147
ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO. 49/DSN MUI/II/2005 TENTANG KONVERSI AKAD MURABAHAH PADA BANK BNI SYARIAH PUSAT Skripsi Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sajana Ekonomi Islam (SEi) Oleh : AKHIRUL SHOLEH NIM : 105046101664 KONSENTRASI MUAMALAH PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H / 2009 M

ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

  • Upload
    lephuc

  • View
    235

  • Download
    11

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO. 49/DSN MUI/II/2005

TENTANG KONVERSI AKAD MURABAHAH

PADA BANK BNI SYARIAH PUSAT

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk

Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh

Gelar Sajana Ekonomi Islam (SEi)

Oleh :

AKHIRUL SHOLEH

NIM : 105046101664

KONSENTRASI MUAMALAH

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1430 H / 2009 M

Page 2: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah

satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Jakarta, 31 Mei 2010

Akhirul Sholeh

Page 3: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. Shalawat serta salam

semoga tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad saw beserta keluarganya dan

para sahabat dan umatnya yang senantiasa cinta padanya. Skripsi yang berjudul

Analisa Penerapan Fatwa DSN NO. 49/DSN MUI/II/2005 Tentang Konversi Akad

Murabahah Pada Bank BNI Syariah Pusat, merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (S.Ei) Konsentrasi Perbankan Syariah

Fakultas Syariah Dan Hukum Uin Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini terdapat berbagai kekurangan. Namun demikian

semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan khlayak

umumnya. Banyak pihak yang membimbing dan membantu dalam proses penulisan

skripsi ini sehingga dapat diselesaikan. Oleh karena itu ucapan terima kasih yang

sedalam-dalamnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis sampaikan

kepada pihak-pihak tersebut, diantaranya kepada :

1. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Syarif Hidayatullah

Jakarta, Prof. Dr. KH. Muhammad Amien Suma. SH,MA,MM.

2. Ketua Prodi Muamalat, Dr. Eius Amalia M.Ag. dan Sekretaris Prodi

Muamalat Ah. Azharuddin Lathif M.Ag. Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta.

i

Page 4: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

3. Dr. Jaenal Arifin M.Ag. beliau dosen pembimbing yang banyak membimbing

dan memberikan pengarahan kepada penulis.

4. Dr. H.A. Juaini Syukri, Lcs, MA. dan Dr. Hasanuddin, M.Ag. beliau dosen

penguji munaqosah yang telah memberikan masukan dan arahan kepada

penulis.

5. Bapak Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah mendidik dan membimbing selama

perkuliahan penulis.

6. Pimpinan serta Staf Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas

Islam Syarif Hidayatullah Jakarta, yang dalam penulisan skripsi ini telah

memberikan andil besar dalam menyediakan pustaka dan sumber-sumber

bacaan untuk kelancaran penulisan skripsi ini.

7. Bpk. Wisnu Suwarno Pimpinan Kelompok Sistem dan Prosedur Pembiayaan

Divisi Usaha Syariah BNI yang telah bersedia meluangkan waktunya guna

wawancara.

8. Bpk. Muhammad Gunawan Yasni DSN-MUI Bagian Pokja Pasar Modal dan

Program yang telah bersedia meluangkan waktunya guna wawancara.

9. Ibunda tercinta Suyati dan Almarhum Bapak yang telah mendidik, mendoakan

dan berjuang untuk penulis dan untuk menempuh jenjang pendidikan yang

lebih tinggi. Dan juga kepada kakak-kakak yang tidak bisa kami sebutkan

satu-persatu yang telah memberikan dukungan kepada penulis.

ii

Page 5: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

iii

10. Teman-teman Mahasiswa Perbankan Syariah Angkatan 2005 yang telah

memberikan dukungan kepada penulis dan teman-teman PS D yang selama 3

tahun berkumpul dan memberikan masukan dan sahabat-sabahat lainnya..

Akhirnya hanya kepada Allah SWT semua kembali, semoga amal yang telah

mereka sumbangkan mendapatkan balasan yang lebih baik dan menjadi tabungan

kebaikan di akhirat kelak, amin.

Jakarta, 20 Jumadil Awal 1431H.

5 Mei 2010 M.

Page 6: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

DAFTAR ISI

halaman

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ……………………………..... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ………………...... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……………………........ 7

D. Tinjauan Pustaka ……………………………………..... 9

E. Metodologi Penelitian ..................................................... 12

F. Sistematika Penulisan ..................................................... 16

BAB II : TINJAUAN TEORITIS

A. Mengenal Murabahah ………………………………….. 18

1. Pengertian Murabahah ……………………………... 18

2. Rukun dan Syarat Murabahah .................................... 21

B. Deskripsi Umum Tentang Fatwa Dewan

Syariah Nasional .............................................................. 25

1. Pengertian Fatwa …………………………………... 25

2. Dasar-Dasar Penetapan Fatwa ................................... 28

3. Sifat Fatwa …………………………………………. 37

4. Metode Fatwa ............................................................ 39

iv

Page 7: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

BAB III :

GAMBARAN UMUM TENTANG

BANK BNI SYARIAH PUSAT

A. Sejarah Singkat Berdirinya Bank ..................................... 49

B. Produk Bank BNI Syariah ............................................... 52

C. Struktur Organisasi .......................................................... 68

BAB IV : ANALISA DAN PEMBAHASAN

A. Kedudukan Fatwa tentang Konversi Akad Murabahah

pada Bank BNI Syariah ……………………………….... 72

B. Implementasi Fatwa tentang Konversi Akad Murabahah

pada Bank BNI Syariah .................................................... 85

C. Analisa Penerapan Fatwa tentang Konversi Akad

Murabahah pada Bank BNI Syariah ................................. 93

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ………………………………………......... 111

B. Saran ............................................................................... 114

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………........ 116

LAMPIRAN-LAMPIRAN

A. Surat permohonan dosen pembimbing

B. Surat permohonan wawancara ke pihak Bank BNI Syariah Pusat

C. Surat permohonan wawancara ke pihak DSN-MUI Pusat

v

Page 8: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

vi

D. Surat pernyataan wawancara dari pihak Bank BNI Syariah Pusat

E. Hasil wawancara dengan pihak Bank BNI Syariah Pusat

F. Hasil wawancara dengan pihak DSN-MUI Pusat

G. Lembar Surat perjanjian pembiayaan murabahah dari pihak Bank BNI Syariah

Pusat.

H. Lembar fatwa No. 49/DSN MUI/II/2005 tentang Konversi Akad Murabahah.

Page 9: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan ekonomi syari’ah1 di Indonesia demikian cepat, khususnya

perbankan, asuransi, reksadana, pasar modal, pegadaian, leasing, dan lembaga

keuangan mikro syariah. Sehubungan dengan pesatnya pertumbuhan lembaga

ekonomi dan keuangan syariah tersebut, maka para praktisi ekonomi syari’ah,

masyarakat dan pemerintah (regulator) membutuhkan fatwa-fatwa syariah dari

lembaga ulama (MUI) berkaitan dengan praktek dan produk di lembaga-lembaga

keuangan syariah tersebut. Perkembangan lembaga keuangan syariah yang

demikian cepat harus diimbangi dengan fatwa-fatwa hukum syari’ah yang valid

dan akurat, agar seluruh produknya memiliki landasan yang kuat secara syari’ah.

Untuk itulah Dewan Syari’ah Nasional (DSN) dilahirkan pada tahun 1999 sebagai

bagian dari Majlis Ulama Indonesia.2

DSN adalah lembaga yang dibentuk oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI)

yang mempunyai fungsi melaksanakan tugas-tugas MUI dalam menangani

masalah-masalah yang berhubungan dengan aktifitas lembaga keuangan syariah.

Salah satu tugas pokok DSN adalah mengkaji, menggali dan merumuskan nilai dan

1 Ekonomi islam adalah ilmu pengetahuan social yang mempelajari masalah-masalah

ekonomi rakyat yang dilhami oleh nilai-nilai islam. Diakses pada tanggal 10 Juni 2009 dari http//www.wikipedia.com.

2 Fatwa Ekonomi Syari’ah di Indonesia. Diakses pada tanggal 10 Juni 2009 dari http//www.iaeipusat.org.

Page 10: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

2

prinsip-prinsip hukum Islam (syari’ah) dalam bentuk fatwa untuk dijadikan

pedoman dalam kegiatan transaksi di Lembaga Keuangan Syari`ah. Melalui Dewan

Pengawas Syari`ah melakukan pengawasan terhadap penerapan prinsip syari`ah

dalam sistem dan manajemen Lembaga Keuangan Syari`ah (LKS).3

Tren bank syariah sendiri memang makin marak. Dimulai tahun 1992, ketika

Bank Muamalat Indonesia berdiri, sistem perbankan syariah diasumsikan bisa

melenggang tenang ketika terjadi krisis ekonomi tahun 1997. Kenapa bisa

demikian? Asumsinya, penerapan sistem bagi hasil dinyatakan lebih baik

ketimbang sistem bunga yang dianut bank konvensional. Dalam urusan kredit,

syariah sebenarnya tidak menerapkan pinjaman dalam bentuk uang tunai, tetapi

bekerja sama atas dasar kemitraan, seperti mudharabah, musyarokah atas dasar jual

beli (murabahah), atau atas dasar sewa (ijarah).

Sistem keuangan dan Perbankan Islam merupakan bagian dari konsep yang

lebih luas tentang ekonomi Islam, sebagaimana dianjurkan oleh para ulama

tujuannya adalah memberlakukan sistem nilai dan etika Islam kedalam lingkungan

ekonomi. Karena dasar etika inilah, maka Lembaga Keuangan Syariah bagi

kebanyakan Muslim adalah bukan sekadar sistem transaksi komersial. Persepsi

Islam dalam transaksi finansial itu dipandang oleh banyak kalangan Muslim

sebagai kewajiban agama. Kemampuan Lembaga Keuangan Syariah menarik

investor dengan sukses bukan hanya tergantung pada tingkat kemampuan lembaga

3 Fatwa Ekonomi Syari’ah di Indonesia. Diakses pada tanggal 10 Juni 2009 dari

http//www.iaeipusat.org.

Page 11: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

3

itu menghasilkan keuntungan, tetapi pada persepsi bahwa secara sungguh-sungguh

memperhatikan batas-batas yang digariskan oleh Islam.4

Dalam dunia perbankan, terutama perbankan syariah tidak lepas dari berbagai

permasalahan salah satunya adalah masalah pembiayaan, khususnya dalam

pembiayaan Murabahah. Pembiayaan merupakan kegiatan utama dalam Perbankan,

sebagai usaha untuk memperoleh laba. Akan tetapi pembiayaan rawan resiko kredit

yang tidak saja dapat merugikan bank tapi juga berakibat kepada masyarakat

penyimpan dan pengguna dana. Penyebab utama terjadinya resiko kredit

pembiayaan adalah terlalu mudahnya bank memberikan pinjaman atau melakukan

investasi karena terlalu dituntut untuk memanfaatkan kelebihan likuiditas, sehingga

penilaian kredit yang kurang cermat dalam mengantasipasi berbagai kemungkinan

resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam pembiayaan merupakan salah

satu permasalahan yang harus ditangani dengan serius oleh pihak bank. Sebab

menyangkut beberapa pihak yang dapat dirugikan haknya, terutama dari pihak bank

dan pihak penyimpan dana. Oleh karena itu, pihak bank dapat memberikan sanksi

administratif kepada nasabah yang melakukan kredit macet.6

Ada fenomena menarik dalam permasalahan resiko kredit pembiayaan

murabahah di Perbankan Syariah. Pihak Perbankan Syariah melakukan konversi

4 Raymond Dantes, Bank Syariah Antara Teori Dan Realita: Studi Komperatif Akad dan

Produk Bank Syariah di Dunia Islam., diakses pada 08 Mei 2008 dari http//www.konsultasimuamalat.com/home/index php.

5 Drs. Zainul Arifin, MBA, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, ( Jakarta: Pustaka Alvabet, 2006),cet.4, h.225.

6 Kasmir,SE.,MM., Pemasaran Bank. (Jakarta: Kencana 2007). hal.29.

Page 12: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

4

akad murabahah supaya nasabah yang telah menunggak tagihan bank dapat segera

melunasi hutang-hutang tersebut. Akan tetapi, tidak semudah membalikkan tangan

bagi perbankan syariah untuk melakukan reconditioning pembiayaan murabahah

tersebut. Adanya aturan-aturan untuk melakukan reconditioning pembiayaan

murabahah tersebut, salah satunya dengan meminta Dewan Syariah Nasional untuk

berijtihat supaya dapat mengeluarkan fatwa-fatwa yang berkenaan dengan

permasalahan yang sedang dihadapi oleh bank.

حدثنا محمد بن أبي زرعة ، ثنا هشام بن عمار ، ثنا مسلم بن خالد الزنجي ، ثنا علي بن ن ابن عباس ، أن النبي صلى يزيد بن رآانة ، عن داود بن الحصين ، عن عكرمة ، ع

يا رسول اهللا ، : اهللا عليه وسلم لما أمر بإخراج بني النضير ، جاءه ناس منهم ، فقالوا إنك أمرت بإخراجنا ولنا على الناس ديون لم تحل ، فقال رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم

في (» إال مسلم بن خالد لم يرو هذا الحديث عن علي بن يزيد بن رآانة« وتعجلو ضعوا : 7)الكتاب المعجم االوسط للطبراني

Artinya :

“Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa Nabi Saw. ketika beliau memerintahkan untuk mengusir Bani Nadhir, datanglah beberapa orang dari mereka seraya mengatakan: “Wahai Nabiyallah, sesungguhnya Engkau telah memerintahkan untuk mengusir kami sementara kami mempunyai piutang pada orang-orang yang belum jatuh tempo” Maka Rasulullah saw berkata: “Berilah keringanan dan tagihlah lebih cepat”. (H.R. Thabrani dalam Kitab Al-Mu’jam al Aswad, juz 15, hal.24)

Telah kita ketahui bahwa, fatwa merupakan salah satu pendirian dalam hukum

Islam untuk memberikan jawaban dan solusi terhadap problem yang dihadapi umat.

Bahkan umat Islam pada umumnya menjadikan fatwa sebagai rujukan di dalam

bersikap dan bertingkah laku. Kehadiran fatwa-fatwa ini menjadi aspek organik dari

bangunan ekonomi islami yang tengah ditata/dikembangkan, sekaligus merupakan

7 Kitab Al-Mu’jam al-Ausad lil Thabrani. Dalam Maktabah Syamilah. Juz 15, h.24.

Page 13: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

5

alat ukur bagi kemajuan ekonomi syari’ah di Indonesia. Fatwa ekonomi syari’ah

yang telah hadir itu secara teknis menyuguhkan model pengembangan bahkan

pembaharuan fiqh muamalah maliyah (fiqh ekonomi).8

Dari penjelasan yang telah penulis paparkan diatas, bahwa fatwa yang telah

dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional dikeluarkan jika terdapat permasalahan

yang muncul dalam perkembangan ekonomi syariah. Dalam melaksanakan

penyusunan fatwa tentang produk perbankan syariah, maka pada tahapan proses

penetapannya DSN akan berkonsultasi dengan Bank Indonesia khususnya untuk

memperoleh pandangan tentang aspek teknis keuangan dan perbankan serta

keselarasan fatwa dengan berbagai hukum positif yang terkait dengan perbankan

syariah.9

Apabila kita kaitkan dengan permasalahan pada pembiayaan Murabahah,

maka yang menjadi permasalahannya adalah masih adakah penerapan dan

efektivitas Fatwa DSN No.49/DSN/MUI/II/2005 tentang Konversi Akad

Murabahah yang dipakai oleh Perbankan Syariah dalam meminimalkan

permasalahan pada pembiayaan Murabahah. Sebab hal ini sangatlah penting dalam

mewujudkan suatu pembiayaan yang bebas dari permasalahan yang sering kali

dapat mempersulit dan merugikan pihak perbankan.

Berdasarkan permasalahan di atas, penulis akan memilih tempat penelitian di

Bank BNI Syariah Pusat. Hal ini disebabkan pada tahun berdirinya Bank BNI

8Fatwa Ekonomi Syari’ah di Indonesia. Diakses pada tanggal 10 Juni 2009 dari

http//www.iaeipusat.org. 9 Bank Indonesia. Laporan Perkembangan Perbakan Syariah Tahun 2008. Jakarta : 2008.

Page 14: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

6

Syariah sekitar tahun 2001, maka berpendapat adanya jangka waktu yang cukup

lama sebelum dikeluarkannya Fatwa DSN No.49/DSN/MUI/II/2005 tentang

Konversi Akad Murabahah. Disamping itu, hanya Bank BNI Syariah yang mau

menerima penulis dalam melaksanakan proses penelitian tersebut.

Berdasarkan pemahaman dan pengkajian mengenai permasalahan di atas,

serta keinginan untuk menelusuri lebih jauh bagaimana peran dan eksistensi fatwa-

fatwa Dewan Syariah Nasional bagi kemajuan Perbankan Syariah. Dengan

demikian penulis bermaksud mengangkat permasalahan tersebut kedalam sebuah

skipsi dengan judul ”ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO. 49/DSN-

MUI/II/2005 TENTANG KONVERSI AKAD MURABAHAH PADA BANK

BNI SYARIAH PUSAT”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan

Banyak penelitian yang telah membahas tentang pembiayaan murabahah yang

merupakan salah satu produk yang dibuat oleh bank syariah dengan berbagai

macam penelitian yang difokuskan oleh para penulis. Pada penelitian ini penulis

akan membatasi permasalahan hanya pada ”Analisa Penerapan Fatwa DSN

No.49/DSN/MUI/II/2005 Tentang Konversi Akad Murabahah Pada Bank

BNI Syariah Pusat”.

2. Perumusan

Page 15: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

7

Dari uraian latar belakang, penulis merumuskan masalah penelitian dalam

beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :

a. Bagaimana posisi atau kedudukan Fatwa DSN di Lembaga Keuangan

Syariah? Terutama kedudukan Fatwa DSN No. 49/DSN/MUI/II/2005

Tentang Konversi Akad Murabahah.

b. Bagaimana implementasi atau penerapan fatwa DSN di Lembaga

Keuangan Syariah? Terutama implementasi Fatwa DSN No.

49/DSN/MUI/II/2005 Tentang Konversi Akad Murabahah.

c. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi kedudukan dan implementasi

Fatwa DSN No.49/DSN/MUI/II/2005 Tentang Konversi Akad

Murabahah?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan diangkatnya skripsi yang berjudul ”Analisa Penerapan Fatwa DSN

No.49/DSN/MUI/II/2005 Tentang Konversi Akad Murabahah Pada Bank BNI

Syariah Pusat”. Sesuai uraian permasalahan di atas akan memberikan beberapa hal

penjelasan untuk menjawab permasalahan tersebut diantaranya :

a. Penjelasan posisi atau kedudukan Fatwa DSN di Lembaga Keuangan

Syariah. Terutama kedudukan Fatwa DSN No. 49/DSN/MUI/II/2005

Tentang Konversi Akad Murabahah.

Page 16: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

8

b. Penjelasan implementasi atau penerapan Fatwa DSN di Lembaga

Keuangan Syariah. Terutama implementasi Fatwa DSN No.

49/DSN/MUI/II/2005 Tentang Konversi Akad Murabahah.

c. Mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi kedudukan dan

implementasi Fatwa DSN No.49/DSN/MUI/II/2005 Tentang Konversi

Akad Murabahah.

Dengan demikian menurut penulis dianggap penting untuk mengetahui

pandangan dari Dewan Syariah Nasional (DSN), UU No. 21 tahun 2008 pasal 125

tentang Konversi Akad Murabahah, PSAK No.108 tentang Konversi Akad

Murabahah dan Lembaga Keuangan Syariah dalam menyikapi Fatwa DSN No.

49/DSN/MUI/II/2005 Tentang Konversi Akad Murabahah.

Berdasarkan tujuan di atas maka perlu adanya manfaat dari penelitian ini

diantaranya sebagai berikut :

1. Dalam lembaga kepustakaan, hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan

sebagai bahan ilmu dalam memperkaya cakrawala khazanah pemikiran

hukum islam.

2. Dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan yang lebih dalam

mengenai penggunaan menyikapi Fatwa DSN No. 49/DSN/MUI/II/2005

Tentang Konversi Akad Murabahah di Lembaga Keuangan Syariah yang

telah dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional (DSN).

Page 17: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

9

3. Dapat mengetahui prosedur penggunaan fatwa-fatwa dalam mengatasi

permasalahan di Lembaga Keuangan Syariah.

4. Dapat mengetahui upaya Lembaga Keuangan Syariah dalam

menggunakan Fatwa DSN No. 49/DSN/MUI/II/2005 Tentang Konversi

Akad Murabahah untuk menyelesaikan permasalahan.

5. Sebagai pengetahuan hukum secara teori dan praktek di Lembaga

Keuangan Syariah terutama tentang reconditioning akad murabahah jika

terjadi permasalahan.

6. Dapat memberikan penjelasan tentang eksistensi dan peran dari Fatwa

DSN No. 49/DSN/MUI/II/2005 Tentang Konversi Akad Murabahah

kepada masyarakat umumnya dan kepada nasabah khususnya.

D. Tinjauan Pustaka

Sebelum melakukan penelitian ini penulis melakukan penelitian studi

terdahulu melalui beberapa skripsi terdahulu untuk mengetahui apa saja yang sudah

diteliti, dan mengetahui kekurangan serta kelebihan yang terdapat dalam skripsi

terdahulu.

Dengan demikian penulis melakukan penelitian skripsi yang disusun oleh

Ardi Triyanto dengan judul Analisa Efektivitas Penerapan Pembiayaan

Murabahah Pada Lembaga Multifinance (Studi Kasus PT. Federal

International Finance Tbk. Divisi Usaha Syariah). Dalam skripsi tersebut

Page 18: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

10

membahas tentang analisa penerapan pembiayaan di Lembaga Multifinance, dan

hasil penelitiannya adalah :

1. Sistem murabahah yang ideal belum sepenuhnya menerapkan prinsip

murabahah yang ideal, terlihat ada beberapa hal yang belum sesuai.

Misalnya dalam sistem operasionalnya khususnya dalam hal pengadaan

barang yang dipesan oleh konsumen masih belum sepenuhnya dimiliki

oleh FIF Syariah. Kemudian hal lain juga terjadi dalam operasional di

lapangan terutama transparasi margin yang belum tertransparasikan

kepada konsumen ketika terjadi akad awal.

2. Faktor utama yang memiliki peran penting dalam mendukung efektivitas

pembiayaan murabahah yang ada di FIF Syariah adalah pertama, faktor

Sumber Daya Manusia yang berkompeten dari sisi skill dan pemahaman

terhadap muamalah syariah dan kedua, faktor teknologi informasi yang

canggih dan mudah di akses.

Bacaan kedua penulis adalah penelitian skripsi yang disusun oleh Silvi Yanti

dengan judul Dominasi Murabahah Pada Perbankan Syariah Dalam Perspektif

Manajemen Resiko (Studi kasus Pada Permata Bank Syariah). Dalam skripsi

tersebut membahas tentang penerapan manajemen resiko pada Bank Permata

Syariah, dan hasil penelitiannya adalah adalah :

1. Penerapan manajeman resiko oleh Bank Indonesia No.5/8/PBI/2003 dan

resiko-resiko yang disyaratkan Bank Indonesia untuk dikelola

Page 19: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

11

diantaranya: resik kredit, (pembiayaan), resiko pasar, resiko likuiditas,

resiko operasional, resiko hukum, resiko reputasi, resiko strategi dan

resiko kepatuhan.

2. Program manajemen resiko yakni untuk mengidentifikasikan resiko-resiko

yang dihadapi mengukur besar dan kecilnya, kemudan ditarik jalan untuk

menangani resiko itu. Jika resiko itu kecil, maka harus dikendalikan.

Bacaan ketiga penulis adalah skripsi yang ditulis oleh Mahfudin dengan judul

skripsi Kesesuaian Aplikasi Jual Beli Dalam Pembiayaan KPR Syariah Pada

unit Usaha Syariah Pt. Bank Permata Tbk. Dalam skripsi tersebut membahas

tentang aplikasi pembiayaan KPR Syariah pada Bank Permata Syariah, dan hasil

penelitiannya adalah:

Biaya kredit pada pembiayaan bank syariah berdasarkan murabahah atau

mark up harga adalah pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan pembiayaan

berdasarkan bunga (fixed) yaitu pada sisi faktor yang mempengaruhi keduanya,

pembagian resiko, hubungan antara bank dan nasabah, dan juga paada penyelesaian

hutang akan dikenakan sanksi apabila telah membayarnya.

Subtansi dalam skripsi diatas jelas berbeda dengan penulisan skripsi ini

karena ada beberapa perbedaan yakni :

1. Perbedaan tempat penelitian yakni di Bank BNI Syariah Pusat.

2. Perbedaan objek yang akan diteliti, yakni penelitian tentang Fatwa DSN

No. 49/DSN/MUI/II/2005 Tentang Konversi Akad Murabahah.

Page 20: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

12

3. Pandangan UU. No.21 Tahun 2008 Pasal 125 Tentang Konversi Akad

Murabahah, dan PSAK No.108 tentang Konversi Akad Murabahah

terhadap masalah tingkat kredit macet di perbankan syariah.

4. Alasan dasar hukum Dewan Syariah Nasional (DSN) memutuskan

dan mengeluarkan Fatwa DSN No. 49/DSN/MUI/II/2005 Tentang

Konversi Akad Murabahah tersebut.

E. Metode Penelitian

Dalam upaya mendapat data yang akurat, lengkap, dan objektif, untuk

penyusunan skripsi ini penulis menggunakan penelitian melalui:

1. Jenis Penelitian.

Penelitian ini adalah penelitian hukum empiris yang merupakan penelitian

melalui pengamatan lansung di lapangan yang berlokasi pada PT. Bank

BNI Syariah Pusat. Dimana penelitian ini akan menggabungkan fakta dan

teori-teori yang diambil dari studi kepustakaan melalui pengupasan dari

buku-buku dan peraturan perundang-undangan. Di samping itu Al-Qur’an,

Hadits, dan kitab-kitab fiqih, serta berbagai literatur lainya yang dapat

dijadikan sebagai rujukan yang berhubungan dengan bahasan yang sedang

dikerjakan.

2. Pendekatan Penelitian.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu dengan

melakukan analisis Fatwa DSN No. 49/DSN/MUI/II/2005 Tentang

Page 21: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

13

Konversi Akad Murabahah dengan cara mengurai dan mendiskripsikan

putusan fatwa, kemudian dihubungkan dengan masalah yang diajukan

sehingga di temukan kesimpulan yang objektif, logis, konsisten, dan

sistematis.10

3. Sumber Pengumpulan Data.

Sumber pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

data bahan hukum primer yaitu bahan–bahan mengikat yakni; Fatwa DSN

No. 49/DSN/MUI/II/2005 Tentang Konversi Akad Murabahah, UU No.

21 tahun 2008 pasal 125 Tentang Konversi Akad Murabah, PSAK No.108

tentang Konversi Akad Murabahah yang digunakan oleh pihak Bank.

Dan sumber pengumpulan data bahan sekunder yaitu bahan–bahan hukum

yang memberikan penjelasan mengenai bahan primer11; Buku-buku,

pendapat ulama yaitu pendapat Majelis Ulama Indonesia (MUI) terutama

dari Dewan Syariah Nasional (DSN) tentang penjelasan dan pengeluaran

fatwa yang berkaitan dengan konversi akad murabahah, penjelasan dari

pihak Bank dalam menggunakan fatwa tersebut, dan penjelasan dari para

Praktisi Hukum Ekonomi Islam.

10 Amiruddin. Zainal Asikin., Pengantar Metode Penelitian Hukum. Jakarta : PT. Raja

Grafindo Persada.2003. 11 Soerjono Soekanto, Sri Mamudji., Penelitian Hukum Normatif suatu tinjaun singkat.

Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. 2003. hal 13

Page 22: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

14

4. Teknik Pengumpulan Data.

a. Studi Pustaka, dengan mengumpulkan dan menganalisa suatu

pengertian yang bersifat teoritis, untuk itu penulis menggunkan

beberapa literatur yang mendukung penelitian ini dilakukan dengan

cara membaca dan mempelajari buku-buku yang berkenaan dengan

masalah yang dibahas. Studi ini dilakukan untuk menguji kebenaran

serta relevansi antara teori yang terdapat dalam buku dengan praktek

di lapangan.

b. Wawancara, adalah proses pengumpulan data dan memperoleh

keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab dengan

menggunakan alat yang dinamakan pedoman wawancara.12 Proses

wawancara ini akan ditujukan kepada beberapa nara sumber

diantaranya :

- DPS (Dewan Pengawas Syariah) BNI Syariah atau staff DPS BNI

Syariah.

- DSN (Dewan Syariah Nasional) sebagai pembuat fatwa-fatwa

perbankan.

c. Dokumenter, berupa pengumpulan data-data yang diperoleh melalui

data dokumentasi. Maka data yang akan penulis analisa berupa Fatwa

12 Nazir,Muh. Ph.D. Metode Penelitian. Jakata : Ghalia Indonesia, 1988. cetakan ketiga. hal.

234.

Page 23: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

15

DSN No. 49/DSN/MUI/II/2005 Tentang Konversi Akad Murabahah

dan peraturan-peraturan yang lainnya.

5. Analisa Data.

Seluruh data yang penulis peroleh dari hasil wawancara dan kepustakaan

diseleksi dan disusun, setelah itu penulis melakukan klasifiksi data. Estela

diklarifikasi lalu di analisis, dalam hal ini data yang di kumpulkan penulis

adalah kualitatif, maka teknik analisa data yang digunakan adalah content

análisis (analisa isi), artinya penulis menggambarkan sesuatu yang

menjadi objek penelitian secara kritis melalui analisa isi yang bersifat

kualitattif. Deskriptif dimaksudkan memberikan data yang seteliti

mungkin keadaan dan gejalanya.13 Data-data yang telah terkumpul

diperiksa kembali mengenai kelengkapan jawaban yang diterima,

kejelasannya, konsistensi jawaban atau informasi yang biasa disebut

editing.

6. Teknik Penulisan.

Tehnik penulisan dalam penyusunan penulis berpedoman pada prinsip-

prinsip yang telah diatur dan dibukukan dalam buku pedoman skripsi

Fakultas Syariah dan Hukum tahun 1428 H/2007 M, agar penulisan

skripsi ini sesuai dengan kaidah penulisan skripsi.

13 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta : UI Press, tahun 1984. hal.10.

Page 24: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

16

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan menguraikan logika yang mendasari tahap-tahap uraian

penulisan pelaporan hasil penelitian. Secara keseluruhan skripsi ini terdiri dari lima

bab, masing-masing bab terdiri dari sub-sub sebagai berikut :

Bab I. Pendahuluan

Dalam bab ini penulis mengenal alasan pemilihan judul, pembatasan dan

perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjuan pustaka, metodologi

penelitian, serta sistematika penulisan.

Bab II. Tinjuan Teoritis

Dalam bab ini, penulis menjelaskan tentang mengenal Murabahah,

diantaranya: Pengertian, Rukun dan Syarat Murabahah. Disamping itu menjelaskan

juga tentang deskripsi umum tentang Fatwa Dewan Syariah Nasional,diantaranya:

Pengertian, Metode, Sifat dan Implikasi Fatwa terhadap Perkembangan Hukum

Islam.

Bab III. Gambaran Umum tentang Bank

Dalam bab ini Menguraikan tentang profil dari tempat penelitian dan

menguatkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, maka penelti

mendeskripsikan objek-objek penelitian ini terdiri dari: Sejarah Singkat, Visi dan

Misi, Struktur Organisasi Bank.

Page 25: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

17

Bab IV. Analisa dan Pembahasan

Dalam bab ini penjelasan tentang informasi yang dihasilkan dalam

pengelolaan data-data yang telah dikumpulkan oleh peneliti berdasarkan metode

yang digunakan dengan berpedoman pada landasan teori dasar.

Bab V. Kesimpulan dan Saran

Dalam bab ini merupakan bab penutup dari skripsi yang menyajikan

kesimpulan, yang berisi penjelasan secara singkat dari hasil pembahasan dan

analisa, dan penulis juga mencoba untuk mengemukakan saran yang dianggap perlu

untuk dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi para pembaca.

Page 26: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

18

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Mengenal Bai’ Murabahah

1. Pengertian Bai’ Murabahah

Bai’ Murabahah adalah jual beli barang yang harga asalnya dengan tambahan

keuntungan yang disepakati. Secara bahasa kata “murabahah” berasal dari Bahasa

Arab dengan asal kata ( ربح-يربح-ربح .) yang berarti beruntung atau mendapatkan

laba.1 Sedangkan secara terminologi, terdapat beberapa definisi Bai’ Murabahah

yang dikemukakan oleh :

a. Menurut di dalam kitabnya fiqh sunnah murabahah adalah penjualan dan

harga pembelian barang berikut keuntungan yang diketahui.2

b. Menurut Ibnu Rusyd dalam kitabnya Bidayatul Mujtahid, Murabahah

adalah jika penjual menyebutkan harga pembelian barang kepada pembeli,

kemudian ia menyaratkan atas labanya dalam jumlah tertentu, dinar atau

dirham.3

Bai’ Murabahah merupakan salah satu jual beli yang dibenarkan oleh syariah

islam dan suatu implementasi muamalah “tijarah” (interaksi bisnis). Maka dapat

digambarkan praktek Bai’ Murabahah sebagai berikut :

1 Ahmad Warson Munawwir, Al Munawwir kamus Arab-Indonesia. (Yogyakarta : Pustaka

Progresif, 1997). hal.463. 2 Sayyid Sabiq. Fiqh Sunnah Terjemahan Kamaluddin Jilid 12. Al-Ma’rif, (Bandung, 1995).

h.47. 3 Ibnu Rusyd. Terjamahan Bidayatul Mujtahid Jilid III. Penerbit As-Syifa’, (Semarang,

1990). h.181.

Page 27: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

19

“Misalnya, pedagang eceran membeli komputer dari grosir dengan harga

Rp.10.000.000,- kemudian ia menambahkan keuntungan sebesar Rp.750.000,-

dan ia menjual kepada pembeli dengan harga Rp.10.750.000,- Jadi penjual

memberitahukan kepada pembeli besarnya harga pokok dan keuntungan yang

dia minta. Pada umumnya pedagang eceran tidak akan membeli barang dari

grosir sebelum ada pesanan dari calon pembeli".4

Dari beberapa pengertian Bai’ Murabahah penulis dapat mengambil

kesimpulan bahwa murabahah adalah suatu akad jual beli barang dengan

menyebutkan harga pokok, biaya-biaya, dan keuntungan yang disepakati dengan

pembeli beserta pembayaran secara tunai. Murabahah sebagaimana digunakan

dalam perbankan syariah, prinsipnya didasarkan pada dua elemen pokok yang harus

diketahui oleh nasabah, dimana perkara tersebut tidak terdapat pada jual beli

lainnya, diantaranya adalah :

1. Harga beli barang dan biaya terkait

2. Kesepakatan atas mark up (keuntungan).

Dengan demikian murabahah dapat dikatakan transaksi kepercayaan, karena

pembeli mempercayakan penjual untuk menentukan harga asal barang yang akan

dibelinya. Ketika bank menawarkan skim murabahah maka sebenarnya bank akan

menawarkan kepercayaan dan good willnya kepada nasabah dan sebaliknya

nasabah yang memberikan kepercayaan penuh kepada pihak bank.

4 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Bagi Bankir dan Praktisi. (Jakarta: Bank

Indonesia bekerjasama dengan Tazkia Institute, Desember 1999), h. 159.

Page 28: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

20

Bai’ Murabahah merupakan sarana jual beli atau saling tukar menukar harta

diantara sesama manusia yang mempunyai landasan hukum yang amat kuat dalam

islam. Diantara landasan hukum yang dijadikan sebagai dasar hukum bai’

murabahah adalah sebagai berikut :

QS. An-Nisa’ ayat 29

)٢٩ :ء النسآ (. ☺Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta

sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”. (QS. An-Nisa’(4): 29)

Dalam ayat diatas dijelaskan bahwa orang-orang yang berdagang tidak boleh

mengambil untung terlalu banyak atau tinggi, karena itu akan memberatkan

nasabah dan juga dapat memakan harta saudaranya dengan jalan bathil atau

merugikan orang lain. Dengan demikian dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa

penjual dan pembeli harus sama-sama rela, suka sama suka saat transaksi berniaga,

penjual rela menyerahkan barangnya dan pembeli juga rela memberikan uangnya.

Dalam transaksi murabahah, barang yang telah dibeli dibayar dengan cara

tunai. Oleh karena itu Allah SWT memerintahkan kepada seluruh umat islam untuk

memenuhi akad-akad yang telah dibuat dan disepakati oleh manusia itu sendiri.

Akad itu sendiri mencakup janji prasetya kepda Allah SWT dan perjanjian yang

dibuat dan disepakati oleh manusia dalam pergaulan sesamanya

Page 29: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

21

Dalam setiap perniagaan tidak selamanya berjalan sesuai dengan syariat-

syariat yang telah ditetapkan oleh Allah SWT dan Rasulullah. Oleh karena itu,

setiap perniagaan harus berhati-hati dan semaksimal mungkin untuk menjauhi

kecurangan atau praktek riba.

Dalam Firman Allah SWT QS. Al-Baqarah ayat 275

)٢٧۵ :البقرة ... (

Artinya :

…“Allah Telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”… (QS. Al-Baqarah(2) : 275). Dalam ayat di atas dijelaskan bahwa Allah SWT telah menghalalkan jual beli,

karena jual beli mendapatkan harta seseorang dengan jalan sukarela diantara

mereka, dan Allah SWT telah mengharamkan riba karena hal itu berarti melipat

gandakan pembayaran uang salah satu orang diantara mereka. Ayat di atas

merupakan teguran dan perintah untuk semaksimal mungkin menjauhi praktek riba,

sehingga tidak saling merugikan dalam perniagaan.

2. Rukun dan Syarat Bai’ Murabahah

a. Rukun Bai’ Murabahah

Bai’ Murabahah adalah suatu transaksi jual beli, dengan demikian rukun-

rukunnya sama dengan rukun jual beli, adalah sebagai berikut :

1) Pihak yang berakad dalam jual beli yaitu : penjual dan pembeli.

2) Objek yang diakadkan, meliputi barang yang diperjual belikan dan

harga barang yang diperjual belikan.

Page 30: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

22

3) Akad atau sighot yaitu : ijab dan qobul.5

Adapun ketentuan rukun Bai’ Murabahah adalah sesuai dengan rukun jual

beli di atas yaitu :

1) Pihak yang berakad menurut ulama fiqh sepakat, bahwa orang yang

melakukan akad murabahah harus memenuhi syarat sebagai berikut :

a) Cakap hukum dan baligh (berakal sehat dan dapat membedakan

baik-buruk) sehingga jual beli dengan orang gila tidak sah,

sedangkan dengan anak kecil dianggap sah apabila seijin orang tua

atau walinya.

b) Orang yang melakukan akad itu adalah orang yang berbeda.6

2) Orang jual beli harus memenuhi :

a) Barang yang diperjual belikan adalah barang yang halal

b) Barang yang diperjual belikan harus bisa diambil manfaatnya atau

memiliki nilai.

c) Barang tersebut dimiliki oleh penjual.bukan milik orang lain.

d) Barang tersebut dapat diserah terimakan tanpa syarat.

e) Barang tersebut harus diketahui secara spesifik dan

diindentifikasikan oleh penjual.

f) Barang tersebut diketahui kuantitasnya dengan jelas.

5 Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institut Banker Indonesia. Konsep, Produk, dan

Implementasi Operasional Bank Syariah. (Jakarta : Djambatan, 2003). h.77. 6 Hasan Ali. Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam. (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,

2004). h.119.

Page 31: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

23

g) Barang tersebut dapat diketahui kualitasnya dengan jelas.

h) Harga barang tersebut jelas.

i) Barang tersebut diakadkan secara fisik dan ditangan penjual.7

3) Ketentuan yang terkait dengan ijab qabul

Perkara utama dalam bai’ Murabahah adalah kerelaan diantara penjual

dan penbeli. Kerelaaan ini dapat terlihat saat akad berlangsung, maka ijab

qabul harus diucapkan secara jelas karena transaksi ini mengikat kedua

belah pihak. Adapun syarat-syarat ijab qabul adalah sebagai berikut :

a) Harus jelas dan disebutkan secara spesifik dengan siapa berakad.

b) Antara ijab dan qabul (serah terima) harus selaras baik dalam

spesifiksi barang maupun haraga yang disepakati.

c) Tidak menggantungkan klausul yang bersifat keabsahan transaksi

padش hal atau kejadian yang akan datang.

d) Tidak membatasi waktu, misalnya : “saya jual barang ini kepada

anda dalam jangka waktu 12 bulan, setelah itu maka jadi milik

saya kembali”.8

7 Sri Nurharyati dan Washilah. Akuntamsi Syariah di Indonesia. (Jakarta : Salemba Empat,

2008). h.166. 8 Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institut Banker Indonesia. Konsep, Produk, dan

Implementasi Operasional Bank Syariah. (Jakarta : Djambatan, 2003). h.18.

Page 32: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

24

b. Syarat Bai’ Murabahah

Dalam Bai’ Murabahah juga dibutuhkan beberapa syarat untuk

melengkapi rukun bai’ murabahah diatas, diantara syarat-syarat yang harus

dipenuhi adalah sebagai berikut :

1) Mengetahui harga pertama ( harga pembelian).

2) Mengetahui besarnya keuntungan .

3) Modal hendaklah berupa komoditas yang memiliki kesamaan dan

sejenis, seperti benda-benda yang dapat ditakar dan ditimbang.

4) Sistem Bai’ Murabahah dalam harta riba hendaknya tidak menisbatkan

riba tersebut terhadap harga pertama.

5) Transaksi pertama harus sah secara syara’.9

Skema Jual-Beli Akad Murabahah

PENJUAL

SUPLIER BARANG

PEMBELI

1.Negoisasi & Persyaratan

2.Akad jual beli

5. Serah Terima Barang

6. Bayar Tunai

3. Beli barang

4. Kirim barang

9 Wiroso. Jual Beli Murabahah. h.18.

Page 33: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

25

Berdasarkan Skema Bai’ Murabahah diatas, sang penjual melakukan

pembelian barang setelah ada negoisasi atau pemesanan barang dari pembeli.

Untuk menunjukkan keseriusan pembeli, penjual boleh meminta “hamish

ghadiya”10 (artinya uang tanda jadi ketika terjadinya ijab qabul). Jika di kemudian

hari pembeli membatalkan pesanannya, maka uang muka tersebut dapat digunakan

untuk menutupi kerugian sang penjual. Apabila kerugian tersebut lebih besar dari

uang muka, maka penjual dapat meminta kekurangan itu kepada sang pemesan dan

sebaliknya terdapat kerugian yang lebih kecil maka sang penjual wajib

mengembalikan sisanya kepada sang pemesan.

B. Deskripsi Umum Tentang Fatwa Dewan Syariah Nasional

1. Pengertian Fatwa

Secara etimiologi fatwa berasal dari bahasa arab yaitu )االفتاء( yang yang

merupakan mufrod (tunggal) dan memiliki arti pendapat resmi atau fatwa.11

Menurut bahasa Indonesia fatwa berarti “jawaban” atau keputusan yang diberikan

oleh ahli hukum islam atau mufti.12 Di dalam Al-quran terdapat bentuk kata yang

menggambarkan aktivitas konsultasi hukum, jadi kata fatwa disini dapat diartikan

sebagai mengerjakan sesuatu dengan mengajukan pertanyaan dan memberikan

jawaban terhadap pertanyaan tersebut.

10 Hamish ghadiyah adalah uang tanda jadi ketika terjadinya ijab qabul. Lihat juga buku Adi Warma Azhwar Karim, bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan. (Jakarta : IIIT Indonesia, 2003). h.163.

11 Ahmad Warson Munawwir, Al Munawwir Kamus Arab-Indonesia. (Yogyakarta : Pustaka Progresif, 1997). h.1034.

12 Mufti adalah orang pemberi fatwa tentang suatu masalah. Lihat di buku Muhammad Ali. Kamus Indonesia Modern. Jakarta : Pustaka Amani. h.96.

Page 34: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

26

Firman Allah dalam QS. An-Nisa’: 176

⌧ ☺

⌧ ⌧ ☯

⌧ ☯

)١٧٦: النساء ( . ⌧ Artinya :

“Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah)13. Katakanlah: "Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu): jika seorang meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai anak dan mempunyai saudara perempuan, Maka bagi saudaranya yang perempuan itu seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mempusakai (seluruh harta saudara perempuan), jika ia tidak mempunyai anak; tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, Maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan oleh yang meninggal. dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) Saudara-saudara laki dan perempuan, Maka bahagian seorang saudara laki-laki sebanyak bahagian dua orang saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, supaya kamu tidak sesat. dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu”. (QS. An-Nisaa’(4): 176).

Penggunaan kata “ístifta’” pada ayat tersebut merupakan sebuah penjelasan

singkat terhadap terminology yang berkaitan dengan aktivitas pemberian keputusan

hukum (menerangkan hukum suatu masalah atau perkara). Terdapat beberapa

pengertian tentang fatwa yang dikemukakan oleh :

13 Kalalah artinya seseorang yang telah meninggal dunia dan ia tidak mempunyai anak dan

mempunyai saudara perempuan

Page 35: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

27

a. Menurut M. Hasbi Ash-Shidiqie memberikan maksud bahwa fatwa adalah

sebagai jawaban atas pertanyaan yang tidak begitu jelas hukumnya.14

b. Menurut Yusuf Qardhawi memberikan maksud bahwa fatwa adalah

menerangkan atau menjelaskan hukum syara’ dari suatu persoalan sebagai

jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh yang meminta fatwa, baik

individu, maupun kolektif atau lembaga.15

c. Dalam ilmu Ushul Fiqh, fatwa berarti pendapat yang dikemukakan oleh

seorang mujtahid atau faqih sebagai jawaban atas pertanyaan yang diminta

atau diajukan oleh peminta fatwa dalam suatu kasus yang sifatnya tidak

mengikat. Pihak yang meminta fatwa tersebut bisa pihak pribadi, lembaga

atau kelompok masyarakat.16

d. Menurut Zamakhsyari, fatwa adalah penjelasan hokum syara’ tentang

suatu permasalahan atas pertanyaan seseorang atau kelompok.17

e. Menurut As-Syatibi, fatwa dalam arti al-iftaa berarti keterangan-

keterangan tentang hukun syara’ yang tidak mengikat untuk diikuti.18

Beberapa definisi yang telah dikemukakan di atas, dapat diambil kesimpulan

bahwa fatwa merupakan suatu pendapat atau jawaban yang diberikan oleh seorang

mujtahid, mufti atau ahli hukum islam terhadap suatu pertanyaan atau permasalahan

14 M. Hasbi Ash-Shidiqie. Peradilan dan Hukum Acara Islam.(Semarang : PT. Pustaka Rizki, 2001). h.86.

15 Ma’ruf Amin. Fatwa Dalam Sistem Hukum Islam.(Jakarta : Elsas, 2008). h.20. 16 Abdul Aziz Dahlan. Ensiklopedia Hukum Islam. (Jakarta : PT. Ikctiar Baru Van Hoeve,

1996). h.32. 17 Ma’ruf Amin. Fatwa Dalam Sistem Hukum Islam. (Jakarta : Elsas Jakarta, Juli 2008). h.20. 18 Ibid., h.20.

Page 36: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

28

penting menyangkut masalah hukum islam yang diminta oleh pihak pribadi atau

lembaga atau kelompok masyarakat.

Terkadang terjadi kerancuan dalam membedakan antara fatwa dengan ijtihad.

Ijtihad menurut Al-Amidi dan An-Nabhani adalah mencurahkan seluruh

kemampuan untuk menggali hukum-hukum syariat dari dalil-dalil dzanni hingga

batas tidak ada lagi kemampuan melakukan usaha lebih dari apa yang telah

dicurahkan. Sedangkan ifta’ hanya dilakukan ketika ada kejadian secara nyata, lalu

ulama ahli fiqh berusaha mengetahui hukumnya. Dengan demikian, fatwa lebih

spesifik dibandingkan dengan ijtihad.19

Seorang mustafti bisa saja mengajukan pertanyaan kepada seorang mufti

mengenai hukum suatu permasalahan yang dihadapinya. Apabila mufti

menjawabnya dengan perkataan, hukum masalah ini halal atau haram, disertai dalil-

dalilnya secara terperinci, maka itulah fatwa. Fatwa dapat berbentuk perkataan

ataupun tulisan.

2. Dasar-Dasar Penetapan Fatwa

Dalam menetapkan fatwa harus mengikuti tata cara dan prosedur tertentu

yang telah disepakati oleh para ulama, termasuk dalam hal penggunaan dasar yang

menjadi landasan hukum dalam penetapan fatwa. Penetapan fatwa yang tidak

mengindahkan tata cara dan prosedur yang ada merupakan salah satu bentuk

tahakkum (membuat-buat hukum) dan menyalahi esensi fatwa yang merupakan

19 Diakses pada tanggal 19 Januari 2010.http://www.microfincenter.com/web/index.php.

Page 37: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

29

hukum syara’ terhadap suatu masalah, yang harus ditetapkan berdasarkan dalil-dalil

keagamaan (adillah syar’iyyah).

Dalam hal ini para ulama mengelompokkan sumber atau dalil syara’ yang

dapat dijadikan dasar penetapan fatwa dan dalil-dalil hukum yang diperselisihkan

untuk dijadikan dasar penetapan fatwa. Para ulama juga telah menjelaskan apa saja

dalil-dalil hukum yang disepakati untuk dijadikan dasar penetapan fatwa (adilliah

al-ahkam al-muttafaq ‘alaihi), yaitu meliputi :

a. Al-Quran

Para ulama menjelaskan bahwa kata “Al-qur’an” secara etimologi berasal

dari bahasa Arab قرء-يقرء-قرء yang mempunyai arti “bacaan”. Sebagaimana

dalam firman Allah SWT dalam QS. Al-Qiyamah ayat 17-18.20

)١٨-١٧: القيامة ..( Artinya :

“Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila kami Telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu”. (QS. Al-Qiyamah (75):17-18).

Para ulama juga menyimpulkan ciri-ciri Al-qur’an sebagai berikut :21

1). Al-qur’an merupakan lafadz

2). Al-qur’an diturunkan dalam bahasa Arab.

20 KH. Ma’ruf Amin. Fatwa Dalam Sistem Hukum Islam. (Jakarta : eLSAS Jakarta, Juli

2008). h.59. 21 Ibid., h.60.

Page 38: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

30

3) Al-qur’an dinukilkan kepada generasi sesudahnya secara mutawatir

(diturunkan oleh orang banyak kepada orang banyak sampai

sekarang).

4). Membaca setiap kata dalam Al-qur’an mendapat pahala, baik bacaan

itu berasal dari hafalan maupun dibaca langsung dari mushaf Al-

qur’an.

5). Al-qur’an itu dimulai dari surat Al-Fatihah dan di akhiri dengan suarat

An-Nass. Tata urutan surat yang terdapat dalam Al-Quran, disusun

sesuai dengn petunjuk Allah melalui malaikat Jibril Nabi Muhammad

saw., tidak boleh diubah dan diganti letaknya.

Para ulama sepakat bahwa Al-qur’an merupakan sumber utama hukum

islam yang diturunkan Allah, dimana seorang mujtahid harus mendahulukan

nash-nash Al-qur’an sebagai dasar penetapan sebelum mempergunakan

sumber hukum lainnya. Begitu juga dalam penetapan fatwa, Al-qur’an

merupakan dasar pertimbangan pertama sebelum beralih pada yang lainnya.

Apabila hukum permasalahan yang dicari tidak ditemukan dalam Al-qur’an,

maka barulah mujtahid tersebut menggunakan dalil yang lainnya.

b. As-Sunnah

Pengertian As-Sunnah dari sisi bahasa adalah “jalan yang biasa di lalui”

atau “cara yang senantiasa dilakukan”. Hal ini bias kita lihat dalam sabda

Rasulullah SAW. yang berbunyi :

Page 39: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

31

ثني محمد بن المثنى العنزي أخبرنا محمد بن جعفر حدثنا شعبة عن عون بن أبي جحيفة عن حد سن في الإسلام سنة من... آنا عند رسول الله صلى الله عليه وسلم المنذر بن جرير عن أبيه قال

حسنة فله أجرها وأجر من عمل بها بعده من غير أن ينقص من أجورهم شيء ومن سن في ه من غير أن ينقص من أوزارهم الإسلام سنة سيئة آان عليه وزرها ووزر من عمل بها من بعد

22)الصحح المسلم رواه المسلم في الكتاب. (شيء

Sedangkan secara terminology, As-Sunnah bisa dibedakan menurut

disiplin ilmunya. Menurut disiplin ilmu hadis, pengertian Sunnah sama

dengan pengertian Hadist, yaitu “seluruh yang disandarkan kepada Nabi

Muhammad saw, baik perkataan, perbuatan dan ketetapannya atau sifatnya

sebagai manusia, akhlaknya, apakah itu sebelum maupun setelah di angkat

menjadi rasul”. Sedangkan pengertian Sunnah menurut disiplin ushul fiqh

adalah : “segala yang diriwayatkan dari Nabi Muhammad saw, berupa

perbuatan, perkataan, dan ketetapan yang berkaitan dengan hukum”.23

Sedangkan pengertian Sunnah menurut disiplin ilmu fiqh, disampingnya

pengertian yang dikemukan para ulama ushul fiqh di atas, juga dimaksudkan

sebagai salah satu hukum taklifi, yang mengandung pengertian “perbuatan

yang apabila dikerjakan mendapat pahala dan apabila ditinggalkan tidak

berdosa”. Terjadinya perbedaan pengertian Sunnah di kalangan ahli ushul

fiqh, disebabkan perbedaaan sudut pandang masing-masing terhadap Sunnah.

Ulama ushul fiqh memandang bahwa Sunnah tersebut merupakan salah satu

sumber atau dalil hukum. Sedangkan ulama fiqh menempatkan Sunnah

sebagai salah satu hukum taklifi.

22 Kitab Shahih Al-Muslim. Dalam Maktabah Syamilah. Juz :5, h.198. 23 Ibid., h.76.

Page 40: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

32

Para ulama sepakat mengatakan bahwa Sunnah Rasulullah saw dalam tiga

bentuk (fi’liyyah, qauliyyah dan taqririyyah) merupakan sumber asli dari

hukum-hukum syara’ dan menempati posisi yang kedua setelah Al-qur’an.

Sehingga dalam penetapan fatwa, As-Sunnah menjadi rujukan kedua setelah

Al-qur’an. Ada beberapa alasan yang dikemukan oleh para ulama untuk

mendukung penyataan di atas, di antaranya adalah sebagai berikut :24

1). Surat Ali Imran ayat 31.

⌦ )٣١: العمران ( . ⌧

Artinya : “Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku,

niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Imran: 31).

2). Surat Al-Ahzab )33( ayat 21

⌧ ☺ ⌧

⌧ ⌧ ) .

)٢١: االحزب Artinya : “Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang

baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah".(QS. Al-Ahzab ayat 21). (QS. Al-Ahzab )33( ayat 21).

3). Surat Al-Hasyr )59 ( ayat 7.

) ٧: الحشر (

24 Ma’ruf Amin. Fatwa Dalam Sistem Hukum Islam. (Jakarta : eLSAS Jakarta, Juli 2008).

h.87.

Page 41: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

33

Artinya :

“Apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya”.(QS. Al-Hasyr )59 ( ayat 7).

4). Surat An-Nisa’ )4( ayat 59.

⌧ . ) )۵٩: النساء

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul

(nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”.(QS. An-Nisa’ )4( ayat 59).

5). Hadist

بن المقدام عن الجرشي عوف أبي بن الرحمن عبد عن حريز أخبرنا قال هارون بن يزيد حدثنا ألا معه ومثله الكتاب تيتأو إني ألا وسلم عليه الله صلى الله رسول قال .قال الكندي آرب معدي فما بالقرآن عليكم يقول أريكته على شبعانا ينثني رجل يوشك لا معه ومثله القرآن أوتيت إني

الأهلي الحمار لحم لكم يحل لا ألا فحرموه امحر من فيه وجدتم وما فأحلوه حلال من فيه وجدتم نزل ومن صاحبها عنها يستغني أن إلا معاهد مال من لقطة ولا ألا السباع من ناب ذي آل ولا 25قراهم بمثل يعقبوهم أن فلهم يقروهم لم فإن يقروهم أن فعليهم بقوم

Yang dimaksud dengan perkataan “dan semisalnya” dalam hadist di atas,

menurut jumhur ulama adalah Sunnah Rasulullah saw.

c. Ijma’

25 Kitab Musnad Ahmad. Dalam Maktabah Syamilah. Juz: 35. h.37.

Page 42: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

34

Pengertian Ijma’ menurut bahasa (etimilogi) adalah “kesepakatan” atau

“konsensus”. Selain itu mengandung arti “ketetapan hati untuk melakukan

sesuatu”. Sedangkan secara terminology, ada beberapa rumusan ijma’ yang

dikemukakan oleh para ulama. Imam Ghazali mendefinisikan ijma’ dengan

“kesepakatan umat Muhammad secara khusus tentang suatu masalah agama”.

Rumusan ini memberikan batasan bahwa ijma’ harus dilakukan umat

Muhammad saw., yaitu umat Islam, tetapi harus dilakukan oleh seluruh umat

Islam, termasuk orang awam.26

Rumusan menurut al-Amidi mengikuti pandangan Imam As-Syafi’I yang

meyatakan bahwa ijma’ harus dilakukan dan dihasilkan oleh seluruh umat

Islam, karena suatu pendapat yang dapat terhindar dari suatu kesalahan

hanyalah apabila disepakati oleh seluruh umat. Selanjutnya al-Amadi

merumuskan ijma’ dengan “kesepakatan sekelompok ahl al-hall wa al-‘aqdi

dari umat Muhammad pada suatu masa terhadap suatu hukum dari suatu

peristiwa/kasus”. Rumusan tersebut menunjukkkan bahwa tidak semua orang

bias melakukan ijma’, melainkan orang-orang tertentu yang disebut dengan

ahl al-hall wa al-‘aqdi yang bertanggung jawab langsung terhadap umat.

Maka orang awam tidak diperhitungkan dalam proses ijma’.27

26 KH. Ma’ruf Amin. Fatwa Dalam Sistem Hukum Islam. Jakarta : eLSAS Jakarta, Juli 2008.

h.92. 27 Ma’ruf Amin. Fatwa Dalam Sistem Hukum Islam. (Jakarta : eLSAS Jakarta, Juli 2008).

h.93.

Page 43: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

35

Sedangkan jumhur ulama merumuskan bahwa ijma’ adalah “kesepakatan

para mujtahid dari umat Muhammad saw pada suatu masa, setelah wafatnya

Rasulullah saw terhadap suatu hukum syara’”. Dari beberapa rumusan diatas

bahwa ijma’ hanya dilakukan dan disepakati oleh para mujtahid Muslim pada

suatu masa setelah wafatnya Rasulullah saw. Jumhur ulama perlu menyatakan

“setelah wafatnya Rasulullah saw”. sebab selama Rasulullah masih hidup

seluruh permasalahan yang timbul langsung dapat ditanyakan kepada beliau,

sehingga tidak diperlukan ijma’.

Jumhur ulama berpendapat bahwa ijma’ dapat menjadi dalil hukum

(hujjah) selagi memenuhi rukun-rukun ijma’. Dalam kondisi terseut ijma’

menjadi hujjah yang qath’i (pasti), wajib diamalkan dan tidak boleh diingkar,

sehingga jika ada orang yang mengingkarinya maka dianggap kafir. Dengan

begitu ijma’ juga dapat dijadikan sebagai dasar penetapan fatwa. Disamping

itu, permasalahan yang telah ditetapkan hukumnya melalui ijma’ tidak boleh

lagi menjadi permasalah oleh umat generasi berikutnya, karena hukum yang

ditetapkan melalui ijma’ merupakan hukum syara’ yang qath’I dan menempati

urutan yang ketiga sebagai dalil syara’ setelah Al-qur’an dan As-Sunnah.

d. Qiyas

Pengertian qiyas secara bahasa adalah ukuran, mengetahui ukuran sesuatu,

membandingkan, atau menyamakan sesuatu dengan yang lainnya. Sedangkan

pengertian qiyas secara terminology terdapat beberapa definisi yang

Page 44: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

36

dikemukakan para ulama ushul fiqh, sekalipun redaksinya berbeda, tetapi

mengandung arti yang sama.28

Menurut mayoritas ulama Syafiiyyah :

حمل غير معلوم على معلوم فى اثبات الحكم لهما او نفيه عنهما بامر جامع بينهما من حكم

29او صفة

“Membawa (hukum) yang (belum) diketahui kepada *hukum) yang diketahui dalam rangka menetapkan hukum bagi keduanya, atau meniadakan hukum bagi keduanya, disebabkan sesuatu yang menyatukan keduanya, baik hukum maupun sifat”.

Menurut Wahbah al-Zuhaili merumuskan qiyas dengan:

الحاق امر غير منصوص على حكمه الشرعى بامر منصوص على حكمه الشترا آهما في 30علة الحكم

“Menyatukan sesuatu yang tidak disebutkan hukumnya dalam nash

dengan sesuatu yang disebutkan hukumnya oleh nash, disebutkan kasatuan ‘illat hukum antara keduanya”.

Dari beberapa rumusan di atas dapat disimpulkan bahwa proses penetapan

hukum melalui metode qiyas bukanlah menetapkan hukum dari awal, tetapi

hanya menyingkapkan dan menjelaskan hukum yang telah ada pada suatu

kasus yang belum jelas hukumnya. Penyingkapan dan penjelasan ini

dilakukan melalui pembahasan mendalam dan teliti terhadap ‘illat dari suatu

kasus yang sedang dihadapi.

28 Ma’ruf Amin. Fatwa Dalam Sistem Hukum Islam. (Jakarta : eLSAS Jakarta, Juli 2008).

h.105. 29 Al-Ghazali, Al-Mustassyfa fi ‘Ilm al-Ushul, (Beirut: Dar al kutub al-Ilmiyah), jilid II, h.54. 30 Wahbah al-Zuhaili. Al-fiqh al-Islamy wa Adillatuhu. (Beirut: Dar al-Kutub al-Islamiyyah

1991), jilid I. h.601.

Page 45: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

37

Misalnya, seorang mujtahid ingin mengetahui hukum meminum bir atau

wisky. Dari hasil pembahasan dan penelitiannya secara cermat, kedua

minuman tersebut mengandung zat yang memabukkan, seperti yang ada pada

zat yang ada pada khomer (mengandung zat yang memabukkan). Zat yang

memabukkan inilah yang menjadi illatnya, sebab illatnya bir dan wisky sama

seperti ‘illatnya khomer. Dengan demikian mujtahid tersebut telah

menemukan bahwa hukum bir dan wisky sama dengan hukum khomer yaitu

haram.31

Para ulama berbeda pendapat tentang apakah qiyas dapat dijadikan dasar

hukum. Tetapi jumhur ulama ushul fiqh berpendirian bahwa qiyas dapat

dijadikan sebagai metode atau sarana untuk mengistinbatkan hukum syara’.

3. Sifat Fatwa

Dalam perkembangan ekonomi syariah, fatwa mempunyai peranan penting

dan menjadi aspek organik dalam bangunannya, fatwa juga menjadi alat ukur bagi

kemajuan ekonomi syariah di Indonesia. Secara teknis fatwa ekonomi syariah

tampil menyuguhkan pembaharuan dalam fiqh muamalah maaliyah (fiqh

ekonomi).32

Dari beberapa pengertian fatwa di atas, fatwa memiliki sifat-sifat yang harus

diketahui. Ada dua hal penting yang harus dicatat adalah sebagai berikut :

31 Ma’ruf Amin. Fatwa Dalam Sistem Hukum Islam. (Jakarta : eLSAS Jakarta, Juli 2008).

h.106. 32 Syakir Sula dan Aris Mufti. Amanah Bagi Bangsa Konsep Sistem Ekonomi Syariah. Jakarta

: MES dan MUI, BI, Dept. Keuangan RI. h.221.

Page 46: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

38

a. Fatwa bersifat responsive. Fatwa merupakan jawaban suatu hukum (legal

opinion) yang dikeluarkan setelah adanya suatu pertanyaan atau

permintaan fatwa (based on demand). Pada umumnya fatwa dikeluarkan

sebagai jawaban atas pertanyaan yang merupakan peristiwa atau kasus

yang telah terjadi atau nyata. Seorang pemberi fatwa (mufti) boleh untuk

menolak memberikan fatwa atas pertanyaan tentang peristiwa yang belum

terjadi, berdasarkan hadist yang diriwayatkan oleh Ahmad dari Ibnu

Umar.

ابن عن أيضا وله ) ذلك عن نهى عمر فإن يكن لم عما تسألوا لا( عمر ابن عن أحمد روى آراهة على الشافعي واحتج " ينفعهم عما إلا يسألون آانوا ما " الصحابة عن قال عباس } تسؤآم لكم تبد إن أشياء عن تسألوا لا{ : تعالى بقوله وعهوق قبل الشيء عن السؤال لفظ وفي " السؤال وآثرة المال وإضاعة وقال قيل عن ينهى " وسلم عليه الله صلى وآان

33عليهما متفق} ذلك لكم آره الله إن{

Artinya (yang digaris bawahi):

“Jangan kalian menanyakan tentang peristiwa yang belum terjadi karena Umar RA. (pernah) melarang hal tersebut”. Walaupun begitu, seorang mufti tetap disunahkan untuk menjawab

pertanyaan seperti itu, sebagai langkah hati-hati agar tidak termasuk orang

yang menyembunyikan ilmu.

b. Dari segi kekuatan hukum, fatwa sebagai jawaban hukum (legal opinion)

tidaklah bersifat mengikat. Dengan kata lain, orang yang meminta fatwa

(mustafti), baik perorangan, lembaga, maupun masyarakat luas tidak harus

mengikuti isi atau hukum yang diberikan kepadanya. Hal ini disebabkan

33 Kitab Syarih Muntaha al-Iradad. Dalam Maktabah Syamilah. Juz:12, h.58.

Page 47: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

39

bahwa fatwa tidaklah mengikat sebagaimana putusan pengadilan (qadha’).

Bisa saja fatwa seorang mufti di suatu tempat berbeda dengan fatwa mufti

lain di tempat yang sama. Namun demikian, apabila fatwa ini kemudian

diadopsi menjadi keputusan pengadilan dan hal ini lazim terjadi, maka

barulah ia memiliki kekuatan hukum yang mengikat. Terlebih lagi jika ia

diadopsi menjadi hukum positif atau regulasi suatu wilayah.34

Dalam kajian Ushul Fiqh, fatwa memiliki sifat mengikat bagi pihak-pihak

yang meminta dan memberi fatwa. Namun teori lama ini dapat diperbaharui seiring

dengan perkembangan dan proses terbentuknya fatwa. Teori fatwa yang mengikat

bagi pihak yang meminta fatwa dan memberi fatwa ini sudah tidak relevan untuk

fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN). Maka dalam fatwa ekonomi syariah Dewan

Syariah Nasional (DSN) tidak hanya mengikat bagi pihak yang meminta atau bagi

praktisi (lembaga) ekonomi syariah, tapi juga bagi masyarakat Indonesia khususnya

yang bertransaksi dengan lembaga terkait. Karena fatwa-fatwa ini telah

dipositivisasi oleh Bank Indonesia melalui Peraturan Bank Indonesia (PBI), bahkan

DPR RI mensyahkan Perbankan Syariah melalui undang-undang No. 21 Tahun

2008.

4. Metode Fatwa

Fatwa merupakan salah satu metode dalam hukum islam yang terdapat dalam

Al-quran dan hadist untuk memberikan keterangan dan penjelasan mengenai

34 Ma’ruf Amin. Fatwa Dalam Sistem Hukum Islam. (Jakarta : eLSAS Jakarta, Juli 2008).

h.20-21.

Page 48: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

40

hukum-hukum secara syara’ Islam, ajaran-ajarannya dan arahan-arahannya. Sebagai

sebuah metode dalam memberikan penjelaan terhadap suatu masalah yang belum

jelas status hukumnya, maka fatwa menempati posisi yang sangat penting dan

strategis.

Mengeluarkan fatwa merupakan salah satu cara untuk menerangkan hukum-

hukum Islam kepada masyarakat khususnya umat muslim. Hal ini bukanlah

pekerjaan yang mudah dan mengandung resiko yang berat, maka orang yang pantas

untuk memberikan dan membuat fatwa tidaklah sembarang orang, diperlukan

syarat-syarat tertentu, sehingga fatwa-fatwa yang telah dikeluarkan layak dipatuhi

umat Islam, dapat dipertanggung jawabkan serta tidak menimbulkan perselisihan.

Sebelum memberikan jawaban atau fatwa, seorang mufti pada dasarnya telah

melalui proses yang mencakup empat hal, yaitu :

a. Apa hukum atas masalah yang dimaksud.

b. Apakah dalilnya

c. Apa wajib dalalah-nya.

d. Apa saja jawaban-jawaban/fatwa yang bertentangan di seputar persoalan

yang dimaksud.35

Berdasarkan hal itu, sebagian ulama ahli fiqh mensyaratkan seorang mufti itu

harus ahli ijtihad (mujtahid). Sebab, empat proses tersebut di atas, menuntut

kemampuan orang yang ahli ijtihad, di samping tentu saja dia adalah seorang

35 Diakses pada tanggal 19 Januari 2010.http://www.microfincenter.com/web/index.php. tentang fatwa&catid=34:artikel-ekonomi syariah&Itemid=56.

Page 49: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

41

muslim, adil, mukallaf, ahli fiqh dan memliki pemikiran yang jernih. Namun as-

Syaukani tidak mensyaratkan seorang mufti itu harus mujtahid, yang penting dia

ahli di dalam agama Islam.

Seorang mufti juga harus memperhatikan beberapa keadaan, seperti :

mengetahui secara persis kasus yang dimintakan fatwanya, mempelajari psikologi

mustafti dan masyarakat lingkungannya agar dapat diketahui implikasi dari fatwa

yang dikeluarkannya sehingga tidak membuat agama Allah menjadi bahan

tertawaan dan permainan.

Seorang mufti tidak boleh berfatwa dengan fatwa yang bertentangan dengan

nash syar’i, meskipun fatwanya itu sesuai dengan madzhabnya. Ia juga tidak boleh

berfatwa dari perkataan dan pandangan yang belum mengalami proses tarjih atau

analisis perbandingan dan pengambilan dalil terkuat.

Disamping itu, Jalaluddin Al-Mahalli juga menyebutkan seorang mufti atau

orang yang ahli hukum Islam harus mempunyai persyaratan tertentu agar dalam

keputusan-keputusannya layak untuk dipatuhi.

في اآللة آامل يكون وأن ومذهبا، خالفا وفرعا، أصال بالفقه عالما يكون أن المفتي شرط ومن وتفسير الرجال ومعرفة واللغة النحو من األحكام استنباط في إليه يحتاج بما عارفا االجتهاد، 36.فيها الواردة واألخبار األحكام في الواردة اآليات

Artinya: “Mengusai pendapat-pendapat dan akidah-akidah dalam ushul fiqh dan fiqh,

mempunyai kelengkapan untuk ijtihad, mengetahui ilmu-ilmu yang dibutuhkan untuk memformulasikan suatu hukum (istinbat al-hukum), misalnya ilmu Nahwu, ilmu bahasa, ilmu mushtalah al-hadits, tafsir-tafsir ayat dan hadist-hadist hukum”.

36 Kitab Al-Waraqoh lil ‘abdillah Al-Fauzan, dalam Maktabah Syamilah. Juz 1 h.143.

Page 50: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

42

Dari uraian di atas tersebut mengandung makna bahwa setiap menyatakan

hukum terhadap suatu masalah seorang mufti atau ahli hukum Islam tidak hanya

mampu menguasai dalil-dalil, tetapi harus menguasai ilmu-ilmu pendukung ijtihad

seperti ilmu Nahwu, ilmu bahasa, ilmu mushtalah al-hadits, tafsir-tafsir ayat dan

hadist-hadist hukum. Sehingga dapat terhindar dari praktek “tahkim” yaitu

membuat-buat hukum dan mengeluarkan sebuah hukum tanpa suatu landasan

hukum yang jelas.

Menjadi seorang mufti harus memenuhi persyaratan yang telah disebutkan

diatas. Hal ini bertujuan untuk menghindarkan praktek tahkim yang tidak

diperbolehkan dan sangat dilarang oleh Allah SWT, karena dapat merusak tatanan

hukum Islam, bahkan dapat menimbulkan perselisihan umat Islam. Dalam QS. An-

Nahl ayat 116.

☺ ⌧

)١٦٦: النحل . (

Artinya : “Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh

lidahmu secara dusta "Ini halal dan Ini haram", untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung”. (QS. An-Nahl (16) : 116).

Firman Allah SWT di atas memberikan penjelasan yang sangat tegas, bahwa

seorang mufti atau ahli hukum Islam dalam mengeluarkan fatwa tidak dibenarkan

hanya didasarkan pada dugaan-dugaan atau suatu kebohongan semata, tanpa

didasarkan dalil-dalil yang menguatkannya. Tidak dibenarkan juga dalam

Page 51: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

43

memberikan keputusan hukum sesuai dengan kemauannya hanya untuk memenuhi

kepentingan pribadi atau kelompok tertentu.

Menurut para ulama ushul fiqh, seorang mufti atau ahli hukum Islam harus

mempunyai persyaratan sebagai berikut :

a. Baligh, berakal dan merdeka

b. Adil

c. Memenuhi persyaratan seorang Mujtahid atau memilki kapasitas keilmuan

untuk memberikan fatwa.37

Untuk memberikan bentuk kehati-hatian dalam memberikan fatwa, imam

Ahmad Hambal menyatakan bahwa seseorang tidak pantas untuk mengeluarkan

fatwa sebelum pada dirinya terdapat lima hal berikut :38

a. Mempunyai niat yang tulus ikhlas. Maksudnya setiap orang yang

mengeluarkan fatwa harus diniatkan “lillahi ta’ala”, tidak karena maksud-

maksud lain, apalagi maksud keduniaan, misalnya agar mendapat

kedudukan yang mulia. Karena menurut imam Ahmad, fatwa yang tidak

didasari oleh niat ”lillahi ta’ala” tidak mempunyai “nur” (cahaya).

b. Mempunyai ketenangan dan kewibawaan. Karena setiap mufti harus

mampu menyampaikan dan menjelaskan fatwanya kepada pihak yang

meminta fatwa (mustafti), sehingga fatwanya dipahami secara utuh dan

37 Abdul Aziz Dahlan. Ensiklopedia Hukum Islam. (Jakarta : PT. Ikctiar Baru Van Hoeve,

1996). h.327. 38 Ma’ruf Amin. Fatwa Dalam Sistem Hukum Islam. (Jakarta : eLSAS Jakarta, Juli 2008).

h.30.

Page 52: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

44

benar. Orang yang tidak mempunyai ketenangan dan kewibawaan akan

sulit untuk menyampaikan secara jelas fatwanya.

c. Mempunyai kapasitas kelilmuan yang memadai untuk menetapkan fatwa.

Karena seseorang yang mengeluarkan fatwa tanpa didasari oleh keyakinan

akan keilmuannya, maka orang tersebut termasuk orang yang membuat-

buat hukum dan diancam oleh hadist :

أخبرنا إبراهيم بن موسى حدثنا أبى حدثنا ابن المبارك عن سعيد بن أبى أيوب « :-صلى اهللا عليه وسلم-ال قال رسول الله عن عبيد الله بن أبى جعفر ق

39)في الكتاب سنن الدرمي .( » أجرؤآم على النار أجرؤآم على الفتيا

d. Mempunyai kecukupan dalam penghidupannya. Karena jika tidak

mempunyai penghidupan yang cukup dikhawatirkan menggantungkan

hidupnya dari berfatwa yang bisa menjadikannya tidak independent dalam

berfatwa.

e. Memiliki kecermatan dan kecerdikan dalam menghadapi masalah. Hal ini

sangat dibutuhkan oleh seorang mufti agar tidak terjebak dalam tipu daya

orang yang ingin menjadikan fatwa sebagai tempat berlindung dari

masalah yang dihadapinya.

Ada beberapa metode yang dijadikan pedoman dalam penetapan fatwa.

Adapun metode-metode tersebut adalah sebagai berikut :40

39 Kitab Sunan Al-Darami. Dalam Maktabah Syamilah. Juz: 1, h.179. 40 Ma’ruf Amin. Fatwa Dalam Sistem Hukum Islam. (Jakarta : eLSAS Jakarta, Juli 2008).

h.44.

Page 53: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

45

a. Metode Bayani (Analisa Kebahasaan)

Metode ini dipergunakan untuk memperjelaskan teks Al-Quran dan As-

Sunnah dalam menetapkan hukum dengan menggunakan analisa kebahasaan.

Yang dimaksud dengan kaidah kebahasaan adalah kaidah-kaidah yang

dirumuskan oleh para ahli bahasa dan kemudian diadopsi oleh para ulama

ushul fiqh untuk melakukan pemahaman terhadap makna lafadz sebagai hasil

analisa induktif dari tradisi kebahwaan bangsa Arab sendiri.

Pembahasaan metode bayani ini dalam kajian ushul fiqh mencakup :

1). Analisa berdasarkan segi makna lafadz

2). Analisa berdasarkan segi pemakian makna.

3). Analisa berdasarkan segi terang dan samarnya makna.

4). Analisa berdasarkan segi penunjukan lafadz kepada makna menurut

maksud pencipta nash.

b. Metode Ta’lili

Metode ini digunakan untuk menggali dan menetapkan hukum terhadap

suatu kejadian yang tidak ditemukan dalilnya secara tersurat dalam nash baik

secara qath’i maupun dzanni, dan tidak juga ada ijma’ yang menetapkan

hukumnya, namun hukumnya tersirat dalam dalil yang ada. Istinbath seperti

ini ditujukan untuk menetapkan hukum suatu peristiwa dengan merujuk

kepada kejadian yang telah ada hukumnya Karena antara dua peristiwa itu

terdapat kesamaan illat hukumnya. Dalam hal ini, mufti menetapkan hukum

Page 54: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

46

suatu peristiwa berdasarkan pada kejadian yang telah ada nashnya, istinbath

jenis ini dilakukan melalui metode qiyas atau istihsan.

Berdasarkan kegunaan praktisnya, illat dapat dibedakan kepada tiga

ketegori, yaitu :41

1). Illat tasyr’i, ialah illat yang digunakan untuk menentukan apakah

hukum yang dipahami dari nash tersebut memang harus tetap seperti

adanya, atau boleh diubah kepada yang lainnya. Dalam illat tasyri’i ini

tidak dipersoalkan adanya qiyas atau tidak, karena penekanan

kajiannya adalah pada masalah itu sendiri.

2). Illat qiyasi adalah illat yang dipergunakan untuk memberlakukan suatu

ketentuan nash pada masalah lain yang secara zahir tidak dicakupnya.

Dengan kata lain, illat ini digunakan untuk menjawab pertanyaan

apakah nash yang mengatur masalah ”x ”juga berlaku untuk menjawab

masalah ”y” (yang secara harfiah tidak dicakupnya, namun di antara

kedua masalah tersebut terdapat kesamaan sifat). Sifat yang sama

inilah yang disebut illat.

3). Illat Istihsani yaitu pengecualian maksudnya mungkin saja ada

pertimbangan khusus yang menyebabkan illat tasyri’i tadi tidak dapat

berlaku terhadap masalah yang seharusnya ia cakup, atau begitu juga

qiyas tidak dapat diterapkan karena ada pertimbangan khusus yang

41 Ma’ruf Amin. Fatwa Dalam Sistem Hukum Islam. (Jakarta : eLSAS Jakarta, Juli 2008).

h.46-47.

Page 55: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

47

menyebabkannya dikecualikan. Dengan demikian illat kategori ini

mungkin ditemukan sebagai pengecualian dari yang pertama,

sebagimana mungkin juga pengecualian dari kategori yang kedua.

Yang membedakan ketiga pengelompokan illat ini hanyalah

kegunaannya dan intensitas persyaratannya.

c. Metode Istishlahi

Metode ini dipergunakan untuk menggali, menemukan dan merumuskan

hukum syara’ dengan cara menerapkan hukum kulli untuk peristiwa yang

ketentuan hukumnya tidak terdapat dalam nash baik qath’i maupun dhanni

dan tidak memungkinkan mencari kaitannya engan nash yang ada, belum

diputuskan dengan ijma’ dan tidak memungkinkan dengan qiyas atau istihsan.

Jadi dasar pegangan dalam ijtihad bentuk ini hanyalah jiwa hukum syara’

yang bertujuan untuk mewujudkan kemaslahatan manusia dalam bentuk

mendatangkan manfaat (jalb al-manfaat) ataupun menolak kerusakan (dar u

al-mafasid) dalam rangka memelihara agama, kehidupan, akal, keturunan dan

harta.42

Lebih jauh para ualam telah membuat tiga ketegori kemaslahatan yang

menjadi sarana semua perintah dan larangan Allah SWT, yaitu dharuriyyah,

hajiyat dan tahsiniyat.

42 Ma’ruf Amin. Fatwa Dalam Sistem Hukum Islam. (Jakarta : eLSAS Jakarta, Juli 2008).

h.48.

Page 56: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

48

Penalaran yang dipakai menggunakan ayat-ayat atau hadis-hadis yang

mengandung konsep umum sebagai dalil atau sandarannya. Biasanya

penalaran ini dilakuakn kalau masalah yang akan diidentifikasikan tersebut

tidak dapat dikembalikan kepada suatu ayat atau hadist tertentu secara khusus.

Dengan kata laintidak ada bandingan yang tepat dari zaman Nabi yang bias

digunakan. Contohnya seperti aturan membuat SIM (Surat Ijin Mengemudi)

tidak ada bandingannya dari sunnah Nabi. Tetapi mengatur maslah baru

tersebut, baik menerima atau menolaknya adalah perlu karena menyangkut

hajat dan kepentingan orang banyak.

Cara kerjanya, ayat dan hadis tersebut digabungkan satu sama lain,

sehingga kesimpulannya adalah merupakan sebuah “prinsip umum”. Prinsip

umum ini dideduksikan pada persoalan-persoalan yang ingin diselesaikan

tadi.

Page 57: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

BAB III

GAMBARAN UMUM TENTANG BANK BNI SYARIAH

A. Sejarah Berdirinya Bank BNI Syariah

1. Profil Bank BNI Syariah

Sistem Syariah yang terbukti dapat bertahan dalam tempaan krisis moneter

1997, meyakinkan masyarakat bahwa sistem tersebut kokoh dan mampu

menjawab kebutuhan perbankan yang transparan. Berdasarkan hal itu dan

mengacu pada UU No 10 Tahun 1998, mulailah PT Bank Negara Indonesia

(Persero ) merintis Divisi Usaha Syariah.

Selain adanya demand dari masyarakat terhadap perbankan syariah, untuk

mewujudkan visinya (yg lama) menjadi “universal banking”, BNI membuka

layanan perbankan yang sesuai dengan prinsip syariah dengan konsep dual system

banking, yakni menyediakan layanan perbankan umum dan syariah sekaligus. Hal

ini sesuai dengan UU No. 10 Tahun 1998 yang memungkinkan bank-bank umum

untuk membuka layanan syariah.

Di awali dengan pembentukan Tim Bank Syariah di Tahun 1999, Bank

Indonesia kemudian mengeluarkan ijin prinsip dan usaha untuk beroperasinya

unit usaha syariah BNI. Setelah itu BNI Syariah menerapkan strategi

pengembangan jaringan cabang, syariah sebagai berikut :

49

Page 58: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

a. Tepatnya pada tanggal 29 April 2000 BNI Syariah membuka 5 kantor

cabang syariah sekaligus di kota-kota potensial, yakni : Yogyakarta,

Malang, Pekalongan, Jepara dan Banjarmasin.

b. Tahun 2001 BNI Syariah kembali membuka 5 kantor cabang syariah,

yang difokuskan di kota-kota besar di Indonesia, yakni : Jakarta (dua

cabang), Bandung, Makassar dan Padang.

c. Seiring dengan perkembangan bisnis dan banyaknya permintaan

masyarakat untuk layanan perbankan syariah, Tahun 2002 lalu BNI

Syariah membuka dua kantor cabang syariah baru di Medan dan

Palembang .

d. Di awal tahun 2003, dengan pertimbangan load bisnis yang semakin

meningkat sehingga untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat,

BNI Syariah melakukan relokasi kantor cabang syariah di Jepara ke

Semarang. Sedangkan untuk melayani masyarakat Kota Jepara, BNI

Syariah membuka Kantor Cabang Pembantu Syariah Jepara.

e. Pada bulan Agustus dan September 2004, BNI Syariah membuka layanan

BNI Syariah Prima di Jakarta dan Surabaya. Layanan ini diperuntukan

untuk individu yang membutuhkan layanan perbankan yang lebih personal

dalam suasana yang nyaman.

Dari awal beroperasi hingga kini, BNI Syariah menunjukkan pertumbuhan

yang signifikan. Asset meningkat dari Rp. 160 Milyar di Tahun 2001 menjadi 460

50

Page 59: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

Milyar di Tahun 2002. Seiring dengan itu kinerja usaha juga mengalami

peningkatan dengan pencapaian laba sebesar Rp. 7,2 Milyar dibanding tahun

2001 yang masih rugi sebesar 3,1 Milyar. Dana pihak ketiga meningkat sebesar

88% dari tahun 2001 menjadi Rp. 205 Milyar. Pembiayaan juga meningkat 163%

menjadi 292,9 Milyar.

Data di atas menunjukkan bahwa perbankan syariah memiliki prospek yang

baik dan akan terus berkembang di masa yang akan datang. Pada akhir tahun

2003 dana pihak ketiga meningkat 97.56% menjadi Rp405 milyar, pembiayaan

meningkat sebesar 67.57% menjadi Rp490milyar sedangkan laba mencapai

peningkatan sebesar 281.39% menjadi Rp.27.46 milyar. Pada tahun 2004 BNI

Syariah mendapatkan penghargaan The Most Profitable Islamic Bank untuk yang

kedua kalinya, penghargaan ini berdasarkan penilaian oleh Karim Business

Consulting bekerja sama dengan Majalah Manajemen dan PPM.

2. Tujuan Pendirian Bank BNI Syariah

Tujuan pendirian Bank BNI Syariah tercermin dalam visi dan misi Bank BNI

Syariah. Adapun visi dan misi Bank BNI Syariah adalah sebagai berikut :

- Visi. Menjadi Bank Syariah yang unggul dalam layanan dan kinerja dengan

menjalankan bisnis sesuai kaidah sehingga insya Allah membawa berkah.

51

Page 60: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

- Misi. Secara istiqomah melaksanakan amanah untuk memaksimalkan kinerja

dan layanan perbankan dan jasa keuangan syariah sehingga dapat menjadi

bank syariah kebanggaan anak negeri.

Bank BNI Syariah mengembangkan misinya untuk meningkatkan kualitas dan

kredibelitas bank, diantaranya adalah :

a. Melaksanakan operasional perbankan yang berdasarkan dengan prinsip

syariah Islam.

b. Memberikan mutu pelayanan yang unggul kepada nasabah dengan system

for end dan otomasi online .

c. Meningkatkan kualitas bisnis di segmen pasar usaha ritel.

d. Memberikan kontribusi laba nyata terhadap laba BNI secara keseluruhan.

B. Produk Bank BNI Syariah

1. Produk Inovatif Sesuai Syariah

BNI Syariah menjalankan operasional bank berdasarkan prinsip syariah,

seperti jual beli dan bagi hasil serta memiliki beragam produk dan jasa perbankan

yang mampu memenuhi berbagai kebutuhan nasabah. BNI Syariah menyadari

bahwa masyarakat yang menghendaki layanan syariah tidak terbatas pada

masyarakat muslim namun juga dibutuhkan oleh seluruh golongan masyarakat

yang menghendaki layanan dan fasilitas perbankan yang nyaman, adil, dan

52

Page 61: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

modern. Untuk itulah BNI Syariah senantiasa melakukan peningkatan kualitas

produk, baik produk dana maupun pembiayaan serta terus menerus melakukan

penyempurnaan pada fitur-fiturnya.

Dalam perjalanan usaha terkadang pengusaha menghadapi tantangan yang

membutuhkan kecepatan pengambilan keputusan, dimana keputusan tersebut

membutuhkan dukungan modal. Untuk menangkap peluang emas tersebut BNI

Syariah menyediakan pembiayaan yang dijalankan dengan prinsip syariah dengan

target win-win solution.

a. BNI iB Wirausaha

BNI iB Wirausaha (iB diabaca aibi, = islamic Banking) ditujukan untuk

memenuhi kebutuhan pembiayaan usaha Anda, dengan besarnya pembiayaan

dari Rp 50 juta sampai dengan Rp 500 juta yang diproses lebih cepat dan

fleksibel sesuai dengan prinsip syariah. Jenis akad yang digunakan adalah

sebagai berikut :

Murabahah adalah prinsip jual beli barang dengan menyatakan harga

perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati antara bank sebagai

penjual dan nasabah sebagai pembeli.

53

Page 62: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

Mudharabah adalah kerjasama antara pihak bank sebagai penyedia dana

100 % sedangkan nasabah menjadi pengelola dana dengan keuntungan dibagi

menurut kesepakatan nisbah bagi hasil.

Musyarakah adalah kerjasama dalam penyertaan modal antara pihak

bank dan nasabah dengan keuntungan dibagi menurut kesepakatan nisbah

bagi hasil.

Keunggulan Akad yang digunakan adalah sebagai berikut :

1) Proses lebih cepat dengan persyaratan mudah sesuai dengan prinsip

syariah.

2) Jangka waktu pembiayaan sampai dengan 7 tahun.

3) Mendapatkan perlindungan asuransi jiwa gratis.

4) Pembayaran angsuran melalui debet rekening secara otomatis dan

dapat dilakukan di seluruh kantor cabang BNI.

Persyaratan Umum untuk menjadi nasabah pembiayaan :

1) Usaha telah berjalan minimal 1 tahun, dan usaha sesuai syariah

2) Mengisi formulir aplikasi dengan melampirkan fotocopy.

3) KTP suami/isteri dan kartu keluarga.

4) Surat Nikah.

5) NPWP.

54

Page 63: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

6) Pembiayaan sampai dengan Rp 150 juta dilengkapi dengan surat

keterangan kelurahan/kecamatan.

7) Untuk pembiayaan diatas Rp 150 juta dielngkapi dengan legalitas

usaha.

8) Bukti kepemilikan jaminan.

b. BNI iB Usaha Kecil

BNI iB Usaha Kecil (iB dibaca aibi = islamic Banking) adalah

pembiayaan modal kerja atau investasi kepada pengusaha kecil sampai

dengan Rp 10 miliar berdasarkan prinsip murabaha, musyarakah, mudharabah

dan ijarah.

Keunggulan :

1) Rasa tenteram dan tenang karena dengan pembiayaan syariah terhindar

dari transaksi ribawi.

2) Akad murabahah akan memudahkan anda mengelola keuangan karena

besar angsuran tetap selama masa pembiayaan.

3) Dengan akad mudharabah dan musyarakah akan memberikan rasa

keadilan.

4) Setoran angsuran dapat dilakukan di seluruh kantor cabang BNI.

5) Variasi produk keuangan syariah yang lengkap untuk mendukung

kegiatan usaha Anda.

55

Page 64: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

6) Pembiayaan dapat diberikan dalam mata uang Rupiah dan USD.

Persyaratan Umum :

1) Melampirkan aktivitas usaha.

2) Identitas diri (KTP/SIM/Paspor).

3) NPWP.

4) Laporan aktivitas Keuangan Usaha.

5) Menyerahkan jaminan.

6) Kegiatan usaha telah berjalan minimal 2 tahun.

Jenis akad BNI iB Usaha Kecil

Jenis akad yang digunakan :

1) Murabahah.

2) Mudharabah

3) Musyarakah

4) Ijarah

c. BNI iB Usaha Besar

Sesuai dengan falsafah dasar ekonomi syariah yaitu bertransaksi dengan

penuh keberkahan dan saling menguntungkan, maka produk-produk

perbankan syariah didesain untuk melayani dunia usaha sehingga antara

56

Page 65: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

pemodal dan pengusaha dapat bertumbuh bersama-sama dalam prinsip

keadilan. Pembiayaan Produktif dari BNI Syariah mendukung kemajuan

usaha dengan cara mudah dan fleksibel berdasarkan prinsip – prinsip syariah.

Cara kerja pembiayaan syariah hampir sama dengan cara kerja perbankan

pada umumnya, sehingga masyarakat akan mendapati prosedur yang umum

berlaku dan tidak rumit. Demikian pula dengan maksimum pembiayaan, BNI

Syariah dapat membiayai korporasi yang memerlukan dana diatas Rp 10

milyar melalui BNI Pembiayaan Besar Syariah.

BNI Pembiayaan Besar Syariah adalah Pembiayaan Modal Kerja atau

Investasi kepada pengusaha menengah dan korporasi diatas Rp. 10 Milyar

berdasarkan prinsip Murabahah, Mudharabah, Musyarakah dan Ijarah.

2. Produk Pembiayaan

a. Pembiayaan Modal Kerja

Pembiayaan Modal Kerja dengan akad Mudharabah/ Musyarakah

aplofend dapat diberikan s/d 5 tahun atau dapat diperpanjang setiap tahun.

57

Page 66: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

b. Pembiayaan Investasi

Pembiayaan Investasi memiliki jangka waktu maksimal 7 tahun dengan

angsuran kewajiban tetap selama periode pembiayaan sehingga terbebas dari

fluktuasi suku bunga pasar.

c. Pembiayaan Beragunan Tunai (Cash Collateral Financing)

Pembiayaan Beragunan Tunai merupakan jenis pembiayaan yang

memungkinkan investor memperoleh pembiayaan dengan menjaminkan

agunan dalam bentuk tunai yaitu deposito ataupun giro.

d. Pembiayaan Pola Kerjasama

BNI Syariah merupakan pembiayaan melalui pola kerjasama dengan

multifinance, sekuritas dan asuransi syariah.

e. BNI iB Trade Finance

BNI memiliki jaringan korespondensi yang luas sehingga memudahkan

nasabah untuk bertransaksi dengan mitra usaha di seluruh dunia. BNI Trade

Finance Syariah meliputi L/C, SKBDN dan Bank Garansi. Dengan reputasi

BNI yang telah dikenal baik di dunia usaha, BNI Garansi Bank Syariah dapat

meningkatkan kepercayaan mitra usaha nasabah institusi. Bagi perusahaan

yang bergerak di bidang konstruksi umumnya membutuhkan adanya Surat

58

Page 67: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

Keterangan Bank yang diperlukan sebagai syarat dalam tender BNI Syariah

menerbitkan Surat Keterangan Bank yang dapat mendukung kredibilitas

perusahaan karena BNI Syariah sebagai Bank dengan mayoritas saham

dimiliki oleh pemerintah akan memberi kesan/ image positif bagi pemilik

proyek.

Keunggulan:

1) Rasa tenteram dan tenang karena pembiayaan syariah terhindar dari

transaksi ribawi. Bagi pengusaha yang sangat memperhatikan aspek

syariah dapat menggunakan pembiayaan ini, karena setiap produk yang

diluncurkan akan melalui prosedur persetujuan Dewan Pengawas Syariah

dan dalam aplikasinya akan secara periodik dipantau nilai syar’i nya.

2) Akad murabahah akan memudahkan dalam mengelola keuangan karena

jumlah yang diangsur tetap selama masa pembiayaan.

3) Dengan akad mudharabah/musyarakah akan memberikan rasa keadilan.

4) Setoran dapat dilakukan di seluruh kantor Cabang BNI

5) Variasi produk keuangan Syariah yang lengkap untuk mendukung

kegiatan usaha.

6) Pembiayaan dapat diberikan dalam mata uang Rupiah dan USD.

7) Mampu membiayai permohonan dengan nominal sama dengan Bank

korporasi lainnya.

59

Page 68: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

3. Produk Trade Finance

a. Transaksi LC Ekspor

BNI Syariah menangani LC yang diterbitkan oleh Bank Koresponden

untuk kepentingan nasabah seperti advising dan negotiating LC. Transaksi

akan diproses melalui Trade Processing Center.

1) Advising LC

BNI Syariah dapat bertindak sebagai ’advising’ atas setiap LC yang

diterbitkan oleh bank koresponden yang dikirimkan melalui telex, surat

atau SWIFT. LC dapat dikirimkan langsung kepada cabang-cabang BNI

Syariah dan akan diproses dengan cepat dan efisien, administrasi yang

akurat serta respon yang tepat.

2) Negotiating LC

BNI Syariah selalu siap menegosiasi LC yang diterbitkan oleh bank

koresponden untuk kepentingan nasabah. BNI Syariah memiliki staf yang

terlatih dan siap untuk menjawab kebutuhan nasabah dengan nyaman,

cepat dan aman. Nasabah dapat mengkonversikan hasil ekspor ke dalam

mata uang lain.

60

Page 69: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

3) Confirming LC

BNI Syariah siap untuk mengkonfirmasi LC yang diterbitkan oleh

bank koresponden untuk kepentingan nasabah.

Keuntungan transaksi ekspor melalui BNI Syariah :

a) BNI Syariah menggunakan SWIFT dalam transaksi LC ekspor

sehingga proses memnjadi tepat dan akurat.

b) BNI Syariah telah membina hubungan baik dengan bank koresponden

ternama di seluruh dunia.

b. Import Services

BNI Syariah memberikan layanan transaksi impor termasuk penanganan

LC seperti pembukaan LC dan pembayaran LC. LC yang diterbitkan oleh BNI

Syariah, pembayaran tagihan kepada negotiating bank akan dilakukan melalui

bank koresponden utama BNI Syariah.

Keuntungan impor melalui BNI Syariah :

1). BNI Syariah menggunakan SWIFT dalam transaksi LC ekspor

sehingga proses memnjadi tepat dan akurat.

61

Page 70: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

2). BNI Syariah telah membina hubungan baik engan bank koresponden

ternama di seluruh dunia.

c. Bank Guarantee

Untuk membantu nasabah dalam melakukan transaksi dengan mitra usaha

di dalam maupun luar negeri, BNI Syariah dapat menerbitkan bank garansi

untuk menjamin nasabah seperti: bid bonds, performance bonds dan advance

payment. BNI Syariah dapat membuka bank garansi dengan jaminan LC

(counter guarantee) yang diterbitkan oleh bank koresponden.

d. Transaksi Kiriman Uang (Remittance/Fund Transfer)

BNI Syariah memberikan layanan kiriman uang dari dan ke seluruh dunia

melalui draft, SWIFT atau Smart Remittance. Kiriman uang ke luar negeri

menggunakan mata uang yang tercatat di Bank Indonesia.

Keunggulan:

1) Didukung oleh lebih dari 900 cabang BNI on line dengan lebih 2500

ATM di seluruh Indonesia.

2) Didukung oleh teknologi yang terpercaya sehingga kiriman uang dapat

diterima tepat waktu.

62

Page 71: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

3) Didukung oleh aplikasi berbasis internet yang dinamakan ’Smart

Remittance’.

4) Cepat dan aman mengirimkan uang ke luar negeri dan menerima

kiriman dari luar negeri.

4. Pembiayaan Personal

Dalam kehidupan banyak hal-hal yang harus dipilih dan dipilah secara bijak.

Kita harus membedakan antara “needs” dan ‘wants”. Kebutuhan dan keinginan.

Kebutuhan adalah segala sesuatu yang dibutuhkan untuk melengkapi hidup dan

prasarana hidup. Keinginan adalah segala sesuatu yang dapat memuaskan selera,

gaya dan level kepuasan tertentu. Untuk itu BNI Syariah menyajikan rangkaian

jenis pembiayaan yang dikelola secara syariah diperuntukkan untuk memenuhi

kebutuhan personal anda.

a. BNI iB Griya

Melalui pembiayaan BNI iB Griya nasabah dapat mewujudkan kebutuhan

perumahan, kavling siap bangun ataupun renovasi rumah. Pembayaran dengan

cara diangsur dalam periode waktu sampai dengan 15 tahun. Bentuk

pembiayaan adalah jual beli ataupun ijarah.

63

Page 72: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

Keunggulan:

1) Rasa tenteram dan tenang karena dengan pembiayaan syariah terhindar

dari transaksi yang ribawi.

2) Selama masa pembiayaan besarnya angsuran tetap dan tidak berubah

sampai lunas.

3) Proses persetujuan pembiayaan yang mudah dan relatif cepat.

4) Uang muka ringan, minimum 10 % khusus untuk pembelian rumah

5) Pembayaran angsuran melalui debet rekening secara otomatis dan

dapat dilakukan di seluruh kantor cabang BNI.

6) Jangka waktu pembiayaan sampai dengan 15 tahun

7) Maksimum pembiayaan sampai Rp 5 miliar.

8) Tarif bersaing.

Persyaratan Umum :

1) Pemohon minimal berusia 21 tahun, pada saat pembiayaan lunas

berusia maksimum 55 tahun untuk pegawai atau 60 tahun untuk

pengusaha.

2) Karyawan/wiraswasta/profesional dengan masa kerja minimal 2 tahun

3) Mempunyai penghasilan tetap dan mampu mengangsur

4) Memenuhi persyaratan dan kelayakan berdasarkan penilaian Bank.

64

Page 73: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

b. BNI iB Oto

BNI iB Oto merupakan pembiayaan untuk pembelian kendaraan dengan

proses yang mudah dan cepat berdasarkan syariah. Uang muka relatif ringan

dan pembayaran dapat dilakukan secara debet otomatis.

Keunggulan:

1) Rasa tenteram dan tenang karena dengan pembiayaan syariah terhindar

dari transaksi yang ribawi.

2) Selama masa pembiayaan besarnya angsuran tetap dan tidak berubah

sampai lunas.

3) Proses persetujuan pembiayaan yang mudah dan relatif cepat.

4) Uang muka ringan, minimum 20 % dari harga kendaraan.

5) Pembayaran angsuran melalui debet rekening secara otomatis dan

dapat dilakukan di seluruh kantor cabang BNI.

6) Khusus mobil buatan Jepang jangka waktu pembiayaan sampai dengan

8 tahun.

7) Maksimum pembiayaan sampai Rp 1 miliar.

65

Page 74: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

Persyaratan Umum :

1) Pemohon minimal berusia 21 tahun, pada saat pembiayaan lunas

berusia maksimum 55 tahun untuk pegawai atau 60 tahun untuk

pengusaha.

2) Karyawan/wiraswasta/profesional dengan masa kerja minimal 2 tahun.

3) Mempunyai penghasilan tetap dan mampu mengangsur.

4) Memenuhi persyaratan dan kelayakan berdasarkan penilaian Bank.

c. BNI iB Gadai Emas

BNI iB Gadai Emas atau juga disebut Rahn merupakan pembiayaan

dengan jaminan berupa emas (lantakan atau perhiasan) yang secara fisik

dikuasai oleh Bank. Proses pembiayaan cepat dan sangat membantu bagi

mereka yang membutuhkan dana jangka pendek untuk kebutuhan yang

mendesak.

Keunggulan :

1) Cepat, karena seluruh proses hanya 30 menit.

2) Mudah, karena dengan prosedur yang sederhana dan diperuntukkan

untuk segenap lapisan masyarakat.

3) Murah, karena tarif jasa penyimpanan dihitung secara harian.

4) Menenteramkan karena dikelola secara syariah.

66

Page 75: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

Persyaratan Umum :

1) Memiliki identitas diri (KTP/Paspor).

2) Memiliki rekening tabungan/ giro BNI Syariah sebagai rekening

penampung dana gadai.

3) Menyerahkan emas perhiasan/ lantakan (khusus emas lantakan harus

di sertai sertifikat).

4) Pembiayaan dapat diberikan maksimal 90 % dari nilai taksiran untuk

emas lantakan atau 80 % dari nilai emas perhiasan dengan minimal Rp

1 juta.

d. BNI iB Multijasa

BNI iB Multijasa (iB dibaca aibi, = islamic Banking) adalah pembiayaan

jasa konsumtif yang diberikan kepada masyarakat untuk memperoleh manfaat

suatu jasa misalnya pembiayaan untuk jasa pernikahan, jasa pendidikan, jasa

kesehatan, wisata umroh/haji, dan jasa lainnya yang tidak bertentangan

dengan syariah, dengan menggunakan akad ijarah. Akad ijarah adalah sewa

menyewa untuk mendapatkan imbalan atas barang/jasa yang disewakan.

Keunggulan :

1) Rasa tenteram dan tenang karena dengan pembiayaan syariah terhindar

dari transaksi yang ribawi

67

Page 76: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

2) Proses persetujuan pembiayaan yang mudah dan relatif cepat.

3) Uang muka ringan, minimum 20 % dari manfaat jasa yang diinginkan.

4) Pembayaran angsuran melalui debet rekening secara otomatis, dan

dapat dilakukan di seluruh kantor cabang BNI.

5) Jangka waktu pembiayaan sampai dengan 3 tahun.

6) Maksimum pembiayaan sampai Rp 500 juta.

7) Tarif bersaing.

Persyaratan Umum :

1) Pemohon minimal berusia 21 tahun, pada saat pembiayaan lunas

berusia maksimum 55 tahun untuk pegawai atau 60 tahun untuk

pengusaha.

2) Karyawan/wiraswasta/profesional dengan masa kerja minimal 2 tahun

3) Mempunyai penghasilan tetap dan mampu mengangsur

4) Memenuhi persyaratan dan kelayakan berdasarkan penilaian Bank.

C. Struktur Organisasi Bank BNI Syariah

BNI Syariah secara struktur tidak terpisah dengan unit-unit oraganisasi Bank

BNI lainnya. Adapun strukutr tersebut adalah sebagai pimpinan tertinggi yaitu :

Rapat Umum Pemegang Saham, kemudian Dewan Pengawas Syariah (DPS)

terdiri atas KH. Ma’ruf Amin dan Drs. Hasanuddin, M.Ag yang bertugas untuk

68

Page 77: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

memastikan dan menjamin opersional bisnis BNI sesuai dengan prinsip-prinsip

system ekonomi Islam. Fungsi pokok Dewan Pengawas Syariah BNI Syariah

adalah :

1. Memberikan advisi kepada manajemen perihal pengolahan dan

pengembangan bisnis BNI sayriah dari sisi asspek syariah.

2. Bertindak sebagai perantara BNI Syariah dengan Dewan Syariah Nasional

(DSN) untuk kajian dan fatwa yang berkaitan dengan pengelolaan atau

penerapan fatwa dan pengembangan bisnis syariah BNI (produk, jasa,

system penunjang dan sebagainya).

3. Melaporkan kegiatan usaha dan pengembangan bisnis perbankan syariah

bank BNI kepada DSN dan atau lembaga-lembaga eksternal lainnya yang

terkait.

Sementara itu, Dewan Komisaris membewahi Direktur Utama. Sedangkan

Divisi Usaha Syariah merupakan bagian dari Strategi Bisnis Unit (SBU) Ritel,

yang berada dibawah penyajianlangsung Direktur Ritel Bank BNI. Adapun fungsi

pokok Divisi Usaha Syariah Bank BNI adalah :

1. Melakukan aktivitas-aktivitas antara divisi.

2. Menunjang penyediaan logistic dan materi Cabang Syariah bekerja sama

dengan unit atau Divisi terkait.

3. Mengelola kebijakan manajemen sumber daya manusia cabang syariah

bekerja sama dengan unit atau divisi terkait.

69

Page 78: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

4. Mengkoordinsi penegeloalaan anggaran syariah.

5. Menyusun laporan keuangan usaha syariah dan mengkoordinasi dengan

pengendalian (PKU).

6. Menunjang pengelolaan system teknologi usaga syariah bekerja sama

dengan teknologi. Sedangkan fungsi Divisi Syariah sebagai kantor

cabang-cabang syariah.1

Di bawah Divisi Syariah terdapat kelompok perbankan syariah yang langsung

membawahi pengelolaan pengembangan bisnis syariah. Pengelolaan treasury2,

investment,3 dan pengelolaan penunjang bisnis syariah. Sedangkan disi\visi

syariah juga langsung membawahi pengelolaan penyediaan bisnis syariah dan

bisnis umum cabang syariah berada di bawah pengelolaan penyediaan bisnis

syariah. Cabang syariah membawahi bisnis operasional dan bertanggung jawab

terhadap control intern dan unit pemasaran bisnis. Bisnis operasional bertanggung

jawab terhadap unit operasional dan unit umum dan akuntansi. Adapaun fungsi

pokok unit-unit tersebut adalah sebagai berikut :

1 Fungsi Divisi Syariah diantaranya kantor cabang-cabang syariah : a. Sebagai kantor pusat cabang-cabang syariah. b. Melaksanakan fungsi treasury (likuiditas,placement, pricing) usaha syariah. c. Menyediakan organisasi bisnis cabang syariah bekerja sama dengan Satuan Pengawas Intern

(SPI). d. Memantau kualitas bisnis usaha cabang syariah sesuai dengan Rencana Kerja dan Anggaran

(RKA)> e. Mengelola system akuntansi dan pembukuan keuangan syariah. f. Mengembangkan system akuntansi atau jasa syariah sesuai tuntutan pasar. 2 Treasury adalah departemen yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan keuangan

perusahaan, menyusun rencana pengeluaran untuk departemen-departemen lainnya. Chistoper dan Bryan Lowes, Kamus Lengkap Ekonomi. (Jakarta : Erlangga, 1994). H.663.

3 Investment adalah investasi yaitu dalam bidang yang berhubungan dengan keputusan pendanaan perusahaan tetapi dilihat dari sudut pandang yang lain.

70

Page 79: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

71

1. Pengelolaan treasury dana internasional

a) Melaksanakan fungsi treasury dalam rangka penempatan dan usaha

syariah.

b) Mengelola bisnis internasional usaha syariah.

2. Penegelolaan pengendalian keuangan dan teknologi.

a) Mengkoordinasi pengelolaan anggaran usaha syariah.

b) Mengelola system akuntansi pembukuan keuangan syariah.

c) Menyusun laporan keuangan usaha syariah dan mengkoordinasikan

dengan KPU.

3. Pengelolaan penunjang operasional

a) Menunjang penyediaan logistik dan material cabang syariah dan

bekerja sama dengan unit-unit terkait.

b) Mengelola sumber daya manusia cabang syariah.

c) Menunjang pengembangan system manajemen cabang syariah.

4. Pengelolaan penyedia bisnis usaha syariah

a) Memantau kualitas operasional sesuai dengan prinsip syariah bekerja

sama dengan bisnis usaha syariah.

b) Memantau system operasional sesuai dengan prinsip syariah bekerja

sama dengan Dewan Pengawas Syariah.

c) Menyediakan operasional bisnis cabang syariah bekerja sama dengan

Satuan Pengawas Intern (SPI).

Page 80: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN

A. Kedudukan Fatwa Tentang Konversi Akad Murabahah Pada Bank BNI

Syariah.

1. Kedudukan Fatwa

Fatwa merupakan salah satu pendirian dalam hukum Islam untuk memberikan

jawaban dan solusi terhadap problem yang dihadapi umat. Bahkan umat Islam

pada umumnya menjadikan fatwa sebagai rujukan di dalam bersikap dan

bertingkah laku. Sebab posisi fatwa di kalangan masyarakat umum, laksana dalil

di kalangan para mujtahid (Al-Fatwa fi Haqqil ’Ami kal Adillah fi Haqqil

Mujtahid). Artinya, Kedudukan fatwa bagi orang kebanyakan, seperti dalil bagi

mujtahid.

Kehadiran fatwa-fatwa ini menjadi aspek organik dari bangunan ekonomi islami

yang tengah ditata/dikembangkan, sekaligus merupakan alat ukur bagi kemajuan

ekonomi syari’ah di Indonesia. 1

Fatwa ekonomi syari’ah yang telah hadir itu secara teknis menyuguhkan

model pengembangan bahkan pembaharuan fiqh muamalah maliyah. (fiqh

ekonomi) Secara fungsional, fatwa memiliki fungsi tabyin dan tawjih. Tabyin

artinya menjelaskan hukum yang merupakan regulasi praktis bagi lembaga

1 Agustianto. Fatwa Ekonomi Syari’ah Di Indonesia. Diakses pada tanggal 13 - 02- 2010 dari http://www.pesantrenvirtual.com/index.

72

Page 81: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

keuangan, khususnya yang diminta praktisi ekonomi syariah ke DSN. Tawjih

yakni memberikan guidance (petunjuk) serta pencerahan kepada masyarakat luas

tentang norma ekonomi syari’ah.2

Memang dalam kajian ushul fiqh, kedudukan fatwa hanya mengikat bagi

orang yang meminta fatwa dan yang memberi fatwa. Namun dalam konteks ini,

teori itu tidak sepenuhnya bisa diterima, karena konteks, sifat dan karakter fatwa

saat ini telah berkembang dan berbeda dengan fatwa klasik. Teori lama tentang

fatwa harus direformasi dan diperbaharui sesuai dengan perkembangan dan

proses terbentuknya fatwa. Maka teori fatwa hanya mengikat mustafti (orang

yang minta fatwa) tidak relevan untuk fatwa DSN. Fatwa ekonomi syariah DSN

saat ini tidak hanya mengikat bagi praktisi lembaga ekonomi syariah, tetapi juga

bagi masyarakat Islam Indonesia, apalagi fatwa-fatwa itu kini telah dipositivisasi

melalui Peraturan Bank Indonesia (PBI No.10/16/PBI/2008). Bahkan DPR telah

mengamandemen UU No 7/1989 tentang Peradilan Agama yang secara tegas

memasukkan masalah ekonomi syariah sebagai wewenang Peradilan Agama.

Berdasarkan penjelasan dari DSN-MUI, sifat fatwa yang pada mulanya hanya

mengikat kepada pihak-pihak yang meminta fatwa tersebut. Tetapi untuk semua

fatwa tentang Perbankan Syariah yang telah ditetapkan dan diterbitkan oleh DSN-

MUI, telah dipositivisasikan dan dijelaskan dalam PBI No.10/16/PBI/2008, Surat

2 Agustianto. Agustianto. Fatwa Ekonomi Syari’ah Di Indonesia. Diakses pada tanggal 13 -

02- 2010 dari http://www.pesantrenvirtual.com/index.

73

Page 82: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

Edaran BI No.8/19/Dpbs, serta dalam UU Perbankan No.21 Tahun 2008,sehingga

fatwa-fatwa Perbankan Syariah menjadi mengikat kepada seluruh Lembaga

Keuangan Syariah di Indonesia.3

Fatwa-fatwa ekonomi syari’ah di Indonesia dikeluarkan melalui proses dan

formula fatwa kolektif, koneksitas dan melembaga yang disebut ijtihad jama’iy

(ijtihad ulama secara kolektif), bukan ijtihad fardi (individu), Validitas jama’iy

dan fardli jelas sangat berbeda. Ijtihad jama’iy telah mendekati ijma’. Seandainya

hanya negara Indonesia yang ada di dunia ini, pastilah kesepakatan para ahli dan

ulama Indonesia itu disebut Ijma’. Fatwa dalam definisi klasik bersifat opsional

(boleh memilih) atau dalam arti bahasa Arab ”ikhtiyariah” (pilihan yang tidak

mengikat secara legal, meskipun mengikat secara moral bagi mustafti (pihak

yang meminta fatwa), sedang bagi selain mustafti bersifat ”i’lamiyah” atau

informatif yang lebih dari sekedar wacana. Mereka terbuka untuk mengambil

fatwa yang sama atau meminta fatwa kepada mufti/seorang ahli yang lain.

Jika ada lebih dari satu fatwa mengenai satu masalah yang sama maka ummat

boleh memilih mana yang lebih memberikan qana’ah (penerimaan atau

kepuasan) secara argumentatif atau secara batin. Sifat fatwa yang demikian

membedakannya dari suatu putusan peradilan (qadha) yang mempunyai kekuatan

hukum yang mengikat bagi para pihak yang berperkara.

3 Hasil Wawancara pribadi dengan DSN-MUI Bagian Pokja Pasar Modal dan Program, Bpk.

Muhammad Gunawan Yasni. Tanggal 24 Februari 2010. lihat pada lampiran.

74

Page 83: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

Namun, keberadaan fatwa ekonomi syari’ah yang dikeluarkan DSN di zaman

kontemporer ini, berbeda dengan proses fatwa di zaman klasik yang cendrung

individual atau lembaga parsial. Otoritas fatwa tentang ekonomi syari’ah di

Indonesia, berada dibawah Dewan Syari’ah Nasional Majelis Ulama Indonesia.

Komposisi anggota plenonya terdiri dari para ahli syari’ah dan ahli

ekonomi/keuangan yang mempunyai wawasan syari’ah. Dalam membahas

masalah-masalah yang hendak dikeluarkan fatwanya, Dewan Syari’ah Nasional

(DSN) melibatkan pula lembaga mitra seperti Dewan Standar Akuntansi

Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia dan Biro Syari’ah dari Bank Indonesia. 4

Fatwa dengan definisi klasik mengalami pengembangan dan penguatan posisi

dalam fatwa kontemporer yang melembaga dan kolektif di Indonesia. Baik yang

dikeluarkan oleh Komisi Fatwa MUI untuk masalah keagamaan dan

kemasyarakatan secara umum, maupun yang dikeluarkan oleh DSN MUI untuk

fatwa tentang masalah ekonomi syari’ah khususnya Lembaga Ekonomi Syari’ah.

Fatwa yang dikeluarkan oleh Komisi Fatwa MUI menjadi rujukan yang berlaku

umum serta mengikat bagi ummat Islam di Indonesia, khususnya secara moral.

Sedang fatwa DSN menjadi rujukan yang mengikat bagi Lembaga Keuangan

Syari’ah (LKS) yang ada di tanah air, demikian pula mengikat masyarakat yang

berinteraksi dengan LKS.

4 Agustianto. Agustianto. Fatwa Ekonomi Syari’ah Di Indonesia. Diakses pada tanggal 13 -

02- 2010 dari http://www.pesantrenvirtual.com/index.

75

Page 84: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

2. Kaedah dan Prinsip

Fiqh muamalah klasik yang ada tidak sepenuhnya relevan lagi diterapkan,

karena bentuk dan pola transaksi yang berkembang di era modern ini demikian

cepat. Sosio-ekonomi dan bisnis masyarakat sudah jauh berubah dibanding

kondisi di masa lampau. Oleh karena itu, dalam konteks ini diterapkan dua

kaedah. Pertama, Al-muhafazah bil qadim ash-sholih wal akhz bil jadid aslah

hatta yadullad dalilu ’ala at-tahrim, yaitu, memelihara warisan intelektual klasik

yang masih relevan dan membiarkan terus praktek yang telah ada di zaman

modern, selama tidak ada petunjuk yang mengharamkannya. Kedua, Al-Ashlu fil

muamalah al-ibahah hatta yadullad dalilu ’ala at-tahrim ( Pada dasarnya semua

praktek muamalah boleh, kecuali ada dalil yang mengharamkannya). 5

Formulasi fatwa juga berpegang pada prinsip maslahah atau ”ashlahiyah”

(mana yang maslahat atau lebih maslahat untuk dijadikan opsi yang difatwakan).

Konsep maslahah dalam muamalah menjadi prinsip yang paling penting. Dalam

ushul fiqh telah populer kaedah, ”Di mana ada mashlalah, maka di situ ada

syariah Allah”. Watak maslahat syar’iyah antara lain berpihak kepada semua

pihak atau berlaku umum, baik maslahat bagi lembaga syariah, nasabah,

pemerintah (regulator) maupun masyarakat luas. Kemaslahatannya tidak hanya

diakui secara tanzhiriyah (perhitungan teoritis) tetapi juga secara tajribiyah

5 Agustianto. Agustianto. Fatwa Ekonomi Syari’ah Di Indonesia. Diakses pada tanggal 13 -

02- 2010 dari http://www.pesantrenvirtual.com/index.

76

Page 85: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

(pengalaman empirik di lapangan). Karena itu untuk menguji shalahiyah

(validitas) fatwa, harus diadakan muraja’ah maidaniyah (pencocokan di

lapangan) setelah berjalan waktu yang cukup dalam implementasi fatwa

ekonomi. Apakah kemaslahatan dalam tataran teoritis mendapatkan pembenaran

dalam penerapannya di lapangan.

Selain itu para ulama berpegang kepada prinsip-prinsip utama muamalah,

seperti, prinsip bebas riba, bebas gharar (ketidak-jelasan atau ketidakpastian) dan

tadlis, tidak maysir (spekulatif), bebas produk haram dan praktek akad fasid/batil.

Prinsip ini tidak boleh dilanggar, karena telah menjadi aksioma (jelas

kebenarannya) dalam fiqh muamalah.

3. Peranan Ulama Dalam Sosialisasi Perbankan Syari’ah

Ulama menduduki posisi penting dalam masyarakat Islam. Ulama tidak hanya

sebagai figur ilmuan yang menguasai dan memahami ajaran-ajaran agama, tetapi

juga sebagai penggerak, motivator dan dinamisator masyarakat ke arah

pengembangan dan pembangunan umat. Perilaku ulama selalu menjadi teladan

dan panutan. Ucapan ulama selalu menjadi pegangan dan pedoman. Ulama adalah

pelita umat dan memiliki kharisma terhormat dalam masyarakat. Penerimaan atau

penolakan masyarakat terhadap suatu gagasan, konsep atau program, banyak

dipengaruhi oleh ulama.

77

Page 86: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

Peran ulama bukan hanya pada aspek ibadah mahdhah, memberikan fatwa

atau berdoa saja, tetapi juga mencakup berbagai bidang politik, ekonomi, sosial,

budaya, pendidikan, dan sebagainya, sesuai dengan komprehensifan ajaran Islam

itu sendiri. Membatasi peran ulama pada persoalan agama, fatwa dan akhlak saja,

merupakan kekeliruan besar, karena hal itu dipandang sebagai a historis, sebab

dalam sejarah peran ulama sangat luas, seluas ajaran Islam yang komprehensif itu

pula. Kualitas dan kapasitas keilmuan yang dimiliki para ulama telah mendorong

mereka untuk aktif membimbing masyarakat dalam menjalani kehidupan sehari-

hari. Terumuskannya sistem ekonomi Islam secara konseptual, termasuk sistem

perbankan syariah, adalah hasil ijtihad dan kerja keras intelektual para ulama, dan

tentunya hal itu berkat ‘inayah Allah Swt.

Sepuluh peran ulama dalam memasyarakatkan perbankan syariah kepada

umat, setidaknya ada sepuluh macam peran ulama diantaranya adalah sebagai

berikut : 6

a. Pertama, ulama berperan menjelaskan kepada masyarakat bahwa ajaran

muamalah maliyah harus dihidupkan kembali sesuai dengan syariah Islam

yang berdasarkan Al-Qur’an, Sunnah, Ijma’ dan Qiyas. Selama ini

sebagian umat Islam memang telah melakukan aktivitas ekonomi maupun

mengkaji ilmu ekonomi, tetapi sayang sekali, prakteknya banyak sekali

6 Agustianto. Agustianto. Fatwa Ekonomi Syari’ah Di Indonesia. Diakses pada tanggal 13 -

02- 2010 dari http://www.pesantrenvirtual.com/index.

78

Page 87: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

bertentangan dengan syari’at Islam, seperti riba, maysir, gharar dan bisnis

bathil. Aktualisasi muamalah tersebut diwujudkan dalam bentuk

Perbankan Syariah, Asuransi Takaful, Pasar Modal Syari’ah, Baitul Mal

wat Tamwil, Pasar Modal Syari’ah (Obligasi dan Reksadana Syariah),

Pegadaian Syariah, Multi Level Marketing Syariah, dsb.

b. Kedua, ulama juga berperan menjelaskan bahwa keterpurukkan ekonomi

umat Islam selama ini di antaranya disebabkan karena umat Islam

mengabaikan fiqh muamalah. Kitab Ihya ‘Ulumuddin Al-Ghazali,

misalnya hanya digali aspek tasawufnya saja, sedangkan aspek

ekonominya tidak dikaji dan dikembangkan. Demikian pula ratusan judul

kitab-kitab fiqh. Yang menjadi bahasan prioritas para ustadz di masjid,

khutbah jum’at, majelis ta’lim adalah mengenai aspek ibadah saja.

Padahal sebagian kitab-kitab itu berbicara mengenai muamalah.

Kalaupun di sekolah tertentu (pesantren misalnya) mempelajari

muamalah, sifatnya normatif dan dogmatis (fanatic terhadap sesuatu),

belum dikembangkan sesuai dengan aplikasi perbankan.

c. Ketiga, ulama berperan menjelaskan kepada masyarakat bahwa perbankan

syariah pada dasarnya adalah pengamalan fiqih muamalah maliyah. Fiqh

ini menjelaskan bagaimana sesama manusia berhubungan dalam bidang

harta, ekonomi, bisnis dan keuangan. Bila umat telah menyadari bahwa

membangun dan memasuki bank syariah merupakan ajaran muamalah,

79

Page 88: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

maka umat Islam pasti tidak mau lagi memakan riba yang sangat dikutuk

Islam dan merupakan dosa besar yang diperoleh dari bank konvensional.

d. Keempat, mengembalikan masyarakat pada fitrahnya. Menurut fitrahnya,

baik fitrah alam dan maupun fitrah usaha, umat Islam adalah umat yang

menjalankan syariah dalam bidang ekonomi, seperti pertanian,

perdagangan, investasi dan perkebunan, dsb. Budaya demikian, telah

dirusak oleh liberalisasi dunia perbankan, sehingga masyarakat tercemari

oleh budaya bunga yang sebenarnya bertentangan dengan fitrah alam dan

fitrah usaha. Bahkan ironisnya, karena ketidakberdayaan (maaf) ulama di

masa silam, ada di antara ulama membolehkan saja bunga yang

dipraktekkan di dalam perbankan. Fitrah alam dan fitrah usaha tidak bisa

dipastikan harus berhasil, karena sebuah usaha bisa bisa untung besar,

untung kecil, malah bisa rugi. Sedangkan dalam konsep bunga usaha

dipastikan berhasil. Padahal yang bisa memastikan hanya Allah (lihat

surah Luqman : 34).

….. ⌧ ….. )٣٤: لقمن (

Artinya :

“Seseorang tidak bisa mengetahui (secara pasti) berapa hasil usahanya besok”. (QS. Luqman : 34).

e. Kelima, ulama menjelaskan kepada ummat keunggulan-keunggulan

sistem ekonomi Islam, termasuk keunggulan sistem bank syariah dari

80

Page 89: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

bank konvensional yang menerapkan bunga.. Jadi, ulama sebenarnya

mempunyai peran penting dalam pengembangan produk perbankan

syariah, karena para ulama umumnya mengusai dan bisa mengajarkan

fiqih muamalah, seperti konsep mudharabah, musyarakah, murabahah,

ba’i salam, ba’i istisna’, ba’i bit tsamanil ‘ajil, wakalah, kafalah, hiwalah,

ijarah, qardhul hasan, dsb.

f. Keenam, membantu menyelamatkan perekonomian bangsa melalui

perkembangan dan sosialisasi perbankan syariah. Krisis ekonomi di

penghujung dekade 1990-an menjadikan perekonomian bangsa mengalami

kehancuran. Suku bunga terpaksa dinaikkan, agar dana masyarakat

mengalir ke perbankan sebagai tambahan darah bagi kehidupan bank.

g. Ketujuh, mengajak umat untuk memasuki Islam secara kaffah

(menyeluruh), tidak sepotong-potong seperti selama ini. Selama ini masih

banyak kaum muslimin yang bergumul secara langsung dengan sistem

riba yang diharamkan Al-Qur’an dalam bank konvensional. Menabung

atau membuka rekening di bank syariah merupakan sebuah upaya menuju

Islam Kaffah. Sehingga kita tidak lagi kapitalis dalam kegiatan ekonomi.

h. Kedelapan, menjelaskan kepada masyarakat tentang dosa riba yang sangat

besar, baik dari nash Al-Qur’an, sunnah, pendapat para filosof Yunani,

pakar non muslim, pakar ekonomi Islam, dsb.

81

Page 90: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

i. Kesembilan, memberikan motivasi kepada masyarakat, khususnya para

pengusaha kecil, menengah atau wirausaha, agar mereka memiliki etos

kerja yang sangat tinggi, bekerja keras sesuai dengan ridha Allah dan

bersifat jujur (amanah) dalam mengelola uang umat.

j. Kesepuluh, mengajak para hartawan dan pengusaha muslim agar mau

mendukung dan mengamalkan perbankan syariah dalam kegiatan bisnis

mereka. Dengan demikian, syiar muamalah Islam melalui perbankan

syariah lebih berkembang dan diminati seluruh kalangan.

4. Aplikasi Hukum Islam Dalam Lembaga Perekonomian Islam Di

Indonesia

Hukum ekonomi Islam, secara umum belum dipraktikkan dan belum banyak

yang menjadikan adat-istiadat umat Islam. Hukum ekonomi Islam secara

kelembagaan hanya dipraktikkan lewat lembaga perekonomian yang secara

hukum memang harus ada yang mengaturnya karena menyangkut hak-hak dan

kepentingan banyak pihak dan dalam skala yang lebih besar. Sehingga perbedaan

tersebut juga berimplikasi terhadap perbedaan proses positifisasinya. Sehingga

positifisasi tersebut berangkat dari gejala institusionalisasi hukum ekonomi Islam

yang secara adat belum banyak dipraktikkan oleh seluruh umat Islam. Kalau

melihat langsung pada praktiknya, justru masih banyak praktik ekonomi umat

Islam yang masih menyimpang dari hukum Islam dan semakin mengkristal

menjadi semacam kebiasaan. Bahkan lembaga-lembaga perekonomian Islam yang

82

Page 91: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

menjadi barisan terdepan dalam penegakan hukum ekonomi Islampun juga belum

sepenuhnya mengaplikasikannya. Hal ini dapat dibuktikan dari beberapa hasil

survei, ternyata bank-bank syari'ah pada umumnya, lebih banyak menerapkan

murabahah sebagai metode pembiayaan mereka yang utama, meliputi kurang

lebih tujuh puluh lima persen (75%) dari total pembiayaan mereka.7

Padahal, sebenarnya bank syari'ah memiliki produk unggulan, yang berbasis

profit and loss sharing (PLS), yaitu mudharabah dan musyarakah. Berdasarkan

data yang telah penulis ambil dari Bank BNI Syariah, pembiayaan Murabahah

masih tergolong sebagai pembiayaan unggulan yang banyak digunakan oleh para

nasabahnya. Hal ini dapat kita lihat berdasarkan tabel dibawah ini.8

Pembiayaan Persentase

Murabahah 76%

Mudharabah dan Musyarokah 18%

Ijaroh 6%

Meskipun demikian, mekanisme pembiayaan murabahah ini, ternyata tak

lepas dari kecaman dan kritikan dari para Ilmuwan Muslim sendiri. Mereka

berpendapat bahwa bank-bank syariah dalam menjalankan kegiatan usahanya,

7 Rahmani Timorita Yulianti. Aplikasi Hukum Islam Dalam Praktik Ekonomi Islam Di Indonesia. Diakses pada tanggal 13 Februari 2010 dari http://master.islamic.uii.ac.id.

8 Wawancara pribadi dengan Pimpinan Kelompok Sistem dan Prosedur Pembiayaan Divisi Usaha Syariah BNI, Bpk. Wisnu Suwarno. Tanggal 10 s/d 11 Maret 2010. lihat pada lampiran.

83

Page 92: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

ternyata bukannya meniadakan bunga dan membagi resiko, tetapi tetap

mempertahankan praktik pembebanan bunga, namun dengan label 'Islam'.

Dalam hukum Islam dikenal teori ’urf atau adat, sebagai salah satu metode

istinbat hukum. Dalam teori ini hukum dirumuskan dengan mempertimbangkan

adat istiadat masyarakat. Apalagi dalam konteks hukum ekonomi Islam sangat

berkaitan dengan masyarakat secara langsung yang sarat dimensi sosialnya.

Sehingga diperlukan fleksibelitas dalam hukum ekonomi Islam yang dikenal

dengan kaidah, ”Al-Asl fi al-Muamalah al-Ibahah Illa ay-Yadulla Dalilan ’ala

Tahrimih” (Hukum asal dalam semua bentuk muamalah adalah boleh dilakukan

kecuali ada dalil yang mengharamkannya). Maksud kaidah ini bahwa semua

transaksi dalam bidang muamalah adalah dibolehkan seperti jual-beli, sewa

menyewa, kerja sama (Mudharabah atau Musyarakah) dan sebagainya, bahkan

untuk transaksi yang mungkin akan tercipta di kemudian hari, selama tidak ada

nash yang melarang transaksi tersebut.9

Perkembangan praktik ekonomi Islam di Indonesia saat ini, mengalami

akselerasi yang luar biasa. Selanjutnya berturut-turut telah hadir beberapa

Undang-undang yang mengatur lembaga perekonomian Islam di Indonesia,

sebagai bentuk dukungan pemerintah terhadap kemajuan tersebut. Selain itu, juga

9 Rahmani Timorita Yulianti. Aplikasi Hukum Islam Dalam Praktik Ekonomi Islam Di

Indonesia. Diakses pada tanggal 13 Februari 2010 dari http://master.islamic.uii.ac.id.

84

Page 93: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

berimplikasi terhadap aplikasi hukum Islam dalam operasional dan inovasi

produk pada lembaga perekonomian Islam dan kemungkinan terjadinya

penyelesaian sengketa ekonomi syariah oleh Pengadilan Agama. Dalam kerangka

itulah hadir Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah yang memberikan terobosan

baru dalam sejarah pemikiran hukum ekonomi Islam di Indonesia.

Fatwa-fatwa DSN-MUI ini telah diserap dalam UU Perbankan dan Peradilan

Agama. Hebatnya lagi, Peradilan Umum dapat menyelesaikan sengketa

perbankan syariah dengan syarat memutuskan perkara tersebut berdasarkan

fatwa-fatwa DSN-MUI dan hukum-hukum syariah. Jadi perkembangan fatwa-

fatwa DSN-MUI telah memberikan kontribusi kepada kemajuan dan

perkembangan hukum islam di Indonesia demi tegaknya syariat-syariat islam di

dunia.10 Di samping itu, para praktisi ekonomi Islam, masyarakat dan pemerintah

(regulator) membutuhkan fatwa-fatwa DSN MUI berkaitan dengan praktik dan

produk lembaga perekonomian Islam.

B. Implementasi Fatwa Tentang Konversi Akad Murabahah Pada Bank BNI

Syariah.

Perkembangan ekonomi Islam saat ini secara terus menerus mengalami

kemajuan yang sangat pesat, baik di panggung internasional maupun di Indonesia.

Perkembangan tersebut meliputi kajian akademis di Perguruan Tinggi maupun

10 Hasil Wawancara pribadi dengan DSN-MUI Bagian Pokja Pasar Modal dan Program, Bpk. Muhammad Gunawan Yasni. Tanggal 24 Februari 2010. lihat pada lampiran.

85

Page 94: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

secara praktik operasional seperti yang terjadi di lembaga- lembaga

perekonomian Islam seperti Perbankan Syariah, Asuransi Syariah, Pasar Modal

Syariah, Reksadana Syariah, Obligasi Syariah, Leasing Syariah, Bank

Pembiayaan Rakyat Syariah, Baitul Mal wat Tamwil, Koperasi Syariah,

Pegadaian Syariah, Dana Pensiun Syariah, lembaga keuangan publik Islam seperti

Lembaga Pengelola Zakat dan Lembaga Pengelola Wakaf serta berbagai bentuk

bisnis syariah lainnya. Perkembangan tersebut diharapkan semakin melebar

meliputi aspek dan cakupan yang sangat luas, seperti kebijakan ekonomi negara,

ekonomi pemerintah daerah, ekonomi makro (kebijakan fiskal, public finance,

strategi mengatasi kemiskinan serta pengangguran, inflasi, kebijakan moneter),

dan permasalahan ekonomi lainnya, seperti upah dan perburuhan dan

sebagainya.11

1. Konsep-Konsep Pembiayaan Bank Syariah

Produk bank syariah yang berkaitan dengan penyaluran dana, dalam istilah

bank syariah dikenal dengan pembiayaan (sama dengan kredit dalam istilah bank

konvensional) menerapkan beberapa sistem. Dalam Surat Keputusan Direksi

Bank Indonesia No. 32/34/KEP/DIR tanggal 12 Mei 1999 Bab VI Pasal 28

11 Rahmani Timorita Yulianti. Aplikasi Hukum Islam Dalam Praktik Ekonomi Islam Di Indonesia. Diakses pada tanggal 13 Februari 2010 dari http://master.islamic.uii.ac.id.

86

Page 95: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

tentang Kegiatan Usaha[1] disebutkan bahwa bank wajib menerapkan prinsip

syariah dalam kegiatan usahanya yang meliputi:12

1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan yang meliputi

a. giro berdasarkan prinsip wadiah,

b. tabungan berdasarkan prinsip wadiah atau mudharabah,

c. deposito berjangka berdasarkan prinsip mudharabah, atau

d. bentuk lain berdasarkan prinsip wadiah atau mudharabah.

2. Melakukan penyaluran dana melalui:

a. murabahah,

b. istisna

c. ijarah

d. salam

e. jual-beli lainnya

3. Pembiayaan bagi hasil berdasarkan prinsip

a. mudharabah

b. musyarakah

c. bagi hasil lainnya

4. Pembiayaan lainnya berdasarkan prinsip

a. hiwalah

b. rahn

12 Dr. H.Amir Mu'allim, MIS. Praktek Pembiayaan Bank Syariah Dan Problematikanya.

Diakses pada tanggal 7 February 2010 dari http://msi-uii.net.

87

Page 96: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

c. qard.

Pada prakteknya, seperti Bank BNI Syariah produk pembiayaan yang

diaplikasikan adalah Jual-Beli (murâbahah), Bagi-Hasil (Mudhârabah), Sewa-

Beli (Ijârah bai’ at Ta’jiri), dan kongsi (musyârakah).

Secara formal bentuk akad atau perjanjian pembiayaan murabahah merupakan

akad jual beli antara bank syariah selaku penjual dan nasabah selaku pembeli,

namun hakekatnya bank syariah sebatas menawarkan produk pembiayaan atau

pendanaan kepada calon nasabah yang membutuhkan pendanaan, baik untuk

kebutuhan produktif maupun konsumtif. Praktek ini masih mirip dengan

mekanisme pada bank konvensional.13

Masyarakat awam mempunyai kesan bahwa bank syariah adalah bank dengan

sistem bagi hasil. Semua produk dianggap menggunakan bagi hasil. Padahal bank

syari’ah dari fungsi penyaluran dana atau dalam bentuk pembiayaan banyak

menawarkan produk pembiayaan dengan model pembiayaan murabahah (jual-

beli). Hampir semua bank syariah di dunia didominasi dengan produk

pembiayaan murabahah, termasuk pada bank BNI Syariah. Sistem penyaluran

dana pembiayaan dengan bagi hasil dan lainnya masih sangat sedikit

direalisasikan. Sebagaimana pada tabel di bawah ini menunjukkan bahwa produk

murabahah pada bank BNI Syariah masih merupakan produk primadona yang

mendominasi dibandingkan produk penyaluran dana yang lain.

13 Dr. H.Amir Mu'allim, MIS. Praktek Pembiayaan Bank Syariah Dan Problematikanya.

Diakses pada tanggal 7 February 2010 dari http://msi-uii.net.

88

Page 97: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

Pembiayaan Persentase

Murabahah 76%

Mudharabah dan Musyarokah 18%

Ijaroh 6%

2. Problematika Bank Syariah dan Solusinya

Dominasi pilihan yang jatuh pada murabahah tersebut disebabkan karena

untuk jual-beli itulah kebutuhan riil masyarakat. Apabila dominasi tersebut

dihubungkan dengan hasil penelitian di salah satu bank syariah di Surakarta

tentang Tanggapan Masyarakat Terhadap Bank Syari’ah yang menghasilkan

temuan di antaranya bahwa alasan yang paling utama dari beberapa nasabah yang

memperoleh pembiayaan di Bank Syari’ah utama yaitu ingin menghindari riba

(65,96%). Alasan dari beberapa pengusaha yang tertarik untuk menabung dan

memperoleh pembiyaan dari Bank Syari’ah ini cukup beragam. Alasan mengapa

mereka tertarik pada Bank Syari’ah setelah diperdalam dengan pertanyaan-

pertanyaan yang berkaitan dengan keuntungan maka faktor kesesuaian dengan

syari’at Islam ini menjadi melemah. Hal ini berarti bahwa ketertarikan masyarakat

terhadap Bank Syari’ah masih sangat terbatas pada faktor-faktor yang bersifat

89

Page 98: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

emosional, sementara faktor-faktor yang berkaitan dengan akses dan mutu

pelayanan belum mendapat perhatian utama.14

Alasan ini memperlihatkan bahwa seseorang memilih bank syariah adalah

alasan emosional-ideologis, bukan alasan yang memberi solusi pada nasabah,

yang membantu nasabah dalam menyelesaikan problem-problemnya secara lebih

baik, memberikan perbaikan pada kondisi sosio-ekonomi masyarakat lemah dan

pada tujuannya memberikan rahmah pada alam semesta. Solusi yang dimaksud di

sini adalah alasan lebih adil, menolong, resiko ringan. Artinya, secara riil

keberadaan bank syariah di dunia, khususnya di Indonesia baru dipandang sebagai

penyelamatan diri secara emosional-ideologis, bukan penyelamatan (solusi) dari

problem ekonomi, bahkan secara makro penyelamatan eksistensial, yang

menyelamatkan kemanusiaan dari kekuatan kapital yang merongrong eksistensi

kemanusiaan, yang berujung pada problem kemanusiaan.

Merujuk pada prinsip dasar perbankan syariah bahwa pola bagi hasil sesuai

syariat Islam semestinya produk-produk perbankan yang berupa bagi hasil lebih

unggul daripada produk-produk lainnya. Kenyataan inilah yang menimbulkan

kesan bahwa bank syariah Indonesia sebenarnya bukan bank bagi hasil,

melainkan “Bank Murabahah”. Sebagian orang bahkan memelesetkan nama Bank

Muamalat Indonesia menjadi “Bank Murabahah Indonesia”, Bank Syariah

Mandiri menjadi “Bank Syariah Murabahah”. Semestinya pembiayaan bagi hasil

14 Dr. H.Amir Mu'allim, MIS. Praktek Pembiayaan Bank Syariah Dan Problematikanya.

Diakses pada tanggal 7 February 2010 dari http://msi-uii.net.

90

Page 99: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

lebih tinggi daripada pembiayaan yang lain, karena pembiayaan bagi hasil inilah

yang dapat mempercepat pengembangan ekonomi masyarakat dan meningkatkan

kesejahteraan umat. Logikanya, umumnya pembiayaan profit and lose sharing

atau revenue sharing tersalur ke sektor riil.15

Fenomena ini tidak hanya dipacu oleh kondisi umat yang lebih berorientasi

konsumtif, namun juga dipengaruhi oleh di antaranya kesulitan menembus

pembiayaan bagi hasil tersebut. Prosedur yang memberatkan seperti adanya

lamannya bidang pekerjaan bagi nasabah yang mengajukan permohonan perlu

dirubah dengan mengadakan pendampingan atau dengan personal guarantee atau

ad dhaman (ganti rugi). Untuk mengatasi hal ini, bank syariah sebenarnya bisa

membangun jaringan dengan ulama atau tokoh masyarakat setempat. Jadi bukan

menolak permohonan pembiayaan produktif, tetapi menerima dengan

pendampingan.

Beberapa kendala yang lain sebagai berikut; Pertama, Money Circulation

yaitu sumber dana bank atau lembaga keuangan Islam yang sebagian berjangka

pendek tidak dapat digunakan untuk pembiayaan bagi hasil yang biasanya

berjangka panjang. Kedua, adverse selection, yaitu (1) pengusaha dengan bisnis

yang memiliki keuntungan tinggi cenderung enggan menggunakan sistem

mudarabah, (2) pengusaha dengan bisnis beresiko rendah enggan meminta

pembiayaan mudarabah, sebaliknya justru yang beresiko tinggi yang sering

15 Dr. H.Amir Mu'allim, MIS. Praktek Pembiayaan Bank Syariah Dan Problematikanya.

Diakses pada tanggal 7 February 2010 dari http://msi-uii.net.

91

Page 100: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

menggunakan sistem mudarabah, (3) pengusaha memberikan prospektus proyek

yang terlalu optimis (hanya) agar pihak bank tertarik. Ketiga, moral hazard yaitu

pengusaha mempunyai dua pembukuan, yaitu (1) yang diberikan kepada bank;

yang tingkat keuntungannya kecil, sehingga porsi keuntungan yang diberikan juga

kecil, padahal pembukuan yang (2) sebenarnya mempunyai keuntungan

berjumlah besar.

Fenomena yang terjadi pada praktek bank syariah menunjukkan bahwa bank

syariah sebagai bagian dari sistem ekonomi Islam belum menunjukkan perannya

yang signifikan dalam pengembangan ekonomi dan kesejahteraan ekonomi umat.

Kekuatan bank syariah selama ini hanya bertumpu pada pijakan emosional-

ideologis yang memang menjadi kekuatan yang terbesar. Namun akan sangat

rentan apabila perkembangan bank syariah tidak menunjukkan perannya yang

lebih signifikan pada pengembangan ekonomi dan kesejahteraan umat.16

Hal-hal yang perlu dilakukan adalah membuka konsep-konsep pembiayaan

yang masih mungkin digulirkan, dengan prosedur yang lebih mudah dan tetap

hati-hati. Beberapa perbaikan berkaitan dengan problema di atas adalah

peningkatan mutu sistem pembiayaan yang lebih baik. Secara riil adalah

menghindari transaksi jual-beli fudhul dan memprioritaskan pembiayaan kepada

sektor riil yang membuka peluang lapangan pekerjaan dan memperkecil

kemiskinan. Prosedur yang memberatkan seperti adanya masa pekerjaan bagi

16 Dr. H.Amir Mu'allim, MIS. Praktek Pembiayaan Bank Syariah Dan Problematikanya.

Diakses pada tanggal 7 February 2010 dari http://msi-uii.net.

92

Page 101: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

nasabah yang mengajukan permohonan perlu dirubah dengan mengadakan

pendampingan. Jadi bukan menolak permohonan pembiayaan produktif, tetapi

menerima dengan pendampingan atau dengan personal guarantee atau ad

dhaman. Dengan model ini lapangan kerja akan lebih terbuka dan pada gilirannya

kesejahteraan akan menjadi lebih luas sebarannya.

C. Analisa Penerapan Fatwa Tentang Konversi Akad Murabahah Pada Bank

BNI Syariah.

Dari uraian dan penjelasan tentang ketentuan umum fatwa tentang konversi

akad Murabahah dan pelaksanaan pembiayaan Murabahah pada bank BNI

Syariah diatas, penulis berpendapat bahwa aplikasi murabahah dan konversi

akadnya yang diterapkan di BNI Syariah sebagian besar sesuai dengan murabahah

yang ada dalam prinsip Islam yaitu suatu perjanjian jual beli dimana bank

membiayai pembelian barang yang diperlukan nasabah dengan system

pembayaran ditangguhkan yang dapat dibayar dengan cicil. Namun, menurut

penulis hal ini bukan berarti aplikasi fatwa konversi akad Murabahah di Bank

BNI Syariah tidak luput dari beberapa penyimpangan.

Maka penulis akan mencoba menganalisa pasal-pasal yang berkenaan

konversi akad murabahah pada Bank BNI Syariah, analisa ini ditinjau dari

ketentuan umum fatwa DSN No.48/DSN-MUI/II/2005 tentang Konversi Akad

Murabahah dan fatwa-fatwa lainnya yang berhubungan dengan pembiayaan

Murabahah. Beberapa analisa yang dapat disimpulkan adalah sebagi berikut :

93

Page 102: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

1. Proses Pembiayaan Murabahah Di Bank BNI Syariah

Pelaksanaan pembiayaan Murabahah yang telah dijalankan oleh pihak Bank

BNI Syariah sudah sesuai dengan prinsip syariah yang telah di jelaskan pada

Fatwa DSN No.04/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Murabahah. Bahwa di dalamnya

telah disebutkan beberapa ketentuan umum tentang proses pembiayaan dengan

akad murabahah, diantaranya adalah :

a. Bank dan Nasabah harus melakukan akad Murabahah yang bebas riba.

b. Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syariah Islam.

c. Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah

disepakati kualifikasinya.

d. Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank itu

sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas riba.

e. Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian,

misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang.

f. Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan)

dengan harga jual senilai harga beli plus keuntungannya. Dalam kaitan ini

Bank harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah

berikut biaya yang diperlukan.

g. Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada

jangka waktu tertentu yang telah disepakati.

94

Page 103: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

h. Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad tersebut,

pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah.

i. Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari

pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang,

secara prinsip, menjadi milik bank.

Disamping itu, pihak Bank BNI Syariah juga memiliki beberapa proses

persetujuan untuk menerima atau menolak permohonan pembiayaan dari para

nasabahnya. Penulis akan memaparkan sesuai dengan hasil wawancara dengan

pihak Bank BNI Syariah.

Pihak Bank BNI Syariah melakukan beberapa langkah untuk menganalisa

permohonan pembiayaan murabahah, diantaranya adalah :

- Pengumpulan data-data nasabah yang akan memohon pembiayaan.

diantaranya data-data yang harus dipenuhi oleh nasabah adalah :

1) Kartu Tanda Penduduk (KTP).

2) Kartu Keluarga (KK) *jika sudah berkeluarga.

3) Slip Gaji.

4) Ada persetujuan dari suami atau istri nasabah yang bersangkutan.

5) Dewasa. artinya sudah cakap hukum. atau usia minimal 21 Tahun

6) Jika masih single tidak perlu adanya persetujuan dari pihak manapun.

95

Page 104: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

- Melakukan verifikasi data atau dokumen-dokumen penting yang

berhubungan dengan nasabah.

- Jika nasabah merupakan suatu perusahaan maka ada hal penting yang

harus di cek, yaitu :

a. Mengecek kreadibilitas perusahaan.

b. Meneliti laporan keungan perusahaan.

c. Meneliti ada atau tidaknya blacklist pada pemegang perusahaan.

- Proses persetujuan

1) Struktur fasilitas

2) Keputusan kredit

3) Proses administrasi

a) Surat keputusan pembiayaan.

b) Proses pencairan dana. adanya surat pencairan dana dari nasabah

ke pihak bank sebagai tanda bukti untuk memperkuat kepada pihak

penjual.

Maka kita dapat memperhatikan, bahwa hampir semua Bank-Bank Syariah

akan melakukan kebijakan yang relative sama dengan yang dilakukan oleh Bank

96

Page 105: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

BNI Syariah. Karena semua kebijakan yang akan diambil oleh pihak Bank

Syariah harus sesuai dengan aturan-aturan fatwa Dewan Syariah Nasional.

2. Mekanisme Pemesanan Barang

Proses pemesanan barang yang telah disepakati oleh kedua belah pihak, pihak

bank akan menyerahkan secara penuh kepada pihak nasabah. Pihak bank BNI

Syariah memberikan surat perjanjian yang akan ditanda tangani oleh pihak

nasabah dan juga pihak penjual barang. Jadi pihak Bank akan memberikan surat

kuasa untuk memilih dan menentukan barang yang akan dibeli dari pihak

penjual.17 Maka jika terjadi suatu kecacatan pada barang tersebut, maka nasabah

sendiri yang akan menanggungnya atau meminta klaim terhadap pihak penjual

barang.

Jika kita perhatikan adanya ketidaksesuaian antara kebijakan bank dengan

prinsip akad Murabahah dan kebijakan dari fatwa tentang Murabahah

No.04/DSN-MUI/IV/2000. Dalam ketentuan umum fatwa Murabahah, pemberian

pembiayaan Murabahah dapat menggunakan dua tipe, yaitu :

a. Tipe pertama yaitu tipe yang konsisten terhadap fiqih muamalah yakni

bank membeli terlebih dahulu barang yang di inginkan nasabah kepada

supplier.

17 Wawancara pribadi dengan Pimpinan Kelompok Sistem dan Prosedur Pembiayaan Divisi

Usaha Syariah BNI, Bpk. Wisnu Suwarno. Tanggal 10 s/d 11 Maret 2010. lihat pada lampiran.

97

Page 106: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

b. Tipe kedua yaitu bank mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang

setelah barang dari pihak ketiga (pemasok), jual beli Murabahah harus

harus dilakukan setelah barang memang benar-benar menjadi milik bank.

Sesuai dengan ketentuan fatwa DSN No.04/DSN-MUI/IV/2000, pada

ketentuan pertama butir 9 “Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk

membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan

setelah barang, secara prinsip, menjadi milik bank”. Maka jika terjadi

perwakilan dalam pemesanan barang, fatwa menyarankan nasabah membeli

barang setelah barang memang betul-betul dimiliki oleh pihak bank.

Pada ketentuan pertama butir 4 “Bank membeli barang yang diperlukan

nasabah atas nama bank sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas riba”.

Maka ketentuan ini juga berbeda dengan pihak bank yang memberikan

kewenangan pihak nasabah untuk memilih dan menentukan barang tersebut.

Seperti skema Murabahah pada Bank BNI Syariah dibawah ini.

BANK SYARIAH

SUPLIER PENJUAL

NASABAH

1. Akad jual beli

2. Wakalah

5. Terima dokumen

4. Kirim Barang

3. Beli barang

98

Page 107: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

Menurut penulis skema di atas tidak sesuai dengan prinsip akad Murabahah,

seharusnya pihak bank BNI Syariah yang bertindak sebagai penjual barang

kepada nasabah harus memiliki dan menguasai terlebih dahulu barang yang akan

dijual atau dipesan (lihat skema pada Bab II). Karena jika bank tidak memiliki

barang, maka rukun murabahah tidak terpenuhi dan akad menjadi tidak syah.

Adapun alasan pihak Bank BNI Syariah adalah agar pihak nasabah lebih puas dan

yakin atas pilihannya nasabah itu sendiri. Akan tetapi alasan tersebut ada plus dan

minusnya, nilai plusnya nasabah memang akan lebih puas dengan pilihannya.

Tetapi nilai minusnya, jika terjadi masalah atas barang tersebut maka akan

menjadi tanggungan pihak nasabah dengan pihak pedagang (pemasok). Hal inilah

yang akan menjadikan ketidakpuasan nasabah dalam hal pelayanan dari pihak

bank, yang seharusnya semua permasalahan harus ditanggung bersama.

3. Penetapan Marjin

Keuntungan yang akan didapatkan oleh pihak bank adalah berdasarkan besar

kecilnya marjin yang ditetapkan. Marjin (keuntungan) yang terdapat dalam

perjanjian pembiayaan Murabahah dalam pasal 2, bertambahnya harga jual pada

barang ”Y” dari harga pokok tidak dapat dikategorikan sebagai bunga (tambahan

nilai atau harga barang yang telah diharamkan syariah islam). Sebab disini

transaksinya untuk jual beli, jadi bank sebagai penjual wajar bila mengambil

keuntungan.

99

Page 108: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

Nasabah sebagai pembeli tidak bisa menuntut harga pokok karena transaksi

ini dapat merugikan bank akan kehilangan keuntungan dari tidak adanya

perputaran modal dan harga yang telah disepakati sifatnya tetap dan tidak berubah

selama masa cicilan atau angsuran. Dalam menentukan besarnya marjin

(keuntungan) tidak ada batasan tertentu yang harus ditaati oleh bank syariah. Hal

ini sesuai dengan fatwa DSN No.04/DSN-MUI/IV/2000 ketentuan pertama butir

6 “Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan) dengan

harga jual senilai harga beli plus keuntungannya. Dalam kaitan ini Bank harus

memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya

yang diperlukan”.

Tingkat besar kecilnya marjin bank sudah ditentukan sebelumnya (fixed rate)

yang dihitung berdasarkan tingkat rata-rata pertahun dari keuntungan yang

diperoleh dari bank tersebut. 18 Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan pada

bank BNI Syariah, proses penentuan marjin dari pihak bank telah menentukan

dan menetapkan nilai atau harga minimal yang harus diambil oleh pihak bank,

sebagai contoh penetapan marjinya adalah :

Tarif Marjin Minimal Pembiayaan Produktif

Waktu FLAT

Rupiah Valas

18 Sutan Remi Syahdeini, Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum

Perbankan Indonesia. (Jakarta: Pustaka Uatama Grafiti, 1999). h. 153.

100

Page 109: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

1 tahun 8.25 % 4.50 %

2 tahun 8.50 % 4.75 %

3 tahun 8.75 % 5.00 %

4 tahun 9.00 % 5.25 %

< 5 tahun 9.25 % 5.50 %

Tabel diatas merupakan gambaran penetapan marjin yang telah ditetapkan

oleh pihak bank, dimana pihak bank secara transparan memberitahukan harga

pokok ditambah marjinnya, kemudian akan dinegoisasikan oleh kedua belah

pihak.

Naik-turunnya nilai marjin dapat disebabkan oleh beberapa faktor,

diantaranya adalah :19

- Pengaruh dari persaingan antar bank, baik bank syariah maupun bank

konvensional yang menggunakan sistem bunga.

- Adanya informasi-informasi pihak lapangan yang mengikuti pergerakan

nilai pasar.

- Adanya pengaruh kurs mata uang

- Adanya pengaruh kondisi ekonomi dalam negeri.

19 Wawancara pribadi dengan Pimpinan Kelompok Sistem dan Prosedur Pembiayaan Divisi Usaha Syariah BNI, Bpk. Wisnu Suwarno. Tanggal 10 s/d 11 Maret 2010. lihat pada lampiran.

101

Page 110: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

Hal inilah yang membedakan dengan konsep ekonomi konvensional yang

menetapkan imbalan atas kredit atau pembiayaan yang diberikan berdasarkan

persentase tertentu yang diseduaikan dengan tingkat suku bunga pasar dari saldo

kredit atau pembiayaan. Dengan demikian, bunga yang dibebankan kepada

nasabah akan mengikuti pergerakan atau naik-turunnya tingkat suku bunga. Maka

berdasarkan penjelasan diatas, penulis berpendapat bahwa penentuan dan

penetapan marjin (keuntungan) yang dilakukan oleh pihak Bank BNI Syariah

telah sesuai dengan syariat Islam dan telah sesuai dengan fatwa pembiayaan

Murabahah.

4. Penetapan Uang Muka

Uang muka dalam suatu pembiayaan sangat diperlukan untuk menujukkan

kesungguhan dan keseriusan pihak nasabah khusunya dalam proses pengembalian

angsuran. Maka tujuan pemberian uang muka dalam pembiayaan murabahah

yaitu supaya tidak ada pihak yang dirugikan. Hal ini sesuai dengan prinsip ajaran

islam seperti yang telah ditetapkan oleh fatwa DSN No.13/DSN-MUI/IV/2000

tentang uang muka.

Di dalam prakteknya bank BNI Syariah memberikan besarnya pembiayaan

maksimal 80% dari nilai permohonannya dan meminta uang muka kepada

nasabah minimal sebesar 20% dari harga barang yang telah disepakati. Uang

muka tersebut diharuskan bagi nasabah pembiayaan personal, jika pembiayaan

102

Page 111: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

secara kolektif dan ada instansi yang dapat menjaminnya seperti perusahaan,

maka uang muka bisa ditiadakan.20

5. Pemberian Jaminan

Dalam pembiayaan murabahah yang sebenarnya memang tidak ada jaminan

dari objek murabahah. Akan tetapi, karena perbankan syariah masih dibawah

domain perbankan umum yang diharuskan meminta jaminan resiko terhadap

suatu pembiayaan untuk mengcover jika terjadi wan prestasi dari pihak nasabah.

Disamping itu, jaminan pembiayaan merupakan tuntutan positifisasi dari dunia

perbankan. Nilai jaminan harus di atas 100% dari nilai objek pembiayaan dan

sekurang-kurangnya nilainya sama dengan nilai objek pembiayaan tersebut.21

Jaminan pembiayaan telah dijelaskan pada perjanjian pembiayaan murabahah

pada pasal 8 ayat 1. Jaminan pada dasarnya bukanlah suatu rukun dan syarat yang

mutlak yang harus dipenuhi dalam pembiayaan murabahah. Sesuai dengan fatwa

DSN No.04/DSN-MUI/IV/2000 pasal 3 tentang jaminan dalam murabahah

adalah:

a. Jaminan dalam murabahah dibolehkan, agar nasabah serius dengan

pesanannya.

b. Bank dapat meminta nasabah untuk menyediakan jaminan yang dapat

dipegang.

20 Wawancara pribadi dengan Pimpinan Kelompok Sistem dan Prosedur Pembiayaan Divisi

Usaha Syariah BNI, Bpk. Wisnu Suwarno. Tanggal 10 s/d 11 Maret 2010. lihat pada lampiran. 21 Hasil Wawancara pribadi dengan DSN-MUI Bagian Pokja Pasar Modal dan Program, Bpk.

Muhammad Gunawan Yasni. Tanggal 24 Februari 2010. lihat pada lampiran.

103

Page 112: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

Sama seperti bank-bank lainnya, untuk semua jenis pembiayaan pada Bank

BNI Syariah menggunakan jaminan demi kelancaran pembiayaan. Karena sudah

menjadi ketentuan dari peraturan perbankan, maka nilai jaminan minimal sebesar

100% dari nilai pembiayaan.22

Mengenai jaminan tersebut, penulis dapat menyimpulkan bahwa tidak ada

yang bertentangan dengan fatwa DSN di atas. Maka dalam teknis operasionalnya,

barang-barang yang dipesan dalam akad pembiayaan murabahah dapat menjadi

salah satu jaminan yang bisa diterima untuk pembayaran utang.

6. Penyelesaian Utang Nasabah

Dalam penyelesaian hutang-piutang antara nasabah dan pihak bank, maka hal

ini akan difokuskan dalam hal terjadinya wanprestasi atau kelalaian nasabah

untuk melunasi hutangnya. Kredit macet dalam pembiayaan merupakan suatu

permasalahan yang sering terjadi, maka setiap lembaga keuangan termasuk bank

mempunyai kebijakan-kebijakan yang berbeda. Akan tetapi kebijakan tersebut

harus berlandaskan kepada prinsip-prinsip syariah yang telah tertuang dalam

fatwa-fatwa DSN.

Menurut fatwa DSN No.49/DSN-MUI/II/2005 tentang Konversi Akad

Murabahah pasal pertama telah menjelaskan ketentuan-ketentuan dalam

menyelesaikan pembiayaan yang bermasalah. Dijelaskan bahwa Perbankan boleh

melakukan konversi (membuat akad baru) bagi nasabah yang tidak bisa

22 Wawancara pribadi dengan Pimpinan Kelompok Sistem dan Prosedur Pembiayaan Divisi

Usaha Syariah BNI, Bpk. Wisnu Suwarno. Tanggal 10 s/d 11 Maret 2010. lihat pada lampiran.

104

Page 113: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

menyelesaikan/melunasi pembiayaan murabahahnya sesuai jumlah dan waktu

yang telah disepakati, tetapi masih memiliki prospektif dengan ketentuan:

Akad murabahah dihentikan dengan cara:

a. Obyek murabahah dijual oleh nasabah kepada LKS dengan harga pasar;

b. Nasabah melunasi sisa hutangnya kepada LKS dari hasil penjualan;

c. Apabila hasil penjualan melebihi sisa hutang maka LKS mengembalikan

sisanya kepada nasabah;

d. Apabila hasil penjualan lebih kecil dari sisa hutang maka sisa hutang tetap

menjadi hutang nasabah yang cara pelunasannya disepakati antara LKS

dan nasabah.

LKS menyewakan obyek ex-murabahah yang telah dibeli kepada nasabah ex-

murabahah dengan merujuk kepada fatwa DSN No. 27/DSN-MUI/III/2002

Tentang Al Ijarah Al-Muntahiyah Bi Al-Tamlik.

Sedangkan berdasarkan hasil penelitian dan wawancara penulis dengan pihak

bank BNI Syariah, memberikan beberapa kebijakan dalam menangani kredit

macet. Dalam pengambilan keputusan jika terjadi suatu kredit macet, maka pihak

bank telah mempunyai beberapa langkah yang akan ditempuhnya, diantaranya

adalah sebagai berikut :23

- Melakukan proses pendekatan kepada pihak nasabah yang bermasalah.

23 Wawancara pribadi dengan Pimpinan Kelompok Sistem dan Prosedur Pembiayaan Divisi

Usaha Syariah BNI, Bpk. Wisnu Suwarno. Tanggal 10 s/d 11 Maret 2010. lihat pada lampiran.

105

Page 114: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

- Melakukan proses negoisasi jika pendekatan tidak dapat dilakukan. dalam

proses negoisasi ini jika nasabah dengan sengaja tidak membayar maka

pihak bank akan memberikan surat teguran (SP) sebanyak 3 kali kepada

nasabah.

- Jika proses negoisasi sudah tidak dapat dilakukan, ada kemungkinan

barang akan dijual dengan adanya surat penarikan barang dari pihak bank.

- Jika sudah ditarik maka barang tersebut akan dilelang kepada masyarakat

yang ingin membelinya.

Ketidakmampuan nasabah dalam melunasi hutangnya tidak selalu

mengindentitaskan bahwa nasabah itu sengaja untuk menghindari hutang-

hutangnya. Akan tetapi permasalahan tersebut dipengaruhi oleh keadaaan

ekonomi di masyarakat yang mengakibatkan keadaaan ekonomi seseorang

menjadi terguncang. Jika kita perhatikan kebijakan Bank BNI Syariah diatas,

kebijakan tersebut tidak berlaku kepada nasabah pailit yang masih berniat baik

untuk melunasi hutangnya dan masih menginginkan barang yang telah nasabah

beli. Maka pihak bank akan berupaya untuk memberikan waktu atau penambahan

tempo pelunasan hutang kepada nasabah. Kebijakan ini telah sesuai dengan

ketentuan fatwa No.47/DSN-MUI/II/2005 tentang Recheduling Akad Murabahah.

Untuk nasabah yang benar-benar tidak bisa melunasi kewajibannya, maka

kebijakan pihak bank untuk memberikan surat teguran (SP) sampai dengan 3 kali.

106

Page 115: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

Hal ini tidak bertentang dengan prinsip syariah, karena pihak bank berniat baik

untuk memberikan waktu pelunasan dan meringankan beban nasabah. Sesuai

dengan firman Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah 280.

⌧ )٢٨٠: ره البق ( ......

Artinya : “ Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah

tangguh sampai ia lapang…..” (QS. Al-Baqarah 280). Pada proses diatas pihak bank akan melakukan proses rescheduling dan

restructuring pembiayaan murabahah. Pada proses restructuring pembiayaan,

pihak bank akan memberikan tenggang waktu yang berbeda-beda kepada nasabah

tergantung tingkat kemampuan nasabah untuk melunasi semua sisa hutangnya.

Sisa hutang tersebut sudah mencakup nilai harga pokok dan marjin yang telah

digabungkan sesuai kesepakatan pada awal perjanjian akad murabahah.

Nilai angsuran tersebut pihak bank tidak diperbolehkan adanya tambahan

harga dari sisa hutang yang akan dibayarkan oleh nasabah. Bank BNI Syariah

telah mematuhi ketentuan tersebut dan hal ini sudah sesuai dengan firman Allah

SWT QS. Al-Nisa’ ayat 29.

)٢٩: النساء . ( ☺ ⌧

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman,janganlah kamu saling memakan harta

sesame dengan jalan yang abathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (QS. Al-Nisa’:29).

107

Page 116: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

Jika nasabah memang tidak bisa melunasi sampai dengan penambahan

waktunya, pihak bank memberikan kebijakan yang sesuai dengan ketentuan fatwa

DSN No.49/DSN-MUI/II/2005 tentang Konversi Akad Murabahah. Hal ini dapat

kita lihat pihak bank akan menarik barang tersebut untuk dijual kembali atau

dilelang kepada masyarakat lain yang berkeinginan untuk membelinya. Menurut

fatwa DSN No.49/DSN-MUI/II/2005 tentang Konversi Akad Murabahah, barang

tersebut ditarik oleh bank dan dijual kembali kepada nasabah yang bersangkutan

dengan harga pasar.

Sepintas jika kita perhatikan proses ini menyerupai proses Ba’I Innah yang

dilarang oleh syariat Islam. Tetapi menurut hasil penelitian penulis kepada pihak

DSN-MUI, proses ini bukan termasuk proses ba’I Innah, terdapat perbedaan di

dalamnya yaitu:24

- Dalam ba’I Innah, harga pembelian kembali objek murabahah telah

disyaratkan sebelumya dan telah ditetapkan harganya apabila nasabah

(pembeli) diwaktu yang akan datang tidak dapat melunasinya.

- Sedangkan dalam fatwa Dewan Syariah Nasional No. 49/DSN-

MUI/II/2005 Tentang Konversi Akad Murabahah tesebut, harga

pembelian objek murabahah tidak mensyaratkan dan tidak ditentukan

waktunya oleh pihak Bank. Hal ini ditempuh supaya memberikan win-win

24 Hasil Wawancara pribadi dengan DSN-MUI Bagian Pokja Pasar Modal dan Program, Bpk.

Muhammad Gunawan Yasni. Tanggal 24 Februari 2010. lihat pada lampiran.

108

Page 117: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

solution kepada nasabah yag kesulitan melunasi pembayaran pembiayaan

murabahah, agar pihak bank dapat memberikan akad-akad baru kepada

nasabah bilamana nasabah tersebut masih menginginkan objek murabahah

tersebut.

Pada proses ini pihak bank akan melakukan konversi akad murabahah

menjadi akan yang lainnya. Menurut penelitian penulis di Bank BNI Syariah,

pihak bank mengkonversi akad murabahah menjadi akad Mudharabah dan

Musyarokah. Akan tetapi proses konversi akad ini Bank BNI Syariah belum

sepenuhnya memenuhi ketentuan fatwa DSN No.49/DSN-MUI/II/2005 pada

pasal 1 butir b ” LKS menyewakan obyek ex-murabahah yang telah dibeli kepada

nasabah ex-murabahah dengan merujuk kepada fatwa DSN No. 27/DSN-

MUI/III/2002 Tentang Al Ijarah Al-Muntahiyah Bi Al-Tamlik”. Bank BNI

Syariah belum dapat menerapkan konversi akad murabahah dengan akad ijaroh

al-muntahiyah bit tamlik.

7. Penyelesaian Sengketa

Pihak Bank BNI Syariah dalam menyelesaikan sengketa atau wanprestasi

yang dilakukan oleh nasabah, akan membawa masalah ini kepada Pengadilan

Agama. Hal ini sudah dijelaskan dalam surat perjanjian akad Murabahah pada

pasal 20 tentang penyelesaian sengketa. Akan tetapi, di dalam fatwa DSN

No.49/DSN-MUI/II/2005 menyebutkan dalam pasal 2 “Jika salah satu pihak

tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara pihak-

109

Page 118: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

110

pihak terkait, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrase Syari’ah

Nasional setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.”

Dalam proses eksekusi barang akan diserahkan kepada pihak Pengadilan

Negeri dan atau Balai Lelang untuk mengambil barang sengketa tersebut. Hal ini

terdapat perbedaan antara pihak bank dengan pihak DSN-MUI dalam mengambil

kebijakan untuk menyelesaikan sengketa. Seharusnya pihak bank bisa mematuhi

kebijakan DSN-MUI untuk menyelesaikan sengketa di Basyarnas, karena dapat

menutupi kejelekan pihak nasabah dari pihak-pihak lainnya.

Menurut penulis, jika terjadi permasalahan Bank BNI Syariah sedikit agak

memaksa kepada pihak nasabah untuk menyelesaikan masalah sengketa ke

Pengadilan Agama. Karena prinsip pembiayaan murabahah itu terjadi dari

kesepakatan kedua belah pihak, begitupun jika terjadi permasalahan seharusnya

terdapat kesepakatan instansi yang akan menanganinya.

Page 119: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penulisan skripsi, penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai

berikut :

1. Kedudukan fatwa-fatwa DSN-MUI ini sangatlah penting bagi

Lembaga Keuangan Syariah dalam memberikan dan menetapkan

kebijakan-kebijakan internal bank tersebut. Sifat fatwa pada mulanya

hanya mengikat kepada pihak-pihak yang meminta fatwa tersebut,

tetapi untuk semua fatwa tentang Perbankan Syariah yang telah

ditetapkan dan diterbitkan oleh DSN-MUI, telah dipositifisasikan

sehingga fatwa-fatwa Perbankan Syariah menjadi mengikat kepada

seluruh Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia. Berdasarkan Surat

Direksi BSM No. 6/552/DIR tertanggal 21 September 2004 kepada

DSN-MUI untuk mengeluarkan fatwa DSN No.49/DSM-MUI/II/2005

tentang Konversi Akad Murabahah dapat menjadi pedoman bagi Bank

Syariah dalam memutuskan kebijakan konversi akad pembiayaan

Murabahah dan dapat menjadikan acuan dalam bertransaksi yang

sesuai dengan syariat Islam.

2. Implementasi fatwa DSN-MUI tentang perbankan dalam

perkembangan perbankan syariah di Indonesia. Pihak perbankan

111

Page 120: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

syariah telah mematuhi dan mentaati semua peraturan yang telah di

tetapkan oleh DSN-MUI. Jika dapat dipersentasekan tingkat kepatuhan

pihak perbankan syariah hampir 100% perbankan syariah di Indonesia

telah mematuhi dan mentaati fatwa-fatwa yang telah ditetapkan oleh

DSN-MUI. Sedangkan fatwa-fatwa perbankan syariah dalam

kemajuan hukum islam di Indonesia, bahwa fatwa-fatwa DSN-MUI

ini telah diserap dalam UU Perbankan dan Peradilan Agama. Hebatnya

lagi, Peradilan Umum dapat menyelesaikan sengketa perbankan

syariah dengan syarat memutuskan perkara tersebut berdasarkan

fatwa-fatwa DSN-MUI dan hukum-hukum syariah.

3. Penerapan dan kedudukan fatwa DSN No.49/DSM-MUI/II/2005

tentang Konversi Akad Murabahah dapat dipengaruhi oleh beberapa

faktor. Diantaranya adalah sebagi berikut :

a. Adanya permasalahan-permasalahan yang muncul dalam

perbankan syariah itu sendiri, seperti permasalahan dalam

pembiayaan. Maka dengan sendirinya, mau tidak mau

perbankan syariah akan meminta kebijakan fatwa-fatwa

tersebut dalam menyelesaikan permasalahannya.

b. Adanya nasabah yang melakukan wanprestasi dalam

pembiayaan Murabahah, sehingga pihak Bank dapat

mengeluarkan kebijakannya sesuai dengan syariat Islam.

112

Page 121: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

c. Adanya permasalahan dalam perekonomian islam, khususnya

dalam dunia Perbankan Syariah.

d. Adanya tuntutan masyarakat untuk membuat kebijakan system

ekonomi Islam yang lebih baik dan adil.

e. Adanya pengaruh sistem konvensional yang dapat menekan

perkembangan dan pertumbuhan sistem ekonomi Islam.

4. Penerapan fatwa-fatwa DSN pada Perbankan Syariah sudah dipatuhi

hampir semua Lembaga Keuangan Syariah, meskipun ada beberapa

hal yang masih belum dipenuhi oleh Perbankan Syariah. Pada fatwa

DSN No.49/DSN-MUI/II/2005 tentang Konversi Akad Murabahah

ada 2 hal yang dipenuhi pihak Bank BNI Syariah. Diantaranya adalah

pertama hal proses konversi akad Murabahahnya, Bank BNI Syariah

hanya mengkonversi akad Murabahah dengan akad Mudhorabah dan

Musyarokah. Sedangkan dalam fatwa dikonversi ke akad Ijaroh al

munjahiyah bit tamlik. Kedua dalam proses penyelesaian sengketa

pihak Bank BNI Syariah memilih Pengadilan Agama sesuai dengan

UU No. 21 Tahun 2008 pasal 55 ayat 1-3 tentang penyelesaian

sengketa. Sedangkan dalam fatwanya penyelesaian sengketa

diselesaikan di Basyarnas.

113

Page 122: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

5. Ketidak sesuaian yang terjadi antara fatwa dan pihak Bank BNI

Syariah bukan berarti Bank melakukan hal yang menyalahi aturan dan

ketentuan syariat Islam. Dalam fatwa DSN No.49/DSM-MUI/II/2005

tentang Konversi Akad Murabahah tidak membatasi pihak Bank dalam

melakukan konversi akad. Bank diberikan kebebasan untuk

menentukan kebijakannya tanpa melanggar syariat Islam. Dalam hal

penyelesaian sengketa, penulis menemukan keganjalan bahwa pihak

Bank BNI Syariah terkesan memaksa pihak nasabah untuk mengikuti

pihak Bank menyelesaikannya di Pengadilan Agama. Seharusnya

pihak Bank bisa lebih fleksible dalam memutuskan sengketa antara

Pengadilan Agama dan Basyarnas.

B. Saran

Sebagai akhir dari penulisan skripsi ini, maka penulis memberikan saran-saran

sebagai berikut :

1. DSN-MUI hendaknya lebih dan terus memperhatikan dan mengawasi

terhadap penerapan fatwa-fatwa agar tidak menyimpang dari

ketentuan-ketentuan syariat Islam termasuk di dalamnya fatwa tentang

akad Murabahah ini.

2. Bagi pihak Bank BNI Syariah hendaknya dalam menangani sengketa

hendaknya di musyawarahkan kembali dengan nasabah. Sehingga

114

Page 123: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

115

tidak ada rasa terpaksa untuk menyelesaikan masalah tersebut pada

satu isntansi saja.

3. Bagi masyarakat khususnya para nasabah hendaknya lebih teliti dalam

setiap melakukan perjanjian pembiayaan. Harus diketahui aturan-

aturan yang pihak bank berikan, sehingga tidak ada pihak yang merasa

untuk dirugikan.

4. Bagi para peneliti lain yang ingin meneliti tentang akad Murabahah,

penulis menyarankan agar meneliti tentang permasalahan sengketa

pada pembiayaan Murabahah.

Page 124: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan Terjemahannya. Adi Warma Azhwar Karim, bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan. (Jakarta : IIIT

Indonesia, 2003). Abdul Aziz Dahlan. Ensiklopedia Hukum Islam. (Jakarta : PT. Ikctiar Baru Van

Hoeve, 1996). Ahmad Warson Munawwir, Al Munawwir kamus Arab-Indonesia. Yogyakarta :

Pustaka Progresif, 1997. Al-Ghazali, Al-Mustassyfa fi ‘Ilm al-Ushul, (Beirut: Dar al kutub al-Ilmiyah), Jilid II. Amiruddin, Zainal Asikin. Pengantar Metode Penelitian Hukum. Jakarta : PT.

RajaGrafindo Persada, 2003. Arifin, Zainul, MBA. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta : Pustaka

Alfabet, 2006, cet ke-4. Arikunto, Suharsini. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT.

Rikena Cipta, Agustus 2006, cet ke-13. Bank Indonesia. Laporan Perkembangan Perbakan Syariah Tahun 2008. Jakarta :

2008. Darmawi, Herman. Management Resiko. Jakarta : Bumi Aksara, 2004, cet ke-8. Djojosoedarso, Soeisno. Prinsip-Prinsip Manajemen Resiko Dan Asuransi. Jakarta :

Salemba Empat, 1999, cet ke-1. Haroen, Nasroen. Fiqh Muamalah. Jakarta : Gaya media Pratama, 2000. Hasan Ali. Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam. Jakarta : PT. Raja Grafindo

Persada, 2004. Ibnu Rasyd. Terjamahan Bidayatul Mujtahid Jilid III. Penerbit As-Syifa’, (Semarang,

1990). Kasmir, SE, MM. Pemasaran Bank Jakarta : kencana 2007, cet ke-1.

116

Page 125: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

Karim, Adiwarman. Ekonomi Islam Suatu kajian Kontemporer. Jakarta : Gema Insani Perss, 2001, cet ke-1.

Karim, Helmi. Fiqh Muamalah. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada. Jakarta: April

1997, cet ke-2. Kitab Al-Waraqoh lil ‘abdillah Al-Fauzan, dalam Maktabah Syamilah. Juz 1. Kitab Al-Mu’jam al-Ausad lil Thabrani. Dalam Maktabah Syamilah. Juz 15. Kitab Musnad Ahmad. Dalam Maktabah Syamilah. Juz: 35. Kitab Shahih Al-Muslim. Dalam Maktabah Syamilah. Juz :5. Kitab Sunan Al-Darami. Dalam Maktabah Syamilah. Juz: 1. Kitab Syarih Muntaha al-Iradad. Dalam Maktabah Syamilah. Juz:12. Ma’ruf Amin. Fatwa Dalam Sistem Hukum Islam.(Jakarta : Elsas, 2008). Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya,

1997. Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Bagi Bankir dan Praktisi. (Jakarta: Bank

Indonesia bekerjasama dengan Tazkia Institute, Desember 1999). Nazhir, Mohammad. Ph.D. Metode Penelitian . Jakarta : Ghalia Indonesia, Agustus

2006, cet ke-13. Nazir,Muh. Ph.D. Metode Penelitian. Jakata : Ghalia Indonesia, 1988. cetakan ketiga. Rivai, veithzal dan Andri P. Veithzal. Credit Management Handbook. Jakarta :

PT. Rajawali Press. 2006. Sayyid Sabiq. Fiqh Sunnah Terjemahan Kamaluddin Jilid 12. Al-Ma’rif, (Bandung,

1995). Soerjono, Soekanto. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta : Universitas Indonesia

Press, 1986, cet ke-2. Soerjono, Soekanto, Sri Mamudji. Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjuan

Singkat. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2003.

117

Page 126: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

Sri Nurharyati dan Washilah. Akuntamsi Syariah di Indonesia. Jakarta : Salemba Empat, 2008.

Supramono, Gatot. Perbankan Dan Masalah Kredit : Suatu Tinjuan Yuridis. Jakarta :

Djambaran, 2006. cet ke-2. Sutan Remi Djahdeini. Perbankan Islam dan Kedudukannya Dalam Tata Hukum

Perbankan Indonesia. (Jakarta : Yayasan Adikarya IKAPI dan Ford Foundation, 1999).

Syakir Sula dan Aris Mufti. Amanah Bagi Bangsa Konsep Sistem Ekonomi Syariah.

Jakarta : MES dan MUI, BI, Dept. Keuangan RI. Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institut Banker Indonesia. Konsep, Produk,

dan Implementasi Operasional Bank Syariah. (Jakarta : Djambatan, 2003). Wahbah al-Zuhaili. Al-fiqh al-Islamy wa Adillatuhu. (Beirut: Dar al-Kutub al-

Islamiyyah 1991), jilid I. Sumber dari Internet Agus Rakasiwi. Model "Artificial" untuk Prediksi Kredit Macet. Arikel diakses pada

tanggal 4 Oktober 2009 dari http://newspaper.pikiran rakyat.com/prprint.php. Agustianto. Fatwa Ekonomi Syari’ah Di Indonesia. Diakses pada tanggal 13 - 02-

2010 dari http://www.pesantrenvirtual.com/index. Dr. H.Amir Mu'allim, MIS. Praktek Pembiayaan Bank Syariah Dan Problematikanya.

Diakses pada tanggal 7 February 2010 dari http://msi-uii.net. Diakses pada tanggal 19 Januari 2010.http://www.microfincenter.com. Ekonomi islam. Diakses pada tanggal 10 Juni 2009 dari http//www.wikipedia.com. Fatwa Ekonomi Syari’ah di Indonesia. Diakses pada tanggal 10 Juni 2009 dari

http//www.iaeipusat.org. Potensi Kredit Macet Perbankan 2009. Artkel diakses pada tanggal 4 Oktober 2009

dari http://www.infobanknews.com/index.php?mib=mib_news.detail&id=487

118

Page 127: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

119

Raymond Dantes. Bank Syariah antara Teori dan Realita : Studi Kompertif Akad dan Produk Perbankan Syariah di Dunia Islam., Artikel diakses pada tanggal 08 Mei 2008 dari http;//konsultasimuamalat.com.

Rahmani Timorita Yulianti. Aplikasi Hukum Islam Dalam Praktik Ekonomi Islam Di

Indonesia. Diakses pada tanggal 13 Februari 2010 dari http://master.islamic.uii.ac.id.

Page 128: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

FATWA DEWAN SYARI’AH NASIONAL

NO. 49/DSN-MUI/II/2005

Tentang

KONVERSI AKAD MURABAHAH

بسم اهللا الرحمن الرحيم Dewan Syari’ah Nasional setelah,

Menimbang : a. bahwa sistem pembayaran dalam akad murabahah pada Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS) pada umumnya dilakukan secara cicilan dalam kurun waktu yang telah disepakati antara LKS dengan nasabah;

b. bahwa dalam hal nasabah mengalami penurunan kemampuan dalam pembayaran cicilan, maka ia dapat diberi keringanan;

c. bahwa keringanan sebagaimana dimaksud di atas dapat diwujudkan dalam bentuk konversi dengan membuat akad baru dalam penyelesaian pembayaran kewajiban;

d. bahwa untuk kepastian hukum tentang masalah tersebut menurut Syari’ah Islam, Dewan Syari’ah Nasional memandang perlu menetapkan fatwa untuk dijadikan pedoman.

Mengingat : 1. Firman Allah SWT; antara lain:

a. Firman Allah QS. al-Baqarah [2]: 275:

…وأحل اهللا البيع وحرم الربا…

"…Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba…."

b. Firman Allah QS. al-Nisa’ [4]: 29:

يآ أيها الذين آمنوا التأكلوا أموالكم بينكم بالباطل إال أن تكون كماض منرت نة عارتج...

“Hai orang yang beriman! Janganlah kalian saling memakan (mengambil) harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan sukarela di antaramu…”.

c. Firman Allah QS. al-Ma’idah [5]: 1:

…يآ أيها الذين آمنوا أوفوا بالعقود

“Hai orang yang beriman! Penuhilah akad-akad itu”.

Page 129: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

49 Konversi Akad Murabahah 2

Dewan Syariah Nasional MUI

d. Firman Allah QS. al-Ma’idah [5]: 2:

وتعاونوا على البر والتقوى وال وتعاونوا على اإلمث … )٢: املائدة(والعدوان

“… dan tolong-menolonglah dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa….”

e. Firman Allah SWT, QS. al-Baqarah [2]: 280:

... ريا خقودصأن تة، ورسية إلى مظرة فنرسع إن كان ذوو لكم...

”... Dan jika (orang berutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguhan sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu lebih bik bagimu, jika kamu mengetahui.”

2. Hadis-hadis Nabi s.a.w.; antara lain:

a. Hadis Nabi riwayat al-Baihaqi dan Ibnu Majah dan shahihkan oleh Ibnu Hibban :

رضي اهللا عنه أن ر ريدد الخعيس أبي نلى اهللا عل اهللا صوس إنما البيع عن تراض، : عليه وآله وسلم قال

Dari Abu Sa’id Al-Khudri bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya jual beli itu hanya boleh dilakukan dengan kerelaan kedua belah pihak.

b. Hadis Nabi riwayat al-Thabrani dalam al-Kabir dan al-Hakim dalam al-Mustadrak yang menyatakan bahwa hadis ini shahih:

را أمصلى اهللا عليه وآله وسلم لم عباس أن النيب روى ابنيا نيب اهللا، إنك : بإخراج بني النضير جاءه ناس منهم، فقالوا

حل، فقال رسول اهللا أمن مل توياس دبإخراجنا ولنا على الن رترواه الطربين (ضعوا وتعجلوا : صلى اهللا عليه وآله وسلم

)واحلاكم يف املستدرك وصححه

Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa Nabi Saw. ketika beliau memerintahkan untuk mengusir Bani Nadhir, datanglah beberapa orang dari mereka seraya mengatakan: “Wahai Nabiyallah, sesungguhnya Engkau telah memerintahkan untuk mengusir kami sementara kami mempunyai piutang pada orang-orang yang belum jatuh tempo” Maka Rasulullah saw berkata: “Berilah keringanan dan tagihlah lebih cepat”.

Page 130: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

49 Konversi Akad Murabahah 3

Dewan Syariah Nasional MUI

c. Hadits Nabi Riwayat Muslim, beliau bersabda:

من فرج عن مسلم كربة من كرب الدنيا، فرج اهللا عنه كربة من كرب يوم القيامة، واهللا في عون العبد مادام العبد في عون

.أخيه

“Orang yang melepaskan seorang muslim dari kesulitannya di dunia, Allah akan melepaskan kesulitannya di hari kiamat; dan Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama ia (suka) menolong saudaranya”.

d. Hadis Nabi riwayat Tirmidzi dari ‘Amr bin ‘Auf al-Muzani, beliau bersabda:

الصلح جائز بين المسلمني إال صلحا حرم حالال أو أحل حراما والمسلمون على شروطهم إال شرطا حرم حالال أو أحل

.حراما

“Perjanjian dapat dilakukan di antara kaum muslimin kecuali perdamaian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.”

3. Kaidah fiqh:

إال أن يدل دليل على تحريمهااألصل فى المعامالت اإلباحة

“Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya.”

التيسيرتجلبالمشقة

“Kesulitan dapat mendatangkan kemudahan”.

Memperhatikan 1. Surat Direksi BSM No. 6/552/DIR tertanggal 21 September 2004 perihal Permohonan Fatwa.

2. Hasil workshop BPH-DSN, 9-10 Dzulqa’dah 1425/21-22 Desember 2004.

3. Pendapat peserta Rapat Pleno Dewan Syari’ah Nasional pada hari Jum’at, 16 Muharram 1426/ 25 Februari 2005.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : FATWA TENTANG KONVERSI AKAD MURABAHAH

Pertama : Ketentuan Konversi Akad

LKS boleh melakukan konversi dengan membuat akad (membuat akad baru) bagi nasabah yang tidak bisa menyelesaikan/ melunasi pembiayaan murabahahnya sesuai jumlah dan waktu yang telah disepakati, tetapi ia masih prospektif, dengan ketentuan:

Page 131: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

49 Konversi Akad Murabahah 4

Dewan Syariah Nasional MUI

a. Akad murabahah dihentikan dengan cara:

i. Obyek murabahah dijual oleh nasabah kepada LKS dengan harga pasar;

ii. Nasabah melunasi sisa hutangnya kepada LKS dari hasil penjualan;

iii. Apabila hasil penjualan melebihi sisa hutang maka kelebihan itu dapat dijadikan uang muka untuk akad ijarah atau bagian modal dari mudharabah dan musyarakah;

iv. Apabila hasil penjualan lebih kecil dari sisa hutang maka sisa hutang tetap menjadi hutang nasabah yang cara pelunasannya disepakati antara LKS dan nasabah.

b. LKS dan nasabah ex-murabahah tersebut dapat membuat akad baru dengan akad:

i. Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik atas barang tersebut di atas dengan merujuk kepada fatwa DSN No. 27/DSN-MUI/III/2002 tentang Al Ijarah Al-Muntahiyah Bi Al-Tamlik;

ii. Mudharabah dengan merujuk kepada fatwa DSN No. 07/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Mudharabah (Qiradh); atau

iii. Musyarakah dengan merujuk kepada fatwa DSN No. 08/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Musyarakah.

Kedua : Ketentuan Penutup

1. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara pihak-pihak terkait, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrase Syari’ah Nasional setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.

2. Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Jakarta Tanggal : 16 Muharram 1426 H. 25 Februari 2005 M.

DEWAN SYARI’AH NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA

Ketua, Sekretaris,

K.H.M.A. Sahal Mahfudh Prof. Dr. H.M. Din Syamsuddin

Page 132: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

Daftar Pertanyaan Wawancara Kepada DSN-MUI untuk judul Skripsi

”Analisa Penerapan Fatwa DSN NO. 49/DSN-MUI/II/2005 Tentang Konversi

Akad Murabahah Pada Bank Bni Syariah Pusat”

1. Pada saat kapan DSN MUI diminta untuk mengeluarkan fatwa N0. 49 th

2005?

2. Apakah jaminan merupakan suatu keharusan dalam pembiayaan murabahah?

pdhal dalam prakteknya murabahah yang sebenarnya tdk ada jaminan di

dalamnya.

3. Bagaimana implikasi fatwa DSN tentang perbankan dalam perkembangan

perbankan syariah di Indonesia. apakah telah sesuai aturan yang ditetapkan

ataukah tidak?

4. Bagaimana implikasi fatwa DSN tentang perbankan dalam kemajuan hukum

islam di Indonesia.

Page 133: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

Hasil Wawancara

Hasil wawancara dengan DSN-MUI Bagian Pokja Pasar Modal dan Program,

Bpk. Muhammad Gunawan Yasni. Tanggal 24 Februari 2010. pukul 14.00-15.00

WIB.

1. Permohonan fatwa Dewan Syariah Nasional No. 49/DSN-MUI/II/2005

Tentang Konversi Akad Murabahah kepada Pihak Dewan Syariah Nasional

pada saat diterbitkannya Surat Direksi Bank Syariah Mandiri No. 6/552/DIR

tertanggal 21 September 2004. Maka pihak DSN dengan segala upaya telah

menerbitkan fatwa tersebut untuk menyelesaikan permasalahan tentang

murabahah, dimana permasalahannya adalah tentang mengkonversi akad

murabahah dengan akad-akad yang baru karena nasabah telah melakukan

kesulitan dalam akad murabahah dan atau sedang mengalami wan prestasi.

Sedangkan langkah-langkah yang harus ditempuh oleh pihak perbankan

syariah adalah sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan DSN-MUI pada

perihal “MEMUTUSKAN” poin a dan b. (lihat fatwa Dewan Syariah

Nasional No. 49/DSN-MUI/II/2005 Tentang Konversi Akad Murabahah).

Dalam proses restructuring dan rescheduling pada pembiayaan

murabahah, tidak diperbolehkan bank syariah merubah atau menambah harga

pokok objek murabahah untuk memperoleh keuntungan. Bank hanya

Page 134: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

diperbolehkan menambahkan tempo pembayaran kepada nasabah terhadap

sisa hutang yang belu terlunasi oleh nasabah.

Sedangkan dalam proses penjualan objek murabahah kepada LKS atau

Bank Syariah dengan harga pasar saat itu, proses ini hampir mirip dengan ba’I

Innah yang telah dilarang. akan tetapi terdapat perbedaan didalamnya yaitu :

- Dalam ba’I Innah, harga pembelian kembali objek murabahah telah

disyaratkan sebelumya dan telah ditetapkan harganya apabila nasabah

(pembeli) diwaktu yang akan datang tidak dapat melunasinya.

- Sedangkan dalam fatwa Dewan Syariah Nasional No. 49/DSN-

MUI/II/2005 Tentang Konversi Akad Murabahah tesebut, harga

pembelian objek murabahah tidak mensyaratkan dan tidak ditentukan

waktunya oleh pihak Bank. Hal ini ditempuh supaya memberikan win-

win solution kepada nasabah yag kesulitan melunasi pembayaran

pembiayaan murabahah, agar pihak bank dapat memberikan akad-akad

baru kepada nasabah bilamana nasabah tersebut masih menginginkan

objek murabahah tersebut.

DSN-MUI tidak menetapkan dalam marjin yang diambil oleh pihak

bank dari para nasabah. Penentuan marjin tersebut diserahkan sepenuhnya

kepada kesepakatan antara pihak Bank dan nasabah, asalkan marjin tersebut

nilainya tidak 100% dari nilai objek murabahah.

Page 135: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

Sifat fatwa pada mulanya hanya mengikat kepada pihak-pihak yang

meminta fatwa tersebut, tetapi untuk semua fatwa tentang Perbankan Syariah

yang telah ditetapkan dan diterbitkan oleh DSN-MUI, telah dipositifisasikan

sehingga fatwa-fatwa Perbankan Syariah menjadi mengikat kepada seluruh

Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia.

2. Dalam pembiayaan murabahah yang sebenarnya memang tidak ada jaminan

dari objek murabahah. Akan tetapi, karena perbankan syariah masih dibawah

domain perbankan umum yang diharuskan meminta jaminan resiko terhadap

suatu pembiayaan untuk mengcover jika terjadi wan perstasi dari pihak

nasabah. Disamping itu, jaminan pembiayaan merupakan tuntutan positifisasi

dari dunia perbankan. Nilai jaminan harus ditas 100% dari nilai objek

pembiayaan dan sekurang-kurangnya nilainya sama dengan nilai objek

pembiayaan tersebut.

3. Dalam implikasi fatwa DSN-MUI tentang perbankan dalam perkembangan

perbankan syariah di Indonesia, pihak perbankan syariah telah mematuhi dan

mentaati semua peraturan yang telah di tetapkan oleh DSN-MUI. Jika dapat

dipersentasekan tingkat kepatuhan pihak perbankan syariah hampir 100%

perbankan syariah di Indonesia telah mematuhi dan mentaati fatwa-fatwa

yang telah ditetapkan oleh DSN-MUI.

Page 136: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

Hal ini dipengaruhi oleh permasalahan-permasalahan yang muncul

dalam perbankan syariah itu sendiri. maka dengan sendirinya, mau tidak mau

perbankan syariah akan merujuk kepada fatwa-fatwa tersebut dalam

menyelesaikan permasalahannya.

4. Sedangkan fatwa-fatwa perbankan syariah dalam kemajuan hukum islam di

Indonesia, bahwa fatwa-fatwa DSN-MUI ini telah diserap dalam UU

Perbankan dan Peradilan Agama. Hebatnya lagi, Peradilan Umum dapat

menyelesaikan sengketa perbankan syariah dengan syarat memutuskan

perkara tersebut berdasarkan fatwa-fatwa DSN-MUI dan hukum-hukum

syariah.

Jadi perkembangan fatwa-fatwa DSN-MUI telah memberikan kontribusi kepada

kemajuan dan perkembangan hukum islam di Indonesia demi tegaknya syariat-

syariat islam di dunia.

Page 137: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

Nama : Akhirul Sholeh Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Daftar Pertanyaan Wawancara Skripsi

Analisa Penerapan Fatwa DSN No.49/DSN/MUI/II/2005 Tentang

Konversi Akad Murabahah Pada Bank BNI Syariah Pusat”.

1. Produk-produk pembiayaan apa saja yang sudah dikembangkan oleh Bank

BNI Syariah?

2. Bagaimanakah proses pembiayaannya dan berapa lama masa angsurannya?

Mohon dijelaskan. Untuk lebih spesifik, kami mohon di jelaskan proses

pembiayaan murabahah yang telah dilakukan oleh Bank BNI Syariah.

3. Apakah Bank BNI Syariah memberikan pembiayaan kepada nasabah 100%

atau 50% dari nilai permohonan pembiayaannya?

4. Apakah ada jaminan dalam pembiayaan murabahah tersebut? Jika jaminan di

adakan, berapa persentase perhitungan jaminan atas pembiayaan murabahah

tersebut?

5. Dalam hal pengadaan barang, apakah Bank BNI Syariah langsung memesan

kepada suplier, menemani nasabah membeli barang, atau memberikan surat

kuasa kepada nasabah untuk menentukan sendiri?

6. Apakah Bank BNI Syariah secara transparan untuk memberi tahu kepada

nasabah jika terdapat cacat pada barang tersebut? Ataukah sebaliknya apakah

nasabah selalu memberi tahu jika barang yang diterima cacat?

7. Apakah Bank BNI Syariah memberi tahukan kepada nasabah secara

transparan tentang harga barang berikut marjin dan biaya-biaya yang

dibutuhkan?

1

Page 138: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

8. Jika nasabah mengalami kredit macet atau pailit dalam melunasi angsurannya,

langkah apakah yang selalu di ambil pihak bank dalam menyelesaikan

masalah tersebut?

9. Apabila pihak bank melakukan proses restrukturing pada angsuran

pembiayaannya, bagaimanakah prosesnya?berapa tenggang waktu yang masih

diberikan kepada nasabah tersebut?

Jika diberikan tenggang waktu pelunasan kreditnya, apakah nasabah harus

melunasi berdasarkan sisa pokok hutang dan marjinya atau hanya melunasi

sisa pokok hutangnya saja?

10. Apabila pihak bank melakukan proses reconditioning atau proses konversi

akad pada pembiayaan macet, akad apakah yang akan diberikan pihak Bank

kepada pihak nasabah?

11. Apabila nasabah melakukan pembatalan kontrak pembiayaan murabahah, apa

konsekuensi yang harus ditanggung oleh pihak bank dan nasabah?

12. Apabila terjadi wanprestasi dan tidak dapat diselesaikan oleh kedua belah

pihak (pihak Bank dan nasabah), apakah bank akan menyelesaikan masalah

ini ke Basyarnas? Mohon dijelaskan alasan dalam menyelesaikan masalah

tersebut jika penyelesaiannya bukan ke pihak Basyarnas.

13. Berapa besarkah persentase perbandingan penyaluran dana dalam bentuk

pembiayaan murabahahah dibandingkan dengan bentuk penyaluran dana yang

lainnya? mohon diberikan tabel persentase perbandingannya.

2

Page 139: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

HASIL WAWANCARA

Hasil Wawancara dengan Pimpinan Kelompok Sistem dan Prosedur Pembiayaan

Divisi Usaha Syariah BNI, Bpk. Wisnu Suwarno. Tanggal 10 s/d 11 Maret 2010

1. Produk Pembiayaan BNI Syariah :

- Pembiayaan Murabahah

a. Pembiayaan Produktif

b. Pembiayaan Konsumtif

- Pembiayaan Ijaroh

- Pembiayaan Mudharabah

- Pembiayaan Musyarokah

- Pembiayaan Qardhul Hasan

2. Proses Awal Pembiayaan

a. skema permohonan pembiayaan

b. prosedur analisa pembiayaan

- pengumpulan data-data nasabah yang akan memohon pembiayaan.

diantaranya data-data yang harus dipenuhi oleh nasabah adalah :

1). Kartu Tanda Penduduk (KTP).

2). Kartu Keluarga (KK) *jika sudah berkeluarga.

3). Slip Gaji.

4). Ada persetujuan dari suami atau istri nasabah yang bersangkutan.

3

Page 140: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

5) Dewasa. artinya sudah cakap hukum. atau usia minimal 21 Tahun

6). Jika masih single tidak perlu adanya persetujuan dari pihak manapun.

- melakukan verifikasi data atau dokumen-dokumen penting yang

berhubungan dengan nasabah.

- jika nasabah merupakan suatu perusahaan maka ada hal penting yang

harus di cek, yaitu :

1). mengecek kreadibilitas perusahaan.

2). meneliti laporan keungan perusahaan.

3) meneliti ada atau tidaknya blacklist pada pemegang perusahaan.

- proses persetujuan

1). struktur fasilitas

2). keputusan kredit

3). proses administrasi

a). surat keputusan pembiayaan.

b). proses pencairan dana. adanya surat pencairan dana dari nasabah ke

pihak

bank sebagai tanda bukti untuk memperkuat kepada pihak penjual.

- Setelah proses diatas terpenuhi, maka terjadi proses hutang piutang antara

nasabah dan pihak bank.

- Angsuran

4

Page 141: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

Angsuran tidak boleh lebih dari 40% dari pada gaji nasabah, jika istri

atau suami sama-sama bekerja maka nilai angsuran max. 50% dari jumlah

gaji keduanya. Untuk waktu angsurannya akan dijelaskan di bawah pada

point 7.

3. Bank BNI Syariah hanya memberikan dana pembiayaan sebesar max 80 % dari

permohonan pembiayaan yang telah diajukan oleh nasabah. Pihak bank BNI

Syariah juga meminta Uang Muka kepada nasabah minimal sebesar 20% dari

harga yang telah disepakati. Uang muka tersebut diharuskan bagi nasabah

pembiayaan personal, jika pembiayaan secara kolektif dan ada instansi yang dapat

menjaminnya seperti perusahaan, maka uang muka bisa ditiadakan.

4. Setiap pembiayaan di haruskan adanya suatu jaminan, karena sudah menjadi

ketentuan dari peraturan perbankan. dan nilai jaminan minimal sebesar 100% dari

nilai pembiayaan.

5. Dalam proses pengadaan barang, pihak bank BNI Syariah memberikan surat

perjanjian yang akan ditanda tangani oleh pihak nasabah dan juga pihak penjual

barang. Jadi pihak Bank akan memberikan surat kuasa untuk memilih dan

menentukan barang yang akan dibeli dari pihak penjual.

6. Jadi sesuai dengan surat kuasa yang diberikan oleh nasabah tersebut, maka jika

terjadi suatu kecacatan pada barang tersebut, maka nasabah sendiri yang akan

menanggungnya atau meminta klaim terhadap pihak penjual barang.

7. Dalam penentuan marjin dari pihak bank telah menentukan dan menetapkan nilai

atau harga minimal yang harus diambil oleh pihak bank, diantaranya adalah :

Tabel penentuan Marjin

Tarif Marjin Minimal Pembiayaan Produktif

5

Page 142: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

Waktu FLAT

Rupiah Valas

1 tahun 8.25 % 4.50 %

2 tahun 8.50 % 4.75 %

3 tahun 8.75 % 5.00 %

4 tahun 9.00 % 5.25 %

< 5 tahun 9.25 % 5.50 %

Tarif Marjin Minimum Pembiayaan BNI Griya iB

WAKTU FLAT

1-5 tahun 8.50 %

>5-10 tahun 9.50 %

>10-15 tahun 10.50 %

Tarif Marjin Minimum Pembiayaan Multiguna Oto

Waktu FLAT

1 tahun 8.50 %

2 tahun 8.75 %

3 tahun 9.00 %

6

Page 143: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

4 tahun 9.25 %

5 tahun 9.50 %

Naik-turunnya nilai marjin dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya

adalah :

- pengaruh dari persaingan antar bank, baik bank syariah maupun bank

konvensional yang menggunakan sistem bunga.

- adanya informasi-informasi pihak lapangan yang mengikuti pergerakan nilai

pasar.

- adanya pengaruh kurs mata uang

- adanya pengaruh kondisi ekonomi dalam negeri.

8. Dalam pengambilan keputusan jika terjadi suatu kredit macet, maka pihak bank

telah mempunyai beberapa langkah yang akan ditempuhnya, diantaranya adalah

sebagai berikut :

- melakukan proses pendekatan kepada pihak nasabah yang bermasalah.

- melakukan proses negoisasi jika pendekatan tidak dapat dilakukan. dalam

proses negoisasi ini jika nasabah dengan sengaja tidak membayar maka pihak

bank akan memberikan surat teguran (SP) sebanyak 3 kali kepada nasabah.

- jika proses negoisasi sudah tidak dapat dilakukan, ada kemungkinan barang

akan dijual dengan adanya surat penarikan barang dari pihak bank.

- jika sudah ditarik maka barang tersebut akan dilelang kepada masyarakat yang

ingin membelinya.

7

Page 144: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

9. Proses Restrukturing terdiri dari beberapa hal. diantaranya yaitu :

a. Penjadwalan kembali piutang. hal ini biasanya dilakukan pada pembiayaan

konsumtif.

b. Reconditioning piutang, hal ini dilakukan pada pembiayaan produktif dan

pembiayaan konsumtif. Tapi proses reconditioning lebih diarahkan pada

pembiayaan produktif.

Pada proses restructuring pembiayaan, pihak bank akan memberikan tenggang

waktu yang berbeda-beda kepada nasabah tergantung tingkat kemampuan

nasabah untuk melunasi semua sisa hutangnya. Sisa hutang tersebut sudah

mencakup nilai harga pokok dan marjin yang telah digabungkan sesuai

kesepakatan pada awal perjanjian akad murabahah.

Bank BNI Syariah juga mensyaratkan cara angsuran yang telah direstrukturing

pembiayaannya :

- Angsuran sudah termasuk harga pokok dan marjin.

- Tidak diperbolehkan adanya tambahan harga dari harga pokok dalam

melakukan structuring atau memberikan tambahan waktu angsurannya, karena

didalam fatwa telah dijelaskan tidak boleh adanya tambahan harga.

10. Dalam melakukan proses reconditioning pihak Bank BNI Syariah mengkonversi

akad murabahah dengan akad Mudharabah dan Musyarokah. Sedangkan akad

Ijaroh Al-Munjahiyah Bit-Tamlik belum diterapkan.

11. Pembatalan kontrak hanya boleh dilakukan oleh pihak bank itu sendiri, sedangkan

pihak nasabah tidak boleh membatalkan kontrak. Jika pihak nasabah

membatalkan kontrak maka dapat dianggap sebagai pembiayaan macet.

8

Page 145: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

9

12. Dalam menyelesaikan sengketa atau wanprestasi yang dilakukan oleh pihak

nasabah, maka pihak Bank BNI Syariah akan membawa masalah ini ke

Pengadilan Agama. Dan dalam proses eksekusi diserahkan kepada pihak

Pengadilan Negeri atau Balai Lelang. Hal ini sudah dijelaskan dalam kontrak

perjanjian pembiayaan murabahah.

13. Untuk jumlah pembiayaan yang diberikan oleh Bank BNI Syariah dapat kita lihat

pada tabel selanjutnya yang telah dilampirkan dibelakang. Dan penulis

memberikan tabel singkat untuk membandingkan besarnya persentase

pembiayaan.

Pembiayaan Persentase

Murabahah 76%

Mudharabah dan Musyarokah 18%

Ijaroh 6%

Page 146: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO. 49/DSN MUI/II/2005

TENTANG KONVERSI AKAD MURABAHAH

PADA BANK BNI SYARIAH PUSAT

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu

Persyaratan Memperoleh Gelar Sajana Ekonomi Islam (SEi)

Oleh :

AKHIRUL SHOLEH

NIM : 105046101664

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing

Dr. Jaenal Arifin, M.Ag

NIP : 197210161998031004

KONSENTRASI MUAMALAH

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1430 H / 2009 M

Page 147: ANALISA PENERAPAN FATWA DSN NO - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/885/1/AKHIRUL... · pada Bank BNI Syariah ... resiko usaha yang dibiayainya.5 Kredit macet dalam

PENGESAHAN TIM

PEMBIMBING SEMINAR PROPOSAL SKRIPSI

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

Tim Pembimbing Seminar Proposal Skripsi Program Studi Muamalat mengesahkan

proposal skripsi.

Nama : Akhirul Sholeh

NIM : 105046101664

Konsentasi : Perbankan Syariah

Judul : ”Analisa Penerapan Fatwa DSN No. 49/DSN-MUI/II/2005

Tentang Reconditioning Akad Murabahah Terhadap Tingkat

Kredit Macet (Studi Kasus Pada Bank Indonesia)”.

Jakarta, 3 Desember 2009

Disahkan oleh TIM Pembimbing Seminar Proposal Skripsi :

Ketua

Dr. Euis Amalia, M.Ag.

(…………………….)

Sekretaris

Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, M.H.

(…………………….)

Pembimbing I

Drs. H. Zainal Arifin Yusuf

(…………………….)

Pembimbing II

Dr. Jaenal Arifin

(…………………….)