Upload
others
View
16
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM
DIALOG INTERAKTIF REPUBLIK SENTILAN SENTILUN METRO TV
PERIODE JANUARI – FEBRUARI 2017
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Disusun oleh:
Maria Kiki Adhy S
131224027
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
MOTTO
Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang
tiada berdaya.
(Yesaya 40:29)
Kau tak akan pernah mampu menyebrangi lautan sampai kau berani berpisah
dengan daratan.
(Christoper Colombus)
Sebab Tuhan tahu mana yang akan singgah, serta mana yang akan hidup dan tetap
tinggal di hidupmu.
(Maria Kiki Adhy S)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini saya persembahkan kepada:
Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa memberkati dan memberi berkat dalam
setiap langkah saat proses pembuatan karya ini.
Kedua orang tua, IPTU. Aloysius Setyo Haryanto dan Maria Tri Handayani yang
selalu memberikan doa dan semangat dalam menjalani proses dalam hidup.
Kakak tersayang Dominicus Noven Adi Prasetyo dan Angela Merici Ellya Mega
Mustika yang selalu memberi doa, semangat dan dukungan dalam setiap pilihan
langkah saya.
Keluarga Besar Eyang Oe.Widyo Utomo dan Drs.Titus Ngadiman yang telah
memberi dukungan hingga karya ini dapat terselesaikan dengan baik.
Kekasih hati tersayang Alm. Metadius David Revi Prakosa yang sampai tutup usia
selalu memberi semangat serta dorongan untuk terus berjuang untuk
menyelesaikan karya ini.
Keluarga Bapak Paulus Tavip Mursono dan Ibu Endang Retnaningsih
Adik tersayang Dionisia Devi Revita Destu yang selalu mengingatkan untuk tidak
putus asa dalam menyelesaikan karya ini.
Sahabat terbaik Laurencia Dina Dwi Rahmawati, Vicka Septianingsih Repi,
Faradhita Dian, Fransisca Kumala, Indah Rahayu, Natalia Kartika, Riska Safitri,
Yuliana Herwinda, Lukas Budi Husada, Timotius Tri, Alfonsius Lintang, dan
Andreas Novian, kalian adalah bagian terhebat dalam hidupku.
Teman-teman PBSI 2013 Kelas A dan B yang sama-sama berjuang untuk
menyelesaikan karya ini, kalian luar biasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
ABSTRAK
Setyani, Maria Kiki Adhy. 2018. Alih Kode dan Campur Kode Serta Tujuannya
dalam Dialog Interaktif Republik Sentilan Sentilun Metro TV Periode
Januari-Februari 2017. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan
Bahasa Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini membahas tentang wujud alih kode (AK) dan campur kode
(CK), serta tujuan terjadinya AK dan CK dalam acara dialog interaktif. Penelitian
ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan wujud (AK) dan (CK),
tujuan terjadinya AK dan CK dalam acara dialog interaktif Republik Sentilan
Sentilun Metro TV. Subjek dalam penelitian ini adalah tokoh-tokoh yang ada
dalam acara dialog interaktif Republik Sentilan Sentilun Metro TV.
Penelitian alih kode dan campur kode dalam acara dialog interaktif
Republik Sentilan Sentilun Metro TV ini termasuk dalam penelitian deskriptif
kualitatif, karena penelitian ini berisi tuturan yang mengandung AK dan CK.
Penelitian ini juga memaparkan tujuan terjadinya alih kode dan campur kode pada
dialog interaktif Republik Sentilan Sentilun. Metode pengumpulan data yang
digunakan peneliti yaitu metode rekam, metode simak, dan metode catat. Dalam
analisis data penelitian ini menggunakan metode kontekstual. Metode kontekstual
ini terperinci pada konteks Sosiolinguistik. Sebuah konteks yang memerantikan
dimensi-dimensi konteks sosial seperti percakapan sehari-hari dalam masyarakat,
penggunaan ragam baku, serta dialek-dialek kedaerahan yang digunakan sebagai
media mengidentifikasi data, klasifikasi data, dan menginterpretasi data.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa wujud alih kode yang terdiri 7
tuturan alih kode internal dan 10 tuturan alih kode eksternal. Wujud campur kode
yang terdiri dari 29 tuturan campur kode ke dalam dan 22 tuturan campur kode
keluar. Selain itu, adapun tujuan terjadinya AK dan CK dalam acara dialog
interaktif Republik Sentilan Sentilun Metro TV yaitu untuk menjelaskan sesuatu,
untuk memberitahukan sesuatu, perubahan topik pembicaraan, kebiasaan penutur,
untuk membangkitkan rasa humor, sekedar bergengsi, untuk menunjukkan
kedekatan penutur dan mitra tutur, untuk menunjukkan keterpelajarannya, dan
untuk mempertegas sesuatu.
Kata Kunci: alih kode, campur kode, tujuan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
ABSTRACT
Setyani, Maria Kiki Adhy. 2018. Code-Switching and Code-Mixing and Their
Purposes in the Interactive Dialogues of Republik Sentilan Sentilun on
Metro TV in January–February 2017. Undergraduate Thesis. Yogyakarta:
Indonesian, Local Language and Literature Education Program,
Department of Languages and Arts Education, Faculty of Teacher Training
and Education, Sanata Dharma University.
This research discusses the forms of code-switching (CS) and code-mixing
(CM), as well as the purposes of CS and CM in interactive dialogue. This
research aims to describe and explain the forms of CS and CM as well as the
purposes of CS and CM in interactive dialogues of Republik Sentilan Sentilun on
Metro TV. The subjects in this research are the characters in the interactive
dialogues of Republik Sentilan Sentilun on Metro TV.
This research on the code-switching and code-mixing in the interactive
dialogues of Republik Sentilan Sentilun on Metro TV is a qualitative descriptive
research, as it discusses utterances that display CS and CM. This research also
elaborates the purposes of code-switching and code-mixing in the interactive
dialogues of Republik Sentilan Sentilun. The data collection methods employed by
the researcher are recording, listening, and note-taking. In terms of data analysis,
this research uses contextual method, which is detailed in the context of
sociolinguistics. A context that takes into account social contextual dimensions
such as daily conversations in society, the use of standard variation, as well as
regional dialects is used as a medium for identifying, classifying, and interpreting
data.
The results of this research indicate that the forms of code-switching are 7
utterances of internal code-switching and 10 utterances of external code-
switching. The forms of code-mixing are 29 inner code-mixing and 22 outer code-
mixing. In addition, the purposes of CS and CM in the interactive dialogues of
Republik Sentilan Sentilun on Metro TV are explaining something, informing
about something, changing topic of conversation, the habits of the speakers,
generating sense of humor, mere prestige, showing intimacy between speakers,
showing one’s learnedness, and reinforcing something.
Keywords: code-switching, code-mixing, purpose
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
senantiasa memberi berkat dan kasih, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Alih Kode dan Campur Kode Serta Tujuannya Dalam
Acara Dialog Interaktif Republik Sentilan Sentilun Metro TV Periode Januari –
Februari 2017”. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan studi
dalam kurikulum Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia (PBSI),
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni (JPBS), Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan (FKIP), Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini berhasil diselesaikan karena bantuan
dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
2. Rishe Purnama Dewi S.Pd. M.Hum. selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang telah membantu kelancaran
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
3. Danang Satria Nugraha, M.A. selaku Wakil Ketua Program Studi
Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang telah membantu dan mendukung
penulis.
4. Prof. Dr. Pranowo, M.Pd. sebagai dosen pembimbing yang dengan sabar,
bijaksana, dan penuh perhatian dalam membimbing, mengarahkan,
memotivasi, dan memberikan berbagai masukan yang sangat berharga
bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Seluruh dosen Program Studi PBSI yang penuh dedikasi mendidik,
mengarahkan, membimbing, membagi ilmu pengetahuan, memberikan
dukungan, dan bantuan kepada penulis dari awal perkuliahan sampai
selesai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. iii
HALAMAN MOTTO ............................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................... v
ABSTRAK ................................................................................................. vi
ABSTRACT ............................................................................................... vii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................... viii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ............................................... ix
KATA PENGANTAR ............................................................................... x
DAFTAR ISI .............................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 5
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................. 5
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................ 6
1.5 Batasan Istilah ....................................................................................... 6
1.6 Sistematika Penulisan ........................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori ...................................................................................... 11
2.1.1 Sosiolinguistik ............................................................................. 11
2.1.2 Kode…........................................................................................ 13
2.1.3 Variasi Bahasa ............................................................................ 14
2.1.4 Alih Kode ................................................................................... 21
2.1.5 Campur Kode .............................................................................. 26
2.1.6 Tuturan….................................................................................... 32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
2.1.7 Interferensi .................................................................................. 33
2.1.8 Kedwibahasaan………................................................................ 34
2.1.9 Kontak Bahasa ........................................................................... 37
2.1.10 Konteks..................................................................................... 38
2.1.11 Kerangka Berpikir .................................................................... 39
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ...................................................................................... 40
3.2 Sumber Data dan Data Penelitian ........................................................ 40
3.3 Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 40
3.3.1 Rekam ......................................................................................... 41
3.3.2 Simak ......................................................................................... 41
3.3.3 Catat ........................................................................................... 41
3.4 Instrumen Penelitian ............................................................................. 42
3.5 Teknik Analisis Data ............................................................................ 43
3.6 Triangulasi ............................................................................................ 44
BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Data ....................................................................................... 45
4.2 Analisis Data ......................................................................................... 46
4.2.1 Wujud Alih Kode Internal ............................................................ 47
4.2.1.1 Alih Kode Internal Antarragam ........................................... 49
4.2.1.2 Alih Kode Internal Antarbahasa .......................................... 50
4.2.2 Wujud Alih Kode Eksternal ......................................................... 54
4.2.3 Wujud Campur Kode ke Dalam ................................................... 58
4.2.4 Wujud Campur Kode ke Luar ...................................................... 63
4.2.5 Tujuan Alih Kode ......................................................................... 68
4.2.6 Tujuan Campur Kode ................................................................... 77
4.3 Pembahasan .......................................................................................... 91
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan ............................................................................................... 94
5.2 Saran ...................................................................................................... 96
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 97
LAMPIRAN ............................................................................................... 99
BIOGRAFI PENULIS .............................................................................. 168
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Bahasa merupakan sarana komunikasi yang penting bagi masyarakat.
Begitu juga dengan dunia pendidikan, bahasa merupakan alat atau sarana
komunikasi dalam proses belajar mengajar. Bahasa adalah sistem lambang bunyi
yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja
sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri (Kridalaksana, 1983). Oleh
karena itu, dalam dunia pendidikan bahasa itu menjadi alat utama dalam
penyampaian materi dan sarana interaksi guru dengan siswa. Bahasa digunakan
oleh masyarakat tutur untuk menyampaikan segala informasi supaya mereka dapat
memahami apa yang telah disampaikan oleh seorang penutur. Bahasa juga dapat
digunakan oleh manusia di segala bidang kehidupannya. Dengan demikian,
bahasa digunakan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan pesan atau
maksud pembicara kepada pendengar (Nababan, 1984:66).
Penggunaan bahasa di Indonesia tidak berhenti pada satu varian bahasa. Di
dalam masyarakat multilingual penggunaan bahasa Indonesia yang tidak sesuai
dengan kaidah yang diberlakukan kadang-kadang mengakibatkan terjadinya
campur kode. Dengan adanya penggunaan bahasa Indonesia yang tidak sesuai
kaidah tersebut, muncul ragam campur kode. Campur kode menurut Nababan
(1984:32) suatu keadaan berbahasa lain ialah bilamana orang mencampur dua
(atau lebih) bahasa atau ragam bahasa dalam suatu tindak bahasa (speech act atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
discourse) tanpa ada sesuatu dalam situasi berbahasa itu yang menuntut
pencampuran bahasa itu. Dari pernyataan tersebut dapat dinyatakan bahwa
pencampuran bahasa tidak dipengaruhi oleh situasi bahasa. berdasarkan konsep
Nababan mengenai campur kode, situasi tutur tidak berperan penting dalam
mempengaruhi campur kode, melainkan kesantaian dan kebiasaaanlah yang
menentukan atau mempengaruhi seseorang dalam melakukan campur kode.
Menurut Appel (dalam Chaer dan Agustina, 2010: 107) alih kode adalah
gejala penutur menyelipkan serpihan-serpihan bahasa daerah atau bahasa asing.
Penggunaan serpihan-serpihan bahasa daerah dan bahasa asing dalam sebuah
tuturan biasanya disadari oleh penuturnya. Alasan penutur menggunakan kata-
kata dalam bahasa asing atau daerah yaitu bertujuan untuk mempermudah penutur
untuk menjelaskan maksud tuturannya.
Pada acara Dialog Interaktif Republik Sentilan Sentilun tidak jarang muncul
fenomena alih kode dan campur kode. Keberagaman bahasa menjadi salah satu
penunjang munculnya alih kode dan campur kode dalam komunikasi antara yang
satu dengan yang lain. Selain itu, penguasaan dan penggunaan bahasa yang lebih
dari satu akan mengakibatkan kedwibahasaan dalam komunikasi. Kedwibahasaan
atau bilingualisme secara sosiolinguistik ialah pemakaian dua bahasa oleh seorang
penutur atau masyarakat ujaran Hartman dan Strok (dalam Pranowo, 1996: 7).
Jika melihat batasan bilingualisme atau kedwibahasaan yang dipaparkan
oleh Bloomfield ( dalam Aslinda, 2007:23), seseorang dapat disebut sebagai
bilingual apabila mampu menggunakan B1 (bahasa pertama atau bahasa ibu) dan
B2 (bahasa kedua) dengan sama baiknya. Namun, tidak semua orang dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
menggunakan bahasa pertama maupun bahasa kedua dengan baik. Permasalahan
yang kerap muncul yaitu kemungkinan seseorang dapat menggunakan B2-nya
dengan kualitas yang sama baik dengan penggunaan B1-nya. Jika melihat penutur
yang mampu menguasai B2-nya sama baik dengan B1-nya, maka penutur tersebut
tentunya mempunyai kesempatan yang sama untuk mempelajari dan
menggunakan kedua bahasa tersebut.
Republik Sentilan Sentilun merupakan salah satu acara dialog interaktif yang
dibawakan oleh Butet Kertaradjasa dan Slamet Rahardjo. Tayangan ini
merupakan sarana untuk menyampaikan aspirasi rakyat dan kritikan untuk
pemerintahan Indonesia. Bahasa yang digunakan dalam acara ini pun
mengandung humor-humor yang sesekali menyentil kehidupan pemerintahan
negeri ini. Acara yang tayang setiap hari Sabtu, pukul 20.30 WIB di Metro TV ini
memiliki durasi tayangan 90 menit. Bintang tamu pada acara Republik Sentilan
Sentilun selalu berganti setiap episodenya. Perbedaan penguasaan bahasa yang
dimiliki oleh bintang tamu dengan pembawa acara mejadi salah satu tanda-tanda
kemunculan alih kode dan campur kode. Selain itu, wujud dari alih kode dan
campur kode tersebut dapat berupa kata, frasa, pengulangan kata. Bentuk-bentuk
tersebut terselip pada setiap tuturan yang diungkapkan tokoh dalam acara dialog
interaktif Republik Sentilan Sentilun. Pada umumnya campur kode dapat terjadi
saat komunikasi nonformal. Kemunculan wujud campur kode pada komunikasi
formal jarang sekali ditemui, kalaupun terjadi campur kode itu hanya sebagai
akibat tidak adanya padanan yang tepat dalam bahasa yang sedang digunakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Melihat kemunculan alih kode dan campur kode dalam bahasa, hal itu tidak
lepas dari adanya interferensi. Interferensi adalah bagaimana seseorang yang
menganut bilingualisme menjaga bahasa-bahasa itu sehingga terpisah dan
seberapa jauh seeorang itu mampu mencampuradukkan serta bagaimana pengaruh
bahasa yang satu dalam penggunaan bahasa lainnya. Interferensi berarti adanya
saling mempengaruhi antarbahasa. Interferensi bisa terjadi pada pengucapan, tata
bahasa, kosakata dan makna bahkan budaya, baik dalam ucapan maupun tulisan
terutama kalau seseorang sedang mempelajari bahasa kedua (Alwasilah,
1990:131). Ciri yang menonjol dalam interferensi adalah peminjaman kosakata
dari bahasa lain, alasannya adalah perlunya kosakata untuk mengacu pada obyek,
konsep, atau tempat baru. Maka, meminjam kosakata dari bahasa lain akan lebih
mudah daripada menciptakan kosakata baru. Hanya saja, kosakata-kosakata hasil
pinjaman yang biasa dipakai dalam bahasa Indonesia telah disesuaikan ejaannya
dengan ejaan yang baik dan benar dalam bahasa Indonesia.
Peristiwa variasi bahasa yang muncul dalam masyarakat dalam bentuk alih
kode dan campur kode, terutama dalam acara dialog interaktif Republik Sentilan
Sentilun. Alih kode dan campur kode yang terdapat dalam dialog antara pembawa
acara dengan bintang tamu sangat menarik untuk dikaji lebih mendalam. Maka
dari itu berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk mengajukan
topik “Alih Kode dan Campur Kode Serta Tujuannya Dalam Acara Dialog
Interaktif Republik Sentilan Sentilun Metro TV Periode Januari-Februari 2017”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat diambil rumusan masalah
utama yaitu alih kode dan campur kode apa sajakah yang terjadi dalam acara dialog
interaktif Republik Sentilan Sentilun? Dari rumusan masalah utama tersebut dapat di
rumuskan sub masalah sebagai berikut.
1. Alih kode apa sajakah yang terjadi dalam acara dialong interaktif Republik
Sentilan Sentilun?
2. Campur kode apa sajakah yang terjadi dalam acara dialog interaktif Republik
Sentilan Sentilun?
3. Tujuan apa yang menyebabkan terjadinya alih kode dan campur kode dalam
acara dialog interaktif Republik Sentilan Sentilun?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan titik tolak sebelum kegiatan dilaksanakan.
Dengan demikian penelitian ini bertujuan sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan bentuk alih kode dalam acara dialog interaktif Republik
Sentilan Sentilun.
2. Mendeskripsikan bentuk campur kode dalam acara dialog interaktif Republik
Sentilan Sentilun.
3. Mendeskripsikan tujuan terjadinya alih kode dan campur kode dalam acara
dialog interaktif Republik Sentilan Sentilun?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoretis
maupun praktis dalam perkembangan linguistik umumnya dan sosiolinguistik
khususnya.
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada penulis untuk
memperdalam pemahaman tentang kajian sosiolinguistik, lebih khusus mengenai
alih kode dan campur kode yang terdapat dalam acara dialog interaktif Republik
Sentilan Sentilun periode Januari-Februari 2017.
2. Manfaat Praktis
Adapun manfaat praktis yang diperoleh dari hasil penelitian ini yaitu:
a. Bagi peneliti lainnya, skripsi ini dapat digunakan sebagai referensi dalam
penelitian lainnya khususnya di bidang sosiolinguistik.
b. Bagi pembaca dapat menambah wawasan dan pemahaman tindak tutur
dalam masyarakat.
1.5 Batasan Istilah
Untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman dan salah penafsiran yang
dapat menimbulkan ketidakjelasan dalam penelitian, maka perlu pembatasan
istilah. Istilah-istilah yang dibatasi adalah sebagai berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
1. Kode
Poedjosoedarmo (1974 : 4) memberikan batasan kode sebagai suatu sistem
tutur yang penerapan unsur bahasanya mempunyai ciri-ciri khas sesuai dengan
latar belakang si penutur, relasi penutur dengan mitra tutur dan situasi tutur yang
ada. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dalam sebuah kode terdapat
beberapa unsur bahasa seperti kalimat, kata, morfem dan fonem yang
pemakaiannya dikendalikan oleh semacam pembatasan umum yang berupa faktor-
faktor nonlinguistik, dan faktor tersebut disebut dengan komponen tutur.
2. Dialek
Menurut (Poedjosoedarmo 1978 : 31-32) ada enam variansi bahasa yang
disebut dialek, yaitu dialek geografis, dialek sosial, dialek aliran, dialek usia,
dialek jenis, dan dialek suku.Dialek adalah variasi bahasa dari sekelompik penutur
yang jumlahnya relatif, yang berada dalam satu tempat, wilayah, atau area
tertentu.
3. Alih Kode
Alih kode adalah peristiwa peralihan dari kode yang satu ke kode yang lain,
umpamanya dari bahasa daerah ke bahasa Indonesia, dari bahasa Indonesia ke
bahasa asing (Suwito, 1985:68).
4. Campur Kode
Campur kode adalah suatu keadaan berbahasa di mana orang mencampur dua
bahasa atau ragam bahasa dalam suatu tindak bahasa tanpa sesuatu dalam situasi
berbahasa itu yang menuntut pencampuran itu (Nababan, 1991:32).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
5. Tuturan
Tuturan adalah hasil komunikasi yang berupa ucapan atau ujaran (Abdul
Chaer dan Leonie Agustina, 2004:47).
6. Interfrensi
Interferensi adalah digunakannya unsur bahasa lain dalam menggunakan
suatu bahasa, yang dianggap sebagai suatu kesalahan karena menyimpang dari
kaidah atau aturan bahasa yang digunakan (Chaer dan Agustina, 2010: 120).
Weinreich (dalam Chaer dan Agustina, 2010: 120) mengemukakan bahwa
interferensi adalah perubahan sistem atau bahasa sehubungan dengan adanya
persentuhan bahasa tersebut dengan usnur-unsur bahasa lain yang dilakukan oleh
penutur yang bilingual.
7. Kedwibahasaan
Menurut Robert Lado (1964-214) kedwibahasaan merupakan kemampuan
berbicara dua bahasa dengan sama atau hampir sama baiknya. Secara teknis
pendapat ini mengacu pada pengetahuan dua bahasa, bagaimana tingkatnya, oleh
seseorang. Sedangkan menurut MacKey (1956: 155), kedwibahasaan adalah
pemakaian yang bergantian dari dua bahasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
1.6 Sistematika Penulisan
Hasil penelitian ini akah dipaparkan dalam 5 bab, yaitu bab I pendahuluan,
bab II Landasan teori, bab III metodologi penelitian, bab IV hasil penelitian, dan
bab V penutup.
Bab I adalah pendahuluan. Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika
penyajian.
Bab II adalah landasan teori. Bab ini berisi penelitian terdahulu dan landasan
teori yang digunakan dalam penelitian ini. Adapun landasan teori yang digunakan
ialah (1) sosiolingistik, (2) kode, (3) variasi bahasa, (4) alih kode, (5) campur
kode, (6) tuturan, (7) interferensi, (8) kedwibahasaan, (9) konteks, (10) kerangka
berpikir.
Bab III memuat mtodologi penelitian. Bab ini berisi hal-hal yang berkaitan
dengan metode dalam penelitian ini, yaitu jenis penelitian, sumber data dan data
penelitian, metode pengumpulan data, instrument penelitian, teknik analisis data,
dan triangulasi.
Bab IV berisi hasil penelitian. Bab ini berisi hasil analisis data dan
pembahasan. Pada bab ini pertama-tama disajikan deskripsi data, kemudian
disajikan hasil pembahasan dari hasil analisis data sesuai dengan rumusan
masalah yang telah ditentukan, yakni tentang alih kode dan campur kode yang
meliputi bentuk, ciri, dan faktor yang menyebabkan terjadinya alih kode dan
campur kode.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Bab V adalah penutup. Bab ini berisi kesimpulan penelitian, implikasi hasil
penelitian yang meliputi aspek fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikon
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada kajian teori ini diuraikan tentang teori-teori yang mendasari
permasalahan pada penelitian ini. Teori ini digunakan untuk mendukung
penelitian yang dilakukan yang diharapkan dapat memperkuat keakuratan data.
Teori-teori tersebut adalah sosiolinguistik, kode, dialek, alih kode, campur kode,
tuturan, interferensi, kedwibahasaan, dan kontak bahasa. Kajian alih kode
meliputi; pengertian alih kode, perbedaan alih kode dan campur, jenis alih kode
dan campur kode, dan tujuan alih kode dan campur kode. Selain itu, setiap kajian
yang terdapat dalam penelitian ini tidak luput dati penelitian terdahulu. Adapun
uraian selanjutnya disampaikan pada paparan sebagai berikut.
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Sosiolinguistik
Penelitian ini menggunakan teori sosiolinguistik. Oleh karena itu perlu
dikemukakannya konsep-konsep yang berhubungan dengan teori sosiolinguistik.
Adapun teori yang dibutuhkan yakni mengenai kedwibahasaan ataupun
multibahasa serta peristiwa alih kode dan campur kode ataupun teori-teori lain
yang relevan dengan penelitian ini.
Sosiolinguistik merupakan cabang ilmu yang mempelajari hubungan antar
bahasa. Sosiolonguistik merupakan ilmu antardisiplin antara sosiologi dan
linguistik, dua bidang ilmu empiris yang mempunyai kaitan yang sangat erat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Mengenai ilmu Sosiologi, menurut Abdul Chaer ilmu ini mengandung pengertian
sebagai kajian objektif dan ilmiah mengenai manusia di dalam masyarakat, dan
mengenai lembaga-lembaga, dan proses sosial yang ada di dalam masyarakat.
linguistik adalah bidang ilmu yang mempelajari bahasa, atau bidang ilmu yang
mengambil bahasa sebagai objek kajiannya. Dengan demikian, dapat dikatakan
pengertian sosiolinguistik adalah bidang ilmu antardisiplin yang mempelajari
bahasa dalam kaitannya dengan penggunaab bahasa di dalam masyarakat.
Sebagai objek dalam kajian sosiolinguistik, bahasa tidak dilihat atau didekati
sebagai bahasa, sebagaimana dilakukan oleh linguistik umum, melainkan dilihat
atau didekati sebagai sarana interaksi atau komunikasi di dalam masyarakat.
Setiap kegiatan yang dilakukan masyarakat, mulai dari bekerja, belajar, berkarya
tentu saja tidak lepas dari penggunaan bahasa. Sosiolinguistik diartikan sebagai
ilmu yang mempelajari ciri dan berbagai variasi bahasa, serta hubungan diantara
para bahasawan dengan ciri fungsi variasi bahasa itu di dalam suatu masyarakat
bahasa (Kridalaksana 1978:94).
Dalam penelitian ini peristiwa kebahasaan yang akan dibahas adalah alih
kode dan campur kode dalam acara dialog interaktif Republik Sentilan Sentilun
periode Januari-Februari 2017. Peristiwa alih kode dan campur kode yang
dimaksudkan adalah berupa tuturan yang mengandung alih kode, serta tuturan
tokoh yang menyebabkan alih kode. Sebagaimana telah disebutkan pada bab
sebelumnya, bahwa ada beberapa peristiwa kebahasaan yang muncul dalam acara
dialog interaktif Republik Sentilan Sentilun periode Januari-Februari 2017
diantaranya peristiwa alih kode dan campur kode.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
2.1.2 Kode
Pada suatu aktivitas bicara yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari,
seseorang yang melakukan pembicaraan sebenarnya mengirimkan kode-kode
kepada lawan bicaranya (Pateda 1990 : 83). Selain itu, menurut Brooks (1990 : 4)
memberikan pernyataan tentang proses pengkodean sebagai variasi yang
dimaksud, yaitu lembut, keras, cepat, lambat, bernada dan sebagainya sesuai
dengan situasi hati pembicara. Poedjosoedarmo (1974 : 4) memberikan batasan
kode sebagai suatu sistem tutur yang penerapan unsur bahasanya mempunyai ciri-
ciri khas sesuai dengan latar belakang si penutur, relasi penutur dengan mitra tutur
dan situasi tutur yang ada. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dalam
sebuah kode terdapat beberapa unsur bahasa seperti kalimat, kata, morfem dan
fonem yang pemakaiannya dikendalikan oleh semacam pembatasan umum yang
berupa faktor-faktor nonlinguistik, dan faktor tersebut disebut dengan komponen
tutur.
Pada kajian kode tersebut, terdapat penelitian yang mengkaji mengenai
pemakaian kode. Pemakaian kode dalam penelitian ini disusun menjadi jurnal
yang dibuat oleh Herawati yang berjudul “Campur Kode Dalam Peristiwa
Komunikasi Di Lingkungan Sekolah SMA Negeri 1 Kabangka”. Dalam jurnal
tersebut, Herawati memaparkan bahwa penggunaan kode dalam percakapan
sehari-hari di SMA Negeri 1 Kabangka tersebut berasal dari persamaan latar
belakang kehidupan mereka dan bahasa ibu yang dimiliki oleh masing-masing
siswa. Selain itu, budaya juga menjadi salah satu faktor pendorong munculnya
campur kode dalam komunikasi antara satu dengan yang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Kode biasanya berbentuk varian-varian bahasa yang secara nyata dipakai
dalam berkomunikasi dan berinteraksi antara orang satu dengan orang lain. Bagi
masyarakat yang monolingual, kode terjadi dari varian-varian satu bahasa, tetapi
bagi masyarakat yang multilingual kode terjadi dari varian satu bahasa atau lebih
dari dua bahasa atau lebih. Secara garis besar, kode dapat dibedakan menjadi tiga,
dialek, ragam, dan tingkat tutur atau undha usuk. Kode menurut Suwito (1985:67-
69) adalah untuk menyebutkan salah satu varian didalam hierarki kebahasaan,
misalnya varian regional, kelas sosial, raga,gaya, kegunaan dan sebagianya.
2.1.3 Variasi Bahasa
Bahasa mempunyai sistem dan subsistem yang dipahami sama oleh semua
penutur bahasa, tetapi meski berada dalam masyarakat tutur, tidak merupakan
kumpulan manusia yang homogeny, maka wujud bahasa yang nyata menjadi tidak
seragam atau bervariasi. Terjadinya keragaman atau kevariasian bahasa ini bukan
hanya disebabkan oleh penuturnya yang tidak homogeni, tetapi juga karena
kegiatan interaksi sosial yang dilakukan setiap manusia berbeda-beda atau
beragam. Keragaman ini akan semakin bertambah apabila bahasa tersebut
digunakan oleh penutur yang sangat banyak, serta dalam wilayah yang sangat
luas.
Dalam hal variasi atau ragam bahasa ini ada dua pandangan. Pertama
variasi atau ragam bahasa itu dilihat sebagai adanya keragaman sosial penutur
bahasa itu dan keragaman fungsi bahasa itu. Jadi variasi atau ragam bahasa itu
terjadi sebagai akibat dari adanya keragaman sosial dan keragaman fungsi bahasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Andaikata penutur bahasa itu adalah kelompok yang homogen baik dari etnis,
status sosial maupun lapangan pekerjaannya, maka variasi atau keragaman itu
tidak aka nada, dalam hal ini bahasa itu menjadi seragam. Pandangan yang kedua,
variasi atau ragam bahasa itu sudah ada untuk memenuhi fungsinya sebagai alat
interaksi dalam kegiatan masyarakat yang beraneka ragam. Pada intinya, variasi
atau ragam bahasa itu dapat diklasifikasikan berdasarkan adanya keragaman sosial
dan fungsi kegiatan di dalam masyarakat sosial.
Chaer dan Agustina (2004) membagi variasi bahasa dalam menjadi empat,
yaitu variasi bahasa dari segi penutur, pemakaian, keformalan, dan segi sarana.
A. Variasi Bahasa dari Segi Penutur
Dalam variasi bahasa dari segi penutur mempunyai beberapa macam
keragaman di dalamnya, dimana keragaman ini berkaitan langsung dari
penuturnya. Setidaknya ada empat dari segi penutur, yaitu idiolek, dialek,
kronolek, dan sosiolek.
a. Idiolek
Idiolek merupakan variasi bahasa yang bersifat perseorangan, karena
setiap orang mempunyai variasi bahasanya masing-masing. Variasi idiolek ini
berkenaan dengan “warna” suara, pilihan kata, gaya bahasa, susunan kalimat,
dan sebagainya. Namun, yang paling dominan adalah “warna” suara itu,
sehingga jika kita cukup akrab dengan seseorang, dengan mendengar suara
bicaranya tanpa melihat orangnya, kita sudah mengenalinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
b. Dialek
Variasi bahasa kedua berdasarkan penuturnya adalah dialek, yakni
variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relative, yang berada
pada satu tempat, wilayah atau area tertentu. Karena dialek ini didasarkan
pada wilayah atau area tempat tinggal penutur, maka dialek ini lazim disebut
dialek areal, dialek regional, atau dialek geografi. Para penutur dalam suatu
dialek, meskipun mereka mempunyai idioleknya masing-masing, memiliki
kesamaan ciri yang menandai bahwa mereka berada pada satu dialek, yang
berbeda dengan kelompok penutur lain, yang berada dalam dialeknya sendiri
dengan ciri lain yang menandai dialeknya juga. Misalnya bahasa Jawa dialek
Tegal memiliki ciri tersendiri yang berbeda dengan ciri yang dimiliki bahasa
Jawa Solo, dialek Semarang atau Yogyakarta. Para penutur bahasa Jawa
dialek Tegal dapat berkomunikasi dengan baik dengan para penutur bahasa
Jawa dialek Solo, dialek Semarang, dialek Yogyakarta, atau juga bahasa Jawa
dielek lainnya, karena walaupun dialek mereka berbeda-beda tetapu mereka
saling mengertu dari bahasa yang sama yaitu Bahasa Jawa.
Halliday (1972 : 141) menyebut dialek sebagai the variety acconding to
users, bahwa dialek adalah variasi bahasa yang ditentukan menurut pengguna
bahasa. Dalam rangka pembicaraan kode, varian bahasa yang berupa dialek
dapat dibedakan menjadi beberapa macam. Menurut Poedjosoedarmo (1978 :
31-32) ada enam variansi bahasa yang disebut dialek, yaitu dialek geografis,
dialek sosial, dialek aliran, dialek usia, dialek jenis, dan dialek suku.Dialek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
adalah variasi bahasa dari sekelompik penutur yang jumlahnya relatif, yang
berada dalam satu tempat, wilayah, atau area tertentu.
Pada skripsi ini, terdapat penelitian relevan yang mengkaji tentang
dialek. Skripsi karya Mardiana mahasiswi lulusan Universitas Sanata Dharma
yang berjudul “Interferensi Fonologis Dialek Melayu Bangka Sub Dialek
Pangkal Pinang Pada Penggunaan Bahasa Indonesia Oleh Siswa SMA Di
Pangkal Pinang”. Penelitian yang dilakukan oleh Mardiana ini mengkaji
tentang dialek yang terjadi dalam suatu daerah, terutama daerah Pangkal
Pinang. Selain itu, objekyang dipilih yaitu dialek siswa SMA di Pangkal
Pinang.
c. Kronolek
Kronlek atau dialek temporal yaitu variasi bahasa yang digunakan
oleh kelompok sosial pada masa tertentu. Misalnya, variasi bahasa
Indonesia pada masa tahun tiga puluhan atau lima puluhan yang cenderung
menggunakan penulisan kata dengan huruf “d” dan “j”. Variasi bahasa itu
tentunya cenderung kearah perbedaan dari lafal, ejaan, morfologi, maupun
sintaksis.
d. Sosiolek
Sosiolek yaitu variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan,
dan kelas sosial para penuturnya. Perbedaan pekerjaan, profesi, jabatan,
atau tugas para penutur dapat juga menyebabkan adanya variasi sosial.
Bahasa yang digunakan sehari-hari para buruh tentunya berbeda bahasa
yang digunakan para pejabat negara, perbedaan bahasa itu terjadi karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
perbedaan lingkungan tugas mereka dan apa yang mereka kerjakan.
Perbedaan variasi bahasa itu tampak pada bidang kosakata yang mereka
gunakan.
B. Variasi dari Segi Pemakaian
Variasi bahasa berkenaan dengan penguasaannya, pemakaiannya. Atau fungsi
disebut fungsiolek (Nababan 1984), ragam, atau register. Variasi ini condong pada
pembicaraan bidang penggunaan, gaya, atau tingkat keformalan, dan sarana
penggunaan. Variasi bahasa berdasarkan bidang pemakaian ini adalah
menyangkut bahasa itu digunakan untuk keperluan atau bidang apa. Misalnya,
bidang sastra, jurnalistik, militer, pertanian, pelayaran, perekonomian, pergangan,
pendidikan, dan kegiatan keilmuan.
Dalam bidang sastra, variasi bahasa pemakaiannya cenderung diungkapkan
secara estetis. Selain itu, dalam bidang jurnalistik variasi bahasa cenderung
bersifat sederhana, komunikatif, dan ringkas. Sederhana karena harus dipahami
dengan mudah, komunikatif karena jurnalistik harus menyampaikan berita secara
tepat, dan ringkas karena keterbatasan ruang (dalam media cetak), dan
keterbatassan waktu (dalam media elektronik). Dalam bahasa Indonesia ragam
jurnalistik ini dikenal dengan sering ditinggalkannya awalan me- atau awalan ber-
yang di dalam ragam bahasa baku harus digunakan. Umpamanya kalimat, “Bupati
tinjau daerah tanah longsor” (dalam bahasa baku berbunyi, “Bupati meninjau
daerah tanah longsor”).
Variasi berdasarkan fungsi ini lazim disebut register. Pengertian dari
register ini biasanya berhubungan dengan masalah. Dialek berkenaan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
bahasa itu digunakan oleh siapa, di mana, dan kapan, maka register berkenaan
dengan masalah bahasa itu digunakan untuk kegiatan apa.
C. Variasi dari Segi Keformalan
Martin Joos (dalam Chaer dan Agustina, 2004) membagi variasi bahasa dari
segi keformalannya menjadi lima macam gaya ragam, yaitu gaya raga beku
(frozen), ragam resmi (formal), ragam usaha (konsultatif), ragam santai (casual),
dan ragam akrab (intimate).
1. Ragam Beku
Ragam beku adalah variasi bahasa yang paling formal, yang
digunakan dalam situasi-situasi khidmat, dan upacara-upacara resmi,
misalnya, dalam upacara kenegaraan, khotbah di masjid, tata cara
pengambilan sumpah, kitab-kitab undang-undang, akte notaris, dan
surat-surat keputusan. Disebut ragam beku karena pola dan kaidahnya
sudah ditetapkan secara mantap, tidak boleh diubah. Dalam bentuk
tertulis ragam beku ini kita dapati dalam dokumen-dokumen bersejarah,
seperti undang-undang dasar, akte notaris, naskah-naskah, perjanjian
jual beli, atau sewa menyewa.
2. Ragam Resmi atau Formal
Ragam resmi atau formal adalah variasi bahasa yang digunakan
dalam pidato kenegaraan, rapat dinas, surat dinas, ceramah keagamaan,
buku-buku pelajaran, dan sebagainya. Pola dan kaidah ragam resmi
sudah ditetapkan secara mantap sebagai suatu standar. Ragam resmi itu
pada dasarnya sama dengan ragam bahasa baku atau standar yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
digunakan dalam situasi resmi. Pembicaraan dalam acara peminangan,
pembicaraan dengan seorang dekan di kantornya, atau diskusi dalam
ruang kuliah adalah mengunakan ragam resmu ini.
3. Ragam Usaha atau Ragam Konsultatif
Ragam ini adalah ragam variasi bahasa yang lazim digunakan
dalam pembicaraan biasa di sekolah, dan rapat-rapat atau pembicaraan
yang berorientasi pada hasil atau produksi. Ragam usaha ini adalah
ragam bahasa yang paling operasional karena raga mini berada di antara
ragam formal dan informal.
4. Ragam Santai atau Ragam Casual
Ragam santai aalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi
tidak resmi untuk berbincang-bincang dengan keluarga atau teman
karib pada waktu beristirahat, berolahraga, berekreasi, dan sebagainya.
Ragam santai ini banyak menggunakan alegro, yakni bentuk kata atau
ujaran yang dipendekan. Kosakatanya banyak dipenuhi unsur leksikal
dialek dan unsur bahasa daerah.
5. Ragam Akrab atau Ragam Intim
Pengertian ragam akrab hamper mirip dengan ragam santai, tapi
variasi bahasa ini biasanya digunakan penutur yang hubungannya sudah
akrab, seperti antar anggota keluarga, atau antar teman yang sudah lama
menjalin pertemanan. Ragam ini ditandai dengan penggunaan bahasa
yang tidak lengkap, pendek-pendek, dan dengan artikulasi yang
seringkali tidak jelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
D. Variasi dari Segi Sarana
Variasi yang terakhir adalah variasi bahasa yang meliputi sarana atau jalur
yang digunakan. Dalam hal ini dapat disebut adanya ragam lisan atau ragam tulis,
atau juga ragam berbahasa dengan menggunakan sarana atau alat tertentu,
misalnya menggunakan surat, telepon atau telegram.
2.1.4 Alih Kode
Hymes (dalam Rahardi 2001: 20), menyebutkan bahwa alih kode adalah
istilah umum untuk menyebut pergantian atau peralihan pemakaian dua bahasa
atau lebih, beberapa variasi dari satu bahasa atau bahkan beberapa gaya dari suatu
ragam. Alih bahasa ini sepenuhnya terjadi karena perubahan-perubahan
sosiokultural dalam situasi berbahasa. Perubahan-perubahan yang dimaksud
meliputi faktor-faktor seperti hubungan antara pembicara dan pendengar, variasi
bahasa, tujuan berbicara, topik yang dibahas, waktu dan tempat berbincang.
Kemudian, Apple (dalam Chaer (2004:107), mengatakan alih kode yaitu gejala
peralihan pemakaian bahasa karena berubahnya situasi. Selanjutnya, Hymes
menambahkan bahwa alih kode bukan hanya terbagi antara bahasa, tetapi dapat
juga terjadi antar ragam-ragam atau gaya yang terdapat dalam satu bahasa.
Alih kode merupakan salah satu kajian dalam sosiolinguistik. Lebih lanjut
Apple (dalam Chaer dan Agustina, 2010:107) menyatakan, alih kode yaitu gejala
peralihan pemakaian bahasa karena berubahnya situasi. Sedangkan Thealander
(dalam Chaer dan Agustina, 2010:115) mengatakan alih kode sebagai peristiwa
tutur terjadi peralihan dari satu klausa suatu bahasa ke klausa bahasa lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Dalam kemunculannya alih kode sangat sering dijumpai dalam pemilihan
topik skripsi maupun jurnal ilmiah. Pada penelitian ini, terdapat penelitian yang
relevan yaitu berupa jurnal ilmiah. Jurnal karya Mohammad Rohmadi dan Edy Tri
Sulistiyo ini berjudul “Alih Kode dan Campur Kode Dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia Di SMA”. Dalam jurnal ini, penulis banyak mengutarakan alih kode
dan campur kode yang sering digunakan guru saat proses belajar mengajar.
Menurut Kunjana Rahardi (2010), alih kode bisa terjadi apabila penutur dan mitra
tutur ingin menyampaikan sesuatu atau menjelaskan maksud tujuan tertentu pada
mitra tuturnya. Penggunaan alih kode dan campur kode ini biasanya digunakan
untuk keperluan pembelajaran, misalnya untuk pemaparan materi.
Alih kode biasanya digunakan secara sadar atau secara sengaja. Hal ini
dikarenakan alih kode sebagian besar digunakan untuk menghormati lawan bicara
dan ingin membuat percakapan tersebut menjadi lebih mendalam. Menurut I
Dewa Putu Wijaya (2012) yang mengatakan bahwa alih kode berkaitan erat
dengan siapa kita berbicara, tujuannya apa, dan untuk apa kita berbicara. Peristiwa
alih kode juga dipengaruhi oleh perubahan situasi dan topik pembicaraan.
Misalnya, dua orang yang berasal dari Jawa sedang bercakap-cakap menggunakan
bahasa Jawa tiba-tiba teman mereka yang berasal dari Padang ingin bergabung
dalam percakapan mereka dengan menyapa menggunakan bahasa Indonesia
karena tidak dapat berbahasa Jawa. Tidak lama kemudian masuk pula teman-
teman lainnya, sehingga suasana menjadi riuh, dengan percakapan yang tidak
tentu arah dan topiknya dengan menggunakan bahasa Indonesia ragam santai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Peristiwa pergantian bahasa yang digunakan dalam ilustrasi di atas dari bahasa
Jawa ke Bahasa Indonesia inilah yang disebut peristiwa alih kode.
Sejalan dengan pendapat Suwito (1985: 68), bahwa alih kode adalah
peristiwa peralihan dari kode yang satu ke kode yang lain. Berdasarkan jenisnya,
alih kode dibagi menjadi dua macam, yaitu alih kode intern dan alih kode ekstern,
menurut Suwito (1985:69). Alih kode intern adalah alih kode yang terjadi antar
bahasa-bahasa daerah dalam satu bahasa nasional, antara dialek-dialek dalam satu
bahasa daerah, atau antara beberapa ragam dan gaya yang terdapat dalam satu
dialek. Sedangkan alih kode ekstern adalah alih kode yang terjadi antara bahasa
asli dengan bahasa asing. Meskipun demikian, dalam prakteknya dimungkinkan
terjadi alih kode intern dan ekstern secara beruntun.
Selain sikap kemultibahasaan yang dimiliki oleh masyarakat tutur, terdapat
beberapa faktor penyebab terjadinya peristiwa alih kode, seperti yang
dikemukakan Chaer (2004:108), adapun beberapa faktor tersebut yaitu sebagai
berikut:
a. Penutur
Seorang penutur kadang dengan sengaja beralih kode terhadap mitra
tutur karena adanya suatu tujuan. Misalnya mengubah situasi dari resmi
menjadi tidak resmi atau sebaliknya. Adapun contoh alih kode yang sering
dijumpai dalam kegiatan sehari-hari, yaitu diantaranya.
Contoh:
Saat terjadi kegiatan jual beli di pasar tradisional, tak jarang kita
jumpai pembeli Warga Negara Asing. Penjual yang kebanyakan asli
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Indonesia yang memiliki bahasa ibu yang berbeda-beda, mau tidak mau
harus menyesuaikan bahasanya dengan bahasa yang digunakan oleh
pembeli tersebut. Perubahan bahasa yang satu ke bahasa yang lain terjadi
karena adanya faktor pendorong yang kuat.
b. Mitra Tutur
Setiap penutur biasanya ingin mengimbangi bahasa yang digunakan
oleh lawan tuturnya dalam masyarakat. Penutur mungkin harus beralih
kode untuk mengimbangi. Suwito (dalam Chaer dan Agustina, 2004:73)
lawan tutur dibedakan menjadi dua golongan, yaitu 1) Penutur yang
berlatar belakang kebahasaan yang sama dengan lawan tutur, 2) Lawan
tutur yang berlatar belakang berlainan alih gaya.
c. Hadirnya Penutur Ketiga
Untuk menetralisir situasi dan menghormati mitra tutur ketiga, biasanya
penutur dan mitra tutur beralih kode, apalagi bila latar belakang
kebahasaan mereka berbeda.
d. Perubahan Situasi
Perubahan situasi pembicaraan juga dapat mempengaruhi terjadinya
alih kode. Situasi tersebut dapat berupa situasi formal ke informal ataupun
sebaliknya.
e. Pokok Pembicaraan (Topik)
Pokok pembicaraan atau topik merupakan faktor yang dominan dalam
menentukan terjadinya alih kode. Pokok pembicaraan yang bersifat formal
biasanya diungkapkan dengan ragam baku, dengan gaya netral dan serius.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Sedangkan pokok pembicaraan yang bersifat informal disampaikan dengan
bahasa tak baku, gaya sedikit emosional, dan serba seenaknya.
Selain itu, penyebab terjadinya alih kode berdasarkan komponen tutur
Hymes (dalam Chaer dan Agustina, 2004:48) yaitu SPEAKING sebagai
berikut.
S = Setting and Scene (Situas) (act situation), mencakup latar dan
suasana
P = Partisipant, mencakup penutur, pengirim, pendengar, dan penerima.
E = End (tujuan), mencakup bentuk pesan dan isi pesan.
A= Act Sequence (urutan tindak), mencakup bentuk pesan dan isi pesan
K= Key (kunci)
I = Instrumentalities (peranti, perabotan), mencakup saluran dan bentuk
tutur.
N = Norms (norma), mencakup norma interaksi dan norma interpretasi
G = Genre (bentuk dan ragam bahasa) Macam-macam alih kode yang
berwujud alih bahasa tidak hanya satu atau dua bahasa, namun ada banyak
bahasa yang digunakan dalam bertutur, diantaranya;
1) Alih kode bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa.
2) Alih kode bahasa Jawa ke bahasa Indonesia.
3) Alih kode bahasa Jawa ke bahasa Asing.
4) Alih kode bahasa Indonesia ke dalam bahasa Asing.
5) Alih kode bahasa Asing ke dalam bahasa Indonesia.
6) Alih kode bahasa Asing ke dalam bahasa Jawa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Alih kode dilakukan seseorang dikarenakan ada beberapa macam tujuan
yang ingin disampaikan dalam suatu tuturan. Penutur tidak asal bertutur
dalam melakukan pengalihan bahasa yang digunakan. Tujuan yang ingin
disampaikan oleh penutur, sebagai berikut:
a. Ingin membina keakraban.
b. Ingin memperjelas maksud pembicaraan.
c. Ingin menyesuaikan pembicaraan.
d. Ingin menyembunyikan atau merahasiakan pembicaraan.
e. Ingin menimbulkan rasa humor.
f. Ingin beralih kode karena marah atau emosi.
Hymes (dalam Chaer dan Agustina, 2004:107) menyatakan bahwa alih kode
bukan hanya terjadi antar bahasa, tetapi juga terjadi antara ragam ragam atau
gaya-gaya yang terdapat dalam satu bahasa. Fasold (dalam Chaer dan Agustina,
2004:115) mengatakan bahwa apabila satu klausa jelas-jelas memiliki struktur
gramatikal satu bahasa, dan klausa berikutnya disusun menurut struktur
gramatikal bahasa lain, maka peristiwa yang terjadi adalah alih kode.
2.1.5 Campur Kode
Campur kode adalah suatu keadaan berbahasa di mana orang mencampur
dua bahasa atau ragam bahasa dalam suatu tindak bahasa tanpa sesuatu dalam
situasi berbahasa itu yang menuntut pencampuran itu (Nababan, 1991:32).
Maksudnya adalah keadaan yang tidak memaksa atau menuntut seseorang untuk
mencampur suatu bahasa ke dalam bahasa lain saat peristiwa tutur sedang
berlangsung. Fenomena campur kode berbeda dengan alih kode.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Sebagian besar peristiwa campur kode dilakukan seseorang secara tidak
sengaja atau tidak sadar. Hal ini dikarenakan sikap kemultibahasaan orang
tersebut mengandung beberapa frase bahasa asing ke bahasa asli. Walaupun
begitu, peristiwa campur kode juga dapat dilakukan dengan sengaja, yakni karena
alasan akademis, keterbatasan istilah dalam bahasa asli dan sebagainya. Misalnya
dalam siaran radio, si penyiar dalam berbahasa Indonesia banyak menyelipkan
bahasa daerahnhya, maka penutur tersebut dapat dikatakan telah melakukan
campur kode. Campur kode dan alih kode ini diakibatkan adanya penguasaan dua
bahasa atau lebih dari satu bahasa ini dinamakan multilingual. Contoh campur
kode dalam tayangan Republik Sentilan Sentilun yaitu:
Mucle : “Ah, ini rupanya ada gadis cantik lagi dirayu sama portal
komplek. Oh oh oh Jarwo”.
Jarwo : “Oh oh oh Mucle”. Saya itu punya teman, jagoan”.
Mucle : “Wah sombong”.
Jarwo : “Superhero siapa yang nggak teman saya”.
Mucle : “Siapa”?
Jarwo : “Batman itu teman saya”.
Mucle : “Terus?”
Jarwo : “Hebat orangnya”.
Mucle : “Batman, mana mau Batman berteman dengan bad mood”.
Pada kutipan “Batman, mana mau Batman berteman dengan bad mood”, jika
diperhatikan pada tuturan tersebut mengandung campur kode. Campur kode yang
terdapat pada tuturan tersebut termasuk dalam kategori campur kode ekstern atau
campur kode keluar. Kata “bad mood” yang berarti “perasaan sedang buruk”
disisipkan pada tuturan tokoh Mucle.
Campur kode sebagai salah satu fenomena yang terjadi pada penyiar radio
juga tidak mungkin dihindarkan. Penelitian yang bisa dijadikan sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
pandangan yang relevan dengan penelitian ini yaitu skripsi karya Ardian Pitra
Satya Purnama, mahasiswa angkatan 2009 program studi Pendidikan Bahasa
Sastra Indonesia di Universitas Sanata Dharma. Skripsi karya Ardian yang
berjudul “Alih Kode dan Campur Kode Iklan Obat di Siaran Radio Kedaulatan
Rakyat Yogyakarta”. Pada penelitian relevan ini, penulis memaparkan
penggunaan alih kode dan campur kode yang muncul berdasarkan fungsinya. Alih
kode dan campur kode pada iklan obat di siaran radio digunakan untuk
menawarkan produk, mempermudah pemahaman bagi pendengar yang memiliki
dwibahasa.
Campur kode ini merupakan fenomena pemakaian dua bahasa atau lebih,
dengan saling memasukkan unsur-unsur bahasa yang satu ke dalam bahasa lain
secara konsisten Kachru (1978). Campur kode di Indonesia sering terjadi dalam
situasi orang sedang berbincang-bincang di mana orang sedang berbicara dengan
menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa daerah (Nababan, 1991:31).
Selain itu, campur kode dapat terjadi antarbahasa, antardialek, dan
antarragam. Campur kode antarbahasa adalah percampuran yang dilakukan saat
menggunakan bahasa pokok yang disisipi oleh bahasa asing. Campur kode
antardialek adalah percampuran bahasa pokok yang disisipi oleh bahasa daerah
dialek Jawa, Madura, Jakarta sehingga muncul bahasa Indonesia yang kejawa-
jawaan, kemadura-maduraan, atau kejakarta-jakartaan. Lain halnya dengan
campur kode antarragam yang ditentukan oleh bahasa di mana seorang penutur
melakukan campur kode yang akan menempatkan penutur di dalam hirarki status
sosialmya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Suwito (1983: 76) membedakan jenis campur kode menjadi dua golongan.
Yaitu campur kode ke dalam (inner code mixing) dan campur kode keluar (outer
code mixing). Campur kode ke dalam adalah campur kode yang menggunakan
bahasa asli, dan campur kode keluar adalah campur kode yang menggunakan
bahasa asing. Selain itu, menurut Tarigan (1985:19) kata dapat diartikan sebagai
satuan bebas yang paling kecil. Kata adalah bentuk bebas yang paling kecil, yaitu
kesatuan terkecil yang dapata diucapkan secara berdikari, Bloomfield (dalam
Tarigan, 1985:6). Suwito (1985:79) membedakan campur kode menjadi beberapa
macam, antara lain:
1. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud kata.
Menurut bentuknya, kata dapat dibagi menjadi 4 kategori. Empat
kategori itu sebagai berikut.
1) Kata Dasar
Kata dasar adalah satuan terkecil yang mendasari pembentukan
kata yang lebih kompleks (Tarigan, 1985:9). Contohnya adalah
“malam” dalam kata “bermalam”, kata dasar “tidur” memperoleh
afiks –an menjadi “tiduran”.
2) Kata Berimbuhan
Kata berimbuhan yaitu kata yang mengalami perubahan akibar
melekannya afiks (imbuhan) baik di awal (prefiks), di tengah
(infiks), di akhir (sufiks). Prefiks adalah suatu unsur yang
diletakkan di depan kata dasar. Infiks adalah morfem yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
diselipkan di tengah kata dasar. Sufiks adalah morfem terikat yang
diletakkan di belakang kata dasar.
3) Kata Ulang
Kata ulang adalah pengulangan satuan gramatik baik seluruhnya
maupun sebagian, baik fonem maupun tidak (Ramlan, 1981:83).
Pengulangan kata dapat dibagi menjadi empat, yaitu (1) kata ulang
seluruh, yaitu pengulangan seluruh bentuk dasar, seperti buku-buku,
malam-malam, rumah-rumah, dan sebagainya; (2) kata ulang
sebagian, yaitu pengulangan sebagian dari bentuk dasarnya, seperti
melambai-lambai, membaca-baca, bernyanyi-nyanyi; (3) kata ulang
berkombinasi dengan afiks yaitu kata ulang dasar yang
dikombinasikan dengan afiks seperti, mobil-mobilan, kuda-kudaan;
(4) kata ulang perubahan fonem, seperti bolak-balik, gerak-gerik,
serba-serbi.
4) Kata Majemuk
Ramlan (2009: 76) mengatakan bahwa kata majemuk adalah
gabungan dua kata yang menimbulkan suatu kata baru. Kata yang
terjadi gabungan dua kata itu lazim dengan kata majemuk.
Misalnya rumah sakit, meja makan, keras hati, panjang tangan,
dapat disimpulkan bahwa kata majemuk ialah kata yang terdiri dari
dua kata sebagai unsurnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
2. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud frasa
Penyisipan frasa adalah penyisipan unsur frasa yang berasan dari
bahasa asing atau bahasa daerah yang masuk ke dalam tuturan yang
menggunakan suatu bahasa pokok tertentu. (Ramlan, 1987: 151) Frasa
ialah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak
melampaui batas fungsi klausa. Unsur klausa yang terdiri dari dua atau
lebih yang tidak melampaui batas fungsi itu merupakan satuan gramatik
yang disebut frasa.
3. Penyisipan unsur-unsur berwujud ungkapan atau idiom
Ungkapan adalah konstruksu dari unsur-unsur yang saling memilih,
masing-masing anggota memiliki makna yang ada bersama yang lain
(Kridalaksana, 2001: 81).Ungkapan dapat berfungsu untuk menghidupkan
dan mendorong perkembangan bahasa dan akan menciptakan keindahan
bahasa agar tidak membosankan.
Selain itu, ada pula faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode.
Menurut Suwito (1983) ada beberapa faktor penyebab terjadinya campur kode
yaitu sebagai berikut:
1) Identifikasi peranan adalah sosial, registral, dan edukasional. Campur kode
yang terjadi ditunjukkan untuk mengidentifikasi peranan penutur, baik
secara sosial, pendidikan, serta golongan dari peserta bicara atau penutur
bahasa tersebut. Misalnya dalam pemakaian bahasa Jawa, pemilihan
variasi bahasa dan cara mengekspresikan variasi bahasa itu dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
memberikan kesan tertentu baik tentang status sosial ataupun tingkat
pendidikan penuturnya.
2) Identifikasi ragam ditentukan oleh bahasa yang digunakan penutur pada
waktu melakukan campur kode, yang akan menempatkan penutur dalam
hierarki status sosial.
3) Identifikasi keinginan untuk menjelaskan dan menafsirkan tampak dalam
sikap terhadap penutur. Yang termasuk dalam faktor ini adalah tampak
pada peristiwa campur kode yang menandai sikap dan hubungan orang
lain, dan hubungan orang lain terhadapnya.
2.1.6 Tuturan
Tuturan adalah hasil komunikasi yang berupa ucapan atau ujaran (Chaer
dan Agustina, 2004:47). Komunikasi dalam bentuk tuturan dapat terjadi dalam
acara diskusi, rapat, sidang, serta proses pembelajaran di kelas antara guru dengan
siswa, dan lain sebagainya. Komunikai ini berupa ucapan atau ujaran
menyampaikan informasi berupa pikiran, gagasan, maksud, perasaan, maupun
emosi secara langsung. Dengan ini dapat dikatakan bahwa tuturan merupakan
suatu peristiwa yang terjadi atau sedang berlangsung interaksi linguistik dalam
suatu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan
lawan tutur yang melibatkan suatu waktu, tempat, dan situasi tertentu untuk saling
tukar informasi.
Pada penelitian ini, skripsi yang terbilang relevan dengan skripsi yang
sedang dibuat yaitu skripsi karya Maria Enny Hirawati, mahasiswi angkatan 1991
program studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Skripsi yang berjudul “Analisis Bentuk Sapaan Dalam Tuturan Antartokoh Cerita
Nover Para Priyayi Karya Umar Kayam (Pendekatan Sosiolingusitik) ini berisi
tentang bentuk-bentuk tuturan tokoh cerita yang mengandung sapaan.
Selain itu (Suwito, (1983:30) menyebutkan lima faktor yang menentukan
suatu tuturan, yaitu penutur, lawan tutur, pokok pembicaraan, tempat, dan
suasana. Faktor ini menentukan terjadinya suatu kontak bahasa. Kontak bahasa
yang dapat dijumpai pada peristiwa persentuhan bahasa antara beberapa bahasa
yang dikuasai penutur dan mitra tutur. Hal ini dapat berakibat pada munculnya
kemungkinan pergantian pemakaian bahasa oleh penutur dalam konteks sosialnya.
Peristiwa atau gejala semacam itu terlihat dalam wujud kedwibahasaan.
2.1.7 Interferensi
Interferensi adalah digunakannya unsur bahasa lain dalam menggunakan
suatu bahasa, yang dianggap sebagai suatu kesalahan karena menyimpang dari
kaidah atau aturan bahasa yang digunakan (Chaer dan Agustina, 2010: 120).
Weinreich (dalam Chaer dan Agustina, 2010: 120) mengemukakan bahwa
interferensi adalah perubahan sistem atau bahasa sehubungan dengan adanya
persentuhan bahasa tersebut dengan usnur-unsur bahasa lain yang dilakukan oleh
penutur yang bilingual. Berdasarkan hal tersebut interferensi dapat diartikan
sebagai penggunaan sistem BI dalam menggunakan B2 sedangkan sistem tersebut
tidak sama dalam kedua bahasa tersebut. Interferensi berarti adanya saling
berpengaruh antarbahasa (Alwasilah dalam Aslinda dan Syafyahya, 2010:
66).dapat terjadi pada pengucapan, tata bahasa, kosakata, dan makna budaya baik
dalam ucapan maupun tulisan, terutama jika seseorang sedang mempelajari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
bahasa kedua (Alwasilah, 1993: 114). Pengaruh itu dalam benuk paling sederhana
berupa pengambilan suatu unsur dari satu bahasa dan digunakan dalam
hubungannya dengan bahasa lain. Interferensi dapat terjadi pada pengucapan, tata
bahasa, kosakata, dan makna bahasa lain. Interferensi dianggap sebagai gejala
tutur, terjadi hanya pada dwibahasan dan peristiwanya dianggap sebagai
penyimpangan, jika sekiranya dwibahasawan itu dapat memisahkan kedua bahasa
yang dikuasai dalam arti dwibahasawan adalah dua pmbicara yang terpisah dalam
diri atau orang, berarti tidak akan terjadi penyimpangan atau interferensi (Aslinda
dan Syafyahya, 2010: 65).
Adapun penelitian yang relevan dengan skripsi ini, yaitu skripsi karya
Mardiana mahasiswi lulusan Universitas Sanata Dharma yang berjudul
“Interferensi Fonologis Dialek Melayu Bangka Sub Dialek Pangkal Pinang Pada
Penggunaan Bahasa Indonesia Oleh Siswa SMA Di Pangkal Pinang”.
Interferensi yang ditemui dalam penelitian ini adalah interferensi pada tataran
fonologis.
2.1.8 Kedwibahasaan
Istilah bilingualisme (Inggris: bilingualism) dalam bahasa Indonesia disebut
juga kedwibahasaan. Untuk dapat menggunakan dua bahasa tentunya seseorang
harus menguasai kedua bahasa itu. Pertama, bahasa ibunya sendiri atau bahasa
pertamanya (disingkat B1), dan yang kedua adalah bahasa lain yang menjadi
bahasa keduanya (disingkat B2).
Istilah bilingualisme adalah istilah yang pengertiannya bersifat relatif.
Kerelativitasan ini muncul disebabkan batasan seseorang disebut multilingual
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
bersifat arbitrer dan hampir tidak dapat ditentukan secara pasti. Mula-mula
bilingualisme diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan dua bahasa sama
baiknya oleh seorang penutur, namun pendapat ini makin lama makin tidak
populer karena kriteria untuk menentukan sejauh mana seorang penutur dapat
menggunakan bahasa sama baiknya tidak ada dasarnya sehingga sukar diukur dan
hampir-hampir tidak dapat dilakukan (Suwito, 1983:40). Istilah bilingualisme
dalam bahasa Indonesia disebut juga kedwibahasaan (Chaer, 2004:84). Dari
istilah yang dikemukakan oleh Chaer tersebut, dapat dipahami bahwa
bilingualisme atau kedwibahasaan berkenaan dengan pemakaian dua bahasa oleh
seorang penutur dalam aktivitasnya sehari-hari.
Ada beberapa ahli yang menerangkan tentang pengertian kedwibahasaan atau
bilingualisme. Salah satunya adalah Weinrich (Aslinda, dkk., 2007:23), ia
menyebutkan kedwibahasaan sebagai ‘The practice of alternately using two
language’, yaitu kebiasaan menggunakan dua bahasa atau lebih secara bergantian.
Dalam penggunaan dua bahasa atau lebih, jika melihat pengertian menurut
Weinrich, penutur tidak diharuskan menguasai kedua bahasa tersebut dengan
kelancaran yang sama. Artinya bahasa kedua tidak dikuasai dengan lancar seperti
halnya penguasaan terhadap bahasa pertama. Namun, penggunaan bahasa kedua
tersebut kiranya hanya sebatas penggunaan sebagai akibat individu mengenal
bahasa tersebut.
Hal di atas tidak sejalan dengan pengertian bilingualisme menurut Bloomfield
(Chaer, 2004:85) yang mengemukakan bahwa kedwibahasaan adalah native like
control of two languages. Menurut Bloomfiled mengenal dua bahasa berarti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
mampu menggunakan dua sistem kode secara baik. Pendapat Bloomfiled tersebut
tidak disetujui atau masih banyak dipertanyakan karena syarat dari native like
control of two languages berarti setiap bahasa dapat digunakan dalam setiap
keadaan dengan kelancaran dan ketepatan yang sama seperti bahasa pertama yang
digunakan penuturnya.
Selain kedua pengertian menurut dua ahli di atas, ada juga Diebold (dalam
Chaer, 2004:86) yang menyebutkan adanya bilingualisme atau kedwibasaan pada
tingkat awal (incipient bilingualism). Menurut Diebold, bilingualisme tingkat
awal ini ‘…yaitu bilingualisme yang dialami oleh orang-orang, terutama oleh
anak-anak yang sedang mempelajari bahasa kedua pada tahap permulaan. Pada
tahap ini bilingualisme masih sederhana dan dalam tingkat rendah’.
Jika melihat pernyataan Diebold, benar kiranya apabila kedwibahasaan yang
banyak digunakan oleh orang-orang adalah kedwibahasaan atau bilingualisme
pada tingkat awal. Dalam kegiatan sehari-hari tentunya kita pun tanpa disadari
hampir selalu melaksanakan bilingualisme pada tingkat awal ini. Namun,
kebanyakan orang pada masa sekarang cenderung tidak menguasai kedua bahasa
yang digunakannya dengan tepat.
Apabila melihat pengertian kedwibahasaan menurut ahli, dari penelitian ini,
dapat diambil penelitian yang relevan karya Daman Huri. Jurnal ilmiah dari
UNSIKA yang berjudul “Penguasaan Kosakata Kedwibahasaan Antara Bahasa
Sunda dan Bahasa Indonesia Pada Anak-anak (Sebuah Analisis Deskriptif-
Komparatif) ini berisikan tentang penguasaan dwibahasa yang dimiliki oleh anak-
anak, terutama dalam Bahasa Sunda dan Bahasa Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Pada acara dialog interaktif Republik Sentilan Sentilun, kedwibahasaan kerap
muncul saat acara berlangsung. Munculnya kedwibahasaan dalam acara ini
berawal dari tokoh atau pembawa acara yang menguasai lebih dari satu bahasa.
Pembawa acara yang berasal dari Jawa menjadikan penguasaan bahasa Jawa yang
baik dan lancer. Hal itu membuat tokoh tersebut sering menggunakan bahasa Jawa
saat tayangan Republik Sentilan Sentilun berlangsung. Selain itu, tidak jarang pula
saat tokoh-tokoh dalam acara itu berdialog, mereka menggunakan bahasa asing
yang diselipkan pada tuturannya. Hal ini juga menunjukkan bahwa, penguaasan
bahasa yang lebih dari satu dapat menjadi salah satu faktor munculnya alih kode
dan campur kode.
2.1.9 Kontak Bahasa
Dalam membicarakan masalah kedwibahasaan atau bilingualisme, tidak
mungkin terpisahkan adanya peristiwa kontak bahasa. Seorang dwibahasawan
sangat mungkin sebagai awal terjadinya interferensi dalam bahasa, sehingga
antara kontak bahasa dan dwibahasawan sangat erat hubungannya. Interferensi
merupakan salah satu peristiwa kebahasaan yang mungkin terjadi sebagai akibat
adanya kontak bahasa.
Menurut Thomason (2001:1), kontak bahasa adalah penggunaan lebih dari
satu bahasa dalam tempat dan waktu yang sama. Penggunaan bahasa ini tidak
menuntut penutur untuk berbicara dengan lancar sebagai dwibahasawan atau
multibahasawan, namun terjadinya komunikasi antara penutur dua bahasa yang
berbeda pun sudah dikategorikan sebagai peristiwa kontak bahasa. Sebagai
contoh, ketika dua kelompok wisatawan saling meminjamkan alat masak selama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
dua atau tiga jam, mereka pasti akan berusaha untuk saling berkomunikasi satu
sama lain. Peristiwa komunikasi ini, meskipun mungkin dalam bentuk yang
sangat sederhana, sudah masuk dalam kategori kontak bahasa.
2.1.10 Konteks
Menurut Keraf (dalam Smarapradhipa, 2005:1), memberikan dua
pengertian bahasa. Pengertian pertama menyatakan bahasa sebagai alat
komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh
alat ucap manusia. Kedua, bahasa adalah sistem komunikasi yang
mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer.
Penelitian ini tidak lepas dari adanya konteks dalam sebuah tuturan. Konteks
menurut KBBI (2007), konteks sebagai situasi yang ada hubungannya dengan
suatu kejadian. Dalam setiap peristiwa tutur, konteks sangat diperlukan untuk
menafsirkan maksud dari tuturan penutur.
Sebagai deskripsi konteks, penutur akan cenderung menggunakan bahasa
Indonesia dalam suasana tuturan formal. Namun dalam penelitian ini, konteks
dalam tuturan tokoh di acara dialog interaktif Repulik Sentilan Sentilun dapat
terjadi dengan menggunakan bahasa Indonesia maupun bahasa daerah. Menurut
Hymes (dalam Aslinda dan Syafahya, 2007: 34), menyatakan bahwa menurut
pengamatannya situasi tutur adalah situasi ketika tuturan dapat dilakukan dan
dapat pula tidak dilakukan, situasi tidak murni komunikatif dan tidak mengatur
adanya aturan berbicara, tetapi mengacu pada konteks yang menghasilkan aturan
berbicara. Sebuah peristiwa tutur terjadi dalam satu situasi tutur dan peristiwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
tutur itu mengandung satu atau lebih tindak tutur. Dari pendapat di atas, dapat
diketahui bahwa dalam suatu komunikasi, tuturan tidak lepas dari konteks yang
saling mempengaruhi terhadap tindak komunikasi. Poedjosoedarmo (dalam
Rahardi, 2001), menyatakan konsep tuturan yang sebetulnya merupakan
pengembangan dari konsep tuturan yang disampaikan oleh Hymes di atas.
2.1.10 Kerangka Berpikir
Penelitian mengenai alih kode dan campur kode dalam acara dialog
interaktif Republik Sentilan Sentilun memiliki kerangka berpikir. Kerangka
berpikir digunakan sebagai dasar teori dan pemikiran dari seluruh proses
penelitian yang akan dilakukan. Tujuan dari adanya kerangka berpikir ini adalah
untuk memudahkan peneliti dalam menjelaskan alur penelitian alih kode dan
campur kode dalam acara dialog interaktif Republik Sentilan Sentilun. Dalam
kerangka berpikir ini, peneliti berusaha membahas permasalahan yang diangkat,
yakni wujud alih kode dan campur kode dan faktor penyebab terjadinya alih kode
fan campur kode. Pembahasan masalah tersebut akan dijelaskan dengan konsep,
teori, dan metode yang berhubungan dengan masalah penelitian.
Peneliti menggunakan teori sosiolinguistik sebagai pisau analisis dalam
penelitian. Permasalahan dalam penelitian ini adalah alih kode dan campur kode
dalam tuturan tokoh, maka peneliti berpikir bahwa teori sosiolinguistik sangat
tepat digunakan sebagai pisau analisis dalam penelitian ini. Komponen penting
dalam teori sosiolinguistik yang menjadi fokus peneliti adalah tuturan yang
mengandung alih kode dan campur kode. Penelitian ini menggunakan metode
penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang hasil datanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
berupa data deskriptif dalam bentuk lisan maupun tuturan. Peneliti memberi
gambaran menyeluruh mengenai data penelitian berdasarkan proses pengumpulan
data dan analisis data.
Pengumpulan data dilakukan dengan tujuan memperoleh informasi
mengumpulkan data-data untuk menjawab permasalahan yang diangkat oleh
peneliti. Data yang telah terkumpul dari sumber data akan diproses melalui
analisis data. Analisis data merupakan penelusuran melalui temuan-temuan yang
diperoleh peneliti. Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data
yang telah didapatkan dari sumber data. Analisis data merupakan cara peneliti
untuk mengolah data yang sudah terkumpul guna menjawab permalahan dalam
penelitian. Dari hasil kegiatan pengumpulan data dan analisis data, peneliti
berupaya untuk menuliskan hasil penelitian tersebut. Hasil penelitian merupakan
sasaran yang ingin dicapai dalam penelitiannya. Dalam hasil penelitian, peneliti
menguraikan secara runtut proses penelitian yang kemudian mendeskripsikan
secara singkat dalam butir-butir yang spesifik. Secara ringkas, alur penelitian ini
adalah sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Kerangka Berpikir
KODE
ALIH
KODE
CAMPUR
KODE
DIALOG
INTERAKTIF
REPUBLIK
SENTILAN
SENTILUN
TUJUAN
SOSIOLINGUISTIK
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kualitatif. Menurut
Sukmadinata (2009:53), penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan
untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial,
sikap, kepercayaan, presepsi, dan orang secara individual maupun kelompok.
Selain itu, Sukmadinata (2009:18), menyatakan bahwa penelitian deskriptif
bertujuan mendefinisikan suatu keadaan atau fenomena secara apa adanya. Hal ini
menunjukkan bahwa suatu kejadian yang terjadi dan sedang diteliti akan
dipaparkan sejara nyata, tanpa ada rekayasa dalam proses penelitian.
3.2 Sumber Data dan Data Penelitian
Sumber data penelitian ini adalah video mengenai Republik Sentulan Sentilun.
Adapun data yang didapat yaitu tuturan tokoh dalam acara dialog interaktif
Republik Sentulan Sentilun yang mengandung alih kode dan campur kode. Data
yang dianalisis dalam penelitian ini adalah tuturan tokoh atau pemain dalam
bentuk satuan lingual yang tersisipi bahasa daerah (Bahasa Jawa) dan bahasa
asing (Bahasa Inggris) pada dialog antara pembawa acara dengan bintang tamu.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Dalam sebuah penelitian, data merupakan fakta atau keterangan mengenai
sesuatu yang dapat digunakan untuk menyusun informasi. Setiap data atau fakta
yang dikumpulkan harus bisa memberikan gambaran maupun keterangan yang
jelas. Oleh karena itu dalam penelitian ini, peneliti berupaya untuk memilih teknik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
pengumpulan data yang tepat suapaya dapat memperoleh data yang tepat. Teknik
pengumpulan data adalah cara yang digunakan peneliti untuk memperoleh data
yang akan dikupas, guna menjawab permasalahan dalam penelitian.
3.3.1 Rekam
Teknik rekam adalah teknik pengumpulan data yang digunakan dengan
cara merekam percakapan informan, terutama yang berhubungan dengan masalah
yang diteliti. Teknik rekam digunakan dengan pertimbangan bahwa data yang
diteliti berupa data lisan. Teknik ini dilakukan dengan terencana, sistematis
maupun dengan serta merta. Dengan menggunakan teknik rekam, peneliti akan
merekam tuturan tokoh dalam acara dialog intraktif Republik Sentilan Sentilun
menggunakan tape recorder.
3.3.2 Simak
Metode simak adalah metode yang digunakan untuk memperoleh data
dengan melakukan penyimakan terhadap penggunaan bahasa. Menurut Mahsun
(dalam buku Muhammad 2014:192) metode ini memiliki teknik lanjutan, yaitu
teknik simak libat cakap, teknik simak bebas libat cakap, teknik catat, teknik
sadap.
3.3.3 Catat
Teknik catat ini merupakan teknik lanjutan yang dilakukan ketika
menerapkan metode simak dengan teknik lanjutan (teknik simak libat cakap dan
teknik simak bebas libat cakap), yaitu mencatat data yang dapat diperoleh dari
informan pada kartu data (Mahsun, 2007 : 131). Teknik catat dilakukan dengan
melakukan pencatatan pada kartu data dengan menggunakan alat tulis tertentu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
(Sudaryanto 1993:135). Teknik catat ini dilakukan dengan cara mencatat tuturan
percakapan yang ada dalam acara dialog interaktif “Republik Sentilan Sentilun”
ke dalam kartu data yang telah dibuat sebelumnya. Di bawah ini adalah gambar
kartu data.
Kartu Data Alih Kode dalam Acara Dialog Interaktif “Republik
Sentilan Sentilun” Metro TV
Gambar 1. Kartu Data
Keterangan:
Ttr : Tuturan
01 : Nomor Data
28-01-2017 : Tanggal Penayangan
3.4 Insturmen Penelitian
Sebagaimana penelitian kualitatif, penelitian ini pun instrumennya adalah
peneliti itu sendiri. Peneliti menjadi instrumen dalam penelitian ini berbekal
No Data : 01/28-01-2017
Ttr : Jarwo : “Batman itu teman saya”.
Mucle : “Terus”?
Jarwo : “Hebat orangnya”.
Mucle : “Batman, mana mau Batman berteman dengan
bad mood”.
Jenis AK : Ekstern (BI-Bing)
F AK : Sekedar bergengsi
F AK : Sekedar bergengsi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
pemahaman teori sosiolinguistik, khususnya alih kode dan camur kode serta
faktor penyebabnya dalam acara dialog interaktif Republik Sentilan Sentilun
Metro TV.
3.5 Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis
kualitatif. Untuk menganalisis data dalam penelitian ini dibagi menjadi beberapa
langkah, yaitu sebagai berikut.
a. Mengidentifikasi proses terjadinya alih kode dan campur kode yang
ada dalam acara dialog interaktif Republik Sentilan Sentilun.
b. Mengidentifikasi bentuk-bentuk alih kode dan campur kode yang ada
dalam acara dialog interaktif Republik Sentilan Sentilun.
c. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya alih kode
dan campur kode dalam acara dialog interaktif Republik Sentilan
Sentilun.
d. Mengklasifikasikan bentuk-bentuk alih kode dan campur kode yang
ada dalam acara dialog interaktif Republik Sentilan Sentilun.
e. Mengklasifikasikan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya alih
kode dan campur kode dalam acara dialog interaktif Republik Sentilan
Sentilun.
f. Menginterpretasikan hasil dari klasifikasi bentuk-bentuk alih kode dan
campur kode yang ada dalam acara dialog interaktif Republik Sentilan
Sentilun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
g. Menginterpretasikan hasil dari klasifikasi faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya alih kode dan campur kode dalam acara
dialog interaktif Republik Sentilan Sentilun.
3.5 Triangulasi
Untuk menguji tingkat keabsahan temuan data, peneliti akan melakukan
teknik triangulasi data. Menurut Lexy Moleong (2007), triangulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu
untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.
Kemudian menurut Sugiyono, trianggulasi dibagi menjadi empat jenis yaitu
trianggulasi teknik atau metode, trianggulasi sumber, dan triangulasi waktu.
Pada penelitian ini, trianggulasi yang dipakai yaitu trianggulasi sumber.
Trianggulasi sumber dipilih karena trianggulasi ini digunakan untuk pengecekan
kredibilitas data yang dilakukan dengan memeriksa data yang didapatkan melalui
beberapa sumber. Triangulasi sumber data, yaitu sumber data yang digunakan
dalam penelitian ini merupakan 6 episode yang memiliki topik berbeda-beda
dalam setiap episode acara dialog interaktif Republik Sentilan Sentilun. Perbedaan
topik pada setiap episodenya juga ditunjukkan dengan tokoh-tokoh yang berbeda
pula, sehingga potensi munculnya alih kode dan campur kode yang digunakan
sebagai data dalam penelitian ini menjadi lebih bervariasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Data
Data penelitian ini berupa tuturan dialog interaktif Republik Sentilan Sentilun
Metro TV periode Januari-Februari 2017. Data setiap percakapan dibagi menjadi
beberapa dialog untuk dianalisis dan dikategorikan ke dalam bentuk kode yang
termasuk alih kode dan campur kode beserta faktor penyebab, sehingga
didapatkan 68 data yang ditabulasikan. Data tersebut kemudian dianalisis dan di
kategorikan ke dalam jenis kode yang termasuk alih kode atau campur kode
beserta faktor penyebabnya, sehingga data tersebut terbagi ke dalam 17 data alih
kode dan 51 data campur kode.
Alih kode dibagi menjadi dua jenis, yaitu alih kode internal dan eksternal
yang dibagi lagi menjadi dua substansi yaitu antarragam dan antarbahasa. Dalam
penelitian ini, didapat hanya satu macam yaitu alih kode internal antarragam
formal ke informal. Pada campur kode dibagi menjadi dua jenis yaitu campur
kode dalam dan campu kode keluar. Kedua jenis alih kode tersebut dibagi lagi
menjadi dua subtansi yaitu antarragam dan antarbahasa. Dalam penelitian ini
campur kode ke dalam dan keluar terbagi menjadi tiga jenis bentuk penyisipan
bahasa dalam komunikasi. Penyisipan yang ditemukan dalam campur kode ke
dalam yaitu penyisipan kata, penyisipan frasa, dan pengulangan kata.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
4.2 Hasil Analisis Data
Analisis data ini sejalan dengan pandangan Spradley (dalam Sugiyono,
2006: 89), yang menyatakan bahwa analisis dalam penelitian jenis apapun
merupakan cara berpikir kritis. Hal itu berkaitan dengan pengujian secara
sistematis terhadap sesuatu untuk menentukan bagian, hubungan antar bagian, dan
hubungannya dengan keseluruhan. Kaitannya dengan penelitian ini adalah tuturan
dari tokoh yang ada dalam acara dialog interaktif Republik Sentilan Sentilun
Metro TV. Peneliti memperhatikan tuturan para tokoh dan menentukan bagian dari
tuturan tersebut yang masuk dalam alih kode dan campur kode.
Alih kode sebagai gejala peralihan pemakaian bahasa karena perubahan
situasi atau suasana berbicara. Artinya, setiap tokoh yang melakukan percakapan
dan kemudian beralih kode menggunakan bahasa lain yang disesuaikan dengan
situasi atau suasana berbicara. Selain itu, campur kode yang merupakan suatu
keadaan berbahasa di mana orang mencampur dua bahasa atau ragam bahasa
dalam suatu tindak bahasa tanpa sesuatu dalam situasi berbahasa itu yang
menuntut pencampuran itu. Artinya, setiap percakapan yang dilakukan oleh tokoh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
dalam acara tersebut, para tokoh tanpa sengaja menggunakan bahasa lain dalam
tuturannya.
4.2.1 Wujud Alih Kode Internal
Menurut Chaer (2010), alih kode sebagai gejala peralihan pemakaian bahasa
karena perubahan situasi atau suasana pembicaraan. Dalam acara dialog interaktif
Republik Sentilan Sentilun Metro TV peneliti menemukan alih kode internal. Alih
kode internal dibagi menjadi dua jenis yaitu, alih kode internal ant arragam, dan
alih kode internal antarbahasa. Pada alih kode internal antarragam dibagi lagi
menjadi dua jenis yaitu, ragam formal ke informal, dan ragam informal ke formal.
Namun, alih kode internal antarragam yang terjadi pada tuturan tokoh dalam acara
ini hanya alih kode internal antarragam formal ke informal. Hal ini terjadi karena
beberapa bintang tamu yang ada dalam acara tersebut memiliki tingkat pendidikan
yang lebih tinggi.
Hymes (dalam Rahardi 2001: 20), mengatakan bahwa yang disebut sebagai
alih kode internal (internal code switching), yakni yang terjadi antar bahasa
daerah dalam suatu bahasa nasional antar dialek dalam satu bahasa daerah, atau
antara beberapa ragam dan gaya yang terdapat dalam suatu dialek. Dalam tuturan
tokoh acara dialog interaktif Republik Sentilan Sentilun, kertika para tokoh sedang
melakukan percakapan, para tokoh sengaja menggunakan beberapa bahasa dalam
tuturannya, suasana percakapan formal. Misalnya percakapan antara tokoh
Sentilun dengan Gareng berikut ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
1. Sentilun : “Ingat, kalau bapak ini pidato, simak yang baik-baik. Ning
balikno lho yo”.
Gareng : “Lho mas, kok sampeyan banyak sendiri?”
Sentilun: “Saya sebagai koordinator lapangan”. (DATA AK/RSS/03/040217)
Konteks: Percakapan dilakukan oleh Sentilun dan Gareng dalam acara
Republik Sentilan Sentilun Metro TV yang tayang pada 4 Februari
2017 dengan tema Indonesia Damai. Sentilun mengatakan dan
memberikan pada Gareng untuk menyimak pidato yang dilakukan
oleh salah satu calon pemimpin daerah.
Data di atas merupakan percakapan antara tokoh Sentilun dengan tokoh
Gareng pada acara dialog interaktif Republik Sentilan Sentilun. Sentilun yang
berperan sebagai penutur dan Gareng sebagai mitra tutur. Data yang ditemukan
oleh peneliti terdapat pada tuturan penutur dan mitra tuturnya. Data di atas
merupakan alih kode internal karena penutur beralih kode dengan menggunakan
bahasa Jawa. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Suwito (1985)
yang membagi alih kode menjadi dua, yaitu alih kode internal dan alih kode
eksternal.
Data pada percakapan penutur di atas yaitu tuturan yang mengandung alih
kode internal bahasa Jawa. Hal ini dapat dilihat dari tuturan tokoh Sentilun yang
awalnya menggunakan bahasa Indonesia, namun beralih menggunakan bahasa
Jawa yaitu “Ning balikno lho yo”. Kemudian Gareng sebagai mitra tutur ikut
menjawab menggunakan bahasa Jawa “Lho mas, kok sampeyan banyak sendiri”.
Peralihan dari penggunaan bahasa Indonesia ke bahasa Jawa dalam tuturan tokoh
tersebut yang membuat tuturan tersebut masuk dalam kategori alih kode internal.
Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Suwito (1985: 69), alih kode
yang terjadi antar bahasa-bahasa dalam satu bahasa nasional, antara dialek-dialek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
dalam satu bahasa daerah, atau antara beberapa ragam dan gaya yang terdapat
dalam satu dialek.
4.2.1.1 Alih Kode Internal Antarragam
a) Alih Kode Antarragam Formal ke Informal
Salah satu jenis alih kode antarragam adalah antarragam formal ke informal.
Alih kode antarragam formal ke informal biasa digunakan untuk menghormati
mitra tuturnya. Pada acara dialog interaktif Republik Sentilan Sentilun, terdapat
tuturan tokoh yang dapat di kategorikan ke dalam alih kode antarragam formal ke
informal. Tokoh pada acara tersebut menggunakan alih kode antarragam formal
ke informal untuk bercakap-cakap dengan beberapa bintang tamu penting, atau
saat topik pembicaraan yang serius. Hal ini sejalan dengan teori yang
dikemukakan oleh Chaer (2014: 108), yang menegaskan bahwa salah satu
penyebab terjadinya alih kode ialah pembicara atau penutur yang mempunyai
maksud atau tujuan tertentu yaitu menghormati mitra tutur. Misalnya dalam
contoh percakapan antara tokoh Asty, Marwoto, dan Gareng sebagai berikut:
2. Asty : “Mas Marwoto, Mas Gareng?”
Marwoto : “Opo sayang?”
(Apa sayang)
Gareng : “Dalem Bu”. (AK/RSS/09/040217)
(Iya bu)
Konteks: Peristiwa tutur terjadi dalam Republik Sentilan Sentilun
Metro TV yang tayang pada 4 Februari 2017 dengan
tema Indonesia Damai. Percakapan dilakukan oleh
Asty, Marwoto, dan Gareng. Asty memanggil Marwoto
dan Gareng karena ingin membicarakan sesuatu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Data di atas merupakan contoh alih kode atarragam formal ke informal.
Dalam percakapan di atas, tokoh Asty menggunakan bahasa Jawa ragam formal
“Mas Marwoto, mas Gareng”. Hal ini dimaksudkan untuk memanggil orang yang
lebih tua. Kemudian tokoh Marwoto sebagai mitra tutur menjawab menggunakan
ragam informal “Opo sayang”. Hal ini menunjukan bahwa mitra tutur
menganggap lawan tuturnya lebih muda. Namun tokoh Gareng menjawab dengan
ragam formal “Dalem bu”. Jawaban yang diungkapkan Gareng bermaksud untuk
menghormati mitra tuturnya.Data di atas merupakan alih kode internal antarragam
formal ke informal, karena penutur beralih kode untuk menghormati mitra
tuturnya. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Chaer (2014: 108),
yang menegaskan bahwa salah satu penyebab terjadinya alih kode ialah pembicara
atau penutur yang mempunyai maksud atau tujuan tertentu yaitu menghormati
mitra tutur.
4.2.1.2 Alih Kode Internal Antarbahasa
a) Alih Kode Internal Antarbahasa Indonesia ke Bahasa Jawa
Salah satu jenis alih kode internal antarbahasa yaitu antarbahasa Indonesia ke
bahasa Jawa. Dalam alih kode internal ini penutur menggugunakan bahasa
Indonesia yang kemudian beralih ke bahasa Jawa. Suasana yang tejadi dalam
percakapan ini yaitu suasana tuturan formal. Penutur beralih kode menggunakan
bahasa Jawa karena ingin memberitahukan sesuatu kepada mitra tuturnya. Hal ini
sejalan dengan pendapat Suwito (1985: 68), bahwa alih kode adalah peristiwa
peralihan dari kode yang satu ke kode yang lain. Misalnya dalam contoh
percakapan di bawah ini.
3. Sentilun : “Ingat, kalau bapak ini pidato, simak yang baik-baik. Ning
balikno lho yo”.
(Tapi dikembalikan ya)
Gareng : “Lho mas, kok sampeyan banyak sendiri”?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
(Anda)
Sentilun : “Saya sebagai koordinator lapangan”. (AK/RSS/03/040217)
Konteks: Peristiwa tutur terjadi dalam acara Republik Sentilan Sentilun
Metro TV dengan pelaku tutur Sentilun dan Gareng yang tayang
pada 4 Februari 2017 dengan tema Indonesia Damai. Sentilun
mengatakan dan memberikan pada Gareng untuk menyimak
pidato yang dilakukan oleh salah satu calon pemimpin daerah.
Pada data di atas, terjadi percakapan antara tokoh Sentilun dan Gareng.
Dalam percakapan tersebut, tokoh Sentilun mengawali percakapan dengan
menggunakan bahasa Indonesia. Namun pada tengah tuturannya, ia beralih
menggunakan bahasa Jawa “ning balikno lho yo”. Maksud tuturan tokoh tersebut
yaitu memberitahu agar mengembalikan sesuatu, suasana tuturan formal. Tuturan
yang terjadi menunjukkan bahwa penutur beralih dari satu kode bahasa ke kode
bahasa lain.
Hal serupa juga terjadi pada peristiwa alih kode pada data yang ada di bawah
ini:
4. Marwoto : “Gareng, kamu menuduh saya. Akan segera saya laporkan
kalian semua”.
Gareng : “Mau lapor ke mana?”
Marwoto : Saptol PP, biar kalian semua digaruk. Saya akan menuntut
kalian dengan undang-undang ITE, ITE macane opo?”
(Bacanya apa)
Sentilun : “Macane ITE”.
(Bacanya)
Marwoto :“ITE deng. Kalian telah menjelek-jelekkan saya”.
(Deh) (AK/RSS/04/040317)
Konteks: Peristiwa tutur di atas terjadi dalam acara Republik
Sentilan Sentilun Metro TV yang tayang pada 4
Februari 2017 dengan tema Indonesia Damai.
Tuturan yang di tuturkan oleh Marwoto
bermaksud untuk melaporkan Gareng karena
kasus pelecehan nama baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Data di atas merupakan penggalan percakapan yang terjadi dalam acara
dialog interaktif Republik Sentilan Sentilun Metro TV. Tokoh yang melakukan
percakapan tersebut yaitu Gareng, Marwoto, dan Sentilun. Peristiwa tutur tersebut
mengalami alih kode, yaitu pada tuturan Marwoto. Tokoh Marwoto di awal
tuturannya menggunakan bahasa Indonesia. Tapi pada akhir tuturannya, ia beralih
menggunakan bahasa Jawa. Beralihnya bahasa yang digunakan tokoh Marwoto
menyebabkan beralihnya pula bahasa yang digunakan mitra tuturnya. Sentilun
sebagai mitra tutur ikut beralih kode karena menyesuaikan mitra tuturnya. Hal ini
sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh I Dewa Putu Wijaya (2013), yang
mengatakan bahwa alih mode berkaitan erat dengan siapa kita berbicara,
tujuannya apa, dan untuk apa kita berbicara. Beralihnya bahasa yang dugunakan
tokoh Sentilun bermaksud untuk menjelaskan sesuatu kepada tokoh Marwoto.
b) Alih Kode Antarbahasa Indonesia ke Bahasa Betawi
Berdasarkan hasil penelitian, selain alih kode antarbahasa Indonesia ke
bahasa Jawa, ada pula alih kode antarbahasa Indonesia ke bahasa Betawi. Dalam
alih kode internal ini penutur menggunakan bahasa Indonesia yang kemudian
beralih ke bahasa Betawi. Penutur beralih kode menggunakan bahasa Betawi
karena ingin menjelaskan sesuatu kepada mitra tuturnya. Hal ini sejalan dengan
pendapat I Dewa Putu Wijaya (2013), yang mengatakan bahwa alih mode
berkaitan erat dengan siapa kita berbicara, tujuannya apa, dan untuk apa kita
berbicara. Misalnya dalam contoh percakapan di bawah ini.
5. JJ Riza : “Mereka bergerak dalam model masyarakat yang ada kelas-
kelasnya. Karena dulu zaman kolonial itu yang paling tinggi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
itu European, kemudian yang kedua Primdeosterlingen, ketiga
Inlander”.
Sentilun : “Kite?”
(Kita)
JJ Riza : “Iya kite, kalau Primdeosterlingen itu Cina, India. Jepang masuk
European, kalau kita ini pribumi”.
(Kita)
Sentilan : “Betawi?”
JJ Riza : “Betawi ini misalnya, kita masuk kolam renang, masuk stadion
sepak bola, ada tulisan “Verboden voor horden en inlander”.
Anya : “Wah”.
Sentilun : “Berarti ada kelas ada diskriminasi”.
JJ Riza : “Iya, jadi ada pengkelasan, ada diskriminasi dan itu memang
dibuat gitu. Jadi dianggap kelompok tersendiri, terpisah,
makanya merasa jadi orang lain”. (AK/RSS/03/280117)
Konteks: Acara Republik Sentilan Sentilun Metro TV mengundang ahli
sejarah bernama JJ Riza, tayang pada 28 Januari 2017 dengan
tema Keberagaman adalah kita. JJ Riza menjelaskan
mengenai sejarah zaman kolonial, saat masyarakat masih
dibagi-bagi dalam kelas sosial dan masih adanya
diskriminasi.
Data di atas merupakan percakapan antara tokoh JJ Riza, Sentilun, Sentilan,
dan Anya. JJ Riza yang seorang sejarahwan menjelaskan suatu topik pembicaraan.
Peristiwa tutur tersebut mengalami alih kode antarbahasa Indonesia ke bahasa
Betawi, yaitu pada tuturan tokoh Sentilun “kite”. Menjawab tuturan tokoh
Sentilun, JJ Riza ikut beralih kode menggunakan bahasa Betawi. Hal tersebut
terjadi karena JJ Riza menyesuaikan dengan mitra tuturnya yang menggunakan
bahasa Betawi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
4.2.2 Wujud Alih Kode Eksternal
Suwito (1985: 69), mengemukakan bahwa alih kode adalah yang terjadi
antara bahasa asli dengan bahasa asing. Dalam penelitian ini, alih kode eksternal
dibagi menjadi tiga jenis pengalihan kode. Tiga jenis pengalihan kode tersebut
adalah alih kode penggunaan bahasa Indonesia ke bahasa Inggris, bahasa
Indonesia ke bahasa Belanda, dan bahasa Indonesia ke bahasa Mandarin. Pada
penggunaan bahasa Indonesia ke bahasa Inggris, penutur menggunakan bahasa
Inggris di dalam tuturan bahasa Indonesia. Kode dalam bahasa Inggris tersebut
dimaksudkan untuk menjelaskan sesuatu kepada mitra tuturnya. dalam
percakapan di bawah ini, suasana tuturan formal. Misalnya peralihan bahasa
Indonesia ke bahasa Inggris seperti di bawah ini:
6. Marwoto : “Dengan adat ketimuran, kalau Ronggo Warsito pernah
bilang, “all true is not always to be told”. Semua yang
benar tidak harus dikatakan. Jadi benar saya jelek, tapi
jangan dikatakan jelek, itu akan menusuk peranakan saya”.
(Semua yang benar tidak harus dikatakan)
Gareng : “Pak, kalau bapak jelek itu ada solusinya, operasi plastik atau
suntik solikin”.
Marwoto : “Silikon”. (AK/RSS/05/040217)
Konteks: Peristiwa tutur terjadi dalam acara Republik Sentilan Sentilun
Metro TV dengan tokoh Marwoto dan Gareng, yang tayang
pada 4 Februari 2017 dengan tema Indonesia Damai. Marwoto
mengatakan kepada Gareng bahwa tidak semua kebenaran
harus dikatakan. Kemudian Gareng menjawab dengan kalimat
yang cenderung mengejek mitra tuturnya.
Peristiwa tutur di atas merupakan contoh alih kode eksternal antarbahasa
Indonesia ke bahasa Inggris. Pada percakapan tersebut tokoh Marwoto mengawali
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
tuturannya dengan menggunakan bahasa Indonesia. Di tengah tuturannya, ia
beralih kode menggunakan bahasa Inggris “all true is not always to be told” yang
artinya “semua yang benar tidak harus dikatakan”. Hal ini dimaksudkan untuk
menjelaskan kepada mitra tuturya. Namun setelah tuturan tersebut, mitra tutur
tetap menjawab dengan bahasa Indonesia. Alasan tokoh Gareng menjawab dengan
menggunakan bahasa Indonesia, karena dalam tuturan Marwoto penggunaan
bahasa Indonesia masih dominan untuk menjelaskan maksud dari tuturannya.
Selain peralihan bahasa Indonesia ke bahasa Inggris, peneliti juga
menemukan peralihan kode dari bahasa Mandarin ke bahasa Indonesia. Peralihan
bahasa tersebut dapat terjadi karena terdapat salah satu tokoh yang memiliki latar
belakang sebagai orang China. Berdasarkan latar belakang tersebut, tuturan tokoh-
tokoh yang ada dalam acara dialog interaktif Republik Sentilan Sentilun Metro TV
mulai mengikuti bahasa Mandarin yang dipahami oleh orang tersebut, dalam
suasana tuturan informal. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh
Suwito (1985: 69), yang mengatakan bahwa alih kode yang bersifat ektern apabila
terjadi antara bahasa asli dengan bahasa asing. Misalnya peralihan antara bahasa
Indonesia ke bahasa mandarin berikut ini:
7. Jarwo : “Gong Xi Fa Cai”.
(Selamat Imlek)
Anya : “Gong xi, gong xi”.
(Selamat Imlek)
Sentilan : “Kenapa? Ngajakin berantem?”
Jarwo : “Nggak, gong xi fa cai”.
(Selamat hari raya Imlek)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Leony : “Artinya?”
Jarwo : “Selamat Imlek”. (AK/RSS/06/280117)
Konteks: Pada acara Republik Sentilan Sentilun Metro TV yang tayang
pada 28 Januari 2017 dengan tema keberagaman adalah kita,
percakapan dilakukan oleh Jarwo, Anya, Sentilun, dan
Leony. Jarwo mengucapkan selamat Imlek kepada Anya,
kemudian Anya menjawab dengan menggunakan bahasa
Mandarin. Tokoh Sentilan bertanya kepada Jarwo, apa
maksud dari tuturannya tersebut. Kemudian tokoh jarwo
kembali menjawab dengan bahasa mandarin, dan Leony
menanyakan apa arti dari tuturan Jarwo.
Dari data di atas, peristiwa alih kode dimulai saat tokoh Jarwo dan Anya
megucapkan selamat Imlek menggunakan bahasa Mandarin. Kemudian tokoh
Sentilun menjawab menggunakan bahasa Indonesia dan beralih kode
menggunakan bahasa Mandarin. Maksud dari tuturan tokoh Jarwo dan Anya pada
percakapan di atas adalah untuk menjelaskan sesuatu kepada tokoh Sentilun.
Munculnya bahasa Mandarin yang digunakan beberapa tokoh di atas beralasan
untuk menghormati Leony sebagai mitra tuturnya yang sedang merayakan Imlek.
Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh I Dewa Putu Wijaya (2013),
yang mengatakan bahwa alih kode berkaitan erat dengan siapa kita berbicara,
tujuannya untuk apa, dan untuk apa kita berbicara.
Berdasarkan temuan peneliti, peralihan kode ekstrnal antarbahasa yang
terakhir yaitu peralihan kode antarbahasa Indonesia ke bahasa Belanda. Pada
penelitian ini, peneliti menemukan tuturan yang menunjukkan alih kode ekstern
bahasa Belanda. Tuturan tersebut terjadi karena penutur ingin menjelaskan suatu
topik pembicaraan. Tuturan tersebut dituturkan oleh tokoh JJ Riza yang ingin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
menjelaskan mengenai suatu sejarah, suasana tuturan formal ke informal.
Misalnya peralihan bahasa Indonesia ke bahasa Belanda berikut ini:
8. JJ Riza : “Mereka bergerak dalam model masyarakat yang ada kelas-
kelasnya. Karena dulu zaman kolonial itu yang paling
tinggi itu European, kemudian yang kedua
Primdeosterlingen, ketiga Inlander”.
Sentilun : “Kite?”
JJ Riza : “Iya kite, kalau Primdeosterlingen itu Cina, India. Jepang
masuk European, kalau kita ini pribumi”.
Sentilan : “Betawi?”
JJ Riza : “Betawi ini misalnya, kita masuk kolam renang, masuk
stadion sepak bola, ada tulisan “Verboden voor horden en
inlander”.
Anya : “Wah”.
Sentilun : “Berarti ada kelas ada diskriminasi”.
JJ Riza : “Iya, jadi ada pengkelasan, ada diskriminasi dan itu memang
dibuat gitu. Jadi dianggap kelompok tersendiri, terpisah,
makanya merasa jadi orang lain”.
(DATA AK/RSS/03/280117)
Konteks: Acara Republik Sentilan Sentilun Metro TV mengundang ahli
sejarah bernama JJ Riza, tayang pada 28 Januari 2017 dengan
tema Keberagaman adalah kita. JJ Riza menjelaskan
mengenai sejarah zaman kolonial, saat masyarakat masih
dibagi-bagi dalam kelas sosial dan masih adanya
diskriminasi.
Dari data di atas, tuturan JJ Riza yang menggunakan bahasa Belanda
dilakukan dengan tujuan untuk menjelaskan sesuatu. Hal ini dimaksudkan untuk
memberitahu mitra tuturnya, dengan kemungkinan mitra tutur belum mengetahui
istilah dalam bahasa Belanda tersebut, dan itu digunakan sebagai bahasa pertama
untuk menunjukkan istilah. Kemudian setelah tuturan dalam bahasa Belanda
tersebut, penutur menggunakan bahasa kedua yaitu bahasa Indonesia sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
penjelas dari tuturan bahasa Belanda tersebut. Hal in sejalan dengan pendapat dari
Chaer (2010), yang mengemukakan pendapat bahwa Alih Kode sebagai gejala
pemilihan pemakaian bahasa karena perubahan situasi atau suasana pembicaraan.
Perubahas situasi yang terdapat dalam percakapan di atas adalah situasi di mana
penutur harus menggunakan bahasa Belanda untuk menjelaskan suatu topik
pembicaraan.
4.2.3 Wujud Campur Kode ke Dalam (Inner Code-Mixing)
Campur kode ialah bilamana orang mencampur dua (atau lebih) bahasa
atau ragam bahasa dalam satu tindak bahasa (speech act atau discourse) tanpa ada
sesuatu dalam situasi berbahasa itu yang menuntut percampuran bahasa itu
(Nababan, 1986: 32). Dalam keadaan demikian, hanya kesantaian yang penutur
dan atau kebiasaannya yang dituruti. Tindak bahasa yang demikian yang disebut
campur kode. Fasold (dalam Chaer dan Agustina, 2010: 115), menjelaskan
kriteria gramatika campur kode yaitu apabila seseorang menggunakan satu kata
atau frasa dari suatu bahasa. Selain itu, Suwito (1983: 75), membedakan campur
kode menjadi dua, yaitu campur kode ke dalam dan keluar. Campur kode ke
dalam terbagi menjadi tiga jenis bentuk penyisipan bahasa dalam komunikasi.
Ketiga penyisipan tersebut adalah penyisipan kata, penyisipan frasa dan
pengulangan kata. Dari ketiga penyisipan tersebut, masing-masing memiliki
faktor-faktor yang menyebabkan penutur harus menyisipkan kode-kode tersebut
dalam berkomunikasi. Pada penelitian ini, peneliti menemukan 26 data campur
kode ke dalam.
A. Penyisipan Kata
Penyisipan kata yang dimaksud dalam peristiwa campur kode ini adalah
penyisipan yang menggunakan kata tidak baku, kata yang bercampur dialek, dan
kata yang tidak terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonsia. Akan tetapi kata
tersebut digunakan agar mitra tutur mengerti maksud dari apa yang diinginkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
dan dibicarakan penutur. Penyisipan kata pada campur kode keluar dalam acara
dialog interaktif Republik Sentilan Sentilun banyak ditemukan pada tuturan
tokohnya. Pada penelitian ini, peneliti menemukan 23 data campur kode
penyisipan kata, yaitu sebagai berikut.
9. Jarwo : “Itu mabok apa gejala stroke?”
Mucle : “Sepertinya dia sedang kebelet pak”. (DATA CK/RSS/01/140117)
Konteks: Peristiwa tutur dilakukan oleh Jarwo dan Mucle dalam acara
Republik Sentilan Sentilun Metro TV yang tayang pada 14
Februari 2017 dengan tokoh percakapan Jarwo dan Mucle.
Jarwo menanyakan kepada Mucle, apakah dia mabuk atau
gejala penyakit stroke.
Data di atas merupakan contoh percakapan campur kode penyisipan kata. Hal
tersebut dapat dilihat pada tuturan “itu mabok apa gejala struk”? Dalam tuturan
tersebut terdapat penyisipan kata ragam tidak baku “mabok” yang dalam bentuk
baku “mabuk”. Hal ini sejalan dengan pendapat (Nababan, 1991:32), yang
mengatakan campur kode adalah suatu keadaan berbahasa di mana orang
mencampur dua bahasa atau ragam bahasa dalam suatu tindak bahasa tanpa
sesuatu dalam situasi berbahasa itu yang menuntut pencampuran itu. Maksudnya
adalah keadaan yang tidak memaksa atau menuntut seseorang untuk mencampur
suatu bahasa ke dalam bahasa lain saat peristiwa tutur sedang berlangsung.
Hal ini juga terdapat pada contoh data yang telah ditemukan peneliti, yaitu
sebagi berikut.
10. Mucle : “Ini yang saya suka dari Mas Sentilun, saya senang
berteman dengan dia, cerdas. Saya setuju dengan kata-
katanya, bahwa perbedaan itu indah”.
Sentilun : “Jadi kalo kita berjuang itu tanpa membeda-bedakan, kita
ini siapa, warna kulitnya apa, kita itu Jawa, Sunda,
Cina, Madura, Batak, Minang, nggak ada urusannya,
yang penting kita itu adalah manusia, sama-sama
sebagai warga bangsa. (CK/RSS/04/280117)
Konteks: Peristiwa tutur terjadi pada acara dialog interaktif
Republik Sentilan Sentilun Metro TV tanggal 28 Januari
2017 dengan tema kebersamaan adalah kita. Tokoh
yang telibat dalam percakapan tersebut adalah Mucle
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
dan Sentilun. Tuturan campur kode terjadi pada tuturan
Sentilun. Sentilun mengatakan bahwa perjuangan itu
tidak boleh membeda-bedakan suku dan ras.
Di atas merupakan contoh percakapan campur kode yang mengandung
penyisipan kata pada acara dialog Interaktif Republik Sentilan Sentilun Metro TV.
Terlihat pada tuturan tokoh Sentilun yang menggunakan kata ragam tidak baku
“kalo”, yang seharusnya “kalau”. Penyisipan kata pada tuturan tersebut
bermaksud untuk menegaskan sesuatu kepada mitra tuturnya. Hal tersebut sejalan
dengan pendapat (Nababan, 1991:31), campur kode di Indonesia sering terjadi
dalam situasi orang sedang berbincang-bincang di mana orang sedang berbicara
dengan menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa daerah.
B. Penyisipan Frasa
Ramlan (1981: 121), mengatakan bahwa frasa adalah satuan gramatikal yang
terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui dari suatu batas fungsi yang
terdapat dalam unsur klausa. Selain itu, dalam campur kode ke dalam, peneliti
menemukan penyisipan frasa di dalam tuturan campur kode tersebut Penyisipan
frasa pada campur kode keluar dalam acara dialog interaktif Republik Sentilan
Sentilun Metro TV ditemukan pada tuturan tokohnya, dalam suasana tuturan
formal. Pada penelitian ini, peneliti menemukan 2 data campur kode penyisipan
frasa, yaitu sebagai berikut.
11. Polo : “Tapi ada jenis narkoba baru, orang nggak pake aja, gue sentuh
begini kayak di hipnotis”. (Tidak Pakai)
Mucle : “Ada narkoba jenis begitu?”
Polo : “ada ini bisa di lihat hasilnya”. (CK/RSS/02/140117)
Konteks: Percakapan terjadi dalam acara dialog interaktif Republik
Sentilan Sentilun Metro TV tayang pada 14 Januari 2017
dengan tokoh Polo dan Mucle. Polo menjelaskan kepada
Mucle tentang adanya narkoba jenis baru, yang walaupun
orang tidak memakainya orang itu bisa terhipnotis. Mucle
menanyakan apa ada jenis narkoba seperti itu. Polo
mengatakan ada dan bisa dlihat hasilnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Di atas merupakan contoh percakapan yang mengandung campur kode
penyisipan frasa. Hal ini dapat dilihat dari kalimat “Tapi ada jenis narkoba baru,
orang nggak pake aja, gue sentuh begini kayak di hipnotis”. Pada tuturan tokoh
tersebut, tokoh itu menggunakan penyisipan frasa dalam ragam tidak baku. Dalam
suasana tuturan formal tersebut penutur bermaksud menjelaskan sesuatu kepada
mitra tuturnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Fasold (dalam Chaer dan
Agustina, 2010: 115), menjelaskan kriteria gramatika campur kode yaitu apabila
seseorang menggunakan satu kata atau frasa dari suatu bahasa.
Hal serupa juga tedapat pada data lain yang ditemukan peneliti, yaitu
sebagai berikut.
12. Sentilun : “Ada apa ini, rebut mulu”.
Leony : “Tau nih berantem terus berdua”.
(Tahu ini)
Sentilun : “Berantem kenapa”?
Jarwo : “Ini ni mas, dia ini merebut kekasih saya”.
Mucle : “Ini kekasih saya”. (CK/RSS/03/280117)
Konteks: Peristiwa tutur terjadi dalam acara dialog interaktif
Republik Sentilan Sentilun Metro TV tayang pada 28
Januari 2017 dengan tema keberagaman adalah kita.
Sentilun menanyakan suasana ribut yang terjadi antara
Leony, Jarwo, dan Mucle. Leony mengatakan bahwa
Jarwo dan Mucle sedang berantem. Jarwo mengatakan
bahwa Mucle merebut kekasihnya.
Pada data di atas, penyisipan frasa ditunjukan pada tuturan tokoh Leony.
Tokoh tersebut menggunakan frasa dalam ragam tidak baku “tau nih” yang
seharusnya “tahu ini”. Suasana tuturan dari data di atas adalah suasana tuturan
informal. Maksud dari penutur menggunakan frasa tersebut adalah untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
menjelaskan kejadian yang sedang terjadi saat itu. Penggunaan frasa pada campur
kode tersebut, sejalan dengan pendapat yang diutarakan oleh Fasold (dalam Chaer
dan Agustina, 2010: 115), menjelaskan kriteria gramatika campur kode yaitu
apabila seseorang menggunakan satu kata atau frasa dari suatu bahasa.
C. Pengulangan Kata
Kata ulang atau reduplikasi adalah proses pengulangan satuan gramatik, baik
seluruhnya atau sebagian, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Hasil
pengulangan itu disebut kata ulang, sedangkan satuan yang diulang merupakan
bentuk dasarnya (Ramlan, 2001: 64). Pada penelitian ini, peneliti menemukan
adanya pengulangan kata yang ada pada tuturan tokoh dalam acara dialog
interaktif Republik Sentilan Sentilun Metro TV, suasana yang terjadi dalam data di
bawah ini adalah suasana tuturan formal. Peneliti menemukan 1 data campur kode
pengulangan kata.
13. Jarwo : “Ndoro, apa kabar dengan elektabilitas hari ini?”
Sentilun: “Kamu, ujug-ujug menanyakan elektabilitas kamu ini mau
apa”? (Tiba-tiba)
(CK/RSS/05/180217)
Konteks: Peristiwa tutur terjadi dalam acara dialog interaktif Republik
Sentilan Sentilun Metro TV tayang pada 18 Februari 2017
dengan tema demam lembaga survai. Jarwo menanyakan kabar
elektabilitas kepada Sentilun. Kemudian Sentilun balik
bertanya kepada Jarwo yang tiba-tiba menanyankan
elektabilitas.
Dari satu data diatas yang ditemukan, peneliti menemukan adanya campur
kode pengulangan kata. Pengulangan kata yang digunakan dalam tuturan tersebut
adalah pengulangan kata dalam bahasa jawa. Kata yang diulang yaitu “ujug-ujug,
yang dalam bahasa Indonesia berarti “tiba-tiba”. Maksud penutur menggunakan
pengulangan kata dalam tuturannya tersebut adalah untuk memberitahukan
sesuatu kepada mitra tuturnya. Hal ini sejalan dengan pendapat (Ramlan, 2001:
64), yang mengatakan kata ulang atau reduplikasi adalah proses pengulangan
satuan gramatik, baik seluruhnya atau sebagian, baik dengan variasi fonem
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
maupun tidak. Hasil pengulangan itu disebut kata ulang, sedangkan satuan yang
diulang merupakan bentuk dasarnya.
4.2.4 Wujud Campur Kode ke Luar (Outer Code-Mixing)
Seperti yang kita ketahui, campur kode di Indonesia sering terjadi dalam
situasi orang sedang berbincang-bincang di mana orang sedang berbicara dengan
menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa daerah (Nababan, 1991:31).
Seseorang yang melakukam campur kode biasanya tidak menyadari kejadian
tersebut. Karena munculnya campur kode lebih banyak terjadi dalam
ketidaksengajaan, suasana tuturan formal. Pada penelitian ini, peneliti
menemukan 21 data campur kode keluar.
14. Slamet : “Kira-kira menghadapi tujuan omongan yang sifatnya
fitnah, memberikan suasana tidak aman, tujuannya kemana
itu pak?”
Brigjen Pol.
Rikwanto : “Tidak mungkin tidak ada tujuannya, pasti itu ada
dasarnya”.
Slamet : “Dasarnya jelas ya?”
Brigjen Pol.
Rikwanto : “Kata-kata yang diucapkan itu biasanya berulang itu-itu
saja, kami pelajari itu. Kenapa sekarang namanya
beda, dia membangun beberapa akun, puluhan,
bahkan ratusan, sebenarnya untuk saling cakap bicara,
talking-talking di media sosial antara dia saja, tapi
sifatnya mempengaruhi publik, mempengaruhi
pikiran, seolah-olah disiarkan berita hoax. Semua
pada membenarkan dan yang ikut dalam grup itu
mulai menyebarkan berita yang di share pada grup
tersebut”.
(Palsu)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
(CK/RSS/05/040217)
Konteks: Peristiwa tutur terjadi dalam acara dialog interaktif
Republik Sentilan Sentilun Metro TV tayang pada 4
Februari 2017. Slamet menanyakan tujuan dari fitnah
ke orang lain itu apa. Brigjen Pol Rikwanto
mengatakan bahwa fitnah dilakukan pasti memiliki
dasar, serta kata-kata yang digunakan tidak jauh
berbeda.
Pada data di atas, peneliti menemukan campur kode keluar dalam bahasa
asing. Penutur menggunakan kata “hoax” yang berarti “palsu”. Penggunaan kata
asing tersebut yang membuat peneliti mengkategorikan tuturan tersebut ke dalam
campur kode keluar. Maksud dari penutur menggunakan kata tersebut dalam
tuturannya adalah untuk menjelaskan suatu topik pembicaraan yang sedang ingin
dijelaskan. Hal ini sejalan dengan pendapat Suwito (1983: 76), yang mengatakan
campur kode keluar adalah campur kode yang menggunakan bahasa asing.
A. Penyisipan Kata
Penyisipan kata yang dimaksud dalam peristiwa campur kode ini adalah
penyisipan yang menggunakan kata tidak baku, kata yang bercampur dialek, dan
kata yang tidak terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonsia. Akan tetapi kata
tersebut digunakan agar mitra tutur mengerti maksud dari apa yang dinginkan dan
dibicarakan penutur. Penyisipan kata pada campur kode keluar dalam acara dialog
interaktif Republik Sentilan Sentilun banyak ditemukan pada tuturan tokohnya.
Pada penelitian ini, peneliti menemukan 13 data campur kode keluar penyisipan
kata.
15. Sentilun : “Jadi ini semua sudah bersih ya”?
Jarwo : “Sudah”.
Polo : “Sudah clean”.
Sentilun : “Jadi sudah di jamin bersih ya”?
Polo : “Sudah jamin clean”. (CK/RSS/13/140117)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Konteks: Peristiwa tutur terjadi dalam acara dialog interaktif Republik
Sentilan Sentilun Metro TV tayang pada 14 Januari 2017.
Sentilun menanyakan kebersihan tubuh Jarwo dan Polo dari
pengaruh narkoba.
Data di atas merupakan contoh percakapan campur kode keluar penyisipan
kata. Pada data tersebut tokoh Polo menggunakan penyisipan kata dalam bahasa
Inggris. Tuturan tokoh Polo yang menggunakan kata “clean” yang dalam bahasa
Indonesia “bersih”, bermaksud untuk memberitahukan sesuatu kepada mitra
tuturnya. Dilihat dari campur kode yang terjadi dalam tuturan di atas, hal ini
sejalan dengan pendapat (Nababan, 1991:32), yang mengatakan campur kode
adalah suatu keadaan berbahasa di mana orang mencampur dua bahasa atau ragam
bahasa dalam suatu tindak bahasa tanpa sesuatu dalam situasi berbahasa itu yang
menuntut pencampuran itu.
B. Penyisipan Frasa
Menurut Ramlan (dalam Bagus, 2008: 2), mengatakan bahwa frasa adalah
satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui dari
suatu batas fungsi yang terdapat dalam unsur klausa. Selain itu, dalam campur
kode ke dalam, peneliti menemukan penyisipan frasa di dalam tuturan campur
kode tersebut Penyisipan frasa pada campur kode keluar dalam acara dialog
interaktif Republik Sentilan Sentilun Metro TV ditemukan pada tuturan tokohnya,
dalam suasana tuturan formal. Pada penelitian ini, peneliti menemukan 5 data
campur kode penyisipan frasa, yaitu sebagai berikut.
16. Butet : “Pak Polisi, ini gimana, kalau ada laporan,”ini
pencemaran nama baik”, yang merasa namanya baik
padahal belum tentu baik”.
Brigjen Pol.
Rikwanto : “Jadi ada memang klasifikasi di masyarakat, ada
masyarakat kelas tertentu, daerah tertentu
menggunakan kata-kata kasar mungkin sudah biasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
ya, itu jika diangkat ke level atas mungkin akan
dianggap penghinaan. Tapi kami punya Cyber Patrol,
Cyber Army, jadi kami awasi itu”.
(CK/RSS/03/040217)
Konteks: Peristiwa tutur terjadi dalam acara dialog interaktif
Republik Sentilan Sentilun Metro TV tayang pada 4
Februari 2017 dengan tema Indonesia damai. Butet
menanyakan tentang laporan pencemaran nama baik,
Brigjen Pol Rikwanto mengatakan jika ada klasifikasi
kelas-kelas masyarakat.
Data di atas merupakan contoh percakapan campur kode keluar penyisipan
frasa. Pada data teresebut, penutur menggunakan frasa dalam bahasa Inggris.
Penutur menggunakan frasa “Cyber Patrol” dan “Cyber Army” yang berarti
“patrol dunia maya” dan “tentara dunia maya”. Penutur melakukan penyisipan
frasa dalam bahasa asing karena bermaksud untuk menjelaskan suatu topik
pembicaraan, suasana tuturan formal. Hal ini sejalan dengan pendapat Fasold
(dalam Chaer dan Agustina, 2010: 115), menjelaskan kriteria gramatika campur
kode yaitu apabila seseorang menggunakan satu kata atau frasa dari suatu bahasa.
C. Pengulangan Kata
Pengulangan kata yang dimaksud dalam peristiwa Campur Kode ini yaitu
terdapat pengulangan kata-kata dalam kalimat. Berdasarkan proses terjadinya,
pengulangan kata terbagi menjadi beberapa bentuk. Misalnya pengulangan bunyi
kata, pengulangan semu, pengulangan kata berimbuhan, dan pengulangan
sebaguan kata. Pengulangan kata tersebut tidak termasuk dalam bahasa Indonesia
baku, tetapi dengan menggunakan pengulangan kata tersebut mitra tutur dapat
lebih mengerti apa yang diinginkan oleh penutur. Menurut (Ramlan, 2001: 64)
kata ulang atau reduplikasi adalah proses pengulangan satuan gramatik, baik
seluruhnya atau sebagian, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Hasil
pengulangan itu disebut kata ulang, sedangkan satuan yang diulang merupakan
bentuk dasarnya. Dalam penelitian ini, peneliti menemukan 2 data campur kode
keluar pengulangan kata.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
17. Sentilan : “Kira-kira menghadapi tujuan omongan yang sifatnya
fitnah, memberikan suasana tidak aman, tujuannya kemana
itu pak”?
Brigjen Pol.
Rikwanto : “Tidak mungkin tidak ada tujuannya, pasti itu ada
dasarnya”.
Sentilan : “Dasarnya jelas ya”?
Brigjen Pol.
Rikwanto : “Kata-kata yang diucapkan itu biasanya berulang itu-itu
saja, kami pelajari itu. Kenapa sekarang namanya
beda, dia membangun beberapa akun, puluhan,
bahkan ratusan, sebenarnya untuk saling cakap bicara,
talking-talking di media sosial antara dia saja, tapi
sifatnya mempengaruhi public, mempengaruhi
pikiran, seolah-olah disiarkan berita hoax. Semua
pada membenarkan dan yang ikut dalam grup itu
mulai menyebarkan berita yang di share pada grup
tersebut”. (Ngomong-ngomong)
(CK/RSS/04/040217)
Konteks: Peristiwa tutur terjadi dalam acara dialog interaktif
Republik Sentilan Sentilun Metro TV tayang pada 4
Februari 2017 dengan tema Indonesia damai. Slamet
menanyakan tujuan dari fitnah ke orang lain itu apa.
Brigjen Pol Rikwanto mengatakan bahwa fitnah
dilakukan pasti memiliki dasar, serta kata-kata yang
digunakan tidak jauh berbeda.
Pada data di atas, peristiwa tutur campur kode keluar pengulangan kata
dapat dilihat dalam tuturan tokoh Brigjen. Pol. Rikwanto. Pada tuturan tersebut
penutur menggunakan pengulangan kata dalam bahasa Inggris “talking-talking”
yang dalam bahasa Indonesia “ngomong-ngomong”. Maksud tuturan tokoh
tersebut adalah menjelaskan suatu permasalahan yang sedang hangat di
lingkungan masyarakat. Pengulangan kata yang dilakukan tokoh tersebut juga
untuk menekankan suatu hal penting yang akan disampaikan. Hal ini sejalan
dengan pendapat (Ramlan, 2001: 64), yang mengatakan kata ulang atau
reduplikasi adalah proses pengulangan satuan gramatik, baik seluruhnya atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
sebagian, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Hasil pengulangan itu disebut
kata ulang, sedangkan satuan yang diulang merupakan bentuk dasarnya.
4.2.5 Tujuan Alih Kode
A. Tujuan Alih Kode Internal
a. Tujuan untuk Menjelaskan Sesuatu
Dalam alih kode internal, penutur biasanya menggunakan bahasa
daerah sebagai peralihannya. Dalam data percakapan alih kode internal di
bawah ini, peneliti menemukan penutur beralih kode dengan menggunakan
faktor untuk menjelaskan sesuatu.
18. JJ Riza : “Mereka bergerak dalam model masyarakat yang ada
kelas-kelasnya. Karena dulu zaman kolonial itu yang
paling tinggi itu European, kemudian yang kedua
Primdeosterlingen, ketiga Inlander”.
Sentilun : “Kite?”
(Kita)
JJ Riza : “Iya kite, kalau Primdeosterlingen itu Cina, India. Jepang
masuk European, kalau kita ini pribumi”.
(Kita)
Sentilan : “Betawi?”
JJ Riza : “Betawi ini misalnya, kita masuk kolam renang, masuk
stadion sepak bola, ada tulisan “Verboden voor horden
en inlander”.
Anya : “Wah”.
Sentilun : “Berarti ada kelas ada diskriminasi”.
JJ Riza : “Iya, jadi ada pengkelasan, ada diskriminasi dan itu
memang dibuat gitu. Jadi dianggap kelompok
tersendiri, terpisah, makanya merasa jadi orang lain”.
(DATA AK/RSS/03/280117)
Konteks: Peristiwa tutur terjadi dalam acara dialog interaktif
Republik Sentilan Sentilun Metro TV tanggal 28 Januari
2017 dengan tema keberagaman adalah kita. JJ Riza
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
menjelaskan mengenai model masyatakat zaman
kolonial yang memiliki kelas-kelas atau bisa dibilang
adanya diskriminasi masyarakat.
Data di atas menunjukan peristiwa tutur yang sedang terjadi dalam
acara dialog interaktif Republik Sentilan Sentilun Metro TV. Dalam
percakapan tersebut terdapat 4 tokoh yang terlibat dalam percakapan
tersebut. Tokoh tersebut yaitu JJ Riza, Sentilan, Sentilun, dan Anya. Pada
percakapan di atas suasana yang ditunjukan adalah suasana tuturan formal
ke informal. Alih kode yang ditunjukan pada data di atas dapat dilihat pada
tuturan Sentilun yang beralih kode menggunakan kata “kite” bahasa Betawi,
yang dalam bahasa Indonesia berarti “kita”. Penggunaan bahasa Betawi
dalam tuturan tokoh Sentilun kemudian di jawab oleh JJ Riza dengan
menggunakan bahasa Betawi. Tuturan dari JJ Riza bermaksud menjelaskan
suatu topik pembicaraan yang sedang dibahas. Peralihan kode yang terjadi
dalam percakapan diatas dapat terjadi karena penutur menggunakan bahasa
daerah untuk menjelaskan sesuatu. Hal ini sejalan dengan pendapat Suwito
(1985: 69), yang mengatakan alih kode yang terjadi antar bahasa-bahasa
dalam satu bahasa nasional, antara dialek-dialek dalam satu bahasa daerah,
atau antara beberapa ragam dan gaya yang terdapat dalam satu dialek.
b. Tujuan untuk Memberitahukan Sesuatu
Dalam penelitian ini, peneliti menemukan faktor penyebab alih kode
internal yaitu tujuan untuk memberitahukan sesuatu. Faktor tersebut muncul
karena penutur bermaksud menjelaskan suatu topik pembicaraan kepada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
mitra tuturnya. Di bawah ini, peneliti menemukan data yang menunjukkan
faktor tujuan untuk memberihukan sesuatu.
19. Gareng :“Seandainya bisa mengubah perjalanan waktu, akan aku
tunda kelahiranmu sampai kelahiranmu nanti. Aku malah
isin dewe”.
(Aku jadi malu sendiri)
Marwoto : “La! Lala!”
Lala : “Iya pak, jangan marah-marah”.
Marwoto : “Stand in here”. (AK/RSS/06/040217)
Konteks: Peristiwa tutur terjadi dalam acara dialog interaktif
Republik Sentilan Sentilun Metro TV tanggal4 Februari
2017 dengan tema Indonesia damai. Gareng sedang
merayu Lala, kemudian Marwoto datang dan memarahi
Lala.
Peristiwa tutur yang terjadi pada data di atas terjadi dalam suasana
formal ke informal. Pada percakapan di atas, terdapat 3 tokoh yang terlibat
dalam percakapan tersebut. Tokoh tersebut adalah Gareng, Lala, dan
Marwoto. Pada tuturan Gareng, tokoh tersebut menggunakan alih kode
dalam bahasa Jawa. Tuturan “aku malah isin dewe” yang dalam bahasa
Indonesia berarti “aku jadi malu sendiri”, menunjukkan bahwa penutur
ingin memberitahukan apa yang dirasakan penutur. Beralihnya bahasa yang
digunakan oleh Gareng karena penutur bermaksud memberitahukan sesuatu
kepada mitra tuturnya. Penggunaan bahasa daerah dalam tuturan tokoh
tersebut yang menjadikan percakapan di atas masuk dalam jenis alih kode
internal dengan faktor penyebab ingin memberitahukan sesuatu. Hal ini
sejalan dengan pendapat I Dewa Putu Wijaya (2013), yang mengatakan
bahwa alih kode berkaitan dengan siapa kita berbicara, tujuannya apa, dan
unutk apa kita berbicara.
c. Perubahan Topik Pembicaraan
Faktor perubahan topik pembicaraan dalam alih kode internal juga
ditemukan peneliti pada penelitian ini. Tokoh dalam acara dialog interaktif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
melakukan perubahan topik pembicaraan dengan maksud untuk merubah
suasana formal ke informal. Di bawah ini merupakan contoh data yang
memiliki faktor perubahan topik pembicaraan.
20. Marwoto : “Inilah salah satu perjuangan yang kita pertahankan,
right or wrong my country”.
Sentilun : “Kata siapa itu?”
Marwoto : “John F. Kennedy menyatakan bahwa becik ketitik ala
ketara”.
(Yang baik akan kelihatan dan yang buruk akan
tampak)
(AK/RSS/01/040217)
Konteks: Peristiwa tutur terjadi dalam acara dialog interaktif
Republik Sentilan Sentilun Metro TV tanggal 4 Februari
2017 dengan tema Indonesia damai. Marwoto
mengatakan untuk selalu berjuang dalam membela
negara dalam keadaan benar maupun salah, kemudian
Sentilun menanyakan siapa yang mengatakan
pernyataan itu. Marwoto menjawab dengan suasana
humor, dan mengatakan pernyataan lain dalam bahasa
Jawa.
Data dalam percakapan di atas yaitu alih kode internal dengan faktor
penyebab perubahan topik pembicaraan. Dalam tuturan kedua tokoh
Marwowo, ia menggunakan bahasa Indonesia kemudian di akhir tuturannya
beralih menggunakan bahasa Jawa. Hal ini dapat dilihat dari tuturan “becik
ketitik ala ketara” yang dalam bahasa Indonesia “Yang baik akan kelihatan
dan yang buruk akan tampak”. Dari suasana yang terlihat dalam percakapan
di atas, hal ini sejalan dengan pendapat yang diutarakan Chaer (2010), yang
mengatakan alih kode sebagai gejala peralihan pemakaian bahasa karena
perubahan situasi atau suasana pembicaraan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
d. Kebiasaan Penutur
Pada contoh peristiwa tutur yang memiliki faktor kebiasaan penutur
sebagai penyebab terjadinya alih kode internal berikut misalnya, peralihan
yang terjadi dalam percakapan di bawah ini dilakukan karena kebiasaan
penutur. Dalam percakapan ini, terdapat 3 tokoh yang melakukan
percakapan. Tokoh tersebut adalah Asty, Marwoto, dan Gareng, suasana
tuturan formal ke informal. Data ini merupakan alih kode internal karena
penutur beralih menggunakan bahasa Jawa yang masih dalam satu lingkup
bahasa nasional. Berikut data percakapan yang ditemukan peneliti dalam
acara dialog interaktif Republik Sentilan Sentilun.
21. Asty : “Pak Marwoto, Mas Gareng?”
(Kakak laki-laki)
Marwoto : “Opo sayang?”
(Apa sayang)
Asty : “Mas Gareng?”
(Kakak laki-laki)
Gareng : “Dalem Bu”.
(Saya)
(AK/RSS/09/040217)
Konteks: Peristiwa tutur terjadi dalam acara dialog interaktif
Republik Sentilan Sentilun Metro TV tanggal 4 Februari
2017 dengan tema Indonesia damai. Asty memanggil
Marwoto dan Gareng dengan suasana formal, dan di
tanggapi dengan suasana tuturan informal.
Data dalam percakapan di atas yaitu alih kode yang dilakukan oleh
penutur dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa. Hal ini dapat dilihat dari
tuturan tokoh Asty “Pak Marwoto, Mas Gareng”, pada tuturan tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
awalnya penutur menggunakan bahasa Indonesia dan beralih menggunakan
bahasa Jawa. Kemudian mitra tutur menjawab menggunakan bahasa Jawa
“Opo sayang” dan “Dalem Bu”. Jawaban mitra tutur yang menggunakan
bahasa Jawa dapat terjadi karena kebiasaan penutur yang sering
menggunakan bahasa daerah, khususnya bahasa Jawa. Hal ini sejalan
dengan teori yang dikemukakan oleh Suwito (1985: 69), yang mengatakan
alih kode yang terjadi antar bahasa-bahasa dalam satu bahasa nasional,
antara dialek-dialek dalam satu bahasa daerah, atau antara beberapa ragam
dan gaya yang terdapat dalam satu dialek.
B. Tujuan Alih Kode Eksternal
Alih kode eksternal menurut Suwito (1985: 69), yang mengatakan bahwa
alih kode yang terjadi antara bahasa asli dengan bahasa asing. Pada penelitian ini,
munculnya alih kode eksternal dalam acara dialog interaktif Republik Sentilan
Sentilun disebabkan oleh beberapa faktor penyebab. Faktor-faktor tersebut
diantaranya sebagai berikut.
a. Tujuan untuk Menjelaskan Sesuatu
Pada penelitian ini, peneliti menemukan faktor tujuan untuk
menjelaskan sesuatu yang menyebabkan terjadinya alih kode eksternal.
Percakapan yang sesuai dengan faktor ini dilakukan oleh 2 tokoh, yaitu
Jarwo dan Mucle. Suasanan dalam percakapan tersebut adalah suasana
formal ke informal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
22. Jarwo : “Tadi Pak Budi Waseso sudah menjelaskan ke kita semua
bagaimana peredaran narkoba, akibatnya, resikonya, dan
bahayanya”.
Mucle : “That’s right itu kanan, that’s right”.
(Betul)
Jarwo : “That’s right sama dengan betul itu!”
Mucle : “Kirain itu kanan”. (AK/RSS/01/140117)
Konteks: Peristiwa tutur terjadi dalam acara dialog interaktif
Republik Sentilan Sentilun Metro TV tanggal 14 Januari
2017. Jarwo menekankan kembali apa yang telah
disampaikan oleh Budi Waseso tentang peredaran
narkoba, akibatnya, resikonya, dan bahayanya.
Kemudian Mucle menanggapi dengan bercanda dan
membangun suasana informal.
Data di atas merupakan peristiwa tutur yang ada di acara dialog
Interaktif Republik Sentilan Sentilun Metro TV. Peralihan kode yang terjadi
dalam percakapan di atas dilakukan oleh 2 tokoh, yaitu Jarwo dan Mucle.
Pada awalnya tuturan tokoh Jarwo menggunakan bahasa Indonesia dan
bermaksud untuk menjelaskan kepada Mucle sebagai mitra tuturnya.
kemudian Mucle sebagai mitra tutur menjawab dengan menggunakan
bahasa Inggris. Hal ini dapat dilihat dari tuturan “That’s right itu kanan,
that’s right”, yang artinya “betul”. Namun pada percakapan di atas, Mucle
sebagai mitra tutur berbeda dalam mengartikan tuturan tokoh Jarwo.
Penggunaan bahas Inggris tersebut bermaksud untuk menjelaskan bahwa
mitra tutur membenarkan tuturan tokoh Jarwo. Hal ini sejalan dengan teori
dari Suwito (1985: 69), yang mengatakan alih kode yang terjadi antara
bahasa asli dengan bahasa asing.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
b. Tujuan untuk Memberitahukan Sesuatu
Pada faktor penyebab alih kode eksternal, peneliti menemukan faktor
tujuan untuk memberitahukan sesuatu. Dalam contoh data di bawah ini,
peneliti menemukan 4 tokoh dalam percakapan tersebut. Tokoh tersebut
adalah Chacha, Philips, Jarwo, dan Mucle. Percakapan tersebut terjadi
dalam suasana formal ke informal. Berikut contoh percakapan yang
memiliki faktor tujuan untuk memberitahukan sesuatu.
23. Chacha : “Saya harus ketemu masyarakat?”
Philips : “Ya harus, jangan lewat survai saja”.
Chacha : “Itu daddy, I need to meet the people tahu”.
(Ayah, saya perlu bertemu orang-orang)
Jarwo : “Nice to meet you”.
(Senang bertemu denganmu)
Mucle : “ Artinya?”
Jarwo : “Tumit kamu manis”. (AK/RSS/01/180217)
Konteks: Peristiwa tutur terjadi dalam acara dialog interaktif
Republik Sentilan Sentilun Metro TV tanggal 18
Februari 2017 dengan tema demam lembaga survai.
Pemilihan kepala daerah, Chacha menanyakan kepada
Philips apakah dia harus bertemu langsung dengan
masyarakat saat mencalonkan diri sebagai pemimpin
daerah.
Data di atas merupakan contoh peristiwa tutur yang mengandung faktor
penyebab tujuan untuk memberitahukan sesuatu. Pada data di atas, tokoh
chacha beralih kode yang ada awalnya menggunakan bahasa Indonesia
menjadi bahasa Inggris. Hal tersebut dapat dilihat dalam tuturan “Itu daddy,
I need to meet the people tahu”. Kemudian Jarwo sebagai mitra tuturnya
ikut mejawab dengan menggunakan bahasa Inggris “Nice to meet you”.
Maksud dari tuturan tokoh Chacha dalam percakapan di atas adalah untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
memberitahukan keingannya kepada mitra tuturnya. Beralihnya tuturan
Jarwo pada data di atas karena Jarwo mengikuti tuturandari tokoh Chacha.
Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh I Dewa Putu Wijaya
(2013), yang mengatakan bahwa alih kode berkaitan dengan siapa kita
berbicara, tujuannya apa, dan untuk apa.
c. Perubahan Topik Pembicaraan
Faktor perubahan topik pembicaraan dalam alih kode eksternal juga
ditemukan peneliti pada penelitian ini. Pada data di bawah ini, terdapat 2
tokoh yang melakukan percakapan, yaitu Marwoto dan Sentilun. Tokoh
dalam acara dialog interaktif melakukan perubahan topik pembicaraan
dengan maksud untuk merubah suasana formal ke informal. Di bawah ini
merupakan contoh data yang memiliki faktor perubahan topik pembicaraan.
24. Marwoto : “Inilah salah satu perjuangan yang kita pertahankan,
right or wrong my country”.
(Benar atau salah adalah negara saya)
Sentilun : “Kata siapa itu”?
Marwoto : “John F. Kennedy menyatakan bahwa becik ketitik ala
ketara”. (AK/RSS/01/040217)
Konteks: Peristiwa tutur terjadi dalam acara dialog interaktif
Republik Sentilan Sentilun Metro TV tanggal 4 Februari
2017 dengan tema Indonesia damai. Marwoto
mengatakan untuk selalu berjuang dalam membela
negara dalam keadaan benar maupun salah, kemudian
Sentilun menanyakan siapa yang mengatakan
pernyataan itu. Marwoto menjawab dengan suasana
humor, dan mengatakan pernyataan lain dalam bahasa
Jawa.
Data dalam percakapan di atas yaitu alih kode eksternal dengan faktor
penyebab perubahan topik pembicaraan. Dalam tuturan tokoh Marwoto, ia
menggunakan bahasa Indonesia kemudian di akhir tuturannya beralih
menggunakan bahasa Inggris. Hal ini dapat dilihat dari tuturan “Inilah salah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
satu perjuangan yang kita pertahankan, right or wrong my country” yang
dalam bahasa Indonesia “benar atau salah adalah negara saya”. Maksud dari
tuturan tokoh tersebut adalah untuk memberitahu mitra tuturnya tentang
suatu topik pembicaraan. Dari suasana formal ke informal yang terlihat
dalam percakapan di atas, hal ini sejalan dengan pendapat yang diutarakan
Chaer (2010), yang mengatakan alih kode sebagai gejala peralihan
pemakaian bahasa karena perubahan situasi atau suasana pembicaraan.
4.2.6 Tujuan Campur Kode
A. Tujuan Campur Kode ke Dalam
a. Membangkitkan Rasa Humor
Salah satu faktor penyebab terjadinya campur kode ke dalam adalah
untuk membangkitkan rasa humor. Menurut ababan (1991: 32), campur
kode adalah suatu keadaan di mana orang mencampur dua bahasa atau
ragam bahasa dalam suatu tindak bahasa dalam situasi berbahasa yang
menuntut percampuran itu. Percampuran dua bahasa pada percakapan di
bawah ini dilakukan oleh 3 tokoh, yaitu Leony, Mucle, dan Jarwo. Tuturan
ketiga tokoh pada data di bawah ini mengarah pada suasana formal ke
informal. Pada peristiwa tutur di bawah ini, peneliti menemukan salah satu
faktor penyebab alih kode adalah untuk membangkitkan rasa humor.
Berikut adalah contoh data percakapan campur kode dengan faktor
penyebab untuk membangkitkan rasa humor.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
25. Mucle : “Ah ini rupanya ada gadis cantik lagi dirayu sama portal
komplek”.
Leony : “Ini ni mas, suka ganggu-ganggu nih”.
(Ini)
Mucle : “Oh oh oh Jarwo”.
Jarwo : “Oh oh oh Mucle. Saya itu punya teman, jagoan”.
Mucle : “Wah sombong”.
Jarwo : “Superhero siapa yang nggak teman saya, betman itu teman
saya, hebat orangnya”.
Mucle:“Mana mau betman berteman sama bad mood”.
(CK/RSS/01/280117)
Konteks: Peristiwa tutur terjadi dalam acara dialog interaktif
Republik Sentilan Sentilun Metro TV tanggal 28 Januari
2017 dengan tema keberagaman adalah kita. Mucle
memuji Leony yang sedang di rayu oleh Jarwo dalam
suasana santai di studio Metro TV.
Pada peristiwa tutur di atas, merupakan salah satu contoh campur kode
ke dalam dengan faktor penyebab untuk membangkitkan rasa humor. Pada
awal tuturannya, tokoh Leony sudah menggunakan campur kode penyisipan
kata ragam tidak baku. Hal ini dapat dilihat pada tuturan “Ini ni mas, suka
ganggu-ganggu nih”. Penyisipan kata ragam tidak baku “ni” dan “nih” yang
dalam ragam baku “ini”, digunakan penutur untuk menunjukkan sesuatu.
Kemudian Jarwo dan Mucle sebagai mitra tututur menjawab dengan
menggunakan ragam informal dengan maksud untuk membangkitkan rasa
humor. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Nababan (1991:
32), yang mengatakan campur kode adalah suatu keadaan di mana orang
mencampur dua bahasa atau ragam bahasa dalam suatu tindak bahasa dalam
situasi berbahasa yang membuat percampuran itu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
b. Tujuan untuk Menjelaskan Sesuatu
Pada data di bawah ini, faktor yang menyebabkan tejadinya campur
kode adalah tujuan untuk menjelaskan sesuatu. Peristiwa tutur pada data ini
dilakukan oleh 2 tokoh, yaitu Polo dan Mucle. Pada percakapan tersebut,
tokoh Polo menjelaskan ssesuatu kepada mitra tutur. Dalam tuturannya,
tanpa disadari bahasa yang dipakai mengalami campur kode penyisipan kata
ragam tidak baku. Hal tersebut dapat dilihat dalam data percakapan di
bawah ini.
26. Polo : “Tapi ono jenis narkoba baru, orang nggak pake aja, gue
sentuh begini kayak di hipnotis”.
(Seperti)
Mucle : “Ada narkoba jenis begitu?”
Polo : “Ada ini bisa di lihat hasilnya”. (CK/RSS/04/140117)
Konteks: Percakapan terjadi dalam acara dialog interaktif Republik
Sentilan Sentilun Metro TV tayang pada 14 Januari 2017
dengan tokoh Polo dan Mucle. Polo menjelaskan kepada
Mucle tentang adanya narkoba jenis baru, yang walaupun
orang tidak memakainya orang itu bisa terhipnotis. Mucle
menanyakan apa ada jenis narkoba seperti itu. Polo
mengatakan ada dan bisa dlihat hasilnya.
Pada data di atas, peneliti menemukan faktor tujuan untuk menjelaskan
sesuatu dala percakapan tersebut. Dalam suasana tuturan formal ke
informal, tokoh Polo bercampur kode menggunakan penyisipan kata ragam
tidak baku “kayak” yang dalam bentuk ragam baku “seperti”. Maksud
penutur menggunakan penyisipan tersebut karena penutur ingin menjelaskan
topik pembicaraannya mengenai narkoba kepada mitra tuturnya. Hal ini
sejalan dengan teori yang dikemukakan Chaer (2010), yang mengatakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
bahwa campur kode dapat terjadi karena penutur ingin menafsirkan atau
menjelaskan sesuatu kepada mitra tutur.
c. Sekedar Bergengsi
Pada data di bawah, percakapan yang ditemukan peneliti dalam acara
dialog interaktif Republik Sentilan Sentilun menunjukkan sebagai faktor
sekedar bergengsi yang menyebabkan munculnya campur kode. Campur
kode dapat terjadi apabila penutur kesulitan menyampaikan kata yang ingin
disampaikan pada mitra tutur (Nababan, 1984). Pada data di bawah ini,
percakapan yang dilakukan oleh 2 tokoh, yaitu Polo dan Mucle. Tokoh Polo
menggunakan penyisipan kata ragam tidak baku untuk sekedar bergengsi.
Hal tersebut dapat dilihat pada percakapan di bawah ini.
27. Polo : “Tapi ono jenis narkoba baru, orang nggak pake aja, gue
sentuh begini kayak di hipnotis”.
(Saya)
Mucle : “Ada narkoba jenis begitu?”
Polo : “Ada ini bisa di lihat hasilnya”. (CK/RSS/03/140117)
Konteks: Percakapan terjadi dalam acara dialog interaktif Republik
Sentilan Sentilun Metro TV tayang pada 14 Januari 2017
dengan tokoh Polo dan Mucle. Polo menjelaskan kepada
Mucle tentang adanya narkoba jenis baru, yang walaupun
orang tidak memakainya orang itu bisa terhipnotis. Mucle
menanyakan apa ada jenis narkoba seperti itu. Polo
mengatakan ada dan bisa dlihat hasilnya.
Data di atas merupakan contoh peristiwa tutur campur kode ke dalam
dengan faktor penyebab untuk sekedar bergengsi. Dalam suasana tuturan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
informal, penutur menggunakan penyisipa kata ragam tidak baku. Maksud
penutur menggunakan penyisipan kata tersebut adalah untuk sekedar
bergengsi pada mitra tuturnya. penggunaan kata ragam tidak baku “gue”
yang dituturkan tokoh Polo menunjukkan bahwa hal tersebut sejelan dengan
teori yang dikemukakn oleh Nababan (1984), yang mengatakan campur
kode dapat terjadi karena penutur ingin menunjukkan keterpelajarannya,
tetapi tanpa disadari justru bahasa yang diucapkan merupakan kata yang
tidak baku atau tidak tepat pengucapannya.
d. Menunjukkan Kedekatan Penutur dan Mitra Tutur
Peristiwa tutur yang terdapat dalam acara dialog interaktif Republik
Sentilan Sentilun tidak luput dari campur kode ke dalam dengan faktor
penyebab untuk menunjukkan kedekatan penutur dan mitra tutur. Pada data
di bawah ini, percakapan dilakukan oleh 2 orang yaitu Jarwo dan Mucle.
Suasana yang terjadi dalam percakapan tersebut adalah suasana informal.
Penutur menggunakan penyisipan kata ragam tidak baku dalam tuturannya.
Hal ini dapat dilihat pada percakapan di bawah ini.
28. Jarwo : “Lo Jarwo ya? Kok bisa ganteng begitu”.
(Kamu)
Mucle : “Yang Jarwo lo!”
(Kamu)
Jarwo : “Terus lo siapa?”
(Kamu)
Mucle : “Polo!” (CK/RSS/06/140117)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Konteks: Percakapan terjadi dalam acara dialog interaktif Republik
Sentilan Sentilun Metro TV tayang pada 14 Januari 2017.
Jarwo mememuji diri sendiri ganteng melalui Mucle.
Data di atas merupakan data campur kode ke dalam dengan
menggunakan penyisipan kata ragam tidak baku. Tokoh Jarwo
menggunakan kata ragam tidak baku “lo” yang dalam bentuk baku “kamu”.
Maksud dari penggunaan kata ragam tidak baku tersebut adalah untuk
menunjukkan kedekatan penutur dengan mitra tuturnya. kemudian Mucle
sebagai mitra tutur ikut menjawab menggunakan kata ragam tidak baku
yang sama. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh
Nababan (1984), yang mengatakan campur kode dapat terjadi karena
penutur ingin menunjukkan keterpelajarannya, tetapi tanpa disadari justru
bahasa yang diucapkan merupakan kata yang tidak baku atau tidak tepat
pengucapannya.
e. Tujuan untuk Memberitahukan Sesuatu
Campur kode di Indonesia sering terjadi dalam situasi orang sedang
berbincang-bincang di mana orang sedang berbicara dengan menggunakan
bahasa Indonesia dan bahasa daerah (Nababan, 1991: 31). Pada data di
bawah ini, percakapan dilakukan oleh 2 tokoh dalam acara dialog interaktif
Republik Sentilan Sentilun. Kedua tokoh itu adalah Mucle dan Asty,
percakapan tersebut terjadi dalam suasana tutur informal. Hal ini dapat
dilihat pada percakapan di bawah ini.
29. Mucle : “Ini liat ada Jarwo”.
(Lihat)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Asty : “Aduh maaf ini pada kenapa?” (CK/RSS/09/140117)
Konteks: Percakapan terjadi dalam acara dialog interaktif Republik
Sentilan Sentilun Metro TV tayang pada 14 Januari 2017.
Mucle menunjukkan keberadaan Jarwo kepada Asty, dan
Asty menanyakan apa yang terjadi saat itu.
Pada data di atas, penutur menggunakan penyisipan kata ragam tidak
baku yang menyebabkan terjadinya campur kode ke dalam. Data di atas
menunjukkan salah satu faktor penyebab terjadinya campur kode ke dalam
adalah tujuan untuk memberitahukan sesuatu. Hal tersebut dapat dilihat dari
tuturan tokoh Mucle yang mengatakan, “ini liat ada Jarwo”. Dalam tuturan
tersebut, tokoh Mucle menyisipkan kata ragam tidak baku “liat” yang
seharusnya “lihat”. Dalam suasana tuturan informal dan santai, percampuran
kode yang terjadi dalam percakapan tersebut karena penutur bermaksud
ingin menunjukkan sesuatu kepada mitra tuturnya. Hal ini sejalan dengan
teori yang dikemukakan oleh Nababan (1984), yang mengatakan campur
kode dapat terjadi karena suasana kesantaian antara penutur dengan mitra
tutur, sehingga apa yang dikatakan tanpa disadari telah mengalami
interferensi atau kesalahan berbahasa dalam percakapannya.
f. Menunjukkan Keterpelajarannya
Pada data di bawah ini, percakapan dilakukan oleh 3 orang tokoh dalam
acara dialog interaktif Republik Sentilan Sentilun Metro TV, yaitu Jarwo,
Mucle, dan Asty. Percakapan itu terjadi dalam suasana informal. Tokoh
Asty bercampur kode dengan menggunakan penyisipan kata dalam bahas
daerah Jawa. Hal itu dapat dilihat pada percakapan di bawah ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
30. Jarwo : ‘Slamet!”
Mucle : “Peace man!”
Asty : “Aduh, itu ndoro!”
(Majikan)
Mucle : “Peace man, tempat pipis di mana man?”
(CK/RSS/11/140117)
Konteks: Percakapan terjadi dalam acara dialog interaktif Republik
Sentilan Sentilun Metro TV tayang pada 14 Januari
2017. Jarwo dan Mucle memanggil ndoro Sentilun
dengan suasana tutur informal. Kemudian Asty
mengingatkan bahwa itu adalah majikan di dalam acara
Republik Sentilan Sentilun.
Data di atas penutur menggunakan penyisipan kata dalam bahasa Jawa.
Pada percakapan di atas, penyisipan kata “ndoro” dalam tuturan tokoh Asty
menunjukkan adanya campur kode ke dalam. Penyisipan kata tersebut
terjadi dalam suasana tuturan informal. Kata “ndoro” yang berarti
“majikan” digunakan tokoh Asty untuk menunjukkan sesuatu kepada mitra
tuturnya. Peristiwa campur kode di atas sejalan dengan pendapat Nababan
(1991: 32), yang mengatakan campur kode adalah suatu keadaan di mana
orang mencampur dua bahasa atau ragam bahasa dalam suatu tindak bahasa
dalam situasi berbahasa yang menuntut percampuran itu.
g. Mempertegas Sesuatu
Peristiwa campur kode dalam data di bawah ini disebabkan karena
faktor penutur ingin mepertegas sesuatu. Tuturan yang dilakukan dalam
suasana informal ini dilakukan oleh 4 tokoh, yaitu Sentilun, Leony, Jarwo,
dan Mucle. Campur kode yang terjadi pada percakapan di bawah adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
campur kode penyisipan kata. Percampuran kode tersebut dapat terjadi
karena penutur ingin mepertegas sesuatu kepada mitra tuturnya. hal itu
dapat dilihat pada percakapan di bawah ini.
31. Sentilun : “Ada apa ini, ribut mulu”.
(Terus)
Leony : “Tau nih berantem terus berdua”.
(Ini)
Sentilun : “Berantem kenapa”?
Jarwo : “Ini ni mas, dia ini merebut kekasih saya”.
(Ini)
Mucle : “Ini kekasih saya”. (CK/RSS/02/280117)
Konteks: Percakapan terjadi dalam acara dialog interaktif
Republik Sentilan Sentilun Metro TV tayang pada 28
Januari 2017 dengan tema keberagaman adalah kita.
Sentilun menanyakan suasana ribut yang terjadi antara
Leony, Jarwo, dan Mucle. Leony mengatakan bahwa
Jarwo dan Mucle sedang berantem. Jarwo
mengatakan bahwa Mucle merebut kekasihnya.
Data di atas merupakan peristiwa campur kode ke dalam dengan
faktor penyebab penutur ingin mempertegas sesuatu. Dalam data di atas,
tokoh Sentilun menggunakan penyisipan kata ragam tidak baku. Dalam
tuturannya, tokoh Sentilun menggunakan kata “mulu” yang seharusnya
“terus”. Penyisipan kata yang digunakan tokoh Sentilun bermaksud untuk
mempertegas tuturannya. Kemudian tokoh Leony dan Jarwo tanpa disadari
kut bercampur kode menggunakan penyisipan kata ragam tidak baku “ni”
dan ”nih”. Peristiwa campur kode di atas tejadi karena suasana tuturan yang
santai. Hal tersebut sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Nababan
(1984), yang mengatakan bahwa campur kode dapat terjadi karena suasana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
kesantaian antara penutur dengan mitra tutur, sehingga apa yang dikatakan
tanpa disadari telah mengalami interferensi atau kesalahan berbahasa dalam
percakapannya.
B. Tujuan Campur Kode Keluar
Campur kode adalah suatu keadaan di mana orang mencampur dua bahasa
atau ragam bahasa dalam suaty tindak bahasa dalam situasi berbahasa yang
menuntut percampuran itu (Nababan, 1991: 32). Peristiwa campur kode tidak
luput dari beberapa faktor penyebab terjadinya campur kode itu. Terdapat tiga
faktor yang ditemukan peneliti sebagai penyebab campur kode keluar pada
penelitian ini, yaitu sebagai berikut.
1. Membangkitkan Rasa Humor
Pada peristiwiwa campur kode, salah satu faktor penyebab yang
ditemukan peneliti yaitu faktor untuk membangkitkan rasa humor. Menurut
Nababan (1984), campur kode dapat terjadi karena suasana kesantaian
antara penutur dengan mitra tutur, sehingga apa yang dikatakan tanpa
disadari telah mengalami interferensi atau kesalahan berbahasa dalam
percakapannya. Hal tersebut juga terjadi dalam percakapan yang dilakukan
oleh dua tokoh yang ada dalam acara dialog interaktif Republik Sentilan
Sentilun. Suasana yang terdapat dalam percakapan tersebut adalah suasana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
formal ke informal. Campur kode yang terjadi dalam percakapan di bawah
ini adalah campur kode penyisipan frasa.
32. Mucle : “Pak Jarwo”.
Jarwo : “Yes man”.
(Ya manusia; laki-laki)
Mucle : “Bagaimana soal perkara yang kemarin kita bicarakan itu?
Apa bisa diatur?”
Jarwo : “Itu gampang Pak Mucle”. (CK/RSS/01/250217)
Konteks: Percakapan terjadi dalam acara dialog interaktif Republik
Sentilan Sentilun Metro TV tayang pada 25 Februari 2017
dengan tema godaan penegak hukum. Mucle
menanyakan soal perkara yang akan diselesaikan oleh
Jarwo.
Data di atas merupakan peristiwa campur kode keluar dengan faktor
penyebab untuk membangkitkan rasa humor. Penggunaan bahasa asing
dalam tuturan tokoh Jarwo menunjukkan bahwa ia ingin membangkitkan
rasa humor kepada mitra tuturnya. Pada awal percakapan, tokoh Mucle
menggunakan bahasa Indonesia, kemudian tokoh Jarwo sebagai mitra tutur
menjawab menggunakan bahasa Inggris. Penggunaan bahasa asing dalam
tuturan tokoh tersebut bermaksud untuk membangkitkan rasa humor dalam
suasana santai. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh
Nababan (1984), campur kode dapat terjadi karena suasana kesantaian
antara penutur dengan mitra tutur, sehingga apa yang dikatakan tanpa
disadari telah mengalami interferensi atau kesalahan berbahasa dalam
percakapannya. Selain data di atas, terdapat pula percakapan campur kode
lain yang memiliki faktor penyebab ingin membangkitkan rasa humor, yaitu
sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
33. Mucle : “Pak, yang saya curi itu anak kambing tetangga, masa saya
tega mengawini anak kambing tetangga”.
Jarwo : “Why not?”
Mucle : “Saya tahu artinya why not apa”.
Jarwo : “Apa?”
Mucle : “Kenapa kacang”. (CK/RSS/02/250217)
Konteks: Percakapan terjadi dalam acara dialog interaktif Republik
Sentilan Sentilun Metro TV tayang pada 25 Februari 2017
dengan tema godaan penegak hokum. Mucle mengatakan
bahwa ia melakukan tindak kriminal pencurian, dan
diminta untuk bertanggung jawab.
Pada data di atas, terdapat dua tokoh yang terlibat dalam percakapan.
Kedua tokoh tersebut bercakap-cakap dalam suasana tutur formal. Tuturan
campur kode di atas mengalami penyisipan frasa dalam bahasa asing “why
not” yang artinya “kenapa tidak”. Penutur menggunakan penyisipan tersebut
karena bermaksud untuk membangkitkan rasa humor dengan mitra tuturnya.
Campur kode keluar seperti pada percakapan di atas sejalan dengan
pendapat dari Nababan (1991: 32), yang mengatakan campur kode adalah
suatu keadaan di mana orang mencampur dua bahasa atau ragam bahasa
dalam suatu tindak bahasa dalam situasi berbahasa yang menuntut
percampuran itu.
2. Tujuan untuk Menjelaskan Sesuatu
Peristiwa campur kode biasanya muncul disebabkan oleh penutur dan
lawan tutur yang menyisipkan bahasa asing atau ragam bahasa yang tidak
baku. Seperti apa yang diutarakan oleh Nababan (1991: 32), yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
mengatakan campur kode adalah suatu keadaan di mana orang mencampur
dua bahasa atau ragam bahasa dalam suatu tindak bahasa dalam situasi
berbahasa yang menuntut percampuran itu. Data di bawah ini, percakapan
dilakukan oleh dua tokoh dalam acara dialog interaktif Republik Sentilan
Sentilun yaitu Butet dan Tompi. Topik pembicaraan yang dibicarakan
adalah Pilkada 2017. Pada percakapan di bawah ini, campur kode terjadi
karena faktor penyebab penutur ingin menjelaskan sesuatu kepada mitra
tutur.
34. Butet : “Kalau sikapnya Mas Tompi gimana? Sikap kepada
pemenang nanti entah siapa”.
Tompi : “Kita boleh berdarah-darah pada saat menjelang
pemilihan. Tapi siapapun yang akan menang, dan ini
statement saya jelas jauh-jauh hari, siapapun yang akan
tampil menjadi pemenangnya, ya kita harus support,
mengawal ya itu tetap kritis, event juga dengan orang-
orang yang kita pilih”. (CK/RSS/02/120217)
Konteks: Percakapan terjadi dalam acara dialog interaktif Republik
Sentilan Sentilun Metro TV tayang pada 12 Februari
2017. Butet menanyakan sikap Tompi jika calon kepala
daerah yang ia dukung tidak menang. Tompi mengatakan
bahwa harus menerima kekalahan dan mendukung
siapapun yang akan menjadi pemimpin.
Pada data di atas, tuturan terjadi dalam suasana formal. Tuturan yang
mengandung campur kode keluar adalah tuturan dari tokoh Tompi. Tompi
menggunakan penyisipan kata dalam bahas Inggris yaitu kata “support”
yang berarti “dukungan”. Penyisipan kata dalam bahasa asing tersebut
dimaksudkan untuk menjelaskan sesuatu yang ingin disampaikan oleh
penutur. Penutur menggunakan kata tersebut karena penutur juga ingin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
menunjukkan keterpelajarannya dalam berbahasa. Hal itu sejalan dengan
teori yang dikemukakan oleh Nababan (1984), yang mengatakan bahwa
campur kode dapat terjadi karena penutur ingin menunjukkan
keterpelajarannya, tetapi tanpa disadari justru bahasa yang diucapkan tidak
baku atau tidak tepat penggunaannya.
3. Tujuan untuk Memberitahukan Sesuatu
Campur kode menurut Chaer (2010), campur kode dapat terjadi karena
penutur ingin menafsirkan atau menjelaskan sesuatu kepada mitra tuturnya.
Pada data ini, peneliti menemukan salah satu faktor penyebab terjadinya alih
kode yaitu untuk memberitahukan sesuatu. Percakapan di bawah ini
dilakukan oleh dua tokoh, yaitu Butet dan Philips. Penyisipan kata dalam
bahasa asing dalam tuturan tokoh Philips yang menjadi penunjuk
munculnya alih kode. Di bawah ini adalah percakapan campur kode dengan
faktor penyebab untuk memberitahukan sesuatu.
35. Butet : “Cuma masalahnya jarang yang mau berkaca, melihat
secara jujur apa yang ada dalam dirinya”.
Philips : “Kadang yang membuat rumit adalah media. Jadi media
mungkin mengambil angle di survai itu, tapi tidak
dilaporkan semua”. (CK/RSS/07/180217)
Konteks: Percakapan terjadi dalam acara dialog interaktif Republik
Sentilan Sentilun Metro TV tayang pada 18 Februari 2017
dengan tema demam lembaga survai. Butet mengatakan
seseorang terkadang tidak mau melihat diri sendiri,
kemudian Philips mengatakan terkadang media juga
membuat suatu masalah semakin rumit karena melaporkan
sebagian info yang didapatkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Peristiwa tutur di atas terjadi dalam suasana tuturan formal. Tuturan
yang menunjukkan terjadinya campur kode adalah tuturan dari tokoh
Philips. Tuturan yang mengandung penyisipan kata dalam bahasa Inggris
“angle” atau dalam bahasa Indonesia berarti “sudut”. Penutur menggunakan
kata dalam bahasa asing karena ingin memberi sesuatu kepada mitra
tuturnya, serta ingin menunjukkan keterpelajarannya dalam menguasai
bahasa. hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Nababan (1991:
32), yang mengatakan bahwa campur kode adalah suatu keadaan di mana
orang mencampur dua bahasa atau ragam bahasa dalam suatu tindak bahasa
dalam situasi berbahasa yang menuntut percampuran itu.
4.3 Pembahasan
Dalam acara dialog interaktif Republik Sentilan Sentilun yang tayang di
Metro TV, peneliti menemukan alih kode dan campur kode. Pada acara tersebut
peneliti banyak mendapatkan informasi baru, penjelasan mengenai suatu topik
hangat yang sedang dibicarakan, kritikan atau sindiran kepada pemerintahan di
Indonesia dan lain sebagainya. Berdasarkan data yang didapatkan, data campur
kode paling banyak ditemukan dalam acara dialog interaktif Republik Sentilan
Sentilun. Data campur kode ke dalam berjumlah 29 data dan data campur kode
keluar sebanyak 22 data. Selain itu, peneliti juga menemukan data alih kode
internal sebanyak 7 data dan alih kode eksternal sebanyak 10 data.
Dalam acara dialog interaktif Republik Sentilan Sentilun, menemukan
beberapa tujuan terjadinya alih kode dan campur kode. Terdapat 7 data dan 24
data campur kode dengan tujuan untuk menjelaskan sesuatu. Untuk mengkaji
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
tuturan-tuturan yang mengandung alih kode dan campur kode dalam acara dialog
interaktif Republik Sentilan Sentilun peneliti menggunakan teori dari Abdul
Chaer, Suwito, I Dewa Putu Wijaya, Suwito, dan Nababan.
Dialog interaktif Republik Sentilan Sentilun adalah salah satu program di
Metro TV yang mendapat tanggapan yang cukup baik dari penonton. Republik
Sentilan Sentilun selalu menyuguhkan tema yang berbeda di setiap episodenya.
Tema yang diangkat selalu topik dan isu yang masih hangat diperbincangkan
dikalangan masyarakat. topik yang diangkat tidaklah lepas dari masalah-masalah
yang ada di Indonesia, seperti kasus politik, hokum, ekonomi, dan sebagainya.
Salah satu ruang lingkup sosiolinguistik adalah alih kode dan campur kode
yang pasti tidak bisa terlepas dari konteks. Konteks menurut KBBI (2007),
konteks sebagai situasi yang ada hubungannya dengan suatu kejadian. Dalam
acara dialog interaktif Repulik Sentilan Sentilun Metro TV, untuk memahami setiap
tuturan tokoh dalam acara tersebut, setiap tokoh harus memahami setiap konteks
tuturan yang ada.
Menurut Chaer (2010), alih kode sebagai gejala peralihan pemakaian bahasa
karena perubahan situasi atau suasana pembicaraan. Pengertian lain dikemukakan
oleh Suwito (1985: 69), yang mengatakan bahwa alih kode yang terjadi antar
bahasa-bahasa dalam satu bahasa nasional, antara dialek-dialek dalam satu bahasa
daerah, atau antara beberapa ragam dan gaya yang terdapat dalam satu dialek.
Menurut Nababan (1991: 31), campur kode di Indonesia sering terjadi
dalam situasi orang sedang berbincang-bincang di mana orang sedang berbicara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
dengan menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa daerah. Selain itu, Suwito
(1983: 76) membagi campur kode menjadi dua, yaitu campur kode ke dalam dan
campur kode kode keluar. Campur kode ke dalam adalah campur kode yang
menggunakan bahasa daerah, sedangkan campur kode keluar adalah campur kode
yang menggunakan bahasa asing. Kemudian Nababan (1984) mengatakan bahwa
campur kode dapat terjadi karena penutur ingin menunjukkan keterpelajarannya,
tetapi tanpa disadari justru bahasa yang diucapkan merupakan kata yang tidak
baku atau tidak tepat pengucapannya.
Dalam acara dialog interaktif Republik Sentilan Sentilun, peneliti
menemukan tujuan terjadinya alih kode dan campur kode. Tujuan alih kode
terbagi menjadi faktor alih kode internal dan eksternal. Sedangkan tujuan campur
kode dibagi menjadi tujuan campur kode ke dalam dan tujuan campur kode
keluar. Dalam alih kode internal, tujuan yang ditemukan peneliti dalam penelitian
ini adalah tujuan untuk menjelaskan sesuatu, perubahan topik pembicaraan, untuk
memberitahukan sesuatu, dan kebiasaan penutur. Kemudian tujuan terjadinya alih
kode eksternal yang ditemukan peneliti adalah untuk menjelaskan sesuatu,
perubahan topik pembicaraan, dan untuk memberitahukan sesuatu. Selain itu,
peneliti menemukan tujuan terjadinya alih kode ke dalam, yaitu untuk
membangkitkan rasa humor, untuk menjelaskan sesuatu, sekedar bergengsi,
menunjukkan kedekatan penutur dan mitra tutur, memberitahukan sesuatu,
menunjukkan keterpelajarannya, dan mempertegas sesuatu. Kemudian tujuan
terjadinya campur kode keluar adalah membangkitkan rasa humor, sekedar
bergengsi, untuk menjelaskan sesuatu, dan untuk memberitahukan sesuatu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Wujud Alih kode pada tuturan tokoh dalam acara dialog interaktif Republik
Sentilan Sentilun Metro TV terbagi dalam dua jenis, yaitu alih kode internal dan
alih kode eksternal yang terbagi lagi menjadi dua substansi yaitu alih kode
antarragam dan alih kode antarbahasa. Dalam penelitian ini, peneliti hanya
menemukan satu subsatansi alih kode yaitu antarragam formal ke informal.
Kemudian pada penelitian ini, wujud campur kode pada tuturan tokoh dalam
acara dialog interaktif Republik Sentilan Sentilun Metro TV periode Januari-
Februari 2017 terbagi dalam dua jenis yaitu campur kode ke dalam dan campur
kode keluar. Kedua jenis campur kode tersebut dibagi lagi menjadi dua substansi
yaitu antarragam dan antarbahasa. Dalam penelitian ini campur kode ke dalam
dan campur kode keluar terbagi menjadi tiga jenis bentuk penyisipan bahasa
dalam komunikasi. Penyisipan yang ditmukan dalam campur kode yaitu
penyisipan kata penyisipan frasa, dan pengulangan kata.
Peneliti menemukan empat tujuan terjadinya alih kode pada tuturan tokoh
dalam acara dialog interaktif Republik Sentilan Sentilun. Keempat tujuan tersebut
adalah untuk menjelaskan sesuatu, memberitahukan sesuatu, perubahan topik
pembicaraan, dan kebiasaan penutur. Sedangkan dalam campur kode, peneliti
menemukan tujuh tujuan terjadinya campur kode. Ketujuh tujuan tersebut adalah
tujuan untuk membangkitkan rasa humor, menjelaskan sesuatu, sekedar
bergengsi, menunjukkan kedekatan penutur dan mitra tutur, memberitahukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
sesuatu, menunjukkan keterpelajarannya, dan mempertegas sesuatu. Dari tujuan-
tujuan yang ditemukan peneliti, yang paling sering menjadi tujuan terjadinya alih
kode dan campur kode adalah tujuan untuk menjelaskan sesuatu.
Keberagaman jenis alih kode dan campur kode dapat dilihat melalui analisis
data berupa tuturan-tuturan yang diungkapkan oleh tokoh-tokoh dalam acara
tersebut. Hasil analisis menunjukkan bahwa wujud alih kode dan campur kode
berdasarkan teori dari Abdul Chaer, Suwito, I Dewa Putu Wijaya, Suwito, dan
Nababan dapat ditemukan melalui dialog interaktif Republik Sentilan Sentilun.
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan alih
kode dan campur kode dalam percakapan dalam acara dialog interaktif Republik
Sentilan Sentilun tersebut digunakan penutur untuk membahas topik atau isu-isu,
permasalahan, atau mengemukakan pendapat yang diangkat dalam dialog.
Kebaharuan yang ditemukan dalam penelitian ini terletak pada peristiwa
campur kode. Dari beberapa skripsi yang telah dibaca oleh peneliti, penelitian
pada skripsi alih kode dan campur kode sebelumya menganalisis penyisipan kata,
frasa, dan klausa. Namun pada penelitian ini peneliti menganalisis pengulangan
kata yang terdapat pada tuturan campur kode. Selain itu, kebaharuan penelitian ini
dari penelitian alih kode dan campur kode sebelumnya adalah penggunaan teknik
pengumpulan data. Pada penelitian-penelitian sebelumnya, peneliti kebanyakan
menggunakan teknin rekam, catat, dan wawancara. Namun pada penelitian ini,
peneliti menggunakan teknik rekam, simak, dan catat. Kemudian, dalam
penelitian ini peneliti menemukan tujuan terjadinya alih kode dan campu kode
yang terdapat dalam acara Republik Sentilan Sentilun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
5.2 Saran
Berdasarkan hasil yang telah ditemukan, peneliti memberi beberapa saran bagi
peneliti lanjutan yang ingin meneliti topik serupa dengan penelitian ini.
a) Penelitian ini meneliti tentang wujud Alih Kode dan Campur Kode, serta
faktor terjadinya Alih Kode dan Campur Kode pada tuturan tokoh-tokoh di
Republik Sentilan Sentilun. Peneliti lanjutan dapat meneliti wujud Alih
Kode maupun Campur Kode dalam ranah pendidikan, atau ranah lainnya
yang menunjang bagi penelitian, dan menunjang sebagai contoh penelitian
kajian Sosiolinguistik.
b) Penelitian ini menemukan sembilan faktor penyebab terjadinya Alih Kode
dan Campur Kode. Diharapkan peneliti lanjutan menemukan faktor lainya
agar dapat menyempurnakan penelitian terdahulu.
c) Selain bidang ilmu sosiolinguistik, data yang dianalisis nantinya bisa dikaji
bukan hanya dari segi sosiolinguistik melainkan bisa dikaji dari bidang
ilmu lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
DAFTAR PUSTAKA
Abdulah, Alek. H. Achmad HP. 2012. Linguistik Umum. Jakarta:
Erlangga.
Aslinda dan Leni Syafahya. 2007. Pengantar Sosiolinguistik. Bandung:
Refika Aditama.
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2010. Sosiolinguistik Perkenalan
Awal. Jakarta: Rineka Cipta.
Emzir. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Jakarta:
Rajagrafindo Persada.
Hirawati. Maria Enny.1997. Analisis Bentuk Sapaan Dalam Tuturan
Antartokoh Cerita Nover Para Priyayi Karya Umar Kayam
(Pendekatan Sosiolingusitik). (Skripsi). Yogyakarta: Sanata
Dharma.
Kridalaksana, Harimurti. 1994. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia.
Jakarta: PT. Gramedia.
Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Mardiana. 1985. Interferensi Fonologis Dialek Melayu Bangka Sub Dialek
Pangkal Pinang Pada Penggunaan Bahasa Indonesia Oleh Siswa
SMA Di Pangkal Pinang. (Skripsi). Yogyakarta: Sanata Dharma.
Muhammad. 2014. Metode Penelitian Bahasa. Yogyakarta: AR- RUZZ
MEDIA.
Moleong, Lexy. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Nababan. 1991. Sosiolinguistik. (Suatu Pengantar). Jakarta: PT Gramedia.
Prastowo, Andi. 2014. Metode Penelitian Kualitatif Dalam Perspektif
Rancangan Penelitian. Yogyakarta: AR- RUZZ MEDIA.
Purnama, Ardian Pitra Satya.2015. Alih Kode dan Campur Kode Iklan
Obat di Siaran Radio Kedaulatan Rakyat Yogyakarta. (Skripsi).
Yogyakarta: Sanata Dharma.
Rahardi, Kunjana. 2001. Sosiolinguistik, Kode dan Alih Kode. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Rohmadi, Mohammad dan Edy Tri Sulistyo. 2014. Alih Kode dan Campur
Kode Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Di SMA. (Jurnal).
Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Suwito. 1985. Sosiolinguistik: Pengantar Awal. Surakarta: Henary Offset.
Wijana, I Dewa Putu dan Rohmadi Muhammad. 2013. Semantik: Teori
dan Analisis. Surakarta: Yuma Pustaka.
Yuliasari, Chindi. 2015. Analisis Alih Kode Dan Campur Kode Dalam
Dialog Interaktif “Kick Andy” Di Metro TV Episode 06 Maret – 24
April. (Jurnal). Tanjungpinang: Universitas Maritim Raja Ali Haji.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
TRIANGULASI HASIL PENELITIAN
ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA TUJUANNYA DALAM DIALOG INTERAKTIF REPUBLIK
SENTILAN SENTILUN METRO TV PERIODE JANUARI-FEBRUARI 2017
Triangulator dimohon untuk memeriksa kembali data yang diperoleh peneliti untuk keperluan keabsahan data.
Triangulator yang dipercaya untuk memeriksa data penelitian adalah penyidik yang memiliki kemampuan dalam bidang
sosiolinguistik.
Petunjuk Pengisian:
1. Triangulator dimohon untuk memberikan tanda centang (√) pada kolom ya atau tidak berdasarkan jenis, faktor
penyebab alih kode dan campur kode dalam tuturan tokoh-tokoh Republik Sentilan Sentilun.
2. Triangulator dimohon untuk memberikan kritik dan masukan pada kolom keterangan.
Keterangan:
AK : Alih Kode
CK : Campur Kode
RSS : Republik Sentilan Sentilun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
No No. Data Tuturan
Perubahan
Kode
Jenis
Alih
Kode
Faktor
Penyebab
Alih Kode
Indikator Konteks
Suasana
Triangulator Komentar
I E Setuju Tidak
Setuju
1 AK/RSS/01/
140117
Jarwo : “Tadi
Pak Budi Waseso
sudah
menjelaskan ke
kita semua
bagaimana
peredaran
narkoba,
akibatnya,
resikonya, dan
bahayanya”.
Mucle : “That’s
right”! itu kanan,
that’s right”.
Jarwo : “That’s
right sama dengan
betul itu”!
Mucle : “Kirain
itu kanan”.
Bahasa
Indonesia –
Bahasa
Inggris
√ Menjelaska
n sesuatu
Dalam
percakapan
tersebut,
tokoh Jarwo
menjelaskan
suatu topik
pembicaraan.
Kemudian
oleh tokoh
Mucle di
tanggapi
menggunaka
n Bahasa
Inggris,
kemudian
tokoh Jarwo
menjawab
menggunaka
n Bahasa
Inggris.
Membahas
tentang topik
pembicaraan
dalam suasana
santai.
√
2 AK/RSS/01/
280117
Sentilun : “Pak
Jarwo xie-xie”.
Jarwo : “Xie-
xie”.
Bahasa
Indonesia –
Bahasa
Mandarin
√ Perubahan
topik
pembicaraa
n
Dalam
percakapan
antara tokoh
sentilan,
Membahas
tentang
perayaan
Imlek dengan
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Anya :
“Angpaonya
belum. Aduh,
aduh, aduh
Ndoro, kalo
ngelihat rakyat di
RSS ini rukun
kayak begini,
menyenangkan
sekalo hati ini,
melihat hidup
damai
berdampingan,
enak gitu
dilihatnya”.
Jarwo, dan
Anya,
mereka
menggunaka
n kata-kata
dari bahasa
asing, seperti
Xie-xie dan
angpao.
Munculnya
kata-kada
dalam bahasa
mandarin
tersebut
menjadi
tanda
terjadinya
alih kode
eksternal
pada tuturan
tersebut.
percakapan
santai dan
menggunakan
alih kode .
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
3 AK/RSS/02/
280117
Anya : “Tapi
benar, kalau
melihat suasana
rukun begini jadi
enak
dipandangnya”.
Sentilan : “Betul-
betul”.
Sentilun : “Enak,
enak”
Jarwo :”Kita
semua enak
dipandang,
kecuali Mucle”.
Sentilan : “Nggak
boleh”.
Mucle : “Saya ini
memang tidak
untuk dipandang,
tapi disentuh”.
Sentilan : “Nggak
Bahas
Indonesia-
Bahasa
Betawi
√ Menjelaska
n sesuatu
Dalam
percakapan
antara para
tokoh,
muncul kata
yang
menunjukkan
bahasa
daerah
Betawi, yaitu
sononye yang
mempengaru
hi terjadinya
alih kode.
Memperlihatka
n suasana
santai dan
nyaman saat
melakukan
percakapan,
sehingga tanpa
disadari
menggunakan
alih kode
internal.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
boleh, walaupun
begitu, ini
ragangan dari
sononya udeh
begitu. Iya jadi
tidak boleh saling
mengucilkan”.
Anya : “Ndoro
kok jadi betawi
sih”.
4 AK/RSS/03/
280117
JJ Riza : “Mereka
bergerak dalam
model masyarakat
yang ada kelas-
kelasnya. Karena
dulu zaman
kolonial itu yang
paling tinggi itu
European,
kemudian yang
kedua
Bahasa
Indonesia -
Bahasa
Inggris -
Bahasa
Betawi -
Bahasa
Belanda
√ √ Menjelaska
n sesuatu
Dalam
percakapan JJ
Riza dan
Sentilun,
terdapat
penggunaan
kata dalam
bahasa asing
yang
berdampak
terjadinya
Memperlihatka
n suasana
santai tapi
serius saat
melakukan
percakapan,
sehingga tanpa
disadari
menggunakan
alih kode
eksternal.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Primdeosterlinge
n, ketiga
Inlander”.
Sentilun : “Kite”?
JJ Riza : “Iya
kite, kalau
Primdeosterlinge
n itu Cina, India.
Jepang masuk
European, kalau
kita ini pribumi”.
Sentilan :
“Betawi”?
JJ Riza : “Betawi
ini misalnya, kita
masuk kolam
renang, masuk
stadion sepak
bola, ada tulisan
“Verboden voor
horden en
alih kode dan
bertujuan
untuk
menjelaskan
sesuatu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
inlander”.
Anya : “Wah”.
Sentilun : “Berarti
ada kelas ada
diskriminasi”.
JJ Riza : “Iya, jadi
ada pengkelasan,
ada diskriminasi
dan itu memang
dibuat gitu. Jadi
dianggap
kelompok
tersendiri,
terpisah, makanya
merasa jadi orang
lain”.
5 AK/RSS/04/
280117
Sentilun : “Iya,
jadi cinta itu tetap
indah meski
sering diucapkan
berbeda-beda
Bahas
Indonesia -
Bahasa
Inggris
√ √ Menjelaska
n sesuatu
Dalam
percakapan
ini, tokoh
menjelaskan
topik
Memperlihatka
n suasana
santai dan
nyaman saat
melakukan
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
dalam banyak
bahasa”.
Anya : “Seperti
apa contohnya”?
Sentilun : “Kalau
Bahasa Inggris
love, dalam
Bahasa Jawa
tresno”.
Mucle : “Bahasa
Betawi”?
Sentilun : “I Love
You”.
pembicaraan
dengan
menggunaka
n berbagai
kata dalam
bahasa asing.
percakapan,
sehingga tanpa
disadari
menggunakan
alih kode
eksternal.
6 AK/RSS/05/
280117
Mucle : “Jadi
keberagaman itu
justru
mempersatukan
kita”.
Jarwo : “Yes”.
Mucle : “That’s
right brother”.
Bahas
Indonesia –
Bahasa
Inggris
√ Menjelaska
n sesuatu
Dalam
percakapan
ini, tokoh
menggunaka
n bahasa
asing saat
berbincang-
bincang.
Memperlihatka
n suasana yang
santai dan
nyaman saat
melakukan
percakapan,
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
7 AK/RSS/06/
280117
Jarwo : “Gong Xi
Fa Cai”.
Anya : “Gong xi,
gong xi”.
Sentilan :
“Kenapa?
Ngajakin
berantem”?
Jarwo : “Nggak,
gong xi fa cai”.
Leony :
“Artinya”?
Jarwo : “Selamat
Imlek”.
Bahasa
Mandarin –
Bahasa
Indonesia
√ Menjelaska
n sesuatu
Dalam
percakapan
antara tokoh
sentilan,
Jarwo, dan
Anya,
mereka
menggunaka
n kata-kata
dari bahasa
asing,
Munculnya
kata-kada
dalam bahasa
Mandarin
tersebut
menjadi
tanda
terjadinya
alih kode
eksternal
Membahas
tentang
perayaan
Imlek dengan
percakapan
santai dan
menggunakan
alih kode .
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
pada tuturan
tersebut.
8 AK/RSS/01/
040217
Marwoto : “Inilah
salah satu
perjuangan yang
kita pertahankan,
right or wrong
my country”.
Sentilun : “Kata
siapa itu”?
Marwoto : “John
F. Kennedy
menyatakan
bahwa becik
ketitik ala
ketara”.
Bahasa
Indonesia –
Bahasa
Inggris –
Bahasa
Jawa
√ √ Perubahan
topik
pembicaraa
n
Dalam
percakapan
ini, tokoh
menjelaskan
topik
pembicaraan
dengan
menggunaka
n berbagai
kata dalam
bahasa asing
dan bahasa
daerah.
Memperlihatka
n suasana
santai dan
nyaman saat
melakukan
percakapan,
sehingga tanpa
disadari
menggunakan
alih kode
internal dan
eksternal.
√
9 AK/RSS/02/
040217
Sentilun : “Pak,
kok bapak
ngomong
dicuekin
semuanya pak?
Bahasa
Indonesia –
Bahasa
Jawa
√ Memberitah
ukan
sesuatu
Dalam
percakapan
ini tokoh
Sentilun
menggunaka
Memperlihatka
n suasana yang
santai dan
nyaman saat
melakukan
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Sampai bapak
ngomongnya
berbuih-buih,
munthuk tok e”.
Marwoto :
“Dengan
menggunakan
jurus-jurus lama”.
n bahasa
daerah jawa
di tengah-
tengah
tuturannya
yang
menggunaka
n bahasa
Indonesia.
percakapan,
10 AK/RSS/03/
040217
Sentilun : “Ingat,
kalau bapak ini
pidato, simak
yang baik-baik.
Ning balikno lho
yo”.
Gareng : “Lho
mas, kok
sampeyan banyak
sendiri”?
Sentilun : “Saya
sebagai
Bahasa
Indonesia –
Bahasa
Jawa
√ Memberitah
ukan
sesuatu
Dalam
percakapan
ini tokoh
Sentilun
menggunaka
n bahasa
daerah jawa
di tengah-
tengah
tuturannya
yang
menggunaka
Memperlihatka
n suasana yang
santai dan
nyaman saat
melakukan
percakapan,
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
koordinator
lapangan”
n bahasa
Indonesia.
11 AK/RSS/04/
040317
Marwoto :
“Gareng, kamu
menuduh saya.
Akan segera saya
laporkan kalian
semua”.
Gareng : “Mau
lapor ke mana”?
Marwoto : Saptol
PP, biar kalian
semua digaruk.
Saya akan
menuntut kalian
dengan undang-
undang ITE, ITE
macane opo”?
Sentilun :
“Macane ITE”.
Bahasa
Indonesia –
Bahasa
Jawa
√ Menjelaska
n sesuatu
Dalam
percakapan
ini, tokoh
menjelaskan
topik
pembicaraan
dengan
menggunaka
n kata dalam
bahasa asing
dan bahasa
daerah.
Memperlihatka
n suasana yang
santai dan
nyaman saat
melakukan
percakapan
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
Marwoto : “ITE
deng. Kalian
telah menjelek-
jelekkan saya”.
12 AK/RSS/05/
040217
Marwoto :
“Dengan adat
ketimuran, kalau
Ronggo Warsito
pernah bilang,
“all true is not
always to be
told”. Semua
yang benar tidak
harus dikatakan.
Jadi benar saya
jelek, tapi jangan
dikatakan jelek,
itu akan menusuk
peranakan saya”.
Gareng : “Pak,
kalau bapak jelek
Bahasa
Indonesia –
Bahasa
Inggris
√ Menjelaska
n sesuatu
Dalam
percakapan
ini, tokoh
menjelaskan
topik
pembicaraan
dengan
menggunaka
n bahasa
asing.
Memperlihatka
n suasana yang
santai dan
nyaman saat
melakukan
percakapan
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
itu ada solusinya,
operasi plastik
atau suntik
solikin”.
Marwoto :
“Silikon”.
13 AK/RSS/06/
040217
Gareng :
“Seandainya bisa
mengubah
perjalanan waktu,
akan aku tunda
kelahiranmu
sampai
kelahiranmu
nanti. Aku malah
isin dewe”.
Marwoto : “La!
Lala”!
Lala : “Iya pak,
jangan marah-
Bahasa
Indonesia –
Bahasa
Jawa –
Bahasa
Inggris
√ √ Memberitah
ukan
sesuatu
Dalam
percakapan
ini, tokoh
menjelaskan
topik
pembicaraan
dengan
menggunaka
n berbagai
kata dalam
bahasa asing
dan bahasa
daerah.
Memperlihatka
n suasana
santai dan
nyaman saat
melakukan
percakapan,
sehingga tanpa
disadari
menggunakan
alih kode
internal dan
eksternal.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
marah”.
Marwoto :
“Stand in here”.
14 AK/RSS/07/
040217
Marwoto :
“Jangan dekat
saya”!
Asty : “Nah kalo
yang seperti ini
nyuwun sewu
ndoro, tidak bisa
di nasihati dengan
cara seperti itu.
Harus dengan
kelembutan,
kecantikan. Saya
coba ya ndoro.
Bahasa
Indonesia –
Bahasa
Jawa
√ Memberitah
ukan
sesuatu
Dalam
percakapan
ini tokoh
Sentilun
menggunaka
n bahasa
daerah jawa
di tengah-
tengah
tuturannya
yang
menggunaka
n bahasa
Indonesia.
Memperlihatka
n suasana yang
santai dan
nyaman saat
melakukan
percakapan,
√
15 AK/RSS/08/
040217
Sentilan : “Untuk
menghadapi
orang yang
bersumbu pendek,
Bahasa
Indonesia –
Bahasa
Jawa
√ Menjelaska
n sesuatu
Dalam
percakapan
ini tokoh
Sentilun
Memperlihatka
n suasana
santai tapi
serius saat
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
kita harus sabar”.
Sentilun :
“Panjang
ususnya”.
Sentilan : “Betul.
Nanti mereka kita
ajak untuk
berunding baik-
baik. Sebetulnya
cerdas juga tidak,
tapi tadi kamu
dengan cara kata
lembut tapi
aslinya menjelek-
jelekkan. Iya tapi
karena sedikit
kurang
penangkapannya,
ini juga mereka
tidak tau bahwa
sebetulnya
menggunaka
n bahasa
daerah jawa
di bagian
akhir
percakapan
tuturannya.
melakukan
percakapan,
sehingga tanpa
disadari
menggunakan
alih kode
internal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
menasihati dia
supaya sadar.
Jujurlah pada
dirimu, bahwa
wajahmu itu
sebetulnya
ambyar”.
Sentilun : “Iya
ambyar”.
16 AK/RSS/09/
040217
Asty : “Mas
Marwoto, Mas
Marwoto”?
Marwoto : “Opo
sayang”?
Asty : “Mas
Gareng”?
Gareng : “Dalem
Bu”.
Bahasa
Indonesia –
Bahasa
Jawa
√ Kebiasaan
penutur
Dalam
percakapan
ini, tokoh
Asty ang
sering
menggunaka
n kata Mas
saat
bercakap-
cakap dengan
tokoh laki-
laki. Serta
Memperlihatka
n suasana yang
santai dan
nyaman saat
melakukan
percakapan,
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
tokoh
Marwoto dan
Gareng yang
sering
menggunaka
n bahasa
daerah jawa.
17 AK/RSS/01/
120217
Rustika : “Tapi
saya mau bicara
tentang
kebenaran, kita
bicara tentang
kebenaran di
zaman yang
namanya “post
truth society”.
Butet : “Apa-apa?
Post truth”?
Rustika : “Iya,
post truth society.
Ini adalah
Bahasa
Indonesia –
Bahasa
Inggris
√ Menjelaska
n sesuatu
Dalam
percakapan
ini, tokoh
Rustika
menggunaka
n Bahasa
Inggris untuk
menjelaskan
sebuah topik
pembicaraan.
Memperlihatka
n suasana
serius tapi
tetap santai.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
fenomena baru
yang terjadi di
Pilkada DKI. Di
mana kebenaran
itu kadang-
kadang menjadi
kebenaran diri
sendiri.
18 AK/RSS/01/
180217
Chacha : “Saya
harus ketemu
masyarakat”?
Philips : “Ya
harus, jangan
lewat survai saja”.
Chacha : “Itu
daddy, I need to
meet the people
tahu”.
Jarwo : “Nice to
meet you”.
Mucle : “
Bahasa
Indonsia-
Bahasa
Inggris
√ Memberitah
u sesuatu
Dalam
percakapan
tersebut,
tokoh Chacha
mengungkap
kan
keinginannya
dengan
menggunaka
n Bahasa
Inggris, dan
mitra
tuturnya
Memperlihatka
n suasana
serius tapi
tetap santai.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
Artinya”?
Jarwo : “Tumit
kamu manis”.
menjawab
dengan
Bahasa
Inggris.
19 AK/RSS/01/
250217
Jarwo : “By the
way, itu sekertaris
kamu ya? Cantik
juga cocoklah
buat saya. Saya
ini duda beristri”.
Mucle : “Pak,
duda itu tidak
punya istri. Bapak
duda beristri
gimana
ceritanya”?
Jarwo : “Grogi
saya kalau dekat
wanita cantik”.
Bahasa
Indonesia –
Bahasa
Inggris
√ Untuk
sekedar
bergengsi
Dalam
percakapan
tersebut,
tokoh Jarwo
menggunaka
n ungkapan
dalam Bahasa
Inggris.
Memperlihatka
n suasana
santai.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
No Nomor
Data
Tuturan
Perubahan
Kode
Jenis
Campur
Kode
Faktor
Penyebab
dan
Tujuan
Campur
Kode
Indikator Konteks
Suasana Triangulator Koment
ar
I E Setuju Tidak
Setuju
1 CK/RSS/01/
140117
Jarwo : “Itu
mabok apa
gejala struk”?
Mucle :
“Sepertinya dia
Penyisipan
Kata
√ Untuk
membangkit
kan rasa
humor.
Pada
percakpan
tersebut
tokoh Jarwo
menggunaka
Membahas
tentang suatu
kejadian yang
dialami
seorang
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
sedang kebelet
pak”.
n kata ragam
tidak baku
“mabok”
yang
seharusnya
“mabuk”.
tokoh dalam
suasana
santai.
2 CK/RSS/02/
140117
Polo : “Tapi ada
jenis narkoba
baru, orang
nggak pake aja,
gue sentuh begini
kayak di
hipnotis”.
Mucle : “Ada
narkoba jenis
begitu”?
Polo : “ada ini
bisa di lihat
hasilnya”.
Penyisipan
Frasa
√ Untuk
menjelaskan
sesuatu.
Pada
percakapan
tersebut,
tokoh Polo
menggunaka
n frasa
Membahas
tentang
tentang suatu
topik
pembicaraan
dalam
suasana
santai.
√
3.1 CK/RSS/03/
140117
Polo : “Tapi ono
jenis narkoba
baru, orang nggak
pake aja, gue
sentuh begini
kayak di
hipnotis”.
Mucle : “Ada
narkoba jenis
begitu”?
Polo : “ada ini
bisa di lihat
hasilnya”.
Penyisipan
Kata
√ Untuk
sekedar
bergengsi.
Pada
percakapan
tersebut,
tokoh Polo
menggunaka
n kata ragam
tidak baku
pada
tuturannya.
Membahas
tentang suatu
topik
pembicaraan
dalam
suasana
santai.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
3.2 CK/RSS/04/
140117
Polo : “Tapi ono
jenis narkoba
baru, orang nggak
pake aja, gue
sentuh begini
kayak di
hipnotis”.
Mucle : “Ada
narkoba jenis
begitu”?
Polo : “ada ini
bisa di lihat
hasilnya”.
Penyisipan
Kata
√ Untuk
menjelaskan
sesuatu.
Pada
percakapan
tersebut,
tokoh Polo
menggunaka
n kata ragam
tidak baku
pada
tuturannya.
Membahas
tentang suatu
topik
pembicaraan
dalam
suasana
santai.
√
4 CK/RSS/05/
140117
Polo : “Lagi mau
coba narkoba
jenis baru, mau
coba”?
Jarwo : “Wah
gila, aduh maaf
narkoba itu
bahaya. Tahu
nggak arti
narkoba”?
Jarwo : “Benar-
benar banyak
korban”.
Penyisipan
Kata
√ Untuk
menjelaskan
seusatu.
Pada
percakapan
tersebut,
tokoh Jarwo
menggunaka
n kata ragam
tidak baku.
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dalam
suasana
santai tapi
serius.
√
5 CK/RSS/06/
140117
Jarwo : “Lo
Jarwo ya? Kok
bisa ganteng
begitu”.
Mucle : “Yang
Jarwo lo”!
Penyisipan
Kata
√ Untuk
menunjukka
n kedekatan
penutur dan
mitra tutur.
Pada
percakapan
tersebut,
tokoh Jarwo
dan Mucle
sama-sama
Membahas
tentang suatu
topik
pembicaraan
dalam
suasana
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
Jarwo : “Terus lo
siapa”?
Mucle : “Polo”!
menggunaka
n kata ragam
tidak baku
saat
melakukan
percakapan.
santai.
6 CK/RSS/07/
140117
Jarwo : “Aduh,
asik juga
sentuhan lo ya.
Itu narkoba apa
handphone touch
screen, langsung
bisa nular”.
Polo : “Ini jenis
baru”.
Penyisipan
Kata
√ Untuk
sekedar
bergengsi.
Pada
percakapan
tersebut,
tokoh Jarwo
menggunaka
n kata ragam
tidak baku.
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dalam
suasana
santai.
√
6.1 CK/RSS/08/
140117
Jarwo : “Aduh,
asik juga
sentuhan lo ya.
Itu narkoba apa
handphone
touch screen,
langsung bisa
nular”.
Polo : “Ini jenis
baru”.
Penyisipan
Frasa
√ Untuk
membangkit
kan rasa
humor.
Pada
percakapan
tersebut,
tokoh Jarwo
menggunaka
n bahasa
asing dalam
tuturannya.
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dalam
suasana
santai.
√
7 CK/RSS/09/
140117
Mucle : “Ini liat
ada Jarwo”.
Asty : “Aduh
maaf ini pada
kenapa”?
Penyisipan
Kata √ Untuk
memberitah
u sesuatu.
Pada
percakapan
tersebut,
tokoh Mucle
menggunaka
n kata ragam
tidak baku.
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dalam
suasana
santai.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
8 CK/RSS/10/
140117
Jarwo : ‘Slamet”!
Mucle : “Peace
man”!
Asty : “Aduh, itu
ndoro”!
Mucle : “Peace
man, tempat pipis
di mana man”?
Penyisipan
Frasa √ Untuk
sekedar
bergengsi.
Pada
percakapan
tersebut,
tokoh Mucle
menggunaka
n bahasa
asing dalam
tuturannya.
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dalam
suasana
santai.
√
8.1 CK/RSS/11/
140117
Jarwo : ‘Slamet”!
Mucle : “Peace
man”!
Asty : “Aduh, itu
ndoro”!
Mucle : “Peace
man, tempat pipis
di mana man”?
Penyisipan
Kata √ Untuk
menunjukka
n
keterpelajar
annya.
Pada
percakapan
tersebut,
tokoh Asty
menggunaka
n kata dalam
Bahasa Jawa
“ndoro” yang
berarti
“tuan”.
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dalam
suasana
santai.
√
9 CK/RSS/12/
140117
Slamet : “Sudah?
Yang sudah
sembuh kemari,
dia biar di sana”.
Butet : “Sini-
sini”.
Slamet : “Gimana
lun? Ndak apa-
apa”?
Butet : “Ndak
apa-apa”.
Penyisipan
Kata √ Untuk
menunjukan
kedekatann
ya dengan
mitra tutur.
Pada
percakapan
tersebut,
tokoh Slamet
dan Butet
menggunaka
n kata ragam
tidak baku”.
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dalam
suasana
santai tapi
serius.
√
10 CK/RSS/13/
140117
Sentilun : “Jadi
ini semua sudah
bersih ya”?
Penyisipan
Kata √ Untuk
menjelaskan
sesuatu.
Pada
percakapan
tersebut,
Membahas
suatu topik
pembicaraan
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
Jarwo : “Sudah”.
Polo : “Sudah
clean”.
Sentilun : “Jadi
sudah di jamin
bersih ya”?
Polo : “Sudah
jamin clean”.
tokoh Polo
menggunaka
n kata dalam
Bahasa
Inggris.
dalam
suasana
santai tapi
serius.
11 CK/RSS/01/
280117
Mucle : “Ah ini
rupanya ada gadis
cantik lagi dirayu
sama portal
komplek”.
Leony : “Ini ni
mas, suka
ganggu-ganggu
nih”.
Mucle : “Oh oh
oh Jarwo”.
Jarwo : “Oh oh oh
Mucle. Saya itu
punya teman,
jagoan”.
Mucle : “Wah
Penyisipan
Kata
√ Untuk
membangkit
kan rasa
humor.
Pada
percakapan
tersebut,
tokoh Mucle
menggunaka
n 2 kata
ragam tidak
baku yaitu
“ah” dan
“wah”.
Sedangkan
Leony
menggunaka
n kata ragam
tidak baku
nih.
Membahas
tentang tokoh
pahlawan
dalam film,
dengan
menggunaka
n kata ragam
tidak baku.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
sombong”.
Jarwo :
“Superhero siapa
yang nggak teman
saya, betman itu
teman saya, hebat
orangnya”.
Mucle : “Mana
mau betman
berteman sama
bad mood”.
12 CK/RSS/02/
280117
Sentilun : “Ada
apa ini, ribut
mulu”.
Leony : “Tau nih
berantem terus
berdua”.
Sentilun :
“Berantem
kenapa”?
Penyisipan
Kata
√ Untuk
mempertega
s sesuatu
Dalam
percakapan
ini, tokoh
sentilun
menegaskan
sesuatu
dengan
menggunaka
n kata tidak
Membahas
tentang
kejadian yang
sedang terjadi
saat
percakapan
itu
berlangsung.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
Jarwo : “Ini ni
mas, dia ini
merebut kekasih
saya”.
Mucle : “Ini
kekasih saya”.
baku “mulu”.
12.
1
CK/RSS/03/
280117
Sentilun : “Ada
apa ini, rebut
mulu”.
Leony : “Tau nih
berantem terus
berdua”.
Sentilun :
“Berantem
kenapa”?
Jarwo : “Ini ni
mas, dia ini
merebut kekasih
Penyisipan
Frasa
√ Untuk
menjelaskan
sesuatu
Dalam
percakapan
ini, tokoh
Leony
menjelaskan
kejadian yang
sedang
dialaminya.
Ia
menggunaka
n kata frasa
“tau nih”
Membahas
tentang
kejadian yang
sedang terjadi
saat
percakapan
itu
berlangsung
dengan
menggunaka
n frasa “tau
nih”.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
saya”.
Mucle : “Ini
kekasih saya”.
untuk
menekankan
perkataannya.
13 CK/RSS/04/
280117
Mucle : “Ini yang
saya suka dari
Mas Sentilun,
saya senang
berteman dengan
dia, cerdas. Saya
setuju dengan
kata-katanya,
bahwa perbedaan
itu indah”.
Sentilun : “Jadi
kalo kita berjuang
itu tanpa
membeda-
bedakan, kita ini
siapa, warna
kulitnya apa, kita
itu Jawa, Sunda,
Penyisipan
Kata
√ Untuk
mempertega
s sesuatu
Dalam
percakapan
ini tokoh
Mucle
mempertegas
pernyataan
dari tokoh
sentilun.
Tokoh
sentilun
mengutarajan
maksudnya
dengan
menggunkan
beberapa kata
ragam tidak
baku “kalo”
yang
Membahas
tentang topik
pembicaraan
yang sangat
menarik
untuk di
cermati.
Sehingga
penutur
menggunaka
n kata ragam
tidak baku
untuk
memudahkan
nya dalam
mempertegas
pembicaraan
nya.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
Cina, Madura,
Batak, Minang,
nggak ada
urusannya, yang
penting kita itu
adalah manusia,
sama-sama
sebagai warga
bangsa.
seharusnya
“kalau”.
13.
1
CK/RSS/05/
280117
Mucle : “Ini yang
saya suka dari
Mas Sentilun,
saya senang
berteman dengan
dia, cerdas. Saya
setuju dengan
kata-katanya,
baha perbedan itu
indah”.
Sentilun : “Jadi
Penyisipan
Kata
√ Untuk
menjelaskan
sesuatu.
Dalam
percakapan
ini tokoh
Mucle
mempertegas
pernyataan
dari tokoh
sentilun.
Tokoh
sentilun
mengutarajan
Membahas
tentang topik
pembicaraan
yang sangat
menarik
untuk di
cermati.
Sehingga
penutur
menggunaka
n kata ragam
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
kalo kita berjuang
itu tanpa
membeda-
bedakan, kita ini
siapa, warna
kulitnya apa, kita
itu Jawa, Sunda,
Cina, Madura,
Batak, Minang,
nggak ada
urusannya, yang
penting kita itu
adalah manusia,
sama-sama
sebagai warga
bangsa.
maksudnya
dengan
menggunkan
beberapa kata
ragam tidak
baku “nggak”
yang
seharusnya
“tidak”.
tidak baku
untuk
memudahkan
nya dalam
mempertegas
pembicaraan
nya.
14 CK/RSS/05/
280117
Butet : “Jadi
kalau soal makan
ya ndoro ya, saya
justru ini pengen
Penyisipan
Kata
√ Untuk
mempertega
s sesuatu
Pada
percakapan
tersebut
tokoh Butet
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dalam
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
mendengarkan
penjelasan dari
bang Riza lagi.
Kira-kia apa sih
yang dilakukan
oleh pemerintah
RSS dan republik
sampean itu atas
situasi untuk
menciptakan
suasana Imlek
yang asik supaya
jadi momentum”.
JJ Riza : “Di
republic saya itu,
para pendirinya
waktu bikin
republic itu punya
reason tersendiri”.
Anya : “Apa itu”?
JJ Riza : “Alasan
menggunaka
n kata dalam
Bahasa Jawa.
suasana
santai tapi
serius.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
kenapa mereka
membuat
Republik
Indonesia salah
satunya itu ada
dalam rumusan
dasar negara”.
14.
1
CK/RSS/06/
280117
Butet : “Jadi
kalau soal makan
ya ndoro ya, saya
justru ini pengen
mendengarkan
penjelasan dari
bang Riza lagi.
Kira-kia apa sih
yang dilakukan
oleh pemerintah
RSS dan republik
sampean itu atas
situasi untuk
menciptakan
Penyisipan
Kata
√ Untuk
menjelaskan
sesuatu.
Pada
percakapan
tersebut,
tokoh butet
menggunaka
n kata ragam
tidak baku
berupa kata
“sih”. Kata
penegas
tersebut
digunakan
untuk
menanyakan
Membahas
tentang topik
pembicaraan
dalam
suasana
santai tapi
serius.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
suasana Imlek
yang asik supaya
jadi momentum”.
JJ Riza : “Di
republic saya itu,
para pendirinya
waktu bikin
republic itu punya
reason tersendiri”.
Anya : “Apa itu”?
JJ Riza : “Alasan
kenapa mereka
membuat
Republik
Indonesia salah
satunya itu ada
dalam rumusan
dasar ngara”.
sesuatu.
15 CK/RSS/06/
280117
JJ Riza :
“Makanya tadi
saya bilang
Penyisipan
Kata
√ Untuk
menjelaskan
sesuatu
Pada
percakapan
ini, tokoh JJ
Membahas
tentang topik
pembicaraan
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
durhaka kalo para
leluhur kita inikan
lagi ngerayain
Imlek, ini acara
mengingat
leluhur. Makanya
saat Imlek orang-
orang nyari abu,
di mana ada abu
disimpen, tempat
orang tua yang
ada abunya, terus
mereka datengin.
Untuk mengingat
para leluhur, nah
leluhur republik
ini yang namanya
Soekarno itu
ngingetin, kita
bikin bangsa itu
bukan karena kita
Riza
menjelaskan
topik
pembicaraan
dengan
menngunaka
n kata ragam
tidak baku.
yang sangat
menarik
untuk di
cermati.
Sehingga
penutur
menggunaka
n kata ragam
tidak baku
untuk
memudahkan
nya dalam
mempertegas
pembuicaraa
nnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
dasarnya etnis,
bukan ras, tapi
dasarnya sejarah,
karena kita
pernah sama-
sama menderita”.
Sentilun : “Juga
bukan
berdasarkan
agama ya”?
JJ Riza : “Bukan
berdasarkan
agama”.
15.
1
CK/RSS/07/
280117
JJ Riza :
“Makanya tadi
saya bilang
durhaka kalo para
leluhur kita inikan
lagi ngerayain
Imlek, ini acara
mengingat
Penyisipan
Kata
√ Untuk
menjelaskan
sesuatu.
Pada
percakapan
ini, tokoh JJ
Riza
menjelaskan
topik
pembicaraan
dengan
Membahas
tentang topik
pembicaraan
yang sangat
menarik
untuk di
cermati.
Sehingga
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
leluhur. Makanya
saat Imlek orang-
orang nyari abu,
di mana ada abu
disimpen, tempat
orang tua yang
ada abunya, terus
mereka datengin.
Untuk mengingat
para leluhur, nah
leluhur republik
ini yang namanya
Soekarno itu
ngingetin, kita
bikin bangsa itu
bukan karena kita
dasarnya etnis,
bukan ras, tapi
dasarnya sejarah,
karena kita
pernah sama-
menngunaka
n kata ragam
tidak baku.
penutur
menggunaka
n kata ragam
tidak baku
untuk
memudahkan
nya dalam
mempertegas
pembuicaraa
nnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
sama menderita”.
Sentilun : “Juga
bukan
berdasarkan
agama ya”?
JJ Riza : “Bukan
berdasarkan
agama”.
15.
2
CK/RSS/08/
280117
JJ Riza :
“Makanya tadi
saya bilang
durhaka kalo para
leluhur kita inikan
lagi ngerayain
Imlek, ini acara
mengingat
leluhur. Makanya
saat Imlek orang-
orang nyari abu,
di mana ada abu
disimpen, tempat
Penyisipan
Kata
√ Untuk
menjelaskan
sesuatu.
Pada
percakapan
ini, tokoh JJ
Riza
menjelaskan
topik
pembicaraan
dengan
menngunaka
n kata ragam
tidak baku.
Membahas
tentang topik
pembicaraan
yang sangat
menarik
untuk di
cermati.
Sehingga
penutur
menggunaka
n kata ragam
tidak baku
untuk
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
orang tua yang
ada abunya, terus
mereka datengin.
Untuk mengingat
para leluhur, nah
leluhur republik
ini yang namanya
Soekarno itu
ngingetin, kita
bikin bangsa itu
bukan karena kita
dasarnya etnis,
bukan ras, tapi
dasarnya sejarah,
karena kita
pernah sama-
sama menderita”.
Sentilun : “Juga
bukan
berdasarkan
agama ya”?
memudahkan
nya dalam
mempertegas
pembuicaraa
nnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
JJ Riza : “Bukan
berdasarkan
agama”.
15.
3
CK/RSS/09/
280117
JJ Riza :
“Makanya tadi
saya bilang
durhaka kalo para
leluhur kita inikan
lagi ngerayain
Imlek, ini acara
mengingat
leluhur. Makanya
saat Imlek orang-
orang nyari abu,
di mana ada abu
disimpen, tempat
orang tua yang
ada abunya, terus
mereka datengin.
Untuk mengingat
para leluhur, nah
Penyisipan
Kata
√ Untuk
menjelaskan
sesuatu.
Pada
percakapan
ini, tokoh JJ
Riza
menjelaskan
topik
pembicaraan
dengan
menngunaka
n kata ragam
tidak baku.
Membahas
tentang topik
pembicaraan
yang sangat
menarik
untuk di
cermati.
Sehingga
penutur
menggunaka
n kata ragam
tidak baku
untuk
memudahkan
nya dalam
mempertegas
pembuicaraa
nnya.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
leluhur republik
ini yang namanya
Soekarno itu
ngingetin, kita
bikin bangsa itu
bukan karena kita
dasarnya etnis,
bukan ras, tapi
dasarnya sejarah,
karena kita
pernah sama-
sama menderita”.
Sentilun : “Juga
bukan
berdasarkan
agama ya”?
JJ Riza : “Bukan
berdasarkan
agama”.
15.
4
CK/RSS/10/
280117
JJ Riza :
“Makanya tadi
Penyisipan
Kata
√ Untuk
menjelaskan
Pada
percakapan
Membahas
tentang topik
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
saya bilang
durhaka kalo para
leluhur kita inikan
lagi ngerayain
Imlek, ini acara
mengingat
leluhur. Makanya
saat Imlek orang-
orang nyari abu,
di mana ada abu
disimpen, tempat
orang tua yang
ada abunya, terus
mereka datengin.
Untuk mengingat
para leluhur, nah
leluhur republik
ini yang namanya
Soekarno itu
ngingetin, kita
bikin bangsa itu
sesuatu. ini, tokoh JJ
Riza
menjelaskan
topik
pembicaraan
dengan
menngunaka
n kata ragam
tidak baku.
pembicaraan
yang sangat
menarik
untuk di
cermati.
Sehingga
penutur
menggunaka
n kata ragam
tidak baku
untuk
memudahkan
nya dalam
mempertegas
pembuicaraa
nnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
bukan karena kita
dasarnya etnis,
bukan ras, tapi
dasarnya sejarah,
karena kita
pernah sama-
sama menderita”.
Sentilun : “Juga
bukan
berdasarkan
agama ya”?
JJ Riza : “Bukan
berdasarkan
agama”.
16 CK/RSS/01/
040217
Marwoto :
“Bayangkan,
bayangkan, kalo
masalah ini tidak
segera kita
eliminasi”.
Sentilun : “Susah
Penyisipan
Kata
√ Tujuan
untuk
memberitah
u sesuatu
Pada tuturan
tokoh
Marwoto dan
Butet
tersebut,
mereka
menggunaka
Membahas
sebuah topik
pembicaraan
dengan
suasana
santai dan
nyaman.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
ngomongnya ya”.
Marwoto : “Akan
menjadikan
kehancuran secara
plural”.
Sentilun : “Pak,
kalo memilih kata
itu yang
sederhana, nanti
kalau nyangkut di
gigi pak”.
n kata ragam
tidak baku
“kalo”.
17 CK/RSS/02/
040217
Gareng : “Bapak
itu kata-katanya
cuma membuai
masyarakat, tidak
ada
kontrasepsinya
terhadap republik
setempat”.
Butet : “Apa?
Kontrasepsi”?
Penyisipan
Kata
√ Tujuan
untuk
menjelaskan
sesuatu
Pada
percakpan
tersebut
tokoh Butet
menggunaka
n kata
“keleru”
dalam bahasa
jawa, yang
artinya
Membahas
topik
pembicaraan
saat saat
suasana
serius tapi
tetap santai.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
Gareng :
“Maksudku itu
manfaat bagi
penduduk”.
Butet :
“Kontribusi”.
Marwoto :
“Manfaat bagi
penduduk,
distribusi ide-
ide”.
Butet : “Keleru,
kontribusi”.
Marwoto : “Nah
ini, ya paling
tidak semua
tahu”.
keliru.
18 CK/RSS/03/
040217
Butet : “Pak
Polisi, ini gimana,
kalau ada
laporan,”ini
Penyisipan
Frasa
√ Tujuan
untuk
menjelaskan
sesuatu
Pada tuturan
Brigjen Pol.
Rikwanto,
beliau
Membahas
senuah topik
pembicaraan
dengan serius
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
pencemaran nama
baik”, yang
merasa namanya
baik padahak
belum tentu
baik”.
Brigjen Pol.
Rikwanto : “Jadi
ada memang
klasifikasi di
masyarakat, ada
masyarakat kelas
tertentu, daerah
tertentu
menggunakan
kata-kata kasar
mungkin sudah
biasa ya, itu jika
diangkat ke level
atas mungkin
akan dianggap
menggunaka
n campur
kode dalam
Bahasa
Inggris
“Cyber
Patrol” dan
“Cyber
Army”. Hal
itu digunakan
untuk
menunjukkan
keterpeajaran
nya.
tapi tetap
santai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
penghinaan. Tapi
kami punya
Cyber Patrol,
Cyber Army,
jadi kami awasi
itu”.
19 CK/RSS/04/
040217
Sentilan : “Kira-
kira menghadapi
tujuan omongan
yang sifatnya
fitnah,
memberikan
suasana tidak
aman, tujuannya
kemana itu pak”?
Brigjen Pol.
Rikwanto :
“Tidak mungkin
tidak ada
tujuannya, pasti
Penyisipan
Pengulanga
n Kata
√ Tujuan
untuk
menjelaskan
sesuatu
Pada tuturan
tokoh Brigjen
Pol.
Rikwanto,
beliau
menggunaka
n
pengulangan
kata dalam
bahasa asing
yaitu
“talking-
talking” yang
menunjukkan
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dengan serius
tapi tetap
santai.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
itu ada dasarnya”.
Sentilan :
“Dasarnya jelas
ya”?
Brigjen Pol.
Rikwanto : “Kata-
kata yang
diucapkan itu
biasanya berulang
itu-itu saja, kami
pelajari itu.
Kenapa sekarang
namanya beda,
dia membangun
beberapa akun,
puluhan, bahkan
ratusan,
sebenarnya untuk
saling cakap
bicara, talking-
talking di media
munculnya
campur kode.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
sosial antara dia
saja, tapi sifatnya
mempengaruhi
public,
mempengaruhi
pikiran, seolah-
olah disiarkan
berita hoax.
Semua pada
membenarkan dan
yang ikut dalam
grup itu mulai
menyebarkan
berita yang di
share pada grup
tersebut”.
20 CK/RSS/05/
040217
Slamet : “Kira-
kira menghadapi
tujuan omongan
yang sifatnya
fitnah,
Penyisipan
Kata
√ Tujuannya
untuk
menjelaskan
ke mitra
tutur.
Tokoh
Brigjen Pol.
Rikwanto
menggunaka
n kata dalam
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dengan serius
tapi tetap
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
memberikan
suasana tidak
aman, tujuannya
kemana itu pak”?
Brigjen Pol.
Rikwanto :
“Tidak mungkin
tidak ada
tujuannya, pasti
itu ada dasarnya”.
Slamet :
“Dasarnya jelas
ya”?
Brigjen Pol.
Rikwanto : “Kata-
kata yang
diucapkan itu
biasanya berulang
itu-itu saja, kami
pelajari itu.
Kenapa sekarang
bahasa
Inggris untuk
menekankan
topik
pembicaraan.
santai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
namanya beda,
dia membangun
beberapa akun,
puluhan, bahkan
ratusan,
sebenarnya untuk
saling cakap
bicara, talking-
talking di media
sosial antara dia
saja, tapi sifatnya
mempengaruhi
publik,
mempengaruhi
pikiran, seolah-
olah disiarkan
berita hoax.
Semua pada
membenarkan dan
yang ikut dalam
grup itu mulai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
menyebarkan
berita yang di
share pada grup
tersebut”.
21.
1
CK/RSS/06/
040217
Slamet : “Kira-
kira menghadapi
tujuan omongan
yang sifatnya
fitnah,
memberikan
suasana tidak
aman, tujuannya
kemana itu pak”?
Brigjen Pol.
Rikwanto :
“Tidak mungkin
tidak ada
tujuannya, pasti
itu ada dasarnya”.
Slamet :
“Dasarnya jelas
Penyisipan
Kata
√ Tujuannya
untuk
menjelaskan
ke mitra
tutur
Tokoh
Brigjen Pol.
Rikwanto
menggunaka
n kata dalam
bahasa
Inggris untuk
menekankan
topik
pembicaraan
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dengan serius
tapi tetap
santai
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
ya”?
Brigjen Pol.
Rikwanto : “Kata-
kata yang
diucapkan itu
biasanya berulang
itu-itu saja, kami
pelajari itu.
Kenapa sekarang
namanya beda,
dia membangun
beberapa akun,
puluhan, bahkan
ratusan,
sebenarnya untuk
saling cakap
bicara, talking-
talking di media
sosial antara dia
saja, tapi sifatnya
mempengaruhi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
publik,
mempengaruhi
pikiran, seolah-
olah disiarkan
berita hoax.
Semua pada
membenarkan dan
yang ikut dalam
grup itu mulai
menyebarkan
berita yang di
share pada grup
tersebut”.
22 CK/RSS/01/
120217
Butet : “Kalau
sikapnya Mas
Tompi gimana?
Sikap kepada
pemenang nanti
entah siapa”.
Tompi : “Kita
boleh berdarah-
Penyisipan
Kata
√ Tujuan
untuk
menjelaskan
sesuatu.
Pada
percakapan
tersebut,
tokoh Tompi
menggunaka
n kata
berbahasa
Inggris untuk
Membahas
topik
pembicaraan
saat saat
suasana
serius tapi
tetap santai.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
darah pada saat
menjelang
pemilihan. Tapi
siapapun yang
akan menang, dan
ini statement
saya jelas jauh-
jauh hari,
siapapun yang
akan tampil
menjadi
pemenangnya, ya
kita harus
support,
mengawal ya itu
tetap kritis, event
juga dengan
orang-orang yang
kita pilih”.
menekankan
pernyataanny
a.
22.
1
CK/RSS/02/
120217
Butet : “Kalau
sikapnya Mas
Penyisipan
Kata
√ Tujuan
untuk
Pada
percakapan
Membahas
topik
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
Tompi gimana?
Sikap kepada
pemenang nanti
entah siapa”.
Tompi : “Kita
boleh berdarah-
darah pada saat
menjelang
pemilihan. Tapi
siapapun yang
akan menang, dan
ini statement saya
jelas jauh-jauh
hari, siapapun
yang akan tampil
menjadi
pemenangnya, ya
kita harus
support,
mengawal ya itu
tetap kritis, event
menjelaskan
sesuatu.
tersebut,
tokoh Tompi
menggunaka
n kata
berbahasa
Inggris untuk
menekankan
tuturannya.
pembicaraan
saat saat
suasana
serius tapi
tetap santai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
juga dengan
orang-orang yang
kita pilih”.
22.
2
CK/RSS/03/
120217
Butet : “Kalau
sikapnya Mas
Tompi gimana?
Sikap kepada
pemenang nanti
entah siapa”.
Tompi : “Kita
boleh berdarah-
darah pada saat
menjelang
pemilihan. Tapi
siapapun yang
akan menang, dan
ini statement saya
jelas jauh-jauh
hari, siapapun
yang akan tampil
menjadi
Penyisipan
Kata
√ Tujuan
untuk
menjelaskan
sesuatu.
Pada
percakapan
tersebut,
tokoh Tompi
menggunaka
n kata
berbahasa
Inggris untuk
menekankan
tuturannya..
Membahas
topik
pembicaraan
saat saat
suasana
serius tapi
tetap santai.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
pemenangnya, ya
kita harus
support,
mengawal ya itu
tetap kritis, event
juga dengan
orang-orang yang
kita pilih”.
23 CK/RSS/04/
120217
Tompi : “Begini,
sebuah aset akan
menjadi milik
Pemerintah
Daerah jika
dibangun
memakai uang
pribadi,
katakanlah beliau
pengusaha hebat
yang uangnya
tidak terhitung,
itu jadi aset
Penyisipan
Kata
√ Tujuannya
untuk
menjelaskan
sesuatu.
Pada
percakapan
tersebut
tokoh Tompi
menggunaka
n kata dalam
Bahasa
Inggris.
Membahas
topik
pembicaraan
dengan
serius.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
pribadi. Jadi, kita
harus cerdas
jangan jadi
sembarang
followers”.
Butet : “Jadi
begitu
seharusnya”.
24 CK/RSS/05/
120217
Asty : “Kalau tadi
tentang job sudah
terjawab, job juga
tetap ada”.
Tompi : “Tapi
satu hal ya, job
saya tidak
bertambah gara-
gara ini. Karena
saya tidak
mencari uang di
Pilkada, sorry”.
Penyisipan
Kata
√ Tujuannya
untuk
memberitah
u sesuatu..
Pada
percakapan
ini, tokoh
Asty dan
Tompi
menegaskan
mengenai
“job” atau
“pekerjaan”.
Membahas
topik
pembicaraan
dengan
suasana
serius.
√
25 CK/RSS/06/ Asty : “Kalau tadi Penyisipan √ Tujuannya Pada Membahas √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
120217 tentang job sudah
terjawab, job juga
tetap ada”.
Tompi : “Tapi
satu hal ya, job
saya tidak
bertambah gara-
gara ini. Karena
saya tidak
mencari uang di
Pilkada, sorry”.
Kata untuk
memberitah
u sesuatu.
percakapan
ini, tokoh
Tompi
menegaskan
pernyataanya
menggunaka
n Bahasa
Inggris.
topik
pembicaraan
dengan
suasana
serius.
26 CK/RSS/07/
120217
Slamet :
“Robotnya mulai
tidak laku atau
insyaf”.
Rustika : “Kenapa
robotnya insyaf,
karena netizen
mulai
menyampaikan
inspirasinya”.
Penyisipan
Kata
√ Tujuannya
untuk
menjelaskan
sesuatu.
Pada
percakapan
tersebut, kata
yang
digunakan
adalah
“netizen”
yang artinya
adalah
Internet dan
Membahas
tentang topik
pembicaraan
dengan
suasana
santai.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
Butet : “Semakin
cerdas ya berarti”.
Rustika : “Iya
semakin cerdas.
Kita yang
dibilang sebagai
silence mayority
atau apapun harus
bersuara, karena
kalau tidak ruang
kita akan direbut
oleh robot”.
Citizen
(warga).
27 CK/RSS/08/
120217
Sentilan :
“Robotnya mulai
tidak laku atau
insyaf”.
Rustika : “Kenapa
robotnya insyaf,
karena netizen
mulai
menyampaikan
Penyisipan
Frasa
√ Tujuannya
untuk
memberitah
ukan
sesuatu
Pada
percakapan
tersebut,
tokoh Rustika
menggunaka
n frasa
“silence
mayority”
untuk
Membahas
suatu topik
dengan
suasana
santai.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
inspirasinya”.
Sentilun :
“Semakin cerdas
ya berarti”.
Rustika : “Iya
semakin cerdas.
Kita yang
dibilang sebagai
silence mayority
atau apapun harus
bersuara, karena
kalau tidak ruang
kita akan direbut
oleh robot”.
menunjukkan
keterpelajara
nnya.
28 CK/RSS/01/
180217
Slamet :
“Gedung-gedung
kita ini sekarang
sudah menyamai
gedung-gedung
negara sebelah”.
Butet :
Penyisipan
Kata
√ Tujuannya
untuk
memberitah
u sesuatu.
Pada
percakapan
tersebut,
tokoh Slamet
menggunaka
n kata Bahasa
Inggris untuk
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dengan
suasana
santai.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
Pembangunan
infrastruktur
negeri kita ini luar
biasa. Bahkan
landmarknya
saja meniru
negeri sebelah”.
Asty : “Bukan
meniru, tapi
terinspirasi”.
memperjelas
topik
pembicaraan
nya.
29 CK/RSS/02/
180217
Slamet : “Kalau
kayak begini,
blusukan saya
gimana ini, naik
apa”?
Asty : “Tanya ibu
Sekertaris
Gubernur saja,
ada jadwalnya”.
Penyisipan
Kata
√ Tujuannya
untuk
memberitah
u sesuatu.
Pada
percakapan
tersebut,
tokoh Slamet
menggunaka
n kata ragam
tidak baku.
Membahas
topik
pembicaraan
dengan
suasana
santai.
√
30 CK/RSS/03/
180217
Slamet : “Kalau
kayak begini,
Penyisipan
Kata
√ Tujuannya
untuk
Pada
percakapan
Membahas
tentang suatu
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
blusukan saya
gimana ini, naik
apa”?
Asty : “Tanya ibu
Sekertaris
Gubernur saja,
ada jadwalnya”.
memperjela
s sesuatu
tersebut,
tokoh Slamet
menggunaka
n kata dalam
Bahasa Jawa.
topik
pembicaraan
dengan
suasana
santai.
31 CK/RSS/04/
180217
Butet : “Tapi
persoalannya,
mantan saya ini
suka cari-cari
perhatian”.
Asty : “Namanya
juga mantan, jadi
harus bisa move
on”.
Penyisipan
Frasa
√ Tujuannya
untuk
menjelaskan
sesuatu.
Pada
percakapan
tersebut,
tokoh Asty
menggunaka
n kata dalam
Bahasa
Inggris.
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dengan
suasana
santai dan
nyaman”.
√
32 CK/RSS/05/
180217
Jarwo : “Ndoro,
apa kabar dengan
elektabilitas hari
ini”?
Sentilun: “Kamu,
Penyisipan
Pengulanga
n Kata
√ Tujuannya
untuk
menjelaskan
sesuatu.
Pada
percakapan
tersebut,
tokoh Butet
menggunakn
Membahas
tentang topik
pembicaraan
dalam
suasana
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
ujug-ujug
menanyakan
elektabilitas kamu
ini mau apa”?
an
pengulangan
kata dalam
Bahasa Jawa.
santai.
33 ; Mucle : “Begini
Mas Sentilun,
tidak usah marah,
kalau dulu ada
tamu kabarnya
gimana? Kalau
sekarang beda,
musimnya
lembaga survai.
Jadi yang ditanya
bagaimana
elektabilitasmu”?
Slamet : ”Luar
biasa”.
Asty : “Ini Mas
Jarwo”?
Jarwo : “Bukan,
Penyisipan
Kata
√ Tujuannya
untuk
memberitah
u sesuatu.
Pada
percakapan
tersebut,
tokoh Mucle
menggunaka
n kata dalam
Bahasa
Inggris.
Membahas
tentang suatu
topik
pembicaraan
dalam
suasana
santai.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166
saya Aliando”.
Mucle : “Asty,
jangan terlalu
begitu, ini client
saya”.
34 CK/RSS/07/
180217
Butet : “Cuma
masalahnya
jarang yang mau
berkaca, melihat
secara jujur apa
yang ada dalam
dirinya”.
Philips : “Kadang
yang membuat
rumit adalah
media. Jadi media
mungkin
mengambil angle
di survai itu, tapi
tidak dilaporkan
semua”.
Penyisipan
Kata
√ Tujuannya
untuk
memberitah
ukan
sesuatu.
Pada
percakapan
tersebut,
tokoh Philips
menggunaka
n kata dalam
Bahasa
Inggris.
Membahas
tentang suatu
topik
pembicaraan
dalam
suasana
santai tapi
serius.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
167
35 CK/RSS/01/
250217
Mucle : “Pak
Jarwo”.
Jarwo : “Yes
man”.
Mucle :
“Bagaimana soal
perkara yang
kemarin kita
bicarakan itu?
Apa bisa diatur”?
Jarwo : “Itu
gampang Pak
Mucle”.
Penyisipan
Frasa
√ Tujuannya
untuk
membangkit
kan rasa
humor.
Pada
percakapan
tersebut,
tokoh Jarwo
menggunaka
n penyisipan
frasa pada
tuturannya.
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dalam
suasana
santai.
√
36 CK/RSS/02/
250217
Mucle : “Pak,
yang saya curi itu
anak kambing
tetangga, masa
saya tega
mengawini anak
kambing
tetangga”.
Penyisipan
frasa
√ Tujuannya
untuk
membangkit
kan rasa
humor.
Pada
percakapan
tersebut,
tokoh Jarwo
dan Mucle
menggunaka
n Bahasa
Inggris dalam
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dalam
suasana
santau dan
nyaman.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
168
Jarwo : “Why
not”?
Mucle : “Saya
tahu artinya why
not apa”.
Jarwo : “Apa”?
Mucle : “Kenapa
kacang”.
tuturannya.
37 CK/RSS/10/
250217
Butet : “Yang
mengherankan
itu, Pak Mucle
sampean itu
pengusaha, di sini
Hakim, kenapa
main suap-
suapan”.
Penyisipan
Kata
√ Tujuannya
untuk
memberitah
ukan
sesuatu.
Pada
percakapan
tersebut,
tokoh Butet
menggunaka
n kata dalam
Bahasa Jawa.
Membahas
suatu topik
pembicaraan
dalam
suasana
santai tapi
tetap serius.
√
Yogyakarta, 15 Desember 2017
Triangulator Peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
169
Danang Satria Nugraha, M.A. Maria Kiki Adhy Setyani
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
170
BIOGRAFI PENULIS
Maria Kiki Adhy Setyani lahir di Sragen, Jawa Tengah, 25 Oktober 1994.
Pendidikan dasar ditempuh di SD Santo Fransiskus pada tahun 2001-2006. Pada
tahun 2007-2009, ia melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMP N 2
Sragen. Selanjutnya, pada tahun 2010-2012 ia menempuh pendidikan menengah
atas di SMA Saverius Sragen, Jawa Tengah.
Pada tahun 2013, ia tercatat sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan
Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta. Masa pendidikan di Universitas Sanata Dharma
diakhiri dengan menulis skripsi sebagai tugas akhir dengan judul Alih Kode dan
Campur Kode Serta Tujuannya dalam Acara Dialog Interaktif Republik Sentilan
Sentilun Metro TV Periode Januari-Februari 2017.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI