13
ANALISIS BIAYA PENYULINGAN MINYAK GAHARU DAN PRODUK SAMPINGANNYA PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA DI SAMARINDA Humairo Aziza 1 , Abubakar M. Lahjie 2 dan Djumali Mardji 3 1 Program Pascasarjana Unmul, Samarinda. 2 Laboratorium Politik, Ekonomi dan Sosial Kehutanan Fahutan Unmul, Samarinda. 3 Laboratorium Perlindungan Hutan Fahutan Unmul, Samarinda ABSTRACT. Cost Analysis of Agarwood Oil Refineries and Industrial Byproducts in Household in Samarinda. This study aimed to determine the stages in the process of agarwood oil refinery, cost and revenue over a period and the maximum gain obtained. From this study may provide motivation to the various parties to be able to utilize low quality agarwood through distillation which will provide high-value results. Observation procedures by conducting direct observation in the field to observe the distillation process. Economic value was obtained by analyzing of break even point (BEP) and the maximum revenue. The results described the stages in the process of agarwood oil refinery by poaching that the particles of agarwood in direct contact with water. BEP of values obtained in the distillation process that uses raw materials from a variety of quality was 5,39 cc, with the acquisition profits Rp301,183,- on BEP Rp214,249,- with Rp4,027,000,- maximum profit on 1,000 cc production. Kata kunci: penyulingan, minyak gaharu, biaya produksi, Samarinda. Indonesia sebagai negara berhutan hujan tropis yang didukung oleh letak geografis, iklim, musim serta masa penyinaran matahari relatif panjang, secara biologis menghasilkan peluang untuk terbentuknya keragaman potensi sumberdaya jenis tumbuhan yang tinggi. Dalam kawasan hutan akan dijumpai antara 30.00040.000 jenis tumbuhan penghasil kayu serta belum terhitung potensi tumbuhan hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang memiliki manfaat, baik sebagai sumber bahan makanan, industri serta tumbuhan penghasil obat herbal. Salah satu kelompok jenis tumbuhan HHBK yang telah diketahui dan menjadi salah satu sumber kehidupan masyarakat yang potensial dan memiliki nilai komersial tinggi adalah gaharu (Sumarna, 2009). Gaharu dihasilkan oleh pohon-pohon terinfeksi yang tumbuh di daerah tropis dan antara lain termasuk marga Aquilaria, Gyrinopsis dan Gonystylus yang keseluruhannya termasuk dalam famili Thymelaeaceae. Di Indonesia terdapat 26 spesies pohon penghasil gaharu. Marga Aquilaria terdiri dari 15 spesies, tersebar di daerah tropis Asia mulai dari India, Pakistan, Myanmar, Thailand, Kamboja, China Selatan, Malaysia, Philipina dan Indonesia. Enam di antaranya ditemukan di Indonesia (A. malaccensis, A. microcarpa, A. hirta, A. beccariana, A. cumingiana dan A. filaria). Keenam jenis tersebut terdapat hampir di seluruh kepulauan di Indonesia, kecuali Jawa, Bali dan Nusa Tenggara. Marga Gonystylus memiliki 20 spesies, tersebar di Asia Tenggara mulai dari Malaysia, Serawak, Sabah, Indonesia, Papua New Guinea, Philipina dan Kepulauan Solomon serta Kepulauan Nicobar. Sembilan spesies di antaranya terdapat di Indonesia yaitu: di Sumatera, Kalimantan, Bali, Maluku dan Irian Jaya. Marga Gyrinopsis memiliki tujuh spesies. Enam di 128

ANALISIS BIAYA PENYULINGAN MINYAK GAHARU · ANALISIS BIAYA PENYULINGAN MINYAK GAHARU DAN PRODUK SAMPINGANNYA PADA INDUSTRI ... Program Pascasarjana Unmul, Samarinda. 2 Laboratorium

  • Upload
    doanque

  • View
    272

  • Download
    6

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS BIAYA PENYULINGAN MINYAK GAHARU · ANALISIS BIAYA PENYULINGAN MINYAK GAHARU DAN PRODUK SAMPINGANNYA PADA INDUSTRI ... Program Pascasarjana Unmul, Samarinda. 2 Laboratorium

ANALISIS BIAYA PENYULINGAN MINYAK GAHARU

DAN PRODUK SAMPINGANNYA PADA INDUSTRI

RUMAH TANGGA DI SAMARINDA

Humairo Aziza1, Abubakar M. Lahjie

2 dan Djumali Mardji

3

1Program Pascasarjana Unmul, Samarinda.

2Laboratorium Politik, Ekonomi dan Sosial

Kehutanan Fahutan Unmul, Samarinda. 3

Laboratorium Perlindungan Hutan Fahutan

Unmul, Samarinda

ABSTRACT. Cost Analysis of Agarwood Oil Refineries and Industrial

Byproducts in Household in Samarinda. This study aimed to determine the

stages in the process of agarwood oil refinery, cost and revenue over a period and

the maximum gain obtained. From this study may provide motivation to the

various parties to be able to utilize low quality agarwood through distillation

which will provide high-value results. Observation procedures by conducting

direct observation in the field to observe the distillation process. Economic value

was obtained by analyzing of break even point (BEP) and the maximum revenue.

The results described the stages in the process of agarwood oil refinery by

poaching that the particles of agarwood in direct contact with water. BEP of

values obtained in the distillation process that uses raw materials from a variety

of quality was 5,39 cc, with the acquisition profits Rp301,183,- on BEP

Rp214,249,- with Rp4,027,000,- maximum profit on 1,000 cc production.

Kata kunci: penyulingan, minyak gaharu, biaya produksi, Samarinda.

Indonesia sebagai negara berhutan hujan tropis yang didukung oleh letak geografis,

iklim, musim serta masa penyinaran matahari relatif panjang, secara biologis

menghasilkan peluang untuk terbentuknya keragaman potensi sumberdaya jenis

tumbuhan yang tinggi. Dalam kawasan hutan akan dijumpai antara 30.000–40.000

jenis tumbuhan penghasil kayu serta belum terhitung potensi tumbuhan hasil hutan

bukan kayu (HHBK) yang memiliki manfaat, baik sebagai sumber bahan makanan,

industri serta tumbuhan penghasil obat herbal. Salah satu kelompok jenis tumbuhan

HHBK yang telah diketahui dan menjadi salah satu sumber kehidupan masyarakat

yang potensial dan memiliki nilai komersial tinggi adalah gaharu (Sumarna, 2009).

Gaharu dihasilkan oleh pohon-pohon terinfeksi yang tumbuh di daerah tropis

dan antara lain termasuk marga Aquilaria, Gyrinopsis dan Gonystylus yang

keseluruhannya termasuk dalam famili Thymelaeaceae. Di Indonesia terdapat 26

spesies pohon penghasil gaharu. Marga Aquilaria terdiri dari 15 spesies, tersebar di

daerah tropis Asia mulai dari India, Pakistan, Myanmar, Thailand, Kamboja, China

Selatan, Malaysia, Philipina dan Indonesia. Enam di antaranya ditemukan di

Indonesia (A. malaccensis, A. microcarpa, A. hirta, A. beccariana, A. cumingiana

dan A. filaria). Keenam jenis tersebut terdapat hampir di seluruh kepulauan di

Indonesia, kecuali Jawa, Bali dan Nusa Tenggara. Marga Gonystylus memiliki 20

spesies, tersebar di Asia Tenggara mulai dari Malaysia, Serawak, Sabah, Indonesia,

Papua New Guinea, Philipina dan Kepulauan Solomon serta Kepulauan Nicobar.

Sembilan spesies di antaranya terdapat di Indonesia yaitu: di Sumatera, Kalimantan,

Bali, Maluku dan Irian Jaya. Marga Gyrinopsis memiliki tujuh spesies. Enam di

128

Page 2: ANALISIS BIAYA PENYULINGAN MINYAK GAHARU · ANALISIS BIAYA PENYULINGAN MINYAK GAHARU DAN PRODUK SAMPINGANNYA PADA INDUSTRI ... Program Pascasarjana Unmul, Samarinda. 2 Laboratorium

129 JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 3 (2), OKTOBER 2010

antaranya tersebar di Indonesia bagian timur serta satu spesies terdapat di Srilanka

(Anonim, 2009a).

Produk yang diperdagangkan dalam berbagai bentuk seperti bongkahan, chip

dan serbuk, namun ada pula dalam bentuk minyak hasil sulingan yang sangat ideal

digunakan dari jenis produk kelas kemedangan yang diduga dalam masa 2–3 tahun

proses inokulasi sudah dapat dipanen (Sumarna, 2005). Kelas kemedangan berharga

murah dan bersifat ringan, sedangkan komponen kimia dari kemedangan berharga

tinggi. Oleh karena itu, diversifikasi produk kemedangan sangat berpotensi untuk

dikembangkan terutama di tempat penghasil kemedangan. Kegiatan diversifikasi

produk yang telah dilakukan masyarakat adalah penyulingan (Suwardi dan Edriana,

2005).

Minyak gaharu mengandung resin aromatik yang sangat dibutuhkan di dunia

kesehatan, kosmetik dan obat-obatan hingga puluhan tahun yang diperoleh dari

pembakaran gaharu yang mengeluarkan bau harum. Warna minyak gaharu kuning

hingga hitam dengan kekentalan yang sangat tinggi, beraroma balsam dan kayu.

Aroma manisnya mirip cendana. Sisa distilasi berupa serbuk kayu, dijemur agar

kering. Remahan itu berguna sebagai bahan baku dupa dengan penambahan bahan-

bahan adesif agar berubah bentuk menjadi pasta. Dupa digunakan pada ritual

sembahyang agama Budha, Konghucu dan Hindu di negara-negara Asia Timur dan

Asia Selatan (Anonim, 2009b). Sisa distilasi atau ampas sisa penyulingan ini laku

dijual dengan harga Rp3.0004.000/kg (Suwardi dan Edriana, 2005).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tahapan dalam proses penyulingan

yang menggunakan teknik pengukusan; mengetahui besarnya biaya dan pendapatan

dan keuntungan maksimum yang akan diperoleh selama satu periode produksi

minyak gaharu.

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan motivasi kepada

berbagai pihak untuk dapat memanfaatkan gaharu bermutu rendah melalui

diversifikasi produk yang salah satunya dengan cara penyulingan untuk

menghasilkan minyak gaharu yang bernilai tinggi.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di industri penyulingan minyak gaharu berskala

rumah tangga yang terletak di Jalan Gerilya Samarinda. Penelitian memakan waktu

selama 3 bulan dari bulan April sampai Juni 2010.

Objek penelitian adalah industri penyulingan minyak gaharu di Samarinda. Data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

Pengumpulan data primer yang diperoleh melalui wawancara dan observasi

langsung di lapangan mencakup antara lain: jenis dan harga bahan baku gaharu yang

digunakan, proses penyulingan minyak, biaya dan jumlah produksi selama satu

periode produksi serta harga jual minyak dan ampas sisa penyulingan.

Data sekunder diperoleh melalui pengumpulan data atau dokumen yang ada,

baik dari kepustakaan, maupun informasi yang diperoleh dari lembaga terkait dalam

keperluan penelitian.

Page 3: ANALISIS BIAYA PENYULINGAN MINYAK GAHARU · ANALISIS BIAYA PENYULINGAN MINYAK GAHARU DAN PRODUK SAMPINGANNYA PADA INDUSTRI ... Program Pascasarjana Unmul, Samarinda. 2 Laboratorium

Aziza dkk. (2010). Analisis Biaya Penyulingan Minyak Gaharu 130

Prosedur pengumpulan data dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Pembelian gaharu dari para pengumpul.

2. Seleksi gaharu berdasarkan kualitas.

3. Pencacahan gaharu menggunakan parang.

4. Penggilingan cacahan gaharu menjadi partikel yang lebih kecil dengan mesin

giling.

5. Pengeringan.

6. Penyiapan ketel, kompor dan penampung kondensat sesuai prosedur.

7. Penyulingan dan penampungan hasil sulingan.

8. Penjualan.

Komponen biaya penyulingan yang dikeluarkan selama satu periode produksi

meliputi biaya tetap dan biaya variabel yang ditabulasikan ke dalam kelompok biaya

(cost) dan selanjutnya dilakukan analisis break even point (BEP).

Biaya penyulingan minyak gaharu terdiri dari semua biaya yang dikeluarkan

untuk mengolah gaharu sampai menghasilkan minyak gaharu. Biaya tersebut

meliputi biaya tetap dan biaya tidak tetap (variabel).

Biaya tetap meliputi: biaya penyusutan peralatan, biaya penyusutan rumah

penyulingan dan listrik. Biaya variabel meliputi: bahan baku, bahan bakar, listrik,

upah karyawan, biaya pemeliharaan.

Rumus yang digunakan untuk mencari nilai BEP dalam unit dihitung dengan

menggunakan persamaan:

BEP = {TFC / P (TVC/Q)}

BEP(q) = break even point. TFC = total biaya tetap. TVC = total biaya variabel.

P = harga jual per unit. Q = jumlah unit yang dihasilkan.

Soehardi (1990) juga mengemukakan rumus untuk menghitung BEP dalam

rupiah adalah:

BEP = {TFC / 1 (TVC/S)}

BEP(Rp) = break even point. TFC = total biaya tetap. TVC = total biaya variabel

S = total pendapatan.

Selain menggunakan analisis BEP, juga digunakan analisis terhadap keuntungan

maksimum. Menurut Sukirno (1994), keuntungan maksimum akan diperoleh pada

saat biaya marginal sama dengan keuntungan marginal atau dengan kata lain saat

harga produk sama dengan keuntungan marginal (P = MR), maka keuntungan

maksimum akan diperoleh dari tingkat produksi di mana biaya marginal sama

dengan hasil penjualan marginalnya (MC = MR). Dalam bentuk grafik ditunjukkan

dengan perpotongan kurva biaya marginal dengan garis harga.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Industri penyulingan minyak gaharu yang terletak di Jalan Gerilya Samarinda

merupakan satu-satunya industri penyulingan yang berada di kota tersebut. Pada

awalnya, tepatnya sekitar tahun 1980-an, pemilik usaha yakni Bapak H. Jailani yang

Page 4: ANALISIS BIAYA PENYULINGAN MINYAK GAHARU · ANALISIS BIAYA PENYULINGAN MINYAK GAHARU DAN PRODUK SAMPINGANNYA PADA INDUSTRI ... Program Pascasarjana Unmul, Samarinda. 2 Laboratorium

131 JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 3 (2), OKTOBER 2010

juga berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil hanya melakukan usaha jual beli gaharu

dalam bentuk alami. Namun, memasuki awal tahun 2000, pemilik usaha yang berada

di kawasan pemukiman padat penduduk ini, tepatnya di kelurahan Sungai Pinang

Dalam, Kecamatan Samarinda Utara memulai usaha dalam pengolahan gaharu

menjadi minyak. Seiring berjalannya waktu, melalui pembelajaran dan pengalaman

yang ada, penerapan teknik penyulingan yang dilakukan mengalami beberapa

perubahan sehingga memberikan hasil yang lebih baik, yaitu baik dari segi kualitas

minyak maupun secara finansial.

Penyulingan yang dilakukan setiap bulan adalah sebanyak 15 kali dengan

produksi minyak sekitar 900 cc, jadi dalam satu tahun melakukan 60 kali

penyulingan minyak gaharu dengan jumlah produksi sekitar 3.600 cc.

Penjualan minyak gaharu berdasarkan adanya permintaan dari pasar dengan

harga jual Rp50.000,-/cc. Hingga saat ini, pengusaha belum mengalami kendala

dalam hal pemasaran dikarenakan permintaan akan minyak gaharu tidak pernah

surut. Para pembeli kebanyakan berasal dari orang-orang keturunan Arab.

Penyulingan Minyak Gaharu

Penyulingan minyak gaharu berskala industri rumah tangga yang terletak di Jalan Gerilya Samarinda dilakukan dengan menggunakan teknik pengukusan. Jumlah ketel yang digunakan saat ini adalah 4 buah dengan kapasitas masing-masing ketel sebanyak 5 kg bahan baku gaharu. Ketel yang digunakan terbuat dari bahan baja tahan karat (stainless steel) yang berukuran diameter 48 cm dan tinggi 60 cm. Pelaksanaan penyulingan berlangsung selama 15 sampai 18 jam dengan bahan bakar minyak tanah sebanyak 10 liter per ketel per hari.

Bahan baku gaharu diperoleh dari hutan di sekitar Kabupaten Berau. Selain itu juga diperoleh dari Palangkaraya, Kabupaten Malinau, Bulungan dan daerah Long Bagun. Jenis bahan baku yang digunakan terdiri dari 4 kelas, yaitu kelas sapuan yang berbentuk seperti debu dengan harga beli Rp250.000,-/kg, kelas teri kulit

dengan harga Rp150.000200.000,-/kg, kelas serbuk yang bentuknya berupa rautan dengan harga Rp75.000,-/kg dan kelas sarang semut dengan harga Rp40.000,-/kg. Sebelum disuling, bahan dijemur terlebih dahulu kemudian digiling dengan mesin giling yang menggunakan bahan bakar solar dengan kebutuhan sebanyak 10 liter/hari.

Penyulingan minyak gaharu yang dilakukan yaitu dengan cara pengukusan (indirect distillation) dengan menggunakan ketel sebagai alat pengukus partikel gaharu yang dihubungkan dengan alat pendingin. Klep pengatur pada tutup ketel akan dibuka ketika tekanan udara sudah mencapai 40 atm. Pada saat itu uap air akan mengalir melalui sela-sela partikel membawa minyak gaharu. Uap ini akan mengumpul pada ruang tutup ketel yang berbentuk leher angsa (goose-neck) dan terus dialirkan melalui sebuah pipa yang terhubung dengan drum yang diisi air yang berfungsi sebagai pendingin, sehingga berubah menjadi cair. Di bawah drum terhubung sebuah pipa kecil yang akan mengalirkan minyak hasil distilasi yang ditampung ke dalam tabung kaca.

Proses distilasi selayaknya dilakukan pada bahan dengan kelas mutu mulai dari

sarang semut sampai dengan kelas sapuan karena bila menggunakan bahan dengan

kelas mutu yang lebih tinggi dari sapuan yang memiliki harga yang lebih tinggi,

Page 5: ANALISIS BIAYA PENYULINGAN MINYAK GAHARU · ANALISIS BIAYA PENYULINGAN MINYAK GAHARU DAN PRODUK SAMPINGANNYA PADA INDUSTRI ... Program Pascasarjana Unmul, Samarinda. 2 Laboratorium

Aziza dkk. (2010). Analisis Biaya Penyulingan Minyak Gaharu 132

maka tidak akan diperoleh nilai tambah. Sebaliknya bila menggunakan kelas mutu

yang terlalu rendah yakni di bawah kelas sarang semut, maka produktivitas akan

rendah, sehingga proses menjadi tidak ekonomis. Oleh sebab itu pada penyulingan

minyak gaharu yang dilakukan di lokasi penelitian, dalam satu ketel suling

menggunakan campuran bahan baku dari beberapa kualitas, yaitu yang terdiri

dari jenis gaharu mulai dari yang berharga Rp40.000,-/kg sampai dengan

Rp250.000,-/kg. Dari teknik ini, maka harga jual minyak gaharu yang dihasilkan

sebesar Rp50.000,-/cc. Ampas kayu sisa penyulingan yang telah dijemur selama 12

hari laku dijual dengan harga Rp4.000,-/kg.

Berdasarkan hasil penelitian, umur inokulasi juga mempengaruhi kualitas dan

kuantitas gaharu sebagai bahan baku minyak, sehingga berpengaruh pula terhadap

tingkat produksinya. Sebaiknya gaharu yang digunakan sebagai bahan baku dalam

proses penyulingan ini adalah yang umur inokulasinya antara 2 sampai 8 tahun. Bila

menggunakan gaharu hasil inokulasi kurang dari 2 tahun, praktis tidak akan

menghasilkan minyak. Namun jika lebih dari 8 tahun, sebaiknya dijual dalam bentuk

alami (bongkahan, serbuk, chip dan sebagainya). Pengukuran warna gaharu

(Gambar 1) yang digunakan sebagai bahan baku dari berbagai kelas mutu dengan

umur inokulasi yang berbeda dilakukan dengan menggunakan alat Colourmeter.

Pada alat tersebut menampilkan angka-angka yang kemudian dapat dilihat

perbandingan warnanya menggunakan Labdiagram. Jenis-jenis gaharu dari berbagai

kelas mutu yang digunakan sebagai bahan baku dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 1. Warna Kayu Gaharu Berdasarkan Umur Inokulasi yang Diukur Menggunakan

Colourmeter. 1 = umur inokulasi 8 tahun. 2 = 6 tahun. 3 = 4 tahun. 4 = 2 tahun

4

3

2

1

Page 6: ANALISIS BIAYA PENYULINGAN MINYAK GAHARU · ANALISIS BIAYA PENYULINGAN MINYAK GAHARU DAN PRODUK SAMPINGANNYA PADA INDUSTRI ... Program Pascasarjana Unmul, Samarinda. 2 Laboratorium

133 JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 3 (2), OKTOBER 2010

Gambar 2. Jenis-jenis Kayu Gaharu yang Digunakan Sebagai Bahan Baku Penyulingan

Tahap Penyulingan

Pelaksanaan penyulingan minyak gaharu dengan cara pengukusan meliputi tiga

tahap, yaitu: persiapan bahan baku, persiapan peralatan dan tahap penyulingan.

a. Persiapan bahan baku. Gaharu yang akan dijadikan sebagai bahan baku

pembuatan minyak diambil dari daerah Long Bagun, Malinau, Berau, Bulungan dan

Palangkaraya dengan umur inokulasi sekitar 2 sampai 8 tahun. Bahan baku yang

digunakan terdiri dari 4 mutu, yaitu sapuan, teri kulit, serbuk dan sarang semut.

Sebelum disuling, gaharu terlebih dahulu dijemur selama 12 hari di tempat terbuka,

dicacah dengan parang lalu digiling menjadi partikel yang lebih kecil.

b. Persiapan peralatan. Sebelum penyulingan, persiapan yang dilakukan agar

proses penyulingan berjalan sebagaimana mestinya adalah sebagai berikut:

menyetel alat penyulingan, mengisi ketel dengan air, mengisi drum pendingin

dengan air, mengisi minyak tanah dan memperhatikan sumbu pada kompor,

meletakkan penampung kondensat di bawah drum pendingin dan pelaksanaan

penyulingan.

Metode penyulingan yang dilakukan yaitu metode pengukusan dengan tahapan

sebagai berikut: partikel gaharu sebanyak 5 kg dimasukkan ke dalam ketel yang

sudah diisi air kurang lebih sebanyak 30 liter, ketel ditutup dengan rapat, kompor

diletakkan di bawah ketel dan dinyalakan, klep pengatur pada ketel dibuka perlahan-

lahan pada saat tekanan udara sudah mencapai 40 atm, proses pembakaran ketel

menghasilkan uap air panas dan minyak gaharu. Campuran uap ini kemudian

mengalir melalui pipa pendingin (coil condensor), sehingga terjadi pengembunan

dan uap yang terdiri dari campuran air dan minyak gaharu akan mencair kembali.

Page 7: ANALISIS BIAYA PENYULINGAN MINYAK GAHARU · ANALISIS BIAYA PENYULINGAN MINYAK GAHARU DAN PRODUK SAMPINGANNYA PADA INDUSTRI ... Program Pascasarjana Unmul, Samarinda. 2 Laboratorium

Aziza dkk. (2010). Analisis Biaya Penyulingan Minyak Gaharu 134

Biaya Produksi

a. Asumsi perhitungan. Beberapa asumsi yang digunakan dalam perhitungan usaha

ini adalah sebagai berikut: kapasitas ketel adalah 5 kg bahan baku, frekuensi

produksi adalah 15 kali sebulan, harga jual minyak gaharu adalah Rp50.000,-/cc,

harga jual ampas hasil sulingan Rp4.000,-/kg, bahan bakar terdiri dari 40 liter

minyak tanah dan 10 liter solar setiap kali produksi, proses penyulingan dilakukan

setiap bulan dalam setahun dengan 15 hari kerja dalam sebulan, umur ekonomis

mesin produksi 10 tahun dan umur ekonomis bangunan pabrik 10 tahun.

b. Investasi. Investasi yang dikeluarkan adalah: ketel penyulingan, drum pendingin,

tungku pembakaran sebesar Rp20.000.000,-, mesin giling Rp4.000.000,- dan rumah

penyulingan Rp5.000.000,-.

c. Komponen analisis biaya. Biaya penyulingan minyak gaharu terdiri dari semua

biaya yang dikeluarkan untuk mengolah gaharu sampai menghasilkan minyak

gaharu. Komponen biaya tersebut meliputi:

1. Biaya penyusutan mesin produksi dan peralatan. Biaya yang dikeluarkan karena

susutnya nilai suatu aset dalam hal ini adalah mesin giling, parang, drum dan satu

set alat suling yaitu berupa ketel penyulingan, pendingin, penampung kondensasi

dan kompor yang dihitung dengan menggunakan metode garis lurus (straight-line

depreciation), yang mana laju depresiasi tiap tahun adalah sama.

2. Biaya penyusutan rumah penyulingan. Biaya yang dikeluarkan terhadap

penyusutan rumah penyulingan dengan asumsi umur ekonomis adalah 10 tahun.

Metode perhitungan yang digunakan adalah metode garis lurus (straight-line

depreciation).

3. Biaya listrik. Biaya listrik digolongkan menjadi biaya tidak tetap dan biaya tetap.

Digolongkan menjadi biaya tidak tetap ketika listrik digunakan selama proses

produksi berlangsung. Namun akan menjadi biaya tetap jika proses produksi

sedang tidak berjalan.

4. Biaya bahan baku. Pembelian bahan baku gaharu dengan berbagai kualitas mulai

dari harga Rp40.000250.000,-/kg.

5. Biaya bahan bakar. Minyak tanah yang diperlukan dalam setiap kali proses

produksi adalah 40 liter dengan harga Rp8.000/liter. Pengusaha belum mengalami

kesulitan dalam memperoleh bahan bakar jenis ini walaupun saat ini terjadi

konversi dari minyak tanah ke gas. Bahan bakar untuk menggiling gaharu

menjadi partikel yang lebih kecil adalah menggunakan solar dengan kebutuhan

sebanyak 10 liter/hari dengan harga Rp4.500,-/liter.

6. Upah karyawan. Jumlah karyawan sebanyak 4 orang, masing-masing karyawan

diupah sebesar Rp50.000,-/hari kerja.

7. Biaya pemeliharaan. Biaya yang dikeluarkan untuk pemeliharaan terhadap

peralatan yang digunakan dalam proses penyulingan.

Biaya-biaya di atas dikelompokkan ke dalam biaya tetap dan biaya tidak tetap

yang disajikan pada Tabel 1.

Page 8: ANALISIS BIAYA PENYULINGAN MINYAK GAHARU · ANALISIS BIAYA PENYULINGAN MINYAK GAHARU DAN PRODUK SAMPINGANNYA PADA INDUSTRI ... Program Pascasarjana Unmul, Samarinda. 2 Laboratorium

135 JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 3 (2), OKTOBER 2010

Tabel 1. Biaya Penyulingan Minyak Gaharu dengan Menggunakan Bahan Baku dari Berbagai

Kualitas Gaharu Setiap Satu Periode Produksi

Komponen Biaya (Rp)

Biaya bahan baku: Sapuan 2 kg Teri kulit 7 kg Serbuk 8 kg Sarang semut 3 kg

500.000

1.050.000 600.000 120.000

Jumlah 2.270.000

Biaya tetap (fixed costs): Biaya penyusutan mesin/ peralatan Biaya penyusutan rumah suling Listrik

14.444 2.778 4.667

Jumlah 21.889

Biaya tidak tetap (variable costs): Minyak tanah Solar Listrik Upah karyawan Biaya pemeliharaan

320.000

45.000 14.000

200.000 1.722

Jumlah 580.722

Jumlah biaya keseluruhan 2.872.611

Keterangan: Biaya pembelian mesin dan pembangunan rumah penyulingan diasumsikan

telah dilakukan pada awal produksi

Besarnya pendapatan yang diperoleh selama satu periode produksi dirinci pada

Tabel 2.

Tabel 2. Pendapatan pada Penyulingan Minyak Gaharu dengan Menggunakan Bahan Baku dari

Berbagai Kualitas Gaharu Setiap Satu Periode Produksi

Komponen Biaya (Rp)

Minyak gaharu 62 cc 3.100.000

Limbah gaharu 18 kg 72.000

Jumlah biaya 3.172.000

Analisis BEP

Hasil perhitungan terhadap komponen produksi dapat diperoleh nilai-nilai biaya

tetap total (FC) yang meliputi penyusutan mesin produksi, penyusutan rumah

penyulingan, biaya pemeliharaan dan listrik; biaya variabel total (VC) diperoleh dari

jumlah biaya bahan baku, biaya bahan bakar, listrik dan upah karyawan, sedangkan

biaya total (TC) adalah jumlah dari FC dan VC (Tabel 3). Hasil analisis terhadap

biaya-biaya tersebut diperoleh nilai-nilai BEP dan keuntungan (Tabel 4). Nilai-nilai

pada Tabel 4 memberikan arti bahwa pada tingkat produksi minyak gaharu sebanyak

62 cc per satu periode produksi dengan harga jual Rp50.000,-/cc akan mencapai titik

impas jika minyak gaharu yang dihasilkan sebanyak 5,44 cc dan nilainya sebesar

Rp216.111,- atau Rp3.485,66,-/unit. Keuntungan usaha pada tingkat produksi 62 cc

minyak gaharu adalah sebesar Rp299.389,-.

Page 9: ANALISIS BIAYA PENYULINGAN MINYAK GAHARU · ANALISIS BIAYA PENYULINGAN MINYAK GAHARU DAN PRODUK SAMPINGANNYA PADA INDUSTRI ... Program Pascasarjana Unmul, Samarinda. 2 Laboratorium

Aziza dkk. (2010). Analisis Biaya Penyulingan Minyak Gaharu 136

Tabel 3. Biaya-biaya dan Penjualan Minyak Gaharu dengan Bahan Baku dari Berbagai Kualitas

Selama Satu Periode Produksi

Jenis biaya Biaya (Rp)

Biaya tetap (FC)

Biaya variabel (VC)

Biaya total (TC)

Volume produksi (Q) 62 cc

Harga jual (P)

jumlah penjualan (S)

21.889

2.850.722

2.872.611

50.000

3.172.000

Tabel 4. Nilai BEP (q), BEP (Rp), BEP (Unit) dan Keuntungan pada Penyulingan Minyak

Gaharu dengan Bahan Baku dari Berbagai Kualitas

Unit Nilai

BEP(q) (cc)

BEP (Rp)

BEP setiap unit (Rp)

Keuntungan (Rp)

5,44

216.111,00

3.485,66

299.389,00

Analisis biaya juga dilakukan pada penyulingan minyak yang menggunakan bahan baku gaharu kelas lainnya. Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa kelas sapuan menempati urutan tertinggi dalam perolehan keuntungan (Rp969.389,-) pada BEP Rp145.120,- yang diikuti kelas teri kulit (Rp429.389,-) pada BEP Rp195.569,-; kelas campuran (Rp299.389,-) pada BEP Rp216.111,-; kelas serbuk mengalami kerugian (Rp830.611,-) pada BEP Rp34.428,- serta kelas sarang semut yang juga mengalami kerugian (Rp1.030.611,-) pada BEP Rp8.072,-.

Penggunaan bahan baku secara tunggal dari kelas sapuan dan teri kulit memberikan keuntungan yang cukup tinggi, namun ketersediaan bahan baku menjadi salah satu kendala mengapa pengusaha tidak melakukannya.

Hasil analisis terhadap rataan biaya (AC) dan margin biaya (MC) pada tingkat di mana harga sama dengan margin keuntungan (P = MR = Rp50.000,-) didapat hasil keuntungan maksimum yang dicapai pada produksi 1.000 cc minyak dengan nilai Rp4.027.000,- (Tabel 5, Gambar 3). Pada tingkat produksi sebanyak 1.200 cc, keuntungan sudah mengalami penurunan yaitu sebesar Rp2.027.000,- yang diperoleh dari selisih antara pendapatan sebesar Rp60.000.000,- dan biaya total yang dikeluarkan sebesar Rp57.973.000,-. Tabel 5. Analisis Keuntungan Maksimum pada Penyulingan Minyak Gaharu dengan Bahan

Baku dari Berbagai Kualitas

Produksi P = MR AC MC TC π

500 50000 48946 48946 24473000 527000

600 50000 46622 35000 27973000 2027000

800 50000 44966 40000 35973000 4027000

1000 50000 45973 50000 45973000 4027000

1200 50000 48311 60000 57973000 2027000

1300 50000 49595 65000 64473000 527000 P = harga penjualan. AC = rataan biaya. MC = margin biaya. TC = total biaya. π = keuntungan

Page 10: ANALISIS BIAYA PENYULINGAN MINYAK GAHARU · ANALISIS BIAYA PENYULINGAN MINYAK GAHARU DAN PRODUK SAMPINGANNYA PADA INDUSTRI ... Program Pascasarjana Unmul, Samarinda. 2 Laboratorium

137 JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 3 (2), OKTOBER 2010

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

70000

0 200 400 600 800 1000 1200 1400

P roduksi (c c )

Bia

ya

(R

p)

P = MR

AC

MC

Gambar 3. Pola Keuntungan Maksimum Penyulingan Minyak Gaharu dengan Bahan Baku dari

Berbagai Kualitas

Berdasarkan hasil penelitian jumlah produksi per hektar hasil penjarangan yang

dilakukan oleh Denok (2010), jika jumlah gaharu sebanyak 20 kg (2 kg sapuan, 7 kg

teri kulit, 8 kg serbuk, 3 kg sarang semut) yang menghasilkan 62 cc minyak dalam

satu periode produksi, maka jumlah pohon yang harus disediakan adalah sebanyak

27 pohon hasil penjarangan atau lahan seluas 1 ha.

Jika pada keuntungan maksimum sebesar Rp4.027.000,- dengan tingkat

produksi 1.000 cc minyak dengan kebutuhan bahan baku sekitar 322,5 kg (32,5 kg

sapuan, 112,5 kg teri kulit, 129 kg serbuk, 48,5 kg sarang semut), maka pohon yang

harus tersedia adalah 432 pohon atau lahan seluas 64 ha dengan masing-masing

umur seluas 16 ha.

Berikut ini disajikan analisis produksi dan BEP Usaha Minyak Gaharu (Tabel 6)

dan nilai BEP pada usaha penyulingan minyak gaharu pada berbagai kelas kualitas

bahan baku yang digunakan (Tabel 7).

Tabel 6. Analisis Produksi dan BEP Usaha Minyak Gaharu

Jenis Harga per kg

(Rp)

Produksi minyak

(cc/kg)

Harga jual minyak

per cc (Rp)

BEP per unit

(Rp)

Keuntungan

per kg (Rp)

Sapuan

Teri kulit

Campuran

Serbuk

Sarang semut

250.000

150.000

113.500

75.000

40.000

5

3,6

3,1

2

1,5

65.000

55.000

50.000

30.000

10.000

1.451,20

2.716,24

3.485,63

-861,00

-269,00

48.469,45

21.469,45

14.969,45

-41.530,55

-51.530,55

Tabel 7. Nilai BEP (q), BEP (Rp), BEP (Unit) dan Keuntungan pada Usaha Penyulingan Minyak

Gaharu

Jenis BEP(q) (cc) BEP (Rp) BEP setiap unit (Rp) Keuntungan (Rp)

Sapuan 2,38 145.120,00 1.451,20 969.389,00

Teri kulit 4,16 195.569,00 2.716,24 429.389,00

Page 11: ANALISIS BIAYA PENYULINGAN MINYAK GAHARU · ANALISIS BIAYA PENYULINGAN MINYAK GAHARU DAN PRODUK SAMPINGANNYA PADA INDUSTRI ... Program Pascasarjana Unmul, Samarinda. 2 Laboratorium

Aziza dkk. (2010). Analisis Biaya Penyulingan Minyak Gaharu 138

Tabel 7 (lanjutan)

Jenis BEP(q) (cc) BEP (Rp) BEP setiap unit (Rp) Keuntungan (Rp)

Campuran 5,44 216.111,00 3.485,66 299.389,00

Serbuk -0,99 -34.428,00 -861,00 -830.611,00

Sarang semut -0,61 -8.072,00 -269,00 -1.030.611,00

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Tahapan dalam proses penyulingan dengan metode pengukusan meliputi tiga

tahap yaitu persiapan bahan baku, persiapan alat dan pelaksanaan penyulingan. Pada

proses penyulingan minyak yang menggunakan bahan baku dari kualitas secara

tunggal maupun campuran, metode yang digunakan adalah sama yaitu dengan

pengukusan. Selain menghasilkan minyak gaharu, proses penyulingan juga

menghasilkan produk sampingan berupa ampas sisa hasil sulingan yang dapat

digunakan sebagai bahan baku pembuatan dupa atau hio.

Jumlah biaya yang dikeluarkan pada penyulingan minyak dengan bahan baku

campuran adalah sebesar Rp2.872.611,- per satu periode produksi (lama waktu

penyulingan 15 sampai 18 jam) dengan nilai pendapatan dari produksi minyak

sebanyak 62 cc adalah Rp3.172.000,-. Dengan produksi sebanyak itu, BEP dicapai

pada harga Rp216.111,- atau Rp3.485,66 per cc.

Keuntungan maksimum usaha penyulingan minyak gaharu dicapai pada

produksi 1.000 cc dengan nilai Rp4.027.000,-.

Saran

Bahan baku gaharu yang digunakan dalam proses penyulingan sebaiknya

dengan pencampuran dari beberapa kelas (mutu) dengan umur inokulasi berkisar

antara 2 sampai 8 tahun.

Diperbolehkan menggunakan bahan baku dari satu kelas saja seperti kelas

sapuan dan teri kulit karena keuntungan yang diperoleh cukup tinggi yaitu

Rp969.389,- dan Rp429.389,-. Namun ketersediaan bahan baku menjadi salah satu

kendala.

Sebaiknya tidak menggunakan kelas serbuk atau kelas sarang semut secara

tunggal, karena tidak akan memberikan keuntungan secara ekonomi. Biaya yang

dikeluarkan selama satu periode produksi untuk kelas serbuk Rp1.402.611,- dan

Rp2.102.611,- untuk kelas sarang semut yang melebihi pendapatan yang diperoleh

yaitu sebesar Rp1.272.000,- untuk kelas serbuk dan Rp372.000,- untuk kelas sarang

semut.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009a. Gaharu: HHBK yang Menjadi Primadona. http://www.dephut.go.id/

halaman/standardisasi_&_lingkungan_kehutanan/info_vo2/vi_vo2.htm. 6 h.

Anonim. 2009b. Trubus Info Kit: Minyak Atsiri, Volume 7, Juni 2009. PT Trubus Swadaya,

Jakarta.

Page 12: ANALISIS BIAYA PENYULINGAN MINYAK GAHARU · ANALISIS BIAYA PENYULINGAN MINYAK GAHARU DAN PRODUK SAMPINGANNYA PADA INDUSTRI ... Program Pascasarjana Unmul, Samarinda. 2 Laboratorium

139 JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 3 (2), OKTOBER 2010

Denok, M. 2010. Analisis Finansial Kelayakan Usaha Tani Gaharu. Skripsi Sarjana Fakultas

Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda.

Soehardi, S. 1990. Analisis Break Even. Analisis Secara Ringkas dan Praktis. BPFE,

Yogyakarta.

Sukirno, S. 1994. Pengantar Teori Mikroekonomi. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sumarna, Y. 2005. Strategi Budidaya dan Pengembangan Produksi Gaharu. Makalah

Disampaikan pada Seminar Nasional Gaharu, Bogor 12 Desember 2005. Badan

Litbang Kehutanan, Bogor.

Sumarna, Y. 2009. Gaharu, Budidaya dan Rekayasa Produksi. Penebar Swadaya, Jakarta.

76 h.

Suwardi, E. dan E. Edriana. 2005. Gaharu dan Prospek Peningkatan Nilai Tambah Melalui

Penyulingan Tepat Guna. Makalah Disampaikan pada Seminar Nasional Gaharu, Bogor

12 Desember 2005. Badan Litbang Kehutanan, Bogor.

Page 13: ANALISIS BIAYA PENYULINGAN MINYAK GAHARU · ANALISIS BIAYA PENYULINGAN MINYAK GAHARU DAN PRODUK SAMPINGANNYA PADA INDUSTRI ... Program Pascasarjana Unmul, Samarinda. 2 Laboratorium