7
ANALISA CUTTING 1.1. TUJUAN 1. mengetahui lithologi batuan meliputi: o jenis batuan o kandungan mineral tekstur o kandungan fosil 2. mendeteksi ada tidaknya Hidrokarbon 1.2. PRINSIP KERJA Cutting dipisahkan dari aliran lumpur pemboran dengan menggunakan shale sheker Melakukan diskripsi lithologi dengan alat mikroskop. Analisis ada tidaknya kandungan Hidrokarbon 3. ANALISIS LITHOLOGI Pada saat ini analisa cutting untuk megestimasikan karakteristik reservoar harga dititik beratkan pada analisa lithologinya. Analisa lithologi dimaksudkan untuk menggambarkan macam-macam batuan untuk tiap kedalaman. Dimana pedoman dalam pendiskipsian lithologi, yaitu: 1. Shale Warna : merah dan hijau Tekstur : seperti lilin, beludru dan kertas Kekerasan : lunak, sedang, kuat, keras, sangat keras dan rapuh.

Analisa Cutting

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Analisa Cutting

ANALISA CUTTING

1.1. TUJUAN

1. mengetahui lithologi batuan meliputi:

o jenis batuan

o kandungan mineral tekstur

o kandungan fosil

2. mendeteksi ada tidaknya Hidrokarbon

1.2. PRINSIP KERJA

Cutting dipisahkan dari aliran lumpur pemboran dengan menggunakan shale sheker

Melakukan diskripsi lithologi dengan alat mikroskop.

Analisis ada tidaknya kandungan Hidrokarbon

3. ANALISIS LITHOLOGI

Pada saat ini analisa cutting untuk megestimasikan karakteristik reservoar harga

dititik beratkan pada analisa lithologinya. Analisa lithologi dimaksudkan untuk

menggambarkan macam-macam batuan untuk tiap kedalaman. Dimana pedoman dalam

pendiskipsian lithologi, yaitu:

1. Shale

Warna : merah dan hijau

Tekstur : seperti lilin, beludru dan kertas

Kekerasan : lunak, sedang, kuat, keras, sangat keras dan rapuh.

Lapisan : msasive, blocky, fossile dan splentary

Pabrikasi : laminasi, pecahan, berlapis, dapat dibelah

Mineral tambahan : bentonite, sandy, calcareous dan carbonnaceous

Page 2: Analisa Cutting

2. Sand

Warna : coklat, abu-abu

Tekstur : sangat halus, halus, medium kasar dan sangat kasar

Bentuk butir : bulat, agak bulat dan bersudut

Pemilihan/sortasi : baik, sedang dan jelek

Tingkat sementasi : gampang pecah (friable), padat (dense)

Porositas : tidak tanpak, jelek, sedang dan baik

3. Limestone dan Dolomite

Warna : putih, coklat, abu-abu dan hitam

Tekstur : sangat baik, baik, sedang, butir kasar, padat, chalky, oolitic, sucrosic,

colicastic.

Buiran : sucrosa, crystal, chalky

Accessory : oolite, sandy, silty, calcite, pyrite dan argillaceous

Kilap : suram, seperti tanah, dasar

Setelah dilakukan pendiskripsian lithologi selanjutnya adalah menetukan bats lithologinya

dimana dalam penentuan batas-batas lithologinya ada 2 (dua) metode, yaitu :

1. Metode Prosentase : Secara visual diperkirakan prosentasi dari cutting tiap macam

batuan yang ada dalam satu kantong cutting. Biasanya ada 2 atau 3 macam batuan,

dimana shale merupakan komponen yang sering ada.

Dengan memplot prosentase dari setiap macam batuan untuk setiap interval atau

kantong, maka dengan melihat hasil keseluruhannya akan dapat diperkirakan batas

lithologinya.

Page 3: Analisa Cutting

2. Metode yang Pertama Muncul : Metode ini didasarkan pada adanya lithologi

baru yang terlihat pertama kali dari rangkain cutting yang sedang dianalisa pada

pertambahan kedalaman. Kedalaman sampel cutting yang baru merupakan batas atas

lapisan lithologi.

ANALISA POROSITAS

Untuk penetuan porositas batuan dari analisa cutting bersifat kulitatif. Caranya

dengan memeriksa cutting dibawah lensa bonokuler. Istilah yang digunakan adalah:

Tidak jelas (trace) : porositas 0 – 10 %

Agak jelek (show) : porositas 10 – 20 %

Jelas (good) : porositas > 20 %

ANALISA INDIKASI HIDROKARBON

Yang dilakukan dalam analisa indikasi hidrokarbon adalah penampakan noda (staining),

bau (odour) dan pemeriksaan hidrokarbon.

1. Penampakan Noda : Pada penampakan batuan jenis hidrokarbon berat (residu, tar)

akan memberikan noda yang lebih nyata. Jika kadar hidrokarbon dalam batuan cukup

tinggi akan terlihat kesan berupa cucuran.

2. Bau ( Odour) : Biasanya batuan yang mengandung hidrokarbon mempunyai

bau yang spesifik. Kekuatan baunya tergantung dari jenis dan kadar kuantitas

kandungan hidrokarboon didalam batuan. Bau wangi biasanya berasal dari minyak

parafine dan naftanik, sedangkan bau busuk berasal dari minyak aromatik.

3. Pemeriksaan indikasi hidrokarbon pada cutting

Pemeriksaan fluoroscopic (sinar UV) dengan mamasukkan sample cutting dalam

fluoroscope untuk melihat ada tidaknya fluoresensi. Biasanya hidrokarbon cair atau

minyak memberikan warna tertentu terhadap sinar ultraviolet, sedangkan gas dan

minyak residu kadang-kadang tidak berfluoresensi.

Page 4: Analisa Cutting

Tabel 1.1 Warna Fluoresensi Masing-masing Minyak

Jenis Minyak Warna Fluoresensi

Residu coklat gelap tidak berwarna

Minyak berat coklat kuning tua

Minyak

medium

Putih kuning cerah

Minyak ringan Putih biru biru cerah

Kondensat ungu biru cerah

Tabel 1.2

Jenis Mineral atau yang Memberikan Gangguan pada Pengamatan Warna Fluoresensi

Residu Warna Fluoresensi

Batu gamping/ dolomite Kuning/kekuning-kuningan

Batu gamping pasiran Coklat - coklat tua

Paper shale Kuning - coklat copi

Fosil Kuning putih – kuning coklat

Napal Kuning tua – abu-abu coklat

Grase atau gemuk Putih susu

Solar Putih terang

Kulit kumbang biru

Page 5: Analisa Cutting

Analisa kenampakan Hidrokarbon dengan solvent (chloroform, toluen, benzene).

1.6. KOREKSI KEDALAMAN

Koreksi kedalaman cutting dilakukan dengan cara menentukan Lag Time.Lag time

ditentukan dengan memasukan tracer pada aliran lumpur pemboran dan dicatat waktu yang

diperlukan tracer untuk sampai di permukaan kembali

Lag time = kedalaman lubang bor ( ft)

kecepatan annulus (ft/min)

Kecepatan annulus = output pompa (bbl/min)

volume annulus (bbl/ft)

Volume annulus = volume lbg bor – volume yg dipindahkan oleh pipa

Kesalahan dalam analisa cutting disebabkan :

Sample terkontaminasi dgn batuan di atasnya krn gugurnya batuan yg di atasnya

Gel strength lumpur tdk cukup baik utuk mengangkat cutting ke permukaan

Adanya lost circulation shg sample tdk mewakili section kedalaman lubang bor saat

itu.