64
ANALISA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DALAM PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DI WILAYAH KECAMATAN PASEH KABUPATEN BANDUNG SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat penyelesaian Program Sarjana (S1) pada Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Al-Ghifari Oleh: MEGA SELVIANA D1A140896 UNIVERSITAS AL-GHIFARI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN FARMASI BANDUNG 2018

ANALISA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DALAM …

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DALAM …

ANALISA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DALAM

PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DI WILAYAH KECAMATAN PASEH

KABUPATEN BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat penyelesaian Program Sarjana (S1) pada Jurusan Farmasi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Al-Ghifari

Oleh:

MEGA SELVIANA

D1A140896

UNIVERSITAS AL-GHIFARI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN FARMASI

BANDUNG

2018

Page 2: ANALISA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DALAM …

LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : ANALISA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT

DALAM PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DI WILAYAH

KECAMATAN PASEH KABUPATEN BANDUNG

PENYUSUN : MEGA SELVIANA

NIM : D1A140896

Setelah membaca skripsi ini dengan seksama, menurut pertimbangan kami telah memenuhi

persyaratan ilmiah sebagai suatu skripsi

Bandung, Oktober 2018

Menyetujui,

Pembimbing I, Pembimbing II,

Sri Setiatjahjati, S.Si.,M.M,Kes.,Apt Thito Dwi Evrianto, S.Si., M.M.Kes., Apt

Page 3: ANALISA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DALAM …

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT atas segala rahmat,

karunia dan nikmat yang diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

telah memberikan bantuan, baik moril maupun materil dari awal sampai akhir

penyelesaian skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih

dan memohon doa kepada Allah SWT agar diberikan balasan pahala yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. H. Didin Muhafidin, M.Si selaku Rektor Universitas Al-Ghifari

2. Bapak Ardian Baitariza, M.Si.,Apt selaku Dekan Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Al-Ghifari.

3. Ibu Ginayanti Hadisoebroto, M.Si.,Apt selaku Ketua Jurusan Farmasi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Al-Ghifari

4. Ibu Sri Maryam, S.Si., Apt selaku dosen wali

5. Ibu Sri Setiatjahjati, S.Si.,M.M,Kes.,Apt selaku Dosen Pembimbing I yang

sekaligus sebagai penasihat akademis yang dengan sabar telah memberikan

bimbingan, nasihat, petunjuk dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

6. Bapak Thito Dwi Evrianto, S.Si., M.M.Kes., Apt selaku Dosen Pembimbing

II yang telah memberikan waktu dan kesempatan selama proses bimbingan,

arahan, nasihat dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen di lingkungan Fakultas Farmasi Universitas Al-Ghifari,

khususnya Dosen Jurusan Farmasi yang telah memberikan pengajaran dan

Page 4: ANALISA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DALAM …

pemahaman yang tulus sehingga menambah wawasan dan pengetahuan

penulis.

8. Seluruh staf dan petugas laboratorium Farmasi.

9. Pemilik sarana kesehatan dan seluruh responden yang terlibat dalam

penyusunan skripsi ini.

10. Kedua orang tua dan keluarga tercinta, yang telah memberikan kasih sayang

yang tulus, motivasi, nasihat, doa dan dukungan baik moril maupun materil.

11. Teman dan sahabat fakultas farmasi angkatan 2014-2018 yang mempunyai

solidaritas tinggi, yang telah memberikan banyak dukungan dan semangat.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk

itu kritik dan saran dari semua pihak demi perbaikan skripsi ini sangat diharapkan.

Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca, sekian dan terima

kasih.

Bandung, Oktober 2018

Penulis

Page 5: ANALISA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DALAM …

i

ABSTRAK

Pengetahuan dan sikap dalam penggunaan antibiotik yang benar merupakan peran

penting dalam keberhasilan proses pengobatan. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui pengetahuan masyarakat tentang penggunaan antibiotik di Kecamatan

Paseh. Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional yang menggunakan

alat ukur kuesioner. Sampel yang digunakan adalah pengunjung apotek di

Kecamatan Paseh dan masyarakat umum yang bukan tenaga kesehatan dan

memiliki kriteria inklusi usia 17–65 tahun, bersedia menjadi responden, dapat

membaca dan menulis. Data yang diperoleh dari kuesioner dianalisis secara

deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel yang berisi jumlah dan persentase.

Hasil penelitian menunjukkan, dari 90 responden didapatkan hasil sebanyak

(52,2%) responden pernah membeli antibiotik tanpa resep dokter. Rata-rata

masyarakat memiliki tingkat pengetahuan rendah meliputi: tentang pengetahuan

umum antibiotik (57,12%), cara memperoleh antibiotik (52,2%), cara penggunaan

antibiotik (44,05%), kontraindikasi antibiotik (44,4%), dan cara pembuangan

antibiotik yang sudah kadaluarsa (60%). Responden yang memiliki tingkat

pengetahuan baik tentang tindakan jika terjadi efek samping antibiotik sebanyak

(78,9%). Dari 90 responden masyarakat di Kecamatan Paseh sebanyak 60 (67,3%)

responden memiliki pengetahuan rendah terhadap antibiotik, dan dengan tingkat

pengetahuan sedang sebanyak 30 (33,3%) responden. Dari hasil uji chi square

didapatkan hasil bahwa tidak terdapat pengaruh bermakna antara usia dengan

tingkat pengetahuan tentang antibiotik. Sedangkan untuk jenis kelamin, pekerjaan

dan tingkat pendidikan, terdapat pengaruh terhadap tingkat pengetahuan

responden tentang antibiotik

Kata kunci: Antibiotik, Tingkat pengetahuan, Kecamatan Paseh.

Page 6: ANALISA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DALAM …

ii

ABSTRACT

Knowledge and actions in use that are truly an important part of the treatment

process. This study aims to find out how to use antibiotics in the District of Paseh.

This study is a type of observational research that uses questionnaire

measurement tools. The samples used were visitors in Paseh Subdistrict and those

who were not able and inclusive in 17-65 years, willing to become respondents,

able to read and write. Data containing the questionnaire and presented in the

form of tables containing the number and percentage. The results showed that out

of 90 respondents obtained the results (52.2%) of respondents who had bought

antibiotics without a doctor's prescription. The average community has a broad

level of knowledge including: about general knowledge of antibiotics (57.12%),

how to buy antibiotics (52.2%), how to use antibiotics (44.05%),

contraindications to antibiotics (44.4%) and how to dispose of antibiotics that

have expired (60%). Respondents who have a level of knowledge about the action

if used side effects as much as (78.9%). Of the 90 respondents in Paseh

Subdistrict, 60 (67.3%) respondents had low knowledge, and with a moderate

level of 30 (33.3%) respondents. From the results of the chi square test, there are

no results that influence the level of knowledge about antibiotics. As for gender,

occupation and level of education that measures the level of knowledge about

antibiotics

Keywords: Antibiotic, understanding level, Distric Paseh.

Page 7: ANALISA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DALAM …

iii

DAFTAR ISI

ABSTRAK .............................................................................................................. i

ABSTRACT ............................................................................................................ ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ vi

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... vii

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2

1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 2

1.4 Manfaat penelitian ......................................................................................... 3

1.5 Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................................... 3

BAB II .................................................................................................................... 4

TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 4

2.1 Pengetahuan ................................................................................................. 4

2.1.1 Definisi Pengetahuan ............................................................................. 4

2.1.2 Pengukuran Pengetahuan ...................................................................... 4

2.1.3 Tingkat Pengetahuan .............................................................................. 4

2.1.4 Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan ............................... 6

2.2 Antibiotik ...................................................................................................... 7

2.2.1 Definisi Antibiotik ................................................................................. 7

2.2.2 Golongan Antibiotik ............................................................................. 8

Page 8: ANALISA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DALAM …

iv

2.2.3 Prinsip penggunaan antibiotik .............................................................. 12

2.2.4 Mekanisme Kerja Antibiotik ................................................................ 14

2.2.5 Efek Samping Antibiotik..................................................................... 15

2.2.6 Resistensi Antibiotik ............................................................................ 15

2.3 Kecamatan Paseh ........................................................................................ 17

2.3.1 Profil Kecamatan Paseh ....................................................................... 17

2.3.2 Kondisi Geografis ................................................................................ 18

2.3.3 Kondisi Demografi ............................................................................... 19

2.3.4 Kondisi Ekonomi ................................................................................. 20

BAB III ................................................................................................................. 21

METODOLOGI PENELITIAN ........................................................................ 21

3.1 Alat dan Bahan Penelitian ........................................................................... 21

3.1.1 Alat (Instrumen) ................................................................................... 21

3.1.2 Bahan ................................................................................................... 21

3.2 Populasi dan Sampel ................................................................................... 21

3.2.1 Populasi ................................................................................................ 21

3.2.2 Sampel .................................................................................................. 22

3.3 Cara Pengambilan Sampel .......................................................................... 22

3.4 Jalannya Penelitian ...................................................................................... 22

3.4.1 Tahap Persiapan ................................................................................... 22

3.4.2 Tahap Penelusuran Data ....................................................................... 23

Page 9: ANALISA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DALAM …

v

3.4.3 Tahap Pengolahan Data........................................................................ 23

3.4.4 Analisis Data ........................................................................................ 23

BAB IV ................................................................................................................. 24

HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................... 24

4.1 Karakteristik Responden ............................................................................. 24

4.2 Asal Informasi Tentang Antibiotik ............................................................. 26

4.3 Tingkat Pengetahuan Umum Antibiotik ..................................................... 27

4.4 Tingkat Pengetahuan Tentang Antibiotik ................................................... 29

4.5 Penanggulangan Efek Samping .................................................................. 31

4.6 Tingkat Pengetahuan Responden ................................................................ 31

4.7 Hubungan Antara Demografi Dengan Tingkat Pengetahuan Tentang

Antibiotik .......................................................................................................... 32

BAB V ................................................................................................................... 36

SIMPULAN DAN SARAN ................................................................................. 36

5.1 Simpulan ..................................................................................................... 36

5.2 Saran ............................................................................................................ 36

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 37

LAMPIRAN

Page 10: ANALISA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DALAM …

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 : Karakteristik Responden ....................................................................... 24

Tabel 4.2: Responden berdasarkan Asal Informasi Tentang Antibiotik ................. 26

Tabel 4.3 : Tingkat Pengetahuan Umum Antibiotik ............................................... 27

Tabel 4.4 : Alasan Responden Membeli Antibiotik Tanpa Resep dokter ............... 28

Tabel 4.5 : Tingkat Pengetahuan Tentang Antibiotik ............................................. 29

Tabel 4.6 : Cara Penanggulangan Jika Terjadi Efek Samping ................................ 31

Tabel 4.7 : Profil Tingkat Pengetahuan Responden ................................................ 32

Tabel 4.8 : Hubungan Karakteristik Responden Dengan Tingkat Pengetahuan ..... 33

Page 11: ANALISA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DALAM …

vii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I : Surat Izin Penelitian

LAMPIRAN II : Kuesioner

LAMPIRAN III : Rekap Data

Page 12: ANALISA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DALAM …

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Antibiotik merupakan obat yang sering diresepkan untuk pasien namun sering

terjadi penggunaan yang tidak tepat dan berakibat terjadinya resistensi terhadap

kuman. Hal ini terjadi karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang

penggunaan antibiotik yang tepat (Baltazar et al., 2009).

Saat ini, pengetahuan masyarakat tentang resistensi antibiotik sangat rendah.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh WHO dari 12 negara termasuk Indonesia,

sebanyak 53-62% berhenti meminum antibiotik ketika merasa sudah sembuh.

Resistensi antibiotik saat ini menjadi ancaman terbesar bagi kesehatan masyarakat

global, sehingga WHO mengkoordinasi kampanye global untuk meningkatkan

kesadaran dan perilaku masyarakat terhadap antibiotik (World Health

Organization, 2015). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya di

Yordania diambil dari sampel acak 1.141 orang dewasa bahwa 67,1% percaya

bahwa antibiotik dapat mengobati batuk dan pilek. Sebesar 28,1% antibiotik

disalahgunakan sebagai analgesik. Sebanyak 11,9% dari wanita menunjukkan

pengetahuan bahwa penggunaan antibiotik selama kehamilan dan menyusui aman

dikonsumsi dan 55,6% menggunakannya sebagai profilaksis terhadap infeksi. Ada

beberapa faktor yang mempengaruhi ketepatan penggunaan antibiotik pada

masyarakat. Salah satu faktor yang penting adalah tingkat pengetahuan masyarakat

mengenai antibiotik itu sendiri. Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat

pengetahuan tersebut, yaitu tingkat pendidikan masyarakat, penjelasan oleh dokter

Page 13: ANALISA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DALAM …

2

dan apoteker, serta anggapan-anggapan lain yang menimbulkan adanya kesalahan

saat mengkonsumsi antibiotik.

Penggunaan antibiotik yang sesuai dengan aturan dan kondisi penderita akan

mendukung upaya penggunaan obat yang rasional. Kerasionalan penggunaan obat

menurut WHO (2012), adalah ketepatan indikasi, kesesuaian dosis,

mempertimbangkan kontraindikasi, memperhatikan kemungkinan tidak ada efek

samping obat, memperhitungkan interaksi dengan obat lain dan makanan,

polifarmasi yang tidak diperlukan, harga obat yang terjangkau, cara pemberian dan

interval yang tepat, lama pemberian obat yang tepat, kepatuhan pasien terhadap

pengobatan, dan penggunaan obat yang terbukti efektif dengan mutu terjamin dan

aman.

Berdasarkan latar belakang diatas, mengindikasikan bahwa tingkat

pengetahuan masyarakat tentang penggunaan antibiotik masih tergolong rendah

dan menimbulkan tingkat penggunaan obat irasional yang tinggi. Hal ini

mendorong penulis untuk melakukan penelitian untuk mengetahui tingkat

pengetahuan masyarakat dalam penggunaan antibiotik di Kecamatan Paseh.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana tingkat pengetahuan masyarakat Kecamatan Paseh terhadap

penggunaan antibiotik secara tepat ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan

masyarakat Kecamatan Paseh dalam penggunaan antibiotik berdasarkan tingkat

pengetahuan, faktor usia, faktor pendidikan dan faktor ekonomi.

Page 14: ANALISA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DALAM …

3

1.4 Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada tim medis

dan media sebagai evaluasi pemberian informasi tentang penggunaan obat

terutama antibiotik, sehingga diharapkan akan ada perbaikan pengetahuan

masyarakat tentang antibiotik sehingga tercapai penggunaan antibiotik yang

rasional.

1.5 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan bulan Juli 2018 di

apotek di wilayah Kecamatan Paseh Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Page 15: ANALISA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DALAM …

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

2.1.1 Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil penginderaan manusia, atau hasil “tahu”

seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya yang meliputi

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Penginderaan yang

menghasilkan pengetahuan sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan

persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui

indera penglihatan (mata) dan indera pendengaran (telinga) (Notoatmodjo, 2010).

2.1.2 Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari responden atau subjek

penelitian. Kedalaman pengetahuan yang ingin diukur atau diketahui dapat

disesuaikan dengan tingkatan pengetahuan (Notoatmodjo, 2007)

2.1.3 Tingkat Pengetahuan

Notoatmodjo (2010) membagi pengetahuan kedalam enam tingkatan, yaitu:

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai kegiatan mengingat kembali (recall) memori yang

telah ada sebelumnya yang didapat setelah mengamati sesuatu yang

spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari. Oleh sebab itu, tahu ini

merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

Page 16: ANALISA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DALAM …

5

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpresentasikan

materi tersebut secara benar. Orang yang telah memahami suatu objek atau

materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, memberi alasan dan

sebagainya tentang materi tersebut.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau

memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen

yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi

bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis

adalah apabila orang tersebut telah mampu membedakan atau

memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram (bagan) mengenai

pengetahuan atas objek tersebut.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau

merangkaikan secara logis dari komponen-komponen pengetahuan yang

dimilikinya. Sintesis juga dapat dikatakan sebagai suatu kemampuan untuk

menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.

Page 17: ANALISA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DALAM …

6

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan seseorang umtuk melakukan

justifikasi atau memberikan penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau

norma-norma yang berlaku di masyarakat.

2.1.4 Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi

oleh beberapa faktor, yaitu:

A. Pengalaman

Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain.

B. Tingkat Pendidikan

Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang. Secara

umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai

pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat

pendidikannya lebih rendah.

C. Keyakinan

Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun dan tanpa adanya

pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan adalah suatu sikap yang

ditunjukkan oleh manusia saat ia merasa cukup tahu dan menyimpulkan

bahwa dirinya telah mencapai kebenaran. Karena keyakinan merupakan

suatu sikap, maka keyakinan seseorang tidak selalu benar.

Page 18: ANALISA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DALAM …

7

D. Fasilitas

Fasilitas-fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi

pengetahuan seseorang, misalnya radio, televisi, majalah, koran, dan buku-

buku.

E. Penghasilan

Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan seseorang.

Namun bila seseorang berpenghasilan cukup besar maka dia akan mampu

untuk menyediakan atau membeli fasilitas-fasilitas sumber informasi.

F. Sosial budaya

Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi

pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.

2.2 Antibiotik

2.2.1 Definisi Antibiotik

Antibiotik berasal dari kata “anti dan bios” yang berarti hidup atau

kehidupan. Antibiotik merupakan suatu zat yang dapat membunuh atau

melemahkan suatu mikroorganisme, seperti bakteri, parasit, atau jamur (Utami,

2012).

Antibiotik adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri, yang

memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman, sedangkan

toksisitasnya bagi manusia relatif kecil. Turunan zat-zat ini yang dibuat secara

semi sintesis, juga termasuk kelompok ini, begitu pula semua senyawa sintesis

dengan khasiat antibakteri (Tan dan Kirana, 2013).

Page 19: ANALISA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DALAM …

8

Antibiotik yang pertama kali ditemukan oleh Paul Whlrich pada tahun 1910,

sampai saat ini masih menjadi obat yang sering digunakan pada kasus-kasus

penyakit infeksi. Pemakaiannya mengalami peningkatan yang luar biasa, hal ini

tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga menjadi masalah di negara maju

seperti Amerika Serikat (Utami, 2012).

Obat-obat antibiotik ditujukan untuk mengobati penyakit-penyakit infeksi.

Pemberian antibiotik pada kondisi yang bukan disebabkan oleh bakteri banyak

ditemukan dari praktek sehari-hari, baik di puskesmas, rumah sakit, maupun

praktek swasta. Ketidaktepatan pemilihan antibiotik hingga indikasi dosis, cara

pemberian, frekuensi dan lama pemberian menjadi penyebab tidak kuatnya

pengaruh infeksi dengan antibiotik (Depkes RI, 2011).

2.2.2 Golongan Antibiotik

Ada beberapa golongan-golongan besar antibiotik, yaitu:

a) Penisilin

Penisilin diklasifikasikan sebagai obat β-laktam karena cincin laktam

mereka yang unik. Mereka memiliki ciri-ciri kimiawi, mekanisme kerja,

farmakologi, efek klinis, dan karakteristik imunologi yang mirip dengan

sefalosporin, monobactam, carbapenem, dan β-laktamase inhibitor, yang

juga merupakan senyawa β-laktam. Penisilin dapat terbagi menjadi

beberapa golongan antara lain :

1. Penisilin G mempunyai aktifitas terbesar terhadap organisme gram

positif, kokus gram negatif, bakteri anaerob yang tidak

memproduksi β-laktamase, dan mempunyai sedikit aktifitas

Page 20: ANALISA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DALAM …

9

terhadap gram negatif batang. Kelompok ini rentan terhadap

hidrolisis oleh β-laktamase.

2. Penisilin anti stafilokokus (misalnya, nafcilin) ini resisten terhadap

β-laktamase dari stafilokokus dan aktif terhadap stafilokokus dan

streptokokus, tetapi tidak aktif terhadap enterokokus, bakteri

anaerob, gram negatif batang dan kokus.

3. Penisilin dengan perluasan spektrum (ampisilin, penisilin

antipseudomonas) mempunyai spektrum antibakteri penisilin dan

memiliki aktifitas yang tinggi terhadap organisme gram negatif,

tetapi kelompok ini sering rentan terhadap β-laktamase.

b) Sefalosporin

Sefalosporin serupa dengan penisilin, tetapi lebih stabil terhadap banyak

bakteri β-laktamase sehingga mempunyai spektrum aktifitas yang lebih

luas. Sefalosporin tidak aktif terhadap Enterokokus dan Listeria

monocytogenes. Sefalosporin diklasifikasikan ke dalam empat generasi

yaitu:

1. Generasi pertama sangat aktif terhadap organisme gram positif,

termasuk pneumokokus, stafilokokus, dan streptokokus. Kelompok

ini efektif melawan infeksi yang ditularkan melalui kulit pada

pasien-pasien operasi. Misalnya sefazolin, sefadroksil, sefaleksin,

dan sefalotin (Katzung et al, 2012).

2. Generasi kedua memiliki paparan gram negatif yang lebih luas

termasuk sefaklor, sefamandol, sefoksitin, sefotetan. Kelompok ini

Page 21: ANALISA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DALAM …

10

merupakan golongan heterogeneous yang mempunyai perbedaan-

perbedaan individual dalam aktifitas, farmakokinetika, dan

toksisitas (Katzung, et al., 2012).

3. Generasi ketiga adalah sangat aktif terhadap gram negatif dan obat-

obat ini mampu melintasi blood-brain barrier. Generasi ini aktif

terhadap citrobacter, serratia marcescens, dan providencia.

Misalnya, sefoperazon, sefotaksim, seftazidim, seftizoksim, dan

seftriakson (Katzung, et al., 2012).

4. Generasi keempat adalah cefepime. Obat ini lebih kebal terhadap

hidrolisis oleh β-laktamase kromosomal dan mempunyai aktivitas

yang baik terhadap P-aeruginosa, Enterobacteriaceae, S-aureus,

dan S-pneumonia. Obat ini sangat aktif terhadap haemophilus dan

Neisseria (Katzung, et al., 2012).

c) Aminoglikosida

Obat yang termasuk golongan aminoglikosida, antara lain: streptomisin,

neomisin, kanamisin, tobramisin, sisomisin, netilmisin, dan lain – lain.

Golongan aminoglikosida pada umumnya digunakan untuk mengobati

infeksi akibat bakteri gram negatif enterik, terutama pada bakteremia dan

sepsis, dalam kombinasi dengan vankomisin atau penisilin untuk

mengobati endokarditis, dan pengobatan tuberkulosis (Katzung, et al.,

2007).

Page 22: ANALISA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DALAM …

11

d) Sulfonamida dan Trimetoprim

Sulfonamida dan trimetoprim merupakan obat yang mekanisme kerjanya

menghambat sintesis asam folat bakteri yang akhirnya berujung kepada

tidak terbentuknya basa purin dan DNA pada bakteri. Kombinasi dari

trimetoprim dan sulfametoxazol merupakan pengobatan yang sangat

efektif terhadap pneumonia akibat P.jiroveci, sigellosis, infeksi salmonela

sistemik, infeksi saluran kemih, prostatitis, dan beberapa infeksi

mikobakterium non tuberkulosis (Katzung, et al., 2007).

e) Kloramfenikol

Kloramfenikol merupakan inhibitor yang poten terhadap sintesis protein

mikroba. Kloramfenikol bersifat bakteriostatik dan memiliki spektrum luas

dan aktif terhadap masing-masing bakteri gram positif dan negatif baik

yang aerob maupun anaerob (Katzung, et al., 2007).

f) Tetrasiklin

Golongan tetrasiklin merupakan obat pilihan utama untuk mengobati

infeksi dari M.pneumonia, klamidia, riketsia, dan beberapa infeksi dari

spirokaeta. Tetrasiklin juga digunakan untuk mengobati ulkus peptikum

yang disebabkan oleh H.pylori. Tetrasiklin menembus plasenta dan juga

diekskresi melalui ASI dan dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan

tulang dan gigi pada anak akibat ikatan tetrasiklin dengan kalsium.

Tetrasiklin diekskresi melalui urin dan cairan empedu (Katzung, et al.,

2007).

Page 23: ANALISA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DALAM …

12

g) Fluorokuinolon

Golongan fluorokuinolon termasuk di dalamnya asam nalidixat,

siprofloxasin, norfloxasin, ofloxasin, levofloxasin, dan lain–lain.

Golongan fluorokuinolon aktif terhadap bakteri gram negatif. Golongan

fluorokuinolon efektif mengobati infeksi saluran kemih yang disebabkan

oleh pseudomonas. Golongan ini juga aktif mengobati diare yang

disebabkan oleh shigella, salmonella, E.coli, dan Campilobacter (Katzung,

et al., 2007).

h) Makrolida

Eritromisin merupakan bentuk prototipe dari obat golongan makrolida

yang disintesis dari S.erythreus. Eritromisin efektif terhadap bakteri gram

positif terutama pneumokokus, streptokokus, stafilokokus, dan

korinebakterium. Aktifitas anti-bakterial eritromisin bersifat bakterisidal

dan meningkat pada pH basa (Katzung, et al., 2007).

2.2.3 Prinsip penggunaan antibiotika

Menurut Menkes RI (2011), tentang pedoman umum penggunaan antibiotik,

ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan pada penggunaan antibiotik,

diantaranya yaitu:

1) Resistensi mikroorganisme terhadap antibiotika

Resistensi adalah kemampuan bakteri untuk menetralisir dan melemahkan

daya kerja antibiotik. Hal ini dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu:

1. Merusak antibiotik dengan enzim yang diproduksi

2. Mengubah reseptor titik tangkap antibiotik

Page 24: ANALISA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DALAM …

13

3. Mengubah fisika kimia target sasaran antibiotik pada sel bakteri

4. Antibiotik tidak dapat menembus dinding sel, akibat perubahan

sifat dinding sel bakteri

5. Antibiotik masuk ke dalam sel bakteri, namun segera dikeluarkan

dari dalam sel melalui mekanisme transport aktif ke luar sel.

Penyebab utama resistensi antibiotik adalah penggunaannya yang

meluas dan irasional.

2) Faktor farmakokinetik dan farmakodinamik

Pemahaman mengenai sifat farmakokinetik dan farmakodinamik antibiotik

sangat diperlukan untuk menetapkan jenis dan dosis antibiotik secara

tepat, agar dapat menunjukkan aktivitasnya sebagai bakterisida ataupun

bakteriostatik.

3) Faktor interaksi dan efek samping obat

Pemberian antibiotik secara bersamaan dengan antibiotik lain, obat lain

atau makanan dapat menimbulkan efek yang tidak diharapkan. Berbagai

macam efek dari interaksi dapat terjadi mulai dari yang ringan seperti

penurunan absorpsi obat atau penundaan absorpsi sampai meningkatkan

efek toksik obat lainnya.

4) Faktor biaya

Antibiotik yang tersedia di Indonesia bisa dalam bentuk obat generik, obat

merk dagang atau obat paten. Harga antibiotik pun sangat beragam, harga

antibiotik merk dagang atau paten bisa lebih mahal dibanding generiknya,

begitu pula untuk obat antibiotik sediaan parenteral yang harganya bisa

Page 25: ANALISA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DALAM …

14

1000 kali lebih mahal dibandingkan dengan sediaan oral. Setepat apapun

antibiotik yang diresepkan apabila jauh dari tingkat kemampuan pasien,

tentu tidak akan bermanfaat dan dapat mengakibatkan terjadinya

kegagalan terapi.

2.2.4 Mekanisme Kerja Antibiotik

Antibiotik memiliki cara kerja yang berbeda-beda dalam membunuh atau

menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Klasifikasi berbagai antibiotik dibuat

berdasarkan mekanisme kerja tersebut, yaitu :

1. Antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel bakteri. Contohnya

adalah penicillin, cephalosporin, carbapenem, monobactam dan

vancomycin

2. Antibiotik yang bekerja dengan merusak membran sel mikroorganisme.

Antibiotik golongan ini merusak permeabilitas membran sel sehingga

terjadi kebocoran bahan-bahan dari intrasel. Contohnya adalah polymyxin.

3. Antibiotik yang menghambat sintesis protein mikroorganisme dengan

mempengaruhi subunit ribosom 30S dan 50S. Antibiotik ini menyebabkan

terjadinya hambatan dalam sintesis protein secara reversible. Contohnya

adalah chloramphenicol yang bersifat bakterisidal terhadap

mikroorganisme lainnya, serta macrolide, tetracycline dan clindamycine

yang bersifat bakteriostatik.

4. Antibiotik yang mengikat subunit ribosom 30S. Antibiotik ini

menghambat sintesis protein dan mengakibatkan kematian sel. Contohnya

adalah aminoglycoside yang bersifat bakterisidal.

Page 26: ANALISA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DALAM …

15

5. Antibiotik yang menghambat sintesis asam nukleat sel mikroba.

Contohnya adalah rifampicin yang menghambat sintesis RNA polymerase

dan kuinolon yang menghambat topoisomerase. Keduanya bersifat

bakterisidal.

6. Antibiotik yang menghambat enzim yang berperan dalam metabolisme

folat. Contohnya adalah trimethoprime dan sulfonamide. Keduanya

bersifat bakteriostatik (Amin, 2014).

2.2.5 Efek Samping Antibiotik

Menurut Setiabudy, dkk., (2009) efek samping antibiotik dapat terjadi

sebagai berikut :

1. Reaksi alergi, dapat ditimbulkan oleh semua antibiotik dengan melibatkan

sistem imun tubuh hospes yaitu terjadinya tidak bergantung pada besarnya

dosis obat. Manifestasi gejala dan derajat beratnya reaksi dapat bervariasi.

Orang yang pernah mengalami reaksi alergi, umpamanya oleh penisilin,

tidak selalu mengalami reaksi itu kembali ketika diberikan obat yang

sama. Sebaliknya orang tanpa riwayat alergi dapat mengalami reaksi alergi

pada penggunaan ulang penisilin.

2. Reaksi idiosinkrasi, gejala ini merupakan reaksi abnormal yang diturunkan

secara genetik terhadap pemberian antibiotik tertentu.

2.2.6 Resistensi Antibiotik

Resistensi antibiotik adalah kemampuan bakteri untuk menetralisir dan

melemahkan daya kerja antibiotik (Kemenkes, 2011). Secara garis besar bakteri

dapat menjadi resistensi terhadap suatu antibiotik melalui 3 mekanisme :

Page 27: ANALISA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DALAM …

16

1. Obat tidak dapat mencapai tempat kerjanya didalam sel mikroba. Pada

mikroba gram negatif molekul antimikroba yang kecil dan polar dapat

menembus dinding luar dan masuk ke dalam sel melalui lubang-lubang

kecil yang disebut porin. Bila porin menghilang atau mengalami mutasi

maka masuknya antimikroba ini akan terhambat.

2. Inaktivasi obat, mekanisme ini sering terjadinya resistensi terhadap

golongan aminoglikosida dan β-laktamase karena mikroba mampu

membuat enzim yang merusak kedua golongan antimikroba tersebut.

3. Mikroba mengubah tempat ikatan (binding site) antimikroba, mekanisme

ini terlihat pada S.aureus yang resisten terhadap metisilin (MRSA).

Kuman ini mengubah penicillin binding proteinnya (PBP) sehingga

afinitasnya menurun terhadap metisilin dan antibiotik beta laktam yang

lain (Setiabudy, 2007).

Resistensi antibiotik dapat terjadi karena beberapa faktor dibawah ini :

1) Penggunaan antibiotik yang sering. Terlepas dari penggunaan

rasional atau tidak, antibiotik yang sering digunakan biasanya akan

berkurang efektivitasnya. Karena itu penggunaan antibiotik yang

irasional harus dikurangi sedapat mungkin.

2) Penggunaan antibiotik yang irasional, berbagai penelitian

menunjukkan bahwa penggunaan antibiotik yang irasional

terutama di rumah sakit merupakan faktor yang penting yang

memudahkan berkembangnya resistensi kuman.

Page 28: ANALISA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DALAM …

17

3) Penggunaan antibiotik untuk jangka waktu lama. Pemberian

antibiotik dalam waktu yang lama akan memberikan kesempatan

bertumbuhnya kuman yang lebih resisten (Setiabudy, 2007).

Resistensi antibiotik memiliki satuan yang dinyatakan dalam KHM

(Kadar Hambat Minimal) atau MIC (Minumum Inhibitory

Concentration). KHM adalah kadar terkecil dari antibiotik yang

mampu menghambat tumbuh dan berkembangnya bakteri.

Meningkatnya nilai KHM menggambarkan tahap awal menuju

resistensi (Kemenkes, 2011).

2.3 Kecamatan Paseh

2.3.1 Profil Kecamatan Paseh

Kecamatan Paseh adalah salah satu dari 31 (tiga puluh satu) kecamatan yang

berada di bawah Pemerintah Kabupaten Bandung, dengan luas wilayah 4.447.662

Ha yang berbatasan langsung dengan sebelah Utara Kecamatan Cikancung,

sebelah Timur Kecamatan Leles Kabupaten Garut, sebelah Selatan Kecamatan

Majalaya, sebelah Barat Kecamatan Ibun, yang terdiri dari 12 (dua belas) desa,

dengan jumlah penduduk berjenis kelamin Laki-laki : 5.803 jiwa, Perempuan

6.362 jiwa dan jumlah Kepala Keluarga sebanyak 3.418 (Pemerintah Kabupaten

Bandung, 2018).

Bahwa sejak diberlakukannya secara efektif undang-undang nomor 32 tahun

2004 maka pembentukan Kecamatan dan struktur organisasi Pemerintah Daerah

diwilayah Kabupaten Bandung telah ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah

Nomor 10 tahun 2006 tentang Struktur Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten

Page 29: ANALISA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DALAM …

18

Bandung sehingga dengan demikian Kecamatan Paseh secara yuridis formil

keberadaannya telah dibentuk bersamaan dengan ditetapkannya Peraturan Daerah

tersebut (Pemerintah Kabupaten Bandung, 2018).

Undang undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

merupakan pengganti undang undang nomor 32 tahun 1999 bahwa Kecamatan

merupakan Perangkat Daerah yang dipimpin oleh Kepala Kecamatan dengan

sebutan Camat yang diangkat oleh Bupati / Walikota dan bertanggungjawab

kepada Bupati atau Walikota, sedangkan pembentukan Kecamatan sendiri

ditetapkan dengan Peraturan Daerah (Pemerintah Kabupaten Bandung, 2018).

2.3.2 Kondisi Geografis

Kecamatan Paseh sebagai salah satu Kecamatan dari 31 Kecamatan yang

ada di wilayah Kabupaten Bandung secara topografis merupakan daerah yang

relatif datar yang memiliki ketinggian 700 m diatas permukaan laut, dengan curah

hujan rata-rata 781mm pertahun dengan suhu udara minimal 21oC maksimal 31

oC

(Pemerintah Kabupaten Bandung, 2018). Sebagai salah satu daerah industri tekstil

yang berada di wilayah Bandung Selatan, Kecamatan Paseh memiliki jarak

orbitrasi dari pusat Pemerintahan Kabupaten Bandung 29 Km dan dari Pusat

Pemerintahan Propinsi Jawa Barat 31 Km. Luas wilayah Kecamatan Paseh adalah

4.477.622 Ha yang terdiri dari 1.528.000 Ha merupakan areal sawah, sisanya

1.661.622 Ha merupakan tanah darat. Dari luas tersebut wilayah Kecamatan Paseh

memiliki batas batas sebagai berikut :

Page 30: ANALISA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DALAM …

19

Sebelah Utara : Kecamatan Cikancung

Sebelah Timur : Kecamatan Leles Kabupaten Garut

Sebelah Selatan : Kecamatan Ibun

Sebelah Barat : Kecamatan Majalaya

(Pemerintah Kabupaten Bandung, 2018).

2.3.3 Kondisi Demografi

Adapun wilayah kerja Kecamatan Paseh sebagai Perangkat Daerah meliputi 12

Desa yang terdiri dari:

1) Desa Sukamanah

2) Desa Sukamantri

3) Desa Cipaku

4) Desa Cigentur

5) Desa Cipedes

6) Desa Tangsimekar

7) Desa Cijagra

8) Desa Karangnunggal

9) Desa Sindangsari

10) Desa Drawati

11) Desa Loa

12) Desa Mekarpawitan

Page 31: ANALISA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DALAM …

20

Dari 12 Desa tersebut terdiri dari 147 Rukun Warga (RW) dan 569 Rukun

Tetangga (RT), jumlah penduduk Kecamatan Paseh sampai dengan akhir tahun

2012 tercatat sebanyak 12.165 jiwa dan 3.418 kepala keluarga.

2.3.4 Kondisi Ekonomi

Sumber penghidupan bagi penduduk adalah dari sektor pertanian, sektor

industri, sektor perdagangan dan jasa. Sampai dengan saat ini sektor industri

menjadi sumber penghasilan bagi masyarakat Kecamatan Paseh, karena lahan

pertanian semakin berkurang sehingga menyebabkan penduduk beralih profesi ke

sektor industri. Jumlah industri besar, menengah dan kecil sampai dengan akhir

tahun 2012 sebanyak 272 sektor unit (Pemerintah Kabupaten Bandung, 2018).

Penduduk Kecamatan Paseh pada umumnya mata pencahariannya bergerak

dibidang industri textile, namun hingga saat ini diikuti oleh sektor lain yang terus

berkembang seperti industri manufaktur dan sektor jasa lainnya.

Page 32: ANALISA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DALAM …

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan Penelitian

3.1.1 Alat (Instrumen)

Alat yang digunakan adalah kuesioner yang ditujukan kepada pengunjung

apotek yang terdiri dari pertanyaan untuk melihat bagaimana tingkat pengetahuan

masyarakat terkait penggunaan antibiotik. Sedangkan untuk faktor-faktor

pengetahuan terdiri dari beberapa pertanyaan dimana pertanyaan tersebut

merupakan pengembangan dari masing-masing faktor yang mempengaruhi tingkat

pengetahuan.

3.1.2 Bahan

Bahan yang digunakan adalah data-data dan jawaban responden terhadap

pertanyaan yang ada dalam kuesioner, yang terdiri dari pertanyaan yang dinilai

dan tidak dinilai.

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi atau universe adalah jumlah keseluruhan dari satuan-satuan atau

individu-individu yang karakteristiknya hendak diteliti. Dan satuan-satuan

tersebut dinamakan unit analisis, dan dapat berupa orang-orang, institusi-institusi,

benda-benda, dst. (Djarwanto, 1994 : 420). Populasi dalam penelitian ini adalah

Page 33: ANALISA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DALAM …

22

pengunjung yang datang ke apotek tempat pelaksanaan penelitian yang terpilih

sesuai dengan kriteria inklusi penelitian yang dilakukan.

3.2.2 Sampel

Sampel atau contoh adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya

hendak diteliti (Djarwanto, 1994:43). Sampel yang baik, yang kesimpulannya

dapat dikenakan pada populasi adalah sampel yang bersifat representatif atau yang

dapat menggambarkan karakteristik populasi. Maka berdasarkan pernyataan diatas,

pengambilan sampel berdasarkan pada kriteria inklusi dengan jumlah yang diambil

sebanyak 90 sampel. Kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu : pasien yang

membeli antibiotik, Usia >17 tahun, dapat membaca dan menulis, bersedia menjadi

responden dan mengikuti prosedur penelitian

3.3 Cara Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dengan cara purposive sampling. Pengambilan

sampel secara purposive didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat

oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui

sebelumnya (Notoatmodjo, 2010). Pengambilan sampel juga dilakukan berbasis

waktu yaitu selama bulan Mei-Juli 2018.

3.4 Jalannya Penelitian

3.4.1 Tahap Persiapan

Tempat penelitian dan pengambilan sampel dilakukan di apotek di wilayah

Kecamatan Paseh.

Page 34: ANALISA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DALAM …

23

3.4.2 Tahap Penelusuran Data

Tahap penelusuran data dimulai dari riwayat jumlah pengunjung yang

datang untuk membeli antibiotik di apotek tersebut. Jadwal penyerahan kuesioner

dilaksanakan pada hari jum’at-minggu selama bulan Mei-Juli 2018 dengan

menemui pasien pada saat pembelian antibiotik ke apotek tempat pelaksanaan

penelitian.

3.4.3 Tahap Pengolahan Data

Setelah memperoleh data jawaban kuesioner dari pasien, pengolahan data

dilaksanakan dengan metode deskriptif dimana masing-masing jawaban pasien

ditampilkan dalam bentuk tabel dan persentase.

3.4.4 Analisis Data

Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner, yang terdiri dari 2 bagian. Pada

bagian I dari kuesioner adalah data demografi responden yang berupa jawaban

singkat, terdiri dari : nama responden, jenis kelamin, usia, pekerjaan, tingkat

pendidikan dan alamat responden. Pada bagian ini dilakukan analisa secara

deskriptif. Bagian II dari kuesioner terdiri dari pertanyaan sumber responden

mengetahui tentang antibiotik dan responden yang membeli antibiotik. Data yang

lengkap dari kuesioner tersebut dimasukkan ke dalam komputer. Metode

pengolahan data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan program

pengolah data statistik SPSS (Statistical Product and Service Solutions) yang

kemudian dianalisa secara statistik deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel

distribusi frekuensi.

Page 35: ANALISA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DALAM …

24

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai dengan bulan Juli 2018

dengan menyebar kuesioner di apotek di wilayah Kecamatan Paseh. Penelitian ini

berjalan selama kurang lebih 2 bulan lamanya. Kuesioner ditujukan kepada

pelanggan apotek yang datang berkunjung untuk membeli antibiotik. Berdasarkan

data-data yang telah dikumpulkan hasil penelitian disajikan dalam beberapa data

dalam bentuk tabel dibawah ini.

4.1 Karakteristik Responden

Responden yang dipilih untuk penelitian ini adalah pengunjung apotek, dari

90 karakteristik responden di deskripsikan berdasarkan jenis kelamin, usia, tingkat

pendidikan dan pekerjaan (tabel 4.1).

Tabel 4.1 Karakteristik Responden

Variabel Jumlah (Orang) (%)

Jenis Kelamin

Laki-laki 30 33,3

Perempuan 60 66,7

Usia

17-25 tahun 20 22.2

26-35 tahun 33 36.6

36-45 tahun 22 24.4

46-55 tahun 14 15.5

55-65 tahun 1 1.11

Tingkat

Pendidikan

SD/Sederajat 9 10.0

SMP/Sederajat 25 27.8

SMA/Sederajat 41 45.6

Diploma 4 4.4

Sarjana 11 12.2

Page 36: ANALISA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DALAM …

25

Pekerjaan

Pegawai Negeri 6 6.7

Buruh 24 26.6

Mengurus Rumah Tangga 30 33.3

Pelajar 9 10.0

Pegawai Swasta 7 7.8

Wirausaha 14 15.6

Total 90 100

Berdasarkan data responden pada tabel 4.1 jumlah responden perempuan

mendominasi 66,7% apabila dibandingkan dengan jumlah responden laki-laki

sebanyak 33,3%. Dari total responden hal ini terjadi karena menurut data statistik

wilayah Kecamatan Paseh, jumlah penduduk dengan jenis kelamin perempuan

lebih banyak 6.362 dibandingkan jumlah penduduk berjenis kelamin laki-laki

5.803 dari total jumlah penduduk Kecamatan Paseh sebanyak 12.165 penduduk.

Selain itu hal ini menunjukkan juga bahwa kecenderungan mengobati diri sendiri

lebih banyak dilakukan oleh perempuan baik untuk diri sendiri maupun untuk

keluarga. Kepedulian perempuan terhadap penyakit adalah sebagai bentuk

tanggung jawab rasa kasih yang dimiliki oleh perempuan baik sebagai ibu maupun

untuk keperluan perawatan diri sendiri atau keperluan penguatan dalam keluarga

(Harun, 2015).

Rentang usia pada responden dibagi menjadi 5 kategori usia (Depkes RI:2009),

dan disesuaikan dengan kriteria inklusi yakni usia >17 tahun. Berdasarkan data

yang diperoleh usia responden yang mendominasi adalah responden dengan

Page 37: ANALISA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DALAM …

26

rentang usia antara 26-35 tahun lebih banyak (36.6%) dibanding usia 17-25 tahun

(22,2 %) dan pada usia 36-45 tahun (24,4%).

Pekerjaan responden juga beragam akan tetapi di dominasi oleh pekerjaan

mengurus rumah tangga sebanyak 33%, hal ini terjadi karena menurut data dari

website resmi kabupaten bandung pekerjaan paling banyak di kecamatan paseh

adalah mengurus rumah tangga dengan 1197 orang atau sekitar 22,19% dari

jumlah penduduk. Pekerjaan responden lainnya seperti buruh 26,7%, wirausaha

15,6%, pelajar dan mahasiswa 10.0%, pegawai swasta 7,8% dan PNS 6,7%.

Sedangkan untuk tingkat pendidikan responden didominasi oleh tamatan

SMA/Sederajat sebanyak 45,6% meskipun menurut data dari website resmi

Kabupaten Bandung bahwa tingkat pendidikan warga Kecamatan Paseh terbanyak

adalah tamatan SD sebanyak 60,8%, hal ini terjadi karena kriteria inklusi yang

digunakan adalah responden harus bisa membaca dan menulis dengan baik.

4.2 Asal Informasi Tentang Antibiotik

Tabel 4.2 : Asal Informasi Tentang Antibiotik

Variabel Jumlah (Orang) Persentase (%)

Dokter 28 31,1%

Farmasi 24 26,7%

Keluarga 18 20,0%

Media 8 8,9%

Perawat 5 5,6%

Bidan 7 7,8%

Berdasarkan pada tabel 4.2 jumlah responden yang mendapat informasi tentang

antibiotik dari dokter sebanyak 28 orang (31%), hampir tidak berbeda jauh dengan

Page 38: ANALISA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DALAM …

27

informasi yang di dapat dari farmasis 24 orang (27%) dan asal informasi dari

sumber yang lain, keluarga (20%), internet (9%), bidan (8%) dan perawat (6%).

Sumber informasi responden tentang antibiotik yang paling banyak mendominasi

berasal dari dokter, hal ini dikarenakan setiap pasien memeriksakan kesehatannya

ke dokter dan mendapat resep antibiotik akan mendapat informasi antibiotik dari

dokter.

4.3 Tingkat Pengetahuan Umum Antibiotik

Tabel 4.3 Tingkat Pengetahuan Umum Antibiotik

Variabel Jumlah %

Pernah Mendengar Antibiotik

Pernah 86 96%

Tidak 4 4%

Membeli Antibiotik Tanpa Resep Dokter

Pernah 47 52%

Tidak 43 48%

Berdasarkan tabel 4.3 hasil observasi didapatkan bahwa, tingkat pengetahuan

umum reponden terhadap antibiotik sangat banyak 96%. Hal ini menunjukan

bahwa masyarakat sudah tidak asing lagi dengan antibiotik karena banyaknya

informasi mengenai antibiotik dari tenaga kesehatan serta media.

Berdasarkan pengamatan responden yang pernah membeli antibiotik tanpa

resep dokter pun cukup besar 52% meski tidak berbeda jauh dengan responden

yang tidak pernah membeli antibiotik tanpa resep dokter 48%. Jumlah antibiotik

yang dibeli responden beragam akan tetapi tidak ada yang terlalu banyak,

Page 39: ANALISA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DALAM …

28

kebanyakan responden membeli 1 strip antibiotik. Berikut dijelaskan alasan

responden membeli antibiotik tanpa resep pada tabel 4.4

Tabel 4.4 Alasan Responden Membeli Antibiotik Tanpa Resep Dokter

Alasan %

Kecepatan waktu 23.08%

Keterbatasan Biaya 17.31 %

Diberi tahu orang lain 9.62 %

Mempunyai kerabat dokter/apoteker 5.77%

Untuk obat sakit gigi 17.31 %

Balai pengobatan jauh 1.92 %

Melanjutkan resep dokter 19.23 %

Kebiasaan 1.92 %

Sudah mengetahui obatnya 3.85 %

Dari hasil penelitian pada tabel 4.4 menunjukan alasan responden membeli

antibiotik tanpa resep dokter yaitu sebanyak 16 orang responden menyebutkan

karena biaya untuk berobat dan mendapatkan antibiotik dari dokter cukup mahal,

alasan kedua karena responden merasa sudah mengetahui jenis antibiotik yang

diperlukan ketika mengalami gejala penyakit yang sama sebanyak 14 orang.

Alasan ketiga karena alasan kecepatan (waktu), alasan ke empat responden

menyebutkan antibiotik digunakan untuk mengobati sakit gigi, untuk alasan

selanjutnya 9 responden membeli antibiotik berdasarkan resep yang pernah

diberikan oleh dokter sebelumnya dengan alasan biaya lebih murah, jumlah

respon ini sama dengan alasan responden diberi tahu oleh orang lain atau kerabat

Page 40: ANALISA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DALAM …

29

yang pernah mengalami gejala penyakit yang sama. Resep antibiotik tidak dapat

diulang tanpa persetujuan dari dokter, akan tetapi masih banyak pasien yang

mengulang resep dokter dan tidak mengkonfirmasikan kepada dokter yang

bersangkutan.

4.4 Tingkat Pengetahuan Tentang Antibiotik

Tabel 4.5 Tingkat Pengetahuan Tentang Antibiotik

No Pertanyaan Jumlah Respon

Benar Persen %

1 Definisi Antibiotik 84 93,4 %

2 Bukan Antibiotik 29 32,2 %

3 Contoh Antibiotik 60 66,7 %

4

Semua penyakit

menggunakan antibiotik

atau tidak

3 3,33 %

5 Definisi resistensi 21 23,3 %

6 Cara konsumsi antibiotik 22 24,4 %

7 Waktu meminum antibiotik 18 20 %

8 Antibiotik dikonsumsi

dengan susu 18 20 %

9 Jika lupa minum antibiotik 67 74,4 %

10 Jika antibiotik masih ada

sisa 49 54,4 %

11 Kloramfenikol diberikan

kepada bayi 43 47,8 %

12 Perlakuan pasien terhadap

antibiotik kadaluarsa 57 63,3 %

Page 41: ANALISA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DALAM …

30

Dari data pada tabel diatas dapat diketahui bahwa pertanyaan terbanyak yang

bisa dijawab benar oleh responden adalah tentang definisi dari antibioti, sebanyak

93,4% responden mampu menjawab dengan benar sehingga meskipun

pengetahuan tentang antibiotik responden berkisar sedang dan kurang akan tetapi

responden banyak yang bisa menjawab definisi antibiotik dengan benar, hal ini

terjadi karena antibiotik sudah tidak asing di tengah masyarakat karena banyak

resep dokter menggunakan antibiotik serta adanya peran tenaga kesehatan dan

media untuk memperkenalkan antibiotik. Selain itu responden juga bisa menjawab

dengan benar mengenai perlakuan jika lupa minum antibiotik sebanyak 74,4%

responden mengetahuinya kemungkinan karena membaca petunjuk pemakaian

dan jawaban menggunakan logika. Sedangkan untuk contoh antibiotik responden

yang mampu menjawab benar sebanyak 66,7%, responden mampu menjawab

benar kemungkinan karena responden sering mendengar tentang antibiotik. Akan

tetapi pertanyaan terbanyak yang di jawab salah oleh responden adalah tentang

apakah semua penyakit wajib menggunakan anbiotik atau tidak, hanya 3,33%

responden yang menjawab dengan benar, yakni tidak semua penyakit harus

menggunakan antibiotik. Kesalahan ini kemungkinan terjadi karena banyaknya

kasus penyalahgunaan antibiotik di lingkungan masyarakat seperti penggunaan

antibiotik yang tidak rasional dan tidak sesuai indikasi.

Page 42: ANALISA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DALAM …

31

4.5 Penanggulangan Efek Samping

Tabel 4.6 Cara Penanggulangan Jika Terjadi Efek Samping

Konsultasi ke dokter 46

Berhenti minum lalu ke dokter 24

Konsultasi kepada apoteker 4

Berhenti minum lalu konsltasi dengan apoteker 2

Ke dokter dan apoteker 2

Berhenti minum 12

Jawaban responden jika mengalami efek samping (mual, muntah, gatal, diare)

setelah minum antibiotik yang benar sebanyak 46 responden (51,11%). Hampir

sebagian responden menjawab berhenti minum antibiotik dan dikonsultasikan ke

dokter. Jawaban yang lebih tepatnya seharusnya berhenti minum antibiotik,

dikonsultasikan ke dokter dan dikonsultasikan ke apoteker (dijawab ketiganya).

4.6 Tingkat Pengetahuan Responden

Tingkat pengetahuan dinilai dengan menggunakan 3 kategori skor yaitu

baik apabila menjawab >75% pertanyaan dengan benar, kategori cukup apabila

responden menjawab menjawab 50-75% pertanyaan dengan benar,dan kategori

kurang apabila responden menjawab <50% pertanyaan dengan benar. Tingkat

pengetahuan responden dapat dilihat pada tabel 4.7.

Page 43: ANALISA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DALAM …

32

Tabel 4.7 Profil Tingkat Pengetahuan Responden

Kategori Jumlah Respon % Respon

Cukup 30 33,3

Kurang 60 66,7

Berdasarkan hasil observasi didapatkan bahwa, tingkat pengetahuan responden

terhadap antibiotik umumnya termasuk kategori kurang sebesar 66,7% , dengan

kategori cukup hanya 33,3% dan tidak ada responden dengan pengetahuan baik.

Hal ini dilihat dari distribusi jawaban benar pasien terkait pengetahuan tentang

antibiotik. Alasan rendahnya pengetahuan pasien terhadap pengunaan antibiotik

ini disebabkan karena banyak faktor seperti responden tidak serius mengisi

kuesioner, pertanyaan kuesioner yang terlalu sulit, kurangnya informasi tentang

antibiotik dari tenaga kesehatan terhadap warga Kecamatan Paseh serta faktor

lainnya. Diharapkan dengan hasil penelitian ini tenaga kesehatan serta semua

pihak yang bertanggung jawab bisa lebih meningkatkan pemberian informasi serta

edukasi mengenai antibiotik pada masyarakat Kecamatan Paseh agar tercapainya

penggunaan antibiotik yang rasional.

4.7 Hubungan Antara Demografi Dengan Tingkat Pengetahuan Tentang

Antibiotik

Analis hubungan karakteristik responden dengan tingkat pengetahuan

responden dilakukan dengan metode uji analisis chi Square. Hasil dari analisis

statistik serta skor per karakteristik responden dapat dilihat pada tabel berikut 4.8

Page 44: ANALISA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DALAM …

33

Tabel 4.8 : Hubungan Karakteristik Responden Dengan Tingkat

Pengetahuan Responden

Karakteristik

Responden

Tingkat Pengetahuan Sig

Baik Sedang Kurang

Jenis Kelamin

0,002 Laki-laki 0 5 orang (16,7%) 25 orang (83,3%)

Perempuan 0 34 orang

(56,7%) 26 orang (43,3%)

Usia

17-25 tahun 0 6 orang (30%) 14 orang (60%)

0,968

26-35 tahun 0 10 orang

(31,2%) 22 orang (68,8%)

36-45 tahun 0 9 orang (42,8%) 13 orang (57,2%)

46-55 tahun 0 5 orang (35,7%) 9 orang (64,3%)

55-65 tahun 0 0 orang (0%) 1 orang (100%)

Tingkat Pendidikan

SD 0 7 orang (77,8%) 2 orang (22,2%)

0,000

SMP 0 4 orang (16%) 21 orang (84%)

SMA 0 15 orang

(36,6%) 26 orang (63,4%)

Diploma 0 1 orang (25%) 3 orang (75%)

Sarjana 0 5 orang (45,5%) 6 orang (54,5%)

Pekerjaan

Pegawai Negeri 0 0 orang (0 %) 6 orang (100%)

0,000

Pegawai Swasta 0 4 orang (30,77) 9 orang (69,23)

Wirausaha 0 0 orang (0%) 6 orang (100%)

Pelajar 0 0 orang (0%) 9 orang (100%)

Mengurus Rumah

Tangga 0

14 orang

(45,2%) 17 orang (54,8%)

Buruh 0 10 orang (40%) 15 orang (60%)

Untuk melihat kebermaknaan pengaruh dari demografi (jenis kelamin, usia,

tingkat pendidikan dan pekerjaan) terhadap tingkat pengetahuan responden

tentang antibiotik dilakukan uji chi square dengan hipotesis sebagai berikut :

Page 45: ANALISA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DALAM …

34

H0 = Tidak ada pengaruh yang bermakna antara demografi (jenis kelamin, usia,

tingkat pendidikan dan pekerjaan) terhadap tingkat pengetahuan responden

tentang antibiotik.

H1 = Ada pengaruh yang bermakna antara demografi (jenis kelamin, usia, tingkat

pendidikan dan pekerjaan) terhadap tingkat pengetahuan responden tentang

antibiotik.

Jika signifikansi < 0,05 maka H1 diterima dan H0 ditolak

Jika signifikansi >0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak

Dari data diatas didapatkan hasil nilai signifikansi pada analisis usia adalah

0,968 >0,05 sehingga H0 diterima dan H1 ditolak atau dengan kata lain tidak

terdapat pengaruh yang bermakna antara usia dengan tingkat pengetahuan tentang

antibiotik responden.

Nilai signifikansi pada demografi jenis kelamin didapatkan nilai signifikansi

0,002 sehingga disimpulkan bahwa ada pengaruh yang bermakna antara jenis

kelamin dengan tingkat pengetahuan tentang antibiotik. Perempuan memilki

tingkat pengetahuan tentang antibiotik dibandingkan laki laki, hal ini disebabkan

perempuan lebih teliti dan tekun dalam menjawab kuesioner (Sholihan, 2015).

Usia tidak berpengaruh bermakna dengan tingkat pengetahuan antibiotik

karena nilai signifikansi yang didapatkan adalah 0,968 lebih besar dari 0,05

sehingga H0 diterima dan H1 ditolak. Meskipun usia tidak berpengaruh pada

tingkat pengetahuan.

Page 46: ANALISA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DALAM …

35

Pada pekerjaan ada pengaruh bermakna terhadap pengetahuan responden

karena nilai signifikasi yang didapat 0,000. Dari data didapatkan bahwa pekerjaan

dengan skor paling besar adalah pelajar, PNS dan wirausaha. Pekerjaan

berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan karena berbeda pekerjaan tentu

informasi yang didapat berbeda, selain itu pergaulan di lingkungan pekerjaan juga

mempengaruhi pengetahuan informasi pasien (Manan, 2012)

Sedangkan jika dilihat dari tingkat pendidikan, nilai signifikansi yang

didapatkan adalah 0,000 artinya terdapat pengaruh antara tingkat pendidikan

terhadap tingkat pengetahuan responden terhadap antibiotik. Responden dengan

tingkat pendidikan dengan skor terbaik adalah SD dengan 77,8% sedangkan

sarjana hanya 45,5%. Seharusnya semakin tinggi pendidikan semakin tinggi pula

tingkat pengetahuan (Shahadeh, 2012), akan tetapi pada penelitian ini tidak sesuai

hal ini disebabkan beberapa faktor seperti responden yang tidak mengerjakan

kuesioner dengan serius ataupun karena pengalaman hidup dari pasien, meskipun

tamatan SD akan tetapi range usianya 36-45 tahun hal ini sesuai dengan data usia

dengan tingkat pengetahuan terbaik.

Page 47: ANALISA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DALAM …

36

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan penelitian ini diketahui bahwa responden berjumlah 90 orang

dengan tingkat pengetahuan tentang antibiotik dalam kategori kurang 66,7% dan

kategori sedang 33,3%. Dari hasil uji chi square didapatkan hasil bahwa tidak

terdapat pengaruh bermakna antara usia dengan tingkat pengetahuan tentang

antibiotik. Sedangkan untuk jenis kelamin, pekerjaan dan tingkat pendidikan

berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan responden tentang antibiotik.

5.2 Saran

Penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan lebih spesifik pada jenis dan

jumlah antibiotik yang dibeli pasien serta analisa tingkat pengetahuan pada daerah

lain maupun dengan metode lain.

Page 48: ANALISA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DALAM …

DAFTAR PUSTAKA

Amin, L.Z. (2014). Pemilihan Antibiotik Yang Rasional. Depok : Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia. Hal. 56-70.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung. (2018). Jumlah Penduduk

Kabupaten Bandung.

Baltazar, F., Azevedo, M.M., Pinheiro, C., Yaphe, J. (2009). Portuguese

student’sknowledge of antibiotics: a cross-sectional study of secondary

school and university students in Braga, 1-6 , (pp. 1–6).

Center for Indonesian Veterinary Analytical Studies (CIVAS). (2018). Ancaman

Resistensi

Depkes RI. (2011). Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik. Diakses kamis,

(31 September 2018)

Katzung, B.G., Master, S.B., dan Trevor A.J. 2012. Farmakologi Dasar dan

Klinik Edisi Kedua belas. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Halaman

1020.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Pedoman Umum

Penggunaan Antibiotik. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Hal. 71-

76.

Mannan, H., Wahiduddin., Rismayanti. 2012. Faktor Risiko Kejadian

Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Bangkala Kabupaten

Jeneponto Tahun 2012. Jurnal Kesehatan Masyarakat.Volume I Tahun

2012.

Notoatmodjo, S. (2003). Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku

Kesehatan.. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Hal.55-57.

Notoadmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:

Rineka Cipta. Halaman 139-140.

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka

Cipta.

Notoadmodjo, S. (2010). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta:

Rineka Cipta. Halaman 45, 50-52.

Republik Indonesia. (2011). Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik, 8–15.

Setiabudy, R., Gunawan, S. G., Nafrialdi dan Elysabeth. (2009). Antimikroba.

In: Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia. 5th ed. Farmakologi dan Terapi. Jakarta : Balai

Penerbit FK UI. Hal 202-213.

Page 49: ANALISA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DALAM …

38

Shehadeh, M., Suaifan, G., Darwish, R. M., Wazaify, M., Zaru, L., & Alja’fari, S.

(2012). Knowledge, attitudes and behavior regarding antibiotics use and

misuse among adults in the community of Jordan. A pilot study. Saudi

Pharmaceutical Journal, 20(2), 125–133.

Sholihan, Y. (2015). Tingkat Pengetahuan Tentang Antibiotik Pada

Pengunjung Apotek Di Kecamatan Jebres Kota Surakarta.

Utami, E.R. (2012). Antibiotika, Resistensi dan Rasionalitas Terapi. Jurnal

Saintis. Malang: Fakultas Sains dan Teknologi UIN Maliki. 1(1): 124-138

World Health Organization. (2015). Antibiotic resistance: Multi-country public

awareness survey, 1–4. Retrieved from

Wowiling, C., Goenawi, L. R., & Citraningtyas, G. (2013). Manado. Pengaruh

Penyuluhan Penggunaan Antibiotika Terhadap Tingkat Pengetahuan

Masyarakat Di Kota Manado, 2(3), 1.

Page 50: ANALISA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DALAM …

39

LAMPIRAN

Lampiran I Surat Izin Penelitian

Page 51: ANALISA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DALAM …

40

Page 52: ANALISA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DALAM …

41

Lampiran II Kuesioner

Page 53: ANALISA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DALAM …

42

Page 54: ANALISA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DALAM …

43

Page 55: ANALISA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DALAM …

44

Page 56: ANALISA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DALAM …

45

Lampiran III Rekapitulasi Data Responden

Page 57: ANALISA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DALAM …

46

Page 58: ANALISA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DALAM …

47

Page 59: ANALISA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DALAM …

48

Lampiran IV Data Validasi

Page 60: ANALISA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DALAM …

49

Page 61: ANALISA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DALAM …

50

Page 62: ANALISA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DALAM …

51

Page 63: ANALISA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DALAM …

52

Page 64: ANALISA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DALAM …

53