14
1. Aliran Kelembagaan Lama Bapak Ekonomi kelembagaan yang disetujui oleh para pakar adalah Thorestein Bunde Veblen (1857-1929). Krirtik Veblen sangat tajam terhadap ekonomi ortodoks, dimana pengertian ekonomi ortodoks adalah pemikiran-pemikiran yang menggunakan dan melanjutkan ekonomi Klasik seperti persaingan bebas, persaingan sempurna, manusia adalah rasional, motivasi memaksimalkan keuntungan dan meminimasi pengeorbanan ekonomi. Menurut Veblen teori ekonomi ortodoks merupakan teori teologi, oleh karena akhir cerita telah ditentukan dari awal. Misalnya, keseimbangan jangka panjang itu tidak pernah dibuktikan, tetapi telah ditentukan walaupun ceritanya belum dimulai. Ilmu ekonomi bukan hanya mempelajari tingkat harga, alokasi sumber-sumber tetapi justru mempelajari faktor-faktor yang dianggap tetap (given). Salah seorang tokoh ekonomi kelembagaan dari inggris yang penting adalah John A. Hobson (1858-1940). Menurutnya, ada tiga kelemahan toeri ekonomi ortodoks, yaitu tidak dapat menyelesaikan maslah full-employment, distribusi pendapatan yang senjang dan pasar bukan ukuran terbaik untuk menentukan ongkos sosial. Beliau tidak setuju adanya unsur ekonomi positif dan normatif karena keduanya tetap memerlukan adanya unsur etika. Timbulnya Imprealsime menurut Hobsoan disebabkan karena terjadinya konsumsi yang kurang dan kelebihan tabungan di dalam negeri, maka diperlukan penanaman modal ke daerah-daerah jajahan. Pengeluaran pemerintah dan pajak dapat mendorong ekonomi ke arah full-employment dan peningkatan

Aliran Kelembagaan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kelembagaan lama dan baru

Citation preview

Page 1: Aliran Kelembagaan

1. Aliran Kelembagaan Lama

Bapak Ekonomi kelembagaan yang disetujui oleh para pakar adalah Thorestein Bunde

Veblen (1857-1929). Krirtik Veblen sangat tajam terhadap ekonomi ortodoks, dimana pengertian

ekonomi ortodoks adalah pemikiran-pemikiran yang menggunakan dan melanjutkan ekonomi

Klasik seperti persaingan bebas, persaingan sempurna, manusia adalah rasional, motivasi

memaksimalkan keuntungan dan meminimasi pengeorbanan ekonomi. Menurut Veblen teori

ekonomi ortodoks merupakan teori teologi, oleh karena akhir cerita telah ditentukan dari awal.

Misalnya, keseimbangan jangka panjang itu tidak pernah dibuktikan, tetapi telah ditentukan

walaupun ceritanya belum dimulai. Ilmu ekonomi bukan hanya mempelajari tingkat harga,

alokasi sumber-sumber tetapi justru mempelajari faktor-faktor yang dianggap tetap (given).

Salah seorang tokoh ekonomi kelembagaan dari inggris yang penting adalah John A. Hobson

(1858-1940). Menurutnya, ada tiga kelemahan toeri ekonomi ortodoks, yaitu tidak dapat

menyelesaikan maslah full-employment, distribusi pendapatan yang senjang dan pasar bukan

ukuran terbaik untuk menentukan ongkos sosial. Beliau tidak setuju adanya unsur ekonomi

positif dan normatif karena keduanya tetap memerlukan adanya unsur etika. Timbulnya

Imprealsime menurut Hobsoan disebabkan karena terjadinya konsumsi yang kurang dan

kelebihan tabungan di dalam negeri, maka diperlukan penanaman modal ke daerah-daerah

jajahan. Pengeluaran pemerintah dan pajak dapat mendorong ekonomi ke arah full-employment

dan peningkatan pendapatan pekerja dan produktivitas. Dengan semakin meratanya pembagian

pendapatan akan mendorong peningkatan produktivitas, yang berarti bisa terhindar dari bahaya

adanya resesi.

2. Aliran Quasai Kelembagaan

Para tokoh yang masuk di dalam aliran ini adalah mereka yang terpengaruh oleh

pemikiran veblen dan kawan-kawannya, para tokoh aliran ini antara lain Joseph Schumpeter,

Gunnar Myrdal, dan kenneth Galbraith. Pemikiran schumpeter bertumpu pada ekonomi jangka

panjang, yang terlihat dalam analisisnya baik mengenai terjadinya inovasi komoditi baru,

maupun dalam mejelaskan terjadinya siklus ekonomi. Keseimbangan ekonomi yang statis dan

stasioner seperti konsep kaum ortodoks mengalami gangguan dengan adanya inovasi, Meskipun

demikian, gangguan tersebut dalam rangka berusaha mencari keseimbangan yang baru. Inovasi

Page 2: Aliran Kelembagaan

tidak bisa berlanjut kalau kaum wirasawata telah terjebak dalam persoalan-persoalan yang

sifatnya rutin.

Sedangkan Galbraith menjelaskan perkembangan ekonomi kapitalis di Amerika serikat yang

tidak sesuai dengan perkiraan (prediksi) yang dikemukakan kaum ekonomi ortodoks. Asumsi-

asumsi yang dikemukakan oleh teori ekonomi ortodoks dalam kenyataannya melenceng jauh

sekali. Keberadaan pasar persaingan sempurna tidak ada, bahkan pasar telah dikuasai oleh

perusahaan-perusahaan besar. Perusahaan-perusahaan ini demikian besar kekuasaanya sehingga

selera konsumen bisa diaturnya.

Pada perusahaan yang besar ini, pemilik modal terpisah dengan manajer profesional dan

para manajer ini telah menjadi technostrusture masyarakat. Konsumsi masyarakat telah menjadi

demikian tinggi, tetapi sebaliknya terjadi pencemaran lingkungan dan kwalitas barang-barang

swasta tidak dapat diimbangi oleh barang-barang publik. Selanjutnya kekuatan-kekuatan

perusahaan besar dikontrol oleh kekuatan buruh, pemerintah dan lembaga-lembaga konsumen.

Namun demikian, untuk menjamin keberlanjutan perusahan-perusahaan ini, maka pemerintah

hendaknya berfungsi untuk menstabilkan perkembangan ekonomi.

3. Aliran Kelembagaan Baru

Aliran Ekonomi Kelembagaan Baru (New Institutional Economics disingkat NIE)

dimulai pada tahun-tahun 1930-an dengan  ide dari penulis yang berbeda-beda. Menurut Yustika

(2006), pada tahun-tahun terakhir ini terjadi kesamaan  ide yang mereka usung dan kemudian

dipertimbangkan menjadi satu payung yang bernama NIE. Secara garis besar, NIE sendiri

merupakan upaya ‘perlawanan’ terhadap dan sekaligus pengembangan ide ekonomi Neoklasik,

meskipun tetap saja dapat terpengaruh oleh ideologi dan politik yang ada pada masing-masing

para pemikir.

NIE dengan demikian menempatkan dirinya sebagai pembangun teori kelembagaan

nonpasar dengan fondasi teori ekonomi Neoklasik. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu

tokoh NIE Douglas C. North, bahwa NIE masih menggunakan dan menerima asumsi dasar dari

ekonomi Neoklasik mengenai kelangkaan dan kompetisi akan tetapi meninggalkan asumsi

rasionalitas instrumental (instrumental rasionality). Oleh karena ekonomi Neoklasik memaki

asumsi tersebut menyebabkan menjadi teori yang bebas kelembagaan (institutional-free theory).

Page 3: Aliran Kelembagaan

NIE selanjutnya memperdalam kajiannya tentang kelembagaan nonpasar, seperti hak

kepemilikan, kontrak, partai revolutioner dan sebagainya. Hal ini dilakukan karena sering terjadi

masalah kegagalan pasar (market failure). Kegagalan pasar muncul karena terjadinya asimetris

informasi, eksternalitas produksi (production externality) dan adanya kenyataan keberadaan

barang-barang-barang publik (publik goods). Akibat kealpaan teori ekonomi Neoklasik terhadap

adanya kegagalan pasar, maka dilupakan pula adanya kenyataan pentingnya biaya-biaya

transaksi (transaction cost). Di samping itu NIE menambah bahasannya tentang terjadinya

kegagalan kelembagaan (institutional failure) sebagai penyebab terjadinya keterbelakangan pada

banyak negara.

Dengan demikian, ilmu ekonomi kelembagaan kemudian menjadi bagian dari ilmu ekonomi

yang cukup penting peranannya dalam perkembangan ilmu pengetahuan sosial ekonomi, budaya

dan terutama ekonomi politik. Ilmu ekonomi kelembagaan terus berkembang semakin dalam

karena ditekuni oleh banyak ahli ilmu ekonomi dan ilmu sosial lainnya, termasuk beberapa

diantaranya memenangkan hadiah nobel. Penghargaan tersebut tidak hanya tertuju langsung

kepada ahli dan orangnya, tetapi juga pada bidang keilmuannya, yakni ilmu ekonomi

kelembagaan (Rachbini, 2002).

A. EKONOMI KELEMBAGAAN

Ekonomi kelembagaan dapat dijadikan sebagai salah satu bentuk pemecahan masalah-masalah

ekonomi maupun politik. Pandangan ini didasarkan pada kenyataan bahwa sebagian besar

persoalan ekonomi maupun politik justru berada di luar lingkup ekonomi dan politik itu sendiri,

yaitu dalam kelembagaan yang mengatur proses kerja suatu perekonomian maupun proses-proses

politik.

Studi tentang kelembagaan menempati posisi penting dalam ilmu ekonomi politik karena

fungsinya sebagai mesin sosial sangat mendasar. Sebab, dalam konteks ekonomi politik, institusi

merupakan tulang punggung dari sistem ekonomi politik. Kelemahan dan kekuatan ekonomi dan

politik suatu masyarakat dapat dilihat dari institusi ekonmi dan politik yang mendasarinya. Oleh

karena itu kita perlu mengembangkan ekonomi politik kelembagaan karena baik buruknya sistem

ekonomi dan politik sangat tergantung pada kelembagaan yang membingkainya.

Page 4: Aliran Kelembagaan

Menurut Thorstein Veblen, kelembagaan adalah norma-norma yang membentuk perilaku

masyarakat dalam bertindak baik dalam perilaku mengkonsumsi maupun berproduksi. Dari

perspektif sosiologi pendekatan kelembagaan juga dikembangkan oleh tokoh-tokoh seperti Max

Weber, Joseph Schumpeter dan Gunnar Myrdal.

Ketiganya membahas peran wirausahawan dalam indstrialisasi dan pembangunan. Selain

mengkaji peran-peran norma dalam perekonomian dan peran wirausaha dalam industrialisasi,

John R. Common, Ronald Coase, Douglas North, dan Williamson juga mengkaji peran hukum

dalam ekonomi politik.

Menurut Common kelembagaan adalah: “collective action in restraint, liberation, and expansion

of individual action”, sedang bagi North (1994) kelembagaan diartikan sebagai “humanly

devised constraints that shape human interaction”.

Jadi dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa ekonomi kelembagaan merupakan

disiplin ilmu yang mempelajari tentang ekonomi dengan tidak mengabaikan peran aspek non

ekonomi seperti kelembagaan dan lingkungan. Ekonomi kelembagaan adalah paradigma baru

dalam ilmu ekonomi yang melihat kelembagaan (rule of the game) berperan sentral dalam

membentuk perekonomian yang effisien.

B. TOKOH-TOKOH EKONOMI KELEMBAGAAN

1. Veblen (peran nilai-nilai dan norma-norma)

Menurut Veblen teori-teori klasik dan neo klasik sama-sama memiliki bias, terlalu

menyederhanakan fenomena-fenomena ekonomi, dan mengabaikan peran aspek non ekonomi

seperti kelembagaan dan lingkungan. Padahal pengaruh keadaan dan lingkungan sangat besar

terhadap perilaku ekonomi masyarakat, karena struktur politik dan sosial yang tidak mendukung

dapat menghadang dan menimbulkan distorsi proses ekonomi.

Bagi Veblen keadaan dan lingkungan inilah yang disebut institusi. Institusi yang dimaksudkan

Veblen tidak dalam pengertian fisik, tetapi lebih berkaitan dengan nilai norma, kebiasaan,

budaya yang sudah melekat dan mendarah daging dalam masyarakat.

Beberapa asumsi yang dianggap Veblen lemah antara lain:

1. Motif ekonomi melatarbelakangi setiap kegiatan. Setiap aktivitas manusia didasarkan atas

perhitungan rasional untung ruginya.

2. Mendahulukan kepentingan diri sendiri (self interest)

3. Persaingan akan meningkatkan efisiensi

Page 5: Aliran Kelembagaan

4. Private property right merupakan sebuah keharusan

5. Teori ekonomi klasik mengabaikan faktor-faktor sejarah, sosial dan kelembagaan dalam

membangun struktur ekonomi

Pandangan Veblen

1. Manusia bukan hanya mahkhluk rasional tapi juga makhluk emosional yang memiliki

perasaan, selera, nilai, dan kecenderungan (instink) yang terikat dengan budaya

2. Selera, perasaan, nilai dan kecenderungan juga mempengaruhi transaksi ekonomi yang

dilakukan oleh manusia

3. Pilihan-pilihan ekonomi juga dipengaruhi oleh lingkungan fisik dan teknologi

4. Dunia ekonomi tidak dapat lepas atau bahkan dipegaruhi oleh faktor sejarah, sosial dan

kelembagaan yang selalu berubah, dinamis

5. Perkembangan ekonomi selalu dikondisikan baik secara langsung atau tidak langsung

oleh keadaan social dan kelembagaan yang melingkupinya

Inti dari pemikiran Veblen adalah bahwa ia mengkritik pemikiran-pemikiran ekonom neo klasik. 

Salah satunya yaitu teori hukum permintaan yang menyatakan bahwa apabila harga turun makin

banyak orang yang mengkonsumsi. Padahal menurutnya dalam kenyataan ada sekelompok orang

yang tidak rasional, yang justru tertarik membeli sesuatu karena harganya yang mahal.

Menurutnya untuk memperbaiki teori neo klasik Veblen menganjurkan para ekonom untuk

bertukar pendapat dan bekerja sama dengan pakar-pakar sosial, yaitu sosiolog, antropolog dan

psikolog.

2. Weber, Schumpeter, dan Myrdal (peran wirausahawan)

Analisis kelembagaan menurut pakar-pakar yang disebutkan di atas bahwa tindakan manusia

bukan semata-mata hasil proses kalkulasi individu yang otonom dan terjadi di ruang hampa,

melainkan berlangsung dalam jaringan-jaringan relasi sosial dan institusional.

Bagi mereka, walau banyak aktor dan proses yang terlibat dalam industrialisasi dan modernisasi,

tidak dapat disangkal bahwa aktor utama industrialisasi adalah wirausahawan (entrepreneurs).

Selain itu, mereka juga berusaha memahami sekaligus menjelaskan struktur yang berada di

belakang berbagai aktivitas ekonomi atau kegiatan perusahaan. Untuk memahami struktur

tersebut mereka berusaha menerangkan hubungan antara lembaga-lembaga ekonomi, sistem

ekonomi, nilai-nilai, dan norma-norma dengan berbagai peristiwa ekonomi yang tidak terlepas

dari sistem politik, struktur sosial, atau kultur budaya masyarakat. Menurut weber, jiwa

Page 6: Aliran Kelembagaan

wirausaha tidak dimiliki semua kelompok masyarakat, melainkan tercipta dalam masyarakat

tertentu saja.

Dalam kajian ekonomi politik kelembagaan, variabel dan parameter ekonomi hanya merupakan

hasil dari tindakan-tindakan sejumlah aktor yang berada di belakang suatu peristiwa ekonomi.

3. Commons, Coase dan North (peran hukum)

Menurut pakar kelembagaan di atas, ekonomi pasar tidak tercipta dengan sendirinya. Ekonomi

pasar perlu memenuhi prasyarat tegaknya suatu institusi yang dapat mengatur pola interaksi

beberapa aktor dalam suatu arena transaksi yang disepakati bersama.

Kelembagaan dilihat dari sisi hukum menentukan dan atau mewarnai transaksi, terutama melalui

aturan main yang berlaku, sekaligus juga mengatur kelompok atau agen ekonomi untuk

mewujudkan kontrol kolektif terhadap transaksi. Dengan demikian selain mengkaji peran norma-

norma dan konvensi serta peran wirausahawan, perlu pula dibahas tentang peran institusi hukum

dalam pembangunan.

Common menjelaskan individuals must or must not do (duty), what they may do without

interference from other individuals (privelege), what they can do wioth the aid of the collective

power (right) and what they cannot expect the collective power to do in their behalf (no right).

Cose mengembangkan metodologi biaya transaksi dan hak kepemilikan dalam struktur

kelembagaan dan proses kerja sebuah perekonomian. Menurutnya, ‘with positive transaction

cost, resourceallocations are altered by the structure of property right.

Menutur North, institusi berperan dalam mengatur bagaimana unit-unit ekonomi melakukan

kerja sama atau berkompetisi satu sama lain. Ia dengan tegas menyatakan institutions are the

humanly devised constraints that shape human interanction.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kelembagaan bagi ketiga tokoh di atas adalah

aturan-aturan dan norma-norma yang tercipta dalam masyarakat yang menentukan apa yang

boleh dan tidak boleh dilakukan, mana tugas dan kewajiban yang harus dilakukan atau tidak

dilakukan.

B. EKONOMI KELEMBAGAAN “BARU”

Buchhloz (1990) membedakan dua aliran ekonomi kelembagaan, yakni ekonomi kelembagaan

lama dan ekonomi kelembagaan baru. Kelompok yang baru lebih memperkaya bukan mengkritik

ekonomi Neoklasik. Para ekonom ini, menggunakan pendekatan Marshalin dalam membahas

aturan undang-undang. Ada 4 hukum yang telah ditetapkan oleh para ekonom, yakni :

Page 7: Aliran Kelembagaan

1. Hukum tentang Kelalaian

Sebagian besar kecelakaan masuk dalam kategori hukum kelalaian, atau disebut “trot law”.

Menurut Buchhols, tahun 1947 jaksa Learned Hand menetapkan sebuah analaisis hukum tentang

kelalaian dengan mengidentifikasi 3 faktor kunci sebagai berikut :

1. Kemungkinaan terjadinya kecelakaan ( the probability of injury, P)

2. Akibat atau kerugaian kareana kecelakaan (the extend of injury or loos, L)

3. Biaya untuk menghindari terjadinya kecelkaan (cost of preventing the accident, C)

Menurut Hand, “a person is negligent if the probable injury to the victim exceeds the cost of

avoiding the accident”. Secara matematis dapat ditulis : P x L > C

3. Hukum Kriminal

Dari segi ekonomi, terdapat keuntungan dan kerugian dalam melakukan suatu tindak kejahatan.

Terdapat dua variabel yang dianggap penting oleh ekonom model Backer, yaitu :

1. Besarnya denda yang harus dibayar

2. Beratnya hukuman

Teori ini belum banyak di adopsi, tetapi menurut Buchhloz konsep ini lebih berharga

dibandingkan konsep Evelyn Waugh.

3. Hukum Kepemilikan

Menurut Douglas North (1984), ”property right are right of ownership,use,and acces to wealth”.

Kepemilikan (property) yang dimaksudkan North meliputi kekayaan fisik (mencakup objek-

objek kosumsi tanah, dan kapital) maupun kekayaan yang sifatnya tidak nyata seperti ide-ide,

puisi, formula, dan sebagainya).

Menerut Alchian (1993), ada tiga elemen utama hak kepemilikan, yaitu :

1. Hak eksklusif untuk memilih penggunaan dari suatu sumber daya,

2. Hak untuk menerima jasa-jasa atau keuntungan dari sumber daya yang dimiliki,dan

3. Hak untuk menukarkan sumber daya yang dimiliki sesuai persyaratan yang disepakati

4. Hukum Tentang Keuangan Perusahaan

Hukum tentang kepemilikan sangat bersifat mikro dan tidak banyak bersentuhan dengan

ekonomi politik, maka tidak di bahas.

Tiga Lapisan Kelembagaan

Terdapat tiga lapisan kelembagaan yang terkait dengan ekonomi politik, yaitu :

1) Kelembagaan sebagai norma-norma dan konvensi

Page 8: Aliran Kelembagaan

Kelembagaan bersifat konvensi lebih diartikan sebagai aransemen berdasarkan konsensus atau

pola tingkah laku dan norma yang disepakati bersama. Norma dan konvensi umumnya bersifat

informal, ditegakkan oleh keluarga,masyarakat,adat dan sebagainya.

2) Kelembagaan sebagai aturan main

Commons menjelaskan bahwa kelembagaan adalah suatu aturan yang sudah cukup lama

bercokol dalam masyarakat dan dikenal serta dikuti secara baik oleh mayoritas anggota

masyarakat.

Menurut Bogason ada tiga level aturan, yaitu :

1. Level aksi, dalam level ini aturan secara langsung mempengaruhi aksi nyata, biasanya

terdapat standar atau rules of conduct.

2. Level aksi kolektif, disini kita mendefinisikan aturan-aturan untuk masa yang akan

datang atau disebut juga kebijakan.

3. Level konstitusi, kita mendiskusikan prinsip-prinsip bagi pengambil keputusan kolektif

pada masa yang akan datang.

Institusi sebagai aturan main biasanya bersifat lebih formal dan bersifat tertulis.

3) Kelembagaan sebagai hubungan kepemilikan

Sebagai pengatur hubungan kepemilikan, kelembagaan dianggap sebagai aransemen kepemilikan

yang mengatur : (1) individu atau kelompok pemilik, (2) objek nilai bagi pemilik orang lain (3)

orang dan pihak lain yang terlibat dalam suatu kepemilikan.

Mathews (1986) mendefinisikan institusi sebagai perangkat-perangkat kepemilikan dan

kewajiban-kewajiban yang mempengaruhi kehidupan ekonomi masyarakat. Menurut Alchian

(1993), ada tiga elemen utama hak kepemilikan yaitu : (1) hak eksklusif untuk memilih sumber

daya, (2) hak untuk menerima jasa-jasa atau manfaat dari sumber daya yang dimiliki, (3) hak

untuk menukarkan sumber daya yang dimiliki sesuai persyaratan yang disepakati.

Kepemilikan dan Efesiensi Ekonomi

Dalam proses pendefinisian hak-hak kepemilikan, sistem ekonomi harus membuat dua keputusan

yang saling kait mengait. Tentang siapa yang semestinya berhak mililiki sumber-sumber

ekonomi dan pembuat keputusan ekonomi dalam sistem ekonomi.

Jenis-jenis Kepemilikan

Bromley (1989) mencatat 4 jenis kepemilikan, yaitu kepemilikan Negara, milik bersama, milik

pribadi dan bukan milik siapa-siapa. Dari jenis-jenis tersebut, hanya kepemilikan pribadi yang

Page 9: Aliran Kelembagaan

dapat dikonsumsi secara eksklusif, sedangkan sumber daya milik bersama dan Negara, tidak

dapat di eksklusifkan penggunaannya.

Kelemahan kepemilikan melalui warisan

Kelemahan kepemilikan ini adalah keraguan akan keabsahan kepelikan yang diperoleh melalaui

turun temurun karena batasan akuannya kurang jelas.

Kaitan kepemilikan dengan efesiensi

Ada kaitan yang sangat kuat antara jenis kepemilikan dengan efesiensi. Menurut Ricahard

Posner ada tiga keretria hak-hak kepemiliakn yang efesien : universalitas,eksklusivitas dan dapat

ditransfer. Keretria dapat di transfer sangat erat kaitannya dengan efesien, sebab kalau semua

barang yang dimiliki tidak dapat ditransfer, kita tidak mungkin memindahkan sumberdaya yang

kurang produktif ke sumber daya yang produktif.

Tragedy of the Commons

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa dasar kepemilikan untuk barang-barang milik bersama

adalah lemah, sebab barang milik bersama yang diperoleh dari warisan turun-temurun

dipertanyakan keabsahannya karena batasan-batasan akunnya kurang jelas.

Menurut Great Hardin ( dalam sebuah artikel The Tragedy of The Commons, 1968), masyarakat

rasional yang dalam setiap tindakanya selalu dilandaskan pada kepentingan pribadi cenderung

akan mengeksploitasi sumber daya milik bersama secara membabi-buta, yang pada gilirannya

akan mengancam kelangsungan kehidupan bersama.

Oleh karena itu, untuk mengantisipasi pengurasan sumber daya milik bersama, menurut Ostrom

dalam Governing the Commons: The Evolution of Institusion for Collective Action (1990), ada

beberapa alternatif yang dapat di tempuh diantarnya :

1. Berupaya menciptakan sebuah institusi untuk aksi kolektif yang dapat mengatur

penggunaan atau pemanfaatan sumberdaya milik bersama.

2. Mengubah sistem aturan dalam intitusi aturan dalam institusi yang ada untuk mengatur

pemanfaatan sumber daya milik bersama.

3. Mengubah status barang-barang milik bersama tersebutr dengan memberikan hak

pengelolaan pada orang-orang atau pihak tertentu.