15
1 ANALISA PENGUKURAN KADAR LARUTAN TEMULAWAK MENGGUNAKAN METODE TLC (THIN LAYER CHROMATOGRAPHY) ( Zainal Abidin, Dr. Ir.Sekartedjo,MSc.) Jurusan Teknik Fisika – Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS, Keputih – Sukolilo, Surabaya 60111 Email : [email protected] Abstrak Berbagai kemajuan di bidang elektrokimia telah memberikan peranan penting dalam penentuan kandungan / unsur zat didalam cairan. Contoh teknologi yang digunakan saat ini adalah penerapan metode kromatografi, yakni suatu teknik pemisahan campuran senyawa menjadi senyawa murninya dan mengetahui kuantitasnya. Salah satu metode kromatografi dan digunakan dalam penelitian ini adalah kromatografi lapisan tipis. Kromatografi lapisan tipis ( Thin Layer Chromatography ) ini menggunakan dua fasa, yaitu fasa diam (Stationary Phase) dan fasa gerak (Mobile Phase). Pada kromatografi lapisan tipis, terdapat lapisan tipis / plat, yang digunakan sebagai tempat sampel yang diukur. Proses pengukuran sampel yang berada pada permukaan plat menggunakan sistem scanner didalam alat TLC. Dalam penelitian ini, sampel yang diukur adalah sampel temulawak dan ditentukan berapa besar kadar senyawa curcuminoid didalam sampel temulawak tersebut. Sampel temulawak dipilih mengingat khasiatnya dalam menyembuhkan / mencegah beberapa penyakit, seperti penyakit liver. Untuk mengetahui besar kadar senyawa curcuminoid terlebih dahulu dipersiapkan 12 macam senyawa yang diukur, terdiri dari 9 sampel standar, yang digunakan sebagai acuan untuk mengetahui kandungan curcuminoid didalam sampel dan 3 macam sampel yang akan diukur kadar curcuminoidnya. Pengukuran standar dan sampel dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu pertama, pengukuran (scan) spektrum sampel pertama sampai sampel ke 12 menggunakan monokromator dan sumber cahaya lampu Tungsten-Halogen (range panjang gelombang 350-800 nm) dengan setting 200-600 nm. Dari pengukuran diperoleh panjang gelombang puncak 425 nm. Dengan panjang gelombang tersebut selanjutnya dilakukan pemindaian(scanning) 9 sampel standar untuk penentuan kurva standar hubungan antara berat senyawa dan area yang akan dipakai untuk acuan dalam menentukan kadar senyawa didalam sampel. Hasil perhitungan kadar yang diperoleh dari 3 sampel temulawak adalah 0.178125 %, 0.178453 %, 0.180887 %. Disarankan juga kemungkinan penggunaan kamera digital sebagai pengganti scanner untuk menentukan jenis dan kadar zat/senyawa. Kata Kunci: Sampel temulawak, Standard Curcuminoid, TLC I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Didalam sebuah produk seperti cairan vitamin atau obat sejenis lainnya terkadang sulit untuk membedakan dengan benar tentang unsur / zat yang terkandung didalamnya. Dengan adanya kemajuan teknologi dibidang elektrokimia saat ini telah memiliki peranan penting dalam menentukan berbagai kandungan / unsur zat didalam cairan. Adapun teknologi yang masih digunakan saat ini seperti penerapan metode kromatografi. Kromatografi (Chromatography) sebenarnya secara harfiah berasal dari nama "warna menulis", namun tak ada hubungan secara langsung kecuali senyawa pertama yang mengalami pemisahan dengan cara ini adalah pigmen hijau tumbuhan, seperti klorofil. Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan untuk teknik pemisahan tertentu. Pada dasarnya semua cara kromatografi menggunakan dua fasa yaitu yang pertama, fasa tetap ( Stationary Phase ) dan kedua, fasa bergerak ( Mobile Phase ). Dengan adanya penelitian-penelitian baru yang memungkinkan untuk menerapkan prinsip kromatografi pada senyawa-senyawa yang tak berwarna termasuk gas. Adapun perkembangan pesat dari beberapa jenis sistem kromatografi diantaranya adalah ; kromatografi kertas, kromatografi lapisan tipis ( Thin Layer Chromatography ), kromatografi gas ( Gas Chromatography ), dan kromatografi cair kinerja tinggi ( High Performance Liquid Chromatography ). Pada kromatografi lapisan tipis, terdapat lapisan tipis ( tebal 0.1-2 mm ) yang terdiri atas bahan padat yang dilapiskan kepada permukaan penyangga datar ( plat ), yang biasanya terbuat dari kaca, tetapi dapat pula terbuat dari plat polimer atau logam. Lapisan yang melekat pada permukaan dengan bantuan bahan pengikat, biasanya kalsium sulfat dan kromatografi lapisan tipis dapat digunakan untuk keperluan yang luas dalam pemisahan-pemisahan. Seperti halnya, kromatografi lapisan tipis yang banyak digunakan akhir-akhir ini oleh sebagian besar laboratorium di Indonesia menggunakan alat berupa TLC Scanner 3 merk CAMAG ( Made in Switzerland ) dengan metode kromatografi lapisan tipis, yang mana proses pengambilan sample yang berada pada permukaan plat (tempat sample yang telah dilakukan pemisahan) menggunakan scanner didalam alat tersebut kemudian hasilnya ditransfer ke PC dan dilakukan proses selanjutnya. Dan kelebihan dari TLC Scanner 3 CAMAG sendiri adalah mampu

ANALISA PENGUKURAN KADAR LARUTAN TEMULAWAK … · kolom partikel yang sangat halus akan mengakibatkan aliran pelarut menjadi lambat, pada ... Tabel 2.2 Macam-macam penyerap untuk

  • Upload
    vothu

  • View
    219

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISA PENGUKURAN KADAR LARUTAN TEMULAWAK … · kolom partikel yang sangat halus akan mengakibatkan aliran pelarut menjadi lambat, pada ... Tabel 2.2 Macam-macam penyerap untuk

1

ANALISA PENGUKURAN KADAR LARUTAN TEMULAWAK MENGGUNAKAN METODE TLC (THIN LAYER CHROMATOGRAPHY)

( Zainal Abidin, Dr. Ir.Sekartedjo,MSc.)

Jurusan Teknik Fisika – Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Kampus ITS, Keputih – Sukolilo, Surabaya 60111 Email : [email protected]

Abstrak

Berbagai kemajuan di bidang elektrokimia telah memberikan peranan penting dalam penentuan kandungan / unsur zat didalam cairan. Contoh teknologi yang digunakan saat ini adalah penerapan metode kromatografi, yakni suatu teknik pemisahan campuran senyawa menjadi senyawa murninya dan mengetahui kuantitasnya. Salah satu metode kromatografi dan digunakan dalam penelitian ini adalah kromatografi lapisan tipis. Kromatografi lapisan tipis ( Thin Layer Chromatography ) ini menggunakan dua fasa, yaitu fasa diam (Stationary Phase) dan fasa gerak (Mobile Phase). Pada kromatografi lapisan tipis, terdapat lapisan tipis / plat, yang digunakan sebagai tempat sampel yang diukur. Proses pengukuran sampel yang berada pada permukaan plat menggunakan sistem scanner didalam alat TLC. Dalam penelitian ini, sampel yang diukur adalah sampel temulawak dan ditentukan berapa besar kadar senyawa curcuminoid didalam sampel temulawak tersebut. Sampel temulawak dipilih mengingat khasiatnya dalam menyembuhkan / mencegah beberapa penyakit, seperti penyakit liver. Untuk mengetahui besar kadar senyawa curcuminoid terlebih dahulu dipersiapkan 12 macam senyawa yang diukur, terdiri dari 9 sampel standar, yang digunakan sebagai acuan untuk mengetahui kandungan curcuminoid didalam sampel dan 3 macam sampel yang akan diukur kadar curcuminoidnya. Pengukuran standar dan sampel dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu pertama, pengukuran (scan) spektrum sampel pertama sampai sampel ke 12 menggunakan monokromator dan sumber cahaya lampu Tungsten-Halogen (range panjang gelombang 350-800 nm) dengan setting 200-600 nm. Dari pengukuran diperoleh panjang gelombang puncak 425 nm. Dengan panjang gelombang tersebut selanjutnya dilakukan pemindaian(scanning) 9 sampel standar untuk penentuan kurva standar hubungan antara berat senyawa dan area yang akan dipakai untuk acuan dalam menentukan kadar senyawa didalam sampel. Hasil perhitungan kadar yang diperoleh dari 3 sampel temulawak adalah 0.178125 %, 0.178453 %, 0.180887 %. Disarankan juga kemungkinan penggunaan kamera digital sebagai pengganti scanner untuk menentukan jenis dan kadar zat/senyawa.

Kata Kunci: Sampel temulawak, Standard Curcuminoid, TLC I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Didalam sebuah produk seperti cairan vitamin

atau obat sejenis lainnya terkadang sulit untuk membedakan dengan benar tentang unsur / zat yang terkandung didalamnya. Dengan adanya kemajuan teknologi dibidang elektrokimia saat ini telah memiliki peranan penting dalam menentukan berbagai kandungan / unsur zat didalam cairan. Adapun teknologi yang masih digunakan saat ini seperti penerapan metode kromatografi. Kromatografi (Chromatography) sebenarnya secara harfiah berasal dari nama "warna menulis", namun tak ada hubungan secara langsung kecuali senyawa pertama yang mengalami pemisahan dengan cara ini adalah pigmen hijau tumbuhan, seperti klorofil. Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan untuk teknik pemisahan tertentu. Pada dasarnya semua cara kromatografi menggunakan dua fasa yaitu yang pertama, fasa tetap ( Stationary Phase ) dan kedua, fasa bergerak ( Mobile Phase ). Dengan adanya penelitian-penelitian baru yang memungkinkan untuk menerapkan prinsip kromatografi pada senyawa-senyawa yang tak berwarna termasuk gas. Adapun perkembangan pesat dari beberapa jenis sistem kromatografi diantaranya

adalah ; kromatografi kertas, kromatografi lapisan tipis ( Thin Layer Chromatography ), kromatografi gas ( Gas Chromatography ), dan kromatografi cair kinerja tinggi ( High Performance Liquid Chromatography ). Pada kromatografi lapisan tipis, terdapat lapisan tipis ( tebal 0.1-2 mm ) yang terdiri atas bahan padat yang dilapiskan kepada permukaan penyangga datar ( plat ), yang biasanya terbuat dari kaca, tetapi dapat pula terbuat dari plat polimer atau logam. Lapisan yang melekat pada permukaan dengan bantuan bahan pengikat, biasanya kalsium sulfat dan kromatografi lapisan tipis dapat digunakan untuk keperluan yang luas dalam pemisahan-pemisahan. Seperti halnya, kromatografi lapisan tipis yang banyak digunakan akhir-akhir ini oleh sebagian besar laboratorium di Indonesia menggunakan alat berupa TLC Scanner 3 merk CAMAG ( Made in Switzerland ) dengan metode kromatografi lapisan tipis, yang mana proses pengambilan sample yang berada pada permukaan plat (tempat sample yang telah dilakukan pemisahan) menggunakan scanner didalam alat tersebut kemudian hasilnya ditransfer ke PC dan dilakukan proses selanjutnya. Dan kelebihan dari TLC Scanner 3 CAMAG sendiri adalah mampu

Page 2: ANALISA PENGUKURAN KADAR LARUTAN TEMULAWAK … · kolom partikel yang sangat halus akan mengakibatkan aliran pelarut menjadi lambat, pada ... Tabel 2.2 Macam-macam penyerap untuk

2

menganalisa senyawa berwarna dan tak berwarna, membutuhkan waktu yang relatif cepat.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka akan timbul permasalahan yaitu bagaimana menentukan kadar senyawa temulawak dengan menggunakan TLC.

1.3 Batasan Masalah

Adapun beberapa batasan masalah yang terdapat dalam penelitian ini adalah : 1. Plat lapisan tipis yang akan dipakai adalah plat

yang siap digunakan dan tidak perlu untuk membuatnya.

2. Tidak membahas perlakuan senyawa secara kimia dengan mendetail.

1.4 Tujuan Penelitian Tugas Akhir

Adapun tujuan dari tugas akhir ini adalah untuk menentukan kadar senyawa temulawak dengan menggunakan TLC serta menganalisa kadar tersebut.

1.5 Metodologi Penelitian

Metodologi yang digunakan untuk menyelesaikan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

1. Studi pustaka Mempelajari bahan-bahan pustaka berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi serta mempelajari metode TLC.

2. Pengambilan Data Untuk pengambilan data dengan menggunakan alat TLC Scanner 3 CAMAG. Data yang digunakan adalah standard curcuminoid dan sampel temulawak.

3. Analisa data Yang meliputi analisa data hasil nilai kadar senyawa yang diambil oleh TLC.

4. Penyusunan laporan dan kesimpulan. Pada tahap ini dilakukan penyusunan laporan

hasil analisis kedalam format penulisan tugas akhir dengan disertai kesimpulan dan saran.

II. TEORI PENUNJANG

Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai teori–teori dasar yang dipergunakan untuk menunjang penelitian Tugas Akhir ini.

2.2

Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran didasarkan atas perbedaan distribusi dari komponen-komponen campuran tersebut diantara dua fase, yaitu fase diam (padat atau cair) dan fase gerak (cair atau gas).

Kromatografi Lapisan Tipis (Thin Layer Chromatography)

Bila fase diam berupa zat padat yang aktif, maka dikenal dengan istilah kromatografi penyerapan (adsorption chromatography). Kromatografi lapisan tipis dalam pelaksanaannya lebih mudah dan lebih murah dibandingkan dengan kromatografi kolom

(HPLC). Demikian juga peralatan yang digunakan. Dalam kromatografi lapisan tipis, peralatan yang digunakan lebih sederhana dan dapat dikatakan hampir semua laboratorium dapat melaksanakan setiap saat secara cepat.

(a) (b)

Gambar 2.1 Sampel yang terdapat pada plat (a) Sample yang telah diteteskan pada plate

(sebelum masuk bejana TLC).

(b) Sample yang telah mengalami pemisahan (setelah masuk bejana TLC).

• Kromatografi lapisan tipis banyak digunakan untuk tujuan analisis.

(wikipedia,2009)

Beberapa keuntungan dari kromatografi lapisan tipis ini:

• Identifikasi pemisahan komponen dapat dilakukan dengan pereaksi warna, fluorosensi atau dengan radiasi menggunakan sinar ultraviolet.

• Metode pemisahan senyawa yang cepat, mudah dan menggunakan peralatan sederhana dalam menentukan kadar.

• Dapat digunakan sampel yang sangat kecil (mikro).

Gambar 2.3 Chamber/bejana TLC (proses pemisahan)

Semua alat kromatografi bekerja berdasarkan metode kromatografi. Kromatografi juga merupakan pemisahan camuran senyawa menjadi senyawa murninya dan mengetahui kuantitasnya. Pemisahan senyawa biasanya menggunakan beberapa teknik kromatografi. Pemilihan teknik kromatografi sebagian besar bergantung pada sifat kelarutan senyawa yang akan dipisahkan. Semua kromatografi memiliki fase diam (dapat berupa padatan, atau kombinasi cairan-padatan) dan fase gerak (berupa cairan atau gas). Fase gerak mengalir

(The Story TLC, Wikipedia, 2009)

Page 3: ANALISA PENGUKURAN KADAR LARUTAN TEMULAWAK … · kolom partikel yang sangat halus akan mengakibatkan aliran pelarut menjadi lambat, pada ... Tabel 2.2 Macam-macam penyerap untuk

3

melalui fase diam dan membawa komponen-komponen yang terdapat dalam campuran.

Komponen-komponen yang berbeda bergerak pada laju pergerakan yang berbeda. Kromatografi kebanyakan digunakan sebagai alat analisa kuantitatif tetapi dapat juga dipakai secara kualitatif (pembandingan terhadap senyawa-senyawa referensi)

Pemisahan secara kromatografi dilakukan dengan beberapa sifat fisika umum dari molekul, yaitu sebagai berikut : • Kecenderungan molekul untuk melarut dalam

cairan (kelarutan). • Kecenderungan molekul untuk melekat pada

permukaan halus (adsorpsi/penyerapan). • Kecenderungan molekul untuk menguap atau

berubah ke keadaan uap. Kromatografi Lapisan Tipis (KLT) merupakan cara pemisahan campuran senyawa menjadi senyawa murninya dan mengetahui kuantitasnya. Bahan lapisan tipis seperti silika gel adalah senyawa yang tidak bereaksi dengan pereaksi – pereaksi seperti asam sulfat. Data yang diperoleh dari KLT adalah nilai Rf yang berguna untuk identifikasi senyawa. Nilai Rf untuk senyawa murni dapat dibandingkan dengan nilai Rf dari senyawa standar. Nilai Rf dapat didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh oleh senyawa dari titik asal dibagi dengan jarak yang ditempuh oleh pelarut dari titik asal. Oleh karena itu bilangan Rf selalu lebih kecil dari 1,0.

2.2 Pembuatan Lapisan Tipis ( Thin Layer )

Penyerap dituangkan diatas permukaan plat yang kondisi bentuknya baik, biasanya digunakan plat kaca / aluminium. Ukuran yang digunakan tergantung pada jenis dari pemisahan yang akan dilakukan dan jenis dari bejana kromatografi. Seringkali bentuk plat kaca / aluminium dijual

dengan ukuran 20 x 5 cm atau 20 x 20 cm, dua ukuran ini dianggap sebagai “standard”. Hal yang penting yaitu bahwa permukaan dari plat harus rata.

Plat-plat kaca / aluminium sebelum dipakai dicuci terlebih dahulu dengan air dan detergent kemudian dikeringkan. Terakhir, dapat dicuci dengan aseton, tetapi hal ini tidak mesti dilakukan. Satu hal yang perlu diperhatikan jangan menyentuh

permukaan dari plat yang bersih dengan jari tangan karena bekas jari tangan yang menempel akan merubah tebal dari permukaan penyerap pada plat.

Untuk membuat penyerap, pertama bahan penyerap dicampur dengan air sampai menjadi bubur, biasanya dengan perbandingan x gram penyerap dan 2x ml air. Bubur diaduk sampai rata dan dituangkan diatas plat dengan berbagai cara. Tebal lapisan merupakan faktor yang paling penting dalam kromatografi lapisan tipis. Tebal standard adalah 250 mikron. Lapisan-lapisan yang lebih tebal ( 0.5 - 2.0 mm ) digunakan untuk pemisahan-pemisahan yang sifatnya besar, dengan menggunakan penyerap hingga 250 mg untuk plat dengan ukuran 20 x 20 cm. Salah satu kesukaran dengan lapisan tebal ialah adanya tendensi mengelupas bila kering.

Tabel 2.1 Perbandingan untuk membuat bubur penyerap

Penyerap Medium bubur penyerap

Perbandi ngan, gram dalam ml

Silika gel Gª Metilena klorida : metanol (2 : 1, v/v)

35 gr dalam 100 ml

Serbuk selulosa

Metilena klorida : metanol (50 : 50, v/v)

50 gr dalam 100 ml

Alumina Metilena klorida : metanol (70 : 30, v/v)

60 gr dalam 100 ml

(Gritter, Bobbitt, and Schwarting, 1991)

2.2.1 Sifat yang terpenting dari penyerap adalah

besar partikel bubur penyerap dan homogenitasnya, karena adhesi terhadap plat sangat tergantung pada kedua sifat tersebut. Besarnya partikel yang biasa digunakan adalah 1 – 25 mikron. Partikel yang butirannya sangat kasar tidak akan memberikan hasil yang memuaskan dan salah satu alasan untuk menaikkan hasil pemisahan adalah menggunakan penyerap yang butirannya halus. Sedangkan dalam kolom partikel yang sangat halus akan mengakibatkan aliran pelarut menjadi lambat, pada lapisan tipis butiran yang halus memberikan aliran pelarut yang lebih cepat.

Beberapa contoh penyerap yang digunakan untuk pemisahan-pemisahan dalam kromatografi lapisan tipis adalah sebagai berikut :

Tabel 2.2 Macam-macam penyerap untuk kromatografi lapisan tipis

Penyerap-penyerap

Zat padat Digunakan untuk memisahkan

Silika Asam-asam amino, alkaloid, gula, asam-asam lemak, lipida, minyak esensial, anion, dan kation organic, sterol, terpenoid.

Page 4: ANALISA PENGUKURAN KADAR LARUTAN TEMULAWAK … · kolom partikel yang sangat halus akan mengakibatkan aliran pelarut menjadi lambat, pada ... Tabel 2.2 Macam-macam penyerap untuk

4

Alumina Alkaloid, zat warna, fenol, steroid, vitamin-vitamin, karoten, asam-asam amino.

Kieselguhr Gula, oligosakarida, asam-asam lemak, trigliserida, asam-asam amino, steroid.

Bubuk selulose

Asam-asam amino, alkaloid, nukleotida.

Pati Asam-asam amino. Sephadex Asam-asam amino, protein.

Silika Gel. Merupakan penyerap yag paling

banyak dipakai dalam kromatografi lapisan tipis. Sebagian besar silika gel bersifat sedikit asam maka asam sering agak mudah dipisahkan. Adapun pengikat yang digunakan adalah kalsium sulfat dan kebanyakan biasanya pada saat membeli telah diberi pengikat.

Alumina. Salah satu penyerap yang dipakai untuk pemisahan basa dan terdapat dalam beberapa bentuk modifikasi. Alumina dapat diperlakukan memakai asam klorida untuk diubah menjadi bentuk asam atau memakai asam nitrat untuk diubah menjadi bentuk netral. Dalam menggunakan alumina biasanya dapat ditambah dengan pengikat saat membeli di toko-toko perdagangan kimia.

2.3

Senyawa-senyawa yang terpisah pada lapisan tipis lebih baik dikerjakan dengan pereaksi kimia dan reaksi-reaksi warna. Pada umumnya untuk identifikasi senyawa menggunakan harga Rf. Harga Rf didefinisikan sebagai berikut :

Harga Rf =

Nilai Rf Senyawa terhadap Pelarut

2.4

Jarak yang ditempuh oleh senyawa dari titik asal Jarak yang ditempuh oleh pelarut dari titik asal

(2.1)

Harga Rf untuk senyawa-senyawa murni dapat dibandingkan dengan harga-harga standard. Perlu diperhatikan bahwa harga-harga Rf yang diperoleh hanya berlaku untuk campuran tertentu dari pelarut dan penyerap yang digunakan, meskipun demikian harga Rf untuk berbagai campuran dari pelarut dan penyerap dapat diperoleh. Senyawa standard biasanya memiliki sifat-sifat kimia yang mirip dengan senyawa yang dipisahkan pada kromatogram.

Dalam kromatografi lapisan tipis perlu mengusahakan atmosfer bejana dalam keadaan jenuh dengan uap pelarut. Bila atmosfer dalam bejana tidak jenuh dengan uap pelarut dan digunakan pelarut campuran maka akan terjadi pengembangan dengan permukaan pelarut yang berbentuk cekung dan fasa bergerak lebih cepat dibagian tepi-tepi plat daripada dibagian tengahnya. Keadaan ini harus dicegah karena dapat menimbulkan tidak ratanya dalam memisahkan tiap-tiap senyawa / sampel.

Sampel Temulawak

Temulawak telah lama diketahui mengandung senyawa kimia yang mempunyai keaktifan fisiologi, yaitu curcuminoid dan minyak atsiri. Curcuminoid terdiri atas senyawa berwarna kuning curcumin dan turunannya (desmetoksikurkumin dan bis-desmetoksikurkumin). Curcuminoid yang memberikan warna kuning pada rimpang bersifat antibakteria, anti-kanker, anti-tumor dan anti-radang, mengandung anti-oksidan. Sedangkan minyak atsiri berbau dan berasa yang khas. Kandungan minyak atsiri pada rimpang temulawak 3-12% Sedangkan untuk curcuminoid, dalam temulawak 1-2%. Untuk menentukan persentase ini dilakukan pemanasan pada temperatur 50-55 ºC , supaya tidak merusak zat aktifnya dan untuk mendapatkan warna yang baik dari curcuminoid.

Kajian dan penyelidikan atas temulawak (Curcuma xanthorrhiza) membuktikan bahwa rimpangnya mengandungi banyak zat kimiawi yang memberikan pengaruh positif terhadap organ dalam manusia seperti empedu, hati dan pankreas. Selain itu dapat menambah selera makan, berkemampuan merangsang perjalanan sistem hormon metabolisme dalam tubuh. Komposisi kimia dari rimpang temulawak adalah protein pati sebesar 29-30 persen, curcumin satu sampai dua persen, dan minyak atsirinya antara 6 hingga 10 persen. Daging buah / umbi (rimpang) temulawak bentuknya bulat seperti telur dan berukuran besar dan mempunyai beberapa kandungan senyawa kimia antara lain berupa fellandrean dan turmerol atau yang sering disebut minyak menguap. Kemudian minyak atsiri, kamfer, glukosida, foluymetik karbinol. Temulawak mengandung minyak atsiri seperti limonina yang mengharumkan, sedangkan kandungan flavonoida-nya berkhasiat menyembuhkan radang. Minyak atsiri juga bisa membunuh mikroba. Komponen utama rimpang temulawak adalah :

Pati 48.18% - 59.64% : membantu proses metabolism dan fisiologi organ badan.

• Protein 29.00% - 30.00%

Serat kasar mineral 2.58% - 4.83% : memulihkan kecergasan badan (bersifat tonik).

Curcuminoid 1.60% - 2.20% : melancarkan proses pencernaan tubuh.

Minyak asiri 6.00% - 10.00% : meningkatkan fungsi ginjal

Phelandren : melancarkan pengeluaran toksik dalam tubuh melalui air kencing.

• Turmerol : membantu proses metabolisme

2.5

Borneol : memulihkan kesehatan tubuh badan akibat serangan penyakit.

Detektor pada alat TLC Scanner 3 CAMAG menggunakan photomultipliers. Komponen didalam photomultipier (PMT) sendiri adalah

Detektor

Page 5: ANALISA PENGUKURAN KADAR LARUTAN TEMULAWAK … · kolom partikel yang sangat halus akan mengakibatkan aliran pelarut menjadi lambat, pada ... Tabel 2.2 Macam-macam penyerap untuk

5

photomultiplier tube (tabung vakum photomultiplier), photocathode (katoda metalik yang terbuat dari bahan logam multi alkali), struktur dynode (berbentuk lempengan cekung) dan anoda (memilki spectral sensitivity 185-850 nm).

Prinsip kerja dari PMT adalah permukaan logam katoda disinari dengan seberkas cahaya dan sejumlah elektron terpancar dari permukaannya, yang biasa disebut dengan efek fotoelektrik dengan kondisi hampa udara.

Gambar 2.4 Konstruksi photomultiplier tube dan

bentuk fisik photomultiplier.

Elektron yang terpancar dan terlepas karena adanya sekumpulan energi yang timbul dan dikuatkan oleh susunan komponen dynode (linier-focused type) secara berurutan dan keluar mengenai anoda. Elektron tersebut terikat dalam logam dengan energi W (eV), yang dikenal sebagai fungsi kerja (work function), logam yang berbeda memilki fungsi kerja yang berbeda pula. Dan logam katoda yang digunakan sebagai permukaan fotosensitif, dibawah panjang gelombang pancung (cutoff wavelength) λc

2.6

, sembarang sumber cahaya, selemah apapun, akan menyebabkan terjadinya pemancaran fotoelektron.

Cahaya yang masuk difokuskan dengan melewati focusing electrode dan elektron mengenai dynode pertama kemudian dipantulkan dan dipancarkan ke dynode kedua sampai ke dynode yang terakhir (proses pengalian) sehingga terjadi muatan elektron yang lebih besar dan timbul tegangan.

Monokromator adalah alat yang paling umum dipakai untuk menghasilkan berkas radiasi dengan satu panjang gelombang. Monokromator untuk radiasi ultra violet, sinar tampak dan infra merah adalah serupa, yaitu mempunyai celah (slit), lensa, cermin dan prisma atau grating. Terdapat 2 macam monokromator yaitu monokromator prisma Bunsen dan monokromator grating Czerney-Turney.

Monokromator

Gambar 2.5 Komponen Monokromator secara

umum

Gambar 2.6 Monokromator dengan grating

Fungsi prisma adalah untuk memisahkan sinar polikromatis dari sumber cahaya menjadi sinar monokromatis. Bila seberkas cahaya dilewatkan melalui sebuah prisma, maka cahaya tersebut akan diuraikan menjadi beberapa warna (terdapat berbagai warna merah, jingga, hijau, biru, dll).

Gambar 2.7 Grating (modus refleksi)

Beda lintasan (modus refleksi) : AB+CD = a(sin(θm)+sin(θi)) (2.2)

Sehingga kondisi untuk puncak maksimum menjadi:

a(sin(θm)+sin(θi)) = mλ (2.3)

2.7 Penyerapan hanya terjadi jika energi foton yang

datang cocok dengan energi yang diperlukan untuk memindahkan satu elektron terluarnya dari tingkat dasar ke tingkat tereksitasi (atau dari pita valensi ke

Absorbansi dan Transmitansi

Page 6: ANALISA PENGUKURAN KADAR LARUTAN TEMULAWAK … · kolom partikel yang sangat halus akan mengakibatkan aliran pelarut menjadi lambat, pada ... Tabel 2.2 Macam-macam penyerap untuk

6

pita konduksi di dalam zat padat). Dengan spektroskopi dari cahaya transmisi bisa diketahui tingkat/pita energi dari suatu atom/molekul/zat padat.

Gambar 2.8 Proses terjadinya energi dengan bahan

Berkas radiasi elektromagnet bila dilewatkan pada sampel kimia maka sebagian akan terabsorpsi. Energi elektromagnet yang ditransfer ke molekul sampel akan menaikan tingkat energi (tingkat tereksitasi). Molekul akan dieksitasi sesuai dengan panjang gelombang yang diserapnya. Rumus yang digunakan untuk menghitung besarnya energi yang diserap:

E = h x ν = h x C /λ = h x C / v (2.4)

dimana, E = energi yang diserap h = tetapan Planck = 6,626 x 10-34

Gambar 2.9 Hubungan antara absorbance dengan penjang gelombang

Absorbansi dengan simbol A dari suatu larutan merupakan logaritma dari 1/T atau logaritma Io/It.

A = log (1/T) = log (Io/It) = - log (T) (2.5)

dimana, A = Absorbansi / serapan I

Joule.det v = frekuensi

C = kecepatan cahaya = 2,998 x 108 m/det λ = panjang gelombang ν = bilangan gelombang

o = Intensitas sinar yang datang It = Intensitas sinar yang diteruskan T = Transmitance / transmitansi

2.8

Transmitansi

Apabila suatu berkas sinar radiasi dengan intensitas Io dilewatkan melalui suatu larutan dalam wadah transparan maka sebagian radiasi akan diserap sehingga intensitas radiasi yang diteruskan It menjadi lebih kecil dari Io.

Transmitansi dengan simbol T dari larutan merupakan fraksi dari radiasi yang diteruskan atau ditansmisikan oleh larutan, yaitu :

T = It/Io (2.6)

Transmitansi biasanya dinyatakan dalam persen (%).

Alat TLC Scanner 3 CAMAG, terdiri atas bagian-bagian elektronik, yaitu :

TLC Scanner 3 CAMAG

– A compartment for plate positioning (with motor driver).

– Optical system. – Three light source ( Deuterium lamp,

Tungsten – halogen lamp, Mercury vapor lamp ).

– Scanner setup.

Terdapat 2 macam cara sistem kerja / sistem pengukuran TLC Scanner 3 CAMAG, antara lain: 1. Absorbance Mode. 2. Fluorescence Mode.

Gambar 2.10 TLC Scanner 3 (CAMAG) (Service Manual

Book TLC Scanner 3 CAMAG)

Absorbance Mode Setelah sampel pada plat TLC mengalami

pemisahan, selanjutnya plat TLC dimasukkan kedalam alat TLC Scanner untuk dilakukan pengukuran. Dan ditentukan range panjang gelombang, lalu di start/ dimulai. Prinsip kerja dengan cara absorbance, yaitu energy cahaya dari sumber lampu yang telah dipilih masuk ke monokromator (M) kemudian cahaya yang keluar dari monokromator akan mengenai mirror dan dipantulkan menurun mengenai dan melalui Beam Splitter dan langsung mengenai permukaan putih pada plat TLC yang kemudian akan dipantulkan ke detektor pengukuran. Sebagian cahaya yang mengenai Beam Splitter dipantulkan ke reference detektor. Reference detektor berfungsi untuk mengatur sensitivity / kepekaan cahaya secara otomatis pada detektor pengukuran sehingga mendapatkan pancaran cahaya lampu yang tepat pada panjang gelombang tertentu. Kedua detektor memakai photomultiplers yang mana lebih sensitive dengan range panjang gelombang yang besar.

Page 7: ANALISA PENGUKURAN KADAR LARUTAN TEMULAWAK … · kolom partikel yang sangat halus akan mengakibatkan aliran pelarut menjadi lambat, pada ... Tabel 2.2 Macam-macam penyerap untuk

7

Energi cahaya yang dipantulkan dideteksi oleh photomulplier, yang mana photon memukul/mengenai katoda photomultiplier dan dikuatkan oleh dynodes. Kemudian kromatogram (sampel pada plat) discan dan timbul perbedaan tegangan yang dihasilkan pada detektor yang mana diplot sebagai fungsi posisi pengukuran untuk hasil dari sebuah absorption scan. Jika background plat discan, intensitas cahaya yang penuh dipantulkan kembali dan menghasilkan sinyal 100% karena disana tidak ada zat yang menyerap cahaya. Bila daerah kromatogram discan kemudian akan menyerap bagian penyinaran cahaya dan memancarkan intensitas cahaya rendah daripada background plat kemudian akan menghasilkan sinyal pada detektor. Sistem scanning bekerja berdasarkan pergerakan plat TLC pada compartment secara otomatis dan mempunyai posisi yang dapat diatur terhadap sumbu x dan y. Plat TLC / objek pengukuran yang berada pada compartment digerakkan oleh motor stepper yang terletak dibawah sorotan lampu.

Gambar 2.11 Diagram TLC Scanner 3 absorbance

mode (Service Manual Book TLC Scanner 3 CAMAG)

Absorbance adalah perbedaan diantara cahaya yang terjadi dan cahaya yang terserap diukur sebagai fungsi karakteristik zat. Dengan kata lain, absorbance adalah perbedaan diantara pantulan cahaya yang diukur dari tempat yang kosong pada plat TLC dan pantulan cahaya dari zat pada plat TLC yang sama.

ADC PC

Flourescence Mode Prinsip kerja dengan cara fluorescence sama

dengan cara absorbance, yaitu pada saat melakukan scan pada suatu zat pada plat TLC, background plat tidak ada sinyal karena adanya panjang gelombang yang tidak diperlukan akan dihalangi oleh filter. Jika daerah fluorescent (sampel pada plat) mengalami scanning maka akan memancarkan cahaya yang akan masuk dan melewati filter kemudian menghasilkan sinyal pada detektor. Pengukuran fluorescent ini hanya untuk menganalisa zat yang tidak tampak.

Gambar 2.12 Diagram TLC Scanner 3 fluorescence mode

2.9

(Service Manual Book TLC Scanner 3 CAMAG) Hasil sinyal output dari detektor dihubungkan

dengan perangkat elektronik seperti amplifier dan A/D Converter. Setelah sinyal output dari detektor masuk ke A/D Converter, lalu sinyal output (analog) ini akan diubah menjadi sinyal digital, yang mana akan dihubungkan langsung ke PC melalui connection serial interface RS232. Dengan didukungnya software WinCATS maka dapat mengetahui nilai konsentrasi zat dan dapat menampilkan gambar Peak (puncak kromatogram), yang mana gambar peak ini berbentuk mirip dengan kurva Gaussian, yang menunjukkan karakteristik tersendiri dari zat yang diukur.

Setelah membuat kurva kalibrasi, maka area sampel dapat dimasukkan kedalam persamaan regresi linier pada kurva kalibrasi tersebut sehingga didapatkan nilai dari berat senyawa sampel. Selanjutnya untuk menentukan nilai kadar sampel dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut : n =

Cara Menghitung Kadar

Volume Pelarut Sampel x Berat Sampel Volume Inject Sampel

Kadar dalam serbuk = n

3.0

x 100% Berat Serbuk Sampel

(2.7)

Setelah proses scan selesai maka didapat hasil area dan peak kromatogram sampel dan selanjutnya dibuat kurva kalibrasi dengan cara menggunakan persamaan regresi linier :

Y = ax + b (2.8)

Cara Membuat Kurva Kalibrasi

dimana, y = Area a = Slope x = Berat Senyawa b = Intercept

Untuk membuat kurva kalibrasi, data hasil area dan berat senyawa standard yang diketahui dari konsentrasinya.

Untuk mengetahui berat senyawa yang didapat dari besar inject sampel, yang kemudian

Page 8: ANALISA PENGUKURAN KADAR LARUTAN TEMULAWAK … · kolom partikel yang sangat halus akan mengakibatkan aliran pelarut menjadi lambat, pada ... Tabel 2.2 Macam-macam penyerap untuk

8

diinjeksikan ke plat lalu terjadi proses penguapan pelarut dalam sampel setelah dikeringkan sehingga hanya terdapat berat senyawa pada plat dan dengan menggunakan rumus :

Berat senyawa = larutan standard x besarnya inject (2.9)

III. METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini akan dijelaskan metodologi dan prosedur percobaan yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian tugas akhir ini.

3.1 Metodologi Penelitian

Adapun metodologi yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar. 3.1 sebagai berikut :

MULAI

PERSIAPAN STANDARD, SAMPEL, DAN PLAT LAPISAN

TIPIS

INJECT STANDARD DAN SAMPEL PADA PLAT

PROSES PEMISAHAN

PROSES PENGUKURAN

ANALISA DATA PERHITUNGAN

HASIL ANALISA

SELESAI

BUAT KURVA KALIBRASI

MENGHITUNG KADAR

Ya

Tidak

Gambar 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian

3.2 Peralatan dan Bahan Terdapat beberapa peralatan dan bahan yang digunakan untuk menunjang penelitian ini. Peralatan yang digunakan meliputi : 1. Plat lapisan tipis ukuran 20 x 20 cm, tebal 0.1-2

mm, yang terbuat dari plat aluminium tipis dan telah dilapisi silika gel.

2. Serbuk standard curcuminoid. 3. Sampel yang akan dianalisa, berupa serbuk

temulawak. 4. Solvent / pelarut (sesuai dengan perlakuan

sampel tertentu). 5. Micropipet 100 µl. 6. Bejana kaca. 7. TLC Scanner 3 CAMAG.

3.3 Prosedur Persiapan dan Inject Sampel

PERSIAPAN SAMPEL &

MICROPIPET 100 μL

INJECT KE PLAT KERINGKAN

Gambar 3.2 Diagram Persiapan dan Inject Sampel

Sebelum melakukan prosedur ini, plat lapisan tipis yang digunakan adalah dengan ukuran 20 x 10 cm (dibagi menjadi 2 yang semula ukurannya 20 x 20 cm) lalu menyiapkan standard curcuminoid dan sampel temulawak masing-masing 1000 ppm dan menginjeksikan sampel tersebut, yaitu sebagai berikut : 1. Ambil standard curcuminoid sekitar 5 µl dari

1000 ppm dengan menggunakan pipa kapiler kaca / micropipet.

2. Plat lapisan tipis diletakkan diatas permukaan yang datar.

3. Tentukan jarak 10 mm dari bagian bawah plat lalu batas kanan dan kiri 15 mm (untuk meneteskan 9 standard) dan batas sampel satu dengan yang lain 15.4 mm dengan menggunakan pensil.

4. Untuk penempatan sampel, ujung penetes (micropipet) tepat sedikit diatas permukaan lapisan tipis kemudian teteskan ( inject ) sampel standard yang berada didalam pipa kapiler kaca / micropipet tersebut sebesar 0.1 µl (sampel pertama).

5. Biarkan beberapa saat hingga kering (untuk sampel standard yang diketahui konsentrasinya) sampai beberapa kali dengan nilai konsentrasi yang berbeda-beda (0.1 – 0.9 µl).

6. Lakukan hal yang sama pada sampel yang belum diketahui nilai konsentrasinya, yaitu sampel temulawak sebanyak 3 kali dengan meneteskan / inject masing-masing sebesar 20 µl).

7. Setelah dilakukan prosedur diatas (langkah no. 1-6) maka secara langsung melanjutkan langkah prosedur pemisahan sampel. Untuk membuat larutan standard 1000 ppm

dari melarutkan 10 mg serbuk standar curcuminoid dengan pelarut metanol 10 ml sedangkan untuk sampel 1000 ppm dari melarutkan 100 mg serbuk sampel temulawak dengan pelarut metanol 5 ml.

Gambar 3.3 Standard curcuminoid dan sampel

temulawak yang diinjeksikan pada plat

Page 9: ANALISA PENGUKURAN KADAR LARUTAN TEMULAWAK … · kolom partikel yang sangat halus akan mengakibatkan aliran pelarut menjadi lambat, pada ... Tabel 2.2 Macam-macam penyerap untuk

9

3.4 Prosedur Proses Pemisahan Sampel

SIAPKAN BEJANA,

PELARUT, & PLAT SAMPEL

MASUKKAN PELARUT KEDALAM

BEJANA

MASUKKAN PLAT KEDALAM

BEJANATUTUP BEJANA

Gambar 3.4 Diagram Proses Pemisahan

Proses Pemisahan Sampel ini dimaksudkan dengan cara pengembangan / penguraian sampel didalam bejana, yaitu sebagai berikut : 1. Plat lapisan tipis yang telah ditetesi sampel

tersebut dimasukkan kedalam suatu bejana yang berisi pelarut (heksane dan etil asetat ; 1:1) yang dalamnya sekitar 0.8 cm yang bertindak sebagai fasa gerak.

2. Tinggi pelarut dalam bejana harus dibawah titik sampel yang berada pada plat lapisan tipis. Jangan sampai titik sampel tercelup dalam pelarut.

3. Bejana ditutup dengan penutup dan pelarut dibiarkan merambat naik melewati sampel sampai kira-kira tiga perempat plat lapisan tipis.

4. Setelah pelarut naik sampai hampir ujung atas lapisan (sekitar ± 8 cm), lapisan tipis diambil dari bejana sehingga terdapat penampakan uraian/pengembangan sampel, waktu rata-rata untuk plat lapisan tipis pada silika gel adalah sekitar 20-30 menit. Biarkan beberapa saat hingga kering.

Gambar 3.5 Hasil pemisahan standard curcuminoid

dan sampel temulawak pada plat

3.5 Proses Pengukuran (Scan) Standard dan Sampel

LAKUKAN SCANNING

HASIL (PEAK & AREA)

BUAT KURVA KALIBRASI

MENGHITUNG KADAR SELESAI

SAMPEL LAMPU

TUNGSTEN-HALOGEN

MONOKROMATOR DETEKTOR

Gambar 3.6 Diagram Proses Pengukuran

Sebelum memulai scan spektrum terlebih dahulu mengatur posisi scan pada sumbu y didalam program WinCATS :

– Batas scan awal = 21.6 mm – Batas scan akhir = 38.6 mm

Setelah itu, plat dimasukkan kedalam alat TLC Scanner dan terlebih dahulu melakukan pengukuran spektrum. Pengukuran ( scan ) spektrum yang dimaksud adalah perbedaan diantara pantulan cahaya yang diukur dari tempat yang kosong pada plat TLC dan pantulan cahaya dari zat / sampel pada plat TLC yang sama.

Untuk pengukuran spektrum sampel pertama dengan cara pilih sumber cahaya lampu Tungsten-Halogen (range panjang gelombang 350-800 nm) dengan setting 200-600 nm lalu start maka alat akan mengukur spektrum sampel pertama sampai sampel berikutnya. Pengukuran diawali dengan mengatur panjang gelombang 200 nm oleh monokromator dan secara bertahap berpindah ke panjang gelombang berikutnya (210,220,dst) sampai mencapai panjang gelombang terakhir (600 nm). Setelah selesai sampai sampel yang terakhir maka akan menampilkan gambar spektrum masing-masing sampel. Kemudian pilih panjang gelombang puncak dari gambar tersebut, yaitu 425 nm.

Setelah melakukan pengukuran spektrum selanjutnya dilakukan scanning standard dan sampel dengan cara energi cahaya dari sumber cahaya lampu Tungsten-Halogen (range panjang gelombang 350-800 nm) dengan setting 425 nm masuk ke monokromator kemudian cahaya yang keluar dari monokromator akan mengenai mirror dan dipantulkan menurun mengenai dan melalui Beam Splitter dan langsung mengenai permukaan putih pada plat TLC yang kemudian akan dipantulkan ke detektor pengukuran. Sebagian cahaya yang mengenai Beam Splitter dipantulkan ke reference detektor. Reference detektor berfungsi untuk mengatur sensitivity / kepekaan cahaya secara otomatis pada detektor pengukuran sehingga mendapatkan pancaran cahaya lampu yang tepat pada panjang gelombang tertentu. Kedua detektor memakai photomultiplers yang mana lebih sensitive dengan range panjang gelombang yang besar.

Pada saat proses scan, compartment pembawa plat bergerak perlahan dari ujung sampel pertama mengenai dan melewati cahaya slit sampai akhir sampel dan setelah itu akan menampilkan peak/kurva (karena menghasilkan sinyal < 100%) lalu bergerak kembali menuju sampel kedua tetapi sebelum itu cahaya slit mengenai permukaan putih pada plat / background plat dan tidak membentuk peak/kurva (karena menghasilkan sinyal 100%). Setelah selesai melewati permukaan putih, selanjutnya cahaya slit mengenai sampel kedua sampai akhir sampel dan menampilkan lagi peak/kurva, begitu seterusnya sampai sampel yang terakhir. Peak / kurva yang didapat adalah berbentuk kurva terbalik karena pada saat scan

Page 10: ANALISA PENGUKURAN KADAR LARUTAN TEMULAWAK … · kolom partikel yang sangat halus akan mengakibatkan aliran pelarut menjadi lambat, pada ... Tabel 2.2 Macam-macam penyerap untuk

10

sampel cahaya menyinari sampel lalu sampel menyerap sebagian cahaya dan memantulkan cahaya ke detektor sehingga menghasilkan energi yang dipantulkan sampel lebih kecil daripada energi datang saat menyinari sampel. Oleh karena itu, detektor dilengkapi dengan rangkaian inverter, yang berfungsi sebagai pembalik kurva menjadi keatas sehingga menampilkan peak/kurva keatas seperti kurva gaussian dan sekaligus untuk mempermudah dalam pembacaan.

Hasil kedua sinyal output dari detektor timbul perbedaan tegangan yang mana diplot sebagai fungsi posisi pengukuran dan dihubungkan dengan perangkat elektronik seperti amplifier sebagai penguatan sinyal lalu dihubungkan ke A/D Converter, untuk mengubah sinyal analog (tegangan) dari amplifier menjadi sinyal digital yang mana dapat dibaca dan dihubungkan langsung ke PC melalui connection serial interface RS232. Dengan didukungnya software WinCATS yang terdapat pada PC maka dapat menampilkan gambar peak (puncak kromatogram) dari sampel tersebut serta area spektrum warna sampel dengan panjang gelombang tertentu, yang mana gambar peak/kurva ini berbentuk mirip dengan kurva Gaussian, yang menunjukkan karakteristik tersendiri dari senyawa yang diukur.

Sistem scanning bekerja berdasarkan pergerakan plat TLC pada compartment secara otomatis dan mempunyai posisi yang dapat diatur terhadap sumbu x dan y. Plat TLC / objek sampel pengukuran yang berada pada compartment digerakkan oleh motor stepper yang terletak dibawah sorotan lampu.

3.6 Hasil Pengukuran ( Scan ) Standard dan Sampel

Gambar 3.7 Bentuk spektrum 12 sampel

yang diukur

Gambar 3.8 Data Hasil Pengukuran Spektrum

Pada gambar spektrum diatas adalah hasil pengukuran (scan) spektrum standard dan sampel mulai dari panjang gelombang 200 – 600 nm, yang mana dapat ditentukan nilai panjang gelombang yang memiliki kesamaan pada puncak spektranya (425 nm).

Gambar 3.9 Kurva Standard Curcuminoid 1

Gambar 3.10 Kurva Standard Curcuminoid 2

Page 11: ANALISA PENGUKURAN KADAR LARUTAN TEMULAWAK … · kolom partikel yang sangat halus akan mengakibatkan aliran pelarut menjadi lambat, pada ... Tabel 2.2 Macam-macam penyerap untuk

11

Gambar 3.11 Kurva Standard Curcuminoid 3

Dari kurva standard diatas adalah hasil pengukuran (scan) dengan menggunakan panjang gelombang 425 nm.

Gambar 3.12 Kurva Sampel Temulawak 1

Gambar 3.13 Kurva Sampel Temulawak 2

Gambar 3.14 Kurva Sampel Temulawak 3

Dari ketiga kurva sampel temulawak diatas diukur dengan menggunakan panjang gelombang 425 nm dan gambar 3.21 dibawah ini adalah kurva keseluruhan dari 12 macam sampel (9 standard dan 3 sampel) dengan tampilan 2 dimensi.

Gambar 3.15 Kurva Standard dan Sampel secara

keseluruhan

Untuk gambar kurva standard dan sampel diatas dengan menggunakan panjang gelombang 425 nm. Panjang gelombang tersebut didapat dari hasil pengukuran (scan) spektrum 12 sampel dan diperoleh panjang gelombang puncak sebesar 425 nm.

IV. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisa Data

4.1.1 Data Senyawa Standard Curcuminoid dan Senyawa Temulawak.

Untuk plat lapisan tipis menggunakan plat aluminium tipis dengan ukuran 20 x 10 cm (dibagi menjadi 2 yang semula ukurannya 20 x 20 cm), dan membuat batas kanan dan kiri 1.5 cm, batas bawah dan atas 1 cm dari titik sampel ke tepi plat.

Page 12: ANALISA PENGUKURAN KADAR LARUTAN TEMULAWAK … · kolom partikel yang sangat halus akan mengakibatkan aliran pelarut menjadi lambat, pada ... Tabel 2.2 Macam-macam penyerap untuk

12

Tabel 4.1 Data berat senyawa dan area

No. Nama Senyawa Berat

senyawa (ng)

Area

1. Standard Curcuminoid 1 100 7500

2. Standard Curcuminoid 2 200 13132.34

3. Standard Curcuminoid 3 300 17018.33

4. Standard Curcuminoid 4 400 20668.43

5. Standard Curcuminoid 5 500 22902.21

6. Standard Curcuminoid 6 600 24620.62

7. Standard Curcuminoid 7 700 26447.63

8. Standard Curcuminoid 8 800 27259.92

9. Standard Curcuminoid 9 900 28230.53

10. Temulawak 1 712.50 26110.21

11. Temulawak 2 713.81 26142.49

12. Temulawak 3 723.55 26382.93

Gambar 4.1 Batas antara tepi plat dengan sampel

Setelah menentukan batas sampel plat dengan tanda pensil lalu masukkan plat kedalam alat TLC dan letakkan diatas compartment dan tentukan batas kiri/kanan antara tepi plat dengan sampel (sumbu x) dan tentukan pula batas bawah antara tepi plat dengan sampel (sumbu y) menggunakan keypad TLC atau dapat mengatur langsung dari program (gambar 4.2), dengan nilai sumbu x sebesar 15 mm dan sumbu y sebesar 10 mm dan jarak sampel satu dengan yang lain 15.4 mm.

Gambar 4.2 Pengaturan batas sampel pada plat

Setelah selesai ditentukan batas sampel pada plat lalu plat diambil dan dilakukan proses pemisahan. Selanjutnya setelah proses pemisahan selesai lalu plat dimasukkan kembali kedalam TLC dan diletakkan di posisi compartment yang sama dengan sebelumnya sehingga didapatkan hasil Rf :

Gambar 4.3 Jarak Rf sampel dengan pelarut

Besarnya nilai a dan b diketahui dari hasil positioning yang dilakukan secara otomatis pada TLC, yaitu nilai a = 2 cm dan nilai b = 8 cm sehingga menghasilkan nilai Rf sebesar 0.25 untuk posisi standard curcuminoid 1 sampai 9 dan sampel temulawak 1 sampai 2, sedangkan nilai Rf = 0.26 untuk sampel 3. Adanya perbedaan Rf tersebut karena posisi sampel temulawak 3 sedikit naik dibanding dengan sampel temulawak 2 (gambar 4.9).

Setelah melalui proses pemisahan, sampel yang berada dipermukaan plat menjadi bentuk berat senyawa. Dengan demikian didapatkan nilai berat senyawa dengan rumus : (seperti pada pers.2.9)

Berat senyawa = 1000 ppm x 0.1 µl

= 1000 µg x 0.1 µl 1000 µl

= 0.1µg = 100 ng senyawa (standard curcuminoid 1)

Page 13: ANALISA PENGUKURAN KADAR LARUTAN TEMULAWAK … · kolom partikel yang sangat halus akan mengakibatkan aliran pelarut menjadi lambat, pada ... Tabel 2.2 Macam-macam penyerap untuk

13

4.1.2 Hasil Pengukuran ( Scan ) Standard dan Sampel

Gambar 4.4 Kurva Standard Curcuminoid 1

Pada gambar peak/kurva standard diatas terdapat garis merah disebabkan karena posisi slit tidak memulai / mengawali scan dari tepi senyawa melainkan langsung menuju ¼ bagian sampel sehingga mempunyai peak yang tidak berawal / tidak sejajar.

Sedangkan pada gambar peak sampel terdapat 2 peak disebabkan karena adanya ketidaktelitian dalam menentukan batas scan didalam pengaturan posisi scan sehingga ada sebagian senyawa lain yang ikut masuk sewaktu melakukan scan (gambar 4.6).

Gambar 4.5 Kurva Sampel Temulawak 1

Gambar 4.6 Kurva Standard dan Sampel secara keseluruhan

Gambar diatas adalah peak semua standard dan sampel dengan panjang gelombang 425 nm.

4.1.3 Membuat Kurva Kalibrasi

Setelah melalui proses scan maka akan mendapatkan nilai area standard yang akan digunakan didalam persamaan regresi linier dan disertai pula besarnya berat senyawa standard, yaitu sebagai berikut:

Y = ax + b

dimana, y = Area a = Slope x = Berat Senyawa b = Intercept

Untuk membuat kurva kalibrasi, terdapat 9 data hasil area standard dan berat senyawa standard yang diketahui sebelumnya.

Gambar 4.7 Kurva Kalibrasi Standard Curcuminoid

Dari hasil kurva kalibrasi diatas didapatkan persamaan linier :

Y = 24.69x + 8522 ; r = 0.95870

Page 14: ANALISA PENGUKURAN KADAR LARUTAN TEMULAWAK … · kolom partikel yang sangat halus akan mengakibatkan aliran pelarut menjadi lambat, pada ... Tabel 2.2 Macam-macam penyerap untuk

14

Gambar 4.8 Data Kurva Kalibrasi Standard

Curcuminoid

Setelah membuat kurva kalibrasi, selanjutnya dengan memasukkan nilai area sampel temulawak yang telah diketahui dari proses pengukuran sebelumnya kedalam persamaan regresi linier dan hasilnya akan didapat berupa berat senyawa sampel, yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.2 Berat Senyawa Sampel

No. Nama Senyawa Berat Senyawa (ng)

1. Temulawak 1 712.50

2. Temulawak 2 713.81

3. Temulawak 3 723.55

4.1.4 Perhitungan Kadar

Dari persamaan hasil regresi linier untuk kurva kalibrasi standard, didapat hubungan antara berat senyawa standard dengan area. Setelah mendapatkan hasil dari kurva kalibrasi, area sampel dimasukkan kedalam persamaan regresi linier lalu akan mendapatkan berat senyawa sampel kemudian dilakukan perhitungan kadar senyawa.

Serbuk temulawak 100 mg dilarutkan kedalam 5 ml metanol (MeOH) lalu mengambil sampel dari larutan tersebut sebesar 20 µl dengan micropipet. (seperti pada pers.2.7)

5000 µl x 712.50 ng = 178125 ng = 0. 178125 mg 20 µl

Kadar dalam serbuk = 0. 178125 mg

No.

x 100 % 100 mg

= 0. 178125 %

Tabel 4.3 Hasil perhitungan kadar dengan TLC

Nama Senyawa Kadar (%)

1. Temulawak 1 0.178125

2. Temulawak 2 0.178453

3. Temulawak 3 0.180887

Rata-rata 0.179155

Pada hasil perhitungan diatas didapat kadar curcuminoid didalam sampel temulawak 1 sebesar 0.178125 % dan didalam sampel temulawak 2 sebesar 0.178453 % serta didalam sampel temulawak 3 sebesar 0.180887 %.

4.2 Pembahasan

Setelah melalui proses pemisahan, sampel yang berada dipermukaan plat menjadi bentuk berat senyawa dan tidak lagi terdapat pelarut didalam sampel karena pada saat selesai proses pemisahan dan telah dikeringkan maka pelarut dalam senyawa akan menguap secara sepenuhnya (sifat dari pelarut) sehingga dari besar inject 0.1 µl yang diinjeksikan pada plat menjadi 100 ng setelah dikeringkan.

Dalam menentukan besar inject diusahakan mengambil sekecil mungkin dari larutan standard (0.1 µl) dan bila menentukan besar inject yang lebih besar maka akan terjadi tailing (spot sampel mengekor) pada saat proses pemisahan dan nantinya akan mempengaruhi pembacaan scanner ke luasan sampel. Spot sampel yang ideal adalah spot sampel yag berbentuk bulat, elips, maupun persegi. Besar inject pada sampel 20 µl didapatkan dari trial percobaan yang dilakukan lebih dari 3 kali (untuk mengetahui masuk tidaknya sampel didalam kurva kalibrasi).

Nilai atau jarak Rf pada standard dan sampel yang timbul perbedaan nilai Rf itu tergantung pada laju pergerakan pelarut dalam menggerakkan dan memisahkan sampel, biasanya hal ini sering terjadi dan tidak mempengaruhi pengukuran (selisih Rf ±1). Nilai Rf yang ideal atau yang dianjurkan sebesar 0.02 – 0.08 tetapi boleh diluar range tersebut asalkan mempunyai kurva/peak yang bagus (kurva senyawa satu dengan yang lainnya terpisah dan memiliki jarak) dan tidak boleh diluar range dan bila mempunyai kurva yang jelek / tidak bagus (kurva senyawa satu dengan yang lainnya saling berhimpitan dan tidak memiliki jarak) (ditunjukkan pada gambar 4.5).

Hasil pengukuran pada kurva standard dan sampel yang tidak sejajar / berawal dari nol disebabkan karena posisi slit tidak memulai / mengawali scan dari tepi senyawa melainkan langsung menuju ¼ bagian sampel dan adanya ketidaktelitian dalam menentukan batas scan didalam pengaturan posisi scan sehingga ada sebagian senyawa lain yang ikut masuk sewaktu melakukan scan (ditunjukkan pada gambar 4.4). Keadaan ini sebenarnya tidak boleh terjadi karena dapat mempengaruhi nilai luas area dan kadarnya. Oleh karena itu, penting bagi orang yang melakukan pengaturan batas scan harus dilakukan sebaik

Page 15: ANALISA PENGUKURAN KADAR LARUTAN TEMULAWAK … · kolom partikel yang sangat halus akan mengakibatkan aliran pelarut menjadi lambat, pada ... Tabel 2.2 Macam-macam penyerap untuk

15

mungkin agar dapat memperoleh luas area dan kadar yang lebih baik.

Pada proses pemisahan menggunakan campuran pelarut heksane dan etil asetat dengan perbandingan 1:1 maka standard curcuminoid tidak akan pecah atau terpisah menjadi beberapa golongan senyawa dan menjadi satu kesatuan yang utuh (karena didalam standard curcuminoid masih ada beberapa senyawa lain, yaitu desmetoksikurkumin dan bis-desmetoksikurkumin).

Dalam memilih pelarut diharuskan untuk menggunakan pelarut (fasa gerak) yang mempunyai sifat polar yang lebih tinggi dari silika gel / fasa diam (bahan yang melapisi plat) sehingga sampel dapat dialirkan dan dipisahkan dari senyawa-senyawa yang lain tetapi bila sifat polar dari pelarut lebih rendah dari silika gel maka sampel tidak dapat dialirkan dan dipisahkan (karena terjadi ikatan yang saling mengikat antara pelarut dengan silika gel). Silika gel / fasa diam mempunyai sifat polar yang baik adalah mengandung banyak ikatan OH (plat TLC yang saat ini dipakai).

V. KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari tugas

akhir ini, adalah sebagai berikut : 1. Telah dapat ditentukan kadar curcuminoid dengan

menggunakan metode TLC. 2. Hasil penentuan kadar sampel yang diukur adalah

kadar senyawa temulawak 1 sebesar 0.178125 % dan kadar senyawa temulawak 2 sebesar 0.178453 % serta kadar senyawa temulawak 3 sebesar 0.180887 %.

5.2 Saran

Beberapa saran yang dapat disampaikan untuk penelitian selanjutnya yaitu:

1. Pada tugas akhir ini terdapat ketidaktelitian dalam menentukan batas scan pada plat. Disarankan agar penelitian sejenis memperhatikan hal ini.

2. Pada tugas akhir ini kadar yang diketahui hanya kadar curcuminoid. Penelitian dapat dikembangkan dengan mengukur sekaligus kandungan unsur-unsur lain dalam senyawa temulawak.

3. Dari penelusuran literatur dan studi selama melakukan penelitian ini, diusulkan ide tentang penggunaan kamera digital sebagai pengganti scanner untuk menentukan jenis dan kadar zat/senyawa, seperti dapat dilihat pada lampiran.

DAFTAR PUSTAKA 1. Rosita, Lifdiana. “Perancangan Sistem Pencahayaan

Hybrid di Ruang Kelas C-122 Teknik Fisika ” Tugas Akhir Jurusan Teknik Fisika FTI-ITS Surabaya. 2009.

2. Gritter, Bobbitt, and Schwarting, Pengantar kromatografi ; terjemahan Kosasih

Padmawinata – Bandung, penerbit ITB, 1991 ISBN 979-8001-45-1.

3. Sastrohamidjojo. Dr. Hardjono, Kromatografi, UGM penerbit ; Liberty Yogyakarta-Yogyakarta, 1991 ISBN 979-499-079-5.

4. Touchstone, Joseph C and Dobbins, Murrell F., Practice of Thin Layer Chromatography, A Wiley-Interscience publication, John Wiley and Sons, Inc., Canada, 1978.

5. Thin Layer Chromatography – A Laboratory Handbook, E. Stahl (ed), Springer-Verlag, Berlin, Germany, 1965.

6. J.G. Kirchner, Thin Layer Chromatography, 2nd edn, Techniques in Chemistry, vol. XIV, Wiley-Interscience, Chichester, UK, 1978.

7. E. Stahl, in Thin Layer Chromatography – A Laboratory Handbook, 2nd edn, E. Stahl (ed), Springer-Verlag, Berlin, Germany, 1969, 5.

8. A. Zlatkis, R.E. Kaiser, in HPTLC ( high performance thin layer chromatography ), A. Zlatkis, R.E. Kaiser (eds), Elsevier, Amsterdam, Netherlands, 1977, 12.

9. Laboratory of Analytical Chemistry, Zagreb, Croatia. 1999.

10. Operating manual TLC ( Thin Layer Chromatography ) Scanner 3 – CAMAG, Switzerland.