245 249 244 239 240 249 246 245 243 244 250 236

6 253 278 275 277 279 278 270 268 271 272 278 277 270 268

Page 30: AKTIVITAS HEPATOPROTEKTOR DAN TOKSISITAS AKUT … · FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 20. 12. 2 ABSTRAK . ... analisis aktivitas ALT

21

Lampiran 6 lanjutan

Kelompok No.Tikus H-1 H-2 H-3 H-4 H-5 H-6 H-7 H-8 H-9 H-10 H-11 H-12 H-13 H-14

V 20 247 245 266 242 263 267 270 271 277 280 277 281 285 280

28 288 283 277 278 278 276 277 274 276 280 283 282 281 285

VI

3 256 258 259 256 262 254 253 257 261 262 265 264 264 257

9 280 293 291 295 299 294 298 299 300 301 302 311 306 312

17 263 261 252 262 260 262 262 266 268 266 267 272 280 276

25 270 267 256 257 265 258 254 255 257 259 259 265 266 270

26 244 259 254 259 259 256 253 257 257 258 256 251 245 238

Keterangan: H1-14: Hari ke 1-14

Page 31: AKTIVITAS HEPATOPROTEKTOR DAN TOKSISITAS AKUT … · FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 20. 12. 2 ABSTRAK . ... analisis aktivitas ALT

22

Lampiran 7 Hasil pengukuran enzim ALT dan AST

Kelompok Nomor

Tikus

AST/SGOT

(U/L)

ALT/SGPT

(U/L)

I

30 124 44

24 323 84

18 299 88

22 225 73

7 135 54

II

14 609 510

19 679 568

15 682 596

27 601 429

4 729 675

III

10 262 289

21 671 548

13 725 791

2 475 302

11 749 526

IV

8 291 134

12 485 453

29 489 449

23 689 827

16 1021 929

V

28 813 877

6 194 115

1 142 176

20 937 881

5 553 538

VI

26 417 140

17 274 93

9 598 212

3 650 323

25 609 343

Keterangan:

ALT : Alanin aminotransferase

AST : Aspartat aminotransferase

SGOT : Serum glutamat oksaloasetat transferase

SGPT : Serum glutamat piruvat transferase

Page 32: AKTIVITAS HEPATOPROTEKTOR DAN TOKSISITAS AKUT … · FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 20. 12. 2 ABSTRAK . ... analisis aktivitas ALT

23

Lampiran 8 Pengolahan data statistik uji ALT

Pengelompokan Level Nilai

Perlakuan 6 A B C D E F

Hasil Analisis Ragam

Uji Lanjut Duncan

Pengelompokan

Duncan

Rata-rata N Perlakuan

A 558.4 5 D

A 555.6 5 B

B A 517.4 5 E

B A 491.2 5 C

B C 222.2 5 F

C 68.6 5 A

Keterangan: Huruf yang sama menunjukkan pengaruh yang sama.

Sumber DF Jumlah

Kuadrat

Kuadrat

Tengah

Nilai F Pr > F

Model 5 1064054.967 212810.993 4.23 0.0067

Galat 24 1208010.400 50333.767

Total

Terkoreksi

29 2272065.367

Page 33: AKTIVITAS HEPATOPROTEKTOR DAN TOKSISITAS AKUT … · FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 20. 12. 2 ABSTRAK . ... analisis aktivitas ALT

24

Lampiran 9 Pengolahan data statistik uji AST

Pengelompokan Level Nilai

Perlakuan 6 A B C D E F

Hasil Analisis Ragam

Uji Lanjut Duncan

Pengelompokan

Duncan

Rata-rata N Perlakuan

A 660.0 5 B

A 595.0 5 D

A 576.4 5 C

A 509.6 5 F

A 527.8 5 E

B 221.2 5 A

Sumber DF Jumlah

Kuadrat

Kuadrat

Tengah

Nilai F Pr > F

Model 5 3.95960523 0.79192105 3.41 0.0181

Galat 24 5.57525551 0.23230231

Total

Terkoreksi

29 9.53486074