Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
MODUL PERKULIAHAN
MANAJEMENKEUANGANAnalisis Rasio Keuangan, Analisa Dupont dan Analisa MNA, EVA
Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh
Ekonomi Akuntansi 03 Manajemen Keuangan
Veny, SE. MM
Abstract Kompetensi Analisa Rasio Keuangan Analisa Dupont Analisa MNA & EVA
Kemampuan menganalisis kondisi dan kinerja keuangan perusahaan
ANALISA RASIO KEUANGANAnalisa laporan keuangan dilakukan untuk mempermudah penganalisa (analis) memahami
kondisi keuangan perusahaan. Dengan melihat angka-angka apa adanya yang tercantum pada
neraca dan laba rugi, sering sulit untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang kondisi
perusahaan.
Pada umumnya berbagai rasio keuangan yang dinilai bisa dikelompokkan menjadi :
1. Rasio Profitabilitas – mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba
2. Rasio Manajemen Aset – mengukur seberapa efektif perusahaan mengelola aset-asetnya
3. Rasio Manajemen Hutang – mengukur bagaimana perusahaan menggunakan pendanaan
yang berasal dari pinjaman
4. Rasio Likuiditas – mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban financialnya
yang harus segera dipenuhi
5. Rasio nilai pasar – mengukur bagaimana pasar (para pemodal) menilai perusahaan
tersebut
Rasio-rasio Profitabilitas. Ratio-ratio ini dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari penjualannya, dari aset-aset yang dimilikinya,
atau dari ekuitas yang dmilikinya. Kemampuan menghasilkan laba dan penjualan bisa berbeda
untuk perusahaan dengan bisnis yang berbeda. Sebagai contoh toko yang menjual mebel, sepatu
akan mengambil laba per penjualan yang relatif agak besar dibandingkan dengan yang menjual
rokok, Mia intant dan sebagainya.
Basic Earnings Power (BEP), Rasio ini mengukur kemampuan aset perusahaan menghasilkan laba
operasi perusahaan. Karena hasil operasi yang ingin diukur maka digunakan laba sebelum bunga
dan pajak (EBIT). Aset yang digunakan adalah aset-aset yang operasional. Kalau ada aset non
operasional, aset ini perlu dikeluarkan dari perhitungan. Karena dalam perhitungan digunakan
angka-angka yang berasal dari laporan laba rugi (yaitu EBIT) dan dari neraca (yaitu total aset
operasional), maka pertanyaan yang sering muncul adalah “apakah akan digunakan angka (i)
pada awal tahun di neraca, (ii) pada akhir tahun dineraca, ataukah (iii) rata-rata”.
2017 2 Akuntansi Manajemen
Pusat Bahan Ajar dan eLearningVeny, SE.MM http://www.mercubuana.ac.id
Mereka yang menggunakan angka pada awal periode mendasarkan diri pada atau argumentasi
sebagai berikut. Misalkan kita mempunyai uang saat ini sebesar Rp 100 jt. Setelah dipergunakan
selama satu tahun uang tersebut menghasilkan keuntungan sebesar Rp 20jt. Dengan demikian
tingkat keuntungan yang diperoleh selama satu tahun tersebut adalah 20%, meskipun pada akhir
tahun kekayaan kita telah menjadi Rp 120jt (yaitu Rp 100 juta plus Rp 20 juta). Perhitungan
angka 20% tersebut menggunakan angka pada awal periode, bukan angka pada akhir periode.
Pemikiran ini yang kita pergunakan sewaktu menghitung EVA pada subbab 5.3 di depan.
Mereka yang menggunakan angka pada akhir periode lebih sering disebabkan karena
tersedianya data. Kalau kita ingin mengetahui kondisi keuangan perusahaan pada tahun 2014,
kemungkinan besar kita memperoleh laporan laba rugi selama tahun 2014 dan neraca pada akhir
2014. Dengan demikian kalau kita bandingkan laba perusahaan pada tahun 2014 tersebut (yang
diperoleh dari laporan laba rugi) dengan aset perusahaan (yang kita lihat dari neraca pada akhir
2014), maka kita menggunakan aset pada akhir tahun.
Sedangkan mereka yang menggunakan angka rata-rata mendasarkan diri pada pemikiran bahwa
laba yang diperoleh dari operasi perusahaan akan diperoleh sedikit demi sedikit sepanjang
waktu, setiap hari, setiap minggu, setiap bulan. Tidak mungkin Rp 20jt diterima sekaligus pada
akhir tahun. Karena itu, terjadi pertambahan aset perusahaan sedikit demi sedikit sehingga
kemudian digunakan angka rata-rata selama periode tersebut.
Rasio Basic Earnings Power (BEP) dirumuskan sebagai berikut :
BEP = Laba Operasi x 100%
Rata-rata Total Aset
Untuk PT. TSR pada tahun 20X2
BEP = 300 x 100%
(819 + 878 )/2
BEP = 33.4%
Perhatikan bahwa di sini kita menggunakan angka rata-rata dan semua aset dikategorikan
sebagai aset operasional meskipun ada akun sekuritas. Kita asumsikan di sini bahwa aset
2017 3 Akuntansi Manajemen
Pusat Bahan Ajar dan eLearningVeny, SE.MM http://www.mercubuana.ac.id
sekuritas tersebut merupakan investasi jangka pendek dari dana menganggur yang sifatnya
sementara. Apabila sekuritas tersebut merupakan investasi jangka panjang (yang apabila dana
tersebut “dihilangkan” tidak mengganggu operasi perusahaan), maka aset tersebut
diklasifikasikan sebagai aset non operasional.
Kita tidak tahu bagaimana BEP perusahaan-perusahaan lain, tetapi angka 33.4% tersebut
nampak cukup tinggi apabila kita bandingkan dengan tingkat bunga rata-rata yang hanya 17.5%
RETURN OF EQUITY
Rasio ini mengukur seberapa banyak laba yang menjadi hak pemilik ekuitas. Karena itu
digunakan laba setelah pajak (EAT). Angka ekuitas yang digunakan sebaiknya juga angka rata-
rata. Rasio ini dinyatakan sebagai berikut.
ROE = Laba Setelah Pajak x 100%
(Rata-rata) Ekuitas
Untuk PT. TSR, ROE pada tahun 20X2 adalah,
ROE = 166 X 100%
(438 + 517)/2
ROE = 34.8%
RETURN ON INVESTMENT (ROI) atau RETURN ON ASSETS (ROA).
ROI atau ROA menghitung berapa banyak laba bersih setelah pajak dihasilkan oleh total aset
yang dimiliki perusahaan. Rasio ini banyak yang menghitung meskipun ada ketidaktepatan ketika
kita membandingkan andar laba bersih setelah pajak (berarti laba operasi sudah dikurangi biaya
bunga dan pajak penghasilan – yang sebenarnya merupakan hak pemilik ekuitas – dengan total
aset (yang sebagian diantaranya mungkin dibiayai dengan hutang).
2017 4 Akuntansi Manajemen
Pusat Bahan Ajar dan eLearningVeny, SE.MM http://www.mercubuana.ac.id
Rasio ROI atau ROA dinyatakan sebagai,
ROA = Laba setelah pajak x 100 %
(Rata-rata) Total Aset
ROA PT. TSR pada tahun 20X2
ROA = 166 x 100%
(919 + 878)/2 = 18.5%
PROFIT MARGIN
Rasio ini mengukur berapa banyak laba operasi (EBIT) dihasilkan dari setiap rupiah penjualan.
Jadi perbandingannya dengan menggunakan angka-angka yang ada di laporan laba rugi.
Rasionya dinyatakan sebagai :
Profit Margin = Laba Operasi x 100%
Penjualan
Untuk PT. TSR profit margin untuk tahun 20X2 adalah :
Profit Margin = 300 x 100% = 13,6 %
2.200
Profit Margin sering dipergunakan di bisnis perdagangan. Pemilik toko-toko eceran (ritel) sering
mengatakan bahwa (misalnya) “keuntungan yang kami ambil dari setiap penjualan hanya 5%. Hal
tersebut berarti bahwa kalau mereka menjual Rp 100 juta, mereka memperoleh laba operasi Rp
5jt. Beberapa jenis toko menjual produk-produk dengan profit margin yang sangat tipis (mungkin
hanya 2-3%) beberapa produk lainnya dijual dengan profit margin yang lebih “tebal” (misal
sampai 20%).
Produk-produk yang dijual dengan profit margin yang tipis umumnya adalah produk yang
perputaran penjualannya cepat sekali (seperti rokok, sabun dan sebagainya). Pemilik toko
2017 5 Akuntansi Manajemen
Pusat Bahan Ajar dan eLearningVeny, SE.MM http://www.mercubuana.ac.id
membeli hari ini, dalam 2-3 hari sudah laku terjual. Sedangkan produk dengan profit margin yang
lebih tebal biasanya lebih lambat laku terjual (misal pakaian, sepatu dan sebagainya). Kalau kita
beli hari ini, mungkin dalam 1-2 bulan ke depan baru laku terjual.
RASIO MANAJEMEN ASET
Rasio ini mengukur seberapa efektif perusahaan mengelola aset-asetnya. Apabila investasi pada
berbagai aset berlebihan, maka total operating capital akan terlalu tinggi, menurunkan Free Cash
Flow, yang pada akhirnya akan menekan nilai perusahaan (harga saham). Sebaliknya apabila aset
yang dimiliki kurang, maka perusahaan akan kehilangan kesempatan untuk bisa menjual lebih
banyak, mengurangi profitabilitas, mengurangi Free Cash Flow, yang pada akhirnya menekan
harga saham. Karena itu diperlukan jumlah yang tepat dari aset yang dimiliki.
Beberapa rasio manajemen aset bisa dilihat dari masing-masing jenis aset atau total aset secara
keseluruhan.
MENGEAVALUIR PERSEDIAAN : RASIO PERPUTARAN PERSEDIAAN (Inventory Turnover Ratio)
Rasio ini mengukur berapa sering (rata-rata) persediaan berganti di gudang. Kalau misalkan
persediaan berada digudang rata-rata selama 30 hari, maka berarti dalam setahun rata-rata
berputar (turnoverr) 12X. Kalau persediaan terlalu lama tertahan di gudang, maka dana yang
tertanam pada persediaan tersebut akan makin besar relatif terhadap penjualan. Misalkan kita
punya toko dan setiap kita kulakan sabun mandi, kita beli 10 unit. Sabun tersebut rata-rata
terjual 2 unit setiap hari. Dalam 5 hari kita harus sudah kulakan lagi. Bandingkan dengan kalau
kita kulakan 20 unit, dan penjualan per hari sebesar 2 unit. Berarti setiap 10 hari kita baru
kulakan lagi. Jumlah persediaan kita menjadi 2 kali lebih besar dibandingkan dengan cara yang
pertama.
Rasio Perputaran Persediaan dinyatakan sebagai berikut,
Perputaran Persediaan = Biaya Operasi
(rata-rata) persediaan)
Untuk PT. TSR, perputaran persediaan tahun 20X2 adalah,
Perputaran Persediaan = 1900 = 16,6x
(117 + 112)/2
2017 6 Akuntansi Manajemen
Pusat Bahan Ajar dan eLearningVeny, SE.MM http://www.mercubuana.ac.id
Angka tersebut menunjukkan bahwa dalam satu tahun rata-rata persediaan berganti sebanyak
16,6x. Kalau dinyatakan dalam hari (kita anggap setahun = 360 hari) maka rata-rata barang ada
di gudang selama = 360 hari + 16,6 = 22 hari (dibulatkan).
Mengevaluir Piutang : Berapa Lama Piutang Dilunasi Oleh Pembeli (Days Sales Outstanding)
Seringkali perusahaan mempersilahkan pembeli hasil produksinya secara kredit. Barang terjual,
tapi uangnya diterima beberapa waktu kemudian. Kita bisa menggunakan pendekatan seperti
pada evaluasi persediaan, yaitu dengan menghitung terlebih dahulu.
Perputaran Piutang = Penjualan
(Rata-rata) piutang
Kemudian menghitung berapa lama piutang dilunasi oleh pembeli, atau Days Sales Outstanding
(DSO) sebagai,
DSO = Jumlah hari dalam 1 tahun
Perputaran Piutang
Kalau dia terapkan untuk PT. TSR tahun 20X2, maka
Perputaran Piutang = 2.200 = 12,7x
(170 + 176)/2
Sedangkan DSO nya adalah,
DSO = 360 hari = 28,3 hari
12,7
Kita juga bisa menghitung DSO langsung dengan rumus sebagai berikut.
DSO = Rata-rata Piutang
Penjualan Setahun /360 = 173 = 28,3 Hari
2200/360
2017 7 Akuntansi Manajemen
Pusat Bahan Ajar dan eLearningVeny, SE.MM http://www.mercubuana.ac.id
MENGEVALUIR TOTAL ASET : Rasio Perputaran Aset (Assets Turnover Ratio)
Ratio ini mengukur efisiensi penggunaan seluruh aset dalam menciptakan penjualan
perusahaan dengan total aset yang lebih sedikit tapi mampu menghasilkan penjualan
yang sama, dinilai mempunyai efisiensi penggunaan aset yang lebih baik. Raio yang
digunakan adalah,
Perputaran Aset = Penjualan
(Rata-rata) Total Aset
Untuk PT. TSR pada tahun 20X2,
Perputaran Aset = 2.200 = 2,45x
(919 + 878)/2
RASIO-RASIO PENGELOLAAN HUTANG (FINANCIAL LEVERAGE)
Penggunaan hutang bagi perusahaan mempunyai beberapa dampak penting :
1. Dengan menggunakan hutang pemilik perusahaan (pemilik ekuitas) tidak perlu
berbagi kepemilikan dengan pemasok dana
2. Apabila perusahaan mampu menghasilkan laba dari investasi yang dibiayai
dengan hutang tersebut, dan laba tersebut lebih besar dari biaya bunga yang
harus dibayar, maka tingkat keuntungan pemilik perusahaan akan diperbesar
(leveraged) sebagai akibat penggunaan hutang tersebut, meskipun risikonya juga
meningkat
3. Para Kreditur, sewaktu memberi pinjaman, akan memperhatikan jumlah ekuitas
yang dimiliki perusahaan. Semakin besar ekuitasnya semakin aman buat mereka.
Bagaimana Perusahaan Dibiayai ?
RASIO TOTAL KEWAJIBAN DENGAN TOTAL ASET (Liabilities to Assets Ratio).
Untuk keperluan analisis keuangan perusahaan, sering kali perlu dibedakan antara
kewajiban (liabilities) dan hutang (debt). Debt adalah liabilities yang menimbulkan beban
2017 8 Akuntansi Manajemen
Pusat Bahan Ajar dan eLearningVeny, SE.MM http://www.mercubuana.ac.id
bunga, sehingga muncul akun biaya bunga di laba rugi. Meskipun debat juga merupakan
bagian dari liabilities, semuanya harus dilunasi. Tetapi ada juga jenis kewajiban yang
tidak menimbulkan beban bunga secara eksplisit, seperti accounts payable, accrued
taxes, dan accrued wage..
Kreditur biasanya lebih tertarik pada kemampuan perusahaan membayar semua
kewajibannya, bukan hanya debat saja. Karena itu rasionya adalah,
Liabitlies to Assets Ratio = Total Liabilities
Total Aset
Untuk PT. TSR pada tahun 20X2,
Liabilities to Assets Ratio = (261 + 100) = 0.41
878
Angka ini menunjukkan sekitar 0.59 aset dibiayai oleh ekuitas. Semakin tinggi proporsi
aset yang biayai oleh ekuitas, semakin “aman” kreditur untuk memperoleh kembali
pinjaman yang diberikan.
RASIO HUTANG TERHADAP EKUITAS (Debt to Equity Ratio)
Meskipun digunakan istilah debt, tapi para kreditur akan menggunakan liabilities dalam
perhitungan rasio ini. Rasio ini dinyatakan sebagai,
Dept to Equity Ratio = Total Liabilites
Total Ekuitas
Untuk PT. TSR tahun 20X2,
Debt to Equity Ratio = (261 + 100) = 0,70
517
2017 9 Akuntansi Manajemen
Pusat Bahan Ajar dan eLearningVeny, SE.MM http://www.mercubuana.ac.id
KEMAMPUAN MEMBYAR BUNGA
Times Interest Earned Ratio (TIE). Ratio ini mengukur seberapa besar kemampuan
perusahaan membayar biaya bunga dengan menggunakan laba operasi yang
dihasilkannya. Semakin besar, semakin bagus kemampuannya. Rasio ini dihitung
dengan :
TIE = Laba Operasi
Biaya Bunga
Untuk PT. TSR pada tahun 20X2
TIE = 300 = 5.36
56
Berarti pada tahun 20X2 PT. TSR mampu menghasilkan laba operasi 5.36x biaya bunga
yang harus dibayar. Apabila TIE <1, maka berarti perusahaan tidak mampu membayar
bunga dari laba operasinya.
DEBT SERVICE COVERAGE (DSC)
Kewajiban yang harus dibayar dari penggunaan suatu sumber dana mungkin bukan
hanya berasal dari pembayaran biaya bunga. Mungkin ada juga pembayaran angsuran
pokok pinjaman dan biaya sewa (Leasing). Kemampuan membayar kewajiban-kewajiban
tersebut bukan berasal hanya dari laba operasi, tetapi juga dari depresiasi dan
amortisasi. Rasio yang digunakan untuk mengukur DSC juga dari depresiasi dan
amortisasi. Rasio yang digunakan untuk mengukur DSC adalah :
DSC = EBITDA + Pembayaran Sewa
Angsuran Pokok Pinjaman
Biaya bunga + sewa + (1-t)
2017 10 Akuntansi Manajemen
Pusat Bahan Ajar dan eLearningVeny, SE.MM http://www.mercubuana.ac.id
Misalkan PT. TSR tidak menggunakan pendanaan Leasing sehingga tidak ada
pembayaran sewa, tetapi perlu melunasi angsuran pokok pinjaman sebesar Rp 100 juta
pada tahun 20X2 (ditunjukkan turunnya jumlah hutang jangka panjang dari Rp 200 juta
menjadi Rp 100 juta), maka DSCnya adalah :
DSC = 350 + 0 = 1,72
56 + 0 + 100/ (1-0,32)
Angka tersebut menunjukkan bahwa pada tahun 20X2 perusahaan masih mampu
membayar kewajiban financialnya (dalam bentuk pembayaran bunga dan angsuran
pokok pinjaman) dari kegiatan operasinya (yaitu dari EBITDA-nya). Mengapa jumlah
angsuran pokok pinjaman perlu dibagi dengan (1-t) hal ini disebabkan karena sementara
bunga bisa dipakai mengurangi beban pajak, pembayaran angsuran pokok pinjaman
tidak bisa. Karena itu perlu dibagi dengan (1-t).
Kreditur jangak pendek lebih memperhatikan DSC, sedangkan kreditur jangka panjang
lebih memperhatikan TIE.
RASIO-RASIO LIKUIDITAS
Likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban Financial
yang harus segera dipenuhi (kewajiban jangka pendek). Kewajiban Financial jangka
pendek terlihat pada neraca sebagai kewajiban lancar. PT. TSR pada tahun 20X2
mempunyai kewajiban lancar sebesar RP 261 juta. Apakah perusahaan bisa
melunasinya tahun depan ? Rasio-rasio yang bisa dipergunakan adalah,
RASIO LANCAR ATAU CURRENT RATIO (CR)
Rasio ini mengukur seberapa banyak aset lancar bisa dipakai untuk melunasi kewajiban
lancar. Dinyatakan dalam rumus,
CR = Aset Lancar
Kewajiban Lancar
2017 11 Akuntansi Manajemen
Pusat Bahan Ajar dan eLearningVeny, SE.MM http://www.mercubuana.ac.id
Untuk PT. TSR pada tahun 20X2,
CR = 328 = 1,26
261
Artinya, seandainya semua aset lancar perusahaan diubah menjadi kas, maka jumlah
kas tersebut bisa dipakai untuk melunasi kewajiban lancarnya lebih dari cukup (yaitu
1,26 kali)
QUICK atau ACID TEST RATIO
Karena persediaan merupakan akun yang paling lama untuk berubah menjadi kas (yaitu
harus berubah dulu menjadi piutang), dan tingkat kepastian nilainya rendah (nilai
persediaan mungkin tidak seperti yang tercantum pada neraca seandainya dijual,
terutama untuk barang dalam proses), maka akun persediaan dikeluarkan dari
perhitungan. Dengan demikian rasionya dinyatakan sebagai :
Quick Ratio = Aset Lancar – Persediaan
Kewajiban Lancar
Untuk PT. TSR pada tahun 20X2.
Quick Ratio = 328 – 112 = 0.83
261
Nampak bahwa kalau persediaan tidak dimasukkan dalam perhitungan, jumlah kas dan
piutang tidak cukup untuk membayar kewajiban lancarnya.
RASIO NILAI PASAR
Rasio ini mengukur bagaimana pasar modal (para pemodal) menilai suatu perusahaan.
Bisa terjadi dua perusahaan menghasilkan laba setelah pajak yang sama, tetapi pasar
menilai mereka tidak sama. Demikian juga bisa terjadi dua perusahaan mempunyai nilai
buku ekuitas yang sama, tetapi pasar memberikan nilai pasar yang berbeda. Beberapa
rasio yang sering dihitung adalah,
2017 12 Akuntansi Manajemen
Pusat Bahan Ajar dan eLearningVeny, SE.MM http://www.mercubuana.ac.id
PRICE EARNINGS RATIO (PER)
Rasio ini membandingkan harga saham per lema (yang ditentukan di pasar modal)
dengan laba per lembar saham atau Earnings per share (EPS). EPS dihitung dengan
membagi EAT dengan jumlah lembar saham, PER dihitung dengan :
PER = Harga Saham per Lembar
Laba per lembar saham
Misalkan jumlah lembar saham PT. TSR adalah 1 juta lembar, dan harga saham pada
akhir tahun 20X2 sebesar Rp 600. Karena EAT pada tahun 20X2 sebesar RP 166 juta,
maka EPS = Rp 166 juta : 1 juta = RP 166
Maka, PER PT. TSR pada tahun 20X2,
PER = 600 = 3.6
166
Apabila pasar modal efisien, rasio ini mengindikasikan pertumbuhan laba perusahaan.
Semakin tinggi PER, para pemodal memperkirakan pertumbuhan laba perusahaan
semakin tinggi.
MARKET TO BOOK VALUE RATIO (MBV)
Di Bursa Efek Indonesia (BEI) rasio ini disebut sebagai Price to Book Value (PBV). Rasio
membandingkan antara harga saham per lembar dengan nilai buku ekuitas per lembar.
Karena itu dinyatakan sebagai :
MBV = Harga saham per lembar
Nilai buku ekuitas per lembar saham
Dari neraca pada 20X2 diketahui bahwa nilai buku ekuitas sebesar Rp 517 juta. Dengan
jumlah lembar saham sebanyak 1 juta lembar maka nilai buku ekuitas per lembar saham
= Rp 517 juta + 1 juta = Rp 517
2017 13 Akuntansi Manajemen
Pusat Bahan Ajar dan eLearningVeny, SE.MM http://www.mercubuana.ac.id
Karena itu MBV PT. TSR pada tahun 20X2 adalah :
MBV = 600 = 1,16
517
Semakin tinggi MBV (atau PBV) menunjukkan penilaian para pemodal yang makin baik
terhadap suatu perusahaan. Angka 1,16 menunjukkan bahwa para pemodal menghargai
PT. TSR 0,16 di atas ekuitas yang sudah diinvestasikan.
Kita bisa menghitung MBV bank Mandiri dan Unilever pada tabel 5.3 yaitu MBV (mandiri)
= 2.49 dan MBV Unilever = 15.30
BAGAIMANA MENGGUNAKAN RASIO-RASIO KEUANGAN
Pada umumnya digunakan dua cara untuk menafsirkan rasio-rasio keuangan. Dengan
menggunakan asumsi bahwa metode akuntansi yang dipergunakan oleh perusahaan
konsisten dari waktu ke waktu, dan sama dengan dipergunakan oleh perusahaan-
perusahaan lain (kalau ternyata berbeda, maka analis keuangan perlu melakukan
penyesuaian), maka rasio-rasio keuangan yang dihitung bisa ditafsirkan dengan :
1. Membandingkan dengan rasio keuangan perusahaan dimasa yang lalu.
2. Membandingkan dengan rasio keuangan perusahaan-perusahaan lain dalam
suatu industri.
Cara kedua relatif lebih baik karena bisa mengetahui kedudukan relatif perusahaan kita
dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan lain. Apakah kita berada di atas rata-rata,
di bawah rata-rata atau termasuk rata-rata. Sayangnya ada kecenderungan untuk
menjadi makin sulit mengelompokkan perusahaan ke dalam satu industri yang sama,
karena banyak perusahaan yang tidak hanya menjalankan satu jenis bisnis saja.
Cara lain adalah dengan membandingkan rasio keuangan dengan kebijakan yang
diambil perusahaan. Beberapa rasio keuangan bisa dibandingkan dengan kebijakan-
kebijakan seperti dalam hal, penjualan kredit dan persediaan. Misalkan perusahaan
mengambil kebijakan kredit menjuala secara kredit dengan jangka waktu 3 bulan.
Dengan demikian maka periode rata-rata pengumpulan piutang seharusnya juga akan
sekitar 90 hari, atau perputaran piutang sebanyak 4x dalam satu tahun. Perusahaan
2017 14 Akuntansi Manajemen
Pusat Bahan Ajar dan eLearningVeny, SE.MM http://www.mercubuana.ac.id
mungkin juga merumuskan kebijakan persediaan barang jadi sebesar 1 bulan penjualan.
Apabila kebijakan dirumuskan seperti itu, maka perputaran persediaan barang jadi akan
berkisar 12x dalam satu tahun. Sayangnya tidak semua jenis rasio bisa dibandingkan
dengan kebijakan keuangan, sehingga penggunaan perbandignan dengan rasio tahun
lalu dan/atau industri lebih sering dipergunakan.
Tabel 5.7 Rasio keuangan beberapa jenis industri perusahaan-perusahaan yang
terdaftar di BEI tahun 2010
Industri Profit
Margin
(%)
ROE (%) ATO *(x) DER PER PBV
Rokok
Semen
Obat-obatan
Makanan
terbaik
14,2
30,1
13,8
11,1
35,4
25,7
10,9
27,8
1,83
0,84
1,29
1,58
0,92
0,63
1,44
2,90
19,87
16,64
10,43
6,18
7,08
4,65
2,89
2,10
ATO = Asset Turnover = Perputaran Aset
ANALISIS KEUANGAN SISTEM DU PONT DAN ANALISIS BASIC EARNINGS POWER
Dua sistem analisis keuangan yang menggunakan rasio keuangan, yaitu sistem Du Pont
dan Basic Earnings Power, perlu kita pahami kesamaan dan perbedaannya. Kedua
analisis tersebut memusatkan analisis pada ROE, semakin tinggi ROE akan makin baik
bagi pemilik ekuitas. Tetapi meggunakan pendekatan yang berbeda.
Sesuai pendekatan Du Pont maka :
ROE = ROA x Equity Multiplier
Ingat ROA (atau ROI) menunjukkan rasio antara laba setelah pajak dengan total Asset.
Sedangkan Equity multiplier menunjukkan rasio antara total Asset dengan equity.
Semakin banyak hutang yang digunakan semakin besar equity multipliernya.
2017 15 Akuntansi Manajemen
Pusat Bahan Ajar dan eLearningVeny, SE.MM http://www.mercubuana.ac.id
Jadi analisa Du pon mengatakan bahwa apabila suatu perusahaan menggunakan
hutang yang makin banyak (berarti equity multipliernya, makin tinggi) tetapi mampu
memperoleh ROA yang sama, maka perusahaan tersebut akan mempunyai ROE yang
lebih tinggi.
Rumus Du Pont tersebut apabila kita terapkan untuk PT. TSR pada tahun 20X2 hasilnya
adalah :
ROE = 18,5% x [{(919 + 878)/2} / {(438 + 517)/2}]
= 18,5% x 1,881
= 34,8%
Analisis Basic Earnings Power (BEP) menggunakan permikiran bahwa peningkatan ROE
bisa dilakukan dengan meminjam lebih banyak asal dana pinjaman tersebut bisa
menghasilkan BEP yang lebih besar dari tingkat bunga pinjaman. Yang kedua, ROE
akan meningkat apabila BEP makin tinggi.
Berikut diilustrasikan contoh numerikal untuk menjelaskan kedua analisis tersebut dan
mengapa sebenarnya kedua analisis tersebut (yaitu sistem Du Pont dan BEP)
mempunyai pemikiran yang sama untuk dapat meningkatkan ROE.
Misalkan ada dua perusahaan, PT. Anna dan PT. Paramita, mempunyai ROA yang
sama, yaitu 10% dalam setahun. Laba setelah pajak kedua perusahaan tersebut
masing-masing RP 2100 dengan total aset masing-masing sebesar Rp 21.000. PT. Anna
tidak mempunyai hutang, sedangkan PT. Paramita mempunyai hutang Rp 10.000,
dengan bunga 12% setahun. Kedua perusahaan membayar pajak penghasilan 30%.
Sesuai dengan pendekatan Du Pont, maka mestinya PT. Paramita mempunya ROE
yang lebih tinggi (karena ROA-nya sama sedangkan hutangnya lebih besar). Berapa
ROE kedua perusahaan tersebut ?
2017 16 Akuntansi Manajemen
Pusat Bahan Ajar dan eLearningVeny, SE.MM http://www.mercubuana.ac.id
Tabel 5.8 Perbandingan ROA, ROE, dan BEP, PT. ANNA dan PT. PARAMITA
PT. ANNA PT. PARAMITA
EBIT
Bunga
3000
0
4.200
0,12 x Rp 10.000 = 1.200
Laba Sebelum Pajak
Pajak (30%)
3000
0
3000
900
EAT 2100 2100
Total Aset
Hutang
Ekuitas
21000
21000
21000
10000
11000
ROA
ROE
BEP
= (2100 /21000) x 100% =
10%
= (2100 /21000) x 100% =
10%
= (3000/21.000) x 100% =
14,3%
=(2100/21000) x100%
=10%
=(2100/11000) x 100% =
19,1%
= (4200/21000) x 100% =
20%
Bagaimana menghitung ROE dana BEP kedua perusahaan tersebut ? kita mulai
menghitungnya dari bawah, mulai dari baris EAT (laba setelah pajak). Kedua
perusahaan memperoleh EAT yang sama, yaitu Rp 2100. Karena tarif pajak penghasilan
yang dibayar sebesar 30%, maka laba sebelum pajak = Rp 2100/0,7 = Rp 3000. PT.
Anna tidak menggunakan hutang, dan karenanya tidak membayar bunga, maka EBIT
(laba sebelum bunga dan pajak) juga sebesar Rp 3000 PT. Paramita membayar bunga
Rp 1.200 (karena mempunyai hutang RP 10.000 dengan bunga 12%), maka EBITnya =
Rp 4.200
PT. Paramita mempunyai hutang Rp 10000, maka ekuitasnya = Rp 21.000 – Rp 10.000
= RP 11.000. Sedangkan PT. Anna karena tidak mempunyai hutang, ekuitasnya = total
asetnya, yaitu Rp 21.000
Perhitungan rasio-rasio keuangan tinggal menggunakan angka-angka yang sudah kita
hitung tadi. Rasio-rasio keuangan tersebut menunjukkan bahwa ROE Paramita > ROE
Anna, seperti yang tadi dijelaskan oleh analisis Du Pont. Mengapa bisa demikian ?
2017 17 Akuntansi Manajemen
Pusat Bahan Ajar dan eLearningVeny, SE.MM http://www.mercubuana.ac.id
Analisis BEP memberikan jawabnya. Karena (1) BEP Paramita > BEP Anna, dan (2)
BEP Paramita > dari suku bunga pinjaman.
2017 18 Akuntansi Manajemen
Pusat Bahan Ajar dan eLearningVeny, SE.MM http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka 1. DASAR MANAJEMEN KEUANGAN - SUAD HUSNAN
2017 19 Akuntansi Manajemen
Pusat Bahan Ajar dan eLearningVeny, SE.MM http://www.mercubuana.ac.id