104
ANALISIS DISKRIMINAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PARTISIPASI BERZAKAT BERINFAK DAN PEMILIHAN TEMPAT MEMBAYAR ZAKAT (Studi Kasus: Kabupaten Brebes) OLEH IZZATUL MABNIYYAH ALHASANAH H14070058 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

ANALISIS DISKRIMINAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PARTISIPASI BERZAKAT BERINFAK

DAN PEMILIHAN TEMPAT MEMBAYAR ZAKAT (Studi Kasus: Kabupaten Brebes)

OLEH IZZATUL MABNIYYAH ALHASANAH

H14070058

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

Page 2: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

RINGKASAN IZZATUL MABNIYYAH ALHASANAH. Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi Partisipasi Berzakat Berinfak dan Tempat Pemilihan Membayar Zakat (Studi Kasus: Kabupaten Brebes). Dibimbing oleh IRFAN SYAUQI BEIK.

Negara-negara maju memiliki perbedaan dengan negara-negara sedang berkembang antara lain dalam hal kemiskinan dan distribusi pendapatan. Negara maju situasinya lebih mumpuni jika dilihat dari statistik kemerataannya serta kapasitas institusi untuk mengatasi kesenjangan pendapatan. Indonesia sebagai negara sedang berkembang dengan kondisi jumlah penduduk miskin mencapai 31,9 juta orang atau 13,3 persen dari total jumlah penduduk Indonesia dengan indeks gini untuk mengukur distribusi pendapatan sebesar 0,33 (BPS, 2011).

Kemiskinan ini merupakan masalah yang bukan saja dilihat sebagai fenomena ekonomi tetapi juga sebagai masalah agama, sosial, politik dan keamanan. Islam sebagai agama yang mayoritas dianut penduduk Indonesia telah memberikan solusi untuk mengatasi kemiskinan dan kesenjangan pendapatan dengan dana zakat. Zakat memiliki dimensi sosial karena membayar zakat bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang sejahtera serta mempersempit jarak antara kaum kaya dan kaum miskin (Qardhawi, 1995).

Kondisi pengumpulan dana zakat di Indonesia saat ini masih di bawah kebutuhan untuk mengeluarkan umat Islam dari kemiskinan. Dana zakat yang terkumpul masih di bawah kebutuhan untuk mengeluarkan umat Islam dari kemiskinan. Padahal potensi zakat dari penduduk muslim yang wajib zakat sangat besar. Penelitian Badan Amil Zakat Nasional dan Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB mengungkapkan potensi zakat nasional sebesar Rp 217 triliun setara dengan 3,4 persen dari total PDB. Dari potensi zakat nasional yang dimiliki Indonesia, zakat yang berhasil dihimpun oleh Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) baru mencapai 0,005 persen dari seluruh potensi zakat nasional yakni Rp 1,5 triliun .

Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan yang tinggi di Indonesia adalah Kabupaten Brebes. Persentase penduduk miskin Kabupaten Brebes pada tahun 2009 sebesar 24,39 persen dengan garis kemiskinan sebesar Rp 219.119 per bulan (BPS, 2011). Kabupaten Brebes memiliki Indeks Prestasi Manusia (IPM) sebesar 67,69. Ini merupakan yang terendah di Jawa Tengah yakni peringkat ke 35 dari 35 kabupaten di Jawa Tengah. IPM berfungsi untuk menunjukkan tingkat kemajuan manusia secara umum mencakup tingkat pendapatan, pendidikan dan kesehatan.

Di sisi lain, pada tahun yang sama produk domestik bruto (PDRB) Kabupaten Brebes menempati urutan keempat tertinggi di Jawa Tengah dan urutan pertama di Karasidenan Pekalongan yaitu sebesar Rp Rp 2.532.516.701,45 dengan pendapatan per kapita per tahun sebesar Rp 7.162.981,23. Kontribusi PDRB Kabupaten Brebes sekitar tiga hingga empat persen terhadap PDRB Jawa Tengah.

Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi partisipasi berzakat, berinfak dan pemilihan tempat berzakat di wilayah Kabupaten Brebes. Jenis data yang digunakan adalah data primer berupa wawancara dengan menggunakan kuesioner di tiga kecamatan yakni

Page 3: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

Kecamatan Brebes, Kecamatan Bulakamba dan Kecamatan Tanjung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis diskriminan.

Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan karakteristik dan persepsi terhadap pembayaran zakat, pembayaran infak, periode berzakat, periode berinfak, pemilihan tempat berzakat dan alasan memilih tempat zakat dilihat dari berbagai macam variabel seperti pekerjaan, pendidikan dan pendapatan.

Hasil penelitian ini menunjukkan dalam taraf nyata 10 persen, faktor yang memengaruhi partisipasi berzakat adalah faktor keimanan, faktor althurism (kepekaan sosial), faktor penghargaan, faktor organisasi dan faktor pendapatan. Dari analisis diskriminan yang digunakan, faktor yang memengaruhi partisipasi rutin berinfak adalah faktor keimanan, faktor althurism, faktor kepuasan, faktor pendidikan, frekuensi infak. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa faktor yang memengaruhi pemilihan tempat membayar zakat pada taraf nyata 10 persen adalah faktor pendidikan dan keberadaan Organisasi Pengelola Zakat (OPZ).

Sinergi antara kesadaran individu, regulasi dalam penarikan zakat dan kinerja organisasi amil perlu dilakukan agar dana zakat yang terkumpul dapat meningkat dan pendayagunaan zakat untuk mengentaskan kemiskinan dan ketimpangan sosial dapat berjalan optimal.

Page 4: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

ANALISIS DISKRIMINAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PARTISIPASI BERZAKAT BERINFAK

DAN PEMILIHAN TEMPAT MEMBAYAR ZAKAT (Studi Kasus: Kabupaten Brebes)

Oleh

IZZATUL MABNIYYAH ALHASANAH H14070058

Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

Page 5: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

Judul Skripsi : Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi

Partisipasi Berzakat Berinfak dan Pemilihan Tempat

Membayar Zakat (Studi Kasus: Kabupaten Brebes)

Nama : Izzatul Mabniyyah Alhasanah

NRP : H14070058

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Irfan Syauqi Beik, Ph.D

NIP. 19790422 200604 1 002

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi

Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec.

NIP. 19641022 198903 1 003

Tanggal Kelulusan:

Page 6: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH

BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH

DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA

PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Desember 2011

Izzatul Mabniyyah Alhasanah

H14070058

Page 7: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Izzatul Mabniyyah Alhasanah lahir pada tanggal 29

Agustus 1989 di Bogor, Jawa Barat. Penulis merupakan anak pertama dari enam

saudara, dari pasangan Hasan Rifa’i Alfaridy dan Indriani. Jenjang pendidikan

penulis dilalui tanpa hambatan, penulis menamatkan sekolah dasar di SD Insan

Kamil Bogor pada tahun 2001, kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 4 Bogor

dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMA Negeri

1 Bogor dan lulus pada tahun 2007.

Pada tahun 2007 penulis melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih

tinggi. Penulis masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI)

dan diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi pada Fakultas

Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Selama menjadi mahasiswa,

penulis aktif mengikuti Forum Komunikasi Alumni Muslim SMA Negeri 1

Bogor. Pada tahun 2009, penulis aktif sebagai Assisten Dosen Mata Kuliah

Pendidikan Agama Islam.

Page 8: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW, para

keluarganya, sahabatnya, dan pengikutnya hingga akhir jaman.

Penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Diskriminan Faktor-Faktor

yang Memengaruhi Partisipasi Berzakat Berinfak dan Pemilihan Tempat

Membayar Zakat (Studi Kasus: Kabupaten Brebes)” merupakan karya ilmiah

akhir penulis yang membahas tentang faktor-faktor yang memengaruhi partisipasi

berzakat dan berinfak serta pemilihan tempat membayar zakat dalam rangka

meningkatkan pengumpulan dana zakat dan infak. Potensi dana zakat di

Indonesia yang besar dapat didayagunakan untuk mengentaskan kemiskinan dan

mengurangi kesenjangan pendapatan. Dengan mengetahui faktor-faktor yang

memengaruhi partisipasi berzakat dan pemilihan tempat membayar zakat,

diharapkan pengumpulan dana zakat dapat meningkat.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari

kerjasama dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini

penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Irfan Syauqi Beik, Ph.D selaku pembimbing skripsi yang selalu

memberi arahan dan bimbingan kepada penulis demi kesempurnaan penulisan

skripsi ini.

2. Ibu Dr. Sri Mulatsih, M.Sc.Agr. selaku dosen penguji utama dan Bapak Deni

Lubis M.Si selaku dosen penguji dari komisi pendidikan yang telah

memberikan evaluasi dan masukan yang sangat berarti untuk penyempurnaan

skripsi ini.

3. Semua dosen dan staff Tata Usaha Departemen Ilmu Ekonomi atas ilmu serta

bantuan yang diberikan selama penulis menjalani pendidikan di Departemen

Iilmu Ekonomi.

4. Kedua orang tua penulis, Ayah Hasan Rifa’i dan Ibu Indriani atas semua

kasih sayang, dukungan, perhatian, doa, serta pengorbanannya selama ini.

Page 9: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

5. Adik penulis, Nahdhiyah, Sa’adah, Hafidza, Fadel, Nabil dan segenap

keluarga besar Masjrobi Alfaridy atas bantuan, dukungan semangat,

perhatian, dan doa selama penyusunan skripsi ini.

6. Sahabat-sahabat alumni SMA Negeri 1 Bogor, Uswatun Hasanah, Nadia

Svenskarin, Rahajeng Aditya, Nur Aprianti, Tiara, Anggah, Teh Bairanti, Teh

Vella, Teh Astrid atas nasihat, dukungan, kebersamaan dan keceriaannya.

7. Sahabat-sahabat di Fakultas Ekonomi dan Manajemen 44 Destia Harum,

Apriessa Seventienna, Ilham Muzzaki, Junasa dan teman-teman satu

bimbingan Winda, Indah, Zahra dan Ahmad Mukhlis yang selalu meluangkan

watunya untuk berbagi ilmu, saran, serta nasihat selama penyusunan skripsi

ini.

8. Teman-teman Forkom Alims, IE 44, Rohis Fakultas Ekonomi dan

Manajemen dan semua pihak yang telah membantu dari awal sampai akhir

penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Semoga semua bantuan yang telah diberikan mendapat imbalan dari Allah

SWT. Akhirnya dengan segala kerendahan hati yang tulus, penulis berharap

skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan pihak-pihak yang

bersangkutan.

Bogor, Desember 2011

Izzatul Mabniyyah Alhasanah

H14070058

Page 10: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ..................................................................................................... i

DAFTAR TABEL ............................................................................................. iii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... iv

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... v

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang .................................................................................... 1

1.2. Perumusan Masalah ............................................................................ 5

1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................ 5

1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................. 6

1.5. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................. 6

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Zakat ................................................................................ 7

2.2 Pengertian Infak ................................................................................. 9

2.3 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Berzakat dan Berinfak .................10

2.4 Organisasi Pengelola Zakat ...............................................................11

2.5 Pengelolaan Zakat Berbasis Kepanitian Musiman (Informal) ...........15

2.6 Tinjauan Penelitian Terdahulu ...........................................................15

2.7 Kerangka Pemikiran ..........................................................................17

2.8 Hipotesis .............................................................................................19

III. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian ..............................................................20

3.2. Jenis dan Sumber Data .......................................................................20

3.3. Sampel Penelitian ..............................................................................20

3.4. Metode Analisis ..................................................................................21

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian ................................................28

Page 11: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

ii

4.1.1 Geografi .....................................................................................28

4.1.2 Demografi ..................................................................................29

4.1.3 Pendidikan .................................................................................31

4.1.4 Ekonomi ....................................................................................31

4.2. Badan Amil Zakat Daerah Kabupaten Brebes ....................................33

4.2.1 Profil BAZDA Kabupaten Brebes .............................................33

4.2.2 Pendayagunaan Zakat BAZDA Kabupaten Brebes ...................35

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik dan Persepsi Responden ...............................................37

5.2 Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Partisipasi Berzakat .......51

5.3 Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Rutinitas Berinfak .........59

5.4 Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pemilihan

Tempat Berzakat .................................................................................63

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan .........................................................................................72

5.2. Saran ................................................................................................72

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................74

LAMPIRAN .....................................................................................................77

Page 12: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

iii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1.1. Potensi zakat nasional ................................................................................ 2

1.2. Total dana zakat infak dan shadaqah nasional ........................................... 3

2.1 Organisasi pengelola zakat di Indonesia....................................................14

4.1 Jumlah penduduk berumur 10 tahun ke atas yang bekerja di rinci

menurut jenis pekerjaan di Kabupaten Brebes ..........................................30

4.2 Penduduk umur 10 tahun ke atas dirinci menurut tingkat pendidikan ......32

5.1 Demografi responden.................................................................................37

5.2 Pembayaran zakat ......................................................................................38

5.3 Rutinitas pembayaran infak .......................................................................41

5.4 Periode berinfak .........................................................................................43

5.5 Periode membayar zakat ............................................................................45

5.6 Tempat membayar zakat ............................................................................47

5.7 Alasan membayar zakat melalui OPZ dan bukan OPZ .............................49

5.8 Pengelompokan responden berdasarkan partisipasi berzakat ....................51

5.9 Hasil uji signifikansi variabel independen .................................................53

5.10 Koefisien fungsi klasifikasi .......................................................................57

5.11 Hasil prediksi klasifikasi untuk seluruh objek ...........................................59

5.12 Pengelompokan responden berdasarkan partisipasi berinfak ....................60

5.13 Hasil uji signifikansi variabel independen .................................................61

5.14 Koefisien fungsi klasifikasi .......................................................................61

5.15 Hasil prediksi klasifikasi untuk seluruh objek ...........................................63

5.16 Pengelompokan responden berdasarkan tempat berzakat .........................64

5.17 Hasil uji signifikansi variabel independen .................................................64

5.18 Koefisien fungsi klasifikasi .......................................................................66

5.19 Hasil prediksi klasifikasi untuk seluruh objek ...........................................62

Page 13: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

iv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

2.1. Kerangka pemikiran...................................................................................16

3.4. Peta administratif Kabupaten Brebes.........................................................28

Page 14: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

v

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1 Kuesioner penelitian. ................................................................................76

2. Hasil diskriminan faktor-faktor yang memengaruhi berzakat ...................80

3. Hasil diskriminan faktor-faktor yang memengaruhi rutinitas berinfak .....82

4. Hasil diskriminan faktor-faktor yang memengaruhi pemilihan tempat berzakat ..........................................................................................84

Page 15: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara-negara maju memiliki perbedaan dengan negara-negara sedang

berkembang antara lain dalam hal kemiskinan dan distribusi pendapatan. Di

negara maju jauh lebih baik dan mumpuni dibandingkan negara sedang

berkembang, baik secara statistik kemerataannya (perbedaan kaya dan miskin,

majikan dan buruh, antardaerah, antarsektor) maupun kapasitas secara institusi

untuk mengatasi ketimpangan. Kemiskinan adalah ketidakmampuan dari sisi

ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang

diukur dari sisi pengeluaran. Ketimpangan distribusi pendapatan merupakan

ketidakmerataan pendapatan yang diterima oleh pemilik faktor produksi. Di Eropa

Utara dan Barat yang sering dijadikan model negara kesejahteraan sangat terkenal

dengan sistem jaminan sosial dikombinasikan dengan politik fiskal dan moneter

serta gerakan buruh dan koperasinya. Di Amerika dan Kanada, kelembagaannya

memang parsial tapi terdapat lembaga sosial dan LSM yang dikombinasikan

dengan koperasi. Sistem inilah yang mampu menciptakan sistem perlindungan

yang efektif, dan produktif dalam mendukung pertumbuhan ekonomi. Di Jepang

tingkat kesejahteraan petani, nelayan, buruh secara empiris salah satu yang terbaik

di dunia karena kesejahteraan rakyat merupakan indikator kinerja perusahaan dan

pemerintah daerah (Damanhuri, 2010).

Indonesia sebagai salah satu negara yang termasuk negara sedang

berkembang memiliki jumlah penduduk miskin mencapai 31,9 juta orang atau

13,3 persen dari total jumlah penduduk Indonesia diukur menggunakan garis

kemiskinan Rp 233.740 per kapita per bulan dengan indeks gini (ukuran distribusi

pendapatan) sebesar 0,33 (BPS, 2011). Kemiskinan ini merupakan masalah yang

bukan saja dilihat sebagai fenomena ekonomi tetapi juga sebagai masalah agama,

sosial, politik dan keamanan. Ini dikarenakan kemiskinan merupakan penyakit

sosial yang paling dahsyat bahkan dapat dikatakan sebagai musibah dan bencana

yang harus segera ditanggulangi.

Islam sebagai agama yang mayoritas dianut penduduk Indonesia telah

memberikan solusi untuk mengatasi kemiskinan dan ketimpangan sosial dengan

Page 16: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

2

zakat. Zakat memiliki dimensi sosial karena membayar zakat bertujuan

mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang sejahtera serta

mempersempit jarak antara kaum kaya dan kaum miskin (Qardhawi, 1995).

Kondisi pengumpulan dana zakat di Indonesia saat ini masih di bawah

kebutuhan untuk mengeluarkan umat Islam dari kemiskinan. Padahal jika dilihat

dari potensi zakat penduduk muslim Indonesia yang wajib zakat sangat besar.

Penelitian Badan Amil Zakat Nasional dan Fakultas Ekonomi dan Manajemen

IPB mengungkapkan potensi zakat nasional sebesar Rp 217.000.000.0000,00

setara dengan 3,4 persen dari total PDB. Potensi ini terdiri dari potensi zakat

rumah tangga secara nasional, potensi zakat perusahaaan industri menengah dan

besar nasional serta potensi zakat tabungan secara nasional. Detail potensi zakat

dari tiga kelompok tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1.1 Potensi zakat nasional

Keterangan Potensi Zakat Persentase terhadap PDB

Potensi Zakat Rumah

Tangga

Rp 82, 7 triliun 1,30 %

Potensi Zakat Industri

Swasta

Rp 114, 89 triliun 1,80 %

Potensi Zakat BUMN Rp 2,4 triliun 0,04%

Potensi Zakat tabungan Rp 17 triliun 0,27 %

Total Potensi Zakat

Nasional

Rp 217 triliun 3,40 %

Sumber : Riset BAZNAS dan FEM IPB (2011) Potensi zakat rumah tangga didapat dari total rumah tangga yang memiliki

penghasilan diatas batas (nishab) zakat pertanian, yaitu 524 kg beras dengan kadar

2,5 persen sesuai dengan kebijakan BAZNAS yang menganalogi zakat

penghasilan dengan nishab zakat pertanian dan zakat emas perak untuk kadarnya.

Persentase zakat ini adalah 1, 3 persen dari total PDB. Zakat industri swasta,

BUMN didapat dari 2,5 persen dari laba yang dihasilkan perusahaan-perusaan di

industri tersebut tanpa laba dari perusahaan produk haram. Potensi zakat industri

sebesar 117,29 triliun atau setara dengan 1,84 persen dari total PDB. Potensi zakat

tabungan adalah potensi zakat dari jumlah dana tabungan yang dimiliki nasabah

Page 17: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

3

dengan jumlah melebihi nishab di bank BUMN dan umum serta deposito dan giro

di bank syariah.

Dari potensi zakat nasional yang dimiliki Indonesia, zakat yang berhasil

dihimpun oleh Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) baru mencapai 0,005

persen dari seluruh potensi zakat nasional. Berdasarkan Beik dalam Kusuma

(2009), dana zakat yang berhasil dikumpulkan untuk wilayah Indonesia sekitar

0,02 persen dari PDB. Data penerimaan dana zakat oleh Badan Amil Zakat

Nasional ditunjukkan oleh tabel 2.

Tabel 1.2. Total dana zakat, infak dan shadaqah nasional

Tahun Total Zakat

(Milyar Rupiah)

Pertumbuhan

(%)

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

68.39

85.28

150.09

295.52

373.17

740.00

920.00

-

24.70

76.00

96.90

26.28

98.30

24.32

2009 1100.00 19,57

2010 1500.00 36,36

Sumber : Badan Amil Zakat Nasional (2011) Dari tabel 1.2 dapat terlihat bahwa dana zakat yang terkumpul mengalami

pertumbuhan yang signifikan. Kenaikan dana zakat yang terkumpul dari tahun

2002 - 2010 mencapai 1000 persen lebih dengan rata-rata pertumbuhan per tahun

sebesar 24 persen. Ini menandakan jumlah dana zakat yang terkumpul masih bisa

ditingkatkan agar jarak antara potensi zakat dan realisasinya tidak terlalu jauh.

Jika dilihat dari wilayah negara Indonesia yang termasuk negara sedang

berkembang, salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan yang tinggi

adalah Kabupaten Brebes. Persentase penduduk miskin Kabupaten Brebes pada

tahun 2008 mencapai 25,98 persen dan pada tahun 2009 sebesar 24,39 persen

dengan garis kemiskinan sebesar Rp 219.119 (BPS, 2011). Artinya sekitar

seperempat dari seluruh penduduk Kabupaten Brebes dalam kondisi miskin. Dari

Page 18: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

4

seluruh keluarga di Kabupaten Brebes, jumlah keluarga yang termasuk kategori

pra sejahtera mencapai 106.989 kepala keluarga atau 21,43 persen dari total

keluarga (BPS, 2010)

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Brebes merupakan

kabupaten dengan IPM terendah di Jawa Tengah dari 35 kabupaten di Jawa

Tengah. IPM menunjukkan tingkat kemajuan manusia secara umum mencakup

tingkat pendapatan, pendidikan dan kesehatan. Dengan melihat perkembangan

angka IPM tiap tahun, kemajuan yang dicapai Kabupaten Brebes tidak terlalu

signifikan dari 67,08 pada tahun 2008 menjadi 67,69 pada tahun 2010. Rendahnya

IPM ini mencerminkan kemajuan bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi

yang masih rendah.

Di sisi lain, pada tahun yang sama produk domestik regional bruto

(PDRB) Kabupaten Brebes menempati urutan keempat tertinggi di Jawa Tengah

dan urutan tertinggi pertama di Karasidenan Pekalongan. Kontribusi PDRB

Kabupaten Brebes sekitar tiga hingga empat persen terhadap PDRB Jawa Tengah.

Total Produk Domestik Bruto (PDRB) Kabupaten Brebes pada tahun 2009

sebesar Rp 2.532.516.701,45 dengan pendapatan per kapita per tahun sebesar Rp

7.162.981,23. Sektor pertanian menjadi sektor penting dengan kontribusi diatas 50

persen. Dari tahun ke tahun kontribusi sektor pertanian mengalami peburunan,

sebaliknya sektor industri pengolahan mengalami kenaikan diiringi sektor

perdagangan dan sektor jasa. Dilihat dari data kegiatan ekspor dan impor, nilai

ekspor Kabupaten Brebes melebihi nilai impornya. Nilai ekspor mencapai 5,475

triliun dan nilai impor mencapai 2,923 triliun (BAPPEDA, 2010)

Berdasarkan data PDRB Kabupaten Brebes ini sebenarnya Kabupaten

Brebes memiliki potensi untuk meningkatkan kemajuan manusia di bidang

ekonomi, pendidikan, kesehatan dan mengurangi ketimpangan pendapatan di

wilayah Kabupaten Brebes. Dengan sistem pengambilan dana zakat yang baik dan

pendayagunaan zakat yang optimal maka fungsi zakat untuk mengentaskan

kemiskinan kemungkinan besar dapat terwujud. Oleh karena itu organisasi

pengelola zakat yang diberikan amanah mengumpulkan zakat perlu mengetahui

faktor-faktor yang memengaruhi partisipasi individu untuk membayar zakat

Page 19: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

5

sehingga dari dana yang terkumpul dapat menjalankan program-program untuk

mengentaskan kemiskinan.

1.2 Rumusan Masalah

Dana zakat yang terkumpul dapat disalurkan dalam bentuk dana konsumtif

seperti pemenuhan kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan dan dana produktif

seperti modal usaha, pemberdayaan ekonomi sehingga dapat mendorong

penduduk miskin memiliki penghasilan tetap. Semakin besar dan zakat yang

dikumpulkan maka peluang keberhasilan program dari dana zakat semakin besar.

Dana yang terkumpul oleh Badan Amil Zakat Daerah Kabupaten Brebes

pada tahun 2010 baru mencapai Rp 821.387.060,00. Selama ini Badan Amil Zakat

Kabupaten Brebes mengalami kesulitan mengumpulkan dana zakat dari

masyarakat muslim di kabupaten tersebut. Sebanyak 99 persen wajib zakat

(muzzaki) yang membayar ke BAZ adalah pegawai negeri sipil. Hal ini

disebabkan adanya surat edaran dari Bupati Kabupaten Brebes tentang

pemotongan gaji secara langsung sebesar 2,5 persen sebagai zakat penghasilan

pada gaji ketigabelas disalurkan ke Badan Amil Zakat Kabupaten. Oleh karena itu

ada beberapa permasalahan yang akan dijawab dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana pengaruh faktor pendidikan, pekerjaan, pendapatan, keimanan,

penghargaan, althurism (kepekaan sosial), kepuasan, organisasi, infak

terhadap partisipasi berzakat ?

2. Bagaimana pengaruh faktor pendidikan, pekerjaan, pendapatan, keimanan,

penghargaan, althurism (kepekaan sosial) organisasi, frekuensi infak

terhadap rutinitas berinfak ?

3. Bagaimana pengaruh faktor pendidikan, pekerjaan, pendapatan, keimanan,

penghargaan, althurism (kepekaan sosial), kepuasan, organisasi dan

keberadaan organisasi pengelola zakat terhadap pemilihan tempat

membayar zakat?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan tersebut, maka tujuan dari

penelitian ini adalah:

Page 20: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

6

1. Menganalisis faktor pendidikan, pekerjaan, pendapatan, keimanan,

penghargaan, althurism (kepekaan sosial), kepuasan, organisasi, infak

dalam memengaruhi partisipasi berzakat.

2. Menganalisis faktor pendidikan, pekerjaan, pendapatan, keimanan,

penghargaan, althurism (kepekaan sosial) organisasi dan frekuensi infak

dalam memengaruhi rutinitas berinfak.

3. Menganalisis faktor pendidikan, pekerjaan, pendapatan, keimanan,

penghargaan, althurism (kepekaan sosial), kepuasan, organisasi dan

keberadaan organisasi pengelola zakat dalam memengaruhi pemilihan

tempat membayar zakat.

1.4 Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi pemerintah,

masyarakat, akademisi dan organisasi pengelola zakat.

1. Bagi pemerintah: dapat menjadi pertimbangan untuk membuat kebijakan

dalam pengembangan zakat

2. Bagi masyarakat: dapat memberikan gambaran faktor-faktor yang

memengaruhi partisipasi membayar zakat dan meningkatkan partisipasi

dalam membayar zakat.

3. Akademisi: dapat membantu dalam menambah wawasan dan keilmuan

mengenai zakat.

4. Organisasi pengelola zakat: dapat memberikan masukan untuk

meningkatkan pengumpulan dana zakat.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mengambil studi kasus di Kabupaten Brebes. Populasi dalam

penelitian ini adalah individu muslim yang diperkirakan wajib zakat (muzzaki)

yang dijadikan contoh sebanyak 100 orang yang tinggal di perumahan dan

perkampungan di Kecamatan Brebes, Kecamatan Bulakamba, dan Kecamatan

Tanjung.

Page 21: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Zakat

Zakat adalah kewajiban yang dipandang dari segi moral dan agama sangat

mutlak dilaksanakan. Zakat merupakan hak fakir dan miskin dalam kekayaan

orang kaya. Hak itu ditetapkan oleh pemilik kekayaan sebenarnya yaitu Allah

SWT. Besarnya batas harta yang harus dibayarkan zakatnya, besar harta yang

dibayar, batas-batasnya, syarat-syarat, waktu dan cara pembayaran sudah

ditentukan.

Menurut Qardhawi (1993) kewajiban zakat ini tidak diserahkan saja

kepada kesediaan manusia tetapi harus dipikul tanggung jawab memungut dan

mendistribusikannya oleh pemerintah melalui amil. Kekayaan zakat tidak boleh

diserahkan penggunaannya kepada pihak berwenang atau pemuka agama tetapi

sudah ditetapkan orang-orang yang berhak menerimanya seperti fakir miskin dan

enam golongan lainnya seperti orang yang terlilit hutang, terlantar dalam

perjalanan di jalan Allah, orang yang baru masuk Islam (muallaf) yang dibujuk

hatinya, hamba sahaya, para amil dan jihad di jalan Allah. Zakat bukanlah sekedar

bantuan makanan sewaktu-waktu untuk sedikit meringankan kehidupan orang

miskin, tetapi zakat bertujuan untuk menanggulangi kemiskinan, menjadi

berkecukupan selamanya dan mengusahakan orang miskin mampu memperbaiki

sendiri kehidupannya.

Zakat adalah instrumen penting bagi keadilan sosial untuk peningkatan

kemakmuran di dunia ini dan juga menyebabkan peningkatan prestasi agama yang

selanjutnya sebagai pembayaran yang memurnikan orang dari dosa-dosa

(Aziz,1987)

Pihak yang wajib membayar zakat adalah semua muslim dewasa yang

sudah terkena ketentuan membayar zakat. Berdasarkan Qardhawi (1993), syarat-

syarat kekayaan yang wajib zakat antara lain:

1. Harta tersebut harus didapatkan dengan cara yang baik dan halal. Harta

yang haram baik secara subtansi benda maupun cara mendapatkannya, tidak dapat

dikenakan kewajiban zakat, karena Allah SWT tidak akan memerimanya. Dalam

hadis Shahih Bukhari menguraikan bahwa zakat tidak akan menerima dari harta

Page 22: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

8

yang didapatkan dengan cara menipu kecuali dari hasil usaha yang halal dan

bersih.

2. Harta terus berkembang atau berpotensi untuk dikembangkan seperti

melalui kegiatan usaha, perdagangan, pembelian saham atau ditabungkan baik

dilakukan sendiri maupun orang lain. Pengertian berkembang itu terdiri dua

macam konkret dan tidak konkret. Konkret artinya harta dikembangbiakan,

diusahakan, diperdegangkan dan sejenis dengannya. Tidak konkret artinya harta

tersebut berpotensi berkembang, baik berada di tangannya sendiri maupun di

tangan orang lain, tetapi atas namanya. Kesimpulan dari penjelasan tersebut,

setiap harta yang berkembang atau berpotensi untuk dikembangkan, termasuk ke

dalam objek pajak.

3. Milik penuh yaitu kekayaan itu di bawah kontrol dan kekuasaannya.

Artinya kekayaan tersebut harus berada di tangannya, tidak tersangkut di

dalamnya hak orang lain, dapat digunakan, dan manfaatnya dapat dinikmati. Jika

kekayaan tersebut tidak memiliki pemilik seperti kekayaan milik pemerintah maka

tidak wajib membayar zakat. Tanah wakaf yag diberikan kepada fakir miskin,

masjid, pejuang, anak yatim, sekolah dan sebagainnya maka zakat atasnya tidak

wajib. Untuk harta imbalan dan simpanan pegawai, jika harta ini merupakan

pemilikan penuh maka kedudukannya sama seperti harta yang dikuasai sehingga

zakatnya wajib dikeluarkan setiap tahun bila jumlahnya sampai batas wajib zakat.

Harta tersebut harus mencapai nishab yaitu jumlah minimal yang menyebabkan

harta terkena kewajibab zakat. Tidak ada kewajiban berzakat jika harta yang

dimilikinya dibawah lima ekor unta atau empat puluh ekor kambing atau di bawah

200 dirham uang perak atau di bawah lima kwintal bijian, buah-buahan dan hasil-

hasil pertanian. Menurut Syekh Dahlawi, perhitungan itu sesuai dengan kebutuhan

minimal rumah tangga dalam setahun.

4. Sumber-sumber zakat tertentu, seperti perdagangan, peternakan, emas dan

perak, harus berada atau dimiliki ataupun diusahakan oleh muzzaki dalam

tenggang waktu satu tahun sedangkan zakat pertanian, tidak terkait dengan

ketentuan haul (berlalu waktu satu tahun), ia harus dikeluarkan pada saat

memetiknya atau memanennya jika mencapai nishab.

Page 23: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

9

5. Syarat kewajiban zakat setelah terpenuhi kebutuhan pokok atau dengan

kata lain, zakat dikeluarkan setelah terdapat kelebihan dari kebutuhan hidup

sehari-hari yang terdiri atas kebutuhan rutin. Kebutuhan rutin yang dimaksud

adalah kebutuhan untuk ketahanan hidupnya seperti makanan, minuman,

perumahan, dan alat-alat yang diperlukan sebagai ilmu pengetahuan, alat-alat

kerja dan lain-lain.

2.2 Pengertian Infak

Infak berasal dari kata anfaqa yang berarti mengeluarkan sesuatu harta

untuk kepentingan sesuatu. Menurut terminologi syariat, infak berarti

mengeluarkan sebagian dari harta atau pendapatan untuk suatu kepentingan yang

diperintahkan ajaran Islam. (Hafiduddin, 1998) Infak sama artinya dengan

shadaqah berupa materi.

Perbedaan dengan zakat antara lain jika zakat ada nisabnya infak tidak

mengenal nisab. Infak dikeluarkan oleh setiap orang yang beriman, baik yang

berpenghasilan tinggi atau rendah, saat lapang atau sempit sesuai dengan surat Ali

Imran : 134. Jika zakat harus diberikan kepada mustahik tertentu infak boleh

diberikan kepada siapapun juga, misalnya untuk ibu-bapak, kaum kerabat, anak-

anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang sedang dalam kebajikan sesuai

dengan surat Al Baqarah : 215.

Hal yang perlu diperhatikan, jika seseorang telah berzakat tetapi masih

memiliki kelebihan harta, sangat dianjurkan untuk berinfak atau bersedekah.

Keutamaan berinfak antara lain ciri utama orang yang bertakwa (Surat Al-

Baqarah: 3 dan Surat Ali Imran: 134), ciri mukmin yang sungguh-sungguh

imannya (Surat Al-Anfal: 3-4), ciri mukmin yang mengharap keuntungan abadi

(Surat Al-Faatir:29). berinfak akan mlipatgandakan pahala di sisi Allah (Surat Al-

Baqarah: 262). (Hafidhuddin, 1998)

2.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Berzakat dan Berinfak

a. Kondisi demografis

Penelitian telah menemukan pengaruh demografis terhadap perilaku

muslim dalam membayar zakat. Dengan menggunakan regresi logistik

Page 24: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

10

Hairunnizam et al. (2005) menguji tiga belas faktor yang mungkin mempengaruhi

pembayaran zakat penghasilan di Malaysia. Dengan menerapkan analisis regresi

logistik, mereka menemukan bahwa lima faktor secara signifikan berpengaruh

pada membayar zakat penghasilan. Faktor-faktor ini meliputi usia, perkawinan

status, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan pembayaran melalui

mekasisme pemotongan gaji.

5.2 Keimanan

Bakar (2006) mendukung faktor ibadah sebagai salah satu motivasi utama

yang berkontribusi dalam kepatuhan zakat, infak dan prilaku yang peka terhadap

kondisi sosial. Mereka membayar zakat sebagai bukti dan indikator keimanan. Ini

merupakan kepatuhan seorang muslim terhadap kewajiban agama untuk

membayar zakat sehingga keyakinan terhadap ajaran agama menjadi faktor

dengan pengaruh yang kuat.

Hal ini didukung Qardhawi (1998) yang menyatakan tidak patuhnya

individu terhadap kewajiban untuk membayar zakat mengidentifikasikan tingkat

iman individu terhadap agama. Lunn et.al (2001) sepakat bahwa salah satu

keyakinan agama memiliki dampak terhadap seseorang untuk memberi.

5.3 Kepuasan

Dalam teori pertukaran sosial Bagozzi (1975) tukar menukar bersumber

dari kepentingan diri sendiri dan individu berusaha untuk meminimalkan biaya

mereka untuk mendapatkan hasilyang paling menguntungkan. Ketika teori Barat

diterapkan pada kegiatan zakat, maka diasumsikan bahwa individu berkontribusi

untuk zakat karena ia mendapat manfaat nyata.

Menurut Muda, et al (2006) mereka secara individu merasa ada

kepuasan tersendiri setelah membayar zakat. Mereka senang membayar zakat,

termasuk masyarakat yang bertanggung jawab, murah hati dan percaya mereka

juga dapat memotivasi orang lain untuk berpartisipasi untuk berzakat.

5.4 Penghargaan

Faktor ini berhubungan dengan keuntungan terhadap diri sendiri setelah

membayar zakat dan penghargaan dari orang lain. Indikator pada faktor ini seperti

mendapatkan pujian, mendapat dukungan sosial, meningkatkan peluang bisnis dan

ingen dilihat dermawan.

Page 25: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

11

5.5 Althurism (kepekaan sosial)

Althurism berhubungan dengan keyakinan agama atau kepekaan sosial

dalam motivasi membayar zakat. Althurism menurut Batson (2002) adalah

motivasi dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan orang lain. Faktor althurism

terdiri dari menunjukkan rasa terima kasih, keberkahan harta, membersihkan

kekayaan, rasa bersalah, hak orang miskin, dan membantu orang miskin yang

membutuhkan berdasarkan Muda, et al (2006).

5.6 Organisasi

Penelitian terhadap faktor yang memengaruhi individu muslim membayar

zakat menurut Kamil (2005) terdiri dari persepsi kualitas layanan, paparan pada

zakat promosi pengetahuan tentang zakat pada pendapatan dan keimanan

kemudian memperhitungkan juga hukum zakat, persepsi tentang penegakan

hukum zakat, persepsi tentang keadilan, dan sikap. Studinya menemukan bahwa

tiga variabel, persepsi kualitas pelayanan lembaga amil zakat, tingkat pengetahuan

zakat, sosialisasi zakat melalui media secara signifikan memiliki hubungan yang

positif dengan partisipasi membayar zakat.

Hasil dari penelitian Muda, et al (2006) di Malaysia, faktor organisasi

merupakan faktor pertama yang memengaruhi invidu dalam berpartisipasi

berzakat. Faktor organisasi terdiri dari layanan yang ditawarkan oleh organisasi

pengelola zakat, sistem pembayaran memuaskan, fasilitas pembayaran secara

online, tersedianya lembaga amil zakat, adanya pengaruh dari iklan zakat, serta

nyaman membayar di lembaga amil zakat.

2.4 Organisasi Pengelola Zakat

Islam tidak menempatkan masalah zakat sebagai urusan pribadi, tetapi

sebagai salah satu tugas pemerintah Islam. Dalam hubungan ini, Islam

menyerahkan wewenang kepada negara untuk memungut dan membagikannya

kepada mereka yang berhak. Masalah ini tidak hanya didasarkan pada kemurahan

hati individu sebab terdapat sejumlah faktor yang tidak dapat diabaikan oleh

syariat : Pertama, hati nurani kebanyakan orang telah mengeras karena kecintaan

dunia dan sifat egoistisnya. Bila hak kaum muslimin digantungkan kepada orang-

orang yang berwatak seperti itu, kesejahteraan mereka tidak akan terjamin.

Page 26: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

12

Kedua, jika kaum miskin mengambil haknya dari pemerintah bukan dari

seorang kaya, kehormatan dan martabatnya tetap terpelihara. Ia akan terhindar

dari perkataan menyakitkan dari pihak pemberi.

Ketiga, apabila pengaturan masalah zakat diserahkan kepada orang

banyak, pendistribusiaannya akan kacau.

Keempat, pendistribusian zakat bukan hanya terbatas orang miskin dan

mereka yang dalam perjalanan. Ada pihak lain yang yang berhak menerima zakat

demi kemaslahatan umum, seperti mualaf, mereka yang mempersiapkan kekuatan

untuk berjihad di jalan Allah SWT dan mereka melengkapi kebutuhan da’i untuk

menyebarkan risalah Islam.

Kelima, Islam adalah agama pedoman penyelenggaraan negara dan

pemerintahan. Negara membutuhkan dana untuk menjalankan berbagai fungsinya.

Zakat adalah salah satu sumber dana terpenting dan permanen yang dapat mengisi

perbendaharaan negara atau baitul mal.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa perlu adanya

pengelolaan zakat melalui organisasi. Organisasi pengelola zakat ini memiliki

sistem kerja sendiri. Ia bertugas mengumpulkan dan membagikan zakat kepada

beberapa sektor yang sudah dibatasi sesuai tingkat kebutuhan. (Qardhawi, 1995)

Hafiduddin (1998) pengelolaan zakat oleh lembaga pengelola zakat

terutama yang memiliki kekuatan hukum formal, memiliki beberapa keuntungan :

1. Menjamin kepastian dan disiplin pembayaran zakat.

2. Menjaga perasaan rendah diri para mustahik zakat apabila berhadapan

langsung untuk menerima zakat dari para muzzaki.

3. Untuk mencapai efisien dan efektifitas serta sasaran yang tepat dalam

penggunaan harta zakat menurut skala prioritas yang ada pada suatu

tempat.

4. Untuk memperlihatkan syiar islam dalam semangat penyelenggaraan

pemerintahan yang islami.

5. Mewujudkan hikmah dan fungsi zakat terutama yang berkaitan dengan

kesejahteraaan umat.

Page 27: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

13

Landasan hukum pengelolaan zakat di Indonesia berdasarkan pada

Undang-Undang No.38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat dikemukakan

bahwa pengelolaan zakat bertujuan :

1. Meningkatkan pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat sesuai

tuntunan agama.

2. Meningkatkan fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam upaya

mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial.

3. Meningkatkan hasil guna dan daya zakat.

Seseorang yang ditunjuk sebagai amil zakat atau pengelola zakat harus

memenuhi persyaratan tertentu (Qardhawi, 1993) yaitu :

a. Beragama Islam. Zakat adalah salah satu urusan utama kaum muslimin

yang termasuk rukun Islam karena itu apabila urusan penting kaum

muslimin diurus oleh sesama muslim.

b. Mukallaf yaitu dewasa yang sehat akal pikirannya yang siap menerima

tanggung jawab mengurus urusan umat.

c. Memiliki sifat amanah atau jujur. Sifat ini sangat penting karena berkaitan

dengan kepercayaan umat. Artinya para muzzaki akan dengan rela

menyerahkan zakat melalui organisasi pengelola zakat jika organisasi

tersebut memang patut dan layak dipercaya. Keamanahan ini diwujudkan

dalam bentuk transparansi dalam menyampaikan laporan

pertanggungjawaban secara berkala dan juga ketepatan penyaluran sejalan

dengan ketentuan syariah.

d. Mengerti dan memahami hukum-hukum zakat yang menyebabkan ia

mampu melakukan sosialisasi segala sesuatu yang berkaitan dengan zakat

kepada masyarakat.

e. Memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya.

Amanah dan jujur merupakan syarat yang penting namun perlu ditunjang

oleh kemampuan melaksanakan tugas.

f. Kesungguhan amil zakat dalam melaksanakan tugasnya. Amil zakat yang

baik adalah amil zakat yang seluruh waktu kerjanya mengurusi zakat, tidak

asal-asalan dan tidak pula sambilan. Karena dapat berdampak pada kinerja

Page 28: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

14

amil zakat yakni pasif hanya menunggu kedatangan muzaki membayar

zakat atau infaknya.

Organisasi Pengelola Zakat harus memiliki persyaratan teknis

berdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor 581 tahun 1999, antara lain :

1. Berbadan hukum

2. Memiliki data muzzaki dan mustahik

3. Memiliki program kerja yang jelas

4. Memiliki pembukuan yang baik

5. Melampirkan surat pernyataan bersedia diaudit

Persyaratan tersebut mengarah pada kinerja yang profesional dan

laporan yang transparan dari setiap lembaga pengelola zakat. Harapannya

masyarakat akan semakin bersemangat menyalurkan zakatnya melalui lembaga

pengelola.

Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) di Indonesia terbagi menjadi 2 jenis

yaitu Badan Amil Zakat dan Lembaga Amil Zakat. Badan Amil Zakat merupakan

amil zakat yang dibentuk pemerintah dan Lembaga Amil Zakat merupakan amil

zakat yang dibentuk oleh swasta.

Berikut ini adalah data jumlah organisasi yang terlibat dalam

pengelolaan zakat di Indonesia sampai akhir tahun 2009:

Tabel 2.1 Organisasi pengelola zakat di Indonesia

No Organisasi Jumlah

1 BAZNAS 1

2 BAZDA Provinsi 33

3 BAZDA Kabupaten/Kota 434

4 BAZ Kecamatan 4.800

5 BAZ Kelurahan 24.000

6 LAZNAS 18

7 LAZ Provinsi 16

8 LAZ Kabupaten/Kota 31

9 UPZ 8.680

Total 38.013

Sumber : Forum Organisasi Zakat (2011)

Page 29: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

15

2.5 Pengelola Zakat Berbasis Kepanitiaan Musiman (Informal)

Di Indonesia, pada saat masyarakat bersemangat menunaikan zakat

biasanya bersamaan itu pula muncul gerakan pengelolaan zakat musiman yang

selalu mengiringi bulan Ramadhan. Sekelompok masyarakat membentuk panitia

dadakan (ad hoc). Keberadaan kepanitiaan itu menyebut dirinya sebagai amil

zakat, yakni satu diantara delapan asnaf (golongan) penerima zakat. Hampir di

setiap masjid maupun mushala secara serentak membentuk kepanitiann zakat.

Kata panitia dan amil zakat semestinya diperjelas karena dua kata tersebut

mempunyai konsekuensi hukum yang berbeda. Dalam literatur fikih, amil adalah

orang yang mempunyai kriteria tertentu dan memenuhi syarat dalam kriteria

pengumpulan, pengadministrasian dan penyaluran zakat. Amil memiliki tugas

yang tidak ringan dalam melakukan tiga hal tersebut karena harus tepat sasaran

kepada orang yang tepat sesuai dengan Al Qur’an. Oleh karena itu amil harus

memiliki kriteria khusus dan tanggung jawabnya berat. Setelah melakukan

tugasnya dengan baik dan memberikan seluruh waktu kerjanya untuk mengurus

zakat, barulah amil boleh mengambil hak dari zakat yang dikumpulkan.

Sementara sebuah kepanitiaan zakat, belum tentu memiliki kriteria yang

dipersyaratkan dalam pengumpulan zakat. Panitia tidak berbeda dengan orang

yang ditunjuk untuk bertanggung jawab sesuatu (dalam hal ini zakat). Mereka

ditunjuk biasanya tanpa mempertimbangkan kriteria dan kapasitas sebagai

seorang amil yang dipersyaratkan. Panitia zakat ini juga hanya bekerja pada saat

Ramadhan. Setelah Ramadhan berlalu maka kepanitiaan ini dengan sendirinya

bubar (Aflah, 2011)

2.6 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang faktor-faktor yang memengaruhi partisipasi individu

dalam berzakat dilakukan oleh Musa et.al (2006) dengan mengambil studi kasus

di Malaysia. Penelitian ini menggunakan analisis faktor dengan investigasi

eksplorasi. Hasilnya terdapat 5 faktor yang memengaruhi patisipasi individu

dalam berzakat yaitu faktor organisasi, faktor althurism (kepekaan sosial), faktor

penghargaan, faktor kepuasan dan faktor keimanan.

Page 30: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

16

Faktor organisasi variabel utamanya adalah layanan lembaga amil zakat.

Kepercayaan pada lembaga pengumpul zakat menunjukkan kinerja organisasi

yang baik dalam hal pengumpulan zakat dan distribusi dana zakat menjadi efisien,

efektif serta transparan sehingga masyarakat semakin percaya kepada lembaga

zakat. Dampaknya, terdapat peningkatan dana zakat yang terkumpul. Pada faktor

althurism, meningkatkan keshalehan menjadi variabel dengan nilai loadings

terbesar. Kemudian mendapat dukungan sosial merupakan variabel utama pada

faktor penghargaan. Di faktor kepuasan, nilai loading tertinggi terdapat pada

variabel saya orang yang bertanggung jawab secara sosial. Faktor yang

memengaruhi partisipasi zakat yang terakhir adalah keimanan. Variabel utama

pada faktor ini adalah adanya balasan surga.

Berdasarkan penelitian Abu Bakar (2010) yang berjudul motivasi

membayar zakat penghasilan untuk studi di Malaysia, faktor utama yang

memengaruhi membayar zakat penghasilan adalah keyakinan bahwa zakat

merupakan kewajiban umat islam, kemudian percaya dalam bagian harta yang

dimiliki ada hak orang miskin yang membutuhkan, keyakinan dengan membayar

zakat dapat memperbaiki kondisi ekonomi orang miskin. Selain itu motivasi

membayar zakat penghasilan karena potongan pajak yang diberikan pemerintah

dan fasilitas yang disediakan organisasi pengelola zakat.

Sejumlah studi meneliti perilaku muslim terhadap zakat atas penghasilan.

Sebagian besar meneliti pengaruh demografi terhadap perilaku Muslim dalam

membayar zakat atas penghasilan (Mohd. Ali et al., 2003; Kamil, 2005;

Hairunnizam et al, 2005; Azura et al., 2005). Faktor yang yang telah diteliti

sejauh ini termasuk jenis kelamin, usia, status perkawinan, tingkat pendidikan,

jumlah tanggungan dan tingkat pendapatan. Sebagian besar penelitian ini diadopsi

analisis regresi logistik multivariat dalam mengukur pentingnya faktor-faktor pada

zakat mereka pada perilaku pendapatan.

Hairunnizam et al (2005) menguji tiga belas faktor-faktor yang mungkin

mempengaruhi atau tidak memengaruhi melakukan zakat penghasilan di

Malaysia. Kuesioner dibagikan kepada 2500 individu muslim dalam setiap negara

di Malaysia, menggunakan metode random sampling. Dengan menerapkan

analisis regresi logistik, mereka menemukan bahwa lima faktor yang secara

Page 31: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

17

signifikan mempengaruhi pembayaran zakat atas penghasilan ke arah yang positif.

Faktor-faktor ini meliputi usia, status perkawinan, tingkat pendidikan, tingkat

pendapatan dan pembayaran melalui mekanisme pemotongan gaji. Selain itu,

ditemukan bahwa perempuan bekerja lebih mungkin untuk membayar zakat atas

penghasilan. Pengetahuan tentang Islam, kesadaran pendapatan sebagai objek

zakat dan kepuasan tidak signifikan memengaruhi pembayaran zakat walaupun

memiliki hubungan yang positif.

Fatmawati (2008) menganalisis pelaksanaan zakat mal di masyarakat

Kecamatan Jatibarang Kabupaten Brebes menggunakan analisis deskriptif.

Berdasarkan penelitian ini, memperoleh informasi tentang kurangnya keta'atan

masyarakat Kecamatan Jatibarang dalam mengeluarkan zakat mal. Hal ini

disebabkan oleh beberapa alasan, yaitu pertama, mereka kurang memahami

kewajiban zakat, kedua, banyaknya kebutuhan sosial sebagai respon terhadap adat

atau kebiasaan sehingga dana untuk zakat berkurang. Ketiga, belum ada sanksi

yang tegas bagi orang yang sengaja tidak mengeluarkan zakat mal. Keempat,

kurangnya kepercayaan masyarakat kepada Badan Amil Zakat (BAZ) Kecamatan

Jatibarang.

2.7 Kerangka Pemikiran Konseptual

Salah satu Kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan yang tinggi

adalah Kabupaten Brebes. Persentase penduduk miskin Kabupaten Brebes pada

tahun 2008 mencapai 25,98 persen dan pada tahun 2009 sebesar 24,39 persen

(BPS, 2011). Kondisi kemiskinan di Kabupaten Brebes Zakat memiliki potensi

yang besar untuk mengentaskan kemiskinan dan pemerataan pendapatan. Dana

yang dihimpun dari orang kaya (muzzaki) Kabupaten Brebes dapat digunakan

melalui berbagai program agar orang miskin di Kabupaten Brebes bisa menjadi

sejahtera. Berdasarkan laporan keuangan Badan Amil Zakat Kabupaten Brebes,

dana zakat dan infak yang terkumpul baru mencapai Rp 821.387.060,00.

Penerimaan dana zakat dapat ditingkatkan jika organisasi pengelola zakat

mengetahui hal-hal yang mendorong seseorang membayar zakat. Kebiasaan

berinfak secara rutinuga dapat mendukung program mengentaskan kemiskinan.

Page 32: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

18

Berdasarkan Undang-Undang No.38 tahun 1999 tentang Pengelolaan

Zakat, tujuan dari pengelolaan dana zakat oleh organisasi pengelola zakat salah

satunya adalah meningkatkan hasil guna dan daya guna zakat. Keputusan tempat

membayar zakat menjadi sangat penting karena dana zakat yang bisa dikelola

organisasi pengelola zakat hanya yang dibayar wajib zakat kepada OPZ bukan

menyalurkan secara langsung atau panitia zakat (bukan OPZ).

Berikut bagan kerangka pemikiran penelitian.

Kondisi kemiskinan di Kabupaten Brebes

Potensi dana zakat yang dimiliki Kabupaten Brebes

Analisis Diskriminan

Faktor-faktor yang memengaruhi keputusan wajib zakat membayar zakat

Faktor-faktor yang memengaruhi keputusan rutin berinfak

Faktor-faktor yang memengaruhi pemilihan

tempat membayar

Kondisi aktual dana zakat yang terkumpul jauh di

bawah potensi zakat

Analisis Deskriptif (Tabulasi Silang)

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran

Page 33: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

19

2.7 Hipotesis

Hipotesis yang ingin dibuktikan dalam penelitian ini adalah:

1. Faktor keimanan, penghargaan, kepuasan, althurism (kepekaan sosial), dan

organisasi berpengaruh terhadap partisipasi berzakat, rutinitas berinfak dan

pemilihan tempat membayar zakat.

2. Partisipasi berzakat, rutinitas berinfak dan pemilihan tempat membayar

zakat dipengaruhi pendapatan, pekerjaan, pendidikan.

3. Infak berpengaruh signifikan terhadap partisipasi berzakat.

4. Rutinitas berinfak dipengaruhi periode berinfak.

5. Keberadaan organisasi pengelola zakat menjadi faktor yang memengaruhi

pemilihan tempat membayar zakat.

Page 34: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada minggu kedua bulan Februari sampai

minggu pertama bulan Maret tahun 2011. Daerah tempat penelitian adalah tiga

kecamatan di Kabupaten Brebes yaitu Kecamatan Brebes, Kecamatan Bulakamba

dan Kecamatan Tanjung.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer diambil dengan menggunakan metode wawancara dengan

kuesioner. Data sekunder didapat dari literatur atau dokumen-dokumen baik yang

dipublikasikan maupun tidak dipublikasikan terkait tema penelitian. Pengolahan

data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Statistical Package for

Sosial Science 15 for windows dan Microscoft Excel 2007.

3.3 Sampel penelitian

Penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan prosedur purposive

sampling yakni memilih contoh berdasarkan pertimbangan tentang beberapa

karakteristik yang cocok berkaitan dengan anggota contoh yang diperlukan untuk

menjawab tujuan penelitian (Juanda, 2009).

Responden yang dipilih adalah responden yang diperkirakan memiliki

kemampuan untuk membayar zakat. Untuk menentukan jumlah sampel digunakan

rumus Slovin, yaitu

21 NeNn

+=

Keterangan :

n = ukuran sampel

N = ukuran populasi

e = Kesalahan dalam pengambilan sampel ditetapkan sebesar 10 persen

Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian berdasarkan jumlah

keluarga sejahtera III plus di Kabupaten Brebes yakni sekitar 82.428 orang,

Page 35: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

21

dengan estimasi jumlah keluarga muslim adalah sekitar 99 persen dari total

penduduk di Kabupaten Brebes. Dari hasil perhitungan maka didapatkan jumlah

sampel sebanyak 100 orang responden.

N = 99 % x 82.428

N = 81.603

10076,99)1,0(816031

816032 ==

+=n

3.4 Metode Analisis

Sesuai dengan permasalahan dan tujuan yang dirumuskan dalam penelitian

ini maka metode analisis yang digunakan adalah analisis diskriminan. Analisis

secara deskriptif juga dilakukan untuk melihat karakteristik responden.

Skala yang digunakan pada penelitian ini adalah skala linkert yang

memiliki nilai dari 1 sampai 5. Nilai 1 berarti sangat tidak setuju, 2 tidak setuju, 3

cukup setuju, 4 setuju dan 5 sangat setuju.

Pertama yang dilakukan adalah menentukan variabel yang dapat

menggambarkan faktor yang memengaruhi partisipasi membayar zakat seperti

faktor pendidikan, pekerjaan, pendapatan, keimanan, penghargaan, kepuasan,

althurism, organisasi, rutin berinfak. Masing- masing variabel merupakan nilai

rata-rata dari beberapa indikator.

Faktor keimanan terdiri dari indikator selalu shalat fardhu, shalat

berjamaah tiga kali di masjid, zakat itu wajib, mampu menghitung zakat, rutin

membaca buku-buku agama, rutin hadir di majelis ilmu, percaya dengan semua

balasan atas perbuatan.

Faktor penghargaan terdiri dari indikator mendapat kemudahan rezeki

setelah berzakat, lingkungan sekitar menyambut baik saat berzakat, senang

disebut dermawan.

Faktor althurism adalah rata-rata dari indikator iba ketika melihat

fakir/miskin, berzakat berarti ungkapan rasa syukur, merasa harta menjadi bersih

setelah berzakat, senang membantu fakir/miskin, merasa bersalah saat tidak

membayar. Faktor kepuasan diri terdiri dari senang dapat meningkatkan kondisi

Page 36: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

22

ekonomi fakir/miskin, menyadari ada hak orang lain dan percaya jadi contoh yang

baik bagi orang lain saat berzakat.

Faktor organisasi terdiri dari indikator organisasi pengelola zakat (OPZ)

bekerja profesional, OPZ transparan dalam laporan keuangan, kenyamanan

membayar zakat di OPZ, adanya sosialisasi melalui media dan langsung kepada

masyarakat serta pemotongan gaji dari tempat berkerja.

Kedua penentuan variabel yang memengaruhi partisipasi melakukan infak

secara rutin. Variabel-variabel yang digunakan adalah pendidikan, pekerjaan,

pendapatan, keimanan, penghargaan, kepuasan, althurism, organisasi serta

frekuensi berinfak. Ketiga penentuan variabel yang memengaruhi pemilihan

tempat membayar zakat. Variabel yang diduga memengaruhi adalah pendidikan,

pekerjaan, pendapatan, keimanan, penghargaan, kepuasan, althurism, organisasi

serta keberadaan organisasi pengelola zakat di sekitar tempat tinggal.

Data dianalisis menggunakan metode analisis diskriminan. Alat analisis ini

mampu mengelompokkan setiap objek ke dalam dua kelompok yakni kelompok

membayar zakat dan tidak membayar zakat, kelompok berinfak secara rutin dan

tidak rutin serta kelompok memilih berzakat di organisasi pengelola zakat dan

bukan organisasi pengelola zakat. Tujuan analisis sini untuk mendapat fungsi

yang merupakan kombinasi linier variabel independent sehingga dapat

memisahkan objek. Artinya, objek dari grup yang sama akan memberi nilai fungsi

yang berdekatan, dan objek dari grup yang berbeda akan memberi nilai fungsi

yang berjauhan.

Analisis Diskriminan merupakan teknikyang akurat untuk memprediksi

objek termasuk dalam kategori tertentu, dengan catatan data-data yang dilibatkan

terjamin akurasinya (Simanmora, 2005)

(1) Model Analisis Diskriminan

Fungsi diskriminan yang dimaksud adalah,

D = bo + b1X1 + b2X2 + … + bjXj + ...+ bpXp = bT X

Dimana:

X1, X2, , Xj, .,Xp = Variabel independent

b0, b1, b2, …, bp = Koefisien fungsi diskriminan

D = Nilai fungsi diskriminan

Page 37: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

23

(2) Pendugaan Koefisien Fungsi Diskriminan

Tujuan pendugaan adalah mencari b, sedemikian sehingga akan

memberikan nilai D yang berdekatan untuk grup yang sama, dan memberikan

nilai D yang berjauhan untuk grup berbeda. Hal tersebut diperoleh dengan cara

mencari b, yang membuat rasio ragam D antar grup (bTBb) & ragam D dalam

grup (bTWb) maksimum, atau Maksimum bWbbBb

T

T

, dengan metode Lagrange

akan diperoleh persamaan,

4 (W-1B – λi I) bi = 0

Dimana:

B = Matriks koragam X antar grup

W-1= Invers matriks koragam X dalam grup

I = Matriks identitas

bi = Koefisien fungsi diskriminan ke-i, yang dapat diperoleh dengan

menyelesaikan persamaan di atas, dengan i = 1, 2, ..., L

λi = Eigenvalue (akar ciri ke-i) dari matriks W-1B yang berpasangan

dengan bi

Banyaknya fungsi diskriminan yang dapat dibentuk dari persamaan

tersebut adalah sebanyak L, dimana L adalah nilai terkecil dari (G-1) dan p,

dengan G adalah banyak grup, sedangkan p adalah banyak variabel independent.

(3) Evaluasi Fungsi Diskriminan

Evaluasi fungsi diskriminan umumnya untuk memeriksa apakah fungsi

diskriminan yang diperoleh signifikan sebagai diskriminator grup-grup tersebut

dan variabel independent apa saja yang signifikan, serta berapa persen objek

dalam sampel dapat dikelompokkan dengan benar oleh fungsi diskriminan

tersebut. Berikut ini akan diuraikan beberapa prosedur evaluasi fungsi

diskriminan.

(a) Uji Signifikansi Fungsi Diskriminan Dua Grup

Kasus yang paling sederhana, ketika variabel dependent-nya hanya terdiri atas

2 grup, sehingga hanya diperoleh satu fungsi diskriminan. Pertanyaan

selanjutnya, apakah fungsi diskriminan tersebut signifikan sebagai diskriminator

Page 38: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

24

kedua grup tersebut. Untuk itu diperiksa melalui pengujian hipotesa statistik,

yang dinyatakan sebagai berikut.

Ho : Fungsi diskriminan tidak signifikan

H1 : Fungsi diskriminan signifikan

Hipotesa statistik tersebut diperiksa melalui statistik uji berikut ini,

TotalSSCPGroupWithinSSCP

Matriks Determinan Matriks Determinan

|SSCPT Matriks| |SSCPW Matriks| Lambda Wilks' ==Λ=

Statistik Λ tersebut, kemudian ditransformasi menjadi statistik Chi-Square,

dengan formulasi sebagai berikut,

])][2

Gp(-1)-[(n- Λ+

= nChi-square

Dimana,

G = Banyaknya grup =2

p = Banyaknya variabel independent

n = Ukuran sampel untuk seluruh grup

Statistik Chi-square, menyebar Chi-square (𝜒2) dengan derajat bebas (df)

sebesar p(G-1) atau (𝜒2 Rdf=p(G-1)).

(b) Uji Signifikansi Variabel Independent Xj

Apabila fungsi diskriminan disimpulkan signifikan, maka perlu ditelusuri,

variabel independent mana saja yang signifikan mendiskriminasi grup. Untuk itu

diperiksa melalui pengujian hipotesa statistik, yang dinyatakan sebagai berikut.

Ho : Variabel independent ke-j (Xj) tidak signifikan, atau dengan kata lain,

rata-rata Xj pada G grup tidak berbeda

H1 : Variabel independent ke-j (Xj) berpengaruh signifikan terhadap

variabel dependent (Rata-rata Xj pada G grup berbeda)

Hipotesa tersebut, diuji dengan statistik uji berikut:

SSTSSW

Lambda Wilks'Xj

Xj=Λ=

Page 39: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

25

Dimana, SSWXj dan SSTXj adalah seperti yang didefinisikan sebelumnya.

Untuk selanjutnya, statistik Λ dikonversi menjadi statistik F berikut ini,

G-n

1-G

-1 F

Λ

Λ

=

Dengan,

G = Banyaknya grup

n = Ukuran sampel untuk seluruh grup

Statistik F menyebar mengikuti sebaran F dengan derajat bebas pembilang

=v1=G-1 dan derajat bebas penyebut =v2=n-G. Pada output SPSS di bagian Test

of Equality of Group Means tersaji informasi Sig, dimana Sig=Peluang(F(v1=G-

1,v2=n-G)>F). Apabila Sig<α atau F>F(v1=G-1,v2=n-G)α maka disimpulkan tolak Ho

pada tarafnyata α. Nilai F(v1=G-1,v2=n-G)α.

(4) Prediksi Variabel Dependent

Disamping uji signifikansi fungsi diskriminan dan masing-masing variabel

independent, juga diperlukan gambaran deskriptif akurasi model. Model fungsi

diskriminan semakin baik, apabila persentase objek dalam sampel dapat

diklasifikasikan (diprediksi) dengan benar oleh fungsi tersebut (dinyatakan

sebagai nilai hit ratio) semakin besar. Model yang signifikan dengan hit ratio

yang besar, untuk selanjutnya dapat digunakan untuk prediksi variabel dependent,

atau pengklasifian objek, berdasar atas nilai variabel independent [X1, X2, …,

Xp) dari objek tersebut.

Rata-rata skore D, untuk seluruh objek untuk masing-masing grup, disebut

sebagai Centroid. Suatu objek yang memiliki skore D dekat dengan Centroid

grup1, maka objek tersebut akan diprediksi masuk ke grup1, sebaliknya bila skore

D suatu objek dekat dengan grup2, maka objek tersebut akan diklasifikasikan

masuk ke grup2.

Batas wilayah antar grup disebut sebagai Cutoff-value, ditentukan

diantaranya sebagai berikut :

𝐶𝑢𝑡𝑜𝑓𝑓 − 𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒 =𝑛1𝐷�1 + 𝑛2𝐷�2𝑛1 + 𝑛2

Page 40: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

26

Dimana,

Cutoff-value = Nilai batas wilayah grup1 dan grup2

n1 = Ukuran sampel untuk grup1

n2 = Ukuran sampel untuk grup2

𝐷�1 = 𝐶𝑒𝑛𝑡𝑟𝑜𝑖𝑑 𝑔𝑟𝑢𝑝1

𝐷�2 = 𝐶𝑒𝑛𝑡𝑟𝑜𝑖𝑑 𝑔𝑟𝑢𝑝2

Dari formulasi di atas, tampak bahwa Cutoff-value, untuk kasus dua grup,

adalah rata-rata skore D untuk kedua grup tersebut. Berdasarkan nilai Centroids

dan Cutoff, dapat dibuat Teritorial Map. Untuk selanjutnya dapat digunakan

untuk mengevaluasi akurasi prediksi fungsi diskriminan pada data sampel, atau

untuk prediksi objek berdasarkan data [X1,…,Xj,…, Xp] objek tersebut.

(5) Asumsi Analisis Diskriminan

Penggunaan analisis diskriminan membutuhkan beberapa asumsi,

diantaranya:

(a) True categorical dependents

Grupnya bersifat mutually exclusive, yakni setiap objek hanya bisa menjadi

anggota satu grup saja.

(b) Interval data.

Variabel independent mencapai metrik, sama seperti pada analisis regresi

berganda.

(c) Homogeneity of variances

Ragam setiap variabel independent, homogen pada grup-grup tersebut.

(d) Independence

Tidak ada multikolinier pada variabel independent.

(e) No lopsided splits

Ukuran sampel setiap grup tidak berbeda jauh.

(f) Adequate sample size

Direkomendasikan minimal empat hingga lima kali banyaknya variabel

independent.

Page 41: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

27

(g) Proper specification

Koefisien dapat berubah substansial ketika ada variabel independent

dimasukkan ke dalam model atau dikeluarkan dari model.

Page 42: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Kabupaten Brebes

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Brebes

Gambar 4.1 Peta Administratif Kabupaten Brebes

4.1.1 Geografi

Kabupaten Brebes sebagai salah satu daerah otonom di Propinsi Jawa

Tengah, letaknya disepanjang pantai utara Laut Jawa, memanjang ke selatan

berbatasan dengan wilayah Karsidenan Banyumas. Sebelah timur berbatasan

dengan Kota Tegal dan Kabupaten Tegal, serta sebelah barat berbatasan dengan

Provinsi Jawa Barat. Letaknya antara 60˚44’ – 70˚21’ Lintang Selatan dan antara

108˚041’ – 109˚011’ dengan jumlah rata-rata curah hujan 154 mm, sedangkan

jumlah rata-rata hari hujan 10 hari. Rata-rata curah hujan tertinggi terjadi di

Kecamatan Bumiayu sebesar 215 mm, dengan rata-rata jumlah hari hujan 15 hari.

Kabupaten Brebes merupakan salah satu dari daerah Tingkat II yang ada

di Provinsi Jawa Tengah. Secara administratif Kabupaten Breres terdiri dari 17

kecamatan yaitu Salem, Bantarkawung, Bumiayu, Paguyangan, Sirampog,

Tonjong, Larangan, Ketanggungan, Banjarharjo, Losari, Tanjung, Kersana,

Page 43: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

29

Nulakamba, Wanasari, Songgom, Jatibarang, Brebes. Kabupaten Brebes juga

terdiri dari 292 desa dan 5 kelurahan. Dari jumlah itu dibagi habis menjadi 1.132

dusun, 1.608 RW/Lingkungan dan 8.274 Rukun Tetangga (RT).

Luas keseluruhan Kabupaten Brebes adalah 166,296 hektar. Dari luas

keseluruhan itu 62.703 hektar adalah lahan sawah, pekarangan/ bangunan 19.250

hektar, tegalan/ kebun seluas 17.499 hektar, tanah sementara tidak digunakan 279

hektar, tambak/kolam/rawa-rawa 9.001 hektar, hutan rakyat dengan luas 5.557

hektar, hutan negara 46.708 hektar, pekebunan negara/swasta seluas hektar 1.252,

dan lain-lain seluas 4.047 hektar.

Wilayah Kabupaten Brebes mempunyai batas-batas sebagai berikut :

Sebelah Utara : Laut Jawa

Sebelah Timur : Kab Tegal dan Kota Tegal

Sebelah Selatan : Kab Banyumas dan Kab Cilacap

Sebelah Barat : Propinsi Jawa Barat

Kabupaten Brebes merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian

bervariasi, untuk daerah penelitian ini kecamatan Brebes, Bulakamba, dan

Tanjung mempunyai ketinggian 3 meter di atas permukaan laut.

4.1.2 Demografi

Jumlah Penduduk Kabupaten Brebes pada tahun 2009 tercatat 1.752.128

jiwa, terdiri dari 873.062 jiwa penduduk laki-laki dan 879.066 jiwa penduduk

perempuan. Dari tahun ke tahun jumlah penduduk Kabupaten Brebes terus

bertambah, jika dibandingkan dengan tahun yang lalu (2008) telah bertambah

sebanyak 4.698 Jiwa atau sebesar 0,27 persen.

Distribusi penduduk Kabupaten Brebes belum tersebar secara merata,

dimana sebaran penduduk terbanyak di Kabupaten Brebes adalah Kecamatan

Bulakamba 158.560 jiwa atau 9,05 persen, Kecamatan Brebes 156.116 jiwa atau

8,91 persen, dan Kecamatan Larangan sebanyak 140.666 jiwa atau 8,03 persen,

sedangkan sebaran penduduk paling kecil adalah Kecamatan Salem sebanyak

56.763 jiwa atau 3,24 persen. Dan sisanya tersebar di tiga belas kecamatan

lainnya sebesar 70,77 persen.

Page 44: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan
Page 45: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

30

Tabel 4.1 Jumlah penduduk berumur 10 tahun ke atas yang bekerja dirinci menurut jenis pekerjaan di Kabupaten Brebes

Sumber : BPS Kabupaten Brebes (2010)

Tahun Petani Buruh

Tani

Nelayan Pengusaha Buruh Industri

Buruh Bangunan

Pedagang Supir/ kernet

angkutan

PNS/ TNI/Polisi

Pensiunan

Jumlah

2005 301.694 438.788 23.828 16.704 34.050 71.546 82.531 11.771 25.530 6.871 1.067.919

2006 321.694 444.788 25.947 8.873 37.370 67.763 84.022 12.679 36.609 6.984 1.096.366

2007

304.947 412.916 25.420 7.332 41.030 72.997 77.410 14.909 25.221 6.790 1.015.721

2008

289.923 382.893 23.888 6.744 41.363 71.836 84.332 15.966 25.581 7.711 979.490

2009

290.814 384.163 23.980 6.761 41.462 72.041 84.573 16.014 25.652 7.731 982.537

Page 46: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan
Page 47: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

31

4.1.3 Pendidikan

Di Kabupaten Brebes untuk tingkat pendidikan pra sekolah (TK) yang

terdaftar pada Dinas Pendidikan Kabupaten Brebes pada tahun 2009 mengalami

kenaikan jumlah sekolah. Demikian juga dengan jumlah murid dan guru

mengalami kenaikan yang menggembirakan. Jumlah sekolah naik 5,07 persen.

Jumlah murid naik 4,92 persen dan jumlah guru naik 0,14 persen. Untuk tingkat

pendidikan dasar SD pada tahun 2009 jumlah murid sebanyak 187.686 murid, dan

jumlah guru sebanyak 8.099 orang. Untuk sekolah MI pada tahun 2009 jumlah

sekolah yang ada 201 sekolah, 40.525 murid dan 1866 guru. Untuk tingkat SLTP

jumlah sekolah yang ada sebanyak 118 sekolah, jumlah murid sebanyak 53.317

siswa dan Guru sebanyak 2.812. Demikian pula untuk jenjang pendidikan

Madrasah Tsanawiyah terdapat 86 sekolah, Murid 27.392 siswa dan guru

sebanyak 1.658 orang.

Untuk pendidikan SLTA jumlah sekolah sebanyak 33 sekolah, Murid

sebanyak 15.565 siswa dan guru sebanyak 976 orang. Untuk jumlah pondok

pesantren Di Kabupaten Brebes pada tahun 2009 tercatat 184 pondok Pesantren

dengan jumlah santri 28.053 orang.

4.1.4 Ekonomi

Perkembangan nilai pengeluaran per kapita per bulan baik pengeluaran

nominal maupun pengeluaran riil merupakan salah satu indikasi meningkatnya

tingkat pendapatan penduduk. Pengeluaran nominal per kapita penduduk

meningkat dari Rp 310.198 pada tahun 2008 menjadi Rp 323.658 pada tahun

2009 atau naik sebesar 4,3 persen. Jika dilihat dari struktur pengeluaran penduduk

terbagi menjadi pengeluaran untuk makanan dan non makanan maka tingkat

kesejahteraan penduduk dikatakan meningkat pada saat pengeluaran untuk

makanan menurun dan pengeluaran non makanan meningkat. Hal ini tidak terjadi

selama tahun 2008-2009. Berdasarkan persentase pengeluaran di Kabupaten

Brebes menunjukkan bahwa pengeluaran untuk makanan mengalami peningkatan

dari 58,01 persen menjadi 59,41 persen sementara pengeluaran untuk non

makanan mengalami penurunan dari 41,99 persen menjadi 40,59 persen.

Page 48: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

32

Tabel 4.2 Penduduk umur 10 tahun ke atas dirinci menurut tingkat pendidikan yang ditamatkan di Kabupaten Brebes

tahun 2006-2009

Tahun Tidak/ Belum

tamat SD/ Tidak

punya ijasah SD

Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Tamat

Universitas/Diploma

Jumlah

2006 541.103 521.671 173.487 136.397 41.042 1.373.965

2007 575.572 483.421 170.494 101.024 44.037 1.367.544

2008 564.309 472.960 185.214 104.368 32.666 1.366.521

2009 564.886 462.429 169.211 100.762 24.157 1.361.180

Sumber : BPS Kabupaten Brebes (2011)

Page 49: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

33

PDRB Kabupaten Brebes dari tahun 2007 sampai 2009 mengalami

peningkatan. Ini terjadi baik menurut harga konstan maupun harga berlaku. Tahun

2007 PDRB menurut harga berlaku sebesar Rp 9,55 triliun dan menurut harga

konstan Rp 4,77 triliun dan pada tahun 2009 PDRB menurut harga berlaku

sebesar Rp 12,53 triliun dan menurut harga konstan sebesar Rp 5,25 triliun. Pada

tahun 2007 pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan sebesar 4,79 persen,

kemudian pada tahun 2008 naik menjadi 4,81 dan kembali mengalami

peningkatan pada tahun 2009 menjadi 4,99 persen.

Sektor pertanian yang menjadi ciri khas Kabupaten Brebes masih menjadi

sektor penting. Kontribusi sektor pertanian masih berkisar diatas 50 persen. Dari

tahun ketahun kontribusi sektor ini mengalami penurunan, sebaliknya sektor

industri pengolahan dari tahun ke tahun kontribusinya mengalami kenaikan.

Empat sektor yang dominan pada struktur perekonomian di Kabupaten Brebes

adalah sektor pertanian, sektor perdagangan, sektor industri pengolahan dan

sektor jasa.

Menurut Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Brebes, industri

dikelompokan industri logam, mesin, elektronika dan aneka serta industri kimia

agro dan hasil hutan. Masing-masing dibedakan menjadi industri formal dan non

formal, serta digolongkan berdasarkan aset menjadi skala besar, menengah, kecil

dan rumah tangga. Jumlah perusahaan industri kecil formal cabang industri kimia,

agro dan hasil hutan di Kabupaten Brebes Tahun 2008 sebanyak 705 unit, cabang

elektronika dan aneka berjumlah 43 unit, cabang industri logam, mesin dan

perekayasaan berjumlah 177 unit.

4.2 Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kabupaten Brebes

4.2.1 Profil BAZDA Kabupaten Brebes

Pembentukan Badan Amil Zakat Kabupaten Brebes didasari pertimbangan

untuk mengoptimalkan pengelolaan zakat secara profesional dan bertanggung

jawab sesuai Keputusan Direktur Jendral Bimas dan Urusan Haji Nomor D/291

Tahun 2000 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Zakat.

Page 50: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

34

Dasar hukum pembentukan pengurus Badan Amil Zakat Kabupaten

Brebes dan Badan Amil Zakat tingkat Kecamatan :

1. Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat

(Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 164 Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3885)

2. Peraturan Pemerintah Nomor Tahun 1988 tentnag Koordinasi Kegiatan

Instansi Vertikal di Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 10 Tahun 1988 Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3373 )

3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2001 tentang

Badan Amil Zakat (BAZ) Nasional

4. Keputusan Menteri Agama Republika Indonesia Nomor 581 Tahun

1999 Tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 38 tahun 1999

tentang Pengelolaan Zakat

5. Keputusan Direktur Jendral Bimas dan Urusan Haji Nomor D/291

Tahun 2000 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Zakat

Pengurus Badan Amil Zakat Kabupaten Brebes terdiri dari Badan

Pelaksana, Dewan Pertimbangan dan Komisi Pengawasan. Badan Pelaksana

memiliki tugas membuat rencana kerja yang meliputi rencana pengumpulan,

penyaluran, dan pendayagunaan zakat, melaksanakan operasional pengelolaan

zakat sesuai rencana kerja yang telah disahkan dan sesuai dengan kebijakan yang

telah ditetapkan, menyusun laporan tahunan, menyampaikan laporan

pertanggujawaban dan bertindak dan bertanggungjawab untuk dan atas nama

Badan Amil Zakat ke dalam maupun keluar.

Dewan Pertimbangan bertugas untuk menetapkan garis-garis kebijakan

Badan Amil Zakat bersama Komisi Pengawas dan Badan Pelaksana, kemudian

mengeluarkan fatwa syariah baik diminta maupun tidak, berkaitan dengan hukum

zakat yang wajib diikuti oleh pengurus Badan Amil Zakat serta memberikan

pertimbangan, saran, dan rekomendasi kepada Badan Pelaksana dan Komisi

Page 51: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

35

Pengawasan. Bagian ini juga memiliki fungsi untuk menampung, mengolah, dan

menyampaikan pendapat umat tentang pengelolaan zakat.

Komisi Pengawas bertugas untuk mengawasi pelaksanaan rencana kerja

yang telah disahkan, mengawasi pelaksanaan kebijakan-kebijakan yang telah

ditetapkan, mengawasi operasional kegiatan yang dilaksanakan Badan Pelaksana

kemudian melakukan pemeriksaan operasional dan pemeriksaan syariah dan

peraturan perundang-undangan serta menunjuk akuntan publik.

Badan Amil Zakat di Kabupaten Brebes terdapat di tingkat kabupaten,

kecamatan dan desa. BAZ tingkat kabupaten mengelola dana zakat dan infak dari

seluruh wajib zakat di Kabupaten Brebes. BAZ tingkat kecamatan dan desa

bertugas mengumpulkan zakat dan infak dari wajib zakat di lingkungan

kecamatan dan desa kemudian dilaporkan kepada BAZ Kabupaten Brebes

kemudian diserahkan kepada BAZ kabupaten. Bupati Kabupaten Brebes telah

mengeluarkan edaran untuk pemotongan zakat profesi secara langsung pada gaji

ketiga belas untuk pegawai negeri sipil di seluruh Kabupaten Brebes.

Penerimaan BAZ Kabupaten Brebes sampai 31 Oktober 2010 sebesar Rp

817.731.241,00. Pengeluaran dari dana zakat sebesar Rp 647.575.000 dan infak

sebesar Rp 111.000.000. Pada tahun 2009 BAZ kabupaten Brebes berhasil

menghimpun dana zakat dan infak dari masyarakat sebesar Rp 2,144 miliar. Dana

itu terhimpun hingga 31 Desember 2009 lalu, meliputi zakat mal Rp

1.073.337.113 dan infaq Rp 1.070.861,757.

4.2.2 Pendayagunaan Zakat BAZDA Kabupaten Brebes

Pengeluaran dana zakat didistribusikan sesuai asnaf yang berhak

menerima zakat dengan perincian 62,5 persen untuk fakir dan miskin di 297 desa.

Fisabilillah (pejuang islam) mendapat bagian sebesar 12,5 persen. Sementara bagi

ghorim (penyandang utang) dialokasikan sebesar 6,25 persen. Bagi Ibnu sabil atau

orang yang kekurangan bekal di perjalanan dialokasikan 6,25 persen. Kemudian

bagi amil kabupaten dan pemungut zakat sebesar 12,5 persen dari zakat yang

terkumpul.

Page 52: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

36

Pendayagunaan zakat BAZDA Kabupaten Brebes terbagi atas dua jenis

yaitu zakat produktif dan konsumtif. Pendayagunaan zakat produktif contohnya

peminjaman modal usaha kepada tukang tempe, tukang tahu dan penjual

kangkung. Pendayagunaan pendayagunaan zakat konsumtif contohnya bantuan

untuk memenuhi kebutuhan pangan, pendidikan, bantuan program bencana alam.

Pendayagunaan dana zakat di Kabupaten Brebes antara lain :

1. Pemberian santunan kepada fakir miskin sebanyak 5.940 orang masing-

masing mendapatkan Rp 100.000 dengan total nilai sebesar Rp

594.000.000 untuk 297 desa .

2. Pemberian santunan kepada guru di Taman Pendidikan Al-Qur’an, guru

ngaji, guru Madrasah Diniyah dialokasikan sebesar Rp. 75,795.687.

3. Pemberian zakat produktif antara lain kepada penjual tempe, penjual tahu

dan penjual kangkung dialokasikan sebesar Rp 37.897.843.

4. Beasiswa kepada pelajar Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan

Sekolah Menengah Atas sebesar Rp 37.897.843.

5. Amil Kabupaten dan pemungut zakat sebesar Rp. 75,795.687.

Page 53: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik dan Persepsi Responden

Karakteristik dan persepsi responden ini merupakan hasil dari wawancara

terhadap 100 responden yang tersebar di tiga kecamatan di Kabupaten Brebes

yakni Kecamatan Brebes, Kecamatan Bulakamba dan Kecamatan Tanjung.

Karakteristik responden dilihat dari kondisi demografi yakni jenis kelamin, status

pernikahan, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, dan pendapatan per bulan

sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel 5.1.

Tabel 5.1 Demografi responden

Variabel Jumlah Persentase Jenis Kelamin Laki-laki 70 70%

Perempuan 30 30% Status Pernikahan Belum Menikah 4 4%

Menikah 92 92% Janda/Duda 4 4%

Jenis Pekerjaan Petani 23 23% Pedagang 6 6% Karyawan BUMN 1 1% PNS 58 58% Karyawan Swasta 2 2% Wiraswasta 6 6% Lainnya 4 4%

Tingkat Pendidikan SD 20 20% SMP 6 6% SMA 21 21% D3 5 5% S1 42 42% S2 6 6%

Pendapatan per bulan Rp 1 juta - Rp 2,5 juta 21 21% Rp 2,5 juta - Rp 5 juta 63 63% Rp 5 juta – Rp 50 juta 16 16%

Sumber : Data Primer 2011 (diolah)

Berdasarkan Tabel 5.1 mayoritas responden adalah laki-laki dengan status

pernikahan sudah menikah. Jenis pekerjaan responden paling banyak adalah PNS

sebesar 58 persen dan petani 23 persen.

Ditinjau dari aspek pendidikan terdapat 42 persen responden pendidikan

terakhirnya adalah S1, sekolah dasar 20 persen, SMA 21 persen kemudian SMP

sebanyak 6 persen, D3 sebanyak 6 persen dan S2 sebesar 5 persen. Pendapatan

responden sebanyak 63 persen antara 2,5 juta sampai 5 juta kemudian terdapat 21

Page 54: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

38

persen responden dengan pendapatan 1 juta sampai 2,5 juta dan sebesar 16 persen

responden memiliki pendapatan 5 juta sampai 50 juta.

Persepsi responden dijelaskan pada Tabel 5.2 meliputi kesanggupan

responden membayar zakat, rutinitas membayar infak serta pemilihan tempat

membayar zakat. Hasilnya dilihat dari berbagai macam variabel seperti,

pekerjaan, pendidikan, pendapatan dan pengeluaran serta beberapa faktor yang

diduga mempengaruhi seseorang membayar zakat. Faktor yang dimaksud adalah

iman, penghargaan, altruism, kepuasan diri dan organisasi. Pada hasil penelitian

ini juga dilihat alasan seseorang membayar zakat melalui lembaga amil formal

ataupun informal.

Kesanggupan seseorang untuk membayar zakat ditunjukkan pada Tabel

5.2. Pada tabel ini kesanggupan seseorang ditunjukkan dengan menjawab ya atau

tidak untuk membayar zakat. Sebanyak 100 responden yang disurvei, 82 orang

atau sama dengan 82 persen menjawab ya untuk membayar zakat dan 18 orang

atau 18 persen menjawab tidak untuk membayar zakat.

Tabel 5.2. Pembayaran zakat

Zakat (N) Zakat (%)

Ya Tidak Ya Tidak

Pendidikan SD 15 5 75.0 25.0

SMP 6 0 100.0 0.0 SMA 17 4 81.0 19.0 D3 4 1 80.0 20.0 S1 35 7 83.3 16.7 S2 5 1 83.3 16.7 Pekerjaan

Petani 18 5 78.3 21.7 Pedagang 5 1 83.3 16.7 Karyawan BUMN 1 0 100.0 0.0 PNS 50 8 86.2 13.8 Karyawan Swasta 1 1 50.0 50.0 Wiraswasta 3 3 50.0 50.0 Lainnya 4 0 100.0 0,0 Pendapatan

Kurang dari 2,5 juta 15 6 71.4 28.6 2,5 juta - 5 juta 52 11 82.5 17.5 Lebih dari 5 juta 15 1 93.8 6.3

Sumber: data primer 2011 (diolah)

Page 55: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

39

Berdasarkan variabel pendidikan, semakin tinggi tingkat pendidikan

seseorang maka kesadaran untuk membayar zakat juga semakin tinggi. Pada

Tabel 5.2, responden yang menjawab membayar zakat untuk tingkat pendidikan

SD sebesar 75 persen. Persentase semakin meningkat seiring dengan semakin

tingginya tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan SMP keseluruhan responden

menjawab membayar zakat. Hal ini didasarkan pada semakin tingginya tingkat

pendidikan, maka seseorang akan semakin mengerti dan sadar akan kewajibannya

sebagai seorang muslim untuk membayar zakatnya.

Berdasarkan jenis pekerjaan yang didominasi oleh PNS, sebanyak 86,2

persen menjawab membayar zakat dan sisanya 13,8 persen menjawab tidak

membayar zakat. Jenis pekerjaan lainnya yaitu, petani, pedagang, karyawan

BUMN, karyawan swasta, wiraswasta dan lainnya menjawab membayar zakat.

Persentase responden terbesar yang menjawab membayar zakat terdapat pada

karyawan BUMN yaitu 100 persen, sedangkan yang terkecil adalah golongan

karyawan swasta dan wiraswasta hanya 50 persen yang menjawab membayar

zakat untuk membayar zakat. Hal ini dikarenakan pada responden yang memiliki

pekerjaan sebagai karyawan swasta merasa penghasilannya belum memenuhi

semua keperluan rumah tangga dan bagi responden wiraswasta adanya

ketidakpastian penghasilan menyebabkan enggan mengeluarkan zakat atau

membayar zakat tidak sesuai dengan kadar seharusnya ketika usahanya maju dan

dana zakat yang dikeluarkan dirasa besar. Responden dengan jenis pekerjaan

sebagai petani 78,3 persen menjawab membayar zakat dan sisanya 21,7 persen

menjawab tidak. Bagi petani yang memiliki 0,25 hektar biasanya saat panen

menghasilkan sekitar 1000 kg. Ini artinya penati tersebut sudah terkena kewajiban

wajib zakat. Sebagian besar petani membayar sesuai ketentuan kadar zakat yakni

5 persen untuk sawah perairan dan 10 persen untuk sawah tadah hujan. Adapun

petani yang tidak membayar zakat karena hasil panennya digunakan untuk

keperluan lain seperti membayar hutang, sekolah, keperluan rumah tangga dan

sebagainya sehingga tidak bisa membayar zakat. Karyawan BUMN, PNS,

karyawan swasta dan wiraswasta cenderung lebih besar persentase yang

membayar zakat karena penghasilan yang lebih besar dan biasanya zakat yang

Page 56: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

40

akan dibayarkan sudah dipotong dari gaji bulanan atau terdapat lembaga

pengumpul zakat di institusi tempat bekerja.

Hal yang sama juga terjadi pada variabel pendapatan dimana semakin

tinggi pendapatan, maka persentase responden yang membayar zakat lebih tinggi.

Berdasarkan Tabel 5.3, pendapatan 1 juta sampai 2,5 juta rupiah hanya 71.4

persen yang menjawab membayar zakat, pendapatan 2,5 - 5 juta rupiah meningkat

sebesar 82,5 persen menjawab membayar zakat dan pendapatan lebih 5 juta

sampai 50 juta rupiah sebanyak 93,8 persen yang menjawab berzakat.

Berdasarkan uraian diatas, karakteristik kesanggupan orang membayar

zakat ditentukan oleh tingginya tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan tingkat

pendapatan. Semakin tinggi tingkat pendidikan dan pendapatan, maka kesadaran

seseorang untuk membayar zakat semakin tinggi. Sedangkan untuk jenis

pekerjaan, seseorang yang memiliki pekerjaan dengan pendapatan yang tetap dan

tinggi cenderung untuk membayar zakatnya. Berdasarkan Tabel 5.2 dimana

kebanyakan responden menjawab bersedia untuk membayar zakatnya dari

berbagai variabel yang mempengaruhinya, menunjukkan bahwa tingkat kesadaran

masyarakat untuk membayar zakat sudah semakin tinggi. Hal ini sangat

menguntungkan karena semakin banyak orang yang membayar zakat berarti zakat

yang terkumpul akan semakin meningkat dan kesejahteraan masyarakat juga akan

meningkat.

Pembayaran infak dan sedekah seringkali tidak serutin seperti membayar

zakat. Hal ini dikarenakan infak maupun sedekah merupakan ibadah sunnah,

namun sebaiknya rutin dilakukan sebab banyak manfaat yang akan didapatkan.

Jumlah infak yang tidak dibatasi hanya 2,5 persen dari harta yang dimiliki dan

pihak penerima yang tidak memiliki aturan khusus hanya pada delapan golongan

seperti zakat. Dana infak diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan dan

membantu seseorang dari kesulitan hidup yang dialaminya. Berdasarkan data

yang dihimpun Badan Amil Zakat Daerah Kabupaten Brebes, dana infak pada

tahun 2010 tercatat hampir sama dengan dana zakat yakni Rp 800.000.0000,00.

Dari 100 responden terdapat 49 persen membayar infak rutin dan 51 persen

menjawab tidak membayar infak secara rutin. Pada tabel 5.3 akan dijelaskan

Page 57: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

41

tentang responden yang rutin berinfak atau tidak dengan variabel yang sama

seperti pada pembayaran zakat.

Tabel 5.3. Rutinitas pembayaran infak

Variabel infak (N) infak (%)

Ya Tidak Ya Tidak

Pendidikan SD 9 11 45.0 55.0

SMP 2 4 33.3 66.7 SMA 11 10 52.4 47.6 D3 5 0 100.0 0.0 S1 27 15 64.3 35.7 S2 5 1 83.3 16.7 Pekerjaan

Petani 12 11 52.2 47.8 Pedagang 1 5 16.7 83.3 Karyawan BUMN 1 0 100.0 0.0 PNS 39 19 67.2 32.8 Karyawan Swasta 0 2 0.0 100.0 Wiraswasta 5 1 83.3 16.7 Lainnya 1 3 25.0 75.0 Pendapatan

1 juta - 2,5 juta 15 6 71.4 28.6 2,5 juta - 5 juta 36 27 57.1 42.9 5 juta – 50 juta 8 8 50.0 50.0

Sumber: Data primer 2011 (diolah)

Pada Tabel 5.3 dijelaskan persentase responden yang membayar infak

secara rutin berdasarkan jenis pekerjaan, pendidikan terakhir, dan tingkat

pendapatan per bulan. Kategori jenis pekerjaan responden antara lain petani,

pedagang, karyawan BUMN, PNS, karyawan swasta, wiraswasta dan lainnya.

Berdasarkan kategori pendidikan terakhir, responden diklasifikasikan berdasarkan

pendidikan SD, SMP, SMA, D3, S1, dan S2. Kelompok responden lulusan D3

memiliki persentase tertinggi dalam membayar infak secara rutin yaitu sebesar

100 persen. Responden dengan pendidikan terakhir SD memiliki persentase

membayar infak secara rutin sebesar 45 persen. Responden lulusan SMP,

persentase yang membayar infak secara rutin sebesar 33,3 persen. Kategori

pendidikan terakhir SMA, persentase yang membayar infak secara rutin sebesar

52,4 persen. Pada kelompok responden yang memiliki gelar sarjana dan strata 2,

persentase yang membayar infak secara rutin dan yang tidak membayar infak

secara rutin sebesar 64,3 persen dan 83,3 persen persen. Hal ini menunjkkan

Page 58: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

42

responden dengan pendidikan terakhir lebih tinggi, persentase membayar infak

secara rutin lebih besar.

Berdasarkan kategori ini, kelompok responden dengan pekerjaan sebagai

karyawan BUMN memiliki persentase tertinggi dalam membayar infak secara

rutin yaitu 100 persen. Peringkat kedua adalah kelompok responden yang bekerja

sebagai wiraswasta sebesar 83,3 persen. Peringkat ketiga adalah kelompok

responden yang bekerja PNS yaitu sebesar 67,2 persen. Responden dengan

pekerjaan sebagai petani memiliki persentase membayar infak secara rutin sebesar

52,2 persen. Persentase responden yang bekerja di lainnya seperti jasa atau

pensiunan yang membayar infak secara rutin sebesar 25 persen. Kelompok

responden yang bekerja sebagai pedagang memiliki persentase terendah dalam

membayar infak secara rutin sebesar 16,7 persen. Secara keseluruhan partisipasi

responden rutin berinfak tidak sebesar membayar zakat. Dari 100 responden, 59

persen yang rutin berinfak dan 41 persen lainnya tidak rutin berinfak, lebih rendah

dari persentase yang membayar zakat yaitu 82 persen. Berdasarkan pengamatan di

lapangan, sebagian besar responden yang rutin berinfak adalah responden yang

mengikuti majelis taklim atau kegiatan sosial kemasyarakatan di lingkungannya.

Ini karena dalam majelis taklim atau kegiatan sosial tersebut ada infak yang secara

rutin dikeluarkan untuk kelancaran kegiatan tersebut.

Kategori respoden berdasarkan pendapatan per bulan, dibagi menjadi tiga

kategori yaitu kelompok responden dengan pendapatan 1 juta sampai 2,5 juta,

pendapatan antara 2,5 juta sampai 5 juta dan pendapatan 5 juta sampai 50 juta

rupiah. Kelompok responden dengan pendapatan 1 juta sampai 2,5 juta rupiah

memiliki persentase tertinggi dalam membayar infak secara rutin sebesar 71,4

persen. Kemudian kelompok responden dengan pendapatan antara 2,5 juta sampai

5 juta rupiah, persentase yang membayar infak secara rutin sebesar 58,7 persen.

Kategori pendapatan 5 juta sampai 50 juta, persentase responden yang membayar

infak secara rutin sebesar 50,0 persen. Tingkat pendapatan responden berkorelasi

negatif terhadap kebiasaan membayar infak secara rutin. Semakin tinggi

pendapatan responden semakin kecil persentase rutin membayar infak.

Berdasarkan informasi dari Badan Amil Zakat Daerah, bagi pegawai yang belum

terkena batas wajib zakat maka akan ditarik infak setiap bulan dari penghasilan

Page 59: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

43

yang diterimanya. Ini bisa jadi melatarbelakangi responden dengan pendapatan

antara 1 juta sampai 2,5 juta rupiah memiliki persentase berinfak secara rutin

tertinggi dibandingkan kategori pendapatan lainnya.

Berdasarkan Tabel 5.3 terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi

seseorang berinfak yaitu, pekerjaan, pendidikan, dan pendapatan. Dari penelitian

ditemukan bahwa pekerjaan dengan penghasilan tetap tidak berkorelasi positif

dengan rutin berinfak. Buktinya masyarakat dengan pekerjaan yang jumlah

penghasilannya tidak tetap seperti pedagang dan wirausaha memiliki persentase

yang lebih tinggi dibanding dengan masyarakat yang memiliki pekerjaan dengan

jumlah penghasilan relatif tetap seperti PNS.

Tabel 5.4 merupakan penjelasan lebih mendalam tentang berinfak yaitu

periode membayar infak. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui periode berinfak

yang paling sering dilakukan responden. Pilihan periode berinfak berbeda-beda

yaitu, per hari, per minggu, per bulan dan lainnya. Periode membayar infak juga

didekati dengan variabel pekerjaan, pendidikan, pendapatan dan pengeluaran.

Tabel 5.4. Periode membayar infak

Periode infak (N) Periode infak (%)

per hari

per minggu

per bulan Lainnya

per hari

per minggu

per bulan Lainnya

Pendidikan SD 0 7 2 3 0.0 58.3 16.7 25.0

SMP 0 2 0 2 0.0 50.0 0.0 50.0 SMA 2 1 6 4 15.4 7.7 46.2 30.8 D3 2 3 0 0 40.0 60.0 0.0 0.0 S1 1 11 10 3 3.6 39.3 35.7 10.7 S2 1 2 2 0 20.0 40.0 40.0 0.0 Pekerjaan

Petani 0 9 2 4 0.0 60.0 13.3 26.7 Pedagang 1 0 0 1 50.0 0.0 0.0 50.0 Karyawan BUMN 0 0 1 0 0.0 0.0 100.0 0.0 PNS 6 14 16 6 14.3 33.3 38.1 14.3 Karyawan Swasta 0 0 0 1 0.0 0.0 0.0 100.0 Wiraswasta 2 2 1 0 40.0 40.0 20.0 0.0 Lainnya 0 1 0 0 0.0 100.0 0.0 0.0 Pendapatan

1 juta sampai 2,5 juta 2 5 6 3 12.5 31.3 37.5 18.8 2,5 juta sampai 5juta 4 19 11 7 9.8 46.3 26.8 17.1 5 juta - 50juta 3 2 3 2 30 20 30 20.0

Sumber: data primer 2011 (diolah)

Page 60: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

44

Pada tabel 5.4, periode membayar infak tertinggi dipilih oleh para

responden berdasarkan variabel pendidikan adalah per minggu. Periode infak ini

didapat dari responden yang menjawab melakukan infak secara rutin sebanyak 33

persen. Persentase periode per hari tertinggi ada pada kategori pendidikan terakhir

D3 dan S2, persentase per minggu tertinggi ada pada kategori D3, persentase per

bulan tertinggi ada pada kategori SMA. Tingkat SD, SMP, D3 periode membayar

infak tertinggi adalah per minggu yaitu masing-masing sebesar 58,3 persen, 50

persen, dan 60 persen. Pada tingkat pendidikan SMA kesadaran membayar infak

mulai meningkat yaitu pada periode per bulan sebesar 46,2 persen dan

pendidikan S2 periode per minggu dan per bulan seimbang yaitu sebesar 40

persen. Periode responden membayar infak per minggu biasanya dibayarkan pada

saat shalat Jumat di mesjid-mesjid atau di majelis taklim.

Periode membayar infak tertinggi yang dipilih oleh para responden

berdasarkan variabel pekerjaan adalah per minggu. Karyawan BUMN dan PNS

memilih periode per bulan sebagai periode yang tertinggi berbeda dengan jenis

pekerjaan lainnya. Petani dan wiraswasta memilih periode per minggu sebagai

periode tertinggi yaitu sebesar 60 persen dan 40 persen. Karyawan BUMN dan

PNS periode tertinggi dalam membayar infak adalah per bulan sebesar 100 persen

dan 40 persen. Responden dengan pekerjaan sebagai pedagang seimbang antara

yang memilih periode per hari dan lainnya.

Periode infak rutin per hari persentase tertinggi dimiliki oleh pedagang dan

wiraswasta. Ini disebabkan oleh banyaknya orang yang meminta infak setiap hari

dengan mendatangi tempat usaha mereka. Petani dan lainnya memilih periode per

minggu untuk mengeluarkan infak yakni pada saat shalat jum’at atau hadir di

majelis ilmu. Karyawan BUMN dan PNS memilih infak rutin per bulan karena

pendapatan yang diterimanya itu per bulan sehingga infak dikeluarkan setelah

mendapat penghasilan.

Berdasarkan variabel pendapatan, pendapatan 1 juta sampai 2,5 juta

memiliki kecenderungan periode membayar infak per bulan dengan persentase

37,5 persen. Pendapatan antara 2, 5 juta sampai 5 juta mememiliki kecenderungan

periode membayar infak per minggu dengan dengan 46,3 persen responden

memilih periode ini. Pendapatan 5 juta sampai 50 juta rupiah memiliki

Page 61: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

45

kecenderungan periode membayar infak per hari dan per bulan dengan persentase

berimbang yaitu 30 persen. Hal ini mencerminkan bahwa semakin tinggi

pendapatan, maka semakin rajin membayar infak secara rutin.

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan, periode membayar

infak yang lebih banyak dipilih oleh responden adalah per minggu baik dilihat

dari sisi pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan. Periode per minggu dipilih

sebagai waktu yang ideal untuk membayar infak karena bisa disalurkan pada saat

pelaksanaan shalat jumat dan adanya pemikiran dengan jumlah total infak yang

sama, terasa lebih ringan dikeluarkan per minggu dibandingkan sekaligus pada

setiap bulan.

Periode membayar zakat disajikan seperti pada Tabel 5.5. Responden

diberi pilihan waktu yang biasanya digunakan untuk membayar zakat yakni

dikeluarkan per bulan, per tahun atau lainnya.

Tabel 5.5. Periode membayar zakat

Periode zakat (N) Periode zakat (%)

per bulan

per tahun keduanya

per bulan

per tahun Keduannya

Pendidikan SD 6 5 4 40.0 33.3 26.7

SMP 1 3 2 16.7 50.0 33.3 SMA 2 14 1 11.8 82.4 5.9 D3 2 2 0 50.0 50.0 0.0 S1 7 13 22 20.0 37.1 62.9 S2 1 2 3 20.0 40.0 60.0 Pekerjaan

Petani 6 6 6 33.3 33.3 33.3 Pedagang 0 5 0 0.0 100.0 0.0 Karyawan BUMN 0 1 0 0.0 100.0 0.0 PNS 20 30 0 40.0 60.0 0.0 Karyawan Swasta 0 1 0 0.0 100.0 0.0 Wiraswasta 0 3 0 0.0 100.0 0.0 Lainnya 0 3 1 0.0 75.0 25.0 Pendapatan

1 juta sampai 2,5 juta 1 12 2 7.7 92.3 15.4 2,5 juta - 5 juta 19 29 4 39.6 60.4 8.3 Lebih dari 5 juta 6 8 1 42.9 57.1 7.1

Sumber: Data primer 2011 (diolah)

Page 62: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

46

Periode membayar zakat berdasarkan pendidikan terakhir seperti terlihat

pada Tabel 5.5 memiliki kecenderungan untuk memilih periode per tahun, tetapi

periode membayar zakat SD yang tertinggi adalah per bulan sebesar 40 persen

dari 15 orang responden petani. Periode membayar zakat pada kategori

pendidikan terakhir D3 seimbang antara periode per bulan dan per tahun yaitu 50

persen. Kategori SMP, SMA S1 dan S2 persentase tertinggi pada periode

membayar zakat per tahun. Responden dengan latar belakang pendidikan rendah

cenderung pada saat mereka dapat penghasilan, sebagian besar langsung

mengeluarkan zakat. Semakin tinggi latar belakang pendidikan,

kecenderungannya mengeluarkan zakat per tahun. Ini didorong kebiasaan dan

pengaruh lingkungan sekitar.

Periode membayar zakat berdasarkan pekerjaan memiliki kecenderungan

untuk memilih periode per tahun. Responden dengan kategori pedagang,

karyawan BUMN, karyawan swasta dan wiraswasta seluruhnya (100 persen)

memilih per tahun. Kategori PNS dan lainnya persentase yang memilih

membayar zakat periode per tahun sebesar 60 persen dan 75 persen. Responden

petani yang memilih periode zakat per bulan, per tahun dan keduanya jumlahnya

sama banyak sebesar 33,3 persen. PNS membayar zakat terbanyak setiap tahun,

namun yang bayar zakat per bulan juga cukup banyak sebesar 40 persen.

Berdasarkan pendapatan, responden lebih banyak untuk membayar zakat

pada periode per tahun. Pendapatan 1 juta sampai 2,5 juta rupiah memiliki

persentase terbesar dalam membayar zakat per tahun dibandingkan membayar

zakat per bulan dan lainnya yaitu sebesar 92,3 persen. Pendapatan pada kategori 5

juta sampai 50 juta memiliki persentase membayar zakat per bulan paling tinggi

diantara kategori pendapatan lainnya.

Secara keseluruhan periode membayar zakat yang dipilih oleh responden

adalah periode per tahun per tahun berdasakan berbagai macam variabel seperti

pendidikan, pekerjaan dan pendapatan. Pemilihan waktu per tahun didasarkan

karena kewajiban membayar zakat mal dan fitrah yang biasanya dilakukan

menjelang Idul Fitri. Kebiasaan untuk membayar zakat per bulan yang identik

dengan zakat profesi belum banyak dilakukan oleh masyarakat karena kurangnya

pengetahuan itu dan belum adanya sistem potong gaji langsung setiap bulan.

Page 63: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

47

Pada Tabel 5.6 keputusan seseorang dalam membayar zakat melalui

organisasi pengelola zakat dan bukan organisasi pengelola zakat dihubungkan

dengan variabel pekerjaan, pendidikan terakhir, dan pendapatan yang dimiliki

responden responden. Organisasi pengelola zakat adalah lembaga resmi yang

mengurusi tentang pembayaran dan pendistribusian zakat seperti lembaga amil

zakat dan badan amil zakat. Tempat membayar zakat bukan kepada organisasi

pengelola zakat artinya membayar zakat melalui lembaga yang tidak berbadan

hukum namun memiliki fungsi yang sama seperti lembaga amil atau

menyalurkan secara langsung kepada mustahik.

Pada variabel pendidikan, responden yang paling tinggi persentasenya

dalam membayar zakat ke organisasi pengelola zakat adalah responden yang

berpendidikan D3 sebesar 60 persen, sedangkan untuk membayar zakat bukan ke

organisasi pengelola zakat adalah kategori pendidikan SD dengan persentase 70

persen. Ini menunjukkan tingkat pendidikan responden memengaruhi cara mereka

membayar zakat. Akan tetapi responden yang memilih untuk membayar zakat

bukan ke organisasi pengelola zakat memiliki persentase lebih tinggi.

Tabel 5.6. Tempat membayar zakat

tempat zakat (N) tempat zakat (%)

OPZ Bukan OPZ OPZ Bukan OPZ

Pendidikan SD 6 14 30.0 70.0

SMP 1 5 16.7 83.3 SMA 7 14 33.3 66.7 D3 3 2 60.0 40.0 S1 19 23 46.3 56.1 S2 3 3 50.0 50.0 Pekerjaan

Petani 6 17 26.1 73.9 Pedagang 3 3 50.0 50.0 Karyawan BUMN 1 0 100.0 0.0 PNS 24 34 41.4 58.6 Karyawan Swasta 1 1 50.0 50.0 Wiraswasta 3 3 50.0 50.0 Lainnya 1 4 20.0 80.0 Pendapatan

1 juta - 2,5 juta 20 1 95.2 4.8 2,5 juta - 5 juta 3 60 4.8 95.2 5 juta - 50 juta 16 0 100.0 0.0

Sumber: Data primer 2011(diolah)

Page 64: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

48

Pada variabel pekerjaan, dapat dilihat bahwa kebanyakan responden petani

dan pekerjaan lainnya membayar zakatnya bukan ke organisasi pengelola zakat

sebesar 70 persen dan 80 persen. Kecilnya persentase petani dan pekerjaan

lainnya yang membayar zakat pada organisasi pengelola zakat dapat disebabkan

oleh beberapa faktor, seperti jarak organisasi pengelola zakat yang jauh dari

tempat mereka berdagang atau tinggal (hal ini merupakan faktor utama yang

menyebabkan kecilnya persentase responden dalam membayar zakatnya ke

organisasi pengelola zakat) atau karena akses ke bukan organisasi pengelola zakat

yang lebih mudah. Responden dengan pekerjaan sebagai pedagang, karyawan

swasta, wiraswasta memiliki persentase yang seimbang antara organisasi

pengelola zakat dan bukan organisasi pengelola zakat dalam memilih tempat

membayar zakat yaitu sebesar 50 persen. Ini menandakan untuk masyarakat

dengan kategori ini mulai banyak yang memilih organisasi pengelola zakat

sebagai tempat membayar zakat. Dari responden yang bekerja sebagai karyawan

BUMN memilih membayar zakat di organisasi pengelola zakat sedangkan

responden pegawai negeri sipil lebih memilih membayar zakat ke bukan

organisasi pengelola zakat sebesar 58,6 persen daripada membayar zakat ke

organisasi pengelola zakat sebesar 41,4 persen.

Dalam variabel pendapatan, tingkat persentase responden dengan

pendapatan 1 juta sampai 2,5 juta mayoritas membayar zakat di organisasi

pengelola zakat yakni 95,2 persen. Kategori pendapatan 5 juta sampai 50 juta

rupih, seluruhnya (100 persen) bayar ke organisasi pengelola zakat. Responden

dengan penghasilan antara 2,5 juta – 5 juta sebesar 95,2 persen memilih lembaga

informal. Ini menjadi fenomena tersendiri karena jumlah masyarakat yang

memiliki pendapatan antara 2,5 juta sampai 5 juta lebih banyak daripada kategori

pendapatan lainnya maka secara keseluruhan persentase yang membayar zakat

bukan ke organisasi pengelola zakat lebih banyak dibandingkan ke organisasi

pengelola zakat.

Beradasarkan Tabel 5.6, peran organisasi pengelola zakat dalam menyerap

zakat dari wajib zakat masih kurang optimal, tingkat persentase responden yang

membayar zakat ke organisasi pengelola zakat secara umum lebih kecil jika

dibandingkan dengan persentase responden yang membayar zakat bukan di

Page 65: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

49

organisasi pengelola zakat yaitu 39 persen berbanding 61 persen. Hasil

pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa tidak tersediannya organisasi

pengelola zakat di lingkungan sekitar menjadi faktor utama yang menyebabkan

responden enggan untuk membayar zakat di organisasi pengelola zakat (OPZ).

Cara lainnya yang dapat dilakukan untuk menanggulangi hal tersebut,

pihak organisasi pengelola zakat dapat melakukan langkah-langkah antara lain,

mendirikan cabang di daerah-daerah yang potensi zakatnya besar. Hal ini dapat

dilakukan dengan bekerja sama dengan DKM setempat. Daerah yang memiliki

potensi zakat yang besar antara lain sentral pertanian seperti Kecamatan

Bulakamba, Kecamatan Bumiayu serta daerah yang memiliki pendapatan per

kapita yang lebih tinggi yaitu Kecamatan Brebes. Langkah lainnya seperti

menyediakan layanan jemput zakat atau fasilitas pembayaran on line.

Tabel 5.7 menggambarkan alasan-alasan seseorang dalam memilih tempat

mereka membayar zakat. Terdapat sembilan variabel yang masuk menjadi alasan

seseorang membayar zakat, yaitu transparansi, tingkat profesionalitas, akses,

ketersediaan informasi, kenyamanan muzakki dalam membayar zakat, kemudahan

dalam proses membayar zakat, faktor lingkungan, kepuasan muzakki dalam

membayar zakat, dan fatwa kyai setempat. Jumlah responden yang membayar

zakat ke organisasi pengelola zakat adalah sebanyak 39 persen, dan 61 persen

lainnya membayar zakat ke bukan organisasi pengelola zakat.

Tabel 5.7. Alasan Membayar Zakat Melalui OPZ dan Bukan OPZ

Variabel Tempat Zakat (N) Tempat Zakat (%)

OPZ Bukan OPZ OPZ

Bukan OPZ

Transparansi 29 1 74.36 1.64 Profesionalitas 30 1 76.92 1.64 Akses 18 15 46.15 24.59 Ketersediaan Informasi 12 12 30.77 19.67 Kenyamanan 12 12 30.77 19.67 Kemudahan 11 33 28.21 54.10 Lingkungan 7 30 17.95 49.18 Kepuasan 6 13 15.38 21.31 Fatwa Kyai Setempat 3 6 7.69 9.84

Sumber: Data primer (2011)

Page 66: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

50

Berdasarkan tingkat persentase alasan pemilihan tempat dengan total

tempat berzakat responden, alasan responden membayar zakat melalui organisasi

pengelola zakat karena laporan keuangan organisasi pengelola zakat transparan

sebesar 74,36 persen, kinerja organisasi pengelola zakat yang profesional 74,92

persen dan akses ke organisasi pengelola zakat yang mudah sebesar 46,15 persen.

Ketersediaan informasi dan kenyamanan memengaruhi keputusan responden

membayar di organisasi pengelola zakat sebesar 30,77 persen. Terdapat 28,21

persen responden yang menyatakan memilih tempat bayar zakat melalui

organisasi pengelola zakat karena alasan kemudahan, sebanyak 17,95 persen

karena lingkungan, 15,38 persen karena kepuasan dan 7,69 persen karena fatwa

kyai (pemuka agama) setempat.

Alasan utama responden memilih tempat zakat bukan ke organisasi

pengelola zakat karena kemudahan membayar ke panitia amil masjid atau

menyalurkan secara langsung ke mustahik sebesar 54,10 persen dan lingkungan

sebesar 49, 18 persen. Variabel akses dan kepuasan berada di peringkat berikutnya

sebesar 24,59 persen dan 21,31 persen. Sebesar 19,67 persen responden memilih

tempat zakat bukan di organisasi pengelola zakat karena alasan ketersediaan

informasi dan kenyamanan. Fatwa kyai (pemuka agama) setempat memengaruhi

9,84 persen dari total responden yang membayar zakat bukan ke organisasi

pengelola zakat untuk memilih tempat zakat ini. Alasan lebih transparan dan

profesional dijawab oleh 1,64 persen responden dari keseluruhan responden yang

membayar zakat bukan ke organisasi pengelola zakat.

Secara keseluruhan, variabel kemudahan membayar zakat merupakan

alasan terkuat dengan persentase tertinggi dalam memilih tempat membayar zakat

yakni sebesar 44 persen. Baik responden yang memilih tempat zakat di organisasi

pengelola zakat atau bukan organisasi pengelola zakat menganggap kemudahan

berperan penting dalam menentukan pemilihan tempat zakat. Peringkat kedua

diperoleh oleh alasan lingkungan sekitar yaitu sebesar 37 persen. Kebiasaan

mayoritas masyarakat di lingkungan tempat tinggal membayar zakat ke organisasi

pengelola zakat atau bukan ke organisasi pengelola zakat akan memengaruhi

seseorang untuk memilih tempat zakat di OPZ, begitu juga dengan lingkungan

yang sebagian besar membayar zakat di bukan OPZ. Alasan akses tempat berada

Page 67: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

51

di peringkat ketiga sebesar 33 persen dalam memengaruhi pemilihan tempat

membayar zakat. Responden cenderung memilih tempat zakat yang gampang

diakses dibandingkan tempat zakat yang tidak mudah diakses. Alasan transparan

dan profesional memiliki persentase sebesar 31 persen dan 30 persen dalam

memengaruhi alasan tempat membayar zakat. Ketersedian informasi dan

kenyamanan menjadi alasan 24 persen responden dalam memilih tempat berzakat.

Kepuasan yang dirasakan setelah menyerahkan dana zakat menjadi alasan 18

persen responden dan fatwa kyai (pemuka agama) setempat menjadi alasan 9

persen dari seluruh responden yang membayar zakat.

5.2 Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Partisipasi Berzakat

Zakat adalah salah satu rukun yang bercorak sosial-ekonomi dari lima

rukun Islam. Dengan zakat, di samping ikrar syahadat dan shalat, seseorang

barulah sah masuk ke dalam barisan umat Islam dan diakui keislamannya.

Huda (2008) menyatakan pengeluaran zakat akan mendorong pengeluaran

konsumsi dan memiliki multiplier yang positif. Hal ini berimplikasi peningkatan

penegluaran zakat akan meningkatkan kegiatan ekonomi.

Kondisi sekarang di Indonesia, tidak ada pihak yang memiliki wewenang

untuk memaksa membayar zakat maka keputusan membayar zakat ada di tangan

individu muslim yang sudah terkena wajib zakat. Oleh karena itu, pada bagian ini

akan dikaji faktor-faktor yang memengaruhi partisipasi individu dalam membayar

zakat.

Berdasarkan pengelompokkan responden dalam berpartisipasi membayar

zakat dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.8 Pengelompokkan Responden Berdasarkan Partisipasi Berzakat

Kelompok Jumlah responden Persentase

Tidak Membayar Zakat 18 18

Membayar Zakat 82 82

Sumber : Data primer 2011 (diolah)

Dari tabel 5.8 dapat dilihat bahwa responden membayar zakat sebanyak

82 persen sedangkan responden yang tidak membayar zakat sebanyak 18 persen .

Page 68: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

52

Ketimpangan jumlah responden ini karena sebagian besar responden membayar

zakat namun tidak semua bisa dipastikan jumlah yang dibayar sesuai dengan

aturan membayar zakat.

Faktor-faktor yang diduga berpengaruh dalam pengambilan keputusan

oleh para wajib zakat dianalisis menggunakan model diskriminan. Variabel yang

digunakan merupakan hasil penelitian terdahulu, yaitu :

1. Keimanan, seperti : selalu shalat fardhu 5 kali dalam satu hari, shalat fardhu

berjamaah 3 kali di masjid, zakat itu wajib, mampu menghitung zakat sendiri,

rutin membaca buku-buku agama, rutin hadir di majelis ilmu dan percaya

dengan semua balasan atas perbuatan yang dilakukan.

2. Penghargaan, seperti : individu yang membayar zakat mendapat kemudahan

setelah zakat dibayarkan, lingkungan sekitar menyambut baik individu yang

membayar zakat, senang disebut dermawan setelah membayar zakat.

3. Althurism (kepekaan sosial), seperti : rasa iba ketika melihat fakir dan

miskin, membayar zakat sebagai upaya untuk bersyukur kepada Allah,

merasa harta menjadi bersih setelah membayar zakat, senang membantu

fakir/miskin, merasa bersalah saat membayar zakat.

4. Kepuasan diri, seperti : dengan membayar zakat senang dapat meningkatkan

kondisi ekonomi fakir/miskin, menyadari bahwa ada hak orang lain dalam

harta sehingga membayar zakat dan percaya jika seorang individu membayar

zakat dapat menjadi contoh yang baik bagi orang lain.

5. Organisasi, seperti : lembaga amil zakat bekerja profesional, lembaga amil

zakat transparan dalam hal laporan keuangan, merasa nyaman membayar

zakat di lembaga amil zakat, layanan di lembaga amil zakat memuaskan,

lembaga amil zakat melakukan sosialisasi melalui media massa, lembaga amil

zakat melakukan sosialisasi langsung kepada masyarakat dan pemotongan

gaji secara langsung untuk zakat dari institusi tempat bekerja.

6. Pendidikan, variabel yang dimaksud adalah pendidikan terakhir responden

dengan kategori SD, SMP, SMA, D3, S1 dan S2.

7. Pekerjaan, kategori pada variabel ini terdiri dari petani, pedagang, karyawan

BUMN, PNS, karyawan swasta, wiraswata dan lainnya. Pekerjaan

dikategorikan sebagai pekerjaan dengan pendapatan tentu dan tidak tentu.

Page 69: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

53

8. Pendapatan, variabel ini berdasarkan sebaran normal data di lapangan dan

dibagi menjadi tiga kelompok. Responden dengan penghasilan kurang dari

2,5 juta rupiah, antara 2,5 juta sampai 5 juta rupiah dan diatas 5 juta rupiah.

9. Infak, variabel ini maksudnya responden kebiasaan mengeluarkan infak

secara rutin atau tidak.

Hasil olahan data analisis diskriminan dapat dihat sebagai berikut:

(a) Hasil Uji signifikansi fungsi diskriminan

Pada bagian Wilks’ Lamda, tampak sig diperoleh 0,000 dan Chi-

square 48.564. Karena sig kurang dari 5 persen atau Chi-square lebih besar dari

(𝜒2 Rdf=p(G-1)), maka disimpulkan tolak H0 pada taraf nyata 5 persen. Artinya fungsi

diskriminan signifikan.

(b) Hasil Uji signifikansi variabel independen

Signifikansi variabel independen dapat dilihat pada tabel yang

merupakan hasil dari Test of equality of group means.

Tabel 5.9 Hasil uji signifikansi variabel independen

Variabel Wilks’ Lambda F Signifikan Keimanan .722 37.808 .000 Penghargaan .946 5.591 .020 Kepuasan .862 15.641 .116 Organisasi .896 11.409 .001 Althurism .869 14.788 .000 Pendidikan .999 .123 .726 Pekerjaan 1.000 .000 .990 Pendapatan .969 3.134 .080 Infak .993 .726 .396

Sumber: Data primer 2011 (diolah)

Dari tabel 5.9 tampak bahwa nilai sig untuk variabel pendidikan,

pekerjaan, infak lebih dari taraf nyata 10 persen sehingga dapat disimpulkan

variabel yang signifikan dalam mendiskriminasi individu apakah membayar zakat

atau tidak adalah variabel keimanan, kepuasan, penghargaan, organisasi,

pendapatan, dan althurism pada taraf nyata 10 persen.

Variabel independen yang diuji nilai signifikansi :

Page 70: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

54

1. Keimanan

Variabel keimanan memiliki signifikansi sebesar 0,00. Hal ini dapat

disimpulkan variabel keimanan signifikan dalam memisahkan objek

(mendiskriminasi) pada grup membayar zakat dan grup tidak membayar zakat

denga baik.

Berdasarkan data sampel, rata-rata nilai keimanan pada responden yang

membayar zakat lebih tinggi dibandingkan rata-rata nilai keimanan pada

responden yang tidak membayar zakat. Pada responden yang membayar zakat

rata-rata nilai variabel keimanannya adalah 4,26 artinya rata-rata responden setuju

jika indikator dalam variabel keimanan terdapat pada diri mereka. Pada

responden yang tidak membayar zakat rata-rata nilai variabel keimanannya adalah

3,35. Artinya rata-rata responden cukup setuju jika indikator dalam variabel

keimanan terdapat pada diri mereka. Dengan demikian variabel keimanan dapat

mengklasifikasikan secara signifikan sampel ke dalam salah satu grup. Ini

didukung oleh Husaini (1997) yakni faktor keimanan seseorang menjadi sumber

kesadaran dan aktifitas untuk mengamalkan agamanya. Penelitian di Malaysia

yang dilakukan oleh Abu Bakar menemukan faktor utama yang memengaruhi

partisipasi membayar zakat adalah keyakinan bahwa zakat merupakan kewajiban

umat Islam yang merupakan salah satu indikator dalam variabel keimanan. Musa

et al dengan menggunakan metode analisis faktor menyatakan terdapat lima faktor

yang berpengaruh dalam berzakat, faktor yang kelima adalah faktor keimanan

2. Penghargaan

Variabel penghargaan memiliki nilai sig sebesar 0,02 artinya variabel

penghargaan signifikan dalam mendiskriminasi grup yang membayar zakat dan

tidak membayar zakat.

Berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner responden, mereka yang

membayar zakat rata-rata berpendapat sangat setuju dengan peryataan mendapat

kemudahan setelah membayar zakat dan lingkungan menyambut baik saat

berzakat sementara mereka yang tidak membayar zakat rata-rata berpendapat

setuju dengan indikator faktor penghargaan.

Hasil penelitian Musa menyatakan faktor penghargaan merupakan faktor

ketiga yang memengaruhi partisipasi individu berzakat di Malaysia.

Page 71: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

55

3. Kepuasan

Variabel kepuasan memiliki nilai sig sebesar 0,226 atau lebih besar dari

taraf nyata 10 persen. Ini artinya variabel kepuasan tidak dapat memisahkan

sampel kedalam kelompok membayar zakat dan tidak membayar zakat

Dari hasil pengumpulan data dapat dilihat, tinggi rendahnya nilai

responden terhadap poin percaya dengan berzakat bisa menjadi contoh yang baik

bagi orang lain tidak bisa menentukan seseorang membayar zakat atau tidak

membayar zakat. Ini karena ada responden yang membayar zakat namun tidak

sepakat jika tindakannya tersebut bisa dijadikan contoh untuk orang lain namun

ada juga yang yang sangat sepakat dengan poin tersebut.

Hasil ini konsisten dengan penelitian sebelumnya,

4. Organisasi

Dari hasil olahan data, nilai sig variabel organisasi sebesar 0,01 atau

dibawah taraf nyata 10 persen. Ini artinya variabel organisasi dapat memisahkan

objek ke dalam kelompok membayar zakat dan tidak membayar zakat.

Kelompok yang membayar zakat rata-rata berpendapat setuju terhadap

poin-poin yang menyusun variabel organisasi sedangkan kelompok yang tidak

membayar zakat rata-rata menyatakan tidak setuju terhadap poin-poin penyusun

variabel organisasi. Dengan kata lain, baik buruknya manajemen lembaga amil

zakat memiliki pengaruh terhadap partisipasi individu membayar zakat.

5. Althurism

Althurism atau kepekaan sosial adalah kepedulian seseorang terhadap

lingkungan sekitar. Variabel althurism memiliki nilai sig 0,000 atau di bawah

taraf nyata 10 persen maka dapat dikatakan variabel althurism signifikan

mendiskriminan objek ke dalam grup yang membayar zakat dan tidak membayar

zakat.

Dari penelitian di tempat penelitian, responden yang membayar zakat rata-

rata berpendapat sangat setuju terhadap indikator-indikator althurism dan

responden yang tidak membayar zakat rata-rata berpendapat setuju terhadap

indikator althurism. Terutama pada indikator merasa iba ketika melihat fakir

miskin, berzakat sebagai upaya untuk syukur kepada Allah, merasa hartanya

menjadi bersih setelah berzakat, senang membantu fakir miskin dan merasa

Page 72: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

56

bersalah saat tidak membayar zakat. Ini medukung variabel althurism signifikan

memisahkan objek (responden) ke dalam kelompok yang membayar zakat dan

tidak membayar zakat.

6. Pendidikan

Variabel pendidikan memiliki nilai sig sebesar 0,726. Nilai ini lebih besar

dari 0,10 artinya tidak signifikan dalam mendiskriminasi individu yang membayar

zakat dan tidak membayar zakat. Dari data yang terkumpul menunjukkan

responden dengan pendidikan terakhir SMA, D3, S1, dan S2 memiliki persentase

membayar zakat yang tidak jauh berbeda yakni 82 persen. Tingkat pendidikan

terakhir SMP 100 persen membayar zakat dan SD 75 persen membayar zakat. Ini

artinya pendidikan terakhir tidak bisa dijadikan variabel yang dapat memisahkan

objek pada grup membayar zakat dan grup tidak membayar zakat dengan baik.

7. Pekerjaan

Dalam tabel 5.8 tampak bahwa nilai Sig untuk variabel pekerjaan adalah

0.999 atau lebih dari 10 persen sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel

pekerjaan tidak signifikan memisahkan kelompok yang membayar zakat dan tidak

membayar zakat.

Seseorang dengan pekerjaan sebagai petani, pedagang, karyawan BUMN,

PNS, karyawan swasta, wirausaha dan lainnya ternyata tidak dapat memisahkan

responden pada kelompok berzakat atau tidak berzakat.

8. Pendapatan

Masyarakat dengan berbagai jenis pendapatan menjadi variabel yang

diduga dapat mendiskriminan objek ke dalam kelompok yang berpartisipasi

membayar zakat dan tidak ikut berpartisipasi. Nilai sig variabel pendapatan adalah

0,080 atau dibawah 10 persen. Ini artinya variabel pendapatan signifikan

memisahkan kelompok membayar zakat dan tidak membayar zakat.

Berdasarkan data di lapangan, persentase yang paling banyak tidak

membayar zakat adalah kategori pendapatan di bawah 2,5 juta. Ini karena banyak

diantara mereka yang belum terkena wajib zakat. Kategori pendapatan 2,5 juta

samapai 5 juta rupiah terdapat 17, 5 persen yang tidak membayar zakat dan

kategori pendapatan diatas 5 juta terdapat 6,3 persen yang tidak membayar zakat.

Page 73: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

57

Hal ini mendukung bukti variabel pendapatan dapat menjadi faktor yang

memngaruhi partisipasi berzakat.

Karena hanya dua grup yang terbentuk, fungsi diskriminan hanya ada satu,

dengan eigenvalue sebesar 2,993 yang sudah mencakup seratus varians yang

dijelaskan.

Korelasi kanonikal adalah 0,666. Koefisien determinan (r2) diperoleh dari

kuadrat korelasi kanonikal. : (0,666)2 = . Angka ini mengindikasikan bahwa

varians dalam dependen variabel dapat dijelaskan oleh model.

Variabel independen yang paling berperan dalam diskriminan dapat

dijawab menggunakan standardized coefficient. Variabel independen yang

memiliki nilai lebih besar maka menyumbangkan kekuatan diskriminasi yang

lebih besar terhadap fungsi, dibandingkan variabel idependen yang memiliki nilai

yang lebih kecil.

Pada tabel 5.10 terlihat nilai variabel keimanan dengan skor 0,829

merupakan nilai tertinggi dibandingkan variabel yang lain. Ini menunjukan

variabel keimanan memiliki tingkat kepentingan paling tinggi (paling

berkontribusi) dalam mendiskriminasi membayar zakat dan tidak membayar

zakat. Variabel pekerjaan dengan nilai – 0,229 menunjukkan variabel ini memiliki

kontribusi yang paling rendah. Dari tabel ini dapat disimpulkan bahwa peran

diskriminasi dari yang tertinggi sampai terendah adalah keimanan, penghargaan,

pendapatan, organisasi, kepuasan, althurism, infak, pendidikan dan pekerjaan.

Tabel 5.10 Tingkat kepentingan variabel

Fungsi

1 Pendidikan -.098 Pekerjaan -.229 Pendapatan .247 Keimanan .829 Penghargaan .367 Althurism .038 Kepuasan .140 Organisasi .226 Infak -.073

Sumber : Data Primer 2011 (diolah)

Page 74: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

58

c). Prediksi variabel Dependent

Disamping uji signifikansi fungsi diskriminan dan masing-masing variabel

independen, juga diperlukan gambaran deskriptif akurasi model. Prediksi

dilakukan dengan cara menghitung skore diskriminan masing-masing objek,

kemudian dipetakan pada wilayah masing-masing grup.

Berdasarkan output SPSS koefisien fungsi diskriminan diantaranya dalam

bentuk canonical discriminant function coefficients atau unstandardized

coefficients. Koefisein tersebut digunakan untuk menghitung skore diskriminan

(skore D).

D = -11,109 + 1,484 keimanan + 0,762 penghargaan + 0,253 althurism –

0,060 kepuasan + 0,318 organisasi – 0,055 pendidikan – 0,152

pekerjaan + 0,463 pendapatan – 0,152 infak

Contoh interpretasi dari fungsi tersebut untuk variabel keimanan adalah

setiap kenaikan 1 satuan keimanan, skor diskriminan untuk variabel kemampuan

membayar zakat akan meningkat 1,484 satuan.

d). Validasi

Sebelum analisis diskriminan dilakukan hanya didapat dua skor

berdasarkan jalur yang dipilih, yaitu 1 dan 0. Angka 1 untuk membayar zakat dan

angka 0 untuk tidak membayar zakat. Skor diskriminan yang telah ada dapat

digunakan untuk memprediksi responden, masuk ke dalam golongan 1 (membayar

zakat) atau 0 (tidak membayar zakat)

Optimim cutting score dapat digunakan untuk memprediksi responden

mana yang masuk golongan tertentu. Apabila dua grup berbeda ukuran dapat

digunakan :

𝐶𝑢𝑡 − 𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒 =18(0,364) + 82(−1,658)

100

= - 1,294

Ini artinya responden dengan nilai diskriminan (D) lebih besar dari -1,294

maka responden diprediksi masuk kelompok membayar zakat. Jika nilai

diskriminan lebih kecil dari -1,294 maka responden diprediksi masuk kelompok

tidak membayar zakat.

Rata-rata skore D, untuk seluruh objek untuk masing-masing grup disebut

centroid. Suatu objek yang memiliki skore D dekat dengan centroid grup 1, maka

Page 75: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

59

objek tersebut akan diprediksi masuk grup 1, sebaliknya bila skore D suatu objek

dekat dengan D dekat dengan grup 2, maka objek tersebut dapat diklasifikasikan

masuk grup 2.

Dari output SPSS dapat dilihat pada functions at group centroids. Rata-

rata nilai untuk fungsi tidak zakat adalah -1,648 dan rata-rata nilai untuk fungsi

membayar zakat adalah 0,362.

e). Hit Ratio

Hit ratio adalah persentase responden yang kelompoknya dapat diprediksi

secara tepat. Hair et al dalam Simamora (2005) mengatakan bahwa kriteria hit

ratio yang baik adalah jika sama atau melebihi kesempatan klasifikasi ditambah

seperempatnya. Jika dalam 100 responden, fungsi diskriminan dapat memprediksi

91 yang benar (hanya 9 yang error) maka fungsi tersebut bisa dikatakan sangat

bagus.

Ringkasan hasil pengklasifikasian untuk seluruh objek dalam sampel dapat

dilihat dalam tabel 5.11.

Tabel 5.11 Hasil prediksi pengklasifikasian untuk seluruh objek

Zakat Prediksi anggota

grup Total

tidak Ya N Tidak 12 6 18 Ya 3 79 82 % Tidak 66.7 33.3 100.0 Ya 3.7 96.3 100.0

Sumber : Data primer (2011)

Dari tabel tampak bahwa dari 18 responden yang berasal dari grup tidak

membayar zakat (Y=0), ternyata ada 12 yang diklasifikasikan benar atau 66,67

persen, dan dari 82 responden yang berasal dari grup membayar zakat (Y=1),

ternyata ada 79 dapat diklasifikasikan dengan benar atau 96,34 persen. Secara

keseluruhan diperoleh hit ratio sebesar 91,0 persen.

5.3 Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Rutinitas Berinfak

Kebiasaan berinfak secara rutin merupakan prilaku yang mulia. Dana dari

infak dapat bermanfaat untuk berbagai macam kegiatan. Untuk melihat faktor-

Page 76: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

60

faktor yang memengaruhi membayar infak secara rutin digunakan analisis

diskriminan. Analisis diskriminan dipilih agar dapat membedakan klasifikasi

penempatan kelompok responden secara tepat, mengusahakan kesalahan

penempatan kelompok dengan tingkat paling kecil, dan mampu mengidentifikasi

kesalahan pengelompokan pengamatan. Klasifikasi responden dibagi menjadi dua

kelompok yaitu kelompok membayar zakat (1) dan kelompok tidak membayar

zakat (0).

Berdasarkan pengelompokkan responden dalam berpartisipasi membayar

infak secara rutin dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.12 Pengelompokkan Responden Berdasarkan Rutin Berinfak

Kelompok Jumlah responden Persentase

Tidak rutin berinfak 49 49 Rutin berinfak 51 51

Sumber : Data primer 2011 (diolah)

Dari tabel di atas dapat dilihat terdapat 51 persen yang rutin berinfak dan

49 persen yang tidak rutin berinfak. Ini menunjukkan proporsi yang hampir

berimbang karena kebiasaan berinfak secara rutin bukan merupakan sesuatu yang

wajib dan tidak mudah untuk dilakukan.

(a) Hasil Uji signifikansi Fungsi Diskriminan

Pada bagian Wilks’ Lamda, tampak sig diperoleh 0,000 dan Chi-

square 54,685.. Karena sig kurang dari 5 persen atau Chi-square lebih besar dari

(𝜒2 Rdf=p(G-1)), maka disimpulkan tolak H0 pada taraf nyata 5 persen. Artinya fungsi

diskriminan signifikan.

(c) Hasil Uji signifikansi variabel independen

Signifikansi variabel independen dapat dilihat pada tabel yang

merupakan hasil dari Test of equality of group means. Tes ini berfungsi untuk

menunjukkan variabel-variabel yang berpengaruh signifikan.

Dari tabel 5.11 tampak bahwa nilai sig untuk variabel keimanan,

althurism,kepuasan, pendidikan, dan frekuensi infak adalah kurang dari taraf

nyata 10 persen sehingga dapat disimpulkan variabel yang signifikan dalam

mendiskriminasi individu apakah rutin berinfak atau tidak adalah variabel

Page 77: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

61

keimanan, althurism,kepuasan, pendidikan, dan frekuensi infak pada taraf nyata

10 persen.

Tabel 5.13 Hasil uji signifikansi variabel independen

Variabel Wilks’ Lambda F Signifikan Keimanan 0.948 5.361 0.023 Penghargaan 0.986 1.406 0.239 Althurism 0.882 13.104 0.000 Kepuasan 0.926 7.841 0.006 Organisasi 0.998 0.164 0.687 Pendidikan 0.923 8.216 0.005 Pekerjaan 0.992 0.771 0.382 Pendapatan 0.982 1.842 0.178 f.infak 0.712 39.699 0.000

Sumber: data primer 2011 (diolah)

Pada tabel 5.14 koefisien fungsi klasifikasi merupakan fungsi linear dari

diskriminan, semakin besar nilai dari suatu variabel maka variabel tersebut yang

paling mendorong partisipasi berzakat. Apabila nilai suatu variabel lebih besar

pada kelompok ya artinya variabel tersebut adalah yang paling berpengaruh

terhadap partisipasi pada kelompok tersebut.

Tabel 5.14 koefisien fungsi klasifikasi

Sumber : Data primer 2011 (diolah) Hasil di atas memperlihatkan bahwa variabel keimanan lebih berpengaruh

pada kelompok rutin berinfak. Variabel kedua yaitu penghargaan lebih

berpengaruh pada kelompok tidak rutin berinfak. Variabel althurism (kepekaan

Infak

Tidak Ya Keimanan 3.401 3.840 Penghargaan 10.563 10.472 Althurism 9.040 9.604 Kepuasan 5.049 6.235 Organisasi -.294 -.849 Pendidikan -.682 -.023 Pekerjaan 1.235 1.013 Pendapatan 4.545 3.976 f.infak 1.075 2.362 (Constant) -63.370 -72.478

Page 78: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

62

sosial) lebih berpengaruh pada kelompok rutin berinfak. Kemudian untuk variabel

kepuasan lebih berpengaruh pada kelompok rutin berinfak. Variabel organisasi

lebih berpengaruh pada kelompok

Dari pemaparan diatas dan didukung tabel 5.14 maka variabel yang

memengaruhi partisipasi membayar zakat adalah variabel keimanan, variabel

althurism, variabel pendidikan, dan variabel frekuensi infak.

c). Prediksi variabel Dependent

Disamping uji signifikansi fungsi diskriminan dan masing-masing variabel

independen, juga diperlukan gambaran deskriptif akurasi model. Prediksi

dilakukan dengan cara menghitung skore diskriminan masing-masing objek,

kemudian dipetakan pada wilayah masing-masing grup.

Berdasarkan output SPSS koefisien fungsi diskriminan diantaranya dalam

bentuk canonical discriminant function coefficients atau unstandardized

coefficients. Koefisein tersebut digunakan untuk menghitung skore diskriminan

(skore D).

D = -5,440 + 0,244 keimanan – 0,051 penghargaan + 0,314 althurism +

0,661 kepuasan - 0,309 organisasi + 0,367 pendidikan – 0,124

pekerjaan – 0,317 pendapatan + 0,718 frekuensi infak

Contoh interpretasi dari fungsi tersebut untuk variabel keimanan adalah

setiap kenaikan 1 satuan keimanan, skor diskriminan untuk variabel kemampuan

membayar zakat akan meningkat 0,244 satuan.

Rata-rata skore D, untuk seluruh objek untuk masing-masing grup disebut

centroid. Suatu objek yang memiliki skore D dekat dengan centroid grup 1, maka

objek tersebut akan diprediksi masuk grup 1, sebaliknya bila skore D suatu objek

dekat dengan D dekat dengan grup 2, maka objek tersebut dapat diklasifikasikan

masuk grup 2.

Dari output SPSS dapat dilihat pada functions at group centroids. Rata-

rata nilai untuk fungsi tidak rutin berinfak adalah -1,059 dan rata-rata nilai untuk

fungsi membayar zakat adalah 0,736.

Tanda positif terdapat pada pada variabel keimanan, althurism,

pendidikan, frekuensi infak menandakan variabel tersebut lebih berpengaruh

kepada kelompok berinfak secara rutin. Tanda negatif terdapat pada variabel

Page 79: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

63

penghargaan, organisasi, pekerjaan, dan pendapatan memiliki arti variabel

tersebut lebih berpengaruh kepada kelompok tidak rutin berinfak. Namun,

variabel selain variabel keimanan, althurism,kepuasan, pendidikan, dan frekuensi

infak tidak berpengaruh signifikan.

Ringkasan hasil pengklasifikasian untuk seluruh objek dalam sampel dapat

dilihat dalam tabel 5.15.

Tabel 5.15 Hasil prediksi pengklasifikasian untuk seluruh objek

Infak Prediksi Anggota

Grup Total

tidak Ya N Tidak 31 10 41 Ya 6 53 59 % Tidak 75.6 24.4 100.0 Ya 10.2 89.8 100.0

Sumber : Data primer 2011 (diolah)

Dari tabel tampak bahwa dari 41 responden yang berasal dari grup tidak

rutin membayar infak (Y=0), ternyata ada 31 yang diklasifikasikan benar atau

75,6 persen, dan dari 59 responden yang berasal dari grup rutin membayar infak

(Y=1), ternyata ada 53 dapat diklasifikasikan dengan benar atau 89,8 persen.

Secara keseluruhan diperoleh hit ratio sebesar 84,0 persen.

5.4 Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Tempat Membayar Zakat

Di Indonesia terdapat kebiasaan membayar zakat dengan cara membayar

melalui organisasi pengelola zakat atau melalui panitia zakat di masjid dan

langsung kepada mustahik. Untuk melihat faktor-faktor yang memengaruhi

tempat membayar zakat digunakan analisis diskriminan. Analisis diskriminan

dipilih agar dapat membedakan klasifikasi penempatan kelompok responden

secara tepat, mengusahakan kesalahan penempatan kelompok dengan tingkat

paling kecil, dan mampu mengidentifikasi kesalahan pengelompokan pengamatan.

Klasifikasi responden dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok membayar

zakat di organisasi pengelola zakat dan kelompok membayar zakat di bukan

organisasi pengelola zakat.

Page 80: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

64

Berdasarkan pengelompokkan responden dalam berpartisipasi membayar

zakat dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.16 Pengelompokkan responden berdasarkan tempat membayar

zakat

Kelompok Jumlah responden Persentase

Melalui bukan OPZ 61 61

Melalui OPZ 39 39

Sumber : Data primer 2011 (diolah)

Dari tabel di atas dapat dilihat terdapat 61 persen yang membayar melalui

bukan OPZ dan 39 persen yang membayar melalui OPZ. Ini menunjukkan

sebagaian besar responden memilih tempat membayar di lembaga informal seperti

masjid, pesantren atau tempat membayar zakat lainnya yang belum memiliki

badan hukum dan menyaluurkan langsung ke mustahik.

(a) Hasil Uji signifikansi Fungsi Diskriminan

Pada bagian Wilks’ Lamda, tampak sig diperoleh 0,000 dan Chi-

square 51,413. Karena sig kurang dari 5 persen atau Chi-square lebih besar dari

(𝜒2 Rdf=p(G-1)), maka disimpulkan tolak H0 pada taraf nyata 5 persen. Artinya fungsi

diskriminan ini signifikan.

(b) Hasil Uji signifikansi variabel independen

Signifikansi variabel independen dapat dilihat pada tabel 5.17.

Tabel 5.17 Hasil uji signifikansi variabel independen

Variabel Wilks’ Lambda F Signifikan

Keimanan 0.995 .487 0.487 Penghargaan 0.995 .469 0.495 Althurism 0.976 2.377 0.126 Kepuasan 0.999 .085 0.771 Organisasi 1.000 .015 0.902 Pendidikan 0.968 3.248 0.075 Pekerjaan 0.993 .739 0.392 Pendapatan 0.995 .473 0.493 Keberadaan OPZ 0.640 55.017 0.000

Sumber: data primer 2011 (diolah)

Page 81: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

65

Dari tabel 5.17 tampak bahwa nilai sig untuk variabel pendidikan dan

variabel keberadaan OPZ adalah kurang dari 10 persen sehingga dapat

disimpulkan variabel yang signifikan dalam mendiskriminasi individu yang

membayar zakat atau tidak adalah variabel variabel pendidikan dan keberadaan

organisasi pengelola zakat pada taraf nyata 10 persen.

Berdasarkan kondisi di lapangan, akan coba dijelaskan beberapa hal yang

bisa jadi alasan variabel pendidikan dan keberadaan OPZ menjadi faktor yang

signifikan dalam mendiskriminan objek ke dalam kelompok membayar zakat ke

organisasi pengelola zakat dan kelompok membayar zakat ke bukan organisasi

pengelola zakat seperti memalui panitia zakat di masjid atau langsung ke

mustahik. Dari data hasil penelitian juga akan dijelaskan alasan variabel

keimanan, penghargaan, althurism, kepuasan, organisasi, pendidikan, pekerjaan

dan pendapatan tidak signifikan memdiskriminan objek ke dalam dua kelompok

penelitian.

Variabel pendidikan secara signifikan mendiskriminan objek karena dari

hasil penelitian ini responden dengan pendidikan terakhir lebih tinggi memiliki

kecenderungan untuk membayar zakat melalui OPZ. Ini karena pengetahuan

tentang pentingnya membayar zakat melalui OPZ lebih baik dibandingkan dengan

pendidikan terakhir yang lebih rendah. Dengan semakin tingginya pendidikan

terakhir yang dimiliki, wawasan semakin bertambah dan semakin terbuka

terhadap nilai-nilai baru atau berbeda dari kebiasaan dan adat istiadat yang

membayar zakat langsung diberikan ke mustahik.

Variabel ketersediaan OPZ memiliki nilai signifikan karena ketika

individu ingin membayar zakat di organisasi pengelola zakat namun tidak tersedia

atau kurang berfungsi dengan baik maka kesulitan untuk mewujudkan keinginan

tersebut. Banyak dari responden yang membayar zakat ke organisasi pengelola

zakat karena di sekitar rumah terdapat lembaga amil, laporan keuangan yang

transparan dan adanya sosialisasi secara langsung dari lembaga amil kepada

individu yang telah menjadi wajib zakat.

Dari hasil penelitian ini ditemukan untuk pemilihan tempat membayar

zakat tidak dipengaruhi secara signifikan oleh faktor keimanan, faktor

penghargaan, althurism, kepuasan, organisasi. Mereka yang memilih untuk

Page 82: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

66

membayar zakat ke lembaga formal karena ketersediaan organisasi pengelola

zakat di lingkungan sekitar rumah atau sistem pemotongan gaji langsung dari

kantor serta informasi yang mendukung terdapa pentingnya membayar zakat di

lembaga formal disertai kinerja dan laporan yang diberikan.

Pada table 5.18 koefisien fungsi klasifikasi merupakan fungsi linear dari

diskriminan, semakin besar nilai dari suatu variabel maka variabel tersebut yang

paling mendorong partisipasi berzakat. Apabila nilai suatu variabel lebih besar

pada kelompok ya artinya variabel tersebut adalah yang paling berpengaruh

terhadap partisipasi pada kelompok tersebut.

Tabel 5.18 Koefisien fungsi klasifikasi

Tempat zakat

Bukan OPZ OPZ Keimanan 3.046 3.118 Penghargaan 10.802 10.872 Althurism 8.529 9.750 Kepuasan 4.532 2.821 Organisasi .136 .189 Pendidikan -1.241 -.836 Pekerjaan 1.442 1.292 Pendapatan 4.971 4.757 adaOPZ -2.385 1.784 (Constant) -61.731 -63.884

Sumber : Data primer 2011 (diolah)

Variabel keimanan mencerminkan keyakinan dan pelaksanaan rukun iman

dan islam seperti kewajiban shalat fardhu, membayar zakat, kemampuan

membayar zakat, menuntut ilmu dan percaya balasan atas perbuatan yang

dilakukan rata-rata lebih memengaruhi responden membayar zakat ke organisasi

pengelola zakat.

Variabel penghargaan memiliki indikator seperti mendapat kemudahan

setelah membayar zakat, lingkungan menyambut baik saat membayar zakat dan

senang disebut dermawan. Variabel ini lebih berpengaruh pada kelompok

membayar melalui OPZ walaupun dari tabel di atas nilai variabel ini pada

kelompok bukan OPZ dan OPZ tidak terlalu berbeda secara signifikan.

Variabel althurism berpengaruh pada kelompok membayar zakat melalui

organisasi pengelola zakat. Kelompok ini melakukan pembayaran dengan latar

Page 83: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

67

belakang sebagai upaya rasa syukur, merasa bersalah saat tidak membayar zakat,

merasa hartanya menjadi bersih dan iba melihat fakir/miskin. Kepekaan sosial

yang dimiliki membuat kelompok ini memilih membayar zakat melalui organisasi

pengelola zakat supaya lebih efektif, efisien,tepat sasaran dan menjaga perasaan

rendah diri para mustahik.

Variabel kepuasan lebih berpengaruh pada kelompok membayar zakat ke

bukan organisasi pengelola zakat. Kelompok ini terdiri dari berbagai kalangan

baik petani, pegawai negeri atau swasta, peadagang, wilaswasta dan lainnya. Rasa

senang karena dapat membantu fakir/miskin dan menjadi contoh bagi orang lain

mendorong anggota kelompok ini membayar zakat ke organisasi pengelola zakat

seperti panitia zakat di masjid atau langsung ke mustahik. Variabel organisasi

lebih berpengaruh pada kelompok membayar zakat ke organisasi pengelola zakat.

Ini artinya kinerja yang dilakukan oleh organisasi pengelola zakat memiliki

pengaruh terhadap individu memilih tempat zakat di organisasi pengelola zakat.

Variabel pendidikan lebih berpengaruh pada kelompok formal. Artinya

semakin tinggi pendidikan wajib zakat maka tempat membayar zakat yang dipilih

kecenderungannya ke organisasi pengelola zakat.

Variabel pekerjaan lebih berpengaruh pada kelompok membayar zakat ke

bukan organisasi pengelola zakat atau langsung menyalurkan ke mustahik. Jenis

pekerjaan seperti petani, pedagang, wiraswasta, sebagian pegawai negeri sipil

lebih memilih membayar zakat ke masjid, pesantren atau menyalurkan langsung

ke mustahik di lingkungan sekitar.

Variabel pendapatan lebih berpengaruh kepada kelompok yang membayar

zakat ke bukan organisasi pengelola zakat. Pada penelitian ini jumlah responden

dengan penghasilan 2,5 juta sampai 5 juta rupiah sebagian besar memilih bukan

organisasi pengelola zakat atau menyalurkan sendiri sebagai tempat membayar

zakat.

Variabel keberadaan organisasi pengelola zakat lebih berpengaruh kepada

kelompok yang membayar zakat melalui OPZ. Ini karena wajib zakat merasa

dimudahkan dengan keberadaan OPZ di sekitar domisilinya.

Dari pemaparan diatas maka variabel keimanan, penghargaan, althurism,

organisasi, pendidikan berpengaruh terhadap pemilihan tempat membayar zakat.

Page 84: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

68

c). Prediksi variabel Dependent

Disamping uji signifikansi fungsi diskriminan dan masing-masing variabel

independen, juga diperlukan gambaran deskriptif akurasi model. Prediksi

dilakukan dengan cara menghitung skore diskriminan masing-masing objek,

kemudian dipetakan pada wilayah masing-masing grup.

Berdasarkan output SPSS koefisien fungsi diskriminan diantaranya dalam

bentuk canonical discriminant function coefficients. Koefisein tersebut digunakan

untuk menghitung skore diskriminan (skore D)

D = - 0,790 + 0,041 keimanan + 0,04 penghargaan + 0,703 althurism –

0,985 kepuasan - 0,30 organisasi + 0,233 pendidikan – 0,086 pekerjaan – 0,123

pendapatan + 2,399 ada OPZ

Contoh interpretasi dari fungsi tersebut untuk variabel keimanan adalah

setiap kenaikan 1 satuan keimanan, skor diskriminan untuk variabel kemampuan

membayar zakat akan meningkat 0,041 satuan.

Rata-rata skore D, untuk seluruh objek untuk masing-masing grup disebut

centroid. Suatu objek yang memiliki skore D dekat dengan centroid grup 1, maka

objek tersebut akan diprediksi masuk grup 1, sebaliknya bila skore D suatu objek

dekat dengan D dekat dengan grup 2, maka objek tersebut dapat diklasifikasikan

masuk grup 2.

Dari output SPSS dapat dilihat pada functions at group centroids. Rata-

rata nilai untuk fungsi membayar zakat ke organisasi pengelola zakat atau

langsung ke mustahik adalah -0,678 dan rata-rata nilai untuk fungsi membayar

zakat ke organisasi pengelola zakat adalah 1,060.

Tanda positif pada variabel keimanan, penghargaan, althurism, pendidikan

dan keberadaan OPZ menunjukkan variabel tersebut berpengaruh terhadap

partisipasi berzakat melalui organisasi pengelola zakat. Tanda negatif pada

variabel kepuasan, organisasi, pekerjaan, dan pendapatan menunjukkan variabel

tersebut berpengaruh terhadap partisipasi berzakat melalui bukan organisasi

pengelola zakat. Namun, variabel selain pendidikan dan keberadaan OPZ tidak

memiliki pengaruh signifikan.

Ringkasan hasil pengklasifikasian untuk seluruh objek dalam sampel dapat

dilihat dalam tabel 5.19.

Page 85: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

69

Tabel 5.19 Hasil pengklasifikasikan prediksi untuk seluruh objek

Tempat zakat Prediksi Anggota Grup Total

Bukan OPZ OPZ N Bukan OPZ 46 15 61 OPZ 4 35 39 % Bukan OPZ 75.4 24.6 100.0 OPZ 10.3 89.7 100.0

Sumber : Data primer 2011 (diolah)

Dari tabel tampak bahwa dari 61 responden yang berasal dari grup

membayar zakat melalui bukan OPZ (Y=0), ternyata ada 46 yang diklasifikasikan

benar atau 75,4 persen, dan dari 39 responden yang berasal dari grup membayar

zakat melalui OPZ (Y=1), ternyata ada 35 dapat diklasifikasikan dengan benar

atau 89,7 persen. Secara keseluruhan diperoleh hit ratio sebesar 81,0 persen.

Model fungsi diskriminan ini dapat dinilai sangat baik karena persentase

objek dalam sampel dapat diklasifikasikan (diprediksi) dengan benar oleh fungsi

tersebut. Hal ini ditunjukkan dengan nilai hit ratio yang besar. Maka untuk

selanjutnya model ini dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependent

atau pengklasifikasian objek berdasarkan atas nilai variabel independent dari

objek tersebut.

Mannan (1992) lembaga zakat mengandung potensi luar biasa untuk

memperbaiki masyarakat. Lembaga ini harus dimanfaatkan dengan cara yang

sistematis melalui badan pemerintah untuk membiayai program kesejahteraan

sosial dan jaminan sosial seperti panti untuk orang miskin, pusat pengobatan

gratis, sekolah lain dan lain sebagainya.

Dengan demikian, untuk meningkatkan penghimpunan dana zakat di OPZ,

maka OPZ harus mendirikan cabang di wilayah potensial atau mengaktifkan

kembali badan amil zakat di kecamatan dan desa, membuat laporan keuangan

yang transparan, kinerja yang professional, dan kemudahan akses sehingga

masyarakat akan semakin dekat dengan lembaga formal yang memang seharusnya

menjadi perantara satu-satunya antara muzaki dan mustahik.

Kebiasaan membayar zakat masyarakat kebanyakan hanya terjadi pada

saat akhir Ramadhan. Biasanya para muzaki mendistribusikan zakatnya langsung

Page 86: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

70

kepada mustahik di sekitar rumah atau melalui masjid yang dekat dengan tempat

tinggal. Hal ini terjadi karena alasan kemudahan, lingkungan sekitar, akses yang

mudah, belum adanya kepercayaan dari para muzaki terhadap organisasi

pengelola zakat milik swasta ataupun pemerintah dan kurangnya sosialisasi dari

BAZ dan LAZ yang berbadan hukum.

Berdasarkan analisis dari hasil penelitian, wajib zakat yang selama ini

membayar melalui bukan ke organisasi pengelola zakat seperti ke masjid atau

menyalurkan secara langsung ke mustahik diprediksi bisa berpindah jadi

membayar zakat ke organisasi pengelola zakat yakni sebesar 15 persen. Oleh

karena itu organisasi pengelola zakat perlu meningkatkan publikasi ke masyarakat

tentang keuntungan, urgensi dan cara pengelolaan zakat di organisasi pengelola

zakat sehingga banyak wajib zakat yang tertarik untuk menyalurkan dana

zakatnya. Sasaran publikasi lebih diutamakan ke wajib zakat yang memiliki

pendidikan terakhir relatif tinggi seperti SMA, sarjana, magister atau doktor

karena faktor ini yang signifikan memengaruhi pembayaran zakat di organisasi

pengelola zakat dan lebih mudah diarahkan untuk perubahan berpikir dari

kebiasaan membayar zakat secara langsung ke mustahik menjadi dikelola

lembaga. Untuk wajib zakat dengan pendidikan terakhir tidak tamat SD, SD dan

SMP tetap dilakukan sosialisasi tapi menggunakan strategi tersendiri yaitu

pendekatan ke pemuka agama setempat atau pendekatan secara kultural.

Kusuma (2010) menyatakan zakat akan berdampak terhadap menurunnya

kemiskinan di suatu tempat apabila beberapa asumsi terpenuhi. Pertama, Hasil

zakat cukup untuk memenuhi kebutuhan. Ini artinya pelaksanaan zakat harus

sesuai dengan peraturan syariah sehingga dana yang disalurkan untuk mengatasi

kemiskinan besar. Kemudian, pemerintah bertanggung jawab dalam

mengumpulkan dan mendistribusikan zakat sehingga perlu ada hukum yang

melandasi kewajiban membayar zakat dan sanksi kepada yang tidak membayar

zakat. serta lebih memiliki data orang-orang akan disalurkan zakat dan pemerintah

dapat mengawasi langsung pendistribusiannya. Ahmed (2004) menyatakan zakat

dapat mengurangi kemiskinan jika didukung oleh kebijakan makro dan

pengumpulan serta distribusi dana zakat digunakan untuk kegiatan produktif.

Page 87: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

71

Pembentukan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan Badan Amil

Zakat Daerah (BAZDA) merupakan langkah pertama yang sudah tepat dilakukan

namun terdapat beberapa kelemahan dalam pengelolaan zakat di Indonesia,

diantaranya adalah masih rendahnya pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah

karena undang-undang tentang zakat yaitu Undang-Undang No. 38 Tahun 1999

masih dirasa belum cukup untuk mengumpulkan dana zakat sesuai potensi yang

ada. Kedua adalah penggalangan dana zakat belum dilakukan secara terpusat

sehingga pengumpulan dana zakat tidak optimal. Akibat yang harus ditanggung

adalah tidak tercapainya tujuan-tujuan dalam pengumpulan zakat yang bukan saja

untuk membantu fakir miskin semata, tetapi tujuan yang lebih luas yaitu

menyejahterakan umat. Ketiga adalah banyaknya lembaga amil zakat tidak

menjadikan banyak orang tertarik untuk berzakat karena program-program yang

ditawarkan tidak menumbuhkan kesadaran untuk berzakat, melainkan promosi

program-program pendistribusian. Keempat adalah adanya persaingan antara

lembaga amil zakat dan badan amil zakat dan kinerja lembaga pengumpul zakat

yang kurang profesional dan transparan. Akibat dari kinerja yang kurang

profesional dan transparan, maka masyarakat cenderung membayar dan

mendistribusikan zakatnya langsung kepada mustahik. Sehingga implikasi dari

pembayaran secara langsung adalah tidak tercapainya distribusi zakat secara

merata dan tepat sasaran. Hal yang mungkin dapat terjadi adalah terdapat

mustahik yang menerima zakat dua kali dan ada pula yang tidak mendapatkan

akat sama sekali.

Bewley (2005) menggalakkan zakat seperti menegakkan pilar penting

untuk mengurangi kemiskinan. Ini bisa dilakukan jika zakat dikelola oleh lembaga

amil yang memiliki program pendayagunaan zakat yang baik. Bisa dalam

program konsumtif, pendidikan, kesehatan ataupun kegiatan produktif yang dapat

mengangkat kaum penerima zakat menjadi pemberi zakat. Dana zakat

diprioritaskan untuk tujuan bermanfaat dan penting bagi masyarakat dengan

demikian kekayaan tidak hanya akan berputar pada orang-orang kaya saja.

(Saefuddin, 1984)

Ketentuan dalam pembagian zakat antara lain harta zakat dibagikan

kepada semua penerima zakat (mustahik) apabila zakat itu banyak, semua sasaran

Page 88: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

72

zakat ada, dan kebutuhannya relatif sama. Apabila semua golongan penerima

zakat (asnaf) ada maka tidak wajib menyamakan pembagiannya antara satu

golongan penerima zakat dengan penerima zakat lainnya. Golongan fakir dan

miskin merupakan sasaran zakat yang harus diprioritaskan untuk menerima zakat,

karena mencukupi kebutuhan mereka adalah tujuan utama zakat. (IMZ, 2003)

Page 89: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Hasil penelitian mengenai faktor-faktor yang memengaruhi partisipasi

berzakat, rutinitas berinfak dan pemilihan tempat zakat di tiga kecamatan

Kabupaten Brebes, maka dapat disimpulkan sebagi berikut :

1. Faktor yang berpengaruh signifikan berdasarkan analisis diskriminan

dalam memengaruhi partisipasi individu dalam berzakat adalah faktor

keimanan, faktor penghargaan, faktor althurism, faktor organisasi dan

faktor pendapatan.

2. Faktor yang memengaruhi partidipasi individu dalam berinfak secara rutin

secara signifikan berdasarkan analisis diskriminan adalah faktor keimanan,

faktor althurism, faktor kepuasan, faktor pendidikan, dan faktor frekuensi

infak

3. Faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap pemilihan tempat

membayar zakat di organisasi pengelola zakat adalah faktor ketersedian

organisasi pengelola zakat di daerah sekitar tempat tinggal dan faktor

tingkat pendidikan.

6.2 Saran

1. Peningkatan jumlah yang berpartisipasi dalam membayar zakat sehingga

dana yang terkumpul bisa lebih banyak dapat dilakukan dengan cara

memberikan pemahaman zakat itu wajib, harta yang menjadi objek zakat,

cara penghitungan zakat dan kepercayaan terhadap semua balasan atas

perbuatan kita di hari akhir sebagai faktor keimanan. Dari sisi

penghargaan, berikan sambutan yang baik saat sesorang melakukan zakat

dan mendoakan agar mendapat kemudahan rezeki setelah membayar zakat.

Faktor althurism atau kepekaan sosial juga dapat digunakan untuk

mendorong meningkatnya partisipasi berzakat seperti berzakat sebagai

ungkapan syukur kepada Allah, harta yang bersih setelah berzakat, rasa

bersalah ketika tidak mengeluarkan zakat, dan senang bisa membantu fakir

miskin. Di samping itu kinerja organisasi lembaga amil zakat formal juga

Page 90: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

73

harus ditingkatkan seperti bekerja secara profesional, laporan keuangan

yang transparan serta melakukan sosialisasi di media massa dan sosialisasi

langsung kepada masyarakat.

2. Kebiasaan membayar infak secara rutin memiliki banyak manfaat untuk

membantu pemberdayaan ekonomi kaum miskin sehingga perlu

dilakukan berbagai cara agar semakin banyak orang yang memiliki

kebiasaan ini. Cara yang bisa dilakukan adalah ajakan untuk rutin hadir

majelis ilmu, menyadarkan kembali untuk membatu fakir miskin, ada hak

orang lain dalam harta yang dimiliki,

3. Badan Amil Zakat Kabupaten Brebes dan organisasi pengelola zakat di

Kabupaten Brebes dapat meningkatkan dana zakat yang terkumpul dari

penduduk yang memiliki tingkat pendidikan tinggi seperti SMA, D3,

sarjana, master dan doktor. Kalangan ini sebagian besar lebih mudah

untuk diberikan pemahaman tentang pentingnya membayar zakat dan

pengelolaan zakat melalui organisasi pengelola zakat. Sementara untuk

wajib zakat yang memiliki tingkat pendidikan SD dan SMP dapat

dilakukan pendekatan kultural dan pemuka agama setempat dengan

sosialisasi yang bertahap dan berkelanjutan.

4. Ketersediaan organisasi pengelola zakat di sekitar tempat tinggal dan

mudah diakses merupakan faktor penting yang memengaruhi wajib zakat

memilih tempat membayar zakat. Dengan demikian perlu diaktifkan

kembali Badan Amil Zakat di tingkat desa, kecamatan yang luang

lingkupnya lebih kecil dibanding badan amil zakat di kabupaten dan

keberadaannya mudah dijangkau masyarakat. Badan Amil Zakat di

Kabupaten Brebes juga perlu memiliki tim kerja yang selalu ada di kantor

dan melakukan berbagai macam program sosialisasi, strategi pengumpulan

dana zakat dan pendayagunaan zakat agar dapat bekerja secara optimal.

Page 91: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

74

DAFTAR PUSTAKA

Abu Bakar,Nur Barizah A, Hafiz Majdi Abdul Rashid. 2010. Motivations of

Paying Zakat on Income: Evidence from Malaysia. International Journal of Economics and Finance Vol. 2, No. 3

Aflah, Noor. 2011. Strategi Organisasi Pengelola Zakat. Jakarta: FOZ.

Ahmed, Habib Profesor. 2004. Zakah , Macroeconomic Policies, and Poverty

Alleviation: Lessons from Simulations on Bangladesh. Journal of Islamic

Econ 82 omics, Banking and Finance

Aziz, Muhammad Abdul. 1987. Zakat & Rural Development in Malaysia- An

Ethical Analysis of the Concepts of Growth & Redistribution of Income.

Thesis, UM Dissertation Service, Malaysia.

Badan Pusat Statistik. 2011. Indonesia dalam Angka Tahun 2010. Badan Pusat

Statistik Jakarta.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Brebes. 2011. Kabupaten Brebes dalam Angka

Tahun 2010. Badan Pusat Statistik. Jakarta

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Badan Pusat Statistik. 2010.

Pendapatan Regional Kabupaten Brebes 2009. Badan Pusat Statistik. Brebes

Bagozzi, R. P. 1975. Marketing as Exchange. Journal of Marketing. Vol. 39. No.

4. pp. 32-9.

Beik, Irfan Syauqi. 2011. Estimasi Potensi Zakat Nasional dan Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Pembayaran ZIS di Indonesia. Dipresentasikan pada

Konfrensi Press Badan Amil Zakat Nasional, Jakarta Juli 2011.

Bewley, AbdallHaqq. 2005. Restorasi Zakat Menegakkan Kembali Pilar yang

Runtuh. Depok: Pustaka Adina

Damanhuri, Didin S. 2010. Ekonomi Politik dan Pembangunan Teori, Kritik dan

Solusi bagi Indonesia dan Negara Sedang Berkembang. Bogor: IPB Press.

Departemen Agama Republik Indonesia. 2003. Keputusan Menteri Agama Nomor

373 Tahun 2003 tentang Pelaksanaan Undang-Undang No 38 Tahun 1999

tentang Pengelolaan Zakat.

Fatmawati, Feti. 2008. Studi Analisis Pelaksanaan Zakat Mal Di Masyarakat

Kecamatan Jatibarang (Studi Kasus Pada Badan Amil Zakat (BAZ)

Page 92: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

75

Kecamatan Jatibarang Kabupaten Brebes) [skripsi]. Fakultas Syariah, IAIN

Walisongo. Semarang.

Forum Organisasi Zakat. 2011. Strategi Pengelolaan Zakat di Indonesia. Jakarta:

FOZ.

Hafidhuddin, Didin. 1998. Tentang Zakat, Infak, Sedekah. Jakarta : Gema Insani

Press

Hafidhuddin, Didin. 2002. Zakat dalam Perekonomian Modern. Jakarta: Gema

Insani Press.

Hairunnizam, W., Sanep, A. & Mohd. Ali, M.N. (2005). Kesedaran Membayar

Zakat Pendapatan di Malaysia. Islamic Economic and Finance Seminar,

Universiti Utara Malaysia, 29-30 August, pp. 265-274.

Huda, Nurul. Handi Risza Idris. Mustafa Edwin Nasution. Ekonomi Makro Islam:

Pendekatan Teoritis. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Husaini, Adian. M Syafei Antonio. Zakat Kaum Berdasi. Jakarta : Gema Insani

Press.

Jaafarl, Mohamad Nizam, Amirul Affif , Hardi Amri , Che Nurul Sahezan. 2011.

A Study on The Factors Attribute to Non Participation of Zakat Income

Among The Muslim Community In selangor. Makalah ini dipresentasikan

di 2nd Internasional Conference on Business and Economic Research, di

Fakultas Pengurusan Perniagaan UiTM Shah Alam Malaysia

Juanda, Bambang. 2009. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Bogor: IPB

Press

Kahf, Monzer. 1999. The Performance The Institution of Zakah in theory and

Practice. Makalah ini dipresentasikan pada Konfrensi Internasional

Ekonomi Islam di Kuala Lumpur, 26-30 April 1999.

Kamil Md. Idris. 2005. The Role of Intrinsic Motivational Factors on Compliance

Behaviour of Zakat on Employment Income, in Isu-isu Kontemporari Zakat

di Malaysia. 1st

ed., pp. 137-170, Melaka: IKAZ, UiTM.

Kurniawati, et al.2004. Kedermawanan Kaum Muslim, Potensi dan Realita Zakat

Masyarakat di Indonesia. Jakarta : Piramedia

Page 93: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

76

Kusuma, Dimas Bagus Wiranata, Raditya Sukmana. 2010. The Power of Zakaht

ini Poverty Alleviation.Makalah dipresentasikan di Konfrensi Internasional

ketujuh Zakat dan Waqf Economy di Bangi,2010.

Lunn, J., Klay, R. & Douglass, A. 2001. Relationship among Giving, Church

Attendance, and Religious Belief: The Case of the Presbyterian Church (USA).

Journal for the Scientific Study of Religion, 40 (4), 765-775.

Mannan. M. A. 1992. Ekonomi Islam : Teori dan Praktek (Dasar-Dasar Ekonomi

Islam). Jakarta : Intermasa

Mas’udi, Masdar et al. 2004. Reinterpretasi Pendayagunaan ZIS. Jakarta :

Piramedia

Muda, Muhammad, Ainulashikin Marzuki, Amir Shaharuddin. 2006. Factors

Infuencing Individual Participation in Zakat Contribution : Exploratory

Investigation. Makalah dipresentasikan pada Seminar for Islamic Banking

and Finance 2006 di Kuala Lumpur, 29-30 agustus 2006.

Qardhawi, Yusuf. 1993. Hukum Zakat. Penerjemah (Salman Haru, Didin

Hafidudin, Hasanudin).Jakarta :Litera AntarNusa

Qardhawi,Yusuf. 1995. Kiat Islam mengentaskan Kemiskinan. (Syafril Halim,

penerjemah). Jakarta : Gema Insani press

Saefuddin, Ahmad. 1984. Studi Nilai-Nilai sistem ekonomi Islam. Jakarta: Media

Da’wah.

Simamora, Bilson. 2005. Analisis Multivariat Pemasaran. Jakarta: Gramedia

Tim Penyusun IMZ. 2003. Panduan Zakat Praktis. Jakarta :Institut Manajemen

Zakat

Page 94: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

LAMPIRAN

Page 95: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

77

Lampiran 1. Kuesioner penelitian

No : ……………………… ( diisi peneliti ) Tanggal : ……………………… ( diisi peneliti ) Keterangan: STS : Sangat Tidak Setuju TS : Tidak Setuju CS : Cukup Setuju S : Setuju SS : Sangat Setuju I. Identitas Responden 1. Nama : .................................................................... 2. Alamat : .................................................................... Kelurahan: ............................. Kecamatan: ............................... 3. No telp : ................................................................... 4. Usia : ......................... tahun 5. Status : ( ) menikah ( ) belum menikah ( ) janda / duda 6. Jumlah Tanggungan: ................... orang 7. Jenis Kelamin : ( ) Laki-laki ( ) perempuan 8. Pendidikan : ( ) SD ( ) SMA ( ) S2 ( ) SMP ( ) S1 ( ) S3 9. Pekerjaan : ( ) Petani ( ) karyawan BUMN ( ) Karyawan Swasta ( ) Pedagang ( ) PNS ( ) Wiraswasta ( ) lainnya, ......................... 10. Pendapatan : .................................................................

Jenis Pendapatan per bulan ( Rp) Gaji Hasil jualan/dagang Komisi Upah

Sumber Pendapatan

Per bulan ( Rp) Tanah yang disewakan Rumah yang disewakan Peralatan yang

Total 11. Apakah Anda menyisihkan sebagian dari pendapatan Anda untuk ditabung?

( ) Ya ( ) Tidak Jika Ya, berapa rata-rata jumlah yang Anda tabung? Sebutkan ……………..

Page 96: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

78

12. Aset yang dimiliki: ( ) Rumah ( ) Mobil ( ) Motor ( ) lainnya, ......... 13. Pengeluaran

Jenis Pengeluaran per bulan ( Rp) Konsumsi:

- Makanan - Non makanan (pulsa, rokok, bensin, listrik, air) Pendidikan Kesehatan Lainnya, (..................................................) Total

14. Dimana Anda menabung ? ( ) bank konvensional ( ) bank syariah ( ) keduanya ( ) lainnya,........ 15. Apakah Anda membayar zakat ?

( ) Ya ( ) Tidak 16. Apakah Anda rutin berinfak ?

( ) Ya ( ) Tidak 17. Periode Anda berinfak ? ( ) per hari ( ) per minggu( ) per bulan ( ) lainnya,........ II. Pembayaran Zakat 18.Periode Anda membayar zakat? ( ) per bulan ( ) per tahun ( ) lainnya, ......................

Alasan mengeluarkan zakat, silahkan isi tabel di bawah ini: Iman STS TS CS S SS

19 Anda selalu shalat fardhu 5 kali dalam satu hari

20

Shalat fardhu berjamaah 3 kali sehari di masjid

21 Menurut Anda zakat itu wajib

22 Anda mampu menghitung zakatnya sendiri

23 Anda rutin membaca buku-buku agama 24 Anda rutin hadir di majelis ilmu

25 Anda percaya dengan semua balasan atas perbuatan Anda.

Page 97: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

79

Penghargaan STS TS CS S SS

26 Anda mendapatkan kemudahan rezeki setelah membayar zakat

27 Lingkungan sekitar Anda menyambut baik saat anda berzakat

28 Anda senang disebut dermawan setelah berzakat

Altruism STS TS CS S SS

29 Anda merasa iba ketika melihat fakir/miskin

30

Dengan berzakat atau infak berarti Anda telah berupaya untuk bersyukur kepada Allah

31 Anda merasa harta Anda bersih setelah berzakat dan berinfak

32 Anda senang membantu fakir/ miskin

33 Anda merasa bersalah saat tidak membayar zakat atau infak

Kepuasan Diri STS TS CS S SS

34 Anda senang dapat meningkatkan kondisi ekonomi fakir/miskin

35 Anda menyadari bahwa ada hak orang lain dalam harta Anda

36 Anda percaya dengan berzakat, Anda menjadi contoh yang baik bagi orang lain

Organisasi 37. Apakah di sekitar tempat tinggal Ada terdapat lembaga pengumpul zakat ? ( ) Ya ( ) Tidak 38. Bagaimana Anda membayar zakat ? (boleh memilih lebih dari satu) ( ) Lembaga Amil Formal (1) ( ) Lembaga Amil Informal (2) ( ) Langsung kepada Mustahiq (3) Alasan cara membayar zakat , beri tanda ceklis (√)

Alasan 1 2 3 Transparansi Profesionalitas Akses Keteresediaan Informasi Kenyamanan Kemudahan Lingkungan Kepuasan Fatwa kyai setempat

Page 98: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

80

STS TS CS S SS

39 Lembaga amil zakat bekerja secara profesional

40 Lembaga amil zakat transparan dalam hal laporan keuangan

41 Anda merasa nyaman dengan membayar zakat di lembaga amil zakat

42 Layanan di lembaga amil zakat memuaskan

43 Lembaga amil zakat melakukan sosialisasi melalui media massa, media elektronik

44 Lembaga amil zakat melakukan sosialisasi langsung kepada masyarakat

45 Bagaimana dengan pemotongan gaji secara langsung untuk zakat dari institusi tempat Anda bekerja

46. Fasilitas yang perlu disediakan oleh Lembaga Amil Formal: ( ) Layanan Jemput Zakat ( ) Faslitas Pembayaran On-line ( ) Lainnya, ............................

~ Terima kasih atas kesediaan bapak / ibu / saudara (i) ~

Page 99: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

81

Lampiran 2. Hasil Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi Partisipasi Berzakat

Wilks' Lambda

Test of Function(s) Wilks' Lambda Chi-square df Sig.

1 .619 44.861 9 .000 Tests of Equality of Group Means

Wilks' Lambda F df1 df2 Sig.

Pendidikan .999 .123 1 98 .726 Pekerjaan 1.000 .000 1 98 .990 Pendapatan .969 3.134 1 98 .080 Keimanan .722 37.808 1 98 .000 Penghargaan .946 5.591 1 98 .020 Althurism .869 14.788 1 98 .000 Kepuasan .862 15.641 1 98 .000 Organisasi .896 11.409 1 98 .001 Infak .993 .726 1 98 .396

Standardized Canonical Discriminant Function Coefficients

Function

1 pendidikan -.098 pekerjaan -.229 pendapatan .247 keimanan .829 penghargaan .367 althurism .038 kepuasan .140 organisasi .226 infak -.073

Functions at Group Centroids

zakat

Function

1 tidak -1.658 ya .364

Unstandardized canonical discriminant functions evaluated at group means

Page 100: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

82

Classification Function Coefficients

zakat

tidak ya Pendidikan -1.012 -1.144 Pekerjaan .855 .572 pendapatan 5.552 6.380 Keimanan 7.099 10.030 penghargaan 12.608 14.061 Althurism 9.497 9.652 Kepuasan 5.237 5.793 Organisasi .660 1.198 Infak -4.017 -4.317 (Constant) -70.906 -90.782

Fisher's linear discriminant functions Classification Results(a)

zakat

Predicted Group Membership Total

tidak ya Original Count tidak 13 5 18

Ya 6 76 82 % tidak 72.2 27.8 100.0

Ya 7.3 92.7 100.0 a 89.0% of original grouped cases correctly classified.

Page 101: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

83

Lampiran 3. Hasil Diskriminan Faktor-faktor Memengaruhi Partisipasi Berinfak

Wilks' Lambda

Test of Function(s) Wilks' Lambda Chi-square df Sig.

1 .557 54.685 9 .000

Tests of Equality of Group Means

Wilks' Lambda F Sig.

keimanan .948 5.361 .023 penghargaan .986 1.406 .239 Althurism .882 13.104 .000 kepuasan .926 7.841 .006 organisasi .998 .164 .687 pendidikan .923 8.216 .005 pekerjaan .992 .771 .382 pendapatan .982 1.842 .178 f.infak .712 39.699 .000

Canonical Discriminant Function Coefficients

Function

1 keimanan .244 penghargaan -.051 Althurism .314 kepuasan .661 organisasi -.309 pendidikan .367 pekerjaan -.124 pendapatan -.317 f.infak .718 (Constant) -5.440

Unstandardized coefficients

Functions at Group Centroids

infak

Function

1 tidak -1.059 ya .736

Page 102: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

84

Unstandardized canonical discriminant functions evaluated at group means Classification Function Coefficients

infak

tidak ya keimanan 3.401 3.840 penghargaan 10.563 10.472 Althurism 9.040 9.604 kepuasan 5.049 6.235 organisasi -.294 -.849 pendidikan -.682 -.023 pekerjaan 1.235 1.013 pendapatan 4.545 3.976 f.infak 1.075 2.362 (Constant) -63.370 -72.478

Fisher's linear discriminant functions Classification Results(a)

infak

Predicted Group Membership Total

tidak ya Original Count tidak 31 10 41

ya 6 53 59 % tidak 75.6 24.4 100.0

ya 10.2 89.8 100.0 a 84.0% of original grouped cases correctly classified.

Page 103: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

85

Lampiran 4. Hasil Diskriminan Diskriminan Untuk Mengetahui Faktor-faktor Memengaruhi Pemilihan Tempat Membayar Zakat Tests of Equality of Group Means

Wilks' Lambda F df1 df2 Sig.

Keimanan .995 .487 1 98 .487 Penghargaan .995 .469 1 98 .495 Althurism .976 2.377 1 98 .126 Kepuasan .999 .085 1 98 .771 Organisasi 1.000 .015 1 98 .902 Pendidikan .968 3.248 1 98 .075 Pekerjaan .993 .739 1 98 .392 Pendapatan .995 .473 1 98 .493 adaLAZ .640 55.017 1 98 .000

Wilks' Lambda

Test of Function(s) Wilks' Lambda Chi-square Df Sig.

1 .577 51.413 9 .000 Canonical Discriminant Function Coefficients

Function

1 Keimanan .041 penghargaan .040 Althurism .703 Kepuasan -.985 Organisasi .030 Pendidikan .233 Pekerjaan -.086 Pendapatan -.123 adaLAZ 2.399 (Constant) -.790

Unstandardized coefficients Functions at Group Centroids

Unstandardized canonical discriminant functions evaluated at group means

t4zakat

Function

1 Bukan OPZ -.678

OPZ 1.060

Page 104: Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ... · bertujuan mengangkat kehidupan kaum miskin menjadi orang yang ... Salah satu kabupaten dengan kondisi tingkat kemiskinan

86

Classification Function Coefficients

t4zakat Bukan OPZ OPZ

Keimanan 3.046 3.118 penghargaan 10.802 10.872 Althurism 8.529 9.750 Kepuasan 4.532 2.821 organisasi .136 .189 pendidikan -1.241 -.836 pekerjaan 1.442 1.292 pendapatan 4.971 4.757 adaOPZ -2.385 1.784 (Constant) -61.731 -63.884

Fisher's linear discriminant functions Classification Results(a)

t4zakat Predicted Group Membership Total

Bukan OPZ OPZ Original Count Bukan OPZ 46 15 61 OPZ 4 35 39 % Bukan OPZ 75.4 24.6 100.0 OPZ 10.3 89.7 100.0

a 81.0% of original grouped cases correctly classified.