All About Muba _ 2

Embed Size (px)

Citation preview

Makanan Khas Sekayu

Sekayu terkenal dengan kota yang punya banyak kuliner khas mulai dari tempoyak, pindang, pundang, brengkes dan banyak lagi..Disaat musim banjir biasanya setelah banjir mulai berlimpah ikan yang bisa didapat oleh warga Muba, semuanya diolah baik itu langsung dikonsumsi maupun diolah menjadi makanan yang bisa dikonsumsi di lain hari (Pundang, ikan salai). Bagi tamu daerah biasanya pertama kali datang ke kota sekayu mereka mencari makanan khas yaitu brengkes tempoyak dan gulai pindang dengan ikan khas sungai musi (Ikan Lais, Seluang, Patin Musi)

II. KABUPATEN MUSI BANYUASIN (MUBA) 1. SEJARAH MUBA Menurut sejarahnya, pembentukan Kabupaten Musi Banyuasin terbagi dalam tiga periode yang saling berkaitan satu sama lain.

1

A. Periode 1945 - 1950 Setelah diproklamasikannya Kemerdekaan Republik Indonesia, pemerintahan awal mulai melakukan penataan dan penyesuaian sistem penyelenggaraan Negara dan Pemerintahan darisistem otokrasi dan birokrasi warisan kolonial ke sistem demokrasi. Namun usaha ini menjadi tersendat-sendat dikarenakan pemerintah lebih berkonsentrasi menghadapi Agresi Militer Belanda I yang ingin menjajah kembali lndonesia. Untuk menghadapi ancaman Belanda dan sekutu-sekutunya, pemerintah dalam hal ini Panitia Persiapan Kemerdekaan lndonesia (PPKI) yang dibentuk tanggal 22 Agustus 1945, mengintruksikan kepada KNI Daerah untuk membentuk Partai Nasional dan Badan Keamanan Rakyat (BKR). Pada awal kemerdekaan, Kabupaten Musi Banyuasin terdiri dari dua kewedanaan yang berada di bawah keresidenan Palembang. YaituKewedanaan Musi Ilir yang berkedudukan di Sekayu dan Kewedanaan Banyuasin yang berkedudukan di Talang Betutu. Oleh karena itu seiring terbentuknya BKR Palembang maka pada tanggal 27 September 1945 dibentuklah BKR Musi Banyuasin yang berkedudukan di Sekayu. Badan Keamanan Rakyat (BKR) Musi Banyuasin dipimpin oleh Kapten Usman Bakar dan didampingi dua wakil pimpinan, yaitu A. Munandar Wasyik(Wakil Pimpinan I), serta Nawawi Gaffar dan A.Kosim Dahayat (Wakil Pimpinan II). Ditengah-tengah kancah revolusi mempertahankan kemerdekaan melawan agresi Belanda, pada tanggal 10 Juli 1948 diterbitkan Undang UndangNomer 22 Tahun 1948 tentang Pemerintahan Daerah. Undang Undang ini berisikan antara lain membagi tingkatan Badan-Badan Pemerintahan Daerah yang terdiri dari Propinsi, Kabupaten, dan atau Kota Besar. Tingkatan yang lebih bawah lagi belum dapat ditentukan karena nama-namanyaditiap daerah Ikota besar berbeda-beda. Namun Pasal 1 Undang Undang Nomor 22 Tahun 1948 menyebutkan bahwa Republik lndonesia dibagi dalam tiga tingkatan yaitu Propinsi, Kabupaten dan Desa/Kota Kecil, Negeri, Marga, dan lain-lain yang berhak mengurus dan mengatur rumah tangganya sendiri. Adanya beberapa wilayah yang berhasil dikuasai Belanda kembali, menyebabkan adanya perubahan sistem pemerintahan. Pada tanggal 30 Agustus 1948 Belanda menyetujui dan memberikan hak kepada Dewan untuk membentuk suatu lembaga dengan satu kabinet yang bertanggung jawab pada seorang presiden. Presiden yang mempunyai kuasa perundang-undangan yang sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat, kemudian melantik AbdulMalik sebagai Wali Negara Sumatera Selatan untuk masa empat tahun, sedangkan DPR-nya dilantik oleh Regening Comisoris BestureAongelegenheden (Recomba) pada bulan April 1948. Negara Sumatera Selatan dibentuk dengan alasan seobagai embrio salah satu anggota Negara Republik lndonesia Serikat (RIS) yang akan datang. Pembentukan Negara Sumatera Selatan inilah yang menyebabkan dikeluarkannya Marga Panukal Abab dari Musi Banyuasin. Selanjutnya tanggal 10 Februari 1950 DPR Negara Sumatera Selatan memutuskan untuk menyerahkan kekuasaannya pada RIS. Tindakan DPR Negara Sumatera Selatan ini mempengaruhi negara bagian lain bentukan Belanda untuk menyerahkankekuasaaannya kepada RIS. Perlu diketahui Negara Sumatera Selatan, yang bentukan Belanda, sejak didirikan hingga menyerahkan kekuasaan

2

kepada RIS tidak berfungsi karena ditentang rakyat. Namun sebaliknya Pemerintahan Republik masih tetap dihormati dan ditaati rakyat. Hal ini ditandai masih terus diperjuangkannya perlawanan terhadap Agresi Belanda I. Begitu pula staf Pemerintah Daerah Sumatera Selatan, bentukan Republik, selalu mendapat tekanan dari Belanda. Untuk menghindari tekanan tersebut dan demi kelancaran pemerintahan maka dr. M. Isa yong menjabat Gubernur Muda Sumatera Selatan, mengungsi dari Palembang melalui Sungai Musi dengan menggunakan kapal roda lambung menuju Lubuk Linggau pada tanggal 23 September 1947, selanjutnya menetap di Curupsebagai pusat pemerintahan Sumatera Selatan. Selanjutnya berdasarkan perjanjian Renville, diadakan pertemuan antara pihak Republik dengan Belanda yang bertempat di Lahat. Pada pertemuan tersebut ditetapkan garis statisko Daerah Musi Banyuasin yang hanya mencakup sebagian Kewedanaan Musi Ilir di bagian utara yang meliputi Marga Lawang Wetan, Marga Babat, Marga Sanga Desa, Marga Pinggap, dan Marga Tanah Abang. B. Periode 1950-1957 Sejak terbentuknya Republik lndonesia Serikat (RIS). pada 18 Maret 1950 dibubarkan Negara Sumatera Selatan dan disahkan sebagai Negara Serikat oleh RIS pada 25 Maret 1950 yang kemudian disusul penetapan Daerah Istimewa Bangka Belitung pada 22 April 1950. Sejak saat itu susunan pemerintah di Sumatera Selatan terdiri dari Keresidenan, Kabupaten, dan Kewedanaan. Untuk Keresidenan Palembang terdiri dari 6 Kabupaten dengan 14 Kewedanaan. Susunan tingkat pemerintahan dan status Pemerintahan Otonomi tersebut masih tetap mengacu pada Undang Undang Nomor 22 Tahun 1948 meskipun Undang Undang RIS yang diberlakukan. Selanjutnya diterbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1950 sebagai pengganti Undang Undang. Sebagai realisasi dari PP Nomor 3 Tahun 1950 ini, Badan Pekerja yang semula hanya membantu pemerintah dalam melaksanakan tugasnya diganti dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Sumatera Selatan dan DPRS yang memiliki sendiri ketuo dan wakil ketuanya. Namun PP Nomor 3 Tahun 1950 belum dapatdiloksanakan sebagai mana mestinya. Oleh karena itu Kepala Daerah bersama-sama Badan Pekerja masih tetap menjalankan segala tugasnya yang semula menjadi tanggung jawab Gubernur atau Bupati. Masih dalam rangka penataan pemerintahan di daerah, diterbitkan pula PP Nomor 39 Tahun 1950 yang menetapkan Propinsi Sumatera Selatan (termasuk lampung dan Bengkulu) dibagi atas 14 (empat belas) Kabupaten dan 1 (satu) Kota Besar Palembang, serta 1 (satu) calon Kota Besar Tanjung Karang atau Teluk Betung. Sebagai pelaksanaannya terlebih dahulu dibentuk dewandewan kabupaten yang baru terbentuk 4 (empat) dewan kabupaten, yaitu tiga di lampung dan satu di Bengkulu. Selanjutnya PP Nomor 39 Tahun 1950 tersebut dibekukan sebagai akibat mosi dariHadi Kusumo. Sehingga dengan demikian pembentukan Dewan Kabupaten dan sekaligus Kabupaten Musi Banyuasin tertunda hingga tahun 1954. Berhubung pembentukan kabupaten terus semakin mendesak, dengan mengacu pada Keputusan Menteri Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah (Mendagri) Nomor 2 Tahun 1951 dan dengan alasan demi kemajuan demokrasi dan

3

revolusi makapara pemuka masyarakat, kalanganDPR dan Gubernur mengadakan musyawarah yang hasilnya dituangkan dalam Surat Keputusan Nomor 53 Tahun 1954, yang antara lain menetapkan agar segera menata Pemerintahan Marga yang maksudnya agar pemerintahan marga ini menjadi sendi dasar yang kokoh dari pemerintahan atasan dengan menggunakan hak otonomi menurut hukum asli. Hal ini memudahkan penyesuaian diri dengan pembentukan otonomi daerah sambil menunggu Undang Undang Nomor 22 Tahun 1948 yang sedang ditinjau kembali. Ide untuk menata Pemerintah Marga sebagai daerah otonomi yang berhak mengurus diri sendiri itu, kelihatannya mendapat pengakuan Kolonial Belanda yang ditandai dengan dikeluarkannya Indis Gemente Ordonanti Buitinguresten (IGOB) Stl 1938 Nomor 490 yang mengatur keuangan Pemerintahan Marga. Berhubung penataan pemerintahan Marga sebagai daerah yang paling rendah menampakkan hasil yang positif, karenadisamping dapat mengatur diri sendiri juga ditaati rakyat sehingga pemerintah marga terkesan lebih efektif dan dihormati oleh rakyat. Sambil menunggu Undang Undang Nomor 22 Tahun 1948 diberlakukan kembali, diadakan pembentukan desa percobaan sebagai pilot proyek daerah otonom yang lebih kecil, yaitu Desa Rantau Bayur pada tahun 1953. Dalam upaya mewujudkan pelaksanaan pembentukan kabupaten otonom, sementara menunggu ketentuan lebih lanjut SK Menteri Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah Nomor 2 Tahun 1951 tanggal 25 Febuari 1951, Gubernur Kepala Daerah Propinsi Sumatera mengeluarkan Surat Instruksi Kebijasanaan Nomor: GB.30/ 1/1951 dan Surat Gubernur tanggal 10 Juli 1951 Nomor: D.P /9/ 1951 tentang persyaratan dan kriteria Pembentukan Kabupaten Daerah Otonom. Sebagai realisasi kedua surat tersebut, Panitia Pembentukan Kabupaten Otonom (PPKO) mulai melaksanakan tugasnya. Sebagai dasar pembentukan kabupaten adalah wilayah kewedanaan dengan tolok ukur sebagai berikut: a. Penduduk yang berjumlah sekitar 300.000 jiwa, b. Daerah pertanian bahan makanan (beras) dan hasil bumi ekspor, c. Pusat-pusat perdagangan atau pelabuhan untuk ekspor-impor, d. Perhubungan yang sederhana baik jalan darat maupun air, dan e. Hubungan sejarah dan pertalian darah antara rakyat setempat. Sesuai dengan ketentuan tersebut maka dibentuklah Kabupaten Musi lIirBanyuasin yang merupakan gabungan dari Kewedanaan Musi llir danKewedanaan Banyuasin yang dimasukkan dalam lingkup Kabupaten Palembang llir, Selain itu terdapat dua kewedanaan lain yang masuk lingkup Kabupaten Palembang llir, yaitu Kewedanaan Lematang/Ogan Tengah dan Rawas. Akan tetapi hasil kerja PPKO dan DPD Propinsi Sumatera Selatan tidak berlanjut, sehingga kewedanaan masih berfungsi sampai dikeluarkannya Undang Undang Nomor: 26 Tahun 1959. Dengan UU Nomor: 26 Tahun 1959 , terbentuklah Kabupaten-kabupaten dan Kotamadya di Propinsi Sumatera Selatan, yang terdiri dari 8 (delapan) kabupaten dan 2 (dua) kotamadya, termasuk diantaranya Kabupaten Musi Ilir Banyuasin dengan jumlah penduduk 463.803 jiwa, yang ibukotanya Sekayu. C. Periode 1957-1965

4

Sebagai titik tolak kegiatan reformasi dan rekontruksi dibidang pemerintahan periode 1957-1965, adalah hasil Pemilihan Umum (Pemilu) yang pertama tahun 1955. Pelaksanaan Pemilu ini diharapkan mampu memperkokoh struktur politik disamping sebagai landasan dasar untuk melakukan penataan bidang pemerintahan sebagai peralihan dari sistem otokrasi birokrasi kepada sistem demokrasi yang berkedaulatan dan otonom. Bagi Daerah Musi Banyuasin, sebelum terbentuknya kabupaten tidak dapat berbuat banyak untuk melaksanakan Perundang-undangan tersebut. Baru setelah terbentuk Kabupaten Musi lIir-Banyuasin pada tanggal 28 September 1956, berhasil melaksanakan tugas dengan terpilihnya R.AhmadAbusamah sebagai Kepala Daerah, Zainal Abidin Nuh sebagai Bupati, dan Ki.H.Mursal dari Partai Masyumi sebagai Ketua DPR. Kemudiandiperkokoh dengan Undang Undang Nomor:28 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah Swatantra Tingkat II dan Kot Praja di Sumatera Selatan. Gagalnya Dewan Konstituante membentuk Undang Undang Pengganti UUD Sementara RIS, mengakibatkan dikeluarkanya Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959 yang isinya antara lain membubarkan Dewan Konstituante, dan memberlakukan kembali UUD 1945, dan menyatakan UUD SementaraRIS tidak berlaku lagi. Sebagai tindak lanjut peristiwa ini, semua produk hukum yang bersumber pada UUD Sementara RIS diadakan penyesuaian kembali, bahkan ada yang diganti dengan produk hukum yang bersumber pada UUD 1945. Sementara menunggu ketetapan lebih lanjut, demi kelangsungan roda pemerintahan di daerah maka dikeluarkan penetapan Presiden Nomor 6 Tahun 1959 tanggal 7 Nopember 1959 tentang Pemerintahan Daerah. Pada Bab I Pasal l penetapan Presiden Nomor 6 Tahun 1959 ini disebutkan bahwa Pemerintahan Daerah terdiri dari Kepala Daerah dan Perwakilan Rakyat Daerah. Oleh karena itu setelah penyesuaian penetapan Presiden Nomor 6 Tahun 1959, kedudukan Kepala Daerah masihtetop dijabat R. Ahmad Abusamah, dan Sekretaris Daerah dijabat Abul Korry (Abdul Korry Marajib). Kemudian dikeluarkan pula penetapan Presiden Nomor 5 Tahun 1960 tentang Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRDGR). Dengan maksud penetapan Presiden tersebut KetuaDPRDGR ditetapkan Ki.H. Oemar Mustafah dari Partai Nahdatul Ulama (NU) dan untuk Bupati Kepada Daerah dicalonkan 2 (dua) orang, yaituUsman Bakar, calon dari Veteran Angkatan 45, dan R. Ahmad Abusamah dari Partai Nasional lndonesio IPNII. Dari hasil pemilihan ini terpilihlahUsman Bakar sebagai Kepala Daerah yang dilantik pada tahun 1961 bertempat di Balai Pertemuan Sekanak Palembang oleh Gubernur PropinsiSumatera Selatam Kol.Pol. Ahmad Bastari. Sesuai dengan isi Bab II Pasal 14 Ayat 1, Penetapan Presiden Nomor 6 Tahun 1959, bahwa Kepala Daerah adalah alat Pemerintah Pusat dan alat Pemerintah Daerah. Dengan demikian Kepala Daerah diubah menjadi Bupati Kepala Daerah yang dalam hal ini adalah Bupati Kepala DaerahSwatantra Tingkat II Musi Banyuasin, disingkat dengan Daswati II Musi Banyuasin. Karena itu, Usman Bakar sebagai Bupati Kepala Daerah pada waktu serah terima, menerima dua jabatan yaitu sebagai Bupati serah terima dengan Bupati Zainal Abidin Nuh dan sebagai Kepala Daerah serah terima dengan R. Ahmad Abusamah.

5

Untuk membantu Bupati Kepala Daerah dalam melaksanakan tugasnya, dibentuklah Badan Pemerintah Harian (BPH). Namun saat itu pembentukan BPH masih belum memungkinkan maka Bupati Kepala Daerah masih dibantu Dewan Pemerintah Daerah (DPD). Pada saatdilantiknya Usman Bakar sebagai Bupati Kepala Daerah Daswati II Musi Banyuasin, seluruh kantor pemerintahan masih berada di Kota PrajaPalembang, kecuali Kantor Pekerjaan Umum dan Kesehatan yang telah berada di Sekayu. Hal ini disebabkan pada waktu pembentukan kabupetnotonom oleh PPKO, Kabupaten otonom Musi Banyuasin tergabung dalam Kabupaten Palembang Ilir di bawah Keresidenan Palembang. Kemudian berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah Nomor: Des.52/2/37-34 tanggal 1 April 1963 secara resmi ditetapkan Sekayu sebagai Ibukota Kabupaten Daswati II Musi Banyuasin. Kemudian masa jabatan Bupati Kepala Daerah Daswati II Musi Banyuasin (Usman Bakar) berakhir. Sementara menunggu pemilihan Bupati, ditunjuk M. Sohan sebagai Pejabat Bupati Kepala Daerah Daswati II Musi Banyuasin yang ditugaskan melaksanakan pemerintahan disampingmelaksanakan pemilihan Bupati. Pada saat pemilihan terdapat 3 (tiga) orang calon yang dlpllih, yaitu Abdullah Awam dari ABRI/TNI AD, M.SuhudUmar dari Polri, dan Arbain dari Partai Sarikat lslam lndonesia (PSII). Dari pemilihan tersebut terpilihlah Abdullah Awam yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor: UP.14/11/39-1992 tanggal 18 Desember 1965. Pada saat pemilihan Bupati Abdullah Awam, Ketua DPRDGR masih dijabat Ki.H.Umar Mustofah dan kemudian pada masa jabatan Bupati yang sama, digantikan oleh Abusamah Sahamiddari PSII. Setelah itu berdasarkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor: Pemda.7 /2/25/82 tanggal 3 Maret 1971 Bupati AbdullahAwam mengakhiri masa jabatannya yang kemudian digantikan oleh Syaibani Azwari periode 1971-1976 dengan Ketua DPRDGR Abdullah Suin. Selanjutnya masih dalam rangka penertiban struktur Pemerintah Daerah, diterbitkan Undang Undang Nomor: 5 Tahun 1974 tentang pokok-pokok Pemerintah di Daerah. Dan sejak dikeluarkannya Undang Undang ini penyelenggaraan pemerintahan daerah semakin tertib dan efektif. Hal ini dikarenakan Undang Undang tersebut lebih menyentuh kepentingan Pemerintah Pusat dan Daerah dengan adanya azas Dekonsentrasi dan Desentralisasi serta azas Pembantuan. Dengan demikian kedudukan menjadi Kepala Daerah dalam menyelenggarakan Pemerintah Daerah dan sebagai alat Pemerintah Pusat di daerah semakin jelas, sehingga Bupati sebagai penguasa tunggal di daerah merupakan salah satu sarana koordinasi yang paling tepat untuk menyentuh persepsi dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Berdasarkan Undang Undang Nomor 5 Tahun 1974, dilaksanakan pemilihan Bupati Kepala Daerah selama 5 tahun sekali demikian juga dengan pemilihan Ketua dan Wakil Wakil Ketua DPRD setiap usai Pemilu. Pelaksanaan UU tersebut mulai berjalan mantap sejak periode Bupati Kepala Daerah dijabat H.Amir Hamzah sampai dengan terpilihnya H. Nazom Nurhawi. Adapun urutan Bupati Kepala Daerah berdasarkan Undang Undang Nomor 5 Tahun 1974 adalah sebagai berikut:

6

1. H. Amir Hamzah, Letkol Infantri, ditetapkan dengan SK Mendagri Nomor:Pem.7 /5/13-220 tanggal 14 Juni 1976. Sebagai pengganti BupatiSyaibani Azwari dan sebagai Ketua DPRD adalah Rozali Harom. Selanjutnya Bupati Amir Hamzah terpilih kembali untuk kedua kalinya untuk periode 1981-1986. 2. Sulistijono, Letkol Kavaleri, ditetapkan dengan SK Mendagri Nomor: 131.26-83 tanggal 3 Juni 1986, periode 1986-1991,dan sebagai Ketua DPRD masih dijabat Rozali Harom 3. Arifin Djalil, Kolonel Infantri, ditetapkan dengan SK Mendagri Nomor: 131.16488 tanggal 1 Juni 1991 periode 1991-1996, dan sebagai Ketua DPRD dijabat Alirudin SH. 4. Nazom Nurhawi, Kolonel CHB, dengan SK Mendagri Nomor: 13.26-404 tanggal 4 Juni 1996, periode 1996-2001, dan sebagai KetuaDPRD dijabat Dr. Zainal Ansori dari Golongan Karya. Pada tahun 1999 Undang-Undang Nomor 5 tahun 1974 diganti dengan UndangUndang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Kemudian pada tahun 2004 terjadi perubahan atas Undang-Undang tersebut dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Pada masa otonomi daerah dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 dan Undang-Undang 32 tahun 2004, telah dilaksanakan 2 kali pemilihan Bupati dan Wakil Bupati, Bupati dan Wakil Bupati yang terpilih yaitu : 1. H. Alex Noerdin dan Mat Syuroh, periode 2001-2006, dilantik pada tanggal 31 Desember 2001. Bupati dan Wakil Bupati dilantik berdasarkan SK Mendagri Nomor 131.26.491 dan 131.26.492 tahun 2001 tanggal 26 Desember 2001 dan sebagai Ketua DPRD dijabatLetkol (CPL) Lili Achmadi. 2. H. Alex Noerdin dan H. Pahri Azhari, periode 2007-2012, dilantik pada tanggal 16 Januari 2007, berdasrkan Peraturan Pemerintah RINomor 6 tahun 2006 tentang pengesaha, pengangkatan pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Kab. Musi Banyuasin. Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Musi Banyuasin untuk periode 2007-2012 untuk pertama kali di Kab. Musi Banyuasin dipilih langsung oleh masyarakat yang sudah memiliki hak pilih sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI Nomor 6 tahun 2005. Pelaksanaan Pilkada langsung di Kab. Musi Banyuasin berjalan dengan tertib dan sukses dan diharapkan menjadi contoh untuk pelaksanaanpilkada langsung bagi daerah-daerah yangakan melaksanakan pilkada langsung. Berdasarkan hasil kesepakatan anggota DPRD Muba, terpilih H. Sulgani Pakuali, S.IP sebagai ketua DPRD Kab. Musi Banyuasin periode 2004-2009 yang dilantik pada tanggal 27 Oktober 2004.

Sejarah Singkat Pembentukan Kabupaten Banyuasin Kabupaten Banyuasin dibentuk berdasarkan pertimbangan pesatnya perkembangan dan kemajuan pembangunan di Provinsi Sumatera Selatan7

umumnya dan khususnya di Kabupaten Musi Banyuasin yang diperkuat oleh aspirasi masyarakat untuk menlngkatkan penyelenggaraan pemrintahan pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan guna menjamin kesejahteraan masyarakat. Status daerah yang semula tergabung dalam Kabupaten Musi Banyuasin berubah menjadi Kabupaten tersendiri yang memerlukan penyesuaian, peningkatan maupun pembangunan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk mendukung terselenggaranya roda pemerintahan. Selanjutnya, setelah melalui proses pemilihan yang demokratis oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPRD) Kabupaten Banyuasin, Ir. H. AMIRUDDIN INOED terpiIih sebagal Bupati definitif Kabupaten Banyuasin Periode 2003 2008. Hasil pemilihan tersebut, kemudian disahkan oleh Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia melalui penerbitan SK Mendagri Nomor 131.26-442 Tahun 2003. Bupati dan Wakil Bupati Banyuasin secara resmi dilantik oleh Gubernur Sumatera Selatan pada tanggal 14 Agustus 2003. Secara yuridis pembentukan Kabupaten Banyuasin disahkan dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2002. Berdasarkan UndangUndang tersebut maka Menteri Dalam Negeri RI dengan Keputusan Nomor 131.26- 255 Tahun 2002 menetapkan Ir. H. AMIRUDDIN INOED sebagai Pejabat Bupati Banyuasin. http://banyuasinkab.go.id/?nmodul=halaman&judul=sejarah-singkatpembentukan-kabupaten-banyuasin Letak Geografis Banyuasin Letak Geografis Kabupaten Banyuasin terletak pada posisi antara 1,30 - 4,0 Lintang Selatan dan 104 00 - 105 35 Bujur Timur yang terbentang mulai dan bagian tengah Propinsi Sumatera Selatan sampai dengan bagian Timur dengan luas wilayah seluruhnya 11.832,99 Km2 atau 1.183.299 Ha. Secara geografis Kabupaten Banyuasin berbatasan dengan:

Sebelah Utara : Propinsi Jambi, Kabupaten Musi Banyuasin, den Selat Bangka Sebelah Selatan : Kabupaten Muara Enim, Kabupaten Ogan Komering Ilir,dan Kota Palembang Sebelah Barat : Kabupaten Musi Banyuasin Sebelah Timur : Selat Bangka dan Kabupaten Ogan Komering Ulu. Letak Geografis Kabupaten Banyuasin yang demikian yang menempatkan Kabupaten Banyuasin pada posisi potensial dan strategis dalam hal perdagangan dan industri, maupun pertumbuhan sektor-sektor pertumbuhan baru. Kondisi ini dan posisi Kabupaten Banyuasin dengan ibukota Pangkalan Balai yang tenletak di Jalur Lintas Timur. Selain itu Kabupaten Banyuasin merupakan daerah penyelenggara pertumbuhan Kota Palembang terutama untuk sektor industri. Disisi lain bila dikaitkan dengan rencana Kawasan Industri dan pelabuhan Tanjung Api-api Kabupaten Banyuasin sangat besar peranannya bagi kabupaten di sekitarnya sebagai pusat industri hilir, jasa distribusi produk sumber daya alam baik pertanian, kehutanan, perikanan dan

8

kelautan, dan pertambangan sehingga akan melahirkan kembali kemasyuran Bandar Sriwijaya milik Kabupaten Banyuasin. http://banyuasinkab.go.id/?nmodul=halaman&judul=letak-geografis-banyuasin

2. MAKNA LAMBANG DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN

9

Lambang Daerah Kabupaten Musi Banyuasin berbentuk Perisai Segi Lima dan Simetris dengan dasar warna hijau muda dan sisi perisai berwarna coklat. Perisai Segilima Simetris Melambangkan Alat Pertahanan Melambangkan Dasar Republik lndonesia, yaitu Pancasila Melambangkan bahwa Pemerintah dan Rakyat Kab.Muba terus membangun segala bidang untuk kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat Melambangkan bahwa rakyat Kabupaten Musi Banyuasin bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Melambangkan tanggal, bulan dan tahun Proklamasi Kemerdekaan Negara Republik lndonesia, serta kebulatan tekad untuk mencapai cita-cita Proklamasi.

Bintang Tangkai Bunga Kapas dengan 17 kuntum, dan 8 mata rantai serta buah padi berjumlah 45 biji, Menara

Melambangkan potensi isi bumi dan kegiatan industri lainnya

10

Setangkai 3 (tiga) helai daun Gendang Pita dengan lukisan pada kedua ujungnya menggambarkan perhiasan pada Bumbungan Rumah Bari Dua Buah Sungai dan perairan Motto SERASAN SEKATE

Melambangkan potensi hasil pertanian, perkebunan, dan hasil hutan lainnya. Melambangkan seni budaya daerah Melambangkan nilai-nilai Budaya Daerah

Menggambarkan kondisi geografis, sumber kesuburan dan potensi kekayaan daerah lainnya Adalah bahasa daerah yang menggambarkan bahwa masyarakat selalu mengutamakan kerukunan dan tetap memegang teguh azas musyawarah untuk mufakat yang dijiwai semangat gotong royong. Menyatakan nama daerah

Tulisan kata MUSI BANYUASIN

http://anaksumsel.blogspot.com/2011/05/menurut-sejarahnya-pembentukan.html

3. LETAK GEOGRAFIS KABUPATEN MUSI BANYUASIN Motto: Serasan Sekate Peta lokasi Kabupaten Musi Banyuasin Koordinat: 1,3 - 4 LS 103 - 105 BT Sumatera Selatan Provinsi Dasar hukum Tanggal

11

Ibu kota Pemerintahan - Bupati - DAU

Sekayu H. Pahri Azhari Rp. 294.984.624.000,(2011)[1]

25.664 km2 Luas Populasi - Total - Kepadatan Demografi - Kode area (0714) telepon Pembagian administratif - Kecamatan 14- Kelurahan - Situs web http://www.mubakab.go.id/ Kabupaten Musi Banyuasin adalah salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Selatan dengan ibu kota Sekayu. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 25.664 km yang terbentang pada lokasi 1,3 - 4 LS, 103 - 105 BT. Bupati Kabupaten Musi Banyuasin adalah H. Pahri Azhari yang dilantik pada tanggal 29 Juli 2008 menggantikan Alex Noerdin. http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Musi_Banyuasin

4. TARIAN DAERAH MUSI BANYUASIN Seni Tari Setabik 1. Bentuk dan Jenis Tari Tari Setabik dapat digolongkan kepada tari tradisional, apabila dilihat dari segi karakter (sifat), segi penyajian, tata rias, tata busana dan musik pengiring .

12

Tari Setabik merupakan rangkaian upacara penerimaan tamu agung di Kabupaten Musi Banyuasin. Tari Setabik telah ada di Kabupaten Musi Banyuasin cukup lama, yaitu sejak zaman penjajahan Belanda. Ini dapat dilihat dari nama tari tersebut yaitu Setabik. Setabik berasal dari dari kata tabik (tabe, artinya menghormat, atau penghormatan). Kemudian nama tersebut beradaptasi dengan daerah setempat menjadi setabik. Dari asal kata itulah kemudian terbentuk sebuah tarian daerah yang bersifat penghormatan kepada tamutamu (Pemerintah dan pemuka adat) yang datang ke Musi Banyuasin (MUBA). Salah satu ciri tari Setabik tersebut ada gerakan menghormat (tabik). Dari sisi penyajian, umumnya tari-tari penyambutan yang tersebar di Sumatera Selatan semuanya sama, yaitu dilakukan pada waktu menghormati kedatangan tamu. Penari terdiri dari 7 atau 9 orang, lalu ditambah dengan 2 orang pemegang tombak dan satu orang pemegang payung. Khusus tari Setabik berjumlah 10 orang, yang terdiri dari 7 penari wanita, 2 orang penari pria, pembawa tombak dan lorang pria lagi membawa payung. 2. Fungsi Tari Fungsi utama dari tari Setabik adalah untuk mengiringi upacara adat penerimaan tamu, namun pada akhir-akhir ini telah banyak ditarikan dalam berbagai kegiatan pagelaran selaku seni pertunjukan dan acara perkawinan. Zaman dulu para penarinya dipilih dari para remaja dari warga masyarakat yang mempunyai kedudukan tinggi, sehingga bagi yang terpilih untuk membawakan tari Setabik ini merupakan suatu kebanggaan. Zaman sekarang telah terbuka kemungkinan bagi siapa saja dapat membawa tari ini. Jumlah penari Setabik ada 10 orang terdiri dari : 2 orang sebagai dayang 4 orang penari pengiring 2 orang pembawa tombak (pria) 1 orang pembawa payung (pria) 3. Ragam Gerak Tari Seperti halnya dengan tari-tarian lainnya di Sumatera Selatan, tari Setabik ini pun

13

belum mempunyai nama-nama gerak tari yang khusus. Gerakan tari pada tari Setabik sangat sederhana, seolah mengulang gerak yang itu-itu juga dengan banyak mempergunakan pola lantai. Garis besar gerak tari adalah:

Gerak kecubung Gerak sembah Gerak lambaian ke bawah Gerak lambaian ke atas Gerak menyilakan : Tangan kiri dipinggang, tangan kanan menyilakan, badan direndahkan dan kaki disilangkan. Gerak memutar: Ke arah kiri Gerak memberi hormat atau memberi tabik : Tangan kiri di pinggang, tangan kanan memberi hormat, bahu direndahkan dan kaki menyilang. Gerak menyilangkan duduk Gerak mengajak berjoget: Tangan di pinggang, Kaki kiri diangkat sedikit, kepala menggeleng

4. Pola Lantai Tari Setabik dalam kapasitasnya untuk upacara penyambutan tamu menggunakan pentas, atau lantai yang hanya dapat disaksikan dari arah depan saja yaitu arah duduknya tamu yang akan disambut. Titik pusat pentas, diarahkan kepada penari pembawa Tepak sebagai primadonanya. Pola lantai pada waktu memasuki pentas, para penari berjejer berdampingan 5 orang di depan dan 5 orang lainnya di belakang, dengan susunan penari sebagai berikut: Primadona pembawa Tepa pada barisan depan didampingi oleh penari pengiring 2 orang di kiri dan 2 orang di kanan. Di barisan belakang adalah pembawa tombak, dayang dan pembawa payung. 5. Busana dan Properti Busana yang dipakai dalam tari Setabik ini adalah baju kurung bertabur dan kain Songket untuk wanita, dan baju Teluk Belango serta kain Songket setengah tiang untuk penari prianya. Busana dan aksesoris penari wanita adalah : Baju kurung dengan mainan kantil 12 warna Kain songket Teratai berbentuk panjang pada bagian depan. Hiasan kepala: Tajuk kembang 3 rangkai Tampung (daun pandan)

14

Gandik Anting Tebeng (Hiasan telinga) Sanggul Petek Kembang Rumpai Hiasan tangan:

Kecak Bahu Gelang Tanggai Cincin kenanga sekelopak 10 jari Pending Kalung ringgit 9 biji berantai manik 3 warna. Gelang kaki 2 buah untuk penari pembawa Tepa dan penari wanita lainnya bergelang kaki sebelah Busana dan Aksesori Penari Pria : Baju Teluk Belango warna merah hati Kain Songket (khusus untuk pria) setengah tiang Pending (khusus untuk pria) Tanjak Songket Properti pada tari Setabik adalah: 1. Tepak menggambarkan penghormatan 2. Meja tepa untuk meletakkan tepa 3. Payung sebagai tanda kebesaran yang disebut payung kebesaran 4. Tombak sebagai lambang keperwiraan

Musik Pengiring Musik Pengiring Tari Setabik ini adalah musik daerah yang terdiri dari : Gong, Kendang, Ketipung, Kenong. Dalam perkembangannya musik pengirin tari ini sekarang terdiri dari : Biola, Accordeon, Saksopon, Gendang, Gong, dan Cymbal.

LAGU PENGIRING TARI SETABIK SETABIK Birama: 4/4 Slow

Lagu/Syair : NN Arr: Syamwil

Stabik kurincang

15

Pake runggu runggu kursi Tiangnye gadeng, tiangnye gadeng Rebak remas campuran entan Setabik Pasirah pare ni waten Pare ni waten Ketip mudin lebeh penghulu Sidang kate lengges sederet Lengges sederet Bidadari tetap sekampung Hulu lah balang didanau cala Di Danau cala

SENJANG : PUISI RAKYAT MUSI BANYUASIN Sebagaimana daerah lain di Nusantara ini, Kabupaten Musi Banyuasin juga memiliki budaya yang khas yang membedakan dari daerah lainnya. Salah satu diantaranya budaya yang dimiliki masyarakat Kabupaten Musi Banyuasin ini adalah sastra lisannya. Ada beberapa bentuk sastra lisan yang dimiliki oleh masyarakat Musi Banyuasin, yaitu Cerita Rakyat, Nyanyian Rakyat, Bahasa Berirama dan Puisi Rakyat. Puisi Rakyat juga bermacam-macam, ada yang berupa mantera dan ada pula yang berbentuk pantun. Ini semua menunjukkan kekayaan spiritual nenek moyang kite, dalam hal ini masyarakat Musi Banyuasin. Salah satu kesenian yang terkenal dikalangan masyarakat Musi Banyuasin tempo dulu yaitu kesenian Senjang. Belum banyak tulisan yang berbicara tentang sastra rakyat Musi Banyuasin. Tulisan yang ada hanya terbatas dalam bentuk karya ilmiah berupa tugas akhir mahasiswa yang tentu saja tidak terpublikasi secara luas. Ada juga beberapa hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari Universitas Sriwijaya yang bekerjasama dengan Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional. Publikasinya pun amat terbatas. Makalah ini tidak akan membicarakan semua bentuk cerita rakyat itu, melainkan akan membicarakan puisi rakyatnya yang biasa disebut dengan Senjang. Apa itu senjang Senjang adalah salah satu bentuk media seni budaya yang menghubungkan antara orang tua dengan generasi muda atau dapat juga antara masyarakat dengan Pemerintah didalam penyampaian aspirasi yang berupa nasehat, kritik maupun penyampaian strategi ungkapan rasa gembira Mengapa disebut Senjang Karena antara lagu dan musik tidak saling bertemu, artinya kalau syair berlagu musik berhenti, kalau musik berbunyi orang yang bersenjang diam sehingga

16

keduanya tidak pernah bertemu. Itulah yang disebut senjang. Asal Usul Senjang Kesenian senjang yang merupakan salah satu kesenian khas masyarakat Kabupaten Musi Banyuasin bermula disalah satu kecamatan yang ada diwilayah Kabupaten Musi Banyuasin yaitu Kecamatan Sungai Keruh. Dikecamatan ini lah pertama kali kesenian senjang dipopulerkan, kemudian mulai dikembangkan ke Kecamatan Babat Toman antara lain Desa Mangun Jaya. Kecamatan Sanga Desa antara lain Desa Ngunang, Nganti, Sanga Desa dan terus ke Kecamatan Sekayu. Karena itu irama Senjang dari tiap-tiap Kecamatan tersebut tidak sama. Bentuk Senjang Bila ditinjau dari bentuknya, senjang tidak lain dari bentuk puisi yang berbentuk pantun (Talibun). Oleh sebab itu, jumlah Liriknya dalam satu bait selalu lebih dari empat baris. Satu keistimewaan dari kesenian senjang ini adalah penyajiannya yang kompleks sehingga menarik. Dikatakan kompleks karena penyajianya selalu dinyanyikan dan diiringi dengan musik. Akan tetapi, ketika pesenjang melantunkan senjangnya musik berhenti. Pesenjang biasanya menyanyi sambil menari. Ia dapat membawakan senjang itu sendirian tetapi tidak jarang pula pesenjang tampil berdua. Walaupun irama senjang ini pada umumnya monoton, tetapi juga mengajak audiens terlibat sekaligus terhibur. Penampilan senjang tampaknya mengalami perkembangan. Pada zaman dahulu, musik pengiring senjang adalah musik tanjidor. Seiring dengan perkembangan permusikan dewasa ini, tanjidor sudah nyaris langkah digunakan, tetapi penggantinya adalah musik melayu atau organ tunggal. Pada zaman dahulu, penutur senjang biasanya menciptakan senjangnnya secara spontan, sehingga tema yang akan disampaikan disesuaikan dengan suasana yang dihadapinya. Akan tetapi, sekarang kepandaian senjang serupa itu sudah sangat langkah. Pesenjang biasanya menyiapkan senjangnya jauh hari sebelumnya. Bahkan sering terjadi pesenjang menuturkan senjangnya dengan melihat teks yang telah dipersiapkan. Ikatan senjang juga memiliki pola tersendiri. Sebuah senjang biasanya terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama merupakan bagian pembuka. Bagian kedua merupakan isi senjang yang akan disampaikan. Bagian ketiga merupakan bagian penutup yang biasanya berisi permohonan maaf dan pamit dari pesenjang. Bagian pembuka senjang dapat dilihat dari contoh berikut: Coho - cabo maen gelumbang Coba - coba main gelombang Entahke padi entah dedak Entahkah padi entah dedak Bemban burung pulo lalang Bemban burung pulau lalang Untuk bahan muat keranjang Untuk bahan membuat keranjang Cobo - cobo kami nak basenjang Coba - coba kami ingin bersenjang Entahke pacak entah dak Entah bisa entah tidak Kepalang kami telanjur senjang Kepalang kami telanjur senjang Kalu salah tolong maaf ke Kalau salah tolong ma'afkan. Contoh bagian isi senjang : Kalu adek ke Palembang Jangan lali ngunde tajur Tajur pasang di Sekanak Bawa batang buah Banono

Kalau adik ke Palembang Jangan lupa membawa Tajur Tajur pasang di Sekanak Bawah pohon buah Banono17

Kala adek bajo linjang Jangan sampai talanjur Kalu rusak lagi budak Alamat idop dak samparno Contoh bagian penutup senjang: Kalu nak pegi ke Karang Waru Singgah tegal di Jerambah Pogok Tengah jalan ke Rantau Kasih Nak pegi ke dusun ulak Kami senjang barenti dulu Adat karena abis pakok Kami ucapke terime kaseh Maap ke bae kate yang salah

Kalau adik belajar pacaran Jangan sampai terlanjur Kalau ternoda sejak muda Alamat hidup tidak sempurna Kalau akan pergi ke Karang waru Singgah sejenak di jembatan Pogok Ditengah jalan ke Desa Rantau Kasih Hendak pergi ke Desa Ulak Kami bersenjang berhenti dulu Karena habis persediaan Kami ucapke terima kasih Mohon Ma'af kan kata yang salah

Fungsi Senjang Bila dilihat dari penampilan dan isi yang terdapat didalam sebuah senjang, tampak ada beberapa fungsi yang terdapat didalamnya. Fungsi I, adalah untuk menghibur. Fungsi ini dapat dirasakan ketika senjang itu akan ditampilkan. Mengapa demikian? ini disebabkan oleh penampilan senjang selalu diiringi oleh musik yang dinamis. Musik dan penuturan senjang tampil secara bergantian. Sebelum bagian pembuka ada musik yang mengiringinya. Antara bagian pembuka dan bagian isi juga diselingi dengan musik. Antara bagian isi dan bagian penutup pun diselingi oleh musik. Pada bagian akhir musik akan muncul lagi. Walaupun irama musiknya yang itu - itu juga, penonton akan merasa terhibur. Fungsi II adalah untuk menyampaikan nasihat (didaktis). Nasihat ini tidak hanya ditujukan kepada anak-anak, tetapi juga ditujukan kepada para remaja bahkan orang tua. Oleh sebab itu senjang sering dituturkan pada pesta keluarga seperti pesta perkawinan, khitanan dan lain-lain. Pada kesempatan ini semua keluarga baik tua maupun muda, dewasa maupun anak-anak berkumpul. Dengan demikian, semua usia tadi dapat menqikuti penuturan senjang itu. Pesan moral yang dituturkan oleh pesenjang dengan bernyanyi sambil menari itu cukup menqhibur dan tidak terkesan menggurui. Fungsi III adalah sebagai alat kontrol sosial dan politik Fungsi ini terutama sekali terlihat ketika senjang dituturkan pada acara yang dihadiri pejabat, baik acara pemerintahan maupun acara kekeluargaan. Akan tetapi, karena format penyampaiannya selalu didahului dengan permohonan izin dan maaf dan diakhiri pula dengan permohonan pamit dan maaf. Serta diiringi dengan musik dan tari yang dilakukan pesenjang, kontrol, kritik yang disampaikan oleh pesenjang itu menjadi enak didengar, tidak membuat pihak yang dikontrol atau dikritik tersinggung. Senjang mengkritik tetapi tidak menyakiti, mengontrol tetapi tidak menghujat pihak yang dikritiknya.

18

5. LAGU-LAGU DAERAH MUSI BANYUASIN 1.MARE-MARE KAU BADAN 2.PUCUK PAUH 3.SUKAT MALANG 4.STABIK 6. TEMPAT WISATA DI MUSI BANYUASIN Kabupaten Musi Banyuasin dengan motto "Bumi Serasan Sekate dengan Ibukota Sekayu "Kota Randik " (Rapi, Aman, Damai, Indah, Kenangan). Merupakan bagian dari Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Selatan. Melalui Informasi pengenalan objek dan daya tarik wisata Kabupaten Musi Banyuasin tersebut akan memberikan gambaran, informasi bagi para investor yang berminat berinvestasi di kabupaten Musi Banyuasin, yang terkenal dengan kekayaan Sumber Daya Alam yang terkandung dalam Bumi Serasan Sekate seperti minyak, gas, batubara serta kandungan mineral lainnya sebagai sumber pendapatan Pemerintah Kabupaten guna mewujudkan "Muba Smart 2012". Disamping Sumber Daya Alam yang melimpah ruah ada lagi sisi yang sangat menarik untuk mendapat perhatian dan perlu untuk dikembangkan yaitu objek dan daya tarik wisata, dimulai dari Danau yang sangat indah, perkebunan karet, sawit yang membentang luas sepanjang Kabupaten Musi Banyuasin, adat perkawinan sampai pada suku terasing yang masih tradisionil.

1. HOTEL RANGGONANG

19

Hotel Ranggonang adalah sebuah Hotel berlantai 5 ( Lima ) dengan klasifikasi setara dengan Hotel berbintang tiga, merupakan Hotel kebanggaan masyarakat Muba untuk saat ini. Hotel yang mewah ini menurut sejarah merupakan bangunan peninggalan zaman kolonial Belanda. Pada awal Tahun 2003 oleh Bupati Musi Banyuasin Bapak H. Alex Noerdin bangunan tersebut direnovasi sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah bangunan hotel yang begitu megah. Hotel Ranggonang terdiri dari 5 (lima) lantai dengan kapasitas kamar 38 kamar dengan rincian 26 kamar standar, 10 kamar deluxe dan 2 kamar suite. Hotel Ranggonang digunakan untuk menginap para wisatawan baik lokal maupun Manca Negara, juga diperuntukkan bagi pelaku bisnis yang ada di Kabupaten Musi Banyuasin.

2. BUSSINESS CENTER

Sebuah gedung berlantai 3 ( tiga) terletak di pusat Kota Sekayu tepatnya di Jalan Merdeka yang berseberangan dengan Hotel Ranggonang yang dibangun oleh Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin untuk tempat perkantoran bagi cabangcabang Perusahaan yang berinvestasi dan beroperasi di kabupaten Musi Banyuasin. Gedung tersebut telah ditempati oleh beberapa Perusahaan Swasta antara lain PT.20

Petro Muba, PT. Muba Sarana, PT. Muba Link, Muba Argo, Muba Energi, Muba Chemical, PT Exspand Nusantara, PT. YPF Jambi Merang, PT. Bank Mandiri, Mini Market, Restoran, Bank Bukopin. 3. RUMAH KEDIAMAN DINAS BUPATI & GUEST HOUSE

Salah satu objek wisata bangunan yang menarik dan indah serta keberadaannya sangat penting bagi Kabupaten Musi Banyuasin adalah rumah Dinas Bupati. Rumah Dinas ini terletak di pusat Kota Sekayu atau tepatnya di Jalan Kolonel wahid Udin Kelurahan Soak Baru Kecamatan Sekayu. Dilengkapi pula dengan gedung Pertemuan, Pendopoan, Guest House dan Lapangan Upacara yang cukup luas. Rumah ini merupakan tempat tinggal resmi Bupati Musi Banyuasin yang berfungsi juga sebagai tempat menerima tamu-tamu penting baik dari pusat, propinsi maupun tamu-tamu VIP lainnya dengan fasilitas setara Hotel Bintang 3 ( tiga ). 4. JEMBATAN MUSI

Jembatan Musi yang terbentang di atas Sungai Musi, merupakan sarana transportasi darat yang cukup penting bagi sarana angkutan perekonomian rakyat21

di Kabupaten Musi Banyuasin. Jembatan Musi yang oleh masyarakat Sekayu dikenal dengan sebutan JM (Jembatan Musi), dibangun pada Tahun 1987 - 1988 dengan konstruksi besi baja. 5. DANAU KONGER

Danau Konger adalah danau yang terletak di pinggiran Desa Sungai Dua Kecamatan Sungai Keruh yang jaraknya dari Kota Sekayu 45 Km. Untuk mencapai Iokasi ditempuh melalui jalan darat. Sebutan Danau Konger diambil dari nama salah warga Negara Amerika Serikat yang bernama Mr. Congger, seorang pengusaha pengeboran minyak yang pada tahun, berjasa melakukan pengedaman jalan yang melintasi sungai tersebut atau semacam dataran rendah yang mengalir dan bermuara ke Danau Cala di Kecamatan Lais. Bentuk Danau Konger dapat dikatakan berbentuk bundar dan mempunyai cabang - cabang dengan luas diperkirakan 100.000 m2 ( 10 Ha ) dengan lebar 130 m2 dali panjang 1000 m2 dan kedalamannya bila diukur dari titik yang paling rendah 10 m dan airnya sepanjang tahun tidak pernah kering. Air Danau Konger merupakan air yang sangat jernih dan dilihat dari kejauhan airnya berwarna kebiru-biruan. Air Danau Konger oleh masyarakat Desa Sungai Dua yang tinggal disekitar danau tersebut dimanfaatkan untuk kebutuhan seharihari seperti mencuci, memasak air minum dan lain-lain. Danau Konger saat ini telah mendapat sentuhan pembangunan oleh Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin pada Tahun 2003 telah dibangun pemasangan batu kali penahan tebing sepanjang 200 m, pembuatan tangga turun ke Danau dan Shelter. Danau Konger pada hari libur ramai dikunjungi oleh masyarakat sekitar untuk tempat rekreasi dan memancing ikan.

22

6. DANAU ULAK LIA

Danau Ulak Lia terletak di Kelurahan Soak Baru Kecamatan Sekayu, tepatnya terletak di seberang Kota Sekayu yang berjarak 2,5 KM, dengan luas 75 Ha. Untuk mencapai lokasi Danau tersebut transfortasi cukup lancar dapat ditempuh melalui jalan darat dengan waktu tempuh 20 menit. Panorama Danau ini cukup indah dikelilingi oleh pohon-pohon yang rindang dan suasana yang masih alami. Pada musim hujan Danau ini akan tampak lebih indah karena air Sungai Musi yang pasang dan menggenangi seluruh permukaan danau ini. Danau Ulak Lia adalah objek wisata yang akan menjadi andalan Kabupaten Musi Banyuasin karena letaknya yang tidak jauh dari pusat Kota Sekayu. Upaya Pemerintah untuk memajukan objek wisata ini maka diadakanlah pembangunan mulai dari pembuatan desain Danau Ulak Lia pada Tahun 2001, pengangkatan dan pembersihan gambut seluas 75 Ha pada Tahun 2002/2003 dan pada Tahun 2004 direncanakan pembuatan tangga pengaman disekeliling Danau sepanjang 14,4 Km. Juga pada Tahun 2003 pada lokasi sekitar Danau tersebut dilaksanakan kegiatan off road yang pesertanya dari berbagai daerah, peminat olahraga off road. Guna mewujudkan Danau Ulak Lia tersebut menjadi objek kepariwisataan Kabupaten Musi Banyuasin, akan diupayakan mencari investor yang berminat.

7. PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DAN KARET Perkebunan kelapa sawit dan karet merupakan komoditi andalan Kabupaten Musi Banyuasin dan merupakan perkebunan yang sangat luas serta masih terbuka peluang bagi investor baru. Perkebunan kelapa sawit terhampar luas 93.049 Ha menghasilkan produksi yang besar pada Tahun 2003, yaitu sebanyak 612.351 ton. Produksi kelapa sawit tersebut tergolong besar sehingga sangat menguntungkan bila industri pengolahannya terus dikembangkan. Kelapa sawit dapat diolah menjadi berbagi produksi antara lain: minyak kelapa sawit, ( CPO ), Inti kelapa sawit (Palm Komel), sedangkan tempurung, serat, tandan kosong dan sludge, minyak kelapa sawit (CPO) dapat diolah menjadi

23

carotene, tocopheroe, olein, stearin, soap stock, free fatty acid (FFA). Untuk produksi olein, stearin, soap stock dapat diolah menjadi cocoa butter, minyak goreng, minyak salat, margarine, sabun dan lain-lain. Komoditi terbesar lain selain kelapa sawit adalah karet. Perkebunan karet terhampar luas diseluruh Kabupaten Musi Banyuasin 160.663 Ha dan pada tahun 2003 produksinya mencapai 91.272 ton. Bahan baku karet dapat diolah menjadi latex sheet dan setelah diolah lagi banyak berguna untuk berbagai keperluan, misalnya alat-alat kesehatan dan laboratorium, perlengkapan kendaraan dan lain-lain. 8. OBJEK WISATA SUKU KUBU KANDANG BAYUNG LENCIR

Objek wisata yang terkenal adalah perkampungan Suku Kubu Kandang, yang terletak di Desa Muara Bahar yang berbatasan langsung dengan Propinsi Jambi. Perkampungan Suku Kubu Kandang tersebar di tiga lokasi yaitu Teluk Beringin, Bungkal dan Telapan. Untuk mencapai ke lokasi menggunakan perahu motor ( Speed Boat ). Kondisi perkampungan di Teluk. Beringin sudah maju, dan masyarakatnya sudah menggunakan pakaian modem, sedangkan di Bungkal masih alami, dimana masyarakatnya masih menggunakan pakaian pedalaman dan memiliki kulit tubuh yang khas. Adat istiadat yang ada antara lain pada pesta pernikahan, upacara kematian, melahirkan dan mengobati penyakit. Di Teluk Beringin sudah banyak Suku Kubu yang menikah dengan orang di luar Suku Kubu kandang dan Suku Kubu ini mulai mengenal dunia luar pada tahun 1971. Adat istiadat yang sangat menarik dan perlu di promosikan dan dilestarikan yaitu tata cara pengobatan dengan menggunakan tari-tarian tradisional yang diberi nama " TARI BASALEK ". Tari ini dipersembahkan untuk memberikan pengobatan pada masyarakat yang menderita sakit. Tarian ini dilakukan pada malam hari dan waktunya biasanya semalam suntuk yang dimulai dari pukul 19.00 Wib s/d pukul 08.00.Wib. Penarinya biasanya terdiri dari 7 ( Tujuh ) orang dan merupakan gabungan laki-laki dan perempuan. Penari dengan menggunakan pakaian tradisional biasanya mengelilingi api unggun den sesajen. Ramuan sesajen terdiri dari bahan-bahan rempah-rempah seperti punjung, ayam panggang, kembang dan lain-lain. Para masyarakat yang sakit biasanya ditempatkan di sekitar sesajen dan para penari terus berkeliling sambil membaca mantra dan memukul-mukul pasien sakit.

24

9. PRODUKSI MIGAS DALAM KABUPATEN MUSI BANYUASIN Kabupaten Musi Banyuasin menempati urutan kelima besar penghasil minyak dan gas bumi untuk Kabupaten Musi Banyuasin/Kota di seluruh lndonesia. Pada tahun 2002 Kabupaten Musi Banyuasin memproduksi minyak dan gas kondesat sebesar 33.499,17 MBBl dan untuk gas alam sebesar 91.970,74 MMSCF. Untuk mengelola dan memproduksi minyak dan gas tersebut dilaksanakan oleh beberapa perusahaan besar swasta nasional antara lain PT. Conocco Philips, Grissik, Pertamina DOH Jambi, Pertamina DOH Prabumulih, PT. Babat Kukui, PT. Surya Raya Teladan. Salah satu diantara Perusahaan besar tersebut adalah PT. Exspand Nusantara merupakan Perusahaan pengeboran minyak dan gas yang terbesar di Kabupaten Musi Banyuasin yang lokasi kegiatan ( operasi) di Desa Bonot Kecamatan Lais. PT. Exspand Nusantara cukup potensial dan di Kabupaten Musi Banyuasin memberikan kontribusi yang cukup besar bagi APBD Kabupaten Musi Banyuasin. Kabupaten Musi banyuasin selain menghasilkan minyak dan gas bumi terdapat juga kandungan batubara yang dalam waktu dekat akan dieksplorasi dan bekerja sama dengan pihak investor swasta nasional 13 ( Tiga Belas ) Perusahaan termasuk Perusahaan Daerah yatu PT. Muba Energi.

10. PERKEBUNAN GAMBIR Perkebunan Gambir di Desa Toman Kecamatan Babat Toman yang berjarak : 35 KM dari Ibukota Kabupaten Sekayu. Perkebunan Gambir ini milik rakyat yang diwariskan secara turun temurun. Menurut cerita asal muasal bibit gambir dibawa oleh Pemerintah Kolonial yang dikenal oleh masyarakat dengan sebutan Ginde Sugi. Tanaman Gambir merupakan mata pencaharian rakyat Desa Toman dan anehnya tanaman ini tidak akan hidup bila ditanam di tempat lain. Proses pengelolaan getah gambir dimulai dari pemetikan daun gambir, penumbukan daun gambir, penyaringan sampai pada terbentuknya getah gambir yang sudah siap untuk dipasarkan. Dalam proses pembuatan getah gambir oleh masyarakat Desa Toman dilakukan secara tradisional, namun dalam tahun-tahun terakhir ini sebagian masyarakatnya telah merubahnya dengan menggunakan tenaga mesin yang menarik untuk dijadikan objek wisata pada perkebunan gambir ini adalah proses pengelolaannya dan pabrik-pabrik pengolahan yang khas dan masih tradisional.

Ada sebuah dusun yang terletak dipinggir sungai Musi yang bernama dusun Suak. Simpang Muara Jongot (Muara Sungai Keruh) mengalir ke arah hulu sungai Musi.

25

Dusun Suak dikepalai oleh seorang depati yang bernama Sahmab Bin Sahaji yang di kenal pula oleh masyarakat sebagai Puyang Bupati atau Puyang Depati. Dengan bertambahnya bulan dan tahun masyarakat makin bertambah, dengan inisiatif dari kepala Dusun/ Desa maka dibukalah wilayah baru yaitu disekitar Lorong Pangeran. Wilayah baru atau dusun baru diberi nama Pangkalan Balai (diperkirakan sekitar hilir terusan Simpit Sekarang). Wilayah baru ini dipergunakan sebagai tempat pemukiman dan sebagai lahan persawahan areal Pang Sako. Dengan demikian nama dusun menjadi 2 (dua) yaitu Dusun Suak dan Dusun Pangkalan Balai dan tetap dikepalai oleh kepala dusun yang bernama Sahmad Bin Sahaji (Puyang Depati) dan digelari dengan nama Gindo. Pada abad 17 Masehi di Palembang sudah berdiri kesultanan yaitu Palembang Darussalam, dengan berdirinya kesultanan maka berpengaruh pula pada perkembangan dusun-dusun yang berada dalam wilayah Sumatera bagian Selatan termasuk Jambi, Lampung dan Bengkulu. Pada masa itu wilayah yang masuk dalam naungan Kesultanan Palembang hidup rukun, aman dan damai. Sultan pertama yaitu Abdurrahman dengan gelar Sultan Abdurrahman Amirul Mukmini Sayyidul Imam, lalu turun ke anaknya yang bernama Sultan Manssur kemudian turun lagi kecucunya yang bernama Sultan Mahmud Badaruddin. Berkaitan dengan masa pemerintahan kesultanan maka di daerah-daerah dibentuk juga suatu pemerintahan yang disebut Kadipaten Pedatuan, Gindo, Penggawo dan dibidang agama ada istilah Penghulu, Ketip, Mudin, Lebai dan Hulubalang. Zaman Sultan ke (3) tiga di bentuk pedatuan. Pedatuan ini bertugas mengepalai beberapa desa pengandeng, sebagai penyerahan perpanjangan tangan pemerintah kesultanan di daerah dengan istilah Wilayah Marga, Pesiren kekuasaan dari Kesultanan pada pemerintah marga pada masa itu, maka Puyang Depati Sahmad Bin Sahaji diangkat oleh Sultan untuk mendirikan sebuah marga yaitu Margam Mantri Melayu dengan pusat pemerintahan berada di Sekayu. Jauh sebelum Puyang Depati (Sahmad Bin Sahaji) diangkat menjadi Datuk dan pindah dari Dusun Soak ke Pangkalan Balai, bahwa di kota Sekayu ada areal persawahan yang disebut olah masyarakat dengan istilah persawahan Pang Sako dan di hilirnya disebut dengan istilah persawahan Pang Sambut. Areal persawahan ini digarap olah masyarakat desa Soak dan Pangkalan Balai setiap tahunnya, dalam penggarapan sawah sering terjadi keributan antara warga dua dusun ini dan selalu Puyang Depati yang mendamaikan. Sezaman dengan itu ada seorang anak dari silsilah keturunan Sahmad Bin Sahaji (Puyang Depati), Sahmad mempunyai adik yang bernama Sajidin, Sajidin mempunyai anak yang bernama Tahaji, Tahaji mempunyai tiga orang putri yang bernama : Tasaima, Tasaiyah, Sak Ayu (Silsila keluarga terlampir). Dari ketiga putri Tahaji Bin Sajidin yang paling cantik adalah Sak Ayu. Sak Ayu sering mengikuti orang tuanya ke sawah dan saat panen banyak mendapatkan hasil. Meranjak dewasa Sak Ayu jarang diajak oleh orang tuanya kesawah maka kenyataannya hasil panen berkurang, hal ini selalu diperhatikan oleh orang tuanya termasuk warga sekitar. Ibu dari tiga putri ini bernama Mahesa Binti Madaru pernah bermimpi bahwa salah satu

26

anaknya mempunyai Tuah Padi dan mimpi itu diceritakannya pada Puyang Depati. Puyang Depati memohon petunjuk kepada Tuhan yang Maha Kuasa tentang kebenaran mimpi istrinya tentang ketiga putrinya, dan ternyata putri yang membawah tuah Padi itu adalah Sak Ayu, Putri bungsu dari Puyang Depati. Sejak saat itu masyarakat percaya bahwa kalau ingin panen berhasil mereka harus mengajak Sak Ayu turun kesawah untuk menurunkan bibit dan minta didoakan agar bibit yang ditanam terhindar dari penyakit dan berbuah banyak. Akhirnya tersebarlah cerita ini ke seantero dusun dan sampai sekarang masyarakat masih mempercayai tuah padi ini. Seluruh areal persawahan Pang Sako setiap tahun berhasil panen dengan melimpah ruah dan masyarakat banyak berterima kasih kepada Sak Ayu. Masyarakat merasakan manfaatnya maka areal persawahan Pang Sako digelari masyarakat dengan istilah semangat padi putri Sakayu, lama kelamaan areal ini terus berkembang dan mulai didirikan perumahan disekitar pingiran sungai Musi, mulai dari sekitar areal Terusan Simpit sampai kearah hulunya. Pada tahun 1974 Masehi masyarakat mulai banyak mendirikan rumah dan membuka persawahan itu maka nama Dusun Pangkalan Balai dan Dusun Soak diganti namanya oleh Puyang Depati menjadi Sak Ayu atau Sekayu. Setelah Puyang Depati diangkat menjadi pimpinan Marga yaitu Marga Mantri Melayu, maka ibukota marga diberi nama Sakayu, lambat laun masyarakat mulai menyebut ibu kota marga menjadi Sekayu. Sahmad Bin Tahaji (Puyang Depati) mempunyai kesaktian seperti : dapat memanggil dari jarak jauh, dapat menurunkan hujan, ahli dibidang agama dan dibidang pengobatan. Sahmad Bin Tahaji (Puyang Depati) juga digelari oleh masyarakat antara lain Al Qoidah artinya orang yang menegakkan hukum, Al Mukkarom artinya orang yang memdekatkan diri kepada Tuhan YME, Assuhudi artinya orang yang patuh pada aturan. Seiring dengan perkembangan zaman Kota Sekayu menjadi ibukota Kabupaten Musi Banyuasin dan pembangunan disana sini. Saat ini makam Sahmad Bin Tahaji (Puyang Depati) terletak didekat masjid Agung Kelurahan Soak Baru Sekayu. Makam putri Sak Ayu berdekatan dengan makam orang tuanya yaitu Tahaji Bin Sajidin yang terletak di seberang kota Sekayu tepatnya di Hilir Muara Jongot. Setelah kepemimpinan Sahmad Bin Sahaji (Puyang Depati) mulailah dibentuk pimpinan daerah yang sampai Sekarang sudah 9 (sembilan). Kesimpulan Legenda asal usul kota Sekayu: *Nama Kota Sekayu awalnya adalah Sak Ayu, nama Putri anak ketiga dari hulubalang Tahaji Bin Sajidin (Puyang Kilat Kemarau). *Yang memberi nama Kota Sakayu adalah seorang pimpinan daerah pada masa itu yaitu Sahmad Bin Sahaji (Puyang Depati). *Kota Sak Ayu menjadi Kota Sekayu Sejak tahun 1745 Masehi, Sekayu yang artinya Putri yang membawah Tuah Padi .

27

PUYANG RAMEDAN(ASAL-USUL DESA ULAK PACEH) MOTTO ULAK PACEH : ULAK PACEH TANAH BETUAH DUSUN PUSAKO PUYANG RAMEDAN BAIMPUN SERANTAU LAWANG WETAN PEMBELA SETIA NEGERI PALEMBANG

PUYANG RAMEDAN Konon lebih 200 tahun yang lalu bermukim dan berkebun seorang kakek tua yang bernama Puyang Ramedan. Agak di tengah perkebunan yang di Tanami bermacam sayuran berdiri sebuah rumah panggung ,lebih tepat pondok di atas tiang ,berdinding pelupuh(bilah di Rajang kecil susun sedemikian rupa hingga merupakan dinding )beratapkan serdang yakni daun pohon palm yang bernama serdang yang di sondok atau di jalin hingga menjadi atap. Siang ini suasana sekitar kebun itu sangat sunyi,tidak ada suara orang,hanya sesekali di hutan di pinggir kebun terdengar nyanyian dan kicau burung muarai atau burung sawi ( seri gunting ),sementara di kejauhan terdengar suara burung lengkelok ( burung enggang ) juga bersahut-sahutan rupanya lagi ngumpul di sebatang kayu are sebelah ulu sana yang memang sedang berbuah lebat. ( terdengar suara batuk kecil,kemudian muncul seorang laki-laki separuh baya,dengan seluar belacu berwarna kemerah-merahan bekas ubo( getah kayu samak) di bahunya berselempang kain sampan juga dari belacu yang juga sudah agak kumal. Bagian 1 Puyang Ramedan : ai.nak naik enak asek awakku dak lemak nian,dak tepare,..aseknye endak nian aku merokok tapi rokok pucuk ka dak suek??? ( lalu berjalan kearah sungai kalaulah ada perahu Kayu Agung yang liwat,kemudian di duduk di sebuah pasebanyang memang telah tersedia di sana di atas tebing tepian ,untuk menunggu biduk yang biasanya sering liwat membawa berbagai macam barang dagangan.hampir satu jam orang tua itu menunggu,belum juga Nampak perahu yang datang,ia mulai agak kesal,kesabarannyapun mulai habis ,ia mulai beranjak berdiri dari paseban,tiba-tiba dari tanjung ulak pelai muncul sebuah perahu,kemudian muncul sebuah lagi,setelah perahu mendekat berserulah orang tua tadi). hoi dulurku,ade ngunde rokok pucuk ape dak kalu ade aku nak merasan

28

beberape unting?? Rohiman : ado mang,ado jugo tembako,baik,temako rejang,jugo ado tembako ranau !!!! Puyang Ramedan : aku cuman nak merasan rokok pucuk,kalu tembako masih ade Rohiman : payo kalu mak itu,rokoknye bagus-bagus mang,mudo-mudo lagi lebarlebar,masih baru,kami ini baru limo ari dari Palembang, mamang ini nak mbeli rokok pucuk (kata rohiman kepada temannya rohimin yang baru datang) rohimin :kalau punyo kau lah habis ,punyo aku jugo ado,masih banyak rohiman : punyo aku masih adolah,(lalu mengeluarkan beberapa gendang rokok pucuk) ini dio mang mau brapo unting,apo nak lajukelah segendang??? Puyang Ramedan : aku mintek due atau tige unting bae dulur,.(lalu di ambilnya beberapa unting rokok)kamu tunggu dulu yek,..aku nak ngambek tukaran rokok tige unting ikak di pondokku di darat,idak lame ,parak sikaklah. Rohiman : jadilah itu mang ,asal jangan lamo-lamo ( Tak lama kemudian orang tua itu membawa tadok,yang beris syur-sayuran ) Puyang Ramedan : dulurku ambeklah sayur-sayuran ikak,ya sebagi tukaran 3 unting rokok tadi,sebab aku sekarang lagi dak suek duit!! Rohiman : untuk apo syuran itu mang ,kami ini baru giliran nak mudik,belum tentu sebulan ini nak balik ke ilir,sedangke syur-sayuran ini paling duo tigo ari sudahbusuk semua. Puyang Ramedan : maksudku tu,ngenjuk sayuran ikak untuk kamu makan dijalan bukan pulek untuk kamu unde balek ke Palembang. Rohimin : oi mang,kami mudik ini bedagang,yang kami perlukan adalah duit,..kalau sayuran kami la banyak,di perahu ini ado bermacam-macam ,kubis,sawi,buncis,lauk paukpun ado nak rosep,petis,tauco,atau pede siam ado galo,ambek bawaklah balek terong,timun tu,kami idak beguno sayuran itu,yang kami perlukan duittt.. Puyang Ramedan : oiiii dulurku tolong nian,aku dang dak katek nian duit,jadi ambelah sayuran itu untuk tukaran 3 unting rokok tadi. Rohiman : dak pacak mang ,kalu dak katek duit ,kitek urungan bae!!!! Puyang Ramedan : payola amon mak itu nian,tunggulah di sikak,..aku nak ngambek rokok tadi di umahku,..( pergi berbalik kerumahnya) Inilah rokok kamu,masih utuh,sebatangpun belum luang,ambeklah lagi,artinye kitek dak bejadian,cumin tu ade karne kamu kak masih bakal lame dan jauh bejalan kak amon raga gerantang mikaklah terus,kagek ade pangkebetemu ngen batunye,mudah-mudahan bae dak kade,..singgo aman-aman bae??? Rohiman : itu bukan urusan kamu wong tuo,nak benasehat pulo,kami nil ah neman bejalan,amon jadi kendak macan,idakkan kambing betanduk panjang,..lagian sangkannye nanjung tu oleh karene karai tau dak!!!! Puyang Ramedan :paYo amon mitu mare oi,permisi aku nak balik!!(pergi) Rohiman :wong tuo keparat,belian jadi idak,ngabis ngabiske waktu bae,hari la petang dusun lum sampai.oi dek mak mano mun kitek bemalam di sikak,jingok matahari dak lame lagi tenggelam? Rohimin : amon aku tu nurut bae,Cuma cagak unjartu pakamke dulu karne banyu

29

ikak lakarke naik. ( tidak beberapa lama terdengarlah dengkur mereka berdua pertanda sudah terlelap tidur) Puyang Ramedan :( keluar dan membawa perahu mereka kedaratan) ( bunyi kokok ayam menandakan hari telah pagi keduanyapun terbangun,betapa terkejutnya mereka saat menyadari ia dan perhunya telah berada di daratan) Rohiman : oi kak rohimin,inilah akibat kesombongan kamok kemaren tu,tentu mamang tuo tu yang punyo gawe,ruponyo die tu bukan wong sembarangan,cubo jingok ke bae.duo ikok perahu kito tudi tariknyo sekaligus mak ini,apo kamu sanggup melawannyo??? Rohimin : iyo dek rohiman,ruponyo dio tu wong punyo sakten,bakal saro kito,..menurut kamu mak manolah caro kito ini,.. Rohiman : kalu aku dak katek laen,kito nyerah bae,nyerah ngaku salah,mintek maaf mintak ampon serto nak di apoke terserah ,kagek mudah-mudahan dio bekenan maafke kito,. Rohimin : jadi,.apo ito bangunke dio mak ini Rohiman : kalu itu aku dak berani,kagek keno marah pulo,baeknyo kito tunggu bae dio bangun baru kitek ngadap,.. Rohimin : payola,kito nunggu dulu ( mereka berdua mondar-mandir menunggu oaring tua itu terbangun,tak lama kmudian terdengar suara batuk-batuk kecil pertanda orang tua itu telah bangun,lalu keduanya langsung meraup(membungkuk memegang) kedua kaki orang tua itu sambil serempak berkata: oi mang,kami mintek maaf nian mang,atas omongan kami kemaren sore itu,kami mintek maaf,kami mintek ampun,kami nyesel nian mang,kami nyerah nak di apoke bae terserah,kami memang bersalah,kalu mamang nak apo bae di perahu itu ambek bae lah mang,.dak usahke tigo unting rokok,pokoknye kami nyerah mang idup mati kami. Puyang Ramedan : dak usahlah nak ngenjuk-ngenjuk aku,kagek kamu rugi,aku tau kamu ughang bedagang,. Rohiman : idak mang kami nyesal nian ngen perbuatan dan omongan kami kemaren tupokoknye mamang kami jadike wong tuo kami,kami bersumpah mang,tolong kalu pacak,..mak mano caronyo balikke perahu kami tu ke banyu lagi,.. Puyang Ramedan : kalu kamu badue memang sungguh-sungguh nyesal dem tu nak bejanji dak berlaku sombong ngen congkak,..aku terime permintaanmu,..( kemudian menarik perahu tersebut ke sungai) Rohimin : terime kasih nian mang,pokoknye mulai saat ikak kami ngangkan mamang jadi wong tuo kami,tiap kali mudik atau ilir kami singgah,nak ngeruanke keadaan bapak, Puyang Ramedan : terserah kamulah, ( demikianlah masa terus berlalu,..setiap kali hilir ataupun mudik kedua orang dagang tersebut,singgah di kebon puyang Ramedan,di tinggalnya bahan-bahan keperluan orang tua itu sebaliknya orang tua itupun setiap kali kedua anak angkatnya datang,di berinya bahan-bahan hasil kebon,segala macam sayuran,.kalu lagi musim durian,ya..buah durian atau pisang masak,serta beberapa botol manis enau,..sehingga jalinan kekeluargaan di antara mereka makin akrab dan erat )

30

Bagian 2 Prajuri pengawal : ampun tuanku sribaginda sultan,.ado serombongan tamu dari bugis nak menghadap tuanku?? Baginda Sultan : persilahkan rombongan itu masuk dan menghadap beta Prajurit pengawal : baiklah tuanku,..hamba mohon kembali ( maka masuklah rombongan itu,dengan di iringi beberapa pengawal ) Panglima Bugis : ampun tuanku,Raja Negeri Palembang,kami ini adalah utusan dari raja kami dari negeri Bugis Baginda Sultan : Oo..selamat datang di negeri Palembang,wahai tuan-tuan dari negeri bugis,apakah ada berita,ataupun pesan dari Rajamu,yakni tuan raja Negeri Bugis? Panglima Bugis : daulat tuanku,Raja kami berpesan kepada tuanku raja Palembang,kalaulah tuanku berkenan,beliau berencana sekitar 3 bulan lagi akan berkunjung ke negeri Palembang ini,beserta para pembesar Negeri Bugis,daulat tuanku( sembah utusan bugis tersebut) Baginda Sultan : kalau demikian itu maksud rajamu,dengan senang hati kami beserta segenap rakyat siap menunggu dan menerima rombongan Rajamu itu!! Panglima Bugis : baiklah Paduka tuanku raja,kalau demikian titah tuanku,kami menghaturkan banyak terima kasih dan mohon diri untuk kembali ke negeri kami menyampaikan hasil kunjungan kami ini kepada baginda raja kami di negeri Bugis. ( setelah di persilahkan maka rombongan utusan itu mohon diri an kembali keperahunya penesnya,tidak lama,jangkarpun di angkat,perahupun berbalik arah kemudian bergerak ke hilir hinga menikung dan tak Nampak lagi ) Baginda Sultan : wahai para menteri,para panglima,serta para hulu balangku,tadi baru saja menghadap beta ,perutusan dari negeri bugis,maksudnya menyampaikan pesan sehubungan dengan rencana rajanya,yaitu kira-kira tiga bulan lagi raja Bugis dengan pembesar-pembesar serta para rombongannya akan berkunjung ke Palembang ini,katanya untuk menjalin persahabatan dengan negeri Palembang,itulah makanya saya mengumpulkan kamu sekalian,bagaimana menurut pendapatmu wahai para pembantu-pembantuku sekalian,. Perdana Menteri : menurut pendapat Hamba tuanku,usul dan rencana raja Bugis itu baik dan sah-sah saja,tapi kita harus tetap waspada,karena kita tahu raja Bugis itu sangat licik,telah banyak negeri yang ditipu dan di serangnya secara mendadak serta di taklukkannya,semua negeri yang pernah di hampiri pernah di serang dan kalau kalah menjadi jajahannya,kita jangan mudah percaya dengan mulut manisnya!!! Panglima : betul tuanku,negeri Bugis itu angkatan perangnya besar dan kuat,sedangkan kito,karena bertahun-tahun negeri Palembang aman aman saja,teneram dan prajurit kito cumin sedikit,itupun jarang berlatih,pedang dan kujur atau tombakpun jarang di asah,lah banyak yang bekarat,pendapat hamba kita harus bersiap-siap,untuk menjaga diri perkuatkan pertahanan kita,kita tambah prajurit-prajurit Baginda Sultan : baiklah kalau begitu halnya,mulailah cari orang-orang gagah,yang kuat-kuat,yang sakti-sakti,yang berani-berani,untuk di jadikan prajurit kita.sebarkan kesulruh negeri sampai ke pelosok-pelosok agar orang-orang muda kuat-kuat,sakten-sakten,serta jagoan dan para jawara agar di ambil dan di bawa ke

31

Palembanguntuk segera di latih menjadi prajurit. Mulailah di sebarkan pengumuman,Di pukullah canang ( kenong ) untuk mengumpulkan orang orang yang akan di jadikan prajurit memperkuat pertahanan perang untuk memprtahankan negeri Palembang belum seminggu pengumuman itu para utusan dari ibu Kota Palembang maupun dari dusun yang di kirim oleh pangeran,depati ataupun Pesirah,semuanya berlatih di benteng Kuto Besak,walaupun telah hebat-hebatkemampuan para prajurit,tapi di hati Baginda sultanmerasa kurang puas Baginda Sultan : sebarkan lagi pengumuman, aku nak wong yang lebih sakti lagi,.. ( tak lama kemudian berdatanganlah orang orang yang mempunyai kesaktian,ada yang ahli kuntaw,ada yang kebal kulit,ada yang punya ilmu pengelam,orang yang bias berjalan di atas air,dan sebagainya ) Di laut benteng ( tebing tepian ) banyak perahu-perahu Kayu agung yang tertambat dan berlabuh hingga sore itu,si rohiman yang baru turun ke perahu memanggil kakaknya rohimin Rohiman : Ooi kakak rohimin,ini ado lokak,jingok ini pengumuman sultan,(katanya smbil menunjukkan anggon di mane bae ,bakal dapat hadiah dari sultan,na apo lagi,..kito laporke bae bak angkat kito di hilir Dusun Ulak Sunangos tu,..menurutku dio tu anggon ,ingat ke bae die tarik perahu kitek sampek ke bawah podoknyo,kan luar biaso itu?? Rohimin : iyoooyo,nah payola kito untung-untungan,cepat-cepat ngadap sultan ( maka berangkatlah keduanya mengahadap sultan ) Baginda Sultan : bagaimana kamu bisa mengatakan bahwa orang itu kuat dan sakten? Rohimin : maaf tuan ku sultan, kami beduo ni dulu itu pernah belaku agak kasar dan sombong kepadanya, ruponyo dio marah dan dendam dengan kami , malamnyo waktu kami tidur kedua perahu kami ditariknyo kedarat sampai kebawah pondok ditengah kebunya.lalu kami minta maaf,minta ampun dan kami mengangkat wong tuo kepadanya, baru perahu kami ditarik kembali ke sungai musi, bayangke bae bekas tarikan perahu kami ditanah itu kini menjadi semacam sungai . Baginda sultan : baiklah kalau begitu,kamu berdua segera berangkat ke ulak sunangos , bersama hulu baling menjemput orang itu naik rejong .besok pagi berangkatlah, kalu betul ada orang yang kamu masukan kami akan beri hadiah , tapi kalu kamu bohong, orang itu tidak ada , awas ku pancung lehermu supaya biar kepisah kepala badanmu . (keesokan harinya berangkatlah rohimin dan rohiman dan seoran hulu baling menuju ke ulak sunangos, hamper sehari semalam sampailah perahu legong tersebut di tepian ulak sunangos. Ketiga orang penumpangnya naik kedarat yakni hulu balang dan kedua orang penunjuk jalan:rohimin dan rohiman . langsung

32

menuju pondok di tengah kebon ) Puyang ramedan : oh..rohimin dan rohiman , ape kamu baru datang, siape lah kanti nga itu , ajak kesikak , ape kabar , lalame pulek kamu dak singgah di pondok ku ikak . Rohimin : kabar baik pak , ini ado berita baru , bersama kami ini adalah hulu balang raja dio diutus oleh sunan bersama kami ini untuk menjemput ba pak , diajak segera milir ke Palembang . Puyang ramedan : ape die perlunye mun , ape ade salahku , raga dapatke dingen hulu balang mikak Hulu balang : bapak tu dak katek salah , tapi sunan di Palembang tu sedang memerlukan orang orang sakten macam bapak ini , karno negeri Palembang sedang diancam oleh rajo bugis , jadi bapak tu harus ikut kami , sekarang jugo ikut rejong milir ke Palembang, kalau idak kami betigo ini bakal saro , kami bakal dipancung leher kami apabila ngadap sunan tidak bersama bapak Puyang ramedan : aicacam , mak mane yek , amon ku berangkat mikak , kebon ku kak bakal tinggal , abis sayuran dan segale isi kebonkak lantak kere dengen babi .tapi ade care nye kamu betige milirlah , aku akan menyuruh keponakan ku yang tinggal di dusun ulu itu untuk nunggu kebon ku selame aku pergi ke Palembang ,..besok pagi-pagi pacak aku berangkat milir, numpang perahu kajang Rohiman :ai.jangan mak itu pak kasihanilah kami ini pak , kalu dak katek bapak bersama kami matilah kami . Puyang ramedan : dak ke kade , kalu mikak kamu berangkat berarti gesok petang kamu lah sampek Palembang , aku besok pagi-pagi berangkat , paling-paling lepas lohor nyampe , kamu tunggu bae di depan istana sunan , kitek bertemuan disitu baru same-same ngadap sunan. Mak itu bae yek aku nak kedusun ulu nyuruh keponakan ku nunggu kebonku selame aku di Palembang Rohimin : tapi nian pak ,jangan idak bapak tu telah harus berada di Palembang Puyang ramedan : iyo. yakin bae lah , nah kamu berangkat ilir aku nak ke ulu nyingok keponakanku BERSAMBUNG Diposkan oleh wandijeger Jumat, 03 Juni 2011 Reaksi: Label: Djasmine, Seni Dan Budaya 0 komentar: Poskan Komentar Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

33

PENUTUP

Perbatasan adalah: * Utara: Provinsi Jambi * Selatan: Kabupaten Muara Enim * Barat: Kabupaten Musi Rawas * Timur: Kabupaten Banyuasin

34