34
OLEH : DR. ALFAN ENDARTO MM SINDROM KOMPARTEMEN

Alfan Endarto - Compartment Syndrome

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Alfan Endarto - Compartment Syndrome

Citation preview

Refrat SINDROM KOMPARTEMEN

Oleh :Dr. alfan endarto mm

SINDROM KOMPARTEMEN

BAB IPENDAHULUAN

Sindroma kompartemen adalah suatu kondisi dimana terjadinya peningkatan tekanan intertisial di dalam ruangan yang terbatas, yaitu di dalam kompartemen osteofacial yang tertutup. Peningkatan tekanan intra kompartemen akan mengakibatkan berkurangnya perfusi jaringan dan tekanan oksigen jaringan, sehingga terjadi gangguan sirkulasi dan fungsi jaringan di dalam ruangan tersebutInsiden compartment syndrome tergantung pada traumanya. Pada fraktur humerus atau fraktur lengan bawah, insiden dari compartment syndrome dilaporkan berkisar antara 0,6-2%.Apabila sindroma kompartemen telah terjadi lebih dari 8 jam, maka dapat mengakibatkan nekrosis dari syaraf dan otot dalam kompartemen. Iskemik berat yang berlangsung selama 6 8 jam dapat menyebabkan kematian otot dan nervus yang kemudian menyebabkan terjadinya kontraktur Volkman.Tujuan Penulisan

Penulisan referat ini bertujuan untuk mempelajari sindroma kompartemen yang meliputi definisi, etiologi, patogenesis, klasifikasi, diagnosis, penanganan, komplikasi dan prognosis.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

DefinisiSindromkompartemen adalah sebuah kondisi di mana tekanan dalam kompartemen otot menjadi begitu tinggi, sehingga suplai darah ke daerah tersebut terganggu. Kondisi ini bisa kronis, karena otot terlalu berkembang atauakutakibat trauma dan perdarahan ke dalam kompartemen (Apley, 1995).

ANATOMI

ANATOMI

Gambar 1. Anatomi Kompartemen Anggota Gerak atas

Gambar 1. Anatomi Kompartemen Anggota Gerak atas

Gambar 2. Anatomi Kompartemen Anggota Gerak bawah

Etiologi

Penurunan volume kompartemen kondisi ini disebabkan oleh:Traksi internal berlebihan pada fraktur ekstremitasPenutupan defek fasciaPeningkatan tekanan eksternal:Prolonged compression pada ekstremitasBalutan yang terlalu ketatBerbaring di atas lenganPemasangan gipsPeningkatan tekanan pada struktur komparteman, beberapa hal yang bisa menyebabkan kondisi ini antara lain:Perdarahan atau trauma vaskulerPeningkatan permeabilitas kapilerPenggunaan otot yang berlebihan/extremely vigorous exercise, terutama gerakan yang eksentrik/aneh, seperti extension under pressure Luka bakarOperasiGigitan ularObstruksi vena, misalnya karena terdapat blood clot pada vaskular ekstremitas.

Patofisiologi

Klasifikasi

1. Sindroma Kompartemen Akut.Sindroma kompartemen akut merupakan suatu tanda kegawatan medis. Ditandai dengan pembengkakan dan nyeri yang terjadi dengan cepat. Tekanan dalam kompartemen yang meningkat dengan cepat dapat menyebabkan tekanan pada saraf, arteri dan vena sehingga tanpa penanganan yang tepat akan terjadi paralisis, iskemik jaringan bahkan kematian. Penyebab umum terjadinya sindroma kompartemen akut adalah fraktur, trauma jaringan lunak, kerusakan pada arteri dan luka bakar

Klasifikasi

2. Sindroma Kompartemen Kronik.Sindroma kompartemen kronik bukan merupakan suatu kegawatan medis dan seringkali dikaitkan dengan nyeri ketika aktivitas olahraga. Ditandai dengan meningkatnya tekanan kompartemen ketika melakukan aktivitas olahraga saja. Gejala ini dapat hilang dengan hanya menghentikan aktivitas olahraga tersebut . Penyebab umum sindroma kompartemen kronik biasa terjadi akibat melakukan aktivitas berulang ulang, misalnya pelari jarak jauh, pemain basket, sepak bola dan militer

Manifestasi Klinis

Pain (nyeri) Pallor (pucat) Pulselessness (berkurang atau hilangnya denyut nadi)Paresthesia (rasa baal)Paralysis

Manifestasi Klinis

Pada sindrom kompartemen akan timbul beberapa gejala khas, antara lain:Nyeri yang timbul saat aktivitas, terutama saat olahraga. Biasanya setelah berlari atau beraktivitas selama 20 menit.Nyeri bersifat sementara dan akan sembuh setelah beristirahat 15-30 menit.Terjadi kelemahan atau atrofi otot.

PEMERIKSAAN FISIKPada pemeriksaan fisik kita harus mencari tanda-tanda fisik tertentu yang terkait dengan sindrom kompartemen, diawali dengan rasa nyeri dan rasa terbakar, penurunan kekuatan dan akhirnya kelumpuhan ekstremitas. Pada bagian distal didapatkan pallor (pucat) dan pulseness (denyut nadi melemah) akibat menurunnya perfusi ke jaringan tersebut. Menindaklanjuti pemeriksaan fisik penting untuk mengetahui perkembangan gejala yang terjadi, antara lain nyeri pada saat istirahat atau saat bergerak dan nyeri saat bergerak ke arah tertentu, terutama saat peregangan otot pasif dapat meningkatkan kecurigaan kita dan merupakan awal indikator klinis dari sindrom kompartemen. Nyeri tersebut biasanya tidak dapat teratasi dengan pemberian analgesik termasuk morfin. Kemudian bandingkan daerah yang terkena dan daerah yang tidak terkena

Pemeriksaan Penunjang

LaboratoriumHasil laboratorium biasanya normal dan tidak dibutuhkan untuk mendiagnosis kompartemen sindrom, tetapi dapat menyingkirkan diagnosis banding lainnya.ImagingX-ray/Rontgen: pada ekstremitas yang terkena, pemeriksaan ini digunakan untuk melihat ada tidaknya fraktur.USG membantu untuk mengevaluasi aliran arteri dalam memvisualisasi Deep Vein Thrombosis (DVT) di ektremitas bawah, selain itu, bisa untuk mngevaluasi otot yang robek.CT (Computed Tomography) Scan dan MRI (Magnetic Resonance Imaging). Pemeriksaan ini berguna untuk menyingkirkan diagnosis banding sajaPengukuran tekanan kompartemena. Kateter SticKateter stic adalah alat portable yang memungkinkan untuk mengukur tekanan intrakompartemen secara terus-menerus. Pada kateter stic, tindakan yang dilakukan adalah memasukkan kateter melalui celah kecil pada kulit ke dalam kompartemen otot.

Pengukuran tekanan kompartemenb. Teknik Jarum (Whitesides)Teknik Whitesides merupakan cara yang paling sederhana, mudah dikerjakan, aman, murah, dan dapat diulang-ulang, namun tidak dapat memonitor secara kontinu. Pada metode Whitesides, tindakan yang dilakukan adalah memasukkan jarum yang telah dihubungkan dengan alat pengukur tekanan ke dalam kompartemen otot.

Diagnosis bandingDiagnosis banding dari sindrom kompartemen antara lain (AAOS., 2009):CellulitisCoelenterate and Jellyfish EnvenomationsDeep Vein Trombosis and ThrombophlebitisGas GanggreneNecrotizing FasciitisPeripheral Vascular InjuriesRhabdomyolysis

Terapi/Penanganan

Tujuan dari terapi/penanganan sindrom kompartemen adalah mengurangi defisit fungsi neurologis dengan lebih dulu mengembalikan aliran darah lokal, melalui bedah dekompresi.Penanganan yang menjadi pilihan untuk sindrom kompartemen akut adalah dekompresi. Walaupun fasciotomi disepakati sebagai terapi yang terbaik, namun beberapa hal, seperti masalah memilih waktu yang tepat masih diperdebatkan. Semua ahli bedah setuju bahwa adanya disfungsi neuromuskular adalah indikasi mutlak untuk melakukan fasciotomi (Terapi Non MedikamentosaMenempatkan kaki setinggi jantung, untuk mempertahankan ketinggian kompartemen yang minimal, elevasi dihindari karena dapat menurunkan aliran darah dan akan lebih memperberat iskemiaPada kasus penurunan ukuran kompartemen, gips harus dibuka dan pembalut kontriksi dilepas. Semua perban dan gips harus dilepas. Melepaskan 1 sisi gips bisa mengurangi tekanan intrakompartemen sebesar 30%, melepaskan 2 sisi gips dapat menghasilkan pengurangan tekanan intrakompartemen sebesar 35%.Pada pasien dengan fraktur tibia dan sindrom kompartemen dicurigai, lakukan imobilisasi pada tungkai kaki bawah dengan meletakkan plantar dalam keadaan fleksi. Hal ini dapat menurunkan tekanan kompartemen posterior yang mendalam dan tidak meningkatkan tekanan kompartemen anterior. (Pasca operasi, pergelangan kaki diletakkan dalam posisi 90 untuk mencegah deformitas equinus)Terapi MedikamentosaPada kasus gigitan ular berbisa, pemberian anti racun dapat menghambat perkembangan sindromakompartemen.Mengoreksi hipoperfusi dengan cairan kristaloid dan produk darah.Pada peningkatan isi kompartemen, diuretik dan pemakaian manitol dapat mengurangi tekanankompartemen. Obat-obatan opiod, non-opoid, dan NSAID digunakan untuk mengatasi rasa nyeri.

Terapi Bedah

Fasciotomi dilakukan jika tekanan intrakompartemen mencapai >30 mmHg. Tujuan dilakukan tindakan ini adalah menurunkan tekanan dengan memperbaiki perfusi otot .Jika tekanannya 30 mmHg. Prognosis ditentukan oleh trauma penyebab. Diagnosis dan pengobatan yang tepat, umumnya memberikan hasil yang baik dan pengobatan yang terlambat dapat menyebabkan kerusakan saraf yang permanen serta malfungsi dari otot yang terlibat.

REFERENSIAdvanced Trauma Life Support For Doctors (ATLS), 2004, Student Course Manual 7th Edition. Apley AG, Solomon L. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley. Jakarta: Widya Medika. 1995.Chairuddin, R., 1998, Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi, Ujung Pandang: Schepsis AA, Fitzgerald M, Nicoletta R. Revision surgery for exertional anterior compartment syndrome of the lower leg: technique findings, and results. Am J Sports Med 2005; 33: 1040-1047

REFERENSISjamsuhidajat R,Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi II. Jakarta: EGC. 2004.American Acedemy of Orthopaedic Surgeons (AAOS). 2009. Compartement Syndrome. Diunduh dari: http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=a00204 [Access on February, 26th 2015].Konstantakos EK, Dalstrom DJ, Nelles ME, Laughlin RT, Prayson MJ (December 2007). Diagnosis and Management of Extremity Compartment Syndromes: An Orthopaedic Perspective. Am Surg 73 (12): 1199209. PMID 18186372.van den Brand JG, Nelson T, Verleisdon EJ, van der Werken C. The diagnostic value of intracompartmental pressure measurement, magnetic resonance imaging, and near-infrared spectroscopy in chronic exertional compartment syndrome: a prospective study in 50 patients. Am J Sports Med 2005; 33: 699-704

REFERENSITakebayashi S, Takazawa H, Sasaki R, et al. Chronic exertional compartment syndrome in lower les: localization and follow up with thallium-201 SPECT imaging. J Nucl Med 1997; 38: 972-976.Singh N, Sidawy AN, Bottoni CR, et al: Physiological changes in venous hemodynamics associated with elective fasciotomy. Ann Vasc Surg 2006; 20: 301-303.Amendola, Bruce Twaddle. Compartment syndromes in Skeletal trauma basic science, management, and reconstruction. Vol 1. Ed 3rd. Saunders. 2003. p : 268-92.Brian J Awbrey, Shingo Tanabe., 2005, Chronic exercise-induced compartment syndrome of the leg. Harvard Orthopaedic Journal

TERIMA KASIH