26
Analisis Dinamik Lokomotif DH PT INKA Menggunakan Software Universal Mechanism 4.0 Transportasi merupakan industri jasa yang mengemban fungsi pelayanan publik dan misi pembangunan nasio yang secara umum menjalankan fungsi sebagai katalisator pendukung pertumbuhan ekonomi, pengembangan wilayah, dan pemersatu wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pembangunan transportasi berpedoman pada sistem transportasi nasional (Sistranas), diarahkan untuk mendukung perwujudan Indones yang lebih sejahtera sejalan dengan upaya perwujudan Indonesia yang aman dan damai serta adil dan demo (buku putih transportasi) Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang cukup banyak membutuhkan alat angkut yang dapat memenuhi kebutuhan penduduknya. Sistem transportasi yang bagus akan mendukung perkembangan suatu negara. Transportasi memegang peranan penting dalam perkembangan ekonomi, pemersatu wilayah, dan berkembangnya wilayah. Sistem transportasi memungkinkan penduduk di wilayah yang berbeda bekerja sama, bertukar sumber daya demi memajukan wilayahnya. Saat ini, transportasi di Indonesia semakin berkembang pemilik kendaraan pribadi semakin banyak. Masyarakat dapat pergi dengan bebas untuk memenuhi kebutuhannya. Namun yang menjadi masalah jika kebutuhan masyarakat tersebut di tempat yang relatif sam di waktu yang sama. Kemacetan sulit untuk dihindarkan. Kereta api sebagai transportasi massal dapat di sebagai solusi. Selain menghindarkan dari kemacetan, kereta api juga berperan dalam penghematan bahan Kereta api mampu mengangkut 720 penumpang (kereta api menarik 12 gerbong dan setiap gerbong terisi 60 penumpang) dengan konsumsi bahan bakar 3liter/km (0.0042 liter/penumpang), sedangkan bus mampu mengangkut 50 penumpang dengan konsumsi bahan bakar 0,5liter/km (0.01 liter/penumpang). Untuk angkuta barang, KA Babaranjang jalur Tanjung Enim-Tarahan bisa membawa barang 2000 ton. Perjalanan sejauh 420 hanya membutuhkan konsumsi BBM 2.940 liter. Jika dibandingkan dengan truk, untuk mengangkut barang 200 ton membutuhkan 400 truk. Membutuhkan bahan bakar yang lebih banyak, berpotensi menimbulkan kemacetan dan merusak jalan. Merawat jalan raya jauh lebih sulit dibanding merawat jalan rel. Selain itu untuk jalan rel membutuhkan tanah yang lebih sedikit dibanding dengan penambahan jalan raya. Menurut analis transportasi pada Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Djoko Setijowarno, Sebagai pembanding saja, kalau dihitung-hitung ruas Tol Kanci-Pejagan sepanjang 35 km menghabiskan 7 juta m3 tanah tambahan. Sementar kalau pemerintah niat bangun rel Cirebon-Brebes sepanjang 65 km hanya butuh 800.000 m3 tanah tambahan, dikutip dari kompas edisi kamis 17 juni 2010. Sebagai transportasi massal kereta api harus mempertimbangkan aspek keselamatan dan aspek kenyamanan supaya konsumen tertarik untuk menggunakannya. Jika kereta api aman dan nyaman serta harga terjangkau maka masyarakat dengan sendirinya akan menggunakan kereta api. Penghematan bahan bakar dapat dilakukan dan kemacetan dapat dihindarkan. Aspek keselamatan dapat dilihat dari kestabilan kereta. Kestabilan i berkaitan dengan kecepatan kritis kereta, ratio loading unloading dan kriteria nadal. Suspensi primer berkaitan dengan kestabilan kereta. Kereta yang aman belum tentu nyaman, sebagai contoh kereta barang. barang memenuhi kriteria keamanan tetapi tidak memenuhi kriteria kenyamanan. Getaran yang terjadi akib ketidakrataan rel tidak diserap sepenuhnya oleh suspensi primer. Sementara suspensi sekunder yang berp untuk kenyamanan dirancang ala kadarnya pada kereta barang. Pada kereta api, penggerak berupa lokomotif terpisah dari gerbongnya. Ini menjadi keuntungan karena pe dapat dipilih berdasarkan kebutuhan. Pada umumnya klasifikasi lokomotif didasarkan pada daya lokomotif menarik gerbong yang dihitung dalam satuan tenaga kuda (horse power). Pemilihan lokomotif di suatu negara

Analisis Dinamik Lokomotif PT INKA

Embed Size (px)

Citation preview

Analisis Dinamik Lokomotif DH PT INKA Menggunakan Software Universal Mechanism 4.0Transportasi merupakan industri jasa yang mengemban fungsi pelayanan publik dan misi pembangunan nasional, yang secara umum menjalankan fungsi sebagai katalisator pendukung pertumbuhan ekonomi, pengembangan wilayah, dan pemersatu wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pembangunan transportasi berpedoman pada sistem transportasi nasional (Sistranas), diarahkan untuk mendukung perwujudan Indonesia yang lebih sejahtera sejalan dengan upaya perwujudan Indonesia yang aman dan damai serta adil dan demokratis. (buku putih transportasi) Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang cukup banyak membutuhkan alat angkut yang dapat memenuhi kebutuhan penduduknya. Sistem transportasi yang bagus akan mendukung perkembangan suatu negara. Transportasi memegang peranan penting dalam perkembangan ekonomi, pemersatu wilayah, dan berkembangnya wilayah. Sistem transportasi memungkinkan penduduk di wilayah yang berbeda bekerja sama, bertukar sumber daya demi memajukan wilayahnya. Saat ini, transportasi di Indonesia semakin berkembang, pemilik kendaraan pribadi semakin banyak. Masyarakat dapat pergi dengan bebas untuk memenuhi kebutuhannya. Namun yang menjadi masalah jika kebutuhan masyarakat tersebut di tempat yang relatif sama dan di waktu yang sama. Kemacetan sulit untuk dihindarkan. Kereta api sebagai transportasi massal dapat diajukan sebagai solusi. Selain menghindarkan dari kemacetan, kereta api juga berperan dalam penghematan bahan bakar. Kereta api mampu mengangkut 720 penumpang (kereta api menarik 12 gerbong dan setiap gerbong terisi 60 penumpang) dengan konsumsi bahan bakar 3liter/km (0.0042 liter/penumpang), sedangkan bus mampu mengangkut 50 penumpang dengan konsumsi bahan bakar 0,5liter/km (0.01 liter/penumpang). Untuk angkutan barang, KA Babaranjang jalur Tanjung Enim-Tarahan bisa membawa barang 2000 ton. Perjalanan sejauh 420 km itu hanya membutuhkan konsumsi BBM 2.940 liter. Jika dibandingkan dengan truk, untuk mengangkut barang 2000 ton membutuhkan 400 truk. Membutuhkan bahan bakar yang lebih banyak, berpotensi menimbulkan kemacetan dan merusak jalan. Merawat jalan raya jauh lebih sulit dibanding merawat jalan rel. Selain itu untuk menambah jalan rel membutuhkan tanah yang lebih sedikit dibanding dengan penambahan jalan raya. Menurut analis transportasi pada Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Djoko Setijowarno, Sebagai pembanding saja, kalau dihitung-hitung ruas Tol Kanci-Pejagan sepanjang 35 km menghabiskan 7 juta m3 tanah tambahan. Sementara kalau pemerintah niat bangun rel Cirebon-Brebes sepanjang 65 km hanya butuh 800.000 m3 tanah tambahan," dikutip dari kompas edisi kamis 17 juni 2010. Sebagai transportasi massal kereta api harus mempertimbangkan aspek keselamatan dan aspek kenyamanan supaya konsumen tertarik untuk menggunakannya. Jika kereta api aman dan nyaman serta harga terjangkau, maka masyarakat dengan sendirinya akan menggunakan kereta api. Penghematan bahan bakar dapat dilakukan dan kemacetan dapat dihindarkan. Aspek keselamatan dapat dilihat dari kestabilan kereta. Kestabilan ini berkaitan dengan kecepatan kritis kereta, ratio loading unloading dan kriteria nadal. Suspensi primer amat berkaitan dengan kestabilan kereta. Kereta yang aman belum tentu nyaman, sebagai contoh kereta barang. Kereta barang memenuhi kriteria keamanan tetapi tidak memenuhi kriteria kenyamanan. Getaran yang terjadi akibat ketidakrataan rel tidak diserap sepenuhnya oleh suspensi primer. Sementara suspensi sekunder yang berperan untuk kenyamanan dirancang ala kadarnya pada kereta barang. Pada kereta api, penggerak berupa lokomotif terpisah dari gerbongnya. Ini menjadi keuntungan karena penggerak dapat dipilih berdasarkan kebutuhan. Pada umumnya klasifikasi lokomotif didasarkan pada daya lokomotif dalam menarik gerbong yang dihitung dalam satuan tenaga kuda (horse power). Pemilihan lokomotif di suatu negara

disesuaikan berdasarkan topografi wilayah, jenis angkutan suatu negara dan tekanan gandar yang diijinkan. Selain itu efektifitas dan efisiensi penggunaan perlu diperhatikan. Menarik angkutan berat menggunakan dua lokomotif dengan tenaga kuda kecil akan lebih memboroskan bahan bakar dibanding menggunakan satu lokomotif dengan tenaga kuda besar. Namun akan sangat tidak efisien jika menarik rangkaian kereta yang ringan dengan menggunakan lokomotif dengan tenaga kuda besar. Klasifikasi lokomotif menurut jenis transmisi Dilihat dari sistem transmisinya ada tiga jenis lokomotif, yaitu : Lokomotif dengan sistem transmisi mekanik, sistem transmisi berupa pasangan roda gigi untuk menyalurkan daya dari engine ke roda penggerak. Untuk memindahkan pasangan roda gigi, digunakan kopling. Daya yang diteruskan menjadi tidak kontinyu karena saat perpindahan roda gigi pasangan roda gigi terpisah sesaat dan terjadi hentakan saat roda gigi dipasangkan kembali. Selain itu terjadi bunyi yang bising akibat kontak antar roda gigi. Sistem transmisi mekanik biasa digunakan untuk lokomotif dengan tenaga kecil sekitar 350 HP. Lokomotif dengan sistem transmisi elektrik sudah tidak digunakan lagi untuk transportasi, namun banyak digunakan untuk kereta wisata dengan jarak tempuh dekat. Lokomotif dengan sistem transmisi elektrik, sistem transmisi daya berupa motor listrik. Motor diesel memutar generator kemudian energi listrik dari generator digunakan untuk memutar motor. Sistem transmisi ini dapat digunakan untuk mentransmisikan daya yang besar sehingga lokomotif dengan sistem transmisi elektrik baik untuk digunakan di lintas pegunungan atau daerah dengan topografi tidak rata. Sistem transmisi elektrik memiliki komponen yang lebih berat dibanding kedua sistem transmisi lainnya. Perawatan sistem transmisi elektrik lebih mudah jika dibandingkan perawatan sistem transmisi hidrolik yang sangat sensitif terhadap kebocoran. Sistem transmisi elektrik memiliki performa yang bagus untuk lintas daerah dengan topografi tidak rata namun tidak handal jika digunakan dalam jalur yang rawan banjir. Lokomotif dengan sistem transmisi hidrolik, sistem transmisi daya berupa fluida. Putaran motor diesel digunakan untuk memompakan fluida. Fluida melewati saluran tertutup yang disebut hydraulic torque converter kemudian diarahkan untuk memutar turbin yang seporos dengan roda penggerak. Sistem transmisi ini memiliki berat komponen lebih kecil dibanding sistem transmisi elektrik dan tahan banjir, namun daya yang mampu ditransmisikan relatif lebih rendah serta membutuhkan perawatan lebih. Kebocoran yang terjadi pada sistem transmisi hidrolik dapat menurunkan kinerja lokomotif. Ketiga jenis sistem transmisi yang ada memiliki karakteristik yang berbeda. Lokomotif dengan sistem transmisi hidrolik handal untuk digunakan di jalan datar yang rawan banjir, namun kurang handal melewati daerah dengan topografi tidak rata. Sebaliknya lokomotif dengan sistem transmisi elektrik handal di jalur dengan topografi tidak rata namun tidak bisa melewati jalur yang rawan banjir saat terjadi banjir. Oleh karena itu, penyediaan lokomotif di suatu negara harus disesuaikan dengan kondisi lintasan suatu negara. Untuk Indonesia, sebaiknya memiliki kedua jenis sistem transmisi tersebut, mengingat topografi di Indonesia yang tidak rata dan beberapa wilayah rawan banjir. Namun jumlah dari tiap jenis sistem transmisi perlu disesuaikan dengan kebutuhan untuk memudahkan pemeliharaan dan penyediaan suku cadang.

Identitas dan Tipe Lokomotif di Indonesia Lokomotif di PT. KAI diberi tanda atau nama berdasarkan jumlah roda / gandar penggerak, jenis transmisi daya, nomor urut tipe dan nomor urut individu. Secara umum dapat dituliskan dengan susunan 7 digit ( atau 8 ) sbb : XX XXX XX

Berupa angka yang menunjukkan nomor urut tiap individu lokomotif . Contoh : 01, 02 dst ( sekarang ada yg mencapai 3 digit ) Berupa angka yang menunjukkan nomor urut tipe atau kelompok produk lokomotif dengan transmisi daya tertentu 00 : tipe pertama 01 : tipe kedua, dst Berupa angka yang menunjukkan jenis transmisi daya 1 : transmisi mekanik 2 : transmisi Elektrik 3 : transmisi Hidrolik Berupa huruf besar yang menunjukkan jumlah roda / gandar penggerak B : dua roda penggerak C : tiga roda penggerak D : empat roda penggerak CONTOH : BB 200 06 BB 301 40 D 300 05 CC 203 30 : : : : Lokomotif dengan 2 + 2 roda penggerak, transmisi elektrik, tipe pertama, dengan nomor urut 6. Lokomotif dengan 2 + 2 roda penggerak, transmisi hidrolik, tipe kedua dengan nomor urut 40 Lokomotif dengan 4 roda penggerak, transmisi hidrolik, tipe pertama dengan nomor urut 5 Lokomotif dengan 3 + 3 roda penggerak, transmisi elektrik, tipe ketiga dengan nomor urut 30.

Sejarah lokomotif di Indonesia Lokomotif pertama yang dioperasikan di Indonesia adalah lokomotif dengan penggerak mesin uap. Lokomotif ini dioperasikan pada jalur Kemijen-Tanggung di Semarang sepanjang 26 km sejak tahun 1876. Lokomotif yang digunakan adalah seri B1 yang artinya lokomotif dengan dua gandar roda penggerak dan satu gandar roda idler. Setelah itu berbagai jenis lokomotif uap dari Eropa dioperasikan di berbagai perusahaan kereta api baik milik pemerintah yaitu SS (Staats Spoorwegen) atau milik sswasta (Nederlandsch Indische Spoorwagen). Lokomotif terbesar yang pernah beroperasi di Indonesia adalah lokomotif tipe Mallet seri DD52 dengan daya hingga 1850 PK. Pada tahun 1952 mulai diperkenalkan lokomotif dengan tenaga listrik. Salah satunya adalah lokomotif buatan AEG (Allgemaine Electricitats Gesellschaft) Jerman dengan susunan roda 1B+B1 dan daya 1570 PK. Tipe lain dari lokomotif listrik adalah buatan Brown Boveri&Co, Swiss dengan susunan roda 1A-AA-A1 dan daya 1500 PK.

Modernisasi lokomotif dilakukan pemerintah pada tahun 1950-1951 dengan mendatangkan 100 lokomotif uap modern buatan Krupp (Jerman) dan 27 lokomotif diesel buatan GE-ALCO (Amerika Serikat). Lokomotif diesel ini mulai beroperasi tahun 1953 dan oleh DKA diberi nomor seri CC 200. Lokomotif diesel yang memiliki bobot 96 ton dan kekuatan 1600 HP ini dirancang untuk beroperasi pada semua jalur utama di pulau jawa. Untuk jalur lintas Sumatera khususnya Sumatera barat, dibeli lokomotif uap tipe E 10 pada tahun 1966, baru kemudian pada tahun 1976 dibeli lokomotif seri BB 204 dari swiss untuk menggantikan lokomotif uap. Selanjutnya armada lokomotif diesel semakin bertambah menggantikan lokomotif uap hingga lokomotif uap berhenti beroperasi pada tahun 1980. Lokomotif terakhir yang dibeli PT Kereta Api adalah lokomotif CC 204 buatan PT GE Lokindo intuk lintas jawa. Dalam sejarahnya lokomotif yang beroperasi di Indonesia selalu mengimpor dari negara lain. Indonesia belum pernah membuat lokomotifnya sendiri meskipun di Indonesia terdapat industri kereta api yaitu PT INKA yang bertempat di Madiun. Pada tahun 1996 PT INKA bekerja sama dengan GE Lokindo membuat lokomotif yang kemudian diekspor ke Filipina. Kemudian secara bertahap pada tahun 1989 2004 . PT INKA merombak lokomotif BB 203 menjadi lokomotif CC 201 untuk menambah daya angkutnya. Dengan berbekal pengalaman tersebut, PT INKA berkehendak untuk menambah kemandiriannya dengan membuat lokomotif sendiri. Lokomotif yang akan dibuat oleh PT INKA adalah lokomotif diesel hidrolik pertama di Indonesia yang akan diberi kode CC 300, yaitu lokomotif dengan 3+3 roda penggerak, sistem transmisi hidrolik tipe pertama di Indonesia. Indonesia memiliki kontur alam yang bervariasi, sementara jumlah lokomotif diesel hidrolik (DH) yang handal di daerah rawan banjir masih kurang. Mengingat masih banyak wilayah di Indonesia yang dilanda banjir setiap tahunnya, maka penambahan lokomotif tipe diesel hidrolik dirasa cukup penting.

PT INKA Tempat Kedudukan dan Lokasi PT. Industri Kereta Api (INKA) berkedudukan dan berlokasi di Jalan Yos Sudarso 71 Madiun. Riwayat Pendirian o Letak lokasi Letak lokasi PT. INDUSTRI KERETA API di Madiun dipilih berdasarkan hasil studi pada tahun 1977 yang dilakukan oleh Nippon Sharyo Seizo Kaisha, Ltd Jepang. o Proses pendirian Gagasan untuk mendirikan Industri Kereta Api di Indonesia merupakan salah satu policy pemerintah dalam rangka menanggulangi dan memenuhi jasa angkutan kereta api di Indonesia yang terus menaik. Untuk ini maka PJKA sejak tahun 1977 telah merintis dan mengadakan penjagaan secara intensif akan kemungkinan-kemungkinan untuk memproduksi sendiri gerbong dan kereta penumpang di Balai Yasa PJKA Madiun, yang kemudian direalisasikan dengan pembuatan-pembuatan prototipe-prototipe beberapa jenis gerbong dan kereta penumpang dan pembuatan 20 buah gerbong GW. Secara kronologis proses pendirian PT. INKA dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Pada tanggal 28 November 1979 Bapak Menteri Perhubungan dan Bapak Menteri Ristek mengadakan peninjauan ke Balai Yasa PJKA Madiun. Hasil dari peninjauan ini diputuskan untuk mengakselerasi proses pendirian Industri Kereta Api. 2. Pada tanggal 11 Desember 1979 diadakan rapat antara wakil-wakil dari Departemen perhubungan, BPPT (Balai Pengkajian dan Penerapan Teknologi) dan Departemen perindustrian. Hasil rapat menetapkan dasar kebijaksanaan pendirian suatu PT. (Persero) manufacturing Perkereta Apian. 3. Dengan SK Menteri Perhubungan No.32/OT.001/Phb/80 tanggal 27 februari 1980 dibentuk Panitia Persiapan Pembentukan Persero Pabrik Kereta Api Madiun. Anggota panitia terdiri dari wakil-wakil: - Departemen Perhubungan - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) - Departemen Perindustrian - Departemen Keuangan - Sekkab - Menpan 4. Aspek Hukum 1. Peraturan pemerintah Republik Indonesia No.1 tahun 1981 tanggal 3 Februari 1981: Tentang Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia untuk pendirian perusahaan perseroan (Persero) di bidang Industri Kereta Api. 2. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 195/KMK.011/1981, tanggal 8 April 1981: Tentang penetapan modal perusahaan perseroan (Persero) PT Industi Kereta Api. 3. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 196/KMK.011/1981, tanggal 8 April 1981: Tentang pengangkatan anggota-anggota direksi perusahaan perseroan (Persero) PT Industri Kereta Api. 4. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 197/KMK.011/1981, tanggal 8 April 1981: Tentang pengangkatan anggota-anggota dewan komisaris perusahaan perseroan (Persero) PT Industri Kereta Api.

5. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 250/KMK.011/1981, tanggal 29 April 1981: Tentang tambahan anggota dewan komisaris perusahaan perseroan (Persero) PT Industri Kereta Api. 6. Akte Notaris Imas Fatimah, SH. Nomor 51 tanggal 18 Mei 1981: Tentang telah didirikannya suatu PT dengan memakai suatau nama PT. INDUSTRI KERETA API. 7. Tanggal 4 juli 1981: Pelantikan direksi dan dewan komisaris oleh Menteri Perhubungan. 8. Tanggal 29 Agustus 1981: Penyerahan operasional Balai Yasa dan gudang persediaan dari PJKA kepada PT. INDUSTRI KERETA API disaksikan oleh Bapak Menteri Perhubungan. Kondisi Awal Kondisi awal pada pendirian PT. INKA adalah penggunaan segala fasilitas dan aset yang ada di Balai Yasa PJKA Madiun yang didirikan pada tahun 1884 (bertugas dalam pemeliharaan lokomotif uap) dan gudang PJKA Madiun sebagai fasilitas dasar untuk kegiatan PT. INKA. Fasilitas dasar meliputi: - luas area : 22,5 Ha - luas bangunan : 9,36 Ha - fasilitas produk : 660 mesin termasuk jig & fasilitas 290 mesin las - daya listrik : 1000 KVA - Tenaga Kerja : 880 orang (berasal dari PJKA sebagian besar, BPPT dan perindustrian ) Visi Menjadi perusahaan manufaktur sarana kereta api dan transportasi kelas dunia yang unggul di Indonesia. Misi Menciptakan keunggulan kompetitif dalam bisnis dan teknologi sarana perkeretaapian dan transportasi untuk menguasai pasar domestik dan memenangkan persaingan bisnis di pasar regional, ASEAN serta negara sedang berkembang. Strategi Perusahaan - Menutup semua ketertinggalan selama ini yang belum tertangani dalam pengelolaan perusahaan. - Mengusahakan peningkatan pelayanan kepada pelanggan utama (PT. KAI), terutama dalam hal waktu penyerahan. - Menyiapkan diri untuk mempunyai daya saing tinggi. - Mengusahakan selalu berada di depan dalam hal bidang usaha transportasi darat terhadap pesaing dalam negeri dan regional. Obyektif - Menguasai sepenuhnya pasar domestik (PT. KAI) dalam hal kereta baru dan kereta retrofit serta gerbong baru. - Menembus pasar regional dan pasar negara sedang berkembang (kalau perlu bersama mitra luar negeri) dalam hal kereta, gerbong, KRL, KRD, LRV untuk manufakturing dan rancang bangun. - Menjadi badan terdepan terhadap calon pesaing di dalam negeri dan regional. Untuk itu perlu mengalokasikan dana R & D sebesar 1% s/d 5% terhadap penjualan tiap tahun. - Menjadi perusahaan yang tumbuh dan berkembang (viable company).

Kapasitas Terpasang/Tahun Gerbong barang Kereta penumpang baru Kereta penumpang retrofit Kereta Rel Listrik (KRL) Kereta Rel Diesel (KRD) Bogie Diversifikasi

: 300 Unit : 60 Unit : 60Unit : 20 Unit : 20 Unit : 200 Unit : 3.200 Ton

Kegiatan Utama - Pembuatan kereta api - Jasa perawatan besar ( overhaul ) kereta api - Perdagangan lokal, impor dan ekspor barang dan jasa yang berhubungan dengan perkeretaapian - Produk pengembangan selain kereta api (diversifikasi) Kegiatan Bisnis - Pembuatan kereta api - Perniagaan kereta api - Jasa engineering - Produk diversifikasi Struktur Organisasi PT INKA (Persero)DIREKTORAT UTAMA Satuan Pengawasan Transformasi Bisnis Intern

DIREKTORAT ADMINISTRASI & KEUANGAN Sekretaris Perusahaan Keuangan Komersial & Teknologi Personalia Produksi Program Kemitraan & Bina Lingkungan Operasi Operasi Divisi Manufaktur Divisi Produk & Jasa Kereta Api Komersial & Teknologi Divisi Produk & Jasa NonKereta Api Komersial & Teknologi

Uraian Tugas

No 1

UNIT ORGANISASI Direktorat Utama -

URAIAN TUGAS Menetapkan visi, misi dan strategi perusahaan. Merumuskan kebijakan umum dan pengendalian perusahaan serta kebijakan dibidang pemasaran, pengembangan teknologi, produksi serta transformasi bisnis & pengawasan intern. Membangun citra positif di lingkungan stake holder. Menetapkan kebijakan administrasi, umum, personalia, keuangan perusahaan, dan kemitraan dan bina lingkungan. Memelihara citra positif di lingkungan stake holder antara lain karyawan, lembaga keuangan, masyarakat dan pemegam saham.

2 Direktorat Administrasi -

-

3

Satuan Pengawasan Intern Transformasi Bisnis

Mengelola kegiatan pengawasan management, operasional dan keuangan perusahaan. Mengelola kegiatan restrukturisasi bidang bisnis, keuangan, SDM & organisasi, kualitas & produktifitas. Menjalankan kegiatan bisnis steel work manufaktur produk kereta api, produk non kereta api, dan jasa permesinan. Menjalankan kegiatan bisnis manufaktur kereta api, jasa penjualan kereta pai dan komponennya. Menjalankan kegiatan bisnis manufaktur produk transportasi, prefab, modular building, saran kesehatan, kendaraan khusus, garbarata, waste treatment dan produk & jasa non kereta api lainnya. Menjalankan kegiatan komersial dan Engineering divisi manufaktur. Menjalankan kegiatan produksi dari bahan baku baja. Menjalankan kegiatan komersial dan engineering divisi Produk dan Jasa Kereta Api (PJKA). Menjalankan kegiatan Produk dan Jasa Kereta Api (PJKA). Menjalankan kegiatan komersial dan engineering divisi

4

5

Divisi Manufaktur

6

Divisi Produk & Jasa Kereta Api Divisi Produk & Jasa Non Kereta Api

7

8

Komersial & Teknologi Manufakturing Produksi Manukfakturing Komersial & Teknologi Produk & Jasa Kereta Api Operasi Produk & Jasa Kereta Api Komersial & Teknologi Produk & Jasa Kereta

9 10

11

12

Api 13 Operasi Produk & Jasa Non Kereta Api Sekretaris Perusahaan

produk dan jasa non kereta api. Menjalankan kegiatan produksi produk dan jasa non kereta api. Mengelola kegiatan hukum dan humas, administrasi umum, kebutuhan rumah tangga dan transportasi, dan fasilitas umum perusahaan. Mengelola kegiatan administrasi, kesejahteraan dan kesehatan karyawan, pendidikan dan pelatihan personil, serta keamanan perusahaan. Mengelola kegiatan verifikasi, perpajakan, asuransi, pendanaan, anggaran dan pelaporan, akutansi keuangan dan manajemen, dan sistem akutansi perusahaan. Mengelola kegiatan program kemitraan dan bina lingkungan, dan Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan Hidup (K3LH).

14

15

Personalia

16

Keuangan

17

Program Kemitraan & Bina Lingkungan

-

Prestasi Perusahaan 1982, Produksi pertama kali dari Freight Wagon 1985, Produksi pertama kali untuk Kereta Penumpang 1987, Perakitan pertama untuk Electric Railcar & Diversifikasi produk 1991, Ekspor petama Freight Wagon ke Malaysia 1994, Produksi pertama untuk Electric Railcar VVVF 1995, Peluncuran pertama kereta baru Argo Bromo 1996, Produksi pertama lokomotif (GE Lokindo) & Ekspor ke Filiphina 1997, Peluncuran pertama kereta Argo Bromo Anggrek (Leasing Scheme) 1998, Ekspor pertama produk Ballast Hopper Wagon ke Thailand 2001, Peluncuran Railcar Listrik Pertama di Indonesia (INKA desain) 2002, Ekspor kereta pembangkit listrik dan bogie reefer flat wagon ke Malaysia 2004, Ekspor container wagon dan Blizzard Center Sills ke Australia 2006, Ekspor 50 unit kereta BG ke Bang ladesh 2007, Menandatangani 1 kontrak trainset DEMU untuk Aceh dan Railbus untuk Palembang. 2008, Peluncuran pertama di Indonesia KRDI (untuk Aceh & Jawa) 2009, Peluncuran KRDI Indonesia (Rencang geulis & Sumo)

LOKOMOTIF DH yang akan dibuat PT INKA Lokomotif DH yang akan dibuat PT INKA memiliki spesifikasi 1. Kondisi Jalan a. b. Lebar jalan rel ..................................................................... 1.067 mm

Lengkung jalan rel minimum 1) Lintas utama ...................................................................150 m 2) Lintas cabang, depo .......................................................... 80 m Beban gandar maksimum............................................. 15 ton

c.

d. Kondisi Jalan Rel dan Ruang Bebas Harus memperhatikan kondisi jalan rel, ruang bebas dan ruang bangun, sesuai dengan ketentuan Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 52 tahun 2000 tentang Jalur Kereta Api dan Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 81 Tahun 2000 tentang Sarana Kereta Api. Pada jalan rel lurus dan lengkung, tidak terdapat bagian lokomotif yang melampaui ruang bebas baik pada kondisi kosong maupun lendutan (defleksi) pegas statik maksimum dan keausan roda maksimum. e. f. 2. a. b. 3. a. Kelandaian maksimum .............................................................. 26 Tinggi peron dari kepala rel maksimum ..................................... 950 mm Kondisi Iklim Kelembaban relatif ...............................................................40 % - 98 % Temperatur udara sekeliling ............................................... 18 C - 37 C Ukuran Utama Dan Kinerja Ukuran Utama0 0

Ukuran lokomotif dirancang sedemikian rupa agar dapat berjalan dengan aman pada jalan lurus maupun di belokan tanpa ada satu bagian lokomotif yang keluar dari batas ruang bebas yang dipersyaratkan. Ukuran utama di bawah ini dapat digunakan sebagai acuan awal dalam desain. 1) 2) 3) Panjang lokomotif antar alat perangkai Panjang badan lokomotif Lebar badan lokomotif : maksimum 20700 mm : maksimum 20000 mm : maksimum 3000 mm

4) 5) 6) 7)

Tinggi atap lokomotif dari kepala rel

: maksimum 3700 mm+10/-0

Tinggi sumbu alat perangkai dari kepala rel : 775 Diameter roda Berat kosong lokomotif (kondisi siap operasi) : 914

mm mm (kondisi baru)

+3/-0

: 90 ton

b. 1) 2) 3) 4)

Kinerja Kecepatan operasi maksimum 120 km/jam. Lokomotif harus mampu menarik rangkaian seberat 500 ton pada lintas datar dan lurus mulai dari keadaan berhenti sampai dengan kecepatan 120 km/jam. o Lokomotif harus mampu menarik rangkaian seberat 500 ton pada tanjakan 14 /oo (per mil) mulai dari keadaan berhenti sampai dengan kecepatan minimum 45 km/jam. o Lokomotif harus mampu menarik rangkaian seberat 500 ton pada tanjakan 26 /oo (per mil) mulai dari keadaan berhenti sampai dengan kecepatan minimum 20 km/jam.

Definisi bogie Bogie adalah komponen dari kereta api yang menghubungkan roda dan carbody, terdiri dari perangkat roda (wheelset) yang terhubung dengan rangka oleh sistem suspensi kemudian dihubungkan ke carbody dengan sistem suspensi pula. Sistem suspensi yang menghubungkan wheelset dengan frame bogie disebut sistem suspensi primer, sedangkan sistem suspensi yang menghubungkan frame bogie dengan carbody disebut sistem suspensi sekunder.

Secara umum fungsi bogie adalah : Menopang carbody dengan kuat Menjaga kestabilan kereta saat dijalankan di tikungan dan jalan lurus Memastikan tingkat kenyamanan kereta dengan cara menyerap getaran akibat ketidakrataan jalan dan meminimalisir pengaruh impak akibat gaya sentrifugal saat kererta melewati tikungan dengan kecepatan tinggi Meminimalisir keausan pada roda dan rel Mempermudah kereta melalui tikungan

Aspek keselamatan kereta api berkaitan erat dengan kestabilan kereta api. Di bawah ini akan dijelaskan faktor yang mempengaruhi kestabilan kereta. Faktor faktor yang mempengaruhi kestabilan kereta Pada track lurus : o Critical velocity

Critical velocity adalah kecepatan di mana hunting mulai terjadi. Hunting adalah fenomena self excitation pada wheelset. Terjadi akibat sistem suspensi tidak mampu meredam pergerakan arah lateral dari wheelset. Geometri wheelset sengaja dibuat dengan conicity (ketirusan) tertentu untuk membimbing roda tetap berada di atas rel dan memudahkan kereta melewati tikungan.

Jika dilihat dari ketiga macam geometri wheelset, terlihat bahwa geometri paling kiri adalah geometri yang sanggup mempertahankan wheelset tetap pada track. Adanya bentuk kerucut pada wheelset akan membimbing wheelset melalui track, Saat wheelset terlalu ke kanan atau ke kiri maka terjadi perbedaan radius kontak dari wheelset ke track antara roda kanan dan roda kiri. Akibat perbedaan radius kontak tersebut maka terjadi perbedaan kecepatan antara kedua roda dan wheelset akan bergerak ke posisinya semula (tengah rel). Namun proses kembalinya wheelset ke posisi semula tidak secara langsung, kebanyakan gerak wheelset akan berlebih sehingga wheelset bergerak ke sisi rel yang lainnya. Wheelset akan kembali mencari posisi tengah rel dengan cara yang sama sehingga terjadi osilasi. Fenomena ini disebut snake motion. Lintasan yang terjadi pada wheelset akibat fenomena snake motion berbentuk gelombang sinusoidal

Terjadinya snake motion tidak dapat dihindari, namun getaran akibat snake motion dapat diredam oleh suspensi primer bogie. Besar amplitudo dan frekuensi snake motion erat kaitannya dengan kecepatan kereta. Pada critical velocity getaran dari snake motion tidak dapat diredam oleh suspensi primer bogie, terjadilah fenomena hunting. Pada lokomotif yang sedang dirancang oleh PT INKA mentargetkan critical velocity lokomotif pada kondisi operasi sebesar 120 km/jam pada spesifikasinya, namun pada perancangannya critical velocity lokomotif diharapkan sebesar 140 km/jam pada kondisi operasinya untuk keamanan. Untuk mensimulasikan apakah huntingberhasil diredam oleeh suspensi atau tidak, dilakukan simulasi pada track lurus sepanjang 500m. Pada 100m pertama diberi gangguan pada track berupa gelombang sinusoidal arah lateral dengan amplitudo 3mm, kemudian 400m sisanya track lurus tanpa gangguan. Gangguan sinusoidal dimaksudkan untuk mempercepat terjadinya hunting dan track 400m tanpa gangguan untuk melihat respon suspensi terhadap hunting yang terjadi, apakah sistem suspensi mampu meredam hunting atau bahkan akan memperbesar hunting. Di bawah ini adalah grafik hasil simulasi desain lokomotif di mana suspensi primer berhasil meredam hunting dan tidak bisa meredam hunting

Hunting teredam

Hunting tidak teredam Pada tikungan o Ratio gaya lateral dan gaya vertical

Ratio gaya lateral dan vertical sering nisebut nadal. Secara teoritik batas kriteria nadal dapat dilihat dari sudut kontak flange dan koefisien gesek roda dengan rel.

Di mana L = besar total gaya lateral pada roda

= sudut kontak flange

V = besar gaya vertikal pada roda = koefisien gesek roda dengan rel Dirumuskan = . semakin kecil ratio L/V (nadal) akan meningkatkan keamanan kereta. Koefisien gesek

yang lebih kecil dan sudut kontak yang semakin besar akan memperbesar tingkat keamanan kereta saat melewati tikungan Kereta boleh melewati batas kriteria nadal, asalkan durasi kejadiannya tidak boleh melebihi 0.3 s (Dukkipati & Amyot,1988).

V

V

L

L

Tinkgat keamanan tinggi

Tingkat keamanan rendah

Pada saat kereta melewati tikungan maka akan terjadi gaya sentripetal pada kereta. Gaya sentripetal dapat menyebabkan kereta terlempar dari lintasan (derailment), untuk itu dibutuhkan gaya lain untuk mengimbanginya sehingga kereta tidak keluar lintasan. biasanya pada tikungan diberikan peninggian (sering disebut dengan cant)pada rel sebelah luar tikungan untuk menahan supaya gaya lateral tidak terlalu besar dan memperbesar gaya vertical. Besar gaya sentripetal akan mempengaruhi kemiringan carbody Pada kecepatan rendah carbody cenderung condong ke arah dalam radius putar sedangkan pada kecepatan tinggi carbody condong ke arah luar radius putar. Kemiringan carbody akan mempengaruhi besar gaya vertical dan akan berpengaruh pula terhadap kriteria nadal.

Conicity roda akan berpengaruh terhadap kestabilan kereta di tikungan. Semakin besar conicity performa kereta di tikungan akan semakin baik, namun akan mengurangi performa dilintasan lurus. Bentuk konus pada profil roda akan membimbing roda untuk tidak keluar dari track.

Jika dilihat dari geometrinya, dapat dirumuskan persamaan OAB = OCD ( r0 - y )/( R - l ) = ( r0 + y )/( R + l ) Y = r0 l / R dari perumusan di atas terlihat bahwa semakin besar conicity () maka akan semakin kecil pergeseran wheelset arah lateral. Saat kereta melalui tikungan, resultan gaya lateral akan menghambat kereta untuk berbelok. Gaya hambatan tersebut biasa dinamakan guding force, yaitu besar gaya yang harus dilawan supaya kereta dapat berbelok. Semakin besar guiding force, semakin sulit kereta berbelok, semakin besar keausan yang terjadi antara roda-rel, dan semakin besar gaya yang ditahan bearing pada axle box. Semakin kecil radius tikungan dan semakin tinggi kecepatan akan menyebabkan guiding force semakin besar. Untuk kereta dengan bogie konvensional, guiding force relatif besar karena wheelset tidak dapat menyesuaikan posisinya dengan rel. Dewasa ini telah

dikembangkan bogie steering dimana wheelset dapat menyesuaikan posisinya saat melalui tikungan sehingga radius putar yang dilewati dapat semakin kecil dengan guiding force tidak terlalu besar. o Ratio loading dan unloading

pada suspensi primer kereta arah vertical. Ratio loading-unloading yang terlalu besar dapat menyebabakan derailment pada kereta. Ratio loading unloading menunjukkan besar deformasi pegas, semakin besar nilai mutlak ratio loading unloading artinya semakin besar deformasi yang terjadi pada pegas. Nilai elastisitas pegas akan berkurang sebanding dengan besarnya deformasi. Kriteria ratio loading unloading memberikan batasan seberapa besar pegas pada suspensi primer boleh berdeformasi dilihat dari besar gaya yang diterima pegas.

Kriteria loading-unloading dapat dirumuskan di mana Fz = besar gaya pembebanan dinamik kD = ratio loading unloading kriteria loading unloading memiliki batas nilai yang berbeda untuk radius tikungan kurang dari 200m. Batas tersebut berubah secara linier dari sebesar 0,2 pada radius 80m hingga 0,6 pada radius 200m setelah itu nilai batas tersebut besarnya konstan 0,6. Untuk menguji kestabilan pada tikungan, desain lokomotif disimulasikan pada track dengan radius tertentu. Pada sisi luar rel diberi gangguan irregularity dengan profil V arah vertikal, sehingga saat kereta melewatinya kereta seperti terpelintir (twist). Saat twist, kriteria nadal dan guiding force akan semakin besar. Pegas dengan nilai konstanta kecil akan menghasilkan performa kereta yang bagus pada tikungan karena pegas dengan konstanta kecil akan memberikan deformasi yang lebih besar untuk gaya yang sama, sehingga wheelset dapat memposisikan diri lebih baik pada rel. Ini dapat ditunjukkan dari hasil simulasi pada kondisi operasi yang sama dengan konstanta pegas yang berbeda Fz0= besar gaya pembebanan statik

Radius 500m V=27.8 m/s;kp=500000 N/m Nadal

Guiding force

Loading unloading ratio

V=27.8 m/s;kp=2000000 N/m Nadal

Guiding force

Loading-unloading

Pada kereta dengan konstanta pegas besar, walaupun kriteria nadal masih memenuhi kriteria dengan durasi kurang dari 0,3s namun faktor keamanan kecil, dikhawatirkan gangguan pada track dapat menimbulkan derailment mengingat track sesungguhnya tidak mungkin sebagus track simulasi. Kestabilan pada track lurus berkebalikan dengan kestabilan pada tikungan. Pada track lurus kereta membutuhkan suspensi dengan konstanta pegas besar sedangkan pada tikungan konstanta pegas kecil lebih stabil. Namun nilai konstanta pegas yang terlalu kecil akan memperburuk performa kereta pada tikungan

Permodelan Untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan kenyataan, harus dilakukan konsep permodelan yang baik. Permodelan yang baik mencakup tiga elemen, yaitu objek sebenarnya, model konsep,dan model komputer. Hubungan antar elemen dapat dijelaskan dengan diagram di bawah ini.

Objek sebenarnya adalah sesuatu atau kondisi yang dipilih untuk dianalisis, dalam hal ini berupa lokomotif beserta bogie dan sistem suspensi dalam kondisi operasinya. Model konsep adalah serangkaian hukum alam yang menjelaskan perilaku suatu objek. Dari sini dapat diturunkan persamaan untuk kemudian dianalisis. Pembuatan model konsep sebaiknya dilakukan sesederhana mungkin tanpa mengabaikan hal yang prinsipal untuk memudahkan permodelan selanjutnya. Setelah objek memiliki model konsep yang baik, objek dapat dimodelkan pada komputer dengan software yang tersedia. Permodelan dalam komputer diverifikasi dengan model konsepnya apakah telah sesuai dengan hukum fisika yang berlaku. Model komputer yang telah sesuai dengan model konsepnya dapat mewakili objek sebenarnya untuk kemudian disimulasikan pada komputer. Hasil dari simulasi dapat berupa plot grafik, data mentah yang harus diolah lagi secara statistik atau animasi yang menunjukkan arah gaya maupun gerakan objek. Hasil simulasi dapat divalidasi dengan pengujian objek nyata yang kita buat untuk menunjukkan seberapa akurat data yang kita dapatkan dari permodelan. Dalam uji parametrik lokomotif DH PT INKA, yang digunakan adalah software Universal Mechanism 4.0 (UM 4.0). Software UM didesain untuk menganalisis model mekanik dengan menggambarkannya sebagai multibody sistem. Antar body disatukan dengan elemen gaya berupa spring, damper atau hubungan lainnya. Setiap body membentuk satu matriks yang berkaitan dengan body lainnya. Jumlah body dapat tak terbatas, namun sebaiknya sesedikit mungkin body yang digunakan. Jumlah body berkaitan dengan jumlah matriks, semakin banyak matriks yang dihitung akan menambah waktu simulasi.

Software ini memiliki dua modul yaitu UM Input dan UM simulation. Model dibuat di UM input dan disimulasikan pada UM simulation. Pada proses permodelan di UM input, bentuk komponen tidak terlalu penting. Suatu body dengan body lainnya dapat dihubungkan tanpa adanya gambar joint, asalkan koordinat attachment sudah diketahui kedua body dapat terhubung. Terdapat berbagai macam elemen gaya untuk menghubungkan dua body yang dapat dipilih sesuai kebutuhan. Pada UM, suatu gambar tanpa massa tidak dianggap sebagai body. Suatu gambar dianggap sebagai body jika sudah diberi massa dan join yang akan mendefinisikan perilakunya terhadap sumbu koordinat.

Pemodelan Lokomotif DH PT INKA Hirearki permodelan

wheelset

Komponen yang pertama kali dibuat adalah wheelset sebagai subsistem pada bogie. Untuk menyederhanakan objek, axle box diintegrasikan bersama wheelset. Axle box digambar tanpa menambahkan massa. Massa axle box diletakkan pada wheelset. Axle box memiliki 6 dof terhadap ground dan wheelset memiliki 1 dof terhadap axle box.

objek Massa wheelset Inersia x wheelset Inersia y wheelset Inersia z wheelset

Simbol mw inwx inwy inwx

Wheelset Nilai 2100 1000 60 1000

satuan Kg 2 Kgm 2 Kgm 2 Kgm

Pada wheelset inersia terhadap sumbu x sama dengan inersia terhadap sumbu z karena panjang lengan dan massa sama.

Bogie

Komponen bogie terdiri dari tralling arm, dan wheelset sebagai subsistem (axle box dianggap menyatu dengan wheelset). Komponen bogie tersebut dihubungkan dengan bogie frame menggunakan elemen gaya sebagai suspensi primer. Komponen tralling arm digambar sebagai body tersendiri karena pada UM input tidak tersedia elemen gaya yang mendefinisikan dua ujung bebas. Elemen gaya yang digunakan untuk menghubungkan adalah : Wheelset dengan tralling arm dihubungkan oleh special force berupa bushing. Penggunaan bushing dinilai paling cocok karena kedua komponen ini terhubung seperti engsel dengan sifat elastisitas dan damper ke arah tertentu pada attachmentnya.

-

-

Tralling arm dengan bogie frame juga dihubungkan oleh special force berupa bushing dengan alasan yang sama seperti hubungan wheelset dan tralling arm. Wheelset dengan bogie frame dihubungkan oleh linear force berupa viscous-elastic, komponen ini dapat mendefinisikan stiffnes dan damping pada arah vertikal, lateral dan horisontal. Primary spring yang menghubungkan wheelset dan bogie frame memiliki kekakuan arah lateral, vertikal dan horisontal. Vertikal damper yang menghubungkan wheelset dan bogie frame disimulasikan dengan bipolar force berupa linear, komponen yang mendefinisikan satu arah elemen gaya ini dirasa cukup untuk mensimulasikan damper yang hanya bekerja satu arah.

Data komponen bogie Input Massa bogie Inersia x bogie Inersia y bogie Inersia z bogie Stiffness bushing arah longitudinal Stiffness bushing arah lateral Stiffness bushing arah vertikal Stiffness bushing arah roll Stiffness bushing arah pitch Stiffness bushing arah yaw Damping bushing arah longitudinal Damping bushing arah lateral Damping bushing arah vertikal Damping bushing arah roll Damping bushing arah pitch Damping bushing arah yaw Simbol Mframe Ibogx Ibogy ibogz Kbx Kbzy Kbyz Kbt Kbwp kbpw Cbx Cbzy Cbyz Cbt Cbwp cbpw Nilai Bogie 4000 1800 1800 2500 Bushing 9.8e6 6.38e6 9.8e6 30000 4100 30000 15000 5000 20000 0 0 0 Satuan Kg 2 Kgm 2 Kgm 2 Kgm N/m N/m N/m N/m N/rad N/rad

Stiffness arah longitudinal Stiffness arah lateral Stiffness arah vertikal Stiffness arah roll Stiffness arah pitch Stiffness arah yaw Damping arah longitudinal Damping arah lateral Damping arah vertikal Stiffness Damping Panjang element Massa tralling arm Inersia x tralling arm Inersia y tralling arm

Primary Spring 5e5 5e5 1e6 1000 1000 0 7000 7000 0 Vertikal Damper Kdamp 50000 Cdamp 60000 Ldamp 0,311 Tralling Arm Mrod 8 Irodx 38 Irody 165 Kpx Kpy Kpz Kpt Kpp kpw Cpx Cpy cpz

Kg 2 Kgm 2 Kgm

Inersia z tralling arm

irodz

165

Kgm

2

Lokomotif

Komponen lokomotif terdiri dari carbody, dua bogie sebagai subsistem dan traction rod. Komponen tersebut dihubungkan dengan elemen gaya sebagai suspensi sekunder. Elemen gaya yang digunakan untuk menghubungkan adalah : Secondary spring disimulasikan sebagai linear force berupa viscous-elastic, komponen ini dapat mendefinisikan stiffnes dan damping pada arah vertikal, lateral dan horisontal. Secondary spring yang menghubungkan wheelset dan bogie frame memiliki kekakuan arah lateral, vertikal dan horisontal. Lateral damper dan vertikal damper dimodelkan sebagai bipolar force dengan viscous elastic, suatu susunan spring-damper tertentu. Komponen lateral damper ditumpu oleh karet yang berfungsi seperti spring kemudian menopang lateral damper, sehingga di sini diperlukan susunan seri pegasdamper

-

Viscous elastic

jika komponen c1 dinonaktifkan maka akan menjadi

Namun komponen ini memiliki kelemahan berupa ketidak mampuan untuk mendefinisikan panjang defleksi maksimum untuk pegas atau damper.

Carbody-traction rod dan bogie-traction rod dihubungkan oleh special force berupa bushing. Penggunaan bushing dinilai paling cocok karena kedua komponen ini terhubung seperti engsel dengan sifat elastisitas dan damper ke arah tertentu pada attachmentnya. Data komponen Input Massa carbody Inersia x carbody Inersia y carbody Inersia z carbody Stiffness bushing arah longitudinal Stiffness bushing arah lateral Stiffness bushing arah vertikal Stiffness bushing arah roll Stiffness bushing arah pitch Stiffness bushing arah yaw Damping bushing arah longitudinal Damping bushing arah lateral Damping bushing arah vertikal Damping bushing arah roll Damping bushing arah pitch Damping bushing arah yaw Stiffness arah longitudinal Stiffness arah lateral Stiffness arah vertikal Stiffness arah roll Stiffness arah pitch Stiffness arah yaw Damping arah longitudinal Damping arah lateral Damping arah vertikal Stiffness Damping Simbol Nilai Carbody Mbody 69400 Ibodyx 1.2e5 Ibodyy 2.5e6 ibodyz 2.5e6 Bushing Ktrx 95e6 Ktry 5e6 Ktrz 2.5e6 Ktrt 0 Ktrp 0 ktrw 0 Ctrx 4.75e4 Ctry 4.75e4 Ctryz 2.35e4 Ctrt 0 Ctrp 0 ctrw 0 Secondary Spring Ksx 5e5 Ksy 5e5 Ksz 1e6 Kst 1000 Ksp 1000 Ksw 0 Csx 7000 Csy 7000 Csz 0 Vertikal Damper Kver 5000000 Cver 50000 Satuan Kg 2 Kgm 2 Kgm 2 Kgm N/m N/m N/m N/m N/rad N/rad

Panjang element Stiffness Damping Panjang element Massa traction rod Inersia x traction rod Inersia y traction rod Inersia z traction rod

Lver Klat2 Clat2 Llat2 Mrod Irodx Irody irodz

0,319 Lateral Damper 5000000 65000 0,412 Traction rod 54.7 0.3 11 11

Kg 2 Kgm 2 Kgm 2 Kgm

Besar peninggian (cant) pada berbagai radius tikungan dan kecepatan yang dianjurkan

Radius (m) 100 150 200 250 300 350 400 450 500 550 600 650 700 750 800 850 900 950 1000

Peninggian (mm) pada setiap kecepatan (km/jam) 120 110 100 90 80

70

60 -110 90 75 65 55 50 45 40 40 35 35 35 30 30 25 25 25

-110 105 100 95 90 80

-105 100 90 85 80 80 75 70

-110 100 95 85 80 75 70 70 65 60 55

-110 100 90 85 75 70 65 65 60 55 55 50

-110 100 90 85 75 70 65 65 60 55 55 50 45 45

-100 85 75 65 60 55 50 50 45 40 40 35 35 35 30

50 -100 75 60 50 40 40 35 30 30 25 20 20 20 20 15 15 15 15

40 95 65 50 40 35 30 25 20 20 20 15 15 15 15 10 10 10 10 10