25
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI TUMBUHAN (EKOTUM) ANALISA VEGETASI (MINIMAL AREA) O L E H Yulia (F05109031) Kelompok : 2 PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

Analisa Vegetasi (Minimal Area)

  • Upload
    yulia

  • View
    611

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Laporan Praktikum Ekologi Tumbuhan (EkoTum)

Citation preview

Page 1: Analisa Vegetasi (Minimal Area)

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI TUMBUHAN (EKOTUM)

ANALISA VEGETASI (MINIMAL AREA)

O

L

E

H

Yulia

(F05109031)

Kelompok : 2

PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2011

Page 2: Analisa Vegetasi (Minimal Area)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Vegetasi (dari bahasa Inggris: vegetation) dalam ekologi adalah

istilah untuk keseluruhan komunitas tetumbuhan. Vegetasi merupakan

bagian hidup yang tersusun dari tetumbuhan yang menempati

suatu ekosistem. Beraneka tipe hutan, kebun, padang rumput,

dan tundra merupakan contoh-contoh vegetasi.

Analisis vegetasi biasa dilakukan oleh ilmuwan ekologi untuk

mempelajari kemelimpahan jenis serta kerapatan tumbuh tumbuhan pada

suatu tempat (Anonim, 2011).

Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi

jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan.

Untuk suatu kondisi hutan yang luas, maka kegiatan analisa vegetasi erat

kaitannya dengan sampling, artinya kita cukup menempatkan beberapa

petak contoh untuk mewakili habitat tersebut. Dalam sampling ini ada tiga

hal yang perlu diperhatikan, yaitu jumlah petak contoh, cara peletakan

petak contoh dan teknik analisa vegetasi yang digunakan (Marpaung,

2009).

Berbeda dengan inventaris hutan titik beratnya terletak pada

komposisi jenis pohon. Dari segi floristis ekologi untuk daerah yang

homogen dapat digunakan random sampling, sedangkan untuk penelitian

ekologi lebih tepat digunakan sistematik sampling, bahkan purposive

sampling pun juga dibolehkan (Dedy, 2009).

Cara peletakan petak contoh ada dua, yaitu cara acak (random

sampling) dan cara sistematik (systematic sampling), random samping

hanya mungkin digunakan jika vegetasi homogen, misalnya hutan

tanaman atau padang rumput (artinya, kita bebas menempatkan petak

contoh dimana saja, karena peluang menemukan jenis bebeda tiap petak

1

Page 3: Analisa Vegetasi (Minimal Area)

contoh relatif kecil). Sedangkan untuk penelitian dianjurkan untuk

menggunakan sistematik sampling, karena lebih mudah dalam

pelaksanaannya dan data yang dihasilkan dapat bersifat representative.

Bahkan dalam keadaan tertentu, dapat digunakan purposive sampling.

Prinsip penentuan ukuran petak adalah petak harus cukup besar

agar individu jenis yang ada dalam contoh dapat mewakili komunitas,

tetapi harus cukup kecil agar individu yang ada dapat dipisahkan, dihitung

dan diukur tanpa duplikasi atau pengabaian. Karena titik berat analisa

vegetasi terletak pada komposisi jenis dan jika kita tidak bisa menentukan

luas petak contoh yang kita anggap dapat mewakili komunitas tersebut,

maka dapat menggunakan teknik Kurva Spesies Area (KSA). Dengan

menggunakan kurva ini, maka dapat ditetapkan : (1) luas minimum suatu

petak yang dapat mewakili habitat yang akan diukur, (2) jumlah minimal

petak ukur agar hasilnya mewakili keadaan tegakan atau panjang jalur

yang mewakili jika menggunakan metode jalur.

Caranya adalah dengan mendaftarkan jenis-jenis yang terdapat

pada petak kecil, kemudian petak tersebut diperbesar dua kali dan jenis-

jenis yang ditemukan kembali didaftarkan. Pekerjaan berhenti sampai

dimana penambahan luas petak tidak menyebabkan penambahan yang

berarti pada banyaknya jenis. Luas minimun ini ditetapkan dengan dasar

jika penambahan luas petak tidak menyebabkan kenaikan jumlah jenis

lebih dari 5-10%. Untuk luas petak awal tergantung surveyor, bisa

menggunakan luas 1m x1m atau 2m x 2m atau 20m x 20m, karena yang

penting adalah konsistensi luas petak berikutnya yang merupakan dua kali

luas petak awal dan kemampuan pengerjaannya dilapangan (Marpaung,

2009).

Pada bagian pertama dari ekologi tanaman abad ke-20 sering

digunakan kurva spesies area untuk memperkirakan ukuran minimum dari

kuadrat yang diperlukan untuk mengkarakterisasi memadai komunitas. Hal

ini dilakukan dengan memplot kurva (biasanya pada sumbu aritmatika,

tidak log-log atau sumbu semilog), dan memperkirakan daerah itu setelah

yang menggunakan hasil petak yang lebih besar dalam penambahan hanya

2

Page 4: Analisa Vegetasi (Minimal Area)

sedikit lebih spesies. Ini disebut daerah minim. Sebuah kuadrat yang

membungkus daerah minimal disebut relevé, dan menggunakan kurva

spesies area dengan cara ini disebut metode relevé. Ini sebagian besar

dikembangkan oleh Swiss ekologi Josias Braun-Blanquet.

Estimasi daerah minimal dari kurva adalah tentu subjektif,

sehingga beberapa penulis lebih memilih untuk mendefinisikan area

minim sebagai daerah melampirkan setidaknya 95 persen (atau beberapa

proporsi besar lainnya) dari total spesies yang ditemukan. Masalah dengan

hal ini adalah bahwa kurva wilayah spesies biasanya tidak

pendekatan asimtot , sehingga tidak jelas apa yang harus diambil sebagai

total. Pada kenyataannya, jumlah spesies selalu bertambah dengan luas

sampai ke titik di mana wilayah dari seluruh dunia telah terakumulasi

(Anonim, 2011).

Luas daerah contoh vegetasi yang akan diambil diatasnya sangat

bervariasi untuk setiap bentuk vegetasi mulai dari 1 dm2 sampai 100 m2.

Suatu syarat untuk daerah pengambilan contoh haruslah representatif bagi

seluruh vegetasi yang dianalisis. Keadaan ini dapat dikembalikan kepada

sifat umum suatu vegetasi yaitu vegetasi berupa komunitas tumbuhan yang

dibentuk oleh populasi-populasi. Jadi peranan individu suatu jenis

tumbuhan sangat penting. Sifat komunitas akan ditentukan oleh keadaan

individu-individu tadi, dengan demikian untuk melihat suatu komunitas

sama dengan memperhatikan individu-individu atau populasinya dari

seluruh jenis tumbuhan yang ada secara keseluruhan. Ini berarti bahwa

daerah pengambilan contoh itu representatif bila didalamnya terdapat

semua atau sebagian besar dari jenis tumbuhan pembentuk komunitas

tersebut.

Dengan demikian pada suatu daerah vegetasi umumnya akan

terdapat suatu luas tertentu, dan daerah tadi sudah memperlihatkan

kekhususan dari vegetasi secara keseluruhan. Jadi luas daerah ini

disebut luas minimum.

3

Page 5: Analisa Vegetasi (Minimal Area)

Cara menentukan luas minimum sebagai berikut:

- Dibuat petak contoh dengan ukuran misal (0,5 x 0,5) m2 ¾¾® petak 1.

- Hitung jumlah spesies yang ada pada petak tersebut.

- Petak tadi diperluas 2 kali luas petak 1, ini ¾¾® petak ke 2.

- Dihitung jumlah spesies yang ada (penjumlahan komulatif).

- Penambahan luas petak dihentikan kalau jumlah spesies tidak bertambah

lagi (Dedy, 2009).

Analisis vegetasi dapat digunakan untuk mempelajari susunan dan

bentuk vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan :

1. Mempelajari tegakan hutan, yaitu tingkat pohon dan permudaannya.

2. Mempelajari tegakan tumbuh-tumbuhan bawah, yang dimaksud

tumbuhan bawah adalah suatu jenis vegetasi dasar yang terdapat dibawah

tegakan hutan kecuali permudaan pohon hutan, padang rumput/alang-

alang dan vegetasi semak belukar (Desmawati, et. al, 2011).

Adapun parameter vegetasi yang diukur dilapangan secara

langsung adalah :

1. Nama jenis (lokal atau botanis)

2.  Jumlah individu setiap jenis untuk menghitung kerapatan

3. Penutupan tajuk untuk mengetahui persentase penutupan vegetasi terhadap

lahan

4. Diameter batang untuk mengetahui luas bidang dasar dan berguna untuk

menghitung volume pohon.

5. Tinggi pohon, baik tinggi total (TT) maupun tinggi bebas cabang (TBC),

penting untuk mengetahui stratifikasi dan bersama diameter batang dapat

diketahui ditaksir ukuran volume pohon (Marpaung, 2009).

Pengamatan parameter vegetasi berdasarkan bentuk hidup pohon,

perdu, serta herba. Suatu ekosistem alamiah maupun binaan selalu terdiri

dari dua komponen utama yaitu komponen biotik dan abiotik. Vegetasi

atau komunitas tumbuhan merupakan salah satu komponen biotik yang

4

Page 6: Analisa Vegetasi (Minimal Area)

menempati habitat tertentu seperti hutan, padang ilalang, semak belukar

dan lain-lain. Struktur dan komposisi vegetasi pada suatu wilayah

dipengaruhi oleh komponen ekosistem lainnya yang saling berinteraksi,

sehingga vegetasi yang tumbuh secara alami pada wilayah tersebut

sesungguhnya merupakan pencerminan hasil interaksi berbagai faktor

lingkungan dan dapat mengalami perubahan drastik karena pengaruh

anthropogenic (Desmawati, et. al, 2011).

Jika berbicara mengenai vegetasi, kita tidak bisa terlepas dari

komponen penyusun vegetasi itu sendiri dan komponen tersebutlah yang

menjadi fokus dalam pengukuran vegetasi. Komponen tumbuh-tumbuhan

penyusun suatu vegetasi umumnya terdiri dari :

1. Belukar (Shrub) : Tumbuhan yang memiliki kayu yang cukup besar, dan

memiliki tangkai yang terbagi menjadi banyak subtangkai.

2. Epifit (Epiphyte) : Tumbuhan yang hidup dipermukaan tumbuhan lain

(biasanya pohon dan palma). Epifit mungkin hidup sebagai parasit atau

hemi-parasit.

3. Paku-pakuan (Fern) : Tumbuhan tanpa bunga atau tangkai, biasanya

memiliki rhizoma seperti akar dan berkayu, dimana pada rhizoma tersebut

keluar tangkai daun.

4. Palma (Palm) : Tumbuhan yang tangkainya menyerupai kayu, lurus dan

biasanya tinggi; tidak bercabang sampai daun pertama. Daun lebih panjang

dari 1 meter dan biasanya terbagi dalam banyak anak daun.

5. Pemanjat (Climber) : Tumbuhan seperti kayu atau berumput yang tidak

berdiri sendiri namun merambat atau memanjat untuk penyokongnya

seperti kayu atau belukar.

6. Terna (Herb) : Tumbuhan yang merambat ditanah, namun tidak

menyerupai rumput. Daunnya tidak panjang dan lurus, biasanya memiliki

bunga yang menyolok, tingginya tidak lebih dari 2 meter dan memiliki

tangkai lembut yang kadang-kadang keras.

7. Pohon (Tree) : Tumbuhan yang memiliki kayu besar, tinggi dan memiliki

satu batang atau tangkai utama dengan ukuran diameter lebih dari 20 cm.

5

Page 7: Analisa Vegetasi (Minimal Area)

Untuk tingkat pohon dapat dibagi lagi menurut tingkat permudaannya,

yaitu :

a. Semai (Seedling) : Permudaan mulai dari kecambah sampai anakan kurang

dari 1.5 m.

b. Pancang (Sapling) : Permudaan dengan tinggi 1.5 m sampai anakan

berdiameter kurang dari 10 cm.

c. Tiang (Poles) : Pohon muda berdiameter 10 cm sampai kurang dari 20 cm

(Marpaung, 2009).

B. Tujuan

Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui ukuran plot yang

representative dari suatu areal.

C. Permasalahan

Permasalahan:

1. Jenis tumbuhan apa saja yang ada pada petak minimal area yang

didapat?

2. Berapa jumlah tumbuhan yang didapat pada petak minimal area?

3. Bagaimana kondisi lapangan yang dijadikan tempat untuk membuat

petak minimal area?

4. Apa alasan digunakannya metode petak minimal area?

6

Page 8: Analisa Vegetasi (Minimal Area)

BAB II

METODELOGI

A. Waktu dan Tempat

Hari/ tanggal : Selasa 25 Oktober 2011

Waktu Pelaksanaan : 10.00 WIB

Tempat : Laboratorium Pendidikan Biologi FKIP Untan dan

Lapangan terbuka di depan Laboratorium

Pendidikan Biologi FKIP Untan.

B. Alat dan Bahan

Alat :

- Meteran

- Pancang

- Tali raffia

- ATK

- Buku identifikasi

Bahan :

- Komunitas tumbuhan tertentu

C. Cara Kerja

1. Buat plot/petak dengan ukuran 25 x 25 cm.

2. Catat dan amati jenis-jenis tumbuhan yang terdapat pada plot tersebut.

3. Kemudian plot diperbesar dengan ukuran 25 x 50 cm.

4. Catat penambahan jenis pada plot tersebut.

5. Kemudian plot diperbesar dua kali lipat menjadi 50 x 50 cm, dan

dicatat penambahan jenis tumbuhannya.

7

Page 9: Analisa Vegetasi (Minimal Area)

6. Hal yang sama dilakukan untuk perbesaran plot selanjutnya yaitu 50 x

100 cm, 100 x 100 cm dan seterusnya sampai tidak terjadi lagi

penambahan jenis tumbuhan baru.

7. Apabila pertambahan jenis relatif kecil (persentase penambahan jenis

kira-kira 10%) maka ukuran plot tidak diperluas lagi.

8. Plot yang terakhir inilah yang disebut minimal area.

9. Buat grafik kurva dari hasil percobaan ini.

Keterangan :

1. Petak 25 x 25 cm

2. Petak 25 x 50 cm

3. Petak 50 x 50 cm

4. Petak 50 x 100 cm

5. Petak 100 x 100 cm

Gambar 1. Contoh petak minimal area.

8

5.

3.4.

1. 2.

Page 10: Analisa Vegetasi (Minimal Area)

Petak minimal area yang dibuat di lapangan

Gambar 2. Petak 25 x 25 cm Gambar 3. Petak 25 x 50 cm

Gamabar 3. Petak 50 x 50 cm

9

Page 11: Analisa Vegetasi (Minimal Area)

BAB III

ANALISIS DATA

A. Hasil Pengamatan

Tabel 1. Nama dan Jumlah Spesies pada Tiap Plot

No. Spesies Foto

Jumlah Spesies

Plot Keterangan

1 2 3

1.

Tanaman

A (Fam.

Balsamina

ceae)

7 3 15

Herba, warna daun dan batang

hijua kemerahan, tulang daun

menyirip, akar serabut, berbungan

kuning.

2.

Tanaman

B (Fam.

Balsamina

ceae)

14 - 27

Herba, daun dan batang berwarna

hijau, tulang daun menyirip,

berbunga putih, berakar serabut.

3.

Tanaman

C (Fam.

Balsamina

ceae)

84 115 217

Herba, daun dan batang berwarna

hijau, menyirip, tepi daun

bergerigi, bunga berwarna ungu,

berakar serabut.

4.

Tanaman

D (Fam.

Graminea

3 - 8

Rumput-rumputan, daun berwarna

hijau, tulang daun sejajar, hidup

berumpun, berakar serabut.

10

Page 12: Analisa Vegetasi (Minimal Area)

e)

5.

Tanaman

E (Fam.

Graminea

e)

2 1 6

Rumput-rumputan, berwarna

hijau, daun berbentuk jarum dan

berakar serabut.

0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.50

1

2

3

4

5

6

5

3

5

Grafik Kurva Minimal Area

Jumlah Spesies

Plot

Jum

lah

Spes

ies

B. Pembahasan

Pada praktikum analisa vegetasi dengan metode minimal area ini

didapat 5 spesies tumbuhan yang belum diketahui namanya. Dari hasil

identifikasi dengan menggunakan buku identifikasi yang ada, didapat

bahwa spesies A, B dan C merupakan tumbuhan dengan family

Balsaminaceae. Sedangkan tumbuhan D dan E merupakan tumbuhan dari

family Gramineae. Tetapi kami tidak dapat mengidentifikasi tumbuhan

11

Page 13: Analisa Vegetasi (Minimal Area)

tersebut secara lengkap sampai pada nama, karena bagian sampel yang

diambil untuk diidentifikasi tidak lengkap.

Family Balsaminacea merupakan herba dengan batang berair.

Daun tunggal, tersebar, berhadapan atau dalam karangan. Daun penumpu

jika ada bentuk kelenjar. Bunga zigomorf, berkelamin 2 di ketiak. Daun

berkelopak 3 atau 5, lepas atau yang samping 4 melekat. Benang sari 5,

tangkai sari pendek, lepas atau agak bersatu. Kepala sari berbentuk tabung,

bakal buah menumpang, beruang 4-5, bakal biji 2-lebih per ruang. Buah

membuka secara kenyal dan melemparkan biji, atau buah batu dengan 5

inti.

Sedangkan family Gramineae merupakan tumbuhan dengan batang

silindris agak pipih atau persegi, berlobang atau massif. Berbentuk herba

atau berkayu, daun tunggal, 2 baris, kadang-kadang seolah berbaris

banyak. Pelepah daun berkembang sangat baik, kerap kali terdapat lidah,

helaian daun duduk dan hamper selalu berbentuk lanset. Tulang daun

sejajar. Bunga tersusun dalam bulir, sebuah benang sari atau lebih dan

sebuah bakal buah. Bunga hampir selalu 2, kepala putik berbentuk bulu

atau malai. Bakal buah beruang 1 dengan biji 1.

Jumlah suatu spesies pada tiap plot berbeda-beda. Pada spesies A,

banyaknya adalah 7 pada plot 1, berjumlah 3 pada plot 2 dan berjumlah 15

pada plot 3. Spesies B berjumlah 14 pada plot 1 dan berjumlah 27 pada

plot 3, tetapi tidak ditemukan pada plot 2. Spesies C merupakan spesies

yang paling mendominasi pada ketiga plot. Pada plot 1 berjumlah 84, pada

plot 2 berjumlah 115 dan ditemukan 217 pada plot 3. Pada spesies D

ditemukan 3 rumpun pada plot 1 dan 8 rumpun pada plot 3, dan tidak

ditemukan pada plot 2. Spesies 5 berjumlah paling sedikit, tetapi terdapat

pada ketiga plot. Ditemukan 2 rumpun pada plot 1, 1 rumpun pada plot 2

dan 6 rumpun pada plot 3.

Kondisi lingkungan tempat pembuatan petak minimal area adalah

padang terbuka yang banyak ditumbuhi oleh rerumputan dan herba.

Tempat yang dipilih tidak berada pada naungan pohon.

12

Page 14: Analisa Vegetasi (Minimal Area)

Variasi struktur dan komposisi tumbuhan dalam suatu komunitas

dipengaruhi antara lain oleh fenologi, dispersal, dan natalitas.

Keberhasilannya menjadi individu baru dipengaruhi oleh vertilitas dan

ekunditas yang berbeda setiap spesies sehingga terdapat perbedaan

struktur dan komposisi masing-masing spesies.

Nilai frekuensi suatu jenis dipengaruhi secara langsung oleh

densitas dan pola distribusinya. Nilai distribusi dapat memberikan

informasi tentang keberadaan tumbuhan tertentu dalam suatu plot dan

belum dapat memberikan gambaran tentang jumlah individu pada masing-

masing plot (Desmawati, et. al, 2011).

Digunakannya petak minimal area karena daerah lapangan terbuka

tumbuhannya bersifat homogen, karena bebas menempatkan petak contoh

dimana saja, karena peluang menemukan jenis bebeda tiap petak contoh

relatif kecil. Prinsip penentuan ukuran petak adalah petak harus cukup

besar agar individu jenis yang ada dalam contoh dapat mewakili

komunitas, tetapi harus cukup kecil agar individu yang ada dapat

dipisahkan, dihitung dan diukur tanpa duplikasi atau pengabaian.

13

Page 15: Analisa Vegetasi (Minimal Area)

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat dari praktikum ini adalah :

1. Didapat 5 spesies tumbuhan yang belum diketahui namanya.

2. Jumlah suatu spesies pada tiap plot berbeda-beda.

3. Kondisi lingkungan tempat pembuatan petak minimal area adalah

padang terbuka yang banyak ditumbuhi oleh rerumputan dan herba.

Tempat yang dipilih tidak berada pada naungan pohon.

4. Digunakannya petak minimal area karena daerah lapangan terbuka

tumbuhannya bersifat homogen, karena bebas menempatkan petak

contoh dimana saja, karena peluang menemukan jenis bebeda tiap

petak contoh relatif kecil.

B. Saran

Adapun saran yang dapat diajukan, yaitu :

1. Pemilihan tempat pembuatan plot yang baik.

2. Penghitungan jumlah suatu spesies harus teliti.

3. Identifikasi tumbuhan harus teliti dan sesuai dengan tumbuhan.

14

Page 16: Analisa Vegetasi (Minimal Area)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Vegetasi. http://id.wikipedia.org/wiki/Vegetasi. Diakses, Rabu 26

Oktober 2011.

Anonim. 2011. Spesies-daerah Kurva. http://translate.google.co.id/translate?

hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Species-

area_curve&ei=mVinTpnlDITtrQefq_TCDQ&sa=X&oi=translate&ct=resu

lt&resnum=1&ved=0CBkQ7gEwAA&prev=/search%3Fq%3Dminimal

%2Barea%26hl%3Did%26biw%3D1366%26bih%3D629%26prmd

%3Dimvns. Diakses, Rabu 26 Oktober 2011.

Dedy. 2009. Analisa Vegetasi.

http://dydear.multiply.com/journal/item/15/Analisa_Vegetasi. Diakses,

Rabu 26 Oktober 2011.

Desmawati, et. al. 2011. Analisa Vegetasi. http://digilib.its.ac.id/ITS-

Undergraduate-3100007028754/6670. Diakses, Rabu 26 Oktober 2011.

Marpaung, Andre. 2009. Apa dan Bagaimana Mempelajari Analisa Vegetasi.

http://boymarpaung.wordpress.com/2009/04/20/apa-dan-bagaimana-

mempelajari-analisa-vegetasi/. Diakses, Rabu 26 Oktober 2011.

15

Page 17: Analisa Vegetasi (Minimal Area)

LAMPIRAN

No. Spesies

Jumlah Spesies

Plot Keterangan

1 2 3

1.

Tanaman A

(Fam.

Balsaminacea

e)

7 3 15

Herba, warna daun dan batang

hijua kemerahan, tulang daun

menyirip, akar serabut,

berbungan kuning.

2.

Tanaman B

(Fam.

Balsaminacea

e)

14 - 27

Herba, daun dan batang

berwarna hijau, tulang daun

menyirip, berbunga putih,

berakar serabut.

3.

Tanaman C

(Fam.

Balsaminacea

e)

84 115 217

Herba, daun dan batang

berwarna hijau, menyirip, tepi

daun bergerigi, bunga berwarna

ungu, berakar serabut.

4.

Tanaman D

(Fam.

Gramineae)

3 - 8

Rumput-rumputan, daun

berwarna hijau, tulang daun

sejajar, hidup berumpun,

berakar serabut.

5.

Tanaman E

(Fam.

Gramineae)

2 1 6

Rumput-rumputan, berwarna

hijau, daun berbentuk jarum

dan berakar serabut.

Famili 70. Balsaminaceae

Herba dengan batang berair. Daun tunggal, tersebar, berhadapan atau

dalam karangan. Daun penumpu jika ada bentuk kelenjar. Bunga zigomorf,

berkelamin 2 di ketiak. Daun berkelopak 3 atau 5, lepas atau yang samping 4

16

Page 18: Analisa Vegetasi (Minimal Area)

melekat. Benang sari 5, tangkai sari pendek, lepas atau agak bersatu. Kepala sari

berbentuk tabung, bakal buah menumpang, beruang 4-5, bakal biji 2-lebih per

ruang. Buah membuka secara kenyal dan melemparkan biji, atau buah batu

dengan 5 inti.

Family Gramineae-Rumput

Batang silindris agak pipih atau persegi, berlobang atau massif. Berbentuk

herba atau berkayu, daun tunggal, 2 baris, kadang-kadang seolah berbaris banyak.

Pelepah daun berkembang sangat baik, kerap kali terdapat lidah, helaian daun

duduk dan hamper selalu berbentuk lanset. Tulang daun sejajar. Bunga tersusun

dalam bulir, sebuah benang sari atau lebih dan sebuah bakal buah. Bunga hampir

selalu 2, kepala putik berbentuk bulu atau malai. Bakal buah beruang 1 dengan

biji 1.

17