View
241
Download
7
Embed Size (px)
DESCRIPTION
analisis data karya tulis ilmiah metpen
Citation preview
ANALISIS DATA KARYA TULIS ILMIAH
HUBUNGAN ANTARA RASA MAKANAN TERHADAP
DAYA TERIMA MAKAN SIANG DI PONDOK PESANTREN
MODERN AL-HIMMAH KABUPATEN SUKABUMI (OLEH
DEA PERDANA)
Analisis Ini Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Menyelesaikan Mata Kuliah Metode Penelitian
Oleh:
Eka Lestari
NIM 2013.05.012
AKADEMI GIZI KARYA HUSADA
KEDIRI
2015
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
petunjuk-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas metodologi penelitian
“Hubungan Antara Penampilan Makanan Dan Rasa Makanan Terhadap Daya
Terima Makan Siang Di Pondok Pesantren Modern Al-Himmah Kabupaten
Sukabumi (Oleh Dea Perdana) “.Yang mana analisis ini disusun bertujuan untuk
memenuhi tugas mata kuliah metodologi penelitian dan memberikan informasi
serta pengetahuan tambahan bagi para pembaca.
Ada pepatah mengatakan “ tak ada gading yang tak retak “, begitu pula
dengan proposal ini masih ada banyak kekurangan. Saran dan kritik dari semua
pihak sangat kami harapkan. Terimakasih kami ucapkan kepada seluruh pihak
yang telah membantu menyelesaikan analisis ini.
Kediri, 26 Juni 2015
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.......................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................... ii
DAFTAR ISI.......................................................................................... iii
BAB 1 ANALISIS DATA
1.1. Analisi Data.......................................................................... 1
BAB 2 HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1. Gambaran Umum Pondok Pesantren Modern Al Himmah.. 2
2.2. Gambaran Umum Penyelenggaraan Makanan..................... 3
2.3. Menu Saat Penelitian dan Kebutuhan Gizi........................... 6
2.4. Gambaran Umum Sampel.................................................... 8
2.5. Penilaian Sampel Terhadap Citarasa makanan..................... 10
2.6. Daya Terima Makanan Sampel............................................ 18
2.7. Analisis Bivariat................................................................... 19
BAB 3 KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. Kesimpulan........................................................................... 26
3.2. Saran..................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB 1
ANALISIS DATA, HASIL, DAN PEMBAHASAN
1.1. Analisis Data
Data diolah dengan menggunakan aplikasi SPSS. Analisis ini
menggunakan Uji Chi-Square. Pengujian dengan table silang akan dilakukan
pada variabel penampilan makanan terhadap daya terima makanan, variabel
rasa makanan terhadap daya terima makanan dan variabel citarasa makanan
dengan daya terima makanan.
1.2. Hasil
1.2.1. Hubungan Antara Penampilan Makanan Dengan Daya Terima
Hubungan antara penampilan makanan dengan daya terima makanan
dapat dlihat pada tabel 1.1.
Tabel 1.1. Tabel Hubungan Antara Penampilan Makanan Dengan
Daya Terima Di Pondok Pesantren Al Himmah
Kabupaten Sukabumi Tahun 2011
Penampilan
Daya TerimaTotal
Kurang Baik
n % n
%
n
%
Kurang
3
23,1
10
76,9
13
100,0
Baik 2 8,0
23 92,0
25
100,0
1
Total
5
13,2
33
86,8
38
100,0
1.2.2 Hubungan Antara Rasa Makanan Dengan Daya Terima Makanan
Hubungan antara rasa makanan dengan daya terima makanan dapat kita
lihat pada tabel 2.12
Tabel 2.12. Tabel Hubungan Antara Rasa Makanan Dengan Daya
Terima Di Pondok Pesantren Al Himmah Kabupaten
Sukabumi Tahun 2011
Rasa Makanan
Daya TerimaTotalKura
ngBaik
% n
%
n %
Kurang
11,1
16
88,9
18
100,0
Baik
15,0
17
85,0
20
100,0
Total
13,2
33
86,8
38
100,0
2
1.2.3. Hubungan Antara Citarasa Makanan Dengan Daya Terima
Makanan
Hubungan antara citarasa makanan dengan daya terima makana dapat
kita lihat pada tabel 2.13
Tabel 2.13. Tabel Hubungan Antara Citarasa Makanan Dengan
Daya Terima Di Pondok Pesantren Al Himmah
Kabupaten Sukabumi Tahun 2011
Cita Rasa
Makanan
Daya TerimaTotalKur
angBaik
%
n
%
n
%
Kurang
15,8
16
82,4
19
100,0
Baik
10,5
17
89,5
19
100,0
Total
13,2
33
86,8
38
100,0
1.3. Pembahasan
1.2.1. Hubungan Antara Penampilan Makanan Dengan Daya Terima
Dari data diatas tentang hubungan antara penampilan makanan
dengan daya terima dapat dilihat bahwa 13 sampel yang menilai
3
penampilan makanan kurang, 3 sampel (23,1%) memiliki daya terima
yang kurang sedangkan 10 sampel (76,9 %) memiliki daya terima yang
baik. Selain itu dari 25 sampel yang menilai penampilan makanan sudah
baik, terdapat 2 sampel (8,0 %) yang memiliki daya terima yang kurang
dan 23 sampel (92,3 %) memiliki daya terima makanan yang baik.
Hasil uji statistik menggunakan fisher’s exact menunjukan nilai
p=0,315, lebih besar dari nilai α sebesar 0,05, sehingga dapat dilihat
bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara penampilan makanan
dengan daya terima makanan.
1.2.2. Hubungan Antara Rasa Makanan Dengan Daya Terima Makanan
Dari data diatas dapat dilihat bahwa dari 18 sampel yang menilai
rasa makanan kurang terdapat 2 sampel (11,1 %) memiliki daya terima
yang kurang dan 16 sampel (88,9 %) memiliki daya terima yang baik.
Lalu dari 20 sampel yang menilai bahwa rasa makanan sudah baik,
terdapat 3 sampel (15,0 %) memiliki daya terima yang kurang dan 17
sampel (85,0 %) memiliki daya terima yang baik.
Hasil uji statistik menggunakan fisher’s exact menunjukan nilai
p=1,00, lebih besar dari α sebesar 0,05 sehingga dapat kita lihat bahwa
tidak ada hubungan antara rasa makanan dengan daya terima makanan
1.3.3. Hubungan Antara Cita rasa Makanan Dengan Daya Terima
Makanan
Dari data diatas dapat dilihat bahwa dari 18 sampel yang menilai
rasa makanan kurang terdapat 2 sampel (11,1 %) memiliki daya terima
yang kurang dan 16 sampel (88,9 %) memiliki daya terima yang baik.
Lalu dari 20 sampel yang menilai bahwa rasa makanan sudah baik,
terdapat 3 sampel (15,0 %) memiliki daya terima yang kurang dan 17
sampel (85,0 %) memiliki daya terima yang baik.
4
Hasil uji statistik menggunakan fisher’s exact menunjukan nilai
p=1,00, lebih besar dari α sebesar 0,05 sehingga dapat kita lihat bahwa
tidak ada hubungan antara rasa makanan dengan daya terima makanan
Hal ini dapat dilihat bahwa meskipun 13 sampel menilai penampilan
makanan kurang baik tetapi tidak mempengaruhi daya terima sampel. Daya
terima sampel tetap baik. Hasil ini berkaitan dengan kondisi sampel yang
tidak memiliki alternatif saat makan siang karena harus makan didalam
institusi. Ini berkaitan kondisi sampel yang telah membayar biaya makan
pada institusi sehingga sampel lebih memilih makan siang yang disajikan
institusi. Selain keadaan diatas, aktivitas yang cukup padat membuat sampel
tidak sempat untuk mengkonsumsi snack sehingga saat siang tiba selera
makan sampel cukup tinggi karena rasa lapar yang timbul sehingga daya
terimanya baik meskipun penilaian penampilan makanan kurang. Hal ini
dapat dilihat bahwa 13 sampel yang menilai bahwa penampilan makanan
kurang, 3 sampel (23,1%) memiliki daya terima yang kurang.
Penilaian kurang terhadap penampilan makanan karena adanya
keterbatasan dalam pemilihan bahan makanan berkaitan dengan
keterbatasan penyediaan dana. Hal ini akan berdampak pada menu yang
disajikan memiliki penampilan yang kurang karena keterbatasan bahan
makanan yang digunakan. Dapat dilihat selama 2 hari penelitian, menu
makanan yang disajikan adalah nasi dan ayam bumbu kecap pada hari
pertama. Pada hari kedua menu makanan yang disajikan adalah nasi dan
ikan goreng.
Dari data diatas dapat dilihat bahwa dari 18 sampel yang menilai rasa
makanan kurang terdapat 2 sampel (11,1 %) memiliki daya terima yang
5
kurang dan 16 sampel (88,9 %) memiliki daya terima yang baik. Lalu dari
20 sampel yang menilai bahwa rasa makanan sudah baik, terdapat 3 sampel
(15,0 %) memiliki daya terima yang kurang dan 17 sampel (85,0 %)
memiliki daya terima yang baik.
Hasil uji statistik menggunakan fisher’s exact menunjukan nilai p=1,00,
lebih besar dari α sebesar 0,05 sehingga dapat kita lihat bahwa tidak ada
hubungan antara rasa makanan dengan daya terima makanan. Tidak adanya
alternatif makan siang menjadikan sampel lebih memilih makanan yang
disajikan institusi meskipun rasa makanan yang disajikan kurang baik. Ini
dapat kita lihat pada menu kedua, dimana menu ikan goreng disajikan tanpa
standar bumbu serta digoreng dengan tingkat kematangan yang berbeda-
beda dari tiap ikan. Selain itu aktivitas yang padat, rasa lapar yang
ditimbulkan membuat selera makan menjadi tinggi dan sampel
menghabiskan makanannya meskipun makanan yang disajikan kurang
memiliki rasa yang baik. Ditambah pula dengan biaya makan yang sudah
dibayarkan kepada institusi membuat sampel memakan makanan yang
disajikan institusi. Tidak digunakannya waktu istirahat untuk
mengkonsumsi snack membuat rasa lapar semakin terasa saat siang.
Sehingga dengan keadaan demikian makanan yang disajikan dapat
dihabiskan.
Dari data diatas dapat kita lihat bahwa dari 19 sampel yang menilai
citarasa makanan kurang, terdapat 3 sampel (15,8 %) memiliki daya terima
yang kurang dan 16 sampel (82,4 %) yang memiliki daya terima yang baik.
kemudian dari 19 sampel yang menilai citarasa makanan baik terdapat 2
sampel (10,5 %) memiliki daya terima yang kurang dan 17 sampel (89,5
%) memiliki daya terima yang baik.
Hasil uji statistik menggunakan fisher’s exact menunjukan nilai p=1,00
lebih besar dari α sebesar 0,05, sehingga dapat dilihat tidak ada hubungan
yang bermakna antara citarasa makanan dengan daya terima makanan. Hal
6
ini karena sampel tidak memiliki alternatif makan siang sehingga
penampilan makanan yang kurang dan rasa makan yang kurang tidak
berpengaruh terhadap daya terima. Ini disebabkan jauhnya rumah makan
atau restoran dan biaya makan sudah dibayarkan kepada institusi membuat
sampel lebih memilih makanan yang disajikan institusi. Selain itu aktivitas
yang tinggi membuat sampel tidak sempat mengkonsumsi snack yang
membuat rasa lapar menjadi kian terasa. Ditambah dengan jadwal makan
pagi dan makan siang yang cukup lama menambah rasa lapar yang
ditimbulkan. Sehingga saat makan siang tiba selera makan menjadi tinggi
dan sampel dapat menghabiskan makanan yang disajikan meskipun
penilaian sebagian sampel terhadap penampilan makanan dan rasa kurang.
Daya terima yang baik bukan karena selera makan yang tinggi akibat
penampilan dan rasa yang baik akan tetapi karena rasa lapar maka selera
makan menjadi tinggi.
Penilaian terhadap citarasa makanan dipengaruhi oleh indera penciuman,
indera pengecapan dan indera penglihatan. Makanan yang memiliki citarasa
yang baik adalah makanan yang penampilannya menarik dan memiliki rasa
yang baik juga. Makanan dengan citarasa makanan yang baik akan
meningkatkan selera makan sehingga akan meningkatkan daya terima
makanan ( Santoso, 2004).
Hal ini sesuai dengan Suhardjo (1989), karekterisitik makanan menjadi
faktor yang mempengaruhi daya terima makanan. Selain itu, tingkat
pendidikan dan sosial ekonomi akan berpengaruh terhadap daya terima
makanan.
7
BAB
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. Kesimpulan .
1) Tidak ada hubungan yang bermakna antara persepsi penampilan
makanan dengan daya terima makanan. Hasil uji statistik menunjukan
nilai p=0,315, lebih besar dari nilai α sebesar 0,05.
2) Tidak ada hubungan antara persepsi rasa makanan dengan daya
terima makanan. Hasil uji statistic menunjukan nilai p= 1,00, lebih
besar dari α sebesar 0,05.
3) Tidak ada hubungan yang bermakna antara persepsi citarasa makanan
dengan daya terima makanan. Hasil uji statistik menunjukan nilai
p=1,00 lebih besar dari α sebesar 0,05.
3.2. Saran
1) Perlu pengawasan serta evaluasi pada perencanaan diantaranya
perencanaan menu, pola menu yang disusun, dan standar bumbu
sehingga pelaksanaan penyelenggaraan makanan menjadi lebih baik
lagi.
2) Perlu adanya pelatihan tenaga pengolah agar pengetahuan dan
keterampilan tenaga pengolah meningkat.
8
DAFTAR PUSTAKA
Alimudin, Yusuf. 2009. Hubungan Body Image, Asupan Energi, Aktivitas Fisik
Dan Status Gizi Pada Remaja Di SMUN 13 Bandung. Bandung :
Jurusan Politeknik Kesehatan Bandung Kemenkes Bandung.
Almatsier, Sunita. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia
Pustaka Utama.
Dewi, Krisma. 2007. Hubungan Antara Penampilan Makanan Dan Rasa
Makanan Dengan Daya Terima Makan Siang Siswa SPK Sungailat
Bangka Tahun 2007. Bandung : Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan
Kemenkes Bandung.
Djamaluddin, Mihir, Endy P Prawirohartono Dan Ira Paramastri. 2005. “Analisis
Zat Gizi Dan Biaya Sisa Makanan Pada Pasien Dengan Makanan
Biasa” Dalam Jurnal Gizi Klinik Indonesia.Volume 1, No. Halaman
108-112.
Ermalina, N. Dessy. 2008. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Daya
Terima Makanan Lunak Pada Pasien Ruang Rawat Inap Di Kelas III
Bayu Karta Hospital And Eye Center Kabupaten Karawang. Bandung:
Jurusan Politeknik Kesehatan Bandung Kemenkes Bandung.
Khan, Mahmood. 1987. Food Service Operation. New York : An Avi Book.
Lasmanawati, Rika. 2008. Hubungan Antara Kualitas Makanan Dengan Daya
Terima Makan Siang Mahasiswa Di Kantin Politeknik Kesehatan
Bandung Jurusan Gizi. Bandung : Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan
Kemenkes Bandung.
9
Mukrie, Nursiah A. 1990. Manajemen Pelayanan Gizi Institusi Dasar. Proyek
Pengembangan Pendidikan Gizi Pusat Bekerja Sama Dengan Akademi
Gizi Kemenkes RI Jakarta.
Saragih, Marianawati. 2006. Hubungan Kualitas Makanan Dan Daya Terima
Makan Siang Siswi Di Pondok Pesantren Husnul Khotimah Kuningan.
Bandung : Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung.
Tarwotjo, Soejoeti. 1998. Dasar-Dasar Gizi Kuliner. Jakarta: PT Gramedia
West, Bessie B Dan Levelle Wood. 1988. Foodservice In Institutions Sixth
Edition. New York: Macmilian Publishing Company.
Winarno, F. G. 2002. Flavor Bagi Industri Pangan. Bogor : M-Brio Press.
10