Alat Musik Tradisional Negara

Embed Size (px)

Citation preview

ALAT MUSIK TRADISIONAL MANCANEGARA JepangNaruko

Naruko (?) adalah perkusi dari kayu asal Jepang. Pada awalnya naruko adalah alat pertanian untuk menakuti kawanan burung dan hewan pengganggu agar tidak memakan padi yang sedang di tanam di sawah. Bentuknya berupa papan kecil yang digantungi bilah-bilah kecil dari bambu atau kayu pada kedua sisinya. Di sawah, alat ini digantung dengan memakai tali atau kawat. Bila tertiup angin, bilah-bilah kayu akan beradu membuat suara ribut. Naruko sekarang ini lebih banyak dipakai untuk menari, terutama dibunyikan sewaktu menarikan yosakoi.[1]

ShamisenShamisen atau samisen (?) adalah alat musik dawai asal Jepang yang memiliki tiga senar, dan dipetik menggunakan sejenispick yang disebut bachi. Di dunia musik Jepang abad modern (kinsei hgaku) seperti genre jiuta dan skyoku (sankyoku), shamisen dikenal sebagai san-gen(, ?, tiga senar), sedangkan di daerah Okinawa dikenal dengan sebutan sanshin (?). Badan shamisen (disebut d) dibuat dari kayu, berbentuk segiempat dengan keempat sudut yang sedikit melengkung. Bagian depan dan belakang dilapisi kulit hewan yang berfungsi memperkeras suara senar. Kulit pelapis shamisen adalah kulit bagian perut kucing betina yang belum pernah kawin. Sedangkan shamisen

kualitas biasa dibuat dari kulit bagian punggung dari anjing. Shamisen yang dibuat kulit imitasi memiliki kualitas suara yang tidak bagus sehingga kurang populer. Panjang shamisen hampir sama dengan gitar tapi leher (sao) lebih langsing dan tanpa fret. Leher shamisen ada yang terdiri dari 3 bagian agar mudah dibawa-bawa dan disimpan. Leher shamisen yang utuh dan tidak bisa dilepas-lepas disebut leher nobezao. Sutra merupakan bahan baku senar untuk shamisen. Tsugaru-jamisen yang berasal dari daerah Tsugaru ada yang memakai senar dari serat nilon atau tetoron. Senar secara berurutan dari kiri ke kanan (dari senar yang paling tebal) disebut sebagai ichi no ito (senar pertama), ni no ito (senar kedua), dan san no ito (senar ketiga).

TaikoKata taiko () berarti "drum besar" dalam bahasa Jepang. Di luar Jepang, kata ini digunakan untuk merujuk kepada berbagai jenis drum Jepang (, 'wa-daiko', "drum Jepang", dalam bahasa Jepang) dan kepada bentuk seni yang relatif belakangan dalam bentuk ansambel menabuh drum (kadang-kadang lebih khusus disebut, "kumi-daiko" (). Nagado-daiko (, taiko yang berbadan panjang) terdiri atas dua potong kulit sapi yang dibentangkan di atas sebuah kerangka kayu (biasanya diukir dari satu potong kayu, kini sering dibuat dari sisasisa sebuah gentong kayu) dan diregangkan. Kepala dari tsukeshime-daiko (, seringkali disingkat menjadi, "shime-daiko" atau "shime" saja) dibentangkan di atas cincin-cincin besi dan dijepit di sekitar badan yang lebih kecil. Tali tsukeshime-daiko ditarik hingga ketat sebelum digunakan setiap kalinya. Okedo-daiko (, taiko berbadan gentong, seringkali disingkat menjadi "okedo" atau "oke") dapat dipasang di atas sebuah dudukan dan dimainkan seperti taiko lainnya, tapi biasanya digantungkan melintang ke bahu sehingga si pemain drum dapat berjalan dan sekaligus juga memainkannya. Taiko Jepang lainnya mencakup uchiwa-daiko ( taiko kipas), hira-daiko (, taiko datar), o-daiko (, taiko besar), dan serangkaian instrumen tabuh lainnya dalam ansambel tradisional Jepang noh, gagaku, dan kabuki.

Drum okedo-daiko merentang dari yang kecil dan mudah dibawa, hingga drum yang paling besar dari semua drum Jepang. Berbeda dengan nagado, drum ini dapat dibuat dalam berbagai ukuran, namun TIDAK dalam segala ukuran mengingat konstruksi kayu stavenya. Wilayah Aomori terkenal akan festival Nebuta. Di sini okedo besar dimainkan oleh banyak orang sambil dibawa dengan kereta sepanjang jalan. Okedo mempunyai penopang betta-nya sendiri yang diciptakan oleh Hayashi Eitetsu. Selain itu, seperti nagado-daiko, okedo mempunyai suara pinggiran, yang disebut "ka." Namun, ketika memainkan pinggiran sebuah okedo, penting bagi pemain untuk memukul hanya bagian yang palin luar dari cincin metalnya dan bukan pinggiran dari tubuh drum itu sendiri. Kayu tipis dan ringan dari okedo khususnya mudah penyok dan akan cepat menurun kondisinya bila dipukul.

CinaDiziDizi adalah nama alat musik tiup berupa seruling horizontal yang berasal dari Cina.[1][2][3]

Dizi berawal dari Asia Tengah dan[2]

masuk ke Tiongkok pada 2 SM dan mengubah bahan dasar Dizi menjadi bambu. Saat itu Dizi terbuat dari tulang. Sebelum Dinasti Han, Dizi yang pada masa itu disebut Di mengacu pada seruling vertikal. Kemudian pada masa Dinasti Tang barulah diadakan perbedaan yaitu nama Di untuk seruling horizontal dan Xiao untuk seruling vertikal. Pada abad ke 7 M, sebuah selaput ditambahkan dan namanya berubah menjadi Dizi.[1] [1] [1] [1]

Dizi modern memiliki 12 lubang yang terdiri dari satu lubang untuk meniup, satu lubang membran, enam lubang untuk memainkan, empat lubang untuk memperbaiki tinggi rendah nada dan memasang pajangan.[2][1]

Berbeda dengan Xiao, Dizi memiliki nada jernih dan bergema sehingga cocok untuk

mengekspresikan irama gembira dan dapat meniru suara burung-burung yang berbeda.

ErhuErhu (Hanzi: er4 hu2) merupakan alat musik tradisional Tiongkok yang paling populer disamping Guzheng dan Dizi. Secara umum, keluarga alat musik gesek ini dikenal juga dengan istilah huqin yang berarti "alat musik orang barbar", dinamakan demikian karena diperkenalkan oleh orang barbar yang berasal dari Asia Tengah.

Huqin telah berumur sekitar 500 tahun. Mulai populer pada zaman dinasti Sung (960-1279 AD), yang kemudian berlanjut ke zaman dinasti Ming (1368-1644) dan dinasti Qing (1644-1911) dimana dalam kurun waktu tersebut huqin telah berkembang menjadi bermacam-macam jenis, termasuk yang kita kenal sekarang sebagai erhu. Pada mulanya, erhu menggunakan dua senar yang terbuat dari sutra, tetapi sekarang erhu menggunakan senar dari logam. Erhu biasanya menggunakan membran dari kulit ular piton, tetapi ada juga yang menggunakan bahan lain. Kotak suara dapat berbentuk segi enam, segi delapan, atau bulat. Kotak suara ini juga bervariasi ukurannya, semakin besar ukuran kotak suaranya maka bunyi bass yang dihasilkan semakin besar dan begitu pula sebaliknya.

PipaPipa (bahasa Tionghoa: ; pinyin: pp, baca: bb) adalah alat musik tradisional di China. Pipa adalah alat musik petik yang badannya terbuat dari kayu dan telah dimainkan selama lebih dari 2000 tahun di China. Alat musik pipa ini telah ada pada zaman dinasti Qin (221 BC - 206 BC). Pipa pada awalnya memiliki bentuk yang lurus vertical pada bagian atas dan dilapisi oleh kulit pada bagian permukaannya, terdiri dari 4 senar dan mempunyai 12 nada standard. Pipa modern yang sekarang dapat kita jumpai, mirip dengan instrument dari Persia atau Timur Tengah yaitu 'Barbat' dan diperkenalkan ke China pada masa dinasti Jin (265-420 A.D.) Pada masa dinasti Tang (618-907 A.D.), Alat musik Pipa menjadi populer dalam mengisi acara kerajaan dan mengalami perubahan. Pipa dimainkan secara horizontal dengan empat sampai dengan lima senar sutra dan lima sampai 6 fret. Pipa mengalami perubahan dalam bentuknya, jumlah fret, begitu juga cara memainkan yang awalnya secara horizontal menjadi vertikal.

RuanRuan() adalah nama alat musik petik berbentuk bulat dengan 4 senar yang berasal dari Cina.[1][2]

Pada Dinasti Qin disebut Qin Pipa (berartiPipa Dinasti Qin) karena rupanya yang mirip dengan

alat musik Pipa namun berleher panjang. Asal nama Ruan datang dari Ruan Xian, salah seorang dari Tujuh Orang Bijak Rumpun Bambu pada masa Dinasti Jin Barat. Karena keahliannya, nama Ruan dijadikan nama alat musik ini dan mulai terkenal pada masa Dinasti Song. Pada zaman itu senar Ruan terbuat dari sutra, tapi Ruan modern memiliki senar baja. Sedangkan badan Ruan dahulu terbuat dari gading, tapi sekarang terbuat dari kayu yang terpasang pada logam.[2] [2] [1] [1]

[1]

Ruan modern memiliki lima jenis, yaitu Gaoyinruan (, Ruan bernada tinggi) menghasilkan suara sopran, Xiaoruan (, Ruan Kecil) menghasilkan suara alto, Zhongruan (, Ruan tengah) menghasilkan suara tenor, Daruan (,Ruan Besar) menghasilkan suara bass dan Diyinruan (, Ruan bernada rendah) menghasilkan suara contabass. Ruan modern yang banyak digunakan di Opera CIna dan OrkestraCina masuk kepada jenis alat musik petik (chordophone).[2]

SuonaSuona adalah alat musik tiup dari Cina, berupa terompet. Suona memegang peran penting dalam musik tradisional Cina. Sering dipertunjukkan dalam permainan musik secara solo. Suona dapat terbuat dari kayu dengan banyak ragam model dan memiliki sejarah yang panjang. Berbentuk kerucut dan berlobang 7 buah di bagian depan dan 1 di bagian belakang. Bahan dasarnya yang dari kayu ditutup dengan sebuah pipa tembaga dan kuningan sebagai corong. Suona dapat menghasilkan bunyi bervariasi, dari suara yang sangat keras dan mendalam, sehingga sangat cocok untuk menggambarkan emosi kegembiraan dan kesedihan. Dimainkan pada acara pernikahan, prosesi pemakaman dan militer. Tetapi alat musik ini juga menjadi lembut dan sentimental, tergantung pada cara peniupan. Ia sering digunakan sebagai instrumen pendamping untuk opera-opera daerah Cina. Tiga bagian dari suona, yaitu pipa, peluit dan terompet dapat dipisahkan dan dimainkan sendiri-sendiri, yang bahkan dapat memberikan lebih banyak kemungkinan bagi pemainnya untuk berkreasi.

Bunyi siulan, kegembiraan dan suara melengking membuatnya mampu menirukan suara nyanyian burung. Suona solo yang paling populer adalah "Bai Niao Chao Feng" (Penghormatan pada burung hong) yang menceritakan ratusan burung bernyanyi memberi hormat pada burung hong. Dalam sistem pentatonik Cina, bunyi suona berjarak 2 oktaf, yang tidak sama dengan konsep nada barat. Oleh karena itu, saat tampil bersama orkestra Barat, para pemain suona akan membawa bersama mereka lebih dari satu alat instrumen untuk mengimbangi skala pada nada-nada musik Barat. Pada abad ke-20, jarak bunyi suona diperluas dan suona dengan nada lebih tinggi dan lebih rendah telah diciptakan. Suona bass dapat lebih dari 1 yard, dan yang terkecil panjangnya hanya beberapa inci.

XiaoXiao () adalah nama alat musik tiup berupa seruling vertikal yang berasal dari Cina.[2] [2] [1][2]

Xiao tertua ditemukan di kuburan Raja

Zeng di ProvinsiHubei pada tahun 1978. Xiao ini berasal dari Periode Negara Perang(475-221 SM) dan terdiri dari 13 seruling dengan panjang berbeda. Xiao di masa Dinasti Qin dan Han mengacu pada Paixiao, seruling dengan 16 buah seruling mendatar dengan banyak pipa untuk nada.[2] [1] [1] [1][2]

Sejarah Xiao berjarak lebih dari 3.000[2]

tahun lamanya. Seni Paixiao mulai hilang pada Dinasti Song. Xiao modern berasal dari Dongxiao Dinasti Han. Xiao modern hanya memiliki 1 buah seruling dan mudah dimainkan.

Xiao menghasilkan suara yang lembut dapat dimainkan secara solo ataupun bagian dari orkestra.

[1][2]

Nadanya

dapat ditarik panjang sehingga dapat mengekspresikan perasaan lembut, tenang dan sentimental.

YangqinYangqin () adalah nama alat musik memiliki banyak senar, cara memainkannya dengan memukul dengan stik bambu sebagai pemukulnya yang berasal dari Cina. Mulanya bernama Yangqin () karena di adaptasi dari Persia , sekarang Iran (huruf Yang disini berarti asing). Sesuai perkembangannya huruf Yang berubah menjadi Yang yang berarti diakui. Yangqin masuk[2] [2] [1] [1]

ke Tiongkokpada masa Dinasti Ming lewat kota pesisir seperti Guangdong. Yangqin disebut juga Hudie Qin (,secara harafiah berarti SiterKupu-kupu) dan masih dimainkan sekarang di Shanghai dan grup musik Kanton. Yangqin dapat dimainkan secara solo atau bagian dari grup musik.[2] [2] [1] [1]

Pada perkembangannya sekarang, sering digunakan adalah tipe 401 dengan 4 lajur kepala senar dan terdiri dari 144 senar. Pada pementasannya, Yangqin ditaruh di atas sebuah susunan seperti meja dengan 3 sisi yang menyangganya. Kemudian pemain akan memukul senar menggunakan pemukul dengan gerakan yang lebih lembut namun mirip seperti pemukul drum yang terbuat dari bambu.[1]

Alat Musik Tradiosional Mancanegara

SUREALIS

AKADEMI KIMIA ANALISIS BOGOR 2011