9
Preferensi Konsumen Terhadap Produk Selai Buah Nipah Menggunakan Analisis Konjoin Consumer’s Preference on Nipah Fruit Jam Product Using Conjoint Analysis. Minor Thesis Dwi Hardiyanto 1 ; Usman Effendi 2 ; Ika Atsari Dewi 2 1). Alumni Jurusan Teknologi Industri Pertanian - Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya 2). Staf Pengajar Jurusan Teknologi Industri Pertanian - Fak. Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya Jl. Veteran - Malang 65145 [email protected] ABSTRAK Produk selai di tengah-tengah masyarakat Indonesia semakin populer, hal ini tidak terlepas dari keunikan yang ditawarkan dalam produk tersebut. Semakin tingginya permintaan masyarakat Indonesia terhadap produk selai maka produsen dituntut untuk membuat inovasi-inovasi baru untuk menghindari kejenuhan konsumen terhadap produk selai. Selai buah nipah merupakan salah satu inovasi baru produk selai yang merupakan diversifikasi pangan tanaman nipah menjadi produk yang nilai ekonominya tinggi. Penelitian ini bertujuan mengetahui kombinasi karakteristik produk selai buah nipah yang disukai konsumen, serta mengetahui atribut selai buah nipah yang diprioritaskan untuk dipertahankan sesuai dengan nilai kegunaan yang muncul setiap atribut. Pengolahan data hasil kuesioner menggunakan SPSS 17.0 for Windows didapatkan dengan level tingkat kemanisan yang rendah menjadi pilihan yang paling disukai oleh responden dengan nilai kegunaan atau Utility sebesar 0.49, sedangkan untuk atribut aroma, responden lebih menyukai adanya penambahan penguat aroma kelapa pada produk selai buah nipah dengan nilai kegunaan sebesar 0.258. Atribut warna diperoleh bahwa responden lebih menyukai adanya penambahan pewarna merah yaitu kuning dengan nilai kegunaan sebesar 0.018. Hasil yang diperoleh untuk atribut tekstur yaitu tingkat kekentalan tinggi menjadi level yang sangat disukai oleh responden dengan nilai kegunaan sebesar 0.109. Untuk nilai tingkat kepentingan tertinggi terdapat pada atribut rasa yaitu 29.99%, sedangkan tingkat kepentingan kedua adalah atribut tekstur dengan nilai 28.69%, untuk tingkat kepentingan ketiga dan keempat adalah atribut aroma dan warna dengan nilai 25.27% dan 16.05%. Kata Kunci : Diversifikasi, Atribut, Stimuli, Holdout ABSTRACT Jam products become more popular among Indonesian people for its uniqueness. Higher demand on jam products required jam producers to create new innovations to avoid consumer’s saturation on the products. Nipah fruit jam is one of new innovations of jam products that diversified nipah fruit into higher economic value product. . In this setting, before the product is launched into market, it should be conducted the research on consumer’s preference. The research is expected can show consumers’ responses and commentaries on what kind jam they prefer and expectation on jam characteristics on which nipah fruit jam will be developed. Questionnaire data is processed used SPSS 17.0 for Windows and it resulted that low sweetness level is more preferred by respondents with utility 0.49, and for aroma attribute, respondents more prefer addition of coconut essence on the nipah fruit jam products with utility score 0.258. Color attribute showed that respondents more preferred addition red dye, that is yellow, with utility score 0.018. The result on texture attribute showed that high viscosity is most preferred by consumers with utility score 0.109. On highest interest on taste attribute, the score is 29.99%, followed by texture attribute with 28.69%, and aroma and color attributes with 25.27% and 16.05% respectively. Keywords: Diversification, Attribute, Stimuli, Holdout

Analisis Conjoint

  • Upload
    risman

  • View
    22

  • Download
    1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Analisis Conjoint; Statistika

Citation preview

Page 1: Analisis Conjoint

Preferensi Konsumen Terhadap Produk Selai Buah Nipah Menggunakan Analisis Konjoin Consumer’s Preference on Nipah Fruit Jam Product Using Conjoint Analysis. Minor Thesis

Dwi Hardiyanto1; Usman Effendi2; Ika Atsari Dewi2

1). Alumni Jurusan Teknologi Industri Pertanian - Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya

2). Staf Pengajar Jurusan Teknologi Industri Pertanian - Fak. Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya

Jl. Veteran - Malang 65145 [email protected]

ABSTRAK

Produk selai di tengah-tengah masyarakat Indonesia semakin populer, hal ini tidak terlepas dari keunikan yang ditawarkan dalam produk tersebut. Semakin tingginya permintaan masyarakat Indonesia terhadap produk selai maka produsen dituntut untuk membuat inovasi-inovasi baru untuk menghindari kejenuhan konsumen terhadap produk selai. Selai buah nipah merupakan salah satu inovasi baru produk selai yang merupakan diversifikasi pangan tanaman nipah menjadi produk yang nilai ekonominya tinggi. Penelitian ini bertujuan mengetahui kombinasi karakteristik produk selai buah nipah yang disukai konsumen, serta mengetahui atribut selai buah nipah yang diprioritaskan untuk dipertahankan sesuai dengan nilai kegunaan yang muncul setiap atribut.

Pengolahan data hasil kuesioner menggunakan SPSS 17.0 for Windows didapatkan dengan level tingkat kemanisan yang rendah menjadi pilihan yang paling disukai oleh responden dengan nilai kegunaan atau Utility sebesar 0.49, sedangkan untuk atribut aroma, responden lebih menyukai adanya penambahan penguat aroma kelapa pada produk selai buah nipah dengan nilai kegunaan sebesar 0.258. Atribut warna diperoleh bahwa responden lebih menyukai adanya penambahan pewarna merah yaitu kuning dengan nilai kegunaan sebesar 0.018. Hasil yang diperoleh untuk atribut tekstur yaitu tingkat kekentalan tinggi menjadi level yang sangat disukai oleh responden dengan nilai kegunaan sebesar 0.109. Untuk nilai tingkat kepentingan tertinggi terdapat pada atribut rasa yaitu 29.99%, sedangkan tingkat kepentingan kedua adalah atribut tekstur dengan nilai 28.69%, untuk tingkat kepentingan ketiga dan keempat adalah atribut aroma dan warna dengan nilai 25.27% dan 16.05%.

Kata Kunci : Diversifikasi, Atribut, Stimuli, Holdout

ABSTRACT

Jam products become more popular among Indonesian people for its uniqueness. Higher demand on jam products required jam producers to create new innovations to avoid consumer’s saturation on the products. Nipah fruit jam is one of new innovations of jam products that diversified nipah fruit into higher economic value product. . In this setting, before the product is launched into market, it should be conducted the research on consumer’s preference. The research is expected can show consumers’ responses and commentaries on what kind jam they prefer and expectation on jam characteristics on which nipah fruit jam will be developed.

Questionnaire data is processed used SPSS 17.0 for Windows and it resulted that low sweetness level is more preferred by respondents with utility 0.49, and for aroma attribute, respondents more prefer addition of coconut essence on the nipah fruit jam products with utility score 0.258. Color attribute showed that respondents more preferred addition red dye, that is yellow, with utility score 0.018. The result on texture attribute showed that high viscosity is most preferred by consumers with utility score 0.109. On highest interest on taste attribute, the score is 29.99%, followed by texture attribute with 28.69%, and aroma and color attributes with 25.27% and 16.05% respectively.

Keywords: Diversification, Attribute, Stimuli, Holdout

Page 2: Analisis Conjoint

Pendahuluan Nipah adalah sejenis palem yang

banyak tumbuh di berbagai wilayah Indonesia. Tanaman tersebut banyak tumbuh di dataran rendah berair seperti di rawa-rawa, sekitar sungai, waduk dan sepanjang garis pantai pasang surut. Hingga kini sebagian besar tanaman nipah tumbuh secara alami atau belum dibudidayakan secara intensif, hal tersebut disebabkan karena manfaat nipah bagi masyarakat masih terbatas pada penggunaan daun sebagai atap rumah dan anyaman dalam jumlah yang relatif kecil, sehingga sebagian besar nipah yang ada di Indonesia hanya digunakan sebagai tanaman konservasi, belum ke arah tanaman industri. Dalam rangka memaksimalkan peningkatan nilai ekonomis tanaman nipah perlu adanya diversifikasi pangan menjadi produk yang nilai ekonominya tinggi, diantaranya adalah pemanfaatan nira dan buah menjadi produk selai. Menurut Sadjad (2007), diversifikasi pangan merupakan jalan keluar yang saat ini dianggap paling baik untuk memecahkan masalah dalam pemenuhan kebutuhan pangan.

Selai didefinisikan sebagai suatu bahan pangan setengah padat yang dibuat dari kurang dari 45 % dari bagian berat zat penyusun sari buah dan 55% dari bagian berat gula (Anonymous, 2011). Campuran ini dikentalkan sampai mencapai kadar zat padat terlarut tidak kurang dari 65%. Zat warna dan cita rasa dapat ditambahkan. Selai yang merupakan awetan dari sari buah atau buah-buahan yang telah dihancurkan dan diolah sedemikian rupa sehingga menjadi tekstur yang lengket dan kental dengan kemasan yang minimalis serta rasa dan aroma buah yang tajam.

Semakin tingginya permintaan masyarakat Indonesia terhadap produk selai maka produsen dituntut untuk membuat inovasi-inovasi baru untuk menghindari kejenuhan konsumen terhadap produk selai. Alamsjah (2006) berpendapat, seperti halnya industri lain, industri selai juga harus berinovasi untuk menghilangkan kejenuhan dan mengembangkan pasar. Selai buah dengan bahan dasar buah nipah merupakan

inovasi baru terhadap perkembangan produk selai buah di Indonesia, sehingga sebelum produk baru ini dipasarkan perlu adanya tahap perkenalan yang bertujuan mengetahui tingkat preferensi (kesukaan) konsumen terhadap selai. Produk selai buah nipah pada dasarnya mempunyai keunikan yang sama pada produk selai lainnya yang ciri khasnya di ambil dari bahan dasar buah itu sediri, dari segi aroma yang mempunyai ciri khas beraroma kelapa, tekstur yang kental, warna kuning pekat, serta rasa manis.

Preferensi konsumen dapat berarti kesukaan, pilihan atau sesuatu yang lebih disukai oleh konsumen. Preferensi ini terbentuk dari persepsi terhadap produk (Assael, 2002). Foster (2002), menjelaskan bahwa setiap orang bertingkah laku sesuai dengan preferensi mereka, maka banyak tindakan konsumen yang dapat diramalkan terlebih dahulu. Preferensi konsumen terhadap suatu barang dapat diketahui dengan menentukan atribut-atribut atau faktor-faktor yang melekat pada produk tersebut yang dapat mempengaruhi seseorang sebagai pertimbangannya untuk memeilih barang tersebut. Hasil dari perkenalan tersebut akan memperlihatkan respon dan komentar konsumen terhadap selai yang diinginkan serta harapan terhadap karaktersistik selai yang akan menjadi dasar pengembangan selai buah nipah selanjutnya.

Salah satu metode untuk mengetahui tingkat kesukaan konsumen berdasarkan kombinasi atribut-atribut yang melekat pada selai buah nipah adalah menggunakan Analisis Konjoin. Analisis Konjoin adalah suatu teknik data multivariat yang diterapkan untuk memahami pola pemilihan produk atau jasa oleh responden (konsumen). Sejak kemunculannya pada pertengahan tahun 1970, penerimaan publik terhadap Analisis Konjoin semakin baik. Kenyataan ini dikarenakan keunikan metode Konjoin yang tidak dimiliki oleh metode analisis multivariat lainnya yaitu mampu membuat taksiran model (profil produk) untuk memprediksi preferensi tiap-tiap responden. Sebagai salah satu teknik Multivariate Dependence Method, Analisis

Page 3: Analisis Conjoint

Konjoin sengat cocok untuk memehami reaksi konsumen serta membuat evaluasi terhadap kombinasi dari atribut-atribut produk sehingga bisa ditentukan produk yang potensial untuk dikembangkan.

Bahan dan Metode

Penelitian ini mengambil responden dari konsumen yang datang di beberapa toko roti di kota malang. Pengambilan data responden dilakukan dengan cara mendatangi toko roti yang dituju kemudian meminta ijin kepada konsumen yang datang untuk mencoba selai buah nipah yang telah disediakan bersama roti, selanjutnya responden akan mengisi kuesioner serta diberi sedikit penjelasan tentang cara pengisian kuesioner.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini berupa atribut yang melekat pada selai nipah. Tiap-tiap atribut kemudian akan dijabarkan dalam level-level atribut. Pertimbangan yang digunakan dalam pemilihan atribut adalah kemudahan dalam menyusun level dan kemudahan responden dalam memberikan penilain. Penentuan harga dan desain kemasan tidak dimasukkan dalam variabel peneliti karena posisi produk selai buah nipah di pasaran yang merupakan produk baru, sehingga atribut yang diteliti hanya mencakup pada karakteristik mendasar dalam produk selai. Pada atribut aroma dipilih dua level yaitu, penambahan penguat aroma kelapa dan aroma buah asli. Pemilihan ini dikarenakan aroma buah asli memiliki aroma kelapa yang rendah sehingga penambahan penguat aroma kelapa menjadi alternatif penguat aroma selai buah nipah. Untuk atribut rasa levelnya difokuskan pada tingkat kemanisan yaitu, tingkat kemanisan tinggi, sedang, dan rendah. Atribut warna mempunyai dua level yang didasarkan pada warna asli selai buah nipah yaitu kuning, sedangkan level berikutnya adalah penambahan pewarna merah yang akan mempertajam warna selai itu sendiri. Warna yang mencolok akan menambah ketertarikan konsumen dalam pemilihan produk makanan. Arti psikologi warna merah berarti energi, gairah, action, kekuatan dan kegembiraan, sehingga warna merah merangsang indra fisik. Hal

ini merangsang nafsu makan dan dengan demikian merupakan warna dominan untuk digunakan bagi setiap produk yang berhubungan dengan makanan dan layanan, termasuk restoran dan bisnis makanan (Richard 2006).

Level tekstur ditentukan tiga level yang didasarkan pada ciri khas selai pada umumnya, yaitu tingkat kekentalan pada selai. Diharapkan hasil dari penelitian dengan atribut-atribut serta level-level yang telah ditentukan tersebut bisa dikembangkan dengan penambahan atribut-atribut lain yang belum diteliti.

Pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini dirancang dalam bentuk skala likert. Supranto (2002), mengatakan penganjur rating percaya bahwa penggunaan rating lebih mudah diteliti dibandingkan dengan menggunakan rangking. Berdasarkan pertimbangan tersebut penelitian menggunakan rating dalam Skala likert yang bertujuan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang tentang kejadian atau gejala sosial. Hubungan antara skor bilangan dan pilihan suka terdapat pada Tabel 1. Tabel 1. Skala likert

Pernyataan Skor

Sangat Suka (SS) 5

Suka (S) 4

Cukup Suka (CS) 3

Tidak Suka (TS) 2

Sangat Tidak Suka (STS) 1

Hasil dan Pembahasan

Penelitian ini mengambil responden dari konsumen yang datang di beberapa toko roti di kota malang. Pengambilan data responden dilakukan dengan cara mendatangi toko roti yang dituju kemudian meminta ijin kepada konsumen yang datang untuk mencoba selai buah nipah yang telah disediakan bersama roti, selanjutnya responden akan mengisi kuesioner serta diberi sedikit penjelasan tentang cara pengisian kuesioner. Tabulasi data dari segi jenis kelamin tidak mengambarkan perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan, hal ini berarti tidak ada dominasi jenis kelamin

Page 4: Analisis Conjoint

dalam proses pembelian roti. Terdapat 52% responden berjenis kelamin perempuan dan 48% reponden berjenis kelamin laki-laki.

Pada segi usia terlihat bahwa 41 responden atau 48% berusia antara 20-40 tahun, 4 responden atau 8% berusia kurang dari 20 tahun, serta 5 responden atau 10% berusia diatas 40 tahun. Hasil tersebut menunjukkan bahwa konsumen roti didominasi oleh orang yang sudah dewasa dan dalam usia produktif yaitu berkisaran antara 20 sampai 40 tahun. Usia merupakan salah satu faktor dalam preferensi konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian. Menurut Simamora (2004), keputusan pembelian dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti umur dan tahapan daur hidup, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep diri pembeli. Orang-orang dewasa biasanya mengalami perubahan atau transformasi tertentu pada saat mereka menjalani hidupnya.

Dari segi pekerjaan terdapat 32% responden bekerja sebagai Pegawai/Karyawan di perusahaan swasta, 24% Wirausaha, 22% Mahasiswa, 18% PNS, dan 4% Ibu rumah tangga. Menurut Sunardi (2005), perbedaan tingkat kesibukan seseorang merupakan salah satu faktor paling berpengaruh dalam penentuan pola hidup manusia dari segi kesehatan, seperti asupan gizi yang cukup, jam tidur yang cukup, refreshing/rekreasi, olahraga dan lain-lain.

Dilihat dari segi pendidikan terakhir, respoden mayoritas memiliki gelar sarjana yaitu 58% atau sebanyak 29 responden dan untuk tingkat pendidikan SMA sebanyak 42% atau 21 responden. Tabulasi dari item pendapatan setiap bulan dapat dilihat bahwa tingkat pendapatan responden diatas Rp. 1.000.000 sebanyak 36% hanya selisih 6% dari tingkat pendapatan diatas Rp. 2.000.000 yaitu 30% responden, begitu juga untuk tingkat pendapatan responden dibawah atau sama dengan Rp. 1.000.000 hanya terpaut 6% dari tingkat pendapatan sebelumnya yaitu 24%, sedangkan tingkat pendapatan diatas Rp. 3.000.000 terdapat 5 responden atau hanya 10%. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat pendapatan antara Rp. 1.000.000 sampai Rp. 3.000.000 merupakan mayoritas

konsumen roti. Menurut kotler dan Kevin (2009), keadaan ekonomi seseorang dilihat dari tingkat pendapatan yang dapat berpengaruh terhadap pilihan produk.

Uji Validasi dan Reliabilitas

Diperoleh nilai R sebesar 0.985. Nilai ini digunakan untuk menunjukkan kevaliditasan instrumen. Menurut Arikunto (2003), nilai R antara 0.800 sampai 1.00 menunjukkan adanya tingkat korelasi yang tinggi antara variabel Y dengan X, sehingga nilai R 0.985 dapat disimpulkan bahwa ada kolerasi yang tinggi antara preferensi dengan profil produk yang ditawarkan. Nilai Holdout diperoleh sebesar 1.00. Pada tingkat kesalahan 5% dengan perbandingan antara nilai R 0.985 dan Holdout 1.00 adalah 0.015 masih bisa diterima, dengan kata lain hasil kuesioner ini masuk dalam katagori valid dengan tingkat kepercayaan sebesar 95%.

Menurut Sugiyono (2003), reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan dua cara yaitu; Repated measure atau pengukuran ulang, disini responden akan disodori soal yang sama pada waktu yang berbeda, dan kemudian dilihat apakah jawabannya sama atau tidak. One Shot atau pengukuran sekali saja. Disini pengukurannya hanya sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain atau mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan. Software SPSS menyediakan fasilitas ini dengan uji statistik Cronbach Aplha (α). Suatu konstruk atau variabel dinyatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0.60. Pengujian reliabilitas pada kuesioner ini menggunakan cara One Shot atau pengukuran sekali saja yang dapat dilihat pada Lampiran 4. Dapat dilihat bahwa hasil Cronbach Aplha (α) adalah 0.638 atau 63.8% sehingga dapat dikatakan bahwa kuesioner reliable.

Page 5: Analisis Conjoint

Tinggi Sedang Rendah

Tingkat Kemanisan

-0.11 -0.38 0.49

-0.6

-0.4

-0.2

0

0.2

0.4

0.6

Uti

lity

KelapaBuah Asli

Penambahan Penguat Aroma

0.258 -0.258

-0.3-0.2-0.1

00.10.20.3

Uti

lity

Nilai Kegunaan Level Atribut Rasa Untuk atribut rasa dengan tingkat

kemanisan rendah yang paling disukai oleh konsumen dengan nilai utilitas sebesar 0.49, sedangkan tingkat kemanisan tinggi dan tingkat kemanisan rendah yang mendapatkan nilai utilitas sebesar -0.11 dan -0.38 menjadi level atribut rasa yang paling tidak disukai. Nilai utilitas yang diperoleh dari level atribut rasa dengan tingkat kemanisan dapat disimpulkan bahwa konsumen lebih menyukai selai buah nipah dengan tingkat kemanisan yang relatif rendah.

Pada dasarnya produk selai buah nipah mempunyai tingkat kemanisan yang tinggi karena penggunaan bahan baku gula yang cukup banyak pada produk tesebut. Rasa manis yang berlebihan pada umumnya menyebabkan rasa eneg pada sebagian besar konsumen dimana hal tersebut tidak disukai oleh konsumen. Tingkat kemanisan yang tinggi juga memberikan asumsi negatif terhadap konsumsi glukosa yang berlebihan sehingga mengganggu kesehatan (anonymous, 2011).

Gambar 1. Grafik nilai kegunaan level atribut rasa Nilai Kegunaan Level Atribut Aroma

Gambar 2. Grafik nilai kegunaan level atribut aroma

Nilai tertinggi terdapat pada level atribut aroma dengan penambahan penguat aroma kelapa yang mempunyai nilai utilitas sebesar 0.258. Untuk level atribut dengan aroma buah asli mendapatkan nilai utilitas -0.258. Hasil tersebut menunjukkan bahwa responden lebih mengiginkan selai buah nipah dengan penambahan penguat aroma kelapa. Aroma suatu produk makanan menjadi faktor yang sangat menunjang dalam keputusan pembelian sesuai tingkat kesukaan masing-masing konsumen. Faktor pribadi konsumen didalamnya akan sangat berpengaruh, konsumen yang suka mengkonsumsi buah jeruk secara otomatis akan suka terhadap aroma jeruk dan sebaliknya (Anonymous, 2012). Nilai Kegunaan Level Atribut Warna

Untuk atribut warna, responden lebih menyukai adanya penambahan pewarna merah dengan nilai kegunaan sebesar 0.018, sedangkan untuk nilai kegunaan pada level tanpa penambahan pewarna merah atau buah asli adalah -0.018. Warna selai buah nipah berasal dari proses perebusan nira nipah yang berwarna merah dan gula pasir yang membuat warna selai buah nipah menjadi kuning. Percobaan pembuatan selai buah nipah menunjukkan semakin banyak penggunaan gula pada proses pembuatan membuat warna selai nipah menjadi semakin memerah, namun percobaan terbaik menghasilkan warna selai menjadi kuning, yaitu dengan takran gula nipah sebesar 650 gram nira nipah 500 gram potongan buah nipah.

Indra penglihatan pada manusia merupakan salah satu faktor dalam pemilihan konsumen terhadap suatu produk. Penampakan yang ada dalam suatu produk seperti desain kemasan, warna produk, volume produk dan lain-lain menjadi salah satu faktor keputusan pembelian konsumen. Desain produk dan warna produk yang menarik akan mendorong konsumen untuk memilih produk tersebut (Sunardi, 2005). Penambahan pewarna merah yang mencolok pada selai buah nipah diduga akan memberikan kesan yang menarik kepada konsumen sehingga akan menarik

Page 6: Analisis Conjoint

Tinggi Sedang Rendah

Tingkat Kekentalan 0.109 -0.151 0.042

-0.2

-0.15

-0.1

-0.05

0

0.05

0.1

0.15

Uti

lity

Tingkat

Kemanisan

Penambah

an Penguat

Aroma

Penambah

an Pewarna

Tingkat

kekentala

n

Tingkat Kepentingan

Atribut 29.99% 25.27% 16.05% 28.69%

0.00%

5.00%

10.00%

15.00%

20.00%

25.00%

30.00%

35.00%

Uti

lity

MerahBuah Asli

Penambahan Pewarna 0.18 -0.18

-0.2

-0.1

0

0.1

0.2

Uti

lity

konsumen untuk membeli produk selai tersebut.

Gambar 3. Grafik nilai kegunaan level atribut warna Nilai Kegunaan Level Atribut Tekstur

Atribut tekstur dibagi menjadi tiga level yaitu tingkat kekentalan tinggi, tingkat kekentalan sedang, dan tingkat kekentalan rendah. Pemilihan level tersebut didasarkan pada produk selai pada umumnya yang memiliki tingkat kekentalan yang berbeda-beda.

Dapat dilihat pada Gambar bahwa tingkat kekentalan tinggi menjadi pilihan yang paling disukai oleh responden dengan nilai kegunaan atau utility sebesar 0,109. Untuk level tingkat kekentalan rendah mendapatkan peringkat kedua yang paling disukai oleh responden dan mendapatkan nilai kegunaan atau utility seberas 0.042, sedangkan untuk level tingkat kekentalan sedang, paling tidak disukai oleh responden dengan nilai kegunaan atau utility sebesar -0.151. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa konsumen selai lebih menyukai selai dengan tingkat kekentalan yang tinggi atau dengan tingkat kekentalan yang sangat rendah (encer). Gambar 4. Grafik nilai kegunaan level atribut tekstur

Semakin banyaknya konsumen selai di Indonesia menuntut produsen selai untuk lebih berinovasi dalam mengahadapi persaingan pasar yang semakin ketat, hal ini akan membuat produk selai beraneka ragam, baik dari hal kemasan, bahan baku utama, tekstur selai, dan sebagainya (Alamjah, 2006). Tingkat Kepentingan Setiap Atribut Gambar menunjukkan bahwa secara rata-rata atribut rasa memiliki tingkat kepentingan yang paling tinggi yaitu 29.99%, dibandingkan dengan atribut lainnya. Hasil tersebut sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh Piggot (1984) dalam Assael (2002), bahwa penilaian seseorang terhadap suatu produk, rasa (flavour) menjadi lebih penting dari sifat lainnya ketika bahan makanan tersebut dikecap. Menurut Soekarto (2003), rasa makanan merupakan campuran dari tanggapan cicip, bau, dan juga rangsangan lain seperti penglihatan, sentuhan, dan pendengaran. Gambar 5. Grafik tingkat kepentingan setiap atribut Tingkat kepentingan kedua berada pada atribut tekstur yaitu memiliki tingkat kepentingan sebesar 28.69%. Tekstur dirasakan dengan kombinasi dari indra perasa, yaitu peraba, perasa lidah, penglihatan dan pendengaran. Tekstur adalah kualitas kunci dari banyak makanan, seperti kelebutan dari daging, kehalusan dari roti, bentuk partikel-partikel dalam makanan, seperti tekstur dari buah pir yang berpasir (Soekarto,

Page 7: Analisis Conjoint

2003). Menurut Alamjas (2006) selaku direktur PT. Multisari Langgeng Jaya, Keunikan selai yang menjadi salah satu produk yang kini disukai oleh banyak konsumen adalah tekstur yang lengket dan kental sarta rasa manis yang dijadikan sebagai bahan pelengkap untuk mengkonsumsi roti. Pernyataan tersebut sesuai dengan hasil dari tingkat kepentingan atribut tekstur dimana responden memberikan peringkat kedua dalam proses pemilihan produk selai. Tingkat kepentingan atribut aroma menduduki peringkat ketiga dalam penilaian responden dimana atribut tersebut mendapatkan nilai tingkat kepentingan sebesar 25.27%. Selai pada umunya mempunyai ciri aroma sesuai bahan dasar yang digunakan. Selai berbahan dasar apel, akan mempunyai aroma apel, selai berbahan dasar nanas akan menpunyai aroma nanas. Buah memiliki cita rasa yang khas, namun tidak terlalu tegas apabila tidak dibantu dengan gula dan bahan penguat aroma dan cita rasa. misalnya: daun pandan, keningar (kayu manis), cengkeh, vanili dan essence (Anonim, 2012). Diduga tingkat kepentingan pada atribut aroma berada pada peringkat ke tiga karena selai nipah sendiri telah mempunyai aroma kelapa walaupun tidak begitu menyengat, sehingga responden menganggap tingkat kepentingan atribut ini tidak menjadi faktor yang diperhatikan dalam proses pemilihan produk selai nipah. Atribut warna mempunyai nilai tingkat kepentingan terendah yaitu 16.05%. Perlakuan terbaik dari proses pembuatan selai buah nipah menghasilkan warna kuning, yang berasal dari nira nipah yang berwarna merah, gula, dan buah nipah yang berwarna putih. Menurut Endang (2008), warna asli buah sudah cukup menarik sehingga produk selai tidak memerlukan tambahan pewarna, tetapi untuk lebih berinovasi dan memikat konsumen agar lebih tertarik, penambahan pewarna boleh dilakukan namun dengan takaran yang sewajarnya karena akan berpengaruh terhadap rasa, aroma, dan tekstur selai. Atribut warna pada selai buah nipah diduga menjadi faktor yang tidak diperhatikan karena warna kuning

yang dimiliki selai buah nipah sudah menarik perhatian konsumen. Kesimpulan

Pengolahan data hasil kuesioner dapat disimpulkan bahwa pada atribut rasa dengan level tingkat kemanisan yang rendah menjadi pilihan yang paling disukai oleh responden dengan nilai kegunaan atau Utility sebesar 0.49, sedangkan untuk atribut aroma, responden lebih menyukai adanya penambahan penguat aroma kelapa pada produk selai buah nipah dengan nilai kegunaan sebesar 0.258. Atribut warna diperoleh bahwa responden lebih menyukai adanya penambahan pewarna merah dibandingkan dengan warna asli selai buah nipah yaitu kuning dengan nilai kegunaan sebesar 0.018. Hasil yang diperoleh untuk atribut tekstur yaitu tingkat kekentalan tinggi menjadi level yang sangat disukai oleh responden dengan nilai kegunaan sebesar 0.109. Dari hasil tersebut didapat bahwa kombinasi atribut yang paling disukai oleh responden adalah tingkat kemanisan rendah, aroma kelapa, penambahan pewarna merah, dan tingkat kekentalan tinggi.

Hasil dari pengolahan data menggunakan metode konjoin diperoleh bahwa nilai tingkat kepentingan tertinggi sebagai pertimbangan konsumen dalam membeli selai buah nipah terdapat pada atribut rasa yaitu 29.99%, sedangkan tingkat kepentingan kedua adalah atribut tekstur dengan nilai 28.69%, untuk tingkat kepentingan ketiga dan keempat adalah atribut aroma dan warna dengan nilai 25.27% dan 16.05%. Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa aribut selai buah nipah yang diprioritaskan untuk diperbaiki yaitu pada atribut rasa, tekstur, dan aroma, sedangkan untuk warna dengan nilai tingkat kepentingan terendah tidak perlu dilakukan perbaikan.

Ucapan Terimkasih

Segala puja dan puji sukur atas kehadirat Allah SWT dengan segala rahmat, hidayah, dan karunia-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Preferensi Konsumen Terhadap Produk Selai Buah Nipah Menggunakan Analisis Konjoin”.

Page 8: Analisis Conjoint

Penulisan Skripsi ini sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya Malang pada tahun 2013. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Nur Hidayat, MP. selaku ketua Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya.

2. Bapak Usman effendi, MS dan Ibu Ika Atsari Dewi, STP.MP selaku Dosen Pembibing yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, saran, serta motivasi kepada penulis dalam penyelesaian skripsi.

3. Ibu Dr. Retno Astuti, STP. MT dan Ibu Dhita Morita Ikasari, STP.MP selaku penguji yang telah memberi kritik, saran, dan masukan yang positif kepada penulis.

4. Kedua orang tua serta saudara-saudari yang telah memberikan dukungan, doa, dan kasih sayangnya kepada penulis.

5. Kekasih tercinta, Fridha Yulianti, Spd, sahabat terkasih Miftakhur Rozikin, STP, Azizah Zamroni, STP, Febri Neuron Amanu, STP dan Susanti Dwi, STP yang selalu memberi dukungan moril kepada penulis.

6. CJ22 family, Slabet family, seluruh pengurus BEM FTP 2011-2012, keluarga besar angkatan 2008 serta semua teman-teman yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Daftar Pustaka

Anonymous. 2005. Pengolahan dan Pemanfaatan Keanekaragaman Buah Menjadi Selai dan Jelly Buah. Dilihat 28 Januari 2013. <http://semestaindonesia.com>

Anonymous. 2011. Teknologi Tepat Guna Pengolahan Pangan Selai dan Jelly Buah. Sentra informasi IPTEK. Kementerian Riset dan Teknologi.

__________. 2012. Aroma Buah Sebagai

Terapi kesehatan. Dilihat 5 Januari 2013. <http://tinimaulani.com>

__________. 2012. Mutu Selai Campuran

Nenas. Jurnal Pendidikan Dan Keluarga UNP. Dilihat 5 Januari

2013. http://jurnal.pdii.go.id/jurnal/12093342.pdf

Aeker, dan Gerry. 2004. Marketing Research 8th. ed. Jhon Wiley & Sons, Inc. USA. 87-102

Alamjah,S, 2006. Potensi Produk Selai Dalam Perindustrian Dengan Inovasi Baru. Linda Karya. Bandung.

Arikunto, S. 2003. Prosedur Penelitian.

Suatu Pendekatan Praktek. Penerbit Rineka Cipta. Yogyakarta.

Assael, H. 2002. Consumer Behavior and Marketing Action,. DW Kent Publishing Company. Boston. Ed 4th :167-170

Baharudin, M dan Taskirawati, 2009. Populasi Tanaman Nipah di Indonesia. Penerbit Rineka Cipta. Yogyakarta.

Basuki. A. 2002. Penggunaan Analisis Konjoin Untuk Menentukan Preferensi Wisatawan Nusantara pada Obyek Wisata Di Kabupaten Malang. Tesis Unpublished Universitas Brawijaya. Malang.

Behzadian. 2011. Iranian Students’ Preferences for Laptop: a Conjoint Analysis. European Journal of Economics, Finance and Administrative Sciences. University of Shomal, Amol. Mazandaran. Iran. Issue: 39-45.

Cooper, D. R. 2002. Metode Penelitian

Bisnis. Penerbit Erlangga. Jakarta. Dwipurwani, O dan Cahyawati, S. 2011.

Preferensi Pengguna Layanan Perpustakaan dengan Menggunakan Analisis Konjoin. Jurnal Penelitian Sains volume 14 2(A) 14202. Jurusan Matematika. Universitas Sriwijaya. Sumatra Selatan.pp.30-36

Endang, D. 2008. Kualitas Selai Berdasarkan Kandungan Gizi Buah. Penerbit Refika Adiatma. Jakarta.

Engel, J.F. Blackwell, dan P.W. Miniard. 2002. Costumer Behavior 8th Edition. Dryden Press. Horcout Brace College Publisher. 63(2):58-70

Page 9: Analisis Conjoint

Fauziah. 2002. Analisis Preferensi Konsumen Terhadap Susu Segar

Nasional (SSN). Ringkasan Eksekutif. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Foster, A. 2002. Dasar-Dasar Pemasaran

7e. Jilid 2 (diterjemahkan oleh Alexander Sindoro). Penerbit Prenhallindo. Jakarta.

Kotler, P. 2002. Prinsip-Prinsip

Pemasaran. Jilid 1. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Kotler, P. dan Gary, A. 2006. Marketing Management, Analysis, Planning, Implementation Cotrol, 7th Edition. Prentice Hall, Inc. New Jersey.

Kotler, P. dan Kevin L. K. 2009. Manajemen Pemasaran Perspektif

Asia. Buku 2 (Diterjemahkan Oleh Handoyo Prasetyo). Penerbit Andi. Jakarta.

Lexy D.R. 2002. Market Research and Analysis. United States: R. R Donnelly & Sons Company.

Malhotra, K. 2004. Marketing Research an Applied Orientation. United States: Pearson Education International.

Mangkunegara, A. W. 2002. Prilaku

Konsumen. Refika Adiatma. Jakarta.

Notoatmodjo, S. 2005. Metode Penelitian.

Rineka Cipta. Jakarta. Nursalam. 2003. Konsep Dan Penerapan

Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Penerbit Salemba Medika. Jakarta.

Patton, G. A. 2005. Research for Marketing Decision. New Jersey: Prentice Hall, Inc.

Paul, W. M. 2004. Perilaku Konsumen.

Terjemahan. Jilid 1 dan 2. Edisi Keenam. Binarupa Aksara. Jakarta.

Piggot, T. L. 1984. Dalam Pandoyo, S. 2002. Pengukyran Tingkat Kepuasan Pelanggan Untuk Menaikkan Pangsa Pasar. Rineka Cipta.

Sadjad, U. 2007. Diversifikasi Pangan Dalam Pemenuhan Kebutuhan

Pangan. Jurnal Litbang Pertanian hal: 20 (5).

Setyawan, HY. dan S. Wijana. 2011. I Potensi Tanaman Nipah Sebagai

Sumber Gula Alternatif Di Jawa Timur. Proceeding Seminar Nasional APTA, November 2011.

Simamora, B. 2003. Memenangkan Pasar Dengan Pemasaran Efektif dan Profitabel. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

________. 2004. Panduan Riset Perilaku

Konsumen. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

________. 2005. Analisis Multivariat

Pemasaran. Jakarta: PT. Gramedia. Singarimbun. 2005. Analisis Multivariat

Pemasaran. Jakarta: PT. Gramedia. Soekarto, ST. 2003. Penilaian Organoleptik

Untuk Industri Pangan Dan Hasil Pertanian. Penerbit Bharatara Karya Aksara. Jakarta.

Sudjoko, M. 2002. Stastika Industri Dan

Multivariat. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Sugiarto, D. L. 2005. Teknik Sampling .

Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama.

Sugiyono, A. 2003. Uji Validitas dan Reliabilitas Pengaruh

Kewenangan. Jurnal ORBITH Vol.4 No.3: 554-557.

Sukardi, 2008. Metodelogi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Prakteknya. Bumi Aksara. Jakarta.

Sunardi, S. 2005. Analisis Kepuasan Konsumen Terhadap Kualitas

Produk. Jurnal Bisnis, Desember 2004. Yogyakarta. Vol.2, No.2:17-30

Supranto, J. 2002. Analisis Multivariat Arti & Interpretasi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Suprapti, L. 2005. Proses Pem Selai dan

Cake Waluh. Kanisius. Yogyakarta. Wariono. 2008. Enzim Pangan. Penerbit PT

Gramedia. Jakarta. Wijana, S. 2011. Identifikasi Potensi

Tanaman Nipah (Nipa fructican) Sebagai Sumber Gula Alternatif Di Jawa Timur. Proceeding Seminar Nasional APTA, November 2011.