Upload
ngoxuyen
View
226
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
Tentang
NEGARA DAN KONSTITUSI
Disusun oleh :
PRODI DIII ANALIS KESEHATAN JASUSSTIKes PERINTIS PADANG
2011/2012
KATA PENGANTARSegala puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah menolong
hambanya menyelesaikan makalah ini dngan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Allah
mungkin penulis tidak dapat untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini disusun agar kita semua dapat memperluas wawasan tentang Negara dan
konstitusi,yang penulis sajikan dalam bentuk sederhana. Dalam penulisan makalah ini penulis
mendapatkan berbagai rintangan. Baik yang datang dari diri sendiri, maupun yang datang dari
luar, namun dengan izin Allah SWT, Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan judul : NEGARA DAN KONSTITUSI
Dalam penulisan makalah ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan arahan dari
berbagai pihak, oleh sebab itu pada kesempatan ini izinkanlah penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Dosen pembimbing Bapak Hendra Muklis, yang telah memberikan arahan dan
kepada penulis.
2. Seluruh teman – teman D III analis jasus yang telah banyak memberikan bantuan
baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, masih banyak
kelemahan dan kekurangan, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari
berbagai pihak untuk kesempurnaan makalah ini. Dan semoga makalah ini bermanfaat untuk
kita semua” Amin ya Rabbal Alamin”
Padang , December 2011
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Negara dan Konstitusi
2.2 Isi, Tujuan, dan fungsi konstitusi Negara
2.3 Konstitusi di Indonesia
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara umum Negara dan konstitusi merupakan dua lembaga yang tidak dapat dipisahkan
satu sama lain, setelah abad pertengahan yang ditandai dengan ide demokrasi dapat
dikatakan: tanpa konstitusi Negara tidak mungkin terbentuk. Konstitusi merupakan hukum
dasarnya suatu Negara per wujudan dari hukum tertinggi yang harus ditaati oleh Negara dan
pejabat Negara sekalipun
Pada permulaan abad ke – 19 awal abad ke – 20 gagasan mengenai konstitusionalisme
(kekuasaan terbatas dan jaminan hak dasar warga Negara) mendapat perumusan secara
yuridis. Para ahli hukum Eropa Barat Kontinental seperti Emanuel Kant dan Frederich Julius
Stahl memakai istilah Rechtsstaat, sedangkan ahli Anglo Saxon seperti AV Dicey memakai
istilah Rule of law
Reformasi menuntut dilakukannya amandemen atau mengubah UUD 1945 karena yang
menjadi causa prima penyebab tragedi nasional mulai dari gagalnya suksesi kepemimpinan
yang berlanjut kepada krisis sosial-politik, bobroknya managemen negara yang mereproduksi
KKN, hancurnya nilai-nilai rasa keadilan rakyat dan tidak adanya kepastian hukum akibat telah
dikooptasi kekuasaan adalah UUD Republik Indonesia 1945. Itu terjadi karena fundamen
ketatanegaraan yang dibangun dalam UUD 1945 bukanlah bangunan yang demokratis yang
secara jelas dan tegas diatur dalam pasal-pasal dan juga terlalu menyerahkan sepenuhnya
jalannya proses pemerintahan kepada penyelenggara negara. Akibatnya dalam penerapannya
kemudian bergantung pada penafsiran siapa yang berkuasalah yang lebih banyak untuk
legitimasi dan kepentingan kekuasaannya
Realitas yang berkembang kemudian memang telah menunjukkan adanya komitmen
bersama dalam setiap elemen masyarakat untuk mengamandemen UUD 1945. Bagaimana cara
mewujudkan komitmen itu dan siapa yang berwenang melakukannya serta dalam situasi
seperti apa perubahan itu terjadi, menjadikan suatu bagian yang menarik dan terpenting dari
proses perubahan konstitusi itu. Karena dari sini akan dapat terlihat apakah hasil dicapai telah
merepresentasikan kehendak warga masyarakat, dan apakah telah menentukan bagi
pembentukan wajah Indonesia kedepan. Wajah Indonesia yang demokratis dan pluralistis,
sesuai dengan nilai keadilan social ,kesejahteraan rakyat dan kemanusiaan. Dengan melihat
kembali dari hasil-hasil perubahan itu, kita akan dapat dinilai apakah rumusan-rumusan
perubahan yang dihasilkan memang dapat dikatakan lebih baik dan sempurna. Dalam artian,
sampai sejauh mana rumusan perubahan itu telah mencerminkan kehendak bersama.
Perubahan yang menjadi kerangka dasar dan sangat berarti bagi perubahan – perubahan
selanjutnya. Sebab dapat dikatakan konstitusi menjadi monumen sukses atas keberhasilan
sebuah perubahan.
1.2 Tujuan
Untuk memenuhi tugas dengan mata kuliah kewarganegaraan serta untuk menambah
serta meningkatkan wawasan penulis tentang Negara dan konstitusi serta perubahan –
perubahan yang terjadi pada konstitusi Negara republic Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN NEGARA DAN KONSTITUSI
NEGARA (STATE)
Membicarakan masalah hukum konstitusi artinya membahas dua variabel, apa itu
hukum? Dan apa yang dimaksud dengan konstitusi? Keduanya terkait erat dengan persoalan
negara dan karena itu untuk memahami pengertian hukum konstitusi haruslah dipahami
terlebih dahulu tentang negara itu sendiri.
Negara adalah suatu organisasi di antara sekelompok atau beberapa kelompok manusia yang
secara bersama-sama mendiami suatu wilayah (territorial) tertentu dengan mengakui adanaya
suatu pemerintahan yang mengurus tata tertib dan keselamatan sekelompok atau beberapa
kelompok manusia yang ada di wilayahnya.Organisasi negara dalam suatu wilayah bukanlah
satu – satunya organisasi, adaorganisasi – organisasi lain ( keagamaan, kepartaian,
kemasyarakatan dan organisasi lainnya yang masing-masing memiliki kepribadian yang lepas
dari masalah kenegaraan). Kurang tepat apabila negara dikatakan sebagai suatu masyarakat
yang diorganisir. Adalah tepat apabila dikatakan diantara organisasi-organisasi di atas, negara
merupakan suatu organisasi yang utama di dalam suatu wilayah karena memiliki pemerintahan
yang berwenang dan mampu untuk dalam banyak hal campur tangan dalam bidang organisasi-
organisasi lainnya.
Ada beberapa elemen atau unsur utama yang membentuk pengertian negara, antara lain :
a. Rakyat
Unsur ini sangat penting dalam suatu negara, oleh karena orang / manusia sebagai
individu dan anggota masyarakat yang pertama-tama berkepentingan agar organisasi negara
berjalan baik. Merekalah yang kemudian menentukan dalam tahap perkembangan negara
selanjutnya. Pentingnya unsur rakyat dalam suatu negara tidak hanya diperlukan dalam ilmu
kenegaraan (staatsleer) tetapi perlu juga perlu melahirkan apa yang disebut ilmu
kemasyarakatan (sosiologi) suatu ilmu pengetahuan baru yang khusus menyelidiki,
mempelajari hidup kemasyarakatan. Sosiologi merupakan ilmu penolong bagi ilmu hukum tata
negara.
b. Wilayah (teritorial)
Tidak mungkin ada negara tanpa suatu wilayah. Disamping pentingnya unsur wilayah
dengan batas-batas yabng jelas, penting pula keadaan khusus wilayah yang bersangkutan,
artinya apakah layak suatu wilayah itu masuk suatu negara tertentu atau sebaliknya dipecah
menjadi wilayah berbagai negara. Apabila mengeluarkan peraturan perundang-undangan pada
prinsipnya hanya berlaku bagi orang-orang yang berada di wilayahnya sendiri. Orang akan
segera sadar berada dalam suatu negara tertentu apabila melampaui batas-batas wilayahnya
setelah berhadapan dengan aparat (imigrasi negara) untuk memenuhi berbagai kewajiban
yang ditentukan.
Paul Renan (Perancis) menyatakan satu-satunya ukuran bagi suatu masyarakat untuk
menjadi suatu negara ialah keinginan bersatu (le desir de’etre ansemble). Pada sisi lain Otto
Bauer menyatakan, ukuran itu lebih diletakkan pada keadaan khusus dari wilayah suatu
negara.
c. Pemerintahan
Ciri khusus dari pemerintahan dalam negara adalah pemerintahan memiliki kekuasaan
atas semua anggota masyarakat yang merupakan penduduk suatu negara dan berada dalam
wilayah negara. Timbul pertanyaan, dari manakah pemerintahan memperoleh kekuasaan ini?
Ada empat macam teori, yaitu teori kedaulatan Tuhan, kedaulatan negara, kedaulatan hukum
dan kedaulatan rakyat.
Teori kedaulatan Tuhan (Gods souvereiniteit) meyatakan atau menganggap kekuasaan
pemerintah suatu negara diberikan oleh Tuhan. Misalnya kerajaan Belanda, Raja atau ratu
secara resmi menamakan dirinya Raja atas kehendak Tuhan “bij de Gratie Gods”, atau Ethiopia
(Raja Haile Selasi) dinamakan “Singa Penakluk dari suku Yuda yang terpilih Tuhan menjadi Raja
di Ethiopia”.
Teori kedaulatan Negara (Staats souvereiniteit) menganggap sebagai suatu axioma yang
tidak dapat dibantah, artinya dalam suatu wilayah negara, negaralah yang berdaulat. Inilah inti
pokok dari semua kekuasaan yang ada dalam wilayah suatu negara. Otto Mayer (dalam buku
Deutsches Verwaltungsrecht) menyatakan “kemauan negara adalah memiliki kekuasaan
kekerasan menurut kehendak alam”. Sementara itu Jellinek dalam buku Algemeine Staatslehre
menyatakan kedaulatan negara sebagai pokok pangkal kekuasaan yang tidak diperoleh dari
siapapun. Pemerintah adalah “alat negara”. Teori kedaulatan hukum (Rechts souvereiniteit)
menyatakan semua kekuasaan dalam negara berdasar atas hukum. Pelopor teori ini adalah H.
Krabbe dalam buku Die Moderne Staats Idee.
Teori Kedaulatan Rakyat (Volks aouvereiniteit), semua kekuasaan dalam suatu negara
didasarkan pada kekuasaan rakyat (bersama). J.J. Rousseau (Perancis) menyatakan apa yang
dikenal dengan “kontrak sosial”, suatu perjanjian antara seluruh rakyat yang menyetujui
Pemerintah mempunyai kekuasaan dalam suatu negara. Di dalam perkembangan sejarah
ketatanegaraan, 3 unsur negara menjadi 4 bahkan 5 yaitu rakyat, wilayah, pemerintahan, UUD
(Konstitusi) dan pengakuan Internasional (secara de facto maupun de jure).
KONSTITUSI
Konstitusi berasal dari istilah bahasa perancis yaitu konstituer artinya membentuk,
beberapa istilah dari konstitusi seperti gronwet ( bahasa belanda ) artinya yaitu wet berarti
undang – undang dan ground berarti tanah. Beberapa Negara yang menggunakan istilah
constitution ( bahasa inggris ) untuk mengarikan konstitusi. Beberapa ahli ketatanegaraan yang
menyatakan tentang pengertiaan konstitusi :
A. Herman Heller
1. Konstitusi mencerminkan kehidupan politik di dalam masyarakat sebagai suatu
kenyataan. Disebut pengertian secara sosiologis.
2. Konstitusi merupakan satu kesatuan kaidah hukum yang hidup dalam masyarakat
merupakan pengertian secara yuridis
3. Konnstitusi yang ditulis dalam suatu naskah sebagai undang – undang yang tinggi dan
berlaku dalam suatu Negara disebut pengertian secara politis.
B. K.C. Wheare
Konstitusi adalah keseluruhan system ketatanegaraan dari suatu Negara berupa kumpulan
peraturan yang membentuk, mengatur atau memerintah dalam pemerintahan suatu
Negara.
C. Carl J Friedrich
Konstitusi adalah gagasan bahwa pemerintah merupakan kumpulan aktivitas yang
diselengarakan atas nama rakyat, tetapi tunduk pada beberapa pembatasan yang dimaksud
untuk memberikan jaminan bahwa kekuasaan yang diperlukan untuk pemerintah tidak disalah
gunakan oleh mereka yang mendapat tugas untuk memerintah
D. Prof. Prayudi Atmosudirjo
1. Konstitusi suatu Negara adalah hasil atau produk sejarah dan proses perjuangan
bangsa yang bersangkutan.
2. Konstitusi suatu Negara adlah rumusan dari filsafat, cita – cita, kehendak, dan
perjuangan bangsa
3. Konstitusi adalah cerminan dari jiwa, jalan pikiran, mentalitas, dan kebudayaan suatu
bangsa.
Dalam perkembangan politik dan ketatanegaraan maka konstitusi pengertian:
1. Dalam arti luas
Meliputi kumpulan hukum dasar tertulis dan tidak tertulis yang besal dari prinsip –
prinsip pemikiran tertentu yang tersusun dalam suatu system umum ini dipelopori oleh
Bolingbroke
2. Dalam arti sempit
Hukum dasar tertulis atau undang – undang dasar ( loi constitunelle ) berupa dokumen
yang lengkap mengenai peraturan – peraturan dasar Negara.
PEMISAHAN /PEMBAGIAN KEKUASAAN
Hampir dapat dikatakan konstitusi di semua negara dimuat atau tergambar keberadaan
suatu pembagian kekuasaan yang sudah dikenal yaitu kekuasaan membuat aturan/undang-
undang (legislatif), kekuasaan melaksanakan aturan/undang-undang (eksekutif/administratif)
dan kekuasaan peradilan (yudikatif). Gagasan atau ide dari Montesquieu mengajarkan dalam
suatu negara harus ada pemisahan kekuasaan anatar satu dengan kekuasaan yang lain
(Separation Of Power). Montesquieu adalah hakim Perancis yang melarikan diri ke Inggris dan
gagasan pemisahan kekuasaan saat ia melihat praktek kekuasaan di Inggris. Jika demikian jelas
bahwa materi muatan hampir setiap konstitusi di dunia mencontoh pada keadaan politik di
Inggris, walaupun Inggris sendiri tidak memiliki konstitusi tertulis. Pada abad 18 John Locke
dalam buku karangannya “Two Treaties Of Government” membela gagasan Montesquieu
dalam bentuk yang lain, yaitu:
1). Kekuasaan perundang-undangan
2). Kekuasaan melaksanakan sesuatu hal (eksekutif) urusan dalam negeri yang mencakup
pemerintahan dan peradilan, dan
3). Kekuasaan untuk bertindak terhadap anasir/unsur asing guna kepentingan negara
atau warga negara, disebut sebagai kekuasaan negara “Federative power” sebagai
gabungan dari berbagai orang-orang atau kelompok.
John Locke melihat nama federatif mungkin kurang tepat, yang ia pentingkan bukan
nama tetapi isi kekuasaan yang olehnya dianggap berbeda sifatnya dari dua kekuasaan yang
lain. Mengacu pada kalimat “Melaksanakan sesuatu hal urusan dalam negeri” kiranya Locke
lebih tepat dibanding dengan Montesquieu. Urusan dalam negeri yaitu pemerintahan dan
peradilan pada dasarnya adalah melaksanakan hukum atau aturan yang berlaku. Locke
menyebutkan urusan pkerjaan pengadilan sebagai “pelaksanaan” undang-undang.
Mengenai urusan pemerintah tidak hanya melaksanakan hukum yang berlaku, tetapi juga
dalam keadaan tertentu (tak terduga) tidak termasuk dalam suatu peraturan/undang-undang.
Pada sisi lain kelihatan Montesquieu lebih luas dalam memahami kata “melaksanakan”, artinya
mencakup pelaksanaan hak-hak negara terhadap luar negeri yang disebutkan sebagai tindakan
kekuasaan pemerintahan suatu negara.
Berbeda pandangan adalah C. Van Vollenhoven dalam buku “Staatsrecht Over Zee” yang
menyatakan dalam suatu negara ada 4 (empat) macam kekuasaan yaitu:
1). Pemerintahan (Bestuur),
2).Perundang-undangan,
3).Kepolisian dan,
4).Pengadilan
Van Vollenhoven pada dasarnya memecah pemerintahan menjadi dua bagian yaitu:
1). Kepolisian sebagai kekuasaan mengawasi berlakunya hukum dan jika diperlukan
dengan tindakan memaksa (toezicht en dwang/pengawasan dan pemaksaan) dan
2). Pemerintahan yang tidak mengandung unsur mengawasi dan memaksa.
Apabila dikaitkan dengan Indonesia, ada kekuasaan ke 4 yaitu kejaksaan (kekuasaan menuntut
perkara pidana) sebagai kekuasaan yang ada di antara kekuasaan kepolisian dan pengadilan di
muka hakim. Hal ini karena secara jelas kekuasaan kejaksaan terpisah dari kekuasaan
kepolisian dan pengadilan.
Pembentukan dan Perubahan konstitusi
1. Cara pembentukan konstitusi
a. Pemberian
UUD timbul karena merasa ada tekanan yang hebat dari sekitarnya dan khawatir
akan terjadi Revolusi, dengan adanya UUD kekuasaan raja dibatasi atau penguasa/
raja membeikan UUD yang dijalankan oleh badan tertentu kepada rakyatnya dan ia
berkuasa berdasarkan UUD tersebut.
b. Sengaja dibentuk
UUD timbul setelah Negara didirikan
c. Cara Revolusi
UUD dibuat sebagai akibat pemerintahan baru sebagai hasil Revolusi
d. Cara Evolusi
UUD timbul disebabkan adanya perubahan secara berangsur – angsur dan secara
otomatis UUD lama tidak berlaku lagi.
2. Cara mengubah Konstitusi
a. Oleh badan legislative
b. Referendum
Yaitu dengan cara pemungutan suara diantara rakyat yang memiliki hak suara
c. Oleh badan khusus yang sengaja dibentuk
d. Khusus Negara federal
Perubahan UUD dapat terjadi jika mayoritas Negara – Negara bagian dari federasi
menyetujui perubahan.
2.2 ISI, TUJUAN DAN FUNGSI KONTITUSI NEGARA
Konstitusi merupakan tonggak atau awal terbentuknya suatu Negara dan menjadi dasar
utama bagi penyelenggaraan bernegara. Hal –hal yang diatur dalam konstitusi Negara pada
umumnya berisi tentang pembagian kekuasaan Negara, hubungan antar lembaga Negara, dan
hubungan Negara dengan warga Negara.
Konstitusi atau undang - undang dasar memuat ketentuan – ketentuan sebagai berikut:
1. Organisasi Negara
Pembagian kekuasaan antara eksekuif, yudikatif, dan legislative
2. Hak – hak asasi manusia
3. Prosedur mengubah undang – undang dasar
4. Adakalanya memuat larangan untuk mengubah sifat – sifat tertentu dari undang –
undang dasar
Konstitusi Negara memiliki pungsi adalah :
a. Penentu atau pembatas kekuasaan Negara
b. Pengatur hubungan kekuasaan antar organ Negara
c. Pengatur hubungan kekuasaan antara organ Negara dengan warga Negara
d. Pemberi atau sumber legitimasi terhadap kekuasaan Negara ataupun kegiatan
penyelenggaraan Negara
e. Penyalur atau pengalih kewenangan dari sumber kekuasaan yang asli kepada organ
Negara
f. Sebagai sarana pemersatu ( symbol of unity), sebagai identitas dan keagungan
kebangsaan (identity of nation), serta sebagai center of ceremony
g. Sarana pengendalian masyarakat (social control)
h. Sarana perekayasaan dan pembaruan masyarakat
2.3 KONSTITUSI INDONESIA
Apabila kita membaca pasal demi pasal dalam undang – undang dasar 1945 maka kita
mengetahui beberapa hal yang menjadi isi dari pada konstitusi republic Indonesia. Hal – hal
yang diatur dalam undang – undang dasar 1945 antara lain :
1. Hal – hal yang sifatnya umum, misalnya tentang kekuasaan dalam Negara dan identitas
– identitas Negara
2. Hal yang menyangkut lembaga – lembaga Negara, hubungan antar lembaga, fungsi,
tugas, hak, dan kewenangannya
3. Hal yang menyangkut hubungan antara Negara dengan warga Negara, yaitu hak dan
kewajiban Negara terhadap warganya ataupun hak dan kewajiban warga Negara
terhadap Negara, termasuk juga hak asasi manusia
4. Konsepsi atau cita Negara dalam berbagai bidang, misalnya bidang pendidikan,
kesejahteraan, ekonomi, social, pertahanan
5. Hal mengenai perubahan undang –undang dasar
6. Ketentuan – ketentuan peralihan atau ketentuan transisi
Konstitusi Negara Indonesia adalah undang – undang dasar 1945 yang untuk pertama
kalinya disahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 18 agustus
1945. Konstitusi yang pernah berlaku diindonesia
1. Periode 18 agustus 1945 – 27 december 1949 berlaku UUD 1945 terdiri dari bagian
pembukaan, batang tubuh (16 bab), 37 pasal, 4 pasal aturan peralihan, 2 ayat
aturan tambahan, dan bagian penjelasan
2. Periode 27 december – 17 agustus 1950 berlaku UUD RIS, UUD RIS terdiri atas 6
bab, 197 pasal, dan beberapa bagian
3. Periode 17 agustus – 5 juli 1959 berlaku UUDS 1950 yang terdiri atas 6 bab, 146
pasal, dan beberapa bagian
4. Periode 5 juli 1959 – sekarang kembali berlaku UUD 1945
Khusus untuk period keempat berlaku UUD 1945 dengan pembagian berikut :
a. UUD 1945 yang belum diamandemen
b. UUD 1945 yang sudah diamandemen adalah
1. Amandemen ke 1 pada sidang umum MPR, disahkan 19 october 1999
2. Amandemen ke 2 pada sidang tahunan MPR, disahkan 18 agustus 2000
3. Amandemen ke 3 pada sidang tahunan MPR, disahkan 10 november 2001
4. Amandemen ke 4 pada sidang tahunan MPR, disahkan 10 agustus 2002
Undang – undang dasar Negara republic Indonesia pertama kali ditetapkan oleh PPKI pada
tanggal 18 agustus 1945, sebenarnya merupakan hasil karya BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia) melalui sidang – sidangnya dari tanggal 29 mei 1945
sampai 1 juni 1945 dan tanggal 10 juli sampai 16 juli 1945 yang menghasilkan berupa
rancangan pembukaan hukum dasar Negara dan rancangan hukum dasar Negara mejadi cikal
bakal undang – undang dasar negara indonesia setelah mengalami perubahan seperlunya oleh
PPKI.
Sidang PPKI pertama berlangsung pada 18 agustus 1945 yang menghasilkan beberapa
keputusan antara lain :
1. Mengesahkan rancangan pembukaan hukum dasar Negara dan hukum dasar sebai UUD
Negara kesatuan republic Indonesia
2. Memilih ir Soekarno dan Drs mohammad hatta sebai presiden dan wakil presiden.
3. Membentuk sebuah Komite Nasional Indonesia pusat (KNIP) untuk membantu
presiden.
Penetapan UUD 1945 sebagai konstitusi Negara Indonesia oleh PPKI dilakukan dalam dua
tahap, yaitu sebagai berikut:
a. Pengesahan pembukaan Undang – undang dasar Negara Indonesia terdiri dari 4 alinea.
b. Pengesahan batang tubuh undang – undang dasar Negara Indonesia yang terdiri atas
16 bab, 37 pasal, 4 pasal aturan peralihan, dan 2 ayat tambahan
Adapun bagian penjelasan dilampirkan kemudian dalam satu naskah yang dimuat dalam berita
republic Indonesia tahun II no 7 tanggal 15 februari 1946 yang terdiri atas
a. Pembukaan
b. Batang tubuh
c. Penjelasan
Pada 27 December 1949 diberlakukan undang – undang dasar yang baru yang disebut
Konstitusi Republik Indonesia Serikat (KRIS) atau UUD RIS karena Negara Indonesia berubah
dari bentuk kesatuan ke bentuk serikat atau federal ini berlaku sampai 17 agustus 1950.
Konstitusi RiS atau UUD RIS 1949 terdiri atas :
a. Mukadimah yang terdiri atas 4 alinea
b. Bagian batang tubuh yang terdiri dari atas 16 bab, 197 pasal dan lampiran
Beberapa ketentuan pokok dalam UUD RIS 1949 antara lain :
a. Bentuk Negara adalah serikat, sedang bentuk pemerintahan adalah republic
b. System pemerintahan adalah parlementer. Dalam system pemerintahan ini kepala
pemerintah dijabat oleh seorang perdana mentri. Perdana mentri RIS saat itu adalah
Moh. Hatta
Pada tanggal 17 agustus 1950 berlaku UUDS 1950 setelah Indonesia kembali ke bentuk
Negara kesatuan. Perubahan UUD RIS menjadi UUDS 1950 dituangkan dalam dalam undang –
undang federal no 7 tahun 1950, dalam ketentuan UUDS disebutkan adanya lembaga pembuat
undang – undang dasar yang dinamakan konstituante. Isi dari UUDS 1950 adalah
a. Mukadimah yang terdiri dari 4 alinea
b. Batang tubuh yang terdiri dari 6 bab dan 146 pasal
Isi pokok yang diatur dalam UUDS 1950 adalah
a. Bentuk Negara kesatuan dan bentuk pemerintahan republic
b. System pemerintahan adalah parlementer menurut UUDS 1950
c. Adanya badan konstituante yang akan menysun undang – undang dasar tetap
pengganti dari UUDS 1950
Pada tanggal 5 july 1959 presiden soekarno mengeluarkan dekrit presiden karena ketidak
mampuan badan konstituante untuk membuat undang – undang yang isinya:
1. Penetapan pembubaran konstituante
2. Menetapkan berlakunya UUD 1945, dan tidak berlakunya UUDS 1950
3. Pembentukan MPRS dan DPAS
Dengan berlakunya dekrit presiden 5 july 1959 maka UUDS 1950 tidak berlaku lagi,dan
diberlakukan kembali UUD 1945 yang tidak berbeda dengan UUD pada 18 agustus 1945 dan
berlaku sampai tahun 1999 bertahan selama dua masa pemerintahan yaitu:
a. Masa pemeritahan Presiden Soekarno dari tanggal 5 juli 1959 sampai 1966
b. Masa pemerintahan Presiden Suharto dari tahun 1966 sampai 1998
PROSES AMANDEMEN UUD 1945
Amandemen (amendment) artinya perubahan, mengamandemen artinya mengubah
atau mengadakan perubahan yang dilakukan oleh parlemen untuk mengubah atau
mengusulkan perubahan rancangan undang – undang. Dalam hal amandemen konstitusi
perubahan yang dilakukan adalah addendum atau sisipan dari konstitusi yang asli. Jadi
konstitusi yang asli tetap berlaku, adapun bagian yang diamandemen merupakan atau menjadi
bagian dari konstitusi dan antara perubahan dengan konstitusi yang asli masih saling terkait.
System ini dianut oleh Amerika Serikat dengan istilah amandemen. Dalam hal pembaruan
konstitusi, perubahan yang dilakukan adalah baru secara keseluruhan dan tidak mempunyai
keterkaitan dengan konstitusi lama atau asli, system ini dianut oleh Negara Belanda, Jerman,
dan Perancis.
Amandemen atas UUD 1945 dimaksudkan untuk mengubah atau memperbarui
konstitusi Negara Indonesia agar sesuai dengan prinsip –prinsip Negara demokrasi dan
diharapkan konstitusi kita semakin baik dan lengkap menyesuikan dengan tuntutan
perkembangan dan kehidupan kenegaraan yang demokratis. UUD 1945 sebagai konstitusi atau
hukum dasar Negara republic Indonesia juga harus mampu menyesuikan perkembangan dan
tuntutan, tentang perubahan UUD dinyatakan pada pasal 37 UUD 1945 sebagai berikut:
1. Usul perubahan pasal UUD dapat diagendakan dalam sidang MPR, apabila diajukan
oleh sekurang – kurangnya 1/3 dari jumlah anggota MPR.
2. Setiap usul perubahan pasal – pasal UUD diajukan secara tertulis dan ditunjukan
dengan jelas bagian yang diusulkan untuk diubah beserta alasanya
3. Untuk mengubah pasal – pasal UUD, sidang MPR dihadiri oleh sekurang – kurangnya
2/3 dari jumlah anggota MPR
4. Khusus mengenai bentuk Negara kesatuan republic Indonesia tidak dapat dilakukan
perubahan
Amandemen UUD 1945
A. Amandemen pertama terjadi pada sidang umum MPR, 19 october 1999
Pada sidang umum MPR 19 october 1999 dan diambil keputusan untuk
melakukan perubahan sebanyak 9 pasal yaitu: pasal 5 ayat (1), pasal 7, pasal 9, pasal 13
ayat (2), pasal 14, pasal 15, pasal 17 ayat (2) dan (3), pasal 20, dan pasal 21
Jadi perubahan pertama diamandemen 9 pasal
B. Amandemen kedua terjadi pada sidang tahunan MPR, disahkan 18 agustus 2000
Pada perubahan kedua MPR RI mengubah dan atau menambah pasal 18, pasal
18A, pasal 18B, pasal 19, pasal 20 ayat 5, pasal 20A, pasal 22A, pasal 22B, Bab IXA, pasal
25E, Bab X, pasal 26 ayat 2, dan 3, pasal 27 ayat 3, Bab XA, pasal 28A, B, C, D, E, F, G, H,
I, J, Bab XII, pasal 30, Bab XV, pasal 36A, B, C UUD 1945
Jadi pada perubahan kedua diamandemen sebanyak 25 pasal
C. Amandemen ketiga terjadi pada sidang tahunan MPR, disahkan 10 November 2001
Pada perubahan ketiga MPR RI mengubah dan atau menambah pasal 1 ayat (2)
dan (3), pasal 3 ayat 1, 3 dan 4, pasal 6 ayat 1 dan 2, pasal 6A ayat 1, 2, 3, dan 5, pasal
7A, pasal 7B ayat 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7, pasal 7C, pasal 8 ayat 1 dan 2, pasal 11 ayat 2,
dan 3, pasal 17 ayat 4, Bab VIIA, pasal 22C ayat 1, 2, 3, dan 4, pasal 22D ayat 1, 2, 3, dan
4, Bab VIIB, pasal 22E ayat 1, 2, 3, 4, 5, dan 6, pasal 23 ayat 1, 2, dan 3, pasal 23G ayat
1, dan 2, pasal 24 ayat 1, dan 2, pasal 24A ayat 1, 2, 3, 4, dan 5, pasal 24B ayat 1, 2, 3,
dan 4, pasal 24C ayat 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 UUD 1945
Jadi pada perubahan ketiga diamandemen sebanyak 23 pasal
D. Amandemen keempat terjadi pada sidang tahunan MPR, disahkan 10 agustus 2002
Pada perubahan ke empat MPR RI mengubah dan atau menambah pasal 2 ayat
1, pasal 6A ayat 4, pasal 8 ayat 3, pasal 11 ayat 1, pasal 16, pasal 23B, pasal 23D, pasal
24 ayat 3, Bab XIII, pasal 31 ayat 1, 2, 3, 4, dan 5, pasal 32 ayat 1, dan 2, Bab XIV, pasal
33 ayat 4, dan 5, pasal 34 ayat 1, 2, 3, dan 4, pasal 37 ayat 1, 2, 3, 4, dan 5, Aturan
peralihan pasal I, II, III, dan aturan tambahan pasal I dan II UUD 1945, jadi perubahan
keempat ini diamandmen sebanyak 13 pasal serta 3 pasal aturan peralihan dan 2 pasal
aturan tambahan
Akibat amandemen atas UUD 1945 tidak mengakibatkan UUD 1945 yang asli tidak
berlaku lagi, system ini hanya menyisipkan bagian perubahan kedalam naskah UUD 1945
(addendum), dengan amandemen tersebut maka konstitusi Negara Indonesia lebih lengkap
dan bertambah jumlah pasal – pasalnya. Jumlah keseluruhan pasal yang diubah dari
perubahan pertama sampai keempat ada 73 pasal, namun jumlah nomor pasal tetap 37 pasal
tidak termasuk aturan peralihan, dan aturan tambahan.
ISI UUD NEGARA INDONESIA TAHUN 1945
UUD 1945 sekarang hanya terdii atas dua bagian yaitu bagian pembukaan dan bagian
pasal – pasal, hal ini berdasarkan atas pasal II aturan tambahan naskah UUD 1945, perubahan
keempat menyatakan “ dengan ditetapkan perubahan UUD ini, UUD Negara Republik
Indonesia 1945 terdiri atas Pembukaan dan pasal – pasal”. Bagian pembukaan pada umumnya
berisi pernyataan luhur dan cita – cita dari bangsa yang bersangkutan contohnya Jepang, India,
Amerika Serikat. Namun tidak semua konstitusi Negara memiliki bagian pembukaan ini
contohnya Malaysia, Singapura, dan Australia
Pembukaan UUD 1945 merupakan bagian yang penting dalam konstitusi Negara
Indonesia yang berisi 4 alinea sebagai pernyatataan luhur bangsa Indonesia, selain berisi
pernyataan kemerdekaan, ia juga berisi cita – cita dan keinginan bangsa Indonesia dalam
bernegara yaitu mencapai masyarakat yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur
Alinea pertama berbunyi” Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala
bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas didunia harus dihapuskan, karena tidak
sesuai dengan perikemanusian dan perikeadilan” alinea pertama berisikan pernyataan objektif
adanya penjajahan terhadap Indonesia, serta pernyataan subjektif bangsa Indonesia bahwa
penjajahan harus dihapuskan.
Alinea kedua berbunyi” Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah
sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat
Indonesia kedepan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu,
berdaulat, adil dan makmur”
Alinea ketiga berbunyi” Atas berkat Rahmat Allah yang maha kuasa dan dengan
didorong dengan keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat
Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya” alinea ini mengandung adanya motivasi
spiritual bangsa Indonesia
Alinea kempat berbunyi” Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu
pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan social, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia
itu didalam suatu undang – undang dasar Negara Indonesia yang terbentuk dalam suatu
susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dngan berdasarkan kepada
ketuhanan yang maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia dan
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan atau
perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia”.
Dalam alinea keempat ditetapkan tujuan bernegara, bentuk Negara, system pemerintahan
Negara, konstitusi Negara, dan dasar negara .
Pembukaan UUD 1945 mengandung pokok – pokok pikiran yang merupakan pancaran
dari pancasila adalah:
a. Negara melindungi segenab bangsa Indonesia dan seluruh umpah darah Indonesia
dengan berdasar atas persatuan
b. Negara hendak mewujudkan keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia
c. Negara berkedaulatan rakyat, berdasar atas asas kerakyatan dan pemusyawaratan
perwakilan
d. Negara berdasar atas ketuhanan yang maha esa menurut dasar kemanusian yang adil
dan beradab
Adapun bagian pasal – pasal dari UUD 1945 secara garis besar adalah:
1. Bab I tentang bentuk dan kedaulatan (pasal 1)
2. Bab II tentang MPR ( pasal 2 sampai 4)
3. Bab III tentang kekuasaan pemerintahan Negara (pasal 4 sampai 16
Bab IV tentang DPA dihapus
4. Bab V tentang kementerian Negara (pasal 7)
5. Bab VI tentang pemerintahan daerah ( pasal 18 sampai 18B)
6. Bab VII tentang DPR (pasal 19 sampai 22B)
7. Bab VIIA tentang DPD (pasal 22C sampai 22D)
8. Bab VIIB tentang pemilihan umum (pasal 22E)
9. Bab VIII tentang hal keuangan (pasal 23 sampai 23D)
10. Bab VIIIA tentang BPK (pasal 23E sampai 23G)
11. Bab IX tentang kekuasaan kehakiman (pasal 24 sampai 25)
12. Bab IXA tentang wilayah Negara (pasal 25A)
13. Bab X tentang warga Negara dan penduduk (pasal 26 sampai 28)
14. Bab XA tentang HAM dan kewajiban dasar manusia (pasal 28A sampai 28J)
15. Bab XI tentang agama (pasal 29)
16. Bab XII tentang pertahanan dan keamanan Negara (pasal 30)
17. Bab XIII tentang pendidikan dan kebudayaan (pasal 31 sampai 32)
18. Bab XIV tentang perekonomian nasional dan kesejahteraan social (pasal 33 sampai 34)
19. Bab XV tentang bendra, bahasa, lambang Negara serta lagu kebangsaan (pasal 35
sampai 36C)
20. Bab XVI tentang perubahan UUD (pasal 37)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Kami sangat berharap dalam makalah ini memberikan manfaat dan kami
merasa makalah ini jauh dari kesempurnaan, untuk kesempurnaan makalah
ini kami menerima masukan dan saran dari kita semua
Daftar pustaka
Ilmu tata Negara USU
http://blogtheydee.blogspot.com/2011/05/hubungan-dasar-negara-dengan-konstitusi.html)