Upload
others
View
12
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS BENTUK KASUS FENOMENA MINAMATA
MINAMATASHI DE NO GENSHOUJIKEN NO KEITAI NO BUNSEKI
SKRIPSI
Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian sarjana
dalam Bidang Ilmu Sastra Jepang
OLEH:
WINDI ZUNITA
150708015
PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
i
KATA PENGANTAR
Alhamdullilahirabbil„ Alamin, Puji syukur penulis ucapkan kepada
kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat dan Hidayah-Nya penulis bisa
menyelesaikan perkuliahan dan dapat menyelesaikan skripsi ini. Cukup banyak
hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi dalam menyelesaikan skripsi ini.
Namun berkat doa dan usaha yang selalu mengiringi dan juga motivasi, penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi yang berjudul “ANALISIS BENTUK KASUS FENOMENA
MINAMATA” ini penulis susun sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana pada
Program Studi Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
Dalam Penulisan skripsi ini, Penulis menyadari adanya bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini, Penulis
ingin mengucapkan terimakasih, Penghargaan dan penghormatan kepada :
1. Dr. Budi Agustono, M.S. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Hamzon Situmorang, M.S., Ph.D. selaku Ketua Program Studi
Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dr. Siti Muharami Malayu, M.Hum selaku Pembimbing, yang telah
mengorbankan waktu, tenaga dan bimbingan serta pengarahan kritik dan
saran dalam menyusun skripsi ini.
4. Bapak/Ibu Dosen Program Studi Sastra Jepang S-1 Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan banyak ilmu dan
pendidikan kepada penulis.
ii
5. Dosen Penguji Ujian Skripsi yang telah menyediakan waktu untuk membaca
dan menguji skripsi ini. Tak lupa pula penulis sampaikan kepada staf pegawai
Program Studi Sastra Jepang yang telah membantu menyelesaikan berbagai
surat menyurat dan berkas-berkas penulis.
6. Teristimewa penulis ucapkan terimakasih kepada kedua orang tua tercinta,
Ayahanda Rasiman dan Ibunda Sumiah yang tak pernah lelah memberikan
doa serta kasih saying kepada penulis. Juga kepada bang Kas, bang Yudi,
bang Luyok. Kepada Kakak Kus, kak Yati, kak Risma dan keponakan-
keponakanku, serta untuk semua keluarga, terimakasih untuk doa dan
dukungan berupa moril maupun materil.
7. Seluruh teman-teman penulis di Program Studi Sastra Jepang Stambuk 2015,
yang telah memberikan hari-hari dan kenangan yang indah baik suka maupun
duka yang tidak akan pernah bisa penulis lupakan. Terimakasih untuk 4 tahun
kebersamaan kita, semoga kedepannya kita dapat dipertemukan kembali
dengan kesuksesanny masing-masing. Kepada teman-tema yang akan selalu
penulis rindukan Donnat, Chaann, Atta, Sorayawahaha, Rajab yang telah
memberikan kebahagiaan, dukungan, motivasi dan cinta kepada penulis
Untuk teman-teman selalu semangat dan mari berjalan dijalan yang penuh
bunga.
8. The Angels ( Putry, Rina, Nisa) dan juga Barbie, Saranghaeo. Serta The
Ghempore Spc ( Isma, Rani, Dian, Dhuha, Nisa, Saidah, Ika, sofi),
terimakasih untuk tawa, dukungan, motivasi, cinta danmasa-masa indah di
SMA hingga perkuliahan.
iii
Penulis sadar bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar dapat memperbaiki kesalahan dimasa mendatang.
Akhir kata, Penulis berharap kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan khususnya para pembaca.
Medan, 25 September 2019
Penulis
Windi Zunita
150708015
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah……………………………………………….1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………..…....5
1.3 Ruang Lingkup Pembahasan………………………………..………....6
1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori……………………..……….....6
1.4.1 Tinjauan Pustaka…………………………………………….6
1.4.2 Kerangka Teori………………………………………………8
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian………………….………………….....9
1.5.1 Tujuan Penelitian……………………………………………9
1.5.2 Manfaat Penelitian…………………………………………10
1.6 Metode Penelitian………………………..………………………......10
BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KASUS MINAMATA
2.1 Kota Minamata……………………………………………………….13
2.2 Alam Dalam Pandangan Jepang………………………………….…..15
2.3 Kasus Minamata………………………………………………….…..17
2.3.1 Terjadinya Penyakit Minamata…………………………….17
2.3.2 Penyebab Kasus Minamata…………….…………….….…19
2.3.3 Efek Kasus Minamata…………………..……….…………26
v
BAB III ANALISIS BENTUK KASUS FENOMENA MINAMATA
3.1 Bentuk Masalah Kasus Minamata ………………………………..….31
3.1.1 Kembali Ke Konsep Alam...……………………….….…...37
3.2 Usaha Pemerintah dan Masyarakat dalam Menangani Kasus Minamata
……………………………………………………………………………39
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan…………………………………………………..……....44
4.2 Saran………………………………………………………..……...…45
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ABSTRAK
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Jepang dikenal dengan negara industri yang sangat berkembang. Dengan
adanya industri disuatu negara, dengan itu semakin meningkatkan ekonomi dan
kemajuan negaranya. Salah satu perusahaan industri yang berkembang di Jepang
adalah perusahaan Chisso. Perusahaan Chisso terletak di desa Minamata, desa
Minamata berada di prefektur Kumamoto dan berbatasan langsung
denganprefektur Oita dan prefektur Miyazaki. Pada tahun 1889 Minamata
hanyalah sebuah desa dan pada tahun 1949 tumbuh berkembang menjadi sebuah
kota. Populasi penduduk Minamata sebanyak 12.040, 2.325 rumah dan menjadi
penghasil garam didataran pasang surut. Sebagian besar masyarakatnya adalah
seorang petani dan juga nelayan kecil. Dengan adanya perusahaan Chisso dikota
mereka, kota Minamata pun juga ikut berkembang.
Perusahaan Chisso mendapatkan hak paten dalam memproduksi pupuk
nitrigenius dengan mencampurkan kalsium karbid dan nitrogen atmosferik
ditahun 1909. Dengan terus berkembang dan majunya perindustrian di bidang
kimia, perusahaan Chisso memperbesar produksinya lagi, seperti memproduksi
kalsium karbid dari asetilen, asetaldehida, asam asetat dan produksi resin vinil
klorida dari asetilen, sintesis oktanol dark asetaldehida.
2
Seiring dengan berkembangnya perusahaan Chisso ini, masyarakat
Minamata pun dibuat keresahan oleh sebuah penyakit aneh yang tiba-tiba timbul
dan menjangkiti mereka, bahkan binatang pun ikut terjangkit penyakit ini. Gejala
yang ditimbulkan penyakit yaitu mengalami gangguan berjalan, berbicara, dan
menggerakkan tangannya, kemudian bertahap diikuti dengan kelainan
pendengaran, pengelihatan dan ingatan. Mulai dari anak-anak, orang dewasa,
bahkan anak yang ada didalam kandungan dapat terjangkit.
Penyakit berbahaya ini menimbulkan kematian pada penduduk minamata.
Setiap harinya ada saja yang terjangkit penyakit tersebut. Dalam 40 orang
mengalami penyakit berbahaya ini dan ditemukan sekitar 14 orang telah
meninggal.Tingkat kematiannya mencapai 36 %.Kebanyakan yang terjangkit
adalah para nelayan dan anggota keluarganya. Dengan munculnya penyakit ini,
menimbulkan masalah sosial yang cukup besar, mereka takut untuk bersosialisasi
sesama tetangga, rasa malu akibat terjangkit penyakit aneh, pekerjaan pun
terganggu, hingga mata pencaharian pun terganggu karena mereka takut untuk
keluar rumah karna penyakit menular ini. Bukan hanya berakibat kepada
masyrakat, kerusakan lingkungan dapat dipastikan terjadi di teluk Minamata
diakibatkan pencemaran air oleh limbah pabrik.
Membutuhkan waktu sekitar 18 tahun bagi para dokter dan peneliti untuk
meneliti tentang penyakit ini,berbagai kecurigaan tentang penyebab penyakit ini
terus bermunculan hingga pada akhirnya penyebab penyakit mulai muncul
kepermukaan. Para dokter dan peneliti curiga pada perusahaan Chisso dan
menuntut mereka agar penutup perusahaan tetapi pihak chisso mengabaikannya,
padahal mereka mengetahui bahwa limbah perusahaan mereka lah penyebabnya,
3
tetapi mereka terus saja menjalankan produksi mereka dan memberikan dana
kompensasi kepada masyarakat Minamata karna rusaknya lingkungan di kota
minamata.
Perusahaan Chisso merupakan penyebab dari pada kejanggalan yang
terjadi di perairan teluk Minamata, Pemerintah Jepang mengumumkan laporan
resmi mengenai penyakit Minamata yang menyerang kota Minamata yang
disebabkan oleh teracuninya ikan dan kerang oleh air teluk Minamata oleh
merkuri dari perusahaan Chisso. Dengan terungkapnya penyebab penyakit
tersebut, masyarakat Minamata pun menuntut pihak Chisso ke jalur hukum atas
apa yang telah mereka perbuat. Kejadian tersebut tidak hanya beredar di kalangan
masyarakat di negara Jepang saja, melainkan masyarakat di Negara lain di
Kawasan Asia Timur. Hal tersebut membuat Negara Jepang mendapatkan citra
buruk di negaranya maupun di negara lain.
Perusahaan Chisso penyebab penderitaan masyarakat Minamata selama ini,
limbah produksi perusahan dibuang keperairan teluk Minamata yang mana teluk
tersebut merupakan mata pencaharian masyarakat Minamata, limbah merkuri
meracuni ikan-ikan diteluk yang ditangkap penduduk untuk dikonsumsi maupun
dijual dan menimbulkan dampak besar terhadap masyarakat Minamata. Tragedi
ini menimbulkan trauma yang sangat dalam, mulai dari kehilangan keluarga,
kehilangan mata pencaharian bahkan kehilangan pekerjaan. Dan pemerintah yang
harus lebih mengawasi bagaimana perindustrian di jepang dengan tegas agar
peristiwa tak terulang dan bagaimana masyarakat lebih menjaga dan mencintai
alam dengan terus menjaga dan merawatnya.
4
Memiliki industri yang sangat berkembang yaitu Chisso, perekonomian
Jepang pun semakin meningkat, tetapi dengan adanya hal tersebut menimbulkan
kelalaian dari pihak-pihak tertentu yang menimbulkan kerugian tidak hanya
perusahaan, tetapi juga masyarakat yang berada di wilayah industri tersebut yang
menimbulkan permasalah pada masyarakat dan kondisi lingkungan alamnya.
Dengan adanya peristiwa ini, pastilah harus lebih bijak dalam menangani dan
lebih waspada terhadap apa yang ada dilingkungan dan terlebih lagi menghargai
alam yang telah memberikaan kehidupan bagi seluruh masyarakatnya
Banyaknya industri di Jepang menyebabkan masalah pada lingkungan.
Contohnya adalah masalah lingkungan yang disebabkandari industri perusahaan
Chissoyaitu masalah keracunan karena pembuangan limbah industri keperairan di
teluk Minamata (Stockwin 2013 : 11).
Penyakit Minamata merupakan kegagalan manusia yang disebabkan oleh
pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi.Penyakit Minamata tidak bisa sembuh karna menyerang saraf manusia.
Kesakitan dan kesusahan dalam kehidupan sehari-hari tetap berlanjut selama
penderita masih hidup.Uang tidak sanggup mengurangi segala kesulita ini. Jika
pengalaman mereka sungguh-sungguh diperhatikan dan dimanfaatkan untuk masa
depan, barulah mereka merasa sedikit tenang (Masazumi.2005 : 318-319).
Berdasarkan penjelasan diatas menurut penulis hal ini menarik untuk
dibahas. Sehingga dalam skripsi ini penulis memilih judul “Analisis Bentuk
Kasus Fenomena Minamata”.
5
1.2. Rumusan Masalah
Kasus Minamata adalah sesuatu yang menggemparkan bagi Jepang pada
saat itu, terkhusus bagi masyarakat Minamata. Penyakit ini pertama kali
menyerang ditahun 1956, penderita memiliki gejala kelumpuhan pada syarafnya.
Penyakit ini sudah begitu banyak memakan korban jiwa dan kecacatan yang tak
pernah bisa disembuhkan. Penyakit yang tiba-tiba muncul tanpa disadari ini
menjadi sejarah kelam bagi Minamata.
Dengan maju dan berkembangnya industri di Jepang salah satunya adalah
Chisso, dapat dipastikan menimbulkan hal yang positif maupun
negatif.Masalahnya juga dapat timbul tidak hanya dari masyarakat tapi juga
timbul dari lingkungan, karna tidak dapat dihindarkan lagi bahwa sebuah
perindustrian pasti menimbulkan pencemaran di sekitar wilayahnya. Walaupun
perindustrian Chisso sangat menguntungkan bagi Jepang, tetapi juga perlu di
perhatikan bagaimana Chisso menjalankan sebuah industrinya dengan baik tanpa
menimbulkan keresahan masyarakat sekitar dan pemerintah harus tegas dalam
menjalankan tindakannya. Masyarakat pun harus lebih memperhatikan lingkungan
dengan selalu menjaga dan mencintai alam sekitarnya.
Berdasarkan uraian diatas, permasalahan dalam bentuk pertanyaannya
adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana bentuk masalah kasus fenomena Minamata ?
2. Bagaimana usaha pemerintah dan masyarakat dalam menanggulangi kasus
Minamata ?
6
1.3 Ruang Lingkup Pembahasan
Dengan dijelaskannya permasalah diatas, perlu adanya batasan masalah.
Sehingga masalah yang akan dibahas lebih terfokus dan terarah supaya tidak sulit
untuk dimengerti permasalahan yang ada dalam bahasan ini. Dari pembahasannya,
penulis mengambil data melalui buku untuk pedoman. Buku tersebut adalah
Tragedi Minamata karangan Masazumi Harada, tahun 2005, sebanyak 332
lembar.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis membatasi permasalah penelitian
yaitu, bentuk masalah kasus fenomena Minamata dan usaha Pemerintah dan
masyarakat dalam menanggulangi kasus Minamata. Agar pembahasan ini
memiliki tingkat akurasi analisis daninformasi yang pasti, pada BAB II akan
dijelaskan tentang Kota Minamata, Perusahaan Chisso dan Kasus Minamata.
1.4Tinjauan Pustaka dan Kerangka Toeri
1.4.1 Tinjauan Pustaka
Berdasarkan data-data yang sudah diperoleh dari studi pustaka, penulis
menemukan salah satu hasil penelitian yang terkait dan juga menjadi sumber
informasi serta pedoman dalam melakukan penelitian. Penelitiannya akan
dipaparkan sebagai berikut.
Dalam sebuah jurnal yang berjudul Kemajuan Industri dan Dampak
Lingkungannya Di Jepang Sebelum tahun 1950 ditulis oleh Pangeran Leko Krisno
tahun 2017, jurnal ini membahas tentang berkembangnya perindustrian yang ada
7
di Jepang serta bagaimana dampaknya pada lingkungan yang ditimbulkan dari
perkembangan industri ini. Perkembangan industri Jepang yang menyebabkan
kerusakan lingkungan seperti yang dapat kita ketahui peristiwa pertambangan
Ashio yangmenyebabkan kerusakan hutan dan kasus Minamata akibat limbah
dari perusahaan Chisso.
Perkembangan perindustrian sangat mempengaruhi suatu lingkungan.
Saat berkembangnya perekonomian situnjang dari perkembangan industri yang
tidak teratur, menyebabkan pengerusakan pada lingkungan.Dalam sebuah
perindustrian pasti memiliki tujuan medapatkan peruntungan yang tinggi dan
kemajuan perekonomian dengan tidak melihat kerusakan lingkuangan yang
disebabkan oleh itu sendiri.
Dan didalam sebuah skripsi yang berjudul Tragedi Minamata sebagai
Titik Awal Strategi Kebijakan Ekonomi Hijau Jepang ditulis oleh Intan Efendi
tahun 2017. Skripsi ini membahas bagaimana keadaan ekonomi di Jepang dan
strategi pemerintahan Jepang dalam memperbaiki citra perindustrian Jepang di
Wilayah Asia Timur pasca tragedi Minamata. Dalam skripsi ini menggunakan
teori sistem dan ekonomi hijau.
Tragedi Minamata merupakan salah satu masalah yang muncul karena
tingginya tingkat perekonomian yang berasal dari industri manufaktur yang tidak
diimbangi dengan ekosistem yang baik. Dari masalah itu, mengakibatkan berbagai
akibat yang membuat pemerintahan Jepang harus menangani hal tersebut karna
industri di Jepang yang mendapatkan citra buruk. Citra buruk mengenai tragedi
Minamata dari tahun ketahun semakin meningkat. Dalam sebuah forum diskusi di
8
Tokyo membuat sebuah forum tentang penyakit minamata. Diadakannya forum
ini tujuannya agar masyarakat sadar untuk menjaga lingkungan dan keseimbangan
ekosistem sangat berpengaruh terhadap lingkungan, maka masyarakat harus lebih
perduli terhadap lingkungan. Dalam hal perekonomian, belum ada peningkatan
yang signifikan terhadap nilai ekspor impor Negara Jepang pasca kejadian tragedi
Minamata.
1.4.2 Kerangka Teori
Dalam suatupenelitian, seseorang peneliti harus menyusun kerangka teori.
Kerangka teori disusun untuk landasan berpikir yang menunjukan dari sudut mana
peneliti melihat masalah yang ingin diteliti (Nawawi, 2001 : 40). Menurut
Koentjaraningrat (1976: 01) kerangka teori itu berguna untuk proses berfikir
deduktif yang tergerak dari bentuk abstrak kedalam bentuk nyata.
Penulis menggunakan pendekatan yang berhubungan fenomenologi,
sosiologi, dan masalahan sosial.Secara estimologis, kata “fenomenologi” berasal
bahasa Yunani, fenomenon, artinya adalah, “sesuatu yang tampak”, dan di bahasa
Indonesia sering dikatakan sebagai “gejala”. Fenomenon masih sering
dipertentangkan dengan kata “kenyataan”, dapat dikatakan, fenomenon bukanlah
sesuatu yang nyata, tetapi “semu”. Seringkali kata fenomenon kerap dikatakan
sebagai lawan atas “obyeknya sendiri”, maka dari itu fenomenon bertemu
bentuknya “penampakan”.Contohnya, sebuah penyakit sebagai obyeknya sendiri,
terlihat sakit demam, kemudian batuk, serta pilek, yang mana semua itu
ditempatkan sebagai gejala dari penyakit terkait. Bukan hanya itu, kata
9
fenomenon sering digunakan untuk mengungkapkan sebuah peristiwa yang
terindera, Maka, kata fenomenon pun dipergunakanpada ilmu pengetahuan alam
maupun eksakta (Hadiwijono, 1995: 140).
Soerjono Soekanto dalam Upe (2010 : 39 ) mengatakan yaitu sosiologi
merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana masalah sosial, struktur sosial,
proses sosial serta perubahan sosial.
Leslie dalam Soelaeman, (1968: 6) menyebutkan bahwa masalah sosial
adalah sebuah keadaan yang tidak diinginkan dalal kehidupan masyarakat dan itu
perlu diperbaiki untuk kehidupan yang selaras. Masalah soaial bukan saja
menimbulkan kerugian pada masyarakat.Masalah sosial pun menimbulkan adanya
perubahan pada nilai-niai yang ada di masyarakat. Soetomo (1995: 1) mengatakan
masalah sosial adalah keadaan yang bisa menyebabkan penderitanya mengalami
kerugian berupafisik maupun non-fisik. Masalah datang dari interaksi antar
masyrakat. Interaksi masyarakat dapat timbul suatu masalah sosial karena
interaksi itu tidak selalu berjalan dengan baik seperti yang diinginkan.
Menurut Rab & Selznich dalam Soetomo (1995: 4) yang menyebabkan
munculnya suatu masalah sosial yaitu, pertamaadanya hubungan antarmasyarakat
yang membuat tujuan penting dari masyarakat itu sendiri terhambat.Kedua,
organisasi sosial yang tidak bisa mengatur sebuah hubungan antar masyarakat
sehingga mengalami persoalaan yang besar.
10
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.5.1 Tujuan Penelitian
Dengan penjabaran di atas, maka penulis memiliki tujuan dari penelitian
iniadalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bentuk masalah kasus Minamata di kota Minatama
2. Untuk mengetahui usaha pemerintah dan masyarakat dalam
menanggulangi kasus Minamata
1.5.2 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Menambah informasi kepada para pembacaterhadap Kasus Minamata
yang ada di Kota Minamata.
2. Mengetahui usaha pemerintah dan masyarakat dalam menanggulangi
kasus Minamata.
3. Sebagai referensi tambahan bagi para pembaca terkhusus untuk pelajar
bahasa Jepang yang ingin menganalisis kasus Minamata lebih lanjut.
1.6 Metode Penelitian
Metode adalah suatu alat untuk mencapai tujuan dari suatu kegiatan. Di
suatu penelitian, dibutuhkan metode-metode untuk mencapai keberhasilan sebuah
tulisan yang akan disampaikan untuk para pembaca. Metode penelitian adalah
11
suatu cara yang dipergunakan oleh para peneliti untuk tercapainya suatu tujuan
dan mendapatkan jawaban dari suatu permasalahan (Nasir, 1988 : 51).
Penulis menggunakan metode deskriptif. Koentjaraningrat ( 1990 : 30 )
bahwa, penelitian yang bersifat deskriptif yaitu memberikan gambaran yang jelas
terhadap keadaan suatu individu, gejala, maupun kelompok lain. Maka dari itu,
data-data yang sudah didapatkan kemudian dikumpulkan, lalu disusun,
diklasifikasi, serta dikaji lalu diinterpretasikan tetap mengacupada sumber data
serta informasi yang sebenarnya.
Dalam proses mengumpulkan data dan informasi yang sesuai dengan topic
yang akan dibahas, penulis mempergunakan metode studi kepustakaan (library
research). Ada hal penting yang perlu diketahui dalam studi kepustakaan antara
lain adalah masalah yang ada, kemudian konsep-konsep, serta teori-teori,
kesimpulan dan juga saran (Nasution, 2001 : 14).
Perpustakaan yang menjadi sumber informasi adalah : Perpustakaan
Umum Universitas Sumatera Utara, Perpustakaan Jurusan Sastra Jepang
Univesitas Sumatera Utara, Perpustakaan Umum Pemerintah Kota Medan, Milik
Pribadi, Situs Internet dan lainnya yang mendukung penelitian.
Langkah-langkah dalam penelitian melakukan penelitian ini adalah :
1. Pemilihan topik dan judul penelitian.
2. Merumuskan masalah yang ingin diteliti.
3. Menyusun Kerangka teori.
4. Melakukan studi pustaka.
5. Mengumpulkan data.
12
6. Menganalisis data.
7. Menggunakan referensi.
8. Menulis laporan penelitian.
13
BAB II
GAMBARAN UMUM TENTANG KASUS MINAMATA
2.1 Kota Minamata
Minamata adalah sebuah kota yang sangat kaya akan hasil laut dan
keindahan alamnya. Minamata terletak di Prefektur Kumamoto di sebelah barat
daya Jepang. Prefektur ini berbatasan dengan Prefektur Oita dan Prefektur
Miyazaki serta berbatasan dengan Prefektur Kagoshima, dan Kumamoto adalah
ibukota kota Minamata.Kumamoto juga dikenal dengan sebutan “Negeri Api”
karna memiliki gunung Aso yang merupakan Simbol dari Prefektur Kumamoto.
Minamata adalah sebuah teluk dipantai barat pulau Kyushu, teluk ini adalah
bagian dari Laut Shiranui yang lebih besar yang diapit oleh pulau-pulau yang
terletak di Prefektur Kumamoto dan Nagasaki. Garis pantainya kasar dengan
memiliki banyak ceruk dan teluk yang bertindak sebagai tempat pemijahan ikan
dan kerang. Berbagai macam makhluk hidup dan biota laut di daerah ini.
Minamata didirikan sebagai desa pada tahun 1889 dan ditetapkan sebagai
kota pada tahun 1912 saat koneksi kereta api dan berbagai infrastruktur dibangun
dan pada tahun 1949 tumbuh berkembang menjadi sebuah kota dengan keadaan
yang bagus dan baik. Minamata memiliki populasi dengan 12.040 populasi
penduduk dan 2.325 rumah menjadi penghasil garam di dataran pasang
surut,profesi sebagian besar penduduk Minamata adalah nelayan juga petani,
dimana perikanan nelayan di kota Minamata berada di Teluk Minamata.
Masyarakat Minamata bisa mengkonsumsi ikan sebanyak 286-410 gram per hari.
14
Ada berbagai macam industri yang berada di Prefektur Kumamoto, salah satunya
di kota Minamata ada industri kimia yang membantu perekonomian masyarakat,
dengan munculnya industri ini membantu menambah pendapatan masyarakat
yang mulanya bekerja sebagai petani dan nelayan, kini masyarakat dapat bekerja
di pabrik itu dan memiliki penghasilan yang cukup.
Dengan adanya industri yang ada dikota Minamata dan teluk Minamata
sebagai penghasilan para masyarakatnya, pembuangan limbah dari suatu industri
akan sangat mudah. Pelabuhan Hyakken yang ada di Minamata
sebagaitransportasi yang cepat dan mudah serta biaya yang murah. Industri kimia
yang ingin membangun sebuah perusahaan pun menyadari bagaimana keuntungan
yang didapatkan apabila mendirikan sebuah industrinya di Minamata dan juga
melihat bagaimana perekonomian masyarakatnya disana. Chisso Corporation atau
perusahaan Chisso adalah salah satu industri kimia yang ada dikota Minamata dan
mereka memproduksi pupuk..
Teluk Minamata adalah sebuah teluk yang memiliki luas sekitar 2,092,000
m persegi dan berada di Laut Shiranui. Laut Shiranui (bagian utara)juga disebut
sebagai laut Yatsushiro (bagian selatan) dengan luas 1,200 km persegi merupakan
sebuah lautyang tertutup dan berhadapan dengan kepulauan Amakusa yang
mempunyai sekitar120 pulau dan 3 pulau yang besar adalah pulau Ohyano,
Amakusa Kamishima dan Amakusa Shimosima. Lautnya terhubung dengan Laut
Amakusanada yang merupakan bagian dari Lautan Cina Timur. Laut ini disebut
dengan Mediteraniannya Jepang yang dahulu memiliki hasil laut yang sangat
melimpah. Ada 200 ribu pekerja dari perikanan didaerah ini. Usaha perikanan
adalah penunjang kebutuhan mereka.
15
2.2 Alam dalam Pandangan Jepang
Alam dan manusia mempunyai kesamaan yaitu merupakan makhluk
ciptaan Tuhan, yang saling memiliki ketergantungan satu sama lain. Sebagai
sesama makhluk, seharusnya bisa menjaga hubungan yangbaik dengan alam yaitu
dengan cara merawat dan menjaga lingkungan serta tidak merusaknya. Mereka
adalah masyarakatyang sangat peduli dan menjaga alamnya. Kehidupan mereka
sangat berhubungan terhadap alam. Menurut masyarakat Jepang, alam adalah
sesuatu yang harus dihargai dan dijaga. Mereka sama dalam memperlakukan
manusia dengan alam sebab menurut masyarakat Jepang alam dengan manusia
memilki tingkatan yang sama di dunia.
Alam, yang dalam bahasa Jepang 自然 (shizen), bukan hanya sebuah
kalimat namun mempunyai arti sangat bermakna dan memiliki nilai filosofinya
sendiri. Alam menurut Jepang adalah sebuah energy hasil dari interaksi yin yang
dan juga lima elemen di bumi, yaitu air, tanah, angin, api, dan petir. Semua
elemen itu mengatur akan hidup serta mati, senang maupun sedih, kerusakan
maupun pertumbuhan serta terang juga gelap. Hubungan alam dengan manusia
memiliki hubungan antar sesama. Filsuf dari Jepang, Nakamura Hajime
mengatakan yaitu pandangan orang Jepang yang sangat menghormati alam
merupakan khas dari kebudayaan mereka dan ini merupakan pengaruh dari ajaran
dari Buddhisme, Orang Jepang memiliki sifat yang naturalis, merasakan bahwa
alam itu apa adanya, berkelakuan seperti situasi pada alam, menghargai dan
menghormati alam.
https://id.scribd.com/doc/144869927/NATURALISME-JEPANG
16
Hubungan antara alam dan manusia Jepang ini dikatakan juga Naturalisme
yang disebut juga Shizenshugi. Dalam kamus bahasa Jepang Koijen, Naturalisme
merupakan sebuah keadaan bahwa semua diserahkan dan kembali ke alam.
Dengan dekatnya orang Jepang kepada alam menyebabkan rasa kagum dan juga
cinta pada alam itu sendiri. Paham Naturalis Jepang juga banyak diambil dari
ajaran Shinto, yaitu menilai bahwa „yang mutlak‟ adalah sama seperti „dunia
gejala (Karma)‟ atau dunia fenomena adalah suatu yang pasti akan terjadi, serta
menerima kenyataan apa adanya. Agama Shinto kuno sangat memuja alam.
Penganut agama Shinto kuno percaya setiap yang ada di alam memiliki roh,
termasuk gunung, air terjun serta hutan. Penduduk Jepang memiliki populasi
sebanyak 100 juta orang, dengan wilayahnya yang sangat kecil membuat
kehidupan alam liar pun menjadi terganggu.Polusi juga sekarang sangat dikontrol
dengan ketat. Apapun aktivitas manusia akan tetap mengancam kehidupan alam di
Jepang. Sebanyak 136 spesies hewan dan tumbuhan bahkan lebih telah dinyatakan
terancam. Dalam segi perikanan, arus Tsushima yang mempertemukan air panas
dengan air dingin di perairan sekitar Jepang menjadikan perairan Jepang sangat
kaya akan biota laut.https://kumparan.com/lampu-edison/fakta-tentang-jepang-
orang-jepang-dan-alam
Wicaksono (2005), mengatakan yaitu Jepang melihat alam sama seperti
manusia.Ia“hidup”, memiliki “perasaan”, juga “bahasa”. Dalam hal ini sangat
berpengaruh pada sistem kepercayaan mereka. Dilihat bahwa tidak ada Negara
lain yang memilki kepercayaan yang primitife sekuat orang Jepang. Seidensticker
(1990), mengatakan yaitu hubungan orang Jepang dengan alam adalah bentuk dari
sebuah kepercayaaan Buddha Zen yang menuju pada konsep kealamiaan serta
17
kesederhanaan, merupakan salah satu hal yang sangat ada penting bagi orang
jepang. Dilihat dari keseharian masyarakatnya, sikap menghargai dan mencintai
alam sudah tertanam pada diri mereka serta menyatu dengan alam dan cinta
terhadap alam.
http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/200900338JP%20Bab%201.pdf
2.3 Kasus Minamata
2.3.1 Terjadinya Penyakit Minamata
Dokter di Jepang melaporkan adanya epidemik penyakit yang tidak
diketahui dari sistem saraf pusat pada tahun 1956. Pada akhir tahun 1950-an, teluk
Minamata di Jepang terkontaminasi merkuri dari pabrik terdekat yang
memproduksi pupuk kimia asetildehida. Merkuri diubah biotransformasi oleh
bakteri didalam air menjadi metilmerkuri yan terakumulasi didalam otot ikan.
Pada tahun 1958 Penyakit yang ada di kota Minamata, Prefektur Kumamoto ini
mulai mewabah. Ratusan orang mati akibat penyakit yang belum diketahui
penyebabnya. Penyakit ini tidak hanya menyerang masyarakat Minamata, tetapi
juga hewan seperti kucing, tikus, burung yang ada di Minamata.
Anak perempuan berumur 5 tahun 11 bulan memiliki Gejala penyakit yang
bersifat neurologik, adanya kesulitan berjalan, berbicara, dan mengalami kejang,
kemudian ia diperiksa di Rumah Sakit perusahaan Chisso pada 21 April 1956.
Dua hari kemudian anak ini dibawa ke Rumah Sakit, di hari itu juga adiknya yang
berumur 2 tahun, juga mulai sulit menggerakkan tangan dan kaki, kesulitan untuk
18
berjalan, sakit di lutut serta jarinya. Kemudian ia dilarikan ke Rumah Sakit untuk
diperiksa dengan gejala yang sama dengan kakaknya, dan akhirnya ia dirawat di
Rumah Sakit
Ibu dari kedua anak perempuan ini pun berkata bahwa anak perempuan
lain tetangga sebelah mereka juga mempunyai gejala yang sama, anak ini berumur
5 tahun 4 bulan, mengalami kesulitan berjalan, berbicara, dan menggunakan
tangannya. Dengan peristiwa yang aneh ini akhirnya para Dokter melakukan
investigasi ke rumah-rumah, mereka menemukan sejumlah pasien dan
memasukkan delapan orang diantaranya ke Rumah Sakit. Direktur Rumah Sakit
yaitu Hosokawa secara resmi melaporkannya kepada Kantor Kesehatan
Masyarakat Minamata bahwa terjadi epidemik pada penyakit sistem saraf pusat
yang belum di ketahui penyebabnya pada tanggal 1 Mei 1956, yang menandai
penemuan resmi penyakit ini.
Korban pertama kali ditemukan berada di ujung sebuah teluk kecil, disana
terdapat beberapa rumah yang berdiri berhimpitan satu sama lainnya. Kedua anak
itu adalah anak dari keluarga Tanaka Yoshimitsu. Pemandagan alam di dekat
rumah mereka sangat indah, dan jika mereka ingim menangkap ikan hanya
mejatuhkan kail di dekat jendela. Dengan anak mereka yang mengidap penyakit
aneh di keluarga mereka, menyebabkan anggota keluarga lain jatuh sakit satu
demi satu sehingga semua anggota terjangkit peyakit Minamata. Tidak hanya
masyarakatnya yang terjangkit penyakit ini, tetapi kucing-kucing mereka pun mati
dengan cara yang aneh juga.
19
Dengan adanya kejadian ini para ahli pun melakukan penelitian di kota
Minamata untuk mencari penyebab penyakit ini. Mereka melakukan penelitian
dengan melakukan pengamatan dari gejala penyakit serta pola hidup dan
kebiasaan masyarakat disana. Dari kebudayaan masyarakat Minamata diketahui
bahwa mereka mempunyai kebiasaan mengkonsumsi ikan dalam jumlah yang
tinggi. Dari hasil penelitian tersebut, mereka pun melakukan eksperimen dengan
melakukan penelitian terhadap laut dan ikan yang ada di kota Minamata. Dari
hasil penemuan peneliti ditemukan banyaknya jumlah logam merkuri yang ada
dilaut Minamata, dan kemudian disusunlah teori bahwa penyakit ini disebabkan
oleh logam merkuri.
2.3.2 Penyabab Kasus Minamata
Kasus Minamata sendiri terjadi akibat dari kelalaian masyarakat dan pihak
pihak yang bertanggung jawab akan permasalahan ini. Dengan adanya penelitian
dari berbagai peneliti, ditahun 1957 dilaksanakan pertemuan oleh para institusi
kesehatan masyarakat di Tokyo yang dilaksakanoleh Kelompok Penelitian
Penyakit Minamata Universitas Kumamoto. Pertemuan itu menyebutkan bahwa
penyakit yang ada di Minamata disebabkan oleh suatu logam, dan limbah Chisso
memiliki kaitannya dengan penyakit ini. Tetapi Chisso berpendapat yang
sebaliknya, mereka berspekulasi bahwa tidak ada perubahan di Teluk Minamata
sejak tahun 1948. Bila teluk Minamata terkontaminasi racun, permasalahan ini
harus ditangani dengan baik. Ketika satu persatu masyarakat Minamata menjadi
korban serta keindahan alam dan lingkungan Minamata menjadi berkurang,
Chisso pun seperti tidak memperlihatkan simpati kepada masyarakat Minamata.
20
Chisso Corporation atau yang dikenal dengan perusahaan Chisso adalah
perusahan yang sangat berkembang di Prefektur Kumamoto Jepang. Dengan
eksistensinya di dunia perindustrian membuat perusahaan Chisso menjadi salah
satu perusahaan besar di Jepang walaupun berada didaerah kecil seperti di Kota
Minamata. Dengan menghasilkan keuntungan yang sangat besar hingga dapat
meningkatkan kehidupan masyarakat Minamata, perusahaan Chisso juga tak lepas
dari kelalaian yang mengakibatkan kerugian bagi perusahaan, masyarakat dan
juga lingkungan alam Minamata.
Shitagau Noguchi, pada tahun 1906 seorang lulusan dari teknik elektro di
Universitas Imprial Tokyo, membangun Sogi Electric Company dimana
mengoperasikan listrik tenaga air yang ada di Okuchi, Prefektur Kogoshima untuk
memasok listrik di tambang emas, tetapi mengalami masalah yaitu kelebihan
kapasitas daya. Untuk memanfaatkan kelebihan daya tersebut tahun1908, Noguchi
mendirikan Japan Carbide Company yang mengoperasikan pabrik kabrida di kota
Minamata, Prefektur Kumamoto. Di tahun yang sama juga Noguchi
menggabungkan kedua perusahaan tersebut untuk membentuk Perusahaan Pupuk
Nitrogen Jepang. Noguchi membeli hak atau proses Frank-Caro di tahun 1909
yang mana nitrogen atmosfer dicampurkan dengan kalsium karbida dan
menghasilkan kalsium Sianamida, Pupuk kimia. Pupuk Nitrogen adalah sebuah
bahan untuk menambah hasil suatu pertaniaan Jepang pada saat itu karena
kurangnya lahan yang bisa ditanami,dan perusahaan pun mendapatkan pasar yang
dapat menerima produk mereka. Nichitsu pun berkembang dengan cabang
menjadi produk lain yang diproduksi kasium karbida, memulai produksi asam
21
asetat, ammonia, dan juga bahan peledak dan butanol.
https://en.wikipedia.org/wiki/Chisso
Tahun 1914 pabrik di Kagami Prefektur Kumamoto memulai produksi
Amonium dan digunakan proses perubahan nitrogen pertama di Jepang.Penjualan
juga meningkat dari tahun ketahun.Pada tahun 1918, telah dibuka pabrik
baruyang terletak di Kota Minamata dan memproduksi Amonium Sulfat juga
memiliki keuntungan yang besar. Kemudian mengalami penuran harga setelah
kembalinya persaingan pasar di Jepang setelah perang dunia I di Eropa tahun
1918 berakhir.
Dengan berakhirnya perang I, Noguchi pun mendatangi Eropa dan
mengatakan bahwa pabrik Nichitsu harusmulai melakukan perubahan dengan
sebuah kepaduan alternatif dari amonium sulfat di Negara Jepang.Pabrik Nichitsu
yang ada di Nobeoka, memproduksi dengan sintesis amonia casale, yang
dibutuhkan dengan menggunakan suhu tinggi dan juga adanya tekanan.Telah
diproses dan berhasil, produknya itupun dikonversi dan mulai diproduksi dengan
banyak ditahun 1924.Pada tahun 1932, Shin Nichitsu memproduksi
asetaldehidamempergunakan katalis merkurisetelah perang dunia II. Di pelabuhan
Hyakken lah mereka membuang limbah industrinya. Air limbah mengandung zat
yang sangat berbahaya dan bercampur keteluk Minamata.
Di tahun 1965 perusahaan ini mengganti namanya menjadi Chisso
Corporation (Chisso Kabushiki Kaisha). Kemudian tahun 1968, Chisso
Corporation pun tidak menggunakan katalis merkuri saat memproduksi
asetaldehida karena lingkungan Minamata menjadi tercemar.
22
Chisso adalah perusahaan elekto-kimia yang merupakan salah satu
“zaibatsu baru” (konglomerat), yang memanfaatkan tenaga higro-elektrik yang
melimpah dan tidak perlu berusaha keras untuk membangun rencana percontohan.
Ketika perusahaan lain ragu untuk menghasilkan produk berbasis komersil,
Chisso mempunyai teknologi yang lebih canggih yang memungkinkan-nya
mengambil peluang untuk memproduksi. Pabriknya sendiri adalah sebuah
laboratorium penelitian, dan ledakan serta kecelakaan sering terjadi.Terlihat dari
data yang menunjukkan beberapa kali terjadinya kecelakaan kerja disana.Dalam
hal ini maka dapa disimpulkan bahwa pengabaian nyawa dan kesehatan kerja
didalam pabrik mengarah kepada pengabaian nyawa dan pengabaian kesehatan
masyarakat sekitar dan lingkungan hidup. (Masazumi.2005: 172).
Hampir seluruh limbah dari pabrik Chisso melewati lapisan sedimentasi
dan dibuang kepelabuhan Hyakken. Ketika limbah akhirnya di curigai sebagai
penyebab penyakit, pada bulan September 1958 Chisso mulai membuang limbah
pabrik yaitu asetildehid-nya keteluk Minamata, setelah menyebrangkannya
kekolam sedimentasi di Hachiman bersama dengan limbah pembakaran karbid
dan sumber yang lainnya.
Pelabuhan Hyakken yang dilindungi oleh Tanjung Myojin dan Pulau Koiji
ini terletak dibagian dalam dari teluk Minamata.Mulut sungai Minamata
berhadapan dengan Laut Shinurai. Laut Shinurai juga disebut dengan laut
Yatsushiro atau teluk Yatsushiroadalah sebuah laut dalam, pada bagian utaranya
dikelilingi oleh Semenanjung Uto, Prefektur Kumamoto, dan pada bagian selatan
dikelilingi oleh Pulau Nagashima, Kagoshima dan Pulau Amakusa,di barat
Kumamoto. Mempunyai arus yang kecil, keluar masuk antara laut lepas dan laut
23
shinurai dengan ombak-ombak yang kecil.Arus pasangnya tidak terlalu
besar.Teluk minamata berada di didalam Teluk Yatsushiro, bisa dikatakan juga
sebagai teluk bertumpuk. Di teluk Minamata, arus pasangnya hampir tidak ada
dan juga ombaknya sangat tenang.Dari survey Pusat Penelitian Perikanan
Kumamoto, arus yang masuk dari laut lepas, mengalir tidak terlalu jauh ke bagian
utara Pulau Futago tetapi berkelok-kelok di tempat itu.
Dengan arus laut yang seperti itu, dapat diketahui bahwa limbah indusri
yang dibuang keteluk Minamata akan terakumulasi ke dalam teluk dan
mencemarinya serta dapat dipastikan akan mencemari seluruh laut Shinurai
karena arusnya akan mengalir ke utara. Pada tahun 1958, limbah Chisso mulai
dibuang ke mulut sungai Minamata yang membuat ikan di mulut sungai itu mati,
kucing-kucing mati, serta ditemukan penderita penyakit sampai ke bagian utara
Tsunagi dan utara Kota Izumi.
Para Peneliti Universitas Kumamoto telah mengumumkan apa yang sudah
mereka teliti, dan juga memeriksa dan kemudian membandingkan laporan tentang
Hunter-Russel syndrome di tanggal 22 Juli 1959, dapat ditarik kesimpulan yaitu
penyebab penyakit ini adalah sebuah merkuri organik. Dengan pernyataan
penyebab penyakit yang telah ditemukan, masyarakat Minamata meminta Chisso
untuk tutup serta berhenti berproduksi dan tidak membuang limbahnya lagi.
Tetapi, pihak yang tidak bertanggung jawab ini pun melakukan segala hal untuk
menghilangkan bukti dari penelitian ini.
Pemerintah Jepang memutuskan bahwa penyakit Minamata di Kumamoto
di sebabkan oleh pabrik Chisso pada tahun 1968 yang mana bahan campuran
24
merkuri metal yang diproduksi dalam fasilitas asam asetaldehida asetat. Penyakit
ini sebenarnya sudah dikonfirmasikan pada tahun 1958, tetapi penyakit ini
disampaikan oleh pemerintah setelah 12 tahun lamanya. Kelambanan pemerintah
dalam menangani kasus ini sangat tidak termaafkan,walaupun pemerintah
sebenarnya telah melakukan beberapa upaya-upaya dan penanganan dalam
masalah ini,tetapi upaya yang telah diberikan sepertinya kurang terlihat.
Sebuah kelompok bernama “kelompok ligitatio”yang disebut Sosho-ha
membentuk sebuah tim penasehat hukum untuk membantu peradilan penyakit
Minamata pada tanggal 18 Mei 1969. Sebanyak 222 pengacara dari seluruh
Jepang yang ikut bergabung dalam kelompok ini untuk membantu kasus ini. Serta
Dewan Warga Prefektur untuk mencegah polusi publik juga ikut mendukung
tuntutan hukum penyakit Minamata. Pada tanggal 14 Juni 1969 mereka
memutuskan untuk mengajukan gugatan dan kasus ini pun terdaftar dipengadilan.
Pada tanggal 20 Maret 1973 keputusan penyakit Minamata pertama pun jatuh palu.
Hakim Saito yang telah menerima semua tuntutan penderitaan dan memberikan
kemenangan penuh atas kasus ini. Ia mengatakan bahwa “jika Chisso tidak
melalaikan kewajibannya dan mencari penyebab atas penyebab yang sebenarnya,
mereka mungkin bisa meramalkan resiko yang ditimbulkan limbah cair mereka
terhadap manusia”. Ia kemudian memerintahkan Chisso untuk membayar uang
ganti rugi kepada korban sebesar 16-18 juta yen per orang.
Sebelum merkuri dinyatakan sebagai penyebab, ada beberapa teori penyebab dari
penyakit ini yang di berikan oleh peneliti, beberapa teori itu adalah sebagai
berikut.
25
1. Teori Mangan
Mangan dicurigai sebagai penyebab penyakit ditahun 1956. Mangan
banyak ditemukan di dalam air laut Minamata. Mangan juga ditemukan pada ikan,
kerang, dan jugaorgan dalam penderita penyakit dengan jumlah yang besar.
Mangan diumumkan sebagai penyebab Penyakit ditahun 1956.Setalah adanya
konferensi yang dilakukan oleh kelompok Peneliti di Minamata.
2. Teori Selenium
Setelah Mangan bukan menjadi penyebab utama dai penyakit ini, ditahun
1957, Professor Kitamura memiliki teori baru yaitu teori selenium. Selenium
ditemukan didalam lumpur di Teluk Minamata, dicurigai selenium ini adalah
suatu zat yang telah dibuang sebuah perusahaan. Penderita penyakit ini dan juga
tubuh kucing pun memiliki selenium dilam tubuhnya. Kadar selenium yang ada
didalam hati mayat penyakit minamata yaitu sebanyak 16,0 ppm, jumlahnya
sepuluh kali lipat dari kadar normal dan dalam organ kucing ada sekitar 0,3-70,0
ppm.
3. Teori Thallium
Setelah teori Mangan dan Selenium ditemukan, muncul sebuah teori baru
yang ditemukan yaitu teori Thallium ditahun 1958.Ditemukan thallium dalam
jumlah yang tinggi yaitu 300 ppm dari limbah pembuangan pabrik. Thallium
merupakan bahan yang sudah terbukti sangat beracun, dan thallium ternyata
terkandung didalam suatu bahan yang didapatkan dari Cottrli Precipator dan di
gunakan untuk memproduksi sulfur di pabrik.
26
4. Teori Kontaminasi Ganda
Mangan, selenium, dan thallium dianggap sebagai penyebab penyakit dan
setelah dibuktikan dan zat tersebut bukanlah penyebab, munculah teori
kontaminasi ganda, dan para peneliti mulai melakukan penelitian dengan hasil
yaitu tidak ada satupun dari bahan-bahan yang diteliti sepeti mangan, selenium
dan thallium merupakan penyebab dari penyakit Minamata.
2.3.3 Efek Dari Kasus Minamata
Kasus Minamata tidak hanya berimbas kepada masyarakatnya saja, tetapi
alam juga ikut merasakan efek yang di timbulkan dari peristiwa tersebut. Penyakit
Minamata adaah penyakit yang berbahaya yang disebabkan oleh limbah dan
membuat korban menderita. Penyakit ini muncul akibat kelalaian dari manusia itu
sendiri yang kurang mencintai alam dan lingkungan yang mengakibatkan
kerugian juga polusi yang membahayakan bagi Masyarakat Minamata. Penyakit
Minamata merupakan fenomena penyakit yang telah diketahui diberbagai negara
karena hampir seluruh masyarakat Minamata terinfeksi penyakit berbahaya ini.
Penyakit yang tidak dapat disembuhkan ini telah membuat penderitaan bagi
masyarakatya.
Dengan adanya penyakit yang timbul dan menyebabkan kematian bagi
penderitanya di Minamata memiliki gejala kelumpuhan pada syaraf yaitu terasa
kesemutan dikaki dan tangan, merasakan lemas, kehilangan pengelihatan dansulit
berbicara sertakehilangan pendengaran. Gejalanya dapat memburuk disertai
kelumpuhan, kegilaan, koma dan akhirnya meninggal. Karena terlihat adanya hal
27
yang janggal dalam penyakit ini, para Ahli Kesehatan di Jepang pun mengadakan
observasi tentang penyakit ini, juga keseharian masyarakatnya. Dalam observasi
yang telah dilakukan, ditemukan bahwa pada ikan yang ada diteluk Minamata
telang tercampur oleh Methyl Mercury. Methyl Mercury hasil dari limbah Chisso,
tercampur dalam ikan dan biota laut lain.Merkuri atau air raksa ( Hydrargyrum)
adalah sebuah unsur kimia yang memiliki simbol Hg serta nomor atom 80.
Melihat dari geografinya, tingkat merkuri tertinggi berada di dekat
pembuangan limbah dan akan terus turun tingkatannya saat menuju ke laut. Dari
data jelas menunjukan ada 2 kilogram limbah merkuri per ton berasal di dekat
kanal pembuangan limbah di saluran pembuangan di Hyakken. Seakan laut
merupakan seperti tambangnya merkuri, merkuri tidak hanya ada di perairan
Minamata tetapi merkuri juga ada di rambut-rambut Masyarakat disana, seperti di
dekat laut Shinurai dan juga khususnya masyarakat Minamata. Tingkat merkuri
dirambut masyarakat sebesar 705 ppm, diwilayah Minamata 191 ppm dan
diwilayah luar Minamata sebanyak 4,42 ppm.
Penyakit dari polusi lingkungan tidak pernah terjadi secara tiba-tiba.
Biasanya terjadi setelah dalam waktu yang lama dan perubahan yang terus-
menerus. Di Minamata pada tahun 1925, dampaknya kepada industri perikanan
sudah muncul dan bisa dikatakan perusahaan Chisso sebagai sumber pencemaran.
Mianamata disebut sebagai kota istana oleh perusahaan Chisso. Tahun 1908
perusahaan ini didirikan dan dapat diselesaikan pembangunannya pada tahun
1909, mendapatkan sebuah hak paten dalam produksi sebuah pupuk nitreginius
yang kemudian dikembangkan dalam perusahaan elektromania dalam skala yang
lebih besar. Dan perusahaan Chisso menjadi perusahaan yang sangat maju
28
sebelum dan setelah perang dunia. Namun, pencemaran lingkungan karena
limbah pun tidak bisa dihindarkan dan para kelompok nelayan pun meminta
sejumlah dana kompensasi kepada perusahaan. Agar tidak ada keluhan yang lebih
banyak dan dapat di gugat kepengadilan, perusahaan Chisso pun memberikan
dana uang simpati sebesar 1500 yen.
Melihat kejadian ini para nelayan meminta kepada pemerintah Kumamoto
agar cepat bertindak atas pencemaran lingkungan di Minamata. Ditemukan
sebanyak 54 korban yang terdeteksi mendapat penyakit Minamata dan 17
diantaranya sudah meninggal. Pada tanggal 17 Januari 1957 Koperasi Perikanan
Minamata menuntut agar Chisso berhenti membuang limbahnya. Tetapi,
perusahaan Chisso masih bisa memproduksi dan beralasan bahwa penyakit ini
tidak ada kaitannya dengan pencemaran.Pemerintah Kumamoto serta Kementrian
Perdagangan dan Industri masihmemberi izin mereka melakukan produksi.
Kementrian Kesehatan Jepang tidak menerima untuk membuat undang-
undang mengenai sinitasi makanan yaitu pelarangan penjualan biota laut yang ada
di Minamata. Mereka memiliki alasan bahwa mereka ragu jika ikan disana sudah
terkena limbah atau belum. Dengan keadaannya pemerintah terlihat tidak perduli
dengan keadaaan ini dan mengabaikannya, mereka juga terlihat menutupi keadaan
ini agar tidak tersebar luas di Jepang. Masyarakat pun tetap mengambil ikan di
sana karena tidak adanya larangan dan tetap mengkonsumsi dan mengambil ikan
demi kelangsungan hidup. Limbah terus dibuang dan tersalur kemuara Minamata
dan meracuni biota laut. Masyarakat masih mengkonsumsi ikan hingga penyakit
datang ditengah-tegah kehidupan masyarakat dan juga meraka tidak bisa
membedakan ikan yang tercemar dan yang tidak.
29
Ditengah masalah sosial yang membingungkan serta banyaknya
kontroversi oleh para medis ditahun 1959, para korban masih tetap berada dalam
kecemasan yang luar biasaakan keberlangsungan hidup mereka dan juga
kemiskinan yang harusdihadapi mereka sendiri, mereka menuntut dana
kompensasi sebesar 230 juta yen. Nelayan miskin masih terus menangkap ikan
diteluk Minamata demi keberlangsungan hidup mereka. Masyarakat tidak terbiasa
dengan situasi seperti ini dan sangat mengejutkan mereka. Penyakit Minamata
juga menjangkiti anak-anak yang dilahirkan oleh ibunya. Walaupun mereka tidak
mengkonsumsi ikan, tetapi mereka lahir dengan keadaan sakit dan cacat akibat
dari ibunya yang mengkonsumsi ikan. Anak-anak juga mengalami kesulitan
berbicara yang terputus-putus sehingga sulit untuk dimengerti, leher dan tubuh
mereka juga tersentak-sentak, kaki terlempar-lempar keluar serta selalu tersenyum
malu-malu. Dengan ini, terlihat bahwa mereka dapat dipastikan menderita
penyakit Minamata bawaan.
Efek yang ditimbulkan dalam peristiwa ini adalah masalah sosial yang ada
di dalam masyarakat minamata yaitu seperti korban jiwa, hilangnya mata
pencaharian, kemiskian dan juga diskriminasi sosial yang diterima di masyarakat.
Dalam lingkungan Minamata juga ikut menerimanya yaitu pencemaran
lingkungan di laut Minamata, pencemaran air ini menyebabkan ikan tidak dapat
diambil karena teracuni merkuri yang membuat masyarakat kehilangan sumber
penghasilan. Efek negatif yang ditimbulkan dari kasus ini sangat berdampak besar
dan merugikan kesehatan dan juga lngkungan alam masyarakat Minamata.
Panyakit ini merupakan penyakit yang tidak bisa sembuh walaupun
melakukan pengobatan, itu hanya akan menurunkan gejalanya dan juga terapi
30
fisik bagi penderita. Para korban juga mendapatkan diskriminasi sosial terhadap
lingkungan. Jumlah penduduk Prefektur Kumamoto dan Kagoshima yang menjadi
korban ada lebih dari 17 ribu masyarakat pada tahun 1997. Ada 2.264 ditetapkan
pemerintah sebagai korban, sebanyak 1.408 sebelum tahun 2000 sudah
meninggal. Sebanyak 10.353 korban dinyatakan menjadi korban penyakit mereka
mendapatkan uang kompensasi, ada 12.617 orang yang menjadi korban penyakit
ini. Sebenarnya masih belum diketahui pasti berapa jumlah korban, ada yang
sudah menjadi korban yang telah meninggal terlebih dahulu sebelum adanya
pemberitahuan dari pemerintah dan juga ada penderita yang tidak mau
medaftarkan dirinya dikarenakan malu dan hal lainnya.
Pada tahun 2003, ada 2.265 penderita yang telah disertifikasi dan
sebagiannya sudah meninggal.Sebanyak 10.353 orang menerima satu kali
pembayaran berdasarkan kesepakatan 1995-1996. Ada 1.187 yang juga menerima
hak asuransi kesehatan.
31
BAB III
ANALISIS BENTUK KASUS FENOMENA MINAMATA
3.1 Bentuk Masalah Kasus Minamata
Kasus Minamata menjadi salah satu peristiwa yang
menggemparkan di Jepang. Kasus Minamata merupakan suatu penyakit yang
telah menyerang masyarakat Minamata. Masyarakat mulanya berfikir ini adalah
penyakit menular, karna hampir seluruh masyarakatnya terjangkit. Banyak yang
menjadi korban karena penyakit ini, mereka memiliki gejala seperti lumpuhnya
saraf. Para ahli kesehatan pun mulai mengamati dan meneliti gejala penyakit,
kebiasaan masyarakat maupun pola makan didalam masyarakat. Dari kebudayaan
dan kebiasaan di Minamata ditemukan fakta bahwa mereka adalah pengkonsumsi
ikan yang tinggi. Dan setelah diteliti dan dilakukan pengamatan dalam jangka
waktu yang panjang, dan juga banyaknya berbagai perdebatan, diketahui bahwa
penyebabnya adalah limbah pabrik yaitu merkuri yang mencemari teluk minamata
yang mana ikan-ikan yang dikonsumsi oleh masyarakatnya telah teracuni oleh
limbah merkuri. Ikan-ikan bahkan juga hewan juga ikut teracuni. Penelitian pun
terus dilakukan, akhirnya didapatkan yaitu merkuridari pabrik perusahaan Chisso
yang membuang limbah pabrik mereka ke teluk Minamata. Dalam kasus
Minamata, pengawasan dan kebijakan dari pemerintah masih sangat kurang yang
menyebabkan limbah merkuri terakumulasi hingga mencapai 200-600 ton Hg.
Perusahaan Chisso saat itu sangat berpengaruh dalam meningkatkan
32
perekonomian diJepang dan membuat pemerintah mempertahankan perusahaan
ini tanpa tau bahwa masyarakat berada dalam kesusahan.
Kasus Minamata bukan hanya menjadi masalah sosial dimasyarakatnya,
tetapi juga menjadi masalah lingkungan di Minamata. Masalah sosial yang terjadi
dalam masyarakatnya yaitu :
1. Populasi Penduduk Berkurang
Hampir seluruh masyarakat Minamata terjangkit penyakit minamata dari
mulai kepala keluarga sampai anak-anak mereka.Penyakit yang tidak ada obat ini
menyebabkan keluarga kehilangan anak, istri, maupun suami mereka. Dan ini
menyebabkan populasi di teluk minamata menurun dari waktu kewaktu selama
penyakit minamata masih ada. Bagi yang selamat juga mengalami kecacatan
seumur hidup.Dan juga anak yang berada di dalam kandungan juga ketika
dilahirkan dalam keadaan cacat yang disebabkan ibunya telah terjangkit penyakit
Minamata. Dalam kasus kematian ini, yang paling banyak menjadi korban
kematian adalah para nelayan yang juga sebagai kepala keluarga. Jumlah
penduduk Prefektur Kumamoto dan Kagoshima yang menjadi korban ada lebih
dari 17 ribu masyarakat pada tahun 1997. Ada 2.264 ditetapkan pemerintah
sebagai korban, sebanyak 1.408 sebelum tahun 2000 sudah meninggal. Sebanyak
10.353 korban dinyatakan menjadi korban penyakit mereka mendapatkan uang
kompensasi, ada 12.617 orang yang menjadi korban penyakit ini.
2. Hilangnya Mata pencaharian dan Pekerjaan
Dengan terbuktinya penyakit Minamata berasal dari limbah pabrik chisso
yang mencemari teluk Minamata, Masyarakat yang sebagian besar bekerja
33
sebagai nelayan yang mencari ikan di sekitaran Teluk Minamata tidak dapat lagi
mencari ikan dan apapun yang bisa dihasilkan di sana dikarenakan ikan-ikan
sudah tercemar oleh merkuri. Dan dengan keadaan itu, masyarakat pun kehilangan
pekerjaan dan mata pencaharian. Meskipun ada juga yang menjadi petani, tetapi
sebagian besar profesi mereka disana adalah seorang petani. Meskipun dilarang
karena ikan tercemar, masih ada juga yang menangkap ikan di sana karena
kebutuhan hidup yang tak dapat dihindarkan. Dari kecil, sumber penghidupan
mereka adalah teluk minamata, jadi jika teluk tercemar apalagi yang bisa mereka
lakukan untuk menghasilkan keuangan.
Berikut ini adalah tabele survei penangkapan biota laut di kota Minamata
dari tahun-ketahun semakin berkurang.
Tipe Ikan
Rata-rata,
1950-1953
1954
1955
1956
Belanak 16.000 14.521 10.136 5.901
Udang 4.727 2.452 1.558 945
Ikan Teri 44.514 27.076 12.536 6.926
Gizzard Shad 8.457 1.811 1.615 318
Ikan Cutlass 13.851 7.931 6.535 5.354
Gurita 3.896 2.430 2.033 1.179
Cumi 3.293 2.517 1.480 1.043
Tiram 2.659 1.973 1.427 429
Teripang 2.750 2.302 1.630 535
Belut Laut 2.083 1.726 1..243 603
34
Kepiting 1.441 1.702 1.024 600
Lain-lain 18.789 8.102 4.731 1.660
Total 122.460 74.516 45.984 25.493
3. Kemiskinan
Dengan hilangnya pekerjaan dan mata pencaharian, masyarakat tidak lagi
memiliki sumber penghasilan untuk menghidupi keluarga mereka.Mereka takut
mengambil ikan lagi untuk dikonsumsi sendiri karna sudah mengetahui akibat dari
memakan ikan di Teluk Minamata. Dengan keadaan ini, Masyarakat banyak yang
menuntuk pihak Chisso untuk memberikan dana kompensasi atas kejadian ini dan
untuk mengurangi beban masyarakat Minamata apalagi untuk para keluarga yang
telah ditinggalkan oleh kepala keluarga yang mencari uang untuk kebutuhan
keluarganya.
4. Rasa Malu dan di Telantarkan Keluarga
Bagi masyarakat Minamata yang terkena penyakit minamata bawaan, akan
mengalami kecataan seperti gangguan mental. Dan sebelum diketahui bahwa
penyakit ini disebabkan oleh limbah pabrik Chisso, mereka selalu menganggap
bahwa ini adalah penyakit aneh yang disebabkan oleh keturunan dan kemiskinan.
Mereka begitu malu saat orang-orang melihat mereka saat akan pergi menuju
rumah sakit, mereka harus hidup dalam diam ditengah tekanan dan diskriminasi.
Mereka bahkan tak sanggup untuk tersenyum dan menegakkkan kepala mereka.
Dan setelah diketahui bahwa penyakit ini disebabkan oleh polusi pabrik, mereka
baru bisa menenggakkan kepala di depan orang-orang. Ada juga korban penyakit
35
Minamata yang ditelantarkan keluarga mereka karna membuat malu.Mereka
bahkan ada yang ditinggalkan oleh keluarga karna keluarga mereka berpikir
akanmenyusahkan mereka.Korban hanya bisa berbaring di tempat tidur dan tak
melakukan apapun karna lumpuh total.
5. Diskriminasi Sosial
Diskriminasi sosial adalah suatu tindakan,sikap ataupun prilaku yang tidak
adil yang dilakukan oleh seseorang ataupun kelompok terhadap seseorang ataupun
kelompok lain.Diskriminasi sosial ini terjadi pada masyarakat Minamata, seperti
dikucilkan dari lingkungan lain, dilarang pergi tempat umum karna terlihat aneh
dengan penyakit yang diderita serta sulit mendapatkan pasangan hidup.Hal ini
mungkin terlihat dari bagaimana kondisi fisik dari seseorang yang terjangkit
penyakit Minamata.Bentuk Fisik seperti memiliki kecatatan pada tubuhnya
membuat seorang penyakit Minamata mendapatkan diskriminasi dari sebagian
orang.
Masalah dalam lingkungan Minamata juga tak dapat terhindarkan
lagi.Penyakit minamata tidak hanya membahayakan kesehatan masyarakat, tetapi
juga merusak lingkungan.Pada tahun 1957 dilaporkan terdapat zat beracun yang
ada ditubuh biota laut yang ditagkap para nelayan disana.Penyebab racun tersebut
adalah dari limbah pabrik Chisso yaitu merkuri.Laut Minamata pun tercemar dan
mengakibatkan kerusakan pada ekosistem laut yang membuatnya menjadi polusi
lingkungan. Merkuri merupakan racun yang berbahaya, sulit terurai,serta memiliki
daya ikat yang besar dalam jaringan tubuh, terutama pada biota laut. Melalui
proses penyerapan air dan rantai makanan, merkuri masuk kedalam tubuh ikan
36
kemudian terakumulasi dengan proses biokumulasi dan biomagnifikasi didalam
jaringan tubuh ikan. Merkuri yang ada didalam tubuh ikan-ikan akan merusak
sistem enzimatik yang dapat menimbulkan penurunan kemampuan adaptasi
hewan terhadap lingkungan yang sudah tercemar.
Teluk Mianamata sudah terjadi pencemaran lingkungan,yaitu pencemaran
air akibat dari industri Chisso, ini menjadi masalah bagi kehidupan di masyarakat
dan kehidupan alam sekitar serta biota laut. Pencemaran air adalah tercampurnya
suatu zat yang berbahaya kedalam air dan juga berubahnya tatanan air akibat dari
aktivitas masyarakat, yang membuat akualitas dari air menurun ditingkat yang
membuat air tersebut tidak bisa dimanfaatkan sebagaimana mestinya. Proses
pencemarannya melalui proses panjang dengan masuknya limbah merkuri ke
perairan teluk Minamata juga gas asap didalam produksi minamata yang terbang
keudara, lalu berkumpul dan membentuk awan dengan udara yang lain.Awan-
awan tersebut semakin banyak dan lama kelamaan menghasilkan awan yang
gelapdan kemudian menghasilkan tetesan-tetesan air hujan, tetesan air hujan itu
telah terkontaminasi zat kimia dan kemudian air hujan itu menetes kedalam
perairan teluk Minamata.Limbah tersebut tercampur keekosistem air yang
membuat teluk Minamata terkontaminasi dan merkuri pun terendap di dalam teluk
yang membuat ikan dalam perairan Minamata ikut terkontaminasi.Kasus
pencemaran merkuri yang paling besar terjadi di Minamata dan tidak ada yang
mengetahui dan menyadari bahwa laut Minamata telah tercemar merkuri.
Bukan hanya biota laut yang tercemar, hewan-hewan yang hidup dan
tinggal di daerah Minamata juga ikut mendapatkan efek dari pencemaran
tersebut.Binatang seperti kucing-kucing yang ada di minamata ikut menjadi
37
korban.Satu persatu kucing-kucing tersebut mati di karenakan mereka juga
mengkonsumsi ikan yang diberikan oleh masyarakat Minamata.Hewan-hewan
yang juga ikut menjadi korban yaitu tikus, burung gagak, dan burung Laut.
Dengan peristiwa Minamata ini, pihak-pihak yang terkait dan juga
masyarakat harus lebih memperhatikan lingkungannya, terlebih perusahaan yang
memproduksi dengan zat kimia yang berbahaya harus lebih memperhatikan
bagaimana kesehatan wilayah tempat pabrik itu berdiri.Kasus Minamata
merupakan polusi dan pencemaran yang membahayakan. Maka perlu dilakukan
antisipasi dan difikirkan apa yang akan terjadi kedepannya jika melakukan
tindakan yang dilarang.
3.1.2 Kembali ke Konsep Alam
Kehidupan masyarakat Jepang tak pernah lepas dari alam, mereka sangat
menghargai alam karna alam sudah menjadi bagian dari mereka dan alam
mempunyai kedudukan yang sama, merawat alam sudah menjadi pribadi dalam
diri masyarakat Jepang. Sebuah gejala maupun fenomena dari alam mutlak terjadi
dan tak dapat dihindarkan, maupun itu disebabkan oleh alam maupun manusia itu
sendiri.Kasus Minamata terjadi akibat dari kelalaian manusia yang hanya mencari
keuntungan untuk berbagai pihak tanpa melihat bagaimana efek ke keadaan alam
maupun lingkungan sekitar.Kerusakan alam Minamata yang sangat besar
membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk mengembalikannya seperti semula.
Dengan adanya peristiwa ini menyadarkan masyarakat Minamata untuk
lebih sadar terhadap alam sekitarnya dengan menjaga dan memperhatikan
38
alam.Mereka tidak pasif lagi dalam menjaga alam dan lingkungan karena
berpengaruh terhadap kehidupan mereka.Masyarakat Minamata sadar untuk
membersihkan lingkungan dan membuang sampah pada tempatnya.Agar peristiwa
ini tak terulang kembali masyarkat pun bersama-sama menjaga dan melestarikan
lingkungan mereka.
Mereka kini telah sadar bahwa kebutuhan dasar lingkungan hidup yaitu
udara, air bersih dan sinar matahari.Fenomena polusilingkungan ini terjadi akibat
melalaikan kebutuhan dasar tersebut. Melihat bagaimana tingginya tingkat suatu
pencemaran tidak hanya dari kesehatan masyarakat saja, tetapi kerusakan fisik dan
biologis (alam) juga harus di perhatikan.
Masyarakat Minamata yang terus menjaga lingkungan nya dan terus
berbenah dengan kegiataan hidup ramah lingkungan dengan memperbaiki teluk
Minamata agar menjadi suatu kebiasaan, hidup bersih dengan membuang sampah
dan lebih menjaga dan mencintai alam. Mereka terus berbenah dan menjadi salah
satu kota ramah lingkungan dan memperoleh sertifikasi ISO 14001 untuk
manajemen lingkungan.
3.2 Usaha Pemerintah dan Masyarakat dalam Menanggulangi Kasus
Minamata
Dalam Kasus minamata yang menyerang masyarakat Minamata dan juga
lingkungannya, pemerintahterlihat sangat lamban dalam mengatasipermasalahan
ini.Ditahun 1966, Pemerintah Jepang memberikan pernyataan agar menutup
saluran pencemaran melalui pengaturan limbah, dan ditahun 1968 produksi dari
39
asetildehida di hentikan dan volume limbah tidak terjadi penambahan. Dan pada
tahun 1968 pemerintah juga mengumumkan bahwa penyakit minamata berasal
dari perusahan Chisso. Awal berjangkitnya penyakit minamata Pemerintah
memberikan bantuan keuangan khususnya biaya pengobatan bagi penderita
Penyakit Minamata.Setelah mengetahui penyebab penyakit Minamata,
kompensasi hanya di berikan bagi pasien yang bersertifikasiyang berkaitan
dengan polusi. Sertifikasi diberikan oleh Pemerintahan Prefektur Kumamoto
kepada pasien yang menjalani pemeriksaan medis dan juga pertimbangan dokter
bahwa pasien telah terjangkit Penyakit Minamata.Sebanyak 2.955 sudah
disertifikasi untuk penderita penyakit dengan total biaya 144.100.000.000 yen
telah dibayarkan sebagai dana kompensasi.
Setelah mengetahu adanya penyakit Minamata ini, adapun antisipasi yang
dilakukan pemerintah dan masyarakat dalam Kasus Minamata adalah sebagai
berikut.
1. Setelah mengetahui bahwa limbah merkuri adalah penyebab dari kasus
Minamata,Kementrian Perdagangan Internasional dan Perindustrian
memerintahkan Perusahaan Chisso untuk memberhentikan
pembuangan limbah ke mulut sungai Minamata dan mengembalikan
pembuangan seperti sebelumnyapada tanggal 21 Oktober
1958.Kementrian juga memerintahkan perusahaan Chisso untuk
mendirikan instalasi pengolahan limbah yaitu cylator, tetapi tetap tidak
berfungsi dengan baik.
2. Perusahaan Chisso memperkenalkan sebuah sistem Resirkulasi pada
tahun 1960. Resirkulasi adalah usaha untuk mengontrol kualitas air
40
dengan proses filtrasi atau penyaringan. Pada tahun 1966 juga
membuat sirkulasi yang berarti pergantian air pada suatu tempat yang
bertujuan untuk memperbaiki kualitas air. Namun tetap saja limbah
masih saja ditemukan.
3. Larangan penangkapan ikan yang ada di sekitar Teluk Minamata.
Kelompok nelayan memenuhi perintah untuk tidak melakukan
penangkapan ikan secara sukarela. Walaupun begitu masih ada saja
nelayan yang masih menangkap ikan karena berada dalam kondisi
kemiskinan.
4. Melakukan survey dan melakukkan penelitian kepada pasien. Salah
satunya yaitu Inoue Takefumi yang bertugas untuk memeriksa gejala-
gejala psikiatrinya dan Takagi Motoaki yang juga meneliti gejala pada
saraf. Setelah selesai melakukan peelitian mereka bersama para
peneliti yang lain untuk menangani kasus bersama-sama.
Dengan adanya peristiwa ini, Pemerintah jepang selalu melakukan
pengawasan terhadap limbah industri. Diberlakukan standard mutu terhadap
limbah, sebelum limbah di buang maka limbah harus diolah terlebih dahulu.Oleh
karena itu, tahun 1970dibuat dan dijalankannya perundang-undangan
tentangmengendalikan Pencemaran Air, memaksakan pengaturan dan
terkontrolnya pembuangan limbah air di Jepang. Dan juga menindak tegas bagi
para pihak-pihak yang masih membuang limbah yang membahayakan bagi
Masyarakat. Pabrik industri yang menggunakan bahan zat kimia yang berbahaya
harus mengganti bahan baku yang lebih aman serta ramah lingkungan, dan juga
harus mengetahui cara pembuangan limbah dengan benar.
41
Pada tanggal 10 Oktober 2013, Jepang mengadakan Konvensi Minamata
di Prefektur Kumamoto. Konvensi Minamata tentang merkuri ini dihadiri dan
ditandatangani oleh 1.000 orang perwakilan, sebanyak 139 negara per daerah dan
92 negara Uni Eropa pun ikut dalam konvensi ini. Konvensi ini mencermnkan
semangat bersama untuk tidak mengulangi peristiwa seperti ini akibat dari
pencemaran merkuri di Teluk Minamata.Diadakannya konvensi ini bertujuan agar
terlindunginya kesehatan manusia serta lingkungan dari merukuri yang disengaja
akibat dari kegiatan manusia itu sendiri.
Masyarakat Minamata yang juga tak terlepas dari kasus Minamata juga
ikut andil dalam memperbaiki keadaan lingkungan mereka sendiri. Masyarakat
membersihkan teluk Minamata dengan cara mengeruk hingga ke dasar teluk yang
tercemar merkuri. Kemudian di pasang jaring guna menghindari masyarakat
minamata mengambil ikan yang sudah tercemar merkuri.Jaring dipasang sejak
tahun 1970an dia area sekitar teluk Minamata.Dan setelah jaring di lepas, terus
dilakukan pemantauan dan tercatat dampak merkuri sudah semakin sedikit dan
masuk kedalam batas sehat, sehingga ikan diteluk Minamata sudah bisa ditangkap
kembali. Selama jaring menutupi teluk Minamatnya, masyarakat Minamata
mendapat dana kompensasi sebesar 1 juta yen pertahun karna tidak memiliki
penghasilan akibat mata pencaharian yang hilang. Tahun 1997, jaring tersebut
diangkat dan subsidipun dihentikan oleh pemerintah.
Masyarakat juga terus-menerus meningkatkan pengelolaan lingkungan
hidup dengan mengolah sampah dan mengurangi pemakaian sampah plastik yang
juga melibatkan para ibu-ibu rumah tangga di Minamata. Masyarakat membuat
42
kelompok untuk mengadakan penyuluhan tentang pengurangan sampah plastik.
Maka, dibuatlah sebuah gerakan masyarakat yang perduli terhadap lingkungan
dan disebut dengan chounaikai. Dengan munculnya chounaikai,mengajarkan
masyarakat untuk sadar membuang sampah pada tempatnya, dapat memilah-milah
sampah dan kemudian mendaur ulang sampah tersebut. Dengan total penduduk
sekitar 28.400 ada Sebanyak 28 orang yang diberikan penghargaan yaitu
“Environmental Master“, oleh masyarakat dan pemerintah. Orang-orang itu
adalah orang yang benar-benar melakukan tindakan untuk lingkungan secara
langsung untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan juga menjaga dan
menghargai lingkungan.
Pada tahun 2004-2005, kota Minamata mendapatkan penghargaan
Japanese Top Eco-City. Konsep Eco-Town sudah dimulai ditahun 1992, dan
menargetkan untuk pengurangan gas rumah kaca. Dengan adanya kejadian ini
masyarakat mengadakan kegitan untuk hidup ramah lingkungan, pengembangan
industri ramah lingkungan, dan pengembangan kota untuk pembelajaran
lingkungan.
43
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
1. Kasus Minamata berada di Kota Minamata merupakan Kasus yang
disebabkan oleh Pencemaran Limbah merkuri oleh perusahaan Chisso yang
membuang limbah pabrik di perairan minamata yang menimbulkan penyakit yang
menyerang syaraf pusat dan penderitanya mengalami kematian. Kasus Minamata
menimbulkan masalah sosial dan juga masalah lingkungan di minamata. Masalah
sosial yang ditimbulkan adalah kehilangan anggota keluarga, kehilangan mata
pencaharian dan pekerjaan, kemiskinan, rasa malu dan ditelantarkan keluarga dan
diskriminasi sosial. Masalah lingkungan yang ditimbulkan adalah tercemarnya
perairan di teluk minamata oleh limbah merkuri yang menimbulkan keracunan
ikan-ikan, kerang dan biota laut lainnya. Tidak hanya biota laut yang ikut
tercemar tetapi juga hewan hewan di Minamata seperti Kucing, tikus, burung
gagak, dan burung-burung laut.
2. Masyarakat dan Pemerintah ikut juga menanggulangi kasus ini.
Pemerintah memberikan dana kompensasi bagi para pasien yang sudah
disertifikasi dan juga menutup perusahaan Chisso agar tidak beroperasi lagi. Pada
tahun 1970, Perundang-undangan tentang pencemaran air mulai di
berlakukan.Dan pada Oktober 2013 mengadakan Konvensi Minamata di Prefektur
Kumamoto, Konvensi Minamata tentang merkuri ini ditandatangani sebanyak
1.000 perwakilan, ada 139 negara perdaerah, 92 negaradari Uni Eropa.Konvensi
inimemiliki tujuan agar terlindunginya kesehatan manusia serta lingkungan dari
44
merukuri yang disengaja akibat perbuatan manusia.Masyarakat juga mengatasi
permasalahan lingkungan dengan membersihkan perairan Minamata dan juga
memasang jaring agar ikan-ikan yang tercemar merkuri tidak diambil oleh
masyarakat. Dan juga masyarakat lebih menghargai dan mencintai lingkungan
dengan membersihkan lingkungan Dengan hadirnya gerakan chounaikaiyang
bertujuan untuk sadarakan pengurangan pemakaian kantong plastik dan
pengelolaan sampah oleh ibu-ibu rumah tangga dan pada tahun 2004-2005
mendapatkan penghargan Japanese Top Eco-City.
4.2 Saran
Dengan adanya peristiwa Minamata ini, pemerintah hendaknya lebih
memperhatikan perindustrian di jepang peristiwa ini tidak terulang kembali
dengan memberikan peraturan dan sanksi hukum bagi yang melanggarnya.
Peristiwa yang disebabkan kelalaian oleh manusia ini, harusnya membuat kita
sadar akan akibat yang akan ditimbulkan dari perbuatan yang dilakukan.
Masyarakat pun harus lebih mencintai dan menghargai alam dengan cara menjaga
dan selalu memperhatikan kondisi lingkungannya agar lebih bisa mengantisipasi
keadaan seperti pencemaran lingkungan tidak semakin meluas. Dan juga menjadi
sebuah pelajaran bagi Indonesia agar lebih bijak dalam menangani kasus
pencemaran di Lingkungan sekitarnya seperti sungai yang kotor akibat limbah
rumah tangga, sampah, limbah pabrik serta menjaga kesehatan diri dan
lingkungan agar terhindar dari kasus pencemaran seperti di Minamata. Sadar akan
limbah sangat berbahaya bila dibiarkan terus-menerus akan mengancam
kehidupan dan juga lingkungan.
45
DAFTAR PUSTAKA
Hadiwijono, H. 1995. Sari Sejarah Filsafat Barat Jilid 2.Yayasan Kanisius.
Intan E. 2017.Tragedi Minamata Sebagai Titik Awal Strategi Kebijakan Ekonomi
Hijau Jepang. Skripsi. Tidak Diterbitkan. Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu
Politik. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta: Yogyakarta.
Koentjaraningrat. 1976. Manusiadan Kebudayaan Jakarta :Jambatan.
______________. 1990. Metode Penelitian masyarakat. Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Umum.
Krisno, Pangeran Leko. 2017. Kemajuan Industri dan Dampak Lingkungan Di
Jepang Sebelum Tahun 1950. Jurnal Lensa Budaya, 12 (1).
Nasution. M. A.2001. Metode Penelitian. Jakarta :Gramedia Pustaka Umum.
Nasir, M. 1988. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Nawawi, H. 2001. Metodologi Bidang Sosial. Yogyakarta : Gajah Mada
University Press.
Masazumi, H. 2005. Tragedi Minamata. Makassar : Media Kajian Sulawesi.
Soelaeman, M. 1986. Ilmu Sosial Dasar :Teori dan Konsep Ilmu Sosiologi.
Bandung : Eesco.
Soetomo.1995. Masalah Sosial dan Pembangunan. Jakarta : Dian Pustaka
Stockwin, J.A.A. 2013. Dictionary of the Modern Politics of japan.
London. RoutledgeCurzon.
46
Upe, A. 2010.Tradisi Aliran Sosiologi Dari Aliran Filosofi Positivistik ke post
Positivistik.
https://en.wikipedia.org/wiki/Chisso
https://en.wikipedia.org/wiki/Minamata,_Kumamoto
http://journal.unhas.ac.id/index.php/jlb/article/download/3115/1731
http://jabrikyuwana.blogspot.com/2010/03/kasus-minamata.html
http://kmhdi.org/2011/03/kekuatan-naturalisme-dan-bencana-jepang/
https://kumparan.com/lampu-edison/fakta-tentang-jepang-orang-jepang-dan-alam
https://id.scribd.com/doc/144869927/NATURALISME-JEPANG
http://repository.maranatha.edu/7384/3/0542038_Chapter1.pdf
http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/2009-2-00338-
JP%20Bab%201.pdf
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/16052/BAB%20III1.pdf?
sequence=7&isAllowed=y
http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/6007/130722002.pdf?sequ
ence=1&isAllowed=y
47
LAMPIRAN
a. Peta Daerah Minamata
(Via Google Maps)
b. Penderita Penyakit Minamata
(https://www.bandwmag.com/articles/takeshi-ishikawa-revisiting-minamata)
48
c. Penderita Penyakit Minamata Bawaan Pada Anak dan Bayi
(http://pidpidpid.blogspot.com/2014/06/kasus-minamata-keracunan-
toksilogi.html)
d. Penderita Penyakit Minamata bawaan Pada bayi
(https://twitter.com/ehsurabaya/status/711914463801118720)
49
ABSTRAK
ANALISIS BENTUK KASUS FENOMENA MINAMATA
Jepang dikenal sebagai Negara dengan Industri yang sangat berkembang.
Dengan berkembangnya industri di suatu Negara, Maka semakin meningkat pula
kehidupan ekonomi dan kemajuan Negaranya. Salah satu industri yang
berkembang di Jepang adalah Chisso Corporation yang terletak di Kota Minamata.
Kota Minamata terletak di Prefektur Kumamoto. Minamata adalah sebuat teluk di
pantai barat Kyushu, teluk ini adalah bagian dari laut Shinurai yang diapit diantara
pulau-pulau di Prefektur Kumamoto dan Nagasaki. Sebagian besar masyarakat
Minamata adalah petani dan Nelayan kecil. Dengan adanya perusahaan Chisso di
Kota Minamata, Memberikan perekonomian yang lebih baik kepada masyarakat.
Seiring dengan berkembangnya perusahaan Chisso di Kota Minamata, Dampak
dari pembuangan limbah Chisso pun tidak dapat dihindarkan lagi. Limbah
Merkuri yang di buang keperairan Teluk Minamata oleh perusahaan Chisso
mengakibatkan muncul penyakit berbahaya yang menjangkiti hampir seluruh
Masyarakat Minamata.
Penyakit Minamata adalah penyakit yang menyerang syaraf pusat yang
disebabkan oleh keracunan air raksa. Gejala penyakit ini seperti kesemutan pada
kaki dan tangan, lemas-lemas, penyempitan sudut pandang dah hilangnya
kemampuan berbicara dan pendengaran. Gejala ini akan semakin memburuk
disertai dengan kelumpuhan, kegilaan, jatuh koma dan akhirnya meninggal.
Penyakit ini juga menyerang janin didalam kandungan yang ketika dilahirkan
dalam kecacatan. Penyakit ini disebabkan oleh limbah merkuri perusahaan Chisso
50
yang membuang limbahnya diperairan Teluk Minamata. Limbah ini meracuni
ikan-ikan, kerang dan biota laut di Teluk Minamata yang mana ikan-ikan ini
dikonsumsi oleh Masyarakat. Limbah merkuri minamata tidak hanya
menimbulkan masalah dalam masyarakat tetapi masalah pencemaran lingkungan
alam Minamata juga tidak dapat dihindarkan lagi. Limbah merkuri mencemari
perairan teluk minamata yang membuat biota laut mati, Bahkan hewan-hewan
seperti tikus, kucing, burung pun mati akibat dari limbah merkuri ini. Akibat
limbah merkuri yang dibuang ke teluk Minamata oleh Perusahaan Chisso,
Pemerintah pun memerintahkan kepada Chisso untuk berhenti berproduksi.
Dalam skripsi ini penulis ingin mengetahui bentuk masalah dari kasus
fenomena Minamata dan bagaimana pemerintah dan masyarakat Mianamata
menanggulangi Permasalahan ini. Untuk penelitian ini digunakan metode
kepustakaan dan dari internet untuk mendapatkan data-data dan informasi yang
dibutuhkan. Bentuk masalah kasus Minamata adalah masalah sosial dan juga
masalah lingkungan. Masalah sosial yang dihadapi oleh masyarakat Minamata
adalah kehilangan Anggota keluarga, kehilangan pekerjaan dan mata pencaharian,
kemiskinan, rasa malu dan juga ditelantarkan. Penyakit minamata menimbulkan
kematian bagi masyrakatnya dan juga menghilangkan mata pencaharian
masyarakat yang membuat masyarakat Minamata mengalami masalah ekonomi
yang mengakibatkan kemiskinan dan juga banyak orang malu akibat mereka
terjangkit penyakit ini. Banyak juga mereka yang ditelantarkan keluarganya
karena dianggap menyusahkan keluarga. Masalah lingkungan yang ada di kota
Minamata yaitu polusi lingkungan yang mengakibatkan pencemaran air diteluk
Minamata. Banyak biota laut dan hewan-hewan di lingkungan Minamata mati.
51
Dengan adanya peristiwa ini peran pemerintah dalam menangulangi
permasalahan yaitu dengan memberhentikan produksi dari perusahaan Chisso,
memberikan dana kompensasi bagi masyarakat yang sudah di Sertifikasi,
membuat perundang-undangan tentang pencemaran air dan mengadakan Konvensi
Minamata di Prefektur Kumamoto. Masyarakat juga ikut andil dalam
menanggulangi kasus ini. Dengan peristiwa ini, masyarakat seakan tersadar untuk
lebih menghargai dan menjaga alam. Kasus Minamata adalah akibat dari kelalaian
manusia itu sendiri. Tingkat suatu pencemaran tidak hanya dilihat dari kesehatan
masyarakatnya saja tetapi kerusakan fisik dan biologis (alam) juga perlu
diperhatikan. Masyarakat membuat kelompok untuk mengadakan penyuluhan
tentang pengurangan sampah plastik. Munculah gerakan masyarakat perduli
terhadap lingkungan yang disebut dengan chounaikai. Masyarakat dan pemerintah
memberikan penghargaan kepada sejumlah orang yang secara nyata melakukan
upaya pengelolaan lingkungan. Sebanyak 28 orang (dari 28.400 total penduduk
kota) diberi penghargaan sebagai “Environmental Master“. Pada tahun 2004-
2005, kota Minamata resmi mendapatkan Japanese Top Eco-City.
52
水俣市での現象事件の形態の分析
日本に ほ ん
は途上とじょう
している産業さんぎょう
の国くに
として知し
られている。ある国くに
におけ
る産業さんぎょう
が途上とじょう
とともに、その景気け い き
も国くに
の発展はってん
もますます増加ぞ う か
していく。
日本に ほ ん
における発展途上産業の一ひと
つは水俣市みなまたし
に位置い ち
するチッソち っ そ
株式会社かぶしきがいしゃ
であ
った。水俣市みなまたし
は熊本県くまもとけん
に位置い ち
している。水俣みなまた
は九州西海岸きゅうしゅうにしかいがん
での湾わん
で、
熊本県くまもとけん
と長崎ながさき
の島々の 間あいだ
に挟はさ
まれているしぬらい海うみ
の一部い ち ぶ
である。
水俣社会みなまたしゃかい
のほとんどは農民のうみん
と小ちい
さな漁師りょうし
である。水俣みなまた
にチッソち っ そ
株式会社かぶしきがいしゃ
の
存在そんざい
のおかげで、地域社会ちいきしゃかい
に景気け い き
が良よ
くなっていることを与あた
える。水俣市みなまたし
にチッソ株式会社かぶしきがいしゃ
が途上とじょう
することにつれて、廃棄物処理はいきぶつしょり
の影響えいきょう
も避さ
けら
れなかった。チッソ株式会社かぶしきがいしゃ
が水俣湾みなまたわん
の水域すいいき
に廃棄は い き
されている水銀廃棄物すいぎんはいきぶつ
はぼぼの水俣市社会みなまたししゃかい
に感染かんせん
し、危険き け ん
な病気びょうき
を引ひ
き起お
こすことになっていた。
水俣病みなまたびょう
は水銀中毒すいぎんちゅうどく
によりる、引ひ
き起お
こされる中枢神経ちゅうすうしんけい
を攻撃こうげき
す
る病気びょうき
である。この病気びょうき
の症 状しょうじょう
は脚あし
や腕うで
のチクチクすること、弱よわ
くなる
こと、視点し て ん
の狭せば
まること、発話は つ わ
や聴 力ちょうりょく
の喪失そうしつ
などである。症 状しょうじょう
が麻痺ま ひ
、
狂気きょうき
、昏睡状態こんすいじょうたい
に陥おちい
り、ついには死し
ぬまで悪化あ っ か
する。この病気びょうき
も子宮しきゅう
で
の胎児た い じ
を攻撃こうげき
し、生う
まれたときに障害しょうがい
になる影響を与あた
える。この病気びょうき
は
53
チッソ株式会社かぶしきがいしゃ
が水俣湾みなまたわん
の水域すいいき
に水銀廃棄物すいぎんはいきぶつ
を廃棄は い き
する原因げんいん
で、その
廃棄物はいきぶつ
は魚さかな
、貝かい
、海洋生物かいようせいぶつ
などを汚染お せ ん
し、これらの魚さかな
は水俣社会みなまたしゃかい
に消費しょうひ
されてしまった。水銀廃棄物すいぎんはいきぶつ
は水俣社会みなまたしゃかい
に問題もんだい
を起お
こすだけではなく、
水俣自然環境みなまたしぜんかんきょう
の汚染お せ ん
の問題もんだい
も避さ
けられなかった。水銀廃棄物すいぎんはいきぶつ
は水俣湾みなまたわん
の
水域すいいき
に汚染お せ ん
し、海洋生物かいようせいぶつ
はなくなってしまった。ネズミ、猫ねこ
、鳥とり
などの
動物どうぶつ
までもその廃棄物はいきぶつ
でなくなってしまった。チッソち っ そ
株式会社かぶしきがいしゃ
が水俣湾みなまたわん
に
水銀廃棄物すいぎんはいきぶつ
を廃棄は い き
した結果け っ か
、政府せ い ふ
はチッソ株式かぶしき
に生産せいさん
をやめると命めい
じた。
この論文ろんぶん
には筆者ひっしゃ
が水俣みなまた
でどんな問題もんだい
の形態けいたい
か、そして政府せ い ふ
と社会しゃかい
はどのようにこの問題もんだい
を扱あつか
うか分析した。この論文ろんぶん
には必要ひつよう
なデータを
得え
るために、インタネットからのライブラリ方法ほうほう
を使用し よ う
した。水俣みなまた
の
問題形態もんだいけいたい
は社会問題しゃかいもんだい
と環境問題かんきょうもんだい
であった。水俣社会みなまたしゃかい
が直面ちょくめん
する社会問題しゃかいもんだい
は家族員かぞくいん
を失うしな
い、生計せいけい
や仕事し ご と
を失うしな
い、貧困ひんこん
、恥辱ちじょく
、そして無視む し
される感かん
じのことであった。水俣病みなまたびょう
は水俣社会みなまたしゃかい
に死し
をもたらし、生計せいけい
も失うしな
ってし
まうことで貧乏びんぼう
につながる経済問題けいざいもんだい
が起お
こり、この病気びょうき
にかかる人々ひとびと
が
当惑とうわく
した。家族か ぞ く
を困こま
らせると考かんが
えられたため、家族か ぞ く
に無視む し
された人ひと
もほ
54
とんどいた。水俣みなまた
での環境問題かんきょうもんだい
は水俣湾みなまたわん
に水質汚濁すいしつおだく
をもたらす環境汚染かんきょうおせん
のことであった。水俣みなまた
にいる多おお
くの海洋生物かいようせいぶつ
や動物どうぶつ
などがなくなった。
この事件じ け ん
では政府せ い ふ
の役割やくわり
はチッソ株式会社かぶしきがいしゃ
が生産せいさん
を作つく
ることを停止て い し
し、認定にんてい
されている人ひと
に補償金ほしょうきん
を支払し は ら
い、水質汚濁すいしつおだく
に関かん
する法律を制定せいてい
し、
それから熊本県くまもとけん
でコンベンションを開催かいさい
する。社会しゃかい
もこの問題もんだい
を扱あつか
うこ
とに参加さ ん か
した。この事件じ け ん
で社会しゃかい
は自然し ぜ ん
に感謝かんしゃ
したり、守まも
ったりすることを
認識にんしき
した。水俣みなまた
の事件じ け ん
はその自体過失じ た い か し つ
の結果け っ か
であった。汚染お せ ん
レベルは社会しゃかい
の健康けんこう
から見み
るだけではなく、物理的ぶつりてき
および生物学的せいぶつがくてき
(自然し ぜ ん
)な損害そんがい
にも
注意ちゅうい
が必要ひつよう
であった。社会しゃかい
はごみを減へ
らすについてのカウンセリングを
行おこな
うグールプを作った。町内会ちょうないかい
という環境かんきょう
ケアグールプが生う
まれた。
政府せ い ふ
と社会しゃかい
が実際じっさい
に環境管理かんきょうかんり
に努つと
める人ひと
に 賞しょう
を授与じ ゅ よ
した。十八人とはちにん
(二万八千四百合計にまんはっせんよんひゃくごうけい
の人口じんこう
から)が“ エンビロンメンタルマステル“ と
して賞しょう
をもらった。水俣市みなまたし
は正式せいしき
に Japanese Top Eco-City という 賞しょう
を
授与じ ゅ よ
してもらった。