45
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Miopia adalah suatu bentuk kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar yang datang dari jarak tak terhingga oleh mata dalam keadaan tidak berakomodasi dibiaskan pada satu titik di depan retina. 1 Astigmat adalah suatu keadaan dimana sinar yang masuk ke dalam mata tidak terpusat pada satu titik saja tetapi sinar tersebut tersebar menjadi sebuah garis. 2 Astigmat Myopicus Compositus yaitu dimana sinar-sinar sejajar yang masuk ke bola mata dibiaskan oleh media refrakta dalam sumbu orbital akan terbentuk fokus bayangan dua titik di depan retina semua. 3 Prevalensi global kelainan refraksi diperkirakan sekitar 800 juta sampai 2,3 milyar. Di Indonesia prevalensi kelainan refraksi menempati urutan pertama pada penyakit mata. Kasus kelainan refraksi dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Ditemukan jumlah penderita kelainan refraksi di Indonesia hampir 25% populasi penduduk atau sekitar 55 juta jiwa. Prevalensi miopia bervariasi berdasar negara dan kelompok etnis, hingga mencapai 70-90% di beberapa negara. Sedangkan menurut Maths Abrahamsson 1

Amc

Embed Size (px)

DESCRIPTION

amc

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Miopia adalah suatu bentuk kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar

yang datang dari jarak tak terhingga oleh mata dalam keadaan tidak

berakomodasi dibiaskan pada satu titik di depan retina.1 Astigmat adalah

suatu keadaan dimana  sinar yang masuk ke dalam mata tidak terpusat pada

satu titik saja tetapi sinar tersebut tersebar menjadi sebuah garis.2 Astigmat

Myopicus Compositus yaitu dimana sinar-sinar sejajar yang masuk ke bola

mata dibiaskan oleh media refrakta dalam sumbu orbital akan terbentuk fokus

bayangan dua titik di depan retina semua.3

Prevalensi global kelainan refraksi diperkirakan sekitar 800 juta sampai

2,3 milyar. Di Indonesia prevalensi kelainan refraksi menempati urutan

pertama pada penyakit mata. Kasus kelainan refraksi dari tahun ke tahun terus

mengalami peningkatan. Ditemukan jumlah penderita kelainan refraksi di

Indonesia hampir 25% populasi penduduk atau sekitar 55 juta jiwa.

Prevalensi miopia bervariasi berdasar negara dan kelompok etnis, hingga

mencapai 70-90% di beberapa negara. Sedangkan menurut Maths

Abrahamsson dan Johan Sjostrand tahun 2003, angka kejadian astigmat

bervariasi antara 30%-70%.4

Mengingat angka kejadian kelainan refraksi menempati urutan pertama

penyakit mata dan terjadi peningkatan angka kejadian dari tahun ke tahun,

serta penatalatalaksanaannya yang hanya mencegah kelainan refraksi

bertambah parah membuat penyusun tertarik untuk membahas kasus kelainan

refraksi khususnya astigmat miopiscus compositus.

2. Tujuan

Laporan ini bertujuan untuk melaporkan kasus anomali refraksi

khususnya astigmatisme myopia compositus beserta penatalaksanaanya.

1

BAB II

LAPORAN KASUS

I. IDENTIFIKASI

Nama : Tuan S

Umur : 22 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Bangsa : Indonesia

Alamat ` : Lebak Mulyo, Palembang

Pekerjaan : Mahasiswa

II. ANAMNESA (Autoanamnesis, 21 Mei 2010)

Keluhan Utama :

Mata kanan dan kiri kabur sejak sebulan yang lalu

Riwayat Perjalanan Penyakit

± 7 tahun yang lalu, mata kanan dan kiri penderita mulai kabur saat

melihat papan tulis. Penderita susah melihat benda-benda dari jarak jauh dan

suka menyipitkan mata saat melihat benda jauh. Mata lekas lelah saat

membaca dan mudah mengantuk. Pusing tidak ada. Penderita sering main

nitendo sejak kecil, sering main game komputer, dan sering membaca sambil

tidur. Penderita menyangkal suka membaca di tempat yang remang-remang.

Tidak ada keluhan lain pada mata. Penderita telah berobat ke dokter dan telah

dilakukan koreksi lensa pada mata kanan dan kiri penderita dengan

menggunakan lensa negative (0,5 D). Setiap tahun lensa kacamata penderita

diganti dan bertambah bertahap minusnya.

± 1 tahun yang lalu, mata kanan dan kiri penderita kabur kembali.

Penderita susah melihat benda-benda dari jarak jauh dan suka menyipitkan

mata saat melihat benda jauh. Mata lekas lelah saat membaca dan mudah

mengantuk. Pusing tidak ada. Penderita berobat ke dokter dan dilakukan

2

koreksi lensa pada mata kanan dan kiri penderita dengan menggunakan lensa

negative (OD: S -3,00 C-0,75 α 100 ; OS: S -2,50 C-2,00 α 50; PD 65 mm).

± 1 bulan yang lalu, penglihatan penderita semakin kabur meskipun

menggunakan kacamata. Penderita susah melihat benda-benda dari jarak jauh

dan suka menyipitkan mata saat melihat benda jauh. Mata lekas lelah saat

membaca dan mudah mengantuk. Pusing tidak ada. Mata merah tidak ada,

suka berair-air tidak ada, kotoran mata tidak ada, nyeri pada mata tidak ada,

gatal tidak ada. Sakit kepala disertai mual muntah tidak ada. Silau terhadap

sinar tidak ada, melihat seperti kabut tidak ada, melihat pelangi tidak ada,

melihat seperti dalam terowongan tidak ada, melihat seperti kilatan cahaya

tidak ada.

Riwayat Penyakit Dahulu

- Riwayat menggunakan kacamata sejak 7 tahun yang lalu

- Riwayat konsumsi obat-obatan disangkal

- Riwayat trauma disangkal

- Riwayat penyakit darah tinggi disangkal

- Riwayat penyakit kencing manis disangkal

- Riwayat penggunaan lensa kontak disangkal

Riwayat Penyakit Dalam Keluarga

- Riwayat menggunakan kacamata dalam keluarga ada

- Riwayat keluarga dengan penyakit kencing manis ada

- Riwayat keluarga dengan penyakit darah tinggi disangkal

Status Gizi

Berat badan : 86 kg

Tinggi badan : 173 cm

IMT : 28,73 (Overweight)

3

Status Ekonomi

Baik

III. PEMERIKSAAN FISIK

1. Status Generalis

1. Keadaan umum : Tampak sehat

2. Kesadaran : Compos Mentis

3. Tekanan darah : 120/80 mmHg

4. Nadi : 80 kali per menit

5. Pernafasan : 18 kali per menit

2. Status Optalmologikus

OD OS

Visus

BSCVA

2/60 PH 6/9

S - 4,00 C -0,50

α 100 6/6

2/60 PH 6/15

S - 3,00 C -2,00

α 100 6/6

Binokular 6/6 Nyaman

Tekakan intraokular 15,6 mmHg 15,6 mmHg

Kedudukan bola mata Ortoforia

Gerakan bola mata

Baik ke segala arah Baik ke segala arah

Palpebra Tenang Tenang

Konjungtiva Tenang Tenang

Kornea Jernih Jernih

Bilik mata depan Sedang Sedang4

Iris Gambaran baik Gambaran baik

Pupil B, C, RC (+), Ө 3 mm B, C, RC (+), Ө 3 mm

Lensa Jernih Jernih

Segmen Posterior RFODS (+)

Papil: bulat, batas tegas, warna merah normal, c/d

0,3, a/v 2:3

Makula: RF (+)

Retina: kontur pembuluh darah baik

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

- Trial Lens

- Autorefraktometer (komputer)

- Streak Retinoskopi

- Pro USG

- Keratometri

Hasil Pemeriksaan Trial Lens

5

Hasil Pemeriksaan Autorefraktometer

V. DIAGNOSIS

- Diagnosis kerja :

Astigmat Myopicus Compositus Okuli Dekstra Sinistra

- Diagnosis banding :

Glaukoma kronik

Katarak

VI. PENATALAKSAAN

- Koreksi lensa negative dan silindris

- Antioksidan (vit A, C, dan E)

- Terapi visus (vision therapy)

- Orthokeratology (lensa kontak)

- Bedah refraksi

VII. PROGNOSIS

Quo at vitam : Bonam

Quo at fungsioanal : Bonam

6

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Miopia adalah suatu bentuk kelainan refraksi dimana sinar-sinar

sejajar yang datang dari jarak tak terhingga oleh mata dalam keadaan tidak

berakomodasi dibiaskan pada satu titik di depan retina. Miopia berasal dari

bahasa yunani “ muopia” yang memiliki arti menutup mata. Miopia

merupakan manifestasi kabur bila melihat jauh, istilah populernya adalah

“nearsightedness.1,5

Astigmat adalah suatu keadaan dimana  sinar yang masuk ke dalam

mata tidak terpusat pada satu titik saja tetapi sinar tersebut tersebar menjadi

sebuah garis. Astigmat merupakan kelainan pembiasan mata yang

menyebabkan bayangan penglihatan pada satu bidang fokus pada jarak yang

berbeda dari bidang sudut. Pada astigmatisma berkas sinar tidak difokuskan

ke retina di  dua  garis titik api yang saling tegak lurus.2,6

Astigmat Myopicus Compositus yaitu dimana sinar-sinar sejajar

yang masuk ke bola mata dibiaskan oleh media refrakta dalam sumbu

orbital akan terbentuk fokus bayangan dua titik di depan retina semua.

Astigmatisme jenis ini, titik fokus dari daya bias terkuat berada di depan

retina, sedangkan titik fokus dari daya bias terlemah berada di antara titik A

dan retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph -X

Cyl -Y.3,7

B. Fisiologi Penglihatan Normal

Pembentukan bayangan di retina memerlukan empat proses. Pertama,

pembiasan sinar/cahaya. Hal ini berlaku apabila cahaya melalui perantaraan

yang berbeda kepadatannya dengan kepadatan udara, yaitu kornea, humor

aqueous , lensa, dan humor vitreus. Kedua, akomodasi lensa, yaitu proses

lensa menjadi cembung atau cekung, tergantung pada objek yang dilihat itu

dekat atau jauh. Ketiga, konstriksi pupil, yaitu pengecilan garis pusat pupil

7

agar cahaya tepat di retina sehingga penglihatan tidak kabur. Pupil juga

mengecil apabila cahaya yang terlalu terang memasukinya atau

melewatinya, dan ini penting untuk melindungi mata dari paparan cahaya

yang tiba-tiba atau terlalu terang. Keempat, pemfokusan, yaitu pergerakan

kedua bola mata sedemikian rupa sehingga kedua bola mata terfokus ke arah

objek yang sedang dilihat.8

Mata secara optik dapat disamakan dengan sebuah kamera fotografi

biasa. Mata memiliki sususan lensa, sistem diafragma yang dapat berubah-

ubah (pupil), dan retina yang dapat disamakan dengan film. Susunan lensa

mata terdiri atas empat perbatasan refraksi: (1) perbatasan antara permukaan

anterior kornea dan udara, (2) perbatasan antara permukaan posterior kornea

dan udara, (3) perbatasan antara humor aqueous dan permukaan anterior

lensa kristalinaa, dan (4) perbatasan antara permukaan posterior lensa dan

humor vitreous. Masing-masing memiliki indek bias yang berbeda-beda,

indek bias udara adalah 1, kornea 1.38, humor aqueous 1.33, lensa

kristalinaa (rata-rata) 1.40, dan humor vitreous 1.34. 8

Bila semua permukaan refraksi mata dijumlahkan secara aljabar dan

bayangan sebagai sebuah lensa. Susunan optik mata normal akan terlihat

sederhana dan skemanya sering disebut sebagai reduced eye. Skema ini

sangat berguna untuk perhitungan sederhana. Pada reduced eye dibayangkan

hanya terdpat satu lensa dengan titik pusat 17 mm di depan retina, dan

mempunyai daya bias total 59 dioptri pada saat mata melihat jauh. Daya

bias mata bukan dihasilkan oleh lensa kristalinaa melainkan oleh permukaan

anterior kornea. Alasan utama dari pemikiran ini adalah karena indeks bias

kornea jauh berbeda dari indeks bias udara. Sebaliknya, lensa kristalinaa

dalam mata, yang secara normal bersinggungan dengan cairan disetiap

permukaannya, memiliki daya bias total hanya 20 dioptri, yaitu kira-kira

sepertiga dari daya bias total susunan lensa mata. Bila lensa ini diambil dari

mata dan kemudian lingkungannya adalah udara, maka daya biasnya akan

menjadi 6 kali lipat. Sebab dari perbedaan ini ialah karena cairan  yang

mengelilingi lensa mempunyai indeks bias yang tidak jauh berbeda dari

8

indeks bias lensa. Namun lensa kristalinaa adalah penting karena lengkung

permukaannya dapat mencembung sehingga memungkinkan terjadinya

“akomodasi”. 8

Pembentukan bayangan di retina sama seperti pembentukan bayangan

oleh lensa kaca pada secarik kertas. Susunan lensa mata juga dapat

membentuk bayangan di retina. Bayangan ini terbalik dari benda aslinya,

namun demikian presepsi otak terhadap benda tetap dalam keadaan tegak,

tidak terbalik seperti bayangan yang terjadi di retina, karena otak sudah

dilatih menangkap bayangan yang terbalik itu sebagai keadaan normal. 8

Mata kita menjalani serangkaian proses untuk dapat melihat. Proses

ini mirip dengan proses yang terjadi dalam sebuah kamera saat digunakan

untuk memotret. Gelombang cahaya masuk melewati sejumlah lensa kamera

yang kemudian memfokuskan gambar yang kita potret serta

memproyeksikannya ke permukaan film. Pada mata kita, yang berfungsi

sebagai film adalah retina. Saat mata kita melihat suatu benda, mata kita

menerima cahaya yang dipantulkan oleh benda tersebut. Cahaya masuk

melalui lensa mata yang memfokuskan gambar dan memproyeksikannya ke

retina yang terletak di belakang. Retina merupakan lapisan sel-sel yang

sangat sensitif terhadap cahaya. Bagian retina yang dapat menerima dan

meneruskan detil-detil gambar disebut macula. Macula tersusun dari

lapisan-lapisan sel yang dapat mengubah energi cahaya menjadi impuls

elektrokimia. Informasi ini kemudian dikirim ke syaraf optik yang akan

9

meneruskannya ke otak yang kemudian memprosesnya sehingga dapat

mengenali gambar tersebut. Itulah cara kita melihat sesuatu. 8

Sel-sel yang menyusun retina pada mata kita terdiri dari sel-sel

berbentuk batang (rod), kerucut (cone), dan sel-sel ganglia. Total sel yang

berbentuk batang dan kerucut bisa mencapai jumlah 125 juta sel. Semuanya

berfungsi sebagai sensor cahaya atau photoreceptor. Rasio perbandingan

rod dan cone bisa mencapai 18 banding 1 (rod lebih banyak dari cone). Rod

merupakan sel-sel yang paling sensitif karena walaupun hanya ada sedikit

cahaya (misalnya hanya ada satu partikel foton) sel-sel ini masih tetap dapat

mendeteksinya. Sel-sel ini juga dapat memproduksi gambar hitam-putih

tanpa memerlukan banyak cahaya. Cone baru berfungsi saat ada cukup

cahaya, misalnya saat siang hari atau saat kita sedang menyalakan lampu

yang terang di dalam ruangan. Cone berfungsi untuk memberikan kita detil-

detil obyek beserta warnanya. Informasi-informasi yang diterima sel-sel rod

dan cone ini kemudian dikirimkan ke sel-sel ganglia (ada sekitar satu juta

sel) dalam retina. Ganglia inilah yang kemudian mengartikan informasi

tersebut dan mengirimkannya ke otak dengan bantuan syaraf optik. 8

C. Penyebab

C.1 Miopia

Berdasarkan penyebabnya dikenal dua jenis myopia, yaitu:

- Myopia aksial, adalah myopia yang disebabkan oleh sumbu orbita yang

lebih panjang dibandingkan panjang fokus media refrakta. Dalam hal ini,

panjang fokus media refrakta adalah normal (± 22,6 mm) sedangkan

panjang sumbu orbita > 22,6 mm.

Myopia aksial disebabkan oleh beberapa faktor seperti;

1. Menurut Plempius (1632), memanjangnya sumbu bolamata tersebut

disebabkan oleh adanya kelainan anatomis.

2. Menurut Donders (1864), memanjangnya sumbu bolamata tersebut

karena bolamata sering mendapatkan tekanan otot pada saat

konvergensi.

10

3. Menurut Levinsohn (1925), memanjangnya sumbu bolamata

diakibatkan oleh seringnya melihat ke bawah pada saat bekerja di

ruang tertutup, sehingga terjadi regangan pada bolamata. 2,9

- Myopia refraktif, adalah myopia yang disebabkan oleh bertambahnya

indek bias media refrakta.

Pada myopia refraktif, menurut Albert E. Sloane dapat terjadi karena

beberapa macam sebab, antara lain :

1. Kornea terlalu melengkung (< 7,7 mm).

2. Terjadi hydrasi / penyerapan cairan pada lensa kristalinaa sehingga

bentuk lensa kristalinaa menjadi lebih cembung dan daya biasnya

meningkat. Hal ini biasanya terjadi pada penderita katarak stadium

awal (imatur).

3. Terjadi peningkatan indeks bias pada cairan bolamata (biasanya terjadi

pada penderita diabetes melitus). 2,9

Beberapa hal yang mempengaruhi resiko terjadinya myopia, antara lain:

1. Keturunan. Orang tua yang mempunyai sumbu bolamata yang lebih

panjang dari normal akan melahirkan keturunan yang memiliki sumbu

bolamata yang lebih panjang dari normal pula.

2. Ras/etnis. Ternyata, orang Asia memiliki kecenderungan myopia yang

lebih besar (70% – 90%) dari pada orang Eropa dan Amerika (30% –

40%). Paling kecil adalah Afrika (10% – 20%).

3. Perilaku. Kebiasaan melihat jarak dekat secara terus menerus dapat

memperbesar resiko myopia. Demikian juga kebiasaan membaca dengan

penerangan yang kurang memadai.9

C.2 Astigmat

Penyebab terjadinya astigmatismus adalah :

11

1. Kornea

Media refrakta yang memiliki kesalahan pembiasan yang paling

besar adalah kornea, yaitu mencapai 80% s/d 90% dari astigmatismus,

sedangkan media lainnya adalah lensa kristalin. Kesalahan pembiasan

pada kornea ini terjadi karena perubahan lengkung kornea dengan tanpa

pemendekan atau pemanjangan diameter anterior posterior bolamata.

Perubahan lengkung permukaan kornea ini terjadi karena kelainan

kongenital, kecelakaan, luka atau parut di kornea, peradangan kornea

serta akibat pembedahan kornea.3

2. Lensa Kristalin

Semakin bertambah umur seseorang, maka kekuatan akomodasi

lensa kristalin juga semakain berkurang dan lama kelamaan lensa

kristalin akan mengalami kekeruhan yang dapat menyebabkan

astigmatismus. Astigmatismus yang terjadi karena kelainan pada lensa

kristalin ini disebut juga astigmatismus lentikuler.3

D. Epidemiologi

Prevalensi global kelainan refraksi diperkirakan sekitar 800 juta

sampai 2,3 milyar. Di Indonesia prevalensi kelainan refraksi menempati

urutan pertama pada penyakit mata. Kasus kelainan refraksi dari tahun ke

tahun terus mengalami peningkatan. Ditemukan jumlah penderita kelainan

refraksi di Indonesia hampir 25% populasi penduduk atau sekitar 55 juta

jiwa.4

Insidensi myopia dalam suatu populasi sangat bervariasi dalam hal

umur, negara, jenis kelamin, ras, etnis, pekerjaan, lingkungan, dan faktor

lainnya. Prevalensi miopia bervariasi berdasar negara dan kelompok etnis,

hingga mencapai 70-90% di beberapa negara. Sedangkan menurut Maths

Abrahamsson dan Johan Sjostrand tahun 2003, angka kejadian astigmat

bervariasi antara 30%-70%.4

E. Klasifikasi

E.1 Klasifikasi Miopia

12

- Menurut perjalanan myopia:

1. Myopia stasioner, myopia simpleks, myopia fisiologis

Myopia yang menetap setelah dewasa.

2. Myopia progresif

Myopia yang bertambah terus pada usia dewasa akibat bertambah

panjangnya bola mata.

3. Myopia maligna, myopia pernisiosa, myopia degenerative

Myopia yang berjalan progresif, yang dapat mengakibatkan ablasi

retina atau kebutaan.2

- Menurut klinis:

1. Simpel myopia: adalah myopia yang disebabkan oleh dimensi

bolamata yang terlalu panjang, atau indeks bias kornea maupun lensa

kristalinaa yang terlalu tinggi.

2. Nokturnal myopia: adalah myopia yang hanya terjadi pada saat

kondisi sekeliling kurang cahaya. Sebenarnya, fokus titik jauh mata

seseorang bervariasi terhadap level pencahayaan yang ada. Myopia

ini dipercaya penyebabnya adalah pupil yang membuka terlalu lebar

untuk memasukkan lebih banyak cahaya, sehingga menimbulkan

aberasi dan menambah kondisi myopia.

3. Pseudomyopia: diakibatkan oleh rangsangan yang berlebihan

terhadap mekanisme akomodasi sehingga terjadi kekejangan pada

otot – otot siliar yang memegang lensa kristalinaa. Di Indonesia,

disebut dengan myopia palsu, karena memang sifat myopia ini hanya

sementara sampai kekejangan akomodasinya dapat direlaksasikan.

Untuk kasus ini, tidak boleh buru – buru memberikan lensa koreksi.

4. Degenerative myopia: disebut juga malignant, pathological, atau

progressive myopia. Biasanya merupakan myopia derajat tinggi dan

tajam penglihatannya juga di bawah normal meskipun telah

mendapat koreksi. Myopia jenis ini bertambah buruk dari waktu ke

waktu.

13

5. Induced (acquired) myopia: merupakan myopia yang diakibatkan

oleh pemakaian obat – obatan, naik turunnya kadar gula darah,

terjadinya sklerosis pada nukleus lensa, dan sebagainya.5

- Menurut derajat beratnya miopi 2

1. Ringan : lensa koreksinya < 3,00 Dioptri

2. Sedang: lensa koreksinya 3,00 – 6,00 Dioptri.

3. Berat: lensa koreksinya > 6,00 Dioptri. Penderita myopia kategori ini

rawan terhadap bahaya pengelupasan retina dan glaukoma sudut

terbuka.

- Menurut umur 2

1. Congenital (sejak lahir dan menetap pada masa anak-anak)

2. Youth-onset myopia (< 20 tahun)

3. Early adult-onset myopia (20-40 tahun)

4. Late adult-onset myopia (> 40 tahun).

E.2 Klasifikasi Astigmatisme 3,7

- Berdasarkan letak titik astigmatismus

1. Astigmatisme regular.

Astigmatisme dikategorikan regular jika meredian - meredian

utamanya (meredian di mana terdapat daya bias terkuat dan terlemah

di sistem optis bolamata), mempunyai arah yang saling tegak lurus.

Misalnya, jika daya bias terkuat berada pada meredian 90°, maka daya

bias terlemahnya berada pada meredian 180°, jika daya bias terkuat

berada pada meredian 45°, maka daya bias terlemah berada pada

meredian 135°. Astigmatisme jenis ini, jika mendapat koreksi lensa

cylindris yang tepat, akan bisa menghasilkan tajam penglihatan

normal. Tentunya jika tidak disertai dengan adanya kelainan

penglihatan yang lain.

14

Bila ditinjau dari letak daya bias terkuatnya, bentuk

astigmatisme regular ini dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:

1) Astigmatisme With The Rule.

Jika meredian vertikal memiliki daya bias lebih kuat dari pada

meredian horisontal. Astigmatisme ini dikoreksi dengan Cyl - pada

axis vertikal atau Cyl + pada axis horisontal.

2) Astigmatisme Against The Rule.

Jika meredian horisontal memiliki daya bias lebih kuat dari pada

meredian vertikal. Astigmatisme ini dikoreksi dengan Cyl - pada axis

horisontal atau dengan Cyl + pada axis vertikal.

15

Kesepakatan: untuk menyederhanakan penjelasan, titik fokus dari daya bias

terkuat akan disebut titik A, sedang titik fokus dari daya bias terlemah akan

disebut titik B.

Sedangkan menurut letak fokusnya terhadap retina, astigmatisme regular

dibedakan dalam 5 jenis, yaitu :

1. Astigmatismus Myopicus Simplex.

Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B

berada tepat pada retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini

adalah Sph 0,00 Cyl -Y atau Sph -X Cyl +Y di mana X dan Y memiliki

angka yang sama.

2. Astigmatismus Hypermetropicus Simplex.

Astigmatisme jenis ini, titik A berada tepat pada retina, sedangkan titik B

berada di belakang retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini

adalah Sph 0,00 Cyl +Y atau Sph +X Cyl -Y di mana X dan Y memiliki

angka yang sama.

16

3. Astigmatismus Myopicus Compositus.

Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B

berada di antara titik A dan retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme

jenis ini adalah Sph -X Cyl -Y.

4. Astigmatismus Hypermetropicus Compositus

Astigmatisme jenis ini, titik B berada di belakang retina, sedangkan titik A

berada di antara titik B dan retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme

jenis ini adalah Sph +X Cyl +Y.

5. Astigmatismus Mixtus.

Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B

berada di belakang retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini

adalah Sph +X Cyl -Y, atau Sph -X Cyl +Y, di mana ukuran tersebut tidak

dapat ditransposisi hingga nilai X menjadi nol, atau notasi X dan Y

menjadi sama - sama + atau -.

17

Jika ditinjau dari arah axis lensa koreksinya, astigmatisme regular ini juga

dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu:

1. Astigmatisme Simetris.

Astigmatisme ini, kedua bolamata memiliki meredian utama yang

deviasinya simetris terhadap garis medial. Ciri yang mudah dikenali

adalah axis cylindris mata kanan dan kiri yang bila dijumlahkan akan

bernilai 180° (toleransi sampai 15°), misalnya kanan Cyl -0,50X45° dan

kiri Cyl -0,75X135°.

2. Astigmatisme Asimetris.

Jenis astigmatisme ini meredian utama kedua bolamatanya tidak memiliki

hubungan yang simetris terhadap garis medial. Contohnya, kanan Cyl -

0,50X45° dan kiri Cyl -0,75X100°.

3. Astigmatisme Oblique.

Adalah astigmatisme yang meredian utama kedua bolamatanya cenderung

searah dan sama - sama memiliki deviasi lebih dari 20° terhadap meredian

horisontal atau vertikal. Misalnya, kanan Cyl -0,50X55° dan kiri Cyl -

0,75X55°.

2. Astigmatisme Irregular.

Bentuk astigmatisme ini, meredian - meredian utama bolamatanya

tidak saling tegak lurus. Astigmatisme yang demikian bisa disebabkan

18

oleh ketidakberaturan kontur permukaan kornea atau pun lensa mata, juga

bisa disebabkan oleh adanya kekeruhan tidak merata pada bagian dalam

bolamata atau pun lensa mata (misalnya pada kasus katarak stadium awal).

Astigmatisme jenis ini sulit untuk dikoreksi dengan lensa kacamata atau

lensa kontak lunak (softlens). Meskipun bisa, biasanya tidak akan

memberikan hasil akhir yang setara dengan tajam penglihatan normal.

Jika astigmatisme irregular ini hanya disebabkan oleh

ketidakberaturan kontur permukaan kornea, peluang untuk dapat dikoreksi

dengan optimal masih cukup besar, yaitu dengan pemakaian lensa kontak

kaku (hard contact lens) atau dengan tindakan operasi (LASIK,

keratotomy).

- Berdasarkan tingkat kekuatan Dioptri :

1. Astigmatismus Rendah

Astigmatismus yang ukuran powernya < 0,50 Dioptri. Biasanya

astigmatis-mus rendah tidak perlu menggunakan koreksi kacamata. Akan

tetapi jika timbul keluhan pada penderita maka koreksi kacamata sangat

perlu diberikan.

2. Astigmatismus Sedang

Astigmatismus yang ukuran powernya berada pada 0,75 Dioptri s/d 2,75

Dioptri. Pada astigmatismus ini pasien sangat mutlak diberikan kacamata

koreksi.

3. Astigmatismus Tinggi

Astigmatismus yang ukuran powernya > 3,00 Dioptri. Astigmatismus ini

sangat mutlak diberikan kacamata koreksi.

19

F. Gejala-gejala

F.1 Miopia 1

Gejala subyektif:

- Kabur bila melihat jauh.

- Membaca atau melihat benda kecil harus dari jarak dekat

- Lekas lelah bila membaca (karena konvergensi yang tidak sesuai dengan

akomodasi), astenovergens.

Gejala obyektif:

Myopia simpleks:

- Pada segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan pupil yang

relatif lebar. Kadang-kadang ditemukan bola mata yang agak menonjol.

- Pada segmen posterior biasanya terdapat gambaran yang normal atau dapat

disertai cresen myopia (myopiaic crescent) yang ringan di sekitar papil

syaraf optik.

Myopia patologik:

- Gambaran pada segmen anterior serupa dengan myopia simpleks

- Gambaran yang ditemukan pada segmen posterior berupa kelainan-kelainan

pada:

1. Badan kaca: dapat ditemukan kekeruhan berupa perdarahan atau

degenerasi yang terlihat sebagai floaters, atau benda-benda yang

mengapung dalam badan kaca. Kadang-kadang ditemukan ablasi

badan kaca yang dianggap belum jelas hubungannya dengan keadaan

myopia.

2. Papil syaraf optik: terlihat pigmentasi peripapil, kresen myopia, papil

terlihat lebih pucat yang meluas terutama ke bagian temporal. Kresen

myopia dapat ke seluruh lingkaran papil, sehingga seluruh papil

dikelilingi oleh daerah koroid yang atrofi dan pigmentasi yang tidak

teratur

3. Makula: berupa pigmentasi di daerah retina, kadang-kadang ditemukan

perdarahan subretina pada daerah makula.

4. Retina bagian perifer: berupa degenerasi sel retina bagian perifer.

20

5. Seluruh lapisan fundus yang tersebar luas berupa penipisan koroid dan

retina. Akibat penipisan retina ini maka bayangan koroid tampak lebih

jelas dan disebut sebagai fundus tigroid.

F.2 Astigmat 3

Pada umunya, seseorang yang menderita astigmatismus tinggi menyebabkan

gejala-gejala sebagai berikut :

- Memiringkan kepala atau disebut dengan “titling his head”, pada umunya

keluhan ini sering terjadi pada penderita astigmatismus oblique yang

tinggi.

- Memutarkan kepala agar dapat melihat benda dengan jelas.

- Menyipitkan mata seperti halnya penderita myopia, hal ini dilakukan untuk

mendapatkan efek pinhole atau stenopaic slite. Penderita astigmatismus

juga menyipitkan mata pada saat bekerja dekat seperti membaca.

- Pada saat membaca, penderita astigmatismus ini memegang bacaan

mendekati mata, seperti pada penderita myopia. Hal ini dilakukan untuk

memperbesar bayangan, meskipun bayangan di retina tampak buram.

Sedang pada penderita astigmatismus rendah, biasa ditandai dengan gejala-gejala

sebagai berikut :

- Sakit kepala pada bagian frontal.

- Ada pengaburan sementara / sesaat pada penglihatan dekat, biasanya

pende-rita akan mengurangi pengaburan itu dengan menutup atau

mengucek-ucek mata.

G. Diagnosis

Pemeriksaan Untuk Kelainan Refraksi

Uji pinhole

Uji lubang kecil ini dilakukan untuk mengetahui apakah

berkurangnya tajam penglihatan diakibatkan oleh kelainan refraksi atau

kelainan pada media penglihatan, atau kelainan retina lainnya. Bila

21

ketajaman penglihatan bertambah setelah dilakukan pin hole berarti pada

pasien tersebut terdapat kelainan refraksi yang belum dikoreksi baik. Bila

ketajaman pennglihatan berkurang berarti pada pasien terdapat kekeruhan

media penglihatan atau pun retina yang menggangu penglihatan.10

- Uji Refraksi

Refraksi Subyektif:

- Optotipe dari Snellen & Trial lens

Metode yang digunakan adalah dengan Metoda ‘trial and error’ Jarak

pemeriksaan 6 meter/ 5 meter/ 20 kaki. Digunakan kartu Snellen yang

diletakkan setinggi mata penderita, Mata diperiksa satu persatu dibiasakan

mata kanan terlebih dahulu  Ditentukan visus / tajam penglihatan masing-

masing mata.10

Bila visus tidak 6/6 dikoreksi dengan lensa sferis positif, bila dengan

lensa sferis positif tajam penglihatan membaik atau mencapai 5/5, 6/6, atau

20/20 maka pasien dikatakan menderita hipermetropia, apabila dengan

pemberian lensa sferis positif menambah kabur penglihatan kemudian

diganti dengan lensa sferis negatif memberikan tajam penglihatan 5/5, 6/6,

atau 20/20 maka pasien menderita miopia.10

Bila setelah pemeriksaan tersebut diatas tetap tidak tercapai tajam

penglihatan maksimal mungkin pasien mempunyai kelainan refraksi

astigmat. Pada keadaan ini lakukan uji pengaburan (fogging technique).11

Refraksi Obyektif

- Autorefraktometer (komputer)

Yaitu menentukan myopia atau besarnya kelainan refraksi dengan

menggunakan komputer. 9

- Streak Retinoskop

Yaitu dengan lensa kerja ∫+2.00D pemeriksa mengamati refleks

fundus yang bergerak berlawanan arah dengan arah gerakan retinoskop

(against movement) kemudian dikoreksi dengan lensa sferis negatif sampai

tercapai netralisasi.11

22

-Keratometri

Adalah pemeriksaan mata yang bertujuan untuk mengukur radius

kelengkungan kornea.11

Uji Pengaburan

Setelah pasien dikoreksi untuk myopia yang ada, maka tajam

penglihatannya dikaburkan dengan lensa positif, sehingga tajam penglihatan

berkurang 2 baris pada kartu Snellen, misalnya dengan menambah lensa

spheris positif 3. Pasien diminta melihat kisi-kisi juring astigmat, dan

ditanyakan garis mana yang paling jelas terlihat. Bila garis juring pada 90

derajat yang jelas, maka tegak lurus padanya ditentukan sumbu lensa

silinder, atau lensa silinder ditempatkan dengan sumbu 180. Perlahan-lahan

kekuatan lensa silinder negatif ini dinaikkan sampai garis juring kisi-kisi

astigmat vertikal sama tegasnya atau kaburnya dengan juring horizontal atau

semua juring sama jelasnya bila dilihat dengan lensa silinder ditentukan

yang ditambahkan. Kemudian pasien diminta melihat kartu Snellen dan

perlahan-lahan ditaruh lensa negatif sampai pasien melihat jelas.10

H. Penatalaksanaan

Sejauh ini yang dilakukan adalah mencoba mencari bagaimana mencegah

kelainan refraksi atau mencegah jangan sampai menjadi parah.3

- Koreksi lensa

Koreksi myopia dengan menggunakan lensa konkaf atau lensa negatif,

perlu diingat bahwa cahaya yang melalui lensa konkaf akan disebarkan.

Karena itu, bila permukaan refraksi mata mempunyai daya bias terlalu besar,

seperti pada myopia, kelebihan daya bias ini dapat dinetralisasi dengan

meletakkan lensa sferis konkaf di depan mata.8

Besarnya kekuatan lensa yang digunakan untuk mengkoreksi mata

myopia ditentukan dengan cara trial and error, yaitu dengan mula-mula

meletakan sebuah lensa kuat dan kemudian diganti dengan lensa yang lebih

kuat atau lebih lemah sampai memberikan tajam penglihatan yang terbaik. 8

23

Pasien myopia yang dikoreksi dengan kacamata sferis negatif terkecil

yang memberikan ketajaman penglihatan maksimal. Sebagai contoh bila

pasien dikoreksi dengan -3.00 dioptri memberikan tajam penglihatan 6/6,

demikian juga bila diberi sferis -3.25 dioptri, maka sebaiknya diberikan

koreksi -3.00 dioptri agar untuk memberikan istirahat mata dengan baik

setelah dikoreksi. 1

Astigmatismus dapat dikoreksi kelainannya dengan bantuan lensa

silinder. Karena dengan koreksi lensa cylinder penderita astigmatismus akan

dapat membiaskan sinar sejajar tepat diretina, sehingga penglihatan akan

bertambah jelas.3

- Obat -obatan

Beberapa penilitian melaporkan penggunaan atropine dan siklopentolat

setiap hari secara topikal dapat menurunkan progresifitas dari myopia pada

anak-anak usia kurang 20 tahun. 1

- Terapi visus (vision therapy)

Tajam penglihatan yang tidak dikoreksi pada myopia dapat diperbaiki

pada pasien dengan menggunakan terapi penglihatan, tetapi tidak menunjukan

penurunan myopia. Hal ini adalah cara yang diusulkan untuk menurunkan

progresifitas myopia. Selama ini belum ada penelitian yang melakukan

pengujian dari usulan tersebut terhadap keberhasilan dalam menurunkan

progresifitas myopia. Caranya dengan menggunakan kacamata berlubang

kecil.5

- Orthokeratology

Orthokeratology adalah cara pencocokan dari beberapa seri lensa

kontak, lebih dari satu minggu atau bulan, untuk membuat kornea menjadi

datar dan menurunkan myopia. Kekakuan lensa kontak yang digunakan

sesuai dengan standar. Tergantung dari respon individu dalam

orthokeratology yang sesekali beruba-ubah, penurunan myopia sampai

dengan 3.00 dioptri pada beberapa pasien, dan rata-rata penurunan yang

dilaporkan dalam penelitian adalah 0.75-1.00 dioptri. Beberapa dari

24

penurunan ini  terjadi antara 4-6 bulan pertama dari program orthokeratology,

kornea dengan kelengkungan terbesar memiliki beberapa pemikiran dalam

keberhasilan dalam membuat  pemerataan kornea secara menyeluruh. Dengan

followup yang cermat, orthokeratology akan aman dengan prosedur yang

efektif. Meskipun myopia tidak selalu kembali pada level dasar, pemakaian

lensa tambahan pada beberapa orang dalam beberapa jam sehari adalah

umum, untuk keseimbangan dalam memperbaiki refraksi. 1

Beberapa lensa kontak yang didesain secara khusus untuk mengubah

secara maksimal sesuai standarnya. Kekakuan lensa pada kelengkungan

kornea lebih tinggi dari pada permukaan kornea. Hasil yang didapatkan dapat

menurunkan myopia hingga 2.00 dioptri. Orthokeratology dengan beberapa

lensa seragam, dapat mengurangi permukaan kornea yang tidak rata.

Orthokeratology adalah penampilan yang umum pada anak muda walaupun

menggunakan  lensa yang kaku tetapi dapat mengontrol myopia, lensa kontak

yang permeable pada anak-anak menjadi pilihan yang disukai. 8

Mengurangi kelengkungan (artinya, membuat kondisinya menjadi lebih

flat/rata) permukaan depan kornea, yang tujuannya adalah mengurangi daya

bias sistem optis bolamata sehingga titik fokusnya bergeser mendekat ke

retina. Metode non operatif untuk ini adalah orthokeratology, yaitu dengan

menggunakan lensa kontak kaku untuk (selama beberapa waktu) memaksa

kontur kornea mengikuti kontur lensa kontak tersebut. 8

Pada astigmatismus irregular dimana terjadi pemantulan dan

pembiasan sinar yang tidak teratur pada dataran permukaan depan kornea

maka dapat dikoreksi dengan memakai lensa kontak. Dengan memakai lensa

kontak maka permukaan depan kornea tertutup rata dan terisi oleh film air

mata.5

- Bedah Refraksi

Methode bedah refraksi yang digunakan terdiri dari:

Radial keratotomy (RK)

25

Dimana pola jari-jari yang melingkar dan lemah diinsisi di parasentral.

Bagian yang lemah dan curam pada permukaan kornea dibuat rata. Jumlah

hasil perubahan tergantung pada ukuran zona optik, angka dan kedalaman

dari insisi.  Meskipun pengalaman beberapa orang menjalani radial

keratotomy menunjukan penurunan myopia, sebagian besar pasien

sepertinya menyukai dengan hasilnya. Dimana dapat menurunkan

pengguanaan lensa kontak.5

Komplikasi yang dilaporkan pada bedah radial keratotomy seperti

variasi diurnal dari refraksi dan ketajaman penglihatan, silau, penglihatan

ganda pada satu mata, kadang-kadang penurunan permanen dalam koreksi

tajam penglihatan dari yang terbaik, meningkatnya astigmatisma,

astigmatisma irregular, anisometropia, dan perubahan secara pelan-pelan

menjadi hiperopia yang berlanjut pada beberapa bulan atau tahun, setelah

tindakan pembedahan. Perubahan menjadi hiperopia dapat muncul lebih

awal dari pada gejala presbiopia. Radial keratotomy mungkin juga menekan

struktur dari bola mata. 5

Photorefractive keratectomy (PRK)

Adalah prosedur dimana kekuatan kornea ditekan dengan ablasi laser

pada pusat kornea. Dari kumpulan hasil penelitian menunjukan 48-92%

pasien mencapai visus 6/6 (20/20) setelah dilakukan photorefractive

keratectomy. 1-1.5 dari koreksi tajam penglihatan yang terbaik didapatkan

hasil kurang dari 0.4-2.9 % dari pasien. 5

Kornea yang keruh adalah keadaan yang biasa terjadi setelah

photorefractive keratectomy dan setelah beberapa bulan akan kembali

jernih. Pasien tanpa bantuan koreksi kadang-kadang menyatakan

penglihatannya lebih baik pada waktu sebelum operasi. Photorefractive

keratectomy refraksi menunjukan hasil yang lebih dapat diprediksi dari pada

radial keratotomy. 5

- Laser Assisted in Situ Interlameral Keratomilieusis (lasik)

26

Merupakan salah satu tipe PRK, laser digunakan untuk membentuk kurva

kornea dengan membuat slice (potongan laser) pada kedua sisi kornea.5

BAB IV

ANALISIS KASUS

27

Seorang laki-laki berumur 22 tahun, seorang mahasiswa datang dengan

keluhan utama penglihatan kabur sejak sebulan yang lalu. Dari hasil anamnesis

didapatkan bahwa tajam penglihatan menurun perlahan tanpa disertai keluhan

mata merah, nyeri pada mata dan sekret pada mata tidak ada. Dari keluhan utama

dan riwayat perjalanan penyakit ini dapat dipikirkan beberapa diagnosis banding

penyakit mata yang ditandai dengan penurunan visus perlahan mata tenang,

diantaranya yaitu kelainan refraksi, katarak, glaukoma kronis, retinopati,

amblyopia dan retinoblastoma. Diagnosis dapat ditegakkan dengan cara

menyingkirkan differensial diagnostic berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,

dan pemeriksaan penunjang.

Kemungkinan amblyopia dan retinoblastoma dapat disingkirkan dari

identifikasi dimana penderita berusia 22 tahun. Amblyopia adalah berkurangnya

tajam penglihatan yang terjadi karena tidak normalnya perkembangan visus yang

dialami sejak usia dini, yaitu sejak lahir hingga usia 10 tahun. Pada penderita ini

penurunan visus mulai terjadi sejak usia 15 tahun. Retinoblastoma merupakan

kelainan kongenital yang biasanya baru terlihat pada anak berumur 1 – 2 tahun.

Pada pasien retinoblastoma, penurunan visus secara perlahan biasanya disertai

dengan perubahan gerak bola mata menjadi strabismus, pupil melebar dengan

refleks warna kuning mengkilat (amourotic cat’s eye), dan meningkatnya tekanan

intraokuler.

Kemungkinan glaukoma kronis dapat disingkirkan dari anamnesis dimana

penderita tidak mengeluhkan gambaran pelangi di sekitar lampu (halo),

pandangan seperti melihat di terowongan, maupun merasakan sakit kepala yang

hilang timbul. Dari pemeriksaan tonometri dengan tonometri Schiotz tidak

terdapat peningkatan tekanan intraokuler (TIOD = 15,6 mmHg, TIOS = 15,6

mmHg).

Kemungkinan katarak dapat disingkirkan. Katarak memiliki gejala

penglihatan seperti berasap, tajam penglihatan yang menurun secara progresif dan

disertai silau. Dari anamnesis pada penderita tidak ditemui gejala-gejala tersebut.

Dan dari hasil pemeriksaan oftalmologi tidak ditemukan adanya kekeruhan lensa.

28

Kemungkinan retinopati dapat disingkirkan meskipun belum dilakukan

pemeriksaan funduskopi. Retinopati biasanya berhubungan dengan penyakit

sistemik, misalnya penyakit kardiovaskuler, penyakit darah, gangguan

metabolisme dan endokrin. Dari anamnesis pada penderita ini tidak terdapat

riwayat penyakit yang dapat menyebabkan retinopati misalnya penyakit darah,

hipertensi ataupun penyakit diabetes mellitus.

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksan fisik diatas, penderita ini

didiagnosis mengalami anomali refraksi yaitu miopia astigmatisme composites

okuli dekstra sinistra. Pada kasus ini dilakukan koreksi dengan lensa spheris dan

silindris. Untuk mengetahui kekuatan lensa yang tepat menggunakan trial lens

dan autorefraktometer. Dari hasil pemeriksaan trial lens didapatkan OD: S -4,00

C-0,5 α 100; OS: S -3,00 C -2,00 α 100 ; PD 67 mm.

Prognosis penderita myopia astigmatisme composites ODS umumnya baik

karena tidak mengancam kehidupan, sehingga quo ad vitam bonam. Dengan

penggunaan kacamata menggunakan kekuatan lensa yang tepat dapat

mengembalikan tajam penglihatan penderita menjadi 6/6 sehingga pada penderita

ini prognosis quo ad functionam bonam.

DAFTAR PUSTAKA

29

1. Sudrajat,T. Myopia. Available at http://fkuii.org/tikidownload_wiki_

attachment. php?attId=1167& page=Teguh%20Sudrajat. 21 Mei 2010.

2. Ilyas,Sidarta. 2006. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Cetakan ketiga. Jakarta:

Balai Penerbit FKUI.hal 81-83.

3. -. Astigmat (Astigmatismus). Available at http://refraksioptisi.blogspot.

com/2008/12/astigmat.html. 21 Mei 2010.

4. Gunawan,W. Astigmatisma Miop Simplek yang Mengalami Ambliopia pada

Anak Sekolah Dasar di Yogyakarta. Berita Kedokteran Masyarakat. 2006;

22(3): 135-139.

5. American Optometric Association, Optometric Clinical Practice Guidline Care

of the Patient with Myopia, 1997.

6. Ilyas Sidarta. 2003. Dasar-Dasar Pemeriksaan Dalam Ilmu Penyakit Mata.

Edisi kedua.Cetakan pertama.Jakarta: Balai Penerbit FKUI.hal 34-39.

7. Paknenisna. Mata Cylindris Ternyata Ada Beberapa jenis. Available at http://

www.optiknisna.info/mata-cylindris-ternyata-ada-beberapa-jenis.html. 21 Mei

2010.

8. Guyton and Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC. Edisi 9. 1997.

9. Paknenisna. Penyebab Mata Butuh Kacamata. Available at

www.optiknisna.com/penyebab-mata-butuh-kacamata.html. 21 Mei 2010.

10. Tanjung, H. Perbedaan Rata-rata Rigiditas Okuler pada Miopia dan

Hipermetropia di RSUP. H. Adam Malik Medan. Available at

http://library.usu.ac.id/download/fk/pnymata-halima.pdf. 21 Mei 2010.

11. Ilyas, Sidharta. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Jakarta: FKUI,

2005.

30