Upload
buihanh
View
235
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
AKUNTABILITAS PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN ALOKASI
DANA NAGARI DALAM PROSES PEMBANGUNAN DI NAGARI SULIT
AIR KECAMATAN X KOTO DIATAS KABUPATEN SOLOK
TAHUN 2016
OLEH:
LENI AGUS RIYANTI
1311021006
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
POLITEKNIK NEGERI PADANG
PADANG
2017
AKUNTABILITAS PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN ALOKASI
DANA NAGARI DALAM PROSES PEMBANGUNAN DI NAGARI SULIT
AIR KECAMATAN X KOTO DIATAS KABUPATEN SOLOK
TAHUN 2016
OLEH:
LENI AGUS RIYANTI
1311021006
TUGAS AKHIR
Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Terapan
pada program studi DIV
Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Padang
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
POLITEKNIK NEGERI PADANG
PADANG
2017
HALAMAN PENGESAHAN
Saya menyatakan bahwa Tugas Akhir berjudul “Akuntabilitas Pengelolaan dan Pemanfaatan
Alokasi Dana Desa dalam Proses Pembangunan Di Nagari Sulit Air Kecamatan X Koto Diatas
Kabupaten Solok Tahun 2016.” telah melalui proses bimbingan yang layak, dan menurut
pendapat saya telah memenuhi syarat untuk diajukan guna mendapatkan gelar Sarjana Terapan
(S. Tr).
Pembimbing I
Irda Rosita, SE., MEcSt., Ak
Nip. 19800422 200501 2 003
Saya menyatakan bahwa Tugas Akhir berjudul “Akuntabilitas Pengelolaan dan Pemanfaatan
Alokasi Dana Desa dalam Proses Pembangunan Di Nagari Sulit Air Kecamatan X Koto Diatas
Kabupaten Solok Tahun 2016.” telah ditulis menurut standar penulisan karya ilmiah dan menurut
pendapat saya telah memenuhi syarat untuk diajukan guna mendapatkan gelar Sarjana Terapan
(S. Tr).
Pembimbing II
Sukartini, SE., M. Kom., Ak
Nip. 19730225 200112 2 001
Tugas akhir ini diajukan kepada jurusan Akuntansi dan telah memenuhi salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar Sarjana Terapan (S.Tr)
Ketua Jurusan
Sukartini, SE., M. Kom., Ak
Nip. 19730225 200112 2 001
BERITA ACARA SIDANG TUGAS AKHIR
Tugas Akhir berjudul “Akuntabilitas Pengelolaan dan Pemanfaatan Alokasi Dana Desa dalam
Proses Pembangunan di Nagari Sulit Air Kecamatan X Koto Diatas Kabupaten Solok Tahun
2016.” telah dipertanggungjawabkan/disidangkan di depan tim penguji dan dinyatakan LULUS
pada hari Senin tanggal 09 Oktober 2017.
Ketua Tim Penguji Sekretaris
…………………….......... ……………………………
Wiwik Andriani, SE., M.Si., Ak Irda Rosita, SE., MEcSt., Ak
Nip. 19770409 200003 2 003 Nip. 19800422 200501 2 003
Anggota 1 Anggota 2
……………………………. ……………………………..
Desi Handayani, SE., M.Ak., Ak Murdiana, SE., M.Sc
Nip. 19811204 201504 2 001 Nip.-
POLITEKNIK NEGERI PADANG
PERNYATAAN TENTANG HAK CIPTA DAN
PENGGUNAAN TUGAS AKHIR
Hak Cipta © 2017 Leni Agus Riyanti
AKUNTABILITAS PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN ALOKASI
DANA NAGARI DALAM PROSES PEMBANGUNAN DI NAGARI SULIT
AIR KECAMATAN X KOTO DIATAS KABUPATEN SOLOK
TAHUN 2016
Tidak diperkenankan untuk memproduksi sebagian atau seluruh isi tugas akhir ini dalam bentuk
apapun tanpa izin tertulis dari pemegang hak cipta. Penggunaan tugas akhir ini diatur sebagai
berikut :
1. Pengutipan oleh penulis lain dalam tulisannya harus mencantumkan tugas akhir ini
sebagai referensi.
2. Perpustakaan Politeknik Negeri Padang dan Ruang Referensi Jurusan Akuntansi
Politeknik Negeri Padang mempunyai hak untuk menyimpan salinan tugas akhir ini baik
dalam bentuk hard copy maupun soft copy.
3. Jika diperlukan, Perpustakaan Politeknik Negeri Padang dan Ruang Referensi jurusan
Akuntansi Politeknik Negeri Padang mempunyai hak untuk memperbanyak tugas akhir
ini demi kepentingan akademis.
Padang, Oktober 2017
Dinyatakan oleh
.................................
Leni Agus Riyanti
HALAMAN DEDIKASI
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang
Segala puji serta syukur kepada Allah SWT Yang telah melimpahkan segala nikmat kepada hamba-hambanya,
nikmat yang tidak dapat dihitung oleh siapapun, andaikan laut dijadika tinta,dan segala ranting dijadikan pena, serta
daun dijadikan kertas, maka tak akan bisa menuliskan banyaknya nikmat Allah SWT yang telah dinikmati “maka
nikmat Tuhan mu yang manakah yang engkau dustakan” (Qs. Ar-Rahman: 16)
Ya Allah.... Ya Rahman
Kuatkanlah iman ini karena hanya Engkaulah Yang Maha membolak balikkan hati hamba-hambaMu, bimbinglah
hamba agar tetap istiqomah berada dijalanMu,
Ya Rabb.... izinkanlah hamba menjadi hamba Mu yang selalu mensyukuri
nikmat Mu, jangan biarkan hamba kufur terhadap apa yang engkau berikan ini
Ya Allah
...... sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan Maka apabila kamu telah selesai dari suatu urusan,
Kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain,
Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.
(Qs. Al Insyiroh 6-8)
“ yang penting adalah ilmunya
Nilai itu tidak menentukan kesuksesan hidup kita
Nilai itu hanya penilaian subjektif dari orang lain
Tiap orang mempunyai rezeki masing-masing
Semakin kita merendahkan orang lain, kita tidak akan bisa sukses
Orang sukses itu bersyukur dan menghargai orang lain
Alhamdullah Ya Allah ,...
Syukur yang teramat dalam aku persembahkan untuk Mu dan Shalawat bagi
Rasul
Atas izin dan rahmat Mu telah aku lalui liku dan rintangan yang menghadang
Telah aku lewati satu langkah perjuangan ku
Demi satu asa yang ku rindu
Demi satu cinta yang aku damba
Sebuah karya kecil telah aku rangkai Menjadi jalinan kata yang bermakna Insya Allah
Kupersembahkan karya kecil ini untukmu,,,,,
AYAHANDA, IBUNDA, DAN ADINDA
Ayah Agustar, Amak Rasnita, adik-adikku Febri Rismanto, Fauzia Gusrita, dan
Ziratul Aulia
AYAH DAN AMAK
Terima kasih
Semua cinta, kasih sayang, perhatian, nasehat serta doa yang tidak pernah putus Mengiringi diri Elen,
menerangi gelap Elen dan penuntun jalan Elen, Karenamu setitik ilmu telah Elen kecap, sebagai bekal
kehidupan Elen Sesungguhnya jasa dan pengorbananmu tidak dapat Elen balas dengan apapun Elen mohon doanya
juga Ayah dan Amak, semoga Elen cepat dapat pekerjaan, sehingga dapat membantu keluarga kita, semoga
Elen bisa menjadi anak yang selalu Ayah dan Amak banggakan.
Semoga Allah membalas dengan sebaik-baik balasan untuk Ayah dan Amak
Aamiin
ADIK-ADIKKU TERCINTA
Adik-adikku Febri Rismanto, Fauzia Gusrita, dan Ziratul Aulia. Dengan penuh semangat yang membara setiap
saat selalu memberikan semangat dalam proses pengerjaan tugas akhir ini dan Alhamdulillah dengan izin-Nya
Elen bisa menyelesaikan pendidikan dibangku perkuliahan. Elen akan berusaha menjadi anak yang dapat
membahagiakan keluarga kita.
DOSEN PEMBIMBING
Terima kasih untuk kedua pembimbing
Ibu Irda Rosita, SE, MEcSt, Ak
Terima kasih atas semua bimbingan, nasehat, masukan dan semangat yang ibu
berikan, sehingga Elen dapat wisuda tepat pada waktunya. Elen salut sama ibuk, senang sekali rasanya
mendapatkan pembimbing TA dengan ibu, sama halnya saat belajar dulu, Elen semangat karena ibu juga
semangat. Elen doakan semoga ibu sehat selalu dan selalu diberkahi oleh Allah SWT, Aamiin
Ibu Sukartini, SE, M.Kom, Ak
Terima kasih atas semua bimbingan dan nasehat yang ibu berikan, sehingga Elen dapat menyelesaikan TA
dengan baik buk. Elen doakan ibuk sehat selalu dan diberkahi oleh Allah SWT, Aamiin
Bapak Hidayatul Ihsan, SE., M.Sc., Ph.D., Ak
Teruntuk bapak Ul, pembimbing akademik 4 DIV Akuntansi, dengan sangat bangga Elen mengucapkan terima
kasih berkat engkau dan berkat semangatmu lah Elen dan teman-teman seperjuangan DIV Akuntansi 2013 dapat
mewujudkan impian yang engkau inginkan dengan LULUS bersama-sama dan memakai toga bersama-sama.
SAHABAT KEPOMPONG
D.S.M.A.R.R.L.Y
Sahabatku Lani teman sepertiduran dan teman paling mengerti keaadaanku, makasi ya udah dengarin keluh
kesah elen selama ini, dan Any semangat ya nyelesein TA nya. Sahabatku ade yang selalu nyinyir soal ini dan
itu, semangat ya udah jadi Ustadzah. Sahabatku Sri, reda, roza, dewi, dan yulia makasih ya atas support yang
kalian berikan ke Elen. I love you best friend
Widya Handika
Terima kasih atas motivasi dan semangat yang telah Kakak berikan sehingga
TA Elen selesai pada waktunya, semangat kerjanya kakak cantik..
Elisa Putri Syarno
Terima kasih atas motivasi dan semangat yang telah uti berikan, semangat kerjanya bu bidan, semoga bisa
menjadi bidan yang profesional, besok lw untuk kita2,,, free aja bu bidan ,, hahaha
Semua nama DSMARRLY, Widya, Putri yang udah menjadi keluarga bagi Elen, thank you so much ..,,,
SPECIAL FOR WLARR
Terima kasih Elen ucapkan kepada Sri Wulandari, S. Tr, Aniati, S. Tr, Resa Anggraini, S. Tr, dan Ririn
Rahmanda Febria yang insyaAllah akan menyusul mendapatkan gelar S. Tr, Elen selalu mendo’akan yang terbaik
untuk Ririn. Alhamdulillah akhirnya pencapaian kita untuk dapat menyelesaikan perkuliahan selama empat tahun
ini dapat kita wujudkan bersama-sama. Mulai dari masuk kuliah secara bersamaan hingga pada akhirnya kita
duduk bersama juga, dimana sebuah toga yang kita impikan dapat dipasangkan dikepala kita secara bersamaan.
Ririn tetap semangat jangan pernah menyerah karena dibalik usaha yang telah kita capai akan ada hasil yang luar
biasa. Believe it!
Tanpamu teman, aku tak pernah berarti, tanpamu teman aku bukan siapa- siapa yang takkan menjadi apa-apa. Suka
cita selama empat tahun ini kita lalui bersama. Semoga keadaan ini tetap terjalin utuh dalam silaturrahmi sampai kita
tua nanti. True friend not only accept who you are, but also help you become who you should be.
MY FRIEND DIV AKUNTANSI
Sobat BP 006 Furqan Army terima kasih sudah banyak membantu selama proses belajar, akhirnya kita bisa lulus
bareng dan wisuda bareng. Atika, Tika, Olin, Lanny, Ica, Mila, Dizti, Yela, Nia, Agus, Amel, Pera, Febri, Aldi,
Ramdan, Monic. Teman seperjuangan yang selalu mau untuk direpotkan dalam hal perkuliahan, tempat bertanya
jika mendapatkan kendala dan juga tempat berbagi dalam hal apapun. Ririn dan Nelha, tetap semangat jangan
pernah menyerah karena dibalik usaha yang telah kita capai akan ada hasil yang luar biasa. Believe it!
Akhir kata,,,,
Terima kasih untuk semua atas pengorbananya,
Tak bisa diungkapkan perasaan ini melalui pesan yang singkat ini,
Satu kalimat” tanpa kalian yang dya lakukan sama sekali tiada arti”
Kepada Allah dya mohon ampun
Kepada manusia dya mohon maaf
Tak gading yang takkan retak, Tak ada manusia yang khilaf dan salah
Salam Manis,
Leni Agus Riyanti
Leni Agus Riyanti No. Alumni
17110206
BIODATA a). Tempat/Tanggal Lahir: Palembang, 20 Oktober 1994 b). Nama Orang
Tua: Agustar dan Rasnita c). Jurusan Akuntansi d). Program Studi: DIV
Akuntansi e) No. BP: 1311021006 f). Tanggal Lulus: 09 Oktober 2017 g).
Predikat Lulus: Sangat Memuaskan h). IPK: i). Lama Studi: 4 tahun 0
bulan j). Alamat Orang Tua: Jalan Padang Panjang Jorong Talago Laweh
Nagari Sulit Air Kec. X Koto Diatas, Kab. Solok, Sumatera Barat
AKUNTABILITAS PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN ALOKASI DANA NAGARI
DALAM PROSES PEMBANGUNAN DI NAGARI SULIT AIR KECAMATAN X KOTO
DIATAS KABUPATEN SOLOK TAHUN 2016
Tugas Akhir Oleh: Leni Agus Riyanti
Pembimbing 1. Irda Rosita, SE., MEcSt., Ak 2. Sukartini, SE., M.Kom., Ak
ABSTRAK
Penelitian ini fokus terhadap bentuk dan sistem akuntabilitas pengelolaan dan pemanfaatan Alokasi Dana
Nagari (ADN) di Nagari Sulit Air pada Tahun 2016. Akuntabilitas disebut sebagai pertanggungjawaban,
menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab
pemerintah kepada publik. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ketiga tahap yaitu perencanaan,
pelaksanaan, dan pertanggungjawaban pengelolaan alokasi dana nagari di Nagari Sulit Air. Penelitian ini
didukung dengan adanya pengawasan teknis, operasional dan evaluasi yang dilakukan Badan Musyawarah
Nagari guna membuktikan adanya penerapan akuntabilitas dan transparan dalam pengelolaan alokasi dana
desa di Nagari Sulit Air. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi terbuka dan wawancara.
Sebagai informan penelitian ini ada 7 responden yaitu Wali Nagari, Sekretaris Nagari, Bendahara Nagari,
Kasi Pembangunan, Kepala jorong, ketua LPMN, dan Ketua BMN. Penelitian ini adalah penelitian analisa
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tahap perencanaan,
pelaksanaan dan pertanggungjawaban pengelolaan alokasi dana nagari sudah menerapkan prinsip akuntabel
dengan indikator partisipatif, transparan dan responsif sesuai dengan pedoman yang berlaku.
Kata Kunci : Alokasi Dana Desa, Akuntabilitas, Transparansi
Tugas akhir ini telah dipertahankan di depan sidang penguji dan dinyatakan lulus pada tanggal 09 Oktober
2017. Abstrak telah disetujui oleh penguji.
Tanda Tangan
Nama Terang Wiwik Andriani,
SE., M.Si., Ak
Irda Rosita,
SE., MEcSt., Ak
Desi Handayani,
SE., M.Ak., Ak
Murdiana, SE.,
M.Sc
Mengetahui:
Ketua Jurusan Sukartini, SE., M.Kom., Ak
Nip. 19730225 200112 2 001 Tanda Tangan
Alumnus telah mendaftar:
Petugas
Nomor Alumnus:
Nama: Tanda Tangan
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya
Peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Akuntabilitas Pengelolaan dan Pemanfaatan
Alokasi Dana Desa dalam Proses Pembangunan Di Nagari Sulit Air Kecamatan X Koto Diatas
Kabupaten Solok Tahun 2016.” Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Terapan pada Jurusan Akuntansi di Politeknik Negeri Padang. Ucapan terimakasih
Peneliti tujukan kepada:
1. Kedua orang tua dan keluarga besar yang telah memberikan dukungan baik moril
maupun materil.
2. Bapak Aidil Zamri, ST, MT selaku Direktur Politeknik Negeri Padang.
3. Ibu Sukartini, SE, M.Kom, Ak selaku Ketua Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri
Padang.
4. Ibu Irda Rosita, SE, MEcSt, Ak selaku Pembimbing I dan Ibu Sukartini, SE, M.Kom,
Ak selaku pembimbing II Penulis yang telah bersabar membantu dan membimbing
Penulis dalam pembuatan skripsi.
5. Dosen Pembimbing Akademik (PA) selama menjalani proses perkuliahan dan seluruh
Dosen Pengajar di Jurusan Akuntansi.
6. Bapak/Ibu narasumber dari pihak Nagari Sulit Air yang telah berkontribusi dan
memudahkan Penulis dalam proses wawancara, observasi dan review dokumen dalam
proses penyelesaian penelitian Penulis.
7. Teman-teman serta adik-adik kelas yang telah membantu Penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan pada skripsi ini karena
keterbatasan waktu dan ilmu pengetahuan yang Penulis miliki. Penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun sehingga dapat menjadi perbaikan kedepannya. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat dan dapat menambah perbendaharaan dalam bidang ilmu akuntansi khususnya. Akhir
kata Penulis ucapkan terimakasih.
Padang, September 2017
Leni Agus Riyanti
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN
BERITA ACARA SIDANG TUGAS AKHIR
PERNYATAAN TENTANG HAK CIPTA
HALAMAN DEDIKASI DAN UCAPAN TERIMAKASIH
ABSTRAK
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL .......................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH ...................................................................... 1
1.2 RUMUSAN MASALAH ...................................................................................... 6
1.3 TUJUAN PENELITIAN ....................................................................................... 6
1.4 MANFAAT PENELITIAN ................................................................................... 6
1.5 SISTEMATIKA PENULISAN ............................................................................. 7
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................................ 8
2.1 TEORI KEAGENAN (AGENCY THEORY) ......................................................... 8
2.2 AKUNTABILITAS ............................................................................................... 9
2.2.1 Konsep Akuntabilitas .................................................................................... 9
2.2.2 Akuntabilitas Publik .................................................................................... 10
2.2.3 Indikator Akuntabilitas ................................................................................ 11
2.3 DANA DESA ...................................................................................................... 12
2.3.1 Pengertian Dana Desa.................................................................................. 12
2.3.2 Alokasi Dana Desa ...................................................................................... 12
2.3.3 Pos Pembiayaan Alokasi Dana Desa ........................................................... 14
2.3.4 Perencanaan Pengelolaan Alokasi Dana Desa ............................................ 14
2.3.5 Pelaksanaan Pengelolaan Alokasi Dana Desa ............................................. 17
2.3.6 Pengawasan dan Evaluasi Pengelolaan Dana Desa ..................................... 20
2.4 DESA .................................................................................................................. 21
2.4.1 Definisi Desa ............................................................................................... 21
2.4.2 Peran Pemerintah Desa dan Kendala sebagai Tim Pelaksana ..................... 22
2.5 PENELITIAN TERDAHULU ............................................................................ 23
2.6 KERANGKA PEMIKIRAN ............................................................................... 31
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................................. 36
3.1 JENIS PENELITIAN .......................................................................................... 36
3.2 INFORMAN PENULIS ...................................................................................... 36
3.3 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN ............................................................ 37
3.4 TEKNIK PENGUMPULAN DATA ................................................................... 37
3.5 TAHAP PELAKSANAAN PENELITIAN ......................................................... 40
3.6 TEKNIK ANALISIS DATA .............................................................................. 41
BAB IV PEMBAHASAN ............................................................................................ 43
4.1 DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN ............................................................ 43
4.2 PRAKTIK PENGELOLAAN DANA NAGARI DI NAGARI SULIT AIR ...... 47
4.2.1 Tahap Perencanaan Dana ................................................................................. 48
4.2.1.1 Kegiatan Penyusunan APB Nagari ........................................................... 48
4.2.1.2 Kegiatan Penyusunan RAB ...................................................................... 53
4.2.2 Tahap Pelaksanaan ........................................................................................... 54
4.2.2.1 Penyaluran Dana Nagari ........................................................................... 55
4.2.2.2 Pengambilan Dana Nagari ........................................................................ 55
4.2.2.3 Penggunaan Dana Nagari ......................................................................... 56
4.2.3 Tahap Pertanggungjawaban ............................................................................. 58
4.2.3.1 Proses Pembukuan Dana Nagari .............................................................. 59
4.2.3.2 Pengawasan dan Evaluasi Dana Nagari ................................................... 60
4.2.3.3 Pelaporan Dana Nagari ............................................................................. 62
4.3 ANALISIS PENGELOLAAN DANA NAGARI DI NAGARI SULIT AIR ..... 63
4.3.1 Tahap Perencanaan Dana ................................................................................. 65
4.3.2 Tahap Pelaksanaan Dana .................................................................................. 69
4.3.3 Tahap Pertanggungjawaban Dana .................................................................... 73
4.3.3.1 Proses Pembukuan Dana Nagari .............................................................. 73
4.3.3.2 Pengawasan dan Evaluasi Dana Nagari ................................................... 73
4.3.3.3 Pelaporan Dana Nagari ............................................................................. 74
BAB V PENUTUP........................................................................................................ 77
5.1 KESIMPULAN ....................................................................................................... 77
5.2 KETERBATASAN PENELITIAN ......................................................................... 79
5.3 SARAN ................................................................................................................. 79
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Pembagian Dana Nagari .................................................................................. 5
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian-Penelitian Terdahulu ................................................... 28
Tabel 4.1 Luas Nagari Sulit Air Perjorong .................................................................... 44
Tabel 4.2 Tingkat Pendidikan Di Nagari Sulit Air ........................................................ 45
Tabel 4.3 Daftar Hadir Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nagari Sulit Air ...... 66
Tabel 4.4 Rincian Penggunaan Alokasi Dana Nagari Tahun 2016 ............................... 72
Tabel 4.5 Akuntabilitas Pengelolaan Alokasi Dana Nagari ........................................... 75
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Struktur Pemerintahan Nagari Sulit Air Tahun 2016................................. 47
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Transkip Wawancara Wali Nagari
Lampiran 2: Transkip Wawancara Sekretaris Nagari
Lampiran 3: Transkip Wawancara Bendahara Nagari
Lampiran 4: Transkip Wawancara Kasi Pembangunan
Lampiran 5: Transkip Wawancara Kepala Jorong
Lampiran 6: Transkip Wawancara LPMN
Lampiran 7: Transkip Wawancara BMN
Lampiran 8: Foto Musrengbangdes
Lampiran 9: Pearaturan Bupati No 14 Tahun 2016 Tentang Petunjuk Pelaksanaan dan
Pedoman Teknis
Lampiran 10: Pearaturan Bupati No 5 Tahun 2016 Tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Pedoman
Teknis
Lampiran 11: Permendagri No 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa
Lampiran 12: Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.
Lampiran 13: Rencana Kerja Pembangunan Nagari (RKP Nagari)
Lampiran 14: Peraturan Nagari Sulit Air Tahun 2016
Lampiran 15: Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.
Lampiran 16: Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang
pemerintahan daerah.
Lampiran 17: Rincian Anggaran Biaya (RAB)
Lampiran 18: Rincian Penggunaan Dana (RPD)
Lampiran 19: Laporan Realisasi Anggaran
Lampiran 20: Laporan Pertanggung jawaban Bendahara dan Buku Kas Umum Tahun 2016
Lampiran 21: Laporan Keterangan Pertanggungjawaban
Lampiran 22: Foto Jalan
Lampiran 23: Foto papan informasi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG MASALAH
Desa merupakan sistem pemerintahan terkecil di Indonesia, karena langsung berhadapan dengan
masyarakat sesuai dengan kepentingan dan kebutuhan serta peranannya masing-masing. Tanpa
desa yang maju tidak ada kecamatan yang maju, tanpa kecamatan yang maju tidak ada kabupaten
maju, tanpa kabupaten yang maju tidak ada provinsi yang maju dan tanpa provinsi yang maju
maka tidak ada negara yang maju. Ini berarti Desa merupakan ujung tombak dari sebuah
pemerintahan.
Desa tentunya memiliki peranan yang penting, khususnya dalam pelaksanaan tugas di
bidang pelayanan publik. Maka dari itulah telah diberlakukan Undang-undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah dimana dalam hal ini pemerintahan daerah melakukan
otonomi daerah yang merupakan hak, wewenang, dan kewajiban untuk mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat untuk mencapai kesejahteraan yang
diinginkan. Untuk mencapai hal tersebutlah dilakukan perubahan secara desentralisasi dalam
otonomi daerah yang bertujuan untuk menciptakan good governance dalam sebuah
pemerintahan.
Selanjutnya desentralisasi menurut Noordiawan (2007) menyatakan bahwa desentralisasi
merupakan penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia
dan menurut Mardiasmo (2002) menyatakan, secara teoritis desentralisasi diharapkan akan
menghasilkan dua manfaat nyata, yaitu: pertama mendorong peningkatan partisipasi, prakarsa
dan kreatifitas masyarakat dalam pembangunan, serta mendorong pemerataan hasil-hasil
pembangunan (keadilan) di seluruh daerah dengan memanfaatkan sumberdaya dan potensi yang
tersedia di masyarakat- masyarakat daerah; kedua: memperbaiki alokasi sumberdaya produktif
melalui pergeseran peran pengambilan keputusan publik ke tingkat pemerintahan yang paling
rendah yang memiliki informasi yang paling lengkap, sedangkan tingkat pemerintahan yang
paling rendah adalah desa. Oleh karena itu otonomi desa benar-benar merupakan kebutuhan yang
harus diwujudkan dalam sebuah pemerintahan.
Implementasi dari otonomi daerah tersebut tentunya bertujuan agar pemerintahan desa
dapat melakukan pembangunan desa sesuai dengan kewenangan desa yang telah diberikan maka
dari itu tentunya akan membutuhkan pembiayaan atau sumber-sumber penerimaan desa. Sumber
penerimaan desa tersebut telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa, salah satu sumber pendapatan desa yang telah diatur dalam Undang- Undang Desa adalah
Alokasi Dana Desa, Dana Desa bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
(APBDes) namun Banyak kasus mengenai penyelewengan atau pelanggaran mengenai pelaporan
keuangan dana desa salah satunya adalah kasus di Kelapa Sebatang, Labuhan Utara, Sumatra
Utara. Kepala Desa Kelapa Sebatang, Labuhanbatu Utara, Sumatra Utara (Sumut), Zainuddin
dituntut tujuh tahun penjara terkait kasus dugaan korupsi Alokasi Dana Desa (ADD) tahun
anggaran 2010-2012 (republika.co.id;2015). Dikarenakan hal tersebutnya penyelenggaraan
pemerintahan desa membutuhkan suatu akuntabilitas atau pertanggungjawaban pengelolaan
APBDes.
Akuntabilitas atau pertanggungjawaban pengelolaan atas APBDes yang baik tentunya
mempunyai peran yang strategis dalam membantu pemerintah daerah dalam proses
penyelenggaraan pemerintahan. Semua itu dilakukan sebagai langkah wujud nyata pemerintah
daerah dalam mendukung pelaksanaan otonomi daerah di wilayahnya.
Salah satunya adalah Sumatera Barat yang melakukan otonomi daerah berdasarkan prinsip-
prinsip otonomi daerah, hal tersebut dibuktikan dengan cara berusaha mengoptimalkan potensi
desa demi terselenggaranya pemerintahan yang bersih. Dalam hal ini, peneliti melakukan
penelitian di Kecamatan X Koto Diatas yang merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten
Solok. Kecamatan ini masih banyak membutuhkan sarana dan prasarana fisik dalam menunjang
kesejahteraan masyarakat desa dan untuk melaksanakan pembangunan tersebut membutuhkan
banyak biaya. Salah satu program pemerintah Kabupaten Solok dalam meningkatkan
pemberdayaan masyarakatnya yaitu dengan memberikan dana berupa alokasi dana desa. Alokasi
Dana Desa (yang selanjutnya disingkat ADD) adalah dana yang dialokasikan oleh Pemerintah
Kabupaten untuk Desa, yang bersumber dari bagian dana perimbangan keuangan pusat dan
daerah kecuali dana alokasi khusus, bagi hasil dari pajak daerah dan bagi hasil dari retribusi
tertentu yang diterima Kabupaten. Alokasi dana desa dilaksanakan dengan prinsip
keterbukaan/transparan sebagai wujud pertanggungjawaban kepada publik. Alokasi dana desa
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pengelolaan keuangan negara. Sistem
pengelolaan dana desa yang dikelola oleh pemerintah desa termasuk didalamnya mekanisme
penghimpunan dan pertanggungjawaban merujuk pada Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, pedoman
umum tata cara pelaporan dan pertanggungjawaban penyelenggaraan pemerintahan desa yang
tertera didalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No 113 Tahun 2014. Pengelolaan alokasi dana
desa dibagi menjadi pos pembiayaan, yaitu: 30% dialokasikan untuk membiayai kegiatan
operasional penyelenggaraan pemerintah desa dan 70% dialokasikan untuk membiayai
pemberdayaan masyarakat. Pemberian alokasi dana desa merupakan wujud dari pemenuhan hak
desa untuk menyelenggarakan otonomi desa. Pemberian ADD dari Pemerintah Kabupaten Solok
kepada Desa secara yuridis pengaturannya ditetapkan dalam Peraturan Bupati Kabupaten Solok
Nomor 14 Tahun 2016 tentang perubahan atas peraturan Bupati Solok Nomor 5 Tahun 2016
tentang tata cara pembagian, penggunaan dan penetapan rincian Dana Nagari yang bersumber
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara di Kabupaten Solok tahun anggaran 2016,
dimana Dana Nagari digunakan untuk membiyai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan
pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat. Semua itu dilakukan
sebagai langkah nyata pemerintah daerah Kabupaten Solok dalam mendukung pelaksanaan
otonomi daerah dan untuk penggunaan dana desa tersebut maka diperlukan perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan, dan pertanggung jawaban sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Kecamatan X Koto Diatas memilik 9 Nagari, salah satunya adalah Nagari Sulit Air. Nagari
Sulit Air merupakan nagari yang memiliki alokasi dana desa paling tinggi dibandingkan dengan
8 nagari lainnya yaitu sebesar Rp 712.435.476,-. Penerimaan alokasi dana desa tertinggi juga
dibarengi dengan pertanggungjawaban lebih tinggi atas pengelolaan dana ADD, agar
pengelolaan dana tersebut dapat diterima oleh publik, maka peneliti melakukan penelitian di
Nagari Sulit Air dengan fokus terhadap bentuk dan sistem akuntabilitas pengelolaan alokasi dana
desa yang teranggarkan di tahun 2016. Didalam pengelolaan alokasi dana desa diperlukan
pengawasan ketat baik itu secara operasional dan pengawasan teknis agar tidak terjadi
penyimpangan dalam pengelolaan alokasi dana desa. Pembagian Dana Nagari di wilayah
Kecamatan X Koto Diatas dapat dilihat dari tabel 1.1 berikut ini:
Tabel 1.1
Pembagian Dana Nagari di wilayah Kecamatan X Koto Diatas Tahun 2016
No Nama Nagari Dana Nagari (Rp)
1 Sulit Air 712,435,476.00
2 Tanjung Balik 654,974,366.00
3 Paninjauan 630,932,947.00
4 Kuncir 610,408,127.00
5 Katialo 648,195,081.00
6 Pasilihan 633,983,163.00
7 Bukit Kanduang 623,491,334.00
8 Sibarambang 655,741,990.00
9 Labuah Panjang 625,213,914.00
Jumlah 5.795.376.398.00
Sumber: Data Pemerintahan Nagari Sulit Air tahun 2016.
Berdasarkan uraian diatas, Penulis tertarik untuk melakukan penulisan tugas akhir dengan
judul “Akuntabilitas Pengelolaan dan Pemanfaatan Alokasi Dana Desa dalam Proses
Pembangunan Di Nagari Sulit Air Kecamatan X Koto Diatas Kabupaten Solok Tahun 2016.”
1.2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini
adalah:
1. Bagaimana akuntabilitas pertanggungjawaban alokasi dana desa di Nagari Sulit Air?
2. Bagaimana pengelolaan dan pemanfaatan alokasi dana desa di Nagari Sulit Air?
1.3. TUJUAN PENELITIAN
Sesuai dengan perumusan masalah sebagaimana tersebut di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana akuntabilitas pertanggungjawaban alokasi dana desa di
Nagari Sulit Air.
2. Untuk mengetahui bagaimana pengelolaan dan pemanfaatan alokasi dana desa di Nagari
Sulit Air.
1.4. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi kalangan akademisi dan praktisi, yaitu antara lain:
1. Kegunaan Teoritis, adalah sebagai sumbangan pengembangan ilmu administrasi
keuangan, khususnya dalam pengelolaan alokasi dana desa.
2. Kegunaan Praktis, adalah sebagai sumbangan kepada Pemerintah Kabupaten Solok
khususnya Pemerintah Nagari Sulit Air, Kecamatan X Koto Diatas, Kabupaten Solok
dalam meningkatkan akuntabilitas pengelolaan dana desa.
1.5. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan yang digunakan dalam usulan penelitian tentang akuntabilitas pengelolaan
alokasi dana desa ini akan dibagi dalam lima bab yaitu:
BAB 1 Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II Landasan Teori, terdiri dari telaah teori, penelitian sebelumnya dan kerangka
pemikiran.
BAB III Metode Penelitian, terdiri dari desain penelitian, instrument penelitian, lokasi dan
waktu penelitian, metode pengumpulan data, teknik analisis dan keabsahan data.
BAB IV Hasil Penelitian meliputi deskripsi wilayah penelitian, akuntabilitas sistim
pengelolaan Alokasi Dana Desa.
BAB V Penutup, yang merupakan kesimpulan dan implikasi.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. TEORI KEAGENAN (AGENCY THEORY)
Teori keagenan (agency theory) di sektor publik, teori keagenan dipergunakan untuk
menganalisis hubungan prinsipal-agen dalam kaitannya dengan sektor publik (Latifah, 2010;
Abdullah, 2012). Teori keagenan menganalisis susunan kontraktual diantara dua atau lebih
individu, kelompok atau organisasi. Salah satu pihak (principal) membuat suatu kontrak, baik
secara implisit maupun eksplisit dengan pihak lain (agents) dengan harapan bahwa agen akan
bertindak/melakukan pekerjaan seperti yang diinginkan principal (Jensen and Meckling, 1976).
Teori keagenan telah dipraktekkan pada sektor publik khususnya pemerintah pusat maupun
daerah. Organisasi sektor publik bertujuan untuk memberikan pelayanan maksimal kepada
masyarakat atas sumber daya yang digunakan untuk memenuhi hajat hidup orang banyak.
Pemerintah tidak dapat melakukan pengelolaan dan pengalokasian sumber daya secara sendirian,
sehingga pemerintah memberikan wewenang kepada pihak lain untuk mengelola sumber daya.
Implikasi teori keagenan muncul dalam pengelolaan Dana Nagari dilihat dari dua perspektif
yaitu hubungan antara pemerintah kabupaten dengan pemerintah nagari. Ditinjau dari perspektif
hubungan keagenan antara pemerintah kabupaten dengan pemerintah nagari, pemerintah nagari
adalah agent dan pemerintah kabupaten adalah principal (Halim dan Abdullah, 2006).
2.2. AKUNTABILITAS
2.2.1. Konsep Akuntabilitas
Akuntabilitas merupakan hal yang penting untuk menjamin nilai-nilai seperti efisiensi,
efektifitas, reliabilitas dan prediktibilitas. Suatu akuntabilitas tidak abstrak tapi kongkrit dan
harus ditentukan oleh hukum melalui seperangkat prosedur yang sangat spesifik mengenai
masalah apa saja yang harus dipertanggungjawabkan.
Sulistiyani (2004) menyatakan bahwa transparansi dan akuntabilitas adalah dua kata kunci
dalam penyelenggaraan pemerintahan maupun penyelenggaraan perusahaan yang baik,
dinyatakan juga bahwa dalam akuntabilitas terkandung kewajiban untuk menyajikan dan
melaporkan segala kegiatan terutama dalam bidang administrasi keuangan kepada pihak yang
lebih tinggi. Akuntabilitas dapat dilaksanakan dengan pengelolaan Alokasi Dana Desa harus
dapat diakses oleh semua unsur yang berkepentingan terutama masyarakat di wilayahnya.
Ada tiga prinsip utama yang mendasari pengelolaan keuangan daerah (Mardiasmo,
2002).Pertama, prinsip transparansi atau keterbukaan. Transparansi di sini memberikan arti
bahwa anggota masyarakat memiliki hak dan akses yang sama untuk mengetahui proses
anggaran karena menyangkut aspirasi dan kepentingan masyarakat, terutama pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan hidup masyarakat.
Kedua, prinsip akuntabilitas. Akuntabilitas adalah prinsip pertanggungjawaban publik yang
berarti bahwa proses penganggaran mulai dari perencanaan, penyusunan dan pelaksanaan harus
benar-benar dapat dilaporkan dan dipertanggungjawabkan kepada DPRD dan masyarakat.
Masyarakat tidak hanya memiliki hak untuk mengetahui anggaran tersebut tetapi juga berhak
untuk menuntut pertanggungjawaban atas rencana ataupun pelaksanaan anggaran tersebut.
Ketiga, prinsip value for money. Prinsip ini berarti diterapkannya tiga pokok dalam proses
penganggaran yaitu ekonomis, efisiensi, dan efektif. Ekonomi berkaitan dengan pemilihan dan
penggunaan sumber daya dalam jumlah dan kualitas tertentu pada harga yang murah. Efisiensi
berarti bahwa penggunaan dana masyarakat tersebut dapat menghasilkan ouput yang maksimal
(berdaya guna). Efektifitas berarti bahwa penggunaan anggaran tersebut harus mencapai target-
target atau tujuan kepentingan publik.
2.2.2. Akuntabilitas Publik
Menurut Mardiasmo (2009), akuntabilitas publik adalah kewajiban pihak pemegang amanah
(agent) untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan mengungkapakan
segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab kepada pihak pemberi amanah
(participal) yang memiliki hak dan kewenangan ntuk meminta pertanggungjawaban tersebut.
Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu: (1) akuntabilitas vertikal (vertical
accountability), dan akuntabilitas horizontal (horizontal accountability).
Pertanggungjawaban vertikal (vertical accountability) adalah pertanggung jawaban atas
pengelolaan dana kepada otorisasi yang lebih tinggi, sedangkan pertanggung jawaban horizontal
(horizontal accountability) adalah pertanggung jawaban kepada publik. Tercapainya
akuntabilitas publik dibantu dengan adanya akuntansi sektor publik yang dapat menuntun sebuah
perencanaan dan pengendalian organisasi sektor publik secara efektif dan efesien.
2.2.3. Indikator Akuntabilitas
Akuntabilitas merupakan salah satu dari prinsip good goverment. Mardiasmo (2007) berpendapat
bahwa kunci utama untuk memahami kepemerintahan yang baik (good goverment) adalah
pemahaman atas prisip-prinsip yang terdapat didalamnya. Penerapan akuntabilitas dalam
pengelolaan alokasi dana desa dapat tercermin melalui 3 indikator yaitu sebagai berikut:
1. Partisipasi
Setiap orang atau warga negara memiliki hak suara yang sama dalam proses
pengambilan keputusan, baik secara langsung maupun lembaga perwakilan, sesuai
dengan kepentingan dan aspirasi masing-masing. Partisipasi yang luas ini perlu
dibangun dalam suatu tatanan kebebasan berserikat dan berpendapat, serta kebebasan
untuk berpartisipasi secara konstruktif.
2. Transparansi
Transparansi harus dibangun dalam kerangka kebebasan aliran informasi berbagai
proses, kelembagaan dan informasi harus dapat diakses secara bebas oleh mereka
yang membutuhkan dan harus dapat disediakan secara memadai dan mudah
dimengerti sehingga dapat digunakan sebagai alat monitoring dan evaluasi.
3. Responsif
Setiap institusi dan prosesnya harus diarahkan pada upaya untuk melayani berbagai
pihak yang berkepentingan. Keselarasan antara program dan kegiatan pelayanan yang
diberikan oleh organisasi publik dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat yang
diprogramkan dan dijalankan oleh organisasi publik, maka kinerja organisasi tersebut
makin baik.
2.3. DANA DESA
2.3.1. Pengertian Dana Desa
Menurut Peraturan Mentri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014, Dana Desa adalah dana yang
bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diperuntukkan bagi Desa yang
ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota dan digunakan
untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan
kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat. Sedangkan pada Peraturan Bupati Solok Nomor
5 Tahun 2016, Dana Desa disamakan dengan Dana Nagari, dana yang bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara yang diperuntukkan bagi Nagari yang ditransfer melalui
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten dan digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan
pemberdayaan masyarakat.
2.3.2. Alokasi Dana Desa
Menurut Peraturan Mentri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014, Alokasi Dana Desa,
selanjutnya disingkat ADD, adalah dana perimbangan yang diterima kabupaten/kota dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota setelah dikurangi Dana Alokasi
Khusus.
Alokasi Dana kepada Nagari bertujuan agar Pemerintahan Nagari dapat melaksanakan
tugas pokok dan fungsi dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan
pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat di Nagari.
Tujuan Alokasi Dana kepada Nagari atau desa di Kabupaten Solok diatur dalam Peraturan
Bupati Kabupaten Solok Nomor 5 Tahun 2016, yang bertujuan sebagai berikut:
a. Memantapkan penyelenggaraan pemerintahan nagari sesuai dengan kewenangannya
b. Meningkatkan kemampuan lembaga kemasyarakatan di nagari dalam perencanaan
pembangunan secara partisipatif sesuai dengan potensi nagari
c. Meningkatkan pemerataan pendapatan, kesempatan bekerja dan kesempatan berusaha
bagi masyarakat nagari
d. Mendorong peningkatan swadaya gotong royong masyarakat
e. Menanggulangi kemiskinan dan mengurangi kesenjangan
f. Meningkatkan pembangunan infrastruktur nagari
g. Meningkatkan ketentraman dan ketertiban masyarakat
h. Meningkatkan pengamalan nilai-nilai keagamaan, sosial budaya, dalam rangka
mewujudkan peningkatan sosial
i. Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat nagari dalam rangka pengembangan
kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat
j. Meningkatkan pendapatan nagari melalui Badan Usaha Milik Nagari (BUM Nagari).
2.3.3. Pos Pembiayaan Alokasi Dana Desa
Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 113 Tahun 2014 Tentang
Pengelolaan Keuangan Desa, Pengelolaan alokasi dana desa dibagi menjadi pos pembiayaan,
yaitu: 30% dialokasikan untuk membiayai kegiatan operasional penyelenggaraan pemerintah
desa dan 70% dialokasikan untuk membiayai pemberdayaan masyarakat. Sedangkan pada
Peraturan Bupati Solok Nomor 5 Tahun 2016, Dana Desa disamakan dengan Dana Nagari,
digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan,
pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.
2.3.4. Perencanaan Pengelolaan Alokasi Dana Desa
Dalam hal ini, Pemerintah Desa berkewajiban melakukan perencanaan terhadap pengelolaan
alokasi dana desa. Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 113
Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa, pada BAB V menjelaskan mengenai
perencanaan sebagai berikut:
1. Sekretaris Desa menyusun Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa berdasarkan RKPDesa
tahun berkenaan.
2. Sekretaris Desa menyampaikan rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa kepada Kepala
Desa.
3. Rancangan peraturan Desa tentang APBDesa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan
oleh Kepala Desa kepada Badan Permusyawaratan Desa untuk dibahas dan disepakati bersama.
4. Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa disepakati bersama sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) paling lambat bulan Oktober tahun berjalan.
5. Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa yang telah disepakati bersama sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 20 ayat (3) disampaikan oleh Kepala Desa kepada Bupati/Walikota
melalui camat atau sebutan lain paling lambat 3 (tiga) hari sejak disepakati untuk dievaluasi.
6. Bupati/Walikota menetapkan hasil evaluasi Rancangan APBDesa sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) paling lama 20 (dua puluh) hari kerja sejak diterimanya Rancangan Peraturan Desa
tentang APBDesa.
7. Dalam hal Bupati/Walikota tidak memberikan hasil evaluasi dalam batas waktu sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) Peraturan Desa tersebut berlaku dengan sendirinya.
8. Dalam hal Bupati/Walikota menyatakan hasil evaluasi Rancangan Peraturan Desa tentang
APBDesa tidak sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih
tinggi, Kepala Desa melakukan penyempurnaan paling lama 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak
diterimanya hasil evaluasi.
9. Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh Kepala Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal
21 ayat (4) dan Kepala Desa tetap menetapkan Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa
menjadi Peraturan Desa, Bupati/Walikota membatalkan Peraturan Desa dengan Keputusan
Bupati/Walikota.
10. Pembatalan Peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekaligus menyatakan
berlakunya pagu APBDesa tahun anggaran sebelumnya.
11. Dalam hal Pembatalan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Kepala Desa hanya dapat melakukan
pengeluaran terhadap operasional penyelenggaraan Pemerintah Desa.
12. Kepala Desa memberhentikan pelaksanaan Peraturan Desa Paling lama 7 (tujuh) hari kerja
setelah pembatalan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan selanjutnya Kepala Desa bersama
BPD mencabut peraturan desa dimaksud.
13. Bupati/Walikota dapat mendelegasikan evaluasi Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa
kepada camat atau sebutan lain.
14. Camat menetapkan hasil evaluasi Rancangan APBDesa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
paling lama 20 (dua puluh) hari kerja sejak diterimanya Rancangan Peraturan Desa tentang
APBDesa.
15. Dalam hal Camat tidak memberikan hasil evaluasi dalam batas waktu sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) Peraturan Desa tersebut berlaku dengan sendirinya.
16. Dalam hal Camat menyatakan hasil evaluasi Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa tidak
sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, Kepala
Desa melakukan penyempurnaan paling lama 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak diterimanya
hasil evaluasi.
17. Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh Kepala Desa sebagaimana dimaksud ayat (4) dan
Kepala Desa tetap menetapkan Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa menjadi Peraturan
Desa, Camat menyampaikan usulan pembatalan Peraturan Desa kepada Bupati/Walikota.
18. Ketentuan lebih lanjut mengenai pendelegasian evaluasi Rancangan Peraturan Desa tentang
APBDesa kepada Camat diatur dalam Peraturan Bupati/Walikota.
2.3.5. Pelaksanaan Pengelolaan Alokasi Dana Desa
Dalam hal ini, Pemerintah Desa berkewajiban melakukan pelaksanaan terhadap pengelolaan
alokasi dana desa. Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 113
Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa, pada BAB V menjelaskan mengenai
pelaksanaan sebagai berikut:
1. Semua penerimaan dan pengeluaran desa dalam rangka pelaksanaan kewenangan desa
dilaksanakan melalui rekening kas desa.
2. Khusus bagi desa yang belum memiliki pelayanan perbankan di wilayahnya maka pengaturannya
ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota.
3. Semua penerimaan dan pengeluaran desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus didukung
oleh bukti yang lengkap dan sah.
4. Pemerintah desa dilarang melakukan pungutan sebagai penerimaan desa selain yang ditetapkan
dalam peraturan desa.
5. Bendahara dapat menyimpan uang dalam Kas Desa pada jumlah tertentu dalam rangka memenuhi
kebutuhan operasional pemerintah desa.
6. Pengaturan jumlah uang dalam kas desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dalam
Peraturan Bupati/Walikota.
7. Pengeluaran desa yang mengakibatkan beban APBDesa tidak dapat dilakukan sebelum rancangan
peraturan desa tentang APBDesa ditetapkan menjadi peraturan desa.
8. Pengeluaran desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak termasuk untuk belanja pegawai
yang bersifat mengikat dan operasional perkantoran yang ditetapkan dalam peraturan kepala desa.
9. Penggunaan biaya tak terduga terlebih dulu harus dibuat Rincian Anggaran Biaya yang telah
disahkan oleh Kepala Desa.
10. Pelaksana Kegiatan mengajukan pendanaan untuk melaksanakan kegiatan harus disertai dengan
dokumen antara lain Rencana Anggaran Biaya.
11. Rencana Anggaran Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di verifikasi oleh Sekretaris Desa
dan di sahkan oleh Kepala Desa.
12. Pelaksana Kegiatan bertanggungjawab terhadap tindakan pengeluaran yang menyebabkan atas
beban anggaran belanja kegiatan dengan mempergunakan buku pembantu kas kegiatan sebagai
pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan didesa.
13. Berdasarkan rencana anggaran biaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1) pelaksana
kegiatan mengajukan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) kepada Kepala Desa.
14. Surat Permintaan Pembayaran (SPP) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak boleh dilakukan
sebelum barang dan atau jasa diterima.
15. Pengajuan SPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1) terdiri atas:
a. Surat Permintaan Pembayaran (SPP)
b. Pernyataan tanggungjawab belanja
c. Lampiran bukti transaksi
16. Dalam pengajuan pelaksanaan pembayaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29, Sekretaris
Desa berkewajiban untuk:
a. meneliti kelengkapan permintaan pembayaran di ajukan oleh pelaksana kegiatan
b. menguji kebenaran perhitungan tagihan atas beban APBdes yang tercantum dalam
permintaan pembayaran
c. menguji ketersedian dana untuk kegiatan dimaksud
d. menolak pengajuan permintaan pembayaran oleh pelaksana kegiatan apabila tidak memenuhi
persyaratan yang ditetapkan.
17. Berdasarkan SPP yang telah di verifikasi Sekretaris Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Kepala Desa menyetujui permintaan pembayaran dan bendahara melakukan pembayaran.
18. Pembayaran yang telah dilakukan sebagaimana pada ayat (2) selanjutnya bendahara melakukan
pencatatan pengeluaran.
19. Bendahara desa sebagai wajib pungut pajak penghasilan (PPh) dan pajak lainnya, wajib
menyetorkan seluruh penerimaan potongan dan pajak yang dipungutnya ke rekening kas negara
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
20. Pengadaan barang dan/atau jasa di Desa diatur dengan peraturan bupati/walikota dengan
berpedoman pada ketentuan peraturan perundangundangan.
21. Perubahan Peraturan Desa tentang dapat dilakukan apabila terjadi:
a. keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran antar jenis belanja
b. keadaan yang menyebabkan sisa lebih perhitungan anggaran (SilPA) tahun sebelumnya harus
digunakan dalam tahun berjalan
c. terjadi penambahan dan/atau pengurangan dalam pendapatan desa pada tahun berjalan
d. terjadi peristiwa khusus, seperti bencana alam, krisis politik, krisis ekonomi, dan/atau
kerusuhan sosial yang berkepanjangan
e. perubahan mendasar atas kebijakan Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
22. Perubahan APBDesa hanya dapat dilakukan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun anggaran.
23. Tata cara pengajuan perubahan APBDesa adalah sama dengan tata cara penetapan APBDesa.
24. Dalam hal Bantuan keuangan dari APBD Provinsi dan APBD Kabupaten/Kota serta hibah dan
bantuan pihak ketiga yang tidak mengikat ke desa disalurkan setelah ditetapkannya Peraturan
Desa tentang Perubahan APB Desa, perubahan diatur dengan Peraturan Kepala Desa tentang
perubahan APBDesa.
25. Perubahan APBDesa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diinformasikan kepada BPD.
2.3.6. Pengawasan dan Evaluasi Pengelolaan Alokasi Dana Desa
Dalam hal ini, Pemerintah Kabupaten dan Camat berkewajiban melakukan pembinaan dan
mengawasi penggunaan Alokasi Dana kepada Nagari. Dalam peraturan Bupati Nomor 14 Tahun
2016 tentang perubahan atas peraturan Bupati Solok Nomor 5 Tahun 2016, tentang pembinaan
dan pengawasan Pemerintah Kabupaten sebagaimana dimaksud meliputi :
a. Memberikan pedoman, bimbingan, supervisi dan konsultasi terhadap pelaksanaan Alokasi Dana
kepada Nagari dan administrasi keuangan Pemerintahan Nagari
b. Pembinaan dan pengawasan pelaksanaan Alokasi Dana kepada Nagari secara fungsional
dilakukan oleh Inspektorat Daerah Kabupaten Solok.
Selain pembinaan dan pengawasan oleh Pemerintah Kabupaten, pembinaan juga dilakukan
oleh Tim Kecamatan, pembinaan dan pengawasan Camat adalah untuk melakukan bimbingan
teknis administratif, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pelaporan.
Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 113 Tahun 2014
Tentang Pengelolaan Keuangan Desa, pada pasal 44 menjelaskan mengenai pembinaan dan
pengawasan sebagai berikut:
a. Pemerintah Provinsi wajib membina dan mengawasi pemberian dan penyaluran Dana Desa,
Alokasi Dana Desa, dan Bagi Hasil Pajak dan Retribusi Daerah dari Kabupaten/Kota kepada
Desa.
b. Pemerintah Kabupaten/Kota wajib membina dan mengawasi pelaksanaan dan pengelolaan
keuangan desa.
2.4. DESA
2.4.1. Definisi Desa
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 menjelaskan mengenai desa. Desa
adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat
istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Pemerintah desa terdiri dari kepala desa dan perangkat desa sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan desa. Badan Permusyawaratan Desa (yang selanjutnya disingkat
BPD), adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan
pemerintahan desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa. Lembaga kemasyarakatan
atau yang disebut dengan nama lain adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai
dengan kebutuhan dan merupakan mitra pemerintah desa dalam memberdayakan masyarakat.
Peraturan desa adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh BPD bersama
kepala desa. Desa dibentuk atas prakarsa masyarakat dengan memperhatikan asal-usul desa dan
kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Pembentukan desa sebagaimana dimaksud pada UU
No 6 Tahun 2014 ayat (1) harus memenuhi syarat:
1. Jumlah penduduk
2. Luas wilayah
3. Bagian wilayah kerja
4. Perangkat
5. Sarana dan prasarana pemerintahan.
2.4.2. Peran Pemerintah Desa Dan Kendala Sebagai Tim Pelaksana Dalam Proses
Pembangunan
Pembangunan di desa merupakan model pembangunan partisipatif yaitu suatu sistem
pengelolaan pembangunan di desa bersama-sama secara musyawarah, mufakat, dan gotong
royong yang merupakan cara hidup masyarakat yang telah lama berakar budaya wilayah
Indonesia. (Rosalinda, 2014). Sebagaimana disebutkan dalam pasal 9 Permendagri No 113 tahun
2014, karakteristik pembangunan partisipatif diantaranya direncanakan dengan pemberdayaan
dan partisipatif. Pemberdayaan, yaitu upaya untuk mewujudkan kemampuan dan kemandirian
masyarakat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sedangkan partisipatif,
yaitu keikutsertaan dan keterlibatan masyarakat secara aktif dalam proses pembangunan.
Pembangunan di desa menjadi tanggungjawab Kepala Desa. Kepala Desa mempunyai tugas
menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan. Kegiatan
pembangunan pertama dilakukan musyawarah Jorong. Pada saat dilakukannya musyawarah
jorong ini untuk mengetahui kegiatan apa saja yang dapat kita anggarkan ditahun ini, setelah
melalui musyawarah jorong hasil musyawarah tersebut ditarik ke Nagari dengan dinamakan
forum musrembang. Hasil musyawarah tersebut ditetapkan dalam Rencana Kerja Pembangunan
(yang selanjutnya disingkat RKP), selanjutnya dilakukan penyusunan Peraturan Nagari Sulit Air
Tahun 2016, pengesahan perna tersebut untuk menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja
Nagari (yang selanjutnya disingkat APB Nagari). Didalam RKP juga menjelaskan masalah-
masalah yang dihadapi tim pelaksana dalam mengelola dana ADD. Sesuai hasil monitoring dan
temuan lapangan, permasalahan yang perlu dibenahi tentang pelaksanaan pembangunan yaitu,
Sumber daya manusia yang masih ada kelemahan, terutama dari tim pelaksana, untuk
pembangunan infrastruktur yang bahanya dari sumber daya alam pada saat pelaksanaan
pembangunan biasanya sulit dan harga cenderung naik, dan kurangnya perhatian masyarakat
terhadap sarana dan prasarana yang telah dibangun. Diketahuinya kendala dalam pengelolaan
ADD yang dikeluhkan tim pelaksana, diharapkan kedepannya dapat teratasi dengan adanya
partisipatif masyarakat agar pelayanan publik dan pembangunan desa dapat tercapai sesuai
rencana.
2.5. PENELITIAN TERDAHULU
Penelitian mengenai akuntabilitas pengelolaan dana desa telah banyak dilakukan sebelumnya,
seperti yang dilakukan oleh Astuty & Fanida (2013) tentang Akuntabilitas Pemerintah Desa
dalam Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDES), studi kasus pada
Alokasi Dana Desa Tahun Anggaran 2011 di Desa Sareng Kecamatan Geger Kabupaten Madiun.
Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa pelaksanaan prinsip-prinsip akuntabilitas di Desa
Sareng sudah berjalan dengan baik. Hal ini bisa dibuktikan dengan adanya Musyawarah Desa
(MusDes) yang merupakan wujud partisipasi masyarakat hingga tingkat desa dan didukung
dengan adanya komitmen yang kuat dari pemerintah Desa Sareng, selain itu adanya Peraturan
Bupati Nomor 8 Tahun 2011 yang menjadi acuan dalam perencanaan ADD sudah diterapkan
dengan baik.
Pelaksanaan program Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Sareng juga telah menerapkan
prinsip-prinsip akuntabilitas berupa komitmen, sistem aturan, tujuan sasaran, visi misi, hasil,
serta sasaran, kejujuran, objektifitas, transparansi, dan inovasi.
Akan tetapi, dalam pengelolaan aspek teknisnya masih terdapat kelemahan, yaitu pada
pertanggungjawaban secara teknis dalam program Posyandu Lansia masih menjadi kendala.
Kendala utama terjadi karena rendahnya partisipasi masyarakat untuk mengikuti kegiatan
tersebut, selain itu sewaktu pengalihan dana Posyandu Lansia tidak dilengkapi dengan bukti
kuitansi dalam Surat Pertanggungjawaban (SPJ).
Penelitian berikutnya diteliti oleh Ainurrohma (2015) mengenai Akuntabilitas Pengelolaan
Alokasi Dana Desa Di Kecamatan Panarukan Kabupaten Situbondo Tahun 2014. Perbedaan
dengan penelitian sebelumnya terletak pada jumlah desa yang diteliti, dimana dalam penelitian
ini terdapat 8 desa yang akan diteliti. Dalam penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa tahap
perencanaan Alokasi Dana Desa (ADD) di 8 (delapan) desa telah menerapkan prinsip partisipasi
dan transparansi. Hal ini dibuktikan dengan kehadiran masyarakat yang sangat antusias dalam
forum musyawarah desa. Selain itu dalam musyawarah desa, pemerintah desa terbuka untuk
menerima segala usulan masyarakat yang hadir untuk berjalannya pembangunan di desa terkait.
Tahap pelaksanaan program Alokasi Dana Desa (ADD) di Kecamatan Panarukan telah
menerapkan prinsip transparansi dan akuntabilitas. Prinsip transparansi terpenuhi dengan adanya
informasi yang jelas mengenai jadwal pelaksanaan fisik yang di danai oleh ADD. Untuk prinsip
akuntabilitas sudah terlaksana sepenuhnya karena pertanggungjawaban secara fisik dan
administrasinya sudah selesai dan lengkap. Tahap pertanggungjawaban Alokasi Dana Desa
(ADD) baik secara teknis maupun administrasi sudah baik, namun harus tetap mendapat atau
diberikan bimbingan dari pemerintah kecamatan.
Penelitian yang dilakukan oleh Karimah (2014) tentang Pengelolaan Alokasi Dana Desa
dalam Pemberdayaan Masyarakat (Studi pada Desa Deket Kulon, Kecamatan Deket, Kabupaten
Lamongan). Perbedaan penelitian yang dilakuan di desa Deket Kulon adalah memiliki fokus
pada alokasi dana desa dalam pemberdayaaa masyarakat. Hasil yang didapatkan dari penelitian
tersebut adalah bahwa desa Deket Kulon secara normatif dan admistratif sudah baik. Namun,
secara substansi ada beberapa hal yang harus diperbaiki yaitu partisipasi masyarakat pada tahap
perencanaan, pengawasan, pertanggungjawaban, dan transparansi yang belum maksimal karena
masyarakat tidak banyak mengetahui akan adanya kegiatan tersebut. Pada pengelolaan alokasi
dana desa peran stakeholder dalam pemberdayaan masyarakat Desa Deket Kulon masih belum
maksimal. Hanya kepala desa yang terlibat aktif dalam setiap tahapan pengelolaan alokasi dana
desa mulai dari perencanaan, mekanisme penyaluran dan pencairan dana, pelaksanaan,
pengawasan pertanggungjawaban sampai pada transparansi anggaran. Sedangkan stakeholder
lain seperti karang taruna, tim penggerak, masyarakat dan BPD peranannya hanya sebatas pada
tahap perencanaan yaitu keikutsertaan dalam penyusun Daftar Rencana Kegiatan (DRK) dan
tahap pelaksanaan dengan terlibatnya dalam pembangunan infrastruktur Desa Deket Kulon.
Hasil-hasil pemberdayaan masyarakat Desa Deket Kulon yang didanai oleh anggaran
alokasi dana desa meliputi pemberdayaan lingkungan dan pemberdayaan manusia. Wujud dari
pemberdayaan lingkungan hanya berupa pembangunan infrastruktur jalan yang tidak sesuai
dengan makna pemberdayaan lingkungan sesungguhnya yaitu upaya untuk perawatan dan
pelestarian lingkungan. Sedangkan wujud dari pemberdayaan manusia berupa biaya operasional
untuk pembinaan organisasi kepemudaan melalui karang taruna dan pemberdayaan wanita
melalui PKK.
Faktor yang mendukung pengelolaan ADD yaitu adanya peraturan yang jelas sehingga
para tim pelaksana tidak kebingungan dalam mengelola anggaran ADD dan tingkat partisipasi
masyarakat yang tinggi dalam proses pelaksanaan. Sedangkan faktor penghambatnya yaitu
sosialisasi yang kurang mendalam kepada masyarakat sehingga tidak semua masyarakat tahu
tentang program ADD yang kemudian menyebabkan rendahnya pengawasan masyarakat pada
kegiatan ADD dan dominasi pemerintah kecamatan terhadap penyusunan Surat Pertanggung
Jawaban (SPJ) ADD menyebabkan kurangnya kemandirian desa.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Setyoko (2012) tentang Akuntabilitas Administrasi
Keuangan Program Alokasi Dana Desa (ADD). Penilitian dilakukan pada Kabupaten
Purbalingga Provinsi Jawa Tengah, penelitian ini dilakukan selama enam bulan, yaitu dari
Januari sampai Juni 2010. Sasaran utama dalam penelitian tersebut adalah desa yang masih
mengalami keterlambatan dalam penyerahan laporan administrasi keuangan ADD.
Penelitian tersebut medapatkan hasil bahwa untuk meningkatkan keberhasilan program
ADD, maupun program pembangunan perdesaan lainnya, peningkatan kemampuan administratif
aparat pemerintah desa, tersedianya sistem sanksi yang tegas atas setiap pelanggaran, dan
peningkatan kepedulian masyarakat dalam pengawasan keuangan sangat dibutuhkan.
Peningkatan kemampuan administratif ini dapat dilakukan dengan memberikan pelatihan teknis
terkait dengan sistem dan mekanisme pelaksanaan program, serta pendampingan oleh
pemerintah kabupaten. Guna meningkatkan kepatuhan aparat pemerintah desa dalam membuat
laporan keuangan, ketersediaan mekanisme sanksi yang jelas dan tegas sangat
diperlukan.Ketersediaan mekanisme sanksi ini dapat berbentuk sanksi administratif maupun
sanksi hukum, sesuai dengan sistem pengelolaan keuangan negara. Sedangkan untuk
meningkatkan kepedulian masyarakat perdesaan terhadap persoalan akuntabilitas publik, BPD
sebagai lembaga masyarakat perdesaan perlu lebih difungsikan sebagai forum pengawasan
pembangunan desa.
Penelitian yang terakhir dilakukan oleh Lestari, Atmadja, Adiputra & Si, M. (2014) tentang
Membedah Akuntabilitas Praktik Pengelolaan Keuangan Desa Pakraman Kubu tambahan,
Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali (Sebuah Studi Interpretif pada
Organisasi Publik Non Pemerintahan). Hasil yang didapatkan dari penilitian tersebut bahwa
Proses Pengelolaan Keuangan Desa Pakraman Kubutambahan tidak melibatkan seluruh Krama
Desa Pakramannya melainkan hanya melalui perwakilan-perwakilan Krama Desa Pakraman
yang duduk sebagai pengurus Desa Pakraman sebanyak 33 orang.
Sejalan dengan hal tersebut, proses akuntabilitas pengelolaan keuangan Desa Pakraman
Kubutambahan telah berlangsung secara konsisten setiap bulan dengan menggunakan sistem
akuntansi sederhana dan dalam hal proses pengelolaan keuangan juga telah memenuhi prinsip-
prinsip pengelolaan yang baik serta prinsip-prinsip akuntabilitas publik serta adanya kesadaran
pengurus Desa Pakraman Kubutambahan memahami bahwa akuntansi merupakan instrument
akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaan keuangan di Desa Pakraman. Penggunaan
sistem akuntansi dapat menumbuhkan kepercayaan masyarakat kepada pemimpin khususnya
dalam implementasi pengelolaan Keuangan Desa Pakraman yang mampu menepis kecurigaan
maupun menyelesaikan berbagai permasalahan yang muncul di Desa Pakraman. Disamping itu
juga memegang teguh peranan modal-modal sosial khususnya kepercayaan dalam membentuk
hubungan akuntabilitasnya.
Tabel 2.1
Ringkasan penelitian- penelitian terdahulu
NO PENELITI TAHUN LOKASI HASIL PENELITIAN
1. Setyoko 2012 Kabupaten
Purbalingga
Provinsi Jawa
Tengah.
Untuk meningkatkan
keberhasilan program
ADD, maupun program
pembangunan perdesaan
lainnya, peningkatan
kemampuan administratif
aparat pemerintah desa,
dan peningkatan
kepedulian masyarakat
dalam pengawasan
keuangan sangat
dibutuhkan.
2. Astuty &
Fanida
2013 Desa Sareng
Kecamatan Geger
Kabupaten Madiun.
Pelaksanaan prinsip-prinsip
akuntabilitas di Desa
Sareng sudah berjalan
dengan baik.
Ringkasan penelitian- penelitian terdahulu
NO PENELITI TAHUN LOKASI HASIL PENELITIAN
3. Karimah 2014 Desa Deket Kulon,
Kecamatan Deket,
1.Desa Deket Kulon secara
normatif dan admistratif
Kabupaten
Lamongan.
sudah baik.
2.Secara substansi ada
beberapa hal yang harus
diperbaiki yaitu partisipasi
masyarakat pada tahap
perencanaan, pengawasan,
pertanggungjawaban, dan
transparansi yang belum
maksimal karena
masyarakat tidak banyak
mengetahui akan adanya
kegiatan tersebut.
4. Lestari,
Atmadja,
Adiputra &
Si, M.
2014 Desa Pakraman
Kubu tambahan,
Kecamatan
Kubutambahan,
Kabupaten
Buleleng, Provinsi
Bali.
1.Proses Pengelolaan
Keuangan Desa Pakraman
Kubutambahan tidak
melibatkan seluruh Krama
Desa Pakramannya
melainkan hanya melalui
perwakilan-perwakilan
Krama Desa Pakraman
yang duduk sebagai
pengurus Desa Pakraman
sebanyak 33 orang.
2.Proses akuntabilitas
pengelolaan keuangan
Desa Pakraman
Ringkasan penelitian- penelitian terdahulu
NO PENELITI TAHUN LOKASI HASIL PENELITIAN
Kubutambahan telah
berlangsung secara
konsisten setiap bulan
dengan menggunakan
sistem akuntansi sederhana
dan dalam hal proses
pengelolaan keuangan juga
telah memenuhi prinsip-
prinsip pengelolaan yang
baik serta prinsip-prinsip
akuntabilitas publik serta
adanya kesadaran pengurus
Desa Pakraman
Kubutambahan memahami
bahwa akuntansi
merupakan instrument
akuntabilitas dan
transparansi dalam
pengelolaan keuangan di
Desa Pakraman.
5. Ainurrohma 2015 Kecamatan
Panarukan
Kabupaten
Situbondo.
1.Tahap perencanaan
Alokasi Dana Desa (ADD)
di 8 (delapan) desa telah
menerapkan prinsip
partisipasi dan
transparansi.
Ringkasan penelitian- penelitian terdahulu
NO PENELITI TAHUN LOKASI HASIL PENELITIAN
2.Tahap pelaksanaan
program Alokasi Dana
Desa (ADD) di Kecamatan
Panarukan telah
menerapkan prinsip
transparansi dan
akuntabilitas.
3.Tahap
pertanggungjawaban
Alokasi Dana Desa (ADD)
baik secara teknis maupun
administrasi sudah baik.
2.6. KERANGKA PEMIKIRAN
Alokasi Dana Desa adalah salah satu sumber pendapatan desa yang dimana pengelolaanya
terintegrasi dalam APB Nagari. Tahapan pengelolaan ADD secara garis besar mulai dari tahap
perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap pertanggung jawaban senagai berikut
1. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan penggunaan ADD didahului dengan musyawarah jorong yang diikuti
oleh perangkat jorong, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Nagari (yang selanjutnya
disingkat LPMN), tokoh masyarakat, dan masyarakat jorong lainnya untuk membahas
mengenai berbagai bidang dan sektor apa saja yang dapat didanai kegiatannya melalui
bantuan ADD, lalu hasil musyawarah tersebut ditarik ke nagari melalui Musyawarah
Perencanaan Pembangunan Nagari (yang selanjutnya disingkat Musrenbangnag) dengan
melibatkan perangkat nagari, Badan Musyawarah Nagari (BMN), Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat Nagari (LPMN), dan tokoh masyarakat lainnya. Selanjutnya berdasarkan hasil
Musrenbangnag, untuk menyusun rencana kerja harus sesuai Rencana Kerja Pembangunan
(RKP) tahunan yang menjadi dasar bagi Wali Nagari dalam menyusun rancangan Peraturan
Nagari Tahun 2016 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Nagari (APB Nagari) tahun
berkenaan dan dicatat dalam pendapatan dan belanja nagari, menyusun Rencana Penggunaan
Dana (yang selanjutnya disingkat RPD) dan Rincian Anggaran Biaya (yang selanjutnya
disingkat RAB).
2. Tahap pelaksanaan ADD
a. Tahap persiapan pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan pemerintah nagari, BMN dan LPMN yaitu
mensosialisasikan program-program pemberdayaan masyarakat yang direncanakan
dalam musrengbangnag untuk memberitahukan besaran anggaran, berdasarkan hasil
musrengbangnag maka disusunlah APB Nagari dan Rencana Penggunaan Dana (RPD)
lalu diajukan ke Musyawarah Perencanaan Pembangaunan Kecamatan (yang selanjutnya
disingkat Musrengbangcam) untuk dilakukan verifikasi awal dan disampaikan pada saat
dilakukannya Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah (yang selanjutnya
disingkat Musrengbangda) untuk dilakukan tindakan lebih lanjut.
b. Pencairan dan penyaluran dana
Tim pelaksana nagari mengirimkan RPD ke tim pendamping kecamatan untuk
dilakukan verifikasi serta mengevaluasi kelengkapan persyaratan pencairan ADD, lalu
tim pelaksana desa mengusulkan surat permohonan pencairan dana ADD dengan
diketahui Camat kepada Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Nagari
Kabupaten Solok, apabila berkas sudah lengkap dan benar, berkas permohonan pencairan
dana diteruskan kepada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) untuk
diproses pencairannya.
c. Tahap Pasca Pelaksanaan
Semua kegiatan sebagaimana ditetapkan dalam APB Nagari yang pembiayaannya
bersumber dari ADD sepenuhnya dilaksanakan oleh Tim Pelaksana Nagari. Setelah ADD
cair Tim pelaksana membuat laporan perkembangan setiap bulannya, di Nagari Sulit Air
setiap bulannya dilakukan monitoring dan evaluasi kegiatan oleh anggota BMN selaku
pengawas operasional.
3. Tahap Pertanggungjawaban
Pertanggungjawaban ADD terintegrasi dengan pertanggungjawaban APB Nagari.
Penanggungjawab Operasional Pengelolaan ADD secara keseluruhan adalah Wali Nagari
selaku Ketua Tim Pelaksana Nagari.
Bentuk pelaporan Alokasi Dana Nagari adalaha Laporan berkala yang dibuat secara rutin
setiap bulan meliputi realisasi penerimaan dan belanja ADD, Laporan akhir dari penggunaan
ADD mencakup perkembangan pelaksanaan dan penyerapan dana, masalah yang dihadapi
dan rekomendasi penyelesaian hasil akhir penggunaan ADD penyampaian laporan
dilaksanakan secara berjenjang dari Tim Pelaksana Nagari ke Tim Pendamping Kecamatan
dan Tim Pendamping Kecamatan memberikan laporan/rekapan dari seluruh laporan tingkat
desa diwilayah kerjanya selanjutnya dilaporkan kepada Bupati melalui Kepala Badan
Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kabupaten Solok.
Pelaksanaan kegiatan yang didanai oleh ADD perlu dilakukan adanya pengawasan dan
evaluasi dalam rangka menjamin penyelenggaraan kegiatan sesuai dengan ketentuan dan
peraturan yang berlaku. Tujuan dilakukannya pengawasan dan evaluasi kegiatan adalah untuk
menjamin setiap proses pelaksanaan ADD memiliki kesesuaian dengan maksud, tujuan dan
sasaran yang akan dicapai dan efektivitas serta efisien anggaran yang akuntabel. Pengawasan
dilakukan dengan melihat laporan perkembangan, laporan pertanggungjawaban bendahara,
beserta bukti pendukung untuk teknik administratif. Kemudian didalam kegiatan fisik dilihat
dari kondisi dilapangan dengan melihat Rincian Anggaran Biaya (RAB) yang telah ditetapkan
dengan melihat bukti pendukung lainnya. Tahap pengawasan yang dilakukan dalam
perencanaan, pelaksanaan, pertanggungjawaban ADD ada dua yaitu sebagai berikut :
1. Pengawasan Teknis dilakukan oleh Tim Fasilitas Kabupaten dan Tim Pendamping
Kecamatan.
2. Pengawasan Operasional dilakukan oleh masyarakat melalui anggota Badan Musyawarah
Nagari (BMN).
Pengawasan teknis dan operasional dilakukan pada saat tahap perencanaan, pelaksanaan,
dan pertanggungjawaban untuk menghindari adanya kesalahan pada saat pengelolaan
administratif dan kegiatan fisik. Setiap tanggal 10 bulan berikutnya pada saat ADD cair maka
tim pelaksana membuat laporan perkembangan dan pertanggungjawaban bendahara pasca
pelaksanaan pengelolaan dana ADD yang nantinya menjadi acuan Tim Pendamping
Kecamatan sebagai ukuran penilaian kinerja pemerintah desa dengan melakukan pengecekkan
laporan perkembangan, kegiatan fisik dilapangan dan pemeriksaan kas setiap bulannya.
Anggota BMN mengawasi kegiatan secara langsung dengan memberikan evaluasi sebagai
informasi saja. Namun, tim pendamping kecamatan setiap bulan melakukan evaluasi kegiatan
untuk menilai sejauh mana kegiatan tertentu telah dicapai dan memberikan penilaian terhadap
kinerja yang telah dilakukan. Pada saat pengelolaan ADD selesai maka tim pelaksana
membuat laporan akhir yaitu Surat Pertanggungjawaban (yang selanjutnya disingkat SPJ) dan
Laporan Kinerja Pertanggungjawaban (yang selanjutnya disingkat LKPJ) yang tidak lepas
dari pengawasan Tim Pendamping Kecamatan dan BMN.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. JENIS PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode kulitatif bersifat deskriptif. Usman dan Purnomo (2009)
mengatakan bahwa penelitian deskriptif kualitatif adalah menguraikan pendapat responden apa
adanya sesuai dengan pertanyaan penelitian, kemudian dianalisis dengan kata-kata yang
melatarbelakangi responden berperilaku seperti itu, direduksi, ditriangulasi, disimpulkan, dan
diverifikasi. Penelitian ini menggunakan studi kasus pada Nagari Sulit Air pada Kecamatan X
Koto Diatas, Kabupaten Solok.
3.2. INFORMAN PENULIS
Untuk memperoleh data yang valid dan akurat, dilakukan wawancara secara mendalam kepada
informan. Dalam hal ini, penentuan informan didasarkan pertimbangan bahwa informan
merupakan orang yang memahami dan ikut terlibat langsung serta dapat memberikan informasi
(gambaran) tentang pengelolaan Alokasi Dana Desa, yaitu Pemerintah Desa selaku Tim
Pelaksana Desa dan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Nagari (LPMN) selaku Tim Pelaksana
Kegiatan. Sebagai informan dari unsur pemerintah desa, diwakili oleh Wali Nagari, Sekretaris
Nagari, Bendahara Nagari dan Kasi Pembangunan, sedangkan pihak LPMN diwakili oleh ketua
LPMN dan Kepala Jorong yang mewakili masyarakat. Selain itu untuk memperoleh data yang
berkaitan dengan pengawasan, informan yang dipilih adalah Badan Musyawarah Nagari (BMN).
Berikut akan penulis jabarkan mengenai masing-masing informan:
1. Informan 1: Hj. Alex Suryani, selaku Wali Nagari Sulit Air.
2. Informan 2: Meri Aswita, selaku Sekretaris Nagari Sulit Air.
3. Informan 3: Fitri Yani, selaku Bendahara Nagari Sulit Air.
4. Informan 4: Apdison, selaku Kasi Pembangunan Nagari Sulit Air.
5. Informan 5: Agustar, selaku Kepala Jorong Talago Laweh Nagari Sulit Air.
6. Informan 6: Erwin Saman, selaku Ketua LPMN Nagari Sulit Air.
7. Informan 7: Tasrial BA, selaku Ketua BMN Nagari Sulit Air.
3.3. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN
Lokasi penelitian akuntabilitas pengelolaan Alokasi Dana Desa ini adalah di Nagari Sulit Air
pada Kecamatan X Koto Diatas, Kabupaten Solok. Pemilihan lokasi ini dengan pertimbangan
karena tingkat akuntabilitas pengelolaan Alokasi Dana Desa yang dilaksanakan oleh pengelola
ADD di wilayah Kecamatan X Koto Diatas perlu ditingkatkan guna mendukung terwujudnya
good governance. Adapun waktu penelitian dilakukan selama bulan Agustus tahun 2017.
3.4. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Dalam teknik pengumpulan data yang peniliti pilih adalah sebagai berikut:
1. Penelitian lapangan (Field Research)
Penelitian lapangan merupakan penelitian yang dilakukan secara langsung dengan
narasumber dan turun langsung ke lokasi tempat yang akan diteliti. Penelitian ini dilakukan
dengan beberapa cara, antara lain:
a. Wawancara
Esterberg (2002) dalam Sugiyono (2009) mengemukakan beberapa macam jenis
wawancara yaitu wawancara terstruktur, semi terstruktur dan tidak terstruktur. Pada
wawancara terstruktur, Peneliti telah mengetahui dengan pasti informasi apa yang
akan diperoleh sehingga Peneliti menyiapkan instrumen penelitian berupa
pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan. Sementara itu,
pelaksanaan wawancara semi terstruktur lebih bebas, dan bertujuan untuk
menemukan permasalahan secara lebih terbuka dimana responden dimintai pendapat
dan ide-idenya. Selanjutnya, wawancara tidak terstruktur merupakan wawancara
yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah
tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.
Dalam teknik wawancara ini peneliti menggunakan metode semi-structured.
Wawancara tersebut ditujukan kepada wali nagari dan bendahara nagari di Nagari
Sulit Air pada Kecamatan X Koto Diatas, Kabupaten Solok.
b. Observasi
Menurut Sukardi (2006), observasi adalah tindakan atau proses pengambilam informasi
melalui media pengamatan. Menurut M. Djunaidi Ghony & Fauzan Almanshur (2012)
observasi merupakan sebuah teknik pengumpulan data yang mengharuskan peneliti turun ke
lapangan mengamati hal-hal yang berkaitan dengna ruang, tempat, pelaku, kegiatan, benda-
benda, waktu, peristiwa, tujuan, dan perasaan.
Observasi yang dilakukan peneliti dalam mengamati jalannya proses pengelolaan dana
desa yang ada pada Nagari Sulit Air pada Kecamatan X Koto Diatas, Kabupaten Solok.
c. Dokumentasi
Dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam
banyak hal dokumen sebagai sumber data dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan,
bahkan untuk meramalkan. (Lexy J Moleong, 2014).
Dokumentasi yang dilakukan adalah mengumpulkan data berupa sejarah, laporan dan
dokumen yang berhubungan tentang pertanggungjawaban dana desa di Nagari Sulit Air pada
Kecamatan X Koto Diatas, Kabupaten Solok.
2. Penelitian Kepustaka (Library Research)
Merupakan penelitian yang dilakukan guna memperoleh pengetahuan dan landasan teori
dari berbagai literature, referensi dan hasil penelitian sebelumnya yang berhubungan denga
objek penelitian.
3.5. TAHAP PELAKSANAAN PENELITIAN
Tahap dalam pelaksanaan penelitian ini meliputi langka-langka sebagai berikut:
1. Tahap persiapan awal, meliputi aktivitas literatur review yang merupakan penelusuran
dan kajian/regulasi serta merancang proposal penelitian itu sendiri.
2. Tahap persiapan lanjutan yakni melupi aktivitas dari pengumpulan ide dan menilai aspek-
aspek substantive dalam penelitian tersebut.
3. Pembuatan proposal penelitian sesuai dengan mekanisme yang semestinya berdasarkan
panduan mata kuliah Metode Penelitian dan mata kuliah Seminar proposal, dilanjutkan
review proposal oleh dosen pembimbing sesuai dengan ketentuan Jurusan Akuntansi
Politenik Negeri Padang.
4. Observasi awal adalah melalui pengamatan yang dilakukan ke lokasi/objek penilitan
demi mempelajari dan mengenal aspekaspek yang mendukung untuk observasi lanjutan.
5. Pengelolaan data merupakan observasi lanjutan dan akan melakukan wawancara dengan
pihak-pihak yang terkait dengan penelitian itu sendiri.
6. Pelolaan data, merupakan langkah selanjutan setelah proses pengumpulan data meliputi
aktivitas transkrip hasil wawancara serta memilah hasilnya untuk dideskripsikan.
7. Analisis data meliputi penglahan data dan disingkronkan berdasarkan teori-teori terkait
dengan peraturan-peraturan yang relevan.
3.6 TEKNIK ANALISIS DATA
Sugiyono (2009) menyatakan bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi,
dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan mana yang akan
dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh Peneliti maupun orang
lain.
Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis
tematik. Analisis tematik adalah cara mengidentifikasi tema-tema yang terpola dalam suatu
fenomena. Tema-tema ini dapat diidentifikasi, dikodekan secara induktif (data driven) dari data
kualitatif mentah (transkrip wawancara, biografi, rekaman video, dan sebagainya) maupun
secara deduktif (theory driven) berdasarkan teori maupun hasil penelitian terdahulu (Boyatzis,
1998 dalam Hendriani, 2012).
Dalam penelitian ini, analisis data disederhanakan dengan tahapan-tahapan sebagai
berikut. Tahapan pertama mengindentifikasi data yang diperoleh dari lapangan, baik dengan
cara wawancara, observasi maupun dokumentasi, yang bersumber dari buku, literature, dan
foto. Tahapan kedua, yakni mengklasifikasikan data yang masuk menjadi transkrip
pembicaraan dengan informan kemudian disesuaikan dengan permasalahan dan tujuan
penelitian. Tahapan ketiga, yakni melakukan interpretatif terhadap faktor yang mempengaruhi
sesuai dengan permasalahan yang ada.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN
Kondisi fisik dasar suatu wilayah mempunyai peran yang penting, karena dapat mengetahui
faktor-faktor alami untuk mengetahui keadaan dan potensi yang ada di suatu kawasan sehingga
dapat diketahui aktivitas yang sesuai di kawasan tersebut. Fisik alami yang ada di kawasan
berfungsi sebagai wahana atau penampung aktivitas penduduk, sebagai suatu sumber daya alam
yang cukup mempengaruhi perkembangan kawasan dan sebagai pembentuk pola aktivitas
penduduk.
Nagari Sulit Air yang letak geografisnya berada diantara 0° - 3’ LS dan 100.28° BT
merupakan salah satu Nagari terluas yang posisinya berada pada bagian Utara Propinsi Sumatera
Barat.
Berdasarkan data terakhir yang diterbitkan oleh Direktorat Bina Program Direktorat
Jendral penyiapan Pemukiman Departemen Transmigrasi 2005 bahwa ketinggian daerah Nagari
Sulit Air berada pada 500-750 M dpl.
Secara Administratif Pemerintahan Nagari Sulit Air berbatasan dengan :
- Sebelah Utara : Batang Ombilin dan Nagari Pasilihan
- Sebelah Selatan: Nagari Tanjung Alai dan Nagari Tanjung Balit
- Sebelah Timur: Kolok dan Talawi Sawah Lunto
- Sebelah Barat: Nagari Kacang, Simawang, Nagari Bukit Kandung
Nagari Sulit Air terletak di Kecamatan X Koto Diatas yang terdiri dari 13 Jorong. Dengan
luas 77,6 km² dengan uraian sebagai berikut:
Tabel 4.1
Luas Nagari Sulit Air Perjorong
NO JORONG LUAS ( Ha )
1 Silungkang 5 Km2
2 Koto tuo 4 Km2
3 Gando 5 Km2
4 Koto Gadang 2 Km2
5 Basung 11 Km2
6 Linawan 6 Km2
7 Rawang 7 Km2
8 Siaru 7 Km2
9 Kunik Bolai 4 Km2
10 Taram 4 Km2
11 Batu Gale 4 Km2
12 Sarikieh 6 Km2
13 Tl. Loweh 10 Km2
Jumlah 77,6 Km2
Sumber: Profil Nagari Sulit Air Tahun 2016
Jumlah penduduk Nagari Sulit Air pada tahun 2016 adalah 7.636 jiwa dengan 2.085
Kepala Keluarga yang tersebar tidak merata, jumlah penduduk terbesar terdapat di Jorong
Silungkang dengan jumlah Penduduk 934 jiwa, jumlah penduduk terendah terdapat di Jorong
Taram dengan jumlah penduduk 171 jiwa sementara pada tahun 2016 mengalami penurunan
sebanyak 7.431 Jiwa.
Banyaknya jumlah penduduk perempuan dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-laki
di Kanagarian Sulit Air, hal ini menunjukan bahwa penduduk laki-laki cenderung untuk pergi
merantau ke Kota/Wilayah yang ada di Indonesia, dan penduduk yang merantau rata-rata berusi
19–34 tahun, sedangkan penduduk laki-laki yang bekerja di Kanagarian Sulit Air bekerja
disektor perdagangan dan pertanian.
Pendidikan merupakan salah satu unsur terpenting dalam pembangunan, karena dengan
pendidikan masyarakat akan membentuk sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas tinggi
yang akan sangat berpengaruh dalam pelaksanaan pembangunan pedesaan khususnya dalam hal
partisipasi masyarakat desa. Berikut jumlah penduduk menurut tingkat pendidikanya:
Tabel 4.2
Tingkat Pendidikan di Nagari Sulit Air
Tingkat Pendidikan Jumlah Berdasarkan Pendidikan
(jiwa)
PAUD 40
TK 171
SD 998
SLTP 551
SLTA 362
Perguruan Tinggi 25
Guru 313
Jumlah 2460
Sumber: Profil Nagari Sulit Air Tahun 2016
Banyaknya jumlah penduduk dan tingkat pendidikan di Nagari Sulit Air diharapkan dapat
membantu meningkatkan potensi Nagari untuk menanggulangi kemiskinan dan kesenjangan
sosial. Kewenangan Pemerintah Nagari dalam membantu proses pemerataan pembangunan
merupakan fungsi dan tugas pokok Wali Nagari, perangkat nagari yang dibantu oleh Badan
Musyawarah Nagari (BMN), Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Nagari (LPMN) dan tokoh
masyarakat dengan memberikan jembatan bagi masyarakat untuk berpartisipasi secara aktif ikut
serta dalam pengambilan keputusan. Untuk melancarkan kegiatan Pemerintah Nagari,
Pemerintah Kabupaten memberikan bantuan dana melewati alokasi dana nagari untuk membantu
proses kegiatan operasional nagari dan pemberdayaan nagari. Pengelolaan tersebut diharapkan
Pemerintah dapat dikelola dengan baik oleh Pemerintah Nagari dengan melibatkan masyarakat
untuk berpartisipasi dan memberikan respon terhadap proses pelaksanaan pengelolaan dana dan
menggugat pertanggungjawaban kepada tim pelaksana pengelola Alokasi Dana Desa (ADD).
Wali Nagari bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan yang didanai oleh ADD dan dibantu
oleh LPMN sebagai mitra Wali Nagari dalam proses pembangunan proyek yang didanai oleh
ADD. BMN bertugas mengawasi proses pelaksanaan kegiatan yang didanai oleh ADD beserta
masyarakat lainnya untuk melakukan evaluasi agar tidak terjadi penyimpangan. Berikut struktur
pemerintahan Nagari Sulit Air, dapat dilihat dari gambar 4.1:
Gambar 4.1
Struktur Pemerintahan Nagari Sulit Air Tahun 2016.
4.2. PRATIK PENGELOLAAN DANA NAGARI DI NAGARI SULIT AIR
Bagian ini akan menjabarkan mengenai praktik pengelolaan dana nagari yang diperoleh oleh
Nagari Sulit Air untuk tahun 2016. Pengelolaan Dana Nagari dikelompokkan menjadi tiga
tahapan, yaitu: (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan, dan (3) Pertanggungjawaban. Data diperoleh
melalui wawancara, dokumentasi dan observasi. Untuk tahap perencanaan akuntabilitas
difokuskan pada: (a) kegiatan penyusunan APB Nagari, dan (b) kegiatan penyusunan RAB Dana
Nagari. Pada tahap Pelaksanaan akuntabilitas difokuskan pada: (a) kegiatan penyaluran Dana
Nagari, (b) kegiatan Pengambilan Dana Nagari, (c) kegiatan Penggunaan Dana Nagari, (d)
kegiatan Proses pembelanjaan, dan (e) Pengembalian Dana Nagari. Sedangkan pada tahap
Pertanggungjawaban Dana Nagari akuntabilitas difokuskan pada: (a) Bagaimana Proses
pembukuan Dana Nagari, (b) Bagaimana Pengawasan dan Evaluasi Dana Nagari, (c) Bagaimana
Pelaporan Dana Nagari, dan (d) Bagaimana Publikasi Dana Nagari. Berikut adalah hasil
Penelitian yang peneliti dapatkan mengenai pengelolaan dana Nagari di Nagari Sulit Air, yang
akan diuraikan sebagai berikut:
4.2.1. Tahap Perencanaan Dana
Perencanaan Pengelolaan Dana Nagari di Nagari Sulit Air merupakan hal yang sangat penting
bagi Nagari untuk mencapai tujuan yang ditargetkan. Namun, untuk mencapai target tesebut
maka diperlukan perencanaan dalam penyusunan APB Nagari dan RAB berdasarkan kebutuhan
dan kondisi Nagari.
4.2.1.1. Kegiatan Penyusunan APB Nagari
Sebelum APB Nagari disusun, masing-masing jorong (ada 13 jorong) di Nagari Sulit Air akan
mengadakan musyawarah jorong untuk membahas kegiatan yang dibutuhkan untuk
pembangunan jorong. Musyawarah jorong ini dipimpin oleh masing-masing kepala jorong. Hal
ini sesuai dengan hasil wawancara dengan kepala jorong Talago Laweh (Informan 5):
“Keterlibatan saya sebagai kepala jorong yaitu mengumpulkan masyarakat untuk
mengadakan musyawarah namanya musjor, musyawarah jorong untuk membuat usulan-
usulan dari jorong, untuk diajukan ke nagari, jadi setiap masyarakat tentu ada usulan-
usulan untuk pembangunan di daerahnya masing- masing, jadi karena usulan itu nanti
dirangkum atau dikumpulkan beberapa usulan.”
Berdasarkan hasil musyawarah jorong, kepala jorong akan menyusun proposal kegiatan
(berita acara skala perioritas pembangunan jorong), yang nantinya akan dibawa ke musyawarah
nagari atau musrembang nagari untuk dikompetisikan dengan proposal kegiatan dari jorong lain
di Nagari Sulit Air.
Seide dengan pernyataan di atas, Ketua LPMN (Informan 6) juga menyatakan bahwa tahap
perencanaan APB Nagari dimulai dari Musyawarah Jorong, seperti yang dinyatakan berikut ini:
“Yang pertama sekali dilalui dengan musyawarah jorong, setelah musyawarah jorong, itu
oleh kepala jorong dibuat sebuah berita acara, yang dinamakan sekala perioritas
pembangunan jorong, terus dari sekian banyak usulan masyarakat jorong, kepala jorong
nanti membawa usulan ke nagari, dari sekian banyak usulan masyarakat jorong tadi timbul
kajian dan masalah dari kepala jorong untuk memilah-milah mana yang lebih perioritas
mana yang tidak, pada tahun 2016 proses itu dilaksanakan secara demokrasi, kalau jorong
talago laweh itu bertempat di kelompok tani, karena masyarakat berkumpul dalam wadah
kelompok tani, setelah sampai di nagari usulan masyarakat jorong, pemerintah nagari
menggelar musrembang, musyawarah nagari yang dihadiri oleh seluruh tokoh masyarakat
dan pemuka masyarakat dan pimpinan semua lembaga yang ada dinagari, itu yang
musrembang nagari. Didalam pertemuan nagari peran LPMN adalah sebagai fasilitasi
terselenggaranya musrembang yang partisipatif, artinya musrembang berjalan dengan
demokrasi, menampung aspirasi masyarakat dan mengarahkan untuk bagaimana
masyarakat sebanyak mungkin hadir dalam musrembang itu.”
Dari musyawarah jorong, maka ditemukannya program kerja dari berbagai sektor dan
bidang, lalu dibahas lewat Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nagari (Musrembangnag)
yang dihadiri perangkat Nagari, Badan Musyawarah Nagari (BMN), Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat Nagari (LPMN) dan tokoh masyarakat. Musrenbangnag tersebut merupakan forum
pembahasan usulan rencana kegiatan pembangunan di tingkat desa yang berpedoman pada
prinsip-prinsip Perencanaan Pembangunan Partisipasi Masyarakat Desa (P3MD). Prinsip
tersebut mengharuskan keterlibatan masyarakat dalam pengambilan keputusan dan menentukan
pembangunan yang akan dilaksanakan khususnya yang berlokasi di desa yang bersangkutan,
sehingga benar-benar dapat merespon kebutuhan/aspirasi yang berkembang. Hal tersebut sesuai
dengan informasi yang diperoleh dari sumber informan. Berikut akan Penulis jabarkan pendapat
dari ketua LPMN (Informan 6) mengenai keterlibatan masyarakat dalam pengambilan keputusan
dan menentukan pembangunan yang akan didanai oleh APB Nagari:
“Dana desa merupakan sumber dana dari pemerintah, tanda kutip APB karna dana desa
bersumber dari APB secara otomatis suka tidak suka itu harus dilaksanakan secara
transparansi, transparansi adalah terlibatnya masyarakat baik secara proses, dari proses
perencanaan dana desa, maupun dalam pelaksanaan. Keterlibatan LPMN yaitu sebagai
fasilitator, sebagai motifator dan sebagai mediator dalam permasalahan kegiatan didalam
masyarakat yang bersifat pembangunan yang partisipatif.”
Seide dengan pernyataan di atas, Sekretaris Nagari (Informan 2) juga menyatakan bahwa
adanya keterlibatan masyarakat dalam pengambilan keputusan dan menentukan pembangunan
yang akan didanai oleh APB Nagari, seperti yang dinyatakan berikut ini:
“Jadi misalnya ada dapat dana desa, jadi yang pertama sakali adalah ada swadaya dari
masyarakat dulu, diberi mereka samacam swadaya, jadi kalau partisipasi masyarakat yang
pertama dari segi perencanaan, perencanaan dalam bentuk musyawarah, pelaksanaan ada
juga masyarakat yang ikut serta.”
Musrembang Nagari menghasilkan keputusan bahwa Jorong Talago Laweh yang
mendapatkan bantuan (alokasi dana nagari) untuk pembangunan jalan untuk tahun 2016. Maka
dari itu, Wali Nagari sebagai penanggungjawab pengelola dana dan dibantu oleh perangkat
nagari, badan musyawarah nagari (BMN), lembaga pemberdayaan masyarakat nagari (LPMN)
dan tokoh masyarakat lainnya menyusun Rencana Kerja Pembangunan Nagari (RKP Nagari)
(Lampiran 13) tahun 2016, anggaran pendapatan dan belanja nagari (APB Nagari) (Lampiran 14)
yang tertera didalam Peraturan Nagari Sulit Air, profil Nagari yang didalamya ada potensi
nagari, jumlah penduduk, luas wilayah, potensi ekonomi dsb, Rencana Anggaran Biaya (RAB)
(Lampiran 17) dan menyusun Rincian Penggunaan Dana (RPD) (Lampiran 18). Penyusunan
rangkaian tersebut untuk melengkapi berkas persyaratan pencairan alokasi dana nagari. Badan
musyawarah nagari disini membantu Pemerintah Nagari untuk menyusun laporan-laporan
tersebut agar selesai sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Berikut ini, akan peneliti
jabarkan pendapat Wali Nagari (Informan 1) mengenai proses penyusunan APB Nagari tersebut:
“Yang pertama yaitu musyawarah jorong, kemudian dari musyawarah jorong dibentuklah
musyawarah nagari, dari musyawarah nagari nanti dibentuklah RKP, dari musyawarah
nagari itu nanti disusunlah RPJMB untuk 6 tahun, itu sudah dibentuk dari tahun 2015,
tahun 2015 itu kita sudah ada RPJMB nya kemudian disitu di tahun 2016 RPJMB
diperbaharuhi lagi, dari RPJMB itu nanti terbentuklah yang namanya RKP rencana kerja
pendek. Dari RKP inilah nanti yang disusun menjadi APB, anggaran pendapatan belanja
nagari, itu nanti disahkan melalui BMN, nanti bila sudah disahkan oleh BMN nanti
diserahkan ke PEMDA melalui Kecamatan memeriksa semua item-item yang akan
dikerjakan syarat-syarat nya terpenuhi, nanti disetujui dalam waktu berapa hari ntah berapa
minggu itu akhirnya di ACC datanya dikirim ke Jakarta dari Jakarta di cairkan uangnya,
kemaren itu harusnya per 1 januari tapi karena keterlambatan dari pemerintah pusat dalam
menyusun peraturan mentri, jadi mengalami keterlambatan harusnya per 1 Januari sampai
dengan Agustus itu sudah 1 semester, itu karena kemaren itu banyak masalah di pusatnya,
keterlambatan sampai Desember jadi ndak selesai ya begitulah proses misalnya harusnya
Agustus 2016 sudah 1 semester jadi kemaren itu terlambat baru September atau kapan itu
terlambat lah pokoknya jadi pencairan dana itu untuk tahun 2017 itu juga mengalami
keterlambatan.”
Selaras dengan pernyataan di atas, Sekretaris Nagari juga menyatakan mengenai proses
penyusunan APB Nagari, seperti yang dinyatakan berikut ini:
“Proses penyusunan APB yang pertama itu adalah RKP nagari tadi, dijadikan RKP setelah
dijadikan draf RKP baru terwujud jadi APB, disahkan oleh BMN nagari.”
Seide dengan Wali Nagari dan sekretaris nagari, Kasi Pembangunan juga menyatakan
mengenai proses penyusunan APB Nagari, seperti yang dinyatakan berikut ini:
“Yang pertama harus ada perencanaan dulu, tunggu dulu ada rembuk jorong namanya,
yang pertama diadakan rembuk jorong, apa-apa realisasi apa-apa yang terungkap dari
masyarakat dan apa yang akan dibangun, jadi rembuk jorong habis rembuk jorong nanti di
bawa ke musrembang nagari, nanti baru berkompetisi di kecamatan, caranya rembuk
jorong dulu daftarnya, setelah ada perencanaan, setelah ok rembuk jorong sama nagari,
sama kecamatan baru lah di ok kan nanti baru bermusyawarah nagari, BMN dan lembaga
lain.”
Sementara itu, Badan Musyawarah Nagari (Informan 7) juga menyatakan keterlibatanya
dalam penentuan alokasi dana nagari, sebagaimana diungkapkan berikut ini:
“Kalau keterlibatan BMN dalam penyusunannya itu keterlibatannya nanti dalam
menetukan berapa anggaran untuk setiap proyek yang sudah ditentukan, itu yang pertama,
yang kedua yaitu memonitor hasil dari musrembang, jadi acuannya dari sana proyek
musrembang, apa yang mau dikerjakan, kemudian dengan ketentuan anggaran nya berapa,
dengan mengacu pada acuan dari pada bupati, sebab itu anggaran tidak semuanya untuk
pembangunan, sebagian masuk kedalam penggajian pegawai, termasuk buat belanja yang
lain diluar pembangunan, itu memang acuannya di sana tapi acuannya dibuat berdasarkan
RAB yang sudah ditentukan, jadi keterlibatan BMN ada disana.”
Namun, dalam pelaksanaan kegiatan jumlah yang direalisasikan bisa terjadi tidak sama
dengan anggarannya, bisa kurang ataupun lebih dari jumlah yang telah dianggarkan sebelumnya.
Apabila dalam pelaksanaan tersebut ada perbedaan dengan rencana anggarannya, maka dapat
dilakukan perubahan anggaran. Hal ini terjadi karena berbagai hal yang melatar belakanginya.
Seperti yang diungkapkan oleh wali nagari (Informan 1) sebagai berikut ini:
“Iya, karna ada pengeluaran-pengeluaran itu yang tidak sesuai karena ada penambahan, ada
yang tidak dilaksanakan yang harus dilaksanakan tidak terlaksana ya itu lah terjadi
perubahan.”
Selaras dengan itu sekretaris nagari juga mengungkapkan bahwa, apabila dalam
pelaksanaan ada perbedaan dengan rencana anggarannya, maka dapat dilakukan perubahan
anggaran. Hal ini terjadi karena berbagai hal yang melatar belakanginya. Seperti yang
diungkapkan sebagai berikut:
“Sabenarnya tergantung nagari, kalau uni biasanya tiap-tiap tahun ada, kalau ada anggaran
perubahan itu yang pertama adalah terjadi perubahan signifikan misalnya ada perubahan
penambahan anggaran, atau ada pengurangan atau ada kejadian kejadian diluar dugaan.”
4.2.1.2. Kegiatan Penyusunan RAB
Penyusunan RAB juga sangat penting. Dimana penyusunan RAB dilakukan bersama dengan
APB Nagari dan dalam perencanaan. Penggunaan RAB yang dibuat tidak jauh berbeda dengan
pembuatan perencanaan APB Nagari. Hal tesebut seperti yang diungkapkan Wali Nagari
(Informan 1) dibawah ini:
“APBDes itukan diawali oleh musyawarah jorong, musyawarah nagari kemudian dibentuk
tim perifikasi untuk melihat keabsahan dari pada usulan-usulan itu tersendiri dibuatlah
RAB nya dilihat kelayakannya oleh tim itu layak atau tidak disusunlah berdasarkan
anggaran.”
Pernyataan Wali Nagari tersebut selaras dengan pernyataan Sekretaris Nagari. Dimana
Sekretaris Nagari menyatakan seperti berikut ini:
“Yang pertama kan perencanaan penggalian gagasan dari masing-masing jorong, setelah
itu dibuat perencanaan ada RKP namanya, rencana kerja pembangunan nagari, nanti di
saring yang mana yang di prioritaskan yang paling mendesak, jadi APB setelah jadi APB
nanti pelaksanaan lagi, kalau pelaksanaan itu kasi kalau sekarang, pelaksanaan teknis, kasi
nanti membuat RAB, setelah RAB langsung pelaksanaan masuk pekerjaan, pekerjaan itu
masuk pelaksanaan, sudah itu pencairan lai, itu nanti pelaksanaan di lapangan lagi, kalau
pencairan itu ada tahap satu tahap 2, jadi kasi-kasi ini yang membuatkan pelaporan, jadi
perencanaan, pelaksanaan, pertanggungjawaban masing-masing kasi, itu nanti ditata
usahakan oleh bendahara nagari.”
Selain perencanaan, faktor lain yang menentukan suatu keberhasilam dari sebuah
perencanaan adalah faktor manusianya. Yang mana di Nagari Sulit Air, orang yang terlibat
merupakan orang-orang yang memiliki kepentigan terhadap dana tersebut. Hal tersebut seperti
yang diungkapkan Wali Nagari (Informan 1) seperti dibawah ini:
“Yang terlibat dalam penyusunan APBDes itu adalah yang terlibat pemerintah nagari
bersama BMN, APBDes itukan diawali oleh musyawarah jorong musyawarah nagari
kemudian dibentuk tim perifikasi untuk melihat keabsahan dari pada usulan usulan itu
tersendiri dibuatlah RAB nya dilihat kelayakannya oleh tim itu layak atau tidak
disusunlah berdasarkan anggaran yang sekian gitu kan tu dibagi-bagilah jadi melibatkan
seluruh lembaga LPMN ada disitu, tim perifikasi ada setelah musyawarah itu ada dibentuk
tim perifikasi namanya tim perifikasi ini melihat langsung ke lokasi yang diusulkan dari
mereka yang mengusulkan kan yang mengusulkan kan jorong tadi, kita lihat apa yang
dibutuhkan nya, ini yang dibutuhkan kita lihat ini anggarannya sekian layak apa tidak,
mereka kalkulasikan bersama tim pendamping desa, sekian biayanya perubahan itu mereka
yang menentukan biayanya jadi melibatkan semua unsurlah dari mereka untuk yang
mengusulkan tadikan jorong jadi jorong itu bersama jorong itu kita datang misalnya
anggota dewan kita banyak juga yang mengambil beberapa kegiatan yang ada di RPJMB
itu mereka yang datang ke bawah.”
Selaras dengan Wali Nagari, Sekretaris Nagari (Informan 2) juga mengungkapkan pihak-
pihak yang terlibat sebagai berikut:
“Kalau dalam perencanaan itu seluruh stakeholder, kalau APB itu yang mengesahkan itu
BMN sama Wali Nagari nanti.”
4.2.2. Tahap Pelaksanaan
Tahap Pelaksanaan merupakan jalannya realisasi terhadap kegiatan APB Nagari yang telah
dibuat, pembahasan pada tahap pelaksanaan ini difokuskan pada: (a) penyaluran Dana Nagari,
(b) Pengambilan Dana Nagari, (c) Penggunaan Dana Nagari, (d) Pembelanjaan Dana Nagari, (e)
Pencatatan/pembukuan Dana Nagari, dan (f) Bagaimana Publikasi Dana Nagari.. Pelaksanaan
penggunaan dana Nagari ini harus sesuai dengan petunjuk teknis yang berlaku. Berikut
penjelasan masing-masing komponen tersebut:
4.2.2.1.Penyaluran Dana Nagari
Dana digunakan untuk membiayai keperluan Nagari berdasarkan perencanaan yang telah dibuat.
Dalam hal ini, penyaluran dana Nagari di Nagari Sulit Air dicairkan tergantung APB Nagari
yang diusulkan. Hal tersebut tentunya sesuai dengan petunjuk teknis yang berlaku. Selaras
dengan itu, Sekretaris Nagari (Informan 2) mengungkapkan bahwa:
“Kalau dana desa dari 2015 sudah ada, biasanya bulan april, sebenarnya tergantung
anggaran kita kalau cepat anggaran kita, maka APB cepat juga.”
Pernyataan Sekretaris Nagari tersebut selaras dengan pernyataan Kasi Pembangunan
(Informan 4). Dimana Kasi Pembangunan menyatakan seperti berikut ini:
“Dana desa ini diterima sudah ok semuanya dengan BMN, maka diajukan nanti
perencanan ke inspektorat, ke DPPKA yaitu orang keuangan, sesuai dengan RAB yang
kita buat masing-masing dari pembangunan, kesra, kasi pemerintahan, maka diajukan oleh
wali nagari melalui sekretaris nagari, diajukan itu setelah diajukan itu ke DPPKA bagian
keuangan, kalau sudah di acc (disetujui) sudah lengkap semuanya tidak ada yang salah
lagi, bagian hukum, bagian umum, bagian pemerintah, baru nanti dicairkan tahap
pertama.”
4.2.2.2. Pengambilan Dana Nagari
Pengambilan dana dilakukan setelah melengkapi semua data-data realisasi anggaran tahun lalu.
Hal ini tercermin dari pengungkapan Wali Nagari (Informan 1) sebagai berikut:
“Aaa,,, prosesnya itu kan harus melengkapi semua data-data yang sebelumnya umpama
tahun 2015 harus ada realisasinya semuanya dilampirkan pokoknya semua itu.”
Selaras dengan Wali Nagari, Sekretaris Nagari (Informan 2) juga mengungkapakan sebagai
berikut:
“Setelah cair, ada samacam SPP dari masing-masing kasi, SPP itu surat pemberitaan
pembayaran.”
Pernyataan Wali Nagari dan Sekretaris Nagari tersebut selaras dengan pernyataan Kasi
Pembangunan (Informan 4). Dimana Kasi Pembangunan menyatakan seperti berikut ini:
“Aaa,,, proses pengambilan keuangan di acc (disetujui) wali nagari melalui PPTKN
sekretaris nagari sama bendahara, aaa,,, orang yang tiga itu harus ada tanda tangannya
yang mengajukan aaa,,, nanti setelah cair, di acc (disetujui) juga sama orang dinas
keuangan DPPKA namanya, sekarang BKD namanya, badan keuangan daerah namanya,
dulu DPPKA.”
4.2.2.3. Penggunaan Dana Nagari
Setelah dana cair, maka yang selanjutnya Nagari akan membahas mengenai penggunaan dana
Nagari. Yang mana, penggunaan dana tersebut harus disesuaikan dengan rencana yang telah
dibuat, seperti yang diungkapkan oleh Sekretaris Nagari (Informan 2) sebagai berikut:
“Proses pemakaiaan atau penggunaan yang pertama adalah mengajukan RAB dulu,
setelah itu RDP rencana penggunaan dana berapa, jadi kita memberikan DP dulu, panjar
pelaksanaan setelah itu, diajukan SPP oleh kasi, itu ada bukti-buktinya nanti banyak
catatannya.”
Pernyataan Sekretaris Nagari tersebut selaras dengan pernyataan Kasi Pembangunan
(Informan 4). Dimana Kasi Pembangunan menyatakan seperti berikut ini:
“Melalui prosedur, ada namanya prosedur juknis dan juklak, petunjuk teknis petunjuk
pelaksanaan dari pemda.”
Namun, tidak semua kebutuhan Nagari dapat terpenuhi. Hal ini tentunya dikarenakan
dalam JUKNIS mengenai penggunaan dana Nagari yang ada dianggap belum mengcover secara
keseluruhan kebutuhaan nagari. Hal tersebut tercermin dari jawaban Wali Nagari (Informan 1)
yang mengungkapkaan bahwa sebagai berikut:
“Operasional untuk gaji gaji atau apa ? iya, kalau terpenuhi kita ini luas 70 km2
dibandingkan dari nagari lain yang hanya beberapa meter dan berapa jumlah
penduduknya kita lebih sedikit menerima dananya kalau yang lain-lain itu berlebih lebih
uangnya kalau sulit air itu masih banyak perlu kita biayai gitu jadi dana pas-pasan.”
Selaras dengan Wali Nagari, Sekretaris Nagari (Informan 2) juga mengungkapkan sebagai
berikut:
“Tidak terpenuhi, sebenarnya tidak terpenuhi jadi pecah-pecah lah kegiatan gitu lah, atau
tambah kegiatan lagi.”
Proses pembelanjaan barang/jasa tentunya memiliki mekanisme pembelian barang/jasa dalam
menggunakan dana Nagari berdasarkan kebutuhan. Setelah itu, dalam pembelanjaan barang atau
jasa yang diperlukan. Nagari akan memilih barang dengan cara membandingkan harga yang
paling minimal dan barang yang paling dibutuhkan berdasarkan skala proritas. Hal tersebut
selaras dengan Sekretaris Nagari (Informan 2) yang mengungkapkan bahwa:
“Yang pertama dari segi murah harganya dan kualitas barang.”
Pernyataan Sekretaris Nagari tersebut selaras dengan pernyataan Kasi Pembangunan
(Informan 4). Dimana Kasi Pembangunan menyatakan seperti berikut ini:
“Aaa,,, disurvey dulu setelah itu nanti ada survey harga kualitas nya kan.”
Selain itu nagari juga melakukan publikasi dengan cara menampilkan dalam bentuk
spanduk, papan informasi tentang publikasi dana nagari dan juga disampaikan di masjid-mesjid
oleh wali nagari dan aparat nagari. Hal tesebut selaras dengan Sekretaris Nagari (Informan 2)
yang mengungkapkan bahwa:
“Aaa,,, iya, berupa spanduk dan papan informasi.”
Pernyataan Sekretaris Nagari tersebut selaras dengan pernyataan Kasi Pembangunan
(Informan 4). Dimana Kasi Pembangunan menyatakan seperti berikut ini:
“Iya spanduk, iya kadang-kadang di copykan selebaran juga, misalnya di jalan itu di
jorong itu di tarok di pinggir jalan, biar tahu masyarakat misalnya ada pengecoran jalan
di buat spanduk.”
Sejalan dengan itu, BMN juga sependapat bahwa Nagari melakukan publikasi dengan cara
menampilkan dalam bentuk spanduk, papan informasi tentang publikasi dana nagari dan juga
disampaikan di masjid-mesjid oleh wali nagari dan aparat nagari, hal tesebut sesuai dengan
pengungkapan Ketua BMN (Informan 7) bahwa:
“kalau publikasinya sudah disampaikan oleh ibuk wali di umum contoh kadang kadang di
masjid, bahwa anggaran dana kita tahun ini sekian yang akan kita gunakan untuk
operasional dan kegiatan pembangunan di nagari kita, itu disampaikan secara umum, dan
BMN pun juga nanti akan menyampaikan puplikasi itu, seperti di kantor wali ada papan
informasi untuk menyampaikan persentasi penggunaan dana desa apa-apa saja.”
4.2.3. Tahap Pertanggungjawaban
Bentuk pertanggungjawaban atas dana Nagari dapat dikelompokkan menjadi: (a) Bagaimana
Proses pembukuan Dana Nagari, (b) Bagaimana Pengawasan Dana Nagari, (c) Bagaimana
Evaluasi Dana Nagari, dan (d) Bagaimana Pelaporan Dana Nagari.
4.2.3.1. Proses pembukuan Dana Nagari
Proses pembukuan merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban atas dana nagari.
Pembukuan dilakukan secara rutin setiap ada transaksi dan setiap pelaksanaan pembukuan akan
disertakan bukti fisik transaksi. Hal tersebut berdasarkan petunjuk teknis yang ada. Hal tersebut
sesuai dengan yang diungkapkan Sekretaris Nagari (Informan 2) sebagai berikut:
“Ooo,,, rutin, sebenarnya tergantung kasi, kalau kasinya sakali semester bisa triwulan
bisa.”
Selaras dengan itu bendahara nagari (Informan 3) sebagai pihak yang melakukan pencatatan atas
dana nagari mengungkapkan bahwa:
“Aaa,,, setiap hari, umpama kan ada pengeluaran setiap hari, itu dicatat langsung didalam
buku itu tanggal sekian tanggal sekiannya, contohnya seperti ini, kalau ini per bulan saja
langsung, umpama transaksi yang kasi sumber dana missa nya ATK.”
Pernyataan Sekretaris Nagari dan Bendahara Nagari tersebut selaras dengan pernyataan Kasi
Pembangunan (Informan 4). Dimana Kasi Pembangunan menyatakan seperti berikut ini:
“Aaa,,, iya secara rutin, misal contohnya turun dana desa setelah cair, tadi kan ada bagian
pembangunan, kesra, pemerintahan itu sudah ada panduan ada format- formatnya yang
diisi belanja barang dan jasanya.”
Tidak hanya itu, pembukuan juga harus disertai bukti. Bukti merupakan salah satu item
yang dipantau ketika pemeriksaan dilakukan dan menjadi bukti atas pertanggungjawaban dana
yang telah dipakai. Hal tersebut seperti yang diungkapkan Bendahara Nagari (Informan 3) dalam
pengelolaan dana nagari berikut:
“Bukti fisik maksudnya kwitansi, nota itu harus lah kalau tidak pakai nota tidak bisa di
cairkan, lebih itu nya ke kasi kalau pembelian-pembelian itu, saya hanya mengeluarkan
uang saja, umpamanya beli itu beli itu sekian-sekian ada notanya sekian banyaknya.”
Pernyataan Bendahara Nagari tersebut selaras dengan pernyataan Kasi Pembangunan (Informan
4). Dimana Kasi Pembangunan menyatakan seperti berikut ini:
“Selalu dengan bukti fisik.”
4.2.3.2. Pengawasan dan Evaluasi Dana Nagari
Pengawasan dan evaluasi Dana Nagari dilakukan untuk memantau jalanya rencana yang telah di
rancang serta melihat kelemahan-kelemahan serta kesulitan-kesulitan yang terjadi. Pengawasan
ini dilakukan oleh BMN. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan Wali Nagari (Informan
1) sebagai berikut:
“Tim pengawasan tim pengawasan nya ooo gimana kemaren itu ya ? kemaren itu tim
pengawasan nya belum, kita itu pengawasannya dari pada kasi pembangunan saja gitu kasi
pembangunan itu yang bertanggung jawab untuk pengawasan.”
Pernyataan Wali Nagari tersebut selaras dengan pernyataan Sekretaris Nagari (Informan 2).
Dimana Sekretaris Nagari menyatakan seperti berikut ini:
“Sebenarnya ada pengawasan, kalau sekarang sudah ada orang BMN yang mengawasi,
hhmm,,, setelah pelaksanaan semester pertama adanya.”
Pernyataan Wali Nagari dan Sekretaris Nagari tersebut selaras dengan pernyataan Kasi
Pembangunan (Informan 4). Dimana Kasi Pembangunan menyatakan seperti berikut ini:
“Aaa,,, pengawasan kalau dibidang pembangunan itu tokoh masyarakat yang
mendampingi itu lembaga-lembaga yang ada tadi kan contohnya, LPMN sama BMN tadi
kan, khusus untuk pembangunan nagari pembangunan jorong itu ada pendamping dari
kabupaten namanya, pendamping lokal pinglok, kalau kegiatan iko ado lo tenaga teknis
nyo namo e kan, TPK jorong ko nyo ado, tim pengelola kegiatan ko nak, nyo ado balimo
ketua, sekretaris, bendahara, petugas lapangan jo tenaga teknis, yang ketua nyo tetap
kepala jorong.”
Selain itu, BMN selaku pihak pengawas melakukan Pengawasan atas terlaksananya
Pengelolaan Dana, melalui pemantauan Pengelolaan Dana Nagari apakah sudah sesuai dengan
Perencanaan. Hal tersebut seperti yang diungkapkan dibawah ini:
“Pengawasan, satu dalam bentuk kegiatan keuangan yang ditentukan untuk acara, iya
dilakukan atau tidak, bagaimana dia mempergunakan anggaran untuk itu sesuai ndak
dengan job yang kita lakukan kalau anggarannya untuk itu 17,5 juta pokoknya lai sasuai
jo itu ndak, sudah tu ada dana sosial yang diberikan kepada MUI apakah itu diberikan
atau tidak, sesuai atau tidak prosedur baliknya bagaimana, kalau mungkin segala macam
bukti persyaratannya sudah dilengkapi apa tidak, itu yang kita awasi termasuk proyek
yang dilakukan oleh jorong, itu pun nantik diminta setelah dia lakukan tim teknis
aturannya segini segini harus beli bahannya begini begini bahannya itu harus
dipertanggungjawabkan kembali, itu tetap kita waspadai dari BMN mengawas
kelapangan, terakhir dari BMN melihat nanti setelah selesai kerja proyek itu kami akan
memantau ke lapangan, aaa,,, begitu bentuk pengawasan yang kami lakukan.”
Namun, kegiatan pengawasan beberapa tahun belakang tidak teratur. Hal ini seperti yang
diungkapkan Sekretaris Nagari (Informan 2) sebagai berikut:
“Tahun kemaren belum ada evaluasi, tapi biasanya sakali 3 tahun dari tim kabupaten,
Evaluasi sebenarnya yang mengevaluasi kan tim kecamatan, tapi sampai sekarang belum
ado evaluasi oleh tim kecamatan, kabupaten seharusnya mengevaluasi juga.”
Dalam hal ini, terdapat beberapa komponen yang menjadi bahan pantau bagi pengawas.
Seperti yang diungkapkan oleh Sekretaris Nagari (Informan 2) sebagai berikut:
“Kalau pembangunan ada bidang-bidangnya gitu, pembangunan itu apa namanya,
pemberdayaan ada juga.”
Seide dengan Sekretaris Nagari, Kasi Pembangunan (Informan 4) juga mengungkapkan bahwa:
“Lengkap semuanya, survey barang, pekerjaannya bagamana hasilnya bagaimana
kualitasnya, pokoknya semuanya gitu, kalau barang kurang bagus pokoknyo dipantau
seluruhnya gitu.”
4.2.3.3. Pelaporan Dana Nagari
Pelaporan Pengelolaan Dana Nagari di Nagari Sulit Air merupakan pertanggungjawaban nagari
kepada pemerintah dengan memberikan laporan Pengelolaan Dana nagari pada setiap semester.
Adapun proses pembuatan laporan telah dilakukan dengan baik dan sesuai dengan apa yang
dikerjakan oleh nagari. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh Wali Nagari (Informan 1)
sebagai berikut:
“Nagari membuat laporan itu sesuai dengan apa yang mereka kerjakan jadi apa yang
dikerjakan dibeli di apain eeee,,, yaitu sesuai lah dengan yang dilakukan.”
Pernyataan Wali Nagari tersebut selaras dengan pernyataan Kasi Pembangunan
(Informan 4). Dimana Kasi Pembangunan menyatakan seperti berikut ini:
“Aaa,,, sesuai, cuman pelaporan ko 2 kali dalam satahun ko 50% dan 50%.”
Sejalan dengan itu, BMN juga sependapat bahwa Nagari telah melakukan pelaporan yang baik
dan sesuai dengan apa yang dikerjakan oleh nagari, hal tesebut sesuai dengan pengungkapan
BMN (Informan 7) bahwa:
“melaporkan, periodenya gitu kalau proyek bangunan itu sesuai dengan tahap
tahapannya.”
Adapun pihak-pihak yang diberikan laporan Dana Nagari adalah Dinas Pemberdayaan
Masyarakat dan Inspektorat dalam hal ini kegiatan pelaporan yang dibuat sebagai
pertanggungjawaban nagari atas pengunaan dana dibuat oleh nagari.
4.3. ANALISIS PENGELOLAAN DANA NAGARI DI NAGARI SULIT AIR
Berdasarkan teori keagenan (agency theory) untuk sektor publik, teori keagenan dipergunakan
untuk menganalisis hubungan prinsipal-agen dalam kaitannya dengan sektor publik (Latifah,
2010; Abdullah, 2012). Teori keagenan menganalisis susunan kontraktual diantara dua atau lebih
individu, kelompok atau organisasi. Salah satu pihak (principal) membuat suatu kontrak, baik
secara implisit maupun eksplisit dengan pihak lain (agents) dengan harapan bahwa agen akan
bertindak/melakukan pekerjaan seperti yang diinginkan principal (Jensen and Meckling, 1976).
Teori keagenan telah dipraktekkan pada sektor publik khususnya pemerintah pusat maupun
daerah. Organisasi sektor publik bertujuan untuk memberikan pelayanan maksimal kepada
masyarakat atas sumber daya yang digunakan untuk memenuhi hajat hidup orang banyak.
Pemerintah tidak dapat melakukan pengelolaan dan pengalokasian sumber daya secara sendirian,
sehingga pemerintah memberikan wewenang kepada pihak lain untuk mengelola sumber daya.
Implikasi teori keagenan muncul dalam pengelolaan Dana Nagari dilihat dari dua perspektif
yaitu hubungan antara pemerintah kabupaten dengan pemerintah nagari. Ditinjau dari perspektif
hubungan keagenan antara pemerintah kabupaten dengan pemerintah nagari, pemerintah nagari
adalah agent dan pemerintah kabupaten adalah principal (Halim dan Abdullah, 2006).
Agency theory beranggapan bahwa banyak terjadi information asymmetry antara pihak
agen (pemerintah nagari) yang mempunyai akses langsung terhadap informasi dengan pihak
prinsipal (pemerintah kabupaten). Adanya information asymmetry inilah yang memungkinkan
terjadinya penyelewengan oleh agen. Sebagai konsekuensinya, pemerintah nagari harus dapat
meningkatkan akuntabilitas atas kinerjanya sebagai mekanisme checks dan balances agar dapat
mengurangi information asymmetry.
Berdasarkan Agency theory pengelolaan pemerintah nagari harus diawasi untuk
memastikan bahwa pengelolaan dilakukan dengan penuh kepatuhan kepada berbagai peraturan
dan ketentuan yang berlaku. Dengan meningkatnya akuntabilitas pemerintah nagari, informasi
yang diterima masyarakat menjadi lebih berimbang terhadap pemerintah nagari, yang artinya
information asymmetry yang terjadi dapat berkurang. Dengan semakin berkurangnya information
asymmetry maka kemungkinan untuk melakukan penyelewengan juga menjadi lebih kecil.
Berdasarkan teori tersebut, untuk menghindari penyelewengan yang dilakukan oleh pemerintah
nagari Sulit Air. Maka peneliti melakukan analisis mengenai Pengelolaan Dana Nagari di Nagari
Sulit Air pada tahun 2016.
Berikut adalah analisis yang peneliti lakukan dalam penelitian mengenai Pengelolaan
Dana Nagari di Nagari Sulit Air pada tahun 2016. Metode yang digunakan dalam pengumpulan
data adalah dengan cara wawancara, observasi dan dokumentasi untuk mendapatkan informasi
dan data, guna mendapatkan informasi yang diperlukan peneliti dalam penelitian ini. Hasil dari
penelitian tensebut nantinya akan dianalisis dengan cara membandingkan antara pernyataan dari
hasil wawancara dengan petunjuk teknis dana nagari dan pernyataan yang ada di nagari
mengenai Pengelolaan Dana nagari, meliputi Perencanaan Dana nagari, Pelaksanaan Dana
nagari, dan Pertanggungjawaban Dana nagari.
Berdasarkan analisis yang peneliti lakukan dalam penelitian mengenai Pengelolaan Dana
Nagari di Nagari Sulit Air pada tahun 2016. Peneliti menyimpulkan bahwa:
4.3.1. Tahap perencanaan Dana
Tahap perencanaan penggunaan dana Nagari di Nagari Sulit Air sudah terealisasi dengan
petunjuk teknis. Hal tersebut tercermin dari proses pengelolaan alokasi dana nagari di mulai dari
musyawarah jorong yang dihadiri oleh Kepala jorong, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat
Nagari (LPMN) dan tokoh masyarakat dalam membahas berbagai sektor dan bidang di masing-
masing Jorong untuk menemukan kegiatan yang dapat didanai oleh Dana Nagari. Dari
musyawarah jorong, maka ditemukannya program kerja dari berbagai sektor dan bidang, lalu
dibahas lewat Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nagari (Musrengbangnag) yang dihadiri
perangkat Nagari, Badan Musyawarah Nagari (BMN), Lembaga Pemberdayaan Masyarakat
Nagari (LPMN) dan tokoh masyarakat. Hal tersebut sesuai dengan informasi yang diperoleh dari
sumber informan 1.
Partisipasi masyarakat sudah ada dalam tahap perencanaan penggunaan Dana Nagari. Hal
ini dibuktikan dengan tingkat kehadiran perangkat nagari dan juga masyarakat dalam
musyawarah di Nagari Sulit Air sebagai berikut:
Tabel 4.3
Daftar Hadir Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nagari Tahun 2016.
Unsur kelembagaan Jumlah
Undangan
Kehadiran %
Wali Nagari 1 1 100
Perangkat Nagari 20 18 90
Badan Musyawaratan Nagari
(BMN)
10 10 100
Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat Nagari
(LPMN)
9 9 100
Lembaga Nagari 50 48 94
Jumlah 90 86 96
Sumber: Data Nagari Sulit Air Tahun 2016
Dari hasil laporan mengenai tingkat kehadiran ditunjukkan 96%. Hal ini membuktikan
kepedulian masyarakat didalam pembangunan nagari sulit air. Kehadiran tersebut dapat
mendukung tugas pemerintah dalam mengetahui kebutuhan berskala prioritas untuk
masyarakatnya dan dapat mengembangkan program-program yang akan dicanangkan. Dalam
Peraturan Bupati Solok Nomor 14 Tahun 2016, adapun mekanisme tahapan perencanaan Dana
Nagari dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Wali Nagari selaku penanggung jawab Dana Nagari menerbitkan berita acara
pelaksanaan Kegiatan di nagari sulit air yaitu jorong talago laweh yang melibatkan,
Wali Nagari, perangkat nagari yang didalamnya ada Kepala jorong, Kasi pembangunan,
Sekretaris nagari, Bendahara nagari, Badan musyawarah nagari (BMN), Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat Nagari (LPMN), dan tokoh masyarakat lainnya membahas
kegiatan di berbagai sektor dan bidang yang dapat didanai oleh Dana Nagari.
2. Setelah Musyawarah Jorong selesai, maka wali nagari menerbitkan berita acara untuk
melaksanakan Musyawarah Perencanaan Pembangunan nagari (Musrengbangnag)
dengan menghadirkan Perangkat nagari dan tokoh masyarakat, mendatangkan Badan
Musyawarah Nagari (BMN) guna berembuk membahas mengenai program kerja yang
hasilnya diambil dari Musyawarah Jorong, dan hasil yang telah disepakati bersama di
musrengbangnag akan dilaksanakan di tahun yang akan berjalan.
3. Dalam musrengbangnag Tim pelaksana menyampaikan program-program kegiatan yang
akan dilakukan dan besaran Dana Nagari untuk tahun anggaran berjalan.
4. Berdasarkan hasil musrengbangnag, maka disusunlah Rencana Kerja Pembangunan
Nagari (RKP Nagari) tahunan yang menjadi dasar bagi Pemerintah Nagari bersama
dengan BMN dalam menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Nagari (APB
Nagari), profil Nagari , Rencana Anggaran Biaya (RAB) Rencana Penggunaan Dana
(RPD). Semua laporan dibuat sebagai syarat untuk pencairan Dana Nagari.
5. Hasil keputusan dari musrengbangnag dibawa kedalam Musyawarah Perencanaan
Pembangunan Kecamatan (Musrengbangcam) guna dilakukan evaluasi mengenai
kebenaran dan kelengkapan seluruh syarat-syarat pencairan Dana Nagari, setelah semua
selesai lalu dibawa ke Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah
(Musrengbangda) untuk dilakukan verifikasi.
Tahap perencanaan harus dilaksanakan dengan prinsip transparansi agar informasi
mengenai pengelolaan Dana Nagari dapat diakses oleh seluruh masyarakat di Nagari Sulit Air
agar pengelolaan tersebut dapat dipertanggungjawabkan. Prinsip transparansi dijunjung tinggi
oleh pemerintah nagari agar masyarakat dapat memperoleh informasi yang luas mengenai
pengelolaan alokasi dana nagari, hal ini sesuai dengan informasi yang diperoleh, dimana
masyarakat bebas mengetahui informasi sehingga masyarakat dapat berperan aktif dalam
melaksanakan pembangunan nagari dan memberikan kepercayaan terhadap perangkat desa atas
pengelolaan Dana Nagari untuk terwujudnya prinsip good governance.
Prinsip transparansi ini dapat dilihat dari perencanaan Dana Nagari yang melibatkan
perangkat Nagari, Badan Musyawarah Nagari (BMN) sebagai wakil dari masyarakat, Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat Nagari (LPMN) sebagai mitra dalam pengerjaan kegiatan fisik dan
tokoh masyarakat dalam mengambil keputusan untuk melakukan perencanaan pengelolaan Dana
Nagari dan tokoh masyarakat dalam pengambilan keputusan program kegiatan yang akan
dilakukan dengan memberikan informasi tersebut lewat Papan Informasi yang dipampang di
Kantor Wali Nagari sehingga masyarakat mengetahui program apa saja yang didanai oleh Dana
Nagari sehingga masyarakat lebih mudah dalam mengawasi pelaksanaan kegiatan pembangunan
nagari apabila terjadi penyimpangan dan kendala-kendala di nagari. Prinsip transparansi dapat
didukung dengan adanya respon positif dari masyarakat agar dapat terwujud prinsip good
governance didalam Pemerintahan Nagari.
4.3.2. Tahap Pelaksanaan Dana
Pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang pembiayaaannya bersumber dari Dana Nagari sepenuhnya
dilaksanakan oleh Tim Pelaksana Nagari. Pada tahap pelaksanaan yang dilakukan oleh Nagari
Sulit Air, dana digunakan untuk membiayai keperluan Nagari berdasarkan perencanaan yang
telah dibuat. Dalam hal ini, penyaluran dana Nagari di Nagari Sulit Air dicairkan tergantung
APB Nagari yang diusulkan Nagari. Hal tersebut sesuai dengan informasi yang diperoleh dari
sumber informan 2 dan informan 4.
Pengambilan dana dilakukan setelah melengkapi semua berkas-berkas realisasi anggaran
tahun lalu. Setelah dana cair, maka yang selanjutnya Nagari menggunakan dana tersebut sesuai
dengan rancana yang telah dibuat. Hal tersebut sesuai dengan informasi yang diperoleh dari
sumber informan 1, informan 2 dan informan 4.
Tim pelaksana nagari mengirimkan berkas-berkas kepada Tim Pendamping Kecamatan
untuk dilakukan verifikasi/penelitian kesesuaian pengajuan anggaran dengan APB Nagari,
standar harga, harga satuan barang dan kelayakan bangunan fisik dengan dana yang
dialokasikan, serta mengevaluasi kelengkapan persyaratan pencairan alokasi dana desa antara
lain:
1. Peraturan Nagari tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Nagari tahun 2016.
2. Rekapitulasi Rincian Penggunaan Alokasi Dana Nagari.
3. Rencana Anggaran Biaya (RAB) khusus untuk kegiatan fisik berikut gambar
penampangnya yang disusun oleh Kepala Jorong dan Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat Nagari (LPMN) dengan mempertimbangkan dampak kegiatan terhadap
lingkungan sekitarnya serta untuk mendapatkan hasil yang optimal proses kegiatan
perencanaan teknis harus memperhatikan Penghitungan volume pekerjaan
berdasarkan analisa pekerjaan yang telah diterbitkan oleh pemerintah, gambar
konstruksi secara sederhana, membuat jadwal pelaksanaan kegiatan/time schedule.
Setelah berkas-berkas tersebut sudah dirasa lengkap dan benar maka, Tim Pelaksana
Nagari dengan diketahui Camat mengusulkan surat permohonan pencairan dana ADN beserta
lampirannya kepada Bupati melalui Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan
Nagari Kabupaten Solok, apabila permohonan pencairan telah dinyatakan lengkap dan benar,
berkas permohonan pencairan dana beserta lampirannya diteruskan kepada BPKAD Kabupaten
Solok untuk diproses pencairannya.
Setelah data diproses oleh Pemerintah Kabupaten Solok, maka tim pelaksana nagari
tinggal menunggu informasi mengeni pencairan dana ADN. Setelah informasi mengenai
pencairan dana telah didapat maka, tugas Wali Nagari dan Bendahara Nagari mengambil dana
tersebut. Setelah dana sudah diambil dari bank maka dana tersebut dibagikan sesuai dengan pos
kegiatan operasional dan pemberdayaan masyarakat sesuai kebutuhan yang diperlukan setiap
bulannya.
Pemberian dana nagari tersebut untuk memberikan hak nagari dalam menunjang kegiatan
operasional dan pemberdayaan. Alokasi dana nagari diberikan untuk pembangunan nagari dalam
skala kecil. Bantuan alokasi dana nagari langsung masuk ke rekening nagari diberikan oleh
Kabupaten Solok secara bertahap.
Pada saat ADN cair tim pelaksana nagari lewat bendahara nagari membuat laporan berkala
dan laporan akhir. Laporan berkala yaitu laporan mengenai pelaksanaan penggunaan dana ADN
dibuat secara rutin setiap bulan.
Penyampaian laporan sebagaimana tersebut di atas dilaksanakan secara berjenjang yaitu
dari Tim Pelaksana Nagari ke Tim Pendamping Kecamatan untuk dilaporkan kepada Bupati Tim
Fasilitasi Kabupaten (Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kabupaten
Solok). Guna mendukung keterbukaan dan penyampaian informasi secara jelas kepada
masyarakat, maka nagari juga melakukan publikasi dengan cara menampilkan dalam bentuk
spanduk, papan informasi tentang publikasi dana nagari dan juga disampaikan di masjid-mesjid
oleh wali nagari dan aparat nagari. Hal tersebut sudah membuktikan bahwa dalam pelaksanaan
pembangunan sudah menerapkan prinsip transparansi dan partisipasi dengan membebaskan
masyarakat ikut serta dan turut andil dalam mengelola proyek bangunan. Partisipasi masyarakat
sangat berperan penting dalam mengembangkan pemberdayaan desa. Hal ini sesuai dengan
konsep tranparansi (Mardiasmo, 2002) yaitu masyarakat memiliki hak dan akses yang sama
untuk mengetahui proses anggaran karena menyangkut aspirasi dan kepentingan masyarakat,
terutama kebutuhan-kebutuhan hidup masyarakat.
Namun, tidak semua kebutuhan Nagari dapat terpenuhi. Hal ini tentunya dikarenakan
dalam JUKNIS mengenai penggunaan dana Nagari yang ada dianggap belum mengcover secara
keseluruhan kebutuhaan nagari. Hal tersebut sesuai dengan informasi yang diperoleh dari sumber
informan 1 dan informan 2.
Proses pembelanjaan barang/jasa tentunya memiliki mekanisme pembelian barang/jasa
dalam menggunakan dana Nagari berdasarkan kebutuhan. Setelah itu, dalam pembelanjaan
barang atau jasa, Nagari akan memilih barang dengan cara membandingkan harga yang paling
minimal dan barang yang paling dibutuhkan berdasarkan skala proritas.
Dana Nagari dibagi menjadi beberapa bidang pembiayaan, yaitu: Bidang Penyelenggaraan
Pemerintah Nagari, Bidang Pembangunan, Bidang Pembinaan Masyarakat, Bidang
Pemberdayaan Masyarakat, dan Bidang Tak Terduga. Untuk Bidang Penyelenggaraan
Pemerintah Nagari digunakan untuk kegiatan belanja pegawai, belanja operasional perkantoran,
dan operasional BMN. Untuk Bidang Pembangunan digunakan untuk pembukaan jalan dan
pembangunan jalan. Untuk Bidang Pembinaan masyarakat digunakan untuk belanja kegiatan
pembinaan PKK, pembinaan KAN, pembinaan Bundo Kanduang dan pembinaan lembaga
pendidikan. Untuk Bidang Pemberdayaan Masyarakatnya digunakan untuk mendanai penerapan
program ABS SBK, kegiatan pelatihan pertanian bagi masyarakat, dan kegiatan pelatihan
peternakan bagi masyarakat. Untuk Bidang Tak Terduga digunakan untuk belanja barang dan
jasa. Pada tabel 4.4 akan dijelaskan secara sederhana mengenai pos pembiayaan dari Dana
Nagari:
Tabel 4.4
Rincian Penggunaan Alokasi Dana Nagari Tahun 2016
No Uraian Jumlah (Rp)
1. Bidang Penyelenggaraan Pemerintah
Nagari 678.012.338
2. Bidang Pembangunan 1.240.630.072
3. Bidang Pembinaan Masyarakat 262.495.000
4. Bidang Pemberdayaan Masyarakat 129.890.000
5. Bidang Tak Terduga 15.877.988
Jumlah 2.326.905.398
Sumber: Data Nagari Sulit Air Tahun 2016
4.3.3. Tahap Pertanggungjawaban Dana
4.3.3.1. Proses Pembukuan Dana Nagari
Akuntabilitas adalah kewajiban untuk memberikan pertanggung jawaban, menyajikan,
melaporkan, dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab
pengambil keputusan kepada pihak telah memberi amanah dan hak, kewenangan untuk meminta
pertanggungjawaban tersebut (Mardiasmo, 2009). Tercapainya akuntabilitas publik dibantu
dengan adanya akuntansi sektor publik yang dapat menuntun sebuah perencanaan dan
pengendalian organisasi sektor publik secara efektif dan efisien. Apabila hal ini dikaitkan dengan
pelaksanaan tingkat partisipasi masyarakat di Nagari Sulit Air melalui implementasi program
alokasi dana nagari maka, prinsip akuntabilitas/tanggunggugat tersebut secara bertahap sudah
mulai diterapkan dan menunjukan adanya komitmen yang sangat kuat untuk melaksanakan
tanggungjawab sesuai dengan kapasitas dan kedudukannya. Salah satu bentuk
pertanggungjawaban atas dana nagari adalah Proses pembukuan, Pembukuan dilakukan secara
rutin setiap ada transaksi dan setiap pelaksanaan pembukuan akan disertakan bukti fisik
transaksi.
4.3.3.2. Pengawasan Dana Nagari
Pengawasan Dana Nagari dilakukan dalam rangka mewujudkan akuntabilitas dan transparansi.
Pengawasan dan evaluasi Dana Nagari dilakukan untuk memantau jalannya rencana yang telah
dirancang serta melihat kelemahan-kelemahan serta kesulitan-kesulitan yang terjadi. Pengawasan
Dana Nagari pada Nagari Sulit Air pada tahun 2016 sudah dilakukan oleh Badan Musyawarah
Nagari (BMN). Akan tetapi, sesuai dengan Peraturan Mentri Dalam Negeri Republik Indonesia
No 113 Tahun 2014, selain BMN pengawasan juga seharusnya dilakukan oleh tim kecamatan
dan Pemerintah Kabupaten. Namun, kegiatan pengawasan pada tahun 2016 belum sesuai dengan
peraturan yang ada. Hal tersebut sesuai dengan informasi yang diperoleh dari sumber informan
2.
4.3.3.3. Pelaporan Dana Nagari
Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi
keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama satu periode
pelaporan (Munawair, 2010). Laporan keuangan terutama digunakan untuk mengetahui nilai
sumber daya ekonomi yang dimanfaatkan untuk melaksanakan kegiatan operasional
pemerintahan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas
pelaporan, dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan.
Setiap entitas pelaporan mempunyai kewajiban untuk melaporkan upaya-upaya yang telah
dilakukan serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan secara sistematis dan terstruktur
pada suatu periode pelaporan untuk kepentingan pertanggungjawaban kepada publik terhadap
pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada entitas
pelaporan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodik.
Bentuk pelaporan Alokasi Dana Nagari adalaha Laporan berkala yang dibuat secara rutin
oleh bendahara nagari dibantu dengan perangkat nagari lainnya setiap bulan meliputi realisasi
penerimaan dan belanja ADN dengan adanya bukti pendukung yaitu kwitansi disetiap kegiatan
belanja yang kaitannya dengan kegiatan operasional dan pemberdayaan masyarakat.
Analisis hasil komponen Pelaporan Dana Nagari tahun 2016 di Nagari Sulit Air, Nagari
telah membuat laporan sesuai dengan petunjuk teknis. Nagari Sulit Air melakukan Pelaporan
pertanggungjawaban kepada dinas terkait, yaitu Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan
Inspektorat dalam hal ini kegiatan pelaporan yang dibuat sebagai pertanggungjawaban nagari
atas pengunaan dana dibuat oleh nagari.
Semua pencapaian good governance di pemerintahan nagari Sulit Air tidak terlepas dengan
adanya prinsip akuntabilitas yang didukung oleh prinsip partisipatif, transparan dan responsif
didalamnya yang dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan pertanggungjawaban dengan
seluruh perangkat nagari, tokoh masyarakat dalam mengambil keputusan agar tujuan yang
diinginkan dapat dicapai sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan didalam musrengbangnag.
Seluruh kegiatan tersebut menghasilkan data sesuai dengan hasil wawancara dan survey
dilapangan sebagai berikut:
Tabel 4.5
Akuntabilitas pengelolaan alokasi dana nagari dari hasil wawancara dan survey
No Tahap Partisipasi Transparansi Responsif Lampiran
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
1 Perencanaan
musrengbangnag 8
2 Pelaksanaan 13 dan 22
3 Penyaluran dan pencairan
dana 17, 18 dan 23
4 Penggunaan dana 17, 18 dan 23
5 Pertanggungjawaban 19, 20 dan 21
6 Pelaporan 19, 20 dan 21
Sumber: hasil wawancara dan survey tahun 2016
Hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dirangkum bahwa Nagari Sulit Air salah satu
nagari yang memiliki Alokasi Dana Nagari (ADN) paling tinggi di Kecamatan X Koto Diatas
Kabupaten Solok tahun 2016, sudah menerapkan sistem akuntabilias dalam mengelola alokasi
dana desa berdasarkan prinsip tanggung jawab dan tanggung gugat sesuai dengan ketentuan yang
ada. Perlu dilakukan pengembangan berkelanjutan dengan adanya partisipasi masyarakat untuk
menerapkan rasa memiliki dan tanggung jawab terhadap sarana prasarana yang telah diberikan
untuk bersama-sama menjaga agar selalu dalam kondisi baik. Untuk pembangunan kegiatan fisik
menyesuaikan situasi, kondisi, skala prioritas masyarakat setempat dan menyesuaiakan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Pengawasan dan evaluasi telah dilaksankan oleh Badan
Musyawarah Nagari (BMN) dan juga masyarakat sebagai penerima sarana dan prasana. Dari
tahap awal yaitu perencanaan, pelaksanaan, pertanggungjawaban sampai evaluasi sudah
menerapkan prinsip akuntabilitas yang didukung dengan prinsip partisipatif, transaparan, dan
responsif sesuai dengan pedoman yang telah disusun Kabupaten Solok Tahun 2016.
BAB V
PENUTUP
5.1. KESIMPULAN
Dari penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa Nagari Sulit Air salah satu
nagari yang memiliki Alokasi Dana Nagari (ADN) paling tinggi di Kecamatan X Koto Diatas
Kabupaten Solok tahun 2016, sudah menerapkan sistem akuntabilias dari tahap awal yaitu
perencanaan, pelaksanaan, pertanggungjawaban sudah menerapkan prinsip akuntabilitas yang
didukung dengan prinsip partisipatif, transaparan, dan responsif sesuai dengan pedoman. Berikut
kesimpulan mengenai akuntabilitas pengelolaan dan pemanfaatan Alokasi Dana Nagari dalam
proses pembangunan di nagari Sulit Air tahun 2016 sebagai berikut :
1. Tahap Perencanaan Dana Nagari
Tahap perencanaan penggunaan dana nagari di Nagari Sulit Air sudah terealisasi dengan
petunjuk teknis. Hal tersebut tercermin dari proses pengelolaan alokasi dana nagari di mulai dari
musyawarah jorong yang dihadiri oleh Kepala jorong, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat
Nagari (LPMN) dan tokoh masyarakat dalam membahas berbagai sektor dan bidang di masing-
masing Jorong untuk menemukan kegiatan yang dapat didanai oleh Dana Nagari. Dari
musyawarah jorong, maka ditemukannya program kerja dari berbagai sektor dan bidang, lalu
dibahas lewat Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nagari (Musrengbangnag) yang dihadiri
perangkat Nagari, Badan Musyawarah Nagari (BMN), Lembaga Pemberdayaan Masyarakat
Nagari (LPMN) dan tokoh masyarakat.
2. Tahap Pelaksanaan Dana Nagari
Pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang pembiayaaannya bersumber dari Dana Nagari
sepenuhnya dilaksanakan oleh Tim Pelaksana Nagari. Pada tahap pelaksanaan yang dilakukan
oleh Nagari Sulit Air, dana digunakan untuk membiayai keperluan Nagari berdasarkan
perencanaan yang telah dibuat. Dalam hal ini, penyaluran dana Nagari di Nagari Sulit Air
dicairkan tergantung APB Nagari yang diusulkan Nagari. Pengambilan dana dilakukan setelah
melengkapi semua data-data realisasi anggaran tahun lalu. Setelah dana cair, maka yang
selanjutnya Nagari akan membahas mengenai penggunaan dana Nagari. Yang mana, penggunaan
dana tersebut harus disesuaikan dengan rancana yang telah dibuat.
3. Tahap Pertanggungjawaban Dana Nagari
Tahap pertanggungjawaban pengelolaan Alokasi Dana Nagari di Nagari Sulit Air secara
teknis dan administratif sudah menerapkan prinsip akuntabilitas dengan indikator transparan dan
responsif. Prinsip akuntabilitas dalam pengelolaan dana ADN ini sudah terlihat dengan adanya
pembukuan, Pembukuan dilakukan secara rutin setiap ada transaksi dan setiap pelaksanaan
pembukuan akan disertakan bukti fisik transaksi, yang telah dibuat oleh bendahara dan dibantu
dengan perangkat nagari lainnya. Badan Musyawarah Nagari sudah melakukan pengawasan dan
evaluasi sesuai dengan petunjuk teknis. Pertanggungjawaban secara transparan yang diberikan
kepada masyarakat yaitu dengan bentuk fisik sarana dan prasaran yang telah dibangun. Namun,
kegiatan pengawasan pada tahun 2016 belum sesuai dengan peraturan yang ada. Sedangkan dari
sisi administratif pertanggungjawabnya diberikan kepada Pemerintah Kabupaten Solok.
5.2. KETERBATASAN PENELITIAN
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan terdapat keterbatasan sebagai berikut:
1. Penelitian ini tidak melaksanakan check list langsung terhadap kwitansi pembelian barang dan
SPJ kegiatan.
2. Peneliti hanya dapat menemukan indikator akuntabilitas yaitu partisipasi, trasnparansi dan
responsif.
3. Data yang diperoleh dalam penelitian ini, masih dari pelaku/pelaksana Pengelolaan Dana
Nagari. Perolehan data masih belum melibatkan Pemerintah Kecamatan, Pemerintah
Kabupaten dan Dinas Pemberdayaan masyarakat, sehingga data masih cenderung bersifat
subyektif.
5.3. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan yang dilakukan Peneliti, maka peneliti
mengemukakan saran sebagai berikut:
1. Peneliti selanjutnya dapat melakukan check list terhadap kwitansi pembelian barang dan
SPJ kegiatan.
2. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian kuantitatif dengan
indikator partisipatif, transparansi dan responsif.
3. Dalam pelaksanaan untuk penggunaan dana, sebaiknya nagari membentuk tim
manajemen khusus. Hal ini tentunya bertujuan mempermudah nagari dalam melakukan
pengelolaan dana nantinya.
DAFTAR PUSTAKA
Ainurrohma Romantis, P. U. T. E. R. I. (2015). Akuntabilitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa Di
Kecamatan Panarukan Kabupaten Situbondo Tahun 2014.
http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/68987/PUTERI%20AINUR
ROHMA%20ROMANTIS.pdf?sequence=1 Ditelusuri 28/06/2017.
Astuty, E., & Fanida, E. H. (2013). Akuntabilitas Pemerintah Desa dalam Pengelolaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa (APBDES)(Studi pada Alokasi Dana Desa Tahun
Anggaran 2011 di Desa Sareng Kecamatan Geger Kabupaten Madiun). Jurnal.
Universitas Negeri Surabaya. Ditelusuri 28/06/2017.
Hendriani, Wiwin. (2012). Dua Langkah Analis Tematik. Ditelusuri pada tanggal 28 Juni
2014 melalui.http://wiwinhendriani.com/2012/12/17/dua-langkah-analisis-tematik-
boyatzis-1998/
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/daerah/15/11/23/ny9r1n384-korupsi-dana-desa-
kades-ini-dituntut-tujuh-tahun-penjara
Karimah, F. (2014). Pengelolaan Alokasi Dana Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat (Studi
pada Desa Deket Kulon, Kecamatan Deket, Kabupaten Lamongan). Jurnal
Administrasi Publik, 2(4), 597-602.
http://administrasipublik.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jap/article/view/428.
Ditelusuri 28/06/2017.
Lestari, A. K. D., Atmadja, A. T., SE, A., Adiputra, I. M. P., SE, S., & Si, M. (2014). Membedah
Akuntabilitas Praktik Pengelolaan Keuangan Desa Pakraman Kubutambahan,
Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali (Sebuah Studi
Interpretif pada Organisasi Publik Non Pemerintahan). JIMAT (Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Akuntansi S1), 2(1).
http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/S1ak/article/view/2253/1950. Ditelusuri
28/06/2017.
Lexy J. Moleong. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Mardiasmo. 2002, Otonomi Daerah dan Manajemen Keuangan Daerah, Andi, Yogyakarta.
Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Andi. Yogyakarta.
Nordiawan, Deddi, Iswahyudi SP dan Maulidah Rahmawati, 2007 Akuntansi Pemerintahan,
Salemba Empat, Jakarta.
Peraturan Bupati Kabupaten Solok Nomor 5 Tahun 2016 Tentang Pedoman Teknis Pengelolaan
Alokasi Dana Nagari Di Kabupaten Solok.
Peraturan Bupati Kabupaten Solok Nomor 14 Tahun 2016 Tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Alokasi Dana Nagari Di Kabupaten Solok.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 113 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan keuangan desa.
Profil Pemerintahan Nagari Sulit Air Tahun 2016.
Rosalinda, Okta. 2014. Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) Dalam Menunjang
Pembangunan Desa. (Studi Kasus : Desa Segodorejo dan Desa Ploso Kerep,
Kecamatan Sumobito, Kabupaten Jombang. Jurnal Ilmiah. Universitas Brawijaya.
Malang.
Setyoko, P. I. (2012). Akuntabilitas Administrasi Keuangan Program Alokasi Dana Desa
(ADD). JIANA (Jurnal Ilmu Administrasi Negara), 11(01).
http://ejournal.unri.ac.id/index.php/JIANA/article/view/589/582 ditelusuri
14/10/2016. Ditelusuri 28/06/2017.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sukardi. (2006). Metodologi Penelitian Pendidikan.Jakarta: Bumi Aksara.
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang pemerintahan daerah.
Usman, Husaini dan Purnomo, Setiady. 2009. Metodologi Penelitian Sosial. Bumi Aksara.
Jakarta.
Lampiran 1
TRANSKRIP WAWANCARA
WALI NAGARI
Narasumber : Hj. Alex Suryani
Hari/Tanggal : Sabtu/12 Agustus 2017
Catatan P (Peneliti)
R (Responden)
P: Assalamu’alaikum ibuk, perkenalkan saya Leni Agus Riyanti dari Politeknik Negeri Padang
Jurusan Akuntansi, jadi leni ambil judul Tugas Akhir (TA) tentang Alokasi Dana Desa
(ADD), judul TA leni “Akuntabilitas Pengelolaan Dan Pemanfaatan Alokasi Dana Desa
Dalam Proses Pembangunan Di Nagari Sulit Air Kecamatan X Koto Diatas Kabupaten Solok
Tahun 2016.” Jadi leni nak tanyo-tanyo atau wawancara mengenai ADD yang didapek nagari,
lai bisa buk?
R: Oooo,,, lai.
P: Leni rekam, buliah buk?
R: Buliah.
PERENCANAAN
1. P: Bagaimana proses penyusunan APBDes yang dibuat oleh Nagari Sulit Air?
R: APBDes yang pertama yaitu musyawarah jorong kemudian dari musyawarah jorong
dibentuklah musyawarah nagari dari musyawarah nagari nanti dibentuklah RKP menjadi
RPJMB kan dari musyawarah nagari itu nantikan disusunlah RPJMB kan untuk 6 tahun kan
aaa it utu lah dibentuk dari tahun 2015 tahun 2015 itu kita udah ada RPJMB nya kemudian
disitu di tahun 2016 RPJMB diperbaharuhi lagi RPJMB itu jadi RPJMB itu nanti
terbentuklah nanti terbentuklah nanti yang namanya RKP rencana kerja pendek ya RKP. Dari
RKP inilah nanti yang disusun menjadi APB ya kan, anggaran pendapatan belanja nagari ya
nak,, itu nanti disahkan melalui BMN nanti bila sudah disahkan oleh BMN nanti diserahkan
ke PEMDA nanti melalui Kecamatan memeriksa semua item item yang akan dikerjakan
syarat syarat nya apanya terpenuhi nanti disetujui dalam waktu berapa hari ntah berapa
minggu itu akhirnya di ACC datanya dikirim ke Jakarta dari Jakarta di cairkan uangnya ,
kemaren itu harusnya per 1 januari tapi karena keterlambatan dari pemerintah pusat dalam
menyusun peraturan mentri jadi mengalami keterlambatan harusnya per 1 januari sampai
dengan agustus itu sudah 1 semester itu karena kemaren itu banyak masalah di pusatnya
keterlambatan sampai desember itu terlambat gitu terlambat ndak selesai ya begitulah proses
misalnya harusnya agustus 2016 sudah 1 semester jadi kemaren itu terlambat baru September
atau kapan itu terlambat lah pokoknya jadi pencairan dana itu untuk tahun 2017 itu juga
mengalami keterlambatan
2. P: Apakah ditengah tahun, menyusun APBDes perubahan? Mengapa demikian?
R: Ooo,,, iya, oooo,,, karna ada pengeluaran pengeluaran itu yang tidak ooo,,, sesuai karena
ada penambahan ada yang tidak dilaksanakan yang harus dilaksanakan tidak terlaksana ya itu
lah terjadi perubahan
3. P: Siapa sajakah pihak yang ikut serta dalam proses penyusunan APBDes di Nagari Sulit Air?
R: Yang terlibat dalam penyusunan APBDes itu adalah yang terlibat kan pemerintah nagari
bersama BMN, APBDes itukan diawali oleh musyawarah jorong musyawarah nagari
kemudian dibentuk tim perifikasi untuk melihat keabsahan dari pada usulan usulan itu
tersendiri dibuatlah RAB nya dilihat kelayakannya oleh tim itu layak atau tidak disusunlah
berdasarkan anggaran yang sekian gitu kan tu dibagi bagi lah jadi melibatkan seluruh
lembaga LPMN ada disitu tu tim perifikasi kan ada setelah musyawarah itu ada dibentuk tim
perifikasi namanya tim perifikasi ini melihat langsung ke lokasi yang diusulkan dari mereka
yang mengusulkan kan yang mengusulkan kan jorong tadi kana a kita lihat apa yang
dibutuhkan nya aaa,,, ini yang dibutuhkan kita lihat ini anggarannya sekian layak apa tidak
aaa,,, mereka kalkulasikan bersama tim pendamping desa aaa sekian biayanya aaa,,,
perubahan itu mereka yang menentukan biayanya jadi melibatkan semua unsurlah dari
mereka untuk yang mengusulkan tadi kan jorong jadi jorong itu bersama jorong itu kita
datang misalnya anggota dewan kita banyak juga yang mengambil beberapa kegiatan yang
ada di RPJMB itu mereka yang datang ke bawah ooo,,, nanti ini dari anggaran nagari ini dari
anggaran anudia ini anggaran duit dia ooo,,, anggota dewan itu kan punya uang gitu nanti ini
saya yang melaksanakan.
4. P: Apakah ada pengelompokkan sumber dana dalam penyusunan APBDes? pengelompokkan apa
saja?
R: Iya pasti lah, jadi umpamanya jarak antara jorong dengan jorong itu kita menggunakan dana
ooo,,, nagari kalau misalnya menghubungkan 2 nagari kayak nagari dengan bukit kanduang aaa,,, itu
dana kabupaten kalau melebihi 2 atau 3 nagari itu dana provinsi kalau dana pusat kalau pusatnya
menentukan misalnya jalan raya padang solok itu kan dana pusat jadi memang ada pengelompokan.
5. P: Bagaimana penjabaran dana desa dalam APBDes di Nagari Sulit Air?
R: Aaa,,, kan ada itunya penjabaran misalnya sekian % untuk pembangunan 70% kalau tidak salah
30% untuk aaa,,, administrasi aaa,,, itu kalau ndak salah itu ada bagian bagiannya nanti tu.
6. P: Apakah Nagari Sulit Air membentuk Tim Manajemen dana desa secara khusus?
R: Kan sudah ada tim kusus dana desa kita ini kalau tim kusus dana desa itu kan langsung dari
inspektorat kita kan dipantau oleh inspektorat, inspektorat itu sudah masuk ke sulit air tahun 2015
jadi 2015 2016 2017 ini lagi dia masuk, inspektorat itu masuknya kan sekali 3 tahun jadi kita
dipantau oleh inspektorat.
PELAKSANAAN
1. P: Dalam setiap periodenya kapan Nagari Sulit Air menerima dana desa?
R: Eeee,,, tepatnya ya kalau tepatnya coba lihat sama meri di kantor ya, jadi yang tahu dia kalau ibu
yang tahu prosedur gitu.
2. P: Bagaimanakah proses pengambilan dana desa oleh Nagari setiap dana desa cair?
R: Aaa,,, prosesnya itu kan harus melengkapi semua data-data yang sebelumnya umpama tahun
2015 harus ada realisasinya semuanya dilampirkan pokoknya semua itu coba Tanya buk meri apa
apa nya ya.
3. P: Apakah semua kebutuhan operasional Nagari sudah terpenuhi oleh dana desa? Apabila tidak,
bagaimana upaya yang dilakukan oleh Nagari?
R: Operasional untuk gaji gaji atau apa ? iya, kalau terpenuhi kita ini luas 70 km2 dibandingkan dari
nagari lain yang hanya beberapa meter dan berapa jumlah penduduknya kita lebih sedikit menerima
dananya kalau yang lain lain itu berlebih lebih uangnya kalau sulit air itu masih banyak perlu kita
biayai gitu jadi dana pas-pasan.
4. P: Apakah proses pembukuan selalu dilaksanakan secara rutin?
R: Ooo,,, setiap kalau kemaren itu tahun 2016 kita membuatnya persemester ya, tanyo samo meri
deh meri yang tau persis tu.
PENGAWASAN DAN EVALUASI
1. P: Apakah adanya pengawasan yang dilakukan oleh anggota tim manajemen dana desa di Nagari
Sulit Air? Kapan dilaksanakannya?
R: Tim pengawasan tim pengawasan nya ooo gimana kemaren tu ya ? kemaren tu tim pengawasan
nya belum, kita tu pengawasan nya dari pada kasi pembangunan aja gitu kasi pembangunan itu yang
bertanggung jawab untuk pengawasan.
2. P: Siapa sajakah evaluator/pihak yang melakukan evaluasi dana desa di Nagari Sulit Air?
R: Ooo,,, diawasi kita diawasi oleh masyarakat, masyarakat langsung dan kita diawasinya kita
memberikan spanduk misalnya di proyek kegiatan itu kita tampilkan jumlahnya kemudian yang
mengelola itukan masyarakat itu sendiri, mereka yang membeli barang mereka yang menerima
barang mereka yang melaksanakan mereka yang ooo,,, melaporkan jadi mereka sendiri yang
mengawasi ndak ada tim nya tim kusus nya tu ndak ada.
PELAPORAN
1. P: Apakah Nagari mampu menyusun laporan pengelolaan dana desa sesuai dengan format yang
ditentukan?
R: Nagari membuat laporan itu sesuai dengan apa yang mereka kerjakan jadi apa yang dikerjakan
dibeli di apain eeee,,, yaitu sesuai lah dengan yang dilakukan.
2. P: Kapankah nagari melaporkan pengelolaan dana desa?
R: Eee,,, melaporkan kita melaporkannya itu kan 2 kali setahun per semesterkan semester 1
semester 2.
3. P: Siapa saja pihak yang diberi laporan dana desa di Nagari Sulit Air?
R: Eee,,, yang diberi laporan itu DPMN eee,,, dinas pemberdayaan masyarakat, laporannya ke dia.
4. P: Bagaimana cara pemerintah Nagari Sulit Air menarik partisipasi masyarakat?
R: Iya mereka gotongroyong tapi tidak dibayar itu kiatnya trus ada bantuan semen beberapa.
Lampiran 2
TRANSKRIP WAWANCARA
SEKRETARIS NAGARI
Narasumber : Meri Aswita
Hari/Tanggal : Senin/07 Agustus 2017
Catatan P (Peneliti)
R (Responden)
P: Assalamu’alaikum ibuk, perkenalkan saya Leni Agus Riyanti dari Politeknik Negeri Padang
Jurusan Akuntansi, jadi leni ambil judul Tugas Akhir (TA) tentang Alokasi Dana Desa
(ADD), judul TA leni “Akuntabilitas Pengelolaan Dan Pemanfaatan Alokasi Dana Desa
Dalam Proses Pembangunan Di Nagari Sulit Air Kecamatan X Koto Diatas Kabupaten Solok
Tahun 2016.” Jadi leni nak tanyo-tanyo atau wawancara mengenai ADD yang didapek nagari,
lai bisa buk?
R: Oooo,,, lai.
P: Leni rekam, buliah buk?
R: Buliah.
PERENCANAAN
1. P: Bagaimana proses penerimaan dana desa yang diterima oleh Nagari Sulit Air?
R: Yang patamo kan perencanaan penggalian gagasan dari masing masing jorong kan
setelah itu lah di buek perencanaan ado RKP namo nyo, rencana kerja pembangunan
nagari aaaa beko di saring yang ma yang di prioritaskan yang paling mendesak atau baa
gitu nak, aaa,,, jadi APB kan setelah jadi APB beko kan pelaksanaan lai aaa,,, kalau
pelaksanaan itu kasi kalau kini, pelaksanaan teknis, kasi nak beko kasi mambuek RAB,
setelah RAB langsung pelaksanaan masuk pekerjaan nak a, pekerjaan tu masuak
pelaksanaankan, sudah tu pencairan lai,tu beko pelaksanaan di lapangan lai, kalau
pencairan tu ado tahap satu tahap 2, jadi kasi kasi ko yang mambuekan pelaporan beko,
jadi perencanaan, pelaksanaan, pertanggungjawaban masing masing kasi, tu beko ditata
usahakan oleh bendahara nagari beko.
2. P: Bagaimanakah proses pengambilan dana desa oleh Nagari setiap dana desa cair?
R: Dana desa tahap patamo syarat nyo adalah laporan semester dulu tahun sebelumnyo, aaa,,, baru dana tahap patamo kan, aaa,,, tahap kaduo, kan duo tahap kini kan, aaa,,, harus terealisasi tahap patamo dulu aaa,,, baru tahap kaduo.
3. P: Bagaimana proses penyusunan APBDes yang dibuat oleh Nagari Sulit Air?
R: Proses penyusunan APB yang patamo tu adalah RKP nagari tadi, dijadikan RKP setelah dijadikan draf RKP baru terwujud jadi APB, disahkan oleh BMN nagari.
4. P: Apakah ditengah tahun, menyusun APBDes perubahan? Mengapa demikian?
R: Nyo sabana nyo tergantung nagari ma, kalau uni biasonyo tiok tiok tahun ado, kalau ado
anggaran perubahan tu yang patamo adalah terjadi perubahan signifikan misalnyo ado
perubahan penambahan anggaran, atau ado pengurangan atau ado kejadian kejadian diluar
dugaan aaa,,, gitu.
5. P: Apakah ada pengelompokkan sumber dana dalam penyusunan APBDes? pengelompokkan
apa saja?
R: Kalau tahun tahun dulu alun ado pengelompokan, tahun kini ado pengelompokan kalau tahun
2016 dicampurkan ajo, kalau AND tambah ADD kan gitu, kalau kini lah pengelompokan
pengelompokan.
6. P: Bagaimana penjabaran dana desa dalam APBDes di Nagari Sulit Air?
R: Ooo,,, ado di diwujudkan jo peraturan nagari jo PERWANA, peraturan wali nagari kalau perna
hanyo sekedar laporan secara umum kalu perwana penjabaran.
7. P: Bagaimana keterlibatan tim pendamping kecamatan dalam penyusunan APBDes di Nagari
Sulit Air?
R: Kalau tahun 2016 ndak ado do.
8. P: Bagaimana perencanaan penggunaan dana desa di Nagari Sulit Air?
R: Kalau perencanaan dulu musrembang, ado musyawarah RKP e ado musyawarah nagari e gitu
a.
9. P: Siapa sajakah pihak yang ikut serta dalam proses penyusunan APBDes di Nagari Sulit Air?
R: Kalau dalam perencanaan kan tu seluruh stack holder nak a, kalau APB tu yang mengesahkan
tu BMN jo Wali Nagari beko.
10. P: Apakah Nagari Sulit Air membentuk Tim Manajemen dana desa secara khusus?
R: Ooo,,, ndak do.
PELAKSANAAN
5. P: Dalam setiap periodenya kapan Nagari Sulit Air menerima dana desa?
R: Kalau dana desa dari 2015 lah ado, biaso e bulan april, sebenarnya tergantung anggaran
awak kalau copek anggaran awak APB awak aaa copek lo nyo.
6. P: Bagaimanakah proses pengambilan dana desa oleh Nagari setiap dana desa cair?
R: Lah cair e gitu nak e, ado samacam SPP dari masing masing kasi, SPP tu surat pemberitaan
pembayaran.
7. P: Bagaimanakah proses penggunaan dana desa di Nagari Sulit Air?
R: Proses pemakaiaan atau penggunaan yang patamo adalah nyo ngajukan RAB dulu nak, setelah itu
RDP rencana penggunaan dana bara gitu, jadi wak agiah nyo DP dulu kan, panjar pelaksanaan
setelah itu, diajukan SPP oleh kasi beko, tu ado bukti-bukti nyo beko banyak catatannyo.
8. P: Apakah semua kebutuhan operasional Nagari sudah terpenuhi olen dana desa? Apabila tidak,
bagaimana upaya yang dilakukan oleh Nagari?
R: Ndak terpenuhi, sebenarnya ndak terpenuhi jadi pecah pecah lah kegiatan gitu lah, atau tambah
kegiatan ciek lai gitu aa
9. P: Apakah terdapat Tim belanja barang secara khusus di Nagari Sulit Air?
R: Nyo ado barang dan jasa ee tu, barang material ndak do.
10. P: Bagaimana mekanisme pembelian barang/jasa dengan menggunakan dana desa yang dilakukan
oleh Nagari Sulit Air?
R: Nyo TPK namo nyo kan, tim pengadaan barang dan jasa.
11. P: Apakah yang dijadikan pertimbangan dalam pemilihan pembelian barang/jasa?
R: Yang patamo dari segi murah harago kualitas barang,
12. P: Bagaimanakah proses pembukuan dana desa yang dibuat oleh Nagari Sulit Air?
R: Proses pembukuan dana desa masing masing kasi ko nyo punyo RAB, punyo buku kas pembantu,
setelah itu bendahara mempunyai kas umum beko.
13. P: Apakah proses pembukuan selalu dilaksanakan secara rutin?
R: Ooo,,, rutin, nyo sabana e tergantung kasi ma, kalau kasi nyo sakali semester bisa triwulan bisa.
14. P: Apakah setiap dilaksanakan pembukuan selalu disertakan dengan adanya bukti fisik pengeluaran
dana?
R: Bukti fisik iyo
15. P: Bagaimana proses pengembalian dana desa apabila adanya kelebihan dana yang diterima?
R: Kalau dulu kan istilah e TPK yang buku kas pembantu e gitu a, kalau ado silpa dikatakan silpa e
gitu a.
16. P: Kapankah dilakukan pengembalian dana desa yang berlebih tersebut?
R: Pengembalian biaso nyo akhir tahun, akhir periode lah tibo e, sebelum tutup buku gitu.
PENGAWASAN DAN EVALUASI
3. P: Apakah adanya pengawasan yang dilakukan oleh anggota tim manajemen dana desa di Nagari
Sulit Air? Kapan dilaksanakannya?
R: Sebenar e ado pengawasan e kan, kalau kini lah ado urang BMN yang mengawasi beko, hhmm,,,
setelah pelaksanaan semester pertamo ado beko.
4. P: Bagaimana kegiatan pengawasan pengelolaan dana desa yang dilakukan oleh tim pengawas
kecamatan? Kapan dilaksanakannya?
R: Beko ado tim monitoring, istilah e beko ado semacam buku agenda yang di isi e beko didalam
pengawasan itu, ado buku e gitu a.
5. P: Siapa sajakah evaluator/pihak yang melakukan evaluasi dana desa di Nagari Sulit Air?
R: BMN, tim kecamatan ado lo tapi kalau kini alun jalan lai lo.
6. P: Komponen apa saja yang dipantau saat dilakukan pengawasan?
R: Kalau pembangunan ado lo bidang bidang e gitu a, pembangunan tu a namo e pemberdayaan ado
lo gitu a.
7. P: Bagaimanakah hasil dari pengawasan pengelolaan dana desa yang dilakukan?
R: Kalau tahun patang kan alun ado lai do, tahun kini lah agak mulai tahun kini tapi agak samacam
bukunyo alun dapek lai gitu a.
8. P: Apakah Nagari menerima pengaduan masyarakat terkait pengelolaan dana desa?
R: Kalau samacam pangaduan alun sih,soalnyo ndak do di buek nyo dek tim TPK di dalam buku TPK
kan ado bagian pengaduan, lun ado di isi e gitu a.
9. P: Bagaimanakah proses evaluasi terkait pengelolaan dana desa di Nagari Sulit Air?
R: Evaluasi kan sabana e yang ma evaluasi kan tim kecamatan kan, tapi sampai kini alun ado evaluasi
oleh tim kecamatan lo gitu a, kabupaten seharusnya mengevaluasi juga.
10. P: Apakah penggunaan dana desa telah sesuai dengan Rencana Anggaran?
R: Sabana e kalau dek lah ado anggaran perubahan, tu lah sesuai samo rencana, tapi ado juo sih
sabagian sabagian ndak sesuai samo rencana gitu a.
11. P: Kapankah dilaksanakannya evaluasi mengenai pengelolaan dana desa?
R: Tahun kemaren kan lun ado evaluasi, tapi biasonyo sakali 3 tahun dari tim kabupaten.
PELAPORAN
5. P: Apakah Nagari mampu menyusun laporan pengelolaan dana desa sesuai dengan format yang
ditentukan?
R: Belum.
6. P: Kapankah nagari melaporkan pengelolaan dana desa?
R: Sakali 1 tahun.
7. P: Siapa saja pihak yang diberi laporan dana desa di Nagari Sulit Air?
R: Ooo,,, bupati, samo camat.
8. P: Siapa saja pihak yang melakukan pembuatan laporan pengelolaan dana desa?
R: Kasi-kasi membuat laporan, setelah itu dirangkum dek bendahara,
9. P: Apakah nagari melakukan publikasi dana desa yang telah diterima oleh Nagari Sulit Air?
R: Aaa,,, iyo, berupa spanduk papan informasi
10. P: Apakah nagari melakukan publikasi rencana penggunaan dana desa yang telah diterima oleh
Nagari Sulit Air?
R: Iyo.
11. P: Apakah nagari melakukan publikasi mengenai penggunaan dana desa yang telah diterima oleh
Nagari Sulit Air?
R: Iyo, di papan informasi
12. P: Bagaimana cara pemerintah Nagari Sulit Air menarik partisipasi masyarakat?
R: Jadi misalnyo ado dapek dana desa, jadi yang patamo sakali ado adalah ado swadaya dari
masyarakat dulu, di agiah nyo samacam swadaya, jadi kalau partisipasi masyarakat yang patamo
dari segi perencanaan, perencanaan dalam bentuk musyawarah, pelaksanaan ado urang lo disitu
masyarakat yang ikut serta.
13. P: Apakah nagari melakukan pembagian dana secara adil dan merata?
R: Sabana e kalau dari segi merata, biasanya itu dirasakan sesuai dengan kebutuhan nagari.
14. P: Bagaimanakah cara masyarakat menunjukkan partisipasinya?
R: Kalau dari segi perencanaan tu dari ikut musyawarah, dari segi pelaksanaan tu ado istilah e, itu
ado keterlibatan masyarakat ado sebagai tukang gai, gotongroyong gai, dan ikut menyaksikan
pelaporan masyarakat e gitu a, jadi tahu masyarakat bara piti, dari segi perencanaan ikuik lo,
pelaksanaan ikuik lo, pertanggung jawaban iyo lo, aaa,,, penggunaan nyo gitu lo, piti awak untuk
awak aaa,,, gitu aaa,,,.
Lampiran 3
TRANSKRIP WAWANCARA
BENDAHARA NAGARI
Narasumber : Fitri Yani,SE
Hari/Tanggal : Selasa/8 Agustus 2017
Catatan P (Peneliti)
R (Responden)
P: Assalamu’alaikum ibuk, perkenalkan saya Leni Agus Riyanti dari Politeknik Negeri Padang
Jurusan Akuntansi, jadi leni ambil judul Tugas Akhir (TA) tentang Alokasi Dana Desa
(ADD), judul TA leni “Akuntabilitas Pengelolaan Dan Pemanfaatan Alokasi Dana Desa
Dalam Proses Pembangunan Di Nagari Sulit Air Kecamatan X Koto Diatas Kabupaten Solok
Tahun 2016.” Jadi leni nak tanyo-tanyo atau wawancara mengenai ADD yang didapek nagari,
lai bisa buk?
R: Oooo,,, lai.
P: Leni rekam, buliah buk?
R: Buliah.
PERENCANAAN
1. P : Bagaimana proses penyusunan APBDes yang dibuat oleh Nagari Sulit Air?
R : Itu yang lebih tahu ibu meri.
2. P : Bagaimanakah proses pembukuan dana desa yang dibuat oleh Nagari Sulit Air?
R : Yang patamo bantuak iko, iyo bantuak iko ko yang patamo masuak an ka BKU alah masuak ka
BKU nak bara pajak nyo yang ka dikaluahan dari pembangunan tu.
3. P : Berapakah besar pajak dari pembangunan itu?
R : Tergantung itu nyo kalau ATK diateh 2.000.000 tu 11,5 % kurang dari 2 juta saitu 10%
4. P : Bagaimana mekanisme pembelian barang/jasa dengan menggunakan dana desa yang
dilakukan oleh Nagari Sulit Air?
R : Aaa,,, itu wewenang kasi tu, bendahara hanya mengeluarkan uang sesuai permintaan kasi
pembangunan.
5. P : Bagaimana proses pengembalian dana desa apabila adanya kelebihan dana yang diterima?
R : Kalau dana balabiah bararti sisa untuk saldo tahun depan ndak meri, kalau dana balabiah tu
nak silpa namo e ndak meri, ndak dikembalikan jadi saldo ditahun berikut nyo contoh nyo tahun
2016 sisa dana nyo 108 jadi nyo saldo di tahun selanjutnya.
6. P : Apakah proses pembukuan selalu dilaksanakan secara rutin?
R : Aaa,,, setiap hari ma,umpamo kan ado pengeluaran setiap hari tu nak, aaa tu dicatat
langsuang didalam buku tu tanggal sekian tanggal sekian nyo, contoh nyo bantuak iko nak, kalau
iko nyo per bulan ajo langsuang nyo umpamo transaksi yang kasi ko ma sumber dana missal nyo
ATK missal nyo.
7. P : Apakah setiap dilaksanakan pembukuan selalu disertakan dengan adanya bukti fisik
pengeluaran dana?
R : Bukti fisik maksud nyo kwitansi, nota tu harus lah kalau ndak pakai nota ndak bisa di cairkan
do, lebih itu nyo ke kasi kalau pembelian pembelian itu ndak meri, ambo ciek mangaluan pitih
sae nyo umpamo nyo bali itu bali itu sekian sekian kecek nyo tu ambo ado nota nyo di inyo kan
sekian banyak nyo.
Lampiran 4
TRANSKRIP WAWANCARA
KASI PEMBANGUNAN
Narasumber :
Hari/Tanggal : Kamis/10 Agustus 2017
Catatan P (Peneliti)
R (Responden)
P: Assalamu’alaikum pak, perkenalkan saya Leni Agus Riyanti dari Politeknik Negeri Padang
Jurusan Akuntansi, jadi leni ambil judul Tugas Akhir (TA) tentang Alokasi Dana Desa
(ADD), judul TA leni “Akuntabilitas Pengelolaan Dan Pemanfaatan Alokasi Dana Desa
Dalam Proses Pembangunan Di Nagari Sulit Air Kecamatan X Koto Diatas Kabupaten Solok
Tahun 2016.” Jadi leni nak tanyo-tanyo atau wawancara mengenai ADD yang didapek nagari,
lai bisa pak?
R: Oooo,,, lai.
P: Leni rekam, buliah pak?
R: Buliah.
PERENCANAAN
11. P: Bagaimana proses penyusunan APBDes yang dibuat oleh Nagari Sulit Air?
R: Yang patamo kan harus ado perencanaan dulu kan, tunggu dulu ado rembuk jorong namo e
kan, yang patamo diadokan rembuk jorong, apo-apo realisasi apo-apo yang terungkap dari
masyarakat gitu a dan apo yang ka dibangun, jadi rembuk jorong habis rembuk jorong beko di
baok musrembang nagari, beko baru berkompetisi awak di kecamatan, aaa,,, gitu caro e rembuk
jorong dulu daftar nyo kan, setelah ado perencanaan, setelah ok rembuk jorong jo nagari jo
kecamatan aaa,,, baru lah di ok kan beko baru bermusyawarah nagari, BMN dan lembaga lain.
12. P: Apakah ditengah tahun, menyusun APBDes perubahan? Mengapa demikian?
R: Aaa,,, sesudah tu mengarah ka pelaksanaan lai kan, beko ado dibentuk namo nyo TPK jorong,
kalau dulu TPK nyo unsur nyo dari masyarakat, lembaga jo kasi yang ado di dalam nyo.
13. P: Siapa sajakah pihak yang ikut serta dalam proses penyusunan APBDes di Nagari Sulit Air?
R: Aaa,,, ado namonyo tim penyusun RKP dalam musrembang, kalau dalam kegiatan
pembangunan tu ado unsur dari masyarakat, lembaga LPMN atau BMN gitu kan, dan
masyarakat yang lain lain gitu.
14. P: Apakah ada pengelompokkan sumber dana dalam penyusunan APBDes? pengelompokkan
apa saja?
R: Ooo,,, dana dana tu ndak selain dari pembangunan ko ado yang masuk lembaga LPMN tadi,
BMN trus guru guru honor TPA yang mengaji tu guru paut gitu a.
PELAKSANAAN
1. P: Dalam setiap periodenya kapan Nagari Sulit Air menerima dana desa?
R: Dana desa ko di tarimo lah ok sado alah nyo jo BMN aaa diajukan beko perencanan ka
inspektorat beko kan, ka DPPKA beko yaitu urang keuangan, sesuai dengan RAB yang awak
buek masing masing dari kok pembangunan, kesra, kasi pemerintahan aa diajukan dek wali
nagari melalui sekretaris nagari aa diajukan itu setelah diajukan itu ka DPPKA bagian
keuangan, kalau lah di ACC lah lengkap sado e ndak do yang salah lai lo, bagian hukum bagai,
bagian umum, bagian pemerintah aaa baru beko dicairkan tahap patamo.
2. P: Bagaimanakah proses pengambilan dana desa oleh Nagari setiap dana desa cair?
R: Aaa,,, proses pengambilan keuangan di ACC wali nagari melalui PPTKN sekretaris nagari jo
bendahara, aaa,,, urang yang tigo tu harus ado tanda tangan nyo kan yang mengajukan aaa,,,
beko baru cair, di ACC lo dek urang dinas keuangan DPPKA namo e kan, kini BKD namo e kan,
badan keuangan daerah namo e kan, dulu DPPKA.
3. P: Apakah semua kebutuhan operasional Nagari sudah terpenuhi olen dana desa? Apabila
tidak, bagaimana upaya yang dilakukan oleh Nagari?
R: Aaa,,, terpenuhi lai terpenuhi soal e awak, terpenuhi tu berdasarkan RAB yang di naik an
dek nagari tadi aa tu sasuai dengan itu, lah sesuai dengan itu baru itu yang di teliti dek urang
kabupaten kan.
4. P: Apakah terdapat Tim belanja barang secara khusus di Nagari Sulit Air?
R: Kalau yang tim khusus menurut yang kasi kesra yo kasi kesra kalau yang pemerintahan yo
pemerintahan, diawasi oleh PPTKN tadi sekretaris nagari tu, aa dipareso lo dulu tu apo ajo
yang dibali apo ajo yang diagiahan, kalau alah ado barang tu lengkap jo faktur apo yang
dibali.
5. P: Bagaimana mekanisme pembelian barang/jasa dengan menggunakan dana desa yang
dilakukan oleh Nagari Sulit Air?
R: Melaui prosedur, ado namo e prosedur juknis dan juklak e, petuntuk teknis petunjuk
pelaksanaan dari pemda.
6. P: Apakah yang dijadikan pertimbangan dalam pemilihan pembelian barang/jasa?
R: Aaa,,, disurvey dulu sudah tu beko ado suervey harga kualitas nyo kan.
7. P: Bagaimanakah proses pembukuan dana desa yang dibuat oleh Nagari Sulit Air?
R: Aaa,,, pembukuan yo kan awak ado juknis juklak e tadikan, manuruik masing masing kasi
aa tu lah ado juknis juklak e disitu aa petunjuk e lai ado.
8. P: Apakah proses pembukuan selalu dilaksanakan secara rutin?
R: Aaa,,, iyo secara rutin, missal e contohnyo kan turun dana desa lah cair, tadi kan ado
bagian pembangunan, kesra, pemerintahan tu lah ado panduan lah ado format format e yang
diisi belanja barang dan jasa e kan.
9. P: Apakah setiap dilaksanakan pembukuan selalu disertakan dengan adanya bukti fisik
pengeluaran dana?
R: Selalu dengan bukti fisik.
10. P: Bagaimana proses pengembalian dana desa apabila adanya kelebihan dana yang diterima?
R: Kalau ado dana yang balabiah tu ado silpa di keuangan nagari, itu harus dikembalikan lagi,
ndak untuk nagari indak, lah ado aturan e gitu kalau balabiah walaupun seperak pun.
11. P: Kapankah dilakukan pengembalian dana desa yang berlebih tersebut?
R: Waktu pengembalian tu lah sudah, diakhir tahun tu diakhir periode kegiatan.
PENGAWASAN DAN EVALUASI
1. P: Apakah adanya pengawasan yang dilakukan oleh anggota tim manajemen dana desa di Nagari
Sulit Air? Kapan dilaksanakannya?
R: Aaa,,, pengawasan kalau dibidang pembangunan tu tokoh masyarakat yang mendampingi tu
lembaga lembaga yang ado tadi kan contoh e, LPMN jo BMN tadi kan, khusus untuk
pembangunan nagari pembangunan jorong tu ado pendamping dari kabupaten namo e,
pendamping lokal pinglok, kalau kegiatan iko ado lo tenaga teknis nyo namo e kan, TPK jorong
ko nyo ado, tim pengelola kegiatan ko nak, nyo ado balimo ketua, sekretaris, bendahara,
petugas lapangan jo tenaga teknis, yang ketua nyo tetap kepala jorong.
2. P: Komponen apa saja yang dipantau saat dilakukan pengawasan?
R: Lengkap sado nyo, survey barang, pekerjaan nyo baa hasil nyo baa kualitas nyo kan, poko e
sado nyo gitu a, kok barang kurang rancak pokok nyo dipantau seluruh e gitu.
3. P: Apakah penggunaan dana desa telah sesuai dengan Rencana Anggaran?
R: Aaa,,, iko memang kalau di sulit air patang ko kan renacana angaran tu ado yang yo mungkin
ndak sesuai menurut RAB, yo kadang ado panjang jalan sekian mandam ado aa di RAB ndak ado,
jadi nantik ado kalua namo nyo anggarana perubahan kan, aaa,,, itu yang diACC BMN rapek
baliak jo nagari.
4. P: Kapankah dilaksanakannya evaluasi mengenai pengelolaan dana desa?
R: Aaa,,, pengelolaan tetap akhir tahun, dalam satahun tu paling 2 kali, namua 3 kali seandai ado
perubahan tu rapek lembaga tadi khusus nyo wali nagari jo BMN.
PELAPORAN
1. P: Apakah Nagari mampu menyusun laporan pengelolaan dana desa sesuai dengan format yang
ditentukan?
R: Aaa,,, sesuai, cuman pelaporan ko 2 kali dalam satahun ko 50% dan 50%.
2. P: Siapa saja pihak yang diberi laporan dana desa di Nagari Sulit Air?
R: Aaa,,, dilaporkan babantuak sepanduk kan, agar tahu masyarakat dan papan informasi namo
e kan.
3. P: Bagaimana cara pemerintah Nagari Sulit Air menarik partisipasi masyarakat?
R: Iya spanduk, yo kadang kadang di copy an selebaran bagai kan, missal e di jalan itu di jorong
itu di tarok di pinggir jalan e gitu a, bia tahu masyarakat missal e ado pengecoran jalan aa di
buek spanduk e kan.
4. P: Bagaimanakah cara masyarakat menunjukkan partisipasinya?
R: Bukti berpartisipasi contoh nyo, dalam minngu tu kan misalnyo awak lah diagiah e dek
pemerintah pembangunan dan segala macam, itu ado swadaya dari masyarakat umpamo kok
gontoroyong nyo sakali dalam saminggu, atau ado urang karojo missal e kan nyo antan minum
kopi.
Lampiran 5
TRANSKRIP WAWANCARA
KEPALA JORONG
Narasumber : Agustar
Hari/Tanggal : Sabtu/12 Agustus 2017
Catatan P (Peneliti)
R (Responden)
P: Assalamu’alaikum pak, perkenalkan saya Leni Agus Riyanti dari Politeknik Negeri Padang
Jurusan Akuntansi, jadi leni ambil judul Tugas Akhir (TA) tentang Alokasi Dana Desa
(ADD), judul TA leni “Akuntabilitas Pengelolaan Dan Pemanfaatan Alokasi Dana Desa
Dalam Proses Pembangunan Di Nagari Sulit Air Kecamatan X Koto Diatas Kabupaten Solok
Tahun 2016.” Jadi leni nak tanyo-tanyo atau wawancara mengenai ADD yang didapek nagari,
lai bisa pak?
R: Oooo,,, lai.
P: Leni rekam, buliah pak?
R: Buliah.
PERENCANAAN
1. P: Bagaimana keterlibatan Kepala Jorong dalam penyusunan APBDes di Nagari Sulit Air?
R: Keterlibatan ambo sebagai kepala jorong yaitu mengumpulkan masyarakat untuk
mengadakan musyawarah namo nyo musjor, musyawarah jorong untuk mambuek usulan
usulan yang dari jorong untuk diajukan ke nagari, jadi setiap masyarakat tentu ada usulan
usulan untuk pembangunan di daerah nyo masiang masiang, jadi dek usulan itu beko
dirangkum atau dikumpulkan beberapa usulan aa itu awalnyo. Aaa jadi keterlibatan ambo
untuk musyawarah dinagari ikut tapi untuk penyusunan bara anggaran akan dicucurkan
itu manarimo setelah ado pertemuan antaro nagari jo BMN.
PELAKSANAAN
1. P: Bagaimana keterlibatan Kepala Jorong dalam pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh Nagari
Sulit Air?
R: Kalau proses pelaksanaan nyo yang kini ikuik tapi kalau dulu sewakatu tahun 2016
yang kami selaku kepala jorong cuman menerima hasil dari pembangunan tu, yang
dikelola oleh TPK Nagari.
PENGAWASAN DAN EVALUASI
1. P: Apakah Kepala Jorong juga melakukan pengawasan, bagaimana bentuknya? Kapan
dilaksanakannya?
R: pengawasan dana desa tentu bara turunnyo dana yang untuk jorong talago laweh aa itu
yang diketahui dek kepala jorong bara yang terealisasi yang dilokekan, apoko lai sesuai
dengan target.
2. P: Siapa sajakah evaluator/pihak yang melakukan evaluasi dana desa di Nagari Sulit Air?
R: Yang mengevaluasi bisa masyarakat dan juo anggota BMN dan anggota LPMN.
PELAPORAN DAN PUBLIKASI
1. P: Apakah Kepala Jorong ikut serta dalam pembuatan laporan?
R: Kalau proses pelaporan ooo ndak ado.
2. P: Bagaimana cara pemerintah Nagari Sulit Air menarik partisipasi masyarakat?
R: Untuk menarik partisipasi masyarakat yaitu menghimbau sebelum pembangunan
dibangun tentu ado pembersihan di lingkungan contohnyo pembersihan lokasi, kalau
pembukaan jalan itu biasonyo dilaksanakan goro perintisan awal jalan yang akan dibukak
tu, itulah yang dinamokan swadaya. Nagari untuk menghimbau partisipasi masyarakat
mangadoan yaitu sosialisasi sewaktu bulan ramdhan yaitu nagari mangadoan turba seluruh
lembaga yang ado dinagari itu yang sewaktu itu diadakan sosialisasi tentang kegiatan yang
akan diadokan di jorong masing masing.
Lampiran 6
TRANSKRIP WAWANCARA
KETUA LPMN
Narasumber : Erwin Saman
Hari/Tanggal : Sabtu/12 Agustus 2017
Catatan P (Peneliti)
R (Responden)
P: Assalamu’alaikum pak, perkenalkan saya Leni Agus Riyanti dari Politeknik Negeri Padang
Jurusan Akuntansi, jadi leni ambil judul Tugas Akhir (TA) tentang Alokasi Dana Desa
(ADD), judul TA leni “Akuntabilitas Pengelolaan Dan Pemanfaatan Alokasi Dana Desa
Dalam Proses Pembangunan Di Nagari Sulit Air Kecamatan X Koto Diatas Kabupaten Solok
Tahun 2016.” Jadi leni nak tanyo-tanyo atau wawancara mengenai ADD yang didapek nagari,
lai bisa pak?
R: Oooo,,, lai.
P: Leni rekam, buliah pak?
R: Buliah.
PERENCANAAN
2. P: Bagaimana keterlibatan LPMN dalam penyusunan APBDes di Nagari Sulit Air?
R: Dana desa merupakan sumber dana dari pemerintah, tanda kutip APBN karna dana desa
bersumber dari APBN secara otomatis suka tidak suka itu harus dilaksanakan secara
transparansi, transparansi adalah terlibatnya masyarakat baik secara proses dari proses
perencanaan dana desa, maupun dalam pelaksanaan, keterlibatan LPMN yaitu sebagai
fasilitator, sebagai motifator dan sebagai mediator dalam permasalahan kegiatan didalam
masyarakat yang bersifat pembangunan yang partisipatif.
3. P: Bagaimana proses penyusunan APBDes yang dibuat oleh Nagari Sulit Air?
R: Yang pertamo sekali dilalui dengan musyawarah jorong, setelah musyawarah jorong itu oleh
kepala jorong dibuat sebuah berita acara, yang dinamakan sekala perioritas pembangunan
jorong terus dari sekian banyak usulan masyarakat jorong, kepala jorong nanti membawa usulan
ko ke nagari, dari sekian banyak usulan masyarakat jorong tadi timbul kajian dan masalah dari
kepala jorong untuk memilah milah mana yang lebih perioritas mana yang tidak, pada tahun
2016 proses itu dilaksanakan secara demokrasi kalau jorong talago laweh itu bertempat di
kelompok tani, karena masyarakat berkumpul dalam wadah kelompok tani, setelah sampai di
nagari usulan masyarakat jorong pemerintah nagari menggelar musrembang, musyawarah
nagari yang dihadiri oleh seluruh tokoh masyarakat dan pemuka masyarakat dan pimpinan
semua lembaga yang ada dinagari, itu yang musrembang nagari. Didalam pertemuan nagari
peran LPMN adalah sebagai fasilitasi terselenggaranya musrembang yang partisipatif, artinya
musrembang berjalan dengan demokrasi, menampung aspirasi masyarakat dan mengarahkan
untuk bagaimana masyarakat sebanyak mungkin hadir dalam musrembang itu.
4. P: Apakah ditengah tahun, menyusun APBDes perubahan? Mengapa demikian?
R: Biasanya pengalaman sebelumnya, sebenarnya bukan APBN, APB anggaran pembelanjaan
nagari, itu yang membuat itu adalah badan musyawarah nagari, kalau istilah pemerintahan itu
adalah DPR nagari mereka lah yang menentukan pagu anggaran, LPMN hanya sampai sebatas
merekap usulan masyarakat dan menjadikan RKP nagari rencana kerja perioritas nagari.
PELAKSANAAN
3. P: Bagaimana keterlibatan BMN dalam pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh Nagari Sulit Air?
R: Yang pertama sebagai pelaksana kegiatan, kemudian sebagai pengawas dan memonitor
tingkat swadaya dalam kegiatan tersebut disamping sebagai untuk memotifasi, mensosialisaikan
kegiatan yang dilaksanakan di wilayah tempat kegiatan itu dilaksanakan.
4. P: Bagaimana cara pemerintah Nagari Sulit Air menarik partisipasi masyarakat?
R: Menarik partisipasi yaitu melalui gotongroyong, contoh pembersihan lokasi kegiatan
itu di swadayakan, biasonyo di nagari sulit air setelah pagu anggaran misalnyo 100 juta tu
15 % dari masyarakat, bisa berupa goro bisa sumbangan sumbangan masyarakat, atau dari
nilai tanaman yang terpangkas oleh kegiatan tadi.
PENGAWASAN DAN EVALUASI
3. P: Apakah LPMN juga melakukan pengawasan, bagaimana bentuknya? Kapan dilaksanakannya?
R: Itu ada tim tim dari pendamping, dari pengawas kecamatan kemudian dari badan
musyawarah itu sendiri yang mengawasi pelaksanaannya termasuk masyarakat, apakah
kagiatan sesuai dengan aturan contoh nyo semen lai maksimal di pakai, kemudian mutu
dan kualitasnya lai terjaga.
PELAPORAN DAN PUBLIKASI
2. P: Apakah LPMN ikut serta dalam pembuatan laporan?
R: LPMN itu karna bagian dari TPK, termasuk yang membuat laporan ikut serta dalam
membuat laporan dari LPJ pertanggungjawaban penggunaan dana.
3. P: Apakah Nagari mampu menyusun laporan pengelolaan dana desa sesuai dengan format yang
ditentukan?
R: Pengalaman yang sudah memang perlu, belum sempurna gitu karena keterbatasan dari
pada pelaku pekerja itu sendiri ditambah lagi daya serap untuk membaca dari format
format yang disediakan untuk itu.
4. P: Kapankah nagari melaporkan pengelolaan dana desa?
R: Pertama sekali 40 % pertama, kemudian 40 % yang kedua, dan terakhir 20 %.
5. P: Siapa saja pihak yang diberi laporan dana desa di Nagari Sulit Air?
R: yang patamo sekali adalah masyarakat karena dana desa merupakan hak masyarakat,
masyarakat di kumpulkan disuatu tempat dan di laporkan oleh TPK, yang dihadiri oleh
kepala jorong, kepala jorong berperan sebagai fasilitator disitu, dalam rembuk masyarakat
jorong tu baru dilaporkan pertanggungjawaban.
6. P: Apakah Nagari menerima pengaduan masyarakat terkait pengelolaan dana desa?
R: Ado, banyak, biasanya perbedaan pantang antara masyarakat adalah persoaalan jumlah
bahan atau material yang berbeda, contoh laporan dari TPK 5 kubik pasir, dari masyarakat
hanya 4 kubik pasir, biasanya hal hal semacam itu, biasanya disamping itu ada persoaalan
jumlah swadaya tadi, artinya nilai goro masyarakat itu diwujudkan dalam hasil kerja
bukan berupa nominal angka.
7. P: Apakah nagari melakukan publikasi dana desa yang telah diterima oleh Nagari Sulit Air?
R: Yang pertamo sekali adalah membuat papan informasi, kemudian di TPK di lokasi
kegiatan diberi papan informasi, nama kegiatan pelaksanaan kegiatan kemudian jumlah
dana kegiatan dan volume kegiatan itu sendiri, sebelum itu juga dipublikasikan ditempat
tempat umum oleh kepala jorong tujuan nya agar masyarakat tahu dan ikut berpartisipasi.
Lampiran 7
TRANSKRIP WAWANCARA
BADAN MUSYAWARAH NAGARI
Narasumber : Tasrial BA
Hari/Tanggal : Juma’at/11 Agustus 2017
Catatan P (Peneliti)
R (Responden)
P: Assalamu’alaikum pak, perkenalkan saya Leni Agus Riyanti dari Politeknik Negeri Padang
Jurusan Akuntansi, jadi leni ambil judul Tugas Akhir (TA) tentang Alokasi Dana Desa
(ADD), judul TA leni “Akuntabilitas Pengelolaan Dan Pemanfaatan Alokasi Dana Desa
Dalam Proses Pembangunan Di Nagari Sulit Air Kecamatan X Koto Diatas Kabupaten Solok
Tahun 2016.” Jadi leni nak tanyo-tanyo atau wawancara mengenai ADD yang didapek nagari,
lai bisa pak?
R: Oooo,,, lai.
P: Leni rekam, buliah pak?
R: Buliah.
PERENCANAAN
1. P: Bagaimana keterlibatan BMN dalam penyusunan APBDes di Nagari Sulit Air?
R: Kalau keterlibatan BMN dalam penyusunannya itu keterlibatannya nanti dalam menetukan
berapa anggaran untuk setiap proyek yang sudah ditentukan, itu yang pertama, yang kedua
yaitu memonitor hasil dari musrembang, jadi acuannya dari sana proyek musrembang, apa yang
mau dikerjakan, kemudian dengan ketentuan anggaran nya berapa, dengan mengacu pada
acuan dari pada bupati, sebab itu anggaran tidak semuanya untuk pembangunan, sebagian
masuk kedalam penggajian pegawai, termasuk buat belanja yang lain diluar pembangunan, itu
memang acuannya di sana tapi acuannya dibuat berdasarkan RAB yang sudah ditentukan, jadi
keterlibatan BMN ada disana.
2. P: Apakah BMN melakukan kerjasama dengan Tim Pendamping Kecamatan?
R: Ada, Tim Pendamping kita tahun ini sudah diturunkan, kalau dulu juga ada tim
pendampingnya, jadi biasanya tim pendamping itu memandu hasil musrembang itu,
musrembang itu sendiri disana itu BMN, kepala jorong, aparat nagari dan juga LPMN
menentukan musrembang.
3. P: Apakah BMN mengetahui mengenai dana Desa yang diterima Nagari Sulit Air?
R: Dana diterima itu kami tidak mengetahui tapi pagu sudah dijelaskan dari atas bahwa melalui
rekening nagari, berapa dan tanggal berapa masuknya uang itu hanya diberitahu oleh pihak
nagari, “ bapak uang sudah masuk “.
4. P: Apakah terdapat sosialisasi terkait dana Desa?
R: Sosialisasinya keuangan nagari itu dipakai dengan aparat nagari dengan BMN ada, kemudian
buktinya itu salah satu diantaranya, itu dipampangkan itu di kantor wali nagari itu kan ada
papan informasi, itu kan sosialisai kelapangan secara umum, pada BMN juga tahu sekian
sekiannya anggaran itu.
PELAKSANAAN
5. P: Apakah BMN mengetahui pemanfaatan dana Desa yang dilakukan oleh Nagari Sulit Air?
R: Tahu, prosesnya sesuai dengan prosedur tadi prosedur yang kita lakukan, contoh
penggunaan dana untuk pembangunan itu kita ketahui, yang sudah dilimpahkan kepada
Tim TPK nya itu kan kita ketahui juga, kemudian diberikan kepada apabila sudah siap kita
juga mengetahui, sesuai dengan prosedurnya, aaa,,, itu yang kita lakukan, pembagian dana
itu ada yang untuk pembangunan, ada sosial ada untuk kegiatan ekstra ada yang
dipergunakan untuk uang perjalanan dinas nagari para perangkat nagari, itu tetap ada di
jalur yang sudah ditentukan, itu pedoman dan panduannya berasal dari PERDA, contoh
aparat nagari kalau mau ada urusan ke kabupaten SPPJ nya SPPJ standar itu yang dipakai,
itu sesuai dengan PERDA itu.
PENGAWASAN DAN EVALUASI
4. P: Apakah BMN juga melakukan pengawasan, bagaimana bentuknya? Kapan dilaksanakannya?
R: Pengawasan, satu dalam bentuk kegiatan keuangan yang ditentukan untuk acara
contoh HUT RI, iya dilakukan atau tidak, bagaimana dia mempergunakan anggaran
untuk itu sesuai ndak dengan job yang kita lakukan kalau anggarannya untuk HUT RI tu
17,5 juta pokoknya lai sasuai jo itu ndak, sudah tu ada dana sosial yang diberikan kepada
MUI apakah itu diberikan atau tidak, sesuai atau tidak prosedur baliknya bagaimana,
kalau mungkin segala macam bukti persyaratannya sudah dilengkapi apa tidak, itu yang
kita awasi termasuk proyek yang dilakukan oleh jorong, itu pun nantik diminta setelah
dia lakukan tim teknis aturannya segini segini harus beli bahannya begini begini
bahannya itu harus dipertanggungjawabkan kembali, itu tetap kita waspadai dari BMN
mengawas kelapangan, terakhir dari BMN melihat nanti setelah selesai kerja proyek itu
kami akan memantau ke lapangan, aaa,,, begitu bentuk pengawasan yang kami lakukan.
5. P: Bagaimanakah hasil dari pengawasan pengelolaan dana Desa yang dilakukan?
R: Ya kalau kita memantau bahwa masyarakat kita sudah mulai melakukan sesuai dengan
JUKNIS, petunjuk teknis tadi, termasuk pembelian bahan itu sudah sesuai dengan standar
itu sudah mulai dilakukan, kalau yang mungkin sebelum sebelumnya disini sering
kecolongan itu kan disana, sekarang sudah mulai itu yang terakhir itu ada
pengelompokan itu ada berapa truk pasir yang masuk kita ketahui, berapa semen yang
dibeli itu ada diketahui, aaa,,, begitu bentunkya yang diawasi insyaAllah sampai saat ini
saya lihat pada laporan dari kawan kawan sudah hampir dikatakan mendekati 97% sudah
memakai sistem seperti itu.
6. P: Kapankah dilaksanakan evaluasi mengenai pengelolaan dana Desa?
R: Evaluasi nanti dilakukan setelah proyek ini selesai, mungkin ada laporan dari jorong
ketua dari proyek itu sendiri yang melakukan kegiatan nanti ada laporannya diakhir kita
lihat konsepnya data itu semua kembali, tapi didalam perjalan BMN tetap memonitor
atau melihat kelapangan pekerjaan yang dilakukan, sedang bekerja, awal bekerja dan
prosesnya ditinjau kemudian nanti terakhir laporannya ditangan.
PELAPORAN DAN PUBLIKASI
8. P: Apakah Nagari mampu melaporkan laporan Dana Desa tepat waktu?
R: Aaa,,, kalau tepat waktu ini ada sedikit banyaknya tolerannya, tolerannya gitu kalau
dizaman kita ini sampai hari ini yang tepat waktu ndak ada, belum ada ketemu sama saya
yang namanya tepat waktu, karna apa, yang pertama yaitu fasilitas yang menghukumnya
namun demikian yang kita sudah berusaha kalau bapak melihat sudah hampir 85%
mendekati tepat waktu.
9. P: Apakah Nagari melaporkan pengelolaan dana Desa kepada BMN?
R: melaporkan, periodenya gitu kalau proyek bangunan itu sesuai dengan tahap tahapannya.
10. P: Bagaimanakah publikasi dana Desa yang diterima oleh Nagari Sulit Air?
R: kalau publikasinya sudah disampaikan oleh ibuk wali di umum contoh kadang kadang
di masjid, bahwa anggaran dana kita tahun ini sekian yang akan kita gunakan untuk
operasional dan kegiatan pembangunan di nagari kita, itu disampaikan secara umum, dan
BMN pun juga nanti akan menyampaikan puplikasi itu, seperti di kantor wali ada papan
informasi untuk menyampaikan persentasi penggunaan dana desa apa-apa saja.
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10
Lampiran 11
Lampiran 12
Lampiran 13
Lampiran 14
Lampiran 15
Lampiran 16
Lampiran 17
Lampiran 18
Lampiran 19
Lampiran 20
Lampiran 21
Lampiran 22
Lampiran 23