Analisis Deteksi Tepi Wajah (Edge Detection) Dian Parikesitoke

Embed Size (px)

Citation preview

  • ANALISIS DETEKSI TEPI

    UNTUK MENGIDENTIFIKASI POLA WAJAH

    REVIUW (IMAGE EDGE DETECTION BASED DAN MORPHOLOGY)

    Dian Parikesit

    Magister Komputer Universitas Budi Luhur Jakarta

    [email protected]

    Dalam kehidupan kita, kita sering melihat wajah manusia dengan berbagai fitur karakter gambar. Variasi wajah

    mannusia muncul dari bentuk muka seperti oval, hidung, telinga, mata dll Seiring dengan kemajuan informasi dan

    teknologi, maka memungkinkan untuk mengembangkan aplikasi yang dapat membantu manusia untuk mengenali jenis-

    jenis wajah. Pengolahan citra digital adalah bidang yang berkembang dari teknologi digital dengan aplikasi wajah dalam

    sains dan teknik. Salah satu daerah wajah yang terkait dengan pengolahan citra adalah pengenalan pola. Tugas akhir ini

    dilakukan untuk membangun sistem yang dapat mengidentifikasi dan mengenali objek pola wajah.

    Identifikasi wajah dimulai dengan akuisisi data citra, pengolahan citra, deteksi tepi citra, citra menipis, dan proses

    identifikasi dengan menggunakan metode template matching. Deteksi tepi menggunakan 3 metode, ada Sobel tepi

    deteksi, deteksi tepi Roberts, dan deteksi tepi Prewitt. Pengenalan pola akan mendeteksi gambar sebagai masukan,

    membandingkan dengan gambar yang lain dalam database yang disebut template.

    Percobaan dilakukan dalam dua tahap yaitu identifikasi wajah bentuk dan identifikasi wajah tepi. Penelitian ini

    menggunakan 7 gambar bentuk wajah yang membentuk masing-masing memiliki citra uji 10 dan 5 gambar tepi wajah

    yang ujung masing-masing memiliki 10 gambar tes. Selain itu, dalam percobaan identifikasi tepi wajah, metode Sobel

    mencapai 90% untuk tingkat pengakuan, Roberts dan Prewitt hanya mencapai 84%.

    Keywords: leaf, image processing, edge detection, pattern recognition

    I. Pendahuluan

    1.1 Latar Belakang

    Perkembangan teknologi, terutama di bidang dunia

    digital, membawa perubahan cukup besar. Salah satunya

    dengan adanya digitalisasi data citra.

    Selain di bidang teknologi, pengolahan citra juga

    dimanfaatkan sebagai pengenalan pola. Pola dari citra

    yang diolah adalah bentuk daun dan tepi daun. Perbedaan

    pola dari sebuah daun tersebut bisa digunakan sebagai

    pengidentifikasi.

    1.2 Tujuan

    Penelitian ini bertujuan untuk:

    1. Menemukan ciri-ciri dengan mendeteksi tepi citra wajah.

    2. Membuat perangkat lunak yang mampu mengidentifikasi jenis bentuk dan jenis tepi citra

    daun.

    3. Mengetahui metode deteksi tepi yang paling optimal untuk mengidentifikasi citra wajah.

    1.3 Pembatasan Masalah

    Pada tugas akhir ini masalah yang dibahas akan

    dibatasi pada :

    1. Citra yang dibahas adalah citra hasil pemotretan wajah yang sudah diubah dalam bentuk citra

    digital.

    2. Pembahasan hanya pada identifikasi jenis bentuk dan tepi wajah.

    3. wajah yang dideteksi adalah wajah penulis hasil pemotretan dari depan kamera (tampak depan).

    II. Dasar Teori

    Citra merupakan istilah lain dari gambar yang

    merupakan komponen multimedia yang memegang

    peranan sangat penting sebagai bentuk informasi visual.

    Citra mempunyai karakteristik yang tidak dimiliki oleh

    data teks, yaitu kaya akan informasi. Citra digital adalah

    citra hasil digitalisasi citra kontinu (analog). Tujuan

    dibuatnya citra digital adalah agar citra tersebut dapat

    diolah menggunakan komputer atau perangkat digital.

    2.1 Peningkatan Mutu Citra

    Peningkatan mutu citra dilakukan untuk

    memperoleh keindahan citra yang akan digunakan untuk

    kepentingan analisis citra.

    2.2 Deteksi Tepi

    Tepi (edge) adalah perubahan nilai intensitas

    derajat keabuan yang mendadak besar dalam jarak yang

    dekat. Suatu titik (x,y) dikatakan sebagai tepi bila titik

    tersebut mempunyai perbedaan nilai piksel yang tinggi

    dengan nilai piksel tetangganya. Gambar 1 menunjukkan

    salah satu model tepi untuk satu dimensi.

    j a r a k

    Gambar 1. Model tepi satu dimensi

    Perubahan intensitas

    a =Arah tepi

    a

  • 2.2.1 Operator Sobel

    Misal, suatu pengaturan piksel di sekitar piksel

    (x,y):

    Operator Sobel adalah magnitude dari gradien yang dihitung dengan:

    Turunan Parsial dihitung dengan :

    Dengan konstanta c adalah 2, dalam bentuk

    (mask), Sx dan Sy dapat dinyatakan sebagai:

    Arah tepi dihitung dengan persamaan:

    2.2.2 Operator Roberts

    Operator Roberts sering disebut juga operator

    Silang. Gradien Roberts dalam arah-x dan arah-y dihitung

    dengan persamaan berikut dan ditunjukkan pada gambar

    2:

    R+ ( x y ) f ( x y ) f ( x y) ............................. (2.3)

    R- ( x y ) f ( x y ) f ( x y) ............................... (2.4)

    2.2.3

    Operator Prewitt

    Persamaan gradien pada operator Prewitt sama

    seperti operator Sobel, tetapi menggunakan nilai

    konstanta c = 1

    2.3 Penipisan Citra (image thinning)

    Proses penipisan digunakan untuk mengekstraksi ciri dari

    suatu objek, dengan mengambil rangka setebal satu piksel

    dari citra, dengan cara membuang titik-titik atau lapisan

    terluar dari citra sampai semua garis atau kurva hanya

    setebal satu piksel.

    2 2.4 Pengenalan Pola (pattern recognition)

    dihitung dengan:Pengenalan pola merupakan

    proses pengenalan suatu objek dengan menggunakan

    berbagai metode. Teknik pencocokan pola adalah salah

    satu teknik dalam pengolahan citra digital yang

    berfungsi untuk mencocokkan tiap-tiap bagian dari suatu

    citra dengan citra yang menjadi acuan (template).

    Metode pencocokan pola adalah salah satu metode

    terapan dari teknik konvolusi. Teknik konvolusi pada

    penelitian ini dilakukan dengan mengkombinasikan citra

    wajah masukan dengan citra wajah sumber acuan,

    hingga akan didapatkan nilai koefisien korelasi yang

    besarnya antara -1 dan +1. Saat nilai koefisien korelasi

    semakin mendekati +1, bisa dikatakan citra masukan

    semakin sama (mirip) dengan citra acuannya. Rumus

    yang digunakan adalah:

    Wajah adalah organ tubuh manusia yang berbentuk

    muka oval dan memiliki fungsi pancaindera. Bentuk

    wajah sangat bervariasi, namun pada umumnya terdiri

    dari seperti hidung, mata, rambut, telinga, mulut, alismata

    dan pipi.

    III. PERANCANGAN PROGRAM

    Program dibagi menjadi 2 proses, yaitu proses

    pelatihan dan proses identifikasi. Diagram alir sistem

    adalah sebagai berikut.

    Gambar 2. Operator Roberts (operator silang)

    M = Sx + S y ................................................................ (2.1) 2 2

  • 3.1 Peningkatan Mutu Citra

    Peningkatan mutu citra dilakukan untuk, salah

    satunya, menghapus gangguan citra

    3.1.1 Konversi Citra Aras Keabuan

    Citra yang dibaca adalah citra warna (RGB)

    sehingga citra perlu diubah ke dalam citra aras keabuan.

    Pengubahan citra asli (citra warna) menjadi citra aras

    keabuan menggunakan perintah: citra_keabuan =

    rgb2gray(citra);

    3.1.2 Pengubahan Ukuran Citra

    Pengubahan ukuran citra menggunakan perintah

    imresize, yaitu: ukuran=imresize (keabuan,[256 256]);

    3.1.3 Pelembutan Citra

    Pelembutan citra meliputi pengaturan intensitas

    citra dan penapisan citra. Penapisan menggunakan

    metode penapisan median dan penapisan wiener.

    Perintah untuk proses pelembutan citra adalah:

    median=medfilt2 (adjust,[3 3]); wiener=wiener2

    (median, [5 5]);

    3.1.4 Pengambangan (thresholding)

    Perintah operasi pengambangan adalah sebagai

    berikut. [m n]=size(equal);

    for i=1:m,

    for j=1:n, if(equal(i,j)> i = imread('E:/foto/gayadian.png');

    I = rgb2gray(i);

    BW1 = edge(I,'prewitt');

    BW2= edge(I,'sobel');

    BW3= edge(I,'roberts');

  • subplot (2,2,1);

    imshow(I);

    title('original');

    subplot(2,2,2);

    imshow(BW1);

    title('Prewitt');

    subplot(2,2,3);

    imshow(BW2);

    title('Sobel');

    subplot(2,2,4);

    imshow(BW3);

    title('Roberts');

    >>

    BW = tepi (I) mengambil grayscale atau gambar

    biner I sebagai input, dan mengembalikan biner BW

    gambar dengan ukuran yang sama seperti saya, dengan 1

    situlah fungsi menemukan tepi dalam I dan 0 di tempat

    lain. Secara default, tepi menggunakan metode Sobel

    untuk mendeteksi tepi tapi berikut ini memberikan daftar

    lengkap dari semua tepi-temuan metode didukung oleh

    fungsi ini:

    Metode Sobel menemukan tepi menggunakan

    pendekatan Sobel untuk derivatif. Ia mengembalikan tepi

    pada titik-titik di mana gradien I adalah maksimal.

    Metode Prewitt menemukan tepi menggunakan

    pendekatan Prewitt untuk derivatif. Ia mengembalikan

    tepi pada titik-titik di mana gradien I adalah maksimal.

    Metode Roberts menemukan tepi menggunakan

    pendekatan Roberts untuk derivatif. Ia mengembalikan

    tepi pada titik-titik di mana gradien I adalah maksimal.

    The Laplacian metode Gaussian menemukan tepi dengan

    mencari nol penyeberangan setelah penyaringan I dengan

    Laplacian of Gaussian filter.

    Metode zero-lintas menemukan tepi dengan

    mencari nol penyeberangan setelah penyaringan I dengan

    filter yang Anda tentukan. Metode Canny menemukan

    tepi dengan mencari local maxima dari gradien I. gradien

    dihitung menggunakan turunan dari filter Gaussian.

    Metode ini menggunakan dua ambang batas, untuk

    mendeteksi tepi yang kuat dan lemah, dan termasuk tepi

    lemah dalam output hanya jika mereka terhubung ke tepi

    yang kuat. Metode ini karena itu kurang mungkin

    dibandingkan orang lain untuk tertipu oleh kebisingan,

    dan lebih mungkin untuk mendeteksi tepi yang lemah

    benar. Parameter yang Anda dapat menyediakan berbeda

    tergantung pada metode yang Anda tentukan. Jika Anda

    tidak menentukan metode, tepi menggunakan metode

    Sobel.

    4.1.3 Histogram Citra

    Histogram adalah grafik balok yang memperlihatkan satu

    macam pengukuran dari suatu proses atau kejadian.

    Grafik ini sangat cocok untuk data yang

    dikelompokkan.Tujuan dibuatnya histogram adalah :

    Mengetahui dengan mudah penyebaran data yang ada.

    Mempermudah melihat dan menginterpretasikan data.

    Sebagai alat pengendalian proses, sehingga dapat

    mencegah timbulnya masalahkita mengambil file dan

    kemudian memampatkan file menerapkan DCT dan FFT

    pada gambar. Kompresi dilakukan

    1. 70%

    2. 50%

    3. 30%

    4. 10%

    Scrip pada Histogram adalah :

    % MORPHOLOGY

    % histogram equalisation

    filename= 'far.jpg'; % the filename to be read

    im=imread(filename);

    im=imresize(im,[256,256]);

    im=rgb2gray(im);

    figure(1);

    subplot(1,2,1);

    imshow(im);

    subplot(1,2,2);

    Imagesc(im); % display

    axis('square');

    colormap('gray');

    imhist(im);

    im_histeq=histeq(im);

    figure(2);

    subplot(1,2,1);

    imshow(im_histeq); % display

    %axis('square');

    colormap('gray');

    subplot(1,2,2);

    imhist(im_histeq);

    didapatkan tingkat pengenalan rata-rata 90%. Pengujian

    dengan menggunakan metode deteksi tepi Roberts dan

    Prewitt menghasilkan 84%, sehingga dapat dikatakan

    bahwa metode deteksi tepi Sobel memiliki tingkat

    keberhasilan lebih tinggi dalam sistem.

    Di sini kita mengambil file dan kemudian memampatkan

    file menerapkan DCT dan FFT pada gambar. Kompresi

    dilakukan

    1. 70%

    2. 50%

    3. 30%

    4. 10%

    Spatial Filtering

    Edge detection merupakan teknik filtering yang

    menggunakan spatial filtering. Teknik filtering yang

    menggunakan spatial filtering, umumnya titik yang akan

    diproses beserta titik-titik di sekitarnya dimasukkan ke

    dalam sebuah matrix 2 dimensi yang berukuran N x N.

    Matrix ini dinamakan matrix neighbor. Di mana N ini

  • besarnya tergantung dari kebutuhan, tetapi umumnya N

    ini selalu kelipatan ganjil karena titik yang akan diproses

    diletakkan di tengah dari matrix.

    Citra gambar ke filter Image

    Dalam tahap ini merupakan tahap pemecahan image

    kedalam obyek-obyek yang terkandung didalamnya yang

    dapat menjadi sarana untuk automated image analysis,

    misal untuk pengenalan obyek-obyek dalam image.

    Segmentasi dapat dilakukan berdasar pada kemiripan

    (similarity), dimana image dibagi berdasar kemiripan gray

    level. Teknik yang termasuk dalam kelompok ini adalah

    thresholding, region growing, region splitting, region merging. Contoh matrix ini dapat digambarkan sebagai berikut :

    Gambar 2.3 (a) adalah contoh matrix neighbor

    yang berukuran 3 x 3 dan gambar 2.3 (b) berukuran 5 x 5.

    Sedangkan T adalah titik yang akan diproses. Selain

    digunakannya matrix neighbor, teknik spatial filtering

    menggunakan sebuah matrix lagi yang dinamakan mask.

    Segmentasi atau contouring dapat juga diperoleh dengan

    menggunakan operasi morfologi. Segmentasi membagi

    gambar ke daerah konstituen atau benda. Tingkat yang

    subdivisi dilakukan tergantung pada masalah yang

    dipecahkan. Artinya, segmentasi harus berhenti ketika

    obyek yang menarik dalam aplikasi telah diisolasi.

    Sebagai contoh, dalam pemeriksaan otomatis rakitan

    elektronik, gambar terletak dalam menganalisis gambar

    dari produk dengan tujuan untuk menentukan ada atau

    tidak adanya anomali tertentu, seperti komponen hilang

    atau jalur-jalur penghubung rusak. Tidak ada gunanya

    dalam menjalankan segmentasi melewati tingkat detail

    yang diperlukan untuk mengidentifikasi elemen-elemen.

    Penataan Elemen:

    Unsur penataan terdiri dari pola ditetapkan sebagai

    koordinat sejumlah titik diskrit relatif terhadap asal

    beberapa. Asal ditandai dengan sebuah cincin di sekeliling

    titik itu.

    Erosi :

    Erosi dari A dengan B didefinisikan sebagai:

    Dimana A adalah gambar dan B adalah elemen struktural.

    Satu aplikasi sederhana menghilangkan detil yang tidak

    relevan dari gambar biner.

    1 2 3

    4 T 5

    6 7 8

    1 2 3 5 4

    6 8 7 1

    0

    9

    T 1

    1

    1

    2

    1

    4

    1

    3 1

    9

    1

    8

    1

    5

    1

    6

    1

    7 2

    0

    2

    1

    2

    2

    2

    4

    2

    3

    (a)

    (b)

  • Penataan Elemen

    Erosion

    Penebalan

    Penebalan adalah operasi morfologi yang digunakan

    untuk tumbuh daerah yang dipilih dari piksel latar depan

    dalam gambar biner, agak seperti pelebaran atau

    penutupan:

    Dengan demikian citra menebal terdiri dari gambar asli

    ditambah piksel foreground tambahan diaktifkan oleh hit-

    and-miss transform

    Penataan elemen untuk menentukan convex hull

    menggunakan penebalan. Pada setiap iterasi dari

    penebalan tersebut, setiap elemen harus digunakan secara

    bergantian, dan kemudian di setiap 90 rotasi mereka,

    memberikan 8 elemen penataan yang efektif secara total.

    Thresh=120; % threshold

    filename= 'E:/foto/gayadian.png'; % the file to be read

    im=imread(filename);

    im=imresize(im, [256 256]);

    figure(1);

    Imagesc(im); % display

    axis('square');

    colormap('gray');

    im1=uint8(im);

    LEVEL=Thresh/255.0;

    BW = IM2BW(im1,LEVEL); %converts the intensity

    image I to black and white.

    % dilation

    K3=ones(3); K5=ones(5); K7=ones(7); K9=ones(9);

    B3=imdilate(BW,K3);

    B5=imdilate(BW,K5);

    B7=imdilate(BW,K7);

    B9=imdilate(BW,K9);

    figure(2);

    Imagesc(B3); % display

    axis('square');

    colormap('gray');

    figure(3);

    Imagesc(B5); % display

    axis('square');

    colormap('gray');

    figure(4);

    Imagesc(B7);

    axis('square');

    colormap('gray');

    figure(5);

    Imagesc(B9);

    axis('square');

    colormap('gray');

    im1=uint8(im);

    BW = IM2BW(im1,LEVEL);

    % erosion

    K3=ones(3); K5=ones(5); K7=ones(7); K9=ones(9);

    B3=imerode(BW,K3);

    B5=imerode(BW,K5);

    B7=imerode(BW,K7);

    B9=imerode(BW,K9);

  • figure(6);

    Imagesc(B3);

    axis('square');

    colormap('gray');

    figure(7);

    Imagesc(B5);

    axis('square');

    colormap('gray');

    figure(8);

    Imagesc(B7);

    axis('square');

    colormap('gray');

    figure(9);

    Imagesc(B9);

    axis('square');

    colormap('gray');

    im1=uint8(im);

    BW = IM2BW(im1,LEVEL);

    figure(10);

    Imagesc(BW);

    axis('square');

    colormap('gray');

    % opening

    op=bwmorph(BW,'open');

    figure(11);

    Imagesc(op);

    axis('square');

    colormap('gray');

    im1=uint8(im);

    BW = IM2BW(im1,LEVEL);

    % closing

    op=bwmorph(BW,'close');

    figure(12);

    Imagesc(op);

    axis('square');

    colormap('gray');

    im1=uint8(im);

    BW = IM2BW(im1,LEVEL);

    % thinning

    op=bwmorph(BW,'thin');

    figure(13);

    Imagesc(op);

    axis('square');

    colormap('gray');

    im1=uint8(im);

    BW = IM2BW(im1,LEVEL);

    % thickening

    op=bwmorph(BW,'thick');

    figure(14);

    Imagesc(op);

    axis('square');

    colormap('gray');

    4.1.4 Identifikasi Citra

    Dari hasil pengujian identifikasi jenis bentuk

    daun didapatkan tingkat pengenalan rata-rata 74% untuk

    metode deteksi tepi Sobel. Pengujian dengan

    menggunakan metode deteksi tepi Roberts

    menghasilkan 75%, dan pengujian dengan

    menggunakan metode deteksi tepi Prewitt menghasilkan

    75%, sehingga dapat dikatakan bahwa metode deteksi

    tepi Roberts dan Prewitt memiliki tingkat keberhasilan

    lebih tinggi dalam sistem.

    Sedangkan dari hasil pengujian identifikasi jenis

    tepi wajah, untuk metode deteksi tepi Sobel

    4.2. Analisis

    B e r d a s a r k a n p e n g u j i a n y a n g t e l a h

    dilakukan, kinerja sistem mencapai kondisi tingkat

    keberhasilan sampai 90%, berdasarkan hasil analisis,

    kondisi ini bisa jadi dipengaruhi oleh beberapa faktor

    sebagai berikut.

    1. Adanya kemiripan tekstur wajah. Kesalahan identifikasi dapat terjadi apabila terdapat

    tekstur pada basisdata yang memiliki ciri-ciri atau

    pola informasi yang sangat dekat atau hampir sama

    (mirip).

    2. Adanya kecacatan pada objek wajah Meskipun secara visual tidak mirip, namun

    kedekatan ciri-ciri atau pola informasi biasa terjadi

    karena adanya cacat pada tekstur.

    3. Proses pengambilan objek wajah. Citra wajah yang diperoleh sangat dipengaruhi oleh

    proses pengambilannya, dimana sudut pemotretan

    dan tingkat kecerahan cahaya akan menentukan

    terbentuknya sebuah bayangan di belakang objek

    yang juga akan berpengaruh.

    4. Ciri-ciri atas wajah yang diekstraksi lebih jauh. Dalam penelitian ini digunakan ciri tepi dan bentuk.

    Padahal ada beberapa ciri wajah yang tidak termasuk

    dua ciri di atas, misalnya: ukuran, warna, kekasaran

    muka wajah, dan sebagainya.

    5

  • V . P E N U T U P

    5 . 1 K e s i mp u l a n

    Dari hasil pengujian yang diperoleh dan analisis

    yang telah dilakukan, maka diambil kesimpulan sebagai

    berikut.

    1. Metode deteksi tepi dengan pencocokan pola dapat diimplementasikan sebagai sistem pengenalan pola

    wajah.

    2. Pada pengujian pengenalan jenis bentuk wajah, metode deteksi tepi yang mempunyai tingkat

    keberhasilan pengenalan paling tinggi adalah metode

    deteksi tepi Roberts dan Prewitt, yaitu sebesar 75%.

    Sedangkan metode deteksi tepi Sobel memiliki

    tingkat keberhasilan pengenalan sebesar 74%.

    3. Pada pengujian pengenalan jenis tepi wajah, metode deteksi tepi yang mempunyai tingkat keberhasilan

    pengenalan paling tinggi adalah metode deteksi tepi

    Sobel, yaitu sebesar 90%. Sedangkan metode deteksi

    tepi Roberts dan Prewitt memiliki tingkat

    keberhasilan pengenalan sebesar 84%.

    4. Adanya kesalahan identifikasi bisa disebabkan oleh

    adanya citra daun yang memiliki kedekatan ciri-ciri

    atau pola informasi yang hampir sama (mirip).

    DAFTAR PUSTAKA

    [1] Ahmad, U., Pengolahan Citra Digital & Teknik Pemrogramannya, Graha Ilmu , 2005.

    [2] Gonzales, R.C. dan R. E. Woods, Digital Image Processing, Addison-Wesley Publishing

    Company, 1992.

    [3] Indira, Merly, dkk., Perbandingan Metode Pendeteksi Tepi Studi Kasus: Citra USG

    Janin, Kommit 2008, Depok, 2008.

    [4] Marvin, W. dan A. Prijono, Pengolahan Citra Digital Menggunakan Matlab, Informatika,

    Bandung, 2007.

    [5] Munir, R., Pengolahan Citra Digital dengan Pendekatan Algoritmik. Informatika

    Bandung, 2004.

    [6] Murni, A. dan S. Setiawan, Pengantar Pengolahan Citra, Elex Media Komputindo,

    Jakarta,1992.

    [7] Wardhana, A. W. dan Y. Prayudi, Penggunaan Metode Template Matching Untuk

    Identifikasi Kecacatan Pada PCB, SNATI

    Jogjakarta, 2008.

    [8] Wu, Stephen Gang, dkk., A Leaf Recognition Algorithm for Plant classification Using

    Probabilistic Neural Network, Egypt, 2007.

    [9] ---, htttp://www.mathworks.com, Oktober 2008. [10] ---, http://www.wikipedia.org, Februari 2010.

    6