Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
ANALISA PENERAPAN METODE GROSS UP DALAM
PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) ATAS
GAJI KARYAWAN TETAP PADA BIRO
KEPEGAWAIAN KEMENTERIAN
LUAR NEGERI
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan Diploma Tiga (D.III)
YOLANDA BONAFANTURA BAUK
NIM : 62140048
Program Studi Manajemen Perpajakan
Akademi Manajemen Keuangan Bina Sarana Informatika
Jakarta
2017
ii
iii
iv
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas Kehadirat Tuhan yang maha Esa,yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya,sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas ini
dengan baik. Dimana tugas akhir ini penulis sajikan dalam bentuk buku yang sederhana.
Adapun judul tugasa khir, yang penuli sambil sebagai berikut, “Analisa Penerapan
metode gross up dalam perhitungan pajak penghasilan (PPh) atas gaji Karyawan
tetap pada biro kepegawaian kementerian luar negeri”.
Tujuan penulisan tugas akhir ini dibuat sebagai salah satu syarat kelulusan
program Diploma III Institusi. Sebagai bahan penulisan diambil berdasarkan hasil
penelitian (eksperimen),observasi dan beberapa sumber literature yang mendukung
penulisan ini. Penulis menyadari bahwa ,maka penulisan tugas akhir ini tidak akan
lancar.Oleh karena itu pada kesempatan ini, izinkanlah penulis menyampaikan ucapan
terimakasih kepada:
1. Direktur Akademi Manajemen Keuangan BSI Jakarta.
2. Ketua Program Studi Akuntansi Akademi Manajemen Keuangan BSI Jakarta.
3. Bapak Dedi Suharyadi, SE, MM, selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir.
4. Bapak Dede Suleman, SE, MM,selaku Asisten Pembimbin Tugas Akhir.
5. Semua dosen dari Perpajakan Diploma tiga (D.III) yang telah memberikan penulis
dengan semua bahan yang diperlukan.
6. Ucapan terimakasih ditujukan kepada keluarga penulis, terutama kedua orangtua,
saudara-saudara yang telah sangat membantu dalam mendorong, menyarankan
penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini.
vi
7. Mybestfriend yangselalu memberikan dukungan untuk menyelesaikan tugas akhir
ini.
8. Ucapanterima kasih ditujukan kepada teman-teman 62.6A.31atas waktunya saat
kita bersama-sama.
Serta semua pihak yang terlalu banyak untuk disebut satu persatu
sehingga terwujudnya penulisan ini. Penulismenya dari bahwa penulisan tugas akhir
ini masih jauh sekali dari sempurna, untuk itu penulis mohon kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan dimasa yang akan datang.
Akhir kata semoga tugas akhir ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan
bagi para pembaca yang berminat pada umumnya.
Jakarta, 22 Juni 2017
Penulis
Yoland Bonafantura Bauk
vii
ABSTRAK
Yolanda Bonafantura Bauk (62140048),Analisa Penerapan metode gross up dalam
perhitungan pajak penghasilan (PPh) atas gaji karyawan tetap pada Biro
Kepegawaian Kementerian luar negeri.
Negara Indonesia adalah negara yang demokrasi yang memberikan Hak dan
kewajiban nya kepada masyarakat, Pajak Penghasilan (PPh), pasal 21
merupakan Pajak yang sering berhubungan langsung dengan masyarakat.
Metode gross up adalah metode dimana perusahan memberikan tunjangan pajak yang
besarnya sesuai dengan PPh pasal 21. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
besarnya beban pajak Penghasilan PPh 21 sebelum penerapan dan sesudah penerapan
metode gross up. Sebelum Penerapan metode Gross up beban pajak terutang setiap
Karyawan lebih kecil Rp 273.510, dibandingkan dengan sesudah penerapan metode
Gross up beban pajak terutang akan lebih besar menjadi Rp 385.352, dan selisihnya Rp
11.842, oleh karena itu peneliti mencoba untuk menerapkan ternyata mengakibatkan
adanya perbedaan dalam menghasilkan beban pajak yang terutang yang harus dibayar
oleh setiap karyawan, karena dalam perhitungan sebelum penerapan metode gross up,
nilainya lebih kecil dibandingkan dengan sesudah penerapan, oleh karena itu dalam
menerapkan metode gross up perlu banyak pertimbangan.
Kata Kunci : PPh 21, Metode Gross up.
viii
ABSTRACT
Yolanda BonafanturaBauk (62140048), Analysis ofApplication of the method gross
upin the calculation of income tax (VAT) on salaries of permanent employees at the
Bureau of Personnel Ministry of Foreign Affairs.
Indonesia is a country that democracy gives its rights and obligations to the community,
the Income Tax (VAT), article 21 is a tax that is often associated directly with the
public. Metode gross up is a method where a company provides tax benefits in the
amount of income tax in accordance with Article 21. This study aims to determine the
amount of income tax Income tax expense 21 before application and after application of
themethod. gross-upBefore the application of methods Gross ups Employees Income
smaller Rp 273 510, compared with after the application of methods Gross up employee
income will be greater to Rp 385 352, and the difference is USD 11842,therefore the
researchers are trying to apply it caused the difference in yield tax expense payable to
be paid by each employee, as in the calculation of gross-up prior to the application of
the method, the value is smaller than that after implementation.
Keywords: Income tax atrticle 21, Gross-up method
ix
DAFTAR ISI
Lembar Judul Tugas Akhir ...................................................................................... i
Lembar Pernyataan Keaslian Tugas Akhir .............................................................. ii
Lembar Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah ........................................ iii
Lembar Persetujuan dan Pengesahan Tugas Akhir ................................................. iv
Lembar Konsultasi Tugas Akhir ............................................................................. v
Kata Pengantar ........................................................................................................ vi
Abstrak .................................................................................................................... viii
Daftar Isi .................................................................................................................. x
Daftar Gambar ......................................................................................................... xiii
Daftar Tabel............................................................................................................. xiv
Daftar Lampiran ...................................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN.... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2. Perumusan Masalah................................................................. 3
1.3. Tujuan dan Manfaat....................................................................... 3
1.4. Metode Pengumpulan Data........................................................... 4
1.5. Ruang Lingkup.............................................................................. 5
1.6. Sistematika Penulisan .......................................................... 6
BAB II LANDASAN TEORI........................................................... 7
2.1. Pajak............................................................................................... 7
2.1.1. Pengertian Pajak.............................................................. 7
2.1.2. Fungsi Pajak................................................................... 8
2.1.3. Jenis Pajak........................................................................... 9
x
2.1.4. Sistem Pemungutan Pajak.................................................... 10
2.1.5. Tarif Pajak.......................................................................... 12
2.2. Pajak Penghasilan......................................................................... 13
2.2.1. Pengertian Pajak Penghasilan.............................................. 13
2.2.2. Subjek Pajak Penghasilan.................................................... 14
2.2.3. Tidak Termasuk Subjek Penghasilan.................................. 16
2.2.4. Objek Pajak Penghasilan...................................................... 17
2.2.5. Tidak Termasuk Subjek Penghasilan.................................. 20
2.2.6. Penghasilan Tida Kena Pajak 21.......................................... 23
2.2.7. Dasar Pengenaan Pajak......................................................... 24
2.3. Pajak Penghasilan Pasal 21............................................................. 25
2.3.1. Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 21.................................. 25
2.3.2. Tarif PPh pasal 21................................................................. 26
2.3.3. Subjek Pajak PPh Pasal 21................................................... 26
2.3.4. Tidak Termasuk subjek Pajak Penghasilan PPh Pasal 21...... 27
2.3.5. Objek Pajak Penghasilan PPh Pasal 21.................................. 27
2.3.6. Jenis PPh Pasal 21................................................................ 28
2.4. Metode Gross Up............................................................................. 29
2.4.1. Pengertian Metode Gross Up.................................................. 29
2.4.2. Tiga Metode Pajak Penghasilan.............................................. 29
2.4.3. Rumus Gross Up..................................................................... 30
2.4.4. Efek Penerapan Metode Gross Up.......................................... 31
BAB III PEMBAHASAN….................................................................................. 32
3.1. Tinjauan Umum Perusahaan Atau Organisasi................................... 32
3.1.1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan Atau Organisasi...... 32
3.1.2. Struktur Dan Tata Kerja Organisasi........................................ 34
xi
3.1.3. Kegiatan Usaha Atau Organisasi............................................ 35
3.2. Hasil Penelitian.................................................................................. 36
3.2.1. Model Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21...................... 36
3.2.2. Model Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Metode Gross
up.............................................................................................. 44
3.2.3. Perbandingan PPh Pasal 21 Sebelum dan Sesuda Penerapan
Metode Gross Up.......................................................................54
BAB IV PENUTUP ................................................................................................ 55
4.1. Kesimpulan............................................................................... 55
4.2. Saran.......................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................. 56
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................... 57
SURAT KETERANGAN PKL .................................................................................. 58
LAMPIRAN-LAMPIRAN ......................................................................................... 59
1
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar III.1 Struktur Organisasi ........................................................................ 34
2
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel II. 1. Tarif Pajak untuk Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri..................... .13
Tabel II. 2 Penyesuaian Penghasilan Tida Kena Pajak (PTKP).................................... 23
Tabel III. 1.Daftar Gaji Karyawan Biro Kepegawaian Kementerian Luar Negeri... 36
Tabel III.2 Rekapitulasi Perhitungan PPh pasal 21 Karyawan Tetap.......................... 43
Tabel III.3 Daftar Gaji Kepegawaian Kementerian Luar Negeri............................. 44
Tabel III. 4 Rekapitulasi perhitungan PPh pasal 21 karyawan Tetap dengan
menggunakan metode Gross up........................................................... 53
Tabel III. 4 Perbandingan antara sesuda dan sebelum Penerapan Metode Gross Up... 54
3
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
A1.Daftar Gaji karyawan bulan Februari pada Biro Kepegawaian Kepegawaian
kementerian luar neg............................................................................................. 59
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Negara Indonesia adalah negara yang demokrasi yang memberikan hak
kepada setiap warganya untuk ikut berpartisipasi baik secara langsung maupun
tidak langsung dalam perumusan dan pengembangan negara. Adanya
pembangunan nasional yang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia,
oleh karena itu pemerintah Indonesia membutukan sumber dana yang pasti setiap
tahunnya.
Sumber dana pemerintah Indonesia tersebut antara lain diperoleh pemerintah
melalui pendapatan non pajak dan pendapatan pajak. Pendapatan non pajak
diperoleh melalui pemerintah retribusi keuntungan BUMN, denda dan sita,
sumbangan, serta hadiah dan hibah. Sedangkan pendapatan pajak diperoleh
melalui, penarikan Pajak Penghasilan (pph), Pajak Pertambahan Nilai & Pajak
Penjualan Barang Mewah (PPN & PPnBM), Bea Materai, Pajak Bumi &
Bangunan (PPB), dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).
Diantara pendapatan pajak tersebut diatas Pajak Penghasilan (PPh) pasal 21
merupakan pajak yang sering berhubungan langsung dengan masyarakat. Pajak
Penghasilan adalah salah satu jenis pajak yang merupakan komponen terbesar dari
penerimaan Negara yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang
diterima atau diperoleh dalam tahun pajak.
5
Dalam banyak perusahaan PPh pasal 21 ditanggung oleh Perusahaa, Metode
ini disebut dengan Net Method. Dan adanya juga Gross Method yang artinya
pemotongan pajak dimana karyawan menanggung sendiri jumlah pajak
penghasilannya. Metode gross up adalah metode dimana perusahan memberikan
tunjangan pajak yang besarnya sesuai dengan PPh pasal 21 yang dipotong dari
karyawan. Dengan metode ini pegawai akan mendapatkan Take Home Pay yang
lebih besar karena gaji yang diperoleh masi ditambah dengan tunjangan pajak.
Pemberian tunjangan ini akan menghindarkan perusahan dari koreksi fiskal
positif, karena tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang merupakan salah satu
biaya yang boleh dikurangkan untuk mengetahui penghasilan netto perusahaan.
Dengan begitu penghasilan kena pajak perusahaan akan lebih kecil dan akan
mengakibatkan pajak yang harus dibayarkan perusahaan menjadi lebih kecil.
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitiaan mengenai bagaimana instansi/perusahaan menerapakan metode gross
up dalam perhitungan pajak penghasilan terhadap Perhitungan Pajak Penghasilan
PPh 21 atas gaji pegawai tetap yang di lakukan dalam Biro Kepegawaian Kantor
Kementerian Luar Negri Republik Indonesi, yang penulis menyusun dalam bentuk
Tugas akhir (TA) yang berjudul:‘’ANALISA PENERAPAN METODE GROSS
UP DALAM PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21
ATAS GAJI KEPEGAWAIAN TETAP PADA BIRO KEPEGAWAIAN
KEMENTERIAN LUAR NEGERI”
6
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan sebelum Penerapan Metode Gross up perhitungan
PPh 21 atas karyawan tetap yang dilakukan di Biro kepegawaian pada Kantor
Kementerian Luar Negeri.
2. Bagaimana penerapan sesudah penerapan metode gross up untuk menghitung
PPh pasal 21 atas karyawan tetap di Kantor Kementerian Luar Negeri.
3. Bagaimana Perbandingan Perhitungan sebelum Penerapan metode gross up
dan sesudah penerapan metode gross up dalam penghematan pembayaran
pajak.
1.3 Tujuan dan manfaat.
Adapun tujuan penulisan Tugas Akhir ini adalah;
1. Untuk mengetahui pelaksanaan sebelum Penerapan Metode gross up
dalam perhitungan PPh 21 atas Karyawan tetap yang dilakukan di Biro
Kepegawaian pada Kantor Kementerian Luar Negeri.
2. Untuk mengetahui Pelaksanaan sesudah penerapan metode gross up
dalam perhitungan PPh pasal 21 di Biro kepegawaian Kementerian Luar
Negeri.
3. Untuk mengetahui perbandingan jumlah pajak sebelum Metode gross up
dan sesuda penerapan metode gross up dalam penghemetan pembayaran
7
pajak.
Sedangkan manfaat dari penulisan ini adalah;
1. Bagi Penulis
Dapat menambah wawasan pengetahuan dan wawasan berfikir bagi penulis
mengenai pelaksanaan kewajiban perpajakan Pajak Penghasilan (PPh) pasal
21 atas gaji pegawai tetap dan sebagai sarana untuk membandingkan teori
yang telah dipelajari penulis pada masa perkuliahan dengan kenyataan di
lapangan.
2. Bagi Perusahaan
Dapat dipergunakan sebagai bahan masukan bagi pihak manajemen untuk
mengupayakan penerapan akuntansi pajaknya dan pelaksanaan kewajiban
perpajakan Pajak Penghasilan (PPh) pasal 21-nya agar menjadi lebih efektif
& efisien dan juga sebagai suatu sarana informasi mengenai peraturan-
peraturan terbaru dibidang perpajakan.
3. Bagi Pembaca
Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dalam hal penerapan
akuntansi pajak dan pelaksanaan kewajiban perpajakan Pajak Penghasilan
(PPh) pasal 21 dan dapat menambah kepustakaan serta dapat dijadikan
informasi tambahan dalam penelitian dan penyusunan Laporan Tugas Akhir
Bagi Penulis.
8
1.4. Metode Pengumpulan Data
Dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini penulis menggunakan beberapa
metode dengan pengumpulan data yang dibutuhkan.
1. Metode Observasi
Metode observasi dilakukan penulis dengan cara melakukan pengamatan
secara langsung di Biro Kepegawaian Kementerian Luar Negri.
2. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi dilakukan penulis berdasarkan study dari buku
perusahaan dengan tujuan membaca buku tentang analisis penerapan metode
gross up dengan mencatat dan mengambil gambaran yang berhubungan
dengan judul dalam Tugas Akhir
3. Wawancara (Interview)
Teknik pengumpulan data dan informasi yang dilakukan dengan cara
melakukan tanya-jawab (komunikasi secara langsung) dengan Bapak Maja
Suharyadi selaku pegawai staff dengan tujuan untuk memperoleh informasi
yang diperlukan untuk penelitian.
1.5. Ruang Lingkup
Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan diatas maka
perlu dilakukan pembatasan masalah agar hasil penelitian dapat memberikan
pemahaman yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Data yang
digunakan adalah daftar gaji pegawai tetap tahun 2016. Agar penelitian ini tidak
meluas dan lebih terarah maka peneliti membatasi hanya membahas mengenai
9
pelaksanaan penerapan metode gross up dalam perhitungan gaji pegawai tetap di
Biro Kepegawaian Kementerian Luar Negeri.
1.6. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah penyusunan dan pembahasan Tugas Akhir ini,
penulis akan menguraikan secara garis besarnya dalam beberapa bab dengan
rincian sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisikan tentang Latar Belakang, Perumusan
Masalah, Tujuan dan manfaat, Metode Pengumpulan Data, Ruang
Lingkup, dan Sistematika Penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab ini berisikan teori pajak secara umum, Pajak Penghasilan
(PPh) secara umum, Pajak Penghasilan 21, dan uraian tentang
Metode Gross up.
BAB III PEMBAHASAN
Pada bab ini berisikan profil tentang sejarah perkembangan
perusahaan/organisasi, struktur organisasi, Kegiatan usaha, di Biro
Kepegawaian Kementerian Luar Negeri, Pelaksanaan Penerapan
Metode gross up dalam perhitungan gaji pegawai tetap di Biro
Kepegawaian Kementerian Luar Negeri.
BAB IV PENUTUP
10
Pada bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran yang terdapat
dalam penulisan Tugas Akhir.
11
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pajak
2.1.1 Pengertian Pajak
Menurut UU No 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan yang merupakan perubahan ketiga atas UU No. 6 Tahun 1983 yaitu :
“Pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat’’.
Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH dalam Mardiasmo (2011 : 1)
“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkanUndang-undang (yang
dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontra Prestasi) yang
langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran
umum”.
Menurut P. J. A. Andriani dalam Waluyo (2009 : 2) :
Pajak adalah iuran masyarakat kepada Negara (yang di paksakan) yang
terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan
umum (undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang
langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas Negara untuk
menyelenggarakan pemerintah.
Menurut Djajadiningrat yang dikutip Priantura (2012:2):
Pajak adalah kewajiban menyerahkan sebagian kekayaan ke kas Negara
disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan
12
kedudukan tertentu tetapi bukan suatu hukuman menurut Peraturan yang
ditetapkan Pemerintah serta dapat dipaksakan tetapi tidak ada jasa timbal
balik dari Negara secara langsung, untuk memelihara kesehjatraan secara
umum.
Ciri-ciri pajak dari berbagai definisi diatas adalah:
1. Pajak peralihan kekayaan dari orang atau badan ke pemerintahan;
2. Pajak dipungut berdasarkan dengan kekuatan Undang-Undang serta aturan
pelaksanaan, sehingga dapat dipaksakan;
3. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontra prestasi
langsung secara individual yang diberikan oleh pemerintah;
4. Pajak dipungut oleh negara baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah;
5. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila
dari pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai
public investment;
6. Pajak dapat digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu dari
pemerintah;
7. Pajak dapat dipungut secara langsung atau tidak langsung.
2.1.2 Fungsi Pajak
Fungsi Pajak menurut Waluyo (2011:6) bahwa fungsi pajak terbagi
menjadi 2 (dua), yaitu:
1 Fungsi Penerimaan (Budgeter)
13
Yaitu Sebagai sumber Dana yang diperuntukan bagi pembiayaan
pengeluaran-pengeluaran Pemerintah.
Contoh : Dimasukannya Pajak dalam APBN sebagai penerimaan Dalam
Negeri
2 Fungsi Mengatur (Regulasi)
Yaitu Sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di bidang
Sosial Ekonomi.
Contoh : Dikenakan Pajaknya lebih tinggi terhadap minuman keras.
2.1.3 Jenis Pajak
Jenis Pajak menurut Resmi (2013:7) dibagi menjadi beberapa jenis yaitu :
1. Menurut golongan, pajak dikelompokan menjadi dua, yaitu:
a. Pajak Langsung, yaitu pajak yang harus ditanggung atau dipikul
sendiri oleh Wajip Pajak dan tidak dilimpahkan atau dibebankan oleh
orang lain atau pihak lain.
b. Pajak Tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat
dibebankan atau dilimpahkan kepada oarang lain.
2. Menurut sifat pajak dikelompokkan menjadi dua yaitu:
a. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang pengenaannya memperhatikan
keadaan Pribadi Wajib Pajak atau pengenaan Pajak memperlihatkan
pada keadaan subjeknya.
Contoh: Pajak Penghasilan.
14
b. Pajak Objektif, yaitu yang pengenaanya memperhatikan objeknya baik
berupa denda, keadaan, perbuatan, atau pristiwa yang mengakibatkan
timbulnya kewajiban membayar Pajak tanpa memperhatikan keadaan
pribadi Subjek Pajak (Wajip Pajak) maupun tempat tinggal.
Contoh: Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang
Mewa (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).
3. Menurut Lembaga Pemungut, Pajak dikelompokan menjadi dua yaitu:
a. Pajak Negara (Pajak Pusat), Pajak yang dipungut oleh Pemerintah
Pusat digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara pada
umumnya.
Contoh: PPh, PPN, dan PPnBM.
b. Pajak Daerah, yaitu Pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah, baik
dari tingkat I (Pajak Provinsi) maupun Daerah tingkat II (Pajak
Kabupaten/Kota), dan digunakan untuk membiayai rumah tangga
daerah masing-masing.
Contoh: Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan, Pajak Rokok, Pajak Air
Permukaan, Pajak Restorant, Pajak Hotel, Pajak Hiburan, Pajak
Reklamae, Pajak Penerang Jalan, Pajak Parkir, serta Pajak Air Tanah.
15
2.1.4 Sistem Pemungutan Pajak.
Sistem pemungutan Pajak menurut Resmi (2013;11) yaitu:
1. Offical Assesment System
Sistem pemungutan Pajak yang memeberi kewenangan aparatur
Perpajakan untuk menentukan sendiri jumlah Pajak yang terutang sesuai
dengan peraturan perundang-undangan Perpajakan yang berlaku. Dalam
sistem ini inisiatif serta kegiatan menghitung dan memungut pajak
sepenuhnya berada ditangan para aparatur Perpajakan.
Contoh: Pajak Bumi dan Bangunan.
2. Self Asessment System.
Sistem pemungutan yang memberi wewenang Pajak, dan menentukan
sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan Perpajakan yang berlaku. Dalam sistem
ini inisiatif serta kegiatan menghitung dan memungut pajak sepenuhnya
berada ditangan Wajib Pajak. Wajib Pajak dianggap mampu menghitung
Pajak, mampu memahami Undang-undang Perpajakan yang berlaku, dan
mempunyai kejujuran yang tinggi, serta menyadari akan arti pentingnya
membayara pajak, oleh karena itu, Wajip Pajak diberi kepercayaan untuk:
1. Menghitung sendiri Pajak yang terutang,
2. Memperhitungkan Pajak yang terutang
3. Membayar sendiri jumlah Pajak yang terutang
16
4. Melaporkan sendiri jumlah Pajak yang terutang dan,
5. Mempertanggungjawabkan Pajak yang terutang.
Contoh: PPh Pribadi / Badan.
3. With Holding System.
Sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pihak ketiga yang
ditunjuk untuk menentukan besarnya Pajak yang terutang oleh Wajib
Pajak sesuai dengan peraturan perundang-undanggan yang Perpajakan,
keputusan Presiden, dan peraturan lainya untuk memotong dan memungut
Pajak, menyetor dan mempertanggungjawabkan melalui sarana
Perpajakan yang tersedia.
Contoh: PPh pasal 21, 22, 23, dan 26.
2.1.5 Tarif Pajak
Menururt Mardiasmo (2011;9) ada 4 macam tarif Pajak:
1. Tarif sebanding / Proporsional.
Tarif berupa presentase yang tetap, terhadap berapapun jumlah yang
dikenakan Pajak sehingga besarnya Pajak yang terutang proporsional
terhadap besarnya nilai yang dikenakan Pajak.
Contoh: Untuk penyerahan Barang Kena Pajak didaerah Pabean akan
dikenakan Pajak Pertambahan Nilai sebesar 10%.
2. Tarif Tetap.
17
Tarif berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap berapapun jumlah yang
dikenai Pajak sehingga besarnya Pajak terutang tetap.
Contoh : Besarnya tarif Bea Meterai untuk Cek dan Bilyet giro dengan
nilai nominal berapapun adalah Rp 3.000,00
3. Tarif Progresif
Persentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang dikenai
Pajak semakin besar.
Contoh : Pasal 17 undang-undang Pajak Penghasilan untuk Wajib Pajak
Orang Pribadi dalam Negeri.
Tabel II.1
Tarif Pajak untuk Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri.
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
Sampai dengan Rp. 50.000.000.00 5%
Diatas Rp. 50.000.000.00 s.d. Rp 250.000.000.00 15%
Diatas Rp. 250.000.000.00 s.d Rp 500.000.000.00 25%
Diatas Rp 500.000.000.00 30%
Sumber : Mardiasmo;2011
Menurut kenaikan persentasi Tarifnya, tarif Progresif dibagi menjadi
1) Tarif Progresif progresif : kenaikan persentanse semakin besar
2) Tarif progresif tetap : kenaikan persentanse tetap
18
3) Tarif progresif Degresif : kenaikan persentanse semakin kecil
4. Tarif Degresif Persentase : tarif yang digunakan semakin kecil bila
jumlah dikenai pajak semakin besar.
2.2 Pajak Penghasilan (PPh)
2.2.1 Pengertian Pajak Penghasilan (PPh)
Pajak Penghasilan (PPh) menurut UU PPh No. 36 tahun 2008 pasal 1
adalah ‘’Pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang
diterima atau diperoleh dalam satu tahun pajak’’.
Menurut Muyassaroh (2012 : 32) “Pajak Penghasilan adalah Pajak yang
dikenakan oleh orang Pribadi atau Badan, berkenan dengan Penghasilan yang
diterima atau diperoleh satu tahun Pajak’’
Menurut Resmi (2009;88) “Pajak penghasilan adalah Pajak yang
dikenakan atas subjek Pajak atau penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam
satu tahun pajak.’’
2.2.2 Subjek Pajak Penghasilan
Subjek Pajak Penghasilan berdasarkan Undang-undang PPh No. 36 Tahun
2008 pasal 2 adalah Orang Pribadi, Warisan yang belum terbagi sebagai suatu
kesatuan menggantikan yang berhak, Badan, dan Bentuk Usaha Tetap (BUT).
19
Menurut Resmi (2013:75) ‘’Subjek Pajak Penghasilan adalah segala
sesuatu yang mempunyai potensi untuk memperoleh penghasilan dan menjadi
sasaran untuk Pajak Penghasilan.’’
Sedangkan menurut UU PPh No. 36 Tahun 2008 Pasal 2 ayat (3) dan (4)
subjek Pajak terdiri dari Subjek Pajak dalam negeri dan subjek Pajak Luar Negeri,
yaitu:
1. Subjek Pajak Dalam Negeri:
a. Orang Pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau Orang Pribadi
yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari
dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau Orang Pribadi yang dalam
satu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat
tinggal di Indonesia.
b. Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia.
Meliputi Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, Perseroan Lainnya,
BUMN/BUMD dengan nama dan dalam bentuk apapun, Firma, Kongsi,
Persekutuan, Perkumpulan, Yayasan, Organisasi Masa, Organisasi Sosial
Politik atau organisasi yang sejenis, Lembaga, Bentuk Usaha Tetap dan
bentuk badan lainnya, kecuali unit tertentu dari badan pemerintah yang
memenuhi kriteria :
1. Pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
20
3. Penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat atau
Pemerintah Daerah.
4. Pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara.
c. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang
berhak.
2. Subjek Pajak Luar Negeri adalah:
a. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di
Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam
jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan Badan yang tidak didirikan dan
tidak bertempat tinggal di Indonesia yang menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan melalui Badan Usaha Tetap (BUT) di Indonesia.
b. Orang Pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di
Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam
jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan Badan yang tidak didirikan dan
tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang dapat menerima atau
memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan atau
melakukan kegiatan melalui Badan Usaha Tetap (BUT) di Indonesia.
2.2.3 Tidak Termasuk Subjek Pajak Penghasilan.
Menurut pasal 3 UU No. 36 Tahun 2008 tentang perubahan keempat atas
Undang-undang No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan yang tidak
termasuk Subjek Pajak Penghasilan adalah:
21
1. Kantor perwakilan Negara Asing
2. Pejabat-pejabat Perwakilan Diplomatik atau Pejabat-pejabat lain dari
Negara asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang
bekerja dan bertempat tinggal bersama-sama dengan syarat bukan Negara
Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan
diluar jabatan atau pekerjaannya tersebut serta Negara bersangkutan
memberikan pemberlakuan timbal balik.
3. Organisasi-organisasi Internasional dengan syarat;
a. Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut
b. Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh
penghasilan dari Indonesia selain memberikan pinjaman kepada
pemerintah yang dananya yang berasal dari iuran para anggota.
4. Pejabat-pejabat perwakilan organisasi Internasioanal bukan warga Negara
Indonesia dan tidak menjalankan usaha, kegitan atau pekerjaan lain untuk
memperoleh penghasilan di Indonesia.
2.2.3 Objek Pajak Penghasilan.
Menurut Pasal 4 ayat 1 Undang-undang No 36. Tahun 2008 tentang
perubahan ke empat atas UU No 7. Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, objek
Pajak Penghasilan adalah penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan
ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari
Indonesia maupun luar Indonesia yang dapat digunakan untuk konsumsi atau
22
untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan dengan nama dalam
bentuk apapun.
Menurut Mardiasmo, (2011:19) ‘’Objek pajak penghasilan merupakan
segala sesuatu (Barang, Jasa, Kegiatan atau Keadaan yang dikenakan Pajak)”.
Menurut Resmi (2013 :80) Dilihat dari mengalirnya tambahan
kemampuan ekonomis kepada Wajib Pajak, objek Penghasilan dapat
dikelompokkan menjadi:
1. Penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan pekerjaan bebas
seperti gaji, honorium, penghasilan dari praktik dokter, notaris, akatuaris,
akuntan, pengacara dan lain sebagainya.
2. Penghasilan dari usaha kegiatan
3. Penghasilan dari modal, yang berupa harta bergerak maupun harta tidak
bergerak seperti bunga, dividen, royalti, sewa, dan keuntungan penjualan
harta atau hal yang tidak dipergunakan untuk usaha, dan
4. Penghasilan lain-lain seperti pembebasan utang dan hadiah.
Berdasarkan Pasal 4 ayat 1 UU No. 36 Tahun 2008 Tentang perubahan,
Keempat atas UU No 7. Tahun 1983 tentang pajak penghasilan yang termasuk
objek Pajak adalah:
Yang termasuk dalam pengertian penghasilan tersebut adalah:
1. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh termasuk gaji, honorarium, upah, tunjangan,
komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun atau imbalan dalam bentuk
lainnya, kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang ini;
23
2. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan;
3. Laba usaha;
4. Keuntungan dari penjualan atau karena pengalihan harta, termasuk:
a) Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, badan
lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal;
b) Keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan, badan lainnya karena
pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu atau anggota;
c) Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran,
pemecahan pengambil alihan usaha atau reorganisasi dengan nama dan
dalam bentuk apa pun;
d) Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau sumbang
yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu
sederajat dan badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk
yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan
kecil, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri
Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan,
kepemilikan atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan;
e) Keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak
penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan, atau permodalan dalam
perusahaan pertambangan;
24
5. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai
biaya dan pembayaran tambahan pengambilan pajak;
6. Bunga termasuk premium, diskonto, imbalan karena jaminan pengembalian
utang;
7. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari
perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil
usaha koperasi;
8. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak;
9. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;
10. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;
11. Keuntungan karena pembebasan utang kecuali sampai dengan jumlah
tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;
12. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing;
13. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;
14. Premi asuransi;
15. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang
terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;
16. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum
dikenakan pajak;
17. Penghasilan dari usaha berbasis syariah;
25
18. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang
mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan ; dan
19. Surplus Bank Indonesia.
2.2.4 Tidak Termasuk Objek Pajak Penghasilan
Berdasarkan pasal 4 Ayat (3) UU No. 36 Tahun 2008 tentang perubahan ke
empat atas UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, yang tidak termasuk
objek Pajak adalah:
1. Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil
zakat atau Lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh
Pemerintah dan yang diterima oleh Penerima zakat yang berhak atau
sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang
diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk
atau disahkan oleh Pemerintah dan yang diterima oleh penerima
sumbangan yang berhak, yang ketentuannya diatur dengan atau
berdasarkan peraturan pemerintah, dan harta Hibah yang diterima oleh
sedarah dalam garis keturunan satu derajat, badan keagamaan, badan
pendidikan, badan sosial, termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi
yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur
dengan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. Sepanjang tidak ada
hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan atau pengusahaan
diantara pihak-pihak yang bersangkutan ;
1. Warisan
2. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagaiman
26
dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) huruf b sebagaimana pengganti saham
atau sebagai pengganti penyertaan modal:
3. Penggantian atau imbalan sehubungan pekerjaan atau jasa yang diterima
atau diperoleh dalam bentuk natural dan / atau kenikmatan dari Wajib
Pajak atau Pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak,
Wajib Pajak dikenakan secara final atau Wajib Pajak yang menggunakan
norma perhitungan khusus sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 15.
4. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada oarang pribadi sehubungan
dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi
dwiguna dan asuran bea siswa
5. Dividen atau bagian labah yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas
sebagai Wajib Pajak dalam Negeri, koperasi, badan usaha milik negara,
atau badan usaha milik daerah dari penyertaan modal pada badan usaha
yang didirikan atau bertempat kedudukan diIndonesia dengan syarat;
6. Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan
7. Bagian Perseroan Terbatas, badan usaha milik Negara, dan badan usaha.
milik daerah, yang menerima Dividen, kepemilikan saham pada badan
yang yang memberikan dividen paling rendah 25% (dua pulu lima persen)
dari jumlah modal yang disetor.
8. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja
maupun pegawai
9. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun sebagaimana
dimaksud pada bagian 7 dalam bidang-bidang tertentu yag telah
27
ditentukan dengan Keputusan Menteri Keuangan
10. Bagian laba yang diterima atau diperoleh, oleh anggota dari Perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan,
perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan
kontrak investasi kolektif.
11. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura
berupa bagin laba dari badan pasangan usaha yang didirikan menjalankan
usaha atau kegiatan Indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha
tersebut;
a. Merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah atau yang
menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang diaturkan
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan,
b. Sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek Indonesia.
12. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur
lebih lanjut dengan atau berdasarkan ketentuan Kementerian Keuangan;
13. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang
bergerak dibidang pendidikan dan/atau bidang penelitian dan
pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya
yang ditanamakan kembali dalm bentuk sarana maupun prasarana kegiatan
pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu
paling lama empat tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, yang
ketentuannya diatur lebih lanjut berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan,
dan
14. Bantuan dan santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara
28
Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur
lebih lanjut dengan atau berdasarkan Kementerian Keuangan.
2.2.5 Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
Menurut Resmi (2013:96) Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
merupakan jumlah penghasilan tertentu yang tidak kena Pajak. Untuk menghitung
besarnya Penghasilan Kena Pajak Wajib Pajak orang pribadi dalam Negeri
penghasilan nettonya dikurangi dengan jumlah Penghasilan Tidak Kena Pajak.
PTKP yang telah ditetapkan dalam pasal 7 ayat 1 UU No. 17 tahun 2000
mengalami beberapa perubahan seiring dengan perkembangan harga kebutuhan
pokok setiap tahunnya. Penyesuaian PTKP terakhir diatur dalam Peraturan
Menteri Keuangan No. 162/PMK/.011/2011 yang diberlakukan efektif 1 januari
2013.
Tabel II.2
Penyesuaian PTKP
Keterangan PTKP
1. Diri Wajib Pajak Rp 54.000.000
2. Tambahan untuk Wajib Pajak yang sudah Kawin Rp 58.500.000
3. Tambahan untuk seorang istri yang menerima atau
memperoleh penghasilan yang digabung dengan
penghasilan suami
Rp 63.000.000
4. Tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah
semendah dalam garis keturunan lurus yang menjadi
Rp 67.500.000
29
tanggungannya maksimal
Sumber: Buku pelajaran surakarta;2016
Menurut Sumarsan, (2013:151)
Wajib pajak mempunyai anggota keluarga sedarah atau semendah dalam
garis keturunan lurus yang menjadi tanggungan sepenuhnya, misalnya orang tua,
mertua, anak kandung, atau anak angkat diberikan tambahan Penghasilan Tidak
Kena Pajak untuk paling banyak 3 (Tiga) orang, yang menjadi anggota keluarga
menjadi tanggungan sepenuhnya adalah anggota keluarga yang tidak mempunyai
Penghasilan dan seluruh hidupnya ditanggung oleh Wajib Pajak.
2.2.6 Dasar Pengenaan Pajak Penghasilan
Menurut Mardiasmo (2011;143) berdasarkan undang-undang Pajak
Penghasilan untuk dapat menghitung PPh, terlebih dahulu harus diketahui dasar
pengenaan pajaknya. Untuk Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap
(BUT) yang menjdi dasar pengenaan Pajak adalah Penghasilan Kena Pajak.
Sedangkan untuk Wajib Pajak Luar Negeri adalah Penghasilan Bruto.
Besarnya Penghasilan Kena Pajak untuk Wajib Pajak badan dihitung
sebesar penghasilan netto. Sedangkan untuk Wajib Pajak orang pribadi dihitung
sebesar penghasilan netto dikurangi dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak
(PTKP). Secara singkat dapat dirumuskan sebagai berikut:
Penghasilan Kena Pajak (WP Badan) : Penghasilan Netto
Penghasilan Kena Pajak (WP Orang Pribadi) : Penghasilan Netto-PT
30
2.3 Pajak Penghasilan Pasal 21.
2.3.1. Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 21.
Menurut PER-31/PJ/2012 Pasal 1 ayat 2, “Penghasilan (PPh) Pasal 21
adalah pungutan resmi yang ditunjukan kepada masyarakat atas penghasilan
berupa gaji, upah, honor, tunjangan, serta pembayaran lain dengan nama dan
dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan
kegiatan yang dilakukan oleh pribadi subjek dalam negeri.”
Menurut Resmi (2009;167), “Pajak Penghasilan pasal 21 merupakan pajak
atas Penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain
dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau
jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam
negeri.
2.3.2 Tarif PPh Pasal 21
Menurut Mardiasmo;2011 PPh Pasal 21 dikenakan penghasilan atas orang
pribadi, sehingga besarnya tarif PPh Pasal 21 yang digunakan terdiri dari:
a. Sampai dengan Rp 50.000.000 : 5%
b. Diatas Rp 50.000.000 s/d Rp 250.000.000 : 15%
c. Diatas Rp 250.000.000 s/d Rp 500.000.000 : 25%
d. Diatas Rp 500.000.000
31
2.3.3 Subjek Pajak PPh Pasal 21
Menurut Peraturan Menteri Keuangan No. 252/PMK.03/2008 penerima
Penghasilan yang dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah orang pribadi yang
merupakan:
1. Pegawai
2. Penerima uang pesongan, pensiun atau manfaat pensiun, tujangan hari tua
atau jaminan hari tua termasuk ahli warisnya Bukan pegawai yang
menerima atau me mperoleh penghasilan sehubungan dengan pekerjaan,
jasa, atau kegiatan anatara lain merupakan :
1. Pengarang, peneliti, dan penerjemah
2. Penasehat, pengajar, pelati, penceramah, penyuluh dan moderator
3. Agen iklan
4. Pengawas atau pengelola proyek
5. Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau yang menjadi
prantara
6. Petugas penjaja barang dagang
7. Distributor multi level marketing
8. Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara,
akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai dan aktuaris
9. Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, penyanyi. Pelawak, bintang
film, bintang iklan, bintang sinetron, kru film, sutradara, foto model,
peragawan/peragawati, pemain drama, penari, dan lain sebagainya.
32
2.3.4 Tidak termasuk Subjek Pajak Penghasilan PPh 21
Menurut Peraturan Kementerian Nomor 252/PMK.03/2008 yang tidak
termasuk dalam pengertian penerimaan penghasilan yang dipotong Pajak
penghasilan pasal 21 adalah :
1. Pejabat perwakilan diplomatik dan konsult atau pejabat lain dari negara
asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja
pada dan bertempat tinggal bersama mereka dengan syarat bukan negara
Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan
lain diluar jabatan atau pekerjaannya tersebut, serta negara yang
bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik.
2. Pejabat perwakilan organisasi internasional dengan syarat bukan warga
negara Indonesia tidak menjalankan atau kegiatan atau pekerjaan lain
untuk memperoleh penghasilan diIndonesia
2.3.5 Objek Pajak Penghasilan Pasal 21
Menurut Setiawati (2009:409) “Objek Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah
penghasilan yang diterima atau diperoleh Orang Pribadi Subjek Dalam Negeri
yang dapat dipakai, atau mengkonsumsi untuk menambah kekayaan dengan nama
dan bentuk apapun yaitu :
1. Penghasilan yang diterima atau diperoleh Pegawai tetap, baik bersifat
teratur maupun tidak teratur
2. Penghasilan yang diterima atau diperoleh penerima Pensiun secara teratur
berupa uang pensiun atau penghasilan sejenisnya
33
3. Penghasilan sehubungan dengan pemutusan hubungan kerja dengan
penghasilan sehubungan dengan pensiun yang diterima berupa uang
pesangon, uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua dan pembayaran lain.
4. Penghasilan Pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas berupah, upah,
harian, mingguan, satuan, borongan atau upah yang dibayarkan bulanan
yaitu berupa imbalan kepada bukan Pegawai antara lain berupa Honorium,
komisi, fee dan imbalan dan bentuk apapun yang berhubungan dengan
pekerjaan, jasa dan kegiatan yang dilakukan.
5. Penerima dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan lainnya dengan nama
dan dalam bentuk apapun.
2.3.6 Jenis PPh Pasal 21.
Menurut peraturan Menteri Keuangan Nomor 252/PMK.03/2008
Pegawai tetap adalah pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan
dalam jumlah tertentu secara teratur, termasuk anggota dewan komisaris dan
anggota dewan pengawas yang secara terus menerus ikut mengelolah kegiatan
perusahaan secara langsung, serta pegawai yang bekerja secara kontrak untuk
suatu jangka waktu tertentu sepanjang pegawai yang bersangkutan bekerja
penuj (full time) dalam pekerjaan tersebut.
Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 252/PMK.03/2008
Pegawai tidak tetap atau Pegawi Lepas adalah pegawai yang menerima
penghasilan apabila pegawai yang bersangkutan bekerja, berdasarkan, jumlah
34
hari kerja, jumlah unit hasil pekerjaan yang dihasilkan atau penyelesaian suatu
jenis pekerjaan yang dimintah oleh pemberi kerja.
2.4 Metode Gross Up
2.4.1 Pengertian Metode Gross Up
Menurut Gunarso (2010) Metode gross-up memberikan tunjangan pajak
sebesar pajak penghasilan yang dipotong atas gaji karyawan. Untuk menentukan
besarnya tunjangan ada formula rumus yang digunakan agar tetap sesuai yang
dimaksud dalam aturan perpajakan yang berlaku. Oleh karena itu, dasar
perhitungan rumus metode gross-up adalah penghasilan kena pajak (PKP)
sebelum ada tunjangan. Penggunaan metode ini berkaitan dengan penetapan
besarnya tunjangan pajak. Dengan penerapan ini, besarnya tunjangan akan
ditambahkan kedalam penghasilan karyawan (taxable). Bagi perusahaan, beban
yang timbul atas pemberian tunjangan merupakan biaya yang dapat dikurangkan
atau bersifat deductable expenses dapat mengefisienkan beban pajak perusahaan.
2.4.2 Tiga metode pemotongan Pajak Penghasilan
Menurut Gunarso (2009) ada 3 (Tiga) Pemotongan Pajak Penghasilan
pasal 21 yaitu:
1. Net method adalah PPh pasal 21 ditanggung oleh pemberi penghasilan.
Dalam hal ini, perusahaan akan menanggung semua PPh Pasal 21 atas
35
karyawan, sehingga akan diperlakukan sebagai beban perusahaan, apabila
dilakukan sebagai koreksi fiskal akan dikoreksi secara fiskal positif karena
bersifat nondeductable expenses menjadikan PPh perusahaan lebih besar.
Sementara itu penghasilan yang diterima oleh karyawan tidak berkurang
besarnya karena tidak ada pemotongan untuk pajak dan fasilitas ini tidak
termasuk dalam perhitungan penghasilan.
2. Gross Method adalah metode pemotongan pajak di mana PPh Pasal 21
ditanggung oleh penerima penghasilan. Penghasilan yang diterima
karyawan akan dipotong sesuai besarnya pajak penghasilan terutang
masing-masing karyawan sehingga menjadikan take home pay karyawan
berkurang. Dalam metode ini, tidak menimbulkan beban bagi perusahaan
dan tidak mempengaruhi laba rugi, perusahaan hanya berkewajiban
memungut, melaporkan dan menyetor ke Kantor Pajak.
3. Gross up- Method adalah metode di mana perusahaan memberikan
tunjangan pajak sama besar dengan PPh Pasal 21 yang dipotong atas gaji
karyawan. Metode ini menimbulkan beban bagi perusahaan yang tidak
menimbulkan koreksi positif dalam rekonsiliasi fiskal (deductable
expenses) sehingga pajak terutang perusahaan lebih efisien. Bagi
karyawan menambah penghasilan bruto, take home pay sama dengan net
method, dan kewajiban pajak terpenuhi.
36
2.4.3 Rumus Gross Up
Menurut Gunarso;2010 Rumus gross up Formula untuk perhitungan
besarnya tunjangan PPh Pasal 21 dalam Gross-Up method dibagi ke dalam empat
lapisan rentang PKP
1. PKP s.d Rp 47.500.000 : ( PKP setahun -0) x 5/95 +0
2. PKP >Rp 47.500.000 s.d.Rp 217.500.000 : (PKP setahun – 47.500.00 ) x
15/85 + 2.500.000
3. PKP > Rp 217.500.000 s.d. Rp405.000.000 : (PKP setahun-217.500.000)
x 25/75 + 32.500.000
4. PKP >Rp 405.000.000: (PKP setahun-405.000.000) x 30/70 + 95.000.000
Keterangan : PKP (PKP sebelum tunjangan pajak
2.4.4 Efek Penerapan Metode Gross up
Menurut Gunarso;2010 Penerapan metode Gross-Up menimbulkan
perlakuan fiskal atas beban yang timbul bagi pemberi penghasilan atau perusahaan
merupakan biaya yang dapat menjadi pengurang penghasilan (deductable) maka
ini dapat dikurangkan dari penghasilan bruto perusahaan sehingga bisa
mengefisienkan (menghemat) besarnya jumlah pembayaran pajak penghasilan
perusahaan. Bagi karyawan pemberian tunjangan ini diakui sebagai tambahan
penghasila (taxable), yang kemudian jumlah Pajak Penghasilan yang dipotong
jumlahnya sama besar dengan tunjangan yang diterima, sehingga take home pay
jumlahnya sama dengan apabila menerapkan metode net dan kewajiban PPh Pasal
21 juga terpenuhi.
37
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Tinjauan umum Perusahaan atau Organisasi
3.1.1 Sejarah dan perkembangan perusahaan atau organisasi
Kantor Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia yang beralamatkan
di JL. Taman Pejambon No. 6 Jakarta Pusat. Kementrian Luar Negeri, disingkat
Kemlu, (dahulu Depertemen Luar Negri) adalah kementeria dalam pemerintah
Indonesia yang membidang urusan Luar Negri. Pada tanggal 19 Agustus 1945
setelah Proklamasi tanggal 17, kemudian dibentuk Kementrian Luar Negri
(kementerian dahulu dieja dan disebut’’kementrian’’) dalam kabinet presidensil
merupakan kabinet yang pertama setelah proklamasi negara Republik Indonesia
pada 17 Agustus 1945. Dalam perkembangan pernah disebut sebagai
“departemen”, kemudian berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No 39
Tahun2008 penamaannya kembali menjadi “kementerian Luar Negeri”.
Pada tahun 1945, sampai tahun 1950, Kementerian Luar Negeri
merupakan tahun awal kemerdekaan Indonesia merupakan masa yang
menentukan dalam perjuangan dalam penegakan kemerdekaan yang merupakan
bagian sejarah yang menentukan karakter atau watak politik Luar Negeri
Indonesia. Mengusahakan simpati dan dukungan masyarakat internasional,
menggalang solidaritas negara-negara disegala bidang dan dengan berbagai
macam upaya memperoleh dukungan dan pengakuan atas kemerdekaan Indonesia.
38
Visi dan Misi Kantor Kementerian Luar Negeri.
1. Visi
Terwujudny wibawa Diplomasi guna memperkuat jati diri sebagai Maritim
untuk kepentingan rakyat.
2. Misi
a. Memperkuat peran dan kepemimpinan Indonesia sebagai maritim
dalam kerja sama Internasional untuk memajukan kepentingan
nasional.
b. Memantapkan Peran Kementerian Luar Negeri sebagai penjuru
pelaksana hubungan luar negei dengan dukungan dan peran aktif
pemangku kepentingan Nasioanal.
c. Mewujudkan kapasitas Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan
Republik Indonesia yang mumpuni.
39
3.1.2 Struktur dan Tata Kerja Organisasi
Gambar III.I
Struktur Organisasi
Biro Keuangan Kementerian Luar Negeri
1. Direktur
Memimpin, memilih, menetapkan, dan mengawasi tugas dari karyawan
dan kapala bagian (manajer) dan menyampaikan laporan kepada atasan.
2. Manajer
Menentukan dan memimpin segala aktifitas dan segala sesuatunya untuk
menyelenggarakan tercapainya sesuai dengan apa yang telah ditentukan.
3. Bendahara.
DIREKTUR
MANAJER BENDAHARA SEKRETARIS
STAFF ADMIN SUPERVESIOR
STAFF
40
Menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan
mempertanggung jawabkan uang untuk keperluan Satker.
4. Sekretaris
Membantu seorang pemimpin atau badan pimpinan terutama untuk
penyelenggaraan kegiatan administratif yang akan menunjang kegiatan
manajerial seorang pemimpin, Menyimpan berbagai macam catatan
pengeluaran sehari-hari untuk pimpinan dan penyediaan dana untuk
keperluan sehari-hari.
5. Staff administrasi
Melaksanakan aktifitas penyiapan ruang kerja dan peralatan kantor untuk
seluru pegawai, untuk memastikan ketersediaan ruangan kerja dan
peralatan kantor bagi setiap pekerja sesuai dengan jenis pekerjaan atau
jabatan
6. Supervesior
Mengatur kerjanya para bawahannya, bertanggung jawab atas hasil kerja
staff, memberi motivasi kepada staff bawahannya serta memberikan
Breafing bersama staff.
7. Staff
Mengamati kegiatan-kegiatan operasional dan kondisi-kondisi yang
dihadapi untuk mengadakan apakah instruksi-instruksi telah dijalankan
dengan baik dan apakah instruksi tersebut menghambat atau memperlancar
proses pencapaian tujuan.
41
3.1.3 Kegiatan Usaha atau Organisasi.
Kegiatan usaha utama dari Kementerian Luar Negeri adalah, untuk
mengusahakan simpati dan dukungan masyarakat internasional, menggalang
solidaritas, teman-teman disegala bidang dan dengan berbagai macam upaya
memperoleh dukungan dan pengakuan atas kemerdekaan Indonesia.
Pada organisasi Biro kepegawaian Sekretaris Jenderal Kementerian Luar
Negeri Republik Indonesi merupaka unsur pembantu pimpinan Kementerian Luar
Negeri Republik Indonesia yang bertugas untuk melaksanakan koordinasi
pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan administrasi kepada
seluru unit organisasi di lingkungan Kementerian Luar Negri.
Kemudian mempunyai fungsi untuk menyelenggara organisasi, dan
program kementrian luar negri, pembinaan dan pemberi dukungan administrasi
yang meliputi ketatausahaan kepegawaian, keuangan, kerumatanggaan, arsip dan
dokumentasi Kementerian Luar Negeri.
3.2 Hasil Penelitian.
3.2.1 Model Perhitungan Pajak Penghasilan pasal 21
Daftar gaji pegawai tetap Biro Kepegawaian Kementerian Luar Negeri
Republik Indonesia Bulan Februari 2016.
42
Tabel III.1
Tabel daftar gaji Biro Kepegawaian Kementerian Luar Negeri
Sumber:Data Biro Kepegawaian Kementerian Luar Negeri.
Dari keterangan daftar gaji diatas maka akan diperjelaskan perhitungan Pajak
Penghasilan PPh pasal 21 dari salah satu karyawan Biro Kepegawaian
Kementerian Luar Negeri adalah sebagai berikut:
Nama Stat
us
Gaji
Pokok
Tunjan
gan
jabatan
Tunjan
gan
beras
Tunjan
ga
pajak
Jumlah
kotor
iuran
Pajak
peng
hasila
n
Sew
a
ru
ma
h
Juml
ah
poton
g
Jumlah
bersi
Rp Rp Rp RP RP RP RP RP RP RP
Lany
hidayat K/0 4.429.300 510.000 72.420
77.062 5.078.7
92
442.930 77.06
2
7.00
0
526.9
92
4.551.8
00
Andriw
ati K/1 4.872.230 553.000 144.840
50.491 5.567.6
14
487.223 50.49
1
7.00
0
544.7
14
5.022.9
00
Johania
r K/1 4.579.190 629.000 144.840
76.666 5.340.7
85
457.919 76.66
6
7.00
0
541.5
85
4.799.2
00
Rita
Elviani K/2 4.382.112 539.000 217.260
31.812 5.131.2
23
438.211 31.81
2
7.00
0
477.0
23
4.654.2
00
Kartina K/2 4.324.134 599.000 289.680 45.137 5.159.0
50
432.413 45.13
7
7.00
0
484.5
50
4.674.5
00
Albine
Rosw K/2 4.662.448 536.000 217.260
44.462 5.424.2
06
466.244 44.46
2
7.00
0
517.7
06
4.906.5
00
Jumla
h
27.249.41
4
3.366.0
00
1.086.3
00 325.630
31.701.
670
2.274.9
40
325.6
30
42.0
00
3.029.
570
28.609.
100
43
Nama (1): Lany Hidayat
Status : K/0 (Kawin tidak ada anak.)
Perhitungan pajak Penghasilan sebagai berikut
Gaji Pokok Sebulan Rp 4.429.300
Tunjangan jabatan, Rp 510.000
Tunjangan beras Rp 77.420
Tunjangan khusus Pajak RP 77.062 +
Penghasilan Bruto Rp 5.078.792
Pengurangan :
Biaya Jabatan =5% x 5.078.792 Rp 253.940
Iuran pegawai / bulan Rp 442.930
Pajak Penghasilan Rp 77.062
sewah rumah tunggakan Rp 7.000 +
Rp (780.932)
Penghasilan netto setahun Rp ( 4.297.860)
Penghasilan tidak kena pajak (PTKP) Setahun
K/0
44
Wajib pajak pribadi Rp 4.500.000
tambahan untuk wajib pajak yang kawin Rp 375.000 +
Rp (4.875.000 )
Penghasilan Kena Pajak (PKP) Setahun Rp 577.140
PPh pasal 21 Terutang perbulan dapat dari 5% X Rp Penghasilan kena pajak Rp,
577.140 sama dengan 28.857
Nama (2) : Andriwati
Status : K/1 (Kawin dan mempunyai satu anak)
Perhitungan pajak Penghasilan sebagai berikut
Gaji Pokok Sebulan Rp 4.872.230
Tunjangan jabatan, Rp 553.00
Tunjangan beras Rp 144.840
Tunjangan khusus Pajak RP 50.491 +
Penghasilan Bruto Rp 5.567.614
Pengurangan :
Biaya Jabatan =5% x 5.567.614 Rp 278.381
Iuran pegawai / bulan Rp 487.223
45
Pajak Penghasilan Rp 50.491
sewah rumah tunggakan Rp 7.000 +
Rp (823.095)
Penghasilan netto setahun Rp 4.744.519
Penghasilan tidak kena pajak (PTKP) Setahun
K/1
Wajib pajak pribadi Rp 4.500.000
tambahan untuk wajub pajak yang kawin Rp 375.00
tanggungan 1 orang Rp 375.000 +
Rp (5.250.000)
Penghasilan Kena Pajak (PKP) Setahun Rp 505.481
PPh pasal 21 Terutang dapat dari 5% X Rp Penghasilan kena pajak Rp, 505.481
sama dengan Rp. 25.274.
Perhitungan Pajak Penghasilan PPh pasal 21
Nama (3) : Johaniar
Status : K/1 (Kawin dan mempunyai satu anak)
46
Perhitungan pajak Penghasilan sebagai berikut
Gaji Pokok Sebulan Rp 4.579.190
Tunjangan jabatan, Rp 629.000
Tunjangan beras Rp 144.840
Tunjangan khusus Pajak RP 76.666 +
Penghasilan Bruto Rp (5.340.785)
Pengurangan :
Biaya Jabatan =5% x 5.340.785 Rp 267.039
Iuran pegawai / bulan Rp 457.919
Pajak Penghasilan Rp 76.666
sewah rumah tunggakan Rp 7.000 +
Rp (808.624.)
Penghasilan netto setahun Rp (4.532.161)
Penghasilan tidak kena pajak (PTKP) Setahun
K/0
Wajib pajak pribadi Rp 4.500.000
tambahan untuk wajub pajak yang kawin Rp 375.000
tanggunagan 1 orang Rp 375.000 +
47
Rp (5.520.000)
Penghasilan Kena Pajak (PKP) Setahun Rp 987.839
PPh pasal 21 Terutang dapat dari 5% X Rp Penghasilan kena pajak Rp, 987.839
sama dengan Rp. 49.392
Nama (4) : Rita elfiana
Status : K/2 (Kawin dan mempunyai dua anak)
Perhitungan pajak Penghasilan sebagai berikut
Gaji Pokok Sebulan Rp 4.382.112
Tunjangan jabatan, Rp 539.000
Tunjangan beras Rp 217.260
Tunjangan khusus Pajak RP 31.812 +
Penghasilan Bruto Rp 5.131.223
Pengurangan :
Biaya Jabatan =5% x 5.131.223 Rp 256.561
Iuran pegawai / bulan Rp 438.211
Pajak Penghasilan Rp 77.666
48
sewah rumah tunggakan Rp 7.000 +
Rp (733.584.)
Penghasilan netto setahun Rp 4.397.639
Penghasilan tidak kena pajak (PTKP) Setahun
K/1
Wajib pajak pribadi Rp 4.500.000
tambahan untuk wajub pajak yang kawin Rp 375.00
tanggungan 2 orang Rp 750.000 +
Rp (5.625.000)
Penghasilan Kena Pajak (PKP) Setahun Rp 1.227.361
PPh pasal 21 Terutang dapat dari 5% X Rp Penghasilan kena pajak Rp,
1.227.361 sama dengan Rp.61.368.
Nama (5) : Kartini
Status : K/2 (Kawin dan mempunyai dua anak)
Perhitungan pajak Penghasilan sebagai berikut
Gaji Pokok Sebulan Rp 4.324.134
Tunjangan jabatan, Rp 599.000
49
Tunjangan beras Rp 289.680
Tunjangan khusus Pajak RP 45.137 +
Penghasilan Bruto Rp (5.159.050)
Pengurangan :
Biaya Jabatan =5% x 5.159.050 Rp 257.952
Iuran pegawai / bulan Rp 466.244
Pajak Penghasilan Rp 44.462
sewah rumah tunggakan Rp 7.000 +
Rp (775.658)
Penghasilan netto setahun Rp 4.383.392
Penghasilan tidak kena pajak (PTKP) Setahun
K/1
Wajib pajak pribadi Rp 4.500.000
tambahan untuk wajub pajak yang kawin Rp 375.00
tanggungan 2 orang Rp 750.000 +
Rp (5.625.000)
Penghasilan Kena Pajak (PKP) Setahun Rp 1.242.608
50
PPh pasal 21 Terutang dapat dari 5% X Rp Penghasilan kena pajak Rp,
1.242.608 sama dengan Rp.62.130.
Nama (6) : Albine rosita
Status : K/2 (Kawin dan mempunyai dua anak)
Perhitungan pajak Penghasilan sebagai berikut
Gaji Pokok Sebulan Rp 4.662.448
Tunjangan jabatan, Rp 536.000
Tunjangan beras Rp 217.260
Tunjangan khusus Pajak RP 44.462 +
Penghasilan Bruto Rp (5.424.206)
Pengurangan :
Biaya Jabatan =5% x 5.424.206 Rp 217.210
Iuran pegawai / bulan Rp 466.244
Pajak Penghasilan Rp 44.462
sewah rumah tunggakan Rp 7.000 +
Rp (734.916)
Penghasilan netto setahun Rp (4.689.290)
51
Penghasilan tidak kena pajak (PTKP) Setahun
K/1
Wajib pajak pribadi Rp 4.500.000
tambahan untuk wajub pajak yang kawin Rp 375.00
tanggungan 2 orang Rp 750.000 +
Rp (5.625.000)
Penghasilan Kena Pajak (PKP) Setahun Rp 935.710
PPh pasal 21 Terutang dapat dari 5% X Rp Penghasilan kena pajak Rp, 935.710
sama dengan Rp.46.786.
Berikut ini merupakan Rekapitulasi perhitungan PPh pasal 21 karyawan tetap
pada biro kepegawaian kementerian luar negeri setiap bulannya
Tabel III.2
Rekapitulasi Perhitungan PPh pasal 21 Karyawan Tetap
N0 NAMA PENGHASILAN
BRUTO/BULAN
PENGHASILAN
NETTO/BULAN
PKP
21/BULAN
PPH PASAL
21/BULAN
1 LANI HIDAYATI 5.078.792 4.297.860 577.140 28.587
2 ANDRIWATI 5.567.614 4.744.519 505.481 25.247
3 JOHANIAR 5.340.000 4.532.161 987.839 49.392
4 RITA ELVIANA 5.131.223 4.397.639 1.227.361 61.368
5 KARTINA 5.159.050 4.383.392 1.242.648 62.130
52
6 ALBINE ROSITA 5.424.206 4.689.290 935.710 46.786
JUMLAH 31.700.885
27.044.861
5.476.179
273.510
Data kepegawaian kementerian luar negeri yang diolah.
Dari tabel Rekapitulasi diatas dapat dilihat bahwa penghasilan Bruto Per bulan
Rp 31.700.885, Penghasilan netto per bulan sebesar Rp 27.044.861, penghasilan
kena pajakanya per bulan sebesar Rp 5.476.179 sedangkan PPh pasal 21 yang
terutang yang disetor Ke Biro Kepegawaian Kementerian Luar Negeri Tiap
bulannya adalah Rp, 273.510.
3.2.2 Model Perhitungan PPh Pasal 21 Metode Gross up
Daftar gaji dan penghasilan karyawan tetap obyek penelitian yaitu Biro
Kepe
gawaian Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia.
Tabel III.3
Tabel daftar gaji Biro Kepegawaian Kementerian Luar Negeri
Nama Status
Gaji Pokok
Tunjangan Jabatan
Tunjangan beras
Tunjanga pajak
Jumlah kotor
iuran
Pajak penghasilan
Sewa rumah
Jumlah potong
Jumlah bersi
Rp Rp Rp RP RP RP RP RP RP RP
Lany hidayat
K/0 4.429.300 510.000 72.420 77.062 5.078.792 442.930 77.062 7.000 526.992 4.551.800
Andriwati K/1 4.872.230 553.000 144.840 50.491 5.567.614 487.223 50.491 7.000 544.714 5.022.900 Johaniar K/1 4.579.190 629.000 144.840 76.666 5.340.785 457.919 76.666 7.000 541.585 4.799.200 Rita Elviani
K/2 4.382.112 539.000 217.260 31.812 5.131.223 438.211 31.812 7.000 477.023 4.654.200
Kartina K/2 4.324.134 599.000 289.680 45.137 5.159.050 432.413 45.137 7.000 484.550 4.674.500
53
Sumber: Data Biro Kepegawaian Kementerian Luar Negeri.
Dari keterangan daftar gaji diatas maka akan diperjelaskan perhitunngan
gaji metode Gross upnya adalah sebagai berikut:
Nama (1): Lany Hidayat
Status : K/0 (Kawin tidak ada anak.)
Perhitungan pajak Penghasilan sebagai berikut
Gaji Pokok Sebulan Rp 4.429.300
Tunjangan jabatan, Rp 510.000
Tunjangan beras Rp 77.420
Tunjangan khusus Pajak RP 77.062 +
Penghasilan Bruto Rp 5.078.792
Pengurangan :
Biaya Jabatan =5% x 5.078.792 Rp 253.940
Iuran pegawai / bulan Rp 442.930
Pajak Penghasilan Rp 77.062
sewah rumah tunggakan Rp 7.000 +
Rp (780.932)
Albine Rosw
K/2 4.662.448 536.000 217.260 44.462 5.424.206 466.244 44.462 7.000 517.706 4.906.500
Jumlah
27.249.414 3.366.000 1.086.300 325.630 31.701.670
2.274.940 325.630 42.00
0 3.029.570
28.609.100
54
Penghasilan netto setahun Rp ( 4.297.860)
Penghasilan tidak kena pajak (PTKP) Setahun
K/0
Wajib pajak pribadi Rp 4.500.000
tambahan untuk wajib pajak yang kawin Rp 375.000 +
Rp (4.875.000 )
Penghasilan Kena Pajak (PKP) Setahun Rp 577.140
PPh pasal 21 Terutang perbulan dapat dari 5% X Rp Penghasilan kena pajak Rp,
577.140 sama dengan 28.857
Karena penghasilan Kena pajak diatas ada dilapisan yang ke pertama (1) maka
rumus gross up nya yang dipakai adalah :
Tunjangan pajak = (PKP Setahun -0) x 5/95 + 0
= Rp (577.140-0) x 5/95 + 0
= Rp 30.375.
Nama (2) : Andriwati
Status : K/1 (Kawin dan mempunyai satu anak)
Perhitungan pajak Penghasilan sebagai berikut
55
Gaji Pokok Sebulan Rp 4.872.230
Tunjangan jabatan, Rp 553.00
Tunjangan beras Rp 144.840
Tunjangan khusus Pajak RP 50.491 +
Penghasilan Bruto Rp 5.567.614
Pengurangan :
Biaya Jabatan =5% x 5.567.614 Rp 278.381
Iuran pegawai / bulan Rp 487.223
Pajak Penghasilan Rp 50.491
sewah rumah tunggakan Rp 7.000 +
Rp (823.095)
Penghasilan netto setahun Rp 4.744.519
Penghasilan tidak kena pajak (PTKP) Setahun
K/1
Wajib pajak pribadi Rp 4.500.000
tambahan untuk wajub pajak yang kawin Rp 375.00
tanggungan 1 orang Rp 375.000 +
56
Rp (5.250.000)
Penghasilan Kena Pajak (PKP) Setahun Rp 505.481
PPh pasal 21 Terutang dapat dari 5% X Rp Penghasilan kena pajak Rp, 505.481
sama dengan Rp. 25.274.
Karena penghasilan Kena pajak diatas ada dilapisan yang ke pertama (1) maka
rumus gross up nya yang dipakai adalah :
Tunjangan pajak = (PKP Setahun -0) x 5/95 + 0
= Rp (505.481-0) x 5/95 + 0
= Rp 26.604
Perhitungan Pajak Penghasilan PPh pasal 21
Nama (3) : Johaniar
Status : K/1 (Kawin dan mempunyai satu anak)
Perhitungan pajak Penghasilan sebagai berikut
Gaji Pokok Sebulan Rp 4.579.190
Tunjangan jabatan, Rp 629.000
57
Tunjangan beras Rp 144.840
Tunjangan khusus Pajak RP 76.666 +
Penghasilan Bruto Rp (5.340.785)
Pengurangan :
Biaya Jabatan =5% x 5.340.785 Rp 267.039
Iuran pegawai / bulan Rp 457.919
Pajak Penghasilan Rp 76.666
sewah rumah tunggakan Rp 7.000 +
Rp (808.624.)
Penghasilan netto setahun Rp (4.532.161)
Penghasilan tidak kena pajak (PTKP) Setahun
K/0
Wajib pajak pribadi Rp 4.500.000
tambahan untuk wajub pajak yang kawin Rp 375.000
tanggunagan 1 orang Rp 375.000 +
Rp (5.520.000)
Penghasilan Kena Pajak (PKP) Setahun Rp 987.839
58
PPh pasal 21 Terutang dapat dari 5% X Rp Penghasilan kena pajak Rp, 987.839
sama dengan Rp. 49.392
Karena penghasilan Kena pajak diatas ada dilapisan yang ke pertama (1) maka
rumus gross up nya yang dipakai adalah :
Tunjangan pajak = (PKP Setahun -0) x 5/95 + 0
= Rp (987.839-0) x 5/95 + 0
= Rp 51.991
Nama (4) : Rita elfiana
Status : K/2 (Kawin dan mempunyai dua anak)
Perhitungan pajak Penghasilan sebagai berikut
Gaji Pokok Sebulan Rp 4.382.112
Tunjangan jabatan, Rp 539.000
Tunjangan beras Rp 217.260
Tunjangan khusus Pajak RP 31.812 +
Penghasilan Bruto Rp 5.131.223
Pengurangan :
Biaya Jabatan =5% x 5.131.223 Rp 256.561
59
Iuran pegawai / bulan Rp 438.211
Pajak Penghasilan Rp 77.666
sewah rumah tunggakan Rp 7.000 +
Rp (733.584.)
Penghasilan netto setahun Rp 4.397.639
Penghasilan tidak kena pajak (PTKP) Setahun
K/1
Wajib pajak pribadi Rp 4.500.000
tambahan untuk wajub pajak yang kawin Rp 375.00
tanggungan 2 orang Rp 750.000 +
Rp (5.625.000)
Penghasilan Kena Pajak (PKP) Setahun Rp 1.227.361
PPh pasal 21 Terutang dapat dari 5% X Rp Penghasilan kena pajak Rp,
1.227.361 sama dengan Rp.61.368.
Karena penghasilan Kena pajak diatas ada dilapisan yang ke pertama (1) maka
rumus gross up nya yang dipakai adalah :
Tunjangan pajak = (PKP Setahun -0) x 5/95 + 0
= Rp (1.227.361-0) x 5/95 + 0
60
= Rp 64.597
Nama (5) : Kartini
Status : K/2 (Kawin dan mempunyai dua anak)
Perhitungan pajak Penghasilan sebagai berikut
Gaji Pokok Sebulan Rp 4.324.134
Tunjangan jabatan, Rp 599.000
Tunjangan beras Rp 289.680
Tunjangan khusus Pajak RP 45.137 +
Penghasilan Bruto Rp (5.159.050)
Pengurangan :
Biaya Jabatan =5% x 5.159.050 Rp 257.952
Iuran pegawai / bulan Rp 466.244
Pajak Penghasilan Rp 44.462
sewah rumah tunggakan Rp 7.000 +
Rp (775.658)
Penghasilan netto setahun Rp 4.383.392
61
Penghasilan tidak kena pajak (PTKP) Setahun
K/1
Wajib pajak pribadi Rp 4.500.000
tambahan untuk wajub pajak yang kawin Rp 375.00
tanggungan 2 orang Rp 750.000 +
Rp (5.625.000)
Penghasilan Kena Pajak (PKP) Setahun Rp 1.242.608
PPh pasal 21 Terutang dapat dari 5% X Rp Penghasilan kena pajak Rp,
1.242.608 sama dengan Rp.62.130.
Karena penghasilan Kena pajak diatas ada dilapisan yang ke pertama (1) maka
rumus gross up nya yang dipakai adalah :
Tunjangan pajak = (PKP Setahun -0) x 5/95 + 0
= Rp (1.242.608-0) x 5/95 + 0
= Rp 65.400.
Nama (6) : Albine rosita
Status : K/2 (Kawin dan mempunyai dua anak)
Perhitungan pajak Penghasilan sebagai berikut
62
Gaji Pokok Sebulan Rp 4.662.448
Tunjangan jabatan, Rp 536.000
Tunjangan beras Rp 217.260
Tunjangan khusus Pajak RP 44.462 +
Penghasilan Bruto Rp (5.424.206)
Pengurangan :
Biaya Jabatan =5% x 5.424.206 Rp 217.210
Iuran pegawai / bulan Rp 466.244
Pajak Penghasilan Rp 44.462
sewah rumah tunggakan Rp 7.000 +
Rp (734.916)
Penghasilan netto setahun Rp (4.689.290)
Penghasilan tidak kena pajak (PTKP) Setahun
K/1
Wajib pajak pribadi Rp 4.500.000
tambahan untuk wajub pajak yang kawin Rp 375.00
tanggungan 2 orang Rp 750.000 +
Rp (5.625.000)
63
Penghasilan Kena Pajak (PKP) Setahun Rp 935.710
PPh pasal 21 Terutang dapat dari 5% X Rp Penghasilan kena pajak Rp, 935.710
sama dengan Rp.46.786.
Karena penghasilan Kena pajak diatas ada dilapisan yang ke pertama (1) maka
rumus gross up nya yang dipakai adalah :
Tunjangan pajak = (PKP Setahun -0) x 5/95 + 0
= Rp (935.710-0) x 5/95 + 0
= Rp 46.785
Tabel III.4
Rekapitulasi Perhitungan PPh pasal 21 Karyawan Tetap dengan
menggunakan metode gross up
N0 NAMA PENGHASILAN
BRUTO/BULAN
PENGHASILAN
NETTO/BULAN
PKP
21/BULAN
PPH PASAL
21/BULAN
1 LANI HIDAYATI 5.078.792 4.297.860 577.140 30.375
2 ANDRIWATI 5.567.614 4.744.519 505.481 26.204
3 JOHANIAR 5.340.000 4.532.161 987.839 51.991
4 RITA ELVIANA 5.131.223 4.397.639 1.227.361 64.597
5 KARTINA 5.159.050 4.383.392 1.242.648 65.400
6 ALBINE ROSITA 5.424.206 4.689.290 935.710 46.785
64
JUMLAH 31.700.885
27.044.861
5.476.179
285.352
Data kepegawaian kementerian luar negeri yang diolah.
Dari tabel Rekapitulasi diatas dapat dilihat bahwa penghasilan Bruto Per
bulan Rp 31.700.885, Penghasilan netto per bulan sebesar Rp 27.044.861,
penghasilan kena pajakanya per bulan sebesar Rp 5.476.179 sedangkan PPh pasal
21 dengan menggunakan metode gross up yang terutang yang disetor Ke Biro
Kepegawaian Kementerian Luar Negeri Tiap bulannya adalah Rp, 285.352
3.2.3 Perbandingan antara sebelum dan sesudah penerapan metode gross
up.
Tabel III.5
Perbandingan antara sebelum dan sesudah
Penerapan metode Gross up
Keterangan Sebelum
penerapan metode
gross up
Rp
Sesudah
penerapan
Metode Gross up
Rp
Selisih
Rp
Beban pajak
terutang
273.510 285.352 11.842.
Sumber: Hasil dari Data Biro Kepegawaian Kementerian Luar Negeri yang diolah
Berdasarkan hasil dari penelitian ini menunjukkan perhitungan pajak PPh
65
pasal 21 pada bulan februari 2016 di biro kepegawaian kementerian luar negeri
yang harus di sektor ke biro kepegawaian kementerian luar negeri adalah bahwa
perencanaan pajak dengan metode gross up memberikan nilai yang besar, karena
sebelum penerapan metode gross up beban pajak terutang yang harus dibayar oleh
setiap karyawan per bulan Rp 273.510, sedangkan sesudah penerapan metode
gross up beban pajak terutang yang harus dibayar sebesar Rp 385.352 oleh
karena itu terjasi keselisihan Rp 11.842 atau perbedaan yaitu dalm perhitungan
PPh pasal 21 pada Biro Kepegaian Kantor Kepegawaian Kementerian Luar
Negeri atas dasar besar iuran wajib pajaknya diperoleh sebesar 5%.
66
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari hasil analisis diatas, maka dapat diambil beberapa kesimpulan
sebelum dan sesuda penerapan metode Gross up antara lain :
1. Pada biro kepegawaian belum melakukan Penerapan Metode Gross up ,
oleh karena itu peneliti mencoba untuk menerapkan, ternyata
mengakibatkan adanya perbedaan dalam menghasilkan beban pajak yang
terutang yang harus dibayar oleh setiap karyawan karena dalam
perhitungannya sebelum penerapan metode gross up nilainya lebih kecil
dibandingkan dengan sesudah penerapan metode gross up.
2. Perhitungan PPh pasal 21 pada Biro kepegawaian Kementerian Luar
negeri dasar besar iuran pajaknya sebesar 5%, dari gaji pokok, dan
tunjangan istri suami dan anak.
4.1 Saran
1. Sebaiknya dalam perhitungan PPh pasal 21 dengan menggunakan metode
gross up perlu mempertimbangkan dari perusahaan dan karyawan untuk
memilih dalam menghitung PPh pasal 21 nya karena dalam menerapkan
metode gross up nilainya lebih besar.
2. Para karyawan dan perusahaan juga harus mengetahui informasi-
informasi terbaru dalam perubahan peraturan perpajakan, sehingga tidak
terjadi kesalahan dalam perhitungan dan pajak penghasilan terutang.
67
DAFTAR PUSTAKA
Keuangan Republik Indonesia 2008. Perturan Menteri Keuangan
RepublikIndonesia Nomor 252/PMK.03/2008 Tentang Penerimaan
Penghasilan Yang Dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21.
Kementerian Keungan Republik Indonesia 2008. Peraturan Menteri Keuangan
Republik Indonesia Nomor 252/PMK.03/2008 Tentang Pegawai Tetap dan
Tidak Tetap.
Mardiasmo. 2011:143. Perpajakan Edisi Revisi. Yogyakarta: Andi.
Muyassaroh. 2012:32. Perpajakan Brivet A dan B. Yogyakarta: Yustisia.
Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan
dan Tata Cara Umum Perpajakan.
Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak
Penghasilan.
Siti. 2013:96. Perpajakan Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat.
Setiawati. 2009:409. Perpajakan Indonesia Konsep Aplikasi dan Penuntun Praktis.
Yogyakarta: Andi
Sumarson. 2013:45. Perpajakan Indonesia Edis
70
71