Upload
coriie-febri-angela
View
571
Download
8
Embed Size (px)
DESCRIPTION
DNA
Citation preview
MAKALAH BIOKIMIA DASAR
HUBUNGAN DNA DENGAN PENGUNGKAPAN TERSANGKA KRIMINAL
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
KELOMPOK
1. Arfiena Fitria Berutu
2. Corry Febriangela S
3. Dimas Ridho
4. Dina Afrini Satri
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
karunia-Nya sehingga Makalah pada mata kuliah Biokimia Dasar berhasil diselesaikan.
Pembuatan makalah ini diharapkan dapat membantu para pembaca atau mempermudah
para pembaca dalam mempelajari Biokimia Dasar terutama dalam hal DNA dan RNA .
Pembuatan makalah juga diharapkan juga semakin menambah wawasan bagi semua mahasiswa,
agar tujuan pembuatan dan target yang diharapkan tercapai .
Selesainya laporan makalah ini tidak lepas dari bantuan dan dorongan dari berbagai
pihak. Melalui prakata ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dosen Kami Bapak P.M Silitonga
2. Semua teman-teman kami di kelas DIK A’11 yang telah banyak memberikan motivasi
Kami berharap makalah yang penulis susun ini dapat diterapkan dan diaplikasikan oleh
pembaca dalam kehidupan sehari-hari . Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan
memohon maaf bila ada kesalahan dalam penulisan makalah ini.
Mohon kiranya dapat memberi saran dan kritik kepada penulis agar makalah ini bisa
menjadi lebih baik lagi . Semoga makalah pada mata kuliah biokimia dasar ini bermanfaat,
khususnya bagi mahasiswa jurusan kimia.
Medan , November 2012
Penulis
PENDAHULUAN
Asam nukleat merupakan suatu polinukleotida, yaitu polimer linier yang tersusun dari
monomer-monomer nukleotida yang berikatan melalui ikatan fosfodiester. Fungsi utama asam
nukleat adalah sebagai tempat penyimpanan dan pemindahan informasi genetik. Informasi ini
diteruskan dari sel induk ke sel anak melalui proses replikasi. Sel memiliki dua jenis asam
nukleat yaitu asam deoksiribonukleat (deoxyribonucleic acid/DNA) dan asam ribonukleat
(ribonucleic acid/RNA).
(Marks Dawn, et al., 2000).
Ada tiga struktur DNA yang dikenal selama ini. Struktur-struktur DNA tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Struktur primer
DNA tersusun dari monomer-monomer nukleotida. Setiap nukleotida terdiri dari satu basa
nitrogen berupa senyawa purin atau pirimidin, satu gula pentosa berupa 2’-deoksi-D-ribosa
dalam bentuk furanosa, dan satu molekul fosfat. Penulisan urutan basa dimulai dari kiri yaitu
ujung 5’ bebas (tidak terikat nukleotida lain) menuju ujung dengan gugus 3’ hidroksil bebas atau
dengan arah 5’3’ (Darnell, et al., dalam T. Milanda, 1994).
2. Struktur sekunder
Salah satu sifat biokimia DNA yang menentukan fungsinya sebagai pembawa informasi genetik
adalah komposisi basa penyusun. Pada tahun 1949-1953, Edwin Chargaff menggunakan metode
kromatografi untuk pemisahan dan analisis kuantitatif keempat basa DNA, yang diisolasi dari
berbagai organisme .
Kesimpulan yang diambil dari data yang terkumpul adalah sebagai berikut :
a. Komposisi basa DNA bervariasi antara spesies yang satu dengan spesies yang lain.
b. Sampel DNA yang diisolasi dari berbagai jaringan pada spesies yang sama mempunyai
komposisi basa yang sama.
c. Komposisi DNA pada suatu spesies tidak berubah oleh perubahan usia, keadaan nutrisi
maupun perubahan lingkungan.
d. Hampir semua DNA yang diteliti mempunyai jumlah residu adenine yang sama dengan
jumlah residu timin (A=T), dan jumlah residu guanin yang sama dengan jumlah residu sitosin
(G=C) maka A+G = C+T, yang disebut aturan Charrgaff.
e. DNA yang diekstraksi dari spesies-spesies dengan hubungan kekerabatan yang dekat
mempunyai komposisi basa yang hamper sama.
Pada tahun 1953, James D. Watson dan Francis H.C. Crick berhasil menguraikan struktur
sekunder DNA yang berbentuk heliks ganda melalui analisis pola difraksi sinar X dan
membangun model strukturnya.
(Darnell, et al. dalam T. Milanda, 1994).
Heliks ganda tersebut tersusun dari dua untai polinukleotida secara antiparalel (arah
5’3’ saling berlawanan), berputar ke kanan dan melingkari suatu sumbu. Unit gula fosfat
berada di luar molekul DNA dengan basa-basa komplementer yang berpasangan di dalam
molekul. Ikatan hidrogen di antara pasangan basa memegangi kedua untai heliks ganda tersebut
(Willbraham and Matta dalam T. Milanda, 1994).
Kedua untai melingkar sedemikian rupa sehingga keduanya tidak dapat dipisahkan
kembali bila putaran masing-masing untai dibuka.
(a) (b)
Gambar 1 Struktur DNA (Prentis Steve, 1990)
Keterangan:
a. Struktur primer DNA
b. Struktur sekunder DNA
Jarak di antara kedua untai hanya memungkinkan pemasangan basa purin (lebih besar)
dengan basa pirimidin (lebih kecil). Adenin berpasangan dengan timin membentuk dua ikatan
hidrogen sedangkan guanin berpasangan dengan sitosin membentuk tiga ikatan hidrogen.
Dua ikatan glikosidik yang mengikat pasangan basa pada cincin gula, tidak persis
berhadapan. Akibatnya, jarak antara unit-unit gula fosfat yang berhadapan sepanjang heliks
ganda tidak sama dan membentuk celah antara yang berbeda yaitu celah mayor dan celah minor.
(Marks, et al., 1996 ; Robert K. Murray,et al., 2000)
3. Struktur tersier
Kebanyakan DNA virus dan DNA mitokondria merupakan molekul lingkar. Konformasi
ini terjadi karena kedua untai polinukleotida membentuk struktur tertutup yang tidak berujung.
Molekul DNA lingkar tertutup yang diisolasi dari bakteri, virus dan mitokondria seringkali
berbentuk superkoil, selain itu DNA dapat berbentuk molekul linier dengan ujung-ujung rantai
yang bebas.
Ribonucleic Acid (RNA)
RNA mirip dengan DNA, perbedaanya terletak pada :
1. Basa utama RNA adalah Adenin, Guanin, Sitosin dan Urasil, dengan panjang molekul 70
sampai 10.000 pb.
2. Unit gula RNA adalah D-ribosa.
3. Molekul RNA berupa untai tunggal, kecuali pada beberapa virus.
Denaturasi
Jika larutan DNA dipanaskan, maka energi termal akan memecahkan ikatan hidrogen dan
ikatan lain yang menentukan kestabilan heliks ganda, akibatnya kedua untai akan memisah atau
mengalami denaturasi. (Marks, et al.,2000)
Molekul DNA heliks tunggal dari proses denaturasi cukup stabil. Jika suhu diturunkan,
molekul tersebut biasanya tidak mengalami renaturasi menjadi molekul DNA heliks ganda asal
tetapi membentuk pola kusut, namun untai yang saling komplemen dapat mengalami ranaturasi
secara perlahan-lahan. Sifat ini menjadi dasar teknik hibridisasi asam nukleat.
(Watson, et al., dalam T. M landa, 1994 ; Marks Dawn, et al., 2000)
Sentral Dogma
Pada tahun 1956, Francis H. Crick memperkenalkan diagram alur yang menggambarkan
fungsi DNA dalam perjalanan informasi genetik yang disebut sentral dogma.
(Watson, et al. dalam T. Milanda, 1994)
Replikasi
DNA
transkripsi
RNA
transalasi
Protein
Gambar 4 Dogma sentral aliran informasi genetik
(Marks, et al., 2000)
Tanda panah yang melingkari DNA menunjukkan bahwa DNA berfungsi sebagai
template atau cetakan bagi replikasi dirinya. Tanda panah antara DNA dan RNA menunjukkan
pembentukkan molekul RNA dari DNA cetakan (transkripsi) kemudian sintesis protein
ditentukan oleh RNA cetakan melalui proses translasi.
(Willbraham and Matta dalam T. Milanda, 1994)
PEMBAHASAN
DNA Fingerprint di bidang kriminal
Di Indonesia, DNA fingerprint mencuat namanya sebagai cara
identifikasi kejahatan dan korban yang telah hancur setelah
terjadi peristiwa peledakan bom di tanah air seperti kasus bom
Bali, bom Marriot, peledakan bom di depan Kedubes Australia
dan lain-lain. DNA yang biasa digunakan dalam tes adalah
DNA mitokondria dan DNA inti sel. DNA yang paling akurat
untuk tes adalah DNA inti sel karena inti sel tidak bisa berubah
sedangkan DNA dalam mitokondria dapat berubah karena berasal dari garis keturunan ibu, yang
dapat berubah seiring dengan perkawinan keturunannya. Dalam kasus-kasus kriminal,
penggunaan kedua tes DNA diatas, bergantung pada barang bukti apa yang ditemukan di Tempat
Kejadian Perkara (TKP). Seperti jika ditemukan puntung rokok, maka yang diperiksa adalah
DNA inti sel yang terdapat dalam epitel bibir karena ketika rokok dihisap dalam mulut, epitel
dalam bibir ada yang tertinggal di puntung rokok. Epitel ini masih menggandung unsur DNA
yang dapat dilacak.
Untuk kasus pemerkosaan diperiksa spermanya tetapi yang lebih utama adalah kepala
spermatozoanya yang terdapat DNA inti sel didalamnya. Sedangkan jika di TKP ditemukan satu
helai rambut maka sampel ini dapat diperiksa asal ada akarnya. Namun untuk DNA mitokondria
tidak harus ada akar, cukup potongan rambut karena diketahui bahwa pada ujung rambut terdapat
DNA mitokondria sedangkan akar rambut terdapat DNA inti sel. Bagian-bagian tubuh lainnya
yang dapat diperiksa selain epitel bibir, sperma dan rambut adalah darah, daging, tulang dan
kuku.
Mengungkap Identitas Melalui Analisis DNA
Kini dengan analisis dan teknologi deoxyribonucleic acid (DNA), kasus-kasus yang sulit
terungkap menjadi lebih mudah terungkap dan terpecahkan. Seperti kita ketahui, DNA adalah
bahan dasar yang membangun seluruh ciri genetik seseorang. DNA terdapat pada setiap sel
manusia, dan seluruh sel memiliki DNA yang sama satu dengan yang lainnya. Misalnya, DNA
yang ada pada sel kulit sama dengan DNA yang terdapat pada sel darah maupun DNA pada sel
rambut dan lain sebagainya. Selain itu, DNA bersifat unik yakni setiap DNA seseorang berbeda
dengan DNA orang yang lain. Karena sifat inilah DNA bisa dipakai sebagai penanda identitas
individu, garis keturunan, dan etnis. DNA terdapat pada darah, sel kulit, otot, sel-sel otak, tulang,
gigi, rambut, saliva, jantung, mukosa, urine, dan pada seluruh sel manusia.
Analisis DNA manusia bertujuan untuk mengarakterisasi DNA seseorang untuk
mengidentifikasi susunan DNA-nya. Barang bukti DNA dapat diambil dari barang bukti
biologis, baik dalam keadaan utuh maupun tidak utuh lagi. Hal ini berbeda dengan analisis sidik
jari yang mudah rusak atau hilang dan akurasinya sangat bergantung pada keutuhannya. Tes
DNA dapat dilakukan hanya dengan barang bukti DNA yang jumlahnya sedikit. Hal ini karena
digunakannya teknik yang disebut Polymerase Chain Reaction (PCR) atau reaksi polimerasi
berantai.
Teknik ini ditemukan oleh seorang ahli biologi molekuler yang bernama Kary Mullis
yang bertujuan untuk menggandakan atau mengamplifikasi DNA, agar memiliki DNA yang
cukup jumlahnya untuk dikomparasi atau dibandingkan dalam suatu tes.
Penggunaan DNA dalam memecahkan suatu kasus dilakukan dengan membandingkan
DNA tersangka dengan barang bukti DNA yang didapatkan dari tempat kejadian perkara. Hasil
perbandingan tersebut dapat membantu menemukan siapa pelaku kejahatan yang sebenarnya,
baik pada kasus kejahatan maupun dalam hal menentukan pelaku bom bunuh diri secara akurat.
Kini, terdapat beberapa teknik lainnya dalam tes DNA, di antaranya analisis DNA
mitokondria. Teknik ini telah dikembangkan oleh FBI (Federal Bureau of Investigation) Amerika
Serikat sejak tahun 2002, setelah penyerangan terhadap menara kembar WTC dan Gedung
Pentagon. Database yang mereka kembangkan berupa profil-profil DNA berbagai suku atau etnis
di dunia yang terdiri dari data forensik dan data publik.
Keunikan DNA mitokondria manusia adalah setiap anak memiliki DNA mitokondria
yang sama dengan DNA mitokondria ibunya. Oleh karena itulah analisis DNA mitokondria
umumnya dilakukan untuk mengidentifikasi keturunan dari garis keturunan ibu (maternally
linkage), dan sering pula digunakan dalam penelusuran orang hilang.
Sebagai informasi, penulis telah menganalisis DNA mitokondria pada individu-individu
manusia populasi Papua dan memasukkannya pada bank data DNA seperti Genbank, EMBL, dan
DDBJ.
Hal yang sangat penting dalam pemecahan kasus dengan barang bukti DNA adalah
penanganan barang bukti secara tepat dan sesuai dengan prosedur standar. Hal ini penting karena
mengidentifikasi, mengoleksi, dan menyimpan agar tidak terkontaminasi sehingga dapat
dihindari tercampurnya DNA tersangka/pelaku dengan DNA lain.
Untuk menghindari kontaminasi barang bukti yang mengandung DNA, diperlukan
beberapa prinsip kehati-hatian yang harus dilakukan oleh orang yang menanganinya. Di
antaranya memakai sarung tangan, memakai peralatan yang berlainan setiap menangani barang
bukti berbeda, hindari berbicara, bersin dan batuk di dekat barang bukti, hindari menyentuh
wajah, hidung, dan mulut saat mengambil sampel barang bukti, serta jaga barang bukti agar tidak
lembap.
Dengan adanya barang bukti berupa DNA, dapat dicapai tujuan dari pemecahan suatu
kasus seperti pembuktian tindak kriminal, yaitu membuktikan seorang tersangka atas kejahatan
yang telah dilakukannya, membebaskan orang yang tidak bersalah dari tuntutan hukum,
membuktikan keabsahan hubungan atau ikatan keluarga dari seseorang, mengidentifikasi orang
tak dikenal seperti korban perang, mempelajari populasi manusia, dan mempelajari penyakit
keturunan.
Selain data milik FBI seperti yang disebutkan di atas, kini pihak kepolisian di Inggris
telah menggunakan database online, yang didalamnya telah terdapat hampir 500.000 profil
genetik yang dapat dibandingkan dengan barang bukti yang terdapat di TKP, sehingga
memudahkan penyelidikan lebih lanjut.
Profil-profil genetik tersebut memuat DNA secara random dari warga Inggris dan warga
migran lainnya, terutama mereka yang pernah menjadi pelaku kriminal dan keluarganya. Barang
bukti DNA tidak hanya mengungkap suatu kasus kriminal, tetapi juga dapat membuktikan
keabsahan hubungan atau ikatan keluarga.
Dengan kehidupan yang cepat berubah dewasa ini, begitu pula bentuk dan motif
kriminalnya yang semakin beragam. Barang bukti berupa DNA dapat menjadi salah satu hal
potensial yang digunakan para penegak hukum dalam memecahkan kasus. Negara-negara maju
seperti Amerika Serikat dan Inggris dengan tingkat ancaman kriminalitas yang beragam,
termasuk salah satunya adalah ancaman terorisme, berusaha memaksimalkan teknologi DNA
untuk memecahkan kasus kriminal, sekaligus melindungi orang yang tidak bersalah terhadap
tuduhan pelaku kejahatan.
Negara kita dengan tantangan penegakan hukum yang semakin tinggi, juga menggunakan
teknologi DNA untuk mendapatkan suatu kepastian secara akurat, seperti dalam memastikan
tersangka pelaku bom bunuh diri di Hotel J.W. Marriott dan The Ritz-Carlton, yakni Dani Dwi
Permana dan Nana Ichwan Maulana. Tim Laboratorium Forensik (Labfor) Mabes Polri tetap
perlu mengambil sampel darah dari keluarga orang tua pelaku untuk dilakukan pencocokan
(homologi) DNA, untuk mendapatkan kepastian secara ilmiah. Ke depan, diperlukan
membangun suatu database yang memuat profil-profil DNA manusia Indonesia dari berbagai
suku untuk mempermudah pihak kepolisian dalam mengungkap kasus-kasus tindak kejahatan
dan pelaku bom bunuh diri.
Penegakan hukum kini dibantu dengan teknologi DNA. Dengan keterkaitan dua hal
tersebut, terdapat perubahan definisi mengenai tangggung jawab kriminal dan banyak lagi area
hukum yang dipengaruhi oleh hadirnya teknologi ini. Penegakan hukum (law enforcement) dan
keadilan yang ditujukan untuk melayani dan melindungi masyarakat kini menjadi area
multidisiplin, seperti biologi molekuler, biokimia, kedokteran farmasi, teknologi komputasi,
kepolisian, kependudukan, kemiliteran dan lain sebagainya.
Pikiran Rakyat, 20 Agustus 2009
1. Kasus Pembunuhan Romo Wasi, Purworejo
Banyak contoh kasus di lingkungan Laboratorium Forensik POLRI yang terpecahkan
dengan menggunakan analisis dari ilmu biologi. Salah satu kasus yang ditengani dengan
mengedepankan aspek biologi adalah kasus pembunuhan seorang pemuka agama di Purworejo,
Romo Wasi, pada tahun 2004. Korban ditemukan pada pukul 06.00 WIB di depan garasi mobil
sebuah rumah peristirahatan (ret ret) umat nasrani oleh seorang tukang kebun dan dilaporkan
olehnya ke Polres Purworejo. Korban meninggal dunia akibat luka di kepala akibat benda tumpul
yang menyebabkan darah keluar dari mulut, mata dan hidung korban. Titik cerah pengungkapan
kasus tindak pidana ini diperoleh setelah ditemukannya satu helai daun dari famili Gramineae di
tubuh korban (menempel pada lengan kiri korban), padahal di tempat ditemukannya korban tidak
ada tumbuhan anggota dari famili Gramineae. Hal ini menggugah penyidik akan locus delicti
(tempat terjadinya tindak pidana) dari kasus ini tidak berada ditempat tersebut. Pemeriksaan TKP
dikembangkan ke tampat lain dengan petunjuk tumbuhan dari famili Gramineae tersebut. Dari
pengembangan TKP ditemukan ada empat tempat yang tumbuh tumbuhan dari famili
Gramineae, dari empat tempat tersebut ada satu tempat yang juga ditemukan noda yang diduga
darah, menempel pada salah satu daun dari tumbuhan anggota Gramineae. Pengenalan,
identifikasi dan penetapan fisiologi noda yang diduga darah yang telah mengering dengan
metode ‘Leone Lattes’ mentukan apakah darah tersebut adalah darah korban. Dari pemeriksaan
tersebut didapatkan bahwa noda yang melekat pada daun tumbuhan famili Gramineae tersebut
adalah darah korban. Pengembangan TKP tidak berhenti sampai disini, di dekat lokasi ditemukan
daun tersebut diidentifikasi bahwa tempat itu adalah kamar dari tukang kebun rumah
peristirahatan umat nasrani tersebut. Maka pemeriksaan dengan metode ‘Leone Lattes’ juga
dilakukan di kran air di dalam kamar, baju yang digunakan, jari-jari tangan dan kaki, dan alas
kaki tukang kebun tersebut. Hasilnya, ditemukan bahwa darah korban tertransfer ke kran air,
ruitsletting celana, sela-sela kuku tangan dan kaki, serta palu milik tukang kebun yang berada di
dalam kamar. Hal ini diperkuat dengan ditemukannya noda darah kering diantara tegel antara
daun yang terdapat noda darah (dibelakang rumah ret ret) hingga tempat ditemukannya korban,
sehingga dimungkinkan korban diseret dari samping kamar tukang kebun hingga di depan garasi
mobil, hal ini dilakukan untuk mengecoh penyidik agar seolah-olah telah terjadi perampokan di
rumah ret ret tersebut. Sehingga dengan keyakinan dan dalam waktu kurang dari 12 jam maka
penyidik menetapkan tukang kebun tersebut sebagai pelaku pembunuhan terhadap Romo Wasi,
padahal tukang kebun itu sendiri yang melaporkan tindak pidana tersebut ke Mapolres
Purworejo.
2. Kasus Keracunan di Kecamatan Grabag Magelang
Kasus lain adalah kasus toksikologi, keracunan massal di Kecamatan Grabag Kabupaten
Purworejo pada pertengahan tahun 2007. Kejadian ini mengakibatkan 10 orang meninggal dunia
dalam waktu 3 hari, karena dipandang meresahkan masyarakat maka diturunkanlah tim
Laboratorium Forensik POLRI bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Jawa Tengah.
Pemeriksaan di TKP yang dilakukan oleh Laboratorium Forensik meliputi vegetasi di (satu-
satunya) sumber air di daerah tersebut, sample air, sampel udara, makanan, muntahan, dan
autopsi korban yang meninggal dunia. Pemeriksaan vegetasi dengan menggunakan instrument
AAS menyimpulkan bahwa tidak ditemukan akumulasi logam berat pada daerah tersebut.
Sampel air diperiksa kualitas dan kuantitasnya, meliputi BOD, COD, logam terlarut,
conductivity dan beberapa parameter lainnya. Sementara itu, makanan, muntahan dan analisis
lambung korban yang telah meninggal dilakukan untuk mengetahui makanan apa saja yang
masuk ke tubuh korban dalam waktu 3 jam terakhir. Data terakhir yang dikumpulkan adalah dari
autopsi, dengan membuat preparat histologi untuk organ otak, lambung, hepar, paru-paru dan
ginjal untuk korban yang telah meninggal. Dari semua data tersebut diperoleh kesimpulan bahwa
kematian yang terjadi diakibatkan oleh Pseudomonas sp. dan insektisida secara bersamaan. Hal
ini diperkuat dengan ditemukannya kelainan pada pemeriksaan histologi dari hepar, otak dan
paru-paru. Selain itu pemeriksaan sampel air juga ditemukan adanya insektisida dalam jumlah
diluar ambang batas dan di sampel makanan dan muntahan (analisis lambung korban dengan
metode biokimia-mikrobiologi) juga ditemukan Pseudomonas sp.
3. Kasus Kasus Lingkungan
Untuk kasus ekologi, pemeriksaan limbah seringkali dilakukan Laboratorium Forensik
POLRI untuk beberapa perusahaan. Bersama instansi terkait Laboratorium Forensik POLRI
mengambil sampel di inlet, outlet, upstream dan downstream. Penentuan titik sampel harus
benar-benar dimengerti sebab sautu ketika upstream suatu perusahan merupakan downstream
dari perusahaan lainnya. Pengertian limbah domestik dari suatu perusahaan dan limbah dari
proses industri menentukan dimana kita akan menentukan inlet dari perusahaan tersebut. Selain
itu pemahaman tentang modul dari AMDAL juga sangat diperlukan di dalam bidang
pemeriksaan limbah industri. Pengambilan sampel ini dilanjutkan dengan pemeriksaan di
laboratorium meliputi beberapa parameter seperti yang telah ditetapkan oleh UU Lingkungan
Hidup maupun PERDA. Masih banyak sekali kasus-kasus yang dipecahkan dengan
mengedepankan analisis dalam aspek Biologi. Saat ini sedang dikembangkan penanda molekuler
untuk barang bukti ganja. Hal ini dilakukan untuk menghentikan peredaran gelap ganja yang
semakin marak di Indonesia. Dengan pengembangan penanda molekuler ganja maka akan
didapatkan beberapa cluster peredaran di Indonesia dan hal ini dapat dijadikan evaluasi terhadap
jaringan yang berkembang. Beberapa aspek yang saat ini menjadi trend di dunia forensik adalah
mikrobiologi forensik, entomologi forensik, botani forensik dan ekologi forensik. yang akan
dilakukan guna membuat terang suatu tindak pidana dalam waktu secepat-cepatnya. Penentuan
arah pemeriksaan tersebut meliputi dari metode yang akan digunakan, analisis dan evaluasi
terhadap hasil yang akan diperoleh dari metode tersebut, hingga kepada penentuan tersangka,
waktu, dan tempat kejadian suatu tindak pidana itu terjadi. Setelah hal tersebut ditentukan oleh
perwira pemeriksa forensik maka penyidik di kewilayahan akan melanjutkan kepada tingkatan
pemberkasan selanjutnya diajukan ke pengadilan.
PENUTUP
Kesimpulan
- DNA yang biasa digunakan dalam tes adalah DNA mitokondria dan DNA inti sel
- DNA yang paling akurat untuk tes adalah DNA inti sel karena inti sel tidak berubah
sedangkan DNA dalam mitokondria dapat berubah karena berasal dari garis keturunan ibu
yang dapat berubah seiring dengan perkawinan keturunannya
- Bagian-bagian tubuh yang dapat diperiksa untuk mengungkap tindak kejahatan melalui DNA
adalah epitel bibir, sperma, rambut, darah, tulang, dan kuku melalui DNA Fingerprint
- Untuk kasus pemerkosaan, spermanya diperiksa tepatnya pada kepala spermatozoanya yang
terdapat DNA inti sel di dalamnya
- DNA pada tubuh manusia terdapat pada darah, sel kulit, otot, sel-sel otak, tulang, gigi,
rambut,saliva, jantung, mukosa, urin, dan pada seluruh sel manusia
DAFTAR PUSTAKA
Marks Dawn, et al., 2000. GENETIKA . Jakarta : Bineka Cipta
Darnell, et al., dalam T. Milanda, 1994.Rekayasa Genetika. Jakarta : Penerbit Erlangga
Prentis Steve . 1990. DNAdan RNA dalam Bidang Kedokteran. Bandung : Bumi Aksara
Willbraham and Matta dalam T. Milanda 1994.Genetika . Yogyakarta : UGM Press
Watson, et al. dalam T. Milanda. 1994 . Biologi Umum Untuk Universitas . Jakarta : UI Press
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=Penggunaan+DNA++dalam+pengungkapan+
+tindakan+Kriminal&source=web&cd=3&cad=rja&ved=0CDMQFjAC&url=http%3A%2F
%2Flimnologi.lipi.go.id%2Flimnologi%2Fkatalog%2Findex.php%2Fsearchkatalog
%2FdownloadDatabyId
%2F399%2F4_Peranan_Biologi_Forensik_Dalam_Mengungkap_Suatu_Tindak_Pidana.pdf&ei=
ZQO3UNrDKsS8rAeGgYGYAw&usg=AFQjCNG1hhSlUsgtRLedC824yME0M9Zk3A
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=Penggunaan+DNA++dalam+pengungkapan+
+tindakan+Kriminal&source=web&cd=10&cad=rja&ved=0CFwQFjAJ&url=https%3A%2F
%2Fdocs.google.com%2Fdocument%2Fd%2F1YsVRw5t7OFjICsYW2nLdlFgW7-
f3ITlmivWjeF3Uv10%2Fedit%3Fhl
%3Den_US&ei=ZQO3UNrDKsS8rAeGgYGYAw&usg=AFQjCNEoi-FHtfx-
TZbXcqYU6XFR2ZE1OA
http://www.google.co.id/#hl=id&tbo=d&output=search&sclient=psy-
ab&q=Penggunaan+DNA+untuk+pengungkapan+tersangka+&oq=Penggunaan+DNA+untuk+pe
ngungkapan+tersangka+&gs_l=hp.3...124621.134545.1.134806.44.41.0.2.2.3.505.6093.17j18j2j
1j2j1.41.0...0.0...1c.1.M_IY3YMzYbo&psj=1&bav=on.2,or.r_gc.r_pw.r_qf.&fp=664b81dc7c3b
6f84&bpcl=38897761&biw=1366&bih=681