Upload
others
View
31
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
AKTUALISASI NILAI-NILAI MULTIKULTURAL DALAM PEMBELAJARAN
PAI DALAM KERANGKA PENGEMBANGAN KEBANGSAAN TERHADAP
SISWA DI SMA KHARISMA BANGSA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendididkan (S.Pd)
Disusun Oleh:
CHIKA CHYNTIA
NIM. 11150110000017
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
i
ABSTRAK
CHIKA CHYNTIA, NIM (11150110000017) skripsi “Aktualisasi Nilai-nilai
Multikultural dalam Pembelajaran PAI dalam Kerangka Pengembangan
Kebangsaan terhadap Siswa di SMA Kharisma Bangsa”.
Saat ini multikulturalisme menjadi isu penting, terutama setelah serangkaian
konflik yang sering terjadi di negara ini dalam beberapa tahun terakhir. Beranjak
dari masalah tersebut, maka memulai pemahaman yang lebih tentang inklusif,
pluralistik, dan toleran menjadi keharusan; berharap kasus-kasus seperti konflik
sosial yang mengarah pada anarki atas nama SARA (Suku, Agama, Ras, Kelas),
dan kepentingan lain yang menyelinap di belakangnya, tidak terulang di masa
depan. Masalah-masalah ini tentu saja tidak hanya berkaitan dengan masalah
bagaimana kita mengelola konflik, keragaman, dan pengakuan politis tentang
perbedaan. Namun, lebih dari itu, multikulturalisme itu dapat dipahami sebagai
"kepercayaan" terhadap normalitas dan penerimaan keanekaragaman. Untuk itu,
salah satu cara paling efektif untuk menumbuhkan pemahaman yang lebih
inklusif, pluralis, dan toleran adalah melalui proses pembelajaran.
Penelitian ini diberi judul Aktualisasi nilai-nilai multikultural dalam
pembelajaran Pendidikan Islam dalam Kerangka Pengembangan Kebangsaan di
Sekolah Menengah atas Siswa Kharisima Bangsa Hasil yang diperoleh dalam
penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara penerapan
nilai-nilai multikultural terhadap pengembangan kebangsaan siswa di SMA
Kharisma Bangsa. hal ini dibuktikan dengan perolehan nilai r yang hitung sebesar
0,240, dan r tabel sebesar 0,235 dan termasuk dalam kategori rendah (r hitung
dalam kisaran 0,20 hingga 0,39) dengan KD 5,7.
ii
ABSTRACT
CHIKA CHYNTIA, NIM (11150110000017) thesis "Actualization of
Multicultural Values in PAI Learning in the Framework of Nationality
Development for Students in Kharisma Bangsa Middle School".
Nowadays multiculturalism becomes an important issue, particularly after a
series of conflicts that often occur in this country in recent years. Moving on from
the problem, then, initiated a deeper understanding of inclusive, pluralistic, and
tolerant becomes a necessity; hopes such cases social conflict leading to anarchy
in the name of SARA (Tribe, Religion, Race, Class), and other interests who
slipped behind it, is not repeated in the future. These issues are of course not only
deals with the problem of how we manage conflict, diversity, and political
recognition of the otherness of course. However, more than that, that
multiculturalism can be understood as "trust" to normality and acceptance of
diversity. For that, one of the most effective ways to cultivate an understanding of
a more inclusive, pluralist, and tolerant it is through the learning process.
This research is entitled The Actualization of Multicultural Values in the
Learning of Islamic Education in the Framework of Nationality Development in
SMA Kharisma Bangsa.The results obtained in this research indicate that there is
a significant influence between the application of multicultural values to the
development of student nationality at SMA Kharisma Bangsa. this is evidenced by
the acquisition of the calculated r value of 0.240, and r table of 0.235 and included
in the low category (r count in the range of 0.20 to 0.39) with KD 5.7 %.
Key word : multikultural, nationality
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Segala puji hanya tertuju kepada Allah Subhanahu Wata’ala,
yang senantiasa melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah, serta inayah-Nya kepada
penulis, sehingga atas ridho dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul “Aktualisasi Nilai-nilai Multikultural dalam Pembelajaran PAI
dalam Kerangka Pengembangan Kebangsaaan di SMA Kharisma Bangsa”
yang diajukan dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk mendapatkan
gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd). Tak lupa Shalawat seraya salam penulis haturkan
kepada teladan ummat, junjungan alam, yakni Habibana wa Nabiyana Muhammad
SAW yang senantiasa menjadi cahaya dan teladan bagi seluruh alam, sosok yang
tampil sebagai pendidik agung serta menjadi teladan tunggal bagi kaum muslimin.
Sosok pribadi yang memiliki akhlak mulia, yang diutus untuk membangun sebuah
peradaban besar bagi terwujudnya rahmat bagi seluruh alam.
Setelah melalui berbagai proses yang cukup panjang, ijinkan penulis untuk
menyampaikan ucapan terimakasih sekaligus permohonan maaf yang setulusnya
kepada semua pihak khususnya kepada perempuan terbaik dan lelaki terhebat,
kedua orangtua penulis yang memiliki peran yang luar biasa bagi penulis sehingga
penulis dapat berada hingga tahap ini. Segala usaha, upaya serta do’a tercurah
ruah dalam penyususnan skripsi ini dengan suatu asa semoga dapat bermanfaat
bagi penulis dan pembaca. Selain daripada itu, terselesaikannnya skripsi ini tidak
terlepas dari partisipasi beberapa pihak yang telah membantu, memberi motivasi
serta arahan, sehingga patut kiranya penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Sururin, M. Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
(FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Drs. Abdul Haris, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
(PAI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
iv
3. Drs. Rusdi Jamil, M.Ag., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama
Islam (PAI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Dr. Zaimudin, MA selaku Dosen Pembimbing skripsi penulis. Sosok
hebat dan dengan kebaikannya bersedia meluangkan waktunya untuk
membimbing penulis dengan sabar sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
5. Bapak Yudhi Munadi, M. Ag selaku dosen pembimbing akademik yang
selama 4 tahun sudah banyak membimbing dan memberikan banyak
arahan dan pengalaman selama proses belajar di juruan Pendidikan
Agama Islam (PAI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Staf Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Ibu Isti, dan Ibu Farah
selaku Staf Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
7. Kepala sekolah dan seluruh dewan guru SMA Kharisma Bangsa,
terkhusus kepada Ibu Kharisma sebagai Guru PAI SMA Kharisma
Bangsa yang sudah sangat ramah dan sangat membantu memudahkan
penyebaran angket dan penyelesaian skripsi ini serta tak lupa kepada Pak
Riza selaku Staf yang selalu membantu menyelesaikan administrasi yang
penulis perlukan.
8. Kepada keluarga tersayang, yang tak henti untuk memberikan semangat
terbaiknya di setiap waktu.
9. Seorang terspesial penulis, Jimatul Arrobi yang senantiasa mendampingi
dan memberikan arahan dan support dalam penulisan skripsi ini.
10. Seluruh sahabat penulis yang selama 4 tahun senantiasa membersamai
dalam suka dan duka, terima kasih penulis ucapkan kepada Nursyifa
Fauziyah Safari, Suci Nurhaliza, Fadhila Athiya, Amrina Maulida, Zahra
Nurfajriyah, Siti Nurholipah, dan seluruh teman-teman PAI B 2015 yang
tak bisa saya sebutkan satu persatu.
v
11. Seluruh dulur sapanyabaan, keluarga besar Riungan Mahasiswa
Sukabumi yang selalu menjadi tempat paling nyaman selama
diperantauan ini.
Penulis berharap dan berdoa semoga seluruh pengorbanan dan semangat yang
telah diberikan oleh semua pihak yang telah membantu penulis semoga
mendapatkan balasan terbaik dari-Nya. Terimakasih.
Jakarta, 10 Oktober 2019
Penulis,
Chika Chyntia
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN REFERENSI
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
ABSTRAK ........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah........................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................. 8
C. Pembatasan Masalah ................................................................................ 9
D. Perumusan Masalah ................................................................................. 9
E. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 9
F. Kegunaan Penelitian ................................................................................ 9
BAB II KERANGKA TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
PENELITIAN
A. Kajian Teori ............................................................................................. 11
1. Konsepsi Kebangsaan ........................................................................ 11
a. Pengertian kebangsaan ................................................................. 11
b. Faktor-faktor Penting bagi Pembentukan Bangsa ........................ 15
c. Identitas Nasional Indonesia ........................................................ 15
d. Faktor-faktor Pembentuk Identitas Nasional ............................... 19
e. Warga negara dan Kewarganegaraan ........................................... 20
vii
2. Nilai-nilai Multikultural dalam Pembelajaran PAI ............................ 25
a. Pengertian Nilai ........................................................................... 25
b. Macam-Macam Nilai ................................................................... 27
c. Pengertian Multikultural .............................................................. 28
d. Karakteristik Masyarakat Multikultural ....................................... 30
e. Bentuk Masyarakat Multikultural ................................................ 32
f. Nilai-nilai Multikultural ............................................................... 33
g. Pembelajaran PAI Berwawasan Multikultural ............................. 37
B. Hasil Penelitian yang Relevan ................................................................. 42
C. Kerangka Berpikir .................................................................................... 46
D. Hipotesis .................................................................................................. 47
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................. 48
B. Desain Penelitian ..................................................................................... 48
C. Populasi dan Sampel ................................................................................ 49
D. Variabel Penelitian ................................................................................... 50
E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian .............................. 50
F. Teknik Analisis Data ............................................................................... 59
G. Pengajuan Hipotesis ............................................................................... 63
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum SMA Kharisma Bangsa ............................................... 64
B. Gambaran Objek Penelitian ...................................................................... 76
C. Uji Validitas dan Realibilitas .................................................................... 76
D. Uji Prasyarat Analisis Data ....................................................................... 81
1. Uji Normalitas ..................................................................................... 81
2. Uji Homogenitas ................................................................................. 82
3. Uji Heteroskedastisitas ........................................................................ 83
4. Uji Linearitas ....................................................................................... 84
5. Uji Koefisien Korelasi......................................................................... 85
viii
E. Hasil Uji Hipotesis .................................................................................... 86
F. Hasil Uji Koefisien determinasi ................................................................ 87
G. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................................... 88
H. Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 90
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................... 92
B. Implikasi ................................................................................................... 93
C. Saran .......................................................................................................... 93
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 95
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 ............................................................................................................... 51
Tabel 3.2 ................................................................................................................ 54
Tabel 3.3 ................................................................................................................ 55
Tabel 3.4 ................................................................................................................ 55
Tabel 3.5 ................................................................................................................ 55
Tabel 3.6 ................................................................................................................ 57
Tabel 3.7 ................................................................................................................ 60
Tabel 3.8 ................................................................................................................ 61
Tabel 4.1 ................................................................................................................ 75
Tabel 4.2 ................................................................................................................ 77
Tabel 4.3 ................................................................................................................ 78
Tabel 4.4 ................................................................................................................ 80
Tabel 4.5 ................................................................................................................ 80
Tabel 4.6 ................................................................................................................ 81
Tabel 4.7 ................................................................................................................ 82
Tabel 4.8 ................................................................................................................ 82
Tabel 4.9 ................................................................................................................ 83
Tabel 4.10 .............................................................................................................. 84
Tabel 4.11 .............................................................................................................. 86
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar angket uji “Aktualisasi Nilai-nilai Multikultural dalam
Pembelajaran PAI dalam Kerangka Pengembangan Kebangsaan
terhadap Siswa di SMA Kharisma Bangsa”
Lampiran 2 Tabel Hasil perhitungan korelasi product moment
Lampiran 3 Pedoman Observasi
Lampiran 4 Transkrip Wawancara dengan guru PAI SMA Kharisma Bangsa
Lampiran 5 Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 6 Surat Permohonan Penelitian
Lampiran 7 Surat Konfirmasi Penelitian SMA Kharisma Bangsa
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat majemuk atau plural society.
Dari segi etnis, misalnya ada suku Melayu dan ada suku Melanesia yang
selanjutnya membentuk seratus suku besar dan 1.072 suku-suku derivative
besar dan kecil. Dari segi bahasa, terdapat ratusan bahasa yang digunakan di
seluruh wilayah Nusantara. Dari segi pulau yang dihuni, terdapat sekitar
17.504 lingkungan kehidupan kepulauan. Dari segi sejarah politik lokal,
terdapat puluhan bahkan ratusan sistem kerajaan bahkan kesukuan lama
yang berpengaruh terhadap sistem stratifikasi sosial dan adat istiadat
setempat. Dari segi mata pencaharian terdapat keragaman antara kehidupan
pedesaan dan perkotaan. Dari segi agama terdapat sejumlah agama besar
dunia dan sejumlah sistem kepercayaan lokal yang tersebar di seluruh
wilayah Nusantara.1 Hal tersebut menunjukan kekayaan dan keberagaman
yang dimiliki Indonesia tidak hanya dari segi sukunya saja tetapi dari
banyak hal lainnya.
Pandangan dunia “multikultural” secara substantif sebenarnya tidaklah
terlalu baru di Indonesia. Sebagai negara-bangsa yang menyatakan
kemerdekaannya sejak lebih setengah abad silam, Indonesia sebenarnya
telah memiliki dan terdiri dari sejumlah besar kelompok etnis, budaya,
agama, dan lain-lain, sehingga negara-bangsa Indonesia secara sederhana
dapat disebut sebagai masyarakat “multikultural”.2 Realitas sosial
Masyarakat Indonesia semacam itu sangat sulit dipungkiri dan diingkari.
Untuk itu, keragaman, atau kebhinekaan, atau multikulturalisme merupakan
1 Atho Mudzar, Meretas Wawasan dan Praktis Kerukunan Umat Beragama di Indonesia
dalam Bingkai Masyarakat Multikultural, (Jakarta: Puslitbang Kehidupan Beragama, 2005), Cet I,
hlm. 1-2. 2Zakiyuddin Baidhawy, Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural, (Jakarta : Erlangga,
2005), hlm. VII.
2
Salah satu realitas utama yang dialami masyarakat dan kebudayaan di masa
silam, lebih-lebih lagi di masa kini dan di waktu-waktu mendatang.3
Keragaman etnis dan ras merupakan kenyataan yang harus diterima
oleh umat manusia. Adanya pluralitas etnis dan ras, tentunya tidak harus
membuat manusia yang berasal dari etnis dan ras yang berbeda menjadi
terpecah belah dan saling memusuhi. Menurut Ritzer dalam Ainul Yaqin
menjelaskan bahwa keragaman etnis yang terbentuk dari definisi sosial dan
bukan merupakan definisi berdasarkan pada faktor keturunan/biologis, dan
ras yang didefinisikan secara sosial berdasarkan berbagai macam
karakteristik kulturnya (bahasa, agama, asal suku atau asal Negara, tata
hidup sehari-hari, makanan pokok, cara berakaian, atau ciri-ciri kultur yang
lainnya) bukan untuk mengukur tingkat keberbedaan dan saling
melemahkan. Keberbedaan tersebut dimaksudkan agar saling kenal
mengenal dengan segala dimensi keunikan dan kekayaan budaya yang
dimiliki manusia. Dari beberapa keberbedaan tersebut tetap ada sifat-sifat
universal yang dimiliki manusia. Dengan keuniversalan tersebut mereka
mampu berempati dan bersimpati, sehingga mampu memahami
“keberbedaan” orang lain di luar dirinya dengan berbagai keragaman
budaya (cultural diversity).4 Selain itu mengenai keragaman ini di dalam Al-
Qur’an dijelaskan, sebagaimana yang tertuang dalam firman Allah Q.S Al-
Hujurat ayat 13, yang berbunyi :
رمكم أي ها الناس إن خلقناكم من ذكر وأن ثى وجعلناكم شعوبا وق بائل لت عارفوا إن أك ي
عند الل أت قاكم إن الل عليم خبي
Artinya : “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-
bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah
orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Q.S Al-Hujurat [49] : 13).5
3 Ibid., hlm. VII.
4 Ibid., hlm. 2.
5 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: Syamil Qur’an).
3
Ayat ini menurut penuturan para mufasirin secara substansial
menegaskan keberagaman umat manusia dari berbagai sisi. Dalam konteks
Al-Qur’an diturunkan untuk mencerminkan keragaman manusia secara
geografis, sementara dalam konteks saat ini mewakili keragaman geo-
politik, kultural maupun Negara bangsa (nation-state).6
Multikultural yang ada di Indonesia seharusnya mengesampingkan
SARA yang sering suatu golongan menganggap golongan dia yang paling
baik. Hal tersebutlah yang seharusnya di hilangkan, anggapan bahwa tidak
ada suku dan budaya yang lebih baik dari budaya mereka. Rasa saling
menghormati dan menghargai antar sesama harus ditingkatkan agar
perselisihan antar suku atau antar golongan tidak terjadi hanya karena
perbedaan yang beragam jenis. Jika telah tumbuh rasa hormat dan
menghargai antar sesama akan tercipta kerukunan dalam kehidupan sehari-
hari semakin mudah dalam kehidupan masyarakat yang beragam atau
multikultural. Keberagaman juga memberikan dampak bagi bangsa
Indonesia. Masyarakat yang beragam tentu memiliki kelebihan dan
kekurangan dalam pengelolaannya. Namun dengan adanya keragaman yang
ada, menyebabkan Indonesia menjadi rawan konflik dibandingkan dengan
negara-negara lainnya. Melihat hal tersebut salah satu sikap dan pemahaman
yang perlu dikembangkan dalam hal ini adalah multikulturalisme, yakni
suatu cara pandang yang menekankan interaksi dengan memperlihatkan
keadaaan setiap kebudayaan yang entitas, yang memiiliki hak-hak yang
setara.7
Sebagai energi positif, multikultur dipahami sebagai rahmat, mengingat
di satu sisi Allah telah menciptakan manusia dengan physical and spiritual
force berbeda. Keberbedaan tersebut dapat dijadikan sebagai pelengkap satu
sama lain. Modal kelengkapan karakteristik tersebut seakan menjadikan
6 Heru Suparman, Multikultural dalam Perspektif Al-Qur’an, Jurnal Studi Al-Qur’an dan
Hadist, vol. 1, no. 2, 2017, hlm. 186 7 Wahyu Adya Lesrtariningsih, Penanaman Nilai-nilai Multikultural dalam Pembelajaran
Sejarah di SMA Negeri 1 Rembang Tahun pelajaran 2017/218, Iindonesian Journal of History
Education , 2018, diakses pada 17 Juli 2019.
4
kekuatan untuk meniadakan kekurangan/kelemahan manusia. Dengan
demikian kelemahan dan kekurangan akan ditukar dengan kekuatan dan
keunggulan. Untuk membangun kekuatan dan keunggulan tersebut,
diperlukan upaya sistematis dan konstruktif melalui jalur yang dapat
mengakomodir berbagai kebutuhan.8 Secara sederhananya multikultural
dapat dipahami sebagai pengakuan, bahwa suatu Negara atau masyarakat
adalah memang beragam dan majemuk. Dengan demikian,
multikulturalisme dapat dipandang sebagai landasan budaya (Cultural
Basis) tidak hanya bagi kewargaan dan kewarganegaraan, tetapi juga bagi
pendidikan9.
Pendidikan menjadi salah satu kunci penting sebagai instrument
membangun peradaban manusia dan bangsa. Keberadaannya masih diyakini
mempunyai peran besar dalam membentuk karakter individu-individu yang
dididiknya, dan mampu menjadi “guiding light” bagi generasi muda
penerus bangsa. Hal tersebut dengan suatu pertimbangan, bahwa salah satu
fungsi pendidikan adalah untuk meningkatkan keberagamaan peserta didik
dengan keyakinan agama sendiri, dan memberikan keterbukaan untuk
mempelajari dan mempermasalahkan agama lain sebatas untuk
menumbuhkan sikap toleransi.10
Selain itu, diletakkannya pendidikan agama dalam konteks pendidikan
Nasional di Indonesia adalah suatu hal yang sangat penting, karena itu
bangsa Indonesia dikenal dengan bangsa yang religius. Hal ini juga
tercermin dalam sila pertama Pancasila.11
Dalam sila pertama Pancasila
yang berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa” hal tersebut menunjukan
bahwa Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kereligiusan yang
tinggi dan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan ke-Tuhanan.
8 Ibid., hlm. 4.
9 Ibid., hlm. VII.
10 Syamsul Maarif, Islam dan Pendidikan Pluralisme; Menampilkan Wajah Islam Toleran
Melalui Kurikulum PAI Berbasis Kemajemukan, disampaikan dalam Annual Confrence di
Lembang Bandung, sumber www.google.com/pluralisme-pendidikan, diakses tanggal 16 Februari
2019. 11
Op. cit., Zainal Abidin dan Neneng Habibah (ed)., hlm. 3.
5
Alasan yang mendasar tentang perlunya pendidikan agama berwawasan
kerukunan ini adalah kenyataan yang menunjukan bahwa pendidikan agama
yang berlangsung selama ini belum berlangsung secara optimal memberikan
sumbangan yang positif bagi terciptanya persaudaraan sejati. Tambahan lagi
dalam peraturan Pemerintah Nomor 55 tahun 2007 tentang pendidikan
Agama dan Pendidikan Keagamaan, bab II, pasal 2, ayat (1) dengan jelas
dinyatakan bahwa pendidikan agama berfungsi membentuk manusia
Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa serta
berakhlak mulia dan mampu menjaga kedamaian dan kerukunan hubungan
inter dan antar umat beragama.12
Berkaitan dengan hal tersebut maka dirasa penting bagi institusi
penididikan dalam masyarakat yang multikultur untuk mengajarkan
perdamaian dan resolusi konflik yang ada dalam masyarakat multikultural.
Dan terlebih lagi bagi Pendidikan Agama Islam sebagai salah satu mata
pelajaran yang dituntut mampu membawa kata perdamaian dalam setiap
jiwa peserta didik.13
Salah satu tugas Pendidikan Agama Islam adalah menciptakan
pembelajaran di kelas yang berorientasi menghargai dan menghormati
segala perbedaan yang ada. Pendidikan Agama Islam harus berperan aktif
menciptakan strategi pembelajaran yang menjadikan latar belakang budaya
peserta didik yang bermacam-macam digunakan sebagai usaha untuk
meningkatan pembelajaran peserta didik di kelas dan di lingkungan sekolah.
Yang demikian dirancang untuk menunjang dan memperluas konsep-konsep
budaya, perbedaan, kesamaan dan demokrasi.14
Dalam implementasinya, pendidikan multikultural dalam Pendidikan
Agama Islam bukan semata membina knowledge skill pada peserta didik,
tetapi mendidik peserta didik untuk menjadi warga Negara yang religius
12
Choirul Fuad Yusuf, Pendidikan Agama Berwawasan Kerukunan, (Jakarta, PT. Pena
Citra Satria, 2008), hlm. III. 13
Erlan Muliadi, Urgensi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Multikultural di
Sekolah, Jurnal Pendidikan Islam, Vol 1, 2012, hlm.57-58. 14
Moh. Yamin dan Vivi Aulia, Meretas Pendidikan Toleransi (Pluralisme dan
Multikulturalisme sebuah Keniscayaan Peradaban), hlm.ix.
6
sekaligus inklusif dan bersikap pluralis. Dengan demikian, orientasi
pembelajaran dan pembinaan sikap dan perilaku peserta didik yang tidak
hanya akan tercapai dengan desain kurikulum yang komprehensif, tetapi
juga pendekatan, metode dan teknik pembelajaran yang relevan untuk
membentuk sikap ideal tersebut15
.
Dengan demikian pada akhirnya semua kompetensi baik kognitif,
afektif, dan psikomotor dapat dicapai dalam berbagai strategi yang dapat
melibatkan peserta didik dalam belajar. Itulah hakikat dari salah satu
gagasan besar dalam reformasi PAI di Indonesia yang memiliki keinginan
untuk mengembangkan proses pembelajaran dengan prinsip baru, yaitu
learning to do, learning to be, learning to learn, dan learning to live
together. Dengan banyak melakukan teknik pembelajaran yang lebih banyak
melibatkan siswa dalam proses pembelajaran tersebut, dan karena seringnya
mereka melakukan kerjasama misalnya dalam bentuk satu kelompok kerja,
maka hal itu dapat membentuk siswa memiliki sikap inklusif dan pluralis
dalam kehidupan sehari-hari.16
Namun faktanya, sampai saat ini pendidikan agama yang diterapkan di
sekolah selalu menanamkan pemahaman pada siswa bahwa agamanya
paling benar, dan yang lainnya dianggap salah sehingga tumbuh dalam diri
peserta didik sikap intoleran, serta adanya hubungan yang kurang harmonis
antar umat beragama. Hal ini terjadi karena adanya kesalahan dari pendidik
dalam mengajarkan tentang etiket dari suatu budaya tertentu sehingga
memberikan dampak pada primordialisme kesukuan, agama, dan golongan.
Oleh karena hal tersebut, diperlukan penanaman nilai-nilai
multikultural dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Melalui
penanaman nilai-nilai multikultural peserta didik yang memiliki latar
belakang berbeda akan dibimbing untuk saling mengenal agama, budaya,
cara hidup, adat istiadat, serta diajak untuk memahami, mengakui dan
menghormati bahwa tiap golongan memiliki hak untuk menyatakan diri
15
Op. Cit., Zainal Abidin dan Neneng Habibah (ed), hlm. 62. 16
Ibid., hlm. 63-64.
7
menurut caranya masing-masing serta memahami Bhineka Tunggal Ika dan
mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
menanamkan nilai-nilai multikultural sejak masih kecil diharapkan anak
mampu menerima serta memahami perbedaan budaya yang menyebabkan
adanya perbedaan usage (cara individu dalam bertingkah laku), folkways
(kebiasaan yang ada di masyarakat), mores (tata kelakuan di masyarakat),
dan customs (adat istiadan suatu komunitas).17
SMA Kharisma bangsa merupakan salah satu sekolah swasta bertaraf
Internasional yang beralamatkan di Jl.Terbang layang, No. 21, Pondok cabe,
Kota Tangerang Selatan. Hampir setiap tahunnya sekolah ini menjadi salah
satu sekolah yang menjadi tujuan utama para pendaftar bukan hanya dari
wilayah Tangerang Selatan tetapi juga dari berbagai daerah lainnya bahkan
para siswa dari berbagai negara yang tinggal di Indonesia. Di sekolah ini
terdapat banyak siswa dari berbagai latar belakang ekonomi, sosial, suku
dan agama. Namun pada kenyataannya perbedaan itu tidak menjadi
halangan untuk mereka saling berinteraksi dan bergaul dengan baik serta
hidup rukun. Kerukunan itu dapat dilihat dan diamati dari cara mereka
berkomunikasi baik dengan guru maupun dengan warga sekolah lainnya.
Kegiatan-kegiatan keagamaan pun dilakukan dengan melibatkan seluruh
siswa tanpa memandang perbedaan budaya dan agamanya. Melihat kondisi
tersebut peneliti ingin mengetahui bagaimana cara guru menanamkan nilai-
nilai multikultural khususnya dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Dalam penelitian ini peneliti akan melihat dari segi materi Pendidikan
Agama Islam apakah penanaman nilai-nilai multikultural dalam
pembelajaran PAI di SMA memiliki pengaruh terhadap pengembangan
kebangsaan siswa di SMA Kharisma Bangsa.
Oleh karena itu, berdasarkan uraian diatas peneliti mengambil judul
“Aktualisasi Nilai-nilai Multikultural dalam Pembelajaran PAI dalam
kerangka Pengembangan Kebangsaaan terhadap Siswa di SMA Kharisma
17
Yaya Suryana, Pendidikan Multikultural Suatu Upaya Penguatan jati Diri Bangsa
(Bandung : Pustaka Setia), hlm. 197.
8
Bangsa”. Dengan harapan skripsi ini dapat menjadi pedoman dan rujukan
bagi guru-guru agama dalam membangun sikap toleransi dan kerukunan
bangsa Indonesia.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka peneliti
mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan judul yang akan dibahas
dalam tulisan ini, diantaranya sebagai berikut:
1. Keragaman pada suatu sisi merupakan kekuatan bangsa, namun disisi
lain berpotensi terjadinya konflik. Adanya perbedaan dianggap sebagai
satu kekuatan terjadinya segresi dalam masyarakat. Melalui penanaman
nilai-nilai multikultural peserta didik yang memiliki latar belakang
berbeda akan dibimbing untuk saling mengenal agama, budaya, cara
hidup, adat istiadat, serta diajak untuk memahami, mengakui dan
menghormati bahwa tiap golongan memiliki hak untuk menyatakan diri
menurut caranya masing-masing serta memahami Bhineka tunggal Ika
dan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Pendidikan agama yang berlangsung selama ini belum berlangsung
secara optimal memberikan sumbangan yang positif bagi terciptanya
persaudaraan sejati
3. Salah satu gagasan besar dalam reformasi PAI yakni untuk
mengembangkan proses pembelajaran dengan prinsip learning to do,
learning to be, learning to learn, dan learning to live together. Yaitu
teknik pembelajaran yang lebih banyak melibatkan siswa dalam proses
pembelajaran tersebut, akibat dari seringnya mereka melakukan
kegiatan kerjasama contohnya dalam bentuk satu kelompok kerja, maka
hal itu dapat membentuk siswa memiliki sikap inklusif dan pluralis
dalam kehidupan sehari-hari. Lantas bagaimana langkah-langkah guru
yang ditempuh oleh guru PAI dalam menanamkan nilai-nilai
multicultural dalam pembelajaran PAI terhadap siswa.
9
C. Pembatasan Masalah
Untuk memfokuskan pembahasan, pada penelitian ini penulis
membatasi masalah yang akan diteliti, yaitu mengenai “penerapan nilai-nilai
multikultural dalam pembelajaran PAI dalam kerangka pengemabngan
kebangsaan di SMA Kharisma Bangsa”. dalam hal ini peneliti ingin
mengetahui apakan penanaman nilai-nilai multikultural dalam pembelajaran
Pendididkan Agama Islam yang diterapkan di SMA Kharisma Bangsa
memiliki pengaruh terhadap pengembangan kebangsaan siswa di sekolah
tersebut.
D. Perumusan Masalah
Dalam perumusan masalah, penulis berusaha merumuskan dalam
bentuk pertanyaan sebagai berikut: “Apakah nilai-nilai multikultural dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam dapat berpengaruh terhadap
pengembangan kebangsaan di Kharisma Bangsa?”
E. Tujuan Penelitian
Adapun penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah nilai-nilai
multikultural dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam dapat
berpengaruh terhadap pengembangan kebangsaan di SMA Kharisma
Bangsa?
F. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi semua
pihak, terutama yang berkecimpung di dalam dunia pendidikan. Secara
spesifik manfaat penelitian ini dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu :
1. Secara Teoritik
Penelitian ini dapat menambah khazanah keilmuan tentang
aktualisasi nilai-nilai Pendidikan Agama Islam multikultural dalam
kerangka pengembangan kebangsaan khususnya di Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan.
10
2. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menyelesaikan permasalah yang
bersifat teoritis.
11
BAB II
KAJIAN TEORI TENTANG PENGEMBANGAN KEBANGSAAN
A. Kajian Teoritik
1. Konsepsi Kebangsaan
a. Pengertian Kebangsaan
Istilah Bangsa dalam bahasa Inggris disebut “nation” . kata
nation berasal dari kata “natio” (Latin) yang berarti “Lahir”.
Nation dapat berarti suatu kelahiran, suatu keturunan, suatu suku
bangsa yang memiliki kesamaan keturunan. Kata bangsa sendiri
berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti “wangsa” yang berarti
orang-orang yang satu keturunan atau satu “trah” (Jawa). Secara
etimologis bangsa berasal dari kata “wangsa” artinya orang-orang
yang berasal dari satu keturunan.18
Bangsa merupakan kumpulan orang-orang yang memiliki
kesamaan asal keturunan, adat, bahasa dan sejarah, serta
berpemerintahan sendiri. Bangsa juga dikatakan sebagai kumpulan
manusia yang biasanya terikat karena kesatuan bahasa dan wilayah
tertentu di muka bumi19
. Secara lebih dalam, istilah bangsa dapat
ditinjau dari dua segi kajian, yaitu :
1) Bangsa Menurut Arti Sosiologi Antropologis
Bangsa dalam pengertian sosiologis antropologis adalah
persekutuan hidup masyarakat yang berdiri sendiri dan
masing-masing anggota persekutuan hidup tersebut merasa
satu keturunan ras, bahasa, agama, dan adat istiadat. Jadi
mereka menjadi satu bangsa karena disatukan oleh kesamaan
ras, budaya, keyakinan, bahasa, dan sebagainya.20
18
Winarno, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan :Panduan Kuliah di
Perguruan Tinggi, (Jakarta : Bumi Aksara, 2017), Cet. Ke-6, hlm 2. 19
Budi Juliardi, Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta : PT.
RajaGrafindo, 2017), cet. Ke-2, hlm. 51. 20
Op. Cit., Winarno, Cet. Ke-6, hlm. 3.
12
2) Bangsa Menurut Arti Politis.
Bangsa dalam artian politik adalah suatu masyarakat
dalam suatu daerah yang sama dan mereka tunduk kepada
kedaulatan negaranya sebagai suatu kekuasaan tertinggi ke luar
dan ke dalam. Mereka diikat oleh satu kekuasaan politik yakni
Negara21
. Jadi bangsa dalam arti politis adalah bangsa yang
sudah bernegara. Bangsa itu mengakui serta tunduk pada
kekuasaan dari Negara yang bersangkutan, setelah mereka
bernegara maka terciptalah bangsa .
Lebih lanjut, terdapat beberapa tokoh yang mendefinisikan
bangsa dari berbagai sudut pandang masing-masing, antara lain :
1) Sir Ernest Renan (Prancis) : bangsa adalah kelompok manusia
yang terbentuk karena adanya keinginan untuk hidup bersama
atau hasrat untuk bersatu dengan perasaan kesetiakawanan
yang tinggi.
2) Fredric Ratzal (Jerman) : bangsa adalah kumpulan besar
manusia yang terbentuk karena adanya hasrat bersatu yang
tumbuh karena adanya rasa kesatuan antara manusia dengan
tempat tinggalnya (Faham Geopolitik).
3) Hans Khoel (Jerman) : bangsa adalah sekumpulan besar
masyarakat manusia yang lahir karena adanya kehendak
bersama yang timbul dari suka duka historis.
4) Otto Bauer (Jerman) : bangsa adalah kelompok manusia yang
mempunyai kesamaan karakter yang tumbuh karena adanya
persamaan nasib.
5) Soekarno (Indonesia) : bangsa adalah sekumpulan manusia
yang mempunyai hasrat untuk bersatu yang lahir karena
perasaan senasib dan keterikatannya dengan tanah
kelahirannya (lahir istilah “tanah air” dan “tumpah darah”).22
21
Ibid., hlm. 4. 22
Op. Cit., Budi Juliardi, hlm. 52.
13
Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulan, bahwa bangsa
merupakan kumpulan individu yang bersatu di suatu wilayah
karena adanya persamaan nasib, ras, keturunan, dan membentuk
masyarakat global. Sedangkan yang dimaksud dengan kebangsaan
adalah hubungan hukum antara orang dan negara.
Sedangkan yang dimaksud dengan kebangsaan adalah
hubungan hukum antara orang dan negara. Kebangsaan memberi
yurisdiksi negara atas orang dan memberi orang perlindungan dari
negara. Yang menjadi hak-hak dan kewajiban merupakan hal yang
beragam dari suatu negara dengan negara lainnya. Kebangsaan juga
biasa dikenal dengan istilah Nasionalisme. Dalam sejarah lebih
lanjut di kalangan umat Islam, dikenal sebuah pepatah yang
berbunyi: Hubbul Wathani Minal Iman (cinta tanah air adalah
bagian dari iman). Realitas kebangsaan dalam tubuh di kalangan
umat Islam merupakan implementasi dari misi “Rahmatan lil
alamin” sehingga ekslusifitas mereka harus diminimalkan. Sikap
kebangsaan bagi mereka juga cermin dari faham monotheis yang
menjadi fundamental keyakinannya, dimana semua realitas itu
termasuk ekslusivitas dan individualitas yang harusnya dinegasikan
dan hanya Allah yang menjadi esensi sesungguhnya, “la ilaha
illallah”. Norma tersebut kemudian diaplikasikan oleh Rasulullah
SAW. dalam membangun masyarakat madinah di bawah panji
“Piagam Madinah”. Dalam perjanjian luhur yang mengikat Yahudi,
Kristen, Muslim dan Paganis tersebut kata Islam dan Al-Qur’an
sama sekali tidak pernah ditampilkan. Karakter ini diperkuat
dengan risalah terakhir dalam Islam yang disampaikan Nabi SAW.
Dalam Haji Wada’. Dalam satu-satunya ibadah haji yang pernah
dilakukan Rasulullah semasa hidup tersebut, beliau berpesan
kepada seluruh umat manusia untuk selalu menghormati
14
kehormatan dan hak-hak seseorang, mengangkat kehormatan
wanita, menghindarkan pertumpahan darah dan seterusnya.23
Tidak dipungkiri bahwa Islam menyerukan persatuan dan
kesatuan. Seperti dijelaskan dalam QS. Al-Anbiya ayat 21 dan Al-
Mu’minun 52. “Sesungguhnya umatmu ini adalah umat yang satu”.
Semangat nasionalisme merupakan semangat kelompok manusia
yang hendak membangun suatu bangsa yang mandiri, dilandasi
satu jiwa dan kesetiakawanan yang besar, mempunyai kehendak
untuk bersatu dan terus menerus ditingkatkan untuk bersatu, dan
menciptakan keadilan dan kebersamaan.
Lebih lanjut dalam Al-Qur’an, terdapat beberapa ayat yang
menjelaskan tentang kebangsaan atau nasionalisme diantaranya
adalah :
ل ئ ا ب وق وبا ع ش م اك ن ل ع وج ى ث ن وأ ر ذك ن م م اك ن ق ل خ ن إ س نا ل ا ا ه ي أ ي ي ب خ م ي ل ع لل ا ن إ م اك ق ت أ لل ا د ن ع م ك رم ك أ ن إ وا رف ا ع ت ل
Artinya :
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan
kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa
diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Mengenal”.
Ayat ini menurut penuturan para mufasirin secara substansial
menegaskan keberagaman umat manusia dari berbagai sisi. Dalam
konteks Al-Qur’an diturunkan untuk mencerminkan keragaman
manusia secara geografis, sementara dalam konteks saat ini
mewakili keragaman geo-politik, kultural maupun Negara bangsa
(nation-state).24
23
Azman, Nasionalisme dalam Islam, Jurnal Al-Daulah, Vol. 6, No. 2, Desember 2017,
hlm. 270. 24
Heru Suparman, Multikultural dalam Perspektif Al-Qur’an, Jurnal Studi Al-Qur’an dan
Hadist, vol. 1, no. 2, 2017, hlm. 186
15
b. Faktor-faktor Penting bagi Pembentukan Bangsa
Kemunculan bangsa Indonesia sangat dipengaruhi oleh paham
nasionalisme. Tujuan dari paham kebangsaan (nasionalisme)
sendiri adalah menciptakan negara bangsa yang wilayah dan batas-
batasnya menyerupai atau mendekati makna bangsa.
Adapun faktor-faktor penting bagi pembentukan bangsa
Indonesia adalah sebagai berikut :
1) Adanya persamaan nasib, yaitu penderitaan bersama di bawah
penjajahan asing kurang lebih 350 tahun
2) Adanya keinginan bersama untuk merdeka, melepaskan diri
dari belengga penjajahan.
3) Adanya kesatuan tempat tinggal, yaitu wilayah nusantara yang
membentang dari Sabang sampai Merauke.
4) Adanya cita-cita bersama untuk mencapai kemakmuran dan
keadilan sebagai suatu bangsa.25
c. Identitas Nasional Indonesia
Identitas nasional dapat disamakan dengan identitas
kebangsaan. Ia menjadi identitas bersama karena merupakan
kesepakatan bangsa-bangsa yang ada dalam Negara. Secara
etimologis identitas nasional berasal dari kata “identitas” dan
“nasional”. Kata identitas berarti ciri-ciri, tanda-tanda, atau jati diri
yang dimiliki seorang, kelompok, masyarakat, bahkan suatu bangsa
sehingga dengan identitas itu bisa membedakan dengan yang lain.
Istilah “nasional”menunjuk pada kelompok-kelompok persekutuan
hidup yang lebih besar dari sekedar pengelompokan berdasarkan
ras, agama, budaya, bahasa, dan sebagainya. Kata nasional merujuk
pada bangsa secara keseluruhan. Oleh karena itu, identitas nasional
25
Op. Cit., Winarno, hlm. 42.
16
lebih merujuk pada identitas bangsa dalam pengertian politik
(political unity).26
Secara lebih jauh Sigmund Freud pernah menggariskan bahwa,
“Character is striving system which underly behavior,” yang dapat
diartikan bahwa karakter itu adalah kumpulan tata nilai yang
mewujudkan dalam suatu system daya juang (daya dorong) yang
melandasi pemikiran, sikap dan perilaku. Artinya identitas nasional
tersebut berada pada kedudukan yang luhur dalam tatanan
kehidupan berbangsa dan bernegara, oleh karena itu sebagai nilai,
asa, norma kehidupan bangsa sudah semestinya untuk dijunjung
tinggi oleh warga dari bangsa tersebut. Identitas nasional suatu
negra pada hakikatnya merupakan suatu bentuk kepribadian bangsa
yang sesungguhnya untuk mewujudkan kredibilitas, integritas, dan
harkat dan martabat bangsa dalam rangka mencapai tujuan
Negara.27
Menurut Soemarno Sodarsono, identitas nasional (karakter
bangsa) tersebut tampil dalam tiga fungsi, yaitu :
1) Sebagai penanda keberadaan atau eksistensinya. Bangsa yang
tidak memiliki jati diri tidak akan eksis dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
2) Sebagai pencerminan kondisi bangsa yang menampilkan
kematangan jiwa, daya juang, dan kekuatan bangsa ini. Hal ini
tercermin dalam kondisi bangsa pada umumnya dan kondisi
ketahanan bangsa pada khususnya; dan
3) Sebagai pembeda diantara warga bangsa-negara yang
bersangkutan. Hal ini dikarenakan identitas nasional adalah
hasil kesepakatan masyarakat bangsa itu. bangsa lain di
dunia.28
26
Ibid., hlm. 10 27
Muhamad Erwin, Pendidikan Kewargananegaraan Republik Indonesia, (Bandung :
Refika Aditma, 2013), Cet.Ke-3, hlm. 42. 28
Ibid., hlm. 42.
17
Proses pembentukan identitas nasional umumnya
membutuhkan waktu dan perjuangan yang panjang diantara warga
bangsa-negara yang bersangkutan. Hal ini dikarenakan identitas
nasional adalah hasil kesepakatan masyarakat bangsa itu. Beberapa
bentuk identita nasional Indoensia adalah sebagai berikut :
1) Bahasa nasional atau bahasa persatuan, yaitu Bahasa
Indonesia.
Bahasa Indonesia berasal dari rumpun bahasa Melayu yang
diperguakan sebagai bahasa pergaulan yang kemudia diangkat
sebagai bahasa persatuan pada tanggal 28 Oktober 1928.
2) Bendera Negara, yaitu Sang Merah Putih
Warna merah berarti berani, dan putih berarti suci. Lambang
merah putih sudah dikenal pada masa kerajaan di Indonesia
yang kemudian diangkat sebagai bendera negara. Bendera
warna merah putih dikibarkan pertama kali pada tanggal 17
Agustus 1945, namun telah ditunjukan pada peristiwa Sumpah
Pemuda.
3) Lagu Kebangsaan, yaitu Indonesia Raya
Indonesia raya sebagai lagu kebangsaan yang pada tanggal 28
Oktober 1928 dinyanyikan untuk pertama kali sebagai lagu
kebangsaan negara.
4) Lambang negara, Garuda Pancasila
Garusa adalah burung khas Indonesia yang dijadikan lambang
negara.
5) Semboyan negara, yaitu Bhineka Tunggal Ika
Bhineka Tungal Ika artinya berbeda-beda tetapi tetap satu jua.
Menunjukan kenyataan bahwa bangsa kita heterogen, namun
tetap berkeinginan untuk menjadi satu bagsa, yaitu bangsa
Indonesia.
18
6) Dasar Falsafah Negara, yaitu Pancasila
Berisi lima nilai dasar yang dijadikan sebagai dasar filsafat dan
deologi dari negara Indonesia. Pancasila merupakan identitas
nasional yang berkedudukan sebagai dasar negara dan
ideology nasional Indonesia.
7) Konstitusi (Hukum Dasar) Negara, yaitu UUD 1945
Merupakan hukum dasar tertulis yang menduduki tingkatan
tertinggi dalam tata urutan perundangan dan dijadikan sebagai
pedoman penyelenggaraan bernegara.
8) Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat.
Bentuk negara adalah kesatuan, sedang bentuk pemerintahan
adalah republik. Sistem politik yang digunakan adalah sistem
demokrasi (kedaulatan rakyat).
9) Konsepsi Wawasan Nusantara
Sebagai cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan
lingkungannya yang serba beragam dan memiliki nilai strategis
dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta
kesatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara untuk mencapai
tujuan nasional.
10) Kebudayaan daerah yang telah diterima sebagai kebudayaan
nasional.
Berbagaia kebudayaan dari kelompok-kelompok bangsa di
Indonesia yang memiliki cita rasa tinggi, dapat dinikmati dan
diterima oleh masyarakat luas merupakan kebanggaan bangsa
atas kebudayaan nasional29
.
29
Ibid., hlm. 13-14.
19
d. Faktor-faktor Pembentuk Identitas Nasional
Proses pembentukan bangsa-negara membutuhkan identitas-
identitas untuk menyatukan masyarakat bangsa yang bersangkutan.
Ia akan menjadi identitas nasionalnya. Faktor-faktor yang
diperkirakan akan menjadi identitas bersama suatu bangsa meliputi:
primordial, sacral, tokoh, bhineka tunggal ika, sejarah,
perkembangan ekonomi, dan kelembagaan.30
1) Primordial
Faktor-faktor primordial ini meliputi: ikatan kekerabatan
(darah dan keluarga), kesamaan suku bangsa, daerah asal
(homeland), bahasa dan adat istiadat.
2) Sakral
Faktor sacral dapat berupa kesamaan agama yang dipeluk
masyarakat atau ideologi doktriner yang diakui oleh
masyarakat yang bersangkutan.
3) Tokoh
Kepemimpinan dari para tokoh yang disegani dan dihormati
oleh masyarakat dapat pula menjadi faktor yang menyatukan
bangsa-negara. Pemimpin di beberapa negara dianggap sebagai
penyambung lidah rakyat, pemersatu rakyat, dan simbol
persatuan bangsa yang bersangkutan.
4) Bhineka Tunggal Ika
Prinsip bhineka tunggal ika pada dasaranya adalah kesediaan
warga bangsa untuk bersatu dalam perbedaan. Yang disebut
bersatu dalam perbedaan adalah kesediaan warga bangsa untuk
setia pada lembaga yang disebut negara dan pemerintahnya,
tanpa menghilangkan keterikatannya pada suku bangsa, adat,
ras dan agamanya.
30
Ibid., hlm. 10.
20
5) Sejarah
Perrsepsi yang sama diantara warga masyarakat tentang
sejarah mereka dapat menyatukan diri ke dalam satu bangsa.
Persepsi yang sama tentang pengalaman masa lalu, seperti
sama-sama menderita karena penjajahan tidak hanya
melahirkan solidaritas, tetapi juga melahirkan tekat dan tujuan
yang sama antar anggota masyarakat itu.
6) Perkembangan Ekonomi
Perkembangan ekonomi (industrialisasi) akan melahirkan
spesialisasi pekerjaan dan profesi sesuai dengan aneka
kebutuhan masyarakat. semakin tinggi mutu dan variasi
kebutuhan masyarakat, semakin saling bergantung dalam
memenuhi kebutuhan hidup.
7) Kelembagaan
Faktor lain yang berperan dalam mempersatukan bangsa
adalah lembaga-lembaga pemerintahan dan politik, seperti
birokrasi, angkatan bersenjata, pengadilan, dan partai politik.31
e. Warga Negara dan Kewarganegaraan
1) Warga Negara
Istilah warga negara merupakan terjemahan kata citizen
(Inggris). Kata citizen secara etimologis berasal masa Romawi
yang pada waktu itu berbahasa Latin, yaitu kata “civis” atau
“civitas” yang berarti anggota atau warga dari city-state.
Selanjutnya kata ini dalam bahasa Prancis diistilahkan
“citoyen” yang bermakna warga warga dalam “cite” (kota)
yang memiliki hak-hak terbatas. Citoyen atau citizen dengan
demikian bermakna warga atau penghuni kota32
.
31
Ibid., hlm. 11-12. 32
Ibid., hlm. 32.
21
Citizen adalah warga dari suatu komumitas yang dilekati
dengan sejumlah keistimewaan, memiliki kedudukan yang
sederajat, memiliki loyalitas, berpartisipasi, dan mendapat
perlindungan dari komunitasnya. Oleh karena itu pada
dasarnya istilah citizen lebih tepat sebagai warga, tidak hanya
melulu warga sebuah Negara, tetapi lebih luas pada komunitas
lain disamping Negara. Meskipun demikian dalam
perkembangan sekarang dimana Negara merupakan komunitas
politik yang dianggap paling absah maka citizen merujuk pada
warga dari sebuah Negara atau disingkat warga Negara. Istilah
warga Negara telah menjadi konsep yang lazim sebagai
terjemahan dari kata citizen.33
Beberapa bulan lalu salah satu organisasi terbesar di
Indonesia yaitu Nahdatul Ulama telah berhasil mengelar acara
Munas dan Konbes NU 2019 di Banjar Patroman, Jawa Barat.
Hasil Bahtsul masa’il maudlu’iyah yang dihasilkan dari
Konbes tersebut memicu polemik. Dari sekian isu yang
penting, yang paling menyengat publik adalah hasil bahasan di
tema “Negara, Kewarganegaraan, dan Perdamaian”.34
Sidang Komisi Bahtsul Masail Maudluiyyah, Musyawarah
Nasional Alim Ulama Nahdlatul Ulama (NU), mengusulkan
agar NU tidak menggunakan sebutan kafir untuk warga negara
Indonesia yang tidak memeluk agama Islam. Pimpinan sidang,
Abdul Moqsith Ghazali, mengatakan para kiai berpandangan
penyebutan kafir dapat menyakiti para nonmuslim di
Indonesia.35
Bahtsul Masa’il NU adalah adu ta’bir
(ibarat/kutipan/rujukan) teks kitab. Dan begitu melihat teks
33
Ibid., hlm. 33. 34
M. Kholid Syeirazi, Non Muslim Bukan Kafir, NU Online, 2019. 35
Ahmad Faiz Ibnu Sani, NU Usul Sebut kafir ke Non Muslim Indonesia Dihapus, Tempo
Nasional, 2019.
22
kitab terkait status non-Muslim, yang tersedia adalah istilah
Kafir Harby, Kafir Dzimmy, Kafir Mu’ahad, dan Kafir
Musta’min. Kafir Harby merujuk ke orang kafir yang agresif
karena itu harus diperangi. Kafir Dzimmy merujuk ke orang
kafir yang tinggal di negeri Islam yang tunduk dan dilindungi
dengan membayar jizyah (pajak). Kafir Mu’ahad merujuk ke
orang kafir yang dilindungi karena mengikat perjanjian. Kafir
Musta’min merujuk ke orang kafir yang datang ke negeri Islam
yang minta perlindungan dan dilindungi. Musyawirin dalam
forum Bahtsul Masa’il sebagian masih terikat dengan teks
harfiah kitab, karena itu tetap mengenakan idiom kafir untuk
menghukumi status non-Muslim di Indonesia.
Perdebatan keras itu berujung kepada keluarnya idiom
baru: Musalimin. Istilah ini merujuk ke seluruh pihak yang
terikat komitmen untuk saling menjaga dan melindungi.
Konsepnya sudah jauh lebih egaliter. Semua pihak
berkedudukan sederajat, punya hak dan kewajiban yang sama
untuk saling menjaga dan melindungi. Ketika konsep ini
diplenokan, Ketua Umum PBNU mengusulkan penggantian
istilah Muwathinin yaitu warga negara. Muwathinin derivat
dari kata wathan yang artinya bangsa karena NKRI adalah
bentuk dari Mu’ahadah Wathaniyah (konsensus kebangsaan),
seluruh pihak, tanpa diskriminasi, adalah warga negara yang
berkedudukan sederajat. Secara normatif, tidak ada mayoritas
dan minoritas. Semua berlaku prinisp keseteraan dan
persamaan di muka hukum (equality before the law).36
Pada hasil konbes tersebut menyatakan bahwa Non-
Muslim Indonesia tidak layak dihukumi sebagai Kâfir Harby,
Kâfir Dzimmy, Kâfir Mu’âhad ataupun Kâfir Musta’min.
Nahnu al-Muwâthinūn : kita semua adalah warga negara yang
36
Op. Cit., M. Kholid Syeirazi.
23
berkedudukan sederajat. Tidak ada persekusi dan prosekusi
kecuali kepada para pelanggar hukum, apapun suku dan
agamanya.37
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU)
KH Said Aqil Siroj menegaskan, istilah kafir dan non-Muslim
sebagai konteks yang berbeda merujuk pada zaman Rasulullah
Muhammad SAW.
"Dalam sistem kewarganegaraan pada suatu negara bangsa
tidak dikenal istilah kafir. Setiap warga negara memiliki
kedudukan dan hak yang sama di mata konstitusi,"
kata Said dalam penutupan Musyawarah Nasional Alim
Ulama dan Konferensi Besar Nahdlatul Ulama (Munas-Konbes
NU) 2019.38
2) Kewarganegaraan
Cogan & Derricot mendefinisikan kewarganegaraan
sebagai “a set of characteristic of being a citizen”.
Kewarganegaraan menunjukan pada seperangkat karakteristik
atau atribut kewarganegaraan (attribute of citizenship), itu
meliputi, (a) sense of identity (perasaan akan identitas), (b) the
enjoyment of certain rights (pemilikan hak-hak tertentu), (c)
the fulfillment of corresponding obligation (pemenuhan
kewajiban-kewajiban yang sesuai), (d) a degre of interest and
involvement in public affair (tingkat ketertarikan dan
keterlibatan dalam masalah publik), (e) an acceptence of basic
values (penerimaan terhadap nilai-nilai sosial dasar).39
Pendapat lain menyatakan kewarganegaraan adalah bentuk
identitas yang memungkinkan individu-individu merasakan
makna kepemilikan, hak dan kewajiban sosial dalam
komunitas politik (negara). Hubungan antara rakyat dan negara
37
Ibid., M. Kholid Syeirazi. 38
Andri Saubani, Said Aqil Jelaskan Perbedaan Kafir dan Non-Muslim, Khazanah
Republika, 2019. 39
Ibid., hlm. 35.
24
berdasarkan asas resiprokalitas hak dan kewajiban. Dalam
kamus besar Maya Wikipedia dikatakan kewarganegaraan
merupakan keanggotaan dalam komunitas politik (yang dalam
sejarah perkembangannya diawali pada negara kota, namun
sekarang ini telah berkembang pada keanggotaan suatu negara)
yang membawa implikasi pada kepemilikan hak untuk
berpartisipasi dalam politik.40
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas, kewarganegaraan
menunjuk pada bentuk hubungan antara warga gengan
komunitasnya sendiri, dalam hal ini negara yang melahirkan
berbagai akibat antara lain :
1) Memunculkan identitas baru sebagai warga negara.
2) Menghasilkan rasa kepemilikan terhadap komunitas baru
(negara) termasuk kepemilikan akan nilai-nilai bersama
komunitas.
3) Memunculkan aneka peran, partisipasi dan bentuk-bentuk
keterlibatan lain pada komunitas negara, dan
4) Timbulnya hak dan kewajiban antara keduanya secara
timbal balik.41
Pengertian kewarganegaraan didibedakan menjadi dua, yaitu :
1) Kewarganegaraan dalam arti yuridis dan sosiologis
a) Kewarganegaraan dalam arti yuridis ditandai dengan
adanya ikatan hukum antara orang-orang dengan
negara atau kewarganegaraan dengan legal.
b) Kewarganegaraan dalam arti sosiologis tidak ditandai
dengan ikatan hukum, tetapi ikatan emosional, seperti
ikatan emosional, seperti ikatan perasaan, ikatan
keturunan, ikata nasib, ikatan sejarah, dan ikatan
tanah air.
40
Ibid., hlm. 35. 41
Ibid., hlm. 35.
25
2) Kewarganegaraan dalam arti formil dan materil
a) Kewarganegaraan dalam arti formal menunjuk pada
tempat kewarganegaraan dalam sistematika hukum.
Masalah kewarganegaraan atau hak ikhwal mengenai
warga negara berada pada hukum publik.
b) Kewarganegaraan dalam arti materil menunjuk pada
akibat dari status kewarganegaraan, yaitu adanya hak
dan kewajiban serta partisipasi warga negara.42
2. Nilai-nilai Multikultural dalam Pembelajaran PAI
a. Pengertian Nilai
Nilai atau dalam bahasa Inggris disebut value berarti harga,
penghargaan atau tafsiran. Sementara dalam KBBI nilai berarti
harga, kepandaian, banyak sedikitnya isi atau kadar dan sifat-sifat
yang penting atau berguna bagi kemanusiaan43
. Jadi sederhananya
menurut bahasa nilai adalah sesuatu yang memiliki arti dan
berguna.
Nilai adalah esensi yang melekat pada sesuatu yang sangat
berarti bagi kehidupan manusia44
. Khususnya mengenai kebaikan
dan tindak kebaikan suatu hal. Nilai artinya sifat-sifat atau hal-hal
yang penting atau berguna bagi kemanusiaan.45
Selain daripada itu
nilai juga diartikan sebagai sesuatu yang bersifat abstrak, ideal,
nilai bukan benda konkrit, bukan fakta, tidak hanya persoalan benar
42
Ibid., hlm. 36-37. 43
Tim Penyusuk KBBI, Kamus Besar Bahasa Indoensia (KBBI, (Jakarta: Balai Pustaka,
2005). 44
M. Chatib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar,
2006), cet. 1, hlm. 61. 45
W.J.S. Purwadaminta, Kamus Umum bahasa Indonesia (Jakarta; Balai Pustaka, 1999),
hlm. 677
26
dan salah yang menuntut pembuktian empirik, melainkan sosial
penghayatan yang dikehendaki, disenangi, dan tidak disenangi46
.
Adapun pengertian nilai menurut pendapat beberapa para ahli
antara lain:
1) Menurut Milton Rekeach dan James Bank, nilai adalah suatu
tipe kepercayaan yang berada dalam ruang lingkup sistem
kepercayaan dalam mana seseorang bertindak atau
menghindari suatu tindakan, atau memiliki dan dipercayai47
.
2) Menurut Lauis D. Kattsof yang dikutip Syamsul Maarif
mengartikan nilai sebagai berikut: Pertama, nilai merupakan
kualitas empiris yang tidak dapat didefinisikan, tetapi kita
dapat mengalami dan memahami cara langsung kualitas yang
terdapat dalam objek itu. Dengan demikian nilai tidak semata-
mata subjektif, melainkan ada tolok ukur yang pasti terletak
pada esensi objek itu. Kedua, nilai sebagai objek dari suatu
kepentingan, yakni suatu objek yang berada dalam kenyataan
maupun pikiran. Ketiga, nilai sebagai hasil dari pemberian
nilai, nilai itu diciptakan oleh situasi kehidupan.48
3) Menurut Chabib Thoha nilai merupakan sifat yangmelekat
pada sesuatu (Sistem kepercayaan) yang telah berhubungan
dengan subjek yang memberi arti (manusia yang meyakini).
Jadi nilai adalah sesuatu yang bermanfaat dan berguna bagi
manusia sebagai acuan tingkah laku.49
Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa nilai
merupakan esensi yang melekat pada sesuatu yang sangat berarti
bagi kehidupan manusia.
46
Mansur Isna, Diskursus Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Global Pustaka Utama, 2001),
hlm. 98 47
Una Kartawisastra, Strategi Klarifikasi Nilai, (Jakarta: P3G Depdikbud, 1980), hlm. 1 48
Syamsul Maarif, Revitalisasi Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), hlm.
114. 49
Op. Cit., M. Chabib Thoha, hlm. 61.
27
b. Macam-macam Nilai
Nilai jika dilihat dari segi pengklasifikasian terbagi menjadi
bermacam-macam, diantaranya:
1) Dilihat dari segi komponen utama agama Islam sekaligus
sebagai nilai tertinggi dari ajaran agama Islam, para ulama
membagi nilai menjadi tiga bagian, yaitu: Nilai Keimanan
(Keimanan), Nilai Ibadah (Syari’ah), dan Akhlak50
.
2) Dilihat dari segi Sumbernya maka nilai terbagi menjadi dua,
yaitu Nilai yang turun bersumber dari Allah SWT yang disebut
dengan nilai ilahiyyah dan nilai yang tumbuh dan berkembang
dari peradaban manusia sendiri yang disebut dengan nilai
insaniah.51
3) Kemudian didalam analisis teori nilai dibedakan menjadi dua
jenis nilai pendidikan yaitu:
a) Nilai instrumental yaitu nilai yang dianggap baik karena
bernilai untuk sesuatu yang lain.
b) Nilai instrinsik ialah nilai yang dianggap baik, tida untuk
sesuatu yang lain melainkan didalam dan dirinya sendiri52
.
4) Sedangkan nilai dilihat dari segi sifat nilai itu dapat dibagi
menjadi tiga macam yaitu:
a) Nilai Subjektif adalah nilai yang merupakan reaksi subjek
dan objek.
b) Nilai subjektif rasional (logis) yakni nilai-nilai yang
merupakan esensi dari objek secara logis yang dapat
diketahui melalui akal sehat, seperti nilai kemerdekaan,
nilai kesehatan, nilai keselamatan, badan dan jiwa, nilai
perdamaian dan sebagainya.
50
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2012), hlm. 250. 51
Ibid. 52
Mohammad Nur Syam, Pendidikan Filasafat dan Dasar Filsafat Pendidikan (Surabaya:
Usaha Nasional, t.t)
28
c) Nilai yang bersifat objektif metafisik yaitu nilai yang
ternyata mampu menyusun kenyataan objektif seperti
nilai-nilai agama.53
c. Pengertian Multikultural
Istilah multikultural berakar dari kata kultur. Pada umumnya,
kultur diartikan sebatas pada budaya dan kebiasaan sekelompok
orang pada daerah tertentu. Secara etimologis, multikulturalisme
dibentuk dari kata multi (banyak), kultur (budaya), dan isme
(aliran/paham). Multikultur sebenarnya merupakan kata dasar yang
mendapat awalan. Kata dasar itu adalah kultur yang berarti
kebudayaan, kesopanan, atau pemeliharaan, sedang awalannya
adalah multi yang berarti banyak, ragam, atau aneka. Dengan
demikian, multikultur berarti keragaman kebudayaan, aneka
kesopanan, atau banyak pemeliharaan54
.
Masyarakat multikultural adalah masyarakat yang merujuk
pada suatu masyarakat yang saling menerima realitas tentang
keragaman jenis kelamin, ras, suku bangsa, agama, atau etnik,
agama, serta kebudayaan dalam satu kesederajatan yang sama rata
dan sama rasa. Masyarakat multikultur atau multi budaya berarti
mereka yang telah mempelajari dan menggunakan kebudayaan
secara secara cepat, efektif, jelas serta ideal dalam interaksi dan
komunikasi dengan orang lain. Definisi ini jelas merujuk kepada
mmasyarakat yang memiliki budaya sekaligus melaksanakan
budaya yang dijunjung tinggi dalam masyarakat yang
bersangkutan. Melaksanakan ritual budaya yang dijunjung tinggi
tersebut digunakan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan
budaya lain. Interaksi dan komunikasi tersebut dalam rangka saling
53
Op. Cit.,Ramayulis, hlm. 250. 54
Ibid, hlm. 5.
29
menghargai/ menghormati sekaligus memperkaya budaya masing-
masing.55
Selain itu, multikultural (keragaman) bukanlah merupakan
suatu hal yang baru dalam Islam. sebelum para pemikir orientalis
mengenalkan dan mengembangkan tentang multikultural, jauh
sebelumnya konsep multikultural sudah dijelaskan dalam kitab suci
Al-Qur’an, namun belum menjadi suatu disiplin ilmu yang disusun
secara sistematis. Al-Qur’an sebagai pedoman bagi umat Islam
mengakui menjunjung tinggi perbedaan, sebagaimana yang
dijelaskan di dalam Q. S An-Nisa ayat 1:
ا ه ن م ق ل وخ ة د ح وا س ف ن ن م م ك ق ل خ ي لذ ا م ربك وا ق ت ا س نا ل ا ا ه ي أ ي ه ب ون ل ء ا س ت ي لذ ا لل ا وا ق ت وا ءا ا س ون ياا ث لا ك ا رج ا م ه ن م ث وب ا ه زوج
ا با ي رق م ك ي ل ع ن ا ك لل ا ن إ م ا لرح واArtinya :
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah
menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah
menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah
memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.
Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan)
nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah)
hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan
mengawasi kamu. (Q. S An-Nisa ayat 1).
Selain itu ayat yang juga menjelaskan tentang multicultural
adalah Q.S Al-Hujurat ayat 13:
وبا ع ش م اك ن ل ع وج ى ث ن وأ ر ذك ن م م اك ن ق ل خ ن إ س نا ل ا ا ه ي أ ي ي ب خ م ي ل ع لل ا ن إ م اك ق ت أ لل ا د ن ع م ك رم ك أ ن إ وا رف ا ع ت ل ل ئ ا ب وق
Artinya :
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu
disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu.
55
Ibid., hlm. 8.
30
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.
(Q.S Al-Hujurat ayat 13)
Ayat lainnya yang menelaskan mengnai multicultural adalah
Q.S Ar-Rum ayat 22:
م ك ن وا ل وأ م ك ت ن س ل أ ف ل ت خ وا لرض وا ت وا ا م س ل ا ق ل خ ه ت ي آ ن ومي م ل ا ع ل ل ت ي ل ك ل ذ ف ن إ
Artinya :
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan
langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu.
Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar terdapat tanda-
tanda bagi orang-orang yang mengetahui. (Q.S Ar-Rum ayat 22)
d. Karakteristik Masyarakat Multikultural
Pembentukan masyarakat multikultural didahului dengan
terbentuknya masyarakat majemuk. Menurut teori sosiologi dan
tokohnya. Salah satun ya adalah Pierre L. Van Den Berghe, ciri-ciri
yang terdapat dalam masyarakat majemuk sebagai berikut:
1) Mengalami segmentasi dalam kelompok kelompok dengan sub
kebudayaan berbeda.
Keberagaman yang terdapat dalam masyarakat dapat
membuat masyarakat membentuk kelompok tertentu
berdasarkan identitas yang sama sehingga menghasilkan sub
kebudayaan berbeda satu dengan kelompok lain. Misalnya, di
pulau Jawa terdapat suku Jawa, Sunda, dan Madura di mana
ketiga suku tersebut hidup di pulau Jawa dan memiliki
kebudayaan yang berbeda.56
56
Embun Bening Diniarti, Mengenal Masyarakat Multikultural dan Karakteristiknya,
https://blog.ruangguru.com/mengenal-masyarakat-multikultural-dan-karakteristiknya , diakses
pada Selasa, 21 Mei 2019.
31
2) Memiliki struktur sosial yang terbagi lembaga-lembaga
nonkomplementer
Masyarakat yang beragam membuat struktur masyarakat
pun mengalami perbedaan antara masyarakat satu dengan
masyarakat lain. Perbedaan struktur masyarakat itu dapat
dilihat melalui lembaga-lembaga sosial yang bersifat tidak
saling melengkapi. Misalnya, pada lembaga agama di
Indonesia yang menaungi beberapa agama memiliki stuktur
yang berbeda. Lembaga-lembaga agama tersebut tidak saling
melengkapi karena karakteristik dari keberagaman masyarakat
(agama) pun berbeda.57
3) Kurang mengembangkan konsensus diantara anggotanya.
Masyarakat yang beragam memiliki standar nilai dan
norma berbeda yang diwujudkan melalui perilaku masyarakat.
Hal itu disebabkan karena karakteristik masyarakat yang
berbeda kemudian disesuaikan dengan kondisi lingkungan fisik
dan sosial. Karena kondisi masyarakat yang beragam tersebut,
kesepakatan bersama cenderung susah untuk dikembangkan.58
4) Relatif sering terjadi konflik
Perbedaan-perbedaan yang ada di masyarakat menjadi
salah satu pemicu terjadinya konflik. Konflik yang terjadi bisa
sangat beragam, mulai dari konflik antar individu sampai
konflik antar kelompok. Hal ini bisa disebabkan oleh
minimnya toleransi satu sama lain, baik antar individu maupun
antar kelompok.59
5) Integrasi cenderung terjadi karena paksaan
Jika masyarakat multikultural bisa terkoordinasi dengan
baik, maka integrasi sosial sangat mungkin terjadi. Akan
tetapi, integrasi sosial di masyarakat timbul bukan karena
57
Ibid. 58
Ibid. 59
Ibid.
32
kesadaran, melainkan paksaan dari luar diri atau luar
kelompok. Contoh : aturan tentang anti-diskriminasi dalam
penggunaan fasilitas publik.60
e. Bentuk Masyarakat Multikultural
Berdasarkan proses pembentukannya anekaragaman dalam
masyarakat dapat tercipta melalui proses alami serta proses buatan.
Adapun keanekaragaman yang dimaksud dalam jenis masyarakat
multikultural ini, antara lain adalah sebagai berikut:
1) Keanekaragaman ras menunjukkan pengelompokan manusia
berdasarkar bedaan segi fisik dan ciri-ciri tubuh.
2) Keanekaragaman agama merujuk pada berbagai agama yang
dianut oleh masyarakat.
3) Keanekaragaman etnik/suku bangsa menunjukkan kelompok
manusia yang memiliki kesamaan latarbelakang budaya dan
oleh kesadaran serta identitas.
4) Keanekaragaman profesi/mata pencaharian. Profesi berkaitan
dengan kemampuan khusus yang dimiliki seseorang.
Berdasarkan konfigurasi dan komunitas J.S. Furnivall
membedakan masyarakat dalam empat kategori/bentuk sebagai
berikut:
1) Masyarakat majemuk dengan mayoritas dominan. terdiri atas
sejumlah kelompok mendominasi baik dan segi jumlah
maupun pengaruh terhadap kelompok lain daam kekuatan
kompetitif tidak seimbang.
2) Masyarakat majemuk dengan minoritas dominan, artinya
kelompok minoritas memiliki keunggulan kompetitif sehingga
mendominasi beberapa aspek kehidupan seperti politik dan
ekonomi masyarakat.
60
Ibid.
33
3) Masyarakat majemuk dengan kompetisi seimbang, terdiri atas
sejumlah komunitas yang mempunyai kekuatan kompetitif dan
Seimbang.
4) Masyarakat majemuk dengan fragmentasi terdiri atas
kelompok etnik kecil sehingga tidak memiliki posisi dominan
dalam aspek kehidupan masyarakat seperti aspek politik dan
ekonomi.61
f. Nilai-nilai Multikultural
Menurut Baidhawi, standar nilai-nilai multikultural dalam
konteks pendidikan agama, terdapat beberapa karakteristik.
Karakteristik-karakteristik tersebut yaitu; belajar hidup dalam
perbedaan, membangun saling percaya (mutual trust), memelihara
saling perhatian (mutual undersanding), menjunjung sikap saling
menghargai (mutual respect), terbuka dalam berpikir, apresiasi dan
interpedensi, resolusi onflik dan rekonsiliasi nirkekerasan62
.
1) Nilai Kesetaraan
Nilai kesetaraan merupakan suatu nilai yang menganut prisip
bahwa setiap individu memiliki kesetaraan hak dan posisi
dalam masyarakat. oleh karena itu setiap individu memiliki
kesempatan yang sama untuk dapat berpartisipasi dalam
aktivitas sosial masyarakat nantinya. Dalam pembelajaran
nantinya guru memberikan pemahaman kepada siswa tentang
semua manusia memiliki hak dan kesempatan yang sama, yang
ada adalah kebersamaan dan penerimaan terhadap perbedaan
antar sesama.
61
http://dosensosiologi.com/pengertian-multikultural-latar-belakang-ciri-dan-bentuknya-
lengkap/, diakses pada Selasa, 21 Mei 2019. 62
Baidhawi, Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural, hlm. 78.
34
2) Nilai Toleransi
Toleransi dalam Bahasa Arab disebut “tasamuh” artinya
kemurahan hati, saling mengizinkan, daling memudahkan.63
Toleransi adalah suatu sikap bagaimana menghargai orang lain
yang memiliki perbedaan. Pendidikan multikultural sangat
menghargai perbedaan yang ada di dalam masyarakat. begitu
pula Islam adalah agama yang mempunyai semangat toleransi
yang tinggi. Siswa nantinya diberikan pemahaman tentang
bagaimana keadaan Negara Indonesia yang dibangun atas
perbedaan dan ketidaksamaan, sesuai dengan semboyan
Negara kita “Bhineka Tunggal Ika”, selain itu siswa juga
diberikan pemahaman bagaimana Nabi Muhammad
mempersatukan kaum muhajirin dan kaum anshor. Sesuai
dengan firman Allah SWT.
3) Nilai Kerukunan
Kerukunan berasal dari kata ruku, bahasa Arab yang
artinya tiang, penopang rumah, memberi kedamaian dan
kesejahteraan kepada penghuninya. Secara luas bermakna
adanya suasana persaudaraan dan kebersamaan antar semua
orang walaupun berbeda-beda secara suku, agama, dan
golongan.64
Kedewasaan beragama dapat dinilai pada kemampuan
memahami dan mengamalkan ajaran agamanya, terlebih
kemampuan menghargai dan bersikap toleransi pada orang
yang berbeda agama. Dengan kedewasaan beragama
diharapkan terciptanya suatu kerukunan beragama. Sikap
kedewasaan dapat dibentuk dengan pemahaman akan ajaran
agama, memahami perbedaan yang ada, dapat menerima
63
Humaidi Tatapangarsa, Akhak Yang Mulia (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1980), hlm. 168. 64
Muhammad Yasir, Makna Toleransi dalam Al-Qur’an, Jurnal Ushuluddin Vol. XXII No.
2, diakses 01 November 2019.
35
perbedaan yang ada, dan rukun denga sesama, sehingga inilah
sifat kedewasaan beragama dan menciptakan keharmonisan.
Berrdasarkan dari konsep tersebut, maka indikator
keterlaksanaan nilai-nilai multkultural yang ada di sekolah,
adalah sebagai berikut:
a) Nilai Inklusif (terbuka)
Nilai ini memandang bahwa kebenaran dianut oleh
suatu kelompok, dianut juga oleh kelompok lain. Nilai ini
mengakui terhadap pluralisme dalam suatu kelompok
sosial atau komunitas, menjanjikan dikedepannya prinsip
inklusivitas yang bermuara ppada tumbuhnya kepekaan
terhadap berbagai kemungkinan unik yang ada.
b) Nilai Mendahulukan Dialog (Aktif)
Dengan dialog, pemahaman yang berbeda tentang
sesuatu hal yang dimiliki masing-masing kelompok yang
berbeda dapat saling diperdalam tanpa merugikan masing-
masing pihak. Hasil dari mendahulukan dialog adalah
hubungan erat, sikap saling memahami, menghargai,
percaya dan tolong menolong.
c) Nilai Kemanusiaan (Humanis)
Kemanusiaan manusia pada dasarnya adalah
pengakuan akan pluralitas, heterogenitas, dan keragaman
manusia itu sendiri. Keragaman itu bisa berupa ideologi,
agama, pandangan, suku bangsa, pole pikir, kebutuhan,
tingkat ekonomi, dan sebagainya.
d) Nilai Toleransi
Dalam hidup bermasyarakat, toleransi dipahami
sebagai suatu perwujudan mengakui dan menghormati
hak-hak asasi manusia. Kebebasan berkeyakinan dalam
arti tidak adanya paksaan dalam hal agama, kebebasan
36
berpikir atau berpendapat, kebebasan berkumpul, dan lain
sebagainya.
e) Nilai Tolong Menolong
Sebagai makhluk sosial, manusia tak bisa hidup
sendirian meski segalanya ia miliki. Harta benda
berlimpah sehingga setiap saat apa yang ia mau dengan
mudah dapat terpenuhi, tetapi ia tidak bida hidup sendirian
tanpa adanya bantuan dari orang lain. Oleh sebab itu
dalam hidup kita sangatlah memerlukan peranan dan
bantuan dari orang lain di sekitar kita untuk menunjang
kehidupan.
f) Nilai Keadilan (Demokratis)
Keadilan merupakan sebuah istilah menyeluruh
dallam segala bentuk, baik keadilan budaya, politik,
maupun sosial. Keadilan sendiri merupakan bentuk bahwa
setiap insan mendapatkan apa yang ia butuhkan, bukan
apa yang dia inginkan.
g) Nilai Persamaan dan Persaudaraan Sebangsa Maupun
Antar Bangsa
Dalam Islam, istilah persamaan dan persaudaraan itu
dikenal dengan nama ukhuwah. Terdapat tida jenis
ukhuwah dalam kehidupan manusia, yaitu diantaranya:
Ukhuwah Islamiah (Persaudaraan segaman), ukhuwah
wathoniyyah (persaudaraan sebangsa), dan ukhuwah
bashariyah (persaudaraan sesama manusia). Dari konsep
ukhuwah itu dapat disimpulkan bahwa manusia baik yang
berbeda suku, agama, suku bangsa, dan keyakinan adalah
saudara. Karena antar manusia memiliki hak yang sama.
h) Kesadaran Beragama
Dalam agama Islam telah dijelaskan untuk sadar bahwa
dalam kepercayaan atau beragama tidak ada paksaan,
37
sesuai dengan asbabun nuzul dari surat al-Baqoroh ayat
256 yang berkenaan dengan dengan al-Husain dari
golongan Ansar, suku Bani Auf yang mempunyai dua
orang anak yang beragama Nasrani, sedang dia sendiri
seorang muslim. Ia bertanya kepada Nabi SAW.:
“bolehkan saya paksa kedua anak itu karena mereka tidak
taat kepadaku, dan tetap ingin beragama nasrani?” Allah
menjelaskan jawabannya dengan ayat pada surat
al_Baqoroh ayat 256 bahwa tidaklah ada paksaan dalam
Islam. diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari Sa’id atau Ikrimah
yang bersumber dari Ibnu Abbas.65
g. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berwawasan
Multikultural
Pembelajaran hakekatnya berkaitan dengan bagaimana
peserta didik mampu belajar dengan mudah dan terdorong oleh
kemampuannya sendiri untuk mempelajari apa yang
teraktualisasikan dalam kurikulum sebagai kebutuhan peserta didik
itu sendiri.66
Sederhananya pembelajaran adalah suatu proses yang
dilakukan oleh peserta didik untuk mendorong kemampuannya
yang teraktualisasi dalam kurikulum yang ada.
Sedangkan yang dimaksud dengan Pendidikan adalah proses
budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia, dan
berlangsung sepanjang hayat, yang dilaksanakan di lingkungan
keluarga, sekolah dan masyarakat67
. Oleh karena itu pendidikan
bukan hanya menjadi tanggung jawab sekolah sebagai
penyelenggara pendidikan, tetapi pendidikan menjadi tanggung
jawab bersama, antara kelarga, masyarakat dan juga pemerintah.
65
Dahlan dkk, Asbabun Nuzul Latar Belakang Turunnya Ayat-ayat Al-Qur’an, hlm. 231 66
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta, Bumi Aksara, 1999), hlm. 57. 67
Jurnal Al-ta’dib, Pendidikan Agama Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional Indonesia,
hlm. 101, diakses pada Selasa, 2 April 2019, pukul. 12.54.
38
Pendidikan dapat diartikan sebagai bimbingan atau pimpinan
secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan
rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.
Berdasarkan batasan ini, pendidikan sekurang-kurangnya
mengandung lima unsur penting, yaitu usaha (kegiatan) yang
bersifat bimbingan (pimpinan atau pertolongan) dan dilakukan
secara dasar, kedua pendidik atau pembimbing atau penolong,
ketiga ada yang didik atau si terdidik, keempat bimbingan yang
memiliki dasar dan tujuan, kelima dalam usaha itu terdapat alat-alat
yang dipergunakan68
Pendidikan agama merupakan salah satu dari tiga subyek
pelajaran yang harus dimasukkan dalam kurikulum setiap lembaga
pendidikan formal di Indonesia. Hal ini karena kehidupan
beragama merupkan salah satu dimensi kehidupan yang diharapkan
dapat terwujud secara terpadu69
.
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor. 55
Tahun 2007 pada BAB I, pasal 1 dijelaskan bahwa yang dimaksud
dengan pendidikan agama adalah :
“Pendidikan agama adalah pendidikan yang memberikan
pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian dan
keterampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran
agamanya, yang dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui
mata pelajaran/kuliah pada semua jalur, jenjang, dan jenis
pendidikan.”70
Sedangkan yang dimaksud dengan Pendidikan keagamaan
dalam Peraturan Pemerintah Republik Indoensia No. 55 tahun
2007, BAB I, Pasal 2 dijelaskan bahwa:
“Pendidikan keagamaan adalah pendidikan yang
mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan
peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan tentang
68
Abuddin Nata, Paradigma Pendidikan Islam, (Jakarta: Grasindo, 2007), cet. I, hlm. 5. 69
Ibid, hlm. 65. 70
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor. 55 Tahun2007 tentang Pendidikan
Agama dan Keagamaan, hlm. 9.
39
ajaran agama dan/atau menjadi ilmu agama dan mengamalkan
ajaran agamanya.”
Selain itu dalam peraturan Pemerintah Nomor 55 tahun 2007
tentang pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan pada BAB
II, pasal 2, Ayat (1) dijelaskan bahwa:
“Pendidikan agama berfungsi membentuk manusia Indonesia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
serta berakhlak mulia dan mampu menjaga kedamaian dan
kerukunan hubungan inter dan antarumat beragama.”
Dalam Nomor 55 tahun 2007 tentang pendidikan Agama dan
Pendidikan Keagamaan pada BAB II, pasal 2, ayat (1) dengan jelas
dinyatakan bahwa pendidikan agama berfungsi membentuk
manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang
Maha Esa serta berakhlak mulia dan mampu menjaga kedamaian
dan kerukunan hubungan inter dan antar umat beragama71
.
Selain itu, Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) PAI di
sekolah umum, dijelaskan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah
usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam meyakini,
memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran agama Islam
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan dengan
memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam
hubungan kerukunan antarumat beragama dalam masyarakat untuk
mewujudkan persatuan nasional.72
Menurut Zuhairini, pendidikan agama dapat diartikan sebagai
usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis dalam membantu anak
didik supaya mereka hidup sesuai dengana ajaran Islam. Menurut
Ahmad Tafsir pendidikan agama adalah pendidikan keberimanan,
yaitu usaha-usaha menanam keimanan di hati anak didik.
Jadi secara sederhananya Pendidikan Agam Islam merupakan
suatu program studi atau mata pelajaran yang disusun secara
71
Choirul Fuad Yusuf, Pendidikan Agama Berwawasan Kerukunan, (Jakarta, PT. Pena
Citra Satria, 2008), hlm. III. 72
Muhaimin, dkk., Paradigma Pendidikan Agama Islam: Upaya Mengefektifkan
Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 75.
40
terencana untuk menyiapkan peserta didik dalam mengenal,
memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran Agama Islam.
Pendidikan Agama Islam berwawasan multikultural
mengusung pendekatan dialogis untuk menanamkan kesadaran
hidup bersama dalam keragaman dan perbedaan. Pendidikan ini
dibangun atas spirit relasi kesetaraan dan kesederajatan, saling
percaya, saling memahami, dan menghargai persamaan, perbedaan
dan keunikan, dan interdepedensi. Ini merupakan inovasi dan
reformasi yang integral dan komprehensif dalam muatan
pendidikan agama, memberikan konstruk pengetahuan baru tentang
agama-agama yang bebas prasangka, rasisnw, bias dan stereotip.
Pendidikan Agama Islam multicultural memberi pengakuan akan
pluralitas, sarana belajar untuk perjumpaan lintas batas, dan
mentranformasi indoktrinasi menuju dialog.73
Pendidikan Agama Islam berwawasan multikulturak memiliki
beberapa asumsi pokok yang menjadi karakteristiknya. Pendidikan
Agama Islam berwawasan multicultural dialamatkan untuk
memenuhi kebutuhan Nasional aka pendidikan yang secara
berkesinambungan merepresentasikan keanekaragaman wajah
agama (dan kultural) dan perjumpaannya dalam kesetaraan dan
harmoni.74
Acana dan praktek Pedidikan Agama Islam semacam ini
menekankan multikulturalisme sebagai suatu kemungkinan dan
kesempatan untuk saling belajar tentang, mempersiapkan untuk dan
merayakan pluralitas agama dan etnik serta kultural melalui dunia
pendidikan. Oleh sebab itu, ini menuntut inovasi dan reformasi
73
Ali Murtadho, Mengembangkan Pendidikan Multikultural dalam Pembelajaran PAI, Al-
Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 7, Mei 2016, diakses pada Minggu, 3 November
2019. 74
Ibid.
41
pendidikan Agama sebagai upaya perubahan sosial, setidaknya
pengarah atau pemandu proses perubahan sosial.75
Oleh karena itu, menurut Zakiyudin Baidhawi, Pendidikan
Agama Islam berwawasan multikultural perlu melakukan: pertama,
inovasi dan reformasi dalam beberapa wilayah utama, seperti: 1).
Mengintegrasikan serta kengkomprehensifkan muatan bahan ajar
dalam pembelajaran. 2). Mengkontruksi pengetahuan baru,
maksudnya adalah semua pengetahuan apapun sebenarnya
dibangun secara sosio-kultural, diciptakan oleh pikran manusia
untuk menjalankan pengalaman dan karenanya dapat dikritik,
menerima masukan untuk penyempurnaan dan senantiasa
mengalami perubahan. 3). Persamaan kesempatan dalam
pendidikan. 4). Mereduksi prasangka buruk dan rasisme melalui
upaya memasukkannya ke dalam pengajaran tentang toleransi
terhadap agama-agama lain. 5). Penyadaran akan bias. 6).
Meluruskan bias gender. 7). Mengeliminasi stereotip. 8).
Membenahi struktur pendidikan.76
Kedua, mengidentifikasi serta mengakui akan pluralitas.
Ketiga, perjumpaan lintas batas. Keempat, interdepedensi serta
saling kerjasama. Kelima, melakukan pembelajaran efektif.
Keenam, karena multikulturalisme menghendaki perjumpaan dalam
keragaman, maka pendidikan agama berwawasan multikultural
mengkondisikan relasi antara guru dan siswa, antara guru dan guru,
dan antara siswa dan siswa melalui proses interaksi yang produktif
dan efektif.77
Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam Multikultural menurut
Yaya Suryana dan A. Rusdiana yaitu: 1). Nilai Andragogi, 2). Nilai
Perdamaian, 3). Nilai Inklusivisme, 4). Nilai Kearifan, 5). Nilai
Toleransi, Nilai Humanisme, 7). Nilai Kebebasan. Sedangkan
75
Ibid. 76
Ibid. 77
Ibid.
42
menurut Muhammad Tholhah Hasan, mengatakan bahwa Ta’aruf
(saling kenal) merupakan indikasi positif dalam suatu masyarakat
plural untuk dapat hidup bersama, saling menghormati dan saling
menerimaperbedaan yang ada diantara mereka. Ta’aruf menjadi
gerbang yang memberi akses melakukan langkah-langkah
berikutnya dalam membangun kebersamaan kehidupan kultural,
melalui karakter-karakter inklusif seperti tasamuh (toleransi),
tawasuth (moderat), ta’awun (tolong menolong), tawazun
(harmoni). Dalam pendidikan agama Islam tampak jelas memiliki
muatan nilai tasamuh, tawasuth, ta’awun dan tawazun serta nilai
andragogy, perdamaian, kearifan, kebebsan dan nilai humanism78
.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Dalam penulisan skripsi ini, penulis sudah terlebih dahulu melakukan
pencarian mengenai beberapa karya-karya yang relevan dengan
pembahasan, seperti mengenai multikulturalisme, kebangsaan, Pendidikan
Agama Islam dan karya-karya yang berkaitan dengan judul yang dipilih
oleh penulis. Adapun beberapa karya yang relevan dengan penelitian ini,
diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Skripsi yang dilakukan oleh Aziza Elma Kumala (Mahasiswa Jurusan
Pendidikan Agama Islam, FakultasAgama Islam Universitas Islam
Indonesia), berjudul Penanaman Nilai-nilai Multikultural dalam
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 1 Metroyudan
Kabupaten Magelang (2018), Dalam skripsinya Aziza Elma Kumala
berusaha untuk membahas dan mengupas lebih dalam mengenai
bagaimana penanaman dari nilai-nilai multikultural dalam
pembelajatran PAI diterapkan di sekolah. Yang menjadi subyek
penelitiannya adalah guru Pendidikan Agama Islam, kepala sekolah,
dan peserta didik kelas VII dan VIII SMP Negeri 1 Metroyudan
78
Rosichin Mansur, Pengemabangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam Multikultural,
Jurnal Kependidikan dan Keislaman FAI Unisma, Volume 10, No. 2 Nopember 2016, diakses
pada Minggu, 3 November 2019.
43
Kabupaten Magelang. Dalam skripsinya penulis menjelaskan hasil
yang didapatkan dari penelitiannya, yang menunjukan bahwa nilai-
nilai multikultural yang terdapat dalam mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam meliputi toleransi, nilai kesamaan, nilai kekerabatan,
dan nilai keadilan. Selain itu juga dalam penelitiannya penulis
menggunakan dua metode yaitu metode keteladanan dan metode
pembiasaan yang kemudian menimbulkan dampak terhadap siswa
yakni tumbuhnya sikap saling toleran, menghormati, menerima, saling
bekerjasama dan tidak adanya konflik karena perbedaan budaya, suku,
bahasa, adat istiadat, dan agama.
2. Skripsi yang dilakukan oleh Samiani (08110041), (Mahasiswa Jurusan
Tarbiyah, Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah
Malang) yang berjudul Pendidikan Multikultural dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di SMK Telkom Shandy Putra Malang
(2013). Dalan penelitiannya Samiani berusaha untuk mengetahui
pelaksanaan dan implementasi pendidikan multikultural dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK Telkom Shandy Putra
Malang. Dari penelitian yang dilakukannya diketahui bahwa tujuan
pelaksanaan pendidikan multikultural dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Islam di sekolah tersebut adalah untuk menumbuhkan
kesadaran siswa tentang kesadaran dan penghormatan terhadap
kemajemukan dalam bangsa.
3. Skripsi yang dilakukan oleh Ismail Fuad (Mahasiswa Jurusan
Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta) yang berjudul, Konsep Pendidikan
Multikultural dalam Pendidikan Islam (2009), dalam skripsi tersebut
penulis berusaha menjelaskan bahwa pendidikan Islam selaras dan
tidak bertentangan dengan pendidikan multikultural. Selain itu Ismail
Fuadi berusaha menjelaskan bahwa relevansi dan implementasi
keduanya bisa terwujud dengan adanya proses usaha dan upaya yang
panjang serta berkesinambungan. Dalam penelitiannya Ismail Fuad
44
berusaha mencari titik temu dalam prisip-prinsip dasar dan tujuan
pendidikan multikultural yang dikonsultasikan dengan pendidikan
Islam. Penulis dalam penelitiannya menggunakan teknik deskripsi
analitis untuk mendapatkan kesimpulan bahwa antara pendidikan
multikultural dengan pendidikan Islam dalam prinsip dan dalam
tujuannya sangat relevan dan saling akomodatif. Dalam skripsinya
Ismail Fuad hanya menjelaskan tentang konsepsi pendidikan Islam,
dan pendidikan multikultural, serta relevansi dari keduanya.
4. Skripsi yang dilakukan oleh Umi Barokah (Mahasiswa Jurusan
Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta) yang berjudul : Konsep Pendidikan Islam
dalam Pluralisme Agama. Dalam skripsinya ini Umi Barokah
berusaha menyajikan tentang pluralisme agama yang memiliki akar
filosofis dan sosial historis dalam suatu teks dan juga sejarah
kehidupan nabi Muhammad SAW, dan juga para sahabat baik secara
ontologis, epistimologis, dan aksiologis. Dalam skripsinya tersebut,
Umi Barokah menjelaskan bahwa Pluralisme merupakan keniscayaan
sejarah sebagai bentuk keadilan dan kasih sayang Tuhan kepada
manusia. Selain itu juga memberikan kritik terhadap tradisi Barat yang
menganggap Islam sebagai orang lain kemudian mempermaslahkan
dan menuding mereka dengan sesuatu yang bertentangan dengan
dengan nilai-nilai universal. Selain itu kritikan juga ditujukan kepada
kaum missionaris79
yang merusak nuansa keberagamaan yang
harmonis dengan membawa nilai-nilai sekuler dan westernisasi
terhadap Islam. Dalam skripsinya, Umi Barokah kurang begitu
memberikan makna signifikasi pluralisme dalam pendidikan. Apabila
pluralisme hanya dimaknai sebagai ajang resolusi konflik dengan
menampilkan sikap apresiasi dan toleransi dalam kemajemukan, tanpa
memberikan kesadaran tentang hakikat pluralisme, maka komponen
79
Missionaris adalah pekerjaan dimana orang diberi misi/kepercayaan untuk mengatasi
masalah di suatu tempat.
45
pendidikan seperti pendidik dan peserta didik tidak akan pernah
menyadari bahwa pluralisme adalah suatu keniscayaan. Suatu hal
yang tak berarti atau tak bernilai apabila disatu sisi mereka diseru
untuk bersikap toleran dan apresiatif terhadap keragaman. Namun, di
sisi lain mereka tidak menyadari bahwa pluralitas adalah kehendak
Tuhan. Dalam skripsinya tersebut, Umi Barokah hanya sekedar
memberikan penjelasan tentang arti pentingnya bersikap toleran dan
apresiatif terhadap keberagaman.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Mahmud Arif, dengan judul :
Pendidikan Agama Islam Inklusif-Multikultural (2012). Dalam
penelitiannya Mahmud Arif berusaha menjelaskan tentang makna
pendidikan agama Islam yang inklusif-multicultural. Dimana di
dalamnya dijelaskan bahwa, sesuai kearifan lokal, pendidikan agama
Islam diharapkan responsif terhadap kemajemukan agama, budaya,
dan masyarakat di Indonesia sebagai suatu realitas nyata yang
mengharuskan kesungguhan kita dalam mengelolanya. Di samping
itu, desakan arus globalisasidengan sisi positif dan negatifnya yang
semakin tak terelakan, yang seakan menuntut kita untuk memiliki
wawasan global yang tidak tercerabut dari akar keindonesiaan dan
keislaman. Selain itu juga dalam penjelasannya penulis berusaha
menerangkan bahwa tanpa adanya kearifan, kemajemukan tersebut
bagaikan “api dalam sekam” yang kapan saja dapat berpotensi
memberangus sendi-sendi bangunan kehidupan berbangsa dan
bernegara, sedangkan tanpa wawasan global yang tepat, arus
globalisasi akan menyeret kita ke pusaran malapetaka, seperti
dicontohkan adalah perilaku kekerasan atas nama agama atau gaya
hidup matrealistik.
46
C. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir dalam penelitian ini sebagai berikut:
Indonesia merupakan negara yang multikultur, dimana terdapat sangat
banyak keberagaman. Sudah barang tentu banyak sekali warna dan
perbedaan di dalamnya. Masyarakat yang beragam tentu memiliki kelebihan
dan kekurangan dalam pengelolaannya. Namun dengan adanya keragaman
yang ada, menyebabkan Indonesia menjadi rawan konflik dibandingkan
dengan negara-negara lainnya. Melihat hal tersebut salah satu sikap dan
pemahaman yang perlu dikembangkan dalam hal ini adalah
multikulturalisme, yakni suatu cara pandang yang menekankan interaksi
dengan memperlihatkan keadaaan setiap kebudayaan yang entitas, yang
memiiliki hak-hak yang setara.
Pendidikan menjadi salah satu kunci penting sebagai instrument
membangun peradaban manusia dan bangsa. Keberadaannya masih diyakini
mempunyai peran besar dalam membentuk karakter individu-individu yang
dididiknya, dan mampu menjadi “guiding light” bagi generasi muda
penerus bangsa. Hal tersebut dengan suatu pertimbangan, bahwa salah satu
fungsi pendidikan adalah untuk meningkatkan keberagamaan peserta didik
Guru
Nilai-nilai
Multikultural dalam
Pembelajaran PAI
Pengembangan
Sikap Kebangsaan
Toleran
Saling Menghormati
Sikap Saling Menerima
47
dengan keyakinan agama sendiri, dan memberikan keterbukaan untuk
mempelajari dan mempermasalahkan agama lain sebatas untuk
menumbuhkan sikap toleransi.
Selain itu, diletakkannya pendidikan agama dalam konteks pendidikan
Nasional di Indonesia adalah suatu hal yang sangat penting, karena itu
bangsa Indonesia dikenal dengan bangsa yang religius. Selain itu, salah satu
tugas Pendidikan Agama Islam adalah menciptakan pembelajaran di kelas
yang berorientasi menghargai dan menghormati segala perbedaan yang ada.
Pendidikan Agama Islam harus berperan aktif menciptakan strategi
pembelajaran yang menjadikan latar belakang budaya peserta didik yang
bermacam-macam digunakan sebagai usaha untuk meningkatan
pembelajaran peserta didik di kelas dan di lingkungan sekolah.
Oleh karena hal tersebut, diperlukan penanaman nilai-nilai
multikultural dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Melalui
penanaman nilai-nilai multikultural peserta didik yang memiliki latar
belakang berbeda akan dibimbing untuk saling mengenal agama, budaya,
cara hidup, adat istiadat, serta diajak untuk memahami, mengakui dan
menghormati bahwa tiap golongan memiliki hak untuk menyatakan diri
menurut caranya masing-masing serta memahami Bhineka tunggal Ika dan
mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
D. Pengajuan Hipotesis
Sebelum perhitungan dilakukan, penulis mengajukan hipotesis nihil
(Ho) dan hipotesis alternative (Ha) sebagai berikut:
Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan antara penanaman nilai-nilai
multikultural dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam
terhadap pengembangan kebangsaan
Ho: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara penanaman nilai-
nilai multikultural dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam
terhadap pengembangan kebangsaan
48
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Kharisma Bangsa yang beralamatkan
di Jl. Terbang Layang No.21 Pondok Cabe, Pamulang, Kota Tangerang
Selatan, Provinsi Banten 1518. Tlp. 021-20613802. Adapun waktu
penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2019/2020,
yaitu pada bulan Agustus sampai dengan bulan September 2019.
B. Desain Penelitian
Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitan dengan menggunakan
pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang dilakukan
untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan atau gambaran umum
tentang suatu fenomena atau gejala yang dilandasi pada teori asumsi, selain
itu juga dapat pula diartikan sebagai suatu pola pikir yang menunjukan
hubungan antar variabel yang akan diteliti, mencerminkan jenis dan jumlah
rumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian, teori yang
digunakan adalah untuk merumuskan hipotesis dan teknik analisis statistik
yang akan digunakan.
Disamping itu metode yang dugunakan adalah korelasional deskriptif.
Deskriptif suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan
fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung pada saat ini atau saat
yang lampau. Penelitian ini tidak mengadakan manipulasi atau pengubahan
pada variabel-variabel bebas, tetapi menggambarkan suatu kondisi apa
adanya.80
Sedangkan korelasional dalam statistik diberi pengertian sebagai
80
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2012), cet. 8, hlm. 54.
49
“hubungan antar dua variabel atau lebih”.81
Ditujukan untuk mengetahui
hubungan suatu variabel dengan variabel-variael lain.82
Dengan metode korelasional deskriptif ini dapat diperoleh gambaran
sesungguhnya mengenai variabel-variabel penelitian sehingga dapat
diketahui pengaruh antara dua variabel tersebut, yaitu nilai-nilai
multikultural (X) dan pengembangan kebangsaan (Y). Dalam penelitian ini
variabel yang akan diteliti adalah Aktualisasi Nilai-nilai Multikultural
dalam Pembelajaran PAI dalam Kerangka Pengembangan Kebangsaan di
SMA Kharisma Bangsa.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Dalam buku Suharsimi Arikunto dijelaskan bahwasanya yang
dimaksud dengan populasi adalah “keseluruhan subjek penelitian”83
Populasi adalah suatu bentuk hal yang sangat esensisal dan sangat
diperlukan untuk membantu pengumpulan data yang akan dikumpulan.
Populasi dalam penelitian ini adalahyang dimaksud dengan
populasi adalah keseluruhan siswa SMA Kharisma Bangsa.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang memiliki sifat dan
karakteristik yang sama sehingga betul-bertul mewakili populasi. 84
Dalam pelaksanaan penelitian ini penulis menggunakan teknik
Purposive Sampling, yakni suatu teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu. Karena tidak memungkinkannya melakukan
penelitian terhadap seluruh populasi secara keseluruhan maka peneliti
melakukan reduksi terhadap objek penelitian, dan berdasarkan
kebijakan yang diberikan pihak sekolah maka yang menjadi responden
81
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2011), Cet. 23. Hlm 56 82
Op. Cit., Sukmadinata, hlm. 56. 83
Suharsismi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT.
Rineka cipta, 2002), cet.XII, hlm. 108. 84
Sugiono, Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 118.
50
dalam penelitian ini adalah siswa SMA Kharisma Bangsa kelas 12 MIT,
12 A Level, X Oxford, X Cambridge, dan X Harvard. Oleh karena itu
penelitian ini menggunakan proposive sampling yang berjumlah 70
orang yang dianggap dapat mewakili populasi tersebut.
D. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitin ini terdiri dari variabel bebas (independent
variable) dan variabel terikat (dependent variable). Variabel bebas yaitu
sifat atau karakteristik yang mengakibatkan hasil atau sasaran berbeda.
Sedangkan yang dimaksud dengan variabel terikat adalah hasil atau objek
dari penelitian. Dengan damikian yang dimaksud dengan variable dalam
penelitian ini adalah:
1. Variabel bebas atau independent variable (X) yaitu: Aktualisasi nilai-
nilai multikultural dalam pembelajaran PAI
2. Variabel terikat atau dependent variabele (Y) yaitu: Pengembangan
Kebangsaan di SMA Kharisma Bangsa
E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
Data adalah segala informasi yang dijadikan dan diolah untuk suatu
kegiatan penelitian sehingga dapat dijadikan sebagai dasar dalam
pengambilan keputusan.85
Sedangkan yang dimaksud dengan teknik
pengumpulan data adalah langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti
untuk memperoleh data dalam upaya untuk pemecahan masalah dalam
penelitian.
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis
menggunakan beberapa metode/teknik antara lain:
85
Suryani dan Hendryadi, Metode Riset Kuantitatif; Teori dan Aplikasi pada Penelitian
Bidang Manajemen dan Ekonomi Islam, (Jakarta: Prenada Media Group, 2015), hlm. 186
51
1. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Metode ini dilakukan dengan cara melakukan pengamatan
secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diteliti.
Dalam penelitian ini data yang diperoleh dari observasi adalah
situaasi umum yang dilakukan siswa di dalam kelas selama
pembelajaran yang meliputi keaktifan siswa di dalam kelas, dan
interaksi antar siswa di kelas.
Sebagai instrumennya, dalam penelitian ini peneliti
menggunakan pedoman observasi yaitu berupa lembar yang
berisi beberapa pernyataan dengan tujuan untuk mengetahui
perkembangan siswa selama proses belajar mengajar. Dalam
penelitian ini, observasi dilakukan pada siswa kelas X
Cambridge.
Tabel 3.1
Lembar Observasi Proses Belajar mengajar
No Aktivitas yang Dilakukan Keterangan
1 Masuk kelas tepat waktu
2 membaca do’a terlebih
dahulu sebelum memulai
kegiatan pembelajaran
3 Guru menyampaikan materi
dengan metode yang mudah
dipahami oleh siswa
4 Guru membentuk kelompok
dalam kegiatan
pembelajaran
5 Siswa dapat berinteraksi dan
berkomunikasi dengan
teman satu kelompoknya
52
dengan baik
6 Siswa berperan aktif dalam
kegiatan pembelajaran di
dalam kelas
7 Siswa dipersilahkan
memberikan pertanyaan dan
menanggapi pertanyaan
sesuai dengan materi yang
telah diberikan
8 Siswa dapat mengikuti
kegiatan pembelajarn
dengan baik
9 Siswa terlihat menerapkan
prinsip toleransi dan
menghargai siswa lainnya
dalam proses pembelajaran
b. Interview (Wawancara)
Interview atau wawancara adalah metode pengumpulan
data dengan cara peneliti mengajukan pertanyaan secara lisan
kepada seseorang (informan atau responden). Selama melakukan
wawancara, peneliti dapat menggunkan pedoman yang berupa
pedoman wawancara86
.
Dalam hal ini wawancara dilakukan untuk mengetahui
apakah penanaman nilai-nilai multikultural dalam pembelajaran
PAI yang dilakukan oleh guru memiliki pengaruh terhadap
pengembangan kebangsaan siswa di SMA Kharisma Bangsa.
Untuk itu peneliti berusaha mengajukan beberapa pertanyaan
86
Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitati; Analisis Isi dan Analisis Data Sekunder,
(Jakarta; PT. Raja Grafindo, 2014), hlm. 85.
53
kepada guru mata pelajaran PAI. Adapun pedoman wawancara
yang digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1. Apa yang Ibu/Bapak ketahui tentang Pendidikan berbasis
multikultural?
2. Apakah perlu wawasan multikultural diterapkan dalam
pembelajaran PAI?
3. Apakah terdapat materi khusus menganai multikultural
dalam mata pelajaran PAI di SMA Kharisma Bangsa?
4. Apakah dengan adanya siswa dengan latar belakang
budaya, adat, serta agama yang beragam membuat guru
kesulitan untuk menentukan metode yang pas dalam
pembelajaran di kelas?
5. Metode apa yang biasa digunakan dalam menyampaikan
materi dalam pembelajaran PAI di kelas?
6. Metode apa yang dirasa paling efektif untuk digunakan
dalam menanamkan nilai multikultural dalam pembelajaran
PAI?
7. Apakah terdapat kendala selama pembelajaran PAI di
kelas?
8. Bagaimana cara guru menyampaikan materi yang berkaitan
dengan akidah atau peribadatan yang berbeda dengan
agama lain?
9. Apakah dalam upaya penanaman nilai multikultural guru
menggunakan pendekatan hisrtoris, kultural dan perspektif
gender dalam pembelajaran PAI?
10. Dalam kegiatan pembelajaran seorang guru tidak hanya
selalu terpaku pada buku teks saja, dalam hal ini apa yang
guru manfaatkan untuk menunjang proses pembelajaran
tersebut?
54
c. Angket
Angket/kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan
kepada orang lain yang dijadikan responden untuk dijawabnya.
Berikut ini adalah kisi-kisi angket yang digunakan:
d. Dokumentasi
Metode dokumentasi merupakan metode pengumpulan
data yang dilakukan dengan cara mengumpulkan berbagai
dokumen yang berkaitan dengan masalah penelitian. Dalam hal
ini dokumen yang digunakan seperti arsip sekolah, jumlah guru,
siswa, struktur sekolah, serta sarana dan prasaran sekolah yang
dijadikan objek penelitian.
2. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai instrumen
penelitian adalah angket yang berupa beberapa pertanyaan yang wajib
dijawab oleh responden. Peneliti menyediakan 5 alternatif pertanyaan
untuk mempermudan dalam penggolongan data statistiknya.
Tabel 3.2
Skor Penilaian Angket
Alternatif Jawaban Skor Penilaian
Selalu 5
Sering 4
Kadang-kadang 3
Jarang 2
Tidak Pernah 1
Selanjutnya, hasil skor yang didapatkan dibuat korelasi sebagai berikut:
55
Tabel 3. 3
VARIABEL X (Multikultural)
INTERVAL KORELASI
15 – 30 Rendah
30 – 50 Sedang
51 – 81 Tinggi
Tabel 3.4
VARIABEL Y (Pengembangan Kebangsaan)
INTERVAL KORELASI
15 – 30 Rendah
30 – 50 Sedang
51 – 81 Tinggi
Adapun berikut disajikan kisi-kisi angket yang diberikan kepada responden
adalah sebagai berikut:
Tabel 3.5
Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Aktualisasi Nilai-nilai Multikultural dalam pembelajaran PAI
(Variabel X)
No Variabel Dimensi Indikator Nomor
Soal
1 Multikultural
(multikultur
berarti
keragaman
kebudayaan,
aneka
kesopanan,
atau banyak
pemeliharaan)
a. Model
Penanaman
Nilai-nilai
multikultural
1) Nilai-nilai multikultural sesuai
dengan visi, misi, dan nilai-nilai
dasar sekolah
2) Kurikulum yang diajarkan sekolah
mendorong siswa untuk dapat
hidup rukun walaupun berbeda
budaya, suku bangsa, etnik dan
agama.
3) Kurikulum yang diberikan sudah
1, 2
3, 4
5
56
b. Proses
Implementasi
Nilai-nilai
Multikultural
di Sekolah
disesuaikan dengan kebutuhan
siswa di lingkungan sekolah
tersebut
4) Program pembelajaran yang
menghargai keragaman budaya,
suku bangsa, etnik dan agama
peserta didik dan tidak adanya
diskriminasi
5) Program sekolah yang telah
dicanangkan membiasakan
menghargai nilai-nilai
keberagaman budaya, suku
bangsa, etnik, agama dan
golongan lainnya.
1) Kegiatan pembelajaran dan
pendidikan yang diterapkan
berbasis kerja sama toleransi, dan
kerukunan.
2) Penyampaian materi pembelajaran
yang berkaitan dengan
keberagaman bertujuan agar siswa
memiliki sikap saling menghargai
meskipun mereka hidup dalam
perbedaan sebagai bangsa
Indonesia.
3) Perlakuan dan kebijakan yang ada
seimbang dan baik (tidak
diskriminatif) di dapat oleh
seluruh siswa dari kepala sekolah,
guru, dan pegawai meskipun siswa
6
7
8
9, 1
11
57
c. Implikasi
dari
Penanaman
Nilai-nilai
Multikultur
memilki karakteristik dan latar
belakang yang berbeda.
4) Budaya menghargai keberagaman
yang dilaksanakan di sekolah
mengembangkan sikap positif dan
menghargai nilai-nilai keragaman,
seperti budaya, etnik, bahasa, suku
bangsa, gender dan lain-lain.
1) Tidak memilih-milih dalam
berkawan dan bergaul.
2) Memiliki sikap yang toleran dan
menerima perbedaan yang ada di
sekelilingnya
3) Mampu bekerja sama dengan
kelompok dengan baik tanpa
memandang perbedaan dan
keberagaman yang ada
12
13
14
15
Tabel 3.6
Pengembangan kebangsaan di SMA Kharisma Bangsa
(Variabal Y)
No Variabel Dimensi Indikator Bentuk
1 Pegembangan
Kebangsaan
(Cara pandang
suatu bangsa
terhadap
prinsip-prinsip
dasar
a. Paham
kebangsaan
1) Memiliki nasionalisme yang
tinggi sebagai warga negara
2) Terdiri dari sekelompok orang
yang ingin bersatu karena
adanya persamaan nasib dan
keterikatannya dengan tanah air.
3) Terdiri dari sekumpulan besar
16
17
18
58
kebangsaan
yang menjadi
identitas, serta
sikap dalam
mencintai dan
bangga
terhadap tanah
air).
b. Identitas
Kebangsaan
c. Hakikat
kebangsaan
di kalangan
siswa
masyarakat yang lahir karena
adanya kehendak bersama yang
timbul dari suka duka historis.
4) Memahami dan menerima
adanya pluralisme atau
keberagaman, karena adanya
kenyataan bahwa Indonesia
terdiri dari banyak budaya,
suku, etnis, golongan dan
lainnya.
5) Menjadikan kebhinekaan
sebagai dasar dalam
menjalankan kehidupan
ditengah masyarakat yang
beragam.
1) Penanda keberadaan atau
eksistensinya.
2) Pencerminan kondisi bangsa
yang menampilkan kematangan
jiwa, daya juang, dan kekuatan
bangsa ini.
3) Pembeda diantara warga
bangsa-negara yang
bersangkutan.
1) Warga negara yang baik
2) Warga negara yang cerdas
3) Warga negara yang cakap
19
20
21
22
23
24
25
26
59
d. Penguatan
pengembag
an
kebangsaan
di kalangan
siswa
1) Mengetahui hak dan kewajiaban
siswa sebagai warga Negara
2) Memiliki kecintaan terhadap
tanah air
3) Menjadikan kebhinekaan
sebagai dasar kehidupan
bermasyarakat
4) Menguatkan persatuan dan
kesatuan
27
28
29
30
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data adalah suatu cara yang digunakan dalam
penelitian untuk menguraikan keterangan-keterangan atau data yang
diperoleh, data tersebut tidak hanya dapat dipahami oleh orang yang
mengumpulkan data saja, tetapi juga oleh orang lain.
Dalam pengolahan data penelitian ini, penulis menempuh cara sebagai
berikut:
1. Editing, yaitu memeriksa angket yang telah diisi oleh responden
2. Scoring, yaitu pemberian skor sesuai dengan tingkatannya
Adapun teknis dalam analisisnya yaitu dengan neneriksa jawaban-
jawaban dari setiap responden atau siswa, lalu dijumlah sehingga
menghasilkan skor total, lalu diklasifikasikan dan ditabulasikan (dibuat
tabel), data yang didapat dari setiap item pernyataan akan dibuat satu
masing-masing satu tabel.
3. Tabulating, Data yang diperoleh dari pembagian angket tersebut
kemudian diolah dengan cara statistik, yaitu dengan menggunakan tabel
distribusi frekuensi relative. Yaitu dengan menggunakan rumus:
P = (
) x 100%
60
Keterangan: P = Angka presentase
F = Frekuensi
N = Jumlah frekuensi
Tabel 3.7
Interpretasi Analisis Deskriptif
Interval Nilai Presentasi Kategori
76 – 100 % Baik
56 – 75% Cukup Baik
40 – 55 % Kurang Baik
< 40 % Tidak baik
Dengan rumus dan interpretasi data sebagai berikut:
Mean =
x 100 %
Dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Baik jika nilainya pada interval 76% - 100%
2. Cukup baik jika nilainya pada interval 56& - 75%
3. Kurang baik jika nilainya pada interval 40% - 55%
4. Tidak baik jika nilainya < 40%.
4. Mencari angka korelasi dengan menggunakan rumus product moment:
Dalam penelitian ini, nerdasarkan hipotesis yang akan diukur peneliti
menggunakan teknik korelasi product moment dari Karl Pearson.
Korelasi product moment ini digunakan untuk menentukan hubungan
antara dua gejala interval.
rxy = ∑ ∑ ∑
∑ ∑ ∑ ∑
Keterangan: rxy = angka indeks korelasi “r” product moment
N = number of class
∑ = jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y
∑ = jumlah seluruh skor x
∑ y = jumlah sekuruh skor y
61
Dan sebelumnya penulis terlebih dahulu membuat tabel perhitungan
sebanyak 6 kolom, yaitu sebagai berikut :
Kolom 1 : Subjek Penelitian (Responden)
Kolom 2 : Skor Variabel X
Kolom 3 : Skor Variabel Y
Kolom 4 : Hasil Pengkuadratan Skor Variabel X ( )
Kolom 5 : Hasil Pengkuadratan Skor Variabel X ( )
Kolom 6 : Hasil Perkalian antara Skor Variabel X dengan Variabel Y
a. Interpretasi analisa data berdasarkan korelasi product moment ( )
Tabel 3.8
Interpretasi Nilai r
Besarnya “r”
product moment
( )
Interpretasi
0,000 - 0,20
0,200 - 0,400
0,400 - 0,600
0,600 - 0,800
Antara variabel X dan Y memang
terdapat korelasi, akan tetapi korelasi
itu sangat lemah atau rendah sehingga
korelasi tersebut diabaikan (dianggap
tidak ada korelasi antara variable X
dan variabel Y)
Antara variabel X dan Y terdapat
korelasi yang lemah dan rendah
Antara variabel X dan Y terdapat
korelasi yang sedang atau cukupan.
Antara variabel X dan Y terdapat
korelasi yang kuat atau tinggi
62
0,800-1,00 Antara variabel X da variabel Y
terdapat korelasi yang sangat kuat atau
sangat tinggi.87
Interpretasi dengan menggunakan Tabel Nilai “r” Product
moment dengan terlebih dahulu merumuskan hipotesa
kerja/alternative (Ha) dan hipotesa Nihil (Ho). Kemudian mencari
derajat besarnya (df atau db) dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
df = degrees of freedom (derajat bebas)
N = number of causes (banyaknya responden yang diteliti)
nr = banyaknya variabel yang dikorelasikan88
Setelah tu hasilnya dicocokkan dengan tabel koefisien
korelasi “r” Product Moment untuk berbagai df, baik pada taraf
signifikansi 1% ataupun pada taraf signifikansi 5%.
Selanjutnya untuk mencari dan mengetahui seberapa
kontribusi variabel X terhdap variabel Y dipergunakan rumus
sebagai berikut:
Keterangan:
KD = Koefisien determination (Kontribusi variabel x terhadap
variabel y)
r = Koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y.
87 Anas Sudjono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
2000), Cet. X, hlm. 180. 88
Ibid.
df = N-nr
KD = 𝒓𝟐 X 100%
63
G. Hipotesa Penelitian
Hipotesa yang hendak diuji adalah sebagai berikut:
: Terdapat pengaruh yang signifikan antara penanaman nilai-nilai
multikultural dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam
terhadap pengembangan kebangsaan di SMA Kharisma Bangsa
: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara penanaman nilai-
nilai multikultural dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam
terhadap pengembangan kebangsaan di SMA Kharisma Bangsa
64
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum SMA Kharisma Bangsa
1. Identitas Sekolah
Sekolah Kharisma Bangsa adalah suatu lembaga pendidikan
bertaraf Internasional yang berada diJl. Terbang Layang No. 21, Pondok
Cabe, Kota Tangerang Selatan. Sekolah Kharisma Bangsa didirikan
pada 3 Maret 2006 atas kerjasama Yayasan KB dan Yaysan PASIAD
Turki, Yayasan Kharisma Bangsa merupakan Yayasan yang didirikan
oleh Ibu Djusni Djohan sebagai wujud perhatian terhadap kualitas
pendidikan di Indonesia, kemudian Yayasan PASIAD merupakan
lembaga swadaya masyarakat dari Turki non pemerintah yang bergerak
menjembatani masyarakat Turki dalam bidang pendidikan, sosial dan
ekonomi untuk kawasan Asia-Pasifik, Yayasan PASIAD dalam bidang
pendidikan telah bermitra degan beberapa Yayasan-yayasan pendidikan
Indonesia dari kurun waktu 1994-2006 kurang lebih telah membuka 3
sekolah, yaitu SD-SMP-SMA Pribadi Depok, SMP-SMA Semesta
Semarang, dan SMP-SMA Pribadi Bandung, selain itu juga PASIAD
mengembangkan lembaga-lembaga pendidikan maupun sekolah-sekolah
di beberapa negara-negara ASEAN.
Kharisma Bangsa adalah sekolah yang menggunakan sistem belajar
dwi bahasa (bilinguall) dan memiliki fasilitas asrama (boarding).
Menggunakan bahasa pengantar resmi dalam Bahasa Indonesia dan
Bahasa Inggris. Kharisma Bangsa memiliki jenjang untuk Sekolah Dasar
(SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas
(SMA). Kharisma Bangsa sebagai lembaga pendidikan bertujuan
melahirkan lulusan-lulusan yang mampu berperan dalam kehidupan
sosial dan budaya dengan didasari akhlak yang mulia baik untuk
menjadi pemimpin yang tangkas dan cerdas.Untuk mewujudkan tujuan
ini, Kharisma Bangsa mengoptimalkan sistem akademik yang akan
65
mendorong siswa untuk dapat menyalurkan bakatnya dan semakin giat
dalam mencapai cita-cita dengan orientasi prestasi dalam proses
belajar.89
2. Definisi Lokasi
Nama Sekolah : Kharisma Bangsa
Jenjang Pendidikan : Sekolah Menengah Atas
Alamat Sekolah : Jl. Terbang Layang, No. 21, Pondok Cabe
Kabupaten/Kota : Kota Tangerang Selatan
Provinsi : Banten
Negara : Indonesia
Nomor Telepon : (+62) 21-7427122
Alamat Email : [email protected]
Status Sekolah : Sekolah Swasta
Akreditasi Sekolah : Terakreditasi A
Keadaan Gedung : Permanen
NSS/NPSN : 20613802
Tahun Didirikan : 2006
Tahun Beroperasi : 2006
Status Tanah : Yayasan
Luas Tanah : 2120 m2
SK Pendirian Sekolah : 421.3/178/Dis P dan K/200
Tgl SK Pendirian : 2006-04-24
Status Kepemilikan : Yayasan
SK Izin Operasional : 421.3/178/Dis P dan K/200
Tgl SK Izin Operasional : 2006-04-24
Luas Tanah Milik : 20190 m290
89
Profil Sekolah Kharisma Bangsa
67
3. Visi, Misi, dan Nilai-Nilai Dasar
Sebagai sekolah bertaraf Internasional, Kharisma menggunakan
sistem belajar dwi bahasa (bilingual) sebagai pengantar. Kharisma
bangsa terus bersaing untuk menjadi sekolah yang unggul baik dalam
bidang akademik dan non akademik, sebagaimana visi dan misinya
sebagai berikut.
a. Visi SMP Kharisma Bangsa
Menurut Wibisono, visi merupakan rangkaian kalimat yang
menyatakan cita-cita atau impian sebuah organisasi atau
perusahaan yang ingin dicapai di masa depan. Atau dapat dikatakan
bahwa visi merupakan pernyataan want to be dari organisasi atau
perusahaan.91
.
Adapun visi atau harapan yang diinginkan oleh SMA
Kharisma Bangsa adalah :
“Unggul dalam prestasi, berakhlak mulia, berwawasan global,
dan berakar pada budaya Indonesia, serta mampu berperan dalam
lingkungan masyarakat”92
.
Kharisma Bangsa memiliki harapan besar untuk bisa
mengantarkan peserta didiknya agar dapat bersaing dan unggul
dalam prestasi, memiliki akhlak yang mulia dengan selalu
menjunjung tinggi nilai-nilai luhur agama, memiliki pengetahuan
dan wawasan global atau Internasional namun tetap menjunjung
tinggi nilai-nilai budaya Indonesia, serta dapat berperan aktif dan
bermanfaat di lingkungan sekolah dan di lingkungan
masyarakatnya kelak.
91
Samhis Setiawan, Perbedaan Visi Dan Misi : Pengertian, Tujuan, Dan Contohnya,
https://www.gurupendidikan.co.id/visi-dan-misi/, diakses pada Kamis, 10 Oktober 2019. 92
Ibid.
68
b. Misi SMP Kharisma Bangsa
Misi adalah bentuk yang didambakan di masa depan (what do
they want to be). Misi merupakan sebuah pernyataan yang
menegaskan visi lewat pilihan bentuk atau garis besar jalan yang
akan diambil untuk sampai pada visi yang telah lebih dulu
dirumuskan93
.
Untuk mencapai visi yang telah diibuat, tentu perlu adanya
upaya dan usaha serta langkah yang dilakukan demi mencapai visi
tersebut. Sehubungan dengan visi tersebut, SMA Kharisma Bangsa
mengemban beberapa misi, diantaranya sebagai berikut :
1. Melaksanakan proses pendidikan secara efektif dan efisien
dalam rangka mengembangkan potensi peserta didik secara
optimal.
2. Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama yang
dianut oleh peserta para didik.
3. Memberikan pelayanan pendidikan bermutu yang mampu
mengimbang persaingan dalam skala lokal maupun global
4. Mengembangkan sikap cinta dan menghargai sesama, serta
kebanggaan terhadap bangsa dan negara pada diri peserta
didik.
5. Menumbuhkan peran serta masyarakat (orang tua peserta
didik) dalam proses pendidikan94
.
Kelima misi tersebut merupakan langkah atau upaya yang akan
dilakukan SMA kharisma Bangsa sebagai lembaga pendidikan
untuk mewujudkan visinya yang telah ditetapkan, yakni “Unggul
dalam prestasi, berakhlak mulia, berwawasan global, dan berakar
pada budaya Indonesia, serta mampu berperan dalam lingkungan
masyarakat”95
.
93
Op. Cit., Samhis Setiawan. 94
Ibid. 95
Ibid.
69
c. Nilai-nilai Dasar SMA Kharisma Bangsa
Nilai-nilai dasar Kharisma Bangsa adalah moto atau pedoman
yang digagas Kharisma bangsa yang menggambarkan kepribadian
dan karakteristik, serta keunggulan dari Kharisma Bangsa itu
sendiri. Dalam pelaksanaannya, Kharisma Bangsa memiliki nilai-
nilai dasar yang dijadikan sebagai pedoman. Nilai-nilai dasar ini
adalah acuan Kharisma Bangsa yang menjadi karakter dan
kekhasan yang dimiliki oleh Kharisma Bangsa sebagai lembaga
Pendidikan. Adapun yang menjadi nilai-nilai dasar Kharisma
Bangsa diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Keberagaman (Kebhinekaan): Kharisma Bangsa sebagai
lembaga pendidikan sangat menjunjung tinggi dan merangkul
semua perbedaan/keberagaman yang ada di lingkungan kami.
(Semua)Keberagaman yang ada (akan) diakui/diterima dan
digali dengan antusias dan rasa hormat di sekolah kami.
2. Unggul: Kharisma Bangsa sebagai lembaga pendidikan sangat
menginginkan dan mengejar kualitas terbaik dari proses,
produk dan hasil yang (sedang) diusahakan/dilaksanakan.
3. Tanggungjawab: Kharisma Bangsa sebagai lembaga
pendidikan sangat bertanggungjawab atas segala isi dan proses
pembuatan keputusan, tindakan yang diambil dan hasil yang
ada.
4. Respek (Hormat): Kharisma Bangsa sebagai lembaga
pendidikan sangat bertindak dengan mengindahkan perasaan,
harapan/keinginan dan hak-hak orang(pihak) lain. Kami
memperlakukan orang lain dengan semestinya. Kami peduli
dengan orang lain, lingkungan sekitar sekolah dan fasilitas
umum. Kami menghargai institusi kami dengan cara
menunjukkan perilaku yang terhormat dan bermartabat96
.
96
Ibid.
70
d. Kurikulum SMA Kharisma Bangsa
Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program
pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga pendidikan yang
berisi rancangan pelajaran yang nantinya akan diberikan kepada
peserta didik. Kurikulum yang digunakan di Kharisma Bangsa
adalah Cambridge Curriculum, yakni kurikulum bertaraf
internasional . Kurikulum Cambridge atau cambridge International
adalah bagian dari penyedia kualifikasi kurikulum Internasional.
Tujuan dari penerapan kurikulum ini adalah agar siswa mencintai
proses belajar itu sendiri, bukan hanya hasil. Selain daripada itu,
kurikulum ini juga didesain agar siswa dapat mengeksplorasi
pengetahuannya. Kurikulum Cambridge memfokuskan pada minat
dan bakat siswa, tidak seperti kurikulum lain yang mengharuskan
siswa berhasil di semua subjek pelajaran. Keunggulan lainnya dari
kurikulum ini adalah siswa mempunyai kompetensi global seperti
fasih dalam berbahasa Inggris, memiliki cara pandang
Internasional. Mendapatkan pendidikan yang terkini dan modern,
dan keuntungan-keuntungan lainnya. Namun pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam SMA Kharisma Bangsa menggunakan
kurikulum 2013 sebagaimana yang dianjurkan oleh pemerintah.
Dalam prakteknya, Kharisma bangsa memiliki
beberapaklasifikasi program, seperti program unggulan yang
menjadi salah satu pembeda dengan sekolah dan lembaga lainnya,
yang mana sistem ini menunjang dalam proses pembelajaran yang
dilakukan di SMA Kharisma Bangsa.
Adapun beberapa program unggulan yang dimiliki Kharisma
Bangsa diantaranya adalah sebagai berikut :
1) Education System
Sistem pendidikan adalah strategi atau metode yang
digunakan dalam proses belajar mengajar untuk mencapai
tujuan agar peserta didik dapat secara aktif mengembangkan
71
potensi di dalam dirinya. Sebuah sistem pendidikan sangatlah
diperlukan karena hal ini lah yang nantinya akan mengatur
jalannya pendidikan di sebuah negara dan akan menjadi
pedoman untuk jalannya proses pendidikan tersebut. Untuk
menunjang system pendidikan yang sesuai dengan visi dan
misi SMA Kharisma Bangsa, maka disusunlan system yang
dalam hal ini dapat menunjang proses pembelajaran siswa.
Adapun yang menjadi education system SMA Kharisma
Bangsa diantaranya sebagai berikut:
1. Cambridge Exam Preparation
2. Active Learning
3. Native Speaker teachers
4. Intensive english (English Math, Science)
5. Caracter building Program
6. Remedial, Enrichment and Extracurricular Activities
7. Safe and Enjoyable Place to Learn and Grow
8. Club Activities97
Education system tersebut merupakan suatu sistem
pendidikan yang diterapkan di SMA Kharisma Bangsa, dan
menjadi salah satu program unggulan karena Kharisma Bangsa
berusa memberikan fasilitas terbaik dengan sistem terbaik pula
untuk dapat menunjang proses pembelajaran serta minat dan
bakat siswa
.
2) Program Rutinan Sekolah
Program rutinan SMA Kharisma Bangsa adalah rancangan
program kegiatan yang dilakukan di luar pembelajaran di
dalam kelas. dalam hal ini sekolah mengajak seluruh siswanya
untuk terlibat dalam kegiatan ini. adapun jenis kegiatan yang
ada di SMA Kharisma Bangsa adalah sebagai berikut:
97
Ibid.
72
1. D.E.A.R Time (Drop Everything and Read)
2. Fun Outing Program
3. Edu Trip
4. Market Day
5. Earth Day
6. Spelling Bee
7. Class Performance
8. Star Wars-Edu Gamees
9. Self-Study Program
10. National Holiday Celebration
11. Ramadhan Program
12. Education Semonar
13. Family Day
14. Mind Games Class
15. Book Week
16. Assembly Day
17. Olympiad Classes
18. Changing Point
19. Leadership Program98
.
Kegiatan tersebut adalah kegiatan rutin yang biasa
diadakan setiap tahunnya di tingkat sekolah, sebagai bentuk
apresiasi terhadap siswa. Sekolah sebagai lembaga pendidikan
berusaha untuk memberikan ruang bagi siswa untuk tidak
melulu menghabiskan waktu di ruang kelas, tetapi siswa juga
diajak untuk mengeksplore dirinya dengan berbagai kegiatan
yang sesuai dengan keinginan, minat dan bakat dari siswa
tersebut. Selain itu kegiatan tersebut bertujuan untuk melatih
siswa menjadi pribadi yang mandiri, dapat bersosialisasi
dengan baik dengan lingkungan, serta lebih terbuka.
98
Ibid.
73
3) Program Extrakulikuler
Ekstrakurikuler adalah kegiatan non-pelajaran formal yang
dilakukan peserta didik sekolah atau universitas, umumnya di
luar jam belajar kurikulum standar. Kegiatan-kegiatan ini ada
pada setiap jenjang pendidikan dari sekolah dasar sampai
universitas. Kegiatan ekstrakurikuler ditujukan agar siswa
dapat mengembangkan kepribadian, bakat, dan
kemampuannya di berbagai bidang di luar bidang akademik.
Kegiatan ini diadakan secara swadaya dari pihak sekolah
maupun siswa-siswi itu sendiri untuk merintis kegiatan di luar
jam pelajaran sekolah.
Kegiatan Extrakurilkuler di Kharisma Bangsa ini terdapat
banyak sekali kegiatan extrakurikuler yang sangat menunjang
minat dan bakat siswa diantaranya sebagai berikut:
1. Sport (Olahraga): Basket, sepak bola, taekwondo, karate,
scatur, badminton, fitness, gymnastcs, volli, dan panahan.
2. Art (Seni): Photography, tari saman, memasak, bahasa
Turki, Cultural Club Theater, melukis dan musik.
3. Technology (Teknologi/IT): Komputer, robotic lego-Lego
Mind Stormms, dan Polulu 3.
4. Communication (Komunikasi): Debat bahasa Inggris,
Arab, Turki, Jepang, Film, Jurnalis, dan Travelling.
5. Sciene (Sains): Olimpiade Sains, dan Science Project
Olimpiad.99
Kegiatan extrakuriluler ini wajib diikuti oleh setiap siswa
sesuai dengan minatnya masing-masing, dengan mengikuti
kegiatan ini siswa tidak hanya dapat menyalurkan hobi dan
minatnya, tetapi siswa juga dapat menekuni dan diberikan
kesempatan untuk mengikuti berbagai macam perlombaan
mulai tingkat nasional sampai dengan tingkat Internasional.
99
Ibid.
74
e. Prestasi yang dicapai SMA Kharisma Bangsa
Kharisma Bangsa sebagai sekolah bertaraf Internasional,
berusaha memberikan kesempatan dan peluang yang sangat besar
bagi siswa dan siswinya yang memiliki bakat dan antusiasme
dalam berbagai bidang untuk mengikuti berbagai kejuaran
diberbagai jenjang, tidak hanya tinkat Kota dan Provinsi tetapi juga
hingga tingkat Nasional dan Internasional. Adapaun untuk prestasi
akademik yang dicapai diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Silver Medal, The 59th International Mathematics Olympiad
(IMO), Cluj-Napoca, Rumania, 2018.
2. Grand Gold Medal in Poster Design, Genius Olympiad, Suny
Oswego, New York, USA, 2018.
3. Bronze Medal, The 15th International Geography Olympiad
(IGEO), Quebec City, Canada, 2018.
4. Silver Medal, Hong Kong International Math Olympiad
(HKIMO), Hong Kong, 2018.
5. Silver Medal in the 49th International Chemistry Olypiad
(IchO), nakhon Pathom, Thailand, 2017.
6. Silver Medal in The 28th International Biology Olympiad
(IBO), Convertry, United Kongdom, 2017.
7. Silver Medal in The 48th International Physics Olympiad
(IPHO), Yogyakarta, Indonesia, 2017.
8. Silver Medal in Yoing Inventor Challenge (YIC), Assosiation
of Science, Technology and Innovation (ASTI), Kuala Lumpur
Malaysia, 2017.
9. Silver Medal OSN 2018.
10. Gold Medal OSN 2018100
.
100
Ibid.
75
f. Sarana dan Prasarana
Dalam pengamatan yang telah dilakukan, Kharisma Bangsa sebagai
suatu lembaga sudah memberikan fasilitas yang sangat lengkap dan
mendukung siswa dan siswinya dalam berbagai pembelajaran dan
kegiatan. Adapun fasilitas yang ada di Kharisma Bangsa adalah sebagai
berikut :
Tabel 4.1
No Nama Ruangan Luas
1 Ruangan Kelas Bahasa 1 58 m2
2 Ruangan Kelas Bahasa 2 48 m2
3 Ruangan Kelas Bahasa 3 48 m2
4 Ruangan Toilet Laki-laki 12 m2
5 RuanganToilet Wanita 15 m2
6 Ruangan Toilet Guru Laki-Laki 3.75 m2
7 Ruangan Toilet Guru Wanita 3.75 m2
8 Ruangan IPS 48 m2
9 Ruangan Guru 48 m2
10 Ruangan Kepala Sekolah 12 m2
11 Ruangan Koordinator Kurikulum 10 m2
12 Ruangan EIP 16.5 m2
13 Ruangan Perpustakaan 48 m2
14 Ruangan LAB 48 m2
15 Ruangan Musik 48 m2
16 Ruangan Serbaguna Lantai 2 216 m2
17 Ruangan MIPA lantai 2 48 m2
18 Ruangan MIPA lantai 2 48 m2
19 Ruangan Rapat lantai 2 20 m2
20 Ruangan Toilet Laki-Laki lantai 2 10.5 m2
21 Ruangan Toilet Wanita lantai 2 12.5 m2
22 Ruangan Pantry lantai 2 10 m2
76
23 Ruangan Stock Room lantai 2 10 m2
24 Ruangan Shared Area Outdoor 264 m2
Jumlah Luas 1.710 m2
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan kondisi fasilitas yang
dimiliki Kharisma bangsa dapat dinilai sangat baik, kondisi fisik
bangunan yang sangat layak bahkan terkesan mewah. Tidak hanya itu
model dan bangunannyapun didesain sangat modern, dengan tata ruang
yang nyaman dan luas serta bersih membat setiap ruangan dan fasilitas
yang ada menjadi sangat nyaman untuk digunakan.
B. Gambaran Objek Penelitian
Data-data yang diperoleh dalam meneliti aktualisasi nilai-nilai
multikultural dalam pembelajaran PAI dalam kerangka pengembangan
kebangsaan di SMA Kharisma Bangsa ini diperoleh melalui observasi,
wawancara, angket dan dokumentasi. Untuk data wawancara peneliti
melakukan wawancara dengan Guru Agama Islam SMA Kharisma Bangsa,
sedangkan angket diberikan kepada siswa kelas 12 MIT, 12 A Level, 10
Oxford, 10 Harvard, dan 10 Cambridge. Responden ini diambil berdasarkan
kebijakan yang diberikan pihak sekolah, dengan jumlah siswa yang menjadi
responden sebanyak 70 orang, yang terdiri dari siswa dari kelas-kelas
tersebut yang telah peneliti sebutkan diatas.
C. Uji Validitas dan Realibilitas
Suatu instrumen dapat dikatakan sebagai instrumen yang baik apabila
memenuhi syarat valid dan reliabel. Oleh sebab itu sebelum instrumen
digunakan, terlebih dahulu perlu dilakukan uji validitas agar instrumen yang
digunakan tepat mengukur apa yang harus di ukur.
a. Uji Validitas Instrumen
Uji validitas adalah uji yang digunakan untuk menunjukkan
sejauh mana alat ukur yang digunakan dalam suatu mengukur apa
yang diukur. Ghozali (2009) menyatakan bahwa uji validitas
77
digunakan untuk mengukur sah, atau valid tidaknya suatu kuesioner.
Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner
mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh
kuesioner tersebut.
Dalam hal ini, sebelum instrumen diujikan kepada responden,
instrumen tersebut terlebih dahulu diuji validitas (keabsahan) dan
realibilitasnya (keajegan), sehinga angket atau instrumen tersebut
memiliki kualifikasi serta memenuhi syarat untuk diujikan. Uji
validitas dan validitas dalam penelitian ini yakni menggunakan rumus
product moment. Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah
siswa SMA Kharisma Bangsa sebanyak 70 orang, yang selanjutnya
setelah angket tersebut diujikan, dilakukan analisis butir soal untuk
memeriksa validitas dan realibiltasnya.
Dalam penelitian ini uji validitas dilakukan pada setiap butir
soal, selanjutnya hasil dari uji tersebut dibandingkan dengan r tabel |
= n-k dengan tingkat error 5%. Jika r hitung > r tabel maka
instrumen dinyatakan valid, namun jika r hitung < r tabel maka
instrumen dinyatakan tidak valid101
.
Tabel 4.2
Hasil Uji Validitas Variabel X
No r Hitung r Tabel Keterangan
1 ,572 0,235 Valid
2 ,631 0,235 Valid
3 ,477 0,235 Valid
4 ,238 0,235 Valid
5 ,415 0,235 Valid
6 ,623 0,235 Valid
7 ,639 0,235 Valid
101
Juliansyah Noor, Metodologi Ppenelitian, (Jakarta: Kencana Pradana Media Group,
2011), hlm. 169
78
8 ,577 0,235 Valid
9 ,636 0,235 Valid
10 ,422 0,235 Valid
11 ,014 0,235 Tidak Valid
12 ,344 0,235 Valid
13 ,613 0,235 Valid
14 ,526 0,235 Valid
15 ,660 0,235 Valid
Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS
Berdasarkan data tabel yang disajikan diatas dapat disimpulkan
bahwasanya dari hasil angket yang diujikan kepada 70 orang siswa
sebagai responden menunjukan bahwa 14 dari 15 soal yang termasuk
ke dalam variabel X dapat dikatakan valid. Dengan jumlah r Hitung
lebih besar daripada r Tabel, dan terdapat satu nomor soal yang tidak
valid, yakni pada soal nomor 11 karena jumlah r hitung lebih kecil
daripada r tabel. Hal ini menunjukan tidak semua soal pada variabel X
memenuhi syarat validitas.
Tabel 4.3
Hasil Uji Validitas Variabel Y
No r Hitung r Tabel Keterangan
1 ,585 0,235 Valid
2 ,397 0,235 Valid
3 ,371 0,235 Valid
4 ,619 0,235 Valid
5 ,662 0,235 Valid
6 ,750 0,235 Valid
7 ,694 0,235 Valid
8 ,440 0,235 Valid
9 ,615 0,235 Valid
79
10 ,582 0,235 Valid
11 ,513 0,235 Valid
12 ,740 0,235 Valid
13 ,567 0,235 Valid
14 ,622 0,235 Valid
15 ,685 0,235 Valid
Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS
Berdasarkan tabel yang disajikan diatas dapat disimpulkan
bahwasanya dari hasil angket yang diujikan kepada 70 orang siswa
sebagai responden menunjukan bahwa seluruh soal (15 butir soal)
yang termasuk ke dalam variabel Y memenuhi syarat validitas, karena
jumlah r Hitung lebih besar daripada r Tabel. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwasanya seluruh butir soal pada variabel Y memenuhi
syarat validitas.
b. Uji Realibilitas Instrumen
Uji reliabilitas merupakan suatu bentuk uji untuk memastikan
kuesioner penelitian yang akan digunakan untuk mengumpulkan data
variable penelitian reliable atau tidak. Kuesioner dikatakan reliabel
jika kuesioner tersebut dilakukan pengukuran ulang, maka akan
mendapatkan hasil yang sama. Selanjutnya Arikunto menjelaskan
bahwa yang dimaksud dengan realibilitas menunjukan pada suatu
pengertian bahwa instrumen itu dapat dipercaya untuk digunakan
sebagai alat suatu pengumpul data karena instrumen tersebut sudah
baik.102
Selanjutnya, untuk melakukan ujinrealibilitas instrumen agar
dapat dipercaya maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan
rumus alpha cronbach, yaitu :
r11 = (
) .
∑
102
Op. Cit. 7Suharsimi, Ari Kunto, hlm. 178.
80
Keterangan:
r11 : Realibilitas Instrumen
K : banyaknya butir pertanyaan
∑ : jumlah butir pertanyaan
: varians total
Untuk melakukan penghitungan realibilitas. Suatu variabel
dikatakan reliabel apabila koefisiennya lebih dari angka 0,06, ini
menunjukan bahwa r hitung > r tabel. Berikut merupakan hasil dari
penghitungan menggunakan SPSS yang telah peneliti lakukan sebagai
berikut:
Tabel 4.4
Hasil Uji Realibilitas Variabel X
Realibility Statistic
Cronbach’s Alpha N of Items
,759 15
Tabel 4.5
Hasil Uji Realibilitas Variabel Y
Realibility Statistic
Cronbach’s Alpha N of Items
,841 15
Berdasarkan hasil uji realibilitas yang telah dilakukan, menunjukan
bahwa nillai cronbach’s alpha variabel X (multikultural) yaitu sebesar
(0,759) dan nilai cronbach’s alpha variabel Y (pengembangan Kebangsaan)
yaitu sebesar (0,841). dari hasil tersebut peneliti dapat mengambil kesimpulan
bahwa instrumen yang digunakan dapat dipercaya dan dapat digunakan
sebagai alat pengumpulan data.
81
D. Uji Prasyarat Analisis Data
1. Uji Normalitas
Uji Normalitas adalah sebuah uji yang dilakukan dengan tujuan
untuk menilai sebaran data pada sebuah kelompok data atau variabel,
apakah sebaran data tersebut berdistribusi normal ataukah tidak. Uji
normalitas data bertujuan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh
dari hasil penelitian berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas
dilakukan untuk memudahkan peneliti dalam perhitungan dan analisis
data yang diperoleh dari tempat penelitian103
.
Dalam penelitian yang dilakukan ini peneliti menggunakan metode
Kolmogorov-Smirnov terhadap masing-masing variable. Pengambilan
keputusan adalah sebagai berikut:
a. Jika nilai signifikan < 0,05 maka data residual tidak
berdistribusi normal.
b. Jika nilai signifikan > 0,05 maka data residual berdistribusi
normal.
Tabel 4.6
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Understandarized
Residual
N 70
Normal
Mean ,0000000
Std. Deviation 4.58192810
Most Extreme
Differences
Absolute ,085
Positive ,060
Negative -,085
Test Statistic ,085
103
Darwyan Syah, dkk. Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Gaung Persada Press,
2010), hlm. 67.
82
Asymp. Sig (2-tailed)
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance
Dari data tersebut dapat disimpulkan, bahwa hasil uji normalitas
data yang disajikan pada table 14 terdapat nilai signifikan sebesar
0,200. Hal ini menunjukan nilai tersebut signifikan, karena 0,200 >
0,05, dengan demikian berdasarkan data yang telah disajikan tersebut
dapat ditarik kesimpulah bahwa data dalam penelitian ini berdistribusi
normal atau telah memenuhi uji asumsi dasar tentang kenormalan.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas adalah pengujian mengenai sama tidaknya
variansi-variansi dua buah distribusi atau lebih.
Tabel 4.7
Hasil Uji Homogenitas
Test of Homogenety of Variances
Levene Statistic dF1 dF1 Sig
,978 1 138 ,324
Tebel 4.8
ANOVA
Variabel
Sum of
Square
Df Mean
Square
F Sig
Between
Groups
130.179 1 130.179 2.994 ,086
Within
Groups
5999.614 138 43.457
Total 6129.139 139
83
Berdasarkan hasil uji homogenitas pada table 15 tersebut
menunjukan bahwa variable aktualisasi nilai-nilai multicultural dan
variable pengembangan kebangsaan memiliki nilai signifikan 0,324 >
0,05. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa data penelitian ini
homogeny atau memiliki varian yang sama. Dengan demikian data-data
yang ada pada penelitian ini adalah data yang telah memenuhi syarat
homogenitas dan dapat dianalisis dengan penelitian.
3. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas adalah uji yang menilai apakah ada
ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada
model regresi linear. Apabila asumsi heteroskedastisitas tidak
terpenuhi, maka model regresi dinyatakan tidak valid sebagai alat
peramalan.
Tabel 4.9
Hasil Uji Heteroskedasititas
Model Understandarized
Coefficients
Understandarized
Coefficients
t
Sig B Std.
error
Beta
1 (Constant) 3.283 2.298 1.664 ,101
Aktualisasi
Nilai-nilai
Multikultural
-,016 ,037 -,050 -,415 ,680
a. Dependent Variable: RES2
Berdasarkandata yang disajikan pada table 17 hasil uji
heteroskedasititas menunjukan bahwa nilai signifikan 0,680 > 0,05
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala
heteroskedastisitas. Dengan demikian data-data yang ada pada tebel
tersebut menunjukan bahwa data tersebut adalah data yang telah
memenuhi syarat heteroskedastisitas dan dapat dianalisis dengan
penelitian.
84
4. Uji Linearitas
Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel
mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Uji ini
biasanya digunakan sebagai prasyarat dalam analisis korelasi atau
regresi linear. Pengujian pada SPSS dengan menggunakan Test for
Linearity dengan pada taraf signifikansi 0,05. Untyuk mempermudah
dalam pengambilan keputusan , maka peneliti terlebih dahulu
menentukan hipotesis dalam uji linearitas adalah sebagai berikut :
: regresi linear
: regresi non linear
Kriteria Pengujian :
Terima jika F hitung < F tabel
Terima jika F hitung > F table
Berikut adalah hasil uji linearitas data penelitian yang telah diolah
mengguanakan SPSS.
Tabel 4.10
Hasil Uji Linearitas
ANOVA Table
Model Sum of
Square
df Mean
Square
F Sig
Kebangsaan*
Multikultural
Between
Groups
(Combined) 2617.720 21 124.653 5.764 .000
Linearity 2207.181 1 2207.181 102.061 .000
Deviation
From
Linearity
410.539 20 20.527 ,949 ,534
Within Group 1038.051 48 21.626
Total 3655.771 69
85
Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 18 tentang hasil uji
linearitas menunjukan bahwa data aktualisasi nilai-nilai multikultural
memiliki nilai signifikan 0,534 > 0,05 dan memiliki nilai F hitung
sebesar 0,949 < F tabel 3,98.sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan yang linear secara signifikan antara data variabel
aktualisasi nilai-nilai multikultural. Berdasarkan hipotesis yang telah
ditentukan maka diterima atau berpola linier. Dengan demikian
data-data yang disajikan pada tabel 4.18 dalam penelitian ini adalah
data yang telah memenuhi syarat linearitas dan dapat dianalisis dengan
penelitian.
5. Uji Koefisien Korelasi
Untuk mengetahui apakah terdapah pengaruh antara penanaman
nilai-nilai multikultural dalam pembelajaran PAI terhadap
pengembangan kebangsaan siswa, maka peneliti menganalisa data
dalam bentuk analisis kuantitatif dengan rumus product moment. Hasil
perolehan nilai dari variabel Multikultural dan variabel Pengembangan
Kebangsaan melalui korelasi product moment adalah sebagai berikut:
rxy = ∑ ∑ ∑
∑ ∑ ∑ ∑
= 70. (255648) - (4184).(4266)
√{(70.252746) - }. {(70. 262837) –
= 17895360 – 17848944
√(17692220 – 17505856) (18398590 – 18198756)
= 46416
√(186364) (199834)
= 46416
√ 37241863576
= 46416
192981,51
= 0,240
86
Berdasarkan hasil perhitungan korelasi product moment dapat
diketahui bahwa hubungan antara variabel multikultural (X) dengan
variabel pengembangan kebangsaan (Y) sebesar 0,240 dalam arah
positif, dengan kata lain penanaman nilai-nilai multikultural dalam
pembelajaran PAI memiliki pengaruh terhadap pengembangan
kebangsaan siswa. Koefisien korelasi sebesar 0,240 tersebut jika
diinterpretasikan dalam bentuk tabel koefisien korelasi termasuk dalam
kategori rendah.
Tebel 4.11
Interval Kategori
0,00 – 0,19 Sangat Rendah
0,20 – 0,39 Rendah
0,40 – 0,69 Sedang
0,70 – 0,89 Kuat
0,90 – 1,00 Sangat Kuat
E. Hasil Uji Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan antara penanaman nilai-nilai
multikultural dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam
terhadap pengembangan kebangsaan di SMA Kharisma Bangsa
Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara penanaman nilai-
nilai multikultural dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam
terhadap pengembangan kebangsaan di SMA Kharisma Bangsa
Setelah mendapatkan nilai korelasi sebesar 0,240 kemudian nilai
tersebut dikonsultaskan pada nilai r tabel dengan rumus:
Df = N – nr
= 70 – 2 = 68
87
Maka hasilnya adalah sebagai berikut:
Jumlah sampel : N = 70
Derajat bebas : db = N – nr = 70 – 2 = 68
r hitung = 0,240
r tabel 5% = 0,235
Karena r hitung > r tabel, maka dapat diambil kesimpulan Ho
ditolak dan Ha diterima. Yang artinya terdapat pengaruh yang
signifikan antara multikultural dengan pengembangan kebangsaan
siswa di SMA Kharisma Bangsa.
F. Hasil Uji Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi ( merupakan pengkuadratan korelasi
secara simultan (r) antara variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y)
untuk menghitung seberapa jauh hubungan antara keduanya atau
koefisien determin. Hasil perhitungan determinasi adalah sebagai
berikut:
KD = x 100%
= x 100%
= 0,0576 x 100%
= 5,76
= 5,7%
Berdasarkan hasil perhitungan KD dari 100% dapat disimpulkan
bahwa hubungan antara variabel X dan variabel Y memiliki pengaruh
yang signifikan. Adapun koefisien penentunya yaitu ( yang berarti
penerapan nilai-nilai multikultural dalam pembelaran PAI memeberikan
pengaruh terhadap pengembangan kebangsaan terhadap siswa di SMA
Kharisma Bangsa. Adapaun kontribusi penanaman nilai-nilai
multikultural sebesar 5,7 % sedangkan 94,3% lainnya dipengaruhi oleh
sebab faktor-faktor yang lain.
Dengan demikian berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di
SMA Kharisma Bangsa dapat disimpulkan bahwa penanaman nilai-nilai
88
multikultural terhadap pengembangan kebangsaan memberikan
kontribusi yang relative rendah.
G. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil pengujian statistik dari angket yang diberikan kepada
70 orang siswa yang dijadikan sebagai responden menunjukan bahwasanya
terdapat pengaruh yang signifikan dari penanaman nilai-nilai multikultural
dalam pembelajaran PAI terhadap pengembangan kebangsaan siswa di
SMA Kharisma Bangsa. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji validitas dan
realibitas yang dilakukan, dimana hanya terdapat 1 soal yang tidak valid
pada variabel X tepatnya pada soal nomor 11. Selanjutnya hasil dari angket
tersebut diidentifikasi dan dianalisis menggunakan uji prasyarat analisis
data, diantaranya uji normalita, uji homogenitas, uji heteroskedastisitas, dan
uji linearitas, sehingga kemudian dapat diketahui bahwa penanaman nilai-
nilai multikultural dalam pembelajaran PAI memberikan pengaruh terhadap
pengembangan kebangsaan. Hal ini dapat dibuktikan dengan perhitungan uji
statistik yang menggunakan rumus “r” yang selanjutnya diperoleh nilai r
hitung sebesar 0,240 setelah dikonsultasikan dengan “r” pada taraf
signifansi sebesar 0,235 dan selanjutnya diketahui bahwa r hitung lebih
besar dari r tabel hal ini menunjukan bahwa hipotesis alternative (Ha) yang
berbunyi “Terdapat pengaruh yang signifikan antara penanaman nilai-nilai
multikultural dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam terhadap
pengembangan kebangsaan di SMA Kharisma Bangsa” diterima, sedangkan
hipotesis nihil (Ho) yang berbunyi “Tidak terdapat pengaruh yang signifikan
antara penanaman nilai-nilai multikultural dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Islam terhadap pengembangan kebangsaan di SMA Kharisma
Bangsa” ditolak.
Selain daripada itu untuk memperkuat hasil dari uji statistik yang
dilakukan, peneliti terlebih dahulu melakukan observasi dan wawancara.
Dalam observasi yang dilakukan peneliti melakukan pengamatan di kelas 10
Oxford yang terdiri dari 12 orang siswi. Dalam pengamatan yang dilakukan
89
terlihat bahwa kedisiplinan guru dan juga siswa sangat tinggi. Guru masuk
tepat waktu, dan siswa sudah berada di kelas sebelum guru memasuki
ruangan kelas. Selain itu penanaman nilai-nilai keagamaan di SMA
Kharisma Bangsa sudah sangat baik. Hal ini terlihat dari pembiasaan
membaca do’a sebelum pembelajaran berlangsung. Peneliti juga mengamati
cara guru menyampaikan materi pelajaran dan metode yang digunakan.
Peneliti mengamati bahwa dalam prakteknya Ibu Kharisma selaku guru PAI
tidak hanya menggunakan metode ceramah, tetapi juga menggunakan
metode sharing group dan lainnya yang menarik siswa dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran. Selain itu siswa juga berperan aktif dalam proses
kegiatan belajar, siswa aktif bertanya dan menjawab setiap pertanyaan yang
diajukan. Ibu Kharisma selaku gurupun selalu mengajak siswa untuk
mengemukakan jawaban, pertanyaan dan pendapatnya. Hal ini menunjukan
bahwasanya siswa dan siswi SMA Kharisma Bangsa susdah menerapkan
nilai-nilai keagamaan dengan baik, selain itu juga guru memberikan wadah
bagi siswa untuk bisa berbaur dengan siswa yang lainnya dalam proses
pembelajaran yang dengan hal tersebut dapat melatih dan membiasakan
siswa menghargai dan terbuka dalam menanggapi perbedaan yang ada.
Selanjutnya setelah melakukan observasi peneliti melakukan
wawancara dengan guru mata pelajaran Agama atau PAI SMA Kharisma
Bangsa yaitu Ibu Kharisma. Dalam wawancara tersebut peneliti ingin
mengetahui bagaimana guru menyampaikan nilai-nilai multikultural yang
terkandung dalam pembelajaran Agama atau PAI terhadap siswa SMA
Kharisma Bangsa yang notabene memiliki keragamanan baik dari segi
budaya (culture), agama sampai dengan suku bangsa. Dari wawancara
tersebut peneliti mendapatkan informasi bahwasanya memang bukan materi
mengenai multikultural langsung yang terkandung dalam pembelajaran
Agama atau PAI tetapi lebih kepada output sikap dari pembelajaran materi
tersebut. Selain itu Ibu Kharisma menuturkan bahwasanya penerapan nilai-
nilai multikultural dalam pembelajaran PAI sangatlah perlu. Karena
menurutnya masih banyak anak yang belum terbiasa dikenalkan dengan
90
perbedaan. Perbedaan yang sedikit mencolok di SMA Kharisma bangsa
adalah tentang perbedaan madzhab, dikarenakan banyak siswa yang berasal
dari Turki dan Negara Timut Tengah lainnya. Guru sebagai pendidik
haruslah mengerti dan memahami keberagaman yang ada itu sendiri,
khususnya dalam pembelajaran Agama Islam, pemahaman guru haruslah
mendalam sehingga dapat menjadikan siswa lebih mengerti banyak hal
mengenai perbedaan dan menjadi lebih terbuka dan dapat menerima
perbedaan yang ada .Selanjutnya Ibu Kharisma juga menjelaskan mengenai
metode yang biasa digunakan guru dalam pembelajaran PAI di SMA
Kharisma Bangsa sangatlah beragam. Hal ini bertujuan agar siswa lebih
tertarik dan bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran PAI.
Biasanya guru menggunakan metode ceramah untuk beberapa materi yang
memang lebih banyak membutuhkan penjelasan, terkadang juga
menggunakan metode sharing/diskusi kelompok, drama dan lain
sebagainya. Selain itu Ibu Kharisma menambahkan bahwasanya dalam
menyampaikan materi yang dijadikan rujukan dan referensi bukan hanya
buku wajib yang diberikan oleh pemerintah, tetapi juga banyak
menggunakan buku-buku lain sebagai sumber rujukan, baik buku nasional,
dan internasional, ataupun buku-buku mengenai Pendidikan Agama Islam
yang berbahasa Inggris, Arab atau buku-buku lainnya yang menunjang
pembelajaran. Hal tersebut menunjukah bahwa dalam prosesnya guru sudah
memberikan fasilitas bagi siswa dan mewadahi mereka untuk lebih
mengenal keberagaman dalam pembelajan PAI. Dalam hal ini Ibu Kharisma
sudah berusaha untuk bersifat adil dan memberikan penjelasan yang mudah
dipahami oleh siswa mengenai perbedaan yang ada di sekelilingnya,
khusunya dalam perbedaan madzhab dan agama.
H. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini tentunya masih terdapat banyak sekali berbagai
kelemahan dan kekurangan. Walaupun penulis sudah berusaha semaksimal
mungkin berusaha memberikan hasil penelitian ini dengan sebaik-baiknya.
91
Penulis menyadari bahwa keterbatasan penelitian ini diantaranya penulis
hanya menggunakan instrumen angket dan wawancara sebagai instrumen
pengumpulan data, walaupun sebenarnya tidak cukup hanya dengan
menggunakan kedua metode itu saja dan dikarenakan waktu yang penulis
miliki tidaklah banyak. selanjutnya pada penelitian ini peneliti tidak dapat
menggunakan random sampling, dikarenakan kebijakan yang diberikan oleh
pihak sekolah. Dan terakhir sebagai pribadi, penulis memiliki banyak sekali
keterbatasan kemampuan dalam melakukan penelitian, kurangnya
pemahaman dan pengetahuan penulis dalam pembuatan karya ilmiah, juga
sumber dan literatur yang masih sangat kurang.
92
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dan analisis terhadap penelitian tentang
Aktualisasi Nilai-nilai Multikultural dalam Pembelajaran PAI dalam
Kerangka Pengembangan Kebangsaan Terhadap Siswa di SMA Kharisma
Bangsa, terdapat beberapa temuan yang dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini menunjukan bahwa terdapat
pengaruh dengan nilai signifikan yang rendah antara penanaman nilai-
nilai multikultural terhadap pengembangan kebangsaan siswa di SMA
Kharisma Bangsa. Hal ini dibuktikan dengan diperolehnya nilai r hitung
sebesar 0,240, r tabel sebesar 0,235 dan termasuk kategori rendah (r
hitung pada rentang 0,20 – 0,39) dengan KD sebesar 5,7. Karena nilai r
hitung > r tabel dengan demikian Ha diterima dan Ho ditolak, dari
pemaparan hal tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan anatara penanaman nilai-nilai multikultural
dalam pembelajaran PAI terhadap pengembangan kebangsaan siswa di
SMA Kharisma Bangsa dengan kontribusi yang diberikan hanya
sebesar 5,7%.
2. SMA Kharisma Bangsa memiliki visi,misi, tujuan dan nilai-nilai yang
sangat menjunjung tinggi keberagaman (Kebhinekaan), Kharisma
Bangsa juga sangat menjunjung tinggi dan merangkul semua
perbedaan/keberagaman yang ada di lingkungan sekolah. Hal ini
terbukti dari prinsip yang diterapkan, dan kultur yang ada di sekolah
tersebut.
3. Metode penanaman nilai-nilai multikultural di SMA Kharisma Bangsa
menggunakan metode keteladanan dan pembiasaan yang sesuai dengan
visi, misi, dan nilai-nilai Kharisma Bangsa, yakni keberagaman, unggul,
tanggungjawab dan hormat.
93
4. Penanaman nilai-nilai multikultural dalam pembelajaran PAI terhadap
siswa di SMA Kharisma Bangsa meliputi sikap saling toleran, saling
menghormati, dapat menerima pendapat orang lain, saling bekerja
sama, tidak bermusushan, serta tidak adanya konflik yang disebabkan
oleh perbedaan budaya, suku, bahasa, adat istiadat, dan agama.
5. Bentuk dari penanaman nilai-nilai multikultural bukan dalam bentuk
materi mengenai multikultural yang ada di dalam buku ajar PAI, tetapi
lebih kepada output dari hasil atau proses pembelajaran PAI itu sendiri.
B. Implikasi
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh kesimpulan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara penanaman nilai-nilai multicultural dengan
pengembangan kebangsaan, dalam penelitian ini dapat diimplikasikan
bahwa perlunya upaya guru PAI untuk turut serta dalam mengenalkan
tentang nilai-nilai multikultural, agar siswa dapat lebih terbiasa dan dapat
menerima perbedaan yang ada khususnya mengenai perbedaan agama.
Selain itu guru juga harus memberikan contoh hidup untuk saling
menghargai di lingkungan sekolah, maupun di lingkungan bermasyarakat.
C. Saran
Besar harapan penulis agar penelitian ini dapat memberikan
sumbangan pemikiran yang kelak akan digunakan sebagai salah satu usaha
untuk mengembangkan dan meningkatkan mutu pendidikan. Untuk izinkan
peneliti untuk memberikan saran kepada beberapa pihak:
1. Untuk guru sebagai pendidik, dalam proses pembelajaran guru adalah
sebagai pengendali utama, untuk itu diharapkan guru dapat lebih tepat
dalam menentukan dan menerapkan metode yang dirasa cocok dan
sesuai dengan kebutuhan siswa agar pembelajaran PAI yang dilakukan
dapat membuat siswa lebih tertarik untuk mengikutinya. Guru juga
harus selalu memberikan contoh dan keteladanan dalam bersikap agar
dapat diikuti oleh siswanya. Selain itu guru harus memiliki pengetahuan
94
dan wawasan yang luas sehingga dapat mengembangkan materi dan
memperdalam pengetahuan siswa.
2. Untuk SMA Kharisma Bangsa, hendaknya sekolah sebagai fasilitator
yang menyediakan ruang belajar bagi siswa tidak hanya
mentransformasikan nilai-nilai multikultural dalam ranah level pribadi
siswa dan lingkungan sekolah saja, tetapi juga harus bisa sampai pada
level masyarakat.
3. Untuk siswa hendaknya bisa terus mengaplikasikan visi misi dan nilai-
nilai SMA Kharisma Bangsa, serta hidup rukun dan toleransi antar
sesama bukan hanya di lingkungan sekolah, tetapi juga di lingkungan
masyarakat.
95
DAFTAR PUSTAKA
Alam, Lukis. Aktualisasi Pendidikan Islam dalam Keluarga (Perspektif Al-Qur’an
Surat Luqman), Vol. 06 No. 02 Juli-Desember 2016.
Arikunto, Suharsismi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta:
PT. Rineka cipta, 2002), cet.XII.
Aulia, Vivi dan Moh. Yamin. Meretas Pendidikan Toleransi (Pluralisme dan
Multikulturalisme sebuah Keniscayaan Peradaban).
Azman, Nasionalisme dalam Islam, Jurnal Al-Daulah, Vol. 6, No. 2, Desember
2017.
Baidhawy, Zakiyuddin. Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural, (Jakarta :
Erlangga, 2005).
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: Syamil
Qur’an).
Diniarti, Embun Bening. Mengenal Masyarakat Multikultural dan
Karakteristiknya, https://blog.ruangguru.com/mengenal-masyarakat-
multikultural-dan-karakteristiknya , diakses pada Selasa, 21 Mei 2019.
Erwin, Muhamad. Pendidikan Kewargananegaraan Republik Indonesia, (Bandung
: Refika Aditma, 2013), Cet.Ke-3.
Hamalik, Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta, Bumi Aksara, 1999).
http://dosensosiologi.com/pengertian-multikultural-latar-belakang-ciri-dan-
bentuknya-lengkap/, diakses pada Selasa, 21 Mei 2019.
http://dosensosiologi.com/pengertian-multikultural-latar-belakang-ciri-dan-
bentuknya-lengkap/, diakses pada Selasa, 21 Mei 2019.
Isna, Mansur. Diskursus Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Global Pustaka Utama,
2001).
Juliardi, Budi. Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta :
PT. RajaGrafindo, 2017), cet. Ke-2.
Jurnal Al-ta’dib, Pendidikan Agama Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional
Indonesia, hlm. 101, diakses pada Selasa, 2 April 2019, pukul. 12.54.
96
Kartawisastra, Una. Strategi Klarifikasi Nilai, (Jakarta: P3G Depdikbud, 1980).
Lesrtariningsih, Wahyu Adya. Penanaman Nilai-nilai Multikultural dalam
Pembelajaran Sejarah di SMA Negeri 1 Rembang Tahun pelajaran
2017/218, Iindonesian Journal of History Education , 2018, diakses pada
17 Juli 2019.
Maarif, Syamsul. Islam dan Pendidikan Pluralisme; Menampilkan Wajah Islam
Toleran Melalui Kurikulum PAI Berbasis Kemajemukan, disampaikan
dalam Annual Confrence di Lembang Bandung, sumber
www.google.com/pluralisme-pendidikan, diakses tanggal 16 Februari
2019.
____________. Revitalisasi Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007).
Martono, Nanang. Metode Penelitian Kuantitati; Analisis Isi dan Analisis Data
Sekunder, (Jakarta; PT. Raja Grafindo, 2014).
Maslikhah, Quo Vadis : Pendidikan Multikultural Rekontruksi Sistem Pendidikan
Berbasis kebangsaan, (Salatiga: STAI Salatiga Press, 2007).
Muhaimin, dkk., Paradigma Pendidikan Agama Islam: Upaya Mengefektifkan
Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2012).
Muliadi, Erlan. Urgensi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis
Multikultural di Sekolah, Jurnal Pendidikan Islam, Vol 1, 2012.
Mudzar, Atho. Meretas Wawasan dan Praktis Kerukunan Umat Beragama di
Indonesia dalam Bingkai Masyarakat Multikultural, (Jakarta: Puslitbang
Kehidupan Beragama, 2005).
Nata, Abuddin. Paradigma Pendidikan Islam, (Jakarta: Grasindo, 2007), cet. I.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor. 55 Tahun2007 tentang
Pendidikan Agama dan Keagamaan.
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2012).
Sani, Ahmad Faiz Ibnu. NU Usul Sebut kafir ke Non Muslim Indonesia Dihapus,
Tempo Nasional, 2019.
Saubani, Andri. Said Aqil Jelaskan Perbedaan Kafir dan Non-Muslim, Khazanah
Republika, 2019.
97
Sudijono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2011), Cet. 23.
Sugiono, Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010).
Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2012), cet. 8.
Suparman, Heru. Multikultural dalam Perspektif Al-Qur’an, Jurnal Studi Al-
Qur’an dan Hadist, vol. 1, no. 2, 2017.
Suryana, Yaya. Pendidikan Multikultural Suatu Upaya Penguatan jati Diri
Bangsa (Bandung : Pustaka Setia).
Suryani dan Hendryadi, Metode Riset Kuantitatif; Teori dan Aplikasi pada
Penelitian Bidang Manajemen dan Ekonomi Islam, (Jakarta: Prenada
Media Group, 2015).
Syam, Mohammad Nur. Pendidikan Filasafat dan Dasar Filsafat Pendidikan
(Surabaya: Usaha Nasional, t.t)
Syeirazi, M. Kholid. Non Muslim Bukan Kafir, NU Online, 2019.
Thoha, M. Chatib. Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta : Pustaka
Pelajar, 2006), cet. 1.
Tim Penyusuk KBBI, Kamus Besar Bahasa Indoensia (KBBI, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2005).
Uhbiyati, Nur. Ilmu Pendidikan Islam (IPI), Bandung; CV Pustaka Setia, 1998).
W.J.S. Purwadaminta, Kamus Umum bahasa Indonesia (Jakarta; Balai Pustaka,
1999).
Winarno, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan :Panduan Kuliah di
Perguruan Tinggi, (Jakarta : Bumi Aksara, 2017).
Yusuf, Choirul Fuad. Pendidikan Agama Berwawasan Kerukunan, (Jakarta, PT.
Pena Citra Satria, 2008)
Angket ini diajukan kepada siswa SMA Kharisma bangsa untuk meneliti tentang
“Aktualisasi Nilai-Nilai Multikultural dalam Pembelajaran PAI dalam
Kerangka Pengembangan Kebangsaan di SMA Kharisma Bangsa”
Identitas Responden
Nama :
Kelas :
Umur :
Jenis Kelamin :
Petunjuk Pengisisan Angket:
1. Bacalah bismillah sebelum menjawab pertanyaan
2. Berilah tanda centang ( ) pada jawaban yang dianggap paling tepat dan
sesuai dengan kenyataan yang kalian ketahui
3. Pengisian angket ini tidak mempengaruhi nilai, maka dari itu diharapkan
siswa dapat mengisi dengan benar dan jujur.
4. Angket ini bertujuan untuk penelitian ilmiah, untuk memenuhi penelitian
skripsi.
5. Terimakasih atas partisipasinya dan selamat mengerjakan.
No
Pertanyaan
Alternatif jawaban
Selalu Sering Kadang-
kadang
Jarang Tidak
Pernah
1 Saya menjunjung tinggi
nilai-nilai keberagaman
sesuai nilai-nilai dasar
Kharisma Bangsa
2 Saya menghargai orang
yang berbeda budaya,
suku bangsa, etnik dan
agama.
3 Guru mengajarkan
tentang pentingnya hidup
bersama dalam
keberagaman
4 Guru tidak membedakan
murid yang satu dengan
yang lainnya karena
perbedaan budaya, suku
bangsa, etnik dan agama.
5 Semua murid
mendapatkan fasilitas,
materi, dan perhatian
yang sama dalam
pembelajaran
6 Guru menggunakan
bahasa Indonesia/Inggris
untuk memudahkan
siswa memahami dan
mengerti mengenai
materi ajar yang
disampaikan
7 Sekolah memfasilitasi
siswa dengan kegiatan
extrakurikuler yang
membuat siswa satu dan
lainnya semakin dekat
8 Guru membuat kelompok
belajar dalam setiap
pertemuannya untuk
mendekatkan siswa yang
berbeda budaya, suku
bangsa, etnik dan agama.
9 Kelompok belajar
membuat saya
menghargai dan toleran
terhadap siswa yang
berbeda budaya, suku
bangsa, etnik dan agama.
10 Guru menyampaikan
tentang materi
pembelajaran yang
berkaitan dengan
keberagaman
11 Pihak sekolah, guru dan
staf sekolah
membedakan siswa
berdasarkan budaya,
suku bangsa, etnik dan
agamanya.
12 Budaya sekolah
membiasakan saya untuk
memberikan senyum,
sapa, salam kepada
semua termasuk siswa
yang berbeda budaya,
suku bangsa, etnik dan
agamanya.
13 Saya menghargai nilai-
nlai keberagaman dengan
tidak memilih-milih
kawan.
14 Saya berkomunikasi
menggunakan bahasa
Indonesia/Inggris di
lingkungan sekolah
untuk memudahkan
siswa yang warga
sekolah lainnya megerti
apa yang saya
sampaikan.
15 Saya suka bertukar
pikiran dengan siswa
yang berbeda budaya,
suku bangsa, etnik dan
agama dengan saya
dalam kegiatan
pembelajaran.
16 Saya menghargai nilai-
nilai luhur pancasila
termasuk sila ketiga yaitu
persatuan Indonesia
17 Saya cenderung ingin
bersatu dengan orang
yang memiliki
persamaan nasib.
18 Saya cenderung ingin
berkumpul dengan
orang-orang yang
memiliki latar belakang
yang sama.
19 Saya tetap berusaha
memahami keberagaman
yang ada di sekeliling
saya
20 Saya menjadikan
kebhinekaan sebagai
dasar dalam menjalankan
kehidupan berbangsa dan
bernegara
21 Saya berusaha menjadi
warga negara yang baik
dengan menjunjung
tinggi nilai-nilai
pancasila dalam
kehidupan di lingkungan
sekolah.
22 Saya menjunjung tinggi
sopan dan santun sebagai
identitas kebangsaan
23 Saya dapat melihat
perbedaan yang
mencolok diantara siswa
yang berbeda budaya,
suku bangsa, etnik,
agama dan golongan
lainnya.
24 Saya mematuhi peraturan
dan larangan yang telah
dibuat oleh sekolah
sebagai bukti bahwa saya
warga negara yang baik.
25 Saya belajar dengan giat
tanpa membedakan
dengan siapa saya belajar
dan berkumpul.
26 Saya aktif bertanya dan
menjawab dalam
pembelajaran
27 Saya melaksanakan hak
dan kewajiban sebagai
seorang warga negara
yang baik dalam
kehidupan sehari-hari di
sekolah
28 Saya turut berpartisipasi
dalam kegiatan
peringatan hari besar
nasional sebagai bentuk
nasionalisme sebagai
warga negara
29 Setiap siswa berpegang
teguh pada nilai-nilai
dasar sekolah
(keberagaman, unggul,
tanggungjawab, respek)
sebagai pedoman dalam
kehidupan sehari-hari.
30 Saya merasa perbedaan
dan keberagaman
budaya, suku bangsa,
etnik dan agama semakin
menguatkan persatuan
dan kesatuan antar
sesama warga negara
Indonesia
Tabel Hasil perhitungan korelasi product moment
Responden X Y XY
1 69 59 4761 3481 4071
2 67 63 4489 2268 4221
3 60 53 3600 2809 3180
4 65 72 4225 5184 4680
5 67 62 4489 3844 4154
6 60 69 3600 4761 4140
7 45 62 2025 3844 2790
8 59 61 3481 3721 3599
9 51 55 2601 3925 2805
10 55 60 3025 3600 3300
11 57 66 3249 4356 3762
12 68 63 4624 3969 4284
13 60 62 3600 3844 3720
14 57 60 3249 3600 3420
15 67 66 4489 4356 4422
16 53 53 2809 2809 2809
17 58 72 3364 5184 4176
18 53 66 2809 4356 3498
19 54 48 2916 2304 2592
20 52 68 2704 4624 3536
21 56 58 3136 3364 3248
22 60 69 3600 4761 4140
23 58 45 3364 2025 2610
24 65 63 4225 3969 4095
25 69 60 4761 3600 4140
26 60 56 3600 3136 3360
27 65 63 4225 3969 4095
28 56 62 3136 3844 3472
29 62 63 3844 3969 3906
30 65 67 4225 4489 4355
31 69 68 4761 4624 4692
32 67 63 4489 3969 4221
33 60 60 3600 3600 3600
34 65 69 4225 4761 4485
35 67 61 4489 3721 4087
36 60 59 3600 3481 3540
37 45 66 2025 4356 2970
38 59 64 3481 4096 3776
39 51 60 2601 3600 3540
40 55 72 3025 5184 3960
41 57 73 3249 5329 4161
42 68 73 4624 5329 4964
43 60 54 3600 2916 3240
44 57 67 3249 4489 3819
45 67 69 4489 4761 4623
46 53 59 2809 3481 3127
47 58 42 3364 1764 2436
48 53 64 2809 4096 3392
49 54 46 2916 2116 2484
50 52 62 2704 3844 3224
51 56 57 3136 3249 3249
52 60 74 3600 5476 4440
53 58 67 3364 4489 3886
54 65 60 4225 3600 3900
55 69 57 4761 3249 3933
56 60 45 3600 2025 2700
57 65 61 4225 3721 3965
58 56 58 3136 3364 3248
59 62 47 3844 2209 2914
60 65 49 4225 2401 3185
61 69 53 4761 2809 3657
62 67 55 4489 3025 3685
63 60 57 3600 3249 3420
64 65 62 4225 3844 4030
65 67 61 4489 3721 4087
66 60 58 3600 3364 3480
67 45 66 2025 4356 2970
68 59 52 3481 2704 3068
69 51 60 2601 3600 3060
70 55 70 3025 4900 3850
∑ 4184 4266 252746 262837 255648
PEDOMAN OBSERVASI
No Aktivitas yang Dilakukan Keterangan
1 Masuk kelas tepat waktu Baik guru maupun siswa masuk kelas
tepat waktu. Siswa sudah berada di
dalam kelas 5 menit sebelum guru
masuk, dan guru masuk sebelum bel
berbunyi.
2 Membaca do’a terlebih dahulu
sebelum memulai kegiatan
pembelajaran
Guru mempersilahkan siswa untuk
membaca doa sesuai dengan
kepercayaan dan agama yang dianut
oleh masing-masing siswa.
3 Guru menyampaikan materi
dengan metode yang mudah
dipahami oleh siswa
Guru menggunakan metode yang
berbeda-beda dalam setiap
pertemuannya bergantung materi yang
akan disampaikan, selain itu guru juga
mengajar dengan metode yang
menyenanagkan sehingga sangat sulit
bagi siswa untuk memahami materi
yang diberikan dan siswa pun sering
mendapat nilai yang baik.
4 Guru membentuk kelompok
dalam kegiatan pembelajaran
Pada beberapa kesempatan guru
membuat kelompok belajar atau
kelompok untuk diskusi untuk
memudahkan siswa dalam berinteraksi
dan saling menanggapi satu sama lain.
5 Siswa dapat berinteraksi dan
berkomunikasi dengan teman
satu kelompoknya dengan baik
Siswa berinteraksi dan berkomunikasi
dengan baik di dalam kelas maupun di
dalam kelompok belajarnya. Siswa
aktif bertanya dan menawab pertanyaan
teman satu kelompoknya.
6 Siswa berperan aktif dalam
kegiatan pembelajaran di dalam
kelas
Siswa juga sudah aktif dalam
memberikan pendapat dan
mengemukan kritik dan saran dalam
proses pembelajaran di kelas.
7 Siswa dipersilahkan memberikan
pertanyaan dan menanggapi
pertanyaan sesuai dengan materi
yang telah diberikan
Guru selalu memberi kesempatan
kepada siswa untuk bertanya dan
menanggapi setiap pertanyaan.
8 Siswa dapat mengikuti kegiatan
pembelajarn dengan baik
Siswa sangat tertib dalam belajar dan
memberi tanggapan yang pertanyaan
pada saat guru memperssilahkan.
9 Siswa terlihat menerapkan prinsip
toleransi dan menghargai siswa
lainnya dalam proses
pembelajaran
Dalam proses pembelajaran PAI siswa
saling menghargai dan toleransi
walaupun bergabung dengan teman
yang memiliki latar belakang, budaya,
etnik, suku bangsa dan agama.
TRANSKRIP WAWANCARA DENGAN GURU PAI SMA
KHARISMA BANGSA
Nama Sekolah : SMA Kharisma Bangsa
Tanggal Penelitian : 06 September 2019
Nama Guru : Kharisma
1. Apa yang Ibu/Bapak ketahui tentang Pendidikan berbasis
multikultural?
Jawab :
Pendidikan multikultural adalah pendidikan berbasis
keberagaman. Dalam penerapannya guru harus bisa mengolah
keragaman tersebut dengan adil tanpa cenderung atau
memprioritaskan salah satu golongannya.
2. Apakah perlu wawasan multikultur diterapkan dalam
pembelajaran PAI?
Jawab :
Sangat perlu. Karena anak sekarang sangat jarang
dikenalkan dengan perbedaan dan keragaman. Di Kharisma
Bangsa sendiri, salah satu hal yang saya lakukan dalam
mengenalkan keberagaman adalah dengan mengenalkan
keberagaman madzhab yang ada, karena di sekolah ini tidak
hanya ada warga dari daerah dan budaya yang berbeda tetapi
juga dari agama, negara, dan kultur mereka yang berbeda-beda.
Sehingga siswa mengethui perbedaannya dan dapat menerima
keberagaman tersebut.
Guru sebagai pendidik haruslah mengerti dan memahami
keberagaman yang ada itu sendiri, khususnya dalam
pembelajaran Agama Islam. pemahaman guru yang mendalam
menjadikan siswa lebih mengerti banyak hal mengenai
perbedaan yang ada dan menjadi lebih terbuka dan dapat
menerima perbedaan yang ada.
Di Kharisma Bangsa sendiri bentuk perbedaan yang ada
lebih kepada kultur, untuk agama 90 % siswa di Kharisma
Bangsa beragama Islam.
3. Apakah terdapat materi khusus menganai multikultural dalam
mata pelajaran PAI di SMA Kharisma Bangsa?
Jawab :
Ya ada. Memang bukan materi khusus mengenai point
mulikultural itu sendiri, tetapi lebih kepada output sikap dari
pembelajaran materi tersebut, seperti akhak dan adab
bertetangga.
4. Apakah dengan adanya siswa dengan latar belakang budaya,
adat, serta agama yang beragam membuat guru kesulitan untuk
menentukan metode yang pas dalam pembelajaran di kelas?
Jawab :
Sebenarnya tidak ada kesulitan yang berarti dalam
menentukan metode yang pas. Saya sendiri sebagai guru PAI
tidak ingin lebih memberatkan siswa. Saya selalu berusaha
menciptakan suasana belajara yang menyenangkan dan mudah.
Mungkin yangsedikit menjadi kendala adalah, adanya siswa-
siswa asing yang belum begitu paham dan mengerti kultur kita
begitupun sebaliknya, membuat guru harus extra menjelaskan
mengenai perbedaan tersebut, juga masalah bahasa, tidak semua
siswa bisa berbicara bahasa Indonesia, sehingga saya sebagai
guru harus menterjemahkan dan menjelaskan dalam dua bahasa.
Namun itu bukan permasalahan yang berarti.
5. Metode apa yang biasa digunakan dalam menyampaikan materi
dalam pembelajaran PAI di kelas?
Jawab :
Saya tidak hanya terpaku pada satu metode dalam
pembelajaran di kelas, saya selalu menyesuaikan dengan materi
yang disampaikan. Tujuan saya menggunakan materi yang
beragam adalah agar siswa lebih semangat dan tertarik dengan
pembelajaran PAI. Biasanya saya menggunakan metode ceramah
untuk beberapa materi yang memang lebih banyak
membutuhkan penjelasan guru. Kadang juga saya menggunakan
metode sharing/diskusi kelompok, drama dan lain sebagainya.
6. Metode apa yang dirasa paling efektif untuk digunakan dalam
menanamkan nilai multikultural dalam pembelajaran PAI?
Jawab :
Sebenarnya setiap metode memiliki kelebihan dan
kekurangannya masing-masing. Apapun metode yang digunakan
baik ceramah, diskusi kelompok, bermain peran dan metode
lainnya sebenarnya sama saja, yang terpenting tetap
menyesuaikan dengan materi yang akan disampaikannya.
7. Apakah terdapat kendala selama pembelajaran PAI di kelas?
Jawab :
Tidak ada kendala yang berarti selama pembelajaran PAI.
Selama ini siswa cukup antusias mengikuti pembelajaran PAI,
karena basic sekolah ini adalah sains, sehingga saya sendiri tidak
ingin memberikan beban yang lebih berat kepada siswa pada
mata pelaaran PAI sehingga saya berusaha menciptakan suasana
yang menyenangkan.
Selain itu mungkin waktu jam pelajaran yang terbilang
singkat, yakni hanya 2 jam pelajaran di setiap minggunya
membuat saya harus berpikir lebih bagaiamna caranya materi
tetap dapat tersampaikan dan dipahami oleh siswa walaupun
dalam waktu yang cukup sempit.
8. Bagaimana cara guru menyampaikan materi yang berkaitan
dengan akidah atau peribadatan yang berbeda dengan agama
lain?
Jawab :
Siswa di Kharisma Bangsa tidak semuanya muslim, begitu
juga dengan budayanya, tidak semua berasal dari daerah dan
dengan kultur yang sama. Di dalam kelas pada saat
menyampaikan tentang perbedaan khususnya tentang perbedaan
agama dan peribadatan, guru haruslah enggunakan bahasa yang
halus dan tidak menimbulkan prasangka dan tidak menyinggung
orang yang berbeda agama atau akidahnya dengan kita.
Di Kharisma Bangsa sendiri terdapat guru khusus yang
mengajar agama selain Islam, jadi pada saat guru PAI masuk dan
mengaar, siswa yang non muslim akan belajar dengan guru yang
satu agama dengannya, namun saat guru sedang berhalangan
saya sebagai guru tidak pernah membatasi ataupun melarang
siswa yang berbeda keyakinan tersebut untuk bergabung dan
mengikuti pembelajaran saya.
9. Apakah dalam upaya penanaman nilai multikultural guru
menggunakan pendekatan hisrtoris, kultural dan perspektif
gender dalam pembelajaran PAI?
Jawab :
Tentu saja. Saya sebagai guru berusaha untuk dapat
menjelaskan materi dengan baik, dan mudah dipahami oleh
siswa. Oleh karena itu saya menggunakan pendekatan historis,
kultural, dan perspektif gender dalam pembelajaran PAI ini.
10. Dalam kegiatan pembelajaran seorang guru tidak hanya selalu
terpaku pada buku teks saja, dalam hal ini apa yang guru
manfaatkan untuk menunjang proses pembelajaran tersebut?
Jawab :
Tentunya dalam melakukan kegiatan belajar mengajar di
kelas saya tetap berpegang pada kurikulum 2013 dan buku teks
yang dibagikan oleh pemerintah. namun untuk sumber
tambahan, saya tidak hanya menggunakan buku itu saja, saya
juga banyak menggunakan buku-buku lain sebagai sumber
rujukan, baik buku nasional, dan internasional, ataupun buku-
buku mengenai Pendidikan Agama Islam yang berbahasa
Inggris, Arab atau buku-buku lainnya.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Chika Chyntia, lahir di Sukabumi, 19 Juli 1997 adalah
anak pertama dari 2 bersaudara dari pasangan bapak Dedi
Setiadi dan Ibu Imas Masitoh. Alamat keluarga tepatnya
di Jl. Pabuaran, Kp. Puncaktugu. Desa Pabuaran,
Kecamatan Pabuaran, No. 51, Rt. 02 Rw. 02. Kabupaten
Sukabumi. Pendidikan pertama Sekolah dasar di SD
Negeri Pabuaran, lulus tahun 2009, dilanjutkan ke
Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 6 Kota
Sukabumi, lulus tahun 2012, dilanjutkan ke Sekolah Menengah Atas di MAN 1
Kota Sukabumi lulus tahun 2015. Kemudian melanjutkan studi Strata 1 di daerah
Tangerang Selatan, provinsi Banten yaitu Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan
Agama Islam. Selain Pengurus Organisasi Instra Asrama UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta (OSIA ASPI), Organisasi Mahassantri Ma’had sebagai ketua bidang
KOMINFO, Public Speaking Tarbiyah Community sebagai Bendahara, sebagai
Sekretaris acara Rapat Koordinasi Pimpinan Nasional SEMA UIN Jakarta,
Sekretaris Primordial RIMASI (Riungan Mahasiswa Sukabumi) Jakarta 2017,
Satuan Tugas Gerakan Anti Narkoba UIN Jakarta sebagai sekretaris jendral, dan
beberapa organisasi lainnya.