104
BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856 9372, Fax: (021) 856 9340 LPMTL CENTER OF EXCELLENCE Email: [email protected], Website: www.stmt-trisakti.ac.id BUKU AJAR PENGANTAR EKONOMI PEMBANGUNAN Untuk Kalangan Terbatas Oleh Amrizal Sekolah Tinggi Manajemen Transportasi Trisakti Jakarta 2006

Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

  • Upload
    others

  • View
    27

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA

JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410

Telp: (021) 856 9372, Fax: (021) 856 9340 LPMTL CENTER OF EXCELLENCE Email: [email protected], Website: www.stmt-trisakti.ac.id

BUKU AJAR

PENGANTAR EKONOMI PEMBANGUNAN

Untuk Kalangan Terbatas

Oleh

Amrizal

Sekolah Tinggi Manajemen Transportasi Trisakti

Jakarta 2006

Page 2: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

ii

Kata Pengantar

Belajar menulis suatu buku “Bahan pelajaran perkuliahaan” merupakan suatu

proses yang tidak mudah karena memerlukan konsentrasi yang penuh, kecukupan waktu

serta penguasaan masalah dan istilah dalam bidang yang bersangkutan. Meskipun

beranjak dari berbagai kendala seperti demikian, penulis mencoba menyajikan naskah ini

semaksimal mungkin dengan memaparkan sepenuhnya penguasaan yang penulis miliki.

Suatu hal yang sangat berkesan dihati penulis bilamana penyusunan perdana buku ini

sempat terwujud dan terpakai pula diberbagai kalangan ilmiah yang seyokyanya

membutuhkan.

Naskah ini berjudul: “PENGANTAR EKONOMI PEMBANGUNAN. Sasaran

buku ini adalah mahasiswa yang tengah mengikuti perkuliahan tingkat sarjana Strata Satu

(S.1) yang akan memasuki tahap penyelesaian atau bagi mereka yang akan menggarap

suatu karya ilmiah berupa Skripsi atau bentuk tugas akhir lainnya pada Fakultas Ekonomi

serta Fakultas/Institut/SekolahTinggi yang mempunyai jurusan terkait dengan Ilmu

Ekonomi seperti: Sosial Ekonomi Pertanian, Jurusan Teknik Industri serta Sekolah

Tinggi: Ekonomi, Manajemen Transpor dan lain sebagainya. Atau paling tidak bagi

mereka yang menempuh perkuliahan, mempelajari Ekonomi Pembangunan plus Ekonomi

Makro dan Statistik Induktif. Selain itu, juga tidak tertutup kemungkinan untuk

digunakan pada berbagai kalangan yang bernuansakan Ilmiah. Buku ini akan sangat

mudah dipahami serta dianalisis bilamana mata kuliah Teori Ekonomi Makro dan

Statistik Induktif berupa Regressi sudah dikuasai terlebih dahulu.

Buku ini adalah salah satu dari “7 buah Buku Ajar serta 3 buah Modul Soal

Dan Pemecahan” yang penulis susun. Secara keseluruhannya disajikan beberapa judul

sebagai berikut:

1. Pengantar Teori Ekonomi

2. Modul Soal Dan Pemecahan Pengantar Teori Ekonomi

3. Teori Ekonomi

4. Pengantar Ekonomi Pembangunan

5. Pengantar Ekonomi Mikro

6. Pengantar Ekonomi Makro: Perhitungan Pendapatan Nasional

7. Teori Ekonomi Mikro

8. Modul Soal Dan Pemecahan Teori Ekonomi Mikro

9. Ekonomi Manajerial

10. Modul Soal Dan Pemecahan Ekonomi Manajerial

Penulis berharap agar kehadiran buku-buku yang sederhana tersebut dapat

berguna terutama sekali oleh Mahasiswa untuk mengatasi atau menutupi kelangkaan

buku paket yang sangat dirasakan oleh mahasiswa sekalian. Secara khusus, Buku Ajar ini

berjudul “Pengantar Ekonomi Pembangunan”. Pada penampilan perdana ini, harapan

penulis agar kehadiran Buku Ajar ini mendapat sambutan yang cukup hangat oleh Civitas

Akademika STMT-TRISAKTI dan dapat pula kiranya dibahas secara bersama-sama

Page 3: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

iii

dalam lingkungan kampus ini, dengan mengikut-sertakan penulis sekaligus. Selain

daripada itu, mungkin dalam penyajian Buku ini masih dirasakan kekurangan-

kekurangan. Sehubungan dengan itu, saran berupa masukan sangat penulis harapkan.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua fihak

yang telah ikut disibukkan terwujudnya buku ajar ini, terutama kepada:

1. Bapak Husni Hasan, A.MTrU, S.Sos, MM, selaku Ketua STMT Trisakti

2. Bapak Drs .M. Fathur Rahman Rosyadhi, MM, Ph.D, selaku Puket I

STMT Trisakti

3. Ibuk Yuliantini R, A.MTrU, MM, selaku Kajur S1 Manajemen STMT

Trisakti

4. Bapak H. Andri Warman, BSc, S.Sos.,MM, selaku Kajur PSP. D.III STMT

Trisakti

5. Bapak Cecep Pahrudin, S.Sos, MM, selaku Sekjur S1 STMT Trisakti

6. Bapak Juliater Simarmata, SE.,MM, selaku Kajur PSP. D.III STMT

Trisakti

7. Ibuk Lira Agusinta, SE.,MM, selaku Kepala PSP. D.III MTU STMT Trisakti

8. Bapak Yosi Pahala, Amd.MTrL,SE, selaku Kepala PSP. D.III MTL, MLM

STMT Trisakti

9. Bapak DR. Adenan Suhelis, SE,MSi, selaku Ketua LPMT STMT Trisakti

10. Bapak Prof. Eryus Ak, MSc, Ph.D, selaku Ketua P3M STMT Trisakti

11. Semua Dosen-dosen, para Mahasiswa dan Civitas Akademika lainnya

STMT Trisakti yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu dalam

kesempatan ini.

Penulis berharap, bahwa naskah ini mempunyai manfaat bagi para pembacanya,

disamping itu penulis juga menyadari bahwa naskah ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu pula segala kritik dan saran atas kekurangan-kekurangan yang masih terdapat

dalam naskah ini sangat penulis harapkan dan penulis terima dengan tangan terbuka

untuk perbaikan selanjutnya.

Demikianlah dengan harapan agar buku ajar ini berguna bagi kita semua dalam

usaha meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan pada STMT-TRISAKTI.

Jakarta, April 2006

Penulis,

( Amrizal )

Page 4: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

iv

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN

TRANSPOR TRISAKTI

PENGESAHAN

BUKU AJAR

PENGANTAR EKONOMI PEMBANGUNAN

Oleh

Amrizal

Jakarta, April 2006

Mengatahui,

Ketua STMT-TRISAKTI

(Husni Hasan, AMTrU, S.Sos.,MM)

Page 5: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

v

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii

SEPENGETAHUAN iv

DAFTAR ISI v

BAB:

I. Pengertian dan Ukuran-ukaran Underdeveloped Countries 1

1. Pengertian Underdepeloped Countries 1

2. Indikasi dan Ukuran dari Tingkat Ekonomi Negara 3

II. Pengertian Tentang Pembangunan Ekonomi 10

III. Faktor Tanah dan Pembangunan Ekonomi 16

IV. Faktor Kapital dan Pembangunan Ekonomi 20

1. Pengertian dan Peranan Kapital 20

2. Masalah Pembentukan Modal: Penawaran dan Permintaan

akan Modal 21

3. Akumulasi Modal dan Tabungan 23

4. Faktor-faktor yang Menyebabkan Rendahnya Tabungan 26

5. Jumlah Kebutuhan Modal dalam Pembangunan 29

V. Faktor Tenaga Kerja Skill dan Pembangunan 33

1. Peranan dan Perkembangan Penduduk, Khususnya

Tenaga Kerja Dalam Pembangunan 33

2. Kepadatan Serta Penyebaran Penduduk dan Tenaga Kerja 35

3. Produktivitas Tenaga Kerja dan Aspek-aspek Masyarakat 38

4. Pengangguran dan Pengerahan Tenaga Disqueses Unemployment 40

VI. Faktor Entrepreneour dan Pembangunan 44

VII. Tahap-Tahap Pertumbuhan Ekonomi 46

VIII. Cara-cara Membangun pada Sistem-sistem Perekonomian 50

IX. Arah Investasi dan Konsep-konsep Pembangunan 55

X. Perencanaan Pembangunan dan Prinsip-prisipnya 61

XI. Sumber-sumber Pembiayaan Pembangunan 66

XII. Inflasi dan Pembangunan 70

XIII. Pembangunan Ekonomi dengan Industrialisasi 80

XIV. Keuangan Negara dan Pembangunan 83

Literatur 90

Lampiran-Lampiran

Page 6: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

vi

LITERATUR

1. Sumitro Djojohadikusumo., “Ekonomi Pembangunan”, PT. Pembangunan Jakarta.

2. Winardi., “Pengantar Ekonomi Pembangunan”., CV. Transito Bandung.

3. Charles P. Kindleberger., “Economic Development”, McGraw Hill-Book Company,

Inc New York.

4. Albert O. Hirschman., “The Strategy of Economic Development”, Yale University

Press Inc, New York.

5. N.S. Buchanan and H.S. Ellis., “Approaches to Economic Development”, The

Twentieth Century Funed Inc, New York.

6. Richard T. Gill., “Economic Development: Past and Present, Prentice-Hill Inc, New

Jersey.

7. G.M. Meier and R.E. Baldwin.,” Economic Development”, John Wiley & Sons Inc,

New York.

8. Ragnar Nurse., “Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries”,

Oxford University Press, New York.

9. W.W. Rostow., “The Stage of Economic Growth”, Cambridge ( Terjemahan Azwar,

Tahap-Tahap Pembangunan Ekonomi ).

10. W. Arthur Lewis., “The Theory of Economic Growth”, George Allen & Unwin Ltd.,

London.

11. W. Arthur Lewis., “The Principles of Economic Planning”, George Allen & Unwin

Ltd, London.

12. W.J. Baumol and L.V. Chandler., “Economic Process and Policies”, Harper & Unwin

Ltd, London.

13. Henry H. Villard., “Economic Development”, Holt Pinehart and wiston Inc, New

York.

14. Gerald M. Meier (editor)., “Loading Issues in Economic Development”, Oxford

University Press Inc, Stanford.

Page 7: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

vii

15. Departement Penerangan RI., REPELITA dan REALISASI PELITA: Pertama s/d

Keempat, Jakarta.

16. Sumitro Djojohadikusumo., “Indonesia Dalam Perkembangan Dunia”: Kini dan Masa

Mendatang, LP3ES, Jakarta.

17. Ace Partadiredja.,”Pengantar Ekonomika (Edisi ke-3)”, Bagian Penerbitan Fakultas

Ekonomi Universitas Gadjah Mada.

18. Boediono.,”Synopsis Pengantar Ilmu Ekonomi: Bagian Dua (Teori Makro)”, Bagian

Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada.

19. Boediono.,”Teori Pertumbuhan Ekonomi: Seri Synopsis Pengantar Ilmu Ekonomi

No.4”, BPFE-UGM.

20. Sadono Sukirno.,”Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah dan Dasar

Kebijaksanaan”, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

21. Gregory Grossman ( alih bahasa: Anas Sidik ).,”Sistem-Sistem Ekonomi”, Penerbit

Bumi Aksara, Jakarta.

22. Michael P. Todaro ( alih bahasa: Burhanuddin Abdullah ).,”Pembangunan Ekonomi

Di Dunia Ketiga, Jilid I, edisi ketiga, Penerbit PT.Gramedia, Jakarta.

23. Thee Kian Wie.,”Pembangunan Ekonomi Dan Pemerataan: Beberapa Pendekatan

Alternatif, LP3ES Jakarta.

24. W. Arthur Lewis (Terjemahan: G. Kartasaputra & E. Komaruddin).,”Perencanaan

Pembangunan: Dasar-Dasar Kebijakan Ekonomi”, Penerbit Aksara baru, Jakarta.

Page 8: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

Bab I

PENGERTIAN DAN UKURAN-UKURAN

UNDERDEVELOPED COUNTRIES

1. Pengertian Underdeveloped Countries

Jika ditinjau dari sudut ekonominya atau tingkat kehidupan ekonominya, maka

secara garis besarnya ( secara umum ) negara-negara di dunia ini dapat dibagi dalam dua

golongan besar, yaitu:

(a) Negara-negara yang telah maju perekonomiannya, disebut: Nagara-negara

yang maju (developed countries).

(b) Negara-negara yang belum maju atau terbelakang perekonomiannya

(underdeveloped countries) atau negara-negara yang sedang berkembang

(developing countries).

Sebenarnya perbedaan atau pembagian developed atau underdeveloped ini adalah

dalam hubungan dengan pengertian secara relatif atau komperatif, yang berarti

terkandung pengertian perbandingan antara tingkat dan keadaan perekonomian negara-

negara. Suatu atau beberapa negara terbelakang perekonomiannya jika dibandingkan

dengan negara-negara lainnya yang telah maju, seperti misalnya: Amerika Serikat,

Negara-negara di Eropah Barat.

Perbedaan kedua jenis ini sangat umum sekali, dimana diantara kedua jenis

penggolongan negara-negara ini terdapat jurang perbedaan yang besar sekali.

Sehubungan dengan ini ada juga penulis-penulis, seperti Ragnar Nurse, membedakan

tiga golongan atau tingkat ekonomi negara yaitu:

(a) Negara yang berpendapatan tinggi, High Income Countries, seperti: Amerika

Serikat, Kanada, Australia dan lain-lain, adalah negara-negara yang sangat

maju.

(b) Negara-negara yang berpendapatan menengah, Midle Income Countries,

seperti: Israel, Argentina, Cekoslowakia, Rusia, dan sebagainya, adalah

negara-negara yang relatif maju.

(c) Negara-negara yang berpendapatan rendah, Low-Income Countries seperti:

Algeria, Bolivia, Sudan, Birma, Indonesia, dan sebagainya, adalah negara

negara yang terbelakang.

Sungguhpun demikian perbedaan dua golongan besar, yaitu dalam negara-negara

yang developed dan negara-negara yang underdeveloped tersebut, merupakan

Page 9: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

2

pernggolongan yang paling umum dipakai dalam pembicaraan dan pembahasan

mengenai pembangunan ekonomi negara-negara.

Jika diperhatikan negara-negara didunia ini dari segi ekonomi dan pendapatan

perkapita ( pendapatan rata-rata per jiwa, yaitu Pendapatan Nasional dibagi dengan

jumlah penduduk suatu negara ) dalam setahun, ternyata bahwa: kira-kira dua pertiga dari

penduduk dunia berpendapatan rendah, sedangkan sebagian lagi dalam jumlah yang lebih

kecil menikmati pendapatan yang jauh lebih tinggi. Dalam hubungan ini Ragnar Nurse

dalam bukunya “Problems of Capital Formation in Underdeveloped Countries”,

mengemukakan angka-angka sebagai berikut:

Distribusi Pendapatan di Dunia Tahun 1949 ( dalam US$)

Golongan Negara-negara % dari % dari Pendapatan

Pendapatan Penduduk Per kapita

Dunia ( US $ )

1. High-Income Countries 67 18 915

2. Midle-Income Countries 18 15 310

3. Low-Income Countries 15 67 54

Keterangan:

1. High_income Countries, antara lain: Amerika Serikat, Canada, negara-negara

di eropah barat, Australia dan New Zealand.

2. Midle-Income Countries, diantaranya: Argentina, Uruguay, Israel, Rusia,

Jepang, Spanyol, dan sebagainya.

3. Low-Income Countries, antara lain: Algeria, Mesir, Ethiopia, Maroko, Sudan,

Brazilia, Peru, Burma, India, Philippina, Indonesia, dan lain-lain.

Terlihat bahwa pada tahun 1949 itu kira-kira dua pertiga penduduk dunia

mempunyai pendapatan per kapita yang rendah sekali dan perkembangannya pada tahun-

tahun kemudian menunjukan bahwa negara-negara yang berpendapatan tinggi tersebut

kemudian semakin meningkat pendapatannya, sedangkan negara-negara yang

berpendapatan rendah sulit untuk menaikan pendapatan nasional maupun pendapatan

perkapitanya. Jadi sebagian besar penduduk dunia masih dalam tahap berjuang terhadap

kemelaratan.

Dari keterangan dan data-data yang ada, pada abad terakhir ini terutama sejak

selesainya Perang Dunia II, dapat disimpulkan bahwa terdapat disparitas yang besar

dalam tingkat pendapatan antara negara-negara kayadengan negara-negara miskin,

perbedaan/disparitas itu bukanya semakin mengecil, akan tetapi malahan semakin besar.

Dalam hubungan ini seringkali disebutkan bahwa terdapatnya “Ever Widening Gap”

(Jurang yang semakin melebar) antara negara-negara developed dengan negara-negara

Page 10: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

3

underdeveloped. Artinya jika kita bandingkan pendapatan per kapita dari negara-negara

yang maju itu dengan negara-negara underdeveloped, maka terdapatnya perbedaan yang

semakin lama semakin besar. Jadi sungguhpun negara-negara yang underdeveloped

mengusahakan terus menerus sekedar peningkatan pendapatan per kapitanya, akan tetapi

tingkat kenaikan pendapatan perkapita dari negara-negara yang sudah maju relatif jauh

lebih tinggi.

Pendapatan

Per kapita

depeloped

countries

ever

widening

gap

under

developed

countries

0 t1 t2 t3 t4 t5 t6 t7 t8 t9 t10

Untuk mengejar ketinggalan dan keterbelakangan tersebut, mak negara-negara

underdeveloped perlu mengusahakan pembangunan ekonominya (economic

development). Usaha-usaha pembangunan ekonomi ini diprlajari dan dibahas dalam ilmu

yang disebut ekoomi pembangunan (economics of development), yaitu ilmu pengetahuan

yang mempelajari/membahas sesuatu obyek atau permasalahan tertentu yang

bersangkutan dengan perkembangan perekonomian dari negara-negara underdeveloped

serta membahas bagaimana usaha-usaha atau cara-cara yang dilakukan untuk memcapai

Kemajuan dalam perekonomian dan tingkat kemakmurannya.

2. Indikasi dan Ukuran dari Tingkat Ekonomi Negara

Pada dasarnya terdapat tiga cara atau pendekatan (approach) untuk menentukan

apakah suatu negara itu underdeveloped ataukah developed, yaitu:

(A). Dengan ukuran diskriptif & kwantitatif

(B). Dengan ukuran struktur perekonomian

(C). Dengan Ukuran distribusi pendapatan pemilik faktor produks

Page 11: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

4

(A). Dengan ukuran Deskriptif & Kwantitatif

Yang jadi ukuran disini ialah tingkat hidup yang tercermin dalam konsumsi

barang-barang dan jasa-jasa dalam masyarakat yang bersangkutan. Di negara

underdeveloped tingkat hidup masyarakatnyan rendah, lebih-lebih jika dibandingkan

dengan tingkat hidup yang tinggi di negara-negara yang telah maju (developed).

Dinegara-negara underdeveloped karena pendapatan masyarakatnya adalah

rendah, maka sebahagian besarnya haruslah sekedar untuk dapat mencukupi kebutuhan

pokoknya yang minimal saja. Hal ini sering disebut: masyarakat demikian hidup pada

tingkat “Subsistace level” dimana pendapatan mereka hanya sekedar dapat memenuhi

atau menjamin syarat minimum untuk hidup saja. Dan bahkan banyak pula diantaranya,

pendapatan mereka sedemikian rendahnya sehingga tidak dapat menutupi biaya hidup

mereka yang minimal, akibat mereka jatuh dalam kehidupan Hutang.

Pada dasarnya tingkat hidup yang rendah ini adalah cerminan dari rendahnya

kemampuan berproduksi masyarakat dalam menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa.

Hal ini menyebabkan jumlah barang-barang yang tersedia dan dapat dikonsumir untuk

tiap jiwa adalah sedikit sekali. Dengan perkataan lain produksi untuk tiap jiwa (dan juga

pendapatan untuk tiap jiwa) adalah rendah. Dan hal ini dalam istilah ilmu ekonomi

disebut bahwa produksi perkapita dan pendapatan per kapita adalah rendah.

Catatan: Produksi per kapita = Jumlah Produksi Nasional/Jumlah Penduduk

= O/P

Pendapatan per kapita = Jumlah Pendapatan Nasional/Jumlah Penduduk

= Y/P

Jadi karena produksi perkapita dan pendapatan perkapita dalam masyarakat dinegara

underdeveloped itu rendah, maka tingkat hidupnya adalah rendah.

Pendapatan per kapita di beberapa negara (dalam US $ per tahun), Pada tahun 1967

Negara-negara Pendapatan Negara-negara Pendapatan

Maju Perkapita Terbelakang Perkapita

1. Amerika Serikat 3.847 1. Maroko 191

2. Kanada 2.686 2. Philipina 175

3. Denmark 2.340 3. Ceylon 148

4. Selandia Baru 2.054 4. Thailand 144

5. Inggeris 1.938 5. Indonesia 100

6. Israel 1.450 6. India 78

7. Jepang 1.109 7. Birma 67

Selain dengan mempergunakan angka-angka produksi per kapita dan pendapatan

per kapita, sebagai ukuran atau indikasi untuk menggambarkan/menerangkan tingkat

kehidupan masyarakat dalam hubungan ini seringkali dipakai ukuran tingkat

produktivitas per kapita atau productivity per man-hour.

Page 12: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

5

Produktivitas per kapita = O/[h x N]

O = Jumlah seluruh produksi nasional (dalam setahun)

h = Jumlah jam kerja (hours)

N = Jumlah Tenaga Kerja (employment)

Jumlah produksi nasional per tahun mungkin bisa dinaikan/ditingkatkan dengan cara

misalnya:

(a) Menambah jumlah Tenaga Kerja, misal dengan tenaga kerja yang berasal dari

pertambahan penduduk

(b) Menaikan jumlah Jam kerja

Akan tetapi dengan cara demikian tingkat produktivitas per kapita bvelum tentu

naik. Hal ini dapat diterangkan sebagai berikut:

Ad.(a) Dengan menambah N (jumlah tenaga kerja), maka O dapat bertambah, tetapi N

dan O mungkin saling meniadakan satu sama lainnya dalam menghasilkan

produktivitas tersebut.

O / [ h x N ] produktivitas per kapita tidak naik.

Ad.(b) Dengan menambah h (jumlah jam kerja), maka O dapat bertambah , tetapi h

dan O tersebut mungkin saling meniadakan pula (bertambah secara

proporsionil).

O / [ h x N ] produktivitas per kapita disini juga tidak naik.

Yang penting bagi suatu negara dalam menaikan produksi nasional itu bukanlah

dengan penambahn jam kerja atau penambahan tenag kerja semat-mata, akan tetapi

dengan menambah atau meningkatkan faktor-faktor ekonomis lainnya, seperti: peralatan

modal, tingkat tehnik berproduksi, keahlian dan ketrampilan, dan sebagainya sehingga

dapat menaikkan produksi dan produktivitas per kapita.

Kesimpulan:

Sebagai ukuran untuk menetukan tingkat kemakmuran suatu negara dan untuk

menetukan apakah suatu negara itu adalah developed ataukah underdeloped ialah dengan

meninjau/menghitung: tingkat produksi dan pendapatan perkapita atau tingkat

produktivitas per kapita.

Page 13: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

6

Negara-negara yang rendah atau sangat rendah tingkat produksi dan pendapatan

per kapitanya atau tingkat produktivitas per kapitanya, dibandingkan dengan negara-

negara yang sudah maju perekonomiannya, disebut: negara-negara underdeveloped atau

negara-negara yang sedang berkembvang ( developing countries ).

(B) Dengan ukuran struktur Perekonomian

Akhir- akhir ini banyak pula ahli-ahli ekonomi yang menitik beratkan perhatian

pada sifat dari kegiatan-kegiatan produktif didalam sesuatu masyarakat bekerja (berusaha

,terikat),. Antar lain sebagaimana yang dikemukakan oleh ahli ekonomi Inggris Colin

Clark sebagai berikut:

1. Dinegara underdeveloped, sektor pertanian adalah sebagai tempat mata

pencaharian dan sumber pendapatan yang utama (dominan)

2. Jika negara/masyarakat semakin berkembang maka indrustri-indrustri

manufaktur (indrustri-indrustri sekunder) semakin meningkat relatif terhadap

pertanian.

3. Jika ekonomi negara menjadi semakin berkembang lagi, maka indrustri jasa

(indrustri-indrustri tertier) menunujukkan tingkat perkembangan yang terbesar.

Jadi teori ini memandang/berpendapat bahwa perkembangan struktur ekonomi

suatu negara dapat dipakai sebagai indikasi untuk menentukan apakah negara itu

developed ataukah underdeveloped. Struktur perekonomian suatu negara tercermin pada

lapangan atau sektor produksi apa yang memegang peranan utama dalam

perekonomianya atau dimana paling banyak berpusat kegiatan ekonominya atau dari

sektor ekonomi mana bagian paling besar produksi dan berpendapatan nasionalnya

berasal.

Struktur Perekonomian suatu negara dapat berupa:

1. Agraria atau pertanian, atau disebut juga indrusatri primer.

2. Indrustri manufaktur atau indrustri sekunder.

3. Indrsutri jasa atau indrustri tertier, seperti dalam perdagang, pengangkutan,

perbankan, pariwisata dan sebagainya.

Dan biasanya dalam hubungan dengan ekonomi pembangunan ini orang

memperbedakan dan memperbandingkan dua klarifikasi secara kasar dengan sektor

indrustri untuk indrustri manufaktur dan indrustri jasa sekaligus.

Jadi menurut teori ini, jika diselidiki dan diperhatikan struktur ekonomi dari

negara-negara, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1. Negara-negara yang struktur ekonominya berdasarkan agraria atau pertanian

pada umumnya adalah negara yang terbelakang (underdeveloped).

Page 14: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

7

2. Negara-negara yang struktur ekonominya berlandaskan indrustri adalah

negara- negara maju (developed).

Sebagai contoh dapat disebut sebagai berikut:

1. Negara-negara indrustri, yaitu yang merupakan negara developed: Amerika Serikat,

Inggris, Perancis, Belgia, Israel, Jepang dan sebagainya.

2. Negara-negara agraris, yaitu yang merupakan negara underdeveloped : Fhilippina,

Ceylon, India, Indonesia, Birma, Thailand, dan lain-lainnya.

Sungguhpun demikian, teori yang berdasarkan developed atau underdevelopednya

suatu negara dengan meneliti struktur ekonominya yang disebutkan tadi, dapat diterima

sebagai suatu gejala atau indikasi yang umum, Negara-negara yang struktur ekonominya

indrsutri memang selalu merupakan negara developed. Akan tetapi dalam negara agraris,

ada beberapa kekecualian yaitu ada diantara beberapa negara yang struktur ekonominya

agararis tetapi dalam sudah developed, seperti: Denmark dan selandia Baru. Jadi

meskipun negara ini agraris, tetapi sudah merupakan negara-negara yang developed

dengan tingkat kemakmurannya yang diukur dari tingkat produksi dan pendapatan per

kapita adalah tinggi. Dilihat dari tingkat pendapatan per kapitanya, pada tahun 1967

negara Selandia baru menduduki ranking yang ketujuh ( $ 2.054 ), sedangkan Denmark

menduduki tempat ke 5 ( $ 2.350 ). Hal ini anatara lain disebabkan oleh faktor-faktor

yang berikut:

1. Produktivitas per kapitanya di sektor pertanian adalah tinggi, oleh karena ini

mereka telah menggunakan peralatan modal besarserta pemakaian teknik

produksi yang modern.

Investasi teknik

Produksi tinggi Y tinggi, sehingga Y/P tinggi

2. Jumlah penduduk dinegara yang bersangkutan relatif sedikit, sehingga

kepadatan pendudukan yang menekan tingkat penghidupan tidaklah mereka

alami. Jadi karena itu tingkat produksi dan pendapatan per kapitanya adalah

tinggi.

Prendah , sehingga Y/P adalah tinggi.

(C). Dengan Ukuran Distribusi Pendapatan Pemilik Faktor-Faktor Produksi

Untuk mengetahui/menentukan apakah suatu negara itu developed, sebagai

ukuran atau indikasi dapat juga diperoleh dengan meneliti proporsi (bagian) dari

pendapatan atau balas jasa faktor-faktor produksi yang membentuk pendapatan nasional.

Page 15: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

8

Dalam hubungan ini proporsi pendapatan atau balas jasa faktor-faktor produksi disuatu

negara yang diperkirakan underdeveloped dibandingkan dengan negara yang developed.

Secara garis besarnya produksi dan pendapatan nasional dibentuk oleh faktor-

faktor produksi:

(a) Land ( tanah ) atau natural resources ( sumber-sumber alam ),

(b) Capital ( modal )

(c) Labour ( buruh )

(d) Enterpreneur ( tenaga skill )

Sebagai balas jasa dari faktor-faktor produksi tersebut adalah sebagai berikut :

No. Faktor Produksi Balas Jasa

1.

2.

3.

4.

Land atau natural ressources

Capital

Labour

Enterpreneur atau tenaga skill

Rent (sewa)

Interest (bunga modal)

Wage (upah) salary (gaji )

Profit (keuntungan)

Jika diselidiki proporsi pendapatan nasional yang terbagi pada berbagai faktor

produksi dari negara-negara akan dapat ditarik kesimpulan bahwa pada umumnya di

negara-negara underdeveloped:

(a) Faktor-faktor produksi yang jumlahnya banyak dan merupakan bagian yang besar

dalam mernbentuk produksi dan pendapatan nasional adalah faktor alam dan labour,

terutama yang unskilled (buruh kasar dan yang tidak ahli). Karena itu bagian balas

jasa dari faktorfaktor ini (secara total) memegang peranan yang besar dalam bagian

pendapatan nasional.

(b) Faktor-faktor modal dan tenaga skill masih sedikit dan serba terbatas, dengan

demikian bagian balas jasa dari pada faktor-faktor ini hanyalah merupakan bagian

kecil pula dalam pendapatan nasional negara yang bersangkutan.

Sehubungan dengan kenyataan dan hal-hal tersebut tadi, dapat pula dikemukan

rumus atau formula untuk menetukan/membedakan apakah suatu negara itu developed

ataukah underdeveloped, yaitu:

Ru + Weu Rd + Wed

( I )

Yu Yd

Page 16: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

9

R = Rent, balas jasa atas faktor tanah atau sumber-sumber alam

We = Wages of unskilled labour, balas jasa atas faktor produksi tenaga kerja

yang tidak ahli atau buruh kasar dan petani.

u = underdeveloped

d = developed

Artinya:

Bagian pendapatan nasional yang terdiri dari atau berasal dari balas jasa tanah,

dan upah pekerja-pekerja yang tidak ahli, petani dan buruh kasar secara persentase dari

pendapatan nasional adalah lebih besar di negara underdeveloped dibandingkan dengan

di negara developed.

Wsu + Pu + iu Wsd + Pd + id

( II )

Yu Yd

P = Profit, balas jasa atas tenaga skill atau enterpreneur.

Ws = Wages of skilled labour, balas jasa dari tenaga kerja yang ahli.

i = Interest, balas jasa atas kapital atau modal.

Artinya:

Bagian atau persentase pendapatan nasional yang berasal dari upah buruh yang

terdidik atau ahli serta profit yang diterima enterpreneur ditambah dengan interest (bunga

modal) dari inventasi yang ditanam, adalah lebih kecil dinegara underdeveloped

dibandingkan dengan di negara developed.

Page 17: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

10

Bab II

PENGERTIAN TENTANG PEMBANGUNAN EKONOMI

Telah dikemukakan sebelumnya bahwa Ekonomi Pembangunan (Economics of

Development) merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari dan membahas obyek

atau permasalahan yang bersangkutan dengan perkembangan perekonomian negara-

negara yang underdeveloped serta usaha-usaha atau cara-cara yang dilakukan untuk

merobah perekonomiannya dari keadaan underdeveloped tersebut kepada keadaan

developed. Jadi dalam hubungan ini terkandung pengertian pembangunan ekonomi

(economic development).

Sebenarnya mengenai pengertian dari “pembangunan ekonomi” itu telah banyak

dikemukakan definisi-definisi oleh penulis atau ahli ekonomi, yang diantaranya dapat

kita kemukakan sebagai berikut:

a. Buchanan dan Ellis: Pembangunan ekonomi terjadi bilamana terdapat

kenaikan produksi dan pendapatan per kapita atau kenaikan produksi dan

pendapatan nasional per jiwa rata-rata.

b. Meier dan Baldwin: Pembangunan ekonomi diartikan sebagai proses dalam

mana pendapatan nasional dalam arti riel (baik total maupun per kapita) dalam

perekonomian negara yang bersangkutan meningkat dalam jangka waktu yang

panjang (lama).

c. Harrold F. Williamson: Pembangunan ekonomi adalah suatu proses dimana

suatu negara dapat mempergunakan sumber-sumber produksinya sedemikian

rupa sehingga dapat meningkatkan terus menerus produksi per kapita dari

masyarakat yang bersangkutan.

d. W. Brand: Pembangunan ekonomi adalah suatu proses daripada kenaikan

produksi dan pendapatan, baik secara total maupun per kapita, tanpa melihat

pada distribusi dan pada peningkatan produksi atau pendapatan yang

dihasilkan.

e. P. Deane: Pembangunan ekoomi suatu negara berlangsung bilamana terjadi

kenaikan yang terus menerus dalam pendapatan nasional secara total maupun

pendapatan per kapita dari negara yang bersangkutan.

Sungguhpun telah disebutkan pengertian atau definisi pembangunan ekonomi itu

agak berbeda oleh ahli-ahli ekonomi, tetapi pada prinsipnya tersimpul dasar pengertian

yang sama. Untuk lebih mendetail (terperincinya) pengertian tersebut, berikut akan

dibahas pengertian pembangunan ekonomi (economic development) itu sebagaimana

dikemukakan oleh:

Page 18: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

11

1. Buchanan dan Ellis, An Approach to Economic Development.

2. Meier dan Baldwin, Economic Development.

Ad.(1). Pengertian Menurut Buchanan dan Ellis

Menurut mereka (ahli-ahli ekonomi ini) economic development itu adalah

increasing of per capita income, kenaikan dalam pendapatan nasional per kapita,

pendapatan rata-rata per jiwa. Dalam hubungan ini dinyatakannya bahwa kenaikan

pendapatan per kapita adalah dalam arti riil (in real term), dalam bentuk barang-barang

dan jasa-jasa yang dapat dinikmati masyarakat yang dinilai dengan uang. Pendapatan per

kapita ini harus menunjukan angka yang terus menerus menaik/meningkat, dan jika hal

ini terjadi berarti berlangsungnya pembangunan ekonomi tersebut.

Selanjutnya dinyatakan pula bahwa sebetulnya kenaikan pendapatan per kapita

dalam arti riel ini adalah merupakan indikasi atau petunjuk dari adanya faktor-faktor atau

aspek-aspek lain yang berdiri dibelakangnya. Faktor-faktor lain itu ialah berupa

kemajuan yang terjadi terus menerus dari bermacam-macam bidang dan kemakmuran

serta kwalitas penghidupan (quality of life) dari masyarakat pada umumnya.

Kemakmuran dan perbaikan kwalitas penghidupan disini dapat dilihat antara lain

dari faktor-faktor yang berikut:

(a) Adanya life expectancy (pengharapan akan hidup) yang lebih besar: Pengharapan

akan hidup perseorangan (individu) yang rata-rata lebih panjang adalah sebagai

tujuan yang diinginkan, dengan perkataan lain: usia yang lebih panjang dianggap

lebih baik daripada usia yang lebih pendek. Contoh: di Amerika Serikat

“Tahun 1900-1902 dari bayi yang dilahirkan rata-rata hidup hingga 48,2 tahun.

Tahun 1945 angka ii naik menjadi 64,4 tahu. Tahun 1949 angka ini lebih meningkat

lagi menjadi 65,9 tahun”.

Usia rata-rata yang panjang itu adalah sebagai hasil atau akibat daripada bermacam-

macam hal, antara lain seperti: makanan yang baik, perbaikan kesehatan, kekurangan

penyakit, kebersihan, tersedianya perawatan dokter, dan sebagainya. Jadi dapat

dikatakan bahwa pengharapan akan hidup yang lebih baik (lama) adalah sebagai

petunjuk daripada kemakmuran serta tingkat penghidupan yang lebih tinggi/lebih

baik.

(b) Mortality (tingkat kematian) yang menurun serta kesehatan yang lebih baik: Data-

data menunjukan kepada kita bahwa kalau tingkat kematian masih tinggi, maka

kemakmuran masyarakat pada umumnya adalah rendah. Dan kalau tingkat kematian

itu menurun, maka biasanya/seringkali terdapat pada negara atau masyarakat yang

telah maju atau makmur. Jadi di daerah-daerah terbelakang, kesehatan umum

penduduknya jika diukur dengan angka kematian yang diakibatkan oleh penyakit-

penyakit adalah buruk bila dibandingkan dengan daerah-daerah yang maju.

Page 19: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

12

Laporan PBB: Tentang kematian oleh penyakit, Costa Rika, Puerto Rico, Columbia,

angka kematian karena difteri adalah 6-9 kali lebih besar daripada di Inggeris, untuk

malaria 10-20 kali lebih besar.

Pada umumnya penurunan tingkat kematian ini seringkali adalah sebagai akibat

daripada perbaikan-perbaikan dalam bidang kesehatan umum, pembasmian penyakit

menular, dan sebagainya.

(c) Makanan, Pakaian dan Pemondokan yang lebih baik: Kita mengetahui bahwa

kebutuhan pokok manusia adalah berupa bahan makanan, pakaian dan pemondokan.

Kesanggupan masyarakat untuk memberikan/memenuhi keperluan-keperluan ini

kepada penduduknya adalah ukuran dari atau sebagai dari kerjanya/prestasi kerjanya

di berbagai-bagai lapangan. Jadi perbaikan dalam pemenuhan kebutuhan pokok ini

mencerminkan perbaikan dalam produktivitas masyarakat, sehingga berarti pula

tercapainya tingkat kemakmuran masyarakat (pada umumnya) yang lebih tinggi.

Ad.(2). Pengertian Menurut Meier dan Baldwin

Menurut Meier dan Baldwin: Pembangunan ekonomi itu adalah suatu proses

dimana pendapatan nasional dalam arti riil dalam perekonomian negara bersangkutan

meningkat dalam jangka waktu yang panjang (lama). “Economic development is a

process where by an economy’s real national income increases over a long period of

time”.

Dan jika tingkat pembangunan lebih besar daripada tingkat perkembangan

penduduk, maka pendapatan riil per kapita akan meningkat. Dalam pengertian

pembangunan ekonomi disini terdapat tiga unsur (aspek) yang penting, yaitu:

(a). Proses (process)

(b). Pendapatan nasional dalam arti riil (real national income).

(c). jangka lama (long period of time)

ad.(a). Proses (process)

Berarti disini dalam jangka waktu yang lama itu terjadi perubahan kekuatan-

kekuatan atau variabel-variabel tertentu. Dan jika kita teliti proses ini lebih mendalam

(detail), maka akan kita jumpai bahwa banyak faktor-faktor lainnya yang turut berubah,

mengikuti kenaikan dalam pendapatan nasional itu. Kita dapat mengklasifikasikan

perubahan-perubahan ini kedalam:

(a.1) Perubahan-perubahan tertentu dalam persediaan-persediaan faktor produksi

(factor supplies). Ini meliputi: penemuan sumber-sumber bahan mentah

yang baru, pembentukan modal, pertumbuhan penduduk, penemuan teknik

produksi yang baru, perbaikan dalam skill dan keterampilan, dan

sebagainya.

Page 20: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

13

(a.2) Perubahan tertentu dalam struktur permintaan terhadap barang-barang yang

dihasilkan. Ini meliputi: besar dan komposisi umur penduduk, tingkat dan

pembagaian pendapatan dalam masyarakat, selera(tastes) masyarakat,

pengaturan organisasi dan lembaga-lembaga masyarakat lainnya dan

sebagainya.

Perubahan-perubahan atau perkembangan-perkembangan ini semuanya perlu

diselidiki lebih lanjut serta diteliti pula bagaimana hubungannya timbal alik satu sama

lainnya. Dengan mengetahui perubahan-perubahan tersebut serta hubungannya timbal

balik, akan dapat diketahui/dimengerti kenapa terjadinya perubahan dalam produksi dan

pendapatan nasional, serta usaha-usaha apa yang diperlukan untuk lebih memperbaiki

atau meningkatkannya.

Ad.(b). Pendapatan Nasional dalam arti Riil (Real National Income)

Produksi atau pendapatan nasional dalamarti riil adalah jumlah produksi atau

jumlah barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan masyarakat yang dihitung dalam satu

tahun. Jumlah produksi dalam arti riil disini bararti bahwa produksi atau pendapatan

nasional itu bukanlah dalam arti moneter atau atas dasar harga berlaku, tetapi telah

diperhitungkan atau dikoreksi (dengan menilai kembali) dengan perubahan harga atau

indeks harga (price index) yang didasari pada suatu tahun dasar (base year) tertentu,

yaitu pada harga normal atau sebelum terjadinya inflasi dan ini dipakai sebagai patokan.

Selanjutnya dinyatakan bahwa dalam menentukan pembangunan ekonomi suatu

negara tidak hanya ditentukan oleh kenaikan pendapatan nasional dalam arti riil saja,

tetapi juga dengan memperhitungkannya dengan faktor pertumbuhan penduduk. Jika

kenaikan riil national income itu diimbangi atau relatif sama dengan pertambahan

penduduk, maka itu belumlah barati terjadi pembangunan ekonomi atau kenaikan tingkat

hidup masyarakat. Juga seandainya real national income yang relatif kecil daripada

pertambahan penduduk, bukan pula berarti terjadinya pembangunan ekonomi, malahan

disini berarti terjadi kemunduran ekonomi.

Jadi pembangunan ekonomi itu baru dapat terjadi bilamana kenaikan real national

income itu relatif lebih besar daripada pertambahan penduduk. Hubungan antara

pendapatan nasional (dalam arti riil) dengan jumlah penduduk ini, adalah bersangkutan

dengan pengertian real per capita income, yaitu pendapatan rata-rata per jiwa dalam arti

riil. Jadi pembangunan ekonomi itu hanya mungkin terjadi bilaman dalam perekonomian

negara terjadi peningkatan dalam real per capita income tersebut.

Ad.(c). Jangka Waktu Yang lama (long period of time)

Faktor lainnya lagi yang harus diketahui untuk menentukan apakah ada atau

tidaknya pembangunan ekonomi suatu negara ialah faktor jangka panjang (long period of

time), yaitu bahwa kenaikan real national income atau real per capita income tersebut

harus berlangsung lama, tidak hanya terjadi dalam jangka pendek saja.

Suatu kenaikan yang terjadi dalam jangka pendek kemudian terjadi lagi

penurunan atau kemunduran dalam real national income serta kegiatan ekonomi pada

umumnya, ini bukanlah menunjukan suatu pembangunan ekonomi. Keadaan ini misalnya

Page 21: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

14

dapat terjadi pada suatu gelombang konjungtur (business cycle) daripada tingkat real

national income dan kegiatan ekonomi pada umumnya. Dan karena jangka pendek itu

menurut Meier dan Baldwin, dalam suatu gelombang konjungtur yang besar dapat

berlangsung selama 6-13 tahun, maka menurut mereka yang perlu diteliti/dilihat ialah

tendensi atau trend keseluruhan daripada beberapa gelombang konjungtur tersebut. Dan

untuk ini kita perlu mengambil jangka waktu puluhan tahun, sekurang-kurangnya 25

tahun. Jadi jika tendensi atau trendnya memperlihatkan kecenderungan yang menaik

dalam masa minimal 25 tahun itu, barulah berarti tercapainya/terjadinya pembangunan

ekonomi.

Gambar I

Real

Income business cycless

Per

capita

Trend

10 20 5

0 Time

Gambar II

Real

Income business cycless

Per

capita

Trend

10 20 5

0 Time

Page 22: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

15

Gambar III

Real Trend

Income business cycless

Per

Capital

10 20 5

0 Time

Dari gambar-gambar diatas terlihat adanya gelombang-gelombang konjungtur

(business cycles) dalam real per capita income dan kegiatan ekonomi pada umumnya,

yang terjadi selama bertahun-tahun.

Pada gambar I: Jika kita ambil trendnya, maka teryata mendatar saja, ini bukanlah

menunjukan suatu pembangunan ekonomi.

Pada gambar II: Trendnya mula-mula memang naik, tetapi kemudian turun kembali,

yang kesemuanya ini kita lihat misalnya dalam tempo 25-30 tahun. Keadaan ini juga

bukanlah menunjukan pembangunan ekonomi.

Pada gambar III: Jika gelombang naik turunnya real per capita income dan kegiatan

ekoomi pada umumnya menunjukan trend yang menaik terus dalam jangka waktu

minimal 25 tahun, seperti pada gambar II ini barulah perekonomian negara bersangkutan

telah mengalami (mencapai) pembangunan ekonomi.

Kesimpulan:

Perekonomian suatu negara akan mengalami/mencapai economic development,

bilamana terjadi suatu kenaikan real per capita income yang terus menerus atau bilamana

terdapat trend yang menaik dari pada gelombang-gelombang konjungtur dari real per

capita income atau kegiatan ekonomi pada umumnya selama jangka waktu yang cukup

lama.

Page 23: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

16

Bab III

FAKTOR TANAH DAN PEMBANGUNAN EKONOMI

Tanah (land) atau sumber-sumber alam (natural resaourpes) melalui sumber-

sumber yang tersedia pada alam, yang merupakan “pemberian alam”, Sumber-sumber ini

masih bersifat potensiil menunggu tangan manusia, peralatan dan teknologi untuk dapat

menggunakannya, menggarapnya ataupun mengolahnya, sehingga sumber-sumber dapat

menjadi efektif untuk dapat dipergunakan dan dikumsumir manusia.

Sumber-sumber alam yang tersedia (potensial) cukup penting artinya dan

peranannya bagi pembangunan, lebih-lebih bagi negara-negara yang masih terbelakang

ekonominya. Selamanya adalah lebih baik bagi sesuatu negara memiliki lebih banyak

sumber-sumber alam dari pada kurang memilikinya. Negara-negara yang memiliki

sumber-sumber alam, seperti: minyak bumi, biji besi, timah, batu bara, dan sebagainya

adalah mempunyai harapan yang lebih baik untuk pembangunan ekonominya

dibandingkan jika negara yang bersangkutan tidak memiliki/menghasilkannya. Dan

proses pembangunan itu akan dipercepat dengan adanya kombinasi antara sumber alam

tersebut dengan faktor-faktor lainnya, seperti: modal, tenaga manusia beserta ketrampilan

dan kemampuan teknologinya.

Sumber-sumber alam ini pada dasarnya dapat diklarifisikasikan kedalam 4 macam,

golongan:

1. Ruangan atu lapangan tanah (land space)

2. Bahan-bahan mentah (raw materials)

3. Sumber-sumber tenaga (saources of power)

4. Keadaan cuaca dan iklim (atmospheric conditions).

Ad.(1). Ruang atau lapangan tanah (land space)

Dalam hal ruang atau lapangan tanah ini menyangkut masalah luas dan kwalitas

atau mutunya. Yang dimaksud dengan tanah disini meliputi baik tanah daratan maupun

sungai-sungai, danau-danau, laut dan gunung-gunung yang terletak diatas tanag tersebut.

Ruang tanah ini dipergunakan untuk berbagai-bagai keperluan, dianataranya:

- Untuk ditanami berbagai macam tanaman, seperti tanaman bahan makanan,

bahan-bahan mentah untuk indrustri /ekspor dan sebagainya.

- Untuk lokasi bagi bangunan indrustri, puat-pusat perdagangan, kantor-kantor

pemerintah, perumahan, dan sebagainya.

- Untuk digunakan sebagai jalan bagi transpor darat, sungai, laut dan sebagainya.

Topografi tanah mempunyai pengaruh tertentu dalam pemakaiannya tanah yang

bergunung-gunung adalah kurang tepat untuk tempat bangunan indrustri dan terdapat

Page 24: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

17

kesulitan-kesulitan dalam membuat jaringan jalannya didaerah yang bersangkutan.

Begitu pula tanah yang berpaya-paya adalah tidak baik untuk dijadikan daerah pertanian

maupun untuk tempat tinggal manusia.

Disampimping hal-hal yang tersebut diatas, tanah yang luas tidaklah selalu besar

artinya bagi potensi ekonomi dan kemakmuran masyarakat. Tanah yang luas yang terdiri

dari gurun pasir semata-mata atau yang kesuburannya tidak baik, maka kegunaannya

sangat terbatas sekali.

Dalam hubungan ini, tanah akan besar faedahnya atau dapat tinggi kegunaannya

bilamana tanah yang tersedia tersebut cukup luas dengan topografi yang baik serta

mempunyai kesuburan yang cukup baik sehingga dapat dimanfaatkan atau ditanami

dengan tanaman-tanaman yang diperlukan bagi kehidupan manusia.

ad.(2). Bahan-bahan Mentah (raw materials)

Yang dimaksud dengan bahan-bahan mentah disini ialah sumber-sumber alam

yang tersedia dan terpendam pada tanah/alam, yang meliputi: hasil-hasil hutan, bahan–

bahan mineral, binatang-binatang konsunptif seperti ikan, ternak unggas dan sebagainya,

atau secara ringkas disebut: bahan-bahan yang merupakan “pemberian alam".

Daerah tanah yang kecil yang mengandung banyak sumber-sumber alam yang

berupa bahan-bahan mentah tersebut adalah lebih baik dari pada daerah yang lebih luas

tetapi kering (miskin) akan sumber-sumber semacam itu. Suatu negara dengan hutan

yang akan sumber-sumber mineralnya seperti: batu bara, minyak bumi, biji besi,

tembaga dan sebagainya adalah mempunyai posisi ekonomis yang lebih baik dari pada

negara yang kekurangan akan bahan-bahan ini. Begitu pula negara yang mempunyai

sungai-sungai, danau-danau, dan pantai laut adalah lebih baik dan ini penting artinya

bukan hanya sebagai sarana dan alat untuk tranportasi dan pembangunan sumber tenaga,

tetapi juga sebagai sumber-sumber bagi bahan makanan dan barang mineral tertentu.

ad.(3). Sumber-sumber tenaga ( sources of power )

Tanah dalam arti luas juga dimanfaatkan untuk dapat memberikan kepada kita

sumber-sumber tenaga, yaitu dengan bantuan ilmu pengetahuan dan perkembangan

teknologi. Dianatara perkembangan teknologi yang terdahulu ialah perkembangan tenaga

panas dan tenaga air untuk berbagai kerpeluan, yang mana ini semuanya didasarkan pada

pemakaian sumber-sumber alam.

Dengan “Revolusi Indrustri“ ditemukan tenaga uap, dan ini selanjutnya diikuti

oleh penemuan tenaga listrik, yang sudah barang tentu diperkembangkan dari tenaga

panas dan tenaga air yang telah dikemukan sebelumnya. Bahkan tenaga atom yang

modern memerlukan bahan mentah uranium yang berasal dari tanah sebagai bahan utama

yang diperlukan untuk menghasilkan dan memperkembangkannya.

ad.(4). Keadaan cuaca ( atmospheric condition )

Keadaan cuaca, seperti curah hujan, temperatur, dan dan iklim pada umumnya

dapat mempunyai pengaruh tertentu pada produkdivitas dan proses pembangunan

ekonomi.

Page 25: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

18

Misalnya:

- Daerah-daerah yang berlebihan ataupun yang sangat kurang sekali curah

hujannya adalah tidak cocok untuk beberapa tujuan produktif umpamanya

dalam mengusahakan hasil-hasil pertanian tertentu.

- Temperatur udara yang berlebihan tingginya dapat melelahkan/melemahkan

tenaga manusia dan menimbulkan kecendrungan kurangnya kemauan untuk

bekerja (tangan) keras.

Sungguhpun keadaan cuaca ini berpengaruh terhadap produktivitas dan proses

pembangunan, tetapi keadaan cuaca yang kurang baik tidak selalu mempunyai efek yang

merugikan. Sebab ada pula negara-negara yang kurang menguntungkan dari segi keadaan

cuaca ini (seperti Canada, Australia, Selandia Baru dan sebainya), tetapi manusianya

dapat menyesuaikan diri atau mengatasi kekurangan tersebut dengan ilmu pengetahuan

dan teknologinya.

Arti dan peranan alam dalam proses produksi dan pembangunan sangat tergantung

kepada usaha manusia, peralatan modal dan kemampuan teknologi yang dapat dipakai.

Kekaayaan yang sesungguhnya, jika tidak doketahui cara-cara, mempergunakannya dan

tidak diusahakan pemanfaatannya bagi keperluan manusia.

Kedudukan faktor alam ini sangat tergantung sekali kepada perkembangan

teknologi serta usaha-usaha dan tindakan-tindakan negara yang bersangkutan. Kemajuan

teknologi sendiri dapat pula menyebabkan susuatu bahan yang semula berfaedah sekali

dan tinggi nilainya, kemudian akan berkurang ataupun hilang faedahnya dengan adanya

perkembangan teknologi baru. Sebagai contoh adalah penemuan bahan-bahan sintetis

sebagai hasil dari kemajuan teknologi, seperti: karet sintetis (dari batu bara serta bahan-

bahan lainnya), serta penemuan tenaga atom (dari bahan uranium serta lain-lainnya), dan

sebagainya. Semuanya ini menyebabkan adanya persaingan bahan-bahan tersebut

terhadap pemakaian karet alam, minyak bumi, dan sebagainya. Dengan demikian, maka

kekayaan alam itu harus dipergunakan dan dimanfaatkan dalam waktu yang setepat-

tepatnya, yaitu selagi faktor alam tersebut masih mengandung arti dan mempunyai

kedudukan yang baik bagi kehidupan masyarakat.

Dinegara-negara yang sedang berkembang, faktor tanah ini memegang peranan

yang besar bagi kehidupan masyarakatnya. Sebagian besar penduduknya hidup dari

sektor pertanian serta sektor-sektor lainnya yang langsung bertalian dengan pertanian.

Dan pada umumnya dinegara-negara ini produktivitas disektor agraria tersebut adalah

rendah, demikian pula akibatnya tingkat penghidupan masyarakatnya adalah rendah. Hal

ini disebabkan oleh karena: teknik produksi yang masih terbelakang, peralatan modal

yang terlalu sederhana, tekanan hidup oleh pertambahan penduduk disektor agraria,

kehidupan dalam ikatan hutang serta sistem ijon, dan sebagainya. Sehubungan dengan

hal-hal yang tersebut ini, maka sektor agraria itu perlu mendapat perhatian khusus dari

pemerintah dengan berbagai usaha perbaikan dan peningkatannya. Hal ini selain tertuju

untuk meningkatkan kemakmuran masyarakat dimana sebagian besar penduduknya hidup

disana, juga karena dengan demikian kelebihan penduduk disektor agraria itu akan dapat

dimanfaatkan kearah industrialisasi dan supaya tenaga beli dalam masyarakat dapat lebih

ditingkatkan untuk perkembangan perekonomian selanjutnya.

Page 26: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

19

Untuk memperbaiki dan meningkatkan produksi serta produktivitas disektor

pertanian, dapat dilakukan dengan dua usaha, yaitu: (1). ekstensifikasi dan (2).

Intensifikasi. Usaha ekstensifikasi ialah dengan memperluas areal tanah pertanian

sedemikian rupa sehingga jumlah produksinya lebih meningkat dari pada semula.

sedangkan usaha intensifikasi ialah dimana peningkatan produksi diusahakan dengan

jalan menambah permodalan dengan pemupukan, pemakaian bibit unggul, perbaikan

pengairan, pemberantasan hama, dan menempuh cara-cara kerja yang lebih maju.

Disamping itu ada pula penulis-penulis yang mengemukan bahwa cara untuk

memperbesar produksi pertanian khususnya produksi pangan pada bidang yang sama

ialah dengan metode biologis, dan metode mekanis. Yang sama ialah dengan metode

biologis disini ialah meningkatkan produksi pertanian tersebut dengan pemupukan,

pemakaian varietas unggul (bibit yang lebih baik), pembasmian hama, dan sebagainya.

Sedangkan yang dimaksud dengan metode mekanis ialah usaha meningkatkan produksi

pertanian dengan menggunakan traktor, dan mesin-mesin pertanian lainnya, dengan

perkataan lain melalui mekanisasi dilapangan pertanian.

Dinegara kita peningkatan produksi pertanian lebih banyak dengan cara

intensifikasi lelalui program “panen usaha“ dengan Bimas (Bimbingan Massal) dan

Inmas (Intisifikasi Massal), dan lain-lainnya. Sedangkan usaha-usaha ekstensifikasi

masih terbatas, terutama dalam bentuk pertanian tanah kering, pertanian pasang surut,

pertanian daerah transmigrasi, dan perluasan-perluasan lainnya, yang pada umumnya

masih serba terbatas. Sungguhpun demikian usaha-usaha pemerintah dalam

pembangunan pertanian ini relatif sangat besar sekali. Hingga sekarang usaha-usaha

pembangunan dinegara kita masih dititik beratkan (diprioritaskan) pada sektor pertanian,

sedangkan pembangunan atau peningkatan pada sektor-sektor lainnya adalah dalam

rangka penunjangan/pemanfaatan terhadap sektor pertanian tersebut.

Page 27: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

20

Bab IV

FAKTOR KAPITAL DAN PEMBANGUNAN EKONOMI

1. Pengertian dan Peranan Kapital

Yang dimaksud dengan Kapital atau Modal sebagai faktor produksi dalam

pembangunan, bukanlah kapital dalam bentuk yang (money capital) tetapi real capital

atau capital goods (barang-barang modal). Yaitu barang-barang yang dihasilkan bukan

untuk memenuhi konsumsi atau kebutuhan langsung, melainkan untuk membantu

manusia didalam proses produksi. Sungguhpun demikian barang modal ini juga dinilai

atau diukur dengan uang (in terms of money) sehingga pada umumnya modal tersebut

dinyatakan pula dalam jumlah nilai uang.

Dalam teori ekonomi, jika ditinjau dari sudut bentuknya dan sifatnya dalam

proses produksi, maka capital goods ini dapat dibagi dalam:

(a) Circulating Capital (modal kerja atau modal berputar), yaitu barang modal

dalam bentuk persediaan bahan mentah, bahan baku dan setengah jadi, bahan

bakar, dan lain-lain yang dipergunakan atau dapat dipakai hanya satu kali atau

dalam jangka waktu yang pendek saja dalam proses produksi.

(b) Fixed Capital atau Capital Equipment (modal tetap), adalah barang modal

yang berupa pabrik, instalasi, mesin, traktor, dan sebagainya yang dapat

dipakai berulang kali atau dalam jangka waktu yang lama didalam proses

produksi.

Dalam ekonomi pembangunan lebih banyak penggolongan modal ini ditinjau dari

segi produktivitas pendapatan sebagai hasil dari jenis-jenis kapital tersebut ataupun dari

segi pengaruhnya langsung dan tidak dalam meningkatkan produksi. Dalam hubungan ini

barang-barang modal dapat diklasifikasikan dalam:

a. Economic Directly Productive Capital, yaitu barang modal yang secara

langsung dapat menghasilkan produksi, seperti: bangunan pabrik, lapangan

pertanian, mesin-mesin, peralatan dan bahan-bahan perindustrian dan lain-

lain.

b. Economic Overhead Capital, adalah barang-barang modal yang jadi dasar

atau landasan bagi perekonomian atau kegiatan ekonomi, yang hanya secara

tidak langsung dapat menghasilkan atau meningkatkan produksi. Misalnya:

faktor transpor (seperti jalan, alat perhubungan lainnya), stasion tenaga listrik,

saluran irigasi, dan sebagainya.

c. Social Overhead Capital, adalah barang-barang modal yang jadi dasar atau

sarana penting bagi keperluan-keperluan masyarakat yang secara tidak

Page 28: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

21

langsung kemudian bermanfaat dalam usaha menghasilkan/meningkatkan

produksi. Misalnya: perumahan, sekolah, rumah ibadah dan lain-lain.

Jadi barang modal ini adalah semua barang-barang yang secara langsung atau

tidak langsung akan memberikan kemungkinan untuk memperbesar produksi dan

produktivitas didalam masyarakat. Overhead Capital ini, baik economic maupun social,

sekarang lazim pula disebut prasarana atau infrastruktur, sungguhpun pengertiannya

sehari-hari lebih banyak tertuju pada segi ekonominya.

Selanjutnya perlu ditegaskan bahwa yang dimaksud dengan capital disini

hanyalah modal dalam bentuk barang atau materi yang diproduksi dan tidak termasuk

investasi (penanaman modal) yang berupa pemberian pendidikan, training, jasa-jasa

kesehatan dan yang sejenis dengan itu. Bagian ini sering kali disebut dengan istilah yang

lengkap “hubungan capital” atau “human investment”.

Keadaan dan jumlah faktor modal sangat besar pengaruhnya terhadap produksi

dan pendapatan nasional, karena dengan pertambahan barang modal ini akan dapat

ditingkatkan/diperbesar jumlah produksi dan pendapatan nasional, yang mana ini

selanjutnya akan memungkinkan pula terciptanya pertambahan modal yang diperlukan

untuk peningkatan produksi selanjutnya. Penambahan modal atau penambahan terhadap

stock (persediaan) barang modal biasanya disebut investasi (investment). Untuk

menjalankan investasi ini diperlukan adanya pembentukan atau akumulasi modal (capital

accumulation) sebelumnya, yang mana ini diciptakan dengan menyisihkan atau

menyimpan sebagian daripada income dalam masyarakat yang kemudian ditujukan

kepada investasi. Jadi dengan penghematan atau menekan pengeluaran atas barang-

barang konsumsi dalam masyarakat nantinya akan dapat diciptakan akumulasi modal

yang akan disalurkan pada investasi atau penambahan capital stock didalam masyarakat.

2. Masalah Pembentukan Modal: Penawaran Modal dan Permintaan akan Modal

Untuk memperbesar kemampuan berproduksi dan produktivitas dalam

masyarakat perlu diciptakan modal atau peralatan modal dalam bentuk pabrik-pabrik,

mesin-mesin, alat pertanian, alat pengangkutan, dan sebagainya. Agar supaya usaha ini

dapat dicapai, maka dalam masyarakat perlu dilakukan pengurangan/penekanan terhadap

konsumsi. Ini berarti bahwa untuk menghasilkan barang-barang modal tersebut haruslah

sebagian sumber-sumber produksi dikerahkan kearah memproduksi barang-barang modal

sebagai ganti dari memproduksi barang-barang konsumsi, dengan perkataan lain:

konsumsi waktu kini perlu dikorbankan untuk menciptakan atau menghasilkan barang-

barang modal serta kapasitas produksi yang lebih besar dengan tujuan agar dapat

dihasilkan barang-barang konsumsi yang besar dimasa depan (dikemudian hari).

Dalam hal pembentukan modal yang akan digunakan dalam proses peningkatan

produksi dan pembangunan, pada umumnya di negara-negara underdeveloped sangat

terasa kekurangan akan modal serta peralatan modal ini. Masalah pembentukan modal

dinegara-negara terkebelakang ini adalah kompleks sifatnya dan memerlukan perhatian

serta pemikiran yang lebih serius untuk dapat dicari jalan keluarnya. Adapun masalah

pembentukan modal ini pada dasarnya dapat ditinjau dari dua sudut, yaitu:

Page 29: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

22

(a). Penawaran modal

(b). permintaan akan modal.

ad.(a). Penawaran modal (supply of capital)

Hal ini bersangkutan dengan kekuatan atau kemampuan masyarakat untuk

memabung (saving), yang kemudian digunakan untuk investasi dan pembentukan modal.

Dari sudut penawaran modal ini terdapat masalah sebagai berikut:

Kemampuan menabung adalah kecil oleh karena rendahnya pendapatan riil dalam

masyarakat. Pendapatan yang rendah ini adalah akibat dari rendahnya tingkat

produktivitas dalam masyarakat. Produktivitas yang rendah ini terutama adalah

kekurangan modal atau peralatan modal. Dan kekurangan modal ini disebabkan oleh

karena kemampuan menabung adalah kecil. Jadi ini kesemuanya seolah-olah merupakan

lingkaran sebab akibat yang tak berujung pangkal (disebut vicicious sycle).

Supply of capital

Saving <

disebabkan oleh

Capital < Pendapatan riil <

Produktivitas <

ad.(b). Permintaan akan Modal demard for capital

Disini bertalian dengan daya tarik bagi pengusaha untuk melakukan investasi atau menambah/menggunakan peralatan modal dalam proses produksi. Dari sudut permintaan akan modal dapat pula masalah lingkaran yang tak berujung pangkal tersebut yang dapat dilukiskan sebagai berikut:

Hasrat para pengusaha dalam hal permintaan akan modal untuk diinventasikan dalam sektor-sektor produksi adalah rendah atau kecil, oleh karena tenaga beli (effective demand) dalam masyarakat adalah rendah. Ini berarti pula pasaran bagi hasil-hasil produksi adalah kecil atau sangat terbatas. Tenaga beli yang rendah ini adalah oleh karena pendapatan riil masyarakat masih rendah. Hal ini disebabkan oleh karena rendahnya produktivitas dalam masyarakat. Produktivitas yang rendah ini adalah sebagai akibat dari kekurangan pemakaian peralatan modal atau kurangnya daya tarik untuk melakukan investasi dalam masyarakat.

Page 30: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

23

Demand for Capital

Hasrat untuk inventasi <

oleh karena

Produktivitas effective demand <

Size of the market <

Y real <

Dalam masalah pembentukan modal dan kekurangan modal dan kekurangan

modal ini, untuk pembanguan ekonomi perlu menerobos lingkaran yang tak berujung

pangkal itu. Dalam hubungan ini perlu diselidiki faktor–faktor yang memegang peranan

penting yang bersangkutan dangan penawaran modal dan permintaan akan modal dalam

kehidupan ekonomi dan kemaysarakatan.

3. Akumulasi Modal dan Tabungan

Untuk membiayai serta meningkatan kegiatan-kegiatan ekonomi dan

pembangunan pada umumnya, perlu dilakukan akumulasi modal dengan melalui

tabungan (saving) dalam masyarakat. Sebagai sumber untuk terjadinya saving tersebut

dapat terjadi dalam berbagai bentuk dan jenisnya.

(A). Dilihat dari segi cara menjalankanya, saving dapat dibagi dalam:

A.1. Voluntary saving (tabungan sukarela)

A.2. Forced saving atau compulsory saving (tabung wajib atau paksaan)

ad. A.1. Voluntary saving

merupakan tabungan atas simpanan yang dilakukan secara sukarela tanpa

adanya tekanan atau paksaan dari pihak lainnya, jadi atas kerelaan hati

dari para penabung sendiri.

Misalnya

a. Uang dapat disimpan sendiri oleh perseorangan yang nantinya

dapat digunakan dikemudian hari sebagai cadangan bagi jaminan

hidup atau untuk berjaga bagi keperluan mendadak ataupun untuk

dan dimanfaatkan guna memperoleh penghasilan.

Page 31: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

24

b. Uang disimpan di bank, baik oleh perseoramgan maupun oleh

perusahaan, yang nantinya dapat dipergunakan sewaktu lebih

dibutuhkan atau untuk mendapatkan bunganya dari simpanan bank

tersebut (seperti: Deposito berjangka, Tabanas, Taska dan

sebagainya).

Pada umumnya dinegara underdeveloped, akumulasi modal melalui voluntary

saving adalah sukar untuk diharapkan dalam jumlah yang memuaskan atau cukup

besarnya, karena tingkat pendpatan masyarakat pada umumnya adalah rendah sehingga

tidak berlebih untuk ditabung. Dan tambahan lagi karena nilai uang cenderung menurun

akibat seringkali terjadinya inflasi lebih-lebih dalam proses pembangunannya, sehingga

nilai simpanan (uang) yang dilakukan turun pula.

ad.A.2. Forced saving atau Compulsory saving

Yaitu saving yang dilakukan dengan cara paksa atau suatu kewajiban, dengan

jalan pemaksaan atau “tekanan” oleh pihak lainnya, baik yang dilakukan secara langsung

atau secara tidak langsung

Misalnya:

- Pemerintah menetapkan peraturan simpanan wajib atas pendapatan atau

gaji yang diterima tiap-tiap bulan (seperti: Taspen = tabungan asuransi

pegawai negeri).

- Pemerintah menegaskan psjsk pendapatan, pajak perseroan, pajak

penjualan dan sebagainya merupakan penerimaan pemerintah yang

kemudian dapat meningkatkan tabungan pemerintah.

- Pemerintrah membangun dengan cara inflasi yaitu misalnya dengan

mencetak uang baru, sehingga tingkat konsumsi dalam masyarakat

menjadi tertekan.

(Rumus: S = Y – O, maka dengan tertekannya konsumsi, akibatnya

saving menjadi lebih tinggi, karena Y – O = S ).

(B). Dari segi pihak yang menjalankan, maka saving dapat bagi dalam tiga macam, yaitu:

B.1. Personal saving atau individual saving.

B.2. Business saving atau corporate saving.

B.3. Public saving atau government saving.

ad.B.1. Personal saving (tabungan perseorangan)

Yang dijalankan oleh orang persorangan dalam masyarakat, seperti tabungan yang

disimpan sendiri dirumah yang dimasukan oleh perseorangan, kedalam bank,

Page 32: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

25

yang disimpan dalam bentuk pembelian atas barang-barang tak bergerak dan

sebagainya.

Oleh karena sebagian besar penduduk dinegara-negara underdeveloped adalah

berpendapatan rendah, maka personal saving yang terjadi tidak seberapa atau hanya kecil

saja. Sungguhpun ada golongan penduduk yang berpendapatan tinggi, tetapi jumlahnya

relatif tidak begitu banyak, sehingga personal savingnya juga tidak begitu besar

jumlahnya. Dan memang personal saving ini secara keseluruhannya tidak begitu dapat

diharapkan atau tidak begitu besar peranannya sebagai sumber pembentukan modal bagi

pembangunan dinegara-negara underveloped.

ad.B.2. Business saving (tabungan perusahaan)

Ialah berupa “undistributed profit” yaitu bagian dari keuntungan perusahaan yang

tidak dibagikan kepada pemegang-pemegang saham, pegawai-pegawai ataupun

peserta-peserta lainnya dalam perusahaan, tetapi ditanamkan kembali dalam

perusahaan, ataupun cadangan-cadangan lainnya.

Dinegara-negara underveloped business saving ini dapat dikatakan secara relatif

cukup besarnya, tetapi “keburukannya” ialah dalam hal cara penggunaannya. Tabungan

perusahaan ini kebanyakannya ditujukan pada sektor perdagangan yang dapat

mendatangkan keuntungan dan sidikit sekali pada sektor indrustri manufaktur serta

usaha-usaha yang langsung produktif. Dan tambahan pula karena perusahaan-perusahaan

ini kebanyakan adalah dalam ukuran kecil (small scale), maka distribusinya pun terbesar

dalam jumlah kesatuan-kesatuan yang kecil, sehingga tidak begitu banyak artinya. Jika

struktur dalam cara-cara kebiasan dalam pemanfaatan saving perusahaan ini tidak

dirubah, maka business saving inipun tidak begitu dapat diharapkan sebagai sumber

capital formation yang tertuju untuk pembangunan.

ad.B.3. Public saving (saving dari sektor pemerintahan)

Public saving ialah tabungan yang dijalankan oleh pemerintah atau yang terjadi

pada sektor pemerintah, yaitu kelebihan pendapatan negara (dalam bentuk

berbagai pajak) setelah dikurangi pengeluaran-pengeluaran rutin pemerintah.

Kelebihan atau surplus inilah yang dapat dipergunakan sebagai pengeluaran untuk

investasi atau peningkatan jumlah pemakaian modal yang diperlukan bagi usaha-usaha

pembangunan negara. Maka untuk peningkatan usaha-usaha pembangunan negara

tabungan inilah yang perlu ditingkatkan tiap-tiap tahun sesuai dengan program

pembangunan. Akumulasi modal dengan melalui saving sektor pemerintah ini relatif

lebih mudah cara menciptakan atau memobilisasikannya, dan lebih besar

kemungkinannya serta lebih dapat diharapkan sebagai sumber untuk pembiayaan

pembangunan dinegara-negara undedeveloped.

Didalam Repelita maupun Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

kita disebutkan bahwa tabungan pemerintah adalah kelebihan penerimaan pemerintah di

dalam negeri (rutin) atau kelebihan penerimaan dalam negeri diatas pengeluaran rutin

Page 33: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

26

pemerintah. Penerimaan rutin pemerintah atau penerimaan dalam negeri ini meliputi

pajak langsung (seperti: pajak pendapatan, pajak perseroan, pajak kekayaan dan

sebagainya), pajak tidak langsung ( seperti: pajak penjualan, bea masuk, cukai, pajak

devisa ekspor dan lain-lain) dan penerimaan non tax yang berupa bagian dari laba

perusahan-perusahan pemerintah dan sebagainya sedangkan pengeluaran rutin

pemerintah, bank-bank pemerintah dan sebagainya. Sedangkan pengeluaran rutin

pemerintah meliputi pengeluaran untuk gaji pegawai-pegawai, belanja rutin untuk barang

dan administratif, dan lain-lainnya.

Contoh: Tabungan Pemerintah Indonesia

1969/1970 – 1973/1974

( dalam milyar rupiah )

Tahun Penerimaan dalam negeri Pengeluaran rutin Tabunga Pemerintah

1969 / 1970

1970 / 1971

1971 / 1972

1972 / 1973

1973 / 1974 a/

243,8

344,6

428,5

590,6

671,0

216,5

288,2

349,0

438,1

518,3

27,3

56,4

79,5

152,5

152,7

a/ Angka-angka APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara)

Sungguh pemerintah kita dapat meningkatkan public saving tiap-tiap tahun, tetapi

karena untuk pembangunan dalam rangka Repelita dibutuhkan pembiayaan yang jauh

lebih besar, sehingga diperlukan pula dana bantuan luar negeri tersebut berturut-turut

(dalam milyaran rupiah) sebesar 91,0 (1969/1970);120,5 (1970/1971) 135,5 (1971/1972);

157,8 (1972/1973); 191,4 (1973/1974).

4. Faktor-faktor yang menyebabkan Rendahnya Tabungan.

Sebetulnya sangat banyak sekali faktor-faktor yang menyebabkan kenapa tingkat

saving dinegara-negara underdeveloped adalah rendah dan sukar untuk ditingkatkan.

Sungguhpun demikian pada garis besarnya dapat disebutkan empat faktor yang penting

dalam hubungan ini yaitu sebagaimana yang dikemukan berikut ini:

(a). Visious circle dalam hal penawaran modal dan permintaan akan modal.

Yaitu terdapatnya lingkaran yang tak berujung pangkal: (1) dari segi penawaran

modal, yang bersangkutan dengan saving, real income, produktivitas serta peralatan

modal, dan (2 ) dari segi permintaan akan modal, yang bertalian dengan hasrat investasi,

effective demand, real income dan produktivitas.

Dalam hubungan ini terdapat kesulitan didalam pembentukan dan akumulasi

modal, baik sebagai akibat maupun sebagai penyebab dari adanya tingkat saving yang

tersebut. Oleh karena itu perlu diselidiki faktor-faktor yang memegang peranan penting

dalam masalah pembentukan modal yang bersangkutan dengan lingkaran sebab akibat

Page 34: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

27

tersebut diatas serta dicarikan jalan keluarnya. Dalam hubungan ini berbagai teori atau

konsep telah dikemukan untuk mengatasi menembus lingkaran yang tak berujung

pangkal itu, yaitu dengan menjalankan pembangunan berdasarkan konsep balanced

development (pembangunan yang seimbang) atau dengan konsep prioritas dalam

pembangunan ataupun dengan bantuan modal asing berupa pinjaman luar negeri,

penaman modal asing, dan sebagainya.

(b). Faktor “Demonstration Effect” dalam berkonsimsi dilingkungan Masyarakat.

Dikebanyakan negara-negara underdeveloped ditemui adanya “demonstration

effect”, yaitu hasrat serta tingkah laku dalam masyarakat untuk meniru-niru cara atau

sikap hidup dari pada orang-orang atau golongan yang berpendapatan tinggi ( orang-

orang kaya). Dan tingkah laku ini banyak terdapat dikalangan “orang-orang berada”

dinegara-negara terbelakang dengan meniru-niru pula cara hidup dan tingkat konsumtif

dari pada orang-orang atau golongan kaya diluar negeri (negara-negara maju), yang

sebetulnya masih terlalu lux menurut ukuran pendapatan mereka yang relatif masih

belum begitu tinggi. Ini berarti bahwa pengeluaran-pengeluaran yang demikian itu

hanyalah tertuju pada barang-barang atau hal-hal yang bersifat konsumtif dan mewah-

mewah semata-mata, dan sangat kurang sekali yang tertuju kepada barang-barang atau

objek-objek yang bersifat produktif.

Sebetulnya timbulnya demontration effect ini dapat diterangkan atau terjadi dalam

dua bentuknya, yaitu: (b.1) Veblen effect, dan (b.2) Bandwagon effect.

Ad.(b.1) Veblen effect, adalah terdapatnya cara berkonsumsi yang berlebih-lebihan

untuk menunjukan kedudukan sosial yang tinggi dari seseorang, yang disebut

pula “conspicuous consumption” (konsumsi yang menyolok mata, yang menarik

perhatian orang). Orang yang kejangkitan atau bermental conspicuous

consumption ini dalam membeli dan memakai barang-barang bukanlah terutama

karena nilai atau kegunaan barang tersebut baginya, tetapi karena harga barang

itu tinggi serta mewah sifatnya. Misalnya membeli mobil mewah, membeli

kapal pesiar yang mewah, membangun villa, dan sebagainya.

Ad.(b.2) Bandwagon effect ialah terdapatnya cara konsumsi yang bersifat tiruan, agar

supaya seseorang yang melakukannya itu kelihatan bagi orang-orang lainnya,

seolah-olah dapat mengikuti kehidupan orang yang “berada” atau supaya jangan

dipandang ketinggalan dari orang-orang lain dilingkungannya. Hal ini terutama

berhubungan dengan masalah mode, yaitu keinginan orang untuk selalu

mengikuti mode terbaru (mutakhir), sungguhpun hal tersebut sering kali pula

tidak sesuai atau kurang cocok baginya. Misalnya: meniru serta memakai sepatu

“beatle”, pemakaian rider, long dress, model model rambut, dan sebagainya.

Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan, alat komunikasi serta

hubungan antar negara, maka proses demonstration effect ini semakin nyata dan semakin

terasa sekali. Dan peniruan serta pengaruh cara kumsumsi yang demontratif ini dapat

Page 35: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

28

berlangsung melalui macam-macam media, seperti melalui film, majalah, radio/TV, dan

lain-lainnya

(c). Cara Menabung dan Kebiasaan Menabung yang Tidak Produktif.

Dinegara-negara underdeveloped pada umumnya, kebiasaan dan tingkah laku

menabung (saving habit dan saving behaviour) adalah tidak/kurang sesuai dengan tujuan

dan maksud pembangunan, yaitu cara-caranya kebanyakan masih bersifat sederhana dan

tidak produktif.

Misalnya :

- Uang sering kali disimpan saja dirumah, sebagai tabungan biasa yang

“ditimbun” saja atau yang “tidak bergerak”, yang idle (nganggur, tak

terpakai). Hal ini ditinjau dari sudut perseorangan mungkin ada baiknya

atau lebih safe (aman) sungguhpun tidak menghasilkan apa-apa. Dan

tambahan lagi ditinjau dari sudut masyarakat secara keseluruhan hal itu

sudah “merugikan”, karena tabungan ini tidak doigunakan secara

produktif dalam arti tidak disalurkan pada usaha-usaha yang bersifat

meningkatkan produksi dan pendapatan dalam masyarakat.

- Uang simpanan tersebut mungkin pula ditanam dalam bentuk barang-

barang tak bergerak, seperti: membeli tanah, rumah dan lain-lain, maupun

dibelikan pada barang-barang perhiasan seperti: emas, perak dan

sebagainya.

Hal inipun ditinjau dari sudut masyarakat adalah tidak produktif atau kurang

berfaedah, karena uang disimpan tersebut tidak digunakan untuk usaha-usaha yang dapat

meningkatkan produksi dan pendapatan dalam masyarakat. Ini hanya berupa pergeseran

hak atas barang atau pemindahan hak miliknya saja dari satu tangan ke tangan lainnya

dan sama sekali tidak untuk maksud menaikkan produksi dan pendapatan secara

keseluruhan.

Jika saving tersebut disalurkan atau digunakan pada usaha-usaha yang produktif,

untuk menambah peralatan modal, ikut serta dalam perusahaan, ataupun disimpan pada

bank atau lembaga-lembaga keuangan lainnya yang kemudian menyalurkannya lagi pada

usaha-usaha yang produktif, maka tentulah tabungan ini akan bermanfaat sekali serta

sesuai dengan tujuan dan usaha pembangunan. Kearah kebiasaan dan sikap menabung

yang demikianlah masyarakat perlu dibina dan ditanamkan kesadarannya.

(d) Kurangnya Lembaga Keuangan

Lembaga keuangan (financial institutional) seperti: bank, perusahaan asuransi,

koperasi kredit, pasar modal, dan sebagainya dinegara-negara underdeveloped adalah

relatif kurang, baik dari segi kwalitas maupun segi kwantitasnya.

Page 36: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

29

Jadi masalah disini ialah dalam hubungan dengan relatif masih kurangnya

lembaga-lembaga yang dapat menerima dan mengatur tabungan yang produktif.

Sungguhpun dibeberapa tempat mungkin cukup terdapat lembaga-lembaga keuangan ini,

tetapi yang jadi masalahnya lagi ialah kurang berhasilnya lembaga-lembaga keuangan

yang bersangkutan dalam menjalankan fungsinya karena kurangnya pengalaman atau

kurang dalam menjalankan fungsinya karena kurangnya pengalaman atau keahlian,

kekurangan permodalan sendiri, dan sebagainya. Dan tambahan lagi ialah dengan adanya

kebiasaan-kebiasaan ini tidak produktif sifatnya sebagaimana yang dikemukan diatas

adalah sulit untuk dirobah dan diperbaiki. Lebih-lebih lagi karena seringnya terjadi inflasi

dinegara-negara underdeveloped yang sedang berkembang itu, akan menambah

keengganan masyarakat dalam menabung, sehingga mempersulit pula usaha lembaga-

lembaga keuangan dalam menghimpun dan memobilisir tabungan.

5. Jumlah Kebutuhan Modal dalam Pembangunan

Untuk dapat meningkatkan produksi nasional dan kapasitas produksi dalam

perekonomian perlu dijalankan investasi berupa barang-barang modal yang dilakukan

lewat pembentukan modal dalam masyarakat. Dalam hubungan ini timbul pertanyaan,

berapa besarnya penambahan modal atau investasi yang diperlukan sehingga dapat

meningkatkan produksi dan pendapatan nasional yang menyebabkan adanya

peningkatkan pembangunan (disebut = rate of growth, laju pembangunan ). Untuk ini

sering kali dipakai konsep COR (capital output ratio) atau disebut juga investment

income ratio, yaitu suatu perbandingan yang menunjukkan berapa jumlah pertambahan

satuan modal yang diperlukan supaya output atau produksi dan pendapatan nasional

bertambah dengan kesatuan:

Cap I

( COR = = )

O Y

Jadi jika untuk menaikkan produksi dan pendapatan nasional sebesar 1 % diperlukan

tambahan modal sebesar 3 %, maka COR nya adalah sebesar 3/1 = 3.

Menurut perkiraan ahli-ahli ekonomi PBB, COR dinegara-negara agraria dan

terbelakang pada umumnya adalah kira-kira sebesar 4, sedangkan dinegara-negara yang

telah maju adalah sekitar 3. Selanjutnya dapat dikemukan bahwa tingkat saving (yang

diperkirakan sama dengan tingkat investasi ) dinegara-negara underdeveloped ditaksir

hanya kira-kira 5 – 6 % sedang dinegara-negara developed sebesar 15 %.

Dinegara underdeveloped dengan COR nya sebesar 4 berarti bahwa untuk

mencapai kenaikkan pendapatan sebesar 1 % dari pendapatan nasional semula diperlukan

pertambahan modal sebesar 4 x 1 %. Disamping itu perlu diperhatikan bahwa pada

umumnya jumlah penduduk dinegara terbelakang ini bertambah kira-kira 2 % setiap

tahunnya, ini berarti bahwa untuk mempertahankan tingkat hidup saja dalam masyarakat,

maka pendapatan nasional harus ditingkatkan sebesar 2 % pula. Oleh karena COR = 4,

Page 37: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

30

maka pertambahan modal (investasi) yang diperlukan untuk mempertahankan tingkat

hidup saja adalah sebesar 4 x 2 % = 8 %. Jadi dengan pertambahan modal yang kira-kira

sebesar 5 – 6 % itu dinegara terbelakang adalah tidak cukup untuk sekedar mengatasi

masalah pertambahan penduduk yang memerlukan penambahan modal 8 % agar dapat

mempertahankan tingkat hidup saja, apalagi untuk menaikkan taraf hidup masyarakat.

Dengan demikian untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat tentulah perlu dilakukan

segala daya usaha agar pertambahan modal dapat lebih ditingkatkan.

Selanjutnya dapat diterangkan dan diuraikan lebih lanjut mengenai hubungan

antara investasi atau saving, COR income dan faktor penduduk. Pertama-tama jika

diperhitungkan faktor pertambahan penduduk maka:

Cap

( COR =

O

I

k =

Y

catatan:

Karena: Y = C + S dari segi penggunaan Income

C + I dari segi pembentukan Income

maka: S = I

S

dengan demikian: k =

Y

S

Jadi: Y =

k

dengan k (atau COR) sebesar 4, maka untuk menaikkan Y sebesar 1 % diperlukan

saving (untuk penambahan modal) sebesar :

4 x 1 % = 4 %

Page 38: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

31

S

Sebab: k = S = k x Y ,Y = 4 x 1 % = 4 %

Y

Kemudian jika dihubungkan dengan pertambahan penduduk, maka dengan

pertambahan penduduk sebesar 2 %, untuk mempertahankan tingkat hidup saja perlu

hasilkan income dalam masyarakat sebesar 2 % pula, Jadi untuk ini diperlukan saving

untuk penambahan modal sebesar 4 x 2 % = 8 %.

Maka dalam hubungan ini untuk dapat menaikkan tingkat hidup dalam

masyarakat sebesar 1 %, perlu dicapai kenaikkan pendapatan nasional sebesar 3 %, yaitu

1 % lebih besar dari pada (diatas) pertambahan penduduk yang besarnya 2 % itu. Dengan

demikian untuk ini haruslah dilakukan akumulasi modal (saving) dalam masyarakat

sebesar:

4 x 3 % = 12 %

S S

atau 1 = 2 = 3 S = 12 %

4 4

artinya Y sebesar 1 % diatas penduduk, Rumus umum, yang dikenal sebagai

rumus Harrod-Domar adalah sebagai berikut:

S

Y = L

k

dimana:

Y = Tingkat perubahan national income (dibandingkan dengan pendapatan

nasional sebelumnya) setelah diperhitungkan faktor pertambahan

penduduk. Atau sering kali pula dipersamakan saja dengan pengertian

pertambahan income per kapita (dalam % ).

S = Tingkat saving atau tingkat pertambahan modal (dalam persentase).

k = COR

L = Tingkat perubahan labour force (tenaga kerja), yang sering kali

dipersamakan saja dengan tingkat perubahan atau pertambahan

penduduk (dinyatakan dalam % dari jumlah penduduk tahun

sebelumnya).

Page 39: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

32

Dengan memakaikan rumus tersebut diatas, kita dapat melihat secara garis

besarnya (secara kasar) bagaimana perkembangan tingkat hidup di negara developed

dibandingkan dengan negara underdeveloped.

Negara developed:

S = 15 % k = 3 L = 1,5 %

S 15

Y = L = 1,5 = 3,5 %

k 3

Negara underdeveloped:

S = 6 % k = 4 L = 2 %

S 6

Y = L = 2 = 1,5 %

k 4

Kesimpulan:

Dinegara developed timgkat saving (yang tersalur ke-investasi) adalah cukup

besarnya, yaitu sebesar kira-kira 15 % dan ini selalu dapat menaikkan pendapatan

nasional dan tingkat hidup masyarakat secara terus menerus.

Sebaliknya di negara underdeveloped dengan tingkat saving sekitar 6 % itu

adalah masih jauh dari mencukupi untuk dapat menaikkan tingkat income dan tingkat

hidup dalam masyarakat. Bahkan dengan angka-angka dan perhitungan tersebut diatas

ternyata bahwa tingkat hidup masyarakat menurun, jika tingkat saving masih tetap

sebesar 6 % tersebut.

Maka dinegara underdeveloped, sebagai jalan keluar dari permasalahan ini

pertama-tama tentulah dengan mengusahakan sedapat-dapatnya kenaikkan tingkat saving

sebagai pembentukan modal untuk tujuan investasi. Dan juga perlu diusahakan

penurunan COR dengan berbagai usaha, seperti: dengan peningkatan efiseinsi dalam

produksi, perbaikan keahlian dan keterampilan, pemakaian teknologi yang lebih baik,

perbaikan prasarana, dan sebagainya. Sehingga dengan demikian jumlah pendapatan

nasional dan tingkat hidup masyarakat dapat ditingkatkan terus menerus.

Page 40: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

33

Bab V

FAKTOR TENAGA KERJA DAN PEMBANGUNAN

1. Peranan dan Perkembangan Penduduk, Khususnya Tenaga Kerja Dalam

Pembangunan

Peranan Tenaga manusia dalam proses produksi dan pembangunan ditentukan

oleh jumlah dan mutu tenaga kerja yang tersedia untuk pelaksanaan berbagai usaha

dilapangan-lapangan yang bersangkutan. Dinegara-negara underdeveloped pada

umumnya, termasuk dinegara kita, jumlah tenaga kerja dapat dikatakan cukup banyak,

sedangkan dari segi mutu berupa kecakapan dan ketrampilannya pada umunya masih

rendah serta terbatas.

Oleh karena tenaga ini merupakan bagian atau berasal dari penduduk yaitu

menyediakan tenaganya untuk proses produksi dan pembangunan, maka perkembangan

tenaga kerja adalah bertalian dengan perkembangan penduduk yang bersangkutan.

Aspek-aspek jumlah penduduk dan tenaga kerja yang mempengaruhi proses

produksi dan usaha untuk memperbesar pendapatan nasional, yang terutama diantaranya

ialah: (a) Jumlah penduduk dan kecepatan pertumbuhan penduduk, dan (b) komposisi

umur penduduk. Jumlah dan kecepatan perkembangan penduduk bersangkutan dengan

kelahiran, kematian dan migrasi (permindahan penduduk). Oleh karena unsur migrasi

antara negara, baik berupa immigrasi maupun berupa emigrasi, adalah relatif sangat

kecil, maka sebagai unsur demografis yang utama yang mengakibatkan perkembangan

penduduk ialah tingkat kelahiran dan tingkat kematian. Selisih antara kedua unsur inilah

yang menunjukan bagaimana perkembangan penduduk suatu negara, apakah terjadi

pertambahan atau pengurangan penduduk.

Yang dimaksud dengan tingkat kelahiran ialah jumlah kelahiran tiap 1.000 orang

penduduk terdapat, jadi bila suatu negara yang berpenduduk 75 juta orang terdapat 3 juta

kelahiran dalam setahun, maka dari tiap 1.000 orang penduduk terdapat

(3.000.000/75.000.000) x 1.000 = 40 kelahiran, maka yang dikatakan tingkat kelahiran

dinegara yang bersangkutan adalah 40. Begitu pula dengan cara yang sama, jika dinegara

yang bersangkutan terdapat angka kematian sebesar 1.350.000 orang pada tahun tersebut

maka berarti terdapat: (1.350.000/75.000.000) x 1.000 = 18 kematian, sehingga tingkat

kematian adalah 18. Dengan demikian tingkat pertambahan jumlah penduduk (dengan

mengabaikan jumlah migrasi antar negara) adalah sebesar: 40 – 118 = 22, yaitu 22

orang per 1.000 penduduk, atau sebesar 2,2 % pertahun.

Jika perhatikan jumlah penduduk Indonesia menurut hasil menurut hasil sensus

1971 adalah kira-kira 119,2 juta jiwa dengan kecepatan pertambahan penduduk sekitar

2,3 % pertahun. Dengan angka pertumbuhan/perkembangan penduduk yang cukup tinggi

itu, maka jumlah penduduk negara kita meningkat terus setiap tahun dalam jumlah yang

besar. Dengan demikian sebagian dari hasil-hasil pembangunan yang dicapai, antara lain,

berupa kenaikan jumlah produksi bruto nasional setiap tahun sekitar 6 % (pada Pelita I)

akan di ditelan oleh kenaikkan jumlah penduduk tersebut. Oleh karena itu jika

peningkatan jumlah penduduk ini tidak dikendalikan, maka tidak akan dapat tercapai

sasaran tingkat kemakmuran yang direncanakan. Dalam hubungan ini, Dalam rangka

pelaksanaan Pelita, antara lain dilakukan program dan usaha pembatasan kenaikkan

Page 41: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

34

jumlah dan tingkat perkembangan penduduk, seperti dengan program keluarga berencana

beserta segala usaha-usaha yang bersangkutan dengan itu.

Selanjutnya dengan tingginya tingkat pertumbuhan penduduk terutama akibat dari

tingginya tingkat kelahiran, maka komposisi umur dari penduduk negara-negara sedang

berkembang khususnya dinegara kita, menunjukan terlalu besarnya jumlah penduduk

yang berusia muda, baik didaerah kota maupun dipedesaan. Dengan demikian “tingkat

krtergantungan” (burden of dependency ratio) yanitu perbandingan orang-orang yang

belum sanggup bekerja dengan orang-orang yang dalam batas umur turut serta dalam

proses produksi adalah tinggi. Dalam hubungan ini seringkali yang jadi patokan ialah

orang-orang yang berumur 0 – 4 tahun ditambah dengan yang berumur 65 tahun keatas,

adalah merupakan golongan umur yang tidak produktif, sedangkan yang berumur 15 – 64

tahun adalah golongan umur yang produktif dan mampu bekerja.

Jika di negara-negara yang telah maju, golongan umur yang tidak produktif itu

umumnya tidak sampai sebanyak 30 %, sebagai contoh (kira-kira): Swedia 22 %,

Inggeris 23 %, Nedherland 30 % dan Jepang 28 %. Maka berbeda halnya dengan

dinegara-negara yang sedang berkembang, angka tersebut berada disekitar 40 %,

misalnya (angka kira-kira): Thailand 42 %, Kamboja 45 %, Indonesia 46,6 % dan

Philipina 46 %.

Persentase Penduduk Indonesia Menurut

Golongan Umur, Kota-Pedesaan Tahun 1971

U m u r Daerah kota Daerah Pedesaan Indonesia

0 - 14 42,0 44,6 44,1

15 – 64 55,8 52,9 53,4

65 keatas 2,2 2,5 2,5

Jumalah 100,0 100,0 100,0

Disamping keadaan tersebut diatas, dalam hubungan ini dapat dikemukakan

bahwa diantara golongan umur yang produktif itu sendiripun banyak pula yang tidak

bekerja, baik karena masih dalam pendidikan/sekolah, mapun karena menganggur masih

belum mendapat kerja. Oleh karena itu tingkat ketergantungan itu menjadi jauh lebih

besar lagi daripada hanya angka golongan umur yang tidak produktif saja, bahkan di

Indonesia mencapai angka + 84 %. Dengan demikian struktur/komposisi umur dan

keadaan kependudukan di Indonesia khususnya, dan di negara-negara terbelakang pada

umumnya, oleh karena angka tingkat ketergantungan yang tinggi itu mengakibatkan

bahwa setiap orang yang bekerja dalam jumlah yang relatif jauh lebih besar. Hal ini tentu

tidaklah menguntungkan kalau ditinjau dari segi kemampuan menabung dan kebutuhan

akan akumulasi modal yang diperlukan untuk investasi dalam era pembangunan.

Khususnya ditinjau mengenai perkembangan dinegara Indonesia, dengan

memperhatikan perkembangan penduduk dan tenaga kerja pada tahun-tahun lalu,

diperkirakan pada peningkatan angkatan kerja sekitar 2,5 % atau rata-rata sebesar hampir

Page 42: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

35

1,2 juta orang tiap-tiap tahun. Ini berarti bahwa untuk mengatasi masalah sosial ekonomi

dikalangan penduduk perlu diciptakan pula penambahan kesempatan kerja 2,5 % atau +

1,2 juta setiap tahun, sekedar untuk dapat mengimbangi pertumbuhan penduduk dan

angkatan kerja sehingga tidak menimbulkan peningkatan pengangguran didalam

masyarakat. Dalam buku Repelita II disebutkan bahwa pada akhir Pelita II diperkirakan

angkatan kerja akan mencapai jumlah 48,4 juta. Dengan usaha-usaha ekonomi dan

pembangunan yang dilakukan pemerintah dan masyarakat, maka diperkirakan jumlah

kesempatan kerja yang dapat diciptakan/terdapat pada saat yang sama akan mencapai

sekitar 47,5 juta; jadi masih ada angkatan kerja yang belum dapat disalurkan atau belum

mendapat lapangan kerja. Program pemerintah kita dalam meningkatkan kesempatan

kerja, guna menampung peningkatan penduduk dan angkatan kerja selalu diusahakan dan

bahkan lebih ditingkatkan lagi dalam Repelita II dengan memasukan perluasan

kesempatan kerja sebagai salah satu dari lima sasaran utamanya.

2. Kepadatan serta Penyebaran Penduduk dan Tenaga Kerja

Seperti kita ketahui masalah penduduk adalah merupakan masalah ekonomi dan

pembangunan yang cukup penting, antara lain karena hal tersebut erat hubungannya

dengan masalah tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi dalam proses produksi

dan pembangunan. Di dalam masalah penduduk ini diantaranya ialah bersangkutan

dengan masalah tekanan kepadatan atau kelebihan penduduk dan masalah kejarangan

atau kekurangan penduduk. Dan sebetulnya ini adalah masalah dan pengertian yang

relatif, yaitu bila dibandingkan dengan faktor-faktor produksi lainnya khususnya tanah.

Jadi ada man-land ratio suatu negara/daerah yang tinggi sehingga terdapat masalah

tekanan kepadatan atau kelebihan penduduk dan sebaliknya ada pula man-land ratio suatu

negara/daerah yang rendah sehingga terdapat masalah kejarangan atau kekurangan

penduduk. Negara-negara terbelakang yang mengalami tekanan kepadatan penduduk,

antara lain RRC, India dan Indonesia (khususnya di pulau Jawa). Dan yang mengalami

kejarangan atau kekurangan penduduk ialah negara-negara tertentu di Afrika, dan di

Amerika Latin. Sungguhpun demikian pada masing-masing negara itu terdapat

persoalannya yang tersendiri dan agak berbeda-beda pula satu sama lainnya.

Pada negara-negara underdeveloped yang sedang berkembang itu umumnya

tengah dilakukan usaha-usaha pembangunan, diantaranya dengan menjalankan

Industrialisasi, sebagai jalan keluarnya dari masalah dan kesulitan ekonominya yang

dihadapi dalam struktur ekonomi mereka yang bersifat berat sebelah agraris serta

penghasil bahan-bahan pertanian tradisionil yang sebagiannya diekspor. Dalam usaha

industrialisasi atau menuju kepada struktur ekonomi yang lebih seimbang sehingga tidak

lagi agraris semata-mata, maka diperlukan adanya tenaga kerja yang mempunyai

kecakapan dan keterampilan dalam bidang industri tersebut. Oleh karena kenyataan

bahwa perekonomian negara terbelakang itu pada umumnya bersifat agraris, maka

dengan demikian penduduk atau tenaga kerjanya sebagian besar terpusat dilapangan

agraria. Sehubungan dengan itu dalam rangka usaha pembangunan khususnya bagi

keperluan industrialisasi, tenaga kerja yang diperlukan harus didatangkan atau berasal

dari lapangan agraria.

Mengenai masalah pemindahan tenaga kerja dari lapangan agraria ke lapangan

non-agraria khususnya industri, pendekatan dan kebijaksanaan yang perlu diambil adalah

Page 43: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

36

berbeda untuk negara/daerah yang berpenduduk padat atau kelebihan penduduk

dibandingkan dengan negara/daerah yang kekurangan penduduk.

(a). Negara atau Daerah yang Padat atau Kelebihan Penduduk

Disini untuk memindahkan penduduk khususnya tenaga kerja dari lapangan

pertanian ke lapangan non-pertanian khususnya Industri dapat dilakukan dengan

pemindahan begitu tanpa peningkatan produktivitas dan mekanisasi terlebih dahulu di

sektor pertanian ini.

Hal ini disebabkan karena lapangan pertanian ini pada umumnya terdapat

kelebihan tenaga kerja, dengan perkataan lain jumlah tenaga manusia yang berkerja

relatif jauh berlebih kapasitas tenaganya dibandingkan dengan areal tanah pertanian yang

tersedia. Dalam istilah ekonomi disebut bahwa di lapangan pertanian itu terdapat tenaga-

tenaga yang sebetulnya menganggur, baik berupa pengangguran yang nyata dan

pengangguran musiman maupun berupa pengangguran tak kentara. Karena itu,

dengan dipindahkannya sebagian tenaga manusia ini keluar lapangan pertanian, tanpa

didahului dengan perbaikan dalam teknik berproduksi, jumlah produksi dan produktivitas

di lapangan pertanian tidak akan berkurang. Dan justeru dengan pemindahan tenaga

manusia itu kemudian akan dapat dimanfaatkan tenaganya untuk dapat meningkatkan

produksi di sektor-sektor non-pertanian khususnya industri, sehingga akan dapat

meningkatkan produksi dan pendapatan nasional secara keseluruhannya.

(b). Negara atau Daerah yang Jarang atau Kekurangan Penduduk

Dengan kondisi kependudukan yang demikian ini, memindahkan man-power

tidaklah mungkin dilakukan dengan penggeseran atau pemindahan begitu saja, oleh

karena tindakan ini akan mengakibatkan penurunan atau kemunduran dalam produksi

pertanian akibat dipindahkannya sebagian tenaga kerja tersebut. Padahal produksi

pertanian seperti bahan makanan, bahan mentah, dan sebagainya adalah penting sekali

untuk kelancaran pembangunan sektor non-pertanian khususnya industri itu sendiri.

Dalam hubungan ini sebagai jalan keluarnya ialah bahwa produktivitas tenaga

kerja khususnya para petani perlu ditingkatkan terlebih dahulu. Dengan perkataan lain,

sungguhpun tenaga kerja akan dikurangi tetapi perlu diusahakan supaya produksi

pertanian dapat dipertahankan jumlahnya atau jangan sampai kurang jumlahnya. Hal ini

hanya akan mungkin terjadi jika terlebih dahulu dijalankan mekanisasi dengan

peningkatan efisiensi kerja dilapangan pertanian. Jadi bila produktivitas dibidang

pertanian sudah dapat ditingkatkan barulah sebagian tenaga kerja dipindahkan

kelapangan non-pertanian, khususnya industri.

Jika kita perhatikan keadaan kepadatan dan penyebaran penduduk di Indonesia

terdapat permasalahannya yang agak berlainan. Sungguhpun sebetulnya dinegara ini

jumlah penduduknya besar sekali (termasuk salah satu dari empat terbesar di dunia) dan

terdapat tekanan kepadatan atau kelebihan penduduk, akan tetapi persoalannya lagi ialah

dalam hal penyebarannya yang tidak merata diantara kepulauan yang ada di Indonesia.

Disatu pihak, yaitu di pulau Jawa dan Madura, yang luasnya hanya + 7 % dari luas

Indonesia terdapat jumlah penduduk sebanyak kira-kira 64 % dengan kepadatan 565

orang per km2 . Sedangkan di lain pihak kepulauan-kepulauan lainnya yang luas sekali

Page 44: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

37

meliputi + 93 % dari luas Indonesiatersebar penduduk sebanyak kira-kira hanya 36 %

dengan kepadatan rata-rata 23 orang per km 2 . Untuk lebih jelasnya dan lebih lengkapnya

gambaran tentang penyebaran penduduk ini, dapat dilihat pada tabel yang berikut ini:

Penduduk Indonesia Menurut Daerah Kepulauan

dan Kepadatannya Tahun 1971

L u a s Jumlah Penduduk Kepadatan

Pulau per km2

Km2 % (‘000) %

Jawa & Madura 134.703 6,65 76.102 63.83 565

Luar Jawa & Madura: 1.892.384 93.35 43.130 36.17 23

1). Sumatera 541.174 26.70 20.813 17.45 38

2). Kalimantan 550.848 27.17 5.152 4.32 9

3). Sulawesi 227.654 11.23 8.535 7.16 37

4). Pulau-pulau lain 572.708 28.25 8.630 7.24 15

Indonesia 2.027.087 100,00 119.232 100,00 57

Penyebaran penduduk yang tidak seimbang dan relatif tidak merata itu

mempersulit usaha-usaha pemanfaatan sumber-sumber alam serta kurang optimalnya

pemanfaatan sumber-sumber alam serta kurang optimalnya pemanfaatan tenaga manusia

dinegara kita. Sehubungan dengan itu maka penyebaran penduduk yang lebih merata

tenlulah akan lebih menguntungkan bagi proses pembangunan. Sebab hal ini akan dapat

menyelesaikan dua masalah sekaligus, yaitu masalah kekurangan tenaga diluar pulau

Jawa dan masalah tekanan kepadatan penduduk di pulau Jawa pada umumnya. Dalam

hubungan ini pemerintah kita, antara lain telah melakukan berbagai usaha transmigrasi

dan penyebaran penduduk ke daerah-daerah yang tipis penduduknya, dalam hal ini

mentransmigrasikan penduduk dari pulau Jawa ke pulau-pulau lain diluar Jawa.

Sungguhpun telah banyak dilakukan usaha transmigrasi ini, tetapi jumlah

penduduk yang dapat dipindahkan/ditransmigrasikan itu dari tahun ke tahun relatif tidak

begitu banyak. Dan bahkan dalam Pelita I hanya dapat ditransmigrasikan sebanyak kira-

kira 26 ribu kepala keluarga atau kira-kira 128 ribu jiwa. Dalam Repelita II usaha

transmigrasi ini lebih ditingkatkan lagi, dan ditargetkan minimum dipindahkan waktu itu

250 ribu kepala keluarga. Disamping itu dalam usaha untuk tercapainya penyebaran

penduduk yang lebih merata, dilakukan pula sebagai usaha lainnya, diantaranya:

penyebaran/pembinaan masyarakat desa (community development) serta pengembangan

kota-kota menengah dan kecil.

Page 45: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

38

3. Produktivitas Tenaga Kerja dan Aspek-aspek Masyarakat

Sebagaimana telah kita ketahui pada umumnya dinegara terbelakang relatif cukup

banyak terdapat tenaga kerja, akan tetapi dari segi mutu tenaga kerja itu yang berupa

kecakapan, keahlian dan keterampilannya, masih kurang dan serba terbatas. Hal inilah

antara lain yang menyebabkan pula kenapa rendahnya produktivitas tenaga kerja.

Memang tidak dapat dipungkiri pula bahwa rendahnya produktivitas tenaga kerja

itu tidak lain disebabkan oleh kurangnya peralatan modal dan pemakaian teknologi yang

lebih maju. Akan tetapi dengan adanya mutu berupa kecakapan serta keterampilan tenaga

kerja yang masih rendah itu dan ditambah lagi dengan masih meluasnya kebiasaan untuk

masih tetap mempertahankan cara-cara kerja yang lama (tradisionil), kesemuanya ini

merupakan hal-hal yang sangat menekan bagi perkembangan dan peningkatan

produktivitas dalam berbagai lapangan ekonomi, khususnya pada lapangan kerja yang

baru seperti dibidang industri.

Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka untuk memecahkan masalah ini

perlu sekali dilakukan berbagai usaha untuk meningkatkan kecakapan, keahlian dan

keterampilan tenaga kerja dengan melalui pendidikan dan latihan kerja Usaha-usaha

peningkatan kecakapan dan keterampilan ini sudah banyak dilakukan oleh pemerintah,

baik yang sifatnya insidentil seperti melalui penataran, latihan dan penyuluhan maupun

yang lebih bersifat kontinyu seperti dengan melalui sekolah-sekolah kejuruan, program

PLKI (Pusat Latihan Kejuruan Industri) dan sebagainya.

Segi lain dari tenaga kerja ini yang juga besar pengaruhnya terhadap produksi dan

produktivitas dinegara-negara terbelakang. Faktor-faktor atau aspek-aspek ini ada yang

terletak dalam bidang ekonomi (disebut: economic factors atau economic aspects), seperti

kurangnya peralatan modal, tingkat teknologi yang masih rendah, mutu beberapa

keahlian dan keterampilan tenaga kerja yang rendah, dan sebagainya. Disamping itu

terdapat pula faktor-faktor atau aspek-aspek lainnya yang terletak diluar bidang ekonomi

(disebut: non-economic factors atau non-economic aspects), seperti: aspek-aspek

kebiasaan masyarakat, tingkah laku pergaulan hidup masyarakat, faktor psikologi

masyarakat dan lain-lainnya.

Aspek-aspek atau kebiasaan-kebiasaan masyarakat yang turut mempengaruhi

produktivitas tenaga kerja diperusahaan-perusahaan atau industri-industri khususnya dan

obyek-obyek perekonomian yang masih bersifat baru pada umumnya, antara lain dalam

bentuk apa yang disebut: “absenteeism” dan “labour-turnover”. Absenteeism adalah

kebiasaan mengenai ketidakhadiran para pekerja di tempat pekerjaannya, yaitu berupa

hari kerja atau jam kerja atau jam kerja menurut perjanjian kerja yang tidak dipenuhi atau

yang ditinggalkan oleh seseorang pekerja. Dan ini biasanya dinyatakan dalam suatu

absentee rate, yaitu jumlah ketidakhadiran yang dihitung dalam hari atau jam kerja

dibagi dengan jumlah seluruh hari atau jam kerja yang berlaku/ditentukan pada lapangan

kerja yang bersangkutan, khususnya industri, selama periode tertentu.

Labour turnover adalah mutasi atau penggantian tenaga kerja, yaitu banyak

kalinya atau frekwensi kelompok tenaga kerja yang masuk keluar perusahaan atau

industri yang bersangkutan. Biasanya hal ini bersangkutan dengan jumlah para pekerja,

baik yang meninggalkan pekerjaannya maupun yang dipekerjakan untuk menggantikan

mereka dalam suatu jangka waktu tertentu. Dan umumnya dinyatakan dalam suatu

prosentase dari jumlah para pekerja yang dipekerjakan oleh suatu atau industri selama

Page 46: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

39

jangka waktu yang bersangkutan. Jadi jika suatu penggantian atau mutasi tahunan sebesar

200 % berarti bahwa selama tahun tersebut rata-rata dipekerjakan dua orang untuk tiap

kedudukan.

Aspek-aspek masyarakat pada berbagai lapangan kerja, khususnya pada

perusahaan, yang tercermin dalam absenteeism dan lalour turnover ini pada dasarnya

disebabkan oleh karena para pekerja itu sudah terbiasa dan masih terikat pada kebiasaan

serta cara hidup mereka yang lama didesa-desa atau di daerah lingkungan asalnya.

Dengan perkataan lain: karena kebiasaan dan rasa keterikatan mereka pada lingkungan

masyarakatnya yang semula itulah terutama telah menyebabkan timbulnya absenteeism

dan labour turnover tersebut. Kebiasaan dan pergaulan hidup masyarakat yang

mempengaruhi aspek-aspek tersebut, misalnya terlihat pada acara-acara adat atau

kebiasaan setempat seperti dalam hal: kelahiran, perhelatan, kematian, pengukuhan gelar

adat, berlebaran yang panjang waktunya, berburu bersama dan sebagainya, ataupun

berupa turut membantu usaha-usaha kampung halaman, seperti dalam waktu panen,

pembangunan tempat ibadah seperti Mesjid, Gereja, Kuil dan sebagainya. Sungguhpun

aspek-aspek masyarakat ini ada baiknya dan banyak pula manfaatnya, akan tetapi ditinjau

dari segi ekonomis dan bisnis semata-mata, terdapat pula keburukannya, yaitu rendahnya

produktivitas tenaga kerja akibat dari ketiadaan disiplin dan kurangnya efisiensi kerja.

Aspek masyarakat lainnya yang juga berpengaruh terhadap produktivitas

diberbagai lapangan ekonomi dan pembangunan ialah dalam hal mobilitas atau

perpindahan tenaga kerja, yaitu terdapatnya hambatan terhadap mobilitas ini sehingga

menyulitkan dalam meningkatkan produktivitas dan efisiensi serta menempatkan tenaga-

tenaga kerja pada tempat atau lapangan kerja yang setepat-tepatnya. Mobilitas tenaga

kerja ini ada dua macam bentuknya, yaitu:

1. Mobilitas horizontal, adalah berupa perpindahan tenaga kerja pada tingkat

yang setaraf, yaitu dapat berupa:

(a). Mobilitas geografis (geographical mobility), yaitu perpindahan tenaga

kerja dari satu daerah ke daerah lainnya, terutama pada lapangan kerja

yang sama.

(b). Mobilitas dalam hal mata pencaharian (occupational mobility), yaitu

berpindahnya tenaga kerja dari suatu jenis mata pencaharian ke mata

pencaharian lainnya, misalnya dari lapangan keja pertanian ke lapangan

kerja industri.

2. Mobilitas Vertikal, adalah berpindahnya tenaga kerja dari tingkat bawah ke

tingkat yang lebih atas atau ke tingkat yang lebih tinggi.

Hambatan terhadap mobiolitas horizontal itu terjadi karena manusia yang hidup di

daerah pertanian itu seolah-olah terikat pada tradisi atau adat kebiasaan, dan seolah-olah

terikat pada tanah asal mereka sehingga mereka merasa enggan dan “sayang”

meninggalkan tanah asal dan tempat kehidupan mereka yang lama. Sedangkan hambatan

terhadap mobilitas vertikal ialah karena dalam masyarakat, baik berupa perbedaan antara

kelas feodal dengan kelas petani penggarap atau buruh maupun perbedaan yang terjadi

Page 47: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

40

karena terciptanya golongan-golongan atau kelompok-kelompok karena unsur

keturunan/kekeluargaan, pandangan hidup, pandangan ideologi dan sebagainya.

Kebiasaan-kebiasaan dan tingkah laku masyarakat yang menghambat mobilitas

horizontal dan mobilitas vertikal itu sulit untuk dihilangkan sama sekali. Sungguhpun

demikian untuk tujuan pembangunan dan modernisasi kehidupan masyarakat, maka

kebiasaan dan tingkah laku masyarakat demikian perlu dikurangi atau diperbaiki setahap

demi setahap, antara lain dengan melalui penerangan-penerangan, penyuluhan-

penyuluhan, tauladan dari pemuka masyarakat dan sebagainya.

4. Pengangguran dan Pengerahan Tenaga Disguises Unemployment

Tenaga kerja yang terdapat dalam masyarakat ada yang dalam keadaan bekerja

dan ada pula yang dalam keadaan menganggur. Jika tenaga kerja yang tersedia tidak

bekerja atau menganggur, maka terdapat keadaan yang disebut pengangguran atau

unemployment. Pengangguran ini ada berbagai-bagai jenisya, yang terpenting

diantaranya adalah:

(a). Cyclical unemployment

(b). Technological unemployment

(c). Frictional unemployment

(d). Seasonal unemployment

(e). Disguised unemployment

Ad.(a) Cyclical unemployment.

Yaitu pengangguran yang berhubungan dengan fluktuasi-fluktuasi (gelombang-

gelombang) pada aktivitas usaha yang dicerminkan oleh konyungtur, yaitu yang

terjadi pada fase perekonomian yang sedang menurun, baik fase resesi maupun

fase depresi.

Ad.(b) Technological unemployment.

Ialah pengangguran yang terjadi akibat pemakaian teknologi yang lebih maju

dimana mesin-mesin menggantikan tenaga manusia. Dengan dipakainya mesin-

mesin baru yang dapat menekan biaya produksi, terpaksa sebagian tenaga kerja

manusia dikurangi. Ini berarti sebagian tenaga kerja terpaksa dilepas sehingga

menimbulkan pengangguran.

Ad.(c) Frictional unemployment.

Yaitu pengangguran yang disebabkan karena secara temporer tidak terdapat

keseimbangan antara permintaan dan penawaran tenaga kerja, atau tidak

sempurnanya pasar tenaga kerja. Jadi karena tidak adanya keterangan tentang ada

kesempatan kerja, ketidakmampuan untuk pindah ke tempat kerja baru, atau

diperlukannya waktu menyesuaikan pekerjaan yang baru tersebut dan sebagainya,

maka timbullah jenis pengangguran ini.

Page 48: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

41

Ad.(d) Seasonal unemployment.

Ialah pengangguran karena variasi musim yang terjadi berulang dalam setiap

tahun. Misalnya para pekerja dalam bidang bangun-bangunan, pembuatan

pakaian, lapangan pertanian dan sebagainya biasanya menjalankan produksi

penuh hanya selama musim tertentu saja, diluar musim tertentu sebagiannya

dalam keadaan menganggur.

Ad.(e) Disguised unemployment (pengangguran tak kentara).

Yaitu pembangunan yang umum terdapat dinegara/daerah yang padat

penduduknya, terutama terjadi dilapangan pertanian. Disini tanpa adanya

perubahan dalam teknik produksi sebetulnya tenaga kerja yang bekerja dalam

lapangan yang bersangkutan adalah berlebih. Jadi meskipun semua pekerja

kelihatannya turut bekerja tetapi sebagiannya sesungguhnya tidak menghasilkan

apa-apa, karena jika dilakukan pengurangannya maka tanpa perubahan teknik

produksi jumlah produksi tidaklah akan berkurang. Dengan demikian sebetulnya

(secara tak kentara) sebagian tenaga kerjanya adalah menganggur.

Khusus mengenai disguised unemployment ini dalam hubungannya dengan

pemanfaatan pembangunan perlu mendapat perhatian khusus untuk dianalisa lebih lanjut,

terutama dalam hubungannya dengan konsep pengerahan tenaga disguised

unemployment ini bagi keperluan pembangunan. Sebagaimana dikemukakan diatas ahwa

pengangguran tak kentara ini pada umumnya terdapat dilapangan kerja agraris, dan

bahkan di negara-negara underdeveloped seringkali pula dijumpai di lapangan-lapangan

non-agraria, misalnya pada jawatan pemerintah.

Penjelasan mengenai pengertian disquised unemployment ini adalah sebagai

berikut: Misalnya disuatu lapangan pertanian terdapat sebanyak 100 orang petani

(pekerja) yang menghasilkan sejumlah produksi tertentu. Akan tetapi sebenarnya dengan

tidak mengurangi hasil produksi secara total, jumlah mereka yang bekerja dapat

dikurangi, misalnya sebanyak 25 orang. Pada kenyataannya mereka semuanya tetap

bekerja, seperti mencangkul, menuai dan sebagainya, tetapi dipandang dari dari sudut

ngaekonomis semata-mata sebenarnya sebagian mereka adalah menganggur, karetynb na

tidak menghasilkan apa-apa. Sebabnya ialah karena ditambah dengan sejumlah orang-

orang ini sebagai pekerja, produksi tidaklah meningkat dan sebaliknya jika sejumlah

orang-orang ini dikurangi atau tidak ikut bekerja sungguhpun tanpa adanya perubahan

teknik produksi maka jumlah produksi yang dihasilkan juga tidak akan berkurang. Secara

ekonomis dikatakan bahwa Marginal Productivity mereka (sebagian pekerja tersebut)

adalah nol atau hampir tidak ada.

Tingkat dari disguised unemployment itu biasanya diukur dengan suatu ratio

(dalam persentasi) antara jumlah tenaga kerja yang berlebihan tersebut dibandingkan

dengan jumlah seluruh tenaga kerja yang berkerja dilapangan yang bersangkutan,

khususnya dilapang pertanian. Menurut taksiran, sebelum Perang Dunia II di Eropa

Timur (masih agraris) terdapat sebesar kira-kira 25-30 % tenaga disguised

unemployment, sedangkan di Mesir lebih tinggi lagi yaitu kira-kira 40 % dari jumlah

tenaga kerja di lapangan agraria. Dan menurut taksiran pada tahun 1955 dilapangan

pertanian di Indonesia angka ini kira- kira sekitar 25%.

Page 49: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

42

Pengangguran tak kentara itu ditinjau dari satu pihak merupakan beban hidup bagi

masyarakat, karena produksi dan pendapatan dibidang pertanian seluruhnya harus dibagi-

bagi atau jumlah pendapatan (dalam hal ini petani) yang lebih banyak dari pada yang

sesungguhnya diperlukan untuk berusaha atau bekerja disana. Sebaliknya ditinjau dari

segi lain sebenarnya keadaan itu merupakan sumber tugas yang potensial untuk dapat

dimanfaatkan bagi tujuan-tujuan pembangunan.

Dalam hubungan ini ada teori yang mengemukakan, bahwa jumlah tenaga yang

disguised unemployment itu dapat merupakan sumber “tabungan” yang potensial untuk

dapat digunakan sebagai sumber tanaga guna dapat dipindahkan menjadi produktif.

Misalnya digunakan untuk membangun overhead capital berupa pembangunan

/rehabilitasi jalan dan jembatan ,saluran irigasi, sekolah dan sebagainya. Jadi sebetulnya

tenaga disguised unemloyment itu dapat merupakan saving dalam arti potensi tenaga

yang dapat dimanfaatkan dan digunakan secara produktif.

Konsep pengerahan tenaga disguised unemployment sebagai sumber tabungan

yang potensial untuk pembangunan dapat diterangkan sebagai berikut: Misalnya;

sejumlah 100 orang petani yang bekerja dalam suatu daerah persawahan yang

menghasilkan produksi 3.000 kwintal padi (1 kwintal = 100 kg). Jika misalnya dari 100

orang ini ada sebanyak 25 orang yang merupakan tenaga disguised unemployment, maka

berarti sebetulnya jumlah 3.000 kwintal padi tersebut dapat dihasilkan oleh 75 orang saja.

Dengan demikian jika dengan 100 orang tenaga, produksi perkapita adalah 3.000/100 =

30 kwintal, sedangkan dengan 75 orang maka produksi per kapita 3.000/75 = 40

kwintal. Jadi kalau hanya 75 orang yang bekerja, maka total produksi juga 3.000 kwintal,

sedangkan yang diterima/dikonsumer mereka dalam keadaan disguised unemployment itu

hanyalah sejumlah nilai 75 x 30 kwintal = 2.250 kwintal. Ini berarti surplus (sisa)

sebesar 750 kwintal, surplus 750 kwintal inilah yang seolah-olah disumbangkan kepada

25 orang tenaga yang disgiused unemployment tadi. Dan menurut teori, secara kasarnya

ini berarti dapat diciptakan “disguised potential saving”, yaitu sebesar bagian hasil-hasil

produksi yang 75 orang tadi yang betul-betul bekerja dan dibutuhkan dalam lapangan

pertanian tersebut yang kemudian disumbangkan atau “tersalur” pada 25 orang yang

merupakan tenaga disguised unemployment tersebut.

Lapangan usah yang perlu disediakan untuk menampung tenaga disguised

unemployment ini dapat ditujukan pada sektor non-pertanian ataupun disektor pertanian

sendiri pada proyek-proyek baru serta yang berada diluar lingkungan semula. Dilapangan

non-pertanian yang dapat dijadikan obyek untuk sasaran penempatannya adalah pada

industri-industri pembangunan prasarana, dansebagainya. Sedangkan pemanfaatan-

nya dilapangan pertanian baru, hendaklah ditujukan pada usaha-usaha proyek prasarana

pertanian dan obyek pertanian lain didaerah-daerah baru yang tipis penduduknya. Hal ini

dapat dilakukan dalam rangka usaha transmigrasi maupun pembangunan masyarakat

desa. Jadi usaha-usaha pembangunan masyarakat desa (community development) ini

dapat dilakukan dalam rangka pengerahan tenaga disguised unemployment maupun

dalam usaha peningkatan kesejateraan masyarakat desa pada umumnya.

Sebagai catatan mengenai community development ini dapat dikemukakan

sebagai berikut:

Community development ini bentuk dan prinsipnya hampir sama saja dengan

usaha gotong royong, hanya terdapat suatu perbedaan pokok yaitu gotong royong itu

sifatnya insidentil sedangkkan community davalopment dilakukan secara kontinu dan

Page 50: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

43

berencana. Dan dalam community development ini pemerintah turut secara langsung

memberikan bimbingan pengarahan dan sumbangan-sumbangan sepurlunya. Dapat

ditambahkan bahwa community development itu pada prinsipnya didasarkan atas

modernisasi dari pada kebiasaan sosial dalam masyarakat yang berbentuk usaha gotong

royong dan selfhelp dilingkungan desa. Hal ini seringkali terdapat pada usaha-usaha:

perbaikan pengairan, rehabilitasi jalan, pembagunan sekolah, dan sebagainya. Usaha-

usaha semacam inilah yang dipujuk dan dibina perkembangannya, yang dengan melalui

bantuan dan bimbingan pemerintah diusahakan agar berlangsung secara kontinu dan

teratur. Bantuan pemerintah terbatas pada hal yang bersifat teknis keuangan atau

pembiayaan sekedarnya, perlengkapan dan bahan-bahan lainnya seperlunya, sedang

prinsip otonomi dan desentralisasi diberikan seluas-luasnya kepada desa atau kekuatan

desa yang bersangkutan.

Kembali kepada persoalan pengerahan tenaga disguised unemployment sebagai

sumber potential saving dalam masyarakat, sebenarnya tidaklah merupakan konsep yang

persis atau tepat betul, hal ini disebabkan karena dalam menjalankannya mungkin saja

terjadi pemborosan atau kebocoran (leakage), seperti misalnya:

(a) Kemungkinan orang-orang yang tinggal pada lapangan perkejaan lama akan

menaikkan konsumsinya (contoh: 75 orang yang tinggal dilapangan lama akan

mengkonsumir lebih besar yaitu sebagai atau seluruhnya dari bagian 25 orang

yang dipindahkan).

(b) Kemungkinan orang-orang yang dipindahkan, kelapangan kerja baru tersebut

(dari contoh 25 orang ) hanya bersedia dan mau pindah jika pendapatan serta

konsumsinya lebih besar dari semula /sebelumnya).

(c) Adanya pengeluaran-pengeluaran tambahan untuk pemindahan tenaga-tenaga

disguised unemployment itu dalam kemungkinan hilangnya persediaan bahan

serta perlengkapan dalam perjalanan.

Dengan demikian sebagai akibat dari kemungkinan adanya “leakage” atau

pemborosan ini, maka tentulah perlu biaya tambahan (disebut: complementary saving

atau additional saving) didalam penyelenggarannya , sehingga segala sesuatunya dapat

berjalan dengan baik supaya tercapai apa yang menjadi sasaran sesungguhnya dari

konsepnya semula.

Page 51: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

44

Bab VI

FAKTOR TENAGA KERJA SKILL DAN PEMBANGUNAN

Didalam pembangunan ekonomi negara-negara barat yang sekarang sudah maju

dan “Industrialized”, dimana produksi dan perekonomian pada umumnya terletak pada

tangan swasta yang bersifat private enterprice atau perkembangan perekonomiannya

terletak ditangan private entrepreneour yang mengintrodusir inovasi dalam berbagai

bidang ekonomi. Dengan pemakaian teknologi baru yang paling ekonomis menyebabkan

prekonomiannya berkembang terus menuju pada tingkat pendapatan dan kemakmuran

yang lebih tinggi. Dengan memakai istilah J.A. Schumpeter, pembangunan negara-

negara barat itu terletak pada tangan entrepreneour, yang diartikan sebagai orang yang

berambisi, mempunyai pandangan jauh kedepan, yang selalu berusaha merubah kondisi

yang ada dengan menciptakan dengan apa yang disebutnya “Innovations” atau “New

Combinations” dari faktor-faktor produksi. Inovasi yang diciptakannya itu adalah berupa

mengintrodusir produk yang baru, teknik produksi yang baru, sumber produksi yang

baru, pasaran yang baru dan organisasi produksi yang baru. Sebagai hasil dari usaha-

usaha entrepreneour swasta tersebut yang selalu menunjukan prestasi dan dinamisasi bagi

perkembangan perekonomian, ialah bahwa perekonomiannya cepat berkembang menuju

kepada kemakmuran masyarakat dan negaranya.

Dinegara-negara underdeveloped dialami kenyataan bahwa entrepreneour swasta

sebagaimana yang dijumpai dinegara-negara barat tersebut tidaklah banyak dijumpai atau

hampir kurang muncul. Bukan hanya enterpreneour yang dimaksud Schumpeter itu saja

yang terasa kekurangannya, dan juga meliputi kekurangan berbagai jenis tenaga ahli atau

tenaga skill.

Untuk perkembangan ekonomi dan pembangunan disadari bahwa sesungguhnya

cukup tersedia Tanah (land) dalam arti luas, Tenaga Kerja (labour) dan bahkan

Permodalan (Capital), akan tetapi faktor-faktor produksi ini sebagaian besar masih

bersifat potensiil saja. Unsur-unsur produksi dan potensiil itu baru akan dapat menjadi

efektif dan besar manfaatnya bagi kehidupan masyarakat jika tersedia pula berbagai rupa

tenaga-tenaga skills untuk mengatur dan merubah faktor-faktor produksi tersebut

sehingga menjadi eferktif dan produktif.

Sehubungan dengan itu dinegara kita dan juga dinegara-negara terbelakang pada

umumnya disadari bahwa kekurangan tenaga skills itu perlu diisi atau diatasi segera

dengan mengadakan berbagai usaha yang disebut “Investment of human skills” atau

disebut pula sebagai investasi dalam hal “technological and managerial know-how”, yaitu

penanaman modal untuk membentuk dan menghasilkan tenaga-tenaga ahli dengan

melalui pendidikan-pendidikan keahlian dan kejuruan dengan peralatan dan sistem yang

ruwet (sophisticated).

Kekurangan tenaga skill yang perlu diisi dengan pendidikan, upgrading dan

latihan itu meliputi berbagai macam jenisnya, yang terpenting diantaranya ialah jenis-

jenis keahlian yang berikut ini:

(a) Keahlian atau kecakapan dalam bidang teknik, keahlian yang khusus

bersangkutan dengan ekonomis-teknis, yang diperlukan untuk mengatur dan

Page 52: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

45

melaksanakan pekerjaan dibidang ekonomi dalam melayani peralatan dengan

teknik yang modern. Keahlian ini disebut dengan technological skills.

(b) Keahlian atau kecakapan untuk mengatur/memimpin badan-badan usaha

ataupun kelembagaan lainnya (seperti: bank, badan asuransi, koperasi dan

sebagainya), sehingga dapat berjalan dengan efisien dan ekonomis. Keahlian

ini disebut dengan organisational skills.

(c) Keahlian dan kemampuan yang diperlukan untuk mempergunakan

kesempatan-kesempatan yang potensiil sehingga menjadi efektif, dengan

mengintrodusir kombinasi-kombinasi atau dalam proses produksi dan

pembangunan. Keahlian ini disebut dengan managerial skills atau

entrepreneourial skills.

Kekurangan tenaga skills tersebut dapat disebabkan oleh faktor non-ekonomis

maupun faktor ekonomis sendiri. Faktor non-ekonomis disini menyangkut faktor-faktor

sosial-budaya dan pembawaan atau bakat dari individu-individu dalam masyarakat, yang

dinegara underdeveloped terdapat kelemahan-kelemahan dalam faktor non-ekonomis ini,

sehingga memungkinan timbulnya tenaga-tenaga skills didalam masyarakat. Sedangkan

faktor-faktor ekonomis yaitu yang terletak dalam bidang ekonomi dan yang menghambat

pula munculnya tenaga skills tersebut ialah sebagai akibat dari kurangnya tenaga beli

efektif dalam arti riil, kurangnya “external economies” (penghematan atau keuntungan-

keuntungan yang berasal dari luar bidang usaha yang bersangkutan) berhubung karena

masih kurang tersediaannya economic dan social overhead capital dalam perekonomian

negara.

Oleh karena kenyataan bahwa justeru dinegara-negara underdeveloped hampir

tidak terdapat tenaga-tenaga entrepreneour partikulir yang dalam sejarah negara-negara

barat merupakan pelopor pembangunan, disamping kekurangan tenaga-tenaga skills

lainnya. Ditambah lagi dengan adanya kekurangan dari segi faktor-faktor ekonomi

sebagaimana yang disebutkan diatas, sehingga tidaklah memungkinkan terangsang atau

berkembang dengan sendirinya peningkatan ekonomi dan pembangunan yang berasal

dari masyarakat semata-mata. Sehubungan dengan itu tidak ada jalan lain selain dari pada

negara atau pemerintah sendiri yang harus tampil kedepan sebagai perintis dan pelaksana

pembangunan. Dalam hubungan ini dinyatakan bahwa negara harus berfungsi dan

bertindak sebagai “agent of development”, yaitu sebagai suatu badan yang secara

langsung mengatur, mengarahkan dan bahkan turut melaksanakan pembangunan dan

perkembangan ekonomi secara keseluruhannya.

Pemerintah atau negaralah yang merencanakan, mengarahkan dan mengatur

seluruh kegiatan ekonomi dan pembangunan, sungguhpun demikian pemerintah mungkin

dapat melaksanakan seluruhnya segala kegiatan ekonomi dan pembangunan ataupun

mungkin hanya terbatas pada bagian tertentu saja dari bidang pembangunan itu,

sedangkan bagian-bagian/pembangunan lainnya dilaksanakan oleh pihak swasta atau

masyarakat sendiri meskipun tetap dibawah pengaturan pemerintah.

Page 53: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

46

Bab VII

TAHAP-TAHAP PERTUMBUHAN EKONOMI

Seorang guru besar pada MIT (Massachusetts Institute of Technology ) di

Amerika Serikat bernama W.W. Rostow dalam bukunya “The Stage of Economic

Growth” membagi atau menggolongkan fase atau tingkat perkembangan perekonomian

dari keadaan underdeveloped ke keadaan developed/sangat developed dalam 5

fase/periode, yaitu:

1. Fase masyarakat tradisional (Traditional period)

2. Fase transisi atau pre-conditions (Tradition period)

3. Fase take-off (Take-off period)

4. Fase mature economy (Mature economy period)

5. Fase high mass-consumption (High mass-consumption period)

Ad.(1). Traditional Period

Fase masyarakat tradisional ini adalah suatu fase atau masa dimana perekonomian

dan kehidupan masyarakatnya berjalan atau berkembang secara tradisional. Segala

sesuatunya berjalan menurut cara-cara tradisionil, menurut garis-garis atau kebiasaan-

kebiasaan yang telah berjalan turun menurun dari generasi-generasi sebelumnya. Jadi

tingkat ilmu pengetahuan, teknologi dan cara-cara berproduksi berjalan menurut garis

yang telah berlaku pada masa-masa sebelumnya.

Sungguhpun konsepsi masyarakat tradisionil ini tidak statis semata-semata, dalam

artiannya juga terdapat sekedar perubahan serta kenaikan dalam produksi. Akan tetapi

kenyataannya pada masa itu hampir tidak dijumpai adanya dinamisasi dan kemajuan-

kemajuan pada umumnya.

Tradisional period ini umumnya terdapat pada negara-negara/daerah yang

perekonomiannya bersifat pertanian atau agraris yang keadaannya masih terbelakang dan

dimana tingkat produktivitasnya sangat rendah karena belum dipakainya ilmu

pengetahuan dan teknologi yang dapat meningkatkan produktivitas tersebut.

Ad.(2). Pre-Conditions Period

Fase pre-conditions atau disebut fase peralihan adalah merupakan fase untuk

meletakan dasar dan syarat-syarat untuk periode berikutnya dimana perekonomian akan

dapat berkembang dengan pesat.

Pada masa peralihan atau pada masa meletakkan dasar ini, didalam perekonomian

dan kehidupan masyarakatnya telah mulai banyak terdapat perubahan-perubahan yang

menyimpang daripada kebiasaan masyarakat yang tradisionil, sudah mulai terdapat

pembaharuan-pembaharuan dalam ilmu pengetahuan telah bertambah luas dan telah

mulai berkembang untuk dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan ekonomi yang lebih

maju.

Page 54: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

47

Sungguhpun demikian pada periode peralihan ini masih terdapat hambatan-

hambatan dari penghalang-penghalangnya yaitu golongan-golongan lama yang “Vested

Interest”. Nilai-nilai sosial dan politis yang lama masih melekat dan masih besar

pengaruhnya dalam menghambat perubahan-perubahan yang radikal sifatnya. Akan tetapi

penghalang-penghalang ini selalu mendapat tekanan-tekanan untuk perubahan kearah

penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang lebih maju.

Pada pokoknya, dasar-dasar untuk perkembangan yang pesat telah diletakan pada

masa transisi ini, yaitu berupa tingkat pengetahuan dan teknologi yang lebih maju,

perkembangan lembaga perbankan, perkembangan dibidang perhubungan, perniagaan

dan sebagainya.

Ad.(2). Take-off Period

Fase take-off ini merupakan fase dimana penghalang-penghalang dan rintangan-

rintangan lama kearah kemajuan dan pertumbuhan perekonomian telah dapat diatasi.

Kekuatan-kekuatan dan faktor-faktor yang menuju kearah kemajuan ekonomi, seperti:

Tingkat ilmu penghetahuan, perkembangan teknologi, perkembangan perbankan,

perniagaan dan sebagainya telah meluas dan mulai menguasai kehidupan masyarakat.

Dalam fase take-off ini terdapat keadaan-keadaan (yang merupakan syarat-syarat

pada fase ini) antara lain sebagai berikut:

a. Terdapatnya kenaikan tingkat investasi dari 5 % menjadi sekitar 10 % dari

pendapatan nasional suatu negara

b. Terdapatnya satu atau beberapa sektor perekonomiannya yang berkembang

dengan pesat yang dapat menggiring perkembangan perekonomian pada

umumnya (disebut: Leading sector)

c. Terdapatnya perubahan dalam lembaga-lembaga dan kebiasaan-kebiasaan

masyarakat untuk menuju kearah kemajuan sesuai dengan keperluan

pembangunan.

Selama fase take-off ini, terdapat industri-industri baru yang berkembang dengan

cepat serta menghasilkan keuntungan-keuntungan besar, yang pada umumnya

keuntungan-keuntungan ini diinvestir kembali kedalam industri-industri atau pabrik-

pabrik baru, dan demikian seterusnya perkembangan bidang-bidang industri ini dapat

mendorong perkembangan perekonomian selanjutnya.

Didalam sektor-sektor industri dan perekonomian pada umumnya (termasuk

lapangan pertanian) telah mulai meluas pemakaian teknologi yang baru. Jadi pada fase ini

telah terdapat modernisasi dan perubahan-perubahan secara revolusioner dalam

pemakaian teknologi pada lapangan perekonomian pada umumnya. Dengan demikian

tingkat produktivitas diberbagai lapangan perekonomian mulai mencapai tingkat yang

tinggi.

Page 55: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

48

Ad.(4). Mature Economy Period

Dalam periode mature economy ini perekonomian negara yang bersangkutan

“telah matang”, dimana pemakaian ilmu pengetahuan dan teknologi yang modern telah

berkembang dan meluas keseluruh lapangan perekonomian. Pada fase ini, perekonomian

telah mencapai apa yang disebut dengan keadaan “momentum” yaitu dimana

perekonomian dalam masyarakat yang bersangkutan telah dapat berkembang atas

kekuatan sendiri.

Jadi perekonomian masyarakat dalam fase ini sudah menimbulkan kekuatan-

kekuatan pada dirinya sendiri yang disebut dengan “Self generating forces”, yaitu

kekuatan-kekuatan yang ada pada diri perekonomiannya sendiri yang mampu untuk

bergerak maju dan berkembang dengan sendirinya. Kebanyakan negara-negara barat pada

akhir abad ke 19 atau permulaan abad ke 20 telah mencapai fase mature ini, dimana self

generating forcesnya yang berupa kemajuan teknologi dan tingkat saving (yang sekaligus

tersalur pada investasi) sebesar kira-kira 10 –20 % dari pendapatan nasional yang secara

kontinu ditanam dalam berbagai proyek dan sektor perekonomian. Dengan demikian

produksi dan produktivitas didalam berbagai proyek dan sektor tersebut meningkat terus

dan tingkat konsumsi telah mencapai pada tingkat yang tinggi pula sehingga secara

keseluruhan perekonomiannya mampu bergerak sendiri kearah tingkat kemajuan

ekonomi dan kemakmuran yang lebih tinggi lagi.

Ad.(5). High Mass-Consumption Period

Pada fase ini telah tercapai suatu tingkat perekonomian dan kemakmuran yang

paling tinggi, dan perekonomian telah maju ke tingkat yang sedemikian rupa sehingga

tingkat pendapatan dan konsumsinya telah tinggi sekali. Pendapatan rata-rata tiap jiwa

meningkat terus dan sangat tinggi sekali. Umumnya setiap penduduk dalam

masyarakatnya telah memiliki tingkat konsumsi yang melampaui pemenuhan kebutuhan

pokoknya dalam hal makanan, pakaian dan perumahan.

Sektor produksi untuk barang-barang konsumsi kebutuha pokok pada umumnya

telah dapat dipenuhi sepenuh-penuhnya dan sektor produksi akhirnya telah banyak

bergeser ke arah produksi barang-barang konsumsi yang tahan lama (seperti: Mobil

mewah, Televisi, perabot yang serba lux dan sebagainya) serta produksi sektor jasa-jasa

(seperti disektor: pengangkutan, perdagangan, perbankan dan sebagainya) telah

berkembang secara meluas. Negara Amerika Serikat dan beberapa negara Eropah Barat

telah memasuki fase ini beberapa tahun kemudian setelah Perang Dunia II, sedangkan

Jepang juga telah memasuki fase perekonomian ini pada beberapa tahun terakhir ini.

Masyarakat yang berada dalam periode ini seringkali pula disebut sebagai “Affluent

Society”.

Demikianlah antara lain telah dikemukakan dengan ringkas tahap-tahap

perkembangan perekonomian menurut W.W. Rostow. Sesungguhnya tingkat

perkembangan keseluruhannya daripada suatu perekonomian pada tahap pertama adalah

sebagai akibat dari tingkat perkembangan yang berbeda dalam berbagai sektor-sektor

tertentu dalam perekonomian. Dan khusus dalam hubungan ini dapat dikemukakan

sebagai tambahan bentuk-bentuk “leading sector” yang memegang peranan penting

dalam perekonomian, yang oleh Rostow diklasifikasikannya dalam 3 katagori, Yaitu:

Page 56: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

49

a. Sektor-sektor pertumbuhan primer (primary growth sectors), yaitu sektor-

sektor dimana kemungkinan untuk innovasi atau untuk eksploitasi sumber-

sumber baru yang belum dimanfaatkan sebelumnya serta yang

menguntungkan, menghasilkan tingkat pertumbuhan yang tinggi dan dapat

menggerakkan kekuatan-kekuatan untuk ekspansi secara meluas didalam

perekonomian.

b. Sektor-sektor pertumbuhan supplementer (Supplementary growth sectors),

yaitu sektor-sektor dimana kemajuan yang pesat terjadi sebagai respon

langsung (atau sebagai suatu keperluan) dari kemajuan dalam sektor-sektor

pertumbuhan primer, misalnya perkembangan sektor produksi batu bara, besi

dan permesinan (engineering) dalam hubungannya dengan perkereta apian.

Sektor-sektor ini mungkin pula harus diikuti oleh banyak rangkaian sektor-

sektor produksi lainnya.

c. Sektor-sektor pertumbuhan yang tercipta (derived growth sectors), yaitu

sektor-sektor dimana kemajuan terjadi dalam hubungannya dengan

pertumbuhan jumlah pendapatan riil, penduduk, produksi serta pendapatan di

bidang industri atau variabel-variabel lainnya yang sejenis yang telah

meningkat. Misalnya sektor produksi bahan makanan dalam hubungannya

dengan pertumbuhan penduduk, sektor perumahan dalam hubungannya

dengan struktur keluarga dan kependudukan, dan lain-lainnya.

Secara kasarnya dapat disebutkan bahwa primary dan supplementary growth sectors

menerima dan mencapai momentumnya yang tinggi terutama dari dikemukakannya serta

dikembangkannya perubahan-perubahan dalam lingkungan Cost-supply, sedangkan

derived growth sector adalah dalam hubungannya dengan perubahan-perubahan dari segi

demand.

Page 57: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

50

Bab VIII

CARA-CARA MEMBANGUN PADA SISTEM-SISTEM PEREKONOMIAN

Negara-negara yang sekarang sudah maju perekonomiannya yang umumnya

sudah “industrialized”, dalam proses pembangunannya terdapat cara-caranya yang

berlainan satu sama lainnya. Sungguhpun demikian secara garis besarnya kita dapat

mengelompokkannya kedalam dua golongan besar sistam ekonomi dengan cara

pembangunannya sendiri, yaitu:

1. Negara-negara dengan sistem Free Enterprise Economy atau capitalist

economy.

2. Negara-negara dengan sistem Central Planning Economy atau Sosialized

Economy.

Ad (1). Negara-negara dengan sistem Free Enterprise Economy atau Caspitalist

Economy:

Pembangunan economi negara-negara yang sistem Econominya frase enterprise

ini di dasarkan atas garis-garis atau prinsip-prinsip ”Free Enterprise”, yaitu bahwa

perekonomian diatur secara bebas tanpa campur tangan langsung dari pemerintah.

Produksi dilakukan oleh oleh pihak swasta atau individu-individu dalam masyarakat

sendiri dengan dengan tujuan memperoleh profit (keuntungan) bagi dirinya sendiri.

.Demikian juga konsumsi dan diserahkan sepenuhnya pada individu-individu dan

kekuatan-kekuatan yang berlaku dalam masyarakat sendiri.

Perekonomian dan pembangunannya berjalan menurut kekuatan-kekuatan yang

berlaku dalam pasar (market mechanism) yaitu faktor demad dan supply yang terdapat

dalam pasar. Dalam hubungan ini yang lebih menentukan atau lebih dominan dalam arah

produksi ialah faktor demad. Kegiatan produksi serta distribusinya tergantung kepada

keadaan arah dari demand tersebut. Bilaman demand terhadap barang-barang tertentu

relatif lebih meningkat serta keuntungan pada usaha yang bersangkutan menjadi lebih

baik, maka pemakaian sumber-sumber produksi akan lebih banyak tertuju kearah

memperbesar supply barang-barang yang demand serta keuntungannya meningkat

tersebut.

Demikian pula sebaliknya bila demand barang-barang tertentu relatif berkurang

maka harga serta keuntungan di bidang usaha yang bersangkutan cenderung menurun

pula. Sungguhpun demikian dalam perekonomian, dari segi supply (dalam hal ini para

pengusaha) tentu selalu pula berusaha mempengaruhi demand dalam masyarakat dengan

bermacam-macam usahanya, seperti melalui: reklame, promosi penjualan, pembungkusan

yang menaik, pelayanan yang baik, dan sebagainya.

Akan tetapi secara umum dapat dikatakan bahwa jalannya perekonomian terletak

dan diserahkan sepenuhnya pada swasta dan kekuatan-kekuatan yang berlaku dalam

pasar. Proses penyesuaian demand dan supply diserahkan pada mekanisme pasar, proses

mana akan berlangsung secara otomatis dalam perekonomian. Jadi mengenai arah dan

Page 58: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

51

besarnya produksi, konsumsi dan distribusi dalam perekonomian negara yang

bersangkutan berjalan secara bebas menurut kekuatan-kekuatan yang berlaku dalam

proses tanpa adanya pengaturan dan campur tangan langsung dari pemerintah.

Didalam sistem perekonomian ini pembangunannya terutama didasarkan atas

tabungan paksaan (forced saving) yang dilakukan secara tidak langsung yaitu dengan

cara inflator yang terjadi akibat dari kebijaksanaan pemerintah melalui lembaga

perbankan dengan mempermudah pemberian kredit kepada badan-badan usaha yang

membutuhkannya. Kebijaksanaan moneter pemerintah yang mempermudah pemberian

kredit, seperti dengan memperluas jumlah kredit yang disalurkan, merendahkan tingkat

bunga, dan sebagainya yang ditunjukan untuk maksud-maksud pembangunan itu disebut:

easy money policy atau cheap money policy.

Catatan: Sebagai lawannya disebut tight money policy yaitu kebijaksanaan pemerintah

melalui lembaga perbankan yang mempersulit atau memperketat pemberian

kredit dengan mengurangi jamlah kredit yang disalurkan meninggikan tingkat

bunga dan sebagainya.

Didalam sistem free enterprice economy ini sebagaimana misalnya yang

dijalankan di Inggeris dan negara-negara eropah barat pada waktu pembangunan

ekonominya yang memegang peranan penting dalam pembangunan serta yang

meminta/memakai kredit dari Bank-bank untuk membangun dan memperluas usaha-

usaha dibidang industri dan perekonomian pada umumnya ialah para pengusaha. Hasrat

mereka untuk membangun serta memperluas perusahaan dan industri pada umumnya

memerlukam banyak modal uang, dan untuk ini mereka dengan mudah dapat

memperoleh kredit dari pemerintah melalui lembaga perbankannya. Maka dari itu kredit

perbankan itu tersalur dan dipergunakan untuk usaha-usasha yang produktif, yang

melalui suatu jangka sampai proyek yang bersangkutan menghasilkan, dialami adanya

tekanan-tekanan inflasi. Namun demikian akibat pemakaian uang kredit itu pada usaha-

usaha yang produktif, maka pembiayaan secara inflasi yang dijalankan disana itu dapat

mendorong dan menyebabkan berhasilkan pembangunan dengan meingkatnya produksi

ddan pendapatan secara keseluruhannya.

Proses pembangunan yang terjadi dan dibiayai secara inflasi itu adalah

berjalan kira-kira sebagai berikut: Dengan meningkatnya pemberian kredit dari Bank-

bank kepada berbagai bidang usaha/bidang produksi, maka uang yang beredar dalam

masyarakat semakin bertambah.

Oleh karena investasi besar-besaran yang diulakukan memerlukan proses

yang cukup lama baru dapat menghasilkan, maka supply barang-barang (produksi)

tentulah dapat mengimbangi peredaran uang yang besar tersebut melalui proses pula.

Dengan demikian selama proses tersebut harga barang-barang (produksi) akan

menigkat lebih tinggi. Kenaikan harga barang-barang ini sebagaian akan

menciptakan keuntungan yang lebih besar bagi perusahaan atau industri-industri yang

bersangkutan. Selanjutnya dalam proses pembangunannya itu, oleh para pengusaha

ditanamkan atau diinvestasikan kembali pada usaha-usaha yang produktif. Demikianlah

proses pembangunan dan proses inflasi ini terjadi terus menerus dan berulang kali, akan

tetapi ternyata pembangunannya yang terjadi membawa hasil yang memuaskan bagi

perekonomian negara-negara secara keseluruhannya.

Page 59: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

52

Disamping adanya unsur para usahawan yang bersikap serta berjiwa

produktif dan dinamis, ada faktor yang mengguntungkan lainnya yang terdapat dalam

proses pembangunan negara-negara idustri tersebut, yaitu telah mulai berkembangnya

ajaran reformasi pada agama Kristen Protestan , yang berpandangan hidup

secara”Puritanis” atau “Puritan Qualities” (nilai-nilai puritan = cara-cara hidup yang

suci murni yang dianut serta dimuliakan masyarakat pada waktu pembangunan

ekonominya. Pandangan atau ajaran tersebut ialah memuliakan serta menganjurkan agar

orang-orang (manusia) supaya bekerja keras dan hidup hemat. Orang-orang yang

terpandang dalam masyarakat menurut nilai-naiali kemasyarakatannya ialah orang-orang

yang hidup hemat dan yang dapat menyimpan atau memperbesar kekayaan sebanyak-

banyaknya. Oleh karena pandangan hidup yang demikianlah maka keuntungan serta

pendapatan yang diperoleh oleh para pengusahanya kemudian ditanam atau

diinvestasikan kembali didalam perusahaanperusahaan atau diinvestasikan kembali

didalam perusahaan-perusahaan atau diinvestasikan ke bidang usaha-usaha yang

produktif lainnya sehingga akan meningkatkan produksi, pendapatan dan kekayaan

selanjutnya. Jadi dengan adanya penumpukan pendapatan dan kekayaan tersebut berarti

terdapatnya Capital Formation untuk pembangunan yang kemudian dapat meningkatkan

produksi serat kegiatan ekonomi dan pembangunan pada umumnya.

Keadaan lainnya lagi yang memegang peranan pula dalam pembangunan

negara-negara industri yang telah maju itu ialah dalam hal pengorbanan rakyat banyak.

Yang dimaksud dengan rakyat banyak disini ialah terutama kaum buruh. Rakyat banyak

ini dikorbankan dalam usaha pembentukan modal guna keperluan pembangunan. Hal ini

terjadi sebagai akibat dari adanya proses inflasi yang terjadi berulang-ulang. Dalam

keadaan inflasi dengan naiknya harga barang-barang, maka golongan masyarakat yang

incomenya rendah dan bersifat tetap (low and fixed income group) terutama kegiatan

kaum buruh yang merupakan golongan terbesar pada waktu itu, adalah golongan yang

sangat menderita atau dirugikan.

Sebaliknya pada waktu itu organisasi serta pergerakan buruh masih lemah

sekali, sehingga buruh-buruh mudah sekali diexploitir oleh para majikannya (dalam hal

ini para pengusaha). Tingkat upah yang dapat saja ditentukan oleh sepihak oleh para

majikan dengan kurang begitu perlu mempertimbangkan tingkat hidup yang layak bagi

para buruh serta sesuai pula dengan jasa kerja yang diberikannya. Jadi tindakan kaum

majikan (dalam hal ini para pengusaha) pada waktu itu antara lain ialah berupa

penekanan terhadap tingkat income dan konsumsi rakyat banyak serendah mungkin

terutama buruh bersamaan dengan itu mengusahakan terciptanya keuntungan yang

sebesar-besarnya untuk kemudian ditujukan bagi capital formation guna ekspansi

industri-industri mereka dan pembangunan ekonomi pada umumnya.

Ad.(2). Negara-negara dengan Sistem Central Planning Economy atau Socialized

Economy

Didalam sistem ekonomi ini sumber-sumber produksi adalah merupakan milik

bersama masyarakat, maka dari itu produksi yang dijalankan dengan menggunakan

sumber-sumber tersebut oleh pemerintah atau badan-badan pemerintah (yang merupakan

wakil masyarakat ) adalah dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan serta kemakmuran

masyarakat keseluruhannya. Kegiatan-kegiatan produksi dan pembangunan

Page 60: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

53

direncanakan, diatur dan dilaksanakan menurut perencanaan secara sentral oleh

pemerintah pusat.

Pada sistem ekonomi sosialis yang extrim ( seperti Rusia, RRC ) perseorangan

atau individu dalam masyarakat tidak dibenarkan samasekali memiliki dan menguasai

sumber-sumber produksi serta menggunakannya untuk menghasilkan produksi dengan

tujuan memperoleh keuntungaan (profit). Disini segela persoalan ekonomi seperti:

produksi, konsumsi, distribusi dan sebagainya, direncanakan, ditetapkan dan diatur

langsung oleh pemerintah atau bahan-bahan pemerintah yang bersangkutan dengan

urusan tersebut.

Sebaliknya dalam perekonomian socialized yang tidak begitu extrim, disamping

usaha-usaha langsung oleh pemerintah, pihak swasta masih dibenarkan memegang

peranan dari turut serta dalam beberapa lapangan produksi tertentu dalam batas-batas

yang diatur oleh pemerintah. Yaitu terutama dalam bentuk usaha kecil-kecilan dan yang

tidak begitu besar pengaruhnya terhadap kehidupan ekonomi masyarakat dan negara.

Akan tetapi bagaimanapun juga dalam sistem ekonomi sosialis itu, kegiatan produksi

adalah untuk kemakmuran bersama atau kesejahteraan bersama bagi masyarakatnya,

bukan terbatas untuk orang-orang dalam sektor produksi yang bersangkutan semata-mata.

Hasil-hasil produksinya didistribusikan kepada masyarakat oleh pemerintah atau dibawah

pengaturan pemerintah. Pemerintah secara langsung, mengatur dan bahkan melaksanakan

produksi atau sekurang-kurangnya mengawasi langsung seluruh produksi dan

penggunaannya dalam masyarakat, yang diaturnya melalui perencanaan perekonomian

secara keseluruhannya (overall planning ), hal mana tidak terdapat dalam sistem free

enterprise economy. Diantara negara-negara yang memakai sistem socialized economy

ini dalam melaksanakan pembanggunannya ialah negara-negara Rusia dan RRC ( yang

extrim ) serta negara-negara di Eropa Timur ( yang tidak begitu extrim).

Dinegara-negara yang memakai sistem ekonomi sosialis ini dalam menjalankan

pembangunan ekonominya, terutama sistem sosialis yang extrim, cara-cara dan sumber-

sumber pembiayaan untuk membangun juga didasarkan atas penderitaan dan pengorbitan

rakyat banyak dengan melalui penekanan tingkat konsumsi (forced consumption).

Dengan adanyan penekanan terhadap tingkat konsumsi serendah mungkin, maka akan

dapat tercipta pembentukan modal (saving) yang sebesar-besarnya untuk tujuan

pembangunan.

Didalam sistem ekonomi yang sosialis ini cara-cara untuk menekan tingkat

konsumsi dapat dilakukan dengan lebih mudah karena dapat dilakukan aecara langsung

dan terkendali. Terutama dinegara-negara yang melakukan prinsip-prinsip sosialis ini

yang extrim sifatnya, cara-cara penekanan terhadap konsumsi itu dapat dilakukan dengan

paksanaan secara langsung yaitu dengan prinsip-prinsip totaliter, oleh karena semua

perusahaan atau badan usaha dibidang perekonomian adalah merupakan milik negara

atau sekurang-kurangnya dikuasai oleh negara.

Jadi secara langsung dapat ditetapkan jumlah barang-barang yang dapat

dikonsumir, sesuai dengan perencanaan dan pengaturan secara langsung mengenai arah,

jumlah dan alokasi produksi didalam lingkungan masyarakat. Pada taraf permulaan

proses pembangunan biasanya produksi barang-barang konsumsi ditekan atau dibatasi,

sehingga harga barang-barang tersebut menjadi meningkat, yang berakibat tertekannya

tingkat konsumsi dalam masyarakat. Dengan demikian pemakaian sumber-sumber

Page 61: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

54

produksi dalam jumlah besar dapat digeser kearah memperbesar produksi barang-barang

modal, yang pada periode berikutnya dapat ditunjukan untuk peningkatan produksi

barang-barang konsumsi serta proses pembangunan lebih lanjut. Jadi dalam hubungan ini

pemerintahnya dapat merencanakan dan mengatur secara langsung perimbangan

pemakaian resources dalam memproduksi barang-barang konsumsi dan memproduksi

barang-barang modal dalam setiap tahap atau periode pembangunannya dalam jangka

pendek yang merupakan bagian dari perencanaan dan pelaksanaan pembangunan jangka

panjang secara menyeluruh.

Selanjutnya dapat dikemukakan disini bahwa dalam sistem sosialis ini hal yang

paling dominant dan paling menentukan dalam hubungan dengan arah kegiatan produksi

ialah segi supply. Disini demand dalam masyarakat harus disesuaikan dengan keadaan

supply yang telah tersedia dan diatur oleh pemerintah. Jika demand terhadap sesuatu

barang tertentu tidak dapat dipenuhi oleh supply yang ada, maka permintaan yang

bersangkutan tetap tidak dipenuhi atau tidak dilayani, dan berarti harus bergeser kearah

barang-barang produksi lainnya. Jika terdapat kekurangan supply atau excess demand

terhadap barang-barang tertentu itu, maka sering kali dipakai sistem kupon (kartu) untuk

membagi-bagikan barang yang tersedia secara merata kepada masyarakat pada umumnya.

Demikianlah telah dikemukakan pula dengan ringkas cara-cara membangun

perekonomian dinegara-negara yang memakai sistem ekonomi sosialis dalam proses

pembangunanya. Pada umumnya negara-negara yang berhasil membangun perekonomian

atas dasar prinsip-prinsip sosialis ini (seperti: Rusia, RRC, dan negara-negara eropah

timur) dapat mencapai kemajuan atau dapat berhasil membangun ekonominya dalam

jangka waktu yang relatif lebih pendek atau lebih cepat. Dalam hubungan ini ada

beberapa faktor atau alasan yang menyebabkan kenapa kemajuan ekonomi atau

pembangunan ekonomi dinegara-negara sosialis tertentu itu dapat berjalan/berhasil lebih

cepat, antara lain ialah:

(a) Pembangunan yang dijalankan dinegara sosialis tertentu itu dilaksanakan pada waktu

kemudian (belakangan). Jadi negara-negara tersebut dapat banyak belajar dari

pengalaman-pengalaman yang telah dialami pada negara-negara yang membangun

perekonomiannya atas dasar prinsip free enterprise. Dengan demikian negara-negara

sosialis tertentu itu telah banyak mendapat keringanan-keringanan dan manfaat-

manfaat dalam arti tidak perlu melalui terlalu banyak kesalahan-kesalahan (dari

pengalaman-pengalaman), dengan tidak usah terlalu banyak penyelidikan-

penyelidikan atau experimen-experimen tertentu yang telah ada sebelumnya, jadi

banyak dapat mengoper dengan begitu saja cara-cara atau teknologi-teknologi yang

telah berjalan dengan baik serta menunjukkan keampuhannya.

(b) Karena cara-cara atau prinsip-prinsip pembangunannya yang dijalankan, yaitu dengan

cara sosialis yang memakai prinsip-prinsip totaliter. Selain hal demikian ini berarti

dijalankannya cara-cara paksa, juga berarti bahwa pembangunannya di “planning”

dan diatur secara langsung oleh pemerintah atau negara. Jadi dalam soal-soal

expectation atau ramalan diberbagai bidang ekonomi yang bersangkutan dengan

produksi, konsumsi dan sebagainya dapat lebih bersifat “certaintly”, sehingga dalam

pelaksanaannya proses pembangunan tersebutlebih dapat berjalan menurut rencana

dan garis-garis yang telah ditentukan sebelumnya.

Page 62: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

55

Bab IX

ARAH INVESTASI DAN KONSEP-KONSEP PEMBANGUNAN

Kita sudah mengetahui bahwa dinegara-negara underdeveloped dari segi demand

for capital terdapat vicious cycle (lingkaran yang tak berujung pangkal), yaitu:

Demand of capital

(untuk investasi)

oleh karena

produktivitas effective demand

luas pasar

real income

Dengan demikian dinegara underdeveloped tingkat penanaman modal atau invenstasi

pada berbagai sektor industri adalah sedikit. Hal ini terutama disebabkan oleh kurangnya

tenaga beli efektif (lack of effective demand) dalam masyarakat yang berarti pula

terbatasnya pasar (atau sempitnya size of the market ) untuk dapat menyerap barang-

barang yang dihasilkan.

Jika yang dialami atau yang terdapat dinegara underdeveloped adalah kekurangan

permintaan efektif dalam arti uang atau “kurangnya uang“ (disebut :lack of effective

demand in money term), maka kesukaran ini jauh lebih mudah mengatasinya, yaitu

semata-mata hanya dengan memperbesar atau menambah jumlah uang yang beredar

dalam masyarakat seperti misalnya dengan mencetak uang baru. Akan tetapi dinegara

terbelakang itu yang umum ditemui adalah kekurangan permintaan efektif dalam arti

nyata (disebut: lack of effective demand in real term). Ini berarti bahwa karena

pendapatan real yang tercermin dalam kemampuan berproduksi masyarakat adalah

rendah, maka akibatnya tenaga beli efektifnya juga rendah, sebagian besar dari produksi

dan pendapatan penduduk hanyalah tertuju untuk memenuhi keperluan akan barang-

barang konsumsi kebutuhan pokok saja. Sehingga dengan demikian bagian pendapatan

masyarakat yang dapat dipergunakan untuk keperluan-keperluan lainnya adalah perbatas

sekali. Disamping itu banyak pula hal-hal lainnya yang menyebabkan kenapa rendahnya

tenaga beli efektif dalam arti riil ini, diantaranya ialah terdapatnya berbagai rupa

pengangguran dan masih terbatasnya berbagai kegiatan investasi terutama pada sektor-

sektor industri. Dan terbatasnya kegiatan investasi ini antara lain disebabka oleh

rendahnya marginal efficiency of capital (tingkat keuntungan modal yang diharapkan

dari penanaman modal pada berbagai rupa investasi) dan relatif lebih tingginya tingkat

bunga modal, dan sebagainya.

Oleh beberapa ahli ekonomi, antara lain: W.A. Lewis, Regnar Nurkse dan

Sumitro Djojohadikusumo dikemukakan bahwa sebagai jalan keluar untuk memecahkan

Page 63: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

56

persoalan terbatasnya luas pasar dan hambatan terhadap perkembangan berbagai kegiatan

investasi ialah dengan melaksanakan konsep pembangunan yang disebut “balanced

development“ atau “balanced growth“ (pembangunan ekonomi yang seimbang).

Menurut konsep ini pembangunan yang dijalankan hanyalah dengan mengadakan

keseimbangan diantara pembangunan dan perkembangan berbagai sektor atau proyek

perekonomian, dengan perkataan lain: investasi atau penanaman modal untuk

pembangunan harus dijalankan bersamaan dengan serentak disegala lapangan dan sektor

perekonomian. Dalam hubungan ini setiap sektor atau proyek yang dibangun, setiap

cabang-cabang produksi yang dibangun haruslah bersifat saling komplementer dan saling

melengkapi satu sama lainnya.

Sebagai pokok pikiran atau dasar pertimbangan dari pada konsep belanced

development ini ialah berpangkal pada terdapatnya kebutuhan manusia yang kompeks

dan beraneka ragam. Atas dasar pertimbangan ini maka menurut konsep pembangunan

ini perkembangan atau pembangunan berbagai rupa industri atau proyek perekonomian

haruslah disesuaikan dengan perkembangan kebutuhan permintaan dan proferensi dari

pada konsumer atau masyarakat pada umumnya. Dengan adanya kenaikan produksi dan

pendapatan disuatu sektor atau proyek perekonomian maka ini akan dapat menampung

kebutuhan serta permintaan (yang meningkat) dari orang-orang yang berkerja pada sektor

atau cabamg produksi lainnya dan sebaliknya hasil-hasil dari sektor/cabang produksi ini

selanjutnya akan ditambung pula oleh sektor atau cabang produksi yang pertama yang

telah meningkat pendapatannya akibat dari kenaikan produksinya. Dan demikian

seterusnya hubungan antara lain sektor atau cabang-cabang produksi satu sama lain. Jadi

dengan demikian setiap produksi yang dihasilkan akan terjual atau akan dipasarkan dan

setiap permintaan akan pula tertampung dengan adanya pembangunan sektor-sektor atau

proyek-proyek industri yang bersifat komplementer tersebut.

Menurut beberapa ahli ekonomi seperti W.A. Lewis, dalam konsep balanced

development itu haruslah berarti adanya pembangunan yang seimbang diantara berbagai

sektor perekonomi dalam masyarakat, terutama adanya keseimbangan dalam

pembangunan sektor industri dengan pertunbuhan sektor agraria. Jadi berarti bahwa

peningkatan produksi dan pasar bagi hasil-hasil industri dan untuk hasil-hasil pertanian

haruslah berjalan dan berkembang secara seimbang. Maka dalam hubungan ini haruslah

ada sejumlah tenaga kerja yang dapat dipindahkan/disalurkan dari sektor pertanian

kesektor industri untuk diperolehnya sejumlah tenaga kerja bagi perkembangan lebih

lanjut dari pada sektor lanjut industri tersebut. Dan sebaliknya disektor agraria sendiri

perlu diciptakan perbaikan efisiensi kerja dan pemakaian teknologi yang lebih baik

sehingga dapat meningkatkan produksi dan produktivitas serta dapat dimanfaatkannya

sebagai tenaga kerja dari sektor agraria tersebut. Dapat dikemukakan disini bahwa

sebagai sarat untuk berhasilnya konsep belanced davelopment itu diantara lain ialah:

a. Harus betul-betul ada sifat komplementaritas dari tiap-tiap sektor dan proyek

perekonomian yang sedang dibangun.

b. Harus cukup tersedia modal dan sumber-sumber produksi lainnya untuk

membangun sektor/proyek-proyek perekonomian yang banyak dan beraneka

ragam dalam waktu yang bersamaan.

Page 64: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

57

c. Harus ada juga keseimbangan antara pembangunan ekonomi dengan

pembangunan sosial (social development ), yaitu perkembangan dilapangan

pendidikan, kesehatan, perumahan, sosial budaya, dan sebagainya

Sesungguhnya konsep belanced development ini mempunyai beberapa dasar atau

alasan yang cukup kuat untuk dapat dipergunakan sebagai konsep pembangunan, akan

tetapi adapula beberapa kelemahannya sebagaimana yang dikemukakan oleh beberapa

ahli ekonomi tertentu (seperti: Rossentein Rodan: “Notes on the theory of the big push”,

dan Albert O Hirschman: “The Strategi of Economic Development”). Diantara

kelemahan atau kekurangan dari konsep balanced development itu adalah sebagai

berikut:

(a) Dinegara-negara underdeveloped sumber-sumber produksi yang berupa modal dan

tenaga skills adalah sangat terbatas jumlahnya. Oleh karena itu pada suatu negara

tidaklah mungkin untuk dibangun segala sektor atau proyek perekonomian

keseluruhannya secara serentak dan dalam waktu yang bersamaan. Hal ini disebabkan

karena jika sumber-sumber produksi tersedia yang terbatas jumlahnya itu dibagi-

bagikan keseluruhan sektor atau proyek akan mendapat bagian yang kecil-kecil.

Dalam hubungan ini dapat dikemukakan bahwa pada kenyataannya kebanyakan

sektor atau proyek perekonomian tidak dapat terlaksana pembangunanya dengan

persedian sumber-sumber produksi khususnya modal yang sedikit (kecil-kecil),

akibatnya ialah pembangunan sektor atau proyek yang bersangkutan tidak terlaksana

atau banyak terbengkalai atau tertunda pelaksanaannya.

(b) Bahwa konsep balanced develpopment itu mungkin hanya tepat untuk perekonomian

yang tertutup (close economy), dimana kegiatan ekonomi negara bersangkutan

semata-mata bersumber atau berlandaskan kekuatan dalam negeri saja tanpa adanya

hubungan ekonomi dengan luar negeri. Pada perekonomian yang bersifat terbuka

(open economy) dimana terdapat hubungan ekonomi dan keuangan dengan luar

negeri dan sebagaimana yang terdapat pada negara-negara didunia pada masa ini,

maka konsep pembangunan tersebut tidak lagi berlaku seperlunya. Sebab dalam

perekonomian yang terbuka ini ada kemungkinan untuk menjual barang-barang

keluar negeri (mengekspor) sehingga kekurangan tenaga beli efektif didalam negeri

dapat dipecahkan dengan adanya pasar di luar negeri (dengan perdagangan luar

negeri). Dan sebaliknya ada kemungkinan untuk mengimpor barang-barang

(termasuk barang-barang modal) yang dibutuhkan dalam pemakaian didalam negeri

dimana barang tersebut kurang cukup dihasilkan atau tidak dapat dihasilkan sama

sekali. Sungguhpun demikian terhadap keberatan atau kelemahan yang kedua ini,

para penyokong konsep balanced development tersebut memperluas pengertian

konsepnya dengan “balanced development through foreign trade” yaitu dengan

pembangunan ekonomi yang seimbang yang memperhatikan atau memperhitungkan

pula adanya unsur perdagangan luar negeri atau hubungan ekonomi dan keuangan

dengan luar negeri tersebut.

Sebagai lawan atau bentuk yang bertentangan terhadap konsep “unbalanced

development” atau lazim disebut konsep “priority” dalam pembangunan. Menurut

Page 65: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

58

konsep ini pembangunan ekonomi itu harus dijalankan dengan memilih beberapa sektor

atau proyek tertentu yang mempunyai perioritas yang tinggi (atau skala perioritas yang

tinggi) untuk dibangun. Jadi disini sumber-sumber produksi yang tersedia yang terbatas

jumlahnya itu harus ditujukan dan dialokasikan untuk beberapa sektor atau proyek

tertentu saja yang diutamakan atau diprioritaskan untuk dibangun terlebih dahulu.

Kebijaksanaan pembangunan ini seringkali pula disebut sebagai “Strategy of economic

development” yaitu suatu strategi dalam pembangunan ekonomi dengan memilih satu

atau beberapa proyek utama serta yang paling penting artinya bagi perekonomian

keseluruhannya untuk diberi prioritas (atau diprioritaskan) dalam pembangunan,

sedangkan pembangunan sektor atau proyek lainnya baru menyusul kemudian setelah

sektor atau proyek utama dan proyek penting itu selesai dibangun.

Sektor atau proyek yang dipilih dan mendapat prioritas untuk dibangun itu akan

bersifat sangat penting bagi perekonomian negara juga sektor atau proyek tersebut

menurut perhitungan dan penilaian akan dapat memberikan efek kumulatif (efek berantai)

yang besar bagi pertumbuhan/perkembangan sektor atau proyek-proyek lainnya dan

perekonomian negara keseluruhannya.

Catatan: Dalam teori Hirschman dikemukakan bahwa dalam memilih sektor atau

proyek khususnya dibidang industri yang diprioritaskan untuk dibangun ialah yang

mempunyai efek yang kumulatif dan yang “induced” lainnya. Dalam hubungan ini dia

mengemukakan konsep-konsep “backward linkage” dan “forward linkage”. Backward

linkage sesuatu proyek industri adalah kemampuan dari industri tersebut untuk

menimbulkan/menumbuhkan industri-industri lain yang melayaninya yang menghasilkan

input (bahan-bahan yang akan diproses) yang diperlukannya. Sedangkan forward linkage

dari sesuatu industri adalah timbulnya industri-industri lain yang menggunakan output

(hasil produksi) dari industri yang bersangkutan sebagai input atau badan-badan yang

akan diprosesnya. Dengan demikian industri yang mempunyai kekuatan backward

linkage dapat kita anggap sebagai consuming industry sedangkan industri yang

mempunyai kemajaun forward linkage sebagai supplying industry. Dalam hal ini ada

empat katagori industri, yaitu:

A. Katagori pertama (backward dan forward linkage kedua-duanya kuat): Besi

dan baja, kertas dan hasil-hasilnya, bahan-bahan kimia, tekstil, hasil-hasil

karet, dan sebagainya.

B. Katagori kedua (backward linkage kuat dan forward linkage lemah): Produksi

gilingan padi, produksi kulit, produksi perkayuan, alat-alat transpor, bahan-

bahan makanan yang diproses dan sebagainya.

C. Katagori ketiga (backward linkage lemah dan forward linkage kuat):

Pertambangan logam, minyak dan gas bumi, pertambangan batubara, barang-

barang pertanian& kehutanan, dan lain-lain.

D. Katagori keempat (backward dan forward linkage kedua-duanya lemah):

Perikanan, transportasi, jasa dan perdagangan.

Page 66: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

59

Sebagai alasan dan pertimbangan kenapa konsep priority ini adalah tepat dan baik

sebagai konsep pembangunan, dikemukakan bermacam-macam hal, antara lain sebagai

berikut:

(1) Konsep ini adalah lebih tepat oleh karena pada negara-negara yang membangun pada

umumnya sumber-sumber produksi yang berupa padat modal, tenaga skill dan

sumber-sumber tertentu lainnya yang tersedia adalah terbatas. Dengan demikian

sumber-sumber produksi yang itu hanya dapat disalurkan dan digunakan untuk

membangun sektor/proyek tertentu dalam jumlah dan macamnya yang terbatas pula.

(2) Bahwa dengan memusatkan segala sumber pada beberapa sektor atau proyek tertentu

tersebut, maka satu persatu proyek atau sasaran pembangunan dapat diselesaikan.

Dan penyelesaian proyek tersebut adalah jauh lebih cepat, sehingga dengan demikian

kita akan dapat berpindah sasaran dan target suatu rencana pembangunan sektor atau

proyek ke rencana pembangunan lainnya.

(3) Dengan selesainya beberapa sektor atau proyek pembangunan dalam waktu yang

relatif lebih cepat itu, maka akan dapat diciptakan atau diperoleh kenaikan-kenaikan

produksi serta surplus produksi maupun dana pembangunan yang dihasilkannya.

Kenaikan surplus ini akan dapat digunakan lagi sebagai dana baru bagi penanaman

modal pada pembangunan sektor atau proyek lainnya yang akan dibangun menurut

perioritas berikutnya. Dan disamping itu juga tenaga-tenaga ahli yang berpengalaman

telah dapat diciptakan dan sudah semakin berkembang, baik tenaga

ahli/berpengalaman dibidang perencanaan maupun dalam bidang pelaksanaan dan

pengawasan atas jalannya pembangunan diberbagai proyek serta lapangan

perekonomian dalam rangka pembangunan.

Disamping kebaikan dan alasan-alasan yang membenarkan atas memperkuat

dipakainya konsep priority tersebut, tentu terdapat pula kelemahan-kelemahan atau

kekurangan-kekurangannya, yang antara lain diantaranya adalah:

(1) Seringkali pula penentuan proyek-proyek yang diberi prioritas untuk dibangun itu

tidak atau kurang didasarkan atas perhitungan-perhitungan ekonomis, tetapi lebih

banyak ditentukan atas dasar kepentingan atau pertimbangan sosial politis,

penyebaran pembangunan dan sebagainya.

(2) Dengan adanya penentuan prioritas tersebut, tentu ada departemen atau daerah-daerah

yang usul-usul proyek pembangunannya terpaksa ditunda atau bahkan dibatalkan. Ini

berarti kemungkinan terdapatnya kekecewaan bagi departemen atau daerah yang

bersangkutan yang merasa seolah-olah dirugikan atau dianak tirikan.

(3) Seringkali dengan konsep periority ini perhatian pemerintah lebih banyak tertuju

kepada proyek-proyek atau bidang-bidang pembangunan yang besar-besar saja dan

sebaliknya mengabaikan proyek yang kecil-kecil atau kurang menonjol, sungguhpun

ini tidak kurang pentingnya dan bahkan seringkali pula sangat mempengaruhi

jalannya perekonomian secara keseluruhannya.

Page 67: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

60

(4) Dengan konsep periority tersebut, hampir seluruh perhatian pemerintah dan

masyarakat tertuju kepada proyek-proyek atau usaha-usaha yang baru saja sehingga

sumber-sumber keuangan tertuju untuk keperluan ini saja. Sebaliknya perhatian

terhadap perbaikan serta pemeliharaan (maintenance) bagi sektor atau proyek

perekonomian yang ada sangat kurang sekali.

Ingat: Kurangnya atau hampir tidak adanya biaya pemerintah atas jalan-jalan,

gedung-gedung dan sebagainya (baik yang lama maupun yang baru) sehingga lebih

mempercepat proses kerusakan proyek-proyek pembangunan yang bersangkutan.

Page 68: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

61

Bab X

PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAN PRINSIP-PRINSIPNYA

Dalam perencanaan pembangunan, persoalannya yang utama diantaranya yang

mengenai berapa besarnya modal yang dibutuhkan, darimana diperoleh uang/modal

untuk membiayai pembangunan dan bagaimana cara-caranya dalam hal pembiayaan

tersebut. Jadi yang merupakan masalah pokok disini yang pertama ialah menentukan

berapa besarnya modal dan sumber produksi lainnya yang dibutuhkan, hal mana pertama-

tama tergantung kepada target (sasaran, tujuan)nya daripada pembangunan yang hendak

dicapai. Misalnya: dengan target sektor-sektor ekonomi dan proyek-proyek apa yang

akan dibangun, dengan target akan menaikan pendapatan nasional sebesar berapa pada

masing-masing sektor dan proyek secara keseluruhan obyek pembangunan, akan

mengadakan ekspor dan impor sebesar berapa dan sebagainya.

Kemudian setelah menetukan target tersebut, aspek yang harus

diperhatikan/diperhitungkan ialah tentang berapa besarnya faktor produksi yang

dibutuhkan. Masalah ini adalah bertalian dengan/disebut “financing in real term”

(pembiayaan dalam arti riil). Pembiayaan dalam arti riil ini adalah berupa segala

pemakaian/pengeluaran dalam menyalurkan human resources (seperti: tenaga kerja,

keahlian, pengalaman, kepemimpinan, ilmu pengetahuan dan sebagainya) dan non-

human resources (seperti: bahan-bahan mentah, tenaga mesin, alat-alat lainnya dan

sebagainya) untuk mencapai atau melaksanakan target tersebut. Tetapi didalam

money/market economy, soal pembiayaan tersebut menjelma menjadi persoalan

moneter, yaitu pembiayaan in money terms (baik dalam mata uang dalam negeri/rupiah

maupun devisa), karena umumnya cara menyalurkan resources yang dibutuhkan untuk

berproduksi dan pembangunan tersebut adalah dengan cara membeli/membayar sumber-

sumber produksi tersebut dari pemilik-pemiliknya seperti: dari buruh/pegawai, manager,

teknisi dan sebagainya, yang menerima upah, gaji, honorium dan sebagainya. Maupun

dari pemilik tanah, gedung dan sebagainya yang disewa/dibeli ataupun untuk bahan-

bahan mentah, mesin dan sebagainya yang dibeli dipasar.

Agar supaya target itu berhasil, maka planningnya haruslah disesuaikan dengan

realitas dan tidak didasarkan pada impian dan harapan-harapan belaka. Dalam hal ini

haruslah diadakan hubungan yang erat sekali antara target dan sumber-sumber/faktor-

faktor produksi yang tersedia. Jika hal tersebut tidak dilakukan atau jika rencananya

dilakukan secara terpisah-pisah/tersendiri-sendiri, maka seringkali hasilnya tidak akan

sesuai dengan apa yang direncanakan dan dicita-citakan ataupun akan gagal sama sekali.

Dalam hubungan masalah pembiayaan dan target pembangunan ini adalah penting

sekali diketahui cara-cara dan pengaturan pembiayaan tersebut dengan melalui suatu

Rencana Pembangunan Ekonomi secara menyeluruh (over all) maupun perinciannya

per sektor dan per proyek. Definisi dari Economic Planning (Perencanaan Pembangunan

Ekonomi);

“adalah suatu perencanaan dan pengaturan kegiatan-kegiatan ekonomi yang terpimpin

oleh aparatur masyarakat melalui suatu skema (bagan) yang menerangkan secara

kwantitatif proses produksi yang seharusnya dijalankan selama jangka waktu tertentu”

Page 69: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

62

Proses ini harus dipilih dan disusun sedemikian rupa sehingga terjamin

penggunaan yang sebaik-baiknya dalam keseluruhannya atas sumber-sumber yang

tersedia serta dihindarkan keperluan-keperluan yang arah dan sasarannya bertentangan

satu sama lainnya.

Mengenai perencanaan pembangunan ekonomi ini, W.A Lewis dalam bukunya:

“The Principles of Economic Planning” membagi atau mengklasifikasikan dua macam

bentuk planning, yaitu:

1. Planning through the market (perencanaan melalui pasar atau disebut pula

Planning by inducement).

2. Planning by direction (perencanaan dengan pimpinan sentral).

Ad.1. Planning through the market (planning by inducement)

Dalam perencanaan melalui pasar ini, pemerintah membuat rencana produksi dan

pembangunan perekonomian keseluruhannya dengan memelihara berjalannya pasar

bebas dan mekanisme pasar sejauh mungkin. Jadi disini pemerintah membuat

perencanaan ekonomi dan pembangunan, sasaran pembangunan, merencanakan target-

target produksi dan sebagainya. Sedangkan pelaksanaan keseluruhannya atau sebagian

besar diserahkan kepada pihak swasta dan masyarakat pada umumnya. Dalam

melaksanakan kegiatan ekonomi dan pembangunan, pemerintah disini hanyalah

mengarahkan dan mengawasi saja ataupun ilkut campur tangan secara tidak langsung,

yaitu dengan mempengaruhi dan mengawasi berjalannya mekanisme pasar, sehingga

arah dan target produksi akan berjalan sesuai dengan apa yang menjadi sasaran dan target

dalam perencanaan pembangunan ekonomi yang telah disusun.

Jadi didalam sistem planning through the market ini, pada prinsipnya

dilaksanakan kegiatan ekonomi terutama diserahkan kepada private enterprise

(perusahaan-perusahaan atau usaha-usaha perorangan/swasta) serta kekuatan

pasar/mekanisme pasar, kekuatan demand dan supply dalam pasar. Untuk mengatur serta

mengarahkan sektor produksi, pemerintah seringkali menjalankan cara-cara incentive

(yang bersifat mendorong/merangsang) dan disincentive (yang bersifat tekanan/yang

mematahkan semangat), yaitu:

1. Tindakan atau cara-cara incentive itu misalnya ialah dengan melalui/melakukan

tindakan-tindakan:

a. Pemberian subsidi seperti dengan memberikan bantuan peralatan modal,

penyaluran bahan-bahan mentah dengan harga yang murah, seperti penyaluran

pupuk, benang dan sebagainya.

b. Dengan memberikan keringanan-keringanan pajak, fasilitas kredit dengan

tingkat bunga yang rendah dan sebagainya. Pemberian-pemberian

incentive ini dimaksudkan untuk dapat mendorong/merangsang kenaikan

Page 70: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

63

produksi tertentu yang diharapkan pemerintah, sesuai dengan apa yang

direncanakan (ditargetkan).

2. Tindakan atau cara-cara disincentive, misalnya dengan:

a. Mengenakan pajak yang lebih tinggi terhadap produksi dalam negeri

tertentu.

b. Mengenakan bea masuk yang tinggi misalnya terhadap barang-barang lux,

minuman keras dan sebagainya. Segala tindakan ini dimaksudkan untuk

mengurangi atau mengekang kenaikan atau bertambahnya produksi tertentu,

yang karena hal-hal tertentu, misalnya karena tak baik bagi kesehatan,

kurangnya devisa, dan sebagainya menyebabkan lebih cepat

perkembangan/kenaikan produksinya daripada apa yang telah menjadi target

dalam rencana. Sungguhpun tindakan-tindakan ini bersifat disincentive, tetapi

disini tidak ada unsur paksaan secara langsung didalam membatasi kenaikan

atau pertambahan produksi yang bersangkutan.

Sebagai contoh tindakan pemerintah dalam planning through ini adalah sebagai

berikut: Jika pemerintah menginginkan dan merencanakan produksi menjadi lebih besar

daripada apa yang telah dihasilkan atau diperkirakan dapat dihasilkan masyarakat maka

pemerintah memberikan incentive. Misalnya: Produksi tekstil yang dapat disediakan

sebesar 400 juta meter tekstil, sedangkan yang dibutuhkan dan jadi target produksi tahun

yang bersangkutan 600 juta meter; maka untuk menaikan atau mendorong produksi

tekstil tersebut dalam masyarakat, pemerintah memberikan subsidi kepada perusahaan-

perusahaan pertekstilan, seperti berupa:

a. Penyaluran benang tenun dengan harga murah, menekan ongkos sehingga

akan dapat mendorong perusahaan yang bersangkutan untuk meningkatkan

produksinya.

b. Memberikan kredit Bank dengan bunga rendah pada usaha perstektilan dan

sebagainya.

Begitu juga misalnya jika pemerintah ingin merangsang ekspor supaya dapat

mencapai target ekspor tertentu (yang dimaksudkan untuk mencapai target penerimaan

devisa tertentu). Dalam hal ini pemerintah dapat melakukan tindakan-tindakan untuk

mendorong ekspor (disebut: expor drive) misalnya:

a. Dengan memberikan keringanan pajak ekspor

b. Memberi subsidi kepada perdagangan ekspor, atau dapat juga dengan

c. Merubah kurs mata uang asing (dengan kebijaksanaan devaluasi), sehingga ini

akan dapat mendorong ekspor.

Page 71: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

64

Catatan: Devaluasi adalah kebijaksanaan pemerintah suatu negara untuk menurunkan

nilai mata uang sesuatu negara (mata uang dalam negeri) dibandingkan dengan mata uang

luar negeri, dengan perkataan lain kurs mata uang asing dinaikan. Misalnya, semula $1,-

= Rp 2.450,- dengan devaluasi, kurs dirubah menjadi $ 1,- = Rp 2.800,- mak dengan

demikian para eksportir yang menghasilkan devisa akan mendapat rupiah (mata uang

dalam negeri) yang lebih banyak untuk setiap unit devisa hasil ekspornya, dibandingkan

dengan sebelum diadakan devaluasi.

Sehubungan dengan tindakan-tindakan dis-insentive, maka jika pemerintah ingin

mengurangi atau membatasi produksi tertentu dalam masyarakat, karena menganggap

produksi tertentu secara relatif sudah terlalu banyak atau karena supaya jangan terjadi

pemborosan biaya atau pemakaian sumber-sumber produksi kearah produksi barang-

barang yang kurang essensial dan lain sebagainya, maka dalam rencana target produksi

(persediaan produksi) tersebut dalam masyarakat diadakan rencana-rencana pembatasan

atau pengurangannya. Dalam hal ini pemerintah dapat bertindak dengan mengenakan:

(a) Pajak yang tinggi atas hasil-hasil produksi yang bersangkutan,

(b) Dalam pemberian kredit bank dibatasi jumlahnya serta dengan tingkat bunga

yang sangat tinggi.

Contoh lain adalah dalam bentuk pembatasan impor barang-barang lux atau yang sangat

lux seperti: mobil-mobil mewah, Televisi, Piano, Kulkas dan sebagainya yang umumnya

oleh pemerintah dikenakan bea impor yang sangat tinggi. Dengan demikian akan dapat

dikekang konsumsi barang-barang mewah serta dapat dihemat pemakaian devisa.

Jadi pada dasarnya dengan sistem planning ini pemerintah bertindak secara politik

moneter serta politik perpajakannya. Dalam pelaksanaan sistem planning through the

market ini, memang seringkali terjadi kesukaran-kesukaran dalam bidang produksi,

terutama karena adanya immobilitas daripada sumber-sumber produksi pada saat tertentu

dan pada lingkungan/sektor tertentu. Maka dalam hal ini, untuk sementara dapat dan

perlu dijalankan sistem penggendalian harga serta sistem kupon (penjatahan), yang

berarti tidak berjalannya mekanisme harga pada sektor-sektor atau produksi tertentu itu.

Akan tetapi tindakan ini hanyalah bersifat sementara, dan sejalan dengan itu

secepatnya harus dijalankan usaha-usaha untuk melenyapkan kekurangan-kekurangan

atau hambatan-hambatan tersebut (disebut bottlenecks) dan berusaha menaikan

supply/produksi secara effesiensi produksi. Setelah kesukaran-kesukaran serta hambatan-

hambatan tersebut dapat diatasi, maka menurut sistem planning ini jalannya

perekonomian segera harus diserahkan kembali kepada mekanisme pasar.

Ad.(2). Palanning by Direction

Dalam sistem ini terdapat pengaturan serta pimpinan secara sentral (oleh

pemerintah pusat) yang mengatur serta menguasai seluruh bidang perekonomian dalam

pelaksanaan produksi dan pembangunan ekonomi. Pemerintah pusat membuat

perencanaan-perencanaan secara menyeluruh yang mengatur proses produksi (secara

Page 72: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

65

kwantitatif) dengan target-target tertentu yang direncanakan selam jangka waktu tertentu.

Pelaksanaan pembangunannya dengan pimpinan pemerintah secara langsung.

Tetapi dalam pelaksanaannya, perencanaan yang dilakukan dengan pimpinan

secara sempurna (sepenuh-penuhnya) sukar untuk dilaksanakan. Maka dari itu dalam

pelaksanaannya umumnya diserahkan atau didelegir kepada pemerintah daerah,

perusahaan negara serta lembaga-lembaga pemerintah lainnya yang bersangkutan dengan

itu. Dalam hal ini badan-badan/lembaga-lembaga pemerintah tersebutlah yang

merencanakan, menyelenggarakan dan mengatur serta mengontrol jalannya

perekonomian secara terperinci dan ke segala bahagian-bahagiannya.

Dalam sistem planning ini pemerintah secara direct (langsung) dapat dengan lebih

nudah menyesuaikan target dengan pelaksanaan produksinya. Jika misalnya target

produksi tekstil 600 juta meter pertahun, sedangkan produksi yang dihasilkan

perusahaan-prusahaan hanya sebesar 400 juta meter, maka perusahaan-perusahaan

tersebut “dipaksakan” untuk menaikan produksinya dengan bekerja keras, dengan

menggerakan segala dana dan daya dan sebagainya menjadi 600 juta meter, bukan lagi

dengan cara memberikan insentif seperti yang terdapat dalam sistem planning through the

market. Hal ini lebih mudah dilaksanakan karena sektor produksi dimiliki dan dikuasai

oleh negara.

Sistem planning ini umumnya terdapat dinegara totaliter atau dinegara sosialis

dengan sistem central planning. Contoh utama ialah: negara Sovjet Rusia dan RRC.

Sektor industri: Misalnya dalam produksi barang-barang modal seperti mesin-mesin,

traktor, instalasi listrik, pabrik besi dan baja dan sebagainya. Pada periode

pembangunannya negara tersebut memaksakan agar produksi barang modal tersebut

sesuai dengan/dapat mencapai target yang direncanakan sungguhpun hal itu

menimbulkan penderitaan atau pengorbanan yang besar dikalangan masyarakat.

Sektor pertanian, untuk mencapai target produksi pertanian, seperti gandum, padi,

bahan-bahan mentah dan sebagainya secara direct pemerintah memaksa petani-

petani/buruh-buruh untuk bekerja keras dalam proyek-proyek pertanian pemerintah guna

dapat meningkatkan produksi (RRC: kommune) sehingga dapat mencapai target yang

dikehendaki dan direncanakan. Lain halnya dibeberapa negara sosialis laiinya seperti

Yugoslavia. Didalam karangan Prof. Sadli dan Prof. Subroto dalam judul “Tata

Ekonomi Yugoslavia” disebutkan bahwa: Ternyata disana mereka telah kembali kepada

penggunaan mekanisme pasar dalam hal mengatur jalannya perekonomian serta

pembangunan ekonomi negara tersebut. Tetapi sejalan dengan itu ada pula lapangan-

lapangan perekonomian yang semata-mata diatur dan diselenggarakan oleh negara.

Disana perusahaan-perusahaan dalam batas-batas tertentu bebas untuk menjalankan

usahanya dan bersaing dengan perusahaan-perusahaan lainnya. Dan ternyata penggunaan

mekanisme pasar pada (sebagian besar) lapangan perekonomian di Yugoslavia itu

didalam membangun perekonomiannya telah membawa hasil yang gemilang. Jadi

sungguhpun negara Yugoslavia itu merupakan negara sosialis, tetapi dialam pengaturan

perekonomiannya serta membangun ekonominya, mereka menggunakan sistem planning

tersebut secara simultan, yaitu pada lapangan-lapangan ekonomi dapat dipakai prinsip

planning through the market sedangkan pada lapangan ekonomi lainnya dipakai sistem

planning by direction.

Page 73: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

66

Bab XI

SUMBER-SUMBER PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

Sumber-sumber pembiayaan pembangunan suatu negara yang mempunyai

struktur ekonomi yang bersifat terbuka, dan dilihat dari segi asalnya pembiayaan tersebut

dapat dibagi atau dikelompokkan dalam dua bagian besar, yaitu:

1. Sumber-sumber pembiayaan yang berasal dari dalam negeri (Domestic

Financial/Financing Resources).

2. Sumber-sumber pembiayaan yang berasal dari luar negeri (Foreign Financial

Resources )

Ad.1. Domestic Financial Resources

Yang termasuk didalam golongan Domestic Financial Resources ini adalah

sebagai berikut:

(1) Tabungan yang bersifat sukarela (voluntary saving), yaitu berupa:

a. Personal Saving (tabungan perseorangan) yaitu bagian daripada

pendapatan perseorangan yang dilakukan secara sukarela, disimpan

sendiri dirumah atau disimpan di Bank dan sebagainya. Y = C + S,

berarti S = Y – C

b. Business Saving (oleh pemerintah), terutama berupa bagian dari

keuntungan perusahaan yang tidak dibagikan kepada peserta

perusahaan, tapi disimpan dalam perusahaan sebagai cadangan atau

untuk memperluas usaha perusahaan.

c. Public Saving (oleh pemerintah), yaitu berupa penerimaan dalam

negeri dikurangi pengeluaran rutin pada APBN atau dapat

dilambangkan sebagai (T – G). Dimana T = Penerimaan pemerintah

dari Pajak (langsung & Tak langsung) plus penerimaan bukan pajak.

Sedangkan G = Pengeluaran rutin pemerintah seperti Gaji Pegawai,

Pensiunan dan sebagainya, ataupun berupa bagaian dari pengeluaran

pemerintah yang tidak ditujukan terhadap pengeluaran barang-barang

konsumsi, akan tetapi tertuju sebagai investasi dalam pembangunan

oleh karena ia merupakan bagaian dari Anggaran Negara.

(2) Tabungan Secara Paksa/terpimpin (forced saving). Dapat berupa tindakan-

tindakan pemerintah yang dilakukan dengan jalan:

Page 74: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

67

a. Inflasi

b. Perpajakan

c. Kerja Paksa (dengan pengerahan forced labour) atau pengerahan

tenaga disguised unemployment.

(3) Pinjaman Negara (public borrowing) yaitu berupa pinjaman yang dilakukan

oleh pemerintah kepada masyarakat, dengan pengeluaran surat-surat obligasi

pemerintah (sukarela) dan bisa juga secara paksa seperti dengan sanering

uang, pembekuan sebagian uang simpanan di Bank.

(4) Foreign Trade Earning, yaitu berupa penerimaan atau pendapatan yang

berupa devisa, sebagai hasil dari perdagangan luar negeri atau hasil ekspor

produksi dalam negeri keluar negeri.

Ad.2. Foreign Financial Resources

Yang termasuk didalam golongan sumber-sumber pembiayaan luar negeri

(Foreign Financial Resources) ini adalah sebagai berikut:

(1) Pinjaman/kredit luar negeri (foreign loans atau foreign credits) adalah

berupapinjaman-pinjaman/kredityang berasal dari luar negeri baik dari badan-

badan partikulir, dari pemerintah negara lain/asing ataupun dari badan-badan

internasional seperti:

IMF (International Monetary Fund = Dana Moneter Internasional). IBRD (International Bank for Reconstruction and Development = Bank Dunia)

ADB (Asian Development Bank = Bank Pembangunan Asia)

a. Pinjaman Biasa, yaitu pinjaman yang harus dibayar oleh negara yang

bersangkutan/peminjam dalam jangka waktu tertentu ataupun setelah

habisnya suatu jangka waktu tertentu sesuai dengan kontrak, dengan

membayar bunga tahunannya dan seluruh jumlah pinjamannya.

b. Production Sharing, yaitu berupa pinjaman dan kerjasama

pembangunan proyek-proyek/industri/industri tertentu, yang pembayaran

kembali atau pengembalian pinjaman tersebut beserta bunganya adalah

dari/dibayar dengan hasil langsung proyek-proyek atau industri-industri

yang bersangkutan.

(2) Penanaman Modal asing (Foreign Investment), yaitu penanaman

modal/investasi modal langsung dari luar negeri kedalam proyek-proyek

pembangunan tertentu, seperti pada lapangan usaha ekonomi, contoh dalam

bidang Pertambangan, Perkebunan, Industri besar seperti Ban Mobil serta

perlengkapannya, bahan-bahan kimia dan lain sebagainya.

(3) Pemberian Luar Negeri (Grants atau Donations). Pemberian luar negeri

yang dapat berupa pemberian dana/uang maupun dalam bentuk barang-barang

Page 75: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

68

modal dan barang-barang konsumsi. Donasi ini dapat diberikan oleh pihak

pemerintah atau badan-badan swasta luar negeri (rockefeller Fondation, Ford

Fondation dan sebagainya) ataupun badan-badan internasional seperti dalam

bentuk “Colombo Plan”.

Yang ditinjau/diuraikan lebih lanjut hanyalah beberapa sumber pembiayaan dan

hal-hal yang sehubungan dengan itu, yang memegang peranan penting dalam

pembangunan ekonomi negara-negara terbelakang. Pertama-tama sumber-sumber

pembiayaan berupa forced saving dengan jalan “inflasi”.

Pembiayaan dengan cara “inflasi” ini merupakan forced saving oleh karena

pembiayaan cara ini seperti dengan pencetakan uang (money creation) serta peredarannya

yang lebih banyak dalam masyarakat, akan menyebabkan terjadinya “inflasi” yaitu

berupa kenaikan-kenaikan tingkat harga yang terjadi terus menerus. Hal ini menyebabkan

terjadinya “saving” secara paksa dalam masyarakat dalam arti bahwa adanya

pengurangan/penurunan tingkat konsumsi (riil) dari masyarakat, yang timbul karena

terpaksa akibat dari kenaikan-kenaikan harga tersebut.

Misalnya, dengan pengambilan uang maka oleh pemerintah pada bank atau

dengan mencetak uang baru guna membiayaai pembangunan (pada kebijaksanaan deficit

financing oleh pemerintah), maka uang yang beredar dalam masyarakat bertambah. Oleh

karena itu tambahan peredaran uang itu belum dapat ditampung atau diimbangi

dengan/oleh persediaan barang-barang dalam jangka pendek, maka harga-harga akan

naik. Hal ini mengakibatkan berkurangnya kemampuan masyarakat untuk mengkosumer

barang-barang yang berarti tingkat konsumsi menjadi tertekan. Tertekannya atau

berkurangnya konsumsi (riil) ini berarti seolah-olah adanya kenaikan tingkat saving

dalam masyarakat, sungguhpun hal ini sudah diciptakan/diambil sebelumnya oleh

pemerintah, berupa cetakan uang baru atau pinjam uang dari Bank-bank: Y = C + S

(seolah-olah).

Mengenai sebab-sebab (sumber-sumber) yang menimbulkan terjadinya inflasi ada

bermacam-macam:

a. Ada yang Dari segi demand, seperti: karena semakin banyaknya peredaran

uang atau supply uang yang beredar dalam masyarakat akibat pengeluaran

pemerintah dengan menciptakan uang baru serta perluasan kredit oleh Bank-

bank, karena kenaikan money income dalam masyarakat, pertambahan

pengeluaran (uang) perusahaan-perusahaan, karena kenaikan penerimaan hasil

ekspor dan sebagainya.

b. Ada yang Dari segi supply, yaitu karena sulitnya menaikkan produksi. Hal ini

disebabkan antara lain, karena faktor-faktor produksi yang tersedia terbatas

atau kuarang sekali; kurangnya mesin-mesin/peralatan modal yang ada,

kurangnya tenaga-tenaga buruh yang terlatih dan terdidik, kurangnya tenaga-

tenaga skill, masalah kesulitan transport dan sebagainya.

Sungguhpun ada banyak sumber-sumbernya, tetapi yang memegang peranan

penting sebagai sumber pembiayaan pembangunan yang menyebabkan tekanan-tekanan

Page 76: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

69

inflasi dari segi demand khusus dari segi kebijaksanaan pemerintah adalah 3

sumber/sebab, yaitu:

(1) Sumber dari sektor Perbankan

Kebijaksanaan pemerintah dalam hal mempermudah dan memperbesar pemberian

kredit oleh Bank-bank. Kebijaksanaan ini disebut: Easy Money Policy (sebagai

lawannya adalah tight money policy). Hal ini pada umumnya sehubungan dengan

atau berdasarkan pada permintaan-permintaan/kebutuhan-kebutuhan akan kredit yang

besar pada perusahaan-perusahaan/pihak-pihak swasta maupun perusahaan negara

guna melaksanakan kegiatan-kegiatan atau usaha-usahanya dalam bidang industri,

perdagangan dan sebagainya.

(2) Sumber dari sektor Pemerintah

Kebijaksanaan pembangunan pemerintah dengan menjalankan pembiayaan melalui

Anggaran Belanja Negara yang defisit. Dalam hal ini sungguhpun penerimaan

pemerintah tidak begitu besar, akan tetapi pengeluarannya untuk keperluan

pembangunan dan sebagainya adalah jauh lebih besar ( G < T ). Dan pada umumnya

ini terjadi dengan mencetak uang baru pada Bank Sentral. Kebijaksanaan ini disebut:

“Deficit Financing Policy”. Kebijaksanaan ini banyak sekali dijalankan oleh negara-

negara yang sedangmembangun perekonomiannya.

(3) Sumber dari sektor Perdagangan Luar Negeri

Kebijaksanaan perdagangan luar negeri dapat menghasilkan lebih banyak ekspor dari

impor dalam jumlah yang besar. Demikian pula kenaikan harga bahan-bahan mentah

secara drastis akan dapat berakibat surplus ekspor. Kesemuanya akan berakibat

meningkatnya penerimaan devisa, dan semakin besar/banyaknya uang yang beredar

didalam negeri.

Page 77: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

70

Bab XII

INFLASI DAN PEMBANGUNAN

Pada negara-negara yang sedang membangun banyak dijumpai cara-cara

pembiayaan pembangunan perekonomiannya dengan cara inflasi tersebut. Akan tetapi

dalam hal ini kita harus membedakan dua keadaan, yaitu:

1. Adanya tekanan-tekanan inflasi (Inflation pressures atau repressed

inflation).

2. Adanya inflasi yang tak terkendalikan (Open inflation atau run away

inflation atau hyper inflation).

Pada umumnya pada negara-negara yang sedang menjalankan pembangunannya

selalu dialami tekanan-tekanan inflasi, dengan perkataan lain inflasi itu merupakan suatu

hal yang wajar dan tidak dapat dihindarkan. Hal ini disebabkan oleh karena didalam

proses pembangunan itu selalu dikeluarkan pembiayaan-pembiayaan yang besar (yang

pada kebanyakan hal dari pencetakan uang baru) untuk membangun industri-industri atau

proyek-proyek pembangunan lainnya. Sebaliknya kenaikan produksi tidak dapat dicapai

dalam jangka waktu yang pendek. Akibatnya ialah tidak lagi terdapat perimbangan antara

supply uang yang beredar dengan persedian barang-barang, sehingga terjadi kenaikan-

kenaikan harga. Akan tetapi kenaikan-kenaikan harga ini akan dapat ditanam atau ditekan

kembali bilamana produksi dari proyek-proyek pembangunan itu telah dapat

mengimbangi jumlah uang yang beredar lagi (kembali).

Oleh karena itulah maka banyak orang-orang berpendapat bahwa pembiayaan

dengan inflasi serta tekanan-tekanan inflasi itu sendiri didalam batas-batas tertentu dan

selama masih dapat dikendalikan, masih dapat dipertanggung jawabkan dan dapat

membawa kehidupan ekonomi kearah yang lebih majau dan tingkat hidup yang lebih

tinggi.

Akan tetapi bilamana pembiayaan dengan inflasi itu sangat besar sekali serta

bilamana inflasi itu sudah menjelma menjadi inflasi terbuka (open inflation) atau run-

away inflation yang tidak terkendalikan, yaitu bilaman terjadi kenaikan harga barang-

barang/produksi dan ongkos-ongkos produksi terus menerus, dengan perkataan lain:

Terjadi kejar mengejar antara kenaikan upah dan ongkos-ongkos produksi lainnya dengan

harga barang-barang, maka dalam keadaan ini seluruh perekonomian dan kehidupan

masyarakat akan terancam.

Kalau terjadi hal yang demikian ini, maka akan banyak menimbulkan efek-efek

yang buruk akibat inflasi tersebut, seperti antara lain:

(a) Tekanan beban hidup masyarakat serta penderitaan rakyat banyak pada

umumnya, yaitu rakyat yang berpendapatan rendah dan berpendapatan tetap.

Page 78: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

71

(b) Kurangnya hasrat pengusaha untuk bergiat dibidang produksi/industri dan

umumnya lebih menyukai usaha-usaha dagang serta usaha-usaha lainnya

dimana keuntungan yang besar dapat diperoleh dengan cepat.

(c) Banyak/sering terjadinya usaha-usaha manipulasi dan spekulasi dalam barang-

barang kebutuhan masyarakat.

(d) Suasana inflasi itu akan menghambat/memacetkan banyak usaha-usaha

dibidang pembangunan, karena melesetnya kalkulasi biaya pembangunan

tersebut.

(e) Inflasi tersebut akan mengurangi/menyebabkan tidak adanya keinginan untuk

menabung, dan lain sebagainya.

Oleh karena terjadinya akibat-akibat/efek-efek yang buruk sebagai akibat dari

adanya inflasi (open inflation) yang tak terkendalikan itu, maka dalam hal ini pemerintah

perlu segera/cepat bertindak. Tindakan-tindakan atau kebijaksanaan pemerintah didalam

membendung/mengatasi inflasi tersebut ada bermacam-macam, yang pada garis besarnya

dapat digolongkan kedalam 3 macam tindakan:

(1) Kebijaksanaan atau tindakan-tindakan moneter

(2) Kebijaksanaan atau tindakan-tindakan fiskal

(3) Kebijaksanaan atau tindakan-tindakan non-moneter

Ad.(1). Tindakan-tindakan Moneter (Monetary Measures)

Tindakan-tindakan moneter untuk mengekang atau mengatasi inflasi ini

merupakan tindakan yang sudah biasa/lazim dijalankan, maka dari itu seringkali disebut:

Tindakan yang konvensionil. Kebijaksanaan ini sebagain besar merupakan kebijaksanaan

yang dijalankan dan diatur oleh Bank sentral dalam hal membatasi/mengurangi kredit dan

uang yang beredar dalam masyarakat. Kebijaksanaan moneter ini, anatara lain dapat

berupa:

a. Menaikan tingkat bunga (politik diskonto)

b. Politik pasar terbuka (open market operations)

c. Menaikan/menurunkan ratio (reserve requirement).

Ad.(a). Politik Diskonto

Dengan menaikan/menurunkan tingkat bunga berarti akan menaikan ongkos

peminjam atau kewajiban membayar bunga yang lebih tinggi bagi para

peminjam/pengusaha-pengusaha. Hal ini akan mengakibatkan naiknya ongkos produksi,

sehingga keuntungan yang diharapkan dari penjualan produksi akan menjadi semakin

berkurang/kecil. Dengan demikian jika tingkat bunga semakin tinggi, maka akan

mengakibatkan tertahannya atau berkurangnya kegiatan-kegiatan ekonomi yang

pembiayaannya didasarkan atas pinjaman dari badan pengkreditan (bank) tersebut.

Page 79: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

72

Dengan berkurangnya peminjaman uang atau kredit tersebut, berarti

berkurangnya jumlah uang beredar dan effective demand dalam masyarakat, sehingga

akan dapat mengurangi inflasi.

Ad.(b). Politik Pasar Terbuka

Politik pasar terbuka ini merupakan kebijaksanaan bank sentral dengan

membeli/menjual surat-surat berharga pemerintah seperti obligasi negara kepada

masyarakat. Dengan penjualan surat-surat berharga ini akan mengakibatkan

berkurangnya jumlah yang beredar tersebut (money supply) ditangan masyarakat, akan

menyebabkan berkurangnya effective demand atau permintaan efektif masyarakat

terhadap barang-barang. Sehingga ini akan bertendensi/berakibat turunnya harga barang-

barang atau bertahannya kenaikan harga barang-barang yang berarti inflasi akan dapat

ditekan atau dikurangi.

Ad.(c). Menaikkan Cash Rartio

Cash Ratio (reserve requirement) ini adalah perbandingan antara jumlah uang

cash/tunai serta tagihan di Bank sentral yang harus tersedia pada Bank dagang

dengan jumlah demand deposits (uang giro atau kredit) yang dapat diberikan oleh Bank

yang bersangkutan.

Jadi dengan politik menaikan Cash Ratio ini akan mengurangi kemampuan bank-

bank tersebut didalam memberikan kredit potensiil, sehingga jumlah kredit yang dapat

dikeluarkan dan diberikan oleh Bank-bank dalam bentuk giro tersebut menjadi berkurang

(turun). Hal ini akan mengakibatkan berkurangnya money supply dalam masyarakat

sehingga dapat menekan atau mengurangi inflasi.

Ad.(2). Tindakan-tindakan Fiskal (Fiscal Measures)

Tindakan fiskal ini dalam arti sempit adalah khusus yang bertalian dengan

perpajakan. Tetapi dalam arti luas termasuk atau meliputi semua tindakan-tindakan

pemerintah yang berhubungan dengan:

a. Pengeluaran Pemerintah (Government Spending)

b. Perpajakan (Taxes)

c. Pinjaman Negara (Public Borrowing)

Dalam masa inflasi pemerintah haruslah mengurangi/menekan pengeluarannya

atau melakukan penghematan dalam pembelanjaannya. Pengeluaran-pengeluaran yang

tak begitu urgent atau bersifat konsumtif harud ditekan menjadi seminimum mungkin,

sehingga akan dapat menghambat atau memperkecil jumlah uang yang beredar dalam

masyarakat. Bagi negara-negara yang sedang membangun dan negara-negara yang

menghadapi bahaya perang adalah sukar sekali untuk menekan/mengurangi pengeluaran

pemerintah itu. Tetapi bilaman inflasi yang terjadi sangat mengancam perekonomian dan

penghidupan masyarakat, maka boleh dikatakan tidak dapat tidak atau harus pengeluaran

pemerintah (lebih-lebih yang bersifat konsumtif) tersebut ditekan atau dibatasi dan

Page 80: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

73

bilamana pemerintah masih menambah anggaran pengeluarannya dalam masa itu adalah

sangat tidak tepat dan kurang bijaksana sekali.

Usaha-usaha lain untuk mengurangi uang yang beredar serta

menekan/membendung inflasi ialah dengan menaikan pajak dari pada masyarakat yang

berarti menambah penerimaan negara. Jadi dengan peningkatan pajak ini, maka

pendapatan masyarakat berkurang, sehingga kemampuannya dalam membeli barang-

barang atau tenaga beli efektifnya akan semakin berkurang, sehingga akan dapat

menekan atau mengurangi inflasi.

Bentuk lain pada kebijaksanaan fiskal dalam arti luas ini ialah dengan

mengadakan pinjaman negara. Hal ini biasanya/seringkali dilakukan dalam bentuk

pinjaman paksaan dengan jalan senering uang, pengguntingan uang, membekukan

sebagaian simpanan masyarakat pada Bank-bank, dan lain sebagainya. Jadi ini juga akan

berekibat berkurangnya money supply yang beredar dalam masyarakat sehingga akan

dapat menekan kenaikan harga atau membendung inflasi.

Selama masa inflasi itu, untuk mengatasi agar supaya situasi ekonomi/keuangan

jangan menjadi lebih memburuk lagi , maka tindakan yang bijaksana yang perlu

dijalankan pemerintah ialah dengan mengusahakan penyerapan uang dari masyarakat

dalam bentuk penerimaan pemerintah, terutama dengan dengan melalui Pajak-pajak.

Untuk ini biasanya macam dan struktur pajak yang lama tetap dipertahankan serta

mengusahakan peningkatan pungutan pajak dari masyarakat dan berusaha menggali

sumber-sumber pajak baru pada golongan-golongan/lapangan-lapangan yang masih

memungkinkan untuk itu.

Sebagai pengecualian daripada prinsip yang umum dalam politik perpajakan

dalam masa inflasi, yaitu berapa kebijaksanaan struktur pajak serta menaikan tingkat-

tingkat pajak, ialah dalam hal: Pajak import (tariff). Pajak import sedapat mungkin perlu

diturunkan, agar dengan demikian dapat diperbesar supply barang-barang didalam negeri.

Disamping itu dengan adanya kenaikan impor itu akibat penurunan pajak impor tersebut

maka bagian dari money income didalam negeri akan mengalir keluar negeri untuk

pembeli barang-barang impor tersebut menjadi semakin besar, sehingga dengan demikian

akan mengurangi aliran money income, money supply dan effective demand didalam

negeri.

Jadi kenaikan impor (tambahan barang-barang impor) dalam masa inflasi antara

lain dengan jumlah penurunan pajak impor tersebut perlu dijalankan, terutama dalam hal

impor barang-barang konsumsi yang mengalami tekanan inflasi yang hebat/terbesar. Dan

kenikan impor ini tentu terutama harus dibayar dengan atau perlu diimbangi dengan

kenaikan ekspor. Oleh karena usaha-usaha memperbesar impor ini dibatasi oleh

persedian devisa yang ada serta hasil-hasil ekspor yang berupa devisa, maka tindakan-

tindakan dorongan terhadap ekspor (export drive) untuk memperbesar penerimaan devisa,

perlu diusahakan pula antara lain dengan memberikan subsidi atau pinjaman bagi usaha

ekspor, keringanan-keringanan pajak ekspor, alokasi devisa untuk exportir produsen, dan

lain sebagainya.

Ad.(3). Tindakan-tindakan Non Moneter (Non-Monetary Measures)

Tindakan-tindakan non-moneter yang bertujuan untuk memerangi inflasi yang

terpenting diantaranya ialah berupa:

Page 81: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

74

(a) Penyesuaian output (output Adjustment), yaitu dengan meningkatkan

produksi.

(b) Pengendalian harga serta sistem distribusi (price control and rationing).

Ad.(a). Output Adjustment

Kita mengetahui bahwa inflasi itu timbul karena kurangnya produksi atau supply

barang-barang yang tersedia dibandingkan dengan money supply yang merupakan

permintaan efektif pada tingkat harga umum yang berlaku, sehingga mengakibatkan

terjadi kenaikan-kenaikan harga. Oleh karena itu tindakan-tindakan dengan menaikan

produksi merupakan pemecahan utama untuk mengatasi persoalan inflasi. Yang jadi

persoalan pertama-tama adalah sampai berapa banyak dan berapa cepatnya produksi total

dapat dinaikan dalam jangka waktu pendek. Ada beberapa faktor atau hal yang

membatasi kenaikan output ini, yaitu misalnya ialah: full utilization of resources yaitu

telah digunakan/dipakai sepenuhnya sumber-sumber serta alat-alat produksi yang

tersedia.

Meskipun demikian masih ada kemungkinan untuk menaikan produksi barang-

barang tertentu dan mencegah penurunan produksi total dalam keadaan full utization

(employment) of resources tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan jalan

menggeser/mengalihkan sumber-sumber produksi yang telah digunakan/dipekerjakan

dari produksi yang kurang sensitif, kurang mudah terpengaruh oleh inflasi kepada

produksi yang lebih sensitif terhadap inflasi. Output (produksi) barang-barang tertentu,

seperti: bahan makanan, pakaian dan lain-lainnya yang ada dalam keadaan dan jumlah

persediaan yang kurang sekali, dapat ditingkatkan dengan menjalankan atas dasar sistem

perioritas, dengan pengaturan allokasi bahan-bahan mentah serta produksi dan dengan

pemberian subsidi, dan lain sebagainya.

Oleh karena itu usaha-usaha yang praktis untuk menaikkan produksi dalam jangka

waktu pendek dalam masa inflasi pada keadaan full utilization tersebut, haruslah

ditunjukkan terutama kepada usaha-usaha peningkatan barang-barang tertentu yang

kurang sekali persediaanya (short supply) dan yang gerakan harganya sangat besar

pengaruhnya terhadap perekonomian keseluruhannya. Dan dalam jangka panjang

tentulah dengan mengusahakan penambahan atau perluasan peralatan produksi, areal

pertanian, infrastruktur, dan lain sebagainya yang berhubungan dengan peningkatan

produksi serta arus barang-barang.

Disamping usaha tersebut diatas kadang-kadang dianjurkan untuk menaikan

output dengan jalan: bekerja lebih lama (longer hours of work). Tetapi tindakan ini

bukanlah cara pemecahan yang realistis didalam masa normal (tidak masa perang), dan

terutama dinegara-negara dimana organisasi serikat-serikat buruhnya kuat atau turut

memegang peranan penting atas jalannya roda produksi. Disamping itu uang lembur yang

dikeluarkan/digunakan untuk jam-jam kerja lembar tersebut akan menaikan pula

penerimaan masyarakat, yang berarti kenaikan effective demand, sehingga seringkali

akan meniadakan arti daripada tindakan anti inflasi (mengatasi inflasi) tersebut tadi.

Page 82: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

75

Ad.(b). Price Control and Rotioning

Tindakan mengekang inflasi dengan pengendalian harga ini ialah dengan

menetapkan suatu batas harga maximal bagi barang-barang yang diperdagangkan. Disini

pemerintah langsung menetapkan harga tertinggi, diatas batas mana barang-barang tidak

boleh dinaikan harganya. Biasanya pengendalikan harga ini ditujukan untuk menghambat

effek komulatif dari suatu inflasi yang berupa run-away inflation, yaitu keadaan infalsi

yang tidak terkendalikan dimana terjadi kenaikan harga yang terus menerus, baik harga

barang-barang jadi maupun harga sumber-sumber produksi dan faktor-faktor produksi

lainnya.

Sebagai akibat dari pengendalian harga ini, maka biasanya pada tingkat harga

yang ditetapkan itu terjadi excess demand, yaitu jumlah permintaan lebih besar daripada

supply barang yang tersedia. Oleh karena itu tindakan pengendalian harga itu biasanya

selalu diberengi dengan sistem pembagian jatah (rationing). Barang-barang yang

dihasilkan dalam masyarakat dibagi-bagikan dalam melalui kupon-kupon jatah yang

didistribusikan menurut pertimbangan-pertimbangan atas dasar kebutuhan, besarnya

keluarga, prestasi kerja dan sebagainya.

Seperti kita ketahui pengaruh moneter yang berupa pertambahan peredaran uang

dalam perekonomian dapat berakibat tekanan inflasi dan pertambahan pendapatan uang

dalam masyarakat. Meskipun demikian tekanan inflator dan pertambahan money income

tersebut bisa tidak menjelma menjadi inflasi, bilaman hasil produksi barang-barang serta

arus barang-barang dalam masyarakat segera dapat diperbanyak dan mengimbangi pula.

Sehubungan dengan ini seringkali dikemukakan pendapat bahwa defisit dalam

Anggaran Belanja Negara (defisit spending) merupakan sebab dari pada terjadinya

inflasi. Sebenarnya pendapatan dan kesimpulan demikian tidaklah benar sepenuhnya dan

malahan kadang-kadang tidak tepat. Memang dibeberapa negara underdeveloped defisit

dalam Anggaran Belanja Negara inilah yang seringkali merupakan faktor inflator yang

terbesar, sehingga ada gagasan bahwa untuk memberantas inflasi harus dilakukan dengan

menjalankan politik AB “Anggaran Berimbang” yang seimbang (balanced budget)

ataupun dengan Anggaran Belanja yang surplus ( T > G ). Akan tetapi harus diingat

bahwa kegiatan perekonomian, pembangunan ekonomi dan perekembangan moneter

harus dilihat dalam hubungan timbal balik dan secara menyeluruh.

Maka dari itu dalam melihat efek-efek inflasi serta pengaruh moneter terhadap

perekonomian dan produksi, harus ditinjau sektor-sektor yang memegang peranan

penting dan sangat berpengaruh didalam perekonomian/moneter negara, yaitu:

1. Sektor perdagangan luar negeri (export dan import)

2. Sektor pemerintah (pendapatan dan pengeluaran negara)

3. Sektor partikulir (investasi dan saving masyarakat sendir/swasta).

Ad.(1). Sektor Perdagangan Luar Negeri

Dinegara underdeveloped, perdagangan luar negeri (export dan import)

mempunyai pengaruh moneter yang besar terhadap perekonomian dalam negeri. Dalam

sektor ini, faktor ekspor barang-barang dan jasa-jasa merupakan faktor yang

menyebabkan kita menerima pendapatan uang (berupa devisa) dari luar negeri ini

Page 83: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

76

disebut: Income Generating Factor (faktor yang membentuk income dalam

masyarakat). Sebaliknya import barang-barang dan jasa-jasa menyebabkan adanya

pengaliran uang keluar negeri atau akan terhisapnya uang didalam negeri untuk

pembayaran impor tersebut, ini disebut: Income destroying factor (faktor yang

menghabiskan atau menyerap income uang dalam masyarakat). Maka bilaman ekspor

melebihi Impor ( X > M ) akan menimbulkan efek inflator, sedangkan bilaman impor

lebih besar daripada ekspor ( M > X ) akan bertendensi timbulnya efek deflator.

Ad.(2). Sektor Pemerintah (Pendapatan dan Pengeluaran Negara)

Perkembangan sektor pemerintah ini memegang peranan penting dan berpengaruh

besar pula atas situasi ekonomi dan moneter didalam negeri. Dalam sektor ini

pengeluaran pemerintah merupakan income generating factor, yaitu membentuk

pendapatan didalam masyarakat. Sedangkan penerimaan pemerintah merupakan income

destroying factor karena dengan penerimaan pemerintah tersebut yang melalui

bermacam-macam pajak dan sebagainya akan menyerap uang dan money income dari

masyarakat.

Oleh karena itu bilamana pengeluaran pemerintah lebih besar daripada

penerimaannya ( G > T ), maka akan menimbulkan efek-efek inflator, sedangkan

bilamana penerimaan pemerintah lebih besar dari pada pengeluarannya ( T > G ) akan

bertendensi timbulnya efek-efek deflator dalam perekonomian negara.

Ad.(3). Sektor Partikulir (Swasta)

Yang dimaksud dengan sektor partikulir disini ialah sektor yang faktor-faktornya

membentuk dan menyerap income dalam masyarakat sendiri, yang dalam hal ini berupa

faktor-faktor Investasi dan Saving (I dan S) dari masyarakat. Faktor investasi merupakan

income generating factor, karena dengan investasi tersebut akan timbul atau tercipta

pertambahan pendapatan uang dalam masyarakat. Sebaliknya faktor saving merupakan

income destroying factor karena dengan S tersebut akan timbul kebocoran daripada

aliran income atau akan terhisapnya money income dari masyarakat.

Jadi bilamana investasi dalam masyarakat dapat dibiayai dengan saving

masyarakat sendiri ( I = S ), maka tindakan akan menimbulkan efek-efek inflasi maupun

deflasi. Dan bilamana investasi masyarakat lebih besar daripada saving yang dapat

dijalankan/dihimpun tidak cukup untuk dapat membiayai investasi ( I > S ) akan

menimbulkan efek-efek inflasi. Sedangkan bilamana saving melebihi investasi yang

dijalankan ( S > I ) ini akan mempunyai efek-efek deflator dalam perekonomian negara.

Kesimpulan:

Didalam perekonomian negara sehubungan dengan kestabilan dan moneternya,

terdapat 3 sektor utama yang masing-masing sektor tersebut dapat menimbulkan

kekuatan atau efek inflator maupun deflator. Akan tetapi masing-masing sektor tersebut

belum tentu merupakan faktor yang positif didalam menentukan apakah timbulnya efek

inflator, efek deflator maupun keseimbangan moneter didalam perekonomian

keseluruhannya. Maka dari itu efek total dari ketiga sektor dengan perumusan berikut ini:

Page 84: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

77

( I – S ) + ( G – T ) + ( X – M ) adalah yang menentukan apakah terjadi efek inflasi,

efek deflasi ataukah equilibrium moneter dalam perekonomian yang bersangkutan.

(a) Bilaman efek total tersebut = 0 atau bilamana:

( I – S ) + ( G – T ) + ( X – M ) = 0, akan terdapat equilibrium moneter

(monetary equilibrium).

(b) Bila total effect tersebut > 0 terjadi efek inflasi

(c) Bila total effect tersebut < 0 terjadi efek deflasi

contoh: X – M = -3

G – T = +10 + 1 + 10 - 3 = +8 efek inflasi

I – S = +1

Disini defisit spending memang menimbulkan efek inflasi

X – M = - 4

G – T = +3 0 + 3 - 4 = -1 efek deflasi

I – S = 0

Defisit spending disini tidaklah menimbulkan efek inflasi, malahan justeru

efek deflasi.

Timbul Pertanyaan:

Manakah diantara ketiga keadaan tersebut, yaitu adanya efek inflator, efek

deflator dan equilibrium moneter yang paling baik atau ideal bagi perekonomian ?.

Sepintas lalu akan timbul dugaan bahwa equilibrium moneter merupakan keadaan yang

ideal. Tetapi hal ini belum tentu benar, sebab mungkin saja dapat diciptakan (dengan

berbagai tindakan) keadaan equilibrium tersebut, tetapi hanya terjadi pada tingkat

keadaan ekonomi yang rendah, pada tingkat dimana pembangunan tidak

jalan/dilaksanakan karena diadakannya penghematan-penghematan disegala bidang

termasuk bidang pembangunan. Dengan demikian perekonomian akan menjadi statis,

lesu dan kurang kegiatan.

Seperti kita ketahui pada negara-negara underdeveloped yang sedang membangun

perekonomiannya, tekanan inflasi atau efek-efek inflasi tersebut tidak dapat dihindarkan

sepenuhnya karena diperlukannya pengeluaran-pengeluaran biaya yang besar untuk

pembangunan dan investasi, yang mengakibatkan terjadinya kenaikan-kenaikan harga.

Hanya saja yang terutama harus dihindarkan ialah supaya tekanan dan efek inflasi itu

jangan sampai menimbulkan terjadinya inflasi terbuka (open inflation) yang tidak dapat

dikendalikan lagi. Jadi tekanan atau efek inflasi itu didalam batas-batas tertentu dimana

belum terjadi spiral inflasi, yaitu kenaikan harga barang-barang dan upah serta ongkos-

ongkos produksi lainnya yang saling kejar mengejar, ini dapat dibenarkan dan

dipertanggung jawabkan. Jadi tekanan-tekanan atau efek-efek itu dalam batas-batas

tertentu seringkali perlu pula untuk menggerakkan segala kegiatan ekonomi dan

pembangunan.

Page 85: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

78

Bentuk (type) Inflasi:

Ditinjau dari sebab-sebab dan proses terjadinya, maka inflasi dapat terjadi dalam

dua bentuk, yaitu:

(1) Excess Demand (Demand Pull Inflation)

(2) Cost (Cost Push Inflation)

Ad.(1). Excess-Demand Inflation

Inflasi ini terjadi bilaman permintaan total atas barang-barang dan jasa-jasa

melebihi supply barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam jangka pendek (short

run). Hal ini kebanyakannya/seringkali terjadi dalam perekonomian yang sudah full

employed (dimana barang-barang modalnya sudah digunakan atau dipakai sepenuhnya),

sehingga sukar untuk memproduksi tambahan barang-barang dan jasa-jasa untuk dapat

memenuhi permintaan tersebut. Persaingan untuk memperoleh barang-barang dan jasa-

jasa yang relatif sedikit (scarce) diantara para konsumer yang menyebabkan terjadinya

kenaikan-kenaikan harga. Excess demand (excess spending) ini dapat terjadi akibat dari

berbagai sebab antara lain seperti pengeluaran tambahan konsumer dari simpanan dimasa

lalu, kredit Bank, pertambahan peredaran uang yang dikeluarkan (yang baru dicetak), dan

sebagainya. Pada umumnya bilaman money supply atau bentuk-bentuk tenaga beli

lainnya bertambah lebih cepat daripada pertambahan produksi dan produktivitas pada

suatu negara, akan menyebabkan terjadinya excess-demand inflation.

Ad.(2). Cost-Push Infaltion

Inflasi ini terjadi baik dalam perekonomian yang full employed maupun yang

under employed. Apakah inflasi ini dimulai dengan kenaikan upah dan ongkos-ongkos

material (bahan-bahan) yang tinggi ataukah karena kenaikan harga barang-barang

konsumsi, adalah sukar untuk ditentukan. Jika upah dan harga bahan-bahan mentah

meningkat oleh karena beberapa sebab, produser seringkali menaikan pula harga barang-

barang dan jasa-jasa yang dihasilkannya dengan maksud untuk dapat mempertahankan

keuntungannya. Kenaikan harga tersebut akan menyebabkan penurunan tenaga beli

(purchasing power) daripada upah-upah. Akibatnya penerima upah (buruh-buruh dan

tenaga kerja lainnya), terutama yang tergabung dalam serikat-serikat buruh, akan

mengusahakan desakan-desakan atau permintaan untuk memperoleh kenaikan upah

buruh lebih lanjut. Sebaliknya hal ini selanjutnya dapat menyebabkan kenaikan harga

bahan-bahan dan hasil produksi, yang mana menyebabkan kenaikan harga bahan-bahan

dan hasil produksi, yang mana menyebabkan pula timbulnya kecenderungan kenaikan-

kenaikan upah. Hal ini disebabkan terjadinya Wage-Price Spiral.

Sebagai jalan keluar dari kedua bentuk inflasi tersebut, secara umum dapat

dinyatakan bahwa harus dilakukan dengan menaikkan produktivitas.

(a) Dalam excess-demand inflation, jika produktivitas dapat dinaikkan, yang berarti pula

produksi dapat diperbesar sedemikian rupa sehingga tambahan permintaan akan

barang-barang dan jasa-jasa dapat dipenuhi dengan supply yang meningkat tersebut,

Page 86: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

79

maka tekanan inflasi dapat diatasi. Sebaliknya demand akan barang-barang dan jasa-

jasa dikurangi atau ditekan dengan menurunkan/mengurangkan money supply

(peredaran uang) dalam masyarakat atau menurunkan income yang tersedia untuk

dibelanjakan pada masyarakat.

(b) Pada Cost-Push Inflation, inflasi dapat dibatasi atau diatasi jika kenaikan-kenaikan

upah dapat dipergunakan atau dijaga sejajar/seimbang/sebanding dengan kenaikan

produktivitas. Jadi karena kenaikan upah akan bertambah secara proporsionil dengan

kenaikan produktivitas (yang berarti juga dengan kenaikan produksi), maka

pendapatan/income masyarakat berada dalam keadaan keseimbangan dengan jumlah

barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan. Sehingga barang-barang dan jasa-jasa

yang bertambah tersebut dapat menampung pengeluaran-pengeluaran buruk akibat

pertambahan upah/income mereka tersebut.

Page 87: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

80

Bab XIII

PEMBANGUNAN EKONOMI DENGAN INDUSTRIALISASI

Banyak teori-teori pembangunan yang berpendapat bahwa untuk pembangunan

ekonomi perlu dijalankan industrialisasi. Oleh berbagai ahli ekonomi, definisi pada

industrialisasi tersebut pada prinsipnya pengertian dasarnya adalah sama, sungguhpun

demikian dapat juga disebutkan dua pengertian (pada garis besarnya) yang agak

berlainan, yaitu:

Pei-Kang Chang: Industrialisasi adalah suatu proses dimana terjadi perubahan

dari pada strategical production function dalam arti bahwa cara-cara produksi

yang sederhana dirobah menjadi cara-cara produksi baru dengan

mempergunakan mesin.

Proses perubahan ini dapat terjadi dalam 3 taraf, yaitu:

1. Produksi yang bersifat statis dengan alat-alat sederhana serta titik berat

berproduksi diletakkan pada kepandaian tangan (handicraft).

2. Proses produksi dengan mesin-mesin yang sederhana tetapi dimana telah

diadakan spesialisasi atau pembagian kerja sungguhpun kepandaian tangan

masih penting.

3. Proses produksi dengan mesin-mesin yang dapat menghemat tenaga kerja dan

waktu, serta pembagian kerjanya (spesialisasinya) sudah sangat intensif.

Disini sudah mulai atau telah dilakukan pemindahan keahlian serta pemikiran

dari manusia mesin.

Sehubungan dengan definisi tersebut diatas, maka menurut Paul M. Sweezy,

Industrialisasi adalah sebagai: “The establishment of new industries or building new

means of production” (didirikan industri baru atau pembangunan alat-alat produksi yang

baru).

Sebetulnya pengertian industrialisasi tersebut, ada yang dalam arti luas dan ada

pula yang dalam arti sempit. Industrialisasi dalam arti luas merupakan proses berproduksi

tersebut dalam mana terdapat perubahan/pemakaian cara-cara produksi dengan

mempergunakan mesin (mekanisasi) baik dilapangan industri/manufacturing maupun

dilapangan pertanian dan lapangan-lapangan kegiatan ekonomi lainnya.

Sedangkan industrialisasi dalam arti sempit khusus terrutama menekankan kepada

bidang industri/manufacturing serta sektor produksi sekunder lainnya dan tidak termasuk

pada produksi pertanian dan produksi primer. Jadi disini dapat terjadi dalam bentuk

pembangunan industri-industri baru serta peralatan-peralatan produksi yang baru.

Adapun maksud/tujuan daripada industrialisasi (terutama yang dalam arti sempit)

antara lain adalah sebagai berikut:

Page 88: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

81

(a) Industrialisasi dapat menambah stabilisasi dilapangan perekonomian, terutama

dalam hal mengurangi pengaruh-pengaruh ketidakstabilan yang berasal dari

luar negeri, dengan perkataan lain berupa faktor-faktor extern yang berasal

darei fluktuasi ekonomi dunia serta naik turunnya kegiatan perdagangan antar

negara.

(b) Industrialisasi akan dapat menciptakan kesempatan kerja dan meringankan

tekanan pertambahan penduduk. Dari pengalaman menunjukan bahwa sektor

pertanian semata-mata tidak dapat menampung tekanan pertambahan

kepadatan penduduk tersebut, maka industrialisasi selain pengangguran dapat

ditampung atau dikurangi, juga aktivitas dalam produksi bahan-bahan mentah

untuk industri dapat digiatkan (ditingkatkan). Selanjutnya kenaikan volume

barang-barang (hasil industri tersebut) akan dapat menambah pula kegiatan

dalam lapangan perdagangan, pengangkutan, asuransi, perbankan dan

sebagainya. Jadi efek komulatif daripada kesempatan kerja semula menjadi

lebih besar.

(c) Industrialisasi memungkinkan pula kemajuan/perkembangan dalam lapangan

pertanian sendiri. Sebab dengan adanya industrialisasi, yang berarti dengan

berkembangnya industri-industri tersebut, maka antara lain industri-industri

ini ada yang akan dapat memberi atau melengkapi alat-alat pertanian dan

barang-barang keperluan bidang pertanian lainnya, sehingga produksi

pertanian dapat meningkat.

Begitu pula bahan-bahan mentah hasil pertanian untuk keperluan industri (dengan

berkembangnya industri akibat industrialisasi tersebut) akan ditampung oleh sektor

industri, sehingga perkembangan lapangan pertanian akan menjadi semakin meningkat.

Sebaliknya kenaikan hasil pertanian ini berarti pula dapat menyebabkan kenaikan income

hingga akan terjadi pula kenaikan permintaan efektif akan barang-barang industri, jadi

akan dapat mendorong perkembangan industri selanjutnya.

Permualaan Proses Industrialisasi

Sebagai masalah dan analisa umum yang bersifat ilmiah, banyak pendapat-

pendapat yang menganjurkan bahwa biasanya sebagai langkah pertama didalam proses

industrialisasi sebaiknya diutamakan untuk mendorong/pertumbuhan industri-industri

kecil dan menengah dikota-kota pedalaman dan daerah pertanian. Hal ini antara lain

disebabkan karena:

(a) Kekurangan modal dan keahlian kita terpaksa memusatkan perhatian pada

usaha-usaha/industri-industri yang bersangkutan denagn hasil-hasil

tradisionil/pertanian.

(b) Dengan adanya industri-industri tersebut urbanisasi yang berat dapat dicegah

dan pengangguran dipedalaman dan daerah pertanian yang disebabkan oleh

iklim atau musim (seasonal) akan dapat ditampung.

Page 89: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

82

(c) Industri-industri kecil dan menengah tersebut dapat menarik modal yang

berbentuk emas, barang-barang perhiasan lainnya serta simpanan-simpanan

yang tidak produktif, yang banyak terdapat didaerah pedalaman/pertanian

tersebut.

Seperti kita ketahui modal serta beberapa sumber-sumber produksi lainnya yang

tersedia adalah sangat terbatas, karena itu dalam membangun industri-industri/proyek-

proyek perlu dijalankan atas dasar perioritas-perioritas, dipilih mana yang sebaiknya

dibangun terlebih dahulu dan mana yang dibangun kemudian. Dalam memecahkan

persoalan investasi apa atau proyek-proyek apa yang seharusnya didahulukan, maka

seringkali ukuran produktivitas pertama-tama diambil sebagai dasar. Jadi investasi

terlebih dahulu ditujukan kepada cabang-cabang industri yang akan dapat memberikan

hasil/produksi serta produktivitas yang tinggi yang lebih besar.

Disamping ukuran produktivitas seperti yang disebutkan diatas, dalam

pembangunan industri serta pemilihan industri mana yang diutamakan/didahulukan,

terdapat banyak pertimbangan-pertimbangan lainnya, yang antara lain (disini terutama

dilihat dari sudut makro/perekonomian nasional keseluruhannya, bahkan dari sudut satu

industri:

(a) Mengingat tekanan-tekanan inflasi dalam permulaan pembangunan, maka

sebaiknya penanaman modal lebih diutamakan terlebih dahulu kepada proyek-

proyek/industri-industri barang-barang konsumsi atau industri-industri yang

segera dapat memberikan hasil langsung untuk kebutuhan masyarakat. Dan

umumnya kurang bijaksana untuk menanam modal didalam proyek-

proyek/industri-industri yang memakan waktu yang lama sekali untuk

menghasilkan sesuatu.

(b) Untuk mengatasi tekanan-tekanan pertambahan penduduk serta pengangguran

dan memberikan lapangan kerja kepada mereka, maka diutamakan pula untuk

menujukan investasi kepada industri-industri yang memerlukan banyak tenaga

kerja.

(c) Guna perbaikan didalam pasaran buat hasil-hasil agraria, maka diutamakan

untuk membangun industri-industri yang banyak menggunakan bahan-bahan

mentah atau barang-barang pertanian yang dihasilkan didalam negeri.

(d) Untuk menaikan penerimaan devisa hasil ekspor yang sangat berguna bagi

impor barang-barang keperluan pembangunan, maka industri-industri yang

menghasilkan barang-barang yang dapat/laku diekspor harus mendapat

perhatian yang besar pula.

(e) Mengingat besarnya impor barang-barang, perlindungan terhadap industri-

industri didalam negeri yang masih muda/baru dibangun serta untuk

penghematan devisa (tidak banyak membutuhkan barang/peralatan impor)

serta industri-industri yang dapat menghasilkan barang-barang pengganti

impor.

Page 90: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

83

Bab XIV

KEUANGAN NEGARA DAN PEMBANGUNAN

Keuangan negara dalam hal persoalan-persoalan fiskal pemerintah adalah

sehubungan dengan:

(a) Pengeluaran pemerintah

(b) Penerimaan pemerintah

(c) Utang piutang negara

Seperti telah diuraikan sebelumnya, kebijaksanaan fiskal ini sangat besar

pengaruhnya kepada tingkah laku dan keadaan seluruh perekonomian negara, mempunyai

efek-efek yang besar terhadap tingkah laku serta tingkat pendapatan nasional,

employment, tingkat harga dan lain-lain sebagainya.

Seringkali pembahasan mengenai keuangan negara ini dipisahkan antara

pengeluaran pemerintah dan penerimaan pemerintah. Sungguhpun demikian, dalam

masalah kebijaksanaan dan analisa terakhir tentang anggraran belanja ini umumnya

digabung kedua-duanya. Dalam hubungan ini mungkin pemerintah mengambil

kebijaksanaan ataupun tindakan-tindakan yang berakibat salah satu dari tiga keadaan

Anggaran Belanja Negara, yaitu:

(a) Balanced budget, dalam pada mana pengeluaran pemerintah sama dengan

pengeluaran.

(b) Defisit dalam Anggaran Belanja (budget), dalam pada mana pengeluaran >

penerimaannya.

(c) Surplus dalam Anggaran belanja (budget), dalam pada mana pengeluaran <

penerimaannya.

I. Segi Pengeluaran Pemerintah

Secara teoritis/analisa, biasanya pengeluaran pemerintah dibagi dalam dua

golongan besar, yaitu:

(1) Pengeluaran rutin (current expenditure atau operating expenditure), yang

terdiri dari:

A. Pembelian barang-barang dan jasa-jasa B. Transfer payment

(2) Pengeluaran pembangunan (development expenditure), yang terdiri dari

Page 91: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

84

A. Pengeluaran konsumtif dan administratif untuk pembangunan

B. Capital expenditure

Ad.(1). Pengeluaran Rutin (current expenditure)

Meliputi bermacam-macam pengeluaran pemerintah yang sifatnya rutin, dan

terjadi secara periodik dalam bentuk pengeluaran sehari-hari, perbulan, dan pertahun.

Kebanyakan current expenditure ini bersifat konsumtif, artinya uang yang dikeluarkan

tidak akan kembali lagi. Hal semacam ini dapat dilihat dari dua cara/segi yang berlainan,

yaitu:

(a) Pembelian pemerintah adalah sebesar nilai produksi yang ditujukan untuk

keperluan pemerintah, pembelian mana dinilai dan dibebankan kepada

ongkos/anggaran pengeluaran pemerintah, misalnya:

- pembayaran atas pemakaian jasa-jasa tenaga kerja yang dipekerjakan

langsung oleh pemerintah (seperti: Pegawai-pegawai pemerintah, berupa

gaji pegawai negeri dan lain-lainnya.

- Pembayaran atau pembelian barang-barang dari industri/perusahaan

swasta (baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri), seperti:

peralatan-peralatan baru, kendaraan bermotor, bahan-bahan keperluan

kantor, bahan makanan untuk keperluan pemerintah dan lain sebagainya.

(b) Pembelian pemerintah dalam menciptakan pembentukan money income

dalam masyarakat.

- Pembelian barang-barang dan jasa-jasa oleh pemerintah menciptakan

income pada masyarakat atau orang-orang yang bersangkutan.

- Pembayaran atas jasa-jasa buruh/pegawai pemerintah merupakan income

bagi pegawai tersebut.

- Pembayaran untuk pembelian oleh pemerintah atas barang-barang yang

dihasilkan industri/swasta, adalah merupakan income bagi pemilik-

pemilik perusahaan tersebut, buruh-buruhnya, dan lain sebagainya yang

turut serta dalam memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang dijual

kepada pemerintah tersebut.

Jadi kenaikan dalam tingkat pembelian/pengeluaran pemerintah, secara langsung

cenderung untuk menaikkan money income dari masyarakat atau individu yang

bersangkutan dan penurunan dalam pengeluaran/pembelian pemerintah tersebut

cenderung secara langsung untuk menurunkan money income dari pada masyarakat atau

individu yang bersangkutan.

Government transfer payment adalah berupa pengeluaran-pengeluaran untuk

mana pemerintah pada masa yang bersangkutan/masa yang berjalan atau berlalu, tidak

Page 92: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

85

menerima barang-barang dan jasa-jasa sebagai tegen prestasi/balas jasanya. Misalnya:

Program bantuan asuransi bagi orang-orang tua, bantuan pensiunan untuk orang-orang

tua, bantuan yang berupa asuransi nasional bagi Veteran-veteran, bantuan kepada

cacat/yatim piatu, bantuan kepada para penganggur, dan sebagainya.

Transfer payment ini bukanlah merupakan nilai output atau jasa-jasa yang

digunakan untuk keperluan pemerintah (pada masa itu) dan juga bukan merupakan

permintaan/pembelian langsung oleh pemerintah atas output dalam masyarakat. Tetapi

transfer payment ini menciptakan/membantu pembentukan money income dalam

masyarakat/individu-individu yang bersangkutan. Oleh karena itu kenaikan dalam jumlah

transfer payment ini, cenderung untuk menaikan money income dan tenaga beli dalam

masyarakat atau individu yang bersangkutan, sedangkan penurunannya mempunyai efek

yang sebaliknya.

Ad.(2). Pengeluaran Pembangunan (Development expenditure)

Pengeluaran-pengeluaran ini adalah pengeluaran yang bersifat produktif dalam

arti pengeluaran-pengeluaran itu akan menghasilkan dan akan kembali dalam bentuk

hasil-hasilnya dikemudian hari.

Didalam negara-negara yang sedang berkembang dimana pemerintah/negara

adalah sebagai “agent of development”, yang bertindak mengatur perencanaan, dan arah

pembangunan serta memegang peranan yang berarti/penting dalam pelaksanaan

pembagunan, maka pengeluaran pemerintah untuk keperluan pembangunan itu

memegang peranan penting.

Pengeluaran-pengeluaran ini sifatnya ada yang berupa pengeluaran konsumtif dan

administratif, tetapi disini adalah yang tertuju pada usha-usaha pembangunan. Jadi

sifatnya bukan rutin, bukan hanya sekedar untuk kelancaran roda

pemerintahan/perekonomian yang sedang berjalan, yang sifatnya rutin, tetapi untuk

persiapan dan kelancaran jalannya pembangunan.

Selanjutnya yang terpenting disini adalahn peranan pemerintah serta pengeluaran

pemerintah dibidang capital experience, terutama economic dan social overhead capital,

seperti pada bidang-bidang jalan raya/pengangkutan, kesehatan, pendidikan, tenaga listrik

dan sebagainya. Bidang-bidang ini kurang menarik bagi inisiatif serta usaha-usaha

individu/swasta dalam masyarakat. Hal ini disebabkan oleh karena overhead capital

tersebut mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: “Rentabilitasnya adalah rendah”,

sedangkan ongkos-ongkos pembiayaan untuk pembangunan dibutuhkan biaya yang

besar. Artinya pembangunan proyek-proyek/bidang ini membutuhkan waktu yang lama

untuk penyelesaiannya dan membutuhkan waktu yang lama untuk dapat menghasilkan.

Contoh: Proyek listrik, ada yang baru selesai 5 – 10 tahun, proyek air bersih juga

demikian halnya.

Page 93: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

86

Secara ringkas dapat disebutkan bahwa overhead capital itu mempunyai sifat-sifat

utama sebagai berikut:

(a) Rentabilitet rendah - Low yielding

(b) Lama baru kembali (modalnya) - Slow yielding

(c) Produktivitasnya bersifat tidak langsung - Sifatoverhead

capital dalam

menaikan

produktivitas.

II. Segi Pendapatan Pemerintah

(1). Pengaruh Taxes (pajak) Pada Pendapatan Nasional

Pajak yang dikenakan/dijalankan oleh pemerintah atas dasar bermacam-macam,

seperti: Atas dasar pendapatan (income), hal milik, produksi atau penjualan barang-

barang dan jasa-jasa, pemindahan hak milik atas warisan dan sebagainya. Sungguhpun

demikian tanpa memandang dasar-dasarnya, semua pajak adalah ditarik/dipungut dari

pendapatan masyarakat. Kerena itu pemungutan pajak (kenaikan pajak) akan cenderung

untuk menurunkan disposible money income dari individu-individu dalam masyarakat,

yaitu pendapatan uang perseorangan setelah dikurangi pajak.

Jadi dengan/pada suatu tingkat pendapatan nasional tertentu, kenaikan dari

pungutan/pengumpulan pajak menyebabkan penurunan private disposible income,

dengan demikian (karena itu) akan menurunkan kesanggupan dari sektor swasta/individu-

individu dalam masyarakat untuk mengkosumir dan menabung. Sebaliknya penurunan

dari pemungutan pajak mempunyai efek yang sebaliknya, yaitu cenderung untuk

menaikan private disposible income dan kemampuan dari pada private sectors untuk

mengkonsumir dan melakukan saving.

(2). Proportional, Progressive dan Regressive Taxes

Pajak dapat diklasifikasikan dalam 3 bentuk yang pada umumnya, yaitu:

(a) Proportional

(b) Progressive

(c) Regressive

Ad.(a) Proportional Tax: adalah pajak yang dipungut dari setiap pembayaran pajak pada

suatu jumlah yang besarnya berubah-ubah persis dalam proporsi (persentase)

yang sama terhadap pendapatannya. Misalnya: Jika seorang A mendapat income

dua kali sebanyak income B, maka A harus membayar pajak sebanyak dua kali

pula (dari B). Proportional texation ini tidak meredistribusikan pendapatan,

karena setelah membayar pajak tersebut pendapatan A masih tetap 2 x jumlah

pendapatan B.

Page 94: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

87

Ad.(b) Progressive tax: adalah pajakyang dipungut dari pembayar pajak pada tinggkat

yang bertambah secara progressive jika jumlah income naik atau lebih tinggi.

Misalnya: Jadi makin tinggi pendapatan seseorang, maka makin tinggi pula

persentase pajak yang dikenakan kepadanya. Sering kali pajak ini ditujukan untuk

meredistribusikan pendapatan kearah yang menguntungkan bagi lower income

groups, karena orang-orang yang kaya dikenakan tingkat pajak yang lebih tinggi

dari pada lower income groups.

Ad.(c) Regressive tax: dalam hal ini pajak tersebut dikenakan kepada orang-orang yang

melarat (low income groups) dengan tingkat/persentase yang lebih tinggi dari

pada orang kaya. Jadi makin rendah pendapatan seseorang, maka pajak yang

dikenakan semakin tinggi. Ini bertujuan untuk menaikan inequality dalam

pendapatan dikalangan masyarakat, misalnya dengan tujuan untuk dapat

menaikan total saving dalam masyarakat (yaitu secara totalnya).

(3). Pajak Atas Produksi dan Penjualan barang-barang dan Jasa-jasa

Pajak penjualan dikenakan/diukur dengan jumlah barang-barang dan jasa-jasa

yang dihasilkan. Sehubungan dengan dengan cara mengenakannya, pajak ini dapat

dibagi dua macam, yaitu:

(a) Specific taxes: Pajak yang dikenakan besarnya tergantung kepada berapa besarnya

jumlah physical unit dari pada barang tersebut. Misalnya: Pajak yang dikenakan per

kg, per ton, per kubik, per bungkus dan sebagainya.

(b) Ad Valoren taxes: Berapa besarnya pajak yang dikenakan adalah atas dasar

persentase dari pada nilai barang yang bersangkutan. Sehubungan dengan sifatnya

(sifat barang), maka terdapat pula dua bentuk pajak, yaitu:

- General taxes, seperti pajak atas penjualan eceran adalah pajak yang

dikenakan atas semua barang-barang dan jasa-jasa tanpa adanya pembebanan

tertentu maupun pembebanan khusus.

- Selective taxes, yaitu pajak (khusus) yang dikenakan atas hanya barang-

barang (dagangan) dan jasa-jasa tertentu saja. Misalnya: pajak atas barang-

barang lux, minuman keras, dan sebagainya.

Pajak penjualan ini sangat penting artinya dari sudut income redistribution, karena

pajak tersebut dapat pula bersifat redistributive yang regressive dan progressive, yaitu:

(1) Pajak atas rokok/tembakau, sesungguhnya dikenakan/dibebankan dengan pajak yang

sama baik orang merokok yang miskin maupun orang perokok yang kaya, tetapi

sifatnya regressive. Ini disebabkan karena pajak tersebut akan berakibat lebih banyak

secara persentase terhadap pendapatannya yang terpungut kepada orang miskin

daripada orang kaya, sehingga pajak tersebut akan menambah inequality dalam

income.

Page 95: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

88

(2) Pajak atas barang-barang lux, seperti mobil mewah, barang-barang perhiasan seperti

intan berlian, dan sebagainya dapat bersifat progressive hingga suatu tingkat tertentu,

yaitu pada tingkat mana orang-orang yang miskin tidak membeli barang tersebut

sama sekali. Dengan menaikan pajak atau barang-barang tertentu, maka hal tersebut

akan menjerakan konsumen/memaksa konsumen untuk menghentikan pembelian

barang-barang tersebut. Karena itu pajak yang demikian tersebut akan merupakan

pola pengeluaran konsumer.

Pajak penjualan ini dikenakan atas barang-barang dan jasa-jasa antara lain adalah

atas alasan-alasan/dasar-dasar sebagai berikut:

(a) Kebutuhan untuk mendapatkan/meningkatkan penerimaan negara. Seperti telah kita

ketahui, untuk pembangunan dan pembiayaan rutin negara/pemerintah diperlukan

dana/uang yang banyak. Maka cara pemungutan pajak penjualan sebagai salah satu

sumber penerimaan negara adalah cara yang penting dan yang lebih mudah

pelaksanaannya.

(b) Kecerdikan dan pertimbangan politis. Pajak penjualan ini dapat dikenakan kepada

produsen atau pedagang perantara, yang sebetulnya mereka ini (secara tersemnyi atau

tak kentara) membebankannya lagi kepada konsumer dalam bentuk mereka

menaikkan lagi harga penjualannya kepada konsumer. Karena itu kritik serta keluh-

kesah masyarakat mungkin tidak begitu besar dibandingkan dengan bentuk pajak atas

pendapatan.

(c) Pengaruh atas incentive (incentive effectts). Pajak penjualan ini mungkin menurunkan

efek-efek atau pengaruh-penmgaruh pada incentive. Misalnya: Progressive tax (atas

pendapatan akibat pajak penjualan itu) cenderung untuk mengurangi hasrat untuk

kerja lembur, karena dengan semakin besarnya upah/pendapatan, maka akan semakin

besar pula persentase pajak yang dikenakan kepada upah/pendapatan tersebut.

Sebaliknya regressive tax (atas pendapatan) akan cenderung untuk menaikan balas

jasa atau ganjaran atas usaha-usaha/kerja tambahan tersebut, oleh karena hal itu

berarti bahwa dengan semakin tingginya golongan/tingkat pendapatan, maka pajak

yang dikenakan (dalam % nya semakin rendah).

(d) Pengaruh yang dapat menghalangi atau memberantas inflasi dengan mempergunakan

pajak tersebut terutama kepada golongan yang berpendapatan rendah (orang miskin),

yaitu mereka yang menabung hanya sedikit atau tidak ada sama sekali dan yang

membelanjakan sebagian besar dari pada pendapatannya untuk keperluan konsumsi,

maka pajak penjualan (terutama yang bersifat regressive) dapat lebih efektif daripada

progressive tax didalam memerangi atau mengatasi tekanan inflasi. Pajak (kenaikan

pajak) atas orang kaya dapat dibayarkan dengan uang yang semula dari ditabunginya

atau uang (bagian dari pendapatannya) yang semula tidak dibelanjakannya. Sehingga

dengan demikian aliran uang dalam masyarakat tidak berkurang. Pajak (kenaikan

pajak) atau orang yang melarat (golongan yang berpendapatan rendah), yang mana

mereka tidak dapat menabung adalah lebih mungkin untuk dapat mengurangi

Page 96: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

89

pengeluaran atas barang-barang konsumsi (yang berarti mengurangi jumlah uang

bersedar), sehingga dengan demikian dapat mengurangi atau memerangi inflasi.

Sungguhpun demikian, dalam masa depresi dan unemployment, aspek penjualan ini

adalah kurang menarik bagi perpajakan dibandingkan dengan income tax.

(4). The Shifting and Incidence of Taxes

Uang pungutan pajak yang dikenakan atas/kepada perusahaan-perusahaan,

perseorangan atas barang-barang, dan lain-lainnya seringkali dapat menimbulkan suatu

rangkaian reaksi yang akan menggeser (shift) beban pajak tersebut kepada orang atau

pihak lainnya.

Dalam hal ini dibedakan antara pajak langsung (direct taxes) dengan pajak tak

langsung (indirect taxes). Pajak langsung adalah pajak yang dikenakan kepada wajib

pajak yang dapat lagi dibebankan kepada pihak lainnya (contoh: Pajak pendapatan, pajak

perusahaan atas keuntungan perusahaan dan sebagainya). Sedangkan pajak tak langsung,

para wajib pajak (seperti perusahaan-perusahaan, pedagang-pedagang dan sebagainya)

sungguhpun dikenakan pajak, mereka kemudian akan membebankan sebahagian atau

seluruhnya pajak tersebut kepada orang-orang atau pihak lainnya (contoh: pajak

penjualan seperti pajak rokok/cukai tembakau, impor dan sebagainya). Contoh yang lebih

jelasnya dari sifting and incidence of taxes adalah sebagai berikut: Misalnya pemerintah

mengenakan pajak (cukai) atas rokok-rokok yang dikenakan atau harus dibayar oleh

perusahaan yang menghasilkan rokok. Karena pajak ini merupakan ongkos produksi dan

penjualannya, maka perusahaan tersebut akan menggeser sebagian/seluruhnya beban

tersebut kepada para pembeli, yaitu dengan menaikkan harga penjualannya. Atau

perusahaan tersebut dapat pula men-shift sebagaian dari beban pajak tersebut kepada

pihak yang menjual bahan-bahan mentahnya (seperti: yang menjual tembakau) dengan

memaksa mereka untuk menjual tembakau serta bahan-bahan lainnya dengan harga yang

lebih rendah. Jadi tergantung pada kondisi/keadaan supply and demand, maka beban

pajak yang semula dibayar oleh perusahaan tersebut dapat dibebankan kembali/di-shift

kepada para pembeli-pembelinya dan supplier bahan-bahan mentah atau beban tersebut

dibagi-bagikan dengan beberapa cara diantara mereka tersebut.

------+++++------

Cara paling Mudah Meng-unduh (Downloads) secara GRATIS sejumlah TULISAN ILMIAH Dalam bentuk Files PDF sebagai berikut:

Page 97: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

90

Daftar TULISAN ILMIAH Untuk PERGURUAN TINGGI, Terdiri:

Bidang UMUM: ILMU EKONOMI & STUDI PEMBANGUNAN

JURNAL PENELITIAN Kuantitatif, BUKU AJAR MODUL SOAL DAN

PEMECAHAN SOAL, BUKU TEKS, Laporan Hasil & Jurnal Hasil

Penelitian Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI, LAPORAN HASIL

& Jurnal Hasil Penelitian SURVEY Dibidang Manajemen Transportasi

10 Macam Hasil Pegembangan KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

Penelitian Survey dari 5 Hasil Penelitian SURVEY.

Dan Didapatkan 10 Contoh/Bentuk PROPOSAL PENELITIAN KUANTITATIF

Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI, termasuk 5 Proposal (Draft Hibah

DIKTI) Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI 2009 s/d 2016

12 Contoh/Bentuk PROPOSAL PENELITIAN SURVEY Dibidang MANAJEMEN

TRANSPORTASI 2014 s/d 2017

I. Bidang UMUM: ILMU EKONOMI & STUDI PEMBANGUNAN, Serta

Jurusan Terkait Bidang EKONOMI:

02 27 Jurnal Penelitian Kuantitatif TAHAP I to KOPTIS Wilayah III Jakarta Files: 003 01 Perspektif Ekonomi Indonesia Dalam satu tahap pembangunan Jangka Panjang

004 02 Analisis Fungsi Tabungan Indonesia: Pengujian Model Hipotesa Pendapatan Permanen

005 03 Expor Kommoditi Primer Pulau Sumatera Lamam Perdagangan Luar Negeri Indonesia

006 04 Ekspor Dan Pertumbuhan Ekonomi: Studi Kasus Indonesia 1969-1994 007 05 Pekiraan Pembentukan Modal Di Indonesia

008 06 Kebijaksanaan Deregulasi Perbankan Dan Pengaruhnya Terhadap Produksi Di Indonesia

009 07 Instabilitas Perdagangan Luar Negeri Indonesia

010 08 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Dan Ketergantungan Terhadap Dana Luar Negeri

011 09 Sumber Pertumbuhan Ekonomi Diantara Modal Dan Tabungan

012 10 Pengukuran Kondisi Ekonomi Indonesia Dan Pencapaian Stedy-State Growth

013 11 Modal Asing Swasta Dan Pembentukan Investasi Produktif Dalam Pembiayaan Pembangunan

014 12 Trade-Off Antara Penerimaan Pajak Dan Kemampuan Menabung Masyarakat

015 13 Mobilisasi Tabungan Dan Investasi suatu Ekonomi Terbuka: Studi Kasus Indonesia 1969-1995

016 14 Pengaruh Pendapatan Permanen Dalam Pembentukan Tabungan

017 15 Peranan Ekspor Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

018 16 Analisis Fungsi Konsumsi Indonesia Dengan Pendapatan Permanen 019 17 Pembiayaan Ekonomi Dalam Negeri Diantara Keinginan Dan Kenyataan

020 18 Sektor Perdagangan Luar Negeri Indonesia Dan Pengaruhnya Terhadap Kegiatan Ekonomi

021 19 Reformasi Kebijaksanaan Makro Dan Pengaruh Ekonomi Sektor Terbuka

022 20 Keseimbangan Pendapatan Nasional: Investasi Dan Sumber Pembiayaan Ekonomi

023 21 Analisis Pengaruh Pembentukan Tabungan Suatu Ekonomi Terbuka

024 22 Pengaruh Aliran Modal Asing Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dan Pembentukan Tabungan

025 23 Perkiraan Kebutuhan Investasi Dan Pengukuran Tinggal Landas

026 24 Kemampuan Pembentukan Modal Domestik: Sektor Pemerintah Dan Masyarakat

027 25 Prestasi Ekonomi Indonesia Dan Akumulasi Sumber Pembiayaan Pembangunan

028 26 Kualitas Pembangunan Ekonomi Indonesia Dan Dilema Ketergantungan Sumber Dana

029 27 Investasi Dan Pembiayaan Ekonomi Jangka Panjang Indonesia

Page 98: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

91

004 34 Jurnal Penelitian Kuantitatif TAHAP II to STMT Trisakti Files: 030 01 Standar Ukuran Tinggal Landas Perekonomian Suatu Negara

031 02 Pembentukan Modal Domestik Bruto Sektor Pemerintah Dan Masyarakat

032 03 Pembentukan Tabungan Dan Pembiayaa Ekonomi Jangka Panjang Indonesia

033 04 Prestasi Ekonomi Indonesia Dan Pencapaian Steady-State Growth

034 05 Aliran Modal Asing Swasta Dalam Pembentukan Investasi Produktif

035 06 Fungsi Konsumsi Dan Pengaruhnya Terhadap Pendapatan Permanen 036 07 Pendapatan Permanen Dan Pengaruhnya Terhadap Pembentukan Tabungan

037 08 Pengujian Model Tabungan Indonesia Dengan Hipotesa Pendapatan Permanen

038 09 Kebutuhan Tabungan Dan Sumber Pembiayaan Ekonomi Indonesia

039 10 Sumber-Sumber Pembentukan Investasi: Trade-Off Antara Pajak Dan Tabungan

040 11 Aggregate Expenditre Ekonomi Sektoral (Kajian Perhitungan Ekonomi 3 Sektor)

041 12 Sumber-Sumber Pembentukan Investasi Dalam Struktur Ekonomi Terbuka

042 13 Aggregate Expendiure Ekonomi Sektoral (Kajian Perhitungan Ekonomi 4 Sektor)

043 14 Pengaruh Sektor Perdagangan Luar Negeri Terhadap Aktivitas Ekonomi Indonesia

044 15 Aliran Modal Asing Dan Pengaruhnya terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dan Pembentukan Tabungan

045 16 Penafsiran Tingkat effisiensi Marginal Ekonomi Indonesia Dan Prakiraan Pembentukan Modal

046 17 Sumber-Sumber Pembentukan Investasi Dalam Struktur Ekonomi Sederhana

047 18 Aggregate Expenditure Ekonomi Sektoral (Kajian Perhitungan Ekonomi 2 Sektor) 048 19 Pembentukan Modal Domestik Bruto Dan Ketergantungan Terhadap Sumber Dana

049 20 Prestasi Ekonomi Dan Indeks Instabilitas Sektor Perdangan Luar Negeri Indonesia

050 21 Model Makro Keseimbangan Agregatif Pembentukan Tabungan Dan Investasi

051 22 Expor Kommoditi Primer Dan Pertumbuhan Ekonomi Regional Pulau Sumatera

052 23 Konstribusi Ekspor Dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

053 24 Pengaruh Variabel-variabel Agregatif Terhadap Pembentukan Tabungan Dan Pendapatan

054 25 Pengembangan Sumber Pembiayaan Pembangunan Yang Semakin Bertumpu Pada

Kemampuan Sendiri

055 26 Pengembangan Instrumen Kebijaksanaan makro Terhadap Pembentukan Investasi Dan Pendapatan

056 27 Kebutuhan Tabungan Dan Pembentukan Investasi Produktif Bagi Pembiayaan Pembangunan

057 28 Pengaruh Ekspor Terhadap Pendapatan Nasional Dan Pertumbuhan Ekonomi 058 29 Pengaruh Deregulasi Perbankan Bidang Ekspor Terhadap Devisa Pendapatan Nasional

059 30 Aliran Dana Luar Negeri Di Indonesia Dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

060 31 Strategi Indonesia Dan Manajemen Pembentukan Modal Bagi Peningkatan Pendapatan Masyarakat

061 32 Manajemen Perdagangan Internasional Pengurangan Distorsi Ekonomi Pasca Seleksi

Aliran Dana Luar Negeri

062 33 Manajemen Perbankan Pasca Deregulasi Dan Pengaruhnya Terhadap Produksi Di Indonesia

063 34 Refleksi Ekonomi Indonesia Setelah 34 Tahun Membangun: Diantara Kekuatan Dan Kelemahan

005 10 BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN Files: 064 01 BUKU AJAR Pengantar Teori Ekonomi

065 02 MODUL SOAL DAN PEMECAHAN Pengantar Teori Ekonomi

066 03 BUKU AJAR Teori Ekonomi 067 04 BUKU AJAR Ekonomi Pembangunan

068 05 BUKU AJAR Pengantar Ekonomi Mikro

069 06 BUKU AJAR Ekonomi Makro Perthitungan Pend Nasional

070 07 BUKU AJAR Teori Ekonomi Mikro

071 08 MODUL SOAL DAN PEMECAHAN Teori Ekonomi Mikro

073 09 BUKU AJAR Ekonomi Manajerial

074 10 MODUL SOAL DAN PEMECAHAN Ekonomi Manajerial

Page 99: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

92

II. PENELITIAN KUANTITATIF Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI 006 3 VERSI Teks Book EKO MANAJERIALPernah Disumbang ke DIKTI Dan Dikirim Ke USA File 075 01 Buku Teks 681h EKONOMI MANAJERIAL Dengan Fungsi Hasil Estimasi

Atau 075 01 EKONOMI MANAJERIAL Penerapan Konsep-Konsep Mikro Ekonomi Dengan Fungsi

Hasil Estimasi

File 076 02 Buku Teks 301h EKONOMI MANAJERIAL Dengan Fungsi Non-Estimasi

Atau 076 02 EKONOMI MANAJERIAL Penerapan Konsep-Konsep Mikro Ekonomi Dengan Fungsi

Non-Estimasi

File 077 03 Buku Teks 509h EKO MANAJERIAL TRANSPORTASI Dengan Fungsi Non-Estimasi

Atau 077 03 EKONOMI MANAJERIALTRANSPORTASI Penerapan Konsep Mikro Ekonomi Dalam Bisnis Transportasi Dengan Fungsi Non-Estimasi

File 078 Ringkasan Isi Dan Surat Menyurat Pengiriman 3 Teks Book EKO MANAJERIAL Ke USA

Atau 078 Request for Coop in Publishing 3 Text Books in MANAGERIAL ECONOMICS to The USA

Subject: Request for Cooperation in Publishing Text Books in MANAGERIAL

ECONOMICS: Application of Microeconomic Concepts Using Estimation

Result Function (242 halaman)

008 3 Jurnal Penelitian Kuantitatif PROFESIONAL Ilmu Ekonomi 2010 Files: 079 01 Evaluasi Ekonomi Indonesia di Era Pembangunan Berkelanjutan

080 02 Evaluasi Ekonomi 50 Tahun Indonesia Membangaun 081 03 Kebutuhan Tabungan Sebagai Sumber Pembiayaan Pembangunan Indonesia

009 4 Jurnal Penelitian Kuantitatif PROFESIONAL Ilmu Ekonomi 2012 Files: 082 01 Pengembangan Ekonomi Dan Pengaruh POLIIK Di Era Kepemimpinan INDONESIA

083 02 Prestasi Ekonomi INDONESIA Jangka Panjang Dan Pencapaian Kondisi STEADY-

STATE GROWTH

084 03 Perkiraan Kebutuhan Tabungan Bagi Target Pertumbuhan Ekonomi Yang Hendak Dicapai

085 04 Pengendalian Ekonomi Ditengah Ancaman Krisis Dan Dilema Keterbatasan Sumber

Pembiayaan Yang Salaing Trade-Off

010 4 Laporan Penelitian Kuantitatif MANAJEMEN TRANSPORTASI 2010 File 086 01 Laporan HASIL PENELITIAN Kuantitatif 72h Dibidang TRANSPORTASI DARAT 2010

Atau 086 01 Kebutuhan Investasi Produktif Dan Pengembangan Produksi Jasa Angkutan Jalan Raya Di

Indonesia

File 087 02 Jurnal HASIL PENELITIAN Kuantitatif 18h Dibidang TRANSPORTASI DARAT 2010

Atau 087 02 Kebutuhan Investasi Produktif Dan Pengembangan Produksi Jasa Angkutan Jalan Raya Di

Indonesia

File 088 03 Laporan HASIL PENELITIAN Kuantitatif 77h Dibidang TRANSPORTASI LAUT 2010 Atau 088 03 Produksi Jasa Angkutan Laut Indonesia Dan Akseleritas Pendapatan Nasional

File 089 04 Jurnal HASIL PENELITIAN Kuantitatif 18h Dibidang TRANSPORTASI LAUT 2010

Atau 089 04 Produksi Jasa Angkutan Laut Indonesia Dan Akseleritas Pendapatan Nasional

Page 100: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

93

011 3 Proposal P3M PENELITIAN Kuantitatif MANJEMEN TRANSPORTASI,Tahun 2010 File 090 01 Draft Proposal 21h Penelitian P3M MTD STMT Angkutan Jalan Raya DKI 2010

Atau 090 01 Kepadatan Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya Di DKI Jakarta: Trade off Antara Penguna

Kendaraan Pribadi Dan Umum

(Studi Kasus: Penerapan Konsep Slutsky’s Theorem, TE = SE + IE)

File 091 02 Draft Proposal 26h Penelitian P3M MTL STMT Faktor Produksi PT PELNI 2010 atau 091 02 Pengaruh Beberapa Faktor Produksi Terhadap Produksi PT PELNI

(Studi Kasus: Penerapan Konsep Production Isoquant, TO = SE + OE)

File 092 03 Draft Proposal 25h Penelitian P3M MTU STMT Jumlah Alat Angkut Yang Sepadan 2010

atau 092 03 Penentuan Jumlah Alat Angkut Yang Sepadan Dengan Arus Penumpang Jakarta-Ujung

Pandang

012 14 Proposal PENELITIAN Kuantitatif MANAJEMEN TRANSPORTASI, Tahun 2011 File 093 01 Proposal 11h Produksi Jasa Angkutan Udara Indonesia 2011

Atau 093 01 Produksi Jasa Angkutan Udara Indonesia Dan Investasi Produktif Yang Diperlukan

File 094 02 Proposal 10h Jasa Angkutan Rel 2011

Atau 094 02 Menasionalisasikan Jasa Angkutan Rel Dan Investasi Yang Dibutuhkan

File 095 03 Proposal 11h Produktivitas Dan Produksi Jasa Angkutan KAI 2011

Atau 095 03 Produktivitas Dan Produksi Jasa Angkutan Kereta Api Indonesia

File 096 04 Proposal 11h Angkutan Pelayaran Antar Pulau Indonesia 2011

Atau 096 04 Angkutan Pelayaran Antar Pulau Dalam Wililayah Teritorial Indonesia

File 097 05 Proposal 12h Produksi Jasa Angkutan Udara Penerbangan Domestik 2011

Atau 097 05 Produksi Jasa Angk Udara Komersial Penerbangan Domestik

File 098 06 Proposal 12h Pengembangan Jasa Angkutan Pelayaran Antar Pulau 2011

Atau 098 06 Pengembangan Jasa Angkutan Pelayaran Antar Pulau Indonesia

File 099 07 Proposal 14h Usaha Jasa Angkutan Udara Pada Penerbangan Domestik 2011

Atau 099 07 Usaha Jasa Angkutan Udara Pada Penerbangan Domestik

File 100 08 Proposal 11h Utilitas Penumpang Pengguna Jasa Pelayaran Antar Pulau 2011

Atau 100 08 Utilitas Penumpang Pengguna Jasa Pelayaran Antar Pulau

File 101 09 Proposal 13h Angkutan Penumpang Udara Pada Penerbangan Domestik 2011

Atau 101 09 Angkutan Penumpang Udara Pada Penerbangan Domestik

File 102 10 Proposal 15h Angkutan Penumpang Dom Dan Trade off Antara Laut dan Udara 2011

Atau 102 10 Angkutan Penumpang Dom Dan Trade off Antara Laut dan Udara

File 103 11 Proposal 14h Kebutuhan Modal Pert Produksi Angkutan Udara Luar Negeri 2011

Atau 103 11 Kebutuhan Modal Pertumbuhan Produksi Angkutan Udara Luar Negeri

File 104 12 Proposal 12h Pengembangan Produksi Jasa Angkutan KAI 2011

Atau 104 12 Pengembangan Produksi Jasa Angkutan Kereta Api Indonesia

File 105 13 Proposal 15h Angkutan Kargo Pelayaran Antar Pulau Dan Penerbangan Dom 2011

Atau 105 13 Angkutan Kargo Pelayaran Antar Pulau Dan Penerbangan Domestik

File 106 14 Proposal 12h Produksi Angkutan Kargo Udara penerbangan Internasional 2011 Atau 106 14 Produksi Angkutan Kargo Udara penerbangan Internasional

Page 101: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

94

10 Contoh PROPOSAL PENELITIAN KUANTITATIF Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI

013 5 CONTOH Hibah (Proposal DIKTI) Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI 2009 -2016 File 107 01 Draf Hibah Kompetensi TAHAP 1 44h dgn Ir PRASAD TITA MM to DIKTI 2009

Atau 107 01 Analisis Pertambahan Pengguna Kendaraan Bermotor Roda Dua Dan Kepemilikan Mobil

Pribadi Di Jakarta

File 108 02 Draft Hibah Kompetensi 47h dgn PROF ERYUS To DIKTI 2010

Atau 108 02 Kepadatan Lalin Angkutan Jalan Raya Di DKI Jakarta Trade off Antara Peng Kend Pribadi

Dan Umum

File 109 03 Draft Hibah Kompetensi 51h dgn PROF HANANTO to DIKTI 2010

Atau 109 03 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PT PELNI

File 110 04 Draft Hibah Kompetensi 51h dgn PROF DIRK KOLEANGAN to DIKTI 2010

Atau 110 04 Penentuan Jumlah Alat Angkut Yang Sepadan Dengan Arus Penumpang JAKARTA-

UJUNG PANDANG

File 111 05 Draft Hibah PRODUK TERAPAN 67h dgn Dr HUSNI HASAN to DIKTI 2016

Atau 111 05 Analisis Penentuan Tarif Angkut Dua Jasa Angk Penumpang Udara Dan Laut Rute

JAKARTA-UJUNG PANDANG

014 3 CONTOH Proposal PENELITIAN Kuantitatif MANJEMEN TRANSPORTASI,Tahun 2014 File 112 01 Proposal Penelitian P3M MTL 13h Angk Pelayaran Antar Pulau PT PELNI 2014

Atau 112 01 PENGEMBANGAN PRODUKSI ANGKUTAN PELAYARAN DI INDONESIA

File 113 02 Proposal Penelitian P3M MTD 15h Effisiensi Produktivitas Jasa Angk PT KAI 2014

Atau 113 02 TINGKAT EFISIENSI DAN PRODUKTIVITAS JASA ANGKUTAN KERETA API

INDONESIA

File 114 03 Proposal Penelitian P3M MTU 21h Kebutuhan Modal Angk Penerb Domestik 2014

Atau 114 03 KEBUTUHAN MODAL DAN PERTUMBUHAN PRODUKSI ANGKUTAN

PENERBANGAN DOMESTIK

015 2 CONTOH Proposal PENELITIAN Kuantitatif MANJEMEN TRANSPORTASI,

Tahun 2017, Sedang Digarap File 115 01 Proposal Terpadu P3M 28h atau Analisis Trade-Off Antara MTL Dengan MTU 2017

Atau 115 01 Pengembangan Produksi Jasa Angkutan Pelayaran Antar Pulau Dan Penerbangan

Domestik Indonesia: Trade-off Antara Angkutan Laut Dan Udara

File 116 02 Proposal Penelitian P3M 22h Dibidang TRANPORTASI UDARA Luar Negeri 2017

Atau 116 02 KEBUTUHAN MODAL DAN PERTUMBUHAN PRODUKSI ANGKUTAN UDARA

LUAR NEGERI

Page 102: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

95

III. PENELITIAN SURVEY Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI 016 5 LAPORAN HASIL PENELITIAN SURVEY Dibidang MANJEMEN TRANSPORTASI 2014-2017

File 117 01 Laporan HASIL PENELITIAN 375h Kereta Api Ekonomi Lokal Purwakarta 2014

Atau 117 01 LOYALITAS PELANGGAN JASA ANGKUTAN KERETA API EKONOMI LOKAL

PURWAKARTA

File 118 02 Laporan HASIL PENELITIAN 147h PERUM DAMRI 2015 Atau 118 02 Analisis Kepuasan Konsumen Jasa Transportasi Perum Damri Dalam Meningkatkan

Loyalitas Pelanggan

File 120 03 Laporan HASIL PENELITIAN 172h PT MAYASARI BAKTI 2016

Atau 120 03 Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Konsumen Dan Dampaknya Thd

Keunggulan Bersaing Jasa Angk Mayasari Bakti

File 122 04 Laporan HASIL PENELITIAN 165h GARUDA INDONESIA 2016

Atau 122 04 Analisis Kualitas Pelayanan Dan Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Penerbangan

Domestik GIA Di Bandara Soeta

File 124 05 Laporan HASIL PENELITIAN 353h Kereta Api PATAS Purwakarta 2017 Atau 124 05 ANALISIS KUALITAS PELAYANAN TRANSPORTASI KERETA API PATAS

PURWAKARTA

017 5 Jurnal HASIL PENELITIAN SURVEY Dibidang MANJEMEN TRANSPORTASI 2014-2017 File 125 01 Jurnal HASIL PENELITIAN 41h Kereta Api Ekonomi Lokal Purwakarta 2014

Atau 125 01 LOYALITAS PELANGGAN JASA ANGKUTAN KERETA API EKONOMI LOKAL

PURWAKARTA

File 126 02 Jurnal HASIL PENELITIAN 35h PERUM DAMRI 2015

Atau 126 02 Analisis Kepuasan Konsumen Jasa Transportasi Perum Damri Dalam Meningkatkan

Loyalitas Pelanggan

File 128 03 Jurnal HASIL PENELITIAN 38h PT MAYASARI BAKTI 2016

Atau 128 03 Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Konsumen Dan Dampaknya Thd

Keunggulan Bersaing Jasa Angk Mayasari Bakti

File 130 04 Jurnal HASIL PENELITIAN 36h GARUDA INDONESIA 2016

Atau 130 04 Analisis Kualitas Pelayanan Dan Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Penerbangan

Domestik GIA Di Bandara Soeta

File 132 05 Jurnal HASIL PENELITIAN 40h Kereta Api PATAS Purwakarta 2017

Atau 132 05 ANALISIS KUALITAS PELAYANAN TRANSPORTASI KERETA API PATAS

PURWAKARTA

018 10 Macam Prediksi Pengembangan MODEL & KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Penelitian Survey

Files: 133 01 KA Eko Lokal Purwakarta 2014 20h KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt 134 02 KA Eko Lokal Purwakarta 2014 23h KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Panjang Alt

135 03 PERUM DAMRI 2015 15h KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt

136 04 Jurnal HASIL PENELITIAN PERUM DAMRI 2015 24h

137 05 Jurnal HASIL PENELITIAN Kereta Api Ekonomi Lokal Purwakarta 2014 30h

138 06 Jurnal HASIL PENELITIAN PT MAYASARI BAKTI 2016 31h

139 07 PT MAYASARI BAKTI 2016 19h KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt

140 08 Jurnal HASIL PENELITIAN GARUDA INDONESIA 2016 31h

141 09 PT GARUDA INDONESIA 2016 19h KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt

142 10 Jurnal HASIL PENELITIAN KA PATAS Purwakarta 2017 30h

Page 103: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

96

12 BUAH BENTUK PROPOSAL PENELITIAN SURVEY Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI

019 6 Contoh Proposal PENELITIAN SURVEY Dibidang Manajemen Transportasi 2014-2017 File 143 01 Proposal 21h KERETA API EKONOMI LOKAL PURWAKARTA 2014

Atau 143 01 LOYALITAS PELANGGAN JASA ANGKUTAN KERETA API EKONOMI LOKAL

PURWAKARTA

File 144 02 Proposal 18h PERUM DAMRI 2015

Atau 144 02 Analisis Kepuasan Konsumen Jasa Transportasi Perum Damri Dalam Meningkatkan

Loyalitas Pelanggan

File 145 03 Proposal 17h PERUM DAMRI Dgn KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt

Atau 145 03 Analisis Kepuasan Konsumen Jasa Transportasi Perum Damri Dalam Meningkatkan

Loyalitas Pelanggan

File 146 04 Proposal 28h Keunggulan Bersaing PT MAYASARI BAKTI 2016

Atau 146 04 Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Konsumen Dan Dampaknya Terhadap

Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Mayasari Bakti

File 148 05 Proposal 28h Keunggulan Bersaing GARUDA INDONESIA 2016

Atau 148 05 Analisis Kualitas Pelayanan Dan Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Penerbangan

Domestik GIA Di Bandara Soeta

File 150 06 Proposal 27h KERETA API PATAS PURWAKARTA 2017

Atau 150 06 ANALISIS KUALITAS PELAYANAN TRANSPORTASI KERETA API PATAS

PURWAKARTA

020 2 Contoh Proposal PENELITIAN SURVEY Hasil Pengembangan Model 2016 File 151 01 Proposal 33h Keunggulan Bersaing GARUDA INDONESIA 2016 dengan MODEL &

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt

Atau 151 01 Analisis Kualitas Pelayanan Dan Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Penerbangan Domestik GIA Di Bandara Soeta

File 152 02 Proposal 26h Keunggulan Bersaing PT MAYASARI BAKTI 2016 dengan MODEL &

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt

Atau 152 02 Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Konsumen Dan Dampaknya Terhadap

Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Mayasari Bakti

021 2 Contoh Proposal Baru PENELITIAN SURVEY Dibidang Manajemen Transportasi 2017 File 153 01 Proposal 30h Keunggulan Bersaing LION AIR GROUP 2017

Atau 153 01 Analisis Kualitas Pelayanan Dan Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Penerbangan Domestik LION AIR GROUP Di Bandara Soeta

File 154 02 Proposal 30h Keunggulan Bersainng TRANSJAKARTA 2017

Atau 154 02 Faktor Yang Mempengaruhi Keunggulan Bersaing Dan Implikasinya Terhadap Loyalitas

Konssumen Jasa Angkutan Transjakarta

File 155 01 Proposal 30h Keunggulan Bersaing LION AIR GROUP 2017 dengan MODEL &

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt

Atau 155 01 Analisis Kualitas Pelayanan Dan Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Penerbangan

Domestik LION AIR GROUP Di Bandara Soeta

File 156 02 Proposal 30h Keunggulan Bersainng TRANSJAKARTA 2017 dengan MODEL &

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt

Atau 156 02 Faktor Yang Mempengaruhi Keunggulan Bersaing Dan Implikasinya Terhadap Loyalitas

Konssumen Jasa Angkutan Transjakarta

Page 104: Amrizal - lp3et.org · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856

97

Biasanya untuk mendapatkan sebuah TULISAN ILMIAH adalah secara kebetulan

didalam DOMAIN Google atau Bilamana sudah mengetahui judul TULISAN

ILMIAH tersebut cukup dengan menulis judul tersebut ke dalam Google dan akan

keluar TULISAN ILMIAH yang dimaksud.

KIAT CERDIK MEMBUAT TULISAN ILMIAH, dan sebagai langkah utama adalah

dengan cara Mengkoleksi sejumlah TULISAN ILMIAH yang akan berperan sebagai

MATERI PEMBANDING dengan MATERI YANG DIBUAT. Paling tidak agar

mengatahui bagaimana penyusunan MODEL & KERANGKA PEMIKIRAN

TEORITIS yang dibuat penulis lain. Selain bisa memperkuat “pondasi ilmiah” bahkan

juga memperkokoh “Kemampuan ilmiah” agar lebih mudah menyelesaikan berbagai

bentuk/beranekaragam Persoalan Ilmiah pada PENELITIAN KUANTITATIF Dibidang

MANAJEMEN TRANSPORTASI maupun PENELITIAN SURVEY Dibidang

MANAJEMEN TRANSPORTASI. Tentunya sebagai langkah berikutnya adalah

Meng-unduh (Downloads) sebanyak mungkin TULISAN ILMIAH dari penulis lain atau Meng-unduh secara keseluruhan TULISAN ILMIAH yang dibuat dalam File PDF

(pada posisi jumlah sekarang) sebagaimana tercantum dalam Lembaran Informasi, terkecuali TULISAN ILMIAH yang terdapat dalam kurung sebanyak 22 Files (hanya

bisa didapatkan melalui Email langsung dengan sejumlah harga tertentu yang disajikan

dalam sebuah Daftar Harga).

Ketentuan: Gantilah Lembaran Informasi (Daftar TULISAN ILMIAH yang disisipkan dalam wujud File PDF) menjadi (Daftar TULISAN ILMIAH yang dibuat dalam File DOCUMENTS),

sehingga didapatkan sebuah File DOCUMENTS yang berisikan Daftar dari semua tulisan

ilmiah yang disusun oleh Amrizal.

Selanjutnya, dengan cara memasukan/menuliskan 000 Daftar Tulisan Ilmiah Amrizal

ke dalam Google, maka akan didapatkan sebuah File DOCUMENTS yang berisi Daftar

TULISAN ILMIAH tersebut, dengan contoh berikut:

Google 000 Daftar Tulisan Ilmiah Amrizal Cari

Adapun tujuan selanjutnya agar lebih leluasa/Mudah meng-unduh (Downloads)

keseluruhan TULISAN ILMIAH yang dibuat dalam PDF (pada posisi jumlah sekarang),

cukup dengan cara meng-Copy masing-masing Nomor urut beserta nama file tersebut

ke dalam Google.

Diistilahkan dalam tanda petik “pada posisi jumlah sekarang” oleh karena posisi/jumlah

files PDF yang disajikan dalam Daftar TULISAN ILMIAH dapat berubah pada saat-saat

tertentu seiring dengan perjalanan waktu.......

-------- Jakarta, 14 September 2017--------