26
Alddy rizkyawan I. MAKSUD DAN TUJUAN Mahasiswa mengetahui alur proses pada mesin Drawing meliputi perangkapan, penarikan dan peregangan serat-serat dan membuat sliver yang lebih rata. Mahasiswa memahami Gearing Diagram pada mesin Drawing. Mahasiswa memahami fungsi dan mekanisme pada masing-masing komponen mesin Drawing. Mahasiswa mengetahui produksi dan perhitungan pada mesin Drawing. Pengendalian mutu sliver pada mesin Drawing PRINSIP KERJA MESIN DRAWING Setelah melalui mesin carding, maka serat dalam bentuk sliver tersebut harus diproses di mesin drawing yang bertujuan untuk meluruskan dan mensejajarkan serat – seratnya. Biasanya 6 atau 8 buah can yang berisi sliver hasil mesin carding (1) ditempatkan dibagian belakang mesin drawing, kemudian masing – masing sliver (2) dilewatkan pada garpu pengantar sliver (3) terus melalui pasangan rol penyuap (4), sendok pengantar sliver (5) dan pengantar sliver / traverse guide (6) yang dapat bergerak kekanan dan kekiri, selanjutnya keenam sliver tersebut bersama – sama disuapkan kepada empat pasang rol peregang (7) yang mana diatasnya terdapat apron pembersih (8). Karena kecepatan permukaan rol – rol peregang (7) berturut – turut makin cepat (front roll lebih cepat daripada back roll), maka kapas tersebut akan mengalami proses penarikan dan peregangan yang biasanya berkisar antara 6 sampai 8 kali, sehingga sebagian besar serat – serat menjadi lurus dan

ALDDY PINTAL

Embed Size (px)

DESCRIPTION

aduh

Citation preview

Alddy rizkyawan

Alddy rizkyawan

I. MAKSUD DAN TUJUAN Mahasiswa mengetahui alur proses pada mesin Drawing meliputi perangkapan, penarikan dan peregangan serat-serat dan membuat sliver yang lebih rata. Mahasiswa memahami Gearing Diagram pada mesin Drawing. Mahasiswa memahami fungsi dan mekanisme pada masing-masing komponen mesin Drawing. Mahasiswa mengetahui produksi dan perhitungan pada mesin Drawing. Pengendalian mutu sliver pada mesin Drawing

PRINSIP KERJA MESIN DRAWINGSetelah melalui mesin carding, maka serat dalam bentuk sliver tersebut harus diproses di mesin drawing yang bertujuan untuk meluruskan dan mensejajarkan serat seratnya. Biasanya 6 atau 8 buah can yang berisi sliver hasil mesin carding (1) ditempatkan dibagian belakang mesin drawing, kemudian masing masing sliver (2) dilewatkan pada garpu pengantar sliver (3) terus melalui pasangan rol penyuap (4), sendok pengantar sliver (5) dan pengantar sliver / traverse guide (6) yang dapat bergerak kekanan dan kekiri, selanjutnya keenam sliver tersebut bersama sama disuapkan kepada empat pasang rol peregang (7) yang mana diatasnya terdapat apron pembersih (8). Karena kecepatan permukaan rol rol peregang (7) berturut turut makin cepat (front roll lebih cepat daripada back roll), maka kapas tersebut akan mengalami proses penarikan dan peregangan yang biasanya berkisar antara 6 sampai 8 kali, sehingga sebagian besar serat serat menjadi lurus dan sejajar searah sumbu sliver. Karena adanya penarikan dan peregangan, maka sliver yang keluar dari rol depan akan berukuran kurang lebih seperti sliver yang disuapkan. Sliver yang keluar dari front roll melalui plat penampung (9) terus disatukan melalui terompet (11) lalu ke rol penggilas (10), coiler (12) dan ditampung dalam can (13) yang berputar diatas turn table (14).

A. DAERAH PENYUAPANDaerah penyuapan terdiri dari : 6 atau 8 buah can penyuap yang berisi sliver hasil mesin carding untuk setiap delivery. Jumlah sliver didalam can diatur sedemikian rupa sehingga tidak akan habis dalam waktu yang bersamaan. Pengantar sliver yang gunanya untuk menjaga agar bagian-bagian sliver yang tebal atau rusak dapat tertahan. Pasangan rol penyuap yang gunanya untuk menarik sliver yang disuapkan. Sendok pengantar sliver yang merupakan salah satu peralatan untuk menghentikan mesin jika sliver yang disuapkan putus. ( stop motion ) Pengantar sliver yang bergerak kekanan dan kekiri ( traverse guide ) untuk menghindari agar jalannya sliver tidak setempat sehingga rol atas terhindar dari keausan.

DAERAH PEREGANGAN D.1 PASANGAN ROL-ROL PEREGANGPasangan rol-rol peregang terdiri dari rol-rol atas dan bawah. Akibat adanya penarikan dari pasangan rol-rol tersebut diatas, maka : Serat-serat dalam sliver diregangkan satu sama lain Serat-serat akan bergesekan satu sama lain sehingga sebagian besar dari serat menjadi lurus dan letaknya sejajar kearah sumbu sliver. Perangkapan dari 6 atau 8 buah sliver akan menghasilkan aliver yang lebih rata dan percampuran yang lebih baik.Besarnya penarikan antara rol depan dan rol belakang kira-kira sama dengan banyaknya rangkapan sliver yang disuapkanGambar :

PENYETELAN JARAK ANTARA ROL PEREGANGSetting pada drafting roll sangat penting karena dapat berpengaruh terhadap ketidakrataan hasil slivernya. Untuk itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam hal setting ini, yaitu : Setting yang terlalu sempit akan menyebabkan terjadinya cracking , menimbulkan spewing , drafting yang tidak sempurna sehingga hasil slivernya tidak rata. Setting yang terlalu besar akan menyebabkan terjadinya floating , kesulitan dalam fiber control , timbulnya tempat-tempat ( sliver ) yang tebal dan tipis yang disebut drafting wave dengan variasi ketidakrataan yang periodik pada sliver. ( periodic variation )Sampai saat ini belum dijumpai suatu formulasi rumus setting yang berlaku universal, kecuali merupakan rekomendasi dari pabrik pembuat mesin atau pendekatan dari research workers dalam bentuk rumus empiris berdasarkan ilmu dan pengalaman yang dimilikinya. Hal ini disebabkan karena setting menyangkut banyak masalah dan sifat-sifat yang saling berkaitan didalamnya, terjadi interaksi dan terdapatnya elemen-elemen yang tidak terukur. Semua ini membawa problematik yang kompleks.Walaupun demikian, Shirley Institute, sebagai salah satu institute yang paling terkenal dibidang teknologi tekstil, telah mengembangkan suatu rumus empiris yang dapat dipakai sebagai pedoman penyetelan rol peregang sehingga untuk mendapatkan jarak antar rol yang tepat, masih perlu diadakan sedikit penyesuaian. Penyetelan yang sangat penting sebenarnya didaerah peregangan depan dimana regangan yang dikenakan adalah yang terbesar sedangkan didaerah lainnya regangannya relatif lebih kecil, sehingga ketelitian jarak antar rol kurang dirasakan. Pedoman penyetelan oleh Shirley Institute, yang didasarkan antar titik jepit pasangan rol peregang, adalah sebagai berikut :

Daerah peregangan depan = Effective Length + s/d inch

Daerah peregangan tengah = Effective Length + s/d inch

Daerah peregangan belakang = Effective Length + s/d inchSedangkan menurut J.C. Boel, pedoman penyetelannya, yang menggunakan diameter rol, adalah sebagai berikut : Daerah peregangan depan = Effective Length + 3 mm Daerah peregangan tengah = Effective Length + 6 mm Daerah peregangan belakang = Effective Length + 9 mmSetting tersebut bertujuan untuk mendapatkan jarak permukaan rol antara dua pasangan rol untuk setiap jarak titik jepit yang ditentukan.Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penyetelan jarak antar rol peregang adalah : Panjang serat yang diolahPada umumnya serat ( kapas ) variasi panjang yang berbeda-beda. Biasanya panjang serat akan berkurang 5 10 % dari panjang sebelumnya ketika sampai pada mesin drawing. Hal ini disebabkan karena serat mengalami pukulan-pukulan pada proses sebelumnya sehingga menyebabkan banyak serat yang putus. Pada mesin drawing, untuk menghindari terjadinya hal tersebut maka jarak antar rol harus disetel sedemikian rupa sehingga tidak terlalu sempit atau terlalu lebar. Tebal tipisnya sliver yang diolahRol atas akan mempunyai kecenderungan untuk bergeser naik atau lebih renggang terhadap rol bawahnya jika sliver yang melaluinya lebih besar. Jadi untuk sliver yang diameternya lebih besar atau lebih berat diperlukan penetelan rol yang lebih lebar. Ini untuk menghindari agar serat tidak terjepit oleh rol peregang.

Proses sebelumnyaPenyetelan rol pada mesin drawing ini harus lebih sempit dibandingkan pada mesin combing. Hal ini disebabkan karena pelurusan yang dilakukan oleh mesin combing masih belum optimal. Sifat serat yang diolahSerat yang kasar memerlukan penyetelan rol yang lebih sempit karena serat tersebut lebih sulit dikontrolnya pada saat terjadinya penarikan dibandingkan dengan serat yang halus. Jenis rol peregangRol yang terbuat dari logam memerlukan penyetelan yang lebih lebar daripada rol biasa karena titik jepitnya bertambah lebar.

DISTRIBUSI REGANGAN PADA MESIN DRAWINGBesarnya regangan pada masing-masing daerah peregangan perlu diatur. Adapun tujuannya adalah untuk mendapatkan sliver drawing yang baik dengan nilai ketidakrataan yang rendah dan juga untuk mengotrol serat-serat yang bergerak dalam daerah peregangan. Pengontrolan serat-serat tersebut sebenarnya tergantung pada : Sifat serat Kecepatan putaran rol Pembebanan pada rol Regangan pada masing-masing daerah regangan

D.6 DRAFTING Drafting pada prinsipnya adalah proses pelurusan serat, pensejajaran serat dan pengecilan bahan. Serat-serat yang telah lurus dan sejajar sangat membantu proses drafting berikutnya, terutama untuk fiber control pada daerah-daerah peregangan. Sejajar yang dimaksudkan disini hanyalah suatu pengertian saja, karena jika serat benar-benar sejajar maka sliver akan putus karena serat-seratnya tidak lagi mempunyai daya kait satu sama lain. Pensejajaran memang diperlukan tetapi hanya sampai pada tingkat tertentu. Sisa-sisa kekusutan serat harus tetap ada untuk menguatkan bahan ( sliver ) agar tidak mudah putus pada saat diproses. Salah satu usaha untuk mengimbangi berkurangnya kekuatan bahan ( sliver ) akibat pensejajaran tadi adalah dengan memberikan sedikit puntiran yang diakibatkan putaran coiler. Akibat dari proses drafting ini maka berat per satuan panjang dari bahan yang dihasilkan akan lebih kecil tetapi panjangnya akan bertambah. Dalam prakteknya, drafting yang sempurna tidak akan pernah dicapai. Hal ini disebabkan karena :a. Serat mempunyai variasi perbedaan panjang, walaupun dalam bentuk staple fiber buatan sekalipun yang telah dipotong-potong dengan panjang yang sama.b. Nip daripada pasangan rol-rol yang menjepit, mendorong dan menarik serat sewaktu-waktu dapat bergeser atau berpindah tempat. Disamping itu dapat pula terjadi adanya rol yang bengkok eksentrik sehingga jepitan terhadap serat-serat tidak kukuh dan arus perpindahan serat terganggu.c. Kecepatan putaran rol tidak selamanya stabild. Terjadinya rol yang slipKeadaan, seperti yang telah dijelaskan pada bagian a, umumnya sangat tergantung pada keadaan serat, karenanya sulit untuk diatasi. Inilah yang selalu menghasilkan jenis ketidakrataan berupa bentuk gelombang yang biasa disebut drafting wave. Sedangkan keadaan pada bagian b, c, d menyangkut langsung dengan apa yang disebut mechanical fault yang sedikit banyak dapat diatasi. Semua kekurangan diatas dapat menghasilkan ketidakrataan pada bahan. Drafting wave dapat terjadi jika ujung depan serat yang mengalami drafting mulai dijepit oleh rol depan maka kecepatan serat-serat tersebut akan mengikuti kecepatan rol depan tersebut. Serat-serat tersebut, dengan friksi permukaan yang dimilikinya, menjerat serat-serat pendek yang ada disekitarnya agar ikut menuju ke rol depan. Akibatnya terjadilah penumpukan pada daerah depan tersebut. Di lain pihak, peristiwa itu juga menyebabkan sejumlah serat yang belum sempat dijepit oleh rol depan tertinggal diantara kelompok serat yang telah terjepit dengan kelompok serat yang belum terjepit dibelakang rol depan dan meninggalkan suatu batas tipis yang hanya terdiri beberapa serat. Bagian yang tipis ini, pada suatu saat juga akan mencapai rol depan. Namun karena telah berkurangnya serat yang terkandung didalamnya, maka friksi permukaannya tidak cukup kuat untuk menyeret serat-serat lainnya ke depan dan terjadilah daerah yang tipis, yang disebut drafting wave. Pada saat proses drafting, juga di butuhkan daya tarik serat oleh jepitan rol depan yang konstan, yang disebut sebagai drafting force. Dengan berasosiasi bahwa setting telah diatur menurut panjang serat yang diolah maka dalam proses drafting masih terdapat dua kondisi yang perlu diperhatikan, yaitu : Jepitan gesekan (friction grip) daripada nip haruslah lebih besar daripada gaya yang diperlukan untuk memungkinkan terjadinya drafting pada bahan. Bahan yang disuapkan haruslah saling berpautan (coherent) demi memungkinkan terjadinya perpindahan serat-serat dari rol belakang ke rol depan.Pada saat serat-serat mengalami drafting, timbul gaya lawan yang disebut frictional resistance. Untuk mengatasinya, maka dibutuhkan drafting force yang harus diusahakan dari friction grip dan tegangan pada serat yang terjadi karena adanya perbedaan kecepatan permukaan pasangan rol belakang dan depan. Efek yang akan ditimbulkan oleh adanya drafting force adalah : Menarik kembali serat yang ada diantara jepitan rol depan Menarik ke depan serat yang ada pada jepitan rol belakangSlip antara serat dan rol dapat dihindari bila serat terjepit dengan baik.Yang diperlukan dalam drafting adalah kemantapan jepitan nip yang mendorong dan menarik serat, kestabilan letak nip serta kecepatan permukaan rol yang konstan, bersama-sama menciptakan daya tarik terhadap serat yang konstan, untuk suatu proses drawing tertentu. Dengan menganggap bahwa kondisi pemintalan konstan maka drafting force dipengaruhi langsung oleh keadaan bahan yang mengalami drafting serta kondisi drafting element, yaitu semua semua peralatan yang ikut serta sehingga memungkinkan terjadinya draft pada drafting zone. Untuk itu diperlukan draft control terhadap serat-serat yang bersangkutan. Karena serat yang diolah dalam bentuk staple yang mempunyai kehalusan dan panjang yang berbeda maka tidak semua serat dalam zone dapat terkontrol.

KETIDAKRATAANPengertian ketidakrataan bahan adalah tingkat yang memperlihatkan penyimpangan berat per satuan panjang dari harga rata-ratanya ( standar ). Ketidakrataan juga dapat diartikan sebagai tingkat penyimpangan penampang bahan dari harga rata-ratanya ( standar ). Ketidakratan ini muncul sebagai akibat adanya proses drafting. Selain itu ketidakrataan juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : Bahan bakuPada kenyataannya serat dalam sliver tersebut tidak sama panjang dan tidak dalam keadaan yang lurus, melainkan mempunyai tekukan-tekukan dan tidak sejajar ke arah sumbu sliver seperti yang kita bayangkan. Pada hakekatnya faktor bahan baku ini sulit untuk diatasi, walaupun menggunakan serat sintetis sekalipun. Karena panjang masing-masing serat tersebut tidak dapat selalu sama. Kalaupun semula mendekati sama, tetapi karena pengerjaan di mesin carding, sedikit banyak selalu ada serat-serat yang putus, disamping adanya tekukan-tekukan pada serat-serat, sehingga serat yang dapat dianggap mendekati lurus dan tanpa tekukan dalam sliver hasil carding tersebut kurang lebih hanya 15 % saja. Ketidakrataan serat seperti ini, selain belum dapat diatasi sama sekali, juga akan menyulitkan untuk mendapatkan penyetelan jarak rol-rol yang tepat, sehingga dapat menimbulkan ketidakrataan pada sliver drawing. Kondisi mesinFaktor mesin juga dapat mempengaruhi ketidakrataan sliver yang dihasilkan. Mesin-mesin tua biasanya menghasilkan ketidakrataan yang lebih besar dibandingkan dengan mesin-mesin muda. Hal ini dikarenakan elemen-elemen pada mesin-mesin tua sudah banyak mengalami keausan sehingga kemungkinan slip lebih besar. Ketidakrataan sliver juga dapat timbul jika setting drafting roll dan pembebanan kurang sesuai dengan jenis serat yang diolah. Selain itu, maintenance juga cukup berpengaruh dalam hal keawetan elemen-elemen mesinnya. Mesin dengan maintenance rutin, kondisinya akan lebih prima, walaupun usia mesin tersebut sudah tua, dibandingkan mesin dengan usia sedikit lebih muda tetapi maintenance-nya kurang. Dengan kondisi mesin yang prima tentu akan menghasilkan bahan ( sliver ) yang baik pula. Operator ( Sumber Daya Manusia )Meskipun tidak terlalu besar pengaruhnya tetapi tetap saja harus diperhatikan. Keahlian serta pengalaman dari operator sangat dibutuhkan dalam usaha untuk mendapatkan hasil yang baik dengan efisiensi yang tinggi.Ketidakrataan bahan tekstil yang diproses akan membawa setidaknya tiga hal yang tidak dikehendaki, yaitu : Benang cenderung putus pada titik yang terlemah dimana titik-titik ini berada pada rangkaian tempat-tempat yang tipis pada bahan. Jumlah dan ukuran frekuensi tempat-tempat yang tebal dan tipis merupakan ukuran tingkat ketidakrataan yang sangat menurunkan kekuatan bahan. Sifat ketidakrataan benang akan terbawa terus sampai dengan pada proses pertenunan yang kemudian akan merusak kenampakan kain.Menurut Martindale dan De Barr, ketidakrataan bahan disebut zero irregularity jika jumlah serat pada setiap penampangnya selalu sama dimanapun disepanjang bahan. Namun bahan seperti ini tidak lebih dari sekedar khayalan yang tidak akan pernah dicapai. Kita hanya memungkinkan untuk mencapai ketidakrataan minimum, yaitu suatu ketidakrataan terendah-teoritis yang mempunyai penyebaran serat dalam bentuk random. Kemungkinan mendapatkan bahan semacam ini sangat kecil.

MEKANISME PELURUSAN SERATSeperti yang kita ketahui bahwa serat-serat pada sliver hasil mesin carding tidak seluruhnya lurus dan teratur, untuk itu pada waktu diproses pada mesin drawing ini serat-serat tersebut akan mengalami pelurusan agar dapat diproses ( pintal ) dengan baik, tanpa banyak mengalami banyak kesulitan-kesulitan seperti : serat mudah putus dan hasil benangnya tidak rata jika diberi regangan yang cukup besar. Oleh karenanya sekarang ini sedang dikembangkan teori pelurusan serat, yang mula-mula dipelopori oleh Prof. Morton. Dasar dari pelurusan serat dalam drafting adalah sebagai berikut : serat, yang mempunyai tekukan pada bagian depan, dapat diluruskan jika bagian belakangnya tertahan sehingga bagian yang tertekuk tersebut terkena geseran-geseran serat disekelilingnya yang bergerak lebih cepat. Begitu pula sebaliknya jika serat yang tertekuk pada bagian belakang. Karena jumlah serat yang bergerak dengan kecepatan rol belakang selalu lebih besar dari jumlah serat yang bergerak dengan kecepatan rol depan, maka pelurusan serat yang mempunyai tekukan pada bagian belakang kemungkinan lebih besar dibandingkan pelurusan serat yang mempunyai tekukan pada bagian depan. Pelurusan tersebut juga akan lebih efektif jika regangan yang dilakukan antara dua pasangan rol lebih besar.

DAERAH PENAMPUNGANE.1 PELAT PENAMPUNGPelat ini biasanya terbuat dari pelat besi, yang bentuknya menyerupai trapesium dengan bagian ujungnya mengecil menuju terompet. Untuk melancarkan jalannya sliver yang melewatinya dan juga untuk menghindari terjadinya gesekan-gesekan yang (seharusnya) tidak perlu, yang dapat merusak permukaan sliver, maka bagian permukaan pelat ini dipoles hingga licin sekali.

E.2 TEROMPETTerompet ini terbuat dari besi tuang (cast iron) atau bronce, dimana ukuran diameter lubangnya tergantung dari jenis dan ukuran sliver yang diolah. Adapun rumus yang biasa digunakan untuk menentukan diameter lubang terompet adalah sebagai berikut : Diameter Terompet (inch) = k x berat sliver (grains / yard), dimana k adalah suatu angka tetapan yang besarnya sebagai berikut : Untuk drawing passage pertama, k = 0,0172 Untuk drawing passage kedua, k = 0,0156 Untuk combed drawing, k = 0,0141 E.3 ROL PENGGILASRol penggilas berfungsi untuk menggilas dan menarik sliver yang keluar dari rol depan melalui terompet menjadi sebuah sliver dan meneruskannya kedalam coiler.

E.4 COILERFungsi dari coiler adalah untuk meletakkan sliver kedalam can dengan teratur sehingga memudahkan penarikan kembali dari dalam can pada proses selanjutnya tanpa mengalami perpanjangan dan memperkecil kemungkinan sliver putus. Coiler terdiri dari pelat bergigi yang cukup besar dan biasanya disebut tube gear, yang letaknya datar tepat dibawah rol penggilas.

E.5 CAN PENAMPUNG SLIVERCan biasanya terbuat dari bahan sintetik seperti karton atau pelat logam dengan diameter berkisar antara 10 sampai 40 inch dengan tinggi 36 inch.

PROSES PRODUKSI PADA MESIN DRAWINGA. ALAT DAN BAHAN Mesin Drawing Timbangan Sliver carding Can Alat ukur panjang sliver (dalam yard)

B. LANGKAH KERJA Memotong sliver carding per 4 yard sebanyak 12 kali lalu ditimbang Menimbang can kosong yang akan dipakai untuk menampung sliver drawing Memeriksa mesin drawing yang akan digunakan, pastikan DCW yang digunakan telah benar (DCW = 42 T) Meletakan 6 sampai 8 buah can yang telah berisi sliver carding yang akan diproses. Meletakan 1 buah can kosong diatas turn table Menarik sliver carding secara bersamaan melalui garpu pengantar, rol penyuap dan sendok pengantar sliver Menyalakan mesin Menggerakkan hendle agar posisi belt berpindah dari puli pasif ke puli aktif Memasukkan sliver carding tersebut melalui pasangan rol-rol peregang secara perlahan Mencatat waktunya Setelah sliver tersebut keluar dari pasangan rol-rol peregang dimasukkan kedalam terompet yang kemudian dilanjutkan ke coiler lalu ditampung dalam can Proses produksi ini dilaksanakan selama 5 menit Kemudian melakukan prosedur yang sama untuk DCW 50 T Menimbang sliver drawing beserta cannya, untuk masing-masing DCW, untuk mendapatkan berat sliver yang telah dihasilkan selama 5 menit Memotong sliver drawing tersebut setiap 4 yard sebanyak 20 kali lalu ditimbang, untuk masing-masing DCW Melakukan perhitungan-perhitungan seperti mencari nomer benang, regangan nyata, limbah, produksi nyata, produksi teoritis dan efisiensi untuk masing-masing DCW

Motor 1470 RPMF = 44/3.14E=65,7/3,14T 34T 31T23T 75T 62T 49T 81T 45T 52T 61T 43T 46T 87T 41T 35Middle RollFront RollBack RollK = 11,5 cmK = 11,5 cm

Calender Roll

W 64 TD=35

motorfust 602/t3250w/910 r/m

Gearing Diagram Mesin Drawing Hongda

PERHITUNGAN

1. Rumus Constata Main Draft ?2. Rumus Constata Break Draft ?3. Rumus Constata Total Draft ?4. Rumus Constata TPM?5. Main Draft Terpasang?6. Break Draft Terpasang?7. Total Draft Terpasang?8. TPM?9. Berapakah kapasitas produksi (kg/meter), jika jumlah sliver yang disuapkan sebanyak 6 can dengan ne1 = 0,15 ? Jawab 1.

Main draft= =

2. Break draft= = =

3. Total draft= MD x BD= x =

4. Twist/meter= = = = 9,023

5. Main draftterpasang =

6. Total draftterpasang =

7. Break draft = 8. Twist/meter terpsang=

9. Actual draft= MD/TD= R x actual draftActual draft= MD / R= 6,6013 / 6 = 1,1002Ne1 out= 1,1002 x 0,15 = 0,16503P= Data sliver kapas (g)Data sliver polyester (g)

18,817,6

24,213,8

21,217,0

24,615,4

21,012,8

22,418,4

21,618,0

23,614,6

20,617,2

20,414,6

= 218,4 = 159,4

= 21,84 = 15,94

Ketidak rataan (u%) 8meter/1menit1. U% = 2,4 %2. U% = 2,6%3. U% = 2,2%4. U% = 2,7%5. U% = 2,2% Prod teoritis= 46,46 gram/meter Prod nyata= Effisiensi=

SLIVER RANGKAP Berat bak+isi= 2561,2 g Berat bak kosong= 541,6 g Berat sliver = 2019,6 g

Data sliver dalam 5 menit

25,8

25,4

23,6

25,4

22,8

23,0

23,2

23,0

24,0

24,2

= 24,04

Nomor sliver= Nm = Tex= Denier=

DISKUSIJika dilihat dari hasil perhitungan diatas, ada beberapa kejanggalan, dimana yang paling mencolok adalah efisiensi mesin yang mencapai angka 100 % lebih. Itu merupakan sesuatu yang mustahil dicapai, walaupun dengan mesin baru sekalipun. Karena pada setiap mesin pasti mengalami gesekan-gesekan atau slip. Apalagi mesin yang dipergunakan pada proses produksi tersebut adalah mesin lama, yaitu sekitar tahun 1950-an. Bila kita teliti lebih lanjut, efisiensi ini berhubungan dengan produksi, baik itu produksi teoritis maupun produksi nyata. Jika melihat perhitungan diatas, produksi teoritisnya lebih kecil daripada produksi nyata. Seharusnya produksi teoritislah yang harus lebih besar daripada produksi nyata. Maka ada dua kemungkinan yang dapat terjadi, yaitu kesalahan ada pada produksi teoritis atau sebaliknya, produksi nyatanya yang menyimpang. Setelah kami lakukan pemeriksaan ulang pada perhitungan produksi teoritis (termasuk pada gearing diagram), ternyata tidak ada hal-hal yang menyimpang. Maka kemungkinan besar kasalahan ada pada produksi nyata, dimana ini berkaitan dengan penimbangan sliver drawing hasil produksi. Kesalahan penimbangan sangatlah mungkin terjadi. Disini ada dua faktor yang berpengaruh, yaitu alat timbang dan orang yang menimbang. Peluang kesalahan disini tampaknya berimbang. Apabila dilihat dari sisi alat timbangnya, yang digunakan pada saat praktikum adalah alat timbang manual, dimana tingkat ketelitian dan keakuratannya tidak setinggi alat timbang elektronik / digital. Jadi kemungkinan ketidakakuratannya sangat tinggi, ditambah lagi jika alat tersebut sudah tidak berfungsi secara normal atau memerlukan pengkalibrasian ulang. Sedangkan jika dilihat dari sisi orang yang menimbang, maka kemungkinan terjadinya kesalahan penimbangan juga cukup besar. Mengingat yang melakukan penimbangan ini bukanlah seseorang yang setiap harinya selalu berhadapan dengan alat tersebut. Maka bisa saja timbangan yang sebenarnya belum setimbang telah dianggap setimbang. Untuk memperkecil kesalahan penimbangan, tidak ada salahnya jika kita menggunakan timbangan elektris. Jadi penimbangan ini juga penting artinya karena dapat mempengaruhi hasil perhitungan akhir.

LAPORAN PRAKTIKUMTEKNIK PEMINTALAN 2MESIN DRAWINGNama: ALDDY TIZKYAWANNRP: 13010038Group: 2T2Dosen: Roni S., S.ST.Asisten: Didin W,. A,T. Edi Rustandi

POLITEKNIK STT TEKSTILBANDUNG2015