Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
ANALISA LAJU KOROSI AKIBAT PROSES HEAT TREATMENT
BERTINGKAT PADA BAJA KARBON ST 41
SKRIPSI
Di ajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Rangka Penyelesaian Studi Untuk
Mencapai Gelar Sarjana Teknik Program Studi Teknik Mesin Jenjang Strata Satu
(S1)
Oleh:
HENDRA PRASETYO
NPM 6416500044
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
2021
ii
iii
iv
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
1. “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan” (Q.S Al-
Insyirah : 5-6)
2. “ Kesabaran adalah akhlak mulia, yang dengannya setia orang dapat
menghalau segala rintangan.” (Imam Syafi’i)
3. “ Kegagalan terjadi karena terlalu banyak berencana tapi sedikit berpikir
dan bertindak. “
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk :
1. Yang Utama Dari Segalanya, sembah sujud serta syukur kepada Allah
SWT. Atas karunia serta kemudahan yang Engkau berikan akhhirnya
Skripsi yang sederhana ini dapat terselesaikan. Sholawat dan salam selalu
terlimpahkan keharibaan Rasulullah Muhammad SAW.
2. Bapak (Sirtopo), Ibu (Ely Chamelia) dan Kakak (Riska Amaliyah) yang
selalu mendoakan, memberikan dukungan baik moral ataupun materi.
Ucapan beribu terimakasihku tak akan cukup untuk membalas itu semua.
3. Seluruh keluarga besar penulis yang memberikan dukungan moril dan
motivasi sehingga mampu membuat penulis semangat dalam penyelesaian
skripsi ini.
4. Untuk orang yang selalu direpotkan saat menyelesaikan skripsi ini
Mohammad Abdul Jaelani, Hidayat Fatulloh ST, Iyan Maulana Utama ST.
vi
5. Teman dan sahabat Sega Sega Uyah yang selalu berbagi tawa walau hampir
gila.
6. Untuk orang orang yang selalu bertanya “kapan aku di wisuda”
vii
ABSTRAK
Hendra Prasetyo, 2021. “ANALISA LAJU KOROSI AKIBAT PROSES
HEAT TREATMENT BERTINGKAT PADA BAJA KARBON ST 41”, Laporan
Skripsi Teknik Mesin Universitas Pancasakti Tegal 2021.
Baja St 41 termasuk baja karbon rendah karena memiliki kandungan karbon
kurang dari 0,3%. Baja St 41 memiliki keuletan dan ketangguhan yang baik, namun
memiliki ketahanan korosi yang kurang baik. Oleh karena itu perlu dilakukan
treatment untuk memperbaiki ketahanan korosinya. Kondisi ini menantang
penyelidikan lebih lanjut terhadap korosi Baja St 41 pada mata pisau mesin
pencacah sisa makanan menjadi kompos.
Metode penelitian ini adalah metode eksperimen dengan menggunakan
variasi bertingkat carburizing (875℃), carburizing hardening (875℃), carburizing
hardening dan tampering (450℃), dan pelapisan. Data yang dianalisa berupa nilai
uji korosi yang dihasilkan setelah beberapa pengujian yang telah dilakukan.
Penelitian ini mengungkapkan nilai laju korosi dengan menggunakan media
pendingin air garam pada variasi carburizing sebesar 0,0886 mpy, variasi
carburizing dan hardening sebesar 0,0983 mpy, variasi carburizing, hardening dan
tempering sebesar 0,1265 mpy, dan elektroplating sebesar 0,0733 mpy. Kesimpulan
dari penelitian ini adalah variasi bertingkat menjadi faktor yang berpengaruh untuk
meningkatkan nilai laju korosi pada material baja ST 41 dengan nilai paling tinggi
yaitu 0,1266 mpy.
Kata Kunci : Laju korosi, Heat Treatment, Baja ST 41
viii
ABSTRACT
Hendra Prasetyo, 2021. "THE ANALYSIS OF CORROSION RATE DUE
TO THE LEVELING HEAT TREATMENT PROCESS OF CARBON STEEL
ST 41", Thesis Report of Mechanical Engineering, Pancasakti University Tegal
2021.
Steel St 41 is a low carbon steel because it has a carbon content less than
0.3%. Steel St 41 has good ductility and toughness, but has poor corrosion
resistance. Therefore it's necessary to do a treatment to improve the corrosion
resistance. This condition challenged further investigation of the corrosion of Steel
St 41 on the chopper leftovers machine blades becomes compost.
The method of this study was an experimental method using a multilevel
variation of carburizing (875 ℃), carburizing hardening (875 ℃), carburizing
hardening and tampering (450 ℃) and coating. The analyzed data which form of
corrosion test values generated after several tests have been carried out.
This study reveals the corrosion rate value with using salt water cooler
media in the variation of carburizing of 0.0886 mpy, the variation of carburizing
and hardening of 0.0983 mpy, the variation of carburizing, hardening and
tempering of 0.1265 mpy, and the electroplating of 0.0733 mpy. The conclusion of
this study is the multilevel variation become influencing factor to increase the
corrosion rate value of Steel St 41 material with the highest value of 0.1266 mpy.
Keywords: Corrosion rate, Heat Treatment, Steel St 41
ix
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan karunia-
Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ANALISA
LAJU KOROSI AKIBAT PROSES HEAT TREATMENT BERTINGKAT PADA
BAJA KARBON ST 41.” Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi
salah satu syarat dalam rangka menyelesaikan studi strata 1 Program Studi Teknik
Mesin.
Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan
bimbingan berbagai pihak. Dalam kesematan ini penulis mengucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Agus Wibowo, S.T., M.T. Dekan Fakultas Teknik Universitas Tegal yang
telah memberikan izin kepada penulis untuk menyusun skripsi ini.
2. Muhamad Fajar Sidiq ST.,M.Eng sebagai dosen pembimbing I yang dengan
kesabarannya telah berkenan meluangkan waktunya dalam memberikan
bimbingan dan saran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
3. Galuh Renggani Wilis ST., MT sebagai dosen pembimbing II yang dengan
kesabarannya telah berkenan meluangkan waktunya dalam memberikan
bimbingan dan saran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
4. Galuh Renggani Wilis ST., MT sebagai dosen wali yang dengan sabar telah
membimbing dan memberikan wawasan kepada penulis selama kuliah dan
menjadi mahasiswa teknik.
5. Seluruh dosen dan staf tata usaha Fakultas Teknik yang telah memberikan
ilmunya dan membantu selama menyusun skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu penulis yang telah memberikan motivasi dan dukungan baik
secara moril maupun materil.
7. Seluruh keluarga besar penulis yang memberikan semangat dalam penyusunan
skripsi ini.
8. Keluarga Himpunan Mahasiswa Teknik Mesin Universitas Pancasakti Tegal.
9. Semua semua pihak yang secara langsung dan tidak langsung memberikan
motivasi dan semangat kepada penulis.
x
xi
DAFTAR ISI
JUDUL ................................................................................................................. i
PERSETUJUAN .................................................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN UJIAN ................................................................ iii
HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................. iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...................................................................... v
ABSTRAK ........................................................................................................... vii
ABSTRACT ......................................................................................................... viii
PRAKATA ........................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang masalah ..................................................................... 1
B. Batasan masalah ................................................................................. 4
C. Rumusan masalah ............................................................................... 4
D. Tujuan penelitian dan Manfaat penelitian .......................................... 5
E. Sistematika Penelitian ........................................................................ 7
BAB II. LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA ......................... 8
A. Landasan Teori ................................................................................... 8
1. Sifat – sifat logam .......................................................................... 8
2. Karakteristik Baja St 41................................................................. 12
3. Struktur Baja .................................................................................. 14
4. Heat Treatment .............................................................................. 19
xii
5. Pack Carburizing ........................................................................... 20
6. Quenching (Pencelupan) ............................................................... 22
7. Tampering...................................................................................... 24
8. Hardening ...................................................................................... 25
9. Korosi ........................................................................................... 26
B. Tinjauan Pustaka ................................................................................ 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 34
A. Metode Penelitian ............................................................................... 34
B. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................ 34
C. Instrumen Penelitian dan Desain ........................................................ 35
D. Teknik Pengambilan Sampel .............................................................. 36
E. Variabel Penelitian ............................................................................. 37
F. Metode Pengumpulan Data ................................................................ 38
G. Metode Analisia Data ......................................................................... 38
H. Diagram Alur Penelitian..................................................................... 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 45
A. Hasil Penelitian .................................................................................. 45
1. Hasil Uji Komposisi ...................................................................... 46
2. Proses Variasi ................................................................................ 49
3. Proses Pembuatan Mata Pisau ....................................................... 51
4. Hasil Uji Korosi ............................................................................. 52
5. Hasil Uji Kekerasan ....................................................................... 55
B. Pembahasan ........................................................................................ 58
1. Besar Laju Korosi Pack Carburizing .............................................. 58
2. Besar Laju Korosi Setelah Hardening ............................................ 58
3. Besar Laju Korosi Setelah Tempering ........................................... 58
4. Besar Laju Korosi Setelah Pelapisan Krom ................................... 59
xiii
5. Besar Uji Kekerasan Baja ST 41 .................................................... 59
6. Hasil Uji Komposisi ....................................................................... 59
7. Grafik Korosi & Penjabaranya ....................................................... 59
8. Grafik Kekerasan & Penjabaranya ................................................. 61
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 60
A. Kesimpulan......................................................................................... 60
B. Saran ................................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 63
LAMPIRAN
DARTAR TABEL
Tabel 3.1 Rencana Kegiatan Penelitian ................................................................ 35
Tabel 3.2 Rencana Hasil Pengujian ...................................................................... 43
Tabel 4.1 Hasil Uji Komposisi Baja St 41 ............................................................ 46
Tabel 4.2 Hasil Uji Komposisi Baja St 41 Variasi Carburising ............................ 47
Tabel 4.3 Hasil Uji Komposisi Baja St 41 Variasi Carburising dan hardening .... 48
Tabel 4.4 Hasil Uji Komposisi Baja St 41 Variasi Carburising hardening
dan tampering ........................................................................................................ 49
Tabel 4.5 Hasil Uji Korosi .................................................................................... 53
Tabel 4.6 Hasil Uji Kekerasan .............................................................................. 56
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Grafik Tegangan Regangan ............................................................... 9
Gambar 2.2 Distribusi Mode Kegagalan ............................................................... 9
Gambar 2.3 Grafik Keausan .................................................................................. 10
Gambar 2.4 Diagram Tegangan Regangan ........................................................... 11
Gambar 2.5 Diagram Kekerasan Baja ................................................................... 11
Gambar 2.6 Diagram Fasa Fe3C ........................................................................... 17
Gambar 2.7 Alat Uji Korosi .................................................................................. 29
Gambar 3.1 Desain Spesimen Uji Korosi ............................................................. 36
Gambar 3.2 Mata Pisau Mesin Pencacah Sampah Organik .................................. 39
Gambar 3.3 Spiner Mesin Pencacah Sampah Organik ......................................... 39
Gambar 3.4 Mesin Pencacah Sampah (Tanpa Rangkaian) ................................... 40
Gambar 3.5 Mesin Pencacah Sampah (Tampak Depan) ....................................... 40
Gambar 3.6 Mesin Pencacah Limbah Organik ..................................................... 41
Gambar 3.7 Mata Pisau Mesin Pencacah Sampah Organik .................................. 41
Gambar 3.8 Spiner Mesin Pencacah Sampah Organik ......................................... 42
Gambar 3.9 Mesin Pencacah Sampah Organik ..................................................... 42
Gambar 3.10 Diagram Alir Penelitian .................................................................. 44
Gambar 4.1 Serbuk Arang Batok Kelapa Dan Specimen ..................................... 50
Gambar 4.2 Quenching Air Garam ....................................................................... 51
Gambar 4.3 Spesimen Direndam Larutan Hcl 7% ................................................ 51
xvi
Gambar 4.1 Grafik Rata-Rata Korosi ................................................................... 60
Gambar 4.2 grafik Rata-Rata Kekerasan .............................................................. 61
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dari masa ke masa, negeri ini selalu ingin mengubah dirinya untuk
menjadi lebih bersih dan indah. Akan tetapi, keseriusan ini hanya ditanggapi
oleh segelintir orang saja. Sebagian besar pihak merasa tidak peduli akan
persoalan ini. Mereka hanya sibuk dengan apa yang harus mereka kerjakan
sehari-hari. Mereka tidak mau menemukan inovasi-inovasi baru untuk
membuat negeri ini menjadi lebih bersih dan indah. Kita hampir mustahil untuk
mengatakan bahwa kita bisa menemukan suatu tempat di negeri ini di mana
tidak tampak sampah-sampah yang berserakan. Kalaupun kita bisa
menemukannya, barangkali tempat-tempat tersebut adalah kawasan-kawasan
mewah atau tempat-tempat yang belum pernah sama sekali terjamah oleh
tangan manusia.
Pencemaran lingkungan adalah masuknya atau di masukanya makhluk
hidup, zat, energy, atau komponen lain kedalam lingkungan hidup oleh
kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ketingkat tertentu yang
menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan
peruntukannya. Salah satu bentuk pencemaran yang sering kita temui saat ini
adalah sampah.
Dengan latar belakang tersebut timbulah pemikiran pemanfaatan
sampah-sampah organik, untuk dijadikan sebagai bahan dasar pupuk kompos
2
dan disinilah perencanaan pengaplikasian konsep pemikiran proses-proses
seperti Reduce (mengurangi), Reuse (menggunakan kembali), Recycle
(mendaur ulang), Replace (mengganti barang berpotensi sampah ke arah
recycle) dan untuk menunjang langkah tersebut maka dibuat suatu perancangan
bangun suatu alat atau mesin penghancur sampah organik. Rancang bangun ini
bertujuan untuk mengolah sampah organik menjadi sesuatu yang bermanfaat
(Yamin et al., 2008).
Pembuatan mata pisau mesin pencacah berkembang cukup pesat, hal
ini disebabkan oleh beberapa aspek yang mendukungnya terutama teknologi
proses dan teknologi material. Peningkatan mutu produk pisau pencacah
dihasilkan dengan cara memperbaiki sifat-sifat fisik dan mekanik dari bahan
pisau tersebut. Proses perlakuan panas yang tepat pada logam sangatlah
bermanfaat untuk memperbaiki sifat-sifat dari bahan mata pisau mesin
pencacah.
Proses perlakuan panas bertujuan untuk memperoleh logam yang keras,
lunak, ulet, meningkatkan mampu mesin, menghilangkan tegangan sisa.
Perlakuan panas yang dilakukan kadang sering diasosiasikan sebagai cara
untuk menaikkan kekerasan material, sebenarnya dapat digunakan untuk
mengubah sifat tertentu yang berguna atau dengan tujuan tertentu untuk
kepentingan manufakturnya, seperti: menaikkan sifat machining, menaikkan
sifat mudah dibentuk, mengembalikan elastisitas setelah proses cold work.
Bahkan perlakuan panas bukan hanya sebagai penolong sifat manufaktur,
tetapi juga dapat meningkatkan performa material dengan meningkatnya
3
kekuatan atau karakteristik tertentu dari material yang telah diproses laku
panas.
Hal yang mendasari penelitian ini adalah mekanisme dari mata pisau
untuk mencacah sisa makanan menggunakan bahan baja karbon ST 41. Alasan
yang mendasari penelitian mengambil bahan tersebut, karena baja karbon ST
41 memiliki sifat baja dengan ketahanan rendah. Pada penelitian ini mata pisau
dibuat lebih singkat, oleh karena itu perlu dilakukan proses pemanasan metode
hardening. Proses ini meliputi pemanasan suhu tertentu. Perlakuan panas
mempunyai tujuan untuk meningkatkan kekeasan dan keausan. Tujuan ini akan
tercapai seperti yang diinginkan jika memperhatikan faktor yang
mempengaruhi seperti suhu pemanasan material baja karbon ST 41 dengan
media pendingin yang digunakan air garam.
Penelitian ini menggunakan metode study experimental yaitu suatu
penelitian yang berusaha untuk mencari pengaruh variabel tertentu terhadap
variabel lainnya dengan cara meneliti langsung alat yang digunakan untuk
mendapatkan data-data yang diperlukan.
Maka dari itu bahwa benda uji mata pisau menarik untuk diteliti, Maka
penulis mengambil judul “ANALISA LAJU KOROSI AKIBAT PROSES
HEAT TREATMENT BERTINGKAT PADA BAJA KARBON ST41".
4
B. Batasan Masalah
Hal yang akan di bahas dalam penelitian ini agar lebih mengarah ke
tujuan penelitian dengan membatasi pokok permasalahan sebagai berikut :
1. Material yang digunakan adalah baja karbon ST41 dengan benda uji mata
pisau.
2. Proses heat treatment meliputi carburizing, heardening, tampering dan
pelapisan.
3. Untuk proses pack carburizing dengan suhu mencapai 8750C.
4. Variasi yang digunakan untuk pack carburizing menggunakan serbuk
arang batok kelapa.
5. Obyek penelitian analisis laju korosi pada mata pisau mesin pencacah
sampah organik menggunakan media pendingin air garam.
6. Pengujian untuk mencari nilai korosi setelah pack carburizing, hardening,
tampering dan pelapisan.
7. Untuk pelapisan menggunakan pelapisan krom.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah tersebut, maka penulis merumuskan
permasalahan penelitian ini sebagai berikut :
1. Berapakah besar laju korosi pack carburizing serbuk arang batok kelapa
pada suhu 875°C dengan media pendingin air garam terhadap uji
ketahanan korosi ST 41 ?
5
2. Berapakah besar laju korosi yang ditimbulkan spesimen baja karbon ST
41 setelah hardening dengan media pendingin air garam ?
3. Berapakah besar laju korosi yang ditimbulkan spesimen baja karbon ST
41 setelah tampering dengan media pendingin air garam ?
4. Berapakah besar laju korosi yang ditimbulkan spesimen baja karbon ST
41 setelah pelapisan krom ?
5. Berapakah pengaruh proses pack carburizing menggunakan serbuk arang
batok kelapa, Hardening pada suhu 8750C dengan media quenching air
garam, Tempering pada suhu 450° dan pelapisan krom terhadap uji
kekerasan bahan ST 41?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a) Mengetahui nilai laju korosi pada spesimen baja karbon ST41 setelah
pack carburizing dengan media pendingin air garam.
b) Mengetahui nilai laju korosi pada spesimen baja karbon ST41 setelah
hardening dengan media pendingin air garam.
c) Mengetahui nilai laju korosi pada spesimen baja karbon ST41 setelah
tampering dengan media pendingin air garam.
d) Mengetahui nilai laju korosi pada spesimen baja karbon ST 41 setelah
pelapisan (krom).
6
2. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a) Bagi Mahasiswa
1) Memperoleh informasi tentang pengaruh laju korosi pada mata
pisau mesin pencacah sampah sisa makanan dengan media
pendingin air garam.
2) Mendapatkan informasi tentang nilai laju korosi yang terbaik.
3) Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi peningkatan
prestasi kerja pada mata pisau mesin pencacah sampah sisa
makanan.
4) Sebagai bahan acuan untuk mengembangkan teknologi pada alat
mesin pencacah sampah sisa makanan.
b) Bagi Akademik
1) Hasil penelitian yang didapat di harapkan mampu menjadi
referensi peneliti lain yang ingin meneliti sistem mata pisau mesin
pencacah sampah sisa makanan.
2) Sebagai pustaka bahan penunjang proses perkuliahan.
3) Sebagai riset teknologi.
7
E. Sistematika Penulisan Skripsi
Sistematika proposal ini terdiri dari sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian.
BAB II LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA
Berisi tentang berbagai landasan teori yang dijadikan acuan dan digunakan
untuk analisis masalah yang menjadi topik bahasan dalam penelitian ini antara
lain: pengertian matahari, pengertian perpindahan panas, jenis – jenis
perpindahan panas.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Berisi tentang metode penelitian, waktu dan tempat penelitian, populasi,
sampel, dan teknik pengambilan sampel, variabel penelitian, metode analisis
data.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dan pembahasan berisi tentang hasil data yang dibutuhkan, antara lain:
uji laju korosi pengaruh pack carburizing serbuk arang batok kelapa pada suhu
875°C dengan media pendingin air garam dan hasil pelapisan menggunakan
pelapisan krum.
BAB V PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan dan saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
8
BAB II
LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI
1. Sifat-sifat Logam
Setiap jenis dan tipe logam mempunyai daya tahan terhadap
berbagai perlakuan, mulai dari pembebanan, perlakuan panas, interaksi
dengan cairan, menerima gaya dari luar dan sebagainya. Dari berbagai
perlakuan tersebut akan berpengaruh terhadap sifat-sifat logam. Sifat-sifat
logam antara lain sebagai berikut :
a) Sifat mekanis
Sifat mekanis adalah kemampuan bahan untuk menerima
pembebanan atau untuk menahan beban yang diterimanya baik beban
statis maupun beben dinamis. Sifat mekanis terdiri terdiri aspek-aspek
berikut:
1) Kekuatan (Strenght)
Kekuatan ditentukan berdasarkan pembebanan, untuk
mendeteksi kekuatan material khususnya baja diperlukan
pengujian mekanik. Pengujian mekanik untuk menentukan
kualitas bahan adalah: Pengujian tarik, pengujian bending,
pengujian impact dan lain-lain.
9
Gambar 2.1 Grafik Tegangan Regangan.
2) Kelelahan
Kelelahan merupakan kemampuan maksimal suatu bahan
ketika menerima beban yang berganti-ganti secara terus-menerus
dalam jangka waktu tertentu. Patahan lelah disebabkan oleh
tegangan yang berulang dan dijumpai pada tegangan kurang dari
1/3 kekuatan tarik statik pada bahan struktur tanpa konsentrasi
tegangan. Semua patahan disebabkan kelelahan melalui tahapan
proses: terjadi retakan lelah – perambatan retakan lelah – patahan
statik terhadap luas penampung sisa.
Gambar 2.2 Distribusi Mode Kegagalan.
10
3) Keausan
Keausan adalah friksi atau gesekan yang diakibatkan
pergerakan relatif dengan tekanan pada bidang kontak. Setelah
terjadi gesekan berlanjut menjadi abrasi yang akan merusak
ketelitian komponen dan bergembang menjadi lebih parah sampai
komponen mesin kehilangan fungsinya.
Gambar 2.3 Grafik Keausan Pada Pahat.
4) Mulur
Mulur terjadi apabila diberikan suatu tegangan melampaui
batas elastik, maka perpanjangan permanen terjadi pada batang
uji tersebut. Perpanjangan tersebut dinamakan deformasi plastis
dan tegangan terendah dimana deformasi plastis terjadi disebut
mulur.
11
Gambar 2.4 Diagram Tegangan Regangan.
5) Kekerasan
Kekerasan (hardness) didefinisikan sebagai ketahanan
bahan terhadap penetrasi pada permukaanya. Pada umumnya
kekerasan adalah ketahanan terhadap deformasi plastis dan
permanen. Pada proses heat treatment yang mempengaruhi
tingkat kekerasan baja adalah kecepatan pendinginanya karena
makin cepat laju pendinginan maka kekerasan semakin tinggi.
Gambar 2.5 Diagram Kekerasan Baja.
b) Sifat fisis
Sifat fisis adalah sifat karena mengalami peristiwa fisika,
seperti adanya pengaruh panas dan listrik.
12
c) Sifat kimia
Sifat kimia suatu bahan mencakup kelarutan bahan tersebut
pada larutan basa atau garam, dan pengoksidaan bahan tersebut.
Hampir semua sifat kimia erat hubunganya dengan kerusakan secara
kimia. Kerusakan tersebut berupa korosi dan ketahanan bahan
terhadap serangan korosi (Matein, 2016).
2. Karakteristik Baja ST 41
Spesifikasi baja ST 41 Karbon adalah logam paduan dimana
logam besi sebagai unsur dasar dengan beberapa elemen lainnya, termasuk
karbon. Kandungan unsur karbon dalam baja berkisar antara 0.20% berat
sesuai gradenya. Unsur lain yang ada dalam baja adalah karbon, mangan,
fosfor,sulfur.
Pada baja dapat meningkatkan kekerasan (hardness) serta
kekuatan tariknya (tensile strength), namun disisi lain membuatnya
menjadi getas (brittle) serta menurunkan keuletan (ductility). Kebanyakan
dari produk baja ini terbentuk pelat hasil pembentukan roll dingin dan
proses annil. Kandungan karbonya yang rendah dan mikro strukturnya
yang terdiri dari fasa ferit dan pearlit menjadikan baja karbon rendah
bersifat lunak dan kekuatannya lemah namun keuletan dan ketanguhannya
sangat baik. Baja karbon rendah kurang responsif terhadap perlakuan
panas untuk mendapatkan mikro struktur martensit maka dari itu untuk
meningkatkan kekuatan dari baja karbon rendah dapat dilakukan dengan
proses roll dingin maupun karburisasi.
13
Karena kadar karbon yang sangat rendah maka baja ini lunak dan
tentu saja tidak dapat dikeraskan, dapat ditempa, dituang, mudah dilas dan
dapat dikeraskan permukaanya (case hardening). Baja dengan persentase
karbon dibawah 0.15% memiliki sifat machinebility yang rendah dan
biasanya digunakan untuk konstruksi jembatan, bangunan, dan lainnya.
Adapun spesifikasi dari baja karbon rendah.
Baja karbon diklasifikasikan menjadi tiga macam:
a) Baja karbon rendah
Baja karbon rendah merupakan bukan baja yang keras karena
kadar karbonnya sedikit. Baja ini disebut baja ringan (mild steel) atau
baja perkakas yang mengandung karbon kurang dari 0,3 %. Baja ini
dapat dijadikan mur, baut, ulir, sekrup, dan lain-lain.
b) Baja karbon sedang
Baja karbon sedang merupakan baja dengan kandungan
karbon 0,3-0,6%, cukup keras dibandingkan dengan baja karbon
rendah. Baja ini memungkinkan untuk dikeraskan sebagian dengan
pengerjaan panas (heat treatment) yang sesuai. Baja karbon sedang
digunakan untuk roda gigi, poros engkol, ragum dan sebagainya.
c) Baja karbon tinggi
Baja karbon tinggi mempunyai kandungan karbon 0,6-1,5%,
baja ini sangat keras namun keuletanya rendah, biasanya digunakan
untuk alat potong seperti gergaji, pahat, kikir dan lain sebagainya.
Karena baja karbon tinggi sangat keras, maka jika digunakan untuk
14
produksi harus dikerjakan dalam keadaan panas (Plastik & Baja,
2019).
3. Struktur Baja
Baja adalah salah satu logam ferro yang banyak digunakan dalam
dunia teknik dan industri. Kandungan baja yang utama diantaranya yaitu
besi dan karbon. Kandungan besi (Fe) pada baja sekitar 97% dan karbon
(C) sekitar 0,2% hingga 2,1% sesuai grade-nya. Selain unsur besi (Fe)
dan karbon (C), baja mengandung unsur lain seperti mangan (Mn) dengan
kadar maksimal 1,65%, silikon (Si) dengan kadar maksimal 0,6%,
tembaga (Cu) dengan kadar maksimal 0,6%, sulfur (S), fosfor (P) dan
lainnya dengan jumlah yang dibatasi dan berbeda- beda.
Sifat dan produksi baja tersebut banyak dipengaruhi oleh sifat kimia
dan proses pembuatannya. Untuk keperluan industri baja dibagi menjadi
beberapa kelompok berdasarkan beberapa karakteristik umum. Baja
merupakan paduan yang terdiri dari besi, karbon dan unsur paduan
lainnya. Baja dapat dibentuk melalui pengecoran, pencanaian, atau
penempaan unsur karbon dalam baja merupakan salah satu unsur
terpenting karena dapat meningkatkan kekerasan dan keuletan baja
tersebut, sebagai bahan produk, baja sering dijumpai dalam bentuk plat,
batang, profil, dan sebagainya.
Macam-macam struktur baja:
a) Struktur ferrite
15
Struktur ferrite sering disebut juga besi murni. Struktur ferrite
dapat berubah-rubah apabila dipanaskan :
1) Besi murni atau besi alfa (a)
Struktur besi murni ferrite atau besi alfa, dibawah suhu
723°C, sifatnya magnetis dan lunak serta Susunan kristalnya
berbentuk kubus pusat ruang (BBC).
2) Besi beta (β)
Struktur ferrite pada suhu 768°C-910°C mulai berubah sifat
dari magnetis menjadi tidak magnetis yang disebut besi beta,
Susunan kristalnya mulai berubah dari kubus pusat ruang (BBC)
menjadi kubus pusat bidang (FCC).
3) Besi gamma (besiÝ)
Struktur ferrite pada suhu 910°C-1391°C mulai berubah
menjadi struktur austenite (besi gamma) yang mempunyai sifat
tidak magnetis serta Susunan kristalnya dalam bentuk kubus
pusat bidang (FCC).
4) Besi delta
Struktur ferrite yang sudah menjadi yang sudah menjadi
struktur austenite pada suhu 1392°C sampai mencair pada suhu
1539°C berubah menjadi besi delta yang susunan kristalnya sama
dengan besi dalam bentuk kubus pusat ruang (BBC) tapi jarak
antar atomnya lebih besar.
b) Struktur Pearlite
16
Perlit merupakan campuran antara Ferit dan Sementit yang
berbentuk seperti pelat-pelat yang disusun secara bergantian antara
Sementit dan Ferit. Fasa Perlit ini terbentuk pada saat kandungan
karbon mencapai 0,76% C, besi pada fase Perlit akan memiliki sifat
keras, ulet dan kuat.
c) Struktur Sementite
Sementite disebut juga karbid besi atau Fe3C yang
mengandung 6,67%C. Sifat-sifat besi ini keras, rapuh dan magnetis
sampai pemanasan 210°C tapi diatas temperature 210°C tidak
magnetis lagi.
d) Struktur Austenite
Austenite yaitu besi gamma (Ý) yaitu larutan padat dari karbon
pada besi dengan sel kubus berpusat sisi atau muka.fase ini diatas
temperature 723°C. Sifat-sifat dari baja austenite adalah lunak, tidak
magnetis dan mudah ditempa.
e) Struktur Martensite
Martensite adalah suatu fasa yang terjadi karenapendinginan
yang sangat cepat sekali, dan terjadi pada suhu dibawah eutektoid
tetapi masih diatas suhu kamar. Karena struktur Austenit FCC tidak
stabil maka akan berubah menjadi struktur BCT secara serentak. Pada
reaksi ini tidak terjadi difusi tetapi terjadi pengerasan (dislokasi).
Semula atom bergerak serentak dan perubahan ini langsung dengan
sangat cepat dimana semua atom yang tinggal tetap berada pada
17
larutan padat karena terperangkap dalam kisi sehingga sukar menjadi
slip, maka Martensit akan menjadi kuat dan keras tetapi sifat getas dan
rapuh menjadi tinggi. Martensit dapat terjadi bila Austenit
didinginkan dengan cepat sekali (dicelup) hingga temperatur dibawah
pembentukkan bainit.
f) Diagram Fasa Fe-C
Fasa didefinisikan sebagai bagian dari bahan yang memiliki
struktur atau komposisi tersendiri. Diagram fasa Fe-C atau biasa
disebut diagram kesetimbangan besi karbon merupakan diagram
yang menjadi parameter untuk mengetahui segala jenis fasa yang
terjadi di dalam baja dengan segala perlakuannya. Konsep dasar dari
diagram fasa adalah mempelajari bagaimana hubungan antara besi
dan paduannya dalam keadaan setimbang.
Gambar 2.6 Diagram Fasa Fe-C
Sumber : (Adawiyah et al., 2014)
18
Pengaruh unsur pada paduan baja :
1) Silikon (Si); (terkandung dalam jumlah kecil didalam semua
bahan besi dan dibubuhkan dalam jumlah yang lebih pada jenis-
jenis istimewa). Silikon dapat meningkatkan kekuatan,
kekerasan, keuletan, ketahanan aus, ketahanan terhadap panas
dan karat serta ketahanan terhadap kekerasan. Tetapi
menurunkan regangan, kemampuan untuk dapat ditempa dan
dilas.
2) Mangan (Mn); dapat meningkatkan kekuatan, kekerasan,
kemampuan untuk dapat ditempering menyeluruh, ketahanan
aus, penguatan pada pembentukan dingin, tetapi menurunkan
kemampuan serpih.
3) Nikel (Ni); meningkatkan keuletan, kekuatan, pengerasan
menyuluruh, ketahanan karat, tahanan listrik (kawat pemanas),
tetapi menurunkan kecepatan pendinginan regangan panas.
4) Krom (Cr); meningkatkan kekerasan, kekuatan, batas rentang
ketahanan aus, kemampuan diperkeras, kemampuan untuk dapat
ditemper menyeluruh, ketahanan panas, kerak, karat dan asam,
pemudahan pemolesan, tetapi menurunkan regangan (dalam
tingkat kecil).
5) Molibdenum (Mo); meningkatkan kekuatan tarik, batas rentang,
kemampuan untuk dapat di tampering menyeluruh, batas rentang
19
panas, ketahanan panas dan batas kelelahan, suhu pijar pada
perlakuan panas, tetapi menurunkan regangan.
6) Kobalt (Co); meningkatkan kekerasan, ketahanan aus,
ketahanan karat dan panas, daya hantar listrik serta kejenuhan
magnetis.
7) Vanadium (V); meningkatkan kekuatan, batas rentang, kekuatan
panas dan ketahanan lelah,suhu pijar pada perlakuan panas,
tetapi menurunkan kepekaan terhadap sengatan panas yang
melewati batas pada perlakuan panas.
8) Wolfram (W); meningkatkan kekerasan, kekuatan, batas rentang,
kekuatan panas, ketahanan terhadap normalisasi dan daya serat,
tetapi menurunkan regangan.
9) Titanium (Ti); memiliki kekuatan yang samaseperti baja,
mempertahankan sifatnya hingga 400°C, misalnya kawat las.
(Nofri et al., 2017)
4. Heat Treatment
Heat Treatment (Perlakuan panas) adalah suatu proses pemanasan
dan pendinginan logam dalam keadaan padat untuk mengubah sifat-sifat
fisis logam tersebut. Baja dapat dikeraskan sehingga tahan aus dan
gesekan sehingga kemampuan pakai (life timenya) meningkat, atau baja
dapat dilunakkan untuk memudahkan pemesinan lebih lanjut. Melalui
perlakuan panas yang tepat, tegangan dalam dapat dihilangkan, besar
butir diperbesar atau diperkecil, ketangguhan ditingkatkan atau dapat
20
dihasilkan suatu permukaan yang keras di sekeliling inti yang ulet. Untuk
memungkinkan perlakuan panas yang tepat, susunan kimia baja harus
diketahui karena perubahan komposisi kimia, khususnya karbon dapat
mengakibatkan perubahan sifat- sifat fisis baja. Sebelum dirol, lembaran
baja dipanaskan terlebih dahulu, setelah selesai dibentuk lembaran logam
tersebut dinormalkan disusul dengan proses pelurusan.
Untuk mengetahui suhu yang digunakan pada proses kerja
perlakuan panas pada baja yaitu:
a) Setiap jenis baja mempunyai daerah suhu yang optimal untuk
pencelupan yang terbentang dari suhu awal yang tinggi ke suhu akhir
yang rendah.
b) Bahan campuran baja dengan keadaan kadar karbon yang tinggi0,3%,
beroksidasi dengan intensif oleh karenanya harus dipanaskan sampai
suhu awal.
c) Baja karbon yang tinggi dan campuran merupakan penghantar panas
yang buruk sehingga harus dipanaskan secara perlahan-lahan dan
menyeluruh hingga di atas suhu kritis.
d) Jika pemanasan dilakukan melampaui batas suhu yang diperbolehkan
akan terjadi gosong pada baja dan setelah dingin akan mengalami
kerapuhan (Saparudin et al., 2015)
5. Pack Carburizing
Proses carburizing merupakan proses penambahan unsur karbon
(C) ke dalam logam khususnya pada bagian permukaan bahan dimana
21
unsur karbon ini didapat dari bahan–bahan yang mengandung karbon
sehingga kekerasan logam dapat meningkat. Pengerasan permukaan pada
logam dapat dilakukan dengan menambahkan unsur–unsur tertentu ke
logam dasar tersebut seperti karbon, kalsium karbonat, nitrogen, dan
yang lainnya. Untuk mempercepat proses maka ditambahkan barium
karbonat (BaCO3), kalsium karbonat (CaCO3) atau natrium karbonat
(NaCO3) sebagai energizer yang bersama-sama material dimasukkan ke
dalam kotak kedap udara untuk dipanaskan pada dapur pemanas pada
temperatur carburing.
Pada pengarbonan padat dipakai arang yang dicampur dengan
10%- 40% NaCO3, BaCO3 , baja dimasukkan ke dalam campuran ini,
ditempatkan dalam suatu kotak dan ditutup rapat kemudian dipanaskan
pada temperatur 850°C –950°C. Setelah dilakukan holding time (waktu
penahanan), proses dilanjutkan dengan pengerasan dengan quenching
untuk mencapai kekerasan yang tinggi, dan tempering untuk menurunkan
kegetasan dan tegangan sisa yang berlebihan.
Pendinginan cepat dalam proses carburizing bertujuan untuk
memperoleh permukaan yang lebih keras akibat perubahan struktur mikro
pada permukaan baja yang telah dikarburasi. Dari bermacam- macam
struktur mikro, martensit merupakan yang paling keras dan kuat namun
paling getas.
Metode proses carburizing dibedakan berdasarkan media
karburasinya, yaitu gas, cair dan padat. Pack carburizing adalah metode
22
carburizing yang paling sederhana dibanding metode cair dan gas,
karena dapat dilakukan dengan peralatan yang sederhana. Pada metode
ini, komponen ditempatkan dalam kotak berisi media karburasi yang saat
pemanasan pada suhu austenisasi (842-953°C) akan mengeluarkan gas
CO2 dan CO. Pembentukan karbon monoksida ditingkatkan oleh
energizer atau katalis, seperti barium karbonat (BaCO3), kalsium
karbonat (CaC03), kalium karbonat (K2C03), dan natrium karbonat
(Na2C03), yang hadir di kompleks karburasi.kandungan karbon dari
setiap jenis arang adalah berbeda-beda. Semakin tinggi kandungan karbon
dari arang, maka penetrasi karbon ke permukaan baja akan semakin baik
pula (Mechanical et al., 2016)
6. Quencing (Pencelupan)
Quenching merupakan proses pengerjaan logam dengan
pendinginan secara cepat. Sehingga melalui quenching akan mencegah
adanya proses yang dapat terjadi pada pendinginan lambat seperti
pertumbuhan butir. Secara umum, quenching akan menyebabkan
menurunnya ukuran butir dan dapat meningkatkan nilai kekerasan pada
suatu paduan logam. Laju quenching tergantung pada beberapa faktor
yaitu medium, panas spesifik, panas pada penguapan, konduktifitas
termal medium, viskositas, dan agritasi (aliran media pendingin).
Kecepatan pendinginan dengan air lebih besar dibandingkan pendinginan
dengan oli, sedangkan pendingin dengan udara memiliki kecepatan yang
paling kecil. Pada umumnya baja yang telah mengalami proses quenching
23
memiliki kekerasan yang tinggi serta dapat mencapai kekerasan yang
masimum tetapi agak rapuh. Dengan adanya sifat yang rapuh, maka kita
harus menguranginya dengan melakukan proses lebih lanjut seperti
tempering. Merupakan salah satu dari beberapa proses perlakuan panas
yang bertujuan untuk meningkatkan kekuatan dan kekerasan baja dengan
cara memanaskan logam tersebut pada temperatur tertentu, biasanya
antara 845 ̊-870 ̊C, kemudian didinginkan secara cepat pada media
pendingin untuk mendapatkan struktur martensit. Pada baja – baja jenis
tertentu, terdapat titik – titik laju pendinginan kritis yang dapat
menghasilkan kekerasan maksimal dari transformasi struktur austenite
pada suhu tinggi menjadi struktur martensit tanpa terjadi pembentukan
struktur perlit atau bainit.
Adapun unsur-unsur media quenching antara lain:
a) Oli SAE 40
Oli sebagai media pendingin lebih lunak jika dibandingkan
dengan air, digunakan pada material yang kritis antara lain material
yang mempunyai bagian tipis atau ujung tajam, dikarenakan oleh
lebih lunak maka kemungkinan adanya tegangan dalam distorsi
dan retakan kecil. Oleh karena itu, media oli tidak menghasilkan
logam sekeras yang dihasilkan media air.
b) Air Garam
Air garam didalamnya terkandung yodium yang mampu
merubah sifat mekanik pada logam dengan antara lain kekerasan,
24
keausan, dan lengkung. Dengan seperti itu air garam sangat cocok
untuk media quenching sehingga mampu merubah dari sifat raw
material.
c) Air coolant
Air colant adalah media yang paling banyak digunakan untuk
pendinginan, karena biayanya yang murah digunakan serta
pendinginan yang cepat. Air colant digunakan pada logam yang
memerlukan penurunan temperatur dengan cepat dengan tujuan
untuk memperoleh kekerasan dan kekuatan yang baik (Luthfianto et
al., 2017)
7. Tampering
Tempering adalah perlakuan untuk menghilangkan tegangan dalam
dan menguatkan baja dari kerapuhan disebut dengan memudakan
(tempering). Tempering didefinisikan sebagai proses pemanasan logam
setelah dikeraskan pada temperatur tempering (di bawah suhu kritis), yang
dilanjutkan dengan proses pendinginan.
Baja yang telah dikeraskan bersifat rapuh dan tidak cocok untuk
digunakan. Melalui temper, kekerasan dan kerapuhan dapat diturunkan
sampai memenuhi persyaratan penggunaan. Kekerasan turun, kekuatan
tarik akan turun, sedang keuletan dan ketangguhan baja akan meningkat.
Proses temper terdiri dari pemanasan kembali dari baja yang telah
dikeraskan pada temperatur di bawah temperatur kritis, disusul dengan
pendinginan. Meskipun proses ini menghasilkan baja yang lebih lunak,
25
proses ini berbeda dengan proses anil karena di sini sifat-sifat fisis dapat
dikendalikan dengan cermat. Struktur akhir hasil temper baja yang
dikeraskan disebut martensit temper (Saparudin et al., 2015)
8. Hardening
Pengerasan atau hardening adalah proses pemanasan baja sampai
temperatur di daerah atau di atas daerah kritis disusul dengan pendinginan
yang cepat. Akan tetapi, bila komposisi baja tidak diketahui, perlu
diadakan percobaan untuk mengetahui daerah pemanasannya. Cara yang
terbaik ialah memanaskan dan mencelup beberapa potong baja pada
berbagai temperatur disusul dengan pengujian kekerasan atau
pengamatan mikroskopik. Bila temperatur yang tepat telah diperoleh akan
terjadi perubahan dalam kekerasan dan sifat lainnya.
Pada setiap operasi perlakuan panas, laju pemanasan merupakan
faktor yang penting. Panas merambat dari luar ke dalam dengan
kecepatan tertentu. Bila pemanasan terlalu cepat, bagian luar akan jauh
lebih panas dari bagian dalam sehingga tidak dapat diperoleh struktur yang
merata. Bila bentuk benda tidak teratur, benda harus dipanaskan
perlahan- lahan agar tidak mengalami distorsi atau retak. Makin besar
potongan benda, makin lama waktu yang diperlukan untuk memperoleh
hasil yang merata. Kekerasan yang dapat dicapai tergantung pada laju
pendinginan, kadar karbon dan ukuran benda. Pada baja paduan, jenis dan
jumlah paduan akan mempengaruhi kemampuan pengerasan. Perlu
26
dibedakan antara kekerasan dan kemampuan pengerasan (Saparudin et al.,
2015)
9. Korosi
Korosi merupakan peristiwa alam yang terjadi pada logam dan
dapat mengakibatkan kerusakan pada logam tersebut, penggunaan logam
pada konstruksi dilingkungan air laut seperti logam paduan yang sering
terkena air laut dan udara yang mengandung percikan- percikan (kabut)
dari air laut akan mempercepat terjadinya korosi. Pada peristiwa korosi,
logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen (udara) mengalami
reduksi, karat umumnya berupa oksida atau karbonat berupa zat padat
yang berwarna coklat merah.
Korosi terjadi melalui reaksi redoks, dimana logam mengalami
oksidasi, sedangkan oksigen mengalami reduksi. Oksida besi (karat) dapat
mengelupas, sehingga secara bertahap permukaan yang baru terbuka itu
mengalami korosi. Berbeda dengan aluminium, hasil korosi berupa Al2O3
membentuk lapisan yang melindungi lapisan logam dari korosi
selanjutnya. Korosi secara keseluruhan merupakan proses elektrokimia.
Pada korosi besi, bagian tertentu dari besi sebagai anoda, dimana besi
mengalami oksidasi.
Fe(s) à Fe2+(aq) + 2e- Elektron yang dibebaskan dalam oksidasi
akan mengalir ke bagian lain untuk mereduksi oksigen.
27
O2(g) + 2 H2O(l) + 4e– à 4 OH–(l) Ion besi (II) yang terbentuk
pada anode akan teroksidasi membentuk besi (III) yang kemudian
membentuk senyawa oksida terhidrasi Fe2O3•xH2O yang disebut karat.
a) Jenis-Jenis Korosi
Adapun korosi yang menyerang logam dapat diklasifikasi
menjadi beberapa jenis yaitu:
1) Korosi Seragam (Uniform attack)
Korosi jenis ini sering terjadi pada konstruksi-konstruksi
logam. Jenis ini biasanya dikategorikan menurut reaksi electro-
chemical yang secara homogen terjadi karat keseluruh bagian
material yang terbuka.
2) Korosi Lubang (Pitting corrosion)
Korosi Lubang (Pitting Corrosion). Pitting corrosion
adalah bentuk pengkaratan yang terpusat pada satu titik dengan
kedalaman tertentu yang dimulai dari korosi lokal.
3) Korosi Erosi (Errosion Corrosion )
Erosion corrosion adalah salah satu jenis korosi yang
timbul dari reaksi serangan kombinasi kimia dan abrasi mekanik
atau sebagai akibat dari gerakan fluida.
4) Korosi Sambungan Dua Logam (Galvanis Corrosion)
Korosi jenis ini terjadi apabila ada kontak atau secara
listrik kedua logam yang berbeda dihubungkan, perbedaan
potensial tersebut akan menimbulkan aliran elektron atau listrik
28
diantara kedua logam, logam yang mempunyai tahanan korosi
rendah (potensial rendah) akan terkikis dan yang tahanan
korosinya tinggi akan mengalami penurunan daya korosinya.
5) Korosi Tegangan (Stress Corrosion)
Korosi tegangan terjadi karena butiran logam yang
berubah bentuk yang diakibatkan karena logam mengalami
perlakuan khusus (seperti diregang, ditekuk dll) sehingga butiran
menjadi tegang dan butiran ini sangat mudah bereaksi dengan
lingkungan.
6) Korosi Celah (Crevice Corrosion)
Korosi jenis ini terjadi di daerah yang kondisi oksigennya
sangat rendah atau bahkan tidak ada sama sekali, sering pula
terjadi akibat desain konstruksi peralatan yang tidak
memungkinkan terjadinya oksidasi.
b) Laju Korosi
Laju korosi pada umumnya dihitung menggunakan metode
kehilangan berat (weight lost) dan metode elektrokimia. Metode
kehilangan berat adalah menghitung kehilangan berat yang terjadi
setelah beberapa waktu pencelupan. Metode weight losst sering
digunakan pada skala industri dan laboratorium karena peralatan
sederhana dan hasil cukup akurat.
Metode weight lost atau kehilangan berat merupakan metode
yang digunakan untuk mendapatkan laju korosi, dengan menghitung
29
banyaknya material yang hilang atau kehilangan berat setelah
dilakukan perendaman sesuai dengan standar ASTM G31-72.
Semakin besar laju korosi suatu logam maka semakin cepat material
tersebut untuk terkorosi. Pada penelitian ini, digunakan metode
kehilangan berat dimana dilakukan perhitungan selisih antara berat
awal dan akhir serta gambar alat uji korosi.
Gambar 2.7 Alat Uji Korosi.
Sumber: Laboratorium UGM.
Perhitungan pengujian korosi meliputi:
rumus:
𝐶𝑅 =534 . 𝑊
𝐷 . 𝐴 . 𝑇 … … … … … … … … … … … … … … … … 2.1
Berat yang hilang (W):
𝑊 = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐴𝑤𝑎𝑙 − 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐴𝑘ℎ𝑖𝑟 … … … . … … … … … 2.2
Luas penampang (A):
𝐴 = (( 𝜋 𝑥 𝐷𝑜𝑢𝑡) + ( 𝜋 𝑥 𝐷𝑖𝑛) 𝑥 (1
25,4)2) … … … 2.3
30
Dimana :
CR = mils per year (MPY) atau millimeter per tahun (mm/yr)
W = Berat yang hilang (gr)
D = Density benda uji korosi (gr/cm3)
A = Luas spesimen (m2)
T = Waktu pengujian (jam)
(M & Magga, 2017)
B. TINJAUAN PUSTAKA
Matein, Yahya Abdul, 2016 menuliskan "Pengaruh Media Pendingin
Terhadap Struktur Mikro Kekerasan dan Laju Korosi Pada Hardening Baja
Karbon Sedang". Disimpulkan bahwa hardening air kelapa memiliki rata-rata
nilai kekerasan paling tinggi sebesar 35,7 HRC dengan struktur mikro
martensite berukuran kecil, padat, halus, sedangkan laju korosi spesimen ini
paling rendah dengan nilai 5,43 mm/y. Hardening radiator coolant memiliki
rata-rata nilai kekerasan sebesar 26,3 HRC dengan struktur mikro martensite
berbentuk kasar, sedangkan laju korosi spesimen ini sebesar 5,68 mm/y.
Hardening kombinasi dromus oil dan air memiliki rata-rata nilai kekerasan
sebesar 9,2 HRC dengan struktur mikro martensite berukuran besar dan tidak
teratur, sedangkan laju korosi spesimen ini sebesar 6,59 mm/y. Kemudian
spesimen yang memiliki nilai kekerasan paling rendah dan laju korosi paling
tinggi adalah raw material, dengan nilai kekerasan 3 HRC dan kandungan
31
struktur mikro yang didominasi ferrite, sedangkan laju korosi sebesar 7,17
mm/y.
Muhammad Khabibullah, Arya Mahendra Sakti, 2019 menuliskan
"Pengaruh Bentuk Baja Pelapisan Hot Dip Galvanizing Terhadap Laju Korosi
Pada Baja ST 41". Disimpulkan bahwa waktu galvanizing, variasi waktu
perendaman dan media pengkorosif mempengaruhi laju korosi pada baja St 41
yang telah digalvanizing. Laju korosi terbesar pada media pengkorosif air laut
Gresik terjadi pada spesimen bentuk plat yang digalvanizing 15 detik dengan
waktu perendaman 7 hari sebesar 0,4781 mmpy. Laju korosi terkecil pada
media pengkorosif air laut Gresik terjadi pada pada spesimen bentuk selindris
yang digalvanizing 45 detik dengan waktu perendaman 21 hari sebesar 0,2839
mmpy. Laju korosi terbesar pada media pengkorosif air laut Sidoarjo terjadi
pada spesimen bentuk plat yang digalvanizing 15 detik dengan waktu
perendaman 7 hari sebesar 0,4013 mmpy. Laju korosi terkecil pada media
pengkorosif air laut Gresik terjadi pada pada spesimen bentuk selindris yang
digalvanizing 45 detik dengan waktu perendaman 21 hari sebesar 0,2776
mmpy.Semakin lama waktu perendaman maka laju korosi semakin menurun.
Semakin besar nilai salinitas, TDS, dan pH semakin asam pada media
pengkorosif maka laju korosi semakin besar.
Galuh Sakin Nurhazna, Arya Mahendra Sakti, 2019 menuliskan
"Analisa Laju Korosi Pada Proses Blackening Baja ST 41 Bentuk Plat Dan
Silinder Dengan Variasi Lama Pencelupan dan Media Korosi". Disimpulkan
bahwa variasi waktu dan media perendaman mempengaruhi terhadap proses
32
laju korosi, laju korosi terbesar adalah pada waktu perendaman 1 minggu
dengan temperatur 200°C yaitu sebesar 6,309 mpy, sedangkan dengan waktu
perendaman selama 3 minggu laju korosi yang terjadi sebesar 4,006 mpy.
semakin lama proses pencelupan makan semakin cepat laju korosinya.
Salinitas, pH, dan TDS juga berpengaruh terhadap laju korosi Baja ST41. Dan
dapat disimpulkan semakin besar TDS dan pH semakin basa maka semakin
cepat laju korosi yang terjadi.
Imam Rofi'I, Muhamad Fajar Sidiq, 2019 menuliskan "Analisis Sifat
Mekanik Material Shaft Mata Pisau Pada Mesin Penghancur Plastik
Mengunakan Baja ST 41". Disimpulkan bahwa bungkus dengan campuran
80% serbuk arang tempurung kelapa dan 20% serbuk arang tempurung hijau
pada suhu 875°C setelah itu ditahan selama 15 menit, kemudian dipadamkan
dengan variasi media pendingin antara lain: water coolant, minyak SAE 40,
dan air garam . Hasil pengujian tarik tertinggi dari pendinginan dengan air asin
dengan nilai 1189,32 N / mm2, hasil pengujian kekerasan dengan media
pendingin dengan air asin memiliki kuat tarik tertinggi 192,67 HB, hasil uji
lentur pada benda uji bahan baku memiliki kekuatan tarik tertinggi 89,256
N/mm2.
Iyan Maulana, 2020 menuliskan "Analisis Kerangka Sepeda Amfibi
dari Limbah Kaleng". Disimpulkan bahwa untuk uji laju korosi dalam
pembuatan kerangka sepeda amfibi dengan variasi temperature tuang 600℃,
700℃, 800℃. Tingkat ketahanan laju korosi pada temperature 600℃ yaitu
sebesar 0.0053 mpy dan nilai pada temperature 700℃ yaitu sebesar 0,0026
33
mpy, sedangkan pada temperature 800℃ yaitu sebesar 0,0008 mpy. Maka
dapat disimpulkan untuk nilai laju korosi yang baik adalah pada specimen
dengan temperature 800℃ karena memiliki nilai laju korosi yang paling rendah
yaitu sebesar 0,0008 mpy.
34
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang akan penulis teliti merupakan metode
eksperimen, Yang mana penelitian ini akan terpusat pada data yang akan diolah
menjadi sebuah metode penelitian eksperimen.
Materi penelitian meliputi data data refrensi yang menjadi dasar dalam
penelitian ini.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Jadwal penelitian merupakan rencana awal penelitian sampai dengan
akhir. Jadwal penelitian dibuat sebagai batasan waktu atau target penyelesaian
penelitian, tempat pembuatan spesimen dilaksanakan di “Laboratorium
Fakultas Teknik Universitas Pancasakti Tegal”. Laju korosi akan dilakukan di
LABORATORIUM PENGUJIAN MATERIAL UNIVERSITAS GAJAH
MADA YOGYAKARTA.
35
Adapun jadwal penelitian ini ditunjukan pada table berikut ini.
Tabel 3.1 Rencana Kegiatan Penelitian
No Kegiatan Persiapan
Bulan ke-
1 2 3 4 5 6
1
a. studi literatur
b. persiapan alat dan bahan
c. penyusunan proposal
2
Pelaksanaan
a. Seminar proposal
b. Pembuatan specimen
c. pengujian specimen
3
Penyelesaian
a. Pengolahan data
b. Penyusunan laporan
c. Ujian skripsi
C. Instrumen Penelitian dan Desain Pengujian
Instrument yang diguunakan pada penelitian ini meliputi:
1. Alat
a) Mesin gerinda potong.
b) Tang penjepit.
c) Wadah media pendingin.
d) Tungku heat treatment
36
e) Alat uji korosi.
f) Wadah cairan krum.
2. Bahan
a) Baja ST 41
b) Arang batok kelapa.
c) Air garam.
d) Cairan krum.
3. Desain Pengujian
a) Spesimen Uji Laju Korosi
Gambar 3.1 Desain Spesimen Uji Korosi
D. Teknik Pengambilan Sampel
Adapun tahapan proses pengambilan data heat treatment sebagai
berikut:
1. Melakukan pengujian komposisi awal (raw material) sebelum melakukan
pengujian yang lain, guna mengetahui komposisi unsur kimia yang
terkandung pada benda uji.
2. Memotong bahan sesuai dengan standar pengujian.
37
3. Melakukan proses pack carburizing menggunakan serbuk arang batok
kelapa dengan metode hardening menggunakan temperatur suhu 875°C.
4. Holding time / waktu penahanan selama 45 menit.
5. Setelah melewati proses hardening dan penahanan untuk proses
selanjutnya benda uji dicelupkanke dalam variabel pendinginan
menggunakan air garam.
6. Melakukan pengujian berupa uji laju korosi.
7. Sampel benda uji berjumlah 13 buah.
a) Uji komposisi 1 buah.
b) Uji laju korosi 12 buah.
E. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah himpunan segala gejala yang memiliki
berbagai aspek atau unsur, yang berfungsi mempengaruhi atau
menentukan munculnya variable lain disebut variabel terikat. Munculnya
atau adanya variable ini tidak dipengaruhi atau tidak ditentukan oleh ada
atau tidaknya variable lain. Sehingga tanpa variable bebas, maka tidak aka
nada variable terikat. Demikian dapat pula terjadi bahwa jika variabel
bebas berubah, maka akan muncul variabel terikat yang berbeda atau yang
lain.
Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah media quenching
pada baja ST 41 menggunakan air garam.
38
2. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat karena adanya variabel bebas.Variabel terikat pada
penelitian ini adalah sifat mekanik baja ST 41 (Uji laju korosi).
F. Metode Pengumpulan Data
Ada beberapa metode pengumpulan data yang digunakan penulis dalam
penelitian ini. Metode-metode tersebut antara lain :
1. Metode Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data dan keterangan melalui
pengamatan langsung pada keadaan yang sebenarnya terjadi dalam suatu
perusahaan atau industri kecil terhadap penelitian yang dilakukan.
2. Metode Eksperiment
Eksperimen adalah suatu metode penelitian yang digunakan untuk
mengetahui ada tidaknya akibat dari sesuatu yang dikenakan pada subjek
penelitian, di mana akan melakukan manipulasi terhadap objek penelitian
serta adanya kontrol yang disengaja terhadap objek penelitian tersebut.
Metode eksperimen yang dilakukan menggunakan bahan material
baja ST 41 dan variasi quenching dengan media air garam.
G. Metode Analisa Data
Setelah data diperoleh selanjutnya adalah menganalisa data dengan cara
mengolah data yang terkumpul. Data baru hasil pengujian yang dimasukkan ke
dalam rumus perhitungan yang ada sehingga diperoleh data yang bersifat
kuantitatif yaitu data yang berupa angka. Teknik analisa data pengaruh proses
39
pack carburizing menggunakan serbuk arang batok kelapa terhadap nilai laju
korosi pada mata pisau mesin pencacah sampah organik dengan menggunakan
bahan baja ST 41. Setelah itu penyajian data selanjutnya digambarkan dalam
tabel hubungan antara variasi media pendingin dengan sifat-sifat mekanis.
Gambar 3.2 Mata Pisau Mesin Pencacah Sampah Organik.
Gambar 3.3 Spiner Mesin Pencacah Sampah Organik.
40
Gambar 3.4 Mesin Pencacah Sampah Organik (Tanpa Rangkaian)
Gambar 3.5 Mesin Pencacah Sampah Organik (Tampak Depan)
41
Gambar 3.6 Mesin Pencacah Sampah Organik.
Gambar 3.7 Mata Pisau Mesin Pencacah Sampah Organik.
42
Gambar 3.8 Spiner Mesin Pencacah Sampah Organik.
Gambar 3.9 Mesin Pencacah Sampah Organik.
43
Tabel 3.2 Tabel Rencana Hasil Pengujiian
No Spesimen
Berat
Awal
Berat
Akhir Kehilangan
Luas
Korosi
Laju
Korosi
Rata-Rata
Korosi
(gr) (gr) Berat (gr) (mm²) (MPY) (MPY)
1 Electroplating
(Krom)
2
3
4
Carburising
5
6
7 Carburising dan
Hardening
8
9
10 Carburising,
Hardening dan
Tempering
11
12
13
Raw Material
14
15
44
H. DIAGRAM ALUR PENELITIAN
Untuk memudahkan dalam melakukan penelitian maka disusunlah suatu
diagram alir penelitian, ditunjukan pada gambar dibawah ini :
Gambar 3.10 Diagram Alir Penelitian
Mulai
Penyiapan alat dan bahan
Pembuatan spesimen
Carburizing 8750C
Hardening 8750C
Tempering 4500C
Pengujian Korosi
Pengujian Korosi
Pengujian Korosi
Pengujian Korosi
Analisa Data dan Pengolahan Data
Kesimpulan
Selesai
Pelapisan krom
45
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini menghasilkan angka dalam tabel, gambar, dan foto data
yang dihasilkan meliputi sifat mekanik dan material yang digunakan dalam
penelitian dengan pengamatan hasil pengujian Uji korosi.
1. Uji Komposisi Raw Material
Uji komposisi dilakukan untuk mengetahui presentase unsur kimia
yang terkandung dalam spesimen. Raw material diuji dilakukan diawal
saat penentuan bahwa spesimen termasuk baja ST 41, berdasarkan dari
hasil pengujian komposisi kimia diketahui bahwa spesimen mempunyai
kandungan carbon 0,25 %. Sehingga material tersebut tergolong baja ST
41, presentase kandungan baja tersebut dijadikan sebagai dasar
pengambilan proses quenching. Berikut adalah tabel komposisi kimia yang
diperoleh dari usur kimia di UPTD Laboratotium Perindustrian Tegal.
46
Tabel 4.1 komposisi kimia material baja ST 41
Unsur Chemical Composition (%) Test Result
(%) N1 N2
C 0,21 0,22 0,21
Si 0,29 0,30 0,29
Mn 0,30 0,30 0,30
P 0,04 0,04 0,04
S 0,02 0,02 0,02
Cr 0,29 0,30 0,30
Mo 0,02 0,02 0,02
Ni 0,05 0,05 0,05
Cu 0,04 0,04 0,04
Fe 98,3 98,3 98,3
Sumber : Laboratorium LIK Tegal (Satria Putra Perdana)
47
Tabel 4.2 komposisi kimia material baja ST 41 Variasi Carburising.
Sumber : Laboratorium LIK Tegal.
Unsur Chemical Composition (%) Test Result
(%) N1 N2
C 0,21 0,22 0,21
Si 0,29 0,30 0,29
Mn 0,30 0,30 0,30
P 0,04 0,04 0,04
S 0,02 0,02 0,02
Cr 0,29 0,30 0,30
Mo 0,02 0,02 0,02
Ni 0,05 0,05 0,05
Cu 0,04 0,04 0,04
Fe 98,3 98,3 98,3
48
Tabel 4.3 komposisi kimia material baja ST 41 Variasi Carburising dan
Hardening.
Sumber : Laboratorium LIK Tegal.
Unsur Chemical Composition (%) Test Result
(%) N1 N2
C 0,21 0,22 0,21
Si 0,29 0,30 0,29
Mn 0,30 0,30 0,30
P 0,04 0,04 0,04
S 0,02 0,02 0,02
Cr 0,29 0,30 0,30
Mo 0,02 0,02 0,02
Ni 0,05 0,05 0,05
Cu 0,04 0,04 0,04
Fe 98,3 98,3 98,3
49
Tabel 4.4 komposisi kimia material baja ST 41 Variasi Carburising,
Hardening dan Tampering.
Sumber : Laboratorium LIK Tegal.
2. Proses Variasi
a) Langkah pertama yaitu kita menyiapkan alat dan bahan. Untuk
bahanya sendiri kita memakai Baja ST 41.
b) Setelah itu kita membuat spesimen yang akan diuji. Untuk spesimenya
sendiri diameter 20 mm dan tebal 10 mm.
c) Langkah selanjutnya yaitu untuk proses pack carburising open
dihidupkan, kotak sementasi disiapkan beserta spesimen dan serbuk
arang batok kelapa dan temperature diatur dengan suhu 875°C.
Setelah itu spesimen didinginkan menggunakan air garam. Untuk air
garamnya itu takeranya 1 kg dicampurkan dengan air tawar 2 Liter.
Unsur Chemical Composition (%) Test Result
(%) N1 N2
C 0,21 0,22 0,21
Si 0,29 0,30 0,29
Mn 0,30 0,30 0,30
P 0,04 0,04 0,04
S 0,02 0,02 0,02
Cr 0,29 0,30 0,30
Mo 0,02 0,02 0,02
Ni 0,05 0,05 0,05
Cu 0,04 0,04 0,04
Fe 98,3 98,3 98,3
50
Gambar 4.1 Serbuk arang batok kelapa dan spesimen.
d) Untuk proses hardening yaitu open dihidupkan, kotak sementasi
disiapkan beserta spesimen dan temperature diatur dengan suhu
875°C. Setelah itu spesimen didinginkan menggunakan air garam.
Gambar 4.2 Quenching air garam.
51
e) Untuk proses tampering yaitu open dihidupkan, kotak sementasi
disiapkan beserta spesimen dan temperature diatur dengan suhu
450°C. Setelah itu spesimen didinginkan menggunakan udara.
f) Dan untuk pelapisan sendiri dengan menggunakan krom supaya
mengurangi laju korosinya.
g) Setelah itu spesimen di uji korosi menggunakan larutan HCl 7%.
Gambar 4.3 Spesimen direndam larutan HCl 7%.
h) Setelah proses tersebut, kita langsung menganalisa data untuk
mengetahui hasil dari uji korosi dengan proses heat treatment
bertingkat melalui carburising, hardening, tampering dan pelapisan
(krom).
i) Langkah selanjutnya yaitu kita mengambil kesimpulan dari data yang
kita ambil untuk mengetahui hasil yang terbaik.
3. Proses Pembuatan Mata Pisau.
a) Yang pertama membeli baja St 41 silinder dengan diameter 30 mm.
52
b) kemudian baja silinder tersebut dipotong dengan panjang 50 mm
diameter 30 mm dan untuk mata pisau tebalnya itu 3 mm dengan
panjang 30 mm, untuk lebar bawah 8 mm atas 3 mm.
c) Setelah itu mata pisau dipanaskan / disepuh.
d) Baru nanti digerinda biar membentuk mata pisau yang runcing / tajam.
e) Kemudian mata pisau dilas dengan baja silinder supaya hasil akhirnya
sesuai dengan desain.
4. Pengujian Korosi
Untuk pengujian korosi disini menggunakan larutan HCl 7%. Uji
korosi dilakukan untuk mengetahui nilai laju korosi pada spesimen.
Pengujian korosi pada penelitin ini dilakukan di LABORATORIUM
PENGUJIAN MATERIAL UNIVERSITAS GAJAH MADA
YOGYAKARTA.
Dalam penelitian ini menggunakan rumus sebagai berikut:
Massa jenis besi (D) = 7,87 (gram/cm3)
Waktu pengujian (t) = 100 jam
𝐶𝑅 = 534. 𝑊
𝐷. 𝐴. 𝑇
Dimana :
CR = Mils per year (MPY) atau millimeter per tahun (mm/yr)
W = Berat yang hilang (gr)
D = Density benda uji korosi (gr/cm3)
A = Luas spesimen (m2)
T = Waktu pengujian (jam)
53
Tabel 4.5 Data Pengujian Korosi
No Variasi Perlakuan/
Spesimen
Berat
Awal
Berat
Akhir Kehilangan
Luas
Korosi
Laju
Korosi
Rata-Rata
Korosi
(gr) (gr) Berat (gr) (mm²) (MPY) (MPY)
1 Electroplating
(Krom)
22,09 21,87 0,22 1233,80 0,078
0,073 2 21,84 21,62 0,22 1227,57 0,078
3 21,75 21,57 0,18 1229,14 0,064
4
Carburising
23,45 23,21 0,24 1226,02 0,086
0,088 5 23,85 23,58 0,27 1239,72 0,095
6 23,92 23,68 0,24 1236,91 0,085
7 Carburising dan
Hardening
23,08 22,76 0,32 1217,62 0,115
0,098 8 23,83 23,58 0,25 1241,90 0,088
9 22,16 21,91 0,25 1191,25 0,092
10 Carburising,
Hardening dan
Tempering
24,09 23,65 0,44 1254,25 0,154
0,126 11 23,08 22,77 0,31 1216,35 0,112
12 24,32 23,99 0,33 1262,50 0,114
13
Raw Material
24,18 23,58 0,60 1271,42 0,207
0,173 14 24,30 23,85 0,45 1268,90 0,155
15 24,31 23,85 0,46 1265,75 0,159
Sumber : Laboratorium Universitas Gajah Mada Yogyakarta.
Keterangan :
1. Pengambilan data dilakukan tanggal 2 dan 7 November 2020.
2. Pengujian laju korosi menggunakan metode perendaman 100 jam.
Perhitungan spesimen Carburizing:
Berat yang hilang (W):
W = Berat awal − Berat akhir
W = 23,45 – 23,21 = 0,24
Luas penampang (A):
54
𝐴 = ((𝜋 𝑥 𝐷𝑜𝑢𝑡) + (𝜋 𝑥 𝐷𝑖𝑛)) 𝑥 (1
25,4)2
𝐴 = ((3,14 𝑥 196,8128) + (3,14 𝑥 193,6384))𝑥 (1
25,4)2
𝐴 = 1,9003348
𝐶𝑅 =534. 𝑊
𝐷. 𝐴. 𝑇
=534.0,24
7,87.1,9003348.100
=128,16
1495,5605= 0,086 𝑚𝑝𝑦
W = 23,85 – 23,58 = 0,27
Luas penampang (A) :
𝐴 = ((𝜋 𝑥 𝐷𝑜𝑢𝑡) + (𝜋 𝑥 𝐷𝑖𝑛)) 𝑥 (1
25,4)2
𝐴 = ((3,14 𝑥 198,4032 + (3,14 𝑥 196,4112)) 𝑥 (1
25,4)2
𝐴 = 1,921566
𝐶𝑅 =534. 𝑊
𝐷. 𝐴. 𝑇
=534.0,27
7,87.1,921566.100
=144,18
1512,27244= 0,095 𝑚𝑝𝑦
W = 23,92 – 23,68 = 0,24
Luas penampang (A) :
𝐴 = ((𝜋 𝑥 𝐷𝑜𝑢𝑡) + (𝜋 𝑥 𝐷𝑖𝑛)) 𝑥 (1
25,4)2
55
𝐴 = ((3,14 𝑥 198,2040) + (3,14 𝑥 195,7153)) 𝑥 (1
25,4)2
𝐴 = 1,91721
𝐶𝑅 =534. 𝑊
𝐷. 𝐴. 𝑇
=534.0,24
7,87.1,91721.100
=128,16
1508,844= 0,085 𝑚𝑝𝑦
Perhitungan korosi rata-rata variasi carburizing
Nilai korosi rata-rata =Jumlah nilai
Banyak data
=0,086 + 0,095 + 0,085
3
=0,266
3= 0,0886666 mpy
5. Pengujian Kekerasan
Pengujian kekerasan dilakukan dengan menggunakan metode
VHN (vickers hardness number) kekerasan vickers adalah beban P dibagi
luas bidang (mm²) penekanan yang merupakan deformasi tetap sebagai
akibat penekanan. Dengan menggunkan mesin uji kekerasan vickers standar
uji ASTM E92, setiap spesimen dilakukan pack carburizing dengan paduan
serbuk arang batok kelapa pada suhu 875° dan didinginkan secara langsung
dengan media air garam. Dilakukan 3 kali dengan 3 titik masing-masing
pada permukaan spesimen benda uji tersebut.
56
Tabel 4.6 Data Pengujian Kekerasan :
Spesimen Kekerasan Kekerasan
No Variasi (VHN) Rata-rata (HVN)
1 Carburising
232,3
231,0 228,3
232,3
2 Carburising dan
Hardening
605,4
599,7 588,5
605,4
3
Carburising,
Hardening dan
Tempering
264,0
262,4 259,1
264,0
4 Raw Material
124
120 118
118
5 Electroplating
127
126,3 137
115
Sumber : Laboratorium Bahan Teknik UGM Yogyakarta
Keterangan :
1. Pengujian dilakukan tanggal 7 November 2020
2. Menggunakan metode vickers dengan pembebanan 40 kgf
Rumus kekerasan :
𝑉𝐻𝑁 =1,854𝑥𝑃
D2
VHN = Vickers Hardness Number (kg/mm2)
57
P = Beban yang diberikan (kgf)
D2 = Panjang diagonal rata-rata (mm), dengan d rata-rata =d1+d2
2
Pengelolaan data dari kekerasan vickers pada baja ST 41 Variasi
Carburising
Diketahui :
P= 40 kgf
D rata-rata =0.57+0.56
2= 0.565 mm
Kekerasan =0.854 x 40
(𝑑2)
Kekerasan =0.854 x 40
(0.5652)
= 232,3 kg/mm2 (titik uji 1)
D rata-rata =0.57+0.57
2= 0.57 mm
Kekerasan =0.854 x 40
(𝑑2)
Kekerasan =0.854 x 40
(0.572)
= 228,3 kg/mm2 (titik uji 2)
D rata-rata =0.56+0.57
2= 0.565 mm
Kekerasan =0.854 x 40
(𝑑2)
Kekerasan =0.854 x 40
(0.5652) = 232,3 kg/mm2 (titik uji 3)
58
Perhitungan kekerasan rata-rata variasi carburising
Nilai kekerasan rata-rata
=Jumlah nilai
Banyak data
=232,3 + 228,3 + 232,3
3
=692,9
3
= 231 kg/mm2 (pengujian kekerasan carburizing)
B. PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian di atas maka dilakukan uraian pembahasan sebagai
berikut :
1. Dari pengujian laju korosi pada logam baja ST 41 dilakukan proses pack
carburizing menggunakan serbuk arang batok kelapa pada suhu 875°C.
Setelah itu ditahan selama 45 menit dan didinginkan secara langsung
dengan media quenching air garam. Dari grafik pengujian laju korosi,
carburizing menghasilkan nilai korosi sebesar 0,088 mpy.
2. Dari hasil pengujian laju korosi pada logam baja ST 41 dilakukan proses
carburizing dan hardening pada suhu 875°C. Setelah itu ditahan selama
45 menit dan didinginkan secara langsung dengan media quenching air
garam. Dari grafik pengujian laju korosi, carburizing dan hardening
menghasilkan nilai korosi sebesar 0,098 mpy.
3. Dari hasil pengujian laju korosi pada logam baja ST 41 dilakukan proses
carburizing, hardening dan tampering pada suhu 875°C. Setelah itu
59
ditahan selama 45 menit dan didinginkan secara langsung dengan media
quenching air garam. Dari grafik pengujian laju korosi carburizing,
hardening dan tampering menghasilkan nilai korosi sebesar 0,126 mpy.
4. Dari hasil pengujian laju korosi pada logam baja ST 41 dilakukan proses
elektroplating pada suhu 15°C. Setelah itu ditahan selama 45 menit dan
didinginkan secara langsung dengan air tawar. Dari grafik pengujian laju
korosi, elektroplating menghasilkan nilai korosi sebesar 0,073 mpy.
5. Hasil pengujian kekerasan pada logam baja ST 41 dilakukan proses pack
carburising menggunakan serbuk arang batok kelapa, hardeningpada suhu
875°C setelah itu ditahan selama 45 menit dan didinginkan secara
langsung dengan media quenching air garam dan tempering. Dari grafik
pengujian kekerasan, carburising memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap kekuatan kekerasan sebesar 231,0 kg/mm2 serta carburusing,
hardening dan tempering memiiki kekerasan 262,4 kg/mm2 dan pada
carburising dan hardening memiliki kekerasan sebesar 599,7 kg/mm2.
6. Dari hasil uji komposisi di atas, maka dapat diklarifikasikan material mata
pisau pencacah limbah organik dalam golongan karbon rendah. Dengan
kandungan karbon 0,21%.
7. Grafik korosi serta penjabaranya.
60
Gambar 4.4 Grafik rata – rata korosi.
Keterangan :
RW : Raw Material.
E : Elektroplating.
C : Carburizing.
CH : Carburizing dan Hardening.
CHT : Carburizing, Hardening dan Tampering
Dari grafik uji korosi didapatkan nilai laju korosi pada Raw Material
dengan nilai korosi sebesar 0,173 mpy dan paling cepat terkena korosinya
karena Baja ST 41 termasuk baja karbon rendah karena memiliki kandungan
karbon kurang dari 0,3%. Baja ST 41 memiliki keuletan dan ketangguhan
yang baik, namun memiliki ketahanan korosi yang kurang baik. Oleh karena
itu perlu dilakukan treatment untuk memperbaiki ketahanan korosinya. Untuk
nilai laju korosi pada variasi elektroplating sebesar 0,073 mpy karena pada
0,173
0,0730,088
0,098
0,126
0
0,02
0,04
0,06
0,08
0,1
0,12
0,14
0,16
0,18
0,2
RW E C CH CHT
Laju
Ko
rosi
(M
PY
)
Variasi Perlakuan / Spesimen
GRAFIK RATA RATA KOROSI
61
logam apapun kalo dilapisi dengan krum pasti akan tahan korosi dengan
jangka waktu panjang. Untuk nilai laju korosi pada variasi carburizing
menggunakan media pendingin air garam dengan nilai laju korosi 0,088 mpy,
begitu pula dengan variasi casburizing dan hardening dengan nilai sebesar
0,0983 mpy dan tambah meningkat kekorosianya dari variasi carburising
karena melalui 2x pencelupan media pendingin air garam, kemudian variasi
carburizing, hardening dan tempering sebesar 0,126 mpy paling tertinggi dari
heat treatment bertingkat karena melalui 3x pencelupan media pendingin air
garam dengan didinginkan melalui udara.
8. Grafik kekerasan serta penjabaranya.
Gambar 4.5 Grafik rata – rata kekerasan.
Keterangan :
RW : Raw Material.
E : Elektroplating.
120 126,3
231
599,7
262,4
0
100
200
300
400
500
600
700
RW E C CH CHT
Ke
kera
san
(V
HN
)
Variasi Perlakuan / Spesimen
GRAFIK RATA-RATA KEKERASAN
62
C : Carburizing.
CH : Carburizing dan Hardening.
CHT : Carburizing, Hardening dan Tampering.
Dari grafik uji kekerasan didapatkan nilai kekerasan pada raw
material sebesar 120 kg/mm2 karena kandungan karbonya sedikit, maka dari
itu perlu dilakukan heat treatment supaya kekerasanya dapat meningkat
untuk pembuatan mata pisau tersebut. Untuk variasi carburising
menggunakan media pendingin air garam dengan nilai kekerasan sebesar
231 kg/mm2 karena maksud dari carburizing itu ialah proses penambahan
unsur karbon (C) kedalam logam khususnya pada bagian permukaan bahan
sehingga meningkatkan kadar karbonya, begitu pula dengan variasi
carburizing dan hardening dengan nilai kekerasan sebesar 599,7 kg/mm2
karena supaya kekerasanya semakin tinggi, sedangkan pada carburizing
hardening dan tampering dengan nilai kekerasan sebesar 262,4 kg/mm2
karena untuk menurunkan kegetasan supaya mata pisau tersebut tidak
mudah patah.
63
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan pada mesin
pencacah sampah organik dapat disimpulkan bahwa pengujian dan evaluasi
data serta pembahasan pada proses pack carburizing menggunakan serbuk
arang batok kelapa pada suhu 875°C dengan variasi media pendingin air garam,
maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari hasil pengujian laju korosi pada logam baja ST 41 dilakukan proses
pack carburizing menggunakan serbuk arang batok kelapa pada suhu
875°C. Setelah itu ditahan selama 45 menit dan didinginkan secara
langsung dengan media quenching air garam. Dari grafik pengujian laju
korosi, carburizing menghasilkan nilai korosi sebesar 0,088 mpy.
2. Dari hasil pengujian laju korosi pada logam baja ST 41 dilakukan proses
carburizing dan hardening pada suhu 875°C. Setelah itu ditahan selama 45
menit dan didinginkan secara langsung dengan media quenching air garam.
Dari grafik pengujian laju korosi, carburizing dan hardening menghasilkan
nilai korosi sebesar 0,098 mpy.
3. Dari hasil pengujian laju korosi pada logam baja ST 41 dilakukan proses
carburizing, hardening dan tampering pada suhu 875°C. Setelah itu
ditahan selama 45 menit dan didinginkan secara langsung dengan media
quenching air garam. Dari grafik pengujian laju korosi carburizing,
64
hardening dan tampering menghasilkan nilai korosi sebesar 0,126 mpy.
4. Dari hasil pengujian laju korosi pada logam baja ST 41 dilakukan proses
elektroplating pada suhu 15°C. Setelah itu ditahan selama 45 menit dan
didinginkan secara langsung dengan air tawar. Dari grafik pengujian laju
korosi, elektroplating menghasilkan nilai korosi sebesar 0,073 mpy.
5. Hasil pengujian kekerasan pada logam baja ST 41 dilakukan proses pack
carburising menggunakan serbuk arang batok kelapa, hardeningpada suhu
875°C setelah itu ditahan selama 45 menit dan didinginkan secara langsung
dengan media quenching air garam dan tempering. Dari grafik pengujian
kekerasan, carburising memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
kekuatan kekerasan sebesar 231,0 kg/mm2 serta carburusing, hardening dan
tempering memiiki kekerasan 262,4 kg/mm2 dan pada carburising dan
hardening memiliki kekerasan sebesar 599,7 kg/mm2. Dapat disimpulkan
carburising dan hardening memiliki kekerasan dengan nilai yang paling
tinggi.
B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan agar memliki hasil yang
optimal maka disarankan sebagai berikut :
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut setelah proses pack carburizing
menggunakan serbuk arang batok kelapa pada suhu 875°C. Setelah itu
ditahan selama 45 menit dan didinginkan secara langsung dengan media
quenching air garam.
65
2. Dimensi spesimen di sesuikan dengan kemampun alat uji, pemanasan
spesimen dalam mesin heat treatment memperhatikan jarak antara
spesimen dan pencelupan pada media pendingin.
3. Perlu memperhatikan variabel-variabel spesimen dalam proses heat
treatment dan lama waktu penahanan.
4. Untuk mendapatkan hasil maksimal kita harus melihat dari bahan yang di
uji dan standar suhu yang disarankan saat heat treatment.
5. Pada saat pencelupan sebaiknya apabila treatmen sudah dibuka spesimen
langsung diambil dan dicelupkan kependingin karena suhu ruangan akan
sangat cepat berubah.
6. Berdasarkan hasil pengujian bahan yang melalui variasi heat treatment
bertingkat yang paling baik adalah pengujian yang menggunakan variasi
carburising, hardening dan tampering.
66
DAFTAR PUSTAKA
Adawiyah, R., Hendrawan, A., & Strukturmikro, K. K. (2014). PENGARUH
PERBEDAAN MEDIA PENDINGIN TERHADAP STRUKTURMIKRO DAN
KEKERASAN PEGAS DAUN DALAM PROSES HARDENING. 6(2), 88–95.
Luthfianto, S., Suprayogi, Z. A., & Samyono, D. (2017). Pengaruh Variasi Media
Quenching Terhadap Sifat Mekanis Rantai Elevator Fruit Kelapa Sawit. JST
(Jurnal Sains Dan Teknologi), 6(1), 0–9. https://doi.org/10.23887/jst-
undiksha.v6i1.9396
M, M. Z., & Magga, R. (2017). Analisis Laju Korosi Dengan Penambahan Pompa
Pada Baja Komersil Dalam Media Air Laut. 8(2), 737–741.
Matein, Y. A. (2016). Pengaruh Media Pendingin Terhadap Struktur Mikro, Keerasan
dan Laju Korosi Pada Hardening Baja Karbon Sedang. 126–137.
Mechanical, J., Teknik, J., Fakultas, M., Universitas, T., & Kunci, K. (2016). Proses
P ack Carburizing dengan Media Carburizer Alternatif Serbuk Arang Tongkol
Jagung dan Serbuk Cangkang Kerang Mutiara. 7(September), 36–41.
Nofri, M., Taryana, A., Studi, P., Mesin, T., & Selatan, J. (2017). Analisis sifat
mekanik baja skd 61 dengan baja st 41 dilakukan hardening dengan variasi
temperatur. 13, 189–199.
Plastik, P., & Baja, M. (2019). Article info. 2.
Saparudin, Syahrul, & Nurchayati. (2015). Pengaruh Variasi Temperatur Pirolisis.
5(December 2016), 26–32.
Yamin, M., Satyadarma, D., & Naipospos, P. (2008). Perancangan mesin pencacah
sampah type crusher. Proceeding Seminar Ilmiah Nasional Komputer Dan Sistem
Intelijen, Kommit, 20–21.
LAMPIRAN – LAMPIRAN
Lampiran Perhitungan Korosi :
1. Menghitung electroplating :
Berat yang hilang (W):
W = Berat awal − Berat akhir
W = 22,09 – 21,87 = 0,22
Luas penampang (A):
𝐴 = ((𝜋 𝑥 𝐷𝑜𝑢𝑡) + (𝜋 𝑥 𝐷𝑖𝑛)) 𝑥 (1
25,4)2
𝐴 = ((3,14 𝑥 197,4084) + (3,14 𝑥 195,5208))𝑥 (1
25,4)2
𝐴 = 1,912393
𝐶𝑅 =534. 𝑊
𝐷. 𝐴. 𝑇
=534.0,22
7,87.1,912393.100
=117,48
1505,053= 0,078 𝑚𝑝𝑦
W = 21,84 – 21,62 = 0,22
Luas penampang (A) :
𝐴 = ((𝜋 𝑥 𝐷𝑜𝑢𝑡) + (𝜋 𝑥 𝐷𝑖𝑛)) 𝑥 (1
25,4)2
𝐴 = ((3,14 𝑥 197,0112 + (3,14 𝑥 193,9345)) 𝑥 (1
25,4)2
𝐴 = 1,90273
𝐶𝑅 =534. 𝑊
𝐷. 𝐴. 𝑇
=534.0,22
7,87.1,90273.100
=117,48
1497,4485= 0,078 𝑚𝑝𝑦
W = 21,75 – 21,57 = 0,18
Luas penampang (A) :
𝐴 = ((𝜋 𝑥 𝐷𝑜𝑢𝑡) + (𝜋 𝑥 𝐷𝑖𝑛)) 𝑥 (1
25,4)2
𝐴 = ((3,14 𝑥 196,4162) + (3,14 𝑥 195,0288)) 𝑥 (1
25,4)2
𝐴 = 1,905170
𝐶𝑅 =534. 𝑊
𝐷. 𝐴. 𝑇
=534.0,18
7,87.1,905170.100
=96,12
1499,3687= 0,064 𝑚𝑝𝑦
Perhitungan korosi rata-rata variasi electroplating
Nilai korosi rata-rata =Jumlah nilai
Banyak data
=0,078 + 0,078 + 0,064
3
=0,22
3= 0,073 mpy
2. Menghitung Carburizing.
Berat yang hilang (W):
W = Berat awal − Berat akhir
W = 23,45 – 23,21 = 0,24
Luas penampang (A):
𝐴 = ((𝜋 𝑥 𝐷𝑜𝑢𝑡) + (𝜋 𝑥 𝐷𝑖𝑛)) 𝑥 (1
25,4)2
𝐴 = ((3,14 𝑥 196,8128) + (3,14 𝑥 193,6384))𝑥 (1
25,4)2
𝐴 = 1,9003348
𝐶𝑅 =534. 𝑊
𝐷. 𝐴. 𝑇
=534.0,24
7,87.1,9003348.100
=128,16
1495,5605= 0,086 𝑚𝑝𝑦
W = 23,85 – 23,58 = 0,27
Luas penampang (A) :
𝐴 = ((𝜋 𝑥 𝐷𝑜𝑢𝑡) + (𝜋 𝑥 𝐷𝑖𝑛)) 𝑥 (1
25,4)2
𝐴 = ((3,14 𝑥 198,4032 + (3,14 𝑥 196,4112)) 𝑥 (1
25,4)2
𝐴 = 1,921566
𝐶𝑅 =534. 𝑊
𝐷. 𝐴. 𝑇
=534.0,27
7,87.1,921566.100
=144,18
1512,27244= 0,095 𝑚𝑝𝑦
W = 23,92 – 23,68 = 0,24
Luas penampang (A) :
𝐴 = ((𝜋 𝑥 𝐷𝑜𝑢𝑡) + (𝜋 𝑥 𝐷𝑖𝑛)) 𝑥 (1
25,4)2
𝐴 = ((3,14 𝑥 198,2040) + (3,14 𝑥 195,7153)) 𝑥 (1
25,4)2
𝐴 = 1,91721
𝐶𝑅 =534. 𝑊
𝐷. 𝐴. 𝑇
=534.0,24
7,87.1,91721.100
=128,16
1508,844= 0,085 𝑚𝑝𝑦
Perhitungan korosi rata-rata variasi carburizing
Nilai korosi rata-rata =Jumlah nilai
Banyak data
=0,086 + 0,095 + 0,085
3
=0,266
3= 0,0886 mpy
3. Menghitung carburizing dan hardening :
Berat yang hilang (W):
W = Berat awal − Berat akhir
W = 23,08 – 22,76 = 0,32
Luas penampang (A):
𝐴 = ((𝜋 𝑥 𝐷𝑜𝑢𝑡) + (𝜋 𝑥 𝐷𝑖𝑛)) 𝑥 (1
25,4)2
𝐴 = ((3,14 𝑥 196,6144) + (3,14 𝑥 191,1612))𝑥 (1
25,4)2
𝐴 = 1,8873
𝐶𝑅 =534. 𝑊
𝐷. 𝐴. 𝑇
=534.0,32
7,87.1,8873.100
=170,88
1485,3051= 0,115 𝑚𝑝𝑦
W = 23,83 – 23,58 = 0,25
Luas penampang (A) :
𝐴 = ((𝜋 𝑥 𝐷𝑜𝑢𝑡) + (𝜋 𝑥 𝐷𝑖𝑛)) 𝑥 (1
25,4)2
𝐴 = ((3,14 𝑥 199,0012 + (3,14 𝑥 196,5075)) 𝑥 (1
25,4)2
𝐴 = 1,92494
𝐶𝑅 =534. 𝑊
𝐷. 𝐴. 𝑇
=534.0,25
7,87.1,92494.100
=133,5
1514,9277= 0,088 𝑚𝑝𝑦
W = 22,16 – 21,91 = 0,25
Luas penampang (A) :
𝐴 = ((𝜋 𝑥 𝐷𝑜𝑢𝑡) + (𝜋 𝑥 𝐷𝑖𝑛)) 𝑥 (1
25,4)2
𝐴 = ((3,14 𝑥 195,6242) + (3,14 𝑥 183,756)) 𝑥 (1
25,4)2
𝐴 = 1,8464
𝐶𝑅 =534. 𝑊
𝐷. 𝐴. 𝑇
=534.0,25
7,87.1,8464.100
=133,5
1453,1168= 0,092 𝑚𝑝𝑦
Perhitungan korosi rata-rata variasi carburizing dan hardening
Nilai korosi rata-rata =Jumlah nilai
Banyak data
=0,115 + 0,088 + 0,092
3
=0,295
3= 0,0983 mpy
4. Menghitung Carburizing, Hardening dan Tampering :
Berat yang hilang (W):
W = Berat awal − Berat akhir
W = 24,09 – 23,65 = 0,44
Luas penampang (A):
𝐴 = ((𝜋 𝑥 𝐷𝑜𝑢𝑡) + (𝜋 𝑥 𝐷𝑖𝑛)) 𝑥 (1
25,4)2
𝐴 = ((3,14 𝑥 204,6264) + (3,14 𝑥 194,8149))𝑥 (1
25,4)2
𝐴 = 1,944091
𝐶𝑅 =534. 𝑊
𝐷. 𝐴. 𝑇
=534.0,44
7,87.1,944091.100
=234,96
1529,99= 0,154 𝑚𝑝𝑦
W = 23,08 – 22,77 = 0,31
Luas penampang (A) :
𝐴 = ((𝜋 𝑥 𝐷𝑜𝑢𝑡) + (𝜋 𝑥 𝐷𝑖𝑛)) 𝑥 (1
25,4)2
𝐴 = ((3,14 𝑥 197,0112 + (3,14 𝑥 190,3615)) 𝑥 (1
25,4)2
𝐴 = 1,8853
𝐶𝑅 =534. 𝑊
𝐷. 𝐴. 𝑇
=534.0,31
7,87.1,8853.100
=165,54
1483,7311= 0,112 𝑚𝑝𝑦
W = 24,32 – 23,99 = 0,33
Luas penampang (A) :
𝐴 = ((𝜋 𝑥 𝐷𝑜𝑢𝑡) + (𝜋 𝑥 𝐷𝑖𝑛)) 𝑥 (1
25,4)2
𝐴 = ((3,14 𝑥 204,6264) + (3,14 𝑥 197,4448)) 𝑥 (1
25,4)2
𝐴 = 1,9568
𝐶𝑅 =534. 𝑊
𝐷. 𝐴. 𝑇
=534.0,33
7,87.1,9568.100
=176,22
1540,0016= 0,114 𝑚𝑝𝑦
Perhitungan korosi rata-rata variasi carburizing hardening tempering
Nilai korosi rata-rata =Jumlah nilai
Banyak data
=0,154 + 0,112 + 0,114
3
=0,38
3= 0,1266 mpy
Lampiran Perhitungan Kekerasan :
1. Perhitungan Uji Kekerasan Vickers Variasi Carburising.
Keterangan :
VHN =1,854𝑥𝑃
D2
VHN = Vickers Hardness Number (kg/mm2)
P = Beban yang diberikan (kgf)
D2 = Panjang diagonal rata-rata (mm), dengan d rata-rata =d1+d2
2
Pengelolaan data dari kekerasan vickers pada baja ST 41 Variasi Carburising
Diketahui :
P= 40 kgf
D rata-rata =0.57+0.56
2= 0.565 mm
Kekerasan =1.854 x 40
(𝑑2)
Kekerasan =1.854 x 40
(0.5652)
= 232,3 kg/mm2 (titik uji 1)
D rata-rata =0.57+0.57
2= 0.57 mm
Kekerasan =1.854 x 40
(𝑑2)
Kekerasan =1.854 x 40
(0.572)
= 228,3 kg/mm2 (titik uji 2)
D rata-rata =0.56+0.57
2= 0.565 mm
Kekerasan =1.854 x 40
(𝑑2)
Kekerasan =1.854 x 40
(0.5652)
= 232,3 kg/mm2 (titik uji 3)
Perhitungan kekerasan rata-rata variasi carburising
Nilai kekerasan rata-rata =Jumlah nilai
Banyak data
=232,3 + 228,3 + 232,3
3
=692,9
3
= 231,0 kg/mm2 (Pengujian kekerasan carburising)
2. Perhitungan Uji Kekerasan Vickers Variasi Carburising Dan Hardening.
Diketahui :
P= 40 kgf
D rata-rata =0.35+0.35
2= 0.35 mm
Kekerasan =1.854 x 40
(𝑑2)
Kekerasan =1.854 x 40
(0.352)
= 605,4 kg/mm2 (titik uji 1)
D rata-rata =0.35+0.36
2= 0.355 mm
Kekerasan =1.854 x 40
(𝑑2)
Kekerasan =1.854 x 40
(0.3552)
= 588,5kg/mm2 (titik uji 2)
D rata-rata =0.35+0.35
2= 0.35 mm
Kekerasan =1.854 x 40
(𝑑2)
Kekerasan =1.854 x 40
(0.352)
= 605,4 kg/mm2 (titik uji 3)
Perhitungan kekerasan rata-rata variasi carburising dan tempering
Nilai kekerasan rata-rata =Jumlah nilai
Banyak data
=605,4 + 588,5 +605,4
3
=1.799,3
3
= 599,7 kg/mm2 (Pengujian kekerasan carburising dan
tempering)
3. Perhitungan Uji Kekerasan Vickers Variasi Carburising , Hardening Dan
Tempering.
Diketahui :
P= 40 kgf
D rata-rata =0.53+0.53
2= 0.53 mm
Kekerasan =0.854 x 40
(𝑑2)
Kekerasan =1.854 x 40
(0.532)
= 264,0 kg/mm2 (titik uji 1)
D rata-rata =0.54+0.53
2= 0.535 mm
Kekerasan =1.854 x 40
(𝑑2)
Kekerasan =1.854 x 40
(0.5352)
= 259,1 kg/mm2 (titik uji 2)
D rata-rata =0.53+0.53
2= 0.53 mm
Kekerasan =0.854 x 40
(𝑑2)
Kekerasan =0.854 x 40
(0.532)
= 264,0 kg/mm2 (titik uji 3)
Perhitungan kekerasan rata-rata variasi carburising, hardening dan tempering
Nilai kekerasan rata-rata =Jumlah nilai
Banyak data
=264,0 + 259,1 + 264,0
3
=787,1
3
= 262,4 kg/mm2 (Pengujian kekerasan carburising,
hardening dan tempering)
LAMPIRAN GAMBAR
Tabel Hasil Uji Raw Material Laju Korosi
Gambar : Serbuk arang batok kelapa dan specimen.
Gambar : Proses Heat Treatment.
Gambar : Alat Heat Treatment.
Gambar : Quenching air garam.
Gambar : Proses Quenching air garam.
Gambar : Alat untuk menimbang berat baja.
Gambar : Alat untuk mengukur diameter dan tebal baja.
Gambar : Spesimen direndam larutan HCL 7%.
Gambar : Spesimen baja ST 41 setelah di uji komposisi.
Gambar : Alat mesin pencacah sampah organik.