Upload
ngotruc
View
221
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BABV
ANALISA DATA·
DATA HASIL PENELITIAN yang disajikan adalah tentang material dan hasil
pengetesan beton. Analisa pengetesan beton akan dibahas satu duo kasus, sedangkan data
lainnya dapat dilihat pada bagian lampiran.
5.1. ANALISADATAMATERIAL
5. 1 . 1 SEMEN PORTLAND
Variasi komposisi kimia dan data fisik semen adalah hal yang arnot penting
karena mempengaruhi kuat tekan yang kelak dihasilkan. Komposisi kimia biasanya
berbeda-beda untuk tiap-tiap pabrik, dan variasi kadar senyawa utama menentukan tipe
semen tersebut. Tetapi beton mutu tinggi tidak memerlukan semen khusus produksi suatu
pabrik tertentu. Pada penelitian ini digunakan semen Tipe I produksi PT Semen Tiga Roda.
Data kimia dan fisiko seperti terlampir pada lampiran A adalah sebagai berikut :
109
Tabel 5.1.1.1 Komposisi kimia semen Tiga Roda (persen berat)
·············· ·.················-j·········.··················fllll···················· .. ······ .. ·.··;_ .. ·.···· ··•··················· 1 Silika Dioksida (Si02) 20,84
2 Alumina Oksida (AI20a) 5,20
3 Besi Oksida (Fe20a) 3,05
4 Magnesium Oksida (MgO) 2,26 6,0 (max)
5 Kalsium Oksida (CaO) 64,3
6 Sulfur Trioksida (SOa) 2,05 3,5 (max)
7 Hilang pijar 1~45 5,0 (max)
8 Kapurbebas 0,8 3,0 (max)
9 Bagian tidak terlarut 0,27
10 Total alkali (as Na20) 0,5
11 Trikalsium silikat 54,92
12 Dikalsium silikat 18,33
13 Trikalsium aluminat 8,61
14 Tetrakalsium aluminat 9,3
Tabel 5.1.1.2 Data fisik semen Tiga Roda
1 Warn a abu-abu gelap
2 Beratjenis 3.15 gr/cm3
3 Berat volume 250 - 300 gr/cm3
4 Kehalusan 333m2/kg 280 m2/kg (min)
5 Diameter 10 mikron
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan semen tipe 1 dari PT. Semen
Tiga Roda memenuhi spesifikasi yang disyaratkan oleh SNJlS-2049-1994.
ANALISA DATA
110
5. 1 .2 SILIKA FUME
Data unsur kimia silika fume yang dipakai pada penelitian ini didapat dari brosur
pabrik yang bersangkutan. Silika fume yang dipakai adalah tipe densified siliko fume (silika
fume yang dipadatkan) produksi PT. Sika Nusa Pratama. Data kimia dan fisiko silika fume
seperti terlampir pada Lampiran A adalah sebagai berikut :
Tabel 5.1.2.1 Komposisi kimia silika fume (persen berat)
1 Silika (Si02) 96 85 (min)
2 Total alkali (as Na20) 0,5 1 (max)
3 Alumina (AI203) 1.1
4 Besi (Fe203) 0.3
5 Magnesium (MgO) 0.7
6 Sulfat (804) 0
7 Hilang pijar (LOI) 1.50 6 (max)
8 Alkali 0.2
9 K02 1
Tabel 5.1.2.2 Data fisik silika fume
1 Warna putih, abu-abu gelap
2 Beratjenis 2.2 gr/cm3
3 Berat volume 250 - 300 gr/cm3
4 325 Mesh Retained 0.40% (max 10%)
5 Moisture content 0.25% (max 3%)
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan silika fume dari PT. Sika Nusa
Pratama memenuhi spesifikasi yang disyaratkan oleh ASTM C 1240.
ANALISA DATA
1 1 1
5.1.3 RETARDER
Retarder yang dipakai pada penelitian ini adalah Plastocrete R tipe
lignosulfonates produksi PT. Sika Nusa Pratama. Menurut ASTM C 494- 92 superplasticer
termasuk admixtures tipe D yaitu water -reducing and retarding admixtures atau suatu bahan
tambahan yang berfungsi mengurangi kadar air yang dibutuhkan dan memperlambat
pengerasan beton.
Dosis pemakaiannya berkisar antara 0.3 - 0.6% dari beret total semen, dan data
teknis lainnya adalah sebagai berikut :
Tabel 5.1.3 Data teknis retarder
Ti Warna Berat·enis
5. 1 .4 SUPERPLASTICIZER
Dari bermacam-macam jenis superplasticizer, yang dipakai adalah Sikament LN
tipe napthalene, fonnaldehide, sulfonates produksi PT. Sika Nusa Pratama. Menurut ASTM
C 494-92 superplasticer termasuk admixtures tipe F yaitu water-reducing, high range
admixtures atau suatu bahan tambahan yang berfungsi mengurangi kadar air yang
dibutuhkan hingga 12% atau lebih.
Superplasticizer ini ditambahkan pada campuran mix berkisar 0.3 - 2.5% dari
beret total semen, sedangkan data teknis lainnya sebagai berikut :
Tabel 5.1.4 Data teknis superplasticizer
Tie
Warna Berat ·enis
ANALISA DATA
112
5.1.5 AGREGAT
5.1.5. 1 AGREGAT HALUS
Seperti telah disinggung sebelumnya, agregat halus yang digunakan pada
penelitian ini adalah pasir dart lumajang dan Gunung Gangsir.
5.1.5.1.1 ANAUSA AYAKAN
Data analise ayakan adalah sebagai berikut :
Tabel5.1.5.1.1.1 Analisa ayakan pasir Lumajang
Tabel 5.1.5.1.1.2 Ana lisa ayakan pasir G. Gangsir
ANALISA DATA
113
Dari kedua jenis pasir tersebut kemudian dikombinasikan dengan perbandingan
berat pasir lumajang : Gunung Gangsir = 80: 20. Data analise ayakan hasil gabungan
tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel5.1.5.1.1.3 Ana lisa ayakan pasir gabungan Lumajang: G. Gangsir = 80:20
Spesifikasi ayakan agregat halus menurut ACI C 33-93, antara lain:
1. ditentukan bahwa sampel yang lolos untuk setiap ayakan tidak boleh lebih dari 45%,
2. sedangkan Rne Mudulus yang ideal berkisar antara 2.3- 3.1. Sebagai perbandingan
pedoman ACI untuk beton mutu tinggi (ACI Material Journal Title no. 90-M31 seperti
yang telah disebutkan sebelumnya), Rne Modulus yang disyaratkan antara 2.5
sampai3.2.
Dilihat dari data ayakan di atas harga Rne Modulus pasir Gunung Gangsir relatif
kecil. Hal ini menyebabkan luas permukaan beton bertambah, pasimya pun secara visual bisa
dilihat halus dan bila dipegang agak lembut cenderung lengket (sticky). Akibat lainnya adalah
menurunnya workabilitas beton basah, karena peningkatan kebutuhan air. Hal ini diperbaiki
dengan mengkombinasikannya dengan pasir lumajang.
ANALISA DATA
t 14
Harga Fine Modulus ini juga menggambarkan konsentrasi terberat sampel
tersebut (ketentuan ini hanya berlaku untuk agregat halus). Pada data di atas, harga Fine
Modulus adalah 2.81 maka sampel tersebut terkonsentrasi (tertahan paling banyak) pada
ayakan nomor 3 (dibulatkan ke atas) dari ukuran terhalus (dari bawah), yaitu ayakan No. 50
(0.30 mm). Jodi bisa disimpulkan ukuran rata-rata pertikel pasir tersebut adalah 0.30 mm.
Dari data tersebut dibuat grafik kombinasi gabungan kedua jenis agregat,
sehingga didapatkan grafik sebagai berikut :
Cit 0
~ Gl Cit
.! c: Gl Cit '-Gl D.
Grafik 5.1.5.1.1 Grading kombinasi agregat halus
100 95,20
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0 0,15 0,3 0,59 1,19 2,38 4,76 9,5
Ukuran ayakan
Dari grafik tersebut bisa disimpulkan bahwa kombinasi kedua jenis pasir cukup
memenuhi standar ASTM C 33. Tetapi tidak cukup halus untuk bisa digunakan sebagai
bahan untuk pembuatan Flowing Concrete seperti yang dispesifikasikan pada ASTM C
1017.
ANALISA DATA
115
5.1.5.1.2 ANAUSA BERAT JENIS
Data analise beret jenis adalah sebagai berikut :
Tabel 5.1.5.1.2.1 Data percobaan be rat jenis pasir Lumajang
BJ pasir Lumajang (gr/cc) 2,72
Tabel5.1.5.1.2.2 Data percobaan beratjenis pasir G. Gangsir
BJ pasir Gunung Gangsir (gr/cc) 2,70
Dari kedua data berat jenis pasir tersebut dapat dikatakan bahwa keduanya tergolong
jenis norwal weight atau beton dengan berat jenis normal yaitu antara 1.6 - 3.2 gr/cc
IACI Committe 221 ·Guide for Use of Normal Weight Aggregates in Concrete•) Secara
umum dinyatakan bahwa semakin besar berat jenis agregat. maka akan semakin
mas if sehingga kuat tekan beton yang dihasilkan akan lebih meningkat.
ANALISA DATA
116
5.1.5.1.3 ANAUSA AIR RESAPAN
Data analise air resapan adalah sebagai berikut :
Tabel 5.1.5.1.3.1 Data percobaan air resapan pasir Lumajang
Kadar air resapan pasir (%) 1,46
Tabel 5.1.5.1.3.2 Data percobaan air resapan pasir G. Gangsir
Kadar air resaoan oasir (%) 1.52
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa pasir Gunung Gangsir mempunyai
air resapan yang lebih tinggi daripada pasir lumajang. Proporsi pasir Gunung Gangsir sebesar
20% dari beret total agregat juga dimaksudkan untuk mengatasi kecenderungan bleeding.
Dalam hal ini pasir Gunung Gangsir dibutuhkan untuk memperbaiki kekurangn kapasitas
resapan (absorption capacity) dari pasir lumajang yang relatih lebih kecil, sehingga
diharapkan dapat mencegah bleeding.
ANALISA DATA
117
5.1.5.1.4 ANALISA KELEMBABAN
Tabel 5.1.5.1.4.1 Data percobaan kelembaban pasir Lumajang
Kadar kelembaban pasir (%) 4,57
Tabel5.1.5.1.4.2 Data percobaan kelembaban pasir G. Gangsir
Kadar kelembaban pasir (%) 5,60
Pada dasarnya percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kadar air bebas yang
dikandung oleh suatu agregat pada suatu saat tertentu. Data kelembaban suatu
agregat selalu berubah-ubah. Kadar air bebas ini tentu tidak sama karena dipengaruhi
oleh kelembaban udara, dalam hal ini cuaca pada saat percobaan dilakukan. Pada
cuaca mendung (apalagi setelah hujanl kadar air bebas yang dikandung agregat lebih
tinggi dibandingkan pada cuaca panas.
Hal ini perlu mendapat perhatian karena berpengaruh pada total kadar air bebas
dalam campuran yang akhirnya mempengaruhi kuat tekan beton. Dari percobaan yang
dilakukan, harga kelembaban untuk cuaca setelah hujan berkisar antara 5 s/d 6%. Hal
ini berati pengurangan sekitar 20 liter per m3 dari kadar air bebas · rencana. Pada
industri ready mix dimana proses pencampuran beton dilakukan dengan skala besar,
pengurangan kadar air rencana perlu mendapat perhatian.
ANALISA DATA.
118
5.1.5.1.5 ANAUSA KEBERSIHAN AGREGATTERHADAP BAHAN ORGANIK
Hasil pengamatan sampel kedua jenis agregat halus setelah perendaman selama
24 jam, menunjukkan wama bening. Karena wama ini lebih terang daripada wama standard
maka bisa disimpulkan bahwa kedua jenis pasir tersebut tidak mengandung bahan organik
yang merugikan.
5.1.5.1.6 ANAUSA KADAR LUMPUR
Data analise kadar lumpur adalah sebagai berikut :
Tabel5.1.5.1.5.1 Data percobaan kadar lumpur pasir Lumajang
Kadar lumpur pasir Lumajang (%) 2,41
Tabel 5.1.5.1.5.2 Data percobaan kadar lumpur pasir G. Gangsir
Kadar lumpur pasir Gunung Gangsir (%) 2,94
Kadar lumpur untuk pasir Gunung Gangsir lebih tinggi daripada pasir Lumajang.
ANALISA DATA
119
5.1.5.2 AGREGAT KASAR
Agregat kasar yang digunakan pada penelitian ini adalah batu pecah {crushed
stone} Mojosari. Bentuk fisik cru.shed stone tersebut adalah pipih dengan permukaan yang
kasar.
5.1.5.2.1 ANAUSA AY AKAN
Data analise ayakan agregat kasar adalah sebagai berikut :
Tabel 5.1.5.2.1 Analisa7ayakan crushed stone Mojosari
Dari tabel di atas bisa ditentukan :
1. ukuran agregat maksimum yaitu pada ayakan 3/2" (12.7mm). Sebagai perbandingan
pedoman ACI untuk beton mutu tinggi (ACI Material Journal Title no. 90-M31 seperti
yang telah disebutkan sebelumnya), ukuran agregat maksimum yang disyaratkan
maksimal3/4 ... Sedangkan menurut ACI Committee 363 ·state-of-the-Art Report on
Hingh-Strength Concrete• mensyaratkan range yang optimal untuk high-strength
ANALISA DATA
120
concrete antara 12.7 dan 9.5 mm (minimum) sampai 3/4. (19 mm) dan 1·
(maksimum). Pembatasan ukuran agregat maksimum ini pada dasamya untuk
memperluas specific surface sehingga luas permukaan lekatan antara pasta dan
agregat pun bertambah yang pada akhimya diharapkan dapat meningkatkan kuat
tekan beton.
2. Sedangkan menurut ASTM C 33, gradasi crushed stone tersebut dikOtegorikan dalam ·
ukuran nomor 7 (12.5 sampai dengan 4.75 mm). Namun, gradasi di atas •terlalu
halus· untuk bisa digunakan sebagai bahan untuk pembuatan Rowing Concrete
seperti yang dispesifikasikan yaitu ukuran nomor 57 yaitu 25 mm sampai 4.75 mm
(ASTM C 1017).
3. ukuran rata-rata partikel crushed stone adalah ayakan No.4 (4.76 mm).
Dari Tabel 5.1.5.2.1 tersebut dibuat grafik sebagai berikut:
ANALISA DATA
121
Grafik 5.1.5.2.1 Gradasi agregat kasar
100
90
80
70 In 0 :g 60 Q) In s 50 c Q)
f 40 Q) Q.
30
20
10
0 1,19 2,38 4,76 9,5 12,7 19,1
Nomor ayakan
5.1.5.2.2 ANAUSA BERAT JENIS
Tabel5.1.5.2.2 Data percobaan beratjenis crushed stone Mojosari
BJ crushed stone Mojosari (gr/cc) 2,71
Agregat kasar adalah hal yang penting untuk diperhatikan atau menjadi
pertimbangan dalam proporsi high strength concrete. Hal ini dikarenakan agregat kasar
menempati paling banyak dari volume beton (dalam penelman ini adalah 40%. per satuan
ANALISA DATA
123
Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, lnstitut Teknologi Sepuluh
Nopember, Surabaya. Data tersebut ditampilkan sebagai berikut :
Tabel 5.1.6 Data fisik dan kimia air laut
.••••.... ;i .,.,.,, ... ~~~ .. ,.:•:•{•:•,•••:•'
1 pH 7.94
2 Berat jenis 1060 gr/cc
3 NaCI 17,265 mg/1
4 CaS04 700 mg/1
5 MgS04 370 mg/1
6 MgCb 560 mg/1
5.2. ANALISA DATA BETON
5.2.1 PENENTUAN KADAR OPTIMUM SILIKA FUME
Umur benda uji untuk penentuan kadar optimum silika fume masing-masing
adalah 7, 14, dan 28 hari. Pada penelitian ini, kadar optimum silika fume didasarkan pada test
kuat tekan beton umur 28 hari. Datanya adalah sebagai berikut:
Tabel5.2.1.1 Data kuat tekan beton (kg/cm2) penentuan SF optimum kadar semen 400 umur 28 hari
ANALISA DATA
124
Tabel5.2.1.2 Data kuat tekan beton (kg/cm2) penentuan SF optimum kadar semen 450 umur 28 hari
Sebagai contoh perhitungan, diombil dari Tobel 5.2.1.2 untuk kodar silika fume
10%, sebago! berikut :
• Mean (Rata-rata}
Rata-rata= 793.74 + 78~.56 + 767.25 = 23~.55 = 780.52 kg/cm2
• Standard Deviasi
. j ~(x,-x}2 Standard Oevlast = ' n-1
= (793.74-780.52} 2 + (780.56-780.52f + (767.25-780.52} 2
2
= J 35~.86 = 13.24
Untuk perhitungan yang lain menggunakan cora yang soma seperti di atas.
T oleransi standard devlasi dihubungkan dengan karakteristik kuat tekan, seperti yang
ANALISA DATA
125
dijelaskan pada Grafik 3.2.2.1 Bab m·Perencanaan campuran· adalah 8. Dengan ·confidence
interval· 90% yang berarti catat produksi diambil 10%, maka pada Distribusi Normal Gauss
didapat harga 1.64. Jadi, untuk keseluruhan data kuat tekan, harga yang dianggap valid
berkisar antara 1.64 x 8 = 13.12. Bila jauh melebihi harga tersebut data dianggap tidak valid,
karena tidak memenuhi tingkat kepercayaan yang disyaratkan. lni adalah indikasi dari jeleknya
kualitas penge~aan di lapangan, sehingga kurang bisa diterima sebagai data yang mewakili.
Dari dari kedua tabel di atas dibuat grafik sebagai berikut :
Grafik 5.2.1 Penentuan kadar optimum SF
goo~~~~~~~~~~~~~~~~-~--~~~~~~~~ y = -1,5245x2 + 38,385x + 498,1
y = -2,7407x2 + 72,004x + 189,8 R2 =0,8235
0 2,5 5 7,5 10 12,5
Kadar SF ("/o)
R2 =0,7668
c Semen 400 (w/c 0.45)
-Poly. (Semen 400 (w/c 0.45))
15 17,5 20 22,5 25
Dari grafik diatas didapatkan regresi polinomial pangkat dua. Kadar optimum dari
silika fume didapatkan dengan mencari titik tertinggi dengan menurunkan persamaan regresi
ANALISA DATA
126
tersebut. Contoh perhitungan berikut ini adalah penentuan kadar optimum silika fume dengan
kadar semen 400 :
y = -2.7407x2 +72.004x+189.1
dy = dx
didapat x =
-5.4814 X+ 72.004 = 0
13.13
dengan cora yang soma untuk kadar semen 450 didapat harga x = 12.58.
Koefisien Determinasi (R2) adalah harga yang mengukur derajat hubungan antara
variabel x dan y, apabila antara x dan y terdapat hubungan regresi berbentuk y = f(x).
Koefisien determinasi ini bersifat bahwa jika titik diagram pencar letaknya makin dekat pada
garis regresi, maka harga R2 makin dekat kepada 1. Sebaliknya jika titik-titik itu makin jauh dari
garis regresi, maka harga R2 makin dekat kepada 0. (Dr. SUdjana, M.A., Msc.47, 1986). Bila
harga R2 dibawah 65%, maka persamaan regresi tersebut dianggap kurang mewakili titik-titik
data dan tidak bisa digunakan. Dari persamaan regresi tersebut harga R2 masing-masing
adalah 0.8235 dan 0.7668 sehingga persamaan tersebut cukup bisa mewakili titik-titk data
yang tersebar tersebut.
Dari kedua harga x tersebut, maka dipilih kadar optimum silika fume 12.5%
dengan pertimbangan titik-titik kuat tekan tertinggi berada sekitar nilai 12.5% atau kurang dan
penurunan kuat tekan terjadi untuk persentase di atasnya.
ANALISA DATA
5.2.2 KUATTEKAN BETON
5.2.2. 1 TINJAUAN PUST AKA
5.2.2.1.1 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL KUAT TEKAN BETO~
127
Kuot tekan beton pada umumnya dikatakan sebagai hal yang paling penting dari
karekteristik beton, walaupun masih ada hal lain seperti durabilitas dan permiabilitas beton.
Hal-hal yang berhubungan dengan kuot tekan beton antara lain :
l. ratio w/c
2. jumlah air efeldif dalam campuran
3. umur beton
4. komponen material, efek dari senyawa pokok pada semen memalui perbedaan
dalam senyawa dan kehalusan semen.
5. agregot kasar, antara lain :
1) ukuran agregat, ukuran nominal agregat yang lebih kecil memberikan kuot
tekan yang lebih tinggi.
2) keadaan permukaan, agregot dengan permukaan yang kasar, kuot tekan yang
dihasilkan lebih tinggi dibandingkan bila permukaannya halus.
3) demensi agregot, agregot dengan bentuk yang panjang dan pipih memberikan
kuat tekan yang lebih rendah. Bila perbandingan demensi panjang, Iebar dan
tebal agregot seimbang ( 1 : 1 : 1 ), kuot tekan yang dihasilkan lebih baik.
5.2.2.1.2 ZONE TRANSISI
5.2.2.1.2.1 Struktur dan kekuotan zone transisi
Zone transisi pada beton dijelaskan oleh JC. Maso33, 1980, sebagai berikut:
Pertama-tama, ketika spesi beton dipadatkan, selaput air terbentuk mengelilingi
partikel agregat kasar. Selanjutnya di dalam sebagian besar pasta, ion-ion kalsium,
ANALISA DATA
128
sulfat, d~n. aluminat yang terbentuk dari peruraian senyawa-senyawa kalsium sulfat
dan kalsium aluminat, bergabung untuk membentuk ettringite dan kalsium hidroksida
Ca(OH)2• Produk hidrasi ini berupa kristal-kristal yang terbentuk di sekitar agregat
kasar. Bila ratio w/c tinggi maka kristal-kristal kalsium hidroksida dan etringite yang
terbentuk relatif berukuran besar dan akan membentuk frame-frame atau
kerangka-kerangka di sekitar agregat kasar tersebut. Hal ini menyebabkan daerah
tersebut mempunyai pori (voids) yang lebih besar daripada bagian pasta semen atau
matriks mortar. lni adalah gelombang pertama dari produk hidrasi. Akhirnya, seiring
dengan berjalannya proses hidrasi tersebut, produk hidrasi C-S-H (yang bukan terdiri
dari kristal) dan generasi kedua dari krstal-kristal ettringite dan kalsium hidroksida yang
berukuran lebih kecil mulai mengisi ruang-ruang kosong yang berada di antara
rangka-rangka yang telah terbentuk sebelumnya. Hal ini membantu meningkatkan
kerapatan dan kekuatan dari zone transisi.
Gombar skemotik zone tronsisi ditunjukkon sebogoi berikut :
----------
AGGREGATE-.~----------~--~----------~-' Transition Zone Bulk Cement Paste -~------ ---~---~--. ---- ~- ---~-- ---- --- . -------------- - ---~-~ ... - - --· -
C-5-H
• (b)
C-A-5-H CH ( E ttrinoite)
0 •
Gambar 5.2.2.1 Gambar skematik zone transisi
Kareno odonya gayo odhesi (rekoton) antara produk hidrosi dan portikel ogregot,
maka tefiadi gaya torik (ikoton) von der Walls. Oleh korenonya kekuotan dori zone tronsisi
ANALISA DATA
129
tergantung dari volume dan ukuran pori pada zone transisi tersebut. Pada umur awol beton,
voiume dan ukuran pori pada daerah transisi lebih besar daripada di daerah matriks mortar,
bahkan untuk ratio w/c yang kedl sekaUpun. Hal ini menyebabkan beton pada umur awol
mempunyai kuat tekan yang relatif rendah. Kemudian dengan bertambahnya umur beton,
kekuatan zone transisi akan menyamai. bahkan melebihi kekuatan mortar. lni bisa terjadi
karena suatu reaksi kimia yang lambat antara senyawa-senyawa pokok pasta semen dan
agregat, juga menghasilkan C-S-H dan karboaluminat hidrat. Produk-produk hidrasi tersebut
berupa kristal yang mengisi zone transisi serta cenderung untuk mengurangi konsentrasi
kalsium hidroksida. Kejadian ini memberikan sumbangan kepada kekuatan beton.
Kristal-kristal kalsium hidroksida yang berukuran besar memiliki daya rekatan.yang lebih kecil,
tidak hanya dikarenakan rendahnya surface area, tetapi juga lemahnya gaya tarik van der
Walls pada daerah tersebut.
Faktor lain yang menyebabkan lemahnya kekuatan zone transisi adalah adanya
retak mikro. Jumlah retak mikro bergantung pada banyak parameter, termasuk grading dan
ukuran partikel, kadar semen, ratio w/c, dan kondisi curing. Sebagai contoh, campuran beton
dengan grading agregat yang buruk akan lebih renton terhadap segregasi, sehingga !apison
air yang cukup tebal akan terbentuk di sekitar agregat kasar, teristimewa di bawah partikel.
Semakin besar ukuran agregat, semakin tebal pula lapisan aimya. Pada kondisi ini zone
transisi renton terhadap retak, apalagi bila dibebani tarik. Pada dasarnya, beton mempunyai
retak mikro pada zone transisi meskipun belum dibebani.
5.2.2.1.2.2 Pengaruh zone transisi pada beton
Zone transisi pada umumnya adalah rantai terlemah dari ikatan beton.
Keruntuhan beton pada beban yang rendah terjadi karena adanya zone transisi. Tidak
ANALISA DATA
130
dibutuhkan energi yang besar untuk merobek retakan-retakan yang sudah ada pada zone
transisi. Gaya yang dibutuhkan untuk merusak ikatan itu berkidar antara 40 sampai 70% dari
kekuatan batasnya.
Pada tegangan yang lebih tinggi dari 70% dari kekuatan batas, konsentrasi
tekanan pada pori matriks mortar menjadi cukup besar untuk memulai terjadinya retak di
sana. Dengan adanya peningkatan tegangan, retak pada matriks mortar tersebut
perlahan-lahan menyebar sampai mereka bergabung dengan retak yang berasal dari zone
transisi. Sistem retak itu kemudian menerus dan material pun runtuh. Sebaliknya di bawah
beban tarik, retak merambat secara cepat dan pada tegangan yang arnot rendah. lnilah
sebabnya mengapa beton lebih tahan menerima beban tekan daripada tarik, dan juga
mengapa tarik beton jauh lebih rendah daripada tekanan beton.
Volume pori dan retak mikro yang terjadi pada zone transisi berpengaruh
kekakuan dan modulus elastisitas beton. Pada material yang komposit, zone transisi menjadii
jembatan tegangan antara matriks mortar dan partikel agregat kasar. Walaupun komponen
beton mempunyai kekakuan yang tinggi, kekakuan komposit bisa menjadi rendah karena
buruknya '"'tembatan· tersebut. (i.e pori-pori dan retak mikro pada zone transisi).
Karakteristik zone transisi juga berpengaruh pada durabilitas beton. Elemen beton
prategang dan perkuatan seringkali gagal karena adanya korosi baja. Tingkat korosi baja
sangat dipengaruhi oleh permebilitas beton. Keberadaan retak mikro pada zone transisi pada
bidang sentuh baja dan partikel agregat kasar adalah alasan utama beton lebih permeabel
daripada mortar. Perlu dicatat bahwa perembesan air dan udara adalah prasyarat terjadinya
korosi baja pada beton.
ANALISA DATA
5.2.2.2 PENGETESAN BETON
5.2.2.2.1 PERKEMBANGAN KUAT TEKAN
5.2.2.2.1.1 Beton Normal
131
Perkembangan kuat tekan beton normal antara rendaman air lout (Al} dan curing
normal lAB) adalah sebagai berikut :
Tabel 5.2.2.2.1.1 Data kuat tekan beton (kg/cm2) beton normal kadar semen 400 AB ·
Tabel 5.2.2.2.1.2 Data kuat tekan beton (kg/cm2) beton norm: kadar semen 400 AL
Perhitungan untuk mendapatkan harga-harga pada tabel di atas adalah soma
dengan sub-bob 5.2.1 Penentuan kadar optimum silika fume, sehingga tidak perlu dijelaskan
lagi di sini.
ANALISA DATA
600
500 -N
Dari kedua tabel tersebut dibuat grafiknya sebagai berikut :
Grafik 5.2.2.2.1 Perkembangan kuat tekan beton normal kadar semen 400
132
·~ 400 -Q .J&. -c as
.J&.
! ... as ::J ::.::
300
200
100
0 0 20 40 60 80 100 120
Umur beton (hari)
Kuat tekan beton normal pada rendaman air lout secara umum menunjukkan
penurunan dibondingkon dengon curing normal. Podo umur awol, hosil kuot tekon
rendoman AL lebih besar doripodo AB. Tetopi semakin bertomboh umur beton, terjodi
penurunon kuot tekon yang cukup signifikon.
5.2.2.2.1.2 Beton Mutu Tinggi
Perkembangon kuat tekan antara beton normal rendaman air lout (Al) dan curing
normal (AB} adalah sebagai berikut :
Dari kedua tabel tersebut dibuat grafiknya sebagai berikut :
ANALISA DATA
133
Tabel 5.2.2.2.2.1 Data kuat tekan beton (kg/cm2) beton mutu tinggi kadar semen 400, AB
:: ··.;. . -:_: :~; } ·.: :!~ '::~: ::~ . ·:~. :. :
1 3 328,29 311,69 342,19 327,39 15,27 2 7 489,56 26 513,26 502,69 12,06 3 28 751,26 33 744,26 754,95 12,94 4 56' 811 49 786,56 797,93 798,66 1 48 5 90 859,64 839,19 836,39 845,07 12,69 6 120 905,26 880,56 889,26 891,69 12,53
Tabel 5.2.2.2.2.2 Data kuat tekan beton (kg/cm2) beton mutu tin' kadar semen 400, AL
1 3 313,25 337,59 326,85 325,90 12,20
2 7 501,53 484,52 478,55 488,20 11,92
3 28 756,95 729,64 745,26 743,95 13,70
4 56 779,53 754,88 768,77 767,73
5 90 824,55 811,54 814,43 9,03
6 120 861,97 858,57 879,85 866,80 11,43
Darl Tabel5.2.2.2.2.1 dan Tabel5.2.2.2.1.2, yaitu data kuat tekan beton mutu tinggi
pado kondisi curing yang berbeda, kodor semen 400, dibuat grafiknyo sebagai berikut:
ANALISA DATA
-"' E () -t» =. c: as ~ CD .. .. as :s ~
1000
900
800
700
600
500
400
300
200
Grafik 5.2.2.2.2 Perkembangan kuat tekan beton mutu tinggi kadar semen400
+'---"-~~~~~~---:"'~....,.,;::;::;,::.~c..:...,;...,.:...,;-c.~~~=.,.,~y = 124,01 Ln(x) + 185,96
R2 =0,9633
A Beton mutu tinggi AB
c Beton mutu tinggi AL
-Log. (Beton mutu tinggi AL)
-Log. (Beton mutu tinggi AB)
134
0 20 40 60 80 100 120 Umur beton (hari)
Kuat tekan beton mutu tinggi pada rendaman air lout secara umum menunjukkan
penurunan dibandingkan dengan curing normaL Semakin bertambah umur beton,
terjadi penurunan kuat tekan yang relatif kecil.
Untuk melihat perbandingan perkembangn kuat tekan, kedua grafik tersebut
digabungkan sebagai berikut :
ANALISA DATA
-N E ..2 Cl ~ c Ill ~
.!!! .... Ill :s
:!IC
t35
Grafik 5.2.2.2.1 Perkembangan kuat tekan HPC dan NC
1000
900 ..
800
700
800 ' . """ ••o•c""" ,.,.~~~·- ·~ .. ~-~---·~"'"'''''~·-~··~- "'" """''' ·~•-'"""'"
500
400
300
200
100 0 20 40 60 80 100 120
Umur beton (hari)
Perkembangan kuat tekan antara beton normal dan beton mutu tinggi menunjukkan
perbedaan pada umur beton. Pada tahap awol perbedaannya relatlf kecll, sedangkan
pada tahap yang lebih lama, terjadi perbedaan yang cukup besar. Gejala ini dialami
untuk semua kadar semen. Penurunan kekuatan antara beton normal lebih besar
darlpada beton mutu tlnggi pada curing air lout.
5.2.2.2.2 PENURUNAN KUAT TEKAN
Dari kedua grafik tersebut bisa disimpulkan bahwa terjadi penurunan kuat tekan
pada beton dengan rendaman air lout bila dibandingkan dengan rendaman air biasa. Data
kuat tekan kemudian diolah dan ditabelkan sebago! berikut :
ANALISA DATA
Tabel 5.2.2.2.2~1.1 Data penurunan kuat tekan (kg/cm2) beton mutu tinggi kadar semen 400
Tabel 5.2.2.2.2.1.2 Data penurunan kuat tekan (kg/cm2) beton mutu tinggi kadar semen 450
136
Dari kedua tabel di atas, dibuat grafik hubungan antara penurunan kuat tekan dan
umur beton sebagai berikut :
ANALISA DATA
100
~ .. - 95 c as c :::s '-E 9o Q) 0..
85
80
137
Grafik 5.2.2.2.2.4 Penurunan kuat tekan vs umur beton
3 7 28 56 90 120
Umur beton (hari)
Penurunan lcuat telcan pada beton mutu tinggi relatif lcecil. Perbedaan yang siignifilcan
ditunjulckan pada umur beton yang lebih lama. Sedangkan untuk beton umur 3, dan 7
hari, kuat tekannya bisa naik atau turun.
Penurunan kuat tekan beton poda rendaman air lout juga berhubungan dengan
kadar semen pada campuran yang bersangkutan. lni dapat dilihat pada grafik di atas. Pada
dasamya, semakin finggi kadar semen permeabilitas beton semakin rendah sehingga
serangan kimia oleh air lout be~alan lebih lambat daripoda kadar semen yang lebih rendah.
Karena penurunannya lebih nyata pada umur beton yang finggi, maka analisanya
diambil untuk umur beton 90 dan 120 hari. Data dapat ditabelkan sebagai berikut :
ANALISA DATA
Tabel 5.2.2.2.2.1.3 Perbandingan penurunan kuat tekan (~ beton umur 120 hari
Tabel 5.2.2.2.2.1.4 Perbandingan penuruna kuat tekan (%) beton umur 90 hari
Dari kedua tabel di atas dibuat grafik sebagai berikut :
138
ANALISA DATA
95 -"i2.. 0 -c aJ c 90 :s ... :s c CD ll.
85
Grafik 5.2.2.2.2.5 Penurunan kuat tekan (%) vs kadar semen
350 375 400 425 450 475 Kadar semen (kglm3)
500 525
139
550
Penurunan kuat tekan pada beton mutu tinggi relatif kecil. Perbedaan yang siignifikan
ditunjukkan pada kadar semen yang rendah, yaitu antara 350 - 450 kgP. Pad a kadar
smen yang lebih tinggi penuruannya relatif kecil tidak lebih dari 5%.
Penurunan kuat tekan pada berbagai kadar semen tersebut bisa digrafikkan
dalam bentuk lain.Grafik kuat tekan vs. ratio w/c ditunjukkan berikut ini :
ANALISA DATA
N' E
~ ~ c: ~ -" .s ... ~ ::s
:.::
900
800
700.
600
500
400
300
Grafik 5.2.2.2.3 Kuat lekan vs ratio wlc, umur 90 hari
·---~- ··----'-~·-··-··· -·" ..
ly = 2012,9e-1
•9012
"
R2 = 0,8637
200 --~~~~~~~~~~~~~---~~~~~----~~ 0,2 0,3 0,4
ratio w/o
0,5 0,6
140
Pada grafilc: di atas, terlihat bahwa semakin kecil ratio w/c, maka garis regresi semakin
mendekat. Oleh karena itu disimpulkan bahwa semakin kecil ratio w/c, penurunan kuat
tekan yang terjadl semakln keel! pula_
ANALISA DATA
.2.3 TEST ULTRA SONIK BETON
.2.3. 1 TINJAUAN PUST AKA 49
141
Metode pengetesan ultrasonik beton telah berkembang cukup lama. Penelitian
mg dilakukan pada awalnya adalah untuk meneliti retak beton pada sebuah bendungan.
al ini dilakukan oleh Hydroelectric Power Commission of Ontario at Toronto, tahun 1947,
angan mengembangkan alat yang disebut soniscope.
Soniscope pada dasamya adalah alat yang terdiri dari pembangkit gelombang
an penerima gelombang ultrasonik. Out-put yang dihasilkan adalah waktu yang ditempuh
leh gelombang ultrasonik tersebut untuk menempuh suatu material atau sampel dari satu sisi
a sisi yang lain. Soniscope ini dilengkapi dengan alat pencatat waktu, dan waktu yang
itempuh gelombang tersebut ditampilkan pada suatu display. Perlengkapan lainnya adalah
emampuan untuk kalibrasi harga not dan out-put berupa grafik sinusoidal.
Data hasil test ultrasonik tersebut dapat langsung diterapkan untuk perhitungan
1encari:
1. Dynamic Young's Modulus of Elasticity (E), dijelaskan pada ASTM C 215-60
2. Dynamic Modulus of Rigidity (G), dijelaskan pada ASTM C 215-60
3. Dynamic Poisson's Ratio (u), berdasarkan kedua data tersebut di atas
4. Damping ability of concrete (Q)
Jntuk perhitungan penentuan data di atas dibutuhkan data lain seperti dimensi dan berat
pesimen.
Evaluasi karakteristik beton yang lain yang bisa didapat dari hasil dari test
1ltrasonik adalah setting-time, rangkak (creep), uniformity (kekompakan), dan retak beton
:racking}. Pada masalah cracking khususnya, adanya retak pada beton didasarkan pada
akta bahwa jika retak tersebut cukup Iebar, tidak terisi air, dan berada pada posisi yang tegak
Jrus dengan arah gelombang test, rambatan gelombangnya akan terhalang (blocked} dan
ANALISA DATA
142
dak ada gelombang yang terdeteksi pada bagian penerimanya. Bile retak yang ada relatif
ecil/sempit dan juga pada posisi yang tegak lurus dengan arch rambatan gelombang, make
iasanya ia akan merambat ke sekitar ujung retaken sehingga gelombang bisa terus
1erambat. Dengan demikian gelombang tersebut bisa dideteksi. Pada kasus ini, gelombang
~rsebut telah melewati garis edar yang lebih lama, dibandingkan garis edar langsung yang
1ana mendasari perhitungan kecepatan tersebut. Sebenarnya, tidak ada suatu teknik standar
ukup efektif untuk mengevaluasi keberadaan dan ukuran dari retak mikro tersebut. Studi yang
:!lah dilakukan selama ini kurang memuaskan karena hal ini berkaitan dengan kekuatan
:!ken beton yang bersangkutan. Secara khusus juga bisa dievaluasi mengenai statik modulus
•f elasticity. Penelitian tentang modulus of elasticity ini bisa dikembangkan untuk mengevaluasi
:uat tekan beton yang bersangkutan. T etapi secara umum penggunaan test ultrasonik untuk
ujuan di etas kurang mendapat perhatian.
Dalam kaitannya dengan masalah durabilitas beton, hubungan pengetesan
1ltrasonik dan durabilitas beton adalah sangat erat, seperti yang dinyatakan dalam ASTM.
~asing-masing pada ASTM C 597-83 ·standard Test Method for Pulse Velocity Through
:oncrete• dan ASTM C 666-90 ·standard Test Method for Resistance of Concrete to Rapid
=reezing and Thawing·. Pada /lSTM C 666-90 suatu faktor yang disebut Durability Factor (OF)
Jdalah angka yang mengekspresikan durabilitas beton. Untuk menghitung Durability Factor ini
iiperlukan data dynamic modulus of elasticity, disamping itu jenis testnya pun horus bersifat
1ondestructive test. Make dalam hal ini, pengetesan dengan ultrasonik adalah solusi yang
epat.
Pada penelitian ini, pengetesan dengan metode freezing and thawing tidak
::Jilakukan karena hasilnya tidak cukup berguna untuk negara 2 musim seperti di Indonesia ini.
<alaupun bisa dilakukan, penerapannya tidak terlalu banyak. Berdasarkan hal tersebut, make
ANALISA DATA
143
mgetesan ultrasonik yang dilakukan di sini hanya untuk mengetahui tingkat kerapatan beton.
sumsi yang dipegang adalah bila tingkat kerapatannya rendah, maka beton tersebut renton
~rhadap serangan air lout.
Penilaian spesimen beton yang digunakan pada penelitian ini didasarkan
:>enelitian yang dilakukan oleh leslie and Cheesman29 (1949), yang mendasarkan kondisi
beton menurut kecepatan gelombang yang melewatinya. Kriterianya adalah sebagai berikut :
Tabel 5.2.5.1.1 Penilaian Kondisi beton Leslie and Chessman, 1967
5.2.3.2 PENGETESAN BETON
Data pengetesan selengkapnya bisa dilihat pada Lampiran D. Sebagai contoh
perhitungan, diambil data dari Lampiran D, untuk beton normal.
Tabel 0.1.1.1 Data test ultrasonik (mikrodetik) beton mutu tinggi umur28 hari
ANALISA DATA
t44
Misolnyo untuk kadar semen 450 kg/m3, data kecepotan gelombang yang
didapot untuk bendo uji A odoloh: 46.9; 46.8 ; 46.4; 46 ; 46.2. Dari harga tersebut diombil
dihitung roto-ratanyo sehlngga didapat 46.5. lni adalah harga kecepaton gelombang
ultrasonik tersebut dalarn satuon rnikrodetik. Kernudian perhitungan yang soma dilakukan
juga untuk bendo uji B dan C.
Sedangkon kecepatan gelombangnya dihitung sebagai berikut :
Kecepotan = 4~~5 = 0.430107 crn/mikrodetik
otau soma dengan (0.430107 x 106)/30.48 = 14,123.29 ft per sec.
Perhitungan yang soma juga dilakukan untuk sarnpel B dan C. Kemudian dari
ketiga harga kecepatan yang didapat yaitu 14,123.29 ; 14,221.24; 14326,81 dicari rata-ratanya
dan didopatkan rata-rata kecepatan gelornbang sebesar 14,223.78 ft per sec. Bilo dilihat dari
. klasifikosi Leslie and Chessman, sampel bisa dikategorikan Good.
5.2.3.2.1 PERKEMBANGAN KERAPATAN
5.2.3.2.1.1 Beton normal
Data kecepatan gelombang melalui beton normal adalah sebagai berikut :
Tabel 5.2.3.2.1.1.1 Data kecepatan (ft/sec) beton normal
1 AB 15473 34 2 AB 14209 01
ANALISA DATA
Tabel 5.2.3.2.1.1.2 Data kecepatan (ft/sec) beton normal
1 AL 15266 33 2 400/0 51 AL 14968 68 15435
Dari data tersebut dibuat grafik sebagai berikut :
0
Grafik 5.2.3.2.1.1 Kecepatan (ftlsec) beton normal
30 60 Umur (hari)
90
145
120
Untuk beton normal dengan curing air biasa (AB}. kerapatan tertinggi pada umur 56
dan 90, sedangkan kerapatan yang terendah pada umur 28 l"!,ari. Perkembangn
kerapatan beton dari umur 28 hari ke 56 hari terjadi peningkatan walaupun relatif kecil.
Kemudian dengan bertambahnya umur beton, kerapatannya mengalami penurunan
yang kurang berarti. Secara umum kadar semen yang tinggi memperlihotkon kerapoton
yang tinggi pula.
Untuk beton normal dengon curing air lout (All, keropoton tertinggi podo umur 28 hori.
Sedangkon keropatan yang terendah pada umur 120 hari. Perkembongn kerapotan
beton dori umur 56 hori ke 120 hari mengolami penurunon yang cukup drostis.
ANALISA DATA
146
5.2.3.2.1.2 Beton mutu tinggi
Evaluasi selanjutnya pada beton mutu tinggi dengan kadar semen 350, 450 dan
550 kg/m3• Datanya ditabelkan sebagai berikut :
Tabel 5.2.3.2.1.2.1 Data kecepatan (ftlsec) beton mutu tinggi, AB
1 350/0,51 AB 16547,78 17033,82 17265,22 17751,42 2 450/0,40 AB 17533,40 1741 35 17621,33 17860,79 3 550/0,33 AB 18133,96 18623,96 18780,37 19205,50
Dari data tersebut dibuat grafik sebagai berikut :
0
Grafik 5.2.3.2.1.2.1 Kecepatan (ftlsec) beton mutu tinggi
30 60 Umur (hari)
90 120
Pada grafik di atas, disimpulkan dengan kadar semen yang tinggi kerapatan beton
semakin meningkat. Faktor lain yang cukup mempengaruhi adalah umur beton.
Semakin tinggi, kerapatannya meningkat juga, walaupun peningkatannya tidak
ANALISA DATA
147
sedrastis pada perbedaan kadar semen. Seluruh sampel menunjukkan kecepatan di
atas 15,000 ft per sec, sehingga bisa dikategorikan Excellent.
Data kecepatan gelombang melalui beton mutu tinggi pada perendaman air laut
adalah ditabelkan sebagai berikut :
Tabel 5.2.3.2.1.2.2 Data kecepatan (ftlsec) beton mutu tinggi, AL
0 CD tn
£
Dari data tersebut dibuat grafik sebagai berikut :
Grafik 5.2.3.2.1.2.2 Kecepatan (ft/sec) beton mutu tinggi
s 15000 +-~-~~~~~,----..-'~___:_,..--~~-__._;.~~~~--~~--l t1S a. CD 0 CD ~
12500 --t-,.......---......,---~~------'--...;.....-----'---~--"--1 __..._Kadar semen 450
-M- Kadar semen 550
0 30 UmuPCO,ari) 90 120
ANALISA DATA
148
5.2.3.2.2 HUBUNGAN KERAPATAN VS KUAT TEKAN
Perhitungan kuat tekan ini didasarkan pada perumusan o!eh C!"-.efdeville20 (1953).
Sedangkan untuk menghitung dynamic modulus of elasticity didasarkan pada perumusan oleh
Chessman29 (1949) dan bukan pada ASTM C 215-60. lni disebabkan data yang dibutuhkan
oleh ASTM adalah frekuensi gelombang (cycles per sec), sedangkan data yang ada adalah
kecepatan gelombang (ft per sec).
Hubungan kuat tekan dan dynamic modulus of elasticity menurut Chefdeville
adalah sebagai berikut :
dimana,
Ed = dynamic modulus of elasticity
k = konstanta
fc
berikut:
dim ana,
Ed
v
d
= kuat tekan beton
Perumusan dynamic modulus of elasticity, Ed menurut Chessman adalah sebagai
Ed ~ 0.000216 X V2 X d X 0.849 I
= dynamic modulus of elasticity
= kecepatan gelombang
= berat jenis beton
(psi)
(ft per sec)
llb/ft3)
ANALISA DATA
149
Persarnaan di atos berloku untuk beton dengan berot jenis 140 lb/ft3 {2.2 t/rn~) dan hurga
Poisson's Ratio 0.24. Untuk keadaan di luar ketentuan di atas, konstanta-konstanta tersebut
tidak bisa diterapkan.
Untuk itu konstanto 0.849 dimodiflkasikan dengan pertimbongon sebagai berikut:
~ Poisson's Ratio untuk beton kekuolon linggi dengon kuot tekan 8,000 sarnpai
11,600 psl(55 sarnpai 80 Mpa) berkisar antora 0.20 don 0.28. Di samping ifu,
Perenchio and Klieger" juga menyirnpulkan Poisson's Ratio akan cenderung
turun dengan meningkatnya faktor air semen {ratio w/c). Jodi dengan beton
kuat tekan yang tinggi, harga Poisson's Ratio juga rneningkat.
~ Berat jenis beton kuat tekan tinggi agak sedikit lebih tinggi daripada beton
normal {ACI Committee 212}.
~ Hubungan Modulus Elastlsitas beton kekuatan tlnggl dengan kuat tekan beton
dirumuskan dalam ACI Committee 212 sebogai berikut:
Ec = 3320 .jfc' + 6900 MPa
untuk 21 Mpa < fc' < 83 Mpa
Persamaan di at as memberikan harga modulus elastisitas bet on kekuatan tinggi antara 22,114
MPa sampai dengan 37,146 MPa.
Dengan pertimbangan di atas, maka konstanta 0.849 digantikan dengan 0.471.
5.2.3.2.2.1 Beton normal
Data kecepatan gelombang , dan kuat tekan untuk beton normal ditabelkan
sebagai berikut :
ANALISA DATA
Tabel 5.2.3.2.2.1.1 Data kecepatan gelombang (ft per sec) dan kuat tekan beton (kg/cm2) beton normal kadar semen 450
4 120
Tabel5.2.3.2.2.1.2 Data kecepatan gelombang (ft per sec) dan kuat tekan beton (kg/cm2) beton normal kadar semen 400
150
Sebagai contoh perhitungan diambil untuk umur beton 28 hari dengan kadar
semen 450 kg/m3:
0 dynamic modulus of elasticity,
Ed = 0.000216 X 14223.78 2 X 155.908 X 0.471
= 3,209,025.1 psi = 2.213x 105 kg/cm2
0 kuat tekan beton,
2.213 X 105 = K X 446.6 t
didapat nilai konstanta k = 28,946.9
ANALISA DATA
151
Selanjutnya dari kedua tabel di atas, hubungan antara kerapatan dan kuat tekan
beton digrafikkan sebagai berikut :
Grafik 5.2.3.2.2.1 Hubungan kecepatan gelombang dan kuat tekan
700 "'T"'7~~....,..,..,~~-~__,.,._..,.,.,._..,.,.,.--....,..,..,.,..-~...,.,....,~Y = 0,0637x -470,57
R2 = 0,9034
~500~~~~++~~++~++~~~~?A~~~~~~~~~~~~ 0 -C) ~ -i400~~~~~~~~24~~~~~~~~~~ ~ .s ... ~300 ~~~~~~~~++~~~~~~~--~~~~~~~~~-,n ~
100 +--------r~----~~~~--~~----------~-.r-----~ 13500 14000 14500 15000 15500 16000 16500
Kecepatan (ft per sec)
Pada beton normal, konstanta yang menunukkan hubungan antara kecepatan
gelombang dan kuat tekan berkisar antara 10,000,000 sampai 12,000,000. Semakin
tinggi kuat tekan, semakin besar kecepatan gelombangnya. Sedangkan kemiringan
garis regresi lebih besar pad a kadar semen 450 dibandingkan kadar semen 400.
5.2.3.2.2.2 Beton mutu tingg
Data kecepatan gelombang dan kuat tekan untuk beton mutu tinggi ditabelkan
sebagai berikut:
ANALISA DATA
Tabel5.2.3.2.2.2.1 Data kecepatan gelombang (ft. per sec) dan kuat tekan beton (kg/cm2) beton mutu tinggi kadar semen 350
Tabel5.2.3.2.2.2.2 Data kecepatan gelombang (ft. per sec) dan kuat tekan beton (kg/cm2) beton mutu tinggi kadar semen 450
Tabel5.2.3.2.2.2.3 Data kecepatan gelombang (ft. per sec) dan kuat tekan beton (kg/cm2) beton mutu tinggi kadar semen 550
Dari ketiga tabel di atas dibuat grafik sebagai berikut :
152
ANALISA DATA
-N E .E 0)
~ r:: Ill
.:&. CD .... .... Ill :::J ~
1400
1200
1000
800
600
400
200
Grafik 5.2.3.2.2.2 Hubungan kecepatan dan kuat tekan beton mututinggi
0 Kadar semen 550
[] Kadar semen 350
0 Kadar semen 450
-Linear (Kadar semen 550)
-Linear (Kadar semen 450)
-Linear (Kadar semen 350)
0~~~~22~22~~~~~~==~====~==~ 16000 16500 17000 17500 18000 18500 19000 19500 20000
Kecepatan gelombang (ft per sec)
153
Dari grafik di atas, bisa disimpulkan bahwa kecenderungan garis regresi akan semakin
tajam seiring dengan bertambahnya kuat tekan beton. Hal ini ditunjukkan dengan
koefisien X untuk kadar semen 550 yaitu 0.2 yang lebih besar daripada untuk kadar
semen 350 yaitu 0.09.
Faktor yang mempengaruhi hubungan kuat tekan dan kecepatan gelombang
ultrasonik lebih bergantung pada beton yang bersangkutan, misalnya :
1. kadar semen.
2. proporsi campuran.
3. umur beton.
Pada beton mutu tinggi kemiringan garis regresi akan semakin tajam sesuai
dengan proporsi kadar semennya. Hal yang soma juga diperlihatkan untuk beton normal.
Pada dasamya semakin tinggi kadar semen, maka harga tangent tersebut akan semakin
ANALISA DATA
154
meningk:ot. lni dimungk:ink:an, k:arena semen . dan silik:a fume sebagai bahan · perek:ot
memberik:an k:ontribusi terbesar untuk: k:erapatan beton, bile dibandingk:an dengan material
beton yang lainnya seperti kerik:il dan pasir. Pada beton dengan rendaman air lout, senyawa
yang terbentuk: ak:ibat serangan k:imia O.e., ettringite, brucite, portlandite dan gypsum) tidak:
memberik:an sumbangan yang cuk:up berarti bagi kerapotan beton. Di samping itu, retak:
mikro yang terjadi pun belum begitu besar. Hal ini ditunjukk:an dengan pecahnya agregot
kasar pada pengetesan beton mutu tinggi dengan umur muda. Dibandingkan dengan beton
normal pada umur muda, pecah beton akan terjadi pada mortar. lni menunjukk:an kekuatan
mortar beton mutu finggi yang melebihi dari k:ek:uotan agregot k:asar tersebut. Sehingga
disimpulk:an retak: mikro belum berada pada tahap yang merugikan, walaupun retak mikro
tersebut pasti terjadi terutama pada zone transisi.
Pada koncftsi lingkungan air lout, senyawa perusak yang mungkin terbentuk
selama perendaman adalah :
1. brucite,
Senyawa ini hanya terbentuk pada permuk:aan beton, sehingga keberadaannya tidak
begitu mempengaruhi kerapatan beton.
2. kapur (portlanditeJ,
Senyawa ini pasti terbentuk, baik untuk beton normal maupun beton mutu finggi.
Kadar kapur pada beton mutu tinggi bisa dikurangi dengan adanya silik:a fume.
Kapur bisa dikotakan mempengaruhi kerapatan beton secara tidak langsung. Hal ini
dik:arenakan senyawa k:apur tersebut nanfinya akan membentuk ettringite bile
bertemu dengan senyawa-senyawa sulfot dan ion k:lor yang terkandung dalam air
lout O.e. MgC~ dan MgSOJ
ANALISA DATA
155
3. ettringite,
Ettringite ini secara jelas mempengaruhi kerapatan beton. Karena bile menyerap air,
volume beton bisa meningkat sampai duo kali lipatnya. Oleh karena itu, beton pede
daerah basah-kering (pesang-surut} make akan renton karena akan timbul retak-
retak pede beton. Ettringite ini pasti terbentuk karena CaA dari semen akan bereaksi
dengan senyawa sulfat dan klor yang tekah terbentuk sebelumnya.
4. gypsum, bisa menyebabkan keropos pada beton.
Dengan gambaran di etas bisa disimpulkan bahwa senyawa yang paling
mempengaruhi reaksi-reaksi peda air lout adalah senyawa sulfat dan ion-ion klor. Padahal, air
lout selalu membawa ion ldor dengan berikatan dengan natrium, membentuk NaCI. Senyawa
sulfat juga tidak mungkin dihindari karena sulfat sangat reaktif dan bisa mengikat ke banyak
senyawa.
5.2.4 POROSIT AS BETON
5.2.4. 1 PERKEMBANGAN POROSITAS BETON
5.2.4.1.1 BETON NORMAL
Data porositas untuk beton normal dengan curing normal adalah sebagai berikut :
Tabel 5.2.4.1.1.1 Data porositas beton normal (%) curing normal, kadar semen 400
No. Umur .:>:: Porositas (%} > .'· <Mean.··.: ··(hari) .:·A·':,<'· >> 8 < ··:·.·:=· .····c···> : ..
1 28 3,366 3.621 3,400 3.463 2 56 3.493 3.640 3,205 3.446 3 90 3,488 3.524 3,308 3.440 4 120 3.429 3,445 3.440 3.438
ANALISA DATA
-~ C> -11)
CIS .. ·;; 0 ~
0 a..
3,5
3,4
3,3
Tabel 5.2.4.1.1.2 Data porositas beton normal (%) curing normal, kadar semen 450
No. Umur•··· .. •·•· • ·.·.· Porositas ('tlol > < · .. ·~~n .. .. ·Chari)·· .· .. ·A ·······•··· B·······•···••········•·•···.···•·····C · .· ..• ... .. } ...
1 28 3,501 3.512 3.291 3.435 2 56 3,251 3.668 3.342 3.420 3 90 3,355 3.551 3.281 3.396 4 120 3,376 3,390 3,386 3,384
Dari kedua tabel di atas, dibuat grafiknya sebagai berikut :
Grafik 5.2.4.1.1.1 Porositas dan umur beton normal, AB
28 5S Umur (hari) 90 120
156
Porositas beton normal dengan curing normal menunjukkan penurunan, sesuai dengan
bertambahnya umur beton. Pada beton normal dengan kadar semen 400 kg/m3,
porositasnya lebih tinggi daripada kadar semen 450 kg/m3• Dengan kat a lain,
kerapatan beton akan meningkat bila kadar semennya ditambah.
Data porositas untuk beton normal dengan rendaman air lout adalah sebagai
berikut:
ANALISA DATA
-~ 0 -til s ·- 3,4 til 0 5 0..
3,3
3,2
Tabel 5.2.4.1.1.3 Data porositas beton normal (%) rendaman air laut, kadar semen 400
No. Umur . · <' . · Porositas (%) ' .: ·. .. Mean .·
., A .oo· B :/·: ·.C ••·,'
1 28 3,420 3,403 3,592 3,472 2 56 3,466 3,504 3,479 3__,_483 3 90 3,515 3__,_524 3,467 3__,_502 4 120 3,537 3__,_526 3__,_494 3__,_519
Tabel 5.2.4.1.1.4 Data porositas beton normal (%) rendaman air laut, kadar semen 450
No. Umur> ···'.I ' / Porositas (GJ.,) ) , .•.•. ,,:··:·•'•·••·.•:. Mean . , .. . > A ·•· ·. · ·· B \ ,) C• •'. C) ••····.
1 28 3,484 3_1428 3__,_421 3 444 2 56 3,450 3_,_451 3,485 3,462 3 90 3,462 3,469 3,493 3,475 4 120 3,453 3,507 3,502 3 487
Dari kedua tabel di atas, dibuat grafiknya sebagai berikut :
Grafik 5.2.4.1.1.2 Porositas dan umur beton
28 56 90 120 Umur (hari)
157
ANALISA DATA
-~ 0 -
158
Porositas beton normal dengan rendaman air lout menunjukkan penurunan, sesuai
dengan bertambahnya umur beton. Pada beton normal dengan kadar semen 400
kg/m 3, porositasnya lebih tinggi daripada kadar semen 450 kg/m3• Perilaku lni kurang
lebih soma dengan beton normal pada curing normal.
Grafik 5.2.4.1.1.3 Porositas dan umur beton normal
It) as ~.4 0 .... 0
Q.
3,3
3,2
28 56 90 120 Umur (hari)
Porositas beton normal dengan curing normal dan rendaman air lout ditunjukkan pada
grafik di atas. Pada duo campuran dan kondisi perendaman yang berbeda tersebut,
keduanya menunjukkan gejala yang hampir soma. Secara keseluruhan porositas beton
mengalami penurunan sesuai dengan bertambahnya umur beton. Kecuali pada
rendaman air lout, porositanya meningkat sesuai dengan bertambahnya umur beton.
Selain itu, pada campuran yang soma (kadar semen yang somal, perbedaan porositas
pada duo kondisi perendaman tersebut menunjukkan peningkatan sesuai dengan umur
beton. Pada beton normal dengan kadar semen 400 kg/m3, porositasnya lebih tinggi
daripada kadar semen 450 kg/m 3 •
ANALISA DATA
-------------
159
5.2.4.1.2 BETON MUTU TINGGI
berikut:
Data porositas untuk beton mutu tinggi dengan curing normal adalah sebagai
Tabel 5.2.4.1.2.1 Data porositas beton mutu tinggi curing normal, kadar semen 350
No. -.-Umur. - / •--- Porositas(%) .----_---·-- ---_·· 1 Mean··----- -
- <A>-- -··-- B .c _-_-.... -1 28 3,463 3,314 3,389 3,389 2 56 3.499 3.410 3,208 3,372 3 90 3,424 3,246 3,382 3,351 4 120 3,340 3,378 3,250 3,323
Tabel 5.2.4.1.2.2 Data porositas beton mutu tinggi curing normal, kadar semen 400
No. Umur Porositas('tlo)·-•····· ·Mean ----A B ••.-- c -- r
1 28 3,215 3,340 31_572 3,376 2 56 3,304 3,494 3,337 3,378 3 90 3,495 3,462 3138 3 365 4 120 3,330 3~_251 3,462 3,348
Tabel5.2.4.1.2.3 Data porositas beton mutu tinggi curing normal, kadar semen 450
No. Umur- -•··--· I Porositas (%)··--_--
1 Mean •••••
A .•/s ·--- --.-c 1 28 3,1404 3,3431 3,5923 3,359 2 56 3,5017 3,3060 3,2568 3,355 3 90 3,3609 3,2346 3,4896 3~_362
4 120 3,3403 3,3473 3,3533 3,347
ANALISA DATA
Tabel 5.2.4.1.2.4 Data porositas beton mutu tinggi curing normal, kadar semen 500
No. Umur Porositas (%) · > .•. ··•·••· ·.·· .. · .Mean.···•··· . .
. >A . . . ../ .. . ..
········ ·······
.... ... ·· ·a · .. c·.········· .. · ...
1 28 3,350 3,525 3,179 3 351 2 56 3,252 3,340 3,401 3,331 3 90 3,313 3194 3,462 3,323 4 120 3,298 3,316 3,325 3,313
Tabel 5.2.4.1.2.5 Data porositas beton mutu tinggi curing normal, kadar semen 550
No. Umur Porositas (OA.l • · Mean ·.·· .. A ··.<.
.. a•·•···•···•·•····• c··· .·· .. ····· ..... ·
1 28 3 505 3,132 3,354 3,330 2 56 3 287 3,198 3,457 3,314 3 90 3 452 3,150 3,319 3,307 4 120 3,291 3,298 3,288 3,292
Dari kelima tabel di atas, dibuat grafiknya sebagai berikut :
160
ANALISA DATA
~ ~ It)
.s -;; 0 s.. 0
Q.
3,4
3,3
3,2
Grafik 5.2.4.1.2.1 Porositas dan umur beton mutu tinggi, AB
28 56 90 Umur (hari)
II Kadar semen 400
0 Kadar semen 450
0 Kadar semen 500
120
161
Porositas pada beton mutu tinggi pada curing normal diperlihatkan pada grafik di atas.
Secara umum bisa dilihat bahwa porositas beton mutu tinggi lebih kecil dibandingkan
dengan beton normal. Pada dasarnya, perilaku porositas yang ditunjukkan oleh beton
normal maupun beton mutu tinggi adalah soma. Perbedaannya hanyalah pada
besarnya porositas terse but.
Sedangkan data porositas untuk beton mutu tinggi dengan rendaman air lout
adalah sebagai berikut :
Tabel 5.2.4.1.2.6 Data porositas beton mutu tinggi rendaman air laut, kadar semen 350
No. Umur. Porositas (%) Mean
(hari) : .· A 8 c
1 28 3,377 3,375 3 397 3,_383 2 56 3,394 3,369 3,393 3,385 3 90 3,398 3,398 3,388 3,395 4 120 3,395 3,355 3,462 3,404
ANALISA DATA
Tabel 5.2.4.1.2. 7 Data porositas beton mutu tinggi rendaman air laut, kadar semen 400
No.
1 2 56 3 90 4 120
Tabel 5.2.4.1.2.8 Data porositas beton mutu tinggi rendaman air laut, kadar semen 450
1 2 56 3 90 4 120 3,376
Tabel5.2.4.1.2.9 Data porositas beton mutu tinggi rendaman air laut, kadar semen 500
No. Umur> li.: · ·····•·>Porositasff~ ······· Mean (hari) .. · ... -:··· Ar· •.•..•. f8)i> ., ic:·• ...•...
1 28 3.326 3_,_366 3,335 3,342 2 56 3.350 3_,_338 3,353 3 347 3 90 3.293 3_,_397 3,381 3_1_357 4 120 3.355 3.415 3,316 3,362
Tabel5.2.4.1.2.10 Data porositas beton mutu tings rendaman air laut, kadar semen 550
No. Umur) r> ··• Porositas~lo/ol _;__···.···· ··.···· Mean (
. ···.·.·:.:·
(hari) t A .. ·. <a· i .·<c .• } \ .
1 28 3,338 3,314 3_1_312 3,321 2 56 3,343 3,334 3_,_319 3,332 3 90 3,362 3,325 3,342 3,343 4 120 3,355 3,350 3,333 3,346
162
ANALISA DATA
-~ ~ Ill s 0 0 I-0 ll.
163
Dari tabel"-tabel tersebut, dibuat grafiknya sebagai berikut :
Grafik 5.2.4.1.2.2 Porositas dan umur beton mutu tinggi, AL
3,4
3,3
3,2
28 56 Umur (hari) 90 120
Porositas pada beton mutu tinggi pada rendaman air lout diperlihatkan pada grafik di
atas. Secara umum bisa dilihat bahwa porositas beton mutu tinggi lebih kecil
dibandingkan dengan beton normal. Pada dasarnya, perilaku porositas yang
ditunjukkan oleh beton normal maupun beton mutu tinggi adalah soma. Perbedaannya
hanyalah pada besarnya porositas tersebut. Selain itu, porositas beton rendaman air
lout mengalami peningkatan sesuai dengan umur beton.
Gabungan dari kedua grafik beton mutu tinggi tersebut adalah sebagai berikut :
ANALISA DATA
164
Graflk 5.2.4.1.2.3 Porosltas vs umur beton mutu tlnggl
28 56 Urnur (horil 90 120
Porosltas pada beton mutu tlnggl pada l<edua Ienis rendaman dlperllhatl<an pada grafik
dl afas. Secara umum bisa dilihat bahwa pada befon mutu finggi dengan curing
normal, porosltasnya leblh kecll dibandlngkan dengan rendaman air lout. Dengan
bertambahnya umur beton, rendaman air lout memberikan porositas yang lebih besar
darl pada curing normal.
5.2.4.1.3 PERBANDINGAN BETON NORMAl DAN BETON MUTU TINGGI
Dari tabel-tabel dan grofik-grofik di atas, dibuat grafik gabungan antara beton
normal dan beton mutu tlnggi dengan curing normal dan rendaman air lout pada kadar
semen 450 kg/m3• Hasilnya dalah sebagai berikut :
ANALISA DATA
165
-------·--------------------------,
Graflk 5.2.4.1.2.4 Porosltas dan umur beton NC dan HPC, kadar semen 450
3,5
~ .._.. II)
Ill ~.4 e 0
CL.
3,3
3,2 28 56 Umur (harl) 90 120
L----------------------------------------------------------------~
Porosltas pada beton normal dan beton mutu linggi, untuk kedua jenis rendaman
dengan kadar semen 450 kg/m~ diperlihatkan pada grafik di atas. Secara umum bisa
dillhat bahwa perbedaan porositas beton normal dengan beton mufu flnggi cukup
slgnlflkan. Pada beton normal maupun beton mutu tlnggl curing normal, porosltasnya
menurun sesuoi dengon bertambanya umur beton. Sedangkan untuk rendoman air
lout, porosifasnya justru meningkaf sesuoi dengan berfombonhya umur beton.
Penelitian porositas porositas beton poda dosornyo hamplr soma dengon
kerapatan beton. Data penelitian keduanya menunjukkan hal yang berkebalikan. Bila porositas
beton tlnggl berarti kerapatannya rendah, sebaliknya bila porositasnya rendah kerapatannya
tinggi. Keduanya juga mempunyai hubungan dengan kuat tekan beton. Bisa dikatakan
semakin kuat beton tersebut, maka kerapatannya tinggi dan porositasnya rendah.
ANALISA DATA
5.2.5 DIFRAKSI SINAR·X
5.2.5. 1 TINJAUAN PUST AKA 19
167
Selama ini. ukuran atom yang kecil menjadi hambatan untuk mempelajari struktur
kristal suatu senyawa. Dengan pengetesan metode difraksi sinar-x ini. hal tersebut bisa diatasi
bahkan banyak pemahaman tentang atom dan molekul pada masa sekarang dihasilkan dari
metode difraksi sinar-x. Penjelasan singkat mengenai fenomena difraksi. penggunaan sinar-x
dan jarak antar bidang dalam suatu atom serta bagaimana struktur kristal disimpulkan
dijelaskan berikut ini.
Difraksi terjadi ketika sebuah gelombang bertabrakan dengan serangkaian
penghalang atau penghambat dengan jarak atau spasi yang teratur, yang mana penghalang
tersebut:
1. mampu menyebarkan atau menghamburkan gelombang. dan
2. mempunyai jarak atau spasing yang sebanding dengan besamya panjang
gelombang.
Selanjutnya. difraksi adalah akibat dari hubungan yang terjadi antara duo atau lebih
gelombang yang telah dihamburkan oleh penghalang.
Perhatikan gelombang 1 dan 2 pada Gombar 5.2.5.1.1 di bawah ini. Kedua
gelombang tersebut mempunyai panjang gelombang yang soma A.. dan dalam fase pada titik
0 - 0'. Misalkan kedua gelombang tersebut terhambur sedemikian rupa sehingga melintasi
garis edar yang berbeda dari yang semula. Hubungan fase antara gelombang yang tersebar
akan tergantung pada perbedaan panjang garis edar. suatu kemungkinan terjadi ketika
perbedaan panjang garis edar ini adalah jumlah integral dari panjang gelombang. A.. Pada
gambar tersebut gelombang yang tersebar ini yaitu 1' dan 2' masih berada pada fase yang
soma. Mereka dikatakan soling memperkuat gelombang satu soma lain, hal ini ditunjukkan
ANALISA DATA
168
dengan perbesaran amplitude. Hasil out-put kedua gelombang tersebut seperti ditunjukkan
pada gambar. lnilah yang disebut sebagai difraksi. Difraksi tersebut dinyatakan sebagai suatu
susunan dari sejumlah besar hamburan sinar atau gelombang yang soling memperkuat satu
soma lain.
0
'ul
-···.!'!_! ____ .
Gambar 5.2.5.1.1 (a) Dua gelombang yang tetap berada pada
fase yang sama, saling menguatkan sehingga menghasilkan
difraksi, (b) Dua gelombang yang sa ling merusak dan tidak
terjadi difraksi
Hubungan antar fase lain yang mungkin antara hamburan gelombang adalah
soling melemahkan. Perbedaan panjang garis edar setelah tersebar adalah suatu angka
integral dari setengah panjang gelombang semula. Superposisi dari kedua hamburan
gelombang yang berbeda fasenya tersebut soling melembahkan. Hamburan gelombang
tersebut ketuar dari fasenya yang menyebabkan gangguan pada amplitude, sehingga
gelombang yang dihasilkan relatif kecil (resultan gelombangnya mempunyai amplitude nol,
ANALISA DATA
169
lihat gambar}. Secara umum, out-put yang dihasilkan adalah gabungan dari kedua kondisi
fase gelombang tersebut, yaitu perkuatan gelombang yang hanya sebagian saja.
5.2.5.1.1 DIFRAKSI SINAR-X · .
Sinar-x adalah suatu bentuk radiasi elektromagnetik dengan energi yang tinggi
dan panjang gelombang yang relatif pendek. Ketika sorotan sinar -x menimpa suatu material
padat, sebagian dari sinar tersebut akan tersebar ke segala arah. Hal ini te~adi karena
adanya partikel-partikel elektron di dalam tiap atom atau ion material tersebut, yang terletak di
dalam garis edar sinar-x.
Keadaan pada saat terjadinya difraksi diterangkan dengan susunan atom pada
satu priode, pada gambar berikut ini :
--Q--::--o----o---·o----o----Q----0-~
Gambar 5.2.5.1.2 Difraksi sinar-x pada bidang atom A-A' dan 8-8'
Misalkan ada dua bidang atom yang parallel A-A' dan B-B' pada gambar berikut
ini. Kedua bidang atom tersebut dipisahkan dengan spasing dhld· Sinar-x dengan panjang
ANALISA DATA
170
gelombang A menimpa duo bidang atom tersebut pada sudut 8. Duo sinar pada sorotan ini
misalnya 1 dan 2 dihamburkan oleh atom P dan Q. Hamburan sinar ini adalah 1' dan 2' yang
terjadi juga pada sudut 8. Difraksi terjadi apabila panjang gelombang A, sejumlah n buah,
adalah soma dengan panjang sa + QT. lni adalah prinsip sederhana dari Hukum Bragg, dan
dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut :
nA = d hkl sin{} + d hid sin 8 = 2 d hid sin 8
Persamaan di atas menyatakan hubungan yang sederhana antara panjang gelombang
sinar-x dengan jarak antar atom. Bila keadaan yang dinyatakan dalam hukum Bragg tidak
terjadi maka tidak akan cukup terbentuk sinar r dan 2'. lni menyebabkan nilai intensitas sinar
terdifraksi berharga rendah.
5.2.5.1.2 TEKNIK DIFRAKSI
Teknik difraksi yang umum digunakan adalah dengan menggunakan sampel
berupa bubuk (powder). Setiap partikel bubuk tersebut adalah kristal. Karena banyaknya kristal
tersebut dengan orientasi atau arah yang tak beraturan akan memungkinkan atau menjamin
bahwa beberapa partikel terorientasi ke arah yang benar.
Diffractometer adalah alat yang digunakan untuk menentukan sudut-sudut yang
mana difraksi tersebut bisa terjadi pada sampel bubuk. Cora kerja diffractometer bisa
digambarkan sebagai berikut :
ANALISA DATA
171
Gambar 5.2.5.1.3 Skema alat difraksi sinar-x
KETERANGAN :
s
0
spesimen bubuk dalam bentuk lapisan rata pada penyangga yang bisa
berputar
titik dimana spesimen diletakkan dan bisa berputar pada sumbunya, sumbu 0
ini kedudukannya tegak lurus bidang datar
T titik sumber sinar-x dipancarkan ke arah spesimen di titik 0
C detektor yang berfungsi untuk menghitung (Counter) intensitas sinar yang
terdifraksi
Spesimen (S), sumber sinar-x ffi dan Counter (C) berada pada satu bidang datar.
Counter C ditempelkan pada tempat atau wadah yang bisa bergerak dan bisa
berotasi mengelilingi sumbu 0. Sudut perputaran Counter dinyatakan sebagai 28 dan dapat
dilihat skala (lihat gambar). Spesimen dan wadahnya bergandengan sehingga secara
ANALISA DATA
172
mekanis rotasi spesimen sebesar Ornenyebabkan rotasi sebesar 2(} pada Counter. Hal ini
untuk menjamin supaya sudut pantul tetap terjaga soma dengan yang lainnya.
Soot Counter bergerak pada kecepatan sudut yang konstan, bersamaan dengan
itu juga memonitor intensitas sinar yang terdifraksi oleh spesimen. Secara otomatis sebuah
perekam pada Counter akan memplot intensitas sinar terdifraksi tersebut. lntensitas sinar
terdifraksi itu dinyatakan sebagaf fungsi dari 20. 2(} dinyatakan sebagai sudut difraksi
(diffraction angles), yang mewakili sumbu x, sedangkan intensitas sinar terdifraksi sebagai
sumbu y. Pada gambar berikut ini ditunjukkan polo difraksi untuk spesimen bubuk timah.
Puncak-puncak intensitas tinggi pada gambar disebabkan kondisi difraksi Bragg memuaskan
atau gelombang tersebut sesuai dengan hukum Bragg.
(111)
Otttractton angle 29
Gambar 5.2.5.1.4 Pola difraksi dari serbuk timah
Puncak-puncak intensitas yang tinggi disebabkan ketika kondisi difraksi Bragg
terjadi dengan cukup memuaskan oleh sekelompok bidang kristal pada spesimen.
Teknik difraksi yang lain adalah dengan menggunakan toto, dimana intensitas
sinar terdifraksi dan posisinya terekam dalam film.
Salah satu kegunaan utama dari difraktometer sinar-x adalah untuk menentukan
strukutr kristal suatu senyawa. Dari posisi sudut-sudut puncak difraksi bisa ditentukan ukuran
ANALISA DATA
173
suatu sel dan bentuk geometrinya. Hal ini disebabkan karena susunan atom di dalam suatu
uriit sel ada hubungannya dengan puncak-puncak intensitas tersebut.
5.2.5.2 PENGETESAN BETON
Pada bagian ini akan diteliti susunan kristal portlandite (kapur), ettringite, gypsum,
dan brucite pada sampel beton. Pengetesan dilakukan dengan alat X-Ray Diffractometer JEOL
JDX 3530 di laboratorium Dasar Bersama (LOB), Universitas Airlangga, SUrabaya.
Untuk menentukan sudut difraksi 20 dari senyawa-senyawa di atas diambil acuan
menurut P.K. Mehta35 (1976), yaitu tentang studi kasus serangan kimia pada Fort Peck Dam di
Montana. Berdasarkan referensi tersebut sudut difraksi adalah 9° sampai dengan 2SO.
Sedangkan pada penelitian ini dengan pertimbangan untuk sedikit memperluas range, maka
ditentukan sudut difraksi 5° sampai dengan 40°.
Data yang didapatkan dari hasil pengetesan adalah :
0 Standard Measurement, yang memperlihatkan hasil pengamatan sampel berupa
grafik intensitas difraksi sinar-x. SUmbu x mewakili sudut difraksi 20, sedangkan
sumbu y mewakili intensitasnya. Data teknis lainnya disertakan pada bagian bawah,
Measure Conditions.
0 Peak Search, yang merupakan pengolahan lebih lanjut dari data Standard
Measurement. Pada bagian ini data diperlihatkan dalam bentuk grafik dan tabel.
Grafiknya memuat data d-value yaitu jarak interplanar (dhicd, sedangkan tabelnya
memberikan data yang lebih lengkap diantaranya sudut difraksi 20, d-value,
besamya intensitas dan perbandingan intensitas pada suatu titik dengan intensitas
yang paling tinggi (1/lo) dari sampel yang bersangkutan.
ANALISA DATA
174
• Search Match, yaitu bagian pencocokan hasil pengetesan dengan senyawa yang
ingin kita pastikan keberadannya, yang mana pada penelitian ini adalah kapur,
ettringite, gypsum, dan brucite.
Sampel tersebut diambil dari beton umur 120 hari adalah sebagai berikut :
1. Semen 1, untuk beton normal, curing air lout, kadar semen 450 (NC/AU450)
2. Semen 2, untuk beton mutu tinggi, curing air biasa, kadar semen 375
(HPC/ AB/37 5)
'
3. Semen 3, untuk beton mutu tinggi, curing air lout, kadar semen 400
(HPC/ AU400)
4. Semen 4, untuk beton normal, curing air biasa, kadar semen 400 (NC/AB/400)
Data selanjutnya adalah sebagai berikut :
ANALISA DATA
5.00 10.no !i.OO 2o:oo
11 )>
Filename semen-l.std Step angle (deg.) z )o Sample name semen 1 Count time (sec) r Operator ncrne Voltage (kV) -~ Measurement date 1997 /Jul/ 2 Current (rnA)
c Measurement method Step Target name
~ Measurement axis 2-theta/theta Divergence slit
~ Mode Ordinary Receiving slit
2s:oo JO:oo Js:oo
0.040 Scattering slit 1.00 40.00 30.00 Smoothing points Cu Smoothing limes 1 (degree) 2-thela correction angle
0.2(mm)
4o:oo
U'l
.,,., ... ,.,./.,., ... ,.,.·.·.,.·.! ~ U'l
semen-l.std
1 (degree)
0 0 0.00
N -·:.....
~ m z __,
I -(j
-------------------------------------------------~------------------------------------------------------------------------------------------------------------
\
No. l 2-theta d-value INT. 1/lo No. 2-lheta d-value INT. 1/lo I No. I 2-lheta I d-value I INT. I 1/lo
5.890 14.99263 691 55 21 31.610 2.82813 616 49
2 6.330 13.95144 678 54 22 32.170 2.78016 597 47
3 11.250 7.85864 790 63 23 33.330 2.68601 488 39
4 13.650 6.48182 506 40 24 34.130 2.62486 738 58
5 14.210 6.22761 468 37 25 35.650 2.51635 640 I 51
~I 15.610 5.67209 468 37 26 37.130 2.41937 403 I 32
17.370 5.10113 450 36 27 38.050 2.36296 490 I 39
81 18.050 4.91046 839 66 28 38.810 2.31842 435 34
1: I 18.690 4.7 4373 500 40 29 39.530 2.27784 445 35
20.250 4.38167 434 34
111 22.010 4.03511 665 53
12 22.770 3.90212 517 41
13 23.650 3.75888 596 47
14 24.490 3.63182 510 40
~II 15 26.450 I 3.36697 I 513 I 41
~ II 16 I 28.010 I 3.18289 I 1264 I 100
-;11
171 28.690 I 3.108981 5941 47
18 29.370 3.03853 807 64
~ II >
19 I 29.930 I 2.98294 I 7611 60 I I I I I I I I I ·-
~ ~ ~ c ~ >
--("")
..,> ;z;;c.n
'i2
.61J't----t-----
3
3.1
2. 2 2. 2 2 2. 2 2. 2.
2.
]AQ..
8.,
,,...,-
4 4. 4
9" ~~ 6,.
4tr.r
4 3 I~
67< 3. 3. 3. ii\. ~ L012-
·~~ l~
1,! ~!-..
~~ 'rr 3
3.1
2.· 2. 2.
2.1 2 2.
2. 2. 2. 2. 2
2. 2.
r--
14
6 6
4 4
4 3 3 3
3.
3. 3. 3. 2. 2. 2. 2.
f i
68&----i
62r" '.%--'
..m-3a-2
2 2.
,3',&--
118-::
i!5
D'l
"-;A, AI J I .J:A6 Al.2 (
~
~·
"-------!:A6SAO!Il !$
~·
~
-t;; L_ ____________ ___J ::1
Joo HPC/375/ AB
5.00 nno 15.00 20:oo zs:oo JO:oo Js:oo 4o:oo
)> c Filename semen-2.std Step angle (deg.) 0.040 Scattering s~t 1 (degree) z
> Sample name HPC/375/AB Count time (sec) 1.00 r - Operator name Voltage (kV) 40.00
~ Measurement date 1997/Jul/ 2 Current (rnA) 30.00 Smoothing points 0
c Measurement method Step Target name Cu Smoothing times 0
~ Measurement axis 2-theta/theta Divergence slit 1 (degree) 2-theta correction angle 0.00
> Mode Ordinary Receiving slit 0.2(mm) I
VI N c., N N
~':t ·m z ,..,
.... .... CXI
No. I 2-theta d-value INT. 1/lo No. 2-theta d-value INT. 1/lo I No. I 2-theta j d-value I INT. I 1/lo
6.330 13.95144 728 42 21 35.570 2.52182 721 421 I I
21 7.130 12.38775 640 37 22 37.130 2.41937 430 25
31 12.090 7.31445 546 32 23 39.330 2.28896 434 25
41 13.570 6.51985 554 32
5 17.970 4.93214 665 39
6 18.810 4.71373 473 27
7 20.170 4.39887 465 27
8 21.050 4.21692 445 26
9 21.890 4.05696 719 42
10 22.690 3.91570 517 30
111 23.570 3.77145 719 42
12 I 24.370 3.64943 585 34
13 26.490 3.36198 631 37
14 27.890 3.19631 1724 100
~II 15 28.530 3.12605 809 47
~ II 16 I 29.410 I 3.03449 I 823 I 48 -~II 17 I 30.330 I 2.94450 I 786 I 46
en 18 I 31.450 I 2.84215 I 569 I 33
~ II 191 32.090 I 2.786911 6181 361 I I I I I I I I I I~
~ ~ ~ c ~ )o
<r> = ~ <r>
0 >
"' ~
7.~--11-------
"""' ~~ ::::;'"'
""' ,.,~ --10 rn~
\f!a ~~ oo ""
4.639 I
2.5!lll----t-l ----
~ e I
l.t.'f.l!-12.~
.:Jl.4-
.m-.
4
4
4 j
932--
-~
399-" .211----<
4 .051-
.916-""" I.H+----
11 649----.
3.
2. 2. 2
~
196-.126-)34--
-~~ ~~ 781--
~
.sn--
. .m-
.2at-::
cl
""
~
~
~
~
A =
s 04. A6SAD11 (.
f;;L._ ___________ __, ... ~
r ~ c ~ )o
120
100
80
60
40
20
5.00
Filename Sample name Operator name Measurement date Measurement method Measurement axis Mode
10.1!0 15.00 20:00
semen-3.std Step an~e (deg.) HPC/AL/400 Count time (sec)
Voltage (kV) 1997 I Jull 2 Current (rnA) Step Target name 2-theta/theta Divergence slit Ordinary Receiving slit
2s:oo
0.040 1.00 40.00 30.00 Cu 1 (degree)
0.2(mm)
30:00 35:oo
Scattering slit
Smoothing points Smoothing times 2-theta correction angle
4o:oo
HPC/AL/400
1 (degree)
0 0 0.00
<.11 ;...;, (J, ;...;, w
~ m z w
-Q) -
No. I 2-theta d-value INT. 1/lo No. 2-theta d-value INT. 1/lo I No. I 2-theta I d-value I INT. I 1/lo
. 6.330 13.95144 701 47 21 32.170 2.78016 607 40
21 9.010 9.80674 645 43 22 33.210 2.69544 500 I 33
3 11.210 7.88659 690 46 23 34.050 2.63084 548 36
4 13.490 6.55833 508 34 24 34.930 2.56655 491 33
5 15.090 5.86636 467 31 25 35.610 2.51908 651 43
6 15.730 5.62909 514 34 26 37.090 2.42189 415 28
7 18.010 4.92127 674 45 27 37.970 2.36776 459 30
8 18.770 4.72369 509 34 28 38.730 2.32303 429 28
9 21.890 4.05696 637 42 29 39.330 2.28896 464 31
10 22.730 3.90890 575 38
111 23.570 3.77145 611 41
12 24.490 3.63182 563 37
13 25.610 3.47547 497 33
14 26.410 3.37198 510 34
>; z 15 I 27.850 I 3.20081 I 1506 I 100
~· 16 I 28.570 I 3.12177 I 646 I 43 -~n 17 I 29.410 I 3.03449 I 803 I 53
On 18 I 30.290 I 2.94830 I 704 I 47
~~ )o 191 31.o1o 1 2.881471 5691 381 I I I I I I I I I I~
~ ~ ~ c ~ >
~0 :I:
4.>tlt----fl-----
3.115 I
2.
gJ <:::1
("") ;:;:1"" en> ;;:::
~VI "' !:<! ~ 0 ....
7.6j4--.-tl---------
4.63& I
3.8~
2.5Htt--,11-----
"" ---;(")
.rn~
~~
9./::t= 8.8
S.r.vt I
4
3. 3 3.
3. 3
3. 3.
3. 2. 2.
2. 2.
2. 2
2. 2.
2.
2. 2 2.
"" i I
l$
1]1;
~
1)1
~
t1l
.... =
~L-----------------------~
-~
300
250
200
150
100
50
5.00 10.M 15.00
)> Filename semen-4.std z
)o Sample name NC/Ab/400 r Operator name -en Measurement date 1997 /Jul/ 2 )o
Measurement method Step c Measurement axis 2-theta/theta
~ Mode Ordinary )o Start an~e (deg.) 5.000
2o:oo 2S:OO JO:oo
Measurement conditions Stop angle (deg.) 40.000 Step angle (deg.) 0.040 Count time (sec) 1.00
Voltage (kV) 40.00
JS:OO 4o:oo
Current (rnA) Target name
D1vergence slit Receiving slit Scattering slit
NC/Ab/400
30.00 Cu
1 (degree) 0.2(mm) 1 (degree) I
"" j...) v. ~ ~
~ ~ z ~
-~
)> z ~ ~ c ~ >
~;; iii-.,o -<z
4.~-JI----
1196 I
2.~+1----
"' = ~ --
~~ o> ., ~~ 0 0
:I: ....
/.'$--+1----
5.61&-+-l ---
4.76l--ill-----
2.
16 13
4 4
4.
1' 3 11
1 3
~ I
i.~ 1.111-' 04r-1'
2 2 2. 2
956--.:: 896---842-79G--
699-.W-
·~ 2 2 . .w-31k.
.m-
e
D'l
~
~
::. ellS
~
~
~
-(;,'------------------' ~
187
Pada prinsipnya, setiap senyawa mempunyai sudut difraksi yang berbeda-beda.
lni adalah suatu sifat yang khas, karena untuk memenuhi Hukum Bragg suatu senyawa
membutuhkan sudut yang berneda dengan senyawa yang lain. Perbedaan ini ditentukan oleh
susunan kristal senyawa yang bersangkutan.
Untuk itu sebagai langkah awol akan dicari sudut difraksi dari ettringite,
portlandite, gypsum, dan brucite. Ditentukan 3 puncak tertinggi untuk dicari sudut difraksinya.
Sebagai contoh perhitungan diambil data Search match Semen 3 untuk ettringite :
• Sudut difraksi = ( 1~7~ x 5) + 5 = 9°
dengan cora yang soma untuk semua senyawa dicari sudut difraksinya untuk 3 puncak
tertinggi dan kemudian dicari rata-ratanya. Hasil perhitungan ditabelkan sebagai berikut :
Tabel 5.2.5.2.1 Sudut difraksi
1 Portlandite Ca(OH)2 17.85° 340
2 Ettringite 3CaO.Ah0a.3CaS04.32H20 go 15.85° 22.86°
3 Gypsum CaS04.2H20 11.71° 20.85° 29°
4 Brucite Mg(OH)2 18.71° 28.57° 38.14°
Setelah sudut difraksi didapat, kemudian dicocokan dengan grafik pada Standard
Measurement. Hasil pengamatan intensitas difraksi untuk masing-masing senyawa adalah
sebagai berikut :
ANALISA DATA
188
Tabel 5.2.5.2.2 Data intensitas sampel terhadap senyawa perusak
Data di atas didapat dari hasil perhitungan, dan untuk sudut difraksi yang
tersedian pada bagian Peak Search, datanya langsung diisikan. Dapat disimpulkan sebagai
berikut:
e Portlandite (kapur)
Data semen 4 dan semen 1 untuk beton normal (NC) menunjukkan adanya
kandungan kapur yang cukup tinggi dibandingkan dengan beton mutu tinggi (HPC).
Hal ini ditandai dengan adanya puncak-puncak pada sudut difraksinya yaitu 17.90°
dan 34°. Pad a rendaman air lout intensitasnya justru lebih rendah daripada air
biasa. Hasil yang relatif soma ditunjukkan pada HPC. Tetapi secara umum intensitas
kapur pada HPC lebih rendah dibandingkan dengan NC. lni menunjukkan peranan
yang dilakukan oleh silika fume yang bereaksi dengan kapur, Ca(OHh.
e Ettringite
Pada sampel HPC rendaman air lout, adanya senyawa ettringite temyata lebih tinggi
dibandingkan air biasa. Sedangkan pada NC, ettringite lebih banyak ditemui pada
curing normal dibandingkan dengan air lout.
ANALISA DATA
189
0 Gypsum
Masing-masing sampel NC dan HPC menunjukkan bahwa pada rendaman air lau1,
gypsum yang terbentuk relatif lebih tinggi daripada air biasa. Sedangkan untuk HPC,
kadar gypsumnya ternyata lebih rendah dibandingkan dengan NC.
0 Brucite
Pada NC curing normal, brucite terbentuk lebih banyak daripada pada rendaman air
lout. Sedangkan kadar brucite pada HPC rendaman air lout lebih tinggi daripada
curing normal.
5.2.6 PENGAMATAN KEBUTUHAN SUPERPLASTICIZER
Data yang akan dianalisa adalah kebutuhan superplasticizer antara beton normal
dan beton mutu tinggi dengan silika fume. Dalam hal ini, ditetapkan slump sebesar 20 em
sesuai dengan spesifikasi flowing concrete. Berdasarkan ASTM C 1017, dapat disimpulkan
bahwa pada penelitian ini agregot holus yang digunakon terlolu kasar, sedangkan agregat
kasarnyo terlalu halus. Hal ini menyebobkan viskositas (kekentalan} mortar jelek, sehingga
kurang mendukung untuk terbentuknya flowing concrete. Oleh korenanya, superplasticizer
ditambahkan terus sampai mencapai nitai slump 20 em tersebut.
Tabel5.2.6.1 Kebutuhan SP (% berat semen) pada beton normal
;s-n .· $1 .... p~~t·••· r·~~m~~~~!t •f!~~~r• !w~!'P~~(:)i~~~ · "'ft<iltl'ta¥? > ' ·:~t.mil:•> '"iF t:':c: c~)x··.···•••········· ? ·••··········
400 105,0 205,0 0,35 0,30 450 65,0 198,5 035 0,60
ANALISA DATA
190
Tabel5.2.6.2 Kebutuhan SP (% berat semen) pada beton mutu tinggi
•·······$ijf11~n< sifmp~w•l' ~~~~~l'liJ:<} IJ:tfi~~r~~rpl~ltc;ge;r F·(ki~l •.•.••••••·••·••••••·•••••••••••••<~1••···••••·······•·········· · .. ······•·••••••·i{~)c>••·•·•·.·.···· ···
350 0,0 190,0 0,35 1,35 375 0,0 205,0 0,35 1,50 400 0,0 207,0 0,35 1,90 425 0,0 196,0 0,35 2,00 450 0,0 192,0 0,35 2,20 475 o.o 203,0 0,35 2.40 500 0,0 197,0 0,35 2,55 525 0,0 208.0 0,35 2,60 550 0,0 197,0 0,35 2,60
Dari kedua tabel tersebut dibuat grafiknya sebagai berikut :
Grafik 5.6.2.1 Hubungan kadar semen vs SP beton mutu tinggi
c- 2'50 F000?G~~~±®~~rtrzv~~>M~tz~~8:0~500222f??J
Q)
i 2,00 it'"'~f:'D~tft2T:t~?5:~~~6SE-0-1iSt-f:fr7~~~~~~~~~ fl) ..., ~ 1,50 ~~~~72¥+~~2&+#~~~~~
~ ~02~~/Gss~~l ~ 1 ,oo nfCc.c++±70tt~~+Y?:t8?7~28§70f~ttf?ii7:75?Jst±t?S7±7~±-ft&:J
0,00 -J2L:.L2~~~~P~:J::.GF~~~LL2:i,22:~:±:c.:f~i22b+~sz::::2i:1
350 375 400 425 450 475 500 525 550
Kadar semen (kg/m3)
Kebutuhan superplasticizer ternyata mengalami peningkatan sesuai dengan
bertambahnya kadar semen. Silo dibandingkan dengan beton normal, kebutuhannya
meningkat 3 sampai 5 kali untuk beton mutu tinggi dengan kadar silika fumenya 12.5%.
Silika fume pada beton mutu tinggi tersebut menyebabkan spesific surface beton
bertambah.
ANALISA DATA
191
Kebutuhan superplasticizer ternyata erat hubungannya dengan ukuran partikel
material beton, khususnya semen dan silika fume. Butiran semen dan silika fume yang amat
halus mempengaruhi dosis pemakaian superplasticizer. lni disebabkan ukuran butiran yang
amat kecil tersebut menyebabkan surface energy-nya meningkat, sehingga mudah bereaksi
dengan sesamanyo dan cenderung mudoh berkelompok (flocks). Kebutuhan air pun
meningkat sehingga okhirnya workabilitas beton menurun. Dengon ini mudah dipahami
mengapa bilo kadar semen meningkat, dosis pemakaion superplasticizer pun bertambah.
Pemakoian retarder berhubungan dengan setting time beton, tetapi keduanya
tidok dibohas dalam penelition ini. Dosis pemakaion retarder telah ditetapkon sebelumnyo
yaitu 0.35% dari berot total semen poda setiop compuran.
ANALISA DATA
BABVI
KESIMP.ULAN DAN SARAN
6. 1. KESIMPULAN
Keslmpulan yang dapat diambil dari hasil analisa keseluruhan tentang masalah
yang diambil menjadi judul Tugas Akhir ini adalah :
l. Material beton dari daeroh Jawa Timur ternyata mampu manghasilkan beton mutu
tinggi sesuai dengan karokteristik yang direncanakan. Hal ini tidak terlepas dari
kualitas material itu sendiri yang ditunjukkon dengan berbagai hasil test material.
Dengan kadar semen 450 kg/cm3~ ternyata mampu menghasilkan kuat tekan hancur
di atas 41 MPo. Halinl tidak terlepas dari perencanaan campuron beton yang balk
dengan poroporsi material yang optimal.
2. Kadar penambahan silika fume yang optimum pada penelitian ini didapatkan
sebesar 12.5% dari berat total semen. Kuat tekan pada umur awol ternyafa cukup
tinggi dengan koefislen korelasi umur 3 hari sebesar 0.67. Konsep penggunaan silika
fume sebagai penambah (addition) untuk sejumlah semen ternyoto menghosilkon
t93
kuat tekan yang lebih tinggi dibondingkon konsep silika fume sebagoi pengganti
(replacement) untuk ratio w/c yang sarna. Pado penelltian ini, pemilihan konsep
tersebut semata-mata hanya mempertimbangkan kemudahan dan efisiensi
pengerjaan di lapangan.
3. Pada beton mutu tinggi, penornbahan silika fume pada carnpuran beton ternyata
menguntungkan darl segi kuat tekan, keropaton, dan air voids bila dibandingkon I
dengan beton normal tanpa silika fume.
4. Anolisa kuaf tekon befon pada flap-flap umur pengefesan (7, 28, 56,90 dan 120 hari)
ternyata menunjukkan penurunan yang signifikan pada beton normal rendaman air
lout dibandingkan curing normal, yaitu sebesar 10 - 15%. Sedangkan pada beton
mutu tinggi, penurunon kuat tekan rendamon air lout relatif lebih kecil dibandingkon
pada befon normal, yoitu kurang dari 10%.
5. Data pengetesan kerapatan beton menunjukkan adanya peningkotan seiring dengan
bertambahnya umur beton. Pada beton rnutu tinggl rendomon air lout kerapotannyo
lebih tinggi dibandingkan pada curing normal. Hubungan antara kerapatan dan kuat
tekan bet on dinyafakan sebago! fungsl linear. Graflk tersebut menyatakan untuk
beton dengan kadar semen yang lebih besar (kuof tekannya lebih tinggi), kerniringan
garls tersebut semakln curam. Pada beton rnutu tlnggi halinl jelas terllhat.
6. Data dari pengamatan air void baik benda uji yang rendaman air lout, maupun air
blasa, menunjukkan bahwa semakln besar persentase silika fume yang dipakai
semakin kecil persenfase air voidnya. Untuk penarnbahan umur befon dari 90 ke 120
hori pada benda uji yang direndam air lout mengalami kenaikan kadar air voids.
Sedangkan rendaman air biasa sebagai perbandingan, penurunan dan kenaikan
kadar air voldsnya cukup kecil pada umur 90 hari dan umur 120 harl.
KESIMPULAN DAN SARAN
194
7. Adonya senyawa portlandite (kapurl pada hasil pengetesan difraksi sinar-x beton
mutu tinggi umur 120 hari menandakan bahwa terdopat siliko fume yang belum
bereaksi sehingga horus diteliti L'ntuk umur beton yang lebih tinggl. Serangan kimiawi
poda beton ditandol dengon lntensitas senyawa ettringite, gypsum dan brucite pado
hasil test difroksi sinar-x.
6.2. SARAN
Saran-saran yang dapat penulis sampaikan berhubungan dengan penelitian ini
ontaro lain :
1. Pengetesan dengon dlfraksi slnar-x akan memberikan hasil yang lebih memuaskan
bila menggunakan sampel bubuk pasta daripada bubuk befon. Hal ini untuk
menghindarl kemungkinan adanya senyawa dari agregat kasar dan halus yang ikut
terdeteksi.
2. Penelitlan beton pado umur yang lebih tua dari 120 horl perlu dilakukan, korena
temyata reaksi pozzolanic berjalan cukup lama. Hal ini ditunjukkan dengan masih
adanya senyawa portlandite yang terdeteksi pada pengetesan difraksi sinar-x.
Dlsamping itu, mosalah durabilitas beton selalu berhubungan dengan faktor waktu.
Semakln lama jangka waktu penelitlan, semakln banyak data yang bisa didapafkan.
3. Pemanfaatan material beton dari wilayah Jawa Timur perlu terus dikembangkan,
karena mutunya tidak kalah dengan material dari daerah lain. Percobaan dan
penelltian untuk material dari sumber lain juga perlu dilakukan untuk mendapatkan
material yang leblh balk dan ekonomis.
KESIMPULAN DAN SARAN
195
4. Pertimbangan lain yang perlu mendapat perhatian adalah segi ekonomis, yang
mana tidak dlbohas pado penelltion ini. Segl ekonomis don kuolitos horus
dikombinosikon seoptimol mungkin, hal ini berhubungon dengon produksi beton
dolam skolo besor.
KESIMPULAN DAN SARAN