98
ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS OPERATOR SPBU DI WILAYAH CIPUTAT TAHUN 2012 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) Irmayanti Hayat NIM: 108101000035 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H / 2013 M

ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

  • Upload
    vancong

  • View
    243

  • Download
    3

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN

PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS OPERATOR SPBU

DI WILAYAH CIPUTAT

TAHUN 2012

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

(SKM)

Irmayanti Hayat

NIM: 108101000035

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1434 H / 2013 M

Page 2: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

i

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah

satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya cantumkan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan jiplakan dari karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi yang

berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 25 Juli 2013

Irmayanti Hayat

Page 3: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

ii

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

Skripsi, Juli 2013

IRMAYANTI HAYAT, NIM 108101000035

Analisis Besaran Risiko Kesehatan Paparan Benzena Pada Petugas Operator SPBU di

wilayah Ciputat Tahun 2012

XV + 75 halaman, 1 Gambar, 11 Tabel, 5 Lampiran

ABSTRAK

Benzena adalah karsinogenik pada manusia melalui pajanan inhalasi. Karyawan

Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) khususnya operator pengisian BBM adalah

salah satu populasi pekerja yang memiliki tingkat risiko pajanan benzena yang tinggi,

terutama melalui jalur inhalasi dalam waktu pajanan yang kontinyu. Berdasarkan observasi

yang telah dilakukan pada lima SPBU di wilayah Kecamatan Ciputat dan Ciputat Timur,

didapati tidak adanya petugas operator SPBU yang memakai APD saat bekerja.

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis besaran risiko kesehatan

paparan benzena pada petugas operator SPBU di Wilayah Ciputat Tahun 2012. SPBU yang

menjadi tempat penelitian adalah 2 SPBU yaitu SPBU X dan Y dengan jumlah sampel

keseluruhan yaitu 43 petugas operator SPBU. Data penelitian ini diperoleh dari hasil

wawancara dengan menggunakan kuesioner, observasi dan pengukuran langsung berat

badan pekerja serta kadar benzena di udara pekerja. Data dianalisis dengan menggunakan

metode analisis kuantitatif dimana membandingkan nilai intake yang didapat dari pekerja

dengan nilai konsentrasi referensi (RƒC) yang aman bagi pajanan benzena untuk efek-efek

nonkarsinogenik dan Cancer Slope Factor (CSF) untuk efek-efek karsinogenik.

Hasil penelitian menunjukkan hasil konsentrasi agen berisiko dapat menimbulkan efek

merugikan kesehatan non-karsinogenik yaitu pada pajanan realtime terdapat 9 orang (21%)

dan pajanan lifetime terdapat 42 orang (98%). Sedangkan hasil perhitungan efek

karsinogenik adalah pada pajanan realtime 9 orang (21%) dan pada pajanan lifetime

terdapat 43 orang (100%). Pada perhitungan pajanan risiko kanker ataupun non-kanker

didapatkan bahwa seluruh populasi petugas operator SPBU ini berisiko pada pajanan

lifetime.

Kata Kunci : Benzena, Analisis Besaran Risiko Kesehatan, Operator SPBU

Daftar Bacaan : 39 (1975 - 2012)

Page 4: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

iii

STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM

OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY

Thesis, July 2013

Irmayanti HAYAT, NIM 108101000035

Health Risk Analysis Of Benzene Exposure to Operator Officer gas stations in

Ciputat 2012

XiV + 75 pages, 1 Picture, 11 tables, 5 attachments

ABSTRACT

Benzene is carcinogenic to humans through inhalation exposure. Employees of

General Fuel Filling Stations especially petrol operator is one of the working population

that has a high risk of benzene exposure, primarily through inhalation pathways of exposure

are continuous in time. Based on the observations that have been carried out at five stations

in the District of Ciputat and East Ciputat, was found no operator a gas station attendant

operator who wear PPE when working.

The general objective of this study was to analyze the health risk analysis of benzene

exposure to operator officer gas stations in Ciputat 2012. A gas station pump which to be

research place is 2 stations X and Y with the overall sample size is 43 officers filling station

operator. The research data obtained from interviews using questionnaires, direct

observation and measurement of worker’s body weight levels of benzene in the air. Data

were analyzed by using methods of quantitative analysis which compares the value

obtained from the intake worker with the safe reference concentration value (RƒC) for

exposure benzene to non-carcinogenic effects and Cancer Slope Factor (CSF) for

carcinogenic effects.

The results showed of concentration risk agents can cause non-carcinogenic adverse

health effects in realtime exposure are 9 people (21%) and lifetime exposure there are 42

people (98%). While the calculation on the carcinogenic effects is 9 people (21%) at

exposure realtime and 43 people (100%) at the lifetime exposure. In the calculation of risk

exposure or non-cancerous cancer found that the entire population of is operator stations

have risk on lifetime exposure.

Keywords: Benzene, Health Risk Analysis, Operator Officer gas stations

Reading List: 39 (1975 - 2012)

Page 5: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

iv

Page 6: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

v

Page 7: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Irmayanti Hayat

TTL : Kuningan, 14 Maret 1991

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Blok Paksilaur no. 30 Rt 17 Rw 09 Ds. Cibuntu Kec.

Cigandamekar Kab. Kuningan - Jawa Barat 45556

No. Telp : 085295591114

Email : [email protected] / [email protected]

PENDIDIKAN FORMAL

2008 – 2013 S1-Program Studi Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran & Ilmu Kesehatan (FKIK)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2005 – 2008 SMA Negeri 2 Cirebon

2002 – 2005 MTS Husnul Khotimah Kuningan

1996 – 2002 SDN 2 Cibuntu Kuningan

Page 8: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

vii

PENGALAMAN ORGANISASI

2011 – 2012 Wakil Ketua Bidang Komunikasi dan Informasi Kesatuan Aksi

Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Daerah Tangerang Selatan

2010 – 2011 Koordinator Akhwat Hubungan Masyarakat Kesatuan Aksi

Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Komisariat UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

2010 – 2011 Staff Kajian Strategis BEM Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2009 – 2010 Staff Kementrian Pendidikan & Budaya Forum Lingkar Pena (FLP)

Cabang Ciputat

2008 – 2010 Staff Sosial Masyarakat Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia

(KAMMI) Komisariat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2009 – 2010 Staff Pengembangan Sumber Daya Manusia Komisariat Dakwah

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

Page 9: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

viii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Alhamdulillah puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas

limpahan rahmat dan anugrahNya yang Ia berikan selama ini sehinga penulis dapat

menyelesaikan laporan skripsi yang berjudul “Analisis Besaran Risiko Kesehatan Paparan

Benzena pada Petugas Operator SPBU di Wilayah Ciputat Tahun 2012” dengan baik.

Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada baginda besar Nabi Muhammad SAW

yang telah membawa umatnya menuju pecerahan sehingga kita dapat menikmati indahnya

islam sampai saat ini.

Penulis ingin menyampaikan secara khusus ucapan terima kasih dan penghargaan

kepada Bapak dan Mamah tersayang atas segala dukungan dan doanya yang tiada henti-

hentinya selalu dipanjatkan kepada Allah SWT untuk keberhasilan penulis dalam menjalani

kehidupan ini.

Dalam proses pembuatan laporan Skripsi ini semata-mata bukanlah hasil usaha

penulis sendiri, melainkan penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan, motivasi dan

semangat serta doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis

ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Keluarga besar tersayang, terimakasih atas doa dan kesabaran yang tulus. Kakak-

kakaku yang telah memberikan support penyemangat untuk tetap berjalan meniti

perjuangan. Terimakasih untuk semua motivasi dan kemudahan yang diberikan

2. Bapak Dr. H. Arif sumantri, M.Kes selaku Pembimbing I, terimakasih atas bimbingan,

pengertian dan waktunya untuk penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Raihana Nadra Alkaff, S.KM, M.MA selaku pembimbing 2, terimakasih atas

bimbingan, motivasi dan kemudahan yang diberikan selama penyelesaian skripsi.

4. Ibu Catur Rosidati, S.KM, M.Kes selaku pembimbing akademik, terikasih atas

nasihatnya selama ini.

5. Bapak dr. Yuli Prapanca Satar, MARS selaku penguji skripsi, terimakasih atas saran

dan arahan yang diberikan.

Page 10: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

ix

6. Ibu Dewi Utami, Ph.D selaku penguji skripsi, terimakasih atas bimbingan dan

masukan untuk perbaikan dalam penelitian ini

7. Bapak dr. Satria Pratama, Sp.P selaku penguji skripsi, terimakasih untuk masukan dan

bimbingannya.

8. Saudariku Mbakun dan Unild, sahabat-sahabat di UIN, FKIK, dan K3 terimakasih atas

kebersamaannya.

9. Teman seperjuangan di Faza Zukhrufillah, terimakasih atas pacuan motivasi yang telah

diberikan.

10. Para muslimah hebat di KAMMI, terimakasih atas bantuan dan pengingatannya untuk

menyelesaikan yang sudah dimulai.

11. Bapak Ghozali terimakasih atas kemudahan yang diberikan untuk memenuhi

administrasi jurusan.

12. Seluruh dosen dan staff Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang

telah memberikan banyak ilmu untuk penulis sehingga dapat memahami bagaimana

menjadi manusia bermanfaat dalam bidang ilmu kesmas.

13. Lembaga ZIS Indosat yang telah membantu penelitian ini, terimakasih.

14. Serta semua pihak yang telah membantu dalam kegiatan dan pembuatan laporan skripsi ini

yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu.

Semoga laporan skripsi ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan semua pihak

pada umumnya

Jakarta, 25 Juli 2013

Penulis

Page 11: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

x

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................................. i

ABSTRAK .......................................................................................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................................... iv

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................................. v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... viii

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ............................................................................................................ xiv

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah ....................................................................................................... 5

1.3 Pertanyaan Penelitian .................................................................................................... 6

1.4 Tujuan ............................................................................................................................ 7

1.4.1 Tujuan Umum ....................................................................................................... 7

1.4.2 Tujuan Khusus ...................................................................................................... 7

1.5 Manfaat .......................................................................................................................... 7

1.5.1 Bagi SPBU ............................................................................................................ 7

1.5.2 Bagi Fakultas ........................................................................................................ 8

1.5.3 Bagi Peneliti ......................................................................................................... 8

1.6 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................................. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 9

2.1 Benzena ......................................................................................................................... 9

2.1.1 Karakteristik Benzena......................................................................................... 10

2.1.2 Sumber Pajanan Benzena ................................................................................... 11

Page 12: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

xi

2.1.2.1 Sumber Industri ...................................................................................... 11

2.1.2.2 Sumber Alam .......................................................................................... 11

2.1.3 Jalur Pajanan Benzena ........................................................................................ 11

2.1.3.1 Inhalasi ................................................................................................... 12

2.1.3.2 Ingesti ..................................................................................................... 12

2.1.3.3 Kulit dan Mata ........................................................................................ 13

2.1.4 Dampak Pajanan Benzena .................................................................................. 13

2.1.4.1 Dampak Akut .......................................................................................... 14

2.1.4.2 Dampak Kronis ....................................................................................... 14

2.1.5 Nilai Ambang Batas Pajanan Benzena ............................................................... 15

2.1.6 Mekanisme toksisitas Benzena dalam Tubuh ..................................................... 16

2.1.6.1 Absorpsi .................................................................................................. 17

2.1.6.2 Distribusi ................................................................................................ 17

2.1.6.3 Metabolisme ........................................................................................... 18

2.1.6.4 Eliminasi dan Eksresi ............................................................................. 18

2.2 Monitoring Benzena di Lingkungan ............................................................................ 19

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Pajanan Pekerja .............................................................. 21

2.4 Analisis Risiko ............................................................................................................. 22

2.4.1 Identifikasi Bahaya (Hazard Identification) ....................................................... 23

2.4.2 Penilaian Risiko (Risk Assessment) .................................................................... 23

2.4.3 Penilaian Pajanan (Exposure Assessment) .......................................................... 24

2.4.4 Analisis Dosis-Respon (Dose-Response Assessment) ........................................ 25

2.4.5 Karakteristik Risiko ............................................................................................ 26

2.5 Manajemen Risiko ....................................................................................................... 27

2.6 Komunikasi Risiko ...................................................................................................... 28

2.7 Kerangka Teori ............................................................................................................ 29

Page 13: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

xii

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH .......................................... 30

3.1 Kerangka Konsep ........................................................................................................ 30

3.2 Definisi Istilah ............................................................................................................. 31

BAB IV METODE PENELITIAN .................................................................................... 35

4.1 Rancangan Penelitian .................................................................................................. 35

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................................................... 36

4.3 Populasi dan Sampel .................................................................................................... 36

4.3.1 Populasi .............................................................................................................. 36

4.3.2 Sampel ................................................................................................................ 36

4.4 Instumen Penelitian ..................................................................................................... 37

4.5 Metode Pengumpulan Data ......................................................................................... 38

4.5.1 Bahan dan Cara Kerja ............................................................................................... 38

4.6 Pengolahan Data .......................................................................................................... 39

4.7 Analisis Data ............................................................................................................... 39

4.7.1 Perhitungan Nilai Intake ..................................................................................... 39

4.7.2 Perhitungan Risiko Non-kanker ......................................................................... 40

4.7.3 Perhitungan Risiko Kanker ................................................................................. 41

BAB V HASIL .................................................................................................................. 42

5.1 Konsentrasi Benzena di Udara Kerja........................................................................... 42

5.2 Nilai Intake Pajanan Benzena ...................................................................................... 43

5.2.1 Waktu Pajanan (tE) ............................................................................................. 43

5.2.2 Durasi Pajanan (Dt) ............................................................................................ 43

5.2.3 Umur Petugas Operator SPBU ........................................................................... 44

5.2.4 Berat Badan Petugas Operator SPBU (Wb) ....................................................... 45

5.2.5 Perhitungan Intake .............................................................................................. 45

5.3 Karakteristik Risiko ..................................................................................................... 51

Page 14: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

xiii

5.3.1 Perhitungan Risk Quotient (RQ) pada Individu Pekerja untuk Pajanan

Non-kanker ......................................................................................................... 51

5.3.2 Perhitungan Excess Cancer Risk (ECR) Individu Pekerja pada pajanan

yang Mengakibatkan Kanker .............................................................................. 55

5.4 Estimasi Risiko Kesehatan Petugas Operator SPBU terhadap PajananBenzena ........ 58

5.4.1 Estimasi Risiko Populasi terhadap Efek Kesehatan Non-kanker ....................... 59

5.4.2 Estimasi Risiko Populasi terhadap Efek Kesehatan Kanker .............................. 61

BAB VI PEMBAHASAN ................................................................................................. 62

6.1 Keterbatasan Penelitian ............................................................................................... 62

6.2 Konsentrasi Benzena di Udara Kerja........................................................................... 62

6.3 Nilai Intake Pajanan Benzena ...................................................................................... 64

6.4 Karakteristik Risiko ..................................................................................................... 66

6.5 Estimasi Risiko Kesehatan Petugas Operator SPBU terhadap Pajanan Benzena ....... 67

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................... 70

7.1 Simpulan ................................................................................................................... 70

7.2 Saran ................................................................................................................... 71

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 73

LAMPIRAN

Page 15: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

xiv

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

2.1 Sifat Fisik dan Sifat Kimia Benzena 10

5.1 Konsentrasi Benzena di Udara 42

5.2 Distribusi Durasi Kerja Petugas Operator SPBU 44

5.3 Distribusi Umur Petugas Operator SPBU 44

5.4 Distribusi Berat Badan Petugas Operator SPBU 45

5.5 Distribusi Intake (Asupan) Efek Non-kanker berdasarkan Pajanan

Benzena Realtime dan Lifetime pada Petugas Operator SPBU 47

5.6 Distribusi Intake (Asupan) Efek Kanker berdasarkan Pajanan Benzena

Realtime dan Lifetime pada petugas Operator SPBU 49

5.7 Distribusi Risk Quotient (RQ) Berdasarkan Pajanan Benzena Realtime

dan Lifetime pada Petugas Operator SPBU 52

5.8 Distribusi Risk Quotient (RQ) Berdasarkan Pajanan Benzena Realtime

dan Lifetime pada Petugas Operator SPBU 54

5.9 Distribusi Excess Cancer Risk (ECR) Realtime & Lifetime Berdasarkan

Perhitungan Individu pada Petugas Operator SPBU 55

5.10 Distribusi Excess Cancer Risk (ECR) Realtime & Lifetime Berdasarkan

Perhitungan Individu pada Petugas Operator SPBU 56

Page 16: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

xv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Halaman

2.1 Rumus Struktur Benzena 10

Page 17: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut data Badan Pusat Statistik pada tahun 2010 Indonesia merupakan

negara terpadat keempat di dunia, dengan jumlah penduduk sebanyak 237.641.326

jiwa. Sebanding dengan meningkatnya populasi penduduk, angka kepemilikan

kendaraan di Indonesiapun meningkat. Terbukti dengan semakin padatnya arus

kendaraan di jalan raya dan semakin tidak teraturnya lalu lintas. Dengan

meningkatnya jumlah kepemilikan kendaraan, hal ini pun mengakibatkan

peningkatan konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM).

Disadari akan kebutuhan BBM yang meningkat, Pemerintah berupaya

mengadakan bahan bakar yang aman untuk lingkungan dan kesehatan, dengan

dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri pertambangan dan energi No.

1585/K/32/MPE/1999 tentang Persyaratan Pemasaran bahan bakar Jenis Bensin dan

Solar di Dalam Negeri. Dimana dalam ketentuannya dikatakan bahwa penghapusan

bensin bertimbal dilakukan secara bertahap dan timbal sudah harus dihapuskan di

seluruh wilayah Indonesia pada awal Januari 2003.

Setelah diberlakukannya kebijakan penghapusan bensin bertimbal di Indonesia

pada tahun 1999, muncul masalah baru berkaitan dengan pencemaran senyawa

benzena. Benzena merupakan senyawa hidrokarbon aromatik rantai tertutup tidak

jenuh. Mempunyai nama lain benzol, cyclohexatrene, phenyl hydride, atau coal

naphta. Zat yang digunakan untuk menggantikan posisi timbal (Pb) dalam BBM

1

Page 18: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

2

untuk meningkatkan nilai oktan adalah High Octane Mogas Component (HOMC).

HOMC yang digunakan dalam bahan BBM akan berubah menjadi benzena pada

akhir proses pembakaran BBM dalam kendaraan bermotor. Benzena yang dihasilkan

dari proses tersebut akan mencemari udara dan berpotensi terhirup oleh manusia

yang kemudian dapat memberikan efek buruk terhadap kesehatan. (Azhari, 2010).

Menurut Tennessee University (2009) benzena diserap melalui pencernaan,

inhalasi, dan aplikasi kulit. Data eksperimental menunjukkan bahwa manusia dapat

menyerap hingga 80% dari benzena yang dihirup (setelah 5 menit terpapar). Inhalasi

merupakan rute paling mungkin dari paparan bahan kimia, terutama di tempat kerja.

Benzena adalah karsinogenik pada manusia melalui pajanan inhalasi. Pajanan

benzena di lingkungan kerja telah dikaitkan terutama dengan peningkatan insiden

leukemia myeloblastic atau erythroblastic myeloid akut dan kronis dan leukemia

limfoid di antara para pekerja (Tennessee University, 2009). Efek paparan benzena

secara kronik yaitu kerusakan pada sistem pembentukan darah (sumsum tulang)

yang dapat menimbulkan kerusakan sumsum tulang, ini adalah risiko terjadinya

penurunan jumlah elemen sel darah secara progresif (Mahawati et al., 2006).

Sementara Haryanto (2005) menyatakan, tidak ada batas terendah yang aman

terhadap pemajanan senyawa kimia ini untuk mendapatkan resiko leukemia pada

semua tingkat pajanan.

Industri petrokimia dan pengilangan minyak adalah sumber utama pajanan

terhadap benzena (Jeyaratnam, 2010). Pajanan singkat dengan konsentrasi yang

tinggi dapat terjadi saat pengisian BBM kendaraan (WHO – Europe, 2000).

Karyawan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) khususnya operator

Page 19: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

3

pengisian BBM adalah salah satu populasi pekerja yang memiliki tingkat resiko

pajanan benzena yang tinggi, terutama melalui jalur inhalasi dalam waktu pajanan

yang kontinyu (Pudyoko, 2010). Agency for Toxic Substances and Disease Registry

(ATSDR) (2007) mengestimasikan bahwa rata-rata pajanan benzena terhadap

pekerja pada area SPBU adalah sebesar 0,12 ppm.

Berdasarkan Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor

01/MEN/1997 mengenai Nilai Ambang Batas (NAB) Bahan-Bahan Kimia, nilai

ambang batas paparan benzena di tempat kerja adalah sebesar 10 ppm. Hal ini jauh

lebih tinggi bila dibandingkan dengan NAB di tingkat internasional seperti di

Amerika, ACGIH (American Conference of Governmental Industrial Hygienists)

pada tahun 2000 merekomendasikan NAB (TLV – Threshold Limit Value) untuk

benzena sebesar 0,5 ppm.

Sebuah studi yang dilakukan Bahrami, et al (2007) yang membandingkan

paparan benzena pada pengemudi taxi dan petugas SPBU di Iran Barat, mendapati

bahwa konsentrasi benzena di zona pernafasan petugas SPBU dua sampai tiga kali

lebih tinggi dibandingkan pengemudi taxi, dan tentu saja tiga kali lebih tinggi dari

level (0,5 ppm) ambang batas yang di rekomendasikan ACGIH. Sementara hasil

penelitian yang dilakukan Pudyoko (2010) mengenai hubungan pajanan benzena

dengan kadar fenol dalam urine dan gangguan sistem hematopoietic pada pekerja

instalasi BBM di Semarang, mendapati hasil konsentrasi uap benzena di udara

ambient instalasi BBM Semarang cukup tinggi. Konsentrasi terendah pada areal

perkantoran 0,57 ppm dan tertinggi areal tangki yaitu 86,27 ppm, nilai ini melebihi

ambang batas yang ditetapkan. Dari 46 pekerja instalasi BBM di Semarang,

Page 20: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

4

didapatkan sebanyak 68,03% pekerja mempunyai jumlah netrofil yang tidak normal,

45,65% jumlah limfositnya tidak normal, 73,91% jumlah monositnya tidak normal,

34,78% laju endapan darah 1 jamnya tidak normal dan 52,17% laju endapan darah 2

jamnya tidak normal. Hal ini menunjukkan bahwa paparan benzena mempengaruhi

sistem hematopoietic.

Penggunaan masker half mask respirator with organic vapor catridge pada

konsentrasi pajanan benzena kurang atau sama dengan 10 ppm, dapat dijadikan

sebagai alternatif penurunan resiko eksposur benzena (Gunawan, 2000). Namun

pada kenyataan di lapangan, tidak ada fasilitas alat pelindung diri untuk inhalasi

yang diberikan kepada Operator SPBU, bahkan kebijakan perusahaan menganjurkan

petugas operator SPBU memberikan senyum, salam, sapa kepada konsumen. Hal ini

secara tidak langsung menganjurkan operator SPBU tidak memakai masker.

Penilaian pajanan dapat dilakukan melalui pengukuran udara ambient (ambient

air monitoring) dan pengukuran bahan biologis (biological monitoring). Penilaian

pajanan secara akurat merupakan langkah penting, baik dalam hal penilaian resiko

maupun studi epidemiologi, yang melibatkan pajanan potensial oleh agent

lingkungan (Zuliyawan, 2010). The National Institute for Occupational Safety and

Health (NIOS) merekomendasikan pengukuran konsentrasi benzena di udara dengan

pengumpulan melalui kantung udara, yang kemudian dianalisis dengan kromatografi

gas portable dengan detector fotoionisasi.

Penilaian pajanan bisa dilakukan dengan analisis risiko. Dimana analisis risiko

merupakan suatu tahapan proses untuk melihat hubungan antara pajanan bahan

Page 21: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

5

kimia dan agen fisik dengan efek negatif yang mungkin terjadi (Louvar & Louvar,

1998 dalam zuliyawan, 2010 ).

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan pada lima SPBU di wilayah

Kecamatan Ciputat dan Ciputat Timur, didapati tidak adanya petugas operator SPBU

yang memakai Alat Pelindung Diri (APD) saat bekerja. Padahal menurut ATSDR

(2007) jalur inhalasi terbukti merupakan jalur pajanan yang sangat berisiko

menimbulkan peyakit yang diakibatkan benzena. Setelah dilakukan pengukuran

kadar benzena di udara kerja pada empat titik di dua SPBU,dengan menggunakan

alat Air Sampling Pump pada 23 Februari 2013 didapati hasil rata-rata yaitu 0,19

ppm dan ini melebihi nilai NAB yang ditentukan NIOSH. Berdasarkan latar

belakang tersebut, penulis merasa perlu untuk menganalisis besaran risiko kesehatan

paparan benzena pada petugas operator SPBU di wilayah Ciputat Tahun 2012.

1.2 Perumusan Masalah

Benzena merupakan zat yang terbukti menyebabkan kanker pada manusia.

Menurut Tennessee University (2009) benzena diserap melalui pencernaan, inhalasi,

dan aplikasi kulit. Data eksperimental menunjukkan bahwa manusia dapat menyerap

hingga 80% dari benzena yang dihirup (setelah 5 menit terpapar). Inhalasi

merupakan rute paling mungkin dari paparan bahan kimia, terutama di tempat kerja.

Penilaian pajanan bisa dilakukan dengan analisis risiko. Dimana analisis risiko

merupakan suatu tahapan proses untuk melihat hubungan antara pajanan bahan

kimia dan agen fisik dengan efek negatif yang mungkin terjadi (Louvar & Louvar,

1998 dalam zuliyawan, 2010 ).

Page 22: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

6

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan pada lima SPBU di wilayah

Kecamatan Ciputat dan Ciputat Timur, didapati tidak adanya petugas operator SPBU

yang memakai APD saat bekerja. Padahal menurut ATSDR (2007) jalur inhalasi

terbukti merupakan jalur pajanan yang sangat berisiko menimbulkan peyakit yang

diakibatkan benzena. Setelah dilakukan pengukuran kadar benzena di udara kerja

pada dua SPBU, didapati hasil rata-rata yaitu 0,19 ppm dan ini melebihi nilai NAB

yang ditentukan NIOSH. Oleh karena itu penulis ingin melakukan penelitian tentang

analisis besaran risiko kesehatan paparan benzena pada petugas operator SPBU di

wilayah Ciputat Tahun 2012.

1.3 Pertanyaan Penelitian

1. Berapakah konsentrasi benzena di udara ambient kawasan SPBU di wilayah

Ciputat tahun 2012?

2. Berapakah konsentrasi intake pajanan benzena pada petugas operator SPBU di

wilayah Ciputat tahun 2012?

3. Bagaimanakah karakteristik risiko kesehatan (kanker dan non-kanker) individu

terhadap pajanan benzena pada petugas operator SPBU di wilayah Ciputat tahun

2012?

4. Bagaimanakah estimasi risiko kesehatan (kanker dan non-kanker) populasi

terhadap pajanan benzena pada petugas operator SPBU di wilayah Ciputat tahun

2012?

Page 23: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

7

1.4 Tujuan

1.4.1 Tujuan Umum

Diketahui besar risiko kesehatan pajanan inhalasi udara yang mengandung

benzena yang mungkin dialami petugas operator SPBU di wilayah Ciputat tahun

2012.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Diketahuinya konsentrasi benzena di udara ambient kawasan SPBU di wilayah

Ciputat tahun 2012?

2 Diketahuinya nilai konsentrasi intake pajanan benzena pada petugas operator

SPBU di wilayah Ciputat tahun 2012?

3 Diketahuinya karakteristik risiko kesehatan (kanker dan non-kanker) individu

terhadap pajanan benzena pada petugas operator SPBU di wilayah Ciputat tahun

2012?

4 Diketahuinya estimasi risiko kesehatan (kanker dan non-kanker) populasi

terhadap pajanan benzena pada petugas operator SPBU di wilayah Ciputat tahun

2012?

1.5 Manfaat

1.5.1 Bagi SPBU

Mendapat informasi dan bahan masukan untuk mengambil kebijakan dalam

mengatur pekerja operator SPBU agar memberikan pelayanan secara aman.

Page 24: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

8

1.5.2 Bagi Fakultas

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan referensi

serta membuka wawasan ilmiah bagi civitas akademik program Studi

Kesehatan Masyarakat Universitas Islam negeri syarif Hidayatullah Jakarta

mengenai benzena.

1.5.3 Bagi Peneliti

Diharapkan peneliti mendapatkan tambahan wawasan tentang dampak

paparan benzena dan juga dapat mengaplikasikan teori yang didapat saat

kuliah sehingga dapat meningkatkan pengetahuan langsung di lapangan.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan

analisis risiko kesehatan lingkungan untuk menganalisis risiko kesehatan berkaitan

dengan paparan benzena pada petugas operator SPBU di lima SPBU di wilayah

kecamatan Ciputat dan Ciputat Timur. Penelitian ini dilakukan dari bulan Juni 2012 -

Juli 2013 dengan menggunakan metode observasi, wawancara dan pengukuran

benzena di udara ambient di wilayah SPBU.

Page 25: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Benzena

ATSDR (2007) menyebutkan bahwa benzena merupakan senyawa hidrokarbon

aromatik rantai tertutup tidak jenuh. Mempunyai nama lain benzol, cyclohexatrene,

phenyl hydride, atau coal naphta. Benzena merupakan cairan tidak berwarna dengan

bau yang manis. Benzena menguap ke udara sangat cepat dan sedikit larut dalam air.

Adapun rumus struktur benzena adalah sebagai berikut,

Gambar 2.1

Rumus Struktur Benzena

Sumber : http://www.ilmukimia.org

Benzena bersifat lipofilik, sehingga benzena merupakan pelarut yang sangat

baik. Benzena memiliki aroma yang menyenangkan dan dapat terdeteksi pada

konsentrasi 1,5-4,7 ppm (ATSDR,2006).

9

Page 26: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

10

2.1.1 Karakteristik Benzena

Benzena adalah senyawa hidrokarbon aromatik. Dalam suhu ruangan,

benzena adalah cairan tidak berwarna, mudah menguap dengan bau aromatik yang

khas. sedikit larut dalam air tetapi sangat mudah larut dengan pelarut organik,

benzena akan mengapung di permukaan air. Mendidih pada suhu 80,1°C dan

sangat mudah terbakar serta dapat menyebar ke sumber api. Uapnya sangat mudah

meledak, memiliki titik leleh 5,5°C dan spontan terbakar pada suhu 498°C

(ATSDR, 2007). Adapun sifat fisik dan kimia dari benzena dapat dilihat di tabel di

bawah ini,

Tabel 2.1

Sifat Fisik dan Sifat Kimia Benzena

No Sifat Fisik dan Kimia Informasi

1 Rumus kimia C6H6

2 Berat molekul 78, 11gr/mol

3 Titik nyala -11,10C

4 Titik leleh 5,50C

5 Titik didih 80,10C

6 Berat jenis pada suhu 150C 0,8787 gr/L

7 Kelarutan dalam air pada 250C 0,188 % (w/w) atau 1,8 gr/L

8 Kelarutan dalam Pelarut Alkohol, Kloroform, eter, karbon sulfide,

aseton, minyak, karbon tetraklorida, asam

asetat glacial

Sumber : MSDS Benzena, USA.

Page 27: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

11

2.1.2 Sumber Pajanan Benzena

Menurut ATSDR (2007) Benzena ditemukan di udara, air, dan tanah. Benzena

berasal dari sumber industri dan alam.

2.1.2.1 Sumber Industri

Benzena pertama kali ditemukan dan diisolasi dari tar batubara di tahun

1800-an. Saat ini, benzena sebagian besar berasal dari minyak bumi. Karena

penggunaannya yang luas, benzena termasuk dalam 20 zat teratas yang dipakai

untuk bahan kimia yang diproduksi di Amerika Serikat. Berbagai industri

menggunakan bensin untuk membuat bahan kimia lainnya, seperti stirena (untuk

Styrofoam dan plastik), cumena (untuk berbagai resin), dan sikloheksana (untuk

nilon dan serat sintetis). Benzena juga digunakan dalam pembuatan beberapa jenis

karet, pelumas, pewarna, deterjen, obat-obatan, dan pestisida (CDC, 2013).

2.1.2.2 Sumber Alam

Sumber alami dari benzena, yang meliputi emisi gas dari gunung berapi

dan kebakaran hutan, juga berkontribusi terhadap keberadaan benzena di

lingkungan. Benzena juga hadir dalam minyak mentah dan bensin dan asap rokok.

(ATSDR 2007).

2.1.3 Jalur Pajanan Benzena

Jalur pajanan menunjukkan perbedaan jalan masuk bahan/materi ke dalam

tubuh, dapat melalui kulit, saluran pencernaan dan saluran pernapasan (IPCS,

2000). Meskipun pajanan yang berasal dari lingkungan dan tempat kerja dapat

Page 28: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

12

melalui inhalasi, ingesti dan kulit. Inhalasi dan kulit adalah jalur yang menjadi

perhatian utama pada beberapa skenario pajanan (ATSDR, 2007).

2.1.3.1 Inhalasi

Inhalasi adalah jalur pajanan yang dominan. Konsentrasi ambang bau

benzena (1,5-5 ppm) umumnya memberikan peringatan yang cukup tentang

bahaya akut. Uap benzena lebih berat daripada udara dan dapat menyebabkan

sesak napas di ruang tertutup, berventilasi buruk atau di dataran rendah. Jalur

pajanan inhalasi menyebabkan terjadinya asupan harian sebesar 99% dari seluruh

jalur pajanan. Laporan kasus pada pajanan inhalasi akut telah ada sejak awal

tahun 1900. Kejadian kematian tiba-tiba terjadi setelah beberapa jam pajanan.

Tidak diketahui berapa konsentrasi benzena yang ditemukan pada korban.

Namun diperkirakan bahwa pajanan sebesar 20.000 ppm selama 5-10 menit akan

mengakibatkan hal kejadian yang fatal (ATSDR, 2007).

2.1.3.2 Ingesti

Benzena sebagai kontaminan masuk melalui air minum, makanan dan

sayur-sayuran (IPCS-International Programme on Chemical Safety, 2000).

Absorpsi benzena yang efektif melalui pencernaan dapat mengakibatkan

intoksikasi akut, walaupun data kuantitatif pada manusia masih kurang (WHO,

1996). Tidak ada informasi tentang absorpsi oral dari benzena pada larutan encer,

diasumsikan bahwa absorpsi oral dari air adalah hampir 100% (Ramon, 2007).

Laporan kasus kematian pada pajanan ingesti akut telah ada sejak awal tahun

Page 29: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

13

1900. Tidak diketahui berapa konsentrasi benzena yang ditemukan pada korban.

Namun diperkirakan bahwa pajanan sebesar 10 mL adalah dosis mematikan bagi

manusia (Zuliyawan, 2010).

2.1.3.3 Kulit dan Mata

Benzena yang memercik di mata dapat mengakibatkan rasa sakit dan

cedera pada kornea. Tidak terdapat penelitian yang berhubungan dengan

kematian hewan percobaan setelah terjadi pajanan Benzena pada kulit. Sebuah

penelitian kohort terhadap 338 pekerja laki-laki menemukan 3 kematian.

Kematian ini disebabkan oleh leukimia pada mekanik, yang biasanya

menggunakan BBM untuk membersihkan onderdil kendaraan dan mencuci

tangan (Hunting et al, 2005 dalam ATSDR, 2007).

2.1.4 Dampak Pajanan Benzena

Benzena dilepaskan ke udara dari berbagai sumber termasuk knalpot

mobil, bensin, asap dari tembakau dan kebakaran hutan dan dari industri. Hal ini

sangat bebas dalam tanah dan larut (dapat larut) dalam air. Orang yang merokok

terkena sekitar 10 kali lebih benzena per tahun dari rata-rata non-perokok. Efek

pada kesehatan manusia tergantung pada konsentrasi benzena dan tingkat

eksposur (SA Health, 2008).

Page 30: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

14

2.1.4.1 Dampak akut

Individu yang tidak sengaja menelan atau menghirup benzena untuk

jangka waktu singkat cenderung tidak mengalami risiko kesehatan. Namun

demikian, efek samping tertentu masih terjadi dan meliputi peningkatan denyut

jantung, sesak napas, sakit kepala, pingsan, dan kerusakan sistem saraf. ( SA

Health, 2008).

Adapun efek akut dari paparan benzena menurut WHO (2010) adalah

dapat menyebabkan narkosis: sakit kepala, pusing, mengantuk, kebingungan,

tremor dan kehilangan kesadaran, dan pada pengguna alkohol dapat

meningkatkan efek toksik. Benzena juga merupakan iritan yang dapat

menyebabkan iritasi pada mata dan kulit.

2.1.4.2 Dampak Kronis

Depresi sumsum tulang dengan efek lambat, pada beberapa kasus, sampai

beberapa tahun. Gejala dan tanda yang pertama sangat samar, namun kemudian

kelelahan dan pendarahan spontan yang akan mengakibatkan anemia, selain itu

terjadi penurunan jumlah berbagai sel darah di sirkulasi darah dan berkurangnya

keeping trombosit dalam darah. Anemia aplastik, leukemia mieloblastik akut dan

eritroleukimia akut merupakan efek yang paling ditakutkan pada pemajanan

kronik.

Efek kronis dari paparan benzena adalah menyebabkan kanker pada

manusia. Badan Internasional untuk Penelitian Kanker (IARC) telah

mengklasifikasikan benzena sebagai karsinogenik pada manusia (Kelompok 1).

Page 31: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

15

EPA memperkirakan bahwa pajanan benzena seumur hidup pada konsentrasi 4

ppb di udara akan menghasilkan 1 tambahan kasus leukemia dalam 10.000 orang

yang terpajan. EPA juga memperkirakan bahwa pajanan benzena seumur hidup

pada konsentrasi 100 ppb dalam air minum akan menambah 1 kasus kanker

tambahan dalam 10.000 orang yang terpajan (ATSDR, 2006).

2.1.5 Nilai Ambang Batas Panjanan Benzena

Internal Agency for Research on Cancer (IARC), mengindikasikan

bahwa tidak ada tingkat pajanan yang aman untuk semua jalur pajanan benzena.

Untuk batas pajanan benzena di udara, Occupational Safety and Health

Administration (OSHA) menetapkan untuk pajanan 8 jam waktu kerja (TWA)

sebesar 1 ppm dan pajanan singkat 15 menit (STEL) 5 ppm. ACGIH menetapkan

untuk pajanan 8 jam waktu kerja (TWA) sebesar 0,5 ppm dan pajanan singkat 15

menit (STEL) sebesar 2,5 ppm. Sedangkan National Institute for Occupational

Safety and Health (NIOSH) menetapkan untuk pajanan 10 jam waktu kerja

(TWA) sebesar 0,1 ppm dan pajanan singkat 15 menit (STEL) 1 ppm (ATSDR,

2006).

Di Indonesia peraturan yang mengatur mengenai NAB benzena adalah

Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Nomor: SE 01/MENAKER/1997 tentang

Nilai Ambang Batas Faktor Kimia di Udara Lingkungan Kerja, yaitu sebesar 10

ppm atau 32 mg/m3 (Depatemen Tenaga Kerja RI, 1997). Sedangkan IRIS

(Integrated Risk Information System) telah menetapkan dosisi respon benzena

yang diperbolehkan RfD dan Rfc. RfD atau reference dose benzena adalah batas

Page 32: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

16

dosis respon melalui jalur ingesti yaitu sebesar 4x10-3

mg/kg/hari .Sedangkan Rfc

adalah batas dosis respon benzena melalui jalur inhalasi adalah 0,03 mg/m3

(IRIS, 2003).

2.1.6 Mekanisme Toksisitas Benzena dalam Tubuh

Industri petrokimia dan pengilangan minyak adalah sumber utama pajanan

terhadap benzena. Benzena juga dipakai dalam pembuatan plastik, serat sintesis,

karet sintesi. Dan laboratorium, benzena sering dipakai untuk membuat ekstrak dari

bahan organik. Walaupun kadar benzena dalam pelarut industri (seperti touene dan

xylene) rendah, pajanan terhadap benzena mungkin tinggi oleh karena volume

pelarut industri yang dipakai besar dan pekerjaan yang dilakukan di ruang tertutup.

(Jeyaratman, 2010).

Pemantauan biologis pekerja pajanan benzena termasuk pemeriksaan kadar

hemoglobin, hitung jenis sel darah lengkap dan sediaan hapusan darah perifer.

Kadar fenol urin pada akhir giliran kerja berguna untuk memperkirakan kadar

pajanan terhadap benzena bila kadar lingkungan di atas 5 ppm. Untuk pajanan

dibawah 5 ppm, trans,trans - muconic acid (t,t-MA) dalam urin merupakan

biomarker yang lebih baik (Jeyaratman, 2010).

ATSDR (2007) menjelaskan mekanisme toksisitas benzena dalam tubuh

dengan proses absorpsi, distribusi, metabolisme, eliminasi dan eksresi. Adapaun

penjelasan dari tahapan prosesnya adalah sebagai berikut :

Page 33: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

17

2.1.6.1 Absorpsi

Paparan inhalasi adalah rute utama paparan benzena, dan banyak penelitian dari

penyerapan benzena setelah paparan inhalasi dalam situasi yang berbeda telah

dilakukan. Hasil dari penelitian terhadap 23 subyek yang menghirup 47-110 ppm

benzena selama 2-3 jam menunjukkan bahwa penyerapan tertinggi di beberapa

menit pertama paparan, tetapi menurun dengan cepat setelah itu (Srbova et al. 1950

dalam ATDSR 2007). Dalam 5 menit paparan pertama, penyerapan adalah 70-80%,

tetapi dengan 1 jam, berkurang menjadi sekitar 50% (kisaran, 20-60%).

2.1.6.2 Distribusi

Karena sifatnya yang lipofil diduga distribusi benzena yang besar terdapat pada

jaringan yang banyak mengandung lemak seperti otak dan lemak. Benzena juga

dapat melewati plasenta bayi dan dapat berikatan langsung dengan protein. Benzena

juga didistribusikan ke ginjal, paru-paru, hati, dan otak. Metabolit benzena yaitu

katekol, hidrokuinon, dan fenol terdeteksi dalam darah dan sum-sum tulang setelah

6 jam terpapar benzena.

Kadar dalam sumsum tulang melebihi kadar dalam darah. Kadar fenol dalam

darah dan sumsum tulang menurun drastis setelah paparan berhenti. Hal ini tidak

terjadi pada katekol dan hidrokuinon, yang berarti kemungkinan kedua zat ini

terakumulasi dalam tubuh lebih besar.

Paparan melalui jalur ingesti terdistribusi ke berbagai organ dan jaringan dalam

waktu 1 jam setelah terpapar. Terdeteksi kadar hidrokuinon tertinggi terdapat pada

hati, ginjal dan darah, sedangkan untuk fenol terdapat paling banyak pada saluran

Page 34: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

18

pernapasan, pencernaan, dan ginjal. Metabolit benzena yang terkonjugasi akan

terkumpul di darah, sumsum tulang, saluran pencernaan, ginjal, dan hati. Benzena

yang terabsorpsi oleh kulit akan terdistribusi paling banyak ke ginjal, hati, dan kulit.

2.1.6.3 Metabolisme

Metabolisme benzena sebenarnya terjadi di hampir seluruh jaringan, namun

tempat penyimpanan metabolit benzena yang utama ialah pada hati. Metabolit yang

dihasilkan di hati selanjutnya dibawa ke sumsum tulang. Tiap metabolit fenolik dari

benzena (katekol, hidrokuinon, 1,2,4-benzenatriol, dan fenol) dapat mengalami

konjugasi sulfonat ataupun glukuronat. Hasil konjugat dari fenol dan hidrokuinon

merupakan metabolit yang paling banyak ditemukan di urin. Asam trans-trans

mukonat, fenol, katekol, hidrokuinon, dan benzokuinon dapat merangsang enzim

sitokrom p-450 pada sistem sel darah manusia. Enzim ini mengkatalisis reaksi

metabolisme benzena pada sumsum tulang, karena itu benzena dapat menyebabkan

efek toksisitas pada sel darah (hematotoxicity).

2.1.6.4 Eliminasi dan Eksresi

Benzena yang diserap diekskresikan melalui metabolisme menjadi asam

fenol dan muconic diikuti oleh ekskresi derivatif terkonjugasi (sulfat dan

glucuronides). Dalam enam relawan pria dan wanita terkena benzena 52-62 ppm

selama 4 jam, ekskresi pernapasan (jumlah benzena diserap diekskresi melalui

paru-paru) adalah sekitar 17%. Hasil studi dari 23 orang yang menghirup 47-110

ppm benzena selama 2-3 jam menunjukkan bahwa 16,4-41,6% dari benzena

Page 35: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

19

ditahan diekskresikan dengan paru-paru dalam hitungan jam 5-7 (Srbova et al.

1950 dalam ATSDR 2007).

Tingkat ekskresi benzena adalah yang terbesar selama satu jam pertama.

benzena terutama dieksresikan di dalam urin sebagai metabolit khususnya

konjugasi phenol, glucuronic dan sulphuric acid, dan dihembuskan ke udara dalam

bentuk yang tidak berubah. Diperkirakan sesudah terpajan benzena di tempat kerja

pada tingkat 100 cm3/m3, sejumlah 13,2% fenol, 10,2% quinol, 1,9 % t,t-MA, 1,6

% kathekol, dan 0,5% 1,2,4,-benzenatriol dari jumlah yang diabsorpsi,

diekskresikan lewat urin sesudah jam kerja (ATSDR 2006).

2.2 Monitoring Benzena di Lingkungan

Monitoring adalah suatu program berkelanjutan yang terdiri dari observasi,

pengukuran dan memutuskan dalam rangka mengenali bahaya kesehatan yang

potensial dan memutuskan apakah perlindungannya telah cukup baik (Lestari 2010

dalam Susilowati, 2011).

Terdapat berbagai metode pengukuran benzena terutama benzena yang

terdapat dalam udara lingkungan maupun pajanan benzena yang masuk ke dalam

tubuh. Menurut OSHA dapat dilakukan pengukuran pajanan benzena dalam udara

di tempat kerja dengan pengumpulan menggunakan tabung sorbent arang

teraktivasi, dilakukan desorpsi dengan karbon disulfida (CS2), dianalisa dengan gas

kromatografi menggunakan detektor ionisasi sinar Flame Ionization Detector

(FID).

Page 36: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

20

Sedangkan untuk mengukur pajanan benzena yang masuk dalam tubuh

dapat dilakukan dengan memeriksa biomarker dari benzena, biomarker merupakan

indikator sinyal peristiwa dalam sistem biologis atau sampel (ATSDR 2007).

WHO (1996) dan Taylor et al (1996) menyebutkan bahwa biomarker yang dapat

dijadikan indikator pajanan benzena antara lain adalah benzena dalam darah,

benzena dalam urin, benzena dalam udara pernapasan, phenol dalam urin,

cathecol dalam urin, hydroquinon dalam urin, 1,2,4 trihydroxi benzena dalam urin,

phenylmercapturic acid dalam urin dan trans,trans - muconic acid dalam urin.

Beberapa penelitian mengindikasikan hubungan kuantitas antara pajanan inhalasi

benzena dengan konsentrasi t,t-MA dalam urin (WHO, 1996). Dari penelitian

Boogaard, PJ, at all (1995) tentang komparasi teknik monitoring biologi paparan

benzena antara pengujian asam S-phenylmercapturic (S-PMA), trans,trans -

muconic acid (t,t-MA), dan fenol, dinyatakan bahwa S-PMA dan t,t-MA sangat

sensitif untuk pengukuran pada tingkat eksposur benzena rendah. Meskipun t,t-MA

dan S-PMA merupakan biomarker yang sensitif, S-PMA lebih dapat diandalkan

dari t,t-MA untuk paparan benzena selama 12 jam kerja, namun untuk pemantauan

biologi paparan benzena dengan konsentrasi di udara lebih dari 1 ppm (8h TWA)

pengukuran dengan t,t-MA lebih cocok bahkan banyak dipakai karena

kemudahannya dalam pengukuran.

Page 37: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

21

2.3 Faktor yang mempengaruhi pajanan pekerja

Pajanan benzena pada individu berbeda-beda. Hal ini diakibatkan oleh

beberapa faktor dari masing-masing individu itu sendiri yang meliputi usia, jenis

kelamin, berat badan, daya tahan tubuh, perilaku hidup sehat, lama pajanan,

frekuensi pajanan, durasi pajanan dan pekerja yang pernah dilakukan sebelumnya

(Susilowati, 2011).

Usia atau umur seseorang akan mempengaruhi daya tahan tubuh

terhadap paparan zat toksik/bahan kimia. Menurut ILO, tenaga kerja yang

berumur kurang dari 18 tahun sebaiknya tidak bekerja di lingkungan yang

terpapar benzena, sebab pada umur tersebut ketahanan sumsum tulang

terhadap efek toksik benzena masih rendah. Semakin tua umur tenaga kerja

maka semakin tinggi risiko keracunan benzena (Mahawati, 2006).

Berkaitan dengan perbedaan gender dalam kerentanan terhadap toksisitas

benzena telah diamati pada hewan. Dari banyak penelitian menunjukkan hasil

konsisten bahwa peningkatan metabolisme dan genotoxicity tinggi terhadap jantan

dibandingkan pada betina (ATSDR, 2007). Menurut Sato et al. (1975)

dibandingkan kinetika eliminasi benzena pada pria dan perempuan sama usia.

Laki-laki menunjukkan kinetika eliminasi yang kurang dibanding perempuan. Hal

ini dikarenakan lemak dalam perempuan lebih banyak dibanding pada laki-laki.

Berkaitan dengan berat badan, benzena merupakan senyawa dengan

molekul kecil sehingga mudah larut dalam lemak. Toksikan yang daya larutnya

tinggi dalam lemak memungkinkan konsentrasinya rendah dalam target organ,

sehingga dapat dianggap sebagai mekanisme perlindungan. Toksisitas zat tersebut

Page 38: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

22

pada orang yang gemuk menjadi lebih rendah jika dibandingkan dengan orang

yang kurus (Mukono, 2005).

Perilaku hidup sehat adalah perilaku yang berkaitan dengan upaya atau

kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya.

Perilaku sehat ini meliputi makan dengan menu seimbang, olahraga teratur, tidak

merokok, istirahat yang cukup dan mengendalikan stress serta menggunakan alat

pelindung diri selama bekerja untuk mencegah pajanan. Lama pajanan adalah

lamanya seseorang terpajan bahaya dalam satuan jam perhari, sedangkan frekuensi

pajanan adalah banyaknya hari per tahun bagi seseorang terpajan suatu bahaya di

suatu lingkungan. Durasi pajanan adalah lamanya seseorang terpajan suatu bahaya

dalam satu tahun. Durasi pajanan seseorang bergantung dari pekerjaan yang

sebelumnya pernah digeluti, sehingga pengalaman kerja seseorang akan

memperngaruhi pajanan benzena yang diterima oleh pekerja tersebut. EPA

memperkirakan bahwa pajanan benzena seumur hidup pada konsentrasi 4 ppb di

udara akan menghasilkan 1 tambahan kasus leukemia dalam 10.000 orang yang

terpajan (ATSDR, 2006).

2.4 Analisis Risiko

Menurut Louvar & Louvar (1998) dalam zuliyawan (2010) menyatakan

bahwa Analisis Risiko merupakan suatu tahapan proses untuk melihat hubungan

antara pajanan bahan kimia dan agen fisik dengan efek negatif yang mungkin

Page 39: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

23

terjadi. Risk Asessment adalah penilaian tingkat efek dari kemungkinan bahaya

pada populasi atau ekosistem akibat pajanan suatu agent.

Proses Analisis risiko terdiri atas tiga komponen, yaitu penilaian risiko,

manajemen risiko dan komunikasi risiko. Analisis risiko bisa dilakukan untuk

pemajanan bahaya lingkungan yang telah lampau, dengan efek yang merugikan

sudah atau belum terjadi, dapat pula dijadikan suatu prediksi risiko untuk

pemajanan yang akan datang (Rahman, 2007).

2.4.1 Identifikasi Bahaya (Hazard Identification)

Identifikasi Bahaya merupakan langkah awal dan penting dalam

penerapan keselamatan kesehatan kerja. Bahaya dapat diketahui dengan berbagai

cara dan dari berbagai sumber yaitu dari peristiwa yang pernah terjadi,

pemeriksaan ke tempat kerja, melakukan wawancara dengan pekerja di lokasi

kerja, informasi dari manajemen tempat kerja, dan keselamatan bahan (MSDS)

dan lainnya (Ramon, 2007).

2.4.2 Penilaian risiko (risk assessment)

Penilaian risiko bertujuan untuk menentukan keberadaan bahaya

lingkungan pada suatu lokasi. Bahaya diartikan sebagai zat-zat toksik atau

kondisi-kondisi spesifik yang berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan.

Penentuan tingkat bahaya suatu bahan kimia dapat dilakukan dengan

membandingkan zat berbahaya dengan daftar zat-zat toksik yang ada. Zat toksik

Page 40: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

24

biasanya dikelompokkan menjadi kelompok karsinogen, berpotensi karsinogen

dan bukan karsinogen (Louvar & Louver, 1998 dalam Susilowati 2011).

2.4.3 Penilaian pajanan (Exposure Assessment)

Analisis pemajanan adalah evaluasi pemajanan dari organisme, sistem,

atau sub populsi terhadap agen (IPCS, 2004). Dalam analisis ini dilakukan

identifikasi tentang dosisi atau jumlah risk agen yang diterima seseorang

(intake/asupan). Data intake ini dapat dengan menggunakan persamaan Luovar

& louver 1998 (Rahman, 2007)

Intake (I) =

Untuk menghitung nilai intake, asumsi-asumsi yang digunakan yaitu :

1. Konestrasi (C) agen didapat dari data konsentrasi benzena di udara (mg/ )

2. Laju Asupan (R) 20 M3

untuk dewasa, berdasarkan US- EPA Default

Exposure Factor dengan efek pajanan bukan kanker atau tidak menyebabkan

kanker.

3. Lama pajanan (tE) diperoleh dari lama kerja karyawan di daerah kerja

berpaparan benzena.

4. Frekuensi Pajanan (fE) 350 hari per tahun berdasarkan US-EPA Default

Exposure Factor dengan efek pajanan bukan kanker atau tidak menyebabkan

kanker hasil penelitian Nukman et al (2005) dalam Zuliyawan (2010).

5. Durasi Pajanan (Dt) 30 tahun untuk dewasa, berdasarkan US-EPA Default

Exposure Factor.

Page 41: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

25

6. Berat Badan (Wb), berat badan pekerja berdasarkan pengukuran.

7. Periode waktu rata-rata (tavg) yaitu 365 hari selama 30 tahun untuk dewasa

berdasarkan faktor pajanan non-karsinogen dan 70 tahun untuk pajanan

karsinogen.

2.4.4 Analisis Dosis-Respon ( Dose- Response Assessment)

Dosis merupakan unit yang menyatakan pajanan terhadap bahan kimia,

fisik, atau biologis yang sampai ke organ sasaran. RfD atau RfC adalah toksisitas

kuantitatif nonkarsinogenik, menyatakan estimasi dosis pajanan harian yang

diprakirakan tidak menimbulkan efek merugikan kesehatan meskipun pajanan

berlanjut seumur hidup (IPCS, 2004).

Dosis Referensi dibedakan untuk pajanan oral atau tertelan yang disebut

RfD, dan untuk pajanan inhalasi disebut RfC. Menentukan dosis-respon suatu

risk agent sangat sulit, membutuhkan data dan informasi studi toksisitas yang asli

dan lengkap, ahli-ahli kimia, toksikologi, farmakologi, biologi, epidemiologi dan

spesialis-spesialis lain yang berhubungan dengan toksisitas dan farma-kologi zat.

Namun, saat ini RfD, RfC, SF dan UCR zat-zat kimia dalam berbagai spesi,

termasuk fomulanya, telah ada dalam pangkalan data Integrated Risk

Information System dari US-EPA (IRIS 2007). Ada ratusan spesi kimia zat yang

telah dimasukkan ke dalam daftar IRIS dan sudah ditabulasi sehingga bisa

langsung digunakan (Rahman, 2007).

Dalam penelitian Rohtman et al, 1996 dalam Zuliayawan 2010

didapatkan dosis respon kuantitatif non-karsinogenik RfC adalah 3 x 10⁻² mg/M³,

Page 42: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

26

di konversi ke dalam satuan (mg/kg/hari) adalah 0,0086 mg/kg/hari. Sedangkan

menurut EPA 1998 dalam Zuliyawan 2010 Dosis-Respon kuantitafi karsinogenik

CSF adalah 2,73E-02 (mg/kg/hari)⁻1.

2.4.5 Karakteristik Risiko

Rahman (2007) menyatakan bahwa Karakteristik risiko kesehatan

dinyatakan sebagai Risk Quotient (RQ, Tingkat Risiko) untuk efek-efek non-

karsinogenik (ATSDR 2005; EPA 1986; IPCS 2004; Kolluru 1996; Louvar and

Louvar 1998) dan Excess Cancer Risk (ECR) untuk efek-efek karsinogenik

(EPA, 2005). RQ dihitung dengan membagi asupan non-karsinogenik (Ink) risk

agent dengan RfD atau RfC-nya menurut persamaan

RQ =

Keterangan :

1. Ink adalah Intake non-kanker dari hasil perhitungan pajanan (mg/kg/hari)

2. RfC adalah dosis atau konsentrasi referensi (mg/M3) dalam perhitungan ini

yang dipergunakan adalah RfC karena pajanan melalui inhalasi

Hasil perhitungan RQ akan diketahui,

a) Jika RQ > 1 maka konsentrasi agen berisiko dapat menimbulkan efek

merugikan kesehatan.

b) Jika RQ ≤ 1 maka konsentrasi agen belum berisiko dapat menimbulkan efek

kesehatan.

Page 43: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

27

Sedangkan Karakteristik risiko kanker diketahui dengan melakukan

perhitungan dengan rumus :

ECR = CSF x Ik

1. Ink = Intake kanker dari hasil perhitungan penilaian pajanan (mg/kg/hari)

2. CSF = Dosis atau konsentrasi referensi (mg/kg/hari)-1

EPA membatasi ECR pada rentang 10-4

sampai dengan 10-6

, ECR dinyatakan

aman apabila <E-4 (1 dalam 10.000) yang dapat diinterpretasikan akan terjadi

penambahan kasus kanker 1 kasus dalam 10.000 populasi (Rahman, 2007).

2.5 Manajemen Risiko

Manajemen Risiko terbagi atas tiga bagian, yaitu Hazard Identification,

Risk Assessmet, dan Risk Control (HIRARC). Manajemen risiko sebenarnya

merupakan pilihan-pilihan yang dilakukan untuk memperkecil risiko dampak

pajanan benzena terhadap kesehatan pekerja. Dengan cara mengubah nilai faktor-

fator pemajanan, sehingga asupan lebih kecil atau sama dengan dosis referensi

toksisitasnya yang pada dasarnya ada dua cara untuk menyamakan intake dengan

RfC, yaitu dengan menurunkan konsentrasi risk agent atau mengurangi waktu

kontak (Rahman, 2007).

Pengendalian terhadap pajanan bahan kimia di lingkungan kerja dapat

dilakukan dalam 3 hal yaitu terhadap sumbernya, media pengantar dan terhadap

manusia yang terpajan (Suma‟mur, 2009 dalam Susilowati 2011),

Page 44: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

28

- Pencegahan terhadap sumbernya

Yaitu dilakukan dengan cara pengontrolan penggunaan bahan berbahaya

seperti benzena di ruang kerja. Hal itu dapat dilakukan dngan isolasi sumber

agar tidak mengeluarkan konsentrasi benzena di ruang kerja dengan „Local

Exhauster’

- Pencegahan Terhadap Transmisi

Pencegahan pada transmisi atau penyalurannya dapat dilakukan dengan cara

memperbanyak ventilasi udara dan alat bantu pertukaran udara di ruang kerja.

- Pencegahan terhadap pekerja

- Pencegahan pada tenaga kerja dapat dilakukan dengan cara menggunakan APD

(Alat pelindung Diri) berupa masker, sarung tangan, dll. Serta pemberian

pembekalan atau informasi mengenai masalah kesehatan dan keselamatan

dalam bekerja.

2.6 Komunikasi Risiko

Hasil dari menajemen risiko harus diketahui oleh semua pihak yang

berkepentingan sehingga memberikan manfaat untuk semua pihak. Pihak

menajemen dan pekerja harus mengetahui dan diberi informasi tentang semua

potensi bahaya yang ada di tempat kerja, sehingga mereka bisa melakukan

pekerjaan atau kegiatannya dengan aman dan sehat (Ramli, 2010).

Page 45: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

29

2.7 Kerangka Teori

Berdasarkan tinjauan kepustakaan mengenai benzena, maka dapat disusun

kerangka teori sebagai berikut:

Sumber : ATDSR (2007), Salim (2012), Zuliyawan (2010)

Absorpsi

Kulit

Antropometri

1. Laju Asupan

2. Berat Badan

Pola Pajanan

3. Frekuensi Pajanan

4. Durasi Pajanan

5. Waktu Pajanan

6. Konsetrasi Dosis

Risiko

Kesehatan

tubuh

Inhalasi

Ingesti

Benzena

Kanker Non Kanker

RfC CSF

Page 46: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

30

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep pada penelitian ini mengacu pada kerangka teori.

Kerangka konsep akan digunakan dalam penelitian ini adalah :

Sumber : ATDSR (2007), Salim (2012), Zuliyawan (2010)

Kanker Non-Kanker

RfC CSF

Pola Pajanan

1. Frekuensi Pajanan

2. Durasi Pajanan

3. Waktu Pajanan

4. Konsetrasi Dosis

Risiko

Kesehatan

tubuh

Antropometri

1 Laju Asupan

2 Berat Badan

30

Page 47: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

No Variable Definisi Alat ukur Cara ukur Satuan Skala

1 Konsentrasi ( C )

benzena di udara

Kandungan benzena di

udara di area SPBU

Portable gas

chromatography

Pengukuran dengan Alat mg/m3

rasio

2 Waktu pajanan

(tE)

Jumlah jam kerja

pajanan benzena

terhadap para karyawan

Nukman et al (2005),

Kep Menaker No.

102/Men/VI/2004

8 jam

Literatur Jam/hari rasio

3 Frekuensi pajanan

(fE)

Jumlah hari karyawan

terpajan benzena

melalui jalur inhalasi

dalam satu tahun

Default US - EPA

350 hari/tahun

Literatur Hari/tahun rasio

4 Durasi pajanan

(Dt)

Lamanya pekerja

terpajan dengan

benzena melalui jalur

inhalasi dalam satu

tahun

Pajanan real time

proyeksi

30 tahun untuk nilai

default residensial

Literature Tahun rasio

5

Inhalation (R) Jumlah udara yang

dihirup pekerja dalam

satu hari

Default US - EPA

0,83 m3/jam

Literatur m3/jam rasio

6 Berat badan (Wb) Penimbangan Timbangan berat badan Dengan menggunakan Kg rasio

3.2 Definisi Istilah

31

Page 48: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

32

timbangan berat badan

7 Periode waktu

rata-rata

Waktu yang dihasilkan

dari perkalian durasi

frekuensi pajanan

dengan durasi pajanan,

untuk non-kanker : 30

tahun, untuk kanker 70

tahun

Proyeksi:

Untuk efek non-kanker

: 30

tahun x 365

hari/tahun

Untuk efek

kanker : 70

tahun x 365

hari/tahun

Literatur Tahun rasio

8 Intake ( I )

Benzena

Jumlah uap benzena di

udara yang masuk ke

dalam tubuh pekerja

melalui jalur inhalasi

per kg berat badan per

hari

Kalkulator Perhitungan

Intake (I) =

Mg/kg/hari rasio

9 Cancer Slope

Factor ( CSF )

Nilai estimasi kanker

yang diturunkan dari

unit risk benzena di

udara, yaitu sebesar 2,2

CSF berdasarkan The

Risk Assessment

Information System

untuk Benzena =

literatur (mg/kg/hari)⁻1 Ordinal

32

Page 49: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

33

x 10 -6 hingga 7,8 x 10

-6 untuk setiap satu

ug/m3 benzena di udara

2.73E-02

(mg/kg/hari)⁻1

10 RfC ( Konsentrasi

referensi

benzena)

Estimasi jumlah

maksimum agen

(bahan kimia) per

kilogram berat

badan dimana

populasi yang

terpajan setiap hari

selama hidupnya

tidak menyebabkan

risiko kesehatan

(IPCS, 2009)

berdasarkan US-EPA

untuk Benzena = 3 x

10-2

mg/M3

, laju asupan 20M3/hari,

70 kg berat badan,

maka didapat RfC

sebesar 0,0086

mg/kg/hari

Literature dan hasil

perhitungan konversi

mg/kg-hari rasio

11 Risiko Nonkanker

(RQ)

Perkiraan besaran

risiko non-kanker yang

menggambarkan

kemungkinan

timbulnya gangguan

kesehatan disebabkan

Kalkulator Perhitungan

RQ =

RQ > 1 berarti

berisiko

RQ ≤1 tidak berisiko

Ordinal

33

Page 50: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

34

pajanan benzena di

udara lingkungan kerja

dihitung dengan

perbandingan antara

intake (non-kanker)

dengan konsentrasi

referensi

12 Risiko Kanker

(ECR)

Perkiraan besar risiko

kanker, dihitung

dengan intake benzena

(kanker) x nilai

estimasi kanker

(Cancer Slope Factor)

Kalkulator

Perhitungan :

ECR = CSF x Ik

Perkiraan jumlah

kasus perpopulasi

Rasio

34

Page 51: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan

pendekatan analisis risiko kesehatan lingkungan. Dilakukan dengan tujuan utama

adalah untuk mengimplementasikan aksi dari manajemen risiko yang dapat

menurunkan risiko yang ada. Pengambilan keputusan dilakukan dengan

mengikuti 3 langkah utama yaitu, penelitian, penilaian risiko dan manajemen

risiko (IPCS 2009 dan Zuliyawan 2010).

Adapun langkah-langkah penilaian risiko sebagai berikut :

a) Identifikasi bahaya (hazard identification) dengan megumpulkan informasi

terkait zat/bahan yang akan diteliti.

b) Analisis Pajanan (exposure assessment), yaitu dengan melihat rute pajanan,

jumlah pajanan, serta durasi dan frekuensi.

c) Analisis efek (dose-response assessment), dengan mengidentifikasi efek

merugikan yang diakibatkan zat/bahan tersebu.

d) Karakteristik risiko (risk characterization), dengan memperkirakan risiko

yang mungkin mucul akibat pajanan.

35

Page 52: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

36

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SPBU yang berada di wilayah Kecamatan

Ciputat dan Kecamatan Ciputat Timur. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli

2012 - Juli 2013, termasuk pengumpulan data primer, pengolahan serta penyajian

data.

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh operator SPBU di Wilayah

Kecamatan Ciputat dan Kecamatan Ciputat Timur. Adapun seluruh populasi

pekerja operator SPBU adalah sebanyak 90 orang yang tersebar dalam lima

SPBU yang bersedia menjadi obyek penelitian.

4.3.2 Sampel

Sampel yaitu pembagian yang diambil dari keselurah objek yang

diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Dari lima SPBU di

Wilayah Ciputat, dipilih kembali SPBU yang akan dilakukan penelitian,

yaitu berdasarkan kriteria lamanya SPBU berdiri, banyaknya kendaraan

yang mengisi BBM di SPBU tersebut serta banyaknya laju kendaraan

yang melintas di SPBU yang akan menjadi tempat penelitian. Sehingga

terpilih 2 SPBU yang akan menjadi tempat penelitian, yaitu SPBU

„X‟dan SPBU ‟Y‟. Masing-masing pada 2 SPBU ini diambil 2 titik

sampel untuk pengukuran kadar benzena di udara tempat kerja. SPBU ini

Page 53: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

37

mempekerjakan pertugas operator SPBU berturut-turut sebanyak 17 dan

26 pekerja. Adapun penentuan sampel pekerja adalah total sampling,

sehingga seluruh pekerja di SPBU tersebut menjadi sampel dalam

penelitian.

4.4 Instrumen Penelitian

1. Kuesioner

Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk memperoleh

informasi dari responden salah satunya berbentuk kuesioner. Kuesioner

merupakan pertanyaan terstruktur yang diisi sendiri oleh responden atau diisi

oleh pewawancara yang membacakan pertanyaan dan kemudian mencatat

jawaban yang berikan oleh responden.

2. Timbangan Berat Badan

Adalat alat ukur yang digunakan untuk mengukur berat badan

responden.

3. Kalkulator

Kalkulator adalah alat penghitung yang digunakan untuk menghitung.

4. Air Sampling Pump

Alat yang digunakan untuk mengukur Benzena di udara area SPBU.

Page 54: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

38

4.5 Metode Pengumpulan Data

Jenis data dalam penelitian ini yaitu data primer, didapatkan melalui

kuesioner dan observasi juga dengan pengukuran benzena di udara tempat kerja

responden. Dalam pengumpuan data, pertama kali peneliti menyebarkan

kuesioner kepada operator mengenai identitas, masa kerja, pemakaian APD.

Setelah selesai mengisi kuesioner, dilakukan pengukuran tentang berat badan

responden. kemudian dilakukan pengukuran kadar benzena di udara tempat kerja

responden.

4.5.1 Bahan dan Cara Kerja

Pengambilan sampling benzena menggunakan mekanisme adsorbs yaitu

kontaminan gas dan uap ditangkap pada permukaan suatu media sorben yang

padat (activated carbon). Udara ditangkap melalui gelas kecil yang didalamnya

berisi padatan sorben (activated carbon). Tabung ini memiliki dua bagian yaitu

bagian depan yang merupakan lapisan utama sorben yang akan menangkap gas

dan uap. Bagian kedua adalah bagian belakang yang merupakan cadangan untuk

menampung kontaminan yang tidak dapat tertampung pada bagian depan.

Perangkat lain yang dibutuhkan dalam sampling benzena adalah

pelindung sample tube, low flow tube holder yang dapat diadjust, selang fleksibel

dan pompa sampling. Alat-alat ini diletakkan di dekat pekerja selama 3 jam

selama dilakukan sampling.

Langkah tahapan pengambilan sampling ini yaitu :

1. Menyiapkan vacuum pump (pompa sampling udara) dan flow meter

Page 55: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

39

2. Menyiapkan carcoal tube dengan kedua ujungnya dilepaskan agar udara

dapat masuk di dalamnya

3. Merangkai carcoal tube pada sampling pump

4. Mengatur kecepatan aliran udara antara 0,01 sampai dengan 0,2 liter/menit.

5. Meletakkan sampling pump pada lokasi pengukuran sampai 3 jam.

6. Setelah selesai, Melepaskan carcoal dari sampling pump dan menutup ujung-

ujung carcoal yang terbuka dengan tutupnya.

Kemudian sampel di bawa ke laboratorium untuk dilakukan analisis

kadar benzena di udara lingkungan kerja.

4.6 Pengolahan data

Untuk memperoleh suatu kesimpulan masalah yang diteliti, maka analisis

data merupakan suatu langkah penting dalam penelitian. Pengolahan data akan

menggunakan metode pendekatan analisis risiko kesehatan lingkungan dimana

membandingkan nilai intake yang didapat dari pekerja dengan nilai konsentrasi

referensi (RƒC) yang aman bagi pajanan benzena untuk efek-efek non-kanker

dan Cancer Slope Factor (CSF) untuk efek-efek kanker.

4.7 Analisis data

4.7.1 Perhitungan nilai intake

Untuk menghitung nilai intake, menggunakan rumus di bawah ini,

Intake (I) =

Page 56: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

40

Dengan asumsi-asumsi yang digunakan yaitu :

1. Kosentrasi (C) agen didapat dari data konsentrasi benzena di udara

(mg/ )

2. Laju Asupan (R) 20 M3

untuk dewasa, berdasarkan US- EPA Default

Exposure Factor dengan efek pajanan bukan kanker atau tidak

menyebabkan kanker.

3. Lama pajanan (tE) diperoleh dari lama kerja karyawan di daerah kerja

berpaparan benzena.

4. Frekuensi Pajanan (fE) 350 hari per tahun berdasarkan US-EPA Default

Exposure Factor dengan efek pajanan bukan kanker atau tidak

menyebabkan kanker hasil penelitian nukman et al (2005) dalam

zuliyawan (2010).

5. Durasi Pajanan (Dt) 30 tahun untuk dewasa, berdasarkan US-EPA

Default Exposure Factor.

6. Berat Badan (Wb), berat badan pekerja berdasarkan pengukuran.

7. Periode waktu rata-rata (tavg) yaitu 365 hari selama 30 tahun untuk

dewasa berdasarkan faktor pajanan non-kanker dan 70 tahun untuk

pajanan kanker.

4.7.2 Perhitungan risiko non-kanker

Untuk menghitung risiko non-kanker menggunakan rumus di bawah ini,

RQ =

Page 57: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

41

Keterangan :

1. Ink adalah Intake non-kanker dari hasil perhitungan pajanan (mg/kg/hari)

2. RfC adalah dosis atau konsentrasi referensi (mg/M3), dalam perhitungan

ini yang dipergunakan adalah RfC karena pajanan melalui inhalasi

Hasil perhitungan RQ akan diketahui,

a. Jika RQ > 1 maka konsentrasi agen berisiko dapat menimbulkan efek

merugikan kesehatan.

b. Jika RQ ≤ 1 maka konsentrasi agen belum berisiko dapat menimbulkan

efek kesehatan.

4.7.3 Perhitungan risiko kanker

Karakteristik risiko kanker diketahui dengan melakukan perhitungan dengan

rumus :

ECR = CSF x Ik

1. Ik = Intake kanker dari hasil perhitungan penilaian pajanan (mg/kg/hari).

2. CSF = Dosis atau konsentrasi referensi (mg/kg/hari)-1

EPA membatasi ECR pada rentang 10-4

sampai dengan 10-6

, ECR

dinyatakan sebagai jumlah penduduk yang terkena efek merugikan yang

dapat berkembang sebagai kanker untuk setiap 10.000, 100.000 atau

1000.000 penduduk (Rahman, 2007).

Page 58: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

42

BAB V

HASIL

5.1 Konsentrasi Benzena di Udara Kerja

Untuk mengetahui konsentrasi pajanan benzena dalam area pernapasan,

dilakukan pengukuran udara di tempat kerja operator SPBU. Dengan pengambilan

sampel udara yang kemudian dianalisis di laboratorium. Pengambilan sampling

udara dilakukan pada Sabtu, 23 Februari 2013 di empat titik, titik 1 dan 2 di SPBU

„X‟ dan titik 3 dan 4 di SPBU „Y‟.

Tabel 5.1

Konsentrasi Benzena di Udara

Sampel Waktu

pengambilan

Hasil NAB

(ppm) (

) (ppm) (

)

Titik 1 7.45 – 10.45 0,23 0,73 0,5 32

Titik 2 10.53 – 13.53 0,18 0,58 0,5 32

Titik 3 14.25 - 17.25 0,18 0,58 0,5 32

Titik 4 17.32 – 20.32 0,18 0,58 0,5 32

Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan di dua SPBU X dan Y di

wilayah ciputat didapat nilai konsentrasi benzena di udara terbesar adalah di titik

satu dengan nilai 0,23 ppm yang dilakukan di pagi hari.

Page 59: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

43

5.2 Nilai intake pajanan benzena

Intake (asupan) dihitung berdasarkan kondisi pajanan realtime dan lifetime.

Analisis pajanan diketahui dari perhitungan intake (asupan) benzena dengan

memasukan nilai variabel yang dibutuhkan dalam perhitungan, memakai rumus,

Intake (I) =

Untuk menghitung intake, diperlukan data-data berkaitan dengan variabel

yang akan digunakan dalam rumus di atas. Dan dari hasil kuesioner yang dibagikan

kepada pekerja operator SPBU didapat data sebagai berikut :

5.2.1 Waktu Pajanan (tE)

Waktu pajanan ditentukan dari berapa lama operator SPBU melayani pembelian

BBM. Berdasarkan dari kuesioner yang dibagikan kepada petugas operator SPBU,

dalam satu hari pekerja operator SPBU memiliki waktu kerja yang sama yaitu 8 jam.

Jadi dapat disimpulkan bahwa waktu pajanan dari petugas operator SPBU adalah 8

jam/hari.

5.2.2 Durasi Pajanan (Dt)

Durasi pajanan dihitung dari berapa lama petugas operator SPBU telah bekerja di

SPBU tersebut. Adapun distribusi durasi kerja pada petugas operator SPBU di

wilayah Ciputat tahun 2012 adalah sebagai berikut,

Page 60: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

44

Tabel 5.2

Distribusi durasi Kerja Petugas Operator SPBU

Variabel Mean Median Minimal Maksimal SD

Lama Kerja

(Bulan)

33 21 3 303 48,97

Dari hasil analisis didapat masa kerja responden minimal 3 bulan dan

maksimal 303 bulan atau 25 tahun 3 bulan. Nilai rata-rata yang didapat adalah 33

bulan dengan standar deviasi 48,97. Adapun data spesifik dari keseluruhan lama

kerja karyawan dapat dilihat pada lampiran 1.

5.2.3 Umur Petugas Operator SPBU

Umur responden dihitung dari tahun kelahiran sampai tahun saat penelitian

dilakukan. Adapun distribusi umur petugas operator di SPBU Wilayah Ciputat tahun

2012 adalah sebagai berikut,

Tabel 5.3

Distribusi Umur Operator SPBU

Variabel Mean Median Minimal Maksimal SD

Umur

(Tahun)

24,5 22 18 54 6,9

Diketahui bahwa rata-rata umur responden adalah 24,5 tahun dengan

standar deviasi 6,9 dan median 22 tahun. Umur minimal responden diketahui

Page 61: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

45

adalah 18 tahun dan maksimal 54 tahun. Adapun distribusi lebih spesifik umur

petugas operator SPBU dapat dilihat pada lampiran 1.

5.2.4 Berat Badan Petugas Operator SPBU (Wb)

Adapun distribusi berat badan petugas operator SPBU di Wilayah Ciputat

tahun 2012 adalah sebagai berikut,

Tabel 5.4

Distribusi Berat Badan Petugas Operator SPBU

Variabel Mean Median Minimal Maksimal SD

Berat Badan

(Kg)

58,14 57 44 83 10,6

Diketahui bahwa berat badan rata-rata responden adalah 58,14 Kg dengan

berat minimal 44 dan berat maksimal 83. Adapun distribusi berat badan operator

SPBU bisa dilihat pada lampiran 1.

5.2.5 Perhitungan Intake

Perhitungan Intake Pajanan non-kanker

Perhitungan Intake Individu sebagai contoh akan dilakukan pada

responden pertama dengan data-data yang dimiliki oleh responden

pertama, antara lain,

Page 62: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

46

Irealtime = 0,73

x 0,83

x 8

x 350

x 3,5 th

50 Kg x 30 th x 365

= 0,01 mg/kg/hr

Ilife time = 0,73

x 0,83

x 8

x 350

x 30 th

50 Kg x 30 th x 365

= 9,3 x 10-2

mg/kg/hr

Pehitungan asupan pajanan non-kanker dihitung pada pajangan realtime

yaitu lama sebenarnya responden bekerja di SPBU dan lifetime 30 tahun yaitu

nilai default durasi untuk pajanan non-kanker.

Nilai konsentrasi (C) adalah nilai konsentrasi pajanan pada responden

pertama, konsentasi pajanan setiap responden dilihat dari posisi pekerja saat

dilakukan pengukuran. Nilai laju inhalasi (R) adalah nilai default laju inhalasi

(20 m3/hari) yang dikonvert kedalam jam, sehingga didapatkan nilai 0,83 m

3/jam.

Waktu/lama pajanan (te) adalah nilai waktu pajanan responden selama 1 hari,

yaitu 8 jam/hari. Nilai ini sama pada semua responden karena lama jam kerja

responden adalah 8 jam dalam 1 shift. Durasi pajanan (Dt) pada masing-masing

responden berbeda tergantung telah berapa lama responden bekerja. Nilai berat

badan (Wb) adalah nilai berat badan masing-masing individu yang pasti berbeda.

Page 63: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

47

Setelah dilakukan perhitungan intake menggunakan rumus, maka intake

pada masing-masing petugas operator SPBU adalah pada tabel di bawah ini,

Tabel 5.5

Distribusi Intake (Asupan) efek non-kanker berdasarkan pajanan Benzena

realtime dan lifetime pada Petugas Operator SPBU

No Responden Realtime

(mg/Kg/hari)

Lifetime

(mg/kg/hari)

1 1*

0,01 9,3x10-2

2 2**

3x10-3

7,38x10-2

3 3*

8,8x10-4

8,01x10-2

4 4*

6,46x10-4

7,75x10-2

5 5*

7,37x10-3

9,5x10-2

6 6**

7,3x10-3

8,2x10-2

7 7**

1,4x10-3

8,4x10-2

8 8*

9,6x10-3

0,1

9 9*

5,78x10-4

6,94x10-2

10 10*

5,75x10-3

0,1

11 11*

4,7x10-4

5,6x10-2

12 12*

9,65x10-4

8,77x10-2

13 13*

4,34x10-3

6,2x10-2

14 14**

3,85x10-3

6,6x10-2

15 15*

7,58x10-3

0,1

16 16*

2,84x10-3

7,75x10-2

17 17***

6,84x10-4

8,21x10-2

18 18***

4,88x10-3

4,62x10-2

19 19***

6,99x10-3

8,39x10-2

20 20***

0,01 6,15x10-2

21 21***

3,96x10-3

5,28x10-2

Page 64: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

48

Ket: posisi bekerja *titik1, **titik2, ***titik3, ****titik4

Perhitungan Intake pada Pajanan Kanker

Untuk menghitung intake pajanan kanker tidak jauh berbeda dengan

intake pada pajanan non-kanker, hanya yang membedakan adalah nilai

22 22***

7,28x10-4

5,2x10-2

23 23***

4,45x10-3

6,15x10-2

24 24****

7,58x10-3

7,39x10-4

25 25****

2,5x10-3

5,28x10-2

26 26****

1,26x10-3

7,54x10-2

27 27***

3,96x10-3

5,28x10-2

28 28***

6,65x10-3

7,39x10-2

29 29***

2,37x10-3

5,68x10-2

30 30****

0,02 6,16x10-2

31 31***

1,98x10-3

5,5x10-2

32 32****

5,33x10-3

7,69x10-2

33 33****

5,7x10-2

6,84x10-2

34 34****

2,8x10-2

7,39x10-2

35 35****

8,13x10-4

5,86x10-2

36 36****

2,2x10-3

5,28x10-2

37 37****

2,62x10-3

6,7x10-2

38 38***

1,1x10-2

4,99x10-2

39 39***

9,47x10-3

5,68x10-2

40 40****

9,07x10-4

6,48x10-2

41 41***

1,12x10-3

6,71x10-2

42 42****

4,45x10-3

7,86x10-2

43 43***

1,6x10-2

5,35x10-2

Page 65: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

49

periode waktu rata-rata (tavg) menggunakan nilai default dari US-EPA

Standard Default Exposure Factors (1991) sebesar 70 thn x 365

Irealtime = 0,73

x 0,83

x 8

x 350

x 3,5 th

50 Kg x 70 th x 365

= 4,6 x 10-3

mg/kg/hr

Ilife time = 0,73

x 0,83

x 8

x 350

x 30 th

50 Kg x 70 th x 365

= 3,98 x 10-2

mg/kg/hr

Adapun hasil dari perhitungan intake pada semua responden dapat

dilihat pada tabel di bawah ini,

Tabel 5.6

Distribusi Intake (Asupan) berdasarkan pajanan Benzena

realtime dan lifetime pada Petugas Operator SPBU

No Responden Realtime

(mg/Kg/hari)

Lifetime

(mg/kg/hari)

1 1*

4,6x10-3

3,98x10-2

2 2**

1,32x10-3

3,2x10-2

3 3*

3,78x10-4

3,43x10-2

4 4*

2,77x10-4

3,32x10-2

5 5*

3,16x10-3

4,06x10-2

6 6**

3,13x10-3

3,52x10-2

7 7**

5,9x10-4

3,6x10-2

8 8*

4,12x10-3

4,33x10-2

Page 66: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

50

9 9*

2,48x10-4

2,97x10-2

10 10*

2,46x10-3

4,43x10-2

11 11*

2x10-4

2,4x10-2

12 12*

4,13x10-4

3,76x10-2

13 13*

1,86x10-3

2,66x10-2

14 14**

1,65x10-3

2,83x10-2

15 15*

3,25x10-3

4,33x10-2

16 16*

1,22x10-3

3,32x10-2

17 17***

2,93x10-4

3,52x10-2

18 18***

2,09x10-3

1,98x10-2

19 19***

2,99x10-3

3,6x10-2

20 20***

4,62x10-3

2,64x10-2

21 21***

1,7x10-3

2,26x10-2

22 22***

3,12x10-4

2,23x10-2

23 23***

1,91x10-3

2,64x10-2

24 24****

3,25x10-3

3,16x10-2

25 25****

1,07x10-3

2,26x10-2

26 26****

5,38x10-4

3,23x10-2

27 27***

1,7x10-3

2,26x10-2

28 28***

2,85x10-3

3,16x10-2

29 29***

1,01x10-3

2,43x10-2

30 30****

7,18x10-3

2,64x10-2

31 31***

8,5x10-4

2,36x10-2

32 32****

2,3x10-3

3,3x10-2

33 33****

2,4x10-2

2,93x10-2

34 34****

1,2x10-2

3,17x10-2

35 35****

3,48x10-4

2,51x10-2

36 36****

9,42x10-4

2,26x10-2

37 37****

1,12x10-3

2,88x10-2

Page 67: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

51

Ket: posisi bekerja *titik1, **titik2, ***titik3, ****titik4

5.3 Karakteristik Risiko

5.3.1 Perhitungan Risk Quotient (RQ) pada Individu Pekerja untuk pajanan

non-kanker

Diketahuinya Karakteristik risiko untuk efek non-kanker adalah dengan

membagi nilai intake dengan RfD atau RfC,

Risk Quotient RQ =

Dalam penelitian ini menggunakan dosis referensi untuk inhalasi sehingga

menggunakan nilai RfC (Reference Concentration). Nilai RfC yang digunakan

adalah yang ditetapkan oleh IRIS dari US-EPA yaitu sebesar 3x10-2

mg/m3. Nilai

RfC ini harus di konversi sehingga memiliki satuan mg/kg/hr. nilai konversi didapat

dari penelitian yang dilakukan Rothman et al (US-EPA, 2002) yang menggunakan

nilai default dari US-EPA yaitu Berat badan (Wb) adalah 70 kg dan Laju Inhalasi

(R) adalah 20 m3/hari. Maka,

38 38***

4,78x10-3

2,14x10-2

39 39***

4,06x10-3

2,4x10-2

40 40****

3,89x10-4

2,78x10-2

41 41***

4,8x10-4

2,88x10-2

42 42****

1,91x10-3

3,37x10-2

43 43***

6,7x10-3

2,29x10-2

Page 68: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

52

RfC = 0,03

x 20

x

= 0,0086 mg/kg/hr

Dari hasil RQ dilihat dengan cara,

a. Jika RQ > 1 maka konsentrasi agen berisiko dapat menimbulkan efek merugikan

kesehatan.

b. Jika RQ ≤ 1 maka konsentrasi agen belum berisiko dapat menimbulkan efek

kesehatan.

Perhitungan Risk Quotient (RQ) pada individu pekerja untuk pajanan

nonkanker pada responden pertama adalah sebagai berikut,

RQrealtime =

= 11,6

RQlifetime =

= 10,8

Didapati pada responden pertama RQ pada pajanan realtime adalah 11,6 dan

pajanan lifetime adalah 10,8 (RQ > 1), ini menunjukan bahwa seluruh durasi pajanan

memiliki risiko non-kanker. Adapun hasil dari perhitungan RQ pada semua

responden dapat dilihat pada tabel di bawah ini,

Page 69: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

53

Tabel 5.7

Distribusi Risk Quotient berdasarkan Pajanan Benzena realtime

dan lifetime pada Petugas Operator SPBU

No Responden Realtime Tingkat

Risiko

Lifetime Tingkat

Risiko

1 1*

11,6 Berisiko 10,8 Berisiko

2 2**

0,35 Blm Berisiko 8,6 Berisiko

3 3*

0,1 Blm Berisiko 9,3 Berisiko

4 4*

0,075 Blm Berisiko 9 Berisiko

5 5*

0,86 Blm Berisiko 11 Berisiko

6 6**

0,85 Blm Berisiko 9,5 Berisiko

7 7**

0,16 Blm Berisiko 9,7 Berisiko

8 8*

1,12 Berisiko 11,6 Berisiko

9 9*

0,07 Blm Berisiko 8 Berisiko

10 10*

0,67 Blm Berisiko 11,6 Berisiko

11 11*

0,05 Blm Berisiko 6,5 Berisiko

12 12*

0,11 Blm Berisiko 10,2 Berisiko

13 13*

0,5 Blm Berisiko 7,2 Berisiko

14 14**

0,45 Blm Berisiko 7,7 Berisiko

15 15*

0,88 Blm Berisiko 11,6 Berisiko

16 16*

0,33 Blm Berisiko 8,7 Berisiko

17 17***

0,0795 Blm Berisiko 9,5 Berisiko

18 18***

0,57 Blm Berisiko 5,4 Berisiko

19 19***

0,8 Blm Berisiko 9,8 Berisiko

20 20***

1,16 Berisiko 7,1 Berisiko

21 21***

0,46 Blm Berisiko 6,1 Berisiko

22 22***

0,085 Blm Berisiko 6 Berisiko

23 23***

0,52 Blm Berisiko 0,71 Blm Berisiko

24 24****

0,88 Blm Berisiko 8,6 Berisiko

Page 70: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

54

25 25****

0,29 Blm Berisiko 6,1 Berisiko

26 26****

0,15 Blm Berisiko 8,8 Berisiko

27 27***

0,46 Blm Berisiko 6,1 Berisiko

28 28***

0,77 Blm Berisiko 8,6 Berisiko

29 29***

0,28 Blm Berisiko 6,6 Berisiko

30 30****

2,33 Berisiko 7,2 Berisiko

31 31***

0,23 Blm Berisiko 6,4 Berisiko

32 32****

0,62 Blm Berisiko 8,9 Berisiko

33 33****

6,63 Berisiko 7,9 Berisiko

34 34****

3,26 Berisiko 8,6 Berisiko

35 35****

0,094 Blm Berisiko 6,8 Berisiko

36 36****

0,26 Blm Berisiko 6,1 Berisiko

37 37****

0,3 Blm Berisiko 7,8 Berisiko

38 38***

1,28 Berisiko 5,8 Berisiko

39 39***

1,1 Berisiko 6,6 Berisiko

40 40****

0,1 Blm Berisiko 7,5 Berisiko

41 41***

0,13 Blm Berisiko 7,8 Berisiko

42 42****

0,52 Blm Berisiko 9 Berisiko

43 43***

1,86 Berisiko 6,2 Berisiko

Ket: posisi bekerja *titik1, **titik2, ***titik3, ****titik4

Page 71: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

55

Tabel 5.8

Distribusi Risk Quotient realtime dan lifetime

Berdasarkan Perhitungan Individu Pada Operator SPBU

Risk

Quotient

Jumlah TOTAL

Orang Presentase

RQ

Realtime

RQ≤1 34 79

RQ>1 9 21 43

RQ

Lifetime

RQ≤1 1 2

RQ>1 42 98 43

Diketahui bahwa durasi pajanan berisiko non kanker terbanyak

terdapat pada pekerja dengan pajanan life time, dimana terdapat 98% pekerja

berisiko. Sedangkan untuk realtime adalah 21%.

5.3.2 Perhitungan Risiko Kanker (ECR) Individu Pekerja pada pajanan yang

mengakibatkan kanker

Perhitungan risiko kanker ini akan dihitung pada masing-masing individu

dan dihitung dari berapa lama pajanan sepanjang hayat (lifetime) selama 70

tahun (Louvar & Louvar, 1998) dan nilai CSF (Cancer Slope Factor). Nilai

CSF ini dapat ditentukan dari nilai unit risiko benzena melalui inhalasi yang

sudah ditetapkan oleh The Risk Assessment Information System untuk

Benzena yaitu 2,73 x 10-2

. Perhitungan ini menggunakan rumus,

ECR = CSF x Ik

Setelah didapatkan nilai ECR, maka asumsi yang digunakan adalah

sebagai berikut :

Page 72: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

56

a. Jika ECR < 10-4

, maka konsentrasi paparan benzena belum berisiko

menimbulkan efek kesehatan karsinogenik

b. Jika ECR ≥ 10-4

, maka konsentrasi paparan benzena sudah dapat berisiko

efek kesehatan karsinogenik.

Perhitungan pada responden pertama adalah sebagai berikut,

ECRrealtime = 0,0273 x 4,6 x 10-3

= 1,26 x 10-4

ECRlifetime = 0,0273 x 3,98 x 10-2

= 1,09 x 10-3

Adapun hasil dari perhitungan ECR pada semua responden dapat

dilihat pada tabel di bawah ini,

Tabel 5.9

Distribusi Excess Cancer Risk Realtime dan Lifetime

Berdasarkan Perhitungan Individu Pada Petugas Operator SPBU

No Responden Realtime Tingkat

Risiko

Lifetime Tingkat

Risiko

1 1*

1,26 x 10-4

Berisiko 1,09 x 10-3

Berisiko

2 2**

3,6 x 10-5

Blm Berisiko 8,7 x 10-4

Berisiko

3 3*

1,3 x 10-5

Blm Berisiko 9,36 x 10-4

Berisiko

4 4*

7,6 x 10-6

Blm Berisiko 9,06 x 10-4

Berisiko

5 5*

8,63 x 10-5

Blm Berisiko 1,11 x 10-3

Berisiko

6 6**

8,5 x 10-5

Blm Berisiko 9,61 x 10-4

Berisiko

7 7**

1,64 x 10-5

Blm Berisiko 9,8 x 10-4

Berisiko

8 8*

1,12 x 10-4

Berisiko 1,2 x 10-3

Berisiko

9 9*

6,8 x 10-6

Blm Berisiko 8,1 x 10-4

Berisiko

10 10*

6,72 x 10-5

Blm Berisiko 1,2 x 10-3

Berisiko

11 11*

5,6 x 10-6

Blm Berisiko 6,5 x 10-4

Berisiko

12 12*

1,13 x 10-5

Blm Berisiko 1,03 x 10-4

Berisiko

13 13*

5,1 x 10-5

Blm Berisiko 7,25 x 10-4

Berisiko

Page 73: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

57

14 14**

4,5 x 10-5

Blm Berisiko 7,7 x 10-4

Berisiko

15 15*

8,9 x 10-5

Blm Berisiko 1,2 x 10-3

Berisiko

16 16*

3,3 x 10-5

Blm Berisiko 9,1 x 10-4

Berisiko

17 17***

8 x 10-6

Blm Berisiko 9,6 x 10-4

Berisiko

18 18***

5,7 x 10-5

Blm Berisiko 5,4 x 10-4

Berisiko

19 19***

8,2 x 10-5

Blm Berisiko 9,8 x 10-4

Berisiko

20 20***

1,3 x 10-4

Berisiko 7,2 x 10-4

Berisiko

21 21***

4,6 x 10-5

Blm Berisiko 6,2 x 10-4

Berisiko

22 22***

8,5 x 10-5

Blm Berisiko 6,1 x 10-4

Berisiko

23 23***

5,2 x 10-5

Blm Berisiko 7,2 x 10-4

Berisiko

24 24****

8,9 x 10-5

Blm Berisiko 8,6 x 10-4

Berisiko

25 25****

2,9 x 10-5

Blm Berisiko 6,2 x 10-4

Berisiko

26 26****

1,5 x 10-5

Blm Berisiko 8,8 x 10-4

Berisiko

27 27***

4,6 x 10-5

Blm Berisiko 6,2 x 10-4

Berisiko

28 28***

7,8 x 10-5

Blm Berisiko 8,63 x 10-4

Berisiko

29 29***

2,76 x 10-5

Blm Berisiko 6,6 x 10-4

Berisiko

30 30****

1,96 x 10-4

Berisiko 7,2 x 10-4

Berisiko

31 31***

2,3 x 10-5

Blm Berisiko 6,4 x 10-4

Berisiko

32 32****

6,3 x 10-5

Blm Berisiko 9 x 10-4

Berisiko

33 33****

6,5 x 10-4

Berisiko 8 x 10-4

Berisiko

34 34****

3,3 x 10-4

Berisiko 8,6 x 10-4

Berisiko

35 35****

9,5 x 10-6

Blm Berisiko 6,8 x 10-4

Berisiko

36 36****

2,6 x 10-5

Blm Berisiko 6,2 x 10-4

Berisiko

37 37****

3,1 x 10-5

Blm Berisiko 7,9 x 10-4

Berisiko

38 38***

1,3 x 10-4

Berisiko 5,8 x 10-4

Berisiko

39 39***

1,1 x 10-4

Berisiko 6,5 x 10-4

Berisiko

40 40****

1,06 x 10-5

Blm Berisiko 7,6 x 10-4

Berisiko

41 41***

1,3 x 10-5

Blm Berisiko 7,8 x 10-4

Berisiko

42 42****

5,2 x 10-5

Blm Berisiko 9,2 x 10-4

Berisiko

Page 74: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

58

43 43***

1,8 x 10-4

Berisiko 6,2 x 10-4

Berisiko

Ket: posisi bekerja *titik1, **titik2, ***titik3, ****titik4

Tabel 5.10

Distribusi Excess Cancer Risk realtime dan lifetime Berdasarkan

Perhitungan Individu Pada Petugas Operator SPBU

Risk

Quotient

Jumlah TOTAL

Orang Presentase

ECR

Realtime

<10-4

34 79

≥10-4

9 21 43

ECR

Lifetime

<10-4

0 0

≥10-4

43 100 43

Dari data di atas telihat bahwa risiko kesehatan kanker 100% terdapat pada

pajanan lifetime.

5.4 Estimasi Risiko Kesehatan Petugas Operator SPBU terhadap Pajanan Benzena

Estimasi risiko kesehatan pekerja adalah perhitungan risiko populasi terhadap

pajanan benzena yang dilakukan pada durasi pajanan realtime dan lifetime. Yang

membedakan perhitungan populasi dengan individu adalah nilai variabel yang

digunakan pada perhitungan ini merupakan nilai-nilai yang mewakili nilai tiap-tiap

variabel pada populasi.

Nilai konsentrasi (C) adalah nilai konsentrasi pajanan benzena yang

mewakili nilai pajanan pada populasi pekerja, yaitu 0,58 mg/m³ yang didapat dari

perhitungan data yang didapat dengan melihat kenormalan data. Nilai laju inhalasi

Page 75: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

59

(R) yang digunakan sama seperti pada perhitungan individu, yaitu nilai default laju

inhalasi (20 m3/hari) yang dikonvert kedalam jam, sehingga didapatkan nilai 0,83

m3/jam. Waktu per lama pajanan (tE) adalah nilai waktu pajanan responden selama 1

hari, yaitu 8 jam/hari. Nilai ini sama pada semua responden karena lama jam kerja

responden adalah 8 jam dalam 1 shift.

Variabel frekuensi pajanan (fE) adalah jumlah hari kerja responden satu

tahun, variabel ini menggunakan data default US – EPA yaitu 350 hari/tahun. Untuk

Durasi pajanan (Dt) pada masing-masing responden berbeda tergantung dari berapa

lama responden telah bekerja untuk pajanan realtime. Nilai durasi pajanan pada

petugas operator SPBU berdistribusi tidak normal sehingga menggunakan nilai

median yaitu 21 bulan atau 1,75 tahun.

Pajanan lifetime digunakan nilai default (30 tahun untuk non-kanker dan 70

tahun untuk kanker). Nilai berat badan (Wb) yang dimasukkan pada perhitungan

analisis risiko populasi adalah nilai berat badan dari distribusi data yang dianggap

mewakili populasi, karena data berdistribusi tidak normal maka menggunakan nilai

median yaitu 57 kg.

5.4.1 Estimasi Risiko Populasi terhadap Efek Kesehatan non-kanker

Setelah didapat nilai variabel yang mewakili populasi petugas operator

SPBU, kemudian dihitung nilai intake dengan menggunakan rumus untuk efek

kesehatan non-kanker

Page 76: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

60

Irealtime = 0,58

x 0,83

x 8

x 350

x 1,75 th

57 Kg x 30 th x 365

= 3,8 x 10-3

mg/kg/hr

Ilifetime = 0,58

x 0,83

x 8

x 350

x 30 th

57 Kg x 30 th x 365

= 6,5 x 10-2

mg/kg/hr

Berdasarkan perhitungan diatas didapat intake pajanan realtime adalah 3,8 x

10-3

mg/kg/hr, sedangkan intake pada pajanan lifetime adalah 6,5 x 10-2

mg/kg/hr.

Kemudian dilanjutkan dengan Perhitungan Risk Quotient seperti di bawah ini,

RQrealtime =

= 0,44

RQlifetime =

= 7,6

Didapat nilai estimasi risiko non-kanker (RQ) pada populasi operator SPBU

yang terpajan benzena ntuk pajanan realtime dan lifetime berturut-turut adalah 0,44

dan 7,6. Dari nilai tersebut, diketahui bahwa petugas operator SPBU berisiko terkena

efek non-kanker pada durasi pajanan lifetime.

Page 77: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

61

5.4.2 Estimasi Risiko Populasi terhadap Efek Kesehatan kanker

Dari nilai variabel yang didapat yang mewakili populasi petugas operator

SPBU, kemudian dihitung nilai intake dengan menggunakan rumus untuk efek

kesehatan kanker seperti berikut,

Irealtime = 0,58

x 0,83

x 8

x 350

x 1,75 th

57 Kg x 70 th x 365

= 1,6 x 10

-3 mg/kg/hr

Ilife time = 0,58

x 0,83

x 8

x 350

x 30 th

57 Kg x 70 th x 365

= 2,8 x 10-2

mg/kg/hr

Didapati bahwa nilai intake populasi operator SPBU pada pajanan realtime

dan lifetime berturut-turut adalah 1,6 x 10-3

mg/kg/hr dan 2,8 x 10-2

mg/kg/hr.

Sedangkan untuk perhitungan risiko efek kanker adalah sebagai berikut :

ECRrealtime = 0,0273 x 1,6 x 10-3

= 4,4 x 10-5

ECRlifetime = 0,0273 x 2,8 x 10-2

= 7,6 x 10-4

nilai estimasi risiko kanker (ECR) pada populasi pekerja operator SPBU yang

terpajan benzena untuk pajanan realtime dan lifetime berturut-turut adalah 4,4 x 10-5

dan 7,6 x 10-4

. Dari hasil perhitungan ini, pajanan lifetime sudah dapat berisiko efek

kesehatan karsinogenik.

Page 78: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

62

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan studi analisis risiko kesehatan lingkungan

yaitu menghasilkan suatu nilai prediktif mengenai risiko kesehatan dari pajanan agen

lingkungan tertentu, sehingga tidak menutup kemungkinan terjadinya kesalahan pada

perkiraan risiko. Pada penelitian ini peneliti hanya mengukur benzena di lingkungan

kerja saja dan tidak mengukur di luar lingkungan kerja. Pengukuran hanya dilakukan

satu kali pada setiap titik sehingga kurang mewakili besarnya konsentrasi benzena

selama bekerja.

6.2 Konsentrasi Benzena di Udara Kerja

Dibandingkan dengan nilai ambang batas (NAB) yang ditentukan oleh

ACGIH, NIOSH dan OSHA (0,5 ppm, 0,1 ppm dan 1 ppm). Konsentrasi benzena di

udara melebihi NAB yang ditentukan oleh NIOSH, namun nilai ambang batas ini

diperuntukkan untuk pekerja yang bekerja 10 jam perhari, sedangkan petugas

operator SPBU di Indonesia hanya bekerja 8 jam perhari. Hal ini tetap menjadi risiko

bagi pertugas operator SPBU mengingat akumulasi paparan dari benzena yang tidak

hanya terpapar di area kerja. Konsentrasi ini pun jauh lebih tinggi dibandingkan

dengan hasil penelitian di SPBU Pancoran depok yaitu sebesar 0,02 ppm (Salim,

2012).

62

Page 79: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

63

Apabila dibandingkan dengan nilai ambang batas benzena yang ada di

Indonesia berdasarkan SE 01/Menaker/1997 maka empat titik ini masih jauh

dibawah nilai ambang batas sebesar 32 mg/m3. Sedangkan IRIS menetapkan

keputusan bahwa batas konsentrasi benzena yang diizinkan adalah sebesar 0,003

mg/m3

karena benzena terbukti menyebabkan kanker pada manusia. Tentunya hal ini

menunjukkan NAB di Indonesia masih jauh dari nilai aman bagi kesehatan, dimana

jika membandingkan nilai benzena pada empat titik di SPBU yang telah dilakukan

penelitian, keempat titik ini memiliki nilai benzena yang melebihi NAB yang telah

ditetapkan IRIS.

Terdapat beberapa sumber pajanan Benzena potensial pada SPBU „X‟ dan

„Y‟ di Ciputat , diantaranya sumber pajanan tetap dan sumber tidak tetap. Sumber

pajanan tetap adalah diantaranya adalah penyimpanan BBM bawah tanah untuk

Premium, Pertamax dan Solar, mesin pompa bahan bakar dan mesin pompa untuk

Solar. Sedangkan sumber tidak tetap adalah yang berasal dari pembakaran kendaraan

bermotor yang mengantri untuk membeli bahan bakar minyak di SPBU tersebut.

Konsentrasi pajanan benzena tertinggi terdapat pada SPBU X pada titik

pertama yang dilakukan pada pagi hari yaitu sebesar 0,23 ppm atau 0,73 mg/m3,

sedangkan pada titik lainnya nilai konsentrasi benzenanya cenderung sama yaitu

0,18 ppm atau 0,58 mg/m3 . Hal ini sangat dimungkinkan berkaitan dengan waktu

pengukuran dimana pada waktu itu frekuensi pengisian BBM lebih banyak dari

waktu lainnya. Selian itu, pada titik satu terdapat tiga tiang pengisian BBM yang

Page 80: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

64

saling berdekatan. Sedangkan pada titik lainnya hanya terdapat dua tiang pengisi

BBM pada titik dua, tiga dan empat.

Selain itu, ventilasi udara mempengaruhi konsentrasi benzena. Ventilasi

udara merupakan suatu yang harus tersedia di lokasi tempat manusia melakukan

aktivitasnya. Pada SPBU X terdapat nilai benzena lebih tinggi, meski sama di ruang

terbuka, SPBU X berada di lahan yang tidak seluas SPBU Y, selain itu terdapat

kanopi-kanopi rapat yang melindungi SPBU X sehingga pertukaran udara di SPBU

X ini cenderung sedikit di banding SPBU Y.

6.3 Nilai Intake Pajanan Benzena

Pada penelitian ini nilai intake dihitung dengan membedakan durasi pajanan,

yaitu durasi untuk pajanan realtime (Perhitungan berdasarkan durasi pajanan

sebenarnya) dan pajanan lifetime (durasi pajanan seumur hidup). Besarnya nilai

intake berbanding lurus dengan nilai konsentrasi bahan kimia, laju asupan, frekuensi

pajanan dan durasi pajanan, yang dapat diartikan semakin besar nilai tersebut maka

akan semakin besar asupan seseorang. Asupan berbanding terbalik dengan nilai berat

badan dan periode waktu rata-rata, yaitu semakin besar berat badan maka akan

semakin kecil risiko kesehatan.

Dalam perhitungan ini, untuk pajanan non-karsinogenik digunakan periode

waktu rata-rata selama 30 tahun untuk orang dewasa, sedangkan pada karsinogenik

selama 70 tahun. Nilai risiko (RQ) pajanan non-karsinogenik dengan paparan

inhalasi diperhitungkan setelah diketuahi nilai RfC, sedangkan karsinogenik

Page 81: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

65

diperhitungkan setelah diketahui nilai CSF. Dari perhitungan didapatkan hasil nilai

intake (non-karsinogenik) realtime dan lifetime secara berturut-turut pada populasi

karyawan operator SPBU adalah 3,8 x 10-3

mg/kg/hr ; 6,5 x 10-2

mg/kg/hr.

Sedangkan nilai intake (Karsinogenik) realtime dan lifetime secara berturut-turut

adalah sebesar 1,6 x 10-3

mg/kg/hr dan 2,8 x 10-2

mg/kg/hr.

Pada penelitian ini, nilai berat badan tidak terlalu spesifik menggambarkan

perbedaan nilai intake dari pajanan benzena, namun yang sangat mempengaruhi

intake di sini adalah durasi pajanan, terlihat dari hasil perhitungan bahwa semakin

lama karyawan bekerja maka nilai intake akan semakin besar sehingga risiko untuk

mendapatkan efek yang merugikan kesehatan akan semakin tinggi pula.

Benzena memiliki sifat mudah menguap ke udara bebas sehingga apabila

suatu sumber pajanan dibiarkan secara terus menerus terbuka di suatu tempat maka

semakin besar konsentrasi benzena yang ada di suatu lingkungan kerja (Fessenden,

1991 dalam Susilowati, 2011), sehingga posisi bekerja operator SPBU pun

mempengaruhi paparan benzena, berdasarkan hasil observasi terlihat bahwa petugas

operator SPBU cenderung menghadap kepada tangki kendaraan saat pengisian dan

berdiri statis, hal ini memungkinkan benzena yang menguap langsung terhirup oleh

petugas operator SPBU. Selain itu tidak ada karyawan di SPBU yang memakai APD

seperti masker, hal ini pun mendukung tingginya paparan benzena pada petugas

operator SPBU, padahal menurut penelitian Tunsaringkarn et al (2012) penggunaan

masker dan mencuci tangan saat bekerja dapat mereduksi 99,7 % paparan benzena.

Page 82: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

66

6.4 Karakteristik Risiko

Berdasarkan dari perhitungan didapatkan perkerja yang memiliki risiko

kesehatan dan pekerja yang belum memiliki risiko kesehatan, hal ini dipengaruhi

oleh besarnya intake yang masuk ke dalam tubuh. Dari hasil perhitungan efek non-

karsinogenik, didapat nilai RQ dari seluruh responden yaitu pada pajanan realtime

terdapat 9 orang (21%) dengan nilai RQ>1, sedangkan pada pajanan lifetime terdapat

42 orang (98%) dengan nilai RQ>1. Dapat disimpulkan bahwa semakin

bertambahnya durasi pajanan, responden semakin tinggi memiliki risiko efek non-

kanker.

Menurut ATSDR (2007) Efek pajanan akut benzena dengan konsentrasi

tinggi dapat segera terjadi pada sistem syaraf, kulit, sistem pernapasan dan

pencernaan. Yang pertama muncul di pusat sistem saraf adalah efek neurologis.

Reaksi anestesi benzena di pusat sistem saraf mirip dengan gas anestesi lain, pertama

merangsang eksitasi diikuti oleh depresi dan jika pajanan terus terjadi, kematian

dapat terjadi karena kegagalan pernapasan.

Pada hasil perhitungan efek karsinogenik, didapat nilai ECR seluruh

responden yaitu pada pajanan realtime terdapat 9 orang (21%) nilai ECR ≥ 10-4

dan

pada pajanan lifetime terdapat 43 orang (100%) nilai ECR ≥ 10-4

.

Sebenarnya tidak ada batas terendah yang aman terhadap pajanan senyawa

kimia ini untuk mendapatkan risiko leukemia pada semua tingkat pajanan, benzena

ditetapkan karsinogen pada manusia untuk semua rute pajanan. WHO memberikan

peringatan bahwa setiap pajanan benzena setingkat 1µg/M3 akan menambah 4-8

kasus leukemia per sejuta populasi selama masa hidup (Larbey, 1994 dalam Salim

Page 83: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

67

2012). US-EPA, IARC, dan Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan

Amerika Serikat telah menyimpulkan bahwa benzena adalah karsinogen terhadap

manusia. EPA mengklasifikasikan benzena dalam kategori A (terbukti karsinogen

pada manusia) berdasarkan bukti yang meyakinkan pada manusia dan didukung

studi terhadap hewan, sedangkan IARC mengklasifikasikan benzena di Grup 1

(Karsinogenik pada manusia).

Selain itu terdapat 77 % petugas operator SPBU yang merokok, hal ini dapat

meningkatkan risiko kesehatan efek benzena. Asap rokok merupakan sumber

penting dari benzena di udara, terutama di dalam ruangan, dan tingkat rata-rata

memiliki benzena telah ditemukan lebih tinggi di rumah perokok (10,5 μg/m3)

dibandingkan dengan bukan perokok (7 μg/m3) di Amerika Serikat. Merokok dapat

menambahkan sebanyak 1800 mg / hari dan pasif merokok 50 mg / hari (WHO-

europ, 2000).

6.5 Estimasi Risiko Kesehatan Petugas Operator SPBU terhadap Pajanan Benzena

Dalam hasil estimasi risiko dapat disimpulkan bahwa estimasi risiko efek

kanker maupun non-kanker, hanya pada pajanan lifetime yang memiliki risiko. Dan

ini masih diperlukan langkah manajemen risiko lebih lanjut untuk meminimalisir

risiko yang akan timbul.

Pada prinsipnya dalam analisis risiko kesehatan lingkungan harus dilakukan

dalam bentuk pengelolaan risiko jika nilai RQ>1 dan ECR≥10-4

. Manajemen risiko

Page 84: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

68

yang dilakukan dapat berupa menurunkan konsentrasi pajanan (C), mengurangi

waktu kontak diantaranya mengurangi lama pajanan (te), mengurangi frekuensi

pajanan (fe) dan mengurangi durasi pajanan (dt).

Konsentrasi pajanan benzena terhadap petugas operator SPBU tergantung

pada kandungan benzena dalam bahan bakar minyak yang dipengaruhi oleh kondisi

pencemaran benzena di udara ambient di lingkungan kerja. Sedangkan untuk

variabel waktu berhubungan dengan ketentuan/peraturan kerja yang ada dan telah

disepakati oleh karyawan dengan manajemen SPBU, tentunya peraturan ini mengacu

kepada peraturan ketenagakerjaan.

OHSAS 18001 (2007) memberikan pedoman pengendalian spesifik untuk

bahaya K3 dengan pendekatan eliminasi, substitusi, pendekatan teknis, pengendalian

administrasi, dan penggunaan alat pelinding diri (APD). Untuk pendekatan

eliminasi, substitusi sulit dilakukan dikarenakan sumber pajanan benzena di SPBU

ini berasal dari sumber tetap dan tidak tetap, juga dari sumber tersebut berada di

outdoor. Sedangkan untuk pendekatan teknis ini sudah ada peraturan yang mengatur

untuk sumber tidak tetap, yaitu peraturan mematikan mesin kendaraan bermotor saat

mengisi BBM, namun peraturan ini belum terlalu diindahkan oleh konsumen,

sehingga perlu ketegasan dan penegakan peraturan ini. Perlu juga dilakukan

penyuluhan tentang posisi aman saat melayani konsumen agar petugas operator tidak

terlalu terpapar benzena dan pentingnya perilaku hygiene saat bekerja.

Page 85: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

69

Mengenai perilaku hygiene ini pun Allah telah menegaskan dalam surat al-

baqarah ayat 222. Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang

yang bertaubat dang menyukai orang-orang yang mensucikan diri”. Mensucikan diri

di sini selain mensucikan rohani juga dapat diartikan mensucikan jasmani. Karena

sebelum melakukan ibadah diharuskan untuk berwudhu atau mensucikan jasmani,

tentunya ini mendukung operator SPBU untuk juga mencuci tangan atau

membersihkan anggota badannya saat selesai bekerja, apalagi waktu istirahat bekerja

bersamaan dengan waktu shalat.

Pengendalian yang terakhir dapat dilakukan dengan penggunaan alat

pelindung diri berupa masker, dimana masker dapat meminimalisir pajanan benzena

melalui udara. Penggunaan masker half mask respirator with organic vapor catridge

pada konsentrasi pajanan benzena kurang atau sama dengan 10 ppm (Gunawan,

2000). Namun pengendalian akan sulit dilakukan karena sejak tahun 2006 pihak

perusahaan telah memberlakukan peraturan “3S” (Senyum, Salam, Sapa) terhadap

petugas operator SPBU, peraturan ini secara tidak langsung meganjurkan petugas

operator SPBU tidak memakai masker, dan lagi terbukti pihak perusahaan tidak

menyediakan sama sekali alat pelindung diri untuk karyawannya.

Page 86: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

70

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 SIMPULAN

Berdasarkan penelitian analisis besaran risiko kesehatan pajanan benzena pada

petugas operator SPBU di wilayan ciputat dapat disimpulkan beberapa hal antara

lain :

1. Berdasarkan pengukuran udara lingkungan kerja, nilai benzena tertinggi adalah

di udara kerja titik satu di SPBU “X” sebesar 0,23 ppm (0,73 mg/m3). Sedangkan

di titik dua, tiga dan empat adalah sama yaitu 0,18 ppm (0,58 mg/m3).

2. Dari perhitungan estimasi risiko populasi operator SPBU didapatkan hasil nilai

intake (non-karsinogenik) realtime dan lifetime secara berturut-turut pada

populasi karyawan operator SPBU adalah 3,8 x 10-3

mg/kg/hr; 6,5 x 10-2

mg/kg/hr. Sedangkan nilai intake (karsinogenik) realtime dan lifetime secara

berturut-turut adalah sebesar 1,6 x 10-3

mg/kg/hr dan 2,8 x 10-2

mg/kg/hr.

3. Dari hasil perhitungan efek non-karsinogenik, konsentrasi agen berisiko dapat

menimbulkan efek merugikan kesehatan yaitu pada pajanan realtime terdapat 9

orang (21%), sedangkan pada pajanan lifetime terdapat 42 orang (98%). Pada

hasil perhitungan efek karsinogenik, responden dengan konsentrasi paparan

benzena sudah dapat berisiko efek kesehatan karsinogenik adalah pada pajanan

realtime 9 orang (21%) dan pada pajanan lifetime terdapat 43 orang (100%).

70

Page 87: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

71

4. Dari perhitungan pada pajanan risiko kanker ataupun non-kanker didapatkan

bahwa seluruh populasi petugas operator SPBU ini berisiko pada pajanan

lifetime.

7.2 SARAN

1. Bagi Manajemen SPBU

a. Perlu dilakukan pemeriksaan udara secara berkala untuk mengetahui kondisi

tingkat konsentrasi benzena di tempat kerja.

b. Mempertegas peraturan mematikan mesin kendaraan saat mengisi BBM.

c. Perlu dilakukan penyuluhan dan pelatihan kepada pekerja bagaimana posisi

aman saat bekerja dan pemeliharaan personal hygiene.

d. Perlu disediakannya alat pelindung diri (APD) kepada pekerja berupa masker

dan sarung tangan untuk mengurangi kontak paparan benzena.

2. Bagi Pekerja

a. Selalu menjaga kebersihan personal sehingga dapat mengurangi paparan

benzena ke dalam tubuh, seperti mencuci tangan dengan sabun sebelum dan

sesudah bekerja ataupun sebelum dan sesudah makan.

Page 88: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

72

3. Bagi Peneliti

Dalam penelitian ini masih terdapat kekurangan karena adanya

keterbatasan dalam penelitian dan ada beberapa hal yang perlu disempurnakan,

antara lain :

a. Perlunya penelitian lebih lanjut dengan memperbesar sampel dari beberapa

SPBU dari beberapa daerah, sehingga hasil serta manajemen risiko yang

didapat mewakili populasi karyawan SPBU di wilayah yang lebih luas.

b. Dapat dilakukan penelitian dengan menganalisis kadar biomarker di setiap

pekerja sehingga analisis lebih spesifik menggambarkan risiko pekerja.

Page 89: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

73

DAFTAR PUSTAKA

ATSDR. 2006. Case Studies in Environmental Medicine, Benzena Toxicity. U.S.

Department of Health and Human Service.

ATSDR. 2007. Toxicological Profile for Benzena. U.S. Department of Health and

Human Service.

Azhari et al. 2010. Leukemia Sebagai Dampak Penggantian Timbal Dengan High

Octane Mogas Component Dalam Bahan Bakar Minyak Di Indonesia. FKM-UI.

Depok.

Badan Pusat Statistik. 2010. Sensus Penduduk 2010. http://sp2010.bps.go.id/index.php

(9 Oktober 2012)

Bahrami et al. 2007. Comparison of Benzena Exposure in Drivers and Petrol Stations

Workers by Urinary trans, trans-Muconic Acid in West of Iran. Hamadan

University of Medical Science. Iran.

Boogaard, et al. 1995. Biological Monitoring Of Exposure To Benzena: A Comparison

Between S-Phenylmercapturic Acid, Trans,Trans-Muconic Acid, And Phenol. Shell

Research BV. Netherland.

Cahyadi, Firdaus. 2007. Polutan Benzena Ancam Kesehatan Warga Kota.

http://www.csrindonesia.com/data/articles/20070912093106-a.pdf (2 Mei 2012).

Chemicals and laboratory Equipment, 2005. Material Safety Data Sheet Benzena MSDS.

www.sciencelab.com (2 Mei 2012).

Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahan. ( Jakarta : Pena Pundi Aksara,

2002)

EPA. 2002. Toxicological Review of Benzena (Noncancer Effects). IARC

MONOGRAPHS SUPPLEMENT.

Gl, li et al. 1994. Gender Differences In Hematopoietic And Lymphoproliferative

Disorders And Other Cancer Risks By Major Occupational Group Among Workers

Exposed To Benzena In China. Chinese Academy of Preventive Medicine. Beijing.

Gunawan, Sinatra. 2010. Manfaat pemakaian masker terhadap perubahaan kadar fenol

dalam urin akibat pajanan benzen di Unit Penatalaksanaan Limbah PT.V

Kalimantan Timur, 2000. Universitas Indonesia. Depok.

73

Page 90: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

74

Haryanto, B. 2005. Dampak Kesehatan Pencemaran Udara. Urbant Air Quality

Improvement Project. Jakarta. Bappenas.

Iskandriawan, Bambang. 2010. Sistem Ventilasi Pencampuran Dan Pengalihan Udara

Pada Ruang Perkantoran Dengan Variasi Perubahan Posisi Difusor Udara

Supply Berbasis Dinamika Fluida Numerik. ITS. Surabaya.

Ismail. 2012. Mendisain Program Alat Pelindung Diri

http://healthsafetyprotection.com/mendisain-program-alat-pelindung-diri/ (25 Juli

2012).

Jeyaratnam, J. 2010. Buku Ajar Praktik Kedokteran Kerja. Jakarta : ECG.

Lagorio, et al. 1998. Methodological Issues In Biomonitoring Of Low Level Exposure to

Benzena. Universita La Sapienza. Italy.

Mahawati, et al. 2006. Hubungan Antara Kadar Fenol Dalam Urin Dengan Kadar Hb,

Eritrosit, Trombosit Dan Leukosit (Studi Pada Tenaga Kerja Di Industri Karoseri

CV Laksana Semarang). Universitas Diponegoro. Semarang.

Mala A, et al. 2010. Multinomial logistic regression model to assess the levels in trans,

trans-muconic acid and inferential-risk age group among benzena-exposed group.

Health Centre (Southern), Indian Council of Medical Research. India.

Maywati, Sri. 2011. Kajian Faktor Individu Terhadap Kadar Fenol Urin Pekerja Ba-

Gian Pengeleman Sandal. Universitas Negeri Semarang. Semarang.

Melikian A et al. 1994. Comparison Of The Levels Of The Urinary Benzena Metabolite

Trans,Trans-Muconic Acid In Smokers And Nonsmokers, And The Effects Of

Pregnancy. American assosiation for cancer research.

Mukono, HJ. 2005. Toksikologi lingkungan. Airlangga university press : Surabaya.

Pudyoko, S. 2010. Hubungan Pajanan Benzena dengan Kadar Fenol Daalam Urin dan

Gangguan Sistem Hematopoietic pada Pekerja Instalasi BBM [Tesis]. FKM-

UNDIP. Semarang.

Rahman. 2007. Pulic Health Assessment : Model Kajian Prediktif Dampak Lingkungan

dan Aplikasinya Untuk Manajemen Risiko Kesehatan. Depok.

Ramon, A. 2007. Analisis Paparan Benzena Terhadap Profil Darah Pada Pekerja

Industri Pengolahan Minyak Bumi. Tesis. FKM-UNDIP. Semarang

Salim, Noor. 2012. Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Pada Karyawan Di

SPBU ‘X’ Pancoranmas Depok Tahun 2011. Skripsi. FKM-UI. Depok

73

Page 91: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

75

SA Health. 2008. Department of Health, Government of South Australia

http://www.health.sa.gov.au/pehs/PDF-files/ph-factsheet-benzena-health.pdf (25

Juli 2012).

Sato,et al. 1975. Kinetic studies on sex difference insusceptibility to chronic benzena

intoxication-with special reference to body fat content. Shinshu University Faculty

of Medicine, Japan.

Scott, Ronald, M. 1989. Chemical Hazard in the Workplace. Michigan: Lewis

Publisher Inc.

Susilowati, Betty. 2011. Resiko Kesehatan Terhadap Pajanan Benzena Pada Pekerja

Industri Sepatu Kulit di RIK Pulogadung Tahun 2011 [Skripsi]. FKM-UI. Depok.

Tennessee University. 2009. RAGs A Format for Benzena - CAS Number 71432.

http://rais.ornl.gov/tox/profiles/Benzena_ragsa.html (7 Juli 2012).

Tusmiyati, tutik. 1998. Faktor-Faktor Risiko Keracunan Benzen pada Tenaga Kerja di

CV Laksana Semarang. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Verma, et al. 2001. Biological Monitoring of Exposure to Benzena in Petrol Pump

Workers and Dry Cleaners. Charan Singh University. India.

Waidyanatha, et al. 2000. Urinary Benzena As A Biomarker Of Exposure Among

Occupationally Exposed And Unexposed Subjects. Oxford university press.

http://carcin.oxfordjournals.org/content/22/2/279.full (12 Juli 2012).

Wiwanitkit, Viroj. 2005. Classification of Risk Occupation for Benzena Exposure by

Urine Trans, Trans - munconic Acid Level. Chulalongkorn University. Thailand.

WHO. 2010. Preventing Disease Through Healthy Environments.

WHO-europ. 2000. Air Quality Guidelines for Europe 2and edition.

WHO.1996. Biological Monitoring of Chemical Exposure in the Work place Guidelines,

Volume 2. Geneva. WHO.

Zuliyawan. 2010. Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Melalui Penentuan Level

Trans, Trans-Muconic Acid dalam Urin Pada Karyawan di SPBU ‘X’, Jakarta

Utara 2010 [Skripsi]. FKM-UI. Depok.

Page 92: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS
Page 93: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS
Page 94: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

LAMPIRAN 3

TABEL HASIL KUESIONER

No

Responden Umur

Lama Kerja

(Jam)

Berat

Badan

Titik

Tempat

Kerja

Lama

Kerja

(bulan)

Status

Merokok

1 26 8 50 1 42 Ya

2 21 8 50 2 15 Ya

3 22 8 58 1 4 Ya

4 18 8 60 1 3 Ya

5 30 8 49 1 28 Tdk

6 22 8 45 2 32 Tdk

7 21 8 44 2 6 Ya

8 25 8 46 1 32 Tdk

9 20 8 67 1 3 Ya

10 22 8 45 1 20 Ya

11 19 8 83 1 3 Ya

12 22 8 53 1 4 Ya

13 28 8 75 1 25 Ya

14 20 8 56 2 21 Tdk

15 22 8 46 1 27 Ya

16 21 8 60 1 13 Ya

17 23 8 45 3 3 Ya

18 22 8 80 3 38 Ya

19 21 8 44 3 30 Tdk

20 28 8 60 3 63 Tdk

21 22 8 70 3 27 Ya

22 18 8 71 3 5 Tdk

23 21 8 60 3 26 Ya

24 24 8 50 4 37 Ya

Page 95: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

25 22 8 70 4 17 Tdk

26 28 8 49 4 6 Ya

27 22 8 70 3 27 Ya

28 25 8 50 3 32 Ya

29 20 8 65 3 15 Ya

30 33 8 60 4 98 Ya

31 25 8 67 3 13 Ya

32 20 8 48 4 25 Ya

33 54 8 54 4 303 Tdk

34 40 8 50 4 140 Ya

35 18 8 63 4 5 Tdk

36 20 8 70 4 15 Ya

37 19 8 55 4 14 Ya

38 25 8 74 3 80 Ya

39 30 8 65 3 60 Ya

40 30 8 57 4 5 Ya

41 26 8 55 3 6 Ya

42 20 8 47 4 20 Ya

43 40 8 69 3 105 Ya

Page 96: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

LAMPIRAN 4

Denah Pengambilan Sampel

SPBU X

SPBU Y

Pul

.1

Titik 3

Titik 4

Pulau 4 Pulau 3

Pul

. 2

IN In

Pulau 1

Pulau 2

Pulau 3

Pul.

4

Exit In

Titik 1 Titik 2

Page 97: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

LEMBAR PENYATAAN PERSETUJUAN

SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)

KESEDIAAN MENGIKUTI PENELITIAN

Responden yang terhormat, Saya Irmayanti Hayat mahasiswi Peminatan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayataullah akan melaksanakan penelitian skripsi. Untuk itu

saya memohon kesediaan anda menjawab beberapa pertanyaan dibawah ini dengan jujur

sebagai bahan penelitian.

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama :

Umur :

Alamat :

No Tlp :

SETUJU

secara sukarela untuk menjadi subjek penelitian skripsi dengan judul “Analisis

Besaran Risiko Kesehatan Paparan Benzena Pada Petugas Operator SPBU di Wilayah Ciputat

Tahun 2012”. Setelah mendengarkan penjelasan mengenai kegiatan yang akan dilakukan

dan sadar akan manfaat dan adanya risiko yang mungkin terjadi dalam penelitian ini, saya

akan memberikan informasi yang benar sejauh yang saya ingat dan ketahui.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa tekanan dari pihak

manapun.

Ciputat, 2013

No. Responden

Peneliti

Irmayanti Hayat

Responden

( )

Nama dan Tandatangan

LAMPIRAN 5

Page 98: ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26511/1... · ANALISIS BESARAN RISIKO KESEHATAN PAPARAN BENZENA PADA PETUGAS

KUESIONER PENELITIAN

Petunjuk pengisian :

- Isilah titik dengan jelas

- Lingkarilah Jawaban yang sesuai dengan pilihan anda

- Jawablah dengan jujur kondisi anda sebenar-benarnya pada setiap pertanyaan dalam

kuesioner ini

- Setiap jawaban akan dijaga kerahasiaannya dan Tidak Akan mempengaruhi

penilaian terhadap kinerja anda.

PERTANYAAN

1 Nama Pekerja :…………………………………………………………………..

2 Jenis Kelamin :

1. P 2. L

3 Usia : ……………. Tahun

4 Di SPBU mana anda bekerja? ......

5 Sudah berapa lama anda bekerja? …….. Tahun …. Bulan

6 Dalam satu hari, berapa lama anda bekerja? ........ Jam

7 Apakah anda memakai APD (Alat Pelindung Diri) saat bekerja?

1. Ya 2. Tidak

Jika YA, sebutkan ……

8 Apakah anda perokok aktif? 1. Ya 2. Tidak

9. Pada hari ini, di tiang nomor berapakah anda bertugas?

DI ISI OLEH PENELITI

10. Berat Badan : ………….. Kg

No. Responden