Upload
sisferi-hikmawan
View
270
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
120
ANALISA KEBIJAKAN KETENAGAKERJAAN KOTA BEKASI
Oleh :
Andi Sopandi
Manpower planning is a systematic planning process is used as a basis and reference in formulating policies, strategies, and implementation of sustainable manpower development programs. Therefore, the required analysis of potential, input, process, output and employment in a comprehensive impact
Keyword: Strategic Planning, Input, Process, Output and Employment Impact
I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Perencanaan tenaga kerja adalah proses penyusunan rencana ketenagakerjaan secara
sistematis yang dijadikan dasar dan acuan dalam penyusunan kebijakan, strategi, dan
pelaksanaan program pembangunan ketenagakerjaan yang berkesinambungan. Sebagaimana
diamanatkan dalam Undang-undang Republik Indonesia nomor 13 tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan dan diimplementasikan melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 15 tahun 2007 tentang Tata Cara Memperoleh Informasi Ketenagakerjaan dan
Penyusunan serta Pelaksanaan Perencanaan Tenaga Kerja.
Kedua peraturan perundang-undangan tersebut menyatakan bahwa penting dan
strategisnya kedudukan dari rencana tenaga kerja di daerah baik bersifat rencana tenaga kerja
tahunan, jangka menengah maupun jangka pangjang. Hal demikian sejalan dengan semakin
kompleksnya permasalahan ketenagakerjaan yang terjadi khususnya di wilayah perkotaan.
Permasalahan klasik yang sering muncul dalam ketenagakerjaan, yaitu masalah
pemutusan hubungan kerja (PHK), upah minimum kota (UMK), sengketa ketenagakerjaan
antara pengusaha dan pekerja. Masalah-masalah lainnya seperti keterbatasan lapangan kerja
dan masih rendahnya latar belakang pendidikan dan keahlian para pencari kerja. Di lapangan
sering kali terjadi kombinasi dari masalah-masalah tersebut di atas sehingga memerlukan
strategi penanganan khusus.
Sementara itu permasalahan utama ketenagakerjaan bagi pemerintah daerah adalah
masalah pengangguran. Pengangguran sering kali muncul akibat adanya lapangan kerja
yang sangat terbatas baik jenis maupun jumlahnya, sementara pencari kerja jumlahnya
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
121
semakin bertambah banyak dari tahun ke tahun. Kondisi demikian akan mengakibatkan
terjadinya pengangguran. Di samping itu latar belakang pendidikan dan keahlian yang
dimiliki para pencari kerja kebanyakan masih berada di bawah standar kualitas keahlian yang
dibutuhkan oleh perusahaan sehingga perusahaan-perusahaan yang ada di daerah tersebut
tidak dapat menerima para pencari kerja seperti itu. Kondisi seperti ini juga dapat
mengakibatkan terjadinya pengangguran. Secara umum, pemicu utama pengangguran
sebenarnya adalah pemutusan hubungan kerja (PHK), terutama PHK massal.
Di Kota Bekasi, pengangguran terbuka yang diindikasikan dengan indikator pencari
kerja yang terdaftar pada Dinas Tenaga Kerja Kota Bekasi, pada tahun 2000 tercatat
sebanyak 31.488 orang sedangkan pada tahun 2008 meningkat menjadi 42.376 orang.
Sementara itu, pencari kerja yang ditempatkan/mendapat pekerjaan hanya sebanyak 2.048
orang (6,50%) pada tahun 2000 dan sebanyak 2.197 orang (5,16%) pada tahun 2008.
Tingginya angka pencari kerja yang tidak dapat terserap oleh lapangan pekerjaan yang
tersedia tersebut menunjukkan bahwa jumlah dan jenis lapangan pekerjaan yang tersedia di
Kota Bekasi sangat terbatas ditambah lagi keahlian yang dimiliki oleh para pencari kerja
masih banyak yang berada di bawah standar kualifikasi keahlian yang dibutuhkan
perusahaan. Hal demikian dapat dilihat dari latar belakang pendidikan para pencari kerja
yang terdaftar sebagian besar berpendidikan tamat SD, SMP dan SMA/SMK, pada tahun
2000 yakni mencapai 90,59% sedangkan pencari kerja dengan latar belakang akademi dan
universitas hanya sebanyak 9,41%. Sementara itu pada tahun 2008 para pencari kerja dengan
latar belakang pendidikan tamat SD, SMP dan SMA/SMK masih sebesar 70,30%, sedangkan
pencari kerja dengan latar belakang akademi dan universitas sebanyak 29,70% .
Berdasarkan realitas di atas diperlukan strategi dan inovasi baru dalam perencanaan
tenaga kerja untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja baik melalui penambahan
lapangan kerja-lapangan kerja baru maupun lewat pendekatan peningkatan keahlian dan
ketrampilan para pencari kerja dengan melibatkan lembaga latihan ketrampilan (LPK) atau
balai latihan kerja (BLK). Untuk menjawab permasalahan tersebut maka Pemerintah Kota
Bekasi sangat berkepentingan untuk Menyusun Masterplan/Rencana Induk Ketenagakerjaan
yang akan dijadikan sebagai pedoman dalam perencanaan tenaga kerja baik tahunan maupun
jangka menengah dan jangka panjang. Dengan adanya Masterplan/Rencana Induk tersebut
diharapkan arah kebijakan dan strategi pengurangan pengangguran melalui peningkatan
penyerapan tenaga kerja untuk meningkatkan daya beli masyarakat sebagai mana
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
122
diamanatkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Bekasi
Tahun 2008-2013 bisa diwujudkan dengan baik.
2. Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan
penelitian sebagai berikut:
1) Bagaimanakah kondisi dan potensi ketenagakerjaan di Kota Bekasi?
2) Bagaimanakah permasalahan yang terjadi berkaitan dengan perencanaan ketenagakerjaan
Kota Bekasi?
3) Bagaimanakah strategi peningkatan ketenagakerjaan di Kota Bekasi?
3. Tujuan
Tujuan kajian ini adalah:
1) Mengidentifikasi kondisi dan potensi ketenagakerjaan di Kota Bekasi.
2) Menganalisis permasalahan yang terjadi berkaitan dengan perencanaan ketenagakerjaan
Kota Bekasi.
3) Merumuskan strategi peningkatan ketenagakerjaan di Kota Bekasi untuk memecahkan
permasalahan dan penyusunan strategi kebijakan ketenagakerjaan.
IIII.. MMEETTOODDOOLLOOGGII KKAAJJIIAANN
Kajian dalam rangka Penyusunan Masterplan Ketenagakerjaan ini bertujuan untuk
membuat perencaan ketenagakerjaan baik perihal penyediaan lapangan kerja untuk
mengurangi pengangguran, rencana penyerapan tenaga kerja, penyediaan tenaga kerja
maupun pendayagunaan tenaga kerja. Masterplan ketenagakerjaan ini juga merupakan bahan
masukkan bagi pengambilan kebijakan di bidang ketenagakerjaan. Untuk itu ruang lingkup
kajian meliputi seluruh aspek pembangunan ketenagakerjaan mulai dari potensi sumber daya
manusia tenaga kerja yang dimiliki Kota Bekasi, potensi ekonomi dan potensi kelembagaan
ketenagakerjaan yang telah ada, kebijakan Pemerintah Kota Bekasi yang telah diterapkan,
sampai dengan keterlibatan semua unsur pelaku utama pembangunan bidang
ketenagakerjaan.
Untuk itu langkah-langkah pendekatan dalam metode kajian yang akan diterapkan
yaitu: 1) Identifikasi dan klasifikasi data untuk kebutuhan kajian; 2) Pengumpulan data; dan
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
123
3) Analisis data. Selanjutnya data hasil analisis dijadikan sebagai dasar dalam penyusunan
rancangan perencanaan tenaga kerja daerah atau masterplan ketenagakerjaan.
11.. IIddeennttiiffiikkaassii ddaann KKllaassiiffiikkaassii DDaattaa KKeebbuuttuuhhaann KKaajjiiaann
Kebutuhan data untuk keperluan kajian dalam rangka penyusunan masterplan
ketenagakerjaan dapat diidentifikasikan dan diklasifikasikan sebagaimana tabel berikut:
Tabel 1 Identifikasi dan Klasifikasi Kebutuhan Data
KEBUTUHAN DATA
A. Data Skunder 1. Sektor ekonomi unggulan/basis 2. Penduduk bekerja per sektor ekonomi 3. Jumlah penduduk, angkatan kerja dan pengangguran 4. Jumlah angkatan kerja dan pengangguran berdasarkan pendidikan yang
ditamatkan 5. Jumlah pencari kerja 6. Distribusi penduduk angkatan kerja 7. Jumlah penyelenggara pelatihan kerja 8. Jumlah pengusaha dan asosiasi pengusaha 9. Jumlah pekerja/buruh dan serikat pekerja/buruh 10. Peraturan daerah dan peraturan lainnya 11. Upah minimum kota (UMK) B. Data Primer 1. Kapasitas daya tampung BLK/LPK/PJTKI 2. Sarana prasarana BLK/LPK/PJTKI 3. Pola kerjasama antara BLK/LPK/PJTKI, pemerintah dan pengusaha 4. Peranan serikat pekerja/buruh dan asosiasi pengusaha 5. Penyelenggaraan pelatihan kerja 6. Penyelenggaraan pemagangan 7. Penyelenggaraan bursa kerja
22.. PPeenngguummppuullaann DDaattaa
Pengumpulan data untuk jenis data skunder dilaksanakan dengan cara kolekting
langsung dari instansi sumber datanya. Sedangkan untuk jenis data primer dikumpulkan
melalui pengisian kuesioner/wawancara dengan narasumber yang dipilih secara random
dengan sistim proporsional.
Teknik dan cara pengumpulan data per jenis data yang kebutuhan untuk kajian dalam
rangka Penyusunan Masterplan Ketenagakerjaan secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut
ini.
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
124
Tabel 2 Teknik dan Cara Pengumpulan Data
KEBUTUHAN DATA SUMBER DATA CARA PENGUMPULAN
Sektor ekonomi unggulan/basis Bappeda Kolekting Penduduk bekerja per sektor ekonomi BPS Kolekting Jumlah penduduk, angkatan kerja dan pengangguran BPS Kolekting Jumlah angkatan kerja dan pengangguran berdasarkan pendidikan yang ditamatkan
BPS Kolekting
Jumlah pencari kerja BPS Kolekting Distribusi penduduk angkatan kerja BPS Kolekting Jumlah penyelenggara pelatihan kerja Disnaker Kolekting Jumlah pengusaha dan asosiasi pengusaha Disnaker Kolekting Jumlah pekerja/buruh dan serikat pekerja/buruh Disnaker Kolekting Peraturan daerah dan peraturan lainnya Disnaker Kolekting Upah minimum kota (UMK) Disnaker Kolekting Kapasitas daya tampung BLK/LPK BLK/LPK Kuisioner/wawancara Sarana prasarana BLK/LPK BLK/LPK Kuisioner/ wawancara Pola kerjasama antara BLK/LPK, pemerintah dan pengusaha
BLK/LPK Kuisioner/ wawancara
Peranan serikat pekerja/buruh dan asosiasi pengusaha SP dan Apindo Kuisioner/ wawancara Penyelenggaraan pelatihan kerja Disnaker,
BLK/LPK Kuisioner/ wawancara
Penyelenggaraan pemagangan Disnaker Kuisioner/ wawancara Penyelenggaraan bursa kerja Disnaker Kuisioner/ wawancara Pengiriman tenaga kerja luar negeri PJTKI/PPTKIS Kuisioner/ wawancara
Data yang sudah terkumpul selanjutnya dianalisis menggunakan tolls analisis sebagai
berikut : 1) Analisis Sektor Ekonomi Basis; 2) Analisis Penyerapan Tenaga Kerja; 3) Analisis
elastisitas tenaga kerja; dan 4) Analisis Neraca Tenaga Kerja; serta 5) Analisis SWOT.
Kelima tools analisis tersebut merupakan alat analisis utama. Sedangkan alat analisis
pendukung yang akan digunakan adalah : 1) Angka partisipasi angkatan kerja; 2) Rasio
Ketergantungan; dan 3) Piramida penduduk.
III. HASIL PENELITIAN
1. Analisis Sektor Ekonomi Basis dan Tenaga Kerja Basis
Berdasarkan hasil analisis sector ekonomi basis di tingkat regional (ordo Jabodebek/
Jakarta Bogor Depok dan Bekasi), Kota Bekasi memiliki 9 (Sembilan) sector basis dengan
nilai LQ diatas 1 (satu) yaitu : industry, listrik, gas, air bersih, restoran, perdagangan, jasa
angkutan, pertanian dan jasa pemerintahan umum. Kesembilan sektor tersebut dapat dilihat
pada gambar berikut.
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
125
Gambar 1
Sektor Ekonomi Basis
INDUSTRI (1,61)
LISTRIK (2,41)
GAS (8,50) AIR BERSIH (1,02)
PERDAGANGAN (1,51)
RESTORAN (1,71)
JASA ANGKUTAN (1,17)
PERTANIAN (1,42)
JASA PEMERINTAHAN
UMUM (1,23)
Sumber : Kajian Pengembangan Ekonomi Regional, 2008 (diolah).
Gambar di atas menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi di Kota Bekasi didominasi oleh
kesembilan sector di atas, masing-masing berkontribusi secara signifikan terhadap
pembentukan output ekonomi daerah (PDRB). Dari sisi ketenagakerjaan, hasil analisis
serapan tenaga kerja pada perusahan skala sedang (perusahan yang memiliki
karyawan/tenaga kerja sebanyak 25-99 orang) dan perusahaan skala besar (perusahaan yang
memiliki karyawan/tenaga kerja diatas 100 orang) menunjukkan bahwa perusahaan di bidang
industri menyerap tenaga kerja paling besar yaitu 68,71%, disusul perusahaan di bidang
perdagangan sebesar 13,84%, urutan selanjutnya adalah perusahaan di bidang jasa
perusahaan dan pelayanan kesehatan masing-masing menyerap tenaga kerja sebanyak
13,84% dan 6,03%. Sedangkan untuk perusahan-perusahan di bidang lainnya seperti
lembaga pendidikan, keuangan, pariwisata/hiburan, bangunan dan jasa-jasa lainnya hanya
mampu menyerap tenaga kerja di bawah 5%.
Gambar 2
Serapan Tenaga Kerja pada Perusahaan Skala Sedang dan Besar
5.39%
0.37%
13.84%
0.44%2.91%
68.71%
6.03%
0.64%0.19% 1.24%
0.25% PELAYANAN KESEHATAN
LEMBAGA PENDIDIKAN
PERDAGANGAN
HOTEL
KEUANGAN
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
126
2. Analisis Penyerapan Tenaga Kerja
Penyerapan tenaga kerja (Serap TK) merupakan perbandingan antara selisih tenaga
kerja (∆TK) dari penyerapan tenaga kerja pada tahun t (TKt) dan penyerapan tenaga kerja
pada tahun t-1 (TKt-1) dengan Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE).
Analisis penyerapan tenaga kerja dipergunakan untuk mengetahui seberapa besar
dampak pertumbuhan ekonomi terhadap penyerapan tenaga kerja. Artinya seberapa banyak
tenaga kerja yang dapat terserap untuk setiap kenaikan 1% LPE (Laju Pertumbuhan
Ekonomi).
Tabel Daya Serap Tenaga Kerja Akibat Pertumbuhan Ekonomi
Tabel di atas menunjukkan bahwa setiap peningkatan LPE 1% akan berpengaruh
terhadap penyerapan tenaga kerja pada lapangan usaha utama sebanyak 17.057 orang.
Lapangan usaha yang memiliki pengaruh paling besar terhadap perubahan peningkatan LPE
adalah lapangan usaha industry pengolahan dan perdagangan- rumah makan- jasa akomodasi
masing-masing menyerap tenaga kerja sebanyak 27.679 pekerja dan 7.080 pekerja.
3. Analisis Elastisitas Tenaga Kerja
Analisis elastisitas tenaga kerja sangat berguna untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh perubahan peningkatan output ekonomi daerah (LPE 1%) terhadap persentase daya
serap tenaga kerja.
LAPANGAN USAHA UTAMA
TENAGA KERJA (ORANG)
∆ TK (ORANG)
LPE (%)
SERAP TK PER 1%
LPE TAHUN 2007
TAHUN 2009
Pertanian 9,854 21,422 11,568 -0.54% (21,258 ) Industri Pengolahan 210,366 191,259 - 19,107 -0.69% 27,679 Perdagangan, Rumah Makan Dan Jasa Ako-Modasi
186,323 234,774 48,451 6.84% 7,080
Jasa Kemasyarakat-An, Sosial Dan Perorangan
233,457
241,705
8,248
7.81%
1,056
Lainnya (Pertambangan, Bangunan, Listrik, Gas, Air Minum, Angkutan)
200,647
221,962
21,315
10.51%
2,027
JUMLAH 840,647 911,122 70,475 4.13% 17,057
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
127
Tabel 3 Daya Serap Tenaga Kerja Akibat Pertumbuhan Ekonomi
Tahun 2007-2009
Tabel di atas menunjukkan bahwa elastisitas tenaga kerja di Kota Bekasi untuk tahun
2007-2009 sebesar 2,03%. Artinya setiap perubahan kenaikan output ekonomi daerah (LPE
1%) mengakibatkan penyerapan tenaga kerja sebesar 2,03%. Penyerapan tenaga kerja sector
lapangan usaha industry pengolahan merupakan sektor lapangan usaha tertinggi dalam
penyerapan tenaga kerja dibandingkan dengan sector-sektor lapangan usaha lainnya yaitu
13,16%. Sedangkan sector lapangan usaha pertanian berpengaruh negative sebanyak -
251,73%.
4. Analisis Rasio Ketergantungan
Rasio Ketergantungan (RK-Total) didapat dengan membagi total dari jumlah penduduk
usia belum produktif (0-14 tahun) dan jumlah penduduk usia tidak produktif (65 tahun
keatas) dengan jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun). Sedangkan untuk Rasio
Ketergantungan Tua (RK-Tua) diperoleh dengan membagi total dari jumlah penduduk usia
belum produktif jumlah penduduk usia tidak produktif (65 tahun keatas) dengan jumlah
penduduk usia produktif (15-64 tahun). Dan untuk Rasio Ketergantungan Muda (RK-Muda)
dihasilkan dari membagi total dari jumlah penduduk usia belum produktif (0-14 tahun)
dengan jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun).
LAPANGAN USAHA UTAMA
TENAGA KERJA (ORANG) LPTK
(%) LPE (%) ELASTISITAS TAHUN
2007 TAHUN
2009 Pertanian 9,854 21,422 117.39% -0.54% -215.73% Industri Pengolahan 210,366 191,259 -9.08% -0.69% 13.16% Perdagangan, Rumah Makan Dan Jasa Ako-Modasi
186,323 234,774 26.00% 6.84% 3.80%
Jasa Kemasyarakat-An, Sosial Dan Perorangan
233,457 241,705 3.53% 7.81% 0.45%
Lainnya (Pertambangan, Bangunan, Listrik, Gas, Air Minum, Angkutan)
200,647 221,962 10.62% 10.51% 1.01%
JUMLAH 840,647 911,122 8.38% 4.13% 2.03%
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
128
Tabel 4 Rasio Ketergandungan Penduduk
URAIAN PENDUDUK (JIWA)
PERSENTASE (%)
RASIO KETERGANTUNGAN
(RK)
Anak-anak (0 - 14 th) 596.083 25,70 35,81
Dewasa (15 - 64 th) 1.664.498 71,76 -
Tua ( ≥ 65 th) 58.937 2,54 3,54
JUMLAH 2.319.518 100 39,35
5. Analisis Angka Partisipasi Angkatan Kerja
Analisis Angka Partisipasi Angkatan Kerja (APAK) ini bermanfaat untuk mengetahui bagian
dari tenaga kerja yang sesungguhnya terlibat, atau berusaha untuk terlibat, dalam kegiatan
produktif yaitu memproduksi barang dan jasa, dalam kurun waktu tertentu. Penghitungan
APAK dapat dilakukan dengan membandingkan antara jumlah penduduk yang termasuk
dalam angkatan kerja dengan jumlah penduduk yang termasuk dalam usia kerja.
Tabel 5 Angka Partisipasi Angkatan Kerja
URAIAN LAKI-LAKI PEREMPUAN TOTAL (%)
Angkatan Kerja 700.192 358.340 1.058.532 62,10 Bekerja 611.560 299.562 911.122 86,07 Mencari Kerja 88.632 58.778 147.410 13,93 Bukan Angkatan Kerja 158.638 487.449 646.087 37,90 Sekolah 112.106 94.350 206.456 31,95 Mengurus Rumah Tangga
15.650 381.494 397.144 61,47
Lainnya 30.882 11.605 42.487 6,58 Jumlah 858.830 845.789 1.704.619 100,00
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (APAK) penduduk Kota Bekasi tahun 2009
mencapai 62,10%. Berdasarkan jenis kelamin, APAK laki-laki (81,53%) lebih tinggi, hampir
dua kali lipat daripada APAK perempuan (42,37%), karena laki-laki biasanya berperan
sebagai kepala rumah tangga yang memberi nafkah pada keluarga. Perkembangan APAK dari
tahun 2004-2009 menunjukkan bahwa penduduk angkatan kerja selalu lebih besar dari pada
penduduk bukan angkatan kerja. Penduduk angkatan kerja tahun 2004 sebesar 55,88% dan
meningkat menjadi 62,10% pada tahun 2009. Penjelasan secara rinci dapat dilihat pada tabel
di bawah ini.
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
129
Tabel 6 Perkembangan Angka Partisipasi Angkatan Kerja Kota Bekasi
URAIAN
TAHUN 2004 TAHUN 2008 TAHUN 2009
JUMLAH (%) JUMLAH (%) JUMLAH (%)
Angkatan Kerja 755,374 55.88% 1,004,681 62.09% 1,058,532 62.10% Bekerja 651,090 86.19% 931,307 92.70% 911,122 86.07% Mencari Kerja 104,284 13.81% 73,374 7.30% 147,410 13.93% Bukan Angkatan Kerja
596,396 44.12% 613,533 37.91% 646,087 37.90%
Sekolah 122,702 20.57% 128,803 20.99% 206,456 31.95% Mengurus Rumah Tangga
319,944 53.65% 405,596 66.11% 397,144 61.47%
LAINNYA 153,750 25.78% 79,854 13.02% 42,487 6.58% JUMLAH 1,351,770 100.00% 1,618,214 100.00% 1,704,619 100.00%
6. Analisis Neraca Tenaga Kerja
Analisis neraca tenaga kerja dipergunakan untuk mengetahui keadaan tenaga kerja di
daerah. Dapat juga digunakan untuk merencanakan persediaan dan kebutuhan tenaga kerja di
masa yang akan datang. Agar dapat menganalisis dan merencanakan persediaan dan
kebutuhan tenaga kerja dengan baik, maka diperlukan data-data pendukung sebagai berikut :
1) Proyeksi penduduk; 2) Proyeksi persediaan angkatan kerja; 3) Proyeksi penyerapan tenaga
kerja.
Dengan asumsi bahwa LPP 3,03% (sesuai dengan asumsi proyeksi penduduk dalam
dokumen RPJMD), maka dapat diproyeksikan kembali jumlah penduduk Kota Bekasi hingga
tahun 2015 sebagaimana tabel berikut.
Tabel 7 Proyeksi Penduduk Kota Bekasi Tahun 2010-2015
KECAMATAN LPP EKSISTING PROYEKSI
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 PONDOKGEDE 3.13% 231,389 238,631 246,101 253,804 261,748 269,940 278,389
JT.SAMPURNA 3.21% 86,936 89,727 92,607 95,580 98,648 101,814 105,082
JATIASIH 2.03% 183,461 187,185 190,985 194,862 198,818 202,854 206,972
BT.GEBANG 2.69% 102,563 105,322 108,155 111,064 114,052 117,120 120,271
BKS TIMUR 3.13% 266,277 274,611 283,207 292,071 301,213 310,641 320,364
RAWALUMBU 2.77% 229,326 235,678 242,207 248,916 255,811 262,897 270,179
BKS SELATAN 2.85% 175,231 180,225 185,361 190,644 196,078 201,666 207,413
BKS BARAT 2.76% 294,342 302,466 310,814 319,392 328,208 337,266 346,575
M.SATRIA 3.11% 169,097 174,356 179,778 185,369 191,134 197,079 203,208
BKS UTARA 3.01% 340,224 350,465 361,014 371,880 383,074 394,604 406,482
MUSTIKAJAYA 2.70% 140,051 143,832 147,716 151,704 155,800 160,007 164,327
PDK MELATI 3.10% 100,621 103,740 106,956 110,272 113,690 117,215 120,848
KOTA BEKASI 3,03% 2,319,518 2,386,239 2,454,901 2,525,559 2,598,273 2,673,103 2,750,110
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
130
Angkatan kerja merupakan bagian dari penduduk usia kerja, yaitu penduduk yang
berusia di atas 15 tahun, baik penduduk yang bekerja ataupun yang menganggur/ mencari
pekerjaan. Proyeksi angkatan kerja tahun 2010-2015 dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 8 Proyeksi Angkatan Kerja Penduduk Kota Bekasi
Tahun 2010-2015 URAIAN EKSISTING PROYEKSI
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
ANGKATAN KERJA
1,00
4,68
1
1,05
8,53
2
1,44
3,24
8
1,48
4,77
6
1,52
7,51
1
1,57
1,49
0
1,61
6,74
9
1,66
3,32
5
BUKAN ANGKATAN
KERJA 613,
533
646,
087
942,
991
970,
125
998,
048
1,02
6,78
3
1,05
6,35
4
1,08
6,78
6
JUMLAH PENDUDUK
2,23
8,71
7
2,31
9,51
8
2,38
6,23
9
2,45
4,90
1
2,52
5,55
9
2,59
8,27
3
2,67
3,10
3
2,75
0,11
0
Penduduk angkatan kerja ini selanjutnya dijadikan sebagai data dasar potensi tenaga
kerja daerah/ketersediaan tenaga kerja daerah. Proyeksi LPE Kota Bekasi yang baru
menunjukkan bahwa pada tahun 2010 LPE diproyeksikan sebesar 5.09%, kemudian menjadi
5,12% pada tahun 2011 dan pada akhir 2015 menjadi 6,07%. Proyeksi LPE ini sangat
moderat sehingga kemungkinan ketercapaiannya sangat besar.
Proyeksi penyerapan tenaga kerja tahun 2010-2015 berdasarkan hasil perhitungan dan
analisis ketersediaan tenaga kerja dan proyeksi LPE serta elastisitas tenaga kerja dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 9 Proyeksi Penyerapan Tenaga Kerja Penduduk Kota Bekasi
Tahun 2010-2015
TAHUN LPE (%) PENYERAPAN TENAGA KERJA (ORANG)
2010 5,09 999,296 2011 5,12 1,087,990 2012 5,25 1,178,935 2013 5,38 1,272,133 2014 5,65 1,370,008 2015 6,07 1,475,158
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
131
Perhitungan perbandingan antara persediaan tenaga kerja dan kebutuhan kenaga kerja
/penyerapan tenaga kerja disajikan dalam tabel necara angkatan kerja Kota Bekasi
sebagaiman berikut ini.
Tabel 10 Proyeksi Neraca Tenaga Kerja Kota Bekasi Tahun 2010-2015
TAHUN KETERSEDIAAN TENAGA KERJA
(ORANG)
KEBUTUHAN TENAGA KERJA
(ORANG)
PENGANGGURAN PERSENTASE
PENGANGGURAN (%)
2010 1,443,248 999,296 443,952 30.76% 2011 1,484,776 1,087,990 396,786 26.72% 2012 1,527,511 1,178,935 348,576 22.82% 2013 1,571,490 1,272,133 299,357 19.05% 2014 1,616,749 1,370,008 246,741 15.26% 2015 1,663,325 1,475,158 188,166 11.31%
7. Analisis SWOT
7.1 Identifikasi Faktor Kunci Keberhasilan (Key success Faktors/KSF)
Identifikasi KSF dilakukan dengan cara menyusun daftar KSF potensial yang
berhubungan dengan penyusunan masterplan ketenagakerjaan. KSF potensial diperoleh dari
hasil analisis kualitatif melalui observasi dan wawancara langsung dengan responden di
lapangan.
Hasil identifikasi KSF untuk acuan penyusunan masterplan ketenagakerjaan sebagai
berikut: 1) Rencana tenaga kerja 2) Upah minimum Kota (UMK) 3) Peraturan daerah dan peraturan lainnya. 4) Pertumbuhan ekonomi daerah (LPE) 5) Jumlah perusahaan besar dan menengah 6) Ketersediaan tenaga kerja 7) Kebutuhan tenaga kerja 8) Pengangguran 9) Pemutusan hubungan kerja 10) Penyelesaian sengketa buruh dan pengusaha 11) Fasilitasi tripatrit 12) Jumlah balai latihan kerja 13) Pertumbuhan perusahaan 14) Investasi 15) Kebijakan tata ruang untuk industry 16) Kompetisi minat usaha bagi pengusaha dengan
daerah lain 17) Kualitas tenaga kerja 18) Jumlah lembaga pendidikan SMK dan akademi
19) Alokasi anggaran APBD untuk ketenagakerjaan 20) Pasar bebas dan tenaga kerja global 21) PPTKIS 22) Apindo 23) Serikat buruh/pekerja 24) Informasi ketenagakerjaan 25) Pengawas ketenagakerjaan 26) Letak geografis wilayah 27) Infrastruktur kota 28) Sektor ekonomi basis 29) Kondisi social budaya 30) Keamanan dan ketertiban 31) Tenaga kerja luar daerah 32) Kebijakan 1 juta tenaga kerja di Jawa Barat 33) BLK Cevest 34) Terdapat banyak industry di sekitar Jabodetabek 35) UMK wilayah Jabodetabek 36) Kebijakan investasi di wilayah Jabodetabek
7.2 Identifikasi Situasi Internal dan Eksternal
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
132
Berdasarkan hasil identifikasi KSF, isu strategis utama yang berpengaruh terhadap
situasi internal acuan penyusunan masterplan ketenagakerjaan sebagai berikut :
Tabel 11 Key Success Factors Acuan
Penyusunan Masterplan Ketenagakerjaan
NO KEY SUCCESS FACTORS (KSF)
INTERNAL EKSTERNAL 1. Pertumbuhan ekonomi daerah (LPE) Pasar bebas dan tenaga kerja global 2. Ketersediaan tenaga kerja Tenaga kerja luar daerah 3. Pertumbuhan perusahaan PPTKIS 4. Alokasi anggaran APBD untuk
ketenagakerjaan Kebijakan 1 juta tena-ga kerja di Jawa Barat
5. Informasi ketenagakerjaan BLK Cevest 6. Pengangguran
Terdapat banyak industry di sekitar Jabodetabek
7. Peraturan daerah dan peraturan lainnya UMK wilayah Jabode-tabek 8. Pemutusan hubung-an kerja (PHK) Kebijakan investasi di wilayah Jabodetabek
7.2.1 Analisis Situasi Internal dan Eksternal
Analisis situasi internal dan eksternal (SWOT) merupakan analisis lanjutan dari hasil-
hasil analisis sebelumnya baik yang bersifat kualitatif maupun analisis kuantitatif untuk
penyusunan masterplan ketenagakerjaan. Hasil analisis SWOT disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 12
Hasil Analisis SWOT
SWOT ANALISIS LINGKUNGAN BOBOT RATING SKOR
INTERNAL
KEK
UA
TA
N (S
)
Ketersediaan tenaga kerja 0,30 4 1,20 Pertumbuhan perusahaan 0,40 4 1,60 Informasi ketenagakerjaan 0,15 3 0,45 Pemutusan hubung-an kerja (PHK) 0,15 2 0,30
TOTAL 1,00 3,55
KEL
EMA
HA
N (W
)
Pertumbuhan ekonomi daerah (LPE) 0,40 4 1,60 Alokasi anggaran APBD untuk ketenagakerjaan 0,35 4 1,40 Pengangguran 0,10 3 0,30 Peraturan daerah dan peraturan lainnya 0,15 3 0,45
TOTAL 1,00 3,75 EKSTERNAL
L U A N G (PPTKIS 0,30 4 1,20
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
133
SWOT ANALISIS LINGKUNGAN BOBOT RATING SKOR
Kebijakan 1 juta tena-ga kerja di Jawa Barat 0,10 2 0,20 BLK Cevest 0,20 3 0,60 Terdapat banyak industry di sekitar Jabodetabek
0,40 4 1,60
TOTAL 1,00 3,60
AN
CA
MA
N
(T)
Pasar bebas dan tenaga kerja global 0,30 4 1,20 Tenaga kerja luar daerah 0,20 3 0,60 UMK wilayah Jabode-tabek 0,20 2 0,40 Kebijakan investasi di wilayah Jabodetabek 0,30 2 0,60
TOTAL 1,00 2,80 Keterangan : a) Skala Bobot 0-1, skala 0 berarti pengaruh terhadap acuan/tjuan tidak ada pengaruhnya,
skala 1 berarti pengaruhnya terhadap acuan/tujuan sangat besar. b) Skala Rating 1-4, skala 1 berarti pengaruh terhadap acuan/tjuan tidak ada pengaruhnya,
skala 4 berarti pengaruhnya terhadap acuan/tujuan sangat besar. c) Skala Skor 1-4, skala 1 berarti pengaruh terhadap acuan/tjuan tidak ada pengaruhnya,
skala 4 berarti pengaruhnya terhadap acuan/tujuan sangat besar.
Setelah dilakukan analisis lanjutan, yakni dengan cara mengurangkan total skor
kelemahan (W) terhadap total skor kekuatan (S) dan mengurangkan total skor ancaman (T)
terhadap total skor peluang (O), maka diperoleh hasil sebagai berikut.
Berdasarkan gambar di atas, hasil analisis SWOT berada di posisi kuadran IV yaitu
strategi conservative. Strategi conservative adalah strategi meminimalisir kelemahan (W) dan
mengoptimalkan peluang (O).
Berdasarkan hasil analisis diperoleh 14 (empatbelas) strategi yang dapat diterapkan
untuk perencanaan tenaga kerja dalam rangka penyusunan masterplan ketenagakerjaan.
Keempatbelas strategi tersebut sebagai berikut.
1. Pengiriman TKI berkualitas dari penduduk Kota Bekasi untuk meningkatkan LPE.
2. Peningkatan alokasi anggaran APBD untuk penempatan kerja.
3. Kerjasama Pemkot dengan PPTKIS.
4. Perda ketenagakerjaan.
5. Penyediaan lapangan kerja untuk meningkatkan LPE.
6. Peningkatan alokasi anggaran APBD untuk penyediaan lapangan kerja.
7. Penyediaan lapangan kerja.
8. Perda perbaikan iklim berinvestasi.
9. Peningkatan kuantitas dan kualitas SDM angkatan kerja untuk meningkatkan LPE.
10. Peningkatan alokasi anggaran APBD untuk pelatihan ketrampilan.
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
134
11. Kerjasama Pemkot dengan BLK Cevest.
12. Peningkatan alokasi anggaran APBD untuk pelatihan ketrampilan.
13. Peningkatan kualitas SDM angkatan kerja. Dan
14. Perda perbaikan iklim berinvestasi.
15. Peningkatan kuantitas dan kualitas SDM angkatan kerja untuk meningkatkan LPE.
16. Perda ketenagakerjaan.
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian dan hasil analisis di atas, dapat dirumuskan beberapa kesimpulan,
sebagai berikut.
1) Kondisi wilayah, kondisi perekonomian, kondisi social budaya serta keamanan dan
ketertiban secara umum sangat kondusif bagi pengembangan ketenagakerjaan di Kota
Bekasi.
2) Jumlah penduduk pada tahun 2015 diprediksi mencapai 2.756.116 jiwa dengan LPP
sebesar 3,03%. Jumlah angkatan kerja 1.663.325 jiwa, penyerapan tenaga kerja
1.475.158 jiwa dan pengangguran 11,31%.
3) Pada tahun 2015 laju pertumbuhan ekonomi (LPE) Kota Bekasi diprediksi mencapai
6,07% dengan daya serap tenaga kerja 17.323 orang per kenaikan 1% LPE.
4) Sektor lapangan usaha yang banyak menyerap tenaga kerja adalah sector industry
pengolahan, kemudian sector perdagangan hotel restoran dan sector jasa-jasa.
5) Dalam kurun waktu lima tahun terakhir (2004-2005) perusahaan skala besar, menengah
dan kecil mengalami peningkatan jumlah yang cukup berarti (20,37%) dan mampu
menyerap tenaga kerja hingga 82.903 orang.
6) Kota Bekasi memiliki dua unit balai latihan kerja (BLK) milik pemerintah yaitu BLK
Cevest dan BLK Provinsi Jawa Barat serta 54 unit lembaga latihan swasta (LLS), 63 unit
PPTKIS dan 178 sekolah menengah kejuruan (SMK).
7) Kota Bekasi belum memiliki peraturan daerah yang mengatur tentang ketenagakerjaan.
8) Sektor ekonomi basis berdasarkan serapan tenaga kerja di Kota Bekasi terdiri dari
industry, perdagangan, restoran, layanan kesehatan, hotel, keuangan, lembaga
pendidikan, jasa perusahaan, dan keuangan.
9) Rasio ketergantungan penduduk 39,35% dan tingkat partisipasi angkatan kerja (APAK)
62,10%.
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
135
10) Berdasarkan hasil analisis SWOT, strategi perencanaan tenaga kerja berada pada kuadran
IV (conservative) yaitu strategi untuk mengeliminir kelemahan (Weakness) dan
mengoptimalkan peluang (Opportunity).
11) Terdapat lima strategi perencanaan tenaga kerja dalam rangka penyusunan masterplan
ketenagakerjaan yaitu a) strategi peningkatan alokasi APBD untuk bidang
ketenagakerjaan, b)kerjasama Pemerintah Kota Bekasi dengan PPTKIS, BLK dan LLS,
c)penyusunan perda tenaga kerja, d)penyediaan lapangan kerja baru dan e)penyusunan
perda perbaikan iklim investasi.
12) Kebijakan yang telah dirumuskan untuk perencanaan tenaga kerja meliputi a)
Peningkatan alokasi anggaran APBD, b) Peningkatan kerjasama Pemkot Bekasi dengan
PPTKIS, BLK Cevest dan LLS, c) Pengaturan ketenagakerjaan, d) Peningkatan investasi
dan usaha mandiri, dan e) Pengaturan investasi.
13) Strategi dan kebijakan dalam perencanaan tenaga kerja pelaksanaannya
diimplementasikan ke dalam 15 program dan 15 kegiatan.
14) Untuk memudahkan implementasi pelaksanaan perencanaan tenaga kerja maka disusun
roadmap tahapan pelaksanaan kebijakan, program dan kegiatan ketenagakerjaan dalam
bentuk suatu tabel.
Daftar Pustaka Adi, Isbandi Rukminto. 2001. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi
Komunitas; Pengantar pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis. Jakarta: FE-UI. Craib, Ian. 1992. Teori-Teori Sosial Modern; Dari Parsons Sampai Habermas. Jakarta:
Rajawali Pers. Ediyono, Setijati H. 1999. Prinsip-Prinsip Lingkungan dalam Pembangunan yang
Berkelanjutan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Ife, Jim. 1995. Community Development; Creating Community Alternatives-Vision, Analysis and Practic”. Australia: Longman.
Jhonson, Doyle Paul. 1986. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta: Gramedia. Miles, Mathew B. dan A. Michael Huberman. 1992. Analisa Data Kualitatif. Jakarta: UI
Press. Rangkuti, Freddy. 1999. Analisis SWOT; Teknik Membedah Kasus. Jakarta: Gramedia Setiawan, Bonni. Peralihan ke Kapitalisme di Dunia Ketiga; Teori-Teori Radikal dari
Kalsik Sampai Kontempore”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
136
Sheldon E.B and W.E. Moore. 1968. Indicator of Social Change Concepts and Measurements. New York: Russel Sage Foundation.
Sjahrir dan Brown. 1992. Indonesian Financial and Trade Policy Deregulation: Reform and Response, dalam Adrew J. MacIntyre and Kanishaka Jayasuriya (eds). The Dynamic of Economic Policy Reform in South-East Asia and South-West Pasific. Singapore: Oxford University Press.
Todaro, Michael P. 1993. “Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga”. Jakarta: Erlangga. Yustika, Ahmad Erani. 2000. “Industrialisasi Pinggiran”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Yuwono S, Arief M, Simanjuntak PJ dan Sagir S. 1985. Produktifitas dan Tenaga Kerja
Indonesia. Jakarta: Lembaga Sarana Informasi Usaha dan Produktifitas,
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)