24

Click here to load reader

Analisa Spektrofotometri

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Analisa Spektrofotometri

Citation preview

Page 1: Analisa Spektrofotometri

BAB I

PENDAHULUAN

A. Judul Percobaan

Analisa Spektrometri

B. Tujuan Percobaan

1. Membuat grafik standar

2. Menentukan konsentrasi larutan berwarna

3. Menentukan panjang gelombang optimum

Page 2: Analisa Spektrofotometri

BAB III

METODE

A. Alat dan Bahan

Alat :

1. Labu ukur 50 ml

2. Tabung reaksi

3. Rak tabung reaksi

4. Pro pipet

5. Pipet ukur

6. Spektrofotometer

7. Kuvet

8. Vortex

Bahan :

1. Larutan CuSO4 0,798 gram

2. Aquades (Larutan Blanko)

3. Larutan cuplikan A

4. Larutan cuplikan B

B. Cara Kerja

1. Pembuatan Larutan CuSO4

CuSO4 diambil sebanyak 0,798 gram lalu dimasukkan ke dalam

labu ukur 50 ml. Kemudian aquades ditambahkan sampai tandai batas dan

konsentrasi yang diperoleh adalah 0,1 N.

2. Pembuatan Larutan Standar

Larutan CuSO4 dibuat dengan konsentrasi 0,02 M ; 0,04 M ; 0,06

M ; 0,08 M ; 0,1 M. Volume yang digunakan dalam masing-masing tabung

reaksi adalah 10 ml. Lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan

divortex. Larutan aquades diambil sebanyak 10 ml dan dimasukkan ke

dalam tabung reaksi. Setelah itu spektofotometer dinyalakan, tunggu

hingga 10 menit. Larutan CuSO4 dimasukkan ke dalam kuvet (kurang lebih

Page 3: Analisa Spektrofotometri

¾ kuvet), lalu larutan CuSO4 dimasukkan ke dalam spektofotometer.

Absorbansi diukur dengan λ = 590 nm. Kemudian hasil dicatat dan kurva

standar dibuat.

3. Menentukan Konsentrasi Larutan Cuplikan

Larutan cuplikan A dan B masing-masing diambil sebanyak 10 ml

dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Lalu sampel diukur

menggunakan spektrofotometer. Absorbansi diukur dan konsentrasi

dihitung menggunakan rumus :

y=a+bx a=∑ y−b∑ x

n

b=n∑ xy−∑ x .∑ y

¿¿

Page 4: Analisa Spektrofotometri

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan

pada pengukuran serapan  sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna

pada panjang gelombamg spesifik dengan menggunakan monokromator prisma

atau kisi difraksi dengan detektor fototube. Spektrofotometer adalah alat untuk

mengukur transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang

gelombang. Sedangkan pengukuran menggunakan spektrofotometer ini, metoda

yang digunakan sering disebut dengan spektrofotometri (Saputra, 2009).

Menurut Saputra (2009), spektrofotometri dapat dianggap sebagai

perluasan suatu pemeriksaan visual dengan studi yang lebih mendalam dari

absorbsi energi. Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada berbagai panjang

gelombangdan dialirkan oleh suatu perkam untuk menghasilkan spektrum tertentu

yang khas untuk komponen yang berbeda Absorbsi sinar oleh larutan mengikuti

hukum Lambert-Beer, yaitu :

Gambar 1. Absorbansi Sinar (Saputra, 2009).

A =     log ( Io / It )         =  a b c

Keterangan  :

Page 5: Analisa Spektrofotometri

Io = Intensitas sinar datang

It = Intensitas sinar yang diteruskan

a = Absorptivitas

b = Panjang sel/kuvet

c = konsentrasi (g/l)

A = Absorbansi

Menurut Laksi (2000), proses penyerapan cahaya oleh zat dalam

sel sampel, dari gambar terlihat bahwa zat sebelum melewati sel sampel lebih

terang atau lebih banyak di banding cahaya setelah melewati sel sampel. Cahaya

yang diserap diukur sebagai absorbansi (A) sedangkan cahaya yang hamburkan

diukur sebagai transmitansi (T). Dinyatakan dengan hukum lambert-beer atau

Hukum Beer, berbunyi: “jumlah radiasi cahaya tampak (ultraviolet, inframerah,

dan sebagainya) yang diserap atau ditransmisikan oleh suatu larutan merupakan

suatu fungsi eksponen dari konsentrasi zat dan tebal larutan”.

Cara kerja spektrofotometer secara singkat yaitu, tempatkan larutan

pembanding misalnya blanko dalam sel pertama sedangkan larutan yang akan

dianalisis pada sel kedua. Kemudian pilih foto sel yang cocok 200 nm – 650 nm

(650 nm – 1100 nm) agar daerah Å yang diperlukan dapat terliputi. Dengan ruang

foto sel dalam keadaan tertutup “nol” galvanometer didapat dengan menggunakan

tombol dark-current. Pilih h yang diinginkan, buka fotosel dan lewatkan berkas

cahaya pada blanko dan”nol” galvanometer di dapat dengan memutar tombol

sensitivitas. Dengan menggunakan tombol transmitansi, kemudian atur besarnya

pada 100%, lewatkan berkas cahaya pada larutan sampel yang akan di analisis

skala absorbansi menunjukkan absorbansi larutan sampel (Laksi, 2000).

Menurut Saputra (2009), fungsi alat spektrofotometer dalam

laboratorium adalah mengukur transmitans atau absorbans suatu contoh yang

dinyatakan dalam fungsi panjang gelombang. Prinsip kerja spektrofotometer yaitu

melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu pada suatu obyek kaca

atau kuarsa yang disebut kuvet. Sebagian dari cahaya tersebut akan diserap dan

Page 6: Analisa Spektrofotometri

sisanya akan dilewatkan. Nilai absorbansi dari cahaya yang dilewatkan akan

sebanding dengan konsentrasi larutan di dalam kuvet. Syarat pelarut dalam

spektrofotometri, yaitu : dapat melarutkan cuplikan, tidak menyerap sinar yang

digunakan, dan tidak bereaksi dengan cuplikan. Berikut skema spektrofotometer :

Gambar 2. Skema Spektrofotometer (Saputra, 2009).

Spektrofotometri terdiri dari beberapa komponen, yaitu sumber

cahaya, pengatur intensitas, monokromator, kuvet, detektor, penguat (amplifier),

dan indikator. Sumber cahaya terbagi menjadi dua, yaitu sumber cahaya untuk

radiasi continue dan untuk daerah IR. Sumber cahaya untuk radiasi continue

terdiri dari lampu wolfram, lampu hydrogen, dan lampu gas senon. Sumber

cahaya untuk daerah IR yang terdiri dari lampu nerst, lampu globar, dan lampu

nkrom. Pengatur intensitas berfungsi untuk mengatur intensitas sinar yang

dihasilkan oleh sumber cahaya agar sinar yang masuk tetap konstan.

Monokromator berfungsi untuk merubah sinar polikromatis menjadi sinar

monokromatis sesuai yang dibutuhkan oleh pengukuran (Saputra, 2009).

Kuvet terdiri dari kuvet kaca untuk pengukuran di daerah sinar

tampak, kuvet kristal untuk daerah IR, dan kuvet kuarsa untuk daerah UV.

Detektor fungsinya untuk merubah sinar menjadi energi listrik yang sebanding

dengan besaran yang dapat diukur. Penguat (amplifier) berfungsi untuk

memperbesar arus yang dihasilkan oleh detektor agar dapat dibaca oleh indikator.

Page 7: Analisa Spektrofotometri

Indikator berupa recorder dan komputer (Saputra, 2009). Menurut Day dan

Underwood (1996), ada beberapa jenis spektrofotometer :

1. Berdasarkan pada daerah spektrum yang akan dieksporasi, terdiri dari :

a. Spektrofotometer sinar tampak (Vis)

I.Sumber cahaya yang digunakan adalah lampu tungsten halogen.

II.Lampu tungsten halogen menghasilkan cahaya tampak dalam daerah

panjang gelombang 350-800 nm.

III.Lampu tersebut terbuat dari tabung kuarsa yang berisi filamen tungsten

dan sejumlah kecil iodine.

IV.Lampu ini mirip dengan lampu yang terdapat dalam perumahan dan

perkantoran.

b. Spektrofotometer sinar tampak (Vis) dan ultraviolet (UV)

I. Sumber cahaya yang digunakan adalah kombinasi antara lampu tungsten

halogen dan lampu deuterium (D2).

II. Lampu deuterium (D2) dapat menghasilkan cahaya dalam daerah 160-

380 nm.

2. Berdasarkan teknik optika sinar, terdiri dari :

a. Spektrofotometer optika sinar tunggal (single beams optic)

I. Semua cahaya melewati seluruh sel sampel.

II. Contoh alat spektrofotometer single beam adalah spektronik 20.

III. Alat ini merupakan desain paling awal tetapi masih banyak digunakan

baik dalam pengajaran maupun laboratorium industri.

Gambar 3. Skema Spektofotometer Single Beam (Saputra, 2009).

Page 8: Analisa Spektrofotometri

b. Spektrofotometer optika sinar ganda (double beams optic)

I. Cahaya terbagi ke dalam dua arah/berkas.

II. Berkas cahaya pertama melewati sel pembanding, dan cahaya yang

lainnya melewati sel sampel.

III. Berkas cahaya kemudian bergabung kembali, masuk ke detektor.

IV. Detektor merespon cahaya netto dari kedua arah

V. Beberapa alat double beam memiliki dua detektor, sampel dan sinar

penghubung diukur pada waktu yang sama.

Gambar 4. Skema Spektofotometer Double Beam (Saputra, 2009).

Gambar 5. Alat Spektrofotometer (Saputra, 2009).

Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui,

larutan standar dibagi menjadi 2, yaitu larutan standar primer dan larutan standar

sekunder. Larutan standar primer larutan yang mengandung zat padat murni yang

konsentrasi larutannya diketahui secara tepat melalui metode gravimetri

(perhitungan massa), dapat digunakan untuk menetapkan konsentrasi larutan lain

yang belum diketahui. Contoh larutan standar primer adalah K2CR2O7, NaCl,

Page 9: Analisa Spektrofotometri

asam oksalat, dan asam benzoat. Larutan standar sekunder adalah larutan yang

konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan tepat karena berasal dari zat yang

tidak murni. Konsentrasi larutan ini ditentukan dengan pembakuan menggunakan

larutan baku primer, biasanya melalui metode titirimetri, contoh larutan standar

sekunder adalah AgNO3 dan KMnO4 (Laksi, 2000).

Pembuatan kurva standar bertujuan untuk mendapatkan hubungan

antara konsentrasi dengan absorban, sehingga konsentrasi larutan sampel dapat

diketahui. Ada dua metode yang digunakan untuk mendapatkan persamaan kurva

standar, yaitu metode grafik dan metode least square. Larutan blanko adalah

larutan tidak berisi analit(Laksi, 2000). Metode titrimetri adalah suatu analisis

dimana zat yang akan dianalisis dibiarkan bereaksi dengan zat lain yang

konsentrasinya diketahui dan dialirkan dari buret dalam bentuk larutan. Metode

gravimetri adalah metode analisis kuntitatif unsur atau senyawa berdasarkan

bobotnya yang diawali dengan pengendapan dan diikuti dengan pemisahan dan

pemanasan endapan dan diakhiri dengan penimbangan (Mulyono, 2006).

Larutan blanko biasanya digunakan untuk tujuan kalibrasi sebagai

larutan pembanding dalam analisis fotometri. Larutan blanko dapat dibagi

menjadi 3 jenis yaitu kalibrasi blanko, reagen blanko, dan metode blanko.

Kalibrasi blanko adalah larutan yang digunakan untuk membuat larutan standar

dan membuat titik nol konsentrasi dari grafik kalibrasi. Reagen blanko adalah

larutan berisi reagen yang digunakan untuk melarutkan sampel, pembacaan

absorbansi untuk larutan ini biasanya dikurangi dari pembacaan sampel. Metode

blanko adalah larutan yang diperlakukan sama dengan sampel, ditambah dengan

reagen yang sama, mengalami kontak dengan alat yang sama dan diperlakukan

dengan prosedur yang sama (Laksi, 2000).

Page 10: Analisa Spektrofotometri

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Percobaan

Tabel 1. Hasil Pengamatan

X (M)Y (Å)

X2 X.Y

0,02 0,014 4x10-4 28x10-5

0,04 0,029 16x10-4 116x10-5

0,06 0,039 36x10-4 234x10-5

0,08 0,053 64x10-4 424x10-5

0,1 0,068 0,01 68x10-4

∑ ¿0,3 ∑ ¿0,203 ∑ ¿0,022 ∑ ¿0,01482

Tabel 2. Larutan Cuplikan

Larutan

CuplikanAbsorbansi

Konsentrasi

Perhitungan Kurva

Cuplikan A 0,024 0,035 0,034

Cuplikan B 0,035 0,052 0,052

B. Pembahasan

Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan

pada pengukuran serapan  sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna

pada panjang gelombamg spesifik dengan menggunakan monokromator prisma

atau kisi difraksi dengan detektor fototube. Spektrofotometer adalah alat untuk

Page 11: Analisa Spektrofotometri

mengukur transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang

gelombang. Sedangkan pengukuran menggunakan spektrofotometer ini, metoda

yang digunakan sering disebut dengan spektrofotometri. Spektrofotometri terdiri

dari beberapa komponen, yaitu sumber cahaya, pengatur intensitas,

monokromator, kuvet, detektor, penguat (amplifier), dan indikator (Saputra,

2009).

Prinsip kerja spektrofotometer yaitu melewatkan cahaya dengan

panjang gelombang tertentu pada suatu obyek kaca atau kuarsa yang disebut

kuvet. Sebagian dari cahaya tersebut akan diserap dan sisanya akan dilewatkan.

Nilai absorbansi dari cahaya yang dilewatkan akan sebanding dengan konsentrasi

larutan di dalam kuvet. Syarat pelarut dalam spektrofotometri, yaitu : dapat

melarutkan cuplikan, tidak menyerap sinar yang digunakan, dan tidak bereaksi

dengan cuplikan (Saputra, 2009).

Cara kerja spektrofotometer secara singkat yaitu, tempatkan larutan

pembanding misalnya blanko dalam sel pertama sedangkan larutan yang akan

dianalisis pada sel kedua. Kemudian pilih foto sel yang cocok 200 nm – 650 nm

(650 nm – 1100 nm) agar daerah Å yang diperlukan dapat terliputi. Dengan ruang

foto sel dalam keadaan tertutup “nol” galvanometer didapat dengan menggunakan

tombol dark-current. Pilih h yang diinginkan, buka fotosel dan lewatkan berkas

cahaya pada blanko dan”nol” galvanometer di dapat dengan memutar tombol

sensitivitas. Dengan menggunakan tombol transmitansi, kemudian atur besarnya

pada 100%, lewatkan berkas cahaya pada larutan sampel yang akan di analisis

skala absorbansi menunjukkan absorbansi larutan sampel (Laksi, 2000).

Panjang gelombang yang digunakan adalah 590 nm. Panjang

gelombang dapat diukur dengan larutan blanko. Dengan cara menembakan sinar

ke larutan blanko, sehingga dapat diketahui panjang gelombangnya, selain itu

dapat diketahui absorbansi dasar yang akan dijadikan patokan untuk

membandingkan dengan larutan lain, oleh karena itu larutan blanko disebut

sebagai larutan pembanding karena dapat mengukur intesitas cahaya,

menghamburkan cahaya, tidak menyerap cahaya serta mengoreksi absorbansi

suatu senyawa (Laksi, 2000).

Page 12: Analisa Spektrofotometri

Larutan blanko biasanya digunakan untuk tujuan kalibrasi sebagai

larutan pembanding dalam analisis fotometri. Larutan blanko dapat dibagi

menjadi 3 jenis yaitu kalibrasi blanko, reagen blanko, dan metode blanko.

Kalibrasi blanko adalah larutan yang digunakan untuk membuat larutan standar

dan membuat titik nol konsentrasi dari grafik kalibrasi. Reagen blanko adalah

larutan berisi reagen yang digunakan untuk melarutkan sampel, pembacaan

absorbansi untuk larutan ini biasanya dikurangi dari pembacaan sampel. Metode

blanko adalah larutan yang diperlakukan sama dengan sampel, ditambah dengan

reagen yang sama, mengalami kontak dengan alat yang sama dan diperlakukan

dengan prosedur yang sama (Laksi, 2000).

Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui,

larutan standar dibagi menjadi 2, yaitu larutan standar primer dan larutan standar

sekunder. Larutan standar primer larutan yang mengandung zat padat murni yang

konsentrasi larutannya diketahui secara tepat melalui metode gravimetri

(perhitungan massa), dapat digunakan untuk menetapkan konsentrasi larutan lain

yang belum diketahui. Contoh larutan standar primer adalah K2CR2O7, NaCl,

asam oksalat, dan asam benzoat. Larutan standar sekunder adalah larutan yang

konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan tepat karena berasal dari zat yang

tidak murni. Konsentrasi larutan ini ditentukan dengan pembakuan menggunakan

larutan baku primer, biasanya melalui metode titirimetri, contoh larutan standar

sekunder adalah AgNO3 dan KMnO4 (Laksi, 2000).

Larutan contoh / cuplikan / analat adalah larutan zat yang ditentukan

kadarnya / konsentrasinya. Metode titrimetri adalah suatu analisis dimana zat yang

akan dianalisis dibiarkan bereaksi dengan zat lain yang konsentrasinya diketahui

dan dialirkan dari buret dalam bentuk larutan. Metode gravimetri adalah metode

analisis kuntitatif unsur atau senyawa berdasarkan bobotnya yang diawali dengan

pengendapan dan diikuti dengan pemisahan dan pemanasan endapan dan diakhiri

dengan penimbangan (Mulyono, 2006).

Hasil absorbansi untuk larutan blanko adalah 0 Å, larutan CuSO4

dengan konsentrasi 0,02 M memiliki nilai absorbansi sebesar 0,014 Å. Larutan

CuSO4 dengan konsentrasi 0,04 M memiliki nilai absorbansi sebesar 0,029 Å.

Page 13: Analisa Spektrofotometri

Larutan CuSO4 dengan konsentrasi 0,06 M memiliki nilai absorbansi sebesar

0,039 Å. Larutan CuSO4 dengan konsentrasi 0,08 M memiliki nilai absorbansi

sebesar 0,053 Å. Larutan CuSO4 dengan konsentrasi 0,1 M memiliki nilai

absorbansi sebesar 0,068 Å.

Larutan cuplikan A dengan absorbansi 0,024 Å. Larutan cuplikan B

dengan absorbansi 0,035 Å. Dari hasil percobaan dapat dilihat bahwa grafik

berupa liner. Semakin besar nilai absorbansinya maka semakin besar pula

konsentrasinya, hal ini sesuai dengan hukum lambert beer yaitu “absorbansi

berbanding lurus dengan konsentrasi, jika konsentrasi tinggi maka absorbansi juga

semakin tinggi” (Laksi, 2000).

Pada perhitungan konsentrasi cuplikan A yang dihitung menggunakan

rumus memiliki nilai yang berbeda dengan nilai konsentrasi pada kurva. Pada

perhitungan menggunakan rumus konsentrasinya 0,035 M, sedangkan pada kurva

konsentrasinya menjadi 0,034 M. Perbedaan konsentrasi antara perhitungan

dengan kurva dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Menurut Khopkar (1990),

faktor – faktor yang sering menyebabkan kesalahan dalam menggunakan

spektrofotometer dalam mengukur konsentrasi suatu analit adalah :

1. Adanya serapan oleh pelarut. Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan

blanko, yaitu larutan berisi selain komponen yang dianalisis termasuk zat

pembentuk warna.

2. Serapan oleh kuvet. Kuvet yang ada biasanya dari bahan gelas atau kuarsa

tapi kuvet dari kuarsa memiliki kualitas lebih baik.

3. Kesalahan fotometrik normal pada pengukuran dengan absorbansi sangat

rendah atau sangat tinggi. Hal ini dapat diatur dengan pengaturan

konsentrasi, sesuai dengan kisaran sensitivitas dari alat yang digunakan

(melalui pengenceran atau pemekatan).

Page 14: Analisa Spektrofotometri

BAB V

KESIMPULAN

Pada percobaan analisa spektrofotometri dapat disimpulkan beberapa hal yaitu

sebagai berikut :

1. Panjang gelombang yang digunakan dalam percobaan adalah 590 nm. Cara

menentukan panjang gelombang adalah menembakannya ke larutan

blanko.

2. Hasil absorbansi dari larutan CuSO4 dibuat dengan konsentrasi 0,02 M ;

0,04 M ; 0,06 M ; 0,08 M ; dan 0,1 M berturut-turut adalah 0,014 Å, 0,029

Å, 0,039 Å, 0,053 Å, 0,068 Å.

3. Larutan cuplikan A dengan absorbansi 0,024 Å dan konsentrasi perhitungan

0,035 M. Larutan cuplikan B dengan absorbansi 0,035 Å dan konsentrasi

perhitungan 0,052 M. Konsentrasi larutan cuplikan A pada kurva adalah

0,034 M sedangkan konsentrasi larutan cuplikan B pada kurva adalah 0,052

M.

4. Konsentrasi larutan CuSO4 berbanding lurus dengan absorbansi larutan

karena semakin besar nilai absorbansinya, semakin besar konsentrasinya.

5. Grafik standar dapat dibuat dengan cara absorbansi dan konsentrasi dari

larutan sudah diketahui

Page 15: Analisa Spektrofotometri

DAFTAR PUSTAKA

Day, R.A., dan Underwood, A.L. 1996. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga.

Jakarta.

Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia.

Jakarta.

Laksi, M. 2000. Kimia Analitik Dasar. Grafindo Media Utama. Bandung.

Mulyono. 2006. Membuat Reagen Kimia. BumiAksara. Jakarta.

Saputra, E.Y. 2009. Spektrofotometer.

http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/kimia_analisis/spektrofotometri/.

Diakses pada tanggal 9 Mei 2013.

Page 16: Analisa Spektrofotometri

LAMPIRAN

1. Larutan CuSO4 0,02 M

V1.N1 = V2.N2

V1. 0,1 = 10.0,02

V1 = 2 ml ditambah aquades 8 ml

2. Larutan CuSO4 0,04 M

V1.N1 = V2.N2

V1. 0,1 = 10.0,04

V1 = 4 ml ditambah aquades 6 ml

3. Larutan CuSO4 0,06 M

V1.N1 = V2.N2

V1. 0,1 = 10.0,06

V1 = 6 ml ditambah aquades 4 ml

4. Larutan CuSO4 0,08 M

V1.N1 = V2.N2

V1. 0,1 = 10.0,08

V1 = 8 ml ditambah aquades 2 ml

5. Larutan CuSO4 0,1 M

V1.N1 = V2.N2

V1. 0,1 = 10.0,1

V1 = 10 ml ditambah aquades 0 ml

Perhitungan a dan b

a. Cuplikan b

b=n Σ xy−Σ x Σ y

n(Σ x2)−( Σ x )2

b=5 (0,01482 )−(0,3)(0,203)

(5 (0,022 ))−(0,3)2

b=0,0741−0,06090,11−0,09

Page 17: Analisa Spektrofotometri

b=0,01320,02

b=0,66

b. Cuplikan a

a=Σ y−b Σ xn

a=0,203−0,66 (0,3)

5

a=0,203−0,1985

a=0,0055

a=0,001

Perhitungan absorbansi a dan b

1. Larutan cuplikan a

Ya = a + b x

0,024 = 0,001 + 0,66 x

0,023 = 0,66 x

X = 0,023/0,66

X = 0,035 M

2. Larutan cuplikan b

Yb = a + b x

0,035 = 0,001 + 0,66 x

0,034 = 0,66 x

X = 0,034/0,66

X = 0,052 M