18
T-1 Penilai AMDAL Peserta akan memperoleh wawasan dan pemahaman tentang latar belakang, prinsip dasar, manfaat dan landasan peraturan perundang-undangan AMDAL; memperoleh pemahaman tentang proses penyusunan dan persetujuan AMDAL serta pemahaman tentang dampak lingkungan proyek pembangunan dan metode pelingkupan, identifikasi, prakiraan dan evaluasi dampak lingkungan. T-2 Penyusun AMDAL Peserta akan menguasai peraturan perundang-undangan AMDAL yang menjadi landasan untuk penapisan, penyusunan dan persetujuan AMDAL; akan mampu menerapkan metode pelingkupan, identifikasi, prakiraan dan eveluasi dampak lingkungan untuk penyusunan dokumen Kerangka Acuan (KA) dan Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) serta mampu menerapkan prinsip-prinsip, pendekatan dan metode perencanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL). T-3 Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) KLHS merupakan dasar penataan ruang wilayah. Pada pelatihan ini peserta memahami perencanaan tata ruang pada tingkat makro yang memperhatikan daya dukung lingkungan. T-4 Audit Lingkungan Peserta akan mengetahui prinsip-prinsip, manfaat, macam dan proses audit lingkungan, serta memiliki keterampilan untuk merencanakan, melaksanakan dan melaporkan.

amdal

Embed Size (px)

DESCRIPTION

amdal

Citation preview

T-1 Penilai AMDALPeserta akan memperoleh wawasan dan pemahaman tentang latar belakang, prinsip dasar, manfaat dan landasan peraturan perundang-undangan AMDAL; memperoleh pemahaman tentang proses penyusunan dan persetujuan AMDAL serta pemahaman tentang dampak lingkungan proyek pembangunan dan metode pelingkupan, identifikasi, prakiraan dan evaluasi dampak lingkungan.T-2 Penyusun AMDALPeserta akan menguasai peraturan perundang-undangan AMDAL yang menjadi landasan untuk penapisan, penyusunan dan persetujuan AMDAL; akan mampu menerapkan metode pelingkupan, identifikasi, prakiraan dan eveluasi dampak lingkungan untuk penyusunan dokumen Kerangka Acuan (KA) dan Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) serta mampu menerapkan prinsip-prinsip, pendekatan dan metode perencanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL).T-3 Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)KLHS merupakan dasar penataan ruang wilayah. Pada pelatihan ini peserta memahami perencanaan tata ruang pada tingkat makro yang memperhatikan daya dukung lingkungan.T-4 Audit LingkunganPeserta akan mengetahui prinsip-prinsip, manfaat, macam dan proses audit lingkungan, serta memiliki keterampilan untuk merencanakan, melaksanakan dan melaporkan.

EVALUASI AMDAL DALAM MENUNJANG PENGELOLAAN PANTAITERPADU

Januari 7, 2008 in umum

PENGARANG : Dwi Abad Tiwi

AbstractRecently, Indonesia has approved several laws on the decentralisation of the Environmental Impact Assessment (EIA) process to district governments, a process considered as an important tool of integrated coastal zone management (ICZM). Objective of this research is to assess the quality of EIAs in the Banten Bay area, in particular with respect to the use of environmental information in order to give suggestion on how the EIA process, the ICZM as well as the role of district government can be improved. Analysis of quality of environmental information as stated in the Indonesian guidelines and used in the EIA has been used as the method. Three EIA guidelines have been analysed, review of 10 EIA reports (EIS), interview of respondents on the use of sources of information to compose and to review the EIS, observation of 4 EIS-review meetings, and interview of local operators on environmental monitoring have been conducted. Some results have been identified, modules have been developed to support the implementation of the recommendation.

Kata kunci: Amdal, kawasan pantai, informasi lingkungan, pemerintah daerah, pengelolaan terpadu kawasan pantai.

SUMBER :Prosiding Seminar Teknologi untuk Negeri 2003, Vol. IV, hal. 29 31 /HUMAS-BPPT/ANY

PENDAHULUAN

Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) dikenal di Indonesia sebagai salah satu perangkat penting dalam pencegahan dampak suatu rencana pembangunan, salah satunya pada kawasan pantai. Beberapa tahun terakhir ini telah disahkan peraturan penting yang terkait dengan desentralisasi Amdal dan pengelolaan pantai. UU no. 23/1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup memberikan pemahaman akan kesatuan pengelolaan lingkungan daratan, perairan dan udara oleh pemerintah daerah. UU no. 22/1999 tentang otonomi daerah memberikan keleluasaan kepada pemda tk. II untuk mengelola kawasan darat dan laut. Kepmen LH no. 08/2000 tentang keterlibatan masyarakat dan akses ke informasi dalam proses Amdal dan no. 41/2000 tentang pembentukan komisi Amdal daerah memperkuat kewenangan pemda tk II dalam persetujuan Amdal. Studi pendahuluan tentang prosedur dan persetujuan perijinan pembangunan di Teluk Banten menunjukkan indikasi ada keterbatasan pemakaian informasi lingkungan dan partisipasi pemda dalam pengelolaan kawasan pantai. Dengan melihat pentingnya peran pemda dalam pengelolaan terpadu kawasan pantai dan dalam persetujuan Amdal, maka dianggap perlu mengetahui kesiapan pemda tk II terutama dalam penyediaan informasi lingkungan. Penelitian ini dilakukan atas kerjasama Indonesia-Belanda untuk penelitian pengelolaan terpadu kawasan pantai Teluk Banten, pendanaan oleh NWO/WOTRO dan pemerintah Indonesia.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

1. Keterbatasan informasi di daerahSistim pemerintahan di Indonesia dimana sektor teknis di tingkat pusat mendominasi sektor di tingkat bawahnya, memungkinkan kegiatan pengambilan data terkait dengan sektor teknis beserta kepemilikannya dilakukan oleh tingkat pusat. Pengambilan data atau informasi terkait sektor lain meskipun merupakan data penting tidak dilakukan. Laporan Amdal yang disetujui seharusnya dapat menyediakan informasi lingkungan pada kenyataannya sangat jauh dari yang diharapkan. Berkas laporan Amdal cenderung dijadikan dokumen pengesahan perijinan saja. Selain itu, kegiatan penelitian yang terkait dengan lingkungan pantai dan laut yang biasanya memerlukan dana besar hanya dilakukan oleh departmen, lembaga penelitian atau universitas yang berada di Jakarta atau kota besar lainnya. Sehingga data penelitian yang didapat juga hanya berada di Jakarta atau di kota tersebut. Untuk mendapatkan informasi tersebut banyak proses dan prosedur yang harus dilakukan oleh daerah dimana data tersebut berasal. Selain itu data tersebut hanya terkait dengan sektor tertentu atau hanya dalam lingkup kegiatan penelitian saja, tidak meliputi komponen lingkungan secara menyeluruh seperti yang dibutuhkan untuk proses Amdal. Selain itu institusi pelaku kegiatan monitoring lingkungan tidak disebutkan secara jelas dalam pedoman umum maupun pedoman teknis Amdal termasuk bagaimana pendanaannya. Dengan demikian wajarlah kalau kegiatan monitoring sangat sedikit dilakukan oleh pemda tk II yang mempunyai keterbatasan dalam hal pendanaan, peralatan dan SDM. Hal inilah yang menyebabkan sumber informasi lingkungan yang seharusnya dimiliki oleh daerah menjadi sangat terbatas.

2. Keterbatasan pemanfaatan informasiHasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan pertukaran informasi hanya terjadi didalam satu instansi saja. Sedang pertukaran informasi antar instansi baik ditingkat pusat ataupun didaerah maupun antara pusat dan daerah tidak pernah dilakukan. Aliran dan pertukaran informasi yang sangat penting dalam pengadaan informasi tidak berjalan. Keberadaan data yang dimiliki oleh instansi ditingkat pusat juga jarang dapat dimanfaatkan oleh daerah salah satu penyebab terjadinya pengangguran informasi, dimana salah satunya disebabkan tidak tersedianya peraturan daerah pendukung. Kurangnya kerjasama antara daerah dan lembaga penelitian/universitas juga menyebabkan tidak dapat dimanfaatkannya sejumlah informasi di lembaga penelitian tersebut. Dengan keberadaan informasi yang sangat terbatas di tingkat daerah dengan tingkat pemanfaatan yang rendah, maka hal ini dapat dikatakan sebagai penyebab mengapa dokumen Amdal yang dihasilkan mempunyai kualitas yang di bawah kualitas untuk dapat disetujui.

3. Kesiapan pemda dalam penyediaan informasi untuk persetujuan Amdal dan pengelolaan pantai terpaduAmdal dapat secara efektif dimanfaatkan sebagai salah satu cara pengelolaan terpadu kawasan pantai, dimana dapat dicapai antara lain dengan kontribusi penggunaan informasi lingkungan yang memadai dalam menunjang pelaksanaan suatu proses Amdal, mulai dari pembuatan laporan sampai dengan persetujuan dan pemanfaatan laporan untuk monitoring lingkungan setelah laporan tersebut disetujui. Penelitian menunjukkan bahwa ketersediaan informasi lingkungan di tk II dalam hal ini kawasan Teluk Banten untuk menyusun dan menilai laporan Amdal maupun dari hasil pemantauan lingkungan adalah sangat terbatas, terutama informasi tentang biologi laut, informasi penting dalam pengelolaan pantai terpadu. Penelitian penunjang keberadaan informasi tersebut juga masih terbatas, kalaupun ada informasinya berada di instansi tingkat pusat. Pertukaran informasi lingkungan yang tersebar di beberapa instansi juga belum terjadi, sementara pemda sendiri belum dilengkapi dengan peraturan yang mendukung aksesibilitas mereka terhadap informasi lingkungan tentang daerahnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kapasitas pemda tk II pada kasus Teluk Banten masih membutuhkan suatu perbaikan dalam penyediaan informasi lingkungan baik untuk proses Amdal maupun untuk pengelolaan terpadu kawasan pantainya.

4. RekomendasiDiusulkan suatu rekomendasi kepada pemerintah pusat maupun daerah untuk meningkatkan kualitas Amdal untuk pengelolaan terpadu kawasan pantai, meliputi perbaikan pedoman teknis, integrasi kebutuhan dan ketersediaan informasi data lingkungan, integrasi strategi untuk pengelolaan pantai, pengembangan dan peningkatan kapasitas daerah untuk pemantauan lingkungan pantai dan laut. Rekomendasi juga diusulkan untuk hal-hal diluar proses Amdal agar pemerintah daerah dapat mengoptimalkan perannya dalam proses Amdal. Rekomendasi kepada pemerintah pusat untuk pengelolaan terpadu kawasan pantai meliputi pemisahan dan pendelegasian perijian kegiatan di kawasan pantai yang bersifat tidak merusak lingkungan, pemberian sarana untuk koordinasi pertukaran informasi antar daerah tk II, koordinasi dalam program pengelolaan kawasan pantai. Juga diusulkan agar pemerintah pusat memberikan lebih banyak kemudahan bagi daerah dalam mempercepat proses desentralisasi.

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

By Iis S. Rahmi, S.Pd.

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

UULH = Undang-Undang Lingkungan Hidup no

23 Tahun 1997 , yang paling baru adalah UU no 3 tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup merupakan payung dari seluruh

kebijakan Lingkungan Hidup

BEBERAPA DEFINISI LINGKUNGAN :

Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia, dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain;

Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup;

Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup adalah upaya sadar dan terencana, yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumber daya, ke dalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan;

Ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup;

Pelestarian fungsi lingkungan hidup adalah rangkaian upaya untuk memelihara kelangsungan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup;

Daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lain;

Pelestarian daya dukung lingkungan hidup adalah rangkaian upaya untuk melindungi kemampuan lingkungan hidup terhadap tekanan perubahan dan/atau dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan, agar tetap mampu mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lain;

Daya tampung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang masuk atau dimasukkan ke dalamnya;

Pelestarian daya tampung lingkungan hidup adalah rangkaian upaya untuk melindungi kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang dibuang ke dalamnya;

Sumber daya adalah unsur lingkungan hidup yang terdiri atas sumber daya manusia, sumber daya alam, baik hayati maupun nonhayati, dan sumber daya buatan;

Baku mutu lingkungan hidup adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup;

Pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya;

Kriteria baku kerusakan lingkungan hidup adalah ukuran batas perubahan sifat fisik dan/atau hayati lingkungan hidup yang dapat ditenggang;

Perusakan lingkungan hidup adalah tindakan yang menimbulkan perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisik dan/atau hayatinya yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan berkelanjutan;

Konservasi sumber daya alam adalah pengelolaan sumber daya alam tak terbaharui untuk menjamin pemanfaatannya secara bijaksana dan sumber daya alam yang terbaharui untuk menjamin kesinambungan ketersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannya;

Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan;

Bahan berbahaya dan beracun adalah setiap bahan yang karena sifat atau konsentrasi, jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain;

Limbah bahan berbahaya dan beracun adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain;

Sengketa lingkungan hidup adalah perselisihan antara dua pihak atau lebih yang ditimbulkan oleh adanya atau diduga adanya pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup;

Dampak lingkungan hidup adalah pengaruh perubahan pada lingkungan hidup yang diakibatkan oleh suatu usaha dan/atau kegiatan;

Analisis mengenai dampak lingkungan hidup adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan;

Organisasi lingkungan hidup adalah kelompok orang yang terbentuk atas kehendak dan keinginan sendiri di tengah masyarakat yang tujuan dan kegiatannya di bidang lingkungan hidup;

Audit lingkungan hidup adalah suatu proses evaluasi yang dilakukan oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan untuk menilai tingkat ketaatan terhadap persyaratan hukum yang berlaku dan/atau kebijaksanaan dan standar yang ditetapkan oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan;

PROYEK SIPIL WAJIB AMDAL

1. PROYEK KE PU-AN

a. Real estate : > 25 ha u/kota

metropolitan dan > 100 ha u/kota/kab

b. Jalan tol u/semua besaran

c. Jalan Propinsi/kabupaten > 25 Km

d. Pelabuhan dan dermaga : > 300 meter

e. Bandar Udara : semua besaran

f. Jembatan : bentang > 500 meter

g. Terminal type B dan A

h. Bendungan

I. TPA luas > 10 ha

2. DIKNAS : GEDUNG PENDIDIKAN : luas bangunan > 10.000 m2

3. Diperindag : PUSAT PERDAGANGAN : luas bangunan > 10.000 m2 atau luas lahan > 5 ha

4. Dinas PARIWISATA :

Hotel : kamar > 200 kamar

5. Dinas Kesehatan :

Rumah sakit dengan bed > 200 atau RS type B dan A

Pembangunan menyebabkan perubahan bentang alam, dengan berbagai kemungkinan dampak negatif (tidak bermanfaat) serta dampak positif (bermanfaat) bagi masyarakat sekitarnya

Pemrakarsa

berpegang pada prinsip

Pre-cautionary Principle

(prinsip kehati-hatian)

sangat menyadari akan hal ini

Agar pembangunan berwawasan lingkungan dapat tercapai, sebagai langkah awal Pemilik Proyek wajib menyusun dokumen AMDAL

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 11 tahun 2006 KEGIATAN-KEGIATAN WAJIB AMDAL

Kegiatan usaha yang diperkirakan menimbulkan dampak penting, a.l :

pengubahan bentuk lahan dan bentang alam, proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan pemborosan, pence-maran dan kerusakan lingkungan hidup , serta kemerosotan sumber daya alam dalam pemanfaatannya; (PP No.27 th 1999 ttg AMDAL)

Tujuan Studi ANDAL

Mengidentifikasi komponen kegiatan yang diperkirakan menimbulkan potensi dampak besar & penting terhadap lingkungan

Mengidentifikasi komponen & rona lingkungan hidup dalam areal proyek maupun di sekitar proyek yang diperkirakan akan terkena dampak besar dan penting

Memperkirakan dan mengevaluasi dampak besar & penting terhadap lingkungan yang timbul akibat kegiatan pembangunan

Memberi rumusan saran tindak lanjut kegiatan pengelolaan dan pemantauan terhadap perubahan kualitas lingkungan yang terjadi, sehingga pemrakarsa sebagai pengelola proyek dapat segera mengantisipasi dampak besar & penting yang negatif dan dapat lebih mengembangkan segala dampak positif.

Kegunaan Studi ANDAL

Bagi Pemerintah

dapat digunakan sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan, perencanaan pembangunan wilayah serta pedoman untuk memantau efektivitas daneffisiensi pelaksanaan pengelo-laan lingkunganyang dilakukan oleh pihak pemilik proyek

Bagi Pihak Pemrakarsa

sebagai pedoman dalam melakukan pengelolaan danpemantauan terhadap dampak yang dikirakan terjadi serta acuan untuk lebih meningkatkan integrasi dan partisipasi masyarakat sekitarnya

Bagi Masyarakat sekitar proyek

sebagai sumber informasi serta acuan untuk melakukan kontrol upaya pengelolaan lingkungan yang dilakukan pemilik proyek

KEBIJAKAN LH DI INDONESIA PASCA OTONOMI DAERAH

Secara bertahap Pusat memberi kebebasan Kabupaten/Kota untuk mengurusi SDA yang ada di wilayah masing masing

Terdapat keterbatasan SDM dan pendanaan sehingga SDA yang potensial tidak dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Terdapat beberapa kegiatan pembangunan yang belum dilepas oleh Pusat yaitu :

a. Bidang Pertambangan

b. Beberapa kegiatan di bidang perhubungan (bandara,

pelabuhan)

PENGERTIAN AMDAL

Adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan (UULH No 23 tahun 1997)

Usaha-usaha yang menimbulkan dampak besar dan penting :

Pengubahan bentang alam dan bentuk lahan

Eksploitasi SDA

Proses dan kegiatan yang secara potensial akan memberikan pemborosan pencemaran dan kerusakan lingkungan

Proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan alam, sosial ekonomi dan budaya serta lingkungan buatan

Proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi pelestarian kawasan konservasi SDA dan/atau perlindungan cagar budaya

Introduksi jenis tumbuh-tumbuhan , jenis hewan dan jasad renik

Pembuatan dan penggunaan bahan hayati atau non hayati

Penerapan teknologi yang diprakirakan mempunyai potensi besar untuk mempengaruhi lingkungan

KRITERIA DAMPAK BESAR DAN PENTING

Jumlah manusia yang terkena dampak

Luas wilayah persebaran dampak

Intensitas dan lamanya dampak berlangsung

Komponen LH lain yang terkena dampak

Sifat kumulatif dampak

Berbalik atau tidak berbaliknya dampak

JENIS JENIS AMDAL

AMDAL TUNGGAL adalah hanya satu jenis usaha dan/atau kegiatan yang kewenangan pembinaannya di bawah satu instansi yang membidangi usaha dan/atau kegiatan

AMDAL TERPADU/MULTISEKTORAL adalah hasil kajian mengenai dampak besar dan penting usaha/kegiatan terpadu yang direncanakan terhadap LH dan melibatkan lebih dari 1 instansi yang membidangi kegiatan tersebut

Kriteria kegiatan terpadu meliputi :

berbagai usaha/kegiatan tersebut mempunyai keterkaitan dalam perencanaan dan proses produksinya

Usaha dan kegiatan tersebut berada dalam satu kesatuan hamparan ekosistem

AMDAL KAWASAN adalah hasil kajian mengenai dampak besar dan penting usaha/kegiatan yang direncanakan terhadap LH dalam satu kesatuan hamparan ekosistem zona pengembangan wilayah/kawasan sesuai dengan RTRW yang ada.

Kriteria AMDAL KAWASAN :

berbagai usaha dan/atau kegiatan yang saling terkait perencanaannya antar satu dengan lainnya

berbagai usaha dan/atau kegiatan tersebut terletak dalam/merupakan satu kesatuan zona pengembangan wilayah/kawasan sesuai dengan rencana tata ruang wilayah atau rencana tata runag kawasan

Usaha dan/atau kegiatan tersebut terletak pada kesatuan hamparan ekosistem

AMDAL LAHAN BASAH

Panduan penyusunan AMDAL LAHAN BASAH sesuai dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.5 tahun 2000

Salah satu kategori wilayah yang perlu dioptimalkan pembangunannya adalah kawasan lahan basah

TIPELOGI EKOSISTEM terbagi menjadi 3 zona :

Ekosistem rawa pasang surut air payau/asin

Ekosistem rawa pasang surut air tawar

Ekosistem rawa non-pasang surut atau rawa lebak

HAL-HAL YANG HARUS DIINGAT TERKAIT KAWASAN LAHAN BASAH

Ekosistem lahan basah memiliki potensi alami yang sangat peka terhadap setiap sentuhan pembangunan yang merubah perilaku air (hujan, air sungai, dan air laut ) pada bentang lahan itu

Ekosistem lahan basah sesungguhnya bersifat terbuka untuk menerima dan meneruskan setiap material (slurry) yang terbawa sebagai kandungan air

Ekosistem lahan basah sesungguhnya berperan penting dalam mengatur keseimbangan hidup setiap ekosistem darat di hulu dan di sekitarnya serta setiap ekosistem kelautan di hilirnya

KAWASAN YANG HARUS DILESTARIKAN

Kawasan Gambut :

Kawasan yang unsur pembentuk tanahnya sebagian besar berupa sisa-sisa bahan organik yang tertimbun dalam waktu lama. Kawasan gambut berfungsi sebagai penambat air (mengendalikan hidrologi setempat). Kawasan yang dilindungi adalah gambut dengan ketebalan 3 meter atau lebih yang terdapat pada bagian hulu sungai dan rawa

Kawasan Resapan Air :

daerah yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air murni (aquifer) yang berguna sebagai sumber air. Kriteria : curah hujan tinggi, struktur tanah mempunyai permeabilitas tinggi

Sempadan Sungai :

kawasan sepanjang kanan kiri sungai, termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer, yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai

Kriteria sempadan sungai :

Sekurang-kurangnya 100 meter di kiri kanan sungai besar dan 50 meter di kiri kanan anak sungai yang berada di luar permukiman

Untuk sungai di kawasan permukiman lebar sempadan sungai seharusnya cukup untuk membangun jalan inspeksi yaitu 10 sampai 15 meter

kawasan tertentu sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan dan melindungi kelestarian fungsi pantai dari gangguan kegiatan ataupun proses alam.

Kriteria :

dataran sepanjang tepian yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat

Sempadan Pantai :

Kawasan tertentu di sekeliling danau/waduk yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi waduk/danau. Perlindungan terhadap kawasan sungai/waduk dilakukan untuk melindungi danau/waduk. Kriteria :

sepanjang tepian danau/waduk antara 50-100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat

Kawasan pesisir laut yang merupakan habitat alami hutan bakau (mangrove) yang berfungsi memberikan perlindungan kepada perikehidupan pantai dan lautan. Kriteria :

Minimal 130 kali nilai rata-rata perbedaan air pasang tertinggi dan terendah tahunan diukur dari garis air surut terendah ke arah darat.

KAWASAN SEKITAR WADUK/DANAU

KAWASAN RAWA BERHUTAN BAKAU

RAWA :

Lahan genangan air secara alamiah yang terjadi secara terus menerus atau musiman akibat drainase alamiah yang terhambat serta mempunyai ciri-ciri khusus

TERMASUK DALAM KAWASAN PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG

Kawasan hutan lindung Kawasan suaka alam darat

Kawasan bergambut Kawasan mangrove

Kawasan resapan air Taman Nasional

Sempadan pantai Taman hutan raya

Sempadan sungai Taman wisata alam

Kawasan sekitar waduk/danau Kawasan cagar budaya dan

Kawasan sekitar mata air Ilmu pengetahuan

Kawasan suaka alam laut dan perairan Kawasan rawan bencana

BAGAN ALIR PENYUSUNAN AMDAL