Upload
tranthuy
View
223
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
Alif, Ba, Ta,Tsa...
arifinhilmi23.wordpress.com
Ahmad Hilmi Khoirul Arin
Alif, Ba, Ta,Tsa...Segenggam Rasa, Sepatah Cerita
arifinhilmi23.wordpress.com
Ahmad Hilmi Khoirul Arin
Pada akhirnya, kita hanya bisa menikmati rasanya mencinta, bahkan tanpa memilikipun tetap
dapat membuat bahagia.
Karena mereka yang sudah mengerti arti cinta pun tahu,
mencintai berarti merelakan kita menjadi miliknya, bukan justru kita
yang memilikinya.Lalu apakah hamba cinta ini pantas
menuntut kepada tuan yang memilikinya?
Sekapur Sirih |i
Sekapur Sirih
Untukmu para perasa, nikmatilah seluruh rasa yang
timbul dalam hati yang menyimpan asa. Untukmu para
pencinta, nikmatilah mencinta, menarilah di dalamnya dan
bersenandunglah bersama para bidadari imaji. Tak perlu kau
ragu tak perlu kau sendu, cukuplah kita sebagai pecinta yang
menikmati setiap mili rasa yang ada, tak perlulah orang lain
mengerti, bukanlah hanya diri sendirilah yang paling dapat
mengenal dan mengerti serta juga membangkitkan api
perjuangan?
Melalui berbagai perjalanan cerita kita, semoga saya,
Anda kita semua dapat memetik sebuah manfaat dari adanya
rasa, entah kecewa, cinta, benci, haru atau semua rasa yang
abu-abu dari sebuah harapan palsu. Semoga kita semua
menjadi perasa yang peka, pencinta yang luar biasa atau
ii| Sekapur Sirih
dicinta dengan dahsyatnya.
Dan akhir kata, nikmat terbesar adalah merasa dicintai
sebagaimana indahnya dicinta oleh sang pujaan hati, dicinta
oleh orang tua atau dicinta Tuhan kita, sayang hanya
beberapa dari kita yang dicinta, atau justru hanya beberapa
dari kita yang merasakannya. Marilah kita saling mencinta,
meski mungkin tak dapat bertemu dalam tatapan mata,
semoga kita saling bertemu dalam doa, menyebut nama dan
memohonkan kebaikan untuk setiap inci dari langkah kita,
setiap liter nafas kita dan setiap tetesan keringat yang
berdarah-darah dalam liku-liku kehidupan yang penuh
dengan misteri yang nyata.
Bumi Tuhan, 08 Juli 2017
Penulis
Alif |1
Alif
asa adalah sebuah anugrah yang tak dapat kita
deskripsikan bagaimana indahnya atau
bagaimana tidak indahnya. Rasa adalah suatu
hal yang abstrak sekaligus juga paradoks.
Tentu setiap hari kita merasa, setiap hari juga kita
diajarkan menjadi perasa, tapi apakah kita sendiri tahu apa
itu rasa?
Dalam pengertian saya, rasa adalah sesuatu yang muncul
dalam hati yang dapat memengaruhi seluruh kinerja tubuh
yang pengaruhnya ini tentu bisa positif atau bisa juga negatif.
Rasa inilah yang lama kelamaan akan mendidik diri kita,
menjadi guru bagi para penganutnya sekaligus menjadi
candu bagi para penikmatnya. Sedang untuk mereka yang
tak berperasa, rasa hanya akan menjadi penghalang bagi
R
2| Alif
setiap keinginannya, setiap asa serta cita-citanya.
Saya tak meminta Anda menyetujui pendapat saya, pun
saya tak perlu meminta Anda mengemukakan pengertian
dari kata rasa menurut Anda. Karena saya tahu,
bagaimanapun mendeskripsikannya kita mengetahui rasa
yang sama hanya saja kita berbeda dalam kata. Tak apa,
bukankah itu menjadikan sesuatu terasa indah?
Dalam pengertian yang saya ungkapkan sebelumnya
saya anggap sebuah rasa adalah hal yang abstrak, mengapa?
Karena bahkan aku, beta, saya, pun beda rasa, apalagi jika
dengan Anda, kami, kita atau semuanya. Meski sama-sama
memiliki rasa tapi tak berarti kita sama mengungkapnya
bukan?
Selain itu menurut saya rasa adalah hal yang paradoks.
Begini maksudnya, sebuah rasa pasti bertentangan
sebagaimana cinta dengan benci, peduli dengan acuh. Tapi
menurut pandangan saya, cinta juga berarti benci. Cinta
terhadap sesuatu yang membuat kita mencintai seseorang
artinya juga benci dengan sesuatu yang membuat kita
Alif |3
terbinasakan cintanya. Begitu juga acuh, acuhmu kepada
sekitarmu itu artinya juga kamu peduli, peduli dengan
caramu membiarkan semua tanpa campur tanganmu, takut-
takut campur tanganmu akan merusaknya timbang
membenarkannya, takut-takut dirimu akan binasa terbakar
efeknya sehingga kau peduli dengan dirimu sendiri. Begitulah
keparadoksan yang saya maksud.
Izinkan saya menjelaskan contoh lain dari paradoks ini.
Ibarat ketika kamu berjalan dengan bumi yang bulat ini
mengarah ke selatan, itu artinya Anda menjauhi utara bukan?
Namun bukankah setiap jengkal kita menjauhi utara, artinya
juga mendekatkan kita dengan utara di sisi lainnya?
Begitupula rasa, tak pernah akan ada habisnya mencinta
akan berarti juga membenci, itulah kenapa banyak kebencian
antara dua orang yang pernah menjalin cinta, begitupula
benci yang berarti juga mendekati mencinta, begitulah yang
akhirnya mendasari adanya benci jadi cinta.
Saya tak memaksa Anda memahaminya, saya bukan pula
ingin memberi doktrin ataupun dogma dengan setiap huruf
4| Alif
yang saya tulis dan yang Anda baca. Hanya saja marilah kita
gunakan perasaan kita, menikmati setiap hembusan kasih
sayang sekitaran kita, menikmati berbagai benci yang juga
mengelilingi kita. Menikmati semuanya dalam sebuah
hembusan dan tarikan nafas bersama suara yang menggema
dari sebuah syair-syair memuji yang dicinta.
Dan pada akhirnya, saya, Anda, kita akan tahu bahwa rasa
kita sama, meski awalnya beda mengertinya pun
mengartikannya. Semoga kesamaan rasa kita membuat kita
semakin bersatu memadu nikmatnya memiliki rasa, dan jika
pada rasa kita sudah berbeda tak menjadi alasan kita untuk
saling menutup rasa.
Mari tuang teh hangat untuk kita nikmati bersama,
mendengar keluh kesah angin pada daun dan kemesraan
awan pada sang langit, bersama matahari dan pelangi senja
di teras rumah kita.
Ba |5
Ba
ali ini, izinkan saya bicara mengenai cinta.
Sebagaimana saya ucapkan dalam sekapur
sirih bahwa dicinta adalah kenikmatan
terbesar dan terindah dalam setiap manusia yang hatinya
hidup dan mampu merasakannya. Sedang bagi yang hatinya
mati, cinta hanya kata-kata yang tak berbeda jauh dengan
susunan huruf lainnya, tak ada sensasinya, tak ada wujud
nyata dalam hatinya.
Begitu rumit menerjemahkan cinta dalam sebuah kata,
karena cinta adalah rasa yang sudah kita maklumi bersama
bahwa itu hanya bisa dirasa dan memang susah diberi kata-
kata. Sama juga ibarat mendeskripsikan rasa manis, apakah
dapat kita artikan manis adalah rasa yang setiap orang suka?
Saya rasa tidak, manis disukai anak-anak kecil ketika
mengecap permennya, tapi dibenci bagi mereka yang
sedang merasa tak sehat dengan diabetesnya.
K
6| Ta
Begitupula cinta, yang tak setiap kali selalu membawa
bahagia, banyak yang berpura-pura bahagia meski telah
dicinta dan meski sudah dicinta. Lalu apa masalahnya?
Sebelum berbicara itu, izinkan saya mendeskripsikan
dahulu apakah cinta bagi saya, meski masih terbatas pada
kata-kata dan memang sulit diungkap kebenarannya, bagi
saya cinta adalah sebuah rasa mengasihi, memperhatikan
dan peduli dengan obyek yang dicinta itu, dan dalam rasa
mengasihi itu tak sedikitpun ada rasa meminta atau
mengharap. Selain itu bagi saya yang disebut cinta juga harus
melakukan sesuatu yang kita ikhlas melakukannya, bahkan
bisa membuat kita bahagia ketika melakukannya, tanpa
adanya rasa beban atau rasa berkorban. Karena jika sudah
ada rasa berkorban dan rasa berharap, itu pamrih. Hal yang
mungkin menurut saya tidak bisa dijadikan bagian dari
definisi cinta, meskipun sebagai manusia tentu tak salah
mengharapkan apa yang telah kita berikan.
Saya tetap pada pendirian saya bahwa nikmat paling
mantap adalah nikmat dicintai, yang tentu disambut dengan
Ba |7
mengembalikan rasa cinta itu kepada si pecinta yang telah
memiliki rasa untuk kita. Sayang sekali tentu kita sangat
jarang peka terhadap lingkungan sekitar kita, sadarilah saja
apakah Anda merasa dicintai oleh orang tua Anda? Jika saja
Anda susah menerima bahwa Anda dicintai orang tua Anda,
bagaimana mungkin Anda bisa merasakan cinta pada orang
diskitar Anda. Bukankah cinta terbesar adalah cinta orang tua
kepada anaknnya sebagaimana cinta seorang Utusan Tuhan
kepada para pengikutnya.
Nah, mengapa ada rasa sakit, trauma, benci atau segala
yang menusuk dan merobek-robek dalam cinta? Menurut
saya hal itu karena ada ketidakberesan pada rasa cinta yang
kita terjemahkan. Saya kira ketidakberesan inilah yang
menyebabkan cinta membusuk menjadi racun yang merusak
menggerogoti jiwa batin si penderitanya. Cinta yang berawal
nikmat justru menjadi derita.
Saya mengamati pada diri saya sendiri, ibarat mereka
yang mengatakan manis itu enak sampai saking sukanya
dengan manis ia lupa merasakan rasa yang lain dan
8| Ta
memakan hal yang manis pada porsi yang tak sesuai
sehingga menyebabkan penyakit. Apakah hal manisnya yang
salah? Tentu bukan, tapi nafsu dalam menikmatinya lah yang
kemudian salah dan menjadi bakteri penebar derita.
Begitu pula dengan cinta, tak ada yang salah dengannya.
Jika ia dinikmati pada takarannya sesuai dengan deskripsinya
maka ia tetap akan menjadi nikmat yang tiada tara, namun
jika sudah ada nafsu yang menstimulusnya tentu dapat
berpotensi menjadi derita yang tiada sela.
Saya tidak mengartikan nafsu sebagai sesuatu yang
intim, saya mengartikan nafsu lebih luas lagi yaitu keinginan
untuk membuat kita bahagia dan beruntung untuk diri sendiri
dengan efek yang merugikan, entah bagi diri sendiri maupun
orang lain. Inilah kunci yang saya ingin berikan bahwasanya
ketika mencinta maka justru kita yang harus rela dimilikinya,
melakukan apapun demi kebahagiaan si yang dicinta, tanpa
ada perasaan berkorban karena ketika kita mencinta artinya
kita juga harus bahagia dengan apa yang kita lakukan
untuknya. Jika yang kita lakukan untuknya disusupi keinginan
Ba |9
dibalas dan diberikan rasa yang sama, bisa jadi itu merupakan
pamrih yang juga bisa berasal dari nafsu Anda.
Bagaimanapun mencinta orang lain adalah menghamba,
seperti orang tua yang menghamba pada anaknya untuk
memberikan apapun demi kebahagiaannya. Tak cukup
pantaslah seorang hamba menuntut kecuali memang ada
hak dan otorisasi untuk itu. Menghamba artinya pula
memberikan segalanya, termasuk darah dan tulang demi
kebahagiaan si yang dicinta, dan melakukannya dengan
tanpa harap apa-apa.
Pada tahapan ini saya menyebut mereka sebagai
penggila cinta. Tak sedikit orang yang seperti ini, entah
karena terpaksa atau memang jiwa cintanya sudah melebihi
logikanya. Yang disayangkan adalah ketika sudah mencinta
seperti ini kadang logikanya disisihkan. Bukan masalah
menyisihkan logikanya, tapi saya sering menyayangkan
(bahkan terhadap diri saya sendiri) mengapa ia memberikan
jiwa penuh cintanya bukan kepada yang berhak terlebih
dahulu, kepada mereka yang telah mengasihi semenjak kita
10| Ta
hanya gumpalan daging. Bukankah sebagai orang timur kita
mengenal adab?
Maka beradablah dengan cinta, cintailah adab dan
bangunlah peradaban dengan cinta.
Ta |11
Ta
enjadi pecinta bukanlah perkara yang
mudah, butuh kesabaran ketelatenan dan
pegendalian diri yang kuat. Menjadi
pecinta butuh ketulusan dan kesabaran, apalagi bagi mereka
yang mencinta dalam diam.
Mereka yang diam dalam mencinta akan menghamba
dalam doa, merayu dalam bayangan semu diri yang kian
lama kan menjadi haru biru.
Lebih-lebih mereka yang tak mengenal yang dirasakan
kepada sang pujaan hanya sebatas suka, kagum, cinta atau
sudah menggilainya. Sungguh kasihan mereka hanya
menikmati rasa yang harusnya dipersembahkan kepada
orang lain, ibarat menawarkan makanan untuk dimakan
bersama agat terasa kebersamaan yang indah namun
akhirnya hanya disantap sendiri, hambar rasanya.
M
12| Ta
Namun betapa saya kagum dengan mereka yang
mampu menahan rasa. Termangu dalam diamnya, bukan
karena ia tak berani mengungkapkannya. Namun karena ia
memang belum siap mengenalkan perasaan kepada si cinta.
Toh ia sendiri masih meneliti apakah itu cinta atau hanya rasa
yang sedang pura-pura mengelabui akal kita.
Atau justru perasaan yang terpendam itu memang cinta
yang telah mendewasa, yang tak perlu orang lain tahu,
biarkan ia yang merasakannya, toh kalaupun memang ia
merasa apakah ia akan tahu bahwa itulah hal nyata? Bukan
ilusi semata.
Bahkan mereka para pengagum diam-diam yang senang
memerhatikan senja itu hanya bisa menunggu, berharap
akan ada waktu yang menjawab harapnya, atau ada
kesempatan untuk menguji bahwa perasaannya ini benar
cinta, bukan hanya rasa yang dibuat-buat saja.
Ah, bagaimanapun saya kagum dengan mereka.
Mendoakan dalam sunyinya purnama, melantunkan syair
untuk memuji yang dicinta, memainkan alunan melodi tanpa
Ta |13
suara yang penuh dengan rasa, entah mampu terungkap
lewat kata atau hanya sebatas sikap saja.
Mereka yang mencintai dalam diam adalah orang-orang
kuat yang hanya mengharapkan kebaikan dalam diri kita,
meski mungkin tak bisa harap itu menjadi nyata di depan
mata, namun setidaknya semoga itu menjadikannya sedikit
bahagia karena hatinya dipenuhi cahaya cinta.
Lebih gila lagi, mereka dengan bahagianya melakukan
apa saja, mendermakan seluruh jiwa raganya demi hanya
mengharap kebaikan bagi yang dipuja. Adakah yang lebih
kuat dari mereka?
Mungkin mereka terlihat miris hanya diam disaat
dalamnya cinta telah terpatri berpondasi dalam hati. Namun
lebih miris lagi dua pihak yang saling mencinta dalam
diamnya dan mereka-pun tak saling tahu bahwa yang
dipujanya juga mencintainya.
Tapi tak apa, sudahlah nikmati saja rasa itu. Sudah
nikmati saja dan rasakan semua rindu yang membuncah
tertumpah dalam sunyinya bahasa semesta yang membuat
14| Ta
tubuh mengigil diserang rindu tak berkesudahan.
Dawai gitar tak berhenti menggaungkan nada sumbang,
memenjarakan rasa yang tak terpandang, berbisik dalam
gemetar karena akbarnya cinta. Tak terungkap dalam kata
atau tanya, hanya menggenang bak buih-buih berbusa.
Marilah kita lebih peka, menyadari bahwa kita dicintai
berbagai orang disekitar kita. Saya lupa menjelaskan
berbagai perlakuan cinta, eh tapi takperlu rasanya, saya yakin
Anda lebih memahaminya.
Bukankah ada orang yang selalu memerdulikan Anda
dengan kasih sayang yang modelnya berupa-rupa tanpa
pura-pura. Bukankah ada yang selalu mendoakan dalam
setiap kata dan mengatakan dalam setiap doa bersama
sendu air mata pengharapan yang tiada hentinya?
Marilah lebih peka lagi, marilah menyadari diri sendiri,
marilah menampung rasa dari sekitar kita, tak hanya
menggantungkan asa dengan sedikit rasa. Lihatlah ia yang
bercucuran keringat mendoakanmu dengan kerja,
mendoakanmu dengan berbagai usaha. Dan
Ta |15
membahagiakanmu dengan berbagai caranya.
Cobalah sedikit peka, merekalah yang diam-diam
mencintaimu yang selalu menaruh harap padamu, hanya
mampu berharap karena rasanya tak pantas ia
mengungkapkannya. Tak selalu karena tak punya nyali,
mungkin karena yang dicintainya tak ingin terlukai oleh
setetes rasa yang telah meluber dari samudra cinta dihatinya.
Pada akhirnya, siapapun yang kaucinta, siapapun yang
kau harap dalam doa, siapapun, apapun, kapanpun, atau
bagaimanapun, marilah kita menjadi manusia yang
berperasa. Menikmati berbagai rasa dan menampungnya.
Membangun dalam pondasi yang kuat dan kokoh agar pada
saat terungkapkannya, ia kan mendirikan cinta yang kokoh.
Tak hanya jatuh cinta namun juga membangun cinta dengan
berbagai rasa.
Marilah mulai bersyukur dalam doa, bahwa ternyata
Tuhan telah lebih dulu menyimpan berbagai rasa dan harap
untuk kita, ternyata Tuhan telah jatuh cinta kepada kita dan
telah membangunkan sajadah cinta diatas perjalanan kita.
16| Ta
Marilah teguk tetes terakhir kopi coklat yang telah kau
seduh, cobalah atur nafasmu, menikmati alunan diamnya
semesta yang diam dalam cintanya. Tak perlu risau, ia akan
sadar bahwa kau mencintainya seperti ketika engkau sadar
bahwa Tuhan tak pernah mengurangi cintanya untukmu.
Jika telah tiba waktunya, baka binalah jalinan asmara
dalam jalan yang diterangi cinta Tuhan, karena sungguh tiada
jalan yang lebih terang dari cintaNya kepada makhluknya.
Tsa |17
Tsa
enjelaskan Cinta saja saya sepertinya
sudah mulai tersengal-sengal. Telah
habis seluruh perbendaharaan kata yang
saya punya. Bahkan sepertinya semuanya sudah bercampur
baur menjadi satu, entah saya sekarang tidak bisa
membedakan cinta dengan peduli, perhatian, empati bahkan
dengan dendam, benci dan iri hati.
Ah entahlah, bagi saya semuanya itu bermuatan atom
cinta yang menggebu membara. Bak teori kekekalan energi
yang tak bisa memusnahkan energi dari cinta, namun bisa
mengubah kedalam rasa yang lainnya, entah bermuatan
positif maupun negatif sama saja, inti atom itu adalah adanya
rasa cinta. Sedang benci atau rindu hanya seperti elektron
yang dapat bergejolak tergantung keadannya.
M
18| Tsa
Entahlah, saya sudah mulai merasa bahwa semuanya
telah menjadi satu, paradoks dan tunggal namun tak
berujung. Bak mengelilingi bumi yang bulat maka berjalan
lurus ke utara juga akan sampai di selatan jua.
Sebagai makhluk perasa sekaligus peakal, mari coba kita
duduk bersama. Saling berbagi kedalaman rasa, membuka
berbagai tirai rahasia dan menyatu dalam kekhusyukan
merasa, dan berputar dalam lautan pusaran cinta.
Saya, Anda, dan kita semua tahu bahwa cinta akan juga
menstimulus rasa lainnya. Menumbuhkan berbagai sensasi
dalam dada yang kemudian teraduk dalam wadah hati
manusia. Cinta ini kemudian menimbulkan kepedulian,
perhatian bahkan sampai pada rasa ingin memiliki. Rasa Cinta
ini bagaikan warna putih, yang jika diuraikan sebenarnya
putih ini membiaskan seluruh macam warna yang ada.
Manusia seringkali menghamba pada Cinta, namun
seharusnya ia menghamba pada cinta yang tulus dan mesra.
Mungkin ia tak mendapatkan dari sesama manusia namun
lautan kasih sayang cinta Tuhan tidak pernah salah untuk
Tsa |19
dihambai. Bahkan tak bisa kita mengandalkan bahwa
perbuatan kita yang akan menyelamatkan kita di kehidupan
selanjutnya, hanya kasih sayang wujud Cinta dari Tuhan
semesta lah yang akan menyelamatkan kita semua.
Dan pada akhirnya kita hanya bisa pasrah, memasrahkan
dan menikmati rasa yang kita namai sebagai cinta. Meski
mungkin penamaan yang berbeda versinya muncul di
kalangan yang ada, namun bukankah rasa kita sama ?
Segurat senyuman bulan sabit yang tampak miring itu
telah menampakkan sinarnya. Marilah segera kita
bersenandung bernyanyi dan berdansa di atas bumi yang
telah diciptakannya sebagai singgasana manusia. Cintailah
sang pecinta karena hanya Tuhanlah yang benar-benar dapat
memberikan Cinta tanpa berharap kepada manusia.
Sedang manusia, hanya berusaha dan berpasrah agar ia
mendapat kasih sayang Tuhan yang juga tuannya.
Menghamba dalam lautan asmara kasihnya. Dan berharap
agar hatinya terpanggil Tuhan untuk mencintai Tuhan
sepenuhnya, bukan hanya saat butuh saja. Bukankah
20| Tsa
nikmatyang paling besar adalah nikmat mencinta dan
dicinta? Lalu apalagi kurangnya jika kita mampu mencintai
dan dicintai Tuhan sepenuhnya.
Memang mencintai Tuhan sangatlah susah kita lakukan,
jadi marilah kita belajar sedikit demi sedikit tentang cinta saja.
Belajar mencintai wujud cinta Tuhan dalam alam semesta
untuk diri kita. Bukankah Tuhan telah mewujudkan kasih
sayangnya dengan menciptakan bumi dengan air yang
melimpah dan pohon yang hijau meredupkan kemilauan
surya.?
Marilah kita mencoba mengenal Tuhan dengan
merasakan segala ciptaan-Nya, termasuk rasa dalam
sanubari yang tak lain juga rekaan-Nya. Lalu cobalah sadari
yang sangat berarti dalam hidup Anda ? bukankah ia juga
merupakan wujud kasih Tuhan yang amat nyata?
Maka cintailah mereka yang mampu membuatmu
mengingat tentang sang pencipta rasa, namun jangan
terjebak dalam gemerlapnya rasa. Cukup menjadi semangat
menggapai sang hyang esa.
Tsa |21
Nikmatilah semua rasa, hidupkanlah kalbumu dengan
cinta, bernyanyilah bersama kasih sayangnya dan menarilah
seperti tarian alam semesta mengelilingi sang maha dimaha.
Sudah saatnya kita pasrah kepadanya, dengan apa yang
kita rasa dengan diri kita. Bukan karena lelah dan menyerah,
namun karena kita harus menerima kenyataan bahwa ada
yang jauh lebih mencintai kita dalam diamnya, bahkan selalu
memberikan kasih sayangnya dengan berbagai bentuknya.
Maka sudah saatnya kita menyadarinya, kemudian
menumbuhkan cinta kepadanya, barulah engkau dapat
merasa bahwa ada tangan Tuhan yang mewujud seperti
manusia-manusia yang harus kau berikan anugrah cintanya,
ialah wujud kasih ternyata orang tua.
Sedang bagi yang terkasih lainnya, marilah kita
memejamkan mata, menghirup udara malam yang sejuk-
dingin dengan berbagai rasa yang ada. Mari doakanlah ia,
agar senantiasa dibawah lindungan sang pengasih dan
sampaikanlah dalam doa bahwa kau memang punya rasa.
Mencintainya artinya harus benar-benar mengharapkan
22| Tsa
kebahagiaannya bukan? Jika memang mengungkapnya bisa
membuatmu lebih membahagiakannya, bolehlah kau
melakukannya. Namun jika belum cukup bahagiakan ia
dengan cara yang tak terlihat, seperti tak melihatnya ia
kepadamu.
Biarkan doamu terwujud bersama sang waktu, pelan
tumbuh dengan sinar ultra-ungu, terbang bersama asa yang
kelabu dan mewujud dengan harapan satu.
Percayalah, yang kau cintai kelak akan membuatmu
bahagia, dengan berbagai caranya.
Alif-Ba-Ta-Tsa |23
Alif-Ba-Ta-Tsa
alu saya pun menjadi malu, dengan segala
kata-kata yang telah terangkai dalam sebuah
karya sederhana. Bahkan mungkin saya ingin
menyembunyikan dan membenamkan wajah saya. Saya
bahkan ingin menertawakan sekaligus menangisi diri saya,
entah kenapa.
Dalam alif-ba-ta-tsa ini saya ingin menutup dari berbagai
rangkaian kalimat sederhana itu dalam kalimat-kalimat pula.
Tentang rasa, biarkan Anda yang menyimpulkan sendiri
karena memang sulit terdefinisi. Tentang cinta, rasakan cinta
yang meluap-luap sampai mendahaga, nikmatilah segala
efek yang ada, renungkanlah harapan dan asa serta sadarilah
itu semuanya dibawah awan sore senja.
Tentang cinta juga, biarkanlah ia mengalir mengikis
kerasnya kepala, melunakkan semua otot yang lelah karena
L
24| Alif-Ba-Ta-Tsa
terlalu banyak bekerja, karena rasa inilah yang dapat
menimbulkan berbagai rasa lainnya serta melembutkan
sekaligus dapat menghancurkan dan kembali
mengeraskannya.
Dan tentang itu semua, Abaikanlah semua kalimat yang
tak ada maknanya, camkan yang mungkin ada manfaatnya,
dan segeralah sampaikan jika ada kesalahannya. Semua ini
hanyalah tentang apa yang saya rasa, yang saya juga merasa
bahwa tahu semua benar adanya. Silakan berpendapat yang
berbeda, namun bolehlah kita minum secangkir kopi
bersama.
Perlu Anda ketahui juga bahwa aku ini bukan seorang
ahli rasa-merasa, apalagi ahli agama. Bukan pula ahli kata-
kata yang mampu menuliskan puisi dan prosa. Aku hanya
perasa pemula, yang mencoba menuliskan sesuatu yang saya
rasa.
Semoga kita selalu dibawah sinar petunjuk sang pencipta
yang juga Pecinta.
Semoga kita berjumpa kembali dalam cerita yang berbeda, dan
semoga itu lebih baik dari yang sebelumya...
Jangan Pernah mengaku mencinta kalau tidak ada
pengorbanan yang kau berikan.
Namun juga,jangan merasa sudah mencinta
ketika kau sudah merasa berkorban.Karena merasa berkorban menjadi
awal dari hancurnya kemurnian cinta
Dalam gelap yang gempita,Didasar hati sunyi yang menyiksa,
bersama embun yang menyapa,
Semoga selalu terpancar cahaya,Bersama ratusan rapalan doa.
Milyaran manusia menyatakan rasa, Jutaan manusia lainnya
masih bertanya apa itu rasa, ratusan ribu bagiannya masih tak
punya rasa, sedang aku hanya diam menikmati milyaran perasaan
manusia dalam jutaan sensasinya.