116
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Amina adalah senyawa organik yang mengandung atom nitrogen trivalent yang mengandung atom nitrogen trivalen yang berkaitan dengan satu atau dua atau tiga atom karbon, dimana amina juga merupakan suatu senyawa yang mengandung gugusan amino (-NH2, - NHR, atau – NH2). Gugusan amino mengandung nitrogen terikat, kepada satu sampai tiga atom karbon (tetapi bukan gugusan karbonil). Apabila salah satu karbon yang terikat pada atom nitrogen adalah karbonil, senyawanya adalah amina, bukan amida. Di antara sejumlah golongan senyawa organik yang memiliki sifat basa, yang terpenting adalah amina. Di samping itu sejumlah amina memiliki keaktifan faali (fisiologis), misalnya efedrina berkhasiat sebagai peluruh dahak, meskalina yang dapat mengakibatkan seseorang berhalusinasi, dan amfetamina yang mempunyai 1

AMINA Makalah

Embed Size (px)

DESCRIPTION

amina

Citation preview

Page 1: AMINA Makalah

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Amina adalah senyawa organik yang mengandung atom nitrogen trivalent

yang mengandung atom nitrogen trivalen yang berkaitan dengan satu atau dua

atau tiga atom karbon, dimana amina juga merupakan suatu senyawa yang

mengandung gugusan amino (-NH2, - NHR, atau – NH2). Gugusan amino

mengandung nitrogen terikat, kepada satu sampai tiga atom karbon (tetapi bukan

gugusan karbonil). Apabila salah satu karbon yang terikat pada atom nitrogen

adalah karbonil, senyawanya adalah amina, bukan amida.

Di antara sejumlah golongan senyawa organik yang memiliki sifat basa,

yang terpenting adalah amina. Di samping itu sejumlah amina memiliki keaktifan

faali (fisiologis), misalnya efedrina berkhasiat sebagai peluruh dahak, meskalina

yang dapat mengakibatkan seseorang berhalusinasi, dan amfetamina yang

mempunyai efek stimulant. Kelompok senyawa alkaloid yang berasal dari

tumbuhan secara kimia juga merupakan bagian dari golongan basa organik amina.

Amina merupakan senyawa organik yang terpenting dalam kehidupan

sehari-hari dan memiliki urutan yang paling penting dalam senyawa organik, oleh

karena itu amina tidak terlepas dari semua unsur organik yang lain. Oleh karena

itu sifat-sifat yang di pelajari dalam senyawa amina akan sangat membantu dalam

memahami aspek kimiawi kelompok alkoid yang mempunyai peran penting

dalam pembuatan obat-obat sinetik dewasa ini.

1

Page 2: AMINA Makalah

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, masalah yang dibahas dalam

tugas ini yaitu mengenai “Senyawa Amina”.

1.3 Tujuan

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, tujuan

pembuatan tugas ini, yaitu kami ingin membagikan pengetahuan baru yang

penulis dapat kepada pembaca pada umumnya mengenai Senyawa Amina.

1.4 Manfaat

Manfaat umum dari penelitian ini yaitu untuk menambah pengetahuan dan

wawasan masyarakat pembaca mengenai Senyawa Amina, yang penulis harapkan

agar dapat berguna dalam penerapan kehidupan mesyarakat pembaca pada

umumnya.

Seiring dengan pembuatan tugas ini, Kami sebagai penyusun, berharap

agar pengetahuan dan wawasan saya juga dapat bertambah, sehingga Kami dapat

menerapkan wawasan yang saya dapat tersebut dalam kehidupan bermasyarakat.

2

Page 3: AMINA Makalah

BAB II

SENYAWA AMINA

2.1 Definisi Amina

Amina adalah senyawa organik yang mengandung atom nitrogen trivalen

yang berkaitan dengan satu atau dua atau tiga atom karbon, dimana amina juga

merupakan suatu senyawa yang mengandung gugusan amino (-NH2, - NHR,

atau – NH2). Gugusan amino mengandung nitrogen terikat, kepada satu

sampai tiga atom karbon (tetapi bukan gugusan karbonil). Apabila salah satu

karbon yang terikat pada atom nitrogen adalah karbonil, senyawanya adalah

amida, bukan amina.

Amina juga merupakan senyawa organik yang terpenting dalam kehidupan

sehari-hari dan memiliki urutan yang paling penting dalam senyawa organik,

oleh karena itu amina tidak terlepas dari semua unsur organik yang lain. Oleh

karena itu sifat-sifat yang di pelajari dalam senyawa amina akan sangat

membantu dalam memahami aspek kimiawi kelompok alkoid yang

mempunyai peran pentig dalam pembuatan obat-obat

Alkilamina berbobot molekul rendah adalah gas atau cair pada suhu

kamar. Di- dan trietilamin serta amina primer yang memiliki tiga sampai

sepuluh atom karbon adalah cairan, amina yang lebih kecil jumlah atom

karbonnya adalah gas.

Amina dengan jumlah atom karbon dibawah enam biasanya larut dalam air

akibat adanya interaksi ikatan hidrogen. Meskipun nitrogen tidak

seelektronegatif oksigen namun mampu mempolarisasi ikatan N-H sehingga

terbentuk gaya dipol-dipol yang kuat antara molekulnya. Amina tersier tidak

memiliki atom hidrogen karena itu tidak terjadi ikatan hidrogen antara air

dengannya atau dengan amin tersier lainnya.konsekuensinya titik didihnya

lebih rendah disbanding amina primer atau sekunder.

Salah satu sifat yang paling dikenal dari amina berbobot molekul rendah

adalah aromanya yang tidak menyenangkan. Amine volatile ini menguap

secara cepat dan terciup seperti campuran ammonia dan ikan busuk.

3

Page 4: AMINA Makalah

Kebanyakan bahan yang membusuk terutama organ yang mengandung protein

tinggi menghasilkan amina. Bagian dari aroma tumbuhan yang mati, rumah

penyimpanan daging, dan bagian pengolahan limbah semuanya adalah amina.

Titik lebur, titik didih dan densitas dari beberapa senyawa amina

sederhana meningkat bersama dengan bertambahnya berat molekul sebagai

konsekuensi dari interaksi intermolekular yang lebih besar. Sama seperti

alkohol, senyawa amina yang lebih sederhana menunjukkan pengaruh ikatan

hydrogen. Nitrogen kurang elektonegatif dibandingkan dengan oksigen, ikatan

hydrogen pada N – H … N kurang kuat dibanding dengan ikatan O – H …. O.

Amina relatif bersifat basa lemah. Lebih basa dibanding air tapi jauh lebih

lemah sifat basanya dibanding ion OH- , ion alkoksida, dan ion alkanida.

Hanya alkohol dan eter yang dianggap sebagai turunan dari air, amina

dapat dianggap sebagi turunan ammonia.

Ada dua jalan umum untuk pembentukan amina yaitu subtitusi dan

reduksi. Reaksi Subtitusi dari Alkil Halida. Ammonia dan mengandung

pasangan elektron sunyi pada atom nitrogen, oleh sebab itu, senyawa itu

dapatbertindak sebagai nukleofil dalm reaksi subtitusi nukleofilik dari alkil

halida. Reaksi dengan amonia menghasilkan garam dari amin primer. Bila

garam amina ini direaksikan dengan basa akan dibebaskan amina bebas.

Reaksi alkil halida dengan amina dan bukan amonia akan menghasilkan

4

Gambar 2.1 Struktur Ammonia

Gambar 2. 2 Struktur Amina

Page 5: AMINA Makalah

amin sekunder, tersier, atau garam amonium kuarterner, tergantung pada

amina yang digunakan.

2.1.1 Klasifikasi Amina

Amina dikelompokkan sebagai amina primer

(1o), amina sekunder (2o)dan amina tertier (3o),

menurut banyaknya substituen alkil atau aril

yang terikat pada Nitrogen (N).

2.1.2 Amina primer (1 ̊)

Amina primer memiliki titik didih yang

berbeda antara senyawa alkana dan alkohol

berdasarkan berat molekul, sama seperti ammoniak, dengan b.p.

– 30 oC, yang merupakan intermediet antara methane, dengan b.p. – 161 oC,

dan air , dengan b.p. 100 oC. Amina primer mengandung -NH2 terikat pada

rantai atau cincin hidrokarbon. Pada amina sebagai turunan dari ammonia,

NH3.

Dalam amina primer, salah satu dari hidrogen diganti oleh hidrokarbon. satu

karbon terikat kepada N:

Contoh 1:  Tuliskan struktur formula dari etilamin.

5

Gambar 2. 1 Klasifikasi Amina

Page 6: AMINA Makalah

Dalam kasus ini, etil terikat pada -NH2 .

Nama ini (etilamin) tidak ada masalah selama tidak ada makna ambigu dari

letak -NH2. Namun seumpama anda mempunyai karbon rantai 3 -dalam kasus

ini -NH2 bisa berada pada kedua ujung atau ditengah. 

Contoh 2:  Tuliskan struktur formula untuk 2-aminopropana.

Nama menunjukkan rantai tiga karbon dengan amino terikat pada karbon ke

dua. Amino menunjukkan -NH2 .

Gambar 2. 2 Struktur 2-Aminopropana

Etilamin (contoh1) bisa juga disebut sebagai aminoetana.

Tabel 2. 1 Daftar titik lebur dari amina Primer Jenuh ( R–NH2 ).

R= m.p. oC R= m.p. oC

CH3 -92.5 C11H23 16.5

C2H5 -80.6 C12H26 28.0

C3H7 -83.0 C13H27 27.0

C4H9 -50.5 C14H29 37.9

C5H11 -55.0 C15H31 37.3

C6H12 -19.0 C16H33 46.2

6

Page 7: AMINA Makalah

C7H15 -23.0 C17H35 49

C8H17 - 0.4 C18H37 51.8

C9H19 -. 1.0 C19H41 57.8

C10H21 15.0 C20H45 62.7

Perbandingan struktur amonia dengan amina primer

Ammonia dan amina primer masing-masing mengandung sebuah gugus -

NH2. Pada amonia, gugus ini terikat pada sebuah atom hidrogen sedangkan

pada amina primer terikat pada sebuah gugus alkil (disimbolkan dengan “R”

pada gambar berikut) atau pada sebuah cincin benzen.

Gambar 2. 3 Amonia dan Amina Primer

2.1.3 Amina sekunder

Dalam amina sekunder dua dari hidrogen atom pada amonia digantikan

dengan hidrokarbon

R—N—R

|

H

..

Contoh: CH3—N—CH3

|

H

7

Page 8: AMINA Makalah

Tabel 2. 2 Daftar Titik lebur Amina Sekunder

Amina Titik Didih ( oC )

Diheksil 1.2

Dioktil 26.7

Didekil 41.5

Didodekil 47.0

Ditetradekil 60.62

Diheksadekil 67.03

Dioktadekil 72.3

2.1.4 Amina Tersier

Amina alifatik/aromatik dengan HNO2 memberikan hasil reaksi yang

ditentukkan oleh jenus amina tersier yang digunakan. Pada amina

alifatik/aromatik tersier reaksinya dengan HNO2 mengakibatkan terjadinya

sustitusi cincin aromatik oleh gugus –NO.

Amina tersier: tiga gugus terikat pada atom nitrogen.

Gambar 2. 4 amina Tersier

8

Page 9: AMINA Makalah

Contoh: CH3—N—CH3

|

CH3

2.1.5 Kebasaan Amina

Tabel 2. 3 Daftar Kebasaan Amina

senyawa struktur pKa

Amonia NH3 9,3

Amina Primer

Metilamina CH3NH2 10,6

Etilamina CH3CH2NH2 10,8

Isopropilamina (CH3)2CHNH2 10,6

Tersbutilamina (CH3)3CNH2 10,4

Anilina C6H5NH2 4,6

Amina Sekunder

Dimetilamina (CH3)2NH 10,7

Dietilamina (CH3CH2)2NH 11,1

N-Metilanilina C6H5NHCH3 4,8

Amina Tersier

Trimetilamina (CH3)3N 9,7

Trietilamina (CH3CH2)3N 10,8

N,N-

DimetilanilinaC6H5N(CH3)2 5,1

9

Page 10: AMINA Makalah

Perbedaan yang sangat kecil pada pKa antar amonia dengan semua amina

karena efek campuran pada kesetimbangan asam dan basanya. Namun lain

hal apabila disisipi dengan aril.

2.2 Tata Nama Amina

Tidak seperti alkohol dan alkil halida yang diklasifikasi menjadi primer,

sekunder, dan tersier berdasarkan letak subtituen pada karbon yang berikatan

dengan gugus fungsi, amina diklasifikasi berdasarkan letak subtituen pada

nitrogen. Amina dengan sebuah karbon adalah amina primer, dua karbon

adalah sekunder, dan tiga karbon adalah tersier.

H R R

R N R N R N

H H R

Amina primer Amina sekunder Amina tersier

Amina dinamakan dengan dua jenis, alkilamina dengan alkanamina.jika

dinamakan dengan alkilamina, akhiran –amina ditambahkan di belakang

nama alkil yang mengikatnya. Jika dinamakan dengan alkanamina, akhiran –

amina ditambahkan setelah nama alkananya.

CH3CH2NH2 CH3CH(NH2)CH2CH2CH3

Etilamina 1-metilbutilamina

Anilina adalah dasar nama IUPAC untuk derivat benzen amina

tersubtitusi. Derivat amina tersubtitusi diberi nomor 1 pada karbon yang

mengikat gugus amina. Subtituen ditulis berurut sesuai alfabet.

10

Page 11: AMINA Makalah

F- -NH2 Br- -CH2CH3

NH2

p-fluoroanilina 5-bromo-2-etilanilina

Gugus amino memiliki prioritas yang lebih rendah dari gugus hidroksil

dan gugus karbonil sehingga gugus amino dianggap sebagai subtituen.

HOCH2CH2NH2 CHO- -NH2

2-aminoetanol p-aminobenzaldehida

(4-aminobenzenakarbaldehida)

Amina sekunder dan tersier dinamakan dengan aturan N-derivat amina

tersubtitusi. Amina utama dipilih dari rantai karbon yang terpanjang. Awalan

N- ditambahkan untuk menunjukkan lokasi subtituen pada gugus amino.

CH3NHCH2CH3

N-metiletilamina

Nitrogen yang mengikat empat subtituen akan bermuatan positif dan diberi

nama ion amonium.

CH3N+H3Cl- -N+H(CH3)CH2CH3 CF3CO2-

Metilamonium klorida N-etil-N-metilsiklopentilamonium

trifluoroasetat

2.2.1 Tata Nama IUPAC (Sistematik)

11

Page 12: AMINA Makalah

Nama sistematik untuk amina alifatik primer diberikan dengan cara seperti

nama sistematik alkohol, monohidroksi akhiran –a dalam nama alkana

induknya diganti oleh kata amina.

Contoh :

CH3- CH-CH3 CH3-CH2-CH-CH2-CH3

│ │

NH2 NH3

( 2-propanamina ) ( 3-pentanamina )

Untuk amina sekunder dan tersier yang asimetrik (gugus yang terikat pada

atom N tidak sama), lazimnya diberi nama dengan menganggapnya sebagai

amina primer yang tersubtitusi pada atom N. Dalam hal ini berlaku ketentuan

bahwa gugus sustituen yang lebih besar dianggap sebagai amina induk,

sedangkan gugus subtituen yang lebih kecil lokasinya ditunjukkan dengan

cara menggunakan awalan N (yang berarti terikat pada atom N).

2.2.2 Tata Nama Trivial

Nama trivial untuk sebagian besar amina adalah dengan menyebutkan

gugus-gugus alkil/aril yang terikat pada atom N dengan ketentuan bahwa

urutan penulisannya harus memperhatikan urutan abjad huruf terdepan dalam

nama gugus alkil/aril kemudian ditambahkan kata amina di belakang nama

gugus-gugus tersebut

Contoh : CH3

12

Page 13: AMINA Makalah

CH3——NH2 CH — C — NH2

CH3

Metilamina tersier-butilamina 

Senyawa siklis dimana satu atom C atau lebih diganti dengan atom

nitrogen, diberi nama khusus sebagai heterosiklik amin.

2.3 SIFAT FISIKA DAN KIMIA AMINA

2.3.1 Sifat-Sifat Fisik dari Amina

Suatu amina mengandung ikatan N-H dapat membentuk ikatan hydrogen

dengan electron sunyi dari oksigen atau nitrogen lain. Dari dua macam ikatan

hydrogen, ikatan NH-N jauh lebih lemah daripada ikatan OH-O. Semua

amina merupakan senyawa polar, dan antar molekul amina primer/ sekunder

terdapat ikatan hidrogen. Karena perbedaan keelektronegatifan antara atom N

13

Page 14: AMINA Makalah

dan H relatif kecil maka ikatan hidrogen antar molekul amina tidak sekuat

molekul-molekul yang mengandung gugus –OH, seperti misalnya alkohol.

Adanya perbedaan kekuatan antara ikatan hidrogen dalam molekul-molekul

amina maupun alkohol nampak pengaruhnya terhadap titik didih kedua

golongan senyawa tersebut. kelarutan amina dalam air menurun seiring

dengan meningkatnya berat molekul. Dengan molekul air, semua amina dapat

membentuk ikatan hidrogen.

Contoh :

H H

│ │

ROH—:OR R2NH—:NR2

¨

5 kcal/mol 3kcal/mol

Titik didih dari amina yang mengandung suatu ikatan N—H adalah ditengah-

tengah antara alkana (tidak ada ikatan hidrogen) dan alkohol (ikatan alkohol

kuat).

CH3CH2CH3 CH3CH2NH2 CH3CH2OH

propana Etilamina Etanol

Berat rumus : 44 45 46

Titik didh (°C): -42 17 78,5

Titik didih dari amina yang tidak mengandung ikatan N—H, jadi tidak

mempunyai ikatan hidrogen, lebih rendah dari amina yang mempunyai ikatan

hidrogen.

Ikatan hidrogen antar molekul amina dapat terjadi N – H ...... N, hal

mana akan menaikkan td amina primer dan amina sekunder dibanding alkana,

tetapi ikatan hidrogen ini tidak sekuat ikatan hidrogen antar molekul alkohol

O – H ..... O, karena N kurang elektronegatif dibanding O.

14

Page 15: AMINA Makalah

Tabel 2. 4 Sifat-Sifat Amonia dan Beberapa Amina Umum

Rumus Nama Td

(oC)

Kb pKb

NH3

CH3NH2

(CH3)2NH

(CH3)3N

Ammonia

Metilamina

Dimetilamina

Trimetilamina

Sikloheksilamina

Aniline

piridin

-33

-6

7

3

134

184

116

1.79 x

10-5

45 x

10-5

54 x

10-5

6,5 x

10-5

45 x

10-5

4,2 x

10-10

18 x

10-10

4,75

3.35

3.27

4.19

3.35

9.38

8.75

15

Energi disosiasi :

Page 16: AMINA Makalah

Titik didih dari amina yang mengandung suatu ikatan N – H adalah di

tengah-tengah antara alkana (tidak ada ikatan hydrogen) dan alcohol (ikatan

hydrogen kuat).

CH3CH2CH3 CH3CH2NH2 CH3CH2OH

Propane etilamina etanol

Berat rumus : 44 45 46

Titik didih : -42 17 78,5

Titik didih dari amina yang tidak mengandung ikatan N-H, jadi tidak

mempunyai iakatan hydrogen, lebih rendah dari amina yang mempunyai

ikatan hydrogen. Trimetilamina emndidih pada temperature lebih rendah dari

pada etimetil amina

Karena amina dapat membentuk ikatan hydrogen yang kuat dengan

hydrogen hidrongen dalam air, amina yang mempunyai rumus berat rendah,

larut dalam air sama seperti alkohol.

Kebasaan Dari Amina

Seperti ammonia, amina adalah basa lemah, jauh lebih lemah daripada ion

hidroksida. Amina dapat memberikan sepasang electron sunyi dari

nitrogennya dan membentuk ikatan dengan sebuah proton. Amina yang larut

dalam air mengalami reversible dengan air, yang membebaskan ion

hidroksida.

16

Page 17: AMINA Makalah

Konstanta Kesetimbangan Basa

Kebasaan dari suatu senyawa, seperti amina, ditentukan oleh

konstanta Kesetimbangan Basa (Kb), yang merupakan konstanta

kesetimbangan untuk reaksi senyawa tersebut dengan air.

dan konsentrasi dari H2O sudah termasuk dalam Kb. Istilah PKb, yang sangat

analog PKa, sering digunakan untuk menunjukkan kekuatan basa dari suatu

senyawa

PKb = - log Kb

Harga pKb

Jika Kb = 1,0 x 10-5, pKb = 5

Jika kekuatan asam dari suatu deretan senyawa bertambah, harga Kb

bertambah besar dan harga pKb berkurang

NH3 CH3NH2 CH3NHCH3

Kb : 1,79 X 10-5 45 x 10-5 54 x 10-5

pKb: 4,75 3,35 3,27

Kekutan basa bertambah

17

Page 18: AMINA Makalah

(Kb bertambah ; PKb Berkurang)

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kekuatan Basa

Suatu reaksi asam basa adalah suatu kesetimbangan yang dapat

digeser kesalah satu pihak dari persamaan reaksi oleh stabilitas pereaksi atau

hasil reaksi. Setiap struktur atau lingkungan yang menstabilkan amina

terprotonasi relatif terhadap yang bebas atau amina tidak terprotonasi akan

menambah kekuatan bada dari amina.

Kenaikan stabilisasi relatif ke hasil reaksi Kenaikan stabilisasi relatif ke

hasil reaksi

Menggeser kesetimbangan ke pihak ini menggeser kesetimbangan ke

pihak ini

RNH2 + H2O R+NH3 + -OH

Alkylamina, dialkilamin, dan trialkionamin mempunyai konstanta

kessetimbangan basa lebih dari ammonia.. kenaikan dari kekauatan basa

sebagian disebabkan oleh efek induksi dari pelepasan eketron gugusan alkyl,

yang membantu menstabilkan muatan positif dari hasil reaksi dan menggeser

kesetimbangan ke kanan.

H H

H3C N - H + H2O H3C N H + OH

HLebih stabil terhadap pereaksi daripada +NH4

Sifat fisika Amina yang lainnya adalah

·       Suku-suku rendah berbentuk gas.

·       Tak berwarna, berbau amoniak, berbau ikan.

18

Page 19: AMINA Makalah

·       Mudah larut dalam air

·       Amina yang lebih tinggi berbentuk cair/padat.

·       Kelarutan dalam air berkurang dengan naiknya BM.

2.3.2 Sifat-sifat kimia dari Amina

Merupakan basa lemah dan bersifat nukleofil, jika bereaksi dengan

asam mineral membentuk garam ammonium kuarterner yang larut dalam air.

(Fessenden, 1986)

Larutan amina bersifat basa lemah, dalam air menghasilkan ion

OH-,sehingga larutannya bersifat basa lemah.

CH3NH2 + H2O CH3NH3+ + OH-

metil amina metil amonium

Larutan amina dengan asam anorganik membentuk garam.

CH3 NH2 + HNO3 CH3 NH3 NO3

metil amina asam nitrat metil amonium nitrat

Amina primer dapat dipisahkan dengan amina sekunder dan tersier

apabila direaksikan dengan asam nitrit, HNO2. Karena amina primer dengan

HNO2 membentuk alkohol primer, sedangkan amina sekunder dengan HNO2

membentuk nitro-dialkilamina [ (R)2 = N – NO ] yang berwarna kuning dan

sukar larut dalam air. Amina tersier tidak bereaksi khusus dengan HNO2.

Reaksi amina primer dengan sam nitrit menghasilkan alkohol, gas

nitrogen, dan air

C2H5 – NH2 + HNO2 C2H5OH + N2 + H2O

etil amina etanol

Reaksi amina sekunder dengan asam nitrit menghasilkan nitroso dialkil

amina yang sukar larut dalam air.

(CH3)2 – NH + HNO2 (CH3)2 NNO + H2O

19

Page 20: AMINA Makalah

dietil amina nitroso dialkil amina

Semua senyawa amina bersifat basa lemah, demikian pula larutannya

dalam air. Harga tetapan ionisasi asam konjugat suatu amina (Ka) dijadikan

acuan dalam menentukan kebasaan suatu amina. Dalam praktiknya, yang

dipakai adalah notasi pKa (= -log Ka). Hasil kajian menunjukkan bahwa sifat

basa suatu amina alifatik/ aromatik ditentukan oleh rumus strukturnya.

Seperti halnya amonia, semua amina bersifat sebagai basa lemah dan

larutan amina dalam air bersifat basis

Contoh :

H

CH3—N: + H – O- H CH3- N- H + HO

H

Metilamonium hidroksida

[CH3NH3][HO]

Kb = ———————— = 4,37 × 10-4

[CH3NH2]

Harga pKb untuk CH3NH2 = - log Kb = 3,36

Untuk menelaah kebasaan suatu amina, sering kali digunakan acuan

tetapan ionisasi konjugatnya (Ka). Untuk asam konjugat dari CH3NH2 yaitu

CH3NH3+ harga tetapan ionisasi asamnya adalah :

CH3NH3+ CH3NH2 + H+

[CH3NH2][H+]

Ka = = 4,37x10

[CH3NH3+]

20

Page 21: AMINA Makalah

Harga pKa untuk CH3NH3+ = -log Ka = 10,64

Harga pKa dan pKb untuk pasangan asam basa konjugat dinyatakan dengan

persamaan: pKa + pKb =14

Reaksi Amina dngan Asam

Amina yang larut maupun yang tidak larut dalam air dapat bereaksi dengan

asam dan menghasilkan garam yang larut dalam air.

Contoh :

(CH3CH2)2NH + HCl → (CH3CH2)2NH2+Cl-

dietilamonium klorida

a. Reaksi amina dengan asam

Amina yang larut maupun yang tidak larut dalam air dapat bereaksi dengan

asam dan menghasilkan garam yang larut dalam air.

Contoh:

(CH3CH2)2NH + HCl → (CH3CH2)2NH2 + Cl-

(dietilamoniumklorida)

b. Amina primer dapat dipisahkan dengan amina sekunder dan tersier apabila

direaksikan dengan asam nitrit, HNO2. Karena amina primer dengan HNO2

membentuk alkohol primer, sedangkan amina sekunder dengan HNO2

membentuk nitro-dialkilamina [ (R)2 = N – NO ] yang berwarna kuning dan

sukar larut dalam air. Amina tersier tidak bereaksi khusus dengan HNO2

Reaksi amina primer dengan asam nitrit menghasilkan alkohol, gas

nitrogen, dan air

C2H5 – NH2 + HNO2 C2H5OH + N2 + H2O

(etil amina) (etanol)

21

Page 22: AMINA Makalah

Reaksi amina sekunder dengan asam nitrit menghasilkan nitroso dialkil

amina yang sukar larut dalam air.

(CH3)2 – NH + HNO2 (CH3)2 NNO + H2O

(dietil amina) (nitroso dialkil amina)

2.4 PEMBUATAN SENYAWA AMINA

2.4.1 Reaksi substitusi dari Alkil Halida

Ammonia dan amina mengandung pasangan electron sunyi pada atom

nitrogen. Oleh sebab itu, senyawa ini dapat bertindak sebagai nukleofil dalam

reaksi substitusi nukleofilik dari alkyl halide., reaksi dengan ammonia

menghasilkan garam dari amina primer. Bila garam amina direaksikan dengan

basa akan dibebaskan amina bebas.

Reaksi alkyl halide dengan amina dan bukan ammonia akan menghasilkan

amina sekunder, tersier, atau garam ammonium kuartener tergantung pada

amina yang digunakan.

CH3CH2Br + CH3NH2 CH3CH2+ NH22CH3Br - CH3CH2NHCH3

1o amina 2o amina

Walaupun hasil yang cukup didapat dalam beberapa baris, hasil dari reaksi

semacam ini sering rendah, hasil reaksi amina (ada dalam jumlah yang sedikit

dalam campuran kesetimbangamn) dapat juga bereaksi dengan alkyl halide

menghasilkan suat senywa yang terakilasi berlebihan.

22

OH-

Page 23: AMINA Makalah

2.4.2 Reduksi dari Senyawa Nitrogen lain

Reduksi dari amida atau nitril dengan litium aluminum hidrida atau

dengan gas hydrogen menghasilkan amina. Dengan amida, amin primer,

sekunder, atau tersier bisa didapat, tergantung kepada jumlah substitusi pada

amida nitrogen. Dengan nitril, hanya amina primer dari tipe RCH2NH2 bisa

didapat sebab atom karbon yang terikat ke atom nitrogen hanya mempunyai

satu substituen saja (R) dalam nitril.

Gugusan nitro dapat juga direduksi menjadi amina primer. Senyawa nitro

aromatic sering dipakai sebab mudah dibuat dari hidrokarbon aromatic dengan

jalan nitrasi aromatic. Senyawa nitro dapat direduksi oleh hidrogenasi katalitik

atau dengan reduksi logam seperti besi dengan asam khlorida.

23

Page 24: AMINA Makalah

2.4.3 Metode Alkilasi

2.4.3.1 Alkilasi amonia

Amonia dapat bersifat nukleofil jika berhadapan dengan alkil halida

primer dan sekunder untuk membentuk alkil amina primer.

RX + 2NH3 RNH2 + NH4X

2.4.3.2 Alkilasi ftalimida

Garam potasium pada ftalamida bereaksi dengan alkil halida untuk

menghasilkan turunan N-alkilftalamida. Hidrolisis atau hidrazinolisis dari

derivat ini menghasilkan alkilamina primer.

RX +

24

N-K+ NR

NR NH

NH

Page 25: AMINA Makalah

+ H2NNH2 RNH2 +

2.4.4 Metode Reduksi

2.4.4.1 Reduksi Alkil Azida

Alkil azida yang disintesis dari subtitusi nukleofilik ion azida dengan

alkil halida direduksi dengan litium aluminium hidrit atau hidrogenasi katalis.

RN=N+=N- reduksi RNH2

2.4.4.2 Reduksi Nitril

Nitril direduksi dengan litium aluminium hidrit atau hidrogenasi katalis

menjadi amina primer

RC N reduksi RCH2NH2

2.4.4.3 Reduksi Senyawa Aril Nitro

Metode standar untuk mensintesis arilamina adalah dengan nitrasi

cincin aromatik diikuti dengan reduksi gugus nitro.

ArNO2reduksi ArNH2

2.4.4.4 Reduksi Amida

25

Page 26: AMINA Makalah

Litium aluminium hidrit mereduksi gugus karbonil dari amida untuk

membentuk gugus metilena.

RCONR’2 reduksi RCH2NR’2

2.4.4.5 Aminasi Reduktif

Reaksi antara amonia atau amina dengan keton atau aldehid dalam agen

pereduksi adalah metode yang efektif untuk mensintesis amina primer,

sekunder, dan tersier. R,R’ dan R’’ bisa saja aril atau alkil.

NR’’2

RCOR’ + R’’2NH agen pereduksi RCHR’

2.4.4.6 Sintesis Gabriel

Sintesis Gabriel, dinamakan dari kimiawan Jerman Siegmund Gabriel,

adalah reaksi kimia yang mengubah alkil halida primer menjadi amina

primer dengan menggunakan kalium ftalimida.

Garam kalium ataupun natrium bereaksi dengan alkil halida primer,

membentuk alkil ftalalat imida. Reaksi ini tidak akan berjalan untuk alkil

halida sekunder.

26

Page 27: AMINA Makalah

Setelah dihidrolisis menggunakan asam, amina primer dilepaskan

sebagai garam amina. Selain itu, ia juga dapat dilakukan via prosedure Ing-

Manske, yang melibatkan reaksi dengan hidrazina akuatik ataupun dalam

etanol dengan refluks. Prosedur ini akan mengendapkan ftalhidrazia bersamaan

dengan amina primer. Teknik ini sering kali menghasilkan rendemen yang

rendah. Oleh karena itu, terdapat pula metode lain yang digunakan untuk

melepaskan amina dari ftalimida.

2.5 REAKSI KIMIA AMINA

2.5.1 Reaksi amina dengan turunan as. Karboksilat

Anilin akan bereaksi dengan turunan as.Karboksilat anhidrida dan

halida asam membentuk amida tersubtitusi seperti contoh berikut :

O O O

|| || ||

CH3 – C – O – C – CH3 + H2N – Ph Ph – NH – C – CH3 + CH3COOH

(antipiretik) / penurun panas

2.5.2 Polimerisasi kondensasi diamin

Polimer diamin khususnya 1,6 diaminoheksana dengan heksadioat

(asam adipat) akan menghasilkan suatu nilon 6,6.

O O O O

|| || || ||

H2N – (CH2)6 + HO – C (CH2)4 – C – OH -[NH – (CH2)6 NHC (CH2)4 C-]n

(Nilon)

27

Page 28: AMINA Makalah

2.5.3 Reaksi Amina alifatik primer dengan HNO2

Amina alifatik primer dengan HNO2 menghasilkanalkohol disertai

pembebasan gas N2 menurut persamaan reaksi di bawah ini :

CH3-CH-NH2 + HNO2→ CH3-CH-OH + N2 + H2O

│ │

CH3 CH3

Isopropilamina (amina 1°) isopropil alkohol (alkohol 2°)

2.5.4 Reaksi Amina alifatik/aromatik sekunder dengan HNO2

Amina alifatik/aromatik sekunder dengan HNO2 menghasilkan

senyawa N-nitrosoamina yang mengandung unsur N-N=O

2.6 ALKALOID AMINA

            Awal alkaloida diketahui hanya terdapat dalam tumbuhan, terutama

tumbuhan berbunga, Angiospermae. Selanjutnya ternyata terdapat dalam hewan,

serangga, biota laut, mikroor-ganisme dan tumbuhan rendah. Contoh : sebangsa

rusa (muskopiridina), seje-nis musang Kanada (kastoramina), feromon seks  

serangga (pirol) neurotoksik dari Gonya-ulax catenella  (saksitoksina), bakteri

Pseudo-monas aeruginosa  (pirosiamina) cendawan (khanoklvina-1), marga lumut

Lycopodium (likopodina). Alkaloida sebagian besar dalam tumbuhan ber-bunga.

Kelompok alkaloida tertentu dapat dihubungkan dengan Keluarga (Famili) atau

Marga (Genus).

2.6.1 Alkaloid Amina

Awal alkaloida diketahui hanya terdapat dalam tumbuhan, terutama

tumbuhan berbunga, Angiospermae. Selanjutnya ternyata terdapat dalam

28

Page 29: AMINA Makalah

hewan, serangga, biota laut, mikroor-ganisme dan tumbuhan rendah. Contoh :

sebangsa rusa (muskopiridina), seje-nis musang Kanada (kastoramina),

feromon seks   serangga (pirol) neurotoksik dari Gonya-ulax catenella 

(saksitoksina), bakteri Pseudo-monas aeruginosa  (pirosiamina) cendawan

(khanoklvina-1), marga lumut Lycopodium (likopodina).

Alkaloida sebagian besar dalam tumbuhan ber-bunga. Kelompok alkaloida

tertentu dapat dihubungkan dengan Keluarga (Famili) atau Marga (Genus).

Sistem Engeler tumbuhan tinggi ada 60 Bangsa (Ordo) dan ± 34 mengandung

alkaloida, 4% semua Keluarga mengandung sedikitnya satu alkaloida, hanya

8,7% pada sekitar 10.000 Marga.  Keluarga mengandung alkaloida: Liliaceae,

Solanaceae dan Rubiaceae. Satu Keluarga beberapa Marga mengandung

alkaloida dan lainnya tidak, ada Marga sama mengandung alkaloida sama juga

dari Keluarga lain. Contoh : hiosiamin terdapat dalam 7 Marga yang berbeda

dari Keluarga Solanaceae, sedang vindolin dan morfin terda-pat terbatas hanya

beberapa jenis tumbuhan dari Marga yang sama. Golongan ini tidak

mengandung N heterosiklik. Banyak yang merupakan tutrunan sederhana dari

feniletilamin dan senyawa-senyawa turunan dari asam amino fenilalanin atau

tirosin.

Gambar 2. 5 Feniletilamin dan Fenilalanin

a. Efedrina

Berasal dari herba tumbuhan Ephedra distachya, E. Sinica dan E.

Equisetina (fam : Gnetaceae) berguna sebagai bronkodilator. Tumbuhan ini

juga dikenal dengan nama “Ma Huang” dalam bahasa Cina “Ma” berarti sepat

sedangkan „Huang” berati kuning, hal ini mungkin dihubungkan dengan rasa

dan warnan simplisia ini. Selain dari persenyawaan alam, alkaloid ini juga

dibuat dalam bentuk sintetis garam seperti Efedrin Sulfat dan Efedrin HCl yang

29

Page 30: AMINA Makalah

berbetuk kristal, sifatsifat farmakologiknya sama dengan Efedrin dan dipakai

sebagai simpatomimetik.

b. Kolkisina

Alkaloid ini berasal dari biji tumbuhan Colchicum autumnalei (fam :

Liliaceae) berguna sebagai antineoplasmik dan stimulan SSP, selain pada biji

kormus (pangkal batang yang ada di dalam tanah) tumbuhan ini juga

mengandung alkaloid yang sama.

c. d- Norpseudo Efedrina

Senyawa di atas diperoleh dari daun-daun segar tumbuhan Catha edulis

(fam : Celastraceae) nama lain dari tumbuah ini dalah Khat atau teh Abyssina,

tumbuhan ini berupa pohon kecil atau semak-semak yang berasal dari daerah

tropik Afrika Timur. Khasiat dari simplisia ini adalah stimulan pada SSP.

d. Meskalina

Diperoleh dari sejenis tumbuhan cactus Lophophora williamsii (fam : Cactaceae) dikenal dengan nama Peyote yang dapat menyebabkan halusinasi dan euphoria

Alkaloida, senyawa organik bahan alam  tidak punya tatanama sistematik, karena itu dinyatakan dengan nama trivial, berakhiran –ina  seperti pada karbohidrat dengan akhira - osa, misal : kuinina, morfina, strikh-nina. Dibanding steroid dan flavonoid punya struktur dasar, alkaloida struktur beragam. Klasifikasi alkaloida rumit dan belum ada klasifikasi  seragam, umum digolong-kan berdasarkan pada :

a. Jenis cincin heterosiklik nitrogennya

Menurut klasifikasi ini dikenal, misalnya alka-loida pirolidina, piperidina,

isokuinolina, indol, kuinolina dan sebagainya.

b. Asal tumbuhan terdapatnya

30

Page 31: AMINA Makalah

Dasar awal alkaloida ditemukan pada tumbuhan, misal : alkaloida

tembakau, alkaloida Ama-ryllidaceae, alkaloida Erythrina dan sebagainya.

Kesulitan, ada alkaloida tidak hanya terdapat pada satu tumbuhan, misal :

nikotina, selain dalam temba-kau dari Keluarga Solanaceae, juga terdapat

dalam tumbuhan lain yang tidak ada hubungan sama sekali dengan tembakau.

Kelemahan lain, beberapa alkaloida berasal dari satu tumbuhan tertentu dapat

mempunyai struktur yang sangat berbeda-beda.

c. Berdasarkan asal – usul biogenetiknya

Cara ini dapat menjelaskan hubungan antara satu alkaloida dengan

alkaloida lainnya yang diklasifikasi berdasarkan cincin heterosillik, merupakan

perluasan sistem berdasarkan cincin heterosikliknya. Biosintesis menunjukkan

bahwa alkaloida berasal dari beberapa asam amino tertentu saja.

Berdasarkan ini, alkaloida dibedakan atas 3 golongan utama, yaitu :

a. Alkaloida alisiklik yang berasal dari asam amino ornitin dan lisin

b. Alkaloida aromatik jenis fenilalanin yang berasal fenilalanin, tirosin dan 3,4

– dihidroksifenil-alanin

c. a aromatik jenis indol, yang berasal dari triptofan

d. Aktivitas, asal – usul asam aminonya dan sifat kebasaannya

Alkaloida sesungguhnya, merupakan racun, memiliki aktivitas fisiologis

luas, hampir semuanya bersifat basa, mengandung unsur nitrogen pada cincin

heterosiklinya, dibiosinte-sis dari asam amino, biasa terdapat sebagai garam

organik dalam tumbuhan. Aturan ini di-kecualikan terhadap kolkhisina dan

asam aristo-lokhat bersifat bukan basa dan tidak memiliki cincin heterosiklik

dan alkaloida quaterner yang sedikit bersifat asam. Protoalkaloida, merupakan

amin sederhana,  atom nitrogen asam amino tidak terdapat dalam cincin

heterosikliknya, bio-sintesisnya dari asam amino yang bersifat basa, misalnya :

Pseudoalkaloida, tidak diturunkan dari prekursor asam amino, biasanya

bersifat basa.  Ada dua seri alkaloida yang khas dari golongan ini, yaitu

alkaloida steroidal (misal konessina) dan alkaloida purin (misal kofeina)

31

Page 32: AMINA Makalah

2.6.2 Sifat Fisika Alkaloid Amina

Umumnya mempunyai 1 atom N meskipun ada beberapa yang memiliki

lebih dari 1 atom N seperti pada Ergotamin yang memiliki 5 atom N. Atom N

ini dapat berupa amin primer, sekunder maupun tertier yang semuanya

bersifat basa (tingkat kebasaannya tergantung dari struktur molekul dan gugus

fungsionalnya).

Kebanyakan alkaloid yang telah diisolasi berupa padatan kristal tidak larut

dengan titik lebur yang tertentu atau mempunyai kisaran dekomposisi. Sedikit

alkaloid yang berbentuk amorf dan beberapa seperti; nikotin dan koniin

berupa cairan. Kebanyakan alkaloid tidak berwarna, tetapi beberapa senyawa

yang kompleks, species aromatik berwarna (contoh berberin berwarna kuning

dan betanin berwarna merah). Pada umumnya, basa bebas alkaloid hanya

larut dalam pelarut organik, meskipun beberapa pseudoalkaloid dan

protoalkaloid larut dalam air. Garam alkaloid dan alkaloid quartener sangat

larut dalam air.

2.6.3 Sifat Kimia Alkaloid Amina

Kebanyakan alkaloid bersifat basa. Sifat tersebut tergantung pada adanya

pasangan elektron pada nitrogen.Jika gugus fungsional yang berdekatan

dengan nitrogen bersifat melepaskan elektron, sebagai contoh; gugus alkil,

maka ketersediaan elektron pada nitrogen naik dan senyawa lebih bersifat

basa. Hingga trietilamin lebih basa daripada dietilamin dan senyawa

dietilamin lebih basa daripada etilamin. Sebaliknya, bila gugus fungsional

yang berdekatan bersifat menarik elektron (contoh; gugus karbonil), maka

ketersediaan pasangan elektron berkurang dan pengaruh yang ditimbulkan

alkaloid dapat bersifat netral atau bahkan sedikit asam. Contoh ; senyawa

yang mengandung gugus amida.

Kebasaan alkaloid menyebabkan senyawa tersebut sangat mudah

mengalami dekomposisi, terutama oleh panas dan sinar dengan adanya

32

Page 33: AMINA Makalah

oksigen. Hasil dari reaksi ini sering berupa N-oksida. Dekomposisi alkaloid

selama atau setelah isolasi dapat menimbulkan berbagai persoalan jika

penyimpanan berlangsung dalam waktu yang lama. Pembentukan garam

dengan senyawa organik (tartarat, sitrat) atau anorganik (asam hidroklorida

atau sulfat) sering mencegah dekomposisi. Itulah sebabnya dalam

perdagangan alkaloid lazim berada dalam bentuk garamnya.

2.6.4 Klasifikasi Alkaloid Amina

2.6.4.1 Menurut Hegnuer

Pada bagian yang memaparkan sejarah alkaloid, jelas kiranya bahwa

alkaloid sebagai kelompok senyawa, tidak diperoleh definisi tunggal

tentang alkaloid. Sistem klasifikasi yang diterima, menurut Hegnauer,

alkaloid dikelompokkan sebagai Alkaloid sesungguhnya, Protoalkaloid,

dan Pseudoalkaloid. Meskipun terdapat beberapa perkecualian.

2.6.4.1.1 Alkaloid Sesungguhnya

Alkaloid sesungguhnya adalah racun, senyawa tersebut menunjukkan

aktivitas phisiologi yang luas, hampir tanpa terkecuali bersifat basa; lazim

mengandung Nitrogen dalam cincin heterosiklik ; diturunkan dari asam amino ;

biasanya terdapat “aturan” tersebut adalah kolkhisin dan asam aristolokhat

yang bersifat bukan basa dan tidak memiliki cincin heterosiklik dan alkaloid

quartener, yang bersifat agak asam daripada bersifat basa.

2.6.4.1.2 Protoalkaloid

Protoalkaloid merupakan amin yang relatif sederhana dimana nitrogen

dan asam amino tidak terdapat dalam cincin heterosiklik. Protoalkaloid

diperoleh berdasarkan biosintesis dari asam amino yang bersifat basa.

Pengertian ”amin biologis” sering digunakan untuk kelompok ini. Contoh,

adalah meskalin, ephedin dan N,N-dimetiltriptamin.

2.6.4.1.3 Pseudoalkaloid

33

Page 34: AMINA Makalah

Pseudoalkaloid tidak diturunkan dari prekursor asam amino. Senyawa

biasanya bersifat basa. Ada dua seri alkaloid yang penting dalam khas ini, yaitu

alkaloid steroidal (contoh: konessin dan purin (kaffein))

2.8.4.2 Berdasarkan atom nitrogennya

2.8.4.2.1 Alkaloid dengan atom nitrogen heterosiklik

Dimana atom nitrogen terletak pada cincin karbonnya. Yang termasuk

pada golongan ini adalah :

a. Alkaloid Piridin-Piperidin Mempunyai satu cincin karbon

mengandung 1 atom nitrogen. Yang termasuk dalam kelas ini adalah : Conium

maculatum dari famili Apiaceae dan Nicotiana tabacum dari famili Solanaceae.

b. Alkaloid Tropan Mengandung satu atom nitrogen dengan gugus

metilnya (N-CH3). Alkaloid ini dapat mempengaruhi sistem saraf pusat

termasuk yang ada pada otak maupun sun-sum tulang belakang. Yang

termasuk dalam kelas ini adalah Atropa belladona yang digunakan sebagai

tetes mata untuk melebarkan pupil mata, berasal dari famili Solanaceae,

Hyoscyamus niger, Dubuisia hopwoodii, Datura dan Brugmansia spp,

Mandragora officinarum, Alkaloid Kokain dari Erythroxylum coca (Famili

Erythroxylaceae)

c. Alkaloid Quinolin Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 atom

nitrogen. Yang termasuk disini adalah ; Cinchona ledgeriana dari famili

Rubiaceae, alkaloid quinin yang toxic terhadap Plasmodium vivax

d. Alkaloid Isoquinolin Mempunyai 2 cincin karbon mengandung 1

atom nitrogen. Banyak ditemukan pada famili Fabaceae termasuk Lupines

(Lupinus spp), Spartium junceum, Cytisus scoparius dan Sophora secondiflora

e. Alkaloid Indol Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 cincin indol .

Ditemukan pada alkaloid ergine dan psilocybin, alkaloid reserpin dari

Rauvolfia serpentine, alkaloid vinblastin dan vinkristin dari Catharanthus

34

Page 35: AMINA Makalah

roseus famili Apocynaceae yang sangat efektif pada pengobatan kemoterapy

untuk penyakit Leukimia dan Hodgkin‟s.

f. Alkaloid Imidazol Berupa cincin karbon mengandung 2 atom

nitrogen. Alkaloid ini ditemukan pada famili Rutaceae. Contohnya; Jaborandi

paragua.

g. Alkaloid Lupinan Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 atom N,

alkaloid ini ditemukan pada Lunpinus luteus (fam : Leguminocaea).

h. Alkaloid Steroid Mengandung 2 cincin karbon dengan 1 atom

nitrogen dan 1 rangka steroid yang mengandung 4 cincin karbon. Banyak

ditemukan pada famili Solanaceae, Zigadenus venenosus.

i. Alkaloid Amina Golongan ini tidak mengandung N heterosiklik.

Banyak yang merupakan tutrunan sederhana dari feniletilamin dan senyawa-

senyawa turunan dari asam amino fenilalanin atau tirosin, alkaloid ini

ditemukan pada tumbuhan Ephedra sinica (fam Gnetaceae)

j. Alkaloid Purin Mempunyai 2 cincin karbon dengan 4 atom nitrogen.

Banyak ditemukan pada kopi (Coffea arabica) famili Rubiaceae, dan Teh

(Camellia sinensis) dari famili Theaceae, Ilex paraguaricasis dari famili

Aquifoliaceae, Paullunia cupana dari famili Sapindaceae, Cola nitida dari

famili Sterculiaceae dan Theobroma cacao.

2.8.4.2.2 Alkaloid tanpa atom nitrogen yang heterosilik

Dimana, atom nitrogen tidak terletak pada cincin karbon tetapi pada

salah satu atom karbon pada rantai samping. 1. Alkaloid Efedrin (alkaloid

amine) Mengandung 1 atau lebih cincin karbon dengan atom Nitrogen pada

salah satu atom karbon pada rantai samping. Termasuk Mescalin dari

Lophophora williamsii, Trichocereus pachanoi, Sophora secundiflora, Agave

americana, Agave atrovirens, Ephedra sinica, Cholchicum autumnale. 2.

Alkaloid Capsaicin Dari Chile peppers, genus Capsicum. Yaitu ; Capsicum

35

Page 36: AMINA Makalah

pubescens, Capsicum baccatum, Capsicum annuum, Capsicum frutescens,

Capsicum chinense.

2.6.5 IDENTIFIKASI

Dua metode yang paling banyak digunakan untuk menyeleksi tanaman

yang mengandung alkaloid. Prosedur Wall, meliputi ekstraksi sekitar 20 gram

bahan tanaman kering yang direfluks dengan 80% etanol. Setelah dingin dan

disaring, residu dicuci dengan 80% etanol dan kumpulan filtrat diuapkan.

Residu yang tertinggal dilarutkan dalam air, disaring, diasamkan dengan asam

klorida 1% dan alkaloid diendapkan baik dengan pereaksi Mayer atau dengan

Siklotungstat.

Bila hasil tes positif, maka konfirmasi tes dilakukan dengan cara larutan

yang bersifat asam dibasakan, alkaloid diekstrak kembali ke dalam larutan

asam. Jika larutan asam ini menghasilkan endapan dengan pereaksi tersebut di

atas, ini berarti tanaman mengandung alkaloid. Fasa basa berair juga harus

diteliti untuk menentukan adanya alkaloid quartener. Prosedur Kiang-Douglas

agak berbeda terhadap garam alkaloid yang terdapat dalam tanaman (lazimnya

sitrat, tartrat atau laktat).

Bahan tanaman kering pertama-tama diubah menjadi basa bebas dengan

larutan encer amonia. Hasil yang diperoleh kemudian diekstrak dengan

kloroform, ekstrak dipekatkan dan alkaloid diubah menjadi hidrokloridanya

dengan cara menambahkan asam klorida 2 N. Filtrat larutan berair kemudian

diuji terhadap alkaloidnya dengan menambah pereaksi mayer,Dragendorff atau

Bauchardat.

Perkiraan kandungan alkaloid yang potensial dapat diperoleh dengan

menggunakan larutan encer standar alkaloid khusus seperti brusin. Beberapa

pereaksi pengendapan digunakan untuk memisahlkan jenis alkaloid. Pereaksi

sering didasarkan pada kesanggupan alkaloid untuk bergabung dengan logam

yang memiliki berat atom tinggi seperti merkuri, bismuth, tungsen, atau jood.

Pereaksi mayer mengandung kalium jodida dan merkuri klorida dan pereaksi

36

Page 37: AMINA Makalah

Dragendorff mengandung bismut nitrat dan merkuri klorida dalam nitrit berair.

Pereaksi Bouchardat mirip dengan pereaksi Wagner dan mengandung kalium

jodida dan jood. Pereaksi asam silikotungstat menandung kompleks silikon

dioksida dan tungsten trioksida.

Berbagai pereaksi tersebut menunjukkan perbedaan yang besar dalam

halsensitivitas terhadap gugus alkaloid yang berbeda. Ditilik dari

popularitasnya, formulasi mayer kurang sensitif dibandingkan pereaksi wagner

atau dragendorff. Kromatografi dengan penyerap yang cocok merupakan

metode yang lazim untuk memisahkan alkaloid murni dan campuran yang

kotor. Seperti halnya pemisahan dengan kolom terhadap bahan alam selalu

dipantau dengan kromatografi lapis tipis. Untuk mendeteksi alkaloid secara

kromatografi digunakan sejumlah pereaksi.

Pereaksi yang sangat umum adalah pereaksi Dragendorff, yang akan

memberikan noda berwarna jingga untuk senyawa alkaloid. Namun demikian

perlu diperhatikan bahwa beberapa sistem tak jenuh, terutama koumarin dan α-

piron, dapat juga memberikan noda yang berwarna jingga dengan pereaksi

tersebut. Pereaksi umum lain tetapi kurang digunakan adalah asam

fosfomolibdat, jodoplatinat, uap jood, dan antimon (III) klorida

Kebanyakan alkaloid bereaksi dengan pereaksi-pereaksi tersebut tanpa

membedakan kelompok alkaloid. Sejumlah pereaksi khusus tersedia untuk

menentukan atau mendeteksi jenis alkaloid khusus. Pereaksi Ehrlich (p-

dimetilaminobenzaldehide yang diasamkan) memberikan warna yang sangat

karakteristik biru atau abu-abu hijau dengan alkaloid ergot.

Perteaksi serium amonium sulfat (CAS) berasam (asam sulfat atau

fosfat) memberikan warna yang berbeda dengan berbagai alkaloid indol.

Warna tergantung pada kromofor ultraungu alkaloid. Campuran feriklorida dan

asam perklorat digunakan untuk mendeteksi alkloid Rauvolfia. Alkaloid

Cinchona memberikan warna jelas biru fluoresen pada sinar ultra ungu (UV)

setelah direaksikan dengan asam format dan fenilalkilamin dapat terlihat

37

Page 38: AMINA Makalah

dengan ninhidrin. Glikosida steroidal sering dideteksi dengan penyemprotan

vanilin-asam fosfat. Pereaksi Oberlin-Zeisel, larutan feri klorida 1-5% dalam

asam klorida 0,5 N, sensitif terutama pada inti tripolon alkaloid kolkisin dan

sejumlah kecil 1 μg dapat terdeteksi.

2.6.6 Deteksi

►   Prosedur Wall, ekstraksi ±20 g sampel kering secara refluks dengan

etanol 80%. Dingin saring, ampas dicuci etanol 80%, filtrat dikum-pul,

diuapkan. Residu larutkan dengan air sua-sana asam (asam klorida 1%),

disaring, tambah pereaksi endap seperti Mayer, siklotungstat atau pereaksi

lain. Bila positif, maka larutan asam dibasakan kembali dan diekstraksi

dengan pelarut organik.  Lapisan organik asam-kan kembali dan lapisan air

asam dites dengan pereaksi warna, jika positif maka dapat diyakini bahwa

sampel mengandung alkaloida. Lapisan organik basa perlu juga dites untuk

menen-tukan adanya alkaloida quaterner.

►   Prosedur Kiang – Douglas, sampel kering dibasakan dengan larutan

amonia encer,ekstraksi dengan pelarut organik (kloroform), Ekstrak kloroform

dipekatkan dan alkaloida diubah menjadi garam hidroklori dengan

penambahan HCl 2 N. Filtrat larutan berair kemudian diuji dengan pereaksi

alkaloida.

►   Kekurangan metode Kiang – Douglas adalah senyawa amonium kuaterner

tidak dapat diubah menjadi ben-tuk basa bebasnya dengan cara penambahan

amonia dan tetap tinggal dalam sampel sehingga tidak terde-teksi. Sedang

prosedur Wall alkaloida quaterner mun-cul sebagai false – positive karena

senyawa tersebut tidak dapat terekstraksi ke dalam pelarut organik da-lam

suasana asam – basa.

►   Beberapa pereaksi endap; Mayer, Bouchardat, Dragendorff, Wagner,

larutan tannin, lauran pikrat dalam air, larutan asam pikrolonat, larutan asam

sublimat, larutan asam siliko-wolframat dan larutan emas klorida, Pereaksi

warna; asam sulfat bebas NO, pereaksi Edman, perekasi Frohde, pereaksi

Mandelin, pereaksi Marquis.

38

Page 39: AMINA Makalah

2.6.7 Ekstraksi

► Keragaman golongan alkaloida. pola ekstraksi dilakukan atas dasar sifat

kebasaannya. Berdasarkan atas sifat ini ----- alkaloida diekstraksi dengan dua

cara, yaitu : pertama ekstraksi dengan air dalam suasana asam kedua ekstraksi

dengan pelarut organik dalam suasana basa.

►   Ekstraksi awal alkaloida umumnya dilakukan dengan pelarut organik

suasana basa.

2.6.8 Alkaloid Piridin-Piperidin

Mempunyai satu cincin karbon mengandung 1 atom nitrogen, dengan

struktur inti :

Gambar 2. 6 Reduksi Piridin

Golongan ini dibagi dalam 4 sub golongan :

1. Turunan Piperidin, meliputi piperini yang diperoleh dari Piperis nigri

Fructus; yang berasal dari tumbuhan Piperis nigri (fam : Piperaceae) berguna

sebagai bumbu dapur.

2. Turunan Propil-Piperidin, meliputi koniin yang diperoleh dari Conii

Fructus; yang berasal dari tumbuhan Conium maculatum (Fam: Umbelliferae)

berguna sebagai antisasmodik dan sedatif.

3. Turunan Asam Nikotinan, meliputi arekolin yang diperoleh dari

Areca Semen; yang berasal dari tumbuhan Areca catechu (fam: Palmae)

berguna sebagai anthelmentikum pada hewan.

39

Page 40: AMINA Makalah

4. Turunan Pirinin & Pirolidin, meliputi nikotin yang diperoleh dari

Nicoteana Folium; yang berasal dari tumbuhan Nicotiana tobaccum (fam:

Solanaceae) berguna sebagai antiparasit, insektisida dan antitetanus. Tumbuhan

yang juga mengandung alkaloid ini adalah kuli dari Punica granatum (fam:

Punicaceae) yang berguna sebagai taenifuga.

2.6.9 Alkaloid Tropan

Mengandung satu atom nitrogen dengan gugus metilnya (N-CH3).

Alkaloid ini dapat mempengaruhi sistem saraf pusat termasuk yang adapada

otak maupun sumsum tulang belakang, struktur intinya :

Gambar 2. 7 Hiosiamin dan Skopolamin

Gambar 2. 8 Scopolamine

40

Page 41: AMINA Makalah

Berasal dari tumbuhan Datura stramonium, D. Metel (fam Solanaceae),

tumbuh pada daerah yang memiliki suhu yang panas daun dan bijinya

mengandung alkaloid Skopolamin; berfungsi sebagai antispasmodik dan

sedative. Pada tumbuhan Hyoscyamus muticus dan H. Niger (fam Solanaceae),

tumbuh didaerah Amerika Selatan dan Kanada dikenal dengan nama

“Henbane” daun dan bijinya digunakan sebagai relaksan pada otot.

Gambar 2. 9 Kokain

Senyawa ini berfungi sebagai analgetik narkotik yang menstimulasi pusat

syaraf, selain itu juga berfungsi sebagai antiemetik dan midriatik. Zat ini bersal

dari daun tumbuhan Erythroxylum coca, E. Rusby dan E. Novogranatense (fam

Erythroxylaceae). Kokain lebih banyak disalahgunakan (drug abuse) oleh

sebagian orang dengan nama-nama yang lazim dikalangan mereka seperti snow,

shabu-shabu, crak dan sebagainya. 3. Atropin, Apotropin dan Belladonina Atropa

dari bahasa Yunani yaitu terdiri dari kata “Atropos” yang berarti tidak dapat

dibengjokkan atau disalahgunakan, ini disebabkan karena belladona merupakan

obat yang sangat beracun dan dapat menyebabkan kematian.

Belladonna barasal dari bahasa Italia “Bella” artinya cantik dan

“Donna” artinya wanita. Bila cairan buah diteteskan pada mata akan

menyebabkan dilatasi dari pupil mata sehingga menjadi sangat menarik Akar

dan daun tumbuhan Atropa belladonna (fam Solanaceae) merupakan sumber

dari senyawa ini, digunakan sebagai antispamolitik, antikolinergik, anti asma

41

Page 42: AMINA Makalah

dan midriatik. Zat ini merupakan hasil dari hiosiamin selama ekstraksi

sehingga tak dapat ditemukan dalam tanaman. Atropin yang dihasilkan secara

sintetik lebih mahal daripada yang berasal dari ekstraksi dari tanaman dan tidak

dapat disaingi harganya.

2.6.10 Alkaloid Quinolin

Gambar 2. 10 Alkaloid Quinolin

Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 atom nitrogen dengan struktur

inti seperti Kinina, Kinidina, Sinkonidin, Sinkonidina.

Gambar 2. 11 Kinina

42

Page 43: AMINA Makalah

2.6.10.1 Kinina

Senyawa ini pada umumnya berguna sebagai anti malaria, alkaloid ini

terdapat pada kulit batang (cotex) dari tumbuhan Cinchona succirubra (fam :

Rubiaceae). Ada beberapa jenis dari Cinchona diantaranya C. Calisaya yang

berwarna kuning berasal dari Peru dan Bolivia, C. Officinalis dan C.

Ledgeriana lebih banyak di Indonesia yang ditanam di pulau jawa. Sebelum PD

II Indonesia menyuplai 90% kebutuhan kina di dunia, ketika Jepang

memutuskan suplai ini maka diusahan beberapa obat antimalaria sintetik

(kloroquin, kunaikri dan primakrin) untuk menggantika kina.

2.6.10.2 Akronisina

Berasal dari kulit batang tumbuhan Acronychia bauery (fam : Rutaceae,

berfungsi sebagai antineoplastik yang tealah diujikan pada hewan coba dan

diharapkan mampu merupakan obat yang efektif untuk kemoterapi neoplasma

pada manusia.

Gambar 2. 12 Camptothecin.

Diperoleh dari buah, sebagian kayu atau kulit dari pohon Camptotheca

acuminata (fam : Nyssaceae), suatu pohon yang secara endemik tumbuh di

daratan cina. Ekstrak dari tumbuhan ini ternyata mempunyai keaktifan terhadap

leukemia limpoid.

43

Page 44: AMINA Makalah

2.6.10.3 Viridicatin

Merupakan subtansi antibiotik dari mycelium jamur Penicillium

viridicatum (fam : Aspergillaceae), senyawa ini aktif untuk semua jenis

Plasmodium (kecuali P. vivax) penyebab malaria. Penggunaan senyawa ini

memiliki efek samping berupa Cindronism yaitu pendengaran berkurang

2.6.11 Alkaloid Isoquinolin

Mempunyai 2 cincin karbon mengandung 1 atom nitrogen dengan

struktur inti :

Gambar 2. 13 Alkaloid Isoquinolin

2.6.11.1 Morfin

Penggunaan morfin khusus pada nyeri hebat akut dan kronis , seperti

pasca bedah dan setelah infark jantung, juga pada fase terminal dari

kanker.Morfin sering diperlukan untuk nyeri yang menyertai :

1). Infark miokard;

2). Mioplasma;

3). Kolik renal atau kolik empedu ;

4). Oklusio akut pembuluh darah perifer , pulmonal atau koroner;

44

Page 45: AMINA Makalah

5) perikarditis akut, pleuritis dan pneumotoraks spontan dan

6). Nyeri akibat trauma misalnya luka bakar , fraktur dan nyeri pasca-

bedah.

Morfin diperoleh dari biji dan buah tumbuhan Papaver somniferum dan

P. Bracheatum (fam : Papaveraceae) salah satu hasil tanaman ini berupa hasil

sadapan dari getah buah yang dikenal sebagai “opium” yang berarti candu,

Candu merupakan „ibu‟ dari morfin, mulanya dikembangkan sebagai obat

penghilang rasa sakit sekitar tahun 1810. Morfin dikategorikan sebagai obat

yang ajaib karena mampu mengurangi rasa sakit akibat operasi atau luka parah.

Pada saat dikonsumsi, obat ini menyebabkan penggunanya berada dalam

kondisi mati rasa sekaligus diliputi perasaan senang/ euforia seperti sedang

berada dalam alam mimpi. Oleh karena efek sampingnya yang berupa euforia

ini, pada tahun 1811 obat ini diberi nama Morpheus sama seperti nama dewa

mimpi Yunani oleh Dr. F.W.A. Serturner, seorang ahli obat dari Jerman.

Pertengahan tahun 1850, morfin telah tersedia di seluruh Amerika

Serikat dan semakin populer dalam dunia kedokteran. Morfin dimanfaatkan

sebagai obat penghilang rasa sakit yang membuat takjub dokter-dokter pada

masa itu. Sayangnya, ketergantungan terhadap obat tersebut terlewatkan, tidak

terdeteksi sampai masa Perang Saudara berakhir. Dengan adanya penggunaan

yang berlebihan yang terus menerus ataupun kadang-kadang dari suatu obat

yang secara tidak layak atau menyimpang dari norma pengobatan yang lazim

maka hal tersebut dikatakan drug abuse terlebih lagi apabila pada pemakaian

morfin sebagai obat keras.

Morfin tergolong kedalam hard drugs yakni zat-zat yang pada

penggunaan kronis menyebabkan perubahan – perubahan dalam tubuh si

pemakai, sehingga penghentiannya menyebabkan gangguan serius bagi

fisiologi tubuh, yang disebut gejala penarikan atau gejala abstimensi. Gejala ini

mendorong bagi si pecandu untuk terus menerus menggunakan zat – zat ini

untuk menghindarkan timbulnya gejala abstimensi.dilain pihak , dosis yang

45

Page 46: AMINA Makalah

digunakan lambat laun harus ditingkatkan untuk memperoleh efek sama yang

dikehendaki (toleransi). Hard drugs menyebabkan ketergantungan fisik

(ketagihan ) hebat dan menyebabkan toleransi terhadap dosis yang digunakan.

2.6.11.2 Emetina

Senyawa ini berfunsi sebagai emetik dan ekspektoran, diperoleh dari

akar tumbuhan Cephaelis ipecacuanha dan C. Acuminata (fam : Rubiaceae) 3.

Hidrastina dan Karadina Senyawa ini berasal dari tumbuhan Hydrastis

canadensis (fam : Ranunculaceae) dikenal pula sebagai Yellowroot; bagian

yang digunakan berupa umbi akar berkhasiat sebagai adstrigensia pada radang

selaput lendir. 4. Beberina Berupa akar dan umbi akar dari tumbuhan Berberis

vulgaris (dari Oregon), B. Amition (dari Himalaya), dan B. aristaca (India) dari

familia Berberidaceae yang berguna sebagai zat pahit/amara dan antipiretik.

2.6.12 Alkaloid Indol

Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 cincin indol dengan inti seperti di

bawah ini:

Gambar 2.14 Alkaloid Indol

2.6.12.1 Reserpina

Merupakan hasil ekstraksi dari akar tumbuhan Rauwolfia serpentine

dari suku Apocynaceae yang terkadang bercampur dengan fragmen rhizima

dan bagian batang yang melekat padanya. Senyawa ini berfungsi sebagai

antihipertensi. Dalam perdagangan terdapat 5 jenis yaitu R. Serpentine, R.

Canescens, R. Micratha, dan R. Tetraphylla. Selain sebagai anti hipertensi juga

berfungsi sebagai traqulizer (penenang),

46

Page 47: AMINA Makalah

2.6.12.2 Vinblastina, Vinleusina, Vinrosidina, Vinkristina

Diperoleh dari tumbuhan Vinca rosea, Catharanthus roseus (fam :

Apocynaceae) berupa herba yang berkhasiat sebagai antitumor.

2.6.12.3 Sriknina & Brusina

Berasal dari tumbuhan Strychnos nux-vomica dan S. ignatii

(fam :Loganiaceae) yang terdapat di Filifina, Vietnam dan Kamboja. Bagian

tanaman yang diambil berupa ekstrak biji yang telah kering dengan khasiat

sebagai tonikum dalam dosis yang kecil sedangkan dalam pertanian digunakan

sebagai ratisida (racun tikus).

2.6.12.4 Fisostigmina & Eserina

Simplisianya dikenal dengan nama Calabar bean, ordeal bean, chop nut

dan split nut berupa biji dari tumbuhan Physostigma venenosum (fam :

Leguminosae) yang berkhasiay sebagai konjungtiva pengobatan glaukoma.

2.6.12.5 Ergotoksina, Ergonovina, & Ergometrina

Alkaloid ini asalnya berbeda dibandingkan dengan yang lain, sebab

berasal dari jamur yang menempel pada sejenis tumbuhan gandum yang

kemudian dikeringkan. Jamur ini berguna sebagai vasokonstriktor untuk

penyakit migrain yang spesifik dan juga sebagai oxytoksik. Diperoleh dari sisik

jamur yang menempel pada tumbuhan Claviceps purpurea (fam:

Hypocreaceae), jamur ini merupakan parasit pada tumbuhan tersebut, selain itu

jamur ini juga terdapat pada tumbuhan Secale cornutum (fam: Graminae). 6.

Kurare Diperoleh dari kulit batang Stricnos crevauxii, C. Castelnaci, C.

Toxifera (fam:loganiaceae) dan Chondodendron tomentosum (fam:

Menispermaceae) yang berguna sebai relaksan pada otot.

2.6.13 Alkaloid Imidazol

47

Page 48: AMINA Makalah

Berupa cincin karbon mengandung 2 atom nitrogen, dengan inti :

Gambar 2. 15 Alkaloid Imidazol

Lingkaran Imidazol merupakan inti dasar dari pilokarpin yang berasal

dari daun tumbuhan Pilocarpus jaborandi atau Jaborandi rermambuco, P.

Microphylus atau J. marashm, dan P. Pinnatifolius atau J. Paraguay dari familia

Rutaceae yang berkhasiat sebagai konjungtiva pada penderita glaukoma.

2.6.14 Alkaloid Lupinan

Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 atom N, intinya adalah :

Gambar 2. 16 Alkaloid Lupinan

alkaloid ini ditemukan pada Lunpinus luteus, Cytisus scopartus (fam :

Leguminocaea) dan Anabis aphylla (fam : Chenopodiaceae) berupa daun

tumbuhan yang telah dikeringkan berkhasiat sebagai oksitoksik.

2.6.15 Alkaloid Steroid

Mengandung 2 cincin karbon dengan 1 atom nitrogen dan 1 rangka

steroid yang mengandung 4 cincin karbon. Inti dari steroid adalah :

48

Page 49: AMINA Makalah

Gambar 2. 17 Alkaloid Steroid

Alkaloid steroid terbagi atas 3 golongan yaitu :

1. Golongan I : Sevadina, Germidina, Germetrina, Neogermetrina,

Gemerina, Neoprotoperabrena, Veletridina

2. Golongan II : Pseudojervina, Veracrosina, Isorobijervosia

3. Golongan III : Germina, Jervina, Rubijervina, Isoveratromina

Germidina, Germitrina Diperoleh dari umbi akar tumbuhan Veratrum

viride (fam: Liliaceae) yang berguna sebagai antihipertensi. Protoveratrin

Diperoleh dari umbi akar tumbuhan Veratrum album (fam : Liliaceae) yang

berguna sebagai insektisida & antihioertensi. Sevadina Diperoleh dari biji

sebadilla (Sebadilla Semen) dari tumbuhan Schonecaulon officinalis (fam:

Liliaceae) berguna sebagai insektisida.

2.6.16 Alkaloid Purin

Mempunyai 2 cincin karbon dengan 4 atom nitrogen; dengan inti :

Gambar 2. 18 Kafeina (1,3,7, Trimetil Xanthin)

49

Page 50: AMINA Makalah

Susunan inti heterosiklik yang terdiri dari cincin pirimidin yang tergabung

dengan Imidazole. Alkaloid ini diperoleh dari biji kopi Coffe arabica, C.

Liberica (fam: Rubiaceae) mengandung kafein. Aksi dari kopi pada prinsipnya

di dasarkan pada daya kerja kafein, yang bekerja pada susunan syaraf pusat,

ginjal, otot – otot jantung. tumbuhan lain yang juga mengandung caffein

seperti camellia sinensis (fam: Theaceae), cola nitida (fam starculiaceae).

Gambar 2. 19 Theobromina (3,7 Dimetil Xantin)

Diperoleh dari biji tumbuhan Theobroma cacao (fam: Sterculaceae) yang

berguna sebagai diuretik dan stimulan SSP.

Gambar 2. 20 Theofilina (1,3 Dimetil Xantin)

Merupakan isomer dari 1,3 dimetil xantin (isomer Theobromina) yang

berguna sebagai bronkodilator dan diuretik)

50

Page 51: AMINA Makalah

2.7 KEGUNAAN DAN APLIKASI AMINA

Amian aromatic adala senyawa nitrogen organik turunan ammonia

dimana sedikitnya satu atom hydrogen dari ammonia digantikan oleh gugus

aril. Senyawa amina aromatic banyak digunakn sebagai bahan baku dalam

berbagai industry, diantaranya untuk produksi zat warna, pestisida, plastic dan

farmasi. Penggunaan amina aromatic dalam berbagai proses industry

menyebabkan senyawa ini banyak dijumpai di lingkungan perairan. Selain

sebagai hasil buangan dari kegiatan industry, senyawa ini juga merupakan

hasil penguraian biologis dari senyawa dengan bahan baku amina aromatic,

misalnya zat warna azo. Selain itu sifat polaritas amina aromatic memiliki

kelrutan besar di dalam air sehingga banyak ditemukan di badan air. Karena

itu senyawa amina aromatic diketahui memiliki mobilitas yang tinggi di

perairan.

Senyawa amina memiliki kegunaan yang luas dalam kehidupan yaitu

dapat berguna sebagai pencegah korosif,bakterisida,fungisida,bahan

pemflotasi dan pengemulsi. Empat amin yang relative sederhana sangat

penting dalam fungdi tubuh manusia. Ke empatnnya adalah sekresi kelenjar

adrenal epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin (non adrenalin), dopamine dan

serotonin. Senyawa-senyawa tersebut berfungsi sebagai neurotransmitter

( pembawa pesan kimiawi) antara sel-sel saraf. Epinefrin juga berfungsi

sebagai hormone yang menstimulasi pemecahan glikogen menjadi glukosa

dalam otot ketika kadar cadangan glukosa menurun. Epinefrin, norepinefrin

dan dopamine juga dikenal sebagai katekolamin yang merupakan turunan dari

katekol (o-dihidroksibenzen).

2.7.1 Untuk membuat insektisida

Insektisida secara umum adalah senyawa kimia yang digunakan untuk

membunuh serangga pengganggu (hama serangga). Insektisida dapat

51

Page 52: AMINA Makalah

membunuh serangga dengan dua mekanisme, yaitu dengan meracuni

makanannya (tanaman) dan dengan langsung meracuni si serangga tersebut.

Salah satu bahan untuk membuat insektisida adalah merkuri. Merkuri

terikat pada gugus fungsi salah satunya amina dimana dalam gugus tersebut

merkuri dapat menghambat fungsi enzim dari serangga. Ion merkuri

menyebabkan pengaruh toksik, karena terjadinya proses presipitasi protein

menghambat aktivitas enzim dan bertindak sebagai bahan yang korosif.

Merkuri juga terikat oleh gugus sulfhidril, fosforil, karboksil, amida dan amina,

di mana dalam gugus tersebut merkuri dapat menghabat fungsi enzim.

Bentuk organik seperti metil-merkuri, sekitar 90% diabsorpsi oleh dinding

usus, hal ini jauh lebih besar daripada bentuk anorganik (HgCl2¬) yang hanya

sekitar 10%. Akan tetapi bentuk merkuri anorganik ini kurang bersifat korosif

daripada bentuk organik. Bentuk organik tersebut juga dapat menembus barrier

darah dan plasenta sehingga dapat menimbulkan pengaruh teratogenik dan

gangguan syaraf. Insektisida juga berasal dari bahan-bahan alami misalnya

pembuatan Insektisida Alami. Untuk menghilangkan hama kutu dan ulat pada

tanaman:

Bahan : Tembakau, Kenikir , Pandan, Kemangi, Cabe rawit, Kunyit, Bawang

Putih , Aquadest, mikro organism, pengurai, Gula pasir

Cara pembuatannya :

a. Semua bahan di blender dan ditambah air suling

b. Masukkan ke dalam botol yang steril

c. Tambahkan gula pasir

d. tambahkan mikro organisme pengurai

e. Tutup dan biarkan 1 minggu supaya terjadi fermentasi

f. Kemudian di saring.

g. Siap dipergunakan

Cara kerja insektisida pada tanaman yaitu:

52

Gambar 2. 21 Tembakau

Page 53: AMINA Makalah

1. Untuk mengendalikan hama yang berada didalam jaringan tanaman

(misalnya hama penggerek batang, penggorok daun) penanganannya

dilakukan dengan insektisida sistemik atau sistemik local, sehingga residu

insektisida akan ditranslokasikan ke jaringan di dalam tanaman. Akibatnya

hama yang memakan jaringan didalam tanaman akan mati keracunan.

Hama yang berada didalam tanaman tidak sesuai bila dikendalikan dengan

aplikasi penyemprotan insektisida kontak, karena hama didalam jaringan

tanaman tidak akan bersentuhan (kontak) langsung dengan insektisida.

2. Untuk mengendalikan hama-hama yang mobilitasnya tinggi (belalang,

kutu gajah dll), penggunaan insektisida kontak murni akan kurang efektif,

karena saat penyemprotan berlangsung, banyak hama tersebut yang

terbang atau tidak berada di tempat penyemprotan. Namun, selang

beberapa hari setelah penyemprotan, hama tersebut dapat kembali lagi.

Pengendalian paling tepat yaitu dengan menggunakan insektisida yang

memiliki sifat kontak maupun sistemik dengan efek residual yang agak

lama. Dengan demikian apabila hama tersebut kembali untuk memakan

daun, maka mereka akan mati keracunan.

2.7.2 Sebagai pewarna dan juga pelembut

Contohnya yaitu pada pewarnaan kain. Pada kain tidak saat di cuci

tidak akan luntur. Hal ini terjadi karena pada pewarna tersebut terdapat

senyawa karbon yang dapat mempertahankan warna pada kain. Turunan amina

53

Gambar 2. 22 Macam Pewarna

Page 54: AMINA Makalah

rantai panjang dalam hal ini garam kuraterner ammonium yang mengandung

setidaknya satu gugus amina rantai panjang bersifat larut dalam air dan aktif

secara biologis. Penambahan gugus amina rantai panjang membuatnya sulit

larut dalam air namun tetap dapat didispersikan dalam air. Penggunaan

senyawa tersebut paling umum pada industri pelembut pakaian dimana garam

tersebut melekat pada permukaan pakaian dan memberi kesan lembut terhadap

tangan.

Ikatan hidrogen merupakan ikatan sekunder yang terbentuk karena atom

hidrogen pada gugusan hidroksi atau amina mengadakan ikatan yang lemah

dengan atom lainnya, misalnya molekul-molekul air yang mendidih pada suhu

yang jauh lebih tinggi daripada molekul-molekul senyawa alkana dengan berat

yang sama. Pada umumnya molekul –molekul zat warna dan serat mengandung

gugusan- gugusan yang memungkinkan terbentuknya ikatan hidrogen.

Contoh pembuatan zat warna yang di aawali dengan pembentukan garam

diazonium klorida

2.7.3 Amina Sebagai Anti Iritasi Pada Shampo

Turunan amina rantai panjang yaitu Stearil Dimetil Amin Oksida telah

dilaporkan digunakan sebagai anti iritasi pada shampo yang menggunakan

54

Page 55: AMINA Makalah

bahan dasar natrium lauril sulfat dan zink pyridinethion.Stearil dimetil amin

oksida juga telah dilaporkan bertindak sebagai anti iritasi terhadap shampo

yang menggunakan garam lauril sulfat lain beserta turunannya. seperti kalium

lauril sulfat atau natrium lauril eter sulfat dan juga garam alkil sulfat lainnya

seperti gliseril alkil sulfat dan alkil aril sulfat (Gerstein, 1977).

2.7.4 Amina Sebagai Pelumas

Pelumas digunakan pada kendaraan untuk memperkecil gesekan antara

bagian yang bergerak pada mesin mobil seperti keramik dan logam. Aditif yang

digunakan pada umumnya adalah zink dialkil ditiofosfat (ZDDP) namun

senyawa tersebut bmemberikan kontribusi besar terhadap emisi partikulat

sulfur dan fosfor ke udara serta menjadi racun katalis pada catalytic converter

sehingga perlu ditemukan penggantinya.Sebagai pengganti telah dilaporkan

turunan senyawa pengganti telah dilaporkan turunan senyawa oleilamina dan

stearilamina yang direaksikan dengan asam sitrat dan asam suksinat telah

menunjukkan sifat pelumas yang baik (Kocsis, 2010).

Skema proses pembuatan pelumas dari suatu pabrik

55

Page 56: AMINA Makalah

2.7.5 Amina sebagai Obat Parasit Leishmania

Formulasi lemak sebagai obat anti Leishmania telah dilaporkan sebagai

terapi yang efektif serta mengurangi efek racun dalam tubuh. Dalam hal ini,

Liposom yang

Universitas Sumatera Utara dicampurkan dengan phosphatidylcoline (PC) dan

stearilamina (SA) telah terbukti memiliki aktivitas anti protozoa secara in vitro

terhadap parasit Trypanosoma cruzi,Trypanosoma Brucei Gambiense dan

secara in vivo terhadap parasit Toxoplasma Gandii dan L Donovani (Banerjee,

2007).

2.7.6 Alkohol Rantai Panjang

56

Page 57: AMINA Makalah

Alkohol rantai panjang diproduksi dari berbagai jenis lemak; panjang

rantainya bervariasi dari 8 hingga 22 atom karbon. Alkohol pada detergen

biasanya memiliki 12-18 atom karbon dengan dominasi 12-14 atom karbon.

Alkohol rantai panjang bersaing dengan sejumlah besar produk alkohol turunan

minyak bumi dengan panjang rantai yang serupa. Pengunaanya bergantung

pada faktor ekonomi. Kegunaan alkohol rantai panjang terutama untuk pasar

surfaktan dengan dominasi 65% alkilbenzen dan 35% sisany alkohol rantai

panjang dengan rincian 21% sintetis dan 14% alami.

Alkohol rantai panjang alami diperoleh dari tiga sumber utama : minyak

kelapa, minyak inti sawit dan lemak. Alkohol alami dengan panjang rantai

C16-18 dihasilkan terutama dari lemak. Kebanyakan alkohol alami diproduksi

dari reduksi metil ester namun asam lemak juga dapat direduksi menjadi

alkohol. Saat ibi dilaporkan sekitae 500 juta MT alkohol alami diproduksi di

seluruh dunia dengan produser detergen sebagai produser utama (Reck, 1985).

2.7.7 Aerosil

Aerosil merupakan silikon dioksida murni yang diketahui dalam jumlah

kecil dapat menyerap air yang cukup besar. Aerosil diperoleh melalui

penguapan silikon tetraklorida yang dioksidasi dengan nyala suhu tinggi

menggunakan H2 dan O2.

Aerosil berupa serbuk dan memberikan efek mengentalkan dan thixothropy

dengan mendispersikannya ke dalam bahan yang bersifat cair. Produk hidrofilik

standar dibuat dari partikel utama dengan ukuran 7 nm hingga 40 nm. Adapun

kegunaan aerosil adalah sebagi bahan pengalir untuk toner, makanan dan bidang

farmasi sebagai pengontrol reologi, cat, mantel, lem, sealant, plastik, film,

serat, keramik dan pendukung katalisator (Wikipedia, 2011). Luas permukaan

aerosil bervariasi yaitu dari 50 hingga 400 m2/g. Permukaan aerosil bersifat

hidrofilik dan terus menyerap air (Pevzner,1973). Aerosil juga telah

digunakan pada reaksi karbonilasi sebanyak 3% dari jumlah metil oleat dan

dilaporkan dapat meningkatkan hasil reaksi karbonilasi metil oleat dari < 20%

menjadi 52,1% (Saragih, 2009).

57

Page 58: AMINA Makalah

2.7.8 Katalis

Katalis adalah suatu zat yang mengakibatkan reaksi lebih cepat mencapai

kesetimbangan. Katalis tidak akan mengubah nilai ketetapan kesetimbangan

dan tidak mengalami perubahan apapun. Menurut teori kecepatan reaksi

absolut, peranan katalis adalah menurunklan energy bebas pengaktidan.

Beberapa katalis melakukannya dengan membentuk pereaksi untuk mencapai

kompleks teraktifkan yang sama dengan bila tanpa adanya katalis,namun

kebanyakan katalis tampaknya memberikan suatu mekanisme yang

berbeda ,yang mengikatnya secara sementara dan berenergi bebas rendah.

(Cotton, 1989).

2.7.8.1 Katalis homogen

Dalam katalisis homogeny reaktan, produk dan katalis secara molecular

berada dalam satu fase, biasanya berupa cairan. Contohnya adalah hidrogenasi

dari 1-heksena dalam pelarut hidrokarbon yang dikatalisis oleh

[(C6H5)3P]3RhH (reaksi 1) dan hidrolisis ester dengan menggunakan katalis

asam (reaksi 2) (Parker, 1984). Keuntungan dari katalis homogenya adalah

spesifik untuk reaksi tertentu dan tidak membutuhkan suhu dan tekanan yang

tinggi dalam reaksi, katalis yang larut lebih mudah dikarakterisasi, misalnya

spektroskopi. Kerugian dari katalis homogen adalah katalis sulit dipisahkan

dari produknya dan katalis dapat terdegradasi serta harganya relative tinggi

(Leach, 1983).

2.7.8.2 Katalis heterogen

Dalam katalis heterogen,katalis berada pada fase yang berbeda, reaktan

dan produk biasanya berupa gas atau cairan dan katalis adalah padatan. Reaksi

katalitik terjadi di atas permukaan padatan. Contohnya adalah dehidrasi dan

dehidrogenasi isopropyl alkohol (reaksi 1 dan 2) (Parker, 1984).

58

Page 59: AMINA Makalah

Keuntungan dari katalis heterogen adalah katalis mudah dipisahkan dari

produknya,katalis dapat diaktifkan kembali dan dapat diadaptasikan dengan

berbagai macam reactor. Kerugian dari katalis heterogen adalah

dibutuhkannya suhu dan tekanan yang tinggi selama reaksi berlangsung

( Leach, 1983).

2.7.9 Logam Transisi Sebagai Katalis

Unsur – unsur transisi adalah unsur logam yang memiliki kulit elektron d

dan f yang tidak penuh dalam keadaan netral atau kation. Unsur transisi terdiri

atas 56 dari 103 unsur. Logam – logam transisi diklasifikasikan dalam blok d,

yang terdiri dari unsur 3d dari Sc sampai Cu, 4d dari Y ke Ag, dan 5d dari Hf

sampai Au, dan blok f, yang terdiri dari unsur lantanoid dari La sampai Lu dan

aktinoid dari Ac sampai Lr. Kimia unsur blok d dan blok f sangat berbeda.

Logam transisi yang mengkatalisis reaksi kimia merupakan dasar yang

sangat penting dalam proses industri, seperti reaksi hidrogenasi, reaksi

karbonilasi dan reaksi polimerisasi bertekanan reandah untuk etilen dan

propena. Semua proses – proses ini berjalan secara heterogen, dimana suatu

bahan material yang padat digunakan sebagai katalis (Cotton, 2004 ).

Salah satu kegunaan yang penting dari unsur – unsur transisi dalam reaksi

katalitik adalah untuk mengatomisasi molekul – molekul diatomik dan

menyalurkan atom – atom tersebut pada reaktan yang lain dan reaksi

intermediet. H2, O2, N2 dan CO adalah molekul diatomik yang penting.

Kekuatan ikatan H, O, N dan C pada permukaan logam – logam transisi

memberikan gaya dorong termodinamik untuk atomisasi dan juga untuk

pelepasan atom dalam reaksi dengan molekul – molekul yang lain. Permukaan

logam juga memiliki sifat – sifat yang unik lainnya yang dapat mengkatalisis

serangkaian reaksi – reaksi kompleks yang dimulai dengan disosiasi adsorpsi

yang diikuti dengan penataan ulang kompleks melalui formasi dan pemutusan

ikatan, yang terakhir proses adsorpsi dari produk ( Hegedus, 1987 ).

Akurasi penyerapan kimia antara suatu atom H dengan permukaan logam

diilustrasikan seperti berikut ini.

59

Page 60: AMINA Makalah

Gambar 2. 23 Diagram Energi Penyerapan Atom H pada Permukaan Logam

Diagram energi berdasarkan data spektroskopi fotoelektron dari interaksi

suatu atom H ( kanan ) dengan suatu permukaan logam (kiri). Dimana EF

merupakan Fermi level.

Energi dari ikatan Ni–H hanya 63 kkal/mol

Gambar 2. 24 diagram energy potensial penyerapan hydrogen pada permukaan logam

Dari diagram energi potensial di atas menurut Lennard-Jones untuk

adsorpsi hidrogen pada logam dapat dijelaskan. ED, menyatakan energi

dissosiasi dari H2 ( 104 kkal/mol);EP, menyatakan energi adsorpsi pada

adsorpsi fisika ( molekular );dan Ea merupakan energi penyerapan untuk

adsorpsi kimia ( Ertl, 1976 ).

2.7.10 Sebagai Bahan flotasi

Flotation (flotasi) berasal dari kata float yang berarti mengapung atau

mengambang. Flotalasi dapat diartikan sebagai suatu pemisahan suatu zat dari

60

Page 61: AMINA Makalah

zat lainnya pada suatu cairan/larutan berdasarkan perbedaan sifat permukaan

dari zat yang akan dipisahkan, dimana zat yang bersifat hidrofilik tetap berada

fasa air sedangkan zat yang bersifat hidrofobik akan terikat pada gelembung

udara dan akan terbawa ke permukaan larutan dan membentuk buih yang

kemudian dapat dipisahkan dari cairan tersebut. Secara umum flotation

melibatkan 3 fase yaitu cair (sebagai media), padat (partikel yang terkandung

dalam cairan) dan gas (gelembung udara). Proses flotasi dapat dibedakan

menjadi dua jenis, yaitu directional flotation dan reverse flotation. Directional

flotation yaitu proses flotasi dimana mineral berharga akan terangkat ke atas

membentuk buih yang mengapung di permukaan pulp. Sedangkan reverse

flotation adalah proses floatasi dimana partikel mineral yang diapungkan

merupakan mineral pengotor (gangue).

Proses floatasi dapat berlangsung optimal bergantung dari reagen-reagen

yang digunakan. Reagen-reagen yang digunakan juga beragam tergantung dari

mineral yang ingin kita peroleh. Reagen – reagen yang digunakan tersebut

memiliki masing-masing kegunaan ataupun saling melengkapi antar reagen.

Berikut kegunaan masing-masing reagent yang digunakan:

a. Collector

Collector adalah senyawa yang dapat menyebabkan prmukaan mineral

menjadi suka udara (hidrofobik). Collector biasanya merupakan mineral

organik heteropolar, mengandung gugus polar dan non-polar. Gugus non-polar

cenderung bersifat hidrofobik dan akan menempel pada gelembung udara,

sedangkan gugus polar akan menempel pada partikel solid tertentu sehingga

partikel solid tersebut ikut terapung bersama gelembung udara.

b. Frother

Frother adalah senyawa yang dapat menurunkan tegangan permukaan

gelembung, sehingga tidak mudah pecah. Frother yang efektif biasanya

mengandung setidaknya 5 atom karbon dalam tantai utamanya. Ketika

61

Page 62: AMINA Makalah

permukaan partikel telah menjadi hidrofobik, partikel tersebut harus mampu

menempel pada gelembung udara yang disuntikkan (aerasi). Namun muncul

masalah ketika gelembung – gelembung tersebut tidak stabil dan mudah pecah

akibat tumbukan dengan partikel padat, dinding sel dalam gelembung –

gelembung lain. Oleh karena itu perlu adanya penambahan material ke dalam

pulp yang dapat menstabilkan gelembung udara. Material yang ditambahkan

tersebut dikenal dengan frother.

c. Modifier

Adalah beberapa jenis reagen yang ditambahkan untuk mengoptimalkan

proses flotasi. Modifier itu sendiri terdiri dari beberapa jenis reagent tertentu,

yaitu:

Aktivator, adalah reagen yang ditambahkan untuk menambah

interaksi antara partikel solid dengan kolektor

Dispersant, adalah reagen yang digunakan untuk mencehah

terjadinya penggumpalan antara partikel solid sehingga menambah sifat

hidrofobik ke partikel solid lain yang tidak diinginkan

Depresant, adalah reagen yang ditambahkan untuk membentuk

lapisan polar yang membungkus partikel solid sehingga menambah sifat

hidrofobik ke partikel solid lain yang tidak diinginkan

pH Regulator, adalah reagen yang digunakan untuk mengontrol pH

karena sifat hidrofobik akan berlangsung optimal pada range pH tertentu.

Dalam proses floatasi, besarnya ukuran partikel yang akan diflotasi

sangatlah penting. Karena besarnya ukuran partikel dapat mempengaruhi laju

flotasi. Seperti ditunjukan pada kurva dibawah ini. Ukuran partikel yang

semakin besar awalnya menaikkan laju konstanta flotasi secara perlahan, tetapi

setelah mencapai puncak(batasan maximum ukuran partikel), laju konstanta

62

Page 63: AMINA Makalah

flotasi turun secara drastic. Hal ini dikarenakan derajat liberasi yang berkurang

dari mineral menurunkan kemampuan bubble untuk mengangkat partikel yang

kasar(coarse).Faktor- faktor yang mempengaruhi flotation adalah:

Ukuran partikel

Ukuran partikel yang besar membuat partikel tersebut cenderung untuk mengendap sehingga susah untuk terflotasi

pH larutan

sifat hidrofobik akan berlangsung optimal pada range pH tertentu.

Surfaktan

Surfaktan adalah kolektor yang merupakan reagen yang memiliki gugus polar dan gugus non polar sekaligus

laju udara

Berfungsi sebagai pengikat partikel yang memiliki sifat permukaan

hidrofobik, persen padatan, untuk flotasi pada partikel kasar dapat dilakukan

dengan persen padatan yang besar.

2.7.11 Amfetamin

Amfetamin atau Amphetamine atau Alfa-Metil-Fenetilamin atau beta-

fenil-isopropilamin, atau benzedrin, adalah obat golongan stimulansia (hanya

dapat diperoleh dengan resep dokter) yang biasanya digunakan hanya untuk

mengobati gangguan hiperaktif karena kurang perhatian atau Attention-deficit

Hyperactivity Disorder (ADHD) pada pasien dewasa dan anak-anak. Juga

digunakan untuk mengobati gejala-gejala luka-luka traumatik pada otak dan

gejala mengantuk pada siang hari pada kasus narkolepsi dan sindrom

kelelahan kronis.

Pada awalnya, amfetamin sangat populer digunakan untuk mengurangi

nafsu makan dan mengontrol berat badan. Merk dagang Amfetamin (di AS)

63

Page 64: AMINA Makalah

antara lain Adderall, dan Dexedrine. Sementara di Indonesia dijual dalam

kemasan injeksi dengan merk dagang generik. Obat ini juga digunakan secara

ilegal sebagai obat untuk kesenangan (Recreational Club Drug) dan sebagai

peningkat penampilan (menambah percaya diri atau PD). Istilah "Amftamin"

sering digunakan pada campuran-campuran yang diturunkan dari Amfetamin.

Gambar 2. 25 Amfetamin

2.7.12 Chlorpheniramin

Gambar 2. 26 chlorpheniramin

CTM atau Chlorpheniramin itu termasuk golongan obat

antihistamin,digunakan sebagai obat anti alergi. Dan CTM bekerja di Susunan

Saraf Pusat kita. Ini memjelaskan kenapa CTM juga menimbulkan rasa kantuk

yang kuat. Maka sangat tidak dianjurkan meminum obat ini jika kita hendak

bepergian.

Obat ini termasuk obat keras, jadi pemakaiannya harus berhati-hati.

Dan dianjurkan untuk mengunakannya hanya jika memang diperlukan. Sistem

eliminasi obat tubuh manusia tidak sama untuk tiap orangnya. Jika sistem

eliminasi obat tubuh anda lambat, obat / zat ini akan terakumulasi / menumpuk

64

Page 65: AMINA Makalah

sedikit demi sedikit dalam organ tubuh dalam. Obat yang menumpuk ini bisa

menyebabkan kerusakan pada organ juga

Alergi sebenarnya adalah reaksi tubuh kita terhadap zat / sesuatu yang

asing dan berbahaya bagi tubuh kita. Menangani alergi tidak hanya selalu

dengan obat. Kita perlu kaji kembali apa penyebab munculnya reaksi alergi ini,

misalnya suatu makanan atau minuman. Jika mengetahui penyebab, kita bisa

melakukan tindakan preventif, sehingga alergi tidak muncul.

2.7.13 Ephedrine

Gambar 2. 27 Ephedrine

Ephedrine adalah amina yang biasanya digunakan sebagai stimulan ,

penekan nafsu makan , bantuan konsentrasi, dekongestan , dan untuk

mengobati hipotensi berhubungan dengan anestesi, dan sebagai peluruh dahak

pada obat batuk

Efedrin mirip dengan struktur (semi-sintetik turunan) amfetamin dan

metamfetamin . Merupakan alkaloid yang berasal dari berbagai tanaman genus

Ephedra (keluarga Ephedraceae ). Ia bekerja terutama dengan meningkatkan

aktivitas noradrenalin pada reseptor adrenergik . Hal ini paling biasanya

dipasarkan dalam hidroklorida dan bentuk sulfat.

2.7.14 Asam Amino

65

Page 66: AMINA Makalah

Asam amino adalah senyawa organik yang memiliki gugusfungsional

karboksil (-COOH) dan amina (biasanya -NH2). Dalam biokimia seringkali

pengertiannya dipersempit: keduanya terikat pada satu atom karbon (C) yang

sama (disebut atom C "alfa" atau α). Gugus karboksil memberikan sifat asam

dan gugus amina memberikan sifat basa. Dalam bentuk larutan, asam amino

bersifat amfoterik: cenderung menjadi asam pada larutan basa dan menjadi

basa pada larutan asam. Perilaku ini terjadi karena asam amino mampu menjadi

zwitter-ion.

Pada pH tertentu yang disebut titik isolistrik, gugus amina pada asam

amino menjadi bermuatan positif (terprotonasi, –NH3+). Sedangkan gugus

karboksilnya menjadi bermuatan negatif (terdeprotonasi, –COO-). Titik

isolistrik ini spesifik bergantung pada jenis asam aminonya. Dalam keadaan

demikian, asam amino tersebut dikatakan berbentuk zwitter-ion. Zwitter-ion

dapat diekstrak dari larutan asam amino sebagai struktur kristal putih yang

bertitik lebur tinggi karena sifat dipolarnya. Kebanyakan asam amino bebas

berada dalam bentuk zwitter-ion pada pH netral maupun pH fisiologis yang

dekatnetral.

Dua model molekul isomer optis asam amino alanina. Karena atom C

pusat mengikat empat gugus yang berbeda, maka asam amino—kecuali glisina

—memiliki isomer optik: L dan D. Cara sederhana untuk mengidentifikasi

isomeri ini dari gambaran dua dimensi adalah dengan "mendorong" atom H ke

belakang pembaca (menjauhi pembaca). Jika searah putaran jarum jam

(putaran ke kanan) terjadi urutan karboksil-residu-amina maka ini adalah tipe

D. Jika urutan ini terjadi dengan arah putaran berlawanan jarum jam, maka itu

adalah tipe L. (Aturan ini dikenal dalam bahasa Inggris dengan nama CORN,

dari singkatan COOH - R - NH2). Pada umumnya, asam amino alami yang

dihasilkan eukariota merupakan tipe L meskipun beberapa siput laut

menghasilkan tipe D. Dinding sel bakteri banyak mengandung asam amino tipe

D.

66

Page 67: AMINA Makalah

Struktur Asam Amino

Struktur asam α-amino, dengan gugus amina di sebelah kiri dan gugus

karboksil di sebelah kanan. Struktur asam amino secara umum adalah satu

atom C yang mengikat empat gugus: gugus amina (NH2), gugus karboksil

(COOH), atom hidrogen (H), dan satu gugus sisa (R, dari residue) atau disebut

juga gugus atau rantai samping yang membedakan satu asam amino dengan

asam amino lainnya. Atom C pusat tersebut dinamai atom Cα ("C-alfa") sesuai

dengan penamaan senyawa bergugus karboksil, yaitu atom C yang berikatan

langsung dengan gugus karboksil. Oleh karena gugus amina juga terikat pada

atom Cα ini, senyawa tersebut merupakan asam α-amino.

Asam amino biasanya diklasifikasikan berdasarkan sifat kimia rantai samping

tersebut menjadi empat kelompok. Rantai samping dapat membuat asam

amino bersifat asam lemah, basa lemah, hidrofilik jika polar, dan hidrofobik

jika nonpolar.

Gambar 2. 28 struktur asam Amino

2.7.15 Morfin

Morfin pertama kali diisolasi pada 1804 oleh ahli farmasi Jerman 

Friedrich Wilhelm Adam Sertürner. Tapi morfin belum digunakan hingga

dikembangkan hypodermic needle (1853). Morfin digunakan untuk

67

Page 68: AMINA Makalah

mengurangi nyeri dan sebagai cara penyembuhan dari ketagihan alkohol dan

opium.

Meskipun morfin dapat dibuat secara sintetik, tetapi secara komersial lebih

mudah dan menguntungkan, yang dibuat dari bahan getah papaver

somniferum. Morfin paling mudah larut dalam air dibandingkan golongan

opioid lain dan kerja analgesinya cukup panjang (long acting).(Latief dkk,

2001; Sarjono dkk, 1995).

Efek kerja dari morfin (dan juga opioid pada umumnya) relatife selektif,

yakni tidak begitu mempengaruhi unsur sensoris lain, yaitu rasa raba, rasa getar

(vibrasi), penglihatan dan pendengaran ; bahakan persepsi nyeripun tidak selalu

hilang setelah pemberian morfin dosis terapi.

Efek analgesik morfin timbul berdasarkan 3 mekanisme ; (1) morfin

meninggikan ambang rangsang nyeri ; (2) morfin dapat mempengaharui emosi,

artinya morfin dapat mengubah reaksi yang timbul di korteks serebri pada

waktu persepsi nyeri diterima oleh korteks serebri dari thalamus ; (3) morfin

memudahkan tidur dan pada waktu tidur ambang rangsang nyeri meningkat.

Morfin merupakan agonis reseptor opioid, dengan efek utama mengikat

dan mengaktivasi reseptor µ-opioid pada sistem saraf pusat. Aktivasi reseptor

ini terkait dengan analgesia, sedasi, euforia, physical dependence dan

respiratory depression. Morfin juga bertindak sebagai agonis reseptor κ-opioid

yang terkait dengan analgesia spinal dan miosis.

Gambar 2. 29 morfin(serbuk)

Farmakodinamik

Efek morfin terjadi pada susunan syaraf pusat dan organ yang

mengandung otot polos. Efek morfin pada system syaraf pusat mempunyai dua

68

Page 69: AMINA Makalah

sifat yaitu depresi dan stimulasi. Digolongkan depresi yaitu analgesia, sedasi,

perubahan emosi, hipoventilasi alveolar. Stimulasi termasuk stimulasi

parasimpatis, miosis, mual muntah, hiperaktif reflek spinal, konvulsi dan

sekresi hormon anti diuretika (ADH). .(Latief dkk, 2001; Sarjono dkk, 1995;

Wibowo S dan Gopur A., 1995; Omorgui, 1997).

Farmakokinetik

Morfin tidak dapat menembus kulit utuh, tetapi dapat menembus kulit

yang luka. Morfin juga dapat menembus mukosa. Morfin dapat diabsorsi usus,

tetapi efek analgesik setelah pemberian oral jauh lebih rendah daripada efek

analgesik yang timbul setelah pemberian parenteral dengan dosis yang sama.

Morfin dapat melewati sawar uri dan mempengaruhi janin. Ekskresi morfin

terutama melalui ginjal. Sebagian kecil morfin bebas ditemukan dalam tinja

dan keringat.

Indikasi

Morfin dan opioid lain terutama diidentifikasikan untuk meredakan atau

menghilangkan nyeri hebat yang tidak dapat diobati dengan analgesik non-

opioid. Lebih hebat nyerinya makin besar dosis yang diperlukan. Morfin sering

diperlukan untuk nyeri yang menyertai ; (1) Infark miokard ; (2) Neoplasma ;

(3) Kolik renal atau kolik empedu ; (4) Oklusi akut pembuluh darah perifer,

pulmonal atau koroner ; (5) Perikarditis akut, pleuritis dan pneumotorak

spontan ; (6) Nyeri akibat trauma misalnya luka bakar, fraktur dan nyeri pasca

bedah.

Dosis dan sediaan Morfin tersedia dalam tablet, injeksi, supositoria.

Morfin oral dalam bentuk larutan diberikan teratur dalam tiap 4 jam. Dosis

anjuran untuk menghilangkan atau mengurangi nyeri sedang adalah 0,1-0,2

mg/ kg BB. Untuk nyeri hebat pada dewasa 1-2 mg intravena dan dapat diulang

sesuai yamg diperlukan.

69

Page 70: AMINA Makalah

Morfin diperdagangkan secara bebas dalam bentuk :

a. Bubuk atau serbuk. Berwarna putih dan mudah larut dalam air. Dapat

disalahgunakan dengan jalan menyuntikkan, merokok atau mencampur

dalam minuman, adakalanya ditaburkan begitu saja pada luka-luka bekas

disilet sendiri oleh para korban.

b. Cairan Berwarna putih disimpan dalam ampul atau botol, pemakaiannya

hanya dilakukan dengan jalan menyuntik.

c. Balokan. Dibuat dalam bentuk balok-balok kecil dengan ukuran dan warna

yang berbeda-beda

d. Tablet. Dibuat dalam bentuk tablet kecil putih. Morfin diabsorbsi dengan

baik setelah pemberian subkutan (dibawah kulit) atau intra muskuler,

tetapi tidak diabsorbsi dengan baik di saluran pencernaan. Oleh sebab itu

morfin tidak pernah tersedia dalam bentuk obat minum.

Efek subyektif yang dialami oleh individu pengguna morfin antara lain

merasa gembira, santai, mengantuk, dan kadang diakhiri dengan mimpi yang

menyenangkan. Pengguna morfin umumnya terlihat apatis, daya

konsentrasinya menurun, dan pikirannya sering terganggu pada saat tidak

menggunakan morfin. Efek tersebut yang selanjutnya menyebabkan

penggunanya merasa ketagihan.

Disamping memberi manfaat klinis, morfin dapat memberikan resiko efek

samping yang cukup beragam, antara lain efek terhadap sistema pernafasan,

saluran pencernaan, dan sistema urinarius. Efek pada sistema pernafasan

berupa depresi pernafasan, yang sering fatal dan menyebabkan kematian. Efek

ini umumnya terjadi beberapa saat setelah pemberian intravenosa atau sekitar

satu jam setelah disuntikkan intramuskuler. Efek ini meningkat pada penderita

asma, karena morfin juga menyebabakan terjadinya penyempitan saluran

pernafasan. Efek pada sistema saluran pencernaan umumnya berupa

70

Page 71: AMINA Makalah

konstipasi, yang terjadi karena morfin mampu meningkatkan tonus otot

saluran pencernaan dan menurunkan motilitas usus.

Pada sistema urinarius, morfin dapat menyebabkan kesulitan kencing.

Efek ini timbul karena morfin mampu menurunkan persepsi terhadap rangsang

kencing serta menyebabkan kontraksi ureter dan otot- otot kandung kencing.

Tanda- tanda pemakaian obat bervariasi menurut jenis obat, jumlah yang

dipakai, dan kepribadian sipemakai serta harapannya.

Gejala kelebihan dosis : Pupil mata sangat kecil (pinpoint), pernafasan

satu- satu dan coma (tiga gejala klasik). Bila sangat hebat, dapat terjadi dilatasi

(pelebaran pupil). Sering disertai juga nausea (mual). Kadang-kadang timbul

edema paru (paru-paru basah). Gejala–gejala lepas obat : Agitasi, nyeri otot

dan tulang, insomnia, nyeri kepala. Bila pemakaian sangat banyak (dosis

sangat tinggi) dapat terjadi konvulsi(kejang) dan koma, keluar airmata

(lakrimasi), keluar air dari hidung(rhinorhea), berkeringat banyak, cold turkey,

pupil dilatasi, tekanan darah meninggi, nadi bertambah cepat, hiperpirexia

(suhu tubuh sangat meninggi), gelisah dan cemas, tremor, kadang-kadang

psikosis toksik.

Diagnosis Ketergantungan Narkotika Diagnosis ketergantungan penderita

opiat ditegakkan dengan pemeriksaan klinis (medik psikiatrik) dan ditunjang

dengan pemeriksaan urine. Pada penyalahgunaan narkotika jenis opiat,

seringkali dijumpai komplikasi medis, misalnya kelainan pada organ paru-paru

dan lever. Penyalahgunaan narkotika merupakan suatu pola penggunaan zat

yang bersifat patologik paling sedikit satu bulan lamanya. Opioida termasuk

salah satu yang sering disalahgunakan manusia. Menurut ICD 10 (International

Classification Diseases), berbagai gangguan mental dan perilaku akibat

penggunaan zat dikelompokkan dalam berbagai keadaan klinis, seperti

intoksikasi akut, sindroma ketergantungan, sindroma putus zat, dan gangguan

mental serta perilaku lainnya.

71

Page 72: AMINA Makalah

Sindroma putus obat adalah sekumpulan gejala klinis yang terjadi sebagai

akibat menghentikan zat atau mengurangi dosis obat yang persisten digunakan

sebelumnya. Keadaan putus heroin tidak begitu membahayakan. Di kalangan

remaja disebut “sakau” dan untuk mengatasinya pecandu berusaha

mendapatkan heroin walaupun dengan cara merugikan orang lain seperti

melakukan tindakan kriminal. Gejala objektif sindroma putus opioid, yaitu

mual/muntah, nyeri otot lakrimasi, rinorea, dilatasi pupil, diare,

menguap/sneezing, demam, dan insomnia. Untuk mengatasinya, diberikan

simptomatik. Misalnya, untuk mengurangi rasa sakit dapat diberi analgetik,

untuk menghilangkan muntah diberi antiemetik, dan sebagainya. Pengobatan

sindroma putus opioid harus diikuti dengan program terapi detoksifikasi dan

terapi rumatan. Kematian akibat overdosis disebabkan komplikasi medis

berupa gangguan pernapasan, yaitu oedema paru akut (Banks dan Waller).

Sementara, Mc Donald (1984) dalam penelitiannya menyatakan bahwa

penyalahgunaan narkotika mempunyai kaitan erat dengan kematian dan

disabilitas yang diakibatkan oleh kecelakaan, bunuh diri, dan pembunuhan.

Penyalahgunaan obat- obatan sangat beragam, tetapi yang paling banyak

digunakan adalah obat yang memiliki tempat aksi utama di susunan saraf pusat

dan dapat menimbulkan gangguan- gangguan persepsi, perasaan, pikiran, dan

tingkah laku serta pergerakan otot- otot orang ynag menggunakannya.

Tujuan penyalahgunaan pada umumnya adalah untuk mendapatkan

perubahan mental sesaat yang menyenangkan. Efek menenangkan sering

dipergunakan untuk mengatasi kegelisahan, kekecewaan, kecemasan,

dorongan- dorongan yang terlalu berlebihan oleh orang yang lemah mentalnya

atau belum matang kepribadiannya.

Sedangkan efek merangsang sering dipakai untuk melancarkan pergaulan,

atau untuk suatu tugas, menambah gairah sex, meningkatkan daya tahan

jasmani.

72

Page 73: AMINA Makalah

Penyalahgunaan obat dapat diketahui dari hal-hal sebagai berikut :

a. tanda- tanda pemakai obat

b. keadaan lepas obat

c. kelebihan dosis akut

d. komplikasi medik ( penyulit kedoktearn )

e. komplikasi lainnya ( sosial, legal, dsb)

2.7.16 Heroin

Heroin pada awalnya adalah nama produk dagang dari sirup obat batuk

produksi Bayer. Sebuah perusahaan farmasi besar dan ternama di Jerman.

Bayer pertama kali mengembangkan Heroin tahun 1898 sebagai obat batuk

sirup. Pengembangan dan penemuan ini tak luput dari andil dan peran besar

seorang ilmuan yang bernama Heinrich Dreser (1860 - 1924) lahir di

Damctadt, Jerman, tahun 1960.

Sepanjang kariernya di Bayer antara tahun 1897-1914, Dreser bertugas

sebagai seorang peneliti yang bertanggung jawab menguji keamanan dan

kemanjuran produk obat baru. Pada masa tersebut Dreser memikul jabatan

sebagai seorang kepala laboratorium. Jabatan ini memberikan wewenang

dalam memutuskan apakah suatu obat layak dipasarkan atau tidak. Bersama

jabatan tersebut pulalah membawa Dreser pada penemuan Heroin yang sangat

spektakuler sekaligus kontroversial.

Heroin adalah hasil sintesis diasetilmorfin yang merupakan derivat

senyawa morfin. Senyawa diasetilmorfin berbentuk kristal berwarna putih, tak

berbau, dan berasa pahit adalah senyawa yang kemudian diketahui cukup

berbahaya. Para ahli sains kemudian berlomba-lomba melakukanpenelitian

untuk mendapatkan obat.

73

Page 74: AMINA Makalah

Penemuan diasetilmofin oleh ilmuwan Inggris, C. R. Wright, tahun 1874

memberi ilham pada Dreser untuk menciptakan obat baru yang tidak

menimbulkan ketagihan tetapi tetap memiliki khasiat sama, yakni sebagai obat

penenang (sedatif) dan penghilang rasa sakit. Setidaknya begitulah anggapan

Dreser pada saat itu. Yang pada kenyataannya pada saat ini anggapan tersebut

salah.

Bayer adalah perusahaan yang pertama kali mensintesis diasetilmorfin

menjadi heroin. Pada awal 1898, heroin buatan Dreser itu kemudian

diujicobakan pada sejumlah katak dan kelinci di laboratorium. Dreser bahkan

mengujicobakannya pada sejumlah pekerja di Bayer. Anehnya, para pekerja

justru tak berkeberatan dan merasa senang dengan dilakukannya percobaan itu.

Mereka menganggap bahwa obat baru temuan Dreser selalu membuat mereka

merasa "heroik".

Heinrich Dreser, masih merasa belum puas dengan produk baru ciptaannya

tersebut. Ia kemudian tertarik untuk mencoba pada dirinya sendiri. Sejumlah

hasil mengejutkan ternyata mampu dirasakannya hingga dapat menyimpulkan

bahwa produk itu sangat efektif untuk mengobati sejumlah penyakit yang

berhubungan dengan pernapasan seperti bronkhitis, asma, dan tuberkulosis

(TBC).

November 1898, Dreser mempresentasikan obat temuannya pada Kongres

Naturalis dan Dokter Jerman. Ia mengklaim bahwa heroin 10 kali lipat lebih

efektif dari obat batuk biasa, namun hanya mengandung sedikit bahan toksik.

Obat batuk sirup baru itu juga diklaim Dreser sebagai obat yang lebih efektif

dibandingkan morfin sebagai penahan sakit. Dreser menegaskan, obat tersebut

sangat aman dikonsumsi walau agak kontroversi pada masa itu.

Nama "heroin" sebagai obat batuk sirup pun kemudian diluncurkan secara

resmi oleh Bayer dan mulai dipasarkan untuk khalayak ramai pada tahun 1898.

Nama heroin diambil dari bahasa Jerman heroisch yang berarti heroik. Brand

heroin yang didengung-dengungkan waktu itu yakni: "Heroin-sang penawar

batuk".

74

Page 75: AMINA Makalah

Saking gencarnya Bayer melakukan pemasaran heroin ini, mereka

kemudian memberikan contoh produk ini kepada para dokter. Akibatnya, tak

sedikit dokter yang meresepkannya untuk para pasien mereka. Heroin pun

kemudian berkembang secara luas di lingkungan medis tanpa menyadari

bagaimana efek ketergantungan yang dihasilkan produk ini. Melihat fenomena

pemasaran yang terus meningkat, Bayer pun terus meningkatkan produksinya

dan menjual ke 12 negara lainnya di luar Jerman. Lama-kelamaan, keganjilan

mulai tampak.

Para dokter mulai mencatat banyak sekali permintaan pasien akan obat

batuk sirup inimeskipun para pasien itu tak memiliki keluhan pada saluran

pernapasannya.

Gambar 2. 30 Produk Heroin

Sejumlah ilmuwan, dokter, dan para pakar kimia kemudian mendeteksi

adanya kandungan obat keras di dalamnya. Mereka menyimpulkan bahwa

diasetilmofin yang dikandung heroin mungkin tak seadiktif morfin, namun

justru lebih hebat dari itu.

Daya ketergantungan heroin dua hingga empat kali lebih kuat

dibandingkan morfin! Saat memasuki metabolisme tubuh, zat aktif heroin

langsung memasuki aliran darah dan merasuk masuk ke otak hingga

menyebabkan sebuah euforia.

75

Page 76: AMINA Makalah

Berkaca dari berbagai temuan ilmuwan itu, Bayer kemudian menghentikan

produksi dan pemasaran obat batuk sirup heroin pada 1913. Lebih dari itu,

Bayer langsung menghapus nama heroin pada daftar obat yang berhasil mereka

temukan sekaligus menjadi catatan sejarah kelam bagi perusahaan terkenal itu.

Peredaran heroin pun kemudian dilarang secara luas pada tahun 1924.

2.7.17 Kodeine

Kodeina atau kodein (bahasa Inggris: codeine, methylmorphine) ialah

asam opiat alkaloid yang dijumpai di dalam candu dalam konsentrasi antara

0,7% dan 2,5%. Kebanyakan kodein yang digunakan di Amerika Serikat

diproses dari morfin melalui proses metilasi. Kodein yang terkonsumsi akan

teraktivasi oleh enzim CYP2D6di dalam hati menjadi morfin, sebelum

mengalami proses glusuronidasi, sebuah mekanisme detoksifikasi bagi

xenobiotik.

Walau bagaimanapun, morfin tersebut tidak dapat digunakan, mengingat

90% kodein yang diambil akan dimusnahkan dalam usus halus (rembesan dari

hati) sebelum berhasil memasuki peredaran darah. Oleh itu, kodein seolah-olah

tidak brpengaruh atas penggunanya, namun efek samping seperti analgesia,

sedasi, dan kemurungan pernafasan masih terasa.

Kodein digunakan sebagai peredam sakit ringan. Kodein selalu dibuat

dalam bentuk pil atau cairan dan bisa diambil baik secara sendirian atau

gabungan dengan kafein, aspirin, asetaminofen, atau ibuprofen. Kodein sangat

berperan untuk meredakan batuk.

Seperti semua jenis opioid, penggunaan kodeina yang berkelanjutan

mengakibatkan ketergantungan secara fisik dan psikologi. Sebuah kelompok

yang bernama Codeine Free didirikan untuk membantu mereka yang

mengalami ketergantungan pada kodeina.

76

Page 77: AMINA Makalah

Kodein merupakan obat yang paling banyak digunakan dalam perawatan

kesehatan.

Gambar 2. 31 Struktur kimia kodeina

BAB IV

KESIMPULAN

Amina adalah senyawa organik yang mengandung atom nitrogen trivalent

yang mengandung atom nitrogen trivalen yang berkaitan dengan satu atau dua

atau tiga atom karbon, dimana amina juga merupakan suatu senyawa yang

mengandung gugusan amino (-NH2, - NHR, atau – NH2). Gugusan amino

mengandung nitrogen terikat, kepada satu sampai tiga atom karbon (tetapi

bukan gugusan karbonil).

Amina digolongkan menjadi amina primer (RNH2), sekunder (R2NH), atau

tersier (R3N), tergantung kepada jumlah atom karbon yang terikat pada atom

nitrogen (bukan pada atom karbon, seperti pada alkohol).

Reaksi amina dengan turunan as. Karboksilat

Anilin akan bereaksi dengan turunan as.Karboksilat anhidrida dan

halida asam membentuk amida tersubtitusi seperti contoh berikut :

O O O

|| || ||

CH3 – C – O – C – CH3 + H2N – Ph Ph – NH – C – CH3 + CH3COOH

77

Page 78: AMINA Makalah

(antipiretik) / penurun panas

Polimerisasi kondensasi diamin

Polimer diamin khususnya 1,6 diaminoheksana dengan heksadioat

(asam adipat) akan menghasilkan suatu nilon 6,6.

O O O O

|| || || ||

H2N – (CH2)6 + HO – C (CH2)4 – C – OH -[NH – (CH2)6 NHC (CH2)4 C-]n

(Nilon)

Reaksi Amina alifatik primer dengan HNO2

Amina alifatik primer dengan HNO2 menghasilkanalkohol disertai

pembebasan gas N2 menurut persamaan reaksi di bawah ini :

CH3-CH-NH2 + HNO2→ CH3-CH-OH + N2 + H2O

│ │

CH3 CH3

Isopropilamina (amina 1°) isopropil alkohol (alkohol 2°)

Reaksi Amina alifatik/aromatik sekunder dengan HNO2

Amina alifatik/aromatik sekunder dengan HNO2 menghasilkan

senyawa N-nitrosoamina yang mengandung unsur N-N=O

Reaksi pembuatan amina

- Reduction of nitro compounds

- Reaction of halides with ammonia or amines

- Reductive amination

- Reaksi Reduksi dari Senyawa Nitrogen lain

Manfaat utama amina salah satunya adalah sebagai bahan untuk pembuatan

obat-obatan.

78

Page 79: AMINA Makalah

Dalam waktu belakangan, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

pesat telah membawa manusia dalam penyalahgunaan senyawa hidrokarbon

menjadi obat obatan terlarang.

79

Page 80: AMINA Makalah

DAFTAR PUSTAKA

Adam Wiryawan.2011.Amina. http://www.chem-is-

try.org/materi_kimia/instrumen_Amina di Akses tanggal 05 mei 2012

Day. N dan A.L. Anderwood. 1986. Senyawa Amina. Edisi kelima.penerbit

Erlangga: Jakarta

Harjadi,W. 1986.Kimia Organik. Jakarta: PT Gramedia

Anonim.Amina.diakses dari

<http://www.scribd.com/doc/53123540/AMINA>[04 Mei 2012]

Identifikasi amina | Journal Banking Finance.Identifikasi Aminah. diakses

dari <ttp://www.pdfseeker.net/pdf/identifikasi-amina.html>[05 mei 2012]

Vovilia, enang,dkk.2011.Makalah Kimia Organik Amina.Fakultas Teknik:

Universitas Riau

80