33
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK Mata Acara : Aldehid dan Uji Formalin Disusun Oleh : M Ali Rahman 230210130059 Kelompok 8/Shift 2 UNIVERSITAS PADJADJARAN

Aldehid Dan Uji Formalin

Embed Size (px)

DESCRIPTION

aldehid

Citation preview

Page 1: Aldehid Dan Uji Formalin

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ORGANIK

Mata Acara : Aldehid dan Uji Formalin

Disusun Oleh :

M Ali Rahman

230210130059

Kelompok 8/Shift 2

UNIVERSITAS PADJADJARAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

JATINANGOR

2014

Page 2: Aldehid Dan Uji Formalin

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gugus fungsi paling penting kimia organik yaitu gugus karbonil (-CO-).

Gugus ini dimiliki oleh golongan senyawa aldehida, keton, asam karboksilat, ester

dan turunan lainnya. Senyawa ini penting dalam banyak proses biologi. Aldehida

mempunyai paling sedikit satu atom hydrogen melekat pada gugus

karbonil dimana satu tangan mengikat gugus alkil dan tangan yang lain mengikat

atom hidrogen.

Aldehid banyak terdapat dalam system makhluk hidup seperti gula ribosa dan

hormon progesteron. Aldehid mempunyai bau yang khas, yang pada umumnya

berbau merangsang. Aldehid menyumbangkan manfaat yang cukup besar dalam

kehidupan. Salah satu contohnya yaitu metanal yang merupakan contoh dari

senyawa aldehid. Metanal ini lebih dikenal dengan nama formaldehida. Larutan

formladehida 40% digunakan sebagai antiseptik atau yang dikenal dengan sebutan

formalin.

Pada praktikum kali ini praktikan akan menguji tollens yang dimana fungsinya

mengoksidasi senyawa aldehid menjadi asam karboksilat dan reduksi larutan

alkalis perak ammonium hidroksida menjadi logam perak.

Bagi kebanyakan orang, formalin adalah bahan yang lazim digunakan untuk

pengawet mayat . Formalin mempunyai sifat khas dibanding desinfektan lain

sehingga lebih dipilih untuk mengawetkan mayat. Formaldehide yang lebih

dikenal dengan nama formalin sebenarnya bukan merupakan bahan makanan,

bahkan merupakan zat yang tidak boleh di tambahkan pada makanan. Formalin

bagi tubuh manusia diketahui sebagai zat beracun, karsinogen, mutagen, korosif,

dan iritatif.

Akhir – akhir ini semakin marak dibicarakan tentang formalin yang terdapat

dibeberapa bahan makanan. Formalin dijadikan salah satu zat untuk mengawetkan

makanan, sehingga makanan akan lebih lama bertahan. Pengawet formalin

mempunyai unsur aldehida yang bersifat mudah bereaksi dengan protein,

Page 3: Aldehid Dan Uji Formalin

karenanya jika disiramkan ke makanan seperti tahu, formalin akan mengikat unsur

protein mulai dari bagian permukaan tahu hingga terus meresap ke bagian

dalamnya. Dengan matinya protein setelah terikat unsur kimia dari formalin

maka bila di tekan tahu terasa lebih kenyal. Selain itu protein yang telah mati

tidak akan di serang bakteri pembusuk yang menghasilkan senyawa asam, itulah

sebabnya tahu atau makanan lainnya menjadi lebih awet.

Melihat sifatnya, formalin juga sudah tentu akan menyerang protein yang

banyak terdapat di dalam tubuh manusia seperti pada lambung. Terlebih bila

formalin yang masuk ke tubuh itu memiliki dosis tinggi. Formalin juga dapat

merusak persyarafan tubuh manusia dan di kenal dengan zat yang bersifat

neurotoksik. Gangguan pada persyarafan berupa susah tidur, sensitif, mudah lupa,

sulit berkonsentrasi. Pada wanita akan menyebabkan gangguan menstruasi dan

infertilas. Penggunaan formalin jangka panjang pada manusia dapat menyebabkan

kanker mulut dan tenggorokan.

1.2 Tujuan Praktikum

1. Mengetahui sifat fisik maupun kimia dari senyawa aldehid dan

formalin

2. Mengetahui reaksi oksidasi aldehid menjadi asam karboksilat dengan

menggunakan metode Tollens

3. Mengetahui uji formalin pada suatu bahan pangan

1.3 Prinsip Praktikum

1. Metode Tollens

Reaksi oksidasi aldehid menjadi asam karboksilat, dan reduksi larutan alkalis

perak ammonium hidroksida menjadi logam perak.

Page 4: Aldehid Dan Uji Formalin

BAB II

TINJAUAN PUSATAKA

3.1 Aldehid

Aldehid atau alkanal termasuk senyawa turunan alkana dengan gugus fungsi

–CHO yang memiliki rumus umum CnH2nO. Aldehid memiliki gugus karbonil,

yaitu ikatan rangkap pada ikatan antara karbon dan oksigen (C=O). Penamaan

aldehid secara IUPAC umumnya dilakukan dengan mengganti akhiran –a nama

alkana menjadi –al. Contohnya adalah CH2O disebut metanal dan C2H4O disebut

etanal. Adanya aldehid dalam suatu senyawa dapat diidentifukasi dengan

pereaksi Tollens, Fehling, dan Benedict. Reaksi dengan Tollens menghasilkan

cermin perak, reaksi Fehling dan Benedict menghasilkan endapan merah

bata.dari Cu2O.

Kegunaan :

- formaldehid ditambah air dengan kadar 37% disebut formalin, digunakan untuk

mengawetkan spesimen biologi karena dapat membunuh desinfektan (germs)

- formaldehid juga digunakan dalam industri pembuatan plastik termoset, damar

buatan dan desinfektan serta germisida

- asetaldehid digunakan untuk zat warna dan dalam pembuatan aseton, etil asetat

dan 1-butanol

Gambar : Rumus Umum Aldehid

Sumber : http://4.bp.blogspot.com/DkbLPvwdL_M/UOrhDCaIulI/AAAAAA

AADk/X4-7vMQ4aMs/s1600/ER.png

Page 5: Aldehid Dan Uji Formalin

Sifat fisik :

Aldehida dengan 1-2 atom karbon (formaldehida, dan asetaldehida)

berwujud gas pada suhu kamar dengan bau tidak enak.

Aldehida dengan 3-12 atom karbon berwujud cair pada suhu kamar

dengan bau sedap.

Aldehida dengan atom karbon lebih dari 12 berwujud padat pada suhu

kamar.

Aldehida suku rendah (formaldehida, dan asetaldehida) dapat larut dalam

air.

Aldehida suku tinggi tidak larut air.

Sifat Kimia :

Oksidasi oleh kalium bikromat dan asam sulfat

Oksidasi aldehida dengan campuran kalium bikromat dan asam sulfat akan

menghasilkan asam karboksilat.

Contoh :

Oksidasi oleh larutan Fehling

Aldehida dapat mereduksi larutan Fehling menghasilkan endapan merah

bata dari senyawa tembaga(I) oksida.

Contoh :

Oksidasi oleh larutan Tollens

Page 6: Aldehid Dan Uji Formalin

Aldehida dapat mereduksi larutan Tollens menghasilkan cermin perak.

2.2 Formalin

Senyawa kimia formaldehida (juga disebut metanal, atau formalin),

merupakan aldehida dengan rumus kimia H2CO, yang berbentuknya gas, atau cair

yang dikenal sebagai formalin, atau padatan yang dikenal sebagai

paraformaldehyde atau trioxane. Formaldehida awalnya disintesis oleh kimiawan

Rusia Aleksandr Butlerov tahun 1859, tapi diidentifikasi oleh Hoffman tahun

1867.

Pada umumnya, formaldehida terbentuk akibat reaksi oksidasi katalitik pada

metanol. Oleh sebab itu, formaldehida bisa dihasilkan dari pembakaran bahan

yang mengandung karbon dan terkandung dalam asap pada kebakaran hutan,

knalpot mobil, dan asap tembakau. Dalam atmosfer bumi, formaldehida

dihasilkan dari aksi cahaya matahari dan oksigen terhadap metana dan

hidrokarbon lain yang ada di atmosfer. Formaldehida dalam kadar kecil sekali

juga dihasilkan sebagai metabolit kebanyakan organisme, termasuk manusia.

Kegunaan Formalin

Pengawet mayat

Pembasmi lalat dan serangga pengganggu lainnya.

Bahan pembuatan sutra sintetis, zat pewarna, cermin, kaca

Pengeras lapisan gelatin dan kertas dalam dunia Fotografi.

Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.

Bahan untuk pembuatan produk parfum.

Bahan pengawet produk kosmetika dan pengeras kuku.

Pencegah korosi untuk sumur minyak

Page 7: Aldehid Dan Uji Formalin

Dalam konsentrasi yang sangat kecil (kurang dari 1%), Formalin digunakan

sebagai pengawet untuk berbagai barang konsumen seperti pembersih

barang rumah tangga, cairan pencuci piring, pelembut kulit, perawatan

sepatu, shampoo mobil, lilin, pasta gigi, dan pembersih karpet.

Gambar 2 : Formalin

Sumber : http://diyhpl.us/~bryan/papers2/DNA/phosphoramidites/120px-

Formaldehyde-2D.svg.png

Sifat fisik :

Cairan jernih (tidak berwarna)

Berbau menyengat

Mudah terbakar

Sifat kimia :

Massa molar : 30,03 g.mol¯¹

         Densitas : 1 g/m³

         Titik didih : -117 °C (156 K)

         Titik leleh : -19,3 °C (253,9 K)

         Kelarutan dalam air : > 100g/100 ml (20° C)

3.2 Nama Sampel

3.2.1 Udang

1. Taksonomi Udang

Crustacea adalah hewan akuatik (air) yang terdapat di air laut dan air tawar.

Kata Crustacea berasal dari bahasa latin yaitu kata Crusta yang berarti cangkang

yang keras. Ilmu yang mempelajari tentang crustacean adalah karsinologi

(Demarjati et al.,1990 ). Jumlah udang di perairan seluruh dunia diperkirakan

Page 8: Aldehid Dan Uji Formalin

sebanyak 343 spesies yang potensial secara komersil. Dari jumlah itu 110

spesies termasuk didalam famili Penaidae.

Udang digolongkan kedalam Filum Arthropoda dan merupakan Filum terbesar

dalam Kingdom Animalia (Fast dan Laster, 1992). Menurut Sterrer (1986),

udang dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Subkingdom : Metazoa

Filum : Arthropoda

Subfilum : Crustacea

Kelas : Malacostraca

Subkelas : Eumalacostraca

Superordo : Eucarida

Ordo : Decapoda

Subordo : Dendrobrachiata

Famili : Panaeidae

2. Morfologi Udang

Tubuh udang dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian kepala dan

bagian badan. Bagian kepala menyatu dengan bagian dada disebut

cephalothorax yang terdiri dari 13 ruas, yaitu 5 ruas di bagian kepala dan 8 ruas

di bagian dada. Bagian badan dan abdomen terdiri dari 6 ruas, tiap-tiap ruas

(segmen) mempunyai sepasang anggota badan (kaki renang) yang beruas-ruas

pula. Pada ujung ruas keenam terdapat ekor kipas 4 lembar dan satu telson yang

berbentuk runcing (Rizal , 2009), seperti Gambar 3.

Page 9: Aldehid Dan Uji Formalin

Gambar 3 : Morfologi Udang

Sumber : http://rizal-bbapujungbatee.blogspot.com/2009/05/semua-tentang

udang-windu.html

Keterangan:

a = alat pembantu rahang g = kaki jalan

b = kerucut kepala h = kaki renang

c = mata i = anus

d = cangkang kepala j = telson

e = sungut kecil k = ekor kipas

f = sungut besar

3. Daur Hidup Udang

Daur hidup udang meliputi beberapa tahapan yang membutuhkan habitat

yang berbeda pada setiap tahapan. Udang melakukan pemijahan di perairan yang

relatif dalam. Setelah menetas, larvanya yang bersifat planktonis terapung-apung

dibawa arus, kemudian berenang mencari air dengan salinitas rendah disekitar

pantai atau muara sungai. Di kawasan pantai, larva udang tersebut berkembang.

Menjelang dewasa, udang tersebut beruaya kembali ke perairan yang lebih

dalam dan memiliki tingkat salinitas yang lebih tinggi, untuk kemudian

Page 10: Aldehid Dan Uji Formalin

memijah. Tahapan-tahapan tersebut berulang untuk membentuk siklus hidup.

Udang penaeid dalam pertumbuhan dan perkembangannya mengalami beberapa

fase, yaitu nauplius, zoea, mysis, post larva, juvenile (udang muda), dan udang

dewasa (Fast dan Laster, 1992).

Menurut Rizal (2009), setelah telur-telur menetas, larva hidup di laut lepas

menjadi bagian dari zooplankton. Saat stadium post larva bergerak ke daerah

dekat pantai dan perlahan-lahan turun ke dasar di daerah estuari dangkal.

Perairan dangkal ini memiliki kandungan nutrisi, salinitas dan suhu yang sangat

bervariasi dibandingkan dengan laut lepas. Setelah beberapa bulan hidup di

daerah estuari, udang dewasa kembali ke lingkungan laut dalam dimana

kematangan sel kelamin, perkawinan dan pemijahan terjadi. Untuk lebih jelasnya

lihat Gambar 4.

.

Gambar 4 : Siklus Hidup Udang

Sumber :

http://mazara30.files.wordpress.com/2013/02/020813_0028_udangpanaeu4.png?

w=604

Page 11: Aldehid Dan Uji Formalin

4. Habitat dan Penyebaran Udang

Udang hidup disemua jenis habitat perairan dengan 89% diantaranya

hidup di perairan laut, 10% diperairan air tawar dan 1% di perairan teresterial

(Abele, 1982). Udang laut merupakan tipe yang tidak mampu atau mempunyai

kemampuan terbatas dan mentolerir perubahan salinitas. Kelompok ini biasanya

hidup terbatas pada daerah terjauh pada estuari yang umumnya mempunyai

salinitas 30% atau lebih. Kelompok yang mempunyai kemampuan untuk

mentolerir variasi penurunan salinitas sampai dibawah 30% hidup di daerah

terestrial dan menembus hulu estuari dengan tingkat kejauhan bervariasi sesuai

dengan kemampuan spesies untuk mentolerir penurunan tingkat salinitas.

Kelompok terakhir adalah udang air tawar. Udang dari kelompok ini biasanya

tidak dapat mentolerir salinitas diatas 5%. Udang menempati perairan dengan

berbagai tipe pantai seperti: pantai berpasir, berbatu ataupun berlumpur. Spesies

yang dijumpai pada ketiga tipe pantai ini berbeda-beda sesuai dengan

kemampuan masing-masing spesies menyesuaikan diri dengan kondisi fisik-

kimia perairan (Nybakken, 1992).

3.2.2 Ikan Asin

Ikan asin adalah bahan makanan yang terbuat dari daging ikan yang

diawetkan dengan menambahkan banyak garam. Dengan metode pengawetan ini

daging ikan yang biasanya membusuk dalam waktu singkat dapat disimpan di

suhu kamar untuk jangka waktu berbulan-bulan, walaupun biasanya harus

ditutup rapat.Selain itu daging ikan yang diasinkan akan bertahan lebih lama dan

terhindar dari kerusakan fisik akibat infestasi serangga, ulat lalat dan beberapa

jasad renik perusak lainnya. Berikut jenis-jenis ikan yang sering dibuat menjadi

ikan asin.

Ikan peda

Ikan asin peda adalah ikan kembung yang diawetkan dengan cara

penggaraman dan peragian. Mula-mula ikan dibersihkan dan dibuang isi

perutnya. Setelah itu ikan digarami dan disimpan untuk (fermentasi/peragian)

Page 12: Aldehid Dan Uji Formalin

selama 4-7 hari. Ikan kemudian dijemur dan diangin-anginkan, kemudian

disimpan dalam keadaan tertutup untuk fermentasi/peragian lagi selama 1-3

bulan.

Ikan jambal roti

Ikan jambal roti adalah nama lain dari ikan manyung. Ikan ini besar,

berkumis, berdaging tebal, dan hidup di perairan perbatasan antara air tawar

dan asin. Awalnya daging ikan ditiriskan sampai tidak mengandung air lagi.

Kemudian dicelupkan ke dalam larutan gula merah, lalu daging ikan digarami.

Setelah dikeringkan dengan cara dijemur, daging ikan di lumuri dengan

larutan bawang putih untuk kemudian di keringkan lagi dan disimpan.

Bawang putih membuat rasa daging ikan asin ini berbeda dengan ikan asin

lainnya. Ikan asin jambal roti sangat cocok ditumis dengan bumbu yang

banyak dan beraroma tajam.

Ikan teri jengki

Ini salah satu jenis ikan asin yang populer di kalangan para ibu. Harganya

ekonomis dan mudah didapat. Panjangnya sekitar dua buku jari, dan tersedia

dalam bentuk utuh atau dibelah dua memanjang. Setelah direndam dengan air

hangat/panas, teri jengki biasanya digoreng terlebih dahulu sebelum diolah ke

dalam masakan. Teri jengki sangat cocok diolah ke dalam masakan

tumis/oseng-oseng dengan sedikit kuah.

1. Taksonomi Ikan Asin Peda atau Ikan Bandeng

Kingdom : Animalia         

Phylum : Chordata

Sub phylum : Vertebrata

Class : Pisces

Sub class : Teleostei

Ordo : Malacopterygii

Family : Chanidae

Page 13: Aldehid Dan Uji Formalin

Genus : Chanos

Species : Chanos chanos Forsk

2. Morfologi Ikan Bandeng

Ikan bandeng dikenal sebagai ikan petualang yang suka merantau. Ikan

bandeng ini mempunyai bentuk tubuh langsing mirip terpedo, dengan moncong

agak runcing, ekor bercabang dan sisiknya halus. Warnanya putih gemerlapan

seperti perak pada tubuh bagian bawah dan agak gelap pada punggungnya

(Mudjiman, 1998).

Ciri umum ikan bandeng adalah tubuh memanjang agak gepeng, mata

tertutup lapisan lemak (adipase eyelid), pangkal sirip punggung dan dubur

tertutup sisik, tipe sisik cycloid lunak, warna hitam kehijauan dan keperakan

bagian sisi, terdapat sisik tambahan yang besar pada sirip dada dan sirip perut.

Bandeng jantan memiliki ciri-ciri warna sisik tubuh cerah dan mengkilap

keperakan serta memiliki dua lubang kecil di bagian anus yang tampak jelas

pada jantan dewasa (Hadie, 2000).

3. Habitat Ikan Bandeng

Bandeng banyak dikenal orang sebagai ikan air tawar. Habitat asli ikan

bandeng sebenarnya di laut, tetapi ikan ini dapat hidup di air tawar maupun air

payau. Ikan bandeng hidup di Samudra Hindia dan menyeberanginya sampai

Samudra Pasifik, mereka cenderung bergerombol di sekitar pesisir dan pulau-

pulau dengan koral. Ikan yang muda dan baru menetas hidup di laut untuk 2 - 3

minggu, lalu berpindah ke rawa-rawa bakau, daerah payau, dan kadangkala

danau-danau. Bandeng baru kembali ke laut kalau sudah dewasa dan bisa

berkembang biak (Anonim, 2009).

Page 14: Aldehid Dan Uji Formalin

4. Reproduksi Ikan Bandeng

Setelah induk ikan bandeng telah matang gonad. Tahap selanjutnya yaitu

pemijahan induk ikan bandeng. Pemijahan ikan bandeng secara alami terjadi

didaerah pantai yang jernih dengan kedalaman 40-50 meter, dan ombak yang

sedikit beriak karena sifat telurnya yang melayang (Ahmad, 1998).

Pemijahan bandeng berlangsung parsial, yaitu telur matang dikeluarkan

sedangkan yang belum matang terus berkembang didalam tubuh untuk pemijahan

berikutnya. Dalam setahun, 1 ekor induk bandeng dapat memijah lebih dari satu

kali.. Jumlah telur yang dihasilkan dalam satu kali pemijahan berkisar antara

300.000-1.000.000 butir telur (Murtidjo, 1989).

Menurut Mudjiman (1983), pemijahan alami berlangsung dalam

kelompok-kelompok kecil yang tersebar disekitar gosong karang atau perairan

yang jernih dan dangkal disekitar pulau pada bulan maret, mei, dan September

sampai januari. Bandeng memijah pada tengah malam sampai menjelang pagi.

Sedangkan pemijahan buatan dapat dilakukan melalui rangsangan hormonal.

Hormon yang diberikan dapat berbentuk cair atau padat. Hormone bentuk padat

diberikan setiap bulan, sedangkan hormone bentuk cair diberikan pada saat induk

jantan dan betina sudah matang gonad. Induk bandeng akan memijah setelah 2–

15 kali implantasi tergantung pada tingkat kematangan gonad. Pemijahan induk

betina yang mengandung telur berdiameter lebih dari 750 mikron atau induk

jantan yang mengandung sperma tingkat 3 dapat dipercepat dengan menyuntikkan

hormoneLHR H -a pada dosis 30– 50 mikro gram/kg berat tubuh atau dengan

hormoneHC G pada dosis 5000-10.000 IU/kg berat tubuh (Murtidjo, 1989).

Indikator bandeng memijah adalah bandeng jantan dan bandeng betina

berenang beriringan dengan posisi jantan dibelakang betina. Pemijahan lebih

sering terjadi pada pasang rendah dan fase bulan seperempat. Menurut Ahmad

(1998), dalam siklus hidupnya, bandeng berpindah dari satu ekosistem ke

ekosistem lainnya mulai dari laut sampai ke sungai dan bahkan danau. Hal ini

disebabkan karena bandeng memiliki kisaran adaptasi yang tinggi terhadap

salinitas.

Page 15: Aldehid Dan Uji Formalin

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum

Waktu : 23 mei 2014 jam 13.00 WIB

Tempat : Laboratorium Bioteknologi Ilmu Kelautan Unpad Gedung 4 Lantai 3

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

1. Tabung Reaksi : menampung larutan dalam jumlah yang sedikit

2. Pipet tetes : alat untuk mengambil dan memindahkan sampel berupa cairan

3. Spatula : alat untuk mengambil bahan berupa padatan

4. Neraca : mengukur jumlah zat yang diperlukan

5. Gelas ukur : mengukur volume larutan

6. Penjepit tabung reaksi : Menjepit tabung reaksi selama melakukan proses

pemanasan

7. Botol Semprot : menyimpan aquadest dan digunakan untuk mencuci atau

membilas alat-alat dan bahan

8. Hot plate : untuk memanaskan larutan.

9. Vortex mixer : untuk menghomogenkan suatu larutan.

3.2.2 Bahan

1. Udang Swalayan dan Pasar

2. Natrium Hidroksida (NaOH) 10%

3. Amonium Hidroksida (NH4OH) 2%

4. Benzaldehid

5. Sikloheksanon

6. Perak Nitrat (AgNO3) 5%

Page 16: Aldehid Dan Uji Formalin

7. Air

8. AL-A dan AL-B

9. Ikan Asin

3.3 Prosedur Praktikum

1. Uji Kualitatif Aldehid Metode Tollens

Memasukkan perak nitrat (AgNO3)

sebanyak 1 ml

Menambahkan sampel 3 tetes, kocok

perlahan dan didiamkan selama 10 menit

Jika tidak terbentuk endapan kaca perak,

memanaskan 40˚C selama 5 menit dan

diamati

Menambahkan 1 tetes natrium hidroksida

(NaOH) 1 o/o

Menambahkan amonium hidroksida

(NH4OH) tetes demi tetes sebanyak 10 ml

Page 17: Aldehid Dan Uji Formalin

2. Uji Kualitatif Formalin

Mencincang 10 gr sampel

Menambahkan 20 ml air panas dan

dikocok

Menunggu hingga dingin, kemudian

disaring

Mengambil 5 ml cairan sampel

Menambahkan 4 tetes AL-A dan AL-B

Mendiamkan hingga 10 menit, hasil

positif terbentuk warna ungu

Page 18: Aldehid Dan Uji Formalin

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

1. Metode Tollens

Tahap Perlakuan Hasil

1 1 ml AgNO3 Putih keruh, berbau

2 + 1 tetes NaOH 10 o/o Coklat keruh

3 + 10 ml NH4OH 2 o/o Bening, terdapat endapan hitam

4 + 3 tetes formalin Terdapat logam perak dibagian

bawah

5 Dihomogenkan menggunakan

vortex mixer

Logam perak teraduk hingga

bagian atas

2. Uji Formalin

Tahap Perlakuan Hasil

1 5 ml ekstrak sampel (kulit udang) Warna orange

2 + 4 tetes AL-A dan AL-B Tdak terjadi perubahan warna,

hasil negatif

Sampel Uji Formalin

Udang tradisional (kulit) -

Udang tradisional (daging) -

Udang swalayan (kulit) -

Udang swalayan (daging) Kel 6 (-)

Kel 7 (+)

Ikan asin -

Formalin +

Page 19: Aldehid Dan Uji Formalin

4.2 Pembahasan

1. Metode Tollens

Pada percobaan metode Tollens ini praktikan dapat mengidentifikasi

adanya senyawa aldehid dalam suatu senyawa dan mengoksidasi aldehid menjadi

asam karboksilat. Langkah pertama mengambil 1 ml AgNO3 yang berwarna putih

keruh dan ditambahkan NaOH 10 % sebanyak 1 tetes hasilnya berubah menjadi

coklat keruh. Lalu ditambahkan NH4OH 2% sebanyak 10 ml tetes demi tetes,

warna berubah menjadi bening dan terdapat endapan hitam. Setelah itu

ditambahkan 3 tetes formalin hasilnya terdapat logam perak di bagian bawah

tabung reaksi dan ketika dihomogenkan menggunakan vortex mixer logam perak

teraduk rata hingga bagian atas tabung reaksi. Ini menandakan bahwa hasil positif

karena sesuai dengan reaksi metode tollens yang ada di tinjauan pustaka.

2. Uji Formalin

Pada percobaan uji formalin ini praktikan dapat mengetahui adanya

formalin di dalam suatu bahan pangan, sampel yang digunakan diantaranya adalah

udang dan ikan asin yang diambil dari 2 pasar yaitu pasar swalayan dan

tradisional. Uji formalin pada udang terdapat bagian yang di ekstrak yaitu kulit

dan daging untuk diuji. Pengujian pertama ekstrak kulit udang dengan cara

mencincang atau menggerus kulit udang sebanyak 10 gram dan ditambahkan air

panas sebanyak 20 ml, aduk dan biarkan dingin. Lalu ambil 5 ml ekstrak sampel

yang hasilnya berwarna orange. Kemudian ditambahkan masing-masing 4 tetes

larutan AL-A dan AL-B hasil yang didapatkan tidak terjadi perubahan warna. Ini

menandakan bahwa hasil negatif yaitu tidak terkandungnya formalin dalam kulit

udang tradisional maupun swalayan.

Page 20: Aldehid Dan Uji Formalin

Pengujian kedua yaitu ekstrak daging udang dengan cara mencincang atau

menggerus daging udang sebanyak 10 gram dan ditambahkan air panas sebanyak

20 ml, aduk dan biarkan dingin. Lalu ambil 5 ml ekstrak sampel yang hasilnya

berwarna orange. Lalu ambil 5 ml ekstrak sampel yang hasilnya berwarna orange

dan ketika ditambahkan masing-masing 4 tetes larutan AL-A dan AL-B hasil yang

didapatkan tidak terjadinya perubahan warna kecuali kelompok 7 yang

menghasilkan warna ungu ini menandakan hasil positif bahwa daging udang dari

kelompok 7 mengandung formalin, tetapi daging udang dari kelompok 6 yang asal

pembeliannya sama mendapat hasil yang negatif ditandai dengan tidak adanya

perubahan warna. Dapat diambil hipotesis bahwa kelompok 7 adanya

ketidaksengajaan praktikan dalam percobaan uji formalin ini, salah satu penyebab

yaitu setelah melakukan percobaan metode tollens tangan praktikan tidak dicuci

terlebih dahulu.

Pengujian ketiga yaitu ikan asin dengan cara mencincang atau menggerus

ikan asin sebanyak 10 gram dan ditambahkan air panas sebanyak 20 ml, aduk dan

biarkan dingin. Lalu ambil 5 ml ekstrak sampel. Lalu ambil 5 ml ekstrak sampel

dan tambahkan masing-masing 4 tetes larutan AL-A dan AL-B hasilnya negatif

ditandai dengan tidak terjadinya perubahan warna.

Page 21: Aldehid Dan Uji Formalin

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari praktikum yang telah dilakukan ini dapat disimpulkan bahwa :

Metode Tollens adalah Reaksi oksidasi aldehid menjadi asam karboksilat, dan

reduksi larutan alkalis perak amonium hidroksida menjadi logam perak. Pada

percobaan uji metode tollens yang telah dilakukan ini hasil yang didaptkan

positif dengan cara mengambil 1 ml AgNO3 dan ditambahkan NaOH 10 %

sebanyak 1 tetes. Lalu ditambahkan NH4OH 2% sebanyak 10 ml tetes demi

tetes. Setelah itu ditambahkan 3 tetes formalin hasilnya terdapat logam perak

di bagian bawah tabung reaksi dan ketika dihomogenkan menggunakan

vortex mixer logam perak teraduk rata hingga bagian atas tabung reaksi.

Uji formalin ini bertujuan untuk mengidentifikasi formalin dalam suatu bahan

pangan ada dua sampel yang digunakan yaitu udang dan ikan asin yang

masing-masing diambil dari pasar swalayan dan pasar tradisional. Ada bagian

dari udang yang diekstrak yaitu kulit dan daging. Dari percobaan yang telah

dilakukan kulit udang menghasilkan negatif menandakan bahwa tidak adanya

formalin. Dan dari ekstrak daging udang hanya kelompok 7 saja yang

menghasilkan positif menandakan adanya campuran formalin. Dan yang

terkhir uji formalin ikan asin mendapatkan hasil yang negatif menandakan

bahwa tidak adanya formalin.

5.2 Saran

Pada praktikum kali ini diharapkan para praktikan, sangat memahami

bagaimana reaksi dari semua pereaksi yang digunakan, dan dapat mengetahui

reaksi oksidasi alkohol primer maupun sekunder, pembuatan minyak pisang dan

wintergreen. serta dapat menggunakan alat-alat praktikum dengan hati-hati, baik,

dan benar. Agar tidak terjadi kerusakan pada alat praktikum dan kecelakaan pada

praktikan akibat bahan-bahan praktikum yang berbahaya.

Page 22: Aldehid Dan Uji Formalin

DAFTAR PUSTAKA

Waldjinah, dkk. 2013. Detik Detik Ujian Nasional Kimia. Klaten : Intan Pariwara.

Atmaja, Dimas Candra. 2010. Aldehid atau Alkanal.

http://chemyholic.blogspot.com/2010/10/aldehid-alkanal-r-cho.html

(diakses tanggal 28 mei 2014 jam 19.00 WIB)

Arifudin, R. 1983. “Bandeng duri lunak dalam Kumpulan Hasil Penelitian

Teknologi Pasca Panen Perikanan”. BPTP. Jakarta.

puspita, fika. 2013. Laporan uji Tollens untuk Aldehid dan Keton.

http://fikapuspita.blogspot.com/2013/06/laporan-uji-tollen-untuk-aldehid-

dan_24.html (diakses tanggal 28 mei 19.30 WIB)

Rudhyansyah, Kevin.2013. Formalin.

http://kevinrudhy.blogspot.com/2013/01/formalin.html (diakses tanggal 29

mei 2014 jam 18.30 WIB)

http://chaliq-chemistry.blogspot.com/2012/03/formalin-atau-formaldehid.html

(diakses tanggal 29 mei 2014 jam 18.45 WIB)

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21091/4/Chapter%20II.pdf

(diakses tanggal 29 mei 2014 jam 19.15 WIB)

http://bisakimia.com/2012/12/03/senyawa-turunan-alkana-aldehid/ (diakses

tanggal 29 mei 2014 jam 19.40 WIB)

Page 23: Aldehid Dan Uji Formalin

LAMPIRAN

(a) Larutan AgNO3 (b) AgNO3 ditambah NaOH dan NH4OH

(c) Menghasilkan Logam perak (d) Proses penggerusan kulit udang

(e) Proses Penyaringan (f) hasil Ekstrak kulit udang