Upload
haxuyen
View
216
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI RADIN INTEN II BANDAR LAMPUNG
Jl. Alamsyah Ratu Prawira Negara Km.28 Branti 35362 Telp. (0721)7697093 Fax. (0721) 7697242
e-mail : [email protected] Website : http://www.stametlampung.com
ANALISA CUACA TERKAIT HUJAN LEBAT DI KOTABUMI LAMPUNG
(11 MARET 2017)
ANALISA KEJADIAN TANGGAL 11 MARET 2017
A. INFORMASI KEJADIAN
KEJADIAN Telah terjadi hujan lebat di wilayah Lampung
terutama di wilayah Lampung Utara yang
menyebabkan sawah-sawah masyarakat terendam
banjir. Belasan hektar persawahan masyarakat ini
terancam gagal panen sebab air merendamnya
cukup lama. Ketinggian air sekitar 50 cm pada saat
kejadian. Saat sebelum hujan dating padi
masyarakat sudah mulai menguning dan tidak lama
lagi akan bisa dipanen namun kejadian ini menunda
kesempatan mereka untuk bisa memanen hasil
sawahnya. Sawah mereka tertutup oleh lumpur
sehingga masyarakat harus membersihkan dahulu
sawah mereka dari lumpur kemudian bisa
menanamnya kembali.
LOKASI Kabupaten Kotabumi, Lampung.
TANGGAL 11 Maret 2017
DAMPAK Hujan Deras, Empat Pohon Tumbang.
(www.radarlampung.co.id)
Padi Siap Panen Terendam Banjir.
(www.radarlampung.co.id)
Sawah Terendam Banjir, Petani Lampura Gagal
Panen. (www.jpnn.com)
2
(Sumber : http://www.jpnn.com/news/sawah-terendam-banjir-petani-lampura-gagal-panen)
B. DATA CURAH HUJAN (11 MARET 2017)
STASIUN
CURAH HUJAN
KETERANGAN
Pos Hujan Kelapa Tujuh 228,8 mm Hujan Sangat Lebat
Pos Hujan Bunga Mayang 25,6 mm Hujan Sedang
Pos Hujan Seputih Raman 34,0 mm Hujan Sedang
Pos Hujan Gunung Sugih 1,4 mm Hujan Ringan
Pos Hujan Raman Utara 10,8 mm Hujan Ringan
Pos Hujan Taman Bogo 2,08 mm Hujan Ringan
Pos Hujan Sukadana 4,6 mm Hujan Ringan
Pos Hujan Unit Bekri 5,2 mm Hujan Ringan
Pos Hujan Pandan Surat 172,4 mm Hujan Sangat Lebat
C. ANALISA METEOROLOGI
MADDEN
JULIAN
OSCILLATION
(MJO)
Tanggal 11 Maret 2017 dapat dilihat pada gambar peta pergerakan
MJO dimana warna biru untuk bulan maret, MJO berada di kuadran 4
(Maritime Continent) sehingga berkontribusi pada pembentukan awan-
awan hujan di wilayah Indonesia bagian barat.
OUTGOING
LONGWAVE
RADIATION
(OLR)
Nilai OLR pada peta OLR menunjukkan wilayah Lampung memiliki
nilai yang cukup tinggi sehingga cenderung pada saat kejadian OLR
tidak begitu aktif. Nilai OLR berkisar 220-230 W/m² lebih tinggi
dibanding dengan rata-rata klimatologisnya (1980-2010) yang bernilai
<200 W/m². Anomali OLR berkisar +(20-30) W/m², hal ini
menunjukkan nilai OLR yang cenderung lebih tinggi dari rata-rata
klimatologisnya sehingga dominan pada hari itu wilayah Lampung
tidak banyak terjadi tutupan awan.
3
POLA ANGIN DAN
ISOBAR Adanya tekanan rendah (1007 hpa) di sebelah barat Lampung pada
tanggal 11 Maret 2017 jam 00 UTC menimbulkan shearline atau
belokan angin di sekitar wilayah Lampung. Selain adanya belokan
angin juga terbentuk palung di sekitar barat daya Lampung. Kondisi ini
yang menyebabkan potensi terbentuknya cuaca buruk di wilayah
Lampung terutama pada sore dan malam hari sebab terbentuknya
awan-awan hujan membutuhkan waktu tumbuh dari proses konveksi
pada siang hari. Analisa isobar wilayah Indonesia di bagian selatan
didominasi oleh tekanan rendah dan diikuti dengan palung-palung di
sekitarnya. Salah satunya ada di sebelah barat Lampung, tekanan
rendah ini yang menarik massa udara di wilayah Sumatera terpusat
menuju ke wilayah tersebut sebagai pusat cuaca buruk.
ANGIN ZONAL (TIMUR-BARAT)
Analisa angin zonal pada peta bernilai positif (1-2) di wilayah
Lampung, hal ini mengindikasikan angin baratan bertiup di wilayah
tersebut. Nilai angin zonal pada saat kejadian masih lebih rendah
dibanding dengan rata rata klimatologisnya (1980-2010) yang bernilai
(3-5). Namun di wilayah perairan Lampung bagian barat daya angina
timuran bertiup sangat kencang karena pengaruh dari tekanan rendah
yang berada di lokasi tersebut. Semakin besar nilai positif angina zonal
semakin kuat angin baratan yang terjadi di wilayah yang bersangkutan
dan potensi pembentukan awan hujan semakin besar.
Analisa secara vertikal nilai angin zonal bernilai positif dihampir
seluruh lapisan baik di lapisan bawah maupun lapisan atas. Nilai positif
angin zonal tersebut sampai di lapisan 100mb. Secara vertikal nilai
angin zonal (0.7 – 1.7) pada saat hujan lebat di Kotabumi kemarin
lebih kuat jika dibandingkan dengan rata-rata klimatologisnya (0.3 –
0.4). Dominasi angin baratan di lapisan bawah dan lapisan atas ini
mendukung untuk pembentukan awan hujan di wilayah Lampung
terutama di wilayah Kotabumi.
SEA SURFACE
TEMPERATURE
(SST)
Berdasarkan gambaran suhu muka laut (SML), suhu di sekitar perairan
Lampung berkisar 30,2-30,3ºC. Kondisi ini mendukung pembentukan
awan di sekitar wilayah Lampung karena tingginya suhu muka laut
menandakan banyaknya pasokan uap air di wilayah tersebut. Nilai
suhu muka laut pada saat kejadian hujan lebat menunjukkan nilai yang
lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata klimatologisnya
(30,1°C).
Berdasarkan gambaran anomali suhu muka laut (SML) di perairan
selatan Lampung berkisar 0.2-0.3ºC. Kondisi ini mengindikasikan
bahwa pada saat tersebut suhu muka lautnya lebih hangat dibanding
dengan rata-rata klimatologisnya. Hal ini mendukung potensi
pembentukan awan di wilayah tersebut dengan memberi pasokan uap
air ke atmosfer yang berlimpah.
KELEMBABAN
RELATIF
Berdasarkan data kelembaban relatif (WRF), pada lapisan 850mb di
wilayah Kotabumi bernilai 80-90%. Untuk lapisan 700mb bernilai 70-
80% dan untuk lapisan 500mb bernilai 90-100%. Nilai kelembaban
sangat tinggi di lokasi terjadinya banjir mulai lapisan 850-500mb
membuat awan dapat berkembang tinggi pada saat kejadian.
Berdasarkan data kelembaban relatif (NOAA), pada saat kejadian
banjir nilainya mencapai 75-80% di lokasi kejadian. Analisa
kelembaban relatif secara vertikal juga terlihat nilainya 75-85% mulai
lapisan permukaan hingga lapisan 800mb. Jika dibandingkan dengan
rata-rata klimatologisnya kondisi kelembaban relatif pada saat kejadian
terbilang lebih tinggi sebab pada rata-rata klimatologis kelembaban
relatif hanya tinggi (85%) sampai lapisan 850mb sedangkan pada saat
kejadian tinggi lapisan 800mb. Hal ini membuat awan hujan dapat
tubuh hingga lapisan tersebut.
4
TROPICAL
RAINFALL
MEASURING
MISSION
(TRMM)
Berdasarkan analisis data prakiraan akumulasi curah hujan TRMM di
wilayah Kotabumi disekitar lokasi kejadian banjir curah hujan berkisar
22 – 30 mm, menunjukkan bahwa pada tanggal 11 Maret 2017
tergolong mendapat hujan yang sedang. Data estimasi satelit ini
sebagai pembanding data pengamatan pos hujan di beberapa wilayah
yang tersebar di wilayah Lampung.
INDEKS
STABILITAS
Nilai Lifted Index pada saat kejadian banjir di Kotabumi berkisar (-4)
mengindikasikan atmosfer pada saat itu dalam keadaan yang Labil.
CITRA
SATELIT
Berdasarkan paparan citra satelit pada tanggal 11 Maret 2017 terlihat bahwa
awan hujan mulai berkembang pada tengah malam (17.00 UTC) dan
berlangsung tidak begitu lama (±1.5 jam) lalu perlahan punah. Pergerakan
awan hujan mulai dari wilayah Lampung bagian timur menuju kearah barat
Lampung (Kotabumi). Awan Cumulunimbus tepat berada di wilayah
Kotabumi dan tidak dalam waktu yang lama. Atmosfer terpantau dalam
kondisi yang basah pada saat kejadian banjir di wilayah Lampung bagian
timur dan barat. Hujan lebat di Kotabumi ini merupakan dampak dari proses
adveksi sebab awan-awan hujan masuk melaui perairan Lampung bagian
timur.
D. KESIMPULAN
Berdasarkan analisa diatas dapat disimpulkan bahwa hujan lebat yang menyebabkan banjir di
Kotabumi disebabkan karena adanya gangguan cuaca global hingga lokal yang banyak berperan
seperti aktifnya MJO sehingga berkontribusi pada pembentukan awan di wilayah Indonesia bagian
barat termasuk Lampung. Adanya belokan angin menyebabkan terjadinya penumpukan massa udara
yang berujung pada pembentukan awan-awan hujan di wilayah tersebut. Kondisi lainnya yang
mendukung adanya belokan angin tadi adalah hangatnya suhu muka laut (SML) di wilayah perairan
Lampung dimana nilainya lebih hangat jika dibandingkan dengan keadaan klimatologisnya. Proses
pembentukan awan juga semakin didukung dengan lembabnya atmosfer mulai lapisan permukaan
hingga 800mb hingga mencapai 85%, serta kondisi labilitas atmosfer yang terpantau labil. Analisa
prakiraan akumulasi curah hujan dari TRMM didapatkan curah hujan disekitar wilayah Kotabumi
berkisar 22-30 mm meskipun berbeda cukup jauh dengan jumlah curah hujan di lokasi pos hujan
yang berada di wilayah tersebut (228,8 mm). Analisa citra satelit didapatkan awan Cumulunimbus
yang menyebabkan hujan lebat di wilayah Kotabumi merupakan dampak dari proses adveksi,
didukung dengan lembabnya atmosfer pada saat itu. Awan Cumulunimbus yang terbentuk pada saat
itu memiliki masa hidup yang tidak begitu lama (±1.5 jam) namun memberi dampak yang sangat
hebat di wilayah Kotabumi.
E. PROSPEK KEDEPAN
Berdasarkan analisa meteorologi wilayah Lampung, potensi hujan lebat masih akan turun hingga 2
hari kedepan terutama di waktu sore hingga menjelang malam hari dengan intensitas lebat. Kondisi
global hingga lokal mendukung pembentukan awan-awan hujan di wilayah Lampung, kondisi MJO
yang sedang berada wilayah Maritime Continent akan semakin mempengaruhi pembentukan awan di
wilayah Indonesia bagian barat. Awan hujan masih berpotensi terbentuk di sebagian besar wilayah
Lampung dengan pergerakan awan yang cenderung tidak berubah menyisir dari wilayah timur
menuju ke wilayah barat.
F. INFORMASI PERINGATAN DINI
TANGGAL 11 MARET 2017 JAM 19.45 WIB Peringatan Dini Cuaca Lampung tgl 11 Maret 2017 pkl
19.45 WIB. Berpotensi terjadi hujan dengan intensitas lebat yang disertai kilat/petir dan angin kencang pada pkl 20.00 WIB di Sebagian besar Tanggamus dan Pringsewu, Lamteng bagian Barat dan Selatan, Pesawaran bagian Utara, Lampura bagian Selatan dan Barat, Way Kanan bagian Barat, Lambar bagian Selatan dan Timur, Pesibar bagian Utara, Lamtim bagian Barat. Kondisi ini diperkirakan masih dapat berlangsung hingga pkl 22.00 WIB.
Prakirawan - Stamet Radin Inten II Lampung
6
Gambar. Angin Zonal Gambar. Normal Angin Zonal
Gambar. Angin Zonal Vertikal
Gambar. Normal Angin Zonal Vertikal
9
OLR NORMAL (1980 – 2010) 11 MARET 2017
LIFTED INDEX 11 MARET 2017
AKUMULASI CURAH HUJAN TRMM 11 MARET 2017