Upload
windi-fitriani
View
227
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
tugas
Citation preview
TIMBUN NABAWI (Bagian II)
A. Dalil Pengobatan Cara Nabi
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memaparkan perihal berobat
dalam beberapa haditsnya. Di antaranya:
1. Dari Jabir bin ‘Abdullah radhiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda:
الداء، الدواء أصاب فإذا دواء، داء لكل وجل عز الله بإذن برأ“Setiap penyakit pasti memiliki obat. Bila sebuah obat sesuai dengan
penyakitnya maka dia akan sembuh dengan seizin Allah Subhanahu wa Ta’ala . ”
(HR. Muslim)
2. Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
داء من الله أنزل ما شفاء له أنزل إال“Tidaklah Allah menurunkan sebuah penyakit melainkan menurunkan pula
obatnya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
3. Dari Usamah bin Syarik radhiallahu ‘anhu, bahwa beliau berkata:
رسول يا: فقال األعراب، وجاءت وسلم، عليه الله صلى النبي عند كنت
يضع لم وجل عز الله فإن تداووا، الله، عباد يا نعم: فقال أنتداوى؟ الله،
داء الهرم: قال هو؟ ما: قالوا. واحد داء غير شفاء له وضع إالAku pernah berada di samping Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu
datanglah serombongan Arab dusun. Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah,
bolehkah kami berobat?” Beliau menjawab: “Iya, wahai para hamba Allah,
berobatlah. Sebab Allah Subhanahu wa Ta’ala tidaklah meletakkan sebuah
penyakit melainkan meletakkan pula obatnya, kecuali satu penyakit.” Mereka
bertanya: “Penyakit apa itu?” Beliau menjawab: “Penyakit tua.” (HR. Ahmad, Al-
Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan At-Tirmidzi,
beliau berkata bahwa hadits ini hasan shahih. Syaikhuna Muqbil bin Hadi Al-
Wadi’i menshahihkan hadits ini dalam kitabnya Al-Jami’ Ash-Shahih mimma
Laisa fish Shahihain, 4/486)
4. Dari Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
داء ينزل لم الله إن جهله من وجهله علمه من علمه شفاء، له أنزل إال“Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala tidaklah menurunkan sebuah
penyakit melainkan menurunkan pula obatnya. Obat itu diketahui oleh orang
yang bisa mengetahuinya dan tidak diketahui oleh orang yang tidak bisa
mengetahuinya.” (HR. Ahmad, Ibnu Majah, dan Al-Hakim, beliau
menshahihkannya dan disepakati oleh Adz-Dzahabi. Al-Bushiri menshahihkan
hadits ini dalam Zawa`id-nya. Lihat takhrij Al-Arnauth atas Zadul Ma’ad, 4/12-
13)
Dalam berobat, banyak cara yang bisa ditempuh asalkan tidak melanggar syariat
Allah Subhanahu wa Ta’ala. Namun para ulama berbeda pendapat tentang
hukum berobat dan meninggalkannya. Tentunya perselisihan mereka berangkat
dari perbedaan dalam memahami dalil-dalil yang ada dalam permasalahan ini.
Terdapat tiga pendapat di kalangan para ulama dalam menentukan hukum
berobat.
Pertama, menurut sebagian ulama bahwa berobat diperbolehkan, namun yang
lebih utama tidak berobat. Ini merupakan madzhab yang masyhur dari Al-Imam
Ahmad rahimahullahu.
Kedua, menurut sebagian ulama bahwa berobat adalah perkara yang
disunnahkan. Ini merupakan pendapat para ulama pengikut madzhab Asy-Syafi’i
rahimahullahu. Bahkan Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu dalam kitabnya
Syarh Shahih Muslim menisbahkan pendapat ini kepada madzhab mayoritas
para ulama terdahulu dan belakangan. Pendapat ini pula yang dipilih oleh Abul
Muzhaffar. Beliau berkata: “Menurut madzhab Abu Hanifah, berobat adalah
perkara yang sangat ditekankan. Hukumnya hampir mendekati wajib.”
Ketiga, menurut sebagian ulama bahwa berobat dan meninggalkannya sama
saja, tidak ada yang lebih utama. Ini merupakan madzhab Al-Imam Malik
rahimahullahu. Beliau berkata: “Berobat adalah perkara yang tidak mengapa.
Demikian pula meninggalkannya.” (Lihat Fathul Majid, hal. 88-89)
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullahu memiliki metode
yang cukup baik dalam mempertemukan beberapa pendapat di atas. Beliau
merinci hukum berobat menjadi beberapa keadaan, sebagai berikut:
1. Bila diketahui atau diduga kuat bahwa berobat sangat bermanfaat dan
meninggalkannya akan berakibat kebinasaan, maka hukumnya wajib.
2. Bila diduga kuat bahwa berobat sangat bermanfaat, namun
meninggalkannya tidak berakibat kebinasaan yang pasti, maka melakukannya
lebih utama.
3. Bila dengan berobat diperkirakan kadar kemungkinan antara kesembuhan
dan kebinasaannya sama, maka meninggalkannya lebih utama agar dia tidak
melemparkan dirinya dalam kehancuran tanpa disadari. (Lihat Asy-Syarhul
Mumti’, 2/437)
Secara garis besar, berobat merupakan perkara yang disyariatkan selama tidak
menggunakan sesuatu yang haram. Hal ini sebagaimana ditegaskan Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya:
فتداووا دواء داء لكل وجعل والدواء الداء أنزل الله إن بحرام تداووا وال“Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit dan obatnya, demikian pula
Allah menjadikan bagi setiap penyakit ada obatnya. Maka berobatlah kalian
dan janganlah berobat dengan yang haram.” (HR. Abu Dawud dari Abud Darda`
radhiallahu ‘anhu)
Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu berkata:
الخبيث الدواء عن وسلم عليه الله صلى الله رسول نهى“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang dari obat yang buruk
(haram).” (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah. Asy-Syaikh Al-Albani
menshahihkannya dalam Shahih Ibnu Majah, 2/255) [Lihat kitab Ahkam Ar-Ruqa
wa At-Tama`im karya Dr. Fahd As-Suhaimi, hal. 21)
B. Sakit dan Pengobatan Menurut Al – Qur’an
Sakit menurut Al – Qur’an
Sakit yang dimaksud dalam tulisan ini adalah sakit fisik. Yaitu suatu keadaan di
mana metabolisme dalam tubuh tidak berjalan sebagaimana mestinya. Namun,
walaupun sakit merupakan satu kondisi yang tidak mengenakkan, sebagai
seorang muslim kita tidak perlu banyak mengeluh, karena terlalu banyak
mengeluh merupakan bagian dari godaan syaithan.
Saat Allah menakdirkan kita untuk sakit, pasti ada alasan tertentu yang menjadi
penyebab itu semua. Tidak mungkin Allah subhanahu wa ta’ala melakukan
sesuatu tanpa sebab yang mendahuluinya atau tanpa hikmah di balik semua itu.
Allah pasti menyimpan hikmah di balik setiap sakit yang kita alami. Karenanya,
tidak layak bagi kita untuk banyak mengeluh, menggerutu, apalagi su’udzhan
kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Lebih parah lagi, kita sampai mengutuk
taqdir. Na’udzu billah…
Rasulullah shallallahu ’alayhi wasallam pernah menemui Ummu As-Saa’ib,
beliau bertanya : ”Kenapa engkau menggigil seperti ini wahai Ummu As-
Saa’ib?” Wanita itu menjawab : “Karena demam wahai Rasulullah, sungguh
tidak ada barakahnya sama sekali.” Rasulullah shallallahu ’alayhi wasallam
bersabda : ”Jangan engkau mengecam penyakit demam. Karena penyakit itu
bisa menghapuskan dosa-dosa manusia seperti proses pembakaran
menghilangkan noda pada besi”. (HR. Muslim)
1. Sakit adalah Ujian
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam al-Quran, “Dan sungguh akan Kami
berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan
harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-
orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka
mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”.” (QS. Al-Baqarah: 155-
156). Dalam ayat yang lain, Allah juga berfirman,
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan
keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya
kepada Kamilah kamu dikembalikan”. (QS. Al-Anbiyaa`: 35)
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang
bercampuryang Kami hendak mengujinya, karena itu Kami jadikan dia
mendengar dan melihat”. (QS. Al-Insaan:2)
Begitulah Allah subhanahu wa ta’ala menguji manusia, untuk melihat siapa di
antara hambaNya yang memang benar-benar berada dalam keimanan dan
kesabaran. Karena sesungguhnya iman bukanlah sekedar ikrar yang diucapkan
melalui lisan, tapi juga harus menghujam di dalam hati dan teraplikasian dalam
kehidupan oleh seluruh anggota badan. Allah subhanahu wa ta’ala menegaskan
bahwa Dia akan menguji setiap orang yang mengaku beriman, “Apakah manusia
itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”,
sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-
orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-
orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta” .
(QS. Al-Ankabuut: 2-3)
Semua ujian yang diberikan-Nya semata-mata hanya agar hamba-Nya menjadi
lebih baik di hadapanNya. Rasulullah shallallahu ’alayhi wasallam bersabda :
”Barangsiapa dikehendaki baik oleh Allah, maka Dia akan menguji dan
menimpakan musibah kepadanya”. (HR. Bukhari).
Jadi, sudah selayaknya bagi setiap mu`min untuk kemudian bertambah imannya
saat ujian itu datang, termasuk di dalamnya adalah ujian sakit yang merupakan
bagian dari ujian yang menimpa jiwa. Jangan sampai kita menjadi seperti orang-
orang munafiq yang tidak mau bertaubat atau mengambil pelajaran saat
mereka diuji oleh Allah subhanahu wa ta’ala, “Dan tidaklah mereka
memperhatikan bahwa mereka diuji sekali atau dua kali setiap tahun, dan
mereka tidak (juga) bertaubat dan tidak (pula) mengambil pelajaran?” (QS. At-
Tawbah: 126)
Sudah selayaknya pula kita merenungi segala amalan yang telah kita lakukan,
karena bisa jadi ada beberapa amalan yang memang dianggap sebagai sebuah
kemakshiyatan di hadapan Allah subhanahu wa ta’ala. Begitu cintanya Allah
kepada kita sehingga Dia mengingatkan kita melalui sakit ini, agar kita dapat
segera bertaubat sebelum ajal menjemput kita.
Dari Anas ibn Malik radhiyallahu ’anhu diriwayatkan bahwa ia menceritakan :
Rasulullah shallallahu ’alayhi wasallam bersabda : ”Sesungguhnya pahala yang
besar didapatkan melalui cobaan yang besar pula. Kalau Allah mencintai
seseorang, pasti Allah akan memberikan cobaan kepadanya. Barangsiapa yang
ridha menerima cobaanNya, maka ia akan menerima keridhaan Allah. Dan
barangsiapa yang kecewa menerimanya, niscaya ia akan menerima kermurkaan
Allah”. (HR. Tirmidzi)
2. Sakit adalah Adzab
Bagi seorang mu`min sakit dapat menjadi tadzkirah atau ujian yang akan
mendekatkan dirinya kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Namun bagi sebagian
orang, sakit bisa menjadi adzab yang akan membinasakan dirinya. Allah
subhanahu wa ta’ala berfirman, “Katakanlah: “Dialah yang berkuasa untuk
mengirimkan adzab kepadamu, dari atas kamu atau dari bawah kakimuatau Dia
mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan)
dan merasakan kepada sebahagian kamu keganasan sebahagian yang lain.
Perhatikanlah, betapa Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih
bergantiagar mereka memahami(nya)”.” (QS. Al-An’aam: 65)
“Dan sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebagian adzab yang kecil
di dunia sebelum adzab yang lebih besar di akhirat, mudah-mudahan mereka
kembali ke jalan yang benar.” (QS. As-Sajdah: 21)
Maka dari itu, pertaubatan adalah langkah nyata menuju kesembuhan.
Seseungguhnya, segala macam bencana yang menimpa kita, pada hakikatnya
adalah karena perbuatan kita sendiri. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
artinya, “Apa saja musibah yang menimpa kamu maka disebabkan oleh
perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari
kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy-Syura: 30)
Syaikh Abdurrahman As-Sa’di ketika menafsirkan ayat ini, beliau berkata, “Allah
Subhanahu wa Ta’ala memberitakan bahwa semua musibah yang menimpa
manusia, (baik) pada diri, harta maupun anak-anak mereka, serta pada apa
yang mereka sukai, tidak lain sebabnya adalah perbuatan-perbuatan buruk
(maksiat) yang pernah mereka lakukan.”
Dari ‘A`isyah radhiyallahu ‘anha ia berkata , “Aku mendengar Rasulallah
shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda : “Tidaklah seorang muslim tertimpa
musibah walau hanya tertusuk duri, kecuali Allah akan mencatat baginya
kebaikan dan dihapus baginya kesalahan dan dosanya.” (HR.Muslim)
Ingatlah bahwa adzab yang diturunkan Allah subhanahu wa ta’ala terhadap
seseorang di dunia bisa berbagai macam bentuknya. Kekurangan harta, bencana
alam, peperangan, sakit, atau bahkan kematian. Cukuplah kiranya pelajaran
kaum terdahulu yang diadzab oleh Allah subhanahu wa ta’ala dengan berbagai
macam penyakit yang aneh dan sulit disembuhkan. Hal itu dikarenakan mereka
tetap bertahan di dalam kekafiran, padahal bukti-bukti dan tanda-tanda
kebesaran-Nya telah ditampakkan di hadapan mereka. Firman Allah,
“Dan demikianlah Kami menurunkan Al Quran dalam bahasa Arab, dan Kami
telah menerangkan dengan berulang kali, di dalamnya sebahagian dari
ancaman, agar mereka bertakwa atau (agar) Al-Quran itu menimbulkan
pengajaran bagi mereka” (QS. Thaahaa: 113)
Allah swt. juga berfirman,
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir baik harta mereka maupun anak-anak
mereka, sekali-kali tidak dapat menolak azab Allah dari mereka sedikitpun” (QS.
Ali ‘Imraan: 116)
Lihatlah bahwa azab yang diturunkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala tidak
dapat ditahan, baik oleh harta ataupun sanak saudara kita. Demi Allah, saat
azab itu telah sampai pada kita, tidak ada tangan-tangan yang sanggup
menahannya, baik tangan manusia, jin, ataupun malaikat. Jangan sampai kita
menjai seperti Fir’aun yang baru bertaubat saat ajal di depan mata, dimana
Allah subhanahu wa ta’ala telah menutup pintu ampunan-Nya. Semoga kita
bukan termasuk orang yang diberi adzab di dunia ataupun di akhirat.
3. Sakit adalah Cinta
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa Allah subhanahu wa ta’ala senantiasa
menguji hamba-hambaNya untuk menilai siapa yang memang benar-benar
memiliki ketulusan iman. Siapa di antara hamba-hambaNya yang sabar, yang
sanggup bertahan, baik dalam susah maupun senang. Inilah golongan yang
dirahmati Allah subhanahu wa ta’ala. Para shahabat berkata saat golongan ini
sedang ditimpa sakit, “Demam sehari dapat menghapuskan dosa setahun”.
Imam Ibn Qayyim al-Jawziyyah dalam Ath Thibb An Nabawi menafsirkan riwayat
atsar ini dalam dua pengertian. Pertama, bahwa demam itu meresap ke seluruh
anggota tubuh dan sendi-sendinya. Sementara jumlah tiap sendi-sendi tubuh
ada 360. Maka, demam itu dapat menghapus dosa sejumlah sendi-sendi
tersebut, dalam satu hari.
Kedua, karena demam itu dapat memberikan pengaruh kepada tubuh yang
tidak akan hilang seratus persen dalam setahun. Sebagaimana Sabda Nabi
shallallahu ‘alayhi wa sallam, “Barangsiapa meminum minuman keras, maka
shalatnya tidak akan diterima selama empat puluh hari.” Karena pengaruh
minuman keras tersebut masih tetap ada dalam tubuhnya, pembuluh nadi, dan
anggota tubuh lainnya selama empat puluh hari. Wallahu a’lam. Beliau
mengakhiri perkataannya.
Hal tersebut dapat dipahami dan diterima walaupun beliau (Imam Ibn al-
Qayyim) masih belum mengetahui kedudukan atsar tersebut, karena kita
senantiasa mengingat do’a yang seringkali diucapkan oleh Rasulullah shallallahu
‘alayhi wa sallam saat beliau menjenguk orang sakit. Beliau shallallahu ‘alayhi
wa sallam senantiasa mengucapkan, “Laa ba’sa thahuurun, insya Allahu ta’ala”
Tidak mengapa, insya Allah menjadi pembersih (atas dosa-dosamu). Inilah yang
dimaksud bahwa Islam memandang sakit bisa bermakna cinta. Cinta dari Sang
Ilahy agar hambaNya tidak mendapatkan azab di akhirat, maka Dia
membersihkan segala noda dan dosanya di dunia. Ma syaa Allah.
Rasulullah shallallahu ’alayhi wasallam pernah bersabda : ”Sesungguhnya
besarnya pahala (balasan) sangat ditentukan oleh besarnya cobaan. Dan jika
sekiranya Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan menguji dan memberikan
cobaan kepada mereka”. (HR. Tirmidzi dan Baihaqi).
Dari Abdullah ibn Mas’ud radhiyallahu ’anhu diriwayatkan bahwa ia
menceritakan: Rasulullah shallallahu ’alayhi wasallam bersabda : ”Setiap
muslim yang terkena musibah penyakit atau yang lainnya, pasti akan Allah
hapuskan berbagai kesalahnnya, seperti sebuah pohon meruntuhkan daun-
daunya.” (HR. Muslim)
Dari Abu Hurayrah radhiyallahu ’anhu diriwayatkan bahwa Rasulullah
shallallahu ’alayhi wasallam bersabda : ”Cobaan itu akan selau menimpa
seorang mukmin dan mukminah, baik pada dirinya, pada diri anaknya ataupun
pada hartanya, sehingga ia bertemu dengan Allah tanpa dosa sedikit pun.” (HR.
Tirmidzi)
Begitu pula, Rasulullah shallallahu ’alayhi wasallam bersabda : ”Tiadalah
kepayahan, penyakit, kesusahan, kepedihan dan kesedihan yang menimpa
seorang muslim sampai duri di jalan yang mengenainya, kecuali Allah
menghapus dengan itu kesalahan – kesalahannya”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Seorang wanita datang menemui Nabi shallallahu ’alayhi wasallam, ia berkata :
”Saya mengidap penyakit epilepsi dan apabila penyakitku kambuh, pakaianku
tersingkap. Berdoalah kepada Allah untuk diriku”. Rasulullah shallallahu ’alayhi
wasallam bersabda : ”Kalau engkau bersabar, engkau mendapatkan jannah.
Tapi kalau engkau mau, aku akan mendoakan agar engkau sembuh”. Wanita itu
berkata : ”Aku bersabar saja”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari Abu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu diriwayatkan bahwa ia
menceritakan: Rasulullah shallallahu ’alayhi wasallam bersabda :” Kalau
seorang hamba sakit atau sedang bepergian, pasti Allah akan menuliskan
baginya pahala seperti saat ia mengamalkan ibadah di masa masih sehat dan
sedang bermukim.” (HR. Bukhari)
Syaikh Al Faqih Muhammad ibn Shalih Al-‘Utsaymin rahimahullah berkata:
”Apabila engkau ditimpa musibah maka janganlah engkau berkeyakinan bahwa
kesedihan atau rasa sakit yang menimpamu, sampaipun duri yang mengenai
dirimu, akan berlalu tanpa arti. Bahkan Allah akan menggantikan dengan yang
lebih baik (pahala) dan menghapuskan dosa-dosamu dengan sebab itu.
Sebagaimana pohon menggugurkan daun-daunnya.”
Hendaklah kita bersabar dan ridha terhadap sakit yang menimpa kita. Dengan
bersabar, kita akan mendapatkan apa yang dijanjikan Allah terhadap orang yang
bersabar : “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang
dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az-Zumar: 10)
Selain itu, Imam Ibn Qayyim al-Jawziyyah berpendapat bahwa sakit, khususnya
demam, sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Karena, menurutnya,
orang yang sedang demam akan meninggalkan makanan yang buruk dan
kemudian beralih kepada makanan yang baik-baik. Ia pun akan mengonsumsi
obat-obatan yang bermanfaat bagi tubuh. Hal ini tentu akan membantu proses
pembersihan tubuh dari segala macam kotoran dan kelebihan yang tidak
berguna. Sehingga prosesnya mirip api terhadap besi yang berfungsi
menghilangkan karat dari inti besi. Proses seperti ini sudah dikenal di kalangan
medis. Karenanya tidak heran jika Abu Hurayrah radhiyallahu ‘anhu pernah
berkata, “Tidak ada penyakit yang menimpaku yang lebih aku sukai daripada
demam. Karena demam merasuki seluruh organ tubuhku. Sementara Allah akan
memberikan pahala pada setiap organ tubuh yang terkena demam.”
Pengobatan menurut Al – Qur’an
Berikut ini sebagian obat-obat alami dalm Al Qur’an adalah sebagai berikut :
1. Madu
Allah Ta’ala berfirman,”Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang
bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan
bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang memikirkan” (QS. An Nahl : 69)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Kesembuhan itu ada pada
tiga hal, yaitu dalam pisau pembekam, meminumkan madu, pengobatan
dengan besi panas (kayy). Dan aku melarang ummatku melakukan pengobatan
dengan besi panas” (HR. al Bukhari no. 5681)
Dalam sebuah riwayat lain disebutkan,”Alaykum bisy syifaa-ayna al ‘asali wal
qur-aani” yang artinya “Hendaknya kalian menggunakan dua macam obat,
madu dan al Qur’an” (HR. Ibnu Majah dan al Hakim dalam Shahih-nya, beliau
berkata, Hadits ini shahih sesuai dengan sistem periwayatan al Bukhari dan
Muslim, dan disetujui oleh adz Dzahabi. Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu
‘anhu secara marfu’)
Imam Ibnu Qayyim al Jauziyah mengatakan, “Madu memiliki banyak khasiat.
Madu dapat membersihkan kotoran yang terdapat pada usus, pembuluh darah,
dapat menetralisir kelembaban tubuh, baik dengan cara dikonsumsi atau
dioleskan, sangat bermanfaat untuk lanjut usia dan mereka memiliki keluhan
pada dahak atau yang metabolismenya cenderung lembab dan dingin” (Metode
Pengobatan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, hal. 42-43)
Manfaat dari Madu:
- Meningkatkan pertumbuhan bakteri yang menguntungkan serta
menghambat bakteri yang merugikan.
- Memperbaiki dan melindungi sistem pencernaan.
- Membantu memperlancar buang air besar, sehingga dapat membantu
mengatasi konstipasi/sembelit.
- Melindungi lambung dari risiko terjadinya iritasi yang disebabkan karena
mengonsumsi minuman beralkohol dan obat-obatan tertentu.
- Membantu penyerapan kalsium.
- Sebagai antioksidan.
- Sebagai sumber energi yang baik.
- Aman untuk penderita diabetes
- Mempercepat penyembuhan luka
2. Habbatussauda (Jinten Hitam)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Sesungguhnya di dalam
habbatus sauda (jinten hitam) terdapat penyembuh bagi segala macam
penyakit kecuali kematian” (HR. al Bukhari no. 5688 dan Muslim no. 2215, ini
lafazhnya Muslim, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)
Imam Ibnu Qayyim al Jauziyah berkata : ‘Jinten hitam memiliki banyak sekali
khasiat. Arti sabda Nabi, “obat dari segala jenis penyakit“, seperti firman Allah,
“Menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Rabb-nya“, yakni segala
sesuatu yang bisa hancur. Banyak lagi ungkapan-ungkapan sejenis. Jinten
hitam memang berkkhasiat mengobati segala jenis penyakit dingin, bisa juga
membantu kesembuhan berbagai penyakit panas karena faktor temporal’
(Metode Pengobatan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, hal. 365)
Manfaat habbatussauda :
- Menguatkan sistem kekebalan
- Meningkatkan kekebalan tubuh
- Meningkatkan daya ingat, konsentrasi dan Kewaspadaan
- Menetralkan Racun dalam Tubuh
- Mengatasi gangguan Tidur dan Stress
- Anti Histamin
- Memperbaiki saluran pencernaan dan anti bakteri
- Melancarkan Air Susu Ibu
- Tambahan Nutrisi Pada Ibu Hamil dan Balita
- Anti Tumor
3. Air Zam-Zam
Dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,”Air zam-zam itu penuh berkah. Ia makanan yang mengeyangkan
(dan obat bagi penyakit)” (HR. Muslim IV/1922, yang terdapat di dalam kurung
adalah menurut riwayat al Bazzar, al Baihaqi dan ath Thabari dan sanadnya
shahih, lihat Majma’uz Zawaa-id III/286)
Imam Ibnu Qayyim rahimahullah menceritakan pengalamannya berkaitan
dengan cara menyembuhkan penyakitnya dengan air zam-zam yang
dikombinasikan dengan metode ruqyah dari al Qur’an ini,’Pada suatu ketika aku
pernah jatuh sakit, tetapi aku tidak menemukan seorang dokter atau obat
penyembuh. Lalu aku berusaha mengobati dan menyembuhkan diriku dengan
surat al Fatihah, maka aku melihat pengaruh yang
sangat menakjubkan.Aku ambil segelas air zamzam dan membacakan padanya
surat al Faatihah berkali-kali, lalu aku meminumnya hingga aku mendapatkan
kesembuhan. Selanjutnya aku bersandar dengan cara tersebut dalam
mengobati berbagai penyakit dan aku merasakan manfaat yang sangat
besar.Kemudian aku beritahu kepada orang banyak yang mengeluhkan suatu
penyakit dan banyak dari mereka yang sembuh dengan cepat’ (Zaadul Ma’aad
IV/178 dan al Jawaabul Kaafi hal. 23)
Keyakinan bahwa air zam-zam penuh berkah serta sabda Rasulullah SAW
mengenai manfaat zam-zam telah terbukti secara ilmiah. Berdasarkan beberapa
penelitian, ditemukan bahwa selain air zam-zam tidak berbau sebagai salah satu
indikator air sehat, air tanah suci ini juga terbukti memiliki kandungan mineral
kalsium, magnesium dan fluorida yang tinggi.
Kandungan kalsium dan magnesium air zam-zam apabila dibandingkan dengan
air konsumsi yang biasa kita minum relatif jauh lebih tinggi. Kalsium di dalam
tubuh berfungsi dalam pembentukan tulang dan gigi. Selain itu juga berperan
penting di dalam reaksi pembekuan darah, di mana reaksi ini sangat diperlukan
selama proses penutupan luka dan penghentian aliran darah saat terjadi
pelukaan. Manfaat kalsium yang lain adalah sebagai media untuk terjadinya
respon hormonal dan juga berfungsi sebagai salah satu katalisator kerja enzim.
Untuk ibu hamil dan menyusui, keberadaan kalsium dalam nutrient yang
dikonsumsi sangat membantu pembentukan otak, tulang serta sel-sel darah
merah di dalam tubuh janin yang dikandungnya. Kalsium juga memiliki peran
yang sangat besar untuk menurunkan tekanan darah, serta memiliki
kemampuan mengikat kolesterol. Sehingga diet yang mengandung kalsium
sangat menguntungkan.
Adapun magnesium merupakan mineral prima pengikat ion fosfat di dalam
tubuh. Mineral magnesium yang berikatan dengan fosfat ini berperan di dalam
proses metabolisme yang menghasilkan tenaga. Kebutuhan akan magnesium di
dalam tubuh individu berkisar antara 300 sampai 450 mg/hari. Kekurangan
magnesium dapat menimbulkan terjadinya kelelahan yang bersifat kronis,
kekurangan energi, menurunnya respon imun baik seluler maupun humoral di
mana respon imun tersebut sangat utama di dalam perlindungan tubuh
terhadap penyakit, akibat luas dari kekurangan magnesium terhadap tubuh
adalah kerentanan tubuh terhadap serangan penyakit. Selain itu defisiensi
magnesium juga dapat memicu terjadinya stress.
Ion fluor merupakan salah satu ion penting yang mempunyai peranan sebagai
antibiotik. Oleh karena itu sebagian besar produk pasta gigi mengedepankan
adanya kandungan fluorida di dalam kemasannya yang difungsikan untuk
menangkis timbunan bakteri penyebab plak gigi.
Air zam-zam yang terbukti mempunyai kandungan fluorida yang cukup tinggi
sudah pula diteliti kemampuannya menekan pertumbuhan koloni bakteri yang
sengaja dibiakkan pada media penumbuh bakteri. Kerja fluorida sebagai
antimikroba ini didasari oleh kemampuan senyawa ini di dalam menghambat
kerja enolase, yaitu suatu enzim glikolitik yang mengubah 2-fosfogliserat
menjadi fosfoenolpiruvat. Enzim ini merupakan enzim yang berperan di dalam
metabolisme pertumbuhan mikroba secara umum.
Berdasarkan berbagai pembuktian-pembuktian tersebut di atas, menunjukkan
bahwa betapa besarnya manfaat air zam-zam bagi kesehatan tubuh kita.
4. Minyak Zaitun
Allah Ta’ala berfirman,“.. yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang
banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah Timur
(sesuatu) dan tidak pula di sebelah Barat” (QS. An Nur : 35)Dari Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Makanlah
oleh kalian minyak (zaitun) dan poleskan dengannya, karena sesungguhnya
minyak (zaitun) itu dari pohon yang diberkahi” (HR. Ahmad III/497, at Tirmidzi
no. 1851 dan Ibnu Majah no. 3319, dishahihkan oleh Syaikh al Albani dalam
Shahiih at Tirmidzi II/166).
Manfaat Minyak Zaitun :
- Mengurangi kolesterol berbahaya tanpa mengurangi kandungan
kolesterol yang bermanfaat.
- Mengurangi risiko penyumbatan (trombosis) dan penebalan
(ateriosklerosis) pembuluh darah.
- Mengurangi pemakaian obat-obatan penurun tekanan darah tinggi.
- Mengurangi serangan kanker.
- Melindungi dari serangan kanker payudara.
- Menurunkan risiko kanker rahim sampai 26%.
- Penggunaan minyak zaitun sebagai krim kulit setelah berenang
melindungi terjadinya kanker kulit (melanoma)
- Berpengaruh positif melindungi tubuh dari kanker lambung dan
mengurangi risiko tukak lambung.
- Mengandung lemak terbaik yang seharusnya dikonsumsi manusia seperti
yang terdapat dalam ASI.
- Penggunaan sebagai minyak rambut mampu membunuh kutu dalam
waktu beberapa jam saja.
C. Macam – macam pengobatan yang pernah dilakukan oleh Nabi SAW.
Rasulullah SAW, suri tauladan seluruh aspek kehidupan mausia, termasuk dalam
memelihara kesehatan, dan mengoabati penyakit. Allah SWT
berfirman, “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah suri tauladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Azhab:21)
Dalam hadits Abdullah bin Mas’ud, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
“Tidaklah seorang muslim ditimpa gangguan berupa sakit atau lainnya,
melainkan Allah menggugurkan kesalahan-kesalahannya sebagaimana pohon
menggugurkan daun-daunnya.” (HR. Al-Bukhari no. 5661 dan Muslim no. 6511)
Sungguh Allah Maha Adil. Tak hanya penyakit, Allah SWT pun menciptakan obat
dari penyakit tersebut. Maka setiap penyakit itu selalu ada obatnya.
Sebagaimana sabda Rasulullah dalam hadits Abu Hurairah :
“Tidaklah Allah menurunkan penyakit kecuali Dia turunkan untuk penyakit itu
obatnya.” (HR. Al-Bukhari no. 5678)
Dalam era teknologi yang semakin canggih ini, ilmu pengobatan kian makin
maju pesat. Tetapi masih saja dijumpai orang yang menderita sakit, bahkan
jumlah penyakit semakin banyak. Inilah ketentuan Allah yang berlaku, dan tidak
sesuatu pun yang mengubahnya.
Ibnu Sina mengemukakan bahwa pengobatan dibagi menjadi dua jenis, yaitu
teori dan praktik. Pengobatan secara teoritis adalah bagian pengobatan yang
hanya memberikan penjelasan dari segi ilmu-ilmu tentang pendapat berbagai
ilmuwan tanpa langsung memberi pengaruh dalam bidang praktis. Sedangkan
pengobatan secara praktik adalah pengobatan yang berhubungan dengan ilmu
cara melakukan suatu tindakan pengobatan dan perawatan.
Jenis pengobatan secara praktik dibagi menjadi dua:
Ilmu kesehatan, yakni cara mempertahankan kesehatan atau menjaga
tubuh selalu tetap sehat.
Ilmu perawatan, yakni mengenai bagaimana mengembalikan kondisi
tubuh dari keadaan sakit ke kondisi sehat.
Thibbun Nabawi ialah pengobatan cara nabi. Ciri khas dari pengobatan ini
bersifat ilahiah dan alamiah. Sesuai dengan konsep Islam yang bersifat fitrah,
dari mulai aqidah, ibadah, muamalah demikian juga dalam pengobatannya.
Seperti yang disebutkan oleh DR. Ja’far Khadem Yamani, Syari’ah Islam yang
dibawa Nabi SAW terkandung nilai-nilai ath thib (kedokteran) yang murni dan
tinggi. Karena prinsip dari syaria’ah Islam ialah membawa maslahat umat
manusia pada masa sekarang dan yang akan datang.
Ada tiga metode pengobatan yang diajarkan Rasulullah saw, yaitu:
1) Pengobatan Ilahiah; pasien memanjatkn doa kepada Allah Swt untuk
memohon kesembuhan karena semua penyakit datangnya dari Allah Swt dan
kesembuhan semata-mata karena Allah Swt.
2) Metode ilmiah; berdasarkan ilmu pengetahuan. Pada zaman Rasulullah
saw., metode ilmiah yang terkenal adalah bekam. Bekam (al hijamah) adalah
pengobatan yang dilakukan dengan cara membuang darah kotor yang
menyebabkan timbulnya berbagai penyakit, membuang racun dalam tubuh
yang menjadi sumber berbagai penyakit, meluruskan tulang belakang sehingga
gangguan kesehatan dapat diminimalkan serta membersihkan dan
menyeimbangkan suhu dalam tubuh agar terjadi harmonisasi yang
menyebabkan seseorang dapat hidup sehat. Pengobatan dengan bekam kini
sudah dikembangkan sesuai kemajuan teknologi dan manfaatnya sudah diakui
oleh para dokter di rumah sakit.
3) Metode alamiah; menggunakan herbal atau tanaman obat sebagai
pengobatan. Salah satu obat yang dianjurkan Rasulullah saw adalah madu.
Rasulullah saw bersabda, “Hendaklah kalian menggunakan dua macam obat,
yaitu madu dan Al Quran.”
Metode Pengobatan Ilahiah
1. Mengobati penyakit dengan al-Qur’an
Menurut Imam Ibnul Qayyim al Jauziyah dalam kitabnya at Thibun Nabawy
bahwa penyakit itu digolongkan dua jenis, yakni penyakit batin dan penyakit
lahir (fisik). Penyakit batin adalah penyakit yang berkaitan dengan jauhnya batin
(hati) seseorang dari Allah swt. Penyakit ini menyerang unsur ruh manusia;
seperti kesurupan. Pengobatan penyakit ini adalah dengan al-Qur’an (ibadah,
doa, ruqyah, syar’iyah. Sedangkan yang kedua, adalah penyakit lahir (fisik).
Penyakit ini obatnya adalah dengan obat-obatan yang sesuai dengan al-Qur’an.
2. Ruqyah
Ruqyah atau yang kita kenal dengan jampi-jampi merupakan salah satu cara
pengobatan yang pernah diajarkan Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammmad
SAW. Ketika Rasullulloh sakit maka datang Malaikat Jibril mendekati tubuh
beliau yang sangat indah kemudian Jibril membacakan salah satu doa sambil
ditiupkan ketubuh Nabi, seketika itu Beliau sembuh. inilah doanya ”BismIlahi
arqiika minkulli syai-in yu’dziika minsyarri kulli nafsin au-ainiasadin Alloohu
yasyfiika bismIlahi arqiika “. Ada tiga cara yang dilakukan Nabi dalam Ruqyah:
a. Nafats
Nafats yaitu membaca ayat Al Qur’an atau doa kemudian di tiupkan pada kedua
telapak tangan kemudian di usapkan keseluruh badan pasien yang sakit.Dalam
satu riwayat bahwasanya Nabi Muhammmad SAW apabila beliau sakit maka
membaca “Al-muawwidzat” yaitu tiga surat Al Qur’an yang di awali dengan kata
”A’udzu” Yaitu : surat An Nas, Al Falaq dan Al Ikhlas kemudian di tiupkan pada
dua telapak tangannya lalu di usapkan keseluruh badan.
b. Air liur yang di tempelkan pada tangan kanannya
Di riwayatkan oleh Bukhari-Muslim : Bahwasanya Nabi Muhammad SAW apabila
ada manusia tergores kemudian luka ,maka beliau membaca doa kemudian air
liurnya ditempelkan pada tangan kanannya, lalu diusapkan pada luka orang
itu.Inilah doanya. “ALLAHUMMA ROBBINNAS ADZHABILBAS ISYFI ANTASY-
SYAFII LAA SYIFA-A ILLA SYIFA-UKA LAA YUGODIRU SAQOMAN “.
c. Meletakkan tangan pada salah satu anggota badan
Nabi Muhammad SAW pernah memerintahkan Utsman bin Abil Ash yang
sedang sakit dengan sabdanya: ” Letakkanlah tangan mu pada anggota badan
yang sakit kemudian bacalah “Basmalah 3x dan A’udzu bi-izzatillah waqudrotihi
minsyarrima ajidu wa uhajiru 7x”
3. Doa Mukjizat
Banyak do’a-do’a untuk kesembuhan yang di ajarkan oleh Nabi Muhammad
SAW kepada umat-Nya.Antara lain : ”Allahumma isyfi abdaka yan-ulaka
aduwwan aw yamsyi laka ila sholaah.”
Metode Pengobatan Ilmiah :
1. Berobat Dengan Air
Sebelum meninggal Rasulullah saw. Mengalami demam terus menerus.
Rasulullah saw. Menggunakan air untuk menyembuhkannya.
Terdapat pula kisah dalam riwayat Abu Nu’ai , dari hadis Anas dan
memarfu’kannya, “jika salah seorang diantara kalian terkena demam, maka
hendaklah ia diguyur air dingin selama tiga hari pada waktu sahur.”
2. Bekam
Dalam Sahih Al-Bukhari diriwayatkan dari Said bin Jubair, dari Ibnu Abbas, dari
Nabi SAW:
“Kesembuhan itu ada tiga, dengan meminumkan madu (bisyurbata ‘asala),
sayatan pisau bekam (syurtotha mihjan), dan dengan besi panas (kayta naar)
dan aku melarang umatku melakukan pengobatan dengan besi panas.”
Jabir mengisahkan, suatu hari ada seorang wanita Yahudi dari penduduk Khaibar
memasukan racun ke dalam daging domba panggang. Rasulullah saw. Pun
mengambil bagian kaki dan memakannya sebagian. Beberapa sahabat ikut
memakannya. Namun tidak lama kemudian Rasulullah saw bersabda, “Lepaskan
tangan kalian!”
Rasulullah saw. segera megirim utusan untuk mengambil wanita Yahudi itu.
Rasulullah bersabda, “Rupanya kamu telah mercuni domba ini.”
Lantas wanita Yahudi itu bertanya, “siapa yang memberitahumu?”
Beliau menjawab, “ Bagian kaki domba inilah yang memberitahukan kepadaku.”
Selajutnya wania Yahudi itu berujar,” Memang aku telah meracuninya. Dalam
hatiku berkata, kalau Nabi Muhammad itu seorang Nabi, maka racun itu tidak
akan membahayakan dirinya. Akan tetapi jika ia tidak seorang nabi, maka kami
dapat merasa tenang.”
Rasulullah saw. Memaafkan wanita Yahudi itu dan tidak memberikan hukuman
kepadanya. Akan tetapi beberapa sahabat yang terlanjur memakan daging
tersebut ada yang meniggal. Oleh karena itu Rasulullah pun ikut memakan
daging tersebut, Rasulullah saw. segera melakukan pengobatan dengan bekam
pada bagian pundaknya. Orang yang mengobati beliau adalah Abu Hindun,
seorang budak milik Bani Bayadhah dari kalangan Anshar, dengan menggunakan
tulang tanduk dan mata pisau.
Racun dapat diobati dengan cara mengeluarkannya menggunakan penangkal
yang tepat untuk menetralkan efeknya. Jika tidak ada obat atau penangkalnya
harus dikeluarkan racun secara menyeluruh dengan memuntahkan isi perutnya.
Namun metode yang paling baik untuk menghilangkan racun adalah bekam
terutama bagi yang tinggal di daerah panas atau beriklim panas.
Bekam adalah istilah bahasa Indonesia yang berarti “membuang darah” . Dalam
bahasa Arab disebut Al Hijamah, sedangkan dalam bahasa Inggris disebut
“cupping”. Tubuh yang sehat, pikiran yang sehat dan hati yang bersih adalah
faktor penting dalam hidup seorang hamba dalam melaksanakan tanggung
jawabnya terutama optimalisasi ibadah kepada Allah SWT. Tetapi jika kotoran
toksid (racun) dalam badan, hal ini yang menyebabkan statis darah
(penyumbatan darah) bahkan diantara penyebab terjadinya penyakit; dimana
sistem darah tidak berjalan dengan lancar. Keadaan ini sedikit demi sedikit akan
mengganggu kesehatan baik itu fisik ataupun mental seseorang. Kita akan
merasa malas, murung, selalu merasa kurang sehat (tidak fit), cepat bosan dan
cepat naik pitam/darah (marah).
Statis darah harus dikeluarkan melalui berbagai macam cara, sayangnya obat-
obatan alopati tidak mampu bertindak demikian. Namun dengan terapi bekam
hal itu sangat memungkinkan untuk mengeluarkan toksid-toksid itu dengan
cepat agar badan kita tidak lemah dan diserang penyakit. Darah yang diambil
dengan Al Hijamah ialah darah yang berada dibawah lapisan jaringan kulit,
kapiler, bukan pembuluh pena apalagi arteri. Karena kulit merupakan jaringan
terbesar yang ada pada diri manusia yang disanalah beradanya sisa-sia toksid
dalam darah.
Metode Pengobatan Alamiah :
1. Dengan Memakai Madu
2. Pengobatan dengan jintan hitam
D. Perbandingan Ilmu Kesehatan Modern dan Pengobatan Cara Nabi
Pada masa sekarang ini telah banyak orang yang melupakan atau mungkin
belum mengenal Thibbun Nabawi. Pengertian Thibbun Nabawi sendiri yaitu
metode pengobatan yang dijelaskan oleh Nabi Muhammad SAW kepada orang
yang mengalami sakit tentang apa yang beliau ketahui berdasarkan wahyu yang
diterimanya.
(Aiman bin ‘Abdul Fattah, 2005 : 102).
Nabi Muhammad SAW memberi petunjuk tentang cara mengobati dirinya
sendiri, keluarga dan para sahabatnya. Jenis obat yang digunakan Rasulullah
SAW dan para sahabatnya tidak berupa campuran kimia (eqrabadzain).
Sebagian besar obat mereka adalah makanan sehat non kimiawi. Mungkin,
mereka menambahkan bahan lain untuk membuat obat terasa lebih enak.
Pengobatan Nabi memiliki unsur ilahiyah. Unsur ini membuat perbandingan
antara pengobatan Nabi dengan pengobatan dokter, mirip dengan
perbandingan antara pengobatan dokter dengan pengobatan tradisional. Para
ahli kesehatan terbaik mengakui fakta ini. Ilmu kesehatan yang dokter kuasai
merupakan hasil dari analogi, eksperimentasi, ilham/wangsit, visi dan hipotesis.
Sebagian di antara para dokter menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dipelajari
lewat dunia binatang.
Ilmu kedokteran sebagaimana yang dikemukakan diatas tak sebanding dengan
wahyu yang diturunkan Allah SWT kepada para utusan-Nya. Wahyu tersebut
memberi informasi kepada Rasulullah tentang apa yang bermanfaat dan apa
yang tidak berbahaya. Membandingkan pengobatan para dokter dengan wahyu
Ilahi ibarat membandingkan ilmu mereka dengan ilmu yang diwahyukan kepada
Rasulullah SAW. Para Nabi memberi kita pengobatan yang tidak dapat dipahami
atau dicapai oleh para dokter melalui eksperimen, hipotesis dan teori, yaitu :
1. Pengobatan dengan memperkuat hati.
2. Tawakal kepada Allah swt.
3. Mencari perlindungan.
4. Bersikap rendah hati.
5. Memohon kepada-Nya.
6. Beramal saleh.
7. Berdo’a kepada Allah swt.
8. Bertobat dan memohon ampunan Allah swt.
9. Melakukan kebaikan.
10. Membantu mereka yang sangat membutuhkan dan menderita.
Pengobatan-pengobatan seperti cara diatas telah diuji coba oleh berbagai
bangsa dan terbukti kemanjurannya. Para dokter tidak pernah berhasil
memberikan resep serupa, baik melalui eksperimen atau observasi ilmiah.
Membandingkan obat-obatan Rasulullah dengan obat para dokter bagaikan
membandingkan obat tradisional dengan obat modern.
Sesuai dengan hukum Ilahi, bahwa hati yang terhubung dengan Allah (Pencipta
penyakit dan penyembuhannya serta penguasa segala urusan dan semua orang)
membutuhkan obat khusus, yakni yang tidak dibutuhkan oleh hati yang jauh
dari Tuhan mereka. Jika hati lebih kuat (secara spiritual), ia akan bekerja
mengalahkan penyakit.
Bagaimana mungkin orang dapat menyangkal bahwa, penyembuhan paling
efektif bagi penyakit yang menimpa hati terjadi melalui perasaan senang dan
bahagia ketika mendekatkan diri kepada Tuhan, mencintai dan mengingat-Nya
secara total, mengabdi dan menaruh perhatian kepada-Nya, dan memohon
bantuan-Nya?. Hanya orang-orang bodoh yang mengingkari fakta ini, yaitu
orang-orang yang otaknya tumpul, pemahamannya buruk, serta mereka yang
sangat jauh dari Allah dan dari pengetahuan tentang hakikat manusia.
DAFTAR PUSTAKA
http://qurandansunnah.wordpress.com/2009/10/12/tata-cara-pengobatan-
rasulullah-shallallahu-%E2%80%98alaihi-wassalam/
http://alfadhli.wordpress.com/2012/11/02/sakit-dalam-pandangan-islam/
http://keperawatanreligionhardiyantirahayu.wordpress.com/2013/05/21/
metode-pengobatan-menurut-rasulullah-saw/
http://keperawatanreligionnurviananovianti.wordpress.com/2013/05/09/
pengobatan-dokter-vs-pengobatan-nabi/
TIMBUN NABAWIUntuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Al –Islam I
Disusun oleh :
- Satria Pangga Bayu A (040)
- Silvitias Elesta (041)
- Sri Rahayu (042)
- Sri Ratna L (043)
- Windi Fitriani (044)
- Yusi Ariyanti A (045)