76
ANALISIS BEBAN KOGNITIF PADA PEMBELAJARAN KIMIA MATERI KESETIMBANGAN DI PONDOK PESANTREN AL-MIZAN PUTRI PANDEGLANG Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: Yayang Nurwanda NIM. 11140162000026 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019

ANALISIS BEBAN KOGNITIF PADA PEMBELAJARAN ......iv ABSTRAK Yayang Nurwanda (11140162000026). Analisis Beban Kognitif pada Pembelajaran Kimia Materi Kesetimbangan Kimia di Pondok Pesantren

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • ANALISIS BEBAN KOGNITIF PADA PEMBELAJARAN KIMIA

    MATERI KESETIMBANGAN DI PONDOK PESANTREN AL-MIZAN

    PUTRI PANDEGLANG

    Skripsi

    Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memperoleh

    Gelar Sarjana Pendidikan

    Oleh:

    Yayang Nurwanda

    NIM. 11140162000026

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

    FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    2019

  • i

    LEMBAR PENGESAHAN

  • ii

    LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

  • iii

    SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

  • iv

    ABSTRAK

    Yayang Nurwanda (11140162000026). Analisis Beban Kognitif pada

    Pembelajaran Kimia Materi Kesetimbangan Kimia di Pondok Pesantren Al-

    Mizan Putri Pandeglang. Skripsi. Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas

    Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

    Jakarta.

    Setiap siswa mempunyai kapasitas memori kerja yang berbeda. Kegiatan dan mata

    pelajaran di pondok pesantren yang lebih banyak menjadi salah satu penyebab

    berlebihnya kapasitas memori kerja siswa. Akibatnya, siswa merasakan beban pada

    proses pembelajaran, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beban kognitif

    siswa di pondok pesantren Al-Mizan khususnya pada pembelajaran kimia. Penelitian

    dilakukan secara deskriptif kuantitatif. Teknik pengambilan sampel yang digunakan

    yaitu purposive sampling. Dimana sampel pada penelitian ini sebanyak 35 siswa

    kelas XI IPA 1. Beban kognitif siswa dalam penelitian ini adalah Intrinsic Cognitive

    Load (ICL) berkaitan dengan kemampuan Menerima dan Mengolah Informasi siswa

    diukur menggunakan lembar kerja siswa. Extraneous Cognitive Load (ECL)

    berkaitan dengan Usaha Mental siswa diukur menggunakan angket skala likert.

    Germane Cognitive Load (GCL) berkaitan dengan Hasil Belajar siswa diukur

    menggunakan latihan soal pilihan ganda. Hasil penelitian mendapatkan bahwa

    1) kemampuan menerima dan mengolah informasi siswa dengan nilai rata-rata

    sebesar 70 dalam kategori baik, menandakan rendahnya beban kognitif instrinsik

    siswa (ICL). 2) Usaha mental siswa dengan nilai rata-rata sebesar 71 dalam kategori

    baik, menandakan tingginya beban kognitif extraneous siswa (ECL). 3) Hasil belajar

    siswa dengan rata-rata nilai sebesar 48 dalam kategori cukup, menandakan tingginya

    beban kognitif germane siswa (GCL).

    Kata kunci: Cognitive Load, Pondok Pesantren, Hasil Belajar

  • v

    ABSTRACT

    Yayang Nurwanda (11140162000026). Analysis of Cognitive Load in Chemistry

    Learning Chemistry Equilibrium Subject at Islamic Boarding School Al-Mizan

    Putri Pandeglang. Essay. Chemistry Education Study Program, Faculty of

    Tarbiyah and Teacher Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University

    Jakarta.

    Each student has a different working memory capacity. Activities and subjects in

    Islamic boarding schools are more likely to be one of the causes of excessive student

    working memory capacity. As a result, students feel the load on the learning process,

    then this study aims to determine the cognitive load of students in Al-Mizan Islamic

    boarding schools, especially in learning chemistry. This study was conducted in a

    quantitative descriptive manner. The sampling technique used is purposive sampling.

    Where the sample used in this study was 35 students in class of XI Science 1.

    Cognitive load of students in this study is Intrinsic Cognitive Load (ICL) related to

    the ability to receive and process information students are measured using student

    worksheets. Extraneous Cognitive Load (ECL) related to students' mental effort is

    measured using a Likert scale questionnaire. Germane Cognitive Load (GCL) relating

    to Student Learning Outcomes is measured using multiple choice practice exercises.

    The results found that 1) the ability to receive and process student information with

    an average value of 70 in the good category, indicating the low intrinsic cognitive

    load of students (ICL). 2) The mental effort of students with an average value of 71 in

    the good category, indicates the high extraneous cognitive load of students (ECL). 3)

    Student learning outcomes with an average value of 48 in the sufficient category,

    indicating the high cognitive load of German students (GCL).

    Keywords: Cognitive Load , Boarding School, Learning Outcomes

  • vi

    KATA PENGANTAR

    Alhamdullilahi rabbil „alamin. Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat

    Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

    menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada

    Nabi Muhammad SAW, semoga kita mendapatkan syafa‟at beliau di hari akhir kelak.

    Skripsi yang berjudul “Analisis Beban Kognitif pada Pembelajaran Kimia

    Materi Kesetimbangan Kimia di Pondok Pesantren Al Mizan Putri wilayah

    Pandeglang” ini ditunjukkan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana

    Strata 1 (S1) pada Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan Ilmu

    Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

    Jakarta.

    Dalam kesempatan ini tak lupa penulis menyampaikan ucapan terima kasih

    kepada semua pihak yang telah membantu, mendukung dan membimbing penulis

    dalam menyelesaikan skrispsi ini, diantaranya kepada:

    1. Bapak Burhanudin Milama, M.Pd., selaku pembimbing I yang telah

    memberikan bimbingan, waktu, saran dan perhatian kepada penulis selama

    penyusunan skripsi ini, dan selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia

    Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif

    Hidayatullah Jakarta. Semoga Allah SWT senantiasa membalas kebaikan dan

    melimpahkan keberkahan kepada Bapak.

    2. Ibu Luki Yunita, M.Pd., selaku pembimbing II yang telah senantiasa

    memberikan waktu, masukan, saran, dukungan dan motivasi kepada penulis

    dengan penuh kesabaran selama proses bimbingan penyusunan skripsi.

    Semoga Allah SWT senantiasa membalas kebaikan dan melimpahkan

    keberkahan kepada Ibu.

    3. Ibu Nanda Saridewi M.Si., selaku penguji I yang telah senantiasa memberikan

    waktu, masukan, saran kepada penulis selama proses ujian munaqosah.

  • vii

    Semoga Allah SWT senantiasa membalas kebaikan dan melimpahkan

    keberkahan kepada Ibu.

    4. Bapak Buchori Muslim, M.Pd selaku penguji II yang telah senantiasa

    memberikan waktu, masukan, saran kepada penulis selama proses ujian

    munaqosah. Semoga Allah SWT senantiasa membalas kebaikan dan

    melimpahkan keberkahan kepada Bapak.

    5. Bapak Tonih Feronika, M.Pd., selaku Pembimbing Akademik yang telah

    memberikan bimbingan, waktu, perhatian, motivasi, dan semangat kepada

    penulis selama perkuliahan berlangsung.

    6. Ibu Dr. Hj. Siti Suryaningsih, M.Si., selaku Dosen validator instrument yang

    telah memberikan kritik dan saran kepada penulis selama proses validasi.

    7. Ibu Salamah Agung, S.Si., Apt., MA., Ph.D., selaku Dosen validator

    instrument yang telah memberikan kritik dan saran kepada penulis selama

    proses validasi.

    8. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, khususnya Dosen

    Pendidikan Kimia FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

    memberikan segala ilmu dalam proses perkuliahan.

    9. Ustadz M. Badru Dawam, S.Pd., selaku Kepala MA Al-Mizan Putri

    Pandeglang yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan

    penelitian.

    10. Teristimewa untuk kedua orangtua saya tercinta, Ibu Ida Nursamsiah dan

    Bapak Wawan Ridwan yang selalu memberikan kasih sayang, motivasi, doa,

    dan dukungan baik moril maupun materil yang tak henti-hentinya dalam

    penyusunan skripsi ini. Semoga Allah SWT senantiasa membalas kebaikan

    dan melimpahkan keberkahan kepada kalian.

    11. Adik tercinta, Nazwa Ahada dan M. Nurardyanullah yang selalu memberikan

    kasih sayang, dukungan, motivasi, dan doa yang tak henti hentinya kepada

    penulis.

  • viii

    12. Sahabat tersayang Andini Novitasari, Arini Nurhidayah, Mutiah Mujahidah,

    Utawati dan Ilham Mahardika yang selalu membantu, memberikan motivasi

    dan doa kepada penulis.

    13. Teman-teman seperjuanganku, Syarifah Mutiah, Nita, Ismi, teman

    seperbimbingan Bapak Burhanudin dan Ibu Luki yang telah berbagi

    kesabaran, pengalaman, dan dukungannya.

    14. Teman-teman Pendidikan Kimia angkatan 2014 yang saling memberikan

    dukungan dan motivasi.

    15. Teman-teman kos Bunda semanggi 2, Andini, Ica, Devita, Isfi, Silvi yang

    selalu memberikan semangat dan keceriaan selama penulis menjalankan

    proses skripsi.

    16. Sahabatku tersayang, Maulidah Hasanah, Ratu Assyarifa, Lika Tistian yang

    selalu mendengarkan curhatan dan keluhan penulis dalam proses penyusunan

    skripsi ini.

    17. Sepupuku tercinta, Milah Marina Ayu, Elisa Novitasari, Tofan Nurcahyadi,

    Jamaluddin, Isnaeni Octaviani, yang selalu memberikan dukungan, bantuan

    dan motivasi sehingga penulis dapat dengan lancar menyelesaikan skripsi ini.

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan,

    untuk itu sangat diharapkan masukan berupa kritik dan saran yang bersifat

    membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini memberikan manfaat

    bagi mahasiswa sebagai calon guru dan secara umum Aamiin.

    Wassalamu‟ alaikum warohmatullahi wabarokatuh

    Jakarta, 20 Agustus 2019

    Penulis

    Yayang Nurwanda

  • ix

    DAFTAR ISI

    LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ................................................. i

    SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI.............................................................. ii

    ABSTRAK ................................................................................................................... iv

    ABSTRACT .................................................................................................................. v

    KATA PENGANTAR ................................................................................................. vi

    DAFTAR ISI ................................................................................................................ ix

    DAFTAR TABEL ....................................................................................................... xii

    DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xiii

    DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xiv

    BAB I ............................................................................................................................ 1

    PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1

    A. Latar Belakang ............................................................................................... 1

    B. Identifikasi Masalah ....................................................................................... 5

    C. Batasan Masalah ............................................................................................. 5

    D. Rumusan Masalah .......................................................................................... 6

    E. Tujuan Penelitian ............................................................................................ 6

    F. Manfaat dan Kegunaan Penelitian ..................................................................... 6

    BAB II ........................................................................................................................... 8

    KAJIAN TEORITIS, DAN KERANGKA BERFIKIR ................................................ 8

    A. Kajian Teoritis ................................................................................................ 8

    1. Beban Kognitif ............................................................................................ 8

    2. Pondok Pesantren ...................................................................................... 15

    4. Pembelajaran Kimia di Pondok Pesantren ................................................ 18

    5. Kegiatan di Pondok Pesantren .................................................................. 19

    6. Pondok Pesantren Al-Mizan Putri Pandeglang ......................................... 21

    7. Peraturan Pemerintah tentang Standar Nasional Pendidikan .................... 24

    8. Materi Kesetimbangan Kimia ................................................................... 25

  • x

    B. Kerangka Berfikir ......................................................................................... 32

    C. Penelitian yang Relevan ............................................................................... 32

    BAB III ....................................................................................................................... 36

    METODOLOGI PENELITIAN .................................................................................. 36

    A. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................................... 36

    B. Metode Penelitian ......................................................................................... 36

    C. Populasi dan Sampel .................................................................................... 36

    D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 37

    E. Prosedur Penelitian ....................................................................................... 38

    1. Tahap Persiapan ........................................................................................ 38

    2. Tahap Pelaksanaan .................................................................................... 38

    3. Tahap Penyelesaian................................................................................... 38

    F. Instrumen Penelitian......................................................................................... 40

    1. Lembar Kerja Siswa (LKS) ...................................................................... 40

    2. Angket atau kuesioner (Questionnaires) .................................................. 42

    3. Soal Test ................................................................................................... 44

    G. Validasi Instrumen Penelitian ...................................................................... 46

    1. Uji Validitas .............................................................................................. 46

    2. Uji Reliabilitas .......................................................................................... 47

    H. Teknik Analisis Data .................................................................................... 48

    1. Data hasil Lembar Kerja Siswa ................................................................ 48

    2. Data Hasil Angket ..................................................................................... 51

    3. Data Hasil Soal Tes................................................................................... 52

    BAB IV ....................................................................................................................... 54

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................................................... 54

    A. Hasil Penelitian ............................................................................................. 54

    1. Data Hasil Kemampuan Menerima Dan Mengolah Informasi (MMI)

    dalam Instrinsic Cognitive Load (ICL) ............................................................... 55

  • xi

    2. Data Hasil Usaha Mental (UM) dalam Extraneous Cognitive Load (ECL)

    57

    3. Data Hasil Belajar Siswa (HB) Germane Cognitive Load (GCL) ............ 60

    B. Pembahasan .................................................................................................. 61

    1. Instrinsic cognitive load (ICL) .................................................................. 61

    2. Extraneous cognitive load (ECL) ............................................................. 67

    3. Germane cognitive load (GCL) ................................................................ 70

    BAB V ......................................................................................................................... 74

    KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................... 74

    A. Kesimpulan ................................................................................................... 74

    B. Saran ............................................................................................................. 75

    DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 76

    LAMPIRAN- LAMPIRAN ......................................................................................... 82

  • xii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 Faktor-faktor Beban Kognitif dan pengelolaannya ……………….. 13

    Tabel 3.1 Teknik Pengumpulan Data ……………………………………....... 37

    Tabel 3.2 Kisi-kisi Lembar Kerja Siswa (LKS) ……………………………… 40

    Tabel 3.3 Kisi-kisi Angket …………………………………………………… 43

    Tabel 3.4 Kisi-kisi Soal Pilihan Ganda ………………………………………. 45

    Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Soal Pilihan Ganda ……………………………. 47

    Tabel 3.6 Kriteria Reliabilitas ………………………………………………... 48

    Tabel 3.7 Rubrik Penskoran Lembar Kerja Siswa (LKS) …………………… 49

    Tabel 3.8 Rubrik Penskoran Lembar Angket dengan Skala Likert …………. 52

    Tabel 3.9 Tingkat Kategorisasi nilai skor rata-rata siswa ……………........... 53

    Tabel 4.1 Rata-rata nilai MMI, UM dan HB Siswa Kelas XI di Pesantren

    Al Mizan dan Kategorisasinya …………………………………….. 55

    Tabel 4.2 Persentase (%) Jawaban Siswa pada LKS ………………………… 56

    Tabel 4.3 Persentase (%) Jawaban Siswa pada Angket ……………………... 57

    Tabel 4.4 Persentase (%) skor pada Hasil Belajar Siswa ……………………. 60

  • xiii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Reaksi dalam bentuk kesetimbangan atau tidak …………………... 26

    Gambar 2.2 Kerangka Berfikir………………………………………………...... 32

    Gambar 3.1 Bagan Prosedur Penelitian ………………………………………… 39

    Gambar 4.1 Faktor Pengetahuan Sebelumnya ………………………………….. 62

    Gambar 4.2 Faktor Kesulitan materi: Keterkaitan dengan unsur lain yang

    lebih sulit …………………………………………………………... 65

    Gambar 4.3 Faktor Kesulitan materi: Banyaknya hal yang harus diproses

    dalam waktu yang bersamaan ……………………………………... 66

  • xiv

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Kisi kisi instrumen beban kognitif intrinsic (ICL) ...................... 83

    Lampiran 2 Kisi kisi instrument beban kognitif extraneous (ECL) ............... 89

    Lampiran 3 Kisi kisi instrument beban kognitif germane (GCL)................... 92

    Lampiran 4 Lembar Validitas Instrumen Lembar Kerja Siswa Materi

    Kesetimbangan Kimia oleh Validator Ahli ................................. 105

    Lampiran 5 Lembar Validitas Instrumen Angket Usaha Mental Siswa

    oleh Validator Ahli ...................................................................... 109

    Lampiran 6 Lembar Validitas Instrument Soal Pilihan Ganda Materi

    Kesetimbangan Kimia oleh Validator Ahli ................................. 111

    Lampiran 7 Lembar Hasil Uji Validitas Soal Tes Pilihan Ganda Materi

    Kesetimbangan Kimia ................................................................. 118

    Lampiran 8 Lembar Hasil Uji Reliabilitas Soal Tes Tes Pilihan Ganda

    Materi Kesetimbangan Kimia ..................................................... 126

    Lampiran 9 Data Responden dan Nilai Hasil Lembar Kerja Siswa ............ .. 127

    Lampiran 10 Data Responden dan Nilai Hasil Angket Usaha Mental Siswa...

    ..................................................................................................... 129

    Lampiran 11 Data Responden dan Nilai Hasil Soal Tes Pilihan Ganda........... 131

    Lampiran 12 Persentase dan Hasil Perhitungan ICL, ECL dan GCL............... 133

    Lampiran 13 Soal Lembar Kerja Siswa yang Telah Diisi ................................ 135

    Lampiran 14 Angket Usaha Mental Siswa yang Telah Diisi ........................... 151

    Lampiran 15 Soal Tes Pilihan Ganda Hasil Belajar Siswa yang Telah Diisi ... 154

    Lampiran 16 Kategorisasi Data ........................................................................ 160

    Lampiran 17 Surat Permohonan Izin Validasi.................................................. 161

    Lampiran 18 Surat Keterangan Sebagai Validator ........................................... 163

    Lampiran 19 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ........................... 164

    Lampiran 20 Dokumentasi Kegiatan Penelitian ............................................... 165

    Lampiran 21 Lembar Uji Referensi .................................................................. 166

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Pondok Pesantren merupakan tempat dimana santri, kiyai, ustadz dapat

    belajar secara formal maupun non formal. Dimana dalam pelaksanaanya

    dibimbing oleh ustadz, ustdzah dan kiyai secara langsung. Dan sistem yang

    digunakan misalnya di pondok pesatren Gontor yaitu sistem Sorogan dan

    Bandungan. Tidak hanya sistem intrakulikuler yang digunakan, tetapi pondok

    pesantren juga melibatkan kegiatan ko-kurikuler dan ekstra kurikuler. Bahasa

    komunikasi sehari-harinya pun menggunakan bahasa Arab dan Bahasa Inggris,

    tidak hanya itu di pondok pesantren pula menerapkan hafalan Al-Quran/ tahfizh

    Al-Quran, keterampilan hidup, studi hukum islam, dan keterampilan lainnya. Di

    pondok pesantren diberlakukan pula penambahan jumlah jam pelajaran

    pendidikan agama dari dua jam menjadi 6 jam perminggu. Kemudian waktu

    belajar tambahan dengan membiarkan siswa dapat belajar sendiri serta untuk

    menghafal ayat-ayat suci Al-Quran, begitupula dengan pelatihan berbahasa Arab

    dan Inggris dengan menulis dan berpidato dalam kedua bahasa tersebut

    Muhadhoroh (Abdurrahman, 2016).

    Pondok pesantren berdasarkan peraturan pemerintah Republik Indonesia

    Nomor 55 Tahun 2007 tentang pendidikan agama dan pendidikan keagamaan,

    bahwa pendidikan keagamaan Islam berbentuk pendidikan diniyah dan

    pesantren. Pesantren dapat menyelenggarakan 1 atau lebih dari satuan dan/atau

    program pendidikan pada jalur formal, nonformal dan informal. Untuk

    pendidikan diniyah menengah menyelenggarakan pendidikan menengah atas

    sederajat dengan MA/SMA yang terdiri atas 3 (tiga) tingkat. Kurikulum

    pendidikan agama yang digunakanpun dilaksanakan sesuai Standar Nasional

    Pendidikan dan dapat menambahkan muatan pendidikan agama sesuai kebutuhan

  • 2

    dapat berupa materi, jam pelajaran dan kedalaman materi pada satuan

    pendidikan. Kurikulum pendidikan diniyah menengah formal wajib memasukan

    pendidikan bahasa Indonesia, kewarganegaraan, ilmu pengetahuan alam,

    matematika, serta seni budaya. Dalam penyelanggaraannya pendidikan

    keagamaan bersumber dari ajaran agama yang memadukan ilmu agama dan ilmu

    umum/keterampilan (UU, No 55, 2007)

    Siswa pondok pesantren lebih banyak menerima materi pelajaran bidang

    keagamaan daripada mata pelajaran umum. Setiap harinya materi-materi tersebut

    harus dipelajari siswa dan beberapa materi bersifat hafalan. Pada kondisi seperti

    itu siswa merasakan kesulitan ketika mempelajarinya. Hal tersebut juga

    disebabkan oleh strategi pembelajaran yang lebih menekankan kepada metode

    ceramah dibanding metode praktikum. Banyaknya materi yang harus dipelajari

    serta strategi pembelajaran yang monoton (tidak menarik) dapat menimbulkan

    siswa merasakan beban kognitif (Tan, 2015).

    Begitupula, berdasarkan penelitian Fauzi, Suyatno dan Raharjo (2016)

    menunjukkan bahwa siswa di sekolah SMA Unggulan Amanatul Ummah belum

    mampu menerapkan pemahaman mereka pada soal yang bersifat abstrak seperti

    halnya materi-materi pada pelajaran kimia kemudian pembelajaran yang

    dilakukan oleh guru menunjukkan bahwa guru belum secara maksimal

    menerapkan pendekatan saintifik, cenderung menggunakan metode ceramah dan

    tidak memberikan nuansa kontekstual pada materi yang dipelajari. Pembelajaran

    dengan metode tersebut dapat membuat siswa bosan, pasif, tertekan, dan kurang

    kreatif. Berdasarkan pengamatan penelitiannya, padatnya aktivitas santri di

    pesantren membuat fisik mereka mudah lelah saat belajar di kelas sehingga

    membuat kebanyakan santri mengantuk saat proses pembelajaran berlangsung.

    Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah faktor sekolah,

    yang terdiri dari pembelajaran yang dilakukan guru, sarana, dan buku ajar. Guru

    pada sekolah ini seharusnya melakukan pembelajaran yang menarik dan

  • 3

    membuat materi pelajaran dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa, agar

    keterbatasan sumber belajar tidak menjadi masalah bagi siswa dan membuat

    mereka mudah memahami konsep-konsep abstrak yang dipelajari.

    Pondok pesantren yang dipilih peneliti yaitu pondok pesantren Al-Mizan

    yang kegiatan dan kurikulumnya mengacu pada sistem pondok pesantren Gontor.

    Maka peneliti beranggapan bahwa dengan banyaknya pelajaran, kegiatan dan

    proses pembelajaran yang dialami siswa akan menjadi faktor siswa merasakan

    beban kognitif. Sejalan dengan hasil wawancara peneliti lakukan dengan ustadz

    dan salah satu santri di pondok pesantren Al-Mizan Putri kelas XI MA pada

    tahun 2018 bahwa kegiatan, metode pembelajaran di pondok pesantren Al-Mizan

    Putri sama dengan yang dijelaskan oleh penelitian Fauzi dkk. (2016). Mata

    pelajaran di kelas XI MA IPA di pondok pesantren Al-Mizan ada 24 pelajaran

    diantaranya: Tafsir, Balaghah, Nahwu, Hadits, Insya Ta‟bier, Muthola‟ah,

    Mustholah, Ushul Fiqh, Fiqh, Tarbiyah, Nisaiyah, Tafsir, Tarjamah, Aqidah,

    Mahfudzot, Tarikh Islam, Grammar, B.Inggris, B.Indonesia, PKN, Sejarah,

    Biologi, Kimia, dan Fisika. Untuk pelajaran kimia diberikan 2 jam pelajaran saja,

    sama dengan pelajaran biologi dan fisika. Tetapi pada pelajaran Matematika

    diberikan 4 jam pelajaran. Menurut peneliti hal ini merupakan salah satu faktor

    siswa di pondok pesantren Al-Mizan memiliki beban kognitif yang besar karena

    banyaknya pelajaran dan sedikitnya jam pelajaran kimia. Hal tersebut

    dikarenakan terbatasnya memori kerja siswa sehingga apa yang dialami siswa

    melebihi kapasitas memori kerja.

    Banyaknya materi kimia di kelas XI IPA menjadi salah satu kesulitan yang

    dialami siswa, dalam penelitian ini peneliti memilih materi kesetimbangan kimia.

    Pada materi kesetimbangan kimia memerlukan pengetahuan sebelumnya dan

    keterkaitan dengan materi lain untuk memahami materi ini. Sehingga siswa

    memerlukan memori kerja yang lebih ketika proses pembelajaran. Hal tersebut

  • 4

    menyebabkan berlebihnya kapasitas memori kerja sehingga siswa merasakan

    beban kognitif.

    Di pondok pesantren pada pelajaran bidang keagaman siswa sudah cukup

    memiliki beban kognitif yang berat yang hampir keseluruhan metodenya berupa

    hafalan. Oleh karena itu, siswa secara tidak langsung diwajibkan untuk mampu

    mengingat semua hal yang dipelajari dengan kemampuan kerja memori yang

    terbatas. Sebagaimana dijelaskan Jong (2010) bahwa kapasitas kognitif manusia

    dalam memori kerja itu terbatas, dikarenakan perbedaan memori kerja yang

    dimiliki setiap orang. Banyak faktor yang mempengaruhi keterbatasan memori

    kerja pada siswa ketika proses belajar salah satunya yaitu faktor internal dan

    eksternal, faktor internal yaitu dari tingkat kesulitan pada materi pelajaran dan

    faktor eksternal yaitu lingkungan belajar seperti waktu, tempat dan penghambat

    karena banyaknya aktifitas selain belajar yang dilakukan oleh siswa.

    Pembelajaran akan terhambat dan siswa pun akan mengalami kesulitan dalam

    belajar jika tugas belajar melebihi kapasitas kognitif siswa.

    Teori beban kognitif berkaitan dengan tugas kognitif yang kompleks dalam

    pembelajaran dimana pelajar sering mengalami kesulitan oleh banyaknya

    informasi interaktif yang perlu diproses dalam waktu bersamaan sebelum

    pembelajaran yang utama akan dimulai. Jadi beban kognitif itu timbul karena

    jumlah total proses berfikir yang diperlukan melebihi kapasitas memori kerja

    yang dimiliki manusia (Paas, Gog dan Sweller, 2010). Pada memori kerja

    terdapat tiga komponen beban kognitif yang terjadi dalam selama belajar, antara

    lain (1) Intrinsic Cognitive Load, (2) Extraneous Cognitive Load, (3) Germane

    Cognitive Load. Komponen yang pertama yaitu, Intrinsic Cognitive Load

    berhubungan dengan sifat yang melekat pada isi atau materi yang dipelajari dan

    kesulitan materi pelajaran. Pada beban ini terkait dengan bagaimana proses

    Menerima dan Mengolah Informasi yang diterimanya pada proses pembelajaran

    yang berhubungan dengan memori kerja pada setiap individu. Kedua yaitu,

  • 5

    Extraneous Cognitive Load merupakan beban kognitif yang tidak langsung

    berkontribusi terhadap pembelajaran dan ditimbulkan oleh bahan instruksional.

    Hal ini terkait dengan Usaha Mental yang dilakukan oleh siswa sendiri dalam

    proses pembelajaran. Komponen beban kognitif yang terakhir yaitu, Germane

    Cognitive Load dipengaruhi oleh beban pada Hasil Belajar siswa yang

    bergantung pada hubungan antara hasil dari beban intrinsic dan extraneous (Jong,

    2010).

    Berdasarkan uraian di atas, maka penulis memutuskan perlu untuk

    melakukan penelitian dengan menganalisis beban kognitif pada pembelajaran

    kimia di pondok pesantren. Oleh karena itu, penulis melakukan sebuah penelitian

    berjudul “Analisis Beban Kognitif pada Pembelajaran Kimia Materi

    Kesetimbangan Di Pondok Pesantren Al-Mizan Putri Pandeglang”.

    B. Identifikasi Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat

    diidentifikasikan beberapa masalah seperti dibawah ini:

    1. Banyaknya mata pelajaran di pondok pesantren menjadi tambahan beban

    kognitif siswa terhadap pembelajaran kimia.

    2. Metode pembelajaran kimia di pondok pesantren yang masih menggunakan

    metode ceramah yang membuat siswa pasif.

    3. Waktu belajar pelajaran kimia yang terbatas karena banyaknya pelajaran dan

    kegiatan keagamaan di pondok pesantren.

    4. Memori kerja yang dimiliki siswa berbeda dan terbatas sehingga ketika

    melebihi kapasitas memori kerja siswa merasakan beban kognitif pada proses

    pembelajaran.

    C. Batasan Masalah

    Berikut batasan masalah pada penelitian ini agar lebih mudah mengarah

    pada tujuan dan rumusan masalah yang ditentukan:

  • 6

    1. Beban kognitif siswa pada pembelajaran kimia materi kesetimbangan kimia.

    2. Siswa pada kelas XI IPA di Pondok Pesantren Al-Mizan Putri Pandeglang.

    D. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka rumusan

    masalah dalam penelitian ini adalah, “Bagaimana Beban kognitif Siswa pada

    Pembelajaran Kimia Materi Kesetimbangan Kimia Di Pondok Pesantren Al-

    Mizan?”.

    E. Tujuan Penelitian

    Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui beban kognitif

    siswa pada pembelajaran kimia materi kesetimbangan kimia di pondok pesantren

    Al Mizan putri Pandeglang.

    F. Manfaat dan Kegunaan Penelitian

    Harapan dari penelitian ini dapat memberikan manfaat dan kegunaan:

    1. Manfaat Teoritis

    Sebagai bahan referensi untuk mengembangkan penelitian mengenai beban

    kognitif siswa.

    2. Manfaat Praktis

    a. Bagi peneliti-peneliti Lain

    Melalui penelitian ini, para peneliti lain mendapatkan informasi

    mengenai beban kognitif siswa pada pembelajaran kimia di pondok pesantren

    untuk menjadi referensi agar dapat melanjutkan atau meneruskan penelitian

    mengenai beban kognitif di pondok pesantren.

  • 7

    b. Bagi guru

    Penelitian ini bermanfaat bagi guru untuk menjadi referensi

    memperbaiki strategi pembelajaran khususnya di pondok pesantren.

    c. Bagi pesantren

    Bagi pesantren penelitian ini bermanfaat sebagai referensi dalam

    memperbaiki sistem pembelajaran kimia di pesantren dan untuk pertimbangan

    kegiatan-kegiatan pembelajaran dan aktivitas di pesantren yang dapat

    mempengaruhi proses belajar siswa

  • 8

    BAB II

    KAJIAN TEORITIS, DAN KERANGKA BERFIKIR

    A. Kajian Teoritis

    1. Beban Kognitif

    Kognitif atau disebut juga “kognisi” berasal dari bahasa latin “cognescere”

    yang artinya “mengetahui”, atau “sebagai pemahaman terhadap pengetahuan”

    atau “kemempuan untuk memperoleh suatu pengetahuan tertentu”. Kognitif

    sendiri merupakan istilah yang mengacu pada proses mental yang terlibat

    dalam memperoleh pengetahuan dan pemahaman, termasuk berfikir,

    mengetahui, mengingat, menilai, dan memecahkan masalah. Sedangkan

    kognisi secara umum, terminologi “kognisi” mengacu pada semua aktivitas

    mental yang terlibat dalam menerima informasi, memahami, menyimpan,

    membuka dan menggunakan (Kuswana, 2011, hlm. 79)

    Proses kognitif merupakan gabungan antara informasi yang diterima

    melalui indra tubuh manusia dengan informasi yang telah ada dalam ingatan

    jangka panjang. Interaksi kedua informasi terjadi dalam memori kerja.

    Kemampuan pengolahan informasi dibatasi oleh kapasitas memori dan faktor

    waktu. Karena adanya kapasitas memori ketika proses pembelajaran akan

    menjadi beban kognitif bagi para pelajar jika pada proses pembelajarannya

    melebihi memori kerja atau kapasitas memorinya. Begitupula pengetahuan,

    sikap, dan kemampuan adaptasi terhadap lingkungan yang dimiliki sseorang

    diperoleh melalui proses belajar. Belajar apapun yang dipelajarinya,

    pendekatan, strategi, dan metodenya keberhasilannya tergantung kepada

    fungsi memori pelajar tersebut. Para peneliti psikologi kognitif menemukan

    salah satu beban kognitif dalam belajar disebabkan oleh masalah memori.

    Bahkan pribadi yang mempunyai kapasitas memori yang normal sekalipun

  • 9

    harus mengoptimalkan sumber daya memori secara efisien untuk mencapai

    hasil beljar yang optimal (Kuswana, 2011, hlm. 82).

    Beban kognitif merupakan bagian dari teori pembelajaran yang berupaya

    untuk memperbaiki proses pembelajaran yaitu dengan mempertimbangan 3

    komponen beban kognitif. Dalam aplikasi pembelajaran beban kognitif

    intrinsik harus dikelola dengan baik, beban kognitif extraneous harus ditekan

    serendah mungkin, dan beban kognitif germane harus ditingkatkan (Jong,

    2010). Adapun menurut Meissner dan Bogner (2013) pembelajaran yang baik

    adalah pembelajaran yang memberikan materi yang dapat mencapai beban

    kogntif intrinsik yang tidak berlebihan, mampu menurunkan beban kognitif

    extraneous dan mampu meningkatkan beban kognitif germane sesuai yang

    sudah ditentukan.

    Beban kognitif merupakan arsitektur kognitif manusia yang berhubungan

    dengan memori kerja untuk memproses informasi yang diterima pada selang

    waktu tertentu (Kalyuga, 2011). Pemrosesan informasi dalam kognitif

    manusia merupakan bagian utama dari sistem memori yang bekerja dalam

    memproses informasi pada memori jangka pendek (short-term memory) dan

    memori jangka panjang (long-term memory). Pada proses memori kerja

    melibatkan proses mental yang bekerja dengan isi pada memori jangka pendek

    dan jangka panjang. Memori jangka panjang adalah bagian sistem memori

    yang menjadi tempat menyimpan informasi dalam kurun waktu yang lama.

    Memori jangka pendek atau yang disebut juga memori kerja (working

    memory) adalah sistem penyimpanan yang dapat memuat informasi dalam

    jumlah tertabas selama beberapa detik (Kuswana, 2011, hlm. 84-85).

    Hubungan antara memori jangka panjang dengan jangka pendek, ketika

    informasi masuk ke memori jangka pendek, memori jangka pendek segera

    mengodekan informasi untuk penyimpanan jangka panjang sekaligus

    mengaktifkan memori jangka panjang yang terkait selain itu hubungan

    memori jangka panjang dan jangka pendek juga dapat mempercepat atau

  • 10

    memudahkan akses untuk pengolahan memori kerja, dan dapat meningkatkan

    rentang memori jangka pendek dan rentang memori kerja. Peran utama dari

    memori kerja jangka pendek maupun jangka panjang dapat memainkan fungsi

    kognitif dan belajar, belajar yang sukses adalah terpakainya sebagian besar

    fungsi dari kapasitas memori kerja pribadi. Tetapi tinjauan hubungan antara

    memori kerja dengan aspek belajar secara akademik sering kali disebabkan

    oleh kapasitas yang terbatas dan sumber daya yang tidak optimal. Selain

    keterbatasan kapasitas memori, penyimpanan memori secara tetap dalam

    interval waktu pendek juga terbatas. Maka dari itu karena adanya kapasitas

    memori yang terbatas menimbulkan beban kognitif yang terjadi pada proses

    belajar (Kuswana, 2011, hlm. 86).

    Menurut Sweller, Gog, dan Paas (2010) Teori Beban Kognitif mempunyai

    3 komponen beban kognitif, yaitu Intrinsic Cognitive Load (ICL), Extraneous

    Cognitive Load (ECL), dan Germane Cognitive Load (GCL). ICL terkait

    dengan beban pada saat proses memperoleh informasi yang berhubungan

    dengan karakteristik isi materi informasi yang diterima, hal ini berkaitan

    dengan memori kerja kognitif. ECL terkait dengan beban yang muncul karena

    desain pembelajaran atau metode cara penyampaian informasi yang diterima,

    hal ini tidak mempengaruhi dengan aktivitas memori kerja. GCL terkait

    dengan beban mengkontuksi skema kognitifnya, hal ini dipengaruhi oleh ICL

    dan ECL yang mengacu pada hasil belajar. 3 komponen beban kognitif antara

    lain:

    a. Intrinsic Cognitive Load (ICL)

    Intrinsic Cognitif Load adalah beban yang ditentukan oleh

    interaksi antara sifat bahan yang dipelajari dan kemampuan pelajar yang

    bergantung dengan memori kerja (Merrienboer & Sweller, 2005). Menurut

    Jong (2010) ICL berhubungan dengan tingkat kesulitan materi pelajaran,

    lebih spesifiknya yaitu materi yang mengandung sejumlah besar elemen

  • 11

    interaktif lebih sulit dari pada materi yang mengandung lebih sedikit

    elemen dengan interaksi yang rendah. Materi dengan interaktivitas elemen

    rendah membuat elemen individu belajar dengan referensi minimal untuk

    unsur-unsur lain serta membebani beban memori kerja yang rendah.

    Sweller (2010) mengatakan bahwa materi dengan interaktivitas elemen

    tinggi mencakup unsur-unsur yang berinteraksi berat dan tidak dapat

    dipelajari secara terpisah. Unsur-unsur tersebut yang kemudian akan

    menyebabkan terjadinya interaksi yang lebih berat dan menimbulkan

    terlalu banyak memori kerja.

    Bagaimanapun, beban kognitif intrinsik tidak hanya berfungsi

    sebagai kualitas dari materi pelajaran tetapi juga sebagai pengetahuan

    sebelumnya yang dibawa oleh pelajar untuk mengerjakan tugas. Yang

    terpenting bahwa beban kogntif intrinsic tidak dapat diubah oleh

    perlakuan yang intraksional sehingga, Instrinsic Cognitive Load dalam

    proses pembelajaran merupakan kemampuan menerima dan mengolah

    informasi siswa (Jong, 2010).

    b. Extraneous Cognitive Load (ECL)

    Extraneous Cognitive Load adalah beban kognitif yang

    ditimbulkan oleh elemen yang berinteraksi dibawah kendali intruksional

    (Sweller, 2010). Beban kognitif extraneous mengacu pada desain

    instruksional yang membebani siswa dalam belajar yang berkaitan dengan

    desain pembelajaran atau organisasi pembelajaran (Yohanes, Subanji dan

    Sisworo, 2016). Pada proses pembelajaran ECL merupakan usaha mental

    siswa (Jong, 2010). Moreno dan Park (2010); Kamaruddin (2016)

    menyebutkan situasi-situasi berikut yang dapat menyebabkan beban

    kognitif extraneous:

    a) Situasi proses pembelajaran (Advanced learners situations)

  • 12

    Keadaan ini mengenai strategi guru memberikan pengetahuan

    kepada siswa yang dapat memperlancar siswa unutk mengeksploitasi

    pengetahuan yang telah dipelajari dan mengambil keuntungan dari

    pengetahuan tersebut. Sebagai contoh guru menyediakan langkah-

    langkah penyelesaian masalah untuk siswa agar dapat berinteraksi.

    b) Situasi sulit melebihi kapasitas berfikir siswa (Redudancy situations)

    Bentuk umum dari redundansi adalah menyajikan informasi yang

    sama di modalitas yang berbeda, misalnya, menyajikan penjelasan

    tekstual baik dalam bentuk lisan dan tulisan. Keadaan dimana siswa

    menerima informasi yang melebihi kapasitas memori siswa.

    c) Pemberian contoh dan latihan soal (Worked-example effect)

    Memberikan contoh, latihan-latihan soal dan penyampaian materi

    secara mendalam dan jelas dapat mengoptimalkan pemahaman siswa

    dengan.

    d) Ingatan siswa tentang materi sebelumnya dan materi prasyarat

    (Inadequate prior knowledge situations)

    Keadaan ini terjadi ketika pengetahuan awal siswa tidak

    mencukupi dalam proses pembelajaran atau siswa tidak memiliki

    struktur pengetahuan yang memadai dalam memori jangka panjang

    siswa untuk memproses informasi baru tanpa berlebihan kognitif.

    e) Perhatian siswa terbagi saat penyampaian materi berlangsung (Split

    attention situation)

    Keadaan ini dapat terjadi ketika konsentrasi belajar siswa

    terganggu jika suatu materi yang saling berhubungan dipisahkan pada

    waktu dan tempat yang berbeda. Hal tersebut dapat menyebabkan

    siswa kesulitan dalam mengingat beberapa elemen sehingga tidak

    tuntas. Dimisalkan dalam materi biologi yaitu jika materi mengenai

    struktur dan fungsi diberikan secara terpisah, maka siswa tidak akan

  • 13

    menerima materi secara utuh karena terdapat pengaruh perbedaan

    waktu dan tempat.

    c. Germane Cognitive Load (GCL)

    Germane Cognitive Load terkait dengan pembelajaran tugas (berbeda

    dengan ICL yang terkait dengan kinerja tugas) yang melibatkan proses

    seperti menafsirkan, mencontohkan, membuat klasifikasi, menyimpulkan,

    membedakan, dan mengatur (Leppink, 2017). Beban kognitif germane

    merupakan beban kognitif yang diakibatkan oleh proses kognitif yang

    relevan dengan pemahaman materi yang sedang dipelajari dan proses

    konsturksi pengetahuan (Kamaruddin, 2016).

    Beban kognitif germane berperan sebagai pengorganisasian,

    pengkontruksi, pengkode, pengelaborasian, atau pengintegrasian materi

    yang sedang dipelajari sebagai pengetahuan yang tersimpan di memori

    jangka panjang. Sebagaimana usaha dan upaya siswa yang relevan untuk

    mengerjakan latihan soal dalam pemecahan masalah dengan mengingat

    kembali ingatan sebelumnya (Tejamukti, 2017). Pada proses

    pembelajaran, beban kognitif germane merupakan Hasil Belajar (HB)

    siswa. Dalam teori beban kognitif proses pembelajaran akan efektif jika

    dapat menurunkan beban kognitif extraneous, sehingga dapat berpengaruh

    pada menurunnya beban kognitif intrinsic dan dapat meningkatkan beban

    kognitif germane (Kamaruddin, 2016)

    Berikut ini mengenai cara pengelolaan baban kognitif dalam

    pembelajaran (Kamaruddin, 2016) antara lain:

    Tabel 2.1 Faktor-faktor Beban Kognitif dan pengelolaannya

    Beban

    Kognitif

    Faktor-faktor

    Beban Kognitif

    Pengelolaan Beban Kognitif

  • 14

    Faktor

    Intrinsic

    Cognitive

    Load

    Kesulitan materi :

    keterkaitan nya

    dengan unsur lain

    yang lebih sulit

    Mengelola materi yang sulit menjadi

    lebih sederhana, dengan mengurutkan

    materi dari yang sederhana hingga sulit

    Kesulitan materi:

    Banyaknya

    jumlah unsur

    yang harus

    diproses dalam

    memori kerja

    Mengelola jumlah materi yang harus

    diproses secara bersamaan dengan

    membagi materi menjadi beberapa sub

    bab materi

    Pengetahuan

    sebelumnya

    Mengetahui tingkat pengetahuan awal

    siswa dengan memberikan pertanyaan

    mengenai materi sebelumnya dan

    mengaitkannya dengan pengetahuan

    baru

    Faktor

    Extraneous

    Cognitive

    Load

    Penyampaian

    materi

    Penyampaian materi disesuaikan dengan

    kondisi siswa dan tingkat kebutuhan

    siswa

    Informasi yang

    diberikan

    melebihi

    kapasitas berfikir

    siswa

    Kemampuan siswa disesuaikan dengan

    tingkat kemampuan siswa

    pemberian contoh

    dan latihan soal

    Mengoptimalkan pemahaman siswa

    dengan memberikan contoh, latihan-

    latihan soal dan penyampaian materi

    secara mendalam dan jelas

    Ingatan siswa Mereview pengetahuan prasyarat yang

  • 15

    tentang materi

    sebelumnya dan

    materi prasyarat

    berhubungan dengan materi sebelumnya

    di awal pembelajaran

    Perhatian siswa

    terbagi saat

    penyampaian

    materi

    berlangsung

    Mengkondisikan siswa untuk tidak

    mengerjakan kegiatan lain seperti

    mencatat atau tidak beraktifitas lainnya

    ketika penyampaian materi

    Faktor

    Germane

    Cognitive

    Load

    Kemampuan

    siswa

    Berusaha meningkatkan pembelajaran

    tidak hanya dengan mempelajari materi

    yang diberikan guru

    2. Pondok Pesantren

    Dalam bukunya Mustari (2010), Pesantren menurut estimologi berasal

    dari kata, “pesantren” dengan kata dasar “santri” yang beraal dari bahasa

    Tamil yang bermakna “guru mengaji”. Sumber lain menyebutkan bahwa kata

    itu berasal dari bahasa India “shastri” dari kata dasar “shastra‟ yang berarti

    “buku-buku suci”, “buku-buku agama”, atau “buku-buku tentang ilmu

    pengetahuan”. Di luar pulau jawa institusi pendidikan ini disebut dengan

    nama lain, seperti surau (di Sumatra Barat), dayah (di Aceh), dan pondok (di

    daerah lain). Dalam penggunaanya di indonesia sekarang ini dua istilah

    “pondok” dan “pesantren” seringkali digabung menjadi “pondok pesantren”

    yang biasa pula disingkat menjadi “ponpes”. Kata pesantren berasal dari kata

    “santri” dan kemudian diberi awalan “pe” dan akhiran “an” , yang berarti

    tempat tinggal para santri (asrama) untuk belajar mengaji dan kegiatan lainnya

    (Mustari, 2010, hlm. 3-4).

  • 16

    Dalam penelitian Latif (2016), pesantren adalah tempat dimana santri

    tinggal dan belajar ilmu islam yang didirikan dan dipimpin oleh kiyai. Pondok

    pesantren merupakan lembaga pendidikan agama untuk umat islam yang ingin

    memperdalam dan mengeksplor ilmu-ilmu agama. Pesantren merupakan

    lembaga pendidikan yang terkenal baik dengan kualitas pendidikannya dan

    pendidikan bahasa asingnya bagi para santri khususnya pada bahasa Arab dan

    Inggris (Nurjaman, 2013). Lembaga dapat dikatakan pesantren apabila telah

    memiliki lima komponen utama yaitu, kiai, santri, mushalla/langgar/masjid,

    pengajian kitab-kitab islam klasik, dan pondok/asrama dengan sistem

    pengajaran sorogan, bandongan dan weton dengan pembelajaran agama.

    (Soebahar, 2013, hlm. 47)

    Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam di Indonesia dengan tujuan

    yaitu membina individu-individu muslim agar memiliki ciri-ciri atau

    karakteristik sifat islami dalam pola fikir, pola sikap dan pola tindakannya.

    Pada pondok pesantren modern telah merancang konsep pendidikan dengan

    manajemen modern dengan tujuan tertulis dalam dokumen biasanya termuat

    dalam visi dan misi pondok pesantren agar menegaskan profesionalisme dan

    sebagai data (Rizal, 2011). Dalam sejarahnya, pesantren di Indonesia berdiri

    bersamaan dengan datangnya islam di kepulauan Indonesia yaitu di pulau

    Sumatra bagian barat, yang dipelopori oleh Buya Hamka pada abad ke7

    Hijriyah yang dibawa oleh pedagang arab dari Gujarat, India (Athoillah,

    2015).

    3. Pendidikan di Pondok Pesantren

    Salah satu ciri khusus pesantren adalah adanya pengajaran kitab kuning,

    menurut Dhofier jika tidak adanya pengajaran kitab kuning maka pondok

    pesantren tersebut tidak dianggap asli. Kitab kuning di pesantren

    dikategorikan kedalam 8 group, yaitu Nahwu dan Sharaf, Fiqh, Ushul Fiqh,

    Hadits, Tafsir, Tauhid, Tasawuf, Balaghah. Dalam pembelajarannya kiyai

    turun langsung mengajarkan kitab-kitab tersebut, tidak hanya membaca dan

  • 17

    menerjemahkan bukunya, tetapi kiyai juga memberikan kesempatan untuk

    santrinya menjelaskan kembali apa yang sudah dijelaskan oleh kiyai,

    kemudian kiyai dapat langsung mengoreksi kesalahan selama proses belajar

    (Athoillah, 2015).

    a. Kurikulum di pondok pesantren

    Kurikulum yang digunakan pesantren modern saat ini yaitu

    berdasarkan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007

    tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan, pesantren mulai

    konsisten berupaya untuk menstandarisasi sistem pendidikanya dengan

    memperkenalkan pengetahuan-pengetahuan umum kepada para santri

    meliputi pendidikan keterampilan, matematika, fisika, kimia, dan bahasa.

    (Soebahar, 2013, hlm. 43-44)

    Pada pesantren yang memisahkan pengajaran kitab Islam dengan

    pengajaran umum (sistem dualism kurikulum) bentuk kurikulumnya

    menjadi 2 jenis yaitu: pertama, kurikulum berdasarkan pada target

    pembelajaran untuk pelajaran umum dan agama dengan bersumber dari

    buku-buku agama yang bergradasi berdasarkan waktu, kedua, kurikulum

    berdasarkan tingkat gradasi kesulitan kitab. Kemudian bagi pondok

    pesantren yang mengintegrasikan mata pelajaran agama dengan

    pendidikan umum dalam struktur kurikulumnya, pembelajaran kitab-kitab

    islamnya dimasukan bersama dengan mata pelajaran umum lainnya

    dengan batas waktu yang ditetapkan (Rizal, 2011).

    Kurikulum pendidikan di pesantren mengintegrasikan kurikulum

    intra dan esktra, mencakup semua kegiatan yang mengatur seluruh

    kehidupan santri guna mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran yang

    dikehendaki. Kurikulum di pondok pesantren dalam hal ini pondok

    pesantren Gontor dibagi menjadi beberapa bidang studi sebagai berikut:

  • 18

    a) Bahasa Arab (semua disampaikan dalam bahasa Arab): al-Imla’, al-

    Insya’, Tamrin al-Lugah, al-Muthala’ah, al-Nahwu, al-Sarf, al-

    Balagah, al-Adab, al-Khat al A’rabi

    b) Dirasah Ismaliyah (untuk kelas II keatas dan seluruh materi dalam

    bahasa Arab): al-Quran, Tarjamah al-Quran, Tarikh al-Islam, al-

    Tawhid, al-Tafsir, al-Hadist, Mustalah al-Hadits, al-Tajwid, al-Fiqh,

    Usul al-Fiqh, al-Fara’id, al-Din al-Islami, Muqaranat al-Adyan, al-

    Mantiq.

    c) Keguruan: al-Tarbiyah wa al-Ta’lim (bahasa Arab) dan Psikologi

    Pendidikan (bahasa Indonesia)

    d) Bahasa Inggris (bahasa Inggris): Grammar, Reading and

    Comprehension, Dictation dan Composition.

    e) Ilmu Pasti: Ilmu Pengetahuan Alam, Biologi, Kimia, Fisika, dan

    Matematika.

    f) Ilmu Pengetahuan Sosial: Geografi, Sejarah Nasional dan Dunia,

    Psikologi Umum dan Sosiologi.

    g) Keindonesiaan atau Kewarganegaraan: Bahasa Indonesia dan Tata

    Negara.

    Pembaruan materi pelajaran dilakukan secara berkelanjutan

    dengan merevisi atau mengganti yang tidak lagi relevan dengan

    kebutuhan, khususnya dalam mata pelajaran umum yang cenderung

    berkembang lebih cepat (Zarkasyi, 2005, hlm. 126 & 130)

    4. Pembelajaran Kimia di Pondok Pesantren

    Pelajaran kimia di SMA terdiri dari 38 kompetensi dasar untuk

    kompetensi inti selama 6 semester, berdasarkan penelitian Fauzi (2010),

    terdapat beberapa materi pelajaran kimia yang dianggap sulit untuk dipelajari

    dikarenakan menurut santri-santri di pondok pesantren Amanatul Ummah

    materi tersebut banyak mengandung konsep yang abstrak dan sulit untuk

  • 19

    dimengerti dan dipahami. Hal ini dibuktikan dari hasil ulangan santri-santri

    yang mengalami keturunan 40% dibandingkan materi lainnya,yaitu pada

    materi Larutan Penyangga. Selain dari materi kimia yang terlalu abstrak, pada

    proses pembelajarannya pun menurut penelitian Fauzi (2010) bahwa guru

    belum secara maksimal menerapkan pendekatan saintifik pada proses

    pembelajaran kimianya, namun cenderung menggunakan metode ceramah dan

    tidak memberikan nuansa konstekstual pada materi yang dipelajari.

    Pada penelitiannya Gloria (2014) pada pembelajaran IPA di Pesantren As-

    Sunnah di Cirebon dari hasil wawancara bahwa kegiatan praktikum IPA

    sangat jarang dilakukan padahal minat siswa terhadap praktikum IPA cukup

    baik. Hal ini menandakan bahwa siswa di pesantren ini memiliki keinginan

    untuk melakukan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik pembelajaran

    IPA, dimana pembelajaran IPA tidak hanya dengan teoritik tetapi

    pembelajaran IPA perlu adanya pekerjaan ilmiyah seperti praktikum. Hal ini

    dikarenakan kendala yang dialami oleh pesantren As-Sunnah yaitu tidak ada

    laboratorium yang memadai, baik Biologi, Fisika dan Kimia.

    5. Kegiatan di Pondok Pesantren

    Dalam bukunya Zarkasyi (2005) tentang pondok pesantren Gontor,

    dengan kegiatan intrakurikuler berlangsung dari jam 07.00 WIB- 12.30 WIB,

    dengan istirahat 2 kali: pertama pada jam 08.30-09.00 dan istirahat yang

    kedua pada jam 10.30-11.00 dengan waktu satu jam pelajaran yaitu 45 menit

    sebanyak 6 jam pelajaran setiap harinya. Adapun kegiatan KMI yaitu yang

    dikelola oleh santri dan ustad-ustadnya antara lain: kegiatan ibadah amaliyah

    baik solat wajib,sunnah dan nawafil, kemudian adanya kegiatan ekstensif

    learning seperti pembinaan dan pengembangan tiga bahasa dengan latihan

    berpidato dalam 3 bahasa, kemudian adanya praktik-praktif ibadah seperti

    dakwah kemasyarakat, mengurus jenazah, dan lain-lain.

  • 20

    Seluruh kegiatan ini dalam pondok pesantren Gontor diatur oleh mereka

    sendiri (self government) dengan dibawah bimbingan ustad-ustad dan kiyai.

    Selain banyaknya kegiatan-kegiatan pembelajaran, santri juga dilatih untuk

    berorganisasi yang diberi nama Organisasi Pelajar Pondok Modern (OPPM)

    dengan tugas mengurus semua kegiatan santri yang dibagi menjadi 20 bagian

    antara lain pengurus harian yaitu ketua, sekretaris, keamanan, bendahara dan

    kemudian 16 bagian lain yaitu bagian Kesehatan, bagian Pengajaran, bagian

    Kesenian, bagian Penerangan, bagian Bahasa, bagian Perpustakaan, bagian

    Olahraga, bagian Koperasi Pelajar, bagian Penerimaan Tamu, bagian

    Fotografi, bagian Penatu, bagian Bersih Lingkungan, bagian Koperasi Dapur.

    Selain adanya pengurus-pengurus Organisasi, adapula kegiatan Kepramukaan

    yang mewajibkan santri-santrinya mengikuti aktif di kegiatan kepramukaan.

    Sama halnya dalam Mustari (2010) membahas tentang kegiatan pesantren

    di pondok pesantren Miftahul Huda, tidak hanya pembelajaran agamanya saja

    tetapi kegiatan atau pengamalan kehidupan beribadah pun menjadi rutinitas

    santrinya. Dimulai dari pukul 03.00-03.30 bangun malam untuk persiapan

    sholat tahajud kemudian dilanjutkan dengan dengan solat subuh berjamaah

    pada pukul 04.30-05.00, kemudian pada jam 05.00 sampai 06.00 yaitu

    kegiatan sorogan dilanjutkan dengan solat duha berama-sama dan kegiatan

    bersih-bersih, sampai jam 06.45. Pembelajaran di kelas dimulai dari jam 07.45

    sampai 05.00 petang dipotong dengan solat duhur dan asar berjamaah dengan

    istirahat siang. Kemudian dilanjutkan dengan makan sore dan persiapan solat

    magrib berjamaah dan kuliah tafsir jalalain langsung menyambung ke solat

    isya berjamaah. Pada jam 08.00-10.00 malam dilakukan Balagam (ibtida

    Tsanawi) dan diskusi hukum („Aly & pengabdian) dengan mengulang

    kembali kajian bersama-sama dan dilanjutkan dengan istirahat tidur.

  • 21

    6. Pondok Pesantren Al-Mizan Putri Pandeglang

    Pondok Pesantren Modern Al-Mizan pada tanggal 1 Mei 1993 berdiri

    berdasarkan Akta Notaris Nuzwar, SH Rangkasbitung Nomor 16 tanggal 15

    maret 1993. Pertama membuka penerimaan siswa/i tanggal 10 juni 1993,

    menerima 67 santri putra dan putri dari berbagai daerah. Drs KH Anang

    Azhari Alie, M.Pd.I adalah pendiri Pondok Pesantren Modern AL-Mizan.

    Awalnya pondok dibangun di jalan kapugeran dekat alun-alun Rangkasbitung

    diatas tanah milik Bapak H. Kustani seluas 316 m2 yang merupakan sebuah

    gudang balok yang diubah menjadi asrama putri yang serba darurat. Asrama

    putra yang berjarak 100 m dari asrama putri berlokasi di kantor PT. Andi Jaya

    milik Bpk H. Kustani.

    Pondok Pesantren Modern AL-Mizan mengembangankan areanya sampai

    +14 ha pada tahun 2009 ats dasar cita-cita teguh dan ridho Allah SWT.

    Pondok Pesantren Modern AL-Mizan memiliki lokasi di jalan AMD Cikole

    Pandeglang sebagai Pesantren Putri pada tahun 2010. santri putra dan santri

    putri program pembelajarannya terpisah, hal tersebut dilaksanakan untuk

    kenyamanan, keleluasaan beraktifitas antara mereka masing-masing mencari

    rasa aman, dan ini merupakan fenomena positif dalam pandangn Syaria‟at.

    Pondok Pesantren Modern Al-Mizan dalam memasuki usianya yang ke-19

    selalu mengedepankan kualitas, baik pendidikan maupun pengajaran dan terus

    mengembangkan sarana dan prasarana, kurikulum dan proses pembelajaran

    untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas, sentuhan pengembangan

    spiritual Quation (SQ), Emotional Quotion (EQ) dan Intelektual Quotion (IQ).

    Adapun visi pondok pesantren Al-Mizan sebagai pesantren prospektif yang

    mencetak santri ber-akhlaqul karimah, berbadan sehat, kreatif,

    berpengetahuan luas, dan berfikiran terbuka, berjiwa ikhlas, kebersahajaan,

    ber-ukhuwah islamiyyah, dan berdikari.

  • 22

    Pondok Pesantren Al-Mizan yaitu sebagai lembaga pendidikan islam yang

    berorientasikan masyarakat (aproach social oriented) maka pondok pesantren

    modern Al-Mizan menetapkan arah dan tujuan pendidikan

    kepada pembentukan pribadi-pribadi yang cinta kepada islam, nusa dan

    bangsa, berakhlaq mulia, berbadan sehat, berpengetahuan luas dan berpikiran

    bebas, berjiwa keikhlasan, kesederhanaan, ukhuwah islamiyyah, kebebasan

    dan menolong diri sendiri, mengutamakan keseimbangan antara ilmu dan

    amal, Siap terjun di masyarakat meneruskan estafet perjuangan ulama

    sebagai syuhada 'alannas dalam rangka menegakkan kalimat Allah.

    a. Tingkat Pendidikan

    Tingkat pendidikan yang dibawah naungan pondok pesantren Al-

    Mizan antara lain: Program Diniyah Awaliyah (Bagi Putra/I warga

    masyarakat sekitar pesantren ), Program TMI Reguler/MTs dan Aliyah

    (masa tempuh 6 tahun bagi lulusan SD/MI), Program TMI Intensif/Aliyah,

    program IPA & IPS (masa tempuh 3 tahun bagi lulusan SMP/MTs) dan

    Pengembangan Tahfidzul Qur‟an (masa tempuh 6 tahun bagi lulusan

    SD/MI).

    b. Tenaga Pengajar

    Pondok Pesantren Modern Al-Mizan tenaga pengajar yang

    diperbantukan adalah para sarjana S1 dan S2 yang memilki latar belakang

    pendidikan yang cukup professional dari berbagai perguruan tinggi dan

    para alumni dari berbagai pesantren.

    c. Fasilitas

    Fasilitas yang disediakan oleh pondok pesantren Al-Mizan antara lain

    asrama putra-putri, masjid, ruang belajar, lab.komputer, lab.bahasa,

    lab.IPA, kantor sekolah, ruang perpustakaan, kantor organisasi siswa/I,

    kantor administrasi keuangan, pendopo, gedung olahraga

  • 23

    (GOR), lapangan sepak bola, penginapan, lapangan badminton, lapangan

    basket, tenis meja, lapangan volley, taman bermain anak, minimart, book

    shop, fashion shop, kantin, warles, lapangan parkir dapur umum dan

    MCK.

    d. Program Pendidikan

    Program pendidikan dibagi menjadi 2 yaitu pertama program.

    Intrakurikuler dengan alokasi waktu belajar dimulai pkl. 07.00 – 12.15

    WIB dan pkl. 14.15 – 15.00 WIB. Kedua yaitu, program ekstrakurikuler

    untuk memberikan pengetahuan praktis,sehingga dapat mempraktekanya

    di masyarakat dengan bantuan bimbingan guru. Aktivitas kegiatan antara

    lain pengajian intensif al-Qur'an dan tajwid setelah maghrib, belajar

    terpimpin dengan bimbingan wali kelas, fathul munjid, pengajian kitab-

    kitab salaf dan khalaf, pendidikan bahasa melalui kursus bahasa arab dan

    inggris, latihan mengajar (Teaching practice), pendidikan dan latihan

    computer, studi kajian ilmiah dan diskusi-diskusi, bahtsul kutub,

    pembuatan paper dan bulletin.

    Selain bimbingan dari para guru atau asatidz, bimbingan organisai

    siswa pun membantu terlaksananya kegiatan antara lain: disiplin

    berkomunikasi bahasa arab dan inggris dalam pergaulan sehari-hari,

    latihan pidato dalam 3 bahasa (Indonesia, Arab, Inggris), pendidikan seni

    baca al-Qur'an melalui wadah jam'iyatul qurra, pendidikan kepramukaan,

    koperasi, pembinaan olah raga: seni bela diri, sepak bola, voli, basket,

    badminton, tennis meja, takraw, senam irama, pendidikan seni kaligrafi,

    letter, majalah dinding, melukis, teater, pendidikan keterampilan: sablon,

    janur, merangkai bunga, dll. Pendidikan seni musik seperti marching

    band, kursus gitar, band, marawis, kasidah. Hari senin dan jum‟at pagi

    (setelah subuh) dan untuk libur sekolah pada hari ahad/minggu merupakan

  • 24

    jadwal kegiatan santri seperti muhadatsah / convertation bahasa arab dan

    inggris (http://www.al-mizan.sch.id)

    7. Peraturan Pemerintah tentang Standar Nasional Pendidikan

    Peraturan Mentri Agama Republik Indonesia nomor 18 tahun 2014

    tentang satuan pendidikan muadalah pada pondok pesantren pasal 1

    menyebutkan bahwa satuan pendidikan muadalah pada pondok pesantren

    yang selanjutnya disebut satuan pendidikan muadalah adalah satuan

    pendidikan keagamaan Islam yang diselenggarakan oleh dan berada di

    lingkungan pesantren dengan mengembangkan kurikulum sesuai kekhasan

    pesantren dengan basis kitab kuning atau dirasah islamiyah dengan pola

    pendidikan muallimin secara berjenjang dan terstruktur yang dapat

    disetarakan dengan jenjang pendidikan dasar dan menengah di lingkungan

    Kementerian Agama.

    Pondok pesantren yang selanjutnya disebut pesantren adalah lembaga

    pendidikan keagamaan Islam yang diselenggarakan oleh masyarakat yang

    menyelenggarakan satuan pendidikan pesantren dan/ atau secara terpadu

    menyelenggarakan jenis pendidikan lainnya. Pola pendidikan mu'allimin

    adalah sistem pendidikan pesantren yang bersifat integratif dengan

    memadukan ilmu agama Islam dan ilmu umum dan bersifat komprehensif

    dengan memadukan intra, ekstra dan kokurikuler.

    Satuan pendidikan muadalah setingkat MA diselengarakan dengan

    ketentuan yaitu diselengarakan selama 3 (tiga) tahun dan bukan satuan

    MA/Sekolah Menengah Atas (SMA)/Paket C sederajat. Kurikulum satuan

    pendidikan muadalah terdiri dari dua antara lain kurikulum keagamaan Islam

    dan kurikulum pendidikan umum. Kurikulum keagamaan Islam

    dikembangkan berdasarkan kekhasan masing-masing sekolah dengan berbasis

    pada kitab kuning atau dirasah islamiyah dengan pola pendidikan mu 'allimin.

    http://www.al-mizan.sch.id/

  • 25

    Kurikulum pendidikan umum memuat yaitu, bahasa Indonesia (al-lughah al-

    indunisiyah), pendidikan kewarganegaraan (al-tarbiyah al-wathaniyah), dan

    ilmu pengetahuan alam (al-ulum al-thabi'iyah) dan matematika (al-

    riyadhiyat)

    Peserta didik setingkat MA pada satuan pendidikan muadalah harus

    memenuhi persyaratan yaitu memiliki ijazah MTs/SMP/Paket B satuan

    pendidikan muadalah setingkat MTs, aktif mengikuti kegiatan pembelajaran

    di pesantren dan bertempat tinggal mukim di pondok pesantren, tidak sedang

    mengikuti satuan pendidikan MA/ SMA/ Paket C sederajat. Satuan

    pendidikan muadalah wajib memiliki memiliki masjid, kitab keislaman

    sebagai sumber belajar dan prasarana pendidikan paling sedikit meliputi ruang

    kelas, ruang pendidik, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang laboratorium,

    ruang perpustakaan,ruang tata usaha, prasarana lainnya yang diperlukan

    dalam rangka proses pembelajaran dan wajib (PP Kemenag, No.18,

    Thn.2014)

    8. Materi Kesetimbangan Kimia

    a. Konsep Kesetimbangan Kimia

    Hanya sedikit reaksi kimia yang berlangsung satu arah. Kebanyakan

    merupakan reaksi reversibel. Pada awal reversibel, reaksi berlangsung

    maju ke arah pembentukan produk. Segera setelah beberapa molekul

    produk terbentuk, proses balik mulai berlangsung yaitu pembentukan

    molekul reaktan dari molekul produk. Bila laju reaksi maju dan reaksi

    balik sama besar dan konsentrasi reaktan dan produk tidak lagi berubah

    seiring berjalannya waktu, maka tercapailah kesetimangan kimia (Chang,

    2005, hlm.66)

    Kesetimbangan kimia merupakan proses dinamika dimana kecepatan

    pembentukan produk sama dengan kecepatan pembentukan reaktan.

  • 26

    V1 V2

    H2 + I2 2HI V1 = V2

    Untuk menggambarkan reaksi dalam bentuk kesetimbangan atau

    tidak dapat dilakukan sebagai berikut.

    Gambar 2.1 Reaksi dalam bentuk kesetimbangan atau tidak

    Reaksi bolak-balik merupakan reaksi dimana reaksi ke kanan dan ke

    kiri dapat diukur. Bila suatu reaksi A+B C+D dimulai dengan

    mereaksikan A+B, maka mula-mula hanya ada pembentukan C+D,

    setelah itu menyusul C+D membentuk A+B. Kecepatan pembentukan

    C+D mula-mula lebih besar daripada kecepatan pembentukan A+B, dan

    dikatakan setimbang bila kecepatan kedua pembentukan itu sama. Dalam

    keadaan setimbang, konsentrasi A,B,C dan D tidak berubah lagi (Franisal

    dan Wardani, 2014, hlm. 65-66)

  • 27

    b. Tetapan Kesetimbangan

    Besarnya tetapan kesetimbangan tergantung pada jenis reaksi. Jika

    tetapan kesetimbangan kecil (k1), berarti pembilang lebih besar dari penyebut

    dalam aksi massa. Ini berarti, bahwa pada keadaan kesetimbangan, paling

    tidak salah satu zat disebelah kiri dari persamaan kimia kecil

    (Sastrohamidjojo, 2010, hlm. 181-182)

    Dari studi eksperimen sistem kesetimbangan diperoleh ungkapan

    matematis yang serupa, yang dapat untuk menghubngkan konsentrasi-

    konsentrasi pada kesetimbangan. Bentuk umum persamaan bergantung

    hanya pada persamaan berimbang untuk kesetimbangan. Jika

    kesetimbangan itu dinyatakan oleh :

    mA + nB yC + zD

    maka tetapan kesetimbangan umum dinyatakan sebagai :

    [ ] [ ]

    [ ] [ ]

    Dengan m, n, y, dan z adalah koefisien dalam persamaan berimbang

    itu, dan kuantitas dalam tanda kurung siku menyatakan mol per liter A, B,

    C, dan D. Produk pada ruas kanan persamaan muncul sebagai pembilang

    dan konsentrasi tiap zat dipangkatkan dengan koefisien dalam persamaan

    itu (Keenan, 1984, hlm.560)

    c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesetimbangan Kimia

    Aturan umum yang membantu kita mempresidiksi ke arah mana reaksi

    kesetimbangan akan bergeser bila terjadi perubahan tekanan, konsetrasi,

    suhu atau volume. Aturan ini dikenal sebagai asa Le Chatelier diambil dari

    nama kimiawan Prancis Henri Le Chatelier, menyatakan bahwa jika suatu

    tekanan eksternal diberikan kepada suatu sistem yang setimbang, sistem

  • 28

    ini akan menyesuaikan diri sedemikian rupa untuk mengimbangin

    sebagian tekanan ini pada saat sistem mencoba setimbang kembali.

    (Chang, 2005, hlm.79-80)

    Bila suatu kesetimbangan terganggu, maka sistem akan berubah untuk

    menghilangkan gangguan tersebut. Gangguan tersebut dapat berupa yaitu

    perubahan tekanan/volume, perubahan konsentrasi dan perubahan suhu.

    Perubahan ini akan mengubah keadaan kesetimbangan, tetapi tidak

    mengubah harga konstanta kesetimbangan, selain perubahan suhu, harga

    Kc berubah (Franisal dan Wardani, 2014, hlm. 68). Berikut faktor-faktor

    yang mempengaruhi kesetimbangan kimia:

    a) Perubahan Tekanan/Volume

    Perubahan tekanan/volume akan berpengaruh pada kesetimbangan

    dimana n produk tidak sama dengan n reaktan.

    N2(g) + 3H2(g) 2NH3(g)

    Bila tekanan diperbesar kesetimbanganakan bergeser ke arah NH3,

    pembentukan NH3 diperbesar, sampai tercapai kembali kesetimbangan.

    Unutk reaksi dimana n produk sama dengan n reaktan perubahan,

    tekanan atau volume tidak mempengaruhi keadaan kesetimbangan,

    tetap sama seperti semula H2(g) + I2(g) 2HI(g) (Franisal dan Wardani,

    2014, hlm. 68).

    Misalkan sistem kesetimbangan

    N2O4(g) 2 NO2 (g)

    Volume diturunkan maka konsentrasi (n/V) NO2 dan N2O naik.

    Karena konsentrasi NO2 dikuadratkan, naiknya tekanan membuat

    pembilangnya lebih besar daripada penyebut, maka:

    [ ]

    [ ]

  • 29

    Jadi, Qc > Kc dan reaksi bersihnya akan bergeser kekiri sampai

    Qc = Kc. Sebaliknya, penurunan tekanan (peningkatan volume) akan

    menghasilkan Qc < Kc reaksi bersihnya akan bergeser ke kanan

    sampai Qc = Kc. Pada umumnya peningkatan tekanan (penurunan

    volume) menghasilkan reaksi bersih yang menurunkan jumlah total

    mol gas (reaksi balik), dan penurunan tekanan (peningkatan volume)

    menghasilkan reaksi bersih yang meningkatkan jumlah total mol gas

    (reaksi maju). Untuk reaksi yang tidak menhasilkan perubahan jumlah

    mol gas, perubahan tekanan atau volume tidak mepengaruhi posisi

    kesetimbangan (Chang, 2005, hlm.82).

    b) Perubahan Konsentrasi

    Penambahan atau pengurangan konsentrasi reaktan akan

    menggeser kesetimbangan dan akan mengubah keadaan setimbang.

    H2(g) + I2(g) 2HI(g)

    Penambahan H2 atau I2 akan menggeser kesetimbangan ke arah

    produk (HI) dan kesetimbangan bergeser ke arah H2 dan I2 bila HI

    ditambah. Perubahan tekanan ataupun konsentrasi hanya kan

    mengubah keadaan setimbang, bukan konstanta kesetimbangan bila

    dilakukan pada suhu tetap

    c) Perubahan Suhu

    Tidak seperti pada perubahan tekanan dan konsentrasi yang hanya

    mengubah keadaan setimbang dan bukan konstanta kesetimbangan,

    perubahan suhu akanmengubah kedua-duanya. Pergeseran arah

    kesetimbangan bergantung pada apakah reaksi tersebut endoterm atau

    eksoterm. Pada kenaikan suhu, kesetimbangan akan bergeser ke arah

    endoterm dan bila terjadi penurunan suhu kesetimbangan bergeser kea

    rah eksoterm. Misalkan pada reaksi :

    N2O4(g) 2 NO2 (g) ∆H = positif maka, Kc >

    2SO2(g) + O2 2SO3(g) ∆H = negatif maka, Kc <

  • 30

    (Franisal dan Wardani, 2014, hlm. 68-69).

    Pada kesetimbangan, pengaruh kalor adalah nol karna tidak ada

    reaksi bersih, kemudian apa yang akan terjadi jika sistem

    kesetimbangannya dipanaskan dengan volume tetap?. Proses endoterm

    menyerap kalor dari lingkungan maka proses pemanasan akan

    menyebbkan terurainya molekul N2O4 mnjadi NO2 akibatnya konstanta

    kesetimbangan, yaitu meningkat dengan meningkatnya suhu.

    d) Pengaruh Katalis

    Laju reaksi dapat meningkat salah satunya karena adanya Katalis.

    katalis mempengaruhi laju reaksi maju sama besar dengan reaksi balik

    ketka reaksi tersebut reversibel,. Jadi, katalis tidak mengubah

    konstanta kesetimbanagan dan tidak mengeser posisi sistem

    kesetimbangan. Penambahan katalis pada campuran reaksi yang tidak

    berada pada kesetimbangan akan mepercepat laju reaksi maju dan

    reaksi balik sehingga campuran kesetimbangan tercapai lebih cepat.

    Campuran kesetimbangan yang sama dapat diperoleh tanpa katalis,

    tetapi kita mungkin harus menunggu lebih lama agar kesetimbangan

    terjadi (Chang, 2005, hlm.83-84).

    Pengaruh katalis pada kesetimbangan kimia hanya dapat

    mempercepat reaksi ke arah reaktan maupun produk sehingga keadaan

    seimbang dapat cepat tercapai tetapi tidak dapat mempengaruhi sistem

    kesetimbangan (Franisal dan Wardani, 2014, hlm. 70).

    d. Penerapan Prinsip Kesetimbangan Kimia dalam Industri

    a) Pembuatan Amonia (NH3) dengan Proses Haber-Bosh

    Amonia (NH3) merupakan senyawa nitrogen yang sangat penting

    bagi kehidupan terutama sebagai bahan pembuatan pupuk nitrogen,

    obat-obatan, desinfektan, bahan peledak dan sebagainya. Amoniak

    diperoleh dari reaksi antara gas nitrogen dengan gas hidrogen. Frotz

  • 31

    Haber pada tahun 1908 mengenalkan bagaimana mensintesis amoniak

    dengan berpedoman pada prinsip Le Chatelier. Oleh karena itu, reaksi

    pebentukan amoniak merupakan reaksi eksoterm. Jika suhu semakin

    rendah, maka kesetimbangan akan bergeser kearah produk. Persamaan

    reaksi kesetimbangan dapat dituliskan sebagai berikut.

    N2(g) + 3H2 2NH3(g) ∆H = -92.22 kj

    Pada tahun 1913 Carl Bosh menambahkan katalis dari serbuk besi

    dengan adanya campuran kalium hidroksida, alumunium oksida, dan

    garam lain agar reaksi semakin efektif. Karena proses pembuatan

    amoniak dikenalkan oleh Frizt haber dan disempurnakan oleh Carl

    Bosh, maka proses ini dinamakan proses Haber-Bosh

    b) Pembuatan Asam Sulfat (H2SO4) dengan proses kontak

    Asam sulfat dalam bentuk cair digunakan sebagai pengisi aki

    untuk sumber energi, agar permukaan logam sebelum dilapisi menjadi

    bersih dari kotoran karat keadaan pekatnya digunakan untuk pelapis

    logam pada industri sebagai oksidator. Pembentukan asam sulfat

    melalui beberapa tahap yaitu, pembentukan SO2 dengan mereaksikan

    lelehan belerang dengan gas oksigen, pembentukan SO3 dengan

    bantuan katalis V2O5, pembentukan H2SO4

    c) Pembentukan asam nitrat (HNO3) dengan proses Otswald

    Dalam kehidupan sehari-hari asam nitrat sering digunakan sebagai

    dasar pembuatan pupuk seperti halnya amoniak,dan digunakan pula

    untuk bahan peledak. Pembuatan asam nitrat dikenal dengan proses

    Otswald. Proses ini berlangsung dalam 3 tahap, yaitu pertama,

    pembentukan NO dengan mereaksikan amoniak dengan oksigen pada

    suhu 900oC tekanan 4-10 atm dengan adanya katalis Pt-Rh, kedua

    pembentukan NO2 dengan mereaksikan gas NO dengan gas oksigen

    pada tekanan 7-12, ketiga pembentukan HNO3 dengan mereaksikan

  • 32

    nya dengan air membentuk HNO3 dan NO (Partana dan Wiyarsi, 2009,

    hlm. 125-128)

    B. Kerangka Berfikir

    2

    Gambar 2.2 Kerangka Berfikir

    C. Penelitian yang Relevan

    Penelitian mengenai Beban Kognitif ada beberapa peneliti yang telah

    membahas tentang analisis beban kogntif pada siswa sehingga peneliti

    mendapatkan beberapa penelitian yang relevan, diantaranya:

    Intrinsic Cognitive

    Load (ICL)

    Menerima dan

    Mengolah Informasi Usaha Mental

    Sumber Belajar, Materi Pelajaran, Metode Pembelajaran,

    Kegiatan Pondok Pesantren dan Lingkungan Pondok Pesantren

    Hasil Belajar

    Beban Kognitif

    Germane

    Cognitive Load

    (GCL)

    Extraneous

    Cognitive Load

    (ECL)

    Pembelajaran kimia di pondok pesantren menjadi

    beban kognitif bagi para siswanya

  • 33

    Hasil penelitian Dita Alawiyah Marcharis (2015) yang berjudul “Beban

    Kognitif pada Pembelajaran Biologi di SMA Berbasis Pesantren” yang

    menunjukan gambaran beban kognitif siswa di SMA berbasis pesantren dengan

    faktor banyaknya pelajaran agama dan banyaknya kegiatan siswa di pesantren

    yang menambah beban kognitif siswa pada pembelajaran biologi.

    Dan begitu juga pada penelitian Akhmad Fauzi dkk (2016) yang berjudul

    “Implementasi Strategi Relating, Experiencing, Applying, Cooperating,

    Transferring (React) Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa Pada

    Materi Pokok Larutan Penyangga di Sekolah Berbasis Pesantren” menunjukan

    bahwa padatnya aktivitas santri di pesantren membuat fisik mereka mudah lelah

    saat belajar di kelas sehingga pada pembelajaran kimia siswa belajar kurang

    maksimal dan mempengaruhi proses pembelajaran kimia.

    Pada penelitian Adi Rahmat dan Eni Nuraeni (2015) yang berjudul “Beban

    Kognitif dan Kemampuan Penalaran Siswa SMA,MA, dan SMA berbasis

    Pesantren pada Pembelajaran Biologi” menunjukan bahwa siswa SMA, MA,

    maupun SMA berbasis Pesantren masih memiliki beban kognitif dalam

    pembelajaran biologi. Beban kognitif paling besar dimiliki siswa SMA. Dan

    besarnya beban kognitif ini tidak ada hubungan nya dengan kemampuan

    penalaran siswa.

    Selanjutnya, pada penelitian Novi Mayasari (2017) yang berjudul “Beban

    Kogntif dalam Pembelajaran Persamaan Diferensial dengan Koefisien Linier di

    IKIP PGRI Bojonegoro Tahun Ajaran 2016/2017” menunjukan bahwa 3

    komponen dari beban kognitif diantaranya: Pertama, Intrinsic Cognitive Load

    (ICL) pada materi persamaan differensial terlihat dari kesalahan mahasiswa

    dalam mengenali bentuk umum dan menentukan nilai integral. Kedua,

    Extraneous Cognitive Load (ECL) disebabkan oleh terlalu cepatnya cara

    berbicara dan pengucapan dosen. Ketiga, Germane Cognitive Load (GCL)

    tercemin dari ketertarikan mahasiswa saat dosen menjelaskan dan juga usaha

    yang dicurahkan dalam mengerjakan latihan soal.

  • 34

    Selanjutnya pada penelitian Novy Indriya Suryani (2016) yang berjudul

    “Analisis Beban Kognitif Siswa SMA dan MA pada Pembelajaran Materi Sistem

    Reproduksi serta Keterkaitannya dengan Strategi Metagognitif Guru” yang

    menerangkan bahwa sampel siswa pada empat sekolah masih memiliki beban

    kognitif yang cukup besar selama proses pembelajaran. Besarnya beban kognitif

    terantung guru dalam melaksanakan pemebelajaran dan hasil dari keterkaitan

    strategi metakognitif dengan beban kognitif siswa. Hal tersebut menunjukan

    bahwa adanya hubungan antara strategi pembelajaran dan beban kognitif siswa.

    Pada penelitiannya Ton de Jong (2010) yang berjudul “Cognitive Load

    Theory, Educational Research, and Intructional Design: some food for thought”

    yang artinya “Teori Beban Kognitif, Penelitian Pendidikan dan Desain

    Intruksional” yang menunjukan bahwa beban kognitif terdiri dari 3 elemen yaitu

    “baik”(germane), “buruk”(extraneous) dan “sedang”(intrinsic) dari ketiga elemen

    tersebut berhubungan yaitu jika hasil belajarnya lebih baik maka beban kognitif

    yang tinggi berasal dari proses germane cognitive load, tetapi ketika hasil belajar

    siswa buruk maka beban kognitif yang tinggi berasal dari extraneous cognitive

    load. Kemudian beban kognitif yang berhubungan dengan desain pendidikan

    yaitu ada 3 rekomendasi utama antara lain pertama, materi yang sejalan dengan

    pengetahuan siswa sebelumnya (beban instrinsik) kedua, menghindari informasi

    yang asing dan membingungkan (beban ektranius) ketiga, merangsang proses

    yang mengarah pada pengetahuan konseptual dan mendalam (beban germanius)

    Begitu pula pada penelitiannya Fred Paas dkk (2003) yang berjudul

    “Cognitive Load Measurement as a Means to Advance Cognitive Load Theory”

    yang berarti “Pengukuran Beban Kognitif sebagai Cara Meningkatkan Teori

    Beban Kognitif” yang menunjukan bahwa keuntungan dari pengukuran beban

    kognitif salah satunya memungkinkan kita untuk mengukur efisiensi mental pada

    saat proses pembelajaran. Pengetahuan siswa secara individu yang dihasilkan

    dari interaksi antara tugas dan karakteristik peserta didik merupakan penentu

    yang penting untuk mengetahui tingkat beban kognitif, agar mencapai efisiensi

  • 35

    yang optimal maka tugas-tugas belajar siswa harus sesuai dengan kebutuhan

    kemampuan belajar siswa. Beban kognitif juga dapat digunakan untuk model dan

    metode pembelajaran yang tepat.

    Selanjutnya pada penelitian Slava Kalyuga (2011) yang berjudul “Informing:

    A Cognitive Load Perspective” yang artinya “Informasi mengenai sebuah

    Perspektif Beban Kognitif” yang menunjukan bahwa teori beban kognitif

    biasanya diterapkan pada situasi intruksional yang lebih luas dan kerangka kerja

    yang lebih umum. Beban kogitif juga direkomendasikan untuk meningkatkan

    proses pemberian informasi dengan bimbingan yang relevan dengan memori

    jangka panjang, mengurangi perhatian terpecah, menggunakan modalitas,

    menghilangkan redunansi, mempertimbangkan perubahan informasi komunikasi

    dan untuk proses kognitif.

    Kemudian pada penelitiannya Barbara Meissner dan Franz X. Bogner (2013)

    yang berjudul “Toward Cognitive Load Theory as Guideline for Intructional

    Design in Science Education” yang berarti “Tentang Teori Beban Kognitif

    sebagai Desain Intruksional dalam Pendidikan Sains” yang menunjukan bahwa

    peningkatan desain intruksional diperlukan dalam hal bimbingan untuk beberapa

    siswa dengan mempertimbangkan beban kognitif yang memadai atau setidaknya

    memiliki tingkat beban kognitif yang wajar untuk siswa dalam pembelajaran

    sains.

  • 36

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Tempat dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2018 tahun ajaran

    2018/2019. Tempat penelitian ini adalah di kelas XI MA Pondok Pesantren Al

    Mizan Putri Pandeglang, Banten beralamat di jalan raya AMD, Cikole, desa

    Sukaratu, Majasari, Pandeglang Banten.

    B. Metode Penelitian

    Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

    kuantitatif, yaitu mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena

    yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiyah ataupun rekayasa manusia

    gambarannya menggunakan ukuran, jumlah atau frekuensi (Sukmadinata, 2011,

    hlm. 72-73). Oleh karena itu peneliti mendeskripsikan hasil pengukuran beban

    kognitif pada siswa kelas XI IPA dalam pembelajaran kimia yang diperoleh dari

    pondok pesantren Al Mizan Putri.

    C. Populasi dan Sampel

    Populasi penelitian merupakan keseluruhan (universum) dari objek

    penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala,

    nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya, sehingga objek-objek ini dapat

    menjadi sumber data penelitian (Bungin, 2005, hlm. 99). Sedangkan sampel

    merupakan sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2011 hlm. 74).

    Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA yang yang

    terdiri dari 2 kelas yaitu XI IPA 1 dan 2 (5A dan 5C) Pondok Pesantren Al Mizan

    Putri Pandeglang semester 1 tahun ajaran 2018/2019. Sampel yang diambil

    adalah siswa kelas 5A (kelas XI IPA 1) Pondok Pesantren Al-Mizan Putri yang

    berjumlah 35 siswa. Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah

  • 37

    purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel atas suatu pertimbangan

    tertentu (Sugiyono, 2014, hlm. 53-54). Pertimbangan pada penelitian ini dilihat

    dari jumlah siswa pada kelas XI IPA 1 lebih banyak dari kelas XI IPA 2.

    D. Teknik Pengumpulan Data

    Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari

    pemberian Lembar Kerja Siswa mengenai materi kesetimbangan kimia

    digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam Menerima dan Mengolah

    Informasi, pemberian angket untuk mengukur Usaha Mental siswa terhadap

    pembelajaran kimia di Pondok Pesantren Al Mizan Putri, kemudian soal test

    harian bentuk soal pilihan ganda materi kesetimbangan kimia untuk mengukur

    tingkat penalaran dan pemahaman siswa atau Hasil Belajar pada pembelajaran

    kimia. Adapun rincian teknik pengumpulan data dapat dilihat pada tabel 3.1

    Tabel 3.1 Teknik Pengumpulan Data

    No. Data Waktu Pengambilan Data Instrumen

    1. Intrinsic Cognitive

    Load mengenai

    Kemampuan Menerima

    dan Mengolah

    Informasi

    Di setiap akhir

    pertemuan

    Lembar Kerja

    Siswa

    2. Extraneous Cognitive

    Load mengenai Usaha

    Mental

    Di akhir pembelajaran

    materi kesetimbangan

    kimia

    Angket

    3. Germane Cognitive

    Load mengenai Hasil

    Belajar

    Di akhir pembelajaran

    materi kesetimbangan

    kimia

    Soal Test pilihan

    ganda

  • 38

    E. Prosedur Penelitian

    Penelitian ini terdapat tiga tahap yaitu persiapan, pelaksanaan dan

    penyelesaian.

    1. Tahap Persiapan

    a. Melakukan analisis Kompetensi Dasar (KD) dan menentukan indikator

    pembelajaran pada materi kesetimbangan kimia.

    b. Membuat kisi-kisi Lembar Kerja Siswa, dan soal Pilihan Ganda materi

    kesetimbangan kimia sesuai indikator yang telah ditentukan.

    c. Membuat kisi-kisi Angket sesuai indikator dari Extraneous Cognitive

    Load.

    d. Menguji validitas konstruksi (judgment expert) dan memperbaiki

    instrument sesuai saran para ahli.

    e. Menguji coba instrument soal tes pilihan ganda yang telah dibuat kepada

    mahasiswa semester 1, dan hasil uji coba dikonsul