46
ALTRUISME PERSPEKTIF TAFSIR FIQHI DAN TAFSIR SUFI Komparasi Tafsir al-Jamî’ li Ahkâm Al -Qurân Karya al-Qurthubî dan Lathâ’íf al-Isyârât Karya al-Qusyairî Tesis “Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Agama (M.Ag) Dalam Bidang Ilmu Al-Quran Dan Tafsir” Oleh Ahmad Toha NIM: 216410683 PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER INSTITUTE ILMU AL QUR’AN (IIQ) JAKARTA 1442 H/2021

ALTRUISME PERSPEKTIF TAFSIR FIQHI DAN TAFSIR SUFI

  • Upload
    others

  • View
    44

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ALTRUISME PERSPEKTIF TAFSIR FIQHI DAN TAFSIR SUFI

ALTRUISME PERSPEKTIF TAFSIR FIQHI

DAN TAFSIR SUFI Komparasi Tafsir al-Jamî’ li Ahkâm Al-Qurân Karya al-Qurthubî

dan Lathâ’íf al-Isyârât Karya al-Qusyairî

Tesis

“Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister

Agama (M.Ag) Dalam Bidang Ilmu Al-Quran Dan Tafsir”

Oleh

Ahmad Toha

NIM: 216410683

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER

INSTITUTE ILMU AL QUR’AN (IIQ) JAKARTA

1442 H/2021

Page 2: ALTRUISME PERSPEKTIF TAFSIR FIQHI DAN TAFSIR SUFI

ii

ALTRUISME PERSPEKTIF TAFSIR FIQHI

DAN TAFSIR SUFI Komparasi Tafsir al-Jamî’ li Ahkâm Al-Qurân Karya al-Qurthubî

dan Lathâ’íf al-Isyârât Karya al-Qusyairî

Tesis

“Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister

Agama (M.Ag) Dalam Bidang Ilmu Al-Quran Dan Tafsir”

Oleh

Ahmad Toha

NIM: 216410683

PEMBIMBING:

Dr. Muhammad Azizan Fitriana, MA

Dr. H. Ahmad Syukron, MA

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER

INSTITUTE ILMU AL-QURAN (IIQ) JAKARTA

1442 H/2021

Page 3: ALTRUISME PERSPEKTIF TAFSIR FIQHI DAN TAFSIR SUFI

iii

Page 4: ALTRUISME PERSPEKTIF TAFSIR FIQHI DAN TAFSIR SUFI

iv

Page 5: ALTRUISME PERSPEKTIF TAFSIR FIQHI DAN TAFSIR SUFI

v

PERNYATAAN PENULIS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ahmad Toha

NIM : 216410683

Tempat/Tagl Lahir : Trenggalek, 27 Desember 1987

Menyatakan bahwa tesis dengan judul “Altruisme Perspektif Tafsir Fiqhi

Dan Tafsir Sufi” Komparasi Tafsir al-Jamî’ li Ahkâm Al-Qurân Karya al-

Qurthubî dan Lathâ’íf al-Isyârât Karya al-Qusyairî adalah benar-benar asli

karya saya kecuali kutipan-kutipan yang sudah disebutkan. Kesalahan dan

kekurangan di dalam karya ini sepenuhnya tanggung jawab saya.

Depok, 12 Februari 2021

Ahmad Toha

Page 6: ALTRUISME PERSPEKTIF TAFSIR FIQHI DAN TAFSIR SUFI

iv

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah segala puji bagi Allah yang telah memberi segala nikmat

sehingga saya bisa menyelesaikan tesis ini untuk memperoleh gelar Magister

Agama dalam bidang Ilmu Al-Qurán dan Tafsir. Shalawat dan salam tidak

lupa saya haturkan kepada Nabi akhir zaman baginda Muhammad SAW,

semoga kita semua dapat syafaátnya. Aaniin.

Banyak pihak yang telah berpartisipasi dalam menyelesaikan tesis saya ini.

Oleh karena itu saya ucapakan terimakasih untuk:

1. Rektor Institute Ilmu Al-Qurán IIQ Jakarta Prof. Dr. Hj. Huzaemah

Tahido Yanggo, MA dan seluruh Dosen Pengajar serta seluruh

karyawan yang memberikan fasilitas selama penulisan tesis.

2. Dosen pembimbing Dr. Azizan Fitriana, LC, MA dan Dr. Ahmad

Syukron, MA yang selalu memberikan bimbingan selama penulisan

tesis.

3. Kedua orang tua Bapak Marni dan Ibu Istiyah yang telah

mengandung hingga membesarkan saya hingga saat ini.

4. Seluruh keluarga yang selalu mendukung selama studi di Program

Pascasarjana Institute Ilmu Al-Qurán IIQ Jakarta

5. Istri tercinta Ismi Latifah yang tidak bosan-bosanya memberi

motivasi untuk menyelesaikan tesis ini.

Depok, 12 Februari 2021

Penulis

Page 7: ALTRUISME PERSPEKTIF TAFSIR FIQHI DAN TAFSIR SUFI

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah yang telah memberi segala nikmat

sehingga saya bisa menyelesaikan tesis ini untuk memperoleh gelar Magister

Agama dalam bidang Ilmu Al-Qurán dan Tafsir. Shalawat dan salam tidak

lupa saya haturkan kepada Nabi akhir zaman baginda Muhammad SAW,

semoga kita semua dapat syafaátnya. Aaniin.

Manusia adalah makhluk sosial yang pasti saling membutuhkan. Dalam

islam telah diajarkan untuk saling meolong. Dalam hal ini Allah SWT sudah

mengajarkan hambanya seperti yang telah termaktub dalam Al-Qurán.

Altruisme adalah tingkatan teringgi dalam pengertian berbuat kebaikan.

Selain itu ada ihsan, infaq dan sodaqah. Semua itu telah diatur sedemikian

rupa agar manusia bisa melakukannya.

Diluar syariat yang menyuruh kita agar saling menolong dalam tatanan

social, ada hal yang perlu diketahui oleh seorang hamba yaitu hikmah di

balik semua. Penulis mencoba meneliti bagaimana kegiatan saling menolong

ini apabila dilihat dari segi ilmu fikih dan tasawuf yang telah dijelaskan oleh

ulama-ulama khususnya Al-Qurtubî dan Al-Qusayairi. Sehingga yang

penulis harapkan selaian mengerti ketetapan fikihnya akan mengerti juga

hikmah di balik Tuhan merancangnya dan akhirnya manusia akan bertambah

semangat saling membantu pada sesama tanpa mengharap balasan dari

manusia itu sendiri.

Page 8: ALTRUISME PERSPEKTIF TAFSIR FIQHI DAN TAFSIR SUFI

vi

DAFTAR ISI

COVER DALAM

LEMBARAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

LEMBARAN PENGESAHAN

LEMBARAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI

PERSEMBAHAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

PEDOMAN TRANSLITERASI

ABSTRAK

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Identifikasi Masalah 10

C. Pembatasan Masalah 11

D. Perumusan Masalah 11

E. Tujuan Penelitian 12

F. Kegunaan Penelitian 12

G. Tinjauan Pustaka/Telaah Pustaka 13

H. Metode Penelitian 15

I. Sistematika Penulisan 18

BAB II: TELAAH ALTRUISME

A. Pengertian Altruisme 19

B. Motivasi Altruisme 21

C. Pembahasan Altruisme Dalam Al-Quran 27

D. Altruisme Dari Berbagai Perspektif 35

1. Altruisme Perspektif Ilmu Sosial 35

2. Altruisme Perspektif Para Ulama’ 38

3. Altruisme Perspektif Hukum Islam 41

4. Altruisme Perspektif Tasawuf 43

E. Kontekstualisasai Altruisme di Era Kontemporer dan Manfaat

Gagasan Altruisme di Masyarakat 45

BAB III: BIOGRAFI MUFASSIR

A. Profil Tafsir al-Qurthubî 50

1. Biografi Penulis 50

2. Latar Belakang Penulisan 55

Page 9: ALTRUISME PERSPEKTIF TAFSIR FIQHI DAN TAFSIR SUFI

vii

3. Metode dan Corak Tafsir 56

B. Corak Tafsir Fiqhi 61

1. Pengertian 61

2. Sejarah Muncul dan Perkembangan Corak Fiqhi 62

3. Contoh Karya Tafsir Bercorak Fiqhi 62

C. Profil Tafsir al-Qusyairî 63

1. Biografi Penulis 63

2. Latar Belakang Penulisan 70

3. Metode dan Corak Tafsir 73

D. Corak Tafsir Sufi 76

1. Pengertian 76

2. Sejarah Muncul dan Perkembangan Corak Sufi 78

3. Contoh Karya Tafsir Bercorak Sufi 82

BAB IV: ANALISIS PENAFSIRAN AYAT-AYAT ALTRUISME

A. Konsep Altruisme Dalam Literatur Umum, dan Keagaman 83

B. Penafsiran al-Qurthubî 87

C. Penafsiran al-Qusyairî 168

D. Perbandingan Penafsiran Term Altruisme antara al-Qurthubî dan

al-Qusyairî 190

BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan 193

B. Saran 193

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

BIODATA PENULIS

Page 10: ALTRUISME PERSPEKTIF TAFSIR FIQHI DAN TAFSIR SUFI

viii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi adalah penyalinan dengan penggantian huruf dari abjad yang

satu ke abjad yang lain, dalam penulisan tesis di Program Pascasarjana IIQ,

transliterasi Arab-Latin mengacu pada berikut ini:

1. Konsonan

th : ط a : أ

dz : ظ b : ب

‘ : ع t : ت

gh : غ ts : ث

f : ف j : ج

q : ق h : ح

k : ك kh : خ

l : ل d : د

m : م dz : ذ

n : ن r : ر

w : و z : ز

h : ه s : س

‘ : ء sy : ش

y : ي sh : ص

dh : ض

2. Vocal vocal tunggal vocal rangkap

Fathah : a ا : â ي : ai

Kasroh : i ي : î و : au

Page 11: ALTRUISME PERSPEKTIF TAFSIR FIQHI DAN TAFSIR SUFI

ix

Dzammah : u و : û

3. Kata sandang

a. Kata sandang yang diikuti alif lam (ال) qamariyah.

Kata sandang yang diikuti alif lam (ال) qamariyah

ditransliterasikan ssuai dengan bunyinya. Contoh:

al-Madînah : المدينة al-Baqarah : البقرة

b. Kata sandang yang diikuti oleh alif lam (ال) syamsyiah. Kata

sandang yang diikuti oleh alif lam (ال) syamsyiah.

Ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan di depan

dan sesuai dengan bunyinya. Contoh:

as-Sayyidah : السيدة ar-rajul : الرجل

ad-Dârimi : الدارمي asy-syams : الشمس

c. Syaddah (Tasydid)

Syaddah (Tasydid) dalam system aksara Arab digunakan lambang

,sedangkan untuk alih aksara ini dilambangkan dengan huruf ,(ـ)

yaitu dengan cara menggandakan huruf yang bertanda tasydid.

Aturan ini berlaku secara umum, baik tasydid yang berada di

tengah kata, di akhir kata ataupun yang terletak setelah kata

sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyah. Contoh:

Âmannâ billâhi : امنابالله -

Âmana as-Sufahâ’u : امنالسفهاء -

Inna al-Ladzîna : إنالذين -

wa ar-rukka’î : وركع -

d. Ta Marbûthah (ة)

Ta Marbûthah (ة) apabila berdiri sendiri, waqaf atau diikuti oleh

kata sifat (na’at), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi

huruf “h”. Contoh:

Page 12: ALTRUISME PERSPEKTIF TAFSIR FIQHI DAN TAFSIR SUFI

x

al-Af’idatu : ألأفئدة -

.al-Jâmi’ah al-Islâmiyyah : الجامعةالإسلامية -

Sedangkan Ta Marbûthah (ة) yang diikuti atau disambungkan (di-

washal) dengan kata benda (isim), maka dialih aksarakan menjadi

huruf “t”. Contoh:

Âmilatun Nâshibah‘ : عاملةناصبة -

al-Âyat al-Kubrâ : الأيةالكبرى -

e. Huruf capital

Sistem penulisan huruf Arab tidak mengenal huruf capital, akan

tetapi apabila telah dialih aksarakan maka berlaku ketentuan

Ejaan yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, seperti

penulisan awal kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan,

nama diri dan lain-lain. Ketentuan yang berlaku pada EYD

berlaku pula dalam alih aksara ini, seperti cetak miring (italic)

atau cetak tebal (bold) dan ketentuan lainya. Adapun untuk nama

diri yang diawali dengan kata sandang, maka huruf yang ditulis

capital adalah awal nama diri, bukan kata sandangnya. Contoh :

‘Alî Hasan al-‘Âridh, al-Asqallâni, al-Farmawî dan seterusnya.

Khusus untuk penulisan nama Al-Qur’an dan nama-nama

surahnya menggunakan huruf capital, Contoh: Al-Quran, Al-

Baqarah, Al-Fâtihah dan seterusnya.

Page 13: ALTRUISME PERSPEKTIF TAFSIR FIQHI DAN TAFSIR SUFI

xi

ABSTRAK

Toha, Ahmad, 2021. “Altruisme Perspektif Tafsir Fiqhi Dan Tafsir Sufi”

Komparasi Tafsir al-Jamî’ li Ahkâm Al-Qurân Karya al-Qurthubî dan

Lathâ’íf al-Isyârât Karya al-Qusyairî

Tesis, Program Studi Ilmu Al-Quran. Pascasarjana. Institute Ilmu Al-Quran

Jakarta. Dosen pembimbing: 1. Dr. Azizan Fitriana, LC, MA, 2. Dr. Ahmad

Syukron, MA.

Kata kunci: Altruisme, Al-Quran, Kajian Komparasi

Altrusime ialah konsep yang berlawanan dengan individualisme dan

egoisme. Altruisme ialah suatu sikap yang lebih mementingkan diri orang

lain daripada dirinya sendiri. Dalam Al-Quran tidak ada ayat yang secara

khusus mengenai altruisme, namun terdapat ayat-ayat yang mengarah pada

pengertian altruisme tersebut Perlu diketahui bahwa penelitian ini fokus

pada: 1. Bagaimana ajaran altruisme dalam Al-Quran menurut penafsiran al-

Qurthubî dan al-Qusyairî?. 2. Bagaimana komparasi ajaran altruisme antara

kedua ulama tafsir al-Qurthubî dan al-Qusyairî?

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan

jenis penelitian kepustakaan dengan teknik pengumpulan data berdasarkan

sistematika tafsir maudhû’i.

Hasil penelitian bisa disimpulkan bahwasanya altruisme dipandang dari

segi fikih memiliki empat hukum yaitu wajib, mubah, makruh, dan sunah.

Dibalik adanya syariat seperti itu untuk melatih diri kita agar tidak egois,

tidak tamak, belajar ikhas, bersyukur atas karunia Allah SWT.

Dari kedua ulama’tafsir tersebut bisa disimpulkan bahwa dibalik syariat

yang telah diatur sedemikian rupa tentang kehidupan sosial, ada sisi sufisme

yang mengajarkan kita agar hidup kita tidak egois. Melatih hati kita agar

ikhlas, tidak tamak. Selain itu altruisme mengajarkan agar kita bersyukur

tidak hanya dengan lisan tapi dengan tindakan atas rizki dan nikmat Tuhan

yang telah diberikan kepada manusia secara cuma-cuma.

Page 14: ALTRUISME PERSPEKTIF TAFSIR FIQHI DAN TAFSIR SUFI

xii

ABSTRAC

Toha, Ahmad, 2021. Altruisme Perspektif Tafsir Fiqhi Dan Tafsir Sufi”

Comparative of exegesis al-Qurthubî’s Work al-Jamî’ li Ahkâm Al-Qurân

and Lathâ’íf al-Isyârât of al-Qusyairî’s Work. Thesis, Al-Quran Science

Study Program. Postgraduate. Jakarta Institute of Al-Quran Science.

Lecturers: 1. Dr. Azizan Fitriana, LC, MA, 2. Dr. Ahmad Syukron, MA.

Keywords: Altruism, Al-Quran, Comparative Studies

Altruism is a concept that is contradictive with individualism and

egoism. It is an attitude that prioritises others than himself. In the Quran,

there is no verse that specifically mentions altruism, but there are verses that

lead to this. This research focuses on 1. What is altruism in the Quran based

on al-Qurthubi’s and al-Qusyairi’s views? 2. How are al-Qurthubi’s and al-

Qusyairi’s views of altruism in the Quran compared?

This research utilises a qualitative approach with literature research

and data collection method based on Tafseer maudhui systematics. The

results show that altruism has four points of view according to the Islamic

law, which are mandatory, permissible, hated and prohibited. Behind the

regulation of sharia, that train us to not become selfish, greedy, learn to be

sincere, and grateful for Allah’s gift.

From both scholars, it can be concluded that behind sharia that has

been regulated for social life, there is Sufism side that teaches us for not

being selfish. It trains us to be sincere and not greedy. Moreover, altruism

teaches us to be grateful, not only with words but also actions in return of the

wealth and joy that has been given to mankind for free

Page 15: ALTRUISME PERSPEKTIF TAFSIR FIQHI DAN TAFSIR SUFI

xiii

ملخص البحثدراسة مقارنة بين : والتصوف الإيثار في ضوء تفسير الأحكام. "٠٢٠٢,طهأحمد

فرع علوم القرآن , رسالة الماجستر. القرأن و لطائف الإشارة الجميع لأحكامالدكتور محمد : إشراف. جاكرتا الدراسات العليا بجامعة علوم القرآن. والتفسير

عزيزان فطريانا والدكتور أحمد شكران الإيثار والقرآن والدراسة المقارنة: كلمة مفتاحية

وإنه مفهوم أو موقف من . لا يخفى على الجميع أن الإيثار هو ضد الفردية والأنانيةولم توجد آية في . إن صح التعبير, مواقف تفضيل الآخر من الإنسان على النفس

التي القرآن تتكلم كلاما خاصا واضحا حول الإيثار وإنما فيه دلالات بعض الآياتالأولى : علما بأن هذا البحث يتركز في نقطتين. يمكن استدلالها عن تعريف الإيثار

. هي كيفية مفهوم الإيثار وقيمه في ضوء القرآن في مجهر آراء القرطبي والقشيريلقد . والثانية هي تحليل مقارنة آراء هذين المفسرين حول الإيثار وقيمه في القرآن

ا جوديا جنسا واستخدم بحثا مكتبيا نوعا وإضافة إلى ذلك انتهج هذا البحث منهج . جمع البيانات على طريقة النفسير الموضوعي

,واجب وهم اربعة احكامنتيجة هذا البحث تلخص أن الإيثار يترتب أحكامه على وما وراء تشريع أحكامه رياضة النفوس وتمرينها بالتخلي . وحرام , مكروه, مباح

والأنانية والتحلي بالإخلاص والشكر على ما من الله تعالى به من النعم عن الطمع .والمنن

ومقارنة آراء المفسرين الجليلين تتلخص أن في تشريع قوانين الحياة الإجتماعية مثل الإيثار صلة وطيدة بتزكية النفوس التي تخلي حياتنا عن الأنانية والفردية والطمع

مومة عند الشرع والمجتمع وتحلي أنفسنا بالإخلاص وغير ذلك من الصفات المذوالشكر باللسان فحسب بل أيضا الشكر بالأركان الذي يتحقق بإيثار الآخرين

. والإحسان إليهم وسائر أنواع التبرعات

Page 16: ALTRUISME PERSPEKTIF TAFSIR FIQHI DAN TAFSIR SUFI

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.

Diantara budaya yang sejak dulu dicontohkan Rasulullah SAW

ialah saling tolong menolong. Budaya ini bukan sekedar budaya,

namun sebagai perintah Tuhan yang harus dilaksanakan oleh semua

manusia sebagai seorang hamba. Jika saling menolong merupakan

perintah Tuhan, maka hal ini sudah menjadi yang namanya hukum

Islam. Dalam semua hukum Islam bukan asal perintah yang tidak

bermakna. Jika manusia juga mempelajari dari setiap hukum syariat

dari segi tasawuf, maka hal ini akan menjadi motivasi tersendiri

dalam pelaksanaanya.

Dibalik tersirat hukum syariat dan makna dalam ilmu tasawuf

yang ada pada altruisme, memang dari dulu manusia diciptakan

sebagai makhluk yang saling membutuhkan dalam segala situasi

untuk mepertahankan hidupnya serta memenuhi kebutuhannya.

Manusia dalam kehidupan pasti membutuhkan orang lain. Semandiri

apapaun seseorang, ia tidak akan pernah bisa terlepas dari

ketergantungan pada orang lain1. Maka dari itu manusia sebagai

makhluk sosial, dalam tindakanya seringkali menjurus pada

kepentingan-kepentingan orang lain juga yakni (masyarakat)2.

Anjuran kepedulian sosial, tentunya sudah banyak dijelaskan dalam

ajaran Islam yakni dalam kitab Al-Quran. Namun meskipun sudah

ada anjuran seperti itu, masih banyak dari kalangan umat Islam

sendiri belum melaksanakan secara maksimal hingga menjadikanya

sebuah budaya masyarakat.

1Dalam contoh kecil antar masyarakat akan saling membutuhkan bantuan

tetangga apabila ada acara di rumah. 2Walgito. B, “Psikologo Sosial”, (Yogyakarta: Andi Offset, 2002), hal. 21.

2Walgito. B, “Psikologo Sosial”, (Yogyakarta: Andi Offset, 2002), hal. 21.

Page 17: ALTRUISME PERSPEKTIF TAFSIR FIQHI DAN TAFSIR SUFI

2

Seandainya peduli menjadi sebuah budaya, alangkah indahnya

kehidupan ini. Manusia saling membantu sesama sehingga

ketimpangan sosial tidak terjadi. Yang lebih membantu yang kurang,

yang mampu peduli terhadap yang kurang mampu dan seterusnya.

Sehingga pada akhirnya masyarakat akan sukses bersama, minimal

tidak ada ketimpangan sosial terlalu jauh.

Zaman sudah berganti, dari yang asalnya serba manual menjadi

dunia modern yang penuh dengan inovasi, sehingga mempermudan

manusia untuk berbuat segala sesuatu. Namun seiring dengan

perubahan medernisasi ini, ternyata juga membawa beberapa dampak

negatif yang salah satunya semakin melemahnya norma-norma dan

nilai dalam kemasyarakatan itu sendiri3. Sebagai salah satu contoh

yang dulunya masyarakat desa mempunyai budaya gotong royong

yang kuat, kini berubah menjadi masyarakat yang cenderung

individual. Individual itu sendiri bisa diibaratkan seperti mesin yang

tindakanya berpijak pada prinsip perhitungan atau norma timbal

balik. Jadi apabila membantu harus ada imbal balik yang harus

didapatkan. Maka hal ini mau tidak mau akan mengantarkan manusia

menjadi individu yang mementingkan hidupnya sendiri dan menepis

kesetiakawanan sosial. Sehingga berdampak pada sifat acuh tak acuh

serta kurangnya rasa kepedulian pada orang lain. Yang penting

dirinya nyaman tidak peduli bagaimana keadaan orang sekitar seperti

halnya membiarkan orang tua berdiri di bus dengan penuh sesak,

sementara dirinya yang yang masih muda nyaman duduk di kusri. Di

3Soekanto. S, “Sosiologi Suatu Pengantar”, (Jakarta: PT. Radja Grafindo

Persada, 2002), hal. 347.

Page 18: ALTRUISME PERSPEKTIF TAFSIR FIQHI DAN TAFSIR SUFI

3

sinilah terjadi pudarnya nilai-nilai altrusime4. Altrusime sendiri dapat

ditunjukan oleh individu sebagai bentuk kepedulian.

Perilaku saling menolong antar sesama demi meringankan

beban orang lain dan lain sebagaianya merupakan tindakan yang

memberi manfaat. Jika ditarik ke dalam istilah altruisme berarti

tindakan yang tanpa pamrih. Dikatakan oleh para ahli bahwa secara

genetika altruisme ini sudah menjadi bagian dari sifat seseorang. Jika

seseorang memutuskan untuk memberi sebuah pertolongan maka ini

akan melibatkan proses kodnisi sosial secara kompleks ketika

mengambil keputusan yang menurut akan menunjukan keputusan

rasioanal5 Oleh karena itu bisa disimpulkan bahwa altruisme itu sifat

yang memperhatikan kesejahteraan, kepentingan, serta keselamatan

orang lain tanpa ada tujuan untuk memperhatikan diri sendiri.

Perilaku hal seperti ini merupakan suatu kebaikan yang sudah ada

dalam budaya dan dianggap penting karena agama juga

mengajarkanya. Altruisme sendiri sebenarnya ialah kebalikan dari

egois. Altruisme sendiri fokus pada motivasi untuk melakukan

kebaikan tanpa memikirkan balasan atau ganjaran yang akan

diperoleh.

Kepedulian antar sesama sangat penting dilakukan karena akan

membentuk suatu hubungan prososial yang baik. Salah satu faktor

yang bisa membentuk sifat prososial ini ialah meningkatkan

4Altrusime sebagai hasrat untuk menolong orang lain tanpa mementingkan

kepentingan sendiri. Lihat Sarwono. S W., “Psikologi Sosial”, (Jakarta: Balai

Pustaka, 2002), hal. 328. Dalam definisi lain altruisme merupakan tindakan

sukarela yang dilakukan individu atau sekelompok individu bertujuan menolong

orang lain tanpa mengharapkan imbalan apapun. Lihat Sears, D.O, Fredman, J. L.,

dan Peplau, L.A. “Psikologi Sosial”. Alih Bahasa oleh Michael ardiyanto. (Jakarta:

Erlangga, 1994), Jilid II hal. 47. 5Sears. David, O., Letitia Anne Peplau, Shelley E. Taylor, “Psikologi

Sosial”, Ed. XII. Terj. Tri Wibowo B.S. (Jakarta: Kencana, 2009), hal. 456.

Page 19: ALTRUISME PERSPEKTIF TAFSIR FIQHI DAN TAFSIR SUFI

4

kecerdasan emosional sebagai kecakapan mengenal dan pengelolalan

sebuah emosi dalam hubungan dengan sesama.

Seseorang yang tinggi kecerdasan emosinya mempunyai

kemampuan sosial tinggi dalam berempati, cenderung suka kerjasama

serta memiliki kepribadian altruistic. Empati dalam hal ini yang

berarti peka terhadap apa yang dirasakan orang lain sehingga

menumbuhkan potensi dasar sikap saling menolong6.

Berbicara sikap saling menolong ini, dalam Islam banyak

dibahas. Hal ini karena sekali lagi penulis katakana bahwa semua ini

sesuai dengan perintah Allah dan ajaran baginda Nabi bahwa setiap

orang Islam harus bisa dan berlomba-lomba dalam berkontribusi serta

memberi manfaat pada orang lain sehingga hidup manusia akan lebih

berarti.

عدوان …اثم وال

ى ال

ا تعاونوا عل

بر والتقوى ول

ى ال

…وتعاونوا عل

“...Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan

dan takwa…” (QS. Al-Mâidah (6): 2).

م نفسك

حسنتم لا

حسنتم ا

…ان ا

“…jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu

sendiri” (QS. Al-Isrâ [17]: 7).

Dalam hadist juga banyak terdapat perintah saling menolong

antara lain:

6Muryadi, Andik Matulessy Religiusitas, “Kecerdasan Emosi Dan Perilaku

Prososial Guru”, Jurnal Psikologi, Volume 7, No. 2, Agustus 2012, hal. 546.

Page 20: ALTRUISME PERSPEKTIF TAFSIR FIQHI DAN TAFSIR SUFI

5

د ب شيبة وممبو بكر بن أ

ثنا يي بن يي التميم وأ حد

نا وقال -واللفظ لحي -العلاء الهمدان بن خبقال يي أ

ب ب صالح عن أ

عمش عن أ

بو معاوية عن الأ

ثنا أ الآخران حد

س » -صلى الل عليه وسلم-هريرة قال قال رسول الل من نف عنه كربة من عن م س الل نيا نف ؤمن كربة من كرب الد

نيا عليه ف الد الل عل معس يس كرب يوم القيامة ومن يسنيا والآخرة و ف الد ف والآخرة ومن ست مسلما سته الل الل

خيه ومن سلك طريقا عون العبد ما كن العبد ف عون أ

ل به طريقا إل النة وما اجتمع ل الل يلتمس فيه علما سه ويتد يتلون كتاب الل ارسونه بينهم قوم ف بيت من بيوت الل

تهم الملائكة كينة وغشيتهم الرحة وحف إلا نزلت عليهم الس به عمله لم يسع به نسبه

أ فيمن عنده ومن بط 7وذكرهم الل

“Dari Abu Hurairah ra. Berkata, Nabi saw bersabda, “Barangsiapa yang

melepaskan seorang mukmin dari kesusahan dunia, maka Allah akan

membebaskannya dari kesusahan di hari kiamat. Baragsiapa yang

memudahkan orang yang sedang mengalami kesulitan, maka Allah akan

memudahkan kepadanya dunia dan akhirat. Barangsiapa menutupi aib

seorang muslim, maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat.

Allah akan senantiasa menolong hamba-Nya selama hamba tersebut

menolong saudaranya. Barangsiapa yang menempuh suatu jalan untuk

memperoleh ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju

surga. Tidaklah suatu kaum berkumpul di suatu rumah Allah (masjid);

membaca kitab Allah, dan mempelajarinya bersama-sama, melainkan akan

7Abî al-Husain Muslim Ibn Hujâj al-Qusyairî an-Naisâburî, ”Sohîh Muslîm”

(Riyâd: Dâr Thoibah, 2006), Jilid 1, hal.1242

Page 21: ALTRUISME PERSPEKTIF TAFSIR FIQHI DAN TAFSIR SUFI

6

turun kepada mereka ketentraman., rahmat Allah akan menyelimuti

mereka, para malaikat berkerumun disekelilingnya, dan Allah akan memuji

mereka di depan (para malaikat) yang berada di sisi-Nya. Barangsiapa

amalnya lambat (kurang), maka nasabnya tidak akan dapat

menyempurnakannya.”

Pada dasarnya semua agama mengajarkan kasih sayang

termasuk saling menolong antar sesama. Keterangan ini juga

ditegaskan oleh Webb dan Morris bahwa semua agama sebenarnya

mengajarkan semua pemeluknya untuk berperilaku altruistik8. Dalam

melakukan kepedulian, tidak hanya terbatas pada sesama golongan

satu agama saja. Bukankan Rasûlullâh diutus untuk memberi kasih

sayang pada seluruh alam? Dan peduli sesama manusia adalah bagian

dari kasih sayang itu sendiri. Dan sekecil apapun kebaikan pasti akan

mendapat balasan dari Allah Swt.

ة خيرا يره ذر

مثقال

عمل فمن يMaka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya

dia akan melihat (balasan)nya, (Az-Zalzalah[99]:7)

Al-Qur’an merupakan kitab pedoman semua orang-orang

Muslim yang mengajarkan sikap kepedulian (altruisme). Meskipun

dalam Al-Quran secara eksplisit tidak menyebutkannya, namun ada

ayat-ayat yang mengarah ke sana9. Salah satu yang mengarah pada

makna altruism yaitu “Itsar” yang bermakna mendahulukan

kepentingan orang lain, dan ini hanya terdapat satu kali dalam Al-

Quran QS. Al-Hasyr[9]:9. Selain itu yang sepaham dengan makna

8Mohamat Hadori, “Perilaku Prososial (Proposial Behavior), Perilaku

Prososial (Prososial Behavior), Telaah Konseptual Tentang Altruisme (Altruism)

Dalam Perspektif Psikologi”, Jurnal Lisan Al-Hal, Volume 6, No. 1, Juni 2014, hal.

10. 9Yaitu terdapat dalam Al-Quran (QS: [59]: 9), (QS: [2]:2), (QS: [9]:71).

Page 22: ALTRUISME PERSPEKTIF TAFSIR FIQHI DAN TAFSIR SUFI

7

altruisme ialah ayat tentang Ihsan, infaq dan sodaqah diantaranya

terdapat pada QS. Al-Qashâsh [28]:77, QS. Al-Baqarah[2]:195, dan

QS. At-Taubah[9]:103. Keempat makna ini searanh dengan apa yang

dikatakan oleh para psikolog terkait makna altruisme. Namun dari

keempat makna diatas yang mempunya tingkatan paling tinggi ialah

itsar.

يهم ون من هاجر ال ب ايمان من قبلهم يح

ار وال ءو الد ذين تبو

ا وال

ول

ان بهم و ك

نفسهم ول

ى ا وتوا ويؤثرون عل

ا ا دون في صدورهم حاجة م يج

مفلحون ىك هم ال ول

وق شح نفسه فا ٩خصاصة ومن ي

“Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman

(Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor)

'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). dan mereka

(Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa

yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan

(orang-orang muhajirin), atas diri mereka sendiri, Sekalipun mereka dalam

kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah

orang orang yang beruntung”. (QS Al-Hasyr: [59]:9).

Berkenaan makna altruism dan itsar, ada sedikit perbedaan, jika

dalam altruism tidak ada batasan sejauh mana orang mendahulukan

orang lain, namun dalam itsar terdapat batasan. Apabila berkaitan

dengan hukum syar’I atau ibadah wajib maka akan menjadi haram.

Namun jika dalam bermuamalah dengan sesama itu akan menjadi

mubah, bahkan wajib10

. Jadi dalam itsar seseorang tidak akan peduli

lagi bagaimana keadaan dirinya sendiri. Yang terpentiang ialah

bagaimana ia bisa membantu sesama.

10

Seperti halnya mendahulukan orang lain dalam shaf shalat tidak

diperkenankan.

Page 23: ALTRUISME PERSPEKTIF TAFSIR FIQHI DAN TAFSIR SUFI

8

Altruisme sendiri juga disoroti oleh ulama’ ahli fikih dan

ulama’ ahli hikmah (sufi). Mereka memandang sikap tersebut dari

sudut pandang kacamata pemahaman yang digeluti. Misalkan ulama’

fiqih yang memandang altruisme sebagai sebuah kewajiban seorang

muslim yang diuraikan dalam bidang zakat, sedekah bagi yang sudah

sampai nishob dan lain sebagainya. Dalam bidang zakat, kata zakah

berulang sebanyak 32 kali hampir rata-rata selalu digandengkan

dengan kata “shalat”, sehingga disini ada ulama’ fiqih yang

berpendapat bahwa posisi zakat sebanding dengan shalat. Barang

siapa yang tidak zakat maka ia ibarat tidak shalat11

. Bahkan ada yang

lebih keras lagi bahwa yang mengingkari pewajiban zakat mereka

dihukumi sebagai orang kafir12

. Dari sini dapat dipahami bahwa

ulama’ fiqih berpendapat hukumnya dosa apabila seseorang tidak

mengeluarkan zakat.

Lain halnya ajaran yang di sampaikan oleh ulama hikmah atau

sufi. Selain mereka memegang hukum fiqih tersebut, ulama’ sufi

lebih mengajarkan bahwa menginfakkan harta ataupun zakat sebagai

salah satu cara mensucikan harta dan mensucikan jiwa dari rasa

waswas, takut dan lain sebagainya. Dalam Al-Quran juga disebutkan

untuk membebaskan diri ancaman azab neraka, yaitu terdapat pada

QS. At-Taubah[9]:34. Mengenai rasa kepedulian, kita juga dapat

mengambil pelajaran dari kaum terdahulu yaitu kaum Muhajirin

Anshar. Dan cerita inilah yang oleh sebagian tafsir juga dijelaskan

sebagai sebab turunya surat al-Hasyr ayat 9. Dalam penafsiran

tersebut bahwa ayat ini mengandung pujian bagai kaum Anshar yang

11

Yususf al-Qaradhawi, “Fiqih Azzakâh”, (Bayrût, Lubnân: Muassasah ar-

Risaâlah, 1418 H/1997 M), jilid 1, hal. 64. 12

Rafiq Yunus al-Mashri, “Fiqh al-Mu’âmalah al-Mâliyah”, (Jiddah: Dâr

al-Basyir, 1426 H/2005 M), hal 77.

Page 24: ALTRUISME PERSPEKTIF TAFSIR FIQHI DAN TAFSIR SUFI

9

membantu kaum Muhajurin ketika itu tanpa pamrin. Rasa cinta dan

kasih sayang serta bantuan harta serta makanan diberikan kepada

kaum pendatang tersebut, padahal mereka kaum Anshar tidak semua

memiliki kekayaan dan makanan yang lebih13

.

Berangkat dari rasa kepedulian yang terkandung kisah

terdahulu serta ayat yang ada dalam keempat rincian tersebut, penulis

tertarik untuk membahas bagaimana agar ajaran kepedulian sosial

yang sudah ada dalam ajaran Islam yakni Al-Quran bisa menjadi

sebuah budaya masyarakat secara luas. Hal ini tentunya akan lebih

menarik dengan dibahas komparasi dua pemikiran ulama’ fikih dan

ulama’sufi khususnya al-Qurthubî dan al-Qusyairî. Jadi disamping

disajikan uraian motivasi hukum syariat sebagai sebuah perintah

Tuhan, juga ada motivasi hikmah dibalik perintah-Nya. Karena

terkadang ketika sesorang ingin berbuat baik, tiba-tiba muncul sifat

egoisme atau kekikiran14

serta sifat “mengabaikan” dari nalurinya.

Dari pemaparan diatas terkaitnya pentingnya kepedulian antar

sesama hingga benar-benar membudaya dan untuk menegaskan

bahwa ajaran yang sudah ada dalam al-Quran semua pasti

mengandung hikmah yang tersembunyi. Jika dalam istilah lain yaitu

menggabungkan sisi sufisme ajaran agama sehingga pada akhirnya

akan muncul neo-sufisme15

yang seimbang antara kesalehan individu

13M. Quraish shihab, “Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-

Quran” Vol 14, (Jakarta: Lentera hati, 2002, hal 116-117. 14

Kikir adalah sifat pokok yang ada pada manusia, oleh Karena itu barang

siapa yang mampu menguasai dan mampu mengalagkan sifat asli yang ada pada

tiap-tiap sifat manusia, maka itu suatu kemenangan manusia terhadap dirinya

sendiri. Lihat Hamka, “Tafsîr al-Azhâr”, (Surabaya: Yayasan Latimojong, 1975),

Juz XXVII, hal. 83. 15

Neo sufisme bisa dikatakan sebagai upaya penegasan kembali nilai-nilai

Islam secara utuh yakni kehidupan yang seimbang dalam segala aspek kehidupan

dan segi ekspresi kemanusiaan. Lihat Azyumardi Azra, “Konteks Berteologi Di

Indonesia” (Jakarta: Paramadina, 1999), hal. 125.

Page 25: ALTRUISME PERSPEKTIF TAFSIR FIQHI DAN TAFSIR SUFI

10

dan kesalehan sosial. Bukan hanya langsung masuk pada hablu

minallâh, namun lebih pada hablu minannâs sebagai perantara

menuju hablu minallâh.

Dari sini kiranya sangat penting penulis mengulas urain Al-

Quran khususnya hal yang terkait altruisme dilihat dari kacamata

hukum syariat dan kacamata tasawuf yang membahas hikmah-

hikmah. Sehingga seorang hamba dalam melaksanakan perintah

Tuhan akan tau hikmah dibalik perintah tersebut. Dan pada akhirnya

setiap yang dilakukan seorang hamba khususnya dalam hal altruisme

ini tidak hanya termotivasi dari segi hukum yang telah diperintahkan

Tuhan saja. Namun ada motivasi tasawuf yang menambah semangat

dalam berbuat kebaikan.

B. Identifikasi Masalah.

Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dikemukakan

penulis, maka ada beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi,

antara lain:

1. Belum terdapat penjelasan secara implisit antara ajaran

dalam Al-Quran dan hikmah yang dikemas sedemikan rupa

hingga membudaya dan menarik masyarakat agar

melaksanakanya secara terus-menerus hingga menjadikan

sebuah prinsip khususnya dalam hal kepedulian sosial.

2. Masih ada yang belum paham tentang makna dibalik syariat

yang diperintahkan Allah SWT khususnya terkait altruisme.

3. Masih belum maksimalnya rasa kepedulian karena

masyarakat masih ada yang berfikir untung rugi ketika ingin

membantu sesama.

Page 26: ALTRUISME PERSPEKTIF TAFSIR FIQHI DAN TAFSIR SUFI

11

4. Perlunya memiliki rasa kesatuan “sukses bersama dengan

cara saling membantu”. Dan ini belum tercipta.

5. Belum adanya budaya kepedulian secara menyeluruh dalam

kehidupan.

6. Masih belum ada pemahaman secara menyeluruh bahwa

altruisme pada dasarnya jika dilihat dari segi pemaknaan

merupakan istilah yang diambil dari Al-Quran dan

digunakan dalam dunia barat.

C. Pembatasan Masalah.

Ruang lingkup penelitian ini adalah tematik, yaitu membahas

satu topik tertentu tentang altruisme. Penulis akan menyajikan

beberapa ayat yang terkandung dalam rincian nilai-nilai altruisme,

Menerangkan penafsiran khususnya dari dua ulama’ al-Qurthubî dan

al-Qusyairî serta memperkuat dengan hadis Nabi SAW dan pendapat

para ulamâ’ serta komentar dan pokok-pokok kandungan hukumnya,

hikmahnys tanpa terikat dengan urutan ayat dan surat sebagaimana

tersebut dalam mushaf dan tanpa menjelaskan hal-hal yang tidak

berkaitan dengan topik, walau hal yang berkaitan itu secara tegas

dikemukaan oleh ayat yang dibahasnya16

. Selanjutnya demi fokusnya

sebuah tema pembahasan, penulis membatasi tema hanya seputar:

1. Komparasi penafsiran dua ulama’ tafsir al-Qurthubî dan al-

Qusyairî terkait altruisme.

2. Bagaimana cara mengemas ajaran altruisme yang ada dalam

al-Qur’an antara motivasi perintah dan hikmah agar lebih

menarik masyarakat.

16Abd al-Hayyi al-Farmawȋ, Al-Bidȃyah Fȋ al-Ṭafsȋr al-Maudhȗ’i, (Kairo:

al-Hadharȃt al-Gharbiyyah, 1997), hal. 52.

Page 27: ALTRUISME PERSPEKTIF TAFSIR FIQHI DAN TAFSIR SUFI

12

D. Perumusan Masalah.

Dari latar belakang masalah yang telah penulis uraikan di atas,

maka perumusan masalah yang dapat penulis kemukakan adalah:

1. Bagaimana konsep altruisme dalam literature umum, dan

keagamaan?

2. Bagaimana komparasi penafsiran altruisme pada tafsir al-Jamî’ li

Ahkâm Al-Qurân wa al-Mubîn limâ Tadammanhu min al-Sunnah

wa al-Furqân dan Lathâ’íf al-Isyârât?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan yang telah penulis rumuskan diatas,

tentunya ada sebuah tujuan yaitu:

1. Mengetahui pentingnya ajaran altruisme atau rasa saling peduli

yang telah diajarkan dalam al-Quran.

2. Mampu mamadukan antara ajaran altruisme yang ada dalam al-

Quran dengan sisi hikmah malaksanakanya, sehingga dalam setiap

tindakan kita punya landasan yang jelas serta berusaha

menjadikan ajaran yang menarik bagi masyarakat serta

menerapkan dalam kehidupan beragama yang pada akhirnya

kepedulian antar sesama atau muamalah dalam bidang sosial bisa

menjadi sebuah budaya umat Islam demi terciptanya umat yang

mempunyai nilai tinggi dihadapan Tuhan dan manusia itu sendiri

karena saling memberi kemanfaatan dan menjauhi kebakhilan17

.

F. Kegunaan Penelitian.

17

Sedemikian pentingnya menjahui kebakhilan Nabi Saw pun berdoa اللهم إني

-Lihat Abûlqâsim Sulaimân Ibn Ahmad At-Thabrâni, “Al-Mu’jam al .أعوذبك من البخل

Ausath” (Kairo: Dârul Haramain, 1995), juz VII, hal. 71.

Page 28: ALTRUISME PERSPEKTIF TAFSIR FIQHI DAN TAFSIR SUFI

13

Dalam penelitian ini tentunya terdapat beberapa manfaat yang

ingin penulis sajikan. Dan demi memudahkan memahami manfaat

atas penelitian ini, maka penulis membagi dalam dua garis besar

yaitu secara teoritis dan secara praktis antara lain yaitu untuk

membuka kembali wawasan khazanah penafsiran seperti yang sudah

tulis oleh para mufassir serta bisa menjadi rujukan bagi masyarakat

khususnya dalam bermuamalah pada bidang sosial dalam perspektif

ilmu Fiqih atau hukum dan sisi sufistiknya.

G. Tinjauan Pustaka/Telaah Pustaka.

Sesuai dengan tema yang penulis rumuskan, penulis telah

menemukan beberapa penelitian diantaranya:

Pertama, Desertasi yang ditulis oleh Imam Sutomo Universitas

Islam Negeri Sunan KaliJaga Jogjakarta tahun 2008 dengan judul

“Altruisme Dalam Kehidupan Masyarakat Plural” Studi Pemikiran

Nurcholish Madjid. Penelitian ini fokus mengenai moral yang ada

dalam kehidupan masyarakat plural dan rumusan pemikiran

Nurcholish Madjid tentang altruisme dan moralitas lain yang sesuai

untuk diterapkan pada mayarakat Indonesia yang plural ini18

.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.

Kedua, Tesis yang ditulis oleh Miftahul Jannah Universitas

Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang 2016 dengan judul

“Konsep Altruisme Dalam Perspektif al-Quran” Kajian Integratif

Antara Islam Dan Psikologi”.

Dalam penelitian ini, pertama penulis mengambil term-term

dalam al-Quran yang mengandung nilai altruisme. Setelah itu

18Imam Sutomo, “Altruisme Dalam Kehidupan Masyarakat Plural”: Studi

Pemikiran Nurcholish Madjid, (Desertasi: Universitas Islam Negeri Sunan kalijaga,

2008).

Page 29: ALTRUISME PERSPEKTIF TAFSIR FIQHI DAN TAFSIR SUFI

14

dipetakkan dan dirinci mana yang mempunyai prinsip umum dan

khusus. Selain menerangkan altruisme dari sisi Islam yakni alQuran,

penulis juga mengambil pendapat-pendapat ahli psikologi terkait

tema ini lalu penulis membandingkan antara konsep altruisme yang

perspektif Islam dan perspektif psikologi19

.

Ketiga, Jurnal psikologi yang ditulis oleh Gusti Yuli Asih dan

Margaretha Maria Shinta Pratiwi yang berjudul “Perilaku Prososial

Ditinjau Dari Empati Dan Kematangan Emosi” Universitas Muria

Kudus 2010 Volume 1, No. 1, Desember tahun 2010. Penelitian ini

berangkat dari penjelasan perilaku prososial20

yang salah oleh para

pendidik21

. Penulis menjelaskan hubungan antara rasa empati dengan

perilaku prososial. Empati bisa salah tempat apabila keliru

menerapkanya.

Keempat, The Journal of Ayn Rand Studies, Vol. 7 (2), yang

ditulis oleh Robert L Campbell dengan judul “Altruism in Auguste

Comte and Ayn Rand" Dalam karya ini Campbell menyatakan

dengan mengutip pendapat Auguste Comte tentang altrusisme22

.

Di sini Campbel merujuk apa yang dikatakan oleh Comte yang

memegaskan bahwasanaya altruisme ini sebagai prasyarat moral bagi

19Miftahul Jannah “Konsep Altruisme Dalam Perspektif al-Quran” Kajian

Integratif Antara Islam Dan Psikologi”, (Tesis: Universitas Islam Negeri Maulana

Malik Ibrahim Malang, 2016), hal. 96. 20

Prososial adalah tindakan yang dilakukan atau direncanakan untuk

menolong orang lain tanpa mempedulikan motif-motif si penolong. 21

Gusti Yuli Asih dan Margaretha Maria Shinta Pratiwi , “Perilaku Prososial

Ditinjau Dari Empati Dan Kematangan Emosi” Jurnal Psikologi Universitas Muria

Kudus 2010 Volume 1, No. 1, Desember tahun 2010, hal. 33. 22It follows that happiness and worth, as well in individuals as

in societies, depend on adequate ascendancy of the sympathetic

instincts. Thus the expression, Living for Others, is the simplest

summary of the whole moral code of Positivism.” Lihat: Robert L

Campbell, “Altruism in Auguste Comte and Ayn Rand". The Journal of Ayn Rand

Studies, Vol. 7 (2), hal. 357-369.

Page 30: ALTRUISME PERSPEKTIF TAFSIR FIQHI DAN TAFSIR SUFI

15

munculnya zaman positivisme, zaman yang dalam rasionalitasnya,

manusia berada pada pancapain tingkat tertinggi. Hal ini sebagai

humanism menguat karena sudah berhasil mengatasi suatu beban dari

“tahap pengetahuan teologis” dan “tahap pengetahuan

transendental23

” dari waktu sebelumnya

Kelima, Jurnal Sosiologi Masyarakat, Vol. 18, No. 1, Januari

2013 yang ditulis oleh Robertus Robet dengan judul “Altruisme,

Solidaritas, dan Kebijakan Sosial”.

Dalam karya ini dijelaskan bahwa altruisme merupakan suatu

perilaku yang berbasis individual-singular, namun ia dapat dilakukan

dalam suatu kebersamaan tanpa harus menghilangkan karakter

singularitasnya. Aktualisasinya selalu ditunggu-tunggu. Altruisme

merupakan tanda bahwa ,manusia itu memeiliki positivitas pada

sosialnya. Dengan alturisme, sebuah masyarakat akan menemukan

bahwa “kebersamaan” selalu memeicu gairah. Oleh karena itu

altruisme sangat berguna untuk pembangunan sebuah masyarakat

majemuk. Hal ini harus dipelihara dan ditanamkan sebagai modus

eksistensi suatu komunitas. Dalam karya ini menyebutkan bahwa

apapun hebatnya rasionalitas politik dan ekonomi untuk

mempertahankan self-interest sebagai dasar antropologisnya, tetap

saja bahwa kenyataanya manusia merupakan makhluk sosial dan

tidak bisa tergantikan setatusnya24

.

H. Metode Penelitian.

1. Jenis Penelitian.

23Menonjolkan hal-hal yang bersifat kerohanian, KBBI elektronik.

24Robertus Robet, “Altruisme, Solidaritas, dan Kebijakan Sosial”, Jurnal

Sosiologi Masyarakat, Vol. 18, No. 1,(Universitas Negeri Jakarta, 2013), hal. 16

Page 31: ALTRUISME PERSPEKTIF TAFSIR FIQHI DAN TAFSIR SUFI

16

Sesuai dengan jenis penelitian yaitu kualitatif dengan

mempergunakan kajian pustaka, maka dari itu sumber data yang

penulis gunakan di dalam penelitian yaitu sumber tertulis berupa al-

Quran, kitab-kitab tafsir, jurnal, buku-buku, serta karya-karya ilmiah

lainnya25

.

2. Sumber Data.

Demi memudahkan penelitian, maka sumber data penulis bagi

menjadi dua katagori yaitu primer dan skunder.

a. Primer.

Sumber primer pada penelitian ini ialah ayat-ayat al-Quran yang

terkait pembahasan, kitab-kitab tafsir klasik, modern, serta buku-

buku tentang sosial, dan fikih.

b. Sekunder

Adapun sumber data skunder yang peneliti gunakan dalam karya

ini adalah beberapa kitab Ulûm Al-Quran, kitab-kitab induk hadis,

sejarah, jurnal, makalah, serta media otoritatif lainya yang sesuai

dengan tema pembahasan. Dan tidak lupa juga pendapat para

ulama’ serta para ilmuwan ahli sesuai tema pembahasan.

3. Teknik Pengumpulan Data.

Metode pengumpulan data pada penelitian ini ialah metode

dokumentasi karena penelitian ini bersifat kualitatif, oleh karena itu

metode pengumpulan data yang lebih sesuai adalah dengan teknik

dokumentasi26

, yaitu pengumpulan data melalui berbagai kitab-kitab

tafsir, buku-buku serta literature lainnya yang relevan dengan tema

25Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan (Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia, 2008).hal. 10. 26

Metode dokumentasi adalah cara pengumpulan data yang diperoleh dari

dokumen-dokumen yang ada atau catatan-catatan yang tersimpan, baik itu berupa

catatan transkrip, buku, surat kabar, dan lain sebagainya.

Page 32: ALTRUISME PERSPEKTIF TAFSIR FIQHI DAN TAFSIR SUFI

17

yang diangkat. Di dalam mengumpulkan data-data, penulis memlikih

menggunakan pendekatan tematik atau maudhu’i dengan membahas

penafsiran ayat-ayat yang punya keterkaitan dengan tema yang telah

telah penulis tentukandari berbagai sumber primer yaitu kitab-kitab

tafsir yang menjadi rujukan utama.

4. Teknik Analisa dan data.

Metode analisis yang dipakai pada penelitian ini, penulis

menyesuaikan dengan objek permasalahan yang akan dikaji.

Sebagaimana yang sudah disebutkan, objek penelitian yang dikaji

dalam karya ini berbentuk pemikiran, oleh karena itu, objek

penelitian tersebut di analisis dan mengunakan analisa diskriptif27

,

yaitu meliputi pendekatan yang ada pada isi (content analysis)28

.

Dalam penelitian ini, penulis mengumpulkan ayat-ayat Al-

Quran yang sesuai tema altruisme. Selanjutnya penulis akan

menjelaskan penafsiran ayat dan asbâbunnuzûl jika ada. Setelah itu

dipaparkan penjelasan-penjelasan oleh para ulama’ terkait altruisme

khususnya al-Qurthubî dan al-Qusyairî berdasarkan tafsir, hadis,

sejarah dan pandangan-pandangan para ulama’ fikih dah ahli hikmah.

Di antara banyak penjelasan, penulis akan mengkomparasikan

altruisme dari sisi hukum dan hikmah khususnya dari pemikiran dua

mufassir yang telah disebutkan sebagai rujukan kajian utama.

I. Sistematika Penulisan

27

Analisis diskriptif yaitu suatu bentuk penelitian yang meliputi proses

pengumpulan data yang selanjutnya dianalisis. Lihat Winarno Surahmad,

Pengantar Penelitian Ilmiah Tehnik dan Metode, Bandung: Tersito, 1982, hal. 132. 28

Weber menyatakan: “Kajian isi adalah metodologi penelitian yang

memanfaatkan seperangkat prosedur untuk manarik kesimpulan yang benar dari

sebuah buku atau dokumen, lihat Lexy J. Moleong, Metodologi penelitian kualitatif

(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), hal.220.

Page 33: ALTRUISME PERSPEKTIF TAFSIR FIQHI DAN TAFSIR SUFI

18

Penelitian ini selanjutnya akan dilaporkan dengan berbentuk

tesis dengan merujuk pada petunjuk teknik pembuatan tesis Institute

Ilmu al-Quran (IIQ) Jakarta. Agar mempermudah pembahasan dalam

penenlitian, penulis membagi penelitian menjadi lima bab. Rincian

sistematika pembahasan sebagai berikut.

Bab I, pada bab ini penulis memaparkan latar belakang

masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan

masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitia, telaah pustaka,

metode penelitian dan yang terakhir sistematika penulisan.

Bab II, pada bab dua ini penulis lebih membahas altruism

secara umum menyangkut Pengertian Altruisme, Motivasi Altruisme,

Pembahasan Altruisme Dalam Al-Quran, Altruisme Dari Berbagai

Perspektif (Altruisme ditinjau Dari Perspektif Ilmu Sosial, Altruisme

Perspektif Para Ulama’, Altruisme Perspektif Hukum Islam,

Altruisme Perspektif Tasawuf), Kontekstualisasai Penafsiran

Altruisme di Era Kontemporer dan Manfaat Gagasan Altruisme di

Masyarakat.

Bab III, dalam bab ini penulis membahas biografi al-Qurthubî

dan al-Qusyairî

Bab IV, pada bab ini penulis akan fokus pada inti tema

pembahasan yaitu terkait Analisis Ayat-Ayat Altruisme, Penafsiran

al-Qurthubî, Penafsiran Al-Qusyairî, Perbandingan Penafsiran Term

Altruisme antara al-Qurthubî dan al-Qusyairî.

Bab V, pada bab ini penulis mengambil kesimpulan dari apa

yang telah dibahas pada semua bab dengan merujuk semua paparan.

Page 34: ALTRUISME PERSPEKTIF TAFSIR FIQHI DAN TAFSIR SUFI

193

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah dipaparkan dari berbagai sumber, disini penulis akan

menyimpulan dari apa yang sudah penulis sampaikan.

1. Dari penafsiran yang telah dipaparkan oleh al-Qurthubî dan

al-Qusyairî mengenai ayat-ayat altruisme, bisa ditarik

kesimpulan bahwa sebuah ajaraan syariat yang telah

diperintahkan Allah SWT terdapat makna tersirat yang

menambah keteguhan untuk melaksanakanya. Dengan

disandingkanya penafsiran bercorak fiqhi dengan corak sufi

dalam setiap ayat-ayat yang mengandung perrintah Allah

khususnya dalam hal altruisme, menambah kertarikan

dalam mengamalkanya. Keutamaan-keutaamaan serta

hikah-hikmah yang dibahas dalam altruisme manambah

daya tarik seseorang agar selalu melaksanakan perintah

Allah SWT khusunya dalam ayat-ayat altruisme ini.

2. Terdapat perbedaan yang mencolok dalaam tafsir yang

dipaparkan oleh kedua mufassir. Al-Qurthubî lebih

menonjolkan sisi-sisi permasalahan hukum dalam

menafsiran ayat-ayat altruisme, sedangkan al-Qusyairî lebih

kepada hikmah dibalik hukum-hukum syariat yang terdapat

pada ayat-ayat altruisme.

B. Saran-saran

Altruisme sebagai salah satu syariat yang diperintahkah oleh

Allah SWT. Altruisme yang bermakna kepedualian sosial sebagai

bentuk penghambaan seseorang dengan saling membantu satu sama

lain. Altruisme juga sudah dicontohkan oleh rasulullah kepada

Page 35: ALTRUISME PERSPEKTIF TAFSIR FIQHI DAN TAFSIR SUFI

194

kaumnya sehingga ummatnyapun patut meniru. Altruisme selain

juga produk syariat yang bernuansa sosial, terdapat hikmah-hikmah

yang patut digali dan renungkan sehingga semakin banyak pelaku-

pelaku altruisme yang dengan tanpa pamrih melaksanakanya.

Tentunya penelitian ini juga belum sempurna karena terdapat

juga aspek-aspek lain yang perlu digali dari altruisme. Saran penulis

untuk peneliti kedepanya agar meneliti lagi lebih detail dan spesifik

lagi. Sehingga akan muncul ragam-ragam pemaknaan konsep

altruisme dalam al-Quran dari berbagai sudut pandang pemikiran.[]

Page 36: ALTRUISME PERSPEKTIF TAFSIR FIQHI DAN TAFSIR SUFI

195

Daftar Pustaka

Abd al-Bȃqȋ, Muhammad Fuad, ”Mu’jam al-Mufahrs li Alfȃdz Al-

Quran”, ( Beirut: Dȃrul Fikr 1981)

Abercrombie, Nicholas, dkk “Kamus Sosiologi”, (Yogyakarta:

Pustaka Belajar, 2010).

Al-Baghâ, Musthafâ Dîb, at-Tadzhîb, (Surabaya: Haromain, tt)

‘Alî Iyazî, Muhammad, al-Mufassirûn Hayatuhum wa Manhajuhum,

(Teheran: al-Tsaqafah al-Irsyâd al-Islâmî, 1212 H)

Al-Albâni, Muhammad Nasiruddin, al-Ahâdîts al-Dhaîfah wa al-

Maudhû’ah, (Riyâdh: Maktabah al-Islâmiyah, 1980)

Al-Asqalani , Ibn Hajar, Tahdhib al-Tahdhib, terj. (Bayrut: Dar al-

Fikr, 1984

Al-Dawudi, Tabaqat al-Mufassirȋn, (Beirut: Dȃr al-Ilmiyah, t.th)

Ad-Dzahabiy, Muhammad Husain, Al-Tafsir Wa al-Mufassirun Jilid

2, (Kairo: Darul Hadis, 2005)

Al-Farmawȋ, Abd al-Hayyi, al-Bidȃyah Fȋ at-Ṭafsȋr al-Maudhȗ’i,

(Kairo: al-Hadharȃt al-Gharbiyyah, 1997).

Al-Ghazali, Mutiara Ihya’ Ulumuddin, (Bandung: Penerbit Mizan,

1996)

Al-Ghazalî, Majmuî al-Rasâil Imâm al-Ghazalî, terj. Kamran As’ad

Irsyadi, Samudera Pemikiran al-Ghazali, (Yogjakarta: Pustaka

Sufi, tt),

Ahmad ibn Abdul Halim ibn Taymiyah al-Harrani, Majmu' Fatâwâ

Li Syaikh al-Islam Ibn Taymiyah, (Riyadh, Maktabah al-

Ubaikan, tt.)

Husin Al Habsyi, Kamus Al Kautsar, (Surabaya: Yayasan Pesantren

Islam (YAPi), 1991)

Page 37: ALTRUISME PERSPEKTIF TAFSIR FIQHI DAN TAFSIR SUFI

196

Al-Hafidz, Ibnu Rusyd, Bidâyah al-Mujtahid wa Nihâyah al-

Muqtasîd, (Bairut: Dâr al-Kutub al-Islâmiyyah wa ‘asâruhu,

1995)

Al-Imâm Abî al-Qâsim ‘Abdil Karîm Ibn Hauzân Ibn ‘Abdil Malik

Al-Qusairî An-Nîsâbûrî Asy-Syâfi’î, Tafsîrul Qusyairî al-

Musammâ Lathâiful Isyârât, (Bairut: Dâr al-Kutub al-

‘Alamiyah, 1971)

Al-Kandahlawi Muhammad Yusuf, Hayat as-Sahabat (Beirut:

Maktabah al-Bananiyah al-Markaziyah, 1988)

Al-Kuli, Amin, Manahȋd al-Tajdȋd, (Mesir: Dȃr al-Ma’rifah, 1961).

Munawar, A. Wasson, Al Munawir, (Yogyakarta: Pustaka Progresif,

1984)

As-Sayyis, Muhammad Ali, Tafsir Ayat al-Ahkam, Mesir:

Mathba’ah, 1953)

Al-Qaradhawi, Yusuf, “Fiqih Azzakâh”, (Bayrût, Lubnân;

Muassasah al-Risâlah, 1418 H/1997 M).

Al-Qaththan, Manna’, Pengantar Studi Ilmu Al-Quran, (Jakarta:

Pustaka al-Kautsar, 2006)

Al-Qaththan, Manna’, Mabahits fi ‘Ulum Al-Quran (Riyad:

Mansyurat al-‘Ashar al-Hadîs, 1990)

Al-Qurthubi, Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad al-Anshari, al-

Tadzkir fi Afdhal al-Adzkar, terj. Pardan Syafrudin, jilid 1,

(Jakarta: PT Lentera Abadi, 2009)

Al-Qurtubi, Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad al-Anshori, al-

Jami’ Li Ahkam Al-Quran Jilid 1 (Kairo: Maktabah al-Shafa,

2005)

Al-Qusyairȋ, Muhammad Abȗ al Qȃsim, Risalah al-Qusyairiyyah,

(Qȃhirah: Dȃr al-Kutub, 2009)

Page 38: ALTRUISME PERSPEKTIF TAFSIR FIQHI DAN TAFSIR SUFI

197

Ahmad bin Faris, Abi Husein, Mu`jam Maqayis al-Lugat, (Beirut:

Dâr al-Fikr, t.th)

Al-Sayyid, Fathi Majdi, al-Zuhd Li al-Imām Abî’Abdillâh al-

Qurthubî, (Mesir: Maktabah as-Shahābah, 1408 H)

As-Shiddieqi, Hasbi, Sejarah Dan Pengantar Ilmu Al-Quran Dan

Tafsir, (Jakarta: Bulan Bintang, 1980)

Al-Sijistânî , Abû Dâwud, Sunan Abî Dâwud, vol. 4 (Bairût: al-

Maktabah al-‘Aṣriyyah, t.t)

Amstrong, Karen, Muhammad Prophet for Our Time, (Bandung:

Mizan Media utama, 2007)

Arberry, A.J., Sufi: An Account of the Mystics of Islam, (London:

Allen&Unwin, 1950)

At-Taftazamȋ, Abu Wafȃ al-Ganimȋ, Tasawuf isla terj. Subkhan

Ansori, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2008)

Asy-Syurbasi, Ahmad, Sejarah dan Biografi 4 Imam Madzhab,

(Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1993)

Azra, Azyumardi, “Konteks Berteologi Di Indonesia” (Jakarta:

Paramadina, 1999).

Al-Yaqzan, Abu, Dirȃsat fi at-Tafsȋr wa Rijȃlah, (t.k: t.p., t. Th)

Ash-Shiddiqie, Hasbi, Kuliah Ibadah, (Jakarta, Bulan Bintang, 1954).

Batson, C.D. “Prososial Motivation: It is Trully altruistic?” (In L.

Berkowitz (Ed.), Advances In Experimental Social Psychology,

1987). Vol. 20

Baidan, Nashruddin Wawasan Baru Ilmu Tafsir (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2005)

Batson, CD., Ahmad, N., Stoks, E.L. Benets and Liabilities of

Empathy-Induced Altruism. In A.G. Miller (Ed). “The Sosial

Page 39: ALTRUISME PERSPEKTIF TAFSIR FIQHI DAN TAFSIR SUFI

198

psychology of Good and Evi”l.(New York: Guilford Press,

2004)

B. Taneko, Soleman, Struktur Dan Proses Sosial, (Jakarta: CV.

Rajawali, 1984)

Crisp R.J. & Turner R.N., “Essential Social Psychology”, (London:

Sage Publications, 2007)

Dahlan , Abdul Aziz (et.al), Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta : PT

Ikhtiar Baru Van Hoeve, 1997)

Dayakisni, T&Hudaniah, Psikologi Sosial (Malang: Universita

Muhammadiyah Malang, 2003)

Desmita, Dalam, “Psikologi Perkembangan Peserta Didik”,

(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010)

Dimont, Max I., Jews, God and History. Terjemahan Altoro. Cet. Ke-

1 (Bandung: Eraseni Media, 1993)

Djazuli, H. A, Kaidah-Kaidah Fiqih: Kaidah-Kaidah Hukum Islam

Dalam Menyelesaikan Masalah-Masalah yang Paraktis,

(Jakarta: Kencana, 2006)

Effendi, Mukhtar, Ensiklopedi Agama dan Filsafat, (Palembang: PT.

Widyadara, 2001)

Fuad, Muhammad, ‘Abdul al Baqiy “al-Mu’jam al-Mufahrȃs Li

Alfȃdzi Al-Quran al-Karȋm”, (Indonesia: Maktabah Dahlan,

t.th)

Golleman, Danielle, "EmotionalI Intelligence”, (Jakarta: Gramedia

Pustaka,1997)

Gusti Yuli Asih dan Margaretha Maria Shinta Pratiwi , “Perilaku

Prososial Ditinjau Dari Empati Dan Kematangan Emosi”

Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus 2010 Volume 1, No.

1, Desember tahun 2010.

Page 40: ALTRUISME PERSPEKTIF TAFSIR FIQHI DAN TAFSIR SUFI

199

Habil, Abdurahmȃn, Esetoric Traditional Commentaries of Al

Qur’ȃn, dalam Islamic Spirituality Fondation, Seyyed Hossein

Nasr (ed), (New York: Crossroad, 1991)

Hadori, Mohamad, “Perilaku Prososial (Prososial Behavior), Telaah

Konseptual Tentang Altruisme (Altruism) Dalam Perspektif

Psikologi”, Jurnal Lisan al-Hal, volume 8, no. 1, Juni 2014

Hafidhuddin, Didin, “Panduan Parktis Tentang Infaq” (Jakarta:

Gema Insani, 1998)

Hamdani Hamid dan Beni Ahmad Saebani, Pendidikan Karakter

Perspektif Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2013)

Hamka, “Tafsîr al Azhâr”, (Surabaya: Yayasan Latimojong, 1975),

Juz XXVII.

Muhammad Fauqi Hajjaj, Tasawuf Islam & Akhlak, (Jakarta:

Hamzah, 2011), hal. 335

Sa’di, Adil, “Fiqhun Nisȃ’: Syiyam, Zakat, Haji” (jakarta: Hikmah

PT Mizan Publika, 2006)

Hakim, al-Husnul, Ensiklopedi kitab-kitab tafsir, (Depok: Lingkar

Studi Al-Qur’an, 2013)

Hamid, Shalahuddin, Hak Asasi Manusia dalam Perspektif Islam,

(Jakarta: Amissco, 2000)

Hamka (Haji Abdul Malik Karim Amrulah), Tasauf Perkembangan

dan Pemurniannya, (Jakarta, Pustaka Panji Mas, 1993)

Hasan, Moh. Abdul Kholiq, kontemplasi Jurnal Ushuliddin, vo.2. no.

1, Agustus 2004, fakultas Ushuluddin, Fakultas Adab dan

Dakwah (FUAD), (Institutute Agama Islam IAIN

Tulungagung)

Ibnu ‘Asyûr , Muhammad Tahir, Tafsîr at-Tahrîr wa at-Tanwîr,

(Tunisia: Dar Souhnoun, t.t)

ibn Hajar, Ahmad ibn Ali, Fathul Bary: Syarah Shahih Bukhari, ,

(Beirut: Dâr al-Fikr, t.th.)

Page 41: ALTRUISME PERSPEKTIF TAFSIR FIQHI DAN TAFSIR SUFI

200

Imam Muslim, Al-Jamî’ As-Sahîh (Beirut: Dar al-Fikr, n.d.)

Ibrahim, Duski, Kaidah-Kaidah Fikih, (Palembang: CV Amanah,

2019)

Izutsu, Toshihiko, The Concept of Belief in Islamic Theology: A

Semantical Analysis of Imân and Islam, terj. Agus Fahri Husein

(Yogyakarta: Tiara Wacana: 1994)

Faizah Ismail, Asas Muamalat dalam Islam (Kuala Lumpur: Dewan

Bahasa dan Pustaka, 1995)

J. Moleong, Lexy, Metodologi penelitian kualitatif , (Bandung:

Remaja Rosdakarya, 2013).

Jauhari, Thanthawi, al-Jawȃhir Fȋ Al-Quran al-Karȋm, (Beirut: Dȃr

at-Turȃts al ‘Arabȋ, 1991)

Jannah, Miftahul, “Konsep Altruisme Dalam Perspektif Al-Quran”

Kajian Integratif Antara Islam Dan Psikologi”, Tesis:

Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang,

2016.

Jibril, Muhammad Sayid, Madkhal ilâ Manâhij al-Mufassirîn,

(Kairo: al-Risa lah, 1987)

Totok Jumantoro, Samsul Munir Amin, Kamus Ilmu Tasawuf,

(Jakarta : Amzah, 2005)

K. Ali, “Sejarah Islam (Tarikh Pramodern)”, (Jakarta : PT Raja

Grafindo Persada, 2003)

KBBI elektronik

Kementrian Agama RI, “Al-Quran dan Tafsirnya”, (Jakarta:

Widya Cahya, 2011)

Khalifah, Hajȋ, Kasyf al-Zunȗn ‘an-Asȃmȋ al-Kutub wa al-Funȗn, I,

(Beirut: Dȃr al-Fikr, 1994)

Khaldun, Ibnu Muqaddimah Ibn Khaldun, (Kairo, Maktabah

Tauqifiyah, t.th),.

Page 42: ALTRUISME PERSPEKTIF TAFSIR FIQHI DAN TAFSIR SUFI

201

Madjid, Nurcholish, Islam Doktrin dan Peradaban: Sebuah Telaah

Kritis tentang Masalah Keislaman, Kemanusiaan dan

Kemodernan, (Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina, 1992)

Mahmudi, Sistem Akuntansi Organisasi Pengelola Zakat,

(Yogyakarta: P3EI, 2009)

Mahmud, Mani’ Abd Halim, Metodologi Tafsir Kajian Komprehensif

Metode Para Ahli Tafsir, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2006)

Mahmȗd, ‘Abd al Halȋm dan Mahmȗd bin asy Syarȋf, Tahqȋq Risalah

al-Qusyairiyyah, (Qȃhirah: Dȃr al-Ma’ȃrif, 119 H)

Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta: Yayasan

Obor Indonesia, 2008).hal. 10.

Moeljadi, David, dkk, KBBI Elektronik V 0.2.1 beta (21,), Badan

Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementrian Pendidikan

dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2016

Mohamat Hadori, “Perilaku Prososial (Proposial Behavior)”, Jurnal

Lisan al-Hal, Volume 6, No. 1, Juni 2014.

Munawir & al-Bisri, Kamus al- Bisri, (Surabaya: Pustaka Progresif,

1999

Musawi Lari, Sayyid Mujtaba, Hati: Penyakit Dan Pengobatannya,

(Jakarta: Pustaka Intermasa, 2003)

Muhammad Shâlih, Abdul Qadir , al-Tafsîr wa al-Mufassirûn fi

al-’Asr al-Hadîs,‘Arad wa Dirâsah Mufassalah, li-Ahammi

Kutub al-Tafsîr al-Ma’âsir (Beirut: Dâr al-Ma’rifah, t.t)

Muryadi, Andik Matulessy Religiusitas, “Kecerdasan Emosi Dan

Perilaku Prososial Guru”, Jurnal Psikologi, Volume 7, No. 2,

Agustus 2012.

Muslim, Abî al-Husain Ibn Hujâj al-Qusyairî an-Naisâburî, ”Sohîh

Muslîm”,(Riyâd: Dâr Thoibah, 2006).

Page 43: ALTRUISME PERSPEKTIF TAFSIR FIQHI DAN TAFSIR SUFI

202

Mutrofin, “ulama Indonesia Kontemporer”, Jurnal Dinamika

Penelitian: Media Komunikasi Sosial Keagamaan Volume 19,

Nomor 01, Juli2019

Myers, David G, "Social Psycology”,10th ed. (New York: Mc Graw

Hill, 2012)

Ni’mah, Roudhlotun, IAIN Sunan Giri Bojonegoro, “Hubungan

Empati Dengan Perilaku Altruistik”, al-Tuhfah, Jurnal

Keislaman Volume 6, Nomor 1, Januari 2017

Nu’mani, Syibli, “Umar Yang Agung Sejarah dan Analisa

Kepemimpinan Khalifah II” (Bandung: Penerbit Pustaka, 1981)

Qadir, Abdurrahman, Zakat dalam Dimensi Mahdhah dan Sosial,

(Jakarta: Raja Grafindo, 1998)

Qardawi, Yusuf, Hukum Zakat, Terjemahan Salman Harun dkk,

(Jakarta: Litera Antar Nusa, 1993)

Rahyono, FX, Kearifan Budaya dalam Kata, (Jakarta: Wedatama

Widyasastra, 2009

Ramadhan, Quantum Ikhlas, (Solo: Abyan, 2009)

Robert L Campbell, “Altruism in Auguste Comte and Ayn Rand".

The Journal of Ayn Rand Studies, Vol. 7 (2)

Robertus Robet, “Altruisme, Solidaritas, dan Kebijakan Sosial”,

Jurnal Sosiologi Masyarakat, Vol. 18, No. 1,(Universitas

Negeri Jakarta, 2013).

Salam, Burhanudin, “Etika Sosial Asas Moral Kehidupan Manusia”,

(PT Reneka Cipta: Bandung, 1996)

Sarwono. S W., “Psikologi Sosial”, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002).

Sears, D.O, Fredman, J. L., dan Pleplau, L.A. “Psikologi Sosial”.

Alih Bahasa oleh Michael ardiyanto. (Jakarta: Erlangga, 1994).

Page 44: ALTRUISME PERSPEKTIF TAFSIR FIQHI DAN TAFSIR SUFI

203

Sears, David, O,. Letitia Anne Plepau, Shelley E. Taylor, “Psikologi

Sosial” ed. kedua belas. Terj Tri Wibowo B.S. (Jakarta

Kencana, 2009).

Shibab, M. Quraish, “Tafsir al-Misbah”, (Jakarta: Lentera Hati,

2002).

Shihab, M. Quraish, Berbisnis Dengan Allah, (Tangerang: Lentera

Hati 2008)

Soekanto. S, “Sosiologi Suatu Pengantar”, (Jakarta: PT. Radja

Grafindo Persada, 2002).

Surahmad, Winarno, Pengantar Penelitian Ilmiah Tehnik dan

Metode, (Bandung: Tersito, 1982).

Sutono, Imam, “Altruisme Dalam Kehidupan Masyarakat Plural”:

Studi Pemikiran Nurcholish Madjid, (Desertasi: Universitas

Islam Negeri Sunan kalijaga, 2008).

Sulaimân, Abûlqâsim Ibn Ahmad Ath-Thabrâni, “al-Mu’jam al-

Ausath” ( Kairo: Dârul Haramain, 1995).

Tahido Yanggo, Huzaemah, Pengantar Perbandingan Mazhab,

(Jakarta: Logos, 1997)

Tasya Kubra Zadah, Miftah al-Sa’adah wa Misbah as-Siyadah,

(Haidarrabad: Dairah al-Ma’rifah al-Nizamiyah, tt)

Taylor, S.E., Peplau, L.E., & Sears, D. O. “Social Psychology”. (12th

Ed). Pearson Education-Prentice Hall

Team Penyususun Terjemah Al-Quran, “al-Wasim, Al-Quran Tajwid

Kode Transliterasi Perkata, Terjemah Perkata”, (Jawa Barat:

Cipta Bagus Segara 2013). Hal. 546.

Shihab, M. Quraish “Tafsir AL Misbah: Pesan, Kesan dan

Keserasian Al-Quran”, (Jakarta: Lentera Hati, 2011)

Page 45: ALTRUISME PERSPEKTIF TAFSIR FIQHI DAN TAFSIR SUFI

204

Shihab, M. Quraish, Kaidah Tafsir: Syarat, dan Ketentuan yang

Patut Anda Ketahui dalam Memahami Al-Quran (Tangerang:

Lentera Hati, 2013)

‘Ulwa, Abdullah Nasih “Tarbiyyah al-Aulȃd fȋ al-Islȃm”,

Ensiklopedi Metodologi Al-Quran jilid 5, (Jakarta: Kalam

Publika, 2010)

Walgito. B, “Psikologo Sosial”, (Yogyakarta: Andi Offset, 2002).

Wajdȋ, Muhammad Farȋd, Dȃ’irah al-Ma’rif al-Qarn al-Isyrȋn, VIII, (

t.k.: t.p., t.th)

Yunus al Mashri, Rafiq “Fiqh al-Mu’âmalah al-Mâliyah”, (Jiddah:

Dâr al-Basyir, 1426 H/2005 M).

Zahri, Mustafa, Ilmu Tasawuf, Kunci Memahami Ilmu Tasawuf,

(Surabaya: Bina Ilmu, 1983)

Page 46: ALTRUISME PERSPEKTIF TAFSIR FIQHI DAN TAFSIR SUFI

205

BIODATA PENULIS

Nama lengkap penulis adalah Ahmad Toha, lahir di Trenggalek

27 Desember 1987. Lahir dari keluarga petani dari pasangan Bapak

Marni dan Ibu Istiyah. Penulis merupakan anak terakhir dari 6

bersaudara. Penulis pernah nyantri di Pondok Pesantren Raden paku

Trenggalek asuhan KH. Syafií dan KH Imam Daroni, Pesantren Al-

Quran Nurul Quran Trenggalek asuhan KH. Suprapto al-Hafidz,

MMQ al-Hasan Trenggalek asuhan KH. Ahmad Zaini al-Hafidz,

PPTQ Raudhatusshalihin Malang asuhan KH. Muhammad Chusaini

al-Hafidz. Setelah dari Malang lalu melanjutkan studi di Sekolah

Tinggi Kulliyyatul Quran al-Hikam Depok asuhan KH. Ahmad

Hasyim Muzadi. Setamat dari al-Hikam Depok, lalu mengabdikan

diri selama satu tahun di daerah 3T Sukapulih, Sumatera Selatan

sebagai syarat pengambilan ijazah.

Sepulang dari pengabdian, penulis melanjutkan studi setingkat

Strata dua (S2) di Institute Ilmu Al-Quran Jakarta. Saat ini penulis

aktif mengajar di Pesantren Al-Hamidiyah Depok dan Yayasan

Tahfidz Zawiyah Indonesia yang juga berlokasi di Depok.