Akuntansi Lembaga Keuangan Islam

Embed Size (px)

DESCRIPTION

akuntansi ijarah, murabahah bil wakalah, bank syariah,

Citation preview

Reinissa R D PIA115020500111019Akuntansi Lembaga Keuangan IslamUTS Akuntansi Lembaga Keuangan IslamSoal I1. A. Akad yang tepat untuk menggambarkan transaksi Kartolo dengan Bank adalah akad murabahah, karena harga perolehan bank diberitahukan kepada Kartolo dan margin yang diminta bank pun diberitahu, sehingga transaksi yang digunakan adalah akad murabahah secara kredit atau mencicil, karena dijelaskan di dalam soal bahwa Kartolo baru saja melunasi mobilnya pada bulan Januari 2012.2. A. Jika menyetujui penawaran Basman, maka akad yang digunakan dalam transaksi Kartolo dengan Basman adalah akad Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik (IMBT). Akad ini merupakan akad sewa dimana di akhir masa sewa, barang yang disewakan akan berpindah kepemilikannya. Dijelaskan di dalam soal bahwa Basman sanggup membeli mobil milik Kartolo pada tahun 2016 dengan penawaran Rp 30.000.000,- dan sembari menunggu tahun 2016, mobil tersebut dimanfaatkan oleh Basman dengan penggantian biaya kepada Kartolo sebesar Rp 42.000.000/tahun. Maka dapat disimpulkan bahwa Basman akan menyewa mobil Kartolo selama 4 tahun, dari tahun 2012 sampai 2016 dengan biaya sewa per tahun sebesar Rp 42.000.000,-. Dan di akhir masa sewa, Basman menawarkan untuk membeli mobil Kartolo seharga Rp 30.000.000,- yang artinya Basman memilih akad bai (jual beli) di akhir masa sewa, bukan akad hibah.B. Jurnal dari sisi Kartolo (Pemberi Sewa) dan dari sisi Basman (Penyewa)i. Saat membeli mobil dari BankPemberi Sewa (Kartolo)Penyewa (Basman)

Aset tetap mobil200.000.000

Kas200.000.000

ii. Saat Kartolo menyetujui untuk bertransaksi akad IMBT dengan KartoloPemberi Sewa (Kartolo)Penyewa (Basman)

Aset ijarah200.000.000

Kendaraan Mobil200.000.000

iii. Saat pembayaran sewa setiap tahunPemberi Sewa (Kartolo)Penyewa (Basman)

Kas42.000.000Beban sewa42.000.000

Pendapatan sewa42.000.000Kas42.000.000

iv. Beban penyusutan per tahun dengan umur akad 4 tahunPemberi Sewa (Kartolo)Penyewa (Basman)

Beban Penyusutan47.500.000

Akumulasi Penyusutan47.500.000

v. Penyajian pada akhir tahun pertama aset ijarah. Jurnal untuk tahun ke 2, 3, dan 4 sama dengan penulisan jurnal diatasPemberi Sewa (Kartolo)Penyewa (Basman)

Aset Ijarah200.000.000

Akumulasi Penyusutan47.500.000

152.500.000

vi. Beban Pemeliharaan per tahunPemberi Sewa (Kartolo)Penyewa (Basman)

Beban Pemeliharaan1.000.000

Kas1.000.000

vii. Pada akhir kontrak, aset ijarah dijual kepada pemberi sewa secara tunai sesuai dengan tawaran Basman yaitu sebesar Rp 30.000.000. Dilakukan akad jual beli (bai)Pemberi Sewa (Kartolo)Penyewa (Basman)

Kas30.000.000Aset nonkas30.000.000

Akumulasi Penyusutan190.000.000Kas30.000.000

Aset Ijarah200.000.000

Keuntungan Penjualan20.000.000

Soal II

1. Landasan utama perbedaan pembiayaan konvensional dan pembiayaan syariah adalah dimana pembiayaan konvensional pasti menggunakan sistem bunga dalam bentuk pembiayaan apapun, sedangkan pembiayaan syariah akan menggunakan sistem bagi hasil jika menggunakan akad mudharabah atau musyarakah, menggunakan sistem margin keuntungan jika menggunakan akad murabahah, menggunakan sistem ujrah (fee) jika menggunakan akad ijarah. Yang pasti, tidak menggunakan sistem bunga yang jelas-jelas adalah riba yang dilarang dalam syariah Islam.

Skema transaksi jual beli motor pada bank konvensionalBANKPEMBELIDEALER(1) DP 1 juta motor(2) Motor dikirim(3) Hutang dilunasi(4) Bayar hutang + bunga

Skema transaksi jual beli motor diatas, diawali dimana pembeli datang ke dealer sepeda motor untuk membeli motor. Pembeli memutuskan untuk membayar secara kredit sepeda motor tersebut dengan memberikan uang muka atau DP sebesar 1 juta. Dengan membayar uang muka sebesar 1 juta, sepeda motor menjadi milik pembeli lalu dealer mengirimkan sepeda motor tersebut kepada pembeli. Jika harga motor sebesar 13 juta, maka pembeli masih hutang kepada dealer sebesar 12 juta. Lalu dealer meminta tolong bank untuk melunasi hutang pembeli tersebut sebesar 12 juta. Selanjutnya pembeli akan membayar kredit sepeda motornya kepada bank dengan cicilan yang biasanya akan ditambah dengan bunga. Dengan seluruh jumlah hasil pelunasan sepeda motor kepada bank menjadi sebesar 15 juta.Skema transaksi diatas sangat salah dalam syariat Islam. Dalam skema tersebut yang melakukan akad jual beli adalah dealer dengan pembeli. Pembeli sudah membayar DP sebesar 1 juta sehingga motor tersebut menjadi milik pembeli. Kemudian bank melunasi hutang motor kepada dealer sebesar 12 juta. Obyek apa yang dijadikan oleh bank ketika membayar hutang 12 juta kepada dealer? Sudah jelas bahwa motor milik pembeli bukan milik bank. Disini tidak ada akad atau kesepakatan bahwa ada pengalihan hutang dari pembeli ke bank. Selanjutnya pembeli akan membayar cicilan kepada bank yang sudah ditentukan oleh bank, misalnya jika harga motor sebesar 13 juta maka bank meminta sebesar 15 juta dengan sistem kredit. Selisih harga 15 juta dengan harga asli motor 13 juta merupakan riba. Transaksi ini haram dilakukan.

Skema transaksi jual beli motor pada bank syariah*Jika menggunakan akad Murabahah bil Wakalah*BANKPEMBELIDEALER(1) Pesan Motor(2) Wakalah(3) Beli motor(4) Kirim motor(5) Akad Murabahah

Skema diatas menggambarkan transaksi jual beli dengan menggunakan akad murabahah bil wakalah. Pertama, nasabah akan datang ke bank untuk memesan motor. Karena bank merupakan lembaga intermediasi sesuai dengan ketentuan UU tentang perbankan di Indonesia dimana bank merupakan lembaga intermediasi yang fungsinya hanya menghimpun dan menyalurkan dana. Tidak boleh melakukan jual beli, sewa, gadai maupun transaksi lainnya. Bank tidak menyimpan atau memiliki aset untuk diperjualbelikan, oleh sebab itu ketika nasabah datang untuk memesan dengan menggunakan akad murabahah, barulah bank akan mencarikan pesanan nasabah tersebut. Untuk menghindari pembatalan pembelian dari pihak nasabah, disinilah bank menggunakan akad wakalah. Dimana bank mewakilkan pembelian pesanan nasabah tersebut kepada nasabah itu sendiri. Sehingga nasabah yang memilih motornya, warna, merk, jenis dan seluruhnya nasabah yang memilih tetapi bank yang membayarkan uangnya. Setelah dibeli, maka motor akan dikirimkan kepasa nasabah. Disini kepemilikan motor masih milik bank, lalu nasabah akan kembali ke bank untuk melakukan akad murabahah atau jual beli. Bank akan menjual motor tersebut kepada nasabah dengan pembayaran sesuai kesepakatan bisa dicicil atau tunai. Margin keuntungan bank pun juga ditentukan sesuai kesepakatan. Skema transaksi jual beli diatas sah untuk dilakukan.Skema seperti diataslah yang disebut murabahah bil wakalah, namun dalam prakteknya sering tidak memperhatikan syariat islam yang akhirnya menjadikan akad tersebut batal. Contoh praktek murabahah bil wakalah di dalam salah satu BMT dimana akad murabahah yang langsung digabung dengan akad wakalah. Jelas praktek ini salah, karena ketika nasabah datang untuk memesan barang kepada bank lalu bank langsung meminta berakad murabahah dan wakalah, barang apa yang dijual oelh bank? Akad murabahah adalah akad jual beli dimana objeknya harus ada saat terjadinya akad, namun jika akad terjadi saat nasabah baru saja memesan barang kepada bank, bank tidak mempunyai objek untuk diperjualbelikan. Jika hal ini dilakukan maka akan menjadi akad utang piutang ditambah riba.

Soal IIINama BankNama ProdukAkad yang DigunakanAnalisis/Komentar

BankBCA SyariahKKB BCA iBMurabahahKalau diteliti lebih dalam, KKB ini adalah kredit kendaraan bermotor dengan menggunakan akad murabahah bil wakalah. Karena tidak mungkin bank memiliki aset untuk diperjualbelikan dan untuk menghindari pembatalan dari sisi nasabah, bank akan menggunakan akad wakalah dengan mewakilkannya kepada nasabah. Produk ini halal untuk digunakan jika diterapkan sesuai dengan akad yang telah ditetapkan yaitu murabahah dan sesuai dengan syariat islam.

Bank Syariah MandiriPembiayaan Griya BSMMurabahahPembiayaan Griya BSM adalah pembiayaan jangka pendek, menengah atau panjang untuk membiayai pembelian rumah tinggal baik baru maupun bekas. Jika di analisis, pembiayaan rumah ini boleh menggunakan akad murabahah dengan syarat rumah yang dibeli sudah jadi dan ada wujudnya bukan berupa tanah atau kavling. Namun jika pembiayaan ini dimaksudkan bahwa rumah yang diajukan pembiayaan ini harus dibangun terlebih dahulu maka sangat salah jika bank menggunakan akad murabahah dalam transaksi ini. Seharusnya bank menggunakan akad istishna yaitu akad yang digunakan dalam transaksi dimana pembeli memesan barang kepada penjual dimana barang yang dipesan harus dibuat terlebih dahulu dan pembayaran bisa dilakukan di muka atau nanti setelah barang tersebut jadi dengan sistem mencicil. Selain menggunakan akad istishna, ada akad lain yang sekarang populer digunakan oleh perbankan dalam pembiayaan rumah adalah akad IMBT (Ijarah Muntahiyah bit Tamlik) yaitu akad sewa dimana di akhir masa sewa ada opsi untuk memindahkan kepemilikan dengan akad hibah atau akad bai kepada penyewa. Ada pula akad Musyarakah Mutanaqisah yang juga populer dalam pembiayaan KPR ini. Yaitu dimana baik bank atau nasabah sama-sama memiliki aset lalu kepemilikan aset pihak bank akan semakin lama berkurang dikarenakan pembelian secara bertahap dari pihak nasabah, sehingga aset menjadi milik nasabah sepenuhnya. Akad-akad tersebut sah digunakan dalam pembiayaan KPR.

Bank BNI SyariahWirausaha iB HasanahMurabahah, Musyarakah, MudharabahWirausaha iB Hasanah adalah fasilitas pembiayaan produktif yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan usaha-usaha produktif (modal kerja dan investasi). Akad yang biasa digunakan dalam pembiayaan seperti ini adalah akad mudharabah dan musyarakah bukan murabahah. Jelas sekali bahwa pembiayaan wirausaha ini adalah pembiayaan dimana bank memberikan modal baik sebagian atau seluruh kepada nasabah untuk membuat usaha. Jika pihak bank memberikan modal seluruhnya kepada nasabah dan nasabah hanya mengeluarkan skill maka akad ini disebut akad mudharabah, namun jika baik nasabah dan bank bersama-sama memberikan modal dan kedua pihak bersama-sama mengeluarkan skill maka akad ini disebut akad musyarakah. Namun dalam prakteknya, musyarakah yang dilakukan dalam perbankan yaitu bank tetap tidak akan turun tangan dalam pengelolaan usaha, hal ini menyalahi akad musyarakah yang sebenarnya. Terlebih lagi akad murabahah yang jelas-jelas salah jika diterapkan pada pembiayaan ini. Murabahah adalah akad jual beli dimana objek yang diperjualbelikan ada saat transaksi berlangsung. Akad murabahah tidak sesuai jika dipakai pada pembiayaan usaha seperti ini.

Bank Muamalat IndonesiaDana Talangan Porsi HajiQardh (Pinjaman)Dana talangan porsi haji yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia menggunakan akad Qardh atau pinjaman dimana Bank Muamalat menegaskan bahwa pelunasan hutang sesuai dengan pokok pinjaman tanpa adanya margin atau kelebihan atas pokok pinjaman. Jika hal ini dilakukan sesuai dengan yang telah ditegaskan diatas, maka produk ini halal untuk digunakan. Sesuai dengan syariat Islam, akad qardh itu merupakan akad hutang piutang dimana tambahan atas hutang tersebut merupakan riba, oleh sebab itu Bank Muamalat menegaskan bahwa pengembalian pinjaman sesuai dengan pokok pinjaman tanpa tambahan apapun. Selain itu angsuran pengembalian pinjaman diambil secara autodebet dari tabungan haji arafah yang merupakan tabungan yang dikhususkan bagi masyarakat yang ingin menunaikan ibadah haji dengan menggunakan akad wadiah amanah yaitu akad titipan dimana barang yang dititipkan tidak boleh didayagunakan. Produk dana talangan porsi haji ini telah sesuai dengan syariat Islam.

Bank BCA SyariahPembiayaan Investasi iBMurabahah atau Ijarah Muntahiyah bit Tamlik (IMBT)Pembiayaan Investasi iB adalah pembiayaan investasi yang bertujuan untuk rehabilitasi, modernisasi, serta ekspansi dari usaha-usaha produktif seperti pembiayaan pembelian atau pembangunan tempat usaha, pembelian mesin, serta kendaraan kendaraan operasional. Akad yang dilakukan oleh BCA syariah dalam pembiayaan ini adalah akad murabahah atau IMBT. Pembiayaan ini berfokus pada nasabah yang ingin merehab, modernisasi atau ekspansi dari usaha produktif nasabah itu sendiri seperti pembelian tempat usaha, mesin atau kendaraan untuk operasional. Jika prakteknya sesuai dengan apa yang telah ditulis diatas maka produk perbankan ini halal dan sesuai syariat untuk dijalankan. Jika menggunakan akad murabahah maka Bank akan membeli apa yang dibutuhkan oleh nasabah misal tempat usaha atau mesin untuk menjalankan usaha, lalu bank akan menjualnya kepada nasabah dengan margin yang ditentukan sesuai kesepakatan. Jika menggunakan akad IMBT, maka bank akan membeli apa yang dibutuhkan oleh nasabah lalu menyewakan barang tersebut kepada nasabah dimana di akhir masa sewa ada opsi berpindahnya kepemilikan barang tersebut kepada nasabah baik dengan akad hibah atau akad bai (jual beli). Produk Pembiayaan Investasi iB sah sesuai syariah.

Bank Syariah MandiriBSM Gadai EmasQardh wal IjarahTerbitnya fatwa DSN MUI yang memperbolehkan jual beli emas secara angsuran, tidak harus tunai dan on the spot dalam melakukan pembayaran membuat produk-produk perbankan syariah tentang emas menjadi bermacam-macam, salah satunya adalah BSM gadai emas ini yang menggunakan akad qardh wal ijarah. Gadai sendiri atau rahn merupakan akad turunan dari qardh (pinjaman). Ketika terjadinya akad qardh antara kedua belah pihak, akad rahn muncul sebagai jaminan bagi pemberi hutang jika yang diberi hutang tidak mampu membayar atau melunasi hutang, sehingga jaminan tersebut menjadi milik pemberi hutang. Tetapi jaminan nilainya harus senilai dengan jumlah hutang, jika lebih harus dikembalikan kepada yang berhutang dan jika kurang akan ditagih kembali kepada yang berhutang. Namun jika yang berhutang sanggup melunasi hutang maka jaminan akan dikembalikan kepada yang berhutang. Yang bisa disimpulkan bahwa akad rahn bukanlah akad komersil atau akad untuk mencari keuntungan tapi merupakan akad sosial yang sifatnya membantu. Namun dalam BSM gadai emas ini, akad rahn digunakan sebagai akad komersil untuk mencari keuntungan. Akad qardh sendiri merupakan akad sosial, yaitu akad pinjam meminjam (hutang piutang) dana tanpa mensyaratkan adanya tambahan apapun dari pinjaman tersebut. Akad qardh tidak boleh digabung dengan akad-akad yang bersifat komersial seperti mudharabah, musyarakah, murabahah atau ijarah karena substansinya akad ini bukan digunakan untuk mencari keuntungan tapi untuk membantu sesama. Jadi baik produk BSM gadai emas maupun akad yang digunakan didalamnya, menyalahi aturan syariat islam. Ditambah lagi dengan pembayaran sewa yang didasarkan atas jumlah hutang bukan berdasarkan safe deposit box yang menyebabkan pembayaran sewa tersebut menjadi tambahan atas hutang piutang yaitu riba.

Bank BRI SyariahKLM (Kepemilikan Logam Mulia) BRI Syariah iBMurabahah bil WakalahSebenarnya emas merupakan barang ribawi dimana jika ingin diperjualbelikan nilainya harus setara, pembayaran harus tunai dan on the spot. Tapi karena terbitnya fatwa DSN MUI yang membolehkan emas diperjualbelikan secara angsuran dan tidak on the spot, muncullah berbagai produk jual beli dan pembiayaan emas, salah satunya KLM BRI Syariah iB ini. Kepemilikan emas ini menggunakan akad murabahah bil wakalah dimana bank akan membiayai pembelian emas ini dan mewakilkan kepada nasabah untuk membelinya langsung lalu kemudian bank dan nasabah akan berakad murabahah dengan margin keuntungan yang ditetapkan sesuai kesepakatan. Secara syariah hal ini sah untuk dilakukan karena sudah didukung oleh fatwa DSN MUI meskipun fatwa dari negara-negara lain tidak membolehkan jual beli emas yang seperti ini.

Bank BNI SyariahBNI Syariah MultijasaIjarah MultijasaBNI Syariah Multijasa adalah fasilitas pembiayaan konsumtif yang diberikan kepada masyarakat untuk kebutuhan jasa dengan agunan berupa fixed asset atau kendaraan bermotor. Sebenarnya ijarah multijasa dalam kehidupan kita sehari-hari adalah event organizer. Event organizer menyiapkan berbagai jasa untuk membuat event dan kita membayar fee atas jasa mereka. Namun jika di dalam perbankan, ijarah multijasa ini menjadi pembiayaan multijasa, dimana bank menyediakan dana berupa transaksi multijasa dengan menggunakan akad ijarah atas kesepakatan bank dengan nasabah serta nasabah wajib melunasi hutang dari pembiayaan tersebut. Menurut fatwa DSN MUI no 44 pembiayaan multijasa ini sah untuk dilakukan. Dalam produk BNI Syariah Multijasa ini, selain menggunakan pembiayaan multijasa, bank juga meminta jaminan berupa fixed asset atau kendaraan bermotor. Hal ini boleh dilakukan karena sifatnya hanya berupa jaminan.

Bank BRI SyariahKPR BRI Syariah iBMurabahahKurang tepat jika menggunakan akad murabahah dalam kredit pembiayaan rumah, dikarenakan akad murabahah adalah akad dimana objek yang diperjualbelikan harus ada saat terjadinya akad. Dalam KPR BRI Syariah iB dijelaskan bahwa salah satu pembelian propertinya adalah berupa tanah atau kavling yang jelas-jelas belum berbentuk rumah. Oleh sebab itu dalam KPR, lebih cocok jika menggunakan akad istishna atau akad yang sekarang sedang populer dalam pembiayaan KPR adalah akad IMBT (Ijarah Muntahiyah bit Tamlik) dan akad Musyarakah Mutanaqisah. Akad IMBT akan lebih menarik bagi nasabah karena pembayaran sewa tiap bulan yang akan terus menurun hingga di akhir masa sewa rumah tersebut akan berpindah kepemilikan menjadi milik nasabah dibandingkan dengan akad murabahah dimana pembayaran angsuran yang flat dari awal hingga di akhir pelunasan. Sedangkan musyarakah mutanaqisah adalah dimana bank dan nasabah bersama-sama memiliki aset atau rumah lalu pihak bank akan menjual kepemilikan asetnya kepada nasabah dengan nasabah membayar secara bertahap. Diakhir masa pembayaran, rumah akan seluruhnya menjadi milik nasabah. Biasanya pembayaran secara bertahap ini menggunakan akad IMBT tersebut.

Bank Muamalat IndonesiaPembiayaan Hunian Syariah BisnisMurabahah dan Musyarakah MutanaqisahSeperti yang telah saya jelaskan sebelumnya dalam pembiayaan rumah akad murabahah bisa dilakukan jika objek yang diperjualbelikan sudah jelas. Jika dalam hal ini, objek harus sudah berbentuk rumah bukan tanah atau kavling, maka sah sesuai dengan syariat. Bank Muamalat sudah mulai menjalankan akad musyarakah mutanaqisah dalam pembiayaan rumahnya dimana akad ini merupakan akad yang sangat cocok dalam pembiayaan rumah. Objek dalam pembiayaan musyarakah mutanaqisah tidak harus sudah jadi atau berbentuk rumah dalam hal ini, tetapi boleh jika masih berbentuk tanah atau kavling. Akad ini sah sesuai syariat islam.

Soal IVSetelah melihat statistik perbankan syariah baik itu dalam BUS dan UUS dari tahun 2011 hingga 2013, akad salam tetap menunjukkan angka 0 dimana dapat disimpulkan bahwa memang akad salam ini tidak populer bahkan tidak digunakan dalam perbankan syariah di Indonesia. Jika kita teliti, definisi akad salam (Fatwa DSN no 5/2000) adalah jual beli barang dengan cara pemesanan dan pembayaran harga lebih dahulu dengan syarat-syarat tertentu. Pembayaran akad salam harus dibayarkan secara lunas tidak boleh mencicil pada saat akad disepakati selain itu obyek tidak perlu melalui proses produksi dan obyek tidak ada pada penjual saat akad terjadi. Berdasarkan perspektif nasabah, karena akad salam lebih fokus kepada produk pertanian, nasabah yang notabenenya adalah petani, masih awam dan tidak mengerti dengan akad salam yang tentunya akan menguntungkan mereka. Kurangnya informasi serta sosialisasi ke masyarakat petani juga merupakan kendala akan terlaksananya akad salam ini. Selain itu karena pembayaran akad salam yang diharuskan membayar lunas di muka sebelum barang diantar juga merupakan salah satu faktor mengapa akad salam tidak populer di perbankan syariah. Jika nasabah mampu membayar dan melunasi barang yang dia inginkan, untuk apa nasabah datang ke bank melakukan pembiayaan akad salam? Nasabah bisa langsung datang ke produsen untuk memesan barang yang diinginkan dan langsung membayar lunas di muka kepada produsen tersebut, tidak perlu melalui bank.Jika diteliti dari perspektif bank, bank menganggap akad salam ini memiliki risiko harga barang yang diperjualbelikan akan mengalami fluktuatif. Misal barang yang diperjualbelikan dengan akad salam adalah produk pertanian gabah. Karena gabah yang dibeli akan diantar kemudian bukan saat akad terjadi maka jika melihat konsep time value of money, bank akan mengalami risiko yang lebih besar karena nilai gabah yang fluktuatif dan relatif akan terus naik.Selain itu juga akad salam ini tidak diprioritaskan dalam perbankan syariah. Karena sudah banyak akad-akad yang populer seperti mudharabah, musyarakah, ijarah dan terutama murabahah yang aplikasinya mudah dengan margin keuntungan yang ditetapkan di depan maka bank tidak lagi tertarik untuk menggencarkan akad salam ini. Di samping itu karena mayoritas masyrakat Indonesia yang lebih banyak berdagang dan juga industri rumahan maka akad salam yang lebih fokus pada produk pertanian kurang diminati. Dikarenakan sudah bisa ditutupi dengan akad-akad populer diatas maka tidak heran jika akad salam tidak digunakan bahkan mencapai angka 0% yang berarti sama sekali tidak digunakan.