Upload
others
View
44
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ALTRUISME PERSPEKTIF TAFSIR FIQHI
DAN TAFSIR SUFI Komparasi Tafsir al-Jamî’ li Ahkâm Al-Qurân Karya al-Qurthubî
dan Lathâ’íf al-Isyârât Karya al-Qusyairî
Tesis
“Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister
Agama (M.Ag) Dalam Bidang Ilmu Al-Quran Dan Tafsir”
Oleh
Ahmad Toha
NIM: 216410683
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER
INSTITUTE ILMU AL QUR’AN (IIQ) JAKARTA
1442 H/2021
ii
ALTRUISME PERSPEKTIF TAFSIR FIQHI
DAN TAFSIR SUFI Komparasi Tafsir al-Jamî’ li Ahkâm Al-Qurân Karya al-Qurthubî
dan Lathâ’íf al-Isyârât Karya al-Qusyairî
Tesis
“Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister
Agama (M.Ag) Dalam Bidang Ilmu Al-Quran Dan Tafsir”
Oleh
Ahmad Toha
NIM: 216410683
PEMBIMBING:
Dr. Muhammad Azizan Fitriana, MA
Dr. H. Ahmad Syukron, MA
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER
INSTITUTE ILMU AL-QURAN (IIQ) JAKARTA
1442 H/2021
iii
iv
v
PERNYATAAN PENULIS
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Ahmad Toha
NIM : 216410683
Tempat/Tagl Lahir : Trenggalek, 27 Desember 1987
Menyatakan bahwa tesis dengan judul “Altruisme Perspektif Tafsir Fiqhi
Dan Tafsir Sufi” Komparasi Tafsir al-Jamî’ li Ahkâm Al-Qurân Karya al-
Qurthubî dan Lathâ’íf al-Isyârât Karya al-Qusyairî adalah benar-benar asli
karya saya kecuali kutipan-kutipan yang sudah disebutkan. Kesalahan dan
kekurangan di dalam karya ini sepenuhnya tanggung jawab saya.
Depok, 12 Februari 2021
Ahmad Toha
iv
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah segala puji bagi Allah yang telah memberi segala nikmat
sehingga saya bisa menyelesaikan tesis ini untuk memperoleh gelar Magister
Agama dalam bidang Ilmu Al-Qurán dan Tafsir. Shalawat dan salam tidak
lupa saya haturkan kepada Nabi akhir zaman baginda Muhammad SAW,
semoga kita semua dapat syafaátnya. Aaniin.
Banyak pihak yang telah berpartisipasi dalam menyelesaikan tesis saya ini.
Oleh karena itu saya ucapakan terimakasih untuk:
1. Rektor Institute Ilmu Al-Qurán IIQ Jakarta Prof. Dr. Hj. Huzaemah
Tahido Yanggo, MA dan seluruh Dosen Pengajar serta seluruh
karyawan yang memberikan fasilitas selama penulisan tesis.
2. Dosen pembimbing Dr. Azizan Fitriana, LC, MA dan Dr. Ahmad
Syukron, MA yang selalu memberikan bimbingan selama penulisan
tesis.
3. Kedua orang tua Bapak Marni dan Ibu Istiyah yang telah
mengandung hingga membesarkan saya hingga saat ini.
4. Seluruh keluarga yang selalu mendukung selama studi di Program
Pascasarjana Institute Ilmu Al-Qurán IIQ Jakarta
5. Istri tercinta Ismi Latifah yang tidak bosan-bosanya memberi
motivasi untuk menyelesaikan tesis ini.
Depok, 12 Februari 2021
Penulis
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah yang telah memberi segala nikmat
sehingga saya bisa menyelesaikan tesis ini untuk memperoleh gelar Magister
Agama dalam bidang Ilmu Al-Qurán dan Tafsir. Shalawat dan salam tidak
lupa saya haturkan kepada Nabi akhir zaman baginda Muhammad SAW,
semoga kita semua dapat syafaátnya. Aaniin.
Manusia adalah makhluk sosial yang pasti saling membutuhkan. Dalam
islam telah diajarkan untuk saling meolong. Dalam hal ini Allah SWT sudah
mengajarkan hambanya seperti yang telah termaktub dalam Al-Qurán.
Altruisme adalah tingkatan teringgi dalam pengertian berbuat kebaikan.
Selain itu ada ihsan, infaq dan sodaqah. Semua itu telah diatur sedemikian
rupa agar manusia bisa melakukannya.
Diluar syariat yang menyuruh kita agar saling menolong dalam tatanan
social, ada hal yang perlu diketahui oleh seorang hamba yaitu hikmah di
balik semua. Penulis mencoba meneliti bagaimana kegiatan saling menolong
ini apabila dilihat dari segi ilmu fikih dan tasawuf yang telah dijelaskan oleh
ulama-ulama khususnya Al-Qurtubî dan Al-Qusayairi. Sehingga yang
penulis harapkan selaian mengerti ketetapan fikihnya akan mengerti juga
hikmah di balik Tuhan merancangnya dan akhirnya manusia akan bertambah
semangat saling membantu pada sesama tanpa mengharap balasan dari
manusia itu sendiri.
vi
DAFTAR ISI
COVER DALAM
LEMBARAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
LEMBARAN PENGESAHAN
LEMBARAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI
PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
PEDOMAN TRANSLITERASI
ABSTRAK
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Identifikasi Masalah 10
C. Pembatasan Masalah 11
D. Perumusan Masalah 11
E. Tujuan Penelitian 12
F. Kegunaan Penelitian 12
G. Tinjauan Pustaka/Telaah Pustaka 13
H. Metode Penelitian 15
I. Sistematika Penulisan 18
BAB II: TELAAH ALTRUISME
A. Pengertian Altruisme 19
B. Motivasi Altruisme 21
C. Pembahasan Altruisme Dalam Al-Quran 27
D. Altruisme Dari Berbagai Perspektif 35
1. Altruisme Perspektif Ilmu Sosial 35
2. Altruisme Perspektif Para Ulama’ 38
3. Altruisme Perspektif Hukum Islam 41
4. Altruisme Perspektif Tasawuf 43
E. Kontekstualisasai Altruisme di Era Kontemporer dan Manfaat
Gagasan Altruisme di Masyarakat 45
BAB III: BIOGRAFI MUFASSIR
A. Profil Tafsir al-Qurthubî 50
1. Biografi Penulis 50
2. Latar Belakang Penulisan 55
vii
3. Metode dan Corak Tafsir 56
B. Corak Tafsir Fiqhi 61
1. Pengertian 61
2. Sejarah Muncul dan Perkembangan Corak Fiqhi 62
3. Contoh Karya Tafsir Bercorak Fiqhi 62
C. Profil Tafsir al-Qusyairî 63
1. Biografi Penulis 63
2. Latar Belakang Penulisan 70
3. Metode dan Corak Tafsir 73
D. Corak Tafsir Sufi 76
1. Pengertian 76
2. Sejarah Muncul dan Perkembangan Corak Sufi 78
3. Contoh Karya Tafsir Bercorak Sufi 82
BAB IV: ANALISIS PENAFSIRAN AYAT-AYAT ALTRUISME
A. Konsep Altruisme Dalam Literatur Umum, dan Keagaman 83
B. Penafsiran al-Qurthubî 87
C. Penafsiran al-Qusyairî 168
D. Perbandingan Penafsiran Term Altruisme antara al-Qurthubî dan
al-Qusyairî 190
BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan 193
B. Saran 193
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BIODATA PENULIS
viii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi adalah penyalinan dengan penggantian huruf dari abjad yang
satu ke abjad yang lain, dalam penulisan tesis di Program Pascasarjana IIQ,
transliterasi Arab-Latin mengacu pada berikut ini:
1. Konsonan
th : ط a : أ
dz : ظ b : ب
‘ : ع t : ت
gh : غ ts : ث
f : ف j : ج
q : ق h : ح
k : ك kh : خ
l : ل d : د
m : م dz : ذ
n : ن r : ر
w : و z : ز
h : ه s : س
‘ : ء sy : ش
y : ي sh : ص
dh : ض
2. Vocal vocal tunggal vocal rangkap
Fathah : a ا : â ي : ai
Kasroh : i ي : î و : au
ix
Dzammah : u و : û
3. Kata sandang
a. Kata sandang yang diikuti alif lam (ال) qamariyah.
Kata sandang yang diikuti alif lam (ال) qamariyah
ditransliterasikan ssuai dengan bunyinya. Contoh:
al-Madînah : المدينة al-Baqarah : البقرة
b. Kata sandang yang diikuti oleh alif lam (ال) syamsyiah. Kata
sandang yang diikuti oleh alif lam (ال) syamsyiah.
Ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan di depan
dan sesuai dengan bunyinya. Contoh:
as-Sayyidah : السيدة ar-rajul : الرجل
ad-Dârimi : الدارمي asy-syams : الشمس
c. Syaddah (Tasydid)
Syaddah (Tasydid) dalam system aksara Arab digunakan lambang
,sedangkan untuk alih aksara ini dilambangkan dengan huruf ,(ـ)
yaitu dengan cara menggandakan huruf yang bertanda tasydid.
Aturan ini berlaku secara umum, baik tasydid yang berada di
tengah kata, di akhir kata ataupun yang terletak setelah kata
sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyah. Contoh:
Âmannâ billâhi : امنابالله -
Âmana as-Sufahâ’u : امنالسفهاء -
Inna al-Ladzîna : إنالذين -
wa ar-rukka’î : وركع -
d. Ta Marbûthah (ة)
Ta Marbûthah (ة) apabila berdiri sendiri, waqaf atau diikuti oleh
kata sifat (na’at), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi
huruf “h”. Contoh:
x
al-Af’idatu : ألأفئدة -
.al-Jâmi’ah al-Islâmiyyah : الجامعةالإسلامية -
Sedangkan Ta Marbûthah (ة) yang diikuti atau disambungkan (di-
washal) dengan kata benda (isim), maka dialih aksarakan menjadi
huruf “t”. Contoh:
Âmilatun Nâshibah‘ : عاملةناصبة -
al-Âyat al-Kubrâ : الأيةالكبرى -
e. Huruf capital
Sistem penulisan huruf Arab tidak mengenal huruf capital, akan
tetapi apabila telah dialih aksarakan maka berlaku ketentuan
Ejaan yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, seperti
penulisan awal kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan,
nama diri dan lain-lain. Ketentuan yang berlaku pada EYD
berlaku pula dalam alih aksara ini, seperti cetak miring (italic)
atau cetak tebal (bold) dan ketentuan lainya. Adapun untuk nama
diri yang diawali dengan kata sandang, maka huruf yang ditulis
capital adalah awal nama diri, bukan kata sandangnya. Contoh :
‘Alî Hasan al-‘Âridh, al-Asqallâni, al-Farmawî dan seterusnya.
Khusus untuk penulisan nama Al-Qur’an dan nama-nama
surahnya menggunakan huruf capital, Contoh: Al-Quran, Al-
Baqarah, Al-Fâtihah dan seterusnya.
xi
ABSTRAK
Toha, Ahmad, 2021. “Altruisme Perspektif Tafsir Fiqhi Dan Tafsir Sufi”
Komparasi Tafsir al-Jamî’ li Ahkâm Al-Qurân Karya al-Qurthubî dan
Lathâ’íf al-Isyârât Karya al-Qusyairî
Tesis, Program Studi Ilmu Al-Quran. Pascasarjana. Institute Ilmu Al-Quran
Jakarta. Dosen pembimbing: 1. Dr. Azizan Fitriana, LC, MA, 2. Dr. Ahmad
Syukron, MA.
Kata kunci: Altruisme, Al-Quran, Kajian Komparasi
Altrusime ialah konsep yang berlawanan dengan individualisme dan
egoisme. Altruisme ialah suatu sikap yang lebih mementingkan diri orang
lain daripada dirinya sendiri. Dalam Al-Quran tidak ada ayat yang secara
khusus mengenai altruisme, namun terdapat ayat-ayat yang mengarah pada
pengertian altruisme tersebut Perlu diketahui bahwa penelitian ini fokus
pada: 1. Bagaimana ajaran altruisme dalam Al-Quran menurut penafsiran al-
Qurthubî dan al-Qusyairî?. 2. Bagaimana komparasi ajaran altruisme antara
kedua ulama tafsir al-Qurthubî dan al-Qusyairî?
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan
jenis penelitian kepustakaan dengan teknik pengumpulan data berdasarkan
sistematika tafsir maudhû’i.
Hasil penelitian bisa disimpulkan bahwasanya altruisme dipandang dari
segi fikih memiliki empat hukum yaitu wajib, mubah, makruh, dan sunah.
Dibalik adanya syariat seperti itu untuk melatih diri kita agar tidak egois,
tidak tamak, belajar ikhas, bersyukur atas karunia Allah SWT.
Dari kedua ulama’tafsir tersebut bisa disimpulkan bahwa dibalik syariat
yang telah diatur sedemikian rupa tentang kehidupan sosial, ada sisi sufisme
yang mengajarkan kita agar hidup kita tidak egois. Melatih hati kita agar
ikhlas, tidak tamak. Selain itu altruisme mengajarkan agar kita bersyukur
tidak hanya dengan lisan tapi dengan tindakan atas rizki dan nikmat Tuhan
yang telah diberikan kepada manusia secara cuma-cuma.
xii
ABSTRAC
Toha, Ahmad, 2021. Altruisme Perspektif Tafsir Fiqhi Dan Tafsir Sufi”
Comparative of exegesis al-Qurthubî’s Work al-Jamî’ li Ahkâm Al-Qurân
and Lathâ’íf al-Isyârât of al-Qusyairî’s Work. Thesis, Al-Quran Science
Study Program. Postgraduate. Jakarta Institute of Al-Quran Science.
Lecturers: 1. Dr. Azizan Fitriana, LC, MA, 2. Dr. Ahmad Syukron, MA.
Keywords: Altruism, Al-Quran, Comparative Studies
Altruism is a concept that is contradictive with individualism and
egoism. It is an attitude that prioritises others than himself. In the Quran,
there is no verse that specifically mentions altruism, but there are verses that
lead to this. This research focuses on 1. What is altruism in the Quran based
on al-Qurthubi’s and al-Qusyairi’s views? 2. How are al-Qurthubi’s and al-
Qusyairi’s views of altruism in the Quran compared?
This research utilises a qualitative approach with literature research
and data collection method based on Tafseer maudhui systematics. The
results show that altruism has four points of view according to the Islamic
law, which are mandatory, permissible, hated and prohibited. Behind the
regulation of sharia, that train us to not become selfish, greedy, learn to be
sincere, and grateful for Allah’s gift.
From both scholars, it can be concluded that behind sharia that has
been regulated for social life, there is Sufism side that teaches us for not
being selfish. It trains us to be sincere and not greedy. Moreover, altruism
teaches us to be grateful, not only with words but also actions in return of the
wealth and joy that has been given to mankind for free
xiii
ملخص البحثدراسة مقارنة بين : والتصوف الإيثار في ضوء تفسير الأحكام. "٠٢٠٢,طهأحمد
فرع علوم القرآن , رسالة الماجستر. القرأن و لطائف الإشارة الجميع لأحكامالدكتور محمد : إشراف. جاكرتا الدراسات العليا بجامعة علوم القرآن. والتفسير
عزيزان فطريانا والدكتور أحمد شكران الإيثار والقرآن والدراسة المقارنة: كلمة مفتاحية
وإنه مفهوم أو موقف من . لا يخفى على الجميع أن الإيثار هو ضد الفردية والأنانيةولم توجد آية في . إن صح التعبير, مواقف تفضيل الآخر من الإنسان على النفس
التي القرآن تتكلم كلاما خاصا واضحا حول الإيثار وإنما فيه دلالات بعض الآياتالأولى : علما بأن هذا البحث يتركز في نقطتين. يمكن استدلالها عن تعريف الإيثار
. هي كيفية مفهوم الإيثار وقيمه في ضوء القرآن في مجهر آراء القرطبي والقشيريلقد . والثانية هي تحليل مقارنة آراء هذين المفسرين حول الإيثار وقيمه في القرآن
ا جوديا جنسا واستخدم بحثا مكتبيا نوعا وإضافة إلى ذلك انتهج هذا البحث منهج . جمع البيانات على طريقة النفسير الموضوعي
,واجب وهم اربعة احكامنتيجة هذا البحث تلخص أن الإيثار يترتب أحكامه على وما وراء تشريع أحكامه رياضة النفوس وتمرينها بالتخلي . وحرام , مكروه, مباح
والأنانية والتحلي بالإخلاص والشكر على ما من الله تعالى به من النعم عن الطمع .والمنن
ومقارنة آراء المفسرين الجليلين تتلخص أن في تشريع قوانين الحياة الإجتماعية مثل الإيثار صلة وطيدة بتزكية النفوس التي تخلي حياتنا عن الأنانية والفردية والطمع
مومة عند الشرع والمجتمع وتحلي أنفسنا بالإخلاص وغير ذلك من الصفات المذوالشكر باللسان فحسب بل أيضا الشكر بالأركان الذي يتحقق بإيثار الآخرين
. والإحسان إليهم وسائر أنواع التبرعات
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.
Diantara budaya yang sejak dulu dicontohkan Rasulullah SAW
ialah saling tolong menolong. Budaya ini bukan sekedar budaya,
namun sebagai perintah Tuhan yang harus dilaksanakan oleh semua
manusia sebagai seorang hamba. Jika saling menolong merupakan
perintah Tuhan, maka hal ini sudah menjadi yang namanya hukum
Islam. Dalam semua hukum Islam bukan asal perintah yang tidak
bermakna. Jika manusia juga mempelajari dari setiap hukum syariat
dari segi tasawuf, maka hal ini akan menjadi motivasi tersendiri
dalam pelaksanaanya.
Dibalik tersirat hukum syariat dan makna dalam ilmu tasawuf
yang ada pada altruisme, memang dari dulu manusia diciptakan
sebagai makhluk yang saling membutuhkan dalam segala situasi
untuk mepertahankan hidupnya serta memenuhi kebutuhannya.
Manusia dalam kehidupan pasti membutuhkan orang lain. Semandiri
apapaun seseorang, ia tidak akan pernah bisa terlepas dari
ketergantungan pada orang lain1. Maka dari itu manusia sebagai
makhluk sosial, dalam tindakanya seringkali menjurus pada
kepentingan-kepentingan orang lain juga yakni (masyarakat)2.
Anjuran kepedulian sosial, tentunya sudah banyak dijelaskan dalam
ajaran Islam yakni dalam kitab Al-Quran. Namun meskipun sudah
ada anjuran seperti itu, masih banyak dari kalangan umat Islam
sendiri belum melaksanakan secara maksimal hingga menjadikanya
sebuah budaya masyarakat.
1Dalam contoh kecil antar masyarakat akan saling membutuhkan bantuan
tetangga apabila ada acara di rumah. 2Walgito. B, “Psikologo Sosial”, (Yogyakarta: Andi Offset, 2002), hal. 21.
2Walgito. B, “Psikologo Sosial”, (Yogyakarta: Andi Offset, 2002), hal. 21.
2
Seandainya peduli menjadi sebuah budaya, alangkah indahnya
kehidupan ini. Manusia saling membantu sesama sehingga
ketimpangan sosial tidak terjadi. Yang lebih membantu yang kurang,
yang mampu peduli terhadap yang kurang mampu dan seterusnya.
Sehingga pada akhirnya masyarakat akan sukses bersama, minimal
tidak ada ketimpangan sosial terlalu jauh.
Zaman sudah berganti, dari yang asalnya serba manual menjadi
dunia modern yang penuh dengan inovasi, sehingga mempermudan
manusia untuk berbuat segala sesuatu. Namun seiring dengan
perubahan medernisasi ini, ternyata juga membawa beberapa dampak
negatif yang salah satunya semakin melemahnya norma-norma dan
nilai dalam kemasyarakatan itu sendiri3. Sebagai salah satu contoh
yang dulunya masyarakat desa mempunyai budaya gotong royong
yang kuat, kini berubah menjadi masyarakat yang cenderung
individual. Individual itu sendiri bisa diibaratkan seperti mesin yang
tindakanya berpijak pada prinsip perhitungan atau norma timbal
balik. Jadi apabila membantu harus ada imbal balik yang harus
didapatkan. Maka hal ini mau tidak mau akan mengantarkan manusia
menjadi individu yang mementingkan hidupnya sendiri dan menepis
kesetiakawanan sosial. Sehingga berdampak pada sifat acuh tak acuh
serta kurangnya rasa kepedulian pada orang lain. Yang penting
dirinya nyaman tidak peduli bagaimana keadaan orang sekitar seperti
halnya membiarkan orang tua berdiri di bus dengan penuh sesak,
sementara dirinya yang yang masih muda nyaman duduk di kusri. Di
3Soekanto. S, “Sosiologi Suatu Pengantar”, (Jakarta: PT. Radja Grafindo
Persada, 2002), hal. 347.
3
sinilah terjadi pudarnya nilai-nilai altrusime4. Altrusime sendiri dapat
ditunjukan oleh individu sebagai bentuk kepedulian.
Perilaku saling menolong antar sesama demi meringankan
beban orang lain dan lain sebagaianya merupakan tindakan yang
memberi manfaat. Jika ditarik ke dalam istilah altruisme berarti
tindakan yang tanpa pamrih. Dikatakan oleh para ahli bahwa secara
genetika altruisme ini sudah menjadi bagian dari sifat seseorang. Jika
seseorang memutuskan untuk memberi sebuah pertolongan maka ini
akan melibatkan proses kodnisi sosial secara kompleks ketika
mengambil keputusan yang menurut akan menunjukan keputusan
rasioanal5 Oleh karena itu bisa disimpulkan bahwa altruisme itu sifat
yang memperhatikan kesejahteraan, kepentingan, serta keselamatan
orang lain tanpa ada tujuan untuk memperhatikan diri sendiri.
Perilaku hal seperti ini merupakan suatu kebaikan yang sudah ada
dalam budaya dan dianggap penting karena agama juga
mengajarkanya. Altruisme sendiri sebenarnya ialah kebalikan dari
egois. Altruisme sendiri fokus pada motivasi untuk melakukan
kebaikan tanpa memikirkan balasan atau ganjaran yang akan
diperoleh.
Kepedulian antar sesama sangat penting dilakukan karena akan
membentuk suatu hubungan prososial yang baik. Salah satu faktor
yang bisa membentuk sifat prososial ini ialah meningkatkan
4Altrusime sebagai hasrat untuk menolong orang lain tanpa mementingkan
kepentingan sendiri. Lihat Sarwono. S W., “Psikologi Sosial”, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2002), hal. 328. Dalam definisi lain altruisme merupakan tindakan
sukarela yang dilakukan individu atau sekelompok individu bertujuan menolong
orang lain tanpa mengharapkan imbalan apapun. Lihat Sears, D.O, Fredman, J. L.,
dan Peplau, L.A. “Psikologi Sosial”. Alih Bahasa oleh Michael ardiyanto. (Jakarta:
Erlangga, 1994), Jilid II hal. 47. 5Sears. David, O., Letitia Anne Peplau, Shelley E. Taylor, “Psikologi
Sosial”, Ed. XII. Terj. Tri Wibowo B.S. (Jakarta: Kencana, 2009), hal. 456.
4
kecerdasan emosional sebagai kecakapan mengenal dan pengelolalan
sebuah emosi dalam hubungan dengan sesama.
Seseorang yang tinggi kecerdasan emosinya mempunyai
kemampuan sosial tinggi dalam berempati, cenderung suka kerjasama
serta memiliki kepribadian altruistic. Empati dalam hal ini yang
berarti peka terhadap apa yang dirasakan orang lain sehingga
menumbuhkan potensi dasar sikap saling menolong6.
Berbicara sikap saling menolong ini, dalam Islam banyak
dibahas. Hal ini karena sekali lagi penulis katakana bahwa semua ini
sesuai dengan perintah Allah dan ajaran baginda Nabi bahwa setiap
orang Islam harus bisa dan berlomba-lomba dalam berkontribusi serta
memberi manfaat pada orang lain sehingga hidup manusia akan lebih
berarti.
عدوان …اثم وال
ى ال
ا تعاونوا عل
بر والتقوى ول
ى ال
…وتعاونوا عل
“...Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan
dan takwa…” (QS. Al-Mâidah (6): 2).
م نفسك
حسنتم لا
حسنتم ا
…ان ا
“…jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu
sendiri” (QS. Al-Isrâ [17]: 7).
Dalam hadist juga banyak terdapat perintah saling menolong
antara lain:
6Muryadi, Andik Matulessy Religiusitas, “Kecerdasan Emosi Dan Perilaku
Prososial Guru”, Jurnal Psikologi, Volume 7, No. 2, Agustus 2012, hal. 546.
5
د ب شيبة وممبو بكر بن أ
ثنا يي بن يي التميم وأ حد
نا وقال -واللفظ لحي -العلاء الهمدان بن خبقال يي أ
ب ب صالح عن أ
عمش عن أ
بو معاوية عن الأ
ثنا أ الآخران حد
س » -صلى الل عليه وسلم-هريرة قال قال رسول الل من نف عنه كربة من عن م س الل نيا نف ؤمن كربة من كرب الد
نيا عليه ف الد الل عل معس يس كرب يوم القيامة ومن يسنيا والآخرة و ف الد ف والآخرة ومن ست مسلما سته الل الل
خيه ومن سلك طريقا عون العبد ما كن العبد ف عون أ
ل به طريقا إل النة وما اجتمع ل الل يلتمس فيه علما سه ويتد يتلون كتاب الل ارسونه بينهم قوم ف بيت من بيوت الل
تهم الملائكة كينة وغشيتهم الرحة وحف إلا نزلت عليهم الس به عمله لم يسع به نسبه
أ فيمن عنده ومن بط 7وذكرهم الل
“Dari Abu Hurairah ra. Berkata, Nabi saw bersabda, “Barangsiapa yang
melepaskan seorang mukmin dari kesusahan dunia, maka Allah akan
membebaskannya dari kesusahan di hari kiamat. Baragsiapa yang
memudahkan orang yang sedang mengalami kesulitan, maka Allah akan
memudahkan kepadanya dunia dan akhirat. Barangsiapa menutupi aib
seorang muslim, maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat.
Allah akan senantiasa menolong hamba-Nya selama hamba tersebut
menolong saudaranya. Barangsiapa yang menempuh suatu jalan untuk
memperoleh ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju
surga. Tidaklah suatu kaum berkumpul di suatu rumah Allah (masjid);
membaca kitab Allah, dan mempelajarinya bersama-sama, melainkan akan
7Abî al-Husain Muslim Ibn Hujâj al-Qusyairî an-Naisâburî, ”Sohîh Muslîm”
(Riyâd: Dâr Thoibah, 2006), Jilid 1, hal.1242
6
turun kepada mereka ketentraman., rahmat Allah akan menyelimuti
mereka, para malaikat berkerumun disekelilingnya, dan Allah akan memuji
mereka di depan (para malaikat) yang berada di sisi-Nya. Barangsiapa
amalnya lambat (kurang), maka nasabnya tidak akan dapat
menyempurnakannya.”
Pada dasarnya semua agama mengajarkan kasih sayang
termasuk saling menolong antar sesama. Keterangan ini juga
ditegaskan oleh Webb dan Morris bahwa semua agama sebenarnya
mengajarkan semua pemeluknya untuk berperilaku altruistik8. Dalam
melakukan kepedulian, tidak hanya terbatas pada sesama golongan
satu agama saja. Bukankan Rasûlullâh diutus untuk memberi kasih
sayang pada seluruh alam? Dan peduli sesama manusia adalah bagian
dari kasih sayang itu sendiri. Dan sekecil apapun kebaikan pasti akan
mendapat balasan dari Allah Swt.
ة خيرا يره ذر
مثقال
عمل فمن يMaka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya
dia akan melihat (balasan)nya, (Az-Zalzalah[99]:7)
Al-Qur’an merupakan kitab pedoman semua orang-orang
Muslim yang mengajarkan sikap kepedulian (altruisme). Meskipun
dalam Al-Quran secara eksplisit tidak menyebutkannya, namun ada
ayat-ayat yang mengarah ke sana9. Salah satu yang mengarah pada
makna altruism yaitu “Itsar” yang bermakna mendahulukan
kepentingan orang lain, dan ini hanya terdapat satu kali dalam Al-
Quran QS. Al-Hasyr[9]:9. Selain itu yang sepaham dengan makna
8Mohamat Hadori, “Perilaku Prososial (Proposial Behavior), Perilaku
Prososial (Prososial Behavior), Telaah Konseptual Tentang Altruisme (Altruism)
Dalam Perspektif Psikologi”, Jurnal Lisan Al-Hal, Volume 6, No. 1, Juni 2014, hal.
10. 9Yaitu terdapat dalam Al-Quran (QS: [59]: 9), (QS: [2]:2), (QS: [9]:71).
7
altruisme ialah ayat tentang Ihsan, infaq dan sodaqah diantaranya
terdapat pada QS. Al-Qashâsh [28]:77, QS. Al-Baqarah[2]:195, dan
QS. At-Taubah[9]:103. Keempat makna ini searanh dengan apa yang
dikatakan oleh para psikolog terkait makna altruisme. Namun dari
keempat makna diatas yang mempunya tingkatan paling tinggi ialah
itsar.
يهم ون من هاجر ال ب ايمان من قبلهم يح
ار وال ءو الد ذين تبو
ا وال
ول
ان بهم و ك
نفسهم ول
ى ا وتوا ويؤثرون عل
ا ا دون في صدورهم حاجة م يج
مفلحون ىك هم ال ول
وق شح نفسه فا ٩خصاصة ومن ي
“Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman
(Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor)
'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). dan mereka
(Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa
yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan
(orang-orang muhajirin), atas diri mereka sendiri, Sekalipun mereka dalam
kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah
orang orang yang beruntung”. (QS Al-Hasyr: [59]:9).
Berkenaan makna altruism dan itsar, ada sedikit perbedaan, jika
dalam altruism tidak ada batasan sejauh mana orang mendahulukan
orang lain, namun dalam itsar terdapat batasan. Apabila berkaitan
dengan hukum syar’I atau ibadah wajib maka akan menjadi haram.
Namun jika dalam bermuamalah dengan sesama itu akan menjadi
mubah, bahkan wajib10
. Jadi dalam itsar seseorang tidak akan peduli
lagi bagaimana keadaan dirinya sendiri. Yang terpentiang ialah
bagaimana ia bisa membantu sesama.
10
Seperti halnya mendahulukan orang lain dalam shaf shalat tidak
diperkenankan.
8
Altruisme sendiri juga disoroti oleh ulama’ ahli fikih dan
ulama’ ahli hikmah (sufi). Mereka memandang sikap tersebut dari
sudut pandang kacamata pemahaman yang digeluti. Misalkan ulama’
fiqih yang memandang altruisme sebagai sebuah kewajiban seorang
muslim yang diuraikan dalam bidang zakat, sedekah bagi yang sudah
sampai nishob dan lain sebagainya. Dalam bidang zakat, kata zakah
berulang sebanyak 32 kali hampir rata-rata selalu digandengkan
dengan kata “shalat”, sehingga disini ada ulama’ fiqih yang
berpendapat bahwa posisi zakat sebanding dengan shalat. Barang
siapa yang tidak zakat maka ia ibarat tidak shalat11
. Bahkan ada yang
lebih keras lagi bahwa yang mengingkari pewajiban zakat mereka
dihukumi sebagai orang kafir12
. Dari sini dapat dipahami bahwa
ulama’ fiqih berpendapat hukumnya dosa apabila seseorang tidak
mengeluarkan zakat.
Lain halnya ajaran yang di sampaikan oleh ulama hikmah atau
sufi. Selain mereka memegang hukum fiqih tersebut, ulama’ sufi
lebih mengajarkan bahwa menginfakkan harta ataupun zakat sebagai
salah satu cara mensucikan harta dan mensucikan jiwa dari rasa
waswas, takut dan lain sebagainya. Dalam Al-Quran juga disebutkan
untuk membebaskan diri ancaman azab neraka, yaitu terdapat pada
QS. At-Taubah[9]:34. Mengenai rasa kepedulian, kita juga dapat
mengambil pelajaran dari kaum terdahulu yaitu kaum Muhajirin
Anshar. Dan cerita inilah yang oleh sebagian tafsir juga dijelaskan
sebagai sebab turunya surat al-Hasyr ayat 9. Dalam penafsiran
tersebut bahwa ayat ini mengandung pujian bagai kaum Anshar yang
11
Yususf al-Qaradhawi, “Fiqih Azzakâh”, (Bayrût, Lubnân: Muassasah ar-
Risaâlah, 1418 H/1997 M), jilid 1, hal. 64. 12
Rafiq Yunus al-Mashri, “Fiqh al-Mu’âmalah al-Mâliyah”, (Jiddah: Dâr
al-Basyir, 1426 H/2005 M), hal 77.
9
membantu kaum Muhajurin ketika itu tanpa pamrin. Rasa cinta dan
kasih sayang serta bantuan harta serta makanan diberikan kepada
kaum pendatang tersebut, padahal mereka kaum Anshar tidak semua
memiliki kekayaan dan makanan yang lebih13
.
Berangkat dari rasa kepedulian yang terkandung kisah
terdahulu serta ayat yang ada dalam keempat rincian tersebut, penulis
tertarik untuk membahas bagaimana agar ajaran kepedulian sosial
yang sudah ada dalam ajaran Islam yakni Al-Quran bisa menjadi
sebuah budaya masyarakat secara luas. Hal ini tentunya akan lebih
menarik dengan dibahas komparasi dua pemikiran ulama’ fikih dan
ulama’sufi khususnya al-Qurthubî dan al-Qusyairî. Jadi disamping
disajikan uraian motivasi hukum syariat sebagai sebuah perintah
Tuhan, juga ada motivasi hikmah dibalik perintah-Nya. Karena
terkadang ketika sesorang ingin berbuat baik, tiba-tiba muncul sifat
egoisme atau kekikiran14
serta sifat “mengabaikan” dari nalurinya.
Dari pemaparan diatas terkaitnya pentingnya kepedulian antar
sesama hingga benar-benar membudaya dan untuk menegaskan
bahwa ajaran yang sudah ada dalam al-Quran semua pasti
mengandung hikmah yang tersembunyi. Jika dalam istilah lain yaitu
menggabungkan sisi sufisme ajaran agama sehingga pada akhirnya
akan muncul neo-sufisme15
yang seimbang antara kesalehan individu
13M. Quraish shihab, “Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-
Quran” Vol 14, (Jakarta: Lentera hati, 2002, hal 116-117. 14
Kikir adalah sifat pokok yang ada pada manusia, oleh Karena itu barang
siapa yang mampu menguasai dan mampu mengalagkan sifat asli yang ada pada
tiap-tiap sifat manusia, maka itu suatu kemenangan manusia terhadap dirinya
sendiri. Lihat Hamka, “Tafsîr al-Azhâr”, (Surabaya: Yayasan Latimojong, 1975),
Juz XXVII, hal. 83. 15
Neo sufisme bisa dikatakan sebagai upaya penegasan kembali nilai-nilai
Islam secara utuh yakni kehidupan yang seimbang dalam segala aspek kehidupan
dan segi ekspresi kemanusiaan. Lihat Azyumardi Azra, “Konteks Berteologi Di
Indonesia” (Jakarta: Paramadina, 1999), hal. 125.
10
dan kesalehan sosial. Bukan hanya langsung masuk pada hablu
minallâh, namun lebih pada hablu minannâs sebagai perantara
menuju hablu minallâh.
Dari sini kiranya sangat penting penulis mengulas urain Al-
Quran khususnya hal yang terkait altruisme dilihat dari kacamata
hukum syariat dan kacamata tasawuf yang membahas hikmah-
hikmah. Sehingga seorang hamba dalam melaksanakan perintah
Tuhan akan tau hikmah dibalik perintah tersebut. Dan pada akhirnya
setiap yang dilakukan seorang hamba khususnya dalam hal altruisme
ini tidak hanya termotivasi dari segi hukum yang telah diperintahkan
Tuhan saja. Namun ada motivasi tasawuf yang menambah semangat
dalam berbuat kebaikan.
B. Identifikasi Masalah.
Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dikemukakan
penulis, maka ada beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi,
antara lain:
1. Belum terdapat penjelasan secara implisit antara ajaran
dalam Al-Quran dan hikmah yang dikemas sedemikan rupa
hingga membudaya dan menarik masyarakat agar
melaksanakanya secara terus-menerus hingga menjadikan
sebuah prinsip khususnya dalam hal kepedulian sosial.
2. Masih ada yang belum paham tentang makna dibalik syariat
yang diperintahkan Allah SWT khususnya terkait altruisme.
3. Masih belum maksimalnya rasa kepedulian karena
masyarakat masih ada yang berfikir untung rugi ketika ingin
membantu sesama.
11
4. Perlunya memiliki rasa kesatuan “sukses bersama dengan
cara saling membantu”. Dan ini belum tercipta.
5. Belum adanya budaya kepedulian secara menyeluruh dalam
kehidupan.
6. Masih belum ada pemahaman secara menyeluruh bahwa
altruisme pada dasarnya jika dilihat dari segi pemaknaan
merupakan istilah yang diambil dari Al-Quran dan
digunakan dalam dunia barat.
C. Pembatasan Masalah.
Ruang lingkup penelitian ini adalah tematik, yaitu membahas
satu topik tertentu tentang altruisme. Penulis akan menyajikan
beberapa ayat yang terkandung dalam rincian nilai-nilai altruisme,
Menerangkan penafsiran khususnya dari dua ulama’ al-Qurthubî dan
al-Qusyairî serta memperkuat dengan hadis Nabi SAW dan pendapat
para ulamâ’ serta komentar dan pokok-pokok kandungan hukumnya,
hikmahnys tanpa terikat dengan urutan ayat dan surat sebagaimana
tersebut dalam mushaf dan tanpa menjelaskan hal-hal yang tidak
berkaitan dengan topik, walau hal yang berkaitan itu secara tegas
dikemukaan oleh ayat yang dibahasnya16
. Selanjutnya demi fokusnya
sebuah tema pembahasan, penulis membatasi tema hanya seputar:
1. Komparasi penafsiran dua ulama’ tafsir al-Qurthubî dan al-
Qusyairî terkait altruisme.
2. Bagaimana cara mengemas ajaran altruisme yang ada dalam
al-Qur’an antara motivasi perintah dan hikmah agar lebih
menarik masyarakat.
16Abd al-Hayyi al-Farmawȋ, Al-Bidȃyah Fȋ al-Ṭafsȋr al-Maudhȗ’i, (Kairo:
al-Hadharȃt al-Gharbiyyah, 1997), hal. 52.
12
D. Perumusan Masalah.
Dari latar belakang masalah yang telah penulis uraikan di atas,
maka perumusan masalah yang dapat penulis kemukakan adalah:
1. Bagaimana konsep altruisme dalam literature umum, dan
keagamaan?
2. Bagaimana komparasi penafsiran altruisme pada tafsir al-Jamî’ li
Ahkâm Al-Qurân wa al-Mubîn limâ Tadammanhu min al-Sunnah
wa al-Furqân dan Lathâ’íf al-Isyârât?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan yang telah penulis rumuskan diatas,
tentunya ada sebuah tujuan yaitu:
1. Mengetahui pentingnya ajaran altruisme atau rasa saling peduli
yang telah diajarkan dalam al-Quran.
2. Mampu mamadukan antara ajaran altruisme yang ada dalam al-
Quran dengan sisi hikmah malaksanakanya, sehingga dalam setiap
tindakan kita punya landasan yang jelas serta berusaha
menjadikan ajaran yang menarik bagi masyarakat serta
menerapkan dalam kehidupan beragama yang pada akhirnya
kepedulian antar sesama atau muamalah dalam bidang sosial bisa
menjadi sebuah budaya umat Islam demi terciptanya umat yang
mempunyai nilai tinggi dihadapan Tuhan dan manusia itu sendiri
karena saling memberi kemanfaatan dan menjauhi kebakhilan17
.
F. Kegunaan Penelitian.
17
Sedemikian pentingnya menjahui kebakhilan Nabi Saw pun berdoa اللهم إني
-Lihat Abûlqâsim Sulaimân Ibn Ahmad At-Thabrâni, “Al-Mu’jam al .أعوذبك من البخل
Ausath” (Kairo: Dârul Haramain, 1995), juz VII, hal. 71.
13
Dalam penelitian ini tentunya terdapat beberapa manfaat yang
ingin penulis sajikan. Dan demi memudahkan memahami manfaat
atas penelitian ini, maka penulis membagi dalam dua garis besar
yaitu secara teoritis dan secara praktis antara lain yaitu untuk
membuka kembali wawasan khazanah penafsiran seperti yang sudah
tulis oleh para mufassir serta bisa menjadi rujukan bagi masyarakat
khususnya dalam bermuamalah pada bidang sosial dalam perspektif
ilmu Fiqih atau hukum dan sisi sufistiknya.
G. Tinjauan Pustaka/Telaah Pustaka.
Sesuai dengan tema yang penulis rumuskan, penulis telah
menemukan beberapa penelitian diantaranya:
Pertama, Desertasi yang ditulis oleh Imam Sutomo Universitas
Islam Negeri Sunan KaliJaga Jogjakarta tahun 2008 dengan judul
“Altruisme Dalam Kehidupan Masyarakat Plural” Studi Pemikiran
Nurcholish Madjid. Penelitian ini fokus mengenai moral yang ada
dalam kehidupan masyarakat plural dan rumusan pemikiran
Nurcholish Madjid tentang altruisme dan moralitas lain yang sesuai
untuk diterapkan pada mayarakat Indonesia yang plural ini18
.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.
Kedua, Tesis yang ditulis oleh Miftahul Jannah Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang 2016 dengan judul
“Konsep Altruisme Dalam Perspektif al-Quran” Kajian Integratif
Antara Islam Dan Psikologi”.
Dalam penelitian ini, pertama penulis mengambil term-term
dalam al-Quran yang mengandung nilai altruisme. Setelah itu
18Imam Sutomo, “Altruisme Dalam Kehidupan Masyarakat Plural”: Studi
Pemikiran Nurcholish Madjid, (Desertasi: Universitas Islam Negeri Sunan kalijaga,
2008).
14
dipetakkan dan dirinci mana yang mempunyai prinsip umum dan
khusus. Selain menerangkan altruisme dari sisi Islam yakni alQuran,
penulis juga mengambil pendapat-pendapat ahli psikologi terkait
tema ini lalu penulis membandingkan antara konsep altruisme yang
perspektif Islam dan perspektif psikologi19
.
Ketiga, Jurnal psikologi yang ditulis oleh Gusti Yuli Asih dan
Margaretha Maria Shinta Pratiwi yang berjudul “Perilaku Prososial
Ditinjau Dari Empati Dan Kematangan Emosi” Universitas Muria
Kudus 2010 Volume 1, No. 1, Desember tahun 2010. Penelitian ini
berangkat dari penjelasan perilaku prososial20
yang salah oleh para
pendidik21
. Penulis menjelaskan hubungan antara rasa empati dengan
perilaku prososial. Empati bisa salah tempat apabila keliru
menerapkanya.
Keempat, The Journal of Ayn Rand Studies, Vol. 7 (2), yang
ditulis oleh Robert L Campbell dengan judul “Altruism in Auguste
Comte and Ayn Rand" Dalam karya ini Campbell menyatakan
dengan mengutip pendapat Auguste Comte tentang altrusisme22
.
Di sini Campbel merujuk apa yang dikatakan oleh Comte yang
memegaskan bahwasanaya altruisme ini sebagai prasyarat moral bagi
19Miftahul Jannah “Konsep Altruisme Dalam Perspektif al-Quran” Kajian
Integratif Antara Islam Dan Psikologi”, (Tesis: Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim Malang, 2016), hal. 96. 20
Prososial adalah tindakan yang dilakukan atau direncanakan untuk
menolong orang lain tanpa mempedulikan motif-motif si penolong. 21
Gusti Yuli Asih dan Margaretha Maria Shinta Pratiwi , “Perilaku Prososial
Ditinjau Dari Empati Dan Kematangan Emosi” Jurnal Psikologi Universitas Muria
Kudus 2010 Volume 1, No. 1, Desember tahun 2010, hal. 33. 22It follows that happiness and worth, as well in individuals as
in societies, depend on adequate ascendancy of the sympathetic
instincts. Thus the expression, Living for Others, is the simplest
summary of the whole moral code of Positivism.” Lihat: Robert L
Campbell, “Altruism in Auguste Comte and Ayn Rand". The Journal of Ayn Rand
Studies, Vol. 7 (2), hal. 357-369.
15
munculnya zaman positivisme, zaman yang dalam rasionalitasnya,
manusia berada pada pancapain tingkat tertinggi. Hal ini sebagai
humanism menguat karena sudah berhasil mengatasi suatu beban dari
“tahap pengetahuan teologis” dan “tahap pengetahuan
transendental23
” dari waktu sebelumnya
Kelima, Jurnal Sosiologi Masyarakat, Vol. 18, No. 1, Januari
2013 yang ditulis oleh Robertus Robet dengan judul “Altruisme,
Solidaritas, dan Kebijakan Sosial”.
Dalam karya ini dijelaskan bahwa altruisme merupakan suatu
perilaku yang berbasis individual-singular, namun ia dapat dilakukan
dalam suatu kebersamaan tanpa harus menghilangkan karakter
singularitasnya. Aktualisasinya selalu ditunggu-tunggu. Altruisme
merupakan tanda bahwa ,manusia itu memeiliki positivitas pada
sosialnya. Dengan alturisme, sebuah masyarakat akan menemukan
bahwa “kebersamaan” selalu memeicu gairah. Oleh karena itu
altruisme sangat berguna untuk pembangunan sebuah masyarakat
majemuk. Hal ini harus dipelihara dan ditanamkan sebagai modus
eksistensi suatu komunitas. Dalam karya ini menyebutkan bahwa
apapun hebatnya rasionalitas politik dan ekonomi untuk
mempertahankan self-interest sebagai dasar antropologisnya, tetap
saja bahwa kenyataanya manusia merupakan makhluk sosial dan
tidak bisa tergantikan setatusnya24
.
H. Metode Penelitian.
1. Jenis Penelitian.
23Menonjolkan hal-hal yang bersifat kerohanian, KBBI elektronik.
24Robertus Robet, “Altruisme, Solidaritas, dan Kebijakan Sosial”, Jurnal
Sosiologi Masyarakat, Vol. 18, No. 1,(Universitas Negeri Jakarta, 2013), hal. 16
16
Sesuai dengan jenis penelitian yaitu kualitatif dengan
mempergunakan kajian pustaka, maka dari itu sumber data yang
penulis gunakan di dalam penelitian yaitu sumber tertulis berupa al-
Quran, kitab-kitab tafsir, jurnal, buku-buku, serta karya-karya ilmiah
lainnya25
.
2. Sumber Data.
Demi memudahkan penelitian, maka sumber data penulis bagi
menjadi dua katagori yaitu primer dan skunder.
a. Primer.
Sumber primer pada penelitian ini ialah ayat-ayat al-Quran yang
terkait pembahasan, kitab-kitab tafsir klasik, modern, serta buku-
buku tentang sosial, dan fikih.
b. Sekunder
Adapun sumber data skunder yang peneliti gunakan dalam karya
ini adalah beberapa kitab Ulûm Al-Quran, kitab-kitab induk hadis,
sejarah, jurnal, makalah, serta media otoritatif lainya yang sesuai
dengan tema pembahasan. Dan tidak lupa juga pendapat para
ulama’ serta para ilmuwan ahli sesuai tema pembahasan.
3. Teknik Pengumpulan Data.
Metode pengumpulan data pada penelitian ini ialah metode
dokumentasi karena penelitian ini bersifat kualitatif, oleh karena itu
metode pengumpulan data yang lebih sesuai adalah dengan teknik
dokumentasi26
, yaitu pengumpulan data melalui berbagai kitab-kitab
tafsir, buku-buku serta literature lainnya yang relevan dengan tema
25Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan (Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 2008).hal. 10. 26
Metode dokumentasi adalah cara pengumpulan data yang diperoleh dari
dokumen-dokumen yang ada atau catatan-catatan yang tersimpan, baik itu berupa
catatan transkrip, buku, surat kabar, dan lain sebagainya.
17
yang diangkat. Di dalam mengumpulkan data-data, penulis memlikih
menggunakan pendekatan tematik atau maudhu’i dengan membahas
penafsiran ayat-ayat yang punya keterkaitan dengan tema yang telah
telah penulis tentukandari berbagai sumber primer yaitu kitab-kitab
tafsir yang menjadi rujukan utama.
4. Teknik Analisa dan data.
Metode analisis yang dipakai pada penelitian ini, penulis
menyesuaikan dengan objek permasalahan yang akan dikaji.
Sebagaimana yang sudah disebutkan, objek penelitian yang dikaji
dalam karya ini berbentuk pemikiran, oleh karena itu, objek
penelitian tersebut di analisis dan mengunakan analisa diskriptif27
,
yaitu meliputi pendekatan yang ada pada isi (content analysis)28
.
Dalam penelitian ini, penulis mengumpulkan ayat-ayat Al-
Quran yang sesuai tema altruisme. Selanjutnya penulis akan
menjelaskan penafsiran ayat dan asbâbunnuzûl jika ada. Setelah itu
dipaparkan penjelasan-penjelasan oleh para ulama’ terkait altruisme
khususnya al-Qurthubî dan al-Qusyairî berdasarkan tafsir, hadis,
sejarah dan pandangan-pandangan para ulama’ fikih dah ahli hikmah.
Di antara banyak penjelasan, penulis akan mengkomparasikan
altruisme dari sisi hukum dan hikmah khususnya dari pemikiran dua
mufassir yang telah disebutkan sebagai rujukan kajian utama.
I. Sistematika Penulisan
27
Analisis diskriptif yaitu suatu bentuk penelitian yang meliputi proses
pengumpulan data yang selanjutnya dianalisis. Lihat Winarno Surahmad,
Pengantar Penelitian Ilmiah Tehnik dan Metode, Bandung: Tersito, 1982, hal. 132. 28
Weber menyatakan: “Kajian isi adalah metodologi penelitian yang
memanfaatkan seperangkat prosedur untuk manarik kesimpulan yang benar dari
sebuah buku atau dokumen, lihat Lexy J. Moleong, Metodologi penelitian kualitatif
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), hal.220.
18
Penelitian ini selanjutnya akan dilaporkan dengan berbentuk
tesis dengan merujuk pada petunjuk teknik pembuatan tesis Institute
Ilmu al-Quran (IIQ) Jakarta. Agar mempermudah pembahasan dalam
penenlitian, penulis membagi penelitian menjadi lima bab. Rincian
sistematika pembahasan sebagai berikut.
Bab I, pada bab ini penulis memaparkan latar belakang
masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan
masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitia, telaah pustaka,
metode penelitian dan yang terakhir sistematika penulisan.
Bab II, pada bab dua ini penulis lebih membahas altruism
secara umum menyangkut Pengertian Altruisme, Motivasi Altruisme,
Pembahasan Altruisme Dalam Al-Quran, Altruisme Dari Berbagai
Perspektif (Altruisme ditinjau Dari Perspektif Ilmu Sosial, Altruisme
Perspektif Para Ulama’, Altruisme Perspektif Hukum Islam,
Altruisme Perspektif Tasawuf), Kontekstualisasai Penafsiran
Altruisme di Era Kontemporer dan Manfaat Gagasan Altruisme di
Masyarakat.
Bab III, dalam bab ini penulis membahas biografi al-Qurthubî
dan al-Qusyairî
Bab IV, pada bab ini penulis akan fokus pada inti tema
pembahasan yaitu terkait Analisis Ayat-Ayat Altruisme, Penafsiran
al-Qurthubî, Penafsiran Al-Qusyairî, Perbandingan Penafsiran Term
Altruisme antara al-Qurthubî dan al-Qusyairî.
Bab V, pada bab ini penulis mengambil kesimpulan dari apa
yang telah dibahas pada semua bab dengan merujuk semua paparan.
193
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dipaparkan dari berbagai sumber, disini penulis akan
menyimpulan dari apa yang sudah penulis sampaikan.
1. Dari penafsiran yang telah dipaparkan oleh al-Qurthubî dan
al-Qusyairî mengenai ayat-ayat altruisme, bisa ditarik
kesimpulan bahwa sebuah ajaraan syariat yang telah
diperintahkan Allah SWT terdapat makna tersirat yang
menambah keteguhan untuk melaksanakanya. Dengan
disandingkanya penafsiran bercorak fiqhi dengan corak sufi
dalam setiap ayat-ayat yang mengandung perrintah Allah
khususnya dalam hal altruisme, menambah kertarikan
dalam mengamalkanya. Keutamaan-keutaamaan serta
hikah-hikmah yang dibahas dalam altruisme manambah
daya tarik seseorang agar selalu melaksanakan perintah
Allah SWT khusunya dalam ayat-ayat altruisme ini.
2. Terdapat perbedaan yang mencolok dalaam tafsir yang
dipaparkan oleh kedua mufassir. Al-Qurthubî lebih
menonjolkan sisi-sisi permasalahan hukum dalam
menafsiran ayat-ayat altruisme, sedangkan al-Qusyairî lebih
kepada hikmah dibalik hukum-hukum syariat yang terdapat
pada ayat-ayat altruisme.
B. Saran-saran
Altruisme sebagai salah satu syariat yang diperintahkah oleh
Allah SWT. Altruisme yang bermakna kepedualian sosial sebagai
bentuk penghambaan seseorang dengan saling membantu satu sama
lain. Altruisme juga sudah dicontohkan oleh rasulullah kepada
194
kaumnya sehingga ummatnyapun patut meniru. Altruisme selain
juga produk syariat yang bernuansa sosial, terdapat hikmah-hikmah
yang patut digali dan renungkan sehingga semakin banyak pelaku-
pelaku altruisme yang dengan tanpa pamrih melaksanakanya.
Tentunya penelitian ini juga belum sempurna karena terdapat
juga aspek-aspek lain yang perlu digali dari altruisme. Saran penulis
untuk peneliti kedepanya agar meneliti lagi lebih detail dan spesifik
lagi. Sehingga akan muncul ragam-ragam pemaknaan konsep
altruisme dalam al-Quran dari berbagai sudut pandang pemikiran.[]
195
Daftar Pustaka
Abd al-Bȃqȋ, Muhammad Fuad, ”Mu’jam al-Mufahrs li Alfȃdz Al-
Quran”, ( Beirut: Dȃrul Fikr 1981)
Abercrombie, Nicholas, dkk “Kamus Sosiologi”, (Yogyakarta:
Pustaka Belajar, 2010).
Al-Baghâ, Musthafâ Dîb, at-Tadzhîb, (Surabaya: Haromain, tt)
‘Alî Iyazî, Muhammad, al-Mufassirûn Hayatuhum wa Manhajuhum,
(Teheran: al-Tsaqafah al-Irsyâd al-Islâmî, 1212 H)
Al-Albâni, Muhammad Nasiruddin, al-Ahâdîts al-Dhaîfah wa al-
Maudhû’ah, (Riyâdh: Maktabah al-Islâmiyah, 1980)
Al-Asqalani , Ibn Hajar, Tahdhib al-Tahdhib, terj. (Bayrut: Dar al-
Fikr, 1984
Al-Dawudi, Tabaqat al-Mufassirȋn, (Beirut: Dȃr al-Ilmiyah, t.th)
Ad-Dzahabiy, Muhammad Husain, Al-Tafsir Wa al-Mufassirun Jilid
2, (Kairo: Darul Hadis, 2005)
Al-Farmawȋ, Abd al-Hayyi, al-Bidȃyah Fȋ at-Ṭafsȋr al-Maudhȗ’i,
(Kairo: al-Hadharȃt al-Gharbiyyah, 1997).
Al-Ghazali, Mutiara Ihya’ Ulumuddin, (Bandung: Penerbit Mizan,
1996)
Al-Ghazalî, Majmuî al-Rasâil Imâm al-Ghazalî, terj. Kamran As’ad
Irsyadi, Samudera Pemikiran al-Ghazali, (Yogjakarta: Pustaka
Sufi, tt),
Ahmad ibn Abdul Halim ibn Taymiyah al-Harrani, Majmu' Fatâwâ
Li Syaikh al-Islam Ibn Taymiyah, (Riyadh, Maktabah al-
Ubaikan, tt.)
Husin Al Habsyi, Kamus Al Kautsar, (Surabaya: Yayasan Pesantren
Islam (YAPi), 1991)
196
Al-Hafidz, Ibnu Rusyd, Bidâyah al-Mujtahid wa Nihâyah al-
Muqtasîd, (Bairut: Dâr al-Kutub al-Islâmiyyah wa ‘asâruhu,
1995)
Al-Imâm Abî al-Qâsim ‘Abdil Karîm Ibn Hauzân Ibn ‘Abdil Malik
Al-Qusairî An-Nîsâbûrî Asy-Syâfi’î, Tafsîrul Qusyairî al-
Musammâ Lathâiful Isyârât, (Bairut: Dâr al-Kutub al-
‘Alamiyah, 1971)
Al-Kandahlawi Muhammad Yusuf, Hayat as-Sahabat (Beirut:
Maktabah al-Bananiyah al-Markaziyah, 1988)
Al-Kuli, Amin, Manahȋd al-Tajdȋd, (Mesir: Dȃr al-Ma’rifah, 1961).
Munawar, A. Wasson, Al Munawir, (Yogyakarta: Pustaka Progresif,
1984)
As-Sayyis, Muhammad Ali, Tafsir Ayat al-Ahkam, Mesir:
Mathba’ah, 1953)
Al-Qaradhawi, Yusuf, “Fiqih Azzakâh”, (Bayrût, Lubnân;
Muassasah al-Risâlah, 1418 H/1997 M).
Al-Qaththan, Manna’, Pengantar Studi Ilmu Al-Quran, (Jakarta:
Pustaka al-Kautsar, 2006)
Al-Qaththan, Manna’, Mabahits fi ‘Ulum Al-Quran (Riyad:
Mansyurat al-‘Ashar al-Hadîs, 1990)
Al-Qurthubi, Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad al-Anshari, al-
Tadzkir fi Afdhal al-Adzkar, terj. Pardan Syafrudin, jilid 1,
(Jakarta: PT Lentera Abadi, 2009)
Al-Qurtubi, Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad al-Anshori, al-
Jami’ Li Ahkam Al-Quran Jilid 1 (Kairo: Maktabah al-Shafa,
2005)
Al-Qusyairȋ, Muhammad Abȗ al Qȃsim, Risalah al-Qusyairiyyah,
(Qȃhirah: Dȃr al-Kutub, 2009)
197
Ahmad bin Faris, Abi Husein, Mu`jam Maqayis al-Lugat, (Beirut:
Dâr al-Fikr, t.th)
Al-Sayyid, Fathi Majdi, al-Zuhd Li al-Imām Abî’Abdillâh al-
Qurthubî, (Mesir: Maktabah as-Shahābah, 1408 H)
As-Shiddieqi, Hasbi, Sejarah Dan Pengantar Ilmu Al-Quran Dan
Tafsir, (Jakarta: Bulan Bintang, 1980)
Al-Sijistânî , Abû Dâwud, Sunan Abî Dâwud, vol. 4 (Bairût: al-
Maktabah al-‘Aṣriyyah, t.t)
Amstrong, Karen, Muhammad Prophet for Our Time, (Bandung:
Mizan Media utama, 2007)
Arberry, A.J., Sufi: An Account of the Mystics of Islam, (London:
Allen&Unwin, 1950)
At-Taftazamȋ, Abu Wafȃ al-Ganimȋ, Tasawuf isla terj. Subkhan
Ansori, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2008)
Asy-Syurbasi, Ahmad, Sejarah dan Biografi 4 Imam Madzhab,
(Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1993)
Azra, Azyumardi, “Konteks Berteologi Di Indonesia” (Jakarta:
Paramadina, 1999).
Al-Yaqzan, Abu, Dirȃsat fi at-Tafsȋr wa Rijȃlah, (t.k: t.p., t. Th)
Ash-Shiddiqie, Hasbi, Kuliah Ibadah, (Jakarta, Bulan Bintang, 1954).
Batson, C.D. “Prososial Motivation: It is Trully altruistic?” (In L.
Berkowitz (Ed.), Advances In Experimental Social Psychology,
1987). Vol. 20
Baidan, Nashruddin Wawasan Baru Ilmu Tafsir (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2005)
Batson, CD., Ahmad, N., Stoks, E.L. Benets and Liabilities of
Empathy-Induced Altruism. In A.G. Miller (Ed). “The Sosial
198
psychology of Good and Evi”l.(New York: Guilford Press,
2004)
B. Taneko, Soleman, Struktur Dan Proses Sosial, (Jakarta: CV.
Rajawali, 1984)
Crisp R.J. & Turner R.N., “Essential Social Psychology”, (London:
Sage Publications, 2007)
Dahlan , Abdul Aziz (et.al), Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta : PT
Ikhtiar Baru Van Hoeve, 1997)
Dayakisni, T&Hudaniah, Psikologi Sosial (Malang: Universita
Muhammadiyah Malang, 2003)
Desmita, Dalam, “Psikologi Perkembangan Peserta Didik”,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010)
Dimont, Max I., Jews, God and History. Terjemahan Altoro. Cet. Ke-
1 (Bandung: Eraseni Media, 1993)
Djazuli, H. A, Kaidah-Kaidah Fiqih: Kaidah-Kaidah Hukum Islam
Dalam Menyelesaikan Masalah-Masalah yang Paraktis,
(Jakarta: Kencana, 2006)
Effendi, Mukhtar, Ensiklopedi Agama dan Filsafat, (Palembang: PT.
Widyadara, 2001)
Fuad, Muhammad, ‘Abdul al Baqiy “al-Mu’jam al-Mufahrȃs Li
Alfȃdzi Al-Quran al-Karȋm”, (Indonesia: Maktabah Dahlan,
t.th)
Golleman, Danielle, "EmotionalI Intelligence”, (Jakarta: Gramedia
Pustaka,1997)
Gusti Yuli Asih dan Margaretha Maria Shinta Pratiwi , “Perilaku
Prososial Ditinjau Dari Empati Dan Kematangan Emosi”
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus 2010 Volume 1, No.
1, Desember tahun 2010.
199
Habil, Abdurahmȃn, Esetoric Traditional Commentaries of Al
Qur’ȃn, dalam Islamic Spirituality Fondation, Seyyed Hossein
Nasr (ed), (New York: Crossroad, 1991)
Hadori, Mohamad, “Perilaku Prososial (Prososial Behavior), Telaah
Konseptual Tentang Altruisme (Altruism) Dalam Perspektif
Psikologi”, Jurnal Lisan al-Hal, volume 8, no. 1, Juni 2014
Hafidhuddin, Didin, “Panduan Parktis Tentang Infaq” (Jakarta:
Gema Insani, 1998)
Hamdani Hamid dan Beni Ahmad Saebani, Pendidikan Karakter
Perspektif Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2013)
Hamka, “Tafsîr al Azhâr”, (Surabaya: Yayasan Latimojong, 1975),
Juz XXVII.
Muhammad Fauqi Hajjaj, Tasawuf Islam & Akhlak, (Jakarta:
Hamzah, 2011), hal. 335
Sa’di, Adil, “Fiqhun Nisȃ’: Syiyam, Zakat, Haji” (jakarta: Hikmah
PT Mizan Publika, 2006)
Hakim, al-Husnul, Ensiklopedi kitab-kitab tafsir, (Depok: Lingkar
Studi Al-Qur’an, 2013)
Hamid, Shalahuddin, Hak Asasi Manusia dalam Perspektif Islam,
(Jakarta: Amissco, 2000)
Hamka (Haji Abdul Malik Karim Amrulah), Tasauf Perkembangan
dan Pemurniannya, (Jakarta, Pustaka Panji Mas, 1993)
Hasan, Moh. Abdul Kholiq, kontemplasi Jurnal Ushuliddin, vo.2. no.
1, Agustus 2004, fakultas Ushuluddin, Fakultas Adab dan
Dakwah (FUAD), (Institutute Agama Islam IAIN
Tulungagung)
Ibnu ‘Asyûr , Muhammad Tahir, Tafsîr at-Tahrîr wa at-Tanwîr,
(Tunisia: Dar Souhnoun, t.t)
ibn Hajar, Ahmad ibn Ali, Fathul Bary: Syarah Shahih Bukhari, ,
(Beirut: Dâr al-Fikr, t.th.)
200
Imam Muslim, Al-Jamî’ As-Sahîh (Beirut: Dar al-Fikr, n.d.)
Ibrahim, Duski, Kaidah-Kaidah Fikih, (Palembang: CV Amanah,
2019)
Izutsu, Toshihiko, The Concept of Belief in Islamic Theology: A
Semantical Analysis of Imân and Islam, terj. Agus Fahri Husein
(Yogyakarta: Tiara Wacana: 1994)
Faizah Ismail, Asas Muamalat dalam Islam (Kuala Lumpur: Dewan
Bahasa dan Pustaka, 1995)
J. Moleong, Lexy, Metodologi penelitian kualitatif , (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2013).
Jauhari, Thanthawi, al-Jawȃhir Fȋ Al-Quran al-Karȋm, (Beirut: Dȃr
at-Turȃts al ‘Arabȋ, 1991)
Jannah, Miftahul, “Konsep Altruisme Dalam Perspektif Al-Quran”
Kajian Integratif Antara Islam Dan Psikologi”, Tesis:
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang,
2016.
Jibril, Muhammad Sayid, Madkhal ilâ Manâhij al-Mufassirîn,
(Kairo: al-Risa lah, 1987)
Totok Jumantoro, Samsul Munir Amin, Kamus Ilmu Tasawuf,
(Jakarta : Amzah, 2005)
K. Ali, “Sejarah Islam (Tarikh Pramodern)”, (Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada, 2003)
KBBI elektronik
Kementrian Agama RI, “Al-Quran dan Tafsirnya”, (Jakarta:
Widya Cahya, 2011)
Khalifah, Hajȋ, Kasyf al-Zunȗn ‘an-Asȃmȋ al-Kutub wa al-Funȗn, I,
(Beirut: Dȃr al-Fikr, 1994)
Khaldun, Ibnu Muqaddimah Ibn Khaldun, (Kairo, Maktabah
Tauqifiyah, t.th),.
201
Madjid, Nurcholish, Islam Doktrin dan Peradaban: Sebuah Telaah
Kritis tentang Masalah Keislaman, Kemanusiaan dan
Kemodernan, (Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina, 1992)
Mahmudi, Sistem Akuntansi Organisasi Pengelola Zakat,
(Yogyakarta: P3EI, 2009)
Mahmud, Mani’ Abd Halim, Metodologi Tafsir Kajian Komprehensif
Metode Para Ahli Tafsir, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2006)
Mahmȗd, ‘Abd al Halȋm dan Mahmȗd bin asy Syarȋf, Tahqȋq Risalah
al-Qusyairiyyah, (Qȃhirah: Dȃr al-Ma’ȃrif, 119 H)
Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia, 2008).hal. 10.
Moeljadi, David, dkk, KBBI Elektronik V 0.2.1 beta (21,), Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2016
Mohamat Hadori, “Perilaku Prososial (Proposial Behavior)”, Jurnal
Lisan al-Hal, Volume 6, No. 1, Juni 2014.
Munawir & al-Bisri, Kamus al- Bisri, (Surabaya: Pustaka Progresif,
1999
Musawi Lari, Sayyid Mujtaba, Hati: Penyakit Dan Pengobatannya,
(Jakarta: Pustaka Intermasa, 2003)
Muhammad Shâlih, Abdul Qadir , al-Tafsîr wa al-Mufassirûn fi
al-’Asr al-Hadîs,‘Arad wa Dirâsah Mufassalah, li-Ahammi
Kutub al-Tafsîr al-Ma’âsir (Beirut: Dâr al-Ma’rifah, t.t)
Muryadi, Andik Matulessy Religiusitas, “Kecerdasan Emosi Dan
Perilaku Prososial Guru”, Jurnal Psikologi, Volume 7, No. 2,
Agustus 2012.
Muslim, Abî al-Husain Ibn Hujâj al-Qusyairî an-Naisâburî, ”Sohîh
Muslîm”,(Riyâd: Dâr Thoibah, 2006).
202
Mutrofin, “ulama Indonesia Kontemporer”, Jurnal Dinamika
Penelitian: Media Komunikasi Sosial Keagamaan Volume 19,
Nomor 01, Juli2019
Myers, David G, "Social Psycology”,10th ed. (New York: Mc Graw
Hill, 2012)
Ni’mah, Roudhlotun, IAIN Sunan Giri Bojonegoro, “Hubungan
Empati Dengan Perilaku Altruistik”, al-Tuhfah, Jurnal
Keislaman Volume 6, Nomor 1, Januari 2017
Nu’mani, Syibli, “Umar Yang Agung Sejarah dan Analisa
Kepemimpinan Khalifah II” (Bandung: Penerbit Pustaka, 1981)
Qadir, Abdurrahman, Zakat dalam Dimensi Mahdhah dan Sosial,
(Jakarta: Raja Grafindo, 1998)
Qardawi, Yusuf, Hukum Zakat, Terjemahan Salman Harun dkk,
(Jakarta: Litera Antar Nusa, 1993)
Rahyono, FX, Kearifan Budaya dalam Kata, (Jakarta: Wedatama
Widyasastra, 2009
Ramadhan, Quantum Ikhlas, (Solo: Abyan, 2009)
Robert L Campbell, “Altruism in Auguste Comte and Ayn Rand".
The Journal of Ayn Rand Studies, Vol. 7 (2)
Robertus Robet, “Altruisme, Solidaritas, dan Kebijakan Sosial”,
Jurnal Sosiologi Masyarakat, Vol. 18, No. 1,(Universitas
Negeri Jakarta, 2013).
Salam, Burhanudin, “Etika Sosial Asas Moral Kehidupan Manusia”,
(PT Reneka Cipta: Bandung, 1996)
Sarwono. S W., “Psikologi Sosial”, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002).
Sears, D.O, Fredman, J. L., dan Pleplau, L.A. “Psikologi Sosial”.
Alih Bahasa oleh Michael ardiyanto. (Jakarta: Erlangga, 1994).
203
Sears, David, O,. Letitia Anne Plepau, Shelley E. Taylor, “Psikologi
Sosial” ed. kedua belas. Terj Tri Wibowo B.S. (Jakarta
Kencana, 2009).
Shibab, M. Quraish, “Tafsir al-Misbah”, (Jakarta: Lentera Hati,
2002).
Shihab, M. Quraish, Berbisnis Dengan Allah, (Tangerang: Lentera
Hati 2008)
Soekanto. S, “Sosiologi Suatu Pengantar”, (Jakarta: PT. Radja
Grafindo Persada, 2002).
Surahmad, Winarno, Pengantar Penelitian Ilmiah Tehnik dan
Metode, (Bandung: Tersito, 1982).
Sutono, Imam, “Altruisme Dalam Kehidupan Masyarakat Plural”:
Studi Pemikiran Nurcholish Madjid, (Desertasi: Universitas
Islam Negeri Sunan kalijaga, 2008).
Sulaimân, Abûlqâsim Ibn Ahmad Ath-Thabrâni, “al-Mu’jam al-
Ausath” ( Kairo: Dârul Haramain, 1995).
Tahido Yanggo, Huzaemah, Pengantar Perbandingan Mazhab,
(Jakarta: Logos, 1997)
Tasya Kubra Zadah, Miftah al-Sa’adah wa Misbah as-Siyadah,
(Haidarrabad: Dairah al-Ma’rifah al-Nizamiyah, tt)
Taylor, S.E., Peplau, L.E., & Sears, D. O. “Social Psychology”. (12th
Ed). Pearson Education-Prentice Hall
Team Penyususun Terjemah Al-Quran, “al-Wasim, Al-Quran Tajwid
Kode Transliterasi Perkata, Terjemah Perkata”, (Jawa Barat:
Cipta Bagus Segara 2013). Hal. 546.
Shihab, M. Quraish “Tafsir AL Misbah: Pesan, Kesan dan
Keserasian Al-Quran”, (Jakarta: Lentera Hati, 2011)
204
Shihab, M. Quraish, Kaidah Tafsir: Syarat, dan Ketentuan yang
Patut Anda Ketahui dalam Memahami Al-Quran (Tangerang:
Lentera Hati, 2013)
‘Ulwa, Abdullah Nasih “Tarbiyyah al-Aulȃd fȋ al-Islȃm”,
Ensiklopedi Metodologi Al-Quran jilid 5, (Jakarta: Kalam
Publika, 2010)
Walgito. B, “Psikologo Sosial”, (Yogyakarta: Andi Offset, 2002).
Wajdȋ, Muhammad Farȋd, Dȃ’irah al-Ma’rif al-Qarn al-Isyrȋn, VIII, (
t.k.: t.p., t.th)
Yunus al Mashri, Rafiq “Fiqh al-Mu’âmalah al-Mâliyah”, (Jiddah:
Dâr al-Basyir, 1426 H/2005 M).
Zahri, Mustafa, Ilmu Tasawuf, Kunci Memahami Ilmu Tasawuf,
(Surabaya: Bina Ilmu, 1983)
205
BIODATA PENULIS
Nama lengkap penulis adalah Ahmad Toha, lahir di Trenggalek
27 Desember 1987. Lahir dari keluarga petani dari pasangan Bapak
Marni dan Ibu Istiyah. Penulis merupakan anak terakhir dari 6
bersaudara. Penulis pernah nyantri di Pondok Pesantren Raden paku
Trenggalek asuhan KH. Syafií dan KH Imam Daroni, Pesantren Al-
Quran Nurul Quran Trenggalek asuhan KH. Suprapto al-Hafidz,
MMQ al-Hasan Trenggalek asuhan KH. Ahmad Zaini al-Hafidz,
PPTQ Raudhatusshalihin Malang asuhan KH. Muhammad Chusaini
al-Hafidz. Setelah dari Malang lalu melanjutkan studi di Sekolah
Tinggi Kulliyyatul Quran al-Hikam Depok asuhan KH. Ahmad
Hasyim Muzadi. Setamat dari al-Hikam Depok, lalu mengabdikan
diri selama satu tahun di daerah 3T Sukapulih, Sumatera Selatan
sebagai syarat pengambilan ijazah.
Sepulang dari pengabdian, penulis melanjutkan studi setingkat
Strata dua (S2) di Institute Ilmu Al-Quran Jakarta. Saat ini penulis
aktif mengajar di Pesantren Al-Hamidiyah Depok dan Yayasan
Tahfidz Zawiyah Indonesia yang juga berlokasi di Depok.