48
Analisis Resep INFEKSI SALURAN KEMIH Disusun Guna Memenuhi Sebagian Syarat untuk Mengikuti Ujian Ilmu Farmasi Kedokteran Oleh : Rahmawan Sakup M. I1A007044 Pembimbing Dra. Sulistianingtyas, Apt.

Analisa Kasus ISK Uretritis Non Spesifik Mawan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Analisa Kasus ISK Uretritis Non Spesifik Mawan

Analisis Resep

INFEKSI SALURAN KEMIH

Disusun Guna Memenuhi Sebagian Syarat untuk Mengikuti Ujian

Ilmu Farmasi Kedokteran

Oleh :

Rahmawan Sakup M.

I1A007044

Pembimbing

Dra. Sulistianingtyas, Apt.

BAGIAN FARMAKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARBARU

2012

Page 2: Analisa Kasus ISK Uretritis Non Spesifik Mawan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Perihal Resep

Obat berperan penting dalam pelayanan kesehatan. Penanganan dan

pencegahan berbagai penyakit tidak dapat dilepaskan dari tindakan terapi dengan

obat atau farmakoterapi. Berbagai pilihan obat saat ini tersedia, sehingga

diperlukan pertimbangan yang cermat dalam pemilihan obat untuk suatu penyakit,

dengan mempertimbangkan efektivitas, keamanan, efek samping, interaksi antar

obat dan dari segi ekonomi.1

Intervensi farmakoterapi merupakan komponen yang tak terpisahkan

dalam pelayanan kesehatan. Dengan demikian, diperlukan suatu komunikasi yang

baik antara dokter dan penyedia obat agar pasien memperoleh pelayanan medik

yang baik. Salah satu bentuk alat komunikasi tersebut adalah resep.1 2

Resep juga perwujudan hubungan profesi antara dokter, apoteker dan

pasien. Selain itu, resep juga merupakan permintaan tertulis kepada apoteker

untuk mengambilkan obat dan merupakan perwujudan akhir dari kompetensi,

pengetahuan keahlian dokter dalam menerapkan pengetahuannya dalam bidang

farmakologi dan terapi.3,4

Berbagai hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan resep mengharuskan

dokter untuk lebih teliti dalam menulis resep. Penulisan resep dan penggunaan

obat yang tidak rasional dapat menurunkan mutu pengobatan dan pelayanan

kesehatan secara langsung maupun tidak langsung. Kerasionalan penulisan resep

1

Page 3: Analisa Kasus ISK Uretritis Non Spesifik Mawan

adalah kesesuaian kombinasi obat dari sudut terjadinya interaksi antar obat dalam

resep yang meliputi interaksi farmakodinamik dan/atau interaksi farmakokinetik.5

1.2. Definisi dan Arti Resep

Definisi

Resep menurut Permenkes RI No. 244 adalah suatu permintaan tertulis

dari dokter, dokter gigi, atau dokter hewan kepada Apoteker Pengelola Apotek

(APA) untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi penderita sesuai peraturan

perundang-undangan yang berlaku. 1

Resep dalam arti yang sempit ialah suatu permintaan tertulis dari dokter,

dokter gigi, atau dokter hewan kepada apoteker untuk membuatkan obat dalam

bentuk tertentu dan menyerahkannya kepada penderita. 2

Arti Resep 1

1. Dari definisi tersebut maka resep bisa diartikan/merupakan sarana komunikasi

profesional antara dokter (penulis resep), APA (apoteker penyedia/pembuat

obat), dan penderita (yang menggunakan obat).

2. Resep ditulis dalam rangka memesan obat untuk pengobatan penderita, maka

isi resep merupakan refleksi/pengejawantahan proses pengobatan. Agar

pengobatan berhasil, resepnya harus benar dan rasional.

1.3. Kertas Resep

Resep dituliskan di atas suatu kertas resep. Ukuran yang ideal ialah lebar

10-12 cm dan panjang 15-18 cm. Dokumentasi berupa pemberian obat kepada

2

1

Page 4: Analisa Kasus ISK Uretritis Non Spesifik Mawan

penderita memang seharusnya dengan resep; permintaan obat melalui telepon

hendaknya dihindarkan. 2

Blanko kertas resep hendaknya oleh dokter disimpan di tempat yang aman

untuk menghindarkan dicuri atau disalahgunakan oleh orang yang tidak

bertanggung jawab, antara lain dengan menuliskan resep palsu meminta obat bius.

Kertas resep harus disimpan, diatur menurut urutan tanggal dan nomor urut

pembuatan serta disimpan sekurang-kurangnya selama tiga tahun. Setelah lewat

tiga tahun, resep-resep oleh apotek boleh dimusnahkan dengan membuat berita

acara pemusnahan seperti diatur dalam SK.Menkes RI

no.270/MenKes/SK/V/1981 mengenai penyimpanan resep di apotek. 2

1.4. Model Resep yang Lengkap

Resep harus ditulis dengan lengkap, supaya dapat memenuhi syarat untuk

dibuatkan obatnya di Apotek. Resep yang lengkap terdiri atas 2 :

1. Nama dan alamat dokter serta nomor surat izin praktek, dan dapat

pula dilengkapi dengan nomor telepon, jam, dan hari praktek.

2. Nama kota serta tanggal resep itu ditulis oleh dokter.

3. Tanda R/, singkatan dari recipe yang berarti “harap diambil”

(superscriptio).

4. Nama setiap jenis atau bahan obat yang diberikan serta jumlahnya

(inscriptio)

a) Jenis/bahan obat dalam resep terdiri dari :

3

Page 5: Analisa Kasus ISK Uretritis Non Spesifik Mawan

Remedium cardinale atau obat pokok yang mutlak harus ada. Obat

pokok ini dapat berupa bahan tunggal, tetapi juga dapat terdiri dari

beberapa bahan.

Remedium adjuvans, yaitu bahan yang membantu kerja obat pokok;

adjuvans tidak mutlak perlu ada dalam tiap resep.

Corrigens, hanya kalau diperlukan untuk memperbaiki rasa, warna

atau bau obat (corrigens saporis, coloris, dan odoris)

Constituens atau vehikulum, seringkali perlu, terutama kalau resep

berupa komposisi dokter sendiri dan bukan obat jadi. Misalnya

konstituens obat minum air

b) Jumlah bahan obat dalam resep dinyatakan dalam suatu berat untuk

bahan padat (mikrogram, miligram, gram) dan satuan isi untuk cairan

(tetes, milimeter, liter).

Perlu diingat bahwa dengan menuliskan angka tanpa keterangan lain, yang

dimaksud ialah “gram”

5. Cara pembuatan atau bentuk sediaan yang dikehendaki

(subscriptio) misalnya f.l.a. pulv = fac lege artis pulveres = buatlah sesuai

aturan obat berupa puyer.

6. Aturan pemakaian obat oleh penderita umumnya ditulis dengan

singkatan bahasa Latin. Aturan pakai ditandai dengan signatura, biasanya

disingkat S.

4

Page 6: Analisa Kasus ISK Uretritis Non Spesifik Mawan

7. Identitas penderita harus dituliskan secara lengkap, meliputi nama

penderita, alamat, umur, dan berat badan pasien, terutama untuk pasien

anak.

8. Tanda tangan atau paraf dari dokter/dokter gigi/dokter hewan yang

menuliskan resep tersebut yang menjadikan resep tersebut otentik. Resep

obat suntik dari golongan Narkotika harus dibubuhi tanda tangan lengkap

oleh dokter/dokter gigi/dokter hewan yang menulis resep, dan tidak cukup

dengan paraf saja.

1.5. Seni dan Keahlian Menulis Resep yang Tepat dan Rasional

Penulisan resep adalah “tindakan terakhir” dari dokter untuk penderitanya,

yaitu setelah menentukan anamnesis, diagnosis, dan prognosis serta terapi yang

akan diberikan; terapi dapat profilaktik, simptomatik, atau kausal. Penulisan resep

yang tepat dan rasional merupakan penerapan berbagai ilmu, karena begitu

banyak variabel-variabel yang harus diperhatikan, maupun variabel unsur obat

dan kemungkinan kombinasi obat, ataupun variabel penderitanya secara

individual. 1

Resep yang jelas adalah tulisannya terbaca. Misalnya nama obatnya ditulis

secara betul dan sempurna/lengkap. Nama obat harus ditulis yang betul, hal ini

perlu mendapat perhatian karena banyak obat yang tulisannya atau bunyinya

hampir sama, sedangkan khasiatnya berbeda. 2

Resep yang tepat, aman, dan rasional adalah resep yang memenuhi lima

tepat, ialah sebagai berikut : setelah diagnosisnya tepat maka kemudian memilih

obatnya tepat yang sesuai dengan penyakitnya diberikan dengan dosis yang tepat,

5

Page 7: Analisa Kasus ISK Uretritis Non Spesifik Mawan

dalam bentuk sediaan yang tepat, diberikan pada waktu yang tepat, dengan cara

yang tepat, dan untuk penderita yang tepat. 2

Kekurangan pengetahuan dari ilmu mengenai obat dapat mengakibatkan

hal-hal sebagai berikut yaitu2 :

Bertambahnya toksisitas obat yang diberikan

Terjadi interaksi antara obat satu dengan obat lain

Terjadi interaksi antara obat dengan makanan atau minuman tertentu

Tidak tercapai efektivitas obat yang dikehendaki

Meningkatnya ongkos pengobatan bagi penderita yang sebetulnya dapat

dihindarkan

1.6. Resep yang Tidak Rasional

Penggunaan obat yang tidak rasional pada dasarnya tidak tetap secara

medik, yaitu tidak tepat indikasi, tidak tepat dosis, cara dan lamanya pemberian,

serta tidak tepat informasi yang disampaikan sehubungan pengobatan yang

diberikan. Ketidakrasionalan penggunaan obat juga terjadi bila risiko penggunaan

obat lebih besar dari manfaatnya. Dalam praktek sehari-hari ketidakrasionalan

penggunaan obat banyak dijumpai dan beragam jenisnya, mulai dari pereesepan

obat tanpa indikasi, pemberian yang tidak tepat, peresepan obat yang mahal atau

manfaatnya masih diragukan serta praktek polifarmasi.4

Penggunaan obat yang tidak rasional dapat diklasifikasikan menjadi:2,4

a. Extravagant prescribing (peresepan yang boros)

6

Page 8: Analisa Kasus ISK Uretritis Non Spesifik Mawan

Keadaan ini ditemukan pada pemberian obat yang harganya mahal

(biasanya obat baru), padahal masih ada obat lama yang harganya masih lebih

murah.

b. Over prescribing (peresepan yang berlebihan)

Keadaan ini dtemukan pada pemberian obat yang tidak diperlukan,

manfaatnya diragukan, diberikan dalam dosis yang berlebihan, atau jangka

pemberian terlalu lama.

c. Incorret prescribing (peresepan yang salah)

Keadaan ini ditemukan pada pemberian obat untuk diagnosis yang salah,

indikasi yang salah atau tidak mempertimbangkan pengaruh factor genetic

maupun lingkungan.

d. Multiple prescribing (peresepan majemuk)

Keadaan ini ditemukan pada pemberian banyak obat untuk satu indikasi

yang sama atau pemberian banyak obat untuk penyakit yang berkaitan dengan

penyakit primer.

e. Under prescribing (peresepan kurang)

Keadaan ini ditemukan bila obat yang dibutuhkan tidak diresepkan atau

pemberian obat dengan dosis kurang atau jangka waktunya kurang.

Penggunaan obat yang tidak rasional mempunyai dampak negatif sebagai

berikut 1 :

7

Page 9: Analisa Kasus ISK Uretritis Non Spesifik Mawan

1. Dampak terhadap mutu pengobatan dan pelayanan, yaitu menghambat upaya

penurunan morbiditas dan mortalitas penyakit, serta mencerminkan bahwa

mutu pengobatan masih kurang.

2. Dampak terhadap biaya pengobatan, yaitu pemberian obat tanpa indikasi,

pada keadaan tidak memerlukan obat atau penggunaan obat yang mahal,

menyebabkan pemboroson biaya obat.

3. Dampak terhadap efek samping dan efek lain yang tidak diharapkan, yaitu

makin banyak obat yang digunakan makin besar juga risiko terjadinya efek

samping, peningkatan resistensi pada pemberian antibiotik secara under atau

over prescribing atau kemungkinan penularan penyakit/terjadinya syok

anafilaktik.

4. Dampak psikososial, yaitu ketergantungan pasien terhadap intervensi obat

atau persepsi yang keliru terhadap pengobatan, misalnya kebiasaan

menyuntik atau pemberian obat penambah nafsu makan.

Infeksi Saluran Kemih

Definisi

A. Pengertian

Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah

suatu keadaan adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih (3).

Etiologi

Mikroorganisme yang paling sering menyebabkan ISK adalah jenis bakteri

aerob, selain itu bisa juga disebabkan virus, ragi, dan jamur. Adakalanya ISK

tanpa bakteriuria ditemukan pada keadaan-keadaan 5:

8

Page 10: Analisa Kasus ISK Uretritis Non Spesifik Mawan

1. Fokus infeksi tidak melewati urin, misalnya pada lesi dini pielonefritis

karena infeksi hematogen

2. Bendungan total pada saluran yang menderita infeksi

3. Bakteriuria disamarkan karena pemberian antibiotik

Berikut ini adalah mikroorganisme penyebab ISK:

Tabel 1. Mikroorganisme Penyebab ISK5

Mikroorganisme Persentase biakan (>103 cfu/ml)Escherichia coliKlebsiella atau EnterobacterProteus morganella atau ProvideciaPseudomonas aeruginosaStaphylococcus epidermisEnterococciCandida albicansStaphylococcus aureus

50-90%10-405-102-102-102-101-21-2

Penyebab yang terbanyak adalah gram negatif termasuk bakteri yang

biasanya menghuni usus yang kemudian naik ke saluran kemih. Dari gram negatif

ternyata E. Coli menduduki tempat teratas kemudian diikuti Proteus, Klebsiella,

Enterobacter dan Pseudomonas. Virus juga sering ditemukan dalam urin tanpa

gejala ISK akut, Adenovirus tipe 11 dan 12 diduga sebagai penyebab sistitis

hemorogik. Kandida merupakan jamur yang paling sering menyebabkan ISK

terutama pada pasien dengan kateter, pasien DM atau yang mendapat pengobatan

dengan antibiotik spectrum luas 5.

Patogenesis

Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran kemih dapat melalui:

a. Penyebaran endogen yaitu kontak langsung dari tempat infeksi terdekat

b. Hematogen

9

Page 11: Analisa Kasus ISK Uretritis Non Spesifik Mawan

c. Limfogen

d. Eksogen sebagai akibat pemakaian alat berupa kateter atau sistoskopi.

Dua jalur utama terjadinya ISK adalah hematogen dan ascending, dari kedua

cara ini yang paling sering adalah ascending 5

1. Infeksi Hematogen

Infeksi hematogen banyak terjadi pada pasien dengan daya tahan tubuh

rendah, karena menderita penyakit kronik atau pasien yang mendapat pengobatan

imunosupresif. Penyebaran hematogen bisa juga timbul akibat adanya focus

infeksi ditulang, kulit atau endotel. Salmonella, Pseudomonas, Candida dan

proteus termasuk jenis bakteri yang dapat menyebar secara hematogen 5.

Beberapa hal yang mempengaruhi dan mempermudah penyebaran

hematogen yaitu:

1. Adanya bendungan total aliran urin

2. Adanya bendungan intrarenal baik karena jaringan parut

maupun terdapat presipitasi obat intra tubular misalnya sulfonamide

3. Faktor vascular misalnya konstriksi pembuluh darah

4. Pemakaian obat analgetik atau estrogen

5. Penyakit ginjal polikistik

6. Penderita DM

Walaupun jarang terjadi, penyebaran hematogen ini dapat mengakibatkan

infeksi ginjal yang berat misalnya Staphylococcus dapat menimbulkan abses

ginjal.

2. Infeksi Ascending

10

Page 12: Analisa Kasus ISK Uretritis Non Spesifik Mawan

a. Kolonisasi uretra dan daerah introitus vagina

Saluran kencing normal umumnya tidak mengandung mikroorganisme

kecuali pada bagian distal uretra yang biasanya juga dihuni oleh bakteri

normal kulit Streptococcus. Disamping bakteri normal flora kulit, pada

wanita daerah 1/3 bagian distal uretra ini disertai jaringan periuretral dan

vestibula vaginalis juga banyak dihuni bakteri yang berasal dari usus karena

letak anus tidak jauh dari tempat tersebut 5.

Faktor predisposisi kolonisasi basil koliform pada wanita didaerah

tersebut diduga karena adanya perubahan flora normal didaerah perineum,

berkurangnya antibodi fokal, bertambahnya daya lekat organisme pada sel

epitel wanita (5).

b. Masuknya mikroorganisme dalam kandung kemih

Proses masuknya mikroorganisme ke dalam kandung kemih belum

diketahui dengan jelas. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi

mikroorganisme ke dalam kandung kemih yaitu:

Faktor anatomi

Kebanyakan ISK terdapat pada wanita karena uretra wanita lebih

pendek dan letaknya dekat anus sedangkan laki-laki bermuara saluran

kelenjar prostat dan secret prostat yang berfungsi sebagai anti bakteri.

Faktor tekanan urin pada waktu miksi

Mikroorganisme naik ke kandung kemih pada waktu miksi karena

tekanan urin dan selama miksi terjadi refluks ke dalam kandung kemih

setelah pengeluaran urin

11

Page 13: Analisa Kasus ISK Uretritis Non Spesifik Mawan

Manipulasi uretra

Misalnya manipulasi manual pada masturbasi atau pada hubungan

sex

Faktor lain

Adanya perubahan hormonal saat menstruasi, kebersihan alat

genitalia bagian luar, adanya bahan antibakteri dalam urine dan

pemakaian kontrasepsi oral.5

c. Multiplikasi bakteri dalam kandung kemih dan

pertahanan kandung kemih.

Pertahanan kandung kemih tergantung dari interaksi 3 faktor yaitu:

Eradikasi organisme yang disebabkan oleh pembilasan dan

pengenceran

Efek antibakteri dari urin karena urine mengandung urea dan asam

organik yang bersifat bakteriostatik

Mekanisme pertahanan mukosa kandung kemih yang instrinsik

diduaga ada hubungannnya dengan mukopolisakarida dan

glikosaminoglikan yang terdapat pada mukosa dan bersifat

bakteriostatik.

Eradikasi bakteri dan kandung kemih tidak terjadi bila terdapat

urine sisa, miksi yang tidak adekuat, benda asing atau batu saluran

kemih, tekanan kandung kemih yang tinggi atau terjadi inflamasi

sebelumnya pada kandung kemih.5

d. Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal

12

Page 14: Analisa Kasus ISK Uretritis Non Spesifik Mawan

Disebabkan oleh refluks vesikoureter dan menyebarnya infeksi dari

pelvis ke korteks karena refluks intrarenal. Refluks vesikoureter adalah

keadaan patologis karena tidak berfungsinya valvula vesikoureter

sehingga aliran urin naik dari kandung kemih ke ginjal.5,7

Gejala Klinis

Gejala klinis ISK sesuai dengan bagian saluran kemih yang terinfeksi

sebagai berikut:

ISK bagian bawah, keluhan pasien biasanya rasa sakit atau rasa panas

diuretra sewaktu kencing dengan air kemih yang sedikit-sedikit serta rasa

tidak enak didaerah suprapubik

ISK bagian atas dapat ditemukan gejala sakit kepala, malaise, mual,

muntah, demam, menggigil, rasa tidak enak atau nyeri penggang 5,7

Pasien mungkin hadir dengan gejala yang minimal atau parah. Gejala ISK

ringan mungkin asimptomatik 8

Disuria internal biasanya merujuk ke saluran kemih. Disuria eksternal yang

paling sering mengacu pada vagina.

Gejala mungkin termasuk frekuensi kencing, keraguan, sakit perut bagian

bawah, dan urgensi.

Gross hematuria (hemoragik sistitis) hadir dalam 30-40% kasus perempuan,

paling sering orang dewasa muda. Ini dapat terjadi pada laki-laki tetapi tidak

biasa dan penyebab yang lebih serius harus dipertimbangkan.

Gambaran gejala suprapubik bervariasi dan mungkin termasuk

ketidaknyamanan berat, nyeri, atau tekanan.

13

Page 15: Analisa Kasus ISK Uretritis Non Spesifik Mawan

Gejala pielonefritis akut dapat hadir untuk berbagai derajat.

Keparahan nyeri dapat ringan, sedang, atau berat. Nyeri pinggang dapat

terjadi unilateral atau kadang-kadang bilateral. Ketidaknyamanan atau nyeri

dapat hadir di bagian belakang (bawah atau tengah) dan / atau daerah

suprapubik. Nyeri perut bagian atas tidak biasa, dan radiasi dari rasa sakit

untuk selangkangan adalah sugestif dari batu saluran kemih.

Demam tidak selalu hadir. Saat ini, tidak jarang untuk suhu melebihi 103 ° F

(39,4 ° C).

Pasien mungkin menunjukkan demam dan menggigil dapat hadir dalam

ketiadaan demam menunjukkan.

Malaise dan kelemahan juga dapat hadir.

Gejala gastrointestinal bervariasi. Biasanya ada anoreksia. Mual dan muntah

bervariasi dalam frekuensi dan intensitas dari absen sampai parah. Diare

jarang terjadi.

Laboratorium5,9

1. Urinalisis

a. leukosuria merupakan petunjuk yang penting terhadap dugaan ISK.

Leukosuria dinyatakan positif bila terdapat >5 leukosit/lapang pandang

sedimen air kemih

b. hematuria, dipakai oleh beberapa peneliti sebagai petunjuk adanya

ISK jika dijumpai 5-10 eritrosit/lapang pandang sedimen air kemih

2. Bakteriologis

14

Page 16: Analisa Kasus ISK Uretritis Non Spesifik Mawan

a. Mikroskopis, menggunakan air kemih segar tanpa diputar atau

tanpa pewarnaan gram. Bakteri dinyatakan positif bermakna bila

dijumpai satu bakteri/lapang pandang minyak imersi

b. Biakan bakteri, basil yang bermakna sesuai dengan kriteria Cattell

Wanita, simptomatik

102 organisme koliform/ml urine plus piuria atau

105 organisme patogen apapun/ml urin atau

timbulnya organisme patogen apapun pada urine yang diambil dengan cara

aspirasi suprapubik.

Lelaki, simptomatik

102 organisme patogen/ml urine

Pasien asimtomatik

> 105 organisme patogen/ml urine pada dua contoh urine berurutan.

15

Page 17: Analisa Kasus ISK Uretritis Non Spesifik Mawan

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Resep

Resep yang dianalisis yaitu contoh resep umum dari poliklinik kebidanan

dan penyakit kandungan sebagai berikut:

16

Page 18: Analisa Kasus ISK Uretritis Non Spesifik Mawan

2.1.1 Keterangan Resep

Klinik : Poliklinik Penyakit Dalam

Tanggal : -

Nama Pasien : Tn. Bahri

Umur : 40 Tahun

No. RMK : 0-96-18-07

Alamat : Jl. Sutoyo S. No.36 RT.14

Keluhan Utama : nyeri saat kencing

Riwayat Penyakit Sekarang: Nyeri saat kencing dirasakan sejak 2 minggu yang

lalu. Pasien mengeluh ada demam, dan ada keluar nanah

dari alat kelamin.

Tanda Vital : TD : 130/90 mmHg RR : 18 x/menit

N : 88 x/menit T : 37,4 C

Diagnosis : Infeksi Saluran Kemih (ISK)

Pengobatan : Cravit 500mg 1x1

Urispas 3x1

Erysanbe 500mg 4x1

Lancid 2x1

17

Page 19: Analisa Kasus ISK Uretritis Non Spesifik Mawan

2.2. Analisis Resep

2.2.1. Penulisan resep

Secara umum resep kurang jelas terbaca dan cukup sulit untuk dipahami.

Seharusnya suatu resep harus jelas dibaca sehingga tidak menimbulkan kesalahan

dalam pemberian obat-obatan. Hal ini sesuai dengan aturan penulisan resep yang

benar tulisan harus dapat dibaca dengan jelas agar tidak terjadi kesalahan dalam

pemberian obat.

Resep sudah ditulis dengan bahasa latin sehingga sudah memenuhi kriteria

resep yang benar. Resep pada penulisan sudah ditulis dengan menggunakan tinta,

sehingga diharapkan tulisan pada kertas resep tidak akan hilang selama

penyimpanan.

Pada resep ini ukuran kertas yang digunakan lebarnya 11 cm dan

panjangnya 20 cm. Ukuran kertas resep yang ideal adalah lebar 10-12 cm dan

panjang 15-18 cm.4 Berdasarkan ketentuan tersebut, ukuran kertas yang

digunakan pada resep ini, lebarnya dan panjang ukuran kertas resep belum ideal.

2.2.2. Kelengkapan Resep

1. Nama dan Alamat Dokter

Pada bagian atas tercantum nama rumah sakit, kota rumah sakit, nama

dokter, dan nama bagian instansi Rumah Sakit tempat dokter tersebut bekerja.

Nama dokter dan instansi Rumah Sakit diketahui dari tulisan yang ada di kiri atas.

Namun, pada bagian atas tidak tercantum alamat lengkap rumah sakit, yang

merupakan kelengkapan suatu resep.

18

Page 20: Analisa Kasus ISK Uretritis Non Spesifik Mawan

2. Nama Kota serta Tanggal Pembuatan Resep

Nama kota tersebut dituliskan pada kanan atas resep. Resep ini kurang ideal

karena pada resep ini tidak dituliskan tanggal ppenulisan resep.

3. Tanda R/ (superscriptio)

Tanda R/ sudah tercantum pada resep ini (superscriptio). Penulisan tanda

R/ dicantumkan di depan nama obat pertama yang dibuat racikan, dan pada nama

obat yang bukan racikan. Setiap resep, termasuk yang magistralis diakhiri oleh

garis penutup namun penulisan paraf pada resep kurang jelas.

4. Inscriptio

a. Jenis/bahan obat dalam resep ini terdiri dari :

Remedium Cardinale atau obat pokok yang

digunakan adalah cravit dan erysanbe.

Remedium Adjuvans atau obat tambahan yang

digunakan adalah urispas dan lancid

Corrigens adalah bahan yang digunakan untuk

memperbaiki rasa, bau dan warna. Pada resep ini tidak dipergunakan.

Constituens atau vehikulum tidak digunakan.

b. Pada resep ini telah disebutkan jumlah obat yang dinyatakan dalam suatu

berat sediaan yaitu miligram pada semua nama obat.

c. Resep ini sudah mencantumkan berapa jumlah obat yang ingin diberikan.

5. Subscriptio

19

Page 21: Analisa Kasus ISK Uretritis Non Spesifik Mawan

Pada resep ini tidak dicantumkan subscriptio (cara pembuatan obat dan

sediaan obat).

6. Signatura atau Aturan Pakai

a. Signatura dicantumkan namun kurang jelas dan sulit dibaca.

b. Waktu pemberian, pada obat pokok dicantumkan waktu pemberian

misalnya : p.c.

7. Nama pasien tercantum pada pojok kanan bawah resep sedangkan umur

pasien, berat badan dan alamat tidak dicantumkan. Seharusnya identitas pasien

ditulis lengkap sehingga mudah menelusuri bila terjadi sesuatu dengan obat

pada pasien.

8. Tanda tangan dokter yang menuliskan resep terdapat pada kanan atas resep,

ini menjadikan resep tersebut otentik

2.2.3. Keabsahan Resep

Kertas resep yang digunakan di sini adalah resep Umum. Untuk sahnya

suatu resep harus tercantum hal-hal sebagai berikut :

Nama dan tanda tangan dokter penulis resep sudah tercantum, begitu juga

bagian/unit pelayanan Rumah Sakit tersebut.

Karena resep berasal dari Rumah Sakit, maka harus mencantumkan nama,

alamat, bagian/unit pelayanan Rumah sakit tersebut.

Dari penjelasan di atas maka resep ini bisa dikatakan tidak sah karena

bagian/unit pelayanan RS tidak tercantum.

20

Page 22: Analisa Kasus ISK Uretritis Non Spesifik Mawan

2.2.4. Dosis Obat, Frekwensi, Lama dan Waktu Pemberian

1. Levofloxacin

Levoloxacin adalah suatu antibakterial golongan kuinolon generasi 3 yang

merupakan isomer S dari ofloxacin. Levofloxacin pertama kali dipatenkan pada

tahun 1987 (Levofloxacin European Patent Daiichi) dan telah diterima

penggunaannya oleh Food Drug Administration (FDA), Amerika pada tahun

1996.1 Saat ini, Levofloxacin dipasarkan dengan berbagai merk dagang.

Levofloxacin dapat menghambat enzim topoisomerase IV dan DNA gyrase

yaitu enzim yang diperlukan untuk replikasi, transkripsi, perbaikan (repair), dan

rekombinasi DNA bakteri.

Levofloxacin mempunyai spektrum aktivitas antibakteri yang luas yaitu

dapat melawan bakteri gram positif (seperti: Streptococcus pneumoniae termasuk

yang resisten terhadap penicillin, Staphylococcus aureus yang peka terhadap

methicillin) dan negatif (seperti: Haemophillus influenzae, Moraxella catarrhalis,

Enterobacteriaceae) serta bakteri atipikal (seperti: Chlamydia pneumoniae,

Mycoplasma pneumoniae dan Legionella spp). Aktivitas bakterisidal levofloxacin

tergantung pada konsentrasi (concentration dependent). Oleh karena itu, aktivitas

terhadap bakteri dapat meningkat dengan cara memaksimalkan konsentrasinya.

Semakin tinggi AUC:MIC dan Cmak:MIC maka efektivitasnya semakin besar.

Dosis pada infeksi saluran kemih digunakan 250 – 500 mg selama 7 hari.

Resistensi fluorokuinolon dapat terjadi melalui mutasi pada daerah tertentu dari

DNA gyrase atau topoisomerase IV yang disebut dengan istilah Quinolone-

Resistance Determining Regions (QRDRs), atau melalui perubahan efluks.

21

Page 23: Analisa Kasus ISK Uretritis Non Spesifik Mawan

Fluorokuinolon termasuk levofloxacin, mempunyai struktur kimia dan mekanisme

aksi yang berbeda dari aminoglycoside, macrolide dan antibiotik β-lactam

termasuk penicillin sehingga fluoroquinolones mungkin efektif untuk mengatasi

bakteri yang resisten terhadap antimikroba yang tersebut. Secara in vitro,

resistensi levofloxacin karena mutasi spontan jarang terjadi (10-9 sampai 10-10).

Meskipun resistensi silang dapat teramati pada penggunaan levofloxacin dengan

fluoroquinolone lain, beberapa mikroorganisme yang resisten terhadap

fluoroquinolone lain mungkin saja peka terhadap levofloxacin. Berdasarkan

program surveillance di Amerika, resistensi levofloxacin diantara patogen saluran

pernafasan termasuk S. pneumoniae masih rendah (≤1%).

2. Eritromisin

Eritromisin merupakan golongan makrolid. pertama kali ditemukan tahun

1952. Komponen lain golongan makrolid merupakan derivat sintetik dari

eritromisin yang strukturnya bervariasi antara 14 (eritromisin, klaritromisin,

roksitromisin) 15 (Azitromisin) -16 cincin lakton. Aktivitas antimikroba golongan

makrolid secara umum meliputi gram positif coccus seperti Staphylococcus

aureus, coagulase-negatif staphylococci, streptococci β-hemolitik dan

Streptococcus spp, H. Influenzae, Neisseria spp, Bordetella spp, Corynebacterium

spp, Chlamydia, Mycoplasma, Rickettsia dan Legionella spp.

In vitro, efek terbesar eritromisin terhadap kokus gram positif, seperti

S.pyogenes dan S.pneumonia. S.viridans mempunyai kepekaan yang bervariasi

terhadap eritromisin. S.aureus hanya sebagian yang peka terhadap obat ini. Strain

S.aureus yang resisten terhadap eritromisin sering dijumpai di rumah sakit (strain

22

Page 24: Analisa Kasus ISK Uretritis Non Spesifik Mawan

nosokomial). Batang gram positif yang peka terhadap eritromisin ialah

C.perfringens, C.diphtheriae, dan L.monocytogenes. Eritromisin tidak aktif

terhadap kebanyakan kuman gram negatif, namun ada beberapa spesies yang

sangat peka terhadap eritromisin yaitu N.gonorrhoeae, Campylobacter jejuni,

M.pneumoniae, Legionella pneumophila, dan C.trachomatis, H.influenzae

mempunyai kepekaan yang bervariasi terhadap obat ini.

Dosis pada infeksi saluran kemih eritromisin 500 mg 4 x sehari selama 7 hari.

Efek samping yang berat akibat pemakaian eritromisin dan turunannya jarang

terjadi. Reaksi alergi mungkin timbul dalam bentuk demam, eosinofilia dan

eksantem yang cepat hilang bila terapi dihentikan. Hepatitis kolestatik adalah

reaksi kepekaan yang terutama ditimbulkan oleh eritromisin estolat. Kelainan ini

biasanya menghilang dalam beberapa hari setelah terapi dihentikan. Efek samping

ini dijumpai pula pada penggunaan eritromisin etilsuksinat tetapi jarang sekali

terjadi. Eritromisin oral dalam dosis besar sering menimbulkan iritasi saluran

cerna seperti mual, muntah dan nyeri epigastrium. Suntikan IM dapat

menimbulkan sakit yang sangat hebat. Pemberian 1 g dengan infuse IV sering

disusul oleh timbulnya tromboflebitis. Eritromisin dilaporkan meningkatkan

toksisitas karbamazepin kortikosteroid, siklosporin, digoksin, warfarin, terfenadin,

astemizol dan teofilin karena menghambat sitokorm P-450. Kombinasi dengan

terfenadin dan astemizol dapat menimbulkan aritmia jantung yang berbahaya.

3. Urispas

Flavoxate hidroklorida merupakan derivat flavone yang secara langsung

bekerja sebagai spasmolitik pada otot polos saluran kemih. Tiap tablet salut

23

Page 25: Analisa Kasus ISK Uretritis Non Spesifik Mawan

selaput mengandung flavoxate hidroklorida 200 mg. Urispas digunakan untuk

mengurangi gejala-gejala akibat gangguan saluran kemih seperti dysuria, urgency,

nocturia, suprapubic pain, frequency dan incontinence yang terjadi pada penderita

cystitis, prostatitis, urethritis, urethrocystitis dan urethrotrigonitis. Dewasa dan

anak diatas 12 tahun: 200 mg, sehari 3 - 4 kali. Dosis diturunkan sejalan dengan

berkurangnya gejala.

4. Lansoprazole

Lansoprazole merupakan obat golongan penghambat pompa proton yang

bekerja menghambat sekresi asam lambung dengan menghambat sistem enzim

adenosin trifosfatase hidrogen-kalium (pompa proton) dari sel parietal

lambung. Indikasi pemberian obat ini adalah untuk pengobatan jangka pendek

tukak duodenum dan tukak lambung ringan, refluks esofagitis.

Dosis lansoprazole untuk tukak lambung adalah 30 mg sehari pada pagi

hari selama 8 minggu. Untuk tukak duodenum adalah 30 mg sehari pada pagi

hari selama 4 minggu. Dosis pemeliharaannya adalah 15 mg perhari.

No

Nama Obat Fungsi Obat Dosis Frekuens

i

Waktu Pemberian

Obat

Lama Pemberian

Obat

Resep

1 Cravit (Levofloxacin)

Obat Antibiotik golongan kuinolon derivat

siklopropil dari kelompok fluorokuinolon

.

250-500mg

1x Setelah makan

Sesuai prosedur terapi

pemberian antibiotik 7-14

hari

1 x 1 tab,

selama 7 hari

2 Erysanbe (Eritromisin)

Obat Antibiotik golongan makrolida

500 mg 4x Setelah makan

Sesuai prosedur terapi

pemberian antibiotik 7-14

hari

4 x 500 mg

selama 7 hari

3 Lancid Obat Maintena 1x Sebelum Bila perlu 2x1

24

Page 26: Analisa Kasus ISK Uretritis Non Spesifik Mawan

(Lansoprazole) golongan pompa proton inhibior

nce : 15 mgTukak lambung 30mg.

makan selama 10 hari

4 Urispas

(Flavoxate HCl)

Obat golongan spasmolitik

200 mg Setelah makan

Bila perlu 3x1 selama 3 hari

2.2.5. Bentuk Sediaan Obat

Pada resep kali ini bentuk sediaan yang diberikan adalah bentuk sediaan

padat yaitu Cravit (tablet), Erisanbe (tablet) Lancid (kapsul) dan Urispas (tablet).

Pemilihan bentuk sediaan ini dianggap sudah tepat dengan memperhatikan bahwa

pasien adalah orang dewasa yang kooperatif dan tidak ada kesulitan menelan.

2.2.6. Interaksi Obat

Obat yang diberikan pada kasus ini ada 2 jenis, yaitu antibiotik,

spasmolitik, dan pompa proton inhibitor. Tidak ada interaksi yang saling

menghambat dan mempengaruhi antara satu obat dengan obat yang lain.

2.2.7. Efek Samping Obat

Levofloxacin

Secara umum, levofloxacin dapat ditoleransi dengan baik. Secara

keseluruhan insiden, tipe dan distribusi efek samping pasien yang mendapat terapi

750 mg, 250 mg, dan 500 mg, 1 kali sehari mirip. Efek samping paling sering

yang menyebabkan penghentian obat adalah saluran cerna (terutama mual dan

muntah), pusing, dan nyeri kepala.

25

Page 27: Analisa Kasus ISK Uretritis Non Spesifik Mawan

Eritromisin

Efek samping yang berat akibat pemakaian eritromisin dan turunannya

jarang terjadi. Reaksi alergi mungkin timbul dalam bentuk demam, eosinofilia dan

eksantem yang cepat hilang bila terapi dihentikan. Hepatitis kolestatik adalah

reaksi kepekaan yang terutama ditimbulkan oleh eritromisin estolat. Kelainan ini

biasanya menghilang dalam beberapa hari setelah terapi dihentikan. Efek samping

ini dijumpai pula pada penggunaan eritromisin etilsuksinat tetapi jarang sekali

terjadi. Eritromisin oral dalam dosis besar sering menimbulkan iritasi saluran

cerna seperti mual, muntah dan nyeri epigastrium. Suntikan IM dapat

menimbulkan sakit yang sangat hebat. Pemberian 1 g dengan infuse IV sering

disusul oleh timbulnya tromboflebitis. Eritromisin dilaporkan meningkatkan

toksisitas karbamazepin kortikosteroid, siklosporin, digoksin, warfarin, terfenadin,

astemizol dan teofilin karena menghambat sitokorm P-450. Kombinasi dengan

terfenadin dan astemizol dapat menimbulkan aritmia jantung yang berbahaya.

Lanzoprazole

Secara umum efek samping golongan penghambat pompa proton adalah

gangguan saluran cerna (seperti mual, muntah, nyeri lambung, kembung, diare

dan konstipasi), sakit kepala dan pusing. Efek samping yang kurang sering terjadi

adalah mulut kering, insomia, malaise, penglihatan kabur, ruam kulit dan pruritus.

Efek samping yang jarang atau sangat jarang terjadi adalah gangguan pengecapan,

disfungsi hati, udem perifer, reaksi hipersensitivitas, demam, berkeringat, depresi,

nefritis interstitial, gangguan darah (leukopenia, leukositosis, pansitopenia,

trombositopenia), antralgia, mialgia, dan reaksi pada kulit (Syndrome Steven-

26

Page 28: Analisa Kasus ISK Uretritis Non Spesifik Mawan

Johnson) Selain itu, lansoprazole sendiri juga dilaporkan obat ini dapat

menyebabkan alopesia, paraestesia, bruising, purpura, petechiea, lelah, vertigo,

halusinasi, binggung dan yang jarang terjadi adalah genikomastia dan impotensi.

Urispas

Efek samping yang dapat diakibatkan oleh urispas ialah mual, muntah, mulut

kering, vertigo, sakit kepala, mengantuk, pandangan kabur, tekanan mata

meningkat, gangguan pada akomodasi mata, kekacauan mental, disuria,

takhikardia, berdebar, hiperpireksia (keadaan suhu badan yang meningkat

melampaui 41,1°C), eosinofilia, leukopenia, urtikaria (biduran/kaligata) dan

dermatosis lainnya.

2.2.8 Analisa Diagnosa

Dari data yang diperoleh dari status pasien, anamnesa tidak diketahui

secara jelas. Pasien nyeri pada saat kencing. Nyeri sejak 2 minggu yang lalu.

Pasien mengeluh ada demam, dan ada keluar nanah dari kemaluaan pasien.

Diagnosa kerja pasien tersebut adalah ISK (Infeksi Saluran Kemih) yang

mengarah ke ureritis non spesifik.

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah keadaan dimana kuman tumbuh dan

berkembangbiak didalam saluran kemih dalam jumlah yang bermakna.3

Berdasarkan teori yang ada, pada kasus ini pasien datang dengan nyeri dan

demam yang terjadi akibat infeksi saluran kemih (ISK) sejak 2 minggu yang lalu.

Pada kasus ini nampak adanya tanda dan gejala infeksi yang diderita pasien,

tetapi pada kasus ini dokter memberikan 2 antibiotik dari golongan yang berbeda,

27

Page 29: Analisa Kasus ISK Uretritis Non Spesifik Mawan

serta pemberian obat gangguan pencernaan tanpa adanya keluhan sistem

pencernaan.

2.2.9 Usulan Resep

28

PROPINSI PEMERINTAH DAERAH TINGKAT I

KALIMANTAN SELATANRUMAH SAKIT UMUM “ULIN”

BANJARMASINJL. A. Yani Km.2 No.2 Banjarmasin

Nama Dokter : dr. Rahmawan S. M, Sp.PD Tanda Tangan Dokter

UPF/Bagian : Poli Penyakit Dalam

Kelas I/II/III/Utama

Banjarmasin, 10 Januari 2012

R / Eritromisin tab 500 mg No.XXX

S q dd tab I pc (0.6.h)

R / Ibuprofen caps 600 mg No.XX

S prn t d d caps I pc (dur.dol.)

Nama : Tn. Bahri Umur : 40 th Alamat : JL. Sutoyo S. RT. 36 No. 14

Page 30: Analisa Kasus ISK Uretritis Non Spesifik Mawan

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis resep diatas dan berdasarkan 5 tepat pada resep

rasional, maka resep tersebut :

1. Tepat obat

Pemilihan obat dalam kasus ini belum tepat karena belum sesuai dengan

indikasi yaitu Infeksi Saluran Kemih. Karena pada kasus ini diberikan dua

jenis antibiotik tanpa adanya diagnosis ISK yang spesifik. Serta pemberian

lansoprazole tanpa adanya indikasi gangguan pada sistem pencernaan

pasien.

2. Tepat dosis

Pada resep ini, dosis dan waktu pemberian telah dituliskan.

3. Tepat bentuk sediaan

Pada resep ini, telah tertulis bentuk sediaan yang diberikan.

4. Tepat cara dan waktu penggunaan obat

Pada resep ini obat diberikan per oral namun tidak tertulis pada resep, hal

ini sudah tepat sesuai dengan keadaan pasien dimana pasien merupakan

orang dewasa yang kooperatif. Mengenai waktu penggunaan obat tidak

dituliskan dengan jelas kapan obat seharusnya diminum.

5. Tepat penderita

Penggunaan obat sesuai dengan keadaan pasien pria dewasa tetapi dengan

indikasi yang masih kurang tepat..

29

Page 31: Analisa Kasus ISK Uretritis Non Spesifik Mawan

Kelengkapan lain yang perlu ditulis adalah : Identitas pasien seperti umur,

berat badan dan alamat. Selain itu perlu diperhatikan kaidah baku penulisan resep.

30

Page 32: Analisa Kasus ISK Uretritis Non Spesifik Mawan

DAFTAR PUSTAKA

1. Lestari, CS. Seni menulis resep teori dan praktek. Jakarta: PT Pertja, 2001.

2. Joenoes, Nanizar Zaman. Ars prescribendi – penulisan resep yang rasional 1. Surabaya: Airlangga University Press, 1995.

3. Harianto. Hubungan antara kualifikasi dokter dengan kerasionalan penulisan resep obat oral kardiovaskuler pasien dewasa ditinjau dari sudut interaksi obat (studi kasus di apotek “x” Jakarta Timur). Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. III, No.2, Agustus 2006, 66 – 77.

4. Tim Editor. Perihal resep I. Dalam Diktat Farmakologi III edisi 5 Program Studi Pendidikan Dokter. Banjarbaru: Bagian Farmakologi FK Unlam, 2009.

5. Tessy A, Arday, Siswanto. 2001. Infeksi Saluran Kemih dalam Ilmu Penyakit Dalam Ed. III. FKUI. Jakarta

6. Purnomo, Basuki. B. 2000. Dasar-Dasar Urologi. CV. Sagung Seto. Jakarta

7. Fauci AS,Kasper DL, Longo DL, et al. Harrison's Principles of Internal Medicine, 17th Edition. Philadelphia: The McGraw-Hill Companies, Inc, 2008

8. Olzon RP, Harren LJ. Kaye KS. Antibiotic Resistance in Urinary Isolates of Escherichia coli from College Women with Urinary Tract Infections. Antimicrobial Agents and Chemotherapy;2009;1285–1286

9. Gupta K, Hooton TM, Naber KG, et al. Executive Summary: International Clinical Practice Guidelines for the Treatment of Acute Uncomplicated Cystitis and Pyelonephritis in Women: A 2010 Update by the Infectious Diseases Society of America and the European Society for Microbiology and Infectious Diseases. Clinical Practice Guidelines;2010;51:561-564

10. Ganiswarna, Sulistia G. Farmakologi dan Terapi edisi 5. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI. Jakarta, 2007.

11. Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. Obat-Obat Penting Edisi ke 5. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, 2002

12. Almatsier M. MIMS edisi bahasa Indonesia. Jakarta: BIP, 2010.

13. Croom, Goa. Levofloxacin. A review of its use in the treatment of bacterial infections in the United States. Drugs 2003;63(24):2769-2802.

14. Nightingale, Murakawa, Ambrose (eds). Antimicrobial Pharmacodynamics in Theory and Clinical Practice. New York: Marcel Dekker, Inc; 2002.

31

Page 33: Analisa Kasus ISK Uretritis Non Spesifik Mawan

15. Levofloxacin. A review of its use as a high-dose, short-course treatment for bacterial infection. Drugs 2008;68 (4):535-65.

16. Katzung, G Bertram. Farmakologi Dasar dan Klinik. Buku 2 Ed.ke-8. Jakarta: Salemba Medika, 2002.

32