Upload
radenluki23
View
669
Download
90
Embed Size (px)
DESCRIPTION
alat inventarisasi hutan hutan
Citation preview
ALAT-ALAT UKUR DIMENSI POHON
Alat ukur diameter pohon :Pita ukur (pita keliling dan pita diameter/phiband)Apitan pohon (caliper)Bitterlich StickGarpu pohonBiltmore stick, danVisiermesswinkel.
PITA UKUR DIAMETER ( PITA KELILING DAN PITA DIAMETER )
Keterangan :A. Sarung atau wadahB. Pemutar atau penggulung pitaC. Skala alatD. Pita dari plastik atau fiberE. Pengait ke pohon
Cara penggunaannya : Lilitkan pita ke batang pohon dengan posisis horizontal (tegak lurus
sumbu batang) dan tanpa terpelintir Bacalah nilai diameter pada pita (apabila digunakan phiband) Bacalah nilai keliling (K) pada pita (apabila digunakan pita keliling) dan
lakukan konversi K/3,14 untuk memperoleh nilai diameter pohon
Kelebihan : Mudah dibawa karena ringan Praktis dalam penggunaannya pada pohon berdiri Ketelitiannya tinggi Pengukurannya cukup dilakukan hanya sekali Dapat digunakan pada diameter pohon yang lebih besar
Kelemahannya : Jika tidak tegak lurus atau miring akan menghasilkan nilai yang
overestimate begitu juga dengan pita yang terpelintir Sulit digunakan pada pengukuran diameter pohon berdiri
CALIPER ( APITAN POHON )
Keterangan :A. Kaki tetap tidak bisa bergerakB. Kaki statis (bisa bergerak)C. SkrupD. Pembacaan skala
Cara penggunaannya : Letakkan kaki tetap pada sisi batang pohon lalu kaki statis pada sisi
lain batang pohon dan digerakkan sesuai dengan besar kecilnya diameter batang pohon dan setelah itu kunci dengan memutar skrup
Lalu baca nilai diameter pohon pada pembacaan skala Lakukan kegiatan tersebut dua kali karena bentuk batang pohon
tidak slinder dan nilai diameter yang diambil adalah nilai rata-ratanya
Kelebihannya : Mudah digunakan pada pohon rebah Cukup teliti (dua kali pengukuran) Pembacaannya mudah Pengukuran tidak memakan waktu lama
Kelemahannya : Pengukuran dilakukan dua kali Alatnya berat sehingga sulit untuk dibawa Untuk pohon berdiameter besar dari satu meter sulit dilakukan Jika tangkai kotor/berkarat sukar mengeser kakinya
BITTERLICH STICK
Keterangan : A. Visier bidikB. Celah BidikC. Tongkat
Cara Penggunaannya : Pengamat berdiri pada suatu tempat, dimana alat dipegang setinggi dada
dan bidikakan ke pohon-pohon disekitar kita baik yang dekat maupun yang jauh, yang kecil atau yang besar dan kemudian dicatat hasilnya.
Posisi pohon IN, OUT, Border
Posisi Pohon OUT Posisi Pohon Border Posisi Pohon IN
Rumus untuk menghitung LBDS tegakan.
Prinsip Pembuatan Skala :
Keterangan : a. Lebar celah b. Panajang tongkat
BAF = 1
1 = 2500 = =
Pohon Pohon Pohon
Lbds tegakan (m2/ha):= (nIN + ½.nBORDER) . BAF
GARPU POHON
Keterangan :A. UjungB. Skala ( 0-5, 5-10,dst )C. Pegangan terbuat dari kayu
Cara penggunaannya :Jepitkan garpu pohon pada batang pohon kemudian lihat pada skala berapa
kedua sisi batang pohon yang bersentuhan. Skala yang terdapat pada garpu pohon terdiri dari kelas diameter dengan interval 5 cm, sehingga kelas 1 = 0-5 cm, kelas 2 = 5-10 cm, kelas 3 = 10-15 cm, kelas 4 = 15-20 cm. Sudut garpu biasanya digunakan 600. Jika dilihat dari gambar di atas OP adalah jarak antara titik sudut garpu dengan titik singgung batang dan kaki garpu dan d sebagai diameter yang ingin diketahui, maka
OP = ½ d 3OP = 0,866 d
Kelebihannya : Mudah digunakan Paling cocok untuk dipergunakan pengukuran diameter dengan tujuan
pembuatan tabel distribusi diameter pohon
Kekurangannya : Alatnya berat sehingga susah dibawa-bawa Ketelitiannya kurang Sulit digunakan untuk pohon berdiameter besar Pengukuran harus dilakukan dua kali.
BILTMORE STICK
Keterangan :A. Pembacaan skalaB. Jarak/panjang lenganC. Tempat pegangan
Cara penggunaannya : Tempelkan alat pada batang pohon Atur jarak pandang antara mata dengan alat sejauh S (umumnya S
=60 cm) Bidik pinggir kiri (0 cm) ke arah sisi kiri batang Bidak sisi kanan batang searah dengan skala yang ditunjukkannya Catat hasil pengukurannya Pengukuran dilakukan dua kali
Kelebihannya : Alat mudah dibuat Mudah penggunaannya Mudah dibawa kemana-mana karena ringan
Kelemahannya : Setiap orang memiliki jarak pandang yang berbeda-beda Ketelitiannya kurang Pengukurannya dilakukan dua kali
VISIERMESSWINKEL
Bahan : kayuSatuan : skala diameter (cm/inchi) f
Keterangan :A. Kaki yang tetap dan bersatu dengan pegangan BB. PeganganC. Kaki dapat dilipat dan membuat sudut dengan kaki A 1200
D. Skrup pengunciE. Pembidik yang berbentuk jarum tegak lurus pegangan B dan merupakan
pusat dari busur FF. Busur pada kaki A yang memuat pembagian skala garis tengah/diameter
dan timabangan Wanner, untuk lbds
Cara penggunaannya : Peganglah alat dengan tangan kiri. Letakkan alat tersebut pada lingkaran
pohon ditempat yang akan diukur garis tengahnya atau timbangan warnernya sehingga kedua kaki menyinggung lingkaran pohon
Bidiklah lingkaran pohon melalui pembidik sehingga garis bidik yang terjadi menyinggung lingkaran pohon
Besarnya garis tengah atau timbangan wanner dari pohon yang diukur adalah skala pada busur pembagian skala ditempat perpotongan antara garis bidik dan busur tersebut
Untuk mendapatkan pengukuran yang lebih teliti, lakukanlah pengukuran itu pada dua atau tiga arah yang berlainan.
Kelebihan : Cocok dipergunakan untuk pengukuran banyak pohon terutama untuk
tegakan yang berdiameter kecil Dapat digunakan untuk mengetahui kelas garis menengah
(kelas diameter)
Kelemahannya : Tidak dapat digunakan untuk mengukur diameter secara teliti
Alat ukur tinggi pohon :Christen meterSuunto clinometerSuunto hypsometerHaga hypsometerWalking stickAbney levelWeise
CRISTEN METER
Keterangan :A. Skala ukurB. Pemberat dari timah atau logamC. Tali penggantung
Cara penggunaannya : Letakkan galah pada pohon Bidik/proyeksikan ujung skala pada ujung pohon dan pangkal skala pada
pangkal pohon sambil maju mundur Setelah tepat lihat ujung galah dan proyeksikan ke skala pada angka
berapa, itulah tinggi pohon
Kelebihannya : Penggunaanya tidak sulit/mudah Alat ringan dan mudah dibawa
Kekurangannya : Makin tinggi pohon hasil pengukurannya semakin tidak teliti karena skala
makin sempit Sulit digunakan dala tegakan
Prinsip Pembuatan skala :
SUUNTO CLINOMETER DAN SUUNTO HYPSOMETER
Keterangan :A. Lingkaran berskala dapat bergerak bebasB. Jarum penunjuk skalaC. KnopD. Lensa bidik/okulerE. Tali
Skala suunto clinometer : dalam satuan % dan derajatSkala suunto hypsometer : 15 dan 20, satuan m
Cara penggunaannya ( clinometer ) : Pilih skala mana yang dipakai untuk clinometer ( % atau derajat ) Tentukan jarak pengukur dengan pohon ( bebas ) Bidik puncak pohon, lihat skalanya Bidik pangkal pohon, lihat skalanya Tinggi pohon = S ( a%+b% ) atau S (tg ao + tgo)
Cara penggunaannya ( hypsometer ) : Pilih skala mana yang dipakai 15m atau 20m Tentukan jarak pengukur dengan pohon ( bebas ) Bidik puncak pohon, lihat skalanya Bidik pangkal pohon, lihat skalanya Tinggi pohon adalah selisih bacaan puncak dan pangkal
Kelebihannya : Praktis, dapat dimasukkan dalam saku Penggunaannya tidak sulit / mudah Alat ringan dan mudah dibawa
Kelemahanya : Peka terhadap cuaca Harganya relatif mahal Hasil bacaannya subyektif
HAGA HYPSOMETER
Keterangan :A. Pengatur skala alatB. Knop pembebas jarum skalaC. Pengunci jarum skalaD. Skala alat (dalam meter, inch, %) dengan jarak datar 15, 20, 30 m yang
dilengkapi dengan jarum penunjuk skalaE. Visier bidikF. Visier obyektif
Cara penggunaannya : Ukur jarak datar yang akan dipakai dan utarlah bilah skala pada alat
sesuai dengan jarak datar yang digunakan Tempelkan visier bidik alat di dekat mata, kemudian bidiklah tinggi
pohon (puncak/ujung pohon atau tinggi bebas cabang) dan tekan knop pengunci serta bacalah skalanya (misal : a meter)
Sambil visier bidik ditempelkan kembali ke mata, lepaskan knop pengunci kemudian bidiklah pangkal pohon dan tekan knop pengunci serta bacalah skalanya (misal : b meter)
Terdapat tiga kemungkinan posisi pembidikkan dan hasil pengukuran yaitu :
Kedudukan mata pengukur antara pangkal dan puncak/ujung pohon Penunjuk skala : a = positif (+)
b = negatif (-)Tinggi pohon h = │a│+ │b│
Kedudukan mata pengukur dibawah pangkal pohonPenunjuk skala :a = positif (+)
b = positif (-)Tinggi pohon h = a-b
Kedudukan mata pengukur lebih tinggi dari puncak pohonPenunjuk skala :a = negatif (-)
b = negatif (-)Tinggi pohon h = │b│- │a│
Kelebihannya : Penggunaannya tidak sulit Cukup teliti Praktis dan relatif cepat
Kelemahannya : Peka terhadap cuaca Harganya relatif mahal
Prinsip penentuan Tinggi :
WALKING STICK
Keterangan :A. Gelang/pita berukuran tertentuB. Pangkal tongkat untuk pegangan
Cara penggunaannya : Proyeksikan ujung alat pada ujung pohon, dan pangkal alat
(pangkal gelang) pada pangkal pohon sambil maju mundur Setelah tepat, perhatikan ujung gelang dan proyeksikan ke pohon
di titik mana dan diberi tanda dengan bantuan teman Ukur tanda tersebut dari tanah hasilnya dikalikan dengan 10 dan
merupakan tinggi pohon
Kelebihannya : Penggunaannya tidak sulit/mudah Alat ringan dan mudah dibawa
Kelemahannya : Hasil pengukuran sangat subyektif Sulit digunakan dalam tegakan
ABNEY LEVEL
Keterangan :A. Teropong lensa okulerB. VisierC. Bilah ½ lingkaran (skala dlm % dan derajat)D. NivoE. Jarum yang dapat digeser untuk penunjuk skalaF. Kaca untuk melihat skala terletak di samping tabung persegi
Berfungsi untuk mengukur lereng dan kemiringan tempat atau obyek
Cara penggunaannya : Menetapkan jarak pengamat denga pohon yang akan diukur Bidik alat ke puncak pohon melalui A smbil melihat nivo hars tepat
ditengah visier kemudian lihat angka yang tertera pada skala Bidik alat ke pangkal pohon melalui A sambil melihat nivo harus tepat di
tengah visier kemudian lihat angka yang tertera pada skala Tinggi pohon dihitung dengan menggunakan rumus
H = S tg α1 + S tg α2
H = S a% + S b%
Kelebihannya : Alat praktis mudah dibawa Penggunaannya relatif mudah
Kelemahannya : Pembacaannya subyektif Nivo peka terhadap getaran
WEISE
Keterangan :A. Pembidik/visirB. Tabung pembidikC. Bilah skala jarak datarD. Bilah bergerigi berskala tinggiE. Bandul
Berfungsi untuk mengukur lereng dan kemiringan tempat atau obyek
Cara penggunaannya : Posisikan bilah C sesuai denan jarak datar yang dipilih Bidik puncak pohon melalui A, usahakan bandul E bebas setelah
itu miringkan ke bilah bergerigi D agar terhenti, baca angka yang tertera pada skala
Bidik pangkal pohon melalui A, usahakan bandul E bebas setelah itu miringkan ke bilah bergerigi D agar terhenti, baca angka yang tertera pada skala
Tinggi pohon merupakan selisih dari bacaan kedua skalaKelebihannya :
Alat praktis mudah dibawa dalam kemasan Penggunaannya relatif mudah
Kelemahannya : Pembacaannya subyektif Menunggu bandul berhenti agak lama
Alat-alat Ukur Tebal Kulit :A. Bark Gauge Tipe ParuhB. Bark Gauge Tipe pahatC. Bor riap Sweden
BARK GAUGE TIPE PARUH
Keterangan :A. Kepala dari ebonit atau kayu atau besi untuk pemegangB. Tangkai yang pada bagian ujungnya seperti kepala berparuhC. Logam kecil (extractor) yang dapat bergerak bila paruh (D) dipukulkan
pada batang kayuD. Paruh berlobang
Cara penggunaannya : Alat dipukulkan pada batang kayu, sehingga paruhnya menusuk
kulit, dan karena paruh berlobang sebagian kult masuk dan extractor menonjol keluar
Bila alat dicabut sedikit kulit akan terbawa paruh alat. Dengan cara mendorongkan extractor, kulit tersebut akan keluar dan kemudian dapat diukur tebal kulitnya dengan belebas/mistar atau meteran
BARK GAUGE TIPE PAHAT
Keterangan :A. Kepala dari ebonit atau besi untuk masuk kedalam kulit pohonB. Skala dalam mm pada tangkai pahatC. Tabung tempat bergeraknya tangkai pahatD. PerisaiE. Penunjuk skala
Cara penggunaannya : Ratakan pahat P dengan perisai D sehingga E menunjukkan nol Kemudian letakkan peisai D menyinggung lingkaran pohon
ditempat yang akan diukur tebal kulitnya Tekian A samapi P menembus kulit dan berhenti pada lapisan
kayu. Tebal kulit adala mm, adalah angka pada skala yang ditunjuk oleh E
BOR RIAP SWEDEN
Keterangan :A. Bor riap dalam keadaan tidak terpakai, semua bagian (B dan C) terdapat
dalam satu tabungB. Bor berlarasC. Pen yang memuat pembagian skala (S) dalam cm dan dapat dimasukkan
kedalam laras borD. Bor yang siap dipergunakan, sebagai pemutar dipergunakan tabung (A)
Cara penggunaannya : Prinsipnya pengukuran dengan bor riap ini sama dengan bark
gauge tipe paruh Tebal kulit harus diukur dari batang pohon pada empat (4) tempat
yang satu sama lainnya tegak lurus dan pengukuran dibagi dua atau sama dengan dua kali tebal kulit
Kesalahan pengukuran : Kesalahan pengukuran tebal kulit umumnya disebabkan kemiringan dalam
pengukuran. Bila kedudukan alat benar akan diperoleh ketebalan kulit misalnya sebesar
Y, tetapi bila kedudukan alat miring sebesar sudut akan didapat hasil kulit ebesar Y1
Kesalahan (K) = Y1 – Y= Y ( 1/cos -1 )
Alat Multifungsi :DendrometerSpiegerl Relaskop Bitterlich ( SRB )
DENDROMETER
Keterangan :a,b,c,d,e : skala penentuan proporsi volume pada pohon tertentuf : BAF 2g : BAF 1h : BAF 4i,j,k : skala penunjuk tinggi pohon
Prinsip Penentuan Tinggi :
Cara penggunaannya :1. Pengukuran Tinggi Pohon
Proyeksikan ujung alat (i) pada ujung pohon, dan pangkal alat (k) pada pangkal pohon sambil maju mundur
Setelah tepat, perhatikan celah (j) dan proyeksikan ke pohon di titik mana dan diberi tanda dengan bantuan teman
Ukur tanda tersebut dari tanah hasilnya dikalikan dengan 10 dan merupakan tinggi pohon
2. Penentuan LBDS Tegakan Pengamat berdiri pada suatu tempat, dimana alat dipegang setinggi dada
dan bidikakan ke pohon-pohon disekitar kita baik yang dekat maupun yang jauh, yang kecil atau yang besar dan kemudian dicatat hasilnya.
Posisi pohon IN, OUT, Border
SPIEGEL RELASKOP BITTERLICH ( SRB )
Keterangan :A. visier bidik (objektif)B. visier bidik (subjektif)C. penghalang cahayaD. lubang cahayaE. knop pengatur skalaF. skrup untuk statip
Skala pada SRB tipe Metric Scale
Keterangan :a. skala untuk mengukur tinggi dengan jarak pengukuran 20 mb. skala pengukuran lbds atau diameter dengan nilai BAF = 1 dan
perbandingan 1/50c. skala pengukuran diameter dengan nilai BAF = 1 dan perbandingan 1/50d. skala pengukuran tinggi pohon dengan jarak datar 25 m
e. skala pengukuran tinggi pohon dengan jarak 30 mf. skala pengukuran lbds atau diameter dengan nilai BAF = 2 dan
perbandingan 2/50g. g-i : skala pengukuran jarak datar 20, 15, 10, 5 m
Fungsi : mengukur diameter pohon mengukur tinggi pohon mengukur luas bidang dasar tegakan mengukur jarak datar
Cara Pemakaian SRB :1. Pengukuran Jarak Datar
Jarak ukur atau jarak datar lapangan dapat ditentukan dengan dua macam cara, yaitu :
a) Cara horizontal dengan menggunakan belebas berskala 1cm dan 5 cm secara jelas, yang diletakkan secara horizontal di suatu tempat pengukuran dan penentuan jarak datar dilakukan sbb : Bidik beberapa skala pada belebas dengan menggunakan pita skala
untuk pengukuran diameter yang memiliki Basal Areal factor (BAF) = 1
Dengan cara maju mundur, impitkan beberapa skala pada belebas dengan pita skala butir (1) tsb.
Jarak antara tempat berdiri dengan belebas dihitung dengan rumus : S = 0.5 x 5 x n
dimana : S = jarak yang dikehendaki/diinginkan (m) n = jumlah skala pada belebas yang diiimpitkan dengan
pita skala alat 5 = interval skala pada belebas (cm) 0.5 = konstanta sehubungan dengan BAF = 1
b) Cara Vertikal menggunakan alat bantu berupa galah, rantai atau tali yang panjangnya 2 meter. Tahapan pengukuran dan penentuan jarak datar lapangan adalah sbb :
Letakkan alat bantu berupa galah, tali atau rantai pada pohon yang akan diukur.
Rubah posisi alat menjadi tidur miring Bidikkan SRB ke alat bantu ukur jarak Dengan cara maju mundur, paska/impitkan ujung dan pangkal alat
bantu ukur jarak dengan angka skala jarak sesuai dengan yang dikehendaki. Apabila sudah pas, maka jarak antara temapt berdiri sampai ke pohon yang diukur sudah sesuai dengan jarak yang dikehendaki.
2. Pengukuran Diameter Pohon Ukur jarak datar antara pengamat dan pohon Lihat posisi batang pada pita dengan BAF 1 atau BAF 2 Hitung jumlah pitanya
Konversi jumlah pita ke dalam nilai dimeter dengan menggunakan rumus yang sesuai
Pengukuran dilakukan dua kali
Rumus BAF =
Dimana ; d = diameter (cm) s = jarak (m)
Misal : bila menggunakan BAF = 1 (pita b)
sehingga d : s = 1 : 50 Jiak s = 50 m
d = s 1 : 50d = 2000 cm :50d = 40 cmartinya : satu strip pada pita b = 40 cm atau satu strip pada pita c = 10 cm
3. Pengukuran Tinggi Pohon Tentukan jarak datar antara pengamat dan pohon sesuai dengan yang
tertera pada pita skala, yaitu 20 m, 25 m, 30 m. Bidik puncak pohon kemudian baca skalanya Tinggi pohon adalah selisih antara bacaan puncak dan pangkal.
4. Pengukuran LBDS Tegakan Berdiri pada satu titik dan bidik melalui lensa okuler Pilih pita skala dengan BAF 1 atau BAF 2 Bidik posisi batang pohon melingkar 3600 sejauh mata memandang, pita
skala berfungsi sebagai lebar celah Hitung jumlah pohon yang IN dan BORDER dan masukan dalam
persamaan berikut : lbds tegakan (m2/ha) = (NIN + NBORDER) x BAF
Skala pada SRB tipe Wide Scale
Keterangan :a-i = Pita skala untuk pengukuran tiggi dengan jarak datar 4, 6, 8, 10, 12, 14,
16, 18 dan 20 m.
Fungsi : Mengukur diameter pohon Mengukur tinggi pohon
Mengukur luas bidang dasar tegakan Mengukur kelerengan
Prosedur penggunaanya :1. Pengukuran Diameter Pohon
Ukur jarak datar antara pengamat dan pohon :ihat posisi batang pada pita dengan BAF 1 Hitung jumlah pitanya Konversi jumlah pita ke dalam nilai diameter dengan menggunakan rumus
yang sesuai Pengukuran dilakukan dua kali
Rumus BAF =
Dimana ; d = diameter (cm) s = jarak (m)
Misal : bila menggunakan BAF = 1
sehingga d : s = 1 : 50 Jiak s = 50 m
d = s 1 : 50d = 2000 cm :50d = 40 cmartinya : satu strip pada BAF 1 = 40 cm atau satu strip pada pita BAF 1 =
10 cm