Upload
truongxuyen
View
222
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISA PENGARUH RISIKO SISTEMATIS, LIKUDITAS,
DAN STOCK SPLIT TERHADAP RETURN SAHAM
Skripsi
Oleh :
SUSANTI
104081002593
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H / 2008 M
ANALISA PENGARUH RISIKO SISTEMATIS, LIKUDITAS,
DAN STOCK SPLIT TERHADAP RETURN SAHAM
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana
Ekonomi
Oleh : SUSANTI
NIM : 104081002593
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II Prof.Dr.Ahmad Rodoni, MM Titi Dewi Warninda. SE, Msi NIP. 150 317 955 NIP. 150 368 746
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1429 H / 2008 M
ANALISA PENGARUH RISIKO SISTEMATIS, LIKUDITAS,
DAN STOCK SPLIT TERHADAP RETURN SAHAM
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana
Ekonomi
Oleh :
SUSANTI NIM : 104081002593
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II Prof.Dr.Ahmad Rodoni, MM Titi Dewi Warninda. SE, Msi NIP. 150 317 955 NIP. 150 368 746
Penguji Ahli
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS NIP. 131 474 891
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1429 H / 2008 M
Hari ini Selasa Tanggal 10 Bulan Juni Tahun Dua Ribu Delapan telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Susanti NIM : 104081002593 dengan judul skripsi “ANALISA PENGARUH RISIKO SISTEMATIS, LIKUIDITAS, DAN STOCK SPLIT TERHADAP RETURN SAHAM” Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi pada jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 10 Juni 2008
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Titi Dewi Warninda. SE, Msi Ketua Sekretaris
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Penguji Ahli
CURRICULUM VITAE
o DATA PRIBADI
Nama Lengkap : Susanti.
Tempat/Tanggal lahir : Sukabumi, 17 Mei 1986.
Alamat : Kp Sudajaya RT 006 RW 002, Kel Jayaraksa, Kec
Baros, Sukabumi.
E-mail : [email protected]
Telepon : 0266-232059 / 085693397742.
Jenis Kelamin : Perempuan.
Agama : Islam.
Motto Hidup : Hari ini harus lebih baik dari kemarin.
o PENDIDIKAN
1. Tahun 1992-1998 : SDN Pasir Ipis III Sukabumi
2. Tahun 1998-2001 : MTsN Pasir Ipis Sukabumi
3. Tahun 2001-2004 : MA Darul-Muta’allimin Sukabumi
4. Tahun 2004-2008 : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta
ABSTRACT
This research aims at providing empirical evidence on factors that effect
return at stock split firms in Indonesia Stock Exchange. Systematic risk, liquidation that is measured with bid-ask spread and trading volume activity, and stock split can be used as factors that effect return. This research applies samples stock split firms in Indonesia Stock Exchange at period 2006-2007 with purposive sampling method. The samples consist of 22 firm and divide period of research becomes two that is six month before and six month after stock split.
The statistical method in this research which is applied is multiple regression and paired sample t test. Multiple regression applied to examine the significant effect systematic risk, liquidation that is measured with bid-ask spread and trading volume activity, and stock split to return. Paired sample t test applied to examine the significant difference of return, systematic risk, bid-ask spread, and trading volume activity before and after stock split.
The result indicates that systematic risk, trading volume activity, and stock split has significant effect to return. The result also indicates that there is significant difference between return before and after stock split.
Keyword: Return, Systematic Risk, Bid-Ask Spread, Trading Volume Activity, Stock Split, Multiple Regression, Paired Sample t Test.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi return saham pada perusahaan yang melakukan stock split di Bursa Efek Indonesia. Risiko sistematis, likuiditas yang diukur dengan bid-ask spread dan trading volume activity, dan stock split digunakan sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi return saham. Dalam penelitian ini digunakan sampel perusahaan yang melakukan stock split di Bursa Efek Indonesia pada periode 2006-2007 dengan metode purposive sampling. Sampel terdiri dari 22 perusahaan dan membagi periode pengamatan penelitian menjadi dua yaitu periode enam bulan sebelum dan enam bulan sesudah stock split.
Dalam penelitian ini metode statistik yang digunakan adalah analisis regresi berganda dan uji beda dua rata-rata (paired sample t test). Analisis regresi berganda digunakan untuk menganalisis apakah terdapat pengaruh risiko sistematis, likuiditas yang diukur dengan bid-ask spread dan trading volume activity, dan stock split terhadap return saham. Uji beda dua rata-rata digunakan untuk menganalisis apakah terdapat perbedaan return saham, risiko sistematis, bid-ask spread, dan trading volume activity pada saat sebelum dan sesudah stock split.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa risiko sistematis, trading volume activity, dan stock split mempunyai pengaruh terhadap return saham. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat perbedaan return saham sebelum dan sesudah stock split.
Kata kunci : Return Saham, Risiko Sistematis, Bid-Ask Spread, Trading Volume Activity, Stock Split, Regresi Berganda, Paired Sample t Test.
KATA PENGANTAR
Assalamu’aikum warohmatullahi wabarakatuh
Segala puji hanya milik Allah azza wajalla, dzat yang kepada-NYAlah kita
serahkan semua harapan dan amal, segala puji hanya milik Allah SWT yang telah
mencurahkan karunia dan kasih sayang-NYA sehingga penyusun dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisa Pengaruh Risiko Sistematis,
Likuiditas, Dan Stock Split Terhadap Return Saham”.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada tauladan terbaik
Rasulullah Muhammad Saw, keluarga, sahabat serta para pengikutnya khususnya
para pejuang ilmu yang mengamalkan ilmunya dengan penuh keikhlasan.
Pada kesempatan ini saya sebagai penyusun ingin mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada orang-orang yang telah membantu penyusun
dalam menyelesaikan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung
“Semoga Allah SWT memberikan balasan yang lebih baik” terutama kepada :
1. Kedua orang tuaku tercinta Ayahanda Samsuri dan ibunda Tatit Maryani yang
telah memberikan dukungan materil dan moril sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
2. Keluarga bapak Haryoto dan ibu Tuti yang telah banyak memberikan bantuan
dengan penuh keikhlasan kepada penyusun.
3. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS sebagai Dekan Fakultas Ekonomi & Ilmu Sosial
(FEIS) UIN Jakarta yang membuat FEIS menjadi berkembang hingga saat ini.
4. Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM sebagai ketua jurusan manajemen dan sebagai
pembimbing 1 dan kepada Ibu Titi Dewi Warninda.SE, Msi sebagai
pembimbing 2, yang telah meluangkan waktu dan memberikan ilmunya
kepada penyusun hingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Seluruh dosen FEIS yang telah memberikan pengetahuan yang luas kepada
penulis selama perkuliahan.
6. Adik-adiku tercinta (Aa Amin, Neng lastri, dan Shania) yang telah
memberikan motivasi disaat menyusun skripsi ini.
7. Satu orang yang spesial dihati hingga hari ini “Rahman” yang selalu memberi
motivasi sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi ini.
8. Teman-temanku kelas Manajemen E (Angkatan 2004) : yang memberikan
kenangan terbaik selama kuliah di FEIS hingga saat ini dan persahabatan ini
tidak akan berakhir.
9. Titi, Lia, Reni, Harni, Syarifah, Lilik, Citra, Novi, Niar, Dodo, dan Vandy
yang membuat penyusun selalu ceria dengan keberadaan dan kebersamaan
mereka.
10. Teman-teman di kosan Izza yang lucu dan aneh (Hani, Desi, Endah, Sancil,
Astri, dan Sulis).
Akhir kata semua niat baik dalam menyusun skripsi ini semoga
menjadikan skripsi ini bermanfaat bagi Penyusun khususnya dan semua yang
membaca skripsi ini, semoga ilmu yang bermanfaat yang dapat diambil dari
skripsi ini.Amin
Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarakatuh
Jakarta,
November 2008 M Dzulhijah 1429 H
DAFTAR ISI
Daftar Riwayat Hidup……………………………………………………………..i
Abstract……………………………………………………………………………ii
Abstrak……………………………………………………………………………iii
Kata Pengantar……………………………………………………………………iv
Daftar Isi………………………………………………………………………….vi
Daftar Tabel……………………………………………………………………..viii
Daftar Gambar…………………………………………………………………….x
Daftar Lampiran………………………………………………………………….xi
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………...1
A. Latar Belakang Penelitian...…………………………………………1
B. Pembatasan Masalah ..……..………………………………………..7
C. Perumusan Masalah….....……………………………………………7
D. Tujuan Penelitian………..……………………………...……………8
E. Manfaat Penelitian...……………………………………..………….9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.…………………………..…………...……...10
A. Pasar Modal………………..……………………………………….10
B. Investasi…………………..………………………………………...12
C. Saham Sebagai Instrumen Pasar Modal……………………..…….. 14
D. Return Saham……………………………………………………….18
E. Risiko Saham……………………………………………………..…22
F. Likuiditas Saham…………………………………………………....25
G. Stock Split………………………………………………………..…29
H. Penelitian Terdahulu…………………………………………..……31
I. Kerangka Pemikiran………………………………………………...35
J. Perumusan Hipotesis………………………………………………..37
BAB III METODOLOGI PENELITIAN……………………………………….38
A. Ruang Lingkup Penelitian…………………………………………..38
B. Metode Penentuan Sampel………………………………………….38
C. Metode Pengumpulan Data ...……………………………………....40
D. Metode Analisis………………………………………….………….40
a. Uji Dasar Asumsi klasik………………………………………...41
b. Regresi…………………………………………………………...44
c. Uji Hipotesis ……………………………………………............45
E. Operasional Variabel Penelitian…………………………………….49
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.………………….…………………...52
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian.......................................52
B. Deskripsi Statistik...............................................................................56
C. Analisis Data......................................................................................70
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI........................................................89
A. Kesimpulan.........................................................................................89
B. Implikasi.............................................................................................90
C. Keterbatasan Penelitian dan Saran.....................................................91
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………92
LAMPIRAN……………………………………………………………………..94
DAFTAR TABEL
No Tabel Halaman
3.1. Perusahaan yang melakukan stock split di BEI……………………………..39
4.1. Rata-rata return saham sebelum stock split…………………………………57
4.2. Rata-rata return saham sesudah stock split………………………………….58
4.3. Rata-rata risiko sistematis sebelum stock split………………………………60
4.4. Rata-rata risiko sistematis sesudah stock split………………………………62
4.5. Rata-rata bid-ask spread sebelum stock split………….……..…………...…64
4.6. Rata-rata bid-ask spread sesudah stock split………………………………...65
4.7. Rata-rata trading volume activity sebelum stock split………………………66
4.8. Rata-rata trading volume activity sesudah stock split……………………….68
4.9. Deskriptif statistik sebelum stock split……………………………………...69
4.10. Deskriptif statistik sesudah stock split.…………………………………….69
4.11. Tabel One sample kolmogorov smirnov test …………………...…………71
4.12. Hasil uji multikoleniaritas …………………... ...………………………….73
4.13. Hasil uji autokorelasi ………………….. ...…………………………….….75
4.14. Hasil analisis regresi ………………….. ...………………………………..75
4.15. Hasil uji t …………………... ...…………………………………………...78
4.16. Hasil uji signifikansi simultan …………………... ...……………………...80
4.17. Koefisien determinasi …………………... …...……………………………82
4.25. Paired sample t test return saham…………………………………………..82
4.26. Paired sample t test risiko sistematis……………………………………….83
4.27. Paired sample t test bid-ask spread………………………………………...84
4.28. Paired sample t test trading volume activity……………………………….86
DAFTAR GAMBAR
No Gambar Halaman 2.1. Kerangka pemikiran 1………………………..……………………………...37
2.2. Kerangka pemikiran 2…………………...…………………………………..38
4.1. Uji normalitas sebelum stock split…………………………………………..72
4.2. Uji heteroskedastisitas……………………….………………………………74
4.3. Uji normalitas sesudah stock split…………...………………………………82
4.4. Uji heteroskedastisitas ………………………………...……..…………...…84
DAFTAR LAMPIRAN
No Lampiran Halaman 1. Data sebelum stock split……………………………………………………..95 2. Data sesudah stock split……………………………………………………...95 3. Output regresi …………………...…………………………………………...96 4. Output uji beda return saham ………………………………………………104 5. Output uji beda risiko sistematis……………………………………………105 6. Output uji beda bid-ask spread……………………………………………...106 7. Output uji beda trading volume activity…………………………………….107
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Investasi merupakan penanaman sejumlah dana atau sumber daya
lainnya pada suatu waktu dengan harapan dapat memperoleh keuntungan di
masa yang akan datang sebagai imbalan atas waktu yang dikorbankan serta
risiko yang dihadapi atas penanaman dana atau sumber daya lainnya tersebut.
Kunci utama untuk sukses dalam investasi di bursa efek adalah pemilihan
strategi yang tepat agar investasi yang dilaksanakan memberikan hasil atau
keuntungan yang optimal. Investasi pada saham merupakan salah satu jenis
investasi aset finansial yang umum dilakukan investor pada pasar modal.
Pasar modal merupakan institusi ekonomi yang dapat mendukung
pelaksanaan kegiatan ekonomi melalui pembiayaan usaha. Pasar modal
menjadi sarana bertemunya orang-orang atau badan-badan usaha lokal
maupun asing yang memiliki dana dengan yang membutuhkan dana. Pasar
modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara karena pasar
modal menjalankan dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi ekonomi karena pasar
menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan,
yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana (yaitu investor) dan pihak yang
memerlukan dana (yaitu issuer, pihak yang menerbitkan efek atau emiten).
Dengan adanya pasar modal maka pihak yang memiliki kalebihan dana dapat
menginvestasikan dana tersebut dengan harapan memperoleh imbal hasil
(return), sedangkan pihak issuer (dalam hal ini perusahaan) dapat
memanfaatkan dana tersebut untuk kepentingan investasi tanpa harus
menunggu tersedianya dari operasi perusahaan. Pasar modal dikatakan
memiliki fungsi keuangan karena memberikan kemungkinan dan kesempatan
memperoleh imbal hasil bagi pemilik dana sesuai dengan karakteristik
investasi yang dipilih (Suad Husnan, 2001: 4).
Para investor dan fund manager yang terlibat dalam perdagangan
saham akan selalu dihadapkan pada alternatif pemilihan saham yang
menawarkan tingkat return dengan tingkat risiko tertentu. Memperoleh return
merupakan tujuan utama dari aktivitas perdagangan para investor di pasar
modal. Para investor menggunakan berbagai cara untuk memperoleh return
yang diharapkan, baik melalui analisis sendiri terhadap perilaku perdagangan
saham maupun dengan memanfaatkan sarana yang diberikan oleh para analis
pasar modal seperti broker, dealer, manajer investasi, dan lain-lain (Ari dan
Murti, 2005).
Para investor yang aktif akan selalu mencari informasi sebanyak
mungkin untuk bisa mendapatkan return yang tinggi atas investasinya dengan
tingkat risiko tertentu. Dengan demikian, selain mengharapkan return yang
tinggi maka para investor juga harus memperhatikan risiko atas investasi yang
dilakukannya. Pemilihan investasi dapat berbeda untuk setiap individu karena
hal tersebut akan sangat bergantung pada perilaku investor terhadap variable-
variabel penentu return suatu investasi. Pada investasi dalam bentuk saham,
return setiap saham dapat tidak sama karena besarnya dividen kas dan
keuntungan atau kerugian dalam menjual tiap saham berbeda-beda. Oleh
karena itu, dalam melakukan investasi maka para investor harus
mengembangkan beberapa hal yang sangat penting dalam pengambilan
keputusan investasi yang dilakukannya, yaitu faktor-faktor apa saja yang dapat
mempengaruhi return saham. Pada dasarnya para investor akan selalu
memperhitungkan besarnya risiko saham, dalam hal ini risiko yang tidak dapat
didiversifikasi yaitu risiko sitematis sebagai variabel penentu return saham
yang tinggi dan demikian pula sebaliknya. Namun, sebenarnya ada variabel
penentu lain yang dapat mempengaruhi return saham yaitu likuiditas saham
yang dapat diukur dengan menggunakan bid-ask spread dan volume trading
volume activity. Perilaku para investor dapat mendasarkan pertimbangannya
pada risiko sistematis yang harus ditanggungnya atau dapat juga menjadikan
likuiditas sebagai pertimbangan utamanya dalam melakukan investasi
(Kumianny dan Pwee Leng, 2002).
Selain itu, dalam pasar modal banyak sekali informasi yang dapat
diperoleh para investor baik informasi yang tersedia di publik maupun
informasi pribadi. Salah satu informasi yang ada adalah informasi mengenai
stock split atau pemecahan saham, sehingga para investor dapat menganalisis
pola perubahan return saham dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada
peristiwa pelaksanaan stock split.
Penelitian mengenai return saham di pasar modal yang telah dilakukan
dapat memberikan hasil simpulan yang beragam. Sharpe, Alexander dan
Bailey (1999) dalam Kumianny dan Pwee Leng (2002) menyatakan bahwa
return yang diharapkan dari suatu saham akan dipengaruhi oleh dua karakter
dasar, yaitu risiko sistematis dan likuiditas saham. Penelitian yang dilakukan
oleh Kumianny dan Pwee leng (2002), menguji pengaruh risiko sistematis dan
likuiditas saham terhadap tingkat pengembalian saham badan-badan usaha
yang go publik di Bursa Efek Jakarta menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh
risiko sistematis dan likuiditas saham terhadap tingkat pengembalian saham
baik secara individual maupun secara bersama-sama dan risiko sistematis
lebih mempengaruhi tingkat pengembalian saham dibandingkan dengan
likuiditas saham.
Penelitian mengenai pengaruh stock split terhadap likuiditas dan return
saham di Bursa Efek Jakarta dilakukan oleh Wang Sutrisno, dkk (2000) yang
menyimpulkan bahwa aktivitas split mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap harga saham, volume perdagangan saham dan persentase spread,
tetapi aktivitas split tidak mempunyai pengaruh terhadap varians saham dan
abnormal return. Dengan tidak adanya pengaruh yang signifikan untuk
abnormal return berarti juga tidak adanya pengaruh untuk return saham. Hal
ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Rifa’i dan Rudi
Handoko (2005) yang meneliti pengaruh pemecahan saham terhadap tingkat
pengembalian saham : studi mengenai efisiensi pasar bentuk setengah kuat di
Bursa Efek Jakarta menjelaskan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan
rata-rata return tidak normal sebelum dan sesudah announcement date.
Penelitian serupa dilakukan oleh Tiwi, dkk (2004) yang meneliti
dampak pengumuman stock split terhadap return, variabilitas tingkat
keuntungan dan aktivitas volume perdagangan saham yang melakukan studi
pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta, menyimpulkan bahwa
pengumuman stock split membawa dampak yang berbeda-beda terhadap
beberapa indikator reaksi pasar. Dari keseluruhan perusahaan yang dijadikan
sampel diketahui terdapat perbedaan yang signifikan antara return saham
sebelum dengan return saham saat pengumuman stock split, juga dihasilkan
kesimpulan yang sama untuk pasangan periode saat pengumuman dengan
sesudahnya. Sedangkan untuk return pada periode sebelum dibandingkan
dengan sesudah pengumuman stock split diperoleh kesimpulan bahwa tidak
ada perbedaan yang berarti antara keduanya. Pengujian terhadap abnormal
return menghasilkan kesimpulan yang senada, yaitu bahwa rata-rata abnormal
return sebelum berbeda dengan saat pengumuman stock split. Pada periode
saat pengumuman dengan sesudah pengumuman diperoleh hasil yang sama,
yaitu terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata abnormal return yang
diperoleh. Tetapi, tidak terdapat perbedaan untuk rata-rata abnormal return
antara sebelum dengan sesudah pengumuman stock split. Secara kumulatif
pengujian terhadap rata-rata abnormal return menghasilkan kesimpulan senada
dengan sebelumnya, yaitu bahwa rata-rata abnormal return yang diperoleh
sebelum dan sesudah stock split tidak berbeda dengan nol.
Pembuktian secara teori maupun pengujian secara empiris mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi return saham telah nyata bahwa faktor –
faktor yang mempengaruhi return saham adalah risiko sistematis dan likuiditas
saham. Peneliti dalam penelitian ini ingin membuktikan bahwa apakah faktor-
faktor yang mempengaruhi return saham tersebut masih relevan pada saat
perusahaan melakukan suatu corporate action dalam hal ini yaitu melakukan
kebijakan stock split. Sehingga penelitian mengenai return saham yang
dipengaruhi oleh faktor risiko sistematis dan likuiditas saham adalah
penelitian yang sangat penting dilakukan.
Beberapa penelitian terdahulu menjadi bahan pertimbangan bagi
peneliti dalam menyusun hipotesis, memilih variabel-variabel dan metode
penelitian yang digunakan untuk meneliti lebih lanjut mengenai return saham.
Terdapat beberapa perbedaan pada penelitian ini jika dibandingkan dengan
beberapa penelitian sebelumnya. Perbedaan tersebut dimaksudkan untuk
melengkapi hasil analisis agar diperoleh temuan yang lebih baik, antara lain :
pertama, penelitian ini meneliti pengaruh risiko sistematis, likuiditas, dan
stock split terhadap return saham kemudian meneliti pula mengenai perbedaan
return saham, risiko sistematis, dan likuiditas saham pada saat sebelum dan
sesudah stock split. Kedua, likuiditas saham dalam penelitian ini
menggunakan dua pengukuran yaitu diukur dengan bid-ask spread dan trading
volume activity. Ketiga, Penelitian ini dalam pengamatannya menggunakan
jangka waktu 6 bulan sebelum dan 6 bulan sesudah stock split. Disimpulkan
bahwa peneliti ingin mengetahui return saham yang dipengaruhi oleh risiko
sistematis, likuiditas, dan stock split serta sekaligus ingin mengetahui efek
dari kebijakan stock split terhadap return saham, risiko sistematis, dan
likuiditas saham.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan diatas, penulis tertarik
melakukan penelitian dengan judul ”Analisa Pengaruh Risiko Sistematis,
Likuiditas, dan Stock Split Terhadap Return Saham”. Periode penelitian
dilakukan pada tahun 2006-2007. Dipilihnya periode tersebut karena peneliti
ingin melakukan penelitian dalam kurun waktu yang terbaru dan peneliti
menganggap dalam periode tersebut pasar modal indonesia berada dalam
kondisi stabil.
B. Pembatasan Masalah
Dalam skripsi ini terdapat batasan penelitian yang perlu dilakukan agar
pembahasan penelitian terfokus. Peneliti membatasi masalah pada hal-hal
berikut:
a. Perusahaan yang diteliti adalah perusahaan yang melakukan stock split
pada tahun 2006 – 2007.
b. Penelitian dilakukan pada waktu enam bulan sebelum dan enam bulan
sesudah stock split.
c. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data harga saham harian,
ask price harian, bid price harian, volume perdagangan harian, IHSG
harian, dan jumlah saham yang beredar dalam kurun waktu penelitian.
C. Perumusan Masalah
Keputusan investor untuk melakukan investasi di pasar modal
didasarkan pada usaha untuk memperoleh tingkat pengembalian (return).
Salah satu variabel penentu return saham yang sangat mendominasi dalam
setiap pertimbangan investor dalam investasinya adalah risiko saham. Namun,
ada varibel penentu lain yang perlu dipertimbangkan pula oleh investor dalam
melakukan investasi yaitu likuiditas saham yang diukur dengan bid-ask spread
dan trading volume activity.
Dalam pasar modal, banyak sekali informasi yang dapat diperoleh
investor yang berhubungan dengan pola perubahan return saham, salah
satunya adalah aktivitas stock split.
Berdasarkan alasan diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah :
a. Apakah terdapat pengaruh risiko sistematis, likuiditas (bid-ask spread dan
trading volume activity), dan stock split terhadap return saham.
b. Apakah terdapat perbedaan return saham, risiko sistematis, dan likuiditas
(bid-ask spread dan trading volume activity) pada saat sebelum dan
sesudah stock split.
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Menganalisis pengaruh risiko sistematis, likuiditas (bid-ask spread dan
trading volume activity), dan stock split terhadap return saham.
b. Menganalisis perbedaan return saham, risiko sistematis, dan likuiditas
(bid-ask spread dan trading volume activity) pada saat sebelum dan
sesudah stock split.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk berbagai kepentingan,
diantaranya sebagai berikut :
a. Bagi investor
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi mengenai
variabel-variabel penentu yang dapat mempengaruhi return saham seperti
risiko sistematis, likuiditas, dan stock split sehingga variabel-variabel
tersebut dapat dijadikan bahan pertimbangan oleh investor dalam
melakukan investasi.
b. Bagi Akademisi
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan ilmu
pengetahuan dalam bidang keuangan sehingga diharapkan dapat
bermanfaat bagi penelitian-penelitian berikutnya.
c. Bagi penulis
Manfaat bagi penulis adalah menerapkan ilmu selama masa studi dan
memperoleh wawasan mengenai pasar modal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pasar Modal
Definisi pasar modal menurut UU No. 8 tahun 1995 memberikan
pengertian yaitu kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan
perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang
diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.
Menurut Dahlan Siamat ( 2001: 249 ) pasar modal adalah suatu tempat
yang terorganisasi dimana efek-efek diperdagangkan yang disebut Bursa Efek
atau Stock Exchange adalah suatu sistem yang terorganisasi yang
mempertemukan penjual dan pembeli efek yang dilakukan baik secara
langsung maupun dengan melalui wakil-wakilnya. Pasar Modal dalam arti
sempit adalah suatu tempat dalam pengertian fisik yang terorganisasi dengan
efek-efek yang diperdagangkan yang disebut bursa efek. Bursa Efek ( Stock
Exchange ) adalah suatu sistem terorganisasi yang mempertemukan penjual
dan pembeli efek yang dilakukan baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Definisi pasar modal menurut kamus pasar uang dan modal adalah
pasar konkrit atau abstrak yang mempertemukan pihak yang menawarkan dan
memerlukan dana jangka panjang. Dengan demikian, pasar modal pada
umumnya adalah suatu tempat atau sistem bagaimana kebutuhan-kebutuhan
dana atau kapital dari perusahaan dapat dipenuhi dan sebagai tempat orang
membeli dan menjual surat efek ( sekuritas ) yang dikeluarkan baik dalam
bentuk utang atau modal saham.
Menurut Suad Husnan (2001:8-9) beberapa faktor yang mempengaruhi
pasar modal adalah :
a. Suply sekuritas,
b. Demand dan sekuritas,
c. Kondisi politik dan ekonomi,
d. Masalah hukum dan peraturan,
e. Keberadaan lembaga yang mengatur dan mengawasi kegiatan pasar modal
dan berbagai lembaga yang memungkinkan dilakukan transaksi secara
efisien.
Menurut Wiji P. dan Hendy F. (2006 : 3) pasar modal mempunyai dua
fungsi utama, yaitu :
a. Sebagai sarana pendanaan usaha bagi perusahaan.
b. Sebagai sarana berinvestasi bagi pemilik modal (investor).
Menurut Sartono (1998:27) pasar modal disebut juga bursa efek yang
memiliki fungsi sebagai berikut :
a. Menciptakan pasar secara terus menerus bagi efek yang telah diterbitkan
kepada masyarakat.
b. Menciptakan harga pasar yang wajar bagi efek yang bersangkutan melalui
mekanisme pasar.
c. Memperluas proses partisipasi masyarakat dalam pemilikan saham-saham
perusahaan.
d. Meningkatkan dan menghubungkan aliran dana jangka panjang dengan
kriteria pasarnya secara efisien yang akan menunjang pertumbuhan riil
ekonomi secara keseluruhan.
B. Investasi
Investasi adalah penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan
didalam produksi yang efisien selama periode waktu yang tertentu (Jogiyanto,
2000).
Investasi merupakan komitmen untuk menempatkan dana pada satu
atau beberapa objek investasi dengan harapan untuk mendapatkan keuntungan
di masa mendatang atau untuk mempertahankan nilai dana tersebut (Wiji P.
dan Hendy F., 2006 : 4).
Pengertian investasi diatas dapat ditarik beberapa point penting, antara
lain :
a. Investasi merupakan kegiatan yang berhubungan dengan dana atau uang.
Untuk berinvestasi diperlukan dana atau uang.
b. Objek investasi.
Objek investasi merupakan tempat, media, atau sarana yang dijadikan
sasaran berinvestasi.
c. Jangka waktu tertentu.
Kegiatan investasi umumnya berkaitan dengan rentang waktu tertentu.
d. Mendapatkan keuntungan.
Motif seseorang melakukan investasi pada dasarnya adalah untuk
mendapatkan keuntungan.
e. Masa mendatang.
Investasi merupakan suatu komitmen, yaitu berkorban saat ini dengan
menanamkan uang pada objek investasi tertentu untuk mendapatkan
keuntungan di masa yang akan datang.
Investasi keuangan memiliki dua tipe, yaitu :
a. Investasi langsung
Investasi langsung adalah pembelian langsung aktiva keuangan suatu
perusahaan. Investasi langsung dapat dilakukan dengan membeli aktiva
keuangan yang dapat diperjualbelikan di pasar uang (money market), pasar
modal (capital market) atau di pasar turunan (derivatif market) dan dapat
juga dilakukan dengan membeli aktiva keuangan yang tidak dapat
diperjualbelikan, seperti tabungan di bank atau sertifikat deposito.
b. Investasi tidak langsung
Investasi tidak langsung adalah pembelian saham dari perusahaan investasi
yang mempunyai portofolio aktiva-aktiva keuangan dari perusahaan-
perusahaan lain. Investasi tidak langsung dilakukan dengan membeli surat-
surat berharga dari perusahaan investasi. Perusahaan investasi adalah
perusahaan yang menyediakan jasa keuangan dengan cara menjual
sahamnya ke publik dan menggunakan dana yang diperoleh untuk
diinvestasikan ke dalam portofolionya.
C. Saham Sebagai Instumen Pasar Modal
Saham atau stock adalah surat bukti atau tanda kepemilikan bagian
modal pada suatu perseroan terbatas. Dalam transaksi jual beli di Bursa Efek,
saham merupakan instrumen yang paling dominan diperdagangkan. Saham
dapat diterbitkan dengan cara atas nama atau atas unjuk (Dahlan Siamat, 1998
: 268).
Saham merupakan surat berharga yang dikeluarkan sebuah perusahaan
dalam rangka menambah modal perusahaan tersebut ( Wiji P. dan Hendy F.,
2006 : 13).
Menurut Wiji P. dan Hendy F. (2006 : 16) Pemegang saham memiliki
beberapa keuntungan dengan memiliki atau membeli saham, yaitu :
a. Dividen
Dividen merupakan bagian keuntungan yang diberikan perusahaan
penerbit saham tersebut atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan.
Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham
dalam RUPS. Dividen yang dibagikan dapat berupa dividen tunai atau
saham.
b. Capital gain
Capital gain adalah selisih antara harga beli dan harga jual yang lebih
tinggi. Capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham
di pasar sekunder.
Di satu sisi, saham dapat memberikan keuntungan kepada para
pemegangnya, namun saham juga mengandung beberapa risiko, yaitu :
a. Tidak mendapat dividen
Perusahaan akan membagikan dividen jika perusahaan menghasilkan
keuntungan. Dengan demikian, perusahaan tidak dapat membagikan
dividen jika perusahaan tersebut mengalami kerugian.
b. Capital loss
Dalam aktivitas perdagangan saham, investor tidak selalu mendapatkan
capital gain atas saham yang dijualnya. Ada kalanya investor harus
menjual saham dengan harga jual lebih rendah dari harga beli. Dengan
demikian, seorang investor mengalami capital loss.
c. Perusahaan bangkrut atau dilikuidasi
Jika suatu perusahaan bangkrut, tentu saja akan berdampak secara
langsung kepada saham perusahaan tersebut. Perusahaan yang bangkrut
atau dibubarkan akan dikeluarkan dari Bursa Efek. Artinya, saham
perusahaan tersebut tidak lagi tercatat di Bursa tersebut sehingga akan
menyulitkan investor untuk menjual saham tersebut.
Jogiyanto (1998 : 61) nilai suatu saham dapat dipandang dalam empat
konsep, yaitu :
a. Nilai nominal, yaitu nilai perlembar saham yang berkaitan dengan
kepentingan akuntansi dan hukum,
b. Nilai buku perlembar saham, yaitu nilai aktiva bersih perlembar saham
yang dimiliki oleh pemegangnya,
c. Nilai pasar, yaitu nilai suatu saham yang ditentukan oleh permintaan dan
penawaran saham di bursa saham,
d. Nilai fundamental atau nilai nilai intrinsik, yaitu nilai saham yang
sebenarnya (riil value).
Saham dapat dibedakan antara saham biasa (common stock) dan saham
preferen (preferred stock). Menurut Robbert Ang (1997) saham biasa
(common stock) adalah surat berharga sebagai bukti penyertaan atau
pemilikan individu maupun institusi atas suatu perusahaan.
Menurut Adler Haymas Manurung dalam Dyah Ratih Sulistyastuti
(2006 : 6) Saham biasa (common stock) berdasarkan nilai kapitalisasinya
dibagi kedalam tiga kelompok, yaitu :
a. Big-Cap atau Blue-Chip, yaitu kelompok saham yang berkapitalisasi diatas
satu triliyun. Saham blue chip adalah saham yang diterbitkan oleh
perusahaan yang sudah mapan dan memiliki kinerja yang sangat bagus.
b. Mid-Cap atau Baby Blue-Chip, yaitu kelompok saham yang berkapitalisasi
besar dengan nilai kapitalisasi Rp. 100 milyar – Rp. 1 trilyun.
c. Small-Cap, yaitu kelompok saham yang berkapitalisasi besar dengan nilai
kapitalisasi dibawah Rp. 100 milyar, biasanya sebagian besar terdiri dari
saham tidur yang bersifat labil.
Menurut Sawidji Widoatmojo (2000:54-56) saham biasa
diklasifikasikan berdasarkan fundamental perusahaan dan kondisi ekonomi
makro adalah :
a. Income stock, yaitu saham yang mampu memberikan dividen besar dari
rata-rata dividen yang dibayarkan sebelumnya.
b. Growth stock, yaitu saham yang mampu memberikan dividen relatif
tinggi.
c. Speculatif stock, yaitu saham yang diterbitkan oleh perusahaan yang
pendapatannya belum pasti.
d. Cyclical stock, yaitu kelompok saham yang pergerakannya searah dengan
perekonomian makro.
e. Defensif stock, yaitu saham yang tidak terpengaruh perekonomian makro
maupun turbulensi sosial-politik.
Menurut Robbert Ang (1997:6.5) karakteristik atau sifat-sifat yang
melekat pada saham biasa adalah :
1. Berhak atas pendapatan perusahaan yang berupa dividen
2. Berhak atas harta perusahaan ketika perusahaan penerbitnya dilikuidasi
dengan urutan sebagai berikut : pinjaman kepada supplier (account
payable), gaji karyawan, utang bank, obligasi, utang pajak, dan saham
biasa.
3. Berhak mengeluarkan suara dam RUPS (rapat umum pemegang saham).
4. Tanggung jawab terbatas, maksudnya tanggung jawab pemegang saham
atas perusahaan hanya sebatas nilai saham yang dimilikinya dan tidak
memiliki tanggung jawab secara pribadi yang menjadikan harta pribadi
menjadi jaminan.
5. Mempunyai hak memesan efek terlebih dahulu.
Menurut Arthur J. Keown, dkk (2001 : 274) saham Preferen
merupakan suatu sekuritas hibrida dengan karakteristik saham biasa dan
obligasi. Sama dengan saham biasa karena sama-sama tidak memiliki tanggal
jatuh tempo, tidak membayar dividen tidak berarti bankrut, dan dividen tidak
dipotong pajak. Saham preferen sama dengan obligasi dalam hal jumlah
dividen terbatas.
Saham preferen memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Memiliki hak paling dahulu memperoleh dividen.
b. Tidak memiliki hak suara.
c. Dapat mempengaruhi manajemen perusahaan terutama dalam pencalonan
pengurus.
d. Memiliki hak pembayaran maksimum sebesar nilai nominal saham lebih
dahulu setelah kreditor apabila perusahaan dilikuidasi.
D. Return Saham
Tingkat pengembalian saham (return saham) adalah penghasilan yang
diperoleh selama periode investasi per sejumlah dana yang diinvestasikan.
Tingkat pengembalian suatu investasi merupakan persentase penghasilan total
selama periode investasi dibandingkan harga beli investasi tersebut (Bodie,
1998)
Return saham dalam konteks manajemen investasi merupakan imbalan
yang diperoleh dari investasi yang merupakan imbalan atas keberanian
investor menanggung risiko atas investasi yang dilakukan. Pada prinsipnya
return saham dapat dibedakan menjadi dua, yaitu return yang terjadi (actual
return) dan return yang diharapkan (expected return). Return yang terjadi
dapat dihitung berdasarkan data historis. Sedangkan return yang diharapkan
adalah return yang akan diperoleh oleh investor dimasa mendatang (Ari dan
Murti Lestari, 2005).
Tingkat pengembalian yang diharapkan adalah tingkat pengembalian
minimum yang dibutuhkan untuk menarik investor agar membeli atau
memiliki sekuritas (Arthur J. Keown, dkk, 2001 : 213).
Jogiyanto (2003) return saham terdiri dari :
a. Return saham terealisasi
Return saham terealisasi adalah tingkat pengembalian sesungguhnya yang
diterima pemegang saham yang dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
Pt – Pt-1 Rt = Pt-1
Dimana :
Rt = return sesungguhnya yang terjadi untuk sekuritas ke-i hari ke- t
Pt = harga saham sekuritas ke-i pada hari ke- t
Pt-1 = harga saham sekuritas ke-i pada hari ke- t-1
b. Return Pasar
Return pasar merupakan tingkat pengembalian aktual pasar keseluruhan
yang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
IHSGt – IHSGt-1 RMt =
IHSGt-1
Dimana :
RMt = return indeks pasar pada hari ke- t
IHSGt = indeks pasar pada hari ke- t
IHSGt-1 = indeks pasar pada hari ke- (t-1)
c. Return Ekspektasi
Model ekspektasi dapat diperoleh dengan menggunakan teknik regresi
OLS (ordinary least square) sebagai berikut :
E (Ri,t) = αi + βi . RMt
Dimana :
E (Ri,t) = return ekspektasi sekuritas ke- i pada periode investigasi ke- t
RMt = return indeks pasar pada periode investigasi ke- t
αi , βi = alpha dan beta sekuritas ke- i merupakan hasil penaksiran data
pada periode estimasi dengan cara return sesungguhnya
sekuritas ke- i dengan return indeks pasar pada periode estimasi
ke- t
d. Return Tidak Normal
Return tidak normal adalah selisih tingkat pengembalian (return)
sesungguhnya dengan return ekspektasi yang dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
RTNi,t = Rit – E(Ri,t)
Dimana :
RTNi,t = return tidak normal sekuritas ke-i pada periode investigasi ke- t
Rit = return sesungguhnya yang terjadi untuk sekuritas ke- i pada
periode investigasi ke- t
E(Ri,t) = return ekspektasi sekuritas ke- i pada periode investigasi ke- t
e. Rata-Rata Return Tidak Normal
Rata-rata return tidak normal (Average Abnormal Return), dapat dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
K ∑ RTNi,t i=1
RRTNt = K
Dimana :
RRTNt = rata-rata return tidak normal pada periode investigasi ke-t
RTNi,t = return tidak normal sekuritas ke- i pada periode investigasi ke- t
K = jumlah sekuritas yang terpengaruh oleh pengumuman peristiwa.
f. Return Tidak Normal Standarisasi
Return tidak normal standarisasi (RTNS) adalah return tidak normal yang
disesuaikan dengan kesalahan standar estimasi yang dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :
RTNi,t RTNSi,t =
KSPi
Dimana :
RTNSi,t = return tidak normal standarisasi sekuritas ke- i pada periode
investigasi ke- t
RTNi,t = return tidak normal sekuritas ke- i pada periode investigasi ke- t
KSPi = kesalahan standar peramalan sekuritas ke- i
E. Risiko Saham
Semua keputusan keuangan mensyaratkan suatu estimasi hasil yang
diharapkan dan kemungkinan tidak diperolehnya hasil seperti yang diharapkan
(=risiko).
Risiko merupakan kemungkinan penyimpangan tingkat keuntungan
yang sesungguhnya (aktual return) dari tingkat keuntungan yang diharapkan
(expected return) (Van Horne, 1991 : 37).
Jadi, risiko adalah problem tidak tercapainya atau penyimpangan
tingkat keuntungan yang diharapkan dan semakin besar tingkat penyimpangan
maka semakin besar pula tingkat risikonya.
Risiko terbagi kedalam dua bagian yaitu risiko sistematis dan risiko
tidak sistematis. Risiko sistematis ( risiko pasar ) adalah bagian variasi
pengembalian investasi yang tidak dapat dihilangkan melalui diversifikasi
investor, variasi ini hasil dari faktor yang mempengaruhi semua saham.
Sedangkan risiko tidak sistematis (risiko unik) adalah bagian variasi dalam
pengembalian investasi yang dapat dihilangkan dengan diversifikasi investor.
Risiko yang dapat didiversifikasi ini adalah hasil faktor yang unik bagi
perusahaan bersangkutan (Arthur J. Keown, dkk, 2001 : 205).
Risiko sistematis merupakan risiko yang berasal dari faktor-faktor
yang mempengaruhi perusahaan secara langsung, seperti ketidakpastian
kondisi ekonomi (gejolak kurs tukar nilai uang, tingkat inflasi, dan tingkat
suku bunga yang tidak menentu) dan ketidakpastian politik (Hearth dan
Zaima, 1995 dalam Kumianny dan Pwee leng, 2002).
Secara rasional investor pasti ingin meminimalkan risiko yang
ditanggungnya dalam melakukan investasi (risk averse), investor akan
cenderung melakukan diversifikasi melalui pembentukan portofolio dan
berarti jenis risiko tersebut menjadi tidak relevan lagi dalam pengukuran risiko
pada investasi surat berharga. Jadi, satu-satunya risiko yang relevan dan
mencerminkan risiko dalam investasi surat berharga adalah risiko yang tidak
dapat didiversifikasi, yaitu risiko sistematis yang dilambangkan dengan simbol
beta (β). Secara teoritis, ukuran risiko relevan (risiko sistematis) yang paling
tepat untuk surat berharga adalah kovarian surat berharga terhadap surat
berharga lain yang termasuk dalam portofolio pasar (Kumianny dan Pwee
Leng, 2002).
Beta merupakan ukuran volatilitas return saham terhadap return pasar.
Semakin besar fluktuasi return suatu saham terhadapa return pasar maka
semakin besar pula beta saham tersebut. Demikian pula sebaliknya, semakin
kecil fluktuasi return suatu saham terhadap return pasar maka semakin kecil
pula beta saham tersebut.
Menurut Suad Husnan (2001 : 112) risiko tersebut berasal dari
beberapa faktor karakteristik pasar dan fundamental saham perusahaan
tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai beta saham adalah :
a. Cilycality.
Faktor ini menunjukkan seberapa jauh suatu perusahaan dipengaruhi oleh
konjungtur perekonomian. Perusahaan yang sangat peka terhadap
perubahan kondisi perekonomian merupakan perusahaan yang memiliki
nilai beta tinggi dan begitu pula sebaliknya.
b. Operating leverage.
Faktor ini memperlihatkan proporsi biaya perusahaan yang merupakan
biaya tetap. Semakin besar proporsinya maka semakin besar operating
leveragenya. Perusahaan yang mempunya operating leverage tinggi
cenderung memiliki beta yang tinggi dan sebaliknya.
c. Financial leverage.
Perusahaan yang menggunakan hutang adalah perusahaan yang
mempunyai financial leverage. Semakin besar proporsi hutang yang
dipergunakan dalam struktur modal berarti semakin besar pula financial
leveragenya. Semakin besar proporsi hutang yang dipergunakan oleh
perusahaan maka pemilik modal akan menanggung risiko yang semakin
besar. Oleh karena itu, semakin tinggi financial leverage maka semakin
tinggi juga nilai beta.
Beta suatu sekuritas dapat dihitung dengan teknik estimasi yang
menggunakan beta historis, dan faktor-faktor yang mempengaruhi beta juga
dapat dipengaruhi oleh perhitungan-perhitungan yang digunakan untuk
mencari nilai beta. Perhitungan tersebut terbagi menjadi tiga jenis, yaitu beta
yang dapat dihitung dengan menggunakan data historis berupa data pasar
(return sekuritas dan return pasar) disebut sebagai beta pasar, estimasi dengan
variabel akuntansi (laba perusahaan dan laba indeks pasar) disebut dengan
beta akuntansi, serta beta fundamental yang dihitung dari data-data
fundamental (menggunakan variabel fundamental) (Jogiyanto, 2003 : 267)
Rumusan risiko sistematis menurut Bodie (1998) adalah :
( )( )m
mjj RVar
RRCoB
,var=
( )( )
( )1
12
−−−
−−∑∑
=
nRR
nRRRR
Bmm
mmjj
j
Menghitung beta saham yang mempresentasikan besarnya risiko dapat
digunakan formula berikut (Iskandar Z. Alwi, 2003 : 138) :
( )m
mxCoB j 2
,varσ
=
F. Likuiditas Saham
Likuiditas saham merupakan ukuran jumlah transaksi saham di pasar
modal dalam periode tertentu. Semakin tinggi frekuensi transaksi maka
semakin tinggi likuiditas saham, ini berarti saham tersebut semakin diminati
oleh para investor dan hal tersebut akan tingkat harga saham yang
bersangkutan. Pada kenyataannya tidak semua saham mudah ditransaksikan
atau dengan kata lain mengalami kesulitan likuiditas. Saham yang tidak likuid
dapat dikenakan deslisting atau dikeluarkan dari Bursa Efek. Suatu saham
dikatakan likuid bila saham tersebut mudah untuk ditukarkan atau dijadikan
uang. Saham yang tidak likuid akan menyebabkan kehilangan kesempatan
untuk mendapat keuntungan (gain). Jadi semakin likuid suatu saham berarti
jumlah atau frekuensi transaksi semakin tinggi. Hal tersebut juga
menunjukkan minat investor untuk memiliki saham tersebut juga tinggi. Minat
yang tinggi dimungkinkan karena saham yang likuiditasnya tinggi
memberikan kemungkinan yang lebih tinggi untuk mendapatkan return
dibandingkan saham yang likuiditasnya rendah sehingga tingkat likuiditas
saham biasanya akan mempengaruhi harga saham yang bersangkutan.
Likuiditas secara sederhana, menunjukkan kemudahan untuk menjual
dan membeli efek pada harga yang wajar. Jadi jika untuk menjual dan
membeli sejumlah tertentu saham harus menunggu atau kalau spread antara
permintaan dan penjualan relatif besar, atau penjualan saham dalam jumlah
relatif besar akan mempengaruhi harga pasar secara substansial, bisa
dikatakan bahwa saham tidak likuid. Parameter yang sering digunakan untuk
mengukur likuiditas suatu saham (Conroy et.al, 1990 dalam Agus Setiyanto,
2006) adalah :
a. Volume perdagangan merupakan suatu instrumen yang dapat digunakan
untuk melihat reaksi pasar modal terhadap informasi melalui parameter
volume saham yang di perdagangkan dipasar.
b. Tingkat Spread Merupakan suatu instrumen yang dapat digunakan untuk
melihat reaksi pasar modal terhadap informasi melalui parameter
perbedaan atau selisih antara harga tertinggi yang diminta untuk
membeli dengan harga terendah yang ditawarkan untuk menjual (Bid-
Ask Spread), diukur dengan menggunakan persentase.
c. Information flow (aliran informasi).
d. Jumlah pemegang saham.
e. Jumlah saham yang beredar.
f. Transaction cost (besarnya biaya transaksi).
g. Faktor no. 3, 4, 5 dan 6 ini akan mempengaruhi volume perdagangan
sehingga dapat diketahui pengaruhnya terhadap likuiditas
h. Harga saham Merupakan suatu instrumen yang dapat digunakan untuk
melihat reaksi pasar modal terhadap informasi melalui parameter harga-
harga saham di pasar.
i. Volatilitas Harga saham Merupakan suatu instrumen yang dapat
digunakan untuk melihat reaksi pasar modal terhadap informasi melalui
parameter pergerakan harga-harga saham di pasar.
Sedangkan menurut Wang Sutrisno et al, parameter yang digunakan
yaitu
a. Harga saham
b. Volume perdagangan
c. Persentase saham
d. Varians saham (volatilitas saham)
Menurut Alexander, Sharpe dan Bailey (1993) dalam Kumianny dan
Pwee Leng (1999) mendefinisikan likuiditas sebagai kemampuan investor
untuk menjual harta atau asset yang dimilikinya tanpa harus melakukan
konsesi atau kelonggaran harta. Dalam konteks hubungan dengan surat
berharga, Reilley dan Brown (1997) dalam Kumianny dan Pwee Leng (2002)
menyatakan bahwa faktor penentu dari likuiditas pasar sehubungan dengan
surat berharga sangat tercermin dalam data perdagangan pasar dan faktor yang
terpenting dari likuiditas itu adalah jumlah uang dari lembar saham yang
diperdagangkan. Likuiditas dapat diukur dengan bid-ask spred dari suatu
saham, dimana semakin kecil bid-ask spread suatu saham berarti semakin
likuid saham tersebut dan semakin besar bid ask spread berarti semakin tidak
likuid saham tersebut. Selain itu, likuiditas juga dapat diukur dengan volume
perdagangan saham.
Likuiditas dapat diukur dengan bid-ask spread dari suatu saham,
dimana semakin kecil bid-ask spread suatu saham berarti semakin likuid
saham tersebut dan sebaliknya (Kumianny dan Pwee Leng ;2002). Rumusan
untuk menghitung bid-ask spread adalah sebagai berikut:
100Pr
PrPrPr x
iceAskiceBidiceAsk
iceAskBid−
=−
Dimana :
Ask Price : harga terendah yang ditawarkan oleh dealer untuk menjual saham
pada hari ke-i.
Bid Price : harga tertinggi yang ditawarkan oleh dealer untuk membeli saham
pada hari ke-i.
Volume perdagangan saham dapat dilihat dengan menggunakan
indicator trading volume activity yaitu jumlah saham j yang diperdagangkan
pada hari t dengan jumlah saham j yang beredar pada hari t. Menurut definisi
yang dikemukakan oleh Wuff (2002; 291) dalam Indah Retno Rahayu (2006)
volume perdagangan saham diproxy dengan trading volume activity. Adapun
formula untuk menghitung trading volume activity adalah sebagai berikut:
100xtharipadaberedaryangisahamJumlah
tharipadagkandiperdaganyangisahamJumlahTVA =
G. Stock Split
Stock split merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan oleh emiten
yang bobotnya cukup material sehingga mempunyai kemungkinan
mempengaruhi harga saham perusahaan di bursa efek maupun keputusan
investor. Stock split adalah pemecahan nilai nominal saham berdasarkan rasio
tertentu. Stock split tidak mengakibatkan dilusi kepemilikan saham. Walaupun
tidak terjadi dilusi, tetapi harga pasar teoritis akan mengalami penyesuaian.
(Dyah Ratih Sulistyastuti, 2006 : 27).
Pendapat lain menyatakan stock split adalah memecah selembar saham
menjadi n lembar. Harga per lembar saham baru setelah stock split adalah
sebesar 1/n dari harga sebelumnya. Dengan demikian sebenarnya stock split
hanya mengubah nilai nominal atau nilai yang ditetapkan dan jumlah saham
yang beredar tanpa adanya pembayaran terhadap perusahaan. Dari sisi
akuntansi tidak ada pencatatan untuk suatu pemecahan saham, namun rincian
mengenai perubahan nilai dan jumlah saham yang beredar biasanya
diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan (Jogiyanto, 1995 : 50).
Pada dasarnya terdapat dua jenis pemecahan saham yang dapat
dilakukan, yaitu:
a. Pemecahan saham naik (split-up)
Pemecahan saham naik adalah penurunan nilai nominal perlembar saham
yang mengakibatkan bertambahnya jumlah saham yang beredar. Misalnya
pemecahan saham dengan faktor pemecahan 2:1, 3:1, dan 4:1.
b. Pemecahan saham turun (split down)
Pemecahan saham turun adalah peningkatan nilai nominal perlembar
saham dan mengurangi jumlah saham yang beredar. Misalnya pemecahan
saham dengan faktor 1:2, 1:3. dan 1:4.
New York Exchange (NYSE) membedakan pemecahan saham (stock
split) menjadi dua bagian, yaitu :
a. Pemecahan saham sebagian (partial stock split)
Pemecahan saham sebagian adalah tambahan distribusi saham yang
beredar sebesar 25 % atau lebih tetapi kurang dari 100 % dari jumlah
saham yang beredar yang lama.
b. Pemecahan saham penuh (full stock split)
Pemecahan saham penuh adalah tambahan distribusi saham yang beredar
sebesar 100 % atau lebih dari jumlah saham yang beredar yang lama.
Tujuan pemecahan saham adalah :
a. Untuk menyesuaikan harga pasar dengan mengurangi harga pasar
perlembar saham.
b. Untuk memperluas kepemilikan dengan meningkatkan jumlah saham yang
beredar dan membuatnya lebih dapat dipasarkan.
c. Untuk menguntungkan pemegang saham yang ada dengan memungkinkan
mereka untuk mengambil manfaat dari suatu penyesuaian pasar yang tidak
sempurna sesudah pemecahan saham tersebut.
Bagi sebagian pihak khususnya para emiten, pemegang saham diyakini
dapat memberikan berbagai manfaat bagi mereka yaitu menurunnya harga
saham sehingga akan menarik lebih banyak investor dan memperluas pasar
saham, membuat saham lebih likuid untuk diperdagangkan, dan mengubah
para investor add lot menjadi investor round lot. Investor add lot adalah
investor yang membeli saham dibawah 500 lembar (1 lot), sedangkan investor
round lot adalah investor yang membeli minimal 500 lembar (1 lot).
H. Penelitian Terdahulu
Kumianny A. S. Elly dan Pwee Leng (2002) melakukan penelitian
mengenai pengaruh risiko sistematis dan likuiditas terhadap tingkat
pengembalian saham. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa risiko sistematis
dan likuiditas saham yang diukur dengan bid-ask spread mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap tingkat pengembalian saham baik secara individual
maupun secara bersama-sama dan risiko sistematis yang lebih dominan
mempengaruhi tingkat pengembalian saham dibandingkan dengan likuiditas
yang diukur dengan bid-ask spread. Faktor-faktor lain seperti perilaku pasar,
makro ekonomi, situasi sosial-politik, dan kebijakan pemerintah juga ikut
mempengaruhi tingkat pengembalian saham.
Michell Suharli (2005) melakukan penelitian mengenai studi empiris
terhadap dua faktor yang mempengaruhi return saham pada industri food dan
beverages di Bursa Efek Jakarta telah menyimpulkan bahwa beta saham tidak
mempengaruhi return saham secara signifikan.
Penelitian mengenai pengaruh stock split terhadap likuiditas dan return
saham di Bursa Efek Jakarta dilakukan oleh Wang Sutrisno, dkk (2000) yang
menyimpulkan bahwa aktivitas split mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap harga saham, volume perdagangan saham dan persentase spread,
tetapi aktivitas split tidak mempunyai pengaruh terhadap varians saham dan
abnormal return. Dengan tidak adanya pengaruh yang signifikan untuk
abnormal return berarti juga tidak adanya pengaruh untuk return saham.
Penelitian lain dilakukan oleh Elly Herawati yang meneliti tentang
pengaruh pemecahan saham (stock split) terhadap tingkat pengembalian
saham pada perusahaan yang listed di BEJ tahun 2003 sampai dengan 2006.
Hasil penelitian ini adalah berdasarkan data rata-rata return realisasi masing-
masing saham ternyata efek informasi stock split terhadap return saham lebih
kuat pada emiten yang mempunyai klasifikasi non dividen (ND) dibandingkan
dengan saham emiten yang berklasifikasikan dividen (D). Berdasarkan data
statistik deskrtiptif rata-rata return tidak normal ternyata efek informasinya
lebih kuat pada perusahaan yang berklasifikasi ND dibandingkan dengan
perusahaan yang berklasifikasikan D. Berdasarkan data rata-rata return tidak
normal dan nilai t-hitung tidak berpengaruh pada perusahaan yang
berklasifikasikan ND maupun D. Berdasarkan T.test paired ternyata untuk
kelompok ND menyatakan tidak ada perbedaan yang signifikan antara rata-
rata return tidak normal sebelum dan sesudah informasi pemecahan saham,
sedangkan untuk kelompok D ada perbedaan antara sebelum dan sesudah
informasi pemecahan saham.
Tiwi, dkk (2004) meneliti dampak pengumuman stock split terhadap
return, variabilitas tingkat keuntungan dan aktivitas volume perdagangan
saham yang melakukan studi pada perusahaan manufaktur di BEJ tahun 1997-
1999, menyimpulkan bahwa pengumuman stock split membawa dampak yang
berbeda-beda terhadap beberapa indikator reaksi pasar. Dari keseluruhan
perusahaan yang dijadikan sampel diketahui terdapat perbedaan yang
signifikan antara return saham sebelum dengan return saham saat
pengumuman stock split, juga dihasilkan kesimpulan yang sama untuk
pasangan periode saat pengumuman dengan sesudahnya. Sedangkan untuk
return pada periode sebelum dibandingkan dengan sesudah pengumuman
stock split diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan yang berarti
antara keduanya. Pengujian terhadap abnormal return menghasilkan
kesimpulan yang senada, yaitu bahwa rata-rata abnormal return sebelum
berbeda dengan saat pengumuman stock split. Pada periode saat pengumuman
dengan sesudah pengumuman diperoleh hasil yang sama, yaitu terdapat
perbedaan yang signifikan pada rata-rata abnormal return yang diperoleh.
Tetapi, tidak terdapat perbedaan untuk rata-rata abnormal return antara
sebelum dengan sesudah pengumuman stock split. Secara kumulatif pengujian
terhadap rata-rata abnormal return menghasilkan kesimpulan senada dengan
sebelumnya, yaitu bahwa rata-rata abnormal return yang diperoleh sebelum
dan sesudah stock split tidak berbeda dengan nol.
Penelitian serupa dilakukan oleh Achmad Rifa’i dan Rudi Handoko
(2005) yang meneliti tentang pengaruh pemecahan saham terhadap tingkat
pengembalian saham : studi mengenai pasar bentuk setengah kuat di Bursa
Efek Jakarta yang menyimpulkan bahwa pengaruh informasi pemecahan
saham terhadap return saham lebih kuat terjadi pada perusahaan yang tercatat
tidak membayarkan dividen tunai (ND) daripada perusahaan yang tercatat
melakukan pembayaran dividen sebelumnya. Dari penelitian ini juga
disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan rata-rata return tidak
normal sebelum dan sesudah announcement date (t = 0) meskipun mean dari
rata-rata return tidak normal sebelum t = 0 lebih tinggi dari pada sesudah t = 0.
Namun, perbedaan tersebut tidak signifikan.
Keragaman hasil penelitian mengenai return saham yang dipengaruhi
faktor-faktor penentunya dan pola perubahan return saham disekitar stock split
sebagaimana yang telah diteliti oleh peneliti-peneliti sebelumnya menjadikan
fenomena ini menarik untuk diteliti lagi dalam kurun waktu penelitian yang
terbaru dengan menggunakan variasi penelitian yang lebih unik dari
sebelumnya yaitu meneliti pengaruh risiko sistematis, likuiditas, dan stock
split terhadap return saham serta meneliti perbedaan return, risiko sistematis,
dan likuiditas saham pada saat sebelum dan sesudah stock split .
I. Kerangka Pemikiran
Peneliti dalam melakukan penelitian ini menggunakan metode analisis
regresi berganda untuk mengetahui pengaruh risiko sistematis, likuiditas (bid-
ask spread dan trading volume activity), dan stock split terhadap return saham.
Sedangkan, untuk mengetahui perbedaan return, risiko sistematis, dan
likuiditas saham pada perusahaan yang melakukan stock split di Bursa Efek
Indonesia menggunakan metode analisis uji beda dua rata-rata yang menguji
apakah terdapat perbedaan return, risiko sistematis, dan likuiditas saham
sebelum dan sesudah stock split. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini
untuk lebih jelasnya dapat digambarkan melalui bagan sebagai berikut :
Gambar 2.1 Kerangka pemikiran 1
Return Saham
Risiko Sistematis
Bid Ask Spread
Stock Split
Interpretasi
Perusahaan Yang melakukan Stock Split
Regresi Berganda
Uji Asumsi Klasik
Model Regresi
Uji R Square Uji t Uji F
Trading Volume Activity
Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran 2
J. Perumusan Hipotesis
Rumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1. Faktor risiko sistematis, likuiditas (bid-ask spread dan trading volume
activity), dan stock split mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
return saham.
2. Terdapat perbedaan return saham, risiko sistematis dan likuiditas (bid-ask
spread dan trading volume activity) pada saat sebelum dan sesudah stock
split.
Return Saham
Risiko Sistematis
Bid-Ask Spread
Trading Volume Activity
Paired Sampel t Test
Interpretasi
Uji Beda Dua Rata-Rata
Sebelum dan Sesudah Stock Split
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah perusahaan go-public di Bursa
Efek Indonesia yang melakukan kebijakan stock split tahun 2006 - 2007. Data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data harian meliputi harga saham,
bid price, ask price, volume perdagangan, IHSG, dan jumlah saham beredar
pada saat enam bulan sebelum dan enam bulan sesudah stock split.
Alasan peneliti memilih kurun waktu dari tahun 2006 - 2007 adalah
peneliti menganggap dalam kurun waktu tersebut kondisi pasar modal
Indonesia relatif stabil dibandingkan pada tahun-tahun sebelumnya dan
peneliti ingin melakukan penelitian dalam kurun waktu penelitian yang
terbaru.
B. Metode Penentuan Sampel
Penelitian ini termasuk penelitian yang menggunakan metodologi studi
peristiwa (event study). Penelitian dengan studi peristiwa berfokus untuk
menguji kekuatan reaksi pasar terhadap suatu peristiwa tertentu dalam hal ini
adalah stock split, dengan melihat perubahan return saham serta pengaruh
risiko sistematis dan likuiditas saham terhadap return saham pada peristiwa
tersebut. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh saham perusahaan go-
public di Bursa Efek Indonesia.
Metode penentuan sampel yang digunakan adalah non-probability
sampling dengan teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling.
Metode purposive sampling merupakan metode pengambilan sampel yang
mempunyai tujuan atau target tertentu dalam pengambilan sampel secara tidak
acak. Metode purposive sampling memilih sampel berdasarkan kesesuaian
karakteristik sampel yaitu memilih perusahaan yang melakukan stock split di
Bursa Efek Indonesia dalam kurun waktu pengamatan tahun 2006 dan tahun
2007 dan pengambilan data .
Berdasarkan metode penentuan sampel yang digunakan maka peneliti
menemukan 22 perusahaan yang melakukan stock split dalam kurun waktu
penelitian.
Tabel 3.1.
PerusahaanYang Melakukan Stock Split Di Bursa Efek Indonesia
No Tahun Kode Emiten Tanggal
Stock Split 1 2006 INTA PT.Intraco Penta Tbk 16-Jan-06 2 2006 TMAS PT. Pelayaran Tempuran Emas Tbk 17-Mar-06 3 2006 PJAA PT. Pembangunan Jaya ancol Tbk 10-Jul-06 4 2006 LPKR PT. Lippo Karawaci Tbk 28-Jul-06 5 2006 JRPT PT. Jaya Real Property Tbk 14-Aug-06 6 2006 TSPC PT. Tempo Scan Pacific Tbk 14-Sep-06 7 2006 BBLD PT. BBL Danatama Finance Tbk 2-Oct-06 8 2006 EKAD PT. Ekadharma Tape Industri Tbk 19-Oct-06 9 2006 APOL PT. Arpeni Pratama OceanLine Tbk 1-Dec-06 10 2006 PLIN PT. Plaza Indonesia Realty Tbk 26-Dec-06 11 2007 BMTR PT. Bimantara Citra Tbk 24-Apr-07 12 2007 DAVO PT. Davomas Abadi Tbk 28-May-0713 2007 ANTM PT. Aneka Tambang Tbk 12-Jul-07 14 2007 AKRA PT. AKR Corporindo Tbk 22-Jul-07 15 2007 SMGR PT. Semen Gresik Tbk 7-Aug-07 16 2007 SOBI PT. Sorini Agro Asia Corp Tbk 22-Aug-07 17 2007 HADE PT. Hortus Danavest Tbk 10-Sep-07 18 2007 HITS PT.Humpuss Intermoda Transp Tbk 11-Sep-07 19 2007 PWON PT. Pakuwon Jati Tbk 19-Sep-07
No Tahun Kode Emiten Tanggal
Stock Split 20 2007 CPIN PT. Charoen Pokphand Ind Tbk 1-Nov-07 21 2007 JPRS PT. Jaya Pari Steel Tbk 12-Dec-07 22 2007 LPKR PT. Lippo Karawaci Tbk 26-Dec-07
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain dalam bentuk
jadi dan dipublikasikan. Data-data diperoleh dari pusat referensi pasar
modal (PRPM) di Bursa Efek Jakarta . Data tersebut adalah daftar harga
saham resmi harian, data IHSG harian, data volume perdagangan saham
harian, data bid price harian, data ask price harian, dan jumlah saham
beredar selama periode penelitian.
b. Riset kepustakaan
Riset kepustakaan adalah melaksanakan studi kepustakaan dengan teknik
pengumpulan data yang dilengkapi dengan membaca dan mempelajari
serta menganalisis literatur yang bersumber dari buku dan jurnal-jurnal
yang berkaitan dengan penelitian ini.
D. Metode Analisis
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan tahap –
tahap sebagai berikut :
a. Uji Dasar Asumsi Klasik
Asumsi dasar klasik adalah bahwa hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen bersifat linear serta tidak terjadi
autokorelasi, heteroskedastisitas, dan multikolinieritas diantara variabel
independen dalam regresi tersebut. Oleh karena itu, diperlukan pengujian dan
pembersihan terhadap pelanggaran asumsi dasar jika memang terjadi.
Pengujian – pengujian asumsi dasar klasik regresi terdiri dari :
1. Uji Normalitas Data
Pengujian normalitas adalah pengujian tentang kenormalan distribusi
data. Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
dependen variabel dan independen variabel ataupun keduanya mempunyai
distribusi yang normal atau tidak. Menurut Singgih Santoso (2004 : 124) ada
beberapa cara untuk mendeteksi normalitas yaitu dengan penyebaran data
(titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Dasar pengambilan keputusan dalam
uji normalitas adalah :
- Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal maka model regresi tersebut memenuhi asumsi normalitas.
- Jika data menyebar dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis
diagonal maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
2. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas ini bertujuan untuk mendeteksi ada tidaknya
hubungan antar beberapa atau semua variabel independen dalam suatu model
regresi. Multikolinieritas merupakan suatu keadaan dimana satu atau lebih
variabel independen dinyatakan sebagai kondisi linier dengan variabel lainnya.
Artinya bahwa jika diantara variabel bebas yang digunakan sama sekali tidak
berkorelasi satu dengan yang lainnya maka bisa dikatakan tidak terjadi
multikolinieritas. Untuk mendeteksi adanya multikolinieritas dapat dilihat dari
besarnya VIF (variance inflation factor) dan tolerance.
Pedoman suatu model regresi yang terbebas dari gejala
multikolinieritas adalah :
a. Mempunyai nilai VIF di sekitar angka 1.
b. Mempunyai angka tolerance mendekati 1
3. Uji Autokorelasi
Salah satu asumsi dari model regresi linier klasik adalah bahwa tidak
ada autokorelasi serial ( autocorrelation or serrial correlation) antara kesalahan
pengganggu (ei).
Autokorelasi dapat didefinisikan pula terjadinya korelasi diantara data
pengamatan sebelumnya, dengan kata lain bahwa munculnya suatu data
dipengaruhi oleh data sebelumnya. Tujuan dari autokorelasi adalah untuk
menguji apakah dalam model linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu
pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1. Sebelumnya, jika terjadi
korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi. Menurut Singgih Santoso
(2000 : 216) model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari
autokorelasi.
Terjadinya autokorelasi atau tidak dapat dilihat melalui Durbin-
Watson. Panduan mengenai Durbin-Watson untuk mendeteksi autokorelasi
dapat dilihat pada buku statistik yang relevan. Bila nilai DW terletak diantara
du < d < 4 – du maka dapat dikatakantidak terjadi autokorelasi baik positif
maupun negatif, atau jika nilai d mencapai sekitar 2 dimana du adalah batas
atas dan dl adalah batas bawah.
1. 0 < d < du : ada autokorelasi positif.
2. dl < d < du : ragu-ragu ada autokorelasi positif (inconclusive).
3. du < d < 4 – dl : tidak terjadi autokorelasi positif maupun negatif.
4. 4 – du < d < 4 - dl : ragu-ragu ada autokorelasi negatif.
5. 4 – dl < d < 4 : ada autokorelasi negatif.
Selain itu, untuk mendeteksi gejala autokorelasi dapat diambil patokan
sebagai berikut :
1. Angka D – W di bawah –2, berarti terdapat autokorelasi positif.
2. Angka D – W di antara –2 sampai +2, berarti tidak terdapat
autokorelasi.
3. Angka D – W di atas +2, berarti terdapat autokorelasi negatif.
4. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah suatu keadaan dimana varian dari kesalahan
pengganggu tidak konstan untuk semua nilai variabel bebas. Uji
heteroskedastisitas ini bertujuan untuk menguji apakahdalam model regresi
ketidaksamaan varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap
maka disebut Homoskedastisitas dan bila berbeda disebut heteroskedastisitas.
Menurut Singgih Santoso (2000 : 210) ada beberapa cara untuk mendeteksi
ada tidaknya heteroskedastisitas, antara lain :
1. Melihat grafikplot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan
residualnya (SRESID). Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dengan
melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID
dan ZPRED dimana sumbu X dan Y yang telah diprediksi dan sumbu Y
adalah residual (Y prediksi –Y sesungguhnya) yang telah distudentized.
2. Dasar analisis, jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk
suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian
menyempit) maka telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola
yang jelas serta titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y
maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
b. Regresi
Persamaan regresi adalah suatu persamaan matematika yang
mendefinisikan hubungan dua variabel. Hubungan yang dimaksud yaitu
hubungan antara variabel independen (X) dan variabel dependen (Y), dimana
pada penelitian ini risiko sistematis, likuiditas ( bid ask spread dan trading
volume activity), dan stock split sebagai variabel independen (X), sedangkan
return saham sebagai variabel dependen (Y). Variabel stock split adalah
variabel dummy dengan memberikan nilai 1 untuk kategori periode sebelum
stock split serta nilai 0 untuk periode sesudah stock split.
Model persamaan regresi yang digunakan adalah :
Y = a + b1 x1 + b2 x2 + b3 x3 + b4 x4 + ei
Keterangan :
Y = rata-rata tingkat pengembalian saham bulanan
a = konstanta
b1 = koefisien regresi pertama
b2 = koefisien regresi kedua
x1 = rata-rata risiko sistematis bulanan
x2 = rata-rata likuiditas ( bid-ask spread) bulanan
x3 = rata-rata likuiditas ( trading volume activity) bulanan
x4 = stock split sebelum dan sesudah stock split
ei = error term
C. Uji Hipotesis 1. Uji t
Uji t adalah menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen. Dalam hal ini variabel independen terdiri dari risiko sistematis dan
likuiditas saham, sedangkan variabel dependennya adalah return saham.
Uji t digunakan untuk melihat apakah terdapat pengaruh yang
signifikan antara variabel risiko sistematis dan likuiditas saham terhadap
return saham secara parsial.
bi - (βi) T = Sb
Dimana :
bi = koefisien variabel ke i
βi = parameter ke i yang dihipotesiskan
Sb = kesalahan standar atau standar error sampel
Adapun Sb dapat dihitung dengan :
Sc Sb = ∑ Xi 2 – ( ∑ Xi)2 n ∑Yi2 - α∑Yi - b∑XiYi Sc = n - k
Pengujian menggunakan uji t dua arah dengan hipotesis sebagai
berikut :
Ho : β = 0 (variabel bebas tidak mempengaruhi variabel tidak bebas).
H1 : β ≠ 0 (variabel bebas mempengaruhi variabel tidak bebas).
Dengan ketentuan jika Ho diterima maka variabel tidak signifikan dan
jika Ho ditolak (H1 diterima) maka varibel signifikan.
2. Uji F
Uji F adalah uji kemampuan variabel bebas terhadap variabel tidak
bebas secara bersama-sama. Dalam hal ini variabel independen terdiri dari
risiko sistematis dan likuiditas saham, sedangkan variabel dependennya adalah
return saham. Uji F dimaksudkan untuk melihat kemampuan menyeluruh dari
variabel bebas untuk dapat atau mampu menjelaskan tingkah laku atau
keragaman variabel tidak bebas. Uji F juga dimaksudkan untuk mengetahui
apakah semua variabel bebas memiliki koefisien regresi sama dengan nol.
Rumus Uji F adalah :
R2 / ( k – 1 ) F = (1 – R2) / (n – 3) Dengan uji F, hipotesis yang diajukan adalah :
Ho : β1 , β2 = 0
H 1 : β1 , β2 ≠ 0
Dengan ketentuan jika Ho diterima maka variabel tidak signifikan dan
jika Ho ditolak maka variabel signifikan.
3. Uji R Square Uji ketepatan perkiraan (R2) dilakukan untuk mendeteksi ketepatan
paling baik dari garis regresi. Uji ini dilakukan dengan melihat besarnya nilai
koefisien determinasi R2 yang merupakan besaran nilai non negatif. Besarnya
nilai koefisien determinasi adalah antara nol sampai dengan 1. Koefisien
determinasi bernilai nol berarti tidak ada hubungan antara variabel independen
dengan variabel dependen, sebaliknya nilai koefisien determinasi 1 berarti
suatu kecocokan sempurna dari ketepatan perkiraan model. Nilai Koefisien
determinasi lebih besar dari 0,5 menunjukkan variabel bebas dapat
menjelaskan variabel tidak bebas dengan baik atau kuat, sama dengan 0,5
dikatakan sedang dan kurang dari 0,5 relatif kurang baik. Apabila
mendapatkan koefisien determinasi kurang dari 0,5 ada beberapa penyebab
yang mungkin salah satu diantaranya adalah spesifikasi model yang salah
yaitu pemilihan variabel yang kurang tepat atau pengukuran yang tidak akurat.
4. Uji Beda Dua Rata-Rata
Uji beda dua rata-rata adalah menguji kemampuan generalisasi rata-
rata dua sample yang tidak saling berhubungan. Uji ini dilakukan terhadap dua
sample yang berpasangan; Sampel yang berpasangan diartikan sebagai sebuah
sample dengan subjek yang sama, namun mengalami dua perlakuan yang
berbeda, seperti subjek A akan mendapat perlakuan 1 kemudian II (Santoso,
2007 :181).
Pengujian untuk hipotesis kedua menggunakan uji beda dua rata-rata
untuk mengetahui perbedaan return, risiko sistematis, bid-ask spread, dan
trading volume activity sebelum dan sesudah stock split. Jika hasil pengujian
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara sebelum dan
sesudah split maka dikatakan bahwa aktivitas split mempengaruhi return,
risiko sistematis, bid-ask spread, dan trading volume activity. Jika tidak ada
perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah split maka dikatakan
bahwa aktivitas split tidak mempengaruhi return, risiko sistematis, bid-ask
spread, dan trading volume activity. Uji beda dua rata-rata dalam penelitian ini
menggunakan uji beda dua rata-rata Paired Sample t-Test (Uji_t_Paired).
E. Operasional Variabel Penelitian
Operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah return saham. Return
saham adalah persentase kekayaan pemegang saham untuk suatu jangka
waktu. Return saham yang digunakan dalam penelitian ini adalah return saham
terealisasi yaitu tingkat pengembalian sesungguhnya yang diterima pemegang
saham yang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
1001
1 xP
PPRt
ttt
−
−−=
Dimana :
Rt = return sesungguhnya yang terjadi untuk sekuritas ke-i hari ke- t
Pt = harga saham sekuritas ke-i pada hari ke- t
Pt-1 = harga saham sekuritas ke-i pada hari ke- t-1
b. Variabel Independen
- Risiko Sistematis
Risiko yang relevan dan mencerminkan risiko dalam investasi surat
berharga adalah risiko yang tidak dapat didiversifikasi, yaitu risiko
sistematis yang dilambangkan dengan simbol beta (β). Secara teoritis,
ukuran risiko relevan (risiko sistematis) yang paling tepat untuk surat
berharga adalah kovarian surat berharga tersebut terhadap surat-surat
berharga lain yang termasuk dalam portofolio pasar.
Rumusan risiko sistematis menurut Bodie (1998) adalah :
( )( )m
mjj RVar
RRCoB
,var=
( )( )
( )1
12
−−−
−−∑∑
=
nRR
nRRRR
Bmm
mmjj
j
- Likuiditas saham
Likuiditas dalam penelitian ini diukur dengan bid-ask spread dan trading
volume activity. Bid-ask spread merupakan selisih antara ask price dan
bid price. Besarnya bid-ask spread sebagai proksi tingkat likuiditas.
Semakin tinggi spread maka likuiditas akan semakin kecil dan semakin
rendah spread maka likuiditas akan semakin besar.
100Pr
PrPrPr xiceAsk
iceBidiceAskiceAskBid −=−
Dimana :
Ask Price : harga terendah yang ditawarkan oleh dealer untuk menjual
saham pada hari ke-i.
Bid Price : harga tertinggi yang ditawarkan oleh dealer untuk membeli
saham pada hari ke-i.
Trading volume activity yaitu perbandingan jumlah saham i
yang diperdagangkan pada hari t dengan jumlah saham i yang beredar
pada hari t. Adapun formula untuk menghitung trading volume activity
adalah sebagai berikut:
100xtharipadaberedaryangisahamJumlah
tharipadagkandiperdaganyangisahamJumlahTVA =
- Stock Split
Variabel Stock split dibentuk menjadi variabel dummy, yaitu
sebelum stock split dengan nilai dummy 0 dan sesudah stock split
dengan nilai dummy 1.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia
Sejarah berdirinya bursa efek di indonesia pertamakali terjadi pada
zaman penjajahan. Tahun 1912 adalah tahun pertama dimana pemerintah India
Belanda mendirikan pasar modal di Indonesia yang bertempat di Jakarta.
Efek-efek yang diperdagangkan dalam bursa ini terdiri atas saham dan
obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan milik belanda yang beroperasi di
Indonesia, obligasi India Belanda, dan efek-efek Belanda lainnya. Kemudian
pada tanggal 1 agustus 1925 didirikan bursa efek Surabaya. Pasar modal ini
beroperasi sampai kedatangan Jepang di Indonesia Tahun 1942.
Tahun 1952-1960 yaitu periode orde lama dimana bursa efek jakarta
dibuka kembali setelah pemerintah Jepang meninggalkan indonesia. Untuk
memantapkan keberadaan bursa efek tersebut maka pemerintah mengeluarkan
UU darurat tentang bursa No. 13 tahun 1951 yang kemudian ditetapkan
dengan UU No. 15 tahun 1952. Penyelenggaraan bursa efek yang dibuka di
Jakarta tersebut dilakukan oleh perserikatan perdagangan uang dan efek-efek
(PPUE) dimana Bank Indonesia terlibat sebagai penasihat.
Tahun 1977-1988 yaitu periode orde baru. Bursa Efek Indonesia
dikatakan lahir kembali pada tahun 1977 pada masa orde baru sebagai hasil
dari keputusan Presiden No.52 tahun 1976. Keputusan ini menetapkan
pendirian pendirian Badan Pembina Pasar Modal, Bapepam, dan PT.
Danareksa. Periode ini disebut periode tidur panjang karena sampai dengan
tahun 1988 hanya 24 perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta.
Tahun 1988-1995 yaitu periode kebangkitan pasar modal. Setelah
tahun 1988, selama tiga tahun yaitu sampai tahu 1990 jumlah saham yang
terdaftar di BEJ meningkat menjadi 127 perusahaan dan tahun 1996
meningkat menjadi 238 perusahaan. Pada periode ini terjadi initial public
offering (IPO) yang menjadi peristiwa nasional.
Mulai tahun 1995 disebut periode otomatisasi karena peningkatan
kegiatan transaksi dirasakan sudah melebihi kapasitas manual, Bursa Efek
Jakarta memutuskan untuk mengotomatisasi kegiatan transaksi di bursa.
Sistem otomatisasi yang diterapkan adalah Jakarta Automated Trading System
(JATS) dan mulai beroperasi pada hari senin tanggal 22 Mei 1995.
Mulai Agustus Tahun 1997 krisis moneter terjadi di Indonesia yang
berdampak negatif terhadap perkembangan Bursa Efek Indonesia. Krisis
moneter yang terjadi dimulai dari penurunan nilai mata uang negara-negara
Asia terhadap dolar. Penurunan nilai mata uang ini disebabkan oleh spekulasi
yang dilakukan pedagang valas, menurunnya kepercayaan masyarakat
terhadap nilai mata uang negaranya sendiri, dan tidak kalah pentingnya adalah
kurang kuatnya pondasi perekonomian Indonesia. Untuk mengurangi kelesuan
permintaan sekuritas di pasar modal Indonesia, tanggal 3 September 1997
pemerintah mencabut peraturan pembatasan 49% pemilikan asing.Usaha
dalam memperbaiki kondisi perekonomian yang bergejolak ini, pemerintah
pada hari sabtu tanggal 1 September 1997 mengumumkan likuidasi 16 bank
swasta nasional. Pengumuman yang mengejutkan ini ini tidak banyak
membantu mendorong gairah pasar modal.
Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang
dilaksanakan pada tanggal 30 Oktober 2007, para pemegang saham kedua
bursa efek telah menyetujui rancangan penggabungan Bursa Efek Surabaya
kedalam Bursa Efek Jakarta yang kemudian menjadi Bursa Efek Indonesia
(BEI). Terhitung mulai tanggal 1 Desember 2007 secara resmi Bursa Efek
Indonesia telah efektif. Bursa Efek Ini akan memfasilitasi perdagangan saham
(equity), surat utang (fixed income) maupun perdagangan derivative
(derivative instruments). Hadirnya bursa efek tunggal ini diharapkan akan
meningkatkan efisiensi industri pasar modal di Indonesia dan menambah daya
tarik untuk berinvestasi.
Penggabungan ini menjadikan Indonesia hanya memiliki satu pasar
modal. Bursa Efek Indonesia dipimpin oleh Direktur Utama Erry Firmansyah,
mantan direktur utama BEJ. Mantan Direktur Utama BES Guntur Pasaribu
menjabat sebagai Direktur Perdagangan Fixed Income dan Derivatif,
Keanggotaan dan Partisipan. BEI menggunakan sistem perdagangan bernama
Jakarta Automated Trading System (JATS) sejak 22 Mei 1995, menggantikan
sistem manual yang digunakan sebelumnya. Sistem JATS ini sendiri
direncanakan akan digantikan sistem baru yang akan disediakan OMX.
2. Lembaga-lembaga Penunjang Pasar Modal
Bursa Efek Indonesia Melibatkan banyak lembaga, masing-masing
pihak mempunyai peranan dan fungsi yang berbeda-beda dan saling
menunjang kepentingan pihak lain.
Pihak-pihak yang terkait dalam kegiatan Bursa Efek Indonesia adalah :
a. Perusahaan yang Go Public (Emiten)
Adalah perusahaan yang melakukan emisi atau yang telah melakukan
penawaran dalam surat berharga. Pihak ini membutuhkan dana guna
membelanjai operasi rencana investasi.
b. Perusahaan Efek
Perusahaan Efek adalah adalah perusahaan yang telah memperoleh izin
usaha untuk beberapa kegiatan seperti penjamin emisi efek, perantara
perdagangan efek, manajer investasi, atau penasehat investasi.
c. Lembaga Kliring
Adalah suatu lembaga yang menyelengarakan kliring dan penyelesaian
transaksi yang terjadi di Bursa Efek, penyimpanan efek serta penitipan
harta untuk pihak lain.
d. Perusahaan Reksa Dana
Adalah pihak yang kegiatan utamanya melakukan investasi, investasi
kembali (reinvestasi).
e. Pemodal
Adalah pihak perorangan maupun lembaga yang menanamkan
modalnya dalam efek-efek yang diperdagangkan.
f. Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM)
Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) merupakan lembaga
pemerintah yang mempunyai tugas sebagai berikut :
1) Memonitor dan mengatur sarat pasar dimana sekuritas-sekuritas dapat
diterbitkan dan diperdagangkan secara teratur, wajar, dan efisien
dengan maksud untuk melindungi kepentingan para pemodal dan
masyarakat
2) Mengawasi dan memonitor pertukaran sekuritas, kliring, dan lembaga-
lembaga penyimpanan reksadana, perusahaan sekuritas dan para
pialang, berbagai lembaga pendukung pasar modal dan para
professional.
3) Untuk memberikan rekomendasi tentang pasar modal kepada menteri
keuangan .
Dengan fungsi tersebut diharapkan Badan Pengawas Pasar Modal
(BAPEPAM) lebih bisa melaksanakan fungsi pengawasan karena kegiatan
pendanaan efek dan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan yang
diselenggarakan oleh bursa efek sendiri, selain itu peraturan mulai dilakukan
oleh Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) secara konsisten.
B. DESKRIPSI STATISTIK
Penelitian ini menggunakan 22 perusahaan sampel yang melakukan
stock split di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2006 sampai dengan tahun
2007. Deskripsi statistik dalam penelitian ini meliputi nilai rata-rata return,
risiko sistematis, bid-ask spread, dan trading volume activity pada saat enam
bulan sebelum dan enam bulan sesudah stock split.
Hasil dari statistik deskriptif dalam penelitian ini dapat dilihat sebagai
berikut:
1. Return Saham
Return saham yang dihitung merupakan return saham aktual yaitu
harga saham penutup dikurangi dengan harga saham pembuka dibagi dengan
saham pembuka. Rata-rata return saham perusahaan sampel enam bulan
sebelum dan enam bulan sesudah stock split yang terjadi selama tahun 2006-
2007 disajikan dalam tabel 4.1
Tabel 4.1. Rata-Rata Return Periode Enam Bulan Sebelum Stock split
Tahun 2006-2007 Tahun kode -6 -5 -4 -3 -2 -1 Rata-Rata
2006 INTA 0.01088 0.00818 -0.00223 0.00057 -0.00254 -0.00077 0.00235 2006 TMAS 0.00029 0.00754 0.00115 0.00590 0.00171 0.01183 0.00474 2006 PJAA 0.00011 0.00068 0.00709 0.03684 0.00115 -0.00249 0.00723 2006 LPKR 0.00141 0.00056 0.00404 -0.00084 -0.00426 -0.00153 -0.00010 2006 JRPT 0.00000 0.00952 0.02270 0.00649 -0.00171 -0.00258 0.00574 2006 TSPC -0.00056 0.00383 -0.01019 0.00726 -0.00348 0.00513 0.00033 2006 BBLD -0.00039 0.00017 -0.00299 0.00181 0.00148 0.00367 0.00063 2006 EKAD 0.00408 0.00090 -0.00049 -0.00513 0.00556 -0.00357 0.00022 2006 APOL -0.00295 0.00330 0.00650 0.00167 -0.00219 -0.02673 -0.00340 2006 PLIN 0.00000 0.00000 0.00413 0.00431 0.02159 0.00227 0.00538 2007 BMTR 0.01945 0.00780 -0.00216 0.01371 0.00217 0.00105 0.00700 2007 DAVO -0.00323 0.00903 -0.00142 0.01128 0.00412 -0.00864 0.00186 2007 ANTM -0.00079 0.00826 0.01313 0.01470 -0.00500 -0.00503 0.00421 2007 AKRA -0.00248 0.01048 -0.00224 0.00521 0.01246 0.00036 0.00397 2007 SMGR 0.00101 0.00167 -0.00169 0.00833 0.00922 0.00092 0.00324 2007 SOBI 0.00319 0.00178 0.00244 0.00394 0.00427 0.02046 0.00601 2007 HADE 0.00000 0.04699 0.02610 0.04767 0.02219 -0.00216 0.02347 2007 HITS 0.00238 0.01619 0.00361 -0.00343 0.00160 0.00403 0.00406 2007 PWON 0.00793 0.00464 0.00690 0.00967 0.03202 0.00402 0.01086 2007 CPIN 0.02279 0.00476 0.01084 -0.00591 0.00546 0.01090 0.00814 2007 JPRS 0.00504 0.00722 -0.00755 -0.00344 -0.00144 -0.00178 -0.00033 2007 LPKR -0.00062 0.00708 0.00120 -0.00027 -0.00082 -0.00208 0.00075
Sumber : PT. BEI, data diolah penulis.
Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata return bulanan masing-masing
perusahaan pada saat enam bulan sebelum stock split pada tabel 4.1 dapat
diketahui bahwa rata-rata return bulanan tertinggi dimiliki oleh PT. Hortus
Danavest Tbk (HADE) sebesar 0,02347 dan terendah dimiliki oleh PT. Jaya
Pari Steel Tbk (JPRS) sebesar -0.00340.
Tabel 4.2 Rata-Rata Return Periode Enam Bulan Sesudah Stock split
Tahun 2006-2007
Tahun kode 1 2 3 4 5 6 Rata-Rata 2006 INTA -0.00140 0.00250 0.00212 -0.00734 0.00064 -0.00069 -0.00070 2006 TMAS 0.01114 -0.00093 -0.01325 -0.00082 0.00077 -0.00053 -0.00061 2006 PJAA -0.00104 0.01458 -0.00467 -0.00392 0.00378 -0.00075 0.00133 2006 LPKR -0.00054 0.00108 0.00068 0.00481 0.00310 -0.00213 0.00117 2006 JRPT 0.00508 0.00891 0.00552 0.01202 -0.00110 0.00493 0.00589 2006 TSPC 0.00407 -0.00050 0.00798 0.00218 -0.00307 -0.00207 0.00143 2006 BBLD 0.00211 -0.00046 -0.00059 0.00153 -0.00051 0.00267 0.00079 2006 EKAD -0.00264 0.00066 -0.00568 0.00357 0.00000 -0.00333 -0.00124 2006 APOL -0.00649 0.01001 -0.00487 0.00788 0.00495 0.00406 0.00259 2006 PLIN 0.00076 -0.00214 0.00257 0.00000 0.00433 0.00417 0.00161 2007 BMTR 0.00568 -0.00476 0.00012 0.00294 0.00582 0.00448 0.00238 2007 DAVO -0.00330 0.00218 -0.00714 0.00889 -0.00604 0.00159 -0.00064 2007 ANTM -0.00641 0.01086 0.01049 0.01622 -0.00224 -0.00867 0.00338 2007 AKRA -0.00030 0.00464 -0.00035 0.00216 0.00903 -0.00405 0.00185 2007 SMGR 0.00364 0.00816 -0.00166 -0.00356 0.00047 -0.00194 0.00085 2007 SOBI 0.00824 0.00069 0.00370 0.01965 0.01299 0.00121 0.00775 2007 HADE 0.00099 0.02333 -0.00592 -0.02643 -0.00043 0.00060 -0.00131 2007 HITS -0.00122 -0.00041 -0.00779 -0.00886 0.00043 0.00556 -0.00205 2007 PWON 0.00028 -0.00099 0.00310 -0.00443 0.00891 0.00431 0.00186 2007 CPIN 0.01045 0.00012 -0.00348 -0.00301 0.00689 0.00169 0.00211 2007 JPRS -0.01021 0.00705 -0.00886 0.01304 0.02515 0.01499 0.00686 2007 LPKR -0.00427 0.00801 0.00539 -0.00650 0.00086 0.00204 0.00092
Sumber : PT. BEI, data diolah penulis
Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata return bulanan masing-masing
perusahaan pada saat enam bulan sesudah stock split pada tabel 4.2 dapat
diketahui bahwa rata-rata return bulanan tertinggi dimiliki oleh PT. Sorini
Agro Asia Corp Tbk (SOBI) sebesar 0,00775 dan terendah dimiliki oleh PT.
Intraco Penta Tbk (INTA) sebesar -0.00205. Secara umum dapat dilihat bahwa
rata-rata return bulanan enam bulan sesudah stock split mengalami penurunan
dibandingkan dengan rata-rata return bulanan enam bulan sebelum stock split.
Berdasarkan tabel 4.1 dan 4.2 secara umum dapat dilihat bahwa rata
return saham pada saat sebelum stock split lebih tinggi dibandingkan dengan
rata-rata return sesudah stock split. Akan tetapi, perbedaan tersebut tidak
terlalu jauh antara return sebelum dan sesudah stock split.
2. Risiko Sistematis
Risiko dari suatu saham terhadap risiko pasar dapat diukur dengan
risiko sistematis. Risiko sistematis suatu saham adalah kuantitatif yang
mengukur sensitivitas keuntungan dari suatu sekuritas dalam merespon
pergerakan keuntungan pasar.
Risiko sistematis terlebih dahulu perlu dihitung return saham harian
dan return pasar harian. Hasil tersebut masing-masing kemudian dikurangkan
dengan rata-rata hariannya sehingga akan diperoleh deviation stock dan
deviation market secara harian pula yang dikuadratkan untuk memperoleh
squared deviation untuk saham dan pasar dan dihitung rata-rata hariannya
selama satu bulan. Langkah selanjutnya adalah mengalikan deviation stock
harian dengan deviation market harian untuk memperoleh product of deviation
secara harian yang juga akan dihitung rata-rata hariannya selam satu bulan.
Tahap terakhir adalah membagi kovarian return saham terhadap return pasar
(diperoleh dari pembagian jumlah hari perdagangan dalam sebulan dengan
jumlah hari perdagangan dalam sebulan dikurangi satu, kemudian dikalikan
dengan rata-rata harian dari product of deviation) dengan varian return pasar
(diperoleh dari pembagian jumlah hari perdagangan dalam sebulan dengan
jumlah hari perdagangan dalam sebulan dikurangi satu, kemudian dikalikan
dengan rata-rata harian squared deviation dari pasar). Hasil perhitungan risiko
sistematis dari 22 sampel selama periode pengamatan enam bulan sebelum
stock split dari tahun 2006-2007 dapat dilihata pada tabel 4.3.
Tabel 4.3 Rata-Rata Risiko Sistematis Periode Enam Bulan Sebelum Stock split
Tahun 2006-2007
Tahun kode -6 -5 -4 -3 -2 -1 Rata-Rata 2006 INTA 0.65092 3.50460 1.42266 -0.62524 1.68286 0.07846 1.11904 2006 TMAS 0.43374 1.20455 0.64634 1.30644 0.43714 -0.05779 0.66174 2006 PJAA 0.31660 -0.00022 0.68225 -3.81205 1.97892 1.25886 0.07073 2006 LPKR 0.02898 0.00147 0.37101 0.12223 0.25954 0.21434 0.16626 2006 JRPT 0.00000 1.60056 1.08663 0.70829 0.33273 1.00976 0.78966 2006 TSPC 0.66131 0.73833 0.68895 0.42066 0.81213 0.66814 0.66492 2006 BBLD 0.03570 -0.09639 0.01809 0.15872 -0.03507 -0.04981 0.00521 2006 EKAD -0.29991 0.13940 0.25825 0.81370 0.83045 -0.06406 0.27964 2006 APOL 0.47725 0.82945 0.79727 1.16483 0.11527 0.26728 0.60856 2006 PLIN 0.00000 0.00000 -0.25416 0.02586 0.71829 -0.11550 0.06241 2007 BMTR 0.02977 0.79100 0.13079 1.28598 0.99239 0.69799 0.65465 2007 DAVO 0.39170 0.80253 0.33403 0.06585 1.01349 0.35685 0.49408 2007 ANTM 1.47244 2.83922 2.01683 2.78111 1.00250 1.35977 1.91198 2007 AKRA 0.09790 -0.31041 0.53183 -0.10692 -2.47649 0.68108 -0.26384 2007 SMGR 1.45707 0.91074 0.53947 0.45475 1.95862 0.29267 0.93555 2007 SOBI -0.17944 0.06554 0.10581 1.12915 0.33594 -0.45104 0.16766 2007 HADE 0.00000 0.70975 6.14132 3.99805 2.44878 0.66190 2.32663 2007 HITS 0.28818 -0.48387 0.36944 0.39722 -0.33595 2.57964 0.46911 2007 PWON 0.04778 0.02228 0.08596 -0.42466 -0.59766 -0.35114 -0.20291 2007 CPIN -0.49702 0.87331 -0.26990 0.78444 1.22903 0.86768 0.49792 2007 JPRS 2.31506 0.67083 0.89747 0.61144 1.01027 0.26677 0.96197 2007 LPKR 0.53226 0.92472 0.36445 0.12867 0.25771 0.16797 0.39596
Sumber : PT. BEI, data diolah penulis
Risiko sistematis saham yang dikenal dengan market risk dari saham,
tentunya juga dipengaruhi oleh return pasar, sehingga variasi dari return
pasar akan mempengaruhi besarnya risiko sistematis saham yang terjadi.
Prediktor varian return pasar ini merupakan prediktor dari sisi pasar.
Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata risiko sistematis bulanan masing-
masing perusahaan pada saat enam bulan sebelum stock split pada tabel 4.3
menunjukkan bahwa hampir semua perusahaan mempunyai risiko sistematis
positif hanya PT. AKR Corporindo Tbk dan PT. Pakuwon Jati Tbk (PWON)
yang mempunyai rata-rata risiko sistematis negatif. Penelitian Dari hasil
perhitungan rata-rata risiko sistematis tersebut dapat dilihat bahwa terdapat
saham yang mempunyai rata-rata risiko sistematis lebih besar dari satu (β>1).
Oleh karena itu, saham yang mempunyai risiko sistematis lebih besar dari
satu (β>1) berarti lebih berisiko dari pada saham perusahaan lain dan saham
ini dapat dikategorikan sebagai saham agresif, berarti kelebihan tingkat
pangembalian saham berubah melebihi proporsi dari kelebihan return pasar.
Terdapat tiga perusahaan yang memiliki rata-rata risiko sistematis
lebih dari satu dan terdapat dua perusahaan yang memiliki rata-rata risiko
sistematis negatif. Diketahui bahwa rata-rata risiko sistematis bulanan
tertinggi dimiliki oleh PT. Hortus Danavest Tbk (HADE) sebesar 2,32663
dan diketahui bahwa rata-rata risiko sistematis bulanan terendah dimiliki oleh
PT. AKR Corporindo Tbk (AKR) sebesar -0,26384. Pada saham yang
mempunyai risiko lebih kecil dari satu (β<1) yaitu mempunyai fluktuasi
return yang lebih kecil dari pasar secara keseluruhan. Oleh karena itu, saham
yang mempunyai risiko sistematis lebih kecil dari satu (β<1) dapat
dikategorikan sebagai saham lemah atau defensif stock, berarti kelebihan
return saham berubah di bawah proporsi dari kelebihan return pasar, maka
apabila return pasar meningkat 5% maka return saham akan lebih kecil dari
5%.
Tabel 4.4 Rata-Rata Risiko Sistematis Periode Enam Bulan Sesudah Stock split
Tahun 2006-2007
Tahun kode 1 2 3 4 5 6 Rata-Rata 2006 INTA -0.02829 0.53327 0.72825 1.22193 0.71083 0.43507 0.60018 2006 TMAS 0.32172 0.81508 0.17389 0.91964 0.63770 0.74713 0.60252 2006 PJAA 0.38998 -0.34221 0.52718 0.47455 1.22847 0.79450 0.51208 2006 LPKR 0.33679 0.32680 1.00080 0.85788 0.20508 0.03162 0.45983 2006 JRPT 0.67325 1.76997 0.88290 0.66914 0.40243 0.56613 0.82730 2006 TSPC 2.23792 0.59062 0.41865 1.08982 1.35156 1.05347 1.12368 2006 BBLD -0.35839 -0.05984 0.13006 -0.05686 0.01202 -0.20766 -0.09011 2006 EKAD 0.07757 -0.44033 -0.48466 -0.18042 0.00000 -0.26749 -0.21589 2006 APOL 1.44062 0.48227 0.79480 1.12362 1.19012 1.37559 1.06784 2006 PLIN 0.87701 0.43272 0.41017 0.00000 0.12265 -0.06930 0.29554 2007 BMTR -0.11204 0.89693 0.51557 0.84694 0.45145 0.53756 0.52274 2007 DAVO 1.31965 0.42670 1.48336 -0.31224 0.84020 0.50066 0.70972 2007 ANTM 1.62781 1.78218 1.48712 1.63401 1.89438 -0.45081 1.32912 2007 AKRA 0.92172 0.48266 0.11141 0.31501 1.35869 1.33288 0.75373 2007 SMGR 1.57668 0.82416 0.89445 1.10264 1.04851 1.73516 1.19693 2007 SOBI 0.49101 0.28122 0.49425 0.20997 0.62103 1.27268 0.56169 2007 HADE -0.04654 0.49094 0.09009 1.33380 -1.02725 -0.29056 0.09175 2007 HITS 0.01802 0.66449 5.36051 0.39626 -0.85918 -0.08262 0.91624 2007 PWON 0.29343 0.32022 1.03289 1.21411 0.83667 2.07228 0.96160 2007 CPIN 1.13500 0.92822 0.90928 1.04344 1.20977 0.25923 0.91416 2007 JPRS 1.47623 1.32945 1.13930 2.18380 2.72880 2.35103 1.86810 2007 LPKR 0.44922 0.46417 0.51484 0.70677 0.44769 0.61892 0.53360
Sumber : PT. BEI, data diolah penulis
Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata risiko sistematis bulanan
masing-masing perusahaan pada saat enam bulan sesudah stock split pada
tabel 4.4 menunjukkan bahwa hampir semua perusahaan mempunyai risiko
sistematis positif hanya PT. Buana Finance Tbk (BBLD) dan PT. Ekhadarma
Tape Industri Tbk (EKAD) yang mempunyai rata-rata risiko sistematis
negatif. Terdapat lima perusahaan yang memiliki rata-rata risiko sistematis
lebih dari satu dan terdapat dua perusahaan yang memiliki rata-rata risiko
sistematis negative. Diketahui bahwa rata-rata risiko sistematis bulanan
tertinggi dimiliki oleh PT. Jaya Pari Steel Tbk (JPRS) sebesar 1,86810
sedangkan rata-rata risiko paling rendah dimiliki oleh PT. Ekhadarma Tape
Industri Tbk (EKAD) sebesar -0,21589.
Pada tabel 4.4 terlihat bahwa ada lima perusahaan yang dapat
dikategorikan sebagai perusahaan yang memiliki saham kuat karena memiliki
risiko sistematis lebih dari satu, sedangkan sisanya adalah perusahaan yang
memilki risiko sistematis lebih kecil dari satu dan dapat dikategorikan sebagai
saham lemah atau defensif stock.
3. Bid-Ask Spread
Besarnya bid-ask spread suatu saham dapat dihitung dengan ask price
dikurangi bid price kemudian hasilnya dibagi dengan ask price. Langkah
selanjutnya adalah mencari rata-rata bid-ask spread harian dan bulanan untuk
masing-masing saham. Hasil perhitungan rata-rata bid-ask spread dari 22
sampel selama periode pengamatan enam bulan sebelum stock split dari tahun
2006-2007 dapat dilihata pada tabel 4.5.
Tabel 4.5 Rata-Rata Bid-Ask Spread Periode Enam Bulan Sebelum Stock split
Tahun 2006-2007
Tahun kode -6 -5 -4 -3 -2 -1 Rata-Rata 2006 INTA 0.02939 0.02114 0.01719 0.01712 0.01905 0.01727 0.02019 2006 TMAS 0.03348 0.02165 0.00958 0.00945 0.01031 0.00969 0.01569 2006 PJAA 0.01288 0.01239 0.01201 0.00793 0.01285 0.01494 0.01217 2006 LPKR 0.00562 0.00550 0.00516 0.00506 0.00533 0.00603 0.00545 2006 JRPT 0.13026 0.14059 0.05544 0.05852 0.19892 0.21620 0.13332 2006 TSPC 0.00793 0.00833 0.01321 0.01218 0.01128 0.00997 0.01048 2006 BBLD 0.06508 0.07211 0.11779 0.40575 0.17762 0.35726 0.19927 2006 EKAD 0.05241 0.07069 0.16425 0.01046 0.11045 0.15304 0.09355 2006 APOL 0.01242 0.00981 0.00745 0.00659 0.00726 0.00965 0.00886 2006 PLIN 0.86364 0.78139 0.22030 0.83778 0.33875 0.47686 0.58645 2007 BMTR 0.00745 0.00735 0.00655 0.00766 0.00679 0.00668 0.00708 2007 DAVO 0.03004 0.01881 0.01791 0.01896 0.01542 0.01353 0.01911 2007 ANTM 0.00737 0.00723 0.00547 0.00357 0.00339 0.00482 0.00531 2007 AKRA 0.15161 0.06399 0.03093 0.01322 0.01147 0.01142 0.04711 2007 SMGR 0.00942 0.00435 0.00230 0.00493 0.00593 0.00519 0.00535 2007 SOBI 0.06072 0.06418 0.12965 0.06604 0.04458 0.03306 0.06637 2007 HADE 0.06050 0.06926 0.24235 0.06244 0.05600 0.03446 0.08750 2007 HITS 0.21631 0.53259 0.73965 0.45889 0.04262 0.92567 0.48595 2007 PWON 0.06293 0.17883 0.14507 0.00340 0.44783 1.00000 0.30634 2007 CPIN 0.01445 0.01362 0.01027 0.01014 0.00890 0.00771 0.01085 2007 JPRS 0.01260 0.01506 0.02739 0.01742 0.01809 0.01910 0.01827 2007 LPKR 0.00650 0.00597 0.00597 0.00605 0.00560 0.00748 0.00626
Sumber : PT. BEI, data diolah penulis
Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata bid-ask spread bulanan
masing-masing perusahaan pada saat enam bulan sebelum stock split pada
tabel 4.5 dapat diketahui bahwa rata-rata rata-rata bid-ask spread bulanan
tertinggi dimiliki oleh PT. Plaza Indonesia Realty Tbk (PLIN) sebesar 0,58645
dan terendah dimiliki oleh PT. Semen Gresik Tbk (SMGR) sebesar 0,00531.
Likuiditas yang diukur dengan bid-ask spread dapat dilihat bahwa semakin
kecil bid-ask spread suatu saham berarti semakin likuid saham tersebut dan
semakin besar bid-ask spread suatu saham berarti semakin tidak likuid saham
tersebut.
Tabel 4.6 Rata-Rata Bid-Ask Spread Periode Enam Bulan Sesudah Stock split
Tahun 2006-2007
Tahun kode 1 2 3 4 5 6 Rata-Rata 2006 INTA 0.01903 0.01830 0.01762 0.01965 0.04021 0.02145 0.02271 2006 TMAS 0.01209 0.01039 0.01140 0.01445 0.01442 0.01255 0.01255 2006 PJAA 0.01154 0.00983 0.01036 0.01108 0.01105 0.01067 0.01075 2006 LPKR 0.01121 0.01117 0.01115 0.01026 0.00936 0.01373 0.01114 2006 JRPT 0.04392 0.01527 0.01652 0.01503 0.01338 0.09137 0.03258 2006 TSPC 0.01281 0.01271 0.01292 0.01183 0.01145 0.01238 0.01235 2006 BBLD 0.13216 0.03311 0.09960 0.04559 0.05601 0.13786 0.08405 2006 EKAD 0.13807 0.08966 0.28756 0.28117 0.43882 0.47836 0.28561 2006 APOL 0.01753 0.01651 0.01649 0.01510 0.01355 0.01619 0.01589 2006 PLIN 0.71882 0.19695 0.39827 0.28619 0.38095 0.40500 0.39770 2007 BMTR 0.00795 0.00823 0.00916 0.01504 0.01134 0.00984 0.01026 2007 DAVO 0.01755 0.01970 0.02468 0.02338 0.02164 0.02308 0.02167 2007 ANTM 0.01058 0.01010 0.00826 0.00638 0.00426 0.00661 0.00770 2007 AKRA 0.02308 0.01158 0.01545 0.01155 0.00876 0.01209 0.01375 2007 SMGR 0.01112 0.01003 0.00993 0.01045 0.01059 0.01109 0.01053 2007 SOBI 0.01954 0.02208 0.02556 0.00952 0.00930 0.00739 0.01556 2007 HADE 0.06050 0.08523 0.11452 0.23832 0.10255 0.02912 0.10504 2007 HITS 0.38350 0.35278 0.32167 0.56465 0.30644 0.57070 0.41662 2007 PWON 0.26688 0.32739 0.60247 0.07312 0.01305 0.01685 0.21663 2007 CPIN 0.01007 0.00928 0.00965 0.01086 0.01030 0.00940 0.00993 2007 JPRS 0.02063 0.02297 0.02423 0.02686 0.01636 0.01380 0.02081 2007 LPKR 0.01554 0.01775 0.01340 0.01410 0.01397 0.01387 0.01477
Sumber : PT. BEI, data diolah penulis
Berdasarkan hasil perhitungan bid-ask spread bulanan masing-masing
perusahaan pada saat enam bulan sesudah stock split pada tabel 4.6 dapat
diketahui bahwa rata-rata bid-ask spread bulanan tertinggi dimiliki oleh PT.
Humpuss Intermoda Transp Tbk (HITS) sebesar 0,41662 dan terendah
dimiliki oleh PT. Aneka Tambang Tbk (ANTAM) sebesar 0,00770.
Likuiditas dari suatu saham dapat diukur dari execution costnya yaitu
besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk mengubah suatu sekuritas
menjadi kas atau sebaliknya. Ada dua macam execution cost, pertama biaya
komisi broker dan kedua, bid-ask spread dimana spread ini ditentukan oleh
dealer. Semakin besar persentase spreadnya maka semakin rendah
likuiditasnya dan semakin kecil persentase spreadnya maka semakin tinggi
likuiditasnya. Berdasarkan tabel 4.5 dan 4.6 dapat terlihat bahwa rata-rata bid-
ask spread sebelum stock split lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata bid-
ask spread sesudah stock split. Hal ini menggambarkan bahwa pada saat
sesudah stock split tingkat likuiditas saham semakin tinggi.
4. Trading Volume Activity
Aktivitas volume perdagangan saham dapat dilihat dengan
menggunakan indicator Trading Volume Activity (TVA) dengan rumus :
Saham perusahaan i yang diperdagangkan pada waktu t TVA = Saham perusahaan i yang beredar (listing) pada waktu t
TVA digunakan untuk melihat apakah preferensi investor secara
individual menilai harga saham memiliki asosiasi positif atau negative untuk
membuat keputusan perdagangan saham.
Tabel 4.7 Rata-Rata Trading Volume Activity Periode Enam Bulan Sebelum Stock Split
Tahun 2006-2007
Tahun kode 1 2 3 4 5 6 Rata-Rata 2006 INTA 0.00583 0.01790 0.00616 0.00590 0.00210 0.00168 0.00659
2006 TMAS 0.00035 0.00165 0.00221 0.00127 0.00073 0.00147 0.00128
2006 PJAA 0.14158 0.12328 0.13437 0.15028 0.15786 0.12870 0.13934
2006 LPKR 0.00486 0.00533 0.00673 0.00565 0.00623 0.00319 0.00533
2006 JRPT 0.00000 0.00004 0.00047 0.00018 0.00001 0.00001 0.00012
2006 TSPC 0.00342 0.00211 0.00162 0.00088 0.00008 0.00005 0.00136
2006 BBLD 0.00003 0.00013 0.00001 0.00001 0.00000 0.00000 0.00003
2006 EKAD 0.00020 0.00030 0.00013 0.00001 0.00002 0.00002 0.00011
2006 APOL 0.00348 0.00060 0.00208 0.00355 0.00129 0.00043 0.00191
2006 PLIN 0.00000 0.00000 0.00002 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000
2007 BMTR 0.00165 0.00122 0.00074 0.00253 0.00095 0.00053 0.00127
2007 DAVO 0.00009 0.00025 0.00016 0.00038 0.00048 0.00021 0.00026
Tahun Kode 1 2 3 4 5 6 Rata-Rata 2007 ANTM 0.00202 0.00634 0.01027 0.00304 0.00133 0.00100 0.00400
2007 AKRA 0.00258 0.00196 0.00122 0.00215 0.00365 0.00250 0.00234
2007 SMGR 0.00025 0.00037 0.00074 0.00049 0.00086 0.00017 0.00048
2007 SOBI 0.00042 0.00027 0.00012 0.00012 0.00280 0.00132 0.00084
2007 HADE 0.00000 0.00047 0.00020 0.00135 0.00054 0.00081 0.00056
2007 HITS 0.00001 0.00002 0.00000 0.00001 0.00005 0.00000 0.00001
2007 PWON 0.00003 0.00003 0.00000 0.00001 0.00003 0.00000 0.00002
2007 CPIN 0.01393 0.00455 0.01170 0.00718 0.01070 0.00423 0.00872
2007 JPRS 0.00544 0.00410 0.00325 0.00202 0.00012 0.00012 0.00251
2007 LPKR 0.00649 0.01016 0.00374 0.00262 0.01569 0.01106 0.00829
Sumber : PT. BEI, data diolah penulis
Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata trading volume activity
bulanan masing-masing perusahaan pada saat enam bulan sebelum stock split
pada tabel 4.7 dapat diketahui bahwa rata-rata rata-rata trading volume activity
bulanan tertinggi dimiliki oleh PT. Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA)
sebesar 0,13934 dan terendah dimiliki oleh PT. Plaza Indonesia Tbk (PLIN)
sebesar 0,00000.
Likuiditas saham yang diukur dengan trading volume activity terkait
dengan jumlah pasar sekunder dimana saham itu diperdagangkan, sehingga
investor mempunyai lebih banyak pilihan dimana akan melakukan transaksi.
Trading volume activity memberikan informasi, apakah saham tersebut likuid
atau tidak, karena semakin besar trading volume activity maka semakin cepat
dan gampang saham tersebut diperjualbelikan, sehingga transformasi saham
menjadi kas semakin cepat pula. Transformasi inilah esensi dari likuiditas
saham.
Tabel 4.8 Rata-Rata Trading Volume Activity Periode Enam Bulan Sesudah Stock Split
Tahun 2006-2007
Tahun kode 1 2 3 4 5 6 Rata-Rata 2006 INTA 0.00108 0.00072 0.00298 0.00079 0.00012 0.00014 0.00097 2006 TMAS 0.00169 0.00087 0.00098 0.00126 0.00074 0.00072 0.00104 2006 PJAA 0.00090 0.00622 0.00176 0.00069 0.00257 0.00051 0.00211 2006 LPKR 0.00518 0.00700 0.00755 0.00793 0.00226 0.00008 0.00500 2006 JRPT 0.00055 0.00043 0.00032 0.00046 0.00008 0.00007 0.00032 2006 TSPC 0.00282 0.00181 0.00318 0.00116 0.00090 0.00109 0.00183 2006 BBLD 0.00002 0.00002 0.00001 0.00000 0.00003 0.00000 0.00001 2006 EKAD 0.00001 0.00010 0.00002 0.00000 0.00000 0.00002 0.00002 2006 APOL 0.00063 0.00061 0.00190 0.00101 0.00207 0.00168 0.00132 2006 PLIN 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 2007 BMTR 0.00247 0.00198 0.00090 0.00071 0.00046 0.00133 0.00131 2007 DAVO 0.00014 0.00114 0.00035 0.00367 0.00084 0.00261 0.00146 2007 ANTM 0.00624 0.00768 0.01281 0.02004 0.01036 0.01156 0.01145 2007 AKRA 0.00223 0.00181 0.00183 0.00243 0.00295 0.00343 0.00245 2007 SMGR 0.00132 0.00105 0.00035 0.00040 0.00082 0.00039 0.00072 2007 SOBI 0.00602 0.00567 0.00695 0.19621 0.01367 0.00770 0.03937 2007 HADE 0.00004 0.00039 0.00006 0.00015 0.00052 0.00851 0.00161 2007 HITS 0.00000 0.00001 0.00000 0.00001 0.00000 0.00000 0.00000 2007 PWON 0.00001 0.00000 0.00000 0.00003 0.00087 0.00117 0.00035 2007 CPIN 0.01619 0.01509 0.00687 0.01215 0.01198 0.00651 0.01147 2007 JPRS 0.00115 0.00188 0.00141 0.00326 0.02603 0.00794 0.00695 2007 LPKR 0.00139 0.00143 0.00146 0.00091 0.00181 0.00184 0.00147
Sumber : PT. BEI, data diolah penulis
Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata trading volume activity
bulanan masing-masing perusahaan pada saat enam bulan sesudah stock split
pada tabel 4.8 dapat diketahui bahwa rata-rata rata-rata trading volume activity
bulanan tertinggi dimiliki oleh PT. Sorini Agro Asia Corp Tbk (SOBI) sebesar
0,03937 dan terendah dimiliki oleh PT. Plaza Indonesia Tbk (PLIN) sebesar
0,00000 dan PT. Humpuss Intermoda Transp TBK (HITS) sebesar 0,00000.
Berdasarkan tabel 4.7 dan 4.8 dapat terlihat bahwa secara umum rata-
rata trading volume activity sebelum stock split lebih besar dari rata-rata
trading volume activity sesudah stock split.
5. Deskriptif Gabungan
Data yang telah dikumpulkan, disusun kemudian dilakukan
perhitungan untuk mendapatkan penjelasan mengenai pengaruh risiko
sistematis dan likuiditas terhadap return saham. Hasil output perhitungan
statistik deskriptif terhadap 22 perusahaan yang melakukan stock split pada
tahun 2006-2007 pada saat enam bulan sebelum stock split dapat dilihat pada
table 4.9.
Tabel 4.9 Deskriptif Statistik Rata-Rata Enam Bulan Sebelum Stock Split
Variabel Mean Std. Deviation N
Return Saham 0,00438 0,00542 22
Risiko Sistematis 0,58077 0,62207 22
Bid-Ask Spread 0,09777 0,16126 22
Trading Volume Activity 0,00843 0,02937 22
Hasil output perhitungan statistik deskriptif terhadap 22 perusahaan
yang melakukan stock split pada tahun 2006-2007 pada saat enam bulan
sesudah stock split dapat dilihat pada table 4.10.
Tabel 4.10 Deskriptif Statistik Rata-Rata Enam Bulan Sesudah Stock Split
Variabel Mean Std. Deviation N
Return Saham 0.00165 0.00254 22
Risiko Sistematis 0,70647 0,47252 22
Bid-Ask Spread 0,07948 0,12792 22
Trading Volume Activity 0,00415 0,00855 22
C. ANALISIS DATA
Pada bagian ini akan dibahas hasil penelitian dari perhitungan dan
analisis terhadap sampel penelitian perusahaan yang melakukan stock split
pada tahun 2006 – 2007 yang semuanya terdaftar di Bursa Efek Indonesia
yang pengamatannya dilakukan pada saat enam bulan sebelum dan enam
bulan sesudah stock split, khususnya hasil pengamatan terhadap harga saham,
bid price, ask price, indeks harga saham gabungan, volume perdagangan, dan
jumlah saham yang beredar sebelum dan sesudah stock split.
1. Pengujian Hipotesis Pertama
Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah menganalis apakah
terdapat pengaruh risiko sistematis, likuiditas, dan stock split terhadap return
saham. Formulasi hipotesis ini adalah sebagai berikut:
H0 : Tidak terdapat pengaruh risiko sistematis, likuiditas, dan stock split
terhadap return saham.
H1 : Terdapat pengaruh risiko sistematis, likuiditas, dan stock split terhadap
return saham.
Dalam membuktikan / melakukan pengujian hipotesis pertama ini
digunakan uji regresi berganda yaitu menganalisis pengaruh risiko sistematis,
likuiditas, dan stock split terhadap return saham. Pengujian hipotesis pertama
terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik.
A. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi,
variabel penganggu atau residual memiliki distribusi normal. Hal ini dapat
diuji dengan analisis normalitas secara statistik dan grafik.
Tabel 4.11 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
Nilai signifikansi adalah 0,188 lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti
data yang digunakan pada model regresi terdistribusi dengan normal.
Unstandardized
Residual N 44 Normal Parameters(a,b)
Mean ,0000000 Std. Deviation ,00362840 Most Extreme Differences
Absolute ,164 Positive ,164 Negative -,103 Kolmogorov-Smirnov Z 1,087 Asymp. Sig. (2-tailed) ,188
Observed Cum Prob1.00.80.60.40.20.0
Expe
cted
Cum
Pro
b1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: RETURN SAHAM
Gambar 4.1 Uji Normalitas Analisis Grafik
Dengan melihat tampilan grafik plot diatas dapat disimpulkan bahwa
pada grafik normal plot terlihat titik-tik menyebar disekitar garis diagonal dan
penyebarannya mendekati serta mengikuti garis. Hal ini menunjukkan bahwa
asumsi normalitas terpenuhi.
b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinearitas dimaksudkan untuk menguji apakah dalam
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. . Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas.
Diagnosis untuk mengetahui adanya multikolinieritas adalah menentukan nilai
Variance Inflaction Factor (VIF) dan Tolerance. Batas tolerance value adalah
> 0.10 dan VIF < 10. Hasil perhitungan nilai tolerance dan VIF dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 4.12 Hasil Uji Multikoleniaritas
Variabel Independen Tolerance VIF
Risiko Sistematis 0.876 1.141
Bid-Ask Spread 0.872 1.147
Trading Volume Activity 0.936 1.068
Stock Split 0.977 1.024
Dari tabel 4.12 dapat diketahui bahwa nilai tolerance diatas 0,10 dan
VIF dibawah 10, sehingga dapat dikatakan tidak terjadi multikolinearitas.
Dengan demikian model regresi ini layak dipakai dalam pengujian.
c. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas varian variabel dependen dalam model tidak equal
terhadap variabel independen. Konsekuensi adanya heteroskedastisitas dalam
model regresi adalah estimator yang diperoleh tidak efisien, baik pada sampel
kecil maupun besar. Diagnosis adanya heteroskedastisitas dalam uji regresi
dapat diidentifikasi dari pola scatter plot diagram.
Regression Standardized Predicted Value43210-1-2
Reg
ress
ion
Stud
entiz
ed R
esid
ual
4
2
0
-2
Scatterplot
Dependent Variable: RETURN SAHAM
Gambar 4.2 Diagram Heteroskedastisitas
Pada gambar 4.2 terlihat bahwa titik-titik menyebar di atas dan di
bawah angka nol pada sumbu Y dan tidak terlihat pola tertentu. Dengan
demikian pada persamaan regresi linier berganda dalam model ini tidak ada
gejala atau tidak terjadi heteroskedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model
regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka
dinamakan ada problem autokorelasi. Untuk mendeteksi autokorelasi dalam
penelitian ini maka digunakan uji Durbin Watson (DW).
Pada tabel 4.13 diketahui nilai Durbin Watson (d) sebesar 1,881 nilai
ini akan dibandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan nilai
signifikansi 5%, jumlah sample (n) 22 dan jumlah variabel independen (k)
adalah 3. Maka dari tabel didapat nilai du = 1,797 dan 4 – du = 4 – 1,797 =
2,203. Oleh karena nilai du < d < 4-du atau 1,797 < 1,881 < 2,203 maka dapat
disimpulkan tidak ada autokorelasi baik posistif maupun negatif.
Tabel 4.13 Uji Autokorelasi
B. Analisis Regresi Linier Berganda
Adapun hasil regresi linier berganda pengaruh Risiko sistematis,
likuiditas, dan stock split terhadap return saham di Bursa Efek Indonesia
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.14 Hasil Analisis Regresi
Variabel Beta t-hitung Sig.
(Constant) 0,001 0,924 0,361 Risiko Sistematis 0,004 3,372 0,002 Bid_ask Spread 0,006 1,385 0,174
Tading Volume Activity 0,050 1,773 0,084 Stock Split -0,003 -2,487 0,017
N Durbin Watson du
4-du
22
1,881 1,797 2,203
Dari tabel di atas dapat dirumuskan suatu persamaan regresi untuk
mengetahui pengaruh risiko sistematis, likuiditas, dan stock split terhadap
return saham sebagai berikut:
Y = 0,001 + 0,004 x1 + 0,050 x3 – 0,003 x4 + ei
Keterangan :
Y = rata-rata tingkat pengembalian saham bulanan
a = konstanta
b1 = koefisien regresi pertama
b2 = koefisien regresi kedua
b4 = koefisien regresi keempat
x1 = rata-rata risiko sistematis bulanan
x3 = rata-rata likuiditas saham ( trading volume activity) bulanan
x4 = stock split (variabel dummy) yang membedakan periode sebelum dan
sesudah stock split
ei = error term
Koefisien-koefisien persamaan regresi linier berganda di atas dapat
diartikan sebagai berikut:
a. Tanda pada koefisien regresi mencerminkan hubungan antara variabel
bebas (risiko sistematis, trading volume activity, dan stock split) dengan
variabel terikat (return saham). Tanda (+) berarti terdapat hubungan yang
positif atau searah antara variabel independen dengan variabel dependen.
Tanda (-) berarti terdapat hubungan yang negatif atau tidak searah antara
variabel independen dengan variabel dependen. Semakin meningkat nilai
variabel independen (risiko sistematis dan trading volume activity) maka
semakin meningkat pula nilai variabel dependen (return saham), begitu
juga sebaliknya. Semakin meningkat nilai variabel independen (stock split)
maka semakin menurun nilai variabel dependen (return saham), begitu
juga sebaliknya.
b. Koefisien regresi untuk variabel risiko sistematis sebesar 0,004
menunjukkan bahwa jika variabel risiko sistematis meningkat 1 % maka
akan meningkatkan return saham sebesar 0,004%, dengan catatan variabel
lain dianggap konstan.
c. Koefisien regresi untuk variabel trading volume activity sebesar 0,050
menunjukkan bahwa jika variabel trading volume activity meningkat 1 %
maka akan meningkatkan return saham sebesar 0,050%, dengan catatan
variabel lain dianggap konstan.
d. Koefisien regresi variabel stock split sebesar -0.003 menunjukkan bahwa
jika “sebelum stock split” (dummy = 0) dan variabel lain bernilai sama
dengan nol, maka nilai return saham sebesar 0,001 + (-0.138).(Djenis) =
0,001 + (-0.003).(0) = 0,001 Jadi return saham mengalami kenaikan
sebesar 0,001%, dengan ketentuan variabel konstan. Jika “sesudah stock
split” (dummy = 1) dan variabel lain bernilai sama dengan nol, maka nilai
return saham sebesar 0,001 + (-0,003) (Djenis) = 0,001 + (-0,003) (1) =
-0,002. Jadi, return saham mengalami penurunan sebesar 0,002%, dengan
ketentuan variabel lain konstan.
e. Uji Signifikansi
a. Uji Signifikansi Parsial (Uji t)
Uji t bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen yang
terdiri dari risiko sistematis, bid-ask spread, trading volume activity, dan stock
split terhadap return saham di Bursa Efek Indonesia secara parsial.
Tabel 4.15
Hasil Uji-t
Variabel t-hitung t-tabel Sig. Hasil Risiko Sistematis 3,372 2,101 0,002* H
o ditolak
Bid-Ask Spread 1,385 2,101 0,174 Ho
diterima
Trading Volume Activity 1,773 1,734 0,084** Ho
ditolak
Stock Split -2,487 2,101 0,017* Ho
ditolak
Sumber: Data diolah, Output SPSS Ket: *Signifikan pada α = 5%, **Signifikan pada α = 10%
Berdasarkan hasil pengujian regresi parsial pada table 4.15 di atas
menunjukkan bahwa hanya variabel stock split yang secara parsial mempunyai
pengaruh negatif terhadap return saham, sedangkan risiko sistematis, bid-ask
spread, dan trading volume activity secara parsial memiliki pengaruh positif
terhadap return saham di Bursa Efek Indonesia
Berdasarkan hasil uji-t dengan menggunakan derajat signifikansi (α =
5%), risiko sistematis mempunyai t-hitung 3,372 > t-tabel 2,101 dan nilai
signifikansi t 0,002 lebih kecil dari α = 5%. Maka dari hasil uji ini berarti
terdapat pengaruh risiko sistematis terhadap return saham di Bursa Efek
Indonesia. Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh
Kumianny dan Pwee leng (2002) yang menyatakan bahwa risiko sistematis
mempengaruhi return saham. Hasil penelitian ini didukung dengan teori yang
menyatakan bahwa hubungan risiko sistematis dan return saham bersifat
positif, semakin tinggi risiko saham berarti semakin tinggi tingkat return yang
dicapai. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa risiko sistematis
adalah faktor yang mempengaruhi return saham yang nantinya dapat dijadikan
sebagai tolok ukur dalam melakukan keputusan investasi.
Berdasarkan hasil uji-t dengan menggunakan derajat signifikansi (α =
5%), bid-ask spread t-hitung 1,385 < 2,101 t-tabel dan nilai signifikansi t
0,174 lebih besar dari α = 5%. Maka dari hasil uji ini berarti tidak terdapat
pengaruh bid-ask spread terhadap return saham di Bursa Efek Indonesia.
Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Kumianny dan Pwee Leng (2002) yang menyatakan bahwa
bid-ask spread secara signifikan mempengaruhi return saham. Perbedaan hasil
penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Kumianny dan Pwee leng
disebabkan sampel yang berbeda dan periode pengamatan yang berbeda. Dari
hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa bid-ask spread bukan variabel
penentu yang mempengaruhi return saham pada saat enam bulan sebelum
stock split.
Berdasarkan hasil uji-t dengan menggunakan derajat signifikansi (α =
10%), trading volume activity mempunyai t-hitung 1,773 > t-tabel 1,734 dan
nilai signifikansi t 0,084 lebih kecil dari α = 10%. Maka dari hasil uji ini
berarti terdapat pengaruh trading volume activity terhadap return saham. Hal
ini membuktikan bahwa faktor penentu likuiditas yang mempengaruhi return
saham secara signifikan adalah trading volume activity sedangkan faktor
likuiditas lainnya yang diukur dengan bid-ask spread tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap return saham.
Berdasarkan hasil uji-t dengan menggunakan derajat signifikansi (α =
5%), stock split mempunyai t-hitung 2,487 > t-tabel 2,101 dan nilai
signifikansi t 0,017 lebih kecil dari α = 5%. Maka dari hasil uji ini berarti
terdapat pengaruh stock split terhadap return saham.
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen yang
terdiri dari risiko sistematis, bid-ask spread, trading volume activity, dan
stock split terhadap return saham di Bursa Efek Indonesia secara simultan atau
bersama-sama.
Tabel 4.16 Uji Signifikansi Simultan
ANOVA(b)
Model Sum of Squares df
Mean Square F Sig.
1 Regression ,000 4 ,000 4,634 ,004(a) Residual ,001 39 ,000 Total ,001 43
a Predictors: (Constant), STOCK SPLIT, BID-ASK SPREAD, TRADING VOLUME ACTIVITY, RISIKO SISTEMATIS b Dependent Variable: RETURN SAHAM
Berdasarkan hasil pengujian regresi simultan pada tabel 4.16
diketahui F-hitung sebesar 4,634 lebih besar dari F-tabel sebesar 2,928 dan
nilai signifikansi F sebesar 0,004 lebih kecil dari (α) = 5%. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa variabel independen yang terdiri risiko sistematis,
bid-ask spread, trading volume activity, dan stok split berpengaruh secara
simultan terhadap return saham di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian ini
didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Kumianny dan Pwee Leng
(2002) yang menyimpulkan bahwa secara bersama-sama faktor risiko
sistematis dan likuiditas yang diukur dengan besarnya bid-ask spread
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham.
Hasil penelitian ini membuktikan teori yang menyatakan bahwa
seorang investor dalam melakukan investasi saham akan selalu dihadapkan
pada alternative pemilihan saham yang menawarkan tingkat return dengan
tingkat risiko tertentu, dimana semakin tinggi tingkat risiko suatu saham akan
mengakibatkan tingkat return yang tinggi. Oleh sebab itu, sebelum investor
melakukan keputusan investasi maka investor perlu mengetahui faktor-faktor
apa saja yang mempengaruhi return saham. Pada dasarnya investor akan selalu
memperhitungkan besarnya risiko saham, namun sebenarnya ada variabel
penentu lain yang juga mempengaruhi return saham yaitu likuiditas saham
yang dapat diukur dengan bid-ask spread dan trading volume activity
(Kumianny dan Pwee Leng (2002).
C. Koefisien Determinasi ( Adj R Square)
Melalui pengujian serentak dapat diketahui besarnya koefisien
determinasi (Adj R2). Dari koefisien determinasi (Adj R
2) dapat diketahui
derajat ketepatan dari analisis regresi linier berganda menunjukkan besarnya
variasi sumbangan seluruh variabel bebas terhadap variabel terikatnya.
Besarnya nilai pengaruh variabel bebas ditunjukkan oleh nilai (Adj R2)
= 0,253 yaitu persentase pengaruh variabel adalah risiko sistematis, bid-ask
spread, trading volume activity, dan stock split terhadap return saham di Bursa
Efek Indonesia berpengaruh sebesar 25%. Sedangkan sisanya 75% dijelaskan
oleh variabel lain diluar variabel bebas seperti perilaku pasar, makro ekonomi,
situasi sosial – politik, dan kebijakan pemerintah.
Tabel 4.17 Koefisien Determinasi
Model Summary(b)
Model R R SquareAdjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 ,568(a) ,322 ,253 ,00381 1,881a Predictors: (Constant), STOCK SPLIT, BID-ASK SPREAD, TRADING VOLUME ACTIVITY, RISIKO SISTEMATIS b Dependent Variable: RETURN SAHAM
2. Uji Hipotesis Kedua
Hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian ini adalah “terdapat
perbedaan yang signifikan return, risiko sistematis dan likuiditas pada saat
sebelum dan sesudah stock split”.
Dalam membuktikan / melakukan pengujian hipotesis ketiga ini
digunakan uji beda dua rata-rata yaitu menganalisis perbedaan return, risiko
sistematis dan likuiditas pada saat sebelum dan sesudah stock split. Pengujian
Hipotesis ketiga dilakukan dengan menggunakan metode uji beda dua rata-
rata dari dua kelompok observasi berpasangan (paired sampel t test). Metode
ini digunakan karena data-data yang dianalisis merupakan data-data yang
saling berhubungan. Dalam pengujian hipotesis ini dikelompokan menjadi
dua bagian, yaitu sebelum dan sesudah stock split
a. Return Saham
Tabel 4.24 Paired Sampel t Test
T
df Sig (2-tailed)
Risk Sebelum-Risk Sesudah 2,045 21 0,054*
Ket: *Signifikan pada α = 10%
Tabel 4.24 diatas menunjukkan hasil pengujian uji beda dua rata-rata
yang menguji perbedaan return saham sebelum dan sesudah stock split. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan return saham pada saat
sebelum dan sesudah stock split. Hal ini dibuktikan dengan pengujian paired
sample t test dengan tingkat signifikansi sebesar 0,054. Tingkat signifikansi
0,054 < 0,10 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
signifikan return saham sebelum dan sesudah stock split.
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh
Wang dan Francisca (2000) yang meneliti pengaruh abnormal return saham
secara individual maupun sebagai sebuah portofolio dan membuktikan bahwa
tidak adanya perbedaan yang signifikan untuk abnormal return yang berarti
juga tidak adanya perubahan pada return saham.
b. Risiko Sistematis
Tabel 4.25
Paired Sampel t Test
T
df Sig (2-tailed)
Risk Sistematis Sebelum-Risk Sistematis Sesudah
-0,847 21 0,406
Tabel 4.25 diatas menunjukkan hasil pengujian uji beda dua rata-rata
yang menguji perbedaan risiko sistematis sebelum dan sesudah stock split.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan risiko
sistematis pada saat sebelum dan sesudah stock split. Hal ini dibuktikan
dengan pengujian paired sample t test dengan tingkat signifikansi sebesar
0,406. Tingkat signifikansi 0,406 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak terdapat perbedaan signifikan risiko sistematis sebelum dan sesudah
stock split. Hal ini membuktikan bahwa peristiwa stock split tidak
berpengaruh terhadap risiko sistematis saham.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Luciana dkk (2006) yang menyatakan bahwa tidak terdapat
perbedaan beta yang signifikan pada saat sebelum dan sesudah stock split.
Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Luciana dan E.Kristijadi
(2005) yang menyatakan bahwa beta sebelum stock split tidak berbeda
dengan beta sesudah stock split.
c. Bid-Ask Spread
Tabel 4.26 Paired Sampel t Test
T
df Sig (2-tailed)
Bid-Ask Spread Sebelum-Bid-Ask Spread Sesudah
1,209 21 0,240
Tabel 4.26 diatas menunjukkan hasil pengujian uji beda dua rata-rata yang
menguji perbedaan bid-ask spread sebelum dan sesudah stock split. Hasil
pengujian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bid-ask spread pada
saat sebelum dan sesudah stock split. Hal ini dibuktikan dengan pengujian
paired sampel t test dengan tingkat signifikansi sebesar 0,240 Tingkat
signifikansi 0,240 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bid-ask spread sebelum dan sesudah stock split. Secara teori faktor
penentu dari likuiditas sehubungan dengan surat berharga sangat tercermin
dalam data perdagangan dan faktor yang terpenting dari likuiditas itu adalah
jumlah uang dari lembar saham yang diperdagangkan. Likuiditas, salah
satunya dapat diukur dengan bid-ask spread, dimana semakin kecil bid-ask
spread suatu saham maka semakin likuid saham tersebut dan sebaliknya.
Hasil dalam penelitian membuktikan bahwa tidak terdapat perbedaan
signifikan bid-ask spread pada saat sebelum dan sesudah stock split, berarti
pada peristiwa stock split ini tingkat kelikuiditasannya tidak mengalami
perubahan yang signifikan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti berbeda dengan hasil
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wang dan Francisca (2000). Wang
dan Franciska melihat apakah aktivitas stock split mempengaruhi persentase
spread dan hasilnya menyatakan bahwa persentase spread sebelum dan sesudah
stock split menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Perbedaan
signifikan pada penelitian Wang dan Fransisca dibuktikan dengan hasil rata-
rata spreadnya menjadi semakin besar pada saat sesudah stock split yang
berarti bahwa likuiditas saham mengalami penurunan. Hal ini bertentangan
dengan Trading range theory yang menyatakan bahwa pemecahan saham akan
meningkatkan likuiditas perdagangan saham.
d. Trading Volume Activity
Tabel 4.27 Paired Sampel t Test
T
df Sig (2-tailed)
TVA Sebelum-TVA Sesudah 0,649
21 0,523
Tabel 4.27 diatas menunjukkan hasil pengujian uji beda dua rata-rata
yang menguji perbedaan trading volume activity sebelum dan sesudah stock
split. Hasil pengujian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan trading
volume activity pada saat sebelum dan sesudah stock split. Hal ini dibuktikan
dengan pengujian paired sampel t test dengan tingkat signifikansi sebesar
0,523. Tingkat signifikansi 0,523 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak terdapat perbedaan trading volume activity sebelum dan sesudah stock
split. Hal ini dapat disebabkan karena prefensi investor mengenai informasi
perusahaan melalui kebijakan stock split dianggap tetap, baik sebelum
maupun sesudah pemecahan saham. Selain itu, penyebab tidak terdapat
perbedaan trading volume activity sebelum dan sesudah stock split adalah
karena periode pengamatan pada aktivitas sock split terlalu lama yaitu enam
bulan sebelum dan enam bulan sesudah stock split. Dalam penentuan periode
pengamatan ini memang tidak ada patokan atau standar yang pasti, baik dari
buku-buku maupun jurnal-jurnal penelitian.
Menurut Jogiyanto (2003: 436), Lamanya periode jendela atau periode
pengamatan tersebut tergantung dari jenis penelitiannya. Jika peristiwa yang
nilai ekonomisnya dapat ditentukan dengan mudah oleh investor periode
jendelanya dapat pendek, disebabkan oleh investor yang dapat bereaksi cepat.
Sebaliknya untuk peristiwa yang nilai ekonomi sulit ditentukan oleh investor,
maka periode jendelanya dapat panjang.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Tiwi, dkk (2004) yang melakukan pengujian terhadap aktivitas
volume perdagangan diseputar stock split bahwa tidak terdapat perbedaan
pada aktivitas volume perdagangan saham yang mengindikasikan bahwa stock
split tidak membawa pengaruh terhadap likuiditas saham perusahaan yang
bersangkutan. Hasil penelitian ini serupa dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Indah Retno Rahayu (2006) meneliti tentang reaksi pasar
terhadap peristiwa stock splitdi Bursa Efek Jakarta, hasilnya menyatakan
bahwa tidak terdapat perbedaan trading volume activity sebelum dan sesudah
stock split.
Akan tetapi, hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Wang dan Franciska (2000) yang menyatakan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan volume perdagangan antara periode sebelum
dengan periode sesudah stock split. Hasil penelitian Wang dan Franciska
tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan Agus Setiyanto (2006) yang
meneliti tentang analisa likuiditas saham sebelum dan sesudah stock split di
Bursa Efek Jakarta, hasilnya menunjukkan bahwa terjadi peningkatan volume
perdagangan saham setelah peristiwa stock split . Hal ini disebabkan karena
transaksi saham menjadi lebih menarik, setelah harga menjadi lebih rendah
yang ditunjukkan dengan nilai transaksi yang meningkat.
Trading range theory menyatakan bahwa pemecahan saham akan
meningkatkan likuiditas perdagangan saham. Harga pasar saham
mencerminkan nilai suatu perusahaan. Semakin tinggi harga saham, maka
semakin tinggi nilai perusahaan dan sebaliknya. Namun jika harga saham
dinilai terlalu tinggi akan mempengaruhi kemampuan para investor untuk
membeli saham, sehingga menimbulkan efek seolah-olah harga saham sulit
untuk meningkat lagi. Menurut Trading range Theory harga saham yang dinilai
terlalu tinggi akan menyebabkan berkurangnya aktivitas saham untuk
diperdagangkan. Dengan adanya pemecahan saham, harga saham akan dinilai
tidak terlalu tinggi, sehingga akan meningkatkan kemampuan para investor
untuk melakukan transaksi, terutama para investor kecil. Dengan kata lain
saham akan semakin likuid (Marwata, 2001 dalam Indah Retno Rahayu, 2006).
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. KESIMPULAN
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh risiko sistematis,
likuiditas ( bid-ask spread dan trading volume activity), dan stock split
terhadap return saham perusahaan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penelitian
ini juga menguji apakah terdapat perbedaan return, risiko sistematis, bid-ask
spread, dan trading volume activity pada saat sebelum dan sesudah stock
split. Periode penelitian tahun 2006 sampai tahun 2007 dengan
menggunakan 22 sampel perusahaan. Adapun kesimpulan penelitian ini
sebagai berikut:
1. Hasil penelitian menunjukan bahwa risiko sistematis secara masing-
masing berpengaruh signifikan terhadap return saham.
2. Hasil penelitian menunjukan bahwa trading volume activity secara
masing-masing berpengaruh signifikan terhadap return saham.
3. Hasil penelitian menunjukan bahwa stock split secara masing-masing
berpengaruh signifikan terhadap return saham.
4. Hasil penelitian menunjukan bahwa risiko sistematis, likuiditas saham
(bid-ask spread dan trading volume activity), dan stock split secara
simultan berpengaruh signifikan terhadap return saham.
5. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat perbedaan return saham
pada saat sebelum dan sesudah stock split.
6. Hasil penelitian menunjukan bahwa bid-ask spread secara masing-masing
tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham.
7. Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan risiko
sistematis, bid-ask spread, dan trading volume activity pada saat
sebelum dan sesudah stock split.
B. IMPLIKASI
1. Implikasi Bagi Investor
Pada umumnya hampir semua investasi mengandung unsur
ketidakpastian. Investor tidak tahu dengan pasti hasil yang akan
diperolehnya dari investasi yang dilakukan. Karena investor menghadapi
kesempatan investasi yang berisiko maka pilihan investasi tidak dapat
hanya mengandalkan hanya pada tingkat keuntungan saja tetapi investor
harus bersedia menanggung risiko atas investasinya. Oleh karena itu
dalam melakukan investasi, investor seharusnya mempertimbangkan
secara matang mengenai beberapa hal yang sangat penting dalam
pengambilan keputusan investasi yang dilakukannya.
2. Implikasi Bagi Perusahaan
Hasil Penelitian ini dapat dijadikan informasi tambahan dan
pertimbangan bagi perusahaan dalam melakukan kebijakan yang
berhubungan dengan investasi dan corporate action.
3. Implikasi Bagi Akademisi
Penilaian analisis faktor-faktor yang mempengaruhi return saham
yaitu risiko sistematis, bid-ask spread, trading volume activity, dan stock
split dapat dijadikan tambahan pengetahuan bagi penelitian selanjutnya
sehingga penelitian selanjutnya dapat meneliti secara lebih tepat dalam
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi return saham.
C. Keterbatasan Penelitian dan Saran
1. Periode dalam penelitian ini hanya dua tahun sehingga sampel yang
digunakan hanya terbatas pada 22 perusahaan dan untuk hasil penelitian
yang lebih baik maka peneliti selanjutnya dapat memperpanjang periode
penelitian.
2. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang
melakukan stock split dan peneliti tidak menggunakan kriteria-kriteria lain
yang kemungkinan perusahaan pada waktu pelaksanaan stock split
melakukan kebijakan lain. Agar hasil penelitian tidak bias maka
disarankan untuk peneliti selanjutnya dapat menggunakan sampel
perusahaan yang pada waktu pelaksanaan stock split tidak melakukan
kebijakan lain seperti stock dividen, right issue, dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Anastasia, Njo dan Yanni Widiastuti,”Analisis Faktor Fundamental Dan Risiko
Sistematis Terhadap Harga Saham Properti Di BEJ”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Universitas Kristen Petra, Surabaya, 2003.
Anoraga, Pandji dan Pakarti, Piji. “Pengantar Pasar Modal” Edisi Revisi, Rineka
Cipta, Jakarta, 2001. Darmaji, Tjiptono dan Hendy, M, Fakhrudin, “Pasar Modal
Indonesia(pendekatan Tanya jawab)”, edisi 2, Salemba Empat, Jakarta, 2006.
Elly, A Saputra, Kumianny dan Pwee Leng,”Pengaruh Risiko Sistematis dan
Likuiditas Terhadap Tingkat Pengembalian saham Badan-Badan Usaha Yang Go-Public Di BEJ Pada tahun 1999”, Jurnal Ekonomi dan Manajemen, Universitas Kristen Petra, Surabaya, 2002.
Herawati, Elly,”Analisis Pengaruh Stock Split Terhadap Tingkat Pngembalian
saham”, Skripsi S1 UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2006. Jogiyanto,”Teori Portofolio dan Sekuritas” Edisi Ketiga, UPP AMP YKPN,
Yogjakarta, 2001. Jogiyanto,”Teori Portofolio Dalam Analisis Investasi”, Edisi Ketiga, BPFE,
Yogjakarta, 2003. Purwanta, Wiji dan Hendy Fakhruddin, “Mengenal Pasar Modal”, Salemba
Empat, Jakarta, 2006. Rahayu, Retno, Indah,”Reaksi Pasar Terhadap Peristiwa Stock Split Yang Terjadi
Di BEJ”, Skripsi, Universitas Islam Indonesia, Yogjakarta, 2006. Setiyanto, Agus,”Analisis Likuiditas Saham Sebelum Dan Sesudah Stock Split Di
BEJ Periode 2003-2005”, Universitas Islam Indonesia, Yogjakarta, 2006.
Singgih, Santosa,”Buku Latihan SPSS Statistik Versi 10.6” PT. Elek Media
Komputindo, Jakarta, 2002. Sugiyarso, G dan F, Winarni,”Manajemen Keuangan”, Media Presindo,
Yogjakarta, 2005.
Suharli, Michell,”Studi Empiris Terhadap Dua Faktor Yang Mempengaruhi Return Saham Pada Industri Food & Beverages Di BEJ”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Universitas Kristen Petra, Surabaya, 2005.
Sutrisno, Wang, dkk, “Pengaruh Stock Split Terhadap Likuiditas dan Return
Saham Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Universitas Kristen Petra, Surabaya, 2000.
Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1995. Usman Marzuki, dkk, “ABC Pasar Modal Indonesia”, IBI dan ISEI, Jakarta,
1990. Utami, Nurjannati, Tiwi, dkk,”Dampak Pengumuman Stock Split Terhadap
Return, Variabilitas Tingkat Keuntungan dan Aktivitas Volume Perdagangan”, Jurnal Aplikasi Manajemen, Universitas Brawijaya, Malang, 2004.
Van Horne, James C dan Marchowicz, JR., John M.”Fundamental of Financial
Management”, Buku 2, Edisi 12, Salemba Empat, Jakarta, 2007.
DATA SEBELUM STOCK SPLIT
KODE PERUSAHAAN RETURN RISK SPREAD TVA INTA 0.00235 1.11904 0.02019 0.00659 TMAS 0.00474 0.66174 0.01569 0.00128 PJAA 0.00723 0.07073 0.01217 0.13934 LPKR -0.00010 0.16626 0.00545 0.00533 JRPT 0.00574 0.78966 0.13332 0.00012 TSPC 0.00033 0.66492 0.01048 0.00136 BBLD 0.00063 0.00521 0.19927 0.00003 EKAD 0.00022 0.27964 0.09355 0.00011 APOL -0.00340 0.60856 0.00886 0.00191 PLIN 0.00538 0.06241 0.58645 0.00000
BMTR 0.00700 0.65465 0.00708 0.00127 DAVO 0.00186 0.49408 0.01911 0.00026 ANTM 0.00421 1.91198 0.00531 0.00400 AKRA 0.00397 -0.26384 0.04711 0.00234 SMGR 0.00324 0.93555 0.00535 0.00048 SOBI 0.00601 0.16766 0.06637 0.00084 HADE 0.02347 2.32663 0.08750 0.00056 HITS 0.00406 0.46911 0.48595 0.00001
PWON 0.01086 -0.20291 0.30634 0.00002 CPIN 0.00814 0.49792 0.01085 0.00872 JPRS -0.00033 0.96197 0.01827 0.00251 LPKR 0.00075 0.39596 0.00626 0.00829
DATA SESUDAH STOCK SPLIT
KODE PERUSAHAAN RETURN RISK SPREAD TVA
INTA -0.00070 0.60018 0.02271 0.00097 TMAS -0.00061 0.60252 0.01255 0.00104 PJAA 0.00133 0.51208 0.01075 0.00211 LPKR 0.00117 0.45983 0.01114 0.00500 JRPT 0.00589 0.82730 0.03258 0.00032 TSPC 0.00143 1.12368 0.01235 0.00183 BBLD 0.00079 -0.09011 0.08405 0.00001 EKAD -0.00124 -0.21589 0.28561 0.00002 APOL 0.00259 1.06784 0.01589 0.00132 PLIN 0.00161 0.29554 0.39770 0.00000
BMTR 0.00238 0.52274 0.01026 0.00131 DAVO -0.00064 0.70972 0.02167 0.00146 ANTM 0.00338 1.32912 0.00770 0.01145 AKRA 0.00185 0.75373 0.01375 0.00245 SMGR 0.00085 1.19693 0.01053 0.00072 SOBI 0.00775 0.56169 0.01556 0.03937 HADE -0.00131 0.09175 0.10504 0.00161 HITS -0.00205 0.91624 0.41662 0.00000
PWON 0.00186 0.96160 0.21663 0.00035 CPIN 0.00211 0.91416 0.00993 0.01147 JPRS 0.00686 1.86810 0.02081 0.00695 LPKR 0.00092 0.53360 0.01477 0.00147
Regression Variables Entered/Removed(b) Model Variables Entered
Variables Removed Method
1
STOCK SPLIT, BID-ASK SPREAD, TRADING VOLUME ACTIVITY, RISIKO SISTEMATIS(a)
. Enter
a All requested variables entered. b Dependent Variable: RETURN SAHAM Model Summary(b)
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 ,568(a) ,322 ,253 ,00381 1,881 a Predictors: (Constant), STOCK SPLIT, BID-ASK SPREAD, TRADING VOLUME ACTIVITY, RISIKO SISTEMATIS b Dependent Variable: RETURN SAHAM ANOVA(b) Model
Sum of Squares df
Mean Square F Sig.
Regression ,000 4 ,000 4,634 ,004(a)
Residual ,001 39 ,000
1
Total ,001 43 a Predictors: (Constant), STOCK SPLIT, BID-ASK SPREAD, TRADING VOLUME ACTIVITY, RISIKO SISTEMATIS b Dependent Variable: RETURN SAHAM
Coefficients(a)
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig. Collinearity Statistics
B Std.
Error Beta Tolerance VIF 1 (Constant) ,001 ,001 ,924 ,361 RISIKO SISTEMATIS ,004 ,001 ,475 3,372 ,002 ,876 1,141 BID-ASK SPREAD ,006 ,004 ,196 1,385 ,174 ,872 1,147 TRADING VOLUME
ACTIVITY ,050 ,028 ,242 1,773 ,084 ,936 1,068
STOCK SPLIT -,003 ,001 -,332 -2,487 ,017 ,977 1,024a Dependent Variable: RETURN SAHAM
Collinearity Diagnostics(a)
Model Dimension
Eigenvalue Condition Index Variance Proportions
(Const
ant) RISIKO SISTEMATIS
BID-ASK
SPREAD
TRADING VOLUME ACTIVITY STOCK SPLIT (Constant) RISIKO SISTEMATIS
1 1 2,692 1,000 ,03 ,03 ,03 ,01 ,05 2 ,984 1,654 ,00 ,00 ,10 ,73 ,00 3 ,778 1,860 ,00 ,09 ,51 ,12 ,04 4 ,407 2,570 ,01 ,30 ,01 ,00 ,76 5 ,138 4,416 ,96 ,58 ,35 ,14 ,15
a Dependent Variable: RETURN SAHAM
Residuals Statistics(a)
a Dependent Variable: RETURN SAHAM
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N Predicted Value -,0016 ,0106 ,0030 ,00250 44Std. Predicted Value -1,830 3,024 ,000 1,000 44Standard Error of Predicted Value ,001 ,004 ,001 ,001 44
Adjusted Predicted Value -,0018 ,0225 ,0032 ,00373 44
Residual -,00703 ,01289 ,00000 ,00363 44Std. Residual -1,845 3,384 ,000 ,952 44Stud. Residual -1,903 4,054 -,008 1,060 44Deleted Residual -,01523 ,01850 -,00023 ,00499 44Stud. Deleted Residual -1,972 5,260 ,021 1,191 44
Mahal. Distance 1,148 38,676 3,909 6,027 44Cook's Distance ,000 2,946 ,116 ,487 44Centered Leverage Value ,027 ,899 ,091 ,140 44
Regression Standardized Residual43210-1-2
Freq
uenc
y
15
10
5
0
Histogram
Dependent Variable: RETURN SAHAM
Mean =-2.62E-16�Std. Dev. =0.952�
N =44
Observed Cum Prob1.00.80.60.40.20.0
Exp
ecte
d C
um P
rob
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: RETURN SAHAM
Regression Standardized Predicted Value43210-1-2
Reg
ress
ion
Stu
dent
ized
Res
idua
l
4
2
0
-2
Scatterplot
Dependent Variable: RETURN SAHAM
NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 44 Mean ,0000000 Normal
Parameters(a,b) Std. Deviation ,00362840 Absolute ,164 Positive ,164
Most Extreme Differences
Negative -,103 Kolmogorov-Smirnov Z 1,087 Asymp. Sig. (2-tailed) ,188
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
OUTPUT UJI BEDA RETURN SAHAM Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error
Mean RETURN SEBELUM .0043800 22 .00542033 .00115562 Pair 1
RETURN SESUDAH
.0016464 22 .00254493 .00054258
Paired Samples Correlations N Correlation Sig. Pair 1 RETURN SEBELUM &
RETURN SESUDAH 22 -.125 .579
Paired Samples Test
Paired Differences t df Sig. (2-tailed)
Mean
Std. Deviati
on Std. Error Mean 95% Confidence Interval
of the Difference Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Lower Upper Lower Upper Lower Upper Lower Upper Pair 1 RETURN
SEBELUM - RETURN SESUDAH
.00273364 .00626940 .00133664 -.00004606 .00551333 2.045 21 .054
OUTPUT UJI BEDA RISIKO SISTEMATIS
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error
Mean RISK SEBELUM .5807695 22 .62206853 .13262546 Pair 1 RISK SESUDAH .7064705 22 .47251658 .10074087
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig. Pair 1 RISK SEBELUM &
RISK SESUDAH 22 .215 .337
Paired Samples Test
Paired Differences t df Sig. (2
Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the
Difference Mean Std.
Deviation Std. Err
Lower Upper Lower Upper Lower Upper Lower UpPair 1 RISK SEBELUM -
RISK SESUDAH -.12570091 .69571837 .14832766 -.43416515 .18276334 -.847 21 .406
OUTPUT UJI BEDA BID-ASK SPREAD
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error
Mean SPREAD SEBELUM .0977695 22 .16126250 .03438128 Pair 1
SPREAD SESUDAH .0794818 22 .12792491 .02727368 Paired Samples Correlations N Correlation Sig. Pair 1 SPREAD SEBELUM
& SPREAD SESUDAH
22 .905 .000
Paired Samples Test
Paired Differences t df Sig. (2-tailed)
Mean Std.
Deviation Std. Error
Mean 95% Confidence Interval
of the Difference Mean
Std. Deviatio
n Std. Error Mean
Lower Upper Lower Upper Lower Upper Lower Upper Pair 1 SPREAD
SEBELUM - SPREAD SESUDAH
.01828773 .07093568 .01512354 -.01316339 .04973885 1.209 21 .240
OUTPUT UJI BEDA TRADING VOLUME ACTIVITY
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error
Mean TVA SEBELUM .0084259 22 .02936486 .00626061 Pair 1
TVA SESUDAH .0041468 22 .00854835 .00182252
Paired Samples Correlations N Correlation Sig. Pair 1 TVA SEBELUM
& TVA SESUDAH
22 -.041 .855
Paired Samples Test
Paired Differences t df Sig. (2-tailed)
Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95% Confidence Interval of
the Difference Mean Std. Deviation Std. Error
Mean
Lower Upper Lower Upper Lower Upper Lower Upper Pair 1 TVA
SEBELUM - TVA SESUDAH
.00427909 .03092093 .00659236 -.00943048 .01798866 .649 21 .523