Upload
erni-anggriani
View
223
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
alkjljljalll
Citation preview
MIKOSIS SUPERFISIALISErni anggriani 1161050037
Definisi, etiologi, epidemiologi mikosis
superfisialis
definisiMikosis kutan (superfisialis )disebabkan oleh jamur yang hanya menginvasi jaringan superfisialis yang terkeratinisasi (kulit, rambut dan kuku) dan tidak ke jaringan yang lebih dalam
Dua golongan jamur yang menyebabkan yaitu dermatofita dan non dermatofita
Etiologi
EpidemiologiMikosis superfisialis cukup banyak diderita penduduk negara tropis termasuk di indonesia
Jumlah kasus baru mikosis superfisialis menempati urutan ke-3 setelah dermatitis dan akne dalam daftar 10 penyakit Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya tahun 2003–2005
Indonesia merupakan salah satu negara beriklim tropis yang memiliki suhu dan kelembaban tinggi, merupakan suasana yang baik bagi pertumbuhan jamur, sehingga jamur dapat ditemukan hampir di semua tempat.
Di Indonesia insiden dermatofitosis paling tinggi di antara kelompok dermatomikosis superfisialis
Klasifikasi mikosis superfisialis
» NON -DERMATOFITOSIS Infeksi non-dermatofitosis pada kulit biasanya terjadi pada kulit yang paling luar. Hal ini disebabkan jenis jamur ini tidak dapat mengeluarkan zat yang dapat mencerna keratin kulit dan tetap hanya menyerang lapisan kulit yang paling luar.
» DERMATOFITOSISPenyakit yang disebabkan oleh golongan jamur dermatofit disebut " Dermatofitosis " Golongan jamur ini dapat mencerna keratin kulit oleh karena mempunyai daya tarik kepada keratin (keratinofilik) sehingga infeksi jamur ini dapat menyerang lapisan-lapisan kulit mulai dari stratum korneurm sampai dengan stratum basalis
dermatofitosis Non-dermatofita
Dibagi dalam 3 genus Microsporum, Trichophyton dan Epidermophyton.Tinea kapitis ( menyerang kulit kepala dan rambut )Tinea korporis ( kulit tubuh yang berambut (globrous skin)Tinea kruris (menyerang kulit lipat paha,perineum,sekitar anus meluas kedaerah gluteus , perut bagian bawah)Tinea manus dan Tinea pedis ( menyerang sela-sela jari ; tangan (Tinea manus) kaki ( Tinea pedis) )Tinea unguium (menyerang kuku)Tinea barbae(menyerang daerah dagu, jenggot, jambang dan kumis)Tinea imbrikata (menyerang seluruh tubuh)Tinea fasialis : menyerang wajah.
Tinea nigra (menyerang telapak tangan dan telapak kaki : Cladosporium wernecki atau Cladosporium mansoni)Tinea vesicolor (terutama pada tubuh bagian atas (leher, muka, lengan, dada, perut, ketiak, punggung) karena Malassezia furfur)Otomikosis(infeksi jamur pada liang telinga yang disebabkan oleh berbagai jamur, yang terbanyak adalah Aspergillus, Penicillum, Mucor, Rhizopus dan Candida)Piedra ( infeksi jamur pada rambut, berupa benjolan yang melekat erat pada rambut, berwarna hitam atau putih kekuningan karena Piedraia hortai(piedra hitam : hifa berwarna ; monoliaceae (pedra putih : hifa tidak berwarna)Onimikosis (Candida dan dermatofita, Fusarium, Cephalosporium, Scopulariopsis, Aspergillus, menyerang 1 kuku atau lebih)
» Faktor predisposisi :- Faktor trauma- Faktor suhu dan kelembapan- Keadaan sosial dan hygiene (kebersihan pribadi
dan lingkungan)- Faktor umur dan jenis kelamin- Faktor daya imun pribadi
Patogenesis dan patofisiologi mikosis
superfisialis
Penularan dermatofitosis ada 3 cara :1. Antropofilik (transmisi dari manusia ke manusia;
ditularkan langsung atau tidak langsung)2. Zoofilik (transmisi dari hewan ke manusia)3. Geofilik (transimisi dari tanah ke manusia dan hewan)Untuk menimbulkan suatu penyakit jamur harus:4. Dapat mengatasi pertahan tubuh pejamu5. Kemampuan melekat pada kulit dan mukosa pejamu6. Bertahan dalam lingkungan pejamu7. Menyesuaikan dengan suhu dan keadaan biokimia tubuh
pejamu8. Dapat berkembang biak dan menimbulkan reaksi radang.
Jamur melekat pada mukosa kulit manusia
Perlekatan pada jaringan keratin maksimal 6 jam
dinding terluar dermatofit yang memproduksi keratinase (keratolitik)
menghidrolisis keratin dan memfasilitasi pertumbuhan jamur ini di
stratum korneum
Melakukan aktivitasproteolitik dan lipolitik
dengan mengeluarkan serineproteinase
Aktivator plasminogen jaringan sehingga terjadi katabolisme
protein ekstrasel memperberat invasi jaringan
Setelah menempel pada mukosa kulit jamur berpenetrasi
ke jaringan lebih dalam
Proses penetrasi menghasilkan sekresi
proteinase, lipase, dan enzim musinolitik, yang
menjadi nutrisi bagi jamur
Spora jaumur harus tumbuh dan menembus masuk
stratum korneum dengan kecepatan melebihi proses
deskuamasi
Spora dan zat-zat yang diproduksi oleh jamur
(keratolitik,proteinase,lipase bersifat toksik dan patogen bagi tubuh manusia reaksi
peradangan
Daya patogen jamur dapat menekan serta menurunkan aktivitas
sistem imun ( sel T)
Memperberat infeksi dan masuknya jamur ke
jaringan dalam (stratum basale) disertai pengaruh
substansi mannan diproduksi jamur
Mannan : menekan pembentukan limfoblast,
menghambat respon proliferasi limfosit
terhadapberbagai rangsangan
antigenik, menghambatproliferasi keratinosit yang memperlambat pemulihan
Epidermis.
Jamur berhasil berpenetrasi dan mengeluarkan zat-zat yang patogen bagi tubuh
menyebabkan trauma dan maserasi jaringan pada kulit
Sistem imun memberikan respon : tanda-tanda
peradangan (rasa gatal)
Eritema, vesikel, bersisik sampai menimbulkan squma
(bila di garuk)
Memicu timbulnya hipersensitivitas tipe lambat
(IV)
Central helling ( hipopigmentasi) menandakan penyembuhan
Patofisiologi tinea vesikolor
Reaksi inflamasi
Hipopigmentasi
Kerusakan melanosit
Proses biosintesa
Perubahan flora normal patogen
Jamur malassezia dengan blastopora dan
miselium (kumpulan beberapa hifa)
Menyebabkan oksidase enzim asam lemak dipermukaan kulit
Terbentuk asan dikarboksilat
Tirosin menyerap radiasi ultraviolet dan berperan dalam absorbansi spectrum protein. Kehilangan tirosin hanya 1/5 dari triptofan pada 280 nm, sehingga
sangat berperan terhadap absorbansi UV
menghambat tyrosinase pada melanosit
epidermis
memicu hipomelanosis
Diagnosis banding
» Pembeda yang utama dalam dermatofitosis : tempat predileksinya
Tinea Corporis et Cruris» Dermatofitosis pada pada kulit tubuh tidak berambut
(corporis) & dermatofitosis pada lipat paha, daerah perineum, serta sekitar anus (cruris)
Tinea kruris Tinea korporis
» Gatal hebat pada daerah kruris.
» Ruam kulit berbatas tegas, eritematosa, tepi meninggi dan bersisik.
» Bila penyakit ini menjadi menahun, dapat berupa bercak hitam (hiperpigmentasi) disertai sedikit sisik.
» Erosi dan keluarnya cairan biasanya akibat garukan.
» Macam-macam efloresensi kulit (polimorfi).
» Bagian tepi lesi lebih aktif (lebih jelas tanda-tanda peradangan) daripada bagian tengah.
» Wujud lesi dapat berupa sedikit hiperpigmentasi dan skuamasi,
» Lesi bulat atau lonjong, berbatas tegas, terdiri atas eritema, skuama, kadang-kadang dengan vesikel dan papul ditepi.
» Daerah tengahnya biasanya lebih tenang, sementara yang di tepi lebih aktif (tanda peradangan lebih jelas) yang sering disebut dengan sentral healing.
Dermatitis Seboroika (corporis)
» Kelainan kulit pada dermatitis seboroika selain dapat menyerupai tinea korporis, biasanya dapat terlihat pada tempat-tempat predileksi.
» Predileksi : kulit kepala (scalp), lipatan-lipatan kulit, misalnya belakang telinga, daerah nasolabial, dan sebagainya.
» Kulit kepala berambut juga sering terkena penyakit ini. ˃ Gambaran klinis yang khas dari dermatitis seboroika adalah skuamanya yang
berminyak dan kekuningan.
Psoriasis» Stadium penyembuhan menunjukkan gambaran eritema pada
bagian pinggir sehingga menyerupai tinea.
» Adanya lesi psoriasis ditempat lain menyingkirkan dd
» Pada psoriasis terdapat tanda-tanda khas yakni˃ lesi lebih merah˃ skuama kasar,˃ transparan serta berlapis-lapis, ˃ fenomena tetes lilin, ˃ dan fenomena auspitz.
» Psoriasis dapat dikenal dari kelainan kulit pada tempat predileksi, yaitu daerah ekstensor, misalnya lutut, siku, dan punggung.
Pitiriasis rosea» Distribusi kelainan kulitnya simetris dan terbatas pada
tubuh dan bagian proksimal anggota badan
» Sukar dibedakan dengan tinea korporis tanpa herald patch yang dapat membedakan penyakit ini dengan tinea korporis.
» Pada pitiriasis rosea gatalnya tidak begitu berat seperti pada tinea korporis.
» Skuamanya halus sedangkan pada tinea korporis kasar.
KANDIDOSIS (cruris)
» Kandidosis pada daerah lipat paha mempunyai konfigurasi hen and chicken.
» Kelainan ini biasanya basah dan berkrusta.
» Pada wanita ada tidaknya fluor albus dapat menentukan diagnosis.
» Sering juga dijumpai pada penderita diabetes melitus
ERITRASMA» Merupakan penyakit yang tersering berlokalisasi
di sela paha.
» Efloresensi yang sama yaitu eritema dan skuama, pada seluruh lesi merupakan tanda-tanda khas penyakit ini.
» Pemeriksaan dengan lampu Wood dapat menolong dengan adanya fluresensi merah (coral red)
Pitriasis Versicolor» merupakan infeksi jamur di permukaan kulit
» infeksi jamur superfisial yang ditandai dengan adanya makula di kulit, skuama halus, disertai rasa gatal.
» Infeksi jamur superfisialis yang kronis dan asimtomatis disebabkan oleh Malassezia furfur menyerang stratum korneum dari epidermis.
Diagnosis Kerja
Anamnesis» Identitasnama, umur, jenis kelamin, status, agama, suku,
tempat tinggal, pekerjaan, pendidikan terakhir.
» Sacred sevenKU, onset, lokasi, kualitas, kuantitas, modifying
factor, kronologi, KT.» RPD» PRK» RPS
Pemeriksaan Fisik» Inspeksi- Warna kulit.- Perubahan warna kulit.» Inspeksi- Jenis (makula, papul, plak, urtikaria, nodus, vesikel,
bula, dll).- Lokasi (scalp, wajah, leher, perut, punggung, dll).- Penyebaran/distribusi (generalisata, regional, soliter,
dll).- Sususan (linier, sirsinar, arsinar, dll).
- Bentuk (bulat, lonjong, irisformis, polikistik).- Ukuran (milier, lentikuler, numular, plakat).- Batas (tegas atau tidak tegas).- Tepi (teratur/tidak, aktif/tidak aktif,
menonjol/tidak).- Bagian tengan (menonjol/tidak, central
healing/tidak).- Permukaan (datar, verukosa, filiformis).
» Palpasi- Kelembaban (lembab, kering, berminyak).- Suhu (normal, dingin, hangat).- Tekstur (halus, kasar).- Turgor (normal, menurun).- Permukanaan (datar, verukosa).
Pemeriksaan Penunjang» Pemeriksaan langsung dengan KOH 10%Bahan-bahan kerokan kulit diambil dengan cara
mengerok bagian kulit yang mengalami lesi.Sebelumnya kulit dibersihkan dengan kapas alkohol
70%, lalu dikerok dengan skalpel steril dan jatuhannya ditampung dalam lempeng- lempeng steril pula.
Sebagian dari bahan tersebut diperiksa langsung dengan KOH% yang diberi tinta Parker Biru Hitam, Dipanaskan sebentar, ditutup dengan gelas penutup dan diperiksa di bawah mikroskop.
» Pemeriksaan sinar woodCara untuk melakukan pemeriksaan ini adalah
pemeriksaan dilakukan di ruang yang gelap atau lampu dimatikan. Jarak lampu dari lesi sekitar 4-6 inci. Kulit yang akan diperiksa dibasuh dulu sebelum pemeriksaan karena efek deodorant, bedak atau minyak mungkin akan mempengaruhi hasil pemeriksaan.
Tinea Korporis
Definisi» Adalah infeksi jamur dermatofita pada kulit
halus (globurus skin) di daerah muka, badan, lengan dan glutea. Penyebab tersering adalah T. rubrum dan T. mentagropytes.
Etiologi» Tinea korporis disebabkan oleh jamur golongan
dermatofita yang mempunyai sifat mencernakan keratin.
Tricophyton, Microsporum, Epidermophyton.
» Jamur penyebab tinea korporis ini ada yang bersifat antropofilik, geofilik, dan zoofilik.
Gejala Klinis» Penderita merasa gatal dan kelainan berbatas tegas
terdiri atas bermacam-macam effloresensi kulit (polimorfi).
» Bagain tepi lesi lebih aktif (tanda peradangan) tampak lebih jelas dari pada bagian tengah.
» Bentuk lesi yang beraneka ragam ini dapat berupa sedikit hiperpigmentasi dan skuamasi menahun.
» Kelainan yang dilihat dalam klinik merupakan lesi bulat atau lonjong, berbatas tegas, terdiri atas eritema, skuama, kadang-kadang dengan vesikel dan papul di tepi lesi.
» Kadang-kadang terlihat erosi dan krusta akibat garukan.
» Lesi dapat meluas dan memberikan gambaran yang tidak khas terutama pada pasien imunodefisiensi.
» Pada tinea korporis yang menahun, tanda radang mendadak biasanya tidak terlihat lagi.
» Kelainan ini dapat terjadi pada tiap bagian tubuh dan bersamaan timbul dengan kelainan pada sela paha.
» Dalam hal ini disebut tinea corporis et cruris atau sebaliknya.
Penatalaksanaan» Untuk pengobatan topikal direkomendasikan
untuk suatu peradangan yang dilokalisir.Dapat diberikan kombinasi asam salisilat 3-6%
dan asam benzoat 6-12% dalam bentuk salep (salep whitfield).
Kombinasi asam salisilat dengan sulfur presipitatum dalam bentuk salep (salep 2-4, salep 3-10) dan derivat azol : mikonazole 2%, dan klotrimasol 1%.
» Untuk pengobatan sistemik pada peradangan yang luas dan adanya penyakit immunosupresi :
Dapat diberikan griseofulvin 500 mg sehari untuk dewasa, sedangkan anak-anak 10-25mg/kg BB sehari.
Lama pemberian Griseofulvin pada tinea korporis adalah 3-4 minggu, diberikan bila lesi luas atau bila dengan pengobatan topikal tidak ada perbaikan.
Pada kasus yang resisten terhadap Griseofulvin dapat diberikan derivat azol seperti itrakonazol, dan flukonazol.4,6 Antibiotik juga dapat diberikan jika terjadi infeksi sekunder.
Pencegahan» Faktor-faktor yang perlu dihindari atau dihilangkan untuk
mencegah terjadi tinea korporis antara lain: Mengurangi kelembaban tubuh penderita dengan
menghindari pakainan yang panas.Menghindari sumber penularan yaitu binatang, kuda, sapi
kucing, anjing atau kontak dengan penderita lain.Menghilangkan fokal infeksi di tempat lain misalnya di
kuku atau di kaki.Meningkatkan higienitas dan mengatasi faktor
predisposisi lain seperti diabetes mellitus, kelianan endokrin yang lain, leukimia harus terkontrol dengan baik.
» Juga beberapa faktor yang memudahkan timbulnya residif pada tinea korporis harus dihindari atau dihilangkan antara lain:
Temperatur lingkungan yang tinggi.Keringat berlebihan.Pakaian dari bahan karet atau nilon.Kegiatan yang banyak berhubungan dengan air,
misalnya berenang.Higienitas yang kurang.
Prognosis» Perkembangan penyakit tinea korporis
dipengaruhi oleh bentuk klinik dan penyebab penyakitnya, disamping faktor-faktor yang memperberat atau memperingan penyakitnya. Apabila faktor-faktor yang memperberat penyakit dapat dihilangkan, umumnya penyakit ini dapat hilang sempurna. Tinea korporis mempunyai prognosa baik dengan pengobatan yang adekuat dan kelembaban dan kebersihan kulit yang selalu dijaga.
Tinea Versicolor
Definisi» Pityriasis versicolor adalah infeksi jamur
superfisial pada kulit yang disebabkan oleh Malassezia furfur atau Pityrosporum orbiculare dan ditandai dengan adanya makula di kulit, skuama halus dan disertai rasa gatal. Infeksi ini bersifat menahun, ringan dan biasanya tanpa peradangan. Pityriasis versicolor biasanya mengenai wajah, leher, badan, lengan atas, ketiak, paha, dan lipatan paha. (Madani A, 2000)
Etiologi» Tinea versikolor disebabkan oleh jamur lipofilik
yang merupakan flora normal kulit dikenal dengan genus Malassezia.
Epidemiologi» Pityriasis versicolor adalah penyakit universal tapi lebih
banyak dijumpai di daerah tropis karena tingginya temperatur dan kelembaban.
» Menyerang hampir semua umur terutama remaja, terbanyak pada usia 16-40 tahun.
» Tidak ada perbedaan antara pria dan wanita, walaupun di Amerika Serikat dilaporkan bahwa penderita pada usia 20-30 tahun dengan perbandingan 1,09% pria dan 0,6% wanita. Insiden yang akurat di Indonesia belum ada, namun diperkirakan 40-50% dari populasi di negara tropis terkena penyakit ini, sedangkan di negara subtropis yaitu Eropa tengah dan utara hanya 0,5-1% dari semua penyakit jamur. (Partogi, 2008)
Patofisiologi
Reaksi inflamasi
Hipopigmentasi
Kerusakan melanosit
Proses biosintesa
Perubahan flora normal patogen
Jamur malassezia dengan blastopora dan
miselium (kumpulan beberapa hifa)
Menyebabkan oksidase enzim asam lemak dipermukaan kulit
Terbentuk asan dikarboksilat
Tirosin menyerap radiasi ultraviolet dan berperan dalam absorbansi spectrum protein. Kehilangan tirosin hanya 1/5 dari triptofan pada 280 nm, sehingga
sangat berperan terhadap absorbansi UV
menghambat tyrosinase pada melanosit
epidermis
memicu hipomelanosis
PenatalaksanaanTingginya angka kekambuhan merupakan masalah, dimana
mencapai 60% pada tahun pertama dan 80% setelah tahun kedua. Oleh sebab itu diperlukan terapi, profilaksis untuk mencegah rekurensi: » Pengobatan Topikal
- Selenium sulfida 1,8% dalam bentuk shampoo 2-3 kali seminggu. Obat digosokkan pada lesi dan didiamkan selama 15-30 menit sebelum mandi.
- Salisil spiritus 10%.- Turunan azol, misalnya : mikozanol, klotrimazol, isokonazol dan
ekonazol dalam bentuk topikal.- Sulfur presipitatum dalam bedak kocok 4-20%.- Larutan Natrium Tiosulfas 25%, dioleskan 2 kali sehari sehabis mandi
selama 2 minggu. (Partogi, 2008)
» Pengobatan Sistemik- Ketoconazole
Dosis: 200 mg per hari selama 10 hari.- Fluconazole
Dosis: dosis tunggal 150-300 mg setiap minggu.- Itraconazole
Dosis: 100 mg per hari selama 2 minggu. (Madani A, 2000).
» Terapi hipopigmentasi (Leukoderma)- Liquor carbonas detergent 5%, salep
pagi/malam.- Krim kortikosteroid menengah pagi dan malam.- Jemur di matahari ±10 menit antara jam 10.00-
15.00 (Murtiastutik, 2009).
Pencegahan» Untuk mencegah terjadinya Pityriasis versicolor
dapat disarankan pemakaian 50% propilen glikol dalam air untuk pencegahan kekambuhan. Pada daerah endemik dapat disarankan pemakaian ketokonazol 200 mg/hari selama 3 bulan atau itrakonazol 200 mg sekali sebulan atau pemakaian sampo selenium sulfid sekali seminggu. (Radiono, 2001).
Prognosis» Prognosisnya baik dalam hal kesembuhan, bila
pengobataan dilakukan menyeluruh, tekun dan konsisten. Pengobatan harus di teruskan 2 minggu setelah fluoresensi negatif dengan pemeriksaan lampu Wood dan sediaan langsung negatif. (Partogi, 2008)
Komplikasi» Infeksi bakteri sekunder
pada kulit» Penyebaran ke bagian lain» Dermatophytid
Infeksi sekunder (selulitis)» Selulitis merupakan infeksi bakteri pada daerah
subkutaneus pada kulit sebagai akibat dari infeksi sekunder pada luka.
» Dalam keadaan lembab, kulit akan mudah terjadi maserasi dan fissura, akibatnya pertahanan kulit menjadi menurun dan menjadi tempat masuknya bakteri pathogen .
» Apabila telah terjadi selulitis maka diindikasikan pemberian antibiotik. Jika terjadi gejala yang sifatnya sistemik seperti demam dan menggigil, maka digunakan antibiotik secara intravena.
Dermatophytid» Dermatophytid merupakan suatu
penyakit imunologik sekunder tinea.» Reaksi “id” adalah suatu reaksi kulit
yang disertai perkembangan dari bermacam-macam kelainan kulit sebagai respon dari infeksi (virus, bakteri, jamur, parasit), kondisi kulit yang meradang atau penyebab lain lain.
» Hal ini dapat menyebabkan vesikel atau erupsi pustular di daerah infeksi .Reaksi dermatophytid bisa saja timbul asimptomatis.
» Reaksi ini akan berkurang setelah penggunaan terapi antifungal.
» Komplikasi ini biasanya terkena pada pasien dengan edema kronik, imunosupresi, hemiplegia dan paraplegia, dan juga diabetes.
Daftar Pustaka» Djuanda A,Hamzah M,Aisah S,Ilmu Penyakit Kulit
dan Kelamin,Edisi III,2002,Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,Jakarta(92-93)
» Mansjoer A,Suprohaita,Wardhani W.I,Setiowulan W,Kapita Selekta Kedokteran,Edisi III,Jilid II,2000,Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,Jakarta (98-99)
» Siregar R.S,Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit,Edisi II,2005,Penerbit Buku Kedokteran EGC ,Jakarta
» Adiguna MS. Epidemiologi Dermatomikosis diIndonesia. Dalam: Budimulya U, Kuswadji, BramonoK, Menaldi SL, Dwihastuti P, Widati S, editor.Dermatomikosis Superfisialis. Edisi ketiga. Jakarta:Balai Penerbit FKUI; 2004. h. 1–6.